Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ground Penetrating Radar (GPR) merupakan metode geofisika yang digunakan untuk
mendeteksi benda-benda di bawah permukaan dengan tingkat kedalaman tertentu. Metode ini
menggunakan sumber gelombang elektromagnetik yang berupa gelombang radar (radio
detection and ranging) dengan jangkauan frekuensi 10 MHz - 1 GHz. Sifat metode ini adalah
non destruktif dan menghasilkan resolusi bawah permukaan yang tinggi terhadap kontras
dielektrik material dan formasi geologi yang relatif dangkal. Hasil dari metode ini adalah
resolusi data mentah yang menggambarkan profil vertikal bawah permukaan dengan penetrasi
kedalaman 0.5 – 100 m. Pengukuran dengan menggunakan georadar ini merupakan metode
yang tepat untuk mendeteksi benda-benda kecil yang berada di dekat permukaan tanah.

Pada zaman sekarang ini berbagai kegiatan survey banyak menggunakan metode GPR ini,
terutama pada bidang geoteknik sebagai alat pendeteksi bawah tanah. Penggunaan GPR dengan
menggunakan pulsa radar frekuensitinggi yang dipancarkan dengan antena dari permukaan
tanah kedalam tanahdapat mendeteksi keberadaan material dibawah tanah, sehingga
dapatdiaplikasikan untuk berbagai kepentingan.

1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum survei elektromagnetik metode GPR adalah untuk memprediksi
objek yang terkubur di bawah permukaan tanah dengan melihat anomali berdasarkan trace
gelombang yang terekam pada daerah sebelah Selatan lapangan fustal PLN ITS.
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Geologi Regional Surabaya


Surabaya merupakan daerah yang didomnasi oleh daratan rendah hasil endapan sedimen.
80% daerah Surabaya merupakan endapan aluvial, dan sisanya merupakan tanah perbukitan
rendah hasil pelapukan batuan tersier/tua. Tanah edapan aluvial berupa sungai, rawa, delta,
endapan pantai, dan campunran dari endapan – endapan tersebut. Sedangakan daratan rendah
meliputi wilayah Surabaya Timur, Utaram dan Selatan memiliki kemiringan <3% dan terletak
pada ketinggian <10m dari permukaan laut. Dataran rendah terbentuk dari endapan aluvial
sungai dan endapan pantai. Bagian tengah Kota Surabaya terbentuk oleh endapan Sungai
Brantas beserta cabang-cabang sungainya dan endapan Sungai Rowo (Sukardi, 1992).

Endapan Sungai Brantas berasal dari letusan gunung-gunung berapi yang berada di hulu
dan beberapa rombakan sebelumnya. Endapan ini biasanya berupa pasir dan kerikil. Bagian
timur dan utara sampai sepanjang Selat Madura dibentuk oleh endapan pantai yang masuk ke
daratan sampai ± 5 km. Endapan pantainya terdiri dari lempung lanau dan lempung kelanauan,
sisipan tipis tipis yang pada umumnya mengandung banyak kepingan kerang di beberapa
tempat. Secara geologi Surabaya terbentuk oleh batuan sedimen yang berumur Miosen sampai
Plistosen. Batuan sedimennya adalah bagian dari lajur Kendeng dengan Formasi Sonde, Lidah
(Tpl), Pucangan (Qtp), dan Formasi Kabuh (Qpk). Batuan dasar untuk Surabaya merupakan
Formasi Lidah (Tpl) yang berumur Pliosen (Pre-Tertiary). Formasi ini berada pada kedalaman
250 – 300 meter (Sukardi, 1992).

Daerah
Pengukuran

Gambar 2.1. Peta Geologi Kota Surabaya (Sukardi, 1992)


2.2 Gelombang Elektomagnetik

Gelombang merupakan sebuah getaran yang merambat dalam ruang dan waktu.
Gelombang elektromagnetik yang digunakan merupakan spectrum gelombang mikro. Dalam
suratu sistem radar gelombang mikro dipancarkan terus menerus ke segala arah oleh pemancar.
Jika ada objek yang terkena gelombang ini, sinyal akan dipantulkan oleh objek dan diterima
kembali oleh penerim, selanjutnya akan memberikan informasi keberadan objek yang ada di
bawah permukaan tanah (Supriyanto, 2007).

Gambar 2.2. Spektrum Gelombang Elektromagnetik

Prinsip dasarnya adalah persaman Maxwell. Persamaan Maxwell tersebut menjelaskan


bagaimana medan listrik dan medan magnet dapat terjadi. Persamaan tersebut adalah (Telford,
1990):
𝜌
∇. 𝐸 =
𝜀0

∇. 𝐵 = 0

𝜕𝐵
∇ × 𝐸= −
𝜕𝑡

𝜕𝐸
∇ × 𝐵 = 𝜇0 𝐽 + 𝜇0 𝜀0
𝜕𝑡

2.3 Ground Penetrating Radar (GPR)


2.3.1 Radar
Ground Penetrating Radar menggunakan sumber gelombang elektromagnetik yang
berupa radar (Radio Detection and Ranging). Pulsa yang dibangkitkan berupa pulsa bertenaga
tinggi yang dipancarkan pada waktu yang sangat pendek. Gelombang elektromagnetik
dipancarkan ke tanah oleh transmitter melalui antena sehingga pulsa radar mengenai dan
menembus tanah lalu sinyal yang terpantul dari tanah diterima oleh receiver. Berdasarkan
waktu perjalanan pulsa radar maka dapat diperhitungkan jarak objek, dan berdasarkan
intensitas tenaga baliknya maka dapat ditaksirkan jenis objek yang berada di dalam tanah.
Intensitas atau kekuatan pulsa radar yang diterima kembali oleh sensor menentukan
karakteristik spektral objek citra radar. Intensitas atau kekuatan tenaga pantulan pada citra radar
dipengaruhi sifat objek dan sifat sistem radarnya (Griiffiths, 1999).

Sifat objek sebagai salah satu faktor penentu intensitas atau kekuatan tenaga pantulan pada
citra radar. Sifat objek dipengaruhi oleh:
1. Lereng permukaan secara makro (topografi) menyebabkan perbedaan rona karena
perbedaan arah menghadap ke sensor.
2. Kekasaran permukaan yang menyebabkan perbedaan pantulan pulsa radar.
3. Perbedaan kompleks.

2.3.2 Prinsip Kerja GPR

Gambar 2.3. Konsep Akuisisi Data

GPR bekerja dengan memanfaatkan pemantulan sinyal. Sistem GPR memiliki rangkaian
(transmitter), yaitu sistem antenna yang terhubung ke sumber pulsa, dan rangkaian penerima
(receiver), yaitu sistem antenna yang terhubungan ke unit pengolahan sinyal. Rangkaian
pemancar menghasilkan pulsa listrik berupa pulse repetition frequency (prf), energi, dan waktu.
Pulsa dipancarkan ke tanah dan mengalami atenuasi. Jika tanah bersifat homogen, maka sinyal
yang dipantulkan sangat kecil. Adanya inhomogenitas menyebabkan sinyal dipantulkan ke
penerima, kemudian diproses oleh rangkain penerima. Dengan mengukur selang waktu antara
pemancaran dan penerimaan pulsa, maka akan didapatkan kedalaman objek dengan waktu dua
kali tempuh (two way traveltime) (Bahri, 2010).

1
ℎ= 𝑡𝑣
2
dimana, h merupakan kedalaman objek, t adalah waktu tempuh dan v adalah cepat rambat
gelombang.

Untuk mencari cepat rambat gelombang, dapat menggunakan persamaan:


𝑐
𝑣=
√𝜀𝑟
Maka dapat didapatkan rumus untuk ketebalan sebagai fungsi waktu:

(𝑡2 − 𝑡1 )𝑐
𝑑1 =
2√𝜀𝑟1

(𝑡2 − 𝑡1 )𝑐
𝑑2 =
2√𝜀𝑟2

Gambar 2.4. Ketebalan (d) didapat dengan data waktu

Semakin bersar konstanta dielektrik medium, maka kecepatan rambat gelombangnya


semakin kecil. Prf merupakan nilai sebarapa sering pulsa radar diradiasi ke dalam tanah.
Semakin dalam objek maka prf nya semkain kecil karena waktu tunggunya semakin lama
(Bahri, 2010).

Medium konduktor kedalaman penetrasi (skin depth) dipengaruhi oleh frekuensi saat
pengambilan data. Semakin tinggi frekuensi maka semakin dangkal kedalaman penetrasinya
dan resolusinya tinggi. Dalam menentukan skin deep dapat menggunakan persamaan berikut:

1 𝜌 𝜌
𝛿= √ ≈ 503 √
√𝜋𝜇0 𝜇𝑟 𝑓 𝜇𝑟 𝑓
Gambar 2.5. Akuisisi Data GPR
BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang diperlukan dalam praktikum ini sebagai berikut :
1. Alat GPR (Oerad) Beserta Pelengkapnya
2. Tali Rafia
3. Meteran Roda
4. Tablet
5. Penggali Lubang (Cangkul Dan Linggis)
6. Ballpoint
7. Akrilik (Pelindung Alat)
8. Objek Anomali (Besi Dan Pipa)
9. Kertas Hvs

3.2 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan


Pengambilan data elektromagnetik dengan menggunakan metode GPR dilaksanakan
pada hari Sabtu, 13 April 2019 pada pukul 10.30 WIB – 13.30 WIB. Daerah penelitian
berlokasi di sebelah Selatan lapangan futsal PLN ITS. Zona pengukuran berukuran 15 m x 15
m yang kemudian dibagi dalam 3 lintasan.

3.3 Desain Akuisisi


1. Objek:
a. Pipa: panjang 75 cm; kedalaman 30 cm; arah Timur-Barat
b. Besi: panjang 50 cm; kedalaman 30 cm; arah Timur-Barat
2. Lintasan: terdapat 3 lintasan yaitu 1 sejajar objek, dan 2 tegak lurus dengan objek.
Masing-masing lintasan membentang sepanjang 15 m.
3. Titik Koordinat
No Keterangan Latitude Longitude
1 Objek Besi 7o17’15.28’’S 112o47’34.20’’E
2 Objek Pipa 7o17’15.27’’S 112o47’34.32’’E
3 Line 1 7o17’15.32’’S 112o47’33.97’’E
7o17’15.26’’S 112o47’34.46’’E
4 Line 2 7o17’15.56’’S 112o47’34.19’’E
7o17’15.05’’S 112o47’34.19’’E
5 Line 3 7o17’15.54’’S 112o47’34.32’’E
7o17’15.03’’S 112o47’34.31’’E

Gambar 3.1. Denah akuisisi data


U

3m
6,5 m 4,25 m
L1 BESI PIPA
m m
7,5 m
7,5 m

L2 L3
Gambar 3.2. Layout detail lintasan akuisisi data
BAB IV
HASIL DAN ANALISA

4.1 Hasil

Gambar 4.1 Data lintasan 1

Gambar 4.2 Data lintasan 2

Gambar 4.3 Data lintasan 3


4.2 Analisa dan Pembahasan

Dari praktikum yang dilaksanakan pada hari Sabtu, 13 April 2019 di sebelah Selatan
lapangan futsal PLN ITS didapatkan 3 data yang berasal dari tiap lintasan. Pada area
pengukuran, ketinggian tanah sama rata atau dikatakan datar. Kondisi tanah pada daerah
tersebut adalah lapisan atas yang tertutup rumput, tanah sedikit basah dan ditemukan banyak
bebatuan. Sehingga mengalami kesusahan saat digali.

Pada praktikum kali ini, terdapat 2 objek yang dikubur, yaitu besi dan pipa. Keduanya
dikubur di kedalaman 30 cm secara horizontal. Besi memiliki panjang 50 cm, dan pipa
memiliki panjang 75 cm. Proses pengambilan data dimulai dengan melakukan kalibrasi alat
terlebih dahulu. Kemudian mengatur settingan menu pada software disesuaikan dengan kondisi
lapangan. Hal ini dilakukan agar data yang terbaca terlihat jelas semuanya. Kemudian barulah
data diambil pada lintasan yang ditentukan. Ketepatan proses akuisisi ini dapat dilihat pada
monitor, saat melintasi objek yang dikubur tersebut. Jika terbaca dengan baik, dapat dianggap
baik.

Pada data lintasan 1, dapat terlihat adanya keterangan berwarna hijau dan kuning. Trace
gelombang yang terbaca dengan keterangan berwarna hijau, membentuk hiperbola keatas dan
terlihat bidang reflektor dengan jelas. Sehingga anomali berupa objek besi terdeteksi pada jarak
tersebut. Hal ini dikarenakan tanah merespon karakteristik objek yang bersifat konduktif. Trace
gelombang yang terbaca dengan keterangan berwaran kuning mengindikasikan bahwa itu
merupakan objek pipa. Hal ini dibuktikan dengan sinyal yang mengalami pelemahan
(atenuasi). Pada jarak tersebut, tanah merespon karakteristik objek yang bersifat resistif.

Pada lintasan ke 2 merupakan lintasan yang tegak lurus dengan objek besi. Dari trace
gelombang dapat terlihat adanya sinyal yang melengkung ke atas (keterangan kotak hijau)
mengindikasi bahwa pada jarak tersebut objek itu terkubur. Dibawahnya terdapat keterangan
kotak merah, menandakan bahwa terjadi low frequency signal yang kemungkinan disebabkan
oleh noise. Pada saat melintasi objek, proses pengambilan data sedikit terhambat karena
terhalang oleh tali rafia. Sehingga data yang diperoleh tidak smooth.

Pada lintasan ke 3 merupakan lintasan yang tegak lurus dengan objek pipa. Dari trace
gelombang dapat terlihat adanya perubahan arah sinyal menjadi ke arah bawah (keterangan
kotak kuning) mengindikasikan bahwa pada jarak tersebut objek pipa terkubur. Pada lintasan
ini dijumpai blur pada data yang mengindikasi adanya noise yang ditandai dengan kotak
berwarna merah. Hal ini kemungkinan diakibatkan karena tempo pengambilan data yang
berbeda dengan lintasan sebelumnya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Metode GPR (Ground Penetrating Radar) merupakan metode geofisika yang digunakan
untuk mendeteksi anomaly permukaan bawah tanah dengan kedalaman kurang lebih 1-30
meter. Minimal kedalaman yaitu 30 cm sehingga anomaly dapat terdeteksi dengan alat GPR
Oerad ini. Pada praktikum kali ini dapat dibuktikan bahwa anomaly berbahan besi merupakan
benda konduktif, hal ini dilihat dari kurva melengkung ke atas pada data hasil pengukuran GPR
di sebelah Lapangan Futsal PLN ITS. Benda berbahan plastic berupa pipa paralon merupakan
benda resistif yang dibuktikan dengan kurva yang melengkung kebawah pada data hasil
pegukuran GPR. Noise yang terjadi pada metode ini disebabkan oleh cara pengambilan data
yang sedikit berbeda dengan data sebelumnya (kecepatan, medan, gaya, dan lain sebagainya).
Anomaly pada ketiga hasil pengukuran dapat terlihat, meskipun sedikit tidak jelas setelah
dilakukan overlay.

5.2 Saran

Memilih tempat yang lebih mudah untuk melakukan penggalian ketika akan melakukan
praktikum menggunakan anomaly buatan atau skala lab. Melakukan praktikum sebenarnya
atau pengukuran pada suatu site, karena lebih bermanfaat dengan bekal ilmu yang telah
didapatkan ketika melakukan praktikum dengan skala lab.
DAFTAR PUSTAKA
Bahri, 2010, Penentuan Karakteristik Dinding Gua Seropan Gunungkidul dengan Metode
Ground Penetrating Radar, FMIPA ITS: Surabaya

Griiffiths, D.J., and College R., 1999, Introduction to Electrodynamics, Prentice Hall, United
States of America

Sukardi, 1992, Peta Geologi Lembar Surabaya, Skala 1:100.000, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi: Bandung

Supriyanto, 2007, Perambatan Gelombang Elektromagnetik, Fisika-FMIPA UI: Jakarta

Telford WM, et.al, 1990, Applied Geophysics Second Edition, Cambridge Univ: Press, United
Kingdom

Anda mungkin juga menyukai