PENDAHULUAN
KAJIAN PUSTAKA
2.1
Peralatan GPR
Secara garis besar, peralatan yang digunakan dalam mendeteksi objek yang ada di
dalam tanah dengan menggunakan alat Ground Penetrating Radar kurang lebih sama saja
dengan metode-metode penyelidikan lainnya yaitu :
a)
Perangkat komputer
b)
Control unit
c)
Graphic recorder
d)
Transmiter
e)
Receiver
dengan frekuensi antara 1-1000 Mhz dan memanfaatkan sifat radiasinya yang
memperlihatkan refleksi seperti pada metode seismik refleksi. Sistem GPR terdiri atas
pengirim (transmitter), yaitu antena yang terhubung ke sumber pulsa (generator pulsa)
dengan adanya pengaturan timing circuit, dan bagian penerima (receiver), yaitu antena yang
terhubung ke LNA dan ADC yang kemudian terhubung ke unit pengolahan (data processing)
serta display sebagai tampilan outputnya. Prinsip penggunaan metode ini tidak jauh berbeda
dengan metode seismik pantul, suatu sistem radar terdiri dari sebuah pembangkit sinyal,
antena pengirim (transmitter) dan antena penerima (receiver). Sinyal radar ditransmisikan
sebagai pulsa-pulsa yang berfrekuensi tinggi 500 MHz, umumnya antara 900 MHz sampai
1 GHz. Adapun dalam menentukan tipe antena yang digunakan, sinyal yang ditransmisikan
dan metode pengolahan sinyal tergantung pada beberapa hal, yaitu:
1.
2.
Kedalaman objek
3.
Gelombang yang dikirimkan bergerak dengan kecepatan tinggi dan melewati media
bawah permukaan. Gelombang tersebut dapat diserap oleh media, dapat pula dipantulkan
kembali. Gelombang akan diterima oleh receiver dalam selang waktu tertentu dalam
beberapa puluh hingga ribuan nanosekon. Lama waktu tempuh tersebut tergantung pada
keadaan media yang dilewati oleh media tersebut. Sehingga pemilihan frekuensi yang
digunakan tergantung pada ukuran target, aproksimasi range kedalaman dan aproksimasi
maksimum kedalaman penetrasi ditunjukkan pada tabel berikut
Tabel 2.1 Resolusi dan daya tembus gelombang radar
Mode konfigurasi antena transmitter dan receiver pada GPR terdiri dari mode
monostatik dan bistatik. Mode monostatik yaitu bila transmitter dan receiver digabung dalam
satu antena, sedangkan mode bistatik adalah bila kedua antenna tersebut memiliki jarak
pemisah yang disebut offset. Receiver diatur untuk dapat melakukan scan secara normal
mencapai 32 hingga 512 scan perdetik. Setiap hasil scan akan ditampilkan dalam layer
monitor sebagai fungsi waktu two-way travel time, yaitu waktu yang diperlukan oleh sinyal
untuk menempuh jarak dari transmitter menuju target dan dipantulkan kembali menuju
receiver. Tampilan ini disebut radargram, analog dengan seismogram pada penyelidikan
menggunakan metode seismik.
Tiga prinsip dasar yang membedakan GPR dengan radar konvensional adalah:
Sifat elektromagnetik suatu material bergantung pada komposisi dan kandungan air
didalamnya, dimana keduanya merupakan pengaruh utama pada perambatan kecepatan
gelombang radar dan atenuasi gelombang elektromagnetik dalam material. Kecepatan
gelombang radar dalam suatu medium tergantung pada kecepatan cahaya dalam ruang hampa
(c = 0.3 m/ns), konstanta dielektrik relatif medium (r) dan permeabilitas magnetic relatif
(r). Fenomena elektromagnetik ini dapat dijelaskan dengan Persamaan Maxwell yang
merupakan
perumusan
hukum-hukum
alam
yang
mendasari
semua
fenomena
Keterangan:
E = Kuat medan listrik
H = Fluks medan magnet
B = Permeabilitas magnetik
J = Rapat arus listrik
= Dielektrik
= Konduktifitas
= Tahanan jenis
Persamaan Maxwel ini adalah landasan berpikir dari perambatan gelombang
elektromagnet. Dengan menggunakan Persamaan Maxwell diatas, diturunkan persamaan
gelombang elektromagnetik sebagai berikut:
Keberhasilan metode GPR bergantung pada variasi bawah permukaan yang dapat
menyebabkan gelombang radar tertransmisikan dan refleksikan. refleksi yang ditimbulkan
oleh radiasi gelombang elektromagnetik timbul akibat adanya perbedaan antara konstanta
dielektrik relatif antara lapisan yang berbatasan. Perbandingan energi yang direfeleksikan
disebut koefesien refeleksi (R) yang ditentukan oleh perbedaan cepat rambat gelombang
elektromagnetik dan lebih mendasar lagi adalah perbedaan dari konstanta dielektrik relatif
dari medium yang berdekatan. Hal ini dapat terlihat pada persamaan berikut :
Keterangan :
V1 = cepat rambat geombang elektromagnet pada lapisan 1
V2 = cepat rambat geombang elektromagnet pada lapisan 2 , dan V1 < V2
1 dan 2 = konstanta dielektrik relatif lapisan 1 dan lapisan 2
Kecepatan gelombang elektromagnetik dalam beberapa medium tergantung pada
kecepatan cahaya di udara (c = 300 mm/ns), konstanta delektrik relatif (r) dan permeabilitas
magnetik relatif (r = 1 untuk material non magnetik). Selain itu, kecepatan radar tergantung
pada jenis bahan dan merupakan fungsi dari permitivitas relatif bahan. Kecepatan gelombang
radar dalam material (Vm) diberikan oleh persamaan berikut:
dimana :
c = kecepatan cahaya dalam ruang hampa (3 x 108 m/s)
r = konstanta dielektrik relatif
r = permeabilitas magnetik relative
P = loss factor, dimana P = / , adalah konduktifitas
Untuk material dengan loss factor rendah (P = 0), maka berlaku persamaan berikut
Dalam semua kasus, besarnya R terletak antara -1 dan 1. bagian dari energi yang
ditransmisikan sama dengan 1-R. Persamaan diatas daplikasikan untuk keadaan normal pada
permukaan bidang datar. Dengan asumsi tidak ada sinyal yang hilang sehubungan dengan
amplitudo sinyal. Jejak yang terdapat pada rekaman georadar merupakan konvolusi dari
koefisien refleksi dan impulse georadar ditunjukkan oleh persamaan :
Keterangan :
r(t) = koefisien refleksi
A(t) = amplitudo rekaman georadar
F(t) = impulse radar
n(t) = noise radar
V (m/s)
Air
300
Water (fresh)
81
33
Water (sea)
81
33
Sand
36
120 170
Clay soil
173
Sand (wet)
25 30
55 60
Sand (dry)
36
120 170
Agricultural land
15
77
Average soil
16
75
Granite
58
106 120
Limestone
78
100 113
Dolomite
6,8 8
106 115
Basalt
106
resolusinya,
kemungkinan kedalaman
pemilihan
frekuensi
dipertimbangkan
tergantung
2.4.
kepada
10
atau
transmitter pada suatu posisi yang tetap, sedangkan receiver dipindah-pindah sepanjang
lintasan penyelidikan. Cara ini umumnya digunakan untuk reflektor yang realatif datar atau
memiliki kemiringan yang rendah. Tetapi asumsi bahwa reflektor cendrung datar adalah
tidak selalu benar, maka untuk mengatasi kelemahan ini digunakan cara CMP, yang hanya
sedikit berbeda dengan cara WARR, pada CMP sounding, kedua antena bergerak menjauhi
satu sama lainnya dengan titik tengah pada titik yang tetap, kedua cara ini merupakan cara
yang paling umum digunakan. Berikut merupakan skema pengukuran WARR dan CMP
sounding:
11
destructive testing (NDT) dengan menggunakan frekuensi antena yang tinggi, sekitar 900
Mhz. Berikut merupakan skema pengukuran Transilluminasi:
Pengolahan Data
Data-data yang diperoleh pada penyelidikan harus diproses terlebih dahulu sebelum
diinterpretasikan. Karena target dan material yang ada di bawah permukaan bumi umumnya
memiliki karakter yang tidak sama (heterogen) maka sinyal yang dipancarkan dan yang
kembali akan mengalami berbagai perubahan sepanjang lintasannya menempuh perjalan,
sinyal dapat berkurang (atenuasi) karena berbagai sebab. Pemrosesan data dapat dibagi
kedalam dua fase pemrosesan yaitu :
12
Interpretasi Data
Pekerjaan akhir dalam penyelidikan dengan menggunakan Ground Penetrating Radar
adalah menerjemahkan data-data sinyal yang telah diperoleh dari akuisisi untuk kemudian
diplot kedalam suatu bentuk konfigurasi agar dapat dibaca dan diambil kesimpulan, pekerjaan
ini adalah interpretasi.
2.7.
13
kemampuannya dalam mendeteksi tipe sasaran tertentu yang diberikan dan menghasilkan
gambar sasaran dalam 3 dimensi. Dalam material yang memiliki konduktivitas frekuensi
rendah yang tinggi, seperti air garam, tanah liat dan bijih yang konduktif atau mineral, akan
terjadi peredaman sinyal yang besar. Hal tersebut dapat saja dikurangi dengan menurunkan
frekuensi yang dipancarkan, tetapi hal ini juga dapat mengurangi resolusi antara target.
2.7.2. Kelemahan GPR
Kelemahan utama GPR adalah lokasi capaiannya yang spesifik. Kedalaman penetrasi
dibatasi oleh adanya mineralogi tanah liat atau pori-pori cairan dengan konduktivitas tinggi
yang dapat menghambat pencapaian resolusi dan kedalaman penetrasi yang tinggi. Selain itu
kondisi material tanah yang berbeda-beda pada tiap lokasi menyebabkan resolusi dan
kedalaman penetrasi menjadi berubah-ubah pula sehingga untuk mendapatkan resolusi dan
kedalaman penetrasi yang konstan mau tidak mau harus mengubah frekuensi serta durasi
pulsa. Oleh karena itu beberapa sistem GPR dilengkapi dengan pembangkit pulsa untuk
transmisi impuls dengan berbagai durasi yang berbeda untuk kedalaman penetrasi yang
berbeda. Antena GPR bagaimanapun secara umum dioptimasi hanya untuk durasi pulsa
tertentu. Apabila GPR bekerja dengan impuls yang berbeda memerlukan antena yang
berbeda. Penggantian antena berulang-ulang adalah tidak efisien, proses yang merepotkan
dan bahkan menjadi aktifitas yang menghambat kegiatan.
BAB III
PENUTUP
14
3.1 Kesimpulan
Ground penetrating radar (GPR) merupakan suatu alat yang digunakan untuk proses
deteksi bendabenda yang terkubur di bawah tanah dengan tingkat kedalaman tertentu,
dengan menggunakan gelombang elektromagnetik. Peralatan GPR yang digunakan terdiri
dari unit kontrol, antena pengirim dan antena penerima, penyimpanan data yang sesuai dan
peralatan display. Aplikasi GPR dapat digunakan untuk survey benda-benda yang terpendam
di tempat yang dangkal, atau di tempat yang dalam. Keuntungan penggunaan GPR adalah
relatif mudah untuk dilakukan dan tidak merusak, dan antena tidak harus bersentuhan secara
langsung dengan permukaan tanah. Keterbatasan utama GPR adalah lokasi capaiannya yang
spesifik, dan antenna GPR secara umum dioptimasi hanya untuk durasi pulsa tertentu.