Anda di halaman 1dari 23

ANALISIS CAVITY DENGAN METODE GROUND

PENETRATING RADAR DI LAPANGAN FISIP


UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Syafira Ainun Nisa, Anisah Anggun Aribah, Gregorius Dimas


A. Y., Andri Thomas H., Hakam Ezra E., Sahrurroni
Universitas Brawijaya
Abstrak
Ground Penetrating Radar atau GPR adalah salah satu metode geofisika yang digunakan
untuk mendeteksi benda- benda yang terkubur di bawah tanah dengan batas kemampuan
kedalaman tertentu. Pulsa yang digunakan dalam GPR merupakan pulsa dengan tenaga
energi tinggi yang dipancarkan dengan waktu yang sangat pendek. Gelombang
elektromagnetik ini di emisikan ke dalam tanah oleh transmitter melalui antena yang
nantinya akan menembus tanah. kemudian sinyal yang terpantul dari tanah akan ditangkap
oleh receiver. Waktu dari perjalanan gelombang radar ini akan dianggap sebagai jarak obyek
dan intensitas tenaga baliknya dapat di identifikasi sebagai jenis obyek yang berada di
dalam tanah Aplikasi GPR dapat digunakan untuk survey benda-benda yang terpendam di
tempat yang dangkal, tempat yang dalam, dan pemeriksaan beton. Keuntungan GPR adalah
mudah dilakukan dan tidak merusak, antena tidak bersentuhan dengan permukaan tanah,.
Sedangkan kekurangan GPR adalah kedalaman yang mampu dilacak hanya mencapai 60
meter dibawah permukaan.

Kata kunci : GPR dan Survey GPR


Pendahuluan

Metode GPR
Metode GPR merupakan metode yang memanfaatkan gelombang elektromagnetik
dengan frekuensi tinggi yang diemisikan ke dalam tanah yang kemudian pantulannya
akan ditangkap kembali oleh receiver. Pantulan gelombang elektromagnetik yang
diterima tersebut memberikan data atau informasi mengenai keadaan di bawah
permukaan. Aplikasi GPR dapat digunakan untuk survey benda-benda yang terpendam
di tempat yang dangkal, tempat yang dalam, dan pemeriksaan beton.
Akuisisi Data Lapangan
Lokasi akuisisi terletak di utara gedung FISIP Universitas Brawijaya yang dahulunya
merupakan sebuah lapangan sepak bola dan beralih fungsi menjadi tempat parkir. Di
lokasi tersebut sering terjadi genangan air yang membutuhkan waktu lama untuk surut
setelah terjadinya hujan. Sebelum menjadi lapangan parkir pun sudah sering
mengalami banjir apalagi sesudah diberi tambahan paving. Survey GPR dilakukan
untuk mengetahui kandungan yang terdapat pada lapisan atas permukaan.
Dasar Teori

GPR (Ground Penetrating Radar)

Ground Penetrating Radar atau GPR adalah salah satu metode geofisika yang
digunakan untuk mendeteksi benda- benda yang terkubur di bawah tanah dengan
batas kemampuan kedalaman tertentu. GPR ini memanfaatkan gelombang radio
dengan frekuensi 10MHz sampai dengan 1 GHz. GPR juga disebut sebagai teknik
elektromagnetik dengan hasil resolusi yang tinggi yang tepat untuk penyelidikan
permukaan yang dangkal. Resolusi dari GPR ini ditentukan oleh frekuensi antenna dan
konstanta dielektrik.
Pulsa yang digunakan dalam GPR merupakan pulsa dengan tenaga energi tinggi yang
dipancarkan dengan waktu yang sangat pendek. Gelombang elektromagnetik ini di
emisikan ke dalam tanah oleh transmitter melalui antena yang nantinya akan
menembus tanah. kemudian sinyal yang terpantul dari tanah akan ditangkap oleh
receiver. Waktu dari perjalanan gelombang radar ini akan dianggap sebagai jarak obyek
dan intensitas tenaga baliknya dapat di identifikasi sebagai jenis obyek yang berada di
dalam tanah Sifat dari obyek ini merupakan sebagai salah satu faktor penentu
intensitas tenaga pantulan dari citra radar. Sifat obyek sendiri dipengaruhi oleh
keadaan topografi yang menyebabkan perbedaan arah terhadap sensor dan kekasaran
permukaan yang menyebabkan perbedaan pantulan pulsa radar
Tabel 1 Resolusi dan Daya Tembus Gelombang Radar
Untuk menghasilkan pendeteksian yang
baik, suatu sistem GPR harus memenuhi
empat persyaratan sebagai berikut, kopling
radiasi yang efisien ke dalam tanah,
penetrasi gelombang elektromagnetik yang
efisien, menghasilkan sinyal dengan
amplitudo yang besar dari objek yang
dideteksi, bandwidth yang cukup untuk
menghasilkan resolusi yang baik

Gambar : Skema GPR


Sistem Komponen
GPR merupakan salah satu metode geofisika
yang bersifat aktif, dimana mengemisikan
gelombang radar ke dalam bumi. GPR ini adalah
teknik geofisika yang bersifat non destruktif dan
memiliki resolusi yang tinggi terhadap kontras
dielektrik material dan kedalaman yang sangat
dangkal (maksimal 60 meter).
GPR ini terdiri dari transmitter dan receriver.
Transmitter ini berguna untuk mengemisikan
gelombang radar. Sedangkan receiver adalah
antenna yang terhubung dengan LNA dan ADC
yang nantinya akan menerima pantulan radar
dari bawah permukaan yang nantina akan
ditampilkan di display sebagai tampilan
outputnya
Prinsip Kerja GPR
Pada dasarnya GPR merupakan metode dengan
memanfaatkan gelombang pantulan sinyal. GPR
terdiri dari transmitter yaitu sistem antena yang
terhubung ke sumber pulsa, dan receiver, yaitu
sistem antena yang terhubung ke unit pengolahan
sinyal. Transmitter ini akan menyebabkan
gelombang elektromagnetik menjadi terpantulkan
kembali dalam bentuk pulsa listrik, energi dan
durasi. Apabila pulsa yang diemisikan mengenai
lapisan yang bersifat inhomogenitas, maka pulsa
yang dipantulkan akan bersifat sangat besar dan
terekam pada receiver. Kemudian sinyal ini akan
diolah oleh receiver.

Gambar : Konsep Akuisisi Data


Sedangkan kedalaman obyek dapat diketahui dengan mengukur selang waktu antara
pemancaran dan penerimaan pulsa. Dalam selang waktu ini, pulsa akan bolak balik
dari antena ke objek dan kembali lagi ke antena. Jika selang waktu dinyatakan dalam t,
dan kecepatan propagasi gelombang elektromagnetik dalam tanah v, maka kedalaman
objek yang dinyatakan dalam h adalah
Sedangkan untuk mengetahui kedalaman dari obyek yang di identifikasi, dapat
diketahui melalui kecepatan perambatan gelombang elektromagnetik. Kecepatan
perambatan tersebut tergantung kepada kecepatan cahaya di udara, konstanta
dielektrik relative medium perambatan
Pada medium konduktor kedalaman penetrasi (skin depth) dalam metode GPR sangat
dipengaruhi oleh frekuensi yang digunakan saat pengambilan data. Semakin tinggi
frekuensi yang digunakan maka semakin dangkal kedalaman penetrasinya tetapi
memiliki resolusi yang tinggi. Dan sebaliknya apabila frekuensi yang digunakan
merupakan frekuensi rendah maka kedalaman penetrasinya akan semakin dalam
tetapi memiliki resolusi yang rendah bila dibanding saat kita menggunakan frekuensi
tinggi. Untuk menentukan skin depth dapat mengggunakan rumus sebagai berikut
Metodologi

Praktikum pengambilan data survey


elektromagnetik dengan menggunakan
metode GPR dilaksanakan padahari senin 10
April 2017, pada jam 13.30 WIB. Pada
akuisisi ini dilakukan dikawasan Lapangan
parkir Fisip Universitas Brawijaya , Malang.

Gambar : Desain Survey FISIP Universitas Brawijaya


Diagram Alur
Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini ialah:
computer dengan software alat future 2005, Bluetooth, power tank, gagang receiver
dan transmitter, meteran, kabel serta pemancar dan penerima gelombang.
Sistem GPR terdiri atas pengirim (transmitter), yaitu antena yang terhubung ke sumber
pulsa (generator pulsa) dengan adanya pengaturan timing circuit, dan bagian penerima
(receiver), yaitu antena yang terhubung ke LNA dan ADC yang kemudian terhubung ke
unit pengolahan (data processing) serta display sebagai tampilan outputnya.
Dalam pemasangan alat metode GPR Pertama, power tank dirangkai dengan control
unit. Kemudian control unit dirangkai dengan Bluetooth dan receiver-transmitter.
Setelah itu receiver-transmitter (Probe) dipasang pada gagang pegangan dan diikatkan
pada tangan pembawa control unit dan diatur posisi dan panjang gagang agar tingginya
tepat di atas permukaan tanah. Receiver- transmitter diatur panah segitiganya
menghadap ke bawah, agar sinyal impuls dipancarkan ke bawah.
Pembahasan
Dari hasil akusisi data bertempat di lapangan
Fisip Universitas Brawijaya diperoleh data
pencitraan bawah tanah dengan menggunakan
software future 2005 yang secara langsung
dapat diinterpretasikan. Dengan panjang
akuisisi data pada setiap line adalah 20 meter.
pada interpretasi ini menggunakan parameter
resistivitas dan konduktivitas dengan beberapa
warna sebagai indikasi perbedaan tingkat
resistivitas dan konduktivitas.

Gambar : Penggolongan Struktur dan


Jenis Lapisan Bawah Permukaan
berdasarkan Skala Warna
Berdasarkan Variasi Warna pada Outpot GPR Future Series 2005 adalah warna biru
pada display gambar menunjukkan cavity area (daerah rongga). Warna merah yang
membentuk pola tertentu seperti pada gambar yang membentuk kubus menunjukkan
adanya logam di daerah tersebut. Warna kuning menunjukkan daerah tersebut adalah
daerah kering sedangkan warna kuning kemerah- merahan menunjukkan adanya
mineral pada daerah tersebut, dan warna hijau yang agak gelap menunjukkan daerah
tersebut merupakan daerah basah. Pada legenda GPR Future Series 2005 dari atas ke
bawah (biru menuju merah) menunjukkan bahwa konduktivitasnya semakin besar dan
resistivitasnya semakin kecil . Sedangkan dari bawah ke atas ( merah menuju biru )
konduktivitasnya semakin kecil dan resistivitasnya semakin besar.
Data yang diolah disini adalah rekaman
data GPR pada lapangan Fisip UB tanggal
10 April 2017 pukul 13.00- 15.00. Berikut
ini adalah gambar data yang terekam
GPR pada lapangan Fisip UB.

Gambar 7 Hasil Pengukuran GPR Line 1,Line 2 dan Line 3


Line 1 pada permukaan di dominasi oleh tanah dan pada kedalaman tertentu di
peroleh rongga di bawah tanah, dimana terdapat sisipan mineralisasi tanah. Kemudian
Line 2 terdapat warna kuning kemerahan sebagai indikasi tanah yang termineralisasi,
warna hijau sebagai tanah, dan warna biru sebagai indikasi rongga / cavity. Dimana
permukaan lapangan tersebut terdapat zona tanah kering tetapi hampir didominasi
oleh zona rongga tanah (cavity) sehingga dominasi tanah berada pada beberapa titik di
permukaan dan dilalui oleh beberapa titik rongga hingga kedalaman tertentu serta
beberapa sisipan zona mineralisasi di bawah dominasi tanah. Lalu Line 3 ini
permukaan kurang lebih di dominasi tanah tetapi di beberapa titik kedalaman terdapat
zona rongga tanah dan disatu titik terdapat zona mineralisasi tanah.
Sedangkan pengambilan data dengan
Area terdapat beberapa zona dari lokasi
akuisisi pada hasil untuk dianalisa
yang menunjukan ketidak sesuaian
antara bagian bagian kiri, tengah yang
didominasi oleh rongga, dan kanan
yang didominasi oleh massive tanah.
Hal ini dikarenakan akibat impuls yang
digunakan dengan gerak langkah dari
peneliti yang mengakibatkan interpolasi
yang lebih yang berakibat pada ketidak
sesuaian hasil pada data penelitian.

Gambar : Hasil Pengukuran GPR dengan Area


Kesimpulan

Berdasarkan data rekaman GPR dan analisis yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa dari ke-3 line, terdapat zona dominasi tanah, zona rongga, dan
pada beberapa titik terdapat sisipan tanah termineralisasi. Bagian line-2 dapat
diindikasi sebagai zona resapan pertama yang dapat menyebar ke line 1 dan 3.
Dominasi rongga pada kedalaman tertentu sebagai zona resapan air selama musim
hujan, namun terdapatnya dominasi tanah di permukaan dapat menghambat air
sampai pada zona resapan tanah pada lokasi akuisisi. Untuk keperluan pemasangan
pipa direkomendasikan di titik titik dimana permukaan yang teridentifikasi oleh
massive tanah (hijau) yang sebagian besar berada pada permukaan.

Anda mungkin juga menyukai