Anda di halaman 1dari 4

The Correlation Between Synthetic Seismogram And Seismic Trace

Fakulty of Mathematics and Science, Majoring in Geophysics, University of Brawijaya.


Sahrurroni 145090700111005
Abstract
Well seismic tie adalah proses pengikatan data sumur (well)
terhadap data seismic. Data sumur yang diperlukan untuk
well seismic tie adalah sonic (DT), density (RHOB), dan
checkshot. Sebelum diproses, data well tersebut harus
dikoreksi terlebih dahulu untuk menghilangkan efek
washout zone, cashing shoe, dan artefak artefak lainya.
Proses selanjutnya membuat synthetic seismogram buatan
dari hasil konvolusi model wavelet yang kemudian
synthetic seismogram ini dikorelasikan dengan seismic
trace yang dihasilkan dari konvolusi wavelet sumber
gelombang dengan reflektivitas bumi.
Introduction
Karakterisasi reservoir didefinisikan sebagai proses
pendeskripsian secara kualitatif dan kuantitatif karakter
reservoir dengan menggunakan semua data yang tersedia.
Karakterisasi reservoir seismic didefinisikan sebagai proses
pendeskripsian secara kualitatif dan kuantitatif karakter
reservoir dengan menggunakan data seismic sebagai data
utama. Bagian utama karakterisai reservoir terdiri dari tiga
bagian yaitu delineasi, deskripsi, dan monitoring. Delineasi
didefinisikan sebagai pendefinisian geometri sebuah
reservoir, termasuk sesar sesar dan perubahan facies yang
dapat mempengaruhi produksi reservoir. Deskripsi
didefinisikan sebagai pendefinisian sifat sifat fisik dari
reservoir. Monitoring didefinisikan sebagai pemantauan
reservoir dengan adanya data primer dan data sekunder.
Basic theory
Well logging mempelajari karakter fisik suatu
formasi batuan dari pengamatan dan perhitungan parameter
fisik batuan dari sumur pemboran. Parameter fisik tersebut
berupa sifat porositas, resistivity, temperature, density,
permiabilitas, dan kemampuan cepat rambat gelombang
yang direkam dalam bentuk kurva.
Well seismic tie merupakan pengikatan data sumur
dalam domain kedalaman (MD) terhadap data seismic
dalam domain waktu (TWT) yang bertujuan untuk
mengetahui parameter fisis data seismic seperti fasa,
polaritas, dan frekuensi. Proses pengikatan data sumur
terhadap data seismic dilakukan supaya horizon seismic
dapat diletakkan pada posisi kedalaman yang sebenarnya.
Proses ini dilakukan dengan membuat suatu synthetic
seismogram yang dihasilkan dari konvolusi wavelet dengan
deret koefisien refleksi. Prinsip proses tersebut adalah
menempatkan reflector seismic pada kedalaman yang
sebenarnya dengan well seismogram yang bersesuaian
dengan suatu bidang batas. Korelasi dilakukan dengan
mengkoreksi nilai table time depth dari data checkshot tiap
sumur agar two way time (TWT) pada synthetic seismogram

jatuh pada time data seismic. Hasil analisis well seismic tie
akan memperlihatkan bahwa pada synthetic seismogram
dapat dilakukan korelasi dengan horizon horizon pada
data seismic yang mempresentasikan perubahan koefisien
refleksi atau suatu bidang batas perlapisan batuan.
Synthetic seismogram adalah rekaman seismic
buatan yang dibuat dari data log kecepatan dan density.
Data kecepatan dan density sebagai fungsi koefisien
refleksi yang selanjutnya di konvolusikan dengan wavelet.
synthetic seismogram dapat mengidentifikasi horizon
(packing horizon) pada penampang seismic (aspek
lithology, umur, kedalaman, dan sifat fisis lainya) karena
resolusi verticalnya lebih baik dari data seismic sehingga
dapat dilakukan konversi time to depth.

Seismic trace adalah data seismic yang terekam oleh


satu perekam (geophone). Seismic trace mencerminkan
respon dari medan gelombang elastic terhadap kontras
acoustic impedance (reflektivitas) pada batas lapisan batuan
sedimen yang satu dengan batuan sedimen lain. Secara
matematis, seismic trace merupakan konvolusi antara
wavelet sumber gelombang dengan reflektivitas bumi.

Double click here to type your header

Refleksi gelombang seismic memberikan gambaran


data bawah permukaan secara lateral, sedangkan data
sumur memberikan data bawah permukaan secara vertical.
Metode inversi menghubungkan (tie) data sumur ke data
seismic dan mengestimasi nilai wavelet. Proses inversi
melakukan pemodelan acoustic impedance (AI) dengan
cara mengkonvolusi nilai wavelet dengan synthetic
seismogram sesuai dengan trace penampang seismic.
Seismic acoustic impedance (AI) dapat digolongkan
sebagai data atribut seismic yang diturunkan dari
amplitude. Hasil akhir dari inversi seismic adalah
impedance.
Seismic atribut merupakan pengukuran spesifik dari
geometri, dinamika, kinematika, dan juga analisis statistic
yang diturunkan dari data seismic.
Methodology
Fungsi penampang seismic dapat menentukan
kemenerusan lapisan perlu dikontrol menggunakan data
sumur dengan high vertical resolution. Sehingga apabila
kondisi lapisan bawah permukaan dapat diketahui melalui
analisa sumur (berdasarkan log maupun tes coring) akan
dapat disebarkan dengan menggunakan penampang seismic
untuk mengetahui kemenerusanya. Pada proses pengikatan
diperlukan parameter yang sama yaitu nilai coefficient
reflectio (CR). CR seismic sudah bernilai mutlak dari hasil
pengukuran dan pengolahan, sedangkan CR sumur
(seismogram sintetik) berasal dari nilai acoustic impedance
(AI) buatan. AI buatan dihasilkan dari perkalian antara log
P-wave sebagai data kecepatan dengan log RHOB sebagai
data densitas. Data checkshot membantu untuk
memposisikan sumur pada posisi sebenarnya. Sehingga
disinilah perlunya integrasi antara data checkshot dengan
log P-wave.
Wavelet merupakan kumpulan dari sejumlah
gelombang harmonic yang mempunyai amplitude,
frekuensi, dan fasa tertentu. Parameter tersebut tidak selalu
sama pada suatu lokasi dengan lokasi lain, sehingga bentuk
wavelet dipengaruhi oleh kondisi bumi sebenarnya.
Terdapat dua cara melakukan ekstrak wavelet yaitu

statistical dan use well. Statistical melakukan pembuatan


wavelet dengan menggunakan perhitungan statistic
berdasarkan spectrum amplitude, sedangkan use well
melakukan pembuatan wavelet dengan menggunakan
bantuan sumur.
Korelasi merupakan proses penyamaan data seismic
dengan domain waktu dan data sumur dengan domain
depth. Dalam proses korelasi dilakukan stretch untuk
melakukan perubahan interval kedalaman sumur. Proses
well seismic tie pada dasarnya banyak dipengaruhi oleh
proses stretch dengan toleransi pergeseran sekitar 10 ms,
jika melebihi 10 ms akan menyebabkan data sumur
mengalami shifting.
Proses picking horizon dilakukan setelah pengikatan
antara data sumur dengan data seismic. Picking dilakukan
pada strata dalam software HRS, dengan acuan pada data
marker pada sumur. Picking dilakukan pada batas atas
bottom BRF dan batas bawah NR. Proses ini sama
pentingnya dengan proses well seismic tie karena secara
lateral berpengaruh pada saat pembuatan model inversi
maupun model multiatribut.
Pada proses multiatribut data Seg-y dari lapangan
dimasukkan sebagai atribut internal untuk mengidentifikasi
beberapa property seperti porositas, densitas, dan gamma
ray (GR) sehingga persebaran sandstone dapat terlihat dan
dapat mengidentifikasi reservoir pada lapisan tersebut.
Setelah melakukan proses multiatribut terhadap gamma
ray, density, P-wave, dan neutron porosity. Selanjutnya
dilakukan proses pemetaan sayatan (slicing) pada
kedalaman tertentu.
Berikut diagram alur yang dilakukan dalam proses well
seismic tie pada data sumur dan data seismic :

Double click here to type your header

Result and Discussion


Pengikatan antara data sumur dalam domain
kedalaman dengan seismic trace dalam domain waktu
dilakukan proses pembuatan synthetic seismogram yang
diperoleh dari data log kecepatan dan density kemudian
dikorelasikan dengan data seismic. Salah satu factor yang
berpengaruh dalam korelasi ini adalah wavelet. Ekstraksi
wavelet menggunakan dua cara yaitu ekstraksi use well dan
statistical. Pada well-1 dengan menggunakan wavelet use
well diperoleh nilai korelasinya sebesar 0.741

Sedangkan pada well yang sama dengan menggunakan


wavelet statistical diperoleh nilai korelasinya sebesar 0.751.
Hal ini berarti nilai korelasi yang semakin tinggi yaitu
mendekati nilai 1, korelasinya semakin bagus.

Berdasarkan data penampang well-1, pada lapisan


dengan nilai P-wave rendah serta density rendah berada
pada kedalaman antara (1490-1520) meter. Dalam proses
ini juga dilakukan stretch pada synthetic untuk
mendapatkan korelasi yang lebih baik antara synthetic
seismogram dengan data seismic. Hasil analisis well
seismic tie memperlihatkan bahwa pada synthetic
seismogram dapat dilakukan korelasi dengan horizon
horizon pada data seismic yang mempresentasikan
perubahan koefisien refleksi atau suatu bidang batas
perlapisan batuan.
Selanjutnya setelah dilakukan prosesing pada 5
sumur diperoleh data korelasi dengan wavelet yang
digunakan use well dan statistical.
Well
Well-1
Well-2
Well-3
Well-4
Well-5

Use well
0.741
0.776
0.758
0.764
0.601

Statistical
0.752
0.665
0.717
0.779
0.633

Double click here to type your header

Conclusions
Salah satu kelemahan dari synthetic seismogram
adalah umumnya dibuat dengan menggunakan frekuensi
yang sama untuk seluruh penampang melalui proses
ekstraksi wavelet. Padahal frekuensi yang dipakai tersebut
umumnya diambil dari zona target (misalnya daerah
reservoir). Hal ini sering mengakibatkan terjadinya miss tie
pada daerah diluar zona tersebut. Miss tie adalah perbedaan
waktu refleksi terhadap horizon yang sama, namun direkam
dari arah yang berbeda. Penyebab miss tie adalah salah satu
atau kombinasi dari geometri reflector, parameter perekam,
dan parameter pengolahan.
Nilai korelasi yang paling baik dari 5 sumur yang
telah dilakukan korelasi antara data sumur dan data seismic
berdasarkan wavelet yang digunakan yaitu korelasi dengan
menggunakan wavelet statistical. Sedangkan polaritas
dalam penggunaan wavelet berdasarkan zero phase.

Daftar Pustaka

Suggestion
Data yang digunakan dalam well seismic tie diperoleh dari
hasil kerja pada waktu yang sangat singkat sehingga tidak
memungkinkan untuk dilakukan koreksi ulang mengenai
kesempurnaan dalam pengolahan data yang dilampirkan.
Dan juga sebagian data pada well tidak diikut sertakan
sebagai pembahasan sehingga nilai korelasinya saja yang
dibahas pada paper ini.

http://www.digilib.itb.ac.id/files/disk1/560/jbptitbpp-gdlyuyunirmaw-27965-2-2007ta-1.pdf

http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-13446Paper.pdf
https://www.scribd.com/document/251554531/SeismikRefleksi-Well-Seismic-Tie
http://digilib.unila.ac.id/434/10/BAB%20IV.pdf
https://scribd.hulkproxy.co/presentation/227989140/WellTie
http://www.slideshare.net/NurulItera/bab20-iv-61933495
https://www.scribd.com/document/327747241/MODULHRS

http://documentslide.com/documents/5-seismogramsintetik.html
https://www.scribd.com/doc/307835877/Modul-Langkahlangkah-Penggunaan-Software-Hrs-Dan-Petrel

Anda mungkin juga menyukai