Anda di halaman 1dari 18

TUGAS AKHIR (TA)

Sahrurroni
Universitas Brawijaya
Outline
 Batubara (gas unconvensional)
 Geologi regional cekungan sumatera selatan
 Metode dalam peningkatan resolusi seismik
Batubara (gas unconvensional)
Batubara adalah batuan sedimen yang dapat terbentuk dari endapan
organik, yang utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk
melalui proses pembatubaraan.

https://coalbedmethane.wordpress.com/tag/unconventional-
gas/
Menurut Jeremic (1985), parameter geometri lapisan batubara berdasarkan
hubungan dengan terdapatnya suatu lapisan batubara ditambang dan
kestabilan lapisannya meliputi:

• Ketebalan lapisan batubara: (a) sangat tipis, apabila tebalnya kurang dari
0,5 m, (b) tipis 0,5-1,5 m, (c) sedang 1,5-3,5 m, (d) tebal 3,5-25 m, dan (e)
sangat tebal, apabila >25 m.
• Kemiringan lapisan batubara: (a) lapisan horisontal, (b) lapisan landai, bila
kemiringannya kurang dari 25o, (c) lapisan miring, kemiringannya berkisar
25o-45o, (d) lapisan miring curam, kemiringannya berkisar 45o-75o, dan (e)
vertikal.
• Pola kedudukan lapisan batubara atau sebarannya: (a) teratur dan (b) tidak
teratur.
• Kemenerusan lapisan batubara: (a) ratusan meter, (b) ribuan meter 5-10
km, dan (c) menerus sampai lebih dari 200 km.
Berdasarkan bentuknya dapat dikelompokan menjadi lima, yaitu:

• Bentuk kubus, umumnya pada endogenous cleat yang berderajat


rendah.
• Bentuk laminasi, pada exogenic cleat berupa perselingan antara
batubara keras dan lunak atau antara durain dan vitrain.
• Bentuk tidak menerus, berhubungan
dengan endogenous dan exogenic cleat.
• Bentuk menerus, berhubungan dengan struktur geologi atau akibat
penambangan.
• Bentuk bongkah yang disebabkan oleh kejadian tektonik.
Cleat adalah kekar di dalam lapisan batubara, khususnya pada batubara
bituminous yang ditunjukkan oleh serangkaian kekar yang sejajar,
umumnya mempunyai orientasi berbeda dengan kedudukan lapisan
batubara. Adanya cleat dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu
mekanisme pengendapan, petrografi batubara, derajat batubara,
tektonik (struktur geologi), dan aktivitas penambangan.
Perbedaan karakteristik reservoir antara CBM dengan Gas Bumi konvensional
menyebabkan perbedaan pula pada profil produksinya. Pada Gas Bumi
konvensional laju produksi gas akan besar di awal produksi dan terus mengalami
penurunan produksi secara berkala sampai akhir produksi, sedangkan pada CBM
laju produksi gas sedikit di awal dengan dominasi produksi air (dewatering) hingga
saat tertentu produksi gas mencapai maksimum kemudian mengalami penurunan
secara berkala sampai akhir produksi.
• Gas unconvensional terbentuk pada lapisan batubara yang berfungsi
sebagai source rock sekaligus reservoir.
• Pendekatan dan perlakuan khusus perlu dilakukan dalam
pengembangan unconvensional gas, dikarenakan karakteristik
reservoir unvonvensional gas yang berbeda dengan karakteristik
reservoir pada gas alam konvensional.
• Pada pengembangan unconvensional gas, jumlah produksi gas akan
bergantung pada jumlah sumur pengembangan. Semakin banyak
jumlah sumur pengembangan maka semakin banyak pula jumlah
produksi gas yang dihasilkan.
Geologi regional cekungan sumatera selatan
Cekungan Sumatera Selatan merupakan cekungan belakang busur
(Back-arc basin) yang terbentuk oleh tiga fase tektonik utama, fase
pertama merupakan ekstensional selama Paleosen Akhir sampai
Miosen Awal membentuk graben mengarah ke utara yang diisi endapan
Eosen sampai Miosen awal, fase kedua yaitu sesar normal dari Miosen
Awal sampai Pliosen Awal, fase ketiga merupakan kompresional yang
melibatkan batuan dasar, inversi cekungan, dan pembalikan sesar
normal pada Pliosen (Davies, 1984 dalam Sudarmono, 1977).
Cekungan sumatera selatan terbentuk
akibat interaksi antara lempeng hindia-
australia dengan lempeng mikro-sunda.
Cekunga ini dibagi 4 sub cekungan
• Sub cekungan jambi
• Sub cekungan palembang utara
• Sub cekungan palembang selatan
• Sub cekungan palembang tengah
(Pulonggono, 1984). Cekungan ini
terdiri dari sedimen Tersier yang
terletak tidak selaras (unconformity) di
atas permukaan metamorfik dan
batuan beku Pra-Tersier.
Formasi muara enim
Formasi ini berumur miosen akhir –pliosen awal, diendapkan secara
selaras diatas formasi air benakat pada lingkungan laut dangkal,
paludal, dataran delta dan non marine. Batas bawah dari Formasi
muara enim di bagian selatan cekungan berupa lapisan batubara yang
biasanya digunakan sebgai marker. Jumlah serta ketebalan lapisan-
lapisan batubara menurun dari selatan ke utara pada cekungan ini.
Ketebalan formasi berkisar antara 450-750 m. Litologi terdiri dari
batupasir tuffan, batulanau, batulempung, dan batubara. Batupasir
pada formasi ini mengandung glaukonit dan debris volkanik.
Kolom stratigrafi cekungan
sumatera selatan
(Koesoemadinata, 1980).
Seismic invers Q filtering
Seismic inverse Q filtering adalah metode pemrosesan data untuk
meningkatkan resolusi gambar seismik. Dengan menggunakan
prosedur pembalikan propagasi gelombang yang mengkompensasi
penyerapan energi dan memperbaiki distorsi wavelet karena dispersi
kecepatan. Dengan mengkompensasi redaman amplitudo, data seismik
dapat memberikan informasi amplitudo relatif yang sebenarnya untuk
inversi amplitudo dan karakterisasi reservoir selanjutnya. Dengan
memperbaiki distorsi fasa, data seismik dengan resolusi vertikal yang
ditingkatkan dapat menghasilkan timing yang tepat untuk identifikasi
litologi.
Seismic section after migration with
Seismic section after migration without
inverse Q filtering, which has enhanced the
considering the earth Q effect (i.e., attenuation
vertical resolution and recovered the target
and dispersion).
reflection “A‐A” (at time 1.52–1.56 second)
underneath the coal‐seam reflections.
Seismic spectral blueing
Metode SSB adalah teknik untuk meningkatkan bandwidth seismik,
menyelesaikan bagian tipis dari tunedwedge, peningkatan rasio signal
to noise di zona rawan kebisingan. Disamping itu metode ini cepat,
lebih mudah untuk diimplementasikan dan diinterpretasikan.
a b

Figure (a) Input Seismic Data (b) Spectral Blued Data, Better
definition of Reflections in noise dominated zones.
Schematic Diagram showing Workflow used for Seismic
Spectral Blueing

Anda mungkin juga menyukai