Anda di halaman 1dari 5

Subsurface Mapping |1

1. PENDAHULUAN Hasil georadar (citra) yang didapat dari survei, dapat diidentikkan sebagai gambar "SINAR-X" tanah (batuan) bawah permukaan. Profil GPR dapat juga dibandingkan seperti hasil Echo Sounder dari sonic tranduser untuk survei dasar laut. Bedanya metoda GPR menggunakan gelombang dan antena elektromagnetik yang dapat diatur (tune) pada suatu frekuensi tertentu agar dapat menembus kedala man tanah, batuan, beton, aspal, lapisan es dan berbagai jenis material lain baik dari alam maupun buatan manusia. Georadar sangat berguna sebagai teknik survei untuk mendapatkan informasi dan evaluasi bawah permukaan tanpa mengganggu/merusak lokasi survei. Secara khusus georadar dapat digunakan untuk tujuan mendeteksi keberadaan utilitas bawah permukaan misal untuk melokalisasi objek-objek benda, pipa air, pipa gas, saluran tranmisi listrik, kabel telepon, saluran air (gorong-gorong), rongga bawah tanah dsb. 2. PRINSIP OPERASI GEORADAR

2.1 Metoda Georadar Metoda Georadar digunakan untuk mendeteksi keadaan bawah permukaan dengan mengirimkan pulsa gelombang radio frekuensi tinggi kedalam tanah dari antena

Subsurface Mapping |2

pemancar yang terletak dipermukaan. Struktur bawah permukaan akan menyebabkan beberapa gelombang energi georadar tersebut dipantulkan kem-bali kepermukaan, sementara sisa energi yang masih dipunyai oleh gelombang tersebut masih terus menembus lapisan yang lebih dalam. Energi gelombang pantul tersebut ditangkap oleh antena penerima dipermukaan bumi. Sinyal ini kemudian diproses dan diplot dalam koordinat jarak vs. kedalaman. Dalam pelaksanaan-nya, alat georadar (antena) ditarik perlahan sepanjang garis lintasan secara kontinyu, yang kemudian akan didapat "gambaran" (citra) yang dihasilkan dari keadaan bawah permukaan yang disurvei. Gelombang pantul georadar dihasilkan sebagai respon dari bidang batas (antar muka) dari lapisan-lapisan di bumi yang mempunyai sifat-sifat fisis kelistrikan berbeda. Bidang batas antar muka ini dapat berupa sifat-sifat alami batuan misal adanya perlapisan, pengerasan, perubahan kelembaban air, rongga, keretakan dan yang paling penting adanya objek-objek buatan manusia yang digunakan sebagai utilitas bawah permukaan. 2.2 Kedalaman daya tembus gelombang Georadar Kedalaman daya tembus (penetrasi) gelombang georadar tergantung kepada keadaan masing-masing lokasi. Gelombang radar akan di atenuasi (penyerapan dan penyebaran) oleh sifat-sifat tertentu dari masing-masing lokasi, dimana yang paling penting adalah konduktifitas kelistrikan dari material.Umumnya penetrasi yang paling dalam akan dicapai bila tanah berpasir yang kering, sementara penetrasi akan menurun bila kondisi tanahnya lembab, lempungan atau tanah yang konduktif. Kedalaman akan segera menurun bila pasiran tsb. menjadi basah misal setelah turun hujan. Daya tembus georadar akan sangat bagus bila material masif dan kering misal granit, batukapur dan beton. Resolusi (daya pisah) antara objek-objek georadar untuk gelombang pantul georadar dapat bertambah oleh pertambahan frekuensi gelombang yang dipancarkan kedalam bumi. Untuk itu dapat digunakan berbagai jneis nilai frekuensi dari 25 MHz s/d 2,5 GHz. Selain itu ada kendala yang merupakan hubungan antara resolusi dengan kedalaman daya tembus, dimana bila frekuensi naik resolusinya juga naik, tetapi daya tembusnya menurun. Begitu uga sebaliknya. Dalam kondisi yang baik, antena 900 dan 500 MHz dapat menembus kedalaman sampai dengan 5 - 15 kaki di tanah dengan resolusi antara 0,2 - 2 inchi, sedang untuk antena 300 dan 80 MHz dapat mencapai kedalaman 30 - 80 kaki dengan resolusi pada kisaran 0,5 - 3 kaki. Kedalaman objek bawah permukaan nilainya sebanding dengan waktu yang digunakan pulsa georadar untuk menjalar dari antena pemancar di permukaan ke posisi target dan kembali lagi ke antena penerima di permukaan. Waktu penjalaran ini dinamakan "dua-kali waktu

Subsurface Mapping |3

penjalaran" dan nilainya tergantung kepada sifat dielektrik media yang dilalui oleh pulsa georadar tersebut. Sifat dielektrik ini merupakan fungsi yang rumit dan salah satu yang dominan adalah sebagai fungsi dari kandungan air dan tanah/batuan. Untuk kondisi yang umum kandungan kelembaban air mempunyai pengaruh yang lebih besar, karena air mempunyai nilai moknstanta dielektrikyang sangat tinggi dibandingkan dengan nilai dielektrik tanah/batuan pada umumnya. Kandungan air yang lebih besar akan mengakibatkan kecepatan gelombang georadar yang lebih rendah dan lebih rendah pula objek akan muncul di citra profil georadar. 3. PROSEDUR LAPANGAN Target yang menyangkut bentuk, kedalaman, jenis material, susunan antara masingmasing objek, sumber-sumber pengganggu sinyal daerah sekeliling dsb. merupakan pertimbangan utama dalam menentukan arah lintasan dan : Antena frekuensi : kedalaman, resolusi Pergerakan antena : resolusi lateral dan panjang profil. Sistem dan setting : interferensi, pengolahan data yang diperlukan. Umumnya yang paling penting adalah resolusi vertikal maupun horisontal dan kedalaman penetrasi. Hal ini dicapai dengan menggunakan berbagai frekuensi antena. Untuk tujuan objek utilitas bawah permukaan biasanya digunakan antena 900 MHz dan antena ini sudah mencukupi kebutuhan meskipun kedalaman yang dicapai hanya sekitar 0,5 s/d 2,0 meter. Bila ada target yang lebih dalam hanya diperlukan antena 500 MHz saja. Unit kontrol dibawa operator atau dioperasikan dari dalam kendaraan, sementara antena dan baterai dilayani oleh tenaga pembantu. Untuk objek yang mempunyai dimensi memanjang misal pipa, maka lintasan harus dibuat melintang di berbagai lintasan yang berbeda dan sejajar sementara antena digerakan perlahan dan dengan kecepatan konstan agar juga didapat resolusi yang lebih tinggi. Pengaturan (setting) parameter dan penggunaan filetr untuk meminimalkan noise citra, diperlukan beberapa lintasan pendek sebagai uji coba awal, untuk mengetahui kualitas citra hasil setting tersebut 4. PENGOLAHAN DATA Profil georadar merupakan deret data pulsa refleksi yang didapat dalam arah pergerakan antena. Variasi lateral akan didapat sepanjang profil grafik citra tersebut. Seperti lintasan seismik pantul, bentuk-bentuk pantulan tersebut dinyatakan sebagai sinyal oleh berbagai nilai pulsa positip dan negatip. Kedalaman dari objek pemantul

Subsurface Mapping |4

ditentukan oleh ukuran waktu penjalaran gelombang (dalam nanodetik), nilai kecepatan gelombang di material tersebut yang menghasilkan nilai kedalaman. Sering sekali digunakan kecepatan rata-rata (dua-kali waktu penjalaran) untuk tanah dan batuan yang cukup mewakili kedalaman target objek pemantul (target). Untuk tujuan meningkatkan ketelitian perlu dilakukan test-pit atau penyelidikan khusus di laboratorium atau penggunaan antena pemancar dan penerima yang terpisah. 5. CONTOH-CONTOH CITRA GEORADAR (RADARGRAM)

Subsurface Mapping |5

Contoh objek-objek dengan Citra Georadar untuk utilitas infrastruktur bawah permukaan Beberapa objek benda bawah permukaan yang terdiri dari berbagai: Jenis material (kabel, PVC, logam besi dsb.) Jenis kedalaman Jenis susunan peletakan objek Jenis batuan yang telah terganggu akibat penanaman objek-objek tsb. 6. KESIMPULAN Survei georadar dapat memberikan banyak informasi tentang keberadaan objek bawah permukaan (exsiting utilities) dengan cepat dan tidak merusak serta ketelitian yang cukup tinggi. Informasi tersebut akan sangat membantu untuk mengevaluasi untuk memetakan objek-objek yang telah ada di bawah permukaan bumi, sehingga dapat membantu pelaksanaan pekerjaan yang akan dilakukan/dikembangkan di daerah tersebut.

Anda mungkin juga menyukai