Anda di halaman 1dari 10

Rangkuman MATERI PEMETAAN BATIMETRI Dengan

penginderaan jauh

BATIMETRI INTERAKSI RADIASI

• Batimetri -- Merupakan ukuran kedalaman


perairan dari permukaan air sampai dengan • Semakin kecil Panjang gelombang, maka daya
dasar laut hambatnya (koefisien atenuasi) dalam air akan
• Peta Batimetri – Memberikan informasi PENGINDERAANJAUH.
tentang kecil.
kondisi dasar laut, struktur, bentuk dan • Radiasi diteruskan dengan perubahan kecepatan
penampakannya (Indeks refraksi--n) gelombang tersebut bila
ditersukan dari udara/ruang hampa
• Radiasi dapat diserap substansi tertentu dan
Metode pemetaan energinya dapat menyebabkan kenaikan suhu
dari substansi tersebut.
• Echosounder – memberikan hasil yang akurat • Radiasi dapat dipancarkan oleh suatu substansi
dengan memanfaatkan gelombang akustik yang sesuai struktur dan suhunya. (semua zat yang
dipancarkan oleh transducer, kadang tidak dapat suhunya diatas suhu absolut (0OK), akan
menjelaskan semua daerah kajiankarena akses memancarkan energi.
yang sulit, karakteristik dan substrat yang • Radiasi dapat dihamburkan (scattered—
beragam dibelokkan ke segala arah), karena terjadi
• Penginderaan Jauh -- dapat memudahkan dalam penyerapan atau penghamburan lebih lanjut.
pengambilan data di daerah yang sulit dijangkau • Radiasi dapat dipantulkan – dikembalikan oleh
oleh kapal dengan karakteristik kedalaman yang suatu permukaan melalui sudut pantul yang
rendah, namun teknologi ini belum mampu sama besarnya dengan sudut jatuh dan tanpa
memberikan informasi yang akurat. merubahnya.
• Algoritma -- salah satu metode untuk
memecahkan kelemahan-kelemahan
pendugaan batimetri menggunakan data citra INTERAKSI RADIASI EG DENGAN AIR
satelit. Ex. algoritma Jupp 1988
• Distribusi spectral dari radiasi gelombang EG
pada tubuh air laut memberikan informasi
RADIASI ELEKTROMAGNETIK mengenai kualitas air termasuk material yang
terlarut (dapat berasal dari proses organic dan
• Metode pemetaan batimetri perairan dangkal anorganik).
didasari pada teori radiasi di dalam air oleh sinar • Material tersebut dapat mempengaruhi rona air
tampak. laut karena adanya proses hamburan dan
• Radiasi elektromagnetik dari permukaan laut serapan secara selektif dari air laut.
berasal dari dua sumber – radiasi yang •
dipantulkan permukaan air dan radiasi yang d
ihamburkan balik oleh molekul air serta material
tersuspensi.
• Spektrum sinar tampak secara umum terdiri dari
o spektrum gelombang biru (400-500 nm), yang
dapat menembus air paling dalam.
o spektrum gelombang hijau (500-600 nm),
yang dapat menembus air lebih dalam dari
sinar merah.
o spektrum gelombang merah (600-700 nm), • (A) Partikel cahaya yang mencapai sensor
yang dapat menembus air laut hanya sampai setelah berinteraksi dengan molekul air atau
lapisan permukaan saja material tersuspensi saat penginderaan (dapat
berasal dari 1. Radiasi langsung matahari, 2. logaritma natural yang diajukan oleh siregar
Radiasi baur dari udara, 3. Radiasi dan pantulan 1995.
baur dari air). Dipengaruhi air dan material • Ekstraksi informasi meliputi penghilangan efek
terlart air, ekstraksi informasi objek menggunakan
• (B) Partikel cahaya yang mencapai sensor metode yang didasari metode pengurangan
setelah berinteraksi dengan atmosfer ( dapat eksponensial, dengan persamaan :
berasal dari 1. Radiasi langsung matahari, 2.
Radiasi baur dari udara, 3. Radiasi dan pantulan
baur dari air). Mengandung informasi tentang
kondisi atmosfer
• (C) Partikel cahaya yang mencapai sensor
setelah dipantulkan oleh permukaan air laut.
Mengandung informasi tentang konfigurasi
permukaan air laut
• Pantulan radiasi dipengaruhi oleh : Panjang
gelombang, pantulan yang berasal dari bawah Karakteristik dasar perairan dangkal
permukaan, turbiditas, kondisi dan jenis
substrat. • Memiliki kandungan biota dan ekosistem yang
hampir sama dengan perairan dalam. Hanya
saja pada perairan dangkal biota dan
PENGINDERAAN JAUH UNTUK BATIMETRI ekosistemnya lebih beragam karena
perbedaan secara fisik seperti penetrasi
• Penginderaan jauh untuk pemetaan batimetri cahaya.
menggunakan perbedaan Panjang gelombang • Zona intertidal – daerah pantai yang terletak
dari cahaya yang menembus air pada tingkatan antara pasang tertinggi dan surut terendah.
yang berbeda. Substrat yang biasa ditemukan adalah pantai
• Penetrasi kedalaman bergantung pada berbatu, pantai berpasir, dan pantai
kekeruhan air, partikel sedimen tersuspensi, berlumpur. Zona ini melimpah dengan
phytoplankton dan komponen organic terlarut. kehidupan
• Penyebab diatas akan memancarkan dan • Zona sublitoral – zona yang mendapat cahaya
mengabsorbsi dan memancarkan cahaya dan umumnya dihuni oleh organisme yang
sehingga koefisisen atenuasi akan semakin melimpah dan terdiri dari berbagai macam
besar. komunitas (termasuk padang rumput, kebun
• Koefisien atenuasi, bergantung pada panjang kelp, dan terumbu karang.
gelombang, semakin Panjang maka koefisien o Terumbu karang dibatasi oleh kedalaman
atenuasi akan semakin tinggi. yaitu tidak dapat berkembang di perairan
• Daerah yang lebih dalam (> 15 m) akan lebih yang lebih dalam dari 50-70 m.
jelas pada kanal 1, karena panjang gelombang o Kebanyakan terdapat pada kedalaman 25
yang lebih pendek penetrasinya pada dasar m atau kurang.
perairan cukup kuat sehingga dapat dipantulkan • Pantai Tropis – dikarakteristikan dengan
kembali ke satelit. beragam terumbu karang dan merupakan
• Jumlah radiasi yang diterima sensor dapat komunitas laut yang sangat kompleks.
dihitung menggunakan rumus : • Daerah didasar laut dangkal diliputi oleh
L = La + λa (La + Lu + Lb) rumput-rumputan laut
• Jika kita ingin radiasi yang diterima sensor hanya o Rumput-rumputan laut – tumbuhan
berasal dari dasar perairan maka komponen lain berbunga yang beradaptasi untuk hidup
La , Lu dan Lb harus dihilangkan. terendam di dalam air laut.
• Karena informasi yang didapat dari citra awal o Terdapat pada mid-intertidal sampai
masih bercampur dengan informasi lain, maka kedalaman 50-60 m, namun sangat
untuk menonjolkan objek permukaan dasar melimpah di sublittoral.
perairan menggunakan metode penggabungan o Spesiesnya lebih banyak ditemui di daerah
dua kanal sinar tampak (kanal 1 dan 2) dengan tropis
• Paling banyak dijumpai pada substrat yang
lunak

Jenis citra yang dapat digunakan


• Citra Landsat -7 ETM+
o instrument satelitnya berupa multispecktral
scanning radiometer yang berkemampuan
menghasilkan informasi pencitraan resolusi
tinggi terhadap permukaan bumi
o dapat mendeteksi radiasi terfilter spektral
pada visible, inframerah dekat, dan band-band
frekuensi inframerah termal.
o Menyediakan data yang berulang dan sinoptik
meliputi permukaan bumi
o Aplikasi dan penggunaan satelit ini untuk
sumberdaya kelautan adalah penentuan pola
dan sirkulasi kekeruhan, pemetaan perubahan
garis pantai, pemetaan daerah lepas pantaidan
dangkal, pelacakan erosi pantai, pelacakan • Citra Satelit multispectral Worldview-2,
polutan dan tumpahan minyak serta pemetaan merupakan citra satelit resolusi tinggi dengan
es untuk pelayaran. resolusi spasial 0,46 meter – 0,5 meter untuk
citra/band pankromatik serta 1,84 meter untuk
citra/band multispektral. Citra
satelit multispektral dari WorldView 2 memiliki
jumlah band yang lebih lengkap sebanyak 8
band, sehingga sangat cocok sekali bagi
keperluan analisis spasial sumber daya alam dan
lingkungan hidup. Satelit WorldView 2 adalah
satelit optik generasi terbaru
dari Digitalglobe yang diluncurkan pada tanggal
8 Oktober 2009.

• Citra SPOT-7, Citra satelit yang merekam obyek


permukaan bumi pada waktu yang berbeda yang
-- PENGOLAHAN DATA --
disebabkan oleh perbedaan tinggi orbit satelit
masing – masing sensor. Dengan perbedaan
tersebut, kondisi pasang surut pada lokasi Pengolahan Data Lapangan
penelitian harus diketahui dan disesuaikan
• Identifikasi habitat dilakukan dengan mencatat
dengan waktu perekaman sensor satelit. Hal ini
persen tutupan yang terdapat pada transek
dilakukan karena data batimetri hasil
kuadrat ukuran 2 x 2 m yang dianggap mewakili
pengukuran akan dikoreksi dengan tinggi muka
piksel citra satelit. Objek yang teridentifikasi dapat
laut sehingga perlu standarisasi/datum yang
berupa habitat dominan dan habitat campuran.
sama antara kedua data satelit dengan data
Data habitat dan posisi geografis dari GPS diinput
lapangan.
pada program MS Excel dan ditampilkan menjadi
• Citra Satelit Sentinel-2A, satelit milik European
data spasial dengan program ArcGIS.
Space Agency (ESA) yang diluncurkan dalam
• Data kedalaman perairan yang diperoleh dari
program Copernicus atau Program Observasi 9
pemeruman Map Sounder yang merupakan data
Bumi Eropa yang diluncurkan pada 23 Juni 2015.
yang belum terkoreksi. Data tersebut dikoreksi
terhadap posisi kedalaman transducer dan kondisi
pasang surut pada waktu survei dengan mengacu Keterangan : D = Kedalaman laut yang seharusnya
pada muka laut rata-rata (Mean Sea Level/MSL)
S = Kedalaman yang diperoleh Echosounder
• yang diperoleh dari perataan data pasang surut.
H = Jarak transducer ke permukaan air

D. Koreksi geometrik
Pengolahan Daa citra
Dilakukan untuk mendapatkan citra yang sesuai
A. PENAJAMAN CITRA dengan posisi yang sebenarnya di bumi. Koreksi
Yaitu meningkatkan penampakan kontras yang terjadi geometrik dilakukan untuk mengoreksi kesalahan
pada citra sehingga dapat meningkatkan jumlah posisi dari setiap piksel dalam citra terhadap posisi
informasi yang dapat diinterpretasikan secara visual yang sebenarnya di lapangan. Distorsi geometrik ini
pada citra. dapat disebabkan oleh kelengkungan bumi, rotasi
bumi, ketinggian sensor dan ketidakstabilan sensor
B. Koreksi Pasang surut terhadap objek di permukaan bumi
Diperlukan untuk melakukan koreksi kedalaman yang E. Koreksi atmosferik/radiometrik
dihasilkan dari algoritma. Hasil pengukuran batimetri • Koreksi atmosferik dengan perangkat lunak
dikoreksi dengan hasil pengukuran pasang surut untuk pengolahan citra menggunakan modul Apparent
mendapatkan kedalaman terkoreksi terhadap nilai MSL. Reflectance Model (ARM). Modul ini dapat
Menghitung nilai kedalaman yang terkoreksi terhadap melakukan penghitungan yang diperlukan untuk
pasang surut menggunakan persamaan sebagai berikut mengoreksi citra satelit dari efek-efek atmosferik.
• 𝐷𝑡 = 𝑑𝑡 + (𝑀𝑆𝐿 − 𝐻𝑡) Apparent Reflectance Model mengubah nilai
Keterangan Dt = Kedalaman terkoreksi digital (DN) menjadi perkiraan nilai reflektansi Top
dt = Kedalaman suatu titik saat pengamatan jam t of Atmosferic dengan menggunakan sun elevation.
MSL = Duduk tengah sementara
• Dilakukan dengan menggunakan cara yang
Ht = Tinggi muka air terhadap 0 rambu pasut saat
sederhana, yang dikenal dengan nama Dark Pixel
pengamatan jam
Subtration/DOS (Schott, 1997), dimana
• Persamaan untuk penentuan angka penambahan
diasumsikan bahwa jika tidak ada pengaruh
kedalaman (Labaro, 1995)
atmosferik, maka data setiap kanal suatu satelit
Ks =Ka – Ba ± Bp
memiliki Digital Number (DN) minimum = 0 (nol).
Dengan Ks = Kedalaman perairan sebenarnya
Jika DN suatu kanal tidak sama dengan 0, maka
Ka = Data kedalaman pada alat
selisih nilai antara DN minimum dan 0 merupakan
Ba = Bias pencetakan alat akibat salah deteksi alat
bias yang disebabkan oleh pengaruh atmosferik
pada garis permukaan laut.
dan/atau pengaruh degradasi sensor karena
Bp = Bias pasut :
semakin tua. Jadi, jika DN suatu kanal dikurang
(-) Tinggi pasut diatas rata-rata permukaan laut
nilai minimumnya, maka diasumsikan pengaruh
(+) Tinggi pasut dibawah rata-rata permukaan laut
atmosferik telah dikoreksi (Danoedoro, 1996).
Secara sederhana, koreksi atmosferik dapat
C. Koreksi DRAFT TRANSDUCER
dinyatakan dalam persamaan berikut: DN
Jika pengambilan data dilakukan dengan metode terkoreksi Kanal i = DN –DN minimum kanal i
echosounder maka perlu dilakukan koreksi Draft
Transducer karena transducer ditempatkan pada
samping lunas kapal, sehingga kedalaman yang F. Pemisahan objek perairan dengan daratan
diperoleh haruslah ditambah pula dengan jarak dari
Pemisahan obyek perairan dan daratan ini
transducer ke permukaan air. Bila transmitter dan
dimaksudkan agar nilai spektral yang digunakan dalam
reciever terpisah dengan jarak, akan menimbulkan
proses klasifikasi tidak dipengaruhi oleh nilai spektral
kesalahan nilai kedalaman yang lazim disebut sebagai
dari daratan. Pemisahan objek dilakukan dengan
16 separation error. Koreksi dudukan dan separation
masking citra yaitu memberikan nilai nol untuk objek
error ini dapat diselesaikan secara bersamaan dengan
bukan laut. Tahapan ini diperlukan agar objek bukan
rumus sebagai berikut:
laut tidak memberikan kontribusi dalam analisis data
D=S+H pada tahap selanjutnya.
Rumus pembuatan peta estimasi kedalaman
menggunakan transformasi algoritma Lyzenga
G. Pemotongan citra
(1975) adalah :
Pemotongan citra dilakukan untuk membatasi
wilayah kajian pada daerah penelitian saja.

H. Transformasi citra
• Algoritma Lyzenga
Untuk melihat kenampakan objek yang ada di
dasar perairan lebih jelas digunakan algoritma
yang disusun oleh Lyzenga sebagai berikut :
Y = ln TM1 – ki/kj * ln TM2
Data yang digunakan adalah data kanal 1 dan 2
pada citra Landsat ETM+ yang memiliki daya
penetrasi cukup baik kedalam kolom air.

I. Klasifikasi citra
Hasil penajaman citra dengan transformasi
algoritma kemudian diklasifikasikan. Klasifikasi
merupakan proses mendapatkan citra yang telah
dikelompokkan dalam kelas-kelas tertentu c. Transformasi algoritma Jupp (1988)
Metode Jupp (1988) atau metode DOP (Depth of
berdasarkan nilai reflektansi tiap-tiap objek
Penetration) mempunyai tiga asumsi kritis yakni
sehingga mempermudah untuk pengecekan
(1) atenuasi cahaya adalah fungsi eksponen dari
sumber data. Dapat dilakukan dengan metode
kedalaman, (2) kualitas air (karena koefisien k)
klasifikasi terbimbing dan klasifikasi tak
tidak bervariasi dengan gambar atau citra dan (3)
terbimbing.
warna (karena efek pantulan cahaya) dari
substrat dasar perairan adalah tetap.
Pembuatan peta kedalaman Ekstraksi kedalaman dari citra satelit dapat
dilakukan dengan menggunakan model DOP atau
Dilakukan dengan mempertajam kenampakan pada zona penetrasi kedalaman (Jupp 1988). Band
citra dengan memisahkan antara informasi visible mempunyai kemampuan untuk
kedalaman dengan informasi selain kedlaman melalui menembus kolom air (penetrasi) dengan
jenis-jenis transformasi algoritma sebagai berikut : kemampuan yang berbeda-beda. Dengan
a. Transformasi algoritma Bierwith et. Al. (1993) memanfaatkan perbedaan penetrasi ketiga band
Menurut Bierwith dan Bume (1993), radiasi yang tersebut, maka diketahui zona kedalaman
timbul dari air di daerah dangkal merupakan perairan yang terbentuk pada batas perbedaan
campuran dari reflektansi material substrat, penetrasi antara dua band.
pengaruh kedalaman air (semakin dalam semakin
berkurang) serta penyerapan dan penyebaran
molekul air, padatan terlarut dan tersuspensi.

Rumus untuk estimasi pengukuran kedalaman air


menurut Bierwith et. al., adalah :

b. Transformasi algoritma Lyzenga (1975)


Uji akurasi
Untuk mengetahui seberapa besar bias (selisih)
antara kedalaman lapangan dan kedalaman hasil
ekstraksi citra maka perlu dilakukan uji akurasi.

1. Citra spot-7 INTERAKSI RADIASI EG DENGAN AIR


dilakukan dengan menerapkan 3 tingkat toleransi
A. Metode zona penetrasi kedalaman
bias yakni ± 0,5 meter, ± 1 meter, ± 1,5 meter.
Tiap-tiap kanal dianalisis dengan menggunakan
Persamaan yang digunakan adalah :
metode Jupp 1988 yang meliputi hitungan
𝑛𝑖
𝑏𝑖𝑎𝑠 = 𝑥 100% kedalaman dan interpolasi kedalaman yang
(𝑛𝑖)
tercakup dalam zona penetrasi, yang diperoleh
Dimana :
melalui:
ni = Jumlah sampling yang masuk dalam kategori
0,5 meter, 1 meter dan 1,5 meter ; Id = Io. e-dk
n = Jumlah total data sampling Dimana Io adalah intensitas cahaya sesaat, Id adalah
intensitas cahaya yang tinggal setelah melewati
2. Citra satelit sentinel-2a panjang gelombang lintasan, d adalah kedalaman
Pengujian ketelitian atribut dilakukan dengan badan air, k adalah koefisien attenuasi yang
melakukan perbandingan melalui penyusunan bervariasi menurut panjang gelombang. Jika
matriks kesalahan (confussion matrix). Pengujian persamaan tersebut di atas dilinierisasi maka
dilakukan terhadap sampel yang mewakili objek menghasilkan:
tertentu dalam suatu poligon objek dengan Loge(Id) = -dk loge(I0)
koordinat lokasi yang sama di lapangan.
Evaluasi akurasi dilakukan pada seluruh data B. Korelasi regresi
dengan mengelompokkan data ke dalam Penggunaan analisa korelasi bertujuan untuk
beberapa kelas kedalaman. Penentuan selang menentukan besarnya hubungan antara data
kelas rentang kedalaman dilakukan berdasarkan kedalaman hasil pemeruman dan hasil transformasi
nilai rata-rata bias kedalaman yang mewakili nilai citra algoritma Jupp (metode zona penetrasi
kedalaman overestimate (kedalaman estimasi kedalaman). Untuk menentukan hubungan antara
lebih besar terhadap kedalaman pengukuran) kedalaman yang diperoleh lewat pemeruman
dan kedalaman underestimate (kedalaman dengan nilai spektral hasil transformasi dari formula
estimasi lebih kecil terhadap nilai kedalaman Jupp, analisis korelasi yang digunakan adalah :
pengukuran).

Keterangan:

r = Koefisien Korelasi

r = -1; menyatakan adanya hubungan linier


sempurna tak langsung antar variabel (korelasi
negatif)

r = +1; menyatakan adanya hubungan linear


sempurna langsung antar variabel (korelasi positif)
Untuk melihat galat (error) hasil estimasi r = 0; menyatakan tidak terdapat hubungan linear
berdasarkan zona kedalaman, akurasi estimasi antar variabel
citra satelit dinilai berdasarkan Normalizes Mean
Relative Error (NMRE) dan dihitung dengan n = Jumlah data
rumus :
Rangkuman MATERI PEMETAAN dasar perairan
Dengan penginderaan jauh

Data geospasial
1. Data raster • ini juga menentukan bentuk dari persebaran
data inderaja yang bersumber dari sensor optis, karang,non karang dan biota lainnya (dapat
baik menggunakan wahana pesawat udara menggunakan pedoman dalam Veron (1995)).
PENGINDERAANJAUH.
mapun satelit. Data raster yang bersumber dari
citra inderaja yang dapat digunakan dalam • Global Positioning System (GPS) Receiver:
Pengumpulan dan Pengolahan Data Geospasial disesuaikan dengan ketelitian pembuatan
Habitat Dasar Perairan Laut Dangkal antara lain peta.
citra Landsat, SPOT, ALOS, IKONOS, Quickbird, • Roll-meter: digunakan pada saat membuat
dan Worldview. areal transek ketika pengambilan sampel/ plot
sampel.
2. Data vector • Transek KuadratKertas Tahan Air (newtop):
Data vektor yang digunakan meliputi data dasar digunakan untuk mencatat data yang
dan data tematik. Data dasar yang digunakan diperoleh di lapangan agar data aman dan
adalah Peta Rupabumi Indonesia (RBI), Peta tidak basah. Biasanya sudah berbentuk form
Lingkungan Pantai Indonesia (LPI) dan Peta isian.
Lingkungan Laut Indonesia (LLN). Sedangkan • Alat tulis: digunakan untuk mencatat data
data tematik yang digunakan antara lain data yang diperoleh di lapangan.
eksisting terumbu karang dari pihak terkait lain
• Kamera Underwater untuk mengambil data
dan data batas administrasi terbaru.
tutupan habitat dasar perairan laut dangkal,.
• Peralatan dasar penyelaman (masker, snorkle,
Data statistic fin)
• Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K):
Digunakan sebagai informasi tambahan dalam peralatan pertama ketika terjadi kecelakaan
menggambarkan efek sosial dan kultur masyarakat saat di lapangan dan perlengkapan
dalam pemanfaatan di wilayah habitat dasar perairan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), Obat-
laut dangkal. Data sosial, ekonomi, kependudukan obatan (dalam dan luar).
masyarakat dapat diperoleh dari Badan Pusat • Beberapa software
Statistik (BPS).

-- PENGOLAHAN DATA --
Peralatan YANG DIBUTUHKAN
• Peta kerja -- hasil pengolahan awal data Pengolahan awal data citra
spasial Habitat Dasar Perairan Laut Dangkal
A. KOREKSI RADIOMETRIK
yang dilaksanakan dari proses interpretasi
awal citra satelit, yang ditumpangsusunkan Ditujukan untuk mengkonversi nilai digital number
dengan peta rupa bumi dan diberi lokasi (DN) menjadi nilai reflektansi. Dilakukan untuk
pengambilan sampel. mengurangi ketidaksatbilan nilai digital dari suatu
• Pedoman identifikasi habitat dasar perairan objek yang sama pada daerah yang berbeda.
laut dangkal : panduan dalam
• Pergeseran Histogram
mengidentifikasi habitat dasar perairan laut
Metode pergeseran histogram yang umum
dangkal, baik secara jenis dan marganya,
dilakukan adalah dark pixel substraction.
ketika sedang berada di lapangan. Pedoman
Asumsi pada metode ini adalah jika minimum berjumlah 10. Semakin banyak titik
pengaruh atmosferik tidak ada, maka nilai kontrol yang dibuat, maka semakin baik hasil kualitas
digital (ND) pada liputan citra pasti ditemui citra yang akan dihasilkan.
nilai piksel dengan nilai nol (Chavez, et.al.,
4) Pastikan nilai RMSE (Root Mean Square Error)
1977).
tidak lebih dari 0.5. Jika nilai RMSE 0.5, maka terjadi
• Regresi Linier
pergeseran jarak sebesar 0.5 x 0.5 x ukuran piksel.
Dapat juga dilakukan dengan menggunakan
Misal, ukuran piksel citra Landsat 8 Pansharpening
persamaan yang dihasilkan dari garis regresi
sebesar 15 meter, maka jika RMSE tercatat 0.5,
linier. Garis regresi linier dibentuk dari plot-
pergeseran jarak pada citra yaitu 0.5 x 0.5 x 15 meter
plot nilai piksel pada saluran citra tertentu
= 3.75 meter.
dengan saluran rujukan yang dianggap
bebas dari gangguan atmosfer. Misalnya, 5) Jika nilai RMSE masih lebih besar dari 0.5, maka
saluran inframerah dekat dapat digunakan perbaiki penandaan titik kontrol koordinat pada
untuk memperbaiki kualitas citra pada kenampakan yang ditentukan berdasarkan data
saluran tampak, karena hampir seluruh acuan dengan cara mengulangi penandaannya
saluran tampak memiliki gangguan yang dengan lebih teliti.
disebabkan oleh atmosfer. Inframerah dekat
diserap oleh objek air, sehingga dapat 6) Setelah didapatkan nilai RMSE yang memadai,
digunakan sebagai rujukan nilai minimum maka lakukan rektifi kasi citra berdasarkan titik-titik
pada objek tergelap yaitu air. Sampling kontrol koordinat yang sudah dibuat
piksel citra untuk pembuatan garis regresi
sebaiknya diambil pada objek laut dalam,
karena pada objek tersebut yang terekam D. KOMPOSIT WARNA
hanya pantulan dari objek kolom air dan Sehubungan dengan identifikasi objek yang akan
gangguan atmosfer yang ada diatasnya. dilakukan dari pengolahan data citra satelit yang
digunakan maka terlebih dahulu diketahui
B. KOREKSI ATMOSFERIK karekteristik band dari citra yang digunakan untuk
untuk memperbaiki nilai piksel dengan identifikasi awal suatu obyek.
mempertimbangkan faktor gangguan atmosfer, E. PEMOTONGAN CITRA DAN MASKING
hamburan awan (haze), dan hamburan objek lainnya
sebagai sumber kesalahan utama. Untuk membatasi daerah pemetaan atau penelitian
sehingga memudahkan analisis citra dalam
C. KOREKSI GEOMETRIK komputer. Selain itu pemotongan citra akan
untuk memperbaiki posisi obyek pada citra terhadap mengurangi kapasitas memori citra dan selanjutnya
posisi sebenarnya di lapangan. Koreksi geometri akan mempercepat pengolahan citra tersebut.
dilakukan dengan menggunakan rujukan informasi Masking dapat dilakukan secara digital atau manual.
geospasial dasar. F. PENAJAMAN DIGITAL
Langkah-langkah teknisnya yaitu: • Teknik perentangan linear
Dapat digunakan untuk mempertajam
1)Siapkan data acuan geometri, misalnya peta RBI. kenampakan objek secara keseluruhan
mempertajam tepian, menghaluskan
2) Catat koordinat kenampakan pada peta RBI yang
noise/gangguan, memunculkan spesifik area
dapat dikenali juga di citra satelit, misalnya
tertentu di citra.
kenampakan dermaga.
• Penghilangan efek glin
3) Kemudian tandai dan masukkan nilai koordinat Umumnya dilakukan pada citra resolusi tinggi
yang didapat dari data acuan ke dalam citra satelit karena pada citra tersebut efek pantulan sinar
pada kenampakan yang sama dengan data acuan. matahari (glint) secara jelas dapat terlihat.
Kenampakan yang ditandai tersebut merupakan titik Secara sederhana, efek glint adalah gangguan
kontrol koordinat (GCP) untuk koreksi geometri. yang ditimbulkan pantulan sinar matahari oleh
Lakukan hal tersebut pada beberapa kenampakan gelombang air laut.
yang dapat dikenali baik dari citra satelit maupun • Koreksi kolom air
dari data acuan. Titik kontrol koordinat yang dibuat
Umumnya dilakukan pada citra resolusi tinggi dan aspek geospasial objek yang dikaji. Objek
karena pada citra tersebut efek pantulan sinar dibentuk melalui proses segmentasi yang
matahari (glint) secara jelas dapat terlihat. merupakan proses pengelompokan piksel yang
Secara sederhana, efek glint adalah gangguan mempunyai karakteristik spektral dan geospasial
yang ditimbulkan pantulan sinar matahari oleh yang homogen.
gelombang air laut.
UJI AKURASI
INTERPRETASI CITRA

1. METODE SURVEY
Dalam melakukan interpretasi, digunakan 9 unsur Secara umum metode survey yang digunakan
interpretasi, yaitu: rona/warna, tekstur, adalah metode survei penginderaan jauh yang
bayangan/tinggi, ukuran, pola, asosiasi, lokasi, dikombinasikan dengan metode survei ekologi
bentuk, dan konvergensi bukti. Secara umum, proses atau biologi laut. Artinya, pengumpulan data
atau tahapan interpretasi adalah proses deteksi, dilakukan untuk keperluan validasi citra
klasifikasi, identifikasi dan analisis, serta delineasi menggunakan alat GPS dan kamera foto, dan
kelas habitat dasar perairan laut dangkal (Sutanto, untuk keperluan pengumpulan parameter
1994). Proses utama dalam interpretasi adalah ekologi habitat seperti persen tutupan, jenis
klasifikasi citra. Dalam melakukan klasifikasi, metode atau bentuk pertumbuhan, serta kondisi habitat.
minimum yang disarankan adalah klasifikasi tidak 2. UJI AKURASI
terbimbing (unsupervised). Uji akurasi terhadap hasil interpretasi dilakukan
1. KLASIFIKASI TAK TERBIMBING dengan bantuan matriks uji ketelitian hasil
Dilakukan dengan mengelompokkan piksel pada pengembangan Short (1982). Uji akurasi. perlu
citra menjadi beberapa kelas hanya berdasarkan dilakukan pengujian agar menghasilkan data
perhitungan statistik tertentu tanpa menentukan yang dapat diterima dengan tingkat ketelitian
sampel piksel (training) yang digunakan oleh (akurasi) tertentu. Dasar yang dipakai sebagai
komputer sebagai acuan untuk melakukan acuan keakurasian hasil interpretasi yakni
klasifikasi. Identifikasi ulang dilakukan dengan minimal sebesar 60 % untuk hasil interpretasi
membandingkan citra hasil koreksi untuk tutupan habitat dasar perairan laut
menghasilkan klasifikasi yang lebih sedikit dangkal.Berdasarkan uji ketelitian ini, maka
(penggabungan kelas/merging) sesuai dengan besarnya ketelitian seluruh hasil interpretasi
klasifikasi yang dibutuhkan pada skala hasil. Pada dapat dihitung dengan menggunakan rumus
proses interpretasi ulang ini dibantu secara visual sederhana sebagai berikut :
menggunakan citra komposit warna atau data
hasil kerja lapangan sebagai dasar penggabungan
kelas. Algoritma yang disarankan digunakan
adalah isodata classification.
2. KLASIFIKASI TERBIMBING
Merupakan proses pengelompokkan piksel pada Dimana :
citra menjadi beberapa kelas tertentu dengan A = akurasi total
berdasarkan pada statistik sampel piksel Xii = matriks diagonal
(training) atau region of interrest ditentukan oleh N = Jumlah sampel
pengguna sebagai piksel acuan yang selanjutnya
digunakan oleh komputer sebagai dasar
melakukan klasifikasi. Analisa data

3. KLASIFIKASI CITRA BERBASIS OBJEK


Dilakukan untuk mengenali objek berdasarkan Hasil pengukuran lapangan dapat menghasilkan data
kelompok piksel, bukan berdasarkan individu berbentuk point, garis dan atau polygon yang dicatat
piksel. Teknik ini dikenal dengan Object-Based pada tabel isian habitat dasar perairan laut dangkal,
Image Analysis (OBIA) atau feature extraction. yang selanjutnya diolah lebih lanjut untuk memperoleh
Klasifikasi ini mempertimbangkan aspek spektral informasi kuantitatif struktur komunitas lokasi survei.
Data yang baik dapat dibandingkan dengan data
pengulangan di lain waktu.

Data lapangan dapat dianalisis langsung di lapangan


atau dapat melihat kembali foto yang diambil di
lapangan beserta titik GPSnya. Adapun formula yang
digunakan untuk mengetahui persen tutupan dari
pengambilan data lapangan per transek menggunakan
metode photoquad adalah sebagai berikut:
% 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑟 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠 ℎ𝑎𝑏𝑖𝑡𝑎𝑡
% 𝐶𝑜𝑣𝑒𝑟 = 𝑥 100%
% 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑟 𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑒𝑘
Hasil akhir dari pengolahan data dapat dikelompokkan
ke dalam 4 (empat) kategori dalam Tabel (Kepmen LH
No. 04 Tahun 2001) dan Tabel untuk persentase luas
tutupan padang lamun (Kepmen LH No. 200 Tahun
2004). Selanjutnya informasi tersebut dapat dijadikan
referensi dan acuan dalam upaya pengelolaan pesisir
dan laut.

Anda mungkin juga menyukai