Anda di halaman 1dari 10

2.

6 SURVEI SIDE SCAN SONAR


2.6.1 Prinsip Dasar
Prinsip kerja Side Scan Sonar pada dasarnya menggunakan gelombang akuistik, mirip dengan
prinsip kerja echosounder. Namun pada peralatan ini ditekankan pada penyapuan pada
permukaan dari obyek baik ke kanan ataupun ke kiri, sehingga peralatan side scan sonar
mempunyai kemampuan untuk mendeteksi obyek yang berada dipermukaan dasar laut baik
itu yang berada di kiri kapal survei maupun di sebelah kanannya. Biasanya peralatan ini
menggunakan frekuensi 125KHz (Low) dan 500 Khz (High). Secara umum peralatan ini terdiri
dari transducer yang berupa towfish yang ditarik dibelakang kapal, trans-receiver dan
recorder seperi terlihat pada (Gambar 18).

Gambar 18 Prinsip Dasar Side Scan Sonar

Transducer berfungsi memantulkan gelombang akuistik yang akan dikirim ke permukaan


dasar laut kemudian hasil pantulan dari gelombang akuistik yang mengenai objek atau dasar
laut akan diterima oleh receiver yang kemudian akan ditampilkan oleh recorder dalam bentuk
citra yang menggambarkan kondisi permukaan dasar laut.

Gambar 19 Sistem Peralatan Side Scan Sonar


Survei side scan sonar ini akan menghasilkan peta yang berisi gambaran atau citra dasar laut
yang akan menampilkan objek-objek dasar laut yang berhasil dideteksi. Objek-objek tersebut
berupa benda-benda yang terdapat di permukaan dasar laut, seperti pipa, batu-batu karang,
kapal karam, bekas garukan jaring nelayan, dll.

Gambar 20 Ilustrasi Survei Side Scan Sonar


Penggunaan lain dari side scan sonar adalah untuk mendeteksi tempat ekstraksi
agregat/pasir laut. Pada skala detil dapat pula digunakan untuk mencari jalur kabel dan pipa
bawah laut, bahkan kapal karam. Keuntungan menggunakan side scan sonar adalah
kemampuannya dalam mencari objek-objek bawah air pada daerah yang luas secara cepat
dan aman. Para penyelam tidak mempunyai risiko tinggi selama operasi pencaharian, dan
hanya dilibatkan pada saat objek bawah laut telah ditemukan. Image side scan sonar juga
berguna untuk mengevaluasi berbagai bahaya bawah laut terhadap penyelam sebelum
mereka memasuki air. Contoh hasil pekerjaan side scan sonar dapat dilihat pada Gambar 21.

Gambar 21 Side scan sonar image of the Frank A. Palmer and Louise B.Crary.
(Courtesy of NOAA/SBNMS and NURC-Uconn)

Dual-channel Side Scan Sonar System memiliki kemampuan cakupan jarak minimal hingga 75
m digunakan untuk mendapatkan data citra kenampakan dasar laut (seabed features) di
sepanjang koridor yang sama dengan survei Batimetri. Skala penyapuan yang digunakan
diatur sedemikian rupa sehingga terjadi overlap minimal 50% untuk area survei yang
direncanakan. Area pelaksanaa survei SSS dilaksanakan sama dengan jalur yang ditempuh
pada survei Bathimetri. Lajur-lajur survei side scan sonar akan dijalankan bersamaan dengan
pelaksanaan survei Batimetri dan/atau disesuaikan dengan kedalaman laut sehingga cakupan
minimal tersebut dapat terpenuhi.
Kemungkinan adanya bahaya atau keadaan dasar laut yang perlu mendapatkan perhatian
khusus, harus dilakukan investigasi untuk memperjelas jenis dan ukuran bahaya tersebut.
Investigasi tersebut dapat dilaksanakan dengan menjalankan lajur yang lebih rapat pada arah
yang berbeda dengan lajur umum yang telah dijalankan sebelumnya. Penentuan posisi
menggunakan jarak atau waktu tertentu harus ditandai pada rekaman sonar. Data jarak
antara towfish dan antena GPS, termasuk setiap perubahan jarak ini, harus dicatat secara
tertib pada Operator’s Log selama survei berlangsung untuk keperluan pengolahan data lebih
lanjut. Data SSS ini akan digunakan sebagai referensi selama interpretasi dan evaluasi/analisis
data rekaman sub-bottom profilier. Indikasi bahaya yang direkam, selanjutnya akan diplot di
atas peta batimetri. Hasil interpretasi ini juga akan dikorelasikan dengan hasil interpretasi
Magnetometer.

Towfish side scan sonar (SSS) dapat dipasang pada badan kapal atau ditarik di belakang kapal
(Gambar 22). Dalam pengambilan data, ada kemungkinan terjadi distorsi, baik distorsi
geometrik maupun distorsi akibat deviasi dari hubungan linear antara intensitas citra dan
kekuatan pantulan objek dasar laut. Oleh karena itu, beberapa hal yang harus diperhatikan
pada saat pengambilan data untuk mengurangi distorsi antara lain adalah panjang layback,
jarak obyek terhadap towfish, tinggi towfish dari dasar laut, heading lintasan serta pitch dan
roll dari towfish.

Layback atau stepback adalah jarak horizontal antara antena receiver GPS dengan titik
penghela ditambah jarak horisontal antara titik penghela dengan fish. Pada saat kabel
penghela digunakan untuk menarik fish di dalam air, kabel penghela tidak akan terentang
lurus, tetapi membentuk suatu lengkungan (Gambar 22).
Gambar 22 Layback dan Kelengkungan Kabel Towing

Maka panjang layback diperoleh dari persamaan berikut :

Secara geometris, besarnya harga K dapat dilihat pada gambar diatas, secara pendekatan nilai K
adalah:

Dari persamaan di atas, maka panjang layback diperoleh:

dengan:
Lb = panjang layback (m)
a = jarak horizontal dari antena receiver GPS ke titik penghela (m)
X= jarak horizontal antara titik pengjhela dengan fish (m)
L = panjang kabel penghela (m)
d = kedalaman fish (m)
Gambar 23 Jarak objek terhadap fish
Semakin jauh jarak yang ditempuh oleh pulsa gelombang akustik pada arah x dalam
perambatannya di medium air laut, maka ukuran cakupan pulsa bertambah besar, sehingga
objek-objek yang tersaji pada citra seolah-olah diregangkan dalam arah penyapuan. Dengan
besar peregangan semakin besar kearah tepi citra.

2.6.2 Metode Survei


Survei side scan sonar yang dilakukan pada pekerjaan ini yakni survei detil. Pada bagian ini
akan dijelaskan mengenai metode survei yang dilakukan untuk melakukan survei detil di
lokasi survei. Survei detil side scan sonar menggunakan wahana kapal dengan menggunakan
peralatan CMAX Sidescan Sonar. Tipe transducer yang digunakan adalah sistem Towing
dibelakang kapal.

2.7 SURVEI SUB BOTTOM PROFILE


2.7.1 Prinsip Dasar
Kondisi lapisan sedimen bawah permukaan laut memiliki sifat fisis yang beragam. Tingkat
kekerasan batuan bawah permukaan bumi merupakan salah satu sifat fisika yang dapat
diketahui melalui pengukuran di permukaan bumi. Sub Bottom Profile digunakan untuk
mengidentifikasi lapisan-lapisan sedimen di bawah permukaan dasar laut. Jenis lapisan
sedimennya dapat diprediksi berdasarkan pola refleksi gelombang akustiknya. Selain jenis
lapisan sedimen, informasi ketebalan lapisan sedimennya juga bisa didapat. Pada tahap
pemrosesan data Sub Bottom Profile, kecepatan rambat gelombang akustik pada sedimen
yang digunakan adalah 1446 m/s. Kualitas data Sub Bottom Profile secara umum bagus.
Penetrasi maksimal dari gelombang akustik ini mencapai 95 milisecond (ms) atau 73.2 meter.
Target utama lapisan sedimen pertama di bawah permukaan dasar laut dapat teridentifikasi.
Selain lapisan pertama ini, lapisan dibawahnya juga terdeteksi. Dengan terdeteksinya lapisan
kedua ini, informasi ketebalan lapisan pertama bisa diperoleh.

Lapisan sedimen bawah permukaan bumi memiliki sifat fisis yang variatif. Salah satu sifat fisis
yang terdapat di bawah permukaan adalah tingkat kekerasan sedimen. Tingkat kekerasan
sedimen merupakan istilah geologi yang digunakan untuk menandakan kekompakan
(cohesiveness) suatu sedimen dan biasanya dinyatakan dalam bentuk compressive fracture
strength. Compressive fracture strenght merupakan tekanan maksimum yang mampu
ditahan oleh batuan untuk mempertahankan diri dari terjadinya rekahan (fracture). Besarnya
fracture strength dipengaruhi oleh densitas dan kekompakan sedimen. Sedangkan besarnya
densitas dan kekompakan juga dipengaruhi oleh elastisitas sedimen. Salah satu metode
geofisika yang digunakan untuk mengetahui elastisitas sedimen adalah metode seismik
refleksi. Metode ini memanfaatkan perambatan gelombang seismik yang merambat kedalam
bumi. Gelombang seismik tersebut berasal dari sumber seismik yang ada di permukaan dan
gelombang tersebut akan diterima oleh receiver yang ada di permukaan juga.

Gambar 24 Prinsip Kerja SBP


2.7.2 Metode
Pengukuran seismik refleksi ini menggunakan sumber seismik innomar, dan penerima
gelombang berupa hydrophone 20-channel tunggal. Diagram konfigurasi peralatan Sub
Bottom Profile yang digunakan untuk survei ini dapat dilihat pada Gambar 25.

Gambar 25 Konfigurasi Sub Bottom Profile

Penjelasan dari Gambar 25 adalah:

- Software SonarWiz Map berkomunikasi dengan SonarWiz Server untuk pengambilan,


pemrosesan dan tampilan sonar data.
- Modul SonarWiz Server digunakan untuk berkomunikasi dengan sonar hardware,
transfer sonar data dan navigasi ke aplikasi SonarWiz Map, dan mengubah data
akustik kedalam format lainnya.
- Sparker digunakan sebagai sumber akustik.
- Hydrophone sebagai penerima sumber akustik.
- Analog interface card sebagai konversi data analog ke data digital.

Contoh dari akusisi data sub bottom profile menggunakan software SonarWiz Map dapat
dilihat pada Gambar 26.

Gambar 26 Akusisi data SBP dengan software SonarWiz Map

2.8 SURVEI MAGNETOMETER


2.8.1 Prinsip dasar
Magnetometer adalah peralatan untuk mengukur medan magnet di sekitar lokasi yang telah
ditentukan. Survey magnetometer dilakukan untuk mengukur medan magnetik total karena
adanya kontras susceptibilitas magnetik antara benda-benda, objek atau batuan dengan
lingkungan di sekitarnya. Medan total atau densitas flux magnetik (B) adalah berhubungan
langsung dengan susceptibilitas magnetik  yang dinyatakan dengan rumus:

dimana:
H = Kuat Medan (Oersteds)
M = Intensitas magnetisasi (Oersteds)
 = Susceptibilitas magnetik (emu cgs)

Faktor-faktor yang berpengaruh pada pengukuran medan magnetik di permukaan bumi


antara lain adalah:
 Variasi diurnal yang berhubungan dengan aliran perubahan partikel di ionosfer bumi
(~ 10 nT)
 Badai magnetik (~100 nT)
 Susceptibilitas magnetik dari objek (anomali medan)
 Elevasi dan posisi horisontal

Besaran yang diukur dalam survei magnetik adalah intensitas medan magnet dengan satuan
nano Tesla (nT). Tujuan dari pengukuran magnetik adalah untuk mengetahui anomali medan
magnetik lokal yang ditimbulkan oleh benda-benda, objek atau batuan di sekitar lokasi survei.
Anomali medan magnetik lokal diperoleh berdasarkan:

dimana:

T = anomali medan magnetik lokal


Tobs = intensitas medan magnetik hasil observasi
TIGRF = intensitas medan magnetik bumi teoritis di stasiun pengukuran
TVH = variasi diurnal intensitas medan magnetik
Gambar 27 Peta Intensitas Total IGRF Tahun 2010

TIGRF adalah nilai intensitas magnetik regional disekitar lokasi survei yang nilainya ditentukan
dari peta intensitas total magnetik yang dibuat oleh IAGA. International Association of
Geomagnetism and Aeronomy (IAGA) telah membuat medan magnetic standar untuk bumi
yang dinyatakan sebagai International Geomagnetic Reference Field (IGRF). Peta intensitas
total magnetik IGRF tahun 2010 dapat dilihat pada Gambar 27.

2.8.2 Metode
Dalam pekerjaan ini, pengukuran magnetik dilakukan pada jalur rencana pemasangan jalur
kabel laut. Peralatan yang digunakan adalah Asthead marine magnetometer. Asthead marine
magnetometer memiliki sensitivitas 0.002 nT/Hz dengan range operasional 20.000 – 100.000
nT. Peralatan ini ditarik (ditowing) di belakang kapal/wahana survei dengan kecepatan sekitar
3 knot (1.5 m/s) dengan panjang kabel terulur (layback) berkisar 2-5 m. Positioning kapal dan
towfish magnetometer menggunakan DGPS, sedangkan pengukuran kedalaman dilakukan
menggunakan singlebeam echosounder. Skema survei pengukuran magnetik ini dapat dilihat
pada Gambar 28.

Gambar 28 Skema Survei Pengukuran Magnetik


Towfish magnetometer ditarik di belakang kapal survei dengan panjang layback. Jarak
horisontal (x) antara posisi towfish dengan belakang kapal dapat dihitung dengan beberapa
pendekatan formula matematis. Dengan menentukan offset antara posisi GPS dengan posisi
belakang kapal dan informasi heading kapal, maka selanjutnya dapat ditentukan posisi
towfish magnetometer secara online.

Gambar 29 Asthead Magnetometer

Akusisi data intensitas medan magnetik menggunakan software Marine Bob. Data yang
direkam adalah data intensitas medan, posisi kapal dan towfish (Lintang-Bujur dan X,Y) serta
waktu pencuplikan data (tanggal, jam, menit, detik). Selama survei magnetic berlangsung,
marine magnetometer telah dapat mendeteksi keberadaan benda ferromagnetik jalur
lintasan survei.

Anda mungkin juga menyukai