Gambar 21 Side scan sonar image of the Frank A. Palmer and Louise B.Crary.
(Courtesy of NOAA/SBNMS and NURC-Uconn)
Dual-channel Side Scan Sonar System memiliki kemampuan cakupan jarak minimal hingga 75
m digunakan untuk mendapatkan data citra kenampakan dasar laut (seabed features) di
sepanjang koridor yang sama dengan survei Batimetri. Skala penyapuan yang digunakan
diatur sedemikian rupa sehingga terjadi overlap minimal 50% untuk area survei yang
direncanakan. Area pelaksanaa survei SSS dilaksanakan sama dengan jalur yang ditempuh
pada survei Bathimetri. Lajur-lajur survei side scan sonar akan dijalankan bersamaan dengan
pelaksanaan survei Batimetri dan/atau disesuaikan dengan kedalaman laut sehingga cakupan
minimal tersebut dapat terpenuhi.
Kemungkinan adanya bahaya atau keadaan dasar laut yang perlu mendapatkan perhatian
khusus, harus dilakukan investigasi untuk memperjelas jenis dan ukuran bahaya tersebut.
Investigasi tersebut dapat dilaksanakan dengan menjalankan lajur yang lebih rapat pada arah
yang berbeda dengan lajur umum yang telah dijalankan sebelumnya. Penentuan posisi
menggunakan jarak atau waktu tertentu harus ditandai pada rekaman sonar. Data jarak
antara towfish dan antena GPS, termasuk setiap perubahan jarak ini, harus dicatat secara
tertib pada Operator’s Log selama survei berlangsung untuk keperluan pengolahan data lebih
lanjut. Data SSS ini akan digunakan sebagai referensi selama interpretasi dan evaluasi/analisis
data rekaman sub-bottom profilier. Indikasi bahaya yang direkam, selanjutnya akan diplot di
atas peta batimetri. Hasil interpretasi ini juga akan dikorelasikan dengan hasil interpretasi
Magnetometer.
Towfish side scan sonar (SSS) dapat dipasang pada badan kapal atau ditarik di belakang kapal
(Gambar 22). Dalam pengambilan data, ada kemungkinan terjadi distorsi, baik distorsi
geometrik maupun distorsi akibat deviasi dari hubungan linear antara intensitas citra dan
kekuatan pantulan objek dasar laut. Oleh karena itu, beberapa hal yang harus diperhatikan
pada saat pengambilan data untuk mengurangi distorsi antara lain adalah panjang layback,
jarak obyek terhadap towfish, tinggi towfish dari dasar laut, heading lintasan serta pitch dan
roll dari towfish.
Layback atau stepback adalah jarak horizontal antara antena receiver GPS dengan titik
penghela ditambah jarak horisontal antara titik penghela dengan fish. Pada saat kabel
penghela digunakan untuk menarik fish di dalam air, kabel penghela tidak akan terentang
lurus, tetapi membentuk suatu lengkungan (Gambar 22).
Gambar 22 Layback dan Kelengkungan Kabel Towing
Secara geometris, besarnya harga K dapat dilihat pada gambar diatas, secara pendekatan nilai K
adalah:
dengan:
Lb = panjang layback (m)
a = jarak horizontal dari antena receiver GPS ke titik penghela (m)
X= jarak horizontal antara titik pengjhela dengan fish (m)
L = panjang kabel penghela (m)
d = kedalaman fish (m)
Gambar 23 Jarak objek terhadap fish
Semakin jauh jarak yang ditempuh oleh pulsa gelombang akustik pada arah x dalam
perambatannya di medium air laut, maka ukuran cakupan pulsa bertambah besar, sehingga
objek-objek yang tersaji pada citra seolah-olah diregangkan dalam arah penyapuan. Dengan
besar peregangan semakin besar kearah tepi citra.
Lapisan sedimen bawah permukaan bumi memiliki sifat fisis yang variatif. Salah satu sifat fisis
yang terdapat di bawah permukaan adalah tingkat kekerasan sedimen. Tingkat kekerasan
sedimen merupakan istilah geologi yang digunakan untuk menandakan kekompakan
(cohesiveness) suatu sedimen dan biasanya dinyatakan dalam bentuk compressive fracture
strength. Compressive fracture strenght merupakan tekanan maksimum yang mampu
ditahan oleh batuan untuk mempertahankan diri dari terjadinya rekahan (fracture). Besarnya
fracture strength dipengaruhi oleh densitas dan kekompakan sedimen. Sedangkan besarnya
densitas dan kekompakan juga dipengaruhi oleh elastisitas sedimen. Salah satu metode
geofisika yang digunakan untuk mengetahui elastisitas sedimen adalah metode seismik
refleksi. Metode ini memanfaatkan perambatan gelombang seismik yang merambat kedalam
bumi. Gelombang seismik tersebut berasal dari sumber seismik yang ada di permukaan dan
gelombang tersebut akan diterima oleh receiver yang ada di permukaan juga.
Contoh dari akusisi data sub bottom profile menggunakan software SonarWiz Map dapat
dilihat pada Gambar 26.
dimana:
H = Kuat Medan (Oersteds)
M = Intensitas magnetisasi (Oersteds)
= Susceptibilitas magnetik (emu cgs)
Besaran yang diukur dalam survei magnetik adalah intensitas medan magnet dengan satuan
nano Tesla (nT). Tujuan dari pengukuran magnetik adalah untuk mengetahui anomali medan
magnetik lokal yang ditimbulkan oleh benda-benda, objek atau batuan di sekitar lokasi survei.
Anomali medan magnetik lokal diperoleh berdasarkan:
dimana:
TIGRF adalah nilai intensitas magnetik regional disekitar lokasi survei yang nilainya ditentukan
dari peta intensitas total magnetik yang dibuat oleh IAGA. International Association of
Geomagnetism and Aeronomy (IAGA) telah membuat medan magnetic standar untuk bumi
yang dinyatakan sebagai International Geomagnetic Reference Field (IGRF). Peta intensitas
total magnetik IGRF tahun 2010 dapat dilihat pada Gambar 27.
2.8.2 Metode
Dalam pekerjaan ini, pengukuran magnetik dilakukan pada jalur rencana pemasangan jalur
kabel laut. Peralatan yang digunakan adalah Asthead marine magnetometer. Asthead marine
magnetometer memiliki sensitivitas 0.002 nT/Hz dengan range operasional 20.000 – 100.000
nT. Peralatan ini ditarik (ditowing) di belakang kapal/wahana survei dengan kecepatan sekitar
3 knot (1.5 m/s) dengan panjang kabel terulur (layback) berkisar 2-5 m. Positioning kapal dan
towfish magnetometer menggunakan DGPS, sedangkan pengukuran kedalaman dilakukan
menggunakan singlebeam echosounder. Skema survei pengukuran magnetik ini dapat dilihat
pada Gambar 28.
Akusisi data intensitas medan magnetik menggunakan software Marine Bob. Data yang
direkam adalah data intensitas medan, posisi kapal dan towfish (Lintang-Bujur dan X,Y) serta
waktu pencuplikan data (tanggal, jam, menit, detik). Selama survei magnetic berlangsung,
marine magnetometer telah dapat mendeteksi keberadaan benda ferromagnetik jalur
lintasan survei.