Anda di halaman 1dari 62

Laporan Pratikum Survey Hidrografi 2019

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam rangka pelaksanaan penelitian kesesuaian lokasi baru untuk pelabuhan
laut, maka perlu dilakukan Survei Bathimetri sebagai data dasar perencanaannya.
Pada awal pemikiran untuk menentukan lokasi pelabuhan laut ini, yaitu dipilih di
kawasan perairan Sendang Biru. Survei pemetaan laut yang dilaksanakan untuk
perencanaan tersebut meliputi tahapan survei sebagai berikut:
1. Pengukuran Kerangka Kontrol Peta (KKP)
2. Pengukuran Topografi
3. Sounding Pole
4. Sounding (Pemeruman)
5. Pengolahan Data Pasang-surut
6. Penyajian Hasil
Survei Bathimetri merupakan survei di bidang pemetaan laut yang
berhubungan dengan aspek hidrografi, dimana hasil dari survei bathimetri tersebut
adalah peta.Peta ini menginformasikan kedalaman air laut yang di hitung atau di
informasikan dari Chart Datum ke dasar laut.

1.2. Maksud dan Tujuan Survei


Maksud dari survei hidrografi ini adalah untuk mengetahui keadaan lokasi
pelabuhan untuk perencanaan pembangunan pelabuhan di pantai Sendang Biru.
Sedangkan tujuan survei ini adalah mengumpulkan data dan informasi lokasi
pelabuhan yang akan dibangun di pantai tersebut meliputi informasi:
1. Menyediakan informasi tentang pasang surut air laut, termasuk
kedudukan Mean Sea Level/Duduk Tengah dan Muka Surutan Peta/Chart
Datum.

Jurusan Teknik Geodesi UNITAL 2015 1


Laporan Pratikum Survey Hidrografi 2019

2. Menyediakan informasi teknis ruang laut yang disajikan di dalam peta


bathimetri yang akan dimanfaatkan untuk perencanaan pelabuhan dan
fasilitasnya.

1.3. Metode Penulisan


Metode laporan ini memanfaatkan data dan informasi yang berhubungan
dengan ilmu pengetahuan dan teknologi kelautan atau hidrografi, antara lain:
1.3.1. Studi Literatur
Studi literatur dalam penulisan laporan ini menggunakan buku–buku
panduan tentang pemetaan laut dan survei hidrografi.
1.3.2. Studi Lapangan
Studi lapangan berdasarkan pelaksanaan praktek di pantai Sendang Biru
Kecamatan Sumber Manjing Kabupaten Malang pada Tangal 11/01/2019 dalam
perencanaan praktikum survey Hidrigrafi.

BAB II
METODE PELAKSANAAN

Jurusan Teknik Geodesi UNITAL 2015 2


Laporan Pratikum Survey Hidrografi 2019

SURVEY BATHIMETRI

2.1 Survey Bathimetri


Survei Bathimetri dapat didefinisikan sebagai pekerjaan pengumpulan data
menggunakan metode penginderaan atau rekaman dari permukaan dasar laut, dimana
data tersebut kemudian diolah untuk menghasilkan profil – profil dasar laut dengan
jumlah yang cukup banyak sehingga dapat digambarkan susunan dari garis–garis
kedalaman (kontur) dan disajikan dalam bentuk peta bathimetri.
Pada survei bathimetri kedalaman air laut mempunyai pengaruh karena tinggi
permukaan air pada saat pengukuran senantiasa berubah setiap waktu sesuai dengan
fenomena pasang surut air laut yang nilainya harus dikoreksi dengan berdasarkan titik
referensi.
Hasil pengamatan pasang surut menghasilkan beberapa definisi dari suatu
permukaan referensi yaitu :
a. Mean Sea Level (MSL) atau duduk tengah adalah muka laut rata-rata pada
suatu periode pengamatan yang panjang, sebaiknya selama 18,6 tahun.
b. Mean High Water (MHW) adalah tinggi air rata-rata pada semua pasang
tinggi.
c. Mean Low Water (MLW) adalah tinggi air rata-rata pada semua surut
rendah.
d. Mean Higher High Water (MHHW) adalah tinggi rata-rata pasang
tertinggi dari dua air tinggi harian pada suatu periode waktu yang panjang.
Jika hanya satu air tinggi terjadi pada satu hari, maka air tinggi tersebut
diambil sebagai air tinggi tertinggi.
e. Mean Higher Low Water (MHLW) adalah tinggi rata-rata air tertinggi dari
dua air rendah harian pada suatu periode waktu yang panjang. Hal ini
tidak akan terjadi pada pasut diurnal.
f. Mean Lower Low Water (MLLW) adalah tinggi rata-rata air terendah dari
dua air rendah harian pada suatu periode waktu yang panjang. Jika hanya

Jurusan Teknik Geodesi UNITAL 2015 3


Laporan Pratikum Survey Hidrografi 2019

satu air rendah terjadi pada satu hari, maka harga air rendah tersebut
diambil sebagai air rendah terendah.
g. Mean High Water Springs (MHWS) adalah tinggi rata-rata dari dua air
tinggi berturut-turut selama periode pasang purnama, yaitu jika tunggang
(Range) pasut itu tertinggi.
h. Mean Low Water Springs (MLWS) adalah tinggi rata-rata yang diperoleh
dari dua air rendah berturut-turut selama periode pasang purnama.

2.2 Tahapan Perencanaan Survei


Pengukuran bathimetri dilakukan berdasarkan jalur pengamatan yang telah
direncanakan. Kedalaman dasar air laut diamati dengan alat Echosounder. Data posisi
dan pengamatan kedalaman dicatat secara periodik, sedangkan perekaman data
dilakukan secara terintegrasi oleh komputer ke dalam harddisk. Data tersebut
meliputi: Data posisi horizontal (X,Y) dan vertikal (Z), waktu, lintang (X), bujur (Y),

Jurusan Teknik Geodesi UNITAL 2015 4


Laporan Pratikum Survey Hidrografi 2019

kedalaman dan kualitas posisi yang digambarkan ke dalam peta kontur dua atau tiga
dimensi profil permukaan laut.

2.3 Pengukuran Kerangka Kontrol Peta (KKP)


Kerangka Kontrol Peta berfungsi sebagai titik ikat. Kerangka Kontrol Peta ada
dua jenis, yaitu Kerangka Kontrol Horizontal (KKH) dan Kerangka Kontrol Vertikal
(KKV).
a. Kerangka Kontrol Horisontal (KKH)
Salah satu Kerangka Kontrol Peta yang berbasis pada data-data
Horizontal. Pada Kerangka Kontrol Horizontal, hanya nilai koordinat x dan y
yang digunakan. Terdapat tiga hal dalam pengukuran KKH antara lain:
 Penentuan Bench Mark yang akan dijadikan referensi
Informasi yang hendak diperoleh dari Bench Mark referensi adalah
informasi posisi planimetris (X,Y) dalam Sistem Proyeksi Peta UTM
(Universal Transverse Mercator) dan Informasi tinggi (Z) yang diukur dari
bidang/muka surutan peta (Chart Datum). Setelah dilakukan orientasi
lapangan, maka dapat ditentukan empat buah posisi secara pendekatan untuk
mendirikan pilar/patok tetap (Bench Mark), Dari kedua Bench Mark yang
terpasang dapat memungkinkan saling dapat melihat, hal ini akan berguna
sebagai pedoman arah pada saat dilakukan pengukuran.

 Penempatan titik kontrol


Penempatan titik-titik yang akan dijadikan titik kontrol peta juga
sangat penting. Setelah titik kontrol ditentukan kemudian tancapkanlah patok-
patok kayu pada titik-titik tersebut. Karena obyek yang akan diukur berupa
luasan, maka KKH disepakati berupa poligon tertutup, dan titik-titik kontrol
peta harus tersebar merata, sehingga dapat menjangkau setiap obyek-obyek
penting yang hendak diukur di dalam area pengukuran. Poligon Tertutup
merupakan suatu sistem Kerangka Kontrol Peta yang menggunakan satu atau

Jurusan Teknik Geodesi UNITAL 2015 5


Laporan Pratikum Survey Hidrografi 2019

dua titik referensi (BM). Pengukuran diawali dari salah satu titik referensi,
selanjutnya dilakukan melingkar mengikuti persebaran titik-titik yang akan
menjadi titik-titik kontrol dan kembali lagi ke titik semula. Sedangkan titik
BM lainnya tetap dilalui oleh jalur ukur, untuk menguatkan jaringan poligon.
Dalam sistem Poligon, terdapat 3 (tiga) jenis Kerangka Kontrol
Horisontal, yaitu Poligon Tertutup, Poligon Terbuka Terikat Sempurna, dan
Poligon Terbuka Terikat Sepihak.

b. Kerangka Kontrol Vertikal (KKV)


Kerangka Kontrol Vertikal menampilkan beda tinggi antara titik-titik
yang akan menjadi titik kontrol peta. Proses pengukurannya dilakukan dengan
sistem Pergi–Pulang, yaitu menempatkan alat (Waterpass) di antara titik–titik
kontrol secara berurutan hingga titik terakhir, kemudian kembali ke titik awal
melalui jalur yang berbeda.

2.4. Pengukuran Detail


Pada sebagian khususnya wilayah pesisir pantai dangkal perlu dilakukan
pengukuran topografi. Pengukuran ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran
tentang tinggi rendahnya permukaan tanah serta obyek-obyek yang bersifat alamaih
maupun buatan manusia yang terdapat pada wilayah tersebut pelaksanaan pengukuran
topografi dilaksanakan dengan metode radial. Untuk menghindari kesalahan dalam
pencatatan data ukuran lapangan dan meningkatkan ketelitian hasil pengukurannya,
maka diperlukan peralatan ukur topografi yang disebut Total Station. Alat ukur Total
Station mempunyai kemampuan untuk mengukur sudut dan jarak secara digital
elektronis dan sekaligus merekamnya. Keseluruhan data topografi nantinya akan
digabungkan dengan data hasil pemeruman dan diproses menggunakan komputer
menjadi satu kesatuan di dalam peta bathimetri.

2.5. Sounding Pole

Jurusan Teknik Geodesi UNITAL 2015 6


Laporan Pratikum Survey Hidrografi 2019

Pengukuran Sounding Polesebenarnya hampir sama dengan pengukuran


topografi atau pengukuran titik detail di darat, yang membedakannya daerah yang
diukur adalah daerah yang terdapat di wilayah surutan air laut atau wilayah yang
tertutup air pada saat air laut pasang dan kering pada saat air laut surut. Maksudnya
untuk memetakan daerah laut yang tidak dapat di sounding karena kedalamannya
sudah dangkal sehingga tidak dapat di lewati oleh kapal. Langkah-langkah
pengukurannya sama dengan pengukuran titik-titik detail dan alat yang digunakan
adalah total station, prisma dan tongkat prisma, dan statif.

2.6. Sounding (Pemeruman)


Pemeruman atau sounding merupakan proses dan aktivitas yang
ditujukan untuk memperoleh gambaran atau bentuk topografi dasar perairan.
Pemeruman atau sounding dilaksanakan pada wilayah perairan yang
mempunyai kedalam yang cukup untuk dilayari dengan kapal survei. Sedang
untuk wilayah perairan dangkal dilakukan pengukuran dari darat menggunakan
peralatan Total Station dengan metode Sounding Pole.
Pada kegiatan pemeruman terdapat beberapa tahapan yang harus dilaksanakan
antara lain:

a Perencanaan jalur sounding


b Penentuan titik-titik fix
c Pelaksanaan sounding
d Reduksi data ukuran

A. Perencanaan Jalur Sounding


Perencaaan jalur-jalur sounding (pemeruman) dipersiapkan dengan
bantuan komputer sebelum survei bathimetri dilaksanakan pada peta petunjuk
kerja. Peta preplot disajikan dalam bentuk dijital dan memuat informasi dari
keseluruhan jalur-jalur sounding (line sounding) maupun jalur cross (line

Jurusan Teknik Geodesi UNITAL 2015 7


Laporan Pratikum Survey Hidrografi 2019

crossing). Untuk jalur sounding direncanakan tegak lurus terhadap garis pantai
dengan interval 5 m dan jalur melintang (cross) diusahakan sejajar dengan garis
pantai dengan interval jarak tertentu pula. Fungsi dari peta Pre-plot digital ini
akan digunakan sebagai alat bantu petunjuk arah dan jarak (navigasi) dari perahu
saat melakukan pemeruman (sounding) di laut.

Suatu kegiatan pemeruman dilaksanakan dengan menjalankan sebuah


sistem jalur sounding yang telah direncanakan sebelumnya, kegiatan ini meliputi
seluruh daerah survei. Cara menjalankan jalur sounding ini harus dilaksanakan
sedemikian rupa sehingga bentuk dasar laut dapat digambarkan sebaik-baiknya
dan secara efisien.
Jalur sounding yang sama dengan jarak yang sama, merupakan metode
yang terbaik guna melaksanakan pemeruman dan jarak ini memberikan bentuk
dasar laut yang jelas.

B. Penentuan Titik–Titik Fix


Pemeruman dilakukan dengan membuat profil (potongan) pengukuran
kedalaman. Untuk mengetahui posisi kedalaman titik-titik perum, perlu
dilaksanakan pengukuran atau penentuan posisi untuk titik-titik sounding. Lajur-
lajur perum didesain sedemikian rupa sehingga memungkinkan pendeteksian
perubahan kedalaman yang lebih ekstrim.
Penentuan posisi titik-titik fix perum biasanya dilakukan dengan cara
mengikatkan ke titik-titik didarat, dan penentuan titik-titik fix perum dapat juga
tanpa menggunakan titik-titik di darat tetapi bisa juga dilakukan dengan
menggunakan satellite, misalnya dengan menggunakan GPS.
Dari pengukuran kedalaman di titik-titik fix perum pada lajur-lajur perum
yang telah didesain, akan didapatkan sebaran titik-titik fix perum pada daerah
survei yang nilai-nilai pengukuran kedalamannya dapat dipakai untuk
menggambarkan bathimetri yang diinginkan. Berdasarkan sebaran angka-angka
kedalaman pada titik-titik fix perum itu, bathimetri perairan yang di survei dapat
diperoleh dengan menarik garis-garis kontur kedalaman. Penarikan garis kontur

Jurusan Teknik Geodesi UNITAL 2015 8


Laporan Pratikum Survey Hidrografi 2019

kedalaman dilakukan dengan membangun grid dari sebaran data kedalaman. Dari
grid yang dibangun, dapat ditarik garis-garis yang menunjukkan angka-angka
kedalaman yang sama.

C. Pelaksanaan Sounding
Pengukuran kedalaman air adalah kegiatan pengukuran jarak vertikal dari
permukaan air laut saat itu sampai dasar laut dengan menggunakan alat
Echosounder. Dalam pelaksanaan pengukuran kedalaman air laut ada tiga
kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama dan pada waktu yang sama. Ketiga
kegiatan dibagi dalam tiga kelompok kerja antara lain :

1. Pengamatan Pasut
Pengamatan pasang surut dilakukan untuk memperoleh data tinggi
muka air laut di suatu lokasi. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut dapat
ditetapkan datum vertikal tertentu yang sesuai untuk keperluan-keperluan
tertentu pula. Pengamatan pasut dilakukan dengan mencatat atau merekam
data tinggi muka air laut pada setiap interval waktu tertentu. Rentang
pengamatan pasut sebaiknya dilakukan selama selang waktu keseluruhan
periodisasi posisi ‘semula’. Rentang waktu pengamatan pasut yang lazim
dilakukan untuk keperluan praktis adalah 15 atau 29 piantan (1 piantan = 25
jam). Interval waktu pencatatan atau perekaman tinggi muka laut biasanya
adalah 15, 30 atau 60 menit. Pengamatan pasang surut ini bertujuan untuk
mendapatkan data tentang kondisi pasang surut air laut, yaitu mengenai
posisi duduk tengah (Mean Sea Level) dan posisi muka surutan peta (Chart
Datum/CD) melalui analisa harmonik metode perataan kuadran terkecil.
Posisi ketinggian Chart Datum/CD akan diikatkan pada pilar/patok beton
yang didirikan di pantai.

Sebuah alat pengamat pasut mekanik yang digunakan untuk ini


adalah valeport. Gerakan naik dan turunnya air laut dideteksi alat tersebut
yang telah dipasang di dalam air. Data pasut tersebut akan dibaca dan dicatat

Jurusan Teknik Geodesi UNITAL 2015 9


Laporan Pratikum Survey Hidrografi 2019

pada present sensor yang telah dipasang dan disetting di darat secara
bersamaan.
Alat ini biasanya diletakkan dalam pipa paralon yang berhubungan
untuk mereduksi gerak muka laut sesaat karena gelombang dan angin.
Penyebab terjadinya pasang surut antara lain :
 Pengaruh kejadian geodinamis dan geometris ada dalam perut
bumi seperti pergerakan magma, gempa bumi dan pergerakan-
pergerakan lempeng tektonis.
 Pengaruh mekanis dan kimiawi yang di timbulkan radiasi matahari
dan kerja keras atmosfer (pemanasan air laut, perubahan tekanan
udara, angin dan lain-lain).
 Pengaruh benda-banda angkasa yang menyebabkan terjadinya
daya pembangkit pasang surut.
Pada pengamatan pasut dilakukan transfer elevasi yaitu untuk mengetahui
tinggi (tide guage) muka air pada waktu tertentu yang diikatkan dengan BM terdekat,
tujuannya untuk mengetahui beda tinggi di laut dengan di darat.

2. Pengukuran kedalaman air laut


Pengukuran kedalaman air dilakukan pada titik-titik yang dipilih untuk
mewakili keseluruhan daerah yang akan dipetakan. Pada titik-titik tersebut
juga dilakukan pengukuran untuk penentuan posisi. Titik-titik tempat
dilakukannya pengukuran untuk penentuan posisi dan kedalaman disebut
sebagai titik fix perum. Pada setiap titik fix perum harus juga dilakukan
pencatatan waktu pada saat pengukuran untuk reduksi hasil pengukuran
karena pasut.
Kelompok ini melaksanaan pengukuran kedalaman air menggunakan
alat echosounder. Echosounder adalah alat yang tidak mengukur kedalaman
air secara langsung, akan tetapi mengukur waktu yang diperlukan gelombang
suara untuk menempuh jarak dari transduser ke dasar laut atau dari dasar laut
kembali lagi ke transduser.

Jurusan Teknik Geodesi UNITAL 2015 10


Laporan Pratikum Survey Hidrografi 2019

Interval waktu tersebut kemudian dikonversi menjadi kedalaman yaitu


dengan mengalikan waktu tersebut dengan kecepatan gelombang suara dalam
air laut, sehingga :

Dimana
D : kedalaman air laut (m)
V : kecepatan gelombang suara dalam air laut (m/detik)
t : interval waktu (detik)

Recorder merupakan unit terpenting dari suatu alat perum gema. Interval
waktu gelombang suara yang dipancarkan transduser kedasar laut dan kembali ke
transduser diukur oleh recorder. Gelombang suara akan dipantulkan oleh dasar laut
sampai kembali ke permukaan laut dan diterima oleh receiver transduser. Kemudian
receiver transduser gelombang suara tersebut ditransformasikan kembali menjadi
energi listrik dan dikirim ke receiver. Oleh receiver sinyal-sinyal tersebut diperkuat
dan dikirim ke recorder.Pada recorder, diukur interval waktu yang diperlukan pulsa
gelombang suara untuk menempuh jarak dari transduser ke dasar laut dan kembali
lagi ke transduser.
Data yang diperoleh dari hasil pengukuran kedalaman air laut adalah,
1. Data waktu pada saat pengukuran kedalaman.
2. Data kedalaman air laut pada saat pengukuran kedalaman air.

3. Bar Check
Bar check adalah kegiatan kalibrasi alat perum gema (Echosounder) yang
dimaksudkan untuk menyesuaikan kedalaman yang terekam diatas kertas
echosounder (echogram) dengan kedalaman air yang terukur. Kegiatan ini biasanya
dilakukan dua kali karena keadaan kapal dan personil yang berada sebelum
pengukuran dengan sesudah pengukuran dan karena perbedaan sifat fisik air yaitu
suhu, salinitas, kerapatan partikel yang berpengaruh terhadap sound of Velocily,

Jurusan Teknik Geodesi UNITAL 2015 11


Laporan Pratikum Survey Hidrografi 2019

selain itu banyak faktor yang juga diperhitungkan seperti draft kapal kerena berat
kapal dll.
Ada dua jenis bar chek berdasarkan kedalaman pengukuran, yaitu :

a. Bar check tongkat adalah bar check yang digunakan pada pengukuran
kedalaman 1 – 10 meter

m1-10 M

Plat Baja

Gambar 2.2. Bar Check Tongkat

b. Bar check rantai adalah bar check yang digunakan untuk pengukuran
kedalaman air 1 –2 meter.

2m

Plat baja

Jurusan Teknik Geodesi UNITAL 2015 12


Laporan Pratikum Survey Hidrografi 2019

Gambar 2.3. Bak check Rantai


Dalam kegiatan bar check, dilakukan beberapa pengaturan pada alat perum
gema agar diperoleh hasil rekaman perum gema yang diinginkan. Kegiatan ini
meliputi pengaturan :

c. Kecepatan suara atau gelombang suara (speed of sound)


d. Skala yang digunakan pada kertas
e. Kadar garam
f. Kalibrasi nol Kecepatan kertas
g. Kedalaman transduser
Disamping melakukan kalibrasi dengan bar check, juga dilakukan koreksi
indeks atau koreksi Echosounderyang besarnya tergantung dari jenis echosounder
yang telah ditetapkan.
Pada pemeruman laut dalam, kecepatan gelombang suara pada air tidak
konstan, hal ini dipengaruhi temperatur, tekanan dan kadar garam, sehingga hasil
ukuran mengandung kesalahan. Untuk memperoleh ketelitian hasil pemeruman, perlu
diketahui gelombang suara pada tiap-tiap lapisan kedalaman air laut dari 1 m, 2 m, 3 .
m, 5 m, 10 m.. dan selanjutnya disesuaikan dengan kedalaman area survei.
Koreksi kedalaman karena perubahan kecepatan gelombang suara dalam air
laut dapat diperoleh dengan cara, yaitu, koreksi diperoleh bila dilakukan pengamatan
terhadap temperatur, tekanan dan kadar garam air laut.

D. Reduksi Data Ukuran


Adanya pasut laut menyebabkan kedalaman suatu titik akan berubah-ubah
setiap waktu. Maka dalam pekerjaan pemeruman telah ditentukan suatu bidang
referensi kedalaman laut, yaitu “muka surutan” (chart datum). Dengan demikian,
setiap hasil pengukuran kedalaman harus direduksi terhadap muka surutan.
Besarnya reduksi terhadap kedalaman suatu titik pada saat pengukuran
ditentukan oleh beberapa hal, yaitu kedudukan permukaan laut pada saat pengukuran,

Jurusan Teknik Geodesi UNITAL 2015 13


Laporan Pratikum Survey Hidrografi 2019

duduk tengah atau permukaan laut rata-rata (mean sea level), serta harga Z0 yaitu
untuk mendapatkan muka surutan. Ketiga hal tersebut diperoleh melalui pengamatan
pasut laut yang terus-menerus selama survey.

Tide guage
TWLt
MSL
rt Z0
TWLt MSL
Muka

Kedalaman titik surutan

a a

Gambar 2.4. Muka Surutan Air Laut

Secara aljabar, besarnya reduksi pasut untuk mendapatkan kedalaman laut


ukuran terhadap muka surutan pada waktu (t) dapat ditulis sebagai berikut:

rt = (TWLt – MSL + Z0)

Keterangan :
Rt :besarnya reduksi pasut
TWLt :kedudukan laut sesungguhnya
MSL :kedudukan permukaan laut rata-rata (mean sea level)
Z0 :kedalaman muka surutan (chart datum) di bawahMSL

2.7. Pengolahan Data


Seluruh rekaman data posisi horizontal dan kedalaman air dari keseluruhan
titik-titik fix hasil pemeruman adalah dalam bentuk digital. Khususnya untuk data
kedalaman air perlu direduksi terhadap data ketinggian pasang surut yang diperoleh
dari pembacaan palem ukur dengan dasar waktu pengamatan yang sama. Sehingga

Jurusan Teknik Geodesi UNITAL 2015 14


Laporan Pratikum Survey Hidrografi 2019

data kedalaman air yang telah tereduksi adalah kedalaman air dibawah muka surutan
peta (chart datum) yang siap untuk diplot ke dalam peta bathimetri.

Data hasil pengukuran kedalaman air laut perlu direduksi terhadap nilai
pasang surut saat dilakukannya pemeruman, sebelum dapat diplot ke dalam peta.
Sedang data pengukuran topografi dilakukan koreksi-koreksi supaya dapat
dieliminasi kesalahan-kesalahan yang diakibatkan karena alat, pengaruh cuaca,
maupun dari operator alat. Segala proses reduksi maupun koreksi data ukuran
dilakukan menggunakan komputer. Dari semua data yang telah terkoreksi kemudian
dilanjutkan kedalam proses plotting peta. Hal ini dilakukan pula secara digital lewat
bantuan komputer yang dilengkapi perangkat lunak AutoCad 3D Map 2012. Data
ukuran lapangan secara keseluruhan digabung dan dilaporkan secara tertulis (cetakan)
dan disajikan pula secara digital di dalam CD.

2.8. Penyajian Hasil


Pada penyajian hasil peta survei bathimetri meliputi:
1. Proses kartografi dan reproduksi peta
Proses Kartografi merupakan proses pengaturan bagian-bagian didalam peta
sehingga memenuhi standar di bidang pemetaan, sebagaimana telah disepakati
secara teknis dan ilmiah sejak dahulu. Pewarnaan dan simbolisasi merupakan dua
bagian yang penting dalam proses kartografi. Hal lainnya, seperti tebal dan tipis
garis, ukuran huruf, serta tata cara penempatan keterangan dan sebagainya harus
diperhatikan. Fungsi utama dari proses kartografi adalah membuat peta yang
dihasilkan menjadi lebih menarik dan informatif, tanpa mengganggu atau merubah
data yang ada di dalamnya.
Hasil prosesing data ukuran lapangan berupa peta digital, kemudian ditindak lanjuti
dengan proses kartografi. Pada proses kartografi ini, dilakukan proses kompilasi peta antara
peta topografi dan peta bathimetri, penyiapan bingkai dan legenda peta, melengkapi nama–
nama wilayah, interpolasi garis kontur , pewarnaan dan lain sebagainya, agar peta yang
dihasilkan nanti mudah dimengerti oleh penggunanya. Kegiatan proses kartografi ini

Jurusan Teknik Geodesi UNITAL 2015 15


Laporan Pratikum Survey Hidrografi 2019

dilakukan secara digital menggunakan komputer yang dilengkapi dengan perangkat lunak
Auto Desk.

2.Penggambaran peta
Data dijital hasil pemrosesan data lapangan kemudian dibawa ke dalam
proses kartografi yang antara lain meliputi pekerjaan plotting angka kedalaman,
penarikan garis kontur, pembuatan indeks peta, pembuatan simbol/legenda,
pembuatan bingkai peta dan proses toponimi yaitu pemberian nama-nama
wilayah. Kesemua proses ini dilakukan secara digital sehingga akan dihasilkan
peta dalam simpanan (file) yang terdiri dari beberapa lapisan/layer, sebagai
contoh peta digital tersebut terdiri dari layer bingkai peta, layer bangunan, layer
hidrografi, layer titik kedalaman dll. Hal ini akan sangat memudahkan bagi
pengguna peta dalam merevisi peta digital tersebut ataupun merencanakan
bangunan pada layer yang terpilih dari peta tersebut dengan menggunakan
komputer. Penyajian dan penyimpanan peta digital akan sangat praktis, karena
disajikan kedalam CD (Compact Disk).

BAB III
PELAKSANAAN

Jurusan Teknik Geodesi UNITAL 2015 16


Laporan Pratikum Survey Hidrografi 2019

SURVEY BATHIMETRI

3.1. Persiapan dan Perencanaan Survey Bathimetri


Sebelum pelaksanaan kegiatan di lapangan dimulai, terlebih dahulu dilakukan
persiapan-persiapan antara lain:
1. Peninjauan lapangan dan pemilihan lokasi pengukuran
Peninjauan lapangan dimaksudkan untuk mengetahui lebih jelas tentang
kondisi nyata di lokasi pekerjaan serta agar dapat dilakukan perkiraan akan
permasalahan yang akan ditemui dalam pelaksanaan survei nantinya.
Disamping itu pula peninjauan lapangan akan dapat lebih memastikan batasan
wilayah kerja serta metode pengukuran atau metode survei yang lebih sesuai,
sehingga akan dapat dilakukan efisiensi dalam pelaksanaannya.

Gambar: Area Pengamatan Tide Guage Gambar: Area pengukuran Topografi

Jurusan Teknik Geodesi UNITAL 2015 17


Laporan Pratikum Survey Hidrografi 2019

Gambar: Area Sounding

2. Peralatanyang digunakan
Peralatan ukur yang akan dipergunakan terlebih dahulu dilakukan kalibrasi
atau di cek terutama peralatan yang baik pada saat pengukuran dapat dicapai dan
memperkecil kesalahan penyimpangannya.

Gambar: Peralatan yang digunakan

3. Sarana lainnya yang berfungsi sebagai alat bantu kegiatan lapangan.


Persiapan lain yang dilakukan adalah melakukan koordinasi dengan pihak
pemberi kerja serta persiapan-persiapan lainya yang berupa penyiapan material yang
akan dipergunakan di dalam kegiatan survei, serta alat–alat pendukung seperti
peralatan komunikasi dan transportasi.

3.2 Pelaksanaan Survey Bathimetri


Pelaksanaan pekerjaan Survei Bathimetri ini meliputi kegiatan seperti.
3.2.1. Pengukuran Kerangka Kontrol Peta
Pengukuran ini meliputi dua kerangka kontrol pengukuran antara lain:
1. Pengukuran kerangka kontrol horizontal meliputi :
 Penentuan Bench Mark yang akan dijadikan referensi.
Untuk penentuan Kerangka Kontrol Horizontal (KKH) dalam proses
praktikum Survei Hidrografi dan Batimetriini, Bench Mark

Jurusan Teknik Geodesi UNITAL 2015 18


Laporan Pratikum Survey Hidrografi 2019

referensinya adalah Bench Mark yang diukur dengan menggunakan


GPS Geodetik.
 Penempatan titik kontrol
Penempatan titik–titik pada pengukuran KKH ini menggunakan
poligon tertutup.

Gambar Sketsa Topografi


3.3. Langkah-langkah pengukuran KKH :
1. Tentukan titik-titik (obyek) yang akan diukur
2. Persiapkan peralatan ukur, yang meliputi:
a. 3 unit Total Station
b. 5 unit prisma
c. 4 statif
d. 5 batang patok kayu
3. Menentukan Titik Referensi (BM) yang akan digunakan dalam proses
pengukuran. BM yang digunakan ada satu yang selanjutnya disebut BM1.
4. Menentukan titik-titik yang akan dijadikan titik kontrol peta.,
kemudian tancapkanlah patok-patok kayu pada titik-titik tersebut. Karena

Jurusan Teknik Geodesi UNITAL 2015 19


Laporan Pratikum Survey Hidrografi 2019

obyek yang akan diukur berupa luasan, maka KKH disepakati berupa
Poligon Tertutup dan titik-titik kontrol peta harus tersebar merata, sehingga
dapat menjangkau setiap obyek-obyek penting yang hendak diukur di dalam
area pengukuran. Selanjutnya titik-titik tersebut diberi nama P1, P2, P3 dan
P4.
5. Pengukuran dimulai dengan mendirikan Total Station di TB2,
kemudian backsight ke TB4.
6. Untuk mendirikan alat agar tepat berada di atas patok tiap-tiap titik,
lakukan sentering alat pada Total Station (TS), prisma 1, dan putarlah sekrup
pengatur A, B, C, sehingga gelembung nivo dalam keadaan seimbang (berada
di tengah-tengah lingkaran nivo) dan pada saat yang sama, posisi patok tepat
berada di tengah jika dibidik melalui lensa sentering optis.
7. Setelah selesai, hidupkan Total Station (TS) dengan menekan tombol
Power, kemudian tekan Start, dan selanjutnya pengukuran dimulai dengan
membidik prisma 1 di titik TB4 sebagai bacaan biasa.
8. Lakukan tahapan-tahapan di atas untuk seluruh titik yang akan di ukur
pada pengukuran KKH. Jangan lupa, bahwa setelah mengukur titik titik
BM1, maka pengukuran Poligon harus ditutup dengan mengukur sudut
antara TB4 dan BM1, dimana alat berdiri di TB2.

3.4. Pengukuran kerangka kontrol vertikal


Pengukuran Kerangka Kontrol Vertikal (KKV) dilakukan dalam rangka
penentuan beda tinggi suatu titik yang akan ditentukan ketinggiannya berdasarkan
suatu sistem referensi atau bidang acuan.
 Langkah-langkah Pengukuran KKV :
1. Persiapkan peralatan, yang terdiri atas:
a. 2 unit Waterpass
b. 3unit Rambu Ukur
c. Formulir Ukur secukupnya
2. Pengukuran Pergi dimulai dengan mendirikan Waterpass di antara titik
TB2 dan P4. Jarak kedua titik terhadap alat sebaiknya seimbang.

Jurusan Teknik Geodesi UNITAL 2015 20


Laporan Pratikum Survey Hidrografi 2019

3. Putarlah sekrup pengatur A, B, C, sedemikian rupa sehingga gelembung


nivo dalam keadaan seimbang (berada di tengah-tengah lingkaran nivo).
4. Dirikan Rambu Ukur 1 di TB2 dan Rambu Ukur 2 di P4.
5. Arahkan Waterpass ke TB2 sebagai rambu muka dan titik P4 sebagai
rambu belakang.
6. Lakukan tahapan-tahapan ini untuk seluruh titik yang akan di ukur pada
pengukuran KKV.
7. Untuk yang terakhir, lakukan transfer elevasi dari valeport ke P4 untuk
mengetahui beda tinggi di laut dengan di darat.

3.5. Pengukuran Detail


Pengukuran detail adalah pengukuran semua unsur-unsur yang ada di lapangan.
Baik itu yang berupa buatan manusia (jalan, bangunan, jembatan) maupun buatan
alam (alamiah).
a. Langkah–langkah pengukuran detail :
1. Sketsa lokasi yang akan diambil detailnya
2. Persiapan peralatan yang akan digunakan :
 3 unit Total Station
 4unit prisma
 Personil
3. Menempatkan alat ukur total station sesuai dengan prosedur di titik
TB2.kemudian bidik ke TB4 sebagai backsight, lalu bidik titik-titik
detail yang akan dimunculkan di peta.
4. Apabila titik kontrol tersebut tidak memungkinkan mengcover semua
area, maka akan dibuat titik bantu diluar poligon (TP).

3.6. Sounding Pole


Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
 Pertama-tama Total Station diletakkan diatas titik BM2, setelah itu
lakukan proses sentring optis, yaitu mengatur gelembung nivo kotak

Jurusan Teknik Geodesi UNITAL 2015 21


Laporan Pratikum Survey Hidrografi 2019

dan nivo tabung agar tepat ditengah dengan menggunakan sekrup


penyetel. Selanjutnya pengukuran dimulai dengan membidik prisma di
titik TB4 (backsight).
 Setelah kita memperoleh hasil pengukuran dariTB2 terhadap TB4,
lakukan pengukuran terhadap titik-titik pole sounding.
 Pada saat pelaksanaan pengukuran titik pole sounding harus overlay
dengan titik detail yang ada di darat dan dengan titik fix hasil sounding
di laut.

Gambar.3.1 Pengukuran Pole Sounding

3.7. Sounding (Pemeruman)


Pelaksanaan pemeruman terlebih dahulu direncanakan jalur–jalur sounding
dengan data dasar peta Rupa Bumi digital yang diterbitkan Google Earth skala 1 :
2500 atau dengan melakukan traking (navigasi) menggunakan GPS Geodetik. Jalur–
jalur pemeruman mengarah kurang lebihnya tegak lurus dengan garis pantai dengan
interval jarak antar jalur sebesar 25 meter. Sedang untuk jalur silang (line crossing),
yaitu jalur pemeruman yang tegak lurus dengan jalur pemeruman dibuat ebanyak 3
(tiga) jalur. Disini kita akan melakukan sounding sepanjang 1400 m sejajar dengan
garis pantai. Keseluruhan jalur pemeruman kemudian dilalui untuk melaksanakan
pengukuran kedalaman air laut yang menggunakan alat Echosounder dan pada
interval tertentu dilakukan pula pengukuran posisi planismetrisnya. Pengukuran
posisi planimetris dan kedalaman air di titik–titik sepanjang jalur pemeruman disebut
titik fix. Jarak antar titik fix diukur setiap 5 second. Sounding ini meliputi :

Jurusan Teknik Geodesi UNITAL 2015 22


Laporan Pratikum Survey Hidrografi 2019

3.8. Persiapan Alat


a.DGPS Trimble (Differential Global Positioning System)

Gambar 3.2 Reciever GPS-DSM base Gambar 3.3 Reciever GPS-DSM rover

Gambar 3.4 Antena Reciever GPS


b. Valeport dan Tideguage
Berfungsi untuk mengukur pasang surut air laut.

Jurusan Teknik Geodesi UNITAL 2015 23


Laporan Pratikum Survey Hidrografi 2019

Gambar 3.5 Tide guage


c. Echosounder

Gambar 3.6 Echosounder Odom Hydrotrac

3.9. Rangkaian Pemasangan Kabel pada Pemeruman

Jurusan Teknik Geodesi UNITAL 2015 24


Laporan Pratikum Survey Hidrografi 2019

Gambar 3.7 Instalasi GPS-DSM di base station

Jurusan Teknik Geodesi UNITAL 2015 25


Laporan Pratikum Survey Hidrografi 2019

Gambar 3.8 Instalasi peralatan di rover

3.10. Pelaksanaan Sounding


Pelaksanaan sounding meliputi:
1. Pengamatan pasang surut air laut
Pengukuran pasang surut air laut di pantai Sendang Biru, Kecamatan Sumber
Manjing, Kabupaten Malang, dilaksanakan pada posisi 8° 26' 00.825" LS dan 112°
41' 04.602" BT. Pada posisi tersebut dipasang alat pencatat pasang surut yaitu
valeport 704. Pengamatan pasang surut dimulai pada jam 14:05, tanggal 11 sampai
dengan 12Januari 2019. Keseluruhan data pasang surut yang telah dicatat kemudian
ditampilkan dalam bentuk grafik dan dilakukan analisa menggunakan metode

Jurusan Teknik Geodesi UNITAL 2015 26


Laporan Pratikum Survey Hidrografi 2019

perataan kuadran terkecil yang memperoleh hasil berupa konstanta-konstanta pasang


surut yang merupakan sifat–sifat pasang surut.
Adapun langkah-langkah sebagai berikut :
 Persiapkan perlengkapan pengukuran PASUT, yang terdiri dari :
a. Formulir
b. Bul pan
c. Kalkulator
d. Palem ukur
e. Waktu
Untuk melakukan sounding, terlebih dahulu kita akan melakukan konfigurasialat
Echo sounder.
1. Langkah awal untuk konfigurasi hidropro, kita jalankan
dulusoftwareHydropro.

Gambar 3.9 Tampilan Hydropro


2. Di sini terdapat tiga buah menu, antara lain :
 Nav : adalah navigasi untuk capturing data
saat melakukan sounding di laut.
 NavEdit : adalah menu yang digunakan untuk
editing dan korekting data setelah selesai melakukan pengukuran.

3. Setelah semua unit telah terhubung dengan baik dan kita sudah mendapat
hasil diferential dari GPS, serta Echosounder telah di setting sesuai
dengan keluaran EOnya masing-masing, kita hubungkan equipment
tersebut ke Com Port yang sudah disediakan pada komputer kita. Terlebih
dahulu kita jalankan programuntuk navigasi.

Jurusan Teknik Geodesi UNITAL 2015 27


Laporan Pratikum Survey Hidrografi 2019

4. Pertama kita harus membuat project dengan memilih menu New Project,
setelah itu kita bisa memilih equipment apa saja yang terhubung dengan
komputer kita dengan masuk ke menu Configure Equipment. Dan
akan keluar tampilan Equipment Configuration.

Gambar 3.10 Dialog Equipment Configuration

5. Kemudian kita klik Adduntuk menambahkan komponen yang telah


terhubung dengan komputer kita. Pertama kita pilih GPS pada kolom
Equipment Type dan NMEA pada kolom Equipment Name. Karena di atas
kita telah menyetting GPS kita untuk mengeluarkan data NMEA yaitu
GGA untuk informasi posisi dan VTG untuk informasi waktu. Kita Next
dan kita klik Finish.

Gambar 3.11 Tampilan Add Equipment


Jurusan Teknik Geodesi UNITAL 2015 28
Laporan Pratikum Survey Hidrografi 2019

6. Setelah itu akan keluar tampilan Configure Equipment, untuk menentukan


di Port berapa GPS tersebut terhubung dengan komputer kita.

Gambar 3.12 Tampilan Configure Equipment

7. Kita klik Portdan akan muncul tampilan konfigurasi. Disini kita setting
nilai boudratenya sama seperti yang telah kita setting pada alat
sebelumnya. Kemudian kita klik tombol Test untuk melihat apakah data
sudah dapat mengalir ke komputer dan harus dipastikan GPS dalam
keadaan diferential. Dan kita klik Close  OK  OK.

Gambar 3.13 KonfigurasiPort

Jurusan Teknik Geodesi UNITAL 2015 29


Laporan Pratikum Survey Hidrografi 2019

Gambar 1.14 Raw Data Test


8. Kemudian kita klik Add lagi untuk menambahkan equipment berupa
Echosounder. Pada kolom equipment type kita pilih Echo sounder,
sedangkan pada kolom equipment name kita pilih ODOM Echo
sounder. Kita klik Next  Finish.

Gambar 3.15 Pemilihan Echo Sounder

Jurusan Teknik Geodesi UNITAL 2015 30


Laporan Pratikum Survey Hidrografi 2019

9. Sama halnya dengan GPS, kita setting port dimana Echosounder tersebut t
erhubung dengan mengklik Port, kemudian klik tombol Test utntukmemas
tikan keluaran data.

Gambar 3.16 SettinganPort Echo Sounder

Gambar 3.17 Keluaran data Echo Sounder

Jurusan Teknik Geodesi UNITAL 2015 31


Laporan Pratikum Survey Hidrografi 2019

10. Setelah data dapat dipastikan keluar, kita Close  OKkemudian kita klik
tombol Advance. Karena kita ingin mencetak data kedalaman yang diukur
pada kertas Echogram.

Gambar 3.18 Tampilan Advance

11. Kita klik Custom dan kita pilih Protokol, kita centang Send
immediately and ignore handshake.Sedangkan pada kolom menu
Maximum annotation length adalah banyaknya karakter yang akan kita
printing. Kemudian OK  Close  Close.

Gambar 3.19 Pengaturan kertas echogram

Jurusan Teknik Geodesi UNITAL 2015 32


Laporan Pratikum Survey Hidrografi 2019

12. Berikutnya kita akan mengeluarkan informasi pada layar Hydropro dari
menu Display kemudian Open display,berupa :
 Plan view map : merupakan sebuah display lokasi, jalur
pengukuran, dan pergerakan kita saat melakukan pengukuran.
 Offline bar : merupakan informasi kepada nakhoda berapa
jarak melencengnya dari survey line yang akan diukur.
 Echosounder trace : merupakan chart dari kedalaman yang akan
kita ukur dari Echosounder.
 Survey text : merupakan pengaturan untuk informasi apa
saja yang akan kita tampilkan pada layar Hydropro, misalnya :
- Kita keluarkan informasi posisi dengan cara klik Sparator 
Edit, ketik posisi kapal pada sparator tersebut. Informasi posisi
kita dapatkan dari GPS berupa Easting dan Northing, dengan
- cara masuk ke menu Vessel  Mv Surveyor  Position 
Primary  Input  Grid coord  Easting dan Northing
(dengan menekan tombol Insert).
13. Untuk mendapatkan posisi yang differential kita pilih pada menu
Equipment  NMEA GPS  GPS Diff status  Solution 
Insert.

Gambar 3.20 Input Solotion

14. Informasi lain adalah kecepatan, klik Sparator  Edit (ketik


kec. kapal), data kecepatan kita ambil dari menu Equipment 

Jurusan Teknik Geodesi UNITAL 2015 33


Laporan Pratikum Survey Hidrografi 2019

NMEA GPS  GPS velocity  Timing  Ground speed


Insert.

Gambar 3.21Input InformasiKecepatan

15. Menampilakan informasi kedalaman di dapat dari menu


Equipment  ODOM Echosounder  Echosounder 
High frequency. Setelah itu kita klik OK.
Jika kita ingin Checking data, kita hanya menekan tombol ON

16. Selanjutnya kita akan membuat sebuah back up system untuk


menyimpan informasi yang kita perlukan, dengan melakukan konfigurasi

Jurusan Teknik Geodesi UNITAL 2015 34


Laporan Pratikum Survey Hidrografi 2019

pada menu Configure  Output format, maka akan keluar tampilan


Output format editor, tekan New untuk membuat baru.

Gambar 3.23 Output format editor


17. Disini kita akan mengeluarkan Output format 4 dan kita pada layar
tersebut pertama kita ketik Time, masuk menu Edit  Insert. Dan pada
tampilan berikutnya kita pilih Real time data, kemudian tekan Next.

Gambar 3.24 Kolom Insert

18. Untuk mengeluarkan informasi waktu kita masuk pada menu System dan
pilih PC Lokal. Disini harus dapat dipastikan jam pada komputer kita
sudah benar, kemudian tekan Next dan Finish.

Jurusan Teknik Geodesi UNITAL 2015 35


Laporan Pratikum Survey Hidrografi 2019

Gambar 3.25 Real time properties


19. Apabila ingin mengeluarkan informasi posisi, pada layar tersebut kita
ketik Northing terlebih dahulu. Sama seperti di atas kita masuk menu Edit
 Insert, dan tetap pilih Real time data,kemudian Next.
Masuk ke menu Vessel  Mv Surveyor  Position Primary 
Input  Grid Coord  Northing. Kemudian tekan Next dan Finish.

Gambar 3.26 Memilih informasi Northing

20. Kemudian kita keluarkan posisi Eastingketik pada layar Output format.
Sama halnya yang dilakukan pada saat mengeluarkan informasi northing,
hanya kita pilih Easting pada Grid Coord. Kemudian klik Next dan
Finish.

Jurusan Teknik Geodesi UNITAL 2015 36


Laporan Pratikum Survey Hidrografi 2019

Gambar 3.27 Pilihan posisi Easting

21. Untuk mengeluarkan informasi kedalaman, kita ketik kedalaman pada


Output format, kemudian Insert  Real time data. Lalu masuk ke
menuEquipment  ODOM Echosounder  High frequency, kemudian
tekan Next dan Finish.

Jurusan Teknik Geodesi UNITAL 2015 37


Laporan Pratikum Survey Hidrografi 2019

Gambar 3.28 Informasi Kedalaman Echo Sounder

22. Dan yang terakhir kita harus memberikan Control Characters sebagai
tanda titik. Pilih menu Insert Control Characters  Next  Add
 Finish.

Gambar 3.29 Menu Membuat Control Characters

Tampilan Output Format 4

Gambar 3.30 Tampilan Output Format 4

23. Setelah itu kita save sebagai output format 4, dan informasi ini kita dapat
keluarkan berupa sebuah file atau kita keluarkan pada Echosounder.

Jurusan Teknik Geodesi UNITAL 2015 38


Laporan Pratikum Survey Hidrografi 2019

Untuk itu kita perlu masuk menu Cofigure  Real time report, dan kita
buat report baru dengan menekan Add.
Maka akan keluar tampilan Add Real Time Report. Pada menu Report, kita
centang Show Output in a Window. Ini sebagai konfirmasi bahwa data bisa
dikeluarkan di window.

Gambar 3.31 Menu Report

24. Pada menu Format, kita pilih Output Format 4 pada kolom Format.
Untuk kolom Headernya kita kosongkan saja.

Gambar 3.32 Menu Format

Jurusan Teknik Geodesi UNITAL 2015 39


Laporan Pratikum Survey Hidrografi 2019

25. Untuk menu Interval, kita centang Background Output dan beri nilai
1,00s. Disini artinya setiap 1 detik dia akan mengeluarkan data.

Gambar 3.33 Menu Interval


26. Sedangkan menu Output berfungsi untuk mengatur keluaran data dan cara
penyimpanan. Pada kolom Device Type kita pilih File, dan pada Device
Name pilih tempat kita menyimpan data tersebut dengan menekan
Browse. Kemudian klik OK dan Close.

 Saat ini kitaGambar 3.34 Menu


akan mengatur Output
keluaran informasi baik ke Echosounder maupun
ke software dengan jangka waktu dan jarak tertentu. Mulai dengan masuk ke
menu Configure  Events, dan pilih Distance kemudian klik Configure.

Jurusan Teknik Geodesi UNITAL 2015 40


Laporan Pratikum Survey Hidrografi 2019

Gambar 3.35 Events Configure

27. Setelah itu kita masuk ke menu Interval, dan pada kolom Distance
Interval kita isi besarnya interval jarak keluaran data yang diinginkan.

Gambar 3.36 Menu Interval

28. Kemudian kita masuk menu Annot ES, ini artinya kita akan
menganotasi Echosounder. Dan pada kolom Eventsper
annotation/markkita isi dengan angka 1, sedangkan pada Annotate with
kita pakai Output format 4. Setelah itu kita klik OK.

Jurusan Teknik Geodesi UNITAL 2015 41


Laporan Pratikum Survey Hidrografi 2019

Gambar 3.37 Menu Annot ES

29. Kita juga dapat melakukan fixing data secara manual pada komputer
dengan memilih User (F7)kemudian tekan Configure. Ini artinya kita
memfixing data dengan cara menekan F7.

30. Pada menu Annot ES kita setting pada Output format 4 di kolom
Gambar 3.38 Konfigurasi secara manual
Annotate with. Kemudian kita klikOK dan Close.

Jurusan Teknik Geodesi UNITAL 2015 42


Laporan Pratikum Survey Hidrografi 2019

Gambar 3.39 Konfigurasi manual

31. Apabila kita ingin mengkonfigurasi bentuk kapal dan posisi alat kita saat
melakukan sounding, dengan cara masuk ke menu Configuration dan
pilih Vessel.
32. Setelah itu kita akan membuat survey line terlebih dahulu, dengan masuk
ke menu Configuration lalu pilih Guidance Object. Kita klik OK pada
dialog New Group.

Gambar 3.40 Menu New Group

33. Maka akan muncul dialog group 1, dan pada kolom GO name kita ketik
Line kemudian OK.

Jurusan Teknik Geodesi UNITAL 2015 43


Laporan Pratikum Survey Hidrografi 2019

Gambar 3.41 Dialog Group 1

34. Setelah itu akan muncul tampilan untuk memasukkan koordinat titik pada
line yang akan kita buat. Ada 2 cara memasukkan koordinat line sounding.
Yang pertama kita sudah memiliki posisi daerah yang akan diukur atau
yang ke dua dengan cara mengklik Hereuntuk memasukkan koordinat
posisi dimana kita berada saat itu. Kemudian klik Next.

Gambar 3.42 Memasukkan posisi titik awal


35. Langkah berikutnya akan muncul tampilan untuk memasukkan koordinat
titik akhir. Setelah itu klik Finish.

Gambar 3.43 Memasukkan posisi titik akhir

Jurusan Teknik Geodesi UNITAL 2015 44


Laporan Pratikum Survey Hidrografi 2019

36. Setelah itu akan muncul dialog box, klik Yes untuk membuat survey line
lebih dari satu. Kemudian centang Paralelpada kolom New GO.

Gambar 3.44 Kolom New GO

37. Pada menu Generate paralel GOI terdapat dua pilihan banyaknya line
yang akan dibuat, yaitu left of master(jumlah line di sebelah kiri line
pertama tadi) dan right of master(jumlah line di sebelah kanan line
pertama). Kolom Number from adalah untuk penamaan line, dari ujung
sebelah kiri (far left) dan ujung sebelah kanan (far right). GO spacing
merupakan jarak antar line, kemudian klik Generate.

Gambar 3.45 Kolom Generate Paralel Line Survey

38. lam melakukan sounding kita memerlukan adanya cross section untuk
checking data hasil ukuran. Kita masuk kembali ke menu Configure dan

Jurusan Teknik Geodesi UNITAL 2015 45


Laporan Pratikum Survey Hidrografi 2019

pilih Guidance Object. Pada tombol Group kita pilih New untuk membuat
group baru, beri nama Cross dan klik OK.

Gambar 3.46 Group Baru Berupa Cross


39. Kemudian akan muncul kolom group cross, pada GO name kita beri nama
Cross. Tekan OK

Gambar 3.47 Group Cross

40. Selanjutnya kita akan memasukkan koordinat line cross (akhir dan awal)
yang sudah diketahui. Sama seperti pada waktu membuat line survey, kita
klik Nextdan Finish.

Jurusan Teknik Geodesi UNITAL 2015 46


Laporan Pratikum Survey Hidrografi 2019

Gambar 3.48 Kolom Untuk Memasukkan Koordinat Cross Line

41. Kemudian kita tambahkan crossection line lagi dengan memilih Yes
Paralel.

Gambar 3.49 Menambahkan cross line


42. Setelah mengisi kolom tersebut, kita Generate kemudian Close. Maka
akan keluar line survey yang kita rencanakan tadi pada layar Plan view
map.

Gambar 3.50 Hasil Perencanaan Line Survey

43. Untuk mengetahui posisi atau jarak antara kapal dengan line survey, kita
perlu membuat Steer by assotiation dengan masuk ke menu Configure
dan pilih Steer by assotiation. Kemudian tekan Add dan akan muncul
tampilan berikut :

Jurusan Teknik Geodesi UNITAL 2015 47


Laporan Pratikum Survey Hidrografi 2019

Gambar 3.51 Konfigurasi Steer


44. Pada menu tersebut, yang kita rubah hanya mengganti offset name dari
Origin menjadi E/S (Echosounder). Ini dimaksudkan agar GPS dan
Echosounder relatif terhadap survey line kita. Kemudian klik OK dan
Close.
Untuk mengeluarkan informasi tersebut, kita klik pada Offline bar dan
tekan Alt + Enter.Pada kolom Steer by kita pilih Steer by 1, lalu OK.

Gambar 3.52 Offline bar properties

45. Tampilan Offline bar akan memberikan informasi jarak kapal terhadap
line survey. Seperti contoh gambar di bawah, jarak kapal dengan line
survey adalah 163 m.

Gambar 3.53 Menu Offline bar

Jurusan Teknik Geodesi UNITAL 2015 48


Laporan Pratikum Survey Hidrografi 2019

BAB IV
ANALISA DATA

1.1 Pengamatan Koordinat pada titik kontrol


Dalam penentuan koordinat pada titik kontrol (BM) menggunakan GPS geodetik, dimana
hasil pengamatannya sebagai berikut :

Easting Northing Elevation


Point ID Keterangan
(Meter) (Meter) (Meter)
BM 01 685213.010 9067257.967 2.886 TUGU BETON
BM 02 685295.571 9067291.625 1.781 TUGU BETON
SB1 685249.549 9067373.622 1.839 PAKU
SB2 685197.479 9067442.456 2.238 PAKU
SB3 685123.157 9067487.321 4.524 PAKU
BM 03 685083.803 9067517.990 7.722 TUGU BETON
BM 04 684967.749 9067383.861 4.881 TUGU BETON

Adjusted Geodetic Coordinates

Point Latitude Longitude Height Height Error


ID (Meter) (Meter)
BM S8°26'03.42170" E112°40'59.00366" 36.774 0.169
P4 S8°26'04.52882" E112°40'56.30952" 36.820 0.207
P3 S8°25'56.08141" E112°40'52.04796" 42.777 0.208
P2 S8°26'00.46264" E112°40'48.27187" 39.888 0.171

Jurusan Teknik Geodesi UNITAL 2015 49


Laporan Pratikum Survey Hidrografi 2019

1.2 Pengamatan Pasut


Untuk pengamatan pasut, kita menghasilkan data sebagai berikut menggunakan
alat Palem ukur :
REPORT ANALYSIS
Station ID : Sendang Biru
Location : Kab Malang
Latitude : 8° 26' 03.42170"
Longitude : 112° 40' 54.47269"
Start of Observation (Date,Time) : 11/ 01/2019 14Hr: 00Min
End of Observation (Date,Time) : 12/ 01/2019 08Hr: 00 Min
Period of Observation : 30.000
Standard Deviation is : 0.057
MSL above zero Tide Gauges is : 1.506

Types of Tides : Mixed Mainly Semi-Diurnal (F=0.410)

WATER LEVEL
Chart Datum: Indian Spring Low Water (ISLW) System ISLW(Zo): 1.260 m
MLWS MSL MLWN MHWN MHWS

0.366 0.984 1.260 1.535 2.153

Chart Datum: Lowest Astronomical Tide (LAT) System LAT(Zo): 1.288 m


LAT MLWS MLWN MSL MHWN MHWS HAT

Jurusan Teknik Geodesi UNITAL 2015 50


Laporan Pratikum Survey Hidrografi 2019

0.000 0.395 1.012 1.288 1.564 2.181 2.790

List of Constituents

No Amplitude Phase Name


1 0.023443 47.061710 MSF
2 0.016342 209.949869 SG1
3 0.026928 234.692200 Q1
4 0.142750 265.464847 O1
5 0.016089 51.166781 M1
6 0.223428 289.835216 K1
7 0.020844 301.955879 J1
8 0.015982 305.797512 OO1
9 0.012890 262.473129 MU2
10 0.116441 194.694086 N2
11 0.584497 242.369353 M2
12 0.026660 337.483698 L2
13 0.308839 329.519376 S2 329.519376 S2
14 0.007941 336.088776 2SM2
15 0.004541 2MK3 344.076559 2MK3
16 0.004832 209.727033 M3
17 0.002656 254.320328 MK3
18 0.001571 122 122.783790 MN4
19 74.727168 0.006458 M4
20 0.005219 134.583314 MS4
21 0.006936 248.189754 2MN6
22 0.001812 68.463138 M6
23 0.003042 45.257497 MSN6
24 0.001664 121.083616 2MS6
25 0.002671 238.197486 2SM6
26 0.004245 289.835216 PI1
27 0.073955 289.835216 P1
28 0.001787 P1 289.835216 PSI1
29 0.003128 289.835216 FI1
FI1
30 0.015487 194.694086 2N2
31 0.022590 194.694086 NU2
32 0.018222 329.519376 T2
33 0.084004 329.519376 K2

Jurusan Teknik Geodesi UNITAL 2015 51


Laporan Pratikum Survey Hidrografi 2019

1.3 Hasil Transfer Elevasi

Adapun perhitungan dari transfer elevasi sebagai berikut :


Δhpalem-BM1(dari CD) = ((BTpalm – ΔhZero Tide Pole – CD) – Bt –TB Foresight) + (Bt TB Backsight
– Bt BM1)*-1

Jurusan Teknik Geodesi UNITAL 2015 52


Laporan Pratikum Survey Hidrografi 2019

= ((3.948 – 0.218) – 1.082) + (1.408 – 1.57) *-1


= -2.486

1.4 Hasil Pengukuran Pergi Pulang


Pengukuran Elevasi pada BM yang lain dilakukan dengan cara menggunakan
ketinggian (Elevasi) BM1 sebagai titik reference, pengukuran dimulai dari BM1 dan
ditularkan ke BM yang lain kemudian kembali pada BM1.

Jurusan Teknik Geodesi UNITAL 2015 53


Laporan Pratikum Survey Hidrografi 2019

Jurusan Teknik Geodesi UNITAL 2015 54


Laporan Pratikum Survey Hidrografi 2019

Jurusan Teknik Geodesi UNITAL 2015 55


Laporan Pratikum Survey Hidrografi 2019

Perhitungan kerangka kontrol Vertikal :


1. Pengukuran Jarak :
∑ jarak = dpergi + dpulang
= 0.1283 km + 0, 632 km
= 0,7603 kmS

2. Pengukuran Beda Tinggi (Δh)


= (benang tengah rambu belakang)– (benang tengah rambu muka)
= 1.290 – 1.186
= -0.122 m
3. Koreksi
Δh = ∑∆h Pergi + ∑∆h Pulang
=0.1+0.09
= 0.19 mm

Toleransi Kesalahan
=8 D
=8 0.7603

= 6.98 mm
4. Pengukuran Elevasi (Z)
Z BM1 = BM1 + Δh Bm1- Bm2 + nilai koreksi
= 2.452 + (0.122) + 0.19
= 2.764 m

1.5 Pengolahan Data Detail


Berikut perhitungan titik detail :

Jurusan Teknik Geodesi UNITAL 2015 56


Laporan Pratikum Survey Hidrografi 2019

1. Perhitungan Jarak Datar


Jarak Datar = Jarak Miring*sin(sudut vertikal)
= 32.215 *sin(84º 10’ 49”)
= 32.049

2. Perhitungan Beda Tinggi


Δh = Jarak datar * cos(sudut vertikal)+(Ti+T.Patok) - Tinggi
Prisma
Perhitungan Koordinat
Xjl = XSB3 + (DSB3-jl x sin αSB3-jl)
Yjl = YSB3 + (DSB3-jlx cos αSB3-jl)
Zjl = ZSB3+ Δhjl

Jurusan Teknik Geodesi UNITAL 2015 57


Laporan Pratikum Survey Hidrografi 2019

1.6 PerhitunganPoligon

1.7 Perhitungan Titik Sounding


Dalam pengolahan hasil sounding kita menggunakan utilities software HydroPro,
yaitu Nav Edit.
1. Terlebih dahulu kita klik ikon Nav edit untuk memulai pengolahan.
2. Setelah itu kita Open file berakstensikan. hpo yang dikeluarkan oleh software
hydroPro pada waktu melakukan sounding, pilih observasi dari Echosounder.
3. Kemudian akan muncul data hasil pengukuran kedalaman.

Jurusan Teknik Geodesi UNITAL 2015 58


Laporan Pratikum Survey Hidrografi 2019

Gambar 4.1 Tampilan Nav Edit


4. Data tersebut akan kita olah di Excel. Oleh karena itu, data dari Nav Edit kita
Export ke Excel dengan cara memilih menu Export  Generate.
5. Dari exel kita olah berdasarkan analisis pasut yang telah diamati.

Tanggal Waktu Muka Depth


Easting Noarthing Dept
Line Pengamata Pengamata air Rata- Terkorek
(m) (m) h
n n rata si
684993.79 9066898.85 20.00
1 11/01/2019 2:00:00 1.042 18.960
0 0 0
684993.79 9066898.86 19.96
1 11/01/2019 2:10:00 1.042 18.920
0 0 0
684993.80 9066898.86 19.96
1 11/01/2019 2:20:00 1.042 18.920
0 0 0
684993.81 9066898.86 19.97
1 11/01/2019 2:30:00 1.042 18.930
0 0 0
684993.83 9066898.86 20.03
1 12/01/2019 08:00:00 1.042 18.990
0 0 0
684993.84 9066898.87 20.00
1 12/01/2019 08:10:00 1.042 18.960
0 0 0
684993.86 9066898.87 19.98
1 12/01/2019 08:20:00 1.042 18.940
0 0 0
684993.87 9066898.87 19.99
1 12/01/2010 08:30:00 1.042 18.950
0 0 0

Jurusan Teknik Geodesi UNITAL 2015 59


Laporan Pratikum Survey Hidrografi 2019

684993.88 9066898.87 20.08


1 12/01/2019 08:40:00 1.042 19.040
0 0 0
684993.89 9066898.88 19.93
1 12/02/2019 08:50:00 1.042 18.890
0 0 0
684993.90 9066898.88 19.92
1 12/01/2019 09:00:00 1.042 18.880
0 0 0
684993.92 9066898.88 19.94
1 12/01/2019 09:10:00 1.042 18.900
0 0 0
684993.96 9066898.89 20.00
1 12/01/2019 09:20:00 1.042 18.960
0 0 0
684993.97 9066898.89 20.00
1 12/01/2019 09:30:00 1.042 18.960
0 0 0
684993.98 9066898.89 20.04
1 12/01/2019 09:40:00 1.042 19.000
0 0 0
684993.99 9066898.89 19.95
1 12/01/2019 09:50:00 1.042 18.910
0 0 0
684994.00 9066898.90 19.94
1 12/01/2019 10:00:00 1.042 18.900
0 0 0
684994.01 9066898.90 19.95
1 12/01/2019 10:10:00 1.042 18.910
0 0 0
684994.02 9066898.90 19.94
1 12/01/2019 10:20:00 1.042 18.900
0 0 0
684994.03 9066898.90 19.92
1 12/01/2019 10:30:00 1.042 18.880
0 0 0
684994.04 9066898.91 19.91
1 12/01/2019 10:40:00 1.042 18.870
0 0 0
684994.05 9066898.91 19.91
1 12/01/2019 10:50:00 1.042 18.870
0 0 0
684994.06 9066898.91 20.13
1 12/01/2019 11:00:00 1.042 19.090
0 0 0
684994.07 9066898.91 19.95
1 12/01/2019 11:10:00 1.042 18.910
0 0 0

Jurusan Teknik Geodesi UNITAL 2015 60


Laporan Pratikum Survey Hidrografi 2019

1.8 Penyajian hasil

Hasil akhir dari proses ini adalah Peta Bathymetri digital yang kemudian
dicetak melalui alat Plotter warna menjadi peta cetakan di atas kertas HVS dengan
skala 1 : 2500

Gambar 4.2 PetaBathymetri Hasil Survei

Catatan : Semua data hasil ukuran dan perhitungan terlampir di halaman berikutnya.

Jurusan Teknik Geodesi UNITAL 2015 61


Laporan Pratikum Survey Hidrografi 2019

BAB V
PENUTUP

5.1. KESIMPULAN
Setelah dilakukannya praktikum Survei Hiydrografi, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Sebaiknya sebelum dilakukan pratikum terlebih dahulu dilakukan orientasi
lapangan secara detail, agar dalam pelaksanaan pratikum bisa lancar.
2. Dalam pengukuran tidak dapat dihindarkan terjadinya suatu kesalahan.
3. Untuk menentukan suatu perencanaan pelabuhan dilakukan pekerjaan
pengamatan pasut dan pengukuran kedalaman, agar pelabuhan tersebut dapat
berfungsi dengan baik.
4. Urutan kerja haruslah sistematis agar lebih mudah dalam pelaksanaan maupun
perhitungan.
5. Dari pengukuran pasut dan kedalaman dapat diketahui tinggi air maksimal
dan berapa tinggi dermaga dari MSL.

5.2. SARAN
Adapun saran yang kami berikan untuk memperbaiki kekurangan-
kekurangan yang terjadi :
1. Adanya pengawasan terhadap jalannya praktikum agar kesalahan yang terjadi
dapat dielimir dengan segera.
2. Adanya kelengkapan alat-alat pengukuran yang memiliki presisi yang lebih
baik dan jumlahnya diperbanyak.

Jurusan Teknik Geodesi UNITAL 2015 62

Anda mungkin juga menyukai