Anda di halaman 1dari 9

1.

a Maksud dan Tujuan


Dalam perencanaan pendalaman saluran/dredging ini, TEC dan NAVFAC
mengidentifikasikan strategi pengerukan yang memungkinkan,dimana bagian-bagian
dari proyek pendalaman keseluruhan mungkin akan mendapatkan endapan pasir yang
cukup berkualitas dan dengan kuantitas yg cukup,dengan anggapan agar dapat
digunakan kembali sebagai bahan untuk merevitalisasi pantai. Untuk mengenal
karakteristik endapan pasir ini lebih lanjut, TEC menyerahkan ke SeaVision Marine
Services LLC (SeaVision)untuk melakukan layanan profiling sub-bottom akustik di
daerah

penelitian.

Tujuan dari proyek ini adalah melaksanakan akusisi sub-bottom profiling di


selurruh daerah survey untuk memahami lebih baik stratigrafinya dalam jangkauan
bentukan prisma dredging, mengembangkan gambar bawah permukaan yang mungkin
menunjukan lapisan pasit didalam bentukan prisma dredging yang mungkin cocok untuk
melestarikan pantai, dan jika memungkingkan perhitungan jumlah pasir pantai yang
terdapat di daerah prisma dredging tersebut.
1.b Kondisi Umum daerah penelitian
Kedalaman dari pelabuhan saat ini, mulai dari muara, hingga pelabuhan
dipertahankan dibawah -42 meter dpl. Cekungan sendiri diperkirakan memiliki luas
sebesar 123 acre. Muara sungai sendiri melebar sebesar 500 kaki dan memanjang
sebesar 5000 kaki dari sungai ke timur sungai.
1.c Hasil yang diharapkan
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang karakterisasi bawah permukaan di daerah
penelitian, SeaVision mengajukan untuk pengembangan rencana survey yang terdiri dari
bagian bagian penampang sungai dari satu sungai ke sungai lainnya dan garis uji
parallel dari pusat sungai ke setiap 4 daerah umum yang akan di survey. Garis garis

survey ini dibuat sedemikian rupa untuk menghasilkan rencana survey tahap pengenalan
di daerah penelitian yang nantinya akan dikaitkan dengan data bor.
SeaVision juga akan melakukan survey area sebanyak dua kali, menggunakan
SBP yang berbeda untuk redundancy, dengan tujuan khusus untuk menembus apa yang
ada di bawah permukan untuk menghasilkan potensi lapisan pasir yang dapat terlihat
dalam bentukan gambar sepanjang daerah penelitian. Kemudian pihak seavision akan
memproses dan mengintepretasikan gambaran ini dengan mengikat data geologi yang
telah ada dalam data core untuk menghasilkan penampang dasar permukaan. Dari
Intepretasi tersebut, dapat dihasilkan model bentukan digital mulai dari berbagai
tampilan stratigrafi yang memiliki nilai kontur, elevasi dan ketebalan sedimen dalam
bentuk peta isopak atau tampilan yang lebih spesifik dapat disajikan dari intepretasi
tersebut guna menghitung volumenya.
2. Metodelogi
Akusisi sub-bottom profiling mengacu pada penggunaan Echosounder frekuensi
rendah yang beroperasi antara 1 kHz dan 50 kHz untuk menembus ke dalam sedimen
bawah dengan tujuan pengembangan resolusi tinggi citra bawah permukaan.
Dengan melakukan survey daerah yang telah memiliki data geologi dalam
bentuk core atau telah memiliki sampel memungkinkan untuk mengkaji lebih lanjut data
tersebut dengan mengidentifikasikan struktur bawah permukaan dalam bentuk citra atau
gambar yang konsisten dengan struktur yang tertuang dalam data core dan data geologi
sepanjang daerah tersebut untuk meningkatkan akurasi data.
Metode profiling sub-bottom akustik menghasilkan citra bawah permukaan
terdiri dari skala horizontal diengan domain ruang (yaitu, kaki, atau meter), dan skala
vertikal dalam domain temporal (dalam milidetik). selama Data akuisisi, kecepatan suara
perjalanan

melalui

media

(air,

lumpur,

pasir,

dll)

tidak

konstan.

Oleh karena itu, cara yang akurat merekam data adalah dengan mengumpulkan waktu
yang dibutuhkan untuk sinyal untuk mencerminkan pantulan dari objek atau strata dan

kembali ke echosounder. Dalam pengolahan selanjutnya dan interpretasi, dimungkinkan


untuk mengubah perbedaan waktu ini menjadi jarak dengan menerapkan model
kecepatan yang mewakili kecepatan suara dalam air, lumpur, pasir, tanah liat, dll.
Sehingga data profil yang disurvei mungkin pasca-diproses dan diinterpretasikan dalam
skala benar konteks geografis, posisi geografis secara berssamaan dikumpulkan
menggunakan survei skala global menggunakan satelit (GPS).
Setelah akuisisi data terintegrasi, citra profil sub-bottom akustik dapat dimuat ke
suite software interpretasi khusus seismik yang memungkinkan untuk penyaringan dan
pengolahan data untuk menyorot fitur khusus, catatan interpretasi, dan interpretasi
ekspor ke format yang dapat digunakan di software tambahan seperti spreadsheet dan
CAD atau perangkat lunak GIS.
2.a. Survey Technology
For this project, SeaVision utilized the following technology:
(1) SyQwest Stratabox 10 kHz transducer sub-bottom profiler
a. Fixed frequency, over-the-side mounted transducer.
b. Manufacturer reported resolution of 6 cm to 10 cm.
c. Manufacturer reported penetration of up to 40 m.
(2) EdgeTech 3100-P Shallow Water sub-bottom profiler
a. With SB-424 towfish for chirp sub-bottom profiling between 4 and 24 kHz.
b. Manufacturer reported resolution of 6 cm to 10 cm.
c. Manufacturer reported penetration of 6 m to 80 m.
(3) Trimble DSM 232 Differential Global Positioning System (DGPS) receiver

a. For sub-meter horizontal positioning utilizing Ominstar satellite differential


corrections
(4) Innerspace 443a digital sound velocity profiler
a. For determining the speed of sound in water
(5) Hypack Hydrographic Survey Software
a. For survey line planning and real-time navigation management
(6) Ixsea DelphSeismic Interpretation Software
a. For post-processing and interpretation of sub-bottom profiler imagery
(7) ESRI ArcGIS 9.2
a. For generation of deliverable drawings.

2.b. Data Survey


Selama akusisi,semua data SBP dikumpulkan dengan posisi geografis relative
mengacu ke World Geodetic System of 1984 (WGS 1984). Selama prosesing, data di
proyekskan mengacu ke datum North America of 1983, Florida (East Zone). Telah
disebutkan sebelumnya, pengumpulan data SBP dalam domain waktu agar profil vertikal
dapat di proyeksikan dalam satuan mili sekon dari waktu tempuhnya. Dengan
mengintepretassikan model kecepatan untuk air dan unit geologi lainnya, kemudian
diterjemahkan kedalam data satuan vertikal, bagaimanapun SBP tetap mempertahankan
cerminan data vertikal ke satuan waktu,
Selama aktivitas survey, telah didapat kecepatan suara di dalam air pada 5035
kaki per detik dengan alat Innerspace 443 Digital Sound Velocity Profilier. Untuk
kecepatan suara didalam sedimen yang terddapat di sana diasumsikan berdasarkan jurnal

ilmiah Geophysics di tahun 1971 oleh E.L. Hamilton dengan judul Prediction of in situ
acoustic and elastic properties of marine sediments.
2.c. Geometrik Survey
Untuk melaksanakan survey ini, SeaVision merencanakan rangkaian dari
penampang penampang survey untuk menampilkan cakupan yang luas dari jejak ke
empat survey di daerah penelitian ddisaat data geologi yang tersajikan tidak dapat
menunjang pekerjaan untuk pembuktian data permukaan disaat intepretasi.
Secara umum daerah penelitian dibagi atas empat jejak survey,yaitu ; Turning
Basin, Approach
Channel, Bar Cut 3 Area 2, and Bar Cut 3 Area 1.
Secara umum, penampang di muara dan bar cut 3 area 1 dan 2 di usulkan sejauh
1000 kaki dari satu sama lain. Garis pengawasan, berjarak 200 kaki jauhnya, dibuat
secara parallel dengan kaki sungai masing masing. Di Turning Basin, penampang diberi
jarak 500kaki dari garis pengawasan dan 500 kaki terpisah dari grid.
Dikarenakan oleh kedalaman air yang melewati batas dredging yang diajukan yaitu -54
kaki dpl, banyak garis survey yang berada di lepas pantai di batalkan dan diganti
mendekati arah muara untuk meningkatkan densitas dan terkonsentrasi pada daerah
tersebut dimana daearah tersebut telah memiliki data geologi dengan pasir yang lebih
cocok untuk proyek revitalisasi pantai.
3.Hasil Survey
3.a Satuan Geologi
Sebagaimana yang telah di diskusikan di bagian 1.2 diatas, rangkuman dari data
coring di indikasikan satu satunya sumber pootensial pasir untuk melestarikan pantai di
daerah penelitian di klasifikasikan sebagai SP (pasir dengan sortasi buruk). Satuan pasir
ini tersebar di seluruh daerah penelitian di kantung yang terisolasi atau endapan channel,

namun secara umum hal ini disebabkan oleh isolasi sedimen dari satu sampel ke sampel
lainnya.
Lampiran a memuat data coring yang menginindikasikan pasir dengan potensial
yang di inginkan di daerah penelitian. Selama prosesing dan intepretasi dari akusisi data
SBP , disimpulkan satuan geologi dengan karakteristik Lempung, Pasir, Lanau, lempung
lanauan.
3.b Prosesing dan Intepretasi
Mengikuti akusisi data dari akusisi data SBP, memungkinkan data tersebut di
proses terlebih dahulu lalu di intepretasikan. Pasca prosesing dilakukan ddengan cara
mengkonversikan semua data ke dalam format SEG-Y (satuan format standar dalam
industry seismic) dan mengimport kedalam applikasi IxSea Delph Seismic Intepretation
Suite. Didalam applikasi tersebut, data di olah melalui berbagai filter applikasi dalam
rangka menunjukan struktur apapun yang terekam dalam gambar
Interpretasi searah umumnya adalah sebuah proses literatif. Secara khusus,
semua data di kaji ulang untuk mengetahui ciri struktur dalam gambar, dan semua ciri
ini di bandingkan dengan data geologi yang berasal dari coring. Penting untuk di ingat
bahwa, secara umum semua yang dipantulkan sesuai secara langsung dengan data
coring, namun interpolasi secara alogaritmatik akan berakhir dengan sedikit kesalahan.
Dikarenakan data yang telah di proses tidak ada yang dikoreksi dengan elevasi
muka air laut maupun kecepatan suara di air ataupun sedimen, diperlukan untuk
mengikuti rangkaian proses dimana pemantul bawah permukaan dalam domain waktu di
identifikasikan pertama dengan dasar samudra. Pemantul ini di digitasi dan di
interpolasikan di dalam DelphSeismic untuk menghasilkan rangkaian dari Digital

Terrain Model(TDM) atau model bawah permukaan yang secara geografis mengacu ke
data horizontal proyek dan data vertikalnya mengacu kepada waktu tempuh sekali pergi.
DTM dihasilkan oleh pemantul primer, dipisahkan dengan nama bottom, top of
sand dan top of clay. Hal ini dipisahkan karena top dari pasir pada umumnya lebih
terpapar di dasar samudra atau lebih gampang dikenali di citra bawah permukaan ketika
dibandingkan dengan data coring sebagai panduannya. Lapisan lempung banyak
terpapar pada penampang dan data core, yang di sugestikan bahwa lempung sebagai
basemennya yang ditimpa oleh pasir.
Dalam rangka untuk mengashislkan kontur dari top pasir dan top lempung,
diperlukan untuk mengacu kepada pasang surut dan kecepatann suara. Pada umumnya
kecepatan suara dihasilkan dari mebandingkan asumsi kecepatan di lampiran E dengan
data core dan lapisan struktur yang dapat dikenali.
Untuk air, kecepatan suara diasumsikan sebesar 5035 kaki per detik dikarenakan
observasi yang dilakukan di lapangan menggunakan data real time dari suara velocity
profiler atau alat survey. Untuk Lanau, diperkirakan kecepatan suara sedikit lebih lambat
dari air, yaitu 4800 kaki per detik (Hal ini dapat diterima dan masuk akal karena
asumsinya konservatif yaitu daerah penelitian terdapat lanau dengan kandungan dasar
berupa hidrokarbon yang memungkinkan lanau lebih lambat dari air). Untuk pasir,
diasumsikan dua kecepatan yang berbeda. Di muara. Kecepatannya mencapai 5080 kaki
perdetik diasumsikan sebagai kecepatan pasir di muara, sedangkan di bar cut 3 area 1
diasumsikan lebih mendekati 5700 kaki per detik. Di keddua kasus, Kecepatan suara
diapplikasikan kedalam observasi one way travel yang di bandingkan dengan data actual
coring untuk pembuktian data permukaan.
Perhatian primer ditujukan ke muara dan barcut 3 area 1 dikarenakan kombinasi
dari ciri bawah permukaaan yang terlihat dan endapan pasir yang dicari telah ditemukan
di daerah tersebut. Data surver di bar cut 3 area 2 dan di turning basin mengindikasikan

sedikit sekali struktur yang di inginkan yang telah didukung oleh data core

yang

mengindikasikan berabagai derajat kandungan lanau dan lempung di kedua daerah


tersebut.
Dengan intepretasi data survey yang komplit, dan DTM yang dihasilkan, semua
model raster permukaan yng di interpolassikan di export kedalam arc.view 9.2 dimana
spatial analysist extension dapat digunakan untuk kalkulasi raster.
Secara umum pendekatan ini telah digunakan untuk memabgndingkan tampilan
awal bawah permukaan dengan dasar samudra yang telah di intepretasikan dari masing
masing garis survey. Dengan menghasilkan perbedaan waktu anatara permukaan yang di
intepretasikan dan dasar samudra yang di intepretasikan, kemudian di applikasikan
kedalam model kecepatan untuk merubah satuan waktu kedalam satuan ruang. Hal ini
menghasilkan raster grid yang terisi dengan nilai yang mewakilkan jarak antara dasar
samudra dengan tampilan geologis, yang memungkinkan untuk ditambahkan ke dalam
satuan data survey batimetetri untuk menghasilkan elevasi permukaan tereka dengan
acuan ke datum permukaan laut terendah/ MLLW datum.
Tampilan grid elevasi juga dibandingkan di dalam ArcView untuk menghasilkan
thickness grid untuk mengasumsikan lapisan pasir yang sesuai, berdasar asumsi
tampilan lempung yang terbentuk di batas bawah lapisan pasir serta asumsi bahwa
ketidakseragaman didalamnya terkandung di lapisan pasir itu tidak tebantahkan.
Pada kenyataannya, secara horizontal maupun vertikal, ketidak seragaman
kualitas pasir yang tekandung diasumsikan sebagai lapisan yang lebih diutamakan
pada setiap jejak survey tidak terabaikan.
3.c Perhitungan Volume

Telah disebutkan sebelumnya dalam bagian 3.b, setelah menemukan lapisan pasir
potensial dan menghasilkan ketebalan yang diperkirakan dari lapisan tersebut, dilakukan
kalkulasi volume dalam aplikasi Hypack dalam rangka untuk menghitung volume
sediment ini secara presisi yang memungkinkan untuk revitalisasi pantai. Berdasarkan
interpretasi dan asumsi yang telah di bahas sebelumnya, terdapat sebanyak 111000
cubic yard dari pasir di muara yang menjadi target selama ini, didalam lingkup
kedalaman yaitu -50 MLLW ditambah dengan 4 feet overdepth yang di maklumkan.
Secara keseluruhan 178,000 yard kubik pasir mungkin ada di atas lapisan lempung yang
ada di daerah ini. Di daearah bar cut 3 area 1 diperkirakan sebesar 115000 cubic yard
dari lapisan pasir ini yang mungkin ada.
4.Kesimpulan
Pada bulan Oktober 2007, Sea Vision Marine Services LLC menyelesaikan
akusisi surey penampang SBP di sekitar pelabuhan mayport dalam rangka mengenal
lebih lanjut tentang karakteristik endapan pasir di daerah tersebut yang terendapkan di
sepanjang daerah penelitian untuk penentuan pasir yang berpotensi untuk merevitalisasi
pantai dan untuk kegunaan lainnya. Catatan data coring mengindikasikan bahwa terdapat
beberapa lapisan pasir yang terpilah buruk yang mungkin cocok untuk program
tersebut. Tim dari peneliti mengharapkan penampang SBP di daerah tersebut agar
mendapatkan informasi lebih banyak mengenai lokasi, dan volume dari pasir yang telah
dibuktikan seebelumnya dari data coring.

Anda mungkin juga menyukai