penelitian.
survey ini dibuat sedemikian rupa untuk menghasilkan rencana survey tahap pengenalan
di daerah penelitian yang nantinya akan dikaitkan dengan data bor.
SeaVision juga akan melakukan survey area sebanyak dua kali, menggunakan
SBP yang berbeda untuk redundancy, dengan tujuan khusus untuk menembus apa yang
ada di bawah permukan untuk menghasilkan potensi lapisan pasir yang dapat terlihat
dalam bentukan gambar sepanjang daerah penelitian. Kemudian pihak seavision akan
memproses dan mengintepretasikan gambaran ini dengan mengikat data geologi yang
telah ada dalam data core untuk menghasilkan penampang dasar permukaan. Dari
Intepretasi tersebut, dapat dihasilkan model bentukan digital mulai dari berbagai
tampilan stratigrafi yang memiliki nilai kontur, elevasi dan ketebalan sedimen dalam
bentuk peta isopak atau tampilan yang lebih spesifik dapat disajikan dari intepretasi
tersebut guna menghitung volumenya.
2. Metodelogi
Akusisi sub-bottom profiling mengacu pada penggunaan Echosounder frekuensi
rendah yang beroperasi antara 1 kHz dan 50 kHz untuk menembus ke dalam sedimen
bawah dengan tujuan pengembangan resolusi tinggi citra bawah permukaan.
Dengan melakukan survey daerah yang telah memiliki data geologi dalam
bentuk core atau telah memiliki sampel memungkinkan untuk mengkaji lebih lanjut data
tersebut dengan mengidentifikasikan struktur bawah permukaan dalam bentuk citra atau
gambar yang konsisten dengan struktur yang tertuang dalam data core dan data geologi
sepanjang daerah tersebut untuk meningkatkan akurasi data.
Metode profiling sub-bottom akustik menghasilkan citra bawah permukaan
terdiri dari skala horizontal diengan domain ruang (yaitu, kaki, atau meter), dan skala
vertikal dalam domain temporal (dalam milidetik). selama Data akuisisi, kecepatan suara
perjalanan
melalui
media
(air,
lumpur,
pasir,
dll)
tidak
konstan.
Oleh karena itu, cara yang akurat merekam data adalah dengan mengumpulkan waktu
yang dibutuhkan untuk sinyal untuk mencerminkan pantulan dari objek atau strata dan
ilmiah Geophysics di tahun 1971 oleh E.L. Hamilton dengan judul Prediction of in situ
acoustic and elastic properties of marine sediments.
2.c. Geometrik Survey
Untuk melaksanakan survey ini, SeaVision merencanakan rangkaian dari
penampang penampang survey untuk menampilkan cakupan yang luas dari jejak ke
empat survey di daerah penelitian ddisaat data geologi yang tersajikan tidak dapat
menunjang pekerjaan untuk pembuktian data permukaan disaat intepretasi.
Secara umum daerah penelitian dibagi atas empat jejak survey,yaitu ; Turning
Basin, Approach
Channel, Bar Cut 3 Area 2, and Bar Cut 3 Area 1.
Secara umum, penampang di muara dan bar cut 3 area 1 dan 2 di usulkan sejauh
1000 kaki dari satu sama lain. Garis pengawasan, berjarak 200 kaki jauhnya, dibuat
secara parallel dengan kaki sungai masing masing. Di Turning Basin, penampang diberi
jarak 500kaki dari garis pengawasan dan 500 kaki terpisah dari grid.
Dikarenakan oleh kedalaman air yang melewati batas dredging yang diajukan yaitu -54
kaki dpl, banyak garis survey yang berada di lepas pantai di batalkan dan diganti
mendekati arah muara untuk meningkatkan densitas dan terkonsentrasi pada daerah
tersebut dimana daearah tersebut telah memiliki data geologi dengan pasir yang lebih
cocok untuk proyek revitalisasi pantai.
3.Hasil Survey
3.a Satuan Geologi
Sebagaimana yang telah di diskusikan di bagian 1.2 diatas, rangkuman dari data
coring di indikasikan satu satunya sumber pootensial pasir untuk melestarikan pantai di
daerah penelitian di klasifikasikan sebagai SP (pasir dengan sortasi buruk). Satuan pasir
ini tersebar di seluruh daerah penelitian di kantung yang terisolasi atau endapan channel,
namun secara umum hal ini disebabkan oleh isolasi sedimen dari satu sampel ke sampel
lainnya.
Lampiran a memuat data coring yang menginindikasikan pasir dengan potensial
yang di inginkan di daerah penelitian. Selama prosesing dan intepretasi dari akusisi data
SBP , disimpulkan satuan geologi dengan karakteristik Lempung, Pasir, Lanau, lempung
lanauan.
3.b Prosesing dan Intepretasi
Mengikuti akusisi data dari akusisi data SBP, memungkinkan data tersebut di
proses terlebih dahulu lalu di intepretasikan. Pasca prosesing dilakukan ddengan cara
mengkonversikan semua data ke dalam format SEG-Y (satuan format standar dalam
industry seismic) dan mengimport kedalam applikasi IxSea Delph Seismic Intepretation
Suite. Didalam applikasi tersebut, data di olah melalui berbagai filter applikasi dalam
rangka menunjukan struktur apapun yang terekam dalam gambar
Interpretasi searah umumnya adalah sebuah proses literatif. Secara khusus,
semua data di kaji ulang untuk mengetahui ciri struktur dalam gambar, dan semua ciri
ini di bandingkan dengan data geologi yang berasal dari coring. Penting untuk di ingat
bahwa, secara umum semua yang dipantulkan sesuai secara langsung dengan data
coring, namun interpolasi secara alogaritmatik akan berakhir dengan sedikit kesalahan.
Dikarenakan data yang telah di proses tidak ada yang dikoreksi dengan elevasi
muka air laut maupun kecepatan suara di air ataupun sedimen, diperlukan untuk
mengikuti rangkaian proses dimana pemantul bawah permukaan dalam domain waktu di
identifikasikan pertama dengan dasar samudra. Pemantul ini di digitasi dan di
interpolasikan di dalam DelphSeismic untuk menghasilkan rangkaian dari Digital
Terrain Model(TDM) atau model bawah permukaan yang secara geografis mengacu ke
data horizontal proyek dan data vertikalnya mengacu kepada waktu tempuh sekali pergi.
DTM dihasilkan oleh pemantul primer, dipisahkan dengan nama bottom, top of
sand dan top of clay. Hal ini dipisahkan karena top dari pasir pada umumnya lebih
terpapar di dasar samudra atau lebih gampang dikenali di citra bawah permukaan ketika
dibandingkan dengan data coring sebagai panduannya. Lapisan lempung banyak
terpapar pada penampang dan data core, yang di sugestikan bahwa lempung sebagai
basemennya yang ditimpa oleh pasir.
Dalam rangka untuk mengashislkan kontur dari top pasir dan top lempung,
diperlukan untuk mengacu kepada pasang surut dan kecepatann suara. Pada umumnya
kecepatan suara dihasilkan dari mebandingkan asumsi kecepatan di lampiran E dengan
data core dan lapisan struktur yang dapat dikenali.
Untuk air, kecepatan suara diasumsikan sebesar 5035 kaki per detik dikarenakan
observasi yang dilakukan di lapangan menggunakan data real time dari suara velocity
profiler atau alat survey. Untuk Lanau, diperkirakan kecepatan suara sedikit lebih lambat
dari air, yaitu 4800 kaki per detik (Hal ini dapat diterima dan masuk akal karena
asumsinya konservatif yaitu daerah penelitian terdapat lanau dengan kandungan dasar
berupa hidrokarbon yang memungkinkan lanau lebih lambat dari air). Untuk pasir,
diasumsikan dua kecepatan yang berbeda. Di muara. Kecepatannya mencapai 5080 kaki
perdetik diasumsikan sebagai kecepatan pasir di muara, sedangkan di bar cut 3 area 1
diasumsikan lebih mendekati 5700 kaki per detik. Di keddua kasus, Kecepatan suara
diapplikasikan kedalam observasi one way travel yang di bandingkan dengan data actual
coring untuk pembuktian data permukaan.
Perhatian primer ditujukan ke muara dan barcut 3 area 1 dikarenakan kombinasi
dari ciri bawah permukaaan yang terlihat dan endapan pasir yang dicari telah ditemukan
di daerah tersebut. Data surver di bar cut 3 area 2 dan di turning basin mengindikasikan
sedikit sekali struktur yang di inginkan yang telah didukung oleh data core
yang
Telah disebutkan sebelumnya dalam bagian 3.b, setelah menemukan lapisan pasir
potensial dan menghasilkan ketebalan yang diperkirakan dari lapisan tersebut, dilakukan
kalkulasi volume dalam aplikasi Hypack dalam rangka untuk menghitung volume
sediment ini secara presisi yang memungkinkan untuk revitalisasi pantai. Berdasarkan
interpretasi dan asumsi yang telah di bahas sebelumnya, terdapat sebanyak 111000
cubic yard dari pasir di muara yang menjadi target selama ini, didalam lingkup
kedalaman yaitu -50 MLLW ditambah dengan 4 feet overdepth yang di maklumkan.
Secara keseluruhan 178,000 yard kubik pasir mungkin ada di atas lapisan lempung yang
ada di daerah ini. Di daearah bar cut 3 area 1 diperkirakan sebesar 115000 cubic yard
dari lapisan pasir ini yang mungkin ada.
4.Kesimpulan
Pada bulan Oktober 2007, Sea Vision Marine Services LLC menyelesaikan
akusisi surey penampang SBP di sekitar pelabuhan mayport dalam rangka mengenal
lebih lanjut tentang karakteristik endapan pasir di daerah tersebut yang terendapkan di
sepanjang daerah penelitian untuk penentuan pasir yang berpotensi untuk merevitalisasi
pantai dan untuk kegunaan lainnya. Catatan data coring mengindikasikan bahwa terdapat
beberapa lapisan pasir yang terpilah buruk yang mungkin cocok untuk program
tersebut. Tim dari peneliti mengharapkan penampang SBP di daerah tersebut agar
mendapatkan informasi lebih banyak mengenai lokasi, dan volume dari pasir yang telah
dibuktikan seebelumnya dari data coring.