Anda di halaman 1dari 8

TUGAS PENGGANTI KULIAH EKSPLORASI TAMBANG

Nama: Maribet Faradina Ragil

NPM: 2010024427024

Prodi: Teknik Pertambangan

Tugas: Mereview Jurnal Penggunaan Metode Geofisika dalam Eksplorasi Tambang

YAYASAN MUHAMMAD YAMIN PADANG

Sekolah Tinggi Teknologi industri (STTIND) Padang

Jln. Prof. Dr. Hamka No. 121 Tabing, Padang, Sumatera Barat 25172
REVIEW JURNAL KE 1

Judul IDENTIFIKASI ZONA MINERALISASI EMAS


BERDASARKAN DATA
CONTROLLED SOURCE AUDIO-FREQUENCY
MAGNETOTELLURICS (CSAMT)
DENGAN DATA PENDUKUNG INDUCED
POLARIZATION (IP) DI LAPANGAN AU
Keterangan Jurnal
*Penulis Kholilur Rahman, Syamsurijal Rasimeng,
Nandi Haerudin
*Nama Jurnal Jurnal Geofisika Eksplorasi
*Vol. / No. Vol. 3 / No. 1
*Halaman 4 – 15
Latar Belakang Masalah Dengan banyaknya sektor industri yang
sedang mengembangkan teknologi dalam
bidang eksplorasi mineral untuk dapat
mempermudah melokalisasi zona endapan
emas, salah satunya dengan menggunakan
metode CSAMT. Metode CSAMT (Controlled
Source Audio Frequency Magnetotellurics)
merupakan salah satu metode geofisika yang
dapat diaplikasikan untuk mencari sumber
daya alam seperti mineral, minyak, gas dan
panasbumi. Dengan metode CSAMT dapat
dilakukan analisis kemenerusan zona
mineralisasi berdasarkan nilai resistivitas
lapisan bawah permukaan dengan
kedalaman hingga 1 Km. Dengan adanya
sumber buatan pada pengukuran CSAMT,
maka waktu pengukuran akan lebih cepat
dan sinyal yang lebih stabil dibandingkan
metode MT ataupun AMT dengan sumber
alaminya.
Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk menentukan
zona mineralisasi emas dengan metode
CSAMT dan didukung metode geofisika lain
seperti IP (Induced Polarization). Metode IP
dapat memberikan respon terhadap jumlah
kandungan mineral logamnya yang
dicerminkan oleh nilai Percent Frequency
Effect (PFE) (Akbar,2004). Diharapkan dari
kedua metode ini dapat menyelesaikan
masalah eksplorasi mineral dalam
menentukan zona mineralisasi khususnya
emas.
Tinjauan Pustaka Secara geologi, endapan di area Gunung
Pongkor terjadi dalam urutan
batuan beku Tersier, yang terdiri dari breksi
tuf, tuf lapilli dan intrusi andesit yang
membentuk batas dengan endapan ekstensif
dari breksi vulkanik Kuarter. Geologi regional
dan sistem urat area Gunung Pongkor
Metode Penelitian * Studi Literatur
Pada tahap studi literatur, penulis
mempelajari konsep dari Metode Geofisika
yang digunakan dalam eksplorasi mineral
emas. Kemudian, mempelajari genesa dan
sistem terbentuknya mineralisasi emas di
daerah penelitian, berdasarkan penelitian-
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.
Serta kondisi geologi yang menjadi salah
satu parameter penting dalam
mengidentifikasi zona mineralisasi emas
terhadap respon pengukuran data geofisika
di lapangan.
* Pengolahan Data CSAMT
* Editing Data
Tahap editing data dilakukan menggunakan
software CMT-PRO. Tahapan ini dilakukan
untuk memilih data pengukuran di lapangan
yang baik dan dapat digunakan sebagai
sinyal respon target pengukuran, sehingga
data yang akan digunakan pada tahapan
selanjutnya telah tereduksi dari gangguan
(noise) berupa penyimpangan data pada
setiap titik sounding.
* Smoothing dan Inversi Data
Tahapan ini dilakukan menggunakan
software MTSOFT2D version 2.2. Prinsip
smoothing yaitu melakukan penekanan pada
komponen frekuensi tinggi dan meloloskan
komponen frekuensi rendah. Pada tahapan
ini dilakukan pula spatial filtering (koreksi
efek statik). Data hasil pengukuran di
lapangan dapat terdistorsi akibat
heterogenitas lokal dekat permukaan dan
pengaruh topografi yang dikenal sebagai
efek statik. Sehingga perlu dilakukan koreksi
efek statik untuk menghindari terjadinya
kesalahan dalam interpretasi danpemodelan
data. Kemudian dilakukan inversi data untuk
mendapatkan fungsi terhadap kedalaman
dan diperolehnya data penampang 2D
CSAMT, sehingga dapat melokalisasi target
yang dicari.
* Gridding Data Peta Penampang 2D
CSAMT Gridding data peta 2D CSAMT
dilakukan menggunakan software Surfer 12.
Tahapan ini dilakukan pembuatan peta
penampang 2D yang akan digunakan
dalam interpretasi dan analisis terhadap
target eksplorasi berdasarkan nilai
resistivitas bawah permukaan.
* Analisis dan Interpretasi Terpadu Setiap
Lintasan Pengukuran
Pada tahapan ini dilakukan interpretasi dan
analisis data CSAMT dan Induced
Polarization (IP) pada setiap lintasan
pengukuran terhadap kondisi geologi di
lapangan. Interpretasi yang dilakukan akan
menentukan zona mineralisasi emas, zona
alterasi batuan, struktur geologi,
kemenerusan zona mineralisasi emas dan
rekomendasi titik bor di lapangan.
Hasil dan Pembahasan *Pada lintasan L000 memiliki nilai resistivitas
yang bervariasi yang merupakan respon dari
kondisi lapisan bawah permukaan di daerah
penelitian. Zona resistivitas rendah berkisar
antara 0-300 Ωm, resistivitas sedang berkisar
antara 400-600 Ωm dan resistivitas tinggi
berkisar antara 700-1000 Ωm.
*Lintasan L200
Identifikasi zona mineralisasi pada lintasan
L200 terbagi menjadi Zona A, B dan C
(Gambar 4 dan Gambar 5). Pada Zona A
terletak di titik -1150 sampai -1800 dengan
variasi nilai resistivitas 500-1000 Ωm, pada
kedalaman 0-500 meter. Zona tersebut
didominasi oleh intrusi batuan andesit dan
mineralisasi emas yang berasosiasi dengan
alterasi silisifikasi (Abimanyu, 2011), yang
dilingkupi oleh batuan breksi dengan nilai
resistivitas sedang. Sementara di lapisan
paling atas ditutupi oleh batuan tuff dan
vulkanik yang mendominasi di daerah
penelitian, serta didukung adanya struktur
geologi di titik 1600.
*Lintasan L400
Identifikasi zona mineralisasi pada
lintasan L400 terbagi menjadi Zona A, B dan
C. Pada Zona A terletak di titik -900 sampai -
2000 dengan variasi nilai resistivitas 500-
1000 Ωm, pada kedalaman 0-450 meter yang
menerus secara vertikal.
*Lintasan L600
Lintasan L600 adalah lintasan yang paling
pendek dikarenakan adanya keterbatasan
data, sama halnya seperti lintasan L000.
Begitupun data pendukung lainnya hanya
berupa data geologi lokal, namun demikian
interpretasi yang dilakukan cukup memadai
untuk mengidentifikasi zona mineralisasi
emas di daerah penelitian.

REVIEW JURNAL KE 2

Judul Eksplorasi Mineral Menggunakan Metode


Geomagnet dan SEM-EDS di Area Panas
Bumi Desa Makula Tana Toraja
Keterangan Jurnal
*Penulis Usman, Pariabti Palloan, Nasrul Ihsan, dan
Vistarani Arini Tiwow
*Nama Jurnal Jurnal Sainsmat, Maret 2018
*Vol. / No. Vol. VII / No. 1
*Halaman 65 - 72
Latar Belakang Masalah Dalam hal eksplorasi instrument-instrumen
geofisika memainkan peran besar dalam
mengumpulkan data geologi yang digunakan
dalam eksplorasi mineral. Metode -metode
eksplorasi mineral yang berada pada
tahapan-tahapan proses yang berbeda
bergantung pada luas area yang diekplorasi,
maupun kepadatan dan jenis informasi yang
dicari. Salah satu metode eksplorasi
geofisika yang paling sering digunakan
adalah metode magnetik. Metode magnetik
adalah pendekatan yang sangat populer dan
murah untuk deteksi mineral logam dekat
permukaan. Prinsip pengoperasiannya cukup
sederhana. Ketika material besi berada
dalam medan magnet bumi, ia akan
menghasilkan sebuah medan magnet
induksi. Medan induksi yang dilapiskan di
atas medan bumi pada lokasi itu
menciptakan anomali magnetik. Deteksi
tergantung pada jumlah bahan magnetik
yang ada dan jaraknya dari sensor. Anomali
biasanya disajikan pada peta kontur warna
(Rivas, 2009). Sebagaimana hasil penelitian
Broto dan Putranto (2011) yang juga
menggunakan metode gemagnet dalam
mengeksplorasi kuat medan magnet yang
ada pada area geotermal atau panas bumi.
Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
karakteristik sebaran anomali magnetik dari
mineral dari bawah permukaan serta
mengidentifikasi komposisi unsur sampel
batuan dan morfologi permukaan di area
panas bumi Desa Makula menggunakan
metode SEM-EDS (Scanning Electron
Microscopy-Energy DispersiveSpectroscopy).
Tinjuan Pustaka Pada penelitian ini digunakan metode
magnetik untuk memetakan potensi mineral
di bawah permukaan yang sifatnya terpadu
dan sampel galian pada area panas bumi
dikarakterisasi dengan menggunakan
metode Scanning Electron Microscopy
Energy Dispersive Spectroscopy.
Metode Penelitian Lokasi penelitian di Desa Makula Kabupaten
Tana Toraja berada di sekitar titik koordinat
3°1’59.96” – 3°9’59.94” LS dan
119°50’58.85” – 119°58’58.96” BT. Lokasi ini
dipilih karena secara pengamatan langsung
di lapangan terdapat sumber air dengan
suhu tertinggi 43,6°dan diduga mengandung
berbagai jenis mineral.
Hasil dan Pembahasan Anomali medan magnet total diperoleh
dengan melakukan beberapa koreksi pada
data hasil pengukuran di lapangan, yaitu
koreksi IGRF dan koreksi variasi harian. Dari
hasil uji SEM menunjukkan bahwa struktur
mikro dari sampel batuan pada umumnya
struktur kristalnya berbentuk lempengan
yang tidak teratur dengan ukuran yang
bervariasi.

REVIEW JURNAL KE 3
Judul Pendugaan Mineralisasi Emas Menggunakan
Metode Magnetik di
Nagari Lubuk Gadang Kecamatan Sangir,
Solok Selatan,
Sumatera Barat
Keterangan Jurnal
*Penulis Fikri Firmansyah, Arif Budiman
*Nama Jurnal Jurnal Fisika Unand
*Vol. /No. Vol. 8 / No. 1
*Halaman 77 – 83
Latar Belakang Masalah Menurut data Pertambangan Pemerintah
Kabupaten Solok Selatan (2017), bahan
tambang seperti, emas, timah hitam, biji
besi, tembaga, mangan dan perak tersebar
pada beberapa kecamatan. Nagari Lubuk
Gadang Kecamatan Sangir memiliki
penambangan emas yang belokasi di Hutan
Batang Hulu yang digarap oleh PT. Andalas
Merapi Timber (AMT). Perusahaan ini
memegang izin hak pengusahaan hutan
(HPH) hanya aktif sampai Tahun 2012.
Setelah itu tambang tersebut dikelola oleh
masyarakat sekitar secara illegal. Aktivitas
penambangan emas oleh masyarakat
dilakukan dengan cara menggali tanah dalam
bentuk sumur-sumur yang diduga
mengandung butiran biji emas secara tidak
terencana. Penambangan emas yang tidak
memperhatikan aspek-aspek kelestarian
hutan ini, menyebabkan rusaknya
infrastruktur dan ekosistem Hutan Batang
Hulu (Vinolia, 2016).
Tujuan Dilakukan penelitian tentang pemetaan
lokasi tersebarnya mineralisasi emas di
daerah tersebut agar dapat ditindaklanjuti
oleh pemerintah agar dapat ditambang
secara resmi dan sebagai lapangan kerja dan
sumber pendapatan daerah.
Tinjauan Pustaka Metode magnetik digunakan dalam
mendeteksi mineral yang memiliki sifat
kemagnetan. Mineral pembawa emas
merupakan mineral magnetik, maka metode
magnetik lebih banyak digunakan dalam
eksplorasi emas. Metode ini memanfaatkan
sifat kemagnetan bumi yang disebabkan
adanya perbedaan tingkat magnetisasi suatu
batuan yang diinduksi oleh medan magnetik
bumi (Ismail, 2010). Metode magnetik sering
juga digunakan dalam eksplorasi minyak
bumi, panas bumi, batuan mineral, serta
diterapkan pada pencarian prospeksi benda
benda arkeologi (Siahaan, 2009).
Metode Penelitian *Akuisisi Data
Akuisisi atau pengambilan data medan
magnetik yang digunakan adalah cara
looping dikarenakan keterbatasan alat dan
sumber daya manusia, sehingga satu alat
digunakan sekaligus untuk mencatat variasi
harian medan magnetik dan pengukuran
medan magnetik di setiap titik pengukuran.
Pengambilan data pengukuran dilakukan
pada luas daerah ± 670 m2 dengan 50 titik
pengambilan data.
*Pengolahan data
Pengolahan data diawali dengan pembuatan
peta kontur induksi medan magnetik total
yang di dapat dari hasil akuisisi data
magnetik, selanjutnya melakukan koreksi
diurnal dan IGRF (International Geomagnetic
Reference Field) untuk mendapatkan nilai
anomali medan magnetik total dengan
menggunakan Persamaan (1).
*Interpretasi Data
Interpretasi data dilakukan terhadap
hubungan anomali magnetik residual dengan
nilai suseptibilitas batuan yang terdapat di
bawah permukaan daerah penelitian.
Hasil dan Pembahasan Nilai anomali medan magnetik total yang
didapat dari hasil koreksi diurnal dan nilai
IGRF yang di dapat dari website NOAA yaitu
42.944,4 nT. Nilai anomali medan magnetik
terlihat lebih kecil dari medan magnetik total
setelah dilakukan koreksi yang berkisar
antara -4.500 nT sampai 4.000 nT. Bagian
barat daerah penelitian memiliki masih
klosur medan magnetik sedang dengan
rentang -1000 nT sampai 1500 nT. Klosur
rendah masih terdapat pada pertengahan
daerah penelitian yang memiliki rentang -
4500 nT sampai -1500 nT. Klosur tinggi masih
terdapat pada bagian timur deerah
penelitan dalam rentang 500 nT sampai
4000 nT.

Anda mungkin juga menyukai