1
OUTLINE
Pendahuluan
01 Pentingnya data Geologi dan
Geofisika di daerah remote
02 TahapanSurvei Airborne
Tahapan Akuisisi Data Airborne,
Output Peta
Penutup
04 Pemanfaatan dan kesimpulan
2
PENDAHULUAN
3
Indonesia, negara yang luas,
memiliki topografi yang ekstrim
di banyak tempat, keterbatasan www.resourcefulindonesian.com
kesampaian daerah
4
Pentingnya Data Geologi dan Geofisika
Mengejar penemuan Menemukan potensi sumber daya Keperluan mitigasi bencana dan tata
Giant Field mineral ekonomis ruang wilayah
5
Peluang dalam menemukan cadangan baru masih sangat terbuka, dari 128 Cekungan, baru 54
Cekungan yang sudah dieksplorasi dengan cadangan sekitar 3.8 miliar barel, masih ada 74
Cekungan yang belum disentuh dengan potensi minyak bumi mencapai 7.5 miliar barel.
Rudy Suhendar (Kepala Badan Geologi)
6
Diambil dari Presentasi Geoseminar 2020 Kepala Badan Geologi, Rudi Suhendar
7
PETA GEOLOGI DASAR (PEMETAAN SISTEMATIK)
2017 - 2020
Pemetaan Geologi
2017 (Watuputih dan Kalbar)
2018 (Kalbar dan Kaltim)
2019 (Jabodetabekpunjur dan IKN)
2020 (Semarang, Jateng)
Pemetaan Geomagnet
2017 (Airborne Magnetik dan Radiometri Ubrub) Status Capaian:
2018 (Banyumas)
2019 (Padalarang dan IKN) Level 2 : 466 Lembar
2020 (Padang) Level 3 : 6 Lembar
Pemetaan Geologi KSP (Seluruh Indonesia (2018)
8
Kenapa Airborne Survei ?
Bisa dilakukan di remote area
Cost Effective
9
AIRBORNE SURVEI
PUSAT SURVEI GEOLOGI
10
Survei Geofisika PSG
11
2010 : Arafura Platform (FW), 120,000 Km
2011 : Arafura Platform (FW), 33,000 Km
Mimika (Heli) 16,000 km
2012 : Maluku (FW), 56,662 Km & Kep. Kei (Heli) 30,479 km
2013 : Memberamo (FW), 12,436.1 Km &
Mapenduma (Heli) 12,060.2 km
2016 : Jayapura Selatan (Heli) 19,443.8
km : Ubrub (Heli) 15,977.9 Km
2017
12
Aplikasi Survei Geofisika
13
Tahapan Akuisisi Airborne Survei
1. Desain Survei
Parameter Ubrub-Jayapura Papua Selatan
14
Tahapan Akuisisi Airborne Survei
2. Perizinan Survei
1. Kementerian Pertahanan
2. Dinas Perhubungan (Bandara Setempat)
3. TNI-AU
4. Kepala Distrik setempat
5. Kepala Suku setempat
6. Kesbangpol
15
Tahapan Akuisisi Airborne Survei
3. Instalasi Peralatan
16
Tahapan Akuisisi Airborne Survei
4. Kalibrasi
No Calibration
Low level test line were flown every day during the
production, Maximum Thorium variation 10% change.
17
Tahapan Akuisisi Airborne Survei
Akuisisi Data
18
Tahapan Akuisisi Airborne Survei
Data Quality Control
No Data Quality Control Type
1 Magnetic Data Checks 4 difference of Raw Magnetics
Raw Magnetics
Compensated Magnetics
2 Diurnal Data Checks Base Magnetometer
3 DEM Checks Radar Altimeter
Cross Track
Aircraft Speed
4 Radiometry Checks Raw Thorium Count
Raw Uranium Count
Raw Potassium Count
Raw Total Count
Raw Cosmic Count
19
Output Peta
Output Peta
No Jenis Peta
1 Digital Elevation Model
2 Total Magnetic Intensity
3 Reduction To The Pole
4 First Vertical Derivative-RTP
5 Second Vertical Derivative-RTP
6 Potassium
7 Equivalent Thorium
8 Equivalent Uranium
9 Ratio of Potassium/Thorium
10 Ratio of Uranium/Potassium
11 Ratio of Uranium/Thorium
20
AIRBORNE MAGNETIK
DAN RADIOMETRI
21
Aplikasi Airborne Magnetik di Bidang Migas
23
Aplikasi Airborne Magnetik di Bidang Migas
A B
24
(Disederhanakan dari Dow, dkk., 1986, Sukamto, dkk., 1996)
25
Aplikasi Airborne Magnetik di Bidang Migas
26
Aplikasi Airborne Magnetik di Bidang Migas
Werner Modelling
27
Aplikasi Airborne Magnetik di Bidang Mineral
Interpreted Monzonite-diorite
intrusions. Similar intrusions
at Grasberg and Ok Tedi (PNG)
28
Aplikasi Airborne Magnetik di Bidang Mineral
A’
30
Indikasi terbentuknya endapan Skarn
dan endapan Porfiri Cu Au
31
Akumulasi Uranium Berdasarkan Peta Ternary Airborne Radiometri
32
Akumulasi Uranium Berdasarkan Peta Ternary Airborne Radiometri
33
Akumulasi Uranium Berdasarkan Peta Ternary Airborne Radiometri
34
RTP - MALUKU
20 0 20 40 60 80 100 120
35
PENUTUP
36
KESIMPULAN
1. Pemetaan Airborne magnetik dan Radiometri efektif untuk mendapatkan data dasar eksplorasi
dengan cakupan area yang luas dengan waktu yang cepat dan murah.
2. Pemetaan Airborne Magnetik dan Radiometri berhasil melokalisir indikasi dan potensi daerah
mineralisasi dan cekungan migas di daerah Papua
3. Data Pemetaan Airborne Magnetik dan Radiometri sebgai data dasar eksplorasi, maka perlu
dilakukan survei lanjutan pada daerah yang telah dilokalisir terdapat indikasi mineralisasi dan migas,
seperti pemetaan Airborne Magnetik dan Radiometri dengan line spacing yang lebih rapat,
pemetaan detail ground gravity dan magnetik serta survei seismik.
4. Pemetaan Airborne Magnetik dan Radiometri perlu dilanjutkan mengingat kebutuhan data eksplorasi
data-data bawah permukaan di daerah Indonesia timur dan perbatasan yang masih sangat terbatas
37
38