Anda di halaman 1dari 12

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9

PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT


6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

PEMODELAN GEOSTATISTIK UNTUK MENGETAHUI POLA DISTRIBUSI Hg DI


DAERAH PANAS BUMI GUNUNG BATUR, KECAMATAN KINTAMANI,
KABUPATEN BANGLI, PROVINSI BALI

Ridho Pratama1*
Adzkia Noerma Arifa1
Wira Cakrabuana1
1
Program Studi Sarjana Teknik Geologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut Teknologi Bandung
*Email : ridho18pratama@gmail.com

SARI
Gunung Batur yang berada di Kabupaten Bangli, Provinsi Bali, tidak hanya terkenal sebagai taman
bumi (geopark) pertama di Indonesia, namun juga memiliki potensi panas bumi yang menjanjikan.
Penelitian di daerah panas Bumi Batur bertujuan untuk menentukan potensi panas bumi dan dikaitkan
dengan konfigurasi geologinya. Dengan menyajikan data spasial geokimia panas bumi Gunung Batur
berupa kadar Hg di 117 titik pengambilan sampel, dibuat pemodelan lebih lanjut menggunakan
metode geostatistik dalam paper ini yang belum pernah dipublikasikan. Terdapat beberapa model
hasil analisis data Hg yang dihasilkan dari metode EDA, ESDA, dan Kriging dalam paper ini. Data
pola distribusi spasial kandungan unsur Hg daerah panas bumi Batur dianalisis untuk menunjukkan
kontrol utama temperatur terhadap konsentrasi dan konsekuensi penyebarannya. Dari ESDA, dibuat
semivariogram korelasi jarak pisah terhadap kadar Hg dengan pemilihan uji jarak pisah optimal
berturut-turut 535, 683, dan 729 meter. Pada metode Kriging dapat diestimasi penyebaran dan
anomali Hg di titik yang belum diteliti dengan memanfaatkan hubungan spasial antara variabel Hg
dan kondisi geologi daerah volkanik Gunung Batur. Diperoleh kesimpulan bahwa persebaran Hg di
daerah panas bumi Gunung Batur bersifat anisotropik secara geometrik pada arah Timur Laut -
Barat Daya. Dijumpai pula anomali positif kadar Hg yang cukup tinggi pada kawah Gunung Batur.
Persebaran kadar Hg di daerah panas bumi Gunung Batur dikontrol oleh aktivitas volkanisme
Gunung Batur yang bersifat regional. Analisis dan pemodelan lebih lanjut perlu dilakukan, sehingga
pemodelan ini dapat dijadikan sebagai acuan metode eksplorasi dan eksploitasi efektif dan ekonomis.

Kata kunci : Panas Bumi, Geokimia, Geostatistik, Hg, Anomali, EDA, ESDA, semivariogram, kriging,
anisotropi

I. PENDAHULUAN paling tinggi, yaitu 213◦ C, sedangkan mata


air hangat yang ada di elevasi 100-200 mdpl
Daerah penelitian panas bumi dalam paper memiliki temperatur paling rendah, yaitu 38◦
ini adalah kawasan Gunung Batur yang C.
secara geografis berlokasi di Kecamatan
Kintamani, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali Analisis data Hg untuk eksplorasi panas
(Gambar 1). Koordinat UTM daerah bumi dapat membantu pemahaman
penelitian adalah 313952 ; 9081538 sampai mengenai prospek (van Kooten, 1987;
325442 ; 9094819. Varekamp dan Buseck, 1983, dalam
Suryantini, 2012), menentukan target
Manifestasi panas bumi yang ada di lokasi pengeboran (Matlick dan Shiraki, 1981;
ini antara lain mata air hangat dengan pH Varekamp dan Buseck, 1983, dalam
netral, fumarol, dan solfatar. Manifestasi Suryantini, 2012), memperkirakan batas
tersebut dijumpai pada pada elevasi 100- reservoir (Varekamp dan Buseck, 1983,
1600 mdpl dengan temperatur 38-213◦C. dalam Suryantini, 2012), dan secara umum
Pada elevasi 1500-1600 mdpl, fumarol dan menentukan anomali (Klusman dkk, 1977;
solfatar kawah Gunung Batur (di tengah van Kooten, 1987; Risdianto dan Kusnadi,
lokasi penelitian) memiliki temperatur 2010, dalam Suryantini, 2012). Tujuan
103
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
penelitian ini adalah untuk menganalisis lokasi titik-titik pengamatan (Gambar 2).
pola distribusi spasial Hg dan Diperoleh 117 sampel tanah dari lokasi titik
memperkirakan anomali yang terdapat di pengamatan dengan random sampling.
daerah prospek panas bumi Gunung Batur, Analisis laboratorium sampel tanah
Bali dengan metode geostatistik. Metode selanjutnya dilakukan dengan menggunakan
geostatistik dipilih karena mampu mengolah alat Mercury Analyzer untuk mengetahui
data yang rumit menjadi mudah dengan cara konsentrasi Hg dari tiap titik-titik sampling
yang lebih sederhana dan pendekatan yang sehingga dapat dibuat distribusi dan daerah
lebih cepat untuk menentukan pola distribusi anomali Hg.
spasial dan anomali.
Setelah di plot, terlihat data menyebar di
II. KONDISI GEOLOGI sekitar lokasi manifestasi panas bumi daerah
REGIONAL penyelidikan Gunung Batur. Sampel SB-1
dan SB-2 melewati manifestasi fumarol dan
Gunung Batur merupakan gunung api tanah beruap, serta sampel TB-1, TB-10, dan
bertipe stratovolkano serta bertipe A yang TB-12 melewati manifestasi berupa mata air
berada di dalam kaldera ganda dengan panas. Kandungan Hg tertinggi ditunjukkan
ketinggian 1717 mdpl. Kaldera ganda oleh sampel SB-1 dengan nilai kandungan
Gunung Batur terbentuk dari letusan Hg 221 ppb, sementara nilai terkecil
Gunung Batur purba pada 29300 dan 20150 ditunjukkan oleh sampel TB-5 dengan nilai
tahun yang lalu. Tubuh Gunung Batur kadar Hg 1 ppb. Variasi kadar Hg dalam
tersusun dari endapan lava vesikuler dan tanah memberikan nilai background 40 ppb,
andesit yang keduanya berkomposisi basaltis, nilai threshold 62 ppb, dan nilai rata-rata 18
endapan ignimbrit dan batuapung yang ppb.
keduanya berkomposisi dasitis, endapan
tefra, serta endapan piroklastik lain yang III.2. Metode
memiliki struktur silang siur (endapan
Terdapat dua metode geostatistik yang
Seruakan Blingkang). Endapan lava Gunung
digunakan dalam analisis data ini, yaitu
Batur berbentuk bongkah dengan ciri
Exploratory Data Analysis (EDA) dan
permukaan yang tidak teratur serta
Exploratory Spatial Data Analysis (ESDA).
memperlihatkan retakan dan pecahan.
Untuk dapat dianalisis dengan metode
Geomorfologi daerah penelitian dibagi geostatistik, terdapat asumsi yang berlaku
menjadi lima satuan, yaitu Satuan Kawah umum, yaitu data harus sedapat mungkin
Fumarol-Solfatar, Satuan Punggungan terdistribusi normal. Awalnya data dianalisis
Aliran Lava, Satuan Dataran Aliran Lava, dengan EDA dan ESDA untuk
Satuan Dataran Piroklastik, dan Satuan menghasilkan data terolah yang dapat
Dinding Kaldera. Tahap geomorfologi dianalisis lebih lanjut dengan metode
daerah penelitian ini adalah muda. Struktur geostatistik. Setelah itu dapat dibuat
geologi yang tampak adalah kaldera dan interpolasi spasial dengan menggunakan
turunan melingkar yang keduanya terbentuk ordinary krigging dan menghasilkan peta
dari collapsed crater. krigging. Selanjutnya, daerah anomali pada
peta krigging didelineasi dan dihubungkan
III. SAMPEL DAN METODE dengan kondisi geologi dan geotermal
PENELITIAN daerah penelitian Gunung Batur. Alur kerja
dalam metode daikhiri dengan validasi
III.1. Sampel
menggunakan Krigging Error.
Data persebaran kandungan Hg dalam
EDA dengan bantuan perangkat lunak
sampel tanah diperoleh dari Pusat Sumber
Microsoft Excel 2010 digunakan untuk
Daya Geologi (PSDG) dengan kode laporan
menentukan summary statistics dan
LG 2012-4. Pengambilan sampel tanah
membuat histogram. Tujuan EDA adalah
dilakukan di kedalaman satu meter pada
104
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
untuk menentukan pola distribusi data data. Jumlah data adalah 116, sehingga akar
(apakah tersebar merata atau tidak), pangkat dua dari 116 adalah 10,77.
mengecek keberadaan outlier (ada outlier Diputuskan jumlah bin adalah 10. Setelah
atau tidak), dan melacak trend data dibuat histogram dengan 10 bin, terdapat
(kecenderungan distribusi data). EDA perlu kekosongan di salah satu kelas data maka
dilakukan untuk memastikan data sesuai jumlah bin ini kurang baik untuk diterapkan
dengan asumsi geostatistik, yaitu data yang dalam data ini. Dengan melakukan trial and
tedistribusi secara normal. (Gambar 3.) error, akhirnya dibuat histogram dengan
jumlah bin 7 karena terbukti jumlah bin ini
ESDA dengan bantuan perangkat lunak
cukup baik dalam menggambarkan pola
ILWIS 3.3 Academic digunakan untuk
distribusi data kadar Hg tersebut.
memodelkan kurva semivariogram dan
membuat interpolasi data. Tujuan ESDA IV.2 Exploratory Spatial Data Analysis
adalah untuk menentukan spatial description (ESDA)
(bagaimana persebaran Hg secara spasial)
ESDA adalah kegiatan analisis data yang
dan estimasi anomali Hg di daerah
dikaitkan dengan koordinat spasialnya.
prospektif.
Dalam paper ini, ESDA memiliki maksud
IV. DATA DAN ANALISIS untuk menunjukkan persebaran Hg yang
kemudian dihubungkan dengan kondisi
IV.1. Exploratory Data Analysis (EDA) geologi daerah penelitian. ESDA dilakukan
Dari analisis EDA, ditemukan titik berkadar dengan membuat point map, korelogram,
Hg sangat tinggi dan mengganggu pola semivariogram, dan peta semivariogram.
distribusi data tersebut secara statistik. Point map adalah peta yang menunjukkan
Keberadaan nilai tersebut menyebabkan bagaimana persebaran lokasi dan tingkat
deviasi standar cukup besar yang tercantum kadar Hg di setiap titik sampel (Gambar 4).
dalam summary statistic (Tabel 1). Anomali Korelogram adalah diagram yang
positif tersebut adalah nilai kadar Hg 221 menunjukkan hubungan antara korelasi
ppb di lokasi SB-1. Menurut peta geologi kadar Hg dan jarak pisahnya.
Gunung Batur, titik SB-1 terletak di kawah Semivariogram adalah diagram yang
gunung Batur. menunjukkan hubungan antara variasi kadar
Hg dan jarak pisahnya pada arah tertentu
Asumsi geostatistik yang digunakan dalam (Gambar 5-16). Peta semivariogram adalah
EDA adalah asumsi data yang berdistribusi peta yang menunjukkan gambaran nyata
normal. Untuk menormalkan distribusi data, persebaran spasial kadar Hg (Gambar 17-18).
anomali tersebut tidak diikutkan dalam
pengolahan dan analisis statistik data. Point map menunjukkan bahwa data kadar
Hasilnya, nilai deviasi standar himpunan Hg tersebar secara acak. Setelah dicocokkan
data tersebut berkurang. Setelah kembali dengan peta geologi, titik-titik sampel
diamati, ternyata masih terdapat range data dengan kadar Hg tinggi terdapat setempat di
yang cukup besar dan berpotensi tiga lokasi, yaitu di tengah kawah Gunung
mengganggu pola distribusi statistik data. Batur, serta ujung barat laut dan ujung
Untuk mengatasi hal tersebut, perlu tenggara daerah penelitian. Selain ketiga
dilakukan transformasi logaritma (Webster lokasi tersebut, nilai kadar Hg cenderung
dan Oliver, 2001). Hasil transformasi data sedang sampai rendah.
tersebut dipandang lebih layak dan sesuai Setelah mengamati persebaran lokasi dan
dengan asumsi geostatistik untuk diolah dan kadar Hg, dibuat korelogram dengan
dianalisis lebih lanjut. menggunakan formula berikut.
Dalam membuat histogram, dengan
mengikuti Rule of Thumb, dibuat bin senilai
dengan akar pangkat dua dari banyaknya
105
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
berbeda dalam nilai range) dengan trend
NE-SW atau NW-SE.
IV.3. Kriging
Persamaan 1. Formula koefisien korelasi
Untuk mengestimasi pola persebaran Hg
Setelah dilakukan analisis dengan pada daerah panas bumi Gunung Batur,
korelogram, dibuat semivariogram dengan digunakan metode Kriging (tepatnya
menggunakan formula berikut. Ordinary Kriging), yaitu metode estimasi
dengan menggunakan nilai data serta
1
 h  n xi  xi h 2
hubungan spasial antardata untuk penentuan
bobot interpolasi. Bobot tersebut ditentukan
2n
i 1 secara statistik berdasarkan model
Persamaan 2. Formula semivariogram semivariogram.
Hal yang perlu dikaji dalam ESDA Berdarkan hasil Kriging (Gambar 19-20),
selanjutnya adalah isotropi, yaitu ukuran terlihat bahwa interpolasi data bersesuaian
seberapa teratur dan seragam persebaran dengan persebaran dan pembobotan data
variabel terukur pada seluruh arah mata secara spasial. Dalam peta Kriging, daerah
angin. Untuk menentukan isotropi, perlu tersebut dilambangkan dengan warna merah.
dilakukan validasi awal dengan
menggunakan metode semivariogram Sebenarnya, di tengah peta tersebut, terdapat
bidireksional. Data yang digunakan adalah anomali Hg berkadar sangat tinggi yang di
data yang telah dihilangkan outlier-nya dan awal paper sudah dikatakan berpotensi
tidak tertranformasi logaritma. menganggu kualitas pengolahan data. Tapi
Pertimbangan tersebut diambil agar dalam pembahasan Kriging, anomali
diperoleh gambaran nyata dari persebaran tersebut sengaja dibahas kembali untuk
kadar Hg dengan nilai yang sebenarnya. meningkatkan keabsahan penelitian.

Semivariogram bidireksional dibuat dengan V. DISKUSI


model spherical dengan pertimbangan
Persebaran Hg tidak mengikuti pola
bahwa data ini memiliki tingkat perubahan
distribusi normal. Data Hg memiliki
yang sedang. Lag atau jarak pisah yang
skewness positif, artinya kelompok data
digunakan adalah 535, 683, dan 729 m.
kadar Hg rendah memiliki frekuensi lebih
Pemilihan lag harus memiliki nilai yang
banyak dibanding kelompok data kadar Hg
dekat dengan jarak spasi rata-rata
tinggi. Data bersifat leptokurtic, yaitu
(Leuangthong dkk, 2008). Masing-masing
memiliki puncak distribusi data yang
lag dianalisis dari empat arah mata angin,
cenderung sangat mancung.
yaitu utara-selatan, timur-barat, timur laut-
barat daya, dan barat laut-tenggara. Kadar Hg di daerah penelitian bersifat
anisotropik secara geometrik pada arah NE-
Untuk memastikan arah anisotropi data,
SW atau NW-SE. Pembuktian anisotropi
dibuat pula peta semivariogram dari ketiga
diperkuat dengan peta Kriging yang jelas
model semivariogram bidireksional di atas.
menunjukkan kecenderungan persebaran Hg
Setelah mengamati ketiga peta
pada arah NE-SW atau NW-SE.
semivariogram, ternyata arah anisotropi
pada arah timur laut-barat daya terhadap Analisis dan interpretasi yang didasari oleh
barat-laut-tenggara lebih jelas terlihat beberapa referensi terlampir menyimpulkan
dibanding anisotropi pada arah utara-selatan bahwa terdapat lima titik anomali positif Hg,
terhadap timur-barat. Sehingga, persebaran yaitu di titik SB-1 yang dikontrol oleh
Hg di daerah panas bumi Gunung Batur temperatur tinggi kawah Gunung Batur,
memiliki anisotropi geometrik (karena serta titik PKB-22 (ujung barat laut), DP-5,
DP-6 dan DP-8 (ujung tenggara) yang
106
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
disebabkan karena ketiadaan horison B ketiadaan horison B pada profil tanah di titik
(horison akumulasi) pada tanah daerah panas penelitian tersebut.
bumi Gunung Batur (PSDG, 2012).
VII. ACKNOWLEDGEMENT
VI. KESIMPULAN Penulis mengucapkan terimakasih kepada
Distribusi Hg pada daerah panas bumi Ibu Dr. Eng. Suryantini yang telah
Gunung Batur berarah NE-SW atau NW-SE. membimbing penulis dalam meperkaya dan
Terdapat tiga anomali positif Hg, yaitu di mendalami materi, serta PSDG yang telah
titik SB-1 yang disebabkan aktivitas kawah meminjamkan data perpustakaan untuk
gunung Batur, serta di titik PKB-22, DP-5, penulis analisis lebih lanjut dalam paper ini.
DP-6, dan titik DP-8 yang disebabkan

107
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

DAFTAR PUSTAKA
Davis, John C. 2002. Statistics and Data Analysis in Geology. USA: John Wiley and Sons
Inc.
Djauhari, M. A. 2001. Catatan Kuliah Analisis Data. Bandung: Penerbit ITB.
Goovaerts, Pierre. 1997. Geostatistics for Natural Resources Evaluation. New York: Oxford
University Press.
Khan, K. Daniel. 2000. Solved Problems in Geostatistics. USA: John Wiley and Sons Inc.
Suryantini. 2012. Statistical Analysis of Mercury Data from Soil Survey in Non-Volcanic
Geothermal System: A Case Study in Sulawesi. International Symposium on Earth
Science and Technology, CINEST 2012. www.sciencedirect.com/
Tim Survei Terpadu. 2012. Laporan Akhir Survei Terpadu Geologi, Geokimia, dan Geofisika
Daerah Panas Bumi G. Batur, Kintamani, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali.
Bandung : Pusat Sumber Daya Geologi.
Walpole, Ronald E. 2007. Statistitic for Scientist and Engineer. New York: Oxford
University Press.
Webster, Richard, dan Margaret A. Oliver. Geostatistic for Environmental Scientists.
England: John Wiley & Sons, Ltd, The Atrium.
www.brownmath.com. Diakses pada 6 April 2016.
www.tanahair.indonesia.go.id. Diakses pada 23 Agustus 2016.

TABEL

Tabel 1. Perbandingan summary statistics data kadar Hg dengan dan tanpa outlier

Summary Statistics (with outlier) Summary Statistics (without oulier)


Mean 17.75 Mean 16
Standard Error 2.02 Standard Error 1.02
Median 13 Median 13
Mode 9 Mode 9
Standard Deviation 21.88 Standard Deviation 10.99
Sample Variance 478.88 Sample Variance 120.73
Kurtosis 64.72 Kurtosis 1.52
Skewness 7.13 Skewness 1.32
Range 220 Range 53
Minimum 1 Minimum 1
Maximum 221 Maximum 54
Sum 2077 Sum 1856
Count 117 Count 116

108
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

GAMBAR

Gambar 1. Letak Gunung Batur di Pulau Bali. Kotak putih menunjukan posisi Gunung

Gambar 2. Peta distribusi Hg daerah panas bumi Gunung Batur

109
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

Gambar 3. Histogram perbandingan kadar Hg dengan dan tanpa outlier

9096000
1 - 6 ppb
9094000 7 - 12 ppb
9092000 13 - 18 ppb

9090000 19 - 24 ppb
25 - 30 ppb
9088000
31 - 36 ppb
9086000
37 - 42 ppb
9084000 43 - 48 ppb

9082000 49 - 54 ppb
221 ppb
9080000
312000 316000 320000 324000 328000

Gambar 4. Point map data kadar Hg

110
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

lag arah nugget sill range lag arah nugget sill range
535 n-s 15 198,88 11181,9 535 e-w 10 119,66 7980,2

Gambar 5. Semivariogram bidireksional Gambar 6. Semivariogram bidireksional arah


arah utara-selatan dengan lag 535 barat-timur dengan lag 535

lag arah nugget sill Range lag arah nugget sill range
535 ne-sw 25 129,97 9071,7 535 nw-se 25 186,95 11012,2

Gambar 7. Semivariogram bidireksional Gambar 8. Semivariogram bidireksional arah


arah timur laut – barat daya dengan lag 535 tenggara-barat laut dengan lag 535

lag arah nugget sill range lag arah nugget sill range
683 n-s 25 181.17 10789,3 683 e-w 35 120,16 9991

Gambar 9. Semivariogram bidireksional arah Gambar 10. Semivariogram bidireksional


utara-selatan dengan lag 683 arah barat-timur dengan lag 683

111
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

lag arah nugget sill range lag arah nugget sill range
683 ne-sw 50 181,57 10789,3 683 nw-se 20 198,71 11974,6

Gambar 11. Semivariogram bidireksional Gambar 12. Semivariogram bidireksional


arah timur laut – barat daya dengan lag 683 arah tenggara-barat laut dengan lag 683

lag arah nugget sill range lag arah nugget sill range
729 n-s 20 193.76 11055.5 729 e-w 20 125.67 10485.4
Gambar 13. Semivariogram bidireksional arah Gambar 14. Semivariogram bidireksional
utara-selatan dengan lag 729 arah barat-timur dengan lag 729

lag arah nugget sill range lag arah nugget sill range
729 ne-sw 30 129,87 10212,7 729 nw-se 20 199,36 11997,5
Gambar 16. Semivariogram bidireksional Gambar 16. Semivariogram bidireksional
arah timur laut-barat daya dengan lag 729 arah tenggara-barat laut dengan lag 729

112
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

Gambar 17. Perbandingan peta semivariogram kadar Hg dengan lag 535, 683, dan 729 m

Gambar 18. Ordinary Kriging untuk range 80000, 900, dan 10000 pada lag 535, 683, dan 729

Anomali

Gambar 19. Perbandingan Ordinary Kriging dengan peta persebaran Hg

113
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

Gambar 20. Peta geologi Gunung Batur

114

Anda mungkin juga menyukai