Anda di halaman 1dari 12

RESUME PAPER

MANIFESTASI GEOTHERMAL

Analisis Manifestasi Panas Bumi Menggunakan Metode Magnetik di Parangwedang,


Kabupaten Bantul

Disusun Oleh:
Anisa Syaharani
21100120130060

LABORATORIUM SUMBER DAYA


MINERAL DAN BATUBARA
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG
APRIL 2021
RESUME PAPER

1. Geologi Regional
Mata air panas Parang Wedang terletak beberapa ratus meter dari objek wisata Pantai
Parangtritis,Bantuk,Daerah Istimewa Yogyakarta.Apabila dilihat dari letak geografisnya
Parangtritis ini berdekatan dengan jalur zona tumbukan antara Lempeng Samudera Hindia-
Australia di bawah lempeng Eirasia.Hal ini menimbulkan adanya potens tatanan geologi
yang cukup komplks dan unik di Pulau Jawa,ditandai dengan kemunculan jalur gunungapi
sejak Tersier yang menyebabkan muncunya Mata Ait Panas Parang Wedang di
Parangtritis.
2. Geologi Lokal
• Stratigrafi
Daerah penelitian ini terdapat jenis batuan berupa batuan sedimen dengan sedikit
batuan intrusi andesit di sekitar Pantai Utara Pantai Parangtritis.Lokasi penelitian ini
termasuk ke dalam Formasi Wonosari apabila dikelompokkan dari formasi yang paling
muda ke tua dengan penyusun utamanya yaitu batu gamping.Kemudian Formasi
Nglanggran dengan penyusun utamanya yaitu breksi.Setelah itu Formasi Semilir
dengan penyusun utamanya batupasir,batulempung,tuff,dan pumik.Selanjutnya
Formasi Kebo Butak dan Formasi Wungkal Gamping.
• Litologi
Daerah penelitian tersusun atas satuan lava andesit ngalnggaran (Tmn) berumur
miosen awal-tengah,satuan gamping trumbu wonosari (Tmwl) berumur miosen akhir-
Pliosen akhir,dan endapan campuran (Qa) yang berumur Holosen dengan satuan
geomorfik Gumuk pasir (Al),subsatuan geomorfik Gawir Sesar (S20 dan bukit ssa
terisolasi (D4).
• Struktur Geologi
Struktur geologi lokasi penelitian yaitu sumber mata air panas daerah Parangtritis
berada pada 1 kelurusan yang sama dengan arah umum yaitu N 10°E – N 190°E timur
laut-barat daya, sehingga dapat diinterpretasikan sebagai tempat munculnya mata air
panas ini.
3. Penjabaran Manifestasi
Hasil dan analisis lapangan di lokasi Sumber Mata Air Panas
Parangwedang,Bantul,Daerah Istimewa Yogyakarta didapatkan jumlah titik sampoling
kemagnetan yaitu sebanyak 120 titik.Titik sampling ini membentuk pola vertical sebanyak
9 line.
Pada gambar a diketahui bahwa nilai intensitas yang tinggi pada bagian selatan
dapat diasosiakan bahwa terdapat adanya endapan pasir yang ada di Pantai
Selatan.Kemudiian pola intensitas yang berwarna biru ini diketahui menjadi sumber mata
air panas pada lokasi ini.Kemudian pada peta b ini dihasilkan daro dilakukannya koreksi
variasi harian dan IGRF pada data lapangan (TMI/Total Magnetic Intensity).Pada peta b
yang berwarna biru di tengah dapat diinterpretasikan sebagai sumber panas/heat source
dengan nilai kemagnetan 20 -60 nT.Kemudian untuk warna merah di bagian selatan dapat
diinterpetasikan sebagai efek dari endapan pasir besi yang memiliki nilai kemagnetan yang
tinggi.
Peta pada Gambar 4, Gambar 5, dan Gambar 6 merupakan peta kontinuasi dari peta
intensitas anomaly yang bersifat residual (downward continuation) secara teori kontinuasi
jenis ini merubah titik refrensi amat dari z = topografi menjadi z kurang dari nol menuju
sumber anomaly berada, sehingga nilai intensitas yang didapatkan dari hasil kontinuasi ini
merupakan nilai dan distribusi sumber anonali atau target yang sebenarnya. Pada kajian
eksplorasi geothermal ini data magnetic digunakan untuk data awal yang mampu untuk
mendeteksi atau mengetahui target-target spesifik pada system geothermal.Menurut
Hukum Currie Heat source akan memiliki nilai kemagnetan yang lebih rendah
dibandingkan dengan batuan yang memiliki suhu yang lebih rendah.Warna biru pada
bagian tengah dapat diinterpretasikan sebagai sumber mata air panas dengan nilai rentang
intensitas- 20 – (-600 nT.Kemudian wrana merah sebagai batuan piroklastik. Pada peta
dengan refrensi titik amat 50 – 150 meter pola klosur secara perlahan mengalami
perubahan, pada refrensi amat 200 – 300 pola klosur cenderung tidak berubah dan sama,
sehingga dihentikan proses downward continuation ini pada refrensi z 200 meter. Maka
dari itu dapat diinterpretasikan bahwa keberadaan sumber panas berada pada kedalaman
100-250 meter.
Pada analisis kelayakan dapat diketahu bahwa temperature cut off di kolam sumber
air panas sebesar 46°C yang tidak memenuhi kriteria minimum temperature
90°C.Kemudian pada lokasi penelitian ini tidak ditemukan adanya manifestasi lain seperti
fumarole dan steaming ground yang bisa menjadi indikasi bahwa lokasi panas bumi
memiliki suhu dan tekanan tertentu yang bisa dimanfaatkan sebagai Pembangkit Listrik
Tenaga Panas Bumi (PLTP).Namun, sumber air panas Parangwedang masih bisa
dimanfaatkan panasnya meskipun dengan kapasitas yang sangat kecil.
KURVATEK Vol.03 . No. 2, November 2018, pp.47-53
ISSN: 2477-7870  47

ANALISIS MANIFESTASI PANASBUMI ENGGUNAKAN


METODE MAGNETIK DI PARANGWEDANG,
KABUPATEN BANTUL

Rena Juwita Sari1 Listriyanto2 Syamsul Ma’arif3 Wira Widyawidura4


1,2
Jurusan Teknik Perminyakan, Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
3
Jurusan Teknik Mesin, Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
4
Jurusan Teknik Lingkungan, Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
1
renajuwitasari21@gmail.com

Abstrak
Parangwedang, Parangtritis Kabupaten Bantul berpotensi untuk pemanfaatan energi
panasbumi. Terlihat ditemukannya manifestasi panasbumi yaitu mata air panas. Penelitian ini bertujuan
untuk memperkirakan potensi energi panasbumi Parangwedang, serta membuat skema pemanfaatan
potensi panasbumi sebagai rekomendasi untuk digunakan di daerah tersebut. Analisis yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu Analisis geologi dan analisis geofisika. Hasil analisis menggunakan metode
Magnetik menunjukkan pola intensitas rendah berwarna biru dibagian selatan dengan dimensi klosur
sekitar 100 meter dengan nilai berkisar antara 160 – 0 nT dan diduga sebagai pola heat source yang
dimungkinkan menjadi sumber air panas pada daerah ini dan diduga disebabkan oleh sesar bearah
timurlaut-baratdaya. Klosur yang diduga sebagai sumber panas memiliki dimensi yang cukup kecil dan
posisinya cukup dangkal dengan perkiraan keberadaan anomali berada pada kedalaman 200 – 300
meter. Berdasarkan kajian yang telah dilakukan disimpulkan bahwa daerah Parangwedang merupakan
daerah prospek panasbumi. Dilihat manifestasi berupa mata air panas sebagai daya tarik pariwisata,
tetapi untuk dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) skala kecil perlu
dilakukan studi lebih lanjut.

Kata kunci : Parangwedang, Panasbumi, Metode Magnetik, PLTP

Abstract
Parangwedang, Parangtritis, Bantul Regency has potential for the utilization of geothermal energy. Seen
the discovery of the geothermal manifestation of hot springs. This study aims to estimate the potential of geothermal
energy Parangwedang, as well as create a scheme of utilization of geothermal potential as a recommendation for use
in the area. The analysis used in this research is geology analysis and geophysical analysis. The results of the
analysis using Magnetic method showed a low intensity pattern of blue in the southern part with a closure dimension
of about 100 meters with a value ranging from 160 to 0 nT and suspected as a possible heat source pattern to be a
source of hot springs in this area and allegedly caused by fault directed northeast- Southwest. The suspected
heatsource has a dimension that is small enough and its position is quite shallow with the estimated existence of
anomalies at a depth of 200 - 300 meters. Based on the study, it was concluded that Parangwedang area is a
geothermal prospect area. Seen manifestation in the form of hot springs as a tourist attraction, but to be used as
geothermal power plant scale pico needs further study.

Keywords: Parangwedang, Geothermal, Magnetic Method, Geothermal Power Plant

1. Pendahuluan
Kebutuhan energi di Indonesia khususnya energi listrik semakin meningkat seiring dengan
perkembangan perekonomian dan meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia. Di sisi yang lain,
beberapa daerah di Indonesia belum mendapatkan pasokan energi listrik yang cukup. Walaupun energi
listrik saat ini sudah menjadi kebutuhan vital untuk kehidupan sehari-hari, namun tidak semua orang
dapat menikmati energi listrik. Sebagai indikator untuk mengetahui ketersediaan energi listrik di suatu
wilayah maka digunakan Rasio Elektrifikasi. Rasio Elektrifikasi merupakan perbandingan jumlah rumah
tangga yang berlistrik dengan total rumah tangga pada suatu wilayah[1].
Perkembangan ketenagalistrikan Indonesia telah mencapai rasio elektrifikasi sekitar 84,35%
sampai dengan bulan Desember 2014. Untuk wilayah Indonesia yang terdiri dari 34 Propinsi, sebanyak
54.690.431 kepala keluarga sudah berlistrik, dari jumlah total kepala keluarga Indonesia sebanyak
64.835.092 kepala keluarga[2].
Received September 21, 2018; Revised Oktober 5, 2018; Accepted Desember 7, 2018
48  ISSN: 2477-7870

Harga energi yang terus meningkat dari waktu ke waktu menyebabkan semakin tingginya beban
biaya energi pada sektor industri untuk menjalankan aktifitas produksinya dan semakin besarnya
pengeluaran rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan energinya. Masih tingginya ketergantungan pada
energi fosil menyebabkan upaya penurunan gas rumah kaca (GRK) juga mengalami kelambatan. Oleh
karena itu diversifikasi pemanfaatan energi yang renewable perlu dilakukan seoptimal mungkin, terutama
mengingat wilayah ini kaya akan sumber renewable energy, termasuk didalamnya energi panas bumi.
Panas bumi adalah sumber energi panas yang terkandung di dalam air panas, uap air, dan batuan
bersama mineral dan gas lainnya yang secara genetik semuanya tidak dapat dipisahkan dalam suatu
sistem panas bumi dan dapat digunakan untuk menyediakan panas, menggerakkan turbin, dan
membangkitkan listrik[3]. Setidaknya ada 6 syarat sumber panas bisa dikategorikan kedalam energi
geothermal, diantaranya : 1) adanya batuan panas bumi berupa magma, 2) adanya persediaan air tanah
secukupnya yang sirkulasinya dekat dengan sumber magma agar dapat terbentuk uap air panas, 3) adanya
batuan reservoir yang mampu menyimpan uap dan air panas, 4) adanya batuan keras yang menahan
hilangnya uap dan air panas (cap rock), 5) adanya gejala-gejala tektonik, dimana dapat terbentuk rekahan-
rekahan di kulit bumi yang memberikan jalan kepada uap dan air panas bergerak ke permukaan bumi, 6)
panasnya harus mencapai suhu tertentu minimum sekitar 180° – 250°C[4].
Sistem panas bumi seringkali juga diklasifikasikan berdasarkan entalpi fluida yaitu sistim entalpi
rendah, sedang dan tinggi. Kriteria yang digunakan sebagai dasar klasifikasi pada kenyataannya tidak
berdasarkan pada harga entalphi, akan tetapi berdasarkan pada temperatur mengingat entalphi adalah
fungsi dari temperatur[5]. Berdasarkan pada besarnya temperatur, Pemerintah telah menetapkan dalam
SNI untuk membedakan sistim panas bumi menjadi tiga (Tabel 1), yaitu:

Tabel 1. Klasifikasi reservoar dalam estimasi potensi energi panas bumi


Temp Akhir Daya per Konversi
Batas Temperatur
Reservoar o /Cut off satuan luas Energi Lain-lain
( C)
(oC) (MWe/km2) (%)
Temperatur rendah < 125 90 10 10 Φ = 10%
Temperatur sedang 125 – 225 120 12,5 10 t = 30 th
Temperatur tinggi > 225 180 15 15 SL = 100%
Sumber: SNI 13-6171-1999 (Metode Estimasi Potensi Energi Panas Bumi)[5]

Penyelidikan energi panas bumi di Indonesia dimulai sekitar tahun 1920 dan pengusahaannya
berkembang dari tahun ke tahun. Untuk menindak-lanjuti langkah tersebut maka pada tahun 1997,
Pemerintah melalui Departemen Pertambangan dan Energi, Direktorat Jenderal Geologi dan Sumberdaya
Mineral membentuk Panitia Penyusunan Standardisasi mengenai Klasifikasi Potensi Energi Panas Bumi
di Indonesia[6]. Dalam standarisasi tersebut, ditetapkan beberapa klasifikasi seperti terlihat Pada Tabel 2.
Tabel 2. Klasifikasi Potensi Energi Panas Bumi
No Klasifikasi Tingkat Penyelidikan Metode / Kegiatan
Sumber Daya
1 Penyelidikan Pendahuluan Studi literatur dan tinjauan lapangan
Spekulatif
 Geologi
Sumber Daya Penyelidikan Pendahuluan  Geokimia
2
Hipotesis lanjutan  Geofisika
 Geohidrologi dan Hidrologi

 Geologi
 Geokimia
3 Cadangan Terduga Penyelidikan rinci
 Geofisikan (Pemetaan)
 Pengeboran landaian suhu

 Pengeboran eksplorasi
Pengeboran eksplorasi  Geologi
4 Cadangan Mungkin
 Pengujian sumur (geokimia, geofisika)
Prastudi kelayakan  Evaluasi potensi

KURVATEK Vol. 3, No. 2, November 2018 : 47 – 53


KURVATEK ISSN: 2477-7870  49

Sumber: SNI 13-5012-1998 (Klasifikasi Potensi Energi Panas Bumi di Indonesia)[6]


Energi alternatif yang menyimpan potensi paling besar bagi kelangsungan energi nasional adalah
energi panas bumi atau geothermal. Solusi kebutuhan energi listrik ke depan dapat bertumpu pada
pengoptimalan energi panas bumi. Pemanfaatan panas bumi sebagai energi alternatif memberikan
dampak positif secara langsung. Pertama, pembangkit listrik tenaga panas bumi (geothermal), merupakan
bentuk pemanfaatan energi dari sumber daya alam yang (dapat) terbarukan. Pada pembangkit listrik
tenaga panas bumi, uap sebagai penggerak turbin diperoleh dari reservoir panas bumi yang terdapat di
bawah permukaan tanah. Kedua, Pemanfaatan panas bumi relatif ramah lingkungan, terutama karena
tidak memberikan kontribusi gas rumah kaca, sehingga perlu didorong dan dipacu perwujudannya.
Ketiga, Pemanfaatan panas bumi akan mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar minyak
sehingga dapat menghemat cadangan minyak bumi.
Kabupaten Bantul memiliki sumber energi panas bumi di daerah Parangwedang, Parangtritis
yang pemanfaatannya baru digunakan untuk sektor pariwisata[7]. Dalam rangka membantu program
pemerintah dalam melaksanakan Peraturan Pemerintah No 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi
Nasional (KEN) dimana target pemanfaatan EBT pada tahun 2025 meningkat menjadi 23%[8].
Demi meningkatkan kemandirian sektor energi untuk industri, usaha kecil dan menengah di Kabupaten
Bantul, maka keberadaan sumber energi ini selayaknya dapat termanfaatkan lebih luas untuk menunjang
kegiatan industri, usaha kecil dan menengah di daerah sekitarnya. Untuk mengetahui potensi energi baik
energi listrik maupun energi panas dari sumber panas bumi ini, maka perlu dilaksanakan analisis
mengenai manifestasi panas bumi di sumber air panas Parangwedang, Parangtritis.

2. Metode Penelitian
Secara umum tahapan dalam penelitian Analisis Manifestasi Panas Bumi Parangwedang
sebagaimana terlihat pada Gambar 1.

Mulai

Studi Literatur

Survey Awal

Izin Survey
( Kantor Kelurahan
Parangtritis)

Sur vey Geologi


Survey Magnetik

Analisa Data &


Pembahasan

Selesai

Gambar 1. Flowchart Penelitian

Analisis Manifestasi Panasbumi Menggunakan Metode Magnetik dai Parangwedang (Rena Juwita Sari)
50  ISSN: 2477-7870

Secara garis besar, survei geomagnetik dapat diberikan dalam diagram alir sebagai berikut:

Informasi Geologi

Penentuan Lintasan /
Posisi Titik Ukur

Pengukuran Data Magnetik

Reduksi Data (koreksi-koreksi)

Pengolahan Data

Penafsiran Data

Gambar 2. Diagram alir survey geomagnetik

3. Hasil dan Analisis


Pengambilan data geofisika di lokasi Sumber Air Panas Parangwedang dan sekitarnya di Desa
Parangtritis, diperoleh jumlah titik sampling nilai kemagnetan yaitu 120 titik. Jumlah line atau kumpulan
titik sampling yang memberntuk pola vertikal adalah 9 line. PETA INTENSITAS ANOMALI
9113800

9113700
FAULT nT
240
9113600 220
200
180
FAULT FAULT
160
9113500 140
120
100
9113400 80
60
40
20
9113300 0
-20
-40
-60
9113200
-80
-100
-120
9113100 -140
-160

9113000

425500 425600 425700 425800 425900 426000 426100 426200

(a) (b)
Gambar 3. a). Hasil simulasi data magnetif Gambar dan b). Peta Intensitas anomali daerah Parangwedang

Peta Pada Gambar 3. a). merupakan peta konturing hasil pengukuran dilapangan sebelum
dikurangi nilai medan magnetik bumi dan variasi harian magnetic. Nilai intensitas magnetic ditunjukkan
dengan nilai mulai dari 44840 – 45240 nT. Nilai intensitas magnetic yang tinggi pada bagian selatan
diasosiasikan dengan endapan pasir besi yang terbentuk di pantai selatan. Pola intensitas rendah berwarna
biru dibagian selatan dengan dimensi klosur sekitar 100 meter diduga sebagai pola heat source yang
dimungkinkan menjadi sumber air panas pada daerah ini. Peta intensitas anomalli magnetic yang masih
dipengaruhi oleh efek anomali dalam dan dangkal (Gambar 3. b). Peta ini dihasilkan dengan melakukan
koreksi variasi harian dan IGRF pada data lapangan (TMI/ Total Magneic Intensity). Secara kuantitatif,
peta intesitas anomali memiliki gradasi warna yang merepresentasikan perbedaan nilai kemagnetan

KURVATEK Vol. 3, No. 2, November 2018 : 47 – 53


KURVATEK ISSN: 2477-7870  51

batuan. Anomali rendah ditunjukkan klosur berwarna biru pada bagian tengah diintepretasikan sebagai
sumber panas/heat source dengan nilai kemagnetan – 20 – 60 nT. Klosur berwarna merah yang dominan
dibagian selatan diintepretasikan sebagai efek dari endapan pasir besi yang secara komposisi terdiri dari
mineral dengan sifat kemagnetan tinggi.
Peta pada Gambar 4, Gambar 5, dan Gambar 6 merupakan peta kontinuasi dari peta intensitas
anomaly yang bersifat residual (downward continuation) secara teori kontinuasi jenis ini merubah titik
refrensi amat dari z = topografi menjadi z kurang dari nol menuju sumber anomaly berada, sehingga nilai
intensitas yang didapatkan dari hasil kontinuasi ini merupakan nilai dan distribusi sumber anonali atau
target yang sebenarnya. Dalam kajian eksplorasi geothermal, data magnetic digunakan sebagai data awal
(prospecting method) yang mampu mendeteksi atau mengatahui target-target spesifik pada system
geothermal. Dalam konteksnya sebagai metode prospeksi, metode magnetik untuk eksplorasi geothermal
dapat digunakan untuk mendeteksi keberadaan heat source dan fault/migration route.
Batuan yang lebih panas dibandingkan batuan disekitarnya (heat source), akan memiliki respon
nilai kemagnetan lebih rendah dibandingkan dengan batuan yang memiliki suhu lebih rendah (Hukum
Currie). Pola klosur berwarna biru dibagian tengah daerah penelitian dengan nilai rentang intensitas
berkisar – 20 – (- 60) nT diduga sebagai sumber panas pada system geothermal daerah Parangwedang.
Pola klosur rendah lainnya dibagian utara daerah penelitian dengan rentang yang sama diintepretasikkan
sebagai batuan piroklastik. Kontinuasi dilakukan dengan nilai z kurang dari nol dengan referensi titik
amat diantara 50 – 300 meter.
Pada peta dengan refrensi titik amat 50 – 150 meter pola klosur secara perlahan mengalami
perubahan, pada refrensi amat 200 – 300 pola klosur cenderung tidak berubah dan sama, sehingga
dihentikan proses downward continuation ini pada refrensi z 200 meter. Berdasarkan hasil kontinuasi ini
diintepretasikan dan diduga keberadaan sumber panas berada pada kedalaman 200 – 250 meter, dugaan
ini dapat diperkuat dengan melakukan analisa spectral pada data yang sifatnya lebih lokal (kerapatan titik
amat 10 – 50 meter).

Gambar 4. Peta Downward Continuation dengan Refrensi nilai z: 0 – 100 meter

Analisis Manifestasi Panasbumi Menggunakan Metode Magnetik dai Parangwedang (Rena Juwita Sari)
52  ISSN: 2477-7870

Gambar 5. Peta Downward Continuation dengan Refrensi nilai z: 150 – 200 meter

Gambar 6. Peta Downward Continuation dengan Refrensi nilai z: 250 – 300 meter

KURVATEK Vol. 3, No. 2, November 2018 : 47 – 53


KURVATEK ISSN: 2477-7870  53

Analisa kelayakan teknis kondisi lapangan diperoleh temperature cut off di kolam air sumber
keluar air panas Parangwedhang sebesar 46 oC. Menurut referensi disebutkan bahwa untuk reservoir
temperature rendah ditunjukkan dengan batas temperatur < 125 oC dan temperatur akhir/cut off 90 oC.
Apabila temperature tersebut terpenuhi, maka punya potensi 10 MWe/km2.
Selain hasil metode magnetic dan analisa kelayakan teknis, prospeksi juga dilakukan dengan
melihat kenampakan di permukaan (manifestasi). Manifestasi di lokasi ini hanya berupa mata air panas
yang terdapat di Parangwedhang. Tidak ditemukan manifetasi lain seperti fumarol atau steaming ground
yang menjadi indikasi bahwa lokasi panas bumi memiliki suhu dan tekanan tertentu yang bisa
dimanfaatkan sebagai Pembangkit Listrik tenaga panas bumi (PLTP) skala kecil atau diambil energi
panasnya. Akan tetapi, terlepas dari hasil analisis data magnetik dan analisa kelayakan teknis, dengan
adanya sumber mata air panas di Parangwedang masih memungkinkan untuk dimanfaatkan energi
panasnya meskipun kapasitanya sangat kecil.

4. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian Analisis Manifestasi Panas Bumi dengan Menggunakan Metode
Magnetik di daerah Parangwedang, Desa Parangtritis, maka disimpulkan bahwa:
1. Pola klosur berwarna biru dibagian tengah daerah penelitian dengan nilai rentang intensitas berkisar
– 20 – (- 60) nT diduga sebagai sumber panas pada system geothermal daerah Parangwedhang, dan
diduga keberadaan sumber panas berada pada kedalaman 200 – 250 meter.
2. Secara teknis temperatur yang keluar dari sumber air panas (cut off) hanya 46 oC, ini tidak memenuhi
kriteria minimum temperatur cut off yaitu 90 oC. Akan tetapi dengan adanya sumber mata air panas
masih memungkinkan untuk dimanfaatkan energi panasnya meskipun kapasitasnya sangat kecil.
3. Secara potensi cadangan air panas di dalam tanah (reservoir) daerah Parangwedang belum
mencukupi untuk diteruskan ke tingkat/tahap kegiatan selanjutnya.

Daftar Pustaka

[1] Bayu, P. I., 2018. Studi Pembangunan Pembangkit Listrik IPP - PLT Panas Bumi Bedugul 10 Mw
Kecamatan Baturiti Kabupaten Tabanan Bali Pada Proyek Percepatan 10.000 Mw Pada Tahun 2018.
Proseding ITS Undergraduate 9479.
[2] ESDM, 2016. Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral. [Online] Available at: www.esdm.go.id
[3] Juliani, R. & Rahmatsyah, 2016. Pola Kandungan Mineral Dan Potensi Panas Bumi Siogung-Ogung
Kabupaten Samosir. Jurnal Generasi Kampus, 9(2).
[4] Suhartono, N., 2012. Pola Sistim Panas dan Jenis Geothermal Dalam Estimasi Cadangan Daerah
Kamojang. Jurnal Ilmiah MTG, 5(2).
[5] SNI, 1999. Metode Estimasi Potensi Energi Panas Bumi (SNI 13-6171-1999), Jakarta: Dirjen Geologi
dan Sumber Daya Mineral.
[6] SNI, 1998. Klasifikasi Potensi Energi Panas Bumi di Indonesia (SNI 13-50121998), Jakarta: Dirjen
Geologi dan Sumber Daya Mineral.
[7] Idral, A. & Rusli, L. R., 2003. Penyelidikan Terpadu Geologi, Geokimia dan Geofisika Daerah Panas
Bumi Parangtritis, Yogyakarta: s.n.
[8] Indratmoko, P., Nurwidyanto, M. I. & Yulianto, T., 2009. Interpretasi Bawah Permukaan Daerah
Manifestasi Panasbumi Parangtritis Kabupaten Bantul DIY dengan Metode Magnetik. Berkala Fisika,
12(4), pp. 153 - 160.

Analisis Manifestasi Panasbumi Menggunakan Metode Magnetik dai Parangwedang (Rena Juwita Sari)

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai