Anda di halaman 1dari 17

Jurnal Ilmu Kebumian

Teknologi Mineral
ISSN 0854 – 2554 Volume 28 Nomor 1, Januari – Juni 2016

Mineralisasi Dan Prospeksi Urat Polimetalik (Pb-Zn-Cu-Au) Daerah Bukit Pondok


(Bekas Tambang Voc Tahun 1902) Tanah Tidung, Kalimantan Timur

Prediksi Terjadinya Scaling Berdasarkan Analisa Output Curve Pada Sumur Panas
Bumi
Analisis “Alteration Box Plot” Terhadap Batuan Vulkanik Terubah, Studi Kasus
Batuan Vulkanik Binangun, Jawa Timur

Pemodelan 3D Resistivitas Batuan Andesit Daerah Sangon, Kab. Kulonprogo, Provinsi


DIY

Hidrogeologi Kawasan Cagar Budaya Gunung Penanggungan


PENANGGUNG JAWAB
Dr. Ir. Suharsono, MT.
Dekan Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta

KETUA REDAKSI
Dr. Suranto, ST., MT

REVIEWER/PENYUNTING AHLI
Prof. Dr. Ir. Sutanto, DEA (T. Geologi), Prof. Dr. Ir. Sari Bahagiarti K, M.Sc. (T. Geologi),
Dr. Dwi Fitri Yudiantoro, MT.(T. Geologi), DR. Ir. Barlian Dwi Nagara, MT (T. Pertambangan),
Dr. Singgih Saptono, MT (T. Pertambangan), Dr. Ir. Drs. Herianto, MT (T. Perminyakan),
Dr. Ir. Yosaphat Sumantri, MT (T. Perminyakan), Dr. Ir. Andi Sungkowo, M.Si (T. Lingkungan),
Dr. Ir. Suharsono, MT (T. Geofisika)

EDITOR PELAKSANA
M.Th. Kristiati, ST., MT.

SEKRETARIS
Hafiz Hamdalah, ST., M.Sc.

BENDAHARA
Ir. Peter Eka Rosadi, MT

PELAKSANA (BAG. DESAIN)


Ekha Yogafanny, S.Si., M.Eng
Herry Riswandi, ST.,MT
Indah Widiyaningsih, MT

PELAKSANA (BAG. TEKNIS)


Rusdiono, Aan Sunarya, Ferry setiawan, ST

PENERBIT
Fakultas Teknologi Mineral – Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta
JIK Tek Min terbit secara berkala setiap 6 (enam) bulan sekali

ALAMAT REDAKSI
Gedung Frederick Arie Lasut, Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta
Jl. SWK 104 (Lingkar Utara), Condongcatur, Yogyakarta 55283
Telp. (0274) 487814, Fax. (0274) 487813
E-mail : jurnal.ftm@upnyk.ac.id
Website: http://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/JIKTekMin
DAFTAR ISI

Mineralisasi Dan Prospeksi Urat Polimetalik (Pb-Zn-Cu-Au) Daerah Bukit


Pondok (Bekas Tambang Voc Tahun 1902) Tanah Tidung, Kalimantan Timur
Fadlin, Adi Candra……………………………………………………………..…….. 1-7

Prediksi Terjadinya Scaling Berdasarkan Analisa Output Curve Pada Sumur


Panas Bumi
Dewi Asmorowati……………………………. …………………………………………. 8-12

Analisis “Alteration Box Plot” Terhadap Batuan Vulkanik Terubah, Studi


Kasus Batuan Vulkanik Binangun, Jawa Timur
DF. Yudiantoro , Arif Rianto BN, Luvisola Agie, David Agus, Isao Takhasima …… 13-19

Pemodelan 3D Resistivitas Batuan Andesit Daerah Sangon, Kab. Kulonprogo,


Provinsi DIY
Wrego Seno Giamboro, Wahyu Hidayat…………………………………………… 20-26

Hidrogeologi Kawasan Cagar Budaya Gunung Penanggungan


Puji Pratiknyo ……………….…………………………..…………………………… 27-39
ISSN 0854-2554 27
JIK TekMin, Volume 28 Nomor 1, 2016

Hidrogeologi Kawasan Cagar Budaya Gunung Penanggungan

Puji Pratiknyo
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral, UPN “Veteran” Yogyakarta
Jl. SWK 104 (Lingkar Utara), Yogyakarta 55283 Indonesia
E-mail : puji_pratiknyoupn@yahoo.com

ABSTRAK
Pemetaan hidrogeologi Kawasan Cagar Budaya Gunung Penanggungan merupakan salah satu tindakan
dalam rangka ikut melengkapi data kondisi kawasan cagar budaya. Dengan diketahui kondisi hidrogeologi
kawasan cagar budaya dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam mengelola kawasan cagar budaya .
Metodologi yang dilakukan adalah dengan melakukan pemetaan hidrogeologi. Data yang terkumpul diolah dan
selanjutnya dilakukan analisa dan dibuat peta hidrogeologinya. Hasil yang didapatkan adalah di daerah
penelitian terdapat 3(tiga) sistem akuifer, yaitu : sistem akuifer ruang antar butir, sistem akuifer antar butir dan
rekahan, dan sistem akuifer rekahan. Air tanah, secara umum, mengalir dari bagian Selatan menuju ke arah Utara
dengan tinggi muka air tanah berkisar 16,28 – 167,62 meter dari permukaan air laut dengan kedalaman berkisar
0,46 – 11,93 m. Daerah imbuhan terdapat pada puncak hingga lereng bawah Gunung Penanggungan sedangkan
daerah lepasan berada di sebelah Utara dan juga di bagian tengah-Timur daerah penelitian atau di bagian lereng
paling bawah Gunung Penanggungan sampai daerah dataran sepanjang alur sungai utama pada daerah
pemetaan. Secara umum, kondisi fisik air tanah yang ada memenuhi persayaratan kualitas air minum.
Kata kunci: Pemetaan, Hidrogeologi, kawasan, cagar budaya, imbuhan, lepasan.

ABSTRACT
Hydrogeological mapping Heritage Regions of Penanggungan Mountains is one of the actions in the
effort to complete the data state of the heritage area. As we know of the hydrogeological heritage area may be
used as a reference in attenuate the heritage area. The methodology is to do with hydrogeological mapping. The
collected data is processed and then analyzed and created hidrogelogy map. The results obtained in the study
area devided in to three (3) unit aquifer system, namely: space between the grains of the aquifer system, aquifer
system between the grains and fracture, and fracture aquifer system. Groundwater in the research area has
general flows from the southern portion toward the north with high groundwater level ranged from 16.28 to
167.62 meters above sea level with a depth ranging from 0.46 to 11.93 m. Recharge areas are at the top and that
the lower slopes of Mount STEPS while loose areas are in the North and also in the Middle-Eastern portion or
area studies at the Courant lowermost slopes of Mount STEPS until lying areas along the main river channel in
the mapping area. Generally, the physical state of the existing groundwater fullfil the quality of drinking water
to the terms.

Keywords: Mapping, hydrogeology, regional, cultural heritage, affixes, removable.

1. PENDAHULUAN penelitian luasnya sekitar 450 hektar, dan telah


ditetapkan sebagai Kawasan Cagar Budaya
Daerah penelitian merupakan komplek
Peringkat Provinsi berdasarkan Keputusan
Gunung Penanggungan dimana di dalamnya
Gubernur Jawa Timur Nomor
terdapat Kawasan Cagar Budaya Gunung
188/18/KPTS/013/2015 tertanggal 14 Januari
Penanggungan. Daerah penelitian, secara
2015.
adminsitratif, di sisi Barat termasuk dalam
wilayah Kabupaten Mojokerto (Kecamatan Pemetaan hidrogeologi daerah
Trawas dan Ngoro) dan di sisi Timur termasuk penelitian yang didalamnya ada Kawasan Cagar
dalam wilayah Kabupaten Pasuruan (Kecamatan Budaya Gunung Penanggungan merupakan s alah
Gempol). Ketinggian daerah penelitian berkisar satu tindakan dalam rangka melengkapi kondisi
antara 25 – 1.605 meter dari permukaan air laut. wilayah kawasan cagar budaya. Dengan
Secara astronomis posisi geografis terletak pada diketahui kondisi hidrogeologi kawasan cagar
7°31’00” LS - 7°41’00” LS dan 112°35’00” BT- budaya dapat digunakan sebagai bahan acuan
112°43’00” BT atau pada koordinat UTM dalam pembuatan keputusan pemerintah daerah
(Universal Transverse Mercator) berada dalam dalam mengelola kawasan cagar budaya yang
Zona 49 pada 674000mT - 690000mT dan ada.
9150000mU - 9170000mU.
Kawasan Cagar Budaya Gunung
Penanggungan yang ada di dalam daerah

 Puji Pratiknyo 
28 ISSN 0854-2554
JIK TekMin, Volume 28 Nomor 1, 2016

2. METODOLOGI PENELITAN 2 : Peta Hidrogeologi.


Metodologi yang diterapkan dalam 3.1.1.a. Sistem Akuifer Antar Butir
penelitian ini adalah Metode Pemetaan Sistem akuifer an t ar b u t ir tersusun atas ;
Hidrogeologi. Pemetaan hidrogeologi dilakukan 1) Satuan en d ap an alluvium (Qa), yang
dengan cara pengamatan, pengukuran, pengujian terdiri atas lempung, lanau, dan pasir.
dan pencatatan data di lapangan yang terkait Satuan ini terdapat di dataran dan
dengan keadaan air tanah. Pengamatan, sepanjang aliran sungai Porong,
pengukuran, pengujian dan pencatatan data membentuk undak sungai dan sebagian
hidrogeologi dilakukan pada sumur gali dan mata merupakan dataran banjir.
air yang ada. Uji yang dilakukan adalah uji sifat 2) Satuan endapan Kolovium (Qk), terdiri
fisik air dengan cara megaskopis dan alat EC- dari endapan rombakan bongkah lepas,
meter. Dari data yang yang terkumpul dilakukan kerakal, kerikil, dan pasir. Satuan ini
pengeplotan pada peta dasar yang selanjutnya terdapat di dataran Gunung
dilakukan analisa yang terkait dengan kondisi Penanggungan.
hidrogeologi. 3) Satuan penanggungan laharik (Plh),
tersusun oleh batupasir, dan tuf. Satuan
Disamping pemetaan hidrogeologi, dilakukan
ini terdapat di gawir dan lereng kaki
juga inventarisasi peninggalan budaya (candi)
Gunung Penanggungan.
yang ada di daerah penelitian dengan cara
Sistem akuifer ini memiliki penyebaran luas
mengukur dan mencatat koordinat lokasi dan
dengan tinggi muka air tanah terhadap
nama candinya.
permukaan air laut berkisar 1 meter hingga 12
m.
3. HASIL DAN ANALISIS
3.1.1.b. Sistem Akuifer Antar Butir Dan
3.1. Hidrogeologi Rekahan
Daerah penelitian, secara hidrogeologi Sistem akuifer an t ar b u t ir d an rekah an
regional terletak pada cekungan air tanah tersusun atas ;
Pasuruan (M. Burhanul Arifin, 2008) yang 1) Satuan endapan debris bongkah (db), terdiri
dipengaruhi oleh bentang morfologi daerah dari endapan debris bongkahan andesit,
gunungapi dan pedataran dengan Ketinggian Satuan ini terdapat pada pada sekitar
berkisar antara 25 – 1605 meter dari permukaan Gunung Penanggungan dan lereng Gunung
laut. Sungai yang ada di daerah penelitian adalah Arjuna – Welirang.
Sungai Porong dan sungai – sungai kecil yang 2) Satuan penanggungan laharik (Plh),
berkembang pada tubuh Gunung Penanggungan. tersusun oleh breksi laharik, tuf, batupasir,
dan breksi gunungapi. Satuan ini terdapat
Berdasarkan data geologi, dan mengacu
pada pada sekitar Gunung Penanggungan
pada Bemmelen (1949), batuan yang ada daerah
dan gawir watukosek.
penelitian merupakan satuan batuan dengan jenis
3) Satuan kemuncup vulkanik (Vku), tersusun
litologi batuan beku, batuan piroklastik, batuan
oleh breksi gunungapi. Satuan ini terdapat
sedimen, dan material sedimen lepas.
pada pada sekitar Gunung Penanggungan.
Keterdapatan jenis litologi tersebut (Fetter, C.W.
4) Satuan penanggungan vulkanik (Pvu),
JR, 1994) dapat bertindak sebagai lapisan
tersusun oleh breksi gunungapi. Satuan ini
pembawa air (permeabel) dan lapisan kedap air
terdapat pada pada sekitar Gunung
(impermeabel). Masing-masing batuan yang
Penanggungan.
menyusun daerah penelitian mempunyai
5) Satuan penanggungan aliran piroklastik
karakteristik dan ciri fisik tersendiri terhadap
(Pap), tersusun oleh tuf, dan material
kemampuan mengandung air bawah tanah dan
laharik. Satuan ini terdapat pada pada
hal itu tergantung pada sistem ruang antar butir,
sekitar Gunung Penanggungan.
celah ataupun struktur sekunder lainnya. Secara
6) Satuan watukosek vulkanik (Wvu), tersusun
umum sifat fisik bantuan belum terkonsolidasi
oleh breksi gunungapi. Satuan ini terdapat
baik atau tak terkompaksi baik, batuan mudah
pada pada sekitar Gunung Penanggungan.
lapuk, meresapkan air hujan, dan dapat
7) Satuan bulak vulkanik (Buvu), tersusun
bertindak sebagai akuifer.
oleh breksi gunungapi dan breksi tufan.
3.1.1. Sistem Akuifer Satuan ini terdapat pada pada sekitar
Gunung Penanggungan.
Di daerah penelitian, berdasarkan 8) Satuan arjuna – welirang vulkanik (Awvu),
jenis bukaannya (Tood, 1980), , terdapat 3(tiga)
tersusun oleh breksi tufaan dan breksi
sistem akuifer, yaitu sistem akuifer ruang antar
gunungapi. Satuan ini terdapat pada pada
butir, sistem akuifer rekahan, dan sistem sekitar Gunung Penanggungan.
akuifer antar butir dan rekahan, lihat Gambar

 Puji Pratiknyo 
ISSN 0854-2554 29
JIK TekMin, Volume 28 Nomor 1, 2016

Gambar 1. Peta Lokasi dan batas adminitrasi daerah penelitian

 Puji Pratiknyo 
30 ISSN 0854-2554
JIK TekMin, Volume 28 Nomor 1, 2016

6) Satuan bendo lava (Bnl), tersusun oleh lava


3.1.1.c. Sistem Akuifer Rekahan
Gunung Bendo, satuan ini terdapat pada
Sistem akuifer rekah an tersusun atas ;
sekitar Gunung Bendo.
1) Sat u an p en an g g u n g an lav a (Pl),
t ers u s u n o leh lav a Gu n u n g 3.1.2. Mata air dan sumur gali
Pen an g g u n g an . Satuan ini terdapat pada Sumber mata air dijumpai berupa titik –
pada sekitar Gunung Penanggungan. titik sumber alami yang dalam pengupayaannya
2) Sat u an b ekel lav a (Bl), t ers u s u n sebagian telah di olah sebagai sumber penghidupan
o leh lav a Gu n u n g Bekel. Satuan ini masyarakat dengan melalui pipa penyaluran. Mata
terdapat pada pada sekitar Gunung air yang dijumpai berkembang pada sistem akuifer
Penanggungan. rekahan, dan sistem akuifer antar butir dan rekahan.
3) Satuan genting lava (Gl), tersusun oleh lava Jumlah keterdapatan sumber mata air yakni 9 titik,
Gunung Genting. Satuan ini terdapat pada lihat Tabel 1 : Keterdapatan sumber mata air di
sekitar Gunung Penanggungan. Gunung Penanggungan dan Gambar 3 : Sumber
4) Satuan gajahmungkur lava (Gml), tersusun mata air di daerah penelitian. Sumur gali yang ada
oleh lava Gunung Gajahmungkur. Satuan ini di daerah penelitian ada 18, data hasil pengukuran
terdapat pada sekitar Gunung muka air tanah di sumur dapat dilihat pada Tabel 2
Penanggungan. sedangkan foto pengukuran dapat dilihat pada
5) Satuan kemuncup lava (Kl), tersusun oleh Gambar 4.
lava Gunung Kemuncup, satuan ini terdapat
pada sekitar Gunung Penanggungan.

Tabel 1 : Keterdapatan sumber mata air di Gunung Penanggungan

Debit Debit Debit


Elevasi Nama S umber S umber S umber
No S topsite Koord X Koord Y Admin
(m) S umber 1 2 3
(l/dtk) (l/dtk) (l/dtk)

1 H1 680030 9159820 520 Kunjoro Wesi Kunjoro Wesi 0,024

2 H2 678060 9161795 235 Pesatren Jedong 0,071

Dusun
3 H3 675868 9159855 357 Reco M acan 0,17
Balekambang

4 H4 676032 9158503 557 Jolotundo Seloliman 0,38 0,12

Sumber
5 H5 676247 9155816 554 Kedungundi 0,15
Brugan

Sendang
6 H6 675984 9155397 582 Penanggungan 0,49 0,37 0,14
Drajat

Sumber
7 H7 678731 9154992 587 Duyung 0,33
Lumpang
Sumber
8 H8 682072 9156646 382 Betro 0,24 0,39
Betro

Dusun
9 H9 682185 9158751 297 Candi Tetek 0,07 0,28
Belahan

 Puji Pratiknyo 
28 ISSN 0854-2554
JIK TekMin, Volume 28 Nomor 1, 2016

Gambar 2. Peta Hidrogelogi daerah penelitian.

 Puji Pratiknyo 
32 ISSN 0854-2554
JIK TekMin, Volume 28 Nomor 1, 2016

Tabel 2. Data air tanah di Sumur gali.

Tinggi
Kedalaman
permukaan Tinggi Kedalaman Tinggi Kedalaman
No Titik Koord X Koord Y MAT dr bis
tanah Bis (m) Sumur (m) MAT (m) MAT (m)
(m)
(mdpl)
1 SG1 686725 9163403 17 0,58 4,1 1,3 16,28 0,72
2 SG2 687606 9161755 22 0,64 6,5 3,6 19,04 2,96

3 SG3 686729 9160540 36 0,4 10,4 8,3 28,1 7,9


4 SG4 687096 9159447 44 0,6 4,28 1,9 42,7 1,3
5 SG5 687405 9159447 43 0,2 3,54 1,83 41,37 1,63
6 SG6 685616 9154845 169 0,4 5 1,78 167,62 1,38
7 SG7 685393 9163112 22 0,92 4,17 1,5 21,42 0,58

8 SG8 685341 9162260 31 0,67 4,05 2,2 29,47 1,53

9 SG9 685120 9161282 45 0,67 15 12,6 33,07 11,93

10 SG10 682763 9163319 23 0,41 5,77 3,3 20,11 2,89

11 SG11 681703 9163201 43 0,7 15,1 7 36,7 6,3

12 SG12 680302 9163944 34 0,59 12,3 10 24,59 9,41

13 SG13 677246 9165142 44 0,6 10,15 8,3 36,3 7,7

14 SG14 675521 9165870 48 0,68 11,75 10,05 38,63 9,37

15 SG15 676184 9166754 33 0,55 5,2 4,2 29,35 3,65

16 SG16 677422 9166176 31 0,54 2,55 1,03 30,51 0,49

17 SG17 679278 9165976 23 0,27 2,25 0,73 22,54 0,46

18 SG18 681663 9165616 19 0.59 6 2,48 17.11 1,89

A B C

Gambar 3. Sumber mata air di daerah penelitian. A. Mata air pada Sumber Lumpang. B. Mata air pada Dusun
Kunjorowesi. C. Sendang Drajat.

 Puji Pratiknyo 
ISSN 0854-2554 33
JIK TekMin, Volume 28 Nomor 1, 2016

A B C

Gambar 4 : Pengukuran muka air tanah. A. Pengukuran kedalaman maksimum sumur. B. Pengukuran tinggi
bis. C. Pengukuran muka air.

penelitian terdapat 9 titik pengambilan sampel mata


3.1.3. Kualitas air tanah
air dan 17 titik pengambilan sampel sumur gali,
Kajian kualitas air tanah pada sumber air
lihat Tabel 3 dan 4.
tanah dilakukan dengan mengambil sampel pada
titik – titik mata air dan sumur gali. Pada daerah

Tabel 3. Kualitas air tanah pada mata air

Ke tinggian Suhu EC TDS Electrivity


Titik Mata air Warna Bau Rasa Kekeruhan pH
(mdpl) ( o C) (ppt) (ppt) (mS)
Kunjoro T ak T ak
H1 520 Jernih Jernih 25,1 7 0,15 146 0,215
Wesi Berbau Berasa
T ak T ak
H2 235 Pesatren Jernih Jernih 26 7,1 0,07 79 0,116
Berbau Berasa
Reco T ak T ak
H3 357 Jernih Jernih 27 7 0,08 73 0,104
Macan Berbau Berasa
T ak T ak
H4 557 Jolotundo Jernih Jernih 25 7,2 0,05 40 0,054
Berbau Berasa
Sumber T ak T ak
H5 554 Jernih Jernih 25 7,4 0,11 113 0,166
Brugan Berbau Berasa
Sendang T ak T ak
H6 582 Jernih Jernih 26 7,1 0,10 111 0,167
Drajat Berbau Berasa
Sumber T ak T ak
H7 587 Jernih Jernih 25,4 6,59 0,09 77 0,108
Lumpang Berbau Berasa
Sumber Putih T ak Sedikit Sedikit
H8 382 27,4 6,89 0,08 77 0,110
Betro Kecoklatan Berbau Asin Keruh
Candi T ak T ak
H9 297 Jernih Jernih 26 6,85 0,07 72 0,106
T etek Berbau Berasa

Tabel 4. Kualitas air tanah pada sumur gali.

Suhu EC TDS Electrivity


Titik Warna Bau Rasa Kekeruhan pH
( o C) (ppt) (ppt) (mS)

SG1 Jernih T ak Berbau T ak Berasa Jernih 31 7,00 0,38 445 0,660

SG2 Jernih T ak Berbau T ak Berasa Jernih 30 7,00 0,49 606 0,904

SG3 Jernih T ak Berbau T ak Berasa Jernih 30 7,00 0,33 402 0,584

SG5 Jernih T ak Berbau T ak Berasa Jernih 31 7,70 0,16 174 0,258

SG6 Jernih T ak Berbau T ak Berasa Jernih 30 7,00 0,27 307 0,459

 Puji Pratiknyo 
34 ISSN 0854-2554
JIK TekMin, Volume 28 Nomor 1, 2016

Suhu EC TDS Electrivity


Titik Warna Bau Rasa Kekeruhan pH
( o C) (ppt) (ppt) (mS)

SG7 Jernih T ak Berbau T ak Berasa Jernih 31 7,00 0,25 285 0,425

SG8 Jernih T ak Berbau T ak Berasa Jernih 28 6,75 0,27 287 0,425

SG9 Jernih T ak Berbau T ak Berasa Jernih 33 7,70 0,13 125 0,178

SG10 Jernih T ak Berbau T ak Berasa Jernih 33 6,70 0,29 335 0,491

SG11 Jernih T ak Berbau T ak Berasa Jernih 31 7,50 0,26 295 0,432

SG12 Jernih T ak Berbau T ak Berasa Jernih 33 6,70 0,44 513 0,773

SG13 Jernih T ak Berbau T ak Berasa Jernih 32 7,40 0,23 258 0,390

SG14 Jernih T ak Berbau T ak Berasa Jernih 31 7,75 0,26 295 0,430

SG15 Jernih T ak Berbau T ak Berasa Jernih 31 6,50 0,16 185 0,270

SG16 Jernih Berbau Busuk T ak Berasa Keruh 30 7,85 0,29 357 0,535

Kuning
SG17 Kecokl T ak Berbau T ak Berasa Keruh 30 7,51 0,42 531 0,796
atan
SG18 Jernih T ak Berbau T ak Berasa Jernih 30 7,50 0,34 420 0,630

3.1.4. Kajian Kualitas Air tanah d). Suhu


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
3.1.4.a. Kajian kualitas air tanah pada mata air.
Republik Indonesia nomor 492 Tahun 2010
a). Warna
tentang persyaratan kualitas air minum pada
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
standart suhu kulitas air minum yaitu suhu
Republik Indonesia nomor 492 Tahun 2010
minimum mencapai 3°C,maka keseluruhan
tentang persyaratan kualitas air minum pada
sampel kondisi fisik airuntuk parameter suhu
standart warna kulitas air minum yakni tak
pada daerah penelitian masuk kedalam
berwarna, pada sampel H8 (Sumber Betro)
persyaratan kualitas air minum.
memiliki warna sedikit keruh (putih
e). Derajat Keasaman (pH)
kecoklatan), sedangkan untuk seluruh sampel
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
memiliki warna jernih atau tak berwarna.
Republik Indonesia nomor 492 Tahun 2010
b). Rasa
tentang persyaratan kualitas air minum pada
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
standart Ph kulitas air minum yaitu kisaran pH
Republik Indonesia nomor 492 Tahun 2010
6.5 – 8.5,maka keseluruhan sampel kondisi fisik
tentang persyaratan kualitas air minum pada
airuntuk parameter pH pada daerah penelitian
standart rasa kualitas air minum yakni tidak
masuk kedalam persyaratan kualitas air minum.
berasa, maka keseluruhan sampel kondisi fisik
f). Residu Terlarut (TDS)
air untuk parameter rasa pada daerah penelitian
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
masuk kedalam persayaratan kualitas air
Republik Indonesia nomor 492 Tahun 2010
minum.
tentang persyaratan kualitas air minum pada
c). Bau
residu terlarut (TDS) yaitu kadar maksimum
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
mencapai sebesar 500 mg/L, atau TDS lebih
Republik Indonesia nomor 492 Tahun 2010
dari 140 ppm dikatagorikan sebagai air minum
tentang persyaratan kualitas air minum pada
biasa, TDS antara 40 – 140 ppm dikatagorikan
standart bau kualitas air minum yakni tidak
sebagai air organik, TDS 1 – 40 ppm
berbau, maka keseluruhan sampel kondisi fisik
dikatagorikan sebagai air mineral, TDS 0 ppm
air untuk parameter bau pada daerah penelitian
dikatagorikan sebagai air murni,maka
masuk kedalam persayaratan kualitas air
keseluruhan sampel kondisi fisik airuntuk
minum.
parameter TDS pada daerah penelitian masuk
kedalam persyaratan kualitas air minum.

 Puji Pratiknyo 
ISSN 0854-2554 35
JIK TekMin, Volume 28 Nomor 1, 2016

dikatagorikan sebagai air organik, TDS 1 – 40


3.1.4.b. Kajian kualitas air tanah pada sumur ppm dikatagorikan sebagai air mineral, TDS 0
gali ppm dikatagorikan sebagai air murni, maka
keseluruhan sampel kondisi fisik airuntuk
a). Warna
parameter TDS pada daerah penelitian masuk
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
kedalam persyaratan kualitas air minum.
Republik Indonesia nomor 492 Tahun 2010
tentang persyaratan kualitas air minum pada 3.1.5. Aliran Air tanah
standart warna kulitas air minum yakni tak Dari data sumur gali diketahui
berwarna, pada sampel SG17 memiliki warna kedalaman muka air tanah berkisar 0,46 – 11,93
sedikit keruh (kuning kecoklatan), sedangkan m sedangkan ketinggian air tanah berkisar antara
untuk seluruh sampel memiliki warna jernih 16,28 – 167,62 meter dari permukaan laut.
atau tak berwarna. Berdasarkan data ketinggian air tanah dan elevasi
b). Rasa mata air yang diperoleh, di plot pada peta dasar.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Dengan memperhatikan pola kontur topografi
Republik Indonesia nomor 492 Tahun 2010 dapat ditarik garis kontur ketinggian muka air
tentang persyaratan kualitas air minum pada tanahnya. Dari pola garis kontur ketinggian muka
standart rasa kualitas air minum yakni tidak air tanah dapat dibuat arah aliran air tanahnya,
berasa, maka keseluruhan sampel kondisi fisik yaitu tegak lurus dengan garis kontur muka air
air untuk parameter rasa pada daerah penelitian tanahnya. Didapatkan bahwa pola aliran air tanah
masuk kedalam persayaratan kualitas air mengalir dari bagian Selatan menuju ke arah
minum. Utara daerah penelitian atau di daerah dataran,
c). Bau lihat Gambar 2.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
3.1.6. Daerah Imbuhan dan Lepasan
Republik Indonesia nomor 492 Tahun 2010
Dari analisis peta hidrogeologi (akuifer
tentang persyaratan kualitas air minum pada
dan aliran air tanahnya), dapat diinterpretasikan
standart bau kualitas air minum yakni tidak
daerah–daerah yang berfungsi sebagai daerah
berbau, pada sampel SG16 memiliki bau sedikit
imbuhan dan daerah lepasan. Daerah imbuhan
busuk, sedangkan untuk seluruh sampel
terdapat pada puncak Gunung Penanggungan
memiliki bau atau tak berbau.
hingga lereng bagian bawah Gunung
d). Suhu
Penanggungan sedangkan daerah lepasan berada
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
disebelah utara lembar dan juga bagian tengah-
Republik Indonesia nomor 492 Tahun 2010
Timur lembar atau lereng Gunung
tentang persyaratan kualitas air minum pada
Penanggungan bagian paling bawah sampai
standart suhu kulitas air minum yaitu suhu
daerah dataran sepanjang alur sungai utama pada
minimum mencapai 3°C, maka keseluruhan
daerah pemetaan, lihat Gambar 2.
sampel kondisi fisik air untuk parameter suhu
pada daerah penelitian masuk kedalam
persyaratan kualitas air minum. 3.2. Wilayah Cagar Budaya
e). Derajat Keasaman (pH)
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Batas wilayah cagar budaya merupakan
titik – titik situs dan didalam batas zonasi terdapat
Republik Indonesia nomor 492 Tahun
cagar budaya situs atau candi, adapun batas – batas
2010tentang persyaratan kualitas air minum
pada standart Ph kulitas air minum yaitu kisaran cagar budaya dapat dilihat pada Tabel 5 : Titik
situs batas – batas cagar budaya.
pH 6.5 – 8.5,maka keseluruhan sampel kondisi
Keterdapatan situs atau candi di dalam batas cagar
fisik airuntuk parameter pH pada daerah
penelitian masuk kedalam persyaratan kualitas budaya berupa situs candi peninggalan, jenis
material yang digunakan untuk membuat candi
air minum.
berupa batuan andesit (lihat Gambar 4: Material
f). Residu Terlarut (TDS)
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan bahan candi yang diambil dari batuan jenis andesit
produk Gunung Penanggungan).
Republik Indonesia nomor 492 Tahun
Adapun jumlah situs atau candi di kawasan Gunung
2010tentang persyaratan kualitas air minum
pada residu terlarut (TDS) yaitu kadar Penanggungan yang telah dijumpai berjumlah 36
buah (lihat Tabel 6 Keterdapatan situs dan candi di
maksimum mencapai sebesar 500 mg/L, atau
Gunung Penanggungan, dan Gambar 5 : Beberapa
TDS lebih dari 140 ppm dikatagorikan sebagai
air minum biasa, TDS antara 40 – 140 ppm candi di Gunung Penanggungan).

 Puji Pratiknyo 
36 ISSN 0854-2554
JIK TekMin, Volume 28 Nomor 1, 2016

Tabel 5. Titik situs batas – batas cagar budaya


No Kord X Kord Y Keterangan

1 678188 9162279 Candi Pasetran


2 682383 9161025 Pertigaan Sekantong
3 682695 9159141 Situs Belahan (Sisi Timur)
4 682238 9156672 Pertigaan Betro
5 682252 9155473 Pertigaan Kesiman
6 678863 9154885 Punden Selumpang (Dusun Bantal)
7 676425 9155389 Dusun Sendang
8 676068 9155948 Brugan (Desa Kedungudi)
9 675078 9157265 Kaki Gunung Jambe
10 674737 9158939 Pertigaan Sempur
11 675697 9160138 Situs Reco Macan
12 676518 9162199 Pertigaan Watusari

A B

Gambar 4. Material pembuat candi yang diambil dari batuan jenis andesit produk Gunung Penanggungan. A.
Batuan beku Andesit. B. Candi Kendalisodo 2.

Tabel 6 : Keterdapatan situs dan candi di Gunung Penanggungan


No Kord X Kord Y Nama Candi

1 677088 9159070 Situs Batu Berwajah


2 677084 9158057 Candi Bayi
3 677698 9158362 Candi Carik
4 677855 9158362 Candi Gentong
5 677884 9157963 Candi Guru
6 677854 9158517 Candi Jolotundo
7 678157 9157992 Candi Kama 1
8 677090 9159070 Candi Kama 2
9 677211 9158887 Candi Kama 3
10 677273 9158979 Candi Kendali
11 677333 9158855 Candi Kendalisodo
12 677853 9158760 Candi Lemari
13 677791 9158115 Candi Lurah

 Puji Pratiknyo 
ISSN 0854-2554 37
JIK TekMin, Volume 28 Nomor 1, 2016

No Kord X Kord Y Nama Candi

14 677915 9158888 Candi Merak


15 679478 9158664 Candi Naga 3
16 679507 9158080 Candi Naga 2
17 677823 9158639 Candi Pendawa
18 677669 9158332 Candi Pura
19 677607 9158302 Candi Putri
20 677883 9158362 Candi Shinta
21 677821 9157994 Candi Shiwa
22 677977 9158946 Candi XXX
23 678004 9157963 Candi Wishnu
24 677884 9158670 Candi Yudha
25 678060 9161795 Candi Jedong
26 675868 9159855 Situs Reco Macan
27 682185 9158751 Candi Tetek
28 680475 9165866 Candi Bangkal
29 677665 9158655 Candi Naga 1
30 678949 9159116 Candi Dharmawangsa
31 678882 9159088 Candi Gajah
32 678781 9159235 Candi Griya
33 678766 9159140 Candi Kama 4
34 679116 9159150 Candi Kerajaan
35 679028 9159238 Candi YYY
36 678898 9158967 Candi Wayang

Dari peta hidrogeologi yang dihasilkan, bisa melampar pada setiap titik di wilayah akuifer
diketahui bahwa Kawasan Cagar Budaya Gunung tersebut.
Penanggungan berada di wilayah imbuhan air
Sistem akuifer rekahan sebagian besar
tanah. Di wilayah imbuhan air tanah, sistem akuifer
berada di bagian tengah daerah kawasan cagar
yang ada berupa sistem akuifer antar butir dan
budaya sedangkan sistem akuifer antar butir dan
rekahan serta sistem akuifer rekahan. Pada sistem
rekahan ada di bagian pinggir kawasan cagar
akuifer antar butir dan rekahan dan juga sistem
budaya. Hampir semua mata air yang dijumpai
akuifer rekahan tidak dapat ditarik garis kontur
berada di dalam kawasan cagar budaya, cuma ada 1
ketinggian muka air tanahnya karena air tanah tidak
mata air yang ada di luar kawasan (lihat Gambar
2) yaitu mata air Sendang Drajat.

 Puji Pratiknyo 
38 ISSN 0854-2554
JIK TekMin, Volume 28 Nomor 1, 2016

A
B

C D

E F

Gambar 5. Beberapa candi di Gunung Penanggungan. A. Candi Shinta. B. Candi Gentong. C. Altar Candi
Shinta. D. Motif candi Kerajaan. E. Candi Tetek. F. Candi Naga 1.

 Puji Pratiknyo 
ISSN 0854-2554 39
JIK TekMin, Volume 28 Nomor 1, 2016

alur sungai utama pada daerah pemetaan


4. KESIMPULAN 7) Kawasan cagar budaya Gunung
1) Daerah penelitian secara hidrogeologi Penanggungan berada di daerah imbuhan
regional terletak pada cekungan air tanah air tanah.
Pasuruan (CAT Pasuruan).
2) Di daerah penelitian terdapat 3(tiga) sistem 5. DAFAR PUSTAKA
akuifer, yaitu sistem akuifer ruang antar
Bemmelen Van, R.W., 1949., Geology Of
butir, sistem akuifer antar butir dan st
rekahan, dan sistem akuifer rekahan. Indonesia, 1 ed., Government Printing Office
3) Mata air yang dijumpai berkembang the Hague Netherland., Amsterdam.
pada sistem akuifer rekahan, dan sistem
Fetter, C.W. JR, 1994, Applied Hydrogeology,
akuifer antar butir dan celah, dengan Charles E. Merril Publishing Company, A
debit berkisar antara. 0,024-0,49
Bell & Howell Company, Colombus Toronto
liter/detik
London Sydney.
4) Secara umum, kondisi fisik air tanah yang
ada didaerah penelitian masuk kedalam M. Burhanul Arifin, 2008, Peta Cekungan Air
persayaratan kualitas air minum. Tanah Provinsi Jawa Timur, Badan Geologi,
5) Pola aliran air tanah mengalir dari bagian Departemen Energi dan Sumber Daya
selatan menuju ke arah utara daerah Mineral, Bandung.
penelitian. Ketinggian muka air tanah
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
berkisar 16,28 – 167,62 mdpl. Kedalaman
nomor 492 Tahun 2010 tentang persyaratan
muka air tanah berkisar 0,46 – 11,93 m.
kualitas air minum.
6) Daerah imbuhan terdapat pada puncak
Gunung Penanggungan hingga lereng Todd, David Keith, 1980, Groundwater Hydrology,
bagian bawah Gunung Penanggungan second edition, University of California, New
sedangkan daerah lepasan berada disebelah York, USA.
utara dan juga bagian tengah-timur daerah
penelitian atau lereng Gunung
Penanggungan bagian bawah sepanjang

 Puji Pratiknyo 
PETUNJUK BAGI BAGI PENULIS GUIDLINES FO R AUTHO RS

Ke te ntuan Umum : Naskah yang dikirim ke Jurnal Ilmu General Condition : All manuscripts submitted to the Jurnal
Kebumian T eknologi Mineral adalah karya asli dan belum Ilmu Kebumian T eknologi Mineral must be original work, not
pernah diterbitkan sebelumnya, serta hanya dikirim khusus been previously published, and must be submitted exclusively to
untuk jurnal ini. Semua naskah yang dikirim akan ditinjau ulang this journal. All papers submitted will be subjected to peer
oleh mitra bestari dan/atau dewan redaksi. Naskah yang tidak and/or editorial review. Rejected papers will not be returned to
dimuat tidak dikembalikan the authors.

Bahasa : Naskah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau dalam Language : All manuscripts must be written in Indonesian or
Bahasa Inggris. English.

Format : Naskah diketik menggunakan Microsoft Word, huruf Format : Manuscripts should be typewritten with Microsoft
T imes New Roman 12 dan satu spasi, kertas ukuran A4. Margin Word, T ime New Roman at 12 font size, single-spaced on one
atas bawah 2,5 cm. Margin samping kiri 2,5 cm dan samping face of A4 size sheets, with a 2,5 cm top and bottom, 2,5 from
kanan 1,5 cm. Panjang naskah keseluruhan antara 5-16 halaman. left, and 1,5 cm from right. The full papers length consist of 6 to
Naskah dikirim dalam bentuk cetakan hitam putih dan disertai 15 printed pages. Papers should be submitted both in a black and
disket/softcopy. white hardcopy and in a disk/softcopy.

O rganisasi Naskah : Naskah disusun dengan urutan Abstrak, O rganization of Manuscripts : T he manuscripts should be
Pendahuluan, Metode, Hasil dan Pembahasan, Kesimpulan, organized under suitable order such as Abstract, Introduction,
Ucapan T erima Kasih (bila diperlukan), dan Daftar Pustaka Methods, Result and Discussion, Conclusion, and References.

Judul dan Penulis : Judul dibuat pendek dan tidak lebih dari 2 Title Page and Authorship : The title page should contain : title
baris (maksimum 40 huruf) dan harus mencerminkan isi naskah. of article, no more than 2 rows (40 characters). Put the full name
Nama Penulis, alamat institusi (email, no. Fax dan telpon/HP of author, name (s) of institution (s), address and email of author
dicantumkan di bawah judul). on the next row bellow the title directly.

Abstrak dan Kata Kunci : Abstrak terdiri dari 200 kata dalam Abstract and Keywords : Limit abstract 200 word, one
satu paragraph, berisi intisari tulisan secara menyeluruh. Abstrak paragraph, and should comprise informative essence of the entire
ditulis dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris serta content of the article. Abstracr as well as keywords should be
dilengkapi kata kunci (3-5 kata) di bawahnya. Abstrak dan kata prepared in Indonesian or English. Select 3-5 keywords and put
kunci diketik dengan huruf T imes New Roman ukuran 10 dan the below the abstract directly. Bot h of abstract and keywords
satu spasi. should be typewritten in T imes New Roman at 10-font size and
single-spaced.
Tabe l : T abel diketik dan diberi nomor. Judul tabel dan
keterangan yang diperlukan ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Table : T itle of tables and all necessary remarks should be
Bahasa Inggris dengan singkat dan jelas. Penggunaan tanda typewritten either in Indonesian or English. T able should be
koma (,) dan titik (.) pada angka di dalam tabel masing-masing numbered. T he uses of comma (,) and point (.) in all figures in
menunjukan nilai pecahan/decimal dan kebulatan seribu. the table indicate a decimal fraction, and a thousand
multiplication, respectively.
Gambar Grafis : Grafis dan ilustrasi lain yang berupa gambar
grafis harus diberi nomor, judul dan keterangan yang jelas dalam Line Drawing : Graphics and other line drawing illustractions
Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris. should be drawn in high resolution. Each drawing should be
numbered, titled and supllied with necessary remarks in
Foto : Foto harus mempunyai ketajaman yang baik, diberi judul Indonesian or English.
dan keterangan seperti pada gambar.
Photograph : Photograph submitted should have high resolution
Daftar Pustaka : Daftar Pustaka yang dirujuk harus disusun should be supplied wih necessary information as for line
menurut abjad nama pengarang dan mencantumkan tahun drawing.
penerbitan seperti contoh berikut ini :
Reference : Reference should be listed in alphabetical order of
author name with the year of publication, such as the following
example :

Jurnal :
Walling, D.E. 1983. T he sediment delivery problem, Journal of Hidrology 65(1), p.209-237
Buku :
Diessel C.F.K. 1992, Coal Bearing Depositional System, Springer-Verlag Berlin Heidenberg, 721 p.
Prosiding :
Yohanes PK, Nahrowi T Y, Sanardi MS, 1995. Sequence stratigraphy concept applied to the Middle Miocene to Pliocene
outcrops in The North Java Basin, Indonesia, Proceeding of The International Symposium on Sequence Stratigraphy in SE.
Asia, IPA, Jakarta, 12-14 Sep 1995. P.331-334.
Skripsi/Te sis/Disertasi :
Siti Umiyatun Choiriah, 2000, Interpretasi Paleotemperatur berdasarkan nannoplankton gampingan, lintasan S. Bengawan
Solo, Ngawi. (Thesis). Bandung : T eknik Geologi, FIKT M Institut T eknologi Bandung.
Informasi dari Internet
Hansen L. 1999, Non-target effect of BT corn pollen on the Moarch butterfly, http://www.ens.iastat.edu/ncb/d81.html. (21
Agus 1999)

Anda mungkin juga menyukai