Riset Geologi dan Pertambangan merupakan Jurnal berkala ilmiah terakreditasi LIPI
dalam bidang geologi, geofisika, pertambangan dan ilmu kebumian lainnya yang terkait.
Jurnal ini terbit dua nomor dalam satu tahun, pada bulan Juni dan Desember.
Dewan Redaksi
Gambar Sampul
Atas: Hasil pengolahan citra landsat dan DEM yang menunjukkan adanya zona alterasi (warna abu-abu
yang dibatasi garis kuning putus-putus)
Bawah: Peta konsentrasi radon di Papandayan. Indikasi struktur geologi ditandai dengan garis merah
(kiri) dan lingkaran merah
Kata Pengantar
Rasa syukur kami sampaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha Mengetahui atas terbitnya Jurnal
Riset Geologi dan Pertambangan, Volume 26 No.2, Desember, 2016. Dalam edisi kali ini
disajikan enam permasalahan aktual dari enam cabang ilmu kebumian yang berbeda, yaitu
mengenai pencemaran laut, prospek hidrokarbon, airtanah, gerakan tanah, prospek panasbumi,
dan iklim.
Karang Porites ternyata tidak hanya indah untuk dinikmati bagi yang senang menyelam tetapi
juga dapat dijadikan sebagai petunjuk adanya polusi dengan menganalisis kandungan unsur
kimia pada karang tersebut, seperti yang tersaji pada artikel mengenai kandungan Pb dalam
karang Porites di Pulau Seribu. Meskipun harga bahan bakan minyak di dunia menunjukkan
kecenderungan yang menurun, tapi penelitian mengenai cekungan minyak yang potensial tidak
mesti berhenti dengan menggunakan teknik eksplorasi popular, seperti metoda gayaberat yang
terpapar dalam artikel mengenai prospek hidrokarbon di Majalengka. Pengambilan airtanah yang
sangat intensif di beberapa tempat di Indonesia ditenggarai telah mempengaruhi kondisi airtanah
permukaan seperti yang terjadi di Kabupaten Serang, Provinsi Banten, yang kemudian
memerlukan perhatian karena berhubungan langsung dengan kebutuhan masyarakat. Curah
hujan yang tinggi selain mengakibatkan terjadinya banjir juga sering memicu terjadi gerakan
tanah yang pola kerentanannya dapat disajikan dalam model. Pengetahuan mengenai zona kedap
air dalam kerangka potensi panasbumi adalah hal yang sangat penting dalam penghitungan
cadangan uap yang bisa dimanfaatkan. Dari kandungan unsur Radon (222Rn) dan Thoron
(220Rn), hal tersebut bisa diketahui, seperti penelitian yang dilakukan di Gunung Papandayan.
Makalah terakhir menunjukkan bahwa dari analisis distribusi spasial dan temporal curah hujan
dapat diketahui pengaruh tutupan lahan terhadap intensitas curah hujan harian, seperti yang
teramati di DAS Cerucuk, Pulau Belitung.
Dewan Redaksi
RISET
GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN
Volume 26 No. 2, 2016 ISSN 0125-9849
e-ISSN 2354-6638
Daftar Isi
117
©2016 Pusat Penelitian Geoteknologi
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Sugianti/ Model Kerentanan Gerakan Tanah Wilayah Kabupaten Sukabumi Secara Spasial dan Temporal
Indonesia, terutama di Pulau Jawa. Berdasarkan dan pengaruh parameter topografi, geoteknik dan
data BNPB (2015), kejadian bencana gerakan hidrologi terhadap inisiasi gerakan tanah.
tanah banyak terjadi di Provinsi Jawa Barat. Kemampuan model TRIGRS untuk memprediksi
Kerentanan gerakan tanah wilayah perbukitan di gerakan tanah dangkal akibat hujan dipengaruhi
Pulau Jawa dikontrol oleh kondisi geologi, oleh resolusi variasi curah hujan temporal (Chen
topografi, curah hujan dan tutupan lahan et al., 2005; Liao et al., 2011), resolusi parameter
setempat. Kabupaten Sukabumi merupakan salah geoteknik secara spasial (Liao et al., 2011; Park
satu wilayah rentan gerakan tanah di provinsi ini. et al., 2013) dan resolusi model elevasi digital
Berdasarkan data dan informasi bencana (Park et al., 2013). Dengan demikian, prediksi
Indonesia BNPB (Badan Nasional gerakan tanah berdasarkan pemetaan kerentanan
Penanggulangan Bencana) tahun 2000-2015, memerlukan resolusi data curah hujan temporal,
kejadian gerakan tanah di Kabupaten Sukabumi, parameter topografi, dan geoteknik spatial yang
tercatat sekitar 106 kejadian dengan korban jiwa akurat.
sebanyak 45 orang, yaitu 32 meninggal, 6 hilang,
Di Indonesia, Sarah et al. (2015) menggunakan
7 luka (BNPB, 2015). Dalam rangka mengurangi
pendekatan model TRIGRS untuk mengkaji
risiko bencana gerakan tanah, maka upaya
kestabilan lereng regional di wilayah Kecamatan
mitigasi dan kesiapsiagaan terhadap ancaman
Tawangmangu. Hasil pemodelan menunjukkan
gerakan tanah sangat diperlukan di wilayah
kesesuaian yang tinggi antara zona kerentanan
Kabupaten Sukabumi.
gerakan tanah dan lokasi bencana gerakan tanah,
Pemetaan kerentanan gerakan tanah merupakan sehingga model kerentanan tersebut dapat
salah satu upaya memprediksi kejadian gerakan digunakan untuk memprediksi potensi gerakan
tanah untuk kesiapsiagaan terhadap ancaman tanah di wilayah ini. Sugianti et al. (2014) juga
gerakan tanah. Model kerentanan gerakan tanah mengklasifikasi tingkat kerentanan gerakan tanah
harus dapat memberikan informasi kapan dan daerah Sumedang Selatan dengan mengggunakan
dimana gerakan tanah akan terjadi di suatu metode Storie. Parameter karakteristik fisik
wilayah perbukitan. Pusat Vulkanologi dan berupa tataguna lahan, kelerengan, geologi dan
Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) pada tahun curah hujan. Hasil analisis klasifikasinya
2004 telah membuat Peta Kerentanan Gerakan menunjukkan bahwa tingkat kerentanan
Tanah wilayah Sukabumi menggunakan dipengaruhi oleh tataguna lahan, kemiringan,
pendekatan pembobotan berbasis sistem jenis tanah penyusun, dan curah hujan sebagai
informasi kebumian (PVMBG, 2004). Peta faktor pemicu.
tersebut mengklasifikasi tingkat kerentanan
Makalah ini bertujuan untuk menyajikan hasil
gerakan tanah wilayah Sukabumi menjadi empat
pemodelan kerentanan gerakan tanah
kelas yaitu sangat rendah, rendah, menengah, dan
menggunakan aplikasi TRIGRS, untuk wilayah
tinggi. Akan tetapi, model kerentanan tanah
Kabupaten Sukabumi, dengan mempertimbang-
tersebut hanya memberikan informasi variasi
kan variasi karakteristik lereng dan kekuatan
kerentanan gerakan tanah secara spasial saja,
tanah secara spasial dan curah hujan secara
tetapi tidak secara temporal.
temporal pada bulan basah. Adapun sasaran
Pemetaan kerentanan gerakan tanah regional makalah ini yaitu untuk mengetahui (1)
akibat curah hujan dengan menggunakan hubungan antara keteknikan tanah dengan
pemodelan gerakan tanah secara deterministik kejadian gerakan tanah dan, (2) mengevaluasi
dan empirik telah banyak dilakukan oleh peneliti pengaruh curah hujan terhadap perubahan tingkat
terdahulu. Transient Rainfall Infiltration and kerentanan gerakan tanah di lokasi penelitian.
Grid Based Regional Slope Stability atau yang Hasil pemodelan kerentanan gerakan tanah yang
disingkat TRIGRS (Baum et al, 2002; 2008) disajikan dalam makalah ini merupakan bagian
merupakan salah satu model kestabilan lereng dari penelitian tentang pengaruh perubahan iklim
yang banyak dipergunakan untuk memetakan terhadap kerentanan gerakan tanah di wilayah
kerentanan gerakan tanah dangkal (Godt et al, Sukabumi, dengan menggunakan data dasar
2008; Salciarini et al, 2006; Tan et al, 2008). curah hujan harian pada bulan-bulan basah di
Selain itu, beberapa peneliti juga menggunakan tahun 1990 (Tohari dan Santoso, 2015).
model TRIGRS untuk mengetahui kemampuan
memprediksi gerakan tanah di suatu perbukitan,
118
Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan, Vol.26, No.2, Desember 2016, 117 - 129
119
Sugianti/ Model Kerentanan Gerakan Tanah Wilayah Kabupaten Sukabumi Secara Spasial dan Temporal
berupa kohesi efektif (c’) dan sudut geser efektif Persamaan faktor keamanan lereng menerus yang
(’diperoleh berdasarkan uji triaksial kondisi homogen (FK) yang digunakan dalam pemodelan
termampatkan-tak teralirkan berdasarkan ASTM TRIGRS adalah sebagai berikut:
D4767M dan nilai permeabilitas (Ks) diperoleh
dari hasil uji falling head permeameter menurut tan ' c ' Z , t w tan '
ASTM D585. FK
tan s Z sin cos .............(2)
Curah hujan merupakan faktor penting dalam
model TRIGRS. Data spasial dan temporal curah dimana, c’ adalah kohesi efektif, Z adalah
hujan harian diperoleh dari 12 stasiun curah
hujan yang terletak di wilayah Kabupaten ketebalan tanah, adalah tekanan air tanah
Sukabumi (Tohari dkk, 2011). Data curah hujan transient, t adalah waktu, adalah sudut
ini kemudian diolah menggunakan software bidang gelincir, ’ adalah sudur geser efektif,
ArcGIS untuk menghasilkan peta isohyet. w adalah berat isi air dan s adalah berat isi
Pemodelan Kerentanan tanah.
Tahap awal dari pemodelan TRIGRS adalah Zonasi Kerentanan Gerakan Tanah
melakukan analisis data topografi berupa data Zonasi kerentanan gerakan tanah menggunakan
ketinggian dan arah lereng dengan menggunakan klasifikasikan menurut Ward (1976), yang
program TopoIndex (Baum, 2002), untuk berdasarkan nilai faktor keamanan (FK) lereng,
menghasilkan perhitungan rute aliran permukaan sebagaimana disajikan pada Tabel 1. Hal ini
(run-off routing) yang digunakan dalam karena belum ditemukan hasil penelitian
pemodelan kestabilan lereng. terdahulu lainnya yang khusus menghasilkan
Dalam pemodelan kestabilan lereng akibat curah klasifikasi zona kerentanan gerakan tanah
hujan spasial dan temporal menggunakan berdasarkan nilai FK lereng hingga saat ini.
program TRIGRS 2.0, model infiltrasi air hujan
berdasarkan pada solusi linear Iverson (2000) dan Tabel 1. Klasifikasi kerentanan gerakan tanah
ekstensi dari persamaan Richard oleh Baum et al. (Ward, 1976).
(2002). Solusi untuk tekanan air pori transient Faktor keamanan
diberikan oleh persamaan rumus 1 (Baum et al., Kerentanan gerakan tanah
(FK)
2002).
FK > 2.0 Kerentanan sangat rendah
dimana Z adalah arah koordinat normal terhadap
lereng, α adalah kemiringan lereng, d adalah 2.0 > FK > 1.7 Kerentanan rendah
kedalaman muka airtanah kondisi awal yang 1.7 > FK > 1.2 Kerentanan menengah
diukur dalam arah Z, β = λ cos α, dimana λ = cos
α – [lz / Kz], Kz adalah koefisien permeabilitas FK < 1.2 Kerentanan tinggi
dalam arah Z, IZ adalah flux permukaan pada
kondisi awal, dan InZ adalah flux permukaan pada
intensitas tertentu untuk interval waktu ke-n.
Subcript LT menyatakan term panjang, D1 = D0
cos2α dimana D0 adalah diffusivitas hidrolik
kondisi jenuh air, N adalah jumlah total interval,
dan H(t–tn) adalah Heavyside step function.
..........................(1)
120
Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan, Vol.26, No.2, Desember 2016, 117 - 129
Kejadian gerakan tanah lebih banyak terdapat di > 45 Sangat Perbukitan berelief
wilayah Kecamatan Pelabuhan Ratu, Cidolog, Curam sangat kasar
121
Sugianti/ Model Kerentanan Gerakan Tanah Wilayah Kabupaten Sukabumi Secara Spasial dan Temporal
peta raster karakteristik tanah yaitu nilai berat isi, 5x10-06 m/det, sedangkan variasi nilai kohesi
permeabilitas, nilai kohesi, dan sudut geser tanah. adalah antara 0 hingga 46,97 kPa, dan sudut
Gambar 5 dan 6 menunjukkan bahwa Kabupaten geser tanah antara 12,59o hingga 41,53o. Variasi
Sukabumi mempunyai karakteristik tanah yang nilai parameter keteknikan tanah ini dapat
beragam. Nilai berat jenis tanah berkisar antara mengindikasikan perbedaan tingkat kerentanan
10,9 kN/m3 dan 17,5 kN/m3. Nilai koefisien lereng terhadap gerakan tanah di wilayah
permeabilitas tanah sebesar 1,058x10 -08 sampai Kabupaten Sukabumi.
Gambar 6. Peta raster nilai kohesi tanah dan sudut geser tanah
123
Sugianti/ Model Kerentanan Gerakan Tanah Wilayah Kabupaten Sukabumi Secara Spasial dan Temporal
Tabel 3 menyajikan ringkasan nilai parameter stasiun curah hujan di wilayah Sukabumi (stasiun
tanah berdasarkan perbedaan kerentanan gerakan Bojong Lopang, Surade, Cijambe, dan Jampang
tanah. Daerah rentan gerakan tanah cenderung Kulon). Pada bulan Januari dan Februari, curah
memiliki nilai parameter keteknikan tanah yang hujan harian maksimum terjadi di daerah bagian
lebih kecil dibandingkan dengan daerah yang utara dan timur laut. Curah hujan maksimum di
tidak rentan gerakan tanah. Litologi penyusun bulan Maret dan April cenderung terjadi di
daerah rentan gerakan tanah didominasi oleh daerah bagian timur laut, sedangkan pada bulan
hasil lapukan gunung api berupa kerikil, pasir, Mei dan Juni terjadi di daerah bagian tenggara
dan lanau. Hal ini menyebabkan tanah dan barat. Curah hujan tertinggi dengan intensitas
lapukannya lebih banyak fraksi pasir sehingga hujan 120 mm/hari terjadi pada bulan Mei di
kuat gesernya lebih didominasi oleh parameter wilayah bagian barat.
sudut geser dan nilai koefisien permeabilitasnya
Konsentrasi sebaran kejadian gerakan tanah yang
menjadi lebih besar, dibandingkan dengan
tinggi di Kecamatan Cibadak didominasi
lapisan tanah di daerah yang tidak rentan
memiliki curah hujan dengan intensitas lebih dari
kejadian gerakan tanah litologi penyusun terdiri
70 mm/hari. Sedangkan kejadian gerakan tanah
dari batuan vulkanik berupa breksi, lava, dan
di wilayah Kecamatan Pelabuhan Ratu dan
lahar.
Tegalbuleud cenderung berasosiasi dengan curah
Curah Hujan hujan dengan intensitas sedang.
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, pemodelan Zonasi Kerentanan Gerakan Tanah
ini menggunakan data hujan harian yang
Hasil pemodelan kestabilan lereng spasial akibat
terkumpul dalam rentang waktu periode bulan
curah hujan harian pada bulan Januari, Februari,
basah mulai bulan Januari hingga Juni tahun
Maret, April, Mei dan Juni di wilayah Kabupaten
1990 (Tohari dkk, 2011). Berdasarkan hasil studi
Sukabumi menghasilkan peta tingkat kerentanan
dampak perubahan iklim di wilayah Kab.
gerakan tanah dengan menggunakan klasifikasi
Sukabumi oleh Tohari dan Santoso (2015),
kerentanan menurut Ward (1976). Gambar 7
perubahan curah hujan akan sangat bervariasi,
hingga Gambar 9 menyajikan beberapa peta
dengan peningkatan mencapai +20% pada bulan-
kerentanan gerakan tanah secara spasial pada
bulan basah di tahun 2080, sedangkan penaikan
setiap akhir bulan basah dari bulan Januari
curah hujan harian pada tahun 2020 relatif sangat
hingga bulan Juni. Berdasarkan Gambar 7 (a),
kecil (< +5%). Dengan demikian, variasi hujan
zona kerentanan gerakan tanah tinggi terdapat di
harian dapat dipertimbangkan sangat kecil antara
Kecamatan Pelabuhan Ratu, Cisolok dan
tahun 1990 hingga 2016. Hal ini diperkuat oleh
Kadudampit terutama di wilayah lereng yang
hasil penelitian Narulita dkk (2010) di wilayah
curam pada ketinggian lebih dari 800 m. Hal ini
pengaliran sungai Ciliwung- Cisadane yang
mengindikasikan bahwa kemiringan lereng
menunjukkan bahwa variabilitas curah hujan
menjadi faktor pengontrol kerentanan gerakan
pada periode 1997 hingga 2006 cenderung tetap.
tanah di wilayah perbukitan di Kabupaten
Curah hujan yang digunakan dalam pemodelan Sukabumi.
ini berdasarkan data curah hujan harian dari 4
124
Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan, Vol.26, No.2, Desember 2016, 117 - 129
(a) (b)
Gambar 7. Peta kerentanan gerakan tanah wilayah Kabupaten Sukabumi pada bulan (a)
awal Januari dan (b) akhir Januari.
(a) (b)
Gambar 8. Peta kerentanan gerakan tanah wilayah Kabupaten Sukabumi pada akhir bulan
(a) Maret dan (b) April.
Berdasarkan Gambar 7 (b), luas zona kerentanan peningkatan zona kerentanan gerakan tanah
gerakan tanah tinggi semakin bertambah akibat tinggi.
curah hujan pada bulan Januari, terutama di
Berdasarkan Gambar 8 dan 9, zona kerentanan
wilayah Kecamatan Cisolok, Kadudampit,
gerakan tanah tinggi dan menengah semakin
Nagrak dan Pelabuhan Ratu. Dengan demikian,
meluas di beberapa wilayah kecamatan akibat
durasi hujan menjadi faktor penyebab
peningkatan jumlah hari hujan hingga akhir bulan
125
Sugianti/ Model Kerentanan Gerakan Tanah Wilayah Kabupaten Sukabumi Secara Spasial dan Temporal
Juni. Gambar 10 menyajikan perubahan luasan mencapai 40% terjadi meskipun intensitas hujan
zona kerentanan gerakan tanah (dalam %) akibat harian dan jumlah hari hujan berkurang
presipitasi selama bulan Januari hingga Juni 1990. mendekati akhir periode hujan. Hal ini
Berdasarkan histogram ini, peningkatan zona mengindikasikan bahwa selain kemiringan lereng
kerentanan gerakan tanah tinggi bisa mencapai dan sifat kuat geser tanah, durasi hujan juga
400% pada bulan Januari 1990. Sedangkan menjadi faktor mengontrol terhadap perubahan
seiring dengan peningkatan jumlah hari hujan tingkat kerentanan gerakan tanah di wilayah
akibat curah hujan periode Januari hingga Juni Kabupaten Sukabumi.
1990, kenaikan zona rentan tinggi dapat
(a) (b)
Gambar 9. Peta kerentanan gerakan tanah wilayah Kabupaten Sukabumi
pada akhir bulan (a) Mei dan (b) Juni.
126
Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan, Vol.26, No.2, Desember 2016, 117 - 129
Gambar 11. Lokasi gerakan tanah di daerah rentan rendah (a) tipe luncuran Desa Cimerang,
Kecamatan Parakan Salak dan (b) tipe nendatan di Desa Sukamulya, Kecamatan Cikembar.
127
Sugianti/ Model Kerentanan Gerakan Tanah Wilayah Kabupaten Sukabumi Secara Spasial dan Temporal
128
Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan, Vol.26, No.2, Desember 2016, 117 - 129
Sugianti, K., Mulyadi, D., Sarah, D., 2014. hazard in West Java, Proc. International
Pengklasan tingkat kerentanan gerakan Conference on Landslide and Slope
tanah daerah Sumedang Selatan Stability, F1-1 - F1-6, Denpasar,
menggunakan metode Storie, Riset Indonesia. 27-30.
Geologi dan Pertambangan 24(2), 93-104.
Tohari, A., Santoso, H., Sukristiyanti, Sugianti, K.
Sukamto, Rab, 1975. Peta Geologi Lembar Rahayu, R., Irianta, B., 2011. Dampak
Jampang dan Balekambang, Jawa Barat, perubahan iklim terhadap kerentanan
Skala 1: 100.000. Pusat Penelitian dan gerakan tanah di Jawa Barat: studi kasus
Pengembangan Geologi. Departemen daerah rawan tanah longsor di Kabupaten
Pertambangan dan Energi. Sukabumi. Laporan Akhir Kumulatif
kegiatan kompetitif LIPI (periode 2009-
Tan, H.C, Ku, Y.C, Chi, Y.S., Chen, H.Y., Fei,
2011), Pusat Penelitian Geoteknologi –
Y.L., Lee, F.J., Su, W.T., 2008.
LIPI (unpublished).
Assessment of regional rainfall-induced
landslides using 3S-based hydro- Ward, T.J., 1976. Factor of safety approach to
geological model. Landslides and landslide potential delineation.
Engineered Slopes, 1639-1645. Dissertation, Department of Civil
Engineering, Colorado State, Forth
Tohari, A and Santoso, H., 2015. Assessment of
Collins, Colorado.
climate change impact on landslide
129
RISET
GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN
Volume 26, No.2 , 2016 ISSN 0125-9849
e-ISSN 2354-6638
Indeks Penulis
Air laut, 101, 102, 104, 106, 108, 109, 110, 113 Kualitas air, 101
Airtanah tidak tertekan, 101, 102, 104 Orografik, 141, 151
Anomali gayaberat, 85, 86, 92, 93 Pemodelan kerentanan, 117, 118, 127
Curah hujan, 141, 142, 143, 144, 146, 147, 149, 151, Pemodelan kerentanan, 117, 118, 127
152, 153
Perubahan tutupan lahan, 141, 151, 152, 153
DAS Cerucuk, 141, 142, 143, 144, 146, 150, 151,
Prospek hidrokarbon, 85, 91
152, 153
Pulau belitung, 141, 142, 143, 144, 146, 152
Faktor keamanan lereng, 117, 120, 127
Serang banten, 101
Faktor keamanan lereng, 117, 120, 127
Skeletal karang, 77
Gerakan tanah, 117, 118, 119, 120, 121, 123, 124,
125, 127, 128, 129 Struktur tinggian, 85
Gerakan tanah, 117, 118, 119, 120, 121, 123, 124, Sub-cekungan majalengka, 85
125, 127, 128, 129
Sumedang selatan, 121
Infiltrasi air hujan, 117, 120
Sumedang selatan, 121
Infiltrasi air hujan, 117, 120
Tipe air, 101, 102, 109, 110, 112, 113
Kandungan pb, 77, 78, 79, 80, 82, 83
Tipe ekuatorial, 141
Kepulauan seribu, 77, 78, 84
RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN
CURRENT CONTENT
ISSN 0125-9849
e-ISSN 2354-6638 Terbit Juni 2016
ISSN 0125-9849
e-ISSN 2354-6638 Terbit Juni 2016
logam yang berasosiasi dengan endapan urat di daerah MINERALOGI DAN GEOKIMIA BATUGAMPING
penelitian adalah pirit, kalkopirit, arsenopirit, sfalerit, galena, MERAH PONJONG, GUNUNGKIDUL, DAERAH
emas, dan perak. Hasil analisa AAS menunjukkan kadar emas ISTIMEWA YOGYAKARTA – INDONESIA
pada urat di daerah penelitian mencapai 83 ppm. Hal itu
membuktikan bahwa daerah penelitian merupakan tempat
ABSTRAK
akumulasi logam mulia dari sitem mineralisasi epitermal yang
terjadi. Batugamping berwarna merah yang tersebar secara setempat-
setempat dan berasosiasi dengan batugamping berwarna putih
Kata kunci: Endapan Urat, Zonasi Tekstur, epitermal, Cihonje. hingga abu-abu yang dijumpai di Daerah Ponjong, Kabupaten
Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, termasuk dalam
DDC: 551.30359862 Formasi Wonosari-Punung. Batugamping tersebut perlu diteliti
Eko Soebowo karakteristik mineralogi dan geokimianya, yang sangat
GEOLOGI TEKNIK SEDIMEN KUARTER diperlukan dalam memahami genesa batugamping di daerah
KAITANNYA DENGAN BAHAYA AMBLESAN tersebut. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah data
khususnya batugamping di daerah penelitian maupun Formasi
DAN LIKUIFAKSI DI SERANGAN – TUBAN –
Wonosari-Punung di daerah Pegunungan Selatan. Pengamatan
TANJUNG BENOA, BALI SELATAN
petrografi dan XRD pada batugamping merah menunjukkan
hadirnya mineral kalsit, kuarsa, siderit, hematit, dan titanit.
ABSTRAK Analisis geokimia oksida mayor batugamping merah
Wilayah pesisir pada cekungan sedimen Kuarter di daerah memperlihatkan tren pengkayaan senyawa SiO2, TiO2, Fe2O3
Serangan – Tuban – Tanjung Benoa, Bali Selatan sebagai dan MnO yang diinterpretasikan berhubungan dengan
kawasan pengembangan tataruang dan infrastruktur perlu kehadiran mineral-mineral titanit (CaTiSiO5), siderit (FeCO3),
mendapat perhatian terkait dengan kondisi geologi teknik hematit (Fe2O3), dan diduga rodokrosit (MnCO3). Mineral-
bawah permukaan dan ancaman bahaya geologinya. Tulisan ini mineral tersebut mempunyai karakteristik warna coklat
bertujuan untuk mengetahui karakteristik geologi teknik kekuningan, merah muda sampai merah sehingga
sedimen bawah permukaan berkaitan dengan ancaman bahaya dimungkinkan dapat memberikan warna merah pada
amblesan dan likuifaksi. Metode penelitian meliputi pemboran batugamping. Ada tiga proses yang diinterpretasi berperan
teknik, pengujian penetrasi konus, pengujian laboratorium dalam genesa batugamping merah Ponjong yaitu pengaruh
geoteknik dan analisis geologi teknik. Hasil penelitian material terigenus yang mengandung oksida SiO2, Al2O3,
menunjukkan ketebalan sedimen Kuarter mencapai kurang Fe2O3, dan TiO2 saat pengendapan batugamping, proses
lebih 20 meter, terdiri dari tanah penutup, lempung, lanau – diagenesis oleh air meterorik yang mengkayakan senyawa
lempung, perselingan lanau - pasir lempungan, sisipan kerikil, Fe2O3 dan proses bekerjanya larutan hidrotermal.
pasir kasar dan batugamping sebagai batuan dasar. Keberadaan Kata Kunci: Mineralogi, Geokimia, Batugamping Merah,
lapisan lempung sangat lunak hingga lunak, plastitas tinggi, Formasi Wonosari-Punung, Ponjong.
kuat geser rendah, dicirikan nilai tahanan konus qt < 2 MPa
dan nilai N-SPT < 2 pada kedalaman –0,5 hingga –20 meter DDC: 551.3035984
tersebar di Serangan – Tuban, mengindikasikan ancaman
bahaya amblesan. Sedangkan keberadaan lapisan lanau – pasir Marfasran Hendrizan, Rina Zuraida dan Sri
sangat lepas-lepas, dicirikan nilai tahanan konus qt < 5 MPa Yudawati Cahyarini
dan nilai N-SPT < 10 di permukaan hingga kedalaman -15 m KARAKTERISTIK SEDIMEN PALUNG LAUT
tersebar di daerah Kedonganan – Tanjung Benoa – Serangan, SULAWESI (SUMUR STA12) BERDASARKAN HASIL
mengindikasikan kerentanan terhadap likuifaksi akibat PENGAMATAN MEGASKOPIS DAN SIFAT FISIKA
gempabumi. Gambaran sifat keteknikan secara vertikal dan DARI PENGUKURAN MULTI-SENSOR CORE
spasial dapat memberikan informasi untuk perencanaan dan LOGGER (MSCL)
pencegahan risiko ancaman amblesan dan likuifaksi pada
sedimen cekungan Kuarter Bali Selatan.
ABSTRAK
Kata kunci: geologi teknik, bahaya geologi, Kuarter, Bali Karakteristik sedimen dan sifat fisika pada sumur STA12
Selatan. (120o06.555’ BT, 02o00.911’ LU, kedalaman air laut 4820 m)
di palung Laut Sulawesi telah dianalisis. Pengukuran sifat fisik
DDC: 551.959826 sedimen dilakukan menggunakan Multi-Sensor Logger
(MSCL) untuk mengidentifikasi sifat kemagnetan, perubahan
Didik Dwi Atmoko, Anastasia Dewi Titisari, Arifudin
warna, cepat rambat gelombang, dan unsur kimia. Tujuan
Idrus
penelitian ini adalah untuk memahami proses pengendapan
RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN
CURRENT CONTENT
ISSN 0125-9849
e-ISSN 2354-6638 Terbit Juni 2016
ISSN 0125-9849
e-ISSN 2354-6638 Terbit Desember 2016
ISSN 0125-9849
e-ISSN 2354-6638 Terbit Desember 2016
kumulatif menjadi faktor pengontrol penyebab perubahan batas kaldera. Kemenerusan zona permeabel sampai ke bawah
tingkat kerentanan gerakan tanah temporal. Berdasarkan nilai permukaan dianalisa berdasarkan rasio thoron/radon
faktor keamanan lereng, daerah dengan kerentanan gerakan (220Rn/222Rn). Rasio tinggi ditemukan (menunjukkan sumber
tanah tinggi tersebar di Kecamatan Pelabuhan Ratu, Cikidang, radon dangkal) dipunggungan utara kawah Papandayan.
Cisolok, Kabandungan, Parakan Salak, Nagrak, Cibadak, Kata kunci: Radon, Thoron, zona permeabel, panasbumi,
Gegerbitung, Nyalindung, Ciracap, dan Warung Kiara. Tingkat Gunung Papandayan
kerentanan ini bersesuaian dengan lokasi-lokasi gerakan tanah
yang terjadi di daerah-daerah tersebut. Dengan demikian, DDC: 551.5772598196
pemodelan kerentanan gerakan tanah ini dapat digunakan untuk Ida Narulita
membantu dalam memprediksi gerakan tanah secara spasial dan
temporal.
DISTRIBUSI SPASIAL DAN TEMPORAL CURAH
HUJAN DI DAS CERUCUK, PULAU BELITUNG
Kata Kunci: faktor keamanan lereng, gerakan tanah, infiltrasi
air hujan, pemodelan kerentanan. ABSTRAK
Distribusi spasial dan temporal curah hujan dipelajari untuk
DDC: 546.759824 memberikan informasi dasar dalam pengelolaan sumber daya
Heri Nurohman, Hendra Bakti, Sri Indarto, Anita air DAS Cerucuk. Dengan menggunakan data dari 5 stasiun
Yuliyanti, Andrie Al Kausar Abdulah, Haryadi curah hujan yang tersebar di daerah kajian, distribusi hujan
spasial disusun menggunakan metode isohyet dan distribusi
Permana, dan Eddy Z. Gaffar
temporal dipelajari dengan metoda statistik. Identifikasi Indeks
ZONA PERMEABEL DI KAWAH GUNUNG Variabilitas Hujan ditentukan dan dianalisis dengan metode
PAPANDAYAN BERDASARKAN GAS RADON statistik. Hasil penelitian menunjukan bahwa distribusi curah
DAN THORON hujan spasial bulanan dan tahunan di DAS Cerucuk dipengaruhi
oleh topografi. Siklus curah hujan menunjukkan tipe ekuatorial,
ABSTRAK dimana puncak curah hujan terjadi dua kali dalam setahun yaitu
Salah satu metode yang digunakan dalam kegiatan eksplorasi pada bulan April dan Desember. Curah hujan rata-rata wilayah
panasbumi adalah dengan memanfaatkan keberadaan gas radon bulanan berkisar 160 mm - 600 mm, curah hujan tahunan
alam. Dalam penelitian dilakukan pengukuran gas radon dan wilayah rata-ratanya berkisar 3320 mm. Variasi temporal curah
thoron di lokasi Gunung Papandayan karena daerah ini diduga hujan DAS Cerucuk dipengaruhi oleh angin musim, ITCZ, dan
memiliki potensi panas bumi yang tinggi. Kegiatan pengukuran topografi, dan perubahan tutupan lahan. Curah hujan rata-rata
dilakukan di sekitar kawah Gunung Papandayan dengan tahunan, intensitas hujan harian dan hujan maksimum harian
menggunakan alat Rad7 pada media tanah dan air. Lama rata-rata di Stasiun Buluh Tumbang menunjukkan
pengukuran pertitik adalah 15 menit pada kedalaman 75 cm kecenderungan turun, sementara di Stasiun Pilang
dengan mode sniff. Hasil pengukuran menunjukkan konsentrasi menunjukkan nilai yang cenderung konstan. Kecenderungan
gas radon yang relatif tinggi, yang dapat diinterpretasikan variasi temporal dari curah hujan, hujan maksimum harian rata-
sebagai keberadaan zona permeabel, berkaitan dengan adanya rata dan intensitas hujan harian di kedua stasiun ini
zona rekahan atau patahan. Hasil pengukuran menunjukkan berhubungan dengan perubahan tutupan lahan.
konsentrasi gas radon yang relatif tinggi di sekitar tebing kawah
Kata kunci: curah hujan, orografik, tipe ekuatorial, perubahan
timur dan barat. Konsentrasi tersebut mencerminkan
keberadaan zona permeabel, yang mungkin berasosiasi dengan tutupan lahan, DAS Cerucuk, Pulau Belitung.
patahan berarah baratdaya – timurlaut, dan juga keberadaan
RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN
CURRENT CONTENT
ISSN 0125-9849
e-ISSN 2354-6638 Terbit Juni 2016
ISSN 0125-9849
e-ISSN 2354-6638 Terbit Juni 2016
RELATED TO THE SUBSIDENCE AND which have considered to have relation to the presence of
LIQUEFACTION HAZARD POTENTIALS titanite (CaTiSiO5), siderite (FeCO3), hematite (Fe2O3), and
rhodochrosite (MnCO3) in the red limestone. The minerals are
ABSTRACT typically yellowish brown, pink to red in colour, and are
The rapid development in the coastal area on the Quaternary therefore interpreted to be responsible in giving red colour of
sedimentary basin of Serangan - Tuban - Tanjung Benoa, South the limestone. There are three processes that are considered in
Bali requires attention regarding its subsurface engineering the genesis of the Ponjong red limestone, which are: impact of
geology and associated geological hazard. This paper presents terrigenous material when deposition of the limestone,
the characteristics of subsurface sediment from engineering diagenesis process of meteoric water
geology related to the potential hazards of subsidence and that enriched Fe2O3, and processof hidrotermal fluid activity.
liquefaction. The utilized methods included geotechnical Keywords: Mineralogy, Geochemistry, Red Limestone,
boring, cone penetration test, geotechnical laboratory tests and Wonosari-Punung Formation, Ponjong
engineering geology analysis. Results showed that the
thickness of Quarternary sediment reaches 20 m, consisting of
top soil, clay, clayey - silt, intercalation of silt and clayey sand, DDC: 551.3035984
gravel, coarse sand and limestone as the baserock. The Marfasran Hendrizan, Rina Zuraida and Sri
occurrence of very soft to soft clay, highly plastic with low shear Yudawati Cahyarini
strength at the depth of -0.5 to -10 m, characterized by cone
resistance qt < 2 MPa and N-SPT value < 2 is distributed in SEDIMENT CHARACTERISTICS OF SULAWESI
Serangan – Tuban and indicated to be subsidence prone. SEA TRENCH (CORE STA12) BASED ON
Meanwhile the very loose to loose silt-clay of cone resistance MEGASCOPIC OBSERVATION AND PHYSICAL
qt < 5 MPa and N-SPT value <10 is distributed in Kedongan PROPERTIES MEASUREMENT OF MULTI-
– Tanjung Benoa - Serangan, and indicated to be susceptible to SENSOR CORE LOGGER (MSCL)
earthquake induced liquefaction. The spatial and vertical ABSTRACT
engineering profiles of the subsurface geology provide
valueable information for planning and mitigation of The sediment characteristic and the physical properties of core
subsidence and liquefaction hazards in the sediment from STA12 (120o06.555’ E, 02o00.911’ N, water depth 4820 m) in
Quaternary basin of South Bali. Sulawesi Sea trench had been analyzed, the physical properties
in this core is performed by Multi-Sensor Core Logger (MSCL)
Keywords: engineering geology, geological hazards, to identify magnetic susceptibility, color change, P-Wave
Quaternary, South Bali. velocity, and chemical elements. The aim of this research is to
understand deep sea sediment process in the Sulawesi Sea. The
DDC : 551.959826 darker sediments occurred in the depth of 70-100 cm and 135-
Didik Dwi Atmoko, Anastasia Dewi Titisari, 195 cm are alternated by some brighter sediment in between
Arifudin Idrus their darker sediments; The physical properties indicate low L*
value, high magnetic susceptibility, low normalized ratio of
MINERALOGY AND GEOCHEMISTRY OF (K/Ca), and high P-wave velocity; lower terrestrial input also
PONJONG RED LIMESTONE, GUNUNGKIDUL, shown in the darker sediments. In contrast, the brighter
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA – INDONESIA sediments show the opposite signals of sediment characteristics
and physical properties compare to the darker sediments. The
ABSTRACT
darker sediments are probably deposited in the period of
Red limestone, which is sporadically distributed and associated southwest monsoon, when minimum rainfall existed at
with white to grey limestone is located in Ponjong area, Kalimantan and Philippines. In contrast, the other sediments
Gunungkidul District, Daerah Istimewa Yogyakarta. This are deposited during Northwest monsoon with maximum
limestone belongs to the member of Wonosari-Punung rainfall occurred. The sediment characteristic at core STA12 is
Formation. It is necessary to study the mineralogy and probably related to the amount of terrestrial input from
geochemistry chracteristics, which are important in Kalimantan and Philippines. In the other hand, the Indonesian
understanding the genesis of the limestone. The result of this throughflow (ITF) passed the location core STA12 may
study might add the geological data for limestone in this study influence the sediment characteristic in this area.
area and Wonosari-Punung Formation as well. The
petrographical observation and X-ray diffraction results of red Keywords: physical properties, Sulawesi Sea, terrestrial input,
limestone indicated the presence of calcite, quartz, siderite, Indonesian Throughflow, monsoon, MSCL methods
hematite and titanite. Major element analysis of the red
limestone showed enrichment of SiO2, TiO2, Fe2O3 and MnO,
RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN
CURRENT CONTENT
ISSN 0125-9849
e-ISSN 2354-6638 Terbit Desember 2016
ISSN 0125-9849
e-ISSN 2354-6638 Terbit Desember 2016