Anda di halaman 1dari 37

RISET

GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN


Volume 26 No. 2, 2016 ISSN 0125-9849
e-ISSN 2354-6638
Terakreditasi sebagai Jurnal Berkala Ilmiah Nomor : 730/AU3/P2MI-LIPI/04/2016

Riset Geologi dan Pertambangan merupakan Jurnal berkala ilmiah terakreditasi LIPI
dalam bidang geologi, geofisika, pertambangan dan ilmu kebumian lainnya yang terkait.
Jurnal ini terbit dua nomor dalam satu tahun, pada bulan Juni dan Desember.

Dewan Redaksi

Ketua Dewan Redaksi Prof. Dr. Robert M. Delinom


(Hidrogeologi - Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI)
Anggota Prof. Dr. Hery Harjono
( Geofisika/Seismologi - Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI)
Prof. Dr. Suharsono
(Oseanografi -Pusat Penelitian Oseanografi LIPI)
Dr.Ir. Haryadi Permana
(Tektonik - Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI)
Dr. Sc. Rachmat Fajar Lubis
(Hidrologi- Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI)
Dr. Anggoro Tri Mursito
(Pengolahan Mineral dan Batubara - Pusat Penelitian
Geoteknologi LIPI)
Dr. Muhammad Ma’ruf Mukti
(Geologi - Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI)

Ketua Redaksi Pelaksana Ir. Sudaryanto, MT


Anggota Dr. Lina Handayani
Dwi Sarah, M.Sc
Dedi Mulyadi, MT
Wilda Naily, MT
Widya Ningrum S.Si
Sekretaris Eti Kartika, A.Md
Penata Letak Alfi Ramdani, A.Md
Andry Fauzy, S.Kom

Alamat sekertariat dan pengiriman naskah


Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI, Kampus LIPI Gd. 70.
Jl. Sangkuriang Bandung 40135
Telp: (022) 2503654 ; Fax: (022) 2504593
Email: riset@geotek.lipi.go.id, riset.geotek@gmail.com, riset.geotek@jrisetgeotam.com
Website: www.jrisetgeotam.com
Mitra Bestari Edisi Ini
1. Prof. Dr. Suharsono (Oseanografi - LIPI)
2. Dr. Daharta Dahrin, MS (Geofisika - ITB)
3. Prof. Dr. Hendarmawan (Hidrologi - Unpad)
4. Dr. Dicky Muslim (Geologi Teknik – Unpad)
5. Dr. Suryantini ( Eksplorasi Geotermal - ITB)
6. Prof. Dr. Edvin Aldrian (Metereologi dan Klimatologi – BPPT)

Gambar Sampul
Atas: Hasil pengolahan citra landsat dan DEM yang menunjukkan adanya zona alterasi (warna abu-abu
yang dibatasi garis kuning putus-putus)
Bawah: Peta konsentrasi radon di Papandayan. Indikasi struktur geologi ditandai dengan garis merah
(kiri) dan lingkaran merah
Kata Pengantar

Pembaca yang terhormat,

Rasa syukur kami sampaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha Mengetahui atas terbitnya Jurnal
Riset Geologi dan Pertambangan, Volume 26 No.2, Desember, 2016. Dalam edisi kali ini
disajikan enam permasalahan aktual dari enam cabang ilmu kebumian yang berbeda, yaitu
mengenai pencemaran laut, prospek hidrokarbon, airtanah, gerakan tanah, prospek panasbumi,
dan iklim.

Karang Porites ternyata tidak hanya indah untuk dinikmati bagi yang senang menyelam tetapi
juga dapat dijadikan sebagai petunjuk adanya polusi dengan menganalisis kandungan unsur
kimia pada karang tersebut, seperti yang tersaji pada artikel mengenai kandungan Pb dalam
karang Porites di Pulau Seribu. Meskipun harga bahan bakan minyak di dunia menunjukkan
kecenderungan yang menurun, tapi penelitian mengenai cekungan minyak yang potensial tidak
mesti berhenti dengan menggunakan teknik eksplorasi popular, seperti metoda gayaberat yang
terpapar dalam artikel mengenai prospek hidrokarbon di Majalengka. Pengambilan airtanah yang
sangat intensif di beberapa tempat di Indonesia ditenggarai telah mempengaruhi kondisi airtanah
permukaan seperti yang terjadi di Kabupaten Serang, Provinsi Banten, yang kemudian
memerlukan perhatian karena berhubungan langsung dengan kebutuhan masyarakat. Curah
hujan yang tinggi selain mengakibatkan terjadinya banjir juga sering memicu terjadi gerakan
tanah yang pola kerentanannya dapat disajikan dalam model. Pengetahuan mengenai zona kedap
air dalam kerangka potensi panasbumi adalah hal yang sangat penting dalam penghitungan
cadangan uap yang bisa dimanfaatkan. Dari kandungan unsur Radon (222Rn) dan Thoron
(220Rn), hal tersebut bisa diketahui, seperti penelitian yang dilakukan di Gunung Papandayan.
Makalah terakhir menunjukkan bahwa dari analisis distribusi spasial dan temporal curah hujan
dapat diketahui pengaruh tutupan lahan terhadap intensitas curah hujan harian, seperti yang
teramati di DAS Cerucuk, Pulau Belitung.

Harapan kami, makalah-makalah yang disajikan akan memberikan tambahan pengetahuan


pembaca semua.

Selamat membaca, semoga bermanfaat.

Dewan Redaksi
RISET
GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN
Volume 26 No. 2, 2016 ISSN 0125-9849
e-ISSN 2354-6638

Daftar Isi

VARIASI KANDUNGAN Pb DALAM KARANG PORITES KEPULAUAN


SERIBU SELAMA PERIODE 1994-2005: PERUBAHAN TEMPORAL
KANDUNGAN PB DALAM AIR LAUT PERMUKAAN
Lead (Pb) Variation Content in Porites Coral Skeleton from Seribu Islands for the Period
of 1994 -2005: Temporal Variation on Pb Content in Sea Surface Water
Sri Yudawati Cahyarini .............................................................................................................. 77- 84

STRUKTUR TINGGIAN DI SUB CEKUNGAN MAJALENGKA BERDASARKAN


METODE GAYABERAT
High Structure in Majalengka Sub Basin Based On Gravity Method
Dadan D. Wardhana, Kamtono, Karit L. Gaol ........................................................................ 85 - 99

PENGARUH AIR LAUT PADA AIRTANAH TIDAK TERTEKAN DI WILAYAH


UTARA KOTA DAN KABUPATEN SERANG, PROVINSI BANTEN
Sea Water Influence to Unconfined Groundwater in North Area of Serang Municipality
and Serang Regency, Banten Province
Wilda Naily, Sudaryanto, Dadan Suherman ............................................................................ 101 -115

MODEL KERENTANAN GERAKAN TANAH WILAYAH KABUPATEN


SUKABUMI SECARA SPASIAL DAN TEMPORAL
Spatial and Temporal Model of Landslide Susceptibility for Sukabumi Regency
Khori Sugianti, Sukristiyanti, Adrin Tohari ............................................................................ 117 - 129

ZONA PERMEABEL DI KAWAH GUNUNG PAPANDAYAN BERDASARKAN


GAS RADON DAN THORON
Permeable Zone at Papandayan Crater Based on Radon and Thoron
Heri Nurohman, Hendra Bakti, Sri Indarto, Anita Yuliyanti,
Andrie Al Kausar Abdulah, Haryadi Permana, dan Eddy Z. Gaffar .................................... 131 - 140

DISTRIBUSI SPASIAL DAN TEMPORAL CURAH HUJAN DI DAS CERUCUK,


PULAU BELITUNG
Spatial and Temporal Rainfall Distribution in Cerucuk Watershed, Belitung Island
Ida Narulita .................................................................................................................................. 141 - 154
ISSN 0125-9849, e-ISSN 2354-6638
Ris.Geo.Tam Vol. 26, No.2, Desember 2016 (117 - 129)
DOI: 10.14203/risetgeotam2016.v26.270

MODEL KERENTANAN GERAKAN TANAH WILAYAH


KABUPATEN SUKABUMI SECARA SPASIAL DAN
TEMPORAL
Spatial and Temporal Model of Landslide Susceptibility for Sukabumi
Regency

Khori Sugianti, Sukristiyanti, Adrin Tohari


Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI

ABSTRAK Prediksi bahaya gerakan tanah Dengan demikian, pemodelan kerentanan


secara spasial dan temporal diperlukan untuk gerakan tanah ini dapat digunakan untuk
mitigasi bencana gerakan tanah. Makalah ini membantu dalam memprediksi gerakan tanah
bertujuan untuk menyajikan hasil pemodelan secara spasial dan temporal.
tingkat kerentanan gerakan tanah dengan
Kata Kunci: faktor keamanan lereng, gerakan
mempertimbangkan karakteristik lereng dan
tanah, infiltrasi air hujan, pemodelan kerentanan.
kekuatan tanah secara spasial dan curah hujan
harian secara temporal di wilayah Kabupaten ABSTRACT Spatial and temporal prediction of
Sukabumi. Pemodelan menggunakan perangkat landslide hazard is required for hazard
lunak TRIGRS untuk menghitung faktor mitigation. This paper aims to present the results
keamanan lereng berbasis grid dengan ukuran of areal slope stability modeling in Sukabumi
100 m x 100 m akibat infiltrasi air hujan. Hasil Regency, considering the spatial characteristics
pemodelan menunjukkan tingkat kerentanan of the slope and soil properties and temporal
gerakan tanah spasial di Kabupaten Sukabumi variation of rainfall. The modeling uses TRIGRS
dipengaruhi oleh topografi dan karakteristik software to calculate the grid based slope safety
keteknikan tanah. Sementara itu, curah hujan factor with a size of 100 m x 100 m due to the
kumulatif menjadi faktor pengontrol penyebab infiltration of rainwater. Results of modeling
perubahan tingkat kerentanan gerakan tanah show that landslide vulnerability of Sukabumi
temporal. Berdasarkan nilai faktor keamanan Regency is significantly influenced by topography
lereng, daerah dengan kerentanan gerakan tanah and soil engineering characteristics. Meanwhile,
tinggi tersebar di Kecamatan Pelabuhan Ratu, the variation of rainfall intensity is the causative
Cikidang, Cisolok, Kabandungan, Parakan Salak, factor of temporal variation of landslide
Nagrak, Cibadak, Gegerbitung, Nyalindung, vulnerability. Based on the safety factor-based
Ciracap, dan Warung Kiara. Tingkat kerentanan zonation, high vulnerability zone is located in
ini bersesuaian dengan lokasi-lokasi gerakan the District of Pelabuhan Ratu, Cikidang,
tanah yang terjadi di daerah-daerah tersebut. Cisolok, Kabandungan, Parakan Salak, Nagrak,
Cibadak, Gegerbitung, Nyalindung, Ciracap and
_______________________________ Warung Kiara. Many previous landslides
occurred in this susceptibity zone. Thus, this
Naskah masuk : 20 Januari 2016 landslide susceptibility modelling may apply to a
Naskah direvisi : 17 Februari 2016 spatial mapping and temporal prediction of
Naskah diterima : 24 November 2016
landslide hazard.
____________________________________
Keywords: Slope safety factor, landslide, rainfall
Khori Sugianti infiltration, susceptibility modeling.
Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI
Kompleks LIPI Gd. 70, Jl Sangkuriang Bandung 40135
PENDAHULUAN
Email : khorisugianti@gmail.com Gerakan tanah merupakan salah satu bahaya
geologi yang sering terjadi saat musim hujan dan
menimbulkan korban jiwa serta kerugian
ekonomi hampir di seluruh wilayah perbukitan di

117
©2016 Pusat Penelitian Geoteknologi
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Sugianti/ Model Kerentanan Gerakan Tanah Wilayah Kabupaten Sukabumi Secara Spasial dan Temporal

Indonesia, terutama di Pulau Jawa. Berdasarkan dan pengaruh parameter topografi, geoteknik dan
data BNPB (2015), kejadian bencana gerakan hidrologi terhadap inisiasi gerakan tanah.
tanah banyak terjadi di Provinsi Jawa Barat. Kemampuan model TRIGRS untuk memprediksi
Kerentanan gerakan tanah wilayah perbukitan di gerakan tanah dangkal akibat hujan dipengaruhi
Pulau Jawa dikontrol oleh kondisi geologi, oleh resolusi variasi curah hujan temporal (Chen
topografi, curah hujan dan tutupan lahan et al., 2005; Liao et al., 2011), resolusi parameter
setempat. Kabupaten Sukabumi merupakan salah geoteknik secara spasial (Liao et al., 2011; Park
satu wilayah rentan gerakan tanah di provinsi ini. et al., 2013) dan resolusi model elevasi digital
Berdasarkan data dan informasi bencana (Park et al., 2013). Dengan demikian, prediksi
Indonesia BNPB (Badan Nasional gerakan tanah berdasarkan pemetaan kerentanan
Penanggulangan Bencana) tahun 2000-2015, memerlukan resolusi data curah hujan temporal,
kejadian gerakan tanah di Kabupaten Sukabumi, parameter topografi, dan geoteknik spatial yang
tercatat sekitar 106 kejadian dengan korban jiwa akurat.
sebanyak 45 orang, yaitu 32 meninggal, 6 hilang,
Di Indonesia, Sarah et al. (2015) menggunakan
7 luka (BNPB, 2015). Dalam rangka mengurangi
pendekatan model TRIGRS untuk mengkaji
risiko bencana gerakan tanah, maka upaya
kestabilan lereng regional di wilayah Kecamatan
mitigasi dan kesiapsiagaan terhadap ancaman
Tawangmangu. Hasil pemodelan menunjukkan
gerakan tanah sangat diperlukan di wilayah
kesesuaian yang tinggi antara zona kerentanan
Kabupaten Sukabumi.
gerakan tanah dan lokasi bencana gerakan tanah,
Pemetaan kerentanan gerakan tanah merupakan sehingga model kerentanan tersebut dapat
salah satu upaya memprediksi kejadian gerakan digunakan untuk memprediksi potensi gerakan
tanah untuk kesiapsiagaan terhadap ancaman tanah di wilayah ini. Sugianti et al. (2014) juga
gerakan tanah. Model kerentanan gerakan tanah mengklasifikasi tingkat kerentanan gerakan tanah
harus dapat memberikan informasi kapan dan daerah Sumedang Selatan dengan mengggunakan
dimana gerakan tanah akan terjadi di suatu metode Storie. Parameter karakteristik fisik
wilayah perbukitan. Pusat Vulkanologi dan berupa tataguna lahan, kelerengan, geologi dan
Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) pada tahun curah hujan. Hasil analisis klasifikasinya
2004 telah membuat Peta Kerentanan Gerakan menunjukkan bahwa tingkat kerentanan
Tanah wilayah Sukabumi menggunakan dipengaruhi oleh tataguna lahan, kemiringan,
pendekatan pembobotan berbasis sistem jenis tanah penyusun, dan curah hujan sebagai
informasi kebumian (PVMBG, 2004). Peta faktor pemicu.
tersebut mengklasifikasi tingkat kerentanan
Makalah ini bertujuan untuk menyajikan hasil
gerakan tanah wilayah Sukabumi menjadi empat
pemodelan kerentanan gerakan tanah
kelas yaitu sangat rendah, rendah, menengah, dan
menggunakan aplikasi TRIGRS, untuk wilayah
tinggi. Akan tetapi, model kerentanan tanah
Kabupaten Sukabumi, dengan mempertimbang-
tersebut hanya memberikan informasi variasi
kan variasi karakteristik lereng dan kekuatan
kerentanan gerakan tanah secara spasial saja,
tanah secara spasial dan curah hujan secara
tetapi tidak secara temporal.
temporal pada bulan basah. Adapun sasaran
Pemetaan kerentanan gerakan tanah regional makalah ini yaitu untuk mengetahui (1)
akibat curah hujan dengan menggunakan hubungan antara keteknikan tanah dengan
pemodelan gerakan tanah secara deterministik kejadian gerakan tanah dan, (2) mengevaluasi
dan empirik telah banyak dilakukan oleh peneliti pengaruh curah hujan terhadap perubahan tingkat
terdahulu. Transient Rainfall Infiltration and kerentanan gerakan tanah di lokasi penelitian.
Grid Based Regional Slope Stability atau yang Hasil pemodelan kerentanan gerakan tanah yang
disingkat TRIGRS (Baum et al, 2002; 2008) disajikan dalam makalah ini merupakan bagian
merupakan salah satu model kestabilan lereng dari penelitian tentang pengaruh perubahan iklim
yang banyak dipergunakan untuk memetakan terhadap kerentanan gerakan tanah di wilayah
kerentanan gerakan tanah dangkal (Godt et al, Sukabumi, dengan menggunakan data dasar
2008; Salciarini et al, 2006; Tan et al, 2008). curah hujan harian pada bulan-bulan basah di
Selain itu, beberapa peneliti juga menggunakan tahun 1990 (Tohari dan Santoso, 2015).
model TRIGRS untuk mengetahui kemampuan
memprediksi gerakan tanah di suatu perbukitan,
118
Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan, Vol.26, No.2, Desember 2016, 117 - 129

LOKASI PENELITIAN METODE


Secara geografis daerah penelitian terletak di Data Pemodelan
Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat tepatnya
Pemodelan kerentanan gerakan tanah
berada di antara koordinat 106° 21' 35" - 107°
berdasarkan TRIGRS (Baum et al, 2002)
19' 30" BT dan 7° 27' 46" - 6° 42' 20" LS
memerlukan data raster berupa ketinggian dan
(Gambar 1). Kabupaten Sukabumi berjarak
kemiringan lereng, karakteristik keteknikan dan
120 m dari Kota Bandung. Sebagian besar
hidrologi lereng. Untuk Kabupaten Sukabumi,
wilayah Kabupaten Sukabumi berupa perbukitan,
data raster ketinggian, kemiringan dan aspek
kecuali di sebagian pantai selatan berupa dataran
arah lereng diperoleh dari citra SRTM (Shuttle
rendah.
Radar Topography Mission) resolusi spasial 90
Menurut Sukamto (1975) dan Effendi dan m. Aplikasi ArcGIS 9.1 digunakan untuk
Hermanto (1998), batuan penyusun di wilayah menciptakan sel berukuran 100 m x 100 m dan
Kabupaten Sukabumi didominasi oleh material untuk mengkuantifikasi informasi di atas untuk
vulkanik berupa breksi, lava, lahar, dan tufa, setiap sel.
yang berasosiasi dengan letusan (erupsi)
Menggunakan conto-conto tanah tak terganggu
gunungapi berumur Kuarter. Sementara itu
yang mewakili setiap jenis litologi, nilai berat isi
endapan aluvium dan endapan sedimen pantai
tanah (w) diperoleh berdasarkan standard ASTM
terakumulasi di bagian selatan wilayah Sukabumi.
D 297-76, nilai parameter keteknikan tanah,

Gambar 1. Peta lokasi penelitian

119
Sugianti/ Model Kerentanan Gerakan Tanah Wilayah Kabupaten Sukabumi Secara Spasial dan Temporal

berupa kohesi efektif (c’) dan sudut geser efektif Persamaan faktor keamanan lereng menerus yang
(’diperoleh berdasarkan uji triaksial kondisi homogen (FK) yang digunakan dalam pemodelan
termampatkan-tak teralirkan berdasarkan ASTM TRIGRS adalah sebagai berikut:
D4767M dan nilai permeabilitas (Ks) diperoleh
dari hasil uji falling head permeameter menurut tan  ' c '   Z , t  w tan  '
ASTM D585. FK  
tan   s Z sin  cos  .............(2)
Curah hujan merupakan faktor penting dalam
model TRIGRS. Data spasial dan temporal curah dimana, c’ adalah kohesi efektif, Z adalah
hujan harian diperoleh dari 12 stasiun curah
hujan yang terletak di wilayah Kabupaten ketebalan tanah,  adalah tekanan air tanah
Sukabumi (Tohari dkk, 2011). Data curah hujan transient, t adalah waktu,  adalah sudut
ini kemudian diolah menggunakan software bidang gelincir, ’ adalah sudur geser efektif,
ArcGIS untuk menghasilkan peta isohyet. w adalah berat isi air dan s adalah berat isi
Pemodelan Kerentanan tanah.
Tahap awal dari pemodelan TRIGRS adalah Zonasi Kerentanan Gerakan Tanah
melakukan analisis data topografi berupa data Zonasi kerentanan gerakan tanah menggunakan
ketinggian dan arah lereng dengan menggunakan klasifikasikan menurut Ward (1976), yang
program TopoIndex (Baum, 2002), untuk berdasarkan nilai faktor keamanan (FK) lereng,
menghasilkan perhitungan rute aliran permukaan sebagaimana disajikan pada Tabel 1. Hal ini
(run-off routing) yang digunakan dalam karena belum ditemukan hasil penelitian
pemodelan kestabilan lereng. terdahulu lainnya yang khusus menghasilkan
Dalam pemodelan kestabilan lereng akibat curah klasifikasi zona kerentanan gerakan tanah
hujan spasial dan temporal menggunakan berdasarkan nilai FK lereng hingga saat ini.
program TRIGRS 2.0, model infiltrasi air hujan
berdasarkan pada solusi linear Iverson (2000) dan Tabel 1. Klasifikasi kerentanan gerakan tanah
ekstensi dari persamaan Richard oleh Baum et al. (Ward, 1976).
(2002). Solusi untuk tekanan air pori transient Faktor keamanan
diberikan oleh persamaan rumus 1 (Baum et al., Kerentanan gerakan tanah
(FK)
2002).
FK > 2.0 Kerentanan sangat rendah
dimana Z adalah arah koordinat normal terhadap
lereng, α adalah kemiringan lereng, d adalah 2.0 > FK > 1.7 Kerentanan rendah
kedalaman muka airtanah kondisi awal yang 1.7 > FK > 1.2 Kerentanan menengah
diukur dalam arah Z, β = λ cos α, dimana λ = cos
α – [lz / Kz], Kz adalah koefisien permeabilitas FK < 1.2 Kerentanan tinggi
dalam arah Z, IZ adalah flux permukaan pada
kondisi awal, dan InZ adalah flux permukaan pada
intensitas tertentu untuk interval waktu ke-n.
Subcript LT menyatakan term panjang, D1 = D0
cos2α dimana D0 adalah diffusivitas hidrolik
kondisi jenuh air, N adalah jumlah total interval,
dan H(t–tn) adalah Heavyside step function.

..........................(1)

120
Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan, Vol.26, No.2, Desember 2016, 117 - 129

HASIL DAN PEMBAHASAN Sagaranten, Tegalbuleud, dan Cibadak. Kelima


lokasi tersebut didominasi oleh morfologi
Hasil pengolahan data menyajikan beberapa
berelief sedang hingga kasar dengan kemiringan
parameter pemodelan dalam bentuk peta-peta
lereng sedang hingga terjal serta memiliki arah
raster tematik antara lain DEM (Digital
aliran lereng barat daya, selatan, dan tenggara
Elevation Model), peta derajat kemiringan lereng,
(Gambar 4).
nilai berat isi, permeabilitas, nilai kohesi, sudut
geser tanah, dan hujan wilayah.
Tabel 2. Klasifikasi Kemiringan Lereng
DEM dan Kemiringan Lereng berdasarkan Van Zuidam, 1983.
Pengolahan data topografi menghasilkan peta-
peta raster tematik antara lain DEM dan peta Kemiringan Kelas
Satuan morfologi
kemiringan lereng wilayah Kabupaten Sukabumi (%) lereng
(Gambar 2 dan 3). Berdasarkan gambar-gambar 0–8 Datar Dataran
tersebut menurut Van Zuidam, 1983, wilayah
Kabupaten Sukabumi memiliki morfologi > 8 – 15 Landai Perbukitan berelief
berelief halus hingga sangat kasar dengan halus
kemiringan lereng datar hingga sangat terjal >15 – 25 Agak Perbukitan berelief
(Tabel 2). Pada bagian selatan daerah penelitian Curam sedang
didominasi perbukitan berelief sedang hingga
sangat kasar dan bagian utara didominasi oleh > 25 – 45 Curam Perbukitan berelief
datar rendah hingga sedang. kasar

Kejadian gerakan tanah lebih banyak terdapat di > 45 Sangat Perbukitan berelief
wilayah Kecamatan Pelabuhan Ratu, Cidolog, Curam sangat kasar

Gambar 2. Peta raster tematik model ketinggian digital (DEM)


Kabupaten Sukabumi

121
Sugianti/ Model Kerentanan Gerakan Tanah Wilayah Kabupaten Sukabumi Secara Spasial dan Temporal

Gambar 3. Peta kemiringan lereng wilayah Kabupaten Sukabumi.

Gambar 4. Peta arah aliran lereng wilayah Kabupaten Sukabumi

Karakteristik Keteknikan Tanah dikorelasikan dengan distribusi satuan litologi


dalam formasi pada peta geologi daerah
Data peta raster karakter keteknikan tanah
Kabupaten Sukabumi. Hasil analisis sifat
didasarkan dari beberapa conto tanah yang
keteknikan sampel tanah disajikan dalam bentuk
122
Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan, Vol.26, No.2, Desember 2016, 117 - 129

peta raster karakteristik tanah yaitu nilai berat isi, 5x10-06 m/det, sedangkan variasi nilai kohesi
permeabilitas, nilai kohesi, dan sudut geser tanah. adalah antara 0 hingga 46,97 kPa, dan sudut
Gambar 5 dan 6 menunjukkan bahwa Kabupaten geser tanah antara 12,59o hingga 41,53o. Variasi
Sukabumi mempunyai karakteristik tanah yang nilai parameter keteknikan tanah ini dapat
beragam. Nilai berat jenis tanah berkisar antara mengindikasikan perbedaan tingkat kerentanan
10,9 kN/m3 dan 17,5 kN/m3. Nilai koefisien lereng terhadap gerakan tanah di wilayah
permeabilitas tanah sebesar 1,058x10 -08 sampai Kabupaten Sukabumi.

Gambar 5. Peta raster berat isi dan permeabilitas tanah.

Gambar 6. Peta raster nilai kohesi tanah dan sudut geser tanah

123
Sugianti/ Model Kerentanan Gerakan Tanah Wilayah Kabupaten Sukabumi Secara Spasial dan Temporal

Tabel 3 menyajikan ringkasan nilai parameter stasiun curah hujan di wilayah Sukabumi (stasiun
tanah berdasarkan perbedaan kerentanan gerakan Bojong Lopang, Surade, Cijambe, dan Jampang
tanah. Daerah rentan gerakan tanah cenderung Kulon). Pada bulan Januari dan Februari, curah
memiliki nilai parameter keteknikan tanah yang hujan harian maksimum terjadi di daerah bagian
lebih kecil dibandingkan dengan daerah yang utara dan timur laut. Curah hujan maksimum di
tidak rentan gerakan tanah. Litologi penyusun bulan Maret dan April cenderung terjadi di
daerah rentan gerakan tanah didominasi oleh daerah bagian timur laut, sedangkan pada bulan
hasil lapukan gunung api berupa kerikil, pasir, Mei dan Juni terjadi di daerah bagian tenggara
dan lanau. Hal ini menyebabkan tanah dan barat. Curah hujan tertinggi dengan intensitas
lapukannya lebih banyak fraksi pasir sehingga hujan 120 mm/hari terjadi pada bulan Mei di
kuat gesernya lebih didominasi oleh parameter wilayah bagian barat.
sudut geser dan nilai koefisien permeabilitasnya
Konsentrasi sebaran kejadian gerakan tanah yang
menjadi lebih besar, dibandingkan dengan
tinggi di Kecamatan Cibadak didominasi
lapisan tanah di daerah yang tidak rentan
memiliki curah hujan dengan intensitas lebih dari
kejadian gerakan tanah litologi penyusun terdiri
70 mm/hari. Sedangkan kejadian gerakan tanah
dari batuan vulkanik berupa breksi, lava, dan
di wilayah Kecamatan Pelabuhan Ratu dan
lahar.
Tegalbuleud cenderung berasosiasi dengan curah
Curah Hujan hujan dengan intensitas sedang.
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, pemodelan Zonasi Kerentanan Gerakan Tanah
ini menggunakan data hujan harian yang
Hasil pemodelan kestabilan lereng spasial akibat
terkumpul dalam rentang waktu periode bulan
curah hujan harian pada bulan Januari, Februari,
basah mulai bulan Januari hingga Juni tahun
Maret, April, Mei dan Juni di wilayah Kabupaten
1990 (Tohari dkk, 2011). Berdasarkan hasil studi
Sukabumi menghasilkan peta tingkat kerentanan
dampak perubahan iklim di wilayah Kab.
gerakan tanah dengan menggunakan klasifikasi
Sukabumi oleh Tohari dan Santoso (2015),
kerentanan menurut Ward (1976). Gambar 7
perubahan curah hujan akan sangat bervariasi,
hingga Gambar 9 menyajikan beberapa peta
dengan peningkatan mencapai +20% pada bulan-
kerentanan gerakan tanah secara spasial pada
bulan basah di tahun 2080, sedangkan penaikan
setiap akhir bulan basah dari bulan Januari
curah hujan harian pada tahun 2020 relatif sangat
hingga bulan Juni. Berdasarkan Gambar 7 (a),
kecil (< +5%). Dengan demikian, variasi hujan
zona kerentanan gerakan tanah tinggi terdapat di
harian dapat dipertimbangkan sangat kecil antara
Kecamatan Pelabuhan Ratu, Cisolok dan
tahun 1990 hingga 2016. Hal ini diperkuat oleh
Kadudampit terutama di wilayah lereng yang
hasil penelitian Narulita dkk (2010) di wilayah
curam pada ketinggian lebih dari 800 m. Hal ini
pengaliran sungai Ciliwung- Cisadane yang
mengindikasikan bahwa kemiringan lereng
menunjukkan bahwa variabilitas curah hujan
menjadi faktor pengontrol kerentanan gerakan
pada periode 1997 hingga 2006 cenderung tetap.
tanah di wilayah perbukitan di Kabupaten
Curah hujan yang digunakan dalam pemodelan Sukabumi.
ini berdasarkan data curah hujan harian dari 4

Tabel 3. Perbandingan nilai parameter keteknikan tanah.

Daerah rentan Daerah tidak rentan


Parameter keteknikan tanah
gerakan tanah gerakan tanah
Berat isi (kN/m3) 12,8 - 13,4 14,6 - 16,5
Kohesi efektif (kPa) 0-2 19,62 - 42,98
o
Sudut geser efektif ( ) 0,92 - 25 12,95 - 57,27
Permeabilitas (m/det) 1x10-3 - 5x10-2 2x10-4 - 5x10-5

124
Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan, Vol.26, No.2, Desember 2016, 117 - 129

(a) (b)
Gambar 7. Peta kerentanan gerakan tanah wilayah Kabupaten Sukabumi pada bulan (a)
awal Januari dan (b) akhir Januari.

(a) (b)
Gambar 8. Peta kerentanan gerakan tanah wilayah Kabupaten Sukabumi pada akhir bulan
(a) Maret dan (b) April.

Berdasarkan Gambar 7 (b), luas zona kerentanan peningkatan zona kerentanan gerakan tanah
gerakan tanah tinggi semakin bertambah akibat tinggi.
curah hujan pada bulan Januari, terutama di
Berdasarkan Gambar 8 dan 9, zona kerentanan
wilayah Kecamatan Cisolok, Kadudampit,
gerakan tanah tinggi dan menengah semakin
Nagrak dan Pelabuhan Ratu. Dengan demikian,
meluas di beberapa wilayah kecamatan akibat
durasi hujan menjadi faktor penyebab
peningkatan jumlah hari hujan hingga akhir bulan

125
Sugianti/ Model Kerentanan Gerakan Tanah Wilayah Kabupaten Sukabumi Secara Spasial dan Temporal

Juni. Gambar 10 menyajikan perubahan luasan mencapai 40% terjadi meskipun intensitas hujan
zona kerentanan gerakan tanah (dalam %) akibat harian dan jumlah hari hujan berkurang
presipitasi selama bulan Januari hingga Juni 1990. mendekati akhir periode hujan. Hal ini
Berdasarkan histogram ini, peningkatan zona mengindikasikan bahwa selain kemiringan lereng
kerentanan gerakan tanah tinggi bisa mencapai dan sifat kuat geser tanah, durasi hujan juga
400% pada bulan Januari 1990. Sedangkan menjadi faktor mengontrol terhadap perubahan
seiring dengan peningkatan jumlah hari hujan tingkat kerentanan gerakan tanah di wilayah
akibat curah hujan periode Januari hingga Juni Kabupaten Sukabumi.
1990, kenaikan zona rentan tinggi dapat

(a) (b)
Gambar 9. Peta kerentanan gerakan tanah wilayah Kabupaten Sukabumi
pada akhir bulan (a) Mei dan (b) Juni.

Gambar 10. Histogram perubahan luas daerah tingkat kerentanan gerakan


tanah akibat pengaruh curah hujan selama bulan Januari hingga Juni 1990.

126
Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan, Vol.26, No.2, Desember 2016, 117 - 129

Gambar 7 hingga 9 juga memperlihatkan bahwa dibandingkan dengan metode analisis


lokasi-lokasi gerakan tanah yang telah terjadi di pembobotan kualitatif (qualitative weight
wilayah Kabupaten Sukabumi pada umumnya analysis) berbasis GIS (Geographic Information
berada di zona kerentanan gerakan tanah tinggi, System). Analisis deterministik mempertimbang-
seperti di Kecamatan Pelabuhan Ratu, kan faktor-faktor kondisi tanah bawah permukaan
Tegalbuleud, dan Cibadak. Dengan demikian, yaitu sifat keteknikan dan hidrologis tanah dan
hasil pemodelan kerentanan gerakan tanah kondisi variasi curah hujan yang mempengaruhi
dengan mempertimbangkan variasi curah hujan kondisi kestabilan lereng, sementara metode
dapat memberikan informasi mengenai lokasi- pembobotan hanya mempertimbangkan faktor-
lokasi potensi bencana gerakan tanah saat musim faktor kondisi permukaan lereng yang tidak dapat
hujan sehingga peringatan dini dapat diberikan dikorelasikan secara langsung dengan nilai faktor
kepada masyakarat di lokasi rentan gerakan tanah. keamanan lereng.
Beberapa peristiwa gerakan tanah juga terjadi di KESIMPULAN
zona kerentanan rendah dan sangat rendah seperti
Berdasarkan hasil analisis data hujan dan
di Kecamatan Parakan Salak, Cikembar dan
kejadian gerakan tanah; kondisi geologi,
Jampang Tengah (Gambar 7 hingga 9).
kemiringan lereng, dan durasi curah hujan harian
Berdasarkan hasil pengamatan lapangan, kejadian
menjadi faktor yang mengontrol hubungan antara
gerakan tanah di zona kerentanan rendah ini,
curah hujan dan peristiwa gerakan tanah di
dengan jenis gerakan tanah berupa tipe nendatan
wilayah Kabupaten Sukabumi. Gerakan tanah
terjadi di sepanjang jalan raya yang tidak
umumnya terjadi pada lapisan tanah yang
dilengkapi dengan sistem drainase yang baik
memiliki nilai kuat geser kecil dan permeabilitas
(Gambar 11a) dan tipe luncuran terjadi di
yang besar.
perbukitan dengan lereng sangat terjal dan tidak
terdapat pemukiman di bawah lereng (Gambar Hasil analisis karakteristik curah hujan dan
11b). Dengan demikian, potensi ancaman kejadian gerakan tanah di wilayah Kabupaten
gerakan tanah di daerah-daerah pada zona Sukabumi menunjukkan bahwa potensi gerakan
kerentanan gerakan tanah rendah dapat tanah tinggi di wilayah bagian utara terjadi
meningkat apabila aliran air permukaan tidak selama periode curah hujan bulan Januari hingga
terkontrol dengan baik saat musim hujan. April. Sedangkan kejadian gerakan tanah di
wilayah bagian selatan kemungkinan besar
Hasil pemodelan kerentanan gerakan tanah ini
terasosiasi dengan curah hujan harian bulan Juni.
mengindikasikan kelebihan metode deterministik
dalam memetakan dan memprediksi kerentanan Hasil pemodelan kestabilan lereng secara spasial
gerakan tanah secara spasial dan temporal dan temporal yang menggunakan aplikasi

a) Longsoran tipe luncuran b) Longsoran tipe nendatan

Gambar 11. Lokasi gerakan tanah di daerah rentan rendah (a) tipe luncuran Desa Cimerang,
Kecamatan Parakan Salak dan (b) tipe nendatan di Desa Sukamulya, Kecamatan Cikembar.

127
Sugianti/ Model Kerentanan Gerakan Tanah Wilayah Kabupaten Sukabumi Secara Spasial dan Temporal

TRIGRS mengindikasikan bahwa hampir semua 1: 100.000. Pusat Penelitian dan


peristiwa gerakan tanah di wilayah Kabupaten Pengembangan Geologi. Departemen
Sukabumi terjadi pada zona kerentanan Pertambangan dan Energi.
menengah hingga tinggi, terutama di wilayah
Godt, J.W., Baum, R.B., Savage, W.Z., Salciarini,
Kecamatan Pelabuhan Ratu, Cibadak dan Cisolok.
D., Schulz, W. H., and Harp, E. L., 2008.
Kejadian gerakan tanah pada zona kerentanan
Transient deterministic shallow landslide
rendah kemungkinan dipengaruhi oleh faktor
modeling: Requirements for susceptibility
aliran air permukaan. Peningkatan luasan zona
and hazard assessments in a GIS
kerentanan gerakan tanah tinggi juga dapat
framework. Eng. Geol., 102, 214–226.
terjadi pada saat mendekati akhir periode bulan
basah meskipun jumlah hujan harian semakin Iverson, R.M., 2000. Landslide triggering by rain
berkurang di wilayah ini. infiltration. Water Resour. Res., 36, 1897-
1910.
Makalah ini memperlihatkan bahwa analisis
kestabilan lereng suatu wilayah perlu Liao, Z., Hong, Y., Kirschbaum, D., Adler, R.F.,
mempertimbangkan variasi kondisi keteknikan Gourley, J.J., Wooten, R., 2011.
tanah secara spasial dan variasi curah hujan Evaluation of TRIGRS (transient rainfall
secara temporal agar hasil analisis dapat infiltration and grid-based regional slope-
digunakan untuk mengkaji dan memprediksi stability analysis)’s predictive skill for
potensi ancaman gerakan tanah secara lebih hurricane-triggered landslides: a case
akurat. study in Macon County, North Carolina.
Nat Hazards, 58, 325–339.
Narulita, I., Maria, R., dan Djuwansah, M.R.,
UCAPAN TERIMAKASIH
2010. Karakteristik curah hujan di
Terima kasih kami ucapkan kepada Kepala Pusat wilayah pengaliran sungai (WPS)
Penelitian Geoteknologi - LIPI yang telah Ciliwung Cisadane, Riset Geologi dan
memberikan dukungan kepada kami untuk Pertambangan, 20(2), 95 -110.
melakukan penelitian ini dalam Sub Program
Park, D.W., Nikhil, N.V., Lee, S.R., 2013.
Kompetitif: Kebencanaan dan Lingkungan tahun
Landslide and Debris Flow Susceptibility
anggaran 2010 - 2011. Ucapan terima kasih juga
Zonation using TRIGRS for the 2011
kami sampaikan kepada Sdr. Bambang Irianta
Seoul Landslide Event. Natural Hazards
dan Sdri. Rahmawati Rahayu yang membantu
and Earth System Sciences, 13, 2833–
terlaksananya kegiatan penelitian ini.
2849.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi,
DAFTAR PUSTAKA 2004. Peta Kerentanan Gerakan Tanah
Kota dan Kabupaten Sukabumi, Provinsi
Baum, R.L., Savage, W.Z., dan Godt, J.W., 2002.
Jawa Barat. Kementrian Energi dan
TRIGRS-A fortran program for transient
Sumber Daya Mineral, Badan Geologi.
rainfall infiltration and grid-based
regional slope-stability analysis. U.S. Salciarini, D., Godt, J.W., Savage, W.Z.,
Geological Survey Open-File Report 02- Conversini, P., Baum, R. L., and Michael,
0424, 27 pp. J.A., 2006. Modeling regional initiation of
rainfall - induced shallow landslides in
BNPB, 2015. Data dan Informasi Bencana
the eastern Umbria Region of central Italy.
Indonesia. http://dibi.bnpb.go.id/. diakses
Landslides, 3, 181–194.
tanggal 12 Mei 2015.
Sarah, D., Sugianti, K., Lestiana, H., 2015.
Chen, C.Y., Chen, T.C., Yu, F. C., dan Lin, S.C.,
Regional slope stability assessment of
2005. Analysis of time-varying rainfall
Tawangmangu District, Central Java,
infiltration induced landslide, Eng. Geol.,
Proceeding International Conference on
48, 466–479.
Landslide and Slope Stability, N3-1 - N3-
Effendi, A.C dan Hermanto, B., 1998. Peta 5, Bali, Indonesia.
Geologi Lembar Bogor, Jawa Barat, Skala

128
Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan, Vol.26, No.2, Desember 2016, 117 - 129

Sugianti, K., Mulyadi, D., Sarah, D., 2014. hazard in West Java, Proc. International
Pengklasan tingkat kerentanan gerakan Conference on Landslide and Slope
tanah daerah Sumedang Selatan Stability, F1-1 - F1-6, Denpasar,
menggunakan metode Storie, Riset Indonesia. 27-30.
Geologi dan Pertambangan 24(2), 93-104.
Tohari, A., Santoso, H., Sukristiyanti, Sugianti, K.
Sukamto, Rab, 1975. Peta Geologi Lembar Rahayu, R., Irianta, B., 2011. Dampak
Jampang dan Balekambang, Jawa Barat, perubahan iklim terhadap kerentanan
Skala 1: 100.000. Pusat Penelitian dan gerakan tanah di Jawa Barat: studi kasus
Pengembangan Geologi. Departemen daerah rawan tanah longsor di Kabupaten
Pertambangan dan Energi. Sukabumi. Laporan Akhir Kumulatif
kegiatan kompetitif LIPI (periode 2009-
Tan, H.C, Ku, Y.C, Chi, Y.S., Chen, H.Y., Fei,
2011), Pusat Penelitian Geoteknologi –
Y.L., Lee, F.J., Su, W.T., 2008.
LIPI (unpublished).
Assessment of regional rainfall-induced
landslides using 3S-based hydro- Ward, T.J., 1976. Factor of safety approach to
geological model. Landslides and landslide potential delineation.
Engineered Slopes, 1639-1645. Dissertation, Department of Civil
Engineering, Colorado State, Forth
Tohari, A and Santoso, H., 2015. Assessment of
Collins, Colorado.
climate change impact on landslide

129
RISET
GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN
Volume 26, No.2 , 2016 ISSN 0125-9849
e-ISSN 2354-6638

Indeks Penulis

Adrin Tohari Ida Narulita


Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI, Jalan Sangkuriang Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI, Jalan Sangkuriang
40135, Bandung, Jawa Barat 40135, Bandung, Jawa Barat

Andrie Al Kausar Abdulah Kamtono


Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI, Jalan Sangkuriang Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI, Jalan Sangkuriang
40135, Bandung, Jawa Barat 40135, Bandung, Jawa Barat

Anita Yuliyanti Karit L. Gaol


Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI, Jalan Sangkuriang Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI, Jalan Sangkuriang
40135, Bandung, Jawa Barat 40135, Bandung, Jawa Barat

Dadan D. Wardhana, Khori Sugianti


Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI, Jalan Sangkuriang Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI, Jalan Sangkuriang
40135, Bandung, Jawa Barat 40135, Bandung, Jawa Barat
E-mail: dhanswardhana@yahoo.com Email : khorisugianti@gmail.com

Dadan Suherman Sri Indarto,


Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI, Jalan Sangkuriang Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI, Jalan Sangkuriang
40135, Bandung, Jawa Barat 40135, Bandung, Jawa Barat

Eddy Z. Gaffar Sri Yudawati Cahyarini


Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI, Jalan Sangkuriang Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI, Jalan Sangkuriang
40135, Bandung, Jawa Barat 40135, Bandung, Jawa Barat
E-mail: yudawati@yahoo.com
Haryadi Permana,
Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI, Jalan Sangkuriang Sudaryanto
40135, Bandung, Jawa Barat Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI, Jalan Sangkuriang
40135, Bandung, Jawa Barat
Hendra Bakti
Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI, Jalan Sangkuriang Sukristiyanti
40135, Bandung, Jawa Barat Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI, Jalan Sangkuriang
40135, Bandung, Jawa Barat
Heri Nurohman,
Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI, Jalan Sangkuriang Wilda Naily
40135, Bandung, Jawa Barat Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI, Jalan Sangkuriang
Email: heri.nurohman@yahoo.com 40135, Bandung, Jawa Barat
E-mail: wilda.naily@lipi.go.id
RISET
GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN
Volume 26, No.2 , 2016 ISSN 0125-9849
e-ISSN 2354-6638

Indeks Kata Kunci

Air laut, 101, 102, 104, 106, 108, 109, 110, 113 Kualitas air, 101
Airtanah tidak tertekan, 101, 102, 104 Orografik, 141, 151
Anomali gayaberat, 85, 86, 92, 93 Pemodelan kerentanan, 117, 118, 127
Curah hujan, 141, 142, 143, 144, 146, 147, 149, 151, Pemodelan kerentanan, 117, 118, 127
152, 153
Perubahan tutupan lahan, 141, 151, 152, 153
DAS Cerucuk, 141, 142, 143, 144, 146, 150, 151,
Prospek hidrokarbon, 85, 91
152, 153
Pulau belitung, 141, 142, 143, 144, 146, 152
Faktor keamanan lereng, 117, 120, 127
Serang banten, 101
Faktor keamanan lereng, 117, 120, 127
Skeletal karang, 77
Gerakan tanah, 117, 118, 119, 120, 121, 123, 124,
125, 127, 128, 129 Struktur tinggian, 85
Gerakan tanah, 117, 118, 119, 120, 121, 123, 124, Sub-cekungan majalengka, 85
125, 127, 128, 129
Sumedang selatan, 121
Infiltrasi air hujan, 117, 120
Sumedang selatan, 121
Infiltrasi air hujan, 117, 120
Tipe air, 101, 102, 109, 110, 112, 113
Kandungan pb, 77, 78, 79, 80, 82, 83
Tipe ekuatorial, 141
Kepulauan seribu, 77, 78, 84
RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN
CURRENT CONTENT

ISSN 0125-9849
e-ISSN 2354-6638 Terbit Juni 2016

DDC : 551.959813 (diagenesa) dari mineral aragonit. Diagenesa merupakan proses


perubahan nilai kandungan unsur kimia yang dipengaruhi oleh
Iskandar Zulkarnain faktor lingkungan dan iklim. Dengan mengetahui diagenesa
SUMATERA SEBAGAI SEBUAH SEGMEN BLOK skeleton karang diharapkan dapat merekontruksi iklim masa
BENUA TIDAK HOMOGEN BERASAL DARI lalu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh
mana diagenesa yang terjadi pada sampel karang yang
GONDWANA: SEBUAH PANDANGAN BARU diindikasikan dengan persentasi kandungan mineral kalsit.
BERDASARKAN CIRI GEOKIMIA BATUAN Kandungan kalsit sebagai material diagenesis lebih dari 1%
VOLKANIK DAERAH PASAMAN, SUMATERA mampu mempengaruhi parameter iklim hasil rekonstruksi data
BARAT kimia karang. Contoh fosil karang Porites dari endapan
karbonat di wilayah Kendari Sulawesi Tenggara yaitu BG2,
BG3-B1, dan BG3-C digunakan dalam studi ini. Hasil
ABSTRAK penelitian memperlihatkan bahwa pada ketiga sampel karang
Banyak penulis yang telah menulis dan menggambarkan bahwa Porites terjadi diagenesa dari aragonit menjadi kalsit
Sumatera adalah sebuah segmen benua yang homogen, karena (calcitization) baik secara petrografi yang terlihat pada adanya
ia disusun oleh sejumlah blok bersifat benua yang berasal dari struktur semen kalsit dan secara difraksi XRD diketahui dari
Gondwana dalam waktu dan periode yang berbeda-beda sejak adanya perubahan yang terjadi sebesar 0,5 - 2,9%. Contoh fosil
pembentukan Sundaland pada Zaman Trias. Terdapat BG3-C merupakan yang paling tinggi persentase perubahan
pemikiran yang menganggap bahwa Sumatera sepenuhnya aragonit menjadi kalsitnya, yaitu 2,9% dibandingkan dengan
dikenali sebagai tepian benua dari Sundaland, sementara itu dua contoh lainnya (0,5%). Hasil penelitian dari contoh karang
pendapat lain menggambarkan bahwa Sumatera terdiri dari ini dapat digunakan sebagai data pendukung untuk studi
Sibumasu, Blok Sumatera Barat dan kerak benua yang didorong rekonstruksi iklim ataupun lingkungan dengan menggunakan
naik ke atas Sundaland. Namun demikian, kedua pendapat data proxy geokimia dalam karang.
tersebut menunjukkan bahwa Sumatera dibentuk oleh blok-
blok benua. Ciri geokimia batuan volkanik daerah Pasaman, Kata Kunci: Karang Porites, diagenesa, petrografi dan X-ray
yang dikumpulkan dari Sumatera Barat, dengan menggunakan diffraction
diagram pembeda Ta/Yb terhadap Th/Yb menunjukkan, bahwa
DDC: 551.30359826
batuan-batuan tersebut berasal dari dua lingkungan tektonik
yang berbeda, tidak hanya dari tepian benua aktif (ACM), tetapi Isyqi, Mochammad Aziz, Arifudin Idrus
juga dari lingkungan tektonik busur lautan. Pembedaan itu KARAKTERISTIK TEKSTUR DAN ZONASI
menjadi lebih jelas dan eksplisit di dalam diagram Yb (ppm) ENDAPAN URAT EPITERMAL DAERAH
terhadap Th/Ta, dimana batuan-batuan yang berasal dari ACM
memiliki rasio Th/Ta antara 6 dan 20, sementara itu conto
CIHONJE, KECAMATAN GUMELAR,
batuan yang berasal dari lingkungan busur menunjukkan rasio KABUPATEN BANYUMAS, JAWA TENGAH
yang lebih besar dari 20. Identifikasi lingkungan tektonik asal
dari batuan volkanik dapat juga dilakukan dengan ABSTRAK
menggunakan diagram laba-laba dari unsur-unsur jejak terpilih,
akan tetapi tidak mungkin dilakukan berdasarkan diagram laba- Daerah Cihonje dan sekitarnya memiliki sistem mineralisasi
laba dari unsur REE. Ciri geokimia batuan volkanik daerah epitermal yang ditandai dengan kehadiran endapan urat.
Pasaman tersebut memberikan bukti-bukti bahwa Sumatera Endapan urat epitermal terbentuk karena proses pengisian
sesungguhnya bukanlah sebuah segmen homogen yang berasal rongga (cavity filling) oleh larutan hidtrotermal. Identifikasi
dari blok-blok benua Gondwana, akan tetapi terdiri dari dua karakteristik endapan urat epitermal perlu dikaji lebih
segmen berbeda yang mencakup lingkungan ACM dan busur.
mendalam karena dapat mempermudah kegiatan eksplorasi
Bukti-bukti ini memperkuat hasil penelitian sebelumnya di
Lampung, Bengkulu dan SumateraTengah. logam mulia maupun logam dasar. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui karakteristik tekstur urat yang berkembang
Kata kunci: Sumatera, Pasaman, segmen tak homogen, serta menentukan zona mineralisasi logam mulia dan logam
lingkungan tektonik, bersifat benua, busur, unsur-unsur jejak,
dasar daerah penelitian. Metoda yang digunakan dalam
diagram pembeda
penelitian ini adalah analisis slab urat, analisis petrografi,
DDC : 552.59848 analisis mineragrafi serta analisis kadar logam mulia dan logam
Bagus Dinda Erlangga, Dedi Mulyadi dan Sri Yudawati dasar pada endapan urat dengan menggunakan Atomic
Cahyarini
Absorption Spectrophotometry (AAS). Hasil penelitian
ANALISIS PETROGRAFI DAN X-RAY
menunjukkan tekstur urat di daerah penelitian dibedakan
DIFFRACTION UNTUK DETEKSI KALSIT NON menjadi empat kelompok yaitu kelompok Lattice Bladed,
DESTRUKTIF DARI FOSIL KARANG PORITES Cockade, Saccharoidal, dan kelompok Sulfide Banded-
ENDAPAN TERUMBU KUARTER KENDARI, Disseminated Sulfide. Tekstur urat yang mengandung logam
SULAWESI TENGGARA mulia (emas, perak) terdapat di dalam Zona Super Crustiform –
ABSTRAK Colloform (CC), sedangkan tekstur urat yang mengandung
Komposisi utama karang adalah berupa mineral aragonit. logam dasar terdapat di dalam Zona Super Crystalline Quartz
Adanya mineral kalsit didalam karang merupakan hasil ubahan (X). Hasil analisa mineragrafi menunjukkan kandungan mineral
RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN
CURRENT CONTENT

ISSN 0125-9849
e-ISSN 2354-6638 Terbit Juni 2016

logam yang berasosiasi dengan endapan urat di daerah MINERALOGI DAN GEOKIMIA BATUGAMPING
penelitian adalah pirit, kalkopirit, arsenopirit, sfalerit, galena, MERAH PONJONG, GUNUNGKIDUL, DAERAH
emas, dan perak. Hasil analisa AAS menunjukkan kadar emas ISTIMEWA YOGYAKARTA – INDONESIA
pada urat di daerah penelitian mencapai 83 ppm. Hal itu
membuktikan bahwa daerah penelitian merupakan tempat
ABSTRAK
akumulasi logam mulia dari sitem mineralisasi epitermal yang
terjadi. Batugamping berwarna merah yang tersebar secara setempat-
setempat dan berasosiasi dengan batugamping berwarna putih
Kata kunci: Endapan Urat, Zonasi Tekstur, epitermal, Cihonje. hingga abu-abu yang dijumpai di Daerah Ponjong, Kabupaten
Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, termasuk dalam
DDC: 551.30359862 Formasi Wonosari-Punung. Batugamping tersebut perlu diteliti
Eko Soebowo karakteristik mineralogi dan geokimianya, yang sangat
GEOLOGI TEKNIK SEDIMEN KUARTER diperlukan dalam memahami genesa batugamping di daerah
KAITANNYA DENGAN BAHAYA AMBLESAN tersebut. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah data
khususnya batugamping di daerah penelitian maupun Formasi
DAN LIKUIFAKSI DI SERANGAN – TUBAN –
Wonosari-Punung di daerah Pegunungan Selatan. Pengamatan
TANJUNG BENOA, BALI SELATAN
petrografi dan XRD pada batugamping merah menunjukkan
hadirnya mineral kalsit, kuarsa, siderit, hematit, dan titanit.
ABSTRAK Analisis geokimia oksida mayor batugamping merah
Wilayah pesisir pada cekungan sedimen Kuarter di daerah memperlihatkan tren pengkayaan senyawa SiO2, TiO2, Fe2O3
Serangan – Tuban – Tanjung Benoa, Bali Selatan sebagai dan MnO yang diinterpretasikan berhubungan dengan
kawasan pengembangan tataruang dan infrastruktur perlu kehadiran mineral-mineral titanit (CaTiSiO5), siderit (FeCO3),
mendapat perhatian terkait dengan kondisi geologi teknik hematit (Fe2O3), dan diduga rodokrosit (MnCO3). Mineral-
bawah permukaan dan ancaman bahaya geologinya. Tulisan ini mineral tersebut mempunyai karakteristik warna coklat
bertujuan untuk mengetahui karakteristik geologi teknik kekuningan, merah muda sampai merah sehingga
sedimen bawah permukaan berkaitan dengan ancaman bahaya dimungkinkan dapat memberikan warna merah pada
amblesan dan likuifaksi. Metode penelitian meliputi pemboran batugamping. Ada tiga proses yang diinterpretasi berperan
teknik, pengujian penetrasi konus, pengujian laboratorium dalam genesa batugamping merah Ponjong yaitu pengaruh
geoteknik dan analisis geologi teknik. Hasil penelitian material terigenus yang mengandung oksida SiO2, Al2O3,
menunjukkan ketebalan sedimen Kuarter mencapai kurang Fe2O3, dan TiO2 saat pengendapan batugamping, proses
lebih 20 meter, terdiri dari tanah penutup, lempung, lanau – diagenesis oleh air meterorik yang mengkayakan senyawa
lempung, perselingan lanau - pasir lempungan, sisipan kerikil, Fe2O3 dan proses bekerjanya larutan hidrotermal.
pasir kasar dan batugamping sebagai batuan dasar. Keberadaan Kata Kunci: Mineralogi, Geokimia, Batugamping Merah,
lapisan lempung sangat lunak hingga lunak, plastitas tinggi, Formasi Wonosari-Punung, Ponjong.
kuat geser rendah, dicirikan nilai tahanan konus qt < 2 MPa
dan nilai N-SPT < 2 pada kedalaman –0,5 hingga –20 meter DDC: 551.3035984
tersebar di Serangan – Tuban, mengindikasikan ancaman
bahaya amblesan. Sedangkan keberadaan lapisan lanau – pasir Marfasran Hendrizan, Rina Zuraida dan Sri
sangat lepas-lepas, dicirikan nilai tahanan konus qt < 5 MPa Yudawati Cahyarini
dan nilai N-SPT < 10 di permukaan hingga kedalaman -15 m KARAKTERISTIK SEDIMEN PALUNG LAUT
tersebar di daerah Kedonganan – Tanjung Benoa – Serangan, SULAWESI (SUMUR STA12) BERDASARKAN HASIL
mengindikasikan kerentanan terhadap likuifaksi akibat PENGAMATAN MEGASKOPIS DAN SIFAT FISIKA
gempabumi. Gambaran sifat keteknikan secara vertikal dan DARI PENGUKURAN MULTI-SENSOR CORE
spasial dapat memberikan informasi untuk perencanaan dan LOGGER (MSCL)
pencegahan risiko ancaman amblesan dan likuifaksi pada
sedimen cekungan Kuarter Bali Selatan.
ABSTRAK
Kata kunci: geologi teknik, bahaya geologi, Kuarter, Bali Karakteristik sedimen dan sifat fisika pada sumur STA12
Selatan. (120o06.555’ BT, 02o00.911’ LU, kedalaman air laut 4820 m)
di palung Laut Sulawesi telah dianalisis. Pengukuran sifat fisik
DDC: 551.959826 sedimen dilakukan menggunakan Multi-Sensor Logger
(MSCL) untuk mengidentifikasi sifat kemagnetan, perubahan
Didik Dwi Atmoko, Anastasia Dewi Titisari, Arifudin
warna, cepat rambat gelombang, dan unsur kimia. Tujuan
Idrus
penelitian ini adalah untuk memahami proses pengendapan
RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN
CURRENT CONTENT

ISSN 0125-9849
e-ISSN 2354-6638 Terbit Juni 2016

sedimen di Laut Sulawesi. Sedimen yang berwarna lebih gelap


pada kedalaman 70-100 cm dan 135-195 cm diselingi oleh
sedimen berwarna lebih cerah diantara sedimen yang lebih
gelap tersebut; sifat fisiknya mengindikasikan nilai L* yang
rendah, sifat kemagnetan yang cenderung tinggi, rasio
normalisasi (K/Ca) yang rendah, dan kecepatan transmisi
gelombang P yang tinggi; serta keberadaan unsur darat rendah
pada sedimen yang berwarna lebih gelap. Sebaliknya, sedimen
yang lebih cerah memiliki karakter sedimen dan sifat fisik yang
bertolak belakang dibandingkan sedimen lebih gelap.
Pengendapan sedimen yang lebih gelap kemungkinan terkait
sedimentasi pada saat musim timur, dimana hujan sangat kecil
terjadi di wilayah Kalimantan dan Filipina, sedangkan sedimen
yang lebih cerah diendapkan pada saat musim barat dengan
intensitas hujan yang tinggi. Karakteristik sedimen pada sumur
STA12 ini diduga berhubungan dengan pasokan input
terrestrial dari wilayah Kalimantan dan Filipina. Selain itu,
intensitas Arlindo (Arus Lintas Indonesia) yang melewati
sumur STA12 kemungkinan juga mempengaruhi karakteristik
sedimen di wilayah ini.

Kata Kunci: Sifat fisik, Laut Sulawesi, pasokan darat, Arus


Lintas Indonesia, musim, Metode MSCL.
RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN
CURRENT CONTENT

ISSN 0125-9849
e-ISSN 2354-6638 Terbit Desember 2016

DDC: 577.1459822 terdapat tinggian yang memungkinkan terdapatnya perangkap


Sri Yudawati Cahyarini hidrokarbon, yaitu Tinggian Kadipaten–Majalengka dan
Ujungjaya-Babakan Gebang.
VARIASI KANDUNGAN Pb DALAM KARANG
PORITES KEPULAUAN SERIBU SELAMA PERIODE Kata kunci: anomali gayaberat, sub-cekungan Majalengka,
1994-2005: PERUBAHAN TEMPORAL KANDUNGAN struktur tinggian, prospek hidrokarbon
Pb DALAM AIR LAUT PERMUKAAN
ABSTRAK DDC: 551.4859823
Wilda Naily, Sudaryanto, Dadan Suherman
Timbal merupakan salah satu jenis polutan yang dapat
dihasilkan karena emisi kendaraan bermotor, pabrik dan lain PENGARUH AIR LAUT PADA AIRTANAH
sebagainya. Bahan bakar kendaraan bermotor bensin (gasoline) TIDAK TERTEKAN DI WILAYAH UTARA KOTA
teridentifikasi sebagai sumber dominan dari kandungan Pb di DAN KABUPATEN SERANG, PROVINSI BANTEN
lingkungan. Untuk mengetahui kualitas lingkungan terhadap
polutan timbal ini diperlukan data historis dari waktu ke waktu
ABSTRAK
kandungan timbal baik di udara maupun di perairan. Karang
mampu memberikan informasi historis kandungan Pb di
Kota dan Kabupaten Serang adalah dua wilayah yang terletak
perairan laut. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis
di Provinsi Banten, sebagai daerah penyangga Ibu Kota Jakarta.
kandungan Pb dalam karang yang diambil dari beberapa lokadi
Pertumbuhan penduduk di Kota Serang pada tahun 2010-2012
di Kepulauan Seribu. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa
mulai menunjukkan kenaikan yang cukup tinggi sebesar 2,91%
besaran debit sungai permukaan yang masuk ke wilayah
dan di Kabupaten Serang dari tahun 2000-2010 sebesar 1,43%.
perairan teluk Jakarta berpengaruh kuat terhadap kandungan Pb
Jumlah penduduk yang meningkat berdampak meningkatnya
karang di perairan dalam (inshore) yaitu karang di Pulau
konsumsi air yang dibutuhkan. Airtanah tidak tertekan dapat
Bidadari dibandingkan dengan karang yang dari wilayah laut
menjadi alternatif penyedia air bersih selain PDAM, namun
terbuka (offshore) yaitu Pulau Jukung. Hal ini menggambarkan
pengambilan airtanah tidak tertekan yang tidak terkendali dapat
bahwa polutan Pb dari darat lebih kuat mempengaruhi kondisi
berpotensi menimbulkan penurunan muka airtanah (MAT),
perairan inshore dibandingkan offshore.
sehingga dapat memicu adanya pengaruh air laut ke airtanah
Kata Kunci: kandungan Pb, skeletal karang, Kepulauan Seribu tidak tertekan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
sejauh mana kualitas airtanah tidak tertekan telah terpengaruh
DDC: 550.59824 oleh air laut. Penelitian meliputi pengamatan, pengukuran dan
pengambilan 20 conto airtanah, metode analisis berupa
Dadan D. Wardhana, Kamtono, Karit L. Gaol fotometri nyala, volumetri, dan spektrofotometri sinar tampak.
STRUKTUR TINGGIAN DI SUB CEKUNGAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa lokasi yang
MAJALENGKA BERDASARKAN METODE telah terpengaruh oleh air laut secara umum terdapat di
GAYABERAT Kecamatan Pontang, Kasemen, Ciruas, sebagian Kecamatan
ABSTRAK Kramatwatu dan Serang. Satu lokasi
Potang mempunyai kandungan DHL, salinitas, natrium,
Sub-cekungan Majalengka termasuk dalam Cekungan Bogor klorida, dan magnesium tertinggi dibanding lokasi lainnya, ini
bagian timur yang sebagian besar tertutup oleh endapan menunjukkan bahwa titik ini telah terpengaruh oleh air laut.
vulkanik yang cukup tebal. Namun demikian cekungan ini Kata kunci: air laut, airtanah tidak tertekan, Serang Banten,
mempunyai rembesan minyak dan gas yang banyak muncul di kualitas air, tipe air.
area vulkanik. Hingga saat ini, teknologi seismik belum mampu
menembus lapisan vulkanik tebal untuk mengungkap DDC: 551.30259824
konfigurasi lapisan batuan di bawahnya. Oleh karena itu
digunakan metode gayaberat sebagai metode alternatif dalam Khori Sugianti, Sukristiyanti, Adrin Tohari
menggambarkan kondisi bawah permukaan yang tertutup MODEL KERENTANAN GERAKAN TANAH
batuan vulkanik. Gayaberat adalah salah satu metoda geofisika WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI SECARA
yang dapat digunakan untuk mengetahui konfigurasi cekungan SPASIAL DAN TEMPORAL
berdasarkan perbedaan parameter fisis densitas batuan.
Identifikasi struktur dan penentuan area tinggian dilakukan ABSTRAK
berdasarkan interpretasi dari peta anomali gayaberat dan Prediksi bahaya gerakan tanah secara spasial dan temporal
anomali residual, analisis teknik gradien dan pemodelan 3D diperlukan untuk mitigasi bencana gerakan tanah. Makalah ini
gayaberat. Teknik gradien vertikal digunakan untuk bertujuan untuk menyajikan hasil pemodelan tingkat
menentukan posisi struktur sesar sedangkan Second Vertical kerentanan gerakan tanah dengan mempertimbangkan
Derivative (SVD) untuk menentukan jenis sesar. Model 3- karakteristik lereng dan kekuatan tanah secara spasial dan curah
dimensi dibuat untuk menentukan sebaran dan geometri hujan harian secara temporal di wilayah Kabupaten Sukabumi.
cekungan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur yang Pemodelan menggunakan perangkat lunak TRIGRS untuk
mengontrol pembentukan cekungan adalah berupa sesar naik menghitung faktor keamanan lereng berbasis grid dengan
arah baratlaut-tenggara, sesar geser arah barat-timur dan ukuran 100 m x 100 m akibat infiltrasi air hujan. Hasil
baratdaya-timurlaut. Kedalaman basement pada daerah pemodelan menunjukkan tingkat kerentanan gerakan tanah
penelitian antara 2700-5000 m. Peta anomali Bouguer, anomali spasial di Kabupaten Sukabumi dipengaruhi oleh topografi dan
residual dan model 3D gayaberat memberikan informasi karakteristik keteknikan tanah. Sementara itu, curah hujan
RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN
CURRENT CONTENT

ISSN 0125-9849
e-ISSN 2354-6638 Terbit Desember 2016

kumulatif menjadi faktor pengontrol penyebab perubahan batas kaldera. Kemenerusan zona permeabel sampai ke bawah
tingkat kerentanan gerakan tanah temporal. Berdasarkan nilai permukaan dianalisa berdasarkan rasio thoron/radon
faktor keamanan lereng, daerah dengan kerentanan gerakan (220Rn/222Rn). Rasio tinggi ditemukan (menunjukkan sumber
tanah tinggi tersebar di Kecamatan Pelabuhan Ratu, Cikidang, radon dangkal) dipunggungan utara kawah Papandayan.
Cisolok, Kabandungan, Parakan Salak, Nagrak, Cibadak, Kata kunci: Radon, Thoron, zona permeabel, panasbumi,
Gegerbitung, Nyalindung, Ciracap, dan Warung Kiara. Tingkat Gunung Papandayan
kerentanan ini bersesuaian dengan lokasi-lokasi gerakan tanah
yang terjadi di daerah-daerah tersebut. Dengan demikian, DDC: 551.5772598196
pemodelan kerentanan gerakan tanah ini dapat digunakan untuk Ida Narulita
membantu dalam memprediksi gerakan tanah secara spasial dan
temporal.
DISTRIBUSI SPASIAL DAN TEMPORAL CURAH
HUJAN DI DAS CERUCUK, PULAU BELITUNG
Kata Kunci: faktor keamanan lereng, gerakan tanah, infiltrasi
air hujan, pemodelan kerentanan. ABSTRAK
Distribusi spasial dan temporal curah hujan dipelajari untuk
DDC: 546.759824 memberikan informasi dasar dalam pengelolaan sumber daya
Heri Nurohman, Hendra Bakti, Sri Indarto, Anita air DAS Cerucuk. Dengan menggunakan data dari 5 stasiun
Yuliyanti, Andrie Al Kausar Abdulah, Haryadi curah hujan yang tersebar di daerah kajian, distribusi hujan
spasial disusun menggunakan metode isohyet dan distribusi
Permana, dan Eddy Z. Gaffar
temporal dipelajari dengan metoda statistik. Identifikasi Indeks
ZONA PERMEABEL DI KAWAH GUNUNG Variabilitas Hujan ditentukan dan dianalisis dengan metode
PAPANDAYAN BERDASARKAN GAS RADON statistik. Hasil penelitian menunjukan bahwa distribusi curah
DAN THORON hujan spasial bulanan dan tahunan di DAS Cerucuk dipengaruhi
oleh topografi. Siklus curah hujan menunjukkan tipe ekuatorial,
ABSTRAK dimana puncak curah hujan terjadi dua kali dalam setahun yaitu
Salah satu metode yang digunakan dalam kegiatan eksplorasi pada bulan April dan Desember. Curah hujan rata-rata wilayah
panasbumi adalah dengan memanfaatkan keberadaan gas radon bulanan berkisar 160 mm - 600 mm, curah hujan tahunan
alam. Dalam penelitian dilakukan pengukuran gas radon dan wilayah rata-ratanya berkisar 3320 mm. Variasi temporal curah
thoron di lokasi Gunung Papandayan karena daerah ini diduga hujan DAS Cerucuk dipengaruhi oleh angin musim, ITCZ, dan
memiliki potensi panas bumi yang tinggi. Kegiatan pengukuran topografi, dan perubahan tutupan lahan. Curah hujan rata-rata
dilakukan di sekitar kawah Gunung Papandayan dengan tahunan, intensitas hujan harian dan hujan maksimum harian
menggunakan alat Rad7 pada media tanah dan air. Lama rata-rata di Stasiun Buluh Tumbang menunjukkan
pengukuran pertitik adalah 15 menit pada kedalaman 75 cm kecenderungan turun, sementara di Stasiun Pilang
dengan mode sniff. Hasil pengukuran menunjukkan konsentrasi menunjukkan nilai yang cenderung konstan. Kecenderungan
gas radon yang relatif tinggi, yang dapat diinterpretasikan variasi temporal dari curah hujan, hujan maksimum harian rata-
sebagai keberadaan zona permeabel, berkaitan dengan adanya rata dan intensitas hujan harian di kedua stasiun ini
zona rekahan atau patahan. Hasil pengukuran menunjukkan berhubungan dengan perubahan tutupan lahan.
konsentrasi gas radon yang relatif tinggi di sekitar tebing kawah
Kata kunci: curah hujan, orografik, tipe ekuatorial, perubahan
timur dan barat. Konsentrasi tersebut mencerminkan
keberadaan zona permeabel, yang mungkin berasosiasi dengan tutupan lahan, DAS Cerucuk, Pulau Belitung.
patahan berarah baratdaya – timurlaut, dan juga keberadaan
RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN
CURRENT CONTENT

ISSN 0125-9849
e-ISSN 2354-6638 Terbit Juni 2016

material (i.e. calcite amount) content in the fossil Porites coral


DDC : 551.959813 samples. Porites samples BG2, BG3 B1 and BG3-C from
Iskandar Zulkarnain Kendari carbonate terrace were used in this study. XRD
analysis and petrographic analysis were used to analyze the
SUMATRA IS NOT A HOMOGENEOUS SEGMENT amount of calcite mineral. The results show that three samples
OF GONDWANA DERIVED CONTINENTAL of Porites corals perform the structure of calcite cement (i.e.
BLOCKS: A NEW SIGHT BASED ON based on petrographic analysis) and calcite mineral content
GEOCHEMICAL SIGNATURES OF PASAMAN range from 0.5% to 2.9% (based on XRD analysis). Porites
VOLCANIC IN WEST SUMATRA fossil sample BG3-C has the highest content of calcite mineral
(2.9%) and the other two samples (BG2, Bg3-B1) have 0.5%
ABSTRACT calcite mineral content. The results of this study support further
study of climate reconstruction using coral geochemical proxy.
Many authors have written and drawn that Sumatra is a
homogeneous continental segment because it was constructed Keywords: Porites coral, diagenetic, petrographic and X-ray
by continental blocks derived from Gondwana in different time diffraction
and periods since initiation of Sundaland in the Triassic. There
is an idea to suggest that Sumatra is fully recognized as a
continental margin of Sundaland, while another idea draws that DDC: 551.30359826
Sumatra consists of Sibumasu, West Sumatra Block and
continental crust accreted onto Sundaland. However, both Isyqi, Mochammad Aziz, Arifudin Idrus
ideas have shown that Sumatra is composed of continental CHARACTERISTICS OF TEXTURES AND
blocks. Geochemical signatures of Pasaman volcanic, collected
from West Sumatra, using Ta/Yb versus Th/Yb discriminant ZONATION OF EPITHERMAL VEIN IN CIHONJE
diagram indicate that the rocks are derived from two different AREA, GUMELAR SUB DISTRICT, BANYUMAS
tectonic settings, not only from active continental margin REGENCY, CENTRAL JAVA
(ACM) but also from oceanic arc tectonic environments. The
discrimination becomes more clear and explicit in Yb (ppm) ABSTRACT
versus Th/Ta diagram where the ACM-derived rocks have
Th/Ta ratio between 6-20 while the arc-derived samples show Cihonje and surrounding area have epithermal mineralization
the ratio greater than 20. Identification of the tectonic setting system, which is identified by the existence of vein deposits.
origin of the volcanic can also be done using spider diagrams Epithermal vein deposits are formed by cavity filling of
of selected trace elements, but it is not possible based on spider hydrothermal solution. Epithermal vein deposit characteristics
diagrams of REE. The geochemical signatures of Pasaman need to be identified due to its functionality to localize the
volcanic give evidence that Sumatra actually is not a
precious metal and base metal deposits. This research aimis to
homogenous segment of Gondwana-derived continental blocks,
but consists of two different segments including ACM and arc understand the characteristic of vein deposit in this research
tectonic settings. These evidences strengthen previous studies area. The method used are slab vein analysis, petrography,
results in Lampung, Bengkulu and Central Sumatra. mineragraphy, and Atomic Absorption Spectrophotometry
(AAS). Vein textures in research area are divided into four
Keywords: Sumatra, Pasaman, non-homogeneous segment,
tectonic setting, continental, arc, trace elements, discriminant groups, which are Lattice Bladed Group, Cockade group,
diagram. Saccharoidal Group, and Sulfide Banded – Disseminated
Sulfide group. Vein textures that contain precious metal (gold,
silver) is located in the Superzona Crustiform - Colloform (CC).
DDC : 552.59848 And veins that contain base metal is located in the superzona
Crystalline quartz. The mineragraphy analysis showed that
Bagus Dinda Erlangga, Dedi Mulyadi dan Sri
vein deposits in this research area has been associated with
Yudawati Cahyarini
Pyrite, Chalcopyrite, Arsenopirite, Sphalerit, Galena, Gold,
PETROGRAPHIC AND X-RAY DIFFRACTION and Silver. The results of AAS analysis showed that vein sample
ANALYSIS FOR NON DESTRUCTIVE CALCITE has 83 ppm Au content. That indicated that the research area is
DETECTION OF PORITES FOSSIL CORAL FROM the zone of the precious metal accumulation.
QUARTERNARY REEF FROM KENDARI,
SOUTHEAST SULAWESI Keywords: Vein, Texture zone, epithermal, Cihonje.

ABSTRACT DDC: 551.30359862


Coral skeleton are mainly consist of aragonite mineral. Calcite Eko Soebowo
mineral content in coral skeleton indicates the alteration of
aragonite mineral through diagenetic process. The diagenetic ENGINEERING GEOLOGY OF THE
materials (e.g. calcite, secondary aragonite) may influence the QUARTERNARY SEDIMENT OF SOUTH BALI
climate parameter reconstruction based on coral geochemical
proxy. This research aimed to determine the diagenetic
RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN
CURRENT CONTENT

ISSN 0125-9849
e-ISSN 2354-6638 Terbit Juni 2016

RELATED TO THE SUBSIDENCE AND which have considered to have relation to the presence of
LIQUEFACTION HAZARD POTENTIALS titanite (CaTiSiO5), siderite (FeCO3), hematite (Fe2O3), and
rhodochrosite (MnCO3) in the red limestone. The minerals are
ABSTRACT typically yellowish brown, pink to red in colour, and are
The rapid development in the coastal area on the Quaternary therefore interpreted to be responsible in giving red colour of
sedimentary basin of Serangan - Tuban - Tanjung Benoa, South the limestone. There are three processes that are considered in
Bali requires attention regarding its subsurface engineering the genesis of the Ponjong red limestone, which are: impact of
geology and associated geological hazard. This paper presents terrigenous material when deposition of the limestone,
the characteristics of subsurface sediment from engineering diagenesis process of meteoric water
geology related to the potential hazards of subsidence and that enriched Fe2O3, and processof hidrotermal fluid activity.
liquefaction. The utilized methods included geotechnical Keywords: Mineralogy, Geochemistry, Red Limestone,
boring, cone penetration test, geotechnical laboratory tests and Wonosari-Punung Formation, Ponjong
engineering geology analysis. Results showed that the
thickness of Quarternary sediment reaches 20 m, consisting of
top soil, clay, clayey - silt, intercalation of silt and clayey sand, DDC: 551.3035984
gravel, coarse sand and limestone as the baserock. The Marfasran Hendrizan, Rina Zuraida and Sri
occurrence of very soft to soft clay, highly plastic with low shear Yudawati Cahyarini
strength at the depth of -0.5 to -10 m, characterized by cone
resistance qt < 2 MPa and N-SPT value < 2 is distributed in SEDIMENT CHARACTERISTICS OF SULAWESI
Serangan – Tuban and indicated to be subsidence prone. SEA TRENCH (CORE STA12) BASED ON
Meanwhile the very loose to loose silt-clay of cone resistance MEGASCOPIC OBSERVATION AND PHYSICAL
qt < 5 MPa and N-SPT value <10 is distributed in Kedongan PROPERTIES MEASUREMENT OF MULTI-
– Tanjung Benoa - Serangan, and indicated to be susceptible to SENSOR CORE LOGGER (MSCL)
earthquake induced liquefaction. The spatial and vertical ABSTRACT
engineering profiles of the subsurface geology provide
valueable information for planning and mitigation of The sediment characteristic and the physical properties of core
subsidence and liquefaction hazards in the sediment from STA12 (120o06.555’ E, 02o00.911’ N, water depth 4820 m) in
Quaternary basin of South Bali. Sulawesi Sea trench had been analyzed, the physical properties
in this core is performed by Multi-Sensor Core Logger (MSCL)
Keywords: engineering geology, geological hazards, to identify magnetic susceptibility, color change, P-Wave
Quaternary, South Bali. velocity, and chemical elements. The aim of this research is to
understand deep sea sediment process in the Sulawesi Sea. The
DDC : 551.959826 darker sediments occurred in the depth of 70-100 cm and 135-
Didik Dwi Atmoko, Anastasia Dewi Titisari, 195 cm are alternated by some brighter sediment in between
Arifudin Idrus their darker sediments; The physical properties indicate low L*
value, high magnetic susceptibility, low normalized ratio of
MINERALOGY AND GEOCHEMISTRY OF (K/Ca), and high P-wave velocity; lower terrestrial input also
PONJONG RED LIMESTONE, GUNUNGKIDUL, shown in the darker sediments. In contrast, the brighter
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA – INDONESIA sediments show the opposite signals of sediment characteristics
and physical properties compare to the darker sediments. The
ABSTRACT
darker sediments are probably deposited in the period of
Red limestone, which is sporadically distributed and associated southwest monsoon, when minimum rainfall existed at
with white to grey limestone is located in Ponjong area, Kalimantan and Philippines. In contrast, the other sediments
Gunungkidul District, Daerah Istimewa Yogyakarta. This are deposited during Northwest monsoon with maximum
limestone belongs to the member of Wonosari-Punung rainfall occurred. The sediment characteristic at core STA12 is
Formation. It is necessary to study the mineralogy and probably related to the amount of terrestrial input from
geochemistry chracteristics, which are important in Kalimantan and Philippines. In the other hand, the Indonesian
understanding the genesis of the limestone. The result of this throughflow (ITF) passed the location core STA12 may
study might add the geological data for limestone in this study influence the sediment characteristic in this area.
area and Wonosari-Punung Formation as well. The
petrographical observation and X-ray diffraction results of red Keywords: physical properties, Sulawesi Sea, terrestrial input,
limestone indicated the presence of calcite, quartz, siderite, Indonesian Throughflow, monsoon, MSCL methods
hematite and titanite. Major element analysis of the red
limestone showed enrichment of SiO2, TiO2, Fe2O3 and MnO,
RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN
CURRENT CONTENT

ISSN 0125-9849
e-ISSN 2354-6638 Terbit Desember 2016

hydrocarbon trap: Kadipaten- Majalengka and Ujungjaya-


DDC: 577.1459822 Babakan Gebang High.
Sri Yudawati Cahyarini Keywords: gravity anomaly, Majalengka sub-basin, high
structure, hydrocarbon prospect.
LEAD (Pb) VARIATION CONTENT IN PORITES
CORAL SKELETON FROM SERIBU ISLANDS FOR
THE PERIOD OF 1994 -2005: TEMPORAL
DDC: 551.4859823
VARIATION ON PB CONTENT IN SEA SURFACE
WATER Wilda Naily, Sudaryanto, Dadan Suherman
ABSTRACT SEA WATER INFLUENCE TO UNCONFINED
Lead is one of the most contaminant for the environment, which GROUNDWATER IN NORTH AREA OF SERANG
is resulted from aerosol, industry, automobile exhaust etc. MUNICIPALITY AND SERANG REGENCY,
Predominant source of emission is identified to be leaded BANTEN PROVINCE
gasoline. Detail historical and trend of lead content in the
environment is necessary to describe, in order to monitor the ABSTRACT
quality of environment. This requires long time series lead data. Serang Municipality and Serang Regency in Banten Province
Coral can provide this data through analyzing the lead content are the buffer zones area of capital city Jakarta. Population
in its skeleton. This study aims to analyze the lead content in growth in Serang Municipality in the year of 2010-2012 was
coral skeleton from different sites i.e. Bidadari and Jukung 2.91%, and in Serang Regency in the year of 2000-2010 was
island, the Seribu islands reef complex. Lead content in the 1.43%. It is eminent that increase of population would increase
inshore (Bidadari island) and offshore (Jukung island) corals the consumption of water. The freshwater from unconfined
are compared. The result shows that variation of Pb content in aquifer is an alternative supply for domestic need, in addition
the inshore coral from Bidadari island is stronger correlated to the supply from water utilities (PDAM). However,
with the river discharge variation than lead variation from the uncontrolled water pumping would cause the declining of water
offshore P. Jukung coral. This represent that the anthropogenic table; then influenced of seawater might occur. This study was
lead from the main land of Jakarta and surrounding area conducted to determine whether the unconfined groundwater
influences the inshore coral than the offshore coral. has been influenced by seawater. The study consisted of
Keywords: Pb contaminant, coral skeleton, Seribu Islands. groundwater observation, measurement and groundwater
collection (20 samples collected). Then, the samples were
analyzed in laboratory, which consisted of flame photometric,
volumetric, and visible spectrophotometric. Results showed
DDC: 550.59824 that District of Pontang, Kasemen, Ciruas, and some areas in
Dadan D. Wardhana, Kamtono, Karit L. Gaol Kramawatu and Serang are the areas that were most affected
by seawater. One location, SRG 33, in Tembakang village,
HIGH STRUCTURE IN MAJALENGKA SUB BASIN Pontang District, has the highest content of electro-
BASED ON GRAVITY METHOD conductivity, salinity, sodium, chloride, and magnesium. That
indicates that groundwater in this location is the most
ABSTRACT influenced by seawater.
Majalengka sub-basin in the eastern part of the Bogor Basin is Keywords: sea water, unconfined groundwater, Serang Banten,
mostly covered by thick volcanic deposits. However, oil and gas water quality, water type
seepage appeared in the volcanic area. Due to seismic
technology has not been able to penetrate the thick layers of
volcanic rock, gravity is an alternative method to describe
subsurface conditions in this area. Gravity method can
DDC: 551.30259824
determine the configuration of the basin based on different rock Khori Sugianti, Sukristiyanti, Adrin Tohari
density. Identification of the structure and determination of
structural high area is analyzed based on interpretation of SPATIAL AND TEMPORAL MODEL OF
gravity anomaly, residual anomaly, gradient analysis and 3D LANDSLIDE SUSCEPTIBILITY FOR SUKABUMI
modeling of the gravity. Vertical gradient technique was used REGENCY
to determine the position of fault structure, while the Second
Vertical Derivative (SVD) to determine the type of fault. A 3- ABSTRACT
dimensionals model was made to determine the distribution and Spatial and temporal prediction of landslide hazard is required
geometry of the basin. The results showed that the structures
for hazard mitigation. This paper aims to present the results of
control the formation of the basin is in the form of northwest-
areal slope stability modeling in Sukabumi Regency,
southeast reverse fault, east-west and southwest-northeast considering the spatial characteristics of the slope and soil
shear fault. The depth of the basement in the study area is properties and temporal variation of rainfall. The modeling
between 2700-5000 m. These gravity analysis provide the
uses TRIGRS software to calculate the grid based slope safety
information of structural highs that allow the presence of
factor with a size of 100 m x 100 m due to the infiltration of
rainwater. Results of modeling show that landslide
RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN
CURRENT CONTENT

ISSN 0125-9849
e-ISSN 2354-6638 Terbit Desember 2016

vulnerability of Sukabumi Regency is significantly influenced DDC: 551.5772598196


by topography and soil engineering characteristics.
Meanwhile, the variation of rainfall intensity is the causative Ida Narulita
factor of temporal variation of landslide vulnerability. Based
SPATIAL AND TEMPORAL RAINFALL
on the safety factor-based zonation, high vulnerability zone is
located in the District of Pelabuhan Ratu, Cikidang, Cisolok, DISTRIBUTION IN CERUCUK WATERSHED,
Kabandungan, Parakan Salak, Nagrak, Cibadak, Gegerbitung, BELITUNG ISLAND
Nyalindung, Ciracap and Warung Kiara. Many previous ABSTRACT
landslides occurred in this susceptibity zone. Thus, this
landslide susceptibility modelling may apply to a spatial Spatial and temporal distribution of rainfall was studied to
mapping and temporal prediction of landslide hazard. obtain a basic information on water resources management in
Keywords: safety factor, landslide, rainfall infiltration, the cerucuk watershed. The data used in this study are rainfall
susceptibility modeling. data of five rainfall stations in the study area. Spatial
distribution of rainfall was prepared using isohyets methods.
Temporal variability of rainfall were analyzed by statistical
DDC: 546.759824 methods. Identification of rainfall variability index have
determined and analyzed by statistical methods. The results
Heri Nurohman, Hendra Bakti, Sri Indarto, Anita
showed that the spatial and temporal distribution of rainfall of
Yuliyanti, Andrie Al Kausar Abdulah, Haryadi
Permana, dan Eddy Z. GaffarBLAWAN Cerucuk watershed influenced by the topography. The annual
cycle of rainfall have indicated equatorial type, where the peak
PERMEABLE ZONE AT PAPANDAYAN CRATER rainfall occurs twice a year, in April and December. The
BASED ON RADON AND THORON monthly rainfall of Cerucuk watershed ranges from 160 mm to
ABSTRACT 600 mm with average annual rainfall was about 3320 mm. The
spatial and temporal distribution of rainfall of Cerucuk
One of the methods used in geothermal exploration is to take watershed influenced by seasonal winds (monsoon), the ITCZ,
advantage of the presence of radon in nature. In this study, we
topography and landuse changes. The annual rainfall, monthly
measured radon and thoron in Papandayan Volcano area,
which was assumed to have a high geothermal potential. rainfall intensity and monthly maximum rainfall of Buluh
Measurements were carried out in around the crater of the Tumbang rainfall station show a downward trend, while in
volcano by using Rad7 on soil and water. The duration of Pilang station show a constant value. The tendency of temporal
measurement in each point is 15 minutes at a depth of 75 cm variation of rainfall, maximum rainfall and rainfall intensity of
with a sniff mode. The result indicated that the concentration of the stations are associated with land cover changes.
radon gas is relatively high. The high concentration might be
interpreted as the permeable zone, which associated with the Keywords: rainfall, orographic, type equatorial, landuse
zone of faults or fractures. The results also showed relatively
high concentrations of radon gas around the east and the west changes, DAS cerucuk, Belitung Island.
of the crater. This concentration reflects the presence of
permeable zones that may be associated with the southwest
trending fault - northeast and also the presence of the caldera
boundary. The continuity of permeable zone below the surface
was interpreted based on the thoron- radon ratio (220Rn / 222Rn).
A high ratio (indicating the source of radon shallow) found in
the northern ridge of the Papandayan crater.
Keywords: Radon, Thoron, permeable zone, geothermal,
Papandayan Volcano.
Panduan Penulisan Naskah Ilmiah
Riset Geologi dan Pertambangan
Riset Geologi dan Pertambangan (Riset.Geo.Tam) adalah Jurnal Berkala Ilmiah (elektronik) yang
diterbitkan dua kali dalam setahun, pada bulan Juni dan Desember. Riset Geologi dan Pertambangan
menerbitkan naskah-naskah ilmiah yang berkaitan dengan bidang geologi, geofisika, pertambangan dan
bidang ilmu lainnya yang terkait.
Naskah ilmiah yang dimaksudkan untuk diterbitkan di jurnal ini hendaklah mengikuti prosedur seperti
yang tercantum dalam website RISET: jrisetgeotam.com. Penulis akan diminta untuk mendaftarkan diri
terlebih dahulu (registrasi) untuk kemudian sistem akan memandu bagaimana memasukkan naskah.
Naskah ilmiah yang dikirimkan harus memenuhi ketentuan-ketentuan yang disebutkan di bawah ini.
1. Naskah berupa karya asli, murni gagasan, rumusan dan penelitian penulis dan tim yang belum pernah
diterbitkan dimanapun sebelumnya. Naskah diketik dalam MS-Word dengan format ukuran kertas A4
(210 X 297 mm), huruf Times New Roman 12pt, satu kolom, spasi 1,5. Jumlah halaman hendaknya
tidak melebihi 15 halaman. Setelah naskah dianggap layak dan telah disetujui oleh mitra bestari untuk
dimuat dalam Jurnal RISET, penulis akan diminta untuk memformat naskah dengan mengikuti
template yang ada pada website (jrisetgeotam.com).
2. Naskah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris sesuai kaidah masing-masing bahasa
yang digunakan.
3. Gambar/peta/grafik dan tabel
- Gambar/peta/grafik dan tabel harus beresolusi baik, dengan semua unsur dalam
gambar/peta/grafik/tabel dapat terbaca jelas. Jika diperlukan, redaksi akan meminta gambar/peta
sebagai file terpisah dalam format JPEG atau TIFF.
- Apabila peta/gambar/grafik atau tabel atau data lainnya merupakan kutipan, maka sumber harus
dicantumkan.
4. Naskah ilmiah yang masuk akan dicek oleh anggota dewan redaksi apakah sudah memenuhi syarat
sebagai naskah tulisan ilmiah dan apakah sudah mengikuti pedoman penulisan. Naskah akan
dikembalikan kepada penulis untuk diperbaiki jika dipandang masih belum memenuhi syarat. Naskah
yang telah memenuhi syarat sesuai panduan akan dikirim kepada mitra bestari (reviewer) yang
ditunjuk oleh Dewan Redaksi.
5. Naskah ilmiah harus berisi judul, nama penulis, abstrak, kata kunci, pendahuluan, lokasi penelitian,
metode, hasil dan pembahasan, kesimpulan dan daftar pustaka.
- Judul harus mudah dimengerti, mencerminkan apa yang akan dibahas, tidak harus singkat namun
tidak melebihi 15 kata.
- Nama penulis harus disertai keterangan asal dan alamat instansi penulis. Penulis utama harus
menuliskan alamat email untuk korespondensi.
- Abstrak (Abstract) ditulis dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, tidak melebihi 200 kata
dan merupakan inti dari makalah. Kata kunci sebanyak 4-6 kata ditulis setelah abstrak.
- Pendahuluan (Introduction) berisi pengenalan mengenai topik pembahasan dan mengapa
penelitian itu dilakukan.
- Lokasi penelitian (Study Area), jika diperlukan, berisi mengenai daerah penelitian. Termasuk
disini misalnya geografi, pencapaian daerah, morfologi, geologi, dan lain sebagainya.
- Metode (Method) membahas mengenai metode pengambilan data, metode analisis laboratorium,
atau metode pengolahan data lainnya.
- Hasil dan Pembahasan (Result and Discussion) menjelaskan hasil yang diperoleh dalam
penelitian disertai ulasan atau teori yang mendukung diskusi dan pembahasan yang diuraikan.
- Kesimpulan (Conclusion) berisi kesimpulan dari tulisan sesuai dengan tujuan dari penelitian yang
dilakukan.
- Ucapan Terimakasih (Acknowledgment), jika ada, ditulis untuk menyebutkan sumber dana
penelitian dan untuk memberikan penghargaan kepada beberapa institusi atau perorangan yang
membantu dalam pelaksanaan penelitian.
- Daftar pustaka (References) harus diacu di dalam naskah. Daftar pustaka diutamakan sumber
acuan primer (artikel dari jurnal), minimal 10 dan dari 10 tahun terakhir. Daftar pustaka ditulis
menurut abjad. Ketentuan penulisan referensi mengacu pada jurnal terbitan internasional (Harvard
style) dengan contoh sebagai berikut:
a. Prosiding
Stave, K. A., and Cloud, S., 2000. Using system dynamics models to facilitate public
participation in Water Resource Management: a pilot study using the Las Vegas, NV
Water System. Proceedings of the 18th International Conference of the System Dynamics
Society. August 77–10, 2000. Bergen, Norway.
b. Jurnal
Tezukaa, N., Lowa, I. M., Davies, L. J., Priore, M., Studerc, A., 2006. In situ neutron
diffraction investigation on the phase transformation sequence of kaolinite and halloysite
to mullite. Physics, 56(1), 385-386.
c. Peta
Cameron, N. R., Aspden, J. A., Bridge, D. C., Djunuddin, A., Ghazali, S. A., Harahap, H.,
Hariwidjaja, S., Kartawa, W., Keats, W., Ngabito, H., Whandoyo, R., 1982. Geologi
lembar Medan, Sumatera (The Geology of Medan Qudrangle, Sumatera), Lembar
(Qudrangle) 0619, Skala (Scale) 1:250.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Geologi. Departemen Pertambangan dan Energi.
d. Disertasi, tesis, skripsi
Van den Belt, M., 2000. Mediated Modeling. Unpublished PhD dissertation, University of
Maryland, College Park, Maryland, 332 pp.
e. Buku
Sterman, J., 2000. Business Dynamics: Systems Thinking and Modeling for a Complex
World, McGraw-Hill, Boston, 982 pp.
f. Informasi dari internet
Southern Nevada Water Authority (SNWA), 2002. 2002 Water Resource Plan, SNWA, Las
Vegas, Nevada, http://www.snwa.com/html/resource_plan.html. Diunduh pada tanggal 9
Mei 2013.
6. Cara mensitasi pustaka acuan dalam teks menggunakan sistem nama-tahun, misalnya Harjono (1990)
atau (Harjono, 1990). Jika lebih dari dua penulis, ditulis nama pertama dan diikuti et al, misalnya
(Zanella et al., 2007). Jika lebih dari satu acuan, acuan harus disebutkan bersamaan dan ditulis dalam
urutan tanggal, misalnya (Höflmayer, 2012; Wiener & Earle, 2014). Semua acuan harus terdaftar
dalam Daftar Pustaka.
7. Redaksi berhak menolak naskah yang isi dan formatnya tidak sesuai dengan pedoman penulisan di atas
dan redaksi tidak berkewajiban untuk mengembalikan naskah tersebut.
8. Setiap penerimaan atau penolakan naskah akan disertai dengan surat resmi yang ditandatangani oleh
Ketua Dewan Redaksi dan dikirimkan kepada penulis.
9. Setiap penulis utama, yang karya tulisnya telah diterbitkan, akan mendapatkan satu buah cetak lepas
dan satu buah full print.
10. Penulis menyetujui untuk mengalihkan hak ciptanya ke Riset Geologi dan Pertambangan jika
naskahnya diterima untuk diterbitkan.

Anda mungkin juga menyukai