Anda di halaman 1dari 48

JURNAL LINGKUNGAN DAN BENCANA GEOLOGI

Journal of Environment and Geological Hazards

Penasehat : Kepala Badan Geologi


Penanggung Jawab : Kepala Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan
Ketua Dewan Redaksi : Taat Setiawan, S.T., M.T. (Hidrogeologi/PATGTL)
Wk. Ketua Dewan Redaksi : Dyan Yudhanagara, S.T., M.T. (Hidrogeologi/PATGTL)

Anggota Dewan Redaksi : Ir. Suhari, M.Sc. (Geologi Lingkungan/PATGTL)


Dr. rer. nat. Budi Joko Purnomo (Hidrokimia/PATGTL)
Dr. Sci. Rachmat Fajar Lubis (Hidrologi,Hidrogeologi/LIPI)
Prof. Lambok M. Hutasoit, M.Sc., Ph.D.(Hidrogeologi/ITB)
Prof. Dr. Nana Sulaksana (Geologi Lingkungan/UNPAD)
Prof. Dr. Hendarmawan (Hidrogeologi/UNPAD)
Dr. Igan S. Sutawidjaja, M.Sc. (Vulkanologi Fisik/PVMBG)

Mitra Bestari : Imam Setiadi, S.Si., M.T. (Geofisika/PPPGL)


Ahmad Cahyadi, S.Si., M.Sc. (Hidrologi/UGM)
Wien Lestari, ST., MT. (Geofisika/ITS)
Ir. Dodid Murdohardono, M.Sc. (Geologi Teknik/STEM AKAMIGAS)
Prof. Dr. C. Danisworo, M.Sc. (Mineralogi/UPN Veteran)
Dr. Achmad Djumarma Wirakusumah (Gunungapi/STEM AKIMAGAS)
Dr. Dwi Sarah (Geoteknik/LIPI)
Dr. Dasapta Erwin Irawan (Hidrogeologi/ITB)
Dr. Sri Mulyaningsih (Gunungapi, Geologi Lingkungan/IST AKPRIND
Dra. Betty C. Matahelumual, M.App.Sc. (Hidrokimia/PATGTL)
Dr. Danny Hilman Natawijaya (Tektonisme/LIPI)
Irwan Iskandar, Ph.D. (Hidrogeologi rekayasa/ITB)
Dr. Hery Sigit Cahyadi, M.M.Par. (Geopark/STP)
Hendra Bakti, M.T. (Hidrogelogi/LIPI)
Ir. Dida Kusnida, M.Sc. (Geologi Kelautan/PPPGL)
Dr. Mudrik R. Daryono, M.T. (Tektonisme/LIPI)
Prof. Dra. Mimin Karmini (Paleontologi, PPPGL)
Dr. Agung Setianto, M.Si. (Geologi Pengindraan Jauh/UGM)
Dr. Eng. Asep Saepuloh, M.Eng. (Geologi Pengindraan Jauh/ITB)
Ir. Pri Utami, M.Sc., Ph.D. (Geologi Panas Bumi/UGM)
Dr. Hill Gendoet Hartono (Geologi Gunungapi/ITNY)
Dr. Irwan Meilano, ST., M.Sc. (Geofisika/ITB)
Dr. Eng. Hamzah Latief, M.Si. (Gempabumi,Tsunami/ITB)
Dr. Iyan Haryanto, M.T. (Geologi struktur, Tektonisme/UNPAD)
Dr. Emi Sukiyah, M.T. (Geomorfologi kuantitatif/UNPAD)
Dr. Eng. Imam A. Sadisun, M.T. (Geoteknik/ITB)
Ir. Akhmad Zaennudin, ST.,M.T. (Geokimia, Gunungapi/PVMBG)
Dr. Dwi Jatmiko Setiawan (Tektonisme/UPN Veteran)
Dr. Estu Kriswati, M.T. (Kebencanaan geologi/PVMBG)
Dr. Zufialdi Zakaria (Geoteknik/UNPAD)
Dr. Dicky Muslim, M.Sc. (Geoteknik/UNPAD)
Dr. rer.nat. Iwan Hastiawan (Geokimia/UNPAD)
Prof. Dr. Febri Hirnawan (Geoteknik/UNPAD)
Dr. Yudhicara S.T., M.Si. (Kebencaan geologi/PVMBG)
Dr. Supartoyo S.T., M.T. (Kebencanaan geologi/PVMBG)
Dr. Thomas Triadi Putranto (Pemodelan Air Tanah/UNDIP)
Prof. Ir. Benyamin Sapiie, Ph.D. (Geologi struktur, tektonisme/ITB)
Prof. Herman Moechtar, M.Sc.(Geologi kuarter/PSG)
Ir. Asdani Soehaimi, Dipl.Seis. (Seismologi/PSG)
Ibnu Rusydy, M.Sc. (Geofisik/UNSYIAH)
Editor Bahasa : Atep Kurnia, S.Hum
Cut Nanda Annisa, M.A.P

Layout : Drs. Ayi Sacadipura


M. Iqbal Wiriaatmadja, M.T.
Ivan Ferdian

Ketua Dewan Penerbit : Ir. Wawan Irawan

Wk. Ketua Dewan Penerbit : Erna Mindo Theresia, S.H.

Sekretariat : Tursanti Dewi, S.E.


Cut Nanda Annisa, M.A.P
Permana Agung, S. Kom
Ayi Wahyu P.

Materi Jurnal/Scope of the journal


Jurnal yang diterbitkan berkaitan dengan geologi lingkungan, hidrogeologi, geologi teknik, gunungapi, gempa bumi, tsunami,
gerakan tanah, dan geowisata. The Journal covers the following aspects related to environment geology, hydrogeology, technical
geology, volcanology, earthquake, tsunami, landslide, and geotourism.

Alamat Sekretariat dan Pengiriman Naskah/Address of Secretariat and Paper Submitting:


Gedung Perpustakaan, Lt. 2, Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan,
Diponegoro No. 57 Bandung 40122 . Indonesia. Telp. 022-7274676, Fax.022-7274676
e mail: perpustakaan.pag@esdm.go.id
http://jlbg.geologi.esdm.go.id/index.php/jlbg

ii
ISSN 2086-7794
e-ISSN 2502-8804

PENGANTAR DEWAN REDAKSI

Tiada kata yang dapat mewakili kegembiraan kami kecuali ucap syukur kepada Tuhan Yang
Maha Esa karena dapat menerbitkan Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Volume 10,
Nomor 3, Desember 2019. Lima makalah yang kami terbitkan kali ini dengan tema geofisika
untuk kebencanaan, geologi lingkungan, dan kebencanaan hidrometeorologis masing-masing
satu makalah, serta gempabumi dua makalah.

Makalah pertama menyajikan hasil analisis anomali medan magnet untuk identifikasi formasi
batuan dan struktur patahan di sekitar Sesar Oyo, dengan judul makalah; Pemodelan 2D dan
3D Metode Geomagnet untuk Interpretasi Litologi dan Analisis Patahan di Jalur Sesar Oyo.
Makalah kedua menjelaskan tentang ancaman bencana kekeringan meteorologis berdasarkan
atas analisis curah hujan di Pulau Bintan, dengan judul makalah; Ancaman Kekeringan
Meteorologis di Pulau Kecil Tropis akibat Pengaruh El-Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD)
Positif, studi kasus: Pulau Bintan. Makalah ketiga membahas tentang faktor geologi lingkungan
untuk analisis kelayakan lokasi bangunan pada daerah rawan longsor, dengan judul makalah;
Peranan Geomorfologi dalam Perencanaan Bangunan pada Zona Ancaman Longsor Tinggi di
Kawasan Geopark Karangsambung-Karangbolong Bagian Utara. Makalah keempat menyajikan
hasil analisis terhadap episenter dan hiposenter gempabumi tanggal 23 hingga 28 Januari 2018,
dengan judul makalah; Analisis Sumber Gempa Bumi Lebak 23 Januari 2018. Makalah terakhir
menganalisis probabilitas kejadian gempabumi di wilayah Pulau Sumatera pada rentang
magnitudo 5,6 – 6,7 dengan judul makalah; Mengukur Peluang Kejadian Gempa Bumi dengan
Lompatan Magnitudo di Wilayah Pulau Sumatera.

Atas nama Dewan Redaksi dan Dewan Penerbit, kami ucapkan terima kasih kepada mitra
bestari, editor, peneliti, fungsional, dan para ahli di bidangnya masing-masing yang ikut serta
mengirimkan buah karyanya ke jurnal kami. Semoga kerja sana yang telah berjalan dengan baik
ini tetap dipertahankan dan hasil penelitian yang telah dipublikasikan menjadi bermanfaat bagi
para pembacanya.

Bandung, Desember 2019

Salam,

Ketua Dewan Redaksi JLBG

iii
ISSN 2086-7794
e-ISSN 2502-8804

JURNAL LINGKUNGAN DAN BENCANA GEOLOGI


Journal of Environment and Geological Hazards

Volume 10 Nomor 3, Desember 2019

Pemodelan 2D dan 3D Metode Geomagnet untuk Interpretasi Litologi


dan Analisis Patahan di Jalur Sesar Oyo
2D and 3D Modeling of Geomagnetic Method for Litology Intepretation
and Fault Analysis at Oyo Fault
Heningtyas, Nugroho Budi Wibowo, dan Denny Darmawan.............................................. 115

Ancaman Kekeringan Meteorologis di Pulau Kecil Tropis akibat Pengaruh


El-Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD) Positif, studi kasus: Pulau Bintan
Threat of Meteorological Drought on Tropical Small Islands caused by El-Nino
and Positive Indian Ocean Dipole (IOD) Effects, case study: Bintan Island
Ida Narulita, Rahmawati Rahayu, Eko Kusratmoko, Supriatna,
dan Muhamad R.Djuwansah ................................................................................................ 127

Peranan Geomorfologi dalam Perencanaan Bangunan


pada Zona Ancaman Longsor Tinggi di Kawasan
Geopark Karangsambung-Karangbolong Bagian Utara
The Role of Geomorphology in Building Planning in the High Landslide
Hazard Zone in the Geopark Karangsambung-Karangbolong
Puguh Dwi Raharjo, Kristiawan Widiyanto, Sueno Winduhutomo,
dan Moh. Al’Afif ................................................................................................................. 139

Analisis Sumber Gempa Bumi Lebak 23 Januari 2018


Analysis of the Lebak Earthquake Sources on January 23th, 2018
Tio Azhar Prakoso Setiadi, Marlita Aulia Rahman, Yusuf Hadi Perdana,
Agustya Adi Martha, Nova Heryandoko, dan Supriyanto Rohadi ......................................... 149

Mengukur Peluang Kejadian Gempa Bumi dengan Lompatan Magnitudo


di Wilayah Pulau Sumatera
Measuring Probability for Earthquake Events with a Magnitude Leap
in the Region of Sumatra Island
Samsul Anwar ....................................................................................................................... 159

v
vi
ISSN 2086-7794
e-ISSN 2502-8804

INDEKS ABSTRAK ARTIKEL Volume 10 No.2, Agustus 2019


JURNAL LINGKUNGAN DAN BENCANA GEOLOGI

DDC : 551 batupasir Formasi Sambipitu, dan batugamping


JLBG, Vol. 10 No. 3: 115 - 126 Formasi Wonosari. Hasil pemodelan 3D menunjukkan
Sesar Oyo merupakan sesar geser dengan kedalaman
150 – 300 m, jalur sesar tersebut terbagi menjadi 2
Heningtyas1), Nugroho Budi Wibowo2), segmen yaitu dengan arah N120°E sepanjang 5,8 km
Denny Darmawan1) dan N160°E dengan panjang 2,5 km.
Kata kunci : geomagnet, formasi batuan, Sesar Oyo,
pemodelan 2D dan 3D.
1)
Program Studi Fisika, Fakultas MIPA Uni-
versitas Negeri Yogyakarta
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika,
2) DDC : 551
Stasium Geofisika Yogyakarta JLBG, Vol. 10 No. 3: 127 - 138
e-mail :nugrohobudiwibowo@gmail.com
Ida Narulita 1,3) Rahmawati Rahayu 2),
PEMODELAN 2D DAN 3D Eko Kusratmoko 3), Supriatna 3),
METODE GEOMAGNET UNTUK dan Muhamad R.Djuwansah 1)
INTERPRETASI LITOLOGI DAN
1)
ANALISIS PATAHAN DI JALUR Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI,Komplek LIPI,
Jl Sangkuriang,Bandung Jawa Barat – Indonesia,
SESAR OYO 2)
Prodi Studi Meteorologi, Fakultas Ilmu dan
Teknologi Kebumian, ITB Gedung Labtek XI,
ABSTRAK Jl Ganesha no.10, Bandung, Jawa Barat - Indonesia,
dan
Gempa susulan setelah gempabumi Yogyakarta Tahun 3
Departemen Geografi, FMIPA, Universitas
2006 memiliki hiposenter bukan di sepanjang Sesar
Indonesia, Gedung H, Kampus UI, Depok, Jawa
Opak tapi cenderung di sekitar unidentified fault yang
Barat – Indonesia.
berjarak 10 – 15 km sebelah timur pegunungan Gunung
e-mail : ida.narulita@lipi.go.id
Kidul. Unidentified fault tersebut berkorelasi dengan
keberadaan jalur Sesar Oyo. Metode geofisika yang
dapat diterapkan untuk mengidentifikasi keberadaan
jalur sesar adalah metode geomagnet. Penelitian ini ANCAMAN KEKERINGAN
bertujuan untuk mengetahui pola sebaran anomali METEOROLOGIS DI PULAU KECIL
medan magnet di sekitar jalur Sesar Oyo, mengetahui TROPIS AKIBAT PENGARUH
susunan formasi dan jalur Sesar Oyo berdasarkan EL-NINO DAN INDIAN OCEAN
pemodelan geomagnet. Pengambilan data dilakukan
DIPOLE (IOD) POSITIF, STUDI
menggunakan PPM dengan 35 titik pengamatan dan
spasi antar titik pengamatan 1,5 km. Pengolahan KASUS: PULAU BINTAN
data dilakukan dengan koreksi variasi harian, koreksi
IGRF (International Geomagnetics Reference Field), ABSTRAK
RTP (Reduction to Pole) dan Upward Continuation.
Sumberdaya air Pulau Bintan sangat tergantung
Pemodelan dilakukan dengan menganalisis anomali
pada curah hujan, informasi ancaman kekeringan
medan magnet yang telah direduksi ke kutub dan
meteorologis sangat diperlukan dalam pengelolaan
kontinuasi ke atas dengan ketinggian 2500 m. Hasil
sumberdaya air di masa mendatang. Faktor kekeringan
analisa menunjukkan rentang nilai anomali medan
meteorologi merupakan faktor utama yang berpotensi
magnet di kawasan penelitian adalah 180 nT – 660
menurunkan daya dukung sumberdaya air pulau. Pulau
nT, yang menunjukkan kontras keberadaan blok
Bintan adalah pulau kecil dengan batuan penyusunnya
sesar. Hasil pemodelan 2D menunjukkan kawasan
granit dan batupasir Tuf, mempunyai daya-simpan
penelitian didominasi oleh 3 formasi batuan utama
dan berkelulusan air rendah. Aktifitas perekonomian
yaitu batubasalt-andesitik Formasi Nglanggran,

vii
INDEKS ABSTRAK ARTIKEL Volume 10 No.3, Desember 2019
JURNAL LINGKUNGAN DAN BENCANA GEOLOGI

dan tingkat pertumbuhan penduduknya yang tinggi, PERANAN GEOMORFOLOGI DALAM


berpotensi menurunkan daya dukung sumberdaya PERENCANAAN BANGUNAN
air. Studi ini melakukan analisis curah hujan yang
PADA ZONA ANCAMAN LONGSOR
menghasilkan informasi ancaman kekeringan di pulau
Bintan karena fenomena iklim El-Nino dan IOD+. TINGGI DI KAWASAN
Data dasar yang digunakan adalah data curah hujan GEOPARK KARANGSAMBUNG-
observasi Kijang periode 1980 – 2017 serta data curah KARANGBOLONG BAGIAN UTARA
hujan satelit CHIRPS, dengan resolusi spasialnya
0,05 ° x 0,05 ° periode 1981 – 2017. Hubungan
ABSTRAK
antara hujan dan fenomena iklim dianalisis dengan
metode statistik fungsi waktu. Ancaman kekeringan Kawasan Karangsambung Kabupaten Kebumen, Jawa
dianalisis dengan Standardized Precipitation Indeks Tengah merupakan Cagar Alam Geologi yang sekaligus
(SPI) periode defisit 3, 6 dan 12 bulan. Hasil analisis merupakan Kawasan Geopark Karangsambung-
menunjukkan curah hujan di pulau Bintan sangat Karangbolong. Fungsi edukasi, konservasi, wisata
sensitif terhadap fenomena iklim, korelasi sangat kuat serta pemberdayaan masyarakat menjadi fokus
antara curah hujan dengan ENSO dengan nilai R= - pembangunan dari pemerintah daerah pada kawasan
0,75 dan dengan IOD dengan nilai R=- 0,75. Hal ini geopark. Pemerataan pembangunan terutama sektor-
menyebabkan musim kemarau yang cukup panjang sektor penting di kawasan geopark sangat diperlukan.
saat terjadi El-Nino di tahun 1982, 1997 dan 2015. Ancaman longsor pada bagian utara kawasan Geopark
Hasil analisis SPI menunjukkan fenomena El-Nino Karangsambung Karangbolong memiliki kriteria
1997 menyebabkan kekeringan dengan intensitas ancaman tinggi hingga sedang dan hanya sedikit yang
yang sangat tinggi (ekstrim kering), El-Nino 2015 memiliki kriteria rendah. Hal ini menjadikan hambatan
menyebabkan kekeringan dengan intensitas tinggi, pembangunan terutama untuk pelayanan apabila tidak
durasi panjang. El-Nino lemah tahun 2002, sedikit dipetakan secara detail lokasi-lokasi strategis pada
mempengaruhi curah hujan. Adanya ancaman lahan kepemilikan pemerintah daerah. Penelitian
kekeringan di Pulau Bintan apabila terjadi fenomena mengenai gerakan tanah sudah banyak dilakukan
iklim El-Nino dan IOD (+). Ancaman semakin namun masih dalam skala yang kecil berupa spasial,
tinggi bila kedua moda fenomena terjadi bersamaan. namun masih jarang yang melakukan penelitian
Pengelolaan sumberdaya air di pulau Bintan perlu dalam skala besar. Penelitian ini bertujuan untuk
mempertimbangkan fenomena iklim (ENSO dan melakukan analisis kelayakan lokasi yang memiliki
IOD), agar dampak negatif yang akan ditimbulkan status kepemilikan oleh pemerintah daerah Kabupaten
dapat ditekan. Kebumen pada wilayah yang rawan terhadap ancaman
longsor. Status ancaman longsor lokasi tersebut dapat
Kata kunci : ENSO, IOD, kekeringan meteorologi,
digunakan sebagai bahan pertimbangan Pemerintah
Pulau kecil tropis.
Kabupaten Kebumen dalam perencananaan bangunan
strategis. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah pendekatan analisis spasial (intepretasi
bentulahan dan perkembangan lereng), pengukuran
lapangan (mengetahui rembesan air dan bentukan
DDC : 551 bekas nendatan, sampel tanah, dan pembuatan data
JLBG, Vol. 10 No. 3: 139 - 148 DEM), dan data laboratorium (uji sifaf fisik tanah).
Hasil yang diperoleh bahwa bangunan fisik berupa
Puguh Dwi Raharjo, Kristiawan Widiyanto, kantor masih dapat direncanakan pada lokasi tertentu
di zona ancaman longsor tinggi. Site selection ini
Sueno Winduhutomo dan Moh. Al’Afif dapat digunakan sebagai acuan untuk pembangunan
Balai Informasi dan Konservasi Kebumian, Lembaga wilayah dalam rangka mendukung pengembangan
Ilmu Pengetahuan Indonesia Geopark Nasional Karangsambung-Karangbolong.
Jalan Karangsambung KM 19 Kebumen Jawa Kata kunci: Geopark Karangsambung-Karangbolong,
Tengah, Indonesia Kebumen, longsor, pemilihan lokasi, perencanaan.
e-mail: puguh.draharjo@karangsambung.lipi.go.id

viii
ISSN 2086-7794
e-ISSN 2502-8804

INDEKS ABSTRAK ARTIKEL Volume 10 No.3, Desember 2019


JURNAL LINGKUNGAN DAN BENCANA GEOLOGI

DDC : 551 DDC : 551


JLBG, Vol. 10 No.3: 149 - 158 JLBG, Vol. 10 No. 3: 159 - 170

Tio Azhar Prakoso Setiadi, Marlita Aulia MENGUKUR PELUANG KEJADIAN


Rahman, Yusuf Hadi Perdana, GEMPA BUMI DENGAN LOMPATAN
Agustya Adi Martha, Nova Heryandoko, MAGNITUDO
Supriyanto Rohadi DI WILAYAH PULAU SUMATERA

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Samsul Anwar


Jl. Angkasa 1 No. 2, Kemayoran, Jakarta Pusat
10720, Indonesia
e-mail: tio.prakoso08@gmail.com Jurusan Statistika, F.MIPA Universitas Syiah Kuala
Jln. Syech Abdurrauf, Kopelma Darussalam, Banda
Aceh 23111, Indonesia
ANALISIS SUMBER GEMPA BUMI Naskah diterima 24 Januari 2019, selesai direvisi 18
LEBAK 23 JANUARI 2018 November 2019, dan disetujui 25 November 2019
e-mail: samsul.anwar@unsyiah.ac.id
ABSTRAK
Gempa bumi tektonik 23 Januari 2018 berkekuatan M ABSTRAK
6,1 telah mengguncang wilayah Lebak dan sekitarnya. Pulau Sumatera merupakan salah satu wilayah rawan
Guncangan gempa bumi ini berdampak berrisiko gempa bumi di Indonesia. Gempa bumi dengan
yang cukup serius. Menjadi perhatian dari peristiwa magnitudo (M) besar dapat terjadi tanpa didahului
ini adalah pusat gempa bumnyai berada di laut pada oleh gempa bumi dengan magnitudo yang lebih kecil,
zona sesar Cimandiri sebagai kelanjutan dari zona kejadian tersebut diistilahkan sebagai gempa bumi
sesar yang berada di daratan. Penelitian ini berhasil dengan lompatan magnitudo. Penelitian ini bertujuan
melakukan relokasi episenter dan hiposenter gempa untuk mengukur peluang terjadinya gempa bumi di
bumi bersumber dari BMKG dari tanggal 23 hingga wilayah Pulau Sumatera dengan lompatan magnitudo
28 Januari 2018 sebanyak 62 kejadian gempa bumi, pada interval tertentu. Metode analisis yang digunakan
menentukan bidang sesarnya, dan perkiraan transfer didasari pada konsep probabilitas kejadian saling
tekanan Coulomb gempa bumi utama (mainshock). bebas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peluang
Relokasi hiposentrum gempa bumi menunjukan adanya terjadinya gempa bumi di wilayah Pulau Sumatera
lineasi sumber gempa bumi yang mengarah baratdaya- dengan lompatan magnitudo pada interval tertentu
timurlaut dan berasosiasi dengan terusan zona sesar cenderung menjadi semakin kecil seiring bertambah
Cimandiri ke arah arah daratan di Teluk Pelabuhan besarnya lompatan magnitudo yang dianalisis terutama
Ratu. Pengolahan HC-plot dapat menentukan bidang pada interval 5,6 – 6,7. Sedangkan untuk gempa bumi
sesar sebenarnya pada gempa bumi Lebak yaitu dengan M ≥ 7,6; analisis probabilitas menunjukkan
bidang nodal 2 dengan nilai strike 41.79°, dip 81.4°, adanya peningkatan peluang terjadinya gempa bumi di
rake 43.9°. Selain itu analisis perubahan nilai tekanan wilayah Pulau Sumatera dengan lompatan magnitudo
Coulomb gempa bumi menunjukkan pengaruh gempa pada interval tersebut meskipun dengan peluang yang
bumi utama yang menyebabkan terjadinya gempa cukup kecil.
bumi susulan di sekitar wilayah sumber.
Kata kunci: Gempa bumi, kejadian saling bebas,
Kata kunci: Gempa bumi, relokasi hiposentrum, HC- magnitudo, peluang, Pulau Sumatera.
plot, tekanan Coulomb , Lebak, zona sesar Cimandiri.

ix
INDEKS ABSTRAK ARTIKEL Volume 10 No.3, Desember 2019
JURNAL LINGKUNGAN DAN BENCANA GEOLOGI

DDC : 551 Keyword : geomagnet, rock formation, Oyo Fault. 2D


JLBG, Vol. 10 No.3: 115 - 126 and 3D modeling.

Heningtyas1), Nugroho Budi Wibowo2),


Denny Darmawan1)
DDC : 551
1)
Program Studi Fisika, Fakultas MIPA Universitas
JLBG, Vol. 10 No. 3: 127 - 138
Negeri Yogyakarta
2)
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, Moh. Dedi Munir
Stasium Geofisika Yogyakarta
e-mail :nugrohobudiwibowo@gmail.com
Ida Narulita 1,3) Rahmawati Rahayu 2), Eko
Kusratmoko 3), Supriatna 3),
2D AND 3D MODELING OF dan Muhamad R.Djuwansah 1)
GEOMAGNETIC METHOD FOR
1)
LITOLOGY INTEPRETATION Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI,Komplek LIPI,
Jl Sangkuriang,Bandung Jawa Barat – Indonesia,
AND FAULT ANALYSIS AT OYO FAULT 2)
Prodi Studi Meteorologi, Fakultas Ilmu dan
Teknologi Kebumian, ITB Gedung Labtek XI,
ABSTRACT Jl Ganesha no.10, Bandung, Jawa Barat - Indonesia,
Aftershocks of 2006 Yogyakarta earthquake had dan
hypocenter not along Opak Fault, but fromunidentified
3)
Departemen Geografi, FMIPA, Universitas
fault within 10-15 km east of the Gunung Kidul Indonesia, Gedung H, Kampus UI, Depok, Jawa
Mountain Range. The unidentified fault correlates Barat – Indonesia.
with the presence of the Oyo fault line. So it is e-mail : ida.narulita@lipi.go.id
necessary to study related to the existence of the Oyo
fault line. One of the geophysical methods that can
be applied to identify the presence of fault lines is the THREAT OF METEOROLOGICAL
geomagnetic method. The aims of this study were to DROUGHT ON TROPICAL SMALL
determine the distribution of magnetic field anomaly ISLANDS CAUSED BY EL-NINO AND
around Oyo Fault line area, to determine the structure
of rocks around Oyo Fault line area, and to identify POSITIVE INDIAN OCEAN DIPOLE
Oyo Fault line based on geomagnetic modeling. Data (IOD) EFFECTS, CASE STUDY: BINTAN
were acquired with 35 observation points and space ISLAND
between each point was 1,5 km. Data were processed
using diurnal correction, IGRF correction, reduction ABSTRACT
to pole, and upward continuation. The modeling was
done by analyzing magnetic field anomaly which had The information on the threat of the meteorological
been reducted to pole and upward continuation at drought warning is needed on Bintan Island on the
2500 m height. The results showed that the range of management of water resources in the future. The
magnetic field anomaly in the study area is 180 nT – water resources of Bintan Island are dependent on
660 nT, which shows the contrast of fault block. The rainfall, so the meteorological drought factor is
result of 2D modeling showed that the study area is the main factor that has the potential to reduce the
dominated by 3 rock formations which are basalts- carrying capacity of the island’s water resources.
andesitic of Nglanggran Formation, sandstone of Bintan Island is a small island with its constituent
Sambipitu Formation, and limestone of Wonosari rocks which mostly have low water storage and water
Formation. The result of 3D modeling showed that Oyo permeability, namely granite and tuff sandstones. On
Fault is strike-slip fault with 150 – 300 m depth. The the other hand Bintan island have highly economic
fault is divided into 2 segments, which has direction activity and a high population growth rate currently,
N120°E with 5,8 km length, and N160°E with 2,5 km which has the potential to reduce the water resources
length. carrying capacity of Bintan Island. This study obtained

x
ISSN 2086-7794
e-ISSN 2502-8804

INDEKS ABSTRAK ARTIKEL Volume 10 No.3, Desember 2019


JURNAL LINGKUNGAN DAN BENCANA GEOLOGI

the rainfall analyzes that has produced information THE ROLE OF GEOMORPHOLOGY IN
about drought warning on Bintan island due to BUILDING PLANNING IN THE HIGH
climate phenomena. The basic data used are rainfal
LANDSLIDE
observation data of BMKG(Kijang) station in 1980 –
2017 periods and the CHIRPS rainfall data (Climate HAZARD ZONE IN THE GEOPARK
Hazard Infrared Red Precipitation with Station) in KARANGSAMBUNG-KARANGBOLONG
1981 – 2017 periods, which are satelite rainfall data
that have been corrected for in-situ stations, with a ABSTRACT
spatial resolution of 0.05 °. The relationship between
rainfall and climate phenomena has been analyzed Karangsambung is a Geological Nature Reserve
using time function statistics. The drought warning that is part of the National Geopark. The function
was analyzed by Standardized Precipitation Index of education, conservation, tourism and community
(SPI). The analysis shows that rainfall of Bintan island empowerment makes the development focus of the
is very sensitive to climate phenomena where there are local government on geopark. Equitable development,
a very strong correlation between rainfall and ENSO especially important sectors in the geopark area, is
(El-Nino Southern Oscillation) phenomenon of with needed. The threat of landslides in the northern part of
a value of R = - 0.75 and with the IOD phenomenon the Karangsambung Karangbolong Geopark area has
(Indian Ocean Dipole Mode ) with a value of R = - high to moderate threat criteria and only a few have
0.75. This caused a long dry season during El Nino in low criteria. Research on landslides that have been
1982, 1997 and 2015. The SPI analysis results showed carried out has a small scale. This makes development
that the 1997 El Nino phenomenon caused high barriers especially for services if not mapped in
intensity (extreme dry) drought, 2015 El Nino caused detail strategic locations on local government land
a long duration of drought. Different conditions ownership. Research on soil movement has been done
occurred in the weak El Nino event in 2002, which a lot but still on a small scale in the form of spatial, but
only slightly affected rainfall in Bintan Island. The still rarely do research on a large scale. This study aims
results of the study indicate that there is a drought to conduct a site feasibility analysis that has ownership
warning in Bintan Island in the event of El-Nino and status by the Kebumen Regional Government in an
IOD (+) climate phenomena. The drought warning area prone to landslide threats. Status of landslide
is even higher if both mode of climate phenomenon threat the location can be used as a consideration for
occur simultaneously. It is necessary to manage water the Kebumen Regency in planning strategic buildings.
resources in Bintan island that considers climate The methods used in this study is an approach with
phenomena (ENSO and IOD), so that the negative field data, laboratory data and a spatial analysis
impacts that will be caused can be reduced. approach. The results obtained that physical buildings
in the form of offices can still be planned at certain
Keywords: ENSO, IOD, meteorological drought,
locations in the threat zone of high landslides. This
tropical small island,. site selection can be used as a reference for regional
development in order to support the development of the
Karangsambung-Karangbolong National Geopark..
Keywords: Karangsambung-Karangbolong Geopark,
DDC : 551 Kebumen, Landslides, Planing, Site selection.
JLBG, Vol. 10 No. 3: 139 - 148

Puguh Dwi Raharjo, Kristiawan Widiyanto,


Sueno Winduhutomo dan Moh. Al’Afif
Balai Informasi dan Konservasi Kebumian, Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia
Jalan Karangsambung KM 19 Kebumen Jawa
Tengah, Indonesia
e-mail: puguh.draharjo@karangsambung.lipi.go.id

xi
INDEKS ABSTRAK ARTIKEL Volume 10 No.3, Desember 2019
JURNAL LINGKUNGAN DAN BENCANA GEOLOGI

DDC : 551 DDC : 551


JLBG, Vol. 10 No. 3: 149- 158 JLBG, Vol. 10 No. 3: 159 - 170

Tio Azhar Prakoso Setiadi, Marlita Aulia MEASURING PROBABILITY FOR


Rahman, Yusuf Hadi Perdana, EARTHQUAKE EVENTS WITH A
Agustya Adi Martha, Nova Heryandoko, MAGNITUDE LEAP
Supriyanto Rohadi IN THE REGION OF SUMATRA
ISLAND
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
Jl. Angkasa 1 No. 2, Kemayoran, Jakarta Pusat 10720, Samsul Anwar
Indonesia
e-mail: tio.prakoso08@gmail.com
Jurusan Statistika, F.MIPA Universitas Syiah Kuala
Jln. Syech Abdurrauf, Kopelma Darussalam, Banda
Aceh 23111, Indonesia
ANALYSIS OF THE LEBAK EARTH-
e-mail: samsul.anwar@unsyiah.ac.id
QUAKE SOURCES ON JANUARY 23TH,
2018 MITIGATING EARTHQUAKE ABSTRACT
DISASTER IN KULONPROGO,
Sumatra Island is one of the areas prone to
THE SPECIAL REGION OF earthquakes in Indonesia. An earthquake with a large
YOGYAKARTA magnitude (M) can occur without being preceded
by an earthquake with a smaller magnitude. In this
ABSTRACT study the incident was termed as an earthquake with
magnitude leap. The aims of this study is to measure
The tectonic earthquake of January 23, 2018 with
the probability of the earthquakes in the region of
a magnitude of M 6.1 shaking the Lebak region and
Sumatra Island with magnitude leap at a specific
its surroundings has caused socio-economic losses
interval. The method used in this study is based on
to fatalities. One of the interesting things about this
a probability concept of an independent events.
earthquake is the location of the epicenter of the
The result shows that the probability of occurring
earthquake in the ocean and near with the Cimandiri
an earthquake in the region of Sumatra Island with
fault zone. The purpose of this study was to relocate
leaped magnitude at a specific interval tends to
the hypocenter of the earthquake, determine the initial
decrease along with the growth of the magnitude
fault field, and estimate the transfer of Coulomb
evaluated specially in the interval in between 5.6
tekanans from the mainshock. The data used to
and 6.7. Whereas for earthquakes with M ≥ 7.6;
analyze from BMKG earthquake catalogue data from
probability analyses shows an increase in the
of January 23-28, 2018 and obtained 62 earthquakes.
probability of an earthquake event in the region of
The results of the earthquake hypocenter relocation
Sumatra island with a magnitude leap at the interval
indicate the source of the earthquake that leads
although the probabilities are quite small.
southwest-northeast and is closed with the Cimandiri
fault zone to the direction of Pelabuhan Ratu Bay. Keywords: Earthquake, independent event,
In HC-processing, the actual fault field was taken in magnitude, probability, Sumatra island.
the Lebak earthquake, namely the nodal field 2 with
a strike value of 41.79 °, dipping 81.4 °, rake 43.9
°. Analysis of changes in the earthquake Coulomb
tekanans value that caused an earthquake that caused
aftershocks around the source area.
Keywords: earthquake, hypocenter relocation, HC-
plot, Coulomb tekanans, Lebak, Cimandiri fault zone.

xii
JURNAL LINGKUNGAN DAN BENCANA GEOLOGI

JLBG Journal of Environment and Geological Hazards


ISSN: 2086-7794, e-ISSN: 2502-8804
Akreditasi KEMENRISTEKDIKTI: 21/E/KPT/2018 Tanggal 9 Juli 2018
e-mail: perpustakaan.pag@esdm.go.id - http://jlbg.geologi.esdm.go.id/index.php/jlbg

Ancaman Kekeringan Meteorologis di Pulau Kecil Tropis akibat Pengaruh


El-Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD) Positif, studi kasus: Pulau Bintan

Threat of Meteorological Drought on Tropical Small Islands caused by El-Nino


and Positive Indian Ocean Dipole (IOD) Effects, case study: Bintan Island

Ida Narulita 1,3) Rahmawati Rahayu 2), Eko Kusratmoko 3), Supriatna 3),
dan Muhamad R.Djuwansah 1)

1)
Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI,Komplek LIPI, Jl Sangkuriang,Bandung Jawa Barat – Indonesia,
2)
Prodi Studi Meteorologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, ITB Gedung Labtek XI,
Jl Ganesha no.10, Bandung, Jawa Barat - Indonesia, dan
3)
Departemen Geografi, FMIPA, Universitas Indonesia, Gedung H, Kampus UI, Depok, Jawa Barat – Indonesia.
Naskah diterima 07 Februari 2019, selesai direvisi 18 November 2019, dan disetujui 25 November 2019
e-mail : ida.narulita@lipi.go.id

ABSTRAK
Sumberdaya air Pulau Bintan sangat tergantung pada curah hujan, informasi ancaman kekeringan meteorologis sangat
diperlukan dalam pengelolaan sumberdaya air di masa mendatang. Faktor kekeringan meteorologi merupakan faktor
utama yang berpotensi menurunkan daya dukung sumberdaya air pulau. Pulau Bintan adalah pulau kecil dengan batuan
penyusunnya granit dan batupasir Tuf, mempunyai daya-simpan dan berkelulusan air rendah. Aktifitas perekonomian
dan tingkat pertumbuhan penduduknya yang tinggi, berpotensi menurunkan daya dukung sumberdaya air. Studi ini
melakukan analisis curah hujan yang menghasilkan informasi ancaman kekeringan di pulau Bintan karena fenomena
iklim El-Nino dan IOD+. Data dasar yang digunakan adalah data curah hujan observasi Kijang periode 1980 – 2017
serta data curah hujan satelit CHIRPS, dengan resolusi spasialnya 0,05 ° x 0,05 ° periode 1981 – 2017. Hubungan antara
hujan dan fenomena iklim dianalisis dengan metode statistik fungsi waktu. Ancaman kekeringan dianalisis dengan
Standardized Precipitation Indeks (SPI) periode defisit 3, 6 dan 12 bulan. Hasil analisis menunjukkan curah hujan di
pulau Bintan sangat sensitif terhadap fenomena iklim, korelasi sangat kuat antara curah hujan dengan ENSO dengan
nilai R= - 0,75 dan dengan IOD dengan nilai R=- 0,75. Hal ini menyebabkan musim kemarau yang cukup panjang saat
terjadi El-Nino di tahun 1982, 1997 dan 2015. Hasil analisis SPI menunjukkan fenomena El-Nino 1997 menyebabkan
kekeringan dengan intensitas yang sangat tinggi (ekstrim kering), El-Nino 2015 menyebabkan kekeringan dengan
intensitas tinggi, durasi panjang. El-Nino lemah tahun 2002, sedikit mempengaruhi curah hujan. Adanya ancaman
kekeringan di Pulau Bintan apabila terjadi fenomena iklim El-Nino dan IOD (+). Ancaman semakin tinggi bila kedua
moda fenomena terjadi bersamaan. Pengelolaan sumberdaya air di pulau Bintan perlu mempertimbangkan fenomena
iklim (ENSO dan IOD), agar dampak negatif yang akan ditimbulkan dapat ditekan.
Kata kunci : ENSO, IOD, kekeringan meteorologi, Pulau kecil tropis.

ABSTRACT
The information on the threat of the meteorological drought warning is needed on Bintan Island on the management
of water resources in the future. The water resources of Bintan Island are dependent on rainfall, so the meteorological
drought factor is the main factor that has the potential to reduce the carrying capacity of the island’s water resources.

127
Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 10 No. 3, Desember 2019: 127 - 138

Bintan Island is a small island with its constituent rocks which mostly have low water storage and water permeability,
namely granite and tuff sandstones. On the other hand Bintan island have highly economic activity and a high
population growth rate currently, which has the potential to reduce the water resources carrying capacity of Bintan
Island. This study obtained the rainfall analyzes that has produced information about drought warning on Bintan
island due to climate phenomena. The basic data used are rainfal observation data of BMKG(Kijang) station in 1980
– 2017 periods and the CHIRPS rainfall data (Climate Hazard Infrared Red Precipitation with Station) in 1981 – 2017
periods, which are satelite rainfall data that have been corrected for in-situ stations, with a spatial resolution of 0.05
°. The relationship between rainfall and climate phenomena has been analyzed using time function statistics. The
drought warning was analyzed by Standardized Precipitation Index (SPI). The analysis shows that rainfall of Bintan
island is very sensitive to climate phenomena where there are a very strong correlation between rainfall and ENSO
(El-Nino Southern Oscillation) phenomenon of with a value of R = - 0.75 and with the IOD phenomenon (Indian
Ocean Dipole Mode ) with a value of R = - 0.75. This caused a long dry season during El Nino in 1982, 1997 and
2015. The SPI analysis results showed that the 1997 El Nino phenomenon caused high intensity (extreme dry) drought,
2015 El Nino caused a long duration of drought. Different conditions occurred in the weak El Nino event in 2002,
which only slightly affected rainfall in Bintan Island. The results of the study indicate that there is a drought warning
in Bintan Island in the event of El-Nino and IOD (+) climate phenomena. The drought warning is even higher if both
mode of climate phenomenon occur simultaneously. It is necessary to manage water resources in Bintan island that
considers climate phenomena (ENSO and IOD), so that the negative impacts that will be caused can be reduced.
Keywords: ENSO, IOD, meteorological drought, tropical small island,.

PENDAHULUAN di Indonesia bagian Timur, semakin lemah


Kekeringan meteorologis didefinisikan sebagai pengaruhya ke bagian Barat Indonesia (Aldrian,
kurangnya curah hujan di bawah kondisi drr., 2007; Aldrian dan Susanto, 2003. Fenomena
normalnya di suatu daerah untuk periode waktu El -Nino dan Dipole Mode (+) akan menimbulkan
tertentu. Sumberdaya air adalah salah satu risiko bencana kekeringan (Masnellyarti 2008)
faktor yang pertama kali terdampak bila terjadi yang kecenderungan di masa mendatang semakin
kekeringan dan kemudian mempengaruhi berbagai tinggi frekuensi maupun intensitasnya, sehingga
sektor ekonomi sebagai penggunanya. Kekeringan dampak yang ditimbulkan akan semakin besar
meteorologis dapat diidentifikasi melalui beberapa (Barker drr., 2007; Irawan, 2006). Laporan
faktor yaitu tingkat keparahan berdasarkan indeks United Nations Office for the Coordiantion of
kekeringan, waktu terjadi dan durasinya, luasan Humanitarian Affairs tahun 2007 mengindikasikan
yang terdampak dan frekuensi kemunculannya bahwa Indonesia adalah salah satu negara yang
(Tsakiris, 2009). Terjadinya fenomena kekeringan rentan terhadap bencana terkait dengan iklim.
meteorologis, merupakan indikasi awal dari Beberapa publikasi menuliskan bahwa Indonesia
fenomena kekeringan suatu wilayah dan biasanya berada di puncak spektrum sebagai negara yang
akan berlanjut menjadi kekeringan pertanian dan paling rentan terhadap bencana alam yaitu bencana
kekeringan hidrologis. geologi dan iklim (Djalante dan Thomalla, 2012).
Bencana iklim adalah bencana yang sering terjadi
Salah satu faktor yang menyebabkan kekeringan sehingga diperlukan cara tepat untuk menekan
meteorologis adalah fenomena El-Nino dan dampaknya. Penelitian skala lebih detil sangat
Indian Ocean Dipole Mode (+). Hubungan antara diperlukan untuk mendapatkan informasi yang
El-Nino dengan kekeringan di Indonesia telah akurat mengenai dampak fenomena iklim pada
dipelajari sebelumnya, oleh Aldrian dan Susanto variabilitas hujan. Penurunan curah hujan akibat
(2003); Hendon dan NOAA–CIRES (2003); variabilitas iklim maupun perubahan musiman
Rachmawati (2015); Chang, (2004); King dan menimbulkan dampak signifikan pada cadangan
Oldenborgh (2016); serta Arrigo dan Smerdon air. Setiap wilayah yang berbeda dapat mengalami
(2008) melakukan kajian kekeringan di Pulau kekeringan pada waktu dan intensitas yang berbeda
Jawa menggunakan metode Palmer Drought
pada tahun yang sama (Boer dan Fakih, 2004) ).
Severity Indeks (PDSI). Fenomena El-Nino dan
Diperlukan kajian lebih lanjut di setiap wilayah
Dipole Mode (+) menyebabkan jumlah curah
agar karakteristik kekeringan secara spasial dan
hujan di beberapa wilayah di Indonesia berkurang.
temporal untuk suatu wilayah dapat diketahui
ENSO sangat kuat mempengaruhi variabilitas

128
Ancaman Kekeringan Meteorologis di Pulau Kecil Tropis akibat Pengaruh
El-Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD) Positif, studi kasus: Pulau Bintan

(Setiawan drr., 2017). Informasi ini berguna untuk dan IOD(+). Tingkat (intensitas) kekeringan
membangun strategi pengelolaan sumberdaya diidentifikasi melalui analisis “Standardized
air yang tepat untuk mengurangi kerugian dan Precipitation Indeks” (SPI) untuk memperoleh
kerusakan karena kekeringan akibat fenomena informasi surplus dan minus curah hujan tahunan
iklim. dalam satu perhitungan (Patel, drr., 2007).
Secara umum pulau-pulau kecil rentan terhadap Lokasi penelitian terletak antara 0° 48’ 12.4” - 1°
kelangkaan air bersih, kerentanannya bertambah 13’ 47 “ LU dan 104°12’ 44.6” - 104°39’ 55.6”
dengan adanya fenomena iklim (L.A. Nurse BT. Laju pertambahan penduduk di Pulau Bintan
drr., 2014) . Pulau Bintan dengan luas 1.175 km2 sekitar 1,34 persen (BPS, 2017) lebih tinggi dari
tergolong pulau kecil yang memiliki sumberdaya laju pertambahan penduduk rata rata Indonesia.
air yang terbatas dan rentan terhadap kondisi Pulau Bintan beriklim tropis dengan temperatur
ekstrim iklim. Tingginya aktifitas di Pulau Bintan rata-rata terendah 23,9°C, kelembaban udara 85%.
menyebabkan terjadi ketidak seimbangan antara Puncak hujan terjadi dua kali dalam satu tahun,
ketersediaan air dengan kebutuhan air. Ketersediaan yaitu bulan April dan Desember. Curah hujan
air di Pulau Bintan terus menurun sementara tahunan rata-rata berkisar antara 2.700 mm – 3.500
permintaan air terus meningkat (Santoso, 2015). mm. Curah hujan cukup tinggi (Manik drr., 2014).
Geologi Pulau Bintan tersusun oleh batuan tertua
Makalah ini membahas ancaman kekeringan
berumur Tersier berupa granit yang tersebar di
meteorologis (intensitas dan durasi) yang
pinggiran utara timur dan tenggara pulau, dan
diakibatkan oleh El-Nino dan IOD (+), melalui
sedikit andesit yang secara setempat terdapat di
analisis data curah hujan. Analisis data curah hujan
bagian tengah dan tenggara pulau. Bagian terluas
observasi digunakan untuk mencari nilai korelasi
pulau bagian tengah dan barat disusun oleh
antara curah hujan dengan indeks iklim ENSO dan
batupasir berumur Plio-Plistosen. Sedikit batuan
IOD untuk melihat respon curah hujan terhadap
sedimen resen terdapat di pelembahan sungai-
fenomena iklim. Hasil analisis berupa informasi
sungai yang mengalir ke arah selatan pulau. Pulau
durasi kekeringan akibat fenomena iklim El-Nino
Bintan memiliki daerah dengan jenis batuan

Gambar 1. Peta Geologi Pulau Bintan (Kusnawa, 1994)

129
Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 10 No. 3, Desember 2019: 127 - 138

dengan kesarangan yang berpotensi menyimpan dengan metode Statistical Bias Correction (Piani
air, tetapi dengan adanya sebaran batuan yang drr., 2010) atau Quantile Based Bias Correction
kedap serta lapisan-lapisan yang berkelulusan (Inomata drr., 2011). SPI adalah indeks normalisasi
rendah menghambat aliran airtanah sehingga yang mewakili peluang terjadinya jumlah curah
menurunkan daya simpan airtanah. Akibat dari hujan yang diamati dibandingkan dengan curah
kondisi geologi ini maka ketergantungan terhadap hujan di lokasi geografis stasiun tertentu selama
aliran permukaan akan sangat besar. Adanya periode waktu jangka panjang. SPI didasarkan pada
perubahan pola distribusi hujan akibat adanya probabilitas kumulatif dari peristiwa curah hujan
kondisi ekstrim akibat fenomena iklim berkaitan yang terjadi di stasiun selama minimal 30 tahun. SPI
degan aliran permukaan yang akan berpengaruh dibangun berdasarkan fungsi kepadatan peluang
terhadap ketersediaan sumberdaya air. (FKP) dari distribusi gamma guna mencocokkan
distribusi frekuensi dari jumlah curah hujan untuk
tiap stasiun. Data curah hujan stasiun selama 30
METODE PENELITIAN tahun dimasukkan ke distribusi Gamma (Wu, drr.,
Data dasar yang digunakan adalah data curah 2007) Nilai SPI negatif menunjukkan defisit hujan,
hujan satelit Climate Hazards Group InfraRed sedangkan nilai SPI positif menunjukkan surplus
Precipitation with Stations (CHIRPS), resolusi hujan.
waktu harian dan resolusi spasial 0.05o untuk
Penggunaan distribusi gamma digunakan dalam
periode 1981 – 2017. Resolusi spasial data satelit
proses transformasi karena paling ideal untuk
CHIRPS cukup detil (Dinku, drr., 2018), sehingga
menggambarkan data historis dari data hujan.
analisis yang dihasilkan diharapkan lebih akurat.
Perhitungan nilai SPI berdasarkan jumlah sebaran
Selain itu digunakan pula data curah hujan harian
gamma atau distribusi gamma adalah sebagai
observasi stasiun Kijang periode 1980 – 2017. Data
berikut:
satelit digunakan untuk analisis spasial kekeringan
meteorologis, untuk memahami tingkat kekeringan
G(x) = = α-1 −x β ⁄x
e dx ….........(1)
se pulau Bintan dengan periode minimal 30 tahun.
Respon curah hujan terhadap fenomena ENSO dan
Dipole Mode diperoleh dari nilai korelasi antara Dengan: α > 0 adalah bentuk parameter bentuk ,
curah hujan observasi dengan indeks iklim. Hal β > 0 adalah parameter skala dan X > 0 adalah
ini dilakukan karena indeks iklim yang digunakan jumlah curah hujan (mm).
berupa atu titik sehingga korelasi cukup dilakukan
Perhitungan SPI meliputi pencocokan fungsi
dengan data curah hujan observasi Kijang. Indeks
kepadatan probabilitas gamma terhadap distribusi
ENSO yang digunakan diambil dari Met Office
frekuensi dari jumlah curah hujan untuk setiap
Hadley Centre Observations datasets (Rayner drr.,
stasiun. Persamaan untuk mengoptimalisasi
2003). Indeks Dipole Mode (DMI) bulanan tahun
estimasi nilai α dan β sebagai berikut:
1980 – 2017 diunduh dari situs Jamstec: http://
www.jamstec.go.jp/ (Ashok drr., 2001). α= x £ ………….....................................……. (2)
Korelasi curah hujan terhadap Fenomena ENSO 𝑠 =√∑(𝑥−𝑥2) / (𝑛−1 ) …….........…………….. (3)
dan IOD diawali dengan “filtering” data observasi n = jumlah data pengamatan curah hujan
hujan menggunakan filter “high-pass“, untuk
memfokuskan pada signal-signal frekuensi Karena fungsi gamma tidak terdefinisi untuk x = 0
annual-interannual dan menghilangkan pengaruh maka, (𝑥) menjadi:
signal frekuensi rendah (decadal-interdecadal). H(x) = q+(1−q).G(x) ……. ……………....(4)
Nilai korelasi ditentukan antara anomali curah
hujan dengan indeks ENSO serta indeks IOD, Dengan: q = jumlah kejadian hujan = 0 (m) /
menggunakan persamaan korelasi untuk dua jumlah data (n).
kelompok data time series, dengan skala waktu Perhitungan Z atau SPI untuk 0 < H(x) ≤ 0,5 adalah
musiman (MAM, JJA, SON, dan DJF).
Z = SPI = −(t− c0+c1t+c2t2/1+d1+d2t2+d3t3 ) …….(5)
Analisis potensi kekeringan digunakan data
CHIRPS dengan metoda Standardized Precipitation Dengan t=√ln( 1/ (H(x))2)……….........………..(6)
Index (SPI). Data hujan satelit CHIRPS dikoreksi Perhitungan nilai SPI untuk 0,5 < H(x) ≤ 1,0 adalah

130
Ancaman Kekeringan Meteorologis di Pulau Kecil Tropis akibat Pengaruh
El-Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD) Positif, studi kasus: Pulau Bintan

Z=SPI= (t- c0+c1t+c2t2 1+d1+d2t2+d3t3 ) ………(7) Tabel 1. Menunjukkan korelasi tertinggi terjadi
pada bulan Juli, Agustus dan September dengan
Dengan t=√ln( 1/ 1-(H(x))2) …………......……(8)
nilai korelasi – 0.75 dengan lag -1. Nilai lag-1
Dengan: berarti signal ENSO di bagian timur Samudera
c0 = 2,515517, c1 = 0,802853, c2 = 0,010328, d1 = pasifik direspons terlambat satu bulan di Pulau
1,432788, d2 = 0,189269, d3 = 0,001308 Bintan. Korelasi negatif artinya bila terjadi
kenaikan temperatur permukaan laut di wilayah
Probabilitas kumulatif H(x) tersebut kemudian bagian timur samudra Pasifik akan menurunkan
ditransformasikan ke dalam standar random jumlah curah hujan di daerah yang diamati.
variabel Z dengan nilai rata-rata 0 dan variasi Kenaikan temperatur permukaan laut di atas
1. Nilai yang diperoleh z tersebut merupakan normalnya di wilayah bagian timur samudra
nilai SPI. Nilai dalam SPI menunjukkan kondisi Pasifik mengakibatkan angin bergerak dari Barat
yang dibandingkan dengan curah hujan rata-rata. ke Timur sehingga konveksi akan terjadi cukup
Apabila nilai SPI positif berarti menunjukkan kuat di bagian Timur Samudera Pasifik (HENDON,
lebih besar dari curah hujan rata-rata. Apabila nilai 2003), mengakibatkan penurunan jumlah curah
SPI negatif maka menunjukkan kurang dari hujan hujan di Pulau Bintan. Dan sebaliknya penurunan
ratarata. Tingkat kekeringan atau kebasahan suatu temperatur permukaan laut di bawah normalnya di
daerah pada tahun tertentu dapat diklasifikasikan bagian timur Samudera Pasifik berkorelasi dengan
menjadi beberapa kategori nilai indeks kekeringan peningkatan jumlah curah hujan. Korelasi sangat
SPI (Hayes, drr., 1999) kuat terjadi di bulan Juli Agustus September yaitu
di masa transisi dari musim kemarau ke musim
hujan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Korelasi anomali hujan dengan indeks ENSO dapat Korelasi anomali hujan dengan indeks Dipole
dilihat pada Tabel 1 di bawah ini. Mode dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini.

Tabel 1. Nilai korelasi dan Tingkat Signifikasi anomali curah hujan Pulau Bintan dengan indeks ENSO.

Bulan Lag Korelasi (R) Tingkat Siknifikansi

Jan-Mar -1 0,022 0,8986

Feb-Apr -1 -0,361 0,0281

Mar-May -1 -0,313 0,0593

Apr-Jun -1 -0,384 0,0191

May-Jul -1 -0,568 0,0002

Jun-Aug -1 -0,600 0,0001

Jul-Sep -1 -0,750 0,0000

Aug-Oct -1 -0,654 0,0000

Sep-Nov -1 -0,451 0,0051


Oct-Dec -1 0,233 0,1659

Nov-Jan -1 0,490 0,0024

Dec-Feb -1 0,497 0,0021

131
Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 10 No. 3, Desember 2019: 127 - 138

Tabel 2. Nilai korelasi dan Tingkat Siknifikasi anomali curah hujan Pulau Bintan dengan indeks Dipole Mode

Bulan lag Korelasi (R) Tingkat Siknifikansi


Jan-Mar -2 0,151 0,3721
Feb-Apr -2 0,157 0,3547
Mar-May -2 0,100 0,5543
Apr-Jun -2 -0,114 0,5030
May-Jul -2 -0,362 0,0275
Jun-Aug -2 -0,493 0,0019
Jul-Sep -2 -0,718 0,0000
Aug-Oct -2 -0.750 0,0000
Sep-Nov -2 -0,501 0,0016
Oct-Dec -2 -0,390 0,0170
Nov-Jan -2 -0,058 0,7375
Dec-Feb -2 -0,021 0,9024

Pada Tabel 2. menunjukkan korelasi tertinggi Respon curah hujan terhadap fenomena El-Nino
terjadi pada bulan Juli, Agustus dan September, dan IOD+ bersamaan pada tahun 1997/1998
dengan nilai korelasi – 0.75 dengan lag -2. Artinya (Gambar 2.) di pulau Bintan ditandai dengan
signal Dipole Mode direspon terlambat dua bulan anomali negatif curah hujan yang cukup tinggi
oleh curah hujan di Pulau Bintan. Korelasi yang (berarti) di sepanjang tahun. Pada tahun 1997/1998,
cukup kuat antara curah hujan bulanan dengan Pulau Bintan mengalami 12 bulan dengan curah
fenomena Dipole Mode di Pulau Bintan terjadi hujan di bawah nilai normalnya, dan hanya tujuh
pada bulan transisi dari musim kemarau ke musim bulan mengalami curah hujan di atas normalnya.
hujan. Korelasi negatif menunjukkan apabila Pada tahun-tahun normal, di Pulau Bintan tidak
terjadi Dipole Mode positif , yaitu suhu permukaan pernah ada bulan kering (curah hujan bulanan di
laut lebih menghangat dari normalnya di Samudera bawah 100 mm). Pada 1997/1998 terjadi musim
Hindia Barat, sedangkan di bagian Timur lebih kemarau yang cukup lama, pada bulan bulan
dingin dari normalnya (N. H. Saji, 2003), dimana curah hujan tinggi, jumlahnya menurun
mengakibatkan angin bergerak dari Timur ke Barat secara berarti (tinggi), meskipun nilainya masih
sehingga wilayah Indonesia mengalami penurunan dalam batas normal. Musim kemarau panjang
curah hujan, demikian juga di Pulau Bintan. Hasil dan berkurangnya pasokan air saat musim hujan,
korelasi menunjukkan bahwa pengaruh ENSO dan menjadi penyebab kekeringan di Pulau Bintan.
Dipole Mode sama sangat kuat di pulau Bintan.
Perbedaannya hanya ada jeda waktu respon curah
Respon Hujan terhadap Fenomena El Nino 2015
hujan yang terlambat satu bulan antara kedua Stasiun Kijang, pulau Bintan, Kepulauan Riau
400 3
fenomena tersebut.
Indeks Nino 3.4 dan Dipole Mode

300
2
200
1
100
Anomali Hujan

Respon Hujan terhadap Fenomena El Nino 1997 dan 0 0


La Nina 1998
-100 2014 2015 2016
Stasiun Kijang,pulau Bintan, Kepualauan Riau -1
500 3 -200
Tahun
Indeks Nino 3.4 dan Dipole Mode

400 -2
-300
2
300
-400 -3
200 Anomali Hujan Indeks Nino 3.4 Indeks Dipole Mode
Anoma li Hujan

1
100
0 0
-100 1996 1997 1998 1999
-1
-200
Ta hun Gambar 3. Respon hujan terhadap fenomena El Nino tahun
-300
-2 2015.
-400
-500 -3
Anomali Hujan Indeks Nino 3.4 Indeks Dipole Mode
Fenomena El Nino tahun 2015 direspon dengan
musim kemarau yang panjang di pulau Bintan,
Gambar 2. Respon hujan terhadap fenomena El Nino dan yaitu selama delapan bulan yang ditandai dengan
Dipole Mode + thn 1997 , dan La Nina tahun 1998. nilai anomali hujan lebih kecil dari -100 (Gambar

132
Ancaman Kekeringan Meteorologis di Pulau Kecil Tropis akibat Pengaruh
El-Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD) Positif, studi kasus: Pulau Bintan

3). Pada tahun 2015 hanya terdapat empat bulan Hasil perhitungan SPI 6, dan 12 di beberapa
dengan curah hujan yang normal. Gambar 3. titik di pulau Bintan menunjukkan adanya
menunjukkan bahwa fenomena El-Nino kuat tahun keterkaitan antara kekeringan dengan fenomena
2015 sangat mempengaruhi variabilitas curah hujan iklim. Fenomena El-Nino pada tahun 1982/1983,
di Pulau Bintan. Kondisi ini cukup mengganggu 1997/1998 dan 2015/2016 direspon dengan
ketersediaan sumberdaya air di Pulau Bintan. berkurangnya curah hujan yang diindikasikan
dengan nilai SPI < -1 dalam tahun tersebut. Nilai
Perhitungan Standardize Precipitation Indeks
SPI 6 dan 12 pada tahun 1982/1983 adalah -1
(SPI) dilakukan untuk melihat adanya ancaman
sampai -1,8 yang berarti Pulau Bintan dalam
kekeringan, analisis dilakukan di seluruh pulau
kondisi agak kering sampai kering. Sedangkan pada
Bintan. Di bawah ini diambil sebagai sampel dua
tahun 1997/1998 nilai SPI 6 dan 12 menunjukkan
titik yang berada di daerah pemukiman yaitu di kota
nilai -1,3 – (-3,9) yang berarti agak kering sampai
Tanjungpinang (AZ), dan di daerah dengan tutupan
sangat kering (ekstrim kering). Pada tahun
vegetasi di Gunung Kijang (CM). Pada makalah
2015/2016 terjadi kembali musim kering dengann
ini dilakukan perhitungan SPI untuk periode defisit
nilai SPI berkiar antara -1,2 – (-2,6) yang berarti
6 dan 12 bulan (SPI 6 dan SPI 12).
agak kering sampai sangat kering (ekstrim kering).

SPI 6 dan SPI 12 di titik AZ Kota Tanjungpinang

SPI 6 dan SPI 12 di titik CM(Gunung Kijang)

Gambar 4. Nilai SPI 6 dan 12 dari 2 titik di pulau Bintan

133
Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 10 No. 3, Desember 2019: 127 - 138

Gambar 5. Distribusi spatial Nilai Indeks Kekeringan (SPI 3, SPI 6 dan SPI 12) Pulau Bintan

Durasi kekeringan tahun 2015/2016 termasuk Penggambaran distribusi spasial nilai indeks
paling panjang selama periode pengamatan (1981 kekeringan (SPI) Pulau Bintan dapat dilihat pada
– 2017). Sementara tahun 1997/1998 telah terjadi Gambar 5. di atas. Fenomena El Nino kuat tahun
kekeringan dengan intensitas kekeringannya 1982 direspon dengan bulan sangat kering –
paling tinggi selama periode tahun pengamatan kering pada SPI 3. Sedangkan pada SPI 6 dan 12
(Lihat Gambar 2.). menunjukkan kondisi kering. Artinya fenomena El

134
Ancaman Kekeringan Meteorologis di Pulau Kecil Tropis akibat Pengaruh
El-Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD) Positif, studi kasus: Pulau Bintan

Nino 1982 direspon dalam variasi hujan bulanan IOD terhadap variabilitas hujan di Indonesia
kering sampai sangat kering. Pada tahun 1997 beragam antar wilayah. Menurut Aldrian drr.,
dimana terjadi El-Nino kuat nilai SPI 3, 6 dan 2007 variabilitas curah hujan di Indonesia sangat
12 pada bulan Agustus, September dan Oktober kuat dipengaruhi oleh ENSO kecuali untuk
menunjukkan nilai SPI < -3. Artinya fenomena El daerah bagian Barat Laut Indonesia (Widodo,
Nino 1997 menyebabkan musim kering ekstrim – drr., 2007). Berdasarkan penelitian (Widodo drr.,
kering sepanjang tahun. Demikian juga El Nino 2007) untuk daerah Indonesia bagian Barat Laut
kuat tahun 2015 direspon dengan bulan kering Indonesia fenomena yang kuat mempengaruhi
sepanjang tahun dengan nilai SPI < -2 . Intensitas bukanlah ENSO (El-Nino/LaNina) tapi IOD. Hasil
kekeringan di Pulau Bintan tertinggi terjadi pada penelitian Tjasyono drr., 2008 , menunjukkan
tahun 1997, dimana nilai SPI nya < -3. Pada tahun bahwa pengaruh El-Nino kuat pada daerah yang
2015 terjadi bulan kering yang cukup lama juga, mempunyai tipe hujan monsun, lemah pada
akan tetapi nilai intensitas kekeringannya lebih daerah dengan sistem equatorial dan tidak jelas
rendah dibandingkan tahun 1997. Hal ini sebagai pada daerah dengan sistim lokal. Akan tetapi hasil
akibat adanya 2 fenomena yang terjadi bersamaan analisis dalam makalah ini menunjukkan bahwa
yaitu El-Nino dan IOD+ di tahun 1997. Fenomena variabilitas curah hujan di Pulau Bintan yang
El-Nino lemah tahun 2002 direspon dengan bulan bertipe ekuatorial dan berada di Bagian Barat Laut
normal di setiap bulannya sepanjang tahun 2002 Indonesia, ternyata masih sangat kuat dipengaruhi
(Gambar 4 dan Gambar 5). oleh fenomena ENSO (El-Nino/La-Nina) maupun
IOD. Sejumlah studi yang berkaitan dengan
Informasi variabilitas curah hujan sangat penting
pengaruh ENSO dan IOD dengan kekeringan di
untuk Pulau Bintan karena sumberdaya airnya
Indonesia telah dilakukan sebelumnya (Aldrian
yang terbatas, dimana sumberdaya air di Pulau
and Susanto, 2003; Ashok drr., 2001; D’Arrigo
Bintan sangat tergantung pada curah hujan.
and Smerdon, 2008; HENDON, 2003), hasil studi
Variabilitas curah hujan bulanan, dan musiman di
mereka menunjukkan bahwa kekeringan siknifikan
Pulau Bintan seperti pada umumnya di Indonesia,
berkorelasi dengan ENSO dan IOD dan akan
terutama dipengaruhi oleh dua sistem Monsun
bertambah intensitasnya apabila fenomena terjadi
yaitu Monsun basah/Monsun Asia yang bersamaan
secara bersamaan. Penelitian yang telah dilakukan
dengan perpindahan posisi zona konvergensi antar
masih sedikit yang melakukan kajian mengenai
tropik (ITCZ) pada bulan November – Maret dan
karakteristik spasial dan temporal dari kekeringan
Monsun kering/Monsun Australia dari bulan Mei –
meteorologi akibat pengaruh dari fenomena iklim
September (Aldrian and Susanto, 2003). Meskipun
global. Karena setiap daerah akan mempunyai
sistem monsun ini terjadi secara periodik, awal
dampak yang berbeda dalam ruang dan waktu
musim hujan dan musim kemarau tidak selalu
untuk fenomena global yang sama dan pada tahun
sama sepanjang tahun. Hal ini disebabkan oleh
yang sama (Setiawan drr., 2017).
adanya pengaruh fenomena iklim global, yaitu
El-Nino/La Nina (Tjasyono drr, 2008) dan Indian Secara geografis letak Pulau Bintan tidak langsung
Ocean Dipole Mode yang dikenal dengan IOD terbuka terhadap Samudera Hindia dan Samudera
(Ashok drr., 2001). El Niño dan IOD (+) yang Pasifik akan tetapi terbuka dengan Laut Cina
memberikan kontribusi terhadap penurunan curah Selatan. Posisi geografis ini seharusnya pengaruh
hujan sehingga menyebabkan kondisi yang lebih monsun lebih kuat dibandingkan pengaruh
kering dari normalnya di Indonesia (Halpert dan dari fenomena di Samudera Pasifik dan Hindia
Ropelewski, 1992; N. H. Saji, 2003), sebaliknya (Tjasyono drr., 2008) Akan tetapi hasil analisis
La-Nina dan IOD(-) menyebabkan kondisi yang dalam makalah ini menunjukkan bahwa pengaruh
sebaliknya. El Nino dan IOD (+) akan menurunkan fenomena iklim di Samudera Pasifik dan Samudera
jumlah curah hujan tahunan dan musiman di Hindia cukup kuat di Pulau Bintan ini. Pengaruh
Indonesia terutama pada bulan Juni-Juli-Agustus yang kuat dari kedua fenomena iklim dapat
dan September-Oktober dan Nopember. El Nino dilihat dari korelasi antara indeks ENSO dan IOD
dan IOD (+) akan memperpanjang musim kemarau terhadap curah hujan menunjukkan korelasi negatif
atau memperpendek musim hujan (Tjasyono drr., sama kuat yaitu -0.75 pada saat musim transisi
2008; Ashok drr., 2001). dari musim kemarau ke musim hujan (Tabel 1
dan Tabel 2). Akibatnya apabila terjadi anomali
Besar dampak kejadian El-Nino/La-Nina dan

135
Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 10 No. 3, Desember 2019: 127 - 138

positif/negatif suhu permukaan laut di Samudera cukup siknifikan seperti yang terjadi pada tahun
Hindia dan Samudera Pasifik akan menyebabkan 1997/1998. Di sepanjang bulan pada tahun tersebut
penurunan/kenaikkan curah hujan yang cukup terjadi periode defisit. Apabila terjadi El-Nino
siknifikan. Adanya fenomena El-Nino dan IOD tanpa IOD (+) yang terjadi pada tahun 1982 dan
(+) yang terjadi secara bersamaan pada tahun 2015 telah mengakibatkan terlambatnya musim
1997/1998 mengakibatkan panjangnya musim hujan dan panjangnya musim kemarau dengan
kemarau di tahun tersebut, dimana dalam tahun intensitas kekeringan dari normal sampai kering.
1997 hanya tiga bulan yang mempunyai curah Hal ini menunjukkan bahwa fenomena iklim global
hujan sedikit di atas normal, sisa bulan yang lain (ENSO dan IOD), mempengaruhi variabilitas
mempunyai curah hujan di bawah normal. Kondisi curah hujan dan ini akan mempengaruhi suplai air
ini bisa dilihat pada Gambar 2. di Pulau Bintan.
Anomali positif suhu permukaan laut Samudera Saat tahun normal sebagai contoh di tahun 2017,
Pasifik (El-Nino) dan Samudera Hindia (IOD+) dimana tidak adanya fenomena iklim menunjukkan
yang terjadi secara bersamaan pada tahun bahwa Pulau Bintan selama bulan transisi adalah
1997/1998, telah menyebabkan kemarau sangat dalam kondisi normal sampai basah (Gambar 5).
panjang di tahun tersebut (Lihat Gambar 3). Hal ini dapat dilihat dari nilai SPI nya dimana SPI
Tingginya intensitas kekeringan pada tahun 3, 6 dan 12 adalah berkisar > 0. Wilayah bagian
1997/1998 ditunjukkan dengan nilai SPI 3 (defisit Utara dan Tengah Pulau Bintan menunjukkan
3 bulan), 6 (defisit 6 bulan) dan 12 (defisit 12 daerah yang relatif basah dibandingkan wilayah
bulan) berkisar antara -1,5 sampai - 3,9 yang berarti bagian Selatan.
telah terjadi kondisi kering sampai sangat kering
Kondisi geologi Pulau Bintan mempunyai daya
(ekstrim kering) pada tahun itu (Lihat Gambar
simpan air rendah, mengakibatkan ketergantungan
4.). Distribusi spasial kekeringan menunjukkan
terhadap aliran permukaan akan sangat besar dan
seluruh pulau Bintan mengalami kekeringan
adanya perubahan pola distribusi hujan akan sangat
dengan intensitas kering sampai sangat kering
berpengaruh terhadap ketersediaan sumberdaya
(ekstrim kering), lihat Gambar 5.
air. Informasi tentang karakteristik spasial dan
Fenomena El-Nino kuat pada tahun 2015/2016 temporal dari kekeringan akan bermanfaat untuk
tanpa diiikuti IOD (+) menunjukkan pengaruh menetapkan strategi yang tepat dalam pengelolaan
yang cukup kuat juga pada variabilitas curah hujan, sumberdaya air misalnya untuk melakukan
dimana pada tahun tersebut terjadi bulan sangat penampungan air yang akan digunakan dalam
kering sepanjang tahun dengan nilai SPI antara masa kekeringan, karena kebijakan pengelolaan
-0,5 sampai -2,5, yaitu kondisi agak kering sampai yang umum tidak dapat diterapkan untuk semua
sangat kering. El Nino kuat tanpa diikuti oleh IOD wilayah dan periode waktu. Setiap wilayah akan
(+) pada tahun 2015 menyebabkan panjangnya mempunyai pola pengelolaan sumberdaya air yang
musim kemarau dan terlambatnya musim spesifik terhadap ruang dan waktu.
hujan. El-Nino dan IOD (+) yang terjadi pada
tahun 1997/1998 telah menyebabkan intensitas
kekeringan sangat kering yang ditunjukkan dengan KESIMPULAN
nilai SPI nya sampai -3,9 (Gambar 4.). Besarnya Variabilitas curah hujan di Pulau Bintan yang
intensitas kekeringan akibat adanya fenomena merupakan Pulau kecil di equator dengan tipe hujan
iklim El Nino tahun 2015/2016 bervariasi di ekuatorial sangat kuat dipengaruhi oleh dua moda
sepanjang Pulau Bintan, wilayah yang relatif lebih fenomena iklim, yaitu ENSO (El-Nino/LaNina)
kering di musim transisi pada tahun 2015/2016 dan IOD. Akibatnya fluktuasi curah hujan antar
adalah di pulau Bintan bagian Selatan. tahunannya sangat dipengaruhi oleh dua moda ini.
Hal ini ditunjukkan dengan korelasi negatif yang
Tingginya ancaman kekeringan dengan intensitas
sangat kuat antara indeks iklim Nino 3.4 dan indeks
sangat kering di Pulau Bintan yang ditunjukkan
iklim Dipole Mode dengan curah hujan bulanan di
dengan nilai nilai SPI < -2, ini berkaitan dengan
Pulau Bintan. Analisis SPI menunjukkan bahwa
adanya fenomena iklim global El-Nino dan
adanya fenomena El-Nino dan IOD+ yang terjadi
IOD (+) yang terjadi secara bersamaan. Apabila
secara bersamaan ataupun tidak, akan menjadi
terjadi El Nino dan IOD (+) secara bersamaan
ancaman kekeringan di Pulau Bintan. El-Nino yang
akan menyebabkan penurunan curah hujan yang

136
Ancaman Kekeringan Meteorologis di Pulau Kecil Tropis akibat Pengaruh
El-Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD) Positif, studi kasus: Pulau Bintan

terjadi pada tahun 1982/1983, dan 2015/2016 telah s00704-006-0218-8.


mengakibatkan terjadinya kekeringan di Pulau Andrew D. King, Geert Jan Van Oldenborgh, A. D.
Bintan dengan intensitas normal sampai sangat J. K., 2016. Explaining Extreme Events Of
kering (ekstrim kering). Apabila kedua moda 2015 From A Climate Perspective, 97(12),
tersebut terjadi secara bersamaan dan sama kuat pp. 5113–5143.
akan meningkatkan intensitas kekeringan, yaitu dari Ashok, K., Guan, Z. and Yamagata, T., 2001.
kering sampai sangat kering. Analisis spasial SPI Impact of the Indian Ocean Dipole on the
menunjukkan bahwa Pulau Bintan bagian Selatan Relationship between the Indian Monsoon
relatif lebih sensitif terhadap bencana kekeringan Rainfall and ENSO Karumuri Ashok •,
dibandingkan Pulau Bintan bagian Utara. Kondisi Zhaoyong Toshio Yamagata technique.
geologi Pulau Bintan mempunyai daya simpan air Geophysical Research Letters, 28(23), pp.
rendah, mengakibatkan ketergantungan terhadap 4499–45.
aliran permukaan akan sangat besar dan adanya Badan Pusat Statistik Kabupaten Bintan , 2017.
perubahan pola distribusi hujan akibat adanya Kabupaten Bintan Dalam Angka 2017.
fenomena iklim akan sangat berpengaruh terhadap
Barker, T. et al., 2007. Technical Summary,
ketersediaan sumberdaya air. Oleh sebab itu Technical Summary. In: Climate Change
informasi mengenai ancaman kekeringan akibat 2007: Mitigation. Contribution of Working
fenomena iklim, diperlukan oleh pemerintah Group III to the Fourth Assessment Report
daerah dalam menyusun kebijakan pengelolaan of the Intergovernmental Panel on Climate
sumberdaya air. Pengelolaan sumberdaya air di Change. UK, USA.
Pulau Bintan sangat perlu mempertimbangkan Bayong Tjasyono, A. L. and Ina Juaeni, Ruminta,
adanya fenomena iklim yang mempengaruhi pola/ S. W. B. H., 2008. Dampak Variasi
variabilitas curah hujan. Temperatur Samudera Pasifik Dan Hindia
Ekuatorial Terhadap Curah Hujan. Jurnal
Sains Dirgantara, 5(2), pp. 83–95.
UCAPAN TERIMA KASIH Boer Rizaldi, and F. M., 2004. Global Climate
Penulis mengucapkan terimakasih kepada kepala Forcing and Rainfall Variability in west
Pusat Penelitian Oseanografi - LIPI sebagai Kuasa Java: Case study in Bandung District.
Pengguna Anggaran beserta staf, koordinator Agrometeorologi, 18(2), pp. 1–12.
kegiatan DDRG – Coremap CTI LIPI 2018 C.-P. CHANG., 2004. On the Relationship between
beserta staf yang telah memberikan fasilitas dalam Western Maritime Continent Monsoon
melaksanakan penelitian ini. Terima kasih juga Rainfall and ENSO during Northern Winter.
kami sampaikan kepada kepala Pusat Penelitian JOURNAL OF CLIMATE, 17(3), pp. 665–
Geoteknologi LIPI, dan teknisi yang telah 672. doi: https://doi.org/10.1175/1520-
membantu pada pekerjaan lapangan dan studio. 0442(2004)017<0665:OTRBWM>2.0.
Terima kasih juga kami sampaikan kepada Bapak/ CO;2.
Ibu staf Pemerintah Daerah Propinsi Kepulauan D’Arrigo, R. and Smerdon, J. E., 2008. Tropical
Riau, Kabupaten Bintan dan Kota Tanjungpinang. climate influences on drought variability
over Java, Indonesia. Geophysical
Research Letters, 35(5), pp. 1–5. doi:
10.1029/2007GL032589.
DAFTAR PUSTAKA
Dinku, T. et al., 2018. Validation of the
Aldrian, E. and Dwi Susanto, R., 2003. Identification
CHIRPS satellite rainfall estimates over
of three dominant rainfall regions within
eastern. Quarterly Journal of the Royal
Indonesia and their relationship to sea
Meteorological Society, 144(August), pp.
surface temperature. International Journal
292–312. doi: 10.1002/qj.3244.
of Climatology, 23(12), pp. 1435–1452. doi:
10.1002/joc.950. Djalante, R. and Thomalla, F., 2012. ‘nternational
Journal of Disaster Resilience in the Built
Aldrian, E., Widodo, F. H. and Du, L., 2007.
Environment Indonesia : Institutional
Seasonal variability of Indonesian rainfall in
challenges and opportunities for integration
ECHAM4 simulations and in the reanalyses :
Disaster risk reduction and climate change
The role of ENSO. Theoretical and Applied
adaptation in Indonesia Institutional
Climatolology, 87, pp. 41–59. doi: 10.1007/

137
Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 10 No. 3, Desember 2019: 127 - 138

challenges and opportunities. International Patel, N. R., Chopra, P. and Dadhwal, V. K., 2007.
Journal of Disaster Resilience in the Built Analyzing spatial patterns of meteorological
Environment, 3(2), pp. 166–180. doi: drought using standardized precipitation
10.1108/17595901211245260. index. Meteorological Applications, 336(12
October), pp. 329–336. doi: 10.1002/met.
Hayes, M. J. et al., 1999. Monitoring the
1996 Drought Using the Standardized Piani, C. et al., 2010. Statistical bias correction
Precipitation Index. Bulletin of the American of global simulated daily precipitation
Meteorological So, 80(3), pp. 429–438. and temperature for the application of
hydrological models. Journal of Hydrology.
HENDON, H. H., 2003. Indonesian Rainfall
Elsevier B.V., 395(3–4), pp. 199–215. doi:
Variability : Impacts of ENSO and Local
10.1016/j.jhydrol.2010.10.024.
Air – Sea Interaction. Journal of Climate,
16(11), pp. 1775–1790. Rachmawati, L., 2015. Untuk Pemenuhan
Kebutuhan Air Bersih Di Pulau-Pulau Kecil
Inomata, H., Takeuchi, K. and Fukami, K.,
Belitung Dan Bintan’, Jurnal Kependudukan
2011. Developpment Of A Statistical Bias
Indonesia, 10(2), pp. 109–124.
Correction Method For Daily Precipitation
Data of GCM 20. Journal of Japan Society Rayner, N. A. et al., 2003. Global analyses of
of Civil Engineers, 67(4), pp. 247–252. sea surface temperature , sea ice , and
night marine air temperature since the
Irawan, B., 2006. Fenomena anomali iklim el
late nineteenth century. JOURNAL OF
nino dan la nina: kecenderungan jangka
GEOPHYSICAL RESEARCH, 108(D14),
panjang dan pengaruhnya terhadap produksi
pp. 1–22. doi: 10.1029/2002JD002670.
pangan’, Forum Penelitian Agro Ekonomi,
24(1), pp. 28–45. Santoso, D. H., 2015. Kajian Daya Dukung Air
di Pulau Bintan, Propinsi Kepulauan Riau.
Kusnawa, K. S., 1994. Peta Geologi Lembar
Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan, 7
Tanjungpinang, Sumatera skala 1 : 250.000.
no 1, pp. 18–28.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi,
Bandung. Bandung: Pusat Penelitian dan Setiawan, A. M., Lee, W. S. and Rhee, J.,
Pengembangan Geologi, Bandung. 2017. Spatio-temporal characteristics of
Indonesian drought related to El Niño
L.A. Nurse, R.F.Mclean, J. Agard, L.P
events and its predictability using the multi-
Briguglio, V.Duvat-Magnan, N.Pelesikoti,
model ensemble. International Journal of
E.Tompkins, A. W., 2014. Small Islands.
Climatology, 37(13), pp. 4700–4719. doi:
Cambridge University Press, Cambridge,
10.1002/joc.5117.
United Kingdom and New York, NY, USA.
Available at: https://hal.archives-ouvertes. Tsakiris, I. N. G., 2009. Assessment of Hydrological
fr/hal-01090732 . Drought Revisited. Water Resources
Management, 23(5), pp. 881–882. doi:
Manik, T. K., Rosadi, B. and Nurhayati, E.,
10.1007/s11269-008-9305-1.
2014. Mengkaji dampak perubahan iklim
terhadap distribusi curah hujan lokal di Widodo, F. H., Aldrian, E. and Du, L., 2007.
propinsi Lampung. Forum Geografi, 28(1), Seasonal variability of Indonesian rainfall in
pp. 73–86. Available at: http://hdl.handle. ECHAM4 simulations and in the reanalyses :
net/11617/4793. The role of ENSO. Theoretical and Applied
Climatology, 87(1–4), pp. 41–59. doi:
Masnellyarti, H., 2008. TATA RUANG DAN
10.1007/s00704-006-0218-8.
PERUBAHAN IKLIM. Seminar Kerusakan
Lingkungan. Kementrian Lingkungan Wu, H. et al., 2007. Appropriate application of
Hidup, pp. 1–6. the Standardized Precipitation Index in arid
locations and dry seasons. International
Michael S. Halpert and Chester F. Ropelewski.,
Journal of Climatology, 21(1), pp. 65–79.
1992. Surface Temperature Pattern
doi: 10.1002/joc.
Associated with the Southern Oscillation.
Journal of Climate, 5(6), pp. 577–593.
N. H. Saji, T. Y., 2003. Possible impacts of Indian
Ocean Dipole mode events on global
climate. CLIMATE RESEARCH, 25(2), pp.
151–169.

138
ISSN 2086-7794
e-ISSN 2502-8804

Terima kasih
Kepada para penelaah/reviewers
Tim Penyunting/Scientific Editor

Dr. Sci. Rachmat Fajar Lubis


Puslit Geoteknologi LIPI

Dr. Ir. Dicky Muslim, M.Sc.


Universitas Padjajaran

Ahmad Cahyadi, S.Si., M.Sc.


Universitas Gadjah Mada

Dr. Wien Lestari, S.T., M.T.


Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Dr. Supartoyo, M.Sc.


Dr. Igan S. Sutawidjaya, M.Sc.
Dr. Ir. Sri Hidayati, M.Sc.
Dr. Estu Kriswati, M.Sc.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi

Taat Setiawan, S.T., M.T.


Dyan Yudhanagara, S.T., M.T.
Dr. Rer.nat. Budi Joko Purnomo, S.T., M.T.
Ir. Sugalang, M.Sc.
Ir. Suhari, M.Sc.
Wiyono, S.T.,M.T.
Ir.Oki Oktariadi, M.Si.
Dita Arif Yuwana, S.T., M.T., M.A.
Pusat Air tanah dan Geologi Tata Lingkungan

Ir. Asdani Soehaemi, Dipl. Seis.


Pusat Survei Geologi

Tim Penyunting Bahasa/Copy Editor


Atep Kurnia S.Hum
Cut Nanda Annisa, S.Pd.,M.A.P

171
INDEKS ABSTRAK ARTIKEL Volume 10 No.1, April 2019
JURNAL LINGKUNGAN DAN BENCANA GEOLOGI

DDC : 551 yang ditimbulkan menjadi lebih tinggi. Jika terjadi


JLBG, Vol. 10 No. 1: 1 - 10 pada angin musim timur lokasi yang terlanda paling
sedikit diantara musim lainnya.
Kata kunci: Bahaya, Gunungapi Kelud, Jatuhan
Ardli Swardana, Material vulkanik, VORIS
Boedi Tjahjono, Sobri Effendy

Program Studi Mitigasi Bencana Kerusakan Lahan,


Institut Pertanian Bogor
Jl. Raya Dramaga, Babakan, Dramaga, Babakan, DDC : 551
Dramaga, Bogor, Jawa Barat 16680 - Indonesia JLBG, Vol. 10 No. 1: 11 - 18
e-mail : parthawardana@gmail.com
Cecep Sulaeman1), Pandu A. Minarno1),
Haunan Afif1, Rahayu Robiana1 , Akhmad
AUTOMATIC GIS (VORIS) Solikhin1), Amalfi Omang1, Supartoyo1,
UNTUK PENILAIAN BAHAYA Imam Priambodo1), Sri Hidayati1), Irwan
JATUHAN MATERIAL VULKANIK Meilano2)
GUNUNGAPI KELUD
1)
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi,
ABSTRAK Badan Geologi
Letusan Gunungapi Kelud tahun 2014 menghasilkan Jalan Diponegoro 57 Bandung, Jawa Barat -
material vulkanik yang membawa dampak kerusakan Indonesia
2)
di Kabupaten Kediri, Blitar, dan Malang hingga Institut Teknologi Bandung
Yogyakarta. Tujuan penelitian ini untuk memprediksi Jalan Ganesha 10 Bandung, Jawa Barat - Indonesia
pola sebaran dan ketebalan jatuhan material vulkanik e-mail: cecepsula@gmail.com
Gunungapi Kelud sebagai faktor bahaya di masa
mendatang. Kajian terhadap pola sebaran material
vulkanik dilakukan dari bulan Januari sampai DEFORMASI PULAU LOMBOK
Desember 2016. Penentuan bahaya menggunakan BERDASARKAN DATA GPS
VOlcanic Risk Information System (VORIS)
dengan input angin u dan v serta jumlah material
yang dierupsikan. Keluaran pemodelan ini berupa
ketebalan material vulkanik sebagai faktor bahaya ABSTRAK
yang diklasifikasikan menjadi tiga kelas yaitu tinggi, Hasil survei secara periodik di Pulau Lombok
sedang, dan rendah. Hasil pemodelan menunjukkan menunjukkan pergeseran horizontal titik ukur GPS
bahwa sebaran material vulkanik Gunungapi Kelud ke timur laut dengan kecepatan 6,65 mm/th hingga
mempunyai pola aliran yang beragam, yaitu lingkaran 22,76 mm/th. Sementara secara vertikal umumnya
dan elips dengan dominan arah barat hingga barat daya. naik dengan kecepatan 2,40 mm/th hingga 559,86
Jangkauan terjauh pola sebaran material vulkanik mm/th. Pulau Lombok bagian tengah hingga selatan
berdasarkan hasil pemodelan VORIS mencapai mengalami dilatasi luas negatif, sementara di bagian
Kabupaten Ponorogo, Trenggalek, hingga Samudera timur laut bernilai positif. Pulau Lombok juga
Hindia. Sebaran bahaya tinggi terkonsentrasi di mengalami regangan geser yang umumnya bernilai
sekitar tubuh Gunungapi Kelud dan menurun seiring negatif. Hasil pemodelan menunjukkan bahwa
dengan bertambahnya jarak dari pusat letusan. Jika deformasi tersebut disebabkan oleh interaksi beberapa
letusan berlangsung pada musim angin barat seluruh sumber gempa bumi yaitu subduksi lempeng Indo-
lokasi penelitian seluas 31.403 Ha terlanda oleh Australia, sesar belakang Flores Barat, sesar belakang
jatuhan material vulkanik, sehingga tingkat bahaya Flores Timur, Selat Lombok, serta sesar lokal di pantai

172
ISSN 2086-7794
e-ISSN 2502-8804

INDEKS ABSTRAK ARTIKEL Volume 10 No.1, April 2019


JURNAL LINGKUNGAN DAN BENCANA GEOLOGI

timur Bali. Potensi momen magnitudo (Mw) gempa pengarah aliran sungai (krib), membuat drainase
bumi yang dihasilkan oleh subduksi, sesar belakang bawah permukaan. Pada lokasi longsor perlu dibuat
Flores Barat, sesar belakang Flores Timur, sesar Selat terasering. Perlu dilakukan usaha mencegah longsor
Lombok, serta sesar lokal di pantai timur Bali masing- pada lokasi lain yang berpotensi longsor dengan
masing momen magnitudo Mw 7,1; Mw 6,6; Mw 6,8; mencegah terjadinya infiltrasi air permukaan ke dalam
Mw 5,8; dan Mw 5,2. tanah. Dari analisis stabilitas lereng, nilai FS = 0,306
Kata kunci: GPS, pergeseran, regangan, sumber dan apabila dilakukan penguatan tebing maka nilai
gempa bumi FS= 1,022
Kata kunci: Drainase Bawah Permukaan, Infiltrasi,
Longsor, Stabilitas Lereng

DDC : 551
JLBG, Vol. 10 No. 1: 19 - 27 DDC : 551
JLBG, Vol. 10 No. 1: 29 - 37
Rokhmat Hidayat1) dan Moh. Dedy Munir2)
Willy Hermawan1) dan Acep Ruchimat2)
1)
Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi
Balai Litbang Sabo, Puslitbang Sumber Daya Air, Mineral dan Batubara
Badan Litbang, Kementerian PUPR Jalan Jenderal Sudirman 623 Bandung, Jawa Barat -
Sopalan, Maguwoharjo, Yogyakarta - Indonesia Indonesia
e-mail: rokhmathidayat33@yahoo.com 2)
Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan
Jalan Diponegoro No 57 Bandung, Jawa Barat -
Indonesia
e-mail : terrawilly@gmail.com ; acep_tg@yahoo.
LONGSOR DI SUNGAI co.id
CIPUNAGARA DAN DESAIN
PENANGANANNYA PEMODELAN GROUND
PENETRATING RADAR
MENGGUNAKAN SPLIT STEP
ABSTRAK
DAN FINITE DIFFERENCE TIME
Pada hari Jum’at, 18 Desember 2015, telah terjadi DOMAIN (FDTD) MODELLING
longsor pada tebing Sungai Cipunagara, Desa
Pesanggrahan, Kecamatan Kasomalang, Subang.
PADA SALURAN AIR SUNGAI
Longsor menyebabkan rusaknya lahan pertanian dan CIKAPAYANG
membendung sungai. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis penyebab longsor dan menentukan ABSTRAK
metode penanganannya. Lokasi longsor mempunyai
Pemodelan Ground Penetrating Radar (GPR)
karakteristik material tanah berupa material
diperlukan untuk membantu saat interpretasi data
lepas. Longsor terjadi pada tebing sungai dengan
dari profil GPR. Pemodelan ini bertujuan untuk
kemiringan lereng 1:1. Pemicu longsor diindikasikan
melihat respon GPR dan penjalaran gelombang medan
karena daerah tersebut merupakan zona infiltrasi air
listrik ketika menjalar pada saluran air dan melihat
dari saluran irigasi, hujan, genangan sawah, dan juga
pengaruh ada tidaknya air dari saluran air. Pemodelan
karena erosi pada tebing sungai. Berdasarkan faktor
ini menggunakan software MATGPR buatan
penyebab longsor maka untuk menjaga agar diperoleh
Tzanis dengan berbasis matlab. Pada penelitian ini
lereng yang stabil, disampaikan 5 (lima) rekomendasi
dilakukan pemodelan berdasarkan algoritma metode
yaitu membuat saluran irigasi kedap air, membuat area
split step modelling (Bitri dan Grandjean, 1998) dan
pertanian kering, membuat struktur penguat tebing/

173
INDEKS ABSTRAK ARTIKEL Volume 10 No.1, April 2019
JURNAL LINGKUNGAN DAN BENCANA GEOLOGI

Finite Difference Time Domain (FDTD) modelling pesisir yang sangat bagus untuk dikembangkan.
(Irving dan knight, 2006). Pemodelan ke depan Namun, pengembangan pariwisata tidak terlepas pada
menggunakan 2 model kasus yaitu saluran air berisi penyediaan sarana dan prasarana pariwisata, salah
air dan saluran air tidak berisi air. Pengukuran data satunya penyediaan air bersih. Penentuan karakteristik
dilaksanakan pada tanggal 16 Februari 2014. Lokasi hidrogeokimia dan penentuan indeks kualitas airtanah
pengukuran dilakukan di bagian barat kompleks (Water Quality Index) merupakan salah satu metode
gedung perkantoran Pusat Air Tanah dan Geologi Tata penilaian kelayakan airtanah di Simulue Timur. Air
Lingkungan (PATGTL) - Badan Geologi, Bandung tanah di kawasan pesisir Simulue Timur didominasi
Jawa Barat. Pada lokasi tersebut tersingkap saluran air oleh unsur HCO3, dengan nilai rasio Cl/HCO3 <0,5
Sungai Cikapayang yang tersingkap akibat amblesan yang mengindikasikan air tanah tidak terpengaruh
tanah. Dari hasil pemodelan dengan menggunakan air laut, sedangkan rasio Na/Cl >1 mengindikasikan
algoritma split step modelling dapat memperlihatkan air tanah mengalami proses hidrolisis airtanah. Fasies
pola refleksi hiperbola dari batas atas dan batas hidrokimia airtanah Simulue Timur terdapat 5 jenis
bawah saluran air masing – masing pada waktu t = fasies yaitu Mg-HCO3, Ca-HCO3, percampuran CaNa-
20 ns dan t= 50 ns, keberadaan air ditunjukan dengan HCO3, Na-HCO3, Na-SO4, tetapi secara keseluruhan
perlambatan waktu sebesar 5 ns sedangkan pada di dominasi oleh fasies Mg-HCO3. Rasio dari
pemodelan algoritma FDTD dari Irving dan Knight Na+K/ (Na+K+Ca) sebagai fungsi dari TDS juga
dapat memperlihatkan batas-batas saluran air dari menunjukkan bahwa kimia airtanah Simeulue Timur
medan listrik Ey yang menjalar di dalam saluran air. didominasi oleh interaksi batuan (formasi) dengan
Selain itu, keberadaan air dapat dibedakan dengan airtanah. Klasifikasi indek kualitas air tanah di pesisir
melihat penurunan amplitudo medan listrik. Simuelue menunjukkan bahwa secara keseluruhan air
Kata-kata kunci: FDTD modelling, GPR, Pemodelan tanah masuk dalam kategori excellent water (sangat
ke depan, Split – step modelling baik) dan kategori good water (baik).
Kata kunci: hidrokimia, indeks kualitas airtanah,
kualitas airtanah, pesisir, simeulue
DDC : 551
JLBG, Vol. 10 No.1: 39 - 50
DDC : 551
1) 2) JLBG, Vol. 10 No.1: 1 - 10
Wisnu Arya Gemilang , Hendra Bakti

1
Loka Riset Sumber Daya dan Kerentanan Pesisir,
Ardli Swardana,
Kementerian Kelautan dan Perikanan Boedi Tjahjono, Sobri Effendy
2
Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI, Bandung, Jawa
Barat – Indonesia
Program Studi Mitigasi Bencana Kerusakan Lahan,
Institut Pertanian Bogor
Jalan Raya Padang-Painan KM.16, Padang, Sumatra
Jl. Raya Dramaga, Babakan, Dramaga, Babakan,
Barat – Indonesia
Dramaga, Bogor, Jawa Barat 16680 - Indonesia
e-mail: wisnu.gemilang@yahoo.co.id
e-mail : parthawardana@gmail.com

PENILAIAN HIDROKIMIA DAN AUTOMATIC GIS (VORIS)-BASED


KUALITAS AIR TANAH TIDAK SYSTEM FOR PYROCLASTIC FALL
TERTEKAN DI KAWASAN PESISIR HAZARDS ASSESSMENT OF
SIMEULUE TIMUR, PROVINSI ACEH
KELUD VOLCANO
ABSTRAK ABSTRACT
Kecamatan Simulue Timur memiliki potensi wisata
The eruption of Kelud Volcano in 2014 produced

174
ISSN 2086-7794
e-ISSN 2502-8804

INDEKS ABSTRAK ARTIKEL Volume 10 No.1, April 2019


JURNAL LINGKUNGAN DAN BENCANA GEOLOGI

volcanic materials and caused damages in Kediri, ISLAND BASED ON GPS DATA
Blitar, and Malang to Yogyakarta. The purpose of this
research is to predict the pattern of distribution and
thickness of pyroclastic fall materials of Kelud Volcano
as hazard factor in the future. The research conducted ABSTRACT
from January to December 2016. The determination The periodic survey on Lombok Island shows a
of hazard is using Volcanic Risk Information System horizontal displacement of GPS site to the northeast
(VORIS) with u and v wind input as well as amount of at a velocity of 6.65 mm/yr to 22.76 mm/yr. Generally
volcanic material. The output of this modeling is the for vertical displacement is up with ranges at 2.40
thickness of volcanic material as hazard factor that is mm/yr to 559.86 mm/yr. Central and southern Lombok
classified into three classes i.e high, medium, and low. undergoes extensive negative dilatation, while in
The modeling results show that volcanic materials the northeast is positive one. Lombok Island is also
of Kelud volcano have various patterns which is experiencing a shear strain that is generally negative.
circular and elliptical with dominant to west and The result of modeling indicates that the deformation
southwest direction. Based on the VORIS modeling, in Lombok is mostly contributed by Indo-Australia
the furthest distribution of volcanic material reached subduction, West Flores back-arc Thrust, East Flores
Ponorogo, Trenggalek, and Indian Ocean. High back-arc Thrust, Lombok Strait Fault, and local fault
hazard distribution is concentrated around Kelud at eastern coast of Bali, with magnitude moment (Mw)
volcano and decreases with increasing distance from 7.1; 6.6; 6.8; 5.8; and 5.2 respectively.
the eruption center. If eruption happened in Southwest
Keywords: GPS, displacement, strain, earthquake
monsoon, all research site (31,403 Ha) will be hit by
source
volcanic material, so that hazard’s level be higher. If
eruption happened in northeast monsoon, the area hit
by volcanic materials is fewest among the others.
Keywords: hazards, Kelud Volcano, pyroclastic fall, DDC : 551
VORIS JLBG, Vol. 10 No. 1: 19 - 27

Rokhmat Hidayat1) dan Moh. Dedy Munir2)


DDC : 551
JLBG, Vol. 10 No. 1: 11 - 18 Balai Litbang Sabo, Puslitbang Sumber Daya Air,
Badan Litbang, Kementerian PUPR
Sopalan, Maguwoharjo, Yogyakarta - Indonesia
Cecep Sulaeman1), Pandu A. Minarno1), e-mail: rokhmathidayat33@yahoo.com
Haunan Afif1), Rahayu Robiana1) , Akhmad
Solikhin1), Amalfi Omang1), Supartoyo1), LANDSLIDE AT CIPUNAGARA
Imam Priambodo1), Sri Hidayati1), Irwan
Meilano2) RIVER AND ITS HANDLING
DESIGN
1
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi,
Badan Geologi ABSTRACT
Jalan Diponegoro 57 Bandung, Jawa Barat - On Friday, December 18th 2015, a landslide occurred
Indonesia at the slope of Cipunagara River in Pesanggrahan
2
Institut Teknologi Bandung Village, Kasomalang District, Subang Regency. The
Jalan Ganesha 10 Bandung, Jawa Barat - Indonesia landslide caused damage on agricultural land and
e-mail: cecepsula@gmail.com damed the river. The aim of this study is to analyze
the causes of the landslide and determine mitigations
methods that need to be applied. The landslide formed
DEFORMATION OF LOMBOK by loose materials as its characteristics was occurred

175
INDEKS ABSTRAK ARTIKEL Volume 10 No.1, April 2019
JURNAL LINGKUNGAN DAN BENCANA GEOLOGI

on the river bank which has 1:1 slope. Its triggers profiles. The aim of this research is to determine GPR
was because it was become infiltration zone of water response due to water channel and influence of presence
from irrigation canals, rain, inundation of rice fields, of water filled and not filled in the water channel. This
and also due to erosion on river banks. Based on the modeling using MATGPR software’s by Tzanis, which
causing factors, in order to increase slope stability, based on matlab code. In this research, the modelling
there are five (5) recommendations i.e. to create method based on the split-step modeling algorithms
the impermeable for irrigation channels, to make (Bitri and Grandjean, 1998) and Finite Difference
the dry farming area, to construct gabion to slope Time Domain (FDTD) modeling (Irving and Knight,
strengthness, to arrange directional flow of the river 2006). Forward modeling uses the two case models.
(crib), and to create a subsurface drainage. At the The first case of water channel filled with water and
location of landslide, it is needed also to make some the second case is not filled water. Data acquisition
terraces. In other locations, it is needed to prevent is held on February 16, 2014. Location measurements
water infiltration into the soil as well. Furthermore, conducted in the western part of the office building
from the slope stability analysis before the occurrence, Center of Groundwater and Environmental Geology
we have the value of FS = 0.306 and after making the (PATGTL) - Geological Agency, Bandung, West Java.
slope stronger by gabion, the value of FS becoming At those locations there is Cikapayang water channel
= 1.022 expose due to ground subsidence. The results of split-
Keywords: Subsurface Drainage, Infiltration, step algorithm show the hyperbole reflection pattern
Landslide, Slope Stability on top and bottom of water channel at t = 20 ns and t
= 50 ns respectively. In addition, the presence of water
filled in the water channel is determined by delay
time 5 ns. From the results of the FDTD algorithm
can determine boundaries of water channel from
DDC : 551 propagating the electric field Ey in the water channel.
JLBG, Vol. 10 No. 1: 29 - 37 In addition, the presence of water can be distinguished
by the reduction in electric wavefield amplitude.
Keywords: FDTD modelling , GPR, Forward
Willy Hermawan1) dan Acep Ruchimat2) modelling, split – step modelling

1)
Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi
Mineral dan Batubara
Jalan Jenderal Sudirman 623 Bandung, Jawa Barat - DDC : 551
Indonesia JLBG, Vol. 10 No.1: 39 - 50
2)
Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan
Jalan Diponegoro No 57 Bandung, Jawa Barat - Wisnu Arya Gemilang1), Hendra Bakti2)
Indonesia
e-mail : terrawilly@gmail.com ; acep_tg@yahoo.
co.id 1)
Loka Riset Sumber Daya dan Kerentanan Pesisir,
Kementerian Kelautan dan Perikanan
Jalan Raya Padang-Painan KM.16, Padang, Sumatra
GROUND PENETRATING RADAR Barat – Indonesia
MODELLING USING SPLIT STEP AND
2)
Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI, Bandung, Jawa
Barat – Indonesia
FINITE DIFFERENCE TIME DOMAIN
e-mail: wisnu.gemilang@yahoo.co.id
(FDTD) ON WATER CHANNEL OF
CIKAPAYANG RIVER
ASSESSMENT OF HYDROCHEMISTRY
ABSTRACT AND UNCONFINED GROUNDWATER
Ground Penetrating Radar (GPR) forward modelling QUALITY AT EAST SIMEULUE
is required to help interpretation of the GPR data COASTAL AREA, ACEH PROVINCE
176
ISSN 2086-7794
e-ISSN 2502-8804

INDEKS ABSTRAK ARTIKEL Volume 10 No.1, April 2019


JURNAL LINGKUNGAN DAN BENCANA GEOLOGI

ABSTRACT groundwater has a process of groundwater hydrolysis.


There are 5 types of hydrochemical facies of East
East Simulue District has a very good coastal tourism
Simulue groundwater, i.e. Mg-HCO3, Ca-HCO3, Ca-
potential to develop. However, tourism development
Na-HCO3 mixing, Na-HCO3, Na-SO4, but overall is
cannot be separated from facilities as well as
dominated by Mg-HCO3 facies. The ratio of Na+K
infrastructure, one of them is providing clean water.
/ (Na+K+Ca) as a function of TDS also shows that
Determination of hydrogeochemical characteristics
the chemistry of East Simeulue groundwater is
and determination of groundwater quality index
dominated by the interaction of rock (formation) with
(Water Quality Index) is one method of assessing
groundwater. Groundwater quality index classification
groundwater worthiness in East Simulue. Ground
in Simuelue coastal shows that overall groundwater is
water in the Simulue East coastal area is dominated
in the category of excellent as well as good.
by HCO3 elements, with a ratio value <0.5 of Cl/HCO3
which indicates that ground water is not affected by Keyword: Hydrochemistry, Water Quality Index
sea water, while the ratio> 1 of Na/Cl indicates that (WQI) groundwater quality, coastal, Simeulue,

177
INDEKS ABSTRAK ARTIKEL Volume 10 No.2, Agustus 2019
JURNAL LINGKUNGAN DAN BENCANA GEOLOGI

DDC : 551 sample) di lapangan, uji pembasahan dan pengeringan


JLBG, Vol. 10 No. 2: 51 - 64 (wetting-drying) di laboratorium berupa uji indeks
disintegrasi, uji mineralogi lempung melalui difraksi
sinar X (XRD), dan uji sifat-sifat fisik batuan yang
Misbahudin1, 2), Imam Achmad Sadisun1) mencakup kadar air alami, densitas kering, porositas,
dan absorbsi. Hasil penelitian menunjukkan indeks-
indeks durabilitas batulempung dalam penelitian ini
1)
Kelompok Keahlian Geologi Terapan, Pro- tergolong rendah. Disintegrasi batuan berlangsung
cepat dan menunjukkan perilaku body slaking. Faktor-
gram Studi Teknik Geologi, Fakultas Ilmu faktor yang berpengaruh kuat terhadap durabilitas
dan Teknologi Kebumian, Institut Teknologi batulempung terdiri dari porositas dan absorbsi. Rasio
Bandung, Jalan Ganesha No. 10 Bandung disintegrasi cenderung turun seiring kenaikan nilai
40132 Indonesia porositas dan absorbsi batulempung.
2)
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Kata kunci: batulempung, Cisumdawu, durabilitas,
Eksplorasi dan Produksi, Universitas Pertamina, rasio disintegrasi.
Jalan Teuku Nyak Arief, Kawasan Simprug,
Kebayoran Lama, Jakarta Selatan 12220
e-mail: misbahudin@universitaspertamina.ac.id DDC : 551
JLBG, Vol. 10 No. 2: 65 - 76
KARAKTERISASI DURABILITAS Moh. Dedi Munir
BATULEMPUNG MENGGUNAKAN
UJI INDEKS DISINTEGRASI: STUDI
KASUS PADA LOKASI RENCANA Balai Litbang Sabo, Kementerian Pekerjaan Umum
JALAN TOL CISUMDAWU DI dan Perumahan Rakyat Sopalan, Maguwoharjo,
Depok, Sleman, Yogyakarta - Indonesia
DAERAH UJUNGJAYA, SUMEDANG, e-mail: dedi_munir@yahoo.com
JAWA BARAT

BANGUNAN SABO DAM, FUNGSI DAN


ABSTRAK POTENSINYA SEBAGAI PENDUKUNG
Batulempung seringkali mudah hancur dalam GEOWISATA GUNUNG MERAPI
periode singkat ketika tersingkap ke permukaan
dan atau saat berinteraksi dengan air. Hal ini dapat
memicu beberapa permasalahan di dalam kegiatan ABSTRAK
rekayasa. Salah satu kegiatan rekayasa yang sedang
dan akan berjalan adalah pembuatan Jalan Tol Indonesia yang terletak pada pertemuan lempeng dan
Cisumdawu (Cileunyi-Sumedang-Dawuan) yang daerah khatulistiwa sehingga menyebabkan daerah
akan menjadi akses penghubung wilayah-wilayah ini rentan terhadap terjadinya bencana alam seperti
di sekitar Bandung dan Cirebon. Jalan ini juga akan letusan gunungapi, gempa bumi, longsor, banjir
terhubung dengan Bandara Internasional Jawa Barat lahar dsb. Salah satu bencana yang sering terjadi
(BIJB) di Kertajati. Bagian ruas jalan ini di daerah adalah letusan gunungapi. Kejadian ini memiliki
Ujungjaya, Sumedang akan melintasi Formasi dampak terhadap lingkungan maupun masyarakat
Subang dan Kaliwangu yang memiliki litologi yang dibedakan menjadi dua yaitu dampak primer
utama berupa batulempung. Karakterisasi durabilitas (letusan, awan panas, lava, dsb) dan dampak sekunder
jenis batuan ini penting dilakukan untuk menunjang (bencana banjir lahar). Banjir lahar merupakan
aspek teknis kegiatan rekayasa di sekitar area kejadian yang dijadikan fokus karena peristiwa ini
tersebut. Metode penelitian yang digunakan adalah terjadi dalam rentang waktu yang cukup lama yaitu
pengambilan sampel tak terganggu (undisturbed dari letusan sampai dengan beberapa waktu tertentu
setelah gunung tersebut meletus. Bangunan sabo dam

178
ISSN 2086-7794
e-ISSN 2502-8804

INDEKS ABSTRAK ARTIKEL Volume 10 No.2, Agustus 2019


JURNAL LINGKUNGAN DAN BENCANA GEOLOGI

merupakan struktur yang berfungsi sebagai bangunan Persebaran mata air di sekitar perbukitan karst
penangkap sedimen debris atau lahar yang biasa Watuputih menunjukkan kawasan tersebut memiliki
ditempatkan pada sungai di gunungapi. Bangunan potensi air tanah yang tinggi. Kehadiran mata air
ini bermanfaat dalam mengendalikan lahar atau karst tersebut sebagai akibat dari kondisi geologi
debris terutama yang terjadi disebabkan oleh hujan yang didominasi oleh batuan karbonat yang mudah
yang lebat. Keberadaan bangunan sabo tidak hanya larut dan struktur geologi yang intensif. Penelitian
berfungsi untuk mengendalikan bencana lahar tetapi ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik daerah
juga dapat dijadikan pembelajaran ataupun studi serta infiltrasi air tanah berdasarkan analisis tekanan parsial
masuk dalam bidang pariwisata. Tujuan dari kajian CO2 (Pco2) dan indeks kejenuhan CaCO3 (SIc),
ini adalah untuk memperkenalkan fungsi bangunan dikombinasikan dengan analisis fasies kimia air tanah
sabo dan mempelajari nilai bangunannya serta dan kelurusan morfologi. Hasil analisis menunjukkan,
mengeksplorasi lingkungannya sebagai objek yang pada densitas kelurusan morfologi tinggi memiliki
merupakan pendukung dari geowisata Gunung Merapi nilai Pco2 rendah dan air tanah dalam kondisi jenuh
di Yogyakarta. Dari penelitian ini diketahui terdapat sedangkan pada densitas kelurusan morfologi
potensi yang cukup baik dari bangunan sabo sebagai rendah nilai Pco2 tinggi dan air tanah dalam kondisi
pendukung dari wisata Gunung Merapi. Potensi jenuh hingga tidak jenuh. Korelasi Pco2 dengan SIc
pariwisata yang timbul tidak hanya menjadi sebuah dikombinasikan dengan kondisi geologi dan fasies
sarana rekreasi tetapi dapat dijadikan pembelajaran kimia air tanah menghasilkan tiga tipe mata air, yaitu
bagi masyarakat terhadap bencana baik bencana (1) Nilai Pco2 tinggi, nilai SIc jenuh hingga tidak jenuh,
letusan maupun banjir lahar. fasies hidrokimia dominan Ca-Mg-HCO3, densitas
Kata kunci: Geowisata, Gunung Merapi, Lahar, Sabo morfologi rendah, lapisan soil tebal, dan media aliran
dam air tanah dominan jaringan pori memiliki infiltrasi
rendah; (2) Nilai Pco2 rendah, nilai SIc jenuh, fasies
hidrokimia dominan Ca-HCO3, densitas morfologi
tinggi, lapisan tanah tipis, dan media aliran air tanah
dominan jaringan pori dan rekahan batuan yang rapat,
tetapi mulai berkembang jaringan rongga, memiliki
DDC : 551 infiltrasi tinggi; dan (3) Nilai Pco2 sangat tinggi, nilai
JLBG, Vol. 10 No. 2: 77 - 89 SIc tidak jenuh, fasies hidrokimia Ca-Na-HCO3 dan
Ca-Mg-Cl-HCO3, densitas morfologi tinggi, lapisan
soil tebal, media aliran air tanah jaringan pori, dan
Nofi Muhammad Alfan Asghaf1,2), litologi batuan nonkarbonatan, memiliki infiltrasi
Boy Yoseph CSSS Alam1), Hendarmawan1) rendah.
Kata kunci: Densitas kelurusan, Indeks Kejenuhan
1) CaCO3, Infiltrasi, Tekanan parsial CO2.
Fakultas Teknik Geologi, Universitas Padjadjaran
Jalan Dipatiukur No. 35 Bandung 40132 Indonesia
2)
Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan
Jalan Diponegoro No 57 Bandung, Jawa Barat -
Indonesia
e-mail: geologialvan@gmail.com
DDC : 551
JLBG, Vol. 10 No. 2: 91 - 100
IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK
DAERAH INFILTRASI AIR TANAH Pupung Susilanto, Drajat Ngadmanto,
BERDASARKAN NILAI TEKANAN Bambang Sunardi, Supriyanto Rohadi
PARSIAL CO2 DAN INDEKS
KEJENUHAN CACO3 (SIC) DI Puslitbang BMKG, Jalan Angkasa 1 No. 2
PERBUKITAN KARST WATUPUTIH Kemayoran, Jakarta Pusat - Inodnesia
ABSTRAK e-mail: pupungsusilanto@gmail.com

179
INDEKS ABSTRAK ARTIKEL Volume 10 No.2, Agustus 2019
JURNAL LINGKUNGAN DAN BENCANA GEOLOGI

ANALISIS KECEPATAN Jalan Dipatiukur No. 35 Bandung 40132 Indonesia


GELOMBANG GESER (VS) SEBAGAI e-mail: wildaaini_geologi07@yahoo.com
UPAYA MITIGASI BENCANA
GEMPABUMI DI KULONPROGO,
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA INTENSITAS EROSI KERUCUT
SINDER GUNUNG SLAMET
BERDASARKAN PEMBAGIAN KELAS
ABSTRAK MORFOMETRI KERUCUT
Daerah Kulonprogo terletak dekat dengan zona
subduksi dan keberadaan patahan-patahan lokal
menyebabkan sering merasakan dampak guncangan ABSTRAK
gempabumi. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan
analisis kecepatan gelombang geser (Vs) sebagai salah Gunung Slamet memiliki 35 kerucut sinder di sisi
satu upaya mitigasi bencana gempabumi di Kabupaten lereng timurnya. Kerucut ini menyebar secara acak
Kulonprogo. Nilai Vs dihasilkan dengan pengolahan dan hadir baik di tubuh Slamet dan sebagian kecil
28 titik pengukuran Multichannel Analysis of Surface di kaki Slamet. Kerucut sinder ini merupakan jenis
Wave (MASW) yang tersebar di daerah Kulonprogo. kerucut parasit monogenetik yang muncul setelah
Pengolahan data dilakukan dengan membuat kurva Gunung Slamet Tua terbentuk. Meskipun secara
yang menghubungkan antara kecepatan fase – sekilas kenampakan morfologi kerucut sinder Slamet
frekuensi dan selanjutnya dilakukan picking pada hampir seluruhnya sama, tetapi dengan menggunakan
fundamental mode serta dilakukan proses inversi data citra beresolusi tinggi akan didapat perbedaan
untuk mendapatkan profil kecepatan gelombang geser bentuk kenampakan morfologinya. Dari kenampakan
1 dimensi (Vs 1D). Hasil Vs 1D digunakan untuk ini dapat dihitung morfometrinya untuk ditentukan
menganalisis tingkat bahaya gempabumi. Analisis kelas kerucutnya. Menurut Taylor, drr. (2003), kelas
dilakukan pada nilai Vs secara spasial dan teknik morfometri kerucut sinder ini berhubungan dengan
penampang melintang berdasarkan nilai Vs 1D. Hasil tingkat degradasi atau erosi dari suatu kerucut.
penelitian memperlihatkan bahwa daerah Wates, Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi
Panjatan, Galur, dan Temon sisi Utara memiliki intensitas erosi yang terjadi pada kerucut sinder
tingkat bahaya guncangan gempabumi yang relatif Slamet berdasarkan pembagian kelas morfometrinya.
lebih besar daripada daerah lain di Kulonprogo. Hal Metode penelitian yang digunakan adalah analisis
ini dikarenakan daerah tersebut memiliki nilai Vs yang morfometri dengan menggunakan citra satelit TerraSar
relatif lebih rendah (endapan jenis tanah lunak dan untuk menghitung parameter kerucut, seperti bentuk
jenis tanah sedang yang cukup tebal) dibandingkan kerucut, bentuk kawah, relief, sudut lereng kerucut,
daerah lain di Kabupaten Kulonprogo. dan rasio tinggi kerucut/diameter alas kerucut. Untuk
memudahkan penelitian, dipilih 5 buah kerucut sinder
Kata Kunci: Kulonprogo, Kecepatan gelombang geser yang mewakili kelompok kerucut yang hadir di tubuh
(Vs), MASW. (fasies medial) dan di kaki (fasies distal) Slamet
baik secara soliter maupun berkelompok. Kelima
kerucut sinder tersebut adalah Kerucut Sinder Bukit
Lingi/Pisang, Kerucut Sinder Bukit Kandanggotong,
DDC : 551 Kerucut Sinder Bukit Siremeng, Kerucut Sinder
JLBG, Vol. 10 No.2: 101 - 114 Bukit Batusanggar dan Kerucut Sinder Bukit Telu.
Kelas morfometri kerucut 1 menunjukkan tingkat
Wilda Aini Nurlathifah1,2), Ildrem Syafri2), erosi yang paling rendah dengan karakteristik bentuk
Johanes Hutabarat2), Agustina Djafar1) kerucut yang masih cukup sempurna, bentuk kawah
yang masih terlihat jelas dan dalam, nilai sudut lereng
1)
Museum Geologi, Sekretariat Badan Geologi, yang besar, relief yang cukup halus, dan rasio tinggi/
Badan Geologi diameter alas kerucut yang cukup tinggi. Semakin
Jalan Diponegoro No. 57 Bandung 40122 Indonesia besar angka dalam kelas morfometri kerucut sinder
2)
Universitas Padjadjaran, Fakultas Teknik Geologi memberi arti bahwa intensitas erosi semakin besar.

180
ISSN 2086-7794
e-ISSN 2502-8804

INDEKS ABSTRAK ARTIKEL Volume 10 No.2, Agustus 2019


JURNAL LINGKUNGAN DAN BENCANA GEOLOGI

Dari kelima kerucut sinder yang dianalisis diketahui Subang and Kaliwangu Formation with the main
bahwa kerucut sinder Bukit Telu yang terletak pada lithology of claystone. Characterization of durability
kaki Slamet memiliki kelas morfometri kerucut 1. Hal of rock types is important to be done to support the
ini berarti intensitas erosinya paling rendah. Sementara technical aspects of the engineering activities around
itu, kerucut sinder Bukit Siremeng yang terletak di the area. The research method used was undisturbed
tubuh Slamet masuk ke dalam kelas kerucut 4 dan sampling in the field, wetting and drying processes in
memiliki intensitas erosi paling tinggi dibandingkan the form of disintegration index test, test for the clay
dengan keempat kerucut lainnya. mineralogy through X-ray diffraction (XRD) and test
Kata kunci: erosi gunungapi, Gunung Slamet, intensitas for the physical properties of rocks which includes
erosi, kelas kerucut, kerucut sinder, morfometri. the natural water content, dry density, porosity and
absorption. Research results show durability indexes
of the claystones have low values. Disintegration of
rocks takes place rapidly and indicates the behavior
of body slaking. Factors that affect durability of the
DDC : 551 claystones consist of porosity and absorption. The
JLBG, Vol. 10 No.2: 51 - 64 disintegration ratio tends to fall along with the rise
in the value of the porosity and the absorption of the
claystones.
Misbahudin1, 2), Imam Achmad Sadisun1)
Keywords: Cisumdawu, claystones, disintegration
ratio, durability.
1
Kelompok Keahlian Geologi Terapan, Program
Studi Teknik Geologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi
Kebumian, Institut Teknologi Bandung, Jalan
DDC : 551
Ganesha No. 10 Bandung 40132 Indonesia
2
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknologi
JLBG, Vol. 10 No. 2: 65 - 76
Eksplorasi dan Produksi, Universitas Pertamina, Jalan
Teuku Nyak Arief, Kawasan Simprug, Kebayoran
Lama, Jakarta Selatan 12220 Moh. Dedi Munir
e-mail: misbahudin@universitaspertamina.ac.id

Balai Litbang Sabo, Kementerian Pekerjaan Umum


dan Perumahan Rakyat
THE CHARACTERIZATION OF THE Sopalan, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta
DURABILITY OF THE CLAYSTONES - Indonesia
USING THE DISINTEGRATION INDEX e-mail: dedi_munir@yahoo.com
TEST: CASE STUDY ON THE PLAN
LOCATION OF THE CISUMDAWU SABO DAM STRUCTURE, ITS
TOLL ROAD IN UJUNGJAYA DISTRICT, FUNCTION AND POTENCY AS PART
SUMEDANG, WEST JAVA OF GEOTOURISM
IN THE MERAPI VOLCANO
ABSTRACT
Claystones is often easily slaked in the short time
when exposed to the surface and or when interacting ABSTRACT
with water. Claystones can trigger problems of Indonesia is located at the subduction zone of tectonic
engineering activities. One of the current and future plates and in the equatorial region which causes
engineering activities is the making of Cisumdawu vulnerability to natural disasters such as volcanic
(Cileunyi-Sumedang-Dawuan) toll road which will eruptions, earthquakes, landslides, lahars, etc. One of
be the access areas around Bandung and Cirebon. the most frequent disasters is volcanic eruptions. This
Access roads will also be connected to the West Java incident has an impact on the environment and society
International Airport (BIJB) in Kertajati. Part of these that are divided into two types namely primary impact
roads in the Ujungjaya district, Sumedang will cross (eruption, hot cloud, lava, etc.) and secondary impact
181
INDEKS ABSTRAK ARTIKEL Volume 10 No.2, Agustus 2019
JURNAL LINGKUNGAN DAN BENCANA GEOLOGI

(laharic flood disaster). Laharic flood is an event structures. This study aims to determine characteristic
that is used as a focus because this event occurred of groundwater infiltration based on analysis of CO2
within a long time span of eruption until sometime partial pressure (Pco2) and Calcite Saturation Indices
after the volcano erupted. Sabo dam structure is a (SIc), combined with analysis of groundwater chemical
building that serves as a building catcher of debris or facies and morphological alignment. The results of the
lava sediment which commonly placed on a river in a analysis show that the high morphological alignment
volcano. This structure is useful in controlling lahar has a low Pco2 value and saturated groundwater while
or debris especially caused by heavy rain. It is also the morphological density is low, the Pco2 value is high
used as learning or study center in the field of tourism. and groundwater is saturated to unsaturated. Pco2 and
The purpose of this study is to introduce function of SIc correlation combined with geological conditions
sabo dam structure as well as to learn its value and to and groundwater chemical facies produces three types
explore it as an object that is part of the geotourism of of springs, namely (1) High Pco2 value, supersaturated
the Merapi Volcano in Yogyakarta. From this study, it to undersaturated SIc value, dominant hydrochemical
is known that there is a good enough potential of sabo facies of Ca-Mg-HCO3, low morphological density,
structure as part of the volcano tourism of Merapi. thick soil layer, and dominant groundwater flow
media of pore network, and low infiltration. (2) Low
Keywords: Geotourism, Merapi Volcano, Lahar, Sabo
Pco2 value, supersaturated SIc value, dominant
dam
hydrochemical facies of Ca-HCO3, high morphological
density, thin soil layer, and dominant groundwater flow
media in pore network and dense rock fractures, but
cavity network begins to develop, and high infiltration;
DDC : 551 and (3) a very high Pco2, undersaturated SIc, high
JLBG, Vol. 10 No. 2: 77 - 89 morphological density of hydrochemical facies of Ca-
Na-HCO3 and Ca-Mg-Cl-HCO3, thick soil layer, pore
Nofi Muhammad Alfan Asghaf1,2), flow network, and non-carbonate rock lithology, and
low infiltration.
Boy Yoseph CSSS Alam1), Hendarmawan1)
Keywords: Lineament density, the Calcite Saturation
Indices, Infiltratio, the CO2 partial pressure.
1)
Fakultas Teknik Geologi, Universitas Padjadjaran
Jalan Dipatiukur No. 35 Bandung 40132 Indonesia
2)
Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan
Jalan Diponegoro No 57 Bandung, Jawa Barat -
Indonesia DDC : 551
e-mail: geologialvan@gmail.com JLBG, Vol. 10 No. 2: 91- 100

CHARACTERISTIC IDENTIFICATION Pupung Susilanto, Drajat Ngadmanto,


OF GROUNDWATER INFILTRATION Bambang Sunardi, Supriyanto Rohadi
AREA BASED ON THE CO2 PARTIAL
PRESSURE AND THE CALCITE Puslitbang BMKG, Jalan Angkasa 1 No. 2
SATURATION INDICES (SIC) Kemayoran, Jakarta Pusat - Inodnesia
IN WATUPUTIH KARST HILLS e-mail: pupungsusilanto@gmail.com

ABSTRACT SHEAR-WAVE (VS) VELOCITY


ANALYSIS AS EFFORTS TOWARDS
The distribution of springs around the Watuputih
karst hills shows that the area has high groundwater MITIGATING EARTHQUAKE
potential. The presence of karst springs is a result DISASTER IN KULONPROGO,
of geological conditions which are dominated by THE SPECIAL REGION OF
soluble carbonate rocks and intensive geological YOGYAKARTA

182
ISSN 2086-7794
e-ISSN 2502-8804

INDEKS ABSTRAK ARTIKEL Volume 10 No.2, Agustus 2019


JURNAL LINGKUNGAN DAN BENCANA GEOLOGI

ABSTRACT ABSTRACT
Located near the subduction zone and the presence Slamet Volcano has 35 cinder cones on its eastern
of local faults, Kulonprogo often feels the impact of slopes. These cones scatter and appear both on the
the earthquake shocks. This study aims to analyze the flank of Slamet Volcano and a small portion appear
shear wave velocity (Vs) as one of earthquake disaster at the Slamet Volcano’s foot. Theese cinder cones
mitigation efforts in Kulonprogo Regency. Vs value are monogenetic parasitic cones that appear after
is generated by processing 28 points measurement the Old Slamet Volcano formed. Although the
of Multichannel Analysis of Surface Wave (MASW) appearance of the Slamet Cinder Cone morphology
which spread in Kulonprogo area. Data processing is is almost entirely the same, but by using high
undertaken by making a curve that relates the phase resolution image data, its differences will can be
velocity – frequency and then picking on fundamental identified. From this morphological appearance,
mode and inversion process to get 1 dimensional shear morphometry can be calculated to determine its cone
velocity (Vs 1D) profile. The result of Vs 1D is used classification. Taylor, et al. (2003) says that cinder
to analyze the earthquake hazard level. The analysis cone morphometry classification is related to the
itself is performed on spatial Vs value and cross level of degradation or erosion of a cone. This study
sectional technique based on Vs 1D value. The results aims to identify the erosion intensity of Slamet cinder
show that Wates, Panjatan, Galur, and northside of cones based on cone morphometric classification.
Temon areas have a higher degree of earthquake The method used in this study is the morphometric
shock hazard than other areas in Kulonprogo. It is analysis using TerraSar satellite imagery to calculate
because of the area has a relatively lower Vs value cone parameters, such as cone shape, crater shape,
(soft soil type sediment and moderately thick soil relief, cone slope angle, and ratio of cone height/
type) than other areas in Kulonprogo Regency. cone base diameter. Five cinder cones has been
Key words: Kulonprogo, Shear Wave Velocity (Vs), choosen in order to represent the cone group that
MASW present in the flank of Slamet (medial facies) and
in the Slamet’s foot (distal facies) both solitary and
groups. The five cinder cones are Mt. Lingi/Pisang,
Mt. Kandanggotong, Mt. Siremeng, Mt. Batusanggar
and Mt. Telu. The cone morphometric classification
DDC : 551 1 shows the lowest erosion intensity with its
JLBG, Vol. 10 No.2: 101 - 114 characteristic such as perfect cone shape, visible and
deep crater shape, large slope angle, quite smooth
relief, and the quite high ratio of cone base height
Wilda Aini Nurlathifah1,2), Ildrem Syafri2), diameter. The greater number in the cinder cone
Johanes Hutabarat2), Agustina Djafar1) morphometric classsification means that the erosion
intensity is getting larger. From the five analyzed
1 cinder cones, it was found that the cone morphometry
Museum Geologi, Sekretariat Badan Geologi,
of Mt. Telu that located at the Slamet’s foot is class
Badan Geologi
1. This means it has the lowest erosion intensity.
Jalan Diponegoro No. 57 Bandung 40122 Indonesia
2 Meanwhile, the cinder cone of Mt. Siremeng which
Universitas Padjadjaran, Fakultas Teknik Geologi
located on the flank of Slamet grouped into class
Jalan Dipatiukur No. 35 Bandung 40132 Indonesia
4 . Mt. Siremeng has the highest erosion intensity
e-mail: wildaaini_geologi07@yahoo.com
compared to the other four cones.
Keywords: volcano erotion, Slamet Volcano,
erosion intensity, cone classification, cinder cone,
EROSION INTENSITY OF SLAMET morphometry.
CINDER CONES BASED ON CONE
MORPHOMETRIC CLASSIFICATION

183
INDEKS ABSTRAK ARTIKEL Volume 10 No.2, Agustus 2019
JURNAL LINGKUNGAN DAN BENCANA GEOLOGI

DDC : 551 batupasir Formasi Sambipitu, dan batugamping


JLBG, Vol. 10 No. 3: 115 - 126 Formasi Wonosari. Hasil pemodelan 3D menunjukkan
Sesar Oyo merupakan sesar geser dengan kedalaman
150 – 300 m, jalur sesar tersebut terbagi menjadi 2
Heningtyas1), Nugroho Budi Wibowo2), segmen yaitu dengan arah N120°E sepanjang 5,8 km
Denny Darmawan1) dan N160°E dengan panjang 2,5 km.
Kata kunci : geomagnet, formasi batuan, Sesar Oyo,
pemodelan 2D dan 3D.
1)
Program Studi Fisika, Fakultas MIPA Uni-
versitas Negeri Yogyakarta
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika,
2) DDC : 551
Stasium Geofisika Yogyakarta JLBG, Vol. 10 No. 3: 127 - 138
e-mail :nugrohobudiwibowo@gmail.com
Ida Narulita 1,3) Rahmawati Rahayu 2), Eko
PEMODELAN 2D DAN 3D Kusratmoko 3), Supriatna 3),
METODE GEOMAGNET UNTUK dan Muhamad R.Djuwansah 1)
INTERPRETASI LITOLOGI DAN
1)
ANALISIS PATAHAN DI JALUR Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI,Komplek LIPI,
Jl Sangkuriang,Bandung Jawa Barat – Indonesia,
SESAR OYO 2)
Prodi Studi Meteorologi, Fakultas Ilmu dan
Teknologi Kebumian, ITB Gedung Labtek XI,
ABSTRAK Jl Ganesha no.10, Bandung, Jawa Barat - Indonesia,
dan
Gempa susulan setelah gempabumi Yogyakarta Tahun 3)
Departemen Geografi, FMIPA, Universitas
2006 memiliki hiposenter bukan di sepanjang Sesar
Indonesia, Gedung H, Kampus UI, Depok, Jawa
Opak tapi cenderung di sekitar unidentified fault yang
Barat – Indonesia.
berjarak 10 – 15 km sebelah timur pegunungan Gunung
e-mail : ida.narulita@lipi.go.id
Kidul. Unidentified fault tersebut berkorelasi dengan
keberadaan jalur Sesar Oyo. Metode geofisika yang
dapat diterapkan untuk mengidentifikasi keberadaan
jalur sesar adalah metode geomagnet. Penelitian ini ANCAMAN KEKERINGAN
bertujuan untuk mengetahui pola sebaran anomali METEOROLOGIS DI PULAU KECIL
medan magnet di sekitar jalur Sesar Oyo, mengetahui TROPIS AKIBAT PENGARUH
susunan formasi dan jalur Sesar Oyo berdasarkan EL-NINO DAN INDIAN OCEAN
pemodelan geomagnet. Pengambilan data dilakukan
DIPOLE (IOD) POSITIF, STUDI
menggunakan PPM dengan 35 titik pengamatan dan
spasi antar titik pengamatan 1,5 km. Pengolahan KASUS: PULAU BINTAN
data dilakukan dengan koreksi variasi harian, koreksi
IGRF (International Geomagnetics Reference Field),
RTP (Reduction to Pole) dan Upward Continuation. ABSTRAK
Pemodelan dilakukan dengan menganalisis anomali
medan magnet yang telah direduksi ke kutub dan Sumberdaya air Pulau Bintan sangat tergantung
kontinuasi ke atas dengan ketinggian 2500 m. Hasil pada curah hujan, informasi ancaman kekeringan
analisa menunjukkan rentang nilai anomali medan meteorologis sangat diperlukan dalam pengelolaan
magnet di kawasan penelitian adalah 180 nT – 660 sumberdaya air di masa mendatang. Faktor kekeringan
nT, yang menunjukkan kontras keberadaan blok meteorologi merupakan faktor utama yang berpotensi
sesar. Hasil pemodelan 2D menunjukkan kawasan menurunkan daya dukung sumberdaya air pulau. Pulau
penelitian didominasi oleh 3 formasi batuan utama Bintan adalah pulau kecil dengan batuan penyusunnya
yaitu batubasalt-andesitik Formasi Nglanggran, granit dan batupasir Tuf, mempunyai daya-simpan
184
ISSN 2086-7794
e-ISSN 2502-8804

INDEKS ABSTRAK ARTIKEL Volume 10 No.3, Desember 2019


JURNAL LINGKUNGAN DAN BENCANA GEOLOGI

dan berkelulusan air rendah. Aktifitas perekonomian PERANAN GEOMORFOLOGI DALAM


dan tingkat pertumbuhan penduduknya yang tinggi, PERENCANAAN BANGUNAN
berpotensi menurunkan daya dukung sumberdaya
PADA ZONA ANCAMAN LONGSOR
air. Studi ini melakukan analisis curah hujan yang
menghasilkan informasi ancaman kekeringan di pulau TINGGI DI KAWASAN
Bintan karena fenomena iklim El-Nino dan IOD+. GEOPARK KARANGSAMBUNG-KA-
Data dasar yang digunakan adalah data curah hujan RANGBOLONG BAGIAN UTARA
observasi Kijang periode 1980 – 2017 serta data curah
hujan satelit CHIRPS, dengan resolusi spasialnya
ABSTRAK
0,05 ° x 0,05 ° periode 1981 – 2017. Hubungan
antara hujan dan fenomena iklim dianalisis dengan Kawasan Karangsambung Kabupaten Kebumen, Jawa
metode statistik fungsi waktu. Ancaman kekeringan Tengah merupakan Cagar Alam Geologi yang sekaligus
dianalisis dengan Standardized Precipitation Indeks merupakan Kawasan Geopark Karangsambung-
(SPI) periode defisit 3, 6 dan 12 bulan. Hasil analisis Karangbolong. Fungsi edukasi, konservasi, wisata
menunjukkan curah hujan di pulau Bintan sangat serta pemberdayaan masyarakat menjadi fokus
sensitif terhadap fenomena iklim, korelasi sangat kuat pembangunan dari pemerintah daerah pada kawasan
antara curah hujan dengan ENSO dengan nilai R= - geopark. Pemerataan pembangunan terutama sektor-
0,75 dan dengan IOD dengan nilai R=- 0,75. Hal ini sektor penting di kawasan geopark sangat diperlukan.
menyebabkan musim kemarau yang cukup panjang Ancaman longsor pada bagian utara kawasan Geopark
saat terjadi El-Nino di tahun 1982, 1997 dan 2015. Karangsambung Karangbolong memiliki kriteria
Hasil analisis SPI menunjukkan fenomena El-Nino ancaman tinggi hingga sedang dan hanya sedikit yang
1997 menyebabkan kekeringan dengan intensitas memiliki kriteria rendah. Hal ini menjadikan hambatan
yang sangat tinggi (ekstrim kering), El-Nino 2015 pembangunan terutama untuk pelayanan apabila tidak
menyebabkan kekeringan dengan intensitas tinggi, dipetakan secara detail lokasi-lokasi strategis pada
durasi panjang. El-Nino lemah tahun 2002, sedikit lahan kepemilikan pemerintah daerah. Penelitian
mempengaruhi curah hujan. Adanya ancaman mengenai gerakan tanah sudah banyak dilakukan
kekeringan di Pulau Bintan apabila terjadi fenomena namun masih dalam skala yang kecil berupa spasial,
iklim El-Nino dan IOD (+). Ancaman semakin namun masih jarang yang melakukan penelitian
tinggi bila kedua moda fenomena terjadi bersamaan. dalam skala besar. Penelitian ini bertujuan untuk
Pengelolaan sumberdaya air di pulau Bintan perlu melakukan analisis kelayakan lokasi yang memiliki
mempertimbangkan fenomena iklim (ENSO dan status kepemilikan oleh pemerintah daerah Kabupaten
IOD), agar dampak negatif yang akan ditimbulkan Kebumen pada wilayah yang rawan terhadap ancaman
dapat ditekan. longsor. Status ancaman longsor lokasi tersebut dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan Pemerintah
Kata kunci : ENSO, IOD, kekeringan meteorologi,
Kabupaten Kebumen dalam perencananaan bangunan
Pulau kecil tropis.
strategis. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah pendekatan analisis spasial (intepretasi
bentulahan dan perkembangan lereng), pengukuran
lapangan (mengetahui rembesan air dan bentukan
bekas nendatan, sampel tanah, dan pembuatan data
DDC : 551 DEM), dan data laboratorium (uji sifaf fisik tanah).
JLBG, Vol. 10 No. 3: 139 - 148 Hasil yang diperoleh bahwa bangunan fisik berupa
kantor masih dapat direncanakan pada lokasi tertentu
di zona ancaman longsor tinggi. Site selection ini
Puguh Dwi Raharjo, Kristiawan Widiyanto, dapat digunakan sebagai acuan untuk pembangunan
Sueno Winduhutomo dan Moh. Al’Afif wilayah dalam rangka mendukung pengembangan
Geopark Nasional Karangsambung-Karangbolong.
Balai Informasi dan Konservasi Kebumian, Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia Kata kunci: Geopark Karangsambung-Karangbolong,
Jalan Karangsambung KM 19 Kebumen Jawa Kebumen, longsor, pemilihan lokasi, perencanaan.
Tengah, Indonesia
e-mail: puguh.draharjo@karangsambung.lipi.go.id

185
INDEKS ABSTRAK ARTIKEL Volume 10 No.3, Desember 2019
JURNAL LINGKUNGAN DAN BENCANA GEOLOGI

DDC : 551 DDC : 551


JLBG, Vol. 10 No.3: 149 - 158 JLBG, Vol. 10 No. 3: 159 - 170

Tio Azhar Prakoso Setiadi, Marlita Aulia MENGUKUR PELUANG KEJADIAN


Rahman, Yusuf Hadi Perdana, GEMPA BUMI DENGAN LOMPATAN
Agustya Adi Martha, Nova Heryandoko, MAGNITUDO
Supriyanto Rohadi DI WILAYAH PULAU SUMATERA

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Samsul Anwar


Jl. Angkasa 1 No. 2, Kemayoran, Jakarta Pusat
10720, Indonesia
e-mail: tio.prakoso08@gmail.com Jurusan Statistika, F.MIPA Universitas Syiah Kuala
Jln. Syech Abdurrauf, Kopelma Darussalam, Banda
Aceh 23111, Indonesia
ANALISIS SUMBER GEMPA BUMI Naskah diterima 24 Januari 2019, selesai direvisi 18
LEBAK 23 JANUARI 2018 November 2019, dan disetujui 25 November 2019
e-mail: samsul.anwar@unsyiah.ac.id
ABSTRAK
Gempa bumi tektonik 23 Januari 2018 berkekuatan M ABSTRAK
6,1 telah mengguncang wilayah Lebak dan sekitarnya. Pulau Sumatera merupakan salah satu wilayah rawan
Guncangan gempa bumi ini berdampak berrisiko gempa bumi di Indonesia. Gempa bumi dengan
yang cukup serius. Menjadi perhatian dari peristiwa magnitudo (M) besar dapat terjadi tanpa didahului
ini adalah pusat gempa bumnyai berada di laut pada oleh gempa bumi dengan magnitudo yang lebih kecil,
zona sesar Cimandiri sebagai kelanjutan dari zona kejadian tersebut diistilahkan sebagai gempa bumi
sesar yang berada di daratan. Penelitian ini berhasil dengan lompatan magnitudo. Penelitian ini bertujuan
melakukan relokasi episenter dan hiposenter gempa untuk mengukur peluang terjadinya gempa bumi di
bumi bersumber dari BMKG dari tanggal 23 hingga wilayah Pulau Sumatera dengan lompatan magnitudo
28 Januari 2018 sebanyak 62 kejadian gempa bumi, pada interval tertentu. Metode analisis yang digunakan
menentukan bidang sesarnya, dan perkiraan transfer didasari pada konsep probabilitas kejadian saling
tekanan Coulomb gempa bumi utama (mainshock). bebas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peluang
Relokasi hiposentrum gempa bumi menunjukan adanya terjadinya gempa bumi di wilayah Pulau Sumatera
lineasi sumber gempa bumi yang mengarah baratdaya- dengan lompatan magnitudo pada interval tertentu
timurlaut dan berasosiasi dengan terusan zona sesar cenderung menjadi semakin kecil seiring bertambah
Cimandiri ke arah arah daratan di Teluk Pelabuhan besarnya lompatan magnitudo yang dianalisis terutama
Ratu. Pengolahan HC-plot dapat menentukan bidang pada interval 5,6 – 6,7. Sedangkan untuk gempa bumi
sesar sebenarnya pada gempa bumi Lebak yaitu dengan M ≥ 7,6; analisis probabilitas menunjukkan
bidang nodal 2 dengan nilai strike 41.79°, dip 81.4°, adanya peningkatan peluang terjadinya gempa bumi di
rake 43.9°. Selain itu analisis perubahan nilai tekanan wilayah Pulau Sumatera dengan lompatan magnitudo
Coulomb gempa bumi menunjukkan pengaruh gempa pada interval tersebut meskipun dengan peluang yang
bumi utama yang menyebabkan terjadinya gempa cukup kecil.
bumi susulan di sekitar wilayah sumber.
Kata kunci: Gempa bumi, kejadian saling bebas,
Kata kunci: Gempa bumi, relokasi hiposentrum, HC- magnitudo, peluang, Pulau Sumatera.
plot, tekanan Coulomb , Lebak, zona sesar Cimandiri.

186
ISSN 2086-7794
e-ISSN 2502-8804

INDEKS ABSTRAK ARTIKEL Volume 10 No.3, Desember 2019


JURNAL LINGKUNGAN DAN BENCANA GEOLOGI

DDC : 551 length.


JLBG, Vol. 10 No.3: 115 - 126 Keyword : geomagnet, rock formation, Oyo Fault. 2D
and 3D modeling.
Heningtyas1), Nugroho Budi Wibowo2),
Denny Darmawan1)

1)
Program Studi Fisika, Fakultas MIPA Universitas DDC : 551
Negeri Yogyakarta JLBG, Vol. 10 No. 3: 127 - 138
2)
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, Moh. Dedi Munir
Stasium Geofisika Yogyakarta
e-mail :nugrohobudiwibowo@gmail.com
Ida Narulita 1,3) Rahmawati Rahayu 2), Eko
Kusratmoko 3), Supriatna 3),
2D AND 3D MODELING OF dan Muhamad R.Djuwansah 1)
GEOMAGNETIC METHOD FOR
LITOLOGY INTEPRETATION 1)
Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI,Komplek LIPI,
AND FAULT ANALYSIS AT OYO FAULT Jl Sangkuriang,Bandung Jawa Barat – Indonesia,
2)
Prodi Studi Meteorologi, Fakultas Ilmu dan
ABSTRACT Teknologi Kebumian, ITB Gedung Labtek XI,
Jl Ganesha no.10, Bandung, Jawa Barat - Indonesia,
Aftershocks of 2006 Yogyakarta earthquake had dan
hypocenter not along Opak Fault, but fromunidentified 3)
Departemen Geografi, FMIPA, Universitas
fault within 10-15 km east of the Gunung Kidul Indonesia, Gedung H, Kampus UI, Depok, Jawa
Mountain Range. The unidentified fault correlates Barat – Indonesia.
with the presence of the Oyo fault line. So it is e-mail : ida.narulita@lipi.go.id
necessary to study related to the existence of the Oyo
fault line. One of the geophysical methods that can
be applied to identify the presence of fault lines is the
THREAT OF METEOROLOGICAL
geomagnetic method. The aims of this study were to
determine the distribution of magnetic field anomaly DROUGHT ON TROPICAL SMALL
around Oyo Fault line area, to determine the structure ISLANDS CAUSED BY EL-NINO AND
of rocks around Oyo Fault line area, and to identify POSITIVE INDIAN OCEAN DIPOLE
Oyo Fault line based on geomagnetic modeling. Data (IOD) EFFECTS, CASE STUDY: BINTAN
were acquired with 35 observation points and space
ISLAND
between each point was 1,5 km. Data were processed
using diurnal correction, IGRF correction, reduction
to pole, and upward continuation. The modeling was ABSTRACT
done by analyzing magnetic field anomaly which had The information on the threat of the meteorological
been reducted to pole and upward continuation at drought warning is needed on Bintan Island on the
2500 m height. The results showed that the range of management of water resources in the future. The
magnetic field anomaly in the study area is 180 nT – water resources of Bintan Island are dependent on
660 nT, which shows the contrast of fault block. The rainfall, so the meteorological drought factor is
result of 2D modeling showed that the study area is the main factor that has the potential to reduce the
dominated by 3 rock formations which are basalts- carrying capacity of the island’s water resources.
andesitic of Nglanggran Formation, sandstone of Bintan Island is a small island with its constituent
Sambipitu Formation, and limestone of Wonosari rocks which mostly have low water storage and water
Formation. The result of 3D modeling showed that Oyo permeability, namely granite and tuff sandstones. On
Fault is strike-slip fault with 150 – 300 m depth. The the other hand Bintan island have highly economic
fault is divided into 2 segments, which has direction activity and a high population growth rate currently,
N120°E with 5,8 km length, and N160°E with 2,5 km which has the potential to reduce the water resources

187
INDEKS ABSTRAK ARTIKEL Volume 10 No.3, Desember 2019
JURNAL LINGKUNGAN DAN BENCANA GEOLOGI

carrying capacity of Bintan Island. This study obtained THE ROLE OF GEOMORPHOLOGY IN
the rainfall analyzes that has produced information BUILDING PLANNING IN THE HIGH
about drought warning on Bintan island due to
LANDSLIDE
climate phenomena. The basic data used are rainfal
observation data of BMKG(Kijang) station in 1980 – HAZARD ZONE IN THE GEOPARK
2017 periods and the CHIRPS rainfall data (Climate KARANGSAMBUNG-KARANGBOLONG
Hazard Infrared Red Precipitation with Station) in
1981 – 2017 periods, which are satelite rainfall data
that have been corrected for in-situ stations, with a
ABSTRACT
spatial resolution of 0.05 °. The relationship between
rainfall and climate phenomena has been analyzed Karangsambung is a Geological Nature Reserve
using time function statistics. The drought warning that is part of the National Geopark. The function
was analyzed by Standardized Precipitation Index of education, conservation, tourism and community
(SPI). The analysis shows that rainfall of Bintan island empowerment makes the development focus of the
is very sensitive to climate phenomena where there are local government on geopark. Equitable development,
a very strong correlation between rainfall and ENSO especially important sectors in the geopark area, is
(El-Nino Southern Oscillation) phenomenon of with needed. The threat of landslides in the northern part of
a value of R = - 0.75 and with the IOD phenomenon the Karangsambung Karangbolong Geopark area has
(Indian Ocean Dipole Mode ) with a value of R = - high to moderate threat criteria and only a few have
0.75. This caused a long dry season during El Nino in low criteria. Research on landslides that have been
1982, 1997 and 2015. The SPI analysis results showed carried out has a small scale. This makes development
that the 1997 El Nino phenomenon caused high barriers especially for services if not mapped in
intensity (extreme dry) drought, 2015 El Nino caused detail strategic locations on local government land
a long duration of drought. Different conditions ownership. Research on soil movement has been done
occurred in the weak El Nino event in 2002, which a lot but still on a small scale in the form of spatial, but
only slightly affected rainfall in Bintan Island. The still rarely do research on a large scale. This study aims
results of the study indicate that there is a drought to conduct a site feasibility analysis that has ownership
warning in Bintan Island in the event of El-Nino and status by the Kebumen Regional Government in an
IOD (+) climate phenomena. The drought warning area prone to landslide threats. Status of landslide
is even higher if both mode of climate phenomenon threat the location can be used as a consideration for
occur simultaneously. It is necessary to manage water the Kebumen Regency in planning strategic buildings.
resources in Bintan island that considers climate The methods used in this study is an approach with
phenomena (ENSO and IOD), so that the negative field data, laboratory data and a spatial analysis
impacts that will be caused can be reduced. approach. The results obtained that physical buildings
Keywords: ENSO, IOD, meteorological drought, in the form of offices can still be planned at certain
locations in the threat zone of high landslides. This
tropical small island,.
site selection can be used as a reference for regional
development in order to support the development of the
Karangsambung-Karangbolong National Geopark..
DDC : 551 Keywords: Karangsambung-Karangbolong Geopark,
JLBG, Vol. 10 No. 3: 139 - 148 Kebumen, Landslides, Planing, Site selection.

Puguh Dwi Raharjo, Kristiawan Widiyanto,


Sueno Winduhutomo dan Moh. Al’Afif
Balai Informasi dan Konservasi Kebumian, Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia
Jalan Karangsambung KM 19 Kebumen Jawa
Tengah, Indonesia
e-mail: puguh.draharjo@karangsambung.lipi.go.id

188
ISSN 2086-7794
e-ISSN 2502-8804

INDEKS ABSTRAK ARTIKEL Volume 10 No.3, Desember 2019


JURNAL LINGKUNGAN DAN BENCANA GEOLOGI

DDC : 551 DDC : 551


JLBG, Vol. 10 No. 3: 149- 158 JLBG, Vol. 10 No. 3: 159 - 170

Tio Azhar Prakoso Setiadi, Marlita Aulia MEASURING PROBABILITY FOR


Rahman, Yusuf Hadi Perdana, EARTHQUAKE EVENTS WITH A
Agustya Adi Martha, Nova Heryandoko, MAGNITUDE LEAP
Supriyanto Rohadi IN THE REGION OF SUMATRA
ISLAND
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
Jl. Angkasa 1 No. 2, Kemayoran, Jakarta Pusat 10720, Samsul Anwar
Indonesia
e-mail: tio.prakoso08@gmail.com
Jurusan Statistika, F.MIPA Universitas Syiah Kuala
Jln. Syech Abdurrauf, Kopelma Darussalam, Banda
ANALYSIS OF THE LEBAK EARTH- Aceh 23111, Indonesia
e-mail: samsul.anwar@unsyiah.ac.id
QUAKE SOURCES ON JANUARY 23TH,
2018 MITIGATING EARTHQUAKE ABSTRACT
DISASTER IN KULONPROGO,
Sumatra Island is one of the areas prone to
THE SPECIAL REGION OF earthquakes in Indonesia. An earthquake with a large
YOGYAKARTA magnitude (M) can occur without being preceded
by an earthquake with a smaller magnitude. In this
ABSTRACT study the incident was termed as an earthquake with
magnitude leap. The aims of this study is to measure
The tectonic earthquake of January 23, 2018 with
the probability of the earthquakes in the region of
a magnitude of M 6.1 shaking the Lebak region and
Sumatra Island with magnitude leap at a specific
its surroundings has caused socio-economic losses
interval. The method used in this study is based on
to fatalities. One of the interesting things about this
a probability concept of an independent events.
earthquake is the location of the epicenter of the
The result shows that the probability of occurring
earthquake in the ocean and near with the Cimandiri
an earthquake in the region of Sumatra Island with
fault zone. The purpose of this study was to relocate
leaped magnitude at a specific interval tends to
the hypocenter of the earthquake, determine the initial
decrease along with the growth of the magnitude
fault field, and estimate the transfer of Coulomb
evaluated specially in the interval in between 5.6
tekanans from the mainshock. The data used to
and 6.7. Whereas for earthquakes with M ≥ 7.6;
analyze from BMKG earthquake catalogue data from
probability analyses shows an increase in the
of January 23-28, 2018 and obtained 62 earthquakes.
probability of an earthquake event in the region of
The results of the earthquake hypocenter relocation
Sumatra island with a magnitude leap at the interval
indicate the source of the earthquake that leads
although the probabilities are quite small.
southwest-northeast and is closed with the Cimandiri
fault zone to the direction of Pelabuhan Ratu Bay. Keywords: Earthquake, independent event,
In HC-processing, the actual fault field was taken in magnitude, probability, Sumatra island.
the Lebak earthquake, namely the nodal field 2 with
a strike value of 41.79 °, dipping 81.4 °, rake 43.9
°. Analysis of changes in the earthquake Coulomb
tekanans value that caused an earthquake that caused
aftershocks around the source area.
Keywords: earthquake, hypocenter relocation, HC-
plot, Coulomb tekanans, Lebak, Cimandiri fault zone.

189
JURNAL LINGKUNGAN DAN BENCANA GEOLOGI
PEDOMAN PENULISAN

ISI DAN KRITERIA UMUM


Naskah yang diajukan untuk dipublikasi di Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi GLBG) dapat
berupa hasil penelitian/penyelidikan atau artikel ulas balik/tinjauan (review) tentang lingkungan geologi,
gunung api, gempa bumi, tsunami, dan gerakan tanah. Naskah tersebut belum pernah dipublikasikan
atau tidak sedang diajukan untuk dipublikasikan pada majalah/jurnal lain.
Naskah dapat ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris sesuai kaidah masing-masing bahasa
yang digunakan, dilengkapi dengan Abstrak dalam Bahasa Indonesia dan Abstract dalam Bahasa Inggris.
Naskah yang isi dan formatnya tidak sesuai dengan pedoman penulisan JLBG akan ditolak oleh Dewan
Redaksi dan tidak berkewajiban untuk mengembalikannya kepada penulis.
FORMAT
Umum. Seluruh bagian dari naskah diketik menggunakan huruf (font) Times New Roman berukuran 12
point, jarak antar baris 1,5 spasi diserahkan dalam bentuk soft copy dan hard copy (print-out) dalam kertas
HVS ukuran A 4.
Setiap halaman diberi nornor secara berurutan termasuk halaman gambar dan tabel. Hasil penelitian/
penyelidikan atau ulas balik/tinjauan ditulis minimum 5 halaman dan maksimum 15 halaman, tidak
termasuk gambar dan tabel.

Susunan naskah disusun sebagai berikut:


Judul. Pada halaman judul, selain menuliskan judul naskah, juga menulis nama penulis, nama dan
alamat institusi masing-masing penulis (jika penulis lebih dari satu orang). Dan jika memungkinkan
pada catatan kaki terdapat alamat, telepon, nomor fax, dan email untuk korespondensi pada halaman
judul. Judul naskah harus dalam dua bahasa.
Abstrak. Abstrak ditulis dalam dua bahasa yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, berisi ring-
kasan pokok bahasan lengkap dan keseluruhan naskah tanpa harus memberikan keterangan yang terlalu
terperinci dari setiap bab. Abstrak paling banyak terdiri dan 250 kata yang juga dilengkapi dengan
kata kunci ditulis di bawah Abstrak yang terdiri dan empat hingga enam kata. Pendahuluan. Bab ini
memberikan latar belakang yang mencukupi agar pembaca dapat memahami dan mengevaluasi hasil yang
dicapai dari penelitian/penyelidikan yang dilaksanakan. Pendahuluan juga mencakup latar belakang,
maksud dan tujuan, permasalahan, metodologi penelitian atau penyelidikan. Metode Penelitian. Bab
ini memuat hasil-hasil penelitian/penyelidikan yang dilengkapi dengan tabel, grafik, gambar/sketsa,
peta maupun foto. Semua grafik, gambar dan sebagainya yang disajikan harus diacu dalam tulisan.
Hasil dan Pembahasan. Berisi interpretasi dari penelitian/penyelidikan yang diperoleh.
Kesimpulan dan Saran. Berisi kesimpulan dan saran dari isi yang dikandung dalam tulisan.
Ucapan Terima Kasih. Dapat digunakan untuk menyebutkan sumber dana penelitian/ penyelidikan,
memberikan penghargaan kepada institusi atau orang yang membantu dalam pelaksanaan penelitian/
penyelidikan dan atau penulisan naskah.
Daftar Pustaka. Daftar Pustaka ditulis dan disusun menurut abjad, beberapa contoh penulisan
sumber acuan: Jurnal/Bulletin

190
ISSN 2086-7794
e-ISSN 2502-8804

Endo, E.T. and Murray, T., 1991, Real-time seismic amplitude measurement (RSAM): A volcano
monitoring and prediction tool: Bulletin qfVofcanology, v. 5, h. 533 - 545.

Buku

Van Bemmelen, R.W., 1949, The Geology qf Indonesia, v. 1 (A). Government Printing Office, The
Hague, 732 h.

Peta

Chaniago, R., Hadisantono, R.D., N as uti on, A., Martone, A., Purwoto, dan Santoso, M.S., 2004,
Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung Colo, Provinsi Sulawesi Tengah. Direktorat Vulkanologi dan
Mitigasi Bencana Geologi.

Informasi dari Internet

Cantrell, c., 2006, Sri Lankans tsunami drive Blossom: Local Mans effort keeps on giving. Http:/ / www.
boston, com/news/local/articles/2006/01/26/Sri Lankans_tsuinami_drive_blossoms/ [26
Januari 2006].

Grafik, gambar/ sketsa, peta maupun foto yang melengkapi naskah harus dilampirkan secara terpisah
dalam format image (*.jpg) minimal resolusi 300 dpi, Corel Draw (*.cdr), atau Autocad (*.dwg).
Gambar dan tabel diletakkan di bagian akhir naskah masing-masing pada halaman terpisah, Gambar
dan tabel dan publikasi yang diacu dapat dicantumkan bila mendapat persetujuan dan penulisnya.

PENGIRIMAN. Penulis diminta mengirimkan satu eksemplar (print out) naskah asli beserta
dokumennya (soft copy) di dalam compact disk (CD) yang ditulis dengan program Microsoft Word Pada
CD dituliskan nama penulis dan nama dokumen. Naskah akan ditolak tanpa proses jika persyaratan
ini tidak dipenuhi.
Pengiriman naskah harus disertai dengan surat resmi dari penulis penanggung jawab/korespondensi
(corresponding author) yang berisikan nama penulis korespondensi, alamat kontak personal, termasuk
nomor telepon, faksimile, dan e-mail, jika harus dilakukan komunikasi.
Penulis korespondensi bertanggung jawab atas isi naskah dan legalitas pengiriman naskah yang ber-
sangkutan.
Naskah agar dikirimkan kepada:

Redaksi Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi


Gedung Perpustakaan, Lt. 2, Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan
Jl. Diponegoro No. 57 Bandung 40122

191
JOURNAL OF ENVIRONMENT AND GEOLOGICAL HAZARDS
WRITING GUIDELINES

CONTENT AND GENERAL REQUIREMENTS


Manuscripts those are submitted to Journal of Environment and Geological Hazards OLBG) should be
an article of a research or a review on earth sciences such as geological environment. Volcanoes tsunami
and landslides. The manuscript have never been published or not being submitted to other media.
The manuscript should be written in Indonesian or in English according to the rule of each language, and
it must be completed with abstract in Indonesian and abstract in English. The manuscript of which the
content and the format do not follow this guide lines will be ignored by editorial board, and the editors
are not obliged to back the manuscript to the author.

FORMAT
General. Manuscripts are typed in times new roman font of 12 point size, with 1,5 line space, the
manuscript is submitted in softcopy and hard copy print out in A4 HVS paper.
Each page of the manuscript has successive page numbers including the figure and tables pages. The
number of manuscripts detail as follows:
Title. Article title, each author name, institution name and address of each author, and if necessary
a footnote that consist of address, telephone, facsimile and email for correspondence should be
written in the title page. The article title should be bilingual.
Abstract. Abstract is written in two languages namely in Indonesian and in English, that contain
summary of the whole content of the manuscript without explaining every chapter in detail. The
abstract contains at most 250 words completed with keywords written below the abstract, and it
consist of 4-6 words.
Introduction. This chapter contains background that comprises understanding, evaluation of
the result which is achieved by the research.
Research methods. This chapter contains result and of the research and acknowledgement to
those who have given contribution during research and or writing the manuscript.
Results. It contains interpretation of the research.
Discussion. It contains conclusion and suggestion of the research result.
Acknowledgement. It contains the source of the fund used for the research, to give appreciation
to institution or anybody who has given assistance during research and or writing the manuscript.
Reference. References are written alphabetically, some of example are:
Journal/Bulletin

Endo, E.T. and Murray, 1991, Real-time seismic amplitude measurement (RSAM): A volcano monitoring
and prediction tool: Bulletin of Volcanology, v.5, p. 533-545.
Book

Van Bemmelen, R.\V, 1949, the geologi of lndonesia, v. 1 (A). Government Printing Office, The Hague,
732p.

192
ISSN 2086-7794
e-ISSN 2502-8804

Map

Chaniago, R., Hadisantono, R.D., Nasution, A., Martono, A., Purwoto, dan Santoso, M.S., 2004, Peta
Kawasan Rawan Bencana Gunung Colo, Provinsi Sulawesi Tengah. Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi
Bencana Geologi.

Information from Internet

Cantrell, c., 2006, Sri Lankans tsunami drive Blossom: Local Mans effort keeps on giving. Http:/ / www. boston.
com/news/local/articles/2006/01/26/Sri_Lankans_tsunami_drive_blossoms/ [26 January 2006].

Manuscript should be completed with supporting figures/maps/graphics/photos. The attachments must


be in Image Format (*.jpg) with minimum resolution of 300 dpi, coreldraw (*.cdr), or Auto Cad (*.dwg).
Figures and tables must be put at end of the article in separate page/s. Permission from the author is
required to display figures and tables to be published.

DELIVERY
Author must submit the manuscript in hardcopy and softcopy in a CD using MS Word format. Author
name and title must be written in the face of CD. The manuscript will not be processed if all requirements
is not completed. The manuscript must be addressed to:

Redaksi Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi


Gedung Perpustakaan, Lt. 2, Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan
Jl. Diponegoro No. 57 Bandung 40122

Article delivery must be accompanied by authentic letter from corresponding author consisting of
name/s, complete corresponding address, telephone, facsimile number, as well as email and mobile
phone number if any. Author is responsible in content and legality of the article. All of co-author must
give an agreement in written form to the article delivery.

CALL FOR PAPER:


Redaksi menerima makalah ilmiah dari pembaca untuk diterbitkan dalam jurnal ini dengan
mengacu kepada panduan tersebut di atas.

193

Anda mungkin juga menyukai