Anda di halaman 1dari 75

Gambar Sampul:

Kepingan batulempung gampingan Formasi Kebo-Butak dan kepingan batubara


dalam satuan batupasir di Desa Sendang
(Foto: Surono)
Laboratorium Penginderaan Jauh

Melayani analisis, interpretasi, dan pembuatan peta dari foto/citra


satelit meliputi :

u
Geologi dan struktur bentang alam
u
Evaluasi deformasi bentang alam
u
Tata guna lahan dan zonasi daerah bencana alam serta
u
Eksplorasi hidrokarbon, batubara, gambut, dan mineral

Laboratorium Penginderaan Jauh dilengkapi dengan unit pengolahan


citra digital dan foto udara dengan fasilitas komputer (PC),
software RS dan GIS, koleksi data citra satelit dan foto udara dalam
berbagai jenis citra.

PUSAT SURVEI GEOLOGI, Jl. Diponegoro No. 57, Bandung 40122, Tlp. : (022) 7203205, Fax. (022) 7202669,
http://www.grdc.esdm.go.id, e-mail: contact@grdc.esdm.go.id

5 81 9 1 9
1829-5819

7 7 1 8 2 9
ISSN

9
Vol. XVIII, No. 3, Juni 2008 ISSN 1829-5819

urnal
J ournal
Sumber Daya Geologi
of Geological Resources

KATA PENGANTAR
Penasihat
Kepala Badan Geologi
Pembaca yang budiman,
Penanggung Jawab
Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan YME, karena
atas berkah dan rakhmat-Nya Jurnal Sumber Daya Geologi ini dapat terbit Kepala Pusat Survei Geologi
menemui para pembaca.
Seperti biasanya jurnal ilmiah ini terbit dengan lima makalah, yang kali ini Dewan Redaksi
terdiri dari Geo-Resources (dua makalah) dan Geo-Dinamics (tiga
makalah). Makalah bertema Geo-Resources yang pertama Ketua Prof. (Ris.) Dr. Ir. Udi Hartono
mengetengahkan hasil kajian struktur bawah permukaan daerah
Semarang dan sekitarnya berdasarkan metoda gaya berat dan magnet. Anggota Dr. Hermes Panggabean, M.Sc.
Dr. Ir. Rachmat Heryanto, M.Sc.
Walaupun masih sangat awal dan argumen yang dipakai masih belum Ir. Asdani Soehaimi, Dipl.Seis.
rinci, tulisan ini sekurangnya dapat memberikan gambaran bahwa struktur Rimbaman, M.Sc.
geologi di daerah Semarang dan sekitarnya memungkinkan sebagai Ir. Sidarto, M.Si.
cebakan sumber daya geologi seperti gas alam dan hidrokarbon. Makalah Ir. Subagio, M.Si.
kedua mengajukan pemikiran potensi panas bumi di daerah Pandegelang
dan sekitarnya. Di dalam makalah ini berbagai data geofisika dan geologi Penyunting Ilmiah Edisi Ini
yang tersedia dari hasi pekerjaan sebelumnya dipaduserasikan untuk
Prof. (Ris.) Dr. Ir. Udi Hartono (PSG)
menafsir kemungkinan potensi panas bumi.
Dr. Ir. Rachmat Heryanto, M.Sc. (PSG)
Tiga makalah yang bertema Geo-Dinamics masing-masing mempunyai Rimbaman, M.Sc. (PSG)
tujuan dan pendekatan yang berbeda. Makalah pertama mencoba Drs. Indra Budiman, M.Sc. (PSG)
menjelaskan dinamika Sesar Citarik di Pulau Jawa bagian barat dengan Ir. Syaiful Bachri, M.Sc. (PSG)
mengintegrasikan berbagai data indraan jauh yang dikombinasikan Dr. Ir. Soetikno Bronto (PSG)
dengan hasil analisis struktur kekar di lapangan. Sesar yang, menurut
makalah ini, masih aktif dan berpotensi menimbulkan gempa bumi ini perlu Mitra Bestari Edisi ini
diperhatikan di dalam perencanaan pengembangan infrastruktur terutama Dr. Wawan Gunawan A. Kadir (ITB)
di daerah Jabotabek dan Pelabuhanratu. Makalah kedua lebih Kris Budiono, M.Sc. (PPGL)
menekankan pembahasannya pada kenampakan morfologi dasar laut Dr. T.O. Simandjutak (Ex-PSG)
hasil pengukuran seismik di wilayah perairan selatan Pulau Laut,
Kalimantan, yang secara geologi merupakan daerah peralihan antara Penyunting Bahasa
Indonesia bagian barat dan Indonesia bagian timur. Makalah ketiga
mengkaji morfostratigrafi yang dikenal sebagai Tuf Maninjau di Sumatra Dra. Nenen Adriyani, M.A.
Barat untuk mengetahui gerak-gerak tektonik di daerah ini. Selanjutnya
makalah ini menjelaskan hubungan antara gerak-gerak tektonik ini dengan Dewan Penerbit
proses pembentukan Ngarai Sianok, yang merupakan lembah memotong
Ketua Ir. Kusdji Darwin Kusumah
seri endapan tuf ini.

Akhirul kata Redaksi mengucapkan selamat menyimak. Anggota Dra. Nenen Adriyani, M.A.
Cipto Handoko
Hari Daya Satya, A.Md.

Dewan Redaksi Alamat Redaksi


Pusat Survei Geologi
Jl. Diponegoro 57,
Bandung, 40122
Telp. (022) 7203205
Fax. (022) 7202669
E-mail : publication@grdc.esdm.go.id
http://www.grdc.esdm.go.id,
Vol. XVIII, No. 3, Juni 2008 ISSN 1829-5819

urnal
J ournal
Sumber Daya Geologi
of Geological Resources
Daftar isi / Contents

Geo-Resources
135 - 152 Struktur Bawah Permukaan Daerah Semarang dan Sekitarnya dari Metode Gaya Berat dan Magnet dan
kaitannya dengan Sumber Daya Geologi
D.A. Nainggolan

153 - 166 Potensi Panas Bumi Daerah Pandeglang dan Sekitarnya Berdasarkan Evaluasi Data Geologi dan
Geofisika Terpadu
Subagio dan B.S. Widijono

Geo-Dynamics
167 - 180 Dinamika Sesar Citarik
Sidarto

181 - 188 Satuan Morfologi Dasar Laut Perairan Selatan Pulau Laut, Kalimantan Selatan, Sebagai Produk Aktivitas
Struktur Geologi Bawah Permukaan
NCD Aryanto dan M. Surachman

189 - 201 Morfologi Ignimbrit Tuf Maninjau Di Ngarai Sianok, Dusun Belakanbalok-Bukit Tinggi, Sumatra Barat
S. Poedjoprajitno
Geo-resources
STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAH SEMARANG DAN SEKITARNYA
DARI METODE GAYA BERAT DAN MAGNET DAN KAITANNYA DENGAN SUMBER DAYA
GEOLOGI

D.A. Nainggolan
Pusat Survei Geologi
Jl. Diponegoro No. 57 Bandung 40122

SARI

Hasil pengukuran gaya berat di daerah penelitian, yang sebagian besar daerahnya ditutupi oleh batuan vulkanik,
mempunyai besaran anomali antara -13 sampai 44 mgal. Perkembangan tektonik dan geologi daerah penelitian
kemungkinan masih aktif sampai saat ini (?). Sehubungan dengan hal ini, Pusat Survei Geologi (PSG) melakukan
penelitian gaya berat semi terperinci untuk melihat kemungkinan ini secara lebih seksama. Endapan hidrokarbon yang
berada di daerah Cipluk, selatan Kendal, pernah dieksploitasi oleh Pemerintah Belanda, dan ditutup sekitar tahun 1930-
an. Dari fakta ini, tempat-tempat lain di bagian utara daerah penelitian masih diduga berpotensi memiliki cebakan
hidrokarbon. Daerah selatan Gunung Ungaran bisa berpotensi mengandung sumber daya geologi panas bumi
(geothermal). Penafsiran anomali Bouguer dan magnet total yang menghasilkan bentuk geometri, model-model
penampang bawah permukaan, termasuk struktur geologinya, mencerminkan proses geologi dan tektonik, serta
kaitannya dengan potensi sumber daya geologi. Hasil analisis kualitatif anomali Bouguer dan anomali sisa menunjukkan
bahwa struktur yang berkembang di daerah penelitian pada umumnya berarah barat - timur dan utara - selatan.
Kata kunci : gaya berat, magnet, endapan hidrokarbon, anomali Bouguer, tektonik

ABSTRACT

The result of gravity measurements in the studied area, which is mainly covered by volcanic rocks, have an anomaly
value ranging from -13 to 44 mgal. Geologic and tectonical development of the area may still be active until recently (?).
For this reason, The Geological Survey Institute conducted detailed gravity study to delineate this possibility more
accurately. The hydrocarbon reserve had ever been exploitated by the Dutch Government from the Cipluk field,
southern of Kendal city and already been closed in 1930. From this fact, other areas in the northen part of this
Quadrangle is potential for the hydrocarbon resource. The southern part of Ungaran Mountain may also potensial for
the geothermal resource. The qualitative analysis of the anomaly patterns, subsurface profile models including the
geological structures reflects the geological processes, tectonics and its relationship with natural resources. The
qualitative analysis on residual and Bouguer anomalies indicates that the structures in the study area have mainly east -
west and north - south directions.
Keywords : gravity, magnet, hydrocarbon deposit, Bouguer anomaly, tectonic

PENDAHULUAN Beberapa tahun belakangan ini banyak penelitian


Informasi gaya berat (gravity) banyak digunakan yang dilakukan di daerah Kota Semarang, antara lain
dalam bidang geofisika dan geodesi. Dalam bidang oleh Budiono, (1996), Tobing drr., (2000), Lumban
geofisika, informasi spasial gaya berat dipakai Batu, (2004), Irham drr., (2004) dan Supriyadi drr,
sebagai salah satu cara untuk memprediksi struktur (2005). Kelompok Irham dan Supriyadi melakukan
geologi dan densitas batuan penyusun kerak bumi. penelitian dengan metode Gravitasi Mikro. Mereka
berkesimpulan bahwa ada penurunan permukaan
Data anomali Bouguer merupakan salah satu data
tanah Kota Semarang sebesar 12 sampai 40 cm per
dasar kebumian yang diperlukan untuk perencanaan
tahun.
pembangunan, eksplorasi energi dan sumber daya
mineral, serta keperluan penelitian ilmiah kebumian.

JSDG Vol. XVIII No. 3 Juni 2008 135


Geo-resources
U Secara umum, lokasi penelitian
L A U T J A W A B T terletak di sekitar pantai utara Jawa
S bagian Tengah, maka untuk menuju
ke lokasi tersebut dapat ditempuh
Lokasi
Penelitian dengan mudah menggunakan
transportasi darat. Waktu yang
Semarang diperlukan untuk dapat mencapai
Surabaya daerah tersebut adalah sekitar 9 -
Jogjakarta 10 jam dari Pusat Survei Geologi di
Bandung.
Sebagian besar daerah penelitian
S A M U D E R A H I N D I A
merupakan wilayah yang terbuka,
dan diusahakan untuk pertanian,
Gambar 1. Peta lokasi daerah penelitian. sedangkan daerah sekitar puncak
gunung masih tertutup oleh hutan.
Berdasarkan peta Anomali Bouguer Lembar
Semarang, skala 1:100.000 (Sani drr, 1997)
TATAAN GEOLOGI
terdapat beberapa pola anomali yang menunjukkan
adanya struktur-struktur sesar. Untuk mengetahui Fisiografi dan morfologi
sebaran struktur sesar tersebut, perlu dilakukan
Daerah penelitian dapat digolongkan kedalam tiga
penelitian gaya berat lebih rinci. Informasi seperti ini
satuan morfologi (Gambar 2), yaitu dataran rendah,
penting artinya dalam evaluasi geologi teknik dan
kebencanaan di daerah penelitian. Di samping data pebukitan, dan daerah pegunungan (Thanden drr.,
gaya berat semi rinci hasil penelitian ini, data magnet 1996).
udara dari basis data Kelompok Geofisika, Pusat Daerah dataran rendah menempati bagian utara peta
Survei Geologi, juga di analisis. Lembar Semarang, memanjang pada arah barat -
Dalam makalah ini, penulis membahas dan timur, dan mempunyai lebar yang sempit antara tiga
menganalisis anomali Bouguer secara kualitatif dan sampai sepuluh kilometer dengan arah utara -
kuantitatif untuk mempelajari aspek-aspek geologi, selatan di Gajah Mungkur yang tingginya berkisar
seperti jenis batuan dasar, rapat massa batuan dasar dari 100 - 900 meter dari permukaan laut.
dan struktur yang berkembang di daerah penelitian Pengaliran di daerah ini berpola hampir sejajar dan
dan kaitannya dengan kemungkinan potensi sumber lembahnya berlereng agak terjal. Di beberapa tempat
daya alam yang terdapat di sana. terdapat tonjolan yang menyolok berupa korok
Anomali magnet Total juga di analisis secara gunung api.
kualitatif untuk melengkapi hasil-hasil interpretasi
Daerah pegunungan merupakan Kelompok Gajah
(yang datanya diambil dari basis data yang ada di
Mungkur, menempati bagian selatan dan tengah
komputer kelompok Geofisika, Program Pemetaan
lembar yang dicirikan oleh beberapa kerucut puncak
dan Penelitian Dasar, Pusat Survei Geologi
Bandung). Data magnet tersebut merupakan data gunung, seperti Gunung Ungaran, Gunung Gajah
magnet udara (airborne magnetic). Mungkur, Gunung Kaligesik, dan lain-lain dengan
titik tertinggi +1778 meter di atas permukaan laut.
Kemungkinan kelompok gunung api ini mulanya
Lokasi dan Kondisi Daerah Penelitian
merupakan suatu puncak gunung yang kemudian
Secara administratif, daerah penelitian terletak di sesudah meletus, kalderanya berkembang
Kota Semarang, Kabupaten Ungaran dan Kabupaten membentuk beberapa puncak. Sungai di lereng
Kendal (Propinsi Jawa Tengah). Secara geografis, bagian atas mempunyai kelandaian besar dengan
lokasi tersebut terletak dalam koordinat 110°00’ - lembah yang sempit, dan pola alirannya bersifat
110°30’ BT dan 06°50’ - 07°20’ LS. memancar.

136 JSDG Vol. XVIII No. 3 Juni 2008


Geo-resources
110°00' 110°30'
6°50' 6°50'
L A U T J A W A U

B T

SKALA 1:1.000.000
0 30 km
Kendal

Kaliwungu
Weleri SEMARANG
7°00' 7°00'

Mijen

Sukorejo
Boja Ungaran

G. Ungaran

Sumowono
Bandungan

Ambarawa

G. Sundoro Rawa
Pening
Temanggung
7°20' 7°20'
110°00' 110°30'

Gambar 2. Peta relief topografi daerah penelitian.

STRATIGRAFI Pliosen. Formasi Kaligetas terdiri atas breksi


vulkanik, aliran lava, tuf, batupasir tufan, dan
Tataan stratigrafi di daerah penelitian (Thanden drr.,
batulempung. Formasi Damar terdiri atas batupasir
1996) berupa batuan sedimen, gunung api, dan
tufan, konglomerat, dan breksi vulkanik.
batuan terobosan yang berumur mulai dari Miosen
Akhir hingga Holosen. Batuan terobosan yang terdapat di lokasi penelitian
ini bersusunan andesit hingga basal. Diduga telah
Formasi Kerek merupakan satuan tertua yang
tiga kali terjadi penerobosan yang berlainan
terdapat di daerah penelitian berumur Miosen
waktunya. Terobosan tertua terjadi di bagian selatan
Tengah, terdiri atas perselingan antara batu lempung,
Lembar, dan makin ke utara umur terobosan makin
napal, batupasir tufan, konglomerat, breksi vulkanik,
muda.
dan batugamping. Berikutnya adalah Formasi
Kalibeng yang terdiri atas napal pejal, napal Endapan aluvium yang terdiri atas endapan sungai
berselingan batupasir tufan, dan bintal batugamping dan pantai serta danau tersebar di bagian utara
yang umurnya diperkirakan Miosen Akhir sampai Lembar.

JSDG Vol. XVIII No. 3 Juni 2008 137


Geo-resources
110°00' 110°30'
6°50' 6°50'
L A U T J A W A U

B T

S
0 10 km
Kendal
Qa
Qa
QTd Kaliwungu
Qa Qa
Tpds Weleri SEMARANG

7°00' 7°00'
QTd QTd
D
D U
Qa QTd
U
p Tmpk
Qa pp
pp
p
p

Tmk
Mijen
Qa U Qa
Tma
D
Sukorejo Tmpk
D D
Qpj U U
Qpkg D
Boja Ungaran U
Qpkg Qpkg Qks Tma Tmk
Tmpk
Qhg Qpj
ppp Tmkb
Qpkg Qa Qpk
Tmk
Tmk
Tmb
Tmb QTp
Qpk Qpkg
QTp G. Ungaran
Qj Qls Qhg
Qhg

Tma Tmk
Sumowono Qhg
QTp Bandungan
Qos
Qsu Tmk Qpkg
Qbc
Ambarawa
Qpkg
QTp Qpkg Qa
Rawa Qp
Qbl Pening
G. Sundoro
Qsu
Qsm
Qa
Temanggung Qg
Qak
Qpkg
Qme
7°20' Qte 7°20'
110°00' 110°30'
ENDAPAN PERMUKAAN
Qa Aluvium

BATUAN GUNUNGAPI BATUAN SEDIMEN


Qbc Basal Qks Batuan gunung api Kemalon dan Sangku QTd Formasi Damar
Qsu Batuan gunung api Sundoro Qte Batuan gunung api Telomoyo Qpkg Formasi Kaligetas

Qsm Batuan gunung api Sumbing Qpk Batuan gunung api Kaligesik Qp Formasi Payung

Qme Batuan gunung api Merbabu Qak Batuan gunung api Andong dan Kendil QTp Formasi Penyatan

Qhg Batuan gunung api Gajahmungkur Qg Batuan gunung api Gilipetung Tpds Anggota batupasir Formasi Damar

Qj Batuan gunung api Jembangan Qbl Bayuan gunung api Blalak Tmpk Formasi Kalibeng

Qos Batuan gunung api Sundoro Lama Qpj Formasi Jongkong Tmkb Anggota Banyak Formasi Kalibeng

BATUAN TEROBOSAN Tmk Formasi Kerek


D Antiklin
Tmb Basal
Sesar
U
Tma Andesit
Mata air
p
p
pp
Sesar naik
Mata air panas
Sesar geser
Lapangan minyak
Kelurusan dari Citra (ditinggalkan)

Gambar 3. Peta Geologi Daerah Semarang dan sekitarnya (Thanden drr., 1996).

138 JSDG Vol. XVIII No. 3 Juni 2008


Geo-resources
Struktur dan Tektonik – Titik GPS (Global Positioning System)
Kegiatan tektonik di daerah ini diawali pada masa – Titik TTG (Tanda Tinggi Geodesi)
Tersier Awal yang ditandai oleh intrusi basal dan
andesit, kemudian diikuti oleh pengangkatan dan Titik TTG di atas, selain memiliki nilai ketinggian
erosi. Hasil erosi ini membentuk sedimen turbidit ortometrik (ketinggian di atas permukaan laut rata-
Formasi Kerek di lingkungan neritik, yang selanjutnya rata), juga mempunyai nilai gaya berat pengamatan
diikuti oleh pengendapan Formasi Kalibeng di (Go), sehingga dapat dijadikan acuan untuk
lingkungan laut dalam dan pengisian cekungan menentukan nilai gaya berat di titik lainnya. Jadi titik
Formasi Damar dilingkungan transisi sampai batial. TTG ini berfungsi sebagai titik acuan untuk
menentukan ketinggian dan nilai gaya berat pada titik
Selanjutnya, kegiatan tektonik Plio-Plistosen ukur. Sementara titik GPS digunakan sebagai titik
mengaktifkan kembali hasil pencenanggaan Tersier awal koordinat untuk penentuan posisi titik ukur gaya
Awal dan membentuk lipatan-lipatan tak setangkup berat.
yang diikuti oleh sesar naik berarah relatif barat -
timur, sesar geser yang berarah timur laut - barat Pengukuran gaya berat semi rinci ini dilakukan di
daya dan barat laut - tenggara, dan sesar normal. daerah Lembar Semarang pada skala 1:50.000
Rekahan-rekahan yang terjadi berupa bidang lemah (Gambar 5). Pengamatan gaya berat dilakukan
tempat batuan gunung api Kuarter Muda ke menggunakan alat ukur gravimeter La Coste &
permukaan. Romberg jenis geodetik, G.813. Jalur pengukuran
dibuat membentuk jejaring tertutup, artinya
Sumber Daya Geologi pengukuran dimulai dan diakhiri pada titik pangkal
Sumber daya geologi di lembar ini terdiri atas pasir, gaya berat yang sama. Sebagai titik awal pengukuran
lanau, lempung, batugamping, bongkah-bongkah (base station, BS) adalah titik BS yang terletak di
andesit, dan perlit. Bongkah-bongkah andesit dan sebelah kiri pintu masuk Hotel Puri Indrakila,
pasir hasil endapan sungai di Kali Tuntang dapat Ungaran. Sebagai titik acuan pengukuran digunakan
digunakan untuk bahan bangunan atau fondasi jalan, titik acuan gaya berat No. 7793.0277 yang terletak
sedangkan lanau dan lempung untuk bahan industri di R.S. St. Elizabeth, Semarang (Adkins drr., 1978).
batubara. Perlit yang dijumpai di Gunung Blabak di Sebagai data kontrol, pengukuran diikatkan juga
barat daya Ambarawa mengandung kadar silika terhadap titik pangkal gaya berat DG.0, yang terletak
antara 40% - 64%. di Museum Geologi Bandung. Semua nilai gaya berat
Hidrokarbon pernah dieksploitasi dari daerah pada titik acuan tersebut sudah terikat pada Jaringan
penelitian ini oleh Pemerintah Belanda, yaitu dari Gaya Berat Baku Internasional (Adkins drr., 1978).
Lapangan minyak Cipluk, sebelah selatan kota
Kendal, yang posisi tepatnya pada koordinat 110°07’
Tabel 1. Daftar Koordinat dan Nilai Gaya Berat
BT dan 07°03’ LS. Eksploitasi ini berlangsung
selama 35 tahun, dan ditutup sekitar tahun 1930-
an.

Pengukuran Gaya Berat


Titik ikat atau titik acuan pengukuran adalah titik
yang digunakan untuk melakukan pengikatan nilai
pengukuran pada titik awal (titik dasar atau titik Pengukuran gaya berat semi rinci dilakukan dengan
basis), sehingga titik-titik lainnya yang diukur relatif memotong pola struktur (yang berarah barat timur)
terhadap titik awal tersebut akan mempunyai nilai secara tegak lurus. Interval jarak pengukuran antar
yang diperlukan. Dalam hal ini titik ikat tersebut titik pada setiap lintasan jalan raya tersebut kurang
dapat berupa titik pangkal gaya berat dan titik kontrol lebih sekitar 500 - 1000 meter (Gambar 4).
topografi (titik triangulasi, titik gps, titik TTG). Pengolahan data sementara dilakukan di lapangan,
Titik acuan pengukuran yang digunakan dalam survei sehingga pola anomali Bouguer sederhana dapat
gaya berat Semarang ini adalah : digambarkan dengan segera. Anomali Bouguer

JSDG Vol. XVIII No. 3 Juni 2008 139


Geo-resources
sederhana ini diperoleh dengan memberikan koreksi Keterangan :
pasang-surut, koreksi apungan alat, serta koreksi AB = Anomali Bouguer
GO = Nilai gaya berat pengamatan yang telah telah
gabungan (combined correction). Dengan demikian,
terkoreksi
bila terdapat kejanggalan bentuk/pola anomali,
GN = Gaya berat normal yang beracuan kepada elipsoid
dapat segera dicek ke lapangan untuk kemudian GRS 1967 (Dobrin and Savit 1988).
dilakukan pengukuran ulang. Data gaya berat KG = Koreksi gabungan
direduksi menggunakan rapat massa rata-rata KM = Koreksi Medan
batuan sebesar 2,67 gr/cm3, gaya berat normal
Langkah selanjutnya adalah pemetaan anomali
dihitung dengan acuan elipsoid GRS (Geodetic
Bouguer menggunakan peta dasar rupa bumi
Reference System) 1967.
skala 1: 50.000. Penggambaran kontur dilakukan
Untuk mendapatkan anomali Bouguer lengkap, dengan perangkat lunak komputer Surfer versi 8.
pengolahan data dilanjutkan di Bandung (Kantor
Pusat Survei Geologi) dengan menerapkan koreksi Pengukuran Topografi
medan. Proses ini memerlukan waktu yang lama, Selain data gaya berat, untuk dapat memperoleh
serta ketelitian dan ketekunan personel yang tinggi, besaran anomali Bouguer perlu pula diukur data
dan dikerjakan di kantor. topografi. Data termaksud adalah data koordinat
Secara lengkap, nilai anomali Bouguer dihitung (lintang L, bujur B) dan ketinggian (h) titik
menggunakan formula berikut ini : pengamatan relatif terhadap permukaan laut rata-
rata.
AB = GO - GN + KG + KM

110°00' 110°30'
6°50' 6°50'
C’ L A U T J A W A

Kendal

Kaliwungu
Weleri SEMARANG
7°00' 7°00'

Mijen U
.
Sukorejo
B T
Boja Ungaran

SKALA 1:1.000.000
0 30 km
G. Ungaran
KETERANGAN :
Sumowono Kota
Bandungan
Jalan
Ambarawa
Batas Pulau
G. Sundoro Rawa
Pening Titik amat gayaberat
Temanggung
7°20' 7°20'
110°00' 110°30'

Gambar 4. Peta penyebaran titik pengamatan gaya berat daerah Semarang dan sekitarnya.

140 JSDG Vol. XVIII No. 3 Juni 2008


Geo-resources
Berbeda dengan pengukuran gaya berat yang dapat Pengolahan Data
dilakukan secara mudah dan cepat, pengukuran
Pengolahan data dikerjakan secara bertahap, yaitu
topografi memerlukan tenaga personel yang besar,
waktu yang lama, dan biaya yang mahal. Untuk untuk pengolahan data sementara dikerjakan di
dapat menghemat semua itu, maka pengukuran lapangan, sedangkan pengolahan data lengkap
topografi dilakukan menggunakan metode global dikerjakan di kantor, termasuk pekerjaan
positioning system (gps) diferensial yang dapat laboratorium.
dikerjakan secara mudah, cepat, dan relatif lebih Pengolahan data sementara adalah melakukan
murah biayanya. Metode pengukuran ini dapat
perhitungan anomali sederhana, yaitu hitungan
menghasilkan data posisi dan ketinggian yang cukup
anomali Bouguer tanpa memberikan koreksi medan.
tinggi ketelitiannya (= 10 cm) (Leick, 1989).
Semua pekerjaan ini dikerjakan di lapangan,
Pengambilan Percontoh Batuan sehingga anomali sederhana dapat langsung
digambarkan. Dengan demikian, bila terdapat
Percontoh batuan diambil dari singkapan di daerah kesalahan pengukuran, dapat langsung diketahui di
penelitian untuk dihitung rapat massa batuannya. lapangan untuk kemudian dilakukan pengukuran
Data rapat massa batuan ini diperlukan untuk proses
ulang di tempat tersebut. Sementara untuk
penafsiran kuantitatif pola anomali Bouguer dalam
pengolahan data lengkap dikerjakan di kantor, yaitu
menentukan struktur geologi bawah permukaan.
Percontoh batuan yang diambil harus dapat mewakili mencakup pekerjaan hitungan koreksi medan,
batuan di daerah tersebut, harus benar-benar segar, hitungan anomali Bouguer lengkap, penggambaran
dan mempunyai ukuran yang cukup untuk kontur, dan penafsiran pola anomali, baik secara
pemeriksaan laboratorium. Tetapi dalam prakteknya kualitatif maupun kuantitatif.
hal ini sulit dilakukan karena keterbatasan waktu dan Khusus untuk pekerjaan laboratorium, yaitu
peralatan yang digunakan.
penentuan rapat massa batuan, dikerjakan di
Pekerjaan ini dilakukan secara bersamaan dengan laboratorium geofisika yang terletak di Jalan Terusan
pekerjaan lapangan lainnya (pengukuran gaya berat Pasteur Bandung. Semua percontoh batuan yang
maupun pengukuran topografi). Selain percontoh diambil di lapangan diukur sifat-sifat fisika
batuan, foto lokasi batuan dan foto lokasi struktur batuannya, seperti: rapat massa batuan (keperluan
geologi yang tersingkap di lapangan juga diperlukan penafsiran kuantitatif), kerentanan magnet, dan
untuk diambil, sehingga dapat memberikan cepat rambat gelombangnya (data tersebut kemudian
gambaran nyata tentang keadaan lapangan.
digunakan untuk bahan pertimbangan dalam
Sebanyak delapan buah percontoh batuan yang
penentuan sifat fisika yang akan digunakan dalam
diambil dari lapangan, dan hasil analisis
laboratorium seperti tercantum pada Table 2 di penelitian geofisika selanjutnya).
bawah ini.

Tabel 2. Hasil Analisis Laboratorium

JSDG Vol. XVIII No. 3 Juni 2008 141


Geo-resources
HASIL DAN PEMBAHASAN ANALISIS KUALITATIF
Hasil penelitian ini adalah berupa anomali Bouguer Anomali Bouguer
daerah Semarang dan sekitarnya, yang di gabungkan
Anomali Bouguer didapatkan dengan menyusutkan
dengan data lama yang sudah dimutakhirkan di data gaya berat lapangan terhadap gaya berat normal
beberapa tempat dan disajikan dalam bentuk peta berdasarkan rumus (GRS 1967) dengan beberapa
anomali Bouguer dengan skala 1:100.000 (Gambar koreksi (koreksi Bouguer, koreksi medan). Tolok
5). Peta anomali Bouguer ini mempunyai nilai rapatmasa yang digunakan dalam penyusutan data
anomali berkisar antara -13 sampai 43 mgal, dengan adalah rapatmasa kerak rata-rata 2,67gr/cm-3.
pola umum berbentuk melingkar bernilai negatif dan Anomali Bouguer di daerah penelitian mempunyai
positif, dengan sebaran acak di beberapa tempat. kurun nilai dari 11 mgal sampai +43 mgal. Secara
umum, daerah penelitian bisa di bagi menjadi dua
Pola-pola anomali tersebut memberikan gambaran bagian :
bahwa struktur geologi bawah permukaan yang
terdapat di lokasi penelitian ini berupa struktur Daerah anomali tinggi menempati bagian timur
lipatan. Pola anomali melingkar bernilai +43 mgal daerah penelitian yang dimulai dari gunung api tua
(Merbabu) di selatan menerus ke utara melalui
terdapat di daerah selatan Lembar ditempati oleh
Kelompok Gunung Ungaran sampai ke kota
batuan terobosan Tersier (batuan andesit),
Semarang dan bagian barat daya lembar (Gunung
sedangkan pola anomali melingkar dengan nilai -11
Sundoro). Jalur anomali tinggi ini disebabkan oleh
mgal terdapat di sekitar Kecamatan Boja ditempati suatu massa batuan yang mempunyai rapat massa
oleh batuan gunung api (tuf, breksi, dan batupasir yang lebih besar (>2,67 gr/cm-3), yaitu batuan
tufan). andesitik (Thanden drr., 1996).

110°00' 110°30'
6°50' 6°50'
C’ L A U T J A W A U

B T

Kendal S
A’
Kaliwungu
B’
Weleri SEMARANG SKALA 1:1.000.000
0 30 km
7°00' 7°00'

D’ KETERANGAN :

Mijen Selang kontur


anomali 1 mgal
Sukorejo Kota
D Boja Ungaran
Jalan

Batas Pulau
Mgal
60
55
G. Ungaran 50
45
40
35
Sumowono
Bandungan 30
25
20
Ambarawa 15
10
B 5

G. Sundoro Rawa 0

Pening -5
A -10
Temanggung -15
7°20' 7°20' -20
110°00' 110°30'
C

Gambar 5. Peta anomali Bouguer daerah Semarang dan sekitarnya.

142 JSDG Vol. XVIII No. 3 Juni 2008


Geo-resources
Daerah anomali rendah menempati daerah antara anomali Bouguer menunjukkan kelompok anomali
Gunung Merbabu dan Gunung Sundoro tinggi, tetapi pada anomali sisa ini hanya pada
(Temanggung) di selatan menerus ke utara melalui bagian utaranya yang memberikan anomali tinggi.
Boja dan terus sampai kota Kendal dan pantai utara. Secara umum, pola anomali sisa ini menunjukkan
pola struktur sinklin dan antiklin secara bergantian
Anomali sisa dari arah utara - selatan dengan arah pola struktur
Anomali sisa diperoleh dengan menerapkan trend hampir barat daya - timur laut dan barat - timur
surface analysis pada data terkisi. Anomali sisa ini (Gambar 6). Ada tiga buah rangkaian anomali negatif
diperlukan untuk mengetahui dan memperjelas pada daerah penelitian ini, yaitu :
keberadaan struktur-struktur dangkal (shallow 1. Rangkaian yang terdapat di pantai utara, di mulai
effect). Pada daerah penelitian anomali sisa dari utara Weleri menerus ke timur.
mempunyai kurun nilai dari -16 sampai dengan +21
mgal, dengan pola kelurusan kontur anomali berarah 2. Rangkaian yang mempunyai arah hampir barat -
barat daya - timur laut, utara - selatan, dan barat - timur yang dimulai dari Sukorejo sampai Mijen,
timur (Gambar 6). Penampakan anomali sisa ini dan menerus ke timur sampai selatan Semarang.
menunjukkan bahwa keberadaan gunung api tua 3. Rangkaian yang mempunyai arah hampir barat
(Merbabu) kelompok Gunung Ungaran dan bagian daya - timur laut, mulai dari daerah Temang gung
timur Semarang tidak menerus seperti yang terlihat sampai selatan Ungaran, dan masih menerus ke
dari anomali Bouguer pada kedalaman yang dangkal. daerah Lembar di sebelah timur (Lembar
Demikian juga kelompok Gunung Sundoro yang pada Salatiga).

110°00' 110°30'
6°50' 6°50' U
C’ L A U T J A W A
B T

SKALA 1:1.000.000
Kendal 0 30 km

A’
Kaliwungu
B’ KETERANGAN :
Weleri SEMARANG
Selang kontur
7°00' 7°00' anomali 1 mgal
D’ Kota

Jalan
Mijen
Batas Pulau
Sukorejo
D Boja Ungaran Mgal

10

0
G. Ungaran
-5

Sumowono -10
Bandungan
-15
Ambarawa
-20
B
G. Sundoro Rawa -25
Pening
A -30
Temanggung
7°20' 7°20'
110°00' 110°30' -35
C

Gambar 6. Peta anomali sisa daerah Semarang dan sekitarnya.

JSDG Vol. XVIII No. 3 Juni 2008 143


Geo-resources
Anomali negatif yang menarik disini adalah anomali Formasi Kerek yang merupakan batuan tertua di
yang terdapat di selatan Gunung Ungaran, karena daerah penelitian (Thanden drr., 1996). Formasi
diduga sebagai gambaran suatu cekungan yang bisa Kerek tersebut termasuk kedalam cekungan yang
berpotensi mengandung cebakan panas bumi yang melewati Mijen dengan arah timur - barat yang
terindikasi dengan terdapatnya sumber air panas di menurut Widianto, (2008) merupakan batuan yang
sana (Thanden drr., 1996). Air panas tersebut keluar menghasilkan endapan hidrokarbon dan berimigrasi
melalui suatu patahan dengan arah hampir timur - ke arah utara. Dari daerah ini endapan hidrokarbon
barat. sudah pernah dieksploitasi pada jaman penjajahan
Belanda.
Struktur antiklin di daerah penelitian seperti halnya
struktur sinklin juga terdiri atas tiga rangkaian, yang
Anomali Regional
tentunya searah dengan struktur sinklin. Dalam
rangkaian-rangkaian struktur antiklin maupun sinklin Anomali Bouguer Regional ini dihasilkan melalui
tersebut masih terdapat juga struktur sinklin/antiklin pengurangan anomali Bouguer terhadap anomali
dengan skala yang lebih kecil yang tentunya sisa. Berdasarkan penampakan anomali regional
dihasilkan oleh tektonik yang berkembang kemudian (Gambar 7), permukaan batuan dasar tidak
di daerah tersebut. Rangkaian antiklin yang menarik mempunyai topografi yang rata, atau dengan kata
di daerah ini adalah rangkaian antiklin yang terdapat lain ada beda permukaan batuan dasar antara jalur
di bagian utara lembar, karena bisa berpotensi akrasi dengan jalur cekungan busur muka. Secara
menjadi cebakan perangkap hidrokarbon. Dari data umum, anomali regional ini mempunyai pola kontur
geologi, daerah ini ditempati oleh batuan dari dengan arah barat laut - tenggara.

110°00' 110°30'
6°50' 6°50'
L A U T J A W A

Kendal

Kaliwungu
Weleri SEMARANG
7°00' 7°00'

Mijen
B T

Sukorejo
Boja Ungaran S

SKALA 1:1.000.000
0 30 km

G. Ungaran
KETERANGAN :

Sumowono Selang kontur anomali


Bandungan
1 mgal
Kota
Ambarawa
Jalan

G. Sundoro Rawa Batas Pulau


Pening
Temanggung
7°20' 7°20'
110°00' 110°30'

Gambar 7. Peta anomali regional daerah Semarang dan sekitarnya.

144 JSDG Vol. XVIII No. 3 Juni 2008


Geo-resources
ANALISA KUANTITATIF Penelitian-penelitian oleh Irham drr. (2004) ;
Supriyadi drr. (2005); Sarkowi drr. (2007),dan
Dalam makalah ini, empat buah penampang anomali
Tobing drr. (2000) yang dilakukan di beberapa
Bouguer dan empat buah penampang anomali sisa
tempat di sekitar Kota Semarang menunjukkan
dibuatkan model penampang geologinya. Untuk
bahwa ada indikasi penurunan permukaan tanah
pemodelan, semua informasi geologi seperti
secara setempat atau amblesan. Menurut Lumban
keberadaan struktur, kedalaman struktur, dan lain -
Batu (2004) penyebab penurunan permukaan tanah
lain harus digunakan untuk mengurangi sifat
(amblesan) di Semarang adalah bentuk dan ukuran
ketidakunikan analisis kuantitatif ini, sehingga hasil
butiran penyusun batuan sedimen Kuarter tersebut.
yang didapat lebih mendekati keadaan yang
Hal ini berarti berhubungan dengan porositas dan
sebenarnya. Dari keempat penampang tersebut, tiga
daya dukung tanah di sana.
potongan penampang dibuat dengan arah hampir
utara - selatan dan satu buah berarah barat - timur Budiono (1996) menyatakan bahwa pesisir pantai
(Gambar 4). Hal ini dibuat sedemikian rupa karena mengalami perluasan yang cukup pesat. Hal ini
dari penampakan pola anomali Bouguer, jurus berarti bahwa erosi yang berlangsung di sana cukup
struktur bawah permukaan yang berkembang di kuat dan cepat.
daerah penelitian adalah arah utara - selatan. Hasil-
hasil pemodelan (Gambar 8,9,10 dan 11) di bawah Anomali Magnet
ini memperlihatkan bahwa batuan sedimen yang Data anomali magnet total daerah penelitian
mempunyai ketebalan paling tebal terdapat pada diperoleh dari database yang merupakan data hasil
model penampang A-A’, yaitu sekitar 3000 meter survei magnet udara (airborne magnetic) yang
lebih di sekitar daerah Sukowono. Di utara daerah dilakukan Pertamina. Anomali magnet total daerah
Boja terdapat juga suatu struktur graben dengan arah ini berkisar dari sekitar -150 s/d 750 nanotesla (nT).
barat - timur, yang di hasilkan oleh dua buah sesar. Seperti pada anomali Bouguer, anomali magnet ini
Dari hasil pemodelan ini terlihat juga beberapa dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
struktur - struktur sesar, terutama pada penampang
1. Daerah anomali tinggi dengan nilai = 150 nT
AA' yang cenderung berarah barat - timur seperti
menempati daerah Temanggung dan Gunung
terlihat pada kilometer 3, 8, 23, 27, 33, dan
Merbabu di selatan menerus ke utara sampai
kilometer 39 (Gambar 8). Pada penampang D-D’
selatan Kaliwungu, dan dari kompleks Gunung
yang berarah timur - barat terlihat juga indikasi
Ungaran menerus ke barat sampai daerah
beberapa struktur sesar yang cenderung mempunyai
Sukorejo. Daerah anomali tinggi ini ditempati oleh
arah hampir utara - selatan (Gambar 11).
batuan intrusi andesit dan batuan breksi vulkanik
Keberadaan massa batuan andesit/basaltik menurut
andesit.
peta geologi (Thanden drr., 1996) merupakan intrusi
yang sangat lokal, tetapi menurut hasil pemodelan ini 2. Daerah anomali rendah dengan nilai = 150 nT
merupakan suatu massa yang cukup besar karena menempati daerah-daerah di luar daerah anomali
diyakini merupakan penyebab anomali Bouguer tinggi tersebut di atas. Daerah ini ditempati oleh
tinggi. batuan-batuan yang bersifat non magnet, seperti
batuan basal dan batu gamping.
Dari hasil-hasil interpretasi kualitatif dan kuantitatif
tersebut di atas dihasilkan peta sebaran struktur Anomali magnet sisa di daerah penelitian
daerah penelitian seperti pada Gambar 14. mempunyai nilai dari -225 - 275nT, dan memberikan
gambaran sebagai berikut : Daerah anomali magnet
Hasil-hasil pemodelan terhadap tiga buah sisa tinggi (dengan nilai = 25 nT) menempati daerah
penampang anomali Bouguer dan anomali sisa, yaitu Ambarawa, Gunung Ungaran, dan Sukorejo. Secara
penampang A-A’, penampang B-B', dan penampang permukaan yang lebih dangkal, Daerah Ambarawa
C-C’ yang berarah hampir utara - selatan, dan Gunung Ungaran adalah terpisah walaupun
mengindikasikan bahwa bagian utara adalah bagian keduanya sama-sama ditempati oleh intrusi batuan
yang naik dari suatu sistem sesar yang berarah barat - andesit. Daerah Sukorejo ditempati oleh lapisan
timur (Gambar 7, 8, 9). Dari hal tersebut di atas, batuan breksi vulkanik andesit yang mempunyai
secara geologis, daerah Semarang dan sekitarnya ketebalan yang tipis karena pada anomali Bouguer
adalah bagian yang naik dari sistem sesar tersebut. sisa daerah ini termasuk kedalam cekungan (sinklin).
Daerah Gunung Sundoro pada anomali Bouguer

JSDG Vol. XVIII No. 3 Juni 2008 145


Geo-resources
menunjukkan anomali tinggi dan diinterpretasikan imbas balik dari anomali tinggi dari Gunung Ungaran
merupakan suatu intrusi batuan beku, tetapi pada dan Ambarawa. Daerah di sebelah tenggara
anomali magnet merupakan suatu batuan Semarang merupakan cekungan anomali rendah,
nonmagnet (basaltic ?). Cekungan (sinklin) utama tetapi pada anomali Bouguer merupakan bagian dari
pada anomali Bouguer sisa (dari Sukorejo sampai anomali positif yang ditempati oleh batu gampingan
selatan Semarang) terbagi menjadi antiklin dan rapat massa relatif tinggi, tetapi mempunyai sifat
sinklin, dan bagian sinklinnya ditempati oleh batu kemagnetan yang rendah. Hasil interpretasi kulitatif
sedimen gampingan. Anomali minimum di barat ini dibuat pada peta penyebaran struktur (Gambar
daya dan tenggara Gunung Ungaran merupakan 14).

30,0
A’ 25,0
20,0
= calc 15,0
= obs
A 10,0
5,0
0,0
-5,0
-10,0
0,0 5,0 10,0 15,0 20,0 25,0 30,0 35,0 40,0 45,0
Jarak (km) 2,78
0,0
1
-4,0
-8,0
-12,0

Kedalaman (Km)
-16,0
2,67
-20,0
-24,0
-28,0
3,10 -32,0
-36,0

Gambar 8. Model geologi dari penampang A-A', anomali Bouguer.

A 6,0
A’ 2,0
-2,0
-6,0
= calc -10,0
= obs
-14,0
-18,0
-22,0
0,0 5,0 10,0 15,0 20,0 25,0 30,0 35,0 40,0
Jarak (km) 1,00
0,50
2,78 0,00
Kedalaman (Km)

2,40 -0,50
-1,00
-1,50
2,67 -2,00
-2,50

KETERANGAN : -3,00
3
.
2.40 g/cm Batuan Sedimen 3
2.67 g/cm Kerak kontinen
2.78 g/cm3 Batuan Andesitik 3.10 g/cm3 Kerak samudra
Sesar

Gambar 8a. Model geologi dari penampang A-A', anomali sisa.

146 JSDG Vol. XVIII No. 3 Juni 2008


Geo-resources

28,0
B’
24,0
= calc 20,0
= obs
16,0
B 12,0
8,0
4,0
0,0 5,0 10,0 15,0 20,0 25,0 30,0
2,40 Jarak (km) 2,78 2,0
-2,0
-6,0

Kedalaman (Km)
-10,0
-14,0
2,67
-18,0
-22,0
-26,0

3.10 -30,0
-34,0

Gambar 9. Model geologi dari penampang B-B’,anomali Bouguer.

= calc 12,0
= obs B’ 8,0
B 4,0
,0
-4,0
-8,0
-12,0
-16,0
0,0 5,0 10,0 15,0 2,0 25,0 30,0

Jarak (km) 0,60


0,20
Kedalaman (Km)

-0,20
2,40
-0,60
-1,00
2,78 2,78 -1,40
-1,80
-2,20
2,67 -2,60
-3,00
KETERANGAN :
3
.
2.40 g/cm Batuan Sedimen 2.67 g/cm3 Kerak kontinen
3
2.78 g/cm Batuan Andesitik 3.10 g/cm3 Kerak samudra
Sesar

Gambar 9a. Model geologi dari penampang B-B’, anomali sisa.

JSDG Vol. XVIII No. 3 Juni 2008 147


Geo-resources

C 12,0
8,0
4,0
= calc 0,0
= obs
C’ -4,0
-8,0
-12,0
0,0 5,0 15,0 25,0 35,0 45,0 55,0
Jarak (km)
0,0
2,40
2,78 -4,0

Kedalaman (Km)
-8,0
-12,0
2,67 -16,0
-20,0
-24,0
-28,0
-32,0

Gambar 10. Model geologi, penampang C-C’, anomali Bouguer.

0,0
C C’ -2,0
= calc
-4,0
= obs -6,0
-8,0
-10,0
0 5,0 15,0 25,0 35,0 45,0 55,0
2,78 Jarak (km)
2,78
0,0
2,40
-2,0
Kedalaman (Km)

2,67 -4,0
KETERANGAN :
.
2,40 g/cm3 Batuan Sedimen 3
2,67 g/cm Kerak kontinen
-6,0
3
3
2,78 g/cm Batuan Andesitik 3,10 g/cm Kerak samudra
Sesar -8,0

-10,0

Gambar 10a. Model geologi,penampang C-C’, anomali sisa.

148 JSDG Vol. XVIII No. 3 Juni 2008


Geo-resources

14,0
D 10,0
D’ 6,0
= calc
= obs 2,0
-2,0
-6,0
-10,0
0 10 20 30 40 50
2,78 Jarak (km) 2,78 2,0
2,40 -2,0
-6,0

Kedalaman (km)
-10,0
-14,0
2,67
-18,0
-22,0
-26,0
3,10
-30,0

Gambar 11. Model geologi,penampang D-D’,anomali Bouguer.

= calc
= obs 5,00
3,00
1,00
D -1,00
D’ -3,00
-5,00
-7,00
0 5,0 15,0 25,0 35,0 45,0 55,0
Jarak (km)
0,10
-0,10
Kedalaman (km)

2,40 -0,30
2,
-0,50
-0,70
-0,90
2,78
-1,10
2,67 2,78 -1,30
-1,50
-1,70
KETERANGAN :
3
.
2,40 g/cm Batuan Sedimen 3
2,67 g/cm Kerak kontinen
3
3
2,78 g/cm Batuan Andesitik 3,10 g/cm Kerak samudra
Sesar

Gambar 11a. Model geologi,penampang D-D’,anomali sisa.

JSDG Vol. XVIII No. 3 Juni 2008 149


Geo-resources
110°00' 110°30'
6°50' 6°50'
U
L A U T J A W A

B T

Kendal
SKALA 1:1.000.000
Kaliwungu 0 30 km
Weleri SEMARANG
KETERANGAN :
7°00' 7°00'

Selang kontur anomali


10 nT

Kota
Mijen
Jalan
Sukorejo
Batas Pulau
Boja Ungaran
NT
750
700
650
600
550
G. Ungaran 500
450
400
350
Sumowono 300
Bandungan 250
200
Ambarawa 150
100
50

G. Sundoro Rawa 0
Pening -50
-100
Temanggung -150
7°20' 7°20' -200
110°00' 110°30'

Gambar 12. Peta Anomali Magnit Total daerah Semarang dan Sekitarnya.

110°00' 110°30'
6°50' 6°50'
L A U T J A W A U

B T

S
Kendal
SKALA 1:1.000.000
Kaliwungu 0 30 km
Weleri SEMARANG
KETERANGAN :
7°00' 7°00'
Selang kontur anomali
10 nT

Kota
Mijen
Jalan
Sukorejo
Batas Pulau
Boja Ungaran
nT
300

240

180
G. Ungaran
120

Sumowono 60
Bandungan
0

Ambarawa -60

-120
G. Sundoro Rawa
Pening -180
Temanggung
7°20' 7°20' -240
110°00' 110°30'

Gambar 13. Peta Anomali Magnit Sisa daerah Semarang dan Sekitarnya.

150 JSDG Vol. XVIII No. 3 Juni 2008


Geo-resources
110°00' 110°30'
6°50' 6°50'
L A U T J A W A
U

B T

Kendal
S

Kaliwungu SKALA 1:1.000.000


Weleri SEMARANG 0 30 km

7°00' 7°00'

KETERANGAN :
Jalan
Mijen Antiklin

Sukorejo
Sinklin
Boja Ungaran Sesar
Batas Pulau
Kota
G. Ungaran P C H : Potensil untuk
Cebakan Hidrokarbon

Sumowono Dari Magnet :


Bandungan
Sesar
Ambarawa
Sinklin
G. Sundoro Rawa
Pening Antiklin
Temanggung
7°20' 7°20'
110°00' 110°30'

Gambar 14. Peta penyebaran Struktur, hasil analisis kualitatif dan kuantitatif dari anomali Bouguer dan magnit.

KESIMPULAN
Hasil analisis kualitatif maupun kuantitatif anomali
berpotensi mengandung sumberdaya geologi, seperti
Bouguer dan anomali magnet tidak menunjukkan
: cebakan gas alam di daerah selatan Gunung
adanya gejala penurunan permukaan tanah kota
Ungaran dan cebakan hidrokarbon di daerah sekitar
Semarang. Hasil pemodelan terhadap beberapa
pantai utara sampai lepas pantai, seperti terlihat
penampang berarah utara - selatan menunjukkan
pada peta sebaran struktur Gambar 14.
bagian utara kota Semarang yang naik dari sistem
sesar berarah timur - barat. Penurunan yang
UCAPAN TERIMA KASIH
dimaksud hanya berupa amblesan yang terjadi di
sekitar pelabuhan Tanjung Mas (kira-kira 2 km2), Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kepala
menurut informasi dari Dinas Pertambangan dan Pusat Survei Geologi, Koordinator Program P2D, dan
Energi (secara lisan). Dewan Ilmiah. Penulis juga menghargai semua
rekan-rekan yang terlibat dalam pengukuran dan
Hasil analisis kualitatif dan kuantitatif menunjukkan
pengambilan data lapangan.
perlipatan-perlipatan. Daerah penelitian bisa

JSDG Vol. XVIII No. 3 Juni 2008 151


Geo-resources
ACUAN
Adkins J., Sukardi S., Said H., and Untung M., 1978. A Regional Gravity Base Station Network for Indonesia,
Publikasi Teknik Seri Geofisika No. 6, Direktorat Geologi Bandung.
Budiono, K., 1996. Geologi Teknik pantai dan lepas pantai Kodya Semarang, Jawa Tengah. Pusat Penelitian
Geologi Kelautan (PPGL), Bandung.
Dobrin M.B. and Savit C.H., 1988. Introduction to Geophysical Prospecting, Fourth Edition, McGraw-Hil Book
Cpmpany, New York.
Widianto, E., 2008. Penentuan Konfigurasi Struktur Batuan Dasar dan Jenis Cekungan dengan Data Gaya Berat
serta Implikasinya pada Target Eksplorasi Minyak dan Gas Bumi di Pulau Jawa. Disertasi Untuk
memperoleh gelar Doktor. Program Studi Teknik Geofisika, Institut Teknologi Bandung.

Irham, M. N., Yulianto,T., Kadir, W. G. A. dan Sarkowi, M., 2004. Estimasi Amblesan tanah di Daerah Semarang
Bawah dengan metode Gaya berat 4D. Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan ke 29 HAGI,
Yogyakarta 5-7 Oktober 2004.
Leick, A., 1989. GPS Satellite Surveying. John Wiley & Sons, New York.
Lumban Batu, U. M., 2004. Kajian Potensi Bencana Pelulukan (Liquefaction) di Daerah Semarang dan
Sekitarnya. Jurnal Sumber Daya Geologi 1 (1) Maret 2004, Pusat Penelitian dan Pengembangan
Geologi, Bandung.
Sani. M., dan Otong, H.G., 1991. Peta Anomali Bouguer Lembar Semarang, Jawa, Puslitbang Geologi,
Bandung.
Supriyadi., Santoso, D., Kadir, W. G. A., Sarkowi, M. dan Zainuddin, A., 2005. Identifikasi Amblesan Tanah di
Kawasan Perumahan Puri Anjasmoro PRPP Semarang Menggunakan Gaya berat Mikro 4D.
Jurnal Geofisika, Edisi Tahun 2005 (2) : 25-31.
Thanden, R. E., Sumadirdja, H., Richards.P.W., Sutisna. K., dan Amin. T. C., 1996. Peta Geologi Lembar
Semarang, Jawa, Puslitbang Geologi, Bandung.
Tobing, T., Syarief, E. A., dan Dodid, M., 2000. Penyelidikan Geologi Teknik Amblesan Tanah Daerah Se
marang dan Sekitarnya, Jawa Tengah. Direktorat Geologi Tata Lingkungan, Bandung.

Naskah diterima : 5 April 2007


Revisi terakhir : 10 Maret 2008

152 JSDG Vol. XVIII No. 3 Juni 2008


Geo-resources
POTENSI PANAS BUMI DAERAH PANDEGLANG DAN SEKITARNYA BERDASARKAN
EVALUASI DATA GEOLOGI DAN GEOFISIKA TERPADU

Subagio dan B.S. Widijono


Pusat Survei Geologi
Jl. Diponegoro No. 57, Bandung - 40122

SARI

Informasi geologi dan geofisika terpadu memberikan gambaran sebaran geologi bawah permukaan daerah penelitian.
Dari analisis pemodelan gaya berat daerah penelitian, didapatkan suatu gambaran tentang keberadaan beberapa struktur
terban dan terobosan batuan intrusi. Struktur-struktur tersebut diperkirakan berfungsi sebagai cebakan dari potensi
geotermal. Batuan intrusi muda di bawah Gunung Karang diinterpretasikan sumber panas, sementara batuan sedimen
tersier kemungkinan berfungsi sebagai reservoir. Batuan gunung api teralterasi yang tersebar luas di daerah penelitian
kemungkinan berfungsi sebagai batuan penutup. Kemungkinan potensi geotermal juga diindikasikan oleh keberadaan
beberapa mata air panas yang tersingkap di daerah penelitian.
Kata kunci : informasi geofisika terpadu, struktur geologi bawah permukaan, panas bumi

ABSTRACT

Intergrated geological and geophysical informations provide ilustration of subsurface geology of the researched area.
Result of gravity modelling of the study area show several grabbens and intrusives. This structures would probably be act
as trap of a geothermal potential. The young intrusive rocks beneath the Gunung Karang is interpretated as a heat
sources, while the Tertiary sedimentary rocks could possibly be a reservoir. The altered volcanic rocks widely exposed in
the study area may presence as a caprock. The possibility of geothermal energy potential is also indicated by the
occurrence of several of springs exposed in the area.
Keywords : intergrated geophysical information, subsurface geological structure, geothermal

PENDAHULUAN Rangkasbitung juga dilakukan survei gaya berat


dengan interval titik ukur sekitar 0,7 - 1 km, sehingga
Informasi spasial gaya berat dapat dipakai sebagai cekungan dangkal yang terbentuk di sekitar daerah
salah satu cara untuk memprediksi struktur geologi, tersebut dapat didelineasi secara terperinci (Subagio,
baik di bawah maupun di permukaan, dan densitas 2006). Di samping data gaya berat, data geologi
batuan penyusun kerak bumi. Salah satu aplikasi permukaan juga sudah cukup lengkap tersedia dalam
praktisnya, informasi spasial gaya berat disajikan bentuk peta geologi skala 1:100.000 (Rusmana, drr.
dalam bentuk data anomali gaya berat. Anomali ini 1991).
menunjukkan perbedaan nilai gaya berat
pengamatan dengan nilai gaya berat teoritis. Pada tahun 1973 hingga 1984 PERTAMINA telah
Berdasarkan cara pereduksian gaya berat hasil melakukan survei geofisika terpadu di daerah panas
ukuran, salah satunya anomali Bouguer. Untuk bumi (geothermal) Citaman, Banten, yang meliputi
keperluan geofisik, khususnya untuk eksplorasi survei aero-magnetik, pemetaan geolistrik, survei
energi dan sumberdaya mineral, data anomali yang magneto-telluric sounding, dan survei gaya berat
diperlukan adalah anomali Bouguer. terperinci (Sudarman, 1985).

Pemetaan anomali Bouguer skala 1:100.000 telah Dengan tersedianya berbagai data di atas, maka
dilakukan pada tahun 1996 dengan interval titik dapat dilakukan penelitian ilmiah kebumian
ukur sekitar 2 - 3 km, mencakup daerah Serang, khususnya yang berhubungan dengan potensi
Cilegon, Pandeglang, Rangkasbitung, dan geologi, baik mengenai prospek sumber daya mineral
sekitarnya. Dalam peta sistematik, daerah penelitian dan energi, maupun dalam hubungannya dengan
termasuk ke dalam Lembar Peta Serang yang dibuat kebencanaan. Maksud penelitian ini adalah untuk
Nasution, 1997. Pada tahun 2006, di daerah mempadu serasikan berbagai data geofisika dan data
geologi yang tersedia di daerah penelitian, sehingga

JSDG Vol. XVIII No. 3 Juni 2008 153


Geo-resources
dapat ditentukan keterkaitan data satu dengan data pengikisan yang terus berlanjut. Pola salirannya juga
lainnya. Tujuannya adalah untuk menentukan memancar, sungainya hanya berair di musim hujan.
struktur geologi bawah permukaan, dalam
Pada tubuh Gunung Karang-Pulosari terdapat sebuah
hubungannya dengan potensi geologi panas bumi.
kaldera, yang membentuk dasar sebagian tertutup
Daerah penelitian terletak di daerah Serang, Cilegon, rawa (rawa danau) dan sebagian ditutupi oleh hutan.
Pandeglang dan Rangkasbitung, Provinsi Banten. Di sebelah barat laut Serang terdapat sebuah kubah
Berdasarkan sistem koordinat geodetis, lokasi lava yang berlereng landai dengan ketinggian sekitar
tersebut terletak dalam selang koordinat : 106°00’ - 260 m di atas permukaan laut. Gunung Pinang
106°30’' BT dan 06°00’ - 06°30’ LS (Gambar 1). termasuk ke dalam satuan ini.

6°S
Stratigrafi
Tataan stratigrafi di daerah penelitian terdiri atas
7°S
PULAU JAWA batuan sedimen, gunung api, dan batuan terobosan,
8°S
berumur mulai dari Miosen Akhir hingga Holosen
Lokasi Penelitian (Rusmana drr., 1991).
106° 108° 110° 112° 114°
Tebal setiap formasi berkisar sekitar 200 - 800 m,
Gambar 1. Lokasi daerah penelitian dengan tebal keseluruhan sekitar 3500 m. Formasi
Bojongmanik (Tmb) merupakan satuan tertua yang
berumur Miosen Akhir, terdiri atas perselingan antara
TATAAN GEOLOGI
batupasir dan batu lempung pasiran, batugamping,
Fisiografi dan morfologi batupasir tufaan dan tuf pada bagian atas. Formasi
ini ditindih tak selaras oleh Formasi Genteng yang
Daerah penelitian dapat dikelompokkan ke dalam terdiri atas tuf batuapung, batupasir tufan,
tiga satuan morfologi, yaitu dataran rendah, konglomerat, dan breksi andesit yang diduga
perbukitan bergelombang, dan kerucut gunung api berumur Pliosen Awal. Formasi Cipacar (Tpc) yang
(Rusmana drr, 1991). terdiri atas tuf batuapung berselingan dengan
Daerah dataran rendah menempati bagian utara lempung tufan, konglomerat, dan napal glaukonitan.
lembar, memanjang dengan arah barat - timur. Di Umurnya diperkirakan Pliosen Akhir. Formasi ini
bagian selatan terdapat bukit-bukit kecil yang menindih Formasi Genteng secara tak selaras. Di atas
mempunyai ketinggian sampai 20 m, dan Formasi Cipacar diendapkan secara tak selaras
merupakan daerah aliran Sungai Ciujung, Sungai Formasi Bojong (Qpb) yang terdiri atas napal pasiran,
Cidurian, dan Sungai Cipayaeun. Perbukitan lempung pasiran, batugamping kokina, dan tuf.
bergelombang terdapat di sebelah selatan dataran Umurnya Plistosen.
rendah, berupa deretan perbukitan yang tingginya Batuan gunung api yang terdapat di daerah ini dapat
berkisar dari 80 - 250 m dari permukaan laut. dikelompokkan ke dalam batuan gunung api tua yang
Penyaliran di daerah ini berpola hampir sejajar dan berasal dari Gunung Danau, Gunung Gede, dan
lembahnya berlereng agak terjal. Di beberapa tempat kelompok batuan gunung api muda yang dihasilkan
terdapat tonjolan yang mencolok berupa korok oleh Gunung Karang dan Gunung Pulosari. Umurnya
gunung api. mulai dari Plistosen Tua hingga Holosen.
Kerucut gunung api menempati bagian barat dan Batuan terobosan yang terdapat di lokasi penelitian
barat laut lembar, yang terdiri atas Kelompok Gunung ini bersusunan andesit hingga basal. Diduga telah
api Karang-Pulosari, dengan titik tertinggi 1778 m di tiga kali terjadi penerobosan yaitu terobosan tertua
atas permukaan laut. Gunung api ini berkembang terjadi di bagian selatan lembar, dan makin ke utara
sebagai kerucut yang tajam, dengan tekuk pada umur terobosan makin muda.
lereng terlihat jelas. Sungai di lereng bagian atas
mempunyai kelandaian besar dengan lembah yang Endapan aluvium yang terdiri atas endapan sungai
sempit, dan pola salirannya bersifat memancar. dan pantai (Qa) serta rawa (Qr) tersebar cukup luas di
Kelompok Gunung Gede di bagian barat laut lembar, bagian utara lembar dan di daerah rawa danau (di
bagian tengah lembar sebelah barat) (Gambar 2).
mempunyai bentuk kerucut yang tumpul karena

154 JSDG Vol. XVIII No. 3 Juni 2008


Geo-resources
5° 50’ S

0 5 10 km U
L A U T J A W A

Teluk Banten

U
D Serang
DU
DU

Rangkasbitung

DU
D
U

6° 30’ S
106° 00’ T 106° 30’ T

Endapan permukaan Batuan sedimen Tersier Batuan terobosan Kuarter

Batuan sedimen Kuarter Batuan gunungapi Kuarter Batuan terobosan Tersier

Gambar 2. Tataan geologi daerah Serang dan sekitarnya (Rusmana, 1991).

JSDG Vol. XVIII No. 3 Juni 2008 155


Geo-resources
Struktur dan Tektonik Pola Anomali Bouguer
Pengaruh tektonik di daerah ini dicerminkan oleh Sebaran anomali Bouguer merefleksikan sebaran
adanya lipatan dan sesar. Kemiringan lapisan yang lateral variasi rapat massa batuan yang terdapat di
umumnya tidak melebihi 30° menunjukkan bahwa daerah penelitian. Adanya gejala struktur geologi
pengaruh ini tidak begitu besar. Sumbu lipatan pada ditunjukkan oleh pengelompokan garis-garis kontur
umumnya berarah utara timur laut - selatan barat sejajar dengan jarak antara yang relatif rapat,
daya. Pada batuan tertua (Formasi Bojongmanik), sehingga membentuk kelurusan kontur yang dapat
poros lipatan berarah utara timur laut - selatan barat ditafsirkan sebagai kelurusan struktur geologi bawah
daya. Sesar dan kelurusan umumnya berarah barat permukaan.
laut - tenggara, yang merupakan sesar turun. Peta anomali Bouguer Lembar Serang, skala
Pengaruh tektonik yang terjadi kemudian hanya 1:100.000 yang disusun oleh Nasution dan
dapat dikenali sebagai kelurusan pada foto udara, Djarwadi (1997) menunjukkan pola anomali
salah satu di antaranya ialah kelurusan berarah barat melingkar positif yang membentuk punggungan
laut yang berakhir di Gunung Pinang. anomali, dan tersebar di bagian barat, selatan, dan
bagian utara daerah penelitian. Pola anomali
Sumber Daya Energi melingkar negatif membentuk anomali rendah, yang
mencerminkan cekungan yang terpusat di bagian
Mata air panas yang ditemukan di dekat Desa tengah daerah penelitian. Nilai anomali berkisar
Cibeureum, dipergunakan untuk tempat pemandian, antara 53 - 90 mgal (Gambar 3).
dan sudah diusahakan sebagai objek wisata
Pola anomali melingkar positif bernilai sekitar 65 - 90
pemandian air panas Batukawung. Adanya mata air mgal yang terdapat di sebelah tenggara
panas ini menunjukkan adanya gejala panas bumi. Rangkasbitung bersesuaian dengan keterdapatan
Daerah Rawa Danau diduga sebagai sumber panas batuan terobosan andesit yang berumur Tersier,
bumi. sedangkan pola anomali melingkar positif dengan
kisaran nilai sekitar 74 - 77 mgal di sebelah barat
METODOLOGI PENELITIAN Serang bersesuaian dengan tempat tersingkapnya
batuan terobosan Kuarter. Pola anomali positif yang
Metode gaya berat merupakan salah satu penelitian dijumpai di bagian barat yaitu di sebelah selatan
gerofisika yang didasarkan pada teori potensial. Gunung Karang, tidak ada kaitannya dengan batuan
Metode ini banyak digunakan untuk mendelineasi terobosan, sebab di daerah ini tidak tersingkap
sebaran densitas batuan penyusun kerak bumi dan batuan terobosan. namun daerah tersebut tersusun
struktur geologi bawah permukaan. Oleh karena itu, oleh batuan gunung api Kuarter. Fenomena yang
metode ini banyak digunakan untuk survei sama juga dijumpai di sebelah barat Serang dan di
pendahuluan dalam eksplorasi potensi geologi, yang sebelah tenggara Rangkasbitung. Penampakan pola
meliputi prospek sumber daya mineral dan energi, punggungan anomali tersebut diduga berhubungan
dan dalam hubungannya dengan kebencanaan dengan batuan terobosan. Pola melingkar negatif
geologi. Salah satu kelemahan metode ini adalah yang membentuk cekungan anomali dengan nilai
hasil penafsirannya mempunyai derajat ketidak- sekitar 53 - 60 mgal terdapat di bagian tengah di
pastian (ambiguous) yang cukup tinggi, sehingga sekitar Rangkasbitung. Pada anomali rendah ini
diperlukan data lain yang mampu mengikat atau terdapat singkapan batuan gunung api Kuarter yang
mengontrol hasil penafsirannya. Dalam penelitian tersusun oleh tuf, breksi batu apung, dan batupasir
ini, data pengikat yang digunakan adalah data tufan. Pola anomali negatif ini yang mencerminkan
geologi permukaan, dan data geofisika terpadu suatu cekungan diduga diakibatkan oleh sesar,
lainnya yang dihasilkan dari beberapa metode sehingga menyebabkan terjadinya suatu terban
geofisika, yang terdiri atas survei aero-magnetik, (graben). Anomali dengan nilai lebih kecil dari 53
pemetaan geolistrik, survei magneto-telluric mgal diduga merupakan refleksi batuan gunung api
sounding, dan survei gaya berat terperinci. yang telah teralterasi (Gambar 3).

156 JSDG Vol. XVIII No. 3 Juni 2008


Geo-resources

106°00'BT(E) 615000mT(E) 05'620 625 10' 630 635 15' 640 645 20' 650 655 25' 660 665000mT(E)
106°30'BT(E)
5°50'LS(S) 5°50'LS(S)
9855000mU(N)

9855000mU(N)
PETA INDEKS/INDEX MAP
103°30'LS(S) 104°00'LS(S) 105°00'LS(S) 106°00'LS(S) 107°00'LS(S)
5°00'LS(S)
A
ND
SU
T- LAUT JAWA
LA
Bandarlampung
SE TEL
UK
SEM
ANG
KO

TELUK LAMPUNG

Tg. Pujul P. Tunda

9850 9850
Tg.Piatu 6°00'LS(S)
a Serang
Tg Kahal nd
P. Sertung P. Rakata

P. Krakatau

Su JAKARTA
t
ela
lira
K. Ru

S
L A U T - J A W A
K. Sa

G. PIATU
kem

Pulau Kali
ng
nja

Tg. Batupayung Bogor


ro

ITAN TELUK
mu

PANA SAMADARANG
T

G. PEUTEUJAJAR SELA
Su

G. SEKONG
436
K.

Tg.Awuran SUKABUMI

Bayah

K. Gayam 7°00'LS(S)
P. Tinjil

55' 7°00'LS(S)
55'
di
Pelabuhanratu
P. Deli

n
65
Ci Mandiri
RATU

Ca
PELABUHAN
TELUK

K.
9845 G. GEDE SAMUDERA HINDIA 9845
G. SALAK 595 Kampungbaru Jampangkulon
Pasirbitung

G. CIPALA 568
504 70 Tg.Kopo
PULAU PANJANG
Langon Kepaksan P.SEMUT
Tg.Gorenyang
P. PAMUJAAN BESAR Tg Pontang
MUARA PONTANG
G. BATUR
75 Lokasi Peta/Map Location
G. KOKOL
K.

553
Lana

G. JERING
165
PULAU TARAHAN 60 8°00'LS(S) 8°00'LS(S)
ng

MUARA KANGKUNG

G. CIPEUTEUI P. TANJUNGBAJU 65
G.KAMUNING P. CIKANTUNG MUARA TENGAH
ron
196 ba
m

Tg. Batok jung


re

Geremwetan PULAU KAMANISAN Ci An


Ge

9840 Ci
Lunc TELUK-BANTEN Margayasa N 9840
K.

ing
K. G. SANTRI
Utu
ng W E
PULAU KUBUR
Wanakerta

i
S

Kali Wed
K. Grogol ing
Grogol Kij
K. Sampang wetan 0 1 2 3 4 5 km

g
PULAU KAMBING

jin
ng
Ju
Ci
65

6°00'LS(S) 6°00'LS(S)
60

NG
JU
60

CIU
9835 9835
PULAU DAU
PULAU DUA
s

MUARA CIDURIAN
ru
ga

K. Ba
gin

65
ng
un

ba
Ked
eng

Jam
renc

P. CANGKIR
K.

70
K.

Kemiri
K. K

Kubangbahad
uban

MUARA CIPASILIAN
n ten
K. Kes

Ba

Lebakkelapa MUARA CILONTAR


K.

Cangkring Jenggati
Kedungbaya Krapak 65 MUARA CILEULEUS
65
t
lau
dang

njo
g

upa
tun

Te
agen

n
bu
an

Ci
r

K. K

jali
bebe

G. PINANG
sg

um

9830 9830
n
da

K. Bl

Pe

260
K. Tr
Ca

K. Ci

Pagedangan-udik
li
Ka
ri
i Ja
Kal

n
se
Pri
Pasirangin K.
Palamunan

Kesubuan
05' Pakandangan 05'
Mandaya
n
cu
du
Ke
75 K.
Ci Parendang

lempang
li K
Ka Bedukioro
G. MARIKANGEN
G. SANDAHAN 65
G. BARU
466
397
k

A
9825 9825
mba

AY
on

ND
nd Bakung
i Tu

ge

ME
Cigeaug
Bio
Kal

CI
Sibluruk C Cigabussalirang
SERANG
K.Watu
G. TENJOLAUT 70
Cikondang
Gandania
G. TUMPENG Tegalblingan Pabuaranmanis
316
G. BALBER Bogeg
a1

Kiara
k
Wa
Ci

Talaga
it
Ci Sa

l
G. PAYUNG Tungga
Godeg 334 K.
9820 9820

Cibeunceuh Bojongpinang
n
Tanjunghilir pa
Sam
Gunungsari Ci
Palembangan
10' 10'
G. GEDOR
n
na

G. PULE
ka

256
ng

UNG
ju

CI UJ
U

Cibanteng
Ci

Ci
Ran
G. KAMUNING Ci Bante Kedawung

yieu
307
65

n
9815 9815
Ci
Ci Saa

Ra
bui

nyi

Gumalung
am

Cilehem Cisalam
Pari
t

eu

60
Ci K

Ci
gor
n

Pabuwaran
Ci Bo Banter
Baros
65
Banjar
Ci C
angk
ok Bojong
Cangkudu
Jengkol
Parungpung
or
9810 0 Ci
Bog Ci-A
sem 60 Ci Payeuna
9810
50
Cipacung Guha
Pabuwaran
Ci U

15'
55 15'
M
jung

EU
UR

G. SANGIANGKENDIT 1000
BE

Cadasari
CI

55 Bojonglowa
00
15G. KARANG
60
G. KANCANA Tunjung 1 Nyombok
1778
Amcang

60
G. BATULAWANG
PR. ANGIN Kadulada
1260
Ci Ka

65 Pabrik Banjulan
9805 9805
mbuy

Cisangu
Sodong

Bandolong Tonggoh
70
Ci Loku

PANDEGLANG
Ci
Liw

Barabad
75
Ci Kambuy
et

Kadupondok Garutsabrang
Abu Sondol
Ci Lancar

Situ Jengkol
80 Ci Barondong Nyungtung
Cipacung Pasirtangkil Sa
ng
au
9800 9800
20' 55 t e ng 20'
Can
Ci
Warunggunung
Cidurian 60
Ci Baj

wung

Waspada Cipalawad
mbula

ing

ay
ieun

r
Lu
Ci Rin

Ci
Ci Cinta
Ci Ja

Cilaja
ja
La
Ci
yae un

Ci RANGKASBITUNG
Je
bu Ci
Pa

g Ka
Lebak wu Langgana Ci Curug Ci
ng Ku
Jentul Ci pa Pasirmadang
Ci

CID

Ka
Aw

9795 Ci ra 9795
UR

nte Gadeg
i

Nu n
ng
IA

ga
N

l
Situbeurit Panyapan
ng
h

wu
ri

Ci
Ci
ireu

PR.KAREO
la

Ci Lengkap
bu

Pa
Bod
Pas

PR. MANGGU
m

ng

Ciparicur
Ja
as

au

65
Ci
Ci

r
EU
UR

Campaka
Patung 2
BE

Koncong
CI

Kadubinglu
Cip
an
as

Kadujangkung 3 PR.SANGIANG
PR.TENJOJAYA
PR. GADUNG PR.TENGAH Gobang
Gununganten Ci
25' Be 25'
PR.NAEMANGWANGI ure
9790 Pasirhaur um 9790
Malingping
Ci Lancar Polad Ci Be
uru
60
Waluku Ci PR.CIJENGKOL em
Min PR.CURUGLALAY Cilawang Citatah
T

ger

ya
EU

k
Pa
SIM

Jasugi Kaduguling
Ci

Cikeuyeup 70
CI

TANAH KEHUTANAN CILUMPANG PR.ROKO Cakel


PR. PAKEL PR. GUNUNG
Ci Pe
Umbul utey
65
TANAH KEHUTANAN KOLECER PR.HULUDAYEUH PR.RENGASTILU CI PR.LUHUR
up
a

g BE
Cimarg

adan RA
ye

NG
65 Ci P
9785000mU(N)

9785000mU(N)
C i Ke u

G.ANGSANA
Pasirhuni
Cipadang Cipinang PR.CARANG
70 Lebakpinang
CIUJUNG
ad

70 PR.PEUNDEUY
po

65 G. WALIL
Sir

Karahel
Ko
Ci

75
Ci

75

PR. CANGKEULEUKEUNREBAH Pasirkalapa Ci Panunggangan


PR.BATUAKEUP La JASINGA
ki G. JALUPANG nduh
Labuh Ci Tu
Perk BANTARJAYA

Sawah
Malangnengah
80 PR.WANGUN
G.SUREN
Cisalak PR. WALANG 160 PR.PARANGAN
Wanti G. CABE PR.PEUPEUHWATU
70 Sindangwangi G. HANDAWARSA
6°30'LS(S) 231 6°30'LS(S)
106°00'BT(E) 615000mT(E) 05'620 625 10' 630 635 15' 640 645 20' 650 655 25' 660 665000mT(E)106°30'BT(E)

Gambar 3. Pola anomali Bouguer Lembar Serang, Jawa (Nasution, 1990).

JSDG Vol. XVIII No. 3 Juni 2008 157


Geo-resources
Penafsiran Data Geofisika Terpadu permukaan, sedangkan pola anomali positif di
Survei geofisika terpadu yang melibatkan berbagai bagian selatan, yaitu di sebelah tenggara
metode seperti aero-magnetik, pemetaan geolistrik, Rangkasbitung, menunjukkan adanya singkapan
survei magneto-telluric sounding, survei gaya berat, batuan terobosan Tersier (Rusmana drr., 1991). Jadi
dan pengukuran gradien panas bumi telah dilakukan anomali positif di daerah ini kemungkinan besar
PERTAMINA di daerah lapangan panas bumi disebabkan oleh adanya batuan intrusi di
Citaman, Banten. Interpretasi data geofisika terpadu permukaan.
didasarkan data geologi regional menghasilkan
Penafsiran Kuantitatif Pola Anomali Bouguer
penafsiran tentang tubuh batuan intrusi, seperti yang
tersaji pada Gambar 4, 5, dan 6. Penafsiran secara kuantitatif yang menggunakan
perangkat lunak Gravmag (Pedley, 1991) dilakukan
Hasil penafsiran data geofisika terpadu dilakukan
dengan dua penampang anomali, masing-masing
oleh Sudarman (1985). Hasil tersebut dapat
sepanjang lintasan AB dan lintasan CD (Gambar 7).
dijadikan acuan untuk melakukan penafsiran pola
Dalam penafsiran kuantitatif ini, sebagai kendali
anomali gaya berat daerah penelitian. Sebagai
(kontrol) pemodelan digunakan data geologi
contoh, adanya anomali tinggi dengan pola kontur
permukaan, data bor, data geomagnet, data geolistrik
melingkar positif di daerah sebelah selatan Gunung
(resistivity), data magneto-telluric, dan data gradien
Karang menunjukkan adanya terobosan batuan
termal (thermal gradient) (Sudarman, 1985).
intrusi yang tidak tersingkap di permukaan.
Sebagai batuan alas dalam pemodelan ini
Pola anomali melingkar positif juga dijumpai di diperkirakan batuan granitik yang terdapat pada
bagian utara, tepatnya di sebelah utara Cilegon. Pola kedalaman sekitar 1 - 3 km dengan rapat massa
anomali positif tersebut dikontrol oleh keberadaan batuan 2,68 gram/cm3 (Gambar 7 dan 8).
tubuh batuan intrusi Kuarter yang tersingkap di

59I 1060 00I T 01I 02I 03I 04


I
05I 06I 1060 07I T

50
60 16I S
G. Karang Perkiraan tubuh
0
batuan intrusi
1600

I
17 Penampang gaya berat
1200 70 dan geomagnetik
N 50
30
20 Penampang MTS
800 15
20
7 0
1 10 18I
10
Mandalawangi 50 107, 110, Stasiun MTS
7 PANDEGLANG
5 112
30 19I Lubang pengukuran
400 10
20 gradien temperatur
15 Maja ( < 200m)
112
107
Mengger I
20
110
7

0
120
G. Pulosari 200
21I
U
10
00

800
600
Banjar I
22
10

400

S
60 23I S 0 1 2 3km
200 Cipeucang

Gambar 4. Perkiraan sebaran tubuh batuan intrusi (Sudarman, 1985).

158 JSDG Vol. XVIII No. 3 Juni 2008


Geo-resources

Anomali Bouguer (mgal)


85

80

75
=Perhitungan
Jarak Lintasan (km) =Pengukuran
0 2 4 6 10 16 18 70
8 12 14 136 (P)
137 (P) MTS-134 (P)
1000m 105
138 (P)
1000m
115 (P)
106 = 2.4 x 103 kgm-3
r
MTS-122 (P) 126 5P) 126 (P) 130/131 (P)
1
0m = 2.0 x 103 kgm-3
r 0m
2

Kedalaman (m)
-1000m 3 = 2.5 x 103 kgm-3
r -1000m

-2000m -2000m
4
= 2.4 x 103 kgm-3
r
-3000m -3000m
5
-4000m -4000m
= 2.7 x 103 kgm-3
r
-5000m -5000m

Gambar 5. Model tubuh batuan intrusi berdasarkan penafsiran anomali Bouguer (Sudarman, 1985).

Selatan Utara
Anomali intensitas total (nT)

35
8
- 35 Perhitungan
Pengukuran
- 78 IGRF

18 28 38 48
Jarak lintasan (km)

Model tubuh magnetik

Gunung Karang
Bidang permukaan laut rata-rata
0m
Kedalaman (m)

-1500
-3000
-4500
-6000

Gambar 6. Model tubuh batuan intrusi berdasarkan penafsiran anomali magnet (Sudarman, 1985).

JSDG Vol. XVIII No. 3 Juni 2008 159


Geo-resources

1060 00I T D
0
106 15
I 0 I
106 30 T
0 I
06 00 S

0 I
06 15

0 I
06 30 S
C
Keterangan :
Titik ukur gayaberat thn. 1997 (Nasution, 1997) U
Titik ukur gayaberat thn. 2006 (Subagio, 2006)
0 5 10km
Kontur anomali Bouguer
Lintasan penampang pemodelan AB dan CD

Gambar 7. Pola anomali Bouguer daerah Pandeglang dan sekitarnya (Subagio, 2006).

160 JSDG Vol. XVIII No. 3 Juni 2008


0 I 0 I 0 I
106 00 T D 106 15 106 30 T
0 I
06 00 S

0 I
06 15 59I 1060 00I T 01I 02I 03I 04I 05I 06I 1060 07I T

50
60 16I S
G. Karang
0
1600

17I
1200 70
N 50
30
20
800 15
20
7 0
1 10 18I
10
Mandalawangi 50
7 PANDEGLANG
5

30 19I
400 10
20
15 Maja
112
107
Mengger 20I

A 110
7

0
120 200
G. Pulosari
21I
10
00

800
600
Banjar
22I
10

400

S
60 23I S
200 Cipeucang

0 I
06 30 S
C
Keterangan :
Titik ukur gayaberat thn. 1997 (Nasution, 1997) U
Titik ukur gayaberat thn. 2006 (Subagio, 2006)
0 5 10km
Kontur anomali Bouguer
Lintasan penampang pemodelan AB dan CD

Gambar 8. Tumpang tindih Gambar 4 dan 7.

JSDG Vol. XVIII No. 3 Juni 2008 161


Pada penampang AB yang berarah hampir barat - merupakan batuan yang berfungsi sebagai batuan
timur, nilai anomali mencapai puncaknya (80 mgal) reservoir sistem panas bumi. Dari pola kelurusan
di bagian barat yaitu pada KM 4 - 6. Ke arah timur, anomali Bouguer (Gambar 9) diduga daerah tersebut
nilai anomali merendah hingga 53 mgal pada KM dilalui oleh kelurusan struktur geologi yang
25, kemudian meninggi kembali hingga 64 mgal di diperkirakan merupakan kelurusan sesar. Hal ini
km 50. Adanya anomali tinggi pada KM 4 - 6 menunjukkan bahwa Formasi Bojongmanik
disebabkan oleh batuan intrusi Kuarter (rapat massa tersesarkan dan mengakibatkan batuan penyesar
2,7 gr/cm3) yang menerobos batuan dasar (rapat formasi ini mengalami rekahan dan hancuran yang
massa 2,68 gr/cm3) dan batuan sedimen Tersier mengakibatkan terbentuknya porositas sekunder
(rapat massa 2,5 gr/cm3). Di permukaan, batuan pada formasi tersebut. Adanya porositas sekunder
intrusi tersebut ditindih oleh batuan gunung api tersebut dapat berfungsi sebagai reservoir panas
Kuarter (rapat massa 2,4 gr/cm3). Merendahnya nilai bumi lebih besar. Batuan penutupnya terdiri atas
anomali ke arah timur disebabkan oleh beberapa batuan gunung api Kuarter yang telah teraletrasi.
sesar, sehingga membentuk terban. Batuan ini tidak tersingkap di permukaan (Rusmana
drr., 1991), sedangkan informasi bawah permukaan
Pada penampang CD yang berarah hampir utara -
diperoleh dari data bor (Sudarman, 1985).
selatan, nilai anomali berfluktuasi bergelombang,
dan mencapai puncaknya hingga 80 mgal pada KM Sebaran lateral daerah prospek panasbumi dapat
20, kemudian merendah hingga 51 mgal pada KM diinterpretasikan berdasarkan hasil analisis
31. Nilai anomali naik lagi hingga 68 mgal pada KM pemodelan anomali gaya berat yang dibuat melalui
37, kemudian turun hingga 66,5 mgal pada KM 41, dua lintasan pemodelan AB (barat - timur) dan CD
pada KM 48 naik lagi hingga 75 mgal, dan (utara - selatan), dengan referensi hasil inetrpolasi
kemudian, turun lagi. Dengan demikian, terdapat data geomagnet, geolistrik, magneto-telluric, dan
tiga puncak anomali, yaitu pada KM 20, KM 37, dan data gradien termal. Pemodelan penampang CD
KM 48. Puncak anomali pada KM 20 merupakan (utara - selatan) yang melalui Gunung Karang
puncak anomali yang sama pada penampang AB, ini memberikan gambaran sistem panas bumi di daerah
dikontrol oleh adanya batuan intrusi Kuarter. Puncak Q (Gambar 9). Adanya mata air panas yang bocor
anomali lainnya disebabkan juga oleh batuan intrusi melalui jebakan panas bumi diduga oleh adanya
Kuarter (rapat massa 2,7 gr/cm3) yang menerobos patahan. Model ini menunjukkan bahwa batuan
kerak bumi dan batuan sedimen Tersier. Nilai intrusi muda yang tidak tersingkap di lapangan
anomali terendah 51 mgal pada KM 31 merupakan diduga berfungsi sebagai sumber panas bumi.
cerminan struktur terban yang terisi oleh batuan Patahan-patahan yang terjadi dan membentuk
sedimen Tersier dan batuan gunung api Kuarter yang sistem umbul dan terban merupakan salah satu
sudah teralterasi, sehingga rapat massa kedua kendali sistem hidrologi yang memungkinkan air
batuan tersebut adalah 2,4 gr/cm3 dan 2,3 gr/cm3. hujan masuk ke dalam tanah, dan terpanaskan,
kemudian membentuk uap panas. Uap panas
Potensi Panas Bumi tersebut terjebak di dalam batuan reservoir. Dari
Keterdapatan panas bumi ditunjukkan oleh model tersebut, juga dapat diketahui bahwa batuan
keberadaan beberapa mata air panas dan solfatara di sedimen Tersier yang mempunyai rapat massa 2,4
daerah penelitian. Suhu mata air panas lebih besar gram/cm3 merupakan batuan reservoir sistem panas
dari 60°C, sedangkan suhu solfatara antara 82 - bumi dengan kedalaman batuan sekitar 2000 m di
94°C (Sudarman, 1985). Berdasarkan informasi bawah permukaan laut. Batuan penutup diduga
geologi (Sudarman, 1985; Rusmana drr., 1991) merupakan batuan gunung api Kuarter yang
terdapat beberapa batuan terobosan Kuarter yang teralterasi rendah oleh sistem panas bumi, dan
diduga merupakan sumber panas sistem panas bumi mempunyai rapat massa batuan sekitar 2,3
3
di daerah ini. Batuan sedimen Tersier dari Formasi gram/cm . Sumber panas bumi diduga menyebar ke
Bojongmanik yang dominant terdiri atas batu pasir, arah lokasi Daerah P, R, S, T, U, dan V (Gambar 9).

162 JSDG Vol. XVIII No. 3 Juni 2008


Anomali Bouguer (mgal)
84.0

76.0

68.0

60.0
= perhitungan
= pengukuran
52.0
-5.0 5.0 15.0 25.0 35.0 45.0 55.0 65.0
Jarak Lintasan (km)
1.0
A B
-1.0

Kedalaman (km)
-3.0

-5.0

-7.0

-9.0

-11.0

-13.0

Gambar a) Model geologi Pandeglang dan sekitarnya, sepanjang lintasan AB (berdasarkan pola anomali Bouguer)

Anomali Bouguer (mgal)


82.0

74.0

66.0

58.0
= perhitungan
= pengukuran
50.0
-5.0 0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0
Jarak Lintasan (km)
1.0
C D
-1.0

-3.0
Kedalaman (km)

-5.0

-7.0

-9.0

-11.0

-13.0

Gambar b) Model geologi Pandeglang dan sekitarnya, sepanjang lintasan CD (berdasarkan pola anomali Bouguer)

Keterangan :
Batuan sedimen (2,50 gr/cm3) Batuan terobosan (2.70 gr/cm3)
3
Batuan sedimen teralterasi (2,40 gr/cm ) Batuan dasar (2.68 gr/cm3)
3
Batuan gunungapi (2,40 gr/cm )
Sumber mata air panas
Batuan gunungapi teralterasi (2,30 gr/cm3)

Gambar 9. Penafsiran model geologi sepanjang penampang AB dan penampang CD.

JSDG Vol. XVIII No. 3 Juni 2008 163


1060 00I T D 1060 15I 1060 30I T
0 I
06 00 S

R U

Q V
0 I
06 15

S
T
A

060 30I S
C
Keterangan :
Titik ukur gayaberat thn. 1997 (Nasution, 1997) U
Titik ukur gayaberat thn. 2006 (Subagio, 2006)
0 5 10km
Kontur anomali Bouguer

Kelurusan anomali Bouguer

Lintasan penampang pemodelan AB dan CD Daerah prospek sumbar daya panasbumi

Gambar 10. Kelurusan anomali Bouguer dan perkiraan sebaran daerah prospek panasbumi P, Q, R, S, T, U, V.

164 JSDG Vol. XVIII No. 3 Juni 2008


Model Geologi Sistem Panas Bumi Daerah Pandeglang dan Sekitarnya
Berdasarkan analisis Geologi dan Geofisika Terpadu

SUMBER PANAS
Batuan penutup
Batuan terobosan (batuan gunungapi teralterasi) Batuan alas
Reservoir panas bumi
Batuan gunungapi Kuarter Mata air panas
(batuan Tersier akhir)

Gambar 11. Model geologi panas bumi daerah penelitian.

KESIMPULAN DAN SARAN merupakan cerminan suatu graben yang


mempunyai prospek adanya jebakan panas
Kesimpulan
bumi.
Analisis data geologi dan geofisika terpadu
n
daerah penelitian memberikan gambaran Saran
tentang struktur geologi bawah permukaan,
berupa struktur patahan yang menimbulkan Disarankan untuk melakukan penelitian geologi,
adanya kontras rapat massa batuan ke arah geokimia, dan geofisika terpadu di daerah sebelah
lateral, dan dapat digunakan sebagai referensi timur wilayah Citaman, khususnya di daerah
dalam interpolasi data gaya berat. cekungan/terban, karena berdasarkan pemodelan di
atas diperkirakan daerah tersebut juga mempunyai
Pu n g g u n g a n
n anomali Bouguer yang prospek sumber panas bumi.
mendominasi bagian barat daerah penelitian
menunjukkan adanya batuan terobosan
UCAPAN TERIMA KASIH
bersusunan andesit sampai basal, dan berumur
Kuarter. Penafsiran ini didasarkan pada hasil Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kepala
pemodelan anomali Bouguer lintasan AB dan Pusat Survei Geologi yang telah mengizinkan penulis
CD yang dikendalikan oleh data geologi untuk mempublikasikan data daerah penelitian dan
permukaan, data bor, data geomagnet, dan mendukung secara finansial kegiatan ini.
resistiviti di daerah penelitian. Ucapan terima kasih juda ditujukan kepada dewan
Cekungan anomali Bouguer yang terletak di
n editor dan dewan penerbit yang telah membantu
bagian tengah di daerah Rangkasbitung hingga terbitnya makalah ini.

JSDG Vol. XVIII No. 3 Juni 2008 165


ACUAN
Adkins J., Sukardi S., Said H., and Untung M., 1978. A Regional Gravity Base Station Network for Indonesia,
Publikasi Teknik Seri Geofisika No. 6, Direktorat Geologi Bandung.
Nasution, J., Dan Djaswadi, I., 1997. Peta Anomali Bouguer Lembar Serang, Jawa, Puslitbang Geologi,
Bandung.
Pedley, R. C., 1991. Interactive 2.5 D Gravity and Magnetic Modelling Program (Gravmag), User Manual,
British Geological Survey, Keyworth, Notingham.
Rusmana, E., Suwitodirdjo, K., Dan Suharsono, 1991, Peta Geologi Lembar Serang, Jawa, Puslitbang Geologi,
Bandung.
Subagio, 2006. Deliniasi Cekungan Dangkal Daerah Serang dan Sekitarnya Dengan Metoda Gaya berat,
Laporan Akhir, Tidak diterbitkan, Pusat Survei Geologi
Sudarman, S., 1985, Sub-Surface Interpretation at Proposed First Deep Wellsite Citaman Geothermal Area,
Banten, West Java, Proceedings Indonesian Petroleum Association, Fourteenth Annual
Convention.

166 JSDG Vol. XVIII No. 3 Juni 2008


Geo-dynamics
DINAMIKA SESAR CITARIK

Sidarto
Pusat Survei Geologi
Jl Diponegoro No. 57, Bandung 400122

SARI

Sesar Citarik yang berarah utara timur laut - selatan barat daya memotong Jawa - Barat melalui Pelabuhanratu, Bogor,
Bekasi. Aktivitas sesar ini paling tidak sejak tektonik Miosen Tengah dan sampai sekarang masih aktif. Pada periode
tektonik Miosen Tengah, sesar ini sebagai sesar trantensional, namun sejak Plio-Plistosen sampai Resen sesar ini
berkembang sebagai sesar mendatar mengiri. Sesar Citarik yang aktif ini dapat menimbulkan gempa bumi, sehingga sesar
ini harus diperhitungkan dalam perencanaan pengembangan infrastruktur di Jabotabek dan Pelabuhanratu (ibukota
Kabupaten Sukabumi dan daerah wisata).
Kata kunci : Sesar Citrarik, Miosen Tengah - Resen, sesar normal, sesar mendatar mengiri

ABSTRACT

The NNE - SSW trending Citarik Fault cut across Western Jawa passing through Pelabuhanratu, Bogor and Bekasi. At
least, the fault has been active since Middle Miocene tectonic period. At that time, the Citarik fault was a transtensional
fault, however since Plio-Pleistocene until Recent, this faults has been developed as a left strike slip fault. The active
Citaraik Fault may generate earthquakes, and therefore it has to be carefully considered in planning infrastructure
development in Jabotabek and Pelabuhanratu (the capital of Sukabumi Districtt and a tourist area).
Keywords: Citarik fault, Middle Miocene - Recent, transtensional fault, left strike slip fault

PENDAHULUAN (Gambar 1). Menurut peneliti terdahulu (van


Pulau Jawa merupakan bagian dari tepi selatan Bemmelen, 1949; Baumman drr., 1973) di Jawa
Paparan Sunda yang merupakan bagian dari Barat telah terjadi beberapa periode tektonik. Di
Lempeng Benua Eurasia. Kerak Samudra Hindia pihak lain, Situmorang drr. (1976) telah membuat
yang merupakan bagian dari Lempeng Indo-Australia model struktur, namun tidak dijelaskan kaitannya
menunjam di bawah Lempeng Benua Eurasia yang dengan periode tektonik. Fenomena pergerakan
lajur tunjamannya membentuk Palung Jawa di lepas tektonik yang kadang-kadang dengan kecepatan
pantai selatan Pulau Jawa. tinggi dan kadang-kadang bergerak dengan
Tumbukan antara kedua lempeng mengakibatkan kecepatan rendah, akan menghasilkan ketidak-
terbentuknya gaya kompresi utara - selatan yang teraturan atau keteraturan sistem struktur geologi
nisbi tegak lurus terhadap posisi Pulau Jawa. Gaya yang terbentuk. Produk proses pergerakan ke arah
kompresi ini mengontrol pola struktur geologi (sesar utara Lempeng Samudra Hindia yang menumbuk
dan lipatan) di pulau tersebut. Dengan sistem gaya Lempeng Benua Eurasia dapat diamati khususnya di
kompresi utama, Moody dan Hill (1956) telah Pulau Jawa, yaitu adanya pola struktur geologi yang
mengusulkan konsep tektonik sesar mendatar yang membentuk sistem Jawa, Sunda dan Meratus
prinsipnya adalah bahwa sesar mendatar (wrench (Pulunggono & Martodjojo, 1994, Gambar 2). Pada
fault) besar yang terjadi di kerak bumi merupakan pola tersebut tidak terdapat pola sesar yang berarah
hasil dari sistem gaya kompresi. Situmorang drr. utara timur laut - selatan barat daya, dan tidak
(1976) yang mendasarkan konsep tektonik tersebut dijelaskan mengenai perkembangan setiap pola.
telah membuat model struktur geologi Pulau Jawa. Pada peta geologi bersistem Pulau Jawa, yang
Berdasarkan konsep tersebut semua sesar yang meliptuti Peta Geologi Lembar Jampang-
sudah dikenal ada di Pulau Jawa dapat diterangkan Balekambang, Bogor, Jakarta dan Pulau Seribu,
pembentukannya dengan orde 1, orde 2 dan orde 3 Karawang dan Lembar Leuwidamar tidak disebutkan
adanya Sesar Citarik yang berarah utara timur laut -

JSDG Vol. XVIII No. 3 Juni 2008 167


Geo-dynamics

SUMATRA
N

PRIMARY- STRESS DIRECTION


Complementary 1st Order
(Right lateral)

2 nd Order Primary 1st Order


drag fold (Left lateral)
2 nd Order left
lateral wrench BAWEAN

2 nd drag fold
JAKARTA
Lembang fault
2 nd Order right
3 rd Order left lateral wrench
BANDUNG MADURA
lateral wrench

II SEMARANG

I SURABAYA
3 rd Order right
drag fold
III 3 rd drag fold
2 nd Order right
lateral wrench YOGYAKARTA 3 rd Order left
lateral wrench
2 nd Order right 3 rd Order right
lateral wrench PRIMARY-FOLD lateral wrench
DIRECTION

o 40 80 120 2 nd Orderleft
lateral wrench

Gambar 1. Pola sesar Pulau Jawa berdasarkan konsep sesar mendatar Moody and Hill, 1956 (Situmorang drr., 1976)

Gambar 2. Pola struktur Jawa dan sekitarnya (Pulunggono dan Martodjojo, 1994).

168 JSDG Vol. XVIII No. 3 Juni 2008


Geo-dynamics
selatan barat daya. Sesar ini memotong batuan Peta Geologi Lembar Karawang (Sudana dan
berumur Oligo-Miosen sampai endapan Resen, Achdan, 1992), Dataran Pantai Jakarta tersusun
sehingga perkembangan sesar ini menarik untuk oleh endapan aluvium Kuarter. Dalam Peta Geologi
dibahas. Dalam tulisan ini akan dibahas dinamika Lembar Bogor (Efendi drr., 1998), Zona Bogor
Sesar Citarik yang berarah utara timur laut - selatan tersusun oleh Formasi Jatiluhur (Miosen Awal), yang
barat daya. bagian atasnya berhubungan menjari dengan
Formasi Klapanunggal (Miosen Awal). Kedua formasi
Sesar ini dicirikan oleh kelurusan Sungai Citarik,
ditindih secara selaras oleh Breksi Cantayan yang
sehingga disebut sebagai Sesar Citarik. Sesar Citarik
kemudian diikuti oleh Formasi Bojongmanik. Formasi
memotong Pulau Jawa di bagian barat, yang
ini ditindih secara tidak selaras oleh Satuan tuf dan
memanjang dari Samudra Hindia, pantai bagian
breksi yang berumur Miosen Akhir; sedangkan Zona
tenggara Teluk Pelabuhanratu, Kota Pelabuhanratu,
Pegunungan Selatan diawali oleh batuan sedimen
Sungai Citarik, Bogor, perbatasan Bekasi dan
(Formasi Walat, Formasi Batuasih, Formasi
Jakarta; dan menerus ke Laut Jawa.
Rajamandala, Formasi Jampang, Formasi
Bojonglopang, Formasi Lengkong, Formasi
METODE PENELITIAN
Nyalindung, dan Formasi Bentang. Pada Peta Geologi
Penelitian diawali dengan pengolahan citra landsat Lembar Leuwidamar (Sujatmiko dan Santosa,
yang terdiri atas dua sceen dengan path/row masing- 1992), Zona Pegunungan Bayah tersusun oleh
masing adalah 122/65 dan 122/64, meliputi Formasi Bayah (Eosen Awal), Formasi Cicarucup
pembuatan mozaik kedua citra, pemotongan, (Eosen Akhir - Oligosen Akhir), Formasi Cikotok
penajaman, dan penumpangtindihan citra landsat (Eosen Akhir Oligosen Akhir), Formasi Cijengkol
dan citra Space Radar Topographic Mission (SRTM). (Oligosen Awal - Oligosen Akhir), Formasi Citarate
Data yang meliputi Peta Anomali Bouguer, citra (Moisen Awal bagian awal), Formasi Cimapag
landsat, citra SRTM, data kegempaan disusun (Miosen Awal bagian akhir), Formasi Sarewe (Miosen
dengan metode geographic information system Tengah bagian awal), Formasi Badui (Miosen Tengah
(GIS). Interpretasi geologi dan struktur geologi bagian tengah), Formasi Bojongmanik (Miosen Atas),
dilakukan pada data terpadu. Penelitian lapangan, dan tufa yang terdiri atas Formasi Cimaceri, Formasi
yang meliputi pengukuran elemen struktur geologi Genteng dan Formasi Cipacar yang berumur Pliosen.
(kekar gerus), pengukuran arah jurus dan kemiringan Batuan di dalam Zona Bogor, Pegunungan Selatan
lapisan batuan serta pengukuran arah sebaran dan Zona Bayah tersebut di atas ditindih secara tidak
batuan terobosan di sepanjang sesar dilakukan pada selaras oleh batuan gunung api Kuarter.
daerah tertentu dengan tujuan untuk memperjelas
Menurut van Bemmelen (1949), di daerah Jawa
hasil interpretasi. Gabungan hasil interpretasi, hasil
Barat dan sekitarnya, paling tidak sudah terjadi dua
analisis data lapangan dan kemudian dirangkai
periode tektonik, yaitu: Periode Tektonik Miosen
dengan tektonik regional digunakan untuk
Tengah yang menyebabkan tegasan utara - selatan
mengetahui dinamika Sesar Citarik.
dan membentuk lipatan, sesar dan terjadinya batuan
terobosan dasit dan andesit horenblenda; dan
GEOLOGI REGIONAL Periode Tektonik Plio-Plistosen yang mengakibatkan
Van Bemmelen (1949) membagi fisiografi Jawa- terbentuk struktur lipatan dan sesar yang diakibatkan
Barat menjadi lima, yaitu Dataran Pantai Jakarta, oleh gaya yang mengarah ke utara, serta terjadi
Zona Bogor, Zona Bandung, Zona Pegunungan aktivitas magmatisme; sedangkan Baumman drr.
Selatan, dan Zona Pegunungan Bayah. Sesar Citarik (1973) yang telah melakukan penelitian bagian barat
memotong Dataran Pantai Jakarta, Zona Bogor, Zona daya Jawa, membagi tektonik daerah Jawa Barat
Pegunungan Selatan, dan Zona Pegunungan Bayah menjadi empat fase tektonik, yaitu: Fase Tektonik
(Gambar 3). Berdasarkan Peta Geologi Lembar Oligo-Miosen, Tektonik Miosen Tengah, Tektonik
Jakarta dan Pulau Seribu (Turkandi drr., 1992) dan Pliosen Akhir dan Fase Tektonik Kuarter.

JSDG Vol. XVIII No. 3 Juni 2008 169


Geo-dynamics

Vulkanik Kuarter

SAMU
DRA I
NDON
ESIA

Gambar 3. Fisiografi Jawa Barat (van Bemmelen, 1949) dan lokasi Sesar Citarik.

SESAR CITARIK Interpretasi Data Anomali Bouguer


Keberadaan sesar Citarik dapat dikenali dari data Peta Anomali Bouguer Jawa Barat (Wididjono drr.,
citra landsat, citra SRTM, anomali Bouguer, dan data 1997) dipotong sesuai luas daerah penelitian; dan
sebaran pusat gempa dangkal. Sesar ini semakin diintegrasikan ke dalam data base Geographic
jelas teridentifikasi ketika semua data tersebut System Information (GIS) dengan data lainnya.
ditumpangtindihkan (Gambar 4). Penampakan sesar pada peta anomali ini dicirikan
oleh adanya pembelokan kontur di sepanjang
kelurusan terutama di bagian selatan, sedangkan di
Interpretasi pada citra daerah Jakarta dan Bekasi (utara) menunjukkan
Sesar Citarik terdiri atas banyak segmen kelurusan adanya kelurusan kontur nisbi utara timur laut -
yang pada diagram mawar (azimut dan panjang) selatan barat daya (Gambar 4).
menunjukkan bahwa arah utama sesar adalah U 25 -
30 T - U 205-210 T (Gambar 5). Sesar ini pada citra Data Kegempaan
dicirikan oleh kelurusan pantai Selat Pelabuhanratu
bagian tenggara; kelurusan Sungai Citarik, Data kegempaan mengacu pada Peta Seismotektonik
munculnya beberapa gunung api yang meliputi Indonesia, skala 1:5.000.000 (Kertapati drr.,
Gunung Reuma; Gunung Salak, Gunung Batu dan 1998). Di sekitar sesar terdapat enam episentrum
Gunung Endut di sepanjang sesar, terbentuknya yang terjadi pada tahun 1900an dengan kedalaman
endapan Kipas Aluvium Jakarta. Di samping itu dangkal dan besarnya bervariasi (Tabel 1 dan
sebaran Formasi Jatiluhur dan Formasi Klapanunggal
Gambar 4).
(Miosen Awal bagian akhir) dalam Zona Bogor
menghilang ke arah barat di jalur sesar, dan di bagian
barat berubah menjadi Formasi Bojongmanik
Tabel 1. Data Pusat Gempa di sekitar Sesar Citarik (Kertapati drr, 2006)
(Miosen Tengah) yang terdiri atas anggota batuan
sedimen dan anggota batugamping. Bukti lain yang
mengindikasikan sesar tersebut adalah batuan
penyusun Zona Pegunungan Selatan yang berhenti
pada jalur sesar dan berubah menjadi Zona Bayah,
serta adanya pergeseran (offset) Sungai Cimandiri di
bagian muaranya yang bergeser nisbi ke arah selatan
(mengiri) (Gambar 6).

170 JSDG Vol. XVIII No. 3 Juni 2008


Geo-dynamics

Anomali Bouguer

Gambar 4. Tumpang-tindih citra landsat, citra SRTM, data anomali Bouguer, pusat gempa bumi dan hasil interpretasi citra.

JSDG Vol. XVIII No. 3 Juni 2008 171


Geo-dynamics
yang berumur Kuarter (Lokasi 1, Tabel 2 dan Gambar
8)) menunjukkan sebagai sinistral wrench fault
(Anderson, 1951) atau left strike slip fault (Rickard,
1972).

DISKUSI
Batuan yang tersingkap dan terpotong oleh Sesar
Citarik berumur dari Oligo-Miosen sampai Resen,
sehingga perkembangan sesar dapat diketahui dari
Fase Tektonik Miosen Tengah sampai sekarang.
Perkembangan Sesar Citarik pada tektonik Miosen
Tengah dapat diketahui berdasarkan data
pengukuran kekar dalam Formasi Jampang dan
munculnya terobosan andesit di sepanjang zona
Gambar 5. Diagram mawar kelurusan Sesar Citarik. sesar. Hasil analisis di Formasi Jampang
menunjukkan dua kemungkinan, yaitu 2a dan 2b
Data lapangan (Gambar 8). Setelah hasil analisis tersebut
dibandingkan dengan hasil analisis kekar pada
Di sepanjang pantai tenggara Selat Pelabuhanratu
batuan yang lebih muda, dapat disimpulkan bahwa
(zona sesar) dijumpai beberapa singkapan intrusi
Sesar Citarik merupakan sesar transtensional pada
andesit dengan sumbu panjang sejajar arah jurus
tektonik Miosen Tengah (Gambar 9). Penampakan ini
sesar (Gambar 7). Terobosan andesit ini berumur
dapat diperjelas dengan munculnya intrusi andesit di
Miosen Tengah (Sukamto, 1975). Pengukuran kekar
sepanjang zona sesar yang sumbu memanjangnya
gerus dilakukan pada batuan breksi (Formasi
sejajar dengan arah jurus sesar yang menunjukkan
Jampang), terobosan andesit, dan lava produk dari
bahwa tegasan utama terbesar nisbi vertikal,
gunung api Kuarter Gunung Reuma. Hasil analisis
sedangkan tegasan utama terkecil (tension) searah
kekar gerus (dengan menggunakan stereonet) pada
dengan sumbu memanjang intrusi (Gambar 7). Gaya
batuan breksi (Formasi Jampang, Gambar 8 pada 2a
utama terbesar nisbi vertikal, namun hasil analisis
dan 2b) menunjukkan telah terjadi dua kali
kekar menunjukkan adanya gerakan mendatar, yaitu
pengaktifan sesar (Tabel 2 dan Gambar 8), yaitu
berarah nisbi U 30 T - U 210 T. Sesar Pola Meratus
sebagai normal fault (Anderson, 1951) atau left
(Pulunggono dan Martodjojo, 1994) berkembang
normal strike slip fault (Rickard, 1972); dan
sebagai sesar mendatar menganan, yang sesuai
sinistral wrench fault (Anderson, 1951) atau normal
dengan model sistem sesar di Pulau Jawa
left strike slip fault (Rickard, 1972). Berdasarkan
(Situmorang drr, 1976). Hubungan Sesar Citarik dan
pengukuran kekar pada intrusi andesit (Lokasi 3,
sistem Sesar Sistem Meratus dengan gaya tektonik
Tabel 2 dan Gambar 8), sesar ini sebagai sinistral
pada periode tektonik Miosen Tengah dapat dilihat
wrench fault (Anderson, 1951) atau normal left
pada Gambar 9.
strike slip fault (Rickard, 1972), sedangkan hasil
analisis kekar yang diukur pada lava Gunung Reuma

Tabel 2. Hasil Analisis Stereonet.

172 JSDG Vol. XVIII No. 3 Juni 2008


Geo-dynamics

Gambar 6. Ciri-ciri Sesar Citarik.

JSDG Vol. XVIII No. 3 Juni 2008 173


Geo-dynamics

Gambar 7. Intrusi andesit di sepanjang zona sesar.

174 JSDG Vol. XVIII No. 3 Juni 2008


Geo-dynamics

Gambar 8. Sesar Citarik dan hasil analisis stereonet.

JSDG Vol. XVIII No. 3 Juni 2008 175


Geo-dynamics

Gambar 9. Citarik pada periode tektonik Miosen Tengah.

176 JSDG Vol. XVIII No. 3 Juni 2008


Geo-dynamics
Perkembangan pada tektonik Plio-Plistosen dapat Di bagian Jawa Barat utara, Sesar Citarik memotong
diketahui dari hasil analisis kekar dalam Formasi endapan aluvium (Dataran Pantai Jakarta) yang
Bayah (lokasi 2b) dan intrusi andesit (lokasi 3). berumur Resen, sehingga sesar ini merupakan sesar
Menurut hasil analisis kekar pada Formasi Bayah aktif. Sesar aktif bergerak secara perlahan-lahan
(Gambar 10 dan Tabel 2), sesar ini merupakan sesar sepanjang waktu sampai sekarang. Akan tetapi
pergerakan atau pergeseran batuan tersebut ditahan
sinistral wrench fault (Anderson, 1951) atau normal
oleh gaya geser batuan (friction). Pada suatu waktu
left strike slip fault (Rickard, 1972); sedangkan
gaya yang terakumulasi besarannya melebihi besaran
menurut hasil analisis kekar pada intrusi andesit gaya geser batuan, sehingga batuan pada sesar (yang
(Gambar 10 dan Tabel 2), sesar ini termasuk sinistral sulit bergerak akibat gaya gesekan batuan)
wrench fault (Anderson, 1951) atau normal left melepaskan energi dan menimbulkan suatu getaran,
strike slip fault (Rickard, 1972). Kedua hasil analisis dan disebut sebagai gempa bumi. Di sepanjang zona
menunjukkan hasil yang nisbi sama, dengan Sesar Citarik terdapat beberapa pusat gempa bumi
kemiringan sesar ke arah barat daya dan terjal (hasil yang terjadi pada tahun 1900an (Tabel 1). Di bagian
analisis masing-masing menunjukkan kedudukan selatan di lepas pantai dan di bagian utara, pusat
sesar U 221 T / 86 dan U 221 T / 80), arah tegasan gempa terletak tidak jauh dari zona kelurusan, yang
utama terbesar (ó1) nisbi utara selatan. Pemunculan menunjukkan bahwa kemiringan sesar terjal;
gunung api Reuma yang kepundannya sudah tererosi sedangkan di bagian tengah (lokasi pusat gempa 3,4
dan diduga berumur Plio-Plistosen dikontrol oleh dan 5), pusat gempa yang kedalamannya hampir
sama terletak agak menjauh ke arah barat. Hal ini
struktur pull apart sesar ini, karena terletak di antara
menunjukkan bahwa kemiringan bidang sesar lebih
dua segmen (Gambar 10).
landai dibandingkan di bagian utara dan selatan.
Aktivitas Sesar Citarik pada tektonik Kuarter dapat Penampakan ini menunjukkan bahwa kemiringan
diketahui dari analisis kekar pada lava Gunung sesar ini tidak sama, sehingga sesar ini diduga
Reuma, pembelokan alur Sungai Cimandiri, merupakan sesar transform.
terbentuknya rangkaian gunung api Kuarter Gunung Sesar Citarik merupakan sesar aktif yang cukup besar,
Endut, Gunung Batu dan Gunung Salak, padahal sesar ini melalui daerah-daerah penting,
terbentuknya endapan Kipas Aluvium Jakarta, dan seperti Jakarta (ibukota negara), Bogor, dan Bekasi
hubungannya dengan sebaran episentrum gempa yang merupakan daerah penyangga perkembangan
bumi. penduduk Jakarta; dan Pelabuhanratu merupakan
daerah wisata pantai dan sebagai ibu kota Kabupaten
Hasil analisis kekar pada lava Gunung Reuma (lokasi Sukabumi. Maka sesar ini perlu diwaspadai,
1) menunjukkan sesar sinistral wrench fault terutama dalam perencanaan pengembangan kota di
(Anderson, 1951) atau left strike slip fault (Rickard, daerah tersebut di atas karena pada suatu waktu
1972) dengan kedudukan sesar U 220 T / 60 (Tabel dapat menimbulkan gempa bumi; dan seandainya
2dan Gambar 8); arah gaya utama terbesar U 203 T - ada korban jiwa dapat diperkecil. Khusus di daerah
U 23 T. Di dekat muara, Sungai Cimandiri berbelok Pelabuhanratu yang merupakan daerah wisata pantai
ke arah selatan. Pembelokan ini diduga disebabkan perlu dibangun suatu alat peringatan tsunami karena
oleh pergerakan sesar. Berdasarkan arah pergeseran bencana ini dapat terjadi oleh pengaruh subduksi
sungai ini, Sesar Citarik merupakan sesar mendatar yang terletak di Palung Jawa, dan diakibatkan oleh
mengiri. aktivitas sesar yang memanjang ke arah Lautan
Hindia.
Rangkaian gunung api Kuarter Gunung Endut,
Gunung Batu, dan Gunung Salak terletak di antara Di Zona Pegunungan Bayah terdapat beberapa
daerah pertambangan mineral logam berharga, yaitu
dua segmen (Gambar 10). Berdasarkan analisis
Cikotok, Cirotan, dan Pongkor; dan lapangan panas
kekar dan pergeseran Sungai Cimandiri, Sesar Citarik
bumi Gunung Salak. Secara tektonis, sejak Tersier
merupakan sesar mendatar mengiri, sehingga lokasi sampai Kuarter zona ini termasuk kedalam busur
rangkaian gunung api tersebut diduga merupakan gunung api (Asikin, 1974). Di dalam busur gunung
daerah bukaan (pull apart) yang dapat berfungsi api endapan hidrotermal dan sistem geotermal
sebagai celah keluarnya magma dan membentuk berhubungan dengan porpiri, skarn dan batuan
ketiga gunung api tersebut. intrusi (Corbett dan Leach, 1996). Dalam hal ini

JSDG Vol. XVIII No. 3 Juni 2008 177


Geo-dynamics
sesar sebagai saluran pemunculan batuan intrusi dengan Sesar Citarik (Gambar 11). Lokasi daerah
yang berfungsi sebagai sumber panas sistem panas mineralisasi tersebut di atas terdapat di antara
bumi. Pemunculan intrusi dalam sistem sesar segmen kelurusan, yang merupakan zona bukaan
mendatar (strike slip fault) terdapat di dalam splay (tension) sistem sesar utara timur laut - selatan barat
atau jog. Dalam Zona Pegunungan Bayah terdapat daya. Hal ini menunjukkankan bahwa sistem sesar
beberapa segmen kelurusan yang nisbi sejajar tersebut sama dengan Sesar Citarik.

Gambar 10. Sesar Citarik pada periode tektonik Plio-Plistosen dan Kuarter.

178 JSDG Vol. XVIII No. 3 Juni 2008


Geo-dynamics

Gambar 11. Kelurusan sesar di Zona Pegunungan Bayah hubungannya dengan daerah mineralisasi dan lapangan panas bumi Gunung Salak.

KESIMPULAN DAN SARAN Saran


Kesimpulan Sesar aktif ini melalui daerah-daerah penting
(Pelabuhanratu, Bogor, dan Bekasi yang dekat
Sesar Citarik yang berarah U 30 T - U 210 T paling dengan Jakarta), sehingga keberadaan sesar ini perlu
tidak sudah ada sejak periode tektonik Miosen diwaspadai, mengingat daerah yang dilewati padat
Tengah, yang merupakan sesar aktif secara penduduk dan pembangunan infrastrukturnya
transtensional. Pada periode tektonik Plio-Plistosen berkembang sangat pesat. Pada umumnya sesar
dan periode Kuarter sebagai sesar mendatar mengiri, tidak terbentuk sendirian, melainkan membentuk
dengan kemiringan ke arah barat laut. Sesar ini saat pasangan. Sesar yang nisbi sejajar dengan Sesar
ini merupakan sesar aktif yang dapat menimbulkan Citarik ini perlu diperhatikan karena sesar tersebut
bencana gempa bumi. mempunyai nilai ekonomis seperti di Zona
Pegunungan Bayah.
Pasangan sesar ini mengontrol pembentukan
mineralisasi dan menunjukkan terdapatnya lapangan
UCAPAN TERIMA KASIH
panas bumi di Zona Pegunungan Bayah.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kepala
Pusat Survei Geologi yang telah mengizinkan penulis
untuk mempublikasikan data daerah penelitian.

JSDG Vol. XVIII No. 3 Juni 2008 179


Geo-dynamics
ACUAN
Anderson, E.M., 1951. The Dynamics of Faulting and Dyke Formation With Applications to Britain. Oliver and
Boyd Ltd.; 206 pp.
Asikin, S., 1974. Evolusi Geologi Jawa Tengah dan sekitarnya ditinjau dari segi tektonik tektonik - dunia yang
baru. disertasi doktor, Institut Teknologi Bandung, tidak terbit.
Baumman, P., De Genevraye P., Samuel, L., Mudjito & Sajekti, S., 1973. Contribution To The Geological
Knowledge of South West Java. Proc. Indon. Petr. Ass. Sem. Ke dua 105-108.
Bless, J.L., and Feuga, B., 1986. The Fracture of Rocks. Anchor Brendon Ltd, Great Britain; 131 pp.
Corbett, G.J., and Leach, T.M., 1996. Southwest Pasific Rim Gold-Copper System: structure, Alteration and
Mineralization. Manual Workshop, Jakarta.
Effendi, A.C., Kusnama dan Hermanto B., 1998. Peta Geologi Lembar Bogor, Jawa, skala 1:100.000. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi, edisi ke dua. Bandung
Kertapati E.K., Soehaimi, A., Djuanda, A., dan Efendi, I., 1998. Peta Seismotektonik Indonesia skala
1:5.000.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, edisi ke tiga. Bandung
Moody, J.D. and Hill, M.J., 1958. Wrench-Fault Tectonics. Geol. Soc. Am. Bull. 67 : 1207-1246.
Pulunggono, A. dan Martodjojo, S., 1994. Perubahan tektonik Paleogen - Neogen merupakan peristiwa tektonik
terpenting di Jawa. Proc. Sem. Ulang-tahun Kampus Bayat, Jurnal Teknik Geologi Universitas
Gadjah Mada; 1-14.
Rickard, M.J., 1972. Fault Classification: discussion. Geol. Soc. of Am. Bull. 83 : 2545-2546.
Situmorang, B., Siswoyo, E., and Paltrinieri, F., 1976. Wrench fault tectonic and aspects of hihrocarbon
accumulation in Java. Proc. Indon. Petr. Ass. Sem. V, Jakarta; 53-57.
Sudana and Achdan, A., 1992. Peta Geologi Lembar Karawang, Jawa, Skala 1:100.000. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi. Bandung.
Sujatmiko dan Santosa, S., 1992. Peta Geologi Lembar Leudamar, Jawa, skala 1:100.000. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi. Bandung
Sukamto, R., 1975. Peta Geologi Lembar Jampang dan Balekambang, Jawa, skala 1: 00.000. Pusat Penelitian
dan Pengembangan Geologi. Bandung.
Turkandi, T., Sidarto, Agustyanto, D. A., dan Purbo Hadiwidjoyo, M.M., 1992. Peta Geologi Lembar Jakarta dan
Kepulauan Seribu, Jawa, skala 1:100.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, terbit.
Van Bemmelen, R.W., 1949. The Geology of Indonesia, vol. 1A. The Hague, Martinus Nijhoff; 732 pp.
Wididjojo, B.S., Tasno, T.P., dan Sardjono, 1997. Model Struktur Kerak Selat Sunda dan Sekitarnya Berdasarkan
Analisis Data Gayaberat dan Kegempaan. Kumpulan Makalah Seminar Hasil Penelitian dan
Pemetaan Geologi dan Geofisika Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung; 231-242.

Naskah diterima : 5 April 2007


Revisi terakhir : 10 Maret 2008

180 JSDG Vol. XVIII No. 3 Juni 2008


Geo-dynamics
SATUAN MORFOLOGI DASAR LAUT PERAIRAN SELATAN PULAU LAUT, KALIMANTAN
SELATAN, SEBAGAI PRODUK AKTIVITAS STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN

NCD Aryanto dan M. Surachman


Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan
Jl. Dr. Djundjunan No.

SARI

Perairan selatan Kalimantan merupakan lokasi penelitian yang secara fisiografis regional merupakan daerah yang menarik
karena daerah ini merupakan daerah peralihan antara Indonesia bagian barat dengan Indonesia Bagian Timur yang tataan
geologinya sangat berbeda. Peralihan ini tercermin pada bentukan morfologinya yang sangat berbeda; bagian barat
merupakan bagian dari paparan Sunda yang memiliki pola kontur yang relatif lurus dan renggang mengikuti daratan
Kalimantan, sedangkan bagian timur daerah penelitian mencerminkan pola kontur yang menutup dengan kemiringan
tinggi yang dijumpai secara setempat-setempat menyerupai pola kontur daerah kars. Berdasarkan pola kontur kedalaman
dasar lautnya yang kemudian divisualisasikan secara tiga dimensional, daerah penelitian dibagi kedalam dua satuan
morfologi dasar laut, yaitu: satuan morfologi dataran dan satuan morfologi perbukitan terumbu.
Kata kunci: satuan morfologi dasar laut, struktur bawah permukaan Kalimantan Selatan

ABSTRACT

The studied area is located in south Kalimantan waters. Regionaly and physiographically it is an interesting location
because this location is the transition area between the west and east Indonesian regions in which their geologic settings
are very different. The transition area is reflected by the difference in the sea floor morphology. The bathymetry contour
pattern at the western area that is part of the Sunda Shelf is reflected by a straight contour and distanly spaced among
them. Its slope is not more than 1° which is then called as a Plain morphology unit. While the eastern area has a locally
close pattern and its slope is quite gentle. This feature is called as a Reef hilly morphology unit.
Keywords: sea floor morphology unit, subsurface structure Kalimantan

PENDAHULUAN langsung dari pengaruh hidro-oseanografi dan


Tulisan ini adalah salah satu hasil dari kegiatan struktur geologi yang mengontrolnya. Sedangkan
pemetaan geologi dan geofisika kelautan bersistem tujuannya selain untuk menginventarisasi data
yang dilakukan oleh Puslitbang Geologi Kelautan geologi dan geofisika dasar laut, seperti kedalaman
tahun 2000 di sekitar perairan selatan Pulau Laut, dasar laut (batimetri), juga untuk mengetahui
Kalimantan Selatan, sebagai bagian dari kegiatan bentukan (morfologi) dasar lautnya, dan pemahaman
pemetaan bersistem. mengenai proses sedimentasi serta kaitannya dengan
penyebaran sedimen permukaan dasar laut.
Latar belakang penulisan makalah ini adalah masih
minimnya informasi tentang kondisi geologi lepas Daerah penelitian termasuk ke dalam lembar peta
pantai dan bawah laut, khususnya yang menyajikan 1811 skala 1:250.000 (Bakosurtanal, 1981 dan
satuan morfologi dasar laut perairan transisi antara PPPGL, 2000). Secara fisiografis, daerah penelitian
Indonesia Bagian Barat dengan Indonesia Bagian merupakan bagian dari perairan Paparan Sunda yang
Timur, dalam hal ini perairan antara Kalimantan dan menempati pojok timur atau sebelah selatan daratan
Sulawesi seperti pada daerah lokasi penelitian. Kalimantan, dan secara geografis terletak pada
koordinat 115°30’BT - 117°00’BT dan 04°00’LS -
Maksud tulisan ini adalah sebagai bagian dari 05°00’LS dengan luas daerah penelitian lebih kurang
penyebarluasan informasi yang memuat mengenai 17.000 km2 (Gambar 1).
bentukan dasar laut sekarang (resen) sebagai akibat

JSDG Vol. XVIII No. 3 Juni 2008 181


Geo-dynamics

Gambar 1. Lokasi daerah penelitian.

Permasalahan barat daya. Batuan tertua yang terdapat disana


adalah batuan malihan yang tersesarkan oleh
Selama ini diketahui bahwa kawasan Indonesia
kegiatan tektonik yang terjadi pada Prakapur Awal.
Bagian Timur dari sisi geologi memiliki penampakan
Kemudian pada Kapur Awal terjadilah kegiatan
yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan
magma yang membentuk batu granit. Batuan
kawasan Indonesia Bagian Barat. Apakah pendapat
malihan dan batuan granit tersebut merupakan alas
ini berlaku juga untuk kawasan perairan atau lepas
dari Formasi Pitap yang diendapkan dalam
pantai? Dan dimanakah batas yang jelas antara dua
lingkungan paralik. Gerakan tektonik terakhir terjadi
kawasan tersebut? Serta apakah kompleksitas
pada Akhir Miosen yang mengangkat batuan tua ke
tersebut tercermin pula dari penampakan morfologi
atas membentuk tinggian Meratus dan melipatkan
dasar lautnya? Hal-hal tersebut akan diungkapkan
batuan sedimen Tersier yang disertai dengan sesar
dan dijawab pada akhir tulisan ini.
normal. Setelah itu terjadi proses erosi dan
pendataran kembali yang diikuti oleh pengendapan
GEOLOGI REGIONAL Formasi Dahor pada Kala Pliosen sampai Pleistosen
Secara regional, daerah penelitian terletak pada dalam lingkungan paralik dan juga pengendapan
Cekungan Pasir yang dipisahkan dari Cekungan endapan kuarter. (Turkandi drr., 1995).
Barito oleh Tinggian Meratus di sebelah barat lembar
peta, sedangkan litologi penyusun umumnya berupa METODE PENELITIAN
berbagai batuan sedimen, metamorf, dan batuan
Penentuan posisi selama kegiatan berlangsung
beku yang berumur mulai dari Jura, Kapur, Tersier,
menggunakan satelit navigator dan Garmin 100
hingga Kuarter. Kompleks akresi daerah penyelidikan
dengan program posisi Hypack yang terpasang di
termasuk kedalam Pegunungan Meratus yang
kapal survei Geomarin I. Demikian pula alat
berumur Kapur. Secara umum, Kompleks Meratus
pemeruman Echosounder 200 kHz, Simrad EA300P
tersusun oleh rijang radiolaria, lava bantal, sekis
yang digunakan untuk mengetahui kedalaman dasar
glaukovan, dan batuan bancuh (melange) pelitik
laut secara vertikal dan untuk koreksi geometris bagi
yang merupakan ciri khas stratigrafi lempeng benua
rekaman seismik. Pengambilan data lintasan
yang terbentuk akibat penunjaman lempeng yang
penelitian kedalaman dasar laut dilakukan dengan
menerus selama Kapur (Turkandi drr., 1995).
rentang waktu setiap satu menit, begitu pula untuk
Struktur geologi yang berkembang adalah berupa data lintasan seismik. Sebelum melaksanakan
lipatan, sesar (baik sesar mendatar, normal, maupun pengambilan data, target posisi kapal disesuaikan
sesar naik) dengan arah umum sesar timur laut - dengan rencana lintasan yang telah diplot ke dalam

182 JSDG Vol. XVIII No. 3 Juni 2008


Geo-dynamics
perangkat GPS, sehingga semua olah gerak kapal, yang dihasilkan sepanjang 1549 km. Plotting data
termasuk arah haluan (heading), posisi kapal (pos), kedalaman dilakukan pada peta lintasan kapal skala
arah terhadap target berikutnya (azimuth), maupun 1:250.000 setiap 15 menit. Berdasarkan data
jaraknya dapat dipantau dan diikuti melalui monitor. perekaman pemeruman (sounding) yang diperoleh
dapat dilakukan penarikan garis kontur batimetri
Peralatan geofisika (seismik pantul) yang dipakai
yang memiliki interval 5,0 m, mulai dari kedalaman
untuk mengetahui gambaran struktur bawah
paling rendah 5,0 m hingga yang paling dalam 65 m
permukaan yaitu berupa sparker tipe EG & G 232
(Gambar 3).
dan trigger capasitor bank EG & G 231 (Gambar 2).
Ilustrasi morfologi dasar lautnya didapat dari Pada peta batimetri tersebut memperlihatkan dua
pengukuran kedalaman dasar laut hasil pemeruman penampakan yang sangat berbeda antara bagian
dengan alat Echosounder 200 Khz tipe Simrad barat yang mewakili bagian Laut Jawa (Paparan
EA300P yang kemudian ditransformasikan ke dalam Sunda) dengan bagian timur yang merupakan
bentuk tiga dimensi menggunakan alat bantu perbatasan dengan Selat Makasar. Pada bagian
program surfer 7.0. barat, pola konturnya secara umum mengikuti
bentuk pantai daratan Kalimantan yang relatif
HASIL DAN ANALISIS berarah barat daya - timur laut dengan kedalaman
antara 20 dan 50 m. Selain itu, pola yang lain
Selama penelitian berlangsung tidak dilakukan sebagian kecil mengikuti daratan Pulau Laut dengan
pengukuran pasang-surut secara langsung, untuk itu kisaran kedalaman antara 5 m hingga 20 m. Hal yang
koreksi kedalaman data lapangan dilakukan dengan sangat kontras terlihat pada bagian timur yang
menggunakan tabel prediksi pasang-surut daerah membentuk pola menutup (closure) dengan
Kalimantan Selatan (Banjarmasin). Pemetaan kedalaman yang lebih bila dibandingkan bagian
kedalaman dasar laut (batimetri) dilaksanakan baratnya yaitu hingga 65 m pada bagian terdalamnya
bersamaan dengan kegiatan seismik dengan lintasan (NCD Aryanto drr., 2000).

Gambar 2. Peta lintasan seismik daerah penelitian.

JSDG Vol. XVIII No. 3 Juni 2008 183


184
Geo-dynamics

JSDG Vol. XVIII No. 3 Juni 2008


Gambar 3. Peta kedalaman dasar laut daerah penelitian.
Geo-dynamics
PEMBAHASAN DAN DISKUSI tidak lebih dari 1° dengan kerapatan yang renggang.
Satuan sedimen yang menyusun satuan morfologi ini
Berdasarkan peta batimetri yang dihasilkan, di
adalah: lanaupasiran, pasirlanauan, pasirlumpuran
tampilan tiga dimensinya (Gambar 4), sehingga
sedikit kerikilan, kerikilpasiran, pasir, lumpurpasiran
dengan mudah dapat dibedakan bentuk permukaan
sedikit kerikilan, dan pasir.
dasar lautnya. Ini penting karena daerah penelitian
memiliki penampakan bentukan morfologi yang
Satuan Morfologi Perbukitan
sangat kontras; bagian barat merupakan bagian dari
Paparan Sunda dengan relief yang relatif datar dan Satuan ini secara dominan disusun oleh terumbu
rata sedangkan bagian timur merupakan daerah karang (coral reef) hidup yang membentuk morfologi
peralihan/transisi yang berbatasan dengan Selat perbukitan. Yang dimaksud dengan satuan morfologi
Makasar dengan relief yang bergelombang yang berundulasi ini adalah satuan morfologi yang
merupakan perbukitan terumbu. bergelombang yang berselang-seling antara tinggian
dan lembah. Beda elevasi tinggian dapat mencapai
Secara bentukan, permukaan dasar laut kini
50 m, sedang beda elevasi lembah 12 m.
(morfologi) yang terekam dalam kegiatan
pemeruman (sounding) dapat dibagi ke dalam dua Satuan morfologi ini hanya terdapat pada bagian
satuan morfologi, masing-masing: satuan morfologi paling timur daerah penelitian yang memanjang dari
pedataran dan satuan morfologi perbukitan selatan ke utara. Daerah ini dicirikan oleh pola kontur
(Gambar 5). yang relatif lebih rapat dan menutup (closure)
disertai dua kelompok puncak tinggian pada sisi
Satuan Morfologi Pedataran barat dan timur yang dari keberadaannya dapat
dikelompokkan kedalam empat bagian, yaitu (1)
Satuan morfologi ini mendominasi hampir seluruh
bagian selatan dengan ketinggian puncak 10 m dan
luas daerah penelitian (± 85%), yang terlampar
kedalaman lembah 60 m di bawah permukaan laut
mulai dari bagian paling barat sampai ke timur
dengan bentuk lembah “V” yang ditemukan pada sisi
hingga posisi lebih-kurang 116°40’BT. Satuan
timur. Kemiringan lereng lebih dari 60° dengan
morfologi ini dicirikan oleh pola kontur yang relatif
bagian tertinggi 20 m hingga bagian terdalam 55 m
lurus dan renggang yang berarah barat daya - timur
di bawah permukaan laut pada sisi bagian baratnya;
laut dengan kedalaman antara 20 m hingga 50 m.
(2) bagian tengah, kedalaman laut berkisar antara 10
Pada beberapa pulau kecil pola kontur yang dijumpai
m di bagian puncaknya hingga 60 m di bagian
berupa pola yang menutup (closure) dengan kisaran
lembahnya di sisi sebelah timur dengan kemiringan
kedalaman antara 5 m hingga 20 m.
lereng lebih dari 45° dan kedalaman antara 30 m
Rekaman pemeruman memperlihatkan penampakan sampai 55 m di bawah permukaan laut; (3) bagian
yang relatif datar dan rata dengan kemiringan lereng utara , kedalaman laut berkisar antara 30 m di bagian
puncaknya hingga 50 m di bagian lembahnya
yang dijumpai pada sisi bagian barat, dan
berkisar antara 25 m bawah permukaan laut di
bagian puncak dan bagian lembahnya 50 m
bawah permukaan laut pada sisi bagian timur,
sehingga makin ke utara ketinggian puncak
perbukitannya dan juga kedalaman lembahnya
makin rendah; dan (4) bagian luar, bagian ini
terdapat di luar atau sebelah barat ”jalur
terumbu” yang berarah utara - selatan. Bagian
ini ditandai dengan tiga tinggian yang memiliki
bentuk lebih ramping dengan kemiringan lereng
antara 45° - 60°.
Pola kontur di atas merupakan pola yang khas
untuk satuan morfologi ini karena secara umum
disusun oleh terumbu karang (coral reef) yang
Gambar 4. Penampakan tiga dimensi morfologi dasar laut daerah penelitian.
penyebarannya mengikuti satuan morfologi ini.

JSDG Vol. XVIII No. 3 Juni 2008 185


186
Geo-dynamics

JSDG Vol. XVIII No. 3 Juni 2008


Gambar 5. Peta pembagian satuan morfologi dasar laut.
Geo-dynamics
Selatan Lintasan 16 Utara
Stuktur Geologi Bawah Permukaan
Dasar laut
Terumbu Karang
Pola struktur dan tektonik daerah penelitian
didominasi oleh pensesaran geser mendatar
dengan arah timur laut - barat daya. Pensesaran
mendatar tersebut diduga telah mengakibatkan
terbentuknya cekungan. Pensesaran mendatar
tersebut diperkirakan bergerak mengiri, dengan
3250 m
kombinasi arah deformasi utara-selatan.
Pensesaran yang berumur lebih tua (timur laut -
barat daya) selalu diikuti dengan meningkatnya
intensitas deformasi di sekitarnya, terutama
perlapisan sedimen yang berumur lebih tua (di Gambar 6. Sesar geser dengan terumbu karang di atasnya (Lintasan 16).
bawah bidang ketidakselarasan). Pensesaran
tersebut masih ada yang aktif hingga sekarang Selatan Lintasan 12 Utara
dengan arah barat daya - timur laut. Dasar laut
Terumbu Karang

Selain itu, di bagian timur kawasan Lembar


1811 terekam adanya sejumlah tonjolan yang di
atasnya ditumbuhi oleh terumbu karang.
Tonjolan-tonjolan tersebut kebanyakan terbentuk
karena pensesaran mendatar (Gambar 6), dan
sebagian besar memperlihatkan mekanisme
3250 m
diapir dari sedimen yang relatif lunak di
bawahnya. Di sekitar diapir tersebut tampak
kelompok reflektor yang tidak beraturan dan
cenderung diinterpretasikan sebagai intensitas
deformasi yang semakin besar berkaitan dengan Gambar 7. Penampakan sesar geser di sekitar terumbu karang (Lintasan-12).
pensesaran mendatar (Lintasan 16).
Peta batimetri memperlihatkan dua penampakan
Di bagian selatan (Lintasan 12) tonjolan-tonjolan
yang sangat berbeda antara bagian barat yang
tersebut lebih memperlihatkan permukaan yang
mewakili Laut Jawa (Paparan Sunda) dengan bagian
relatif datar dengan salah satu sisinya tersesarkan
timur yang merupakan perbatasan dengan Selat
(Gambar 7), yang berdasarkan pengamatan
Makasar. Pada bagian barat, pola konturnya secara
megaskopis hasil pemercontohan gravity (jatuh
umum mengikuti bentuk pantai daratan Kalimantan
bebas) sedimen di atasnya disusun oleh koloni
yang relatif berarah barat daya - timur laut dengan
terumbu karang.
kedalaman 20 m hingga 50 m. Umumnya ditempati
oleh sedimen halus dan lunak. Selain itu, pola yang
KESIMPULAN
lain sebagian kecil mengikuti daratan Pulau Laut
Bentukan permukaan dasar laut kini (morfologi) yang dengan kisaran kedalaman antara 5 m hingga 20 m.
terekam berdasarkan hasil pemeruman di daerah Hal yang sangat kontras terlihat pada bagian timur
penelitian dibagi ke dalam dua satuan morfologi, yang membentuk pola menutup (closure) dengan
masing-masing: satuan morfologi pedataran yang kedalaman yang lebih bila dibandingkan bagian
sebagian besar berdasarkan pengamatan baratnya yaitu hingga 65 m, walaupun umumnya
megaskopis disusun oleh sedimen halus dan lunak, berkisar antara 15 m - 45 m di bawah permukaan
dan satuan morfologi perbukitan terumbu yang laut.
dijumpai di bagian timur.

JSDG Vol. XVIII No. 3 Juni 2008 187


Geo-dynamics
Pola struktur dan tektonik daerah penelitian UCAPAN TERIMA KASIH
didominasi oleh pensesaran geser mendatar dengan Dengan selesainya tulisan ini, penulis
arah timur laut - barat daya. Pensesaran mendatar menyampaikan terima kasih dan penghargaan
tersebut diperkirakan bergerak mengiri dengan kepada Pimpinan Proyek dan segenap staf atas
kombinasi arah deformasi utara-selatan. bantuan dan kerja samanya, juga kepada seluruh
anggota Tim 1811 dan ABK Geomarin selama proses
Selain itu, di bagian timur daerah penelitian
pengambilan data di lapangan dan rekan-rekan yang
ditemukan adanya sejumlah tonjolan yang di atasnya
turut membantu.
ditumbuhi oleh terumbu karang. Tonjolan-tonjolan
tersebut kebanyakan terbentuk karena pensesaran
mendatar, dan sebagian besar memperlihatkan
mekanisme diapir dari sedimen yang relatif lunak di
bawahnya.

ACUAN
Aryanto, N.C.D., Surachman, M., Noviadi, Y., Indriastomo, D., Rachmat, B., Wahib, A., Hutagaol, J.P., rostiati,
D. dan Hartono, 2000; Penyelidikann Geologi dan Geofisika Kelautan Perairan Selat Kalimantan
dan P. Laut (Lbr 1811), Laporan Teknis Intern PPGL, Bandung.
Turkandi, T., Sukarna, D., dan Bawono, S.S. 1995; Peta Geologi Lembar Tepianbalai, Kalimantan skala
1:250.000, Puslitbang Geologi, Bandung.

Naskah diterima : 2007


Revisi terakhir : 24 April 2008

188 JSDG Vol. XVIII No. 3 Juni 2008


Geo-dynamics
MORFOSTRATIGRAFI TUF IGNIMBRIT MANINJAU DI NGARAI SIANOK, DUSUN
BELAKANGBALOK-BUKITTINGGI, SUMATERA BARAT

S. Poedjoprajitno
Pusat Survei Geologi
Jl. Diponegoro No. 57 Bandung

SARI

Plato ignimbrit Ngarai Sianok di Dusun Belakangbalok merupakan produk 2 perioda letusan Gunung api Maninjau. Di
antara dua perioda letusan itu dibatasi oleh hamparan endapan fluvial asal gunung api, berupa pasir sangat kasar
konglomerat. Endapan piroklastika di kedua perioda tersusun oleh tuf batuapung dan di beberapa tempat mengandung
arang kayu. Endapan piroklastika tersebut tersesarkan dan membentuk panorama undak seperti yang terlihat sekarang
ini. Terbentuknya Ngarai Sianok diperkirakan dampak dari reaktivasi sesar pada batuan alas yang kemudian endapan
ignimbrit di atasnya.
Kata kunci : morfostratigrafi, , tuf batuapung Maninjau,, undak, sesar, plato

ABSTRACT

The ignimbtrite plato of Sianok Valley at Belakangbalok Village was produced by two periods of Maninjau volcanic
eruptions. The two eruption periods are separated by fluvio volcanic deposits, consisting of very qoarse sand and
conglomerate. The two periods pyroclatic deposits at containing pumice and locally several coal. These pyroclatic
deposits were faulted and formed terrace morphology. The Sianok Valley is considered as an effect of the reactivation of
basement fault throughting the ignimbrite deposits.
KeywordS : morphostratigraphy, Maninjau pumice tuf, terrace, fault, plato

PENDAHULUAN
Di daerah penelitian, keberadaan tuf ignimbrit ini
Plato ignimbrit Bukittinggi merupakan fenomena membentuk bentangalam plato tertoreh kuat.
alam hasil kegiatan gunung api purba yang sangat Sungai-sungainya berkembang dengan panorama
luas penyebarannya, dan didominasi oleh batuan khas, berdinding lembah terjal lagi lebar dan di
piroklastika berbutir halus yang dikenal dengan
beberapa tempat berkembang morfologi undak.
nama tuf ignimbrit. Data bawah permukaan
Bentangalam semacam ini mempunyai daya tarik
menginformasikan bahwa tuf ignimbrit mencapai
wisata alam berbobot tinggi, ditinjau dari ilmu
ketebalan 150 m di desa Baso,
kebumian plato ignimbrit berumur Pliosen (Kastowo,
wilayah timur Bukittinggi (komunikasi pribadi dkk, 1996) mempunyai lembah begitu dalam,
dengan Distamben Provinsi Padang). Karena sifatnya artinya torehan (incision) sungai Sianok selama ini
yang retas dan padu, dibeberapa tempat tuf ignimbrit mampu menoreh sedalam itu (> 50m). Peristiwa
ini mudah retak dan runtuh membentuk ngarai
tersebut dapat terjadi bila ada kekuatan kebumian
berdinding terjal serta dalam.
lain yang memfasilitasi penorehan plato ignimbrit.
Verstappen (1983) mengatakan bahwa tuf ignimbrit Oleh sebab itu, penelitian ini berusaha mengungkap-
di daerah penelitian ini berasal dari aktivitas letusan kan mekanisme keterdapatan tuf ignimbrit dan
Gunung api Maninjau yang berjarak kurang lebih 15 mekanisme terbentuknya ngarai di lokasi penelitian.
km di sebelah barat lokasi penelitian. Umur tuf
ignimbrit lebih tua dari umur endapan gunung api Secara geografi lokasi penelitian merupakan bagian
Marapi, Tandikat dan Singgalang. Secara dari alur Sungai Sianok yang menoreh plato ignimbrit
morfostratigrafi dapat dibuktikan bahwa hasil Bukittinggi di Desa Belakangbalok, Sumatera Barat
endapan gunungapi Marapi, Singgalang dan dan terletak pada koordinat 0°03.95 - 0°04.00 LS
Tandikat menutupi sebagian tuf ignimbrit Maninjau. dan 100°21.41 - 100°22.50 BT (Gambar 1).

JSDG Vol. XVIII No. 3 Juni 2008 189


Geo-dynamics
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui runtunan endapan piroklastika, serta mengkorelasikan
morfologi (morfosratigrafi) undak tuf ignimbrit di singkapan batuan secara horizontal sepanjang
Ngarai Sianok dan sekaligus untuk mengetahui dinding lembah. Selanjutnya dilakukan pengukuran
genesa (pengaruh tektonik atau bukan tektonik) dari ketinggian terhadap posisi masing-masing singkapan
Sungai Sianok yang berkembang sebagai lembah yang diperkirakan mempunyai level ketinggian yang
raksasa atau ngarai seperti sekarang ini.
sama.
Metoda penelitian dilakukan dengan mengamati
singkapan dan membuat penampang tegak urutan

100º21.41BT 100º22.50BT

Bukitcangang

Sianok
Bukittinggi
Kota
U

0 km 1 km
Belakangbalok

105°BT 105°BT

Peta indek
5°L U

Aurbirugotigobaleh

5°LS

Jaran

100º21.41BT 100º22.50BT

KETERANGAN

Daerah penelitian Sungai Jalan kotamadya

Garis kontur Daerah perkotaan

Gambar 1. Peta lokasi penelitian morfotektonostratigrafi.

190 JSDG Vol. XVIII No. 3 Juni 2008


Geo-dynamics
GEOLOGI UMUM hingga Perm Tengah dan batuan gunung api Perm.
Pada Mesozoikum terjadi sedimentasi laut dangkal
Penelitian geologi di daerah Sumatera Barat telah
diikuti pengangkatan, terobosan, pemalihan dan
dilakukan oleh sejumlah ahli, seperti Kastowo drr.
pensesaran di Jaman Kapur dengan disertai
(1996), Westerfeld (1953), Verstappen 1973, dan
terangkatnya batuan ofiolit. Tektonik Tersier diawali
secara regional Tjia (1977) membahas tentang sesar
kegiatan magmatisme, kemudian diikuti sedimentasi
Sumatera.
lingkungan darat hingga laut dangkal, dan pada
Mengacu hasil pemetaan geologi oleh Kastowo drr. zaman Kuarter dikuasi oleh kegiatan gunung berapi.
1996, bahwa daerah penelitian tersusun oleh tuf
Secara kegeomorfologian (Verstappen, 1973),
batuapung dan andesit (Qpt). Sedangkan kandungan
daerah penelitian dan sekitarnya masuk ke dalam
tuf batuapung umumnya terdiri dari serabut gelas
median graben Pulau Sumatera. Menurutnya secara
dari 5 hingga 80% fragmen batuapung putih (hampir
regional daerah penelitian masuk ke dalam sistim
tidak mengandung mineral mafik). Fragmen
punggungan Bukitbarisan, dimana poros dan igir
batuapung tersebut berukuran 1 hingga 20 cm, agak
(punggungan) lajur Bukitbarisan tersesarkan dan
kompak. Setempat terdapat lapisan pasir yang kaya
runtuh sebagai graben. Di alam, peristiwa tersebut
akan kuarsa, juga lapisan kerikil yang terdiri dari
ditunjukkan dengan perselingan di antara blok
komponen kuarsa, batuan gunung api dan
tinggian (high block) diisi oleh dataran aluvium, yang
batugamping. Setempat bongkah obsidian maupun
diindikasikan sebagai blok yang mengalami
pitchstone kelabu kemerahan sampai kecoklatan,
penurunan (submerged block, Gambar 2). Lebih
baik masih segar dan yang sudah lapuk. Tuf ini
lanjut Verstappen (2000), dalam peta geomorfologi
dikenal sebagai Tuf Maninjau Verstappen (1973).
Indonesia skala 1:5.000.000, (Gambar 3)
Penamaan ini didasarkan atas sumbernya, yang
menyatakan bahwa daerah penelitian termasuk unit
diduga berasal dari erupsi terakhir kaldera Maninjau
bentuklahan struktur dan gunungapi. Bentuklahan
atau erupsi celah yang hubungannya dengan jalur
struktur yang dimaksud adalah blok pegunungan
Sesar besar Sumatera (Westerfeld, 1953).
tertoreh dengan beberapa relik planasi setempat.
Selanjutnya Verstappen (1973) melaporkan bahwa
sebagian endapan tuf tersebut membentuk
Tektonik Zona Sesar Sumatera
bentangalam plato tuf ignimbrit Bukittinggi.
Menurut Tjia (1977), Zona Sesar Sumatera terdiri
Kumpulan batuan bersusunan andesit (basal) terdiri
dari 18 segmen sesar, mayoritas segmen tersebut
dari aliran-aliran yang tak teruraikan, lahar,
bergerak menganan en echelon. Ditemukan depresi
fanglomerat dan endapan kolovium yang lain, berasal
yang melebar dimana sesar normal terjadi, terletak
dari gunungapi strato yang berbentuk kerucut dan
pada pertemuan antar sesar en echelon. Secara
kurang mengalami pengikisan, berumur Plistosen
kinematik diduga pertemuan sesar merupakan
sampai Holosen (Kastowo dkk. 1996).
subyek tension pergeseran menganan sepanjang
Kastowo dkk. (1996) mengatakan bahwa: secara sesar Sumatera.
umum, arah struktur di Lembar Padang adalah
Tjia (1977) juga memprediksi bahwa rekahan
baratlaut-tenggara. Pada batuan pra-Tersier, selain
tensional (sensulato) menjurus berarah utara-selatan
arah tersebut terdapat arah timurlaut-baratdaya dan
dan timur-barat. Arah ini sering ditandai dengan
utara-selatan. Pelipatan pada batuan Tersier
kelurusan cekungan dan kelurusan gunung api dekat
umumnya mempunyai kemiringan tidak lebih dari
cekungan. Zona sesar Sumatera mempunyai arah
20°, sedangkan pada batuan pra-Tersier lebih tajam.
jurus N330°E - N320°, panjang segmen beragam
Sesar utama di daerah ini adalah bagian dari sesar
antara 25 dan 190 km, tetapi rata-ratanya 100 km.
Sumatera yang berarah baratlaut-tenggara dan
Panjang zona sesar tersebut sekurang-kurangnya
berupa sesar geser menganan yang berkaitan dengan
1600 km. Material gunung api mengaburkan
pembentukan gunung berapi. Selain itu terdapat pula
hubungan antara masing-masing segmen sesar,
yang berarah timurlaut-baratdaya dan utara-selatan.
namun secara umum hampir semua segmen
Tektonika pertama yang dijumpai di lembar ini terjadi
bergerak menganan en echelon (merencong) dan
pada Perm Akhir berdasarkan data peta geologi
hanya dua kasus yang menunjukkan gerakan
Lembar Solok yaitu adanya terobosan granit yang
mengkiri yaitu antara segmen Mekakau dengan
diikuti pengangkatan. Sedimen yang terangkat
Keruh-Musi dan antara Ulu Aer dengan Batangtoru.
adalah sediment laut dangkal berumur Karbon

JSDG Vol. XVIII No. 3 Juni 2008 191


Geo-dynamics

Sipisang

Payakumbuh

Bukittinggi

Padangpanjang

Pariaman

Singkarak

Solok

Legenda
> 1000 m 0 - 100 m Tuff and ignimbrit sheet
Fault line
500 - 1000 m Alluvial plains
Fault scrap
100 - 500 m Andesitic volcanoes daerah penelitian

Gambar 2. Peta sketsa Morfostruktur regional daerah Padangpanjang dan sekitarnya (Verstappen, 1973).

192 JSDG Vol. XVIII No. 3 Juni 2008


Geo-dynamics

Morphogenetic unit
Denudational forms Volcanic landforms Structural landforms Depositional landforms
Continental shelves surrounding SE Volcanic cones and related relief Plateau Piedmont, intramontane
Asia and Australia a. low b. high basinfills and Pleistocene
terraces.
Old Sunda peneplain, largerly sub- Older, strongly eroded volcanic Dissected block mountains
merged`in shelf seas terrain (locally sedimentaries) (with some local planation Alluvial plains general
relics) a. low b. high (levees, backswamps,
Isolated`residual hills Tuff/ignimbrite sheets Dissected tilted block moun- etc.)
tains (in outer zone of volc.
arcs); with planation surfaces Alluvial plains with peat
Residual mountains (large form in old volcanic and lime- deposits in backswamps
complexes) Fluviovolcanic fans stone terrain (Sumatra, Java,
etc.) Where planation not
distinct mapped as 8 (Nusa Mangrove swamps
Uplifted old landforms/contorted Tenggara) (brackish)
areas in collision zones Folded hills and mountains
Dissected, warped peneplain of a. low b. high
non volcanic arcs
a.low b.high Complex mountains (faulted,
folded, old volcanics, intrutions)
Morphostructural zones
SE Asian and Australian Marginal Oceanic plates and Volcanic arc of Non volcanic arc of
continental plates geosynclines unspecified basins Sunda/Banda system Sunda/Banda system

Gambar 3. Peta geomorfologi Pulau Sumatra (dikutip dari sebagian peta geomorfologi Indonesia, Verstappen, 2000).

JSDG Vol. XVIII No. 3 Juni 2008 193


Geo-dynamics
Zona Sesar Sumatera terdiri dari sejumlah segmen dkk (1996), mengatakan bahwa endapan tuf
sesar yang agak lurus dan saling en echelon satu mungkin berasal dari erupsi terakhir kaldera
sama lain. Sesar tersebut biasanya dekstral, masing- Maninjau, atau erupsi celah kaitannya dengan jalur
masing segmen sesar biasanya terdiri dari lembah sesar besar Sumatera.
sempit dengan tepian yang sesajar atau hampir
sejajar (biasanya sesar-berjenjang/stepfaulted) Hasil lintasan pengamatan lapangan (Gambar 4)
dengan lebar kurang satu kilometer, tetapi ada juga menunjukan bahwa Tuf Maninjau di daerah
lembah/depresi memanjang lebih lebar (dua penelitian dapat dipisahkan menjadi dua perioda
kilometer atau lebih). Depresi yang lebih lebar pengedapan, yaitu : perioda pengedapan Satuan Tuf
biasanya ditemukan pada pertemuan antara kedua Maninjau I (bawah/tua) tebal lebih dari 3 m dan
segmen sesar (Tjia, 1977). perioda pengedapan Satuan Tuf Maninjau II
(atas/muda) tebal lebih dari 5 m (Foto 1). Kedua tuf
dipisahkan oleh endapan sungai.
Morfologi Kawah Danau Maninjau
Maninjau sekarang merupakan jejak danau kawah Satuan Tuf Maninjau I (bawah)
gunung api, semula oleh Verstappen (1973)
Satuan Tuf Maninjau I tersusun oleh tuf halus dengan
dikatakan bahwa Danau Maninjau tumbuh sebagai
kandungan batuapung tersebar secara tidak merata
Gunung api strato. Material hasil letusannya diseluruh tubuh endapan, berwarna abu-abu terang,
menutupi terutama kearah baratlaut, barat dan masif, padat, dengan ketebalan lebih dari 3 m.
tenggara. Pola aliran memancar dengan torehan yang Kemiringan lapisan endapan sangat kecil (sekitar 4°
dangkal merupakan ciri khas daerah di sekitarnya. miring ke arah utara - utara timur). Kadang dijumpai
Aliran fluvial gunungapi Maninjau menutupi daerah tuf kerikilan berwarna abu-abu gelap, mengandung
timurlaut dan timur hingga daerah penelitian dengan banyak fragmen batuapung dan andesit, membentuk
sebaran terbatas karena terhalang oleh rangkaian struktur lensa. Tuf kerikilan hadir sebagai selingan
pegunungan yang lebih tua. Di beberapa tempat maupun sisipan diantara tuf abu-abu terang yang
sering bermunculan batuan berumur lebih tua dari masif, mengandung fragmen arang kayu dengan
plato tuf yang menutupinya, torehan sungai di sekitar diameter mencapai 20 cm (Foto 2 dan 3). Tebal
daerah plato sangat dalam, curam dan berdinding selingan antara 10-15 cm (Foto 4, Gambar 6).
tegak. Verstappen (1973) sangat terkait dengan Sifat fisik Satuan Tuf Maninjau I mirip dengan unit
kondisi morfologi lembah Sianok secara umum dan aliran piroklastika yang disebut sebagai tuf ignimbrit.
khususnya lembah Sianok di daerah penelitian. Selby (1985), mengutarakan bahwa proses
Bemmelen (1949) berpendapat bahwa, batuan yang terbentuknya tuf ignimbrit adalah bagian dari
bermunculan di dinding sebelah timur dari depresi peristiwa erupsi gunungapi yang menghasilkan
volkano tektonik tersebut merupakan komplek endapan aliran piroklastik jenis nuees ardente
batuan-batuan basement (batuan dasar) antara lain: (wedus gembel) dan aliran abu berbatu apung.
granodiorit, diabas, fililt skis, dan batugamping. Secara normal tuf ignimbrit tersusun dari material
tubuh gunungapi yang ikut terbawa sewaktu terjadi
erupsi. Aliran gas panas yang menerobos melalui
STRATIGRAFI TUF MANINJAU DI DUSUN lubang kepundan dengan kecepatan tinggi
BELAKANG-BALOK mengangkut tepra beberapa kilometer ke dalam
atmosfer. Selanjutnya aliran panas tersebut
Di daerah penelitian Tuf Maninjau terususun oleh terperangkap dalam atmosfer membentuk arus
satuan tuf berbatuapung dengan diameter 0.5 - 2 konveksi, menyebabkan awan panas terus
cm, kadang dijumpai butiran batuapung hingga membubung. Bagian dari awan panas yang memuat
berdiameter 10 cm, agak kompak setempat terdapat fragmen batuan mempunyai kepekatan lebih besar
lapisan pasir yang kaya akan kuarsa, juga ditemukan daripada udara sekeliling menyebabkan kehilangan
lapisanlapisan kerikil yang terdiri dari komponen panas dan material dalam awan akan gugur, mengalir
kuarsa, batuan gunung api, batugamping dan kadang dengan kecepatan tinggi menuruni lereng atau
ditemukan granit. Pada satuan tuf batuapung kadang lembah, sebagai endapan terbawah dari keseluruhan
ditemukan lapisan pemisah berupa bolder dengan unit tuf ignimbrit. Sedangkan hembusan gas yang
komponen yang beragam mulai dari andesit, granit membawa abu berbatuapung dan fragmen batuan
dan kadangkala batugamping. Di beberapa tempat akan diendapkan terletak di atasnya dan biasanya
menunjukkan struktur sedimen kerukan, perlapisan menunjukkan struktur sediment berlapis. Aliran yang
pemilihan normal (graded-bedding), silang siur, dan paling atas kaya akan gas bergerak sebagai aliran
laminasi sejajar. Westerveld (1953) dalam Kastowo turbulen menghasilkan endapan yang laminar.

194 JSDG Vol. XVIII No. 3 Juni 2008


Geo-dynamics
100º21.75E 100º21.90E 100º22.00E 100º22.08E
1 00 º2 1.4 1BT 1 00 º2 2.5 0BT

Buk itcang an g

Si ano k (953m)
Bukittinggi
Kota Sp1
U

0 km 1 km
Bela kan gb alo k

0 5
1 ° BT 1 0
5 °B T

Peta indek
° LU
5 Aur biru go ti gob al eh

°
0

P1
° LS
5

Ja ran (850m)
Sp2

(846m) P2
10 0º2 1.4 1BT 100 º2 2.5 0BT

(847m) P3
U
Sp5

Sp6 0m 100m
(845m)P4
(850m)
Sp4 P6 (850m)
P5
(842m) Sp3
(842m) KETERANGAN

Daerah penelitian Sungai Jalan kotamadya

(850m) Titik amat


Garis kontur Daerah perkotaan
S3

100º21.75E 100º22.00E 100º22.08E


100º21.90E

Gambar 4. Peta lintasan pengamatan.

A’
channel

channel

channel

SV 223

SV 222
SV 224

SV 222

II
I SV 223
A SV 224 II
Garis penang tegak I scree slope I

scree cone

Sand bar

Foto 1. Dinding Ngarai Sianok bagian timur memberikan banyak informasi tentang perioda endapan tuf batuapung Maninjau, yaitu perioda I (bawah)dan
perioda II (atas), di antara kedua periode dipisahkan oleh endapan fluvio vulkanik dengan ragam struktur sedimen fluviatil, diantaranya adalah
erosi dasar sungai, graded bedding, silangsiur dan laminasi sejajar. Ciri tersebut dapat diikuti sepanjang dinding Ngarai dan di beberapa tempat
tersesarkan dan memununjukkan loncatan tegak antara 85 cm - 6 m, sehingga membentuk morfologi undak. Beberapa screeslope menyulitkan
pengamatan. A-A' adalah posisi pembuatan kolom penampang tegak. Arah kamera Utara-Timur, Lokasi antara Sp 3.

JSDG Vol. XVIII No. 3 Juni 2008 195


Geo-dynamics

Foto 2. Arang kayu yang tertanam dalam tuf batuapung Maninjau II Foto 4. Singkapan tuf kerikilan hadir sebagai selingan Maupun sisipan di
bagian tengah, tersebar tidak merata, terletak 7 m di atas alur antara tuf abu-abu terang masif, tersingkap di tebing timur
sungai sekarang. Lokasi Sp5. Ngarai Sianok di Kelurahan Belakangbalok.

Gambar 6 Sketsa foto di atas menunjukkan singkapan tuf kerikilan hadir


Foto 3. Arang kayu yang terbawa dalam tuf batuapung Maninjau I bagian sebagai selingan, maupun sisipan di antara tuf abu-abu terang
atas, terletak 1 m dari dasar sungai sekarang. Lokasi SP3. masif. Terlihat hubungan antara Satuan tuf Maninjau I dan Tuf
Maninjau II, serta proses geomorfologi yang sedang berlangsung
(M) dan sangat umum terjadi pada tebing ngarai, mungkin
dikemudian hari hasil proses geomorfologi termuda tersebut bila
Tuf Maninjau I membentuk 3 undak, dimana masing tersimpan baik akan menjadi satuan morfostratigrafi termuda di
Ngarai
masing undak dipisahkan oleh dinding terjal dan
dicirikan oleh terputusnya sebaran endapan tuf
Maninjau oleh satuan endapan sungai. disepanjang pertemuan antara Tuf I dan Tuf II (Foto 6
dan 7). Sebaran endapan fluvial gunung api ini dapat
Satuan endapan sungai diikuti terus sepanjang dinding lembah, namun di
beberapa tempat berubah ketebalannya dan
Satuan endapan sungai, ditemukan sebagai alas terpotong oleh sesar normal. Kenampakan
Satuan Tuf Maninjau II, dan tersusun oleh beraneka morfostratigrafi tersebut dapat ditunjukan pada Foto
ragam fragmen batuan dengan ukuran yang paling 8. Material penyusun pada zone pertemuan diantara
besar mencapai diameter 20 cm, membulat- ke dua tuf tersebut umumnya berwarna coklat
membulat tanggung. Fraksi kasar tersebut berupa kuning-kemerahan atau coklat kehitaman.
pasir kerikilan dan konglomerat aneka bahan yang Berpindahnya alur Sungai Sianok semata-mata
mengalasi endapan Tuf Maninjau dan diduga bukan mencari tempat yang lebih rendah, dan difasilitasi
merupakan endapan murni gunungapi melainkan mekanisme pensesaran undak, pada saat lokal
endapan fluvio-volcanic (fluvial-gunungapi) (Foto 5, graben terbentuk. Tersesarnya tumpukan tuf
Gambar 5). Sruktur sedimen silang siur dan laminasi Maninjau yang diekspresikan sebagai bentuklahan
sejajar kerap ditemui pada lapisan alas endapan undak, diperkirakan semata-mata batuan alas
Satuan Tuf Maninjau II atau lapisan selang antara tempat endapan tuf Maninjau bergerak/bergeser.
kedua tuf, jejak alur kerukan (scour) sering ditemui

196 JSDG Vol. XVIII No. 3 Juni 2008


Geo-dynamics

Gambar 5. Sketsa morfostratigrafi Tuf Maninjau di Belakangbalok serta mekanisme terbentuknya undak, dimana Tuf Maninjau II membentuk 5 undak.
Undak terbentuk oleh sesar normal lokal dan diikuti oleh proses pengendapan alur sungai purba. Arah sketsa N5° E

Foto 5. Fragmen batuan aneka ukuran dan bahan, tertanamdalam m,asa


dasar tuf pasiran (II). Tuf abu-abu terang merupakan endapan
piroklastik tertua (Iterbawah) di daerah penelitian.

Foto 6 dan 7 Singkapan didinding Ngarai Sianok memperjelas hubungan antara tuf Maninjau I (bawah) dan tuf Maninjau II (atas), diselangi oleh
serangkaian endapan sungai dengan struktur kerukan (scour) yang menunjukkan jejak alur sungai tua, ditunjukkan adanya struktur silang-siur
dan laminmasi sejajar, tebal endapan sungai 75 cm 150 cm. Lokasi: Ngarai Sianok, Kelurahan Belakang balok. No. lokasi : 25 m sebelah timur
titik amat P1. Arah kamera : ke Timur

197
Geo-dynamics

Foto 8 Bagian bawah Satuan Tuf Maninjau II di daerah penelitian selalu di alasi oleh endapan fluviatil, yang diikuti di atasnya oleh silang-siur tuf dan
laminasi sejajar . Ketebalan endapan fluviatil beragam dari titik amat satu dengan yang lainnya, dan terlihat menerus, kecuali bila terjadi
pensesaran. Disamping itu ditunjukkan foto rinci dari jejak alur sungai tua.

Satuan Tuf Maninjau II


Satuan Tuf Maninjau II tersusun oleh tuf abu-abu
terang, berbutir halus, padat, banyak mengandung
fragmen batuapung dan butir kuarsa tersebar
merata, dijumpai beberapa fragmen arang kayu dan
batuan (andesit?). Hadir struktur sedimen laminasi
sejajar dan silang-siur palung skala besar terutama di
bagian atas dari Satuan Tuf Maninjau II (Foto 8).
Secara setempat dijumpai sisipan tuf pasiran sangat
kasar berwarna abu-abu gelap, terdiri dari matrik dan
fragmen batuan beku, diameter fragmen mencapai
3 mm, hadir sebagai sisipan discontinue (tidak
menerus). Tebal Satuan Tuf Maninjau II mencapai Gambar 7. Sketsa foto 5 dimaksudkan untuk memperjelas komponen
6 m, di beberapa tempat menipis namun secara aneka bahan yang tertanam dalam masa dasar tuf pasiran
(Maninjau II), Tuf abu-abu terang merupakan endapan
keseluruhan sebarannya relatif horizontal. piroklastik tertua (I/terbawah) di daerah penelitian.
Satuan Tuf Maninjau II membentuk 5 undak dengan
ciri-ciri mirip seperti pada Satuan Tuf Maninjau I
(Gambar 7). DISKUSI

Secara umum baik satuan Tuf Maninjau I maupun II Banyak ahli mengatakan bahwa sesar sumatera
mudah retak. Dijumpai banyak rekahan pada tubuh merupakan sesar tua yang aktif kembali. Tjia (1977)
satuan tuf masif menunjukkan sebagai salah satu mengatakan bahwa baru-baru ini (resen) terjadi
faktor terbentuknya ngarai atau lembah yang baru pergeseran alur sungai pada depresi Singkarak-Solok
(Foto 9). Rekahan-rekahan tersebut berarah sejajar dengan besar pergeseran 450 m menganan (dextral)
dan tegak lurus arah tebing ngarai. Debris slope dan sebagian bergeser m mengkiri (sinistral) 550. Di
(lereng robakan) dan cone (kerucut rombakan) dari lain tempat di sepanjang zona sesar pergeseran alur
tuf banyak dijumpai di sepanjang tebing ngarai, sungai mencapai 800 m menganan (dextral) dan
dengan demensi dan ukuran yang beragam (Foto 1200 m mengiri (sinistral).
10).

198
Geo-dynamics
Menurut Tjia (1977) dan Katili (1967) bahwa sesar
Sumatera terdiri dari 18 segmen, salah sat segmen-
segmen tersebut adalah segmen Sianok dimana
daerah penelitian masuk di dalam zona tersebut.
Secara geomorfologi segmen tersebut diekspresikan
sebagai graben sempit dan ditutupi oleh ignimbrit.
Jika segmen sesar Singkarak-Solok saat ini
dinyatakan aktif, tidak menutup kemungkinan terjadi
reaktifasi sesar Sianok yang menggerakan endapan
ignimbrit di daerah penelitian (Ngarai Sianok -
B e l a k a n g b a l o k ) . Po e d j o p r a j i t n o ( 2 0 0 7 )
menerangkan bahwa segmen-segmen sesar
Sumatera di daerah Padangpanjang memberikan
indikasi sesar aktif, yang ditunjukkan oleh beberapa
bukti terpotongnya endapan vulkanik Kuarter di Foto 9. Rekahan-rekahan sangat umum dijumpai pada tebing Ngarai
Kotobaru dan Pandaisikek. Beberapa bukti lapangan Sianok baik itu sejajar maupun tegaklurus,Merupakan salah satu
faktor awal terbentuk ngarai baru. Oleh air hujan rekahan-
menunjukkan bahwa endapan sungai (sebagai rekahan tersebut tererosi dan melebar mempercepat runtuhnya
lapisan penunjuk) yang memisahkan antara satuan tebing. Singkapan ini merupakan bagian dari Satuan Tug
Maninjau I dan II tersesarkan membentuk beberapa Ignimbrit Maninjau I. Lokasi undak 6 antara SP5 dan SP6
bentuklahan undak (terraces), demikian juga yang
terjadi pada Satuan Maninjau II.
Berdasarkan atas data lapangan, terbentuknya
undak Ngarai Sianok di daerah penelitian dapat
diterangkan sebagai berikut; Setelah perioda
pengendapan Satuan Tuf Ignimbrit Maninjau I
(bawah), segera disusul aktivitas fluvial di
permukaanya menghasilkan endapan fluvio vulkanik
berupa pasir kerikilan dan konglomerat aneka bahan.
Selama proses pengendapan fluvio vulkanik berjalan,
terjadi aktifasi sesar Sumatera yang menyebabkan
tumpukan tuf ignimbrit Maninjau I ikut tersesarkan
(Foto 11) di tiga tempat dan membentuk 3 undak.
Keadaan ini membuat alur sungai berpindah
mengikuti arah penurunan dari bagian blok sesar
yang paling rendah. Kondisi ini berlangsung lama
yang kemudian diikuti proses pengendapan tuf
ignimbrit Maninjau II (atas), dan diakhiri oleh proses
fluvio vulkanik II seperti yang terjadi pada perioda I.
Selama kurun waktu pengendapan fluvio vulkanik II
terjadi reaktifasi sesar Sumatera di daerah penelitian
mengakibatkan tersesarnya tumpukan tuf ignimbrit,
dan membentuk 5 undak. Kelihatannya proses
pembentukan undak masih terus berlangsung
sampai sekarang, dengan beberapa bukti ditemukan
endapan-endapan fluviatil muda (Foto 12) yang
diperkirakan sebagai undak termuda di kawasan ini.
Berpindahnya alur Sungai Sianok bukan karena
pengaruh pergantian musim semata, melainkan Foto 10 (a, b) Scree fan, scree slope maupun debris slope sangat umum
terjadi di tebing timur Ngarai Sianok, Lokasi : Sp1 (foto 10a) dan
peran tektonik sangat kuat. Hal ini dapat dibuktikan SP2 (foto 10b).
oleh beberapa sesar normal yang memotong Satuan
endapan Tuf Ignimbrit. Ekspresi morfologi sesar

199
Geo-dynamics
normal tersebut dicerminkan oleh delapan endapan KESIMPULAN
undak yang terbentuknya saling berkesinambungan.
– Secara Morfostratigrafi Tuf Ignimbrit (Plato Tuf
Kronologi terbentuknya undak adalah sebagai
Ignimbrit Maninjau) di Ngarai Sianok berumur
berikut: ketika terjadi reaktifasi sesar basemen,
Kuarter, yang diperkirakan berasal dari hasil
Satuan Tuf Ignimbrit yang menutupi basemen
kegiatan G. Maninjau. Tuf tersebut terdiri dari dua
terkoyak dan tersesarkan membentuk lembah
satuan, yaitu Satuan Tuf Ignimbrit Maninjau I (tua)
graben. Selanjutnya dasar lembah dianggap sebagai
dan Satuan Tuf Ignimbrit Maninjau II (muda),
awal pembentukan undak ke 1 (undak tua), disinilah
masing-masing setebal 3 dan 5 meter. Kedua
awal Sungai Sianok bermula dan membentuk alur
satuan tersebut dipisahkan oleh endapan fluvio-
sungai mengalir mengikuti kemiringan dasar lembah
volkanik setebal 1-3 meter, yang menunjukkan
sesar normal (graben). Berikutnya gerak-gerak sesar
bahwa telah terjadi dua (2) kali letusan aktifitas
basemen rupanya secara berkala aktif, terjadi
vulkanisme Gunung Maninjau.
perulangan peristiwa pensesaran melibatkan Satuan
Tuf Ignimbrit membentuk lembah graben berikutnya – Gerak-gerak tektonik ditandai dengan munculnya
dan dasar lembah graben merupakan awal undak di kedua satuan batuan itu, yang masing-
terbentuknya undak 2. Sesuai hukum alam aliran masing 3 undak di Tuf Ignimbrit Maninjau I dan 5
Sungai Sianok selalu mencari tempat terendah dan undak pada Tuf Ignimbrit II, Gerak-gerak tektonik
kemudian alur sungai tersebut berpindah dari dasar ini diperkirakan pengaruh reaktivasi Sesar
undak 1 ke dasar undak 2. Peristiwa ini berulang Sumatera, yang di lajur Bukit Barisan Sumatera
kembali hingga saat ini, dibuktikan oleh runtunan Barat ditandai dengan munculnya horst dan
delapan morfologi undak dalam komplek lembah graben.
graben yang sangat lebar dan dikenal sebagai Ngarai
Sianok. – Sungai Sianok terjadi akibat gerak-gerak tektonik
Kuarter akibat reaktivasi Sesar Sumatera yang
dipercepat dengan pengikisan secara tegak dan ke
samping oleh aliran permukaan sungai.

Foto 11. Sesar normal mikro (bersifat lokal) terjadi di sepanjang dinding barat Ngarai Sianok yang segera diikuti oleh proses pengendapan alur sungai
purba. Sesar normal mikro itu terjadi selama proses fluvio vulkanik sedang berlangsung dan saat itu pula terjadi aktivasi sesar yang menyebabkan
Satuan Tuf Ignimbrit Maninjau I di lokasi ini ikut tersesarkan membentuk undak (T7).

200
Geo-dynamics

Foto 12. Singkapan nusa (point bar) yang membentuk undak (T8) merupakan kenampakan morfologi bentukan termuda saat ini, diperkirakan hasil
kegiatan fluvio tectono volcanic. Inset menunjukkan struktur dalam dari sebuah nusa (point bar), dimana foreset laminae bersudut 30° . Lokasi :
P1 alur Sungai Sianok.

ACUAN
Bemelen, R.W. van, (1949). The Geologi of Indonesia, V. IA General Geology, The hague, Martinus Nijhof.
Kastowo, Gehard.W. L, Gafoer. S. dan Amin T.C, 1997. Peta Geologi Lembar Padang, Sumatera, skala
1:250.000, Puslitbang Geologi, Bandung.
Katili, J.A. dan Hehuwat. F., 1967. On the Occurrence of Large Trancurrent Faults in Sumatra, Indonesia, Jur.
Geosciences, Vol.10, Art. 1-1, Osaka.
Poedjoprajitno S., 2007. Morfotektonik dan reaktivitas sesar Sumatera di Padangpanjang, Sumatera Barat,
Jurnal Sumber Daya Geologi Vol. XVII, No. 3, Bandung.
Selby, M.J, 1985. Earth changing surface, Oford University Press.
Tjia, H. D. 1977. Tectonic depression along the transcurrent Sumatera fault zone, Geol. Indonesia, J 4. 1 : 13-
27.
Verstappen, H. Th., 1973. A geomorphological reconnaissance of Soematra and adjacent island (Indonesia),
ITC, The Netherlands, 182 p.
Verstappen, H Th. 2000. Outline of the Geomorphology of Indonesia. A case study on tropical geomorphology of
a tectogene region, ITC-Division of Applied Geomorphological Survey (AGS), The Netherlands,
212 p.
Westerfeld, 1953. Eruptions of acid pumice tuffs and related phenomena along the great Sumatern fault-trough
system: Pasific Sci. Cong., 7th, New Zealand, 1949, Proc. 2 : 411-438.

201
PANDUAN
PENULISAN MAKALAH ILMIAH
JURNAL SUMBER DAYA GEOLOGI

UMUM
1. Naskah merupakan karya asli yang belum pernah diterbitkan di manapun sebelumnya.
2. Naskah dalam Bahasa Inggris ataupun Indonesia yang baik dan benar, dilengkapi dengan Sari
dalam Bahasa Indonesia dan Abstract dalam Bahasa Inggris.
3. Teks harus tercetak jelas; gambar dan foto harus asli dengan ukuran maksimum 19,5x15 cm.
4. Naskah harus ditelaah dan disunting paling tidak oleh dua orang dari Dewan Redaksi
dan/ataupun Editor Ilmiah (Scientific Editor) sesuai dengan mekanisme yang berlaku.
5. Naskah yang masuk ke Dewan Redaksi, harus disertai Surat Pengantar dari Kelompok
Program/Pimpinan Unit (khusus dalam lingkungan DESDM).
6. Dewan Redaksi berhak menolak naskah/makalah yang kurang memenuhi syarat sebagai tulisan
ilmiah.
7. Soft copy yang berisi teks, gambar, dan potret yang telah diperbaiki sesuai dengan telaahan dan
suntingan, dan dinyatakan dapat diterbitkan oleh Dewan Redaksi, diserahkan kepada Ketua
Dewan Penerbit/Kepala Bidang Informasi.

NASKAH
1. Halaman pertama naskah berisi judul makalah, sari dan abstract, serta kata kunci dan keywords.
Nama penulis, nama instansi, alamat dan nomor telepon/hp dituliskan pada lembar tersendiri.
2. Naskah diketik dengan komputer dalam MS-Word dengan huruf Times New Roman, Font-12, dua
spasi.
3. Beri dua spasi antara heading dan teks di bawahnya, tiga spasi antaralinea tanpa menggunakan
indentasi.
4. Susunan isi :
a. Judul (Title)
b. Sari/Abstract; harus ringkas dan jelas mewakili isi makalah (concise summary), paling banyak 200
kata (words) diketik satu spasi (single space).
c. Kata kunci (keywords); 4 sampai 6 kata ditulis di bawah sari/abstract.
d. Pendahuluan (Introduction) : Latar belakang, Permasalahan, Tujuan Penelitian, Lokasi Daerah.
(Scientific Background, Scientific Problem, Aim(s), Studied Area).
e. Metodologi (Methods)
f. Analisis dan Hasil (Analyses and Results)
g. Diskusi (Discussion)
h. Kesimpulan dan Saran (Conclusions/Recommendations)
I. Ucapan Terima Kasih (Acknowledgment)
5. Acuan (References); harus diacu (cited/referred) dalam tulisan, mendukung isi tulisan dan ditulis
dalam daftar serta disusun menurut abjad. Hindari penulisan nama penulis/pengarang maupun
Call for paper:
editornya dengan huruf besar. Semua nama penulis harus ditulis, tidak boleh hanya nama penulis
pertama dengan tambahan drr.
Contoh :
Prosiding (Proceeding):
- Koning, T. and Darmono, F.X., 1984. The Geology of the Beruk Northeast Field, Central
th
Sumatra. Oil production from pre-Tertiary basement rocks. Proc. 13 Ann. Conv.
IPA, Jakarta, Indonesia.
Jurnal/Buletin:
- Wright, O.R., 1969. Summary of research on the selection interview since 1964. Personal
Psychology 22:391-413.
Peta:
- Simandjuntak, T.O., Surono, Gafoer, S., dan Amin, T.C., 1991. Geologi Lembar Muarabungo,
Sumatera, skala 1:250.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung
Laporan tidak diterbitkan:
- Siagian, H.P. dan Mubroto, B., 1995. Penelitian Magnet Purba di daerah Baturaja dan
Sekitarnya, Sumatera Selatan. Laporan intern Pusat Penelitian dan Pengembangan
Geologi, Bandung (Tidak diterbitkan).
Tesis (Skripsi, Disertasi):
- Stone, I.G., 1963. A morphogenetic study of study stages in the life-cycle of some Vitorian
cryptograms. Ph.D. Thesis, Univ. of Melbourne.
Buku :
- George, S., 1967. Language and Silence. Faber and Faber, London: 96pp.
Dalam Buku :
- Carter, J.G., 1980. Environmental and biological controls of bivalve shell mineralogy and
microstructure. In: Rhoads, D.C. and Lutz, R.A. (Eds.), Skeletal growth of aquatic
organisms. Plenum Press, New York and London: 93-134.
Publikasi Khusus (Special Publication):
- Kay, E. Alison, 1979. Hawaiian Marine Shells.B.P. Bishop Museum Special Publication 64(4):
653pp. Major Treatment.
Informasi di internet:
- Lunt, P., 2003. Biogeography of some Eocene larger foraminifera, and their application in
distinguishing geological plates. Paleontologica Electronica 6(1):22pp, 1.3MB;
http://paleo-electronica.org/paleo/2003-2/geo/issue 2-03.htm
6. Dalam draft, gambar/peta/potret diletakkan pada halaman akhir makalah.
7. Keterangan gambar dan potret diketik satu spasi dan diletakkan di bawah gambar/potret;
diakhiri dengan titik. Huruf besar hanya pada awal kalimat dan nama diri.
8. Keterangan tabel juga diketik dalam satu spasi, diletakkan di atas tabel, tidak diakhiri dengan titik.
Setiap awal kata, ditulis dengan huruf besar, kecuali kata depan dan kata sambung.

CALL FOR PAPER :


Redaksi menerima makalah ilmiah dari pembaca untuk diterbitkan dalam jurnal ini dengan
mengacu kepada persyaratan tersebut di atas.

Anda mungkin juga menyukai