u
Geologi dan struktur bentang alam
u
Evaluasi deformasi bentang alam
u
Tata guna lahan dan zonasi daerah bencana alam serta
u
Eksplorasi hidrokarbon, batubara, gambut, dan mineral
PUSAT SURVEI GEOLOGI, Jl. Diponegoro No. 57, Bandung 40122, Tlp. : (022) 7203205, Fax. (022) 7202669,
http://www.grdc.esdm.go.id, e-mail: contact@grdc.esdm.go.id
5 81 9 1 9
1829-5819
7 7 1 8 2 9
ISSN
9
Vol. XVIII, No. 3, Juni 2008 ISSN 1829-5819
urnal
J ournal
Sumber Daya Geologi
of Geological Resources
KATA PENGANTAR
Penasihat
Kepala Badan Geologi
Pembaca yang budiman,
Penanggung Jawab
Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan YME, karena
atas berkah dan rakhmat-Nya Jurnal Sumber Daya Geologi ini dapat terbit Kepala Pusat Survei Geologi
menemui para pembaca.
Seperti biasanya jurnal ilmiah ini terbit dengan lima makalah, yang kali ini Dewan Redaksi
terdiri dari Geo-Resources (dua makalah) dan Geo-Dinamics (tiga
makalah). Makalah bertema Geo-Resources yang pertama Ketua Prof. (Ris.) Dr. Ir. Udi Hartono
mengetengahkan hasil kajian struktur bawah permukaan daerah
Semarang dan sekitarnya berdasarkan metoda gaya berat dan magnet. Anggota Dr. Hermes Panggabean, M.Sc.
Dr. Ir. Rachmat Heryanto, M.Sc.
Walaupun masih sangat awal dan argumen yang dipakai masih belum Ir. Asdani Soehaimi, Dipl.Seis.
rinci, tulisan ini sekurangnya dapat memberikan gambaran bahwa struktur Rimbaman, M.Sc.
geologi di daerah Semarang dan sekitarnya memungkinkan sebagai Ir. Sidarto, M.Si.
cebakan sumber daya geologi seperti gas alam dan hidrokarbon. Makalah Ir. Subagio, M.Si.
kedua mengajukan pemikiran potensi panas bumi di daerah Pandegelang
dan sekitarnya. Di dalam makalah ini berbagai data geofisika dan geologi Penyunting Ilmiah Edisi Ini
yang tersedia dari hasi pekerjaan sebelumnya dipaduserasikan untuk
Prof. (Ris.) Dr. Ir. Udi Hartono (PSG)
menafsir kemungkinan potensi panas bumi.
Dr. Ir. Rachmat Heryanto, M.Sc. (PSG)
Tiga makalah yang bertema Geo-Dinamics masing-masing mempunyai Rimbaman, M.Sc. (PSG)
tujuan dan pendekatan yang berbeda. Makalah pertama mencoba Drs. Indra Budiman, M.Sc. (PSG)
menjelaskan dinamika Sesar Citarik di Pulau Jawa bagian barat dengan Ir. Syaiful Bachri, M.Sc. (PSG)
mengintegrasikan berbagai data indraan jauh yang dikombinasikan Dr. Ir. Soetikno Bronto (PSG)
dengan hasil analisis struktur kekar di lapangan. Sesar yang, menurut
makalah ini, masih aktif dan berpotensi menimbulkan gempa bumi ini perlu Mitra Bestari Edisi ini
diperhatikan di dalam perencanaan pengembangan infrastruktur terutama Dr. Wawan Gunawan A. Kadir (ITB)
di daerah Jabotabek dan Pelabuhanratu. Makalah kedua lebih Kris Budiono, M.Sc. (PPGL)
menekankan pembahasannya pada kenampakan morfologi dasar laut Dr. T.O. Simandjutak (Ex-PSG)
hasil pengukuran seismik di wilayah perairan selatan Pulau Laut,
Kalimantan, yang secara geologi merupakan daerah peralihan antara Penyunting Bahasa
Indonesia bagian barat dan Indonesia bagian timur. Makalah ketiga
mengkaji morfostratigrafi yang dikenal sebagai Tuf Maninjau di Sumatra Dra. Nenen Adriyani, M.A.
Barat untuk mengetahui gerak-gerak tektonik di daerah ini. Selanjutnya
makalah ini menjelaskan hubungan antara gerak-gerak tektonik ini dengan Dewan Penerbit
proses pembentukan Ngarai Sianok, yang merupakan lembah memotong
Ketua Ir. Kusdji Darwin Kusumah
seri endapan tuf ini.
Akhirul kata Redaksi mengucapkan selamat menyimak. Anggota Dra. Nenen Adriyani, M.A.
Cipto Handoko
Hari Daya Satya, A.Md.
urnal
J ournal
Sumber Daya Geologi
of Geological Resources
Daftar isi / Contents
Geo-Resources
135 - 152 Struktur Bawah Permukaan Daerah Semarang dan Sekitarnya dari Metode Gaya Berat dan Magnet dan
kaitannya dengan Sumber Daya Geologi
D.A. Nainggolan
153 - 166 Potensi Panas Bumi Daerah Pandeglang dan Sekitarnya Berdasarkan Evaluasi Data Geologi dan
Geofisika Terpadu
Subagio dan B.S. Widijono
Geo-Dynamics
167 - 180 Dinamika Sesar Citarik
Sidarto
181 - 188 Satuan Morfologi Dasar Laut Perairan Selatan Pulau Laut, Kalimantan Selatan, Sebagai Produk Aktivitas
Struktur Geologi Bawah Permukaan
NCD Aryanto dan M. Surachman
189 - 201 Morfologi Ignimbrit Tuf Maninjau Di Ngarai Sianok, Dusun Belakanbalok-Bukit Tinggi, Sumatra Barat
S. Poedjoprajitno
Geo-resources
STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAH SEMARANG DAN SEKITARNYA
DARI METODE GAYA BERAT DAN MAGNET DAN KAITANNYA DENGAN SUMBER DAYA
GEOLOGI
D.A. Nainggolan
Pusat Survei Geologi
Jl. Diponegoro No. 57 Bandung 40122
SARI
Hasil pengukuran gaya berat di daerah penelitian, yang sebagian besar daerahnya ditutupi oleh batuan vulkanik,
mempunyai besaran anomali antara -13 sampai 44 mgal. Perkembangan tektonik dan geologi daerah penelitian
kemungkinan masih aktif sampai saat ini (?). Sehubungan dengan hal ini, Pusat Survei Geologi (PSG) melakukan
penelitian gaya berat semi terperinci untuk melihat kemungkinan ini secara lebih seksama. Endapan hidrokarbon yang
berada di daerah Cipluk, selatan Kendal, pernah dieksploitasi oleh Pemerintah Belanda, dan ditutup sekitar tahun 1930-
an. Dari fakta ini, tempat-tempat lain di bagian utara daerah penelitian masih diduga berpotensi memiliki cebakan
hidrokarbon. Daerah selatan Gunung Ungaran bisa berpotensi mengandung sumber daya geologi panas bumi
(geothermal). Penafsiran anomali Bouguer dan magnet total yang menghasilkan bentuk geometri, model-model
penampang bawah permukaan, termasuk struktur geologinya, mencerminkan proses geologi dan tektonik, serta
kaitannya dengan potensi sumber daya geologi. Hasil analisis kualitatif anomali Bouguer dan anomali sisa menunjukkan
bahwa struktur yang berkembang di daerah penelitian pada umumnya berarah barat - timur dan utara - selatan.
Kata kunci : gaya berat, magnet, endapan hidrokarbon, anomali Bouguer, tektonik
ABSTRACT
The result of gravity measurements in the studied area, which is mainly covered by volcanic rocks, have an anomaly
value ranging from -13 to 44 mgal. Geologic and tectonical development of the area may still be active until recently (?).
For this reason, The Geological Survey Institute conducted detailed gravity study to delineate this possibility more
accurately. The hydrocarbon reserve had ever been exploitated by the Dutch Government from the Cipluk field,
southern of Kendal city and already been closed in 1930. From this fact, other areas in the northen part of this
Quadrangle is potential for the hydrocarbon resource. The southern part of Ungaran Mountain may also potensial for
the geothermal resource. The qualitative analysis of the anomaly patterns, subsurface profile models including the
geological structures reflects the geological processes, tectonics and its relationship with natural resources. The
qualitative analysis on residual and Bouguer anomalies indicates that the structures in the study area have mainly east -
west and north - south directions.
Keywords : gravity, magnet, hydrocarbon deposit, Bouguer anomaly, tectonic
B T
SKALA 1:1.000.000
0 30 km
Kendal
Kaliwungu
Weleri SEMARANG
7°00' 7°00'
Mijen
Sukorejo
Boja Ungaran
G. Ungaran
Sumowono
Bandungan
Ambarawa
G. Sundoro Rawa
Pening
Temanggung
7°20' 7°20'
110°00' 110°30'
B T
S
0 10 km
Kendal
Qa
Qa
QTd Kaliwungu
Qa Qa
Tpds Weleri SEMARANG
7°00' 7°00'
QTd QTd
D
D U
Qa QTd
U
p Tmpk
Qa pp
pp
p
p
Tmk
Mijen
Qa U Qa
Tma
D
Sukorejo Tmpk
D D
Qpj U U
Qpkg D
Boja Ungaran U
Qpkg Qpkg Qks Tma Tmk
Tmpk
Qhg Qpj
ppp Tmkb
Qpkg Qa Qpk
Tmk
Tmk
Tmb
Tmb QTp
Qpk Qpkg
QTp G. Ungaran
Qj Qls Qhg
Qhg
Tma Tmk
Sumowono Qhg
QTp Bandungan
Qos
Qsu Tmk Qpkg
Qbc
Ambarawa
Qpkg
QTp Qpkg Qa
Rawa Qp
Qbl Pening
G. Sundoro
Qsu
Qsm
Qa
Temanggung Qg
Qak
Qpkg
Qme
7°20' Qte 7°20'
110°00' 110°30'
ENDAPAN PERMUKAAN
Qa Aluvium
Qsm Batuan gunung api Sumbing Qpk Batuan gunung api Kaligesik Qp Formasi Payung
Qme Batuan gunung api Merbabu Qak Batuan gunung api Andong dan Kendil QTp Formasi Penyatan
Qhg Batuan gunung api Gajahmungkur Qg Batuan gunung api Gilipetung Tpds Anggota batupasir Formasi Damar
Qj Batuan gunung api Jembangan Qbl Bayuan gunung api Blalak Tmpk Formasi Kalibeng
Qos Batuan gunung api Sundoro Lama Qpj Formasi Jongkong Tmkb Anggota Banyak Formasi Kalibeng
Gambar 3. Peta Geologi Daerah Semarang dan sekitarnya (Thanden drr., 1996).
110°00' 110°30'
6°50' 6°50'
C’ L A U T J A W A
Kendal
Kaliwungu
Weleri SEMARANG
7°00' 7°00'
Mijen U
.
Sukorejo
B T
Boja Ungaran
SKALA 1:1.000.000
0 30 km
G. Ungaran
KETERANGAN :
Sumowono Kota
Bandungan
Jalan
Ambarawa
Batas Pulau
G. Sundoro Rawa
Pening Titik amat gayaberat
Temanggung
7°20' 7°20'
110°00' 110°30'
Gambar 4. Peta penyebaran titik pengamatan gaya berat daerah Semarang dan sekitarnya.
110°00' 110°30'
6°50' 6°50'
C’ L A U T J A W A U
B T
Kendal S
A’
Kaliwungu
B’
Weleri SEMARANG SKALA 1:1.000.000
0 30 km
7°00' 7°00'
D’ KETERANGAN :
Batas Pulau
Mgal
60
55
G. Ungaran 50
45
40
35
Sumowono
Bandungan 30
25
20
Ambarawa 15
10
B 5
G. Sundoro Rawa 0
Pening -5
A -10
Temanggung -15
7°20' 7°20' -20
110°00' 110°30'
C
110°00' 110°30'
6°50' 6°50' U
C’ L A U T J A W A
B T
SKALA 1:1.000.000
Kendal 0 30 km
A’
Kaliwungu
B’ KETERANGAN :
Weleri SEMARANG
Selang kontur
7°00' 7°00' anomali 1 mgal
D’ Kota
Jalan
Mijen
Batas Pulau
Sukorejo
D Boja Ungaran Mgal
10
0
G. Ungaran
-5
Sumowono -10
Bandungan
-15
Ambarawa
-20
B
G. Sundoro Rawa -25
Pening
A -30
Temanggung
7°20' 7°20'
110°00' 110°30' -35
C
110°00' 110°30'
6°50' 6°50'
L A U T J A W A
Kendal
Kaliwungu
Weleri SEMARANG
7°00' 7°00'
Mijen
B T
Sukorejo
Boja Ungaran S
SKALA 1:1.000.000
0 30 km
G. Ungaran
KETERANGAN :
30,0
A’ 25,0
20,0
= calc 15,0
= obs
A 10,0
5,0
0,0
-5,0
-10,0
0,0 5,0 10,0 15,0 20,0 25,0 30,0 35,0 40,0 45,0
Jarak (km) 2,78
0,0
1
-4,0
-8,0
-12,0
Kedalaman (Km)
-16,0
2,67
-20,0
-24,0
-28,0
3,10 -32,0
-36,0
A 6,0
A’ 2,0
-2,0
-6,0
= calc -10,0
= obs
-14,0
-18,0
-22,0
0,0 5,0 10,0 15,0 20,0 25,0 30,0 35,0 40,0
Jarak (km) 1,00
0,50
2,78 0,00
Kedalaman (Km)
2,40 -0,50
-1,00
-1,50
2,67 -2,00
-2,50
KETERANGAN : -3,00
3
.
2.40 g/cm Batuan Sedimen 3
2.67 g/cm Kerak kontinen
2.78 g/cm3 Batuan Andesitik 3.10 g/cm3 Kerak samudra
Sesar
28,0
B’
24,0
= calc 20,0
= obs
16,0
B 12,0
8,0
4,0
0,0 5,0 10,0 15,0 20,0 25,0 30,0
2,40 Jarak (km) 2,78 2,0
-2,0
-6,0
Kedalaman (Km)
-10,0
-14,0
2,67
-18,0
-22,0
-26,0
3.10 -30,0
-34,0
= calc 12,0
= obs B’ 8,0
B 4,0
,0
-4,0
-8,0
-12,0
-16,0
0,0 5,0 10,0 15,0 2,0 25,0 30,0
-0,20
2,40
-0,60
-1,00
2,78 2,78 -1,40
-1,80
-2,20
2,67 -2,60
-3,00
KETERANGAN :
3
.
2.40 g/cm Batuan Sedimen 2.67 g/cm3 Kerak kontinen
3
2.78 g/cm Batuan Andesitik 3.10 g/cm3 Kerak samudra
Sesar
C 12,0
8,0
4,0
= calc 0,0
= obs
C’ -4,0
-8,0
-12,0
0,0 5,0 15,0 25,0 35,0 45,0 55,0
Jarak (km)
0,0
2,40
2,78 -4,0
Kedalaman (Km)
-8,0
-12,0
2,67 -16,0
-20,0
-24,0
-28,0
-32,0
0,0
C C’ -2,0
= calc
-4,0
= obs -6,0
-8,0
-10,0
0 5,0 15,0 25,0 35,0 45,0 55,0
2,78 Jarak (km)
2,78
0,0
2,40
-2,0
Kedalaman (Km)
2,67 -4,0
KETERANGAN :
.
2,40 g/cm3 Batuan Sedimen 3
2,67 g/cm Kerak kontinen
-6,0
3
3
2,78 g/cm Batuan Andesitik 3,10 g/cm Kerak samudra
Sesar -8,0
-10,0
14,0
D 10,0
D’ 6,0
= calc
= obs 2,0
-2,0
-6,0
-10,0
0 10 20 30 40 50
2,78 Jarak (km) 2,78 2,0
2,40 -2,0
-6,0
Kedalaman (km)
-10,0
-14,0
2,67
-18,0
-22,0
-26,0
3,10
-30,0
= calc
= obs 5,00
3,00
1,00
D -1,00
D’ -3,00
-5,00
-7,00
0 5,0 15,0 25,0 35,0 45,0 55,0
Jarak (km)
0,10
-0,10
Kedalaman (km)
2,40 -0,30
2,
-0,50
-0,70
-0,90
2,78
-1,10
2,67 2,78 -1,30
-1,50
-1,70
KETERANGAN :
3
.
2,40 g/cm Batuan Sedimen 3
2,67 g/cm Kerak kontinen
3
3
2,78 g/cm Batuan Andesitik 3,10 g/cm Kerak samudra
Sesar
B T
Kendal
SKALA 1:1.000.000
Kaliwungu 0 30 km
Weleri SEMARANG
KETERANGAN :
7°00' 7°00'
Kota
Mijen
Jalan
Sukorejo
Batas Pulau
Boja Ungaran
NT
750
700
650
600
550
G. Ungaran 500
450
400
350
Sumowono 300
Bandungan 250
200
Ambarawa 150
100
50
G. Sundoro Rawa 0
Pening -50
-100
Temanggung -150
7°20' 7°20' -200
110°00' 110°30'
Gambar 12. Peta Anomali Magnit Total daerah Semarang dan Sekitarnya.
110°00' 110°30'
6°50' 6°50'
L A U T J A W A U
B T
S
Kendal
SKALA 1:1.000.000
Kaliwungu 0 30 km
Weleri SEMARANG
KETERANGAN :
7°00' 7°00'
Selang kontur anomali
10 nT
Kota
Mijen
Jalan
Sukorejo
Batas Pulau
Boja Ungaran
nT
300
240
180
G. Ungaran
120
Sumowono 60
Bandungan
0
Ambarawa -60
-120
G. Sundoro Rawa
Pening -180
Temanggung
7°20' 7°20' -240
110°00' 110°30'
Gambar 13. Peta Anomali Magnit Sisa daerah Semarang dan Sekitarnya.
B T
Kendal
S
7°00' 7°00'
KETERANGAN :
Jalan
Mijen Antiklin
Sukorejo
Sinklin
Boja Ungaran Sesar
Batas Pulau
Kota
G. Ungaran P C H : Potensil untuk
Cebakan Hidrokarbon
Gambar 14. Peta penyebaran Struktur, hasil analisis kualitatif dan kuantitatif dari anomali Bouguer dan magnit.
KESIMPULAN
Hasil analisis kualitatif maupun kuantitatif anomali
berpotensi mengandung sumberdaya geologi, seperti
Bouguer dan anomali magnet tidak menunjukkan
: cebakan gas alam di daerah selatan Gunung
adanya gejala penurunan permukaan tanah kota
Ungaran dan cebakan hidrokarbon di daerah sekitar
Semarang. Hasil pemodelan terhadap beberapa
pantai utara sampai lepas pantai, seperti terlihat
penampang berarah utara - selatan menunjukkan
pada peta sebaran struktur Gambar 14.
bagian utara kota Semarang yang naik dari sistem
sesar berarah timur - barat. Penurunan yang
UCAPAN TERIMA KASIH
dimaksud hanya berupa amblesan yang terjadi di
sekitar pelabuhan Tanjung Mas (kira-kira 2 km2), Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kepala
menurut informasi dari Dinas Pertambangan dan Pusat Survei Geologi, Koordinator Program P2D, dan
Energi (secara lisan). Dewan Ilmiah. Penulis juga menghargai semua
rekan-rekan yang terlibat dalam pengukuran dan
Hasil analisis kualitatif dan kuantitatif menunjukkan
pengambilan data lapangan.
perlipatan-perlipatan. Daerah penelitian bisa
Irham, M. N., Yulianto,T., Kadir, W. G. A. dan Sarkowi, M., 2004. Estimasi Amblesan tanah di Daerah Semarang
Bawah dengan metode Gaya berat 4D. Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan ke 29 HAGI,
Yogyakarta 5-7 Oktober 2004.
Leick, A., 1989. GPS Satellite Surveying. John Wiley & Sons, New York.
Lumban Batu, U. M., 2004. Kajian Potensi Bencana Pelulukan (Liquefaction) di Daerah Semarang dan
Sekitarnya. Jurnal Sumber Daya Geologi 1 (1) Maret 2004, Pusat Penelitian dan Pengembangan
Geologi, Bandung.
Sani. M., dan Otong, H.G., 1991. Peta Anomali Bouguer Lembar Semarang, Jawa, Puslitbang Geologi,
Bandung.
Supriyadi., Santoso, D., Kadir, W. G. A., Sarkowi, M. dan Zainuddin, A., 2005. Identifikasi Amblesan Tanah di
Kawasan Perumahan Puri Anjasmoro PRPP Semarang Menggunakan Gaya berat Mikro 4D.
Jurnal Geofisika, Edisi Tahun 2005 (2) : 25-31.
Thanden, R. E., Sumadirdja, H., Richards.P.W., Sutisna. K., dan Amin. T. C., 1996. Peta Geologi Lembar
Semarang, Jawa, Puslitbang Geologi, Bandung.
Tobing, T., Syarief, E. A., dan Dodid, M., 2000. Penyelidikan Geologi Teknik Amblesan Tanah Daerah Se
marang dan Sekitarnya, Jawa Tengah. Direktorat Geologi Tata Lingkungan, Bandung.
SARI
Informasi geologi dan geofisika terpadu memberikan gambaran sebaran geologi bawah permukaan daerah penelitian.
Dari analisis pemodelan gaya berat daerah penelitian, didapatkan suatu gambaran tentang keberadaan beberapa struktur
terban dan terobosan batuan intrusi. Struktur-struktur tersebut diperkirakan berfungsi sebagai cebakan dari potensi
geotermal. Batuan intrusi muda di bawah Gunung Karang diinterpretasikan sumber panas, sementara batuan sedimen
tersier kemungkinan berfungsi sebagai reservoir. Batuan gunung api teralterasi yang tersebar luas di daerah penelitian
kemungkinan berfungsi sebagai batuan penutup. Kemungkinan potensi geotermal juga diindikasikan oleh keberadaan
beberapa mata air panas yang tersingkap di daerah penelitian.
Kata kunci : informasi geofisika terpadu, struktur geologi bawah permukaan, panas bumi
ABSTRACT
Intergrated geological and geophysical informations provide ilustration of subsurface geology of the researched area.
Result of gravity modelling of the study area show several grabbens and intrusives. This structures would probably be act
as trap of a geothermal potential. The young intrusive rocks beneath the Gunung Karang is interpretated as a heat
sources, while the Tertiary sedimentary rocks could possibly be a reservoir. The altered volcanic rocks widely exposed in
the study area may presence as a caprock. The possibility of geothermal energy potential is also indicated by the
occurrence of several of springs exposed in the area.
Keywords : intergrated geophysical information, subsurface geological structure, geothermal
Pemetaan anomali Bouguer skala 1:100.000 telah Dengan tersedianya berbagai data di atas, maka
dilakukan pada tahun 1996 dengan interval titik dapat dilakukan penelitian ilmiah kebumian
ukur sekitar 2 - 3 km, mencakup daerah Serang, khususnya yang berhubungan dengan potensi
Cilegon, Pandeglang, Rangkasbitung, dan geologi, baik mengenai prospek sumber daya mineral
sekitarnya. Dalam peta sistematik, daerah penelitian dan energi, maupun dalam hubungannya dengan
termasuk ke dalam Lembar Peta Serang yang dibuat kebencanaan. Maksud penelitian ini adalah untuk
Nasution, 1997. Pada tahun 2006, di daerah mempadu serasikan berbagai data geofisika dan data
geologi yang tersedia di daerah penelitian, sehingga
6°S
Stratigrafi
Tataan stratigrafi di daerah penelitian terdiri atas
7°S
PULAU JAWA batuan sedimen, gunung api, dan batuan terobosan,
8°S
berumur mulai dari Miosen Akhir hingga Holosen
Lokasi Penelitian (Rusmana drr., 1991).
106° 108° 110° 112° 114°
Tebal setiap formasi berkisar sekitar 200 - 800 m,
Gambar 1. Lokasi daerah penelitian dengan tebal keseluruhan sekitar 3500 m. Formasi
Bojongmanik (Tmb) merupakan satuan tertua yang
berumur Miosen Akhir, terdiri atas perselingan antara
TATAAN GEOLOGI
batupasir dan batu lempung pasiran, batugamping,
Fisiografi dan morfologi batupasir tufaan dan tuf pada bagian atas. Formasi
ini ditindih tak selaras oleh Formasi Genteng yang
Daerah penelitian dapat dikelompokkan ke dalam terdiri atas tuf batuapung, batupasir tufan,
tiga satuan morfologi, yaitu dataran rendah, konglomerat, dan breksi andesit yang diduga
perbukitan bergelombang, dan kerucut gunung api berumur Pliosen Awal. Formasi Cipacar (Tpc) yang
(Rusmana drr, 1991). terdiri atas tuf batuapung berselingan dengan
Daerah dataran rendah menempati bagian utara lempung tufan, konglomerat, dan napal glaukonitan.
lembar, memanjang dengan arah barat - timur. Di Umurnya diperkirakan Pliosen Akhir. Formasi ini
bagian selatan terdapat bukit-bukit kecil yang menindih Formasi Genteng secara tak selaras. Di atas
mempunyai ketinggian sampai 20 m, dan Formasi Cipacar diendapkan secara tak selaras
merupakan daerah aliran Sungai Ciujung, Sungai Formasi Bojong (Qpb) yang terdiri atas napal pasiran,
Cidurian, dan Sungai Cipayaeun. Perbukitan lempung pasiran, batugamping kokina, dan tuf.
bergelombang terdapat di sebelah selatan dataran Umurnya Plistosen.
rendah, berupa deretan perbukitan yang tingginya Batuan gunung api yang terdapat di daerah ini dapat
berkisar dari 80 - 250 m dari permukaan laut. dikelompokkan ke dalam batuan gunung api tua yang
Penyaliran di daerah ini berpola hampir sejajar dan berasal dari Gunung Danau, Gunung Gede, dan
lembahnya berlereng agak terjal. Di beberapa tempat kelompok batuan gunung api muda yang dihasilkan
terdapat tonjolan yang mencolok berupa korok oleh Gunung Karang dan Gunung Pulosari. Umurnya
gunung api. mulai dari Plistosen Tua hingga Holosen.
Kerucut gunung api menempati bagian barat dan Batuan terobosan yang terdapat di lokasi penelitian
barat laut lembar, yang terdiri atas Kelompok Gunung ini bersusunan andesit hingga basal. Diduga telah
api Karang-Pulosari, dengan titik tertinggi 1778 m di tiga kali terjadi penerobosan yaitu terobosan tertua
atas permukaan laut. Gunung api ini berkembang terjadi di bagian selatan lembar, dan makin ke utara
sebagai kerucut yang tajam, dengan tekuk pada umur terobosan makin muda.
lereng terlihat jelas. Sungai di lereng bagian atas
mempunyai kelandaian besar dengan lembah yang Endapan aluvium yang terdiri atas endapan sungai
sempit, dan pola salirannya bersifat memancar. dan pantai (Qa) serta rawa (Qr) tersebar cukup luas di
Kelompok Gunung Gede di bagian barat laut lembar, bagian utara lembar dan di daerah rawa danau (di
bagian tengah lembar sebelah barat) (Gambar 2).
mempunyai bentuk kerucut yang tumpul karena
0 5 10 km U
L A U T J A W A
Teluk Banten
U
D Serang
DU
DU
Rangkasbitung
DU
D
U
6° 30’ S
106° 00’ T 106° 30’ T
106°00'BT(E) 615000mT(E) 05'620 625 10' 630 635 15' 640 645 20' 650 655 25' 660 665000mT(E)
106°30'BT(E)
5°50'LS(S) 5°50'LS(S)
9855000mU(N)
9855000mU(N)
PETA INDEKS/INDEX MAP
103°30'LS(S) 104°00'LS(S) 105°00'LS(S) 106°00'LS(S) 107°00'LS(S)
5°00'LS(S)
A
ND
SU
T- LAUT JAWA
LA
Bandarlampung
SE TEL
UK
SEM
ANG
KO
TELUK LAMPUNG
9850 9850
Tg.Piatu 6°00'LS(S)
a Serang
Tg Kahal nd
P. Sertung P. Rakata
P. Krakatau
Su JAKARTA
t
ela
lira
K. Ru
S
L A U T - J A W A
K. Sa
G. PIATU
kem
Pulau Kali
ng
nja
ITAN TELUK
mu
PANA SAMADARANG
T
G. PEUTEUJAJAR SELA
Su
G. SEKONG
436
K.
Tg.Awuran SUKABUMI
Bayah
K. Gayam 7°00'LS(S)
P. Tinjil
55' 7°00'LS(S)
55'
di
Pelabuhanratu
P. Deli
n
65
Ci Mandiri
RATU
Ca
PELABUHAN
TELUK
K.
9845 G. GEDE SAMUDERA HINDIA 9845
G. SALAK 595 Kampungbaru Jampangkulon
Pasirbitung
G. CIPALA 568
504 70 Tg.Kopo
PULAU PANJANG
Langon Kepaksan P.SEMUT
Tg.Gorenyang
P. PAMUJAAN BESAR Tg Pontang
MUARA PONTANG
G. BATUR
75 Lokasi Peta/Map Location
G. KOKOL
K.
553
Lana
G. JERING
165
PULAU TARAHAN 60 8°00'LS(S) 8°00'LS(S)
ng
MUARA KANGKUNG
G. CIPEUTEUI P. TANJUNGBAJU 65
G.KAMUNING P. CIKANTUNG MUARA TENGAH
ron
196 ba
m
9840 Ci
Lunc TELUK-BANTEN Margayasa N 9840
K.
ing
K. G. SANTRI
Utu
ng W E
PULAU KUBUR
Wanakerta
i
S
Kali Wed
K. Grogol ing
Grogol Kij
K. Sampang wetan 0 1 2 3 4 5 km
g
PULAU KAMBING
jin
ng
Ju
Ci
65
6°00'LS(S) 6°00'LS(S)
60
NG
JU
60
CIU
9835 9835
PULAU DAU
PULAU DUA
s
MUARA CIDURIAN
ru
ga
K. Ba
gin
65
ng
un
ba
Ked
eng
Jam
renc
P. CANGKIR
K.
70
K.
Kemiri
K. K
Kubangbahad
uban
MUARA CIPASILIAN
n ten
K. Kes
Ba
Cangkring Jenggati
Kedungbaya Krapak 65 MUARA CILEULEUS
65
t
lau
dang
njo
g
upa
tun
Te
agen
n
bu
an
Ci
r
K. K
jali
bebe
G. PINANG
sg
um
9830 9830
n
da
K. Bl
Pe
260
K. Tr
Ca
K. Ci
Pagedangan-udik
li
Ka
ri
i Ja
Kal
n
se
Pri
Pasirangin K.
Palamunan
Kesubuan
05' Pakandangan 05'
Mandaya
n
cu
du
Ke
75 K.
Ci Parendang
lempang
li K
Ka Bedukioro
G. MARIKANGEN
G. SANDAHAN 65
G. BARU
466
397
k
A
9825 9825
mba
AY
on
ND
nd Bakung
i Tu
ge
ME
Cigeaug
Bio
Kal
CI
Sibluruk C Cigabussalirang
SERANG
K.Watu
G. TENJOLAUT 70
Cikondang
Gandania
G. TUMPENG Tegalblingan Pabuaranmanis
316
G. BALBER Bogeg
a1
Kiara
k
Wa
Ci
Talaga
it
Ci Sa
l
G. PAYUNG Tungga
Godeg 334 K.
9820 9820
Cibeunceuh Bojongpinang
n
Tanjunghilir pa
Sam
Gunungsari Ci
Palembangan
10' 10'
G. GEDOR
n
na
G. PULE
ka
256
ng
UNG
ju
CI UJ
U
Cibanteng
Ci
Ci
Ran
G. KAMUNING Ci Bante Kedawung
yieu
307
65
n
9815 9815
Ci
Ci Saa
Ra
bui
nyi
Gumalung
am
Cilehem Cisalam
Pari
t
eu
60
Ci K
Ci
gor
n
Pabuwaran
Ci Bo Banter
Baros
65
Banjar
Ci C
angk
ok Bojong
Cangkudu
Jengkol
Parungpung
or
9810 0 Ci
Bog Ci-A
sem 60 Ci Payeuna
9810
50
Cipacung Guha
Pabuwaran
Ci U
15'
55 15'
M
jung
EU
UR
G. SANGIANGKENDIT 1000
BE
Cadasari
CI
55 Bojonglowa
00
15G. KARANG
60
G. KANCANA Tunjung 1 Nyombok
1778
Amcang
60
G. BATULAWANG
PR. ANGIN Kadulada
1260
Ci Ka
65 Pabrik Banjulan
9805 9805
mbuy
Cisangu
Sodong
Bandolong Tonggoh
70
Ci Loku
PANDEGLANG
Ci
Liw
Barabad
75
Ci Kambuy
et
Kadupondok Garutsabrang
Abu Sondol
Ci Lancar
Situ Jengkol
80 Ci Barondong Nyungtung
Cipacung Pasirtangkil Sa
ng
au
9800 9800
20' 55 t e ng 20'
Can
Ci
Warunggunung
Cidurian 60
Ci Baj
wung
Waspada Cipalawad
mbula
ing
ay
ieun
r
Lu
Ci Rin
Ci
Ci Cinta
Ci Ja
Cilaja
ja
La
Ci
yae un
Ci RANGKASBITUNG
Je
bu Ci
Pa
g Ka
Lebak wu Langgana Ci Curug Ci
ng Ku
Jentul Ci pa Pasirmadang
Ci
CID
Ka
Aw
9795 Ci ra 9795
UR
nte Gadeg
i
Nu n
ng
IA
ga
N
l
Situbeurit Panyapan
ng
h
wu
ri
Ci
Ci
ireu
PR.KAREO
la
Ci Lengkap
bu
Pa
Bod
Pas
PR. MANGGU
m
ng
Ciparicur
Ja
as
au
65
Ci
Ci
r
EU
UR
Campaka
Patung 2
BE
Koncong
CI
Kadubinglu
Cip
an
as
Kadujangkung 3 PR.SANGIANG
PR.TENJOJAYA
PR. GADUNG PR.TENGAH Gobang
Gununganten Ci
25' Be 25'
PR.NAEMANGWANGI ure
9790 Pasirhaur um 9790
Malingping
Ci Lancar Polad Ci Be
uru
60
Waluku Ci PR.CIJENGKOL em
Min PR.CURUGLALAY Cilawang Citatah
T
ger
ya
EU
k
Pa
SIM
Jasugi Kaduguling
Ci
Cikeuyeup 70
CI
g BE
Cimarg
adan RA
ye
NG
65 Ci P
9785000mU(N)
9785000mU(N)
C i Ke u
G.ANGSANA
Pasirhuni
Cipadang Cipinang PR.CARANG
70 Lebakpinang
CIUJUNG
ad
70 PR.PEUNDEUY
po
65 G. WALIL
Sir
Karahel
Ko
Ci
75
Ci
75
Sawah
Malangnengah
80 PR.WANGUN
G.SUREN
Cisalak PR. WALANG 160 PR.PARANGAN
Wanti G. CABE PR.PEUPEUHWATU
70 Sindangwangi G. HANDAWARSA
6°30'LS(S) 231 6°30'LS(S)
106°00'BT(E) 615000mT(E) 05'620 625 10' 630 635 15' 640 645 20' 650 655 25' 660 665000mT(E)106°30'BT(E)
50
60 16I S
G. Karang Perkiraan tubuh
0
batuan intrusi
1600
I
17 Penampang gaya berat
1200 70 dan geomagnetik
N 50
30
20 Penampang MTS
800 15
20
7 0
1 10 18I
10
Mandalawangi 50 107, 110, Stasiun MTS
7 PANDEGLANG
5 112
30 19I Lubang pengukuran
400 10
20 gradien temperatur
15 Maja ( < 200m)
112
107
Mengger I
20
110
7
0
120
G. Pulosari 200
21I
U
10
00
800
600
Banjar I
22
10
400
S
60 23I S 0 1 2 3km
200 Cipeucang
80
75
=Perhitungan
Jarak Lintasan (km) =Pengukuran
0 2 4 6 10 16 18 70
8 12 14 136 (P)
137 (P) MTS-134 (P)
1000m 105
138 (P)
1000m
115 (P)
106 = 2.4 x 103 kgm-3
r
MTS-122 (P) 126 5P) 126 (P) 130/131 (P)
1
0m = 2.0 x 103 kgm-3
r 0m
2
Kedalaman (m)
-1000m 3 = 2.5 x 103 kgm-3
r -1000m
-2000m -2000m
4
= 2.4 x 103 kgm-3
r
-3000m -3000m
5
-4000m -4000m
= 2.7 x 103 kgm-3
r
-5000m -5000m
Gambar 5. Model tubuh batuan intrusi berdasarkan penafsiran anomali Bouguer (Sudarman, 1985).
Selatan Utara
Anomali intensitas total (nT)
35
8
- 35 Perhitungan
Pengukuran
- 78 IGRF
18 28 38 48
Jarak lintasan (km)
Gunung Karang
Bidang permukaan laut rata-rata
0m
Kedalaman (m)
-1500
-3000
-4500
-6000
Gambar 6. Model tubuh batuan intrusi berdasarkan penafsiran anomali magnet (Sudarman, 1985).
1060 00I T D
0
106 15
I 0 I
106 30 T
0 I
06 00 S
0 I
06 15
0 I
06 30 S
C
Keterangan :
Titik ukur gayaberat thn. 1997 (Nasution, 1997) U
Titik ukur gayaberat thn. 2006 (Subagio, 2006)
0 5 10km
Kontur anomali Bouguer
Lintasan penampang pemodelan AB dan CD
Gambar 7. Pola anomali Bouguer daerah Pandeglang dan sekitarnya (Subagio, 2006).
0 I
06 15 59I 1060 00I T 01I 02I 03I 04I 05I 06I 1060 07I T
50
60 16I S
G. Karang
0
1600
17I
1200 70
N 50
30
20
800 15
20
7 0
1 10 18I
10
Mandalawangi 50
7 PANDEGLANG
5
30 19I
400 10
20
15 Maja
112
107
Mengger 20I
A 110
7
0
120 200
G. Pulosari
21I
10
00
800
600
Banjar
22I
10
400
S
60 23I S
200 Cipeucang
0 I
06 30 S
C
Keterangan :
Titik ukur gayaberat thn. 1997 (Nasution, 1997) U
Titik ukur gayaberat thn. 2006 (Subagio, 2006)
0 5 10km
Kontur anomali Bouguer
Lintasan penampang pemodelan AB dan CD
76.0
68.0
60.0
= perhitungan
= pengukuran
52.0
-5.0 5.0 15.0 25.0 35.0 45.0 55.0 65.0
Jarak Lintasan (km)
1.0
A B
-1.0
Kedalaman (km)
-3.0
-5.0
-7.0
-9.0
-11.0
-13.0
Gambar a) Model geologi Pandeglang dan sekitarnya, sepanjang lintasan AB (berdasarkan pola anomali Bouguer)
74.0
66.0
58.0
= perhitungan
= pengukuran
50.0
-5.0 0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0
Jarak Lintasan (km)
1.0
C D
-1.0
-3.0
Kedalaman (km)
-5.0
-7.0
-9.0
-11.0
-13.0
Gambar b) Model geologi Pandeglang dan sekitarnya, sepanjang lintasan CD (berdasarkan pola anomali Bouguer)
Keterangan :
Batuan sedimen (2,50 gr/cm3) Batuan terobosan (2.70 gr/cm3)
3
Batuan sedimen teralterasi (2,40 gr/cm ) Batuan dasar (2.68 gr/cm3)
3
Batuan gunungapi (2,40 gr/cm )
Sumber mata air panas
Batuan gunungapi teralterasi (2,30 gr/cm3)
R U
Q V
0 I
06 15
S
T
A
060 30I S
C
Keterangan :
Titik ukur gayaberat thn. 1997 (Nasution, 1997) U
Titik ukur gayaberat thn. 2006 (Subagio, 2006)
0 5 10km
Kontur anomali Bouguer
Gambar 10. Kelurusan anomali Bouguer dan perkiraan sebaran daerah prospek panasbumi P, Q, R, S, T, U, V.
SUMBER PANAS
Batuan penutup
Batuan terobosan (batuan gunungapi teralterasi) Batuan alas
Reservoir panas bumi
Batuan gunungapi Kuarter Mata air panas
(batuan Tersier akhir)
Sidarto
Pusat Survei Geologi
Jl Diponegoro No. 57, Bandung 400122
SARI
Sesar Citarik yang berarah utara timur laut - selatan barat daya memotong Jawa - Barat melalui Pelabuhanratu, Bogor,
Bekasi. Aktivitas sesar ini paling tidak sejak tektonik Miosen Tengah dan sampai sekarang masih aktif. Pada periode
tektonik Miosen Tengah, sesar ini sebagai sesar trantensional, namun sejak Plio-Plistosen sampai Resen sesar ini
berkembang sebagai sesar mendatar mengiri. Sesar Citarik yang aktif ini dapat menimbulkan gempa bumi, sehingga sesar
ini harus diperhitungkan dalam perencanaan pengembangan infrastruktur di Jabotabek dan Pelabuhanratu (ibukota
Kabupaten Sukabumi dan daerah wisata).
Kata kunci : Sesar Citrarik, Miosen Tengah - Resen, sesar normal, sesar mendatar mengiri
ABSTRACT
The NNE - SSW trending Citarik Fault cut across Western Jawa passing through Pelabuhanratu, Bogor and Bekasi. At
least, the fault has been active since Middle Miocene tectonic period. At that time, the Citarik fault was a transtensional
fault, however since Plio-Pleistocene until Recent, this faults has been developed as a left strike slip fault. The active
Citaraik Fault may generate earthquakes, and therefore it has to be carefully considered in planning infrastructure
development in Jabotabek and Pelabuhanratu (the capital of Sukabumi Districtt and a tourist area).
Keywords: Citarik fault, Middle Miocene - Recent, transtensional fault, left strike slip fault
SUMATRA
N
2 nd drag fold
JAKARTA
Lembang fault
2 nd Order right
3 rd Order left lateral wrench
BANDUNG MADURA
lateral wrench
II SEMARANG
I SURABAYA
3 rd Order right
drag fold
III 3 rd drag fold
2 nd Order right
lateral wrench YOGYAKARTA 3 rd Order left
lateral wrench
2 nd Order right 3 rd Order right
lateral wrench PRIMARY-FOLD lateral wrench
DIRECTION
o 40 80 120 2 nd Orderleft
lateral wrench
Gambar 1. Pola sesar Pulau Jawa berdasarkan konsep sesar mendatar Moody and Hill, 1956 (Situmorang drr., 1976)
Gambar 2. Pola struktur Jawa dan sekitarnya (Pulunggono dan Martodjojo, 1994).
Vulkanik Kuarter
SAMU
DRA I
NDON
ESIA
Gambar 3. Fisiografi Jawa Barat (van Bemmelen, 1949) dan lokasi Sesar Citarik.
Anomali Bouguer
Gambar 4. Tumpang-tindih citra landsat, citra SRTM, data anomali Bouguer, pusat gempa bumi dan hasil interpretasi citra.
DISKUSI
Batuan yang tersingkap dan terpotong oleh Sesar
Citarik berumur dari Oligo-Miosen sampai Resen,
sehingga perkembangan sesar dapat diketahui dari
Fase Tektonik Miosen Tengah sampai sekarang.
Perkembangan Sesar Citarik pada tektonik Miosen
Tengah dapat diketahui berdasarkan data
pengukuran kekar dalam Formasi Jampang dan
munculnya terobosan andesit di sepanjang zona
Gambar 5. Diagram mawar kelurusan Sesar Citarik. sesar. Hasil analisis di Formasi Jampang
menunjukkan dua kemungkinan, yaitu 2a dan 2b
Data lapangan (Gambar 8). Setelah hasil analisis tersebut
dibandingkan dengan hasil analisis kekar pada
Di sepanjang pantai tenggara Selat Pelabuhanratu
batuan yang lebih muda, dapat disimpulkan bahwa
(zona sesar) dijumpai beberapa singkapan intrusi
Sesar Citarik merupakan sesar transtensional pada
andesit dengan sumbu panjang sejajar arah jurus
tektonik Miosen Tengah (Gambar 9). Penampakan ini
sesar (Gambar 7). Terobosan andesit ini berumur
dapat diperjelas dengan munculnya intrusi andesit di
Miosen Tengah (Sukamto, 1975). Pengukuran kekar
sepanjang zona sesar yang sumbu memanjangnya
gerus dilakukan pada batuan breksi (Formasi
sejajar dengan arah jurus sesar yang menunjukkan
Jampang), terobosan andesit, dan lava produk dari
bahwa tegasan utama terbesar nisbi vertikal,
gunung api Kuarter Gunung Reuma. Hasil analisis
sedangkan tegasan utama terkecil (tension) searah
kekar gerus (dengan menggunakan stereonet) pada
dengan sumbu memanjang intrusi (Gambar 7). Gaya
batuan breksi (Formasi Jampang, Gambar 8 pada 2a
utama terbesar nisbi vertikal, namun hasil analisis
dan 2b) menunjukkan telah terjadi dua kali
kekar menunjukkan adanya gerakan mendatar, yaitu
pengaktifan sesar (Tabel 2 dan Gambar 8), yaitu
berarah nisbi U 30 T - U 210 T. Sesar Pola Meratus
sebagai normal fault (Anderson, 1951) atau left
(Pulunggono dan Martodjojo, 1994) berkembang
normal strike slip fault (Rickard, 1972); dan
sebagai sesar mendatar menganan, yang sesuai
sinistral wrench fault (Anderson, 1951) atau normal
dengan model sistem sesar di Pulau Jawa
left strike slip fault (Rickard, 1972). Berdasarkan
(Situmorang drr, 1976). Hubungan Sesar Citarik dan
pengukuran kekar pada intrusi andesit (Lokasi 3,
sistem Sesar Sistem Meratus dengan gaya tektonik
Tabel 2 dan Gambar 8), sesar ini sebagai sinistral
pada periode tektonik Miosen Tengah dapat dilihat
wrench fault (Anderson, 1951) atau normal left
pada Gambar 9.
strike slip fault (Rickard, 1972), sedangkan hasil
analisis kekar yang diukur pada lava Gunung Reuma
Gambar 10. Sesar Citarik pada periode tektonik Plio-Plistosen dan Kuarter.
Gambar 11. Kelurusan sesar di Zona Pegunungan Bayah hubungannya dengan daerah mineralisasi dan lapangan panas bumi Gunung Salak.
SARI
Perairan selatan Kalimantan merupakan lokasi penelitian yang secara fisiografis regional merupakan daerah yang menarik
karena daerah ini merupakan daerah peralihan antara Indonesia bagian barat dengan Indonesia Bagian Timur yang tataan
geologinya sangat berbeda. Peralihan ini tercermin pada bentukan morfologinya yang sangat berbeda; bagian barat
merupakan bagian dari paparan Sunda yang memiliki pola kontur yang relatif lurus dan renggang mengikuti daratan
Kalimantan, sedangkan bagian timur daerah penelitian mencerminkan pola kontur yang menutup dengan kemiringan
tinggi yang dijumpai secara setempat-setempat menyerupai pola kontur daerah kars. Berdasarkan pola kontur kedalaman
dasar lautnya yang kemudian divisualisasikan secara tiga dimensional, daerah penelitian dibagi kedalam dua satuan
morfologi dasar laut, yaitu: satuan morfologi dataran dan satuan morfologi perbukitan terumbu.
Kata kunci: satuan morfologi dasar laut, struktur bawah permukaan Kalimantan Selatan
ABSTRACT
The studied area is located in south Kalimantan waters. Regionaly and physiographically it is an interesting location
because this location is the transition area between the west and east Indonesian regions in which their geologic settings
are very different. The transition area is reflected by the difference in the sea floor morphology. The bathymetry contour
pattern at the western area that is part of the Sunda Shelf is reflected by a straight contour and distanly spaced among
them. Its slope is not more than 1° which is then called as a Plain morphology unit. While the eastern area has a locally
close pattern and its slope is quite gentle. This feature is called as a Reef hilly morphology unit.
Keywords: sea floor morphology unit, subsurface structure Kalimantan
ACUAN
Aryanto, N.C.D., Surachman, M., Noviadi, Y., Indriastomo, D., Rachmat, B., Wahib, A., Hutagaol, J.P., rostiati,
D. dan Hartono, 2000; Penyelidikann Geologi dan Geofisika Kelautan Perairan Selat Kalimantan
dan P. Laut (Lbr 1811), Laporan Teknis Intern PPGL, Bandung.
Turkandi, T., Sukarna, D., dan Bawono, S.S. 1995; Peta Geologi Lembar Tepianbalai, Kalimantan skala
1:250.000, Puslitbang Geologi, Bandung.
S. Poedjoprajitno
Pusat Survei Geologi
Jl. Diponegoro No. 57 Bandung
SARI
Plato ignimbrit Ngarai Sianok di Dusun Belakangbalok merupakan produk 2 perioda letusan Gunung api Maninjau. Di
antara dua perioda letusan itu dibatasi oleh hamparan endapan fluvial asal gunung api, berupa pasir sangat kasar
konglomerat. Endapan piroklastika di kedua perioda tersusun oleh tuf batuapung dan di beberapa tempat mengandung
arang kayu. Endapan piroklastika tersebut tersesarkan dan membentuk panorama undak seperti yang terlihat sekarang
ini. Terbentuknya Ngarai Sianok diperkirakan dampak dari reaktivasi sesar pada batuan alas yang kemudian endapan
ignimbrit di atasnya.
Kata kunci : morfostratigrafi, , tuf batuapung Maninjau,, undak, sesar, plato
ABSTRACT
The ignimbtrite plato of Sianok Valley at Belakangbalok Village was produced by two periods of Maninjau volcanic
eruptions. The two eruption periods are separated by fluvio volcanic deposits, consisting of very qoarse sand and
conglomerate. The two periods pyroclatic deposits at containing pumice and locally several coal. These pyroclatic
deposits were faulted and formed terrace morphology. The Sianok Valley is considered as an effect of the reactivation of
basement fault throughting the ignimbrite deposits.
KeywordS : morphostratigraphy, Maninjau pumice tuf, terrace, fault, plato
PENDAHULUAN
Di daerah penelitian, keberadaan tuf ignimbrit ini
Plato ignimbrit Bukittinggi merupakan fenomena membentuk bentangalam plato tertoreh kuat.
alam hasil kegiatan gunung api purba yang sangat Sungai-sungainya berkembang dengan panorama
luas penyebarannya, dan didominasi oleh batuan khas, berdinding lembah terjal lagi lebar dan di
piroklastika berbutir halus yang dikenal dengan
beberapa tempat berkembang morfologi undak.
nama tuf ignimbrit. Data bawah permukaan
Bentangalam semacam ini mempunyai daya tarik
menginformasikan bahwa tuf ignimbrit mencapai
wisata alam berbobot tinggi, ditinjau dari ilmu
ketebalan 150 m di desa Baso,
kebumian plato ignimbrit berumur Pliosen (Kastowo,
wilayah timur Bukittinggi (komunikasi pribadi dkk, 1996) mempunyai lembah begitu dalam,
dengan Distamben Provinsi Padang). Karena sifatnya artinya torehan (incision) sungai Sianok selama ini
yang retas dan padu, dibeberapa tempat tuf ignimbrit mampu menoreh sedalam itu (> 50m). Peristiwa
ini mudah retak dan runtuh membentuk ngarai
tersebut dapat terjadi bila ada kekuatan kebumian
berdinding terjal serta dalam.
lain yang memfasilitasi penorehan plato ignimbrit.
Verstappen (1983) mengatakan bahwa tuf ignimbrit Oleh sebab itu, penelitian ini berusaha mengungkap-
di daerah penelitian ini berasal dari aktivitas letusan kan mekanisme keterdapatan tuf ignimbrit dan
Gunung api Maninjau yang berjarak kurang lebih 15 mekanisme terbentuknya ngarai di lokasi penelitian.
km di sebelah barat lokasi penelitian. Umur tuf
ignimbrit lebih tua dari umur endapan gunung api Secara geografi lokasi penelitian merupakan bagian
Marapi, Tandikat dan Singgalang. Secara dari alur Sungai Sianok yang menoreh plato ignimbrit
morfostratigrafi dapat dibuktikan bahwa hasil Bukittinggi di Desa Belakangbalok, Sumatera Barat
endapan gunungapi Marapi, Singgalang dan dan terletak pada koordinat 0°03.95 - 0°04.00 LS
Tandikat menutupi sebagian tuf ignimbrit Maninjau. dan 100°21.41 - 100°22.50 BT (Gambar 1).
100º21.41BT 100º22.50BT
Bukitcangang
Sianok
Bukittinggi
Kota
U
0 km 1 km
Belakangbalok
105°BT 105°BT
Peta indek
5°L U
Aurbirugotigobaleh
0°
5°LS
Jaran
100º21.41BT 100º22.50BT
KETERANGAN
Sipisang
Payakumbuh
Bukittinggi
Padangpanjang
Pariaman
Singkarak
Solok
Legenda
> 1000 m 0 - 100 m Tuff and ignimbrit sheet
Fault line
500 - 1000 m Alluvial plains
Fault scrap
100 - 500 m Andesitic volcanoes daerah penelitian
Gambar 2. Peta sketsa Morfostruktur regional daerah Padangpanjang dan sekitarnya (Verstappen, 1973).
Morphogenetic unit
Denudational forms Volcanic landforms Structural landforms Depositional landforms
Continental shelves surrounding SE Volcanic cones and related relief Plateau Piedmont, intramontane
Asia and Australia a. low b. high basinfills and Pleistocene
terraces.
Old Sunda peneplain, largerly sub- Older, strongly eroded volcanic Dissected block mountains
merged`in shelf seas terrain (locally sedimentaries) (with some local planation Alluvial plains general
relics) a. low b. high (levees, backswamps,
Isolated`residual hills Tuff/ignimbrite sheets Dissected tilted block moun- etc.)
tains (in outer zone of volc.
arcs); with planation surfaces Alluvial plains with peat
Residual mountains (large form in old volcanic and lime- deposits in backswamps
complexes) Fluviovolcanic fans stone terrain (Sumatra, Java,
etc.) Where planation not
distinct mapped as 8 (Nusa Mangrove swamps
Uplifted old landforms/contorted Tenggara) (brackish)
areas in collision zones Folded hills and mountains
Dissected, warped peneplain of a. low b. high
non volcanic arcs
a.low b.high Complex mountains (faulted,
folded, old volcanics, intrutions)
Morphostructural zones
SE Asian and Australian Marginal Oceanic plates and Volcanic arc of Non volcanic arc of
continental plates geosynclines unspecified basins Sunda/Banda system Sunda/Banda system
Gambar 3. Peta geomorfologi Pulau Sumatra (dikutip dari sebagian peta geomorfologi Indonesia, Verstappen, 2000).
Buk itcang an g
Si ano k (953m)
Bukittinggi
Kota Sp1
U
0 km 1 km
Bela kan gb alo k
0 5
1 ° BT 1 0
5 °B T
Peta indek
° LU
5 Aur biru go ti gob al eh
°
0
P1
° LS
5
Ja ran (850m)
Sp2
(846m) P2
10 0º2 1.4 1BT 100 º2 2.5 0BT
(847m) P3
U
Sp5
Sp6 0m 100m
(845m)P4
(850m)
Sp4 P6 (850m)
P5
(842m) Sp3
(842m) KETERANGAN
A’
channel
channel
channel
SV 223
SV 222
SV 224
SV 222
II
I SV 223
A SV 224 II
Garis penang tegak I scree slope I
scree cone
Sand bar
Foto 1. Dinding Ngarai Sianok bagian timur memberikan banyak informasi tentang perioda endapan tuf batuapung Maninjau, yaitu perioda I (bawah)dan
perioda II (atas), di antara kedua periode dipisahkan oleh endapan fluvio vulkanik dengan ragam struktur sedimen fluviatil, diantaranya adalah
erosi dasar sungai, graded bedding, silangsiur dan laminasi sejajar. Ciri tersebut dapat diikuti sepanjang dinding Ngarai dan di beberapa tempat
tersesarkan dan memununjukkan loncatan tegak antara 85 cm - 6 m, sehingga membentuk morfologi undak. Beberapa screeslope menyulitkan
pengamatan. A-A' adalah posisi pembuatan kolom penampang tegak. Arah kamera Utara-Timur, Lokasi antara Sp 3.
Foto 2. Arang kayu yang tertanam dalam tuf batuapung Maninjau II Foto 4. Singkapan tuf kerikilan hadir sebagai selingan Maupun sisipan di
bagian tengah, tersebar tidak merata, terletak 7 m di atas alur antara tuf abu-abu terang masif, tersingkap di tebing timur
sungai sekarang. Lokasi Sp5. Ngarai Sianok di Kelurahan Belakangbalok.
Gambar 5. Sketsa morfostratigrafi Tuf Maninjau di Belakangbalok serta mekanisme terbentuknya undak, dimana Tuf Maninjau II membentuk 5 undak.
Undak terbentuk oleh sesar normal lokal dan diikuti oleh proses pengendapan alur sungai purba. Arah sketsa N5° E
Foto 6 dan 7 Singkapan didinding Ngarai Sianok memperjelas hubungan antara tuf Maninjau I (bawah) dan tuf Maninjau II (atas), diselangi oleh
serangkaian endapan sungai dengan struktur kerukan (scour) yang menunjukkan jejak alur sungai tua, ditunjukkan adanya struktur silang-siur
dan laminmasi sejajar, tebal endapan sungai 75 cm 150 cm. Lokasi: Ngarai Sianok, Kelurahan Belakang balok. No. lokasi : 25 m sebelah timur
titik amat P1. Arah kamera : ke Timur
197
Geo-dynamics
Foto 8 Bagian bawah Satuan Tuf Maninjau II di daerah penelitian selalu di alasi oleh endapan fluviatil, yang diikuti di atasnya oleh silang-siur tuf dan
laminasi sejajar . Ketebalan endapan fluviatil beragam dari titik amat satu dengan yang lainnya, dan terlihat menerus, kecuali bila terjadi
pensesaran. Disamping itu ditunjukkan foto rinci dari jejak alur sungai tua.
Secara umum baik satuan Tuf Maninjau I maupun II Banyak ahli mengatakan bahwa sesar sumatera
mudah retak. Dijumpai banyak rekahan pada tubuh merupakan sesar tua yang aktif kembali. Tjia (1977)
satuan tuf masif menunjukkan sebagai salah satu mengatakan bahwa baru-baru ini (resen) terjadi
faktor terbentuknya ngarai atau lembah yang baru pergeseran alur sungai pada depresi Singkarak-Solok
(Foto 9). Rekahan-rekahan tersebut berarah sejajar dengan besar pergeseran 450 m menganan (dextral)
dan tegak lurus arah tebing ngarai. Debris slope dan sebagian bergeser m mengkiri (sinistral) 550. Di
(lereng robakan) dan cone (kerucut rombakan) dari lain tempat di sepanjang zona sesar pergeseran alur
tuf banyak dijumpai di sepanjang tebing ngarai, sungai mencapai 800 m menganan (dextral) dan
dengan demensi dan ukuran yang beragam (Foto 1200 m mengiri (sinistral).
10).
198
Geo-dynamics
Menurut Tjia (1977) dan Katili (1967) bahwa sesar
Sumatera terdiri dari 18 segmen, salah sat segmen-
segmen tersebut adalah segmen Sianok dimana
daerah penelitian masuk di dalam zona tersebut.
Secara geomorfologi segmen tersebut diekspresikan
sebagai graben sempit dan ditutupi oleh ignimbrit.
Jika segmen sesar Singkarak-Solok saat ini
dinyatakan aktif, tidak menutup kemungkinan terjadi
reaktifasi sesar Sianok yang menggerakan endapan
ignimbrit di daerah penelitian (Ngarai Sianok -
B e l a k a n g b a l o k ) . Po e d j o p r a j i t n o ( 2 0 0 7 )
menerangkan bahwa segmen-segmen sesar
Sumatera di daerah Padangpanjang memberikan
indikasi sesar aktif, yang ditunjukkan oleh beberapa
bukti terpotongnya endapan vulkanik Kuarter di Foto 9. Rekahan-rekahan sangat umum dijumpai pada tebing Ngarai
Kotobaru dan Pandaisikek. Beberapa bukti lapangan Sianok baik itu sejajar maupun tegaklurus,Merupakan salah satu
faktor awal terbentuk ngarai baru. Oleh air hujan rekahan-
menunjukkan bahwa endapan sungai (sebagai rekahan tersebut tererosi dan melebar mempercepat runtuhnya
lapisan penunjuk) yang memisahkan antara satuan tebing. Singkapan ini merupakan bagian dari Satuan Tug
Maninjau I dan II tersesarkan membentuk beberapa Ignimbrit Maninjau I. Lokasi undak 6 antara SP5 dan SP6
bentuklahan undak (terraces), demikian juga yang
terjadi pada Satuan Maninjau II.
Berdasarkan atas data lapangan, terbentuknya
undak Ngarai Sianok di daerah penelitian dapat
diterangkan sebagai berikut; Setelah perioda
pengendapan Satuan Tuf Ignimbrit Maninjau I
(bawah), segera disusul aktivitas fluvial di
permukaanya menghasilkan endapan fluvio vulkanik
berupa pasir kerikilan dan konglomerat aneka bahan.
Selama proses pengendapan fluvio vulkanik berjalan,
terjadi aktifasi sesar Sumatera yang menyebabkan
tumpukan tuf ignimbrit Maninjau I ikut tersesarkan
(Foto 11) di tiga tempat dan membentuk 3 undak.
Keadaan ini membuat alur sungai berpindah
mengikuti arah penurunan dari bagian blok sesar
yang paling rendah. Kondisi ini berlangsung lama
yang kemudian diikuti proses pengendapan tuf
ignimbrit Maninjau II (atas), dan diakhiri oleh proses
fluvio vulkanik II seperti yang terjadi pada perioda I.
Selama kurun waktu pengendapan fluvio vulkanik II
terjadi reaktifasi sesar Sumatera di daerah penelitian
mengakibatkan tersesarnya tumpukan tuf ignimbrit,
dan membentuk 5 undak. Kelihatannya proses
pembentukan undak masih terus berlangsung
sampai sekarang, dengan beberapa bukti ditemukan
endapan-endapan fluviatil muda (Foto 12) yang
diperkirakan sebagai undak termuda di kawasan ini.
Berpindahnya alur Sungai Sianok bukan karena
pengaruh pergantian musim semata, melainkan Foto 10 (a, b) Scree fan, scree slope maupun debris slope sangat umum
terjadi di tebing timur Ngarai Sianok, Lokasi : Sp1 (foto 10a) dan
peran tektonik sangat kuat. Hal ini dapat dibuktikan SP2 (foto 10b).
oleh beberapa sesar normal yang memotong Satuan
endapan Tuf Ignimbrit. Ekspresi morfologi sesar
199
Geo-dynamics
normal tersebut dicerminkan oleh delapan endapan KESIMPULAN
undak yang terbentuknya saling berkesinambungan.
– Secara Morfostratigrafi Tuf Ignimbrit (Plato Tuf
Kronologi terbentuknya undak adalah sebagai
Ignimbrit Maninjau) di Ngarai Sianok berumur
berikut: ketika terjadi reaktifasi sesar basemen,
Kuarter, yang diperkirakan berasal dari hasil
Satuan Tuf Ignimbrit yang menutupi basemen
kegiatan G. Maninjau. Tuf tersebut terdiri dari dua
terkoyak dan tersesarkan membentuk lembah
satuan, yaitu Satuan Tuf Ignimbrit Maninjau I (tua)
graben. Selanjutnya dasar lembah dianggap sebagai
dan Satuan Tuf Ignimbrit Maninjau II (muda),
awal pembentukan undak ke 1 (undak tua), disinilah
masing-masing setebal 3 dan 5 meter. Kedua
awal Sungai Sianok bermula dan membentuk alur
satuan tersebut dipisahkan oleh endapan fluvio-
sungai mengalir mengikuti kemiringan dasar lembah
volkanik setebal 1-3 meter, yang menunjukkan
sesar normal (graben). Berikutnya gerak-gerak sesar
bahwa telah terjadi dua (2) kali letusan aktifitas
basemen rupanya secara berkala aktif, terjadi
vulkanisme Gunung Maninjau.
perulangan peristiwa pensesaran melibatkan Satuan
Tuf Ignimbrit membentuk lembah graben berikutnya – Gerak-gerak tektonik ditandai dengan munculnya
dan dasar lembah graben merupakan awal undak di kedua satuan batuan itu, yang masing-
terbentuknya undak 2. Sesuai hukum alam aliran masing 3 undak di Tuf Ignimbrit Maninjau I dan 5
Sungai Sianok selalu mencari tempat terendah dan undak pada Tuf Ignimbrit II, Gerak-gerak tektonik
kemudian alur sungai tersebut berpindah dari dasar ini diperkirakan pengaruh reaktivasi Sesar
undak 1 ke dasar undak 2. Peristiwa ini berulang Sumatera, yang di lajur Bukit Barisan Sumatera
kembali hingga saat ini, dibuktikan oleh runtunan Barat ditandai dengan munculnya horst dan
delapan morfologi undak dalam komplek lembah graben.
graben yang sangat lebar dan dikenal sebagai Ngarai
Sianok. – Sungai Sianok terjadi akibat gerak-gerak tektonik
Kuarter akibat reaktivasi Sesar Sumatera yang
dipercepat dengan pengikisan secara tegak dan ke
samping oleh aliran permukaan sungai.
Foto 11. Sesar normal mikro (bersifat lokal) terjadi di sepanjang dinding barat Ngarai Sianok yang segera diikuti oleh proses pengendapan alur sungai
purba. Sesar normal mikro itu terjadi selama proses fluvio vulkanik sedang berlangsung dan saat itu pula terjadi aktivasi sesar yang menyebabkan
Satuan Tuf Ignimbrit Maninjau I di lokasi ini ikut tersesarkan membentuk undak (T7).
200
Geo-dynamics
Foto 12. Singkapan nusa (point bar) yang membentuk undak (T8) merupakan kenampakan morfologi bentukan termuda saat ini, diperkirakan hasil
kegiatan fluvio tectono volcanic. Inset menunjukkan struktur dalam dari sebuah nusa (point bar), dimana foreset laminae bersudut 30° . Lokasi :
P1 alur Sungai Sianok.
ACUAN
Bemelen, R.W. van, (1949). The Geologi of Indonesia, V. IA General Geology, The hague, Martinus Nijhof.
Kastowo, Gehard.W. L, Gafoer. S. dan Amin T.C, 1997. Peta Geologi Lembar Padang, Sumatera, skala
1:250.000, Puslitbang Geologi, Bandung.
Katili, J.A. dan Hehuwat. F., 1967. On the Occurrence of Large Trancurrent Faults in Sumatra, Indonesia, Jur.
Geosciences, Vol.10, Art. 1-1, Osaka.
Poedjoprajitno S., 2007. Morfotektonik dan reaktivitas sesar Sumatera di Padangpanjang, Sumatera Barat,
Jurnal Sumber Daya Geologi Vol. XVII, No. 3, Bandung.
Selby, M.J, 1985. Earth changing surface, Oford University Press.
Tjia, H. D. 1977. Tectonic depression along the transcurrent Sumatera fault zone, Geol. Indonesia, J 4. 1 : 13-
27.
Verstappen, H. Th., 1973. A geomorphological reconnaissance of Soematra and adjacent island (Indonesia),
ITC, The Netherlands, 182 p.
Verstappen, H Th. 2000. Outline of the Geomorphology of Indonesia. A case study on tropical geomorphology of
a tectogene region, ITC-Division of Applied Geomorphological Survey (AGS), The Netherlands,
212 p.
Westerfeld, 1953. Eruptions of acid pumice tuffs and related phenomena along the great Sumatern fault-trough
system: Pasific Sci. Cong., 7th, New Zealand, 1949, Proc. 2 : 411-438.
201
PANDUAN
PENULISAN MAKALAH ILMIAH
JURNAL SUMBER DAYA GEOLOGI
UMUM
1. Naskah merupakan karya asli yang belum pernah diterbitkan di manapun sebelumnya.
2. Naskah dalam Bahasa Inggris ataupun Indonesia yang baik dan benar, dilengkapi dengan Sari
dalam Bahasa Indonesia dan Abstract dalam Bahasa Inggris.
3. Teks harus tercetak jelas; gambar dan foto harus asli dengan ukuran maksimum 19,5x15 cm.
4. Naskah harus ditelaah dan disunting paling tidak oleh dua orang dari Dewan Redaksi
dan/ataupun Editor Ilmiah (Scientific Editor) sesuai dengan mekanisme yang berlaku.
5. Naskah yang masuk ke Dewan Redaksi, harus disertai Surat Pengantar dari Kelompok
Program/Pimpinan Unit (khusus dalam lingkungan DESDM).
6. Dewan Redaksi berhak menolak naskah/makalah yang kurang memenuhi syarat sebagai tulisan
ilmiah.
7. Soft copy yang berisi teks, gambar, dan potret yang telah diperbaiki sesuai dengan telaahan dan
suntingan, dan dinyatakan dapat diterbitkan oleh Dewan Redaksi, diserahkan kepada Ketua
Dewan Penerbit/Kepala Bidang Informasi.
NASKAH
1. Halaman pertama naskah berisi judul makalah, sari dan abstract, serta kata kunci dan keywords.
Nama penulis, nama instansi, alamat dan nomor telepon/hp dituliskan pada lembar tersendiri.
2. Naskah diketik dengan komputer dalam MS-Word dengan huruf Times New Roman, Font-12, dua
spasi.
3. Beri dua spasi antara heading dan teks di bawahnya, tiga spasi antaralinea tanpa menggunakan
indentasi.
4. Susunan isi :
a. Judul (Title)
b. Sari/Abstract; harus ringkas dan jelas mewakili isi makalah (concise summary), paling banyak 200
kata (words) diketik satu spasi (single space).
c. Kata kunci (keywords); 4 sampai 6 kata ditulis di bawah sari/abstract.
d. Pendahuluan (Introduction) : Latar belakang, Permasalahan, Tujuan Penelitian, Lokasi Daerah.
(Scientific Background, Scientific Problem, Aim(s), Studied Area).
e. Metodologi (Methods)
f. Analisis dan Hasil (Analyses and Results)
g. Diskusi (Discussion)
h. Kesimpulan dan Saran (Conclusions/Recommendations)
I. Ucapan Terima Kasih (Acknowledgment)
5. Acuan (References); harus diacu (cited/referred) dalam tulisan, mendukung isi tulisan dan ditulis
dalam daftar serta disusun menurut abjad. Hindari penulisan nama penulis/pengarang maupun
Call for paper:
editornya dengan huruf besar. Semua nama penulis harus ditulis, tidak boleh hanya nama penulis
pertama dengan tambahan drr.
Contoh :
Prosiding (Proceeding):
- Koning, T. and Darmono, F.X., 1984. The Geology of the Beruk Northeast Field, Central
th
Sumatra. Oil production from pre-Tertiary basement rocks. Proc. 13 Ann. Conv.
IPA, Jakarta, Indonesia.
Jurnal/Buletin:
- Wright, O.R., 1969. Summary of research on the selection interview since 1964. Personal
Psychology 22:391-413.
Peta:
- Simandjuntak, T.O., Surono, Gafoer, S., dan Amin, T.C., 1991. Geologi Lembar Muarabungo,
Sumatera, skala 1:250.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung
Laporan tidak diterbitkan:
- Siagian, H.P. dan Mubroto, B., 1995. Penelitian Magnet Purba di daerah Baturaja dan
Sekitarnya, Sumatera Selatan. Laporan intern Pusat Penelitian dan Pengembangan
Geologi, Bandung (Tidak diterbitkan).
Tesis (Skripsi, Disertasi):
- Stone, I.G., 1963. A morphogenetic study of study stages in the life-cycle of some Vitorian
cryptograms. Ph.D. Thesis, Univ. of Melbourne.
Buku :
- George, S., 1967. Language and Silence. Faber and Faber, London: 96pp.
Dalam Buku :
- Carter, J.G., 1980. Environmental and biological controls of bivalve shell mineralogy and
microstructure. In: Rhoads, D.C. and Lutz, R.A. (Eds.), Skeletal growth of aquatic
organisms. Plenum Press, New York and London: 93-134.
Publikasi Khusus (Special Publication):
- Kay, E. Alison, 1979. Hawaiian Marine Shells.B.P. Bishop Museum Special Publication 64(4):
653pp. Major Treatment.
Informasi di internet:
- Lunt, P., 2003. Biogeography of some Eocene larger foraminifera, and their application in
distinguishing geological plates. Paleontologica Electronica 6(1):22pp, 1.3MB;
http://paleo-electronica.org/paleo/2003-2/geo/issue 2-03.htm
6. Dalam draft, gambar/peta/potret diletakkan pada halaman akhir makalah.
7. Keterangan gambar dan potret diketik satu spasi dan diletakkan di bawah gambar/potret;
diakhiri dengan titik. Huruf besar hanya pada awal kalimat dan nama diri.
8. Keterangan tabel juga diketik dalam satu spasi, diletakkan di atas tabel, tidak diakhiri dengan titik.
Setiap awal kata, ditulis dengan huruf besar, kecuali kata depan dan kata sambung.