Anda di halaman 1dari 38

GEOLOGI DAN KARAKTERISTIK BATUAN GUNUNG API PURBA

PADA GUNUNG IRENG DAERAH DESA PENGKOK DAN


SEKITARNYA, KECAMATAN PATUK, KABUPATEN
GUNUNGKIDUL, D. I YOGYAKARTA

LAPORAN TUGAS AKHIR

Disusun Oleh:
Razzaki Hilal Ramadhan Heryanto
101218056

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNOLOGI EKSPLORASI DAN PRODUKSI
UNIVERSITAS PERTAMINA
2022
GEOLOGI DAN KARAKTERISTIK BATUAN GUNUNG API PURBA
PADA GUNUNG IRENG DAERAH DESA PENGKOK DAN
SEKITARNYA, KECAMATAN PATUK, KABUPATEN
GUNUNGKIDUL, D. I YOGYAKARTA

LAPORAN TUGAS AKHIR

Disusun Oleh:
Razzaki Hilal Ramadhan Heryanto
101218056

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNOLOGI EKSPLORASI DAN PRODUKSI
UNIVERSITAS PERTAMINA
2022
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Tugas Akhir : Geologi Dan Karakteristik Batuan Gunung Api


Purba Pada Gunung Ireng Daerah Desa Pengkok Dan
Sekitarnya, Kecamatan Patuk, Kabupaten
Gunungkidul, D. I Yogyakarta

Nama Mahasiswa : Razzaki Hilal Ramadhan Heryanto

Nomor Induk Mahasiswa : 101218056

Program Studi : Teknik Geologi

Fakultas : Fakultas Teknologi Eksplorasi dan Produksi

Tanggal Lulus Sidang Tugas Akhir :

Jakarta, (tanggal, bulan) 2022

MENGESAHKAN

Pembimbing I : Nama : Dian Yesy Fatimah, M. Eng

NIP : 119020

Pembimbing II : Nama : Pramudya Rinengga Datu Perdana, M. Sc

NIP : 119021

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dian Yesy Fatimah, M. Eng Pramudya Rinengga Datu Perdana, M. Sc


NIP. 119020 NIP. 119021
MENGETAHUI,
Kepala Program Studi

Rio Priandri Nugroho, M.MinRes


NIP. 116155
LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tugas Akhir berjudul “Geologi Dan
Karakteristik Batuan Gunung Api Purba Pada Gunung Ireng Daerah Desa Pengkok Dan
Sekitarnya, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul, D. I Yogyakarta” ini adalah benar
– benar merupakan hasil karya saya sendiri dan tidak mengandung materi yang ditulis oleh
orang lain kecuali telah dikutip sebagai referensi yang sumbernya telah dituliskan secara
jelas sesuai dengan kaidah penulisan karya ilmiah.

Apabila dikemudian hari ditemukan adanya kecurangan dalam karya ini, saya
bersedia menerima sanksi dari Universitas Pertamina sesuai dengan peraturan yang
berlaku.

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Pertamina hak bebas royalti noneksklusif (non-exclusive royalty-free right)
atas Tugas akhir ini beserta perangkat yang ada. Dengan hak bebas royalti noneksklusif ini
Universitas Pertamina berhak menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelola dalam
bentuk pangkatan data (database), merawat dan mempublikasikan Tugas Akhir saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak
Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Jakarta, (tanggal, bulan, tahun)

Yang Membuat Pernyataan,

Materai 10000

Razzaki Hilal Ramadhan Heryanto


ABSTRAK

Razzaki Hilal Ramadhan Heryanto. 101218056. Geologi Dan Karakteristik Batuan


Gunung Api Purba Pada Gunung Ireng Daerah Desa Pengkok Dan Sekitarnya, Kecamatan
Patuk, Kabupaten Gunungkidul, D. I Yogyakarta.

Secara administratif, daerah penelitian termasuk ke dalam wilayah komplek Pegunungan


Selatan, Kabupaten Gunungkidul, D. I Yogyakarta . Sementara itu, secara geografi terletak
pada koordinat 444114.94 – 439357.22 m E dan 9127846.04 – 9134318.90 m S dengan
luas ±30km².
ABSTRACT

Razzaki Hilal Ramadhan Heryanto. 101218056. Geology and Characteristics of Ancient


Volcanic Rocks on Mount Ireng Pengkok Village and Surrounding Areas, Patuk District,
Gunungkidul Regency, D. I Yogyakarta.

Administratively, the research area is included in the Southern Mountains complex,


Gunungkidul Regency, D. I Yogyakarta. While geographically it is located at coordinates
444114.94 – 439357.22 m E dan 9127846.04 – 9134318.90 m S with an area of ±30km².
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberi rahmat-Nya dan mengizinkan
penulis menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul “Geologi Dan Karakteristik Batuan
Gunung Api Purba Pada Gunung Ireng Daerah Desa Pengkok Dan Sekitarnya, Kecamatan
Patuk, Kabupaten Gunungkidul, D. I Yogyakarta” dengan baik. Tulisan ini diharapkan
dapat memberikan informasi mengenai keadaan geologi pada daerah Pengkok dan
sekitarnya serta dapat memberikan gambaran mengenai karakteristik batuan gunung api
purba.

Dalam penyusunan laporan ini, penulis banyak mengalami rintangan namun pada
akhirnya dapat dilalui berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada
kesempatan ini penulis bermaksud menyampaikan rasa terima kasih kepada pihak-pihak
terkait sebagai berikut:

1. Keluarga yang selalu mendukung dan menjadi motivasi,


2. Ibu Dian Yesy Fatimah, M. Eng. selaku Pembimbing 1 Tugas Akhir,
3. Bapak Pramudya Rinengga Datu Perdana, M. Sc. selaku Pembimbing 2 Tugas Akhir,
4. Bapak Harya Danio, M.T. selaku Dosen Wali,
5. Saudari Jihan Aulia yang selalu mendukung selama perkuliahan, dan
6. Teman – teman Teknik Geologi 2018 Universitas Pertamina “Mahandraga” yang telah
membantu jalannya penelitian Tugas Akhir.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih banyak terdapat
kekurangan. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan
demi perbaikan laporan ini.

Jakarta, (tanggal, bulan 2022)

Razzaki Hilal Ramadhan Heryanto


DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR TABEL

DAFTAR LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gunung Ireng yang berada di dearah Pengkok, Kecamatan Patuk, Kabupaten
Gunungkidul, D. I Yogyakarta. Gunung Ireng diketahui tersusun atas batuan
gunung api, yaitu lava, breksi, aglomerat, dan tuf, bagian dari Formasi
Nglanggeran. Mengacu pada (Mulyaningsih dkk. 2015), dan sangat tidak mungkin
bahwa batuan penyusun Formasi Nglanggeran memiliki satu sumber saja, yaitu dari
Gunung Nglanggeran. Hal itu didukung oleh argumentasi dari Smith et al (2008)
yang menyebutkan bahwa proses vulkanisme di Pegunungan Selatan bagian barat
sangatlah panjang, dengan berbagai pertumbuhan dan penghancuran tubuh gunung
api membentuk perselingan Formasi Semilir dan Nglanggeran. Hal ini dapat
dilakukan beberapa analisis untuk mengetahui mekanisme erupsi pada daerah
penelitian ini dapat diketahui setelah melakukan analisis material serta rekonstruksi
tubuh gunung api purba dengan analisis geomorfologi dan stratigrafi batuan gunung
api yang nantinya akan memberikan informasi pada saat fase destruktif atau fase
penghancuran tubuh gunung api tersebut saat gunung api itu meletus atau erupsi.
(Surono dkk, 1992).
Hal yang melatar belakangi penulis untuk membuat penelitian pada daerah
Pengkok dan sekitarnya mengenai ilmu geologi, sehingga penulis bermaksud
melakukan penelitian ini guna mengetahui bagaimana kondisi geologi dan
karakteristik batuan gunung api purba yang terdapat pada daerah penelitian.
Selain itu, penelitian ini juga dilakukan sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan Tugas Akhir Sarjana Strata Satu (S1), Program Studi Teknik
Geologi, Fakultas Teknologi Eksplorasi dan Produksi, Universitas Pertamina.
Adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam pemahaman
mengenai geologi daerah khususnya daerah Pengkok dan sekitarnya.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada penelitian ini ialah:
a. Bagaimana karakteristik batuan pada Gunung Ireng?
b. Bagaimana karakteristik vulkanisme pada Gunung Ireng?
c. Bagaimana kondisi geologi pada daerah penelitian?
1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah berguna untuk penelitian agar tidak keluar dari tujuan yang
akan dicapai. Adapun batasan masalah pada penelitian ini mencakupi daerah
penelitian yang berada pada Desa Pengkok, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunung
Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta dengan luasan 5 X 6 atau 30 km². Delineasi
kelurusan berasal dari data DEM yang diolah dengan menggunakan software
ArcGIS. Dilakukan analisis petrografi menggunakan sayatan tipis untuk
mengetahui karakteristik pada batuan di daerah penelitian, vulkanostratigrafi yang
meliputi ciri litologi satuan batuan dan penentuan umur relatif dengan
menggunakan metode kesebandingan dengan peneliti terdahulu , dan analisis
struktur geologi dengan software menggunakan aplikasi stereonet. Penelitian ini
diharapkan dapat menghasilkan output yang berupa peta geologi, peta
geomorfologi, peta struktur geologi, dan sejarah geologi daerah penelitian.
1.4 Tujuan Penelitian
a. Mengetahui kondisi geologi dan geomorfologi pada daerah penelitian.
b. Mengetahui sejarah vulkanisme dan vulkanostratigrafi pada daerah penelitian.
c. Mengetahui karakteristik batuan gunung api purba berdasarkan analisis
petrografi pada daerah penelitian.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini mempunyai manfaat sebagai mana untuk menambah informasi
mengenai ilmu geologi yang mencakup karakteristik batuan gunung api purba,
pesebaran litologi, vulkanostratigrafi, kondisi geomorfologi, dan struktur geologi
pada daerah penelitian.
1.6 Lokasi Penelitian
Secara administratif daerah penelitian berada pada koordinat UTM zona 49S
444114.94 – 439357.22 m E dan 9127846.04 – 9134318.90 m S dengan luasan
daerah 5 x 6 atau 30 km². Berlokasi di Desa Pengkok dan sekitarnya, Kecamatan
Patuk, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta berjarak 45 KM
dari Pusat Kota Yogyakarta.
(b)

(a)

Gambar 1.1. Lokasi Daerah Penelitian (a) Peta Lembar Yogyakarta (Wartono, Sukandarrumidi, dan
Rosidi. 1977) dan (b) Peta Topografi Daerah Penelitian (ArcGIS).

1.7 Waktu Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini membutuhkan rentang waktu beberapa bulan untuk tahap


penyelesaiannya untuk mendapatkan hasil yang optimal. Maka dari itu penulis
mempunyai estimasi pelaksanaan penelitian dengan rentang waktu tujuh bulan,
yang dimulai dari bulan Juni 2022 hingga bulan Desember 2022, serta dengan
perincian sebagai berikut.

Tabel 1. 1. Waktu Pelaksanaan Penelitian


Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari
AGENDA
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Studi Pustaka
Penentuan & Survey Lokasi
Pembuatan Proposal
Observasi Lapangan
Analisis Data
Penulisan Laporan
Konsultasi
BAB II

GEOLOGI REGIONAL

2.1 Evolusi Tektonik


Daerah Pegunungan Selatan Jawa secara fisiografi termasuk ke dalam lajur
pegunungan selatan Jawa (Bemmelen, 1949), sedangkan secara tektonik global
diperkirakan pada cekungan antar busur sampai busur vulkanik. Daerah
Pegunungan Selatan yang membujur mulai dari Yogyakarta kearah timur,
Wonosari, Wonogiri, Pacitan menerus ke daerah Malang selatan, terus ke daerah
Blambangan.

Berdasarkan pada letak yang berada di zona Pegunungan Selatan Jawa Timur,
bentang alam yang terdiri atas rangkaian pegunungan yang memanjang relatif barat
- timur dan jenis litologi penyusunnya yang didominasi oleh material – material
volkanikklastik, daerah penelitian termasuk dalam zona “Wonosari Plateau”.

Gambar 2.1. Perkembangan Tektonik Pulau Jawa Pada Jaman Kapur – Kuarter
(Asikin S dan Suyoto, 1994).

2.2 Struktur Regional


Menurut Asikin (1992), interaksi konvergen yang terjadi dengan Lempeng
Samudera Hindia-Australia bergerak ke utara yang menunjam ke bawah tepian
Benua Eurasia yang relatif tidak bergerak. Dan di perkuat oleh hasil dari penelitian

Pulonggono dan Martodjojo (1994) yang membagi pola struktur di Pulau Jawa
menjadi tiga pola kelurusan dominan yaitu: Pola Meratus (timurlaut- baratdaya),
Pola Sunda (utara– selatan) dan Pola Jawa (barat–timur).

1. Pola Meratus terbentuk pada Zaman Kapur Akhir – Eosen Awal dan berarah
(timurlaut – baratdaya).
2. Pola Sunda terbentuk pada kala Eosen – Oligosen berupa struktur regangan
yang berarah (utara – selatan).
3. Pola Jawa terbentuk pada kala Oligosen akhir – sekarang dan berarah (barat –
timur).

Gambar 2. 2. Tiga Arah Pola Struktur (Kelurusan) Di Jawa Dan Sekitarnya (Pulunggono Dan
Martodjojo, 1994).

2.3 Geomorfologi Regional


Secara morfologis lajur pegunungan selatan yang membangun mandala
morfologi bagian utara dan menjadi batas fisiografi sebelah utara Pegunungan
Selatan dengan Zona depresi Solo berkembang dengan pola yang kompleks (Van
Bemmelen, 1949).

Pada lajur – lajur pegunungan selatan terdiri dari batuan beku dan
volkaniklastik yang berumur Oligosen – Miosen, dan batuan sedimen silisiklastik
laut dangkal dari Formasi Wungkal Gamping yang berumur Eosen juga muncul
setempat di Perbukitan Jiwo dengan kontak struktural terhadap batuan dasar.
Batuan dasar tersebut juga ditutupi secara tidak selaras oleh batuan oleh karbonat
Formasi Oyo berumur Miosen Tengah, dimana sebagian membentuk beberapa
perbukitan terisolasi di sekitar Perbukitan Jiwo, seperti Gunung Jeto, Gunung
Kampak dan Gunung Lanang. Adanya hiatus yang sedemikian panjang tersebut
membawa implikasi bahwa Perbukitan Jiwo telah mengalami pengangkatan ke
permukaan, semenjak akhir Eosen sebelum batuan karbonat Miosen Tengah
diendapkan sebelum batuan karbonat Miosen Tengah diendapkan (Pannekoek,
1949).

2.4 Stratigrafi Regional


Stratigrafi regional Pegunungan Selatan didominasi oleh batuan – batuan
vulkanik klastik, vulkanik dan karbonat. Dengan susunan stratigrafi dari tua ke
muda: Batuan Malihan, Formasi Gamping Wungkal, Formasi Kebo-Butak, Formasi
Semilir, Formasi Ngelanggeran, Formasi Sambipitu, Formasi Oyo, Formasi
Wonosari, Formasi Kepek dan Endapan Quarter. Stratigrafi Pegunungan Selatan
dapat dilihat pada (Gambar 2.2).
Objek Penelitian

Gambar 2.3 Urutan Stratigrafi Pegunungan Selatan (Surono, 2009).

Secara stratigrafi, urutan satuan batuan dari tua ke muda menurut penamaan
litostratifrafi menurut (Surono, 2009). Berikut urutan Formasi dari tua ke muda:

1. Batuan Malihan, berumur Kapur Atas yang terdiri dari sekis, marmer, batu
sabak dan batuan meta sedimen yang tersebar di Pegunungan Selatan hanya
pada Perbukitan Jiwo (Surono dkk, 1992), di beberapa tempat diterobos oleh
basal, diabas dan diorit (Sudarno, 1997).

2. Formasi Gamping Wungkal, berumur Eosen Tengah sampai Eosen Atas yang
terdiri dari batupasir, napal pasiran, batulempung dan batugamping melansa
(Sudarno, 1997), terendapkan setempat-setempat di perbukitan Jiwo dan di
sekitar Gunung Gude (Surono dkk, 1992).

3. Formasi Kebo-Butak, berumur Oligosen Atas sampai Miosen Awal dengan


dialasi lava bantal Nampurejo berumur Oligosen Awal (Surono, 2008), tersebar
dari barat-timur di Pegunungan Baturagung bagian Utara (Surono dkk, 1992).

4. Formasi Semilir, berumur Miosen Awal-Miosen Tengah, menindih selaras


dengan Formasi Kebo-Butak (Toha dkk, 1994 dalam Sudarno, 1997), terdiri
dari tuf, batuapung dasitan, batupasir tufan dan serpih (Surono dkk, 1992), dan
menurut Novian drr. (2007) mengusulkan satu anggota baru (Anggota
Buyutan) terdiri dari perselingan batulanau, batupasir tufaan, sisipan breksi
lapilli, dan batubara yang terdapat di Dusun Boyo, Gunungkidul.

5. Formasi Ngelanggeran, berumur Miosen Awal-Miosen Tengah,


kedudukannya menjemari dengan Formasi Semilir terdiri dari breksi
gunungapi, aglomerat, lava andesit-basal dan tuf (Surono dkk, 1992).

6. Formasi Sambipitu, berumur Miosen Tengah dan menindih selaras dengan


Formasi Ngelanggeran (Surono dkk, 1992), serta menurut Toha dan Sudarno,
(1987) dalam Sudarno (1997) perubahan Formasi Sambipitu bagian bawah ke-
atas terdiri dari breksi dan semakin ke atas menjadi perselingan batupasir-
serpih.

7. Formasi Oyo, berumur Miosen Tengah dengan menutupi selaras membaji di


atas Formasi Semilir, Formasi Nglanggeran dan Formasi Sambipitu (Sudarno,
1997). Tebalnya mencapai 350 m (terdiri dari napal tufan, tuf andesitan dan
batugamping konglomeratan (Surono dkk, 1992).

8. Formasi Wonosari, berumur Miosen Tengah-Pliosen, terdiri dari


batugampung, batugamping napal-tufan, batugamping konglomerat, batupasir
tufan dan batulanau, serta batugamping berlapis dan batugamping terumbu
(Surono dkk, 1992).

9. Formasi Kepek, berumur Miosen Akhir-Pliosen, disusun oleh perselang-


selingan antara napal dan batugamping berlapis menindih selaras menjari di
atas Formasi Wonosari (Surono dkk, 1992).

10. Endapan Quarter, terdiri dari endapan gunungapi Lawu, endapan gunungapi
Merapi, endapan aluvium tua, endapan Formasi Baturetno, serta endapan
alluvium muda (Surono dkk, 1992).
BAB III
METODE PENELITIAN
Metodologi merupakan suatu cara ilmiah untuk memperoleh dan mengumpulkan
data demi mencapai tujuan tertentu. Dalam hal ini, penulis menggunakan beberapa metode
penelitian berupa studi literatur dan pengambilan data primer yang dilakukan untuk
menghasilkan sebuah data yang valid untuk diolah. Berikut merupakan tahapan penelitian
yang akan dilaksanakan:
3.1 Tahapan Persiapan
3.1.1 Studi Pustaka
Mengenai metode yang akan digunakan dan studi geologi regional
yang bertujuan untuk memberikan gambaran awal tentang kondisi geologi
daerah penelitian. Tahapan ini nantinya akan membantu penulis dalam tahap
penelitian dan pengolahan data.
3.1.2 Analisis Foto Udara Dan DEM
Analisis ini dilakukan untuk menentukan kerapatan kontur, pola
kelurusan, pola aliran sungai, dan struktur geologi. Dari tahapan ini, penulis
dapat menentukan daerah mana yang akan dijadikan sebagai daerah
penelitian dan sesuai dengan tujuan akhir dari penelitian. Pada daerah
penelitian telah dilakukan analisis kelurusan berdasarkan data DEM Jawa
Barat yang diolah menggunakan software ArcGIS. Adapun hasil yang
diperoleh, yaitu regional daerah penelitian memiliki arah tegasan utama
relatif utara – selatan dilihat dari diagram roset. Foto udara diperoleh dari
https://earth.google.com/ dan data DEM dari
https://tanahair.indonesia.go.id/.
3.2 Observasi Dan Pengolahan Data
3.2.1 Pemetaan Geologi
Tahapan pengumpulan data seperti litologi batuan, stratigrafi dan
struktur geologi. Pemetaan ini menggunakan beberapa alat pendukung,
seperti GPS, kamera digital, meteran, peta tematik (peta lintasan), buku
lapangan, dan alat tulis. Data yang diperoleh dari lapangan seperti litologi
batuan akan dikelompokkan berdasar pada kesamaan karakteristik seperti
ciri fisik dan mineralogi batuan. Setelah membagi satuan batuan, kemudian
data tersebut diolah menggunakan software ArcGIS sehingga menghasilkan
peta geologi daerah penelitian.
3.2.2 Pengamatan Kondisi Geomorfologi

Geomorfologi cenderung menekankan asal-usul (proses) bentang


lahan saat ini dan masa lalu selaras dengan waktu geologi Lobeck (1939)
dengan suatu klasifikasi bentang alam dan bentuk muka bumi yang
dikontrol oleh tiga parameter utama, yaitu struktur (struktur geologi; proses
geologi endogen yang bersifat konstruksional/membangun), proses
(proses-proses eksogen yang bersifat destruksional/merusak atau
denudasional), dan tahapan (yang kadangkala ditafsirkan sebagai “umur”
tetapi sebenarnya adalah respon batuan terhadap proses eksogen; semakin
tinggi responnya, semakin dewasa tahapannya). Proses eksogen dan proses
endogen mempengaruhi bentuk topografi dan morfologi daerah penelitian.
Metode analisis citra SRTM yang dikonversi menjadi data DEM dan peta
topografi menjadi acuan untuk menafsirkan kondisi geomorfologi daerah
Sagalaherang dan sekitarnya. Dilakukan beberapa analisis terhadap data
DEM dan SRTM sebagai berikut:

a. Analisis kelurusan punggungan dan lembahan

Penarikan kelurusan kali ini dilakukan dengan skala regional pada


skala 1:100.000 dengan mengubah arah penyinaran (azimuth) dengan
0º, 90º, 180º, 270º, dan 315º pada software ArcGIS guna untuk
memvalidasi kelurusan punggungan dan lembahan di daerah penelitian
maupun secara regional. Data kelurusan yang ditarik baik kelurusan
punggungan maupun lembahan kemudian akan diolah dan disajikan
dalam bentuk diagram roset untuk mengetahui arah tegasan utama dari
kelurusan tersebut.

b. Analisis kelurusan

Dengan menggunakan metode Fault Fracture Density (FFD).


Analisis ini mendeteksi kelurusan morfologi, seperti morfologi sungai,
lembah dan bukit dengan menggunakan data model ketinggian digital.
Kelurusan – kelurusan yang ditarik dapat diolah dengan menggunakan
software ArcGIS sehingga menghasilkan peta kerapatan kelurusan
untuk mengetahui asosiasi kelurusan dengan adanya struktur geologi.

c. Analisis Pola Aliran Sungai

Pembagian jenis – jenis pola aliran (Gambar 3.1) berdasarkan


kontrol struktur dan kemiringan lereng oleh Klasifikasi Twidale and
Campbell (2005, 191) dan Twidale (2004,173) dalam Hugget, R.J.
(2011).

Gambar 3.1. Pola Aliran Sungai Yang Dikontrol Oleh Kemiringan Dan Struktur Oleh
Twidale And Campbell (2005, 191) Dan Twidale (2004,173) Dalam Hugget, R.J.
(2011).

d. Analisis kemiringan lereng

Dengan membagi daerah penelitian berdasarkan kelas lereng


(Tabel 3.1) dengan klasifikasi Van Zuidam (1985).

Tabel 3.1. Ukuran kemiringan lereng berdasarkan Van Zuidam (1985).


* USSSM = United State Soil System Management.

**USLE = Universal Soil Loss Equation (Wischmeir, 1967).

3.2.3 Data Struktur Dan Rekahan


Pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan
secara sistematis dengan metode rectangular window sampling oleh Priest
(1993) dalam Watkins et al. (2014) (Gambar 3.2). Dalam metode ini,
pencatatan atribut rekahan seperti nomor identitas rekahan (no. ID),
kedudukan rekahan (jurus/kemiringan), jarak antar rekahan, aperture,
panjang rekahan, bentuk (orientasi rekahan), dan material pengisi rekahan
dilakukan sepanjang garis pengamatan. Dan setelah selesai rangkaian
pengambilan data struktur, kemudian data tersebut akan diolah
menggunakan software Stereonet (Allmendinger, 2013) guna untuk
mengetahui arah gaya utama yang bekerja pada daerah penelitian yang
menyebabkan terbentuknya suatu struktur geologi baik berupa sesar,
perlipatan, dan lainnya.

Gambar 3.2. (a) Skema Pengukuran Rekahan Dengan Metode Rectangular Window
Sampling Oleh Priest (1993), (B) Jenis Atribut Rekahan (Modifikasi Leubach, 1998)

3.2.4 Analisis Vulkanostratigrafi


Analisis vulkanostratigrafi dilakukan untuk memvalidasi hasil data
lapangan dengan penelitian terdahulu, termasuk ciri fisik, asal produk
gunungapi, dan petrografi sehingga menghasilkan stratigrafi vulkanik yang
lebih baik. Data lapangan dapat disebandingkan dengan volkanikstratigrafi
dari Soetoyo & Hadisantono (1992).
3.2.5 Analisis XRD
Analisis XRD dilakukan pada beberapa sampel batuan dengan
menggunakan alat Olympus btx-53 yang kemudian diperoleh data berupa
grafik yang akan dianalisis berdasarkan peak yang terlihat pada grafik. Data
XRD tersebut menggunakan anode Co sehingga perlu di konversi menjadi
anode Cu dengan aplikasi PowDLL. Kemudian, data tersebut dianalisis
menggunakan software MAUD dan mengacu pada reseferensi Chen (1977)
dan http://www.crystallography.net/ (Crystallography Open Database).
3.2.6 Analisis Petrografi
Pengamatan sayatan tipis sampel batuan dianalisis lebih detil
mengunakan mikroskop polarisasi di Laboratorium Geologi Dasar
Universitas Pertamina untuk mengetahui komposisi mineral, struktur,
tekstur batuan dalam skala mikroskopis yang mengacu pada Raith, dkk
(2011) dan McPhie (1993). Penamaan batuan berdasarkan diagenesa dan
komposisi penyusun batuan menggunakan klasifikasi batuan beku dan
vulkanik oleh Streckeissen (1978) sedangkan untuk batuan piroklastik
menggunakan klasifikasi Fisher (1966) dan perbedaan jenis tuf oleh
Pettijohn (1975) (Gambar 3.3). Software ImageJ digunakan untuk
menentukan proporsi suatu mineral dalam satuan luas pada sayatan tipis
(Gambar 3.4) dengan pemerian nama mineral mengacu pada Whitney &
Evans (2010).
Gambar 3.3. Alur Pengoperasian Software Image-J

Gambar 3.4. Klasifikasi Penamaan Batuan Beku (Streckeissen, 1978) Dan A. Klasifikasi
Jenis Tuff (Pettijohn, 1975) B. Batuan Piroklastik (Fisher, 1966)

3.3 Tahapan Penyajian Data

Merupakan tahapan akhir dari rangkaian penelitian berupa


kesimpulan hasil analisis yang disajikan dalam bentuk:
a. Peta geomorfologi daerah penelitian dan sekitarnya

b. Peta kemiringan lereng daerah penelitian dan sekitarnya

c. Peta lintasan daerah penelitian dan sekitarnya

d. Peta geologi dan profil penampang geologi daerah penelitian dan sekitarnya

e. Peta struktur daerah penelitian dan sekitarnya

f. Peta kerapatan kelurusan

g. Diagram blok sejarah vulkanisme

h. Data pengukuran rekahan

i. Analisis petrografi

3.4 Diagram Alir


Langkah kerja yang dilakukan dalam penelitian tugas akhir dibagi menjadi 3 (tiga)
tahapan, yaitu tahapan persiapan, tahapan observasi dan pengolahan data, dan tahapan
penyajian data (Gambar 3.5).
Tahap Persiapan

Tahap Obse

Tahap Peny

Gambar 3.5. Alur Pengerjaan Penelitian Tugas Akhir.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Geomorfologi
4.1.1 Morfologi Kelurusan dan Kemiringan Lereng
4.1.2 Analisis Pola Aliran Sungai

4.1.3 Satuan Geomorfologi


4.2 Stratigrafi
4.3 Struktur Geologi
4.4 Sejarah Geologi
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


DAFTAR PUSTAKA

AAPG UGM-SC., (2013), Guidebook Volcanic Petroleum Play AAPG UGM-SC. Tidak
dipublikasikan.

Allmendinger, R.W., (2013). Stereonet Help–the user’s manual for Stereonet 8.

Asikin, S. (1992). Diktat Struktur (Tektonik) Indonesia, Kelompok Bidang Keahlian


(KBK) Geologi Dinamis, Jurusan Teknik Geologi ITB.

Annisaa, N.A., (2016). Pelestarian Kawasan Warisan Geologi Gunungapi Purba


Nglanggeran Sebagai Geowisata Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunung Kidul
Daerah Istimewa Yogyakarta (Doctoral dissertation, UPN" Veteran" Yogyakarta).

Blessia, S., Mulyaningsih, S., Tania, D. and Heriyadi, N.W.A.A.T., (2019). Vulkano-
Stratigrafi Gunung Ireng, Desa Pengkok, Kecamatan Patuk, Kabupaten
Gunungkidul-DIY. Jurnal Teknomineral, 1(1), pp.24 – 33.

Brahmantyo, Budi, dan Bandono. (2006). Klasifikasi Bentuk Muka Bumi (Landform)
Untuk Pemetaan Geomorfologi pada Skala 1:25.000 dan Aplikasinya Untuk
Penataan Ruang. Geoaplika: Indonesia.

Fisher, R.V. (1966): Mechanism of deposition from pyroclastic flows.- Amer. J. Sci. 264:
350-363.

Hartono, G., (2012). Geologi Regional Pegunungan Selatan. Bandung, Indonesia.


Digilib.itb.ac.id.

Huggett, R. J. (2011). Fundamentals of Geomorphology. Fundamentals of


Geomorphology.

Husein, S,. (2007). Tinjauan Geomorfologi Pegunungan Selatan. ResearchGate. Hlm. 3 –


4.

Lobeck, A. K. (1939). Geomorphology, an introduction to the study of landscapes (No.


551.4 L797). McGraw-Hill Book Company, inc.,.

Mulyaningsih, S., (2015). Vulkanologi. Yogyakarta: Penerbit Ombak.


Mulyaningsih, S., Heriyadi, N.W.A.A.T., Tania, D., Suhartono., (2019). Identifikasi
Jelajah Geologi Gunung Api Purba Gunung Ireng Desa Pengkok, Kabupaten
Gunungkidul. Pariwisata, Vol. 6, No. 2.

Novian, M.I., Setiawan, P.K.D., Salahuddin Husein, S. dan Rahardjo, W., (2007).
Stratigrafi Formasi Semilir bagian atas di Dusun Boyo, Desa Ngalang, Kecamatan
Gedangsari, Kabupaten Gunung Kidul, DIY. Makalah disampaikan pada Seminar
dan Workshop Potensi Pegunungan Selatan dalam Pengembangan Wilayah, Inna
Garuda, 27-29 November 2007.

Pannekoek, A. J., (1949), Outline of The Geomorphology of Java, reprint from


TijdschriftVan Het Koninklijk Nederlandsch Aardrijkskundig Genoottschap, vol.
LXVI, part 3, E. J. Brill, Leiden.

Pulunggono, A. dan Martodjojo, S., (1994). Perubahan tektonik Paleogen – Neogen


merupakan peristiwa terpenting di Jawa. Proccedings Geologi dan Geotektonik
Pulau Jawa. Hlm. 37-50.

Raith, M. M., Einhardt, J. Ü. R., Raase, P., & Reinhard, J. (2011). Guide To Thin Section
Microscopy, Second Edition. Book.

Smith, H.R., Hall, R. and Nichols, G.J., (2008). Cenozoic volcanic arc history of East
Java, Indonesia: the stratigraphic record of eruptions on an active continental
margin.Special Papers Geological Society of America, 436, p.199.

Sribudiyani, Muchsin, N., Ryacudu, R., Kunto, T., Astono, P., Prasetya, I., Sapiie, B.,
Asikin, S., Harsolumakso, A.H., dan Yulianto, I., (2003). The collision of the East
Java Microplate and its implication for hydrocarbon th occurrences in the East Java
Basin. Proceedings Indonesian Petroleum Association, 29 Annual Convention and
Exhibition.

Sudarno, Ign., (1997). Kendali tektonik terhadap pembentukan struktur pada batuan
Paleogen dan Neogen di Pegunungan Selatan, Daerah Istimewa Yogyakarta dan
sekitarnya. Tesis Magister pada Institut Teknologi Bandung, 167p.

Surono, (2008). Stratigrafi dan sedimentasi Formasi Kebo dan Formasi Butak, di
Pegunungan Selatan, Jawa Bagian Selatan. Jurnal Geologi Indonesia, 3 (4) : 183 –
193.
Surono, (2009). Litostratigrafi Pegunungan Selatan Bagian Timur Daerah Istimewa
Yogyakarta Dan Jawa Tengah., Pusat Survei Geologi. Hal. 214.

Surono, B.T. and Sudirno, I., (1992). Peta Geologi Lembar Surakarta- Giritontro. Jawa.
(1408-3), Skala1, 100.

Toha, B., Resiwati, P., Srijono, Rahardjo, W. & Pramumidjojo, S., (1994). Geologi daerah
Pegunungan Selatan: Suatu kontribusi. Prosiding Geologi dan Geotektonik
PulauJawa. Jurusan Teknik Geologi FT UGM, pp. 19-28.

Van Bemmelen, R.W., (1970), The Geology of Indonesia, vol. 1A, General Geology of
Indonesia and Adjacent Archipelagoes, 2nd ed., Martinus Nijhoff, The Haque.

Wartono., Sukandarrumidi., Rosidi., (1977). Peta Lembar Yogyakarta.. Pusat Penelitian


dan Pengembangan Geologi, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai