Anda di halaman 1dari 81

pISSN 1979-6560

eISSN 2527-8789
Jurnal

Vol. 12, No. 3, September 2016

Penerbit :
PUSLITBANG TEKNOLOGI MINERAL DAN BATUBARA

Terakreditasi LIPI
Jurnal Bandung
Vol. 12 No. 3 Hal. 149 - 207 ISSN 1979-6560 No. 688/AU3/P2MI-LIPI/07/2015
tekMIRA September 2016
Berlaku sampai Agustus 2018
Gambar Sampul :

Presipitasi dan presipitat silika gel (Azhari dan Aziz, 2016)

Para penyumbang makalah dapat mengirimkan artikelnya melalui e-mail atau dalam bentuk CD
yang dikirimkan ke alamat Sekretariat Redaksi Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara.

Setiap makalah dalam jurnal ilmiah ini telah ditelaah dan disunting oleh minimum dua penyunting ahli
dan satu penyunting bahasa.

Redaksi tidak bertanggung jawab terhadap substansi makalah yang diterbitkan.


ISSN 1979 – 6560

Jurnal
Teknologi Mineral dan Batubara
Volume 12, Nomor 3, September 2016

Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara terbit pada bulan Januari, Mei, September, memuat karya-karya ilmiah yang
berkaitan dengan litbang mineral dan batubara mulai dari eksplorasi, eksploitasi, pengolahan, ekstraksi, pemanfaatan,
lingkungan, kebijakan dan keekonomian termasuk ulasan ilmiah terkait.

Redaksi menerima naskah yang relevan dengan substansi terbitan ini.

PENASIHAT 14. Dr. Ir. Ukar W. Soelistijo, M.Sc. APU.


Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi (Unisba - Ekonomi Mineral, Energi dan Regional)
15. Dr. Asri Peni Wulandari, M.Sc. (UNPAD - Bioteknologi)
Mineral dan Batubara
16. Dr. D. Hendra Amijaya (UGM - Geokimia Hidrokarbon dan
Kepala Bidang Afiliasi dan Informasi Geology Batubara)
17. Dr. Sri Mulyaningsih, S.T., M.T. (IST AKPRIND Yogyakarta -
PEMIMPIN REDAKSI Geologi Teknik)
Prof. I G. Ngurah Ardha, M.Met. 18. Dr. Muchlis, M.Sc. (IST AKPRIND Yogyakarta - Teknik
Geologi Lingkungan)
19. Dr. Tri Nuke Pudjiastuti, M.A. (LIPI - Lingkungan/Hukum
REDAKTUR PELAKSANA
Pertambangan)
Umar Antana 20. Achmad Subardja Djakamihardja, Ir., M.Sc.
(LIPI - Geo Mekanika Batuan)
DEWAN REDAKSI 21. Prof. Dr. Ir. Adjat Sudradjat, M.Sc. (UNPAD - Kebijakan
1. Prof. I G. Ngurah Ardha, M.Met. Pertambangan)
(Metalurgi/Pengolahan Mineral) (LIPI - Geohidrologi Pertambangan)
2. Prof. Dr. Siti Rochani, M.Sc. (Kimia/Teknologi Bahan) 22. Dr. Ir. Ismi Handayani, MT. (ITB - Pengolahan Mineral)
3. Nining Sudini Ningrum, M.Sc. (Petrografi 23. Prof. Dr. Binarko Santoso, Ir. (tekMIRA - Mineral dan
Batubara/Teknologi Pemanfaatan Batubara) Geologi Batubara)
4. Zulfahmi, Ir., M.T. (Tambang Bawah Tanah) 24. Prof. Dr. Datin Fatia Umar, Ir., M.T. (tekMIRA - Teknik
5. Jafril, Drs. (Manajemen Sumber Daya Mineral Kimia/Pengolahan dan Pemanfaatan Batubara)
dan Batubara) 25. Dr. Miftahul Huda, Ir., M.Sc. (Teknik Kimia
6. Retno Damayanti, Dra., Dipl.Est. (Kimia/Lingkungan Terapan/Teknologi Pemanfaatan Batubara)
Pertambangan) 26. Sri Handayani, Dra., M.Sc. (tekMIRA - Bioteknologi Mineral)
7. Eko Pujianto, Ir., M.E. (Geoteknologi) 27. Tatang Wahyudi, Ir. M.Sc. (Geologi/Mineralogi Proses)
8. Darsa Permana, Ir. (tekMIRA - Kebijakan Pertambangan) 28. Prof. Husaini, Ir., M.Sc. (tekMIRA - Teknik Lingkungan)
9. Nendaryono Madiutomo, Ir., M.T. (tekMIRA - 29. Prof. Dr. Bukin Daulay, M.Sc. (tekMIRA - Teknologi
Teknologi Penambangan) Batubara)

Redaksi Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara mengucapkan


PENYUNTING ILMIAH terima kasih kepada para Mitra Bebestari, khususnya kepada
1. Prof. I G. Ngurah Ardha, M.Met. mereka yang telah berpartisipasi menelaah naskah-naskah yang
2. Prof. Dr. Siti Rochani, M.Sc. diterbitkan dalam jurnal ilmiah tekMIRA Vol. 12, No. 3,
3. Darsa Permana, Ir. September 2016 ini. Para Mitra Bebestari yang telah
berpartisipasi menelaah makalah ilmiah untuk edisi ini adalah
MITRA BESTARI 1. Prof. Dr. Ir. Pramusanto
1. Prof. Dr. Syoni Supriyanto, M.Sc. 2. Prof. Dr. Datin Fatia Umar, Ir., M.T.
(ITB - Teknik Pertambangan) 3. Prof. Husaini, Ir., M.Sc.
2. Dr. Singgih Saptono, M.Sc. (UPN Veteran Yogyakarta -
Teknik Pertambangan) STAF REDAKSI
3. Dr. Said Muzambiq, M.Sc. (ITM Medan - Lingkungan Umar Antana, K. Sri Henny, Bachtiar Efendi, Arie Aryansyah dan
Pertambangan) Andi Wicaksono
4. Dr. Phil.Nat. Sri Widodo, M.T. (UNHAS - Desain
Pertambangan) PENERBIT
5. Dr. Nuzul Achyar (FE-UI - Ekonomi)
6. Dr. Ir. Edi Sanwani (ITB - Pengolahan Mineral-Batubara) Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan
7. Prof. Dr. Pramusanto, Ir. (Unisba - Metalurgi ekstraktif) Batubara
8. Prof. Dr. Ir. Udi Hartono (Badan Geologi - Petrologi dan
Mineralogi) ALAMAT REDAKSI
9. Prof. Dr. Ir. Surono (Pusat Survei Geologi - Geologi Bahan Jl. Jend. Sudirman 623 Bandung 40211
Galian Tambang) Telpon : (022) 6030483 - 5, Fax : (022) 6003373
10. Dr. Hermes Panggabean, M.Sc. (PSG - Energi Fosil) e-mail : publikasitekmira@tekmira.esdm.go.id /
11. Dida Kusnida, Ir., M.Sc. (P3GL - Geofisika Marin) publikasitekmira@yahoo.com
12. Lukman Arifin, Drs., M.Si. (P3GL - Geofisika Kelautan) Website : http://www.tekmira.esdm.go.id
13. Sri Widayati, Ir., M.T. (Unisba - Ekonomi Mineral)
ISSN 1979 – 6560

Jurnal
Teknologi Mineral dan Batubara
Volume 12, Nomor 3, September 2016

DAFTAR ISI

 Pelarutan Bijih Bauksit dengan Soda Kaustik (NaOH) Menjadi Larutan


Sodium Aluminat (NaAlO2) Skala Pilot .............................................................................. 149 - 159
Bauxite Dissolution Using Caustic Soda Into Sodium Aluminate
Solution at Pilot Scale
Husaini, Dessy Amalia dan Yuhelda
 Sintesis dan Karakterisasi Material Berpori Berbasis Mineral Silika Pulau Belitung .......... 161 - 170
Synthesis and Characterization of Porous Material Based on Belitung-Island
Silica Mineral
Azhari dan Muchtar Aziz
 Pemanfaatan Limbah Marmer dan Batukapur untuk Pembuatan
Bata Ekspose Berbasis Bodi Wolastonit Sintetis ................................................................ 171 – 178
Utilization of Marble and Limestone Wastes for Making the Exposed
Bricks Based Synthetic Wollastonite
Frank Edwin dan Subari
 Analisis Biaya Pengolahan Pasir Zirkon (ZrSiO4) Menjadi Pasir Zirkon
Berkadar ZrO2 ≥65,5% dan Micronized Zircon ............................................................... 179 - 194
Estimation of Zircon Sand (ZrSiO4) Processing Cost to be Zircon Sand
ZrO2 ≥65.5% and Micronized Zircon
Triswan Suseno
 Tidak Sederhana Mewujudkan Industri Pengolahan Nikel Laterit Kadar Rendah
di Indonesia Sehubungan dengan Undang-Undang Minerba 2009 .................................... 195 - 207
No Simple to Realize Low Grade Laterite Nickel Processing Industry
In Connection with Indonesian Mining Law 2009
Puguh Prasetiyo

Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara dicetak oleh CV. Karya Putra
Jln. Citeureup No. 128 F Cimahi, Telp. (022) 6656891
Dari Redaksi
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT/Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat kuasaNYA telah
memberikan kekuatan dan semangat kepada Redaksi hingga bisa menerbitkan kembali Jurnal Teknologi
Mineral dan Batubara edisi September tahun 2016, Vol. 12, No. 3, yang seperti biasanya menampilkan 5
(lima) karya-karya tulis hasil penelitian dan pengkajian, baik dalam tataran ilmiah maupun praktis oleh para
peneliti bidang mineral dan batubara. Namun berbeda dengan nomor-nomor sebelumnya, karya-karya tulis
untuk nomor ini hanya menampilkan isu peningkatan nilai tambah mineral minus batubara.

Dimulai dari karya tulis hasil penelitian skala pilot plant yang membahas tentang pembuatan sodium
aluminat, dihasilkan dari pemrosesan bauksit melalui pelindian menggunakan soda kaustik yang disebut
sebagai proses Bayer. Kualitas sodium aluminat yang dihasilkan cukup baik dengan perolehan alumina
hampir 94%. Karya tulis ini pada prinsipnya berusaha memanfaatkan bauksit kadar rendah agar dapat
menunjang kebutuhan bahan baku industri-industri PAC, alum dan zeolit sintetik. Karya tulis kedua
mengetengahkan teknologi pembentukan material silika berpori dengan cara sol-gel. Material silika berpori
yang dihasilkan memiliki pori berukuran nano yang sangat dibutuhkan sebagai membran penyaring molekul
seperti halnya dalam penyaringan bioetanol. Karya tulis berikutnya membahas masalah pemanfaatan limbah
tambang marmer dan limbah tambang batu kapur untuk dijadikan bata ekspose berbasis bodi wolastonit
sintetik. Ketiga karya tulis ini sesuai dengan visi kementerian ESDM tentang peningkatan nilai tambah mineral
yang berwawasan lingkungan agar dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat.
Karya tulis keempat isinya mencoba menghitung keekonomian pendirian pabrik pengolahan pasir zirkon
berkadar standar dibandingkan dengan pendirian pabrik pengolahan pasir zirkon menjadi micronized zirkon
yang lebih tinggi kualitasnya. Hasilnya diketahui bahwa membangun pabrik micronized zirkon lebih
menguntungkan dengan nilai tambah dua kali lebih besar dibandingkan membangun pabrik pengolahan pasir
zirkon berkadar standar. Karya tulis terakhir membahas kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi akibat
pelaksanaan UU minerba th.2009 yang melarang ekspor bijih mentah. Dalam hal bijih nikel laterit kadar
rendah yang jumlahnya melimpah namun belum bisa diolah di Indonesia harus diapakan. Jika distop
ekspornya ke Cina kemungkinan akan menghadapi masalah hukum dagang internasional yang tidak
sederhana. Sebaliknya jika tidak diekspor, tidak ada yang menyerap di dalam negeri.

Para pembaca yang budiman, demikian sekilas paparan karya-karya tulis tersebut agar perkembangan
teknologi maupun kebijakan mineral/batubara Indonesia dapat disebarkan luaskan, agar para intrepreneur dan
pemerhati tergugah untuk lebih semangat mengembangkan dan memanfaatkan sumber daya mineral dan
batubara Indonesia dengan baik dan benar, sehingga slogan ESDM untuk kemakmuran rakyat dapat terealisasi
lebih cepat.

Terima kasih kami ucapkan kepada para mitra bebestari dan para editor yang dengan tekun telah menelaah,
mempertajam dan mengoreksi baik dari aspek substansi maupun tata bahasa setiap karya tulis yang akan
diterbitkan. Namun sebagai manusia biasa dalam berkarya tentu isi Jurnal ini masih banyak kekurangan dan
mungkin juga ada sekelumit kelebihan di balik kekurangan tersebut. Demikian sepatah dua patah kata dari
redaksi, kami selalu berharap agar Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara ke depan menjadi lebih baik, lebih
berkualitas dan dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada pembaca yang budiman. Untuk itu,
kritik dan saran perbaikan sangat kami harapkan.

Redaksi
JURNAL TEKNOLOGI MINERAL DAN BATUBARA
ISSN 1979 – 6560 Volume 12, Nomor 3, September 2016
Kata kuci yang dicantumkan adalah istilah bebas. Lembar abstrak ini boleh dikopi tanpa izin dan biaya.

Indeks Abstrak
DDC 662.7 gel, berbasis mineral silika asal P. Belitung. Pertama-
Husaini; Amalia, Dessy dan Yuhelda (Puslitbang tama mineral silika ditingkatkan kadar silikanya melalui
Teknologi Mineral dan Batubara) operasi penggerusan dan pelindian dengan variasi jenis
Pelarutan Bijih Bauksit dengan Soda Kaustik (NaOH) asam. Selanjutnya silika hasil pelindian disaring dan
Menjadi Larutan Sodium Aluminat (NaAlO2) Skala Pilot dicuci dengan akuades sehingga bebas asam, kemudian
Bauxite Dissolution Using Caustic Soda Into Sodium dikeringkan. Silika kering yang telah berkadar tinggi
Aluminate Solution at Pilot Scale (99,42% SiO2), selanjutnya diproses melalui garam lebur
Jurnal tekMIRA, Vol. 12, No. 3, September 2016, soda kostik pada suhu tinggi, untuk mendapatkan
hlm.149-159 senyawa sodium silikat yang larut dalam air. Larutan
sodium silikat dipisahkan dari residunya dan
Sodium aluminat (NaAlO2) merupakan bahan kimia dipresipitasi dengan asam untuk memperoleh endapan
anorganik penting yang digunakan sebagai bahan baku halus, berupa silika gel (SiO2.xH2O). Selanjutnya silika
untuk pembuatan berbagai macam produk kimia antara gel dicuci sehingga bebas garam, dipreparasi dan
lain polialuminum chloride (PAC), alum, dan zeolit dikarakterisasi. Hasil karakterisasi menunjukkan
sintetik. Dalam penelitian ini, NaAlO2 dihasilkan terbentuknya SiO2 halus berukuran nano, yang dapat
melalui proses Bayer yaitu pelarutan (digestion) bauksit mencapai ukuran terkecil 96,9 nm. Hasil pengamatan
asal Tayan, Kalimantan Barat, dengan soda kaustik SEM, nampak dalam foto mikrograf tekstur material
(NaOH) pada skala pilot berkapasitas 100 kg berpori; dan hasil analisis BET menunjukkan luas
umpan/batch dengan menggunakan uap secara kontak permukaan spesifik mencapai 180 m2/g.
langsung pada suhu sekitar 140oC dan tekanan 4 atm.
Variabel yang diteliti meliputi : lama reaksi (1; 1,5; 2 Kata kunci : pasir silika, sol-gel, material berpori.
jam), ukuran butir -0,177 mm (-80 mesh); -0,149 mm
(100 mesh); -0,0965 mm (-150 mesh), dan NaOH
berlebih di atas kebutuhan stoikhiometrinya (1,37% DDC 628.4-691
sampai dengan 35,25%). Hasil penelitian menunjukkan Edwin, Frank dan Subari (Balai Besar Keramik)
bahwa waktu reaksi semakin lama, ukuran butir semakin Pemanfaatan Limbah Marmer dan Batukapur untuk
halus, dan NaOH berlebih semakin tinggi sampai batas Pembuatan Bata Ekspose Berbasis Bodi Wolastonit
tertentu, memberikan perolehan alumina (Al2O3) yang Sintetis
semakin tinggi. Kondisi proses terbaik yang diperoleh Utilization of Marble and Limestone Wastes for Making
adalah NaOH berlebih 28,83% , lama reaksi 2 jam dan the Exposed Bricks Based Synthetic Wollastonite
ukuran butir -150 mesh (0,105 mm) dengan perolehan Jurnal tekMIRA, Vol. 12, No. 3, September 2016,
alumina tertinggi 93,98%. hlm.171-178

Kata kunci : digestion, bauksit, proses Bayer, NaOH Percobaan pembuatan bata ekspose berbasis bodi
berlebih, sodium aluminat. wolastonit sintetis menggunakan bahan baku utama limbah
marmer atau batukapur lolos ayakan standar Tyler 200
mesh telah dilakukan dengan komposisi optimum
DDC 662.7 campuran bahan terdiri dari 55% serbuk marmer atau
Azhari dan Aziz, Muchtar (Puslitbang Teknologi batukapur dan 45% silika dengan kadar air 8 %.
Mineral dan Batubara) Pembakaran dilakukan pada suhu 1100 oC, waktu
Sintesis dan Karakterisasi Material Berpori Berbasis penahanan selama 3 jam. Dengan menggunakan bahan
Mineral Silika Pulau Belitung utama limbah marmer diperoleh hasil uji fisis/mekanis
Synthesis and Characterization of Porous Material sebagai berikut : warna bakar putih, densitas 1,47 g/cc,
Based on Belitung-Island Silica Mineral penyerapan air 35,72%, porositas 52,55%, kekerasan 4
Jurnal tekMIRA, Vol. 12, No. 3, September 2016, (skala Moh‫׳‬s) dan kuat tekan 12,71 MPa. Sedangkan
hlm.161-170 dengan menggunakan bahan utama batukapur diperoleh
hasil uji fisis/mekanis sebagai berikut : warna bakar putih,
Dalam rangka pembuatan membran penyaring molekul, densitas 1,50 g/cc, penyerapan air 31,79 %, porositas
khususnya untuk penggunaan dalam peningkatan kadar 47,80 %, kekerasan 4 - 5 (skala Mohs) dan kuat tekan
bioetanol, telah dilakukan serangkaian percobaan 13,09 MPa. Hasil analisis XRD menunjukkan pertumbuhan
pembentukan material silika berpori dengan metoda sol- fasa kristalin wolastonit untuk bodi MP I (bahan utama
limbah marmer) mencapai 41,84 %. Sedangkan untuk bodi
KP I (bahan utama batukapur) pertumbuhannya meningkat tungkan karena nilai tambahnya 2 kali lebih besar
hampir 2 kali lipat yaitu sebesar 80,02%. Hasil percobaan dibandingkan dengan hanya mengolahnya menjadi
pembuatan bata ekspose berwarna spesifik putih ini dapat konsentrat zirkon berkadar ZrO2 minimum 65,5%.
dikembangkan untuk pedestrian atau jalan taman yang
mudah menyerap air, bata dinding bangunan atau bata Kata kunci : pasir zirkon, micronized zircon, NPV, IRR,
tahan api isolasi. PP.

Kata kunci : bata ekspose, wolastonit sintetis, limbah


marmer, batukapur. DDC 343.07-549
Prasetiyo, Puguh (Puslit Metalurgi dan Materia – P2M2
LIPI)
DDC 330.0285 Tidak Sederhana Mewujudkan Industri Pengolahan
Suseno, Triswan (Puslitbang Teknologi Mineral dan Nikel Laterit Kadar Rendah di Indonesia Sehubungan
Batubara) dengan Undang-Undang Minerba 2009
Analisis Biaya Pengolahan Pasir Zirkon (ZrSiO4) No Simple to Realize Low Grade Laterite Nickel
Menjadi Pasir Zirkon Berkadar ZrO2 ≥65,5% dan Processing Industry in Connection with Indonesian
Micronized Zircon Mining Law 2009
Estimation of Zircon Sand (ZrSiO4) Processing Cost to Jurnal tekMIRA, Vol. 12, No. 3, September 2016,
be Zircon Sand ZrO2 ≥65.5% and Micronized Zircon hlm.195-207
Jurnal tekMIRA, Vol. 12, No. 3, September 2016,
hlm.179-194 Ada dua jalur proses untuk mengolah bijih nikel oksida
yang lazim disebut laterit, yaitu pirometalurgi dan
Meningkatkan kadar pasir zirkon (ZrSiO4) menjadi pasir hidrometalurgi. Pirometalurgi digunakan untuk
zirkon berkadar ZrO2 ≥65,5% dan berukuran butir lolos mengolah laterit jenis saprolit berkadar nikel tinggi
saring 60 mesh ≥95% merupakan salah satu upaya untuk (Ni≥1,8%) untuk memproduksi FeNi atau Ni matte.
meningkatkan nilai tambah dari bahan baku tersebut Hidrometalurgi digunakan untuk mengolah laterit kadar
sesuai dengan amanat dalam Permen ESDM No. 8 Tahun rendah (Ni<1,8%) yang belum ada di tanah air. Dalam
2015 tentang Perubahan Atas Permen ESDM No.1 Tahun perkembangannya pirometalurgi digunakan untuk
2014 tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui mengolah laterit kadar rendah menghasilkan NCPI/NPI
Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral di Dalam (Nickel Contain Pig Iron/Nickel Pig Iron) di Cina.
Negeri. Dengan menggunakan pemisah magnetik daan Selanjutnya NCPI/NPI digunakan sendiri oleh Cina
high tension separator kadar pasir zirkon dapat sebagai pengganti FeNi untuk membuat besi-baja tahan
ditingkatkan menjadi pasir zirkon berkadar ZrO2 ≥ 65,5 karat. Bahan baku pembuatan NCPI/NPI Cina diperoleh
%. Berdasarkan hasil perhitungan finansial terhadap dari mengimpor laterit Filipina dan Indonesia. Dengan
usaha pengolahan pasir zirkon (ZrSiO4) menjadi mulai berlakunya UU Minerba (Mineral dan Batubara)
konsentrat berkadar ZrO2 ≥65,5%, dengan menanamkan tahun 2009 yang mewajibkan bahan baku harus diolah
modal sebesar Rp.24.307.625.000,- diperkirakan akan di dalam negeri sebelum diekspor, dan melarang ekspor
memperoleh keuntungan sekarang (net present value, bahan baku mulai 2014, maka Indonesia mungkin akan
NPV) sebesar Rp.26.201.238.738,-, indek profitabilitas menghadapi masalah hukum dagang internasional yang
sebesar 1,21 dan indikator tingkat efisiensi (internaI rate tidak sederhana sebagai konsekuensi dari larangan
of return, IRR) sebesar 29,35% per tahun dengan ekspor mineral. Masalah lainnya bagaimana harus
pengembalian modal pada 3 tahun 5 bulan. Apabila mengolah mineral di dalam negeri, dan siapa yang akan
diolah menjadi micronized zircon, dengan bermodalkan menyerap pasar hasil olahan mineral. Melihat kenyataan
Rp.59.066.750.000,- ternyata mendapatkan NPV sebesar ini pemerintah harus mengoptimalkan litbang
Rp.94.154.606.887,-, indek profitabilitas sebesar 1,38, (penelitian dan pengembangan) yang ada di departemen
dan indikator tingkat efisiensi (IRR) sebesar 25,60% per maupun non departemen.
tahun dengan pengembalian modal setelah 2 tahun 9
bulan. Berdasarkan perhitungan di atas, usaha Kata kunci : laterit kadar rendah, limonit, saprolit,
pengolahan pasir zirkon untuk menghasilkan micronized pirometalurgi, hidrometalurgi, UU.
zircon tersebut layak untuk diusahakan. Membangun Minerba 2009.
pabrik pengolahan micronized zircon jauh lebih mengun-
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 12, Nomor 3, September 2016 : 149 - 159

PELARUTAN BIJIH BAUKSIT DENGAN SODA


KAUSTIK (NaOH) MENJADI LARUTAN SODIUM
ALUMINAT (NaAlO2) SKALA PILOT
Bauxite Dissolution Using Caustic Soda Into Sodium Aluminate
Solution at Pilot Scale

HUSAINI, DESSY AMALIA dan YUHELDA

Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara


Jalan Jend. Sudirman 623 Bandung 40211
Telp. (022) 6030483, Fax. (022) 6003373
e-mail: husaini@tekmira.esdm.go.id

ABSTRAK

Sodium aluminat (NaAlO2) merupakan bahan kimia anorganik penting yang digunakan sebagai bahan baku
untuk pembuatan berbagai macam produk kimia antara lain polialuminum chloride (PAC), alum, dan zeolit
sintetik. Dalam penelitian ini, NaAlO2 dihasilkan melalui proses Bayer yaitu pelarutan (digestion) bauksit asal
Tayan, Kalimantan Barat, dengan soda kaustik (NaOH) pada skala pilot berkapasitas 100 kg umpan/batch
dengan menggunakan uap secara kontak langsung pada suhu sekitar 140oC dan tekanan 4 atm. Variabel yang
diteliti meliputi : lama reaksi (1; 1,5; 2 jam), ukuran butir -0,177 mm (-80 mesh); -0,149 mm (-100 mesh); -
0,0965 mm (-150 mesh), dan NaOH berlebih di atas kebutuhan stoikhiometrinya (1,37% sampai dengan
35,25%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu reaksi semakin lama, ukuran butir semakin halus, dan
NaOH berlebih semakin tinggi sampai batas tertentu, memberikan perolehan alumina (Al2O3) yang semakin
tinggi. Kondisi proses terbaik yang diperoleh adalah NaOH berlebih 28,83% , lama reaksi 2 jam dan ukuran
butir -150 mesh (-0,105 mm) dengan perolehan alumina tertinggi 93,98%.

Kata kunci : digestion, bauksit, proses Bayer, NaOH berlebih, sodium aluminat.

ABSTRACT

Sodium aluminate (NaAlO2) is an important commercial anorganic chemical material that can be used as raw
material for various chemical products such as polialuminum chloride (PAC), alum, and synthetic zeolite. In
this research, NaAlO2 was sinthesized through digestion process using bauxite from Tayan, West Kalimantan
at pilot scale with the capacity of 100 kg of bauxite feed/batch by NaOH solution using direct contact steam
at the temperature of 140oC and pressure of 4 atm. Some variabels used for this research were reaction time
(1; 1.5; 2 jam), particle size -0,177 mm (-80 mesh); -0,149 mm (-100 mesh); -0.0965 mm (-150 mesh), and
NaOH excess (above stoichiometry consumption) from 1.37% to 35.25%. The results of the research show
that the increasing of reaction time, the decreasing of particle sizes and the increasing of NaOH excess up to a
certain level, providing the yield of alumina increases. The best condition of the digestion processes are
NaOH excess of 28.83%, 2 hours for reaction time, -150 mesh (-0,105 mm) of particle size with alumina yield
of 93.98%.

Keywords : digestion, bauxite, Bayer process, NaOH excess, sodium aluminate.

Naskah masuk : 01 Desmber 2014, revisi pertama : 04 Februari 2016, revisi kedua : 31 Mei 2016, revisi terakhir : September 2016. 149
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 12, Nomor 3, September 2016 : 149 - 159

PENDAHULUAN (menggunakan asam sulfat), larutan yang


dihasilkan di samping mengandung pengotor
Indonesia memiliki sumber daya bauksit yang besi juga ditemui kendala pada saat proses
cukup besar yaitu sekitar 1.293.838.207 ton presipitasi aluminanya karena menghasilkan
dengan cadangan sebesar 582.621.415 ton presipitat berbentuk gelatin yang sulit disaring
(Antam, 2014). Sebelum berlakunya Permen dan dicuci. Sedangkan pada proses basa
No. 1 tahun 2014 tentang pengolahan dan dimulai oleh Henry Louis Le Chatelier asal
pemurnian mineral untuk mendapatkan nilai Prancis dengan menggunakan pereaksi sodium
tambah, bijih bauksit Indonesia diekspor karbonat (Na2CO3) yang dipanaskan pada suhu
berupa bahan mentah, namun saat ini 1200°C dalam kondisi padat yang dilanjutkan
pemerintah mewajibkan pemilik IUP, dalam dengan pelarutan dengan air, di mana larutan
hal ini bijih bauksit, untuk mengolahnya sodium aluminat yang dihasilkan dipresipitasi
menjadi alumina dan aluminium dengan dengan karbon dioksida (CO2). Cara lain yaitu
mendirikan pabrik pemurnian, sehingga dengan melarutkan bijih bauksit ke dalam
memberikan nilai tambah bijih bauksit. Untuk larutan sodium karbonat dan kapur dalam
menanggapi peraturan perundang-undangan kondisi panas (suhu 900oC selama 30 menit)
tersebut, PT. Antam melalui anak yang menghasilkan larutan sodium aluminat
perusahaannya (PT. Indonesia Chemical (kadar silika reaktif<0,1%) dengan persen
Alumina) telah memproduksi chemical grade ekstraksi alumina sebesar 95% dan
alumina pada kapasitas 300.000 ton per tahun meninggalkan residu berupa kalsium silikat
menggunakan teknologi Bayer. (Amer, 2013). Proses basa yang disebutkan
terdahulu telah ditinggalkan setelah
Saat ini produksi alumina dunia sekitar 60 juta ditemukannya proses Bayer oleh Karl Bayer
ton per tahun yang mengkonsumsi bijih (Rusia) yang menggunakan soda kaustik pada
bauksit sekitar 150 juta ton. Untuk pabrik tahun 1887 dan proses ini sudah umum
alumina dengan kapasitas 1 juta ton per digunakan dan lebih menguntungkan untuk
tahun, laju alir larutan Bayer (Bayer liquor) memproduksi alumina (Al2O3) murni dari
nya berkisar 10.000-15.000 galon per menit bauksit karena dapat dioperasikan pada suhu
(Chen dkk., 2007). yang lebih rendah dan endapan yang didapat
mudah disaring dan dicuci, sehingga proses ini
Bauksit merupakan mineral yang tersusun dari paling umum digunakan sampai saat ini
oksida aluminium yang ditemui dalam tiga (Habashi, 2005). Teknologi ini sudah
bentuk mineral yaitu buhmit (Al2O3.H2O), diimplementasikan di dalam industri alumina
diaspor (Al2O3.H2O), dan mineral gibsit selama lebih dari seratus tahun. Konsentrasi
(Al2O3.3H2O). Secara umum bauksit soda kaustik yang digunakan untuk keperluan
mengandung 45 – 65% Al2O3, 1 – 12% SiO2, proses umumnya berkisar 100-300 g/liter
2 – 25% Fe2O3, >3%, TiO2, dan 14 – 36% dengan kapasitas 150 m3/reaktor pada suhu
H2O. Menurut Palmer dkk. (2009), silika, besi reaksi antara 140-280oC yang tergantung pada
dan titanium merupakan mineral pengotor jenis bauksitnya (Thompson, 1995).Untuk
utama dalam bauksit. Silika terdapat dalam bauksit jenis gibsit membutuhkan suhu reaksi
bauksit sebagai mineral kaolin (Al2O3 2SiO2 sekitar 140oC, sedangkan jenis bohmit
2H2O) dan halloysite (Al2O3 2SiO2 3H2O). memerlukan suhu yang lebih tinggi yaitu antara
Silika dalam bentuk kuarsa tidak larut dengan 200-240oC. Walaupun semakin tinggi suhu,
soda kaustik (NaOH) pada suhu cukup rendah semakin memberikan keuntungan dalam hal
pada proses Bayer, tetapi silika sebagai ekstraksinya, namun bisa menyebabkan
lempung (silika reaktif) dapat larut dalam terjadinya masalah korosi terhadap peralatan
larutan NaOH. Kelarutan silika akan dan kemungkinan oksida selain alumina juga
meningkat dengan naiknya konsentrasi NaOH ikut terlarut oleh soda kaustik (International
dan alumina (Palmer, 2009). Aluminium Institute, 2000).

Banyak jenis proses sudah dikembangkan Tahapan proses Bayer dimulai dengan
untuk ekstraksi alumina dari bijih bauksit untuk pemecahan dan penggerusan bauskit untuk
menghasilkan sodium aluminat yaitu dengan mendapatkan ukuran butir lebih halus dengan
pereaksi asam (pH<5) dan basa (pH>9) luas permukaan spesifik yang lebih besar dan
(Tompson, 1995). Pada proses asam derajat liberasi yang lebih tinggi sehingga

150
Pelarutan Bijih Bauksit dengan Soda Kaustik (NaOH) Menjadi Larutan Sodium … Husaini dkk.

lebih mudah dalam ekstraksinya, dilanjutkan besi sebesar 20% masih dapat digunakan
dengan pengayakan (klasifikasi). Bauksit halus untuk memproduksi logam aluminium. Untuk
dicampur dengan larutan NaOH, kemudian bauksit yang kandungan silikanya tinggi atau
dilarutkan/dimasak (digestion) menggunakan yang termasuk low grade biasanya digunakan
media pemanas berupa uap pada tekanan metoda kombinasi antara proses Bayer dengan
58,8-67,62 lb/in2 (4-4,6 atm), suhu sampai proses lime-sintering sebagaimana sudah
140oC, konsentrasi NaOH 140-158 g/L, dilakukan di Cina (Smith, 2009). Metoda ini
kapasitas bauksit (kadar Al2O3=48%) 31,36- dapat memanfaatkan kelebihan dari kedua
34,90 ton (ratio Al2O3/NaOH=0,8) (Husaini, proses tersebut. Residu dari proses Bayer
dkk., 2014), waktu 45 menit yang dicampur dengan kapur dan NaOH dan di-
menghasilkan larutan sodium aluminat yang sinter pada suhu 982,22-1.093,33 oC dan
dapat dipisahkan dari sisa padatan tidak larut hasil sinter-nya direaksikan dengan larutan
(red mud) (Habashi, 2005; Maa dkk., 2009; soda kaustik untuk melarutkan sebagian besar
Donoghue dkk., 2014). Reaksi yang terjadi alumina dan sebagian kecil silika. Soda
pada proses digestion bauksit tipe gibsit kaustik sisa hasil reaksi kemudian
adalah sebagai berikut : ditambahkan sebagai bagian dari umpan
proses digestion pada proses Bayer. Proses ini
Al2O3.3H2O + 2NaOHaq → 2 NaAlO2 + 4 mampu mengekstrak alumina dalam bauksit
H2O (110-150 °C) ...................................... (1) antara 85-90% dibandingkan dengan proses
Bayer yang hanya mencapai di bawah 70%
Bauksit yang akan diolah dengan mengguna- bila digunakan bahan baku yang sama
kan proses Bayer, selain harus memiliki kadar (Sydney, 1961). Namun sampai saat ini,
alumina cukup tinggi (>45% Al2O3), proses Bayer masih diaplikasikan secara
kandungan silika reaktifnya harus cukup komersial dan belum ada pabrik alumina
rendah. Hal ini disebabkan silika reaktif ikut menggunakan metode selain proses Bayer.
terlarut dengan NaOH sehingga kebutuhan
NaOH akan meningkat dengan bertambahnya Metode lain untuk memperbaiki kinerja dari
kandungan silika reaktif dalam bijih bauksitnya. proses Bayer yaitu dengan menambahkan bahan
Secara umum, bila bijih bauksit yang desilikasi berupa kapur atau turunannya.
mengandung silika reaktif > 7% (dasar kering) Penambahan kapur dapat menurunkan jumlah
diproses dengan metoda Bayer, maka tidak konsumsi NaOH terutama pada suhu proses
ekonomis karena setiap 1 lb keberadaan silika yang tinggi. Menurut Gao-Feng, dkk. (2013),
reaktif dalam bijih akan mengkonsumsi dan ratio (Al2O3)/(SiO2) dan (Na2O)/(SiO2) dalam red
menghilangkan 1 - 2 lb alumina serta meng- mud yang dihasilkan dengan penambahan
konsumsi 2-3 lb soda kaustik (Sydney, 1961). kapur masing-masing turun dari 1,53 menjadi
Hal ini disebabkan, selain bereaksi dengan 1,43 dan dari 0,28 menjadi 0,24. Selain itu
Al2O3, NaOH juga bereaksi dengan silika kapur juga dapat mengkonversi sodalite dan
reaktif membentuk Na2O.SiO2 (sodium silikat) cancrinite menjadi hydrogamet dengan bantuan
dan senyawa ini akan bereaksi dengan ion CO32-. Penambahan kapur juga dapat
Na2O.Al2O3 (sodium aluminat) membentuk mengurangi pengotor berupa karbonat, silika
sodium aluminat silikat yang merupakan dan phosphorous dalam larutan sodium
sodalite yang akan segera mengendap bersama aluminat (Pan dkk, 2012). Oleh sebab itu, kapur
red mud dengan reaksi sebagai berikut (Smith, yang dipilih untuk percobaan digestion dalam
2009): tulisan ini adalah kalsium karbonat (CaCO3).

Na2O.Al2O3 + 2(Na2O. SiO2) + 4H2O → Sodium aluminat yang dihasilkan merupakan


Na2O.Al2O3. 2SiO2 + 2H2O + 4NaOH ...... (2) bahan kimia anorganik. Bahan ini digunakan
sebagai sumber aluminium hidroksida yang
Berdasarkan fenomena diatas, maka biasanya diperoleh dari proses presipitasi larutan sodium
kandungan silika reaktif dalam bijih bauksit aluminat supersaturasi dengan bantuan seed.
harus < 3%. Kandungan oksida besi dan titan Aluminium hidroksida yang dihasilkan dapat
juga harus rendah karena kedua komponen digunakan pada berbagai keperluan antara lain
tersebut sebagai bahan pengotor yang terbawa untuk bahan baku polialuminium klorida
bersama red mud. Tetapi bauksit dengan (PAC), keramik, cat, dan yang terbesar adalah
kadar Al2O3 ≥48% yang mengandung oksida untuk logam aluminium. Oleh sebab itu

151
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 12, Nomor 3, September 2016 : 149 - 159

pembuatan sodium aluminat juga harus 422 g/L dengan persen solid campuran sebesar
memperhatikan spesifikasi larutan yang sesuai 38%. Bahan-bahan tersebut dimasukkan ke
untuk langkah proses berikutnya yaitu dalam reaktor sebagaimana yang tampak pada
presipitasi. Larutan sodium aluminat dapat Gambar 1 (reaktor berwarna biru) dengan
diubah menjadi padatan (anhidrat) sodium pemanas steam yang dihasilkan dari boiler
aluminat dengan proses pengentalan melalui (Gambar 2), bertekanan 4-4,6 atm yang kontak
penguapan. sodium aluminat anhidrat murni langsung dengan material dalam reaktor.
adalah kristal padat berwarna putih Variasi yang digunakan pada penelitian
mempunyai beberapa rumus kimia yaitu digestion ini adalah waktu reaksi (1, 1,5, dan 2
NaAlO2, Na2O.Al2O3, atau Na2Al2O4. jam), ukuran partikel -0,177 mm (-80 mesh); -
Pentingnya bahan ini secara komersial adalah 0,149 mm (-100 mesh); -0,0965 mm (-150
karena aplikasi tekniknya yang beragam. mesh) dan kelebihan NaOH di atas kebutuhan
Dalam sistem pengolahan air, bahan ini stoikhiometrinya (1,37-35,25%). Tahap
digunakan untuk pelunakan air, sebagai penelitian dimulai dengan penentuan waktu
koagulan untuk memisahkan padatan reaksi yang memberikan perolehan terbaik,
tersuspensi dan beberapa logam di antaranya dilanjutkan dengan pemilihan ukuran partikel
Cr, Ba, dan Cu serta penghilangan silika yang memberikan perolehan tertinggi, dan
terlarut. Di bidang teknik konstruksi, sodium diakhiri dengan penentuan ekses NaOH
aluminat dipakai untuk mempercepat dengan menggunakan waktu dan ukuran
pemadatan beton terutama bila bekerja selama partikel yang didapat dari tahap penelitian
perioda dingin (frosty). Bahan ini digunakan sebelumnya. Kebutuhan NaOH berlebih
juga di industri kertas, produksi bata api dan dihitung berdasarkan stoikhiometri reaksi
alumina. Selain itu, bahan ini digunakan terhadap kandungan Al2O3 dan SiO2 reaktif
sebagai produk antara (intermediate product) dalam bauksit dan percobaan dilakukan pada
dalam pembuatan zeolit sintetik untuk suhu berkisar 140-150oC dengan tekanan uap
detergen, penapis molekul (molecular sieves), antara 4,0-4,6 atm. Percobaan digestion yang
adsorben dan katalis (Contreas dkk., 2006). dilakukan menghasilkan slurry yang
selanjutnya dialirkan ke filter press (Gambar 4)
Pemanfaatan larutan NaAlO2 di atas, menun- untuk memisahkan residu (red mud) yang tidak
jukkan pentingnya kualitas sodium aluminat terlarut yang masih bercampur dengan larutan
yang dihasilkan. Kebutuhannya yang beragam sodium aluminatnya. Larutan dan padatan yang
menunjukkan bahwa jumlahnya yang diperlu- dihasilkan dianalisis komposisi kimianya untuk
kan akan besar. Untuk itu, dalam makalah ini mengetahui kandungan Al terlarut dan Al tidak
akan dibahas mengenai optimasi ekstraksi terlarut yang dinyatakan sebagai Al2O3,
bauksit dengan soda kaustik pada skala pilot sehingga proses digestion tersebut dapat
(100 kg umpan bauksit/batch) untuk menghasil- dihitung perolehannya.
kan larutan sodium aluminat menggunakan
reaktor bertekanan yang dilengkapi dengan uap Bagan alir dan neraca massa proses digesting
yang kontak langsung dengan material yang bauksit dapat dilihat pada Gambar 3 yang
ada di dalam reaktor tersebut. menjelaskan bahwa untuk memproduksi
sodium aluminat seberat 324,77 kg (247,91 L),
dibutuhkan bahan baku bauksit (kadar Al2O3
METODE 45,42%; SiO2(r) 2,68%) sebesar 103,89 kg,
NaOH (kemurnian 97,7%)=52,45 kg (berlebih
Percobaan digestion dilakukan dengan 28,83%) dengan konsentrasi NaOH awal
menggunakan bauksit dari Tayan, Kalimantan 409,59 g/L, kapur 3,5 kg, dan air 110,99 kg.
Barat yang sudah melalui proses upgrading Persen solid awal 38,86%. Red mud basah
dengan kadar rata-rata 47,62% Al2O3 dan yang dihasilkan adalah 45 kg (32,35 kg red
3,09% SiO2 reaktif. Kadar oksida yang mud kering dan 12,65 kg air) dengan kadar
digunakan adalah kadar rata-rata karena setiap Al2O3 10,36%. Persen ekstraksi Al2O3 yang
percobaan kadar Al2O3 dan SiO2 reaktif pada diperoleh dengan kondisi tersebut adalah
bauksit yang digunakan tidak tepat sama. 93,98%. Jumlah kebutuhan uap mulai dari
Percobaan digestion awal dilakukan terhadap awal sampai reaksi dihentikan sebesar 460 kg
umpan bauksit dengan ukuran partikel -80 yang dioperasikan pada tekanan 4,0-4,6 atm
mesh menggunakan NaOH dengan konsentrasi dan suhu sekitar 140oC selama 2 jam.

152
Pelarutan Bijih Bauksit dengan Soda Kaustik (NaOH) Menjadi Larutan Sodium … Husaini dkk.

Gambar 2. Boiler pembangkit uap

Gambar 1. Reaktor autoclaf

Gambar 3. Bagan alir dan neraca masa percobaan digesting skala 100 kg umpan/batch

Gambar 4. Filter Press untuk pemisahan larutan sodium aluminat dari red mud

153
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 12, Nomor 3, September 2016 : 149 - 159

HASIL DAN PEMBAHASAN partikel bauksit, maka persen ekstraksi Al2O3


yang diperoleh semakin besar. Untuk ukuran
Dalam percobaan ini, larutan sodium butir bauksit berturut-turut -0,177 mm (-80
aluminat dan cake berupa red mud dihasilkan mesh); -0,149 mm (-100 mesh); -0,0965 mm (-
melalui proses filtrasi dengan menggunakan 150 mesh), persen ekstraksi alumina yang
filter press. Perolehan yang dihasilkan dihasilkan berturut-turut 50,34%, 52,7% dan
dihitung berdasarkan kadar (%) Al2O3 dalam 73,43%. Dari variasi ukuran ini, persen
filtrat dan red mud yang dihasilkan. ekstraksi tertinggi dicapai dengan
menggunakan ukuran butir -0,0965 mm (-150
Pengaruh waktu reaksi terhadap perolehan mesh), sehingga pada percobaan tahap
Al2O3 dapat dilihat pada Gambar 5. Bauksit berikutnya digunakan kondisi ini. Hasil
dengan ukuran -0,0965 mm (lolos saringan tersebut sedikit lebih tinggi dibandingkan
150 mesh) direaksikan dengan NaOH pada dengan hasil penelitian Mathad dkk. (2016),
suhu 140oC menggunakan uap pada tekanan yang menggunakan bauksit berukuran 0,125
4 atm secara kontak langsung dan variasi mm (-120 mesh), persen ekstraksi Al2O3 yang
waktu antara 1 sampai 2 jam memberikan didapat sebesar 90,5%.
perolehan Al2O3 tertinggi sebesar 75,11%
dalam waktu 2 jam. Hal ini menunjukkan Penjelasan di atas mudah dipahami, bahwa
bahwa dengan bertambahnya waktu, persen dengan semakin halusnya ukuran partikel,
ekstraksi Al2O3 cenderung meningkat. Hal ini maka selain derajat liberasi mineral gibsit
disebabkan dengan bertambahnya waktu, yang kandungan utamanya Al2O3 semakin
kesempatan kontak antara komponen alumina tinggi, luas permukaan spesifiknya juga
di dalam bijih bauksit dengan NaOH semakin semakin tinggi, sehingga kesempatan kontak
besar, sehingga Al2O3 yang bereaksi dan antara Al2O3 dengan NaOH semakin besar.
terlarut semakin banyak. Dengan semakin halusnya ukuran partikel,
inklusi mineral berharga (gibsit) dalam
Hasil ekstraksi bauksit dengan NaOH untuk pengotor lebih banyak yang terbebaskan,
variasi ukuran partikel dengan waktu reaksi sehingga Al2O3 lebih mudah terekstrak.
selama 2 jam dan suhu sekitar 140oC dapat Namun energi yang dibutuhkan semakin
dilihat pada Gambar 6. Gambar 6 besar untuk mendapatkan ukuran partikel
menunjukkan bahwa semakin halus ukuran yang semakin halus (Sahoo, 2014).

Gambar 5. Pengaruh waktu reaksi terhadap persen ekstraksi Al2O3


(ukuran partikel bauksit -0,0965 mm)

154
Pelarutan Bijih Bauksit dengan Soda Kaustik (NaOH) Menjadi Larutan Sodium … Husaini dkk.

Gambar 6. Pengaruh ukuran partikel bauksit -0,177 mm; -0,149 mm; -0,0965 mm terhadap persen ekstraksi
Al2O3 dengan lama reaksi 2 jam

Selain ukuran partikel dan waktu reaksi, Sedangkan komposisi kimia sodalit secara
variabel yang sangat mempengaruhi perolehan umum adalah: [3(Na2O.Al2O3.2SiO2.nH2O).
Al2O3 adalah konsentrasi NaOH. Jumlah Na2X; dimana n bilangan antara 0 sampai 2
NaOH berlebih yang digunakan divariasikan dan X menggambarkan CO32- , SO42-, 2OH-,
mulai dari 1,37% sampai 35,25% dari 2Cl- (Palmer, 2009). Sodalit umumnya
stoikhiometri yang dihitung berdasarkan terbentuk pada kondisi konsentrasi NaOH dan
jumlah Al2O3 dalam bauksit (Tabel 1). Data suhu tinggi (>100oC). Semakin tinggi
pada Tabel tersebut menunjukkan bahwa kandungan silikat dalam bauksit, sodalit yang
dengan bertambahnya NaOH berlebih, nilai dihasilkan semakin banyak, sebaliknya
ekstraksi Al2O3 cenderung meningkat. Dengan perolehan alumina (Al2O3) semakin rendah
menggunakan NaOH berlebih terkecil 1,37%, karena larutan NaAlO2 yang sudah terbentuk
persen ekastraksi Al2O3 hanya sebesar 37,07%, bereaksi dengan silikat membentuk sodalit
kemudian naik menjadi 93,98% pada NaOH tersebut (Chen dkk., 2007).
berlebih 28,83% (persen ekstraksi tertinggi),
setelah itu persen ekstraksinya sedikit meng- Red mud hasil pelarutan bauksit Tayan, Kalbar
alami penurunan menjadi 90,29% pada NaOH dengan NaOH mengandung lima (5)
berlebih 31,40% dan turun lagi menjadi komponen mineral utama yaitu kuarsa,
89,17% pada NaOH berlebih 35,25%. sodalit, gibsit, gutit, dan hematit (Gambar 8);
Sedangkan konsentrasi larutan NaAlO2 yang sedangkan menurut hasil penelitian Castaldi
dihasilkan berfluktuasi antara 67-222 g/L (2008, 2011), red mud yang mengandung
dengan volume larutan berkisar antara 189,76- sekitar 80% (berat) fasa kristalnya memiliki
335,64 L (Tabel 1 atau Gambar 7). Fluktuasi empat (4) komponen utama yaitu: sodalit,
tersebut terjadi karena penambahan air di akhir hematit, gibsit, dan bohmit; hasil penelitian
proses pelarutan tidak sama. Penambahan air Liang (2013) menunjukkan bahwa sekitar
tersebut berfungsi untuk pengenceran dan 70% (berat) dari red mud hasil penelitiannya
pendinginan sebelum proses filtrasi dilakukan. mengandung empat (4) komponen utama
Turunnya persen ekstraksi Al2O3 dengan yaitu hematit (Fe2O), gibsit (Al(OH)3, bohmit
semakin besarnya NaOH berlebih yang (AlO(OH)), sodalit (Na8(Al6Si6O24)Cl2/
digunakan ini disebabkan oleh sebagian Al2O3 (Na8(Al6Si6O24)CO3; hasil penelitian Feret
yang sudah terlarut bereaksi dengan silika (2013), komponen utamanya adalah sodalit
reaktif yang ada dalam bauksit membentuk (Na8,08 Al6Si6O28,88 S0,98), cancrinite (Na7,14
sodium aluminium silikat atau sodalit (Na8,08 Al6Si6O31,6), cancrinite NO3 (Na7,92 Al6Si6O31,56
Al6Si6O28,88 S0,98) yang bercampur ke dalam red N1,74) dan nosean (Na8Al6Si6O28S) dan hasil
mud. Menurut Palmer (2009), reaksi penelitian Newson (2006), komponen utama
pembentukan sodalit adalah sebagai berikut: red mud adalah mineral besi (sebagai hematit
(Fe2O3) dan gutit [alpa-FeO(OH)] dan sodalit
6SiO32- + 6Al(OH)4- +6Na+ +2NaX → [Na8(Al6Si6O24)Cl2] (Gambar 9). Sedangkan
Na8[AlSiO4]6X2.nH2O(s) + (6-n)H2O +12OH- komponen minornya antara lain : kuarsa
................................................................... (3) (SiO2), muskovit (KAl2(Si3Al)O12Cl, kalsit

155
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 12, Nomor 3, September 2016 : 149 - 159

(CaCO3), siderit (FeCO3), dan rutil (TiO2) beberapa peneliti yang telah dijelaskan di atas
(Tabel 2). Jadi dari semua hasil penelitian selalu ditemukan adanya produk samping
digesting bauksit dengan soda kaustik oleh berupa sodalit di dalam red mud nya.

Tabel 1. Data hasil digestion bauksit Meliau, Kalbar, variasi NaOH berlebih

NaOH
No perolehan Al2O3 (%) Kons. Al2O3 dlm filtrat (g/L) Volume filtrat (L)
berlebih
1 1,37 37,07 67,00 189,76
2 1,49 59,56 67,60 220,16
3 3,41 73,74 133,20 290,84
4 4,84 73,75 126,00 299,39
5 16,37 75,46 169,90 274,58
6 19,74 76,65 139,90 257,25
7 21,60 79,06 191,20 290,53
8 24,48 89,76 112,00 335,64
9 28,83 93,98 195,39 267,90
10 31,40 90,29 161,00 259,73
11 35,25 89,17 222,00 249,21

Al2O3 (%)

Al2O3 dlm filtrat (g/L)

Gambar 7. Pengaruh NaOH berlebih terhadap persen ekstraksi Al2O3


(ukuran partikel bauksit -0,0965 mm, waktu reaksi 2 jam)

156
Pelarutan Bijih Bauksit dengan Soda Kaustik (NaOH) Menjadi Larutan Sodium … Husaini dkk.

S K=kuarsa
S K S=sodalit
G=gibsit
S
Gu=gutit
S H=hematit

G G
K
H
H S
Gu
G G
G G
G
H

Gambar 8. Grafik difraktogram red mud hasil digesting bauksit Meliau, Kalbar
(tekMIRA, 2015)

H=hematite
Go=goethite
S=sodalite
Q=quartz
M=Muscovite
C=calcite

Gambar 9. Grafik difraktogram red mud hasil analisis XRD (Newson, 2006)

Tabel 2. Komposisi mineral red mud hasil digesting bauksit (Newson, 2006)

Jenis mineral Rumus kimia Red mud (%)


Kuarsa SiO2 1,2
Hematit Fe2O3 13,5
Gutit FeO(OH) 21,8
Rutil TiO2 4,6
Sodalit Na4(Si3Al3)O12Cl 17,5
Kalsit CaCO3 0,7
Muskovit KAl2(Si3Al)O10(OH, F)2 2,4
Siderit FeCO3 0,1
Perovskit CaTiO3 -
Gibsit Al(OH)3 -
Amorf 38,2

157
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 12, Nomor 3, September 2016 : 149 - 159

KESIMPULAN Castaldi , P., Silvetti, M., Enzo, S., dan Deiana, S.,
2011. X-Ray Diffraction and Thermal Analysis
Proses pelarutan bauksit asal Tayan, of Bauxite Ore-Processing Waste (Red Mud)
Exchanged with Arsenate and Phosphate, The
Kalimantan Barat, dengan NaOH pada
Clay Minerals Society.
kapasitas 100 kg umpan/batch pada suhu
sekitar 140oC dan tekanan 4 atm, Donoghue, A. M., Frisch, N. , Olney, D.,, 2014.
menunjukkan bahwa semakin lama waktu Bauxite Mining and Alumina Refining:
reaksi, semakin halus ukuran butir, dan Process Description and Occupational Health
semakin tinggi NaOH berlebih yang Risks, Journal of Occupational &
digunakan, menghasilkan perolehan alumina Environmental Medicine, May 2014 - Volume
(Al2O3) yang semakin tinggi. Kondisi proses 56, Issue - p S12–S17.
terbaik adalah penggunaan NaOH berlebih
Feret, F.R., 2013. Selected Applications of Rietveld-
28,83% dengan perolehan alumina tertinggi
XRD Analysis for Raw Material of The
93,98% dengan lama reaksi 2 jam dan ukuran
Aluminium Industry, International Centre for
butir -150 mesh (-0,105 mm). Diffraction Data 2013 ISSN 1097-0002, Saint-
Colomban, Quebec

UCAPAN TERIMAKASIH Gao-Feng, F., Fu-Quan, T., Kun, Q., 2013. Study
on digestion of Chinese middle/low grade
Penulis mengucapkan terima kasih kepada bauxite in lime Bayer process, Journal of
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Northeastern University, 2005, Vol. 26, Issue
(11): 76-78.
atas dukungan anggaran penelitian yang
disediakan. Tak lupa diucapkan terima kasih
Habashi, F., 2005. A History of Hydrometallurgy.
kepada Kusna Wijaya, Ade Setia Permana atas Hydrometallurgy, 79, 15-22.Elsevier.
bantuannya dalam proses digestion di pilot
plant Bauksit, Citatah. Husaini, Suganal, Suryo Cahyono, dan Dessy
Amalia, 2014. Laporan Perjalanan Dinas ke
Kabupaten Pontianak dan Mempawah,
DAFTAR PUSTAKA Meliau, dan Tayan, Propinsi Kalimantan Barat
pada tanggal 9 Juni – 12 Juni 2014, tidak
Antam, PT, Tbk, 2014. Rotary Drum Scrubber di diterbitkan.
UBPB Tayan. Tayangan Presentasi Unit Bisnis
Pertambangan Bauksit di Focus Group Liang, W., 2013. Characterization and Reuse of
Discussion Bauksit di Puslitbang tekMIRA. Solid wastes, Master of Engineering
(Research), Faculty of Science and
Amer, A.M., 2013. Hydrometallurgical Processing Technology, Queenland University of
of Egyptian Bauxite, Physicochemical Technology.
Problems of Mineral Processing, 49(2), 2013,
431−442. Maa, S., Wena, Z.G, Chen, J.N. dan Zheng S.L.,
2009. An environmentally friendly design for
Contreas, A., Sugita, S., dan Ramos, E., 2006. low-grade diasporic-bauxite processing,
Preparation of Sodium Aluminate From Basic Minerals Engineering, 22 (2009) 793–798.
Aluminium Sulfate. Azo Journal of Materials
Online, Volume 2. Mathad, G. G., Altekar, D. V. A., 2016. Studies in
the Amenability of Kolhapur Bauxite to
Chen, H-L., Lewellyn, M., Chamberlain, O., Bayer's Process-Parts I and II, Reader in Met.
Heitner, H., Kula, F., Dai, Q., Franz, C., Engg., Department of Chemical Technology,
2007. Sodalite Scale Control In Alumina University of Bombay, Bombay, diunduh
Bayer Process, Corrosion 2007, 11-15 March, tanggal 20 Januari 2016
Nashville, Tennessee.
Newson, T., Dyer, T., Adam, C., dan Sharp, S.,
Castaldi , P., Silvetti, M., Enzo, S., dan Deiana, S., 2006. Effect of Structure on the Geotechnical
Laura, Santona, L., dan Melis, P., 2008. XRD, Properties of Bauxite Residue, Journal of
FTIR, and thermal analysis of bauxite ore- Geotechnical and Geoenvironmental
processing waste (Red Mud) exchanged with Engineering.
heavy metals. Clays and Clay Minerals, Vol. 5
(4), p. 461-469. ISSN 1552-8367. Palmer, Sara J. and Frost, Ray L. dan Nguyen, Tai
M. 2009. Hydrotalcites and their role in
coordination of anions in Bayer liquors:

158
Pelarutan Bijih Bauksit dengan Soda Kaustik (NaOH) Menjadi Larutan Sodium … Husaini dkk.

Anion binding in layered double hydroxides. Smith, P., 2009. The Processing Of High Silica
Coordination Chemistry Reviews 253(1-2):pp. Bauxites - Review Of Existing And Potential
250-267, Copyright 2009 Elsevier. Processes. Hydrometallurgy, 98,162–176.

Pan X., Yu H., Wang B., Zhang S., Tu, G. dan Bi S., Sydney, Margery, dan Johnstone, J., 1961. Minerals
2012. Effect Of Lime Addition On The for the Chemical and allied Industries, Ed.
Predesilication And Digestion Properties Of A 2nd, John Wiley & Sons Inc, New York, USA,
GibbsiticBauxite. Light Metals 2012 Edited hal. 5-28.
by: Carlos E. Suarez. TMS (The Minerals,
Metals & Materials Society). Thompson, R., 1995. Industrial Inorganic
Chemicals : Production and Uses, The Royal
Sahoo A., 2014. Simulation studies on Energy Society of Chemistry, Cambridge CB4 4WF,
Requirement, Work Input and Grindability of UK.
Ball Mill. International Journal of Emerging
Technology and Advanced Engineering, The International Aluminium Institute, 2000. Bayer
Volume 4, Issue 2, Halaman592 – 597. Process Chemistry, World Aluminium Org.,
Home of the International Aluminium
Institute.

159
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 12, Nomor 3, September 2016 : 149 - 159

160
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 12, Nomor 3, September 2016 : 161 - 170

SINTESIS DAN KARAKTERISASI MATERIAL BERPORI


BERBASIS MINERAL SILIKA PULAU BELITUNG
Synthesis and Characterization of Porous Material Based on the
Belitung-Island Silica Mineral

AZHARI dan MUCHTAR AZIZ

Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara


Jalan Jend. Sudirman 623 Bandung 40211
Telp. (022) 6030483, Fax. (022) 6003373
e-mail: azhari@tekmira.esdm.go.id

ABSTRAK

Dalam rangka pembuatan membran penyaring molekul, khususnya untuk penggunaan dalam peningkatan
kadar bioetanol, telah dilakukan serangkaian percobaan pembentukan material silika berpori dengan metoda
sol-gel, berbasis mineral silika asal P. Belitung. Pertama-tama mineral silika ditingkatkan kadar silikanya
melalui operasi penggerusan dan pelindian dengan variasi jenis asam. Selanjutnya silika hasil pelindian
disaring dan dicuci dengan akuades sehingga bebas asam, kemudian dikeringkan. Silika kering yang telah
berkadar tinggi (99,42% SiO2), selanjutnya diproses melalui garam lebur soda kostik pada suhu tinggi, untuk
mendapatkan senyawa sodium silikat yang larut dalam air. Larutan sodium silikat dipisahkan dari residunya
dan dipresipitasi dengan asam untuk memperoleh endapan halus, berupa silika gel (SiO2.xH2O). Selanjutnya
silika gel dicuci sehingga bebas garam, dipreparasi dan dikarakterisasi. Hasil karakterisasi menunjukkan
terbentuknya SiO2 halus berukuran nano, yang dapat mencapai ukuran terkecil 96,9 nm. Hasil pengamatan
SEM, nampak dalam foto mikrograf tekstur material berpori; dan hasil analisis BET menunjukkan luas
permukaan spesifik mencapai 180 m2/g.

Kata kunci : pasir silika, sol-gel, material berpori.

ABSTRACT

In order to make a molecular membran especially for using in the bioethanol purification, a series of the
experiments of formation silica porous material, with a sol-gel method, based of silica mineral from Belitung
Island had been conducted. First of all, silica mineral samples from the field must be improved its silica
contents through grinding and leaching operations with various kinds of acid. Subsequently the silica was
filtered and washed with aquadest so that leached product was acid free, and then it was dried. Dried silica
having higher levels of silica content (99,42% SiO2) was then processed through a high temperature of molten
salt caustic soda, to get the compounds of sodium silicate soluble in water. A solution of sodium silicate was
separated from the residue, and clear solution was then precipitated with acid to obtain fine particles in the
form of silica gel (SiO2.xH2O). The next, silica gel was washed so that it was free of salt content, the product
was then prepared and characterized. Characterization results shows the formation of silica nano particles,
which reached the smallest size of 96,9 nm. Photo micrograph of SEM shows the texture of porous material,
analysis of BET shows a specific surface area of 180 m2/g.

Keywords : silica sand, sol-gel, porous material.

Naskah masuk : 23 Mei 2016, revisi pertama : 03 Agustus 2016, revisi kedua : 16 September 2016, revisi terakhir : September 2016.161
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 12, Nomor 3, September 2016 : 161 - 170

PENDAHULUAN Pemurnian bioetanol dengan cara distilasi


yang telah dilakukan selama ini memiliki
Silika atau kuarsa (quartz) merupakan mineral kelemahan karena campuran air dan etanol
yang jumlahnya melimpah di permukaan dapat membentuk azeotrope, yaitu kondisi
kerak bumi, mempunyai rumus kimia SiO2, dimana air dan etanol tidak dapat dipisahkan
dan memiliki sifat menonjol, yaitu lagi dengan cara distilasi biasa sehingga
kekerasannya yang tinggi (7 pada skala Mohs), kemurnian etanol sulit ditingkatkan lagi.
serta sangat tahan terhadap asam. Silika paling Kondisi ini dicapai pada fraksi mol etanol
banyak ditemukan di alam dalam bentuk 89%. Selain itu, cara distilasi memiliki
pasir, sering disebut pasir silika atau pasir kelemahan pada efisiensi energi yang rendah,
kuarsa. Silika di alam berasal dari batuan beku membutuhkan energi yang besar dan
(igneous rocks) dan batuan metamorf menghasilkan emisi karbondioksida.
(metamorphic rocks) yang dihancurkan oleh Pemurnian bioetanol dengan menggunakan
proses pelapukan (weathering process), membran bisa menjadi solusi. Metode ini
mengalami transportasi dan pengendapan dapat menghasilkan etanol dengan kemurnian
[Bergaya et.al., 2006]. Disamping tinggi (>95%). Penggunaan membran
menghasilkan silika, pada proses pelapukan berbasis mineral silikat atau aluminosilikat
juga terjadi erosi, transportasi, dan seperti pasir silika dan zeolit sudah
pengendapan hasil pelapukan di danau, laut, dikembangkan di beberapa negara di dunia,
dan lautan, mendorong terbentuknya material diantaranya di Brazil [Carlo et.al, 2011].
silikat berukuran lempung (clay-sized Membran yang terbuat dari silika memiliki
material) seperti haloysit, kaolinit, bentonit, sifat permeselektivitas terhadap etanol, yakni
illit, dan lain-lain. hanya melewatkan molekul etanol. Lapisan
silika mesopori telah dicoba dibuat atau
Selama ini pasir silika sudah banyak dibentuk pada tube alumina berpori (yang
dimanfaatkan untuk berbagai keperluan sudah dijual dipasaran) dengan cara dip-
dengan berbagai spesifikasi dan ukuran coating dalam suatu seri silika sol, yang
partikel tergantung aplikasinya seperti dalam kemudian diperkuat dengan modifikasi bahan
industri pengecoran, ban, karet, plastik, gelas, organik [Jin et.al., 2011]. Hasilnya telah
semen, beton, keramik, amplas, sand blast, menunjukkan adanya selektivitas melewatkan
dan lain-lain. Di negara-negara maju, molekul etanol (ethanol permselectivity) dan
penelitian pemanfaatan pasir silika saat ini peningkatan aliran dengan bertambahnya
sudah jauh berkembang, diantaranya konsentrasi etanol dalam feed.
ditujukan untuk pembuatan silika spesial
seperti silika gel, presipitat, silika asap dan Penelitian material silika berpori selama ini
koloid. Pasar global silika spesial diperkirakan telah dilakukan oleh beberapa peneliti terda-
mencapai nilai 1.7 juta USD [Sirivasta, et.al., hulu, diantaranya melalui ekstraksi silika murni
2013], dan diperkirakan mencapai laju dari perlit, melalui kalsinasi dan pelarutan
pertumbuhan sekitar 4% pertahun. Silika dengan larutan alkali serta pengendapan
presipitat berkemurnian tinggi (highly purified dengan asam [Sirivasta, et.al., 2013]. Hasilnya
precipitated silica) juga telah digunakan menunjukkan telah memperoleh silika
secara luas, meliputi untuk memproduksi presipitat halus dengan kemurnian 70,6% SiO2,
nano material diantaranya membran nano memiliki luas area spesifik 98m2/g, dan ukuran
silika, memperkuat karet dan plastik, partikel 0.3-1μm atau 300-1.000 nm. Kemu-
mengentalkan bahan pelapis dan cat, tinta dian juga dari bahan baku pasir zirkon, melalui
cetak, plastik dan kosmetik, sebagai alkali fusion, pelarutan dengan air, dan
pengering, penstabil, penyerap, pengental pengendapan dengan asam, diperoleh presi-
makanan, serta sebagai pembawa pestisida pitat halus zirkonia dan pasir silika berkemur-
dan katalis. nian tinggi [Yamagata et.al., 2010]. Hasilnya
menunjukkan diperoleh zirkonia halus
Sifat kekerasan dan ketahanan terhadap asam berkadar 87,26% ZrO2, luas area spesifik 72,29
yang dimiliki silika, menyebabkan material ini m2/g; dan diperoleh presipitat silika halus
menjadi salah satu pilihan sebagai media filter berkadar 99,51% SiO2, luas area spesifik
karena tahan terhadap abrasi dan pH asam, 501,32 m2/g. Nano partikel silika amorf telah
terutama dalam proses filtrasi. diekstraksi dari batu apung (pumice) melalui

162
Sintesis dan Karakterisasi Material Berpori Berbasis Mineral Silika Pulau Belitung, Azhari dan Muchtar Aziz

rute pelindian dengan soda kostik serta Sampel mineral silika yang digunakan dalam
presipitasi dengan asam, menghasilkan struktur penelitian ini diambil dari tempat
silika berpori amorf, mempunyai luas area penambangan dan pencucian pasir silika di P.
spesifik 422 m2/g serta ukuran partikel silika Belitung. Sampel yang diambil sudah
sangat halus mencapai 5-15 nm [Asmaa et.al., mengalami proses konsentrasi menggunakan
2015]. Silika amorf juga telah disintesis hidrosiklon sehingga kandungan silika dalam
menggunakan sodium silikat dan presipitasi pasir (head sample) sudah relatif tinggi. Head
dengan asam khlorida mengikuti metoda sample dianalisis kimia dengan atomic
Stőber. Sistem reaksi kimia presipitasi telah absorption spectrophotometer (AAS).
dikembangkan untuk mengontrol pertumbuhan
partikel silika menggunakan dua jenis cationic Selanjutnya head sample dipreparasi di Lab.
surfactant berbeda sebagai pendispersi, yaitu tekMIRA sebagai berikut : penggerusan
cetyltrimethylammonium bromida (CTAB) dan menggunakan ceramic ball mill serta
dodecyltrimethylammonium bromida (DTAB). pengayakan (sieving) menggunakan ayakan
Hasilnya menunjukkan diperolehnya nano berukuran 200 mesh. Semua pasir digerus
partikel silika amorf dengan kehalusan 148-212 sampai lolos ayakan 200 mesh. Ukuran
nm [Rida dan Harb, 2014]. Penggunaan nano partikel pasir yang lolos ayakan 200 mesh
partikel silika sebagai bahan pengisi dalam tersebut yang akan digunakan dalam
pembuatan polimer nano komposit telah percobaan. Sampel pasir silika hasil preparasi
menarik banyak perhatian, disebabkan dianalisis kimia dengan AAS.
meningkatnya kebutuhan material baru (new
materials) dengan perbaikan sifat-sifat termal, Identifikasi mineral dalam sampel tergerus
mekanikal, fisikal, dan kemikal [Rahman and dilakukan dengan x-ray diffraction (XRD),
Padavettan, 2012]. distribusi elemen dan morfologi mineral
dianalisis dengan scanning electron
Penelitian penyiapan nano partikel silika microscope-energy disversive x-ray analysis
sudah dilakukan pada tahun 2011 di (SEM-EDX).
Puslitbang tekMIRA. Penyiapan nano partikel
silika dilakukan melalui cara mekanis Setelah karakterisasi, pasir silika tergerus
(penggerusan) dengan alat Planetary ball Mill; diambil percontoh untuk dilakukan proses
dan alkali fusion; hasilnya terutama ditujukan pelindian, dengan variasi jenis asam pelarut
untuk aditif beton, berukuran partikel 80 nm pengotor, yaitu : asam klorida, asam sulfat,
[Wahyudi dkk., 2011]. dan asam nitrat untuk mengetahui
penggunaan jenis asam yang lebih tepat.
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan Proses pelindian untuk melarutkan pengotor
material berpori berbasismineral silika asal P. dilakukan dalam asam konsentrasi 10% berat,
Belitung,serta karakterisasinya; sebagai bahan persen solid 20%, waktu pelindian 2 jam
dasar untuk membran silika. Dasar pada suhu kamar. Hasil pelindian selanjutnya
penggunaan mineral silika asal P. Belitung, disaring, residunya dicuci sampai bebas asam
karena memiliki kadar 97,1% SiO2. Kadar dan dikeringkan.
atau kemurnian yang tinggi dari mineral silika
sebagai bahan baku amat penting Pasir silika kering berkemurnian tinggi
diperhatikan, karena akan berhubungan selanjutnya diproses dengan garam lebur soda
dengan homogenitas partikel nanosilika kostik (alkali fusion) dalam muffle furnace,
berpori yang dihasilkan. Material nanosilika untuk membentuk senyawa sodium silikat
berpori yang dihasilkan ditujukan untuk yang mudah larut dalam air. Perbandingan
pembuatan membran nanosilika, khususnya berat NaOH dan silika, NaOH/Silika1,5
untuk pemurnian bioetanol. [Yamagata et.al., 2010]. Suhu divariasi,dari
500-900°C; yaitu 500, 600, 700, 800, dan
900°C dengan waktu masing-masing selama 2
METODE jam. Hasil alkali fusion didinginkan dalam
desikator, digerus [Yilmaz and Piskin, 2013].
Pembentukan material silika berpori Hasil penggerusan dilindi dengan air untuk
berpartikel skala nano ini, dilakukan dengan melarutkan sodium silikat, dan disaring,
metode sol-gel [Jafari and Allahverdi, 2014]. menghasilkan filtrat berupa larutan jernih

163
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 12, Nomor 3, September 2016 : 161 - 170

sodium silikat, dan residu pengotor diatas sampai bebas garam [Yamagata et.al., 2010].
saringan. Filtrat dipresipitasi menggunakan Selanjutnya endapan halus silika
asam khlorida 8M, presipitat berupa endapan dikarakterisasi. Bagan alir percobaan
halus silika disaring, dicuci dengan akuades ditunjukkan pada Gambar 1.

Konsentrat mineral
silika

Akuades

PREPARASI PENCUCIAN Filtrat asam

PELINDIAN PENGERINGAN
(dengan asam)

Silika kadar tinggi


NaOH
FILTRASI
padatan PENCAMPURAN

Filtrat asam
SINTESIS
(Alkali Fusion)

PELINDIAN
HCl
(dengan air)

FILTRASI Filtrat PRESIPITASI


Na-Silikat

Residu Nano silika


(Colloid sol)

Gambar 1. Bagan alir pengerjaan sampel dan pemrosesan pasir silika

Gambar 2. Difraktogram sampel pasir silika menunjukkan puncak kuarsa (Q)

164
Sintesis dan Karakterisasi Material Berpori Berbasis Mineral Silika Pulau Belitung, Azhari dan Muchtar Aziz

HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Komposisi kimia sampel pasir silika


(head sample)
Karakterisasi bahan baku
%
SiO2 97,1
Hasil analisis XRD sampel pasir silika
Al2O3 0,11
ditunjukkan pada Gambar 2. Tampak puncak- Fe2O3 0,075
puncak pada difraktogram menunjukkan K2O 0,022
kristal-kristal kuarsa atau silika (Quartz, Q), Na2O 0,11
sementara mineral-mineral lainnya tidak CaO 2,06
tampak. Dari hasil analisis XRD tersebut dapat MgO 0,046
dipastikan sampel pasir yang didapat dari P. TiO2 <0,001
Belitung adalah pasir kuarsa. P2O5 <0,001
Cr2O3 <0,001
SnO2 <0,001
Hasil foto mikrograf pada head sample pasir
LOI 0,41
silika ditunjukkan pada Gambar 3. Nampak
butiran silika didominasi butiran-butiran
bersudut tajam (angular) yang menunjukkan
Berdasarkan data di atas tampak bahwa pasir
pasir silika tidak mengalami transportasi yang
silika sebagai bahan baku berkualitas baik,
jauh, sehingga diharapkan unsur-unsur yang
dengan kadar silika 97,01% sehingga memu-
mengotorinya relatif sedikit.
dahkan proses selanjutnya, terutama dalam
mengurangi kandungan unsur-unsur pengotor-
nya. Meskipun demikian, tahapan pelindian
untuk melarutkan unsur-unsur pengotor tetap
dilakukan, agar diperoleh hasil dengan kuali-
tas yang optimal.

Pelindian dengan asam

Hasil analisis X-RF residu hasil pelindian


dengan berbagai asam ditunjukkan pada
Tabel 2. Nampak bahwa pelarut asam sulfat
menunjukkan hasil yang lebih baik
dibandingkan dengan asam yang lain dalam
melarutkan pengotor pada pasir silika.
Gambar 3. Foto mikrograf head sample pasir silika
Sintesis dengan garam lebur alkali dan
presipitasi nanosilika
Hasil EDAX head sample pasir silika ditunjuk-
kan pada Gambar 4. Pada pengamatan spot
Pasir silika dicampur dengan NaOH flakes
partikel kuarsa, maka unsur-unsur utama
sehingga merata. Sintesis berlangsung dalam
(mayor elements) adalah Si dan O, dengan
krusibel di dalam muffle furnace, membentuk
kuantitas unsur Si sebesar 50,65% dan O
senyawa sodium silikat (Na2O.SiO2) menurut
sebesar 46,61%, data ini berkesesuaian dengan
reaksi kimia sebagai berikut [Manjula et.al.,
data X-RD. Unsur-unsur minor yaitu Sn 2,24%,
2014 ]:
Al 0,46%, K 0,05%, dan Ca menunjukkan 0%.
Unsur-unsur minor tersebut umumnya berpo-
SiO2 + 2NaOH  Na2O.SiO2 + H2O
tensi dapat dilarutkan dengan asam mineral
(mineral acid).
Sodium silikat hasil alkali fusion dilindi dengan
air [Yamagata et.al., 2010] sehingga larut
Komposisi kimia sampel pasir silika dari lapang-
menjadi larutan sodium silikat menurut reaksi :
an (head sample) ditunjukkan pada Tabel 1.
Na2O.SiO2 + nH2O  Na2O.SiO2.nH2O

165
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 12, Nomor 3, September 2016 : 161 - 170

Element Wt% At%


OK 46,61 62,28
AlK 00,46 00,36
SiK 50,65 37,94
KK 00,05 00,03
SnL 02,24 00,40
CaK 00,00 00,00
Matrix Correction ZAF

Gambar 4. Hasil EDAX head sample pasir silika

Tabel 2. Hasil analisis XRF residu hasil pelindian dengan beberapa jenis asam

Analisis Unit Head sample Asam sulfat Asam klorida Asam nitrat
SiO2 % 97,1 99,42 98,67 98,78
Al2O3 % 1,35 <0,01 <0,01 <0,01
Fe (tot) % 0,05 <0,01 <0,01 <0,01
Fe2O3 % 0,07 <0,01 <0,01 <0,01
CaO % 0,29 0,01 0,01 0,03
MnO % 0,02 0,01 0,01 0,01
MgO % 0,03 0,01 0,01 0,02
K2O % 0,68 <0,01 0,01 <0,01
Na2O % 0,37 0,35 0,35 0,35
P2O5 % <0,01 <0,01 <0,01 <0,01
Cr2O3 % 0,02 0,03 0,06 0,05
TiO2 % 0,46 0,12 0,12 0,13
LOI % 0,48 0,11 0,86 0,29

Pelarutan sodium silikat dengan air silika terjadi reaksi penetralan basa dengan
menyisakan residu pengotor, yang kemudian asam menurut reaksi kimia sebagai berikut :
dipisahkan dengan saringan. Gambar 5.
menunjukkan penampakkan material hasil Na2O.SiO2.nH2O + 2HCl 
sintesis dengan alkali fusion (A) dan larutan SiO2+2NaCl+n2H2O
hasil pelindian dengan air (B).
Hasil reaksi tersebut memperoleh endapan
Hasil pelindian selanjutnya disaring, silika halus berupa gel (silica gel), yang
sehingga diperoleh filtrat larutan sodium mempunyai rumus kimia SiO2.xH2O sebagai
silikat yang jernih, serta residu pengotor padatan amorf [Fathi, 1997]. Gambar 6.
diatas saringan. menunjukkan foto proses presipitasi dalam
sebuah labu (P), presipitat kemudian disaring
Presipitasi silika dilakukan dengan cara dan dicuci diatas saringan dengan akuades
meneteskan larutan HCl 8M pada larutan sampai bebas garam. Diperoleh presipitat
jernih sodium aluminat sehingga tercapai pH silika halus diatas saringan (Q). Selanjutnya
7 [Yamagata et.al., 2010]. Pada presipitasi presipitat silika dikarakterisasi.

166
Sintesis dan Karakterisasi Material Berpori Berbasis Mineral Silika Pulau Belitung, Azhari dan Muchtar Aziz

A B

Gambar 5. Hasil sintesis dengan alkali fusion(A) dan larutan hasil pelindian dengan air (B)

Karakterisasi material berpori Pada perbesaran 3000x (Gambar 8) terlihat


lebih jelas struktur partikel-partikel berpori.
Partikel nanosilika hasil percobaan kemudian Dengan ukuran partikel berskala nano, maka
dianalisis dengan particle size analyzer (PSA) partikel-partikel tersebut memiliki nano pori.
untuk mengetahui ukuran dan distribusi ukuran Karakteristik inilah yang diharapkan berpotensi
partikelnya. Hasil analisis ditampilkan pada untuk pembuatan material membran penyaring
tabel berikut. molekul (mesoporous). Makin kecil ukuran
partikel dan berpori, maka luas permukaan
spesifik (specific surface area, SSA) juga
Tabel 3. Ukuran partikel nano silika semakin besar. Hasil analisis BET menunjukkan
luas permukaan mencapai 180 m2/g. Angka
Suhu (°C) Ukuran partikel (nm) SSA mencerminkan banyaknya pori suatu
500 416,2 material, lebih tinggi angka SSA, maka material
600 260,4
lebih porous.
700 450,0
800 96,9
900 392,8 Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menun-
jukkan angka SSA lebih tinggi jika dibanding-
kan dengan hasil peneliti terdahulu [Sirivasta,
Dari hasil tersebut di atas terlihat bahwa 2013] yang angka SSA-nya hanya 98 m2/g,
ukuran partikel berfluktuasi pada kenaikan dengan menggunakan perlit sebagai bahan
temperatur proses alkali fusion, namun kecen- baku, serta pemrosesannya melalui jalur:
derungannya mengalami penurunan pada kalsinasi-pelarutan dengan alkali dan presipitasi
interval suhu 500-800°C. Hal ini kemungkinan dengan asam; demikian pula kadar material
disebabkan oleh ketidaksempurnaan pada berpori yang dihasilkan penelitian ini lebih
proses presipitasi yang menyebabkan laju murni, mencapai 99,42% SiO2, jauh lebih
pertumbuhan butir partikel belum sepenuhnya tinggi dari hasil penelitian terdahulu yang
terkontrol dengan baik. Proses presipitasi perlu hanya mencapai 70,6% SiO2. Disamping itu
disempurnakan lagi, terutama pada perlakuan penelitian ini juga telah menghasilkan partikel
awal sebelum presipitasi, laju penambahan silika yang jauh lebih halus, yaitu 96,9 nm,
asam khlorida dan kecepatan putaran dibanding dengan penelitian sebelumnya yang
pengaduk. Dari data di atas, hasil yang optimal hanya mencapai 300 nm. Namun jika diban-
adalah pada suhu 800°C dengan ukuran dingkan dengan hasil penelitian terdahulu yang
partikel 96,9 nm. Untuk melihat bentuk serta menggunakan pasir zirkon sebagai bahan baku,
tekstur partikel telah dilakukan pengamatan serta pemrosesan melalui jalur yang sama
melalui SEM pada sampel nano silika kering. dengan penelitian ini; angka kadar material
Gambar 7. menunjukkan foto-foto SEM pada berpori hasil penelitian terdahulu berada
perbesaran 500x dan 1500x. sedikit diatas, yaitu 99,51% SiO2; dan hasil

167
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 12, Nomor 3, September 2016 : 161 - 170

angka SSA penelitian terdahulu jauh lebih variabel, antara lain waktu (kecepatan)
tinggi, mencapai 2,8 kalinya, yaitu 501,32 pengendapan, putaran pengadukan, suhu, dan
m2/g, menunjukkan material yang dihasilkan konsentrasi asam. Pada teknik pencuciannya,
sangat porous. Hasil evaluasi terhadap perbe- yang terpen-ting adalah bebas garam, karena
daan yang jauh ini, kemungkinannya adalah sisa garam berpotensi menutup pori-pori pada
pada teknik presipitasi dan pencuciannya. Pada saat penge-ringan dan kalsinasi.
teknik presipitasi melibatkan beberapa

P Q

Gambar 6. Proses presipitasi (P) dan presipitat berupa silika gel yang terbentuk (Q)

Gambar 7. Foto SEM sampel nanosilika dengan perbesaran500x (K) dan 1500x (L)

168
Sintesis dan Karakterisasi Material Berpori Berbasis Mineral Silika Pulau Belitung, Azhari dan Muchtar Aziz

Gambar 8. Foto SEM sampel nanosilika dengan perbesaran 3000x

KESIMPULAN juga disampaikan kepada para staf dan editor


Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara atas
Berbasis pada konsentrat pasir silika sebagai sumbangsihnya pada penerbitan karya tulis
bahan baku, melalui metode pelindian ilmiah ini.
dengan asam sulfat, sintesis dengan garam
lebur alkali, serta proses pelarutan dan
presipitasi dengan asam, dapat dihasilkan DAFTAR PUSTAKA
partikel-partikel silika yang sangat halus. Hasil
karakterisasi menunjukkan partikel-partikel Asmaa M., Mariam K., Adnane El H., M. Kacimi,
nanosilika berukuran 96,9 nm. Hasil M. Halim, and Said A., 2015. The synthesis
pengamatan SEM menunjukkan fotomikrograf and characterization of low-cost mesoporous
tekstur material berpori. Hasil analisis BET silica SiO2 from local pumice rock,
menunjukkan luas permukaan spesifik Laboratory of Materials, Catalysis and
mencapai 180 m2/g. Kondisi pemrosesan awal Environment (CNRST-URAC 26), University
of Mohammed V, Faculty of Sciences, Rabat,
telah menghasilkan material nano silika,
Morocco, hal. 5-6.
namun masih perlu disempurnakan pada
proses presipitasi, pencucian, dan kalsinasi Bergaya F., Theng B.K.G. Lagaly G., 2006.
untuk mencapai penyaring molekuler Handbook of clay science, First Ed., Elsevier,
(mesoporous). Oxford OX5 1GB, UK, 1129 hal.

Carlos Basso L., Olitta Basso T., and Saul Nitsche


UCAPAN TERIMA KASIH Rocha, 2011. Ethanol production in Brazil :
The industrial process and its impact on yeast
fermentation, University of Sao Paulo;
Terima kasih yang sebesar-besarnya atas
Positivo University, Brazil, hal. 91-92.
terlaksananya penelitian pembuatan material
silika berpori ini disampaikan kepada semua Fathi, H., 1997. Handbook of extractive
pihak yang telah membantu; para teknisi di metallurgy, ferroalloy metals, silicon, 1861
KP3-Mineral, khususnya Pak Jejen, Teknisi hal., Willey-VCH, ISBN 3-527-28792-2,
Litkayasa, baik sejak pengambilan percontoh Toronto, Canada.
di lapangan maupun dalam pelaksanaan
pemrosesan di Lab. tekMIRA; juga Pak Tatang Jafari, V., and Allahverdi, A., 2014. Synthesis of
nanosilica from silica fume using an acid-base
Wahyudi, Peneliti Utama, atas bantuan
precipitation technique and PVA as a
pengamatan SEM; Koordinator KP3-Mineral
nonionic surfactant, Journal of Ultrafine
atas koordinasi pelaksanaan penelitian; serta Grained and Nanostructured Materials,
dukungan Kapuslitbang tekMIRA, khususnya Vol.47, No.2, Dec 2014, hal.105-106.
dalam pendanaan penelitian. Terima kasih

169
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 12, Nomor 3, September 2016 : 161 - 170

Jin, T., Ma, Y., Matsuda, W., Masuda, Y., Reactivity, Lebanese University, Faculty of
Nakajima, M., Ninomiya, K., Hiraoka, T., Sciences II, Fanar, Lebanon.
Daiko, Y. and Yazawa, T., 2011. Ethanol
separation from ethanol aqueous solution by Srivasta, K., Shringi, N., Devra, V., and Rani, A.,
pervaporationusing hydrophobic mesoporous 2013. Pure silica extraction from perlite: Its
silica membranes, Journal of Ceramic Society characterization and affecting factors, IJIRSET,
of Japan, 119 [7]549-556, hal. 139-141. Vol.2, Issue 7, July 2013, hal. 2936-2937.

Manjula Rani K., Palanisamy P.N., Sivakumar P., Wahyudi, A., Amalia, D., Maryono, Saleh, N.,
2014. Synthesis and characterization of Purnomo, H., Rochani, S., dan Ardha, N.,
amorphous nano-silica from biomass ash, 2011. Penyiapan nanopartikel silika dari
Ijates, Vol. 02, Issue no.10, ISSN: 2348-7550, mineral silikat secara mekanis, hal. 29,
hal.71-72. Puslitbang tekMIRA.

Rahman, I.A. and Padavettan, V., 2012. Synthesis Yamagata, C., Andrade, J.B., Ussui, V., Lima, N.B.
of silica nanoparticles by sol-gel: Size- and Paschoal, J.O.A., 2010. High purity
dependent properties, surface modification, zirconia and silica powders via wet process:
and aplications in silica-polymer Alkali Fusion of Zircon Sand, Sixth
nanocomposites - A review, Journal of International Latin-American Conference on
Nanomaterials, Malaysia, Vol. 2012 (2012), Powder Technology, November 07-10,
hal.1-2. Búzios, Rio de Janeiro, Brazil, hal. 772-773.

Rida, M.A. and Harb, F., 2014. Synthesis and Yilmaz, M.S. and Piskin, S., 2013. Extraction of
characterization of amorphous silica silicon from tailings slurry of gold mine
nanoparticles from aqueous silicates using treatment plant by alkali fusion technique,
cationic surfactants, pp. 37-41, Laboratory of IJCEBS, Vol.1, Issue 2, ISSN 2320-4087, hal.
Molecular Chemistry and Solid State 211-212.

170
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 12, Nomor 3, September 2016 : 171 - 178

PEMANFAATAN LIMBAH MARMER DAN


BATUKAPUR UNTUK PEMBUATAN BATA EKSPOSE
BERBASIS BODI WOLASTONIT SINTETIS
Utilization of Marble and Limestone Wastes for Making the Eksposed
Bricks Based Synthetic Wollastonite

FRANK EDWIN dan SUBARI

Balai Besar Keramik


Jalan Jend. Achmad Yani 392 Bandung 40272
Telp. (022) 7206221
e-mail : frankedwin@ymail.com

ABSTRAK

Percobaan pembuatan bata ekspose berbasis bodi wolastonit sintetis menggunakan bahan baku utama limbah
marmer atau batukapur lolos ayakan standar Tyler 200 mesh telah dilakukan dengan komposisi optimum campuran
bahan terdiri dari 55% serbuk marmer atau batukapur dan 45% silika dengan kadar air 8 %. Pembakaran dilakukan
pada suhu 1100 oC, waktu penahanan selama 3 jam. Dengan menggunakan bahan utama limbah marmer diperoleh
hasil uji fisis/mekanis sebagai berikut : warna bakar putih, densitas 1,47 g/cc, penyerapan air 35,72%, porositas
52,55%, kekerasan 4 (skala Moh‫׳‬s) dan kuat tekan 12,71 MPa. Sedangkan dengan menggunakan bahan utama
batukapur diperoleh hasil uji fisis/mekanis sebagai berikut : warna bakar putih, densitas 1,50 g/cc, penyerapan air
31,79 %, porositas 47,80 %, kekerasan 4 - 5 (skala Mohs) dan kuat tekan 13,09 MPa. Hasil analisis XRD
menunjukkan pertumbuhan fasa kristalin wolastonit untuk bodi MP I (bahan utama limbah marmer) mencapai 41,84
%. Sedangkan untuk bodi KP I (bahan utama batukapur) pertumbuhannya meningkat hampir 2 kali lipat yaitu
sebesar 80,02 %. Hasil percobaan pembuatan bata ekspose berwarna spesifik putih ini dapat dikembangkan untuk
pedestrian atau jalan taman yang mudah menyerap air, bata dinding bangunan atau bata tahan api isolasi.

Kata kunci : bata ekspose, wolastonit sintetis, limbah marmer, batukapur.

ABSTRACT

Experiments on eksposed brick making based on synthetic wollastonite body using the main raw materials of
marble waste or limestone passing 200 mesh of standard sieve had been done with optimum material
composition of 55 % marble powder or limestone and 45 % silica with 8 % water content. The firing
temperature was performed at 1100 oC with soaking time of 3 hours. By using the main material of marble
waste, the physical/mechanical properties of the brick are found as follows: the color of fired brick is white with
1.47 g/cc of density; 35.72 % of water adsorption; 52.55% of porosity; 4 of Moh's hardness scale and 12.71 MPa
of compressive strength. While by using the main material of limestone the physical/mechanical properties of the
brick are found as follows: the color of fired brick is also white with 1.50 g/cc of density; 31.79% of water
adsorption; 47.80% of porosity; 4-5 of hardness and 13.09 MPa of compressive strength. The results of XRD
analysis shows the growth of wollastonite phases for MP I body (main material of marble waste) reaches 41.84%.
As for KPI body (main material of limestone), the growth increases almost two-folds in the amount of 80.02%.
The experimental result of the eksposed brick making with specific white color can be developed i.e. for
pedestrian or courtyard garden which is easy in adsorbing water as well as for building wall or insulation brick.

Keywords : eksposed brick, synthetic wollastonite, marble waste, limestone.

Naskah masuk : 08 Januari 2014, revisi pertama : 11 Januari 2016, revisi kedua : 23 Agustus 2016, revisi terakhir : September 2016.171
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 12, Nomor 3, September 2016 : 171 - 178

PENDAHULUAN batukapur tersilifikasi dan abu terbang yang


rendah kadar kapurnya, namun tinggi kadar
Potensi cadangan batu marmer yang aluminanya; dengan komposisi 75 % debu
ditemukan di beberapa propinsi di Indonesia marmer dan 25 % abu terbang diperoleh ubin
cukup besar, diantaranya di Kabupaten.Tulung keramik pada suhu pembakaran 1200 oC
Agung Jawa Timur dengan cadangan sebesar ditahan selama 2 jam dengan porositas semu
4.328.500 m3, di Kabupaten Lombok Tengah 45 % volume dan kekuatan tekan 15 MPa.
sebesar 10.200.000 m3, Kabupaten Kolaka Fasa mineral yang terbentuk adalah anorthite,
Sulawesi Tenggara sebesar 45.865 juta m3 dan kuarsa dan fasa gelas.
Kabupaten Pangkep Sulawesi Selatan dengan
jumlah cadangan ratusan juta ton (Tushadi, Dalam penelitian ini akan dicoba pembuatan
1990). Industri pemotongan dan pengolahan bata ekspose berbasis wolastonit sintetis
marmer secara keseluruhan di Indonesia dengan memanfaatkan limbah debu marmer
menghasilkan limbah debu marmer ± atau batukapur (batugamping) yang dicampur
200.000 ton pertahun dari 2 juta m2 marmer dengan silika halus. Proses sintering bodi
yang diproduksinya. (Suripto dkk., 2009). keramik dimaksudkan untuk mendapatkan
Marmer terbentuk dari hasil rekristalisasi tingkat porositas; bila porositasnya < 5%
batukapur (batu gamping) karena itu termasuk bodi padat dan jika porositasnya 20 -
keberadaannya selalu berasosiasi dengan 30 % termasuk bodi porus (Jianfeng et al,
batukapur walaupun tidak setiap ada 2012). Dengan perkataan lain bodi keramik
batukapur akan ada marmer. Mineral utama mempunyai tingkat porositas berkisar 5 – 30%.
marmer adalah kalsit atau dolomit dan/atau Sedangkan apabila ditinjau dari permeabilitas
kapur yang tersilifikasi, sehingga kadar bodi terhadap penetrasi air, bodi keramik akan
silikanya tinggi. Potensi cadangan batukapur termasuk permeable atau dapat dirembesi air
di Indonesia sangat besar diperkirakan 28,678 bila nilai penyerapan air diatas 20 % (SNI
milyar ton, sebagian besar berada di Sumatera 0028-1987-A). Wolastonit (CaSiO3) adalah
Barat dengan jumlah cadangan sebesar 23,23 salah satu mineral yang terbentuk dari
milyar ton atau hampir 81% dari seluruh campuran kalsium dan silika berwarna putih-
cadangan batukapur di Indonesia (Anonim, krem, secara teoritis memiliki komposisi CaO
2000). = 48,3% dan SiO2 = 51,7%. Sifat-sifat baik
yang dimiliki antara lain sifat heat loss dan
Penelitian ini dimaksudkan untuk merealisa- koefisien muai panjang yang rendah, susut
sikan kebijakan pemerintah dalam pengelolaan bakar dan densitas yang relatif kecil, porositas
limbah industri dan hilirisasi industri berbasis yang besar namun masih memiliki kekuatan
sumberdaya alam lokal, maka dilakukan upaya yang cukup baik pada kondisi sinter yang
untuk mencari alternatif teknologi pemanfaatan normal, serta memiliki sifat tahan api suhu
limbah marmer dan batukapur seoptimal rendah sehingga dapat digunakan sebagai
mungkin untuk pembuatan bata ekspose bahan tahan api isolasi (Adylov et al. 2012).
berbasis wolastonit sintetis. yang diharapkan Wolastonit dapat diperoleh dari alam atau
dapat memberi nilai tambah. buatan maupun sintetis. Wolastonit alam
umumnya berupa β-wolastonit yang sulit
Percobaan pemanfaatan limbah debu marmer diperoleh dalam jumlah besar. Sedangkan
dan abu terbang batubara untuk pembuatan wolastonit sintetis tergan-tung dari suhu
ubin keramik pernah dilakukan pada tahun pembakarannya yang dapat dibuat sebagai β-
2009 (Suripto, dkk., 2009). Komposisi bahan wolastonit atau sebagai α-wolastonit
optimum yang ditemukan adalah 55% abu (pseudowollastonite) sesuai kebu-tuhan.
terbang batubara, 25% debu marmer dan 20% Pseudowollastonite terdapat dalam bentuk
lempung Plered, pada suhu pembakaran 1180 struktur kristal pseudo-hexagonal, sedangkan β-
o
C. Ubin keramik yang dihasilkan memiliki wolastonit terdapat dalam bentuk struktur
karakteristik sebagai berikut : penyerapan air kristal triklin (Kushiro, 2001; Yamanaka dan
22,18%, porositas 37,16%, permeabilitas 2,83 Mori, 2000). Wolastonit yang lazim dipasaran
cc/jam.cm2, kekerasan 4,5 skala Moh´s, dan adalah wolastonit sintetis dalam bentuk β-
kuat lentur 74,21 kg/cm2. Sarkar et al., 2006 wolastonit (β-CaOSiO2) yang mempunyai harga
dalam penelitiannya membuat ubin keramik koefisien muai panjang jauh lebih rendah
menggunakan debu marmer dari jenis dibandingkan α-wolastonit. β-wolastonit akan

172
Pemanfaatan Limbah Marmer dan Batukapur untuk Pembuatan Bata Ekspos … Frank Edwin dan Subari

berubah menjadi α-wolastonit pada suhu 1125 tekanan pembentukan 350 kg/cm2. Benda-
o
C dan α-wolastonit sudah mengalami benda uji kemudian dikeringkan menggu-
peleburan pada suhu 1140oC (Sulistarihani nakan electric drying cabinet selama 3 hari.
1994; Adylov et al., 2012). Pembuatan β- Hari pertama dikeringkan pada suhu 75oC,
wolastonit dipengaruhi oleh kualitas bahan hari kedua pada suhu 100oC, dan hari ketiga
baku, ukuran butir, kondisi pembakaran, jenis pada suhu 105oC. Setelah benda uji menjadi
dan jumlah aditif atau dispersan yang kering dilakukan pengukuran panjang dan
ditambahkan (Sulistarihani, 1994). Jenis aditif lebarnya, untuk menghitumg susut kering.
anorganik yang sering dipakai di antaranya Selanjutnya benda uji dibakar dalam tungku
adalah poly ethylene glycol, dextrin, dan pembakaran pada suhu 1100 oC. Benda uji
dolapic CE 64, calgon, atau SHMP (Nour et al., yang sudah dibakar selanjutnya dikarakterisasi
2007). Pencampuran antara kalsium (batu fisis antara lain : susut bakar, penyerapan air,
kapur atau marmer) dengan silika secara porositas, densitas, kuat tekan dan kekerasan.
homogen sesuai rasio molar CaO : SiO2 = 1 : Uji kuat tekan dilakukan dengan alat universal
1, dan dibakar pada suhu antara 1000 – 1100 testing machine. Selain itu dilakukan analisis
o
C, dapat menghasilkan β-wolastonit dengan kimia dan mineralogi terhadap benda uji.
struktur mikro pori yang kuat (Demidenko dan Analisis mineral dilakukan dengan alat X-RD
Konkina, 2003). untuk mengetahui intensitas fasa kristalin
wolastonit yang terbentuk pada benda uji.
Analisis rasional mineral dilakukan untuk
METODE mengetahui jumlah persen fasa mineral yang
terbentuk secara kuantitatif. Pelaksanaan
Teknologi pembuatan bata ekspose berbasis percobaanpembuatan bata ekspose berbasis
bodi wolastonit pada prinsipnya mengatur wolastonit ini dapat dilihat pada diagram alir
komposisi bahan utama kalsium yaitu marmer Gambar 1.
atau batukapur bersama silika, dengan
parameter perbandingan bahan utama dan
variasi penambahan aditif pada temperatur Tabel 1. Desain komposisi bodi
sintering 1100 oC, ditahan selama 3 jam. Satuan, % Berat
Bahan limbah marmer dan batukapur yang Kode Serbuk
Serbuk Aditf
digunakan berasal dari Citatah Jawa Barat, No komp. kapur/
silika PEG/Dex
sedangkan pasir silika dari PT. Sibelco, Bodi marmer
Cikarang, Jawa Barat. Bahan aditif yang 1 MP l 55 45 10
digunakan adalah poly ethylene glycol (PEG) 2 MP II 61 39 10
dan dextrin (DEX) sebagai perekat serta calgon
3 MP III 67 33 10
sebagai dispersan. Fungsi aditif adalah untuk
mengatur pembentukan pori sehingga luas 4 MD l 55 45 10
permukaan kontak menjadi lebih besar pada 5 MD ll 61 39 10
rentang suhu bakar 1000 -1150 oC. Rongga- 6 MD III 67 33 10
rongga diantara butiran diharapkan memben-
7 KP I 55 45 10
tuk struktur pori sehingga densitasnya menjadi
ringan dengan kekuatan yang baik. Komposisi 8 KP ll 61 39 10
bahan utama marmer/kapur dan silika 9 KP III 67 33 10
didesain berdasarkan perbandingan molar 10 KD I 55 45 10
CaO : SiO2 = 1 : 1,20.
11 KD II 61 39 10

Sebanyak 12 komposisi benda uji/bodi telah 12 KD III 67 33 10


dipersiapkan dengan perbandingan bahan Keterangan :
yang telah ditentukan (Tabel 1). Bahan-bahan MP = Marmer + PEG
MD = Marmer + DEX
tersebut dicampur merata dan dimasukkan ke KP = Kapur + PEG
dalam cetakan benda uji, kemudian ditekan KD = Kapur + DEX
dengan menggunakan hydraulic press pada

173
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 12, Nomor 3, September 2016 : 171 - 178

Serbuk Marmer/Batukapur Serbuk Silika Bahan Penolong/


[lolos 200 mesh] [lolos 200 mesh] Aditif

Pencampuran dan pencetakan menggunakan


hydraulic press

Pengeringan di dalam electric drying cabinet selama 3 hari.

Pengukuran/ perhitungan susut kering.

Pembakaran pada suhu 1100 oC

Uji fisis/mekanis benda uji dan


Analisis X-RD

Prototipe bata ekspose

Gambar 1. Diagram alir percobaan pembuatan Bata Ekspose Wolastonit

HASIL DAN PEMBAHASAN porositas, dengan kata lain semakin besar


porositas benda uji maka semakin besar
Karakteristik Fisis dan Mekanis penyerapan airnya. Semakin banyak
penambahan bahan utama kalsium (limbah
Hasil uji fisis dan mekanis benda uji setelah marmer atau batukapur) pada komposisinya,
dibakar pada suhu 1100 oC dapat dilihat pada cenderung menyebabkan semakin besar
Tabel 2. Variasi komposisi dan aditif ternyata persentase porositas dan penyerapan airnya,
tidak berpengaruh banyak terhadap hal ini disebabkan oleh jumlah bahan volatile
perubahan susut kering dan susut bakar benda (CO2) yang dibebaskan lebih besar saat
uji. Susut kering dan susut bakar rata-rata dibakar dan meninggalkan volume (pori)
nilainya relatif kecil yaitu masing-masing namun menyebabkan semakin kecil kekuatan
sebesar 4,21% dan 2,14 %. Sedangkan mekanisnya (Jianfeng et al. 2012). Hasil
penyerapan air berbanding lurus dengan pengujian terhadap benda uji MP I dan KP I

174
Pemanfaatan Limbah Marmer dan Batukapur untuk Pembuatan Bata Ekspos … Frank Edwin dan Subari

dengan komposisi bahan 55% Marmer atau Karakteristik Kimia dan Mineralogi
Batu Kapur dan 45% Silika, dengan
penambahan aditif Poly Ethylene Glycol (PEG) Hasil analisis kimia dari bahan baku yang
memberikan kuat tekan sedikit lebih tinggi digunakan untuk pembuatan bata ekspose
dibanding dengan komposisi bodi lainnya, berbasis wolastonit sintetis ini dapat dilihat
yaitu sebesar 12,7 Mpa untuk benda uji MP I pada Tabel 3, dan untuk komposisi benda uji
dan sebesar 13,1 Mpa untuk benda uji KP I. dapat dilihat pada Tabel 4. Dari komposisi
Uji kekerasan bodi berdasarkan skala Moh’s bahan baku menunjukkan bahwa debu
menunjukkan benda uji KP l dan MP I dengan marmer atau batu kapur yang digunakan
komposisi optimal 55% kapur atau marmer termasuk batukapur kalsit dengan kadar CaO
dan 45% silika menghasilkan angka kekerasan cukup tinggi mendekati 56 %. Demikian pula
4 - 5 (skala Moh's) yang relatif lebih keras kandungan SiO2 pada silika cerasil cukup
dibanding komposisi benda uji lainnya, hal ini murni diatas 95 %. Kadar senyawa oksida besi
disebabkan pada komposisi optimal tersebut (Fe2O3) dalam silika yang sangat kecil sebesar
telah terbentuk fasa mineral sekunder 0,07 %, tidak berpengaruh terhadap
wolastonit pada suhu sintering 1100 oC terbentuknya wolastonit (CaOSiO2), meskipun
sehingga berpengaruh terhadap peningkatan terbentuknya senyawa CaO Fe2O3 sangat
kekuatan mekanis benda uji. Pada suhu mungkin terjadi mulai suhu pembakaran 900
o
sintering tersebut benda uji sudah sangat C tetapi jumlahnya relatif sangat kecil,
padat hal ini terbukti dari nilai kekuatan tekan terbukti dari hasil pembakaran benda uji yang
sebesar > 100 kg/cm2. Secara stoikiometri berwarna putih bersih.
reaksi antara CaO dan SiO2 pada suhu
pembakaran 1125oC sudah terbentuk reaksi
wolastonit (CaSiO3) yang tervitrifikasi secara Tabel 3. Komposisi Kimia Bahan Baku Utama
sempurna (Philippe et al. 2007). Penambahan Satuan: %
aditif PEG (Poly Ethylene Glycol) pada Debu Kapur Silika
Unsur
No. marmer Padala- Cerasil
komposisi tersebut juga memberi pengaruh Kimia
Padalarang rang
yang cukup signifikan terhadap kekuatan 1 SiO2 1,04 1,58 96,97
mekanis benda uji hingga dua kali lebih besar 2 Al2O3 < LOD < LOD 0,68
dibanding penambahan aditif Dextrin, karena 3 Fe2O3 0,04 0,06 0,07
PEG memiliki tingkat polimerisasi dan luas 4 TiO2 < LOD < LOD 0,11
5 CaO 55,34 53,52 0,56
permukaan (surface area) yang lebih baik serta 6 MgO 0,25 0,98 0,54
mudah larut dalam air dibanding Dextrin. 7 Na2O 0,25 0,22 0,17
8 K2O 0,05 0,20 0,64
Menurut Philppe et al. 2007 pemakaian PEG Hilang
9 43,03 43,20 0,26
Pijar
dalam campuran komposisi bodi keramik
Ket : Limit Of Detection (LOD): Al2O3 0,17 %, TiO2 0,07
sebanyak 2-3 % sudah berfungsi sangat baik %
sebagai binder.

Tabel 2. Hasil uji fisis dan mekanis benda uji pada suhu pembakaran 1100 oC

Susut Kering (%) Susut Bakar (% ) Penyerapan Porositas Densitas Kuat Tekan Kekerasan
Kode
SK pjg SK lbr SB pjg SB lbr Air (%) (%) (g/cc) (MPa) (Moh´s)
MP I 4 5 -1,92 -2,44 35,72 52,55 1,47 12,708 4
MP II 4,4 4,6 -2,64 -2,31 38,45 55,49 1,44 8,796 3–4
MP III 4 4,8 -2,25 -2,19 39,3 56,24 1,43 6,907 2–3
MD I 4,2 4,8 -2,08 -1,47 40 56,72 1,42 6,62 2–3
MD II 4,2 4,6 -2,01 -1,43 41,35 58,26 1,41 5,337 2–3
MD III 4 5 -0,1 -2,32 43,69 60,8 1,39 5,787 2–3
KP I 4,4 4,6 -2,92 -2,72 31,79 47,8 1,51 13,094 4–5
KP II 4,2 4,8 -2,84 -2,23 34,03 51,39 1,52 8,153 3–4
KP III 3,96 4,8 -2,21 -2,31 41,6 58,59 1,41 - -
KD I 4,6 4,6 -2,48 -2,85 44,27 61,07 1,38 6,266 2–3
KD II 4,4 4,3 -2,09 -2,18 40,4 57,4 1,42 - -
KD III 4,16 4,6 -2,13 -2,4 - - - - -

175
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 12, Nomor 3, September 2016 : 171 - 178

Tabel 4. Komposisi Kimia Benda Uji MP I dan KP I


Satuan: % MP 1-3J
No. Unsur Kimia KP l MP l
1 SiO2 56,0 55,67
2 Al2O3 0,68 0,25
3 Fe2O3 0,22 0,25
4 TiO2 0,05 0,03
5 CaO 37,81 39,88
6 MgO 0,40 0,13
7 Na2O 2,25 1,75
8 K2O 0,43 0,60
9 Hilang Pijar 2,16 1,18

Gambar 2. Difraktogram hasil analisis X-RD untuk


Gambar 2 menunjukkan difraktogram hasil benda uji MP 1
analisis XRD benda uji MP I setelah
pembakaran pada suhu 1100 oC dengan
penahanan selama 3 jam, terlihat fasa β-
wolastonit yang terbentuk masih sangat kecil
dengan intensitas yang lemah, hal ini
disebabkan marmer berasal dari hasil
rekristalisasi batukapur pada kondisi tekanan
dan termal yang cukup tinggi sehingga struktur
kristal marmer menjadi lebih stabil dibanding
batukapur, hal ini diperkirakan akan
mempengaruhi transformasi pembentukan
mineral sekunder wolastonit. Berbeda dengan
difraktogram hasil XRD benda uji KP I (Gambar
3) setelah pembakaran pada suhu yang sama,
fasa β-wolastonit yang terbentuk lebih dominan Gambar 3.Difraktogram hasil analisis XRD untuk
dengan intensitas yang cukup tinggi meskipun benda uji KP 1
masih tercampur SiO2. Untuk mengetahui
jumlah persen (%) fasa mineral yang terbentuk
secara kuantitatif, digunakan metode analisis Tabel 5. Analisis Rasional Mineral
perhitungan rasional dengan menggabungkan Satuan : %
No. Komp. Mineral MP I KP l
hasil analisis XRD (Gambar 2 dan 3) dengan
1 Wolastonit 41,84 80,02
hasil analisis kimia (Tabel 4) yaitu dengan cara
2 Larnite 4,92 6,38
mengasumsikan bahwa jenis mineral yang 3 Kalsium Silikat 41,84 -
terbentuk mempunyai rumus tertentu yang Kristobalit, Trydimit,
jumlah persen oksidanya dapat menentukan 4 11,39 13,6
Silicon Oksida
jumlah mineralnya (Sena da Fonseca, et al.
2013). Hasil analisis rasional pada Tabel 5
menunjukkan secara kuantitatif jumlah persen Nilai Ekonomi Bata Ekspose Wolastonit
mineral yang terbentuk pada benda uji KP l dan
MP I setelah dibakar pada suhu sintering Sebagai gambaran didasarkan atas hasil
1100oC. Keberadaan wolastonit pada benda uji percobaan pembuatan komposisi bodi atau
KP I lebih dominan hingga mencapai 80,02 % bata ekspose wolastonit dengan cara
tanpa menyisakan residu kalsium silikat, diduga pembentukan pres kering diperlukan
karena kandungan kalsium terhadap silikat pemakaian bahan baku (tepung kapur, silika
dalam pembentukan fasa wolastonit lebih dan bahan penolong) sebanyak 250 kg
reaktif dibanding benda uji MP I dimana fasa dengan biaya sebesar Rp.3.052.000,- . Selain
wolastonit yang terbentuk hanya sebesar itu diperlukan biaya utilitas dan upah
41,84 % sehingga masih menyisakan residu langsung sebesar Rp.1.950.000,- sehingga
kalsium silikat sebesar 41,84 %. total biaya langsung sebesar Rp.3.052.000,- +
Rp.1.950.000,- = Rp. 5.002.000,- Untuk
biaya tidak langsung seperti pemakaian bahan

176
Pemanfaatan Limbah Marmer dan Batukapur untuk Pembuatan Bata Ekspos … Frank Edwin dan Subari

bakar gas, penyusutan & pemeliharaan 2012; Use of wollastonite from the
alat/mesin dan biaya administrasi yaitu Koitashskae Deposit in the Production of
sebesar Rp.2.550.000,-. Total biaya langsung lining bricks, Journal of Refractories and
Industrial Ceramics, 43[11], pp.359-361.
dan tak langsung bata ekspose wolastonit
adalah sebesar Rp.5.002.000,- + Rp.
SNI 0028-1987-A, Badan Standar Nasional
2.550.000,- = Rp. 7.552.000,- Dari total Indonesia.
biaya tersebut diatas diperoleh perkiraan
harga pokok produksi bata ekspose wolastonit Demidenko, N.I. and Konkina, E.S. 2003; Sintering
sebesar Rp.7.552.000,- : 250 kg = Rp.30.208 of Ceramic Mixtures Based on Natural
per 10 buah atau Rp.3000,- per buah ukuran Wollastonite, Glass and Ceramics 6 [1/2],
bata 20 x 10 x 5 cm. Sementara harga pasaran pp.17-18.
saat ini untuk bata sejenisnya seperti bata
Philippe Boch and Jean Claude Niepce, 2007;
isolasi jenis samot mencapai lebih dari Rp.
Ceramics Materials, Process, Properties and
10.000,- per buah. Oleh karena itu,
Applications, Penerbit ISTE. Ltd., USA,
pembuatan bata ekspose wolastonit yang pp.184-187.
bersifat permeable ini dapat dikembangkan.
Jianfeng W.U, Guanghui LENG, Xiaohong XU,
Yaxiang ZHANG, Xinbin LAO, Li Kun. 2012;
KESIMPULAN DAN SARAN Preparation and Properties of Ceramic Facing
Brick from East Lake Sediment, Journal of
Bata ekspose berbasis bodi wolastonit sintetis Wuhan University of Technology Material
Science, Volume 27, Issue 1, pp.154-159.
dapat dibuat dengan komposisi optimum
campuran bahan 55% serbuk marmer/
Kushiro, L., 2001; Wollastonit -pseudowollastonite
batukapur dan 45% silika dengan kadar air 8 inversion, Year Book - Carnegie Inst.
%, suhu bakar 1100 oC ditahan selama 3 jam. Washington 63, pp. 83 – 84.
Peningkatan pertumbuhan fasa mineral
wolastonit pada suhu pembakaran optimal Nour, W.M.N, Mostofa A.A, Ibrahim, D.M. 2007;
1100 oC memberi pengaruh signifikan Ceramics on Synthetic Wollastonite,
terhadap peningkatan kekuatan mekanis bodi. Interceram, Vol.56 [6], pp. 424 - 428.
Nilai penyerapan air diatas 20 %
Sulistarihani, N., 1994; Pembuatan Wolastonit
menunjukkan bodi keramik bersifat
dengan cara pembakaran, Prosiding Seminar
permeable atau dapat dirembesi air sesuai
Hasil Litbang Industri Keramik, Balai Besar
persyaratan SNI 0028-1987-A. Keramik, hal. 21-29.

Karena ketersediaan bahan baku yang Sarkar R, Das S.K, Mandal P.K, Maiti H.S. 2006;
berlimpah di Indonesia, selain digunakan Phase and Microstructure Evolution During
untuk dinding bangunan dapat dikembangkan Hydrothermal Solidification of Clay-Quartz
pula sesuai kebutuhan antara lain untuk Mixture with Marble Dust Source of Reactive
pedestrian atau jalan taman yang dapat Lime, Journal of European Ceramics Society,
26, pp.297-304.
menyerap air dan untuk bata isolasi jenis
samot dalam tungku pembakaran.
Suripto, Pujiono dan Muchtar, 2009; Pemanfaatan
Limbah Abu Terbang Batu Bara dan Limbah
Debu Marmer Untuk Bahan Baku Pembuatan
UCAPAN TERIMA KASIH Ubin Keramik, Jurnal Keramik & Gelas
Indonesia, Vol. 18 No. 1, hal. 50 – 60.
Ucapan terimakasih disampaikan kepada
anggota tim peneliti dan perekayasa di Balai Sena da Fonseca B, Simao JAR, Galhano C. 2013,
Besar Keramik atas kerjasamanya dan kepada Effect of Coastal Environment in Clay Facing
redaksi Jurnal Tekmira yang telah banyak Bricks and Roof Tiles, Annual International
Interdisciplinary Conference, AIIC, 24-26
membantu hingga dimuatnya karya tulis ini.
April, Azores-Portugal, pp. 145.

Tushadi, 1990; Bahan Galian Industri Indonesia,


DAFTAR PUSTAKA Direktorat Sumberdaya Mineral, Direktorat
Jenderal Geologi dan Sumberdaya Mineral,
Adylov G.T, Voronov G.V, Gamostaeva S.A, Departemen Pertambangan dan Energi, hal 4-
Kulagiva N.A, Mansurova E.P, Rumi M.Kh. 23.

177
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 12, Nomor 3, September 2016 : 171 - 178

Yamanaka, I., Mori, H., 2000; The structure and


polytypes of Alpha CaSiO3
(Pseudowollastonite). Acta. Crystallogr.
Sect.B, Struct. Crystallgr. Chem. B37, pp.1010
-1017.

178
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 12, Nomor 3, September 2016 : 179 - 194

ANALISIS BIAYA PENGOLAHAN PASIR ZIRKON


(ZrSiO4) MENJADI PASIR ZIRKON BERKADAR ZrO2
≥65,5 % DAN MICRONIZED ZIRCON
Analysis of Zircon Sand (ZrSiO4) Processing Cost to be Zircon Sand
ZrO2 ≥ 65.5 % and Micronized Zircon

TRISWAN SUSENO

Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara


Jalan Jend. Sudirman 623 Bandung 40211
Telp. (022) 6030483, Fax. (022) 6003373
e-mail: triswan@tekmira.esdm.go.id

ABSTRAK

Meningkatkan kadar pasir zirkon (ZrSiO4) menjadi pasir zirkon berkadar ZrO2 ≥65,5% dan berukuran butir
lolos saring 60 mesh ≥95% merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan nilai tambah dari bahan baku
tersebut sesuai dengan amanat dalam Permen ESDM No. 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Permen
ESDM No.1 Tahun 2014 tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui Kegiatan Pengolahan dan
Pemurnian Mineral di Dalam Negeri. Dengan menggunakan pemisah magnetik dan high tension separator)
kadar pasir zirkon dapat ditingkatkan menjadi pasir zirkon berkadar ZrO2 ≥ 65,5 %. Berdasarkan hasil
perhitungan finansial terhadap usaha pengolahan pasir zirkon (ZrSiO4) menjadi konsentrat berkadar ZrO2
≥65,5%, dengan menanamkan modal sebesar Rp.24.307.625.000,- diperkirakan akan memperoleh
keuntungan sekarang (net present value, NPV) sebesar Rp.26.201.238.738,-, indek profitabilitas sebesar 1,21
dan indikator tingkat efisiensi (internaI rate of return, IRR) sebesar 29,35% per tahun dengan pengembalian
modal pada 3 tahun 5 bulan. Apabila diolah menjadi micronized zircon, dengan bermodalkan
Rp.59.066.750.000,- ternyata mendapatkan NPV sebesar Rp.94.154.606.887,-, indek profitabilitas sebesar
1,38, dan indikator tingkat efisiensi (IRR) sebesar 25,60% per tahun dengan pengembalian modal setelah 2
tahun 9 bulan. Berdasarkan perhitungan di atas, usaha pengolahan pasir zirkon untuk menghasilkan
micronized zircon tersebut layak untuk diusahakan. Membangun pabrik pengolahan micronized zircon jauh
lebih menguntungkan karena nilai tambahnya 2 kali lebih besar dibandingkan dengan hanya mengolahnya
menjadi konsentrat zirkon berkadar ZrO2 minimum 65,5%.

Kata kunci: pasir zirkon, micronized zircon, NPV, IRR, PP.

ABSTRACT

Upgrading zircon sand (ZrSiO4) into zircon sand concentrate containing ZrO2 ≥65.5% (≥95% passes 60
mesh of screen) is an effort to improve the value-added of raw product, that corresponds with Ministerial
Regulation of ESDM Number 8, 2015; which mandates the purpose of improving zircon sand value-added
through processing and purification activities. Using magnetic separator and high tension separator the grade
of zircon sand can be increased into zircon sand (ZrSiO4) concentrate containing ZrO2 ≥65.5%. Based on
financial calculation of zircon sand (ZrSiO4) processing business of ZrO2 ≥65.5% by investing
Rp.24,307,625,000,- it is estimated to gain the net present value (NPV) as much as Rp.4,375,210,319,-
profitability index 1.21 and internal rate of return (IRR) 29.35% annually with return on investment after 3
years and 5 months. Whereas investing in micronized zircon processing business as much as
Rp.59,066,750,000 generates NPV Rp.94,154,6060,887, profitability index 1.38, and IRR 37.31% annually
with return on investment after 2 years and 9 months. Both zircon sand processing business are feasible.

Naskah masuk : 05 Mei 2014, revisi pertama : 24 Maret 2016, revisi kedua : 15 September 2016, revisi terakhir : September 2016. 179
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 12, Nomor 3, September 2016 : 179 - 194

However, establishing micronized zircon processing plant is more profitable than that of processing zircon
concentrate (ZrO2+HfO2) containing 65.5% ZrO2, since its value-added is 2 times greater.

Keywords: zircon sand, micronized zircon, NPV, IRR, PP.

PENDAHULUAN ketidakpastian keberadaan sumberdaya


mineral tersebut. Namun demikian, peluang
Seiring dengan meningkatnya kebutuhan untuk mengembangkan usaha dibidang
masyarakat dunia terhadap barang-barang pengolahan pasir zirkon di Indonesia masih
yang mengandung zirkon, telah mendorong terbuka cukup luas karena masih banyak
meningkatnya permintaan komoditas ini. daerah yang mengandung bahan galian
Permintaan ini terutama dari industri keramik, tersebut yang belum dioptimalkan, seperti di
frit, pengecoran logam dan bata tahan api. Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah.
Namun untuk memenuhi permintaan dari Oleh karena itu, usaha ini merupakan peluang
industri-industri tersebut pasir zirkon harus yang cukup menjanjikan bagi para investor
memenuhi spesifikasi tertentu. Penggunaan untuk menginvestasikan uangnya pada
pasir zirkon dalam industri keramik terutama industri pengolahan pasir zirkon. Pengolahan
sebagai penguat dan glasir, zirkon yang ini mampu meningkatkan nilai tambah dan
digunakan berbentuk tepung zirkon mendukung hilirisasi industri karena
(micronized zircon). Zirkon berperan untuk konsentrat zirkon dengan kadar minimum
menghasilkan keramik putih dan keramik ZrO2 ≥65,5% atau micronized zircon banyak
berwarna yang bermutu tinggi, khusus dibutuhkan oleh industri hilir, baik di dalam
keramik untuk keperluan rumah tangga maupun diluar negeri (Suseno dkk., 2015 dan
(tableware) dan keramik ubin (tile ceramic) Suseno, 2015).
(Casasola, 2012). Zirkon dapat dibuat menjadi
bata tahan api yang digunakan untuk melapisi Dalam melakukan investasi, setiap
tungku peleburan baja dan gelas. Sebagai perusahaan umumnya akan berusaha agar
pasir cetak dalam pengecoran logam perluasannya dapat berkembang sesuai
umumnya digunakan untuk menghasilkan dengan tujuan perusahaan, yaitu untuk
produk cetakan yang mempunyai permukaan mendapatkan laba sebesar-besarnya untuk
halus. Demikian pentingnya peran zirkon kelangsungan hidup perusahaan (Sugiharto,
dalam industri-industri tersebut, menjadikan 2002). Oleh karena itu, waktu pengembalian
komoditas ini memiliki prospek yang sangat modal yang ditanamkan dalam usaha ini
cerah. Sehingga perlu dikaji mengenai menjadi sangat penting apakah usaha tersebut
teknologi proses dan nilai keekonomian dapat memberikan keuntungan secara
pengolahan pasir zirkon yang sesuai dengan finansial. Oleh karena itu, di dalam makalah
spesifikasi industri pengguna. Terbitnya ini akan dikaji mengenai kelayakan usaha
Permen ESDM No. 8 Tahun 2015 tentang pengolahan pasir zirkon menjadi pasir zirkon
Perubahan atas Permen ESDM No.1 Tahun (ZrSiO4) dengan kadar ZrO2 ≥65,5% atau
2014 tentang Peningkatan Nilai Tambah zikonium silikat, serta kajian kelayakan
Mineral Melalui Kegiatan Pengolahan dan investasi usaha pengolahan zirkon dan
Pemurnian Mineral di Dalam Negeri, kemampuan investasinya dalam memberikan
khususnya pasir zirkon yang boleh diekspor keuntungan terhadap jumlah modal yang
sesuai batasan produk, seperti tercantum ditanam. Kajian ini akan menitikberatkan pada
dalam Lampiran II Nomor 1 Peraturan Menteri penentuan layaknya investasi, selain juga
Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 8 dalam rangka mendukung Permen ESDM No.
Tahun 2015 tersebut, mendorong usaha ini 8 Tahun 2015 (www.esdm.go.id, 2016).
menjadi bergairah kembali setelah dua tahun
sebelumnya mengalami kelesuan. Investasi Berikut ini akan diuraikan tentang teknologi
pengolahan pasir zirkon (ZrSiO4) dengan pengolahan pasir zirkon dan micronized
kadar minimum ZrO2 ≥65,5% dan zircon, serta perkiraan besar investasi yang
micronized zircon mempunyai resiko cukup ditanamkan untuk membangun pabrik ini.
tinggi karena bahan baku pasir zirkon Penulis telah melakukan kunjungan ke salah
merupakan mineral ikutan dalam endapan satu perusahaan pengolahan micronized
alluvial emas (Poernomo, 2012) sehingga ada zircon di Provinsi Jawa Barat untuk

180
Analisis Biaya Pengolahan Pasir Zirkon (ZrSiO4) Menjadi Pasir Zirkon Berkadar … Triswan Suseno

mengetahui besarnya biaya investasi peralatan Secara matematis, perhitungan NPV dapat
berikut bahan-bahan yang digunakan dalam dirumuskan sebagai berikut :
pengolahannya. Dari data dan informasi
n n
tersebut akan dihitung mengenai
keekonomian (Sudiyanto dkk, 2011), mulai NPV(i)= � Bt (1+i) - � Ct (1+i)-t
-t

dari bahan baku pasir zirkon yang diolah t=1 t=0


hingga menjadi konsentrat zirkon
(ZrO2+HfO2) berkadar ZrO2 ≥ 65,5 % atau Dalam hal ini,
micronized zircon sehingga bisa diketahui NPV = Net Present Value = nilai
nilai tambahnya. bersih (keuntungan) saat
sekarang pada interest rate-i
per satuan waktu.
METODE Bt = total penerimaan (benefit ) atau
manfaat untuk kegiatan usaha
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini pada waktu ke-t.
adalah data primer dan data sekunder, baik Ct = total biaya yang dikeluarkan
bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data (cost) untuk kegiatan usaha
primer diperoleh dari wawancara, pada waktu ke-t.
pengamatan, dan pencatatan secara langsung (1+i)-1 = faktor nilai sekarang (present
di lokasi penelitian pabrik pengolahan, worth factor) atau discount
sementara pemilihan lokasi industri factor yang merupakan faktor
ditentukan dengan sengaja (purposive). koreksi pengaruh waktu
Sedangkan data sekunder didapatkan dari terhadap nilai uang pada
berbagai sumber dalam bentuk laporan, baik periode t dengan interest rate-i
yang telah dipublikasikan maupun yang tidak, waktu t.
antara lain Dinas Pertambangan dan Energi, I = Suku bunga yang digunakan
Badan Pusat Statistik, hasil-hasil penelitian T = priode waktu ke-t
terdahulu dan literatur lainnya yang terkait
dengan penelitian, serta media internet. Kriteria suatu usaha memenuhi kelayakan
ekonomi apabila NPV (i) lebih besar dari
Kajian kelayakan investasi pada nol (Hidayat, 2012), yang tidak lain
identik dengan tingkat keuntungan proyek
Analisis kelayakan keuangan (finansial) (dalam nilai sekarang) lebih besar dari
dilakukan dengan melakukan perhitungan pada nol.
secara finansial untuk mengetahui kelayakan
usaha secara privat, dalam hal ini kelayakan - Internal Rate of Return (IRR)
yang dilihat dari sudut pandang individu atau Internal Rate of Return (IRR) adalah suatu
pelaku usaha pengolahan zirkon. Perhitungan indeks keuntungan (probability index)
secara finansial ini menggunakan komponen yang telah digunakan secara luas dalam
biaya dan manfaat untuk memudahkan analisis usaha (Rachmawan, 2011 dan
pengelompokkan kedua bagian tersebut dan Sudiyanto, 2011). Secara definisi IRR
juga menggunakan kriteria investasi untuk adalah interest rate (i) yang membuat nilai
mengetahui tingkat kelayakan usaha secara sekarang dari arus penerimaan dan
kuantitatif. pengeluaran usaha menuju nol. Tingkat
bunga maksimum yang dapat dibayar oleh
Metode yang dapat dipakai dalam penilaian suatu usaha untuk sumberdaya yang
aliran kas dari suatu investasi atau yang biasa digunakan, karena usaha tersebut
disebut dengan kriteria investasi (Suparmoko, memerlukan dana untuk pemenuhan
1989 dan Gaspersz, 1992), yaitu : biaya-biaya operasi dan investasi dari
- Net Present Value (NPV) usaha baru sampai tingkat pengembalian
Net Present Value (NPV) dapat diartikan modal. Secara matematis, perhitungan IRR
sebagai nilai sekarang dari arus dapat dirumuskan sebagai berikut :
pendapatan yang ditimbulkan oleh
penanaman investasi (Subekti, 2013). NPV1
IRR=i1 + (i -i )
NPV1 -NPV2 1 2

181
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 12, Nomor 3, September 2016 : 179 - 194

TEKNOLOGI PENGOLAHAN PASIR ZIRKON


Dalam hal ini,
IRR = internal rate of return. Sebagaimana telah dijelaskan dalam makalah
i1 = Suku Bunga yang menghasilkan sebelumnya (Suseno dkk., 2015), bahwa
NPV positif. kualitas zirkon sangat tergantung dari jenis
i2 = Suku Bunga yang menghasilkan industri yang menggunakannya. Di dalam
NPV negatif. industri keramik, jenis yang paling banyak
NPV1 = NPV positif. digunakan adalah tepung zirkon (zircon
NPV2 = NPV negatif. powder) yang disebut micronized zircon
dengan kadar ZrO2 minimum 65,5%. Saat ini,
- Payback Period (PP) Indonesia baru memiliki tiga perusahaan
Perhitungan payback period (PP) pada penghasil micronized zircon, yaitu PT.
usaha ini bertujuan untuk mengetahui Monokem Surya (MS), PT. Dian Lestari
waktu atau periode pengembalian dari Sejahtera (DLS) dan PT. Iason Dunia
nilai total investasi yang dikeluarkan pada Indonesia. Sedangkan perusahaan lain yang
umur usaha. Usaha ini dikatakan layak jika akan membangun adalah PT. Investasi
nilai PP kurang dari umur usaha tersebut Mandiri Interzircon, PT. Mandor Utama
(PP<umur usaha). Perhitungan payback Mineral, PT. Lubuk Katingan Perdana, PT.
period secara matematis dapat dirumuskan Irfan, dan PT. Prima Utama Mineral (Yazid,
sebagai berikut : 2013).

I PT. DLS adalah perusahaan pertama di


Discounted payback period = x 1 tahun
Ab Indonesia yang memproduksi milled zircon
(+325 mesh dan +425 mesh) dan
Dalam hal ini, micronized zircon (1,5-5 mikron). Pada tahun
I = Nilai Investasi 2012, seluruh produknya sekitar 7.450 ton
Ab = Kas Masuk Bersih yang telah di untuk memenuhi kebutuhan industri dalam
diskonto. negeri, yaitu industri keramik sebanyak 3.700
ton, industri frit 2.500 ton, pasir cetak pada
Pengertian tentang produk domestik regional industri pengecoran logam 1.000 ton dan
bruto dan nilai tambah bahan tahan api 250 ton. Frit dan pengecoran
logam adalah perusahaan yang paling banyak
Data produk domestik regional bruto (PDRB) menggunakan micronized zircon berukuran
adalah salah satu indikator ekonomi makro milled zircon (+325 mesh dan +425 mesh).
yang dapat menunjukkan kondisi perekono-
mian suatu daerah setiap tahun. PDRB pada Bahan baku yang digunakan untuk
dasarnya merupakan jumlah nilai tambah memproses micronized zircon adalah pasir
yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam zirkon yang berasal dari Provinsi Kalimantan
suatu daerah tertentu, atau merupakan jumlah Tengah dengan kadar (ZrO2) 40%, harganya
nilai barang dan jasa akhir (neto) yang sekitar USD 490 per ton. Setelah diolah
dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi (BPS, menjadi micronized zircondengan kadar
2012). Berdasarkan teori ekonomi, pengertian (ZrO2) minimum 62%, harganya sekitar
nilai tambah adalah nilai produksi dikurangi USD1.800 per ton. Pada tahun 2012, PT.
biaya antara (intermediate cost), yaitu biaya Monokem Surya membangun pabrik
pembelian/biaya yang diperoleh dari sektor pengolahan (ZrO2+HfO2), pabrik ini mulai
lain yang telah dihitung sebagai produksi di beroperasi sejak tahun 2013 yang
sektor lain atau berasal dari impor (dihitung memproduksi (ZrO2+HfO2) antara 2.000 ton
sebagai nilai produksi di negara pengekspor). per bulan atau 24.000 ton per tahun. Jenis
Pada umumnya yang termasuk dalam nilai zirkon yang diproduksi adalah konsentrat
tambah suatu kegiatan produksi/jasa adalah zirkon dengan kadar ZrO2 antara 65-66
berupa upah/gaji, laba, bunga uang yang micronized zircon.
dibayarkan (berupa bagian dari biaya), dan
pajak, serta sumbangan untuk pemberdayaan/ Peralatan pengolahan yang digunakan oleh
pengembangan masyarakat lokal. PT. DLS ini, hampir seluruhnya didatangkan
dari luar negeri (impor), hanya sebagian kecil

182
Analisis Biaya Pengolahan Pasir Zirkon (ZrSiO4) Menjadi Pasir Zirkon Berkadar … Triswan Suseno

dari mesin tersebut sudah dimodifikasi dan berbahan baku bauksit. Kapasitas tabung ±
dibuat di dalam negeri. Mesin yang diimpor 40 ton yang berisi pasir zirkon ± 15 ton dan
antara lain magnetic separator, high tension bola penggerus ± 18 ton, hasilnya adalah:
separator, ballmill, filter press, sebagian - konsentrat pasirzirkon berukuran 325
powder dryer. Mesin yang dibuat di dalam mesh membutuhkan waktu sekitar 45 jam,
negeri adalah meja goyang, pengering pasir sedangkan
(sand dryer), perlengkapan ballmill, sebagian - micronized zircon (tepung zirkon)
pengering tepung. Produk yang dihasilkan berukuran ≤1 µm (micronized zircon
oleh perusahaan ini antara lain konsentrat membutuhkan waktu sekitar 6 hari.
zirkon kadar 65,5%, zircon flour 325 mesh,
zirconium silicated nano dan zirconium Produk-produk tersebut kemudian difiltrasi
silicated ultrafine. Penggunaan pemisah dengan menggunakan mesin filter press untuk
magnetik (magnetic separator) dan high menghilangkan/mengurangi air (karena proses
tension separator pernah juga dilakukan oleh grindingnya dalam bentuk basah/wet),
Supriyono dkk. (2006) untuk pasir zirkon yang sehingga tepung zirkon perlu dibentuk seperti
berasal dari Pulau Bangka yang berhasil lempengan kue (zircon cake). Produk-produk
meningkatkan kadar pasir zirkon dari 18,30% tersebut kemudian dikeringkan dengan
hingga mencapai (ZrSiO4) 94,76%. Peralatan menggunakan mesin pengering pasir (sand
yang digunakan dalam peningkatan kadar dryer) atau pengering tepung (powder dryer)
ZrO2 dari pasir zirkon adalah jig, meja untuk mengeringkan dan mengubah cake
goyang, pengering, magnetic separator, high menjadi tepung. Sebelum dipasarkan,
tension separator, penggiling, filter press, micronized zircon (ZrSiO2+HfO2) kadar
powder dryer dan mesin pengepakan. Pasir minimum 65,5% ZrO2 dikemas ke dalam
zirkon yang digunakan sebagai bahan baku karung berukuran 25kg dengan menggunakan
dalam pemrosesan ini berasal dari Provinsi mesin pengepak.
Kalimantan Tengah dengan kadar
ZrO2≤40%). Pasir zirkon dimasukkan ke Bagan alir proses pengolahan micronized
dalam pemisah spiral (humphrey spiral) zircon yang dilakukan di PT. DLS dapat dilihat
kemudian dilakukan proses pemisahan pada Gambar 1, sedangkan peralatannya
dengan pengotor lainnya (ilmenit, rutil dan dapat dilihat pada Gambar 2 dan 3,
pasir kuarsa) menggunakan meja goyang. sedangkan Gambar 4 adalah jenis produknya.
Hasil yang diperoleh dari proses ini terdiri
atas konsentrat zirkon sekitar 2/3 bagian dan Sejak akhir tahun 2013, produsen bijih
1/3 bagian berupa ilmenit, rutil, dan pasir mineral jenis zirkon PT Dian Lestari Sejahtera
kuarsa. Konsentrat zirkon ini dikeringkan di (DLS) telah merampungkan kegiatan
dalam rotary dryer untuk menghilangkan konstruksi untuk peningkatan kapasitas pabrik
kadar air kemudian dimasukkan ke dalam pengolahan micronized zircon. Kapasitas
magnetic separator untuk memisahkan pabrik perusahaan itu akan mencapai 36.000
material magnet dari non magnet. (Silva, ton per tahun atau meningkat lima kali lipat
2012). Proses selanjutnya adalah dengan dibandingkan kapasitas produksi tahun lalu
menggunakan mesin high tension separator sebesar 7.200 ton. Pihaknya menginvestasikan
untuk memisahkan mineral-mineral yang dana senilai USD 2 juta untuk proyek
bersifat konduktor, seperti ilmenit dari pasir pengembangan pabrik tersebut dan telah
kuarsa bersifat non-conductor. Karena pasir mencapai 95% dan siap dioperasikan secara
zirkon dari magnetic separator masih penuh. Seluruh produksi micronized zircon
bercampur dengan kuarsa, maka dilakukan dari DLS dipasok untuk kebutuhan domestik.
pemisahan secara gravitasi hingga diperoleh Umumnya, produk itu disuplai ke pabrik
konsentrat zirkon dengan kadar 66% ZrO2 keramik, seperti Group Mulia dan Group
dan butiran kuarsa berupa tailing. Pengolahan Arwana yang merupakan dua pabrik keramik
dilanjutkan ke proses penggerusan di dalam besar di Indonesia (Yazid, 2013).
silinder (tabung) menggunakan bola
penggerus (ball mill) berdiameter 2 inch yang

183
Pasir zirkon

184
hasil penambangan,
kadar: 40% ZrO2
air

Tangki Konsentrat Zirkon,


pulp (kadar 65% ZrO2)

air
BALL MILL
(Ceramic balls)

Tailing Pulp
(ilmenit, rutil Meja goyang Middling
dan kuarsa)
FILTER PRESS
PENGERING
(ROTARY DRYER ) Konsentrat

PENGERING Cake
PEMISAH MEGNETIK (non magnetic)
BERTINGKAT PEMISAH ELEKTROSTATIK
(magnetic separator) BERTINGKAT
Micronized Zircon < 1 µm
PEMECAH (kadar 65% ZrO 2 + HfO2)
PEMISAH GRAVITASI Kuarsa
MAGNETIK

Konsentrat Zirkon,
(kadar 65% ZrO 2 + Hf)
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 12, Nomor 3, September 2016 : 179 - 194

Gambar 1. Bagan alir pengolahan pasir zirkon – konsentrat zirkon (ZrO2+HfO2) berkadar ZrO2 ≥ 65,5 % – micronized zircon (Aziz, 2014)
Analisis Biaya Pengolahan Pasir Zirkon (ZrSiO4) Menjadi Pasir Zirkon Berkadar … Triswan Suseno

Humphrey spiral Meja goyang (shaking table)

Mesin pengering Mesin press zirkon (zircon cake)

Mesin penggerus Mesin pemisah ukuran butir

Mesin pengepak tepung zirkon Kemasan tepung zirkon

Gambar 2. Peralatan proses pengolahan pasir zirkon menjadi micronized zircon di PT. DLS

185
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 12, Nomor 3, September 2016 : 179 - 194

Gambar 3. Penambahan satu unit alat mill untuk penggerusan pasir zirkon menjadi micronized zircon di PT.
DLS, kapasitas 24.000 ton.

Di bawah ini adalah berbagai produk yang


dihasilkan oleh PT. DLS (Gambar 4).

Konsentrat zirkon kadar 65,5% Zircon flour 325 mesh (micronized)

Zirconium silicated nano Zirconium silicated ultrafine (micronized)

Gambar 4. Beberapa jenis produk lanjut dari pasir zirkon yang diproduksi oleh PT. DLS

186
Analisis Biaya Pengolahan Pasir Zirkon (ZrSiO4) Menjadi Pasir Zirkon Berkadar … Triswan Suseno

HASIL DAN PEMBAHASAN nen yang dihitung berasal dari hasil survei yang
dilakukan pada 2013, meliputi aspek-aspek
Perkiraan biaya investasi pengolahan pasir biaya dan manfaat. Perhitungan finansial
zirkon menjadi micronized zircon di PT. DLS menggunakan dua model pengolahan, yaitu
pengolahan bahan baku pasir zirkon menjadi
Sebelum mengambil keputusan untuk konsentrat zirkon berkadar 65,5% ZrO2 dan
melakukan investasi, selain melakukan tinjauan menjadi micronized zircon.
dari segi teknis, salah satu syarat terpenting
yang juga harus diperhatikan adalah mengkaji Menghitung biaya modal investasi, modal
aspek finansial dan keekonomian. Sebelum kerja dan biaya operasi
dilakukan investasi, perlu dilakukan estimasi
pengeluaran dan penerimaan keuangan selama 1) Pengolahan pasir zirkon kadar 40% ZrO2
umur proyek (pabrik) yang merupakan aliran menjadi konsentrat 65,5% ZrO2
kas keuangan perusahaan (future cash flow). Alternatif kedua dari perhitungan biaya
Aliran keuangan tersebut akan dipakai sebagai investasi dan keuntungan dari pendirian
acuan dalam menilai kelayakan proyek pabrik pengolahan pasir zirkon yang
investasi dari aspek keekonomiannya. berkadar 40% ZrO2 menjadi kadar 65%
Perhitungan biaya investasi usaha pengolahan ZrO2, rincian biayanya dapat dilihat dalam
micronized zircon mengacu pada salah satu Tabel 1.
perusahaan pengolah zirkon di Indonesia yaitu
PT. Dian Lestari Sejahtera (DLS). Nilai kompo-

Tabel 1. Biaya investasi pendahuluan pada pengolahan pasir zirkon dari 40% ZrO2 menjadi pasir zirkon
kadar 65,5% ZrO2 dan micronized zircon (juta rupiah)

Investasi konsentrat
zirkon
Satuan/ Satuan/ Investasi micronized
No. Modal tetap (ZrO2+HfO2)
buah berkadar ZrO2 ≥ buah zircon (Juta Rp.)
65,5 % (juta Rp.)
Perijinan, konsultan dan lain-
1 1 paket 163 1 paket 2.173
lain.
Tahap Development
Pembangunan pabrik/sewa
2 1 paket 2.000 1 paket 10.000
kantor dan kawasan
Peralatan kantor, mebeler dan
3 1 paket 500 1 paket 1.000
lain-lain.
Peralatan Utama
4 Meja goyang 6 300 - -
5 Rotary Dryer 2 200 - -
6 Magnetic separator 2 500 - -
7 High tension separator 2 600 - -
8 Tabung ball mill (tromol) - - 4 2.400
9 Spray Dryer - - 4 560
10 Powder dryer - - 2 1.000
Peralatan Pendukung
12 Ayakan 2 76 4 200
13 Timbangan 1 30 2 60
14 Mesin kemas 1 180 1 180
15 Forklift - - 4 2.200
16 Truk 2 900 5 3.750
17 Kendaraan roda 4 2 500 6 1.500
18 Kendaraan roda 2 - - 8 200
Jumlah 5.959 25.223
Sumber : PT. DLS diolah kembali

187
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 12, Nomor 3, September 2016 : 179 - 194

Perusahaan membeli bahan baku pasir zirkon Selain biaya bahan-bahan di atas, biaya lang-
berkadar 40% ZrO2 dari perusahaan tambang sung lainnya adalah tenaga kerja langsung
seharga USD 900 per ton. Untuk menghasilkan (seperti : operator, supir, mekanik, serabutan)
7.000 ton pasir zirkon kadar 65% ZrO2 per sebanyak 23 orang untuk pengolahan pasir
tahun diperlukan bahan baku sebanyak 11.500 zirkon menjadi konsentrat kadar ≥ 65,5%
ton per tahun. Perincian biaya yang diperlukan ZrO2, sedangkan jika menjadi micronized
dalam pengolahan tersebut dapat dilihat dalam zircon dibutuhkan 90 orang. Rincian tenaga
Tabel 2. kerja langsung dan besarnya upah dapat dilihat
dalam Tabel 3.

Tabel 2. Biaya bahan yang diperlukan untuk pengolahan pasir zirkon dalam satu tahun

Konsentrat zirkon berkadar ZrO2 ≥ 65,5 % (Rupiah)


Jenis/komponen Kebutuhan bahan satuan Harga (Rp.) Jumlah (Rp.)
- Bahan baku pasir zirkon kadar 40% ZrO2 11.500 ton 5.880.000 41.160.000.000
- Bola penggerus - - - -
- Kemasan/kantong 100.600 Lembar 4.200 422.520.000
- Solar 1 Paket paket 3.780.000.000
- Batubara 44.800 ton 6.700 300.160.000
- Listrik 1 paket paket 180.000.000
- Air 7.500 m3 32.000 240.000.000
- Telepon 1 paket paket 144.000.000
Jumlah 46.226.680.000
micronized zircon (Rupiah)
Jenis/komponen Kebutuhan bahan satuan Harga (Rp.) Jumlah (Rp.)
- Bahan baku pasir zirkon kadar 40% ZrO2 9.450 ton 5.880.000 55.566.000.000
- Bola penggerus 1.200 ton 15.600.000 18.720.000.000
- Kemasan/kantong 280.000 lembar 4.200 1.176.000.000
- Solar 1 paket 3.780.000.000
- Batubara 61.200 ton 6.700 410.040.000
- Listrik 1 paket 180.000.000
- Air 30.000 m3 32.000 960.000.000
- Telepon 1 paket 144.000.000
Jumlah 80.936.040.000
Sumber :PT. DLS diolah kembali.

Tabel 3. Kebutuhan tenaga operator dan upah (juta Rp./tahun)

Investasi konsentrat zirkon


Jumlah Jumlah Micronized
Tenaga kerja (ZrO2+HfO2) berkadar
(orang) (orang) zircon
ZrO2 ≥ 65,5 %
Operator meja goyang 4 192 2 60
Rotary Dryer 2 96 10 318
Operator magnetic separator 2 96 8 384
Operator high tension sparator 2 96 6 288
Operator tabung ball mill (tromol) - - 8 384
Operator Alat Penyaring - - 8 384
Operator powder dryer - - 4 192
Operator ayakan 2 96 4 192
Operator timbangan 1 60 4 192
Operator mesin packing 1 60 6 288
Operator forklift - - 4 192
Driver truk 2 96 5 240
Mekanik, maintenance, teknisi 1 54 6 324
Satpam 6 252 15 630
Jumlah 23 1.098 90 4.068

188
Analisis Biaya Pengolahan Pasir Zirkon (ZrSiO4) Menjadi Pasir Zirkon Berkadar … Triswan Suseno

Untuk tenaga kerja tak langsung (manajemen)  Umur usaha pengolahan adalah 10 tahun.
yang diperlukan dalam kegiatan ini sebanyak  Depresiasi mesin, dan kendaraan adalah 5
9 orang yang terdiri atas direktur utama, (lima) tahun (straight line depreciation).
komisaris, manager, supervisor, kepala seksi,  Re-investasi peralatan dan sarana
sekretaris, dan staf kantor. Jumlah tenaga kerja penunjang, pada tahun ke 5 (lima) dengan
tidak langsung dan biaya yang dikeluarkan eskalasi nilai investasi sebesar 10%.
terlihat pada Tabel 4.  Besar nilai sisa peralatan adalah 20%,
sedangkan sarana lain adalah 0%.
Jumlah keseluruhan modal yang dibutuhkan  Tingkat bunga deposito bank (i*) adalah
dalam 6 bulan pertama pengolahan pasir 10% per tahun, bunga pinjaman adalah
zirkon berkadar minimum 65,5% sebesar 12% per tahun.
Rp.31,2 miliar. Sedangkan untuk pengolahan  Kurs rupiah terhadap dolar Amerika
micronized zircon membutuhkan modal ditetapkan sebesar Rp 13.300,-/USD
sebanyak Rp.90,57 miliar (lihat Tabel 5). (http://www.bi.go.id/id/informasi-kurs,
2016).
Perhitungan dalam analisis finansial juga  Pada anaslisis sensitifitas diskenariokan
mempertimbangkan biaya penyusutan harga jual produk turun sebesar 10% per
(depresiasi). Pada analisis ini menggunakan tahun dan pada kondisi yang lain biaya
metode straight line (Suparmoko, 1989) produksi meningkat 10% per tahun.
dengan umur pakai berbeda tergantung dari  Modal kerja awal dikembalikan pada akhir
jenis/barang modal yang dimiliki, umurnya umur proyek.
antara 5 dan 10 tahun sesuai dengan umur  Pembagian deviden/equity sebesar 20%.
proyek. Besar nilai penyusutan tersebut dapat  Hari kerja selama satu tahun adalah 300
dilihat dalam Tabel 6 dan 7. hari

Berpatokan pada harga konsentrat zirkon Pengeluaran perusahaan berupa pajak


(ZrO2+HfO2) berkadar ZrO2 ≥ 65,5% sebesar penghasilan yang besarnya ditetapkan 25%
USD 900 per ton dan micronized zircon sesuai dengan UU No.36/2008 tentang Pajak
kadar 65,5% USD1.800/ton, beberapa asumsi Penghasilan (PPh) dan SE-66/PJ/2010 Tanggal
yang diperlukan dalam perhitungan ini antara 24 Mei 2010 Tentang Penegasan Atas
lain: Pelaksanaan Pasal 31E Ayat (1) UU Nomor 36
 Produksi sebesar 7.000 ton per tahun Tahun 2008 tentang PPh.

Tabel 4. Kebutuhan tenaga tetap (orang) dan upah (juta Rp.)

Investasi konsentrat zirkon


Jumlah Jumlah Micronized
Jabatan (ZrO2+HfO2) berkadar
(orang) (orang) zircon
ZrO2 ≥ 65,5 %
Direktur Utama 1 300 1 300
Komisaris 1 180 1 180
Manager 1 180 3 540
Kepala seksi 2 204 6 612
Sekretaris 1 60 2 120
Staf 2 120 15 1.080
Supervisor 1 54 5 330
Jumlah 9 1.098 33 3.162

189
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 12, Nomor 3, September 2016 : 179 - 194

Tabel 5. Jumlah investasi usaha pengolahan pasir zirkon dari 40% ZrO2 konsentrat zirkon (ZrO2+HfO2)
berkadar ZrO2 ≥ 65,5 % dan micronized zircon (juta Rp.)

Investasi konsentrat
Micronized
No Jenis pengeluaran zirkon(ZrO2+HfO2)
zircon
berkadar ZrO2 ≥ 65,5 %
1 Modal tetap 5.049,00 25.223,00
2 Biaya operasional per tahun
a. Biaya operasional (Manajemen dan
Administrasi) 720,00 3.162,00
b. Biaya tenaga kerja langsung 1.122,00 3.018,00
Upah selama 3 bulan (a+b) : 4 461.00 1,545,00
Jumlah (1+2) 5.510,00 26.768,00
3 Keperluan Modal lancar (3 bulan) 18.798,13 32.298,75
Jumlah investasi (modal tetap+modal lancar) 31.199,13 90.469,75

Tabel 6. Perkiraan besarnya nilai sisa, depresiasi/amortisasi, dan penggantian alat baru
pengolahan pasir zirkon dari 40% menjadi konsentrat 65,5% ZrO2 dan
micronized zircon

Umur Prakiraan Depresiasi/


Nilai
Jenis modal tetap teknik nilai sisa amort/tahun
(juta Rp.)
(tahun) (juta Rp.) (juta Rp.)
Perijinan, konsultan, dll. 163 10 - 16,30
Bangunan Pabrik/ Sewa Kantor dan 2.000 10 - 200
Kawasan
Peralatan kantor, meubelair, dll. 500 10 - 50
Peralatan Utama
Meja goyang (5 unit) 300 5 60 60
Rotary Dryer (2 unit) 200 5 40 40
Pemisah magnetik (2 unit) 500 5 100 100
High tension sparator (2 unit) 600 5 120 120
Peralatan Pendukung
Ayakan (2 unit) 76 5 15,2 15,20
Timbangan (2 unit) 30 5 6 6
Mesin kemasan (1 unit) 180 5 36 36
Truk (2 unit) 500 5 100 100
Jumlah Peralatan Utama dan 5.049 477,20 743,50
Pendukung
Catatan :
Nilai sisa tahun ke-6 Rp.477.200.000,-
Nilai sisa tahun ke-10 Rp 477.200.000,- + (10% x 477.200.000,-) = Rp 524.920.000,-
Depresiasi/penyusutan tahunan Rp. 493.500.000,-
Pembelian alat baru tahun ke-6 Rp. 2.386.000.000,- + (10% x . 2.386.000.000,-) = Rp 2.624.600.000,-

Tabel 7. Perkiraan besarnya nilai sisa, depresiasi/amortisasi dan penggantian alat baru
pengolahan pasir zirkon dari 40% menjadi micronized zircon

Umur Prakiraan Depresiasi/


Nilai
Jenis modal tetap teknik nilai sisa amort/tahun
(juta Rp.)
(tahun) (juta Rp.) (juta Rp.)
Perijinan, konsultan dan lain-lain. 2.173 10 - 217,3
Pabrik, kantor dan kawasan 10.000 10 - 1.000
Peralatan kantor, meubelair dan lain-lain. 1.000 10 200 100
Peralatan Utama
Tabung ball mill/Tromol (3 unit) 2.400 5 480 480
Filter press (4 unit) 560 5 112 112
Alat Penyaring (2 unit) 1.000 5 200 200

190
Analisis Biaya Pengolahan Pasir Zirkon (ZrSiO4) Menjadi Pasir Zirkon Berkadar … Triswan Suseno

Umur Prakiraan Depresiasi/


Nilai
Jenis modal tetap teknik nilai sisa amort/tahun
(juta Rp.)
(tahun) (juta Rp.) (juta Rp.)
Peralatan Pendukung
Ayakan (4 unit) 200 5 40 40
Timbangan (2 unit) 60 5 12 12
Mesin packing (1 unit) 180 5 36 36
Forklift (4 unit) 2.200 5 440 440
Truk (5 unit) 3.750 5 750 750
Kendaraan roda 4 (3 unit) 1.500 5 300 300
Kendaraan roda 2 (4 unit) 200 5 40 40
Jumlah peralatan utama dan pendukung 25.223 2.610 3.727,3
Catatan :
Nilai sisa tahun ke-6 Rp.1.230.000.000,-
Nilai sisa tahun ke 10 Rp 1.320.000.000,- + (10% x 1.320.000.000,-) = Rp 1.452.000.000,-
Depresiasi/penyusutan tahunan Rp. 3.727.300.000,-
Pembelian alat baru tahun ke-5 Rp. 6.600.000.000,- + (10% x 6.600.000.000,-) = Rp 7.260.000.000,-

Perkiraan penerimaan perusahaan dari kegi- zircon, ternyata mendapatkan net present
atan usaha ini berdasarkan kapasitas produksi value (NPV) sebesar Rp.94.154.606.887.07,
tersebut di atas mulai dari tahun ke-1 sampai indek profitabilitas sebesar 1,38 dan indikator
dengan ke-10 dapat dilihat pada Tabel 8. tingkat efisiensi (IRR) sebesar 37,31% per
tahun. Modal yang ditanamkan tersebut
Berdasarkan data dan ketentuan tersebut di diperkirakan akan kembali setelah usaha ini
atas, maka aliran kas dan nilai indikator beroperasi dalam jangka waktu 2 tahun 9
keuntungan usaha pengolahan micronized bulan. Usaha pengolahan pasir zirkon dengan
zircon dapat dilihat dalam Tabel 9. masing-masing produk tersebut layak untuk
diusahakan.
Dengan menggunakan modal sendiri 40%
dan pinjaman bank 60%, peluang usaha pada Apabila terjadi perubahan harga jual turun
pengolahan pasir zirkon berkadar minimum hingga 10% (faktor diskonto), pada usaha
65,5% akan mendapatkan NPV sebesar pengolahan pasir zirkon 65% menjadi
Rp.26.201.238.737.72, indek profitabilitas micronize, maka usaha ini masih bisa
sebesar 1,21, IRR (interaI rate of return) memberikan keuntungan bagi investor,
sebesar 29,35% per tahun, serta demikian pula apabila terjadi kenaikan pada
pengembalian modal pada 3 tahun 5 bulan. komponen biaya operasional sebesar 10%
Sedangkan usaha pengolahan micronized (Tabel 10).

Tabel 8. Perkiraan penerimaan perusahaan pengolahan pasir zirkon dari 40% ZrO2 menjadi
konsentrat zirkon (ZrO2+HfO2) berkadar ZrO2 ≥ 65,5% dan micronized zircon (juta
rupiah)

konsentrat zirkon
Micronized
Simulasi penerimaan (ZrO2+HfO2) berkadar
zircon 2)
ZrO2 ≥ 65,5%1)
Perkiraan nilai penjualan setiap tahun (produksi 7000 ton) 93.100,00 186.200,00
Prakiraan biaya produksi tiap tahun 77.035,50 135.375,00
Akumulasi nilai sisa tahun ke-6 477,20 1.230,00
Akumulasi nilai sisa tahun ke-10 524,92 1.452,00
Akumulasi pengembalian modal kerja akhir tahun ke-10 19.258,63 33.843,75
Keterangan :
7.000 ton x Rp.13.300.000 (US$1.000/ton)
7.000 ton x Rp.26.600.000 (US$2.000/ton)

191
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 12, Nomor 3, September 2016 : 179 - 194

Tabel 9. Nilai manfaat usaha pengolahan pasir zirkon dari 40% ZrO2 menjadi pasir zirkon berkadar
minimum 65,5% ZrO2 dan micronized zircon

konsentrat zirkon
Jenis kegiatan (ZrO2+HfO2) berkadar Micronized zircon
ZrO2 ≥ 65,5%
Kapasitas produksi (ton/tahun) 7.000
Harga (Rp/ton) 13.300.000 26.600.000
Masa operasional (tahun) 10 10
Prakiraan investasi (Rp.) 24.307.625.000 59.066.750.000
Permodalan 40% Milik sendiri + 60% Pinjaman Bank
Indikator ekonomi
Net Present Value (DF=10%) (Rp) 26.201.238.737.72 94.154.606.887.07
Profitability Index(discount faktor = 10%) (Rp) 1,21 1,38
Internal Rate of Return (%) 29,35% 37,31%

Tabel 10. Kemungkinan terjadi penurunan harga dan biaya operasional naik 10%

Perhitungan Jika harga jual turun 10 % 1) Jika biaya operasional naik 10% 2)
Net Present Value Rp. 8.345.727.255.91 Rp. 31.76.8048.991.97
Indek probabilitas 1,23 1,25
Internal Rate Of Return 12,63 % 19,69 %
Periode pengembalian 6 tahun 4 bulan 5 tahun 1 bulan

Manfaat Investasi Rp.59.066.750.000,-, dengan keuntungan


bersih yang didapatkan oleh pengusaha
Manfaat terhadap kesempatan bekerja mencapai Rp.6.515.440.000,-.

Investasi merupakan salah satu kunci Manfaat bagi pemerintah


pertumbuhan ekonomi suatu wilayah, seperti
halnya investasi usaha pengolahan micronized Sedangkan manfaat fiskal yang akan diterima
zircon baik di sekitar maupun luar lokasi pemerintah dengan adanya investasi ini adalah
tambang ternyata mampu membuka lapangan penerimaan dari berbagai jenis pajak, yang
kerja baru. Pabrik pengolahan konsentrat terdiri atas pajak penghasilan tenaga kerja (Pph)
zirkon berkadar ZrO2 ≥ 65,5% mampu sebesar 15% dan pajak penghasilan (PPh)
menyerap tenaga kerja sebanyak 32 orang badan sebesar 25%. Pajak yang didapat
dengan nilai upah/pendapatan sebesar pemerintah dari hasil produksi pengolahan
Rp.1.629.696.000,-, sedangkan pabrik pengo- konsentrat zirkon (berkadar ZrO2 ≥ 65,5%
lahan micronized zircon mampu menciptakan sebesar Rp.1.700.453.000. Namun apabila
lapangan kerja sebanyak 123 orang dengan pengolahan micronized zircon yang didirikan,
total penerimaan gaji/upah sebesar maka pemerintah akan mendapatkan pajak
Rp.6.483.364.000,- per tahun. sebesar Rp.4.203.300.000,-.

Manfaat bagi investor Manfaat terhadap PDB

Manfaat yang akan diperoleh investor dari Produk domestik bruto (PDB) atau disebut
keberadaan usaha ini adalah diperolehnya juga sebagai nilai tambah suatu kegiatan
surplus usaha berikut penerimaan bunga bank produksi/jasa meliputi upah dan gaji, laba,
dari surplus usaha yang disimpannya. Investasi bunga uang yang dibayarkan (berupa bagian
pengolahan konsentrat zirkon (berkadar ZrO2 dari biaya), pajak, serta sumbangan untuk
≥ 65,5%sebesar Rp.24.307.625.000,- yang pemberdayaan/pengembangan masyarakat
ditanamkan ternyata akan memberikan lokal (daerah). Berdasarkan hasil analisis
keuntungan bersih bagi pengusaha sebesar manfaat yang telah di uraikan di atas, maka
Rp.3.990.620.800,-. Investasi yang diperlukan dapat diketahui besarnya PDB/nilai tambah
untuk mengolah micronized zircon adalah yang diperoleh dari kegiatan usaha pengo-

192
Analisis Biaya Pengolahan Pasir Zirkon (ZrSiO4) Menjadi Pasir Zirkon Berkadar … Triswan Suseno

lahan konsentrat zirkon (ZrO2+HfO2) UCAPAN TERIMAKASIH


berkadar ZrO2 ≥ 65,5% atau micronized
zircon meliputi upah dan gaji tenaga kerja, Pada kesempatan ini penulis tidak lupa
surplus usaha dan pajak. mengucapkan terima kasih kepada Para
penulis dalam daftar pustaka, media
Beroperasinya satu perusahaan pengolahan elektronik dan para editor yang telah
konsentrat zirkon (ZrO2+HfO2) berkadar ZrO2 memberikan data, informasi dan inspirasi
≥ 65,5% diperkirakan akan memberikan sehingga terwujudnya makalah ini. Penulis
kontribusi terhadap produk domestik bruto berharap semoga makalah ini dapat
(PDB) sebesar Rp.8.311.000.000,-. Namun memberikan manfaat khususnya bagi penulis,
apabila pengolahan micronized zircon yang para peneliti dan pemerhati pasir zirkon.
didirikan, maka kontribusi yang terserap
sebesar Rp.21.001.592.000,-.
DAFTAR PUSTAKA

KESIMPULAN DAN SARAN BPS, 2012. Produk domestik regional bruto


propinsi-propinsi di Indonesia, hal.: xix-xxiv,
Kesimpulan 161 hal., Badan Pusat Statistik, Jakarta.

Casasola, R., J.Ma. Rincón, M. Romero, 2012.


Berdasarkan potensi sumber daya pasir
Glass-ceramics glazes for ceramic tiles – a
zirkon, hasil perhitungan finansial terhadap review Journal of Material Science, 47 (2012)
usaha pengolahan pasir zirkon dapat 553-582; doi: 10.1007/s10853-011-5981-y ,
disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: Group of Glassy and Ceramic Materials,
1. Pengolahan dan penjualan dalam bentuk Instituto de Ciencias de la Construcción
micronized zircon akan lebih mengun- Eduardo Torroja, CSIC. C/ Serrano Galvache
tungkan dua kali lipat dibandingkan 4, 28033 Madrid, Spain.
dengan hanya mengolah dan menjualnya
Gaspersz, V., 1992. Analisis sistem terapan
dalam bentuk konsentrat zirkon (berkadar
berdasarkan pendekatan teknik industri,
ZrO2 ≥ 65,5%).
Penerbit Tarsito, Bandung, hal 104-175.
2. Hilirisasi pengolahan pasir zirkon menjadi
micronized zircon mampu menyerap tena- Hidayat, M., 2012. Menggunakan Microsoft Excel
ga kerja lebih banyak, pendapatan negera, untuk menghitung kelayakan keuangan
nilai tambah dan keuntungan perusahaan dalam suatu studi kelayakan bisnis, Program
lebih besar dibandingkan dengan hanya Studi Akuntansi Politeknik PalComTech,
mengolah dalam bentuk konsentrat zirkon Palembang 13 hal.
(berkadar ZrO2 ≥ 65,5%).
http://www.bi.go.id/id/informasi-kurs, 2015 dan
2016. Informasi Kurs, Kurs Transaksi Bank
Saran
Indonesia Mata Uang USD tahun 2013-2014,
08 Juni 2015, Jam 10:20.
1. Jika industri berkembang dan kebutuhan
pasir zirkon semakin banyak, maka ke Poernomo, H., 2012. Informasi umum zirkonium,
depan harus ada pembatasan ekspor pasir Pusat Teknologi Akselerator dan Proses
zirkon berkadar (ZrO2) ≥ 65,5% dalam Bahan, Badan Tenaga Nuklir Nasional, hal.
rangka menjamin kebutuhan bahan baku 12-19, Yogyakarta.
dalam negeri.
Rachmawan, R., 2011. Kajian ekonomi batubara
2. Pembatasan ekspor tersebut dimaksudkan
dalam kaitannya dengan cadangan batubara
untuk mendorong tumbuhnya hilirisasi
(Studi kasus : Tambang mereh, PT. Arutmin),
industri pegolahan pasir zirkon menjadi Prosiding Profesi Tahunan XX PERHAPI
micronized zircon dalam rangka Lombok, ISBN:978-979-8826-20-7, Nusa
memenuhi permintaan micronized zircon Tenggara Barat, 10-11 Oktober 2011, 726
oleh industri keramik, bata tahan api dan hal., hal. 262-271, Lombok.
pasir cetak di dalam negeri.

193
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 12, Nomor 3, September 2016 : 179 - 194

Silva, M.G., Lira, T.S., Arruda, E.B.; Murata, V.V. Suparmoko, M., 1989. Ekonomi sumberdaya alam
dan Barrozo, M.A.S., 2012. Modelling of dan lingkungan, Pusat Antar Universitas-Studi
fertilizer drying in a rotary dryer: parametric Ekonomi Universitas Gajah Mada,
sensitivity analysis, Brazilian Journal of Yogyakarta, 71 hal.
Chemical Engineering, On-line version ISSN
0104-6632, Braz. J. Chem. Supriyono, Yusuf, R., Amiruddin, D., Purnawan,
Eng. vol.29 no.2 São Paulo Apr./June 2012, W. dan Setiawan, W.A., 2006. Penelitian dan
http://dx.doi.org/10.1590/S0104, Process pemisahan ekstriasi zirkon-hafnium dari
Systems Engineering. tailing timah Bangka, Jurnal Teknologi
Mineral dan Batubara, No. 36 Tahun 14,
Subekti, R.A., Susatyo, A. dan Sudibyo, H., 2013. Januari 2006, ISSN 0854-7890, hal. 18-26,
Studi teknik dan ekonomi pengembangan Bandung.
potensi energi angin di wilayah Jawa Barat,
Mekatronik, dan Teknik Kendaraan Komplek Suseno, T., Suciyanti, M. dan Suherman, I., 2015.
LIPI Bandung, Prosiding Seminar Nasional Analisis pospek pemanfaatan zirkon dalam
Rekayasa Energi, 18 September 2013, Hal. industri keramik, frit, bata tahan api dan
121-126, ISBN 879-602-17952-0-0, Bandung. pengecoran logam, Jurnal Teknologi Mineral
dan Batubara, Volume 11, No. 2, Mei 2015,
Sudiyanto, A., Widodo, P., Cahyadi, T.A., dan Hal. 93-106.
Pratiwi, 2011. Analisis kelayakan ekonomi
rencana penambangan bijih mangan Suseno, T., 2015. Analisis pospek pasir zirkon
Karangsari Kabupaten Kulonprogo-DIY, Indonesia di pasar dunia, Jurnal Teknologi
Prosiding Profesi Tahunan XX PERHAPI Mineral dan Batubara, Volume 11, No. 1,
Lombok, ISBN:978-979-8826-20-7, Nusa Januari 2015, Hal. 61-77.
Tenggara Barat, 10-11 Oktober 2011, 726
hal., hal. 289-301, Lombok. www.esdm.go.id/...peraturan-menteri, 2016.
Permen ESDM No.8 Tahun 2015 Tentang
Sugiharto, T., 2002. Studi kelayakan proyek Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui
pengembangan perkebunan pisang abaca Pengolahan dan Pemurnian Mineral, Minggu,
dengan menggunakan analisis penganggaran 28 Februari 2016, jam 11:31.
modal, Jurnal Ekonomi Dan Bisnis, Jilid 7, No
3; hal : 145-150. Yazid, M., 2013. Dian Lestari bakal impor
zirkonium silikat, http://industri.kontan.co.id/
news/, jam 08.00, 13 April 2013.

194
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 12, Nomor 3, September 2016 : 195 - 207

TIDAK SEDERHANA MEWUJUDKAN INDUSTRI


PENGOLAHAN NIKEL LATERIT KADAR RENDAH DI
INDONESIA SEHUBUNGAN DENGAN UNDANG-
UNDANG MINERBA 2009
No Simple to Realize Low Grade Laterite Nickel Processing Industry
in Connection with Indonesian Mining Law 2009

PUGUH PRASETIYO

Puslit Metalurgi dan Material (P2M2) LIPI


Kawasan PUSPIPTEK Gedung 470, Cisauk, Tangerang Selatan
Banten 15314, Indonesia
Telp. +62 21 7560911, Fax. +62 21 7560553
e-mail: pprasetiyo2002@yahoo.com

ABSTRAK

Ada dua jalur proses untuk mengolah bijih nikel oksida yang lazim disebut laterit, yaitu pirometalurgi dan
hidrometalurgi. Pirometalurgi digunakan untuk mengolah laterit jenis saprolit berkadar nikel tinggi (Ni≥1,8%)
untuk memproduksi FeNi atau Ni matte. Hidrometalurgi digunakan untuk mengolah laterit kadar rendah
(Ni<1,8%) yang belum ada di tanah air. Dalam perkembangannya pirometalurgi digunakan untuk mengolah
laterit kadar rendah menghasilkan NCPI/NPI (Nickel Contain Pig Iron/Nickel Pig Iron) di Tiongkok. Selanjutnya
NCPI/NPI digunakan sendiri oleh Tiongkok sebagai pengganti FeNi untuk membuat besi-baja tahan karat. Bahan
baku pembuatan NCPI/NPI Tiongkok diperoleh dari mengimpor laterit Filipina dan Indonesia. Dengan mulai
berlakunya UU Minerba (Mineral dan Batubara) tahun 2009 yang mewajibkan bahan baku harus diolah di dalam
negeri sebelum diekspor, dan melarang ekspor bahan baku mulai 12 Januari 2014. Maka Indonesia mungkin
akan menghadapi masalah hukum dagang internasional yang tidak sederhana sebagai konsekuensi dari larangan
ekspor mineral. Masalah lainnya bagaimana harus mengolah mineral di dalam negeri, dan siapa yang akan
menyerap pasar hasil olahan mineral. Melihat kenyataan ini pemerintah harus mengoptimalkan litbang
(penelitian dan pengembangan) yang ada di departemen maupun non departemen.

Kata kunci : laterit kadar rendah, limonit, saprolit, pyrometalurgi, hydrometalurgi, UU. Minerba 2009.

ABSTRACT

There are two process lines in beneficiating nickel oxide ores or lateritic ore by using the pyrometallurgy and
hydrometallurgy. The pyrometallurgy technology has been applied to process saprolite containing high grade
nickel laterite (Ni≥1.8%) to produce FeNi or Ni matte. While, the hydrometallurgy technology has been applied
to process low grade laterite (Ni<1.8%), however, the last type of the process is not applied yet in Indonesia.
Based on technology development, the pyrometallurgy has been used successfuly to process low-grade laterite
for NCPI / NPI (Nickel ContainPig Iron / Nickel Pig Iron) production in China, which is subsequently utilized
solely by the Chinese as a substituted FeNi in stainless steel making. The raw material for manufacturing NCPI /
NPI, China has imported laterite ore from the Philippines and Indonesia. Presently, with the issuance of the
Mining Law of mineral and coal in 2009, which requires that raw materials must be processed within the
country before being exported, and have prohibited the export of raw materials since January, 12, 2014. Hence,
Indonesia might be facing the problem of international commercial law in the future, which would not be a
simple consequence of the ban of exporting raw minerals. Another problem is how to process the mineral in the

Naskah masuk : 22 Juli 2015, revisi pertama : 20 November 2015, revisi kedua : 14 Maret 2016, revisi terakhir : September 2016. 195
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 12, Nomor 3, September 2016 : 195 - 207

country, and who will be the market customer target of the processed minerals. Due to this reality, the
Indonesian government must optimize the research and development that has been done by many departments
or non-departmental institutions.

Key words: the low grade laterite, limonite, saprolite, pyrometallurgy, hydrometallurgy, mining law 2009.

PENDAHULUAN kadar tinggi jenis saprolit dari Pomalaa sudah


diekspor ke Jepang sejak era pemerintah
Undang–Undang Mineral dan Batubara (UU kolonial Belanda. Pada era kolonial Belanda
Minerba) tahun 2009, melarang ekspor bahan mulai tahun 1930-an, ekspor dilakukan oleh
baku mineral, semua mineral mentah harus Oost Borneo Maatschappy (OBM) perusahaan
diolah di dalam negeri sebelum diekspor. milik pemerintah kolonial. Selain ke Jepang,
Mulai 12 Januari 2014, ekspor mineral dihen- ekspor laterit oleh PT Antam juga dilakukan ke
tikan dan wajib untuk mengolah mineral di Australia untuk limonit dengan persyaratan
dalam negeri. Indonesia sebagai negara yang tertentu, dan juga ke Tiongkok untuk saprolit
berlimpah dengan sumber daya alam bijih kadar rendah dengan kandungan Ni ≥ 1,5 %.
nikel oksida yang lazim disebut laterit, akan (Wiryokusumo, Loebis, et al. 1997; Anonim,
menghadapi masalah yang tidak sederhana 1999; Jiang, Wang, et al. 2014).
sehubungan dengan terbitnya UU Minerba
tersebut. Indonesia mungkin akan menghadapi Adapun pembahasan terhadap laterit kadar
masalah hukum dagang internasional yang rendah ini bertujuan untuk memberi pencerah-
tidak sederhana sebagai konsekuensi dari la- an, memberi informasi perkembangan industri
rangan ekspor mineral. Sedangkan untuk me- dan teknologi pengolahan laterit kadar rendah
wujudkan industri pengolahan laterit baik ter- di beberapa negara termasuk di Indonesia,
hadap bijih kadar tinggi maupun kadar rendah, sehingga menggugah para penentu kebijakan
selain dibutuhkan dana yang tidak sedikit dan mineral Indonesia, mau diapakan laterit kadar
teknologi yang sesuai, juga siapa target pasar rendah yang terdiri dari limonit dan saprolit
yang siap menyerap produk hasil olahan ter- yang mengandung Ni < 1,8 % dan belum bisa
sebut. Oleh karena itu, yang bisa mewujudkan diolah di Indonesia. Karena laterit adalah keka-
industri pengolahan laterit adalah BUMN yaan alam Indonesia yang jumlahnya berlim-
seperti PT Aneka Tambang atau PMA seperti pah. Jika bukan kita yang peduli dengan keka-
PT Vale Indonesia, dan untuk bisa terwujud yaan alam ini, siapa lagi yang harus peduli.
sangat dibutuhkan kepedulian pemerintah.

Laterit jenis saprolit yang berkadar nikel tinggi METODE


(Ni ≥ 1,8 %) memang tidak ada masalah
dengan terbitnya UU Minerba, karena tipe Kajian ini dilakukan berdasarkan data sekunder
saprolit tersebut sudah diolah di Pomalaa, dari berbagai referensi, data-data dikumpulkan,
Sulawesi Tenggara untuk memproduksi FeNi dikompilasi dan disusun mulai dari inven-
(ferro nikel) oleh BUMN PT Antam (Aneka tarisasi proses-proses pengolahan laterit kadar
Tambang), dan untuk memproduksi nikel rendah, perkembangan teknologi pemrosesan
matte (Ni-Matte) di Sorowako oleh PMA yaitu bijih nikel laterit, kondisi pertambangan nikel
PT Vale Indonesia. Namun sebaliknya untuk laterit di Indonesia dan keterkaitannya dengan
bijih laterit kadar rendah yang terdiri dari Undang Undang Minerba 2009.
limonit dan saprolit yang memiliki kandungan
Ni < 1,8 %, otomatis akan menjadi masalah
yang tidak sederhana. Karena untuk mewujud- PEMBAHASAN
kan industri pengolahan laterit kadar rendah
selain dibutuhkan dana yang tidak sedikit dan Inventarisasi Proses Pengolahan Laterit Kadar
teknologi yang sesuai, juga perlu pasar yang Rendah
siap menyerap produk hasil olahan.
Secara ideal endapan laterit dialam dari
Dengan terbitnya UU Minerba maka otomatis daerah tropis dan proses pengolahannya,
juga akan berpengaruh pada ekspor bijih nikel dapat dilihat pada Gambar 1.
laterit oleh BUMN (PT Antam). Karena laterit

196
Tidak Sederhana Mewujudkan Industri Pengolahan Nikel Laterit …Puguh Prasetiyo

Gambar 1. Lapisan ideal laterit daerah tropis dialam dan pengolahannya (Butt,2007)

Ada dua jalur proses pengolahan laterit untuk Leaching/ Pressure Acid Leaching) untuk
memasok kebutuhan nikel dunia, yaitu mengolah limonit guna memproduksi NiS
pirometalurgi dan hidrometalurgi. Adapun (nickel sulfide). Di Indonesia belum ada
diagram alir proses pengolahan laterit yang pabrik pengolahan laterit kadar rendah
sudah komersial dengan jalur pirometalurgi menggunakan teknologi hidrometalurgi, baru
dan hidrometalurgi, dapat dilihat pada hanya sebatas ijin dari pemerintah kepada
Gambar 2. pihak asing. PT Pasific Níkel USA mendapat
ijin untuk mengolah laterit pulau Gag Papua
Pirometalurgi digunakan untuk mengolah dengan proses Caron pada Februari tahun
saprolit berkadar nikel tinggi (Ni≥1,8% di 1969. (Anonim, 2012). Perkembangan
Indonesia) untuk memproduksi FeNi seperti selanjutnya PT Pasific Níkel USA
produksi PT Aneka Tambang di Pomalaa, mengembalikan ijin ke pemerintah. Kemudian
Sulawesi Tenggara. Atau untuk memproduksi pada Februari 1998, pemerintah memberi ijin
Ni-matte seperti produksi PT Vale Indonesia lagi untuk mengolah laterit dengan proses
di Sorowako, Sulawesi Tenggara. Secara berbasis HPAL/PAL kepada dua PMA yaitu PT
global sebagian besar proses pirometalurgi BHP Australia untuk mengolah laterit pulau
digunakan untuk memproduksi FeNi. (Dalvi, Gag Papua, dan PT Weda Bay Níkel (WBN)
Bacon., et al. 2004). Selanjutnya FeNi Canada untuk mengolah laterit teluk Weda
digunakan untuk membuat baja tahan karat Halmahera Maluku Utara, dimana ijin yang
atau stainless steel (SS). dikeluarkan oleh pemerintah pada Febuari
1998 adalah kontrak karya (kk) generasi ke 7
Hidrometalurgi digunakan untuk mengolah (www.gagnickel.com., Baillie, 2002).
laterit kadar rendah yang terdiri dari limonit
dan saprolit kadar rendah dengan kandungan Adapun pionir pengolahan laterit kadar
Ni<1,8 % (di Indonesia). Pada umumnya rendah dengan jalur hidrometalurgi adalah
proses Caron digunakan untuk mengolah Freeport USA yang beroperasi di Cuba sampai
serpentin (saprolit kadar rendah) guna 1960. Pabrik untuk mengolah laterit kadar
memproduksi NiO (nickel oxide). Sedangkan rendah jenis serpentin (saprolit kadar rendah)
proses HPAL/PAL (High Pressure Acid dengan proses Caron untuk memproduksi

197
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 12, Nomor 3, September 2016 : 195 - 207

NiO dibangun di Nicaro, Cuba pada tahun untuk memproduksi FeNi, NPI, dan
1942/1943. Freeport USA dengan bantuan menggunakan proses HPAL/PAL, dapat dilihat
Sherrit Gordon Canada juga membangun pada Tabel 1.
pabrik untuk mengolah limonit dengan proses
HPAL/PAL untuk memproduksi NiS di Moa Biaya modal (Capex) membuat NPI di
Bay tahun 1959. Perkembangan selanjutnya, Tiongkok lebih murah karena Tiongkok tidak
Freeport USA dinasionalisasi oleh pemerintah perlu membangun pabrik baru untuk
Cuba dibawah rezim Fidel Castro pada 1960. memproduksi NPI. Pabrik-pabrik peleburan
Sampai saat ini (2015) kedua pabrik tersebut besi/baja yang sudah ada yang tadinya untuk
masih beroperasi, dan di Punta Gorda Cuba memproduksi besi-baja “dimodifikasi” untuk
beroperasi pabrik untuk mengolah laterit memproduksi NPI. Seluruh produk NPI dibeli
kadar rendah jenis serpentin dengan proses oleh pemerintah Tiongkok digunakan untuk
Caron yang mulai beroperasi 1986 (Habashi, membuat besi-baja. Biaya operasi (Opex)
1993). Diluar Cuba kedua proses tersebut pembuatan NPI relatif mahal dibandingkan
(proses Caron dan proses HPAL/PAL) dengan HPAL/PAL dan FeNi. Biaya operasi
digunakan untuk mengolah laterit kadar (Opex) tersebut tidak menjadi masalah karena
rendah seperti di Australia, New Caledonia, Cina mempunyai energi listrik yang berlimpah
Papua Nugini, Philipina, Brasilia, dan pulau dari PLTA Tiga Ngarai bendungan terbesar di
Madagaskar Afrika. Pada era tahun 2000-an dunia. Bahkan pemerintah mengeluarkan
pasca kegagalan tiga HPAL/PAL plant generasi kebijakan agar pabrik-pabrik yang menggu-
kedua di Australia, pengolahan laterit kadar nakan blast furnace (BF), secara bertahap
rendah beralih pada pembuatan NCPI/NPI supaya beralih menggunakan rotary kiln (RK)
untuk memproduksi besi-baja yang dipelopori dan electric furnace (EF) yang lebih ramah
oleh Tiongkok. Adapun dasar pemilihan terhadap lingkungan. Karena pemakaian
proses untuk mengolah laterit berdasarkan batubara pada blast furnace (BF) tidak ramah
biaya modal (Capex) dan biaya operasi (Opex) terhadap lingkungan. (Lennon, 2007).

Laterit

Limonit Saprolit

Nickel Pig RKEF-Ferro RKEF-Matte


HPAL Proses Caron
Iron (NPI) Nickel Smelting

Pengeringan High Presure Pemanggangan Pengeringan Pemanggangan


(Drying) Acid Leach Reduksi (Drying) Reduksi

CCD & Pelindian Pemanggangan Matte


Sintering
Neutralization Ammoniak Reduksi Smelting

Blast Furnace Pemurnian Pemurnian Electric Furnace


Converting
(BF) Smelting dan Perolehan dan Perolehan (EF) Smelting

Ni Pig Iron Campuran Ni & Ni karbonat FeNi Ni matte


Co sulfida (NiS)
atau campuran
Ni & Co
hidroksida (Ni(OH)2 )

Gambar 2. Diagram alir proses pengolahan laterit (Rodrigues, 2013)

198
Tidak Sederhana Mewujudkan Industri Pengolahan Nikel Laterit …Puguh Prasetiyo

Tabel 1. Modal dan biaya operasi untuk memproduksi FeNi, NPI, dan
menggunakan proses HPAL/PAL (Elias, 2013)

Biaya Modal
Produk/Proses Biaya Operasi
(US $/lb Ni tahun)
FeNi 30 - 40 Pertengahan
NPI (BF : Blast Furnace) 10 - 15 Tinggi
HPAL 30 - 40 Pertengahan

Proses Caron Proses HPAL/PAL

Proses Caron telah digunakan di beberapa Prinsip proses HPAL/PAL, dimulai dengan cara
negara seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2. limonit dilindi menggunakan asam sulfat
(H2SO4) pada temperatur (230 – 260 0C) dan
Proses Caron tergolong sebagai kombinasi jalur bertekanan tinggi (4000 – 4500 kPa) di dalam
piro-hidrometalurgi karena melalui tahapan autoclave. HPAL/PAL plant generasi pertama
pengeringan yang dilanjutkan dengan dibangun di Moa Bay oleh Freeport USA
kalsinasi/reduksi pada suhu ± 760 0C, dan dengan bantuan Sherrit Gordon Canada pada
terhadap produk kalsinasi/reduksi dilakukan tahun 1958/1959. Moa Bay plant belum selesai
pelindian dengan pelarut AAC (Ammonia pembangunannya saat pemerintah Cuba
Ammonium Carbonate) pada temperatur kamar (dibawah rezim Fidel Castro) menasionalisasi
dan tekanan atmosfir. Secara teknologi proses Freeport tahun 1960. Dengan bantuan Uni
Caron sudah mapan (proven) namun proses ini Soviet (Rusia) maka proyek tersebut bisa
mulai ditinggalkan sebagai akibat kenaikan dirampungkan pada tahun 1961. Moa Bay
harga minyak dunia yang dramatis setelah plant baru bisa berjalan dengan normal setelah
1973. Sehingga bagi perusahaan perusahaan mengalami berbagai ragam kesulitan dalam
yang tidak mampu menyiasati harga BBM kurun waktu 7 tahun. Seiring dengan bubarnya
(Bahan Bakar Minyak) yang mahal agar tetap Uni Soviet (Rusia) pada tahun 1990an,
beroperasi, terpaksa tutup seperti yang ditun- membawa pengaruh terhadap Moa Bay plant
jukkan pada Tabel 2. Perusahaan yang beren- karena selama ini semua produk NiS dibeli
cana akan membangun pabrik baru seperti PT oleh Uni Soviet (Rusia). Melihat kenyataan ini
Pasific Níkel USA, terpaksa batal membangun maka pemerintah Cuba melakukan kerja sama
pabrik di pulau Gag Papua Indonesia pada dengan Sherrit Gordon Canada untuk proyek
1974. Akhirnya menurut informasi Moa Bay (dengan kepemilikan sama masing
www.gagnickel.com bahwa PT Pasific Níkel masing 50 %) yang ditanda tangani Desember
USA mengembalikan ijinnya ke pemerintah 1994. Dalam perjanjian kerja sama tersebut
Indonesia. Akibat harga BBM yang mahal maka kinerja Moa Bay plant diperbaiki dari
pemain nikel dunia melakukan litbang (pene- penambangan sampai pengolahan, dan seluruh
litian dan pengembangan) proses pengolahan produk NiS diolah lebih lanjut oleh Sherrit
laterit dengan proses HPAL/PAL. Karena proses Gordon di Fortsaskatchewan Canada.
HPAL/PAL telah terbukti di Moa Bay plant (Chalkley, Toirac, 1997).
Cuba mengkonsumsi energi rendah dengan
perolehan yang tinggi baik untuk nikel maupun
kobal yaitu Ni > 90 % dan Co > 90 %.

Tabel 2. Negara-negara pengguna proses Caron (Prado, 2014)

Perusahaan Lokasi Tahun Beroperasi Status


Cubaniquel Nicaro, Holguin, Cuba 1945 Beroperasi
QNY Yabulu, Australia 1974 Beroperasi
Niquel Tocantins Niquelandia, Brazil 1981 Beroperasi
Cubaniquel Punta Gorda, Cuba 1986 Beroperasi
Ferromin Sered, Slovakia 1958 Tutup
International Níkel Sudbury, Canada 1975 Tutup
Nonoc Philipina 1975 Tutup

199
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 12, Nomor 3, September 2016 : 195 - 207

Berkat kerja sama tersebut terjadi perbaikan di Australia, Philipina, Indonesia, Papua
yang cukup berarti terhadap produksi NiS. Nugini, Kaledonia Baru, Madagaskar, Brasilia,
Dari kapasitas pabrik ±25.000 ton Ni/tahun, dsb. Namun yang terealisasi sampai 2004
berturut-turut dicapai produksi tertinggi hanya lima (5) HPAL plant, dan hal ini dapat
±19.500 ton Ni/tahun pada tahun 1989, dilihat pada Tabel 4.
selanjutnya produksi bisa ditingkatkan
menjadi ±20.651 ton Ni/tahun pada tahun Walaupun teknologi HPAL telah sukses pada
1995 dan meningkat lagi menjadi ±26.035 skala laboratorium maupun skala pilot plant
ton Ni/tahun pada tahun 1996. Telah terbukti untuk mengolah berbagai jenis laterit.
pula bahwa sampai mendapatkan produk Kenyataan yang terjadi, teknologi HPAL gagal
akhir NiS ternyata berbiaya operasi murah, saat digunakan pada tiga HPAL plant generasi
yaitu US $ 3.12/lb Ni (Chalkley, Toirac, kedua di Australia.Tiga HPAL plant generasi
1997.; Wedderburn, 2010). kedua tersebut adalah Bulong, Cawse, dan
Murrin-Murrin. Akhirnya Bulong tutup pada
Kesuksesan Moa Bay HPAL plant menjadikan tahun 2003, Cawse mengikuti jejak Bulong
proses HPAL sebagai pilihan utama untuk tutup pada tahun 2008. Sedangkan Murrin-
mengolah laterit kadar rendah kedepan, untuk Murrin berpindah kepemilikan ke Minara
memenuhi kebutuhan nikel dunia yang terus pada tahun 2004, selanjutnya Minara
meningkat terutama nikel untuk bahan baku mengolah sebagian laterit kadar rendah
besi-baja tahan karat (SS : stainless steel). dengan heap leaching (HL). Kemudian larutan
Disamping itu cadangan laterit secara global hasil heap leaching (HL) dicampur dengan
± 70 % berupa limonit yang merupakan bijih laterit yang sudah diseleksi, lalu diproses
laterit kadar rendah seperti yang ditunjukkan didalam autoclave dengan teknologi
pada Tabel 3. HPAL/PAL. Kegagalan HPAL plant generasi
kedua di Australia diduga karena mengolah
laterit kadar rendah dengan kandungan silikat
Tabel 3. Cadangan laterit secara global (Elias, tinggi (rata rata SiO2 ± 42 %). Adapun sampai
2013) tahun 2015, masih ada proyek-proyek
HPAL/PAL plant yang mengalami kesuksesan
Milyar dan/atau kegagalan seperti yang ditunjukkan
Milyar
ton %
ton % Ni olehTabel 5.
logam Total
bijih
Ni
Saprolit Ravensthorpe di Australia menggunakan
2700 1,79 48 30 proses EPAL (Enhance Pressure Acid Leach).
(silikat)
Limonit 9600 1,17 112 70 Pada proses EPAL, limonit dan saprolit diolah
Total 12.300 160 100 secara bersamaan. Limonit diolah mengguna-
kan proses HPAL/PAL sedangkan saprolit
dengan atmospheric leaching (AL). Proyek-
Disamping sukses Moa Bay HPAL/PAL plant proyek yang mengalami kesuksesan adalah
juga ada litbang (penelitian dan pengem- CBNC dan THPAL milik SMM (Sumitomo
bangan) lain yang sukses untuk proses HPAL, Metal Mining) Jepang yang beroperasi di
dan modifikasi proses berbasis HPAL. Litbang Philipina. Sedangkan yang mengalami
yang sukses dilakukan oleh Sherrit Gordon “kegagalan” karena masih ada masalah pada
Canada terutama untuk proses HPAL, AMAX operasi pabriknya, sehingga kapasitas produk-
USA terutama untuk modifikasi proses si belum tercapai secara optimal. Masalah
berbasis HPAL, COFREMMI Perancis, dan tersebut terus dicari jalan keluarnya agar
kerja sama AMAX-COFREMMI untuk pilot kapasitas produksinya bisa tercapai sesuai
plant skala besar untuk mengolah laterit dari dengan yang direncanakan.Telah terbukti
New Caledonia dengan proses berbasis HPAL sampai 2015, ternyata HPAL plant yang
yang dimodifikasi. (Wicker and Jha, 1986.; sukses setelah Moa Bay HPAL plant
Anonim, 1986). disebabkan karena mengolah limonit dengan
kandungan silikat rendah (Si < 10 % atau
Selanjutnya bermunculan rencana untuk SiO2< 21,43 %) yang mirip dengan limonit
membangun pabrik pengolahan laterit kadar dari Moa Bay Cuba. Atau seperti Minara (dulu
rendah dengan HPAL oleh pemain nikel dunia Murrin-Murrin) yang mengendapkan silikat

200
Tidak Sederhana Mewujudkan Industri Pengolahan Nikel Laterit …Puguh Prasetiyo

(SiO2) dengan heap leaching (HL). Selanjutnya perbandingan kandungan unsur-unsur bahan
larutan hasil heap leaching (HL) bersama bijih baku laterit kadar rendah pada HPAL plant di
laterit yang sudah diseleksi, diolah dengan Cuba, Australia, dan Philipina, dapat dilihat
proses HPAL/PAL didalam autoclave. Adapun pada Tabel 6 berikut.

Tabel 4. HPAL plant di Cuba, Australia dan Philipina (Dalvi, Bacon, et al., 2004)

Operasi Perusahaan Negara Kapasitas Produk Mulai Proses


ton Ni/th Operasi
Moa Bay Freeport Cuba 25.000 NiS 1959 HPAL
Pemerintah Cuba 6.000 2000
+ Sherrit Gordon
Resolute/Preston
Bulong Resources Australia 7.000 Elektroda 1998 HPAL
Ni (tutup 03)
Cawse Centaur Australia 9.000 Elektroda 1998 HPAL
Ni (tutup 08)
Murrin- Murrin Anaconda Níkel Australia 40.000 Briket Ni 1999 HPAL
Rio Tuba Coral Bay Philipina 10.000 NiS 2004 HPAL
Níkel/Sumitomo

Tabel 5. HPAL/PAL proyek di dunia tahun 2015 (Tsuchida, 2015)

Tercapai Disain Indeks biaya


Kapasitas Produksi 2014
Mulai kapasitas (Biaya PJ/ Ni lb
(kT/tahun) (kT)
(Tahun) pertahun)
Murrin-Murrin 45 1999 2013 44,1 -
Ravensthorpe 45 2008 - 36,4 28,2
Goro 60 2011 - 19,8 52,8
Ramu 31 2012 - 19,9 30,6
Ambatovy 60 2012 - 37,0 52,9
CBNC 20 2009 2011 24,0 12,6
THPAL 30 2013 2015 26,3 27,1

Tabel 6. Kandungan unsur-unsur pada laterit kadar rendah untuk bahan baku HPAL plant (Habashi, 1993.,
Motteram dan Ryan, 1997; Tsuchida,Osaki, et al.,2004)

% Berat
Unsur Nontronite Murrin
Limonit Moa Bay Limonit Rio Tuba
Murrin
Ni 1,30 1,30 1,26
Co 0,15 0,09 0,09
Fe 48 22 42,30
Al 4,50 2,50 1,83
Mg 1,00 4 2,21
SiO2 3,7 42 17,46 (Si±8,15)
Mn 0,75 0,40 0,70
Cr - - 1,89

201
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 12, Nomor 3, September 2016 : 195 - 207

Akibat dari kegagalan HPAL plant di Australia, HPAL/PAL, beralih kepemilikannya ke Eramet
otomatis berpengaruh terhadap pasokan nikel Perancis pada Mei 2006. Sedangkan PT BHP
dunia dan rencana pembangunan HPAL plant Australia mengembalikan ijinnya ke
dibeberapa negara terutama dua proyek HPAL pemerintah Indonesia pada November 2008
plant di Indonesia. Karena 2 (dua) proyek (Anonim, 2008). Sampai saat ini (2015), PT
yang ada di Indonesia termasuk proyek WBN Eramet belum merealisasikan proyeknya,
strategis untuk memasok kebutuhan nikel bahkan Eramet mempunyai rencana untuk
dunia. Kedua proyek tersebut ádalah PT Weda mengolah laterit teluk Weda dengan proses AL
Bay Níkel (WBN) Canada di teluk Weda (Atmospheric Leaching). Rencana tersebut
Halmahera dan PT BHP Australia di pulau dapat dilihat pada Gambar 3.
Gag Papua.
Kegagalan HPAL plant generasi kedua di
Perkembangan selanjutnya dari tanah air, Australia dan tertundanya proyek-proyek
menurut Website Weda bay nickel ERAMET, HPAL plant juga menyebabkan kekurangan
bahwa PT Weda Bay Níkel (WBN) Canada pasokan nikel dunia. Sehingga harga nikel
yang telah melakukan studi lengkap untuk dunia naik secara tidak terkontrol, puncak
mengolah laterit kadar rendah teluk Weda kenaikan harga terjadi pada 2007 seperti yang
Halmahera dengan teknologi berbasis ditunjukkan oleh Gambar 4.

Rencana Bagan alir proses Weda Bay

Bijih Limonit Bijih Saprolit

Air laut Lumpur Bijih dan Penggilingan

Asam Sulfat Pelindian pada Tekanan Atmosfir SO2

Batu kapur Netralisasi Utama

Air CCD Circuit Tailing

Batu kapur Netralisasi kedua

Downstream Processing

Gambar 3. Rencana bagan alir pengolahanbijih laterit oleh PT Weda Bay Eramet (Taylor, 2013)

202
Tidak Sederhana Mewujudkan Industri Pengolahan Nikel Laterit …Puguh Prasetiyo

Gambar 4. Harga nikel periode Januari 1989 s/d Januari 2014 (Anonim, 2015)

Pada saat harga nikel di pasar dunia naik baku pembuatan besi-baja tipe SS 200, SS 300
secara tidak terkendali terutama pada periode dan SS 400. Pada umumnya NCPI/NPI diguna-
tahun 2005--2008. Pemerintah Tiongkok kan untuk membuat SS 300, adapun produksi
membuat kebijakan dengan membuat besi-baja terutama SS 300 di Tiongkok, dapat
NCPI/NPI dari laterit kadar rendah. dilihat pada Gambar 5.
Selanjutnya NCPI/NPI digunakan sendiri oleh
Tiongkok untuk membuat besi-baja SS 200, SS
300 dan SS 400.

Pembuatan NCPI/NPI (Nickel Contain Pig


Iron/ Nickel Pig Iron)

Prinsip pembuatan NCPI/NPI dari laterit kadar


rendah sama seperti pembuatan FeNi.
Tiongkok adalah negara pelopor sekaligus
pengguna NCPI/NPI untuk pembuatan besi-
baja. Hal ini berlatar belakang karena
Tiongkok sangat membutuhkan besi-baja untuk Sumber: Antalke
pembangunan infrastuktur di dalam negerinya Gambar 5. Produksi besi-baja di Cina sampai tahun
sehubungan dengan berlangsungnya Olympia- 2013 (Anonim 2014)
de Beijing 2008, dan Tiongkok sangat membu-
tuhkan besi-baja terutama pada tahun 2004.
Dimana untuk membuat besi-baja dibutuhkan Gambar 5 dan prediksi 2014 menginformasikan
nikel terutama FeNi. Melihat kenyataan bahwa bahwa produksi SS di Cina sampai Oktober
harga nikel dunia berfluktuasi dan mahal, 2014 mencapai 1,773 juta ton, turun 1,2 %
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4 setiap bulan (m-o-m). Produksi SS 400 naik 14
diatas. Maka pemerintah Cina membuat % setiap bulan (m-o-m) mencapai 388 kt atau
kebijakan untuk memproduksi NCPI/NPI dari 22 % produksi nasional. Produksi SS 200 turun
laterit kadar rendah yang diimpor dari 6,9 % setiap bulan (m-o-m) mencapai 568 kt
Philipina, Indonesia, dan Kaledonia Baru. atau 32 % produksi nasional. Produksi SS 300
NCPI/NPI pertama kali diproduksi di Cina pada turun 3,4 % setiap bulan (m-o-m) mencapai 816
tahun 2003/2004. Selanjutnya NCPI/NPI kt atau 46 % produksi nasional.
digunakan sendiri oleh Tiongkok untuk bahan

203
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 12, Nomor 3, September 2016 : 195 - 207

Undang-Undang Minerba 2009 dan PMA tersebut adalah PT BHP Australia untuk
Pengolahan Laterit di Indonesia mengolah laterit pulau Gag Papua, dan PT
Weda Bay Nickel (WBN) Canada untuk
UU Minerba 2009 mengamanatkan bahwa mengolah laterit teluk Weda Halmahera Maluku
bahan baku mineral harus diolah di tanah air Utara. Perkembangan selanjutnya PT WBN
sebelum diekspor, dan ekspor bahan baku Canada beralih kepemilikan ke Eramet Perancis
mineral diberhentikan mulai 12 Januari 2014. pada Mei 2006, dan sampai tahun 2015 PT
Dengan terbitnya UU tersebut tidak ada ma- WBN Eramet belum merealisasikan proyeknya.
salah untuk saprolit yang memiliki kandungan Sedangkan PT BHP Australia mengebalikan ijin
Ni ≥ 1,8 % karena sudah ada industri yang pulau Gag Papua ke pemerintah RI pada
siap mengolahnya di Sulawesi Tenggara. November 2008. (Anonim, 2008).
Saprolit tersebut diolah menjadi FeNi oleh
BUMN PT Aneka Tambang (Antam) di Tertundanya pengolahan laterit kadar rendah di
Pomalaa, dan nikel matte oleh PMA PT Vale tanah air (yang menggunakan proses Caron
Indonesia di Sorowako. Sebaliknya, UU maupun proses HPAL/PAL oleh PMA), disebab-
Minerba 2009 akan menjadi masalah yang kan oleh faktor ekonomi untuk proses Caron
tidak sederhana bagi BUMN PT Antam yang dan teknologi yang “gagal” untuk proses
mengekspor bahan baku laterit, dan laterit HPAL/PAL. Walaupun proses HPAL/PAL telah
kadar rendah yang belum diolah di tanah air. sukses secara laboratorium maupun pilot plant
Apabila laterit kadar rendah diolah di dalam untuk mengolah berbagai jenis laterit. Ternyata
negeri, ada tiga pilihan teknologi yang tersedia proses HPAL/PAL gagal saat digunakan pada
dan sudah komersial yaitu proses Caron, proses tiga HPAL plant generasi kedua di Australia,
HPAL/PAL, dan pembuatan NCPI/NPI. Untuk kegagalan tersebut diduga karena mengolah
mengolah laterit kadar rendah melalui jalur laterit kadar rendah Australia dengan kan-
proses hidrometalurgi (proses Caron dan proses dungan silikat tinggi (rata rata SiO2 ± 42 %).
HPAL/PAL) di tanah air, pemerintah telah Hanya Coral Bay HPAL plant generasi ketiga di
memberi ijin pihak asing untuk mengolah Rio Tuba Philipina yang sukses. Karena
laterit pulau Gag Papua dan teluk Weda mengolah limonit mirip limonit Moa Bay
Halmahera Maluku Utara. PT Pasific Nickel seperti yang ditunjukkan pada Table 6 di atas,
USA pada Februari 1969 mendapat ijin untuk yaitu limonit dengan kandungan silikat rendah
mengolah laterit pulau Gag dengan proses (Si<10 % atau SiO2 < 21,43 %).
Caron. PT Pasific Nickel USA awalnya akan
membangun Caron plant di pulau Gag Papua Akibat kegagalan HPAL/PAL maka banyak
pada tahun 1974/1975, tetapi akhirnya dengan proyek-proyek pengolahan laterit kadar rendah
berat hati membatalkan pembangunan pabrik- dengan HPAL/PAL maupun EPAL (Enhance
nya di pulau Gag, dan mengembalikan ijin ke Presure Acid Leach) yang berbasis HPAL/PAL
pemerintah. Hal ini dilakukan sebagai akibat ditunda pembangunannya. Kegagalan tiga (3)
harga minyak dunia yang melambung tinggi HPAL plant di Australia membawa pengaruh
setelah 1973. Sehingga proses Caron ditinggal- terhadap pasokan nikel dunia terutama
kan dan pengolahan laterit kadar rendah pasokan nikel ke Tiongkok. Karena pasokan
beralih ke proses HPAL/PAL. Proses HPAL/PAL nikel dunia berada pada posisi lebih rendah
telah terbukti berhasil di Moa Bay yang dari yang diproyeksikan. Sehingga harga nikel
diketahui mengkonsumsi energi rendah dengan dunia periode 2003 – 2007, naik secara drastis
perolehan (recovery) logam yang tinggi untuk seperti ditunjukkan oleh Gambar 4. Melihat
nikel maupun kobal (Ni > 90 % dan Co > 90 kenyataan ini maka pemerintah Cina membuat
%). Bandingkan dengan perolehan (recovery) kebijakan untuk memproduksi NCPI/NPI dari
logam dari proses Caron yang rendah yaitu laterit kadar rendah yang diimpor dari
untuk Ni = 75 - 80 % dan Co = 35 – 50 %. Philipina, Indonesia, dan New Caledonia.
Selain itu kebutuhan energi proses Caron relatif Seluruh produk NCPI/NPI dibeli oleh pemerin-
tinggi karena membutuhkan proses pengering- tah untuk membuat besi-baja tipe SS 200, SS
an dan pemanggangan (lihat Gambar 2). 300, SS 400 dan sebagian besar NCPI/NPI
digunakan untuk membuat SS 300. Kenyataan
Untuk mengolah laterit dengan proses ini, dapat dilihat pada Gambar 5 diatas, dima-
HPAL/PAL pemerintah telah mengeluarkan ijin na saat pemerintah Cina membuat kebijakan,
kepada 2 (dua) PMA pada Februari 1998. Dua memaksa industri besi-baja di dalam negerinya

204
Tidak Sederhana Mewujudkan Industri Pengolahan Nikel Laterit …Puguh Prasetiyo

untuk membuat NCPI/NPI. Karena Cina sangat mengimpor laterit dari Indonesia ± 41 juta ton
membutuhkan nikel untuk memproduksi besi- sedangkan dari Philipina mengimpor ± 29,6
baja terutama SS guna menunjang juta ton. (Jiang, Wang, et al., 2014). Dengan
pembangunan infrastruktur olimpiade Beijing mulai berlakunya UU Minerba yang melarang
2008. Gambaran dari jumlah laterit yang ekspor bahan baku mineral mulai 2014. Maka
diimpor oleh Tiongkok dalam periode 2005 - Tiongkok yang tidak mempunyai sumber daya
2011, dapat dilihat pada Gambar 6. alam laterit namun menjadi negara produsen
NPI, dengan terpaksa memindahkan pabrik
Tiongkok mengimpor laterit dari Philipina ter- NPI keluar Cina khususnya Indonesia. Selan-
utama untuk laterit yang mengandung Ni < jutnya pemerintah Indonesia telah memberi ijin
1,5% (limonit), dan dari Indonesia terutama investor Cina untuk mengolah laterit kadar
untuk laterit yang mengandung Ni ≥ 1,5 % rendah terutama di Sulawesi, dan kenyataan
(saprolit kadar rendah). Pada 2013, Tiongkok tersebut dapat dilihat pada Tabel 7 berikut.

Gambar 6. Impor laterit oleh Cinaperiode 2005 – 2011 (Anonim, 2012).

Tabel 7. Rencana Pengolahan Laterit Di Indonesia Sebagian Besar Untuk Memproduksi NPI (Jansson, 2014)

Grade
Biaya Proyeksi Produksi NPI
Perusahaan Daerah
Modal Start (kt/tahun) (kadar
Ni)
PT Antam Pomalaa $ 573 2014 10 -
China Nickel Resource Kalsel $ 1800 2015 60 RKEF -
Tiangshan PT Sulawesi Sulteng $ 672 2015 30 RKEF 10
PT Maoka/Ningbo Brillmetal Sultra $ 15 2015 18 BF 10
PT Antam Halmahera $ 1600 2015 27
Shenwu PT Titan (Tahap I) Jawa Timur $ 420 2015–2017 35 RKEF 15 %
Ibris Group/TazhouYongzing Alloyed $ 1800 2015–2017 60 RKEF 8%
Hanking Sultra 2016 4040 BF
Solaway Group Halmahera 2016-2018 38 RKEF
PT Maoka/Ningbo Brillmetal Sultra 2017 36 BF
Zhensi Group Maluku 2017 80 BF
Bosowa Jane Ponto $ 300 2017 10
PT Vale Indonesia/SMM Pomalaa 2017 48 Ni(OH)2
PT Weda Bay Tahap I 2017 36 Ni(OH)2
PT Tiga Baji Mining Sulteng $ 100 2017 100 FeNi
Ning Xia Hengshun 2017 100
PT Antam Sulawesi 2018 24 NPI
Shenwu PT Titan (Tahap II) Jawa Timur $ 170 ? 81,2 RKEF 14 %
Sumber : Handelsbanken, Blommberg

205
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 12, Nomor 3, September 2016 : 195 - 207

- Pada umumnya untuk memproduksi NPI mengumpulkan para ahli pertambangan


digunakan RKEF (Rotary Kiln Electric terutama dari perguruan tinggi dan instansi
Furnace) atau BF (Blast Furnace). riset untuk diminta masukannya. Para ahli
tersebut dibayar dan diminta pendapatnya
untuk mendapatkan jalan keluar. Selanjutnya
KESIMPULAN DAN SARAN masukan dan saran para ahli tersebut
dijadikan kebijakan pemerintah.
Pengalaman pemerintah Tiongkok yang
mengeluarkan kebijakan untuk memproduksi
NCPI/NPI karena harga nikel saat itu UCAPAN TERIMA KASIH
berfluktuasi dan mahal, dimana NPI
digunakan sebagai pengganti FeNi untuk Penulis mengucapkan terima kasih kepada
pembuatan besi-baja. Kebijakan tersebut Pusat Penelitian Metalurgi dan Material
mewajibkan seluruh industri metalurginya (P2M2) LIPI. Melalui tematik 2015, P2M2 LIPI
memproduksi NPI, dan seluruh produk NPI membiayai aktivitas pengolahan dan
dibeli oleh pemerintah Tiongkok. Pengalaman peningkatan nilai tambah mineral nikel.
konsorsium perusahaan Jepang yang dipimpin Sehingga dari aktivitas tersebut alhamdulilah
Sumitomo saat membangun dua HPAL/PAL dihasilkan tulisan dengan judul diatas. Penulis
plant di Philipina, yaitu CBNC (Coral Bay juga mengucapkan terima kasih kepada
Nickel Corporation) dan THPAL (Taganito Puslitbang TEKMIRA yang menerbitkan tulisan
HPAL). Belajar dari pengalaman kegagalan ini. Mudah-mudahan tulisan ini membawa
maupun keberhasilan CBNC. Sumitomo Metal manfaat.
Mining (SMM) saat membangun THPAL butuh
waktu sekitar 15 tahun sejak dari penelitian
dasar di laboratorium, pilot plant, hingga DAFTAR PUSTAKA
membangun HPAL plant. Pembangunan
proyek THPAL membutuhkan dana US $ Anonim, 1986. The Cofremmi Acid Leach Process
1590 juta, lebih mahal US $ 510 juta dari For Laterite Ores, COFREMMI S.A,
proyek CBNC. Selanjutnya NiS (nikel sulfida) Compagnie Francaise d’Entreprises minieres,
Metallurgi ques et d’Investissements.
produk kedua HPAL plant (CBNC dan THPAL)
diolah lebih lanjut oleh SMM di Niihama
Anonim, 1999.PT Aneka Tambang, An Overview
Jepang. Berdasarkan dua contoh (pengalaman September1999. Brosur dariPT Aneka
Tiongkok dan Jepang) tersebut menunjukkan Tambang tentang Pomalaa dan Gebe.
bahwa agar bisa membangun pabrik
pengolahan laterit kadar rendah dibutuhkan Anonim, 2008. : BHP Writes off Gag Island Laterite
teknologi yang sesuai karakteristik bijih, target Resources.The Australian Business Review
pasar yang siap untuk membeli produk hasil November, 14th.
pengolahan, dan perlu dana besar. Terlihat
Anonim, 2012. Nickel Ore Shipment To
peran pemerintah Tiongkok yang berupaya
China.INSIGHT, No.16, April. INSG
agar terpenuhi kebutuhan nikel untuk industri (International Nickel Study Group).
besi-bajanya dengan cara mengeluarkan
kebijakan. Demikian juga dengan pemerintah Anonim, 2012.Penanda Tanganan Kontrak PT
Jepang untuk mendapatkan logam nikel untuk Pasific Nickel Indonesia.
kepentingan nasionalnya, berusaha menguasai
teknologi HPAL/PAL agar dapat mengolah Anonim, 2014. The Most Essential and Autoritative
limonit menjadi NiS. Untuk Indonesia, Source for Chinese Metals Market. No 43.
terbitnya UU Minerba 2009 yang mewajibkan December.Beijing Antaike Information
Development CoLtd.
mineral harus diolah di tanah air
menimbulkan masalah yang tidak sederhana. Anonim, 2015, Info Mine, 24 September.
Oleh karena itu, pemanfaatan laterit di
Indonesia (khususnya laterit kadar rendah) Baillie, M.G. 2002.An Update of The Weda Bay
tentu juga memerlukan keberpihakan Nickel/Cobalt Laterite Project, Weda Bay
pemerintah agar UU Minerba tersebut Minerals Inc, ALTA.
berdampak positif. Pemerintah melalui
Menteri Energi dan Sumerdaya Mineral perlu Butt, C., 2007. Nickel laterite characteristic,
classification, and processing option, August.

206
Tidak Sederhana Mewujudkan Industri Pengolahan Nikel Laterit …Puguh Prasetiyo

Lane. TMS (The Minerals, Metals & Materials


Chalkley, M.E. dan Toirac, I.L., 1997. Society). March, p. 14 – 18.
Hydrometallurgy and Refining of Nickel and
Cobalt. Proceeding of Nickel-Cobalt 97 Rodrigues, F.M., 2013. Investigation Into The
International Symposium. Volume 1, August Thermal Upgrading Of Nickeliferous Laterite
17-20, Sudbury, Ontario, Canada. p. 341- Ores. A thesis submitted to the Robert
353. Buchan Departement of Mining In Corminity
with the requirements for The degree of
Dalvi, A.D., Bacon, W.G. dan Osborne, R.C.,2004. Master of Applied Sciece. Queens University,
The Past and The Future of Nickel Laterite, Kingston, Toronto, Canada.
PDAC 2004 International Convention Trade
Show & Investors Exchange, March7 – 10, Taylor, A., 2013. Laterite Still a Frontier of Nickel
2004. INCO Limited, 2060 Flavelle Process Development. Nickel-Cobalt., Eds. :
Boulevard, Sheridan Park, Mississauga, Thomas Battle, Michael Moats, Violina
Ontario L5K 1Z9, Canada. Cocalia, Harold Oasterhof, Shafiq Alam,
Antoine Allanore, Rodney Jones, Nathan
Elias, M., 2013.Nickel Laterites in S.E Stubina, Corby Anderson, and Shijie
Asia,Geology, Technology and Economics – Wang.TMS (The Minerals, Metals & Materials
Finding the Balance, in East Asia : Geology, Society).
Exploration Technologies and Mines.
Principal Consultant CSA Global, Bali,May Tsuchida, N., Osaki, Y., Nakai, O.dan Kobayashi,
27, 2013. H., 2004.Development of Process Design For
Coral Bay Nickel Project, International
Habashi, F., 1993. Extractive Metallurgy of Copper, Laterite Nickel Symposium . Ed. W.P Imrie
Nickel, and Cobalt, Proceeding of the Paul E. and D.M. Lane. TMS (The Minerals, Metals &
Queneau International Symposium Materials Society). March 14 – 18., p. 151 –
1993.Cuba. 160.

Jiang, K., Wang, H., Li, L.dan Liu, S., 2014. The Tsuchida, N. 2015. HPAL in Past, Present, and
Process Research And Development For Future,Nickel – Cobalt – Copper
Copper, Nickel And Cobalt In BGRIMM Proceedings. ALTA 2015, Free Papers,
(Beijing General Research Institute Of Mining Australia.
And Metallurgy). ALTA, Free Paper.
Wicker, G.R. and Jha, M.C. 1986.Developments in
Jansson, M., 2014. From Indonesia to China and the AMAX-COFREMMI Acid Leach Process
Back Again. Commodity Strategy, June 25, for Nickel Laterites, 25th Annual Conference
Handelsbanken Capital Market. of Metallurgist of CIM, Toronto Canada,
August 17 – 20.
Lennon, J., 2007. The Chinese Nickel Outlook And
The Role of Nickel Pig Iron,Presentation to Wedderburn, B.,2010. Nickel Heap Leaching
International Nickel Study Group, Macquarie Study, INSG (International Nickel Study
Research Commodities. May 11, 2007. Group), Enviromental & Economics Session.
April 27.
Motteram, G.dan Ryan, M., 1997. Hydrometallurgy
and Refining of Nickel and Cobalt, Wiryokusumo, Y., Loebis, A.S., Badrujaman, T.dan
Proceeding of Nickel-Cobalt 97 International Miraza, T., 1997. "Pomalaa Ferronickel
Symposium-Volume 1, August 17-20, 1997, Smelting Plant of PT Aneka Tambang", South-
Sudbury, Ontario, Canada.. p. 391 – 407. East Sulawesi Indonesia, Proceedings of The
Nickel-Cobalt 97: International Symposium-
Prado, L.F., 2004. Sixty Years of Caron,Current Volume III, August 17 - 20,Sudbury, Ontario,
Assesment, International Laterite Nickel Canada.
Symposium 2004. Ed. W.P Imrie and D.M.

207
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 12, Nomor 3, September 2016 : 195 - 207

208
INDEKS KATA KUNCI
A M
Abu Sekam Padi (RHA), 59 material berpori, 161
alumina hidrat, 93 micronized zircon, 179
alumina, 45 mineral dan batubara, 1
analisis strengths, 137
N
B NaOH berlebih, 149
bahan bangunan, 59 neraca perdagangan luar negeri,45
bakteri mixotrop, 69 nikel, 69
bata ekspose, 171 nilai tambah, 23, 117
bata-beton, 59 NPV, 179
batukapur, 171
bauksit, 45, 149
bijih besi, 23
O
opportunities, 137
bioleaching, 69
otonomi daerah, 1

D P
digestion, 149
pasar, 117
pasir silika, 161
E pasir zirkon, 137, 179
ekspor, 45 peleburan, 23
ekstraksi, 69 pemodelan numerik, 81
permeabilitas, 59
F pirometalurgi, 195
poli aluminium khlorida, 93
ferromangan, 105
PP, 179
floc, 93
proses Bayer, 149

G S
gerakan tanah, 81
saprolit, 195
seismik refraksi, 81
H smelter tembaga, 117
harga, 137 sodium aluminat,149
hidrometalurgi, 195 sol-gel, 161
surat edaran, 1
I
impor, 45 T
industri baja, 23 tanur busur listrik mini, 105
IRR, 179 teknoekonomi, 117
threats, 137
K
kebijakan, 117 U
koagulan, 93 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, 1
kokas, 105 UU. Minerba 2009, 195

L W
laterit kadar rendah, 195 waktu tinggal, 105
laterit, 69 weaknesses, 137
limbah marmer, 171 wolastonit sintetis, 171
limonit, 195
lost opportunity, 45 Z
zeokeramik, 59
zirkonium silikat, 137
INDEKS PENGARANG

A P
Azhari, 161 Priyo Hartanto, 59
Puguh Prasetiyo, 195
B
Bambang Yunianto, 1 S
Betri E. Pratama, 69 Sariman, 93
Siti K. Chaerun, 69
D Subari, 179
Suganal, 93
Dessy Amalia, 149

F T
Triswan Suseno, 137, 179
Florentinus Firdiyono, 105
Frank Edwin, 171
Y
H Yayat I. Supriyatna, 105
Yuhelda, 149
Harta Haryadi, 45
Yunita Ramanda, 93
Husaini, 93, 149

I Z
Zulfahmi, 81
Ijang Suherman, 23, 117
Zulfiadi Zulhan, 105
Zulkifli Pulungan, 81
M
M. Zaki Mubarok, 69
Muchtar Aziz, 161
INDEKS ABSTRAK
01. Bambang Yunianto 02. Ijang Suherman

IMPLIKASI UNDANG-UNDANG NOMOR ANALISIS TEKNOEKONOMI PENGEMBANG-


23 TAHUN 2014 TERHADAP PENGEM- AN PABRIK PELEBURAN BIJIH BESI DALAM
BANGAN MINERAL DAN BATUBARA RANGKA MEMPERKUAT INDUSTRI BESI
IMPLICATION OF LAW NUMBER 23 YEAR BAJA DI INDONESIA
2014 TOWARDS THE DEVELOPMENT OF TECNO-ECONOMIC ANALYSIS ON IRON
MINERAL AND COAL ORE SMELTING DEVELOPMENT TO
STRENGTHEN THE STEEL INDUSTRY IN
Jurnal tekMIRA, Vol. 12, No. 1, Januari 2016, INDONESIA
hlm.1-22
Jurnal tekMIRA, Vol. 12, No. 1, Januari 2016,
Pemberian otonomi daerah dalam perjalanan sejarah hlm.23-44
pemerintahan di Indonesia telah beberapa kali
mengalami perubahan. Perubahan tersebut sangat Sejalan dengan amanat Undang-undang No 4 Tahun
dipengaruhi oleh situasi nasional, dan perkem- 2009, pembangunan pabrik peleburan berbahan
bangan di luar negeri dalam rangka mempercepat baku bijih besi lokal telah dipelopori oleh PT
pemerataan kemakmuran masyarakat di Indonesia. Meratus Jaya Iron & Steel (PT MJIS) yang beroperasi
Dilihat dari perubahan sistem otonomi daerah yang pada akhir tahun 2012. PT MJIS memproduksi besi
diberlakukan, perubahan yang sangat prinsip dan spons (sponge iron) untuk dipasok ke PT Krakatau
mendasar terjadi tahun 2004, saat diberlakukannya Steel. Kemudian disusul oleh PT Delta Prima Steel
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, dan tahun yang juga memproduksi besi spons. Pada akhir
2014 dengan berlakunya Undang-Undang Nomor tahun 2013, PT Sebuku Iron Lateritic Ores sudah
23 Tahun 2014. Perubahan sistem otonomi daerah memulai pengolahan bijih besi dengan produk
tahun 2014 dipandang banyak menimbulkan konsentrat untuk diekspor. Pembangunan pabrik
persoalan, sebagian kabupaten/kota menganggap peleburan pasir besi dipelopori oleh Sumber
pemberlakuan Undang-undang Nomor 23 Tahun Suryadaya Prima yang beroperasi mulai tahun 2013,
2014 dilakukan tanpa ada persiapan yang matang, dengan produk awal konsentrat pasir besi. Demikian
undang-undang terlalu rinci mengatur, dan peraturan pula, pada akhir tahun 2013, PT Krakatau Posco
pemerintah sebagai pedoman pelaksanaannya telah beroperasi dengan produk plat baja dan hot
belum disiapkan sehingga susah dipedomani dalam rolled coil yang sebagian besar untuk pasar dalam
pelaksanaan di lapangan. Kewenangan kabupaten/ negeri. PT Krakatau Osaka Steel dijadwalkan akan
kota atas energi dan sumber daya mineral di bidang mulai beroperasi pada tahun 2016 dengan produk
mineral dan batubara seluruhnya ditarik ke provinsi, baja profil, baja tulangan, dan flat bar, yang
sehingga praktis kabupaten/kota tidak bisa melaku- berorientasi pasar dalam negeri. Sementara ini
kan apapun, sementara provinsi belum siap industri baja nasional memproduksi sekitar 11,264
melaksanakan amanat undang-undang tersebut. juta ton, yang sebagian besar masih menggunakan
Implikasi pemberlakuan Undang-Undang Nomor 23 bahan baku impor. Di sisi lain, produksi pertam-
Tahun 2014 menuntut perubahan Undang-Undang bangan bijih besi nasional sekitar 12,5 juta ton
Nomor 4 Tahun 2009 sesegera mungkin, terkait sudah tidak boleh lagi diekspor dan harus diolah di
pelimpahan kewenangan dari kabupaten/kota ke dalam negeri. Tantangan ke depan adalah bagaima-
tingkat provinsi. Selain itu, dalam masa transisi na pembangunan pabrik pengolahan (peleburan)
pelimpahan kewenangan tersebut, pihak provinsi yang mempunyai nilai tambah 5,2 kali dari bijih besi
dan kabupaten/kota segera menindaklanjuti Surat mampu berkembang untuk dapat mensubstitusi
Edaran dari Kementerian Dalam Negeri dan Kemen- impor pelet/besi spons/pig iron dan scrap sebagai
terian Energi dan Sumber Daya Mineral, sambil bahan baku industri baja nasional. Untuk itu perlu
menunggu penyelesaian peraturan pemerintah langkah-langkah strategis melalui analisis tekno-
sebagai peraturan pelaksanaan Undang-Undang ekonomi pembangunan pabrik peleburan besi dalam
Nomor 23 Tahun 2014. rangka memperkuat industri baja nasional. Metode
yang digunakan dalam analisis ini adalah survei dan
Kata kunci: otonomi daerah, surat edaran, nonsurvei, dan modelnya adalah statistika deskriptif,
Undang-Undang Nomor 23 Tahun analisis tren, model perhitungan nilai tambah dan
2014, mineral dan batubara analisis SWOT. Langkah-langkah strategis sebagai
tindak lanjut pemberlakuan kebijakan peningkatan
nilai tambah melalui pengolahan dan pemurnian,
antara lain menyusun roadmap; pemilihan teknologi
yang tepat untuk bijih besi yang berkadar rendah; nilai LO sebesar US18.539.227.798. Hasil nilai LO
mendorong investor untuk terus merealisasikan tersebut, menunjukkan bahwa Indonesia kehi-
program pembangunan pabrik peleburan dan langan kesempatan memperoleh laba yang besar
pembangunan/ pengembangan industri hilir berbasis karena ekspor dalam bentuk mentah dengan harga
besi yang menjadi target pemerintah, antara lain jual yang murah. Apabila industri pengolahan
melalui insentif fiskal; menjalin kemitraan investor bauksit menjadi alumina dapat segera dilaksana-
lokal dengan investor asing untuk mendirikan kan, kemungkinan akan memperoleh laba besar
perusahaan peleburan besi dan atau industri yang selama ini tidak diperoleh, dan meningkatnya
hilirnya, dengan memanfaatkan bahan baku lokal; pendapatan nasional.
menyediakan infrastruktur yang diperlukan seperti
energi listrik dan prasarana jalan serta pelabuhan, Kata kunci: lost opportunity, bauksit, alumina,
regulasi pengutamaan pemasokan kebutuhan bahan ekspor, impor, neraca perdagangan
baku untuk peleburan dan pengutamaan produk luar negeri
peleburan sebagai bahan baku industri baja
nasional, untuk memperkuat mata rantai hulu-hilir.
04. Priyo Hartanto
Kata kunci: bijih besi, peleburan, industri baja,
nilai tambah. PERUBAHAN PERMEABILITAS ZEOKERAMIK
AKIBAT PENAMBAHAN ABU SEKAM PADI
CHANGES OF ZEOCERAMIC PERMEABILITY
03. Harta Haryadi
AS A RESULT OF RICE HUSK ASH
ADDITION
ANALISIS LOST OPPORTUNITY (LO)
BAUKSIT INDONESIA Jurnal tekMIRA, Vol. 12, No. 1, Januari 2016,
LOST OPPORTUNITY (LO) ANALYSIS OF hlm.59-68
INDONESIA BAUXITE
Pertambahan penduduk menyebabkan meningkat-
Jurnal tekMIRA, Vol. 12, No. 1, Januari 2016, nya kebutuhan perumahan yang mengakibatkan
hlm.45-57 perubahan fungsi lahan terbuka menjadi tertutup.
Alih fungsi lahan terbuka menjadi pemukiman
Tujuan dari studi ini adalah untuk menghitung mengakibatkan daya serap air ke dalam tanah
kesempatan laba yang diperoleh bila bauksit yang menjadi terhambat, sehingga air mengalir di
diekspor dalam bentuk olahan (alumina). Ketika permukaan tanah dan mengakibatkan banjir. Untuk
melakukan ekspor bahan mentah bauksit, peru- mengurangi masalah tersebut dapat digunakan
sahaan hanya menghitung laba yang bisa mereka zeokeramik yang dapat menyerap air. Zeokeramik
peroleh, maka dihitunglah seluruh pengeluaran dibuat dari zeolit, abu terbang, abu sekam padi,
dan pemasukan dan sisanya akan menjadi laba sebagai matriks bahan pengikat dan air. Zeolit
atau kerugian. Perusahaan ketika mulai berproduksi merupakan agregat kasar yang mampu menyerap
hingga mengekspor selalu menghitung dari segi air. Abu terbang berfungsi sebagai perekat dan
laba dan rugi saja. Perusahaan jarang memper- penguat campuran bahan sedangkan abu sekam
hitungkan lost opportunity (LO) atau kesempatan padi (rice husk ash-RHA) berfungsi untuk menurun-
memperoleh laba yang hilang kalau bauksit yang kan berat jenis dan membantu membentuk rongga-
diekspor itu dalam produk olahan. Sampai saat ini, rongga pori bahan. Komponen utama dalam
Indonesia belum memiliki industri pengolahan percobaan pembuatan zeokeramik yang dibuat
bauksit menjadi alumina, sehingga produksi sebagai parameter tetap adalah zeolit, abu terbang,
bauksit seluruhnya diekspor dalam bentuk mentah, bahan pengikat dan air masing-masing sebesar
sementara alumina terus diimpor untuk memenuhi 9,75; 5; 2 dan 0,5 liter. Sebagai parameter berubah
kebutuhan industri aluminium di dalam negeri. digunakan abu sekam padi yang ditambahkan
Untuk mengetahui kondisi perdagangan luar negeri sebesar 0,25; 0,5; 0,75 dan 1,00 liter. Prototipe
bauksit, dilakukan analisis lost opportunity (LO). zeokeramik dicetak menggunakan alat cetak tekan
Metode yang digunakan untuk menghitung LO, secara manual kemudian dikeringkan di oven pada
dilakukan dengan menggunakan rumus LO1 = (V 150°C selama 24 jam. Hasil pengujian tingkat
ekspor X P impor) - (V ekspor X P ekspor). permeabilitas zeokeramik dengan penambahan
Parameter yang diukur adalah menghitung volume RHA menunjukkan kecenderungan naik dari 34,0 x
ekspor bauksit dikalikan harga impor dikurangi 10-6 sampai 8,35 x 10-5 cm/detik. Hasil yang paling
volume ekspor dikalikan harga ekspor. Dari optimum adalah pada penambahan abu sekam
parameter ini dapat diketahui berapa kesempatan padi 0,75 liter yaitu sebesar 8,35 x 10-5 cm/detik.
laba yang hilang karena bauksit tersebut diekspor Pada penambahan abu sekam padi di atas 0,75 liter
dalam bentuk mentah bukan sebagai alumina. Pada permeabilitas zeokeramik cenderung menurun.
tahun 2007 diperoleh nilai LO sebesar Korelasi antara permeabilitas dengan sifat fisik
US$10.081.979.338 dan tahun 2012 diperoleh zeokeramik menunjukkan bahwa komposisi
penambahan 0,75 liter RHA mempunyai sifat fisik diindikasikan oleh nilai pH yang cenderung masih
yang paling ideal dengan nilai permeabilitas paling turun sesudah 28 hari.
baik yaitu sebesar 8,35-5 cm/detik. Penggunaan
zeokeramik ini dapat mengurangi air larian dan Kata kunci: bioleaching, nikel, laterit, ekstraksi,
semakin banyak air yang meresap ke dalam tanah. bakteri mixotrop

Kata kunci: zeokeramik, permeabilitas, bahan


bangunan, bata-beton, Abu Sekam 06. Zulkifli Pulungan dan Zulfahmi
Padi (RHA)
PREDIKSI GERAKAN TANAH MENGGUNA-
05. M. Zaki Mubarok, Betri E. Pratama dan KAN SEISMIK REFRAKSI DAN PEMODELAN
Siti K. Chaerun NUMERIK DENGAN METODE SIRT DAN
GAUSS-SEIDEL
BIOLEACHING NIKEL DARI BIJIH LIMONIT PREDICTION OF SOIL MOVEMENT UISNG
PULAU GAG MENGGUNAKAN BAKTERI SEISMIC REFRACTION AND NUMERICAL
MIXOTROF MODELING USING SIRT AND GAUSS
BIOLEACHING OF NICKEL FROM SEIDEL METHODS
LIMONITE ORE OF GAG ISLAND USING
Jurnal tekMIRA, Vol. 12, No. 2, Mei 2016, hlm.81-
MIXOTROPHIC BACTERIA 92
Jurnal tekMIRA, Vol. 12, No. 1, Januari 2016, Gerakan tanah merupakan salah satu jenis bencana
hlm.69-79 alam yang sering terjadi di Indonesia, yang meng-
akibakan rusaknya bentang alam, hilangnya harta,
Bioleaching merupakan alternatif proses yang saat bahkan korban jiwa. Penelitian ini bertujuan
ini terus dikembangkan untuk ekstraksi bijih nikel menganalisis karakteristik batuan atau tanah dan
laterit, generasi reagen pelindi dibantu oleh pengaruhnya terhadap potensi bencana gerakan
mikroorganisme yang dikembangbiakkan melalui tanah. Hasil penelitian ini dapat memprediksi
bioteknologi yang murah dan ramah lingkungan. pergerakan batuan menggunakan korelasi data
Tulisan ini menyajikan hasil-hasil percobaan seismik refraksi dan pemodelan numerik. Metode ini
bioleaching bijih nikel laterit tipe limonit dari dipilih karena cukup akurat, relatif mudah dalam
Pulau Gag dengan bantuan bakteri mixotrof, yaitu pelaksanaan pengukurannya serta mampu mempre-
jenis bakteri yang dapat hidup baik dari bahan diksi kondisi lapisan pembentuk batuan secara
organik maupun bahan kimia anorganik. Bakteri cepat. Jumlah lapisan batuan yang berhasil dideteksi
mixotrof yang digunakan adalah Alicyclobacillus sebanyak 3 lapisan. Lapisan pertama diinterpre-
ferrooxidans, Bacillus mucilaginosus dan tasikan sebagai lapisan tanah permukaan berupa
Pseudomonas putida yang diisolasi dari daerah lapukan lempung pasiran dengan ketebalan antara
penambangan nikel di Soroako, Sulawesi Selatan. 1,24 – 3,18 m. Lapisan kedua adalah lapisan
Serangkaian percobaan bioleaching menggunakan batulempung yang kedap dan berperan sebagai
rotating shaker telah dilakukan untuk mempelajari bidang luncur longsoran dengan ketebalan antara
pengaruh jenis substrat organik (molase dan air 2,57 – 7,50 m. Lapisan ketiga mempunyai kece-
lindi dari tempat pembuangan akhir sampah patan gelombang 1143 – 2190 meter/detik,
Leuwigajah, Jawa Barat), penambahan belerang diprediksi sebagai lapisan batupasiran. Hasil
(10, 20, 30% w/w) dan distribusi ukuran partikel pengamatan pertama dan kedua hampir tidak terjadi
bijih (-60+80#, -100+200# dan -200#) terhadap perubahan kecepatan rambat gelombang, sehingga
persen ekstraksi nikel dan perubahan pH larutan diprediksi pada lapisan ini kondisi batuan relatif
selama pelindian. Hasil penelitian menunjukkan stabil. Hasil pengamatan lapangan dan pemodelan
persen ekstraksi Ni tertinggi sebesar 34,3% pergerakan tanah pada lokasi I diperkirakan 0,6
diperoleh dari percobaan bioleaching mengguna- mm/hari atau 21,9 cm/tahun, sehingga bila tidak
kan substrat organik air lindi dan distribusi ukuran dilakukan penanganan yang benar dikhawatirkan
partikel bijih -60+80 mesh, serta penambahan akan terjadi kelongsoran. Pada lokasi II, kondisinya
belerang sebanyak 20% berat setelah proses relatif stabil, tidak terjadi perubahan bentang alam
berlangsung 28 hari. Pada kondisi ini, persen Fe yang ekstrem dan tidak akan terjadi pergerakan
dan Mg terlarut masing-masing sebesar 1,15% % tanah yang menyebabkan kerusakan fatal.
dan 6,8% yang mengindikasikan selektivitas
bioelaching cukup baik terhadap besi dan Kata kunci: gerakan tanah, seismik refraksi,
magnesium. Hasil analisis larutan menunjukkan pemodelan numerik
terbentuknya asam sulfat dalam larutan hasil
oksidasi belerang yang dikatalisasi oleh bakteri.
Persen ekstraksi Ni masih mungkin ditingkatkan
07. Husaini, Suganal, Sariman dan Yunita kekuatan, keuletan, kekerasan, mampu kerja dan
Ramanda ketahanan dari produk, khususnya baja. Kebutuhan
ferromangan untuk pembuatan baja kasar adalah
10,6 kg FeMn/ton baja kasar. Sebagian besar dari
PEMBUATAN PAC CAIR DARI ALUMINA
kebutuhan ferromangan Indonesia dipenuhi melalui
HIDRAT PADA SKALA LABORATORIUM
impor. Indonesia memiliki potensi cadangan
PRODUCING LIQUID PAC FROM ALUMINA mangan cukup besar tetapi berupa bijih mangan
HYDRATE AT LABORATORY SCALE kadar rendah. Oleh karena itu, pada penelitian ini
dipelajari proses pembuatan ferromangan dari bijih
Jurnal tekMIRA, Vol. 12, No. 2, Mei 2016, hlm.93- mangan lokal dengan reduktor kokas. Percobaan
103 pendahuluan dilakukan untuk mempelajari penga-
ruh waktu tinggal terhadap proses pembuatan
Poly Aluminum Chloride (PAC) dengan rumus ferromangan dengan variasi waktu tinggal yaitu 40,
umum Aln(OH)mCl(3n-m) adalah persenyawaan anor- 50, dan 60 menit dengan variabel tetap kokas 5,5
ganik kompleks antara ion hidroksil (OH) dengan kg, batu kapur 7,5 kg dan bijih mangan 30 kg. Hasil
ion alumunium yang mengalami klorinasi berta- terbaik dari percobaan pendahuluan diperoleh pada
hap. PAC mampu mengkoagulasi zat tersuspensi waktu proses 60 menit dengan produk ferromangan
atau dispersi koloid menghasilkan floc yang mudah 4,5 kg dan kadar 69,69% Mn. Pengaruh waktu
mengendap. Bahan baku yang digunakan dalam tinggal dipelajari lebih lanjut dengan varibel tetap
pembuatan PAC terdiri atas alumina hidrat kokas 8 kg, batu kapur 7 kg dan bijih mangan 30 kg
Al(OH)3, asam khlorida (HCl), asam sulfat (H2SO4) untuk setiap variasi waktu 60, 70 dan 90 menit.
dan kalsium karbonat (CaCO3). Percobaan Produk dan terak hasil percobaan kemudian
dilakukan dengan mereaksikan Al(OH)3, HCl dan dianalisis menggunakan AAS dan OES. Hasil terbaik
H2SO4 pada suhu 90oC selama 1 jam. Hasil untuk variasi waktu tinggal yaitu 70 menit dengan
reaksinya dinetralisir dengan CaCO3. Produk PAC hasil 6,95kg FeMn, kadar 77,42% Mn dan %
cair dihasilkan setelah gipsum sebagai produk ekstraksi mangan 53,83%. Hasil yang diperoleh
samping dipisahkan dengan cara filtrasi. PAC menunjukan ferromangan dengan kadar Mn ≥ 60%
berkualitas baik dihasilkan menggunakan Al(OH)3 dapat dibuat dari bijih mangan kadar rendah
kemurnian tinggi (Al2O3>62%) dan komposisi Indonesia dalam tanur busur listrik mini pada
bahan baku yang tepat. Kondisi percobaan terbaik tekanan atmosfer.
diperoleh menggunakan perbandingan bahan baku
sebagai berikut: Al(OH)3 : H2SO4 : HCl : CaCO3 = Kata kunci: ferromangan, kokas, waktu tinggal,
1 : 1,27 : 1,8 : 1. PAC cair terbaik yang diperoleh tanur busur listrik mini.
memiliki komposisi Al2O3 = 10%, Cl-= 10% dan
SO42-<5%, yang memiliki kemampuan baik
sebagai flocculator atau menggumpalkan kotoran-
09. Ijang Suherman
kotoran yang ada pada proses penjernihan air.

Kata kunci: alumina hidrat, poli aluminium ANALISIS TEKNOEKONOMI PENGEMBANG-


khlorida, koagulan, floc. AN MINERAL TEMBAGA DI INDONESIA
TECHNO-ECONOMIC ANALYSIS OF
COPPER MINERAL DEVELOPMENT IN
08. Yayat I. Supriyatna, Zulfiadi Zulhan dan INDONESIA
Florentinus Firdiyono
Jurnal tekMIRA, Vol. 12, No. 2, Mei 2016,
hlm.117-136
PENGARUH WAKTU TINGGAL TERHADAP
PRODUK FERRO-MANGAN HASIL SMELTING
UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan
DALAM TANUR BUSUR LISTRIK MINI Mineral dan Batubara, mewajibkan Kontrak Karya
EFFECT OF RETENTION TIME ON THE dan Pemegang IUP tembaga untuk melakukan
FERROMANGAN PRODUCT FROM peningkatan nilai tambah melalui pengolahan dan
SMELTING IN MINI ELECTRIC ARC FURNACE pemurnian di dalam negeri. Kegiatan pengolahan
dan pemurnian dapat dilakukan sendiri atau
Jurnal tekMIRA, Vol. 12, No. 2, Mei 2016, bekerjasama dengan pihak lain. Untuk mendukung
hlm.105-115 implementasi kebijakan tersebut, perlu analisis
teknoekonomi pengembangan mineral tembaga di
Mangan merupakan elemen strategis yang memiliki Indonesia. Tujuan dari analisis teknoekonomi ini
beberapa aplikasi penting dalam dunia industri. adalah untuk mengetahui karakteristik pasar, nilai
Sampai saat ini 90% produksi mangan di dunia tambah dan strategi pengembangan mineral tembaga
dikonsumsi oleh industri baja dalam bentuk di Indonesia pada tataran global. Metode penelitian
ferromangan. Mangan sebagai unsur pemadu melalui cara survai dan analisis studio, menggu-
ditambahkan dengan tujuan untuk meningkatkan nakan pendekatan statistika deskriptif, analisis trend,
perhitungan nilai tambah dan analisis SWOT. dengan mempertimbangkan faktor internal dan
Perkembangan produksi tembaga baik PT Freeport eksternal industri pengolahan. Hal ini untuk meme-
Indonesia maupun PT Newmont Nusa Tenggara takan strategi kebijakan dan arah pengembangan
cenderung menurun, hingga tahun 2014 total yang akan dicapai serta langkah strategis mencapai
mencapai 1,684 juta ton. Dari jumlah tersebut kondisi tersebut. Dalam rangka mengidentifikasi
54,73% oleh PT Smelting Gresik diolah dan posisi strategis pabrik zirkonium silikat lebih akurat
dimurnikan menjadi katoda tembaga sebanyak 246 dilakukan analisis strengths (kekuatan), weaknesses
ribu ton per tahun. Sekitar 42,97% produk tersebut (kelemahan), opportunities (peluang) dan threats
diserap di dalam negeri. Gambaran dari pasar (ancaman). Indikator internal sistem digambarkan
produk tembaga dan olahannya baik di dalam negeri melalui kekuatan dan kelemahan, sedangkan
maupun secara global cukup positif mendukung indikator eksternal sistem digambarkan melalui
pengembangan smelter tembaga di Indonesia. peluang dan ancaman.
Adapun nilai tambah smelter tembaga sekitar 1,74
kali lipat dari nilai bahan baku (konsentrat tembaga). Kata kunci: pasir zirkon, zirkonium silikat, analisis
Untuk mendorong bergulirnya program roadmap strengths, weaknesses, opportunities,
pembangunan smelter tembaga di dalam negeri, threats, harga.
dibutuhkan kebijakan antara lain regulasi Domestic
Market Obligation (DMO) Hulu dan DMO Hilir
serta pembangunan infrastruktur antara lain pem- 11. Husaini, Dessy Amalia dan Yuhelda
bangkit listrik.
PELARUTAN BIJIH BAUKSIT DENGAN
Kata kunci: teknoekonomi, kebijakan, pasar, nilai
tambah, smelter tembaga. SODA KAUSTIK (NaOH) MENJADI
LARUTAN SODIUM ALUMINAT (NaAlO2)
SKALA PILOT
10. Triswan Suseno BAUXITE DISSOLUTION USING CAUSTIC
SODA INTO SODIUM ALUMINATE
ANALISIS SWOT PENGEMBANGAN USAHA SOLUTION AT PILOT SCALE
PENGOLAHAN PASIR ZIRKON
Jurnal tekMIRA, Vol. 12, No. 3, September 2016,
SWOT ANALYSIS OF BUSINESS
hlm.149-159
DEVELOPMENT ON ZIRCON SAND
PROCESSING Sodium aluminat (NaAlO2) merupakan bahan kimia
anorganik penting yang digunakan sebagai bahan
Jurnal tekMIRA, Vol. 12, No. 2, Mei 2016, baku untuk pembuatan berbagai macam produk
hlm.137-148 kimia antara lain polialuminum chloride (PAC),
alum, dan zeolit sintetik. Dalam penelitian ini,
Pemasaran pasir zirkon Indonesia untuk memenuhi NaAlO2 dihasilkan melalui proses Bayer yaitu
kebutuhan industri di dalam negeri belum optimal pelarutan (digestion) bauksit asal Tayan, Kaliman-
hingga saat ini. Akibatnya, bahan mentah ini dieks- tan Barat, dengan soda kaustik (NaOH) pada skala
por ke berbagai negara. Namun, sejak terbitnya pilot berkapasitas 100 kg umpan/batch dengan
UU Minerba Nomor 4 Tahun 2009 tentang menggunakan uap secara kontak langsung pada
larangan ekspor bahan mentah mineral, produksi suhu sekitar 140oC dan tekanan 4 atm. Variabel
pasir zirkon Indonesia cenderung mengalami penu- yang diteliti meliputi : lama reaksi (1; 1,5; 2 jam),
runan yang berdampak pula pada menurunnya ukuran butir -0,177 mm (-80 mesh); -0,149 mm
penerimaan negara bukan pajak bidang pertam- (100 mesh); -0,0965 mm (-150 mesh), dan NaOH
bangan yang bersumber dari royalti dan iuran tetap berlebih di atas kebutuhan stoikhiometrinya
(dead rent), iuran produksi, iuran eksplorasi dan (1,37% sampai dengan 35,25%). Hasil penelitian
eksploitasi, pendapatan dari biaya reklamasi, menunjukkan bahwa waktu reaksi semakin lama,
pendapatan dari pajak penghasilan usaha dari ukuran butir semakin halus, dan NaOH berlebih
pendapatan kena pajak dan pendapatan dari semakin tinggi sampai batas tertentu, memberikan
ekspor. Juga berakibat pemutusan hubungan kerja perolehan alumina (Al2O3) yang semakin tinggi.
dan hilangnya sektor usaha lain di sekitar lokasi Kondisi proses terbaik yang diperoleh adalah
pertambangan yang selama ini menunjang kebu- NaOH berlebih 28,83%, lama reaksi 2 jam dan
tuhan bagi perusahaan pertambangan dan karya- ukuran butir -150 mesh (0,105 mm) dengan
wannya. Menghadapi permasalahan tersebut, perlu perolehan alumina tertinggi 93,98%.
dirumuskan strategi pengembangan yang tepat dan
sesuai dengan posisi strategis keberadaan pertam- Kata kunci: digestion, bauksit, proses Bayer,
bangan pasir zirkon saat ini dan kondisi idealnya NaOH berlebih, sodium aluminat.
12. Azhari dan Muchtar Aziz dengan kadar air 8 %. Pembakaran dilakukan pada
suhu 1100 oC, waktu penahanan selama 3 jam.
SINTESIS DAN KARAKTERISASI MATERIAL Dengan menggunakan bahan utama limbah
marmer diperoleh hasil uji fisis/mekanis sebagai
BERPORI BERBASIS MINERAL SILIKA
berikut : warna bakar putih, densitas 1,47 g/cc,
PULAU BELITUNG
penyerapan air 35,72%, porositas 52,55%,
SYNTHESIS AND CHARACTERIZATION OF kekerasan 4 (skala Moh‫׳‬s) dan kuat tekan 12,71
POROUS MATERIAL BASED ON BELITUNG- MPa. Sedangkan dengan menggunakan bahan
ISLAND SILICA MINERAL utama batukapur diperoleh hasil uji fisis/mekanis
sebagai berikut : warna bakar putih, densitas 1,50
Jurnal tekMIRA, Vol. 12, No. 3, September 2016, g/cc, penyerapan air 31,79 %, porositas 47,80 %,
hlm.161-170 kekerasan 4 - 5 (skala Mohs) dan kuat tekan 13,09
MPa. Hasil analisis XRD menunjukkan
Dalam rangka pembuatan membran penyaring pertumbuhan fasa kristalin wolastonit untuk bodi
molekul, khususnya untuk penggunaan dalam MP I (bahan utama limbah marmer) mencapai
peningkatan kadar bioetanol, telah dilakukan 41,84 %. Sedangkan untuk bodi KP I (bahan utama
serangkaian percobaan pembentukan material silika batukapur) pertumbuhannya meningkat hampir 2
berpori dengan metoda sol-gel, berbasis mineral kali lipat yaitu sebesar 80,02%. Hasil percobaan
silika asal P. Belitung. Pertama-tama mineral silika pembuatan bata ekspose berwarna spesifik putih
ditingkatkan kadar silikanya melalui operasi ini dapat dikembangkan untuk pedestrian atau
penggerusan dan pelindian dengan variasi jenis jalan taman yang mudah menyerap air, bata
asam. Selanjutnya silika hasil pelindian disaring dan dinding bangunan atau bata tahan api isolasi.
dicuci dengan akuades sehingga bebas asam,
kemudian dikeringkan. Silika kering yang telah Kata kunci: bata ekspose, wolastonit sintetis,
berkadar tinggi (99,42% SiO2), selanjutnya diproses limbah marmer, batukapur.
melalui garam lebur soda kostik pada suhu tinggi,
untuk mendapatkan senyawa sodium silikat yang
larut dalam air. Larutan sodium silikat dipisahkan 14. Triswan Suseno
dari residunya dan dipresipitasi dengan asam untuk
memperoleh endapan halus, berupa silika gel
ANALISIS BIAYA PENGOLAHAN PASIR
(SiO2.xH2O). Selanjutnya silika gel dicuci sehingga
ZIRKON (ZrSiO4) MENJADI PASIR ZIRKON
bebas garam, dipreparasi dan dikarakterisasi. Hasil
karakterisasi menunjukkan terbentuknya SiO2 halus BERKADAR ZrO2 ≥65,5% DAN
berukuran nano, yang dapat mencapai ukuran MICRONIZED ZIRCON
terkecil 96,9 nm. Hasil pengamatan SEM, nampak ESTIMATION OF ZIRCON SAND (ZrSiO4)
dalam foto mikrograf tekstur material berpori; dan PROCESSING COST TO BE ZIRCON SAND
hasil analisis BET menunjukkan luas permukaan ZrO2 ≥65.5% AND MICRONIZED ZIRCON
spesifik mencapai 180 m2/g.
Jurnal tekMIRA, Vol. 12, No. 3, September 2016,
Kata kunci: pasir silika, sol-gel, material berpori. hlm.179-194

Meningkatkan kadar pasir zirkon (ZrSiO4) menjadi


13. Frank Edwin dan Subari pasir zirkon berkadar ZrO2 ≥65,5% dan berukuran
butir lolos saring 60 mesh ≥95% merupakan salah
satu upaya untuk meningkatkan nilai tambah dari
PEMANFAATAN LIMBAH MARMER DAN
bahan baku tersebut sesuai dengan amanat dalam
BATUKAPUR UNTUK PEMBUATAN BATA
Permen ESDM No. 8 Tahun 2015 tentang Peru-
EKSPOSE BERBASIS BODI WOLASTONIT bahan Atas Permen ESDM No.1 Tahun 2014 tentang
SINTETIS Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui Kegiatan
UTILIZATION OF MARBLE AND LIMESTONE Pengolahan dan Pemurnian Mineral di Dalam
WASTES FOR MAKING THE EXPOSED Negeri. Dengan menggunakan pemisah magnetik
BRICKS BASED SYNTHETIC WOLLASTONITE daan high tension separator kadar pasir zirkon dapat
ditingkatkan menjadi pasir zirkon berkadar ZrO2 ≥
Jurnal tekMIRA, Vol. 12, No. 3, September 2016, 65,5 %. Berdasarkan hasil perhitungan finansial
hlm.171-178 terhadap usaha pengolahan pasir zirkon (ZrSiO4)
menjadi konsentrat berkadar ZrO2 ≥65,5%, dengan
Percobaan pembuatan bata ekspose berbasis bodi menanamkan modal sebesar Rp.24.307.625.000,-
wolastonit sintetis menggunakan bahan baku utama diperkirakan akan memperoleh keuntungan seka-
limbah marmer atau batukapur lolos ayakan rang (net present value, NPV) sebesar
standar Tyler 200 mesh telah dilakukan dengan Rp.26.201.238.738,-, indek profitabilitas sebesar
komposisi optimum campuran bahan terdiri dari 1,21 dan indikator tingkat efisiensi (internaI rate of
55% serbuk marmer atau batukapur dan 45% silika return, IRR) sebesar 29,35% per tahun dengan
pengembalian modal pada 3 tahun 5 bulan. Apabila dan hidrometalurgi. Pirometalurgi digunakan untuk
diolah menjadi micronized zircon, dengan bermo- mengolah laterit jenis saprolit berkadar nikel tinggi
dalkan Rp.59.066.750.000,- ternyata mendapatkan (Ni≥1,8%) untuk memproduksi FeNi atau Ni matte.
NPV sebesar Rp.94.154.606.887,-, indek profitabi- Hidrometalurgi digunakan untuk mengolah laterit
litas sebesar 1,38, dan indikator tingkat efisiensi kadar rendah (Ni<1,8%) yang belum ada di tanah
(IRR) sebesar 25,60% per tahun dengan pengemba- air. Dalam perkembangannya pirometalurgi diguna-
lian modal setelah 2 tahun 9 bulan. Berdasarkan kan untuk mengolah laterit kadar rendah mengha-
perhitungan di atas, usaha pengolahan pasir zirkon silkan NCPI/NPI (Nickel Contain Pig Iron/Nickel Pig
untuk menghasilkan micronized zircon tersebut Iron) di Cina. Selanjutnya NCPI/NPI digunakan
layak untuk diusahakan. Membangun pabrik sendiri oleh Cina sebagai pengganti FeNi untuk
pengolahan micronized zircon jauh lebih mengun membuat besi-baja tahan karat. Bahan baku pem-
tungkan karena nilai tambahnya 2 kali lebih besar buatan NCPI/NPI Cina diperoleh dari mengimpor
dibandingkan dengan hanya mengolahnya menjadi laterit Filipina dan Indonesia. Dengan mulai
konsentrat zirkon berkadar ZrO2 minimum 65,5%. berlakunya UU Minerba (Mineral dan Batubara)
tahun 2009 yang mewajibkan bahan baku harus
Kata kunci: pasir zirkon, micronized zircon, NPV, diolah di dalam negeri sebelum diekspor, dan
IRR, PP. melarang ekspor bahan baku mulai 2014, maka
Indonesia mungkin akan menghadapi masalah
hukum dagang internasional yang tidak sederhana
15. Puguh Prasetiyo sebagai konsekuensi dari larangan ekspor mineral.
Masalah lainnya bagaimana harus mengolah mineral
di dalam negeri, dan siapa yang akan menyerap
TIDAK SEDERHANA MEWUJUDKAN
pasar hasil olahan mineral. Melihat kenyataan ini
INDUSTRI PENGOLAHAN NIKEL LATERIT pemerintah harus mengoptimalkan litbang (peneli-
KADAR RENDAH DI INDONESIA tian dan pengembangan) yang ada di departemen
SEHUBUNGAN DENGAN UNDANG- maupun non departemen.
UNDANG MINERBA 2009
NO SIMPLE TO REALIZE LOW GRADE Kata kunci: laterit kadar rendah, limonit, saprolit,
LATERITE NICKEL PROCESSING INDUSTRY pirometalurgi, hidrometalurgi, UU.
IN CONNECTION WITH INDONESIAN Minerba 2009.
MINING LAW 2009

Jurnal tekMIRA, Vol. 12, No. 3, September 2016,


hlm.195-207

Ada dua jalur proses untuk mengolah bijih nikel


oksida yang lazim disebut laterit, yaitu pirometalurgi
MITRA BESTARI
Redaksi Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara mengucapkan terima kasih kepada para Mitra
Bebestari, khususnya kepada mereka yang telah berpartisipasi menelaah naskah-naskah yang
dapat diterbitkan dalam jurnal ilmiah tekMIRA Vol. 12, No. 3, September 2016 ini. Para Mitra
Bebestari yang telah berpartisipasi menelaah makalah ilmiah untuk edisi ini adalah
1. Prof. Dr. Ir. Pramusanto
2. Prof. Dr. Datin Fatia Umar, Ir., M.T.
3. Prof. Husaini, Ir., M.Sc.

***
PANDUAN PENULISAN NASKAH

UMUM FORMAT NASKAH

1. Naskah merupakan karya tulis ilmiah 1. Naskah diketik pada jarak satu setengah
hasil penelitian, kajian, ulasan dan/atau spasi, sesuai dengan kertas ukuran A4.
komunikasi pendek yang belum pernah Pengetikan menggunakan komputer
diterbitkan di mana pun sebelumnya. dalam MS-Word dan berhuruf Times
Naskah dalam bentuk electronic file, soft New Roman-font 12.
copy dan compact disk (CD) dikirim ke
Pemimpin Redaksi Jurnal tekMIRA, Jalan 2. Halaman pertama naskah berisi judul
Jenderal Sudirman 623 Bandung 40211, naskah dalam bahasa Indonesia dan
e-mail: Inggris, nama penulis (alamat
publikasitekmira@tekmira.esdm.go.id; instansi/organisasi), sari, abstract dan kata
atau publikasitekmira@yahoo.com. kunci masing-masing dalam bahasa
Naskah dalam bentuk soft copy tersebut Indonesia dan Inggris.
sangat membantu dalam proses
peredaksian. 3. Susunan naskah:
a. Judul karya tulis ilmiah (bahasa
2. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia Indonesia dan Inggris)
yang baik dan benar. Judul ditulis dalam b. Nama penulis dan alamat instansi,
dwibahasa (Indonesia dan Inggris). Sari alamat e-mail (jika ada)
ditulis dalam bahasa Indonesia dan c. Sari dan Abstract ditulis secara ringkas
Abstract ditulis dalam bahasa Inggris. dan jelas; maksimum 400 kata,
Dilengkapi dengan Kata kunci di bawah masing-masing satu paragraph,
Sari dan Keywords di bawah Abstract, sebagai ringkasan isi menyeluruh
sekurang-kurangnya 4 (empat) kata kunci. beserta kesimpulan.
d. Kata kunci dan Keywords ditulis 4-6
3. Naskah ditelaah minimal oleh dua orang buah kata kunci
editor ilmiah yang ahli di bidangnya dan e. Pendahuluan berisi latar belakang,
seorang ahli bahasa sesuai dengan permasalahan, informasi hasil-hasil
peraturan yang berlaku. karya penelitian/kajian orang lain
yang sejenis dan relevan sebagai
4. Redaksi akan menyeleksi dan acuan, tujuan, sasaran, lokasi
memberitahukan kepada penulis naskah, penelitian serta ringkasan teori (jika
apabila naskah diterima atau tidak sesuai diperlukan)
untuk penerbitan ini. Dewan Redaksi f. Metodologi
berhak menolak naskah yang tidak g. Hasil dan Pembahasan/diskusi
memenuhi syarat sebagai karya tulis h. Kesimpulan dan Saran
ilmiah sesuai dengan peraturan yang i. Ucapan terima kasih (jika diperlukan)
berlaku.
4. Daftar pustaka, harus diacu ke dalam
5. Gambar, foto dan tabel harus diberi judul naskah yang ditulis secara alfabetis, umur
dengan jelas. Foto harus jelas dan siap pustaka terkini (kurang dari 10 tahun).
untuk dicetak dan tidak dalam bentuk
film negatif. Peta maksimum berukuran Contoh penulisan daftar pustaka:
A4, memakai skala dan arah utara. Jurnal
• Middleton, M.F. and Hunt, J.W.,
6. Jumlah halaman naskah tidak ditentukan. 1989; Influence of tectonics on
Permian coal-rank patterns in
7. Redaksi menyediakan cetak lepas kepada Australia. International Journal of
setiap penulis jurnal. Coal Geology, 13. Amsterdam. p.
391-411.
• Standish, N., Yu, A.B. and Igusti- Laporan tidak diterbitkan
Ngurah, A., 1991; Estimation of Ngurah, A., Sariman, dan Saleh, N.,
bubble-size distribution in flotation 2006. Pemanfaatan abu terbang
columns by dynamic bubble- PLTU Amamapare PT. Freeport
disengagement technique. Indonesia untuk semen portlan
Transactions of the Institution of posolan dan bata kalsium silikat.
Mining and Metallurgy, Section C, Laporan Internal Kerjasama
Mineral Processing and Extractive Penelitian Puslitbang Teknologi
Metallurgy, Vol. 100, January-April, C Mineral dan Batubara dengan PT.
31 - 41. Freeport Indonesia, versi Indonesia -
Inggris, Bandung, 49 hal, (tidak
Buku diterbitkan).
Nazar, N.A., 2004; Bahasa Indonesia
dalam karangan ilmiah. Penerbit Skripsi/tesis/disertasi
Humaniora, Bandung. 214 Santoso, B., 1994; Petrology of Permian
halaman. coal, Vasse Shelf, Perth Basin,
Western Australia. PhD Thesis at
Bab dalam buku School of Applied Geology, Curtin
• Sudradjat, A. dan Hadiprayitno, M., University of Technology. 355 p.
1997a; Aspal, dalam: Suhala, S. dan
Arifin, M. (penyunting), Bahan Galian Sari
Industri. Puslitbang Teknologi Santoso, B. and Daulay, B., 2006;
Mineral, Bandung. hlm. 3-23. Geologic influence on type and
• Sudradjat, A. dan Hadiprayitno, M., rank of selected Tertiary Barito coal,
1997b; Kaolin, dalam: Suhala, S. dan South Kalimantan, Indonesia.
Arifin, M. (penyunting), Bahan Galian Abstract of the 23rd Annual Meeting
Industri. Puslitbang Teknologi of the Society for Organic
Mineral, Bandung. hlm. 50-70. Petrology, Beijing, p. 214-216.

Prosiding Peta
Rochani, S., Pramusanto dan Harahap, B.H. and Noya, Y., 1995; Peta
Atangsaputra, K., 2003; geologi lembar Rotanburg, Irian
Perbandingan hasil analisis bijih Jaya, skala 1:250.000. Pusat
nikel laterit oleh dua laboratorium penelitian dan Pengembangan
yang berbeda. Prosiding Kolokium Geologi, Bandung.
Energi dan Sumber Daya Mineral
2003. Puslitbang Teknologi Mineral Informasi dari internet
dan Batubara, Bandung. hlm. 116- Widagdo, S., 2008; Batubara RI hanya
140. bisa tembus US$56/ton.
Http://www.apbi-
icma.com/news.php?pid=4209&act
=detail, diakses tanggal/bulan.
Jurnal
Teknologi Mineral dan Batubara
Volume 12, Nomor 3, September 2016

Pelarutan Bijih Bauksit dengan Soda Kaustik (NaOH) Menjadi Larutan


Sodium Aluminat (NaAlO2) Skala Pilot 149 - 159
Bauxite Dissolution Using Caustic Soda Into Sodium Aluminate
Solution at Pilot Scale
Husaini, Dessy Amalia dan Yuhelda
Sintesis dan Karakterisasi Material Berpori Berbasis Mineral Silika
Pulau Belitung 161 - 170
Synthesis and Characterization of Porous Material Based on Belitung-Island
Azhari dan Muchtar Aziz
Pemanfaatan Limbah Marmer dan Batukapur untuk Pembuatan Bata Ekspose
Berbasis Bodi Wolastonit Sintetis 171 - 178
Utilization of Marble and Limestone Wastes for Making the Exposed
Bricks Based Synthetic Wollastonite
Frank Edwin dan Subari
Analisis Biaya Pengolahan Pasir Zirkon (ZrSiO4) Menjadi Pasir Zirkon
Berkadar ZrO2 ≥ 65,5% dan Micronized Zircon 179 - 194
Estimation of Zircon Sand (ZrSiO4) Processing Cost to be Zircon Sand
ZrO2 ≥ 65.5% and Micronized Zircon
Triswan Suseno
Tidak Sederhana Mewujudkan Industri Pengolahan Nikel Laterit Kadar Rendah
di Indonesia Sehubungan dengan Undang-Undang Mineral 2009 195 - 207
No Simple to Realize Low Grade Laterite Nickel Processing Industry
in Connection with Indonesian Mining Law 2009
Puguh Prasetiyo

Anda mungkin juga menyukai