eISSN 2527-8789
Jurnal
Penerbit :
PUSLITBANG TEKNOLOGI MINERAL DAN BATUBARA
Terakreditasi LIPI
Jurnal Bandung
Vol. 12 No. 3 Hal. 149 - 207 ISSN 1979-6560 No. 688/AU3/P2MI-LIPI/07/2015
tekMIRA September 2016
Berlaku sampai Agustus 2018
Gambar Sampul :
Para penyumbang makalah dapat mengirimkan artikelnya melalui e-mail atau dalam bentuk CD
yang dikirimkan ke alamat Sekretariat Redaksi Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara.
Setiap makalah dalam jurnal ilmiah ini telah ditelaah dan disunting oleh minimum dua penyunting ahli
dan satu penyunting bahasa.
Jurnal
Teknologi Mineral dan Batubara
Volume 12, Nomor 3, September 2016
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara terbit pada bulan Januari, Mei, September, memuat karya-karya ilmiah yang
berkaitan dengan litbang mineral dan batubara mulai dari eksplorasi, eksploitasi, pengolahan, ekstraksi, pemanfaatan,
lingkungan, kebijakan dan keekonomian termasuk ulasan ilmiah terkait.
Jurnal
Teknologi Mineral dan Batubara
Volume 12, Nomor 3, September 2016
DAFTAR ISI
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara dicetak oleh CV. Karya Putra
Jln. Citeureup No. 128 F Cimahi, Telp. (022) 6656891
Dari Redaksi
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT/Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat kuasaNYA telah
memberikan kekuatan dan semangat kepada Redaksi hingga bisa menerbitkan kembali Jurnal Teknologi
Mineral dan Batubara edisi September tahun 2016, Vol. 12, No. 3, yang seperti biasanya menampilkan 5
(lima) karya-karya tulis hasil penelitian dan pengkajian, baik dalam tataran ilmiah maupun praktis oleh para
peneliti bidang mineral dan batubara. Namun berbeda dengan nomor-nomor sebelumnya, karya-karya tulis
untuk nomor ini hanya menampilkan isu peningkatan nilai tambah mineral minus batubara.
Dimulai dari karya tulis hasil penelitian skala pilot plant yang membahas tentang pembuatan sodium
aluminat, dihasilkan dari pemrosesan bauksit melalui pelindian menggunakan soda kaustik yang disebut
sebagai proses Bayer. Kualitas sodium aluminat yang dihasilkan cukup baik dengan perolehan alumina
hampir 94%. Karya tulis ini pada prinsipnya berusaha memanfaatkan bauksit kadar rendah agar dapat
menunjang kebutuhan bahan baku industri-industri PAC, alum dan zeolit sintetik. Karya tulis kedua
mengetengahkan teknologi pembentukan material silika berpori dengan cara sol-gel. Material silika berpori
yang dihasilkan memiliki pori berukuran nano yang sangat dibutuhkan sebagai membran penyaring molekul
seperti halnya dalam penyaringan bioetanol. Karya tulis berikutnya membahas masalah pemanfaatan limbah
tambang marmer dan limbah tambang batu kapur untuk dijadikan bata ekspose berbasis bodi wolastonit
sintetik. Ketiga karya tulis ini sesuai dengan visi kementerian ESDM tentang peningkatan nilai tambah mineral
yang berwawasan lingkungan agar dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat.
Karya tulis keempat isinya mencoba menghitung keekonomian pendirian pabrik pengolahan pasir zirkon
berkadar standar dibandingkan dengan pendirian pabrik pengolahan pasir zirkon menjadi micronized zirkon
yang lebih tinggi kualitasnya. Hasilnya diketahui bahwa membangun pabrik micronized zirkon lebih
menguntungkan dengan nilai tambah dua kali lebih besar dibandingkan membangun pabrik pengolahan pasir
zirkon berkadar standar. Karya tulis terakhir membahas kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi akibat
pelaksanaan UU minerba th.2009 yang melarang ekspor bijih mentah. Dalam hal bijih nikel laterit kadar
rendah yang jumlahnya melimpah namun belum bisa diolah di Indonesia harus diapakan. Jika distop
ekspornya ke Cina kemungkinan akan menghadapi masalah hukum dagang internasional yang tidak
sederhana. Sebaliknya jika tidak diekspor, tidak ada yang menyerap di dalam negeri.
Para pembaca yang budiman, demikian sekilas paparan karya-karya tulis tersebut agar perkembangan
teknologi maupun kebijakan mineral/batubara Indonesia dapat disebarkan luaskan, agar para intrepreneur dan
pemerhati tergugah untuk lebih semangat mengembangkan dan memanfaatkan sumber daya mineral dan
batubara Indonesia dengan baik dan benar, sehingga slogan ESDM untuk kemakmuran rakyat dapat terealisasi
lebih cepat.
Terima kasih kami ucapkan kepada para mitra bebestari dan para editor yang dengan tekun telah menelaah,
mempertajam dan mengoreksi baik dari aspek substansi maupun tata bahasa setiap karya tulis yang akan
diterbitkan. Namun sebagai manusia biasa dalam berkarya tentu isi Jurnal ini masih banyak kekurangan dan
mungkin juga ada sekelumit kelebihan di balik kekurangan tersebut. Demikian sepatah dua patah kata dari
redaksi, kami selalu berharap agar Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara ke depan menjadi lebih baik, lebih
berkualitas dan dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada pembaca yang budiman. Untuk itu,
kritik dan saran perbaikan sangat kami harapkan.
Redaksi
JURNAL TEKNOLOGI MINERAL DAN BATUBARA
ISSN 1979 – 6560 Volume 12, Nomor 3, September 2016
Kata kuci yang dicantumkan adalah istilah bebas. Lembar abstrak ini boleh dikopi tanpa izin dan biaya.
Indeks Abstrak
DDC 662.7 gel, berbasis mineral silika asal P. Belitung. Pertama-
Husaini; Amalia, Dessy dan Yuhelda (Puslitbang tama mineral silika ditingkatkan kadar silikanya melalui
Teknologi Mineral dan Batubara) operasi penggerusan dan pelindian dengan variasi jenis
Pelarutan Bijih Bauksit dengan Soda Kaustik (NaOH) asam. Selanjutnya silika hasil pelindian disaring dan
Menjadi Larutan Sodium Aluminat (NaAlO2) Skala Pilot dicuci dengan akuades sehingga bebas asam, kemudian
Bauxite Dissolution Using Caustic Soda Into Sodium dikeringkan. Silika kering yang telah berkadar tinggi
Aluminate Solution at Pilot Scale (99,42% SiO2), selanjutnya diproses melalui garam lebur
Jurnal tekMIRA, Vol. 12, No. 3, September 2016, soda kostik pada suhu tinggi, untuk mendapatkan
hlm.149-159 senyawa sodium silikat yang larut dalam air. Larutan
sodium silikat dipisahkan dari residunya dan
Sodium aluminat (NaAlO2) merupakan bahan kimia dipresipitasi dengan asam untuk memperoleh endapan
anorganik penting yang digunakan sebagai bahan baku halus, berupa silika gel (SiO2.xH2O). Selanjutnya silika
untuk pembuatan berbagai macam produk kimia antara gel dicuci sehingga bebas garam, dipreparasi dan
lain polialuminum chloride (PAC), alum, dan zeolit dikarakterisasi. Hasil karakterisasi menunjukkan
sintetik. Dalam penelitian ini, NaAlO2 dihasilkan terbentuknya SiO2 halus berukuran nano, yang dapat
melalui proses Bayer yaitu pelarutan (digestion) bauksit mencapai ukuran terkecil 96,9 nm. Hasil pengamatan
asal Tayan, Kalimantan Barat, dengan soda kaustik SEM, nampak dalam foto mikrograf tekstur material
(NaOH) pada skala pilot berkapasitas 100 kg berpori; dan hasil analisis BET menunjukkan luas
umpan/batch dengan menggunakan uap secara kontak permukaan spesifik mencapai 180 m2/g.
langsung pada suhu sekitar 140oC dan tekanan 4 atm.
Variabel yang diteliti meliputi : lama reaksi (1; 1,5; 2 Kata kunci : pasir silika, sol-gel, material berpori.
jam), ukuran butir -0,177 mm (-80 mesh); -0,149 mm
(100 mesh); -0,0965 mm (-150 mesh), dan NaOH
berlebih di atas kebutuhan stoikhiometrinya (1,37% DDC 628.4-691
sampai dengan 35,25%). Hasil penelitian menunjukkan Edwin, Frank dan Subari (Balai Besar Keramik)
bahwa waktu reaksi semakin lama, ukuran butir semakin Pemanfaatan Limbah Marmer dan Batukapur untuk
halus, dan NaOH berlebih semakin tinggi sampai batas Pembuatan Bata Ekspose Berbasis Bodi Wolastonit
tertentu, memberikan perolehan alumina (Al2O3) yang Sintetis
semakin tinggi. Kondisi proses terbaik yang diperoleh Utilization of Marble and Limestone Wastes for Making
adalah NaOH berlebih 28,83% , lama reaksi 2 jam dan the Exposed Bricks Based Synthetic Wollastonite
ukuran butir -150 mesh (0,105 mm) dengan perolehan Jurnal tekMIRA, Vol. 12, No. 3, September 2016,
alumina tertinggi 93,98%. hlm.171-178
Kata kunci : digestion, bauksit, proses Bayer, NaOH Percobaan pembuatan bata ekspose berbasis bodi
berlebih, sodium aluminat. wolastonit sintetis menggunakan bahan baku utama limbah
marmer atau batukapur lolos ayakan standar Tyler 200
mesh telah dilakukan dengan komposisi optimum
DDC 662.7 campuran bahan terdiri dari 55% serbuk marmer atau
Azhari dan Aziz, Muchtar (Puslitbang Teknologi batukapur dan 45% silika dengan kadar air 8 %.
Mineral dan Batubara) Pembakaran dilakukan pada suhu 1100 oC, waktu
Sintesis dan Karakterisasi Material Berpori Berbasis penahanan selama 3 jam. Dengan menggunakan bahan
Mineral Silika Pulau Belitung utama limbah marmer diperoleh hasil uji fisis/mekanis
Synthesis and Characterization of Porous Material sebagai berikut : warna bakar putih, densitas 1,47 g/cc,
Based on Belitung-Island Silica Mineral penyerapan air 35,72%, porositas 52,55%, kekerasan 4
Jurnal tekMIRA, Vol. 12, No. 3, September 2016, (skala Moh׳s) dan kuat tekan 12,71 MPa. Sedangkan
hlm.161-170 dengan menggunakan bahan utama batukapur diperoleh
hasil uji fisis/mekanis sebagai berikut : warna bakar putih,
Dalam rangka pembuatan membran penyaring molekul, densitas 1,50 g/cc, penyerapan air 31,79 %, porositas
khususnya untuk penggunaan dalam peningkatan kadar 47,80 %, kekerasan 4 - 5 (skala Mohs) dan kuat tekan
bioetanol, telah dilakukan serangkaian percobaan 13,09 MPa. Hasil analisis XRD menunjukkan pertumbuhan
pembentukan material silika berpori dengan metoda sol- fasa kristalin wolastonit untuk bodi MP I (bahan utama
limbah marmer) mencapai 41,84 %. Sedangkan untuk bodi
KP I (bahan utama batukapur) pertumbuhannya meningkat tungkan karena nilai tambahnya 2 kali lebih besar
hampir 2 kali lipat yaitu sebesar 80,02%. Hasil percobaan dibandingkan dengan hanya mengolahnya menjadi
pembuatan bata ekspose berwarna spesifik putih ini dapat konsentrat zirkon berkadar ZrO2 minimum 65,5%.
dikembangkan untuk pedestrian atau jalan taman yang
mudah menyerap air, bata dinding bangunan atau bata Kata kunci : pasir zirkon, micronized zircon, NPV, IRR,
tahan api isolasi. PP.
ABSTRAK
Sodium aluminat (NaAlO2) merupakan bahan kimia anorganik penting yang digunakan sebagai bahan baku
untuk pembuatan berbagai macam produk kimia antara lain polialuminum chloride (PAC), alum, dan zeolit
sintetik. Dalam penelitian ini, NaAlO2 dihasilkan melalui proses Bayer yaitu pelarutan (digestion) bauksit asal
Tayan, Kalimantan Barat, dengan soda kaustik (NaOH) pada skala pilot berkapasitas 100 kg umpan/batch
dengan menggunakan uap secara kontak langsung pada suhu sekitar 140oC dan tekanan 4 atm. Variabel yang
diteliti meliputi : lama reaksi (1; 1,5; 2 jam), ukuran butir -0,177 mm (-80 mesh); -0,149 mm (-100 mesh); -
0,0965 mm (-150 mesh), dan NaOH berlebih di atas kebutuhan stoikhiometrinya (1,37% sampai dengan
35,25%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu reaksi semakin lama, ukuran butir semakin halus, dan
NaOH berlebih semakin tinggi sampai batas tertentu, memberikan perolehan alumina (Al2O3) yang semakin
tinggi. Kondisi proses terbaik yang diperoleh adalah NaOH berlebih 28,83% , lama reaksi 2 jam dan ukuran
butir -150 mesh (-0,105 mm) dengan perolehan alumina tertinggi 93,98%.
Kata kunci : digestion, bauksit, proses Bayer, NaOH berlebih, sodium aluminat.
ABSTRACT
Sodium aluminate (NaAlO2) is an important commercial anorganic chemical material that can be used as raw
material for various chemical products such as polialuminum chloride (PAC), alum, and synthetic zeolite. In
this research, NaAlO2 was sinthesized through digestion process using bauxite from Tayan, West Kalimantan
at pilot scale with the capacity of 100 kg of bauxite feed/batch by NaOH solution using direct contact steam
at the temperature of 140oC and pressure of 4 atm. Some variabels used for this research were reaction time
(1; 1.5; 2 jam), particle size -0,177 mm (-80 mesh); -0,149 mm (-100 mesh); -0.0965 mm (-150 mesh), and
NaOH excess (above stoichiometry consumption) from 1.37% to 35.25%. The results of the research show
that the increasing of reaction time, the decreasing of particle sizes and the increasing of NaOH excess up to a
certain level, providing the yield of alumina increases. The best condition of the digestion processes are
NaOH excess of 28.83%, 2 hours for reaction time, -150 mesh (-0,105 mm) of particle size with alumina yield
of 93.98%.
Naskah masuk : 01 Desmber 2014, revisi pertama : 04 Februari 2016, revisi kedua : 31 Mei 2016, revisi terakhir : September 2016. 149
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 12, Nomor 3, September 2016 : 149 - 159
Banyak jenis proses sudah dikembangkan Tahapan proses Bayer dimulai dengan
untuk ekstraksi alumina dari bijih bauksit untuk pemecahan dan penggerusan bauskit untuk
menghasilkan sodium aluminat yaitu dengan mendapatkan ukuran butir lebih halus dengan
pereaksi asam (pH<5) dan basa (pH>9) luas permukaan spesifik yang lebih besar dan
(Tompson, 1995). Pada proses asam derajat liberasi yang lebih tinggi sehingga
150
Pelarutan Bijih Bauksit dengan Soda Kaustik (NaOH) Menjadi Larutan Sodium … Husaini dkk.
lebih mudah dalam ekstraksinya, dilanjutkan besi sebesar 20% masih dapat digunakan
dengan pengayakan (klasifikasi). Bauksit halus untuk memproduksi logam aluminium. Untuk
dicampur dengan larutan NaOH, kemudian bauksit yang kandungan silikanya tinggi atau
dilarutkan/dimasak (digestion) menggunakan yang termasuk low grade biasanya digunakan
media pemanas berupa uap pada tekanan metoda kombinasi antara proses Bayer dengan
58,8-67,62 lb/in2 (4-4,6 atm), suhu sampai proses lime-sintering sebagaimana sudah
140oC, konsentrasi NaOH 140-158 g/L, dilakukan di Cina (Smith, 2009). Metoda ini
kapasitas bauksit (kadar Al2O3=48%) 31,36- dapat memanfaatkan kelebihan dari kedua
34,90 ton (ratio Al2O3/NaOH=0,8) (Husaini, proses tersebut. Residu dari proses Bayer
dkk., 2014), waktu 45 menit yang dicampur dengan kapur dan NaOH dan di-
menghasilkan larutan sodium aluminat yang sinter pada suhu 982,22-1.093,33 oC dan
dapat dipisahkan dari sisa padatan tidak larut hasil sinter-nya direaksikan dengan larutan
(red mud) (Habashi, 2005; Maa dkk., 2009; soda kaustik untuk melarutkan sebagian besar
Donoghue dkk., 2014). Reaksi yang terjadi alumina dan sebagian kecil silika. Soda
pada proses digestion bauksit tipe gibsit kaustik sisa hasil reaksi kemudian
adalah sebagai berikut : ditambahkan sebagai bagian dari umpan
proses digestion pada proses Bayer. Proses ini
Al2O3.3H2O + 2NaOHaq → 2 NaAlO2 + 4 mampu mengekstrak alumina dalam bauksit
H2O (110-150 °C) ...................................... (1) antara 85-90% dibandingkan dengan proses
Bayer yang hanya mencapai di bawah 70%
Bauksit yang akan diolah dengan mengguna- bila digunakan bahan baku yang sama
kan proses Bayer, selain harus memiliki kadar (Sydney, 1961). Namun sampai saat ini,
alumina cukup tinggi (>45% Al2O3), proses Bayer masih diaplikasikan secara
kandungan silika reaktifnya harus cukup komersial dan belum ada pabrik alumina
rendah. Hal ini disebabkan silika reaktif ikut menggunakan metode selain proses Bayer.
terlarut dengan NaOH sehingga kebutuhan
NaOH akan meningkat dengan bertambahnya Metode lain untuk memperbaiki kinerja dari
kandungan silika reaktif dalam bijih bauksitnya. proses Bayer yaitu dengan menambahkan bahan
Secara umum, bila bijih bauksit yang desilikasi berupa kapur atau turunannya.
mengandung silika reaktif > 7% (dasar kering) Penambahan kapur dapat menurunkan jumlah
diproses dengan metoda Bayer, maka tidak konsumsi NaOH terutama pada suhu proses
ekonomis karena setiap 1 lb keberadaan silika yang tinggi. Menurut Gao-Feng, dkk. (2013),
reaktif dalam bijih akan mengkonsumsi dan ratio (Al2O3)/(SiO2) dan (Na2O)/(SiO2) dalam red
menghilangkan 1 - 2 lb alumina serta meng- mud yang dihasilkan dengan penambahan
konsumsi 2-3 lb soda kaustik (Sydney, 1961). kapur masing-masing turun dari 1,53 menjadi
Hal ini disebabkan, selain bereaksi dengan 1,43 dan dari 0,28 menjadi 0,24. Selain itu
Al2O3, NaOH juga bereaksi dengan silika kapur juga dapat mengkonversi sodalite dan
reaktif membentuk Na2O.SiO2 (sodium silikat) cancrinite menjadi hydrogamet dengan bantuan
dan senyawa ini akan bereaksi dengan ion CO32-. Penambahan kapur juga dapat
Na2O.Al2O3 (sodium aluminat) membentuk mengurangi pengotor berupa karbonat, silika
sodium aluminat silikat yang merupakan dan phosphorous dalam larutan sodium
sodalite yang akan segera mengendap bersama aluminat (Pan dkk, 2012). Oleh sebab itu, kapur
red mud dengan reaksi sebagai berikut (Smith, yang dipilih untuk percobaan digestion dalam
2009): tulisan ini adalah kalsium karbonat (CaCO3).
151
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 12, Nomor 3, September 2016 : 149 - 159
pembuatan sodium aluminat juga harus 422 g/L dengan persen solid campuran sebesar
memperhatikan spesifikasi larutan yang sesuai 38%. Bahan-bahan tersebut dimasukkan ke
untuk langkah proses berikutnya yaitu dalam reaktor sebagaimana yang tampak pada
presipitasi. Larutan sodium aluminat dapat Gambar 1 (reaktor berwarna biru) dengan
diubah menjadi padatan (anhidrat) sodium pemanas steam yang dihasilkan dari boiler
aluminat dengan proses pengentalan melalui (Gambar 2), bertekanan 4-4,6 atm yang kontak
penguapan. sodium aluminat anhidrat murni langsung dengan material dalam reaktor.
adalah kristal padat berwarna putih Variasi yang digunakan pada penelitian
mempunyai beberapa rumus kimia yaitu digestion ini adalah waktu reaksi (1, 1,5, dan 2
NaAlO2, Na2O.Al2O3, atau Na2Al2O4. jam), ukuran partikel -0,177 mm (-80 mesh); -
Pentingnya bahan ini secara komersial adalah 0,149 mm (-100 mesh); -0,0965 mm (-150
karena aplikasi tekniknya yang beragam. mesh) dan kelebihan NaOH di atas kebutuhan
Dalam sistem pengolahan air, bahan ini stoikhiometrinya (1,37-35,25%). Tahap
digunakan untuk pelunakan air, sebagai penelitian dimulai dengan penentuan waktu
koagulan untuk memisahkan padatan reaksi yang memberikan perolehan terbaik,
tersuspensi dan beberapa logam di antaranya dilanjutkan dengan pemilihan ukuran partikel
Cr, Ba, dan Cu serta penghilangan silika yang memberikan perolehan tertinggi, dan
terlarut. Di bidang teknik konstruksi, sodium diakhiri dengan penentuan ekses NaOH
aluminat dipakai untuk mempercepat dengan menggunakan waktu dan ukuran
pemadatan beton terutama bila bekerja selama partikel yang didapat dari tahap penelitian
perioda dingin (frosty). Bahan ini digunakan sebelumnya. Kebutuhan NaOH berlebih
juga di industri kertas, produksi bata api dan dihitung berdasarkan stoikhiometri reaksi
alumina. Selain itu, bahan ini digunakan terhadap kandungan Al2O3 dan SiO2 reaktif
sebagai produk antara (intermediate product) dalam bauksit dan percobaan dilakukan pada
dalam pembuatan zeolit sintetik untuk suhu berkisar 140-150oC dengan tekanan uap
detergen, penapis molekul (molecular sieves), antara 4,0-4,6 atm. Percobaan digestion yang
adsorben dan katalis (Contreas dkk., 2006). dilakukan menghasilkan slurry yang
selanjutnya dialirkan ke filter press (Gambar 4)
Pemanfaatan larutan NaAlO2 di atas, menun- untuk memisahkan residu (red mud) yang tidak
jukkan pentingnya kualitas sodium aluminat terlarut yang masih bercampur dengan larutan
yang dihasilkan. Kebutuhannya yang beragam sodium aluminatnya. Larutan dan padatan yang
menunjukkan bahwa jumlahnya yang diperlu- dihasilkan dianalisis komposisi kimianya untuk
kan akan besar. Untuk itu, dalam makalah ini mengetahui kandungan Al terlarut dan Al tidak
akan dibahas mengenai optimasi ekstraksi terlarut yang dinyatakan sebagai Al2O3,
bauksit dengan soda kaustik pada skala pilot sehingga proses digestion tersebut dapat
(100 kg umpan bauksit/batch) untuk menghasil- dihitung perolehannya.
kan larutan sodium aluminat menggunakan
reaktor bertekanan yang dilengkapi dengan uap Bagan alir dan neraca massa proses digesting
yang kontak langsung dengan material yang bauksit dapat dilihat pada Gambar 3 yang
ada di dalam reaktor tersebut. menjelaskan bahwa untuk memproduksi
sodium aluminat seberat 324,77 kg (247,91 L),
dibutuhkan bahan baku bauksit (kadar Al2O3
METODE 45,42%; SiO2(r) 2,68%) sebesar 103,89 kg,
NaOH (kemurnian 97,7%)=52,45 kg (berlebih
Percobaan digestion dilakukan dengan 28,83%) dengan konsentrasi NaOH awal
menggunakan bauksit dari Tayan, Kalimantan 409,59 g/L, kapur 3,5 kg, dan air 110,99 kg.
Barat yang sudah melalui proses upgrading Persen solid awal 38,86%. Red mud basah
dengan kadar rata-rata 47,62% Al2O3 dan yang dihasilkan adalah 45 kg (32,35 kg red
3,09% SiO2 reaktif. Kadar oksida yang mud kering dan 12,65 kg air) dengan kadar
digunakan adalah kadar rata-rata karena setiap Al2O3 10,36%. Persen ekstraksi Al2O3 yang
percobaan kadar Al2O3 dan SiO2 reaktif pada diperoleh dengan kondisi tersebut adalah
bauksit yang digunakan tidak tepat sama. 93,98%. Jumlah kebutuhan uap mulai dari
Percobaan digestion awal dilakukan terhadap awal sampai reaksi dihentikan sebesar 460 kg
umpan bauksit dengan ukuran partikel -80 yang dioperasikan pada tekanan 4,0-4,6 atm
mesh menggunakan NaOH dengan konsentrasi dan suhu sekitar 140oC selama 2 jam.
152
Pelarutan Bijih Bauksit dengan Soda Kaustik (NaOH) Menjadi Larutan Sodium … Husaini dkk.
Gambar 3. Bagan alir dan neraca masa percobaan digesting skala 100 kg umpan/batch
Gambar 4. Filter Press untuk pemisahan larutan sodium aluminat dari red mud
153
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 12, Nomor 3, September 2016 : 149 - 159
154
Pelarutan Bijih Bauksit dengan Soda Kaustik (NaOH) Menjadi Larutan Sodium … Husaini dkk.
Gambar 6. Pengaruh ukuran partikel bauksit -0,177 mm; -0,149 mm; -0,0965 mm terhadap persen ekstraksi
Al2O3 dengan lama reaksi 2 jam
Selain ukuran partikel dan waktu reaksi, Sedangkan komposisi kimia sodalit secara
variabel yang sangat mempengaruhi perolehan umum adalah: [3(Na2O.Al2O3.2SiO2.nH2O).
Al2O3 adalah konsentrasi NaOH. Jumlah Na2X; dimana n bilangan antara 0 sampai 2
NaOH berlebih yang digunakan divariasikan dan X menggambarkan CO32- , SO42-, 2OH-,
mulai dari 1,37% sampai 35,25% dari 2Cl- (Palmer, 2009). Sodalit umumnya
stoikhiometri yang dihitung berdasarkan terbentuk pada kondisi konsentrasi NaOH dan
jumlah Al2O3 dalam bauksit (Tabel 1). Data suhu tinggi (>100oC). Semakin tinggi
pada Tabel tersebut menunjukkan bahwa kandungan silikat dalam bauksit, sodalit yang
dengan bertambahnya NaOH berlebih, nilai dihasilkan semakin banyak, sebaliknya
ekstraksi Al2O3 cenderung meningkat. Dengan perolehan alumina (Al2O3) semakin rendah
menggunakan NaOH berlebih terkecil 1,37%, karena larutan NaAlO2 yang sudah terbentuk
persen ekastraksi Al2O3 hanya sebesar 37,07%, bereaksi dengan silikat membentuk sodalit
kemudian naik menjadi 93,98% pada NaOH tersebut (Chen dkk., 2007).
berlebih 28,83% (persen ekstraksi tertinggi),
setelah itu persen ekstraksinya sedikit meng- Red mud hasil pelarutan bauksit Tayan, Kalbar
alami penurunan menjadi 90,29% pada NaOH dengan NaOH mengandung lima (5)
berlebih 31,40% dan turun lagi menjadi komponen mineral utama yaitu kuarsa,
89,17% pada NaOH berlebih 35,25%. sodalit, gibsit, gutit, dan hematit (Gambar 8);
Sedangkan konsentrasi larutan NaAlO2 yang sedangkan menurut hasil penelitian Castaldi
dihasilkan berfluktuasi antara 67-222 g/L (2008, 2011), red mud yang mengandung
dengan volume larutan berkisar antara 189,76- sekitar 80% (berat) fasa kristalnya memiliki
335,64 L (Tabel 1 atau Gambar 7). Fluktuasi empat (4) komponen utama yaitu: sodalit,
tersebut terjadi karena penambahan air di akhir hematit, gibsit, dan bohmit; hasil penelitian
proses pelarutan tidak sama. Penambahan air Liang (2013) menunjukkan bahwa sekitar
tersebut berfungsi untuk pengenceran dan 70% (berat) dari red mud hasil penelitiannya
pendinginan sebelum proses filtrasi dilakukan. mengandung empat (4) komponen utama
Turunnya persen ekstraksi Al2O3 dengan yaitu hematit (Fe2O), gibsit (Al(OH)3, bohmit
semakin besarnya NaOH berlebih yang (AlO(OH)), sodalit (Na8(Al6Si6O24)Cl2/
digunakan ini disebabkan oleh sebagian Al2O3 (Na8(Al6Si6O24)CO3; hasil penelitian Feret
yang sudah terlarut bereaksi dengan silika (2013), komponen utamanya adalah sodalit
reaktif yang ada dalam bauksit membentuk (Na8,08 Al6Si6O28,88 S0,98), cancrinite (Na7,14
sodium aluminium silikat atau sodalit (Na8,08 Al6Si6O31,6), cancrinite NO3 (Na7,92 Al6Si6O31,56
Al6Si6O28,88 S0,98) yang bercampur ke dalam red N1,74) dan nosean (Na8Al6Si6O28S) dan hasil
mud. Menurut Palmer (2009), reaksi penelitian Newson (2006), komponen utama
pembentukan sodalit adalah sebagai berikut: red mud adalah mineral besi (sebagai hematit
(Fe2O3) dan gutit [alpa-FeO(OH)] dan sodalit
6SiO32- + 6Al(OH)4- +6Na+ +2NaX → [Na8(Al6Si6O24)Cl2] (Gambar 9). Sedangkan
Na8[AlSiO4]6X2.nH2O(s) + (6-n)H2O +12OH- komponen minornya antara lain : kuarsa
................................................................... (3) (SiO2), muskovit (KAl2(Si3Al)O12Cl, kalsit
155
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 12, Nomor 3, September 2016 : 149 - 159
(CaCO3), siderit (FeCO3), dan rutil (TiO2) beberapa peneliti yang telah dijelaskan di atas
(Tabel 2). Jadi dari semua hasil penelitian selalu ditemukan adanya produk samping
digesting bauksit dengan soda kaustik oleh berupa sodalit di dalam red mud nya.
Tabel 1. Data hasil digestion bauksit Meliau, Kalbar, variasi NaOH berlebih
NaOH
No perolehan Al2O3 (%) Kons. Al2O3 dlm filtrat (g/L) Volume filtrat (L)
berlebih
1 1,37 37,07 67,00 189,76
2 1,49 59,56 67,60 220,16
3 3,41 73,74 133,20 290,84
4 4,84 73,75 126,00 299,39
5 16,37 75,46 169,90 274,58
6 19,74 76,65 139,90 257,25
7 21,60 79,06 191,20 290,53
8 24,48 89,76 112,00 335,64
9 28,83 93,98 195,39 267,90
10 31,40 90,29 161,00 259,73
11 35,25 89,17 222,00 249,21
Al2O3 (%)
156
Pelarutan Bijih Bauksit dengan Soda Kaustik (NaOH) Menjadi Larutan Sodium … Husaini dkk.
S K=kuarsa
S K S=sodalit
G=gibsit
S
Gu=gutit
S H=hematit
G G
K
H
H S
Gu
G G
G G
G
H
Gambar 8. Grafik difraktogram red mud hasil digesting bauksit Meliau, Kalbar
(tekMIRA, 2015)
H=hematite
Go=goethite
S=sodalite
Q=quartz
M=Muscovite
C=calcite
Gambar 9. Grafik difraktogram red mud hasil analisis XRD (Newson, 2006)
Tabel 2. Komposisi mineral red mud hasil digesting bauksit (Newson, 2006)
157
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 12, Nomor 3, September 2016 : 149 - 159
KESIMPULAN Castaldi , P., Silvetti, M., Enzo, S., dan Deiana, S.,
2011. X-Ray Diffraction and Thermal Analysis
Proses pelarutan bauksit asal Tayan, of Bauxite Ore-Processing Waste (Red Mud)
Exchanged with Arsenate and Phosphate, The
Kalimantan Barat, dengan NaOH pada
Clay Minerals Society.
kapasitas 100 kg umpan/batch pada suhu
sekitar 140oC dan tekanan 4 atm, Donoghue, A. M., Frisch, N. , Olney, D.,, 2014.
menunjukkan bahwa semakin lama waktu Bauxite Mining and Alumina Refining:
reaksi, semakin halus ukuran butir, dan Process Description and Occupational Health
semakin tinggi NaOH berlebih yang Risks, Journal of Occupational &
digunakan, menghasilkan perolehan alumina Environmental Medicine, May 2014 - Volume
(Al2O3) yang semakin tinggi. Kondisi proses 56, Issue - p S12–S17.
terbaik adalah penggunaan NaOH berlebih
Feret, F.R., 2013. Selected Applications of Rietveld-
28,83% dengan perolehan alumina tertinggi
XRD Analysis for Raw Material of The
93,98% dengan lama reaksi 2 jam dan ukuran
Aluminium Industry, International Centre for
butir -150 mesh (-0,105 mm). Diffraction Data 2013 ISSN 1097-0002, Saint-
Colomban, Quebec
UCAPAN TERIMAKASIH Gao-Feng, F., Fu-Quan, T., Kun, Q., 2013. Study
on digestion of Chinese middle/low grade
Penulis mengucapkan terima kasih kepada bauxite in lime Bayer process, Journal of
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Northeastern University, 2005, Vol. 26, Issue
(11): 76-78.
atas dukungan anggaran penelitian yang
disediakan. Tak lupa diucapkan terima kasih
Habashi, F., 2005. A History of Hydrometallurgy.
kepada Kusna Wijaya, Ade Setia Permana atas Hydrometallurgy, 79, 15-22.Elsevier.
bantuannya dalam proses digestion di pilot
plant Bauksit, Citatah. Husaini, Suganal, Suryo Cahyono, dan Dessy
Amalia, 2014. Laporan Perjalanan Dinas ke
Kabupaten Pontianak dan Mempawah,
DAFTAR PUSTAKA Meliau, dan Tayan, Propinsi Kalimantan Barat
pada tanggal 9 Juni – 12 Juni 2014, tidak
Antam, PT, Tbk, 2014. Rotary Drum Scrubber di diterbitkan.
UBPB Tayan. Tayangan Presentasi Unit Bisnis
Pertambangan Bauksit di Focus Group Liang, W., 2013. Characterization and Reuse of
Discussion Bauksit di Puslitbang tekMIRA. Solid wastes, Master of Engineering
(Research), Faculty of Science and
Amer, A.M., 2013. Hydrometallurgical Processing Technology, Queenland University of
of Egyptian Bauxite, Physicochemical Technology.
Problems of Mineral Processing, 49(2), 2013,
431−442. Maa, S., Wena, Z.G, Chen, J.N. dan Zheng S.L.,
2009. An environmentally friendly design for
Contreas, A., Sugita, S., dan Ramos, E., 2006. low-grade diasporic-bauxite processing,
Preparation of Sodium Aluminate From Basic Minerals Engineering, 22 (2009) 793–798.
Aluminium Sulfate. Azo Journal of Materials
Online, Volume 2. Mathad, G. G., Altekar, D. V. A., 2016. Studies in
the Amenability of Kolhapur Bauxite to
Chen, H-L., Lewellyn, M., Chamberlain, O., Bayer's Process-Parts I and II, Reader in Met.
Heitner, H., Kula, F., Dai, Q., Franz, C., Engg., Department of Chemical Technology,
2007. Sodalite Scale Control In Alumina University of Bombay, Bombay, diunduh
Bayer Process, Corrosion 2007, 11-15 March, tanggal 20 Januari 2016
Nashville, Tennessee.
Newson, T., Dyer, T., Adam, C., dan Sharp, S.,
Castaldi , P., Silvetti, M., Enzo, S., dan Deiana, S., 2006. Effect of Structure on the Geotechnical
Laura, Santona, L., dan Melis, P., 2008. XRD, Properties of Bauxite Residue, Journal of
FTIR, and thermal analysis of bauxite ore- Geotechnical and Geoenvironmental
processing waste (Red Mud) exchanged with Engineering.
heavy metals. Clays and Clay Minerals, Vol. 5
(4), p. 461-469. ISSN 1552-8367. Palmer, Sara J. and Frost, Ray L. dan Nguyen, Tai
M. 2009. Hydrotalcites and their role in
coordination of anions in Bayer liquors:
158
Pelarutan Bijih Bauksit dengan Soda Kaustik (NaOH) Menjadi Larutan Sodium … Husaini dkk.
Anion binding in layered double hydroxides. Smith, P., 2009. The Processing Of High Silica
Coordination Chemistry Reviews 253(1-2):pp. Bauxites - Review Of Existing And Potential
250-267, Copyright 2009 Elsevier. Processes. Hydrometallurgy, 98,162–176.
Pan X., Yu H., Wang B., Zhang S., Tu, G. dan Bi S., Sydney, Margery, dan Johnstone, J., 1961. Minerals
2012. Effect Of Lime Addition On The for the Chemical and allied Industries, Ed.
Predesilication And Digestion Properties Of A 2nd, John Wiley & Sons Inc, New York, USA,
GibbsiticBauxite. Light Metals 2012 Edited hal. 5-28.
by: Carlos E. Suarez. TMS (The Minerals,
Metals & Materials Society). Thompson, R., 1995. Industrial Inorganic
Chemicals : Production and Uses, The Royal
Sahoo A., 2014. Simulation studies on Energy Society of Chemistry, Cambridge CB4 4WF,
Requirement, Work Input and Grindability of UK.
Ball Mill. International Journal of Emerging
Technology and Advanced Engineering, The International Aluminium Institute, 2000. Bayer
Volume 4, Issue 2, Halaman592 – 597. Process Chemistry, World Aluminium Org.,
Home of the International Aluminium
Institute.
159
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 12, Nomor 3, September 2016 : 149 - 159
160
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 12, Nomor 3, September 2016 : 161 - 170
ABSTRAK
Dalam rangka pembuatan membran penyaring molekul, khususnya untuk penggunaan dalam peningkatan
kadar bioetanol, telah dilakukan serangkaian percobaan pembentukan material silika berpori dengan metoda
sol-gel, berbasis mineral silika asal P. Belitung. Pertama-tama mineral silika ditingkatkan kadar silikanya
melalui operasi penggerusan dan pelindian dengan variasi jenis asam. Selanjutnya silika hasil pelindian
disaring dan dicuci dengan akuades sehingga bebas asam, kemudian dikeringkan. Silika kering yang telah
berkadar tinggi (99,42% SiO2), selanjutnya diproses melalui garam lebur soda kostik pada suhu tinggi, untuk
mendapatkan senyawa sodium silikat yang larut dalam air. Larutan sodium silikat dipisahkan dari residunya
dan dipresipitasi dengan asam untuk memperoleh endapan halus, berupa silika gel (SiO2.xH2O). Selanjutnya
silika gel dicuci sehingga bebas garam, dipreparasi dan dikarakterisasi. Hasil karakterisasi menunjukkan
terbentuknya SiO2 halus berukuran nano, yang dapat mencapai ukuran terkecil 96,9 nm. Hasil pengamatan
SEM, nampak dalam foto mikrograf tekstur material berpori; dan hasil analisis BET menunjukkan luas
permukaan spesifik mencapai 180 m2/g.
ABSTRACT
In order to make a molecular membran especially for using in the bioethanol purification, a series of the
experiments of formation silica porous material, with a sol-gel method, based of silica mineral from Belitung
Island had been conducted. First of all, silica mineral samples from the field must be improved its silica
contents through grinding and leaching operations with various kinds of acid. Subsequently the silica was
filtered and washed with aquadest so that leached product was acid free, and then it was dried. Dried silica
having higher levels of silica content (99,42% SiO2) was then processed through a high temperature of molten
salt caustic soda, to get the compounds of sodium silicate soluble in water. A solution of sodium silicate was
separated from the residue, and clear solution was then precipitated with acid to obtain fine particles in the
form of silica gel (SiO2.xH2O). The next, silica gel was washed so that it was free of salt content, the product
was then prepared and characterized. Characterization results shows the formation of silica nano particles,
which reached the smallest size of 96,9 nm. Photo micrograph of SEM shows the texture of porous material,
analysis of BET shows a specific surface area of 180 m2/g.
Naskah masuk : 23 Mei 2016, revisi pertama : 03 Agustus 2016, revisi kedua : 16 September 2016, revisi terakhir : September 2016.161
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 12, Nomor 3, September 2016 : 161 - 170
162
Sintesis dan Karakterisasi Material Berpori Berbasis Mineral Silika Pulau Belitung, Azhari dan Muchtar Aziz
rute pelindian dengan soda kostik serta Sampel mineral silika yang digunakan dalam
presipitasi dengan asam, menghasilkan struktur penelitian ini diambil dari tempat
silika berpori amorf, mempunyai luas area penambangan dan pencucian pasir silika di P.
spesifik 422 m2/g serta ukuran partikel silika Belitung. Sampel yang diambil sudah
sangat halus mencapai 5-15 nm [Asmaa et.al., mengalami proses konsentrasi menggunakan
2015]. Silika amorf juga telah disintesis hidrosiklon sehingga kandungan silika dalam
menggunakan sodium silikat dan presipitasi pasir (head sample) sudah relatif tinggi. Head
dengan asam khlorida mengikuti metoda sample dianalisis kimia dengan atomic
Stőber. Sistem reaksi kimia presipitasi telah absorption spectrophotometer (AAS).
dikembangkan untuk mengontrol pertumbuhan
partikel silika menggunakan dua jenis cationic Selanjutnya head sample dipreparasi di Lab.
surfactant berbeda sebagai pendispersi, yaitu tekMIRA sebagai berikut : penggerusan
cetyltrimethylammonium bromida (CTAB) dan menggunakan ceramic ball mill serta
dodecyltrimethylammonium bromida (DTAB). pengayakan (sieving) menggunakan ayakan
Hasilnya menunjukkan diperolehnya nano berukuran 200 mesh. Semua pasir digerus
partikel silika amorf dengan kehalusan 148-212 sampai lolos ayakan 200 mesh. Ukuran
nm [Rida dan Harb, 2014]. Penggunaan nano partikel pasir yang lolos ayakan 200 mesh
partikel silika sebagai bahan pengisi dalam tersebut yang akan digunakan dalam
pembuatan polimer nano komposit telah percobaan. Sampel pasir silika hasil preparasi
menarik banyak perhatian, disebabkan dianalisis kimia dengan AAS.
meningkatnya kebutuhan material baru (new
materials) dengan perbaikan sifat-sifat termal, Identifikasi mineral dalam sampel tergerus
mekanikal, fisikal, dan kemikal [Rahman and dilakukan dengan x-ray diffraction (XRD),
Padavettan, 2012]. distribusi elemen dan morfologi mineral
dianalisis dengan scanning electron
Penelitian penyiapan nano partikel silika microscope-energy disversive x-ray analysis
sudah dilakukan pada tahun 2011 di (SEM-EDX).
Puslitbang tekMIRA. Penyiapan nano partikel
silika dilakukan melalui cara mekanis Setelah karakterisasi, pasir silika tergerus
(penggerusan) dengan alat Planetary ball Mill; diambil percontoh untuk dilakukan proses
dan alkali fusion; hasilnya terutama ditujukan pelindian, dengan variasi jenis asam pelarut
untuk aditif beton, berukuran partikel 80 nm pengotor, yaitu : asam klorida, asam sulfat,
[Wahyudi dkk., 2011]. dan asam nitrat untuk mengetahui
penggunaan jenis asam yang lebih tepat.
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan Proses pelindian untuk melarutkan pengotor
material berpori berbasismineral silika asal P. dilakukan dalam asam konsentrasi 10% berat,
Belitung,serta karakterisasinya; sebagai bahan persen solid 20%, waktu pelindian 2 jam
dasar untuk membran silika. Dasar pada suhu kamar. Hasil pelindian selanjutnya
penggunaan mineral silika asal P. Belitung, disaring, residunya dicuci sampai bebas asam
karena memiliki kadar 97,1% SiO2. Kadar dan dikeringkan.
atau kemurnian yang tinggi dari mineral silika
sebagai bahan baku amat penting Pasir silika kering berkemurnian tinggi
diperhatikan, karena akan berhubungan selanjutnya diproses dengan garam lebur soda
dengan homogenitas partikel nanosilika kostik (alkali fusion) dalam muffle furnace,
berpori yang dihasilkan. Material nanosilika untuk membentuk senyawa sodium silikat
berpori yang dihasilkan ditujukan untuk yang mudah larut dalam air. Perbandingan
pembuatan membran nanosilika, khususnya berat NaOH dan silika, NaOH/Silika1,5
untuk pemurnian bioetanol. [Yamagata et.al., 2010]. Suhu divariasi,dari
500-900°C; yaitu 500, 600, 700, 800, dan
900°C dengan waktu masing-masing selama 2
METODE jam. Hasil alkali fusion didinginkan dalam
desikator, digerus [Yilmaz and Piskin, 2013].
Pembentukan material silika berpori Hasil penggerusan dilindi dengan air untuk
berpartikel skala nano ini, dilakukan dengan melarutkan sodium silikat, dan disaring,
metode sol-gel [Jafari and Allahverdi, 2014]. menghasilkan filtrat berupa larutan jernih
163
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 12, Nomor 3, September 2016 : 161 - 170
sodium silikat, dan residu pengotor diatas sampai bebas garam [Yamagata et.al., 2010].
saringan. Filtrat dipresipitasi menggunakan Selanjutnya endapan halus silika
asam khlorida 8M, presipitat berupa endapan dikarakterisasi. Bagan alir percobaan
halus silika disaring, dicuci dengan akuades ditunjukkan pada Gambar 1.
Konsentrat mineral
silika
Akuades
PELINDIAN PENGERINGAN
(dengan asam)
Filtrat asam
SINTESIS
(Alkali Fusion)
PELINDIAN
HCl
(dengan air)
164
Sintesis dan Karakterisasi Material Berpori Berbasis Mineral Silika Pulau Belitung, Azhari dan Muchtar Aziz
165
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 12, Nomor 3, September 2016 : 161 - 170
Tabel 2. Hasil analisis XRF residu hasil pelindian dengan beberapa jenis asam
Analisis Unit Head sample Asam sulfat Asam klorida Asam nitrat
SiO2 % 97,1 99,42 98,67 98,78
Al2O3 % 1,35 <0,01 <0,01 <0,01
Fe (tot) % 0,05 <0,01 <0,01 <0,01
Fe2O3 % 0,07 <0,01 <0,01 <0,01
CaO % 0,29 0,01 0,01 0,03
MnO % 0,02 0,01 0,01 0,01
MgO % 0,03 0,01 0,01 0,02
K2O % 0,68 <0,01 0,01 <0,01
Na2O % 0,37 0,35 0,35 0,35
P2O5 % <0,01 <0,01 <0,01 <0,01
Cr2O3 % 0,02 0,03 0,06 0,05
TiO2 % 0,46 0,12 0,12 0,13
LOI % 0,48 0,11 0,86 0,29
Pelarutan sodium silikat dengan air silika terjadi reaksi penetralan basa dengan
menyisakan residu pengotor, yang kemudian asam menurut reaksi kimia sebagai berikut :
dipisahkan dengan saringan. Gambar 5.
menunjukkan penampakkan material hasil Na2O.SiO2.nH2O + 2HCl
sintesis dengan alkali fusion (A) dan larutan SiO2+2NaCl+n2H2O
hasil pelindian dengan air (B).
Hasil reaksi tersebut memperoleh endapan
Hasil pelindian selanjutnya disaring, silika halus berupa gel (silica gel), yang
sehingga diperoleh filtrat larutan sodium mempunyai rumus kimia SiO2.xH2O sebagai
silikat yang jernih, serta residu pengotor padatan amorf [Fathi, 1997]. Gambar 6.
diatas saringan. menunjukkan foto proses presipitasi dalam
sebuah labu (P), presipitat kemudian disaring
Presipitasi silika dilakukan dengan cara dan dicuci diatas saringan dengan akuades
meneteskan larutan HCl 8M pada larutan sampai bebas garam. Diperoleh presipitat
jernih sodium aluminat sehingga tercapai pH silika halus diatas saringan (Q). Selanjutnya
7 [Yamagata et.al., 2010]. Pada presipitasi presipitat silika dikarakterisasi.
166
Sintesis dan Karakterisasi Material Berpori Berbasis Mineral Silika Pulau Belitung, Azhari dan Muchtar Aziz
A B
Gambar 5. Hasil sintesis dengan alkali fusion(A) dan larutan hasil pelindian dengan air (B)
167
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 12, Nomor 3, September 2016 : 161 - 170
angka SSA penelitian terdahulu jauh lebih variabel, antara lain waktu (kecepatan)
tinggi, mencapai 2,8 kalinya, yaitu 501,32 pengendapan, putaran pengadukan, suhu, dan
m2/g, menunjukkan material yang dihasilkan konsentrasi asam. Pada teknik pencuciannya,
sangat porous. Hasil evaluasi terhadap perbe- yang terpen-ting adalah bebas garam, karena
daan yang jauh ini, kemungkinannya adalah sisa garam berpotensi menutup pori-pori pada
pada teknik presipitasi dan pencuciannya. Pada saat penge-ringan dan kalsinasi.
teknik presipitasi melibatkan beberapa
P Q
Gambar 6. Proses presipitasi (P) dan presipitat berupa silika gel yang terbentuk (Q)
Gambar 7. Foto SEM sampel nanosilika dengan perbesaran500x (K) dan 1500x (L)
168
Sintesis dan Karakterisasi Material Berpori Berbasis Mineral Silika Pulau Belitung, Azhari dan Muchtar Aziz
169
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 12, Nomor 3, September 2016 : 161 - 170
Jin, T., Ma, Y., Matsuda, W., Masuda, Y., Reactivity, Lebanese University, Faculty of
Nakajima, M., Ninomiya, K., Hiraoka, T., Sciences II, Fanar, Lebanon.
Daiko, Y. and Yazawa, T., 2011. Ethanol
separation from ethanol aqueous solution by Srivasta, K., Shringi, N., Devra, V., and Rani, A.,
pervaporationusing hydrophobic mesoporous 2013. Pure silica extraction from perlite: Its
silica membranes, Journal of Ceramic Society characterization and affecting factors, IJIRSET,
of Japan, 119 [7]549-556, hal. 139-141. Vol.2, Issue 7, July 2013, hal. 2936-2937.
Manjula Rani K., Palanisamy P.N., Sivakumar P., Wahyudi, A., Amalia, D., Maryono, Saleh, N.,
2014. Synthesis and characterization of Purnomo, H., Rochani, S., dan Ardha, N.,
amorphous nano-silica from biomass ash, 2011. Penyiapan nanopartikel silika dari
Ijates, Vol. 02, Issue no.10, ISSN: 2348-7550, mineral silikat secara mekanis, hal. 29,
hal.71-72. Puslitbang tekMIRA.
Rahman, I.A. and Padavettan, V., 2012. Synthesis Yamagata, C., Andrade, J.B., Ussui, V., Lima, N.B.
of silica nanoparticles by sol-gel: Size- and Paschoal, J.O.A., 2010. High purity
dependent properties, surface modification, zirconia and silica powders via wet process:
and aplications in silica-polymer Alkali Fusion of Zircon Sand, Sixth
nanocomposites - A review, Journal of International Latin-American Conference on
Nanomaterials, Malaysia, Vol. 2012 (2012), Powder Technology, November 07-10,
hal.1-2. Búzios, Rio de Janeiro, Brazil, hal. 772-773.
Rida, M.A. and Harb, F., 2014. Synthesis and Yilmaz, M.S. and Piskin, S., 2013. Extraction of
characterization of amorphous silica silicon from tailings slurry of gold mine
nanoparticles from aqueous silicates using treatment plant by alkali fusion technique,
cationic surfactants, pp. 37-41, Laboratory of IJCEBS, Vol.1, Issue 2, ISSN 2320-4087, hal.
Molecular Chemistry and Solid State 211-212.
170
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 12, Nomor 3, September 2016 : 171 - 178
ABSTRAK
Percobaan pembuatan bata ekspose berbasis bodi wolastonit sintetis menggunakan bahan baku utama limbah
marmer atau batukapur lolos ayakan standar Tyler 200 mesh telah dilakukan dengan komposisi optimum campuran
bahan terdiri dari 55% serbuk marmer atau batukapur dan 45% silika dengan kadar air 8 %. Pembakaran dilakukan
pada suhu 1100 oC, waktu penahanan selama 3 jam. Dengan menggunakan bahan utama limbah marmer diperoleh
hasil uji fisis/mekanis sebagai berikut : warna bakar putih, densitas 1,47 g/cc, penyerapan air 35,72%, porositas
52,55%, kekerasan 4 (skala Moh׳s) dan kuat tekan 12,71 MPa. Sedangkan dengan menggunakan bahan utama
batukapur diperoleh hasil uji fisis/mekanis sebagai berikut : warna bakar putih, densitas 1,50 g/cc, penyerapan air
31,79 %, porositas 47,80 %, kekerasan 4 - 5 (skala Mohs) dan kuat tekan 13,09 MPa. Hasil analisis XRD
menunjukkan pertumbuhan fasa kristalin wolastonit untuk bodi MP I (bahan utama limbah marmer) mencapai 41,84
%. Sedangkan untuk bodi KP I (bahan utama batukapur) pertumbuhannya meningkat hampir 2 kali lipat yaitu
sebesar 80,02 %. Hasil percobaan pembuatan bata ekspose berwarna spesifik putih ini dapat dikembangkan untuk
pedestrian atau jalan taman yang mudah menyerap air, bata dinding bangunan atau bata tahan api isolasi.
ABSTRACT
Experiments on eksposed brick making based on synthetic wollastonite body using the main raw materials of
marble waste or limestone passing 200 mesh of standard sieve had been done with optimum material
composition of 55 % marble powder or limestone and 45 % silica with 8 % water content. The firing
temperature was performed at 1100 oC with soaking time of 3 hours. By using the main material of marble
waste, the physical/mechanical properties of the brick are found as follows: the color of fired brick is white with
1.47 g/cc of density; 35.72 % of water adsorption; 52.55% of porosity; 4 of Moh's hardness scale and 12.71 MPa
of compressive strength. While by using the main material of limestone the physical/mechanical properties of the
brick are found as follows: the color of fired brick is also white with 1.50 g/cc of density; 31.79% of water
adsorption; 47.80% of porosity; 4-5 of hardness and 13.09 MPa of compressive strength. The results of XRD
analysis shows the growth of wollastonite phases for MP I body (main material of marble waste) reaches 41.84%.
As for KPI body (main material of limestone), the growth increases almost two-folds in the amount of 80.02%.
The experimental result of the eksposed brick making with specific white color can be developed i.e. for
pedestrian or courtyard garden which is easy in adsorbing water as well as for building wall or insulation brick.
Naskah masuk : 08 Januari 2014, revisi pertama : 11 Januari 2016, revisi kedua : 23 Agustus 2016, revisi terakhir : September 2016.171
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 12, Nomor 3, September 2016 : 171 - 178
172
Pemanfaatan Limbah Marmer dan Batukapur untuk Pembuatan Bata Ekspos … Frank Edwin dan Subari
berubah menjadi α-wolastonit pada suhu 1125 tekanan pembentukan 350 kg/cm2. Benda-
o
C dan α-wolastonit sudah mengalami benda uji kemudian dikeringkan menggu-
peleburan pada suhu 1140oC (Sulistarihani nakan electric drying cabinet selama 3 hari.
1994; Adylov et al., 2012). Pembuatan β- Hari pertama dikeringkan pada suhu 75oC,
wolastonit dipengaruhi oleh kualitas bahan hari kedua pada suhu 100oC, dan hari ketiga
baku, ukuran butir, kondisi pembakaran, jenis pada suhu 105oC. Setelah benda uji menjadi
dan jumlah aditif atau dispersan yang kering dilakukan pengukuran panjang dan
ditambahkan (Sulistarihani, 1994). Jenis aditif lebarnya, untuk menghitumg susut kering.
anorganik yang sering dipakai di antaranya Selanjutnya benda uji dibakar dalam tungku
adalah poly ethylene glycol, dextrin, dan pembakaran pada suhu 1100 oC. Benda uji
dolapic CE 64, calgon, atau SHMP (Nour et al., yang sudah dibakar selanjutnya dikarakterisasi
2007). Pencampuran antara kalsium (batu fisis antara lain : susut bakar, penyerapan air,
kapur atau marmer) dengan silika secara porositas, densitas, kuat tekan dan kekerasan.
homogen sesuai rasio molar CaO : SiO2 = 1 : Uji kuat tekan dilakukan dengan alat universal
1, dan dibakar pada suhu antara 1000 – 1100 testing machine. Selain itu dilakukan analisis
o
C, dapat menghasilkan β-wolastonit dengan kimia dan mineralogi terhadap benda uji.
struktur mikro pori yang kuat (Demidenko dan Analisis mineral dilakukan dengan alat X-RD
Konkina, 2003). untuk mengetahui intensitas fasa kristalin
wolastonit yang terbentuk pada benda uji.
Analisis rasional mineral dilakukan untuk
METODE mengetahui jumlah persen fasa mineral yang
terbentuk secara kuantitatif. Pelaksanaan
Teknologi pembuatan bata ekspose berbasis percobaanpembuatan bata ekspose berbasis
bodi wolastonit pada prinsipnya mengatur wolastonit ini dapat dilihat pada diagram alir
komposisi bahan utama kalsium yaitu marmer Gambar 1.
atau batukapur bersama silika, dengan
parameter perbandingan bahan utama dan
variasi penambahan aditif pada temperatur Tabel 1. Desain komposisi bodi
sintering 1100 oC, ditahan selama 3 jam. Satuan, % Berat
Bahan limbah marmer dan batukapur yang Kode Serbuk
Serbuk Aditf
digunakan berasal dari Citatah Jawa Barat, No komp. kapur/
silika PEG/Dex
sedangkan pasir silika dari PT. Sibelco, Bodi marmer
Cikarang, Jawa Barat. Bahan aditif yang 1 MP l 55 45 10
digunakan adalah poly ethylene glycol (PEG) 2 MP II 61 39 10
dan dextrin (DEX) sebagai perekat serta calgon
3 MP III 67 33 10
sebagai dispersan. Fungsi aditif adalah untuk
mengatur pembentukan pori sehingga luas 4 MD l 55 45 10
permukaan kontak menjadi lebih besar pada 5 MD ll 61 39 10
rentang suhu bakar 1000 -1150 oC. Rongga- 6 MD III 67 33 10
rongga diantara butiran diharapkan memben-
7 KP I 55 45 10
tuk struktur pori sehingga densitasnya menjadi
ringan dengan kekuatan yang baik. Komposisi 8 KP ll 61 39 10
bahan utama marmer/kapur dan silika 9 KP III 67 33 10
didesain berdasarkan perbandingan molar 10 KD I 55 45 10
CaO : SiO2 = 1 : 1,20.
11 KD II 61 39 10
173
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 12, Nomor 3, September 2016 : 171 - 178
174
Pemanfaatan Limbah Marmer dan Batukapur untuk Pembuatan Bata Ekspos … Frank Edwin dan Subari
dengan komposisi bahan 55% Marmer atau Karakteristik Kimia dan Mineralogi
Batu Kapur dan 45% Silika, dengan
penambahan aditif Poly Ethylene Glycol (PEG) Hasil analisis kimia dari bahan baku yang
memberikan kuat tekan sedikit lebih tinggi digunakan untuk pembuatan bata ekspose
dibanding dengan komposisi bodi lainnya, berbasis wolastonit sintetis ini dapat dilihat
yaitu sebesar 12,7 Mpa untuk benda uji MP I pada Tabel 3, dan untuk komposisi benda uji
dan sebesar 13,1 Mpa untuk benda uji KP I. dapat dilihat pada Tabel 4. Dari komposisi
Uji kekerasan bodi berdasarkan skala Moh’s bahan baku menunjukkan bahwa debu
menunjukkan benda uji KP l dan MP I dengan marmer atau batu kapur yang digunakan
komposisi optimal 55% kapur atau marmer termasuk batukapur kalsit dengan kadar CaO
dan 45% silika menghasilkan angka kekerasan cukup tinggi mendekati 56 %. Demikian pula
4 - 5 (skala Moh's) yang relatif lebih keras kandungan SiO2 pada silika cerasil cukup
dibanding komposisi benda uji lainnya, hal ini murni diatas 95 %. Kadar senyawa oksida besi
disebabkan pada komposisi optimal tersebut (Fe2O3) dalam silika yang sangat kecil sebesar
telah terbentuk fasa mineral sekunder 0,07 %, tidak berpengaruh terhadap
wolastonit pada suhu sintering 1100 oC terbentuknya wolastonit (CaOSiO2), meskipun
sehingga berpengaruh terhadap peningkatan terbentuknya senyawa CaO Fe2O3 sangat
kekuatan mekanis benda uji. Pada suhu mungkin terjadi mulai suhu pembakaran 900
o
sintering tersebut benda uji sudah sangat C tetapi jumlahnya relatif sangat kecil,
padat hal ini terbukti dari nilai kekuatan tekan terbukti dari hasil pembakaran benda uji yang
sebesar > 100 kg/cm2. Secara stoikiometri berwarna putih bersih.
reaksi antara CaO dan SiO2 pada suhu
pembakaran 1125oC sudah terbentuk reaksi
wolastonit (CaSiO3) yang tervitrifikasi secara Tabel 3. Komposisi Kimia Bahan Baku Utama
sempurna (Philippe et al. 2007). Penambahan Satuan: %
aditif PEG (Poly Ethylene Glycol) pada Debu Kapur Silika
Unsur
No. marmer Padala- Cerasil
komposisi tersebut juga memberi pengaruh Kimia
Padalarang rang
yang cukup signifikan terhadap kekuatan 1 SiO2 1,04 1,58 96,97
mekanis benda uji hingga dua kali lebih besar 2 Al2O3 < LOD < LOD 0,68
dibanding penambahan aditif Dextrin, karena 3 Fe2O3 0,04 0,06 0,07
PEG memiliki tingkat polimerisasi dan luas 4 TiO2 < LOD < LOD 0,11
5 CaO 55,34 53,52 0,56
permukaan (surface area) yang lebih baik serta 6 MgO 0,25 0,98 0,54
mudah larut dalam air dibanding Dextrin. 7 Na2O 0,25 0,22 0,17
8 K2O 0,05 0,20 0,64
Menurut Philppe et al. 2007 pemakaian PEG Hilang
9 43,03 43,20 0,26
Pijar
dalam campuran komposisi bodi keramik
Ket : Limit Of Detection (LOD): Al2O3 0,17 %, TiO2 0,07
sebanyak 2-3 % sudah berfungsi sangat baik %
sebagai binder.
Tabel 2. Hasil uji fisis dan mekanis benda uji pada suhu pembakaran 1100 oC
Susut Kering (%) Susut Bakar (% ) Penyerapan Porositas Densitas Kuat Tekan Kekerasan
Kode
SK pjg SK lbr SB pjg SB lbr Air (%) (%) (g/cc) (MPa) (Moh´s)
MP I 4 5 -1,92 -2,44 35,72 52,55 1,47 12,708 4
MP II 4,4 4,6 -2,64 -2,31 38,45 55,49 1,44 8,796 3–4
MP III 4 4,8 -2,25 -2,19 39,3 56,24 1,43 6,907 2–3
MD I 4,2 4,8 -2,08 -1,47 40 56,72 1,42 6,62 2–3
MD II 4,2 4,6 -2,01 -1,43 41,35 58,26 1,41 5,337 2–3
MD III 4 5 -0,1 -2,32 43,69 60,8 1,39 5,787 2–3
KP I 4,4 4,6 -2,92 -2,72 31,79 47,8 1,51 13,094 4–5
KP II 4,2 4,8 -2,84 -2,23 34,03 51,39 1,52 8,153 3–4
KP III 3,96 4,8 -2,21 -2,31 41,6 58,59 1,41 - -
KD I 4,6 4,6 -2,48 -2,85 44,27 61,07 1,38 6,266 2–3
KD II 4,4 4,3 -2,09 -2,18 40,4 57,4 1,42 - -
KD III 4,16 4,6 -2,13 -2,4 - - - - -
175
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 12, Nomor 3, September 2016 : 171 - 178
176
Pemanfaatan Limbah Marmer dan Batukapur untuk Pembuatan Bata Ekspos … Frank Edwin dan Subari
bakar gas, penyusutan & pemeliharaan 2012; Use of wollastonite from the
alat/mesin dan biaya administrasi yaitu Koitashskae Deposit in the Production of
sebesar Rp.2.550.000,-. Total biaya langsung lining bricks, Journal of Refractories and
Industrial Ceramics, 43[11], pp.359-361.
dan tak langsung bata ekspose wolastonit
adalah sebesar Rp.5.002.000,- + Rp.
SNI 0028-1987-A, Badan Standar Nasional
2.550.000,- = Rp. 7.552.000,- Dari total Indonesia.
biaya tersebut diatas diperoleh perkiraan
harga pokok produksi bata ekspose wolastonit Demidenko, N.I. and Konkina, E.S. 2003; Sintering
sebesar Rp.7.552.000,- : 250 kg = Rp.30.208 of Ceramic Mixtures Based on Natural
per 10 buah atau Rp.3000,- per buah ukuran Wollastonite, Glass and Ceramics 6 [1/2],
bata 20 x 10 x 5 cm. Sementara harga pasaran pp.17-18.
saat ini untuk bata sejenisnya seperti bata
Philippe Boch and Jean Claude Niepce, 2007;
isolasi jenis samot mencapai lebih dari Rp.
Ceramics Materials, Process, Properties and
10.000,- per buah. Oleh karena itu,
Applications, Penerbit ISTE. Ltd., USA,
pembuatan bata ekspose wolastonit yang pp.184-187.
bersifat permeable ini dapat dikembangkan.
Jianfeng W.U, Guanghui LENG, Xiaohong XU,
Yaxiang ZHANG, Xinbin LAO, Li Kun. 2012;
KESIMPULAN DAN SARAN Preparation and Properties of Ceramic Facing
Brick from East Lake Sediment, Journal of
Bata ekspose berbasis bodi wolastonit sintetis Wuhan University of Technology Material
Science, Volume 27, Issue 1, pp.154-159.
dapat dibuat dengan komposisi optimum
campuran bahan 55% serbuk marmer/
Kushiro, L., 2001; Wollastonit -pseudowollastonite
batukapur dan 45% silika dengan kadar air 8 inversion, Year Book - Carnegie Inst.
%, suhu bakar 1100 oC ditahan selama 3 jam. Washington 63, pp. 83 – 84.
Peningkatan pertumbuhan fasa mineral
wolastonit pada suhu pembakaran optimal Nour, W.M.N, Mostofa A.A, Ibrahim, D.M. 2007;
1100 oC memberi pengaruh signifikan Ceramics on Synthetic Wollastonite,
terhadap peningkatan kekuatan mekanis bodi. Interceram, Vol.56 [6], pp. 424 - 428.
Nilai penyerapan air diatas 20 %
Sulistarihani, N., 1994; Pembuatan Wolastonit
menunjukkan bodi keramik bersifat
dengan cara pembakaran, Prosiding Seminar
permeable atau dapat dirembesi air sesuai
Hasil Litbang Industri Keramik, Balai Besar
persyaratan SNI 0028-1987-A. Keramik, hal. 21-29.
Karena ketersediaan bahan baku yang Sarkar R, Das S.K, Mandal P.K, Maiti H.S. 2006;
berlimpah di Indonesia, selain digunakan Phase and Microstructure Evolution During
untuk dinding bangunan dapat dikembangkan Hydrothermal Solidification of Clay-Quartz
pula sesuai kebutuhan antara lain untuk Mixture with Marble Dust Source of Reactive
pedestrian atau jalan taman yang dapat Lime, Journal of European Ceramics Society,
26, pp.297-304.
menyerap air dan untuk bata isolasi jenis
samot dalam tungku pembakaran.
Suripto, Pujiono dan Muchtar, 2009; Pemanfaatan
Limbah Abu Terbang Batu Bara dan Limbah
Debu Marmer Untuk Bahan Baku Pembuatan
UCAPAN TERIMA KASIH Ubin Keramik, Jurnal Keramik & Gelas
Indonesia, Vol. 18 No. 1, hal. 50 – 60.
Ucapan terimakasih disampaikan kepada
anggota tim peneliti dan perekayasa di Balai Sena da Fonseca B, Simao JAR, Galhano C. 2013,
Besar Keramik atas kerjasamanya dan kepada Effect of Coastal Environment in Clay Facing
redaksi Jurnal Tekmira yang telah banyak Bricks and Roof Tiles, Annual International
Interdisciplinary Conference, AIIC, 24-26
membantu hingga dimuatnya karya tulis ini.
April, Azores-Portugal, pp. 145.
177
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 12, Nomor 3, September 2016 : 171 - 178
178
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 12, Nomor 3, September 2016 : 179 - 194
TRISWAN SUSENO
ABSTRAK
Meningkatkan kadar pasir zirkon (ZrSiO4) menjadi pasir zirkon berkadar ZrO2 ≥65,5% dan berukuran butir
lolos saring 60 mesh ≥95% merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan nilai tambah dari bahan baku
tersebut sesuai dengan amanat dalam Permen ESDM No. 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Permen
ESDM No.1 Tahun 2014 tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui Kegiatan Pengolahan dan
Pemurnian Mineral di Dalam Negeri. Dengan menggunakan pemisah magnetik dan high tension separator)
kadar pasir zirkon dapat ditingkatkan menjadi pasir zirkon berkadar ZrO2 ≥ 65,5 %. Berdasarkan hasil
perhitungan finansial terhadap usaha pengolahan pasir zirkon (ZrSiO4) menjadi konsentrat berkadar ZrO2
≥65,5%, dengan menanamkan modal sebesar Rp.24.307.625.000,- diperkirakan akan memperoleh
keuntungan sekarang (net present value, NPV) sebesar Rp.26.201.238.738,-, indek profitabilitas sebesar 1,21
dan indikator tingkat efisiensi (internaI rate of return, IRR) sebesar 29,35% per tahun dengan pengembalian
modal pada 3 tahun 5 bulan. Apabila diolah menjadi micronized zircon, dengan bermodalkan
Rp.59.066.750.000,- ternyata mendapatkan NPV sebesar Rp.94.154.606.887,-, indek profitabilitas sebesar
1,38, dan indikator tingkat efisiensi (IRR) sebesar 25,60% per tahun dengan pengembalian modal setelah 2
tahun 9 bulan. Berdasarkan perhitungan di atas, usaha pengolahan pasir zirkon untuk menghasilkan
micronized zircon tersebut layak untuk diusahakan. Membangun pabrik pengolahan micronized zircon jauh
lebih menguntungkan karena nilai tambahnya 2 kali lebih besar dibandingkan dengan hanya mengolahnya
menjadi konsentrat zirkon berkadar ZrO2 minimum 65,5%.
ABSTRACT
Upgrading zircon sand (ZrSiO4) into zircon sand concentrate containing ZrO2 ≥65.5% (≥95% passes 60
mesh of screen) is an effort to improve the value-added of raw product, that corresponds with Ministerial
Regulation of ESDM Number 8, 2015; which mandates the purpose of improving zircon sand value-added
through processing and purification activities. Using magnetic separator and high tension separator the grade
of zircon sand can be increased into zircon sand (ZrSiO4) concentrate containing ZrO2 ≥65.5%. Based on
financial calculation of zircon sand (ZrSiO4) processing business of ZrO2 ≥65.5% by investing
Rp.24,307,625,000,- it is estimated to gain the net present value (NPV) as much as Rp.4,375,210,319,-
profitability index 1.21 and internal rate of return (IRR) 29.35% annually with return on investment after 3
years and 5 months. Whereas investing in micronized zircon processing business as much as
Rp.59,066,750,000 generates NPV Rp.94,154,6060,887, profitability index 1.38, and IRR 37.31% annually
with return on investment after 2 years and 9 months. Both zircon sand processing business are feasible.
Naskah masuk : 05 Mei 2014, revisi pertama : 24 Maret 2016, revisi kedua : 15 September 2016, revisi terakhir : September 2016. 179
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 12, Nomor 3, September 2016 : 179 - 194
However, establishing micronized zircon processing plant is more profitable than that of processing zircon
concentrate (ZrO2+HfO2) containing 65.5% ZrO2, since its value-added is 2 times greater.
180
Analisis Biaya Pengolahan Pasir Zirkon (ZrSiO4) Menjadi Pasir Zirkon Berkadar … Triswan Suseno
mengetahui besarnya biaya investasi peralatan Secara matematis, perhitungan NPV dapat
berikut bahan-bahan yang digunakan dalam dirumuskan sebagai berikut :
pengolahannya. Dari data dan informasi
n n
tersebut akan dihitung mengenai
keekonomian (Sudiyanto dkk, 2011), mulai NPV(i)= � Bt (1+i) - � Ct (1+i)-t
-t
181
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 12, Nomor 3, September 2016 : 179 - 194
182
Analisis Biaya Pengolahan Pasir Zirkon (ZrSiO4) Menjadi Pasir Zirkon Berkadar … Triswan Suseno
dari mesin tersebut sudah dimodifikasi dan berbahan baku bauksit. Kapasitas tabung ±
dibuat di dalam negeri. Mesin yang diimpor 40 ton yang berisi pasir zirkon ± 15 ton dan
antara lain magnetic separator, high tension bola penggerus ± 18 ton, hasilnya adalah:
separator, ballmill, filter press, sebagian - konsentrat pasirzirkon berukuran 325
powder dryer. Mesin yang dibuat di dalam mesh membutuhkan waktu sekitar 45 jam,
negeri adalah meja goyang, pengering pasir sedangkan
(sand dryer), perlengkapan ballmill, sebagian - micronized zircon (tepung zirkon)
pengering tepung. Produk yang dihasilkan berukuran ≤1 µm (micronized zircon
oleh perusahaan ini antara lain konsentrat membutuhkan waktu sekitar 6 hari.
zirkon kadar 65,5%, zircon flour 325 mesh,
zirconium silicated nano dan zirconium Produk-produk tersebut kemudian difiltrasi
silicated ultrafine. Penggunaan pemisah dengan menggunakan mesin filter press untuk
magnetik (magnetic separator) dan high menghilangkan/mengurangi air (karena proses
tension separator pernah juga dilakukan oleh grindingnya dalam bentuk basah/wet),
Supriyono dkk. (2006) untuk pasir zirkon yang sehingga tepung zirkon perlu dibentuk seperti
berasal dari Pulau Bangka yang berhasil lempengan kue (zircon cake). Produk-produk
meningkatkan kadar pasir zirkon dari 18,30% tersebut kemudian dikeringkan dengan
hingga mencapai (ZrSiO4) 94,76%. Peralatan menggunakan mesin pengering pasir (sand
yang digunakan dalam peningkatan kadar dryer) atau pengering tepung (powder dryer)
ZrO2 dari pasir zirkon adalah jig, meja untuk mengeringkan dan mengubah cake
goyang, pengering, magnetic separator, high menjadi tepung. Sebelum dipasarkan,
tension separator, penggiling, filter press, micronized zircon (ZrSiO2+HfO2) kadar
powder dryer dan mesin pengepakan. Pasir minimum 65,5% ZrO2 dikemas ke dalam
zirkon yang digunakan sebagai bahan baku karung berukuran 25kg dengan menggunakan
dalam pemrosesan ini berasal dari Provinsi mesin pengepak.
Kalimantan Tengah dengan kadar
ZrO2≤40%). Pasir zirkon dimasukkan ke Bagan alir proses pengolahan micronized
dalam pemisah spiral (humphrey spiral) zircon yang dilakukan di PT. DLS dapat dilihat
kemudian dilakukan proses pemisahan pada Gambar 1, sedangkan peralatannya
dengan pengotor lainnya (ilmenit, rutil dan dapat dilihat pada Gambar 2 dan 3,
pasir kuarsa) menggunakan meja goyang. sedangkan Gambar 4 adalah jenis produknya.
Hasil yang diperoleh dari proses ini terdiri
atas konsentrat zirkon sekitar 2/3 bagian dan Sejak akhir tahun 2013, produsen bijih
1/3 bagian berupa ilmenit, rutil, dan pasir mineral jenis zirkon PT Dian Lestari Sejahtera
kuarsa. Konsentrat zirkon ini dikeringkan di (DLS) telah merampungkan kegiatan
dalam rotary dryer untuk menghilangkan konstruksi untuk peningkatan kapasitas pabrik
kadar air kemudian dimasukkan ke dalam pengolahan micronized zircon. Kapasitas
magnetic separator untuk memisahkan pabrik perusahaan itu akan mencapai 36.000
material magnet dari non magnet. (Silva, ton per tahun atau meningkat lima kali lipat
2012). Proses selanjutnya adalah dengan dibandingkan kapasitas produksi tahun lalu
menggunakan mesin high tension separator sebesar 7.200 ton. Pihaknya menginvestasikan
untuk memisahkan mineral-mineral yang dana senilai USD 2 juta untuk proyek
bersifat konduktor, seperti ilmenit dari pasir pengembangan pabrik tersebut dan telah
kuarsa bersifat non-conductor. Karena pasir mencapai 95% dan siap dioperasikan secara
zirkon dari magnetic separator masih penuh. Seluruh produksi micronized zircon
bercampur dengan kuarsa, maka dilakukan dari DLS dipasok untuk kebutuhan domestik.
pemisahan secara gravitasi hingga diperoleh Umumnya, produk itu disuplai ke pabrik
konsentrat zirkon dengan kadar 66% ZrO2 keramik, seperti Group Mulia dan Group
dan butiran kuarsa berupa tailing. Pengolahan Arwana yang merupakan dua pabrik keramik
dilanjutkan ke proses penggerusan di dalam besar di Indonesia (Yazid, 2013).
silinder (tabung) menggunakan bola
penggerus (ball mill) berdiameter 2 inch yang
183
Pasir zirkon
184
hasil penambangan,
kadar: 40% ZrO2
air
air
BALL MILL
(Ceramic balls)
Tailing Pulp
(ilmenit, rutil Meja goyang Middling
dan kuarsa)
FILTER PRESS
PENGERING
(ROTARY DRYER ) Konsentrat
PENGERING Cake
PEMISAH MEGNETIK (non magnetic)
BERTINGKAT PEMISAH ELEKTROSTATIK
(magnetic separator) BERTINGKAT
Micronized Zircon < 1 µm
PEMECAH (kadar 65% ZrO 2 + HfO2)
PEMISAH GRAVITASI Kuarsa
MAGNETIK
Konsentrat Zirkon,
(kadar 65% ZrO 2 + Hf)
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 12, Nomor 3, September 2016 : 179 - 194
Gambar 1. Bagan alir pengolahan pasir zirkon – konsentrat zirkon (ZrO2+HfO2) berkadar ZrO2 ≥ 65,5 % – micronized zircon (Aziz, 2014)
Analisis Biaya Pengolahan Pasir Zirkon (ZrSiO4) Menjadi Pasir Zirkon Berkadar … Triswan Suseno
Gambar 2. Peralatan proses pengolahan pasir zirkon menjadi micronized zircon di PT. DLS
185
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 12, Nomor 3, September 2016 : 179 - 194
Gambar 3. Penambahan satu unit alat mill untuk penggerusan pasir zirkon menjadi micronized zircon di PT.
DLS, kapasitas 24.000 ton.
Gambar 4. Beberapa jenis produk lanjut dari pasir zirkon yang diproduksi oleh PT. DLS
186
Analisis Biaya Pengolahan Pasir Zirkon (ZrSiO4) Menjadi Pasir Zirkon Berkadar … Triswan Suseno
HASIL DAN PEMBAHASAN nen yang dihitung berasal dari hasil survei yang
dilakukan pada 2013, meliputi aspek-aspek
Perkiraan biaya investasi pengolahan pasir biaya dan manfaat. Perhitungan finansial
zirkon menjadi micronized zircon di PT. DLS menggunakan dua model pengolahan, yaitu
pengolahan bahan baku pasir zirkon menjadi
Sebelum mengambil keputusan untuk konsentrat zirkon berkadar 65,5% ZrO2 dan
melakukan investasi, selain melakukan tinjauan menjadi micronized zircon.
dari segi teknis, salah satu syarat terpenting
yang juga harus diperhatikan adalah mengkaji Menghitung biaya modal investasi, modal
aspek finansial dan keekonomian. Sebelum kerja dan biaya operasi
dilakukan investasi, perlu dilakukan estimasi
pengeluaran dan penerimaan keuangan selama 1) Pengolahan pasir zirkon kadar 40% ZrO2
umur proyek (pabrik) yang merupakan aliran menjadi konsentrat 65,5% ZrO2
kas keuangan perusahaan (future cash flow). Alternatif kedua dari perhitungan biaya
Aliran keuangan tersebut akan dipakai sebagai investasi dan keuntungan dari pendirian
acuan dalam menilai kelayakan proyek pabrik pengolahan pasir zirkon yang
investasi dari aspek keekonomiannya. berkadar 40% ZrO2 menjadi kadar 65%
Perhitungan biaya investasi usaha pengolahan ZrO2, rincian biayanya dapat dilihat dalam
micronized zircon mengacu pada salah satu Tabel 1.
perusahaan pengolah zirkon di Indonesia yaitu
PT. Dian Lestari Sejahtera (DLS). Nilai kompo-
Tabel 1. Biaya investasi pendahuluan pada pengolahan pasir zirkon dari 40% ZrO2 menjadi pasir zirkon
kadar 65,5% ZrO2 dan micronized zircon (juta rupiah)
Investasi konsentrat
zirkon
Satuan/ Satuan/ Investasi micronized
No. Modal tetap (ZrO2+HfO2)
buah berkadar ZrO2 ≥ buah zircon (Juta Rp.)
65,5 % (juta Rp.)
Perijinan, konsultan dan lain-
1 1 paket 163 1 paket 2.173
lain.
Tahap Development
Pembangunan pabrik/sewa
2 1 paket 2.000 1 paket 10.000
kantor dan kawasan
Peralatan kantor, mebeler dan
3 1 paket 500 1 paket 1.000
lain-lain.
Peralatan Utama
4 Meja goyang 6 300 - -
5 Rotary Dryer 2 200 - -
6 Magnetic separator 2 500 - -
7 High tension separator 2 600 - -
8 Tabung ball mill (tromol) - - 4 2.400
9 Spray Dryer - - 4 560
10 Powder dryer - - 2 1.000
Peralatan Pendukung
12 Ayakan 2 76 4 200
13 Timbangan 1 30 2 60
14 Mesin kemas 1 180 1 180
15 Forklift - - 4 2.200
16 Truk 2 900 5 3.750
17 Kendaraan roda 4 2 500 6 1.500
18 Kendaraan roda 2 - - 8 200
Jumlah 5.959 25.223
Sumber : PT. DLS diolah kembali
187
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 12, Nomor 3, September 2016 : 179 - 194
Perusahaan membeli bahan baku pasir zirkon Selain biaya bahan-bahan di atas, biaya lang-
berkadar 40% ZrO2 dari perusahaan tambang sung lainnya adalah tenaga kerja langsung
seharga USD 900 per ton. Untuk menghasilkan (seperti : operator, supir, mekanik, serabutan)
7.000 ton pasir zirkon kadar 65% ZrO2 per sebanyak 23 orang untuk pengolahan pasir
tahun diperlukan bahan baku sebanyak 11.500 zirkon menjadi konsentrat kadar ≥ 65,5%
ton per tahun. Perincian biaya yang diperlukan ZrO2, sedangkan jika menjadi micronized
dalam pengolahan tersebut dapat dilihat dalam zircon dibutuhkan 90 orang. Rincian tenaga
Tabel 2. kerja langsung dan besarnya upah dapat dilihat
dalam Tabel 3.
Tabel 2. Biaya bahan yang diperlukan untuk pengolahan pasir zirkon dalam satu tahun
188
Analisis Biaya Pengolahan Pasir Zirkon (ZrSiO4) Menjadi Pasir Zirkon Berkadar … Triswan Suseno
Untuk tenaga kerja tak langsung (manajemen) Umur usaha pengolahan adalah 10 tahun.
yang diperlukan dalam kegiatan ini sebanyak Depresiasi mesin, dan kendaraan adalah 5
9 orang yang terdiri atas direktur utama, (lima) tahun (straight line depreciation).
komisaris, manager, supervisor, kepala seksi, Re-investasi peralatan dan sarana
sekretaris, dan staf kantor. Jumlah tenaga kerja penunjang, pada tahun ke 5 (lima) dengan
tidak langsung dan biaya yang dikeluarkan eskalasi nilai investasi sebesar 10%.
terlihat pada Tabel 4. Besar nilai sisa peralatan adalah 20%,
sedangkan sarana lain adalah 0%.
Jumlah keseluruhan modal yang dibutuhkan Tingkat bunga deposito bank (i*) adalah
dalam 6 bulan pertama pengolahan pasir 10% per tahun, bunga pinjaman adalah
zirkon berkadar minimum 65,5% sebesar 12% per tahun.
Rp.31,2 miliar. Sedangkan untuk pengolahan Kurs rupiah terhadap dolar Amerika
micronized zircon membutuhkan modal ditetapkan sebesar Rp 13.300,-/USD
sebanyak Rp.90,57 miliar (lihat Tabel 5). (http://www.bi.go.id/id/informasi-kurs,
2016).
Perhitungan dalam analisis finansial juga Pada anaslisis sensitifitas diskenariokan
mempertimbangkan biaya penyusutan harga jual produk turun sebesar 10% per
(depresiasi). Pada analisis ini menggunakan tahun dan pada kondisi yang lain biaya
metode straight line (Suparmoko, 1989) produksi meningkat 10% per tahun.
dengan umur pakai berbeda tergantung dari Modal kerja awal dikembalikan pada akhir
jenis/barang modal yang dimiliki, umurnya umur proyek.
antara 5 dan 10 tahun sesuai dengan umur Pembagian deviden/equity sebesar 20%.
proyek. Besar nilai penyusutan tersebut dapat Hari kerja selama satu tahun adalah 300
dilihat dalam Tabel 6 dan 7. hari
189
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 12, Nomor 3, September 2016 : 179 - 194
Tabel 5. Jumlah investasi usaha pengolahan pasir zirkon dari 40% ZrO2 konsentrat zirkon (ZrO2+HfO2)
berkadar ZrO2 ≥ 65,5 % dan micronized zircon (juta Rp.)
Investasi konsentrat
Micronized
No Jenis pengeluaran zirkon(ZrO2+HfO2)
zircon
berkadar ZrO2 ≥ 65,5 %
1 Modal tetap 5.049,00 25.223,00
2 Biaya operasional per tahun
a. Biaya operasional (Manajemen dan
Administrasi) 720,00 3.162,00
b. Biaya tenaga kerja langsung 1.122,00 3.018,00
Upah selama 3 bulan (a+b) : 4 461.00 1,545,00
Jumlah (1+2) 5.510,00 26.768,00
3 Keperluan Modal lancar (3 bulan) 18.798,13 32.298,75
Jumlah investasi (modal tetap+modal lancar) 31.199,13 90.469,75
Tabel 6. Perkiraan besarnya nilai sisa, depresiasi/amortisasi, dan penggantian alat baru
pengolahan pasir zirkon dari 40% menjadi konsentrat 65,5% ZrO2 dan
micronized zircon
Tabel 7. Perkiraan besarnya nilai sisa, depresiasi/amortisasi dan penggantian alat baru
pengolahan pasir zirkon dari 40% menjadi micronized zircon
190
Analisis Biaya Pengolahan Pasir Zirkon (ZrSiO4) Menjadi Pasir Zirkon Berkadar … Triswan Suseno
Perkiraan penerimaan perusahaan dari kegi- zircon, ternyata mendapatkan net present
atan usaha ini berdasarkan kapasitas produksi value (NPV) sebesar Rp.94.154.606.887.07,
tersebut di atas mulai dari tahun ke-1 sampai indek profitabilitas sebesar 1,38 dan indikator
dengan ke-10 dapat dilihat pada Tabel 8. tingkat efisiensi (IRR) sebesar 37,31% per
tahun. Modal yang ditanamkan tersebut
Berdasarkan data dan ketentuan tersebut di diperkirakan akan kembali setelah usaha ini
atas, maka aliran kas dan nilai indikator beroperasi dalam jangka waktu 2 tahun 9
keuntungan usaha pengolahan micronized bulan. Usaha pengolahan pasir zirkon dengan
zircon dapat dilihat dalam Tabel 9. masing-masing produk tersebut layak untuk
diusahakan.
Dengan menggunakan modal sendiri 40%
dan pinjaman bank 60%, peluang usaha pada Apabila terjadi perubahan harga jual turun
pengolahan pasir zirkon berkadar minimum hingga 10% (faktor diskonto), pada usaha
65,5% akan mendapatkan NPV sebesar pengolahan pasir zirkon 65% menjadi
Rp.26.201.238.737.72, indek profitabilitas micronize, maka usaha ini masih bisa
sebesar 1,21, IRR (interaI rate of return) memberikan keuntungan bagi investor,
sebesar 29,35% per tahun, serta demikian pula apabila terjadi kenaikan pada
pengembalian modal pada 3 tahun 5 bulan. komponen biaya operasional sebesar 10%
Sedangkan usaha pengolahan micronized (Tabel 10).
Tabel 8. Perkiraan penerimaan perusahaan pengolahan pasir zirkon dari 40% ZrO2 menjadi
konsentrat zirkon (ZrO2+HfO2) berkadar ZrO2 ≥ 65,5% dan micronized zircon (juta
rupiah)
konsentrat zirkon
Micronized
Simulasi penerimaan (ZrO2+HfO2) berkadar
zircon 2)
ZrO2 ≥ 65,5%1)
Perkiraan nilai penjualan setiap tahun (produksi 7000 ton) 93.100,00 186.200,00
Prakiraan biaya produksi tiap tahun 77.035,50 135.375,00
Akumulasi nilai sisa tahun ke-6 477,20 1.230,00
Akumulasi nilai sisa tahun ke-10 524,92 1.452,00
Akumulasi pengembalian modal kerja akhir tahun ke-10 19.258,63 33.843,75
Keterangan :
7.000 ton x Rp.13.300.000 (US$1.000/ton)
7.000 ton x Rp.26.600.000 (US$2.000/ton)
191
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 12, Nomor 3, September 2016 : 179 - 194
Tabel 9. Nilai manfaat usaha pengolahan pasir zirkon dari 40% ZrO2 menjadi pasir zirkon berkadar
minimum 65,5% ZrO2 dan micronized zircon
konsentrat zirkon
Jenis kegiatan (ZrO2+HfO2) berkadar Micronized zircon
ZrO2 ≥ 65,5%
Kapasitas produksi (ton/tahun) 7.000
Harga (Rp/ton) 13.300.000 26.600.000
Masa operasional (tahun) 10 10
Prakiraan investasi (Rp.) 24.307.625.000 59.066.750.000
Permodalan 40% Milik sendiri + 60% Pinjaman Bank
Indikator ekonomi
Net Present Value (DF=10%) (Rp) 26.201.238.737.72 94.154.606.887.07
Profitability Index(discount faktor = 10%) (Rp) 1,21 1,38
Internal Rate of Return (%) 29,35% 37,31%
Tabel 10. Kemungkinan terjadi penurunan harga dan biaya operasional naik 10%
Perhitungan Jika harga jual turun 10 % 1) Jika biaya operasional naik 10% 2)
Net Present Value Rp. 8.345.727.255.91 Rp. 31.76.8048.991.97
Indek probabilitas 1,23 1,25
Internal Rate Of Return 12,63 % 19,69 %
Periode pengembalian 6 tahun 4 bulan 5 tahun 1 bulan
Manfaat yang akan diperoleh investor dari Produk domestik bruto (PDB) atau disebut
keberadaan usaha ini adalah diperolehnya juga sebagai nilai tambah suatu kegiatan
surplus usaha berikut penerimaan bunga bank produksi/jasa meliputi upah dan gaji, laba,
dari surplus usaha yang disimpannya. Investasi bunga uang yang dibayarkan (berupa bagian
pengolahan konsentrat zirkon (berkadar ZrO2 dari biaya), pajak, serta sumbangan untuk
≥ 65,5%sebesar Rp.24.307.625.000,- yang pemberdayaan/pengembangan masyarakat
ditanamkan ternyata akan memberikan lokal (daerah). Berdasarkan hasil analisis
keuntungan bersih bagi pengusaha sebesar manfaat yang telah di uraikan di atas, maka
Rp.3.990.620.800,-. Investasi yang diperlukan dapat diketahui besarnya PDB/nilai tambah
untuk mengolah micronized zircon adalah yang diperoleh dari kegiatan usaha pengo-
192
Analisis Biaya Pengolahan Pasir Zirkon (ZrSiO4) Menjadi Pasir Zirkon Berkadar … Triswan Suseno
193
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 12, Nomor 3, September 2016 : 179 - 194
Silva, M.G., Lira, T.S., Arruda, E.B.; Murata, V.V. Suparmoko, M., 1989. Ekonomi sumberdaya alam
dan Barrozo, M.A.S., 2012. Modelling of dan lingkungan, Pusat Antar Universitas-Studi
fertilizer drying in a rotary dryer: parametric Ekonomi Universitas Gajah Mada,
sensitivity analysis, Brazilian Journal of Yogyakarta, 71 hal.
Chemical Engineering, On-line version ISSN
0104-6632, Braz. J. Chem. Supriyono, Yusuf, R., Amiruddin, D., Purnawan,
Eng. vol.29 no.2 São Paulo Apr./June 2012, W. dan Setiawan, W.A., 2006. Penelitian dan
http://dx.doi.org/10.1590/S0104, Process pemisahan ekstriasi zirkon-hafnium dari
Systems Engineering. tailing timah Bangka, Jurnal Teknologi
Mineral dan Batubara, No. 36 Tahun 14,
Subekti, R.A., Susatyo, A. dan Sudibyo, H., 2013. Januari 2006, ISSN 0854-7890, hal. 18-26,
Studi teknik dan ekonomi pengembangan Bandung.
potensi energi angin di wilayah Jawa Barat,
Mekatronik, dan Teknik Kendaraan Komplek Suseno, T., Suciyanti, M. dan Suherman, I., 2015.
LIPI Bandung, Prosiding Seminar Nasional Analisis pospek pemanfaatan zirkon dalam
Rekayasa Energi, 18 September 2013, Hal. industri keramik, frit, bata tahan api dan
121-126, ISBN 879-602-17952-0-0, Bandung. pengecoran logam, Jurnal Teknologi Mineral
dan Batubara, Volume 11, No. 2, Mei 2015,
Sudiyanto, A., Widodo, P., Cahyadi, T.A., dan Hal. 93-106.
Pratiwi, 2011. Analisis kelayakan ekonomi
rencana penambangan bijih mangan Suseno, T., 2015. Analisis pospek pasir zirkon
Karangsari Kabupaten Kulonprogo-DIY, Indonesia di pasar dunia, Jurnal Teknologi
Prosiding Profesi Tahunan XX PERHAPI Mineral dan Batubara, Volume 11, No. 1,
Lombok, ISBN:978-979-8826-20-7, Nusa Januari 2015, Hal. 61-77.
Tenggara Barat, 10-11 Oktober 2011, 726
hal., hal. 289-301, Lombok. www.esdm.go.id/...peraturan-menteri, 2016.
Permen ESDM No.8 Tahun 2015 Tentang
Sugiharto, T., 2002. Studi kelayakan proyek Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui
pengembangan perkebunan pisang abaca Pengolahan dan Pemurnian Mineral, Minggu,
dengan menggunakan analisis penganggaran 28 Februari 2016, jam 11:31.
modal, Jurnal Ekonomi Dan Bisnis, Jilid 7, No
3; hal : 145-150. Yazid, M., 2013. Dian Lestari bakal impor
zirkonium silikat, http://industri.kontan.co.id/
news/, jam 08.00, 13 April 2013.
194
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 12, Nomor 3, September 2016 : 195 - 207
PUGUH PRASETIYO
ABSTRAK
Ada dua jalur proses untuk mengolah bijih nikel oksida yang lazim disebut laterit, yaitu pirometalurgi dan
hidrometalurgi. Pirometalurgi digunakan untuk mengolah laterit jenis saprolit berkadar nikel tinggi (Ni≥1,8%)
untuk memproduksi FeNi atau Ni matte. Hidrometalurgi digunakan untuk mengolah laterit kadar rendah
(Ni<1,8%) yang belum ada di tanah air. Dalam perkembangannya pirometalurgi digunakan untuk mengolah
laterit kadar rendah menghasilkan NCPI/NPI (Nickel Contain Pig Iron/Nickel Pig Iron) di Tiongkok. Selanjutnya
NCPI/NPI digunakan sendiri oleh Tiongkok sebagai pengganti FeNi untuk membuat besi-baja tahan karat. Bahan
baku pembuatan NCPI/NPI Tiongkok diperoleh dari mengimpor laterit Filipina dan Indonesia. Dengan mulai
berlakunya UU Minerba (Mineral dan Batubara) tahun 2009 yang mewajibkan bahan baku harus diolah di dalam
negeri sebelum diekspor, dan melarang ekspor bahan baku mulai 12 Januari 2014. Maka Indonesia mungkin
akan menghadapi masalah hukum dagang internasional yang tidak sederhana sebagai konsekuensi dari larangan
ekspor mineral. Masalah lainnya bagaimana harus mengolah mineral di dalam negeri, dan siapa yang akan
menyerap pasar hasil olahan mineral. Melihat kenyataan ini pemerintah harus mengoptimalkan litbang
(penelitian dan pengembangan) yang ada di departemen maupun non departemen.
Kata kunci : laterit kadar rendah, limonit, saprolit, pyrometalurgi, hydrometalurgi, UU. Minerba 2009.
ABSTRACT
There are two process lines in beneficiating nickel oxide ores or lateritic ore by using the pyrometallurgy and
hydrometallurgy. The pyrometallurgy technology has been applied to process saprolite containing high grade
nickel laterite (Ni≥1.8%) to produce FeNi or Ni matte. While, the hydrometallurgy technology has been applied
to process low grade laterite (Ni<1.8%), however, the last type of the process is not applied yet in Indonesia.
Based on technology development, the pyrometallurgy has been used successfuly to process low-grade laterite
for NCPI / NPI (Nickel ContainPig Iron / Nickel Pig Iron) production in China, which is subsequently utilized
solely by the Chinese as a substituted FeNi in stainless steel making. The raw material for manufacturing NCPI /
NPI, China has imported laterite ore from the Philippines and Indonesia. Presently, with the issuance of the
Mining Law of mineral and coal in 2009, which requires that raw materials must be processed within the
country before being exported, and have prohibited the export of raw materials since January, 12, 2014. Hence,
Indonesia might be facing the problem of international commercial law in the future, which would not be a
simple consequence of the ban of exporting raw minerals. Another problem is how to process the mineral in the
Naskah masuk : 22 Juli 2015, revisi pertama : 20 November 2015, revisi kedua : 14 Maret 2016, revisi terakhir : September 2016. 195
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 12, Nomor 3, September 2016 : 195 - 207
country, and who will be the market customer target of the processed minerals. Due to this reality, the
Indonesian government must optimize the research and development that has been done by many departments
or non-departmental institutions.
Key words: the low grade laterite, limonite, saprolite, pyrometallurgy, hydrometallurgy, mining law 2009.
196
Tidak Sederhana Mewujudkan Industri Pengolahan Nikel Laterit …Puguh Prasetiyo
Gambar 1. Lapisan ideal laterit daerah tropis dialam dan pengolahannya (Butt,2007)
Ada dua jalur proses pengolahan laterit untuk Leaching/ Pressure Acid Leaching) untuk
memasok kebutuhan nikel dunia, yaitu mengolah limonit guna memproduksi NiS
pirometalurgi dan hidrometalurgi. Adapun (nickel sulfide). Di Indonesia belum ada
diagram alir proses pengolahan laterit yang pabrik pengolahan laterit kadar rendah
sudah komersial dengan jalur pirometalurgi menggunakan teknologi hidrometalurgi, baru
dan hidrometalurgi, dapat dilihat pada hanya sebatas ijin dari pemerintah kepada
Gambar 2. pihak asing. PT Pasific Níkel USA mendapat
ijin untuk mengolah laterit pulau Gag Papua
Pirometalurgi digunakan untuk mengolah dengan proses Caron pada Februari tahun
saprolit berkadar nikel tinggi (Ni≥1,8% di 1969. (Anonim, 2012). Perkembangan
Indonesia) untuk memproduksi FeNi seperti selanjutnya PT Pasific Níkel USA
produksi PT Aneka Tambang di Pomalaa, mengembalikan ijin ke pemerintah. Kemudian
Sulawesi Tenggara. Atau untuk memproduksi pada Februari 1998, pemerintah memberi ijin
Ni-matte seperti produksi PT Vale Indonesia lagi untuk mengolah laterit dengan proses
di Sorowako, Sulawesi Tenggara. Secara berbasis HPAL/PAL kepada dua PMA yaitu PT
global sebagian besar proses pirometalurgi BHP Australia untuk mengolah laterit pulau
digunakan untuk memproduksi FeNi. (Dalvi, Gag Papua, dan PT Weda Bay Níkel (WBN)
Bacon., et al. 2004). Selanjutnya FeNi Canada untuk mengolah laterit teluk Weda
digunakan untuk membuat baja tahan karat Halmahera Maluku Utara, dimana ijin yang
atau stainless steel (SS). dikeluarkan oleh pemerintah pada Febuari
1998 adalah kontrak karya (kk) generasi ke 7
Hidrometalurgi digunakan untuk mengolah (www.gagnickel.com., Baillie, 2002).
laterit kadar rendah yang terdiri dari limonit
dan saprolit kadar rendah dengan kandungan Adapun pionir pengolahan laterit kadar
Ni<1,8 % (di Indonesia). Pada umumnya rendah dengan jalur hidrometalurgi adalah
proses Caron digunakan untuk mengolah Freeport USA yang beroperasi di Cuba sampai
serpentin (saprolit kadar rendah) guna 1960. Pabrik untuk mengolah laterit kadar
memproduksi NiO (nickel oxide). Sedangkan rendah jenis serpentin (saprolit kadar rendah)
proses HPAL/PAL (High Pressure Acid dengan proses Caron untuk memproduksi
197
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 12, Nomor 3, September 2016 : 195 - 207
NiO dibangun di Nicaro, Cuba pada tahun untuk memproduksi FeNi, NPI, dan
1942/1943. Freeport USA dengan bantuan menggunakan proses HPAL/PAL, dapat dilihat
Sherrit Gordon Canada juga membangun pada Tabel 1.
pabrik untuk mengolah limonit dengan proses
HPAL/PAL untuk memproduksi NiS di Moa Biaya modal (Capex) membuat NPI di
Bay tahun 1959. Perkembangan selanjutnya, Tiongkok lebih murah karena Tiongkok tidak
Freeport USA dinasionalisasi oleh pemerintah perlu membangun pabrik baru untuk
Cuba dibawah rezim Fidel Castro pada 1960. memproduksi NPI. Pabrik-pabrik peleburan
Sampai saat ini (2015) kedua pabrik tersebut besi/baja yang sudah ada yang tadinya untuk
masih beroperasi, dan di Punta Gorda Cuba memproduksi besi-baja “dimodifikasi” untuk
beroperasi pabrik untuk mengolah laterit memproduksi NPI. Seluruh produk NPI dibeli
kadar rendah jenis serpentin dengan proses oleh pemerintah Tiongkok digunakan untuk
Caron yang mulai beroperasi 1986 (Habashi, membuat besi-baja. Biaya operasi (Opex)
1993). Diluar Cuba kedua proses tersebut pembuatan NPI relatif mahal dibandingkan
(proses Caron dan proses HPAL/PAL) dengan HPAL/PAL dan FeNi. Biaya operasi
digunakan untuk mengolah laterit kadar (Opex) tersebut tidak menjadi masalah karena
rendah seperti di Australia, New Caledonia, Cina mempunyai energi listrik yang berlimpah
Papua Nugini, Philipina, Brasilia, dan pulau dari PLTA Tiga Ngarai bendungan terbesar di
Madagaskar Afrika. Pada era tahun 2000-an dunia. Bahkan pemerintah mengeluarkan
pasca kegagalan tiga HPAL/PAL plant generasi kebijakan agar pabrik-pabrik yang menggu-
kedua di Australia, pengolahan laterit kadar nakan blast furnace (BF), secara bertahap
rendah beralih pada pembuatan NCPI/NPI supaya beralih menggunakan rotary kiln (RK)
untuk memproduksi besi-baja yang dipelopori dan electric furnace (EF) yang lebih ramah
oleh Tiongkok. Adapun dasar pemilihan terhadap lingkungan. Karena pemakaian
proses untuk mengolah laterit berdasarkan batubara pada blast furnace (BF) tidak ramah
biaya modal (Capex) dan biaya operasi (Opex) terhadap lingkungan. (Lennon, 2007).
Laterit
Limonit Saprolit
198
Tidak Sederhana Mewujudkan Industri Pengolahan Nikel Laterit …Puguh Prasetiyo
Tabel 1. Modal dan biaya operasi untuk memproduksi FeNi, NPI, dan
menggunakan proses HPAL/PAL (Elias, 2013)
Biaya Modal
Produk/Proses Biaya Operasi
(US $/lb Ni tahun)
FeNi 30 - 40 Pertengahan
NPI (BF : Blast Furnace) 10 - 15 Tinggi
HPAL 30 - 40 Pertengahan
Proses Caron telah digunakan di beberapa Prinsip proses HPAL/PAL, dimulai dengan cara
negara seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2. limonit dilindi menggunakan asam sulfat
(H2SO4) pada temperatur (230 – 260 0C) dan
Proses Caron tergolong sebagai kombinasi jalur bertekanan tinggi (4000 – 4500 kPa) di dalam
piro-hidrometalurgi karena melalui tahapan autoclave. HPAL/PAL plant generasi pertama
pengeringan yang dilanjutkan dengan dibangun di Moa Bay oleh Freeport USA
kalsinasi/reduksi pada suhu ± 760 0C, dan dengan bantuan Sherrit Gordon Canada pada
terhadap produk kalsinasi/reduksi dilakukan tahun 1958/1959. Moa Bay plant belum selesai
pelindian dengan pelarut AAC (Ammonia pembangunannya saat pemerintah Cuba
Ammonium Carbonate) pada temperatur kamar (dibawah rezim Fidel Castro) menasionalisasi
dan tekanan atmosfir. Secara teknologi proses Freeport tahun 1960. Dengan bantuan Uni
Caron sudah mapan (proven) namun proses ini Soviet (Rusia) maka proyek tersebut bisa
mulai ditinggalkan sebagai akibat kenaikan dirampungkan pada tahun 1961. Moa Bay
harga minyak dunia yang dramatis setelah plant baru bisa berjalan dengan normal setelah
1973. Sehingga bagi perusahaan perusahaan mengalami berbagai ragam kesulitan dalam
yang tidak mampu menyiasati harga BBM kurun waktu 7 tahun. Seiring dengan bubarnya
(Bahan Bakar Minyak) yang mahal agar tetap Uni Soviet (Rusia) pada tahun 1990an,
beroperasi, terpaksa tutup seperti yang ditun- membawa pengaruh terhadap Moa Bay plant
jukkan pada Tabel 2. Perusahaan yang beren- karena selama ini semua produk NiS dibeli
cana akan membangun pabrik baru seperti PT oleh Uni Soviet (Rusia). Melihat kenyataan ini
Pasific Níkel USA, terpaksa batal membangun maka pemerintah Cuba melakukan kerja sama
pabrik di pulau Gag Papua Indonesia pada dengan Sherrit Gordon Canada untuk proyek
1974. Akhirnya menurut informasi Moa Bay (dengan kepemilikan sama masing
www.gagnickel.com bahwa PT Pasific Níkel masing 50 %) yang ditanda tangani Desember
USA mengembalikan ijinnya ke pemerintah 1994. Dalam perjanjian kerja sama tersebut
Indonesia. Akibat harga BBM yang mahal maka kinerja Moa Bay plant diperbaiki dari
pemain nikel dunia melakukan litbang (pene- penambangan sampai pengolahan, dan seluruh
litian dan pengembangan) proses pengolahan produk NiS diolah lebih lanjut oleh Sherrit
laterit dengan proses HPAL/PAL. Karena proses Gordon di Fortsaskatchewan Canada.
HPAL/PAL telah terbukti di Moa Bay plant (Chalkley, Toirac, 1997).
Cuba mengkonsumsi energi rendah dengan
perolehan yang tinggi baik untuk nikel maupun
kobal yaitu Ni > 90 % dan Co > 90 %.
199
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 12, Nomor 3, September 2016 : 195 - 207
Berkat kerja sama tersebut terjadi perbaikan di Australia, Philipina, Indonesia, Papua
yang cukup berarti terhadap produksi NiS. Nugini, Kaledonia Baru, Madagaskar, Brasilia,
Dari kapasitas pabrik ±25.000 ton Ni/tahun, dsb. Namun yang terealisasi sampai 2004
berturut-turut dicapai produksi tertinggi hanya lima (5) HPAL plant, dan hal ini dapat
±19.500 ton Ni/tahun pada tahun 1989, dilihat pada Tabel 4.
selanjutnya produksi bisa ditingkatkan
menjadi ±20.651 ton Ni/tahun pada tahun Walaupun teknologi HPAL telah sukses pada
1995 dan meningkat lagi menjadi ±26.035 skala laboratorium maupun skala pilot plant
ton Ni/tahun pada tahun 1996. Telah terbukti untuk mengolah berbagai jenis laterit.
pula bahwa sampai mendapatkan produk Kenyataan yang terjadi, teknologi HPAL gagal
akhir NiS ternyata berbiaya operasi murah, saat digunakan pada tiga HPAL plant generasi
yaitu US $ 3.12/lb Ni (Chalkley, Toirac, kedua di Australia.Tiga HPAL plant generasi
1997.; Wedderburn, 2010). kedua tersebut adalah Bulong, Cawse, dan
Murrin-Murrin. Akhirnya Bulong tutup pada
Kesuksesan Moa Bay HPAL plant menjadikan tahun 2003, Cawse mengikuti jejak Bulong
proses HPAL sebagai pilihan utama untuk tutup pada tahun 2008. Sedangkan Murrin-
mengolah laterit kadar rendah kedepan, untuk Murrin berpindah kepemilikan ke Minara
memenuhi kebutuhan nikel dunia yang terus pada tahun 2004, selanjutnya Minara
meningkat terutama nikel untuk bahan baku mengolah sebagian laterit kadar rendah
besi-baja tahan karat (SS : stainless steel). dengan heap leaching (HL). Kemudian larutan
Disamping itu cadangan laterit secara global hasil heap leaching (HL) dicampur dengan
± 70 % berupa limonit yang merupakan bijih laterit yang sudah diseleksi, lalu diproses
laterit kadar rendah seperti yang ditunjukkan didalam autoclave dengan teknologi
pada Tabel 3. HPAL/PAL. Kegagalan HPAL plant generasi
kedua di Australia diduga karena mengolah
laterit kadar rendah dengan kandungan silikat
Tabel 3. Cadangan laterit secara global (Elias, tinggi (rata rata SiO2 ± 42 %). Adapun sampai
2013) tahun 2015, masih ada proyek-proyek
HPAL/PAL plant yang mengalami kesuksesan
Milyar dan/atau kegagalan seperti yang ditunjukkan
Milyar
ton %
ton % Ni olehTabel 5.
logam Total
bijih
Ni
Saprolit Ravensthorpe di Australia menggunakan
2700 1,79 48 30 proses EPAL (Enhance Pressure Acid Leach).
(silikat)
Limonit 9600 1,17 112 70 Pada proses EPAL, limonit dan saprolit diolah
Total 12.300 160 100 secara bersamaan. Limonit diolah mengguna-
kan proses HPAL/PAL sedangkan saprolit
dengan atmospheric leaching (AL). Proyek-
Disamping sukses Moa Bay HPAL/PAL plant proyek yang mengalami kesuksesan adalah
juga ada litbang (penelitian dan pengem- CBNC dan THPAL milik SMM (Sumitomo
bangan) lain yang sukses untuk proses HPAL, Metal Mining) Jepang yang beroperasi di
dan modifikasi proses berbasis HPAL. Litbang Philipina. Sedangkan yang mengalami
yang sukses dilakukan oleh Sherrit Gordon “kegagalan” karena masih ada masalah pada
Canada terutama untuk proses HPAL, AMAX operasi pabriknya, sehingga kapasitas produk-
USA terutama untuk modifikasi proses si belum tercapai secara optimal. Masalah
berbasis HPAL, COFREMMI Perancis, dan tersebut terus dicari jalan keluarnya agar
kerja sama AMAX-COFREMMI untuk pilot kapasitas produksinya bisa tercapai sesuai
plant skala besar untuk mengolah laterit dari dengan yang direncanakan.Telah terbukti
New Caledonia dengan proses berbasis HPAL sampai 2015, ternyata HPAL plant yang
yang dimodifikasi. (Wicker and Jha, 1986.; sukses setelah Moa Bay HPAL plant
Anonim, 1986). disebabkan karena mengolah limonit dengan
kandungan silikat rendah (Si < 10 % atau
Selanjutnya bermunculan rencana untuk SiO2< 21,43 %) yang mirip dengan limonit
membangun pabrik pengolahan laterit kadar dari Moa Bay Cuba. Atau seperti Minara (dulu
rendah dengan HPAL oleh pemain nikel dunia Murrin-Murrin) yang mengendapkan silikat
200
Tidak Sederhana Mewujudkan Industri Pengolahan Nikel Laterit …Puguh Prasetiyo
(SiO2) dengan heap leaching (HL). Selanjutnya perbandingan kandungan unsur-unsur bahan
larutan hasil heap leaching (HL) bersama bijih baku laterit kadar rendah pada HPAL plant di
laterit yang sudah diseleksi, diolah dengan Cuba, Australia, dan Philipina, dapat dilihat
proses HPAL/PAL didalam autoclave. Adapun pada Tabel 6 berikut.
Tabel 4. HPAL plant di Cuba, Australia dan Philipina (Dalvi, Bacon, et al., 2004)
Tabel 6. Kandungan unsur-unsur pada laterit kadar rendah untuk bahan baku HPAL plant (Habashi, 1993.,
Motteram dan Ryan, 1997; Tsuchida,Osaki, et al.,2004)
% Berat
Unsur Nontronite Murrin
Limonit Moa Bay Limonit Rio Tuba
Murrin
Ni 1,30 1,30 1,26
Co 0,15 0,09 0,09
Fe 48 22 42,30
Al 4,50 2,50 1,83
Mg 1,00 4 2,21
SiO2 3,7 42 17,46 (Si±8,15)
Mn 0,75 0,40 0,70
Cr - - 1,89
201
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 12, Nomor 3, September 2016 : 195 - 207
Akibat dari kegagalan HPAL plant di Australia, HPAL/PAL, beralih kepemilikannya ke Eramet
otomatis berpengaruh terhadap pasokan nikel Perancis pada Mei 2006. Sedangkan PT BHP
dunia dan rencana pembangunan HPAL plant Australia mengembalikan ijinnya ke
dibeberapa negara terutama dua proyek HPAL pemerintah Indonesia pada November 2008
plant di Indonesia. Karena 2 (dua) proyek (Anonim, 2008). Sampai saat ini (2015), PT
yang ada di Indonesia termasuk proyek WBN Eramet belum merealisasikan proyeknya,
strategis untuk memasok kebutuhan nikel bahkan Eramet mempunyai rencana untuk
dunia. Kedua proyek tersebut ádalah PT Weda mengolah laterit teluk Weda dengan proses AL
Bay Níkel (WBN) Canada di teluk Weda (Atmospheric Leaching). Rencana tersebut
Halmahera dan PT BHP Australia di pulau dapat dilihat pada Gambar 3.
Gag Papua.
Kegagalan HPAL plant generasi kedua di
Perkembangan selanjutnya dari tanah air, Australia dan tertundanya proyek-proyek
menurut Website Weda bay nickel ERAMET, HPAL plant juga menyebabkan kekurangan
bahwa PT Weda Bay Níkel (WBN) Canada pasokan nikel dunia. Sehingga harga nikel
yang telah melakukan studi lengkap untuk dunia naik secara tidak terkontrol, puncak
mengolah laterit kadar rendah teluk Weda kenaikan harga terjadi pada 2007 seperti yang
Halmahera dengan teknologi berbasis ditunjukkan oleh Gambar 4.
Downstream Processing
Gambar 3. Rencana bagan alir pengolahanbijih laterit oleh PT Weda Bay Eramet (Taylor, 2013)
202
Tidak Sederhana Mewujudkan Industri Pengolahan Nikel Laterit …Puguh Prasetiyo
Gambar 4. Harga nikel periode Januari 1989 s/d Januari 2014 (Anonim, 2015)
Pada saat harga nikel di pasar dunia naik baku pembuatan besi-baja tipe SS 200, SS 300
secara tidak terkendali terutama pada periode dan SS 400. Pada umumnya NCPI/NPI diguna-
tahun 2005--2008. Pemerintah Tiongkok kan untuk membuat SS 300, adapun produksi
membuat kebijakan dengan membuat besi-baja terutama SS 300 di Tiongkok, dapat
NCPI/NPI dari laterit kadar rendah. dilihat pada Gambar 5.
Selanjutnya NCPI/NPI digunakan sendiri oleh
Tiongkok untuk membuat besi-baja SS 200, SS
300 dan SS 400.
203
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 12, Nomor 3, September 2016 : 195 - 207
Undang-Undang Minerba 2009 dan PMA tersebut adalah PT BHP Australia untuk
Pengolahan Laterit di Indonesia mengolah laterit pulau Gag Papua, dan PT
Weda Bay Nickel (WBN) Canada untuk
UU Minerba 2009 mengamanatkan bahwa mengolah laterit teluk Weda Halmahera Maluku
bahan baku mineral harus diolah di tanah air Utara. Perkembangan selanjutnya PT WBN
sebelum diekspor, dan ekspor bahan baku Canada beralih kepemilikan ke Eramet Perancis
mineral diberhentikan mulai 12 Januari 2014. pada Mei 2006, dan sampai tahun 2015 PT
Dengan terbitnya UU tersebut tidak ada ma- WBN Eramet belum merealisasikan proyeknya.
salah untuk saprolit yang memiliki kandungan Sedangkan PT BHP Australia mengebalikan ijin
Ni ≥ 1,8 % karena sudah ada industri yang pulau Gag Papua ke pemerintah RI pada
siap mengolahnya di Sulawesi Tenggara. November 2008. (Anonim, 2008).
Saprolit tersebut diolah menjadi FeNi oleh
BUMN PT Aneka Tambang (Antam) di Tertundanya pengolahan laterit kadar rendah di
Pomalaa, dan nikel matte oleh PMA PT Vale tanah air (yang menggunakan proses Caron
Indonesia di Sorowako. Sebaliknya, UU maupun proses HPAL/PAL oleh PMA), disebab-
Minerba 2009 akan menjadi masalah yang kan oleh faktor ekonomi untuk proses Caron
tidak sederhana bagi BUMN PT Antam yang dan teknologi yang “gagal” untuk proses
mengekspor bahan baku laterit, dan laterit HPAL/PAL. Walaupun proses HPAL/PAL telah
kadar rendah yang belum diolah di tanah air. sukses secara laboratorium maupun pilot plant
Apabila laterit kadar rendah diolah di dalam untuk mengolah berbagai jenis laterit. Ternyata
negeri, ada tiga pilihan teknologi yang tersedia proses HPAL/PAL gagal saat digunakan pada
dan sudah komersial yaitu proses Caron, proses tiga HPAL plant generasi kedua di Australia,
HPAL/PAL, dan pembuatan NCPI/NPI. Untuk kegagalan tersebut diduga karena mengolah
mengolah laterit kadar rendah melalui jalur laterit kadar rendah Australia dengan kan-
proses hidrometalurgi (proses Caron dan proses dungan silikat tinggi (rata rata SiO2 ± 42 %).
HPAL/PAL) di tanah air, pemerintah telah Hanya Coral Bay HPAL plant generasi ketiga di
memberi ijin pihak asing untuk mengolah Rio Tuba Philipina yang sukses. Karena
laterit pulau Gag Papua dan teluk Weda mengolah limonit mirip limonit Moa Bay
Halmahera Maluku Utara. PT Pasific Nickel seperti yang ditunjukkan pada Table 6 di atas,
USA pada Februari 1969 mendapat ijin untuk yaitu limonit dengan kandungan silikat rendah
mengolah laterit pulau Gag dengan proses (Si<10 % atau SiO2 < 21,43 %).
Caron. PT Pasific Nickel USA awalnya akan
membangun Caron plant di pulau Gag Papua Akibat kegagalan HPAL/PAL maka banyak
pada tahun 1974/1975, tetapi akhirnya dengan proyek-proyek pengolahan laterit kadar rendah
berat hati membatalkan pembangunan pabrik- dengan HPAL/PAL maupun EPAL (Enhance
nya di pulau Gag, dan mengembalikan ijin ke Presure Acid Leach) yang berbasis HPAL/PAL
pemerintah. Hal ini dilakukan sebagai akibat ditunda pembangunannya. Kegagalan tiga (3)
harga minyak dunia yang melambung tinggi HPAL plant di Australia membawa pengaruh
setelah 1973. Sehingga proses Caron ditinggal- terhadap pasokan nikel dunia terutama
kan dan pengolahan laterit kadar rendah pasokan nikel ke Tiongkok. Karena pasokan
beralih ke proses HPAL/PAL. Proses HPAL/PAL nikel dunia berada pada posisi lebih rendah
telah terbukti berhasil di Moa Bay yang dari yang diproyeksikan. Sehingga harga nikel
diketahui mengkonsumsi energi rendah dengan dunia periode 2003 – 2007, naik secara drastis
perolehan (recovery) logam yang tinggi untuk seperti ditunjukkan oleh Gambar 4. Melihat
nikel maupun kobal (Ni > 90 % dan Co > 90 kenyataan ini maka pemerintah Cina membuat
%). Bandingkan dengan perolehan (recovery) kebijakan untuk memproduksi NCPI/NPI dari
logam dari proses Caron yang rendah yaitu laterit kadar rendah yang diimpor dari
untuk Ni = 75 - 80 % dan Co = 35 – 50 %. Philipina, Indonesia, dan New Caledonia.
Selain itu kebutuhan energi proses Caron relatif Seluruh produk NCPI/NPI dibeli oleh pemerin-
tinggi karena membutuhkan proses pengering- tah untuk membuat besi-baja tipe SS 200, SS
an dan pemanggangan (lihat Gambar 2). 300, SS 400 dan sebagian besar NCPI/NPI
digunakan untuk membuat SS 300. Kenyataan
Untuk mengolah laterit dengan proses ini, dapat dilihat pada Gambar 5 diatas, dima-
HPAL/PAL pemerintah telah mengeluarkan ijin na saat pemerintah Cina membuat kebijakan,
kepada 2 (dua) PMA pada Februari 1998. Dua memaksa industri besi-baja di dalam negerinya
204
Tidak Sederhana Mewujudkan Industri Pengolahan Nikel Laterit …Puguh Prasetiyo
untuk membuat NCPI/NPI. Karena Cina sangat mengimpor laterit dari Indonesia ± 41 juta ton
membutuhkan nikel untuk memproduksi besi- sedangkan dari Philipina mengimpor ± 29,6
baja terutama SS guna menunjang juta ton. (Jiang, Wang, et al., 2014). Dengan
pembangunan infrastruktur olimpiade Beijing mulai berlakunya UU Minerba yang melarang
2008. Gambaran dari jumlah laterit yang ekspor bahan baku mineral mulai 2014. Maka
diimpor oleh Tiongkok dalam periode 2005 - Tiongkok yang tidak mempunyai sumber daya
2011, dapat dilihat pada Gambar 6. alam laterit namun menjadi negara produsen
NPI, dengan terpaksa memindahkan pabrik
Tiongkok mengimpor laterit dari Philipina ter- NPI keluar Cina khususnya Indonesia. Selan-
utama untuk laterit yang mengandung Ni < jutnya pemerintah Indonesia telah memberi ijin
1,5% (limonit), dan dari Indonesia terutama investor Cina untuk mengolah laterit kadar
untuk laterit yang mengandung Ni ≥ 1,5 % rendah terutama di Sulawesi, dan kenyataan
(saprolit kadar rendah). Pada 2013, Tiongkok tersebut dapat dilihat pada Tabel 7 berikut.
Tabel 7. Rencana Pengolahan Laterit Di Indonesia Sebagian Besar Untuk Memproduksi NPI (Jansson, 2014)
Grade
Biaya Proyeksi Produksi NPI
Perusahaan Daerah
Modal Start (kt/tahun) (kadar
Ni)
PT Antam Pomalaa $ 573 2014 10 -
China Nickel Resource Kalsel $ 1800 2015 60 RKEF -
Tiangshan PT Sulawesi Sulteng $ 672 2015 30 RKEF 10
PT Maoka/Ningbo Brillmetal Sultra $ 15 2015 18 BF 10
PT Antam Halmahera $ 1600 2015 27
Shenwu PT Titan (Tahap I) Jawa Timur $ 420 2015–2017 35 RKEF 15 %
Ibris Group/TazhouYongzing Alloyed $ 1800 2015–2017 60 RKEF 8%
Hanking Sultra 2016 4040 BF
Solaway Group Halmahera 2016-2018 38 RKEF
PT Maoka/Ningbo Brillmetal Sultra 2017 36 BF
Zhensi Group Maluku 2017 80 BF
Bosowa Jane Ponto $ 300 2017 10
PT Vale Indonesia/SMM Pomalaa 2017 48 Ni(OH)2
PT Weda Bay Tahap I 2017 36 Ni(OH)2
PT Tiga Baji Mining Sulteng $ 100 2017 100 FeNi
Ning Xia Hengshun 2017 100
PT Antam Sulawesi 2018 24 NPI
Shenwu PT Titan (Tahap II) Jawa Timur $ 170 ? 81,2 RKEF 14 %
Sumber : Handelsbanken, Blommberg
205
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 12, Nomor 3, September 2016 : 195 - 207
206
Tidak Sederhana Mewujudkan Industri Pengolahan Nikel Laterit …Puguh Prasetiyo
Jiang, K., Wang, H., Li, L.dan Liu, S., 2014. The Tsuchida, N. 2015. HPAL in Past, Present, and
Process Research And Development For Future,Nickel – Cobalt – Copper
Copper, Nickel And Cobalt In BGRIMM Proceedings. ALTA 2015, Free Papers,
(Beijing General Research Institute Of Mining Australia.
And Metallurgy). ALTA, Free Paper.
Wicker, G.R. and Jha, M.C. 1986.Developments in
Jansson, M., 2014. From Indonesia to China and the AMAX-COFREMMI Acid Leach Process
Back Again. Commodity Strategy, June 25, for Nickel Laterites, 25th Annual Conference
Handelsbanken Capital Market. of Metallurgist of CIM, Toronto Canada,
August 17 – 20.
Lennon, J., 2007. The Chinese Nickel Outlook And
The Role of Nickel Pig Iron,Presentation to Wedderburn, B.,2010. Nickel Heap Leaching
International Nickel Study Group, Macquarie Study, INSG (International Nickel Study
Research Commodities. May 11, 2007. Group), Enviromental & Economics Session.
April 27.
Motteram, G.dan Ryan, M., 1997. Hydrometallurgy
and Refining of Nickel and Cobalt, Wiryokusumo, Y., Loebis, A.S., Badrujaman, T.dan
Proceeding of Nickel-Cobalt 97 International Miraza, T., 1997. "Pomalaa Ferronickel
Symposium-Volume 1, August 17-20, 1997, Smelting Plant of PT Aneka Tambang", South-
Sudbury, Ontario, Canada.. p. 391 – 407. East Sulawesi Indonesia, Proceedings of The
Nickel-Cobalt 97: International Symposium-
Prado, L.F., 2004. Sixty Years of Caron,Current Volume III, August 17 - 20,Sudbury, Ontario,
Assesment, International Laterite Nickel Canada.
Symposium 2004. Ed. W.P Imrie and D.M.
207
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 12, Nomor 3, September 2016 : 195 - 207
208
INDEKS KATA KUNCI
A M
Abu Sekam Padi (RHA), 59 material berpori, 161
alumina hidrat, 93 micronized zircon, 179
alumina, 45 mineral dan batubara, 1
analisis strengths, 137
N
B NaOH berlebih, 149
bahan bangunan, 59 neraca perdagangan luar negeri,45
bakteri mixotrop, 69 nikel, 69
bata ekspose, 171 nilai tambah, 23, 117
bata-beton, 59 NPV, 179
batukapur, 171
bauksit, 45, 149
bijih besi, 23
O
opportunities, 137
bioleaching, 69
otonomi daerah, 1
D P
digestion, 149
pasar, 117
pasir silika, 161
E pasir zirkon, 137, 179
ekspor, 45 peleburan, 23
ekstraksi, 69 pemodelan numerik, 81
permeabilitas, 59
F pirometalurgi, 195
poli aluminium khlorida, 93
ferromangan, 105
PP, 179
floc, 93
proses Bayer, 149
G S
gerakan tanah, 81
saprolit, 195
seismik refraksi, 81
H smelter tembaga, 117
harga, 137 sodium aluminat,149
hidrometalurgi, 195 sol-gel, 161
surat edaran, 1
I
impor, 45 T
industri baja, 23 tanur busur listrik mini, 105
IRR, 179 teknoekonomi, 117
threats, 137
K
kebijakan, 117 U
koagulan, 93 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, 1
kokas, 105 UU. Minerba 2009, 195
L W
laterit kadar rendah, 195 waktu tinggal, 105
laterit, 69 weaknesses, 137
limbah marmer, 171 wolastonit sintetis, 171
limonit, 195
lost opportunity, 45 Z
zeokeramik, 59
zirkonium silikat, 137
INDEKS PENGARANG
A P
Azhari, 161 Priyo Hartanto, 59
Puguh Prasetiyo, 195
B
Bambang Yunianto, 1 S
Betri E. Pratama, 69 Sariman, 93
Siti K. Chaerun, 69
D Subari, 179
Suganal, 93
Dessy Amalia, 149
F T
Triswan Suseno, 137, 179
Florentinus Firdiyono, 105
Frank Edwin, 171
Y
H Yayat I. Supriyatna, 105
Yuhelda, 149
Harta Haryadi, 45
Yunita Ramanda, 93
Husaini, 93, 149
I Z
Zulfahmi, 81
Ijang Suherman, 23, 117
Zulfiadi Zulhan, 105
Zulkifli Pulungan, 81
M
M. Zaki Mubarok, 69
Muchtar Aziz, 161
INDEKS ABSTRAK
01. Bambang Yunianto 02. Ijang Suherman
***
PANDUAN PENULISAN NASKAH
1. Naskah merupakan karya tulis ilmiah 1. Naskah diketik pada jarak satu setengah
hasil penelitian, kajian, ulasan dan/atau spasi, sesuai dengan kertas ukuran A4.
komunikasi pendek yang belum pernah Pengetikan menggunakan komputer
diterbitkan di mana pun sebelumnya. dalam MS-Word dan berhuruf Times
Naskah dalam bentuk electronic file, soft New Roman-font 12.
copy dan compact disk (CD) dikirim ke
Pemimpin Redaksi Jurnal tekMIRA, Jalan 2. Halaman pertama naskah berisi judul
Jenderal Sudirman 623 Bandung 40211, naskah dalam bahasa Indonesia dan
e-mail: Inggris, nama penulis (alamat
publikasitekmira@tekmira.esdm.go.id; instansi/organisasi), sari, abstract dan kata
atau publikasitekmira@yahoo.com. kunci masing-masing dalam bahasa
Naskah dalam bentuk soft copy tersebut Indonesia dan Inggris.
sangat membantu dalam proses
peredaksian. 3. Susunan naskah:
a. Judul karya tulis ilmiah (bahasa
2. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia Indonesia dan Inggris)
yang baik dan benar. Judul ditulis dalam b. Nama penulis dan alamat instansi,
dwibahasa (Indonesia dan Inggris). Sari alamat e-mail (jika ada)
ditulis dalam bahasa Indonesia dan c. Sari dan Abstract ditulis secara ringkas
Abstract ditulis dalam bahasa Inggris. dan jelas; maksimum 400 kata,
Dilengkapi dengan Kata kunci di bawah masing-masing satu paragraph,
Sari dan Keywords di bawah Abstract, sebagai ringkasan isi menyeluruh
sekurang-kurangnya 4 (empat) kata kunci. beserta kesimpulan.
d. Kata kunci dan Keywords ditulis 4-6
3. Naskah ditelaah minimal oleh dua orang buah kata kunci
editor ilmiah yang ahli di bidangnya dan e. Pendahuluan berisi latar belakang,
seorang ahli bahasa sesuai dengan permasalahan, informasi hasil-hasil
peraturan yang berlaku. karya penelitian/kajian orang lain
yang sejenis dan relevan sebagai
4. Redaksi akan menyeleksi dan acuan, tujuan, sasaran, lokasi
memberitahukan kepada penulis naskah, penelitian serta ringkasan teori (jika
apabila naskah diterima atau tidak sesuai diperlukan)
untuk penerbitan ini. Dewan Redaksi f. Metodologi
berhak menolak naskah yang tidak g. Hasil dan Pembahasan/diskusi
memenuhi syarat sebagai karya tulis h. Kesimpulan dan Saran
ilmiah sesuai dengan peraturan yang i. Ucapan terima kasih (jika diperlukan)
berlaku.
4. Daftar pustaka, harus diacu ke dalam
5. Gambar, foto dan tabel harus diberi judul naskah yang ditulis secara alfabetis, umur
dengan jelas. Foto harus jelas dan siap pustaka terkini (kurang dari 10 tahun).
untuk dicetak dan tidak dalam bentuk
film negatif. Peta maksimum berukuran Contoh penulisan daftar pustaka:
A4, memakai skala dan arah utara. Jurnal
• Middleton, M.F. and Hunt, J.W.,
6. Jumlah halaman naskah tidak ditentukan. 1989; Influence of tectonics on
Permian coal-rank patterns in
7. Redaksi menyediakan cetak lepas kepada Australia. International Journal of
setiap penulis jurnal. Coal Geology, 13. Amsterdam. p.
391-411.
• Standish, N., Yu, A.B. and Igusti- Laporan tidak diterbitkan
Ngurah, A., 1991; Estimation of Ngurah, A., Sariman, dan Saleh, N.,
bubble-size distribution in flotation 2006. Pemanfaatan abu terbang
columns by dynamic bubble- PLTU Amamapare PT. Freeport
disengagement technique. Indonesia untuk semen portlan
Transactions of the Institution of posolan dan bata kalsium silikat.
Mining and Metallurgy, Section C, Laporan Internal Kerjasama
Mineral Processing and Extractive Penelitian Puslitbang Teknologi
Metallurgy, Vol. 100, January-April, C Mineral dan Batubara dengan PT.
31 - 41. Freeport Indonesia, versi Indonesia -
Inggris, Bandung, 49 hal, (tidak
Buku diterbitkan).
Nazar, N.A., 2004; Bahasa Indonesia
dalam karangan ilmiah. Penerbit Skripsi/tesis/disertasi
Humaniora, Bandung. 214 Santoso, B., 1994; Petrology of Permian
halaman. coal, Vasse Shelf, Perth Basin,
Western Australia. PhD Thesis at
Bab dalam buku School of Applied Geology, Curtin
• Sudradjat, A. dan Hadiprayitno, M., University of Technology. 355 p.
1997a; Aspal, dalam: Suhala, S. dan
Arifin, M. (penyunting), Bahan Galian Sari
Industri. Puslitbang Teknologi Santoso, B. and Daulay, B., 2006;
Mineral, Bandung. hlm. 3-23. Geologic influence on type and
• Sudradjat, A. dan Hadiprayitno, M., rank of selected Tertiary Barito coal,
1997b; Kaolin, dalam: Suhala, S. dan South Kalimantan, Indonesia.
Arifin, M. (penyunting), Bahan Galian Abstract of the 23rd Annual Meeting
Industri. Puslitbang Teknologi of the Society for Organic
Mineral, Bandung. hlm. 50-70. Petrology, Beijing, p. 214-216.
Prosiding Peta
Rochani, S., Pramusanto dan Harahap, B.H. and Noya, Y., 1995; Peta
Atangsaputra, K., 2003; geologi lembar Rotanburg, Irian
Perbandingan hasil analisis bijih Jaya, skala 1:250.000. Pusat
nikel laterit oleh dua laboratorium penelitian dan Pengembangan
yang berbeda. Prosiding Kolokium Geologi, Bandung.
Energi dan Sumber Daya Mineral
2003. Puslitbang Teknologi Mineral Informasi dari internet
dan Batubara, Bandung. hlm. 116- Widagdo, S., 2008; Batubara RI hanya
140. bisa tembus US$56/ton.
Http://www.apbi-
icma.com/news.php?pid=4209&act
=detail, diakses tanggal/bulan.
Jurnal
Teknologi Mineral dan Batubara
Volume 12, Nomor 3, September 2016