http://www.checkvalves.co.uk/en/industries
Jakarta
JTMGB Vol. 14 No. 2 Hal. 47-96 ISSN 2088-7590
Agustus 2017
Keterangan gambar cover :
Fasilitas Produksi Migas di Lepas Pantai (Offshore).
Jurnal Teknologi Minyak dan Gas Bumi JTMGB
Jurnal Teknologi Minyak dan Gas Bumi adalah majalah ilmiah diterbitkan setiap kwartal
yang menyajikan hasil penelitian dan kajian sebagai kontribusi para professional ahli teknik
perminyakan indonesia yang tergabung dalam Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia
(IATMI) dalam menyediakan media komunikasi kepada anggota IATMI pada khususnya dan
mensosialisasikan dunia industri minyak dan gas bumi kepada masyarakat luas pada umumnya.
Peer Review : Prof. Dr. Ir. Septoratno Siregar (ITB) (Enhanced Oil Recovery)
Prof. Dr. Ir. Doddy Abdassah, Ph.D (ITB) (Reservoir Engineering)
Prof. Dr. Ir. Sudjati Rachmat, DEA (ITB) (Well Stimulation and Hydraulic
Fracturing)
Dr. Ir. RS Trijana Kartoatmodjo (Univ. Trisakti) (Production Engineering)
Dr. Ir. Arsegianto (ITB) (Ekonomi & Regulasi Migas)
Dr. Ir. Bambang Widarsono (LEMIGAS) (Penilaian Formasi)
Dr. Ir. Sudarmoyo, SE., MT (UPN) (Penilaian Formasi)
Dr. Ir. Ratnayu Sitaresmi (Univ. Trisakti) (Penilaian Formasi - CBM)
Dr. Ir. Usman Pasarai (Petroleum Engineering)
Zuher Syihab, ST., Ph.D (Reservoir)
Dr. Ing. Ir. Bonar Tua Halomoan Marbun (ITB) (Drilling)
DAFTAR ISI
Studi Laboratorium Pemanfaatan Abu Ampas Tebu Untuk Peningkatan Strength Semen
Pemboran
Ira Herawati, Novia Rita dan Hermansyah ............................................................................ 47 - 54
Penentuan Sand Control pada Sumur Gas Berdasarkan Kajian Keteknikan dan Keekonomian
Studi Kasus : Sand Problem pada Zona Loss
Aries Prasetyo, Sudono dan Putu Dede Udayana .................................................................. 55 - 66
Memanfaatkan Batubara Kalori Rendah dengan Cairan Rumen Menjadi Sumber Gas
Metana untuk Energi Listrik Masa Depan
Kosasih, Dewi Susan Brataningtyas, Dahrul Effendi, Byan Muslim Pratama, Bambang Agus
Widjajanto, dan Irawan Sugoro ............................................................................................ 79 - 88
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas karunia-Nya kami kembali
bisa menjumpai para pembaca dengan aneka materi bacaan ilmiah yang tersaji dalam Majalah Ilmiah
JTMGB Volume 14 Nomor 2 Edisi Agustus 2017.
Dalam rangka Ulang Tahun RI ke-72, untuk para pembaca setia JTMGB kali ini mengambil tema
“Peningkatan Produksi Migas Melalui Inovasi Pengembangan Teknologi Pemboran dan Produksi”
dengan menyajikan 5 (lima) karya tulis ilmiah.
Di bidang yang terkait dengan pemboran, menyajikan tentang strategi solusi alternatif pemanfaatan
abu ampas tebu material additive yang lebih ekonomis dan ramah lingkungan untuk meningkatkan
strength (kekuatan) baik compressive strength maupun shear bond strength dan kualitas semen.
Di bidang produksi, menyajikan tulisan tentang penerapan critical drawdown pressure sebagai acuan
pengambilan keputusan penentuan skenario flow rate control dan penerapan sand control penanganan
kepasiran.
Penerapan enhanced oil recovery, pembaca dapat menemukan artikel yang menyajikan tulisan tentang
teknologi monitoring secara tidak langsung seperti metode Time Lapse 4D-Microgravity merupakan
salah satu alternatif untuk mendapatkan gambaran pergerakan fluida dalam reservoir.
Dua tulisan di bidang unconventional, tidak kalah pentingnya, pertama membahas metode konversi
batubara menjadi gas metana menggunakan cairan rumen yang berasal dari limbah lambung sapi
belum pernah dilakukan pada penelitian sebelumnya. Gas metana yang dihasilkan dapat menjadi
sumber energi gas atau diubah lebih lanjut menjadi energi listrik, sedangkan tulisan yang lain
mengevaluasi model kontrak Migas Non Konvensional (MNK) di Indonesia berdasarkan opsi kontrak
Model Kontrak Bagi Hasil (PSC) dan Model Kontrak Gross Split.
Kami berharap edisi JTMGB Agustus 2017 ini dapat melengkapi referensi para pembaca. Selamat
membaca dan mudah-mudahan memberikan manfaat untuk kita semua.***
(Tutuka Ariadji)
Jurnal Teknologi Minyak dan Gas Bumi
ISSN 0216-6410 Date of issue: 2017-09-21
The descriptors given are free terms. This abstract sheet may be reproduced without permission or charge.
Ira Herawati (Universitas Islam Riau) merupakan salah satu limbah dalam industri pertanian dari
Novia Rita (Universitas Islam Riau) penyulingan industri gula. Pemanfaatan abu ampas tebu
Hermansyah (Universitas Islam Riau) bertujuan untuk meningkatkan strength (kekuatan) baik
Studi Laboratorium Pemanfaatan Abu Ampas Tebu compressive strength maupun shear bond strength dan
Untuk Peningkatan Strength Semen Pemboran kualitas semen pemboran, sehingga penyemenan cukup
Laboratory Study of The Use of Sugarcane dilakukan satu kali tahapan saja (Primary Cementing).
Bagasseash to Increase The Strength of Drilling Abu ampas tebu memiliki kandungan yang
Cement sama dengan bahan utama pembentuk semen portland
JTMGB. Agustus 2017, Vol. 14 No. 2, p 47-54 yaitu Silica (SiO2) dan Ferrit (Fe2O3) sehingga dapat
dijadikan sebagai pozzolan. Untuk mengetahui kinerja/
Proses penyemenan pada operasi pemboran kemampuan dari abu ampas tebu sebagai additive dalam
merupakan salah satu sistem pekerjaan yang kekuatan semen maka perlu dilakukan penelitian dan
membutuhkan biaya besar, baik dari biaya pelaksanaan pengujian laboratorium. Penelitian yang dilakukan adalah
teknis yang dilakukan dalam proses penyemenan maupun meneliti komposisi yang tepat dari abu ampas tebu pada
bahan-bahan pembuatan bubur semen di lapangan minyak cement slurry, sifat fisik suspensi semen (Density, Free
dan gas (migas). kenaikan harga semen di pasaran saat ini Water, Rheology, Thickening Time) dan kualitas semen
dan mahalnya biaya material tambahan (additive) untuk pemboran (Compressive Strength, Share Bond Strength)
pembuatan bubur semen juga mempengaruhi kenaikan dengan pengkondisian temperatur penelitian adalah
biaya penyemenan sumur migas, sehingga perlu adanya 120oF dan tekanan 14,7 psi. Pengujian yang dilakukan
strategi yang dilakukan untuk meminimalisir biaya dalam penelitian ini dengan menambahkan jumlah abu
dalam pembuatan bubur semen. Perlu dilakukan strategi ampas tebu dengan persentase campuran abu ampas tebu
untuk solusi alternatif pembuatan bubur semen yang 2,5%, 5%, 7,5%, 10%, 12,5% dan 15% didalam semen
menggunakan material-material additive yang lebih pemboran kelas G.
ekonomis dan ramah lingkungan. Hasil dari penelitian terhadap beberapa
Salah satu strategi yang dilakukan dengan persentase penambahan abu ampas tebu menunjukkan
menambahkan bahan kimiawi yang berupa material- bahwa adanya peningkatan nilai compressive strength
material limbah organik yang memiliki unsur silica yang optimal yang berkisar 899,04 Psi dan shear bond strength
bersigat pozzolan. Material ini diyakini meningkatkan optimal berkisar 163,51 Psi pada persentase campuran
strength pada semen pemboran. Pemanfaatan material- abu ampas tebu 10%.
material limbah industri dan pertanian sebagai bahan
additive dalam suspensi semen pemboran dapat Kata Kunci: abu ampas tebu, poozzolan, compressive
menghemat biaya pemboran suatu sumur. Ampas tebu strength, shearbond strength.
Aries Prasetyo (Institut Teknologi Sains Bandung) Fahmi Bajry (Pertamina EP)
Sudono (Institut Teknologi Sains Bandung) Bambang Prasetiyo (Pertamina EP)
Putu Dede Udayana (Institut Teknologi Sains Bandung) R. Agung Indra Wardhana (Pertamina EP)
Penentuan Sand Control pada Sumur Gas Wawan Gunawan A. Kadir (LAPI-ITB)
Berdasarkan Kajian Keteknikan dan Keekonomian Time Lapse 4D-Microgravity untuk Optimasi
Studi Kasus : Sand Problem pada Zona Loss Waterflood terhadap Produksi Lapangan Tanjung,
The Determination of Sand Control in Gas Well Kalimantan Selatan
Based on Study of Technicality and Economies Waterflood Performance Monitoring : 4D–
JTMGB. Agustus 2017, Vol. 14 No. 2, p 55-66 Microgravity and Vertical Electrical Sounding
(VES). Approach in Tanjung Complex Structure
Sand problem merupakan fenomena yang Tanjung Field, South Kalimantan
menjadi masalah serius dalam produksi sumur. JTMGB. Agustus 2017, Vol. 14 No. 2, p 67-78
Ketidakpastian munculnya masalah, keterbatasan
data dan terkadang masalah yang muncul dari metode Lapangan Tanjung secara geografis terletak
penangan kepasiran sendiri biasanya menjadi penghambat di Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan. Struktur
dalam menentukan tindakan penanganan. Studi ini akan Tanjung merupakan penghasil produksi minyak terbesar
menyajikan langkah terintegrasi yang dapat digunakan di Lapangan Tanjung dengan Formasi Lower Tanjung dan
dalam penentuan metode penanganan masalah kepasiran. Basement Fracture sebagai reservoir yang terbagi menjadi
Dalam studi ini, masalah kepasiran pada Sumur-X 7 zona penghasil hidrokarbon yaitu Zona F, E, D, C, B, A
muncul karena peningkatan laju produksi. Beberapa hal dan P (basement). Untuk meningkatkan produksi minyak
juga menjadi tantangan diantaranya lapisan terproduksi di Struktur Tanjung sejak tahun 1995 dilakukan salah satu
merupakan loss zone dan tekanan statik reservoir yang metode EOR (Enhanced Oil Recovery) yaitu waterflood.
rendah. Dalam penentuan metode sand control, data Dua aspek penting dalam EOR demi tercapainya
yang tersedia sangat terbatas antara lain particle size efisiensi proses penyapuan fluida injeksi adalah monitoring
distribution, data compressional wave transit time, dan dan simulasi perilaku pergerakan fluida reservoir sebagai
data produksi sumur sesaat setelah kepasiran muncul. respons dari aktivitas proses injeksi dan produksi.
Data yang sifatnya terbatas tersebut diintegrasikan Teknologi monitoring secara tidak langsung seperti
sehingga menghasilkan suatu skenario untuk menangani metode Time Lapse 4D-Microgravity merupakan salah satu
masalah kepasiran pada Sumur-X. Dengan batasan berupa alternatif untuk mendapatkan gambaran pergerakan fluida
target produksi minimum dari sumur, critical drawdown dalam reservoir. Perubahan nilai gravity dalam reservoir
pressure digunakan sebagai acuan dalam pengambilan dianalisis selama enam bulan (November 2014 dan April
keputusan penentuan skenario penanganan kepasiran. 2015) dalam rangka untuk mendapatkan gambaran yang
Dua skenario berupa flow rate control dan penerapan lebih jelas antara hubungan produksi-injeksi. Vertical
sand control direncanakan sebagai solusi dalam Electrical Sounding (VES) dan data curah hujan juga
penanggulangan masalah kepasiran. Data compressional digunakan untuk menghilangkan pengaruh muka air tanah
wave transit time diolah sehingga menghasilkan beberapa terhadap nilai gravity.
parameter berupa karakteristik mekanial batuan yang Berdasarkan hasil Time Lapse 4D-Microgravity
akan digunakan dalam menentukan critical drawdown dan perubahan densitas fluida serta dipengaruhi oleh sesar
pressure. Dilanjutkan dengan melakukan analisis NW-SE, Struktur Tanjung dapat dibagi menjadi 4 blok
sensitivitas terhadap bottom hole flowing pressure, maka tingkat efisiensi waterflood. Blok I dan Blok III memiliki
dapat diketahui rentang laju alir dimana masalah kepasiran nilai anomali microgravity negatif yang menunjukkan
mulai muncul. Perbandingan produksi Sumur-X sebelum bahwa masih kurangnya injeksi air di blok tersebut.
dan setelah mendapatkan penanganan masalah kepasiran Blok II memiliki nilai anomali microgravity nol yang
menunjukkan perbedaan yang tidak terlalu signifikan. menunjukkan indeks keseimbangan laju injeksi produksi
Kajian keekonomian menunjukkan bahwa skenario dan efisiensi penyapuan hidrokarbon berjalan sangat
penerapan sand control bersifat ekonomis sehingga baik. Sedangkan Blok IV menunjukkan kondisi reservoir
skenario ini dipilih menjadi tindakan dalam penanganan undersaturated dengan anomali positif. Perubahan tekanan
masalah kepasiran pada Sumur-X. Efisiensi biaya dan dapat diketahui juga dengan Time Lapse 4D-Microgravity.
waktu juga menjadi keuntungan dari metode ini. Dari perubahan tekanan menunjukkan bahwa proses
waterflood sudah baik dieksekusi pada zona C dan D
Kata Kunci: citical drawdown pressure, sand problem, terlihat dari kesesuaian perubahan tekanan di zona tersebut
sand control. dengan hasil perubahan tekanan konversi dari nilai
microgravity. Deconvolution Simulation of Mass Volume
Density (DSMVD) direncanakan untuk penelitian lebih
lanjut untuk identifikasi pergerakan fluida di setiap lapisan
reservoir berdasarkan perubahan densitas fluida.
Abstrak
Proses penyemenan pada operasi pemboran merupakan salah satu sistem pekerjaan yang membutuhkan
biaya besar, baik dari biaya pelaksanaan teknis yang dilakukan dalam proses penyemenan maupun bahan-
bahan pembuatan bubur semen di lapangan minyak dan gas (migas). kenaikan harga semen di pasaran saat ini
dan mahalnya biaya material tambahan (additive) untuk pembuatan bubur semen juga mempengaruhi kenaikan
biaya penyemenan sumur migas, sehingga perlu adanya strategi yang dilakukan untuk meminimalisir biaya
dalam pembuatan bubur semen. Perlu dilakukan strategi untuk solusi alternatif pembuatan bubur semen yang
menggunakan material-material additive yang lebih ekonomis dan ramah lingkungan.
Salah satu strategi yang dilakukan dengan menambahkan bahan kimiawi yang berupa material-material
limbah organik yang memiliki unsur silica yang bersigat pozzolan. Material ini diyakini meningkatkan strength
pada semen pemboran. Pemanfaatan material-material limbah industri dan pertanian sebagai bahan additive
dalam suspensi semen pemboran dapat menghemat biaya pemboran suatu sumur. Ampas tebu merupakan salah
satu limbah dalam industri pertanian dari penyulingan industri gula. Pemanfaatan abu ampas tebu bertujuan
untuk meningkatkan strength (kekuatan) baik compressive strength maupun shear bond strength dan kualitas
semen pemboran, sehingga penyemenan cukup dilakukan satu kali tahapan saja (Primary Cementing).
Abu ampas tebu memiliki kandungan yang sama dengan bahan utama pembentuk semen portland
yaitu Silica (SiO2) dan Ferrit (Fe2O3) sehingga dapat dijadikan sebagai pozzolan. Untuk mengetahui kinerja/
kemampuan dari abu ampas tebu sebagai additive dalam kekuatan semen maka perlu dilakukan penelitian dan
pengujian laboratorium. Penelitian yang dilakukan adalah meneliti komposisi yang tepat dari abu ampas tebu
pada cement slurry, sifat fisik suspensi semen (Density, Free Water, Rheology, Thickening Time) dan kualitas
semen pemboran (Compressive Strength, Share Bond Strength) dengan pengkondisian temperatur penelitian
adalah 120oF dan tekanan 14,7 psi. Pengujian yang dilakukan dalam penelitian ini dengan menambahkan
jumlah abu ampas tebu dengan persentase campuran abu ampas tebu 2,5%, 5%, 7,5%, 10%, 12,5% dan 15%
didalam semen pemboran kelas G.
Hasil dari penelitian terhadap beberapa persentase penambahan abu ampas tebu menunjukkan bahwa
adanya peningkatan nilai compressive strength optimal yang berkisar 899,04 Psi dan shear bond strength
optimal berkisar 163,51 Psi pada persentase campuran abu ampas tebu 10%.
Kata Kunci: abu ampas tebu, poozzolan, compressive strength, shearbond strength.
Abstract
The cementing process on the drilling operation is one of the working system that requires high cost,
both from the cost of the technical implementation which is conducted in the cementing process and also the
materials as the composition of cement slurry in oil and gas field. The increment in price of cement in the
market nowadays and the high cost of additive materials to make the cement slurry also affects the rising cost
of cementing in oil and gas wells. It is necessary to have strategies to minimize the costs in making the cement
slurry. Need to do a strategy for an alternative solution of making cement slurry that uses more economical
additive materials and environment friendly.
One the the strategies is adding chemicals which is the form of organic waste materials known as
element of silica that have quality of pozzolan.This material is believed to increase the strength of the drilling
cement.Utilization of industrial and agricultural waste materials as additive on drilling cement suspension
47
JTMGB, Vol. 14 No. 2 Agustus 2017: 47-54
48
can save drilling cost. Sugarcane bagasse ash is one of the waste in the agricultural industry from the refining
of sugar industry.Utilization of sugarcane bagasse ash is aimed to improve the strength, both compressive
strength and shear bond strength and also the quality of drilling cement, so cementing isdone by one stage only
(primary cementing).
Sugarcane bagasse ash contains the same main material in making portland cement which are silica
(SiO2) and ferrite (Fe2O3) so it can be used as a pozzolan. To assess the performance of sugarcane bagasse
ash as an additive for cement strength, it is necessary to conduct research and laboratory testing. The research
conducted is examining the appropriate composition of the sugarcane bagasse ash in the cement slurry, the
physical properties of the cement suspension (density, free water, rheology, thickening time) and the quality of
drilling cement (compressive strength, share bond strength) by conditioning the temperature of the study of 120
°F and pressure of 14.7 psi. The experiment conducted in this study is by adding the amount of sugarcane bagasse
ash with the mixtures percentage of 2.5%, 5%, 7.5%, 10%, 12.5% and 15% on drilling cement class G.
The result shows that there is an increase in optimum compressive strength value in the range of
899.04 Psi and optimum shear bond strength ranges from 163.51 Psi on sugarcane bagasse ash mixtures
percentage of 10%.
Keyword: sugarcane bagasse ash, poozzolan,compressive strength, shearbond strength.
dikaji sifat fisik semen meliputi density, free c. Bentonite = 1,5% bwoc
water, rheology, dan thickenning time. Absolute volume = =
= 0,03781 gal/lb
Berat = 94 lb
Volume = 94 lb x 0,03781 gal/lb
= 3,554178 gal
b. Water
Absolute volume = =
= 0,122498 gal/lb
dengan suspensi semen yang telah disiapkan. grafiknya pada Lampiran 2 (Grafik 2b, 2c, 2d,
Menggerakkan rotor pada kecepatan high dengan 2e, 2f ). Densitas dari semen dasar lebih besar
menempatkan kecepatan rotor pada kedudukan dari densitas semen yang menggunakan abu
600 rpm. Pemutaran terus dilakukan sehingga ampas tebu, hal ini karena adanya penambahan
skala (dial) mencapai keseimbangan. Mencatat persentase perbandingan antara semen dasar
harga yang ditunjukkan skala sebagai pembacaan dan abu ampas tebu, sehingga terjadi penurunan
600 rpm (C600). Kemudian menurunkan densitas. Penurunan densitas disebabkan
kecepatan menjadi 300 rpm (C300) dan tunggu karena harga densitas dari ampas tebu yang
skala mencapai keseimbangan kemudian catat tergolong rendah dengan spesifik gravity 1,3067,
skala sebagai pembacaan 300 rpm. Dari data sehingga mempengaruhi besarnya harga densitas
yang diperoleh, dengan menggunakan rumus pencampuran (suspensi) semen.
berikut ini dapat ditentukan plastic viscosity (μp) Densitas suspensi semen sangat
dan yield point (Yp) : berpengaruh terhadap tekanan suspensi semen ke
dalam lubang sumur. Bila formasi tidak sanggup
(μp) = C600 – C300 menahan tekanan suspensi semen maka akan
(Yp) = C300 – μp menyebabkan formasi merekah, sehingga terjadi
lost circulation.
Dalam pengujian thickening time Densitas suspensi semen yang rendah
alat yang digunakan adalah atmospheric sering digunakan dalam operasi primary
consistometer. Prosedur awal yang dilakukan cementing dan remedial cementing, guna
dengan menghidupkan switch master dan menghindari terjadinya fracture pada formasi
set temperatur pada skala yang diinginkan. yang lemah. (Rudi Rubiandini, 2010)
Kemudian menuangkan suspensi semen ke dalam Penentuan rheology semen meliputi
slurry container sampai batas garis ketinggian. penetuan nilai viscosity plastic dapat dilihat
Paddel yang telah dilapisi grease dipasang hasilnya pada Grafik 2c, dimana terjadi
pada lid, kemudian lid yang telah terpasang peningkatan antara semen dasar dengan semen
paddel pada slurry container dimasukkan ke dasar yang ditambahkan beberapa konsentrasi
dalam atmospheric consistometer. Apabila skala abu ampas tebu. Nilai viscosity plastic meningkat
penunjuk telah mencapai 100 UC maka hentikan dengan bertambahnya konsentrasi abu ampas
waktu pada stop watch dan catat waktu tersebut. tebu kedalam suspensi semen. Apabila densitas
Prosedur ini dilakukan untuk semua semen, baik tinggi maka akan mempengaruhi nilai viscosity
semen dasar maupun semen dengan berbagai plastic.
konsentrasi abu ampas tebu yang telah disiapkan. Hasil penentuan yield point dapat dilihat
pada Grafik 2d. Setiap penambahan konsentrasi
IV. HASIL DAN ANALISIS abu ampas tebu dengan semen terjadi peningkatan
nilai yield point.
Hasil penelitian dapat dilihat pada Pada pengujian Thickening time
Lampiran 2, Grafik 2a yang menunjukkan nilai dapat dilihat hasilnya pada Grafik 2e, dimana
compressive strength pada semen dasar dan dengan penambahan abu ampas tebu waktu
semen yang ditambahkan dengan konsentrasi abu untuk penggerasan semen semakin singkat
ampas tebu yang dimulai pada konsentrasi 2,5%, dibandingkan dengan semen dasar. Hal ini
5%, 7,5% ,10%, 12,5%, dan 15% bwoc. Nilai disebabkan karena reaksi yang sangat cepat
compressive strength dan nilai shear bond strength antara semen dengan abu ampas tebu sehingga
yang optimum dalam konsentrasi penambahan waktu penggerasan begitu cepat tercapai.
abu ampas tebu yaitu pada konsentasi 10% abu Selain itu, Apabila densitas semakin besar maka
ampas tebu didalam suspensi semen dengan nilai suspensi semen akan semakin kental. kentalnya
compressive strength sebesar 899,04 dan nilai suspensi semen akan mempercepat thickenning
shear bond strength sebesar 163,51 psi. time. Pengujian Thickening time dilakukan untuk
Hasil penentun sifat-sifat semen meliputi menentukan setting campuran semen dan waktu
densitas semen, Free Water, Rheology dan pemompaan, dimana waktu pemompaan harus
Thickening Time dapat dilihat secara berurutan lebih kecil dari thickening time, agar semen
JTMGB, Vol. 14 No. 2 Agustus 2017: 47-54
52
LAMPIRAN 1
Gambar 1a. Timbangan Digital Gambar 1b. Water Bath Temperatur Controller
(Laboratorium Teknik Perminyakan UIR). (Laboratorium Teknik Perminyakan UIR).
LAMPIRAN 1
Abstrak
Sand problem merupakan fenomena yang menjadi masalah serius dalam produksi sumur. Ketidakpastian
munculnya masalah, keterbatasan data dan terkadang masalah yang muncul dari metode penangan kepasiran
sendiri biasanya menjadi penghambat dalam menentukan tindakan penanganan. Studi ini akan menyajikan
langkah terintegrasi yang dapat digunakan dalam penentuan metode penanganan masalah kepasiran. Dalam
studi ini, masalah kepasiran pada Sumur-X muncul karena peningkatan laju produksi. Beberapa hal juga
menjadi tantangan diantaranya lapisan terproduksi merupakan loss zone dan tekanan statik reservoir yang
rendah. Dalam penentuan metode sand control, data yang tersedia sangat terbatas antara lain particle size
distribution, data compressional wave transit time, dan data produksi sumur sesaat setelah kepasiran muncul.
Data yang sifatnya terbatas tersebut diintegrasikan sehingga menghasilkan suatu skenario untuk menangani
masalah kepasiran pada Sumur-X. Dengan batasan berupa target produksi minimum dari sumur, critical
drawdown pressure digunakan sebagai acuan dalam pengambilan keputusan penentuan skenario penanganan
kepasiran. Dua skenario berupa flow rate control dan penerapan sand control direncanakan sebagai solusi dalam
penanggulangan masalah kepasiran. Data compressional wave transit time diolah sehingga menghasilkan
beberapa parameter berupa karakteristik mekanial batuan yang akan digunakan dalam menentukan critical
drawdown pressure. Dilanjutkan dengan melakukan analisis sensitivitas terhadap bottom hole flowing pressure,
maka dapat diketahui rentang laju alir dimana masalah kepasiran mulai muncul. Perbandingan produksi
Sumur-X sebelum dan setelah mendapatkan penanganan masalah kepasiran menunjukkan perbedaan yang
tidak terlalu signifikan. Kajian keekonomian menunjukkan bahwa skenario penerapan sand control bersifat
ekonomis sehingga skenario ini dipilih menjadi tindakan dalam penanganan masalah kepasiran pada Sumur-X.
Efisiensi biaya dan waktu juga menjadi keuntungan dari metode ini.
Kata Kunci: citical drawdown pressure, sand problem, sand control.
Abstract
Sand problem is a phenomenon which becomes serious problem in the production of a well. Uncertainty
for the appearance of the problem, limited sources of data and sometimes the problems which come from the
sand control itself are always become an obstacle in determining the decision to take remedial action. This study
will present an integrated steps that can be used in determining sand control method. In this study, sand problem
of Well-X appeared because of the increased production rate. Some of condition also become a challenge such
as the produced layer is a loss zone and low static reservoir pressure. In determining the methods of sand
control for this study, the data available are very limited such as particle size distribution, compressional wave
transit time and well production data shortly after sand produce. This limited data are integrated to produce
a scenario to deal with sand problem of Well-X. Having regard to the constrain of minimum production target
of well, critical drawdown pressure is used as a reference in the analysis for determining decision making of
sand control scenario. Two scenarios such as flow rate control and the application of sand control is planned
as a solution in overcoming the sand problem. Compressional wave transit time data is processed to produce
55
JTMGB, Vol. 14 No. 2 Agustus 2017: 55-66
56
some parameters of rock mechanical characteristic which is used to determine the critical drawdown pressure.
Followed by an analysis of the sensitivity of the bottom hole flowing pressure, it can be seen where the flow rate
range of sand produce will occurred. Production comparison of Well-X before and after getting sand control
showed no significant differences. The economic assessment showed that the scenario of application of sand
control is economical so this scenario is chosen as an act to overcome the sand problem in Well-X. Cost and
time efficiencies also be the advantages of this method.
Keywords: citical drawdown pressure, sand problem, sand control.
kepasiran memang benar muncul akibat terjadi masalah setelah pemasangan sand control,
adanya peningkatan laju alir. dilakukan analisis plugging potential. Analisis
3. Melakukan analisis sensitivitas terhadap ini bertujuan untuk mengetahui berapa lama
bottom hole flowing pressure untuk melihat plugging akan terbentuk akibat tertahannya pasir
rentang laju alir dibawah critical drawdown oleh sand control. Dengan mengetahui waktu
pressure. potensial terbentuknya plugging, maka dapat
4. Mengambil keputusan apakah skenario ini juga direncanakan penjadwalan terhadap well
layak dijalankan atau tidak berdasarkan treatment sehingga potensi timbulnya masalah
acuan target produksi minimum sumur lain dapat dihindari.
yaitu 1 MMscf/d. Jika laju alir dibawah Setelah mendapatkan skenario penanganan
critical drawdown pressure memiliki nilai kepasiran berdasarkan kajian keteknikan, hal
sama dengan atau diatas target produksi selanjutnya yang dilakukan adalah melakukan
minimum, maka skenario ini layak dijalankan analisis terhadap produksi Sumur-X. Hal ini
berdasarkan kajian keteknikan. Tetapi apabila bertujuan untuk mengetahui apakah skenario yang
tidak, maka skenario yang dilakukan berupa diterapakan sangat berpengaruh terhadap produksi
penerapan sand control. sumur atau tidak. Dengan menggunakan analisis
Analisis critical drawdown pressure nodal dan melakukan peramalan produksi, maka
dilakukan pada dua titik, yaitu pada wellbore/ dampak dari skenario terpilih terhadap produksi
perforation tunnel dan perforation tip. Hal sumur dapat diketahui. Skenario yang terpilih
ini dilakukan karena potensi kepasiran dapat diharapkan tidak memberikan dampak yang besar
terjadi dari lubang perforasi. Dengan persamaan terhadap produksi sumur. Karena tujuan utama dari
kestabilan wellbore/perforation tunnel berikut penerapan skenario penanganan kepasiran adalah
untuk menahan pasir agar tidak terproduksi.
.... (1) Terakhir, dengan melakukan kajian
keekonomian, akan membantu pengambilan
Dan persamaan kestabilan pada perforation tip keputusan dengan tepat. Kajian keekonomian
dilakukan dengan dua kondisi yaitu perhitungan
keekonomian satu sumur dan perhitungan
.... (2)
keekonomian menggunakan model kontrak
PSC.
Maka analisis critical drawdown pressure
bisa dilakukan dengan memasukkan sensitivitas III. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
berupa bottom hole flowing pressure (Pwf).
Apabila nilai pada persamaan disebelah kiri lebih Analisis akan dimulai dengan particle
kecil daripada persamaan disebelah kanan, maka size distribution dan diakhiri dengan kajian
pasir akan mulai terproduksi. keekonomian dari skenario terpilih.
Untuk skenario penerapan sand control,
perencanaan diawali dengan screening metode 3.1 Particle Size Distribution
yang akan diterapkan (mechanical, chemical atau
kombinasi). Setelah didapatkan metode yang Hasil dari sieve analysis akan diplot
tepat, dilanjutkan dengan screening jenis dari
metode yang digunakan. Tentunya screening ini
didasarkan pada karakterisktik pasir yang dalam
hal ini ditunjukkan oleh particle size distribution,
kondisi Sumur-X dan kondisi Lapisan-D yang
memproduksikan pasir. Setelah itu, perencanaan
dilanjutkan dengan menentukan well intervention
yang akan digunakan untuk mengaplikasikan
sand control. Penentuan well intervention
dilakukan dengan melihat kondisi Sumur-X dan
Lapisan-D. Selain itu, untuk memastikan tidak Gambar 1. Grafik particle size distribution.
JTMGB, Vol. 14 No. 2 Agustus 2017: 55-66
58
dan berpotensi memberikan hasil yang tidak Tabel 5. Spesifikasi shrouded-metal mesh screen.
maksimal dan dapat merusak lapisan tersebut.
Selain itu, mechanical sand control akan
dilakukan secara thru-tubing untuk menghindari
penggunaan rig yang membutuhkan killing well
activity dalam well intervention.
Dalam pemilihan metode sand control
secara mekanikal, pertimbangan yang dilakukan
antara lain :
• Menghindari proses injeksi.
• Ukuran butir pasir memiliki ukuran antara
88.39 micron hingga 267,94 micron
(berdasarkan d5 dan d95 particle size
distirubiton). terkecil downhole equipment yang telah terpasang
• Mesh yang diperlukan adalah Mesh 100 di sumur dan memerlukan hanging equipment,
(149µm) berdasarkan Gillespie. maka pertimbangan yang dilakukan dimulai dari
Atas pertimbangan tersebut, maka analisis ID downhole equipment dan setelahnya
stand-alone sandscreen dipilih sebagai metode menentukan spesifikasi hanging equipment yang
mekanikal untuk Sumur-X. Keputusan ini tepat untuk instalasi secara thru-tubing. Tabel 6
diperkuat dengan fakta. Untuk slotted liner, berikut menunjukkan downhole equipment yang
batasan ukuran grain terkecil yang dapat ditahan telah ada di dalam Sumur-X.
adalah 300 micron. Selain itu, potensi plugging
pada slotted liner sangatlah tinggi apabila Tabel 6. Downhole equipment Sumur-X.
ukuran slot dibuat sekecil mungkin. Gravel pack
tidak dipilih karena penerapannya memerlukan
aktivitas killing well dan terdapat proses sirkulasi
saat injeksi gravel.
Untuk jenis stand-alone sandscreen yang
digunakan adalah shrouded-metal mesh screen.
Karena jenis SAS ini memiliki keunggulan :
• Dapat bertahan terhadap efek erosi yang
ditimbulkan gas terproduksi karena terdapat Berdasarkan ukuran ID downhole
selubung metal yang melindungi screen dari equipment tersebut, maka spesifikasi untuk
kontak langsung. hanging equipment dan crossover-sub yang akan
• Tidak mudah rusak saat proses instalasi digunakan ditunjukkan pada Tabel 7.
karena screen tidak terkontak langsung
Tabel 7. Spesifikasi hanging equipment dan crossover-sub.
dengan wellbore.
• Dapat dipasang dengan metode thru-tubing
• Ukuran mesh terkecil pada shrouded-metal
mesh screen adalah 15 mikron.
Spesifikasi pada shrouded-metal mesh
screens (SMMS) yang akan dipasang di Sumur-X
ditabulasikan pada Tabel 5 berikut.
selanjutnya dilakukan pemilihan running tool Diameter yang digunakan merupakan diameter
dan pulling tool yang cocok dengan hanging casing dan tinggi yang digunakan didapatkan
equipment tersebut. Berikutnya, pada slickline dari jarak antar top of cement (TOC) dengan
tool string, ukuran dari knuckle joint hingga top of perforation (TOP). Sedangkan untuk
rope socket menyesuaikan dengan thread menghitung waktu terjadinya plugging di depan
connection pada running tool ataupun pulling sandscreen yang terpasang, maka parameter yang
tool. Berdasarkan pertimbangan tersebut, diubah adalah jarak, dimana yang digunakan
maka spesifikasi dari slickline tool string yang disini adalah jarak antara top of cement dengan
digunakan ditunjukkan pada Tabel 8 berikut. jarak ujung dari sandscreen.
Hasil perhitungan ditabulasikan pada
Tabel 8. Spesifikasi slickline tool string.
Tabel 9 dan grafik laju alir pasir dengan
waktu terbentuknya pugging ditunjukkan
pada Gambar 6 dan Gambar 7. Berikutnya
dilakukan perbandingan untuk melihat potensi
waktu terjadinya plugging di dua titik yang
berbeda tersebut. Dari grafik perbandingan
yang ditunjukkan pada Gambar 8 dapat dilihat
bahwa rentang waktu terjadinya plugging
baik itu di depan perforasi maupun di depan
Panjang total dari slickline tool string sandscreen tidak terlalu berbeda jauh, yaitu
yang digunakan adalah 13,9 ft. Hasil ini antara 3 sampai 5 tahun. Artinya sebelum
didapatkan dari penjumlahan setiap panjang tool mencapai waktu tersebut, tindakan pencegahan
yang digunakan. Panjang total juga didapatkan terjadinya plugging sebaiknya dilakukan seperti
dari penjumlahan dengan panjang GS-Pulling melakukan aktivitas sand bailing.
tool. Walaupun pada saat proses running,
pulling tool tidak digunakan, hal ini menjadi
pertimbangan apabila pulling tool dibutuhkan
secara tiba-tiba (fishing). Saat proses running
sandscreen dilakukan, maka panjang total
rangkaian secara keseluruhan adalah 28,6 ft.
Untuk menyesuaikan dengan panjang slickline Gambar 4. Jarak antara TOC dengan TOP.
tool string saat proses running dilakukan,
lubricator yang digunakan pada pressure control
equipment (PCE) berjumlah 4 joint dengan total
panjang lubricator adalah 32 ft.
Tabel 9. Laju alir pasir (liter/day) terhadap waktu non-Darcy flow, maka IPR Sumur-X dapat
terbentuknya plugging depan sandscreen. dikonstruksikan. Dengan memasukan beberapa
nilai pwf, maka IPR dapat dikonstruksikan.
Tabel 10. Data tes produksi Sumur-X.
reservoir semakin lama akan semakin menurun. Pada skenario ini sumur tetap diproduksikan
Dengan menggunakan persamaan future IPR hingga 6 tahun kedepan tanpa memperhatikan
maka perkiraan tersebut dapat dicari. batas minimum produksi. Dengan jangka
waktu produksi yang lebih lama, maka
dilakukan dua kali instalasi sandscreen
dengan mengacu kepada perhitungan potensi
plugging. Selain itu diperkirakan terdapat
well treatment berupa sand bailing pada tahun
ke-5 produksi.
• Skenario I-PSC
Skenario I-PSC merupakan Skenario I
dengan kajian keekonomian menggunakan
sistem kontrak PSC. Dengan mengacu
kepada well history Sumur-X, dimana sumur
Gambar 9. Peramalan produksi Sumur-X. mulai dikerjakan tahun 2007 dan put on
production pada tahun 2008. Pada tahun
Dari kurva nodal pada Gambar 9 dapat 2015, dilaksanakan KUPL dari Lapisan C ke
dilihat bahwa Sumur-X dapat tetap berproduksi Lapisan D.
hingga tekanan reservoir mencapai 353,2 psia. • Skenario II-PSC
Dengan asumsi penurunan tekanan per tahun Skenario II-PSC merupakan Skenario II
sebesar 10% pada tekanan separator yang tetap dengan kajian keekonomian menggunakan
(260 psig), maka Sumur-X akan tetap berproduksi sistem kontrak PSC.
selama 6 tahun. Dari hasil peramalan produksi Kajian keekonomian dilakukan dengan
terlihat bahwa economic limit akan tercapai setelah menggunakan parameter berikut sebagai acuan
1 tahun berproduksi. Untuk tahun-tahun berikutnya, perhitungan :
produksi telah berada pada nilai dibawah economic • Harga sandscreen : US$ 1.350
limit. Jika ingin tetap memproduksikan dengan • Jasa slickline : US$ 50.000
batas minimum 1 MMscf/d maka disarankan • Well treatment : US$ 70.000
untuk melakukan kerja ulang pindah lapisan untuk • Sumur vertical : US$ 2.000.000
menemukan lapisan baru. • Abandonmnet : US$ 180.000
• Workover : US$ 100.000
3.4 Kajian Keekonomian • Site restoration : US$ 27.000
• Operating cost : US$ 0,5/Mscf
Dalam studi ini, kajian keekonomian Untuk skenario dengan menggunakan
terhadap skenario penerapan sand control kontrak PSC, maka ketentuan lain yang digunakan
dikaji dalam empat skenario yang berbeda. Dua sebagai berikut :
skenario keekonomian dikaji dengan kondisi • Government : Contractor share : 70% : 30%
setelah pemasangan sand control dan dua • Cost recovery : 100%
skenario lainnya dikaji dengan menggunakan • Tax : 44%
sistem kontrak PSC. Keempat skenario tersebut • Start DMO : tahun ke-6
sebagai berikut : Hasil perhitungan menunjukkan bahwa
• Sumur-X berproduksi dengan batasan target seluruh skenario bersifat ekonomis. Tetapi
produksi minimum (I) dengan membandingkan antara Skenario I
Skenario I mengacu kepada minimum dan Skenario II, terlihat bahwa Skenario II
produksi satu sumur (1 MMscf/d), maka memiliki tingkat keekonomisan yang lebih
produksi sumur hanya berlangsung selama tinggi, hal ini ditunjukkan pada Tabel 11. Begitu
setahun berdasarkan IPR Future. Aktivitas juga dengan skenario dalam kondisi sistem
yang dilakukan dalam skenario ini berupa kontrak PSC, terlihat bahwa skenario II-PSC
pemasangan sandscreen sebanyak satu kali. memberikan tingkat keekonomisan yang lebih
• Sumur-X berproduksi hingga sumur berhenti baik dibandingkan dengan Skenario I-PSC. Hal
mengalirkan fluida (II) ini ditunjukkan pada Tabel 12.
JTMGB, Vol. 14 No. 2 Agustus 2017: 55-66
64
LAMPIRAN
Fahmi Bajry1, Bambang Prasetiyo2, R. Agung Indra Wardhana3 dan Wawan Gunawan A. Kadir4
1fahmibajry@yahoo.com;
2bambang.prasetiyo@pertamina.com;
3agung.wardhana@pertamina.com.
(1)(2)(3)PT. Pertamina EP, Jl. Prof. Dr. Satrio Kav. 164, Jakarta 12950
(4)LAPI ITB, Gedung B – ITB, Jalan Ganesha No. 15-B Bandung 40132
Abstrak
Lapangan Tanjung secara geografis terletak di Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan. Struktur
Tanjung merupakan penghasil produksi minyak terbesar di Lapangan Tanjung dengan Formasi Lower Tanjung
dan Basement Fracture sebagai reservoir yang terbagi menjadi 7 zona penghasil hidrokarbon yaitu Zona F,
E, D, C, B, A dan P (basement). Untuk meningkatkan produksi minyak di Struktur Tanjung sejak tahun 1995
dilakukan salah satu metode EOR (Enhanced Oil Recovery) yaitu waterflood.
Dua aspek penting dalam EOR demi tercapainya efisiensi proses penyapuan fluida injeksi adalah
monitoring dan simulasi perilaku pergerakan fluida reservoir sebagai respons dari aktivitas proses injeksi dan
produksi. Teknologi monitoring secara tidak langsung seperti metode Time Lapse 4D-Microgravity merupakan
salah satu alternatif untuk mendapatkan gambaran pergerakan fluida dalam reservoir. Perubahan nilai
gravity dalam reservoir dianalisis selama enam bulan (November 2014 dan April 2015) dalam rangka untuk
mendapatkan gambaran yang lebih jelas antara hubungan produksi-injeksi. Vertical Electrical Sounding (VES)
dan data curah hujan juga digunakan untuk menghilangkan pengaruh muka air tanah terhadap nilai gravity.
Berdasarkan hasil Time Lapse 4D-Microgravity dan perubahan densitas fluida serta dipengaruhi oleh
sesar NW-SE, Struktur Tanjung dapat dibagi menjadi 4 blok tingkat efisiensi waterflood. Blok I dan Blok III
memiliki nilai anomali microgravity negatif yang menunjukkan bahwa masih kurangnya injeksi air di blok
tersebut. Blok II memiliki nilai anomali microgravity nol yang menunjukkan indeks keseimbangan laju injeksi
produksi dan efisiensi penyapuan hidrokarbon berjalan sangat baik. Sedangkan Blok IV menunjukkan kondisi
reservoir undersaturated dengan anomali positif. Perubahan tekanan dapat diketahui juga dengan Time Lapse
4D-Microgravity. Dari perubahan tekanan menunjukkan bahwa proses waterflood sudah baik dieksekusi pada
zona C dan D terlihat dari kesesuaian perubahan tekanan di zona tersebut dengan hasil perubahan tekanan
konversi dari nilai microgravity. Deconvolution Simulation of Mass Volume Density (DSMVD) direncanakan
untuk penelitian lebih lanjut untuk identifikasi pergerakan fluida di setiap lapisan reservoir berdasarkan
perubahan densitas fluida.
Kata Kunci: 4D-Microgravity, EOR, waterflood, struktur Tanjung.
Abstract
Tanjung field is geographically located in Tabalong Regency, South Kalimantan. Tanjung structure is the
largest producer of oil production in Tanjung Field with Lower tanjung Formation and Basement Fracture as
a reservoir which is divided into seven zones, namely the hydrocarbon-producing zone F, E, D, C, B, A, and P
(basement). To increase the production of oil in Tanjung structure, since 1995 carried out one of the methods of EOR
(Enhanced Oil Recovery) is waterflood.
Two important aspects in order to achieve efficiency EOR localized fluid injection process is monitoring
and simulating the behavior of the reservoir fluid movement in response to the injection process and production
activity. Technology indirect monitoring methods such as Time Lapse 4D-Microgravity is one alternative to get
a picture of the movement of fluids in the reservoir. Fluid density change in the reservoirs were analyzed over a
67
JTMGB, Vol. 14 No. 2 Agustus 2017: 67-78
68
six months interval (November 2014 and April 2015) in order to obtain a clearer picture between the production-
injection relationship in this area. Vertical Electrical Sounding (VES) and rainfall data was also used to eliminate
shallow groundwater influence to the microgravity values.
The result divides the study area into four blocks according to different characteristics due to density change,
influenced by NW-SE fault. Block I and Block III have negative anomaly, indicating lack of water injection over these
areas. Block II has balance index of injection-production rate by zero gravity anomaly, whereas Block IV shows an
undersaturated reservoirs condition with positive anomaly. Formation pressure of C and D layers in key wells acquired
from 4D microgravity results, which has similarity with actual formation pressure data, shows unsignificant change
in formation pressure, indicating that the waterflood process was well executed. Time-lapse microgravity was well
applied at the Tanjung Structure to monitor waterflood perfomance. Deconvolution Simulation of Mass Volume Density
(DSMVD) is planned for further research to identify fluid movement in each reservoir due to density change.
Keywords: 4D-Microgravity, EOR, Waterflood, Struktur Tanjung.
Nilai apparent pressure (ΔP) dapat Hasil pemodelan inversi data VES untuk
diestimasi dengan menggunakan persamaan mendapatkan kedalaman muka air tanah pada
tekanan yang diturunkan dari Allis et al. (2000),masing-masing periode pengukuran ditunjukkan
dimana input datanya adalah kontras densitas pada Gambar 5. Berdasarkan perubahan muka
(yang diperoleh melalui teknik dekonvolusi) dan air tanah yang dihasilkan dari pemodelan inversi
ketebalan reservoir (dari data sumur). tersebut, selanjutnya dibuat kontur perubahan
muka air tanah dan nilai koreksi ketinggian muka
ΔP = Δρ . g . Δh air tanah pada nilai microgravity (Gambar 6).
Peta TLM 4-3 yang ditunjukkan pada
dimana ΔP perubahan tekanan (Pascal), Δρ Gambar 7 adalah pola anomali yang diperoleh
kontras densitas (kg/m3), g percepatan gravitasi setelah dilakukan koreksi perubahan VES serta
dan Δh ketebalan reservoir (m). telah dilakukan lowpass filter dengan lebar
jendela 600 meter. Proses yang dilakukan untuk
Vertical Electrical Sounding (VES) mendapatkan pola anomali ini adalah upaya
untuk meminimalisasi pengaruh muka air tanah
Dalam pengukuran Vertical Electrical akibat curah hujan sehingga diharapkan anomali
Sounding (VES) menggunakan konfigurasi target dari reservoir menjadi dominan dalam
Schlumberger. konteks penguatan signal to noise ratio.
Time Lapse 4D-Microgravity untuk Optimasi Waterflood terhadap Produksi Lapangan Tanjung, Kalimantan Selatan
(Fahmi Bajry, Bambang Prasetiyo, R. Agung Indra Wardhana dan Wawan Gunawan A. Kadir) 71
Dari Peta Time Lapse Microgravity, peta TLM dengan baseline pengukuran 2006
Struktur Tanjung terbagi atas 4 blok berdasarkan ditunjukkan pada Gambar 9.
nilai perubahan densitas dan gravity : Blok I yang Perhitungan dekonvolusi dengan input
berada di area utara Struktur Tanjung menunjukkan data TLM 2-1, 3-1, dan 4-1 dilakukan untuk
nilai anomali gravity negatif yang terindikasi di mendapatkan peta perubahan densitas di daerah
area tersebut masih kekurangan injeksi, Blok II penelitian. Berdasarkan hasil perhitungan
yang berada di area barat laut Struktur Tanjung dekonvolusi (Gambar 10) ditunjukkan rentang
menunjukkan nilai anomali gravity nol yang berarti perubahan densitas pada kedalaman target
area tersebut stabil proses injeksi dan produksi, (reservoir) pada masing-masing TLM 2-1, 3-1,
Blok III yang berada di area tengah Struktur dan 4-1 secara berturut turut adalah (-0.022
Tanjung menunjukkan nilai anomali gravity sampai +0.022 g/cc), (-0.018 sampai +0.018 g/
negatif yang terindikasi di area tersebut masih cc), dan (-0.014 sampai +0.014 g/cc).
kekurangan injeksi, dan Blok IV yang berada di Hasil perhitungan perubahan densitas
area selatan Struktur Tanjung menunjukkan nilai dengan teknik dekonvolusi selanjutnya digunakan
anomali gravity positif yang terindikasi di area untuk memperoleh peta perubahan saturasi positif
tersebut sudah jenuh oleh air injeksi. (Gambar 11), peta perubahan saturasi negatif
Perhitungan dekonvolusi dengan input (Gambar 12), dan peta perubahan tekanan (Gambar
data TLM 4-3 dilakukan untuk mendapatkan 13) di daerah penelitian. Pada peta perubahan
peta perubahan densitas di daerah penelitian. saturasi positif menunjukkan penambahan saturasi
Berdasarkan hasil perhitungan dekonvolusi maksimal mencapai 30% pada selang waktu
(Gambar 8a) ditunjukkan rentang perubahan pengukuran 2006 sampai 2007, sedangkan pada
densitas pada kedalaman target (reservoir) adalah peta perubahan saturasi negatif menunjukkan
-0.014 sampai +0.014 g/cc. Perubahan densitas pengurangan saturasi mencapai 12% pada selang
paling negatif ditunjukkan pada Blok I dan III. waktu pengukuran 2006 sampai 2007. Pada peta
Sedangkan perubahan densitas paling positif perubahan tekanan menunjukkan penurunan
ditunjukkan sebagai efek tepi di sebagian kecil tekanan mencapai 25 Psi disekitar blok II.
bagian selatan Blok IV.
Hasil perhitungan perubahan densitas Korelasi Data 4D-Microgravity dengan Data
dengan teknik dekonvolusi selanjutnya Tekanan Sumur
digunakan untuk memperoleh peta perubahan
saturasi positif (Gambar 8b), peta perubahan Trend data tekanan pada reservoir untuk
saturasi negatif (Gambar 8c), dan peta perubahan zona ABCD ditunjukkan pada Gambar 14.
tekanan (Gambar 8d) di daerah penelitian. Pada Persamaan polinomial sebelum tahun 1990-an
peta perubahan saturasi positif menunjukkan cukup mewakili variasi tekanan. Hal ini berkaitan
penambahan saturasi maksimal mencapai 15%, dengan aktivitas di daerah penelitian sebelum
sedangkan pada peta perubahan saturasi negatif aktivitas injeksi dilakukan. Setelah aktivitas
menunjukkan pengurangan saturasi mencapai 8% injeksi dilakukan, data tekanan pada tahun 1990-
(disekitar Blok I dan III). Pada peta perubahan an sampai 2006 menghasilkan estimasi yang
tekanan menunjukkan penurunan tekanan cukup besar tingkat keyakinannya.
mencapai 25 Psi disekitar Blok I dan III. Peta dekonvolusi yang kemudian
diturunkan menjadi peta perubahan tekanan
Analisis Data 4D-Microgravity dengan Baseline merupakan peta perubahan tekanan dengan 30%
Pengukuran 2006 tekanan mendominasi di daerah penelitian. Jika
70% dominasi tekanan maka harga perubahan
Proses yang dilakukan untuk tekanan juga berubah menjadi dua kali lipat.
mendapatkan pola-pola anomali pada bagian Peta perubahan tekanan yang dihasilkan dan data
ini juga dilakukan hal yang sama sebagaimana tekanan sumur di daerah penelitian selanjutnya
TLM 4-3. Analisa data 4D-microgravity dengan diperbandingkan untuk melihat estimasi trend
baseline pengukuran 2006 dan data curah hujan yang ada. Perkembangan dari cakupan penelitian
untuk koreksi muka air tanah akan menghasilkan selanjutnya diarahkan untuk melihat perubahan
3 peta TLM 2-1, 3-1, dan 4-1. Perbandingan tekanan di key well. Nilai perubahan tekanan
JTMGB, Vol. 14 No. 2 Agustus 2017: 67-78
72
ditinjau pada key well, dengan lokasinya • Evaluasi lanjut 4D-Microgravity dilakukan
ditunjukkan pada Gambar 15. menggunakan Teknik DSMVD untuk dapat
Gambar 16 secara berturut-turut mengetahui perubahan densitas fluida tiap
menunjukkan overlay perubahan tekanan yang lapisan reservoir.
diturunkan dari pengukuran TLM (plot bulat • Data Time Lapse 4D-Microgravity
warna merah) terhadap data tekanan sumur dari menunjukkan sesar utama (SW-NE) dan
zona A, zona B, zona C, dan zona D. beberapa sesar yang berarah NW-SE
Berdasarkan perbandingan ini terlihat berfungsi sebagai sealing fault.
bahwa trend perubahan tekanan yang dihasilkan Dengan hasil penelitian ini, maka akan
dari TLM relatif lebih datar dibanding trend direkomendasikan kegiatan untuk optimalisasi
estimasi pada pressure history sumur yang ada di waterflood sebagai berikut :
zona A dan zona B. Selanjutnya untuk perubahan 1. Hasil analisa menunjukkan pada Struktur
tekanan di zona C dan zona D terlihat korelasi Tanjung terdapat area yang mengalami
yang cukup baik antara trend estimasi pada pengurangan dan penambahan massa fluida,
pressure history dengan perubahan tekanan yang sehingga direkomendasikan perlunya
diturunkan dari TLM. melakukan pengaturan laju injeksi/
pemeliharaan tekanan.
Diskusi 2. Hasil studi 4D-Microgravity digunakan
untuk optimasi waterflood di Zona A dan B
Anomali Time lapse 4D-Microgravity (less injection support) dengan menggunakan
ini sangat membantu untuk menunjukkan multilayer packer dan melakukan konversi
pergerakan air injeksi di lapangan hidrokarbon sumur suspended atau produksi menjadi
tetapi masih memiliki kelemahan yaitu tidak sumur injeksi atau sebaliknya.
bisa mengukur nilai microgravity untuk tiap 3. Monitoring pergerakan air injeksi lebih
lapisan reservoir. Dipelukan untuk evaluasi lanjut survey dengan menggunakan time-
lanjut 4D-Microgravity dilakukan menggunakan lapse microgravity direkomendasikan untuk
Teknik DSMVD (Susanti Alawiyah,2009) untuk dilakukan secara berkala sejalan dengan
dapat mengetahui perubahan densitas fluida tiap aktivitas waterflood Struktur Tanjung.
lapisan reservoir.
UCAPAN TERIMA KASIH
V. KESIMPULAN & SARAN
Ucapan terimakasih disampaikan kepada
Berikut beberapa kesimpulan dari hasil Project Manager I/EOR Tanjung Pertamina EP
penelitian ini, diantaranya : Bapak Ari Buhari, VP EOR Pertamina EP Bapak
• Struktur Tanjung terbagi atas 4 blok Andi Wardhana Bachtiar, SKK MIGAS, DITJEN
berdasarkan nilai perubahan densitas dan MIGAS, Badan Koordinasi Penanaman Modal,
gravity. Blok I & III yang berada di area utara dan PT LAPI ITB atas dukungan dan izinnya
dan tengah Struktur Tanjung menunjukkan untuk mempublikasikan penelitian ini.
nilai anomali gravity negatif yang terindikasi
kekurangan injeksi. Blok II di area barat laut REFERENSI
Struktur Tanjung menunjukkan nilai anomali
gravity nol yang berarti area tersebut stabil Alawiyah, Susanti., 2009, Aplikasi Data Gaya
injeksi dan produksinya. Blok IV di area Berat Mikro Selang Waktu untuk Pemodelan
selatan Struktur Tanjung menunjukkan nilai Perubahan Densitas Fluida Reservoir Multilayer
anomali gravity positif yang berarti area dan Simulasi 3D Pergerakan Fluida, Disertasi
Fakultas Pasca Sarjana ITB.
tersebut sudah jenuh oleh air injeksi.
Allis, R. G., Gettings, P., and Chapman, D. S., 2000,
• Perubahan tekanan 2006 sampai dengan Precise Gravimetry and Geothermal Reservoir
2015 secara umum berharga relatif kecil, Management, Proceedings Twenty-Fifth
sehingga dapat disimpulkan bahwa proses Workshop on Geothermal Reservoir Engineering,
injeksi-produksi sudah berjalan dengan baik Stanford University, Stanford, California,
khususnya di reservoir C dan D. January 24-26, 2000
Time Lapse 4D-Microgravity untuk Optimasi Waterflood terhadap Produksi Lapangan Tanjung, Kalimantan Selatan
(Fahmi Bajry, Bambang Prasetiyo, R. Agung Indra Wardhana dan Wawan Gunawan A. Kadir) 73
LAMPIRAN
Gambar 1. Lokasi Lapangan Tanjung Berada 240 km timurlaut dari kota Banjarmasin,
Ibu Kota Provinsi Kalimantan Selatan (Google Earth).
JTMGB, Vol. 14 No. 2 Agustus 2017: 67-78
74
Gambar 2. Performa kinerja optimasi waterflood Struktur Tanjung sampai tahun 2016.
Gambar 3. Workflow dari Studi 4D-Microgravity dan Vertical Elctrical Sounding (VES).
Time Lapse 4D-Microgravity untuk Optimasi Waterflood terhadap Produksi Lapangan Tanjung, Kalimantan Selatan
(Fahmi Bajry, Bambang Prasetiyo, R. Agung Indra Wardhana dan Wawan Gunawan A. Kadir) 75
Gambar 4. Data curah hujan di stasiun BMKG yang ada di Kalimantan Selatan, maka kita bisa mendapatkan faktor
pengali untuk koreksi pada masing-masing perioda TLM dengan referensi perubahan muka air tanah 2014 dan 2015.
Gambar 5. Hasil pemodelan inversi data VES untuk mendapatkan kedalaman muka air tanah pada masing-masing
periode pengukuran (2014 & 2015).
Gambar 6. (A) Struktur Tanjung menunjukkan ketinggian muka air tanah dari tahun 2014 -2015 berkisar antara 0-3
meter, (B) Koreksi ketinggian muka air tanah pada nilai microgravity.
JTMGB, Vol. 14 No. 2 Agustus 2017: 67-78
76
Gambar 7. Peta time-lapse 4D-Microgravity (2014 -2015) menujukkan adanya 4 Blok, Blok I dan III menunjukkan
indikasi area yang kurang support injeksi, Blok II menunjukkan area yang stabil antara produksi & injeksi,dan Blok IV
menunjukkan area yang telah kelebihan support injeks.
Gambar 8. Peta perubahan densitas fluida (a), Peta apparent saturasi positif (b), Peta apparent saturasi negatif (c), Peta
apparent tekanan (d).
Gambar 9. Peta Time Lapse 4D-Microgravity dengan baseline data pengukuran microgravity tahun 2006.
Gambar 10. Peta Perubahan Densitas Fluida dengan baseline data pengukuran tahun 2006.
Time Lapse 4D-Microgravity untuk Optimasi Waterflood terhadap Produksi Lapangan Tanjung, Kalimantan Selatan
(Fahmi Bajry, Bambang Prasetiyo, R. Agung Indra Wardhana dan Wawan Gunawan A. Kadir) 77
Gambar 11. Peta Apparent Saturasi positif dengan baseline data pengukuran tahun 2006.
Gambar 12. Peta Apparent Saturasi negatif dengan baseline data pengukuran tahun 2006.
Gambar 13. Peta Apparent Tekanan dengan baseline data pengukuran tahun 2006.
Gambar 16. Overlay perubahan tekanan dari nilai microgravity (titik merah)
pada zona reservoir A,B,C,dan D struktur Tanjung.
Memanfaatkan Batubara Kalori Rendah dengan Cairan Rumen Menjadi
Sumber Gas Metana untuk Energi Listrik Masa Depan
Utilizing Low Calorie Coal with Rumen Fluid To Be a Source of Methane Gas for
Future Electrical Energy
Abstrak
Menurunnya harga batubara, minyak, dan gas dunia menyebabkan industri migas dan batubara saat ini
mengalami kelesuan, termasuk di Indonesia. Dilain sisi, kebutuhan akan energi terus meningkat disertai dengan
cadangan energi yang terus menurun. Oleh sebab itu, untuk mensiasati kelesuan industri energi dan memenuhi
kebutuhan energi, perlu diupayakan sumber energi alternatif baru. Salah satunya dengan meningkatkan
manfaat dari batubara kalori rendah seperti Lignit. Lignit dapat dikonversi menjadi sumber gas metana dengan
menambahkan cairan Rumen yang berasal dari limbah lambung sapi. Didalam cairan rumen terdapat populasi
mikroba yang dapat mendegradasi batubara menjadi gas metana. Metode konversi batubara menjadi gas metana
menggunakan cairan rumen belum pernah dilakukan pada penelitian sebelumnya. Gas metana yang dihasilkan
dapat menjadi sumber energi gas atau diubah lebih lanjut menjadi energi listrik. Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan, pada batubara Lignit dengan kondisi permukaan (suhu ruang dan tekanan 1 atm) menghasilkan
gas metana 57,35 cf/ton selama 60 hari atau setara dengan 17,31 Kwh listrik dan produksi gas metana akan terus
meningkat sejalan dengan waktu inkubasi sampai batubara habis terdegradasi. Mikroba cairan rumen mampu
mendegradasi batubara 14 – 46 kg/bulan. Energi listrik yang dihasilkan dari batubara yang telah dikonversi
menjadi gas metana oleh cairan rumen memiliki keunggulan yaitu berbahan baku batubara mutu rendah, ukuran
batubara dapat beragam, alat yang digunakan sederhana, ekonomis, dan resiko rendah sehingga layak apabila
dikembangkan lebih lanjut. Kemampuan mikroba pada cairan rumen dalam mendegradasi batubara menjadi gas
metana, diprediksi dapat diterapkan juga di sumur Coal Bed Methane (CBM).
Kata Kunci: Lignit, cairan rumen, gas metana batubara, energi listrik.
Abstract
The decline in world coal, oil and gas prices has caused the oil and gas industry and coal to be sluggish.
Including in Indonesia. On the other hand, the need for energy continues to increase along with the declining
energy reserves. Therefore, to anticipate the lethargy of the energy industry and meet the energy needs, new
alternative energy sources should be sought. One of them is by increasing the benefits of low calorie coal such
as lignite. Lignite can be converted into a methane gas source by adding rumen fluid from cow gastric waste.
In rumen fluid there is a microbial population that can degrade coal to methane gas. Coal conversion method
to methane gas using rumen fluid has not been done in previous research. The resulting methane gas can be a
source of gas energy or converted further into electrical energy. Based on the research results, on lignite coal
with surface conditions (room temperature and pressure of 1 atm) yield 57.35 cf / ton of methane gas for 60 days
or equivalent to 17.31 Kwh of electricity and methane gas production will continue to increase in line with the
incubation time until the coal is depleted degraded. Rumen fluid microbes are able to degrade from 14 to 46 kg /
month of coal. Electrical energy generated from coal that has been converted to methane gas by rumen fluid has
the advantage of low quality raw coal, the size of coal may vary, the tool used is simple, economical, and low
risk so it is feasible if developed further. The ability of microbes in rumen fluid in degrading coal to methane gas,
predicted to be applied also in Coal Bed Methane (CBM) well.
Keywords: Lignite, Rumen fluid, Coal Bed Methane (CBM), Power supply.
79
JTMGB, Vol. 14 No. 2 Agustus 2017: 79-88
80
4. Apakah keunggulan gas metana dari batubara cairan rumen adalah Methanobacterium
sebagai sumber energi alternatif? formicicum, Methanobrevi bacterruminantium,
Methanomicrobium dan Methanosarcina
Proses Biodegradasi Batubara Menjadi Gas (Hungate,1966). Selain itu terdapat pula mikroba
Metana oleh Cairan Rumen metanogen jenis Methanobrevibacter ruminantiu
dan Methanomicrobium mobile pada cairan
Cairan rumen berasal dari salah satu rumen sapi (Kang et al, 2015)
bagian lambung ternak ruminansia (memamah Proses metanogenesis adalah pembentukan
biak) yang disebut rumen. Didalam cairan gas metana dengan memanfaatkan mikroba
rumen mengandung populasi mikroba yang metanogen. Batubara memiliki komposisi kimia
berperan dalam proses pencernaan pakan yang hampir sama dengan tumbuhan karena
ternak. Seluruh degradasi semua pakan ternak, batubara terbentuk dari sisa tumbuhan yang
dilakukan oleh mikroba rumen secara biokimia. membusuk dan tertumpuk pada kondisi di bawah
Di dalam rumen akan terjadi proses fermentasi permukaan air yang tenang. Keduanya mempunyai
oleh mikroorganisme (bakteri, protozoa, fungi). unsur organik seperti karbon, hidrogen, oksigen,
Cairan rumen dari sapi masih mengandung nitrogen, dan sulfur (Jordening, 2005). Unsur
bahan organik yang tinggi (Manendar, 2010) dan organik pada batubara tersebut dapat didegradasi
merupakan makanan yang belum dicerna secara oleh mikroba, salah satunya mikroba metanogen
sempurna pada lambung pertama ruminansia dan menghasilkan gas metana (Strapoc et al, 2008),
mengandung saliva, mikroba anaerob, selulosa, proses biodegradasi batubara oleh mikroba
hemiselulosa, protein, lemak, karbohidrat, dijelaskan seperti pada Gambar 1.
mineral dan vitamin (Van Soest, 1982).
Salah satu mikroba yang terdapat pada
cairan rumen adalah mikroba metanogen yang
berperan dalam memproduksi gas metana pada
saat degradasi pakan ternak. Sifat mikroba
metanogen adalah anaerob obligat, yang mana
pertumbuhannya akan terhambat oleh adanya
oksigen dan hidup pada kondisi lingkungan
tertentu (pH, suhu, dan tekanan). Blakely
dan Bade (1991) menyatakan bahwa derajat Gambar 1. Biodegradasi Batubara oleh Mikroba(nomor referensi)
keasaman (pH) rumen antara 6,0 sampai 6,8.
Pembentukan gas metana terjadi saat nilai pH Pembentukan gas metana dari
berada pada rentang pH netral, yakni 6,8 sampai batubara terdiri atas 3 proses yaitu proses
7,2 (Eckenfelder, 2000). Nilai pH merupakan hidrolisis, pengasaman, dan pembentukan
salah satu faktor lingkungan yang berperan gas CH4 (Firdaus, 2007). Proses hidrolisis
penting dalam aktivitas mikroba dalam proses adalah pemecahan senyawa rantai panjang
anaerobik. Materi pereduksi, seperti nitrit menjadi senyawa rantai lebih pendek dengan
atau nitrat dapat menghambat kerja mikroba memanfaatkan peran dari mikroba pencerna
metanogen (Campbell, 1983). Suhu dalam rumen selulosa, hemiselulosa, pati, gula, protein, asam
bervariasi tergantung panas tubuh ruminansia dan lipid. Salah satu contohnya memecahkan
berkisar 36 – 42°C. Dan mikroba hidup pada polisakarida menjadi monosakrida dan protein
suhu 39-40°C. menjadi asam amino.
Populasi mikroba dalam cairan rumen Tahap pengasaman (asidifikasi) bertujuan
sangat padat yaitu mengandung sekitar 10 10
untuk memecah senyawa rantai pendek pada
bakteri/ml, 10 protozoa/ml dan 10 fungi/ml tahap hidrolisis menjadi asam-asam lemak volatil
6 3
(Rode, 2000). Mikroba rumen diklasifikasikan (Volatile Fatty Acid, VFA) (Firdaus, 2007).
berdasarkan substrat utama yang digunakan. Pembentukan gas metana (metanogenesis)
Substrat mikroba metanogen yaitu asam dengan memanfaatkan asam organik yang
organik diubah menjadi gas metana dan CO2. terbentuk dari proses asidifikasi. Mikroba ini
Jenis mikroba metanogen yang terdapat pada akan membentuk gas CH4 dan CO2 dari gas H2
JTMGB, Vol. 14 No. 2 Agustus 2017: 79-88
82
(Nijaguna, 2002). Substratnya yang berupa asam dari cairan rumen tersebut dikembangbiakan
organik didekomposisi oleh mikroba metanogen untuk mendapatkan jumlah dan volume yang
menghasilkan metana dalam kondisi anaerob lebih besar. Sampel batubara didapatkan dari
melalui fermentasi asam asetat menjadi metana lapangan tambang batubara dan disimpan
dan CO2 atau reduksi CO2 menjadi metana pada penampungan batubara, digerus menjadi
menggunakan gas hidrogen atau asam format berukuran 60 mesh serta dilakukan analisa awal
yang diproduksi oleh mikroba lain (Campbell, berupa pengujian proximate dan Ultimate. Uji
1983). proximate menggunakan alat LECO TGA 701
yang mengacu pada ASTM D 7582.
III. METODOLOGI PENELITIAN Sampel batubara berukuran 60
mesh dicampurkan dengan cairan rumen
Biodegradasi batubara oleh cairan dan air menggunakan komposisi batubara :
rumen menjadi gas metana dilakukan melalui cairan rumen : air (1:1:1 dan 1:2:1). Proses
fermentasi batubara dengan cairan rumen biodegradasi berjalan secara anaerob (tanpa
dan air, selama waktu inkubasi. Produksi oksigen) dan akan di-monitoring selama waktu
gas metana selama inkubasi dicatat dan di- inkubasi, meliputi:
monitoring. Monitoring dilakukan terhadap • Volume gas di-monitoring melalui pembacaan
tekanan gas, komposisi gas, dan kondisi indikator gauge dan di catat secara berkala
lingkungan inkubasi. Gas yang telah dihasilkan kemudian dikonversi menjadi volume gas.
kemudian dihitung potensinya untuk dijadikan • Temperatur selama proses biodegradasi di-
sumber energi listrik. Secara singkat, roadmap monitoring menggunakan termometer.
penelitian dari batubara menjadi energi listrik • Pengukuran komposisi gas dilakukan pada
yaitu seperti disajikan pada Gambar 2. gas yang telah terbentuk, menggunakan alat
Gas Chromatography tipe “GVA 2261”.
Proses Pembentukan Gas Metana dari • Monitoring mikroba dilakukan melalui uji
Biodegradasi Batubara oleh Cairan Rumen derajat keasaman menggunakan pH meter
dan foto mikroba dilakukan dengan bantuan
Cairan rumen segar dimasukkan kedalam mikroskop yang dilengkapi kamera DHC 30
wadah steril, ditutup rapat, dan divakum. Mikroba dengan perbesaran 400x.
Ukuran batubara memiliki peranan yang Jumlah cairan rumen yang ditambahkan
penting dalam membantu mikroba cairan rumen ke dalam batubara memiliki peranan yang sangat
untuk menghasilkan gas metana. Pengujian yang penting. Semakin besar jumlah cairan rumen
dilakukan terhadap batubara ukuran kerakal dan yang ditambahkan ke dalam batubara, akan
bubuk (60 mesh) selama 60 hari, seperti disajikan menghasilkan gas metana yang semakin besar dan
pada Tabel 1 dan Gambar 3. waktu produksi gas metana semakin cepat. Hal
Berdasarkan Tabel 1, tampak bahwa tersebut dikarenakan, semakin banyak mikroba
ukuran batubara memiliki peranan yang penting yang bekerja untuk mendegradasi batubara
dalam efektifitas produksi gas metana. Semakin menjadi gas metana. Hasil tersebut dapat dilihat
halus ukuran batubara maka gas metana yang pada Tabel 2.
dihasilkan akan semakin besar. Hal tersebut Walaupun gas metana yang dihasilkan
mengindikasikan bahwa mikroba pada cairan berbanding lurus terhadap waktu dan jumlah
rumen akan bekerja lebih baik pada batubara yang cairan rumen yang ditambahkan, tetapi tetap
memiliki luas permukaan lebih besar. Oleh sebab harus diperhatikan efisiensi jumlah cairan rumen
itu, untuk menghasilkan gas metana yang tinggi, yang digunakan, agar jumlah mikroba yang
akan lebih baik jika dilakukan penggerusan ditambahkan tidak berlebih dan sesuai dengan
batubara terlebih dahulu. Penggerusan batubara target, baik dari segi ekonomi dan waktu.
Tabel 1. Pengaruh Ukuran Batubara terhadap Produksi Gas Total dan Gas Metana.
Tabel 2. Pengaruh Komposisi Batubara : Cairan Rumen : Air terhadap Produksi Gas Metana.
JTMGB, Vol. 14 No. 2 Agustus 2017: 79-88
84
Tabel 4. Degradasi Substrat Batubara oleh Cairan Rumen Fungsi Waktu Inkubasi.
Perhitungan jumlah substrat batubara yang Perhitungan Potensi Energi Listrik dari Gas
terdegradasi oleh cairan rumen Metana hasil Degradasi Batubara oleh Cairan
Rumen
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan, dapat dihitung besarnya jumlah Hasil biodegradasi batubara oleh cairan
batubara yang terdegradasi oleh mikroba cairan rumen, akan menghasilkan gas metana yang dapat
rumen. Hasil tersebut dicantumkan pada Tabel dimanfaatkan langsung sebagai sumber energi
4. listrik. Konversi gas metana yang dihasilkan
Dalam proses biodegradasi batubara oleh menjadi energi listrik, dicantumkan pada Tabel 5.
cairan rumen, didapatkan jumlah batubara yang Berdasarkan data pada Tabel 5
terdegradasi yaitu 14 - 46 kg/bulan. Pada awal didapatkan bahwa gas metana dapat dikonversi
proses inkubasi, degradasi batubara oleh cairan menjadi energi listrik sebesar 17,31 Kwh untuk
rumen berjalan cepat, terlihat dari jumlah berat lignit selama 60 hari pada skala laboratorium,
batubara yang hilang pada Gambar 5. Hal tersebut sedangkan ketika uji coba dengan mini plan
dikarenakan pada awal degradasi, mikroba didapatkan hasil 7,09 selama 50 hari. Namun
akan mendegradasi dengan cepat partikel- demikian, hasil ini akan terus meningkat seiring
partikel kecil yang terdapat pada batubara. dengan bertambahnya waktu inkubasi batubara
Setelah partikel kecil habis, maka mikroba akan oleh cairan rumen. Hasil tersebut dicantumkan
melanjutkan degradasi pada batubara yang lebih pada Gambar 6, dimana tekanan semakin
keras dan kompak, sehingga membutuhkan meningkat berbanding lurus dengan waktu. Hal
waktu yang lebih lama. Hal ini diindikasikan ini mengindikasi produksi gas metana semakin
dengan lambatnya proses degradasi pada minggu meningkat. Untuk mendapatkan hasil yang lebih
ke-4 sampai minggu ke-16. Namun demikian,
seiring dengan meningkatnya populasi mikroba,
maka degradasi akan berjalan lebih cepat.
Gambar 5 menunjukkan pola degradasi batubara
oleh mikroba dari minggu ke-1 sampai dengan
minggu ke-16.
Jika dibandingkan jumlah batubara
yang terdegradasi selama waktu inkubasi
dengan jumlah gas yang terproduksi, maka
dapat dikaitkan bahwa semakin lama waktu
inkubasi maka akan dihasilkan gas metana yang
semakin besar dan jumlah batubara terdegradasi
meningkat. Gambar 5 Jumlah Batubara Terdegradasi oleh
Cairan Rumen
JTMGB, Vol. 14 No. 2 Agustus 2017: 79-88
86
Dari hasil penelitian yang dilakukan terimakasih juga disampaikan kepada rekan-
dapat disimpulkan bahwa mikroba metanogen rekan di Kelompok Evaluasi Formasi dan
pada cairan rumen berpotensi untuk laboratorium CBM, PPPTMGB “LEMIGAS”,
memproduksi gas metana batubara pada yang telah membantu dalam penelitian ini.
batubara mutu rendah (lignit) dan batubara
jenis lain. Volume gas metana yang dihasilkan REFERENSI
dari degradasi batubara pada batubara lignit
dalam kondisi ruang menghasilkan gas metana Arora, S.P. 1995. Pencernaan Mikroba pada
57,35 cf/ton selama 60 hari. Produksi gas Ruminansia. Gajah Mada University Press.
metana terus meningkat selama waktu inkubasi Yogyakarta.
sampai substrat batubaranya habis. Mikroba Australian Standard. 2000 “Coal and Cook Analysis
and Testing Part 3: Proximate Analysis of Higher
cairan rumen mampu mendegradasi batubara
rank coal” Standards Australia International
14 – 46 kg/ton/bulan. Potensi listrik yang dapat NSW Australia
dihasilkan pada 1 ton batubara lignit sebesar DuQ., Liu S., CaoZ., Wang Y. 2005. Ammonia
135,23 - 618,19 kwh. removal from aqueous solution using natural
Chinese clinoptilolite. Separation and Purification
UCAPAN TERIMAKASIH Technology 44, Page 229–234.
Hungate, R.E. 1966. The Rumen and Its Microbes.
Penulis mengucapkan terima kasih Academic Press. New York.
kepada PPPTMGB “LEMIGAS”, Kementerian Jordening, H. J. 2005. Environmental Biotechnology
Energi dan Sumber Daya Mineral yang telah Concepts and Application. In Wise, L. D. (editor).
memberikan dukungan secara finansial. Ucapan Bioprocessing and Biotreatment of Coal. Marcel
Dekker Inc. New York.
Memanfaatkan Batubara Kalori Rendah dengan Cairan Rumen Menjadi Sumber Gas Metana untuk Energi Listrik Masa Depan
(Kosasih, Dewi Susan Brataningtyas, Dahrul Effendi, Byan Muslim Pratama, Bambang Agus Widjajanto, dan Irawan Sugoro) 87
Kresnawaty, I., I. Susanti., Siswanto dan Tri. 2008. Using Fast Desorption Technique (Quick Crush
Optimisasi Produksi Biogas dari Limbah Lateks Method)”, CSIRO Energy, Newcastle Australia.
Cair Pekat dengan Penambahan Logam. Menara Strapoc, D, Flynn. P, Courtney. T, Irene. S, Jennifer.
Perkebunan, Vol 76(1), Hal 23-35 M, Julius S.L, Yu-Shih. L, Tobias F.E, Florence.
Lyle, M, Rode. 2000. Maintaining a Healthy Rumen– S, Kai-Uwe. H, Maria. M and Arndt. S. 2008.
An Overview. Advances in Dairy Technology, Methanogenic microbial degradation of organic
Canada. matter in indiana coal beds. Methane-producing
Mah, R. A. and Smith, M. R. 1981. The Methanogenic microbial community in a coal bed of the Illinois
Bacteria. In The Prokaryotes. Springer. Berlin Basin: Journal of Applied and Environmental
.Vol. 1, Page. 948-977 Microbiology, Vol 74, Page 2424– 2432.
Hashimoto AG, Chen YR, Varriel VH . 1980. Yani, M. dan A. A. Darwis. 1990. Diktat Teknologi
Theoretical Aspects of Methane Production: Biogas. Pusat Antar Universitas Bioteknologi-
State of the Art. In proceedings “Livestock IPB: Pengaruh Suhu Dan C/N Rasio Terhadap
waste: A renewable resource. 4 th International Produksi Biogas Berbahan Baku Sampah Organik
symposium on livestock wastes. ASAE. Page. Sayuran. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor
86–9 Ying JY, Zhang LM, He JZ. 2010. Putative Ammonia-
Riffat, R. and Krongthamchat, K. 2006. “Specific Oxidizing Bacteria and Archaea in An Acidic Red
Methanogenic Activity of Halophilic and Mixed Soil With Different Land Utilization Patterns.
Cultures in Saline Wastewater.” International Environ Microbiol Rep. Vol 2, Page 304–31
Journal of Environmental Science and Zehnder, A. J. 6. & Wuhrman, K. 1976. Titanium(II1)
Technology, Vol. 2, Page 291-299. citrate as a non-toxic, oxidation-reduction
Sagahafi, A dan Roberts, D, 2004, ”CSIRO Method buffering system for the culture of obligate
of Determination of Gas Content of Coal by anaerobes. Science 194, Vol 1, Page 165
JTMGB, Vol. 14 No. 2 Agustus 2017: 79-88
88
Evaluasi Kontrak Pengembangan Migas Non Konvensional di Indonesia
Abstrak
Studi ini mengevaluasi model kontrak Migas Non Konvensional di Indonesia berdasarkan Model
Kontrak Bagi Hasil dan Model Kontrak Gross Split. Evaluasi keekonomian pada Migas Non Konvensional
menunjukkan bahwa model kontrak PSC (Production Sharing Contract) lebih menarik bagi kontraktor untuk
diterapkan pada wilayah kerja Migas Non Konvensional yang mempunyai tingkat produksi pesimis sampai
dengan moderat, sedangkan model kontrak Gross Split akan lebih menarik diterapkan pada wilayah kerja Migas
Non Konvensional yang mempunyai tingkat produksi tinggi. Seyogyanya Indonesia memberikan insentif pada
model kontrak Gross Split dengan mengalokasikan sebagian government share demi peningkatan kemampuan
produksi nasional Migas Non Konvensional..
Kata Kunci: Kontrak Migas Non Konvensional, Kontrak Gross Split, Kontrak Bagi Hasil, MNK.
Abstract
This study evaluated the model of Unconventional Oil and Gas Contract (MNK) in Indonesia based on
some of the options contract, Production Sharing Contract (PSC) and Gross Split Contracts Models. Evaluate the
economics of the Unconventional Oil and Gas indicate that the Production Sharing Contract (PSC) model is more
attractive for contractor to be applied to the Unconventional hydrocarbon working area who have this level of
production pessimistic up to moderate, while the Gross Split contract model would be more attractive to be applied
to the Unconventional hydrocarbon working area have high production rates. Indonesia should provide incentives
to the Gross Split contract model by allocating part of government share to increase the national production capacity
of Unconventional Oil and Gas.
Keywords: Unconventional Oil and Gas Contract, Gross Split Contract, Production Sharing Contract, the
national ability of unconventional hydrocarbon.
89
JTMGB, Vol. 14 No. 2 Agustus 2017: 89-96
90
Pada saat ini sudah ada bentuk IV. HASIL DAN ANALISIS
kontrak untuk pengusahaan WK MNK.
Namun pengembangan beberapa WK tersebut 4.1 Perkiraan Produksi Sumuran
belum dapat dikatakan menggembirakan.
Sebagian besar dari Wilayah Kerja Migas Non Perkiraan laju alir gas dari sumur shale
Konvensional yang sudah menandatangani hydrocarbon selama diporoduksikan pada periode
kontrak dengan pemerintah tidak melakukan tertentu dilakukan dengan simulasi reservoir.
komitmen-komitmen kerja dalam kontrak Parameter produksi yang mempengaruhi
tersebut (Laporan Tahunan SKKMIGAS, pengembangan WK MNK diantaranya jumlah
2016). Oleh karena itu, diperlukan langkah- sumur dan besar perolehan hidrokarbon setiap
langkah yang tepat penambahan contractor sumur. Sumur-sumur tersebut diasumsikan
share, insentif, dan lain-lain) yang dapat sebagai sumur horisontal dengan fracturing.
digunakan sebagai acuan dalam memberikan Perkirakan kemampuan produksi dari
alternatif kontrak dalam pengembangan MNK sumur-sumur tersebut diperlukan data masukan
di Indonesia selain kontrak PSC yang sudah simulasi reservoir yang disajikan dalam Tabel 1.
ada sekarang. Seyogyanya dalam bentuk
Tabel 1. Data input simulasi reservoir.
kontrak nanti juga memperhatikan sifat-sifat
yang khusus (karakteristik reservoir) dalam
pengembangan WK MNK, biaya, dan juga
jangka waktu komersialisasi produksi yang
lebih panjang dibandingkan dengan gas bumi
konvensional.
Tujuan utama kajian ini adalah
melakukan kaji ulang perhitungan keekonomian
menggunakan data produksi hasil simulasi
reservoir di WK MNK di Indonesia dan
parameter-parameter biaya dari data hasil
kajian di industri MNK dan instansi terkait
lainnya.
Evaluasi Kontrak Pengembangan Migas Non Konvensional di Indonesia
(Sudono dan Aries Prasetyo) 91
Tabel 2. Perolehan gas dan kondensat sumuran pada sumur shale hydrocarbon skenario pesimis, moderat, dan optimis.
JTMGB, Vol. 14 No. 2 Agustus 2017: 89-96
92
Gambar 2. Penambahan sumur dan jumlah kumulatif Gambar 5. Produksi dan kumulatif gas pada
sumur pada pengembangan shale hydrocarbon. pengembangan shale hydrocarbon skenario optimis.
Gambar 3. Produksi dan kumulatif gas pada Gambar 6. Produksi dan kumulatif kondensat pada
pengembangan shale hydrocarbon skenario pesimis. pengembangan shale hydrocarbon skenario pesimis.
Gambar 4. Produksi dan kumulatif gas pada Gambar 7. Produksi dan kumulatif kondensat pada
pengembangan shale hydrocarbon skenario moderat. pengembangan shale hydrocarbon skenario moderat.
Evaluasi Kontrak Pengembangan Migas Non Konvensional di Indonesia
(Sudono dan Aries Prasetyo) 93
Tabel 3. Ringkasan hasil produksi gas dan kondensat skenario pesimis, moderat, dan optimis.
Tabel 5. Sensitivitas IRR sebagai fungsi variasi split kontraktor pada model kontrak GS dan model PSC skenario
pesimis, moderat, dan optimis pengembangan MNK.
Tabel 6. Sensitivitas NPV sebagai fungsi variasi split kontraktor pada model kontrak GS dan model PSC pada skenario
pesimis, moderat, dan optimis pengembangan MNK.
Tabel 7. Sensitivitas IRR sebagai fungsi variasi efisiensi investasi pada model kontrak GS dibandingkan model PSC
pada pengembangan MNK skenario pesimis, moderat, dan optimis.
Tabel 8. Sensitivitas NPV sebagai fungsi variasi efisiensi investasi pada model kontrak GS dibandingkan model PSC
pada pengembangan MNK skenario pesimis, moderat, dan optimis.
Evaluasi Kontrak Pengembangan Migas Non Konvensional di Indonesia
(Sudono dan Aries Prasetyo) 95
Hasil sensitivitas IRR dan NPV c. Model kontrak GS layak diterapkan pada
menunjukkan bahwa: WK MNK dengan tingkat produksi tinggi/
• Model kontrak GS tidak layak diterapkan optimis.
pada WK MNK dengan tingkat produksi 3. Hasil sensitivitas keekonomian terhadap
rendah/pesimis. efisiensi investasi pada model kontrak GS
• Model kontrak GS layak dipertimbangkan terhadap model kontrak PSC adalah sebagai
jika bagian kontraktor menjadi 85% atau berikut:
lebih. a. Model kontrak GS lebih layak diterapkan
• Model kontrak GS layak diterapkan pada pada WK MNK dengan tingkat produksi
WK MNK dengan tingkat produksi tinggi/ rendah/pesimis jika kontraktor dapat
optimis. melakukan efisiensi investasi minimum
Hasil sensitivitas keekonomian terhadap 20%.
efisiensi investasi pada model kontrak GS b. Model kontrak GS lebih layak diterapkan
yang dibandingkan dengan model kontrak PSC pada WK MNK dengan tingkat produksi
disajikan pada Tabel 7 dan Tabel 8. sedang/moderat jika kontraktor dapat
Hasil sensitivitas terhadap efisiensi melakukan efisiensi investasi minimum
investasi menunjukkan bahwa: 10%.
• Model kontrak GS lebih layak diterapkan pada c. Model kontrak GS lebih layak diterapkan
WK MNK dengan tingkat produksi rendah/ pada WK MNK dengan tingkat produksi
pesimis jika kontraktor dapat melakukan tinggi/optimis walaupun kontraktor tidak
efisiensi investasi minimum 20%. melakukan efisiensi terhadap investasi.
• Model kontrak GS lebih layak diterapkan pada
WK MNK dengan tingkat produksi sedang/ REFERENSI
moderat jika kontraktor dapat melakukan
efisiensi investasi minimum 10%. Partowidagdo, Widjajono, 2001. Evaluasi kontrak
• Model kontrak GS lebih layak diterapkan perminyakan di Indonesia, Jurnal Teknologi
pada WK MNK dengan tingkat produksi Mineral (JTM), Institut Teknologi Bandung,
Bandung.
tinggi/optimis walaupun kontraktor tidak
Partowidagdo, Widjajono, 2002. Manajemen dan
melakukan efisiensi investasi. Ekonomi Minyak dan Gas Bumi, Institut
Teknologi Bandung, Bandung.
V. KESIMPULAN Lubiantara, Benny, 2012. Ekonomi Migas - Tinjauan
Aspek Komersial Kontrak Migas, PT.Gramedia
1. Evaluasi keekonomian pengembangan Widiasarana Indonesia, Jakarta.
MNK menunjukkan bahwa model kontrak Robert ’Bobby’ Kennedy-Baker Hughes, September
PSC lebih menarik bagi kontraktor jika 2010. Shale Gas Challenges/Technologies Over
diterapkan pada WK yang mempunyai the Asset Life Cycle, U.S.-China Oil and Gas
tingkat produksi pesimis sampai dengan Industry Forum.
moderat. Sedangkan model kontrak GS akan Sunarjanto, Djoko, 2012. Eksplorasi dan
Pengembangan Migas Non-Konvensional Ramah
lebih menarik bagi kontraktor diterapkan
Lingkungan, Pusat Penelitian dan Pengembangan
pada WK yang mempunyai tingkat produksi Teknologi Minyak dan Gas Bumi (PPPTMGB)
tinggi. LEMIGAS Vol.46 No.2, Agustus 2012, Jakarta.
2. Hasil sensitivitas keekonomian sebagai Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi, 2012.
fungsi variasi split kontraktor pada model Indonesia Unconventional Oil&Gas: Policies,
kontrak Gross Split dibandingkan dengan Regulation and Opportunities on Upstream Oil &
model kontrak PSC adalah sebagai berikut: Gas Business Development. www.migas.esdm.
a. Model kontrak GS tidak layak diterapkan go.id.
pada WK MNK dengan tingkat produksi Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi, 2013.
rendah/pesimis. Studi Potensi Shale Hidrokarbon di Formasi
b. Model kontrak GS layak diterapkan pada Baong Sumatera Utara, Jakarta.
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 Tentang
WK MNK jika bagian kontraktor menjadi
Minyak dan Gas Bumi.
85% atau lebih.
JTMGB, Vol. 14 No. 2 Agustus 2017: 89-96
96
Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 Tentang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2015
Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi, Jakarta. Tentang Percepatan Pengusahaan Minyak dan
Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Gas Bumi Non Konvensional, Jakarta.
Tata Cara Penetapan dan Penerapan Wilayah Kerja Peraturan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral
Minyak dan Gas Bumi Non Konvensional, Jakarta. Republik Indonesia Nomor 08 Tahun 2017
Peraturan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral Tentang Kontrak Bagi Hasil Gross Split, Jakarta.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih kepada para Mitra Bestari yang telah mengevaluasi, me-review dan
memberikan saran perbaikan tulisan-tulisan yang dimuat di majalah Jurnal Teknologi Minyak dan
Gas Bumi (JTMGB) edisi penerbitan Volume 14 Nomor 2, Agustus 2017.
4 K
4D-Microgravity 67, 68, 69, 71, 72, 73, 74, 76 kimia 1, 10, 11, 12, 19, 21, 22, 24, 25, 29
konsumsi 1
A Kontrak Bagi Hasil 89, 93, 96
abu ampas tebu 47, 48, 49, 50, 51, 52 Kontrak Gross Split 89, 90, 93, 95
ampas tebu 21, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30 Kontrak Migas Non Konvensional 89
B L
bagasse 21, 22, 30 lignin 21, 22, 23, 24, 29, 30
Lignit 79, 80, 83, 85, 86
C Lignite 79
cairan rumen 79, 80, 81, 82, 83, 84, 85, 86 lignosulfonat 21, 22, 23, 24, 25, 29
citical drawdown pressure 55, 56
Coal Bed Methane (CBM) 79, 80, 86 M
compressive strength 47, 48, 50, 51, 52, 54, 58 MNK 89, 90, 92, 93, 94, 95
consumption 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 model simulasi 9, 10, 13, 19
core flooding 9, 10, 11, 12, 13, 19
P
D panas 1, 21, 23
deformasi radial 41, 44, 45 peningkatan perolehan minyak 10, 21
penukar 1
E PHE ONWJ 31, 32, 33, 35, 36, 37, 38
echometer 31, 32, 33, 34, 37, 38, 39 Poozzolan 47, 48
ehemical 1 Power supply 79
energi listrik 79, 80, 82, 83, 85, 86 Production Sharing Contract 89, 90
enhanced oil recovery 10, 19, 21, 22, 30 pump slippage 41, 42, 45
eor 9, 10, 11, 15, 19, 21, 22, 30, 41, 42, 45, 67,
68, 72 R
exchanger 1, 2, 3, 7 radial deformation 41
Rumen fluid 79
G
gas lift 31, 32, 34, 35, 36, 37, 38 S
gas metana batubara 79, 80, 83, 84, 86, 89 sand control 55, 56, 57, 58, 59, 60, 63, 65
Gross Split Contract 89 sand problem 55, 56, 58
shearbond strength 47, 48
H simulation model 9
heat 1, 2, 3 SLS surfactants 22
hoop stress 41, 43 struktur Tanjung 67, 68, 71, 72, 74, 75, 77, 78
sugarcane bagasse ash 48
I surfactant-polymer injection 9
injeksi surfaktan-polimer 9, 10, 11, 13, 18, 19 surfaktan NaLS 21, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29
T
the national ability of unconventional
hydrocarbon 89
troubleshooting 31, 34, 35, 38
U
Unconventional Oil and Gas Contract 89
W
Waterflood 67, 68, 72, 73, 74
JURNAL TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI
PEDOMAN PENULISAN
Naskah makalah ilmiah (selanjutnya disebut ”Naskah”) untuk publikasi di Jurnal Teknologi Minyak
dan Gas Bumi (JTMGB) dapat berupa artikel hasil penelitian atau artikel ulas balik/tinjauan (review) tentang
minyak dan gas bumi, baik sains maupun terapan. Naskah belum pernah dipublikasikan atau tidak sedang
diajukan pada majalah/jurnal lain.
Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris sesuai kaidah masing-masing bahasa yang
digunakan. Naskah harus selalu dilengkapi dengan Abstrak dalam Bahasa Indonesia dan Abstract dalam Bahasa
Inggris. Naskah yang isi dan formatnya tidak sesuai dengan pedoman penulisan JTMGB akan dikembalikan ke
penulis oleh redaksi untuk diperbaiki.
FORMAT
Umum. Seluruh bagian dari naskah termasuk judul abstrak, judul tabel dan gambar, catatan kaki, dan daftar
acuan diketik satu setengah spasi pada electronic-file dan print-out dalam kertas HVS ukuran A4. Pengetikan
dilakukan dengan menggunakan huruf (font) Times New Roman berukuran 12 point.
Setiap halaman diberi nomor secara berurutan termasuk halaman gambar dan tabel. Hasil penelitian atau ulas
balik/tinjauan ditulis minimum 5 halaman dan maksimum sebanyak 15 halaman, di luar gambar dan tabel.
Selanjutnya susunan naskah dibuat sebagai berikut:
Judul. Pada halaman judul tuliskan judul, nama setiap penulis, nama dan alamat institusi masing-masing
penulis, dan catatan kaki, yang berisikan terhadap siapa korespondensi harus ditujukan termasuk nomor
telepon dan faks serta alamat e-mail jika ada.
Abstrak. Abstrak/abstract ditulis dalam dua bahasa yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Abstrak
berisi ringkasan pokok bahasan lengkap dari keseluruhan naskah tanpa harus memberikan keterangan terlalu
terperinci dari setiap bab. Abstrak tulisan bahasa Indonesia paling banyak terdiri dari 250 kata, sedangkan
tulisan dengan bahasa Inggris maksimal 200 kata. Kata kunci/keywords ditulis di bawah abstrak/abstract dan
terdiri atas tiga hingga lima kata.
Pendahuluan. Bab ini harus memberikan latar belakang yang mencukupi sehingga pembaca dapat memahami
dan dapat mengevaluasi hasil yang dicapai dari penelitian yang dilaksanakan tanpa harus membaca sendiri
publikasi-publikasi sebelumnya, yang berhubungan dengan topik yang bersangkutan.
Permasalahan. Bab ini menjelaskan permasalahan yang akan dilakukan penelitian ataupun kajian.
Metodologi. Berisi materi yang membahas metodologi yang dipergunakan dalam menyesaikan permasalahan
melalui penelitan atau kajian.
Hasil dan Analisis. Hanya berisi hasil-hasil penelitian baik yang disajikan dengan tulisan, tabel, maupun
gambar. Hindarkan penggunaan grafik secara berlebihan bila dapat disajikan dengan tulisan secara singkat.
Batasi penggunaan foto, sajikan yang benar-benar mewakili hasil penemuan. Beri nomor gambar dan tabel
secara berurutan. Semua gambar dan tabel yang disajikan harus diacu dalam tulisan.
Pembahasan atau Diskusi. Berisi interpretasi dari hasil penelitian yang diperoleh dan pembahasan yang
dikaitkan dengan hasil-hasil yang pernah dilaporkan.
Kesimpulan dan Saran. Berisi kesimpulan dan saran dari isi yang dikandung dalam tulisan. Kesimpulan atau
saran tidak boleh diberi penomoran.
Ucapan Terima Kasih. Bila diperlukan dapat digunakan untuk menyebutkan sumber dana penelitian dan
untuk memberikan penghargaan kepada beberapa institusi atau orang yang membantu dalam pelaksanaan
penelitian dan atau penulisan laporan.
JURNAL TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI
PEDOMAN PENULISAN DAFTAR PUSTAKA
Acuan.
Acuan ditulis dan disusun menurut abjad. Beberapa contoh penulisan sumber acuan:
Jurnal
Hurst, W., 1934. Unsteady Flow of Fluids in Oil Reservoirs. Physics (Jan. 1934) 5, 20.
Buku
Abramowitz, M and Stegun, I.A., 1972. Handbook of Mathematical Functions. Dover Publications,
Inc., New York.
Bab dalam Buku
Costa, J.E., 1984. Physical geomorphology of debris flow. Di dalam: Costa, J.E. & Fleischer, P.J.
(eds), Developments and Applications of Geomorphology, Springer-Verlag, Berlin, h.268-317.
Abstrak
Barberi, F., Bigioggero, B., Boriani, A., Cavallini, A., Cioni, R., Eva, C., Gelmini, R., Giorgetti, F.,
Iaccarino, S., Innocenti, F., Marinelli, G., Scotti, A., Slejko, D., Sudradjat, A., dan Villa, A., 1983.
Magmatic evolution and structural meaning of the island of Sumbawa, Indonesia-Tambora volcano,
island of Sumbawa, Indonesia. Abstract 18th IUGG I, Symposium 01, h.48-49.
Peta
Simandjuntak, T.O., Surono, Gafoer, S., dan Amin, T.C., 1991. Geologi Lembar Muarabungo, Sumatera.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.
Prosiding
Marhaendrajana, T. and Blasingame, T.A., 1997. Rigorous and Semi-Rigorous Approaches for the Evaluation
of Average Reservoir Pressure from Pressure Transient Tests. paper SPE 38725 presented at the SPE
Annual Technical Conference and Exhibition, San Antonio, Oct. 5–8.
Skripsi/Tesis/Disertasi
Marhaendrajana, T., 2000. Modeling and Analysis of Flow Behavior in Single and Multiwell Bound ed
Reservoir. PhD dissertation, Texas A&M University, College Station, TX.
Informasi dari Internet
Cantrell, C., 2006. Sri Lankan’s tsunami drive blossom: Local man’s effort keeps on giving. Http://
www.boston.com/news/local/articles/2006/01/26/sri_lankans_tsunami_drive_blossoms/[26 Jan 2006]
Software
ECLIPSE 100 (software), GeoQuest Reservoir Technologies, Abbingdon, UK, 1997.
PENGIRIMAN
Penulis diminta mengirimkan satu eksemplar naskah asli beserta dokumennya (file) di dalam compact disk
(CD) yang harus disiapkan dengan program Microsoft Word. Pada CD dituliskan nama penulis dan nama
dokumen. Naskah akan dikembalikan untuk diperbaiki jika persyaratan ini tidak dipenuhi. Naskah agar
dikirimkan kepada:
Redaksi Jurnal Teknologi Minyak dan Gas Bumi
d.a. Patra Office Tower Lt. 1 Ruang 1C
Jln. Jend. Gatot Subroto Kav. 32-34
Jakarta 12950 – Indonesia
Pengiriman naskah harus disertai dengan surat resmi dari penulis penanggung jawab/korespondensi
(corresponding author) yang harus berisikan dengan jelas nama penulis korespondensi, alamat lengkap untuk
surat-menyurat, nomor telepon dan faks, serta alamat e-mail dan telepon genggam jika memiliki. Penulis
korespondensi bertanggung jawab atas isi naskah dan legalitas pengiriman naskah yang bersangkutan. Naskah
juga sudah harus diketahui dan disetujui oleh salah satu penulis dan atau seluruh anggota penulis dengan
pernyataan secara tertulis.
ISSN 021664101-2
ISSN 0216-6410
9 7 7 0 2 1 6 6 4 1 0 1 4