Anda di halaman 1dari 70

Web Publishing ISSN 2088-7590

Jurnal Teknologi Minyak dan Gas Bumi


JTMGB

Volume 14 Nomor 2 Agustus 2017

http://www.checkvalves.co.uk/en/industries

Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia


Society of Indonesian Petroleum Engineers

Jakarta
JTMGB Vol. 14 No. 2 Hal. 47-96 ISSN 2088-7590
Agustus 2017
Keterangan gambar cover :
Fasilitas Produksi Migas di Lepas Pantai (Offshore).
Jurnal Teknologi Minyak dan Gas Bumi JTMGB

ISSN 0216-6410 Volume 14 Nomor 2 Agustus 2017

Jurnal Teknologi Minyak dan Gas Bumi adalah majalah ilmiah diterbitkan setiap kwartal
yang menyajikan hasil penelitian dan kajian sebagai kontribusi para professional ahli teknik
perminyakan indonesia yang tergabung dalam Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia
(IATMI) dalam menyediakan media komunikasi kepada anggota IATMI pada khususnya dan
mensosialisasikan dunia industri minyak dan gas bumi kepada masyarakat luas pada umumnya.

KEPUTUSAN KETUA UMUM IATMI PUSAT


NO: 015/SK/IATMI/II/2017

Penanggung Jawab : Prof. Dr. Ir. Tutuka Ariadji (ITB)

Pemimpin Redaksi : Dr. Pri Agung Rakhmanto Ph.D

Redaktur Pelaksana : Dr. Andy Setyo Wibowo (LEMIGAS)

Peer Review : Prof. Dr. Ir. Septoratno Siregar (ITB) (Enhanced Oil Recovery)
Prof. Dr. Ir. Doddy Abdassah, Ph.D (ITB) (Reservoir Engineering)
Prof. Dr. Ir. Sudjati Rachmat, DEA (ITB) (Well Stimulation and Hydraulic
Fracturing)
Dr. Ir. RS Trijana Kartoatmodjo (Univ. Trisakti) (Production Engineering)
Dr. Ir. Arsegianto (ITB) (Ekonomi & Regulasi Migas)
Dr. Ir. Bambang Widarsono (LEMIGAS) (Penilaian Formasi)
Dr. Ir. Sudarmoyo, SE., MT (UPN) (Penilaian Formasi)
Dr. Ir. Ratnayu Sitaresmi (Univ. Trisakti) (Penilaian Formasi - CBM)
Dr. Ir. Usman Pasarai (Petroleum Engineering)
Zuher Syihab, ST., Ph.D (Reservoir)
Dr. Ing. Ir. Bonar Tua Halomoan Marbun (ITB) (Drilling)

Senior Editor : Ir. Letty Brioletty, MT. (Univ. Trisakti)


Silvya Dewi Rahmawati, S.Si., M.Si., Ph.D. (ITB)
Ardhi Hakim Lumban Gaol, ST., MT., M.Si. (ITB)
Cahaya Rosyidan, S.Si., MSc (Univ. Trisakti)
Widia Yanti, S.Si., MT. (Univ. Trisakti)
Ratna Widyaningsih ST., M.Eng. (UPN)
Indah Widiyaningsih ST., MT. (UPN)

Sekretaris : Ir. Bambang Pudjianto (IATMI)

Layout Design : Alief S. Syaifulloh, S.Kom. (Sekretariat IATMI)

Sirkulasi : Imam Santoso, SE. (Sekretariat IATMI)

Alamat Redaksi: Patra Office Tower Lt.1 Ruang 1-C


Jl. Jendral Gatot Subroto Kav. 32-34
Jakarta 12950 – Indonesia. Tel/Fax: +62-21-5203057
website: https://iatmi.or.id email: pusat@iatmi.or.id

Jurnal Teknologi Minyak dan Gas Bumi (ISSN 0216-6410)


diterbitkan oleh Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia, Jakarta
Didukung oleh Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan ITB
Jurnal Teknologi Minyak dan Gas Bumi JTMGB

ISSN 0216-6410 Volume 14 Nomor 2 Agustus 2017

DAFTAR ISI

Studi Laboratorium Pemanfaatan Abu Ampas Tebu Untuk Peningkatan Strength Semen
Pemboran
Ira Herawati, Novia Rita dan Hermansyah ............................................................................ 47 - 54

Penentuan Sand Control pada Sumur Gas Berdasarkan Kajian Keteknikan dan Keekonomian
Studi Kasus : Sand Problem pada Zona Loss
Aries Prasetyo, Sudono dan Putu Dede Udayana .................................................................. 55 - 66

Time Lapse 4D-Microgravity untuk Optimasi Waterflood terhadap Produksi Lapangan


Tanjung, Kalimantan Selatan
Fahmi Bajry, Bambang Prasetiyo, R. Agung Indra Wardhana dan Wawan Gunawan A.
Kadir ....................................................................................................................................... 67 - 78

Memanfaatkan Batubara Kalori Rendah dengan Cairan Rumen Menjadi Sumber Gas
Metana untuk Energi Listrik Masa Depan
Kosasih, Dewi Susan Brataningtyas, Dahrul Effendi, Byan Muslim Pratama, Bambang Agus
Widjajanto, dan Irawan Sugoro ............................................................................................ 79 - 88

Evaluasi Kontrak Pengembangan Migas Non Konvensional di Indonesia


Sudono dan Aries Prasetyo ................................................................................................... 89 - 96
KATA PENGANTAR

JTMGB Edisi Agustus 2017

Para Pembaca JTMGB yang budiman,

Dirgahayu Republik Indonesia ke-72. Merdeka!

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas karunia-Nya kami kembali
bisa menjumpai para pembaca dengan aneka materi bacaan ilmiah yang tersaji dalam Majalah Ilmiah
JTMGB Volume 14 Nomor 2 Edisi Agustus 2017.

Dalam rangka Ulang Tahun RI ke-72, untuk para pembaca setia JTMGB kali ini mengambil tema
“Peningkatan Produksi Migas Melalui Inovasi Pengembangan Teknologi Pemboran dan Produksi”
dengan menyajikan 5 (lima) karya tulis ilmiah.

Di bidang yang terkait dengan pemboran, menyajikan tentang strategi solusi alternatif pemanfaatan
abu ampas tebu material additive yang lebih ekonomis dan ramah lingkungan untuk meningkatkan
strength (kekuatan) baik compressive strength maupun shear bond strength dan kualitas semen.

Di bidang produksi, menyajikan tulisan tentang penerapan critical drawdown pressure sebagai acuan
pengambilan keputusan penentuan skenario flow rate control dan penerapan sand control penanganan
kepasiran.

Penerapan enhanced oil recovery, pembaca dapat menemukan artikel yang menyajikan tulisan tentang
teknologi monitoring secara tidak langsung seperti metode Time Lapse 4D-Microgravity merupakan
salah satu alternatif untuk mendapatkan gambaran pergerakan fluida dalam reservoir.

Dua tulisan di bidang unconventional, tidak kalah pentingnya, pertama membahas metode konversi
batubara menjadi gas metana menggunakan cairan rumen yang berasal dari limbah lambung sapi
belum pernah dilakukan pada penelitian sebelumnya. Gas metana yang dihasilkan dapat menjadi
sumber energi gas atau diubah lebih lanjut menjadi energi listrik, sedangkan tulisan yang lain
mengevaluasi model kontrak Migas Non Konvensional (MNK) di Indonesia berdasarkan opsi kontrak
Model Kontrak Bagi Hasil (PSC) dan Model Kontrak Gross Split.

Kami berharap edisi JTMGB Agustus 2017 ini dapat melengkapi referensi para pembaca. Selamat
membaca dan mudah-mudahan memberikan manfaat untuk kita semua.***

(Tutuka Ariadji)
Jurnal Teknologi Minyak dan Gas Bumi
ISSN 0216-6410 Date of issue: 2017-09-21
The descriptors given are free terms. This abstract sheet may be reproduced without permission or charge.

Ira Herawati (Universitas Islam Riau) merupakan salah satu limbah dalam industri pertanian dari
Novia Rita (Universitas Islam Riau) penyulingan industri gula. Pemanfaatan abu ampas tebu
Hermansyah (Universitas Islam Riau) bertujuan untuk meningkatkan strength (kekuatan) baik
Studi Laboratorium Pemanfaatan Abu Ampas Tebu compressive strength maupun shear bond strength dan
Untuk Peningkatan Strength Semen Pemboran kualitas semen pemboran, sehingga penyemenan cukup
Laboratory Study of The Use of Sugarcane dilakukan satu kali tahapan saja (Primary Cementing).
Bagasseash to Increase The Strength of Drilling Abu ampas tebu memiliki kandungan yang
Cement sama dengan bahan utama pembentuk semen portland
JTMGB. Agustus 2017, Vol. 14 No. 2, p 47-54 yaitu Silica (SiO2) dan Ferrit (Fe2O3) sehingga dapat
dijadikan sebagai pozzolan. Untuk mengetahui kinerja/
Proses penyemenan pada operasi pemboran kemampuan dari abu ampas tebu sebagai additive dalam
merupakan salah satu sistem pekerjaan yang kekuatan semen maka perlu dilakukan penelitian dan
membutuhkan biaya besar, baik dari biaya pelaksanaan pengujian laboratorium. Penelitian yang dilakukan adalah
teknis yang dilakukan dalam proses penyemenan maupun meneliti komposisi yang tepat dari abu ampas tebu pada
bahan-bahan pembuatan bubur semen di lapangan minyak cement slurry, sifat fisik suspensi semen (Density, Free
dan gas (migas). kenaikan harga semen di pasaran saat ini Water, Rheology, Thickening Time) dan kualitas semen
dan mahalnya biaya material tambahan (additive) untuk pemboran (Compressive Strength, Share Bond Strength)
pembuatan bubur semen juga mempengaruhi kenaikan dengan pengkondisian temperatur penelitian adalah
biaya penyemenan sumur migas, sehingga perlu adanya 120oF dan tekanan 14,7 psi. Pengujian yang dilakukan
strategi yang dilakukan untuk meminimalisir biaya dalam penelitian ini dengan menambahkan jumlah abu
dalam pembuatan bubur semen. Perlu dilakukan strategi ampas tebu dengan persentase campuran abu ampas tebu
untuk solusi alternatif pembuatan bubur semen yang 2,5%, 5%, 7,5%, 10%, 12,5% dan 15% didalam semen
menggunakan material-material additive yang lebih pemboran kelas G.
ekonomis dan ramah lingkungan. Hasil dari penelitian terhadap beberapa
Salah satu strategi yang dilakukan dengan persentase penambahan abu ampas tebu menunjukkan
menambahkan bahan kimiawi yang berupa material- bahwa adanya peningkatan nilai compressive strength
material limbah organik yang memiliki unsur silica yang optimal yang berkisar 899,04 Psi dan shear bond strength
bersigat pozzolan. Material ini diyakini meningkatkan optimal berkisar 163,51 Psi pada persentase campuran
strength pada semen pemboran. Pemanfaatan material- abu ampas tebu 10%.
material limbah industri dan pertanian sebagai bahan
additive dalam suspensi semen pemboran dapat Kata Kunci: abu ampas tebu, poozzolan, compressive
menghemat biaya pemboran suatu sumur. Ampas tebu strength, shearbond strength.
Aries Prasetyo (Institut Teknologi Sains Bandung) Fahmi Bajry (Pertamina EP)
Sudono (Institut Teknologi Sains Bandung) Bambang Prasetiyo (Pertamina EP)
Putu Dede Udayana (Institut Teknologi Sains Bandung) R. Agung Indra Wardhana (Pertamina EP)
Penentuan Sand Control pada Sumur Gas Wawan Gunawan A. Kadir (LAPI-ITB)
Berdasarkan Kajian Keteknikan dan Keekonomian Time Lapse 4D-Microgravity untuk Optimasi
Studi Kasus : Sand Problem pada Zona Loss Waterflood terhadap Produksi Lapangan Tanjung,
The Determination of Sand Control in Gas Well Kalimantan Selatan
Based on Study of Technicality and Economies Waterflood Performance Monitoring : 4D–
JTMGB. Agustus 2017, Vol. 14 No. 2, p 55-66 Microgravity and Vertical Electrical Sounding
(VES). Approach in Tanjung Complex Structure
Sand problem merupakan fenomena yang Tanjung Field, South Kalimantan
menjadi masalah serius dalam produksi sumur. JTMGB. Agustus 2017, Vol. 14 No. 2, p 67-78
Ketidakpastian munculnya masalah, keterbatasan
data dan terkadang masalah yang muncul dari metode Lapangan Tanjung secara geografis terletak
penangan kepasiran sendiri biasanya menjadi penghambat di Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan. Struktur
dalam menentukan tindakan penanganan. Studi ini akan Tanjung merupakan penghasil produksi minyak terbesar
menyajikan langkah terintegrasi yang dapat digunakan di Lapangan Tanjung dengan Formasi Lower Tanjung dan
dalam penentuan metode penanganan masalah kepasiran. Basement Fracture sebagai reservoir yang terbagi menjadi
Dalam studi ini, masalah kepasiran pada Sumur-X 7 zona penghasil hidrokarbon yaitu Zona F, E, D, C, B, A
muncul karena peningkatan laju produksi. Beberapa hal dan P (basement). Untuk meningkatkan produksi minyak
juga menjadi tantangan diantaranya lapisan terproduksi di Struktur Tanjung sejak tahun 1995 dilakukan salah satu
merupakan loss zone dan tekanan statik reservoir yang metode EOR (Enhanced Oil Recovery) yaitu waterflood.
rendah. Dalam penentuan metode sand control, data Dua aspek penting dalam EOR demi tercapainya
yang tersedia sangat terbatas antara lain particle size efisiensi proses penyapuan fluida injeksi adalah monitoring
distribution, data compressional wave transit time, dan dan simulasi perilaku pergerakan fluida reservoir sebagai
data produksi sumur sesaat setelah kepasiran muncul. respons dari aktivitas proses injeksi dan produksi.
Data yang sifatnya terbatas tersebut diintegrasikan Teknologi monitoring secara tidak langsung seperti
sehingga menghasilkan suatu skenario untuk menangani metode Time Lapse 4D-Microgravity merupakan salah satu
masalah kepasiran pada Sumur-X. Dengan batasan berupa alternatif untuk mendapatkan gambaran pergerakan fluida
target produksi minimum dari sumur, critical drawdown dalam reservoir. Perubahan nilai gravity dalam reservoir
pressure digunakan sebagai acuan dalam pengambilan dianalisis selama enam bulan (November 2014 dan April
keputusan penentuan skenario penanganan kepasiran. 2015) dalam rangka untuk mendapatkan gambaran yang
Dua skenario berupa flow rate control dan penerapan lebih jelas antara hubungan produksi-injeksi. Vertical
sand control direncanakan sebagai solusi dalam Electrical Sounding (VES) dan data curah hujan juga
penanggulangan masalah kepasiran. Data compressional digunakan untuk menghilangkan pengaruh muka air tanah
wave transit time diolah sehingga menghasilkan beberapa terhadap nilai gravity.
parameter berupa karakteristik mekanial batuan yang Berdasarkan hasil Time Lapse 4D-Microgravity
akan digunakan dalam menentukan critical drawdown dan perubahan densitas fluida serta dipengaruhi oleh sesar
pressure. Dilanjutkan dengan melakukan analisis NW-SE, Struktur Tanjung dapat dibagi menjadi 4 blok
sensitivitas terhadap bottom hole flowing pressure, maka tingkat efisiensi waterflood. Blok I dan Blok III memiliki
dapat diketahui rentang laju alir dimana masalah kepasiran nilai anomali microgravity negatif yang menunjukkan
mulai muncul. Perbandingan produksi Sumur-X sebelum bahwa masih kurangnya injeksi air di blok tersebut.
dan setelah mendapatkan penanganan masalah kepasiran Blok II memiliki nilai anomali microgravity nol yang
menunjukkan perbedaan yang tidak terlalu signifikan. menunjukkan indeks keseimbangan laju injeksi produksi
Kajian keekonomian menunjukkan bahwa skenario dan efisiensi penyapuan hidrokarbon berjalan sangat
penerapan sand control bersifat ekonomis sehingga baik. Sedangkan Blok IV menunjukkan kondisi reservoir
skenario ini dipilih menjadi tindakan dalam penanganan undersaturated dengan anomali positif. Perubahan tekanan
masalah kepasiran pada Sumur-X. Efisiensi biaya dan dapat diketahui juga dengan Time Lapse 4D-Microgravity.
waktu juga menjadi keuntungan dari metode ini. Dari perubahan tekanan menunjukkan bahwa proses
waterflood sudah baik dieksekusi pada zona C dan D
Kata Kunci: citical drawdown pressure, sand problem, terlihat dari kesesuaian perubahan tekanan di zona tersebut
sand control. dengan hasil perubahan tekanan konversi dari nilai
microgravity. Deconvolution Simulation of Mass Volume
Density (DSMVD) direncanakan untuk penelitian lebih
lanjut untuk identifikasi pergerakan fluida di setiap lapisan
reservoir berdasarkan perubahan densitas fluida.

Kata Kunci: 4D-Microgravity, EOR, waterflood, struktur


Tanjung.
Kosasih (PPPTMGB “LEMIGAS”) Sudono (Institut Teknologi dan Sains Bandung)
Dewi Susan Brataningtyas (PPPTMGB “LEMIGAS”) Aries Prasetyo (Institut Teknologi dan Sains Bandung)
Dahrul Effendi (PPPTMGB “LEMIGAS”) Evaluasi Kontrak Pengembangan Migas Non
Byan Muslim Pratama (PPPTMGB “LEMIGAS”) Konvensional di Indonesia
Bambang Agus Widjajanto (PPPTMGB “LEMIGAS”) Evaluation of Contract for Unconventional Oil and
Irawan Sugoro (PPPTMGB “LEMIGAS”) Gas Development in Indonesia
Memanfaatkan Batubara Kalori Rendah dengan JTMGB. Agustus 2017, Vol. 14 No. 2, p 89-96
Cairan Rumen Menjadi Sumber Gas Metana untuk
Energi Listrik Masa Depan Studi ini mengevaluasi model kontrak Migas
Utilizing Low Calorie Coal with Rumen Fluid To Be a Non Konvensional di Indonesia berdasarkan Model
Source of Methane Gas for Future Electrical Energy Kontrak Bagi Hasil dan Model Kontrak Gross Split.
JTMGB. Agustus 2017, Vol. 14 No. 2, p 79-88 Evaluasi keekonomian pada Migas Non Konvensional
menunjukkan bahwa model kontrak PSC (Production
Menurunnya harga batubara, minyak, dan gas Sharing Contract) lebih menarik bagi kontraktor untuk
dunia menyebabkan industri migas dan batubara saat ini diterapkan pada wilayah kerja Migas Non Konvensional
mengalami kelesuan, termasuk di Indonesia. Dilain sisi, yang mempunyai tingkat produksi pesimis sampai dengan
kebutuhan akan energi terus meningkat disertai dengan moderat, sedangkan model kontrak Gross Split akan
cadangan energi yang terus menurun. Oleh sebab itu, lebih menarik diterapkan pada wilayah kerja Migas Non
untuk mensiasati kelesuan industri energi dan memenuhi Konvensional yang mempunyai tingkat produksi tinggi.
kebutuhan energi, perlu diupayakan sumber energi Seyogyanya Indonesia memberikan insentif pada model
alternatif baru. Salah satunya dengan meningkatkan kontrak Gross Split dengan mengalokasikan sebagian
manfaat dari batubara kalori rendah seperti Lignit. Lignit government share demi peningkatan kemampuan
dapat dikonversi menjadi sumber gas metana dengan produksi nasional Migas Non Konvensional..
menambahkan cairan Rumen yang berasal dari limbah
lambung sapi. Didalam cairan rumen terdapat populasi Kata Kunci: Kontrak Migas Non Konvensional, Kontrak
mikroba yang dapat mendegradasi batubara menjadi gas Gross Split, Kontrak Bagi Hasil, MNK.
metana. Metode konversi batubara menjadi gas metana
menggunakan cairan rumen belum pernah dilakukan pada
penelitian sebelumnya. Gas metana yang dihasilkan dapat
menjadi sumber energi gas atau diubah lebih lanjut menjadi
energi listrik. Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan, pada batubara Lignit dengan kondisi permukaan
(suhu ruang dan tekanan 1 atm) menghasilkan gas metana
57,35 cf/ton selama 60 hari atau setara dengan 17,31 Kwh
listrik dan produksi gas metana akan terus meningkat
sejalan dengan waktu inkubasi sampai batubara habis
terdegradasi. Mikroba cairan rumen mampu mendegradasi
batubara 14 – 46 kg/bulan. Energi listrik yang dihasilkan
dari batubara yang telah dikonversi menjadi gas metana
oleh cairan rumen memiliki keunggulan yaitu berbahan
baku batubara mutu rendah, ukuran batubara dapat
beragam, alat yang digunakan sederhana, ekonomis, dan
resiko rendah sehingga layak apabila dikembangkan lebih
lanjut. Kemampuan mikroba pada cairan rumen dalam
mendegradasi batubara menjadi gas metana, diprediksi
dapat diterapkan juga di sumur Coal Bed Methane (CBM).

Kata Kunci: Lignit, cairan rumen, gas metana batubara,


energi listrik.
Studi Laboratorium Pemanfaatan Abu Ampas Tebu Untuk Peningkatan
Strength Semen Pemboran

Laboratory Study of The Use of Sugarcane Bagasseash to Increase


The Strength of Drilling Cement

Ira Herawati1, Novia Rita2 dan Hermansyah3


1iraherawati@eng.uir.ac.id
2noviarita@eng.uir.ac.id
(1)(2)(3)Program Studi Teknik Perminyakan Universitas Islam Riau,

Jl. Kaharuddin Nasution 113 Pekanbaru Riau 28284

Abstrak

Proses penyemenan pada operasi pemboran merupakan salah satu sistem pekerjaan yang membutuhkan
biaya besar, baik dari biaya pelaksanaan teknis yang dilakukan dalam proses penyemenan maupun bahan-
bahan pembuatan bubur semen di lapangan minyak dan gas (migas). kenaikan harga semen di pasaran saat ini
dan mahalnya biaya material tambahan (additive) untuk pembuatan bubur semen juga mempengaruhi kenaikan
biaya penyemenan sumur migas, sehingga perlu adanya strategi yang dilakukan untuk meminimalisir biaya
dalam pembuatan bubur semen. Perlu dilakukan strategi untuk solusi alternatif pembuatan bubur semen yang
menggunakan material-material additive yang lebih ekonomis dan ramah lingkungan.
Salah satu strategi yang dilakukan dengan menambahkan bahan kimiawi yang berupa material-material
limbah organik yang memiliki unsur silica yang bersigat pozzolan. Material ini diyakini meningkatkan strength
pada semen pemboran. Pemanfaatan material-material limbah industri dan pertanian sebagai bahan additive
dalam suspensi semen pemboran dapat menghemat biaya pemboran suatu sumur. Ampas tebu merupakan salah
satu limbah dalam industri pertanian dari penyulingan industri gula. Pemanfaatan abu ampas tebu bertujuan
untuk meningkatkan strength (kekuatan) baik compressive strength maupun shear bond strength dan kualitas
semen pemboran, sehingga penyemenan cukup dilakukan satu kali tahapan saja (Primary Cementing).
Abu ampas tebu memiliki kandungan yang sama dengan bahan utama pembentuk semen portland
yaitu Silica (SiO2) dan Ferrit (Fe2O3) sehingga dapat dijadikan sebagai pozzolan. Untuk mengetahui kinerja/
kemampuan dari abu ampas tebu sebagai additive dalam kekuatan semen maka perlu dilakukan penelitian dan
pengujian laboratorium. Penelitian yang dilakukan adalah meneliti komposisi yang tepat dari abu ampas tebu
pada cement slurry, sifat fisik suspensi semen (Density, Free Water, Rheology, Thickening Time) dan kualitas
semen pemboran (Compressive Strength, Share Bond Strength) dengan pengkondisian temperatur penelitian
adalah 120oF dan tekanan 14,7 psi. Pengujian yang dilakukan dalam penelitian ini dengan menambahkan
jumlah abu ampas tebu dengan persentase campuran abu ampas tebu 2,5%, 5%, 7,5%, 10%, 12,5% dan 15%
didalam semen pemboran kelas G.
Hasil dari penelitian terhadap beberapa persentase penambahan abu ampas tebu menunjukkan bahwa
adanya peningkatan nilai compressive strength optimal yang berkisar 899,04 Psi dan shear bond strength
optimal berkisar 163,51 Psi pada persentase campuran abu ampas tebu 10%.
Kata Kunci: abu ampas tebu, poozzolan, compressive strength, shearbond strength.

Abstract

The cementing process on the drilling operation is one of the working system that requires high cost,
both from the cost of the technical implementation which is conducted in the cementing process and also the
materials as the composition of cement slurry in oil and gas field. The increment in price of cement in the
market nowadays and the high cost of additive materials to make the cement slurry also affects the rising cost
of cementing in oil and gas wells. It is necessary to have strategies to minimize the costs in making the cement
slurry. Need to do a strategy for an alternative solution of making cement slurry that uses more economical
additive materials and environment friendly.
One the the strategies is adding chemicals which is the form of organic waste materials known as
element of silica that have quality of pozzolan.This material is believed to increase the strength of the drilling
cement.Utilization of industrial and agricultural waste materials as additive on drilling cement suspension

47
JTMGB, Vol. 14 No. 2 Agustus 2017: 47-54
48

can save drilling cost. Sugarcane bagasse ash is one of the waste in the agricultural industry from the refining
of sugar industry.Utilization of sugarcane bagasse ash is aimed to improve the strength, both compressive
strength and shear bond strength and also the quality of drilling cement, so cementing isdone by one stage only
(primary cementing).
Sugarcane bagasse ash contains the same main material in making portland cement which are silica
(SiO2) and ferrite (Fe2O3) so it can be used as a pozzolan. To assess the performance of sugarcane bagasse
ash as an additive for cement strength, it is necessary to conduct research and laboratory testing. The research
conducted is examining the appropriate composition of the sugarcane bagasse ash in the cement slurry, the
physical properties of the cement suspension (density, free water, rheology, thickening time) and the quality of
drilling cement (compressive strength, share bond strength) by conditioning the temperature of the study of 120
°F and pressure of 14.7 psi. The experiment conducted in this study is by adding the amount of sugarcane bagasse
ash with the mixtures percentage of 2.5%, 5%, 7.5%, 10%, 12.5% and 15% on drilling cement class G.
The result shows that there is an increase in optimum compressive strength value in the range of
899.04 Psi and optimum shear bond strength ranges from 163.51 Psi on sugarcane bagasse ash mixtures
percentage of 10%.
Keyword: sugarcane bagasse ash, poozzolan,compressive strength, shearbond strength.

I. PENDAHULUAN Menurut Haryono dan Sudjatmiko (2011)


dalam Puri (2012) silika oksida (SiO2) yang
Kenaikan harga semen di pasaran juga terdapat pada abu ampas tebu berbentuk amorf,
mempengaruhi biaya kenaikan penyemenan yaitu suatu padatan dengan susunan partikel yang
sumur minyak dan gas, sehingga perlu adanya tidak teratur atau tidak berbentuk. Namun, ada
strategi yang dilakukan dalam penggunaan juga yang memiliki keteraturan sebagian, tetapi
semen. Untuk meningkatkan kekuatan semen terbatas dan tidak muncul di sebagian padatan,
pemboran dilakukan dengan cara pemberian sehingga dari perbandingan-perbandingan
bahan tambahan mineral yang bersifat pozzolanik tersebut dapat disimpulkan bahwa abu ampas
(additive). Secara parsial, semen akan bersama- tebu memenuhi persyaratan sebagai stabilisator
sama ditambahkan dengan bahan kimiawi yang yang bersifat pozzolan.
dijadikan suatu campuran (admixture). Untuk mengetahui kinerja dari abu
Menurut ASTM C618-93, material ampas tebu sebagai additive tambahan dalam
dengan komposisi kimia (SiO2), oksida besi kekuatan semen maka perlu dilakukan penelitian
(Fe2O3) dan oksida aluminium (Al2O3) yang dan pengujian laboratorium. Penelitian tersebut
lebih besar dari 70%, dapat digunakan sebagai akan meneliti komposisi yang tepat dari abu
bahan pengganti semen. ampas tebu pada cement slurry, sifat fisik
Pemanfaatan abu tebu ini oleh para suspensi semen (Density, Free Water, Rheology,
peneliti sangat diharapkan oleh pihak pabrik, Thickening Time) dan kualitas semen pemboran
apalagi dapat dipergunakan untuk kepentingan (Compressive Strength, Share Bond Strength)
masyarakat banyak. Abu Ampas Tebu (AAT) dengan pengkondisian temperatur penelitian
pada setiap pabrik gula cukup banyak, mencapai adalah 120°F dan tekanan 14,7 psi.
sekitar 9000 ton yang dibuang tiap tahun sebagai
tanah uruk. (Totok Noerwasito, 2004). II. PERMASALAHAN
Abu ampas tebu merupakan hasil perubahan
secara kimiawi dari pembakaran tebu murni. Kajian yang dilakukan difokuskan pada
Ampas tebu digunakan sebagai bahan bakar untuk pemanfaatan abu ampas tebu untuk peningkatan
memanaskan boiler dengan suhu mencapai 550° - strength semen pemboran, baik compressive
600°C dan lama pembakaran setiap 4-8 jam. Setiap strength maupun shear bond strength. Pengujian
proses pembakaran ampas tebu selesai dilakukan yang dilakukan dalam penelitian ini dengan
maka abu dari ampas tebu tersebut dikeluarkan menambahkan jumlah abu ampas tebu dengan
dari tempat pembakaran, hal ini dilakukan agar persentase campuran abu ampas tebu 2,5%, 5%,
tidak menggangu proses pembakaran ampas tebu 7,5%, 10%, 12,5% dan 15% di dalam semen
selanjutnya. (Mukmin Batubara, 2009). pemboran kelas G. Dalam penelitian ini juga
Studi Laboratorium Pemanfaatan Abu Ampas Tebu Untuk Peningkatan Strength Semen Pemboran
(Ira Herawati, Novia Rita dan Hermansyah) 49

dikaji sifat fisik semen meliputi density, free c. Bentonite = 1,5% bwoc
water, rheology, dan thickenning time. Absolute volume = =

III. METODOLOGI = 0,045301 gal/lb

Persiapan peralatan dan bahan penelitian Berat = x 94 lb = 1,41 lb


merupakan proses awal yang dilakukan Volume = 1,41 lb x 0,045301 gal/lb
sebelum penelitian dimulai. Pengujian terhadap = 0,063875 gal
suspensi semen dasar yang menggunakan d. CaCl2 = 1% bwoc
additif, kemudian dilakukan pengujian terhadap Absolute volume = =
suspensi semen pada berbagai konsentrasi abu
ampas tebu (2,5%, 5%, 7,5%, 10%, 12,5% = 0,055836 gal/lb
dan 15%), dengan memperhatikan kualitas
kekerasan semen berdasarkan standar API. Berat = x 94 lb = 0,94 lb
Penelitian dilakukan pada temperatur 120°F dan Volume = 0,94 lb x 0,055836 gal/lb
tekanan 14,7 psi. Alat yang digunakan dalam = 0,052486 gal
pengujian terdapat pada Lampiran 1, sedangkan e. Abu Ampas Tebu = 2,5% bwoc
bahan yang digunakan dalam pengujian dapat Absolute volume = =
dilihat pada Tabel 1.
Pada penelitian ini, volume suspensi = 0,091871 gal/lb
semen yang dibuat pada setiap percobaannya
adalah 600 ml. Untuk membuat suspensi semen Berat = x 94 lb =2,35 lb
sebanyak 600 ml maka akan dicampurkan Volume = 2,35 lb x 0,091871 gal/lb
dengan komposisi bentonite 1,5% bwoc, kalsium = 0,215897 gal
khlorida 1 % bwoc, Prophylen glycol 0,1% bwoc f. PPG = 0,1% bwoc
dan beberapa variasi konsentrasi di setiap sampel Absolute volume = =
penambahan abu ampas tebu 2,5 %, 5 %, 7,5%,
10 %, 12,5% dan 15 %. = 0,115431 gal/lb
Dalam pembuatan suspensi semen,
terlebih dahulu dihitung berapa absolute volume, Berat = x 94 lb = 0,094 lb
berat dan volume masing-masing komposisi Volume = 0,094 lb
yang dibutuhkan. Berikut prosedur Perhitungan 0,0115431 gal/lb = 0,01085 gal
Pembuatan Suspensi Semen Dasar Dengan 2,5 %
bwoc Abu Ampas Tebu. 2. Perhitungan water ratio dan slurry volume
semen dengan 2,5 % bwoc Abu Ampas Tebu,
1. Perhitungan absolute volume, berat dan volume Tabel berikut merupakan bahan yang digunakan
a. Semen kelas G = 94 lb dalam pembuatan slurry semen.
Absolute volume = =
Tabel Bahan Pembuatan Slurry Semen.

= 0,03781 gal/lb

Berat = 94 lb
Volume = 94 lb x 0,03781 gal/lb
= 3,554178 gal
b. Water
Absolute volume = =

= 0,122498 gal/lb

Berat = 8,33 lb/gal x X gal


Volume = X gal
JTMGB, Vol. 14 No. 2 Agustus 2017: 47-54
50

dengan cara yang sama dapat dilakukan


Densitas =
perhitungan untuk masing-masing konsentrasi
semen 5%, 7,5%, 10%, 12,5% dan 15%.
13,328 ppg =
Pengujian compressive strength dan
shear bond strength dilakukan dengan prosedur
51,94303 + 13,328x = 98,794 + 8,33x
sebagai berikut :
46,85097 = 4,998x
1. Suspensi semen yang sudah di mixing
x = 9,373944 gal
dimasukkan ke dalam cetakan kubik dan
Jadi 8,33x = 8,33 x 9, 373944
cetakan silider.
= 78,08495 lb
2. Menutup cetakan sampel dengan aluminium
Sehingga nilai Water yang didapat sebesar
foil dan kemudian dengan plastik hingga
9,373944 gal dan 78,08495 lb.
rapat lalu merendamnya dalam water bath
temperature controller yang sebelumnya
3. Perhitungan pembuatan suspensi semen
sudah dipanaskan sesuai dengan suhu yang
dengan volume 600 ml, berikut tabel perhitungan
diinginkan.
fraksi pembuatan suspensi semen dengan 2,5%
3. Diamkan cetakan selama 24 jam, setelah
bwoc Abu ampas tebu.
24 jam sampel diangkat dari water bath
temperature controller kemudian buka
Tabel Perhitungan Fraksi. sampel dari cetakan kubik.
4. Ukur kekuatan tekanan sampel cetakan kubik
untuk compressive strength dan sampel
cetakan silinder untuk shear bond strength
dengan hydraulic pressure.
5. Catat hasil pengujian untuk compressive
strength dan shear bond strength.
Prosedur penentuan compressive strength
dan shear bond strength dilakukan untuk semua
sampel semen dengan komposisi abu ampas tebu
yang telah ditentukan tersebut.
Pengujian Densitas dilakukan dengan
memasukkan suspensi semen yang telah
Pembuatan Suspensi Semen 600 ml : disediakan ke dalam cup mud balance, kemudian
Densitas (konversi) = x 1 gr/ml cup ditutup dan semen yang melekat pada dinding
bagian luar dibersihkan. Setelah kedudukan mud
= 1,6 gr/ml balance seimbang, nilai densitas semen dapat
a. Semen kelas G = ditentukan.
Pengujian free water suspensi semen
= 509,4708 gram dilakukan menggunakan gelas ukur, kemudian
b. Water = 0,8381 x 509.4708 gram mengisi gelas ukur tersebut dengan suspensi
= 423,21 gram semen sebanyak 250 ml. Kemudian selama 2 jam
konversi = = didiamkan di dalam gelas ukur tersebut, sehingga
terjadi air bebas pada bagian atas gelas ukur.
= 423,21 ml Setelah 2 jam catat berapa volume air bebas yang
c. Bentonite = 0,015 x 509,4708 gram dihasilkan sebagai free water. Hal ini dilakukan
= 8,12 gram untuk semua sampel semen dengan masing-
d. CaCl2 = 0.01 x 509,4708 gram masing konsentrasi abu ampas tebu yang telah
= 5,09 gram disiapkan.
e. Abu ampas tebu = 2,35 x 509,4708 gram Pengujian sifat Rheology semen meliputi
= 13,55 gram plastic viscosity dan yield point yang meliputi
f. PPG = 0,0094 x 509,4708 gram suspensi semen dilakukan dengan alat fann
= 0,54 gram vg meter, dimana bejana fann vg meter diisi
Studi Laboratorium Pemanfaatan Abu Ampas Tebu Untuk Peningkatan Strength Semen Pemboran
(Ira Herawati, Novia Rita dan Hermansyah) 51

dengan suspensi semen yang telah disiapkan. grafiknya pada Lampiran 2 (Grafik 2b, 2c, 2d,
Menggerakkan rotor pada kecepatan high dengan 2e, 2f ). Densitas dari semen dasar lebih besar
menempatkan kecepatan rotor pada kedudukan dari densitas semen yang menggunakan abu
600 rpm. Pemutaran terus dilakukan sehingga ampas tebu, hal ini karena adanya penambahan
skala (dial) mencapai keseimbangan. Mencatat persentase perbandingan antara semen dasar
harga yang ditunjukkan skala sebagai pembacaan dan abu ampas tebu, sehingga terjadi penurunan
600 rpm (C600). Kemudian menurunkan densitas. Penurunan densitas disebabkan
kecepatan menjadi 300 rpm (C300) dan tunggu karena harga densitas dari ampas tebu yang
skala mencapai keseimbangan kemudian catat tergolong rendah dengan spesifik gravity 1,3067,
skala sebagai pembacaan 300 rpm. Dari data sehingga mempengaruhi besarnya harga densitas
yang diperoleh, dengan menggunakan rumus pencampuran (suspensi) semen.
berikut ini dapat ditentukan plastic viscosity (μp) Densitas suspensi semen sangat
dan yield point (Yp) : berpengaruh terhadap tekanan suspensi semen ke
dalam lubang sumur. Bila formasi tidak sanggup
(μp) = C600 – C300 menahan tekanan suspensi semen maka akan
(Yp) = C300 – μp menyebabkan formasi merekah, sehingga terjadi
lost circulation.
Dalam pengujian thickening time Densitas suspensi semen yang rendah
alat yang digunakan adalah atmospheric sering digunakan dalam operasi primary
consistometer. Prosedur awal yang dilakukan cementing dan remedial cementing, guna
dengan menghidupkan switch master dan menghindari terjadinya fracture pada formasi
set temperatur pada skala yang diinginkan. yang lemah. (Rudi Rubiandini, 2010)
Kemudian menuangkan suspensi semen ke dalam Penentuan rheology semen meliputi
slurry container sampai batas garis ketinggian. penetuan nilai viscosity plastic dapat dilihat
Paddel yang telah dilapisi grease dipasang hasilnya pada Grafik 2c, dimana terjadi
pada lid, kemudian lid yang telah terpasang peningkatan antara semen dasar dengan semen
paddel pada slurry container dimasukkan ke dasar yang ditambahkan beberapa konsentrasi
dalam atmospheric consistometer. Apabila skala abu ampas tebu. Nilai viscosity plastic meningkat
penunjuk telah mencapai 100 UC maka hentikan dengan bertambahnya konsentrasi abu ampas
waktu pada stop watch dan catat waktu tersebut. tebu kedalam suspensi semen. Apabila densitas
Prosedur ini dilakukan untuk semua semen, baik tinggi maka akan mempengaruhi nilai viscosity
semen dasar maupun semen dengan berbagai plastic.
konsentrasi abu ampas tebu yang telah disiapkan. Hasil penentuan yield point dapat dilihat
pada Grafik 2d. Setiap penambahan konsentrasi
IV. HASIL DAN ANALISIS abu ampas tebu dengan semen terjadi peningkatan
nilai yield point.
Hasil penelitian dapat dilihat pada Pada pengujian Thickening time
Lampiran 2, Grafik 2a yang menunjukkan nilai dapat dilihat hasilnya pada Grafik 2e, dimana
compressive strength pada semen dasar dan dengan penambahan abu ampas tebu waktu
semen yang ditambahkan dengan konsentrasi abu untuk penggerasan semen semakin singkat
ampas tebu yang dimulai pada konsentrasi 2,5%, dibandingkan dengan semen dasar. Hal ini
5%, 7,5% ,10%, 12,5%, dan 15% bwoc. Nilai disebabkan karena reaksi yang sangat cepat
compressive strength dan nilai shear bond strength antara semen dengan abu ampas tebu sehingga
yang optimum dalam konsentrasi penambahan waktu penggerasan begitu cepat tercapai.
abu ampas tebu yaitu pada konsentasi 10% abu Selain itu, Apabila densitas semakin besar maka
ampas tebu didalam suspensi semen dengan nilai suspensi semen akan semakin kental. kentalnya
compressive strength sebesar 899,04 dan nilai suspensi semen akan mempercepat thickenning
shear bond strength sebesar 163,51 psi. time. Pengujian Thickening time dilakukan untuk
Hasil penentun sifat-sifat semen meliputi menentukan setting campuran semen dan waktu
densitas semen, Free Water, Rheology dan pemompaan, dimana waktu pemompaan harus
Thickening Time dapat dilihat secara berurutan lebih kecil dari thickening time, agar semen
JTMGB, Vol. 14 No. 2 Agustus 2017: 47-54
52

tidak mengeras sebelum mencapai target yang UCAPAN TERIMA KASIH


diinginkan.
Besarnya free water yang terjadi pada Para penulis mengucapkan terima kasih
suspensi semen abu ampas tebu dapat dilihat kepada Laboratorium Prodi Teknik Perminyakan
pada Grafik 2f. Batas maksimal volume free Fakultas Teknik Universitas Islam Riau atas
water dari suspensi semen adalah sebesar 3,5 ml pemakaian peralatan dan material percobaan
yang didiamkan selama 2 jam pada temperatur untuk keperluan studi ini.
kamar. Apabila melebihi batas maksimal maka
menyebabkan terbentuknya pori sehingga kualitas REFERENSI
semen tidak bagus. Dari semua pengujian sampel
free water yang telah dilakukan, didapatkan data American Petroleum Institute. 2002. API Specification
bahwa nilai dari semua sampel tidak signifikan 10 A. Specification for well cements and
perbedaannya. Dari pengujian laboratorium, nilai Materials for Well Cementing Twenty-Third
free water terkecil yaitu pada komposisi semen Edition. Washington, D.C., USA.
dasar ditambahkan 10% abu ampas tebu sebesar Budi Saroyo, Isa Soeyatmo, dan Supriyadi,
1 ml. 2010, Pengembangan Formulasi Expanding
Agent Material Semen Pengeboran dengan
V. KESIMPUAN DAN SARAN Memanfaatkan Dolomit Alami : Pengkaji
Teknologi, Perekayasa Muda, pada Pusat
Kesimpulan dari studi ini dapat dijabarkan Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak
sebagai berikut : dan Gas Bumi “LEMIGAS” 2010.
1. Abu ampas tebu dapat dimanfaatkan sebagai Diktat Praktikum Analisa Semen Pemboran. 2011,
salah satu komposisi dalam pembuatan Teknik Perminyakan Universitas Islam Riau.
suspensi semen pemboran yang berguna dalam Pekanbaru.
meningkatkan strength, baik compressive Efrando Siregar dan Herianto, 2012, Studi
strength dan shear bond strength. Laboratorium : Pemanfaatan Limbah Abu Sekam
2. Pada konsentrasi abu ampas tebu 2,5% Padi dan Arang Cangkang Kelapa Sawit Sebagai
sampai 10% terjadi kenaikan nilai Light Weight Additive Untuk Meningkatkan
compressive strength dan shear bond strength. Strength Semen Pemboran : IATMI.
Selanjutnya pada konsentrasi abu ampas Mahry Arwandi dan Rubiandini Rudi, 2010, Studi
tebu 12,5% sampai 15% terjadi penurunan Laboratorium “Aplikasi Semen Bangunan Dalam
nilai compressive strength dan shear bond Proses Penyemenan di Sumur Minyak dan Gas
strength. Bumi”.
3. Komposisi yang optimum dari berbagai Pranadipa Imam, 2010, Utilization of Oil Palm Shell
konsentrasi penambahan abu ampas tebu pada Charcoal as an Extender in Oil well Cement : IPA.
semen pemboran yaitu pada konsentrasi 10% Rubiandini Rudi, 2010, Buku Teknik Pemboran, ITB,
dengan nilai compressive strength 899,04 psi Bandung
dan shear bond strength 163,51 psi. Suhascaryo, Nur, Eddy Wibowo dan Budi Suroyo,
4. Pengaruh yang terjadi pada penambahan 2001, Kinerja Expanding Additive Baru Untuk
abu ampas tebu dengan konsentrasi tertentu Meningkatkan Share Bond Strength (Sb) Semen
dimana pada pengujian density dan rheology Pada Kondisi HTHP: Proceeding Simposium
mengalami tren peningkatan sedangkan pada Nasional IATMI 2001.
thickening time mengalami tren penurunan. Srinivasan R and K Sathiya, 2010, Experimental
Adapun free water pada konsentrasi 2,5% Study on Bagasee Ash in Concrete : International
sampai 10% mengalami tren penurunan dan Journal for Service Learniang in Engineering vol.
pada 12,5% sampai 15% mengalami tren Siswoyo sumber eko, 1997, Modul Sistem
peningkatan. Penyemenan.
Studi Laboratorium Pemanfaatan Abu Ampas Tebu Untuk Peningkatan Strength Semen Pemboran
(Ira Herawati, Novia Rita dan Hermansyah) 53

LAMPIRAN 1

Gambar 1a. Timbangan Digital Gambar 1b. Water Bath Temperatur Controller
(Laboratorium Teknik Perminyakan UIR). (Laboratorium Teknik Perminyakan UIR).

Gambar 1d. Cetakan Sampel


(Laboratorium Teknik Perminyakan
UIR).

Gambar 1c. Constant Gambar 1e. Hydraulic


speed Mixer (Laboratorium Pressure (Laboratorium
Teknik Perminyakan UIR). Teknik Perminyakan UIR).

Gambar 1f. Mud Balance.

Gambar 1h. Fann VG Meter Gambar 1i. Atmospheric


Gambar 1g. Gelas Ukur (Laboratorium Teknik Consistometer (Laboratorium
(Laboratorium Teknik Perminyakan UIR) Teknik Perminyakan UIR)
Perminyakan UIR)
JTMGB, Vol. 14 No. 2 Agustus 2017: 47-54
54

LAMPIRAN 1

Grafik 2b. Nilai Shear Bond Strength.


Grafik 2a. Nilai Compressive Strength.

Grafik 2d1. Hasil Pengujian viscosity plastic Suspensi


Grafik 2c. Nilai Densitas Semen masing-masing konsentrasi Semen Pemboran.

Gambar 2e. Hasil Pengujian Free Water Suspensi Semen


Pemboran. Gambar 2d2. Pengujian yield point Suspensi Semen
Pemboran.

Tabel 1. Bahan Suspensi Semen Pemboran

Gambar 2f. Hasil Pengujian Thickening time Suspensi


Semen Pemboran.
Penentuan Sand Control pada Sumur Gas Berdasarkan Kajian Keteknikan
dan Keekonomian Studi Kasus : Sand Problem pada Zona Loss

The Determination of Sand Control in Gas Well Based on


Study of Technicality and Economies

Aries Prasetyo1, Sudono2 dan Putu Dede Udayana3


1aries_prasetyo1@yahoo.co.id / aries_prasetyo@itsb.ac.id;
(1)Institut Teknologi Sains Bandung, Kota Deltamas Lot-A1 CBD, Jl. Ganesha Boulevard,
Cikarang Pusat, Pasirranji, Cikarang Pusat, Bekasi, Jawa Barat 17530
Tel. +6222-2531984, Faks. +6222-2531984, HP. +628156237036

Abstrak

Sand problem merupakan fenomena yang menjadi masalah serius dalam produksi sumur. Ketidakpastian
munculnya masalah, keterbatasan data dan terkadang masalah yang muncul dari metode penangan kepasiran
sendiri biasanya menjadi penghambat dalam menentukan tindakan penanganan. Studi ini akan menyajikan
langkah terintegrasi yang dapat digunakan dalam penentuan metode penanganan masalah kepasiran. Dalam
studi ini, masalah kepasiran pada Sumur-X muncul karena peningkatan laju produksi. Beberapa hal juga
menjadi tantangan diantaranya lapisan terproduksi merupakan loss zone dan tekanan statik reservoir yang
rendah. Dalam penentuan metode sand control, data yang tersedia sangat terbatas antara lain particle size
distribution, data compressional wave transit time, dan data produksi sumur sesaat setelah kepasiran muncul.
Data yang sifatnya terbatas tersebut diintegrasikan sehingga menghasilkan suatu skenario untuk menangani
masalah kepasiran pada Sumur-X. Dengan batasan berupa target produksi minimum dari sumur, critical
drawdown pressure digunakan sebagai acuan dalam pengambilan keputusan penentuan skenario penanganan
kepasiran. Dua skenario berupa flow rate control dan penerapan sand control direncanakan sebagai solusi dalam
penanggulangan masalah kepasiran. Data compressional wave transit time diolah sehingga menghasilkan
beberapa parameter berupa karakteristik mekanial batuan yang akan digunakan dalam menentukan critical
drawdown pressure. Dilanjutkan dengan melakukan analisis sensitivitas terhadap bottom hole flowing pressure,
maka dapat diketahui rentang laju alir dimana masalah kepasiran mulai muncul. Perbandingan produksi
Sumur-X sebelum dan setelah mendapatkan penanganan masalah kepasiran menunjukkan perbedaan yang
tidak terlalu signifikan. Kajian keekonomian menunjukkan bahwa skenario penerapan sand control bersifat
ekonomis sehingga skenario ini dipilih menjadi tindakan dalam penanganan masalah kepasiran pada Sumur-X.
Efisiensi biaya dan waktu juga menjadi keuntungan dari metode ini.
Kata Kunci: citical drawdown pressure, sand problem, sand control.

Abstract

Sand problem is a phenomenon which becomes serious problem in the production of a well. Uncertainty
for the appearance of the problem, limited sources of data and sometimes the problems which come from the
sand control itself are always become an obstacle in determining the decision to take remedial action. This study
will present an integrated steps that can be used in determining sand control method. In this study, sand problem
of Well-X appeared because of the increased production rate. Some of condition also become a challenge such
as the produced layer is a loss zone and low static reservoir pressure. In determining the methods of sand
control for this study, the data available are very limited such as particle size distribution, compressional wave
transit time and well production data shortly after sand produce. This limited data are integrated to produce
a scenario to deal with sand problem of Well-X. Having regard to the constrain of minimum production target
of well, critical drawdown pressure is used as a reference in the analysis for determining decision making of
sand control scenario. Two scenarios such as flow rate control and the application of sand control is planned
as a solution in overcoming the sand problem. Compressional wave transit time data is processed to produce

55
JTMGB, Vol. 14 No. 2 Agustus 2017: 55-66
56

some parameters of rock mechanical characteristic which is used to determine the critical drawdown pressure.
Followed by an analysis of the sensitivity of the bottom hole flowing pressure, it can be seen where the flow rate
range of sand produce will occurred. Production comparison of Well-X before and after getting sand control
showed no significant differences. The economic assessment showed that the scenario of application of sand
control is economical so this scenario is chosen as an act to overcome the sand problem in Well-X. Cost and
time efficiencies also be the advantages of this method.
Keywords: citical drawdown pressure, sand problem, sand control.

I. PENDAHULUAN begitu, pasir masih tetap terproduksi. Dengan


berbagai pertimbangan dan tantangan, maka
Masalah kepasiran atau sand problem disusunlah beberapa skenario untuk menangani
merupakan salah satu permasalahan dalam masalah kepasiran tersebut.
proses produksi sumur. Fenomena ini merupakan
suatu kondisi dimana terdapat pasir yang ikut II. METODOLOGI
terproduksi dan terbawa ke permukaan bersamaan
dengan hidrokarbon yang diproduksikan. Hal ini Dalam menentukan skenario penanganan
timbul karena terjadi kerusakan pada kestabilan kepasiran pada Sumur-X, terdapat beberapa
ikatan butir-butir batu pasir (sandstone) yang langkah yang dilakukan. Dimulai dari
diakibatkan oleh beberapa faktor seperti menganalisis ukuran pasir terproduksi dengan
peningkatan laju alir produksi sumur, penurunan metode sieve analysis hingga terakhir melakukan
tekanan formasi dan peningkatan produksi air. kajian keekonomian. Langkah awal yang
Dalam mengatasi permasalahan tersebut, dilakukan adalah menganalisis ukuran butir pasir
digunakan suatu metode yang dikenal dengan yang terproduksi melalui metode sieve analysis.
sand control. Sand control adalah metode Dalam studi ini, sampel pasir yang didapat
atau teknik yang diterapkan untuk mencegah berasal dari pasir yang terproduksikan. Sampel
terjadinya pergerakan pasir di formasi menuju pasir tadi akan dianalisis dengan menggunakan
ke wellbore atau daerah dekat wellbore. Metode metode sieve analysis untuk mendapatkan
sand control dapat dilakukan secara mekanikal particle size distribution. Dari metode ini juga
(mechanical), kimiawi (chemical) dan kombinasi akan didapatkan koefisien yang menunjukkan
(menggunakan cara mekanikal dan kimiawi). tingkat keseragaman ukuran butir (uniformity
Pemilihan metode ini dilakukan dengan coeeficient) dan koefisien yang menunjukkan
mempertimbangkan hal-hal seperti kerakteristik persebaran ukuran butir (sorting coefficient).
dari formasi, konfigurasi sumur dan komplesi, Dengan diketahuinya particle size
dan pertimbangan keekonomian. distribution, tentunya hal ini akan membantu
Sumur-X merupakan sumur gas yang dalam perencanaan skenario penerapan sand
mengalami masalah kepasiran. Sumur-X control. Tetapi sebelum memutuskan hal tersebut,
mulai berproduksi pada tahun 2008 dan langkah awal yang dapat dilakukan adalah dengan
memproduksikan Lapisan C. Hingga tahun 2015, mengontrol laju alir (flow rate control). Skenario
dilakukan kerja ulang pindah lapisan (KUPL) ini dirancang dengan tahapan sebagai berikut :
dari Lapisan C ke Lapisan D. Ketika mulai 1. Menganalisis critical drawdown pressure
memproduksikan Lapisan D yang memiliki dimana parameter ini menunjukkan titik
karakteristik penurunan tekanan reservoir kritikal pasir mulai terproduksi. Dengan
yang sangat cepat, dilakukan perubahan sistem menggunakan data compressional wave
tekanan di separator dari medium pressure ke transit time, maka beberapa karakteristik
low pressure yang bertujuan untuk meningkatkan mekanikal batuan bisa didapatkan. Parameter
produksi. Tetapi seiring dengan perubahan sistem ini nantinya akan membantu dalam analisis
ini, mulai timbul masalah berupa terproduksinya critical drawdown pressure.
butir-butir pasir formasi ke permukaan. Atas 2. Melakukan validasi terhadap data produksi
timbulnya permasalahan tersebut, sistem diubah sesaat setelah kepasiran muncul. Hal ini
kembali menjadi medium pressure. Walaupun dilakukan untuk membuktikan bahwa
Penentuan Sand Control pada Sumur Gas Berdasarkan Kajian Keteknikan dan Keekonomian Studi Kasus : Sand Problem
pada Zona Loss (Aries Prasetyo, Sudono dan Putu Dede Udayana) 57

kepasiran memang benar muncul akibat terjadi masalah setelah pemasangan sand control,
adanya peningkatan laju alir. dilakukan analisis plugging potential. Analisis
3. Melakukan analisis sensitivitas terhadap ini bertujuan untuk mengetahui berapa lama
bottom hole flowing pressure untuk melihat plugging akan terbentuk akibat tertahannya pasir
rentang laju alir dibawah critical drawdown oleh sand control. Dengan mengetahui waktu
pressure. potensial terbentuknya plugging, maka dapat
4. Mengambil keputusan apakah skenario ini juga direncanakan penjadwalan terhadap well
layak dijalankan atau tidak berdasarkan treatment sehingga potensi timbulnya masalah
acuan target produksi minimum sumur lain dapat dihindari.
yaitu 1 MMscf/d. Jika laju alir dibawah Setelah mendapatkan skenario penanganan
critical drawdown pressure memiliki nilai kepasiran berdasarkan kajian keteknikan, hal
sama dengan atau diatas target produksi selanjutnya yang dilakukan adalah melakukan
minimum, maka skenario ini layak dijalankan analisis terhadap produksi Sumur-X. Hal ini
berdasarkan kajian keteknikan. Tetapi apabila bertujuan untuk mengetahui apakah skenario yang
tidak, maka skenario yang dilakukan berupa diterapakan sangat berpengaruh terhadap produksi
penerapan sand control. sumur atau tidak. Dengan menggunakan analisis
Analisis critical drawdown pressure nodal dan melakukan peramalan produksi, maka
dilakukan pada dua titik, yaitu pada wellbore/ dampak dari skenario terpilih terhadap produksi
perforation tunnel dan perforation tip. Hal sumur dapat diketahui. Skenario yang terpilih
ini dilakukan karena potensi kepasiran dapat diharapkan tidak memberikan dampak yang besar
terjadi dari lubang perforasi. Dengan persamaan terhadap produksi sumur. Karena tujuan utama dari
kestabilan wellbore/perforation tunnel berikut penerapan skenario penanganan kepasiran adalah
untuk menahan pasir agar tidak terproduksi.
.... (1) Terakhir, dengan melakukan kajian
keekonomian, akan membantu pengambilan
Dan persamaan kestabilan pada perforation tip keputusan dengan tepat. Kajian keekonomian
dilakukan dengan dua kondisi yaitu perhitungan
keekonomian satu sumur dan perhitungan
.... (2)
keekonomian menggunakan model kontrak
PSC.
Maka analisis critical drawdown pressure
bisa dilakukan dengan memasukkan sensitivitas III. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
berupa bottom hole flowing pressure (Pwf).
Apabila nilai pada persamaan disebelah kiri lebih Analisis akan dimulai dengan particle
kecil daripada persamaan disebelah kanan, maka size distribution dan diakhiri dengan kajian
pasir akan mulai terproduksi. keekonomian dari skenario terpilih.
Untuk skenario penerapan sand control,
perencanaan diawali dengan screening metode 3.1 Particle Size Distribution
yang akan diterapkan (mechanical, chemical atau
kombinasi). Setelah didapatkan metode yang Hasil dari sieve analysis akan diplot
tepat, dilanjutkan dengan screening jenis dari
metode yang digunakan. Tentunya screening ini
didasarkan pada karakterisktik pasir yang dalam
hal ini ditunjukkan oleh particle size distribution,
kondisi Sumur-X dan kondisi Lapisan-D yang
memproduksikan pasir. Setelah itu, perencanaan
dilanjutkan dengan menentukan well intervention
yang akan digunakan untuk mengaplikasikan
sand control. Penentuan well intervention
dilakukan dengan melihat kondisi Sumur-X dan
Lapisan-D. Selain itu, untuk memastikan tidak Gambar 1. Grafik particle size distribution.
JTMGB, Vol. 14 No. 2 Agustus 2017: 55-66
58

ke dalam sebuah grafik yang menunjukkan Atas pertimbangan tersebut, maka


persebaran ukuran butir pasir terproduksi atau skenario penanganan sand problem diharapkan
yang sering disebut particle size distribution. tidak memberikan dampak pada reservoir,
Gambar 1 menunjukkan particle size distribution dapat diaplikasikan secara rig-less dan bersifat
yang merupakan hasil sieve analysis sampel pasir ekonomis. Terdapat dua skenario yang akan
terproduksi. diterapkan dalam mengatasi masalah kepasiran
Berdasarkan grafik tersebut, ukuran butir pada Sumur-X yaitu kontrol laju alir (flow rate
pasir yang terproduksi memiliki kisaran antara control) dan penerapan sand control.
88,39 micron hingga 267,94 micron (berdasarkan
d5 dan d95 particle size distribution pada sieve 3.2.1 Kontrol Laju Alir (Flow Rate Control)
analysis). Dari grafik di atas didapatkan nilai
tingkat keseragaman butir (Uc) dan tingkat Skenario pertama adalah kontrol laju alir
persebaran ukuran butir (Sc) yang menunjukkan (flow rate control). Skenario ini dilakukan dengan
bahwa sampel pasir pada Sumur-X memiliki mengontrol laju alir sumur dan menganalisis letak
tingkat keseragaman ukuran butir yang tinggi critical point dimana pasir tidak terproduksi.
dan tingkat persebaran ukuran butir yang merata Adapun keuntungan dari skenario ini adalah :
atau well sorted. Persentil ukuran sampel grain • Tidak diperlukannya penerapan sand
dan nilai Uc dan Sc sampel grain ditabulasikan control tambahan (mechanical, chemical,
pada Tabel 1 dan Tabel 2 berikut. combination).
• Tidak ada penambahan biaya dalam skenario
Tabel 1. Persentil ukuran sampel grain. ini.
• Tidak perlu well intervention.
Tetapi skenario ini juga memiliki potensi
kerugian diantaranya :
• Tidak terpenuhinya target produksi akibat
kontrol laju alir untuk menjaga agar pasir
tidak terproduksi.
• Tidak dapat bersifat jangka panjang karena
Lapisan D mengalami penurunan tekanan
reservoir yang sangat cepat.
Dengan diketahuinya compressional
wave transit time pada lapisan ini, yaitu 164 µs/ft,
Tabel 2. Nilai Uc dan Sc sampel grain.
maka beberapa parameter mekanikal batuan dapat
diketahui seperti yang ditabulasikan pada Tabel 3.
Compressive strength pada lapisan ini didapatkan
Tabel 3. Karakteristik mekanikal batuan.

3.2 Skenario Penanganan Kepasiran

Dalam menentukan skenario yang


digunakan untuk menanggulangi masalah
kepasiran pada Sumur-X, beberapa hal yang
menjadi pertimbangan adalah :
• Lapisan D merupakan loss zone dimana
aktivitas killing well sangat dihindari.
• Menghindari sand control dengan cara injeksi
karena akan memberikan kerusakan pada
lapisan yang dapat berdampak buruk berupa
well shut off.
• Tidak tersedianya core sample.
Penentuan Sand Control pada Sumur Gas Berdasarkan Kajian Keteknikan dan Keekonomian Studi Kasus : Sand Problem
pada Zona Loss (Aries Prasetyo, Sudono dan Putu Dede Udayana) 59

dengan menggunakan critical porosity dengan


asumsi yaitu 40%. Asumsi ini diambil karena
nilai tersebut merupakan porositas dari butiran
kuarsa yang terkompaksi secara acak dan bersifat
well sorted2. Asumsi ini bisa digunakan karena
pada particle size distribution menunjukkan
bahwa sampel pasir bersifat well sorted.
Dengan didapatkannya parameter
tersebut, maka persamaan 1 dan 2 bisa digunakan
untuk menentukan critical drawdown pressure.
Hasil dari persamaan tersebut di plot ke dalam Gambar 3. Prediksi kepasiran berdasarkan kestabilan
grafik yang ditunjukkan pada Gambar 2 dan 3. perforation tip
Grafik pada Gambar 2 menunjukkan bahwa
critical drawdown pressure pada titik wellbore/ Tabel 4. Sensitivitas Pef terhadap laju alir gas.
perforation tunnel adalah 264,41 psia, yang
artinya apabila drawdown pressure melebihi
nilai tersebut, maka kepasiran akan timbul di
wellbore/perforation tunnel. Sedangkan pada titik
perforation tip yang ditunjukkan pada Gambar
3, kepasiran akan timbul apabila drawdown
pressure berada pada nilai diatas 600 psia.
Data production history menunjukkan
bahwa produksi saat kepasiran muncul memiliki
drawdown pressure sebesar 336.13 psia. Hal
ini menunjukkan bahwa nilai tersebut melebihi
critical drawdown pada titik wellbore/perforation
tunnel sehingga menyebabkan timbulnya
pasir saat produksi. Dari hasil sensitivitas Pwf
menunjukkan bahwa produksi tidak disarankan
dilakukan pada tekanan dibawah 400 psia karena
akan menyebabkan timbulnya kepasiran. Akan Atas hasil tersebut, maka dipertimbangkan
tetapi hal tersebut membawa kerugian tersendiri untuk melakukan perencanaan terhadap skenario
karena apabila produksi dilakukan dengan Pwf kedua yaitu memasang sand control pada
diatas 400 psia, maka target produksi akan jauh Sumur-X.
dibawah economic limit satu sumur yang telah
ditentukan yaitu 1 MMsc/d. 3.2.2 Penerapan Sand Control
Tabel 4 menunjukkan tabulasi sensitivitas
Pwf terhadap laju alir gas. Skenario kedua ini akan diawali dengan
screening metode sand control. Pertimbangan
yang dilakukan dalam pemilihan metode sand
control antara lain :
• Lapisan D merupakan loss zone.
• Tidak tersedianya core sample yang berasal
dari lapisan tersebut.
Atas pertimbangan tersebut, maka
metode penanganan kepasiran yang dipilih
adalah mechanical method. Hal ini dikarenakan,
compatibility test bahan kimia tidak dapat
dilakukan akibat tidak tersedianya core sample
Gambar 2. Prediksi kepasiran berdasarkan kestabilan Lapisan D. Selain itu, karakteristik loss zone
wellbore/perforation tunnel. pada Lapisan D akan mempersulit proses injeksi
JTMGB, Vol. 14 No. 2 Agustus 2017: 55-66
60

dan berpotensi memberikan hasil yang tidak Tabel 5. Spesifikasi shrouded-metal mesh screen.
maksimal dan dapat merusak lapisan tersebut.
Selain itu, mechanical sand control akan
dilakukan secara thru-tubing untuk menghindari
penggunaan rig yang membutuhkan killing well
activity dalam well intervention.
Dalam pemilihan metode sand control
secara mekanikal, pertimbangan yang dilakukan
antara lain :
• Menghindari proses injeksi.
• Ukuran butir pasir memiliki ukuran antara
88.39 micron hingga 267,94 micron
(berdasarkan d5 dan d95 particle size
distirubiton). terkecil downhole equipment yang telah terpasang
• Mesh yang diperlukan adalah Mesh 100 di sumur dan memerlukan hanging equipment,
(149µm) berdasarkan Gillespie. maka pertimbangan yang dilakukan dimulai dari
Atas pertimbangan tersebut, maka analisis ID downhole equipment dan setelahnya
stand-alone sandscreen dipilih sebagai metode menentukan spesifikasi hanging equipment yang
mekanikal untuk Sumur-X. Keputusan ini tepat untuk instalasi secara thru-tubing. Tabel 6
diperkuat dengan fakta. Untuk slotted liner, berikut menunjukkan downhole equipment yang
batasan ukuran grain terkecil yang dapat ditahan telah ada di dalam Sumur-X.
adalah 300 micron. Selain itu, potensi plugging
pada slotted liner sangatlah tinggi apabila Tabel 6. Downhole equipment Sumur-X.
ukuran slot dibuat sekecil mungkin. Gravel pack
tidak dipilih karena penerapannya memerlukan
aktivitas killing well dan terdapat proses sirkulasi
saat injeksi gravel.
Untuk jenis stand-alone sandscreen yang
digunakan adalah shrouded-metal mesh screen.
Karena jenis SAS ini memiliki keunggulan :
• Dapat bertahan terhadap efek erosi yang
ditimbulkan gas terproduksi karena terdapat Berdasarkan ukuran ID downhole
selubung metal yang melindungi screen dari equipment tersebut, maka spesifikasi untuk
kontak langsung. hanging equipment dan crossover-sub yang akan
• Tidak mudah rusak saat proses instalasi digunakan ditunjukkan pada Tabel 7.
karena screen tidak terkontak langsung
Tabel 7. Spesifikasi hanging equipment dan crossover-sub.
dengan wellbore.
• Dapat dipasang dengan metode thru-tubing
• Ukuran mesh terkecil pada shrouded-metal
mesh screen adalah 15 mikron.
Spesifikasi pada shrouded-metal mesh
screens (SMMS) yang akan dipasang di Sumur-X
ditabulasikan pada Tabel 5 berikut.

3.2.2.1 Penentuan Well Intervention


Pemasangan sandscreen akan dilakukan
Instalasi sandscreen akan dilakukan dengan slickline tool. Pertimbangan yang
secara thru-tubing dan well intervention yang digunakan dalam penentuan spesifikasi slickline
akan digunakan adalah slickline tool. Dengan tool disini adalah ukuran dari hanging equipment
prinsip dasar thru-tubing bahwa ukuran yang digunakan, yaitu XN-lock mandrel. Setelah
equipment yang terinstal harus lebih kecil dari ID mengetahui ukuran dari XN-lock mandrel, tahap
Penentuan Sand Control pada Sumur Gas Berdasarkan Kajian Keteknikan dan Keekonomian Studi Kasus : Sand Problem
pada Zona Loss (Aries Prasetyo, Sudono dan Putu Dede Udayana) 61

selanjutnya dilakukan pemilihan running tool Diameter yang digunakan merupakan diameter
dan pulling tool yang cocok dengan hanging casing dan tinggi yang digunakan didapatkan
equipment tersebut. Berikutnya, pada slickline dari jarak antar top of cement (TOC) dengan
tool string, ukuran dari knuckle joint hingga top of perforation (TOP). Sedangkan untuk
rope socket menyesuaikan dengan thread menghitung waktu terjadinya plugging di depan
connection pada running tool ataupun pulling sandscreen yang terpasang, maka parameter yang
tool. Berdasarkan pertimbangan tersebut, diubah adalah jarak, dimana yang digunakan
maka spesifikasi dari slickline tool string yang disini adalah jarak antara top of cement dengan
digunakan ditunjukkan pada Tabel 8 berikut. jarak ujung dari sandscreen.
Hasil perhitungan ditabulasikan pada
Tabel 8. Spesifikasi slickline tool string.
Tabel 9 dan grafik laju alir pasir dengan
waktu terbentuknya pugging ditunjukkan
pada Gambar 6 dan Gambar 7. Berikutnya
dilakukan perbandingan untuk melihat potensi
waktu terjadinya plugging di dua titik yang
berbeda tersebut. Dari grafik perbandingan
yang ditunjukkan pada Gambar 8 dapat dilihat
bahwa rentang waktu terjadinya plugging
baik itu di depan perforasi maupun di depan
Panjang total dari slickline tool string sandscreen tidak terlalu berbeda jauh, yaitu
yang digunakan adalah 13,9 ft. Hasil ini antara 3 sampai 5 tahun. Artinya sebelum
didapatkan dari penjumlahan setiap panjang tool mencapai waktu tersebut, tindakan pencegahan
yang digunakan. Panjang total juga didapatkan terjadinya plugging sebaiknya dilakukan seperti
dari penjumlahan dengan panjang GS-Pulling melakukan aktivitas sand bailing.
tool. Walaupun pada saat proses running,
pulling tool tidak digunakan, hal ini menjadi
pertimbangan apabila pulling tool dibutuhkan
secara tiba-tiba (fishing). Saat proses running
sandscreen dilakukan, maka panjang total
rangkaian secara keseluruhan adalah 28,6 ft.
Untuk menyesuaikan dengan panjang slickline Gambar 4. Jarak antara TOC dengan TOP.
tool string saat proses running dilakukan,
lubricator yang digunakan pada pressure control
equipment (PCE) berjumlah 4 joint dengan total
panjang lubricator adalah 32 ft.

3.2.2.2 Potensi Plugging


Gambar 5. Jarak antara TOC dengan ujung sandscreen.
Potensi plugging dianalisis untuk
mengetahui kapan waktu dari plugging akan
terbentuk. Analisis dilakukan terhadap dua titik
yang berbeda yaitu di depan lubang perforasi dan
di depan sandscreen. Potensi plugging menutup
lubang perforasi dapat diketahui melalui waktu
terkumpulnya pasir yang tersaring. Waktu didapat
melalui perhitungan banyaknya pasir yang
terkumpul di wellhead desander dalam sehari
dikalikan dengan volume sebagai bentuk dari
ruang yang tersedia di depan lubang perforasi.
Volume disini digambarkan sebagai silinder Gambar 6. Grafik laju alir pasir dengan waktu plugging
mengikuti bentuk casing yang diperforasi. terbentuk pada Top Perforation.
JTMGB, Vol. 14 No. 2 Agustus 2017: 55-66
62

Tabel 9. Laju alir pasir (liter/day) terhadap waktu non-Darcy flow, maka IPR Sumur-X dapat
terbentuknya plugging depan sandscreen. dikonstruksikan. Dengan memasukan beberapa
nilai pwf, maka IPR dapat dikonstruksikan.
Tabel 10. Data tes produksi Sumur-X.

Gambar 7. Grafik laju alir pasir dengan waktu plugging


terbentuk di depan Sandscreen.
Gambar 7a. IPR vs TPR sebelum pemasangan sandscreen.

Gambar 8. Grafik antara laju alir pasir dengan waktu


terbentuknya plugging (sandscreen dan perforasi).

Gambar 7b. IPR vs TPR sesudah pemasangan sandscreen.


3.3 Produksi Sumur-X

Pemasangan thru-tubing sand screen Berdasarkan kurva nodal tersebut, maka


pada Sumur-X bertujuan untuk mencegah sebelum pemasangan sandscreen, laju alir gas
masuknya pasir ke dalam tubing dan fasilitas (qg) pada Sumur-X sebesar 1121 Mscf/d dengan
produksi lainnya di permukaan. Dalam hal tekanan alir (pwf) sebesar 328,57 psia. Sedangkan
ini, dengan dipasangnya sandscreen tentunya setelah pemasangan sandscreen, laju alir gas
akan menimbulkan perubahan terhadap (qg) pada Sumur-X sebesar 1119 Mscf/d dengan
produksi sumur. Tetapi hal ini diharapkan tidak tekanan alir (pwf) sebesar 329,10 psia. Hasil ini
mengganggu produksi. menunjukkan bahwa pemasangan sandscreen
Tekanan statik pada Lapisan D adalah berdampak tidak terlalu signifikan terhadap
psig dengan temperatur 150oF. Sumur-X produksi Sumur-X.
menghasilkan dry gas dengan specific gravity
0,65. Data 650 produksi yang digunakan sebagai 3.3.1 Peramalan Produksi Sumur-X
perhitungan berasal dari data tes produksi yang
terdapat pada Tabel 10. IPR untuk Sumur-X Dalam memprediksikan performa
dikonstruksikan dengan kondisi produksi terakhir Sumur-X pada kondisi mendatang (setelah
sesaat setelah masalah kepasiran mulai muncul. dipasang sandscreen), maka akan terdapat
Dengan menggunakan persamaan untuk kondisi perubahan pada kurva IPR karena tekanan
Penentuan Sand Control pada Sumur Gas Berdasarkan Kajian Keteknikan dan Keekonomian Studi Kasus : Sand Problem
pada Zona Loss (Aries Prasetyo, Sudono dan Putu Dede Udayana) 63

reservoir semakin lama akan semakin menurun. Pada skenario ini sumur tetap diproduksikan
Dengan menggunakan persamaan future IPR hingga 6 tahun kedepan tanpa memperhatikan
maka perkiraan tersebut dapat dicari. batas minimum produksi. Dengan jangka
waktu produksi yang lebih lama, maka
dilakukan dua kali instalasi sandscreen
dengan mengacu kepada perhitungan potensi
plugging. Selain itu diperkirakan terdapat
well treatment berupa sand bailing pada tahun
ke-5 produksi.
• Skenario I-PSC
Skenario I-PSC merupakan Skenario I
dengan kajian keekonomian menggunakan
sistem kontrak PSC. Dengan mengacu
kepada well history Sumur-X, dimana sumur
Gambar 9. Peramalan produksi Sumur-X. mulai dikerjakan tahun 2007 dan put on
production pada tahun 2008. Pada tahun
Dari kurva nodal pada Gambar 9 dapat 2015, dilaksanakan KUPL dari Lapisan C ke
dilihat bahwa Sumur-X dapat tetap berproduksi Lapisan D.
hingga tekanan reservoir mencapai 353,2 psia. • Skenario II-PSC
Dengan asumsi penurunan tekanan per tahun Skenario II-PSC merupakan Skenario II
sebesar 10% pada tekanan separator yang tetap dengan kajian keekonomian menggunakan
(260 psig), maka Sumur-X akan tetap berproduksi sistem kontrak PSC.
selama 6 tahun. Dari hasil peramalan produksi Kajian keekonomian dilakukan dengan
terlihat bahwa economic limit akan tercapai setelah menggunakan parameter berikut sebagai acuan
1 tahun berproduksi. Untuk tahun-tahun berikutnya, perhitungan :
produksi telah berada pada nilai dibawah economic • Harga sandscreen : US$ 1.350
limit. Jika ingin tetap memproduksikan dengan • Jasa slickline : US$ 50.000
batas minimum 1 MMscf/d maka disarankan • Well treatment : US$ 70.000
untuk melakukan kerja ulang pindah lapisan untuk • Sumur vertical : US$ 2.000.000
menemukan lapisan baru. • Abandonmnet : US$ 180.000
• Workover : US$ 100.000
3.4 Kajian Keekonomian • Site restoration : US$ 27.000
• Operating cost : US$ 0,5/Mscf
Dalam studi ini, kajian keekonomian Untuk skenario dengan menggunakan
terhadap skenario penerapan sand control kontrak PSC, maka ketentuan lain yang digunakan
dikaji dalam empat skenario yang berbeda. Dua sebagai berikut :
skenario keekonomian dikaji dengan kondisi • Government : Contractor share : 70% : 30%
setelah pemasangan sand control dan dua • Cost recovery : 100%
skenario lainnya dikaji dengan menggunakan • Tax : 44%
sistem kontrak PSC. Keempat skenario tersebut • Start DMO : tahun ke-6
sebagai berikut : Hasil perhitungan menunjukkan bahwa
• Sumur-X berproduksi dengan batasan target seluruh skenario bersifat ekonomis. Tetapi
produksi minimum (I) dengan membandingkan antara Skenario I
Skenario I mengacu kepada minimum dan Skenario II, terlihat bahwa Skenario II
produksi satu sumur (1 MMscf/d), maka memiliki tingkat keekonomisan yang lebih
produksi sumur hanya berlangsung selama tinggi, hal ini ditunjukkan pada Tabel 11. Begitu
setahun berdasarkan IPR Future. Aktivitas juga dengan skenario dalam kondisi sistem
yang dilakukan dalam skenario ini berupa kontrak PSC, terlihat bahwa skenario II-PSC
pemasangan sandscreen sebanyak satu kali. memberikan tingkat keekonomisan yang lebih
• Sumur-X berproduksi hingga sumur berhenti baik dibandingkan dengan Skenario I-PSC. Hal
mengalirkan fluida (II) ini ditunjukkan pada Tabel 12.
JTMGB, Vol. 14 No. 2 Agustus 2017: 55-66
64

Tabel 11. Indikator keekonomian Skenario I Keekonomian


dan Skenario II Keekonomian.

Tabel 12. Indikator keekonomian Skenario I-PSC dan


Skenario II-PSC.

Gambar 12. Revenue distribution dari Skenario II-PSC.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan kajian keteknikan dan kajian


Analisis sensitivitas yang dilakukan keekonomian yang telah dilakukan, maka dapat
terhadap Skenario II-PSC menunjukkan bahwa disimpukan :
perubahan produksi gas dan harga gas sangat • Berdasarkan particle size distribution (PSD),
berpengaruh terhadap perubahan IRR dan NPV ukuran grain yang dihasilkan cenderung
pada skenario ini, hal ini ditunjukkan pada memiliki ukuran 88 mikron hingga 268
Gambar 10. Gambar 11 menunjukkan revenue mikron dengan tingkat keseragaman ukuran
distribution dari Skenario II-PSC. yang tinggi dan memiliki tingkat persebaran
ukuran yang merata.
• Skenario penanganan kepasiran yang layak
diterapkan berdasarkan kajian keteknikan
adalah pemasangan shrouded-metal
mesh screen secara thru-tubing dengan
menggunakan slickline tool.
• Analisis nodal menunjukkan bahwa
perbedaan produksi Sumur-X sebelum dan
setelah pemasangan sandscreen tidak terlalu
signifikan.
• Skenario terbaik berdasarkan kajian
keteknikan dan indikator keekonomian
Gambar 10. Analisis sensitivitas IRR Skenario II-PSC.
adalah tetap memproduksikan sumur dengan
penanganan masalah kepasiran berupa
pemasangan sandscreen secara thru-tubing.
Adapun saran-saran yang diberikan
dalam studi ini :
• Jika produksi tetap dilakukan dengan target
minimum 1 MMscf/d, maka setelah 1 tahun
disarankan untuk melakukan KUPL ke
lapisan lainnya.
• Skenario produksi tanpa memperhatikan
target minimum produksi dapat dilakukan
karena berdasarkan kajian keekonomian
masih ekonomis.
Gambar 11. Analisis sensitivitas NPV Skenario II-PSC.
Penentuan Sand Control pada Sumur Gas Berdasarkan Kajian Keteknikan dan Keekonomian Studi Kasus : Sand Problem
pada Zona Loss (Aries Prasetyo, Sudono dan Putu Dede Udayana) 65

REFERENSI Shear and Compressional Wave Transit Time


Relationships”, SPWLA paper 1974-Q
Chase, R.W., Williams, M.A.T., “Dimensionless Sanfilippo, F., Brignoli, M., Giacca, D., Santarelli.,
IPR Curves for Predicting the Performance of F.J., “Sand Production : From Prediction to
Fractured Gas Wells”, SPE paper 15936-MS Management”, SPE paper 38185-MS
Dvorkin, J., Nur, A., 2000, “Critical Porosity Models”, Sukotrihadiyono, T., Malau, A., Puluggono,
Stanford University G.S., Mukhlas, A.N., “Sand Control and Gas
Holmes, M., Holmes, A., “Petrophysical Rock Production Optimization in A Multilayer
Physics Modelling : A Comparison of The Krief Reservoir Gas Field”, SPE paper 165904-MS
and Gassmann Equations, and Applications to Tixier., M.P., Loveless, G.W., Anderson, R.A.,
Verifying and Estimating Compressional and “Estimation of Formation Strength From the
Shear Velocities”, SPWLA paper 2005 Mechanical-Properties Log”, SPE paper 4532-PA
Kaiser, T.M.V., Wilson, S., Venning, L.A., “Inflow Venkitaraman, A., Manrique, J.F., Poe Jr., B.D.,
Analysis and Optimization of Slotted Liners”, “A Comprehensive Approach to Completion
SPE paper 65517-MS Optimization”, SPE paper 72386-MS
Lixin, R., Xiaodong, W., Benjing, D., “An Economic Weingarten, J.S., Perkins, T.K., “Prediction of Sand
Model for Selecting Sand Management Production in Gas Wells : Method and Gulf of
Technology”, SPE paper 140207-MS Mexico Case Studies”, SPE paper 24797-PA
Lombar, M.S., Scott, G.D., Swanson, G.S., “Resin Wetzel, Jr., R.J., Mathis, S., Rattermen, G., Cade,
Coated Prepacked Sand Control Liner”, SPE R., “Completion Selection Methodology for
paper 83480-MS Optimum Reservoir Performance and Project
Malau, A., Sukotrihadiyono, T., Ghozali, F., Sutarto Economics in Deepwater Applications”, SPE
L., B., Heko R., B., “Integrated Sand Control paper 56716-MS
Methodology Utilization of Thru Tubing Sand Wu, B., Tan, C.P., Li, Q., Rahim, H., Kartoatmodjo,
Screen Technology”, IPA paper 16-E-579 G., Friedel, T., “Sand Production Prediction foR
Mishra, S., U., Stanford, Caudle, B.H., “A Simplified A Mature Oil Field Offshore East Malaysia – A
Procedure for Gas Deliverability Calculations Case Study”, SPE paper 133375-MS
Using Dimensionless IPR Curves”, SPE paper Yi, X., Valko, P.P., Russell, J.E., “Predicting Critical
13231-MS Drawdown for The Onset of Sand Production”,
Nations, J.F., “Lithology and Porosity from Acoustic SPE paper 86555-MS

LAMPIRAN

Gambar 13. Well diagram dari Sumur-X setelah pemasangan sandscreen.


JTMGB, Vol. 14 No. 2 Agustus 2017: 55-66
66
Time Lapse 4D-Microgravity untuk Optimasi Waterflood terhadap Produksi
Lapangan Tanjung, Kalimantan Selatan

Waterflood Performance Monitoring : 4 D –Microgravity and Vertical Electrical


Sounding (VES). Approach in Tanjung Complex Structure Tanjung Field,
South Kalimantan

Fahmi Bajry1, Bambang Prasetiyo2, R. Agung Indra Wardhana3 dan Wawan Gunawan A. Kadir4
1fahmibajry@yahoo.com;
2bambang.prasetiyo@pertamina.com;
3agung.wardhana@pertamina.com.
(1)(2)(3)PT. Pertamina EP, Jl. Prof. Dr. Satrio Kav. 164, Jakarta 12950
(4)LAPI ITB, Gedung B – ITB, Jalan Ganesha No. 15-B Bandung 40132

Abstrak

Lapangan Tanjung secara geografis terletak di Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan. Struktur
Tanjung merupakan penghasil produksi minyak terbesar di Lapangan Tanjung dengan Formasi Lower Tanjung
dan Basement Fracture sebagai reservoir yang terbagi menjadi 7 zona penghasil hidrokarbon yaitu Zona F,
E, D, C, B, A dan P (basement). Untuk meningkatkan produksi minyak di Struktur Tanjung sejak tahun 1995
dilakukan salah satu metode EOR (Enhanced Oil Recovery) yaitu waterflood.
Dua aspek penting dalam EOR demi tercapainya efisiensi proses penyapuan fluida injeksi adalah
monitoring dan simulasi perilaku pergerakan fluida reservoir sebagai respons dari aktivitas proses injeksi dan
produksi. Teknologi monitoring secara tidak langsung seperti metode Time Lapse 4D-Microgravity merupakan
salah satu alternatif untuk mendapatkan gambaran pergerakan fluida dalam reservoir. Perubahan nilai
gravity dalam reservoir dianalisis selama enam bulan (November 2014 dan April 2015) dalam rangka untuk
mendapatkan gambaran yang lebih jelas antara hubungan produksi-injeksi. Vertical Electrical Sounding (VES)
dan data curah hujan juga digunakan untuk menghilangkan pengaruh muka air tanah terhadap nilai gravity.
Berdasarkan hasil Time Lapse 4D-Microgravity dan perubahan densitas fluida serta dipengaruhi oleh
sesar NW-SE, Struktur Tanjung dapat dibagi menjadi 4 blok tingkat efisiensi waterflood. Blok I dan Blok III
memiliki nilai anomali microgravity negatif yang menunjukkan bahwa masih kurangnya injeksi air di blok
tersebut. Blok II memiliki nilai anomali microgravity nol yang menunjukkan indeks keseimbangan laju injeksi
produksi dan efisiensi penyapuan hidrokarbon berjalan sangat baik. Sedangkan Blok IV menunjukkan kondisi
reservoir undersaturated dengan anomali positif. Perubahan tekanan dapat diketahui juga dengan Time Lapse
4D-Microgravity. Dari perubahan tekanan menunjukkan bahwa proses waterflood sudah baik dieksekusi pada
zona C dan D terlihat dari kesesuaian perubahan tekanan di zona tersebut dengan hasil perubahan tekanan
konversi dari nilai microgravity. Deconvolution Simulation of Mass Volume Density (DSMVD) direncanakan
untuk penelitian lebih lanjut untuk identifikasi pergerakan fluida di setiap lapisan reservoir berdasarkan
perubahan densitas fluida.
Kata Kunci: 4D-Microgravity, EOR, waterflood, struktur Tanjung.

Abstract

Tanjung field is geographically located in Tabalong Regency, South Kalimantan. Tanjung structure is the
largest producer of oil production in Tanjung Field with Lower tanjung Formation and Basement Fracture as
a reservoir which is divided into seven zones, namely the hydrocarbon-producing zone F, E, D, C, B, A, and P
(basement). To increase the production of oil in Tanjung structure, since 1995 carried out one of the methods of EOR
(Enhanced Oil Recovery) is waterflood.
Two important aspects in order to achieve efficiency EOR localized fluid injection process is monitoring
and simulating the behavior of the reservoir fluid movement in response to the injection process and production
activity. Technology indirect monitoring methods such as Time Lapse 4D-Microgravity is one alternative to get
a picture of the movement of fluids in the reservoir. Fluid density change in the reservoirs were analyzed over a

67
JTMGB, Vol. 14 No. 2 Agustus 2017: 67-78
68

six months interval (November 2014 and April 2015) in order to obtain a clearer picture between the production-
injection relationship in this area. Vertical Electrical Sounding (VES) and rainfall data was also used to eliminate
shallow groundwater influence to the microgravity values.
The result divides the study area into four blocks according to different characteristics due to density change,
influenced by NW-SE fault. Block I and Block III have negative anomaly, indicating lack of water injection over these
areas. Block II has balance index of injection-production rate by zero gravity anomaly, whereas Block IV shows an
undersaturated reservoirs condition with positive anomaly. Formation pressure of C and D layers in key wells acquired
from 4D microgravity results, which has similarity with actual formation pressure data, shows unsignificant change
in formation pressure, indicating that the waterflood process was well executed. Time-lapse microgravity was well
applied at the Tanjung Structure to monitor waterflood perfomance. Deconvolution Simulation of Mass Volume Density
(DSMVD) is planned for further research to identify fluid movement in each reservoir due to density change.
Keywords: 4D-Microgravity, EOR, Waterflood, Struktur Tanjung.

I. PENDAHULUAN II. PERMASALAHAN

Lokasi struktur Tanjung terletak ± 240 Pada awal waterflood memang


km sebelah timur-laut kota Banjarmasin (Gambar menunjukkan hasil yang sangat signifikan
1) berada pada kabupaten Tabalong, Kalimantan dalam efisiensi penyapuan minyak (Gambar 2),
Selatan, ditemukan pada tahun 1898 dengan akan tetapi untuk saat ini tidak begitu efisien
berhasilnya pemboran sumur eksplorasi T-001 oleh dikarenakan kurangnya gambaran pergerakan
perusahaan Belanda “Mijnbouw Maatschappij fluida injeksi dan area penyapuan minyak.
Martapoera”. Struktur Tanjung memiliki closure Diperlukan teknologi untuk me-monitoring
seluas ± 27 km2 merupakan antiklinal asimetris kinerja waterflood yang pada dasarnya digunakan
dengan arah sumbu aksial timur laut–barat daya. untuk optimalisasi proses penyapuan fluida
Secara stratigrafi memiliki 7 lapisan produktif antara injeksi dan mengetahui hubungan pergerakan air
lain 6 lapisan batupasir Lapisan A, B, C, D, E & F injeksi dengan struktur geologi.
(Formasi Lower Tanjung) dan 1 lapisan vulkanik
Lapisan P dengan tekanan reservoir awal sekitar III. METODOLOGI
1600 psi. Mekanisme pendorong yang bekerja pada
seluruh lapisan adalah solution gas drive dengan Pada Lapangan Tanjung diagram alir
weak water drive. Sejak tahun 1995 telah dilakukan akuisisi, pengolahan dan interpretasi data yang
waterflood untuk meningkatkan produksi minyak lebih rinci (Gambar 3). Pada tahap kegiatan
dan mempertahankan tekanan reservoir. Akuisisi, data tahun 2014 dan 2015 melengkapi
Metode untuk mengetahui efektivitas dan koleksi data di Lapangan Tanjung sebelumnya
letak posisi sumur injeksi maka dilakukan survey (2006 dan 2007). Dengan melakukan koreksi
microgravity untuk mendapatkan nilai perubahan earth tide dan koreksi drift diperoleh 4 (empat)
gravity pada selang waktu tertentu (time lapse Gobs di Lapangan Tanjung. Perhitungan Time-
microgravity) yang digunakan untuk mengetahui Lapse Microgravity (TLM) dilakukan pada
perubahan massa air di dalam permukaan (Koth Desember 2006 – April 2007, Desember 2006 –
dan Long, 2012). Dalam penelitian ini, metode November 2014, Desember 2006 – April 2015,
ini didekati dengan koreksi efek air tanah dangkal November 2014 – April 2015. Koreksi muka air
dari data curah hujan dan data Vertikal Electrical tanah mempertimbangkan data curah hujan dan
Sounding (VES) untuk menganalisis perubahan hasil pemodelan inversi data resistivitas semu
distribusi massa dalam reservoir yang sangat pengukuran VES (2014 dan 2015). Pemodelan
dipengaruhi oleh kegiatan injeksi, mengidentifikasi inversi data resistivitas menghasilkan beda muka
gerakan injeksi air dengan proses dekonvolusi air tanah pada selang waktu November 2014 –
dan mengidentifikasi hubungan antara aktivitas April 2015. Selanjutnya beda muka air tanah
injeksi dan struktur geologi di Struktur Tanjung tersebut dikonversi ke dalam satuan mGal untuk
dari November 2014 sampai April 2015 (6 bulan). koreksi TLM. Peta TLM yang sudah terkoreksi
Gaya gravitasi diukur dengan portable gravimeter selanjutnya dianalisis dengan mempertimbangkan
Scintrex CG5. data geologi, produksi dan injeksi, porisitas
Time Lapse 4D-Microgravity untuk Optimasi Waterflood terhadap Produksi Lapangan Tanjung, Kalimantan Selatan
(Fahmi Bajry, Bambang Prasetiyo, R. Agung Indra Wardhana dan Wawan Gunawan A. Kadir) 69

dan permeabilitas, tekanan, saturasi, serta log Koreksi Drift


densitas. Untuk melengkapi interpretasi di
Lapangan Tanjung, peta TLM diturunkan untuk Koreksi drift diberikan sebagai akibat
memperoleh peta perubahan densitas (dengan adanya perbedaan pembacaan gravity dari stasiun
teknik dekonvolusi), peta perubahan saturasi yang sama pada waktu yang berbeda, yang
dan peta perubahan tekanan. Peta-peta tersebut disebabkan karena adanya guncangan pegas alat
kemudian digunakan untuk mengidentifikasi gravimeter selama proses transportasi dari satu
perilaku reservoar, deliniasi sesar, pergerakan stasiun ke stasiun lainnya. Untuk menghilangkan
fluida, memberikan rekomendasi dari aktifitas efek ini, Akuisisi data didesain dalam suatu
produksi dan injeksi. rangkaian tertutup, sehingga besar penyimpangan
tersebut dapat diketahui dan diasumsikan linier
4D-Microgravity pada selang waktu tertentu (t).

Nilai pembacaan dari data hasil


pengukuran gravity menunjukkan besar gaya
tarik gravitasi akibat massa di bumi dan efek
rotasi bumi. Sehingga dalam pengolahan data Koreksi Earth Tide
gravity, terdapat beberapa koreksi yang harus
dilakukan sebelum data dapat diinterpretasikan. Koreksi ini dilakukan untuk menghilangkan
Semua efek gaya tarik gravitasi yang tidak efek gravity benda-benda di luar bumi seperti
berkaitan dengan efek perubahan densitas bawah matahari dan bulan. Efek gravity bulan di titik P
permukaan harus dihilangkan (dikoreksi). Efek- pada permukaan bumi diberikan oleh persamaan
efek tersebut adalah variasi latitude, perubahan potensial berikut ini :
elevasi, topografi, dan pasang surut.
Untuk mendapatkan anomali
4D-microgravity, pengukuran gravity harus
dilakukan minimal sebanyak dua kali. Jika waktu
dimana :
pengukuran pertama dinyatakan dengan t1 dan
ø = lintang,
pengukuran kedua dinyatakan dengan t2, maka
δ = deklinasi,
nilai anomali time lapse microgravity untuk tiap
t = moon hour angle,
titik dapat dihitung dengan persamaan (Kadir et
c = jarak rata-rata ke bulan.
al.,2009).
Estimasi Perubahan Densitas

Dari anomali time-lapse gravity (Δg) kita


Persamaan ini menunjukkan bahwa dapat menurunkan nilai kontras densitas (Δρ)
sumber dari anomali time-lapse microgravity dengan menggunakan teknik dekonvolusi. Pada
yang diperoleh dari proses pengurangan prinsipnya, proses dekonvolusi adalah ekuivalen
nilai gravity observasi yang kedua dengan dengan proses inversi linier dimana operator
yang pertama, adalah yang disebabkan oleh dekonvolusi didesain sehingga menghasilkan
kontras densitas (ΔgB(x,y,z,Δt)) dan perubahan beda paling minimum antara nilai prediksi dan
ketinggian.Perubahan ketinggian sebesar 1 cm nilai observasi.
yang ditunjukkan oleh aΔh(x,y,z,Δt), nilainya Secara matematik, anomali gravity
setara dengan 3.4 µGal time-lapse microgravity merupakan hasil konvolusi antara operator Ri yang
(Allis and Hunt, 1986) dan bernilai postif untuk bergantung pada geometri benda penyebab anomali
amblesan. Sedangkan perubahan slab Bouguer beserta jarak benda tersebut dari stasiun pengukuran
(bρBΔh(x,y,z,Δt)) dari amblasan sebesar 1 cm, dan distribusi densitasnya (Kadir, 1996)
nilainya setara dengan -0.79 µGal time-lapse
microgravity untuk densitas Bouguer (ρB) sebesar
1.94 gr/cc.
JTMGB, Vol. 14 No. 2 Agustus 2017: 67-78
70

Berdasarkan persamaan ini, distribusi


densitas bawah permukaan dapat diturunkan
dari anomali gravity di permukaan dengan
menggunakan formulasi dekonvolusi yang
diekspresikan oleh persamaan berikut :
dimana :
M&N = Elektroda Beda Potensial (mV)
A & B = Elektroda Kuat Arus (mA)
Dari hasil pengukuran VES ini didapatkan
nilai hambatan jenis dengan persamaan sebagai
dimana Ci ≈ 1/Ri dan dikenal sebagai operator berikut :
dekonvolusi yang digunakan untuk mentransform
anomali Bouguer menjadi distribusi densitas
bawah permukaan.

Estimasi Apparent Saturation Hasil pengukuran VES ini digunakan


untuk koreksi data microgravity terhadap lapisan
Berdasarkan kontras densitas (Δρ), dapat akuifer yang dapat mengganggu interpretasi data
diestimasi nilai apparent saturation dengan microgravity. Untuk koreksi muka air tanah pada
menggunakan metode inversi Marquardt, TLM yang menggunakan baseline pengukuran
dimana persamaan dasar yang digunakan adalah 2006 maka digunakan analogi dari data yang
persamaan densitas yang diturunkan dari Schön tersedia (data curah hujan, VES 2014, dan VES
(1995). 2015). Dengan variasi perubahan muka air tanah
terjadi akibat pengaruh intensitas curah hujan,
Δρ = ø(ρ2 - ρ1)(Sf - 1) maka berdasarkan data curah hujan di stasiun
BMKG yang ada di Kalimantan Selatan, maka
dengan ø porositas, ρ2 densitas air injeksi, ρ1 kita bisa mendapatkan faktor pengali untuk
densitas minyak, dan Sf saturasi air. Dalam hal koreksi pada masing-masing perioda TLM
ini, kontras densitas (Δρ) diperoleh melalui teknik dengan referensi perubahan muka air tanah 2014
dekonvolusi. dan 2015 (Gambar 4).

Estimasi Apparent Pressure IV. HASIL DAN DISKUSI

Nilai apparent pressure (ΔP) dapat Hasil pemodelan inversi data VES untuk
diestimasi dengan menggunakan persamaan mendapatkan kedalaman muka air tanah pada
tekanan yang diturunkan dari Allis et al. (2000),masing-masing periode pengukuran ditunjukkan
dimana input datanya adalah kontras densitas pada Gambar 5. Berdasarkan perubahan muka
(yang diperoleh melalui teknik dekonvolusi) dan air tanah yang dihasilkan dari pemodelan inversi
ketebalan reservoir (dari data sumur). tersebut, selanjutnya dibuat kontur perubahan
muka air tanah dan nilai koreksi ketinggian muka
ΔP = Δρ . g . Δh air tanah pada nilai microgravity (Gambar 6).
Peta TLM 4-3 yang ditunjukkan pada
dimana ΔP perubahan tekanan (Pascal), Δρ Gambar 7 adalah pola anomali yang diperoleh
kontras densitas (kg/m3), g percepatan gravitasi setelah dilakukan koreksi perubahan VES serta
dan Δh ketebalan reservoir (m). telah dilakukan lowpass filter dengan lebar
jendela 600 meter. Proses yang dilakukan untuk
Vertical Electrical Sounding (VES) mendapatkan pola anomali ini adalah upaya
untuk meminimalisasi pengaruh muka air tanah
Dalam pengukuran Vertical Electrical akibat curah hujan sehingga diharapkan anomali
Sounding (VES) menggunakan konfigurasi target dari reservoir menjadi dominan dalam
Schlumberger. konteks penguatan signal to noise ratio.
Time Lapse 4D-Microgravity untuk Optimasi Waterflood terhadap Produksi Lapangan Tanjung, Kalimantan Selatan
(Fahmi Bajry, Bambang Prasetiyo, R. Agung Indra Wardhana dan Wawan Gunawan A. Kadir) 71

Dari Peta Time Lapse Microgravity, peta TLM dengan baseline pengukuran 2006
Struktur Tanjung terbagi atas 4 blok berdasarkan ditunjukkan pada Gambar 9.
nilai perubahan densitas dan gravity : Blok I yang Perhitungan dekonvolusi dengan input
berada di area utara Struktur Tanjung menunjukkan data TLM 2-1, 3-1, dan 4-1 dilakukan untuk
nilai anomali gravity negatif yang terindikasi di mendapatkan peta perubahan densitas di daerah
area tersebut masih kekurangan injeksi, Blok II penelitian. Berdasarkan hasil perhitungan
yang berada di area barat laut Struktur Tanjung dekonvolusi (Gambar 10) ditunjukkan rentang
menunjukkan nilai anomali gravity nol yang berarti perubahan densitas pada kedalaman target
area tersebut stabil proses injeksi dan produksi, (reservoir) pada masing-masing TLM 2-1, 3-1,
Blok III yang berada di area tengah Struktur dan 4-1 secara berturut turut adalah (-0.022
Tanjung menunjukkan nilai anomali gravity sampai +0.022 g/cc), (-0.018 sampai +0.018 g/
negatif yang terindikasi di area tersebut masih cc), dan (-0.014 sampai +0.014 g/cc).
kekurangan injeksi, dan Blok IV yang berada di Hasil perhitungan perubahan densitas
area selatan Struktur Tanjung menunjukkan nilai dengan teknik dekonvolusi selanjutnya digunakan
anomali gravity positif yang terindikasi di area untuk memperoleh peta perubahan saturasi positif
tersebut sudah jenuh oleh air injeksi. (Gambar 11), peta perubahan saturasi negatif
Perhitungan dekonvolusi dengan input (Gambar 12), dan peta perubahan tekanan (Gambar
data TLM 4-3 dilakukan untuk mendapatkan 13) di daerah penelitian. Pada peta perubahan
peta perubahan densitas di daerah penelitian. saturasi positif menunjukkan penambahan saturasi
Berdasarkan hasil perhitungan dekonvolusi maksimal mencapai 30% pada selang waktu
(Gambar 8a) ditunjukkan rentang perubahan pengukuran 2006 sampai 2007, sedangkan pada
densitas pada kedalaman target (reservoir) adalah peta perubahan saturasi negatif menunjukkan
-0.014 sampai +0.014 g/cc. Perubahan densitas pengurangan saturasi mencapai 12% pada selang
paling negatif ditunjukkan pada Blok I dan III. waktu pengukuran 2006 sampai 2007. Pada peta
Sedangkan perubahan densitas paling positif perubahan tekanan menunjukkan penurunan
ditunjukkan sebagai efek tepi di sebagian kecil tekanan mencapai 25 Psi disekitar blok II.
bagian selatan Blok IV.
Hasil perhitungan perubahan densitas Korelasi Data 4D-Microgravity dengan Data
dengan teknik dekonvolusi selanjutnya Tekanan Sumur
digunakan untuk memperoleh peta perubahan
saturasi positif (Gambar 8b), peta perubahan Trend data tekanan pada reservoir untuk
saturasi negatif (Gambar 8c), dan peta perubahan zona ABCD ditunjukkan pada Gambar 14.
tekanan (Gambar 8d) di daerah penelitian. Pada Persamaan polinomial sebelum tahun 1990-an
peta perubahan saturasi positif menunjukkan cukup mewakili variasi tekanan. Hal ini berkaitan
penambahan saturasi maksimal mencapai 15%, dengan aktivitas di daerah penelitian sebelum
sedangkan pada peta perubahan saturasi negatif aktivitas injeksi dilakukan. Setelah aktivitas
menunjukkan pengurangan saturasi mencapai 8% injeksi dilakukan, data tekanan pada tahun 1990-
(disekitar Blok I dan III). Pada peta perubahan an sampai 2006 menghasilkan estimasi yang
tekanan menunjukkan penurunan tekanan cukup besar tingkat keyakinannya.
mencapai 25 Psi disekitar Blok I dan III. Peta dekonvolusi yang kemudian
diturunkan menjadi peta perubahan tekanan
Analisis Data 4D-Microgravity dengan Baseline merupakan peta perubahan tekanan dengan 30%
Pengukuran 2006 tekanan mendominasi di daerah penelitian. Jika
70% dominasi tekanan maka harga perubahan
Proses yang dilakukan untuk tekanan juga berubah menjadi dua kali lipat.
mendapatkan pola-pola anomali pada bagian Peta perubahan tekanan yang dihasilkan dan data
ini juga dilakukan hal yang sama sebagaimana tekanan sumur di daerah penelitian selanjutnya
TLM 4-3. Analisa data 4D-microgravity dengan diperbandingkan untuk melihat estimasi trend
baseline pengukuran 2006 dan data curah hujan yang ada. Perkembangan dari cakupan penelitian
untuk koreksi muka air tanah akan menghasilkan selanjutnya diarahkan untuk melihat perubahan
3 peta TLM 2-1, 3-1, dan 4-1. Perbandingan tekanan di key well. Nilai perubahan tekanan
JTMGB, Vol. 14 No. 2 Agustus 2017: 67-78
72

ditinjau pada key well, dengan lokasinya • Evaluasi lanjut 4D-Microgravity dilakukan
ditunjukkan pada Gambar 15. menggunakan Teknik DSMVD untuk dapat
Gambar 16 secara berturut-turut mengetahui perubahan densitas fluida tiap
menunjukkan overlay perubahan tekanan yang lapisan reservoir.
diturunkan dari pengukuran TLM (plot bulat • Data Time Lapse 4D-Microgravity
warna merah) terhadap data tekanan sumur dari menunjukkan sesar utama (SW-NE) dan
zona A, zona B, zona C, dan zona D. beberapa sesar yang berarah NW-SE
Berdasarkan perbandingan ini terlihat berfungsi sebagai sealing fault.
bahwa trend perubahan tekanan yang dihasilkan Dengan hasil penelitian ini, maka akan
dari TLM relatif lebih datar dibanding trend direkomendasikan kegiatan untuk optimalisasi
estimasi pada pressure history sumur yang ada di waterflood sebagai berikut :
zona A dan zona B. Selanjutnya untuk perubahan 1. Hasil analisa menunjukkan pada Struktur
tekanan di zona C dan zona D terlihat korelasi Tanjung terdapat area yang mengalami
yang cukup baik antara trend estimasi pada pengurangan dan penambahan massa fluida,
pressure history dengan perubahan tekanan yang sehingga direkomendasikan perlunya
diturunkan dari TLM. melakukan pengaturan laju injeksi/
pemeliharaan tekanan.
Diskusi 2. Hasil studi 4D-Microgravity digunakan
untuk optimasi waterflood di Zona A dan B
Anomali Time lapse 4D-Microgravity (less injection support) dengan menggunakan
ini sangat membantu untuk menunjukkan multilayer packer dan melakukan konversi
pergerakan air injeksi di lapangan hidrokarbon sumur suspended atau produksi menjadi
tetapi masih memiliki kelemahan yaitu tidak sumur injeksi atau sebaliknya.
bisa mengukur nilai microgravity untuk tiap 3. Monitoring pergerakan air injeksi lebih
lapisan reservoir. Dipelukan untuk evaluasi lanjut survey dengan menggunakan time-
lanjut 4D-Microgravity dilakukan menggunakan lapse microgravity direkomendasikan untuk
Teknik DSMVD (Susanti Alawiyah,2009) untuk dilakukan secara berkala sejalan dengan
dapat mengetahui perubahan densitas fluida tiap aktivitas waterflood Struktur Tanjung.
lapisan reservoir.
UCAPAN TERIMA KASIH
V. KESIMPULAN & SARAN
Ucapan terimakasih disampaikan kepada
Berikut beberapa kesimpulan dari hasil Project Manager I/EOR Tanjung Pertamina EP
penelitian ini, diantaranya : Bapak Ari Buhari, VP EOR Pertamina EP Bapak
• Struktur Tanjung terbagi atas 4 blok Andi Wardhana Bachtiar, SKK MIGAS, DITJEN
berdasarkan nilai perubahan densitas dan MIGAS, Badan Koordinasi Penanaman Modal,
gravity. Blok I & III yang berada di area utara dan PT LAPI ITB atas dukungan dan izinnya
dan tengah Struktur Tanjung menunjukkan untuk mempublikasikan penelitian ini.
nilai anomali gravity negatif yang terindikasi
kekurangan injeksi. Blok II di area barat laut REFERENSI
Struktur Tanjung menunjukkan nilai anomali
gravity nol yang berarti area tersebut stabil Alawiyah, Susanti., 2009, Aplikasi Data Gaya
injeksi dan produksinya. Blok IV di area Berat Mikro Selang Waktu untuk Pemodelan
selatan Struktur Tanjung menunjukkan nilai Perubahan Densitas Fluida Reservoir Multilayer
anomali gravity positif yang berarti area dan Simulasi 3D Pergerakan Fluida, Disertasi
Fakultas Pasca Sarjana ITB.
tersebut sudah jenuh oleh air injeksi.
Allis, R. G., Gettings, P., and Chapman, D. S., 2000,
• Perubahan tekanan 2006 sampai dengan Precise Gravimetry and Geothermal Reservoir
2015 secara umum berharga relatif kecil, Management, Proceedings Twenty-Fifth
sehingga dapat disimpulkan bahwa proses Workshop on Geothermal Reservoir Engineering,
injeksi-produksi sudah berjalan dengan baik Stanford University, Stanford, California,
khususnya di reservoir C dan D. January 24-26, 2000
Time Lapse 4D-Microgravity untuk Optimasi Waterflood terhadap Produksi Lapangan Tanjung, Kalimantan Selatan
(Fahmi Bajry, Bambang Prasetiyo, R. Agung Indra Wardhana dan Wawan Gunawan A. Kadir) 73

Alis, R.G., T.M. Hunt, 1986, Analysis of exploration- Surabaya, p.94-99.


induced gravity changes at Wairakei geothermal Kadir W.G.A. and D. Santoso, 2000, Porosity
field, Geophysics 51, p.1647-1660. estimation of a porous rock using 4- D gravity
Hare J.L., J.F. Ferguson, C.L.V. Aiken and J.L. survey, Proceeding of 2000 AAPG International
Braddy,1999, The 4D- microgravity method Conference & Exhibition, Bali.
for waterflood surveillance: A model study Alawiyah, S., and Setianingsih, 2009, Time-Lapse
for the Prudhoe Bay reservoir, Alaska, Microgravity Anomaly of Carbonate Reservoir
Gweophysics,v.44, No.1,p.76-87. and Its Correlation with Physical Properties of
Hunt T.M. and W.M. Kissling, 1994, Determination of The Reservoir, Case Study: Carbonate Reservoir
reservoir properties at Warirakei geothermal field of Baturaja Fm at ‘X’ Field, South Sumatra,
using gravity changes measurement, J. Volcanol, Indonesia, Jurnal Geofisika – HAGI
Geotherm.Res, 63, p.129-143. Koth, K and Long, A., 2012. Microgravity Methods for
Kadir, W.G.A., 1996, Dekonvolusi Anomali Characterization of Groundwater-Storage Changes
Gayaberat Bouguer dan Derivatif Vertikal Orde and Aquifer Properties in the Karstic Madison
Dua dengan Menggunakan Persamaan Dasar Aquifer in the Black Hills of South Dakota:
Potensial, Studi Kasus : P.Sumatra, Disertasi Scientific Investigations Report 2012-5158.
Fakultas Pasca Sarjana ITB. Schön J.H., 1996. Physical Properties of Rocks:
Kadir W.G.A., 1999, The 4-D gravity survey and its Fundamentals and Principles of Petrophysics
subsurface dynamics : a theoretical approach, (Handbook of Geophysical Exploration Series).
Proceeding of 24 HAGI annual meeting, Pergamon Press, London.

LAMPIRAN

Gambar 1. Lokasi Lapangan Tanjung Berada 240 km timurlaut dari kota Banjarmasin,
Ibu Kota Provinsi Kalimantan Selatan (Google Earth).
JTMGB, Vol. 14 No. 2 Agustus 2017: 67-78
74

Gambar 2. Performa kinerja optimasi waterflood Struktur Tanjung sampai tahun 2016.

Gambar 3. Workflow dari Studi 4D-Microgravity dan Vertical Elctrical Sounding (VES).
Time Lapse 4D-Microgravity untuk Optimasi Waterflood terhadap Produksi Lapangan Tanjung, Kalimantan Selatan
(Fahmi Bajry, Bambang Prasetiyo, R. Agung Indra Wardhana dan Wawan Gunawan A. Kadir) 75

Gambar 4. Data curah hujan di stasiun BMKG yang ada di Kalimantan Selatan, maka kita bisa mendapatkan faktor
pengali untuk koreksi pada masing-masing perioda TLM dengan referensi perubahan muka air tanah 2014 dan 2015.

Gambar 5. Hasil pemodelan inversi data VES untuk mendapatkan kedalaman muka air tanah pada masing-masing
periode pengukuran (2014 & 2015).

Gambar 6. (A) Struktur Tanjung menunjukkan ketinggian muka air tanah dari tahun 2014 -2015 berkisar antara 0-3
meter, (B) Koreksi ketinggian muka air tanah pada nilai microgravity.
JTMGB, Vol. 14 No. 2 Agustus 2017: 67-78
76

Gambar 7. Peta time-lapse 4D-Microgravity (2014 -2015) menujukkan adanya 4 Blok, Blok I dan III menunjukkan
indikasi area yang kurang support injeksi, Blok II menunjukkan area yang stabil antara produksi & injeksi,dan Blok IV
menunjukkan area yang telah kelebihan support injeks.

Gambar 8. Peta perubahan densitas fluida (a), Peta apparent saturasi positif (b), Peta apparent saturasi negatif (c), Peta
apparent tekanan (d).

Gambar 9. Peta Time Lapse 4D-Microgravity dengan baseline data pengukuran microgravity tahun 2006.

Gambar 10. Peta Perubahan Densitas Fluida dengan baseline data pengukuran tahun 2006.
Time Lapse 4D-Microgravity untuk Optimasi Waterflood terhadap Produksi Lapangan Tanjung, Kalimantan Selatan
(Fahmi Bajry, Bambang Prasetiyo, R. Agung Indra Wardhana dan Wawan Gunawan A. Kadir) 77

Gambar 11. Peta Apparent Saturasi positif dengan baseline data pengukuran tahun 2006.

Gambar 12. Peta Apparent Saturasi negatif dengan baseline data pengukuran tahun 2006.

Gambar 13. Peta Apparent Tekanan dengan baseline data pengukuran tahun 2006.

Gambar 14. Trend tekanan zona reservoir A,B,C,dan D struktur Tanjung.


JTMGB, Vol. 14 No. 2 Agustus 2017: 67-78
78

Gambar 15. Lokasi key well untuk melihat perubahan tekanan.

Gambar 16. Overlay perubahan tekanan dari nilai microgravity (titik merah)
pada zona reservoir A,B,C,dan D struktur Tanjung.
Memanfaatkan Batubara Kalori Rendah dengan Cairan Rumen Menjadi
Sumber Gas Metana untuk Energi Listrik Masa Depan

Utilizing Low Calorie Coal with Rumen Fluid To Be a Source of Methane Gas for
Future Electrical Energy

Kosasih1, Dewi Susan Brataningtyas2, Dahrul Effendi3, Byan Muslim Pratama4,


Bambang Agus Widjajanto5 dan Irawan Sugoro6
1kosasih@lemigas.esdm.go.id; kosasih_29@yahoo.com
(1)(2)(3)(4)(5)Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi “LEMIGAS”
Jl. Ciledug Raya Kav.109, Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan 12230;
(6)Badan Tenaga Nuklir Nasional

Abstrak

Menurunnya harga batubara, minyak, dan gas dunia menyebabkan industri migas dan batubara saat ini
mengalami kelesuan, termasuk di Indonesia. Dilain sisi, kebutuhan akan energi terus meningkat disertai dengan
cadangan energi yang terus menurun. Oleh sebab itu, untuk mensiasati kelesuan industri energi dan memenuhi
kebutuhan energi, perlu diupayakan sumber energi alternatif baru. Salah satunya dengan meningkatkan
manfaat dari batubara kalori rendah seperti Lignit. Lignit dapat dikonversi menjadi sumber gas metana dengan
menambahkan cairan Rumen yang berasal dari limbah lambung sapi. Didalam cairan rumen terdapat populasi
mikroba yang dapat mendegradasi batubara menjadi gas metana. Metode konversi batubara menjadi gas metana
menggunakan cairan rumen belum pernah dilakukan pada penelitian sebelumnya. Gas metana yang dihasilkan
dapat menjadi sumber energi gas atau diubah lebih lanjut menjadi energi listrik. Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan, pada batubara Lignit dengan kondisi permukaan (suhu ruang dan tekanan 1 atm) menghasilkan
gas metana 57,35 cf/ton selama 60 hari atau setara dengan 17,31 Kwh listrik dan produksi gas metana akan terus
meningkat sejalan dengan waktu inkubasi sampai batubara habis terdegradasi. Mikroba cairan rumen mampu
mendegradasi batubara 14 – 46 kg/bulan. Energi listrik yang dihasilkan dari batubara yang telah dikonversi
menjadi gas metana oleh cairan rumen memiliki keunggulan yaitu berbahan baku batubara mutu rendah, ukuran
batubara dapat beragam, alat yang digunakan sederhana, ekonomis, dan resiko rendah sehingga layak apabila
dikembangkan lebih lanjut. Kemampuan mikroba pada cairan rumen dalam mendegradasi batubara menjadi gas
metana, diprediksi dapat diterapkan juga di sumur Coal Bed Methane (CBM).
Kata Kunci: Lignit, cairan rumen, gas metana batubara, energi listrik.

Abstract

The decline in world coal, oil and gas prices has caused the oil and gas industry and coal to be sluggish.
Including in Indonesia. On the other hand, the need for energy continues to increase along with the declining
energy reserves. Therefore, to anticipate the lethargy of the energy industry and meet the energy needs, new
alternative energy sources should be sought. One of them is by increasing the benefits of low calorie coal such
as lignite. Lignite can be converted into a methane gas source by adding rumen fluid from cow gastric waste.
In rumen fluid there is a microbial population that can degrade coal to methane gas. Coal conversion method
to methane gas using rumen fluid has not been done in previous research. The resulting methane gas can be a
source of gas energy or converted further into electrical energy. Based on the research results, on lignite coal
with surface conditions (room temperature and pressure of 1 atm) yield 57.35 cf / ton of methane gas for 60 days
or equivalent to 17.31 Kwh of electricity and methane gas production will continue to increase in line with the
incubation time until the coal is depleted degraded. Rumen fluid microbes are able to degrade from 14 to 46 kg /
month of coal. Electrical energy generated from coal that has been converted to methane gas by rumen fluid has
the advantage of low quality raw coal, the size of coal may vary, the tool used is simple, economical, and low
risk so it is feasible if developed further. The ability of microbes in rumen fluid in degrading coal to methane gas,
predicted to be applied also in Coal Bed Methane (CBM) well.
Keywords: Lignite, Rumen fluid, Coal Bed Methane (CBM), Power supply.

79
JTMGB, Vol. 14 No. 2 Agustus 2017: 79-88
80

I. PENDAHULUAN dimanfaatkan untuk pembuatan biogas dari


sisa sampah organik, namun belum pernah
Potensi batubara di Indonesia masih dimanfaatkan untuk produksi gas metana pada
cukup tinggi, dengan jumlah sumber daya dan batubara.
cadangan batubara sebesar 161 milyar ton dan 28 Kelebihan dari penggunaan cairan rumen
milyar ton, terbagi atas Lignit 59%, sub bituminus dalam produksi gas metana batubara yaitu dapat
27%, bituminus 14% dan antrasit kurang dari diaplikasikan untuk batubara mutu rendah (lignit),
0,5% (ESDM, 2012). Bila diasumsikan tidak meningkatkan nilai dari lignit, proses konversi
ada penemuan cadangan baru maka ketersediaan batubara menjadi gas metana berjalan kontinu,
batubara masih akan bertahan hingga 72 tahun metode yang digunakan cukup sederhana, dan
(OEI, 2015). Namun demikian, harga batubara tidak memerlukan biaya yang terlalu tinggi.
terus mengalami penurunan dikarenakan Oleh sebab itu, teknologi ini tepat jika mulai
kelimpahan produksi batubara yang tinggi, dikembangkan saat ini. Apabila potensi cairan
tidak diimbangi dengan kenaikan kebutuhan. rumen tersebut dapat dimaksimalkan untuk
Keberadaan batubara di industri dan pembangkit memproduksi gas metana batubara, maka akan
tenaga listrik mulai digantikan oleh sumber sangat membantu untuk memenuhi kebutuhan
energi alternatif baru, yaitu shale gas dan shale gas domestik. Selain itu, formulasi dari cairan
oil. Selain itu, keberadaan shale gas dan shale rumen tersebut dapat menjadi nilai jual tersendiri.
oil yang melimpah juga berpengaruh terhadap Gas metana yang dihasilkan, dapat
penurunan harga minyak dan gas dunia. dimanfaatkan salah satunya sebagai energi
Pemanfaatan utama batubara adalah listrik. Keunggulannya dibandingkan dengan
sebagai bahan bakar pembangkit listrik dan sektor Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yaitu
industri. Jenis batubara yang banyak dimanfaatkan berbahan baku batubara mutu rendah, ukuran
adalah batubara yang memiliki kematangan dan batubara dapat beragam, alat yang digunakan
nilai kalori tinggi seperti sub-bituminus dan sederhana, ekonomis, dan resiko rendah sehingga
bituminus. Batubara dengan nilai kalori rendah layak apabila dikembangkan lebih lanjut. Potensi
(lignit), belum banyak dimanfaatkan. Selama ini, lain dari pemanfaatan mikroba pada cairan rumen
pemanfaatan lignit hanya sebagai bahan bakar dalam mendegradasi batubara yaitu diprediksi
boiler pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap dapat meningkatkan Gas Recovery dari sumur
(PLTU). Namun demikian, seiring perkembangan Coal Bed Methane (CBM).
teknologi, telah mulai dikembangkan pembangkit
listrik tenaga matahari, angin dan lainnya yang II. PERMASALAHAN
disebut “clean energy”. Hal ini akan berpotensi
menggantikan batubara sebagai pembangkit Ketahanan dan kelangkaan energi serta
listrik. Berdasarkan permasalahan energi turunnya harga batubara, minyak, dan gas bumi
tersebut, maka perlu dilakukan rekayasa terhadap (migas) menjadi salah satu permasalahan energi
batubara agar kembali memiliki manfaat tinggi saat ini. Oleh sebab itu, perlu dicari sumber
dan bernilai. energi alternatif baru yang dapat mengurangi
Pada penelitian ini, akan dilakukan masalah tersebut. Salah satunya dengan
pemanfaatan lain dari batubara yaitu dikonversi membuat sumber energi gas baru dari batubara
menjadi gas metana melalui proses bioaugmentasi dengan memanfaatkan mikroba dalam cairan
oleh mikroba pada cairan rumen yang merupakan rumen. Penelitian ini dilakukan untuk menjawab
limbah hewan ternak ruminansia. Produksi gas pertanyaan:
metana dari batubara dengan memanfaatkan 1. Apakah mikroba pada cairan rumen dapat
mikroba cairan rumen belum pernah dilakukan mendegradasi batubara menjadi gas metana?
sebelumnya. Gas metana yang dihasilkan akan 2. Berapa potensi gas metana yang dapat
dimanfaatkan lebih lanjut menjadi sumber dihasilkan dari proses biodegradasi batubara
energi gas dan energi listrik. Di dalam cairan menjadi gas metana?
rumen terdapat mikroba metanogen yang dapat 3. Bagaimana potensi pemanfaatan gas metana
mendegradasi batubara menjadi gas metana. yang dihasilkan sebagai alternatif energi gas
Selama ini, mikroba metanogen telah banyak dan listrik?
Memanfaatkan Batubara Kalori Rendah dengan Cairan Rumen Menjadi Sumber Gas Metana untuk Energi Listrik Masa Depan
(Kosasih, Dewi Susan Brataningtyas, Dahrul Effendi, Byan Muslim Pratama, Bambang Agus Widjajanto, dan Irawan Sugoro) 81

4. Apakah keunggulan gas metana dari batubara cairan rumen adalah Methanobacterium
sebagai sumber energi alternatif? formicicum, Methanobrevi bacterruminantium,
Methanomicrobium dan Methanosarcina
Proses Biodegradasi Batubara Menjadi Gas (Hungate,1966). Selain itu terdapat pula mikroba
Metana oleh Cairan Rumen metanogen jenis Methanobrevibacter ruminantiu
dan Methanomicrobium mobile pada cairan
Cairan rumen berasal dari salah satu rumen sapi (Kang et al, 2015)
bagian lambung ternak ruminansia (memamah Proses metanogenesis adalah pembentukan
biak) yang disebut rumen. Didalam cairan gas metana dengan memanfaatkan mikroba
rumen mengandung populasi mikroba yang metanogen. Batubara memiliki komposisi kimia
berperan dalam proses pencernaan pakan yang hampir sama dengan tumbuhan karena
ternak. Seluruh degradasi semua pakan ternak, batubara terbentuk dari sisa tumbuhan yang
dilakukan oleh mikroba rumen secara biokimia. membusuk dan tertumpuk pada kondisi di bawah
Di dalam rumen akan terjadi proses fermentasi permukaan air yang tenang. Keduanya mempunyai
oleh mikroorganisme (bakteri, protozoa, fungi). unsur organik seperti karbon, hidrogen, oksigen,
Cairan rumen dari sapi masih mengandung nitrogen, dan sulfur (Jordening, 2005). Unsur
bahan organik yang tinggi (Manendar, 2010) dan organik pada batubara tersebut dapat didegradasi
merupakan makanan yang belum dicerna secara oleh mikroba, salah satunya mikroba metanogen
sempurna pada lambung pertama ruminansia dan menghasilkan gas metana (Strapoc et al, 2008),
mengandung saliva, mikroba anaerob, selulosa, proses biodegradasi batubara oleh mikroba
hemiselulosa, protein, lemak, karbohidrat, dijelaskan seperti pada Gambar 1.
mineral dan vitamin (Van Soest, 1982).
Salah satu mikroba yang terdapat pada
cairan rumen adalah mikroba metanogen yang
berperan dalam memproduksi gas metana pada
saat degradasi pakan ternak. Sifat mikroba
metanogen adalah anaerob obligat, yang mana
pertumbuhannya akan terhambat oleh adanya
oksigen dan hidup pada kondisi lingkungan
tertentu (pH, suhu, dan tekanan). Blakely
dan Bade (1991) menyatakan bahwa derajat Gambar 1. Biodegradasi Batubara oleh Mikroba(nomor referensi)
keasaman (pH) rumen antara 6,0 sampai 6,8.
Pembentukan gas metana terjadi saat nilai pH Pembentukan gas metana dari
berada pada rentang pH netral, yakni 6,8 sampai batubara terdiri atas 3 proses yaitu proses
7,2 (Eckenfelder, 2000). Nilai pH merupakan hidrolisis, pengasaman, dan pembentukan
salah satu faktor lingkungan yang berperan gas CH4 (Firdaus, 2007). Proses hidrolisis
penting dalam aktivitas mikroba dalam proses adalah pemecahan senyawa rantai panjang
anaerobik. Materi pereduksi, seperti nitrit menjadi senyawa rantai lebih pendek dengan
atau nitrat dapat menghambat kerja mikroba memanfaatkan peran dari mikroba pencerna
metanogen (Campbell, 1983). Suhu dalam rumen selulosa, hemiselulosa, pati, gula, protein, asam
bervariasi tergantung panas tubuh ruminansia dan lipid. Salah satu contohnya memecahkan
berkisar 36 – 42°C. Dan mikroba hidup pada polisakarida menjadi monosakrida dan protein
suhu 39-40°C. menjadi asam amino.
Populasi mikroba dalam cairan rumen Tahap pengasaman (asidifikasi) bertujuan
sangat padat yaitu mengandung sekitar 10 10
untuk memecah senyawa rantai pendek pada
bakteri/ml, 10 protozoa/ml dan 10 fungi/ml tahap hidrolisis menjadi asam-asam lemak volatil
6 3

(Rode, 2000). Mikroba rumen diklasifikasikan (Volatile Fatty Acid, VFA) (Firdaus, 2007).
berdasarkan substrat utama yang digunakan. Pembentukan gas metana (metanogenesis)
Substrat mikroba metanogen yaitu asam dengan memanfaatkan asam organik yang
organik diubah menjadi gas metana dan CO2. terbentuk dari proses asidifikasi. Mikroba ini
Jenis mikroba metanogen yang terdapat pada akan membentuk gas CH4 dan CO2 dari gas H2
JTMGB, Vol. 14 No. 2 Agustus 2017: 79-88
82

(Nijaguna, 2002). Substratnya yang berupa asam dari cairan rumen tersebut dikembangbiakan
organik didekomposisi oleh mikroba metanogen untuk mendapatkan jumlah dan volume yang
menghasilkan metana dalam kondisi anaerob lebih besar. Sampel batubara didapatkan dari
melalui fermentasi asam asetat menjadi metana lapangan tambang batubara dan disimpan
dan CO2 atau reduksi CO2 menjadi metana pada penampungan batubara, digerus menjadi
menggunakan gas hidrogen atau asam format berukuran 60 mesh serta dilakukan analisa awal
yang diproduksi oleh mikroba lain (Campbell, berupa pengujian proximate dan Ultimate. Uji
1983). proximate menggunakan alat LECO TGA 701
yang mengacu pada ASTM D 7582.
III. METODOLOGI PENELITIAN Sampel batubara berukuran 60
mesh dicampurkan dengan cairan rumen
Biodegradasi batubara oleh cairan dan air menggunakan komposisi batubara :
rumen menjadi gas metana dilakukan melalui cairan rumen : air (1:1:1 dan 1:2:1). Proses
fermentasi batubara dengan cairan rumen biodegradasi berjalan secara anaerob (tanpa
dan air, selama waktu inkubasi. Produksi oksigen) dan akan di-monitoring selama waktu
gas metana selama inkubasi dicatat dan di- inkubasi, meliputi:
monitoring. Monitoring dilakukan terhadap • Volume gas di-monitoring melalui pembacaan
tekanan gas, komposisi gas, dan kondisi indikator gauge dan di catat secara berkala
lingkungan inkubasi. Gas yang telah dihasilkan kemudian dikonversi menjadi volume gas.
kemudian dihitung potensinya untuk dijadikan • Temperatur selama proses biodegradasi di-
sumber energi listrik. Secara singkat, roadmap monitoring menggunakan termometer.
penelitian dari batubara menjadi energi listrik • Pengukuran komposisi gas dilakukan pada
yaitu seperti disajikan pada Gambar 2. gas yang telah terbentuk, menggunakan alat
Gas Chromatography tipe “GVA 2261”.
Proses Pembentukan Gas Metana dari • Monitoring mikroba dilakukan melalui uji
Biodegradasi Batubara oleh Cairan Rumen derajat keasaman menggunakan pH meter
dan foto mikroba dilakukan dengan bantuan
Cairan rumen segar dimasukkan kedalam mikroskop yang dilengkapi kamera DHC 30
wadah steril, ditutup rapat, dan divakum. Mikroba dengan perbesaran 400x.

Gambar 2. Roadmap Penelitian Biodegradasi Batubara Menjadi Energi Listrik.


Memanfaatkan Batubara Kalori Rendah dengan Cairan Rumen Menjadi Sumber Gas Metana untuk Energi Listrik Masa Depan
(Kosasih, Dewi Susan Brataningtyas, Dahrul Effendi, Byan Muslim Pratama, Bambang Agus Widjajanto, dan Irawan Sugoro) 83

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian dilakukan terhadap batubara


mutu rendah (lignit) yang belum banyak
dimanfaatkan. Gas metana yang dihasilkan
dari campuran batubara lignit dan cairan rumen
akan menjadi alternatif energi gas baru. Proses
biodegradasi batubara menjadi gas metana
oleh cairan rumen dilakukan terhadap beberapa
parameter pengujian, meliputi ukuran batubara,
komposisi cairan rumen, dan pengaruh pH.
Gambar 3. Pengaruh Ukuran Batubara terhadap Produksi
Perhitungan potensi energi listrik yang dihasilkan
Gas Total dan Gas Metana
dari gas metana produk biodegradasi dihitung
melalui jumlah gas metana yang dihasilkan merupakan proses degradasi batubara secara
terhadap batubara yang terdegradasi. Hasil mekanik, yang akan membantu mikroba dalam
pengujian dan perhitungan, dijabarkan sebagai mempercepat proses degradasi secara biologi
berikut: (biodegradasi) menghasilkan gas metana.

Pengaruh Ukuran Batubara terhadap Pengaruh Komposisi Cairan Rumen terhadap


Produksi Gas Metana Batubara Produksi Gas Metana Batubara

Ukuran batubara memiliki peranan yang Jumlah cairan rumen yang ditambahkan
penting dalam membantu mikroba cairan rumen ke dalam batubara memiliki peranan yang sangat
untuk menghasilkan gas metana. Pengujian yang penting. Semakin besar jumlah cairan rumen
dilakukan terhadap batubara ukuran kerakal dan yang ditambahkan ke dalam batubara, akan
bubuk (60 mesh) selama 60 hari, seperti disajikan menghasilkan gas metana yang semakin besar dan
pada Tabel 1 dan Gambar 3. waktu produksi gas metana semakin cepat. Hal
Berdasarkan Tabel 1, tampak bahwa tersebut dikarenakan, semakin banyak mikroba
ukuran batubara memiliki peranan yang penting yang bekerja untuk mendegradasi batubara
dalam efektifitas produksi gas metana. Semakin menjadi gas metana. Hasil tersebut dapat dilihat
halus ukuran batubara maka gas metana yang pada Tabel 2.
dihasilkan akan semakin besar. Hal tersebut Walaupun gas metana yang dihasilkan
mengindikasikan bahwa mikroba pada cairan berbanding lurus terhadap waktu dan jumlah
rumen akan bekerja lebih baik pada batubara yang cairan rumen yang ditambahkan, tetapi tetap
memiliki luas permukaan lebih besar. Oleh sebab harus diperhatikan efisiensi jumlah cairan rumen
itu, untuk menghasilkan gas metana yang tinggi, yang digunakan, agar jumlah mikroba yang
akan lebih baik jika dilakukan penggerusan ditambahkan tidak berlebih dan sesuai dengan
batubara terlebih dahulu. Penggerusan batubara target, baik dari segi ekonomi dan waktu.
Tabel 1. Pengaruh Ukuran Batubara terhadap Produksi Gas Total dan Gas Metana.

Tabel 2. Pengaruh Komposisi Batubara : Cairan Rumen : Air terhadap Produksi Gas Metana.
JTMGB, Vol. 14 No. 2 Agustus 2017: 79-88
84

Pengaruh Keasaman (pH) terhadap Produksi


Gas Metana Batubara

Mikroba penghasil metana sensitif


terhadap perubahan pH. Nilai pH optimum
dalam mikroba berkisar 7,0 - 7,2. Apabila terjadi
perubahan pH yang ekstrim, maka aktifitas
mikroba metanogen akan menurun. Pada awal
penguraian akan terjadi penurunan pH akibat
terbentuknya asam asetat dan hidrogen sehingga
menimbulkan penurunan pH dan berpotensi
menghambat pertumbuhan mikroba. Batubara
yang mempunyai nilai sulfur tinggi akan lebih
bersifat asam. Batubara yang tercampur dalam
media akan melepaskan sulfur anorganik serta Gambar 4. Perubahan pH selama inkubasi.
senyawa asam-asam organik seperti humat dan
fulvat, sehingga pH menjadi lebih asam. Tabel
3 dan Gambar 4 memperlihatkan nilai pH pada terbukanya cincin piridin menjadi pentanol
setiap perlakuan sampel. (Du et al, 2010).
Nilai pH selama masa inkubasi berkisar Berdasarkan gas metana yang dihasilkan
6,1-7,7. Nilai pH tersebut sesuai dengan pH oleh batubara mutu rendah dengan memanfaatkan
optimal dari mikroba metanogen. Mikroba cairan rumen terhadap parameter ukuran dan
dalam rumen hidup pada pH 5,5–7 (Hungate, komposisi cairan rumen, maka semakin halus
1966). Perubahan pH menunjukkan bahwa ukuran batubara dan semakin tinggi komposisi
mikroba metanogen dapat mendegradasi cairan rumen akan menghasilkan gas metana
batubara dan memproduksi asam-asam volatil yang semakin besar. Dari keseluruhan pengujian,
dan organik dalam jumlah yang lebih tinggi. dapat dikatakan bahwa potensi cairan rumen
Asam-asam volatil (VFA) yang terbentuk dalam mendegradasi batubara mutu rendah
seperti asam asetat, propionat dan butirat. menjadi gas metana sangat besar serta layak
Biodegradasi batubara juga menyebabkan untuk dilakukan dalam skala besar.
terjadinya desulfurisasi yaitu pelarutan sulfur Gas metana yang dihasilkan oleh
ke dalam media cair dalam bentuk ion sulfat batubara mutu rendah dengan ukuran 60 mesh
(SO42-) sehingga terbentuk asam sulfat dan dan perbandingan batubara : cairan rumen : air
menciptakan kondisi asam. Selain itu pada (1:2:1) adalah sebesar 57,35 scf/ton pada hari
tahap metagenesis, asam-asam organik ke-60. Hasil tersebut akan terus bertambah
diuraikan menjadi metana dan karbondioksida, dengan semakin lamanya waktu inkubasi,
kemungkinan terbentuknya amonia (NH3) yang dan akan berhenti memproduksi ketika
meningkatkan pH larutan (Kresnawaty, 2008). substrat mikroba yang berupa batubara habis
Peningkatan pH terjadi karena dihasilkannya terdegradasi. Mikroba akan terus bertahan
senyawa amonia dari hasil degradasi piridin hidup dan bekerja selama masih terdapat
pada batubara. Amonia dihasilkan karena batubara.

Tabel 3. Hasil Pengukuran pH sub-bituminus pada temperatur 30-60°C selama Inkubasi.


Memanfaatkan Batubara Kalori Rendah dengan Cairan Rumen Menjadi Sumber Gas Metana untuk Energi Listrik Masa Depan
(Kosasih, Dewi Susan Brataningtyas, Dahrul Effendi, Byan Muslim Pratama, Bambang Agus Widjajanto, dan Irawan Sugoro) 85

Tabel 4. Degradasi Substrat Batubara oleh Cairan Rumen Fungsi Waktu Inkubasi.

Perhitungan jumlah substrat batubara yang Perhitungan Potensi Energi Listrik dari Gas
terdegradasi oleh cairan rumen Metana hasil Degradasi Batubara oleh Cairan
Rumen
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan, dapat dihitung besarnya jumlah Hasil biodegradasi batubara oleh cairan
batubara yang terdegradasi oleh mikroba cairan rumen, akan menghasilkan gas metana yang dapat
rumen. Hasil tersebut dicantumkan pada Tabel dimanfaatkan langsung sebagai sumber energi
4. listrik. Konversi gas metana yang dihasilkan
Dalam proses biodegradasi batubara oleh menjadi energi listrik, dicantumkan pada Tabel 5.
cairan rumen, didapatkan jumlah batubara yang Berdasarkan data pada Tabel 5
terdegradasi yaitu 14 - 46 kg/bulan. Pada awal didapatkan bahwa gas metana dapat dikonversi
proses inkubasi, degradasi batubara oleh cairan menjadi energi listrik sebesar 17,31 Kwh untuk
rumen berjalan cepat, terlihat dari jumlah berat lignit selama 60 hari pada skala laboratorium,
batubara yang hilang pada Gambar 5. Hal tersebut sedangkan ketika uji coba dengan mini plan
dikarenakan pada awal degradasi, mikroba didapatkan hasil 7,09 selama 50 hari. Namun
akan mendegradasi dengan cepat partikel- demikian, hasil ini akan terus meningkat seiring
partikel kecil yang terdapat pada batubara. dengan bertambahnya waktu inkubasi batubara
Setelah partikel kecil habis, maka mikroba akan oleh cairan rumen. Hasil tersebut dicantumkan
melanjutkan degradasi pada batubara yang lebih pada Gambar 6, dimana tekanan semakin
keras dan kompak, sehingga membutuhkan meningkat berbanding lurus dengan waktu. Hal
waktu yang lebih lama. Hal ini diindikasikan ini mengindikasi produksi gas metana semakin
dengan lambatnya proses degradasi pada minggu meningkat. Untuk mendapatkan hasil yang lebih
ke-4 sampai minggu ke-16. Namun demikian,
seiring dengan meningkatnya populasi mikroba,
maka degradasi akan berjalan lebih cepat.
Gambar 5 menunjukkan pola degradasi batubara
oleh mikroba dari minggu ke-1 sampai dengan
minggu ke-16.
Jika dibandingkan jumlah batubara
yang terdegradasi selama waktu inkubasi
dengan jumlah gas yang terproduksi, maka
dapat dikaitkan bahwa semakin lama waktu
inkubasi maka akan dihasilkan gas metana yang
semakin besar dan jumlah batubara terdegradasi
meningkat. Gambar 5 Jumlah Batubara Terdegradasi oleh
Cairan Rumen
JTMGB, Vol. 14 No. 2 Agustus 2017: 79-88
86

Tabel 5. Konversi Gas Metana menjadi Energi Listrik.

Tabel 6. Potensi Energi Listrik dari 1 Ton Degradasi Batubara.

baik lagi, dapat dilakukan optimasi, salah satunya


dengan optimasi konsentrasi mikroba cairan
rumen dan kondisi inkubasi.
Konversi gas metana yang dihasilkan
berdasarkan data batubara yang terdegradasi
(Tabel 4), dapat dilihat pada Tabel 6. Berdasarkan
data pada Tabel 6, apabila batubara dikonversi
menjadi gas metana dan energi listrik oleh cairan
rumen, maka akan dihasilkan energi listrik
135,23 - 618,19 kwh untuk setiap 1 ton batubara
lignit yang terdegradasi.

V. KESIMPULAN DAN SARAN Gambar 4. Perubahan pH selama inkubasi.

Dari hasil penelitian yang dilakukan terimakasih juga disampaikan kepada rekan-
dapat disimpulkan bahwa mikroba metanogen rekan di Kelompok Evaluasi Formasi dan
pada cairan rumen berpotensi untuk laboratorium CBM, PPPTMGB “LEMIGAS”,
memproduksi gas metana batubara pada yang telah membantu dalam penelitian ini.
batubara mutu rendah (lignit) dan batubara
jenis lain. Volume gas metana yang dihasilkan REFERENSI
dari degradasi batubara pada batubara lignit
dalam kondisi ruang menghasilkan gas metana Arora, S.P. 1995. Pencernaan Mikroba pada
57,35 cf/ton selama 60 hari. Produksi gas Ruminansia. Gajah Mada University Press.
metana terus meningkat selama waktu inkubasi Yogyakarta.
sampai substrat batubaranya habis. Mikroba Australian Standard. 2000 “Coal and Cook Analysis
and Testing Part 3: Proximate Analysis of Higher
cairan rumen mampu mendegradasi batubara
rank coal” Standards Australia International
14 – 46 kg/ton/bulan. Potensi listrik yang dapat NSW Australia
dihasilkan pada 1 ton batubara lignit sebesar DuQ., Liu S., CaoZ., Wang Y. 2005. Ammonia
135,23 - 618,19 kwh. removal from aqueous solution using natural
Chinese clinoptilolite. Separation and Purification
UCAPAN TERIMAKASIH Technology 44, Page 229–234.
Hungate, R.E. 1966. The Rumen and Its Microbes.
Penulis mengucapkan terima kasih Academic Press. New York.
kepada PPPTMGB “LEMIGAS”, Kementerian Jordening, H. J. 2005. Environmental Biotechnology
Energi dan Sumber Daya Mineral yang telah Concepts and Application. In Wise, L. D. (editor).
memberikan dukungan secara finansial. Ucapan Bioprocessing and Biotreatment of Coal. Marcel
Dekker Inc. New York.
Memanfaatkan Batubara Kalori Rendah dengan Cairan Rumen Menjadi Sumber Gas Metana untuk Energi Listrik Masa Depan
(Kosasih, Dewi Susan Brataningtyas, Dahrul Effendi, Byan Muslim Pratama, Bambang Agus Widjajanto, dan Irawan Sugoro) 87

Kresnawaty, I., I. Susanti., Siswanto dan Tri. 2008. Using Fast Desorption Technique (Quick Crush
Optimisasi Produksi Biogas dari Limbah Lateks Method)”, CSIRO Energy, Newcastle Australia.
Cair Pekat dengan Penambahan Logam. Menara Strapoc, D, Flynn. P, Courtney. T, Irene. S, Jennifer.
Perkebunan, Vol 76(1), Hal 23-35 M, Julius S.L, Yu-Shih. L, Tobias F.E, Florence.
Lyle, M, Rode. 2000. Maintaining a Healthy Rumen– S, Kai-Uwe. H, Maria. M and Arndt. S. 2008.
An Overview. Advances in Dairy Technology, Methanogenic microbial degradation of organic
Canada. matter in indiana coal beds. Methane-producing
Mah, R. A. and Smith, M. R. 1981. The Methanogenic microbial community in a coal bed of the Illinois
Bacteria. In The Prokaryotes. Springer. Berlin Basin: Journal of Applied and Environmental
.Vol. 1, Page. 948-977 Microbiology, Vol 74, Page 2424– 2432.
Hashimoto AG, Chen YR, Varriel VH . 1980. Yani, M. dan A. A. Darwis. 1990. Diktat Teknologi
Theoretical Aspects of Methane Production: Biogas. Pusat Antar Universitas Bioteknologi-
State of the Art. In proceedings “Livestock IPB: Pengaruh Suhu Dan C/N Rasio Terhadap
waste: A renewable resource. 4 th International Produksi Biogas Berbahan Baku Sampah Organik
symposium on livestock wastes. ASAE. Page. Sayuran. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor
86–9 Ying JY, Zhang LM, He JZ. 2010. Putative Ammonia-
Riffat, R. and Krongthamchat, K. 2006. “Specific Oxidizing Bacteria and Archaea in An Acidic Red
Methanogenic Activity of Halophilic and Mixed Soil With Different Land Utilization Patterns.
Cultures in Saline Wastewater.” International Environ Microbiol Rep. Vol 2, Page 304–31
Journal of Environmental Science and Zehnder, A. J. 6. & Wuhrman, K. 1976. Titanium(II1)
Technology, Vol. 2, Page 291-299. citrate as a non-toxic, oxidation-reduction
Sagahafi, A dan Roberts, D, 2004, ”CSIRO Method buffering system for the culture of obligate
of Determination of Gas Content of Coal by anaerobes. Science 194, Vol 1, Page 165
JTMGB, Vol. 14 No. 2 Agustus 2017: 79-88
88
Evaluasi Kontrak Pengembangan Migas Non Konvensional di Indonesia

Evaluation of Contract for Unconventional Oil and Gas Development in Indonesia

Sudono1 dan Aries Prasetyo2


1sudono1@yahoo.com
(1)(2)Program Studi Teknik Perminyakan, Institut Teknologi dan Sains Bandung,
Kota Deltamas 17530, Indonesia Tel: +62-22-2531984, Faks: +62-22-2531984

Abstrak

Studi ini mengevaluasi model kontrak Migas Non Konvensional di Indonesia berdasarkan Model
Kontrak Bagi Hasil dan Model Kontrak Gross Split. Evaluasi keekonomian pada Migas Non Konvensional
menunjukkan bahwa model kontrak PSC (Production Sharing Contract) lebih menarik bagi kontraktor untuk
diterapkan pada wilayah kerja Migas Non Konvensional yang mempunyai tingkat produksi pesimis sampai
dengan moderat, sedangkan model kontrak Gross Split akan lebih menarik diterapkan pada wilayah kerja Migas
Non Konvensional yang mempunyai tingkat produksi tinggi. Seyogyanya Indonesia memberikan insentif pada
model kontrak Gross Split dengan mengalokasikan sebagian government share demi peningkatan kemampuan
produksi nasional Migas Non Konvensional..
Kata Kunci: Kontrak Migas Non Konvensional, Kontrak Gross Split, Kontrak Bagi Hasil, MNK.

Abstract

This study evaluated the model of Unconventional Oil and Gas Contract (MNK) in Indonesia based on
some of the options contract, Production Sharing Contract (PSC) and Gross Split Contracts Models. Evaluate the
economics of the Unconventional Oil and Gas indicate that the Production Sharing Contract (PSC) model is more
attractive for contractor to be applied to the Unconventional hydrocarbon working area who have this level of
production pessimistic up to moderate, while the Gross Split contract model would be more attractive to be applied
to the Unconventional hydrocarbon working area have high production rates. Indonesia should provide incentives
to the Gross Split contract model by allocating part of government share to increase the national production capacity
of Unconventional Oil and Gas.
Keywords: Unconventional Oil and Gas Contract, Gross Split Contract, Production Sharing Contract, the
national ability of unconventional hydrocarbon.

I. PENDAHULUAN tentang Minyak dan Gas Bumi. Pertimbangan


utama Kontraktor adalah pada terms and
Seiring pengembangan Wilayah Kerja conditions kontrak yang diberlakukan dan faktor-
(WK) Migas Non Konvensional (MNK), maka faktor lainnya seperti potensi cadangan, pasar,
evaluasi dan kajian implementasi kontrak migas dan fiscal regime.
perlu dilakukan agar investasi dalam pengusahaan Berdasarkan faktor-faktor tersebut,
WK MNK layak secara teknis dan ekonomis serta Kontraktor akan tertarik melakukan investasi
menarik dan menguntungkan bagi para pihak apabila potensi-potensi yang ada kompetitif untuk
(Pemerintah dan Kontraktor). Potensi MNK dikembangkan dan memberikan keuntungan
Indonesia (Shale Oil, Shale Gas, Tight Sand Gas, sesuai resiko yang akan diambil. Salah satu yang
Gas Metana Batubara, dan Methane-Hydrate) membedakan pengembangan dengan Migas
dengan jumlah sumber daya (resources) di tempat Konvensional adalah untuk memproduksikan
dinilai layak dikembangkan untuk meningkatkan hidrokarbon dalam jumlah tertentu pada
pendapatan negara dan memberikan kontribusi pengembangkan MNK membutuhkan lebih
sebesar-besarnya bagi perekonomian nasional banyak sumur pengembangan dibandingkan
sesuai dengan amanat UU No. 22 tahun 2001 dengan pengembangan Migas Konvensional,

89
JTMGB, Vol. 14 No. 2 Agustus 2017: 89-96
90

karena sumur-sumur pengembangan pada MNK III. METODOLOGI


umumnya memproduksikan hidrokarbon (gas/
minyak) lebih kecil jika dibandingkan dengan Tahapan penelitian ini terdiri atas:
sumur-sumur Migas Konvensional. Jumlah 1. Pengumpulan data hasil simulasi reservoir
sumur yang lebih banyak tersebut menyebabkan dari beberapa WK MNK. (data tersebut
banyaknya kegiatan dan investasi pada MNK merupakan angka moderat harga properti dari
menjadi lebih besar jika dibandingkan pada hasil joint study beberapa WK MNK).
Migas Konvensional. Pertimbangan tersebut 2. Melakukan kajian ulang data keteknikan
menyebabkan Kontraktor lebih cenderung pada pengembangan lapangan dari WK MNK
bentuk kontrak lain selain Production Sharing meliputi evaluasi hasil simulasi reservoir dan
Contract (PSC) yang dapat lebih mendukung perencanaan pemboran sumur pengembangan
operasional pengembangan MNK. Adanya AFE dan produksi.
pada setiap kegiatan dalam kontrak PSC dianggap 3. Melakukan evaluasi keekonomian
kurang mendukung KKKS dalam pengembangan pengembangan WK MNK antara lain
MNK karena faktor di atas. Pemerintah meliputi perhitungan investasi (kapital
memberikan opsi lain dengan menerbitkan dan non kapital, revenue, dan menentukan
Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya indikator keekonomian berdasarkan terms
Mineral (ESDM) Nomor 8 Tahun 2017 tentang and conditions model kontrak PSC dan GS
Model Kontrak Gross Split (GS). MNK.
4. Membandingkan kedua model kontrak
II. PERMASALAHAN pengembangan WK MNK tersebut.

Pada saat ini sudah ada bentuk IV. HASIL DAN ANALISIS
kontrak untuk pengusahaan WK MNK.
Namun pengembangan beberapa WK tersebut 4.1 Perkiraan Produksi Sumuran
belum dapat dikatakan menggembirakan.
Sebagian besar dari Wilayah Kerja Migas Non Perkiraan laju alir gas dari sumur shale
Konvensional yang sudah menandatangani hydrocarbon selama diporoduksikan pada periode
kontrak dengan pemerintah tidak melakukan tertentu dilakukan dengan simulasi reservoir.
komitmen-komitmen kerja dalam kontrak Parameter produksi yang mempengaruhi
tersebut (Laporan Tahunan SKKMIGAS, pengembangan WK MNK diantaranya jumlah
2016). Oleh karena itu, diperlukan langkah- sumur dan besar perolehan hidrokarbon setiap
langkah yang tepat penambahan contractor sumur. Sumur-sumur tersebut diasumsikan
share, insentif, dan lain-lain) yang dapat sebagai sumur horisontal dengan fracturing.
digunakan sebagai acuan dalam memberikan Perkirakan kemampuan produksi dari
alternatif kontrak dalam pengembangan MNK sumur-sumur tersebut diperlukan data masukan
di Indonesia selain kontrak PSC yang sudah simulasi reservoir yang disajikan dalam Tabel 1.
ada sekarang. Seyogyanya dalam bentuk
Tabel 1. Data input simulasi reservoir.
kontrak nanti juga memperhatikan sifat-sifat
yang khusus (karakteristik reservoir) dalam
pengembangan WK MNK, biaya, dan juga
jangka waktu komersialisasi produksi yang
lebih panjang dibandingkan dengan gas bumi
konvensional.
Tujuan utama kajian ini adalah
melakukan kaji ulang perhitungan keekonomian
menggunakan data produksi hasil simulasi
reservoir di WK MNK di Indonesia dan
parameter-parameter biaya dari data hasil
kajian di industri MNK dan instansi terkait
lainnya.
Evaluasi Kontrak Pengembangan Migas Non Konvensional di Indonesia
(Sudono dan Aries Prasetyo) 91

Berdasarkan data di atas, selanjutnya disamping melakukan studi geology


dibuat perkiraan kemampuan produksi sumuran and geophysic (G&G) berdasarkan data
(gas dan kondensat). Ada skenario dalam eksplorasi;
perkiraan produksi sumuran yaitu: • Apabila pengembangan pada prospek ini
1. Skenario Pesimis, yaitu perkiraan kemampuan menunjukkan hasil yang positif, maka
produksi sumuran diasumsikan hanya pengembangan akan berlanjut pada fase
setengah dari kemampuan Skenario Moderat, berikutnya;
2. Skenario Moderat, yaitu perkiraan kemampuan • Eksplorasi juga dilakukan pada area upsite
produksi sumuran berdasarkan data input potential;
simulasi reservoir pada Tabel 1., dan • Pengembangan lapangan di atas dilakukan
3. Skenario Optimis, yaitu perkiraan kemampuan secara terpadu (artinya memenuhi
produksi sumuran diasumsikan satu setengah kelayakan secara keteknikan, keekonomian,
dari kemampuan Skenario Moderat. dan memenuhi HSE (Health Safety &
Gambar 1 menunjukkan perkiraan Environment).
kemampuan produksi sumuran. Rencana pengembangan secara garis
besar dibagi menjadi dua tahapan, yaitu tahapan
eksplorasi/pilot dan tahapan pengembangan
secara penuh. Penjelasan rencana pengembangan
tersebut adalah sebagai berikut:

4.2.1 Tahapan Eksplorasi/Pilot

Selama tahapan pilot, dilakukan evaluasi


reservoir secara intensif berdasarkan data yang
diperoleh dari sampel core (dari sumur eksplorasi).
Parameter yang dievaluasi pada tahapan ini
adalah karakteristik batuan, gas content, analisis
Gambar 1. Perkiraan kemampuan produksi sumuran gas yang terproduksi, dan perkiraan produksi
skenario pesimis, moderat dan optimis. hidrokarbon.

Hasil perkiraan kemampuan produksi 4.2.2 Skala Pengembangan


sumuran di atas selama 30 tahun disajikan pada
Tabel 2. Sebanyak sumur pengembangan
direncanakan dibor pada pengembangan shale
4.2 Rencana Pengembangan Lapangan gas. Maksimum sumur yang dapat dibor
selama setahun diperkirakan sebanyak 20
Rencana pengembangan WK MNK sumur berdasarkan kemampuan perusahaan,
berdasarkan karakteristik area prospek dan aspek pengadaan rig, work programme and budget
operasional. Rencana pengembangan pada WK (WP&B) dan permasalahan sosial. Pada tahap
usulan meliputi tahapan sebagai berikut: awal, sumur akan dibor dengan spasi sumur 60
• Pada fase awal, fokus pada daerah prospek acres sumur dengan panjang horizontal 2000
yang terbaik (sweetspot-sweetspot terbaik), ft dan jarak antar horizontal 1300 ft (400m).

Tabel 2. Perolehan gas dan kondensat sumuran pada sumur shale hydrocarbon skenario pesimis, moderat, dan optimis.
JTMGB, Vol. 14 No. 2 Agustus 2017: 89-96
92

Selanjutnya penambahan sumur pengembangan 4.3 Evaluasi Keekonomian


akan dilakukan secara multilateral mengikuti
pattern pengembangan lapangan. Jumlah sumur, Evaluasi keekonomian bertujuan
penambahan sumur setiap tahun, produksi gas untuk menganalisis kelayakan rencana
dan kondensat disajikan pada Gambar 2 sampai pengembangan MNK berdasarkan potensi dan
dengan Gambar 8 dan Tabel 3. kondisi permukaan serta infrastruktur dengan,

Gambar 2. Penambahan sumur dan jumlah kumulatif Gambar 5. Produksi dan kumulatif gas pada
sumur pada pengembangan shale hydrocarbon. pengembangan shale hydrocarbon skenario optimis.

Gambar 3. Produksi dan kumulatif gas pada Gambar 6. Produksi dan kumulatif kondensat pada
pengembangan shale hydrocarbon skenario pesimis. pengembangan shale hydrocarbon skenario pesimis.

Gambar 4. Produksi dan kumulatif gas pada Gambar 7. Produksi dan kumulatif kondensat pada
pengembangan shale hydrocarbon skenario moderat. pengembangan shale hydrocarbon skenario moderat.
Evaluasi Kontrak Pengembangan Migas Non Konvensional di Indonesia
(Sudono dan Aries Prasetyo) 93

- Gas opex = 0.3 US$/MSCF


- Condensate opex = 10 US$/BOE
- Fasilitas gas = 374.000.000 US$
- Fasilitas kondensat = 28.000.000 US$
- Harga gas = 6 US$/MMBTU (eskalasi 3%/
tahun)
- Harga kondensat = 60 US$/BOE
• Model Kontrak PSC:
- Waktu kontrak selama 30 tahun,
- FTP sebesar 10% (Non Sharable),
- Government Take : Net Contractor Share
adalah 55:45 (after tax),
Gambar 8. Produksi dan kumulatif kondensat pada
- Pajak Kontraktor adalah 40%,
pengembangan shale hydrocarbon skenario optimis. - Harga gas US$ 6/MMBTU, eskalasi 3% per
tahun,
menggunakan parameter-parameter dan asumsi- - Cost recovery sebesar100 %,
asumsi perhitungan (terms and conditions, - Depresiasi menggunakan metode double
produksi, harga gas, dan investasi/expenditures). declining balance,
Berdasarkan parameter tersebut dapat ditentukan - Discount rate sebesar10%.
indikator-indikator keekonomian tiap skenario. • Model Kontrak GS mengikuti Peraturan
Menteri ESDM Nomor 8 Tahun 2017 tentang
4.3.1 Parameter dan Asumsi Perhitungan Kontrak Bagi Hasil GS.

Evaluasi keekonomian menggunakan 4.3.2 Hasil Evaluasi Keekonomian


model Kontrak PSC dengan FTP Non Share
dan Model Kontrak GS. Parameter-parameter Hasil evaluasi keekonomian disajikan
dan asumsi-asumsi yang digunakan dalam pada Tabel 4. Dari tabel tersebut terlihat
mengevaluasi keekonomian adalah sebagai bahwa IRR dan NPV pengembangan MNK
berikut: menggunakan model kontrak PSC atraktif untuk
• Asumsi-asumsi biaya skenario pesimis dan moderat. Namun untuk
- Sumur eksplorasi = 9.672.000 US$/sumur skenario optimis, IRR dan NPV model kontrak
- Sumur pengembangan = 12.890.000 US$/ Gross Split lebih menarik dibandingkan model
sumur kontrak PSC. Berdasarkan hasil tersebut, maka
- Studi-studi, seismik = 4.000.000 US$ model kontrak PSC seyogyanya diterapkan pada

Tabel 3. Ringkasan hasil produksi gas dan kondensat skenario pesimis, moderat, dan optimis.

Tabel 4. Hasil keekonomian MNK skenario pesimis, moderat, dan optimis.


JTMGB, Vol. 14 No. 2 Agustus 2017: 89-96
94

WK MNK yang mempunyai tingkat produksi kontrak GS yang menghasilkan keekonomian


pesimis sampai dengan moderat, sedangkan lebih baik dibandingkan dengan model kontrak
model kontrak GS lebih menarik diterapkan padaPSC. Juga untuk menentukan besaran efisiensi
WK MNK yang mempunyai tingkat produksi investasi yang dapat menghasilkan keekonomian
tinggi. kontrak GS (split kontraktor basecase) lebih baik
dibandingkan dengan model kontrak PSC yang
4.3.3 Sensitivitas Keekonomian berlaku saat ini.
Hasil sensitivitas keekonomian sebagai
Sensitivitas keekonomian dilakukan fungsi variasi split kontraktor disajikan pada
untuk mendapatkan split kontraktor pada model Tabel 5 dan Tabel 6.

Tabel 5. Sensitivitas IRR sebagai fungsi variasi split kontraktor pada model kontrak GS dan model PSC skenario
pesimis, moderat, dan optimis pengembangan MNK.

Tabel 6. Sensitivitas NPV sebagai fungsi variasi split kontraktor pada model kontrak GS dan model PSC pada skenario
pesimis, moderat, dan optimis pengembangan MNK.

Tabel 7. Sensitivitas IRR sebagai fungsi variasi efisiensi investasi pada model kontrak GS dibandingkan model PSC
pada pengembangan MNK skenario pesimis, moderat, dan optimis.

Tabel 8. Sensitivitas NPV sebagai fungsi variasi efisiensi investasi pada model kontrak GS dibandingkan model PSC
pada pengembangan MNK skenario pesimis, moderat, dan optimis.
Evaluasi Kontrak Pengembangan Migas Non Konvensional di Indonesia
(Sudono dan Aries Prasetyo) 95

Hasil sensitivitas IRR dan NPV c. Model kontrak GS layak diterapkan pada
menunjukkan bahwa: WK MNK dengan tingkat produksi tinggi/
• Model kontrak GS tidak layak diterapkan optimis.
pada WK MNK dengan tingkat produksi 3. Hasil sensitivitas keekonomian terhadap
rendah/pesimis. efisiensi investasi pada model kontrak GS
• Model kontrak GS layak dipertimbangkan terhadap model kontrak PSC adalah sebagai
jika bagian kontraktor menjadi 85% atau berikut:
lebih. a. Model kontrak GS lebih layak diterapkan
• Model kontrak GS layak diterapkan pada pada WK MNK dengan tingkat produksi
WK MNK dengan tingkat produksi tinggi/ rendah/pesimis jika kontraktor dapat
optimis. melakukan efisiensi investasi minimum
Hasil sensitivitas keekonomian terhadap 20%.
efisiensi investasi pada model kontrak GS b. Model kontrak GS lebih layak diterapkan
yang dibandingkan dengan model kontrak PSC pada WK MNK dengan tingkat produksi
disajikan pada Tabel 7 dan Tabel 8. sedang/moderat jika kontraktor dapat
Hasil sensitivitas terhadap efisiensi melakukan efisiensi investasi minimum
investasi menunjukkan bahwa: 10%.
• Model kontrak GS lebih layak diterapkan pada c. Model kontrak GS lebih layak diterapkan
WK MNK dengan tingkat produksi rendah/ pada WK MNK dengan tingkat produksi
pesimis jika kontraktor dapat melakukan tinggi/optimis walaupun kontraktor tidak
efisiensi investasi minimum 20%. melakukan efisiensi terhadap investasi.
• Model kontrak GS lebih layak diterapkan pada
WK MNK dengan tingkat produksi sedang/ REFERENSI
moderat jika kontraktor dapat melakukan
efisiensi investasi minimum 10%. Partowidagdo, Widjajono, 2001. Evaluasi kontrak
• Model kontrak GS lebih layak diterapkan perminyakan di Indonesia, Jurnal Teknologi
pada WK MNK dengan tingkat produksi Mineral (JTM), Institut Teknologi Bandung,
Bandung.
tinggi/optimis walaupun kontraktor tidak
Partowidagdo, Widjajono, 2002. Manajemen dan
melakukan efisiensi investasi. Ekonomi Minyak dan Gas Bumi, Institut
Teknologi Bandung, Bandung.
V. KESIMPULAN Lubiantara, Benny, 2012. Ekonomi Migas - Tinjauan
Aspek Komersial Kontrak Migas, PT.Gramedia
1. Evaluasi keekonomian pengembangan Widiasarana Indonesia, Jakarta.
MNK menunjukkan bahwa model kontrak Robert ’Bobby’ Kennedy-Baker Hughes, September
PSC lebih menarik bagi kontraktor jika 2010. Shale Gas Challenges/Technologies Over
diterapkan pada WK yang mempunyai the Asset Life Cycle, U.S.-China Oil and Gas
tingkat produksi pesimis sampai dengan Industry Forum.
moderat. Sedangkan model kontrak GS akan Sunarjanto, Djoko, 2012. Eksplorasi dan
Pengembangan Migas Non-Konvensional Ramah
lebih menarik bagi kontraktor diterapkan
Lingkungan, Pusat Penelitian dan Pengembangan
pada WK yang mempunyai tingkat produksi Teknologi Minyak dan Gas Bumi (PPPTMGB)
tinggi. LEMIGAS Vol.46 No.2, Agustus 2012, Jakarta.
2. Hasil sensitivitas keekonomian sebagai Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi, 2012.
fungsi variasi split kontraktor pada model Indonesia Unconventional Oil&Gas: Policies,
kontrak Gross Split dibandingkan dengan Regulation and Opportunities on Upstream Oil &
model kontrak PSC adalah sebagai berikut: Gas Business Development. www.migas.esdm.
a. Model kontrak GS tidak layak diterapkan go.id.
pada WK MNK dengan tingkat produksi Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi, 2013.
rendah/pesimis. Studi Potensi Shale Hidrokarbon di Formasi
b. Model kontrak GS layak diterapkan pada Baong Sumatera Utara, Jakarta.
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 Tentang
WK MNK jika bagian kontraktor menjadi
Minyak dan Gas Bumi.
85% atau lebih.
JTMGB, Vol. 14 No. 2 Agustus 2017: 89-96
96

Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 Tentang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2015
Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi, Jakarta. Tentang Percepatan Pengusahaan Minyak dan
Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Gas Bumi Non Konvensional, Jakarta.
Tata Cara Penetapan dan Penerapan Wilayah Kerja Peraturan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral
Minyak dan Gas Bumi Non Konvensional, Jakarta. Republik Indonesia Nomor 08 Tahun 2017
Peraturan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral Tentang Kontrak Bagi Hasil Gross Split, Jakarta.
UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih kepada para Mitra Bestari yang telah mengevaluasi, me-review dan
memberikan saran perbaikan tulisan-tulisan yang dimuat di majalah Jurnal Teknologi Minyak dan
Gas Bumi (JTMGB) edisi penerbitan Volume 14 Nomor 2, Agustus 2017.

1. Prof. Dr. Ir. Septoratno Siregar


2. Prof. Dr. Ir. Sudjati Rachmat, DEA
3. Dr. Ir. Ratnayu Sitaresmi
4. Dr. Ir. Sudarmoyo, SE, MT
5. Dr. Ir. Usman Pasarai
INDEKS

4 K
4D-Microgravity 67, 68, 69, 71, 72, 73, 74, 76 kimia 1, 10, 11, 12, 19, 21, 22, 24, 25, 29
konsumsi 1
A Kontrak Bagi Hasil 89, 93, 96
abu ampas tebu 47, 48, 49, 50, 51, 52 Kontrak Gross Split 89, 90, 93, 95
ampas tebu 21, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30 Kontrak Migas Non Konvensional 89

B L
bagasse 21, 22, 30 lignin 21, 22, 23, 24, 29, 30
Lignit 79, 80, 83, 85, 86
C Lignite 79
cairan rumen 79, 80, 81, 82, 83, 84, 85, 86 lignosulfonat 21, 22, 23, 24, 25, 29
citical drawdown pressure 55, 56
Coal Bed Methane (CBM) 79, 80, 86 M
compressive strength 47, 48, 50, 51, 52, 54, 58 MNK 89, 90, 92, 93, 94, 95
consumption 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 model simulasi 9, 10, 13, 19
core flooding 9, 10, 11, 12, 13, 19
P
D panas 1, 21, 23
deformasi radial 41, 44, 45 peningkatan perolehan minyak 10, 21
penukar 1
E PHE ONWJ 31, 32, 33, 35, 36, 37, 38
echometer 31, 32, 33, 34, 37, 38, 39 Poozzolan 47, 48
ehemical 1 Power supply 79
energi listrik 79, 80, 82, 83, 85, 86 Production Sharing Contract 89, 90
enhanced oil recovery 10, 19, 21, 22, 30 pump slippage 41, 42, 45
eor 9, 10, 11, 15, 19, 21, 22, 30, 41, 42, 45, 67,
68, 72 R
exchanger 1, 2, 3, 7 radial deformation 41
Rumen fluid 79
G
gas lift 31, 32, 34, 35, 36, 37, 38 S
gas metana batubara 79, 80, 83, 84, 86, 89 sand control 55, 56, 57, 58, 59, 60, 63, 65
Gross Split Contract 89 sand problem 55, 56, 58
shearbond strength 47, 48
H simulation model 9
heat 1, 2, 3 SLS surfactants 22
hoop stress 41, 43 struktur Tanjung 67, 68, 71, 72, 74, 75, 77, 78
sugarcane bagasse ash 48
I surfactant-polymer injection 9
injeksi surfaktan-polimer 9, 10, 11, 13, 18, 19 surfaktan NaLS 21, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29
T
the national ability of unconventional
hydrocarbon 89
troubleshooting 31, 34, 35, 38

U
Unconventional Oil and Gas Contract 89

W
Waterflood 67, 68, 72, 73, 74
JURNAL TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI
PEDOMAN PENULISAN

ISI DAN KRITERIA UMUM

Naskah makalah ilmiah (selanjutnya disebut ”Naskah”) untuk publikasi di Jurnal Teknologi Minyak
dan Gas Bumi (JTMGB) dapat berupa artikel hasil penelitian atau artikel ulas balik/tinjauan (review) tentang
minyak dan gas bumi, baik sains maupun terapan. Naskah belum pernah dipublikasikan atau tidak sedang
diajukan pada majalah/jurnal lain.
Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris sesuai kaidah masing-masing bahasa yang
digunakan. Naskah harus selalu dilengkapi dengan Abstrak dalam Bahasa Indonesia dan Abstract dalam Bahasa
Inggris. Naskah yang isi dan formatnya tidak sesuai dengan pedoman penulisan JTMGB akan dikembalikan ke
penulis oleh redaksi untuk diperbaiki.

FORMAT

Umum. Seluruh bagian dari naskah termasuk judul abstrak, judul tabel dan gambar, catatan kaki, dan daftar
acuan diketik satu setengah spasi pada electronic-file dan print-out dalam kertas HVS ukuran A4. Pengetikan
dilakukan dengan menggunakan huruf (font) Times New Roman berukuran 12 point.

Setiap halaman diberi nomor secara berurutan termasuk halaman gambar dan tabel. Hasil penelitian atau ulas
balik/tinjauan ditulis minimum 5 halaman dan maksimum sebanyak 15 halaman, di luar gambar dan tabel.
Selanjutnya susunan naskah dibuat sebagai berikut:

Judul. Pada halaman judul tuliskan judul, nama setiap penulis, nama dan alamat institusi masing-masing
penulis, dan catatan kaki, yang berisikan terhadap siapa korespondensi harus ditujukan termasuk nomor
telepon dan faks serta alamat e-mail jika ada.

Abstrak. Abstrak/abstract ditulis dalam dua bahasa yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Abstrak
berisi ringkasan pokok bahasan lengkap dari keseluruhan naskah tanpa harus memberikan keterangan terlalu
terperinci dari setiap bab. Abstrak tulisan bahasa Indonesia paling banyak terdiri dari 250 kata, sedangkan
tulisan dengan bahasa Inggris maksimal 200 kata. Kata kunci/keywords ditulis di bawah abstrak/abstract dan
terdiri atas tiga hingga lima kata.

Pendahuluan. Bab ini harus memberikan latar belakang yang mencukupi sehingga pembaca dapat memahami
dan dapat mengevaluasi hasil yang dicapai dari penelitian yang dilaksanakan tanpa harus membaca sendiri
publikasi-publikasi sebelumnya, yang berhubungan dengan topik yang bersangkutan.

Permasalahan. Bab ini menjelaskan permasalahan yang akan dilakukan penelitian ataupun kajian.

Metodologi. Berisi materi yang membahas metodologi yang dipergunakan dalam menyesaikan permasalahan
melalui penelitan atau kajian.

Hasil dan Analisis. Hanya berisi hasil-hasil penelitian baik yang disajikan dengan tulisan, tabel, maupun
gambar. Hindarkan penggunaan grafik secara berlebihan bila dapat disajikan dengan tulisan secara singkat.
Batasi penggunaan foto, sajikan yang benar-benar mewakili hasil penemuan. Beri nomor gambar dan tabel
secara berurutan. Semua gambar dan tabel yang disajikan harus diacu dalam tulisan.

Pembahasan atau Diskusi. Berisi interpretasi dari hasil penelitian yang diperoleh dan pembahasan yang
dikaitkan dengan hasil-hasil yang pernah dilaporkan.

Kesimpulan dan Saran. Berisi kesimpulan dan saran dari isi yang dikandung dalam tulisan. Kesimpulan atau
saran tidak boleh diberi penomoran.

Ucapan Terima Kasih. Bila diperlukan dapat digunakan untuk menyebutkan sumber dana penelitian dan
untuk memberikan penghargaan kepada beberapa institusi atau orang yang membantu dalam pelaksanaan
penelitian dan atau penulisan laporan.
JURNAL TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI
PEDOMAN PENULISAN DAFTAR PUSTAKA

Acuan.
Acuan ditulis dan disusun menurut abjad. Beberapa contoh penulisan sumber acuan:

Jurnal
Hurst, W., 1934. Unsteady Flow of Fluids in Oil Reservoirs. Physics (Jan. 1934) 5, 20.
Buku
Abramowitz, M and Stegun, I.A., 1972. Handbook of Mathematical Functions. Dover Publications,
Inc., New York.
Bab dalam Buku
Costa, J.E., 1984. Physical geomorphology of debris flow. Di dalam: Costa, J.E. & Fleischer, P.J.
(eds), Developments and Applications of Geomorphology, Springer-Verlag, Berlin, h.268-317.
Abstrak
Barberi, F., Bigioggero, B., Boriani, A., Cavallini, A., Cioni, R., Eva, C., Gelmini, R., Giorgetti, F.,
Iaccarino, S., Innocenti, F., Marinelli, G., Scotti, A., Slejko, D., Sudradjat, A., dan Villa, A., 1983.
Magmatic evolution and structural meaning of the island of Sumbawa, Indonesia-Tambora volcano,
island of Sumbawa, Indonesia. Abstract 18th IUGG I, Symposium 01, h.48-49.
Peta
Simandjuntak, T.O., Surono, Gafoer, S., dan Amin, T.C., 1991. Geologi Lembar Muarabungo, Sumatera.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.
Prosiding
Marhaendrajana, T. and Blasingame, T.A., 1997. Rigorous and Semi-Rigorous Approaches for the Evaluation
of Average Reservoir Pressure from Pressure Transient Tests. paper SPE 38725 presented at the SPE
Annual Technical Conference and Exhibition, San Antonio, Oct. 5–8.
Skripsi/Tesis/Disertasi
Marhaendrajana, T., 2000. Modeling and Analysis of Flow Behavior in Single and Multiwell Bound ed
Reservoir. PhD dissertation, Texas A&M University, College Station, TX.
Informasi dari Internet
Cantrell, C., 2006. Sri Lankan’s tsunami drive blossom: Local man’s effort keeps on giving. Http://
www.boston.com/news/local/articles/2006/01/26/sri_lankans_tsunami_drive_blossoms/[26 Jan 2006]
Software
ECLIPSE 100 (software), GeoQuest Reservoir Technologies, Abbingdon, UK, 1997.

Naskah sedapat mungkin dilengkapi dengan gambar/peta/grafik/foto. Pemuatan gambar/peta/grafik/foto selalu


dinyatakan sebagai gambar dan file image yang bersangkutan agar dilampirkan secara terpisah dalam format
image (*.jpg) dengan ukuran minimal A4 dan minimal resolusi 300 dpi, Corel Draw (*,cdr), atau Autocad
(*,dwg). Gambar dan tabel diletakkan di bagian akhir naskah masing-masing pada halaman terpisah. Gambar
dan tabel dari publikasi sebelumnya dapat dicantumkan bila mendapat persetujuan dari penulisnya.

PENGIRIMAN
Penulis diminta mengirimkan satu eksemplar naskah asli beserta dokumennya (file) di dalam compact disk
(CD) yang harus disiapkan dengan program Microsoft Word. Pada CD dituliskan nama penulis dan nama
dokumen. Naskah akan dikembalikan untuk diperbaiki jika persyaratan ini tidak dipenuhi. Naskah agar
dikirimkan kepada:
Redaksi Jurnal Teknologi Minyak dan Gas Bumi
d.a. Patra Office Tower Lt. 1 Ruang 1C
Jln. Jend. Gatot Subroto Kav. 32-34
Jakarta 12950 – Indonesia
Pengiriman naskah harus disertai dengan surat resmi dari penulis penanggung jawab/korespondensi
(corresponding author) yang harus berisikan dengan jelas nama penulis korespondensi, alamat lengkap untuk
surat-menyurat, nomor telepon dan faks, serta alamat e-mail dan telepon genggam jika memiliki. Penulis
korespondensi bertanggung jawab atas isi naskah dan legalitas pengiriman naskah yang bersangkutan. Naskah
juga sudah harus diketahui dan disetujui oleh salah satu penulis dan atau seluruh anggota penulis dengan
pernyataan secara tertulis.
ISSN 021664101-2
ISSN 0216-6410

9 7 7 0 2 1 6 6 4 1 0 1 4

Anda mungkin juga menyukai