J.TEKNO.DIRGANT. VOL. 16 NO. 2 HAL. 93-175 BOGOR, DESEMBER 2018 ISSN 1412 – 8063
Vol. 16 No. 2 Desember 2018 ISSN 1412- 8063
Nomor : 21/E/KPT/2018
DAFTAR ISI
KARAKTERISTIK MODEL UJI STRUKTUR SAYAP MUS-01 (CHARACTERISTIC Halaman
OF MUS-01 WING’S STRUCTURE TESTING MODEL)
Aryandi Marta, Atik Bintoro, Riki Ardiansyah
93-100
SISTEM PENYALA NIRKABEL JARAK JAUH UNTUK MUATAN ROKET
(WIRELESS SWITCHING FOR ROCKET PAYLOAD)
Endro Artono, Salman 101-110
Alamat Penerbit :
LAPAN, Jl. Raya Lapan No.2 Mekarsari, Rumpin Bogor 16350, Jawa Barat
Email: publikasi@lapan.go.id
Situs : http://www.lapan.go.id & http://www.jurnal.lapan.go.id
Vol. 16 No. 2 Desember 2018 ISSN 1412- 8063
Nomor: 21/E/KPT/2018
DARI REDAKSI
J. Tekgan, 16(2) 2018 : 159 – 168 J. Tekgan, 16(2) 2018 : 169 – 175
ABSTRACT
The characteristic model of MUS-01 wing structure testing has been performed. Planned, this
model will be used for an unmanned aircraft wing of the LSU-03NG. The test model is made from e-
glass composite. When testing was performed, the structure test model was loaded statically according
to 35 kg of maximum take off weight (MTOW). This research method also involves the unmanned aircraft
mission, especially on the model test structure, model dimension, and direct experiment in the form of
loading on the test model. The test result show that MUS-01 test model has characteristics as the test
model which unable to take operational flight loads of unmanned aircraft for LSU-03NG series. So, this
model is not recommended to be use as LSU-03NG unmanned aircraft wing structure.
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian karakteristik model uji struktur sayap MUS-01. Direncanakan, model
ini akan digunakan sebagai sayap pesawat tanpa awak LSU-03NG. Model uji terbuat dari komposit
jenis e-glass. Pada saat pengujian, model uji struktur diberi beban secara statik sesuai maximum take
off weight (MTOW) sebesar 35 kg. Metode penelitian ini melibatkan misi pesawat terbang tanpa awak,
khususnya pada bagian struktur model uji, dimensi model, dan eksperimen langsung berupa
pembebanan pada model uji. Hasil pengujian menunjukan bahwa model uji MUS-01 mempunyai
karakteristik sebagai model uji yang tidak mampu menerima beban operasional pesawat terbang tanpa
awak seri LSU-03NG. Sehingga model ini tidak direkomendasikan untuk digunakan sebagai struktur
sayap pesawat terbang tanpa awak LSU-03NG.
93
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol.16 No.2 Desember 2018 : hal 93 - 100
94
Karakteristik Model Uji Struktur Sayap... (Aryandi Marta, et.al)
Misi MUS-01
3 METODE PENELITIAN
Pengujian secara mekanis
Konfigurasi, Dimensi,
memiliki peran penting dalam Material, Beban Penerbangan
95
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol.16 No.2 Desember 2018 : hal 93 - 100
(a)
(b)
Gambar 4-1 : Konfigurasi struktur sayap pesawat terbang LSU-03NG (satuan dalam milimeter)
Pesawat tanpa awak yang pernah dan ringan. Untuk memenuhi hal
dibuat Pustekbang, seperti seri LSU-05, tersebut, dibuat 12 buah model uji
juga terbuat dari komposit serat e-glass, sesuai konfigurasi Gambar 4-1. Dari 12
serat karbon, serta resin epoxy (Fajar Ari model uji tersebut dipilih secara acak
Wandono, dkk., 2015) tiga model uji dengan nomor 001, 002,
Komposit berbahan serat e-glass dan 009. Adapun bentuk fisik model uji
bisa digunakan sebagai material MUS-01 seperti pada Gambar 4-2.
struktur pesawat terbang seri LSU Model uji diberi beban merata
(Kosim Abdurohman, Aryandi Marta, sebesar 35 kg, sesuai dengan besar
2017). Struktur komposit bisa MTOW sayap dikalikan faktor beban (n).
digunakan untuk komponen sayap Pada pengujian ini distribusi beban
(Lidia Kristina Panjaitan, Ani Nurwasila ditetapkan di tujuh titik tangkap dengan
2015). Disamping itu struktur komposit selang jarak masing-masing 25 cm,
jenis ini juga relatif tangguh untuk dihitung dari tengah model uji dan
struktur pesawat tanpa awak (Atik disesuaikan dengan posisi rib dalam
Bintoro, 2016). Struktur pesawat LSU- struktur outer wing. Untuk menentukan
03NG terbuat dari komposit, demikian nilai pembebanan di tiap titik, dilakukan
juga bagian sayapnya. Sehingga model perhitungan menggunakan metode
uji MUS-01 juga terbuat dari komposit Schrenk. Metode ini mengasumsikan
beban yang terjadi disepanjang sayap
4.2 Hasil Pengujian Model Uji MUS- berbentuk eliptikal (Nanda Wirawan,
01 2016). Dengan memberikan nilai
Sesuai dengan data konfigurasi geometri sayap, MTOW, dan faktor
struktur sayap pesawat LSU-03NG dan beban diperoleh pembebanan pada
metodologi penelitian di atas, pengujian tujuh titik tersebut yang ditampilkan
model uji MUS-01 dilakukan dengan pada Tabel 4-1.
mengacu pada misi dan skenario Masing-masing model uji diberi
penerbangan sebagai pesawat terbang beban untuk n=1 dan dibiarkan selama
tanpa awak kategori kecil (Atik Bintoro, tiga menit. Gambar 4-3 memperlihatkan
2017). Misi litbangyasa struktur sayap kondisi MUS-01 nomor 001 saat
adalah diperolehnya struktur yang pengujian.
bersifat : tangguh, mudah digunakan,
96
Karakteristik Model Uji Struktur Sayap... (Aryandi Marta, et.al)
Tabel 4-1 : DISTRIBUSI PEMBEBANAN PAD yang terjadi pada MUS-01 nomor 009
SAYAP diperlihatkan pada Gambar 4-5.
97
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol.16 No.2 Desember 2018 : hal 93 - 100
98
Karakteristik Model Uji Struktur Sayap... (Aryandi Marta, et.al)
99
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol.16 No.2 Desember 2018 : hal 93 - 100
100
Sistem Penyala Nirkabel Jarak Jauh Untuk...(Endro Artono & Salmanl)
SISTEM PENYALA NIRKABEL JARAK JAUH
UNTUK MUATAN ROKET
(WIRELESS SWITCHING FOR ROCKET PAYLOAD)
ABSTRACT
Currently in LAPAN, to activate the electronics system on the rocket payload is still done
manually by pressing or shifting the switch at the rocket payload tube from the OFF to ON position.
This payload wireless switching system is designed for turning the rocket payload to ON or OFF without
any phisical contact from operator and the rocket. As the result of this study, the rocket payload can be
switched ON or OFF from the control room wirelessly. The system can also release the umbilical interface
from the rocket body before the rocket launched, so it does not interfere with the rocked.
ABSTRAK
Proses pengaktifan sistem elektronik pada muatan roket hasil penelitian dan pengembangan
LAPAN selama ini masih dilakukan secara manual, dengan menggeser atau menekan saklar pada
tabung muatan roket dari posisi mati (OFF) ke posisi hidup (ON). Sistem penyala muatan roket ini
dirancang untuk dapat menyalakan atau mematikan muatan roket tanpa kontak fisik antara operator
dengan roket. Hasil dari penelitian ini, telah dibuat sebuah sistem untuk menyalakan atapun
mematikan muatan roket secara nirkabel. Sistem ini juga dapat melepaskan perangkat antarmuka
untuk penyalaan muatan dari badan roket, sehingga tidak mengganggu roket saat diluncurkan.
101
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol.16 No.2 Desember 2018 : hal 101 - 110
1 PENDAHULUAN Glidden, and Lamoreaux 2013) Sistem
Pada roket-roket yang dilengkapi penyala muatan roket pada tiap-tiap
dengan sistem muatan, maka sistem jenis roket dapat berbeda-beda,
muatan tersebut harus dihidupkan/ tergantung dengan sistem muatan pada
dinyalakan sebelum roket ditembakkan roket itu sendiri dan fitur-fitur yang
dari peluncurnya. Pada sistem muatan disediakan pada sistem penyala muatan
roket-roket sonda LAPAN terdahulu, roket tersebut.
muatan elektronika roket dihidupkan
dengan cara manual, yaitu dengan
mengatur posisi saklar yang terpasang
pada badan muatan roket pada posisi
“ON” dengan diatur menggunakan
tangan secara langsung pada saklar,
begitu pula saat mematikannya. Dengan
cara ini, muatan roket dapat
dihidupkan/ dimatikan. Namun, hal ini
cukup riskan dan berbahaya, karena
roket telah berada pada posisi siap
meluncur. Selain itu, dengan Gambar 1.1: Posisi roket RX320 di Launcher
menggerakkan saklar secara manual, (panah putih yang menunjukkan
rawan terhadap timbulnya electrostatic posisi muatan roket).
discharge(Xue et al. 2016) dari tangan
operator saat menyentuh saklar, dimana Pada roket-roket besar
hal ini dapat menimbulkan kerusakan sebagaimana pada roket NASA maupun
pada sistem elektronika muatan. lembaga antariksa dari negara-negara
Ditambah lagi, dari sisi dimensi, maju, sistem penyala muatan ini telah
saat ini roket-roket LAPAN telah semakin sangat kompleks, karena tidak hanya
besar dan panjang, sehingga posisi berfungsi sebagai penyala muatan,
muatan saat roket berada pada elevasi namun juga memiliki fungsi-fungsi lain
siap terbang di launcher menjadi sangat sebagai pendukung misi roket, seperti
tinggi. Sebagai contoh, roket RX320 pembacaan data-data muatan, pengisian
mempunyai panjang 6.2 meter. Saat daya baterai, dan lain sebagainya
berada di launcher dengan elevasi 70o, (Gosselin 2007). Semakin kompleks
roket akan tampak sebagaimana terlihat sistem muatannya, maka akan semakin
pada Gambar 1.1. kompleks pula sistem penyala muatan
Untuk menyalakan muatan roket, yang digunakan.
seseorang harus menaiki tangga dengan Penelitian ini bertujuan untuk
ketinggian 5 meter, dengan tangga yang membuat suatu sistem yang mampu
terpasang pada sruktur launcher yang untuk menyalakan/mematikan muatan
juga berkemiringan 70°. Hal ini tentu roket dari jarak jauh, serta dapat
saja sangat riskan dan berbahaya. melepaskan sistem ini dari badan roket
Pada sistem roket yang lebih maju, sebelum roket ditembakkan/
metode penyalaan muatan roket dengan diluncurkan.
cara manual telah lama ditinggalkan, Diharapkan penelitian ini menjadi
dan telah digantikan dengan metode salah satu solusi terbaik terhadap
sistem penyala muatan roket jarah jauh, permasalahan atau kendala yang ada
dengan menggunakan sistem yang pada proses penyalaan muatan roket
disebut umbilical interface. (Delap, sebelumnya.
102
Sistem Penyala Nirkabel Jarak Jauh Untuk...(Endro Artono & Salmanl)
1 METODOLOGI
Sebagaimana diketahui, roket
terdiri dari beberapa komponen seperti
nosel, tabung untuk muatan, muatan,
antena, tabung propelan, motor roket, a
sirip, dan sebagainya(Satrya and Wigati e
Keterangan gambar:
a: nosecone
b: GSS interface
c: tabung muatan
d: struktur kompartemen muatan
e: antena muatan
f: radio transceiver
Gambar 2-1: Komponen penyusun roket sonda
g: sistem elektronika muatan
LAPAN
Untuk menghidupkan sistem elektronika
Muatan ini ditempatkan di dalam
muatan, maka saklar yang berada di GSS
tabung muatan, dengan konfigurasi
interface harus digeser dari posisi mati
sebagaimana dapat terlihat pada gambar
(OFF) ke posisi hidup (ON) secara
2.2. Pada gambar tersebut, sistem
manual, sebagaimana telah dijelaskan
elektronika muatan (e,f dan g) berada di
pada bagian pendahuluan. Agar dapat
dalam tabung muatan dan sebagian
dilakukan penyalaan sistem elektronika
berada di dalam nosecone, dengan
muatan roket dari jarah jauh, maka
disangga oleh struktur/ kompartemen (d)
diperlukan penggantian saklar, dari
yang di baut ke tabung muatan.
saklar manual menjadi sistem saklar
Untuk menghubungkan antara
elektrik / digital.
sistem elektronika yang berada di dalam
tabung muatan dengan sistem
2.1 Saklar Elektrik / Digital
pendukung lain yang terpisah dengan
Fungsi dari sebuah saklar adalah
roket (Ground Support System, GSS),
untuk menyambungkan dua buah
seperti pengisian daya baterai,
saluran / jalur elektronik sehingga dapat
pemrograman, dan saklar power muatan,
digunakan sebagai jembatan untuk
digunakan beberapa antarmuka
melewatkan arus listrik. Pada saklar
(interface) yang diletakkan pada tabung
manual, cukup dengan menyambungkan
muatan, sebagaimana dapat dilihat pada
dua buah jalur listrik tersebut dengan
posisi b di gambar 2.2.
sebuah penghantar yang berfungsi
seperti jembatan penghubung antara
dua jalur tersebut secara mekanik.
103
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol.16 No.2 Desember 2018 : hal 101 - 110
Pada saklar elektrik / digital, tidak berlaku sebagai saklar terbuka.(Zambou
ada penghantar yang secara fisik et al. 2016)
digerakkan untuk menghubungkan
antara dua buah jalur listrik. Jalur 2.3 Mosfet IRF9540
penghantar arus listrik tidak lagi berupa Mosfet adalah salah satu
penghantar listrik secara fisik , namun komponen elektronika modern yang
diganti dengan penghantar elektrik yang biasa digunakan sebagai saklar.
tidak memerlukan pergerakan secara Komponen ini bisa menggantikan
fisik, namun tetap berfungsi transistor junction bipolar yang biasa
sebagaimana saklar mekanik. Prinsip digunakan di aplikasi rangkaian
dasar dari hal ini dapat dilihat pada elektronika(Dobrescu, Smeu, and
komponen semikonduktor semisal Dobrescu 2016). Gambar 2.4 berikut
transistor yang difungsikan sebagai adalah rangkaian Mosfet IRF9540 yang
saklar. difungsikan sebagai saklar.
104
Sistem Penyala Nirkabel Jarak Jauh Untuk...(Endro Artono & Salmanl)
= Vbaterai, sehingga Mosfet akan kabel, dan dapat juga tanpa kabel/
mengalami kondisi saturasi, yang akan wireless, dengan menggunakan
mengalirkan arus dari gerbang source ke perangkat radio transceiver serial.
drain. Banyaknya data yang dikirimkan/
Saat Gerbang Drain teraliri arus, diterima akan sangat berpengaruh
maka transistor T1 akan berada pada terhadap pemilihan jenis radio
kondisi saturasi juga, sehingga akan transceiver ini.(Fajriansyah 2016)
berlaku sebagai saklar tertutup antara
kaki kolektor / gerbang Gate pada Mosfet 3 HASIL PEMBAHASAN
dengan kaki emitor / ground, sehingga Sistem penyala nirkabel jarah jauh
akan tetap mejaga gerbang Gate pada untuk muatan roket ini dibuat dengan
Mosfet terhubung ke ground. menggantikan saklar mekanik pada
Saat pin SW1 dihubungkan ke sistem muatan roket dengan saklar
ground, maka transistor T1 akan berada elektrik dengan menggunakan mosfet P-
pada kondisi cut-off, sehingga kaki kanal, sehingga memungkinkan proses
kolektor akan terputus dari kaki emitor, pensaklaran tanpa menggerakkan
yang mengakibatkan gerbang Gate pada tombol saklar secara fisik pada muatan
Mosfet terputus dari ground. Di sini nilai roket. Untuk melakukan proses
VGS akan kecil atau hampir sama dengan pensaklaran pada muatan roket,
0 (nol), sehingga Mosfet akan berada digunakan konektor antarmuka
pada kondisi cut-off, yang (interface) yang akan menghubungkan
mengakibatkan terputusnya arus listrik antara rangkaian saklar elektrik pada
dari baterai ke rangkaian elektronika di muatan roket dengan rangkaian
depannya. pensaklar dari stasiun bumi / kotak
kontrol GSS.
2.4 Komunikasi Serial Konektor antarmuka / interface
Proses pengiriman data dari satu saklar elektrik pada muatan roket ini
mikroprosesor ke mikroprosesor atau berupa konektor circular umbilical yang
peralatan lain dapat dilakukan dengan ditempatkan secara permanen di tabung
berbagai metode, tergantung dari jenis, muatan roket, sebagaimana dapat dilihat
besar dan kecepatan data yang dikirim. pada gambar 3.1. Agar dapat di pasang-
Salah satu dari jenis komunikasi yang lepas dengan mudah, maka konektor
sering digunakan adalah komunikasi yang digunakan adalah konektor dengan
serial. Berbagai macam jenis antarmuka jenis push-pull, sehingga tidak
serial, seperti RS232, RS422, RS485, dan diperlukan gerakan memutar untuk
lain sebagainya, telah digunakan pada memasang maupun melepaskan
berbagai peralatan industri(Wang, Hu, konektor.
and Fu 2016).
Komunikasi serial dapat Tabung
dimanfaatkan untuk pengiriman data, muatan
baik berupa karakter dalam format ASCII
maupun format biner. Pada Konektor
mikrokontroler umumnya terdapat satu antarmuka
atau lebih port serial, yang dapat saklar elektrik
digunakan sebagai debugging maupun
pengiriman informasi/ komunikasi.
Media untuk pengiriman komunikasi Gambar 3.1: Konektor antarmuka saklar
105
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol.16 No.2 Desember 2018 : hal 101 - 110
Pasangan dari konektor ini Posisi lengan motor servo diatur
(connector plug) terhubung langsung ke oleh sistem mikrokontroler yang berada
kotak kontrol GSS, dengan konfigurasi di kotak kontrol GSS. Motor servo dan
desain interface sebagaimana terlihat konektor antarmuka tersambung ke
pada gambar 3.2 berikut. sistem kotak kontrol GSS menggunakan
kabel penghubung.
Pada gambar 3.3 terlihat kotak
kontrol GSS yang berfungsi untuk
mengatur sinyal untuk saklar dan posisi
lengan motor servo. Pada kotak kontrol
GSS terdapat sistem mikrokontroler,
rangkaian relay untuk saklar, radio
transceiver, baterai dan tombol-tombol
untuk pengaturan manual.
Gambar 3.4 berikut adalah diagram
Gambar 3.2: Konfigurasi konektor antarmuka blok sederhana pada sistem kotak
saklar elektrik dari GSS. kontrol GSS.
106
Sistem Penyala Nirkabel Jarak Jauh Untuk...(Endro Artono & Salmanl)
relay tersebut dapat dilihat pada gambar Pada protokol ini data serial yang
3.5 berikut. dikirim akan memuat informasi
(pengenal) dari Ground Station, kode
keamanan, perintah posisi lengan servo,
perintah posisi saklar relay , dan
checksum. Protokol perintah ini dikirim
dengan format komunikasi serial, dengan
baudrate sebesar 38.400 bps.
Pada penelitian ini, radio
transceiver yang digunakan adalah radio
APC802 dengan frekuensi kerja 418 –
455 MHz. Pemilihan penggunaan radio
ini, selain karena jarak transmisinya
hingga 2800 meter, dimana masuk
dalam jarak antara launchpad roket
Gambar 3.5: Rangkaian driver relay .(Arisandi dengan Ground Station LAPAN, juga
2017) karena menghindari penggunaan
frekuensi komunikasi yang sama dengan
Sistem servo berfungsi untuk muatan roket, yang menggunakan
menggerakkan lengan motor servo pada frekuensi 900 MHz dan 2.4 GHz.
dua kemungkinan posisi, membuka atau
menutup.
Pada posisi lengan servo menutup,
akan menahan posisi konektor umbilikal
dari kotak kontrol GSS di interface
umbilikal pada tabung muatan roket.
Pada posisi lengan servo membuka,
berarti akan melepaskan konektor Gambar 3.6: Radio transceiver APC802
umbilikal pada kotak kontrol GSS dari
interface umbilikal pada tabung muatan Mikrokontroler kemudian akan
roket. memilah data-data yang masuk,
Sistem mikrokontroler akan mengidentifikasi data, kemudian akan
menerima perintah pensaklaran maupun melakukan eksekusi perintah jika data
posisi lengan servo dari dua sumber, yang diterimanya telah dianggap valid/
tombol manual dan radio transceiver. sesuai dengan protokol. Setelah
Dari perintah tersebut, kemudian melakukan eksekusi perintah,
mikrokontroler akan menerjemahkannya mikrokontroler kemudian akan
dalam bentuk sinyal digital untuk mengirimkan sinyal balasan tentang
kemudian diumpankan ke sistem relay status terakhir dari sistem penyala
dan motor servo. tersebut dalam format serial ke Ground
Radio transceiver akan menerima Station melalui radio transceiver.
perintah pensaklaran dari Ground Station Diagram alir dari kerja sistem
dalam bentuk data serial dengan format mikrokontroler tersebut dapat dilihat
protokol tertentu. pada gambar 3.7 berikut:
107
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol.16 No.2 Desember 2018 : hal 101 - 110
yang telah banyak membantu dalam
Mulai penelitian ini.
DAFTAR RUJUKAN
Set serial com
Xue, Fei et al. (2016). MoS 2 Tribotronic
Set relay
Transistor for Smart Tactile Switch.
Set PWM servo
Advanced Functional Materials 26(13):
Set digital input
2104–9.
http://doi.wiley.com/10.1002/adfm.201
504485.
Ada NO Data NO
Delap, Damon, Joel Glidden, and Christopher
inputmanu serial
Lamoreaux. (2013). Development of the
al? masuk?
YES Orion Crew-Service Module Umbilical
YES
Retention and Release Mechanism.
Pilah data Conference proceedings of the 15th
serial European Space Mechanisms & Tribology
Symposium (September): 25–27.
108
Sistem Penyala Nirkabel Jarak Jauh Untuk...(Endro Artono & Salmanl)
Engineering, EPE 2016 (Epe): 644–47.
Genc, Naci, and Yavuz Koc. (2017). Experimental
Verification of an Improved Soft-Switching
Cascade Boost Converter. Electric Power
Systems Research 149: 1–9.
http://dx.doi.org/10.1016/j.epsr.2017.0
4.015.
Wang, Yinqiao, Xiaoguang Hu, and Li Fu. (2016).
Design and Realization of Multi-Function
Serial Port with High-Speed/Large-
Capacity/Asynchronous FIFO. IEEE
International Conference on Control and
Automation, ICCA 2016–July: 227–31.
Fajriansyah, Burhan. (2016). Evaluasi
Karakteristik XBee Pro Dan NRF24L01+
Sebagai Transceiver Nirkabel. jurnal
Elkomika 4(1): 83–97.I SSN (e): 2459-
9638.
Arisandi, Effendi Dodi. (2017). Sistem Pengaman
Power Shape-Charge pada Flight
Termination System. Jurnal Teknologi
Dirgantara, vol.15 no.1, Juni 2017 : 21–
28.
109
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol.16 No.2 Desember 2018 : hal 101 - 110
110
Review Perbandingan Teknik Maximum... (Bayu Azmi, et.al)
REVIEW PERBANDINGAN TEKNIK MAXIMUM POWER POINT
TRACKER (MPPT) UNTUK SISTEM PENGISIAN DAYA MENGGUNAKAN
SEL SURYA
(REVIEW COMPARISON MAXIMUM POWER POINT TRACKER (MPPT)
TECHNIQUE FOR CHARGING SYSTEMS USING SOLAR CELLS)
Bayu Azmi1, Jefri Abner H2, Prasepvianto E B3, Hendrik Seputra4
1, 4 Departemen Fisika, Universitas Indonesia
Jl. Margonda Raya, Pondok Cina, Beji, Kota Depok, Jawa Barat 16424
2, 3 Pusat Teknologi Penerbangan (LAPAN)
ABSTRACT
The solar energy has been considered as a prospect renewable energy source for electric power
generation. Solar Photovoltaic system became a popular object to be developed by researcher. Its low
efficiency energy conversion is one of disadvantage of this system. Photovoltaic modules have a single
operating point where the voltage and current output results in maximum power output. In most solar
photovoltaic power systems, a particular control algorithm, namely maximum power point tracker
(MPPT) is used to take full advantage of the solar energy. There are three main MPPT methods, such as
conventional method, artificial intelligence based method, and hybrid method. Every method has its
advantages and also disadvantages. The conventional method has advantages such as low cost and
simple implementation but also has disadvantages like cannot to adapt to environment condition. The
artificial intelligence based method has faster power point tracking and environment condition
correction as its advantages but also has disadvantages such as complex implementation and more
expensive.
ABSTRAK
Energi surya telah dianggap sebagai prospek sumber energi terbarukan untuk pembangkit
tenaga listrik. Sistem fotovoltaik surya menjadi objek yang populer untuk dikembangkan oleh peneliti.
Rendahnya efisiensi dalam konversi energi adalah salah satu kelemahan sistem ini. Modul fotovoltaik
memiliki titik operasi tunggal di mana output tegangan dan arus menghasilkan output daya
maksimum. Dalam kebanyakan sistem fotovoltaik, algoritma kontrol tertentu, yaitu Maximum Power
Point Tracker (MPPT) untuk memanfaatkan secara maksimal energi surya tersebut. Ada tiga metode
utama pada MPPT yaitu metode konvensional, metode kecerdasan buatan, dan metode hibrid. Setiap
metode memiliki kelebihan dan juga kekurangan. Metode konvensional memiliki kelebihan seperti biaya
rendah dan implementasi yang sederhana tetapi juga memiliki kerugian seperti tidak dapat beradaptasi
dengan kondisi lingkungan. Metode berdasarkan kecerdasan buatan memiliki Power Point Tracking
yang lebih cepat dan koreksi terhadap kondisi lingkungan sebagai kelebihannya tetapi juga memiliki
kerugian seperti penerapan yang lebih rumit dan biaya yang lebih mahal.
111
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol.16 No.2 Desember 2018 : hal 111 - 122
1 PENDAHULUAN pencarian titik daya maksimum dari
Kebutuhan akan energi listrik sistem panel surya.
semakin meningkat seiring dengan Seperti yang ditunjukkan pada
pertumbuhan penduduk dan kebutuhan Gambar 1, sebuah sistem panel surya
industri. Penelitian dan pengembangan memiliki karakteristik I-V (arus-
di bidang sumber energi terbarukan akan tegangan) yang tidak linier dan
memberikan kontribusi yang cukup karakteristik P-V (daya-tegangan)
besar dalam memenuhi kebutuhan menunjukkan bahwa terdapat hanya
energi dewasa ini (Askarzadeh, 2013; satu titik (Pmax) dimana sistem
Bayod-Rújula, Haro-Larrodé, & Martínez- menghasilkan daya maksimum (Verma,
Gracia, 2013; Merei, Berger, & Sauer, Nema, Shandilya, & Dash, 2016).
2013). Sistem energi terbarukan terdiri Dikarenakan MPP (maximum power point)
atas sistem tenaga surya, tenaga angin, selalu berubah bergantung pada tingkat
sel bahan bakar, turbin-mikro, dll. iradiasi matahari, metode MPPT
Energi terbarukan menjadi lebih populer (maximum power point tracker)
dikarenakan ketersediaannya, digunakan untuk mencari MPP dari
kehandalannya, yang yang paling sistem tersebut. Metode-metode MPPT
penting ramah lingkungan. dapat dikategorikan dalam banyak fitur
Energi surya merupakan salah satu seperti efisiensi surya, respon dinamik,
energi yang ketersediaannya melimpah kecepatan konvergen, kebutuhan sensor,
khususnya di daerah tropis. Energi surya biaya, kompleksitas, dll.
memiliki beberapa keunggulan seperti
bebas polusi, umur panjang, perawatan
yang mudah, dan tidak berbahaya bagi
lingkungan (Abusorrah et al., 2013; Jung
& Ahmed, 2012; Kaliamoorthy,
Rajasekaran, & Gerald Christopher Raj,
2014) . Dengan penurunan harga modul
panel surya dan meningkatnya Gambar 1-1 : Karakteristik I-V dan P-V dari sel
112
Review Perbandingan Teknik Maximum... (Bayu Azmi, et.al)
Dimana Iph adalah arus panel mempertahankan titik kerja pada panel
surya dalam satu solar sel, sedangkan Is surya agar berada pada MPP.
adalah arus balik saturasi dari diode, q Pengekstrasian daya maksimum
muatan electron 1.602 x 10-19 C, A pada sebuah system panel surya
adalah faktor dioda ideal, K adalah membutuhkan operasi pelacak tegangan
konstanta Boltzmann 1.38 x 10-23 J/K, atau arus secara terus menerus pada
T (Kelvin) adalah temperatur dari p-n saat daya maksimum dihasilkan. Proses
junction, Vpv dan Ipv adalah tegangan ini dilakukan dengan menggunakan daya
dan arus keluaran dari panel surya, Rp converter elektronik melalui algoritma
sama dengan hambatan pada panel MPPT (Mahmoud & El-Saadany, 2016).
surya, Rs sama dengan hambatan geser.. Tipikal dari operasi MPPT pada sistem
Pada gambar kurva dibawah panel surya ditunjukkan dalam gambar
menunjukkan bahwa karakteristik P-V diagram blok di bawah ini. Dimana
dan I-V mempunyai kurva yang tidak controller senses dan array menilai daya
linear, hal ini bergantung pada output dari sitem panel surya dan
temperatur dan tingkat iradiasi penyesuaian daya interface dipelukan
matahari, tiap-tiap titik dari kurva untuk mendapatkan kondisi
tersebut mewaliki maximum power point operasioanal yang optimal. Daya
(MPP) (Paz & Ordonez, 2014; Zakzouk, kondisioner dapat berupa converter
Elsaharty, Abdelsalam, Helal, & DC/DC atau inverter DC/AC (Xiao,
Williams, 2016). Elnosh, Khadkikar, & Zeineldin, 2011).
113
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol.16 No.2 Desember 2018 : hal 111 - 122
Beberapa teknik dari heuristic surya dan metode ini didasarkan atas
diantaranya adalah perturb and observe karakteristrik dari sistem panel surya
(P&O) method, hill climbing technique, dan iradiasi matahari, seperti hubungan
fuzzy control, power–voltage arus pendek (Isc) dan tegangan
differentiation, online method, dan rangkaian terbuka (Voc). Nilai-nilai ini
incremental conductance method (Bidram, digunakan untuk menghasilkan sinyal
Davoudi, & Balog, 2012; Rahmann, kontrol yang diperlukan untuk
Vittal, Ascui, & Haas, 2016; Xiao et al., mengontrol (MPP) pada sistem panel
2011). Proses operasi dalam metode ini surya. Namun, algoritma ini tidak dapat
terdiri dari tiga langkah; 1). Menganggu mendeteksi MPP secara akurat, terutama
system panel surya, 2). Mengukur respon saat variasi perubahan cepat dari
terhadap ganguan dan 3). Membuat atmosfer. Yang termasuk ke dalam
koreksi umpan balik yang sesuai. metode online adalah sebagai berikut
Kelompok dalam teknik ini tidak Perturb and Observe (P&O) method,
memerlukan data parametrik dari Incremental Conductance method (IC),
generator PV, yang memiliki dan Hill Climbing (HC). Sedangkan yang
kompleksitas komputasi rendah tetapi termasuk kedalam metode hybrid adalah
menuntut sensor untuk mengukur genetic algorithm neural network (GA-
tegangan dan arus dari generator PV. ANN), optimization of a fuzzy logic
Kelemahan utama dari teknik ini adalah controller menggunakan swarm
terkait dengan jumlah iterasi yang optimization (PSO-FLC), dan genetic
diperlukan untuk menemukan MPP algorithm-fuzzy logic controller (GA-FLC)
(Hartmann, Vitorino, Correa, & Lima, (Harrag & Messalti, 2015).
2013).
Model based MPPT, dikembangkan 3 Metode MPPT
untuk mengatasi kelemahan dari teknik 3.1 Metode MPPT Konvensional
heuristic dan meningkatkan dinamika Metode konvensional
pelacakan MPPT. Model based MPPT menggunakan data pengukuran sensor
membutuhkan pengetahuan tentang yang dipasang pada panel surya seperti:
system panel surya serta pengukuran tegangan, arus, suhu dan radiasi
iradiasi dan temperatur untuk matahari untuk mencapai titik
menentukan MPP analitis. Secara maksimum. Metode konvensional lebih
keseluruhan, model based MPPT mudah diterapkan daripada metode
memberikan respon cepat terhadap lainnya (Bendib, Belmili, & Krim, 2015).
perubahan radiasi matahari
dibandingkan dengan teknik heuristic, 3.1.1 Constant voltage controller
selain itu tidak memungkinkan (CVC)
terjadinya lompatan tegangan dari Metode CVC merupakan metode
system panel surya secara cepat atau yang menjaga tegangan output dari panel
besar (Fathabadi, 2016). surya agar bernilai tetap. Besarnya
Selain pembagian MPPT menjadi dua tegangan ditentukan dengan
kelompok menurut teknik memastikan maksimum transfer daya
implementasinya, MPPT juga dibagi pada beban yang terhubung dengan
dibagi kedalam tiga kelompok dalam panel surya. Dalam metode ini hanya
metode aplikasinya, yaitu metode online menggunakan sebuah sensor tegangan.
atau offline dan metode hybrid (Ma et al., Kelemahan dari metode CVC yaitu jika
2013). Metode offline tidak mengukur ada perubahan suhu, tegangan operasi
daya yang diekstrak oleh system panel panel surya keluar dari titik
114
Review Perbandingan Teknik Maximum... (Bayu Azmi, et.al)
maksimumnya (Kumar, Jain, & Palwalia, berikutnya. Di sisi lain, jika dP negatif
2015; Kwan & Wu, 2016). diberikan tanda gangguan negatif.
Metode CVC dapat ditambahkan Langkah-langkah ini berulang kali
suatu proportional-integral (PI) kontroler dilakukan hingga MPP sistem tercapai di
di dalamnya yang ditunjukkan pada mana dP sama dengan nol.
persamaan berikut ini : P&O MPPT memiliki dua
kelemahan. Pertama, sulitnya
menentukan nilai gangguan yang ideal.
(3-1)
Jika gangguan besar, kemungkinan
algoritma untuk berosilasi disekitar MPP
Blok diagram metode CVC menjadi tinggi dan jika gangguan kecil,
ditunjukkan pada Gambar 3-1. Kp dan Ki kecepatan konvergensi algoritma
merupakan nilai gain yang dapat diatur menjadi sangat rendah (Kwan & Wu,
sesuai output yang diinginkan dari panel 2016). Kelemahan ini dapat diatasi
surya. Fungsi dari PI kontroler adalah dengan menggunakan ukuran gangguan
untuk meminimalisirkan nilai error variabel, yang menurun sebagai
akibat terjadinya penambahan algoritma menyatu dengan MPP.
kesalahan dari sistem secara terus Perubahan kondisi lingkungan juga
menerus. Sehingga didapatkan output mempengaruhi kinerja sistem dalam
yang lebih stabil terhadap waktu (Jusoh, mencapai MPP.
Sutikno, Guan, & Mekhilef, 2014).
115
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol.16 No.2 Desember 2018 : hal 111 - 122
Daya output maksimum dapat 3.2.1 FUZZY LOGIC CONTROL (FLC)
dinyatakan dalam persamaan berikut: METHOD
Metode Artificial controlling sudah
PMPP = VMPP IMPP banyak digunakan pada aplikasi MPPT.
(3-2)
Saat ini metode fuzzy logic control
merupakan metode yang paling banyak
Hal ini dapat dievaluasi dengan digunakan.
membedakan daya output dari sistem Pada sistem MPPT untuk sel surya
panel surya terhadap tegangan dan input dari fuzzy controller adalah error, E
menyamakannya dengan nol, seperti dan perubahan dari error, ΔE. Tetapi
yang diungkapkan dalam persamaan pemilihan error sepenuhnya bergantung
berikut: pada pengetahuan pembuat sistem pada
jenis aplikasi yang dikerjakan untuk
sistem PV sel surya. Kebanyakan akan
(3-3) memilih slope dari kurva P-V, dP/dV
sebagai persamaan error karena nilai nol
didapat dari MPP (Jusoh et al., 2014).
116
Review Perbandingan Teknik Maximum... (Bayu Azmi, et.al)
penanganan sistem yang nonlinear, fuzzy interference system (FIS) (Ahmadi-
proses capat dan akurat. Nedushan, 2012; Zhou, Wang, & Zhu,
Kelemahannya yaitu penentun 2016). Karena kemampuan ANFIS untuk
input dan output berdasarkan mewakili berbagai sistem dengan tingkat
pengalaman dari pengamatan yang telah akurasi yang tinggi sistem ini juga sering
dilakukan sebelumnya. disebut sebagai universal approximator.
Tetapi sistem ini memiliki kekurangan
3.2.2 Artificial Neural Network yaitu kurang adaptif terhadap
Method (ANN) perubahan kondisi lingkungan.
Metode ANN di terinspirasi dari Arsitektur dari ANFIS terdiri dari 5 layer
sistem saraf pusat (otak) dan model yang ditunjukkan oleh Gambar 3-2.
komputasi ini mampu membuat mesin
untuk belajar (machine learning) dan
digambarkan sebagai neuron yang saling
berhubungan dan membentuk jaringan
yang menyerupai jaringan saraf biologis
(Verma et al., 2016).
Blok diagram dari sistem ANN
digambarkan pada Gambar 3-2.
117
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol.16 No.2 Desember 2018 : hal 111 - 122
dari segi cepatnya waktu yang
(3-10)
dibutuhkan untuk mencapai MPP dan
juga respon terhadap lingkungan.
Layer 5 adalah single node. Layer ini Sedangan metode berbasis artificial
berfungsi sebagai penjumlah dari semua intelligent, metode ANFIS merupakan
signal masuk yang di tunjukkan dengan metode yang memiliki akurasi paling
persamaan (3-11). baik untuk mencapai MPP dan respon
dengan cepat terhadap perubahan
(3-11) tegangan, tetapi membutuhkan resource
yang tinggi untuk menjalanakan sistem
yang sangat kompleks.
Keuntungan dari ANFIS adalah
Dari berbagai metode MPPT,
memiliki akurasi yang bagus untuk
metode konvensional memiliki kelebihan
mencapai MPP dan juga respon yang
kemudahan dalam implementasinya,
cepat terhadap perubahan lingkungan.
tetapi tidak bisa beradaptasi terhadap
Kerugian dari metode ini, sistemnya yang
perubahan lingkungan. Sebaliknya
sangat kompleks dan juga memerlukan
metode berbasis artificial intelligent
fitur controller yang berkemampuan
mempunya sistem yang lebih kompleks
tinggi.
tetapi bisa beradaptasi terhadap
perubahan kondisi lingkungan. Berikut
4 PERBANDINGAN METODE MPPT
adalah perbandingan dari jenis metode
Pada metode konvensional, metode
konvensional dan juga metode AI.
IC merupakan metode yang paling bagus
Constant voltage
1 Konvensional Simpel Tegangan DC-DC A,D Low No
controlle (CVC)
Incrimental Tegangan,
3 Konvensional Kompleks DC-DC D High Yes
Conductance (IC) Arus
Adaptive Neuro
Irradiasi,
6 Fuzzy Interference AI Kompleks DC-DC D Very High Yes
Temperatur
(ANFIS)
118
Review Perbandingan Teknik Maximum... (Bayu Azmi, et.al)
5 KESIMPULAN
Permasalahan dari system panel
surya yang mempunyai karakteristik P-V DAFTAR RUJUKAN
dan I-V yang tidak linier dan efisiensi Abu Eldahab, Y. E., Saad, N. H., & Zekry, A.
yang sangat rendah akibat pengaruh (2014). Enhancing the maximum power
perubahan iradiasi matahari dan point tracking techniques for
temperature lingkungan, sehingga photovoltaic systems. Renewable and
diperlukan sebuah pelacak tegangan dan Sustainable Energy Reviews, 40, 505-
arus agar pengekstraksian daya yang 514. doi:
dihasilkan tetap berada pada titik https://doi.org/10.1016/j.rser.2014.0
maksimum, yaitu Maximum Power Point 7.202
Tracker (MPPT). Abusorrah, A., Al-Hindawi, M. M., Al-Turki, Y.,
Metode MPPT dibagi menjadi dua, Mandal, K., Giaouris, D., Banerjee, S., .
yaitu metode konvensional dan metode . . Papadopoulou, S. (2013). Stability of
berbasis artificial intelligent (AI). Metode a boost converter fed from photovoltaic
konvensional terdiri dari; CVC method, source. Solar Energy, 98, 458-471. doi:
P&O method, IC method. https://doi.org/10.1016/j.solener.201
Dari beberapa metode konvensional 3.09.001
tersebut metode IC atau Incremental Ahmadi-Nedushan, B. (2012). Prediction of
Conductance method memiliki kelebihan, elastic modulus of normal and high
dalam hal kecepataan untuk mencapai strength concrete using ANFIS and
MPP, dan juga dapat menyesuaikan optimal nonlinear regression models.
perubahan lingkungan, tetapi memiliki Construction and Building Materials, 36,
implementasi yang lebih komplek 665-673. doi:
daripada metode konvensional lainnya. https://doi.org/10.1016/j.conbuildmat
Sedangkan metode berbasis artificial .2012.06.002
intelligent (AI) diantaranya adalah FLC Ahmed, J., & Salam, Z. (2014). A Maximum
method, ANN method, ANFIS method. Power Point Tracking (MPPT) for PV
Metode ANFIS adalah metode AI yang system using Cuckoo Search with
memiliki akurasi yang paling baik untuk partial shading capability. Applied
mencapai MPP dan respon yang cepat Energy, 119, 118-130. doi:
terhadap fluktuasi daya. https://doi.org/10.1016/j.apenergy.20
13.12.062
UCAPAN TERIMAKASIH Askarzadeh, A. (2013). Developing a discrete
Ucapan terima kasih kami harmony search algorithm for size
sampaikan kepada Dr. Drs. Cuk Imawan, optimization of wind–photovoltaic
M.Si selaku dosen mata kuliah seminar hybrid energy system. Solar Energy, 98,
yang telah memberikan bimbingan dalam 190-195. doi:
penulisan KTI ini, juga kepada rekan- https://doi.org/10.1016/j.solener.201
rekan mahasiswa S-2 FMIPA UI angkatan 3.10.008
2015 yang telah membantu dalam mata Baljit, S. S. S., Chan, H.-Y., & Sopian, K. (2016).
kuliah seminar. Review of building integrated
Tak lupa juga kepada Pusat applications of photovoltaic and solar
Teknologi Penerbangan LAPAN atas thermal systems. Journal of Cleaner
fasilitas riset dan tim redaksi Jurnal Production, 137, 677-689. doi:
Teknologi Dirgantara yang telah https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2016
berkenan untuk memeriksa dan .07.150
menerima KTI kami.
119
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol.16 No.2 Desember 2018 : hal 111 - 122
Bayod-Rújula, Á. A., Haro-Larrodé, M. E., & crystalline photovoltaic panels using
Martínez-Gracia, A. (2013). Sizing fast computation methods. Solar
criteria of hybrid photovoltaic–wind Energy, 86(6), 1826-1837. doi:
systems with battery storage and self- https://doi.org/10.1016/j.solener.201
consumption considering interaction 2.03.003
with the grid. Solar Energy, 98, 582- Jusoh, A., Sutikno, T., Guan, T. K., & Mekhilef,
591. doi: S. (2014). A Review on Favourable
https://doi.org/10.1016/j.solener.201 Maximum Power Point Tracking
3.10.023 Systems in Solar Energy Application.
Bendib, B., Belmili, H., & Krim, F. (2015). A TELKOMNIKA Telecommunication,
survey of the most used MPPT methods: Computing, Electronics and Control, 12.
Conventional and advanced algorithms doi:
applied for photovoltaic systems. http://dx.doi.org/10.12928/telkomnik
Renewable and Sustainable Energy a.v12i1.2
Reviews, 45, 637-648. doi: Kaliamoorthy, M., Rajasekaran, V., & Gerald
https://doi.org/10.1016/j.rser.2015.0 Christopher Raj, I. (2014). Single-phase
2.009 fifteen-level grid-connected inverter for
Bidram, A., Davoudi, A., & Balog, R. S. (2012). photovoltaic system with evolutionary
Control and Circuit Techniques to programming based MPPT algorithm.
Mitigate Partial Shading Effects in Solar Energy, 105, 314-329. doi:
Photovoltaic Arrays. IEEE Journal of https://doi.org/10.1016/j.solener.201
Photovoltaics, 2(4), 532-546. doi: 4.03.031
10.1109/JPHOTOV.2012.2202879 Kumar, P., Jain, G., & Palwalia, D. K. (2015, 12-
Fathabadi, H. (2016). Novel fast dynamic MPPT 14 Aug. 2015). Genetic algorithm based
(maximum power point tracking) maximum power tracking in solar power
technique with the capability of very generation. Paper presented at the 2015
high accurate power tracking. Energy, International Conference on Power and
94, 466-475. doi: Advanced Control Engineering
https://doi.org/10.1016/j.energy.2015 (ICPACE).
.10.133 Kwan, T. H., & Wu, X. (2016). Maximum power
Harrag, A., & Messalti, S. (2015). Variable step point tracking using a variable
size modified P&O MPPT algorithm antecedent fuzzy logic controller. Solar
using GA-based hybrid offline/online Energy, 137, 189-200. doi:
PID controller. Renewable and 10.1016/j.solener.2016.08.008
Sustainable Energy Reviews, 49, 1247- Li, X., Wen, H., Jiang, L., Hu, Y., & Zhao, C.
1260. doi: (2016). An Improved Beta Method With
https://doi.org/10.1016/j.rser.2015.0 Autoscaling Factor for Photovoltaic
5.003 System. IEEE Transactions on Industry
Hartmann, L. V., Vitorino, M. A., Correa, M. B. Applications, 52(5), 4281-4291. doi:
d. R., & Lima, A. M. N. (2013). 10.1109/TIA.2016.2584584
Combining Model-Based and Heuristic Ma, J., L. Man, K., Zhang, N., Guan, S.-U.,
Techniques for Fast Tracking the Wong, P. W. H., G. Lim, E., . . . U. Lei,
Maximum-Power Point of Photovoltaic C. (2013). Improving Power-Conversion
Systems. IEEE Transactions on Power Efficiency via a Hybrid MPPT Approach
Electronics, 28(6), 2875-2885. doi: for Photovoltaic Systems (Vol. 19).
10.1109/TPEL.2012.2204408 Mahmoud, Y., Abdelwahed, M., & El-Saadany,
Jung, J.-H., & Ahmed, S. (2012). Real-time E. F. (2016). An Enhanced MPPT
simulation model development of single Method Combining Model-Based and
120
Review Perbandingan Teknik Maximum... (Bayu Azmi, et.al)
Heuristic Techniques. IEEE Xiao, W., Elnosh, A., Khadkikar, V., & Zeineldin,
Transactions on Sustainable Energy, H. (2011, 7-10 Nov. 2011). Overview of
7(2), 576-585. doi: maximum power point tracking
10.1109/TSTE.2015.2504504 technologies for photovoltaic power
Mahmoud, Y., & El-Saadany, E. F. (2016). Fast systems. Paper presented at the IECON
Power-Peaks Estimator for Partially 2011 - 37th Annual Conference of the
Shaded PV Systems. IEEE Transactions IEEE Industrial Electronics Society.
on Energy Conversion, 31(1), 206-217. Zakzouk, N. E., Elsaharty, M. A., Abdelsalam, A.
doi: 10.1109/TEC.2015.2464334 K., Helal, A. A., & Williams, B. W.
Merei, G., Berger, C., & Sauer, D. U. (2013). (2016). Improved performance low-cost
Optimization of an off-grid hybrid PV– incremental conductance PV MPPT
Wind–Diesel system with different technique. IET Renewable Power
battery technologies using genetic Generation, 10(4), 561-574. doi:
algorithm. Solar Energy, 97, 460-473. 10.1049/iet-rpg.2015.0203
doi: Zhou, Q., Wang, F., & Zhu, F. (2016). Estimation
https://doi.org/10.1016/j.solener.201 of compressive strength of hollow
3.08.016 concrete masonry prisms using artificial
Moradi, K., Ali Ebadian, M., & Lin, C.-X. (2013). neural networks and adaptive neuro-
A review of PV/T technologies: Effects of fuzzy inference systems. Construction
control parameters. International and Building Materials, 125, 417-426.
Journal of Heat and Mass Transfer, 64, doi:
483-500. doi: https://doi.org/10.1016/j.conbuildmat
https://doi.org/10.1016/j.ijheatmasstr .2016.08.064
ansfer.2013.04.044
Paz, F., & Ordonez, M. (2014). Zero Oscillation
and Irradiance Slope Tracking for
Photovoltaic MPPT. IEEE Transactions
on Industrial Electronics, 61(11), 6138-
6147. doi: 10.1109/TIE.2014.2311414
Piegari, L., & Rizzo, R. (2010). Adaptive perturb
and observe algorithm for photovoltaic
maximum power point tracking. IET
Renewable Power Generation, 4(4), 317-
328. doi: 10.1049/iet-rpg.2009.0006
Rahmann, C., Vittal, V., Ascui, J., & Haas, J.
(2016). Mitigation Control Against
Partial Shading Effects in Large-Scale
PV Power Plants. IEEE Transactions on
Sustainable Energy, 7(1), 173-180. doi:
10.1109/TSTE.2015.2484261
Verma, D., Nema, S., Shandilya, A. M., & Dash,
S. K. (2016). Maximum power point
tracking (MPPT) techniques:
Recapitulation in solar photovoltaic
systems. Renewable and Sustainable
Energy Reviews, 54, 1018-1034. doi:
https://doi.org/10.1016/j.rser.2015.1
0.068
121
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol.16 No.2 Desember 2018 : hal 111 - 122
122
Kajian Program Peningkatan Kinerja...(Heri Budi Wibowo)
KAJIAN PROGRAM PENINGKATAN KINERJA PROPELAN KOMPOSIT
BERBASIS AP/HTPB/AL
(PROGRAM REVIEW OF INCREASING THE PERFORMANCE OF
COMPOSITE PROPELLANT BASE AP/HTPB/Al)
Heri Budi Wibowo
Pusat Teknologi Roket
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)
Jl. Raya Lapan No.2 Mekarsari, Rumpin, Bogor 16350, Jawa Barat
e-mail: heri.budi@lapan.go.id
Diterima: 17 Agustus 2018; Direvisi: 30 Oktober 2018; Disetujui: 31 Oktober 2018
ABSTRACT
ABSTRAK
Kajian strategi litbang dalam meningkatkan kinerja propelan komposit berbasis AP/HTPB/Al
dilakukan dalam rangka mencapai teknologi propelan yang setara dengan negara maju dalam
penguasaan teknologi roket sipil, khususnya untuk roket Sonda dan roket Pengorbit Satelit di LAPAN.
Kajian dilakukan dengan melakukan review terhadap capaian produk propelan yang dihasilkan saat
ini, analisis faktor yang berpengaruh, dan penyusunan strategi untuk mengatasinya. Hasil kajian
menunjukkan bahwa diperlukan organisasi, tahapan litbang dan pengelolaan SDM yang sistematis,
serta tahapan pencapaian teknologi yang perlu dilakukan. Keterbatasan bahan baku propelan
merupakan masalah utama dalam pengembangan propelan di Indonesia. Peningkatan kinerja propelan
dapat dilakukan dengan meningkatkan solid loading density dan penambahan bahan energetik tinggi.
123
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol.16 No.2 Desember 2018 : hal 123 - 138
124
Kajian Program Peningkatan Kinerja...(Heri Budi Wibowo)
Kinerja propelan yang masih propelan komposit berbasis
rendah akan memberikan capaian roket AP/HTPB/Al, seperti yang digunakan
dengan jarak jangkau, beban muatan, untuk roket Delta, roket Falcon, roket
dan dimensi yang tidak sesuai harapan Ariane, dan lain sebagainya (Badgujar,
dalam pengembangan roket sehingga et.al., 2008). Roket-roket tersebut
penguasaan teknologi roket akan menggunakan propelan komposit
terhambat. Oleh karena itu, perlu berbahan dasar AP/HTPB/Al yang
dilakukan upaya-upaya menyeluruh memiliki impuls spesifik 250-280 detik.
untuk meningkatkan impuls spesifik Propelan komposit AP/HTPB/Al
propelan agar dapat mendekati minimal memiliki kelebihan energi pembakaran
250 detik. yang besar, bukan merupakan bahan
Tulisan ini membahas kajian eksplosif (klasifikasi 3.1), umur simpan
litbang yang telah dilakukan dan strategi yang lama (2 tahun), memiliki laju bakar
ke depan untuk meningkatkan kinerja moderat, dan secara ekonomis paling
propelan komposit dengan impuls murah dibanding bahan propelan lain
spesifik dari 220 detik menjadi 250 (Badgujar, et.al., 2008; Timnat, 1987).
detik. Perkembangan propelan komposit di
Kendala dalam penguasaan teknologi dunia saat ini dikembangkan dari sisi
propelan dengan sumber acuan peningkatan energi pembakaran,
terbatas, transfer teknologi tidak ada, teknologi proses, propelan yang dapat
dan kesulitan mendapatkan bahan baku disimpan dan digunakan kembali, dan
propelan membutuhkan kemadirian propelan yang ramah lingkungan.
dalam litbang propelan (Wibowo, 2017).
Oleh karena itu, perlu kajian teknis 2.1.1 Peningkatan energi
dalam meningkatkan kinerja propelan pembakaran.
komposit di Indonesia. Peningkatan energi pembakaran
Dengan kajian tersebut maka propelan dilakukan dengan
dihasilkan rekomendasi strategi litbang meningkatkan kadar butiran oksidator
yang harus dilakukan untuk menaikkan dan bahan bakar dalam propelan (solid
kinerja propelan propelan komposit loading density) dan penambahan
berbasis AP/HTPB/Al agar target material berenergi tinggi. Peningkatan
propelan dengan impuls spefisik dari energi propelan telah dieksplorasi para
220 detik menjadi 250 detik dapat peneliti melalui peningkatan solid
dicapai dalam kurun 5 (lima) tahun. loading density propelan yang mencapai
Karakteristik kinerja propelan yang 92,5% melalui optimasi bentuk dan
diinginkan (standar) dan yang dicapai ukuran butiran AP, penggunaan AP dan
LAPAN ditampilkan pada tabel 1.1 Al ukuran nano, pelapisan AP dengan
(Wibowo, 2017; Restasari et.al, 2015; pelapis energetik, dan penggunaan
Hartaya, 2015). sistem binder HTPB yang memiliki solid
loading capacity sangat tinggi (95%)
2 Tinjauan Pustaka dan Teoritis (Sariak et.al., 2017; Salgado at.al.,
2.1 Perkembangan Teknologi 2018).. Propelan komposit yang
Propelan di Dunia digunakan rata-rata telah memiliki solid
Pengembangan propelan komposit loading density mencapai 92,5% melalui
berbasis AP/HTPB/Al dikembangkan optimasi binder yang digunakan,
sejak tahun 1040. Propelan untuk roket rekomposisi bentuk dan ukuran AP
kepentingan sipil berukuran besar (Sariak et.al., 2017). Penggunaan Ap
sampai saat ini masih menggunakan nano masih dalam tahapan penelitian
125
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol.16 No.2 Desember 2018 : hal 123 - 138
dan belum diaplikasikan dalam sistem NHTPB, MIMO, GAP, dan BAMO (Schulze
roket karena kesulitan mendapatkan et.al., 2016; Florczak et.al., 2015;
campuran yang homogen (Rahman Abusaidi et.al., 2017). Penambahan
et.al., 2018; Kumari et.al., 2015). material ADN sampai 4% dapat
Teknologi pelapisan AP dikembangkan meningkatkan impuls spesifik propelan
untuk mendapatkan AP terlapisi bahan hingga 10%. Penambahan NHTPB
energetik yang sangat tipis sehingga sebanyak 2% dapat menaikan impuls
dapat tahan dari sifat higroskopis dan spesifik hingga 5% (Rahman et.al.,
porositas dengan kadar pelapis yang 2018).
sangat kecil (2%) (Priyanto et.al., 2015).
Teknik pelapisan AP dengan 2.1.2 Teknologi proses dan teknik
menggunakan sistem dryer coating dapat pencetakan.
menggunakan pelapis ukuran nano dan Perkembangan teknologi proses
dapat menutup semua pori AP dengan propelan berada pada dua teknologi
baik, sehingga kadar AP dijaga sangat kunci, yaitu teknologi pencampuran
tinggi. Kadar AP dapat dipertahankan (mixing) dan metode pencetakan. Proses
98-99% dari bahan pengotor dan bahan propelan merupakan proses yang
pelapis (coating agent). Solid loading memiliki resiko tinggi terjadi ledakan
density dapat diturunkan dengan sehingga dibutuhkan mixer khusus.
menggunakan binder yang memiliki Teknologi mixer termasuk teknologi yang
koefisien difusivitasnya rendah, dibatasi perdagangannya oleh MTCR.
viskositasnya rendah sehingga butiran Teknologi mixer saat ini sudah
padatan dapat secara maksimal terisi menggunakan mixer otomatis,
dalam matriks binder (Ramezani et.al., dilengkapi monitoring adonan, dan
2017; Kumari et.al., 2009; Kumari et.al., dioperasikan dari jarak jauh. Proses
2017; Shokry et.al., 2015). HTPB dikenal pencetakan propelan komposit terdapat
memiliki difusivitas rendah pada saat dua metode, yaitu metode free standing
berat molekul 2800-3500 gr.mol-1, dan dan case bonded. Pembuatan propelan
bentuk padatannya memiliki sifat komposit metode free standing
mekanik yang baik. HTPB yang telah dilakukan dengan membuat adonan
diperbaiki microstrukturnya dapat bahan propelan dalam mixer, kemudian
ditingkatkan solid loading capacitynya dicetak sesuai bentuk grain propelan,
menjadi 95% seperti pada HTPB type dan propelan dibungkus dengan
RBV 45 (Wibowo, 2016a; Chen et.al., insulator thermal. Propelan dimasukkan
2017; Zhou, et.al., 2014)) . ke dalam tabung motor roket dengan
Upaya menaikkan energi penambahan liner sebagai pengikat
pembakaran propelan berbasis (Timnat, 1987). Propelan jenis ini
AP/HTPB/Al juga dilakukan dengan umumnya digunakan untuk roket
menambahkan senyawa-senyawa ukuran kecil dan sedang. Propelan
berenergi sangat tinggi (high energetic untuk roket ukuran besar biasanya
material). Beberapa bahan oksidator digunakan pencetakan dengan teknik
energetik telah ditambahkan dan case bonded. Propelan dicetak langsung
diaplikasikan untuk propelan komposit di dalam tabung motor roket yang telah
berbasis AP/HTPB/Al seperti RDX, NG, dilapisi insulator thermal.
HMX, dan HNF (. Beberapa bahan binder Proses pencetakan propelan yang
energetik telah ditambahkan untuk mula-mula dilakukan pada kondisi
meningkatkan impuls spesifik dan atmosferis, sudah mulai berkembang
memperbaiki sifat mekaniknya seperti menggunakan kondisi hampa udara
126
Kajian Program Peningkatan Kinerja...(Heri Budi Wibowo)
atau ditekan dengan sistem pneumatis moderat (maksimmal 0,7 mm per detik).
untuk memadatkan butiran AP dan Al, Bahan material energetik umumnya
mempercepat pengerasan, dan bersifat eksplosif, sementara bahan
menurunkan porositas propelan propelan roket sipil harus klasifikasi non
sehingga void bisa diturunkan menjadi explosive. Propelan harus memiliki sifat
0,5% dengan ukuran rata-rata maksimal mekanik yang baik dalam suhu
adalah 10 mikron. Propelan komosit saat operasional (-50 sampai +50oC)
ini menggunakan AP ukuran 5 mikron (Abusaidi, 2017a; Abusaidi et.al., 2017b;
untuk mendapatkan impuls sepsifik Agrawal et.al., 2010; Ashrafi et.al.,2016).
yang tinggi (Wibowo, 2016b).
2.2 Posisi Litbang Teknologi
2.1.3 Propelan yang ramah Propelan Komposit di
lingkungan. Indonesia
Pembakaran AP akan 2.2.1 Sejarah litbang propelan di
menghasilkan gas klorin yang berbahaya LAPAN.
bagi lingkungan dan manusia (Timnat, Pengembangan propelan untuk
1987). Penelitian menggantikan AP atau roket di Indonesia diawali tahun 1963
substitusi AP dengan material energetik melalui roket Kartika dengan
tinggi yang lebih ramah lingkungan telah menggunakan propelan berbahan
banyak dilakukan. Upaya menggantikan blackpowder (bubuk mesiu).
total AP dengan bahan baru masih sulit Pengembangan propelan selanjutnya
diaplikasikan karena klasifikasi bahan menggunakan propelan komposit
baku dan propelan yang dihasilkan berbasis AP/polisulfida hasil kerjasama
adalah high eksplosif sehingga litbang roket meniru roket-roket Jepang
membutuhkan proses dan penyimpanan dan berhasil diuji pada tahun 1980.
yang khusus seperti yang digunkan Lapan mengembangkan propelan
untuk fasilitas militer (Abdullah et.al., berbasis AP/poliuretan yang lebih
2014; Colclough et.al., 1996) . Beberapa mudah pembuatan dan penanganannya
penelitian dilakukan untuk mulai tahun 1990, dilanjutkan
menggantikan sebagian AP dengan penelitian propelan berbasis
material lain yang lebih ramah AP/HTPB/Al pada tahun 1995. Semua
lingkungan. Beberapa material energetik bahan baku propelan tersebut sampai
tinggi yang bersifat low explosive telah saat ini diimpor dari China (Loekman,
dikembangkan untuk substitusi AP, 1998).
seperti RDX, HMX, NG, HNF, dan ADN.
Untuk memperbaiki sifat mekaniknya, 2.2.2 Sejarah pencapaian teknologi
maka beberapa binder energetik juga propelan komposit berbasis
sudah diaplikasikan seperti penggunaan AP/HTPB/Al di LAPAN.
GAP, NHTPB, BAMO, dan MIMMO. Pengembangan teknologi
Beberapa penelitan telah dapat propelan berbasis AP/HTPB/Al di LAPAN
menaikkan impuls spesifik propelan pada awalnya menggunakan bahan AP
berbasis AP/HTPB/Al mencapai 12% bimodal (dua macam ukuran) dengan
dengan penambahan maerial energetik 2 kandungan AP dan Al maksimal 82,5%
hingga 4%. Pengembangan material dan kadar Alumunium maksimal 5%.
energetik tinggi harus diperhatikan Propelan yang dihasilkan memiliki
kompatibiitas dengan binder HTPB, impuls spesifik rata-rata 200 detik.
keamanan dalam proses dan Pengembangan propelan dengan sistem
penyimpanan, dan laju bakar yang binder dan penambahan plasticizer baru
127
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol.16 No.2 Desember 2018 : hal 123 - 138
(DOA dan DOS) dapat meningkatkan adonan propelan yang homogen dan
solid content menjadi 85% sehingga dilengkapi sistem keamanan khusus
propelan memiliki impuls spesifik rata- untuk material beresiko meledak. LAPAN
rata 210 detik (Hartaya, 2015). telah menggunakan mixer yang memilisi
Peningkatan kinerja propelan dilakukan spesifikasi untuk propelan ukuran kecil
dengan menggunakan AP trimodal dan dan sedang. Metode proses pencetakan
peralatan proses yang lebih baik, yang diakukan selama ini adalah sistem
sehingga dihasilkan propelan dengan free standing. LAPAN mulai
impuls spesifik rata-rata 221 detik menggunakan sistem proses case
(Hartaya, 2016; Wibowo, 2015b). bonded dan sedang dalam proses
penyemprnan, menggunakan teknologi
2.2.3 Keterbatasan dan kendala dari Korea Selatan pada tahun 2015
dalam pengembangan propelan (Wibowo, 2015b).
komposit di Indonesia.
Semua bahan baku propelan 2.3 Teori menaikkan impuls spesifik
yang digunakan untuk formulasi propelan komposit
propelan masih diimpor. Pembatasan Peningkatan kinerja propelan
impor bahan baku propelan dari negara sebagai sumber energi mengikuti hukum
tergabung MTCR mengakibatkan termodinamika. Faktor-faktor yang
kesulitan dalam mendapatkan bahan berpengaruh terhadap energi
baku propelan. Impor dari negara non pembakaran propelan adalah masa,
MTCR juga dibatasi sehingga tidak dapat energi spesifik, suhu pembakaran, serta
diperoleh bahan baku propelan kualitas teknologi proses pembuatan (Timnat,
(grade) untuk propelan. Bahan baku 1987). Untuk meningkatkan impuls
kualitas propelan standar dan yang spesifik propelan, maka dapat dilakukan
diperoleh dapat ditampilkan pada tabel dengan mengatur faktor-faktor tersebut.
1-1. Permaslahan lain adalah belum a) Masa propelan.
dimiliki alat-alat analisis yang memadai Untuk mendapatkan propelan yang
untuk menguji kuaitas bahan baku tinggi dapat diakukan dengan
propelan tersebut, belum ada lembaga meningkatkan rapat masa propelan
sertifikasi uji yang tersedia untuk dalam kisi-kisi ruang geometris
menguji bahan-bahan khususnya untuk komposit. Sistem propelan komposit
propelan di Indonesia. Peneliti di terdiri dari butiran AP dan Al dalam
Indonesia mengalami kesulitan dalam sistem binder HTPB. Untuk
melakukan formulasi untuk mendapatkan rapat massa yang
mendapatkan propelan dengan kinerja tinggi, maka dapat dilakukan
seperti yang diharapkan. Proses dengan meningkatkan solid loading
formulasi propelan berada pada density dari butiran oksidator dan
lingkaran penelitian untuk optimasi fuel dalam sistem binder propelan.
bahan baku proelan agar dapat Solid loading density propelan
doiproses dengan baik, homogenitas dipengaruhi oleh geometri butiran
tinggi, dan mencapai solid loading dan binder. Propelan dengan rapat
density yang maksimal. Bahan-bahan masa tinggi dapat diperoleh dengan
material energetik tinggi tidak ada yang menggunakan kombinasi butiran AP
tersedia di pasaran. dengan tiga jenis ukuran (trimodal),
Kunci teknologi proses propelan adalah butiran AP yang berbentuk bola
mixer dan sistem pencetakan. Mixer sehingga bisa mengisi geometri
propelan bertujuan mendapatkan binder propelan dengan penuh.
128
Kajian Program Peningkatan Kinerja...(Heri Budi Wibowo)
Ukuran AP yang terbaik adalah Bahan lain yang berpengaruh
kombinasi 400, 200, dan 100 mesh terhadap energi spesifik propelan
(Timnat, 1987; Prianto et.al., 2015). adalah sistem binder itu sendiri.
b) Energi spesifik propelan. Binder HTPB merupakan pengikat
Bahan yang memiliki kontribusi butiran AP dan Al. Bahan HTPB
energi propelan paling besar adalah adalah sistem binder yang berupa
AP dan Al. Propelan dengan energi cairan yang akan mengeras menjadi
yang tinggi diperoleh dengan padatan. Bahan HTPB memiliki
menggunakan bahan AP dan bahan viskositas yang rendah sehingga
Al yang memiliki energi spesifik yang campuran butiran AP dan Al dapat
tinggi. Energi spesifik yang tinggi terdistribusi dan terikat dengan
diperoleh dengan AP yang memiliki merata, kemudian akan mengalami
kemurnian tinggi dan kepadatan peningkatan viskositas dengan
yang tinggi. AP adalah senyawa penambahan agen pengeras sampai
kristal yang pada keadaan murni menjadi keras. Propelan harus
berbentuk amorf dan porositas memiliki kuat mekanik yang baik
tinggi, sehingga kerapatannya sehingga tidak mengalami deformasi
rendah (67%). AP untuk propelan selama suhu operasional. HTPB
memiliki kerapatan masa sangat memiliki viskositas rendah dan
tinggi, bisa mencapai 98%. dapat memadat dengan fleksibilitas
Beberapa material berenergi sangat yang baik sehingga komposit tidak
besar (high energetic material) mudah retak. Kemampuan
ditambahkan unutk meningkatkan menampung butiran padatan dari
energi dari propelan tersebut. sistem binder HTPB sangat tinggi
Beberapa material tersebut adalah sehingga digunakan sebagai binder
ADN, HMX, RDX, HNF (Abusaidi, propelan. HTPB dengan
2017a; Abusaidi et.al., 2017b; mikrostruktur yang baik memiliki
Agrawal et.al., 2010; Ashrafi solid loading capacity mecapai 95%
et.al.,2016). Bahan ADN adalah (Wibowo, 2016a; Gupta et.al., 2014).
bahan berenergi sangat tinggi, c) Suhu pembakaran.
bersifat low explosive, memiliki Propelan dengan suhu pembakaran
kompatibilitas tinggi dengan binder yang tinggi akan menaikkan energi
HTPB sehingga banyak pembakaran. Suhu pembakaran
diaplikasikan untuk propelan yang tinggi diperoleh dengan
komposit berbasis AP/HTPB/Al. menggunakan logam oksida seperti
Sementara bahan-bahan lain Alumunium, berilium, dan
termasuk katagori high explosive, magnesium. Beberapa peneliti
sehingga propelan yang menggunakan alumunium ukuran
dihasilkanpun bersifat eksplosif. nano untuk mendapatkan jumlah
Bahan HTPB adalah binder non alumunium yang lebih banyak dan
energetik. Beberapa binder energetik merata sehingga suhu pembakaran
yang memiliki energi tinggi banyak meningkat tajam.
diaplikasikan untuk meningkatkan d) Penyempurnaan teknologi proses.
energi pembakaran, namun Teknologi proses untuk memperoleh
memiliki sifat mekanik yang baik propelan yang homogen dan
(Florczak et.al., 2015; Gupta et.al. porositas minimal terus diupayakan
2014;Komarov et.al., 1999; Ramesh (Shekkar et.al., 2013).
et.al., 2012; Betzler et.al., 2016).
129
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol.16 No.2 Desember 2018 : hal 123 - 138
130
Kajian Program Peningkatan Kinerja...(Heri Budi Wibowo)
sumber daya yang dimiliki, kemudian Hasil akhir dari tahapan ini adalah
ditetapkan strategi litbang untuk mendapatkan syarat keberterimaan
mengatasi masalah ditampilkan pada bahan baku propelan, cara pengujian
tabel 4.1. Tahapan penguasaan litbang karakteristik propelan, dan memperoleh
yang dapat dilakukan adalah a) MSDS sebagai dasar dari proses
Penetapan sasaran formulasi propelan formulasi propelan.
yang ditargetkan, b) penjaminan Tahap berikutnya adalah
kualitas bahan baku propelan yang formulasi propelan. Formulasi propelan
dapat dilakukan, c) reformulasi propelan bertujuan untuk mendapatkan formula
untuk optimasi solid loading density, yang optimal menggunakan bahan baku
homogenitas, dan porositas, d) propelan yang diperoleh. Formulasi
penambahan material energetik untuk propelan dilakukan dengan
meningkatkan impuls spesifik, dan e) meningkatkan solid loading sensity dan
scale up formulasi ke proses produksi. menambahkan material high energetic
Sasaran formulasi propelan material. Upaya meningkatkan solid
ditetapkan berdasarkan kondisi saat ini loading density dapat dilakukan secara
yang memiliki impuls spesifik 220 detik, efektif jika dapat diperoleh bahan baku
akan ditingkatkan ke batas minimal yang baik spesifikasinya. Jika spesifikasi
impuls spesifik propelan pada bahan baku propelan terbatas, maka
umumnya, yaitu 250 detik. Prioritas hanya dapat dilakukan optimasi
pertama litbang propelan adalah formulasi saja agar dapat diperoleh
mendapatkan bahan baku propelan formulasi propelan yang optimum
spesifikasi bagus. Untuk mendapatkan dengan menggunakan bahan baku yang
bahan baku propelan yang berkualitas ada.
baik, diperlukan penetapan syarat Optimasi dapat dilakukan dengan
keberterimaan bahan baku propelan dan mengatur komposisi bahan baku
cara analisisnya. propelan sehingga propelan dapat
Cara analisis bahan baku propelan diproses dan memiliki solid loading
yang bersifat khusus (mudah meledak density masimal. Peningkatan kinerja
atau terbakar) banyak yang tidak propelan dapat dilakukan dengan
dimiliki oleh lembaga analisis menambahkan bahan-bahan berenergi
independen atau lembaga pengujian sipil tinggi (high energetic material).
di Indonesia (Wibowo, 2016a; Wibowo, Penambahan bahan energetik tinggi
2016b). Beberapa alat uji perlu diadakan sebesar 4 % dapat meningkatkan impuls
oleh LAPAN seperti bomb calorimeter, spesifik propelan maksimal 12%
particle size analyzer, porosimeter, bulk (Florczak et.al., 2015; Gupta et.al.
densitometer, solid loading capasity 2014;Komarov et.al., 1999; Ramesh
meusurement, dan lain sebagainya et.al., 2012; Betzler et.al., 2016).
(Wibowo, 2016b; Komarov et.al.,1999). Beberapa bahan energetik tinggi yang
Keterbatasan bahan baku propelan yang telah digunakan untuk meningkatkan
diperoleh dimungkinkan untuk kinerja propelan komposit adalah ADN ,
mendapatkan spesifikasi yang lebih RDX, NHTPB, dan GAP (Abusaidi,
rendah dari target, untuk kepentingan 2017a; Abusaidi et.al., 2017b; Agrawal
formulasi maka dibutuhkan analisis et.al., 2010; Ashrafi et.al.,2016). Bahan-
karakteristik bahan baku propelan bahan tersebut walaupun bersifat low
tersebut. Hal ini disebabkan banyak explossive, namun propelan yang
bahan baku propelan yang tidak dihasilkan bersifat non explossive.
terdapat material data sheet (MSDS).
131
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol.16 No.2 Desember 2018 : hal 123 - 138
132
Kajian Program Peningkatan Kinerja...(Heri Budi Wibowo)
komposisi dapat dilakukan dengan kebutuhan yang relatif kecil.
mengatur komposisi bahan baku Pembangunan prototip produksi AP dan
propelan, menambahkan plasticizer HTPB dalam skala kecil namun dengan
yang sesuai, dan teknologi proses. teknologi proven diperlukan untuk
Langkah berikutnya adalah menyelesaikan permasalahan formulasi
melakukan penelitian untuk propelan ke depan. Pembangunan unit
meningkatkan impuls spesifik propelan produksi AP dan HTPB dapat dilakukan
menggunakan bahan baku propelan lembaga litbang LAPAN.
yang telah diperbaiki (treatment) dan Untuk menjalankan program
penambahan bahan-bahan energetik litbang tersebut, maka dapat dilakukan
tinggi. Bahan baku propelan yang telah dengan pengelompokan program
ada dapat diperbaiki karakteristiknya berdasarkan unit atau laboratorium
dengan memperbaiki keseragaman sesuai dengan kompetensinya. Program
ukuran partikel dengan proses diketuai oleh analisis sistem yang
refinering. Proses perbaikan AP dengan melaksanakan koordinasi dan desain
rekristalisasi menjadi tidak efektif program yang akan dijalankan,
karena akan merusak pelapis AP termasuk desaina formulasi yang
sehingga mengakibatkan rusaknya diinginkan.
lapisan AP yang menyebabkan bersifat Laboratorium uji kualitas
hidroskopis. menjalankan fungsi mengadakan bahan
Peningkatan impuls spesifik baku propelan yang berkualitas baik.
propelan juga dapat dilakukan dengan Laboratorium ini dilengkapi dengan
menambahkan bahan enrgetik tinggi peralatan laboratorium yang khusus
yang sangat efektif meningkatkan menangani bahan-bahan propelan yang
impuls spesifik secara signifikan. Bahan belum dapat diadakan oleh laboratorium
ADN dan RDX adalah oksidator sipil lainnya. Laboratorium bahan AP
energetik yang banyak digunakan untuk adalah menyiapkan bahan AP untuk
meningkatkan impuls spesifik propelan formulasi propelan. Laboratorium ini
komposit. Bahan NHTPB dan GAP memiliki kemampuan modifikasi AP
adalah binder energetik yang memiliki yang ada untuk ditingkatkan
sifat mekanik baik dan berenergi tinggi. kualitasnya.
NHTPB adalah turunan dari HTPB Laboratorium AP juga harus
sehingga dapat dibuat melali modifikasi membangun atau mengadakan prototip
struktur HTPB yang tersedia. Banyak unit produksi Ap yang sudah proven.
formula tersedia untuk mengubah HTPB Unit produksi tersebut akan dapat
menjadi NHTPB (Krishnan et.al., 2012; mengatasi keterbatasan AP yang
Florczak et.al., 2015). tersedia. Laboratorium HTPB adalah
Keterbatasan bahan baku laboratorium yang menyediakan HTPB,
propelan sebagai akar dari memodifikasi HTPB untuk mendapatkan
permasalahan dalam peningkatan HTPB dengan solid loading capacity
impuls spesifik dapat diselesaikan tinggi. Laboratorium HTPB juga harus
dengan membangun prototip produksi membangun atau mengadakan prototip
AP dan HTPB kapasitas kecil. unit produksi AP yang sudah proven.
Pembangunan unit produksi AP dan Unit produksi tersebut akan dapat
HTPB tidak efisien dibangun oleh mengatasi keterbatasan HTPB yang
industri swasta nasional karena tidak tersedia. Laboratorium material
ekonomis. Bahan AP dan HTPB adalah energetik memiliki karakteristik yang
bahan spesifik untuk propelan dengan berbeda karena resiko tinggi menangani
133
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol.16 No.2 Desember 2018 : hal 123 - 138
134
Kajian Program Peningkatan Kinerja...(Heri Budi Wibowo)
Tabel 4.2. PENYUSUNAN TAHAP PELAKSANAAN PROGRAM
136
Kajian Program Peningkatan Kinerja...(Heri Budi Wibowo)
and application J. Macro. Sci. Part A, Ramezani, A. and Rothe, H., (2017). Simulation
50(1), pp. 128-138. Based Early Prediction of Rocket,
Komarov, V. F., and Shandakov, V. A. (1999). Artillery, and Mortar Trajectories and
Solid Fuels, their properties, and Real Time Optimization for Counter RAM
applications. Combustion, Explosion, and Systems Mathematical Problems in
Shock Waves, 35(2), 2–6. Engineering, 12, pp. 1-8.
https://doi.org/https://doi.org/10.100 Ramesh, K., Jawalkar, S. N., Sachdeva, S.,
7/BF02674426 Mehilal, and Bhattacharya, B., (2012).
Kshirsagar D.R., Jain, S., Bhandarkar, S., Development of a Composite Propellant
Vemuri, M., and Mehilal, (2017). Studies Formulation with a High Performance
on the Effect of Nano-MnO2 in HTPB- Index Using a Pressure Casting
based Composite Propellant Technique. Central European Journal of
Formulations, Cent. Eur. J. Energ. Mater., Energetic Materials, 9(1), 49–58.
14(3), pp. 589-604. Restasari, A., Hartaya, K., Ardianingsih, R. and
Kumari A, Kurva R, Jain S and Bhattacharya B Abdillah, L.H., (2015). Effects of Toluene
(2009) Size and Shape of Ammonium Diisocyanate`s Chemical Structure on
Perchlorate and their Influence on Polyurethane`s Viscosity and Mechanical
Properties of Composite Propellant Properties for Propellant, Proceedings
Defence Science Journal 59(3) 294-299. ISAST III-2015, 2015, pp. 59-67.
Kumari, A., Kurva, R., Jain, S. and Salgado, M.C., Belderrain, M.S.N., and Devezas,
Bhattacharya, B., (2015). Evaluation of T.C., (2018). Space Propulsion: a Survey
nanoalumunium in Composite Propellant Study about Current and Future
Formulation Using Bicurative System, Technologies, J. aerosp. Technol. Manag.,
Journal of Propulsion and Power, 31(1), 10, pp. 1-10.
pp. 393-399. Sariak, G., (2017). Between a Rocket and a Hard
Kumari, A., Maurya, M., Jain, S., and Place: Militar Space Technology and
Bhattacharya, B., (2017). Nano- Stability in International Relations, The
Ammoinum Perchlorate: Preparation, internastional Journal of Space Polytics &
Characterization, and Evaluation in Policy, 15(1), pp. 51-64.
Composite Propellant Formulation, Schulze, M.C. and Chavez, D.E., (2016),
Journal of Energetic Materials, 31(3), pp. Synthesis and Characterization of
115-119. Energetic Plasctcizer AMDNNM, Journal
Loekman, S., Pengembangan Propelan of Energetic Materials, 34(2), pp. 129-
Komposit, (1998), Majalah LAPAN No2, 137.
LAPAN. Shokry, S.A., El-Morsi, A.K., Sabaa, M.S.,
Priyanto, B., Pinalia, A., and Puspitasari, R.R., Mohamed, R.R. and El Sorogy, H.E.,
(2015). The Effect of Spray Gas Flow Rate (2015). Synthesis and characterization of
and Concentration on Modification polyurethane based on hydroxyl
Ammonium Perchlorate Using Spray terminated polybutadiene and reinforced
Drying: Advances in Science and by carbon nanotubes, Egyptian Journal of
Technology of Indonesian Aircraft, Petroleum, 24(2), pp. 113–232.
Rocket, and Satellite, Indonesia Book Shekhar, C., Pant, M.S., Santosh, S., Banerjee,
Project, pp. 22-31. P.K., Khanna, (2013). Single Step
Rahman, A., Chin, J. and Cheah, K.H., (2018). Synthesis of Nitro-Functionalized
Prilling and Coating of And Solid Green Hydroxyl-Terminated Polybutadiene,
Propellant in Toluene Mixture Using Propellants Explos. Pyrotech., 38, pp.
Ultrasound Sonication, Aerospace, 5(1), 748-753.
pp. 29-35.
137
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol.16 No.2 Desember 2018 : hal 123 - 138
Trache, D., Klapotke, T.M., Maiz, L., Abd- Wibowo, H.B., (2016). Kontrol Kualitas Bahan
Elghany, M. and DeLuca, L.T., 2017. Baku Propelan, Penerbit Indonesia Book
Green Chamistry, 20, pp. 4711-4736. Project, pp. 134-139.
Timnat, Y.M., 1987. Advanced Chemical Rocket Wibowo, H.B., (2016). Polimer HTPB
Propulsion, Academic Press, pp. 132-135 Pengembangan Binder Propelan
Wibowo, H.B., (2015). Peningkatan Sifat Komposit Di Indonesia, Penerbit
Mekanik Propelan Mandiri Berbasis Indonesia Book Project, pp. 120-129.
Pengaruh Bilangan OH terhadap Kinerja Wibowo, H.B., (2017), Teknologi PropelanUntuk
Propelan: Teknologi Roket Sonda Penguasaan Teknologi Roket, Bahan
Indonesia 2015, Penerbit Indonesia Book Orasi Profesor Riset, LIPI, pp. 78-80
Project, pp. 273-290. Zhou, Q., Jie, S. and Li, B.G., (2014).
Wibowo, H.B., (2015). Pengembangan Propelan Preparation of Hydroxyl Terminated
Mandiri untuk Roket Komposit. Prosiding Polybutadiene, Ind. Eng. Chem.
JASAKIAI 21 November 2013, pp. 157- Res., 53(46), pp. 17884–17893.
162.
138
Pengaruh Dioctyl Adipate Terhadap Sifat... (Afni Restari, et.al)
Afni Restasari1, Luthfia Hajar Abdillah, Rika Suwana Budi, Kendra Hartaya
PUSAT TEKNOLOGI ROKET
LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL (LAPAN)
Jl. Raya LAPAN Rumpin Bogor Jawa Barat
1e-mail: afni.restasari@lapan.go.id
ABSTRACT
139
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol.16 No.2 Desember 2018 : hal 139 - 148
ABSTRAK
140
Pengaruh Dioctyl Adipate Terhadap Sifat... (Afni Restari, et.al)
141
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol.16 No.2 Desember 2018 : hal 139 - 148
antara binder dan partikel padat. dapat diartikan sebagai viskositas pada
Bonding agent ini dapat berupa molekul kondisi zero shear, µ0. Shear thinning
kecil dan polimer. Molekul kecil meliputi ditandai dengan n < 1, shear thickening
ester borat dan ester titanat. Sementara ditandai dengan n > 1 dan newtonian
contoh dari golongan polimer adalah ditandai dengan n = 1. Sementara, sifat
NPBA (Neutral Polymer Bonding Agent) alir yang bergantung pada waktu
dan polimer amida (Liu, Sun, Hong, Pang, meliputi thixotropik yang mana terjadi
& Qiao, 2018). Untuk propelan berbasis penurunan viskositas seiring berjalannya
HTPB, beberapa bonding agent seperti waktu dan kebalikannya, rheopeksi
senyawa aziridine, alkanolamine, (Chhabra RP & Richardson JF, 2008).
polyamine, isocyanurate,
dimethyldantoin dan turunannya telah τ = K (γ)n (1-2)
dikembangkan (Brzić et al., 2015; Hu et
al., 2014). µ = τ / γ = K (γ)n-1 (1-3)
Penambahan bonding agent
biasanya dilakukan di saat awal Sifat alir komponen propelan yang
pencampuran HTPB dengan DOA dan zat mengandung DOA bermacam – macam,
tersebut berpotensi untuk bergantung pada komposisinya. Gupta et
mempengaruhi viskositas campuran. al (2014) menungkapkan bahwa
Lebih lanjut, karakteristik perubahan campuran HTPB, TDI, DOA, TMP
viskositas atau sifat alir campuran juga (Trimethyol propane) dan alkanol tipe
dipengaruhi. Sifat tersebut, terutama amina amida memiliki sifat newtonian
yang tergantung pada laju geser (shear (Gupta et al., 2014). Sifat thixotropik
rate) atau disebut cairan non-newtonian, ditemukan oleh Bogdan et al (2015) pada
penting untuk mendapat perhatian slurry propellant dengan komposisi
karena menyangkut kondisi mixing dan Ammonium klorat (VII), serbuk
casting yang akan diterapkan agar aluminium, BEFP, HTPB, DOA, DDI dan
hasilnya optimum yang mana kondisi zat additif (Bogdan & Bednarczyk, 2015).
tersebut mendukung peningkatan isian Sementara, sifat shear thinning
padat sehingga sifat mekanik propelan ditemukan pada beberapa komposisi
optimum dan spesifik impuls dari roket seperti propelan CL-20 (CL-20, HTPB,
naik.Mengingat kedua proses tersebut TDI, DOA), RS-RDX (HTPB, 2,2`-
menghasilkan gaya geser pada cairan. Methylenebis, IPDI, RS-RDX, DOA,
Dengan demikian, sifat alir dari Aluminium dan Fe Acetyl Acetonate),
campuran HTPB dan DOA perlu untuk EVA-RDX (EVA, RDX, HMX, DOA,
diketahui terlebih dahulu. Dechlorane) (Gurkan et al., 2014; Jong,
Berdasarkan ketergantungan pada Sangmook, & Jae, 2017; Li et al., 2014).
shear rate, sifat alir dibagi menjadi tiga Keuntungan dan cara
yaitu shear thinnning yang mana mengatasi kekurangan dalam
viskositas menurun seiring dengan penggunaan DOA serta beragamnya sifat
naiknya shear rate, viskoplastis yang alir di atas membuat sifat dasar aliran
membutuhkan gaya tertentu untuk HTPB dan DOA penting untuk diketahui
memulai aliran, dan shear thickening terutama pada shear rate rendah sesuai
yang mana viskositas bertambah dengan yang diaplikasikan pada mixing dan
naiknya shear rate. Pada Persamaan casting. Oleh karena itu penelitian ini
Power Law (Persamaan 1-2 & 1-3), n bertujuan untuk mengetahui pengaruh
merupakan index Power Law yang penambahan DOA terhadap sifat alir
menandai sifat alir cairan sementara K
142
Pengaruh Dioctyl Adipate Terhadap Sifat... (Afni Restari, et.al)
campuran HTPB dan DOA pada shear sehingga diketahui karakteristik alirnya.
rate rendah. Grafik tersebut tersaji pada Gambar 3-1
berikut, sedangkan nilai kemiringan
2 METODOLOGI ditampilkan pada Tabel 3-1.
Penelitian ini membuat 4 macam
campuran HTPB - DOA. DOA divariasi (0,
5, 10, 15 dan 20%) dengan massa HTPB
konstan. HTPB dan DOA dicampur pada
60 rpm selama 3 menit tanpa panas
dengan menggunakan pengaduk
mekanika IKA dengan anchor impeller.
Viskositas diukur pada kecepatan putar
0,5; 1; 1,5; 2; 2,5; 3; 4 rpm dengan
menggunakan spindel tipe 2 dari
viskometer Brookfield untuk semua
Gambar 3-1: Grafik Shear Rate vs Shear Stress
komposisi.
dari sistem HTPB-DOA.
Grafik shear rate vs shear stress
dibuat berdasarkan Persamaan 1-1.
Tabel 3-1: NILAI KEMIRINGAN GRAFIK ALIR
Grafik shear rate vs viskositas dibuat
HTPB-DOA
untuk mendapat Persamaan 1-3, beserta
nilai n dan K. Analisis mikro dilakukan
Kemiringan
dengan analisis data dipol dengan
% DOA Grafik
software Millsian serta struktur kimia
1 2
dengan ChemDraw Ultra Software.
0 83.202
5 65.085
3 HASIL PEMBAHASAN
10 53.768
Sifat alir dari slurry propelan sangat
dipengaruhi oleh sifat alir isian cairnya 15 44.997
143
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol.16 No.2 Desember 2018 : hal 139 - 148
144
Pengaruh Dioctyl Adipate Terhadap Sifat... (Afni Restari, et.al)
viskositas HTPB + DOA (George Wypych, persamaan garis pada grafik di Gambar
2017). 3-2 yang berkorelasi sangat kuat dengan
Bila HTPB dicampur dengan persamaan Power Law, seperti
DOA, rantai hidrokarbon nonpolar DOA ditampilkan pada Tabel 3-2 kolom 4 yang
melarutkan rantai hidrokarbon nonpolar merupakan kesimpulan dari nilai
HTPB. Sementara, gugus semipolar koefisien korelasi (r) pada kolom 3.
adipat dari DOA kurang melarutkan
rantai hidrokarbon nonpolar HTPB
sehingga DOA dapat berperan sebagai
pelumas. Seiring dengan proses
pelumasan DOA, kekuatan kohesif HTPB
menurun sehingga rantai HTPB bisa
meluncur satu sama lain sehingga
menyebabkan penurunan viskositasnya. (a) (b)
Selain proses itu, selama pencampuran, Gambar 3-3: (a) Ilustrasi ikatan hidrogen HTPB;
dua ikatan hidrogen antara dua gugus (b) Ilustrasi ikatan hidrogen antara
hidroksil di ujung rantai HTPB yang HTPB dan DOA (George Wypych,
berbeda, Gambar 3-3 (a), dapat dipecah 2017).
dan digantikan oleh interaksi antara
gugus hidroksil HTPB dan gugus adipat Viskositas pada zero shear rate
dari DOA (Fulmer, 2000; George Wypych, penting untuk mengkarakterisasi respon
2017; Mahanta & Pattnayak, 2015). rheologi pada tegangan alir yang rendah,
Berdasarkan struktur kimia menemukan energi aktivasi aliran dan
yang dianalisis oleh ChemDraw Ultra menganalisis pengaruh arsitektur
Software, ditunjukkan pada Gambar 3-3 molekuler terhadap resistensi untuk
(b), dua atom oksigen (= O) pada gugus mengalir (Shaw, 2016). Dalam
karbonil DOA memiliki arah yang hubungannya dengan energi aktivasi,
berlawanan. Ini menyebabkan satu semakin rendah nilai K, semakin mudah
senyawa DOA dapat membuat dua ikatan suatu cairan untuk mengalir. Dengan
hidrogen dengan dua rantai HTPB. Tapi, demikian, semakin besar DOA, semakin
satu rantai HTPB hanya bisa membuat rendah energi aktivasi untuk mengalir,
satu ikatan hidrogen dengan satu semakin mudah campuran untuk
senyawa DOA, yaitu dengan atom mengalir. Nilai energi aktivasi yang kian
oksigen gugus karbonil (= O) dari DOA. turun dengan bertambahnya DOA ini
Hal ini karena momen ikatan C-O (0,74 ditemukan oleh Tomasz et al (2018).
D) jauh lebih kecil daripada momen Sementara, dalam kaitannya dengan
ikatan C = O (2,3 D). Kondisi yang tidak struktur molekuler, semakin rendah K,
stabil ini menyebabkan rantai polimer semakin rendah berat molekul yang
lebih mudah mengalir sehingga terlarut yang dalam hal ini adalah HTPB.
viskositas HTPB-DOA menurun Hal ini dapat diartikan bahwa semakin
(Fessenden & Fessenden, 1997; Fulmer, banyak DOA ditambahkan, semakin
2000; George Wypych, 2017). banyak ikatan hidrogen antar rantai
Mekanisme di atas dapat pula HTPB yang putus sehingga semakin
menjadi penyebab turunnya nilai K atau mudah mengalir (Dalsin, Hillmyer, &
viskositas pada zero shear, dari 79 Bates, 2014).
hingga 32, dengan naiknya konsentrasi Hal yang menarik pada Tabel 3-2
DOA. Nilai K terlihat pada Tabel 3-2 terletak pada kolom 3 sebagai analisis
kolom 2. Nilai K tersebut diperoleh dari lanjutan dari Tabel 3-1 kolom 2, yaitu
145
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol.16 No.2 Desember 2018 : hal 139 - 148
mengenai sifat alir HTPB-DOA. Pada thickening hanya terjadi sampai nilai
kolom tersebut, HTPB dan semua shear rate tertentu yaitu sekitar 10 – 100
campuran HTPB-DOA memiliki nilai n rps untuk campuran Mamaku gum dan
yang lebih besar dari 1, yang berarti di bawah 100 rps untuk campuran
bahwa HTPB dan HTPB-DOA memliki terpineol (Jaishankar et al., 2015;
sifat shear thickening.Dengan Umerova, Dulina, & Ragulya, 2015).
bertambahnya DOA, nilai n naik dari Batas tersebut bernilai 600 hingga 6000
1,0474 yang merupakan nilai dari HTPB rpm yang mana tidak diterapkan pada
hingga 1,0962 yang dimiliki oleh mixing maupun casting propelan
campuran dengan DOA sebesar 20%. Ini
menunjukkan bahwa semakin banyak
DOA, sifat shear thickening campuran
HTPB-DOA semakin kuat. Sifat shear
thickening ini dijelaskan sebagai berikut.
Seperti telah dijelaskan,
dideskripsikan pada Gambar 3-3 (b)
bahwa dengan adanya DOA, koil HTPB
menjadi terbuka namun tidak
seluruhnya. HTPB-DOA membentuk Gambar 3-4: Ilustrasi Kualitatif Mengenai
kumparan yang lebih mudah terurai oleh Mekanisme Shear Thickening
adanya gaya geser dibanding dengan HTPB-DOA.
bentuk koil HTPB. Kumparan yang telah
terurai dapat membentuk ikatan silang Untuk lebih memahami pengaruh
secara fisik satu dengan yang lain penambahan DOA terhadap nilai n,
sehingga sulit untuk mengalir, seperti persentasi DOA vs nilai n dibuat dan
terdeskripsikan pada Gambar 3-4. Ikatan disajikan pada Gambar 3-5. Pada
silang ini menimbulkan sifat shear Gambar tersebut, berdasarkan nilai dari
thickening apabila besarnya energi ikatan determinan korelasi, persentase DOA
fisik tersebut bersesuaian dengan energi dan nilai n membentuk korelasi yang
thermal campuran. Semakin besar shear sangat kuat, sehingga dapat digunakan
rate, semakin banyak kumparan yang untuk memprediksi nilai n selanjutnya
terurai, semakin banyak ikatan silang, dengan penambahan DOA yang lebih
semakin tinggi viskositas sehingga besar.
menyebabkan sifat shear thickening.
Dengan semakin banyaknya DOA,
semakin mudah kumparan terurai,
semakin banyak kumparan yang terurai
sehingga kekuatan shear thickening
semakin besar (Ding, Tracey, Li, Peng, &
Whitten, 2013; Jaishankar, Wee, Matia-
Merino, Goh, & McKinley, 2015; Wagner,
Barbati, Engmann, Burbidge, & McKinley,
2016).
Sifat shear thickening pada polimer Gambar 3-5: Grafik Pengaruh %DOA terhadap
ini juga dilaporkan nampak pada Nilai n.
campuran Mamaku gum dan urea serta
terpineol dan plasticizer DBP. Namun, Walaupun nilai n dari HTPB-DOA
pada kedua campuran tersebut, shear mendekati Newtonian (n=1), namun
146
Pengaruh Dioctyl Adipate Terhadap Sifat... (Afni Restari, et.al)
147
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol.16 No.2 Desember 2018 : hal 139 - 148
Gurkan, A., Deger, S., Zekeriya, T. K., & Teoman, analytical methods for determination of
T. (2014). ylmaz2014.pdf. Journal of intrinsic viscosity of hydroxyl terminated
Applied Polymer Science, 40907–40914. polybutadiene. J. Mater. Environ. Sci, 6(9),
https://doi.org/10.1002/APP40907 2377–2385.
Hu, W., Su, Y., Zhou, L., Pang, A., Cai, R., Ma, Manu, S. K. (2009). Glycidyl Azide Polymer (GAP)
X., & Li, S. (2014). Molecular Dynamics of as a High Energy Polymeric Binder for
Neutral Polymer Bonding Agent (NPBA) as Composite Solid Propellant Applications.
Revealed by Solid-State NMR Spectroscopy. Mahatma Gandhi University.
Molecules, 19, 1353–1366. Muthiah, R., Somasundaran, U. I., Verghese, T.
https://doi.org/10.3390/molecules19011 L., & Thomas, V. A. (1989). Energetics and
353 Compatibility of Plasticizers in Composite
Jaishankar, A., Wee, M., Matia-Merino, L., Goh, Solid Propellants. Defence Science Journal,
K. K. T., & McKinley, G. H. (2015). Probing 39(2), 147–155.
hydrogen bond interactions in a shear Remakanthan, S., Kk, M., Gunasekaran, R.,
thickening polysaccharide using nonlinear Thomas, C., & Thomas, C. R. (2015).
shear and extensional rheology. Analysis of Defects In Solid Rocket Motors
Carbohydrate Polymers, 123, 136–145. Using X-Ray Radiography. The E-Journal of
https://doi.org/10.1016/j.carbpol.2015.0 Nondestructive Testing, 20(6).
1.006 Restasari, A., & Abdillah, L. H. (2017). Pengaruh
Jong, H. C., Sangmook, L., & Jae, W. L. (2017). Dioctyl Adipate Terhadap Pot-Life
Non-Newtonian Behavior Observed via Proopelan Berformula AP Trimoda. In
Dynamic Rheology for Various Particle Prosiding SIPTEKGAN XXI (pp. 314–322).
Types in Energetic Materials and Simulant Tangerang: Pusat Teknologi Penerbangan,
Composites. Korea-Australia Rheology LAPAN.
Journal, 29(1), 9–15. Shaw, M. T. (2016). On Estimating The Zero-
https://doi.org/10.1007/s13367-017- Shear-Rate Viscosity: Tests with PIB and
0002-6 PDMS. In AIP Conference Proceeding.
Kim, H. J., Kwon, Y., & Kim, C. K. (2013). American Institute of Physics.
Thermal and Mechanical Properties of https://doi.org/10.1063/1.4965543
Hydroxyl-Terminated Polybutadiene-based Tomasz, G., Katarzyna, G.-S., Karolina, J., &
Polyurethane/Polyhedral Oligomeric Lukasz, K. (2018). Rheological and
Silsesquioxane Nanocomposites Thermal Properties of Mixtures of
Plasticized with DOA. Kim. J Nanosci Hydroxyl-Terminated Polybutadiene and
Nanotechnol, 13(1). Plasticizer (Rapid communication).
Li, H., Wang, J., & An, C. (2014). Study on the Polimery, 63(1), 53–63.
Rheological Properties of CL-20 / HTPB https://doi.org/10.14314/polimery.2018.
Casting Explosives. Central European 1.9
Journal of Energetic Materials, 11(2), 237– Umerova, O., Dulina, O., & Ragulya, V. (2015).
255. Rheology of plasticized polymer solutions.
Liu, X., Sun, X., Hong, X., Pang, A., & Qiao, Y. Journal of Silicate Based and Composite
(2018). Research Progress of Bonding Materials, 67(4), 119–125.
Agents for Nitramine Composite Solid Wagner, C. E., Barbati, A. C., Engmann, J.,
Propellants. International Journal of Burbidge, A. S., & McKinley, G. H. (2016).
Astrophysics and Space Science, 6(2), 44– Apparent shear thickening at low shear
50. rates in polymer solutions can be an
https://doi.org/10.11648/j.ijass.2018060 artifact of non-equilibration Caroline.
2.11
Mahanta, A. K., & Pattnayak, P. K. (2015). Green
148
Simulasi Penentuan Basis Operasi Pada... (Prasetyo Ardi dan Adi Wirawan)
SIMULASI PENENTUAN BASIS OPERASI
PADA SISTEM PEMANTAUAN MARITIM BERBASIS
WAHANA TERBANG TAK BERAWAK
(SIMULATION TO DETERMINE THE OPERATION BASE
ON MARITIME SURVEILLANCE SYSTEM BASED
ON UNMANNED AIR VEHICLE)
Prasetyo Ardi Probo Suseno, Adi Wirawan
Pusat Teknologi Penerbangan
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)
Jl. Raya LAPAN Rumpin Bogor Jawa Barat
1e-mail: prasetyo.ardi@lapan.go.id
ABSTRACT
This paper discuss about a method to determine the operation base on martime surveillance
system based on Unmanned Aerial Vehicle. The process to determining the operation base is created
using data recorded by radarsat 2 satellite. In this research, Natuna Sea is chosen as main discussion
as the Natuna Sea, currently is one of the most vulnerable region in Indonesia for illegall fishing activity.
The simulation is done using software MATLAB. The result show that the operation base can be placed
in such a way so that with a minimum number of operations, all areas with potential illegal fishing
activities can still be included in the area of operation.
ABSTRAK
Paper ini mendiskusikan metode untuk menentukan basis operasi pada pemantauan maritim
yang menggunakan pesawat terbang tak berawak sebagai komponen utamanya. Penentuan basis
operasi disusun berdasarkan data-data yang telah direkam oleh satelit radarsat 2. Dalam penelitian ini
dipilih laut Natuna sebagai fokus wilayah karena laut Natuna merupakan salah satu laut di Indonesia
yang paling rawan mengalami kegiatan penangkapan ikan illegal. Simulasi dilakukan menggunakan
software MATLAB. Hasil simulasi yang dilakukan menunjukkan bahwa basis operasi dapat
ditempatkan sedemikian rupa, sehingga dengan jumlah operasi yang minimal, seluruh daerah yang
berpotensi kegiatan penangkapan ikan illegal masih dapat tercakup dalam wilayah operasi tersebut.
149
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol.16 No.2 Desember 2018 : hal 149 - 158
1 PENDAHULUAN yang diperlukan untuk radius area
Pemantauan maritim adalah operasi tertentu pada wilayah maritim
komponen vital dalam negara maritim. tertentu.
Kegiatan penangkapan illegal, tidak Paper ini menggunakan laut
dilaporkan, dan tidak diatur (Illegal, Natuna sebagai fokus wilayah operasi.
Unreported and Unregulated Fishing Laut Natuna dipilih karena merupakan
/IUUF) telah menjadi masalah utama di salah satu laut di Indonesia yang paling
Kementrian Kelautan dan Perikanan rawan mengalami kegiatan perikanan
Indonesia (KKP) (Pudjiastuti, 2016). illegal. Batasan yang diberikan oleh
Aktifitas tersebut telah menyebabkan kondisi geografis ditunjukkan pada
Indonesia mengalami kerugian sekitar persamaan (2-1) & (2-2). Paper ini
Rp 300 Triliun per tahun (Jaelani 2014). memanfaatkan database satelit radarsat-
Hingga sampai saat ini, 2 dengan waktu pengambilan sampel
pemantauan maritim telah dilakukan yaitu selama periode bulan Maret tahun
mengggunakan kapal patroli, namun 2016. Posisi kapal yang terekam dalam
permasalahannya adalah biaya untuk radarsat-2 ditunjukkan pada Gambar 1.
mengoperasikan kapal patroli sangatlah
mahal. Satu unit kapal perang sekelas 2 METODOLOGI
frigate dengan panjang sekitar 100 meter Laut Natuna sangatlah luas,
akan membutuhkan bahan bakar diesel namun tidak semua area digunakan
hingga 900 juta rupiah untuk berlayar untuk aktifitas perikanan, sehingga
sehari penuh (Widodo, 2014). Untuk diperlukan pembagian area operasi. Area
mengurangi biaya operasi pemantauan operasi adalah area dalam batas wilayah
maritim, metode alternatif perlu operasi yang berpotensi terjadi kegiatan
dibangun, salah satunya adalah perikanan illegal berdasarkan data posisi
pemantauan maritim dengan berbasis kapal yang tertangkap oleh radarsat-2.
pesawat terbang tak berawak (UAV). Satelit radarsat-2 merupakan
Penggunaan UAV dalam satelit observasi bumi untuk semua
pemantauan maritim tidak dapat cuaca dengan kemampuan pencitraan
dilakukan dengan gegabah karena UAV polarimetrik penuh (Moon, 2010). Satelit
memiliki jangkauan dan daya tahan ini merupakan misi lanjutan dari
terbang yang terbatas. Kegagalan untuk radarsat-1 yang dirancang untuk
memenuhi keterbatasan ini dapat menjamin kelangsungan pasokan data
mengakibatkan UAV jatuh di tengah laut radar seperti pemetaan es di laut dan
dan tidak dapat ditemukan lagi. Di sisi pemantauan wilayah kelautan (Singhroy,
lain operasi minimalis dengan waktu misi 2014). Radarsat-2 mengorbit pada
yang singkat dan area cakupan yang ketinggian 798 km dan mengorbit bumi
sempit akan membuat pemantauan 14 kali dalam sehari dengan
maritim menjadi tidak efisien sehingga pengulangan siklus 24 hari (Livingstone,
metode untuk menentukan basis operasi 2005). Adapun data yang dimanfaatkan
pemantauan perlu untuk dikembangkan. dari citra radarsat-2 ini antara lain
Paper ini membahas tentang adalah data posisi dan ukuran kapal.
metode untuk menentukan basis operasi Langkah-langkah dalam
pada pemantauan maritim yang pembuatan area operasi meliputi filtrasi
menggunakan pesawat terbang tak dan klustering.
berawak. Tujuan dari penentuan basis 2.1 Filtrasi
operasi ini adalah untuk mengetahui Laut Natuna tidak hanya
berapa banyak jumlah operasi minimum digunakan untuk kegiatan illegall fishing
150
Simulasi Penentuan Basis Operasi Pada... (Prasetyo Ardi dan Adi Wirawan)
namun juga merupakan jalur
perdagangan strategis di semenanjung
Melayu sehingga kapal yang tertangkap 3o LU < Y < 7o LU (2-1)
oleh radarsat-2 dapat tercampur antara
kapal penangkap ikan dengan kapal
lainnya seperti kapal transport atau 105o BT < X < 110o BT (2-2)
kapal tanker. Data ini perlu untuk
disaring sebelum digunakan untuk
membuat area operasi. 15 m < L < 50 m (2-3)
Menurut Kepala Seksi Operasi
Pusat Pengendalian I Ditjen Pengawasan
SDKP, Adi Wicaksono, kapal illegal yang Pada formula diatas Y adalah
beroperasi di Indonesa umumnya derajat posisi lintang kapal, X adalah
berukuran antara 15 m sampai 50 m. derajat posisi bujur kapal dan L adalah
Kapal yang lebih besar biasanya adalah panjang kapal dalam meter.
kapal tanker atau kapal transportasi Pada Gambar 2-1 dan 2-2 di atas
sehingga dapat disusun batasan kapal perbedaan warna menunjukkan
seperti yang ditunjukkan pada perbedaan waktu pengambilan data
persamaan (2-3). sedangkan ukuran lingkaran
Data yang telah terfiltrasi melambangkan ukuran kapal.
ditunjukkan pada Gambar 2-2.
Gambar 2-1: Data posisi kapal dari radarsat-2 selama bulan Maret 2016
151
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol.16 No.2 Desember 2018 : hal 149 - 158
152
Simulasi Penentuan Basis Operasi Pada... (Prasetyo Ardi dan Adi Wirawan)
salah satu kekurangan terbesar dari menandai penghentian algoritma jika
algoritma ini. Sifat lain dari metode tidak disebutkan secara eksplisit.
klustering ini adalah algortima yang
digunakan cenderung untuk membuat 2.2.2 Modifikasi K-Means Klustering
kluster memiliki ukuran yang sama K-Means klustering tidak
dikarenakan setiap objek ditarik oleh memperhatikan ukuran kluster,
centroid terdekat. Dengan kata lain sedangkan di paper ini area operasi
algoritma yang dipakai mengoptimalkan dibatasi oleh radius. Munculnya batas ini
pusat kluster, bukan batas kluster, adalah sebagai konsekuensi akibat
sehingga perpotongan batas kluster kemampuan UAV yang terbatas,
menjadi pertimbangan sekunder. terutama dari segi telemetri dan daya
Beberapa algoritma klustering telah tahan terbang.
diajukan dalam literatur: ISODATA Jumlah kluster dalam metode K-
(Memarsadeghi, 2007), CLARA (Saket, means biasanya telah ditetapkan sebagai
2016) dan ECLARANS (Vijayarani, 2011). parameter awal, sedangkan di paper ini
Apabila diberikan set data sejumlah n jumlah kluster akan menjadi output
titik data x1, x1, …, xn sedemikian sehingga tidak dapat ditetapkan. Idenya
sehingga setiap titik data masuk dalam adalah agar kluster yang berukuran lebih
R d, permasalahan menemukan besar dari parameter yang telah
klustering dengan varian minimum dari diberikan untuk membuang set objek
set data kedalam cluster k adalah yang berjarak melebihi batas parameter.
menemukan titik k {mj} (j=1,2, …, k) Objek tersebut kemudian diseleksi untuk
dalam Rd sedemikian sehingga: membuat kluster baru. Apabila ini tidak
dilakukan maka objek yang telah
1 .
[$%"& ( ) *+ , $& ] dikeluarkan akan masuk ke kluster yang
(2-4)
" +/0 telah ditempati sebelumnya dan
mengalami perulangan tak berujung.
diminimalkan, dimana d(xi, m j) Algoritma kemudian diulang sehingga
menyatakan jarak Euclidean antara xi semua objek berada di dalam radius
dan mj. Titik {mj} (j=1,2, …,k) adalah titik kluster yang diikuti. Modifikasi algoritma
centroid kluster. Secara umum algoritma untuk K-means klustering diberikan
K-means klustering adalah sebagai sebagai berikut:
berikut
1. Cari kandidat kluster
1. Spesifikasi jumlah kluster K yang 2. Jika kandidat kluster ditemukan,
diinginkan pilih kandidat dengan anggota
2. Distribusikan tiap titik data ke terbanyak sebagai kluster baru
kluster secara random 3. Hitung centroid tiap kluster
3. Hitung centroid tiap kluster 4. Distribusi ulang tiap titik pada
4. Distribusi ulang tiap titik pada kluster dengan centroid terdekat
kluster dengan centroid terdekat 5. Hitung ulang centroid tiap kluster
5. Hitung ulang centroid tiap kluster 6. Ulangi langkah 1 and 5 sampai
6. Ulangi langkah 4 and 5 sampai perbaikan tidak lagi dimungkinkan.
perbaikan tidak lagi dimungkinkan.
3 HASIL PEMBAHASAN
Ketika sudah tidak ada pergantian Untuk menguji model yang telah
titik data antara dua kluster atau dua dibuat, dilakukan simulasi. Pada
perulangan berurutan, ini akan simulasi awal ditunjukkan perbandingan
153
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol.16 No.2 Desember 2018 : hal 149 - 158
hasil dari metode k-means klustering jumlah area operasi yang diperlukan
yang belum dimodifikasi dan setelah untuk radius area operasi tertentu.
dilakukan modifikasi. Hasilnya ditunjukkan pada Gambar 3-2
Input simulasi adalah posisi kapal ,3-3 dan 3-4.
dalam lintang dan bujur. Hasilnya Dari simulasi yang telah dilakukan
ditunjukkan pada Gambar 3-1a dan 3- dapat dibuat grafik hubungan antara
1b. radius area operasi dengan jumlah area
Simulasi kemudian dilanjutkan operasi yang diperlukan. Ini ditunjukkan
dengan memvariasikan radius operasi. pada Gambar 3-5.
Hal ini dilakukan untuk menentukan
A2 Satellite Data
MARCH 2016
6° N
5° N
4° N
3° N
Gambar 3-1a: Area Operasi dengan metode k-means clustering untuk radius operasi 100 km
154
Simulasi Penentuan Basis Operasi Pada... (Prasetyo Ardi dan Adi Wirawan)
A2 Satellite Data
MAR 2016
6° N
5° N
4° N
3° N
Gambar 3-1b: Area Operasi dengan metode k-means clustering termodifikasi untuk radius operasi
100 km
A2 Satellite Data
MARCH 2016
6° N
5° N
4° N
3° N
155
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol.16 No.2 Desember 2018 : hal 149 - 158
A2 Satellite Data
MARCH 2016
6° N
5° N
4° N
3° N
A2 Satellite Data
MARCH 2016
6° N
5° N
4° N
3° N
156
Simulasi Penentuan Basis Operasi Pada... (Prasetyo Ardi dan Adi Wirawan)
Gambar 3-5: Hubungan antara radius operasi dengan jumlah basis operasi
Pada Gambar 3-1 dapat kita akan menambah beban operasi (bahan
bandingkan hasil metode k-means bakar, kemampuan telemetri, dll),
clustering yang belum dimodifikasi sehingga di atas 80 km penambahan
(Gambar 3-1a) dengan hasil metode k- radius operasi tidak direkomendasikan.
means clustering setelah dimodifikasi
(Gambar (3-1b). Nampak pada Gambar 3- 4 KESIMPULAN
1a bahwa terdapat objek yang tidak Metode untuk menentukan basis
masuk dalam area operasi. Hal ini terjadi operasi pada pemantauan maritim
karena metode k-means clustering tidak berbasis wahana terbang tak berawak
memiliki batas radius sehingga muncul telah berhasil dirancang.
kemungkinan adanya objek diluar area Basis operasi dapat ditempatkan
operasi. Pada metode k-means clustering sedemikian rupa, sehingga dengan
termodifikasi (Gambar (3-1b) hal ini tidak jumlah operasi yang minimal, seluruh
terjadi sama sekali karena objek diluar daerah yang berpotensi kegiatan
batas operasi akan secara otomatis penangkapan ikan illegal masih dapat
membentuk kluster baru. Pada Gambar tercakup dalam wilayah operasi tersebut.
3-1a dapat kita lihat pula bahwa area Berdasarkan studi yang telah
operasi memiliki daerah irisan yang dilakukan, radius operasi optimal yang
relatif lebih besar daripada pada Gambar disarankan untuk wilayah laut Natuna
3-1b, ini menunjukkan bahwa metode k- adalah tidak lebih dari 80 km. Untuk
means klustering yang dimodifikasi radius operasi diatas 80km menjadi tidak
menempatkan area operasi secara lebih efektif karena jumlah basis operasi yang
efisien. dibutuhkan tidak berkurang secara
Pada Gambar 3-1 sampai 3-4 dapat signifikan.
dilihat bahwa semakin besar radius
operasi maka jumlah basis operasi akan UCAPAN TERIMAKASIH
berkurang, namun pada radius operasi Ucapan terima kasih kepada
75 km dan 100 km ternyata memiliki Gunawan S.P. yang telah membantu
jumlah basis operasi yang sama. Pada penyediaan data dan kepada Tim Redaksi
grafik Gambar 3-5 dapat dilihat bahwa Jurnal Teknologi Dirgantara.
penambahan radius menjadi tidak Riset ini didanai oleh Kementerian
signifikan untuk radius di atas 80 km. Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi
Adapun penambahan radius operasi Republik Indonesia melalui program
157
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol.16 No.2 Desember 2018 : hal 149 - 158
Insentif Riset Sistem Inovasi Nasional Means Clustering algorithm for
(Insinas) prediction of Students’ Academic
Performance, International Journal of
DAFTAR RUJUKAN Computer Science and Information
Abdul Qodir Jaelani & Udiyo Basuki. Security (IJCSIS), Vol. 7, No. 1.
(2014). Illegal Unreported and Saket, Swarndeep, Dr. Sharnil Pandya.
Unregulated (IUU) Fishing: Upaya (2016). An Overview of Partitioning
Mencegah dan Memberantas Illegal Algorithms in Clustering Techniques.
Fishing dalam Membangun Poros International Journal of Advanced
Maritim Indonesia. Jurnal Supremasi Research in Computer Engineering &
Hukum Vol.3, No.1, Yogyakarta: UIN Technology (IJARCET) Vol. 5, Issue 6.
Sunan Kalijaga ISSN: 2278 – 1232.
Livingstone, C.E., I. Sikaneta, C. Gierull, Singhroy, Vern and Francois J.
S. Chiu, P. Beaulne, (2005). Charbonneau. (2014). RADARSAT:
RADARSAT-2 System and Mode Science and Applications. La Physique
Description, Meeting Proceedings Au Canada/Vol. 70, No. 4.
RTO-MP-SCI-150, Paper 15. Susi Pudjiastuti. (2016). Laporan Kinerja
Memarsadeghi, nargess. (2007). a Fast Kementrian Kelautan dan Perikanan
Implementation of the ISODATA Tahun 2015. Kementrian Kelautan
Clustering Algorithm. International dan Perikanan. Jakarta
Journal of Computational Geometry & Widodo & Moeldoko dalam Tempo.co.
Applications. Berapa Biaya Patroli Kapal TNI AL per
Moon, Wooil M., Gordon Staples, Duk-jin Hari?. (2014).
Kim, Sang-Eun Park, and Kyung-Ae https://nasional.tempo.co/read/630
Park, (2010). RADARSAT-2 and 262/berapa-biaya-patroli-kapal-tni-
Coastal Applications: Surface Wind, al-per-hari/full&view=ok.
Waterline, and Intertidal Flat Diakses: 12 September 2018
Roughness, Proceedings of the IEEE, Vijayarani, S., S. Nithya. (2011). An
Vol. 98, No. 5, May 2010, DOI: Efficient Clustering Algorithm for
10.1109/JPROC.2010.2043331 Outlier Detection. International
Oyelade, O.J., O.O. Oladipupo, I.C. Journal of Computer Applications
Obagbuwa, (2010). Application of k- (0975 – 8887), Vol 32 – No 7.
158
Koreksi Data Automatic Identification... (Abdul Karim, et.al)
KOREKSI DATA AUTOMATIC IDENTIFICATION SYSTEM (AIS)
SATELIT LAPAN-A2 DAN LAPAN-A3 MENGGUNAKAN METODE
INTERPOLASI DAN EKSTRAPOLASI
(LAPAN-A2 AND LAPAN-A3 AUTOMATIC IDENTIFICATION SYSTEM
(AIS) SATELIT DATA CORRECTION USING INTERPOLATION AND
EXTRAPOLATION METHODE)
Abdul Karim1, Rizki Permala, M Mukhayadi, Wahyudi Hasbi
Pusat Teknologi Satelit
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)
Jl. Cagak Satelit KM 04 Rancabungur, Bogor
1Email: abdul.karim@lapan.go.id
ABSTRACT
Nasional Institute Aerounautics and Space (LAPAN) has two satellites (LAPAN-A2 and LAPAN-
A3) that are carry Automatic Identification System (AIS) sensors. It can be use for ship monitoring in
Indonesian maritime territory. The altitude of the satellite is about 642 Km and 500 km so it has a wide
area covered and therefore may receive big amount of data. The problem is the AIS technology use the
Time Division Multiple Access (TDMA) system that has limitations in handling big amount of data
simultaneously so that some data received can be damaged due to message collision. Therefore, in this
research perform analysis and correction on damaged data using interpolation and extrapolation
methods. The results is data correction of about 22,6 % for LAPAN-A2 satellite and 20,8 % for LAPAN-
A3 satellite.
ABSTRAK
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Naional (LAPAN) telah memiliki dua buah satelit (LAPAN-
A2 dan LAPAN-A3) yang membawa sensor Automatic Identification System (AIS). Pemanfaatan data AIS
berbasis satelit ini sangat berguna bagi pemantauan kapal di wilayah perairan Indonesia. Posisi satelit
pada ketinggian sekitar 642 Km dan 500 Km dari permukaan laut menghasilkan cakupan yang luas
sehingga dapat menerima banyak data kapal. Permaslahannya adalah teknologi AIS yang menggunakan
sistem Time Division Multiple Access (TDMA) memiliki keterbatasan dalam menangani data yang besar
sehingga beberapa data yang diterima dapat mengalami kerusakan akibat terjadinya message collision.
Oleh karena itu dalam penelitian ini telah dilakukan analisis serta koreksi atas data yang rusak
mengunakan metode interpolasi dan ekstrapolasi. Hasil koreksi atas data yang rusak mencapai 22,6%
untuk satelit LAPAN-A2 dan 20,8% untuk satelit LAPAN-A3.
159
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol.16 No.2 Desember 2018 : hal 159 - 168
160
Koreksi Data Automatic Identification... (Abdul Karim, et.al)
slot waktu yang dapat dipakai bersama derajat mengakibatkan satelit LAPAN-A2
mengunakan sistem TDMA. Masing- melintas di sekitar ekuator melewati
masing kanal memiliki 2250 slot per wilayah Indonesia setiap 100 menit.
menit seperti yang ditunjukan dalam Sedangkan satelit LAPAN-A3 dengan
Gambar 2-1. ketinggian yang lebih rendah sekitar 500
km menghasilkan cakupan yang lebih
kecil.
Salah satu masalah fundamental
dalam system transmisi AIS adalah
masalah gap dalam transmisi. Secara
Gambar 2-1: Struktur sinyal AIS. (Qing, 2015) mendasar Gap terjadi dikarenakan oleh :
• Saturasi pada lokasi dengan
Dengan demikian dari sisi receiver kapasitas kapal yang tinggi.
dapat menerima Informasi data yang • Kualitas transmisi yang dihasilkan
berkisar 2000 report per menit. (Stupak, kapal belum cukup baik
2014). Informasi tersebut berisi antara • Kesengajaan dalam
lain : bujur (longitude), lintang (latitude), menonaktifkankan penggunaaan
kecepatan (Speed Over Ground (SOG)), AIS. (Jessica, 2018)
arah (Course Over Ground (COG)),
identitas (Maritime Mobile Service Identity Analisa yang dilakukan adalah
(MMSI)), waktu (Base Data Time), tipe dengan cara mengambil sampel data dari
(Vesssel Type), dimensi (Vessel satelit kemudian dilakukan koreksi pada
Dimension), Rate of Turn, status data yang terindikasi mengalami
(Navigation Status), dan Heading. kerusakan dengan metode interpolasi
Informasi yang paling banyak digunakan atau ekstrapolasi sehingga ada peluang
dalam mempelajari dan meprediksi untuk diperbaiki.
trayektori kapal laut adalah : longitude,
latitude, SOG, COG, MMSI dan, base date 2.1 Lokasi dan Data
time. (Shangbo, 2016) Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data di wilayah
Indonesia yang diambil melalui Satelit
LAPAN-A2 dan satelit LAPAN-A3 dengan
sampel data selama satu tahun mulai
November 2017 sampai dengan Oktober
2018. Adapun standar data yang
digunakan adalah standar ITU-REC-
M.1371-5-201402-I.
161
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol.16 No.2 Desember 2018 : hal 159 - 168
162
Koreksi Data Automatic Identification... (Abdul Karim, et.al)
Proses interpolasi/ekstrapolasi, Tabel 3-1: Rata-rata penerimaan data AIS
dibutuhkan minimal dua data valid dari satelit LAPAN-A2 beserta data yang
satu dataset yang mungkin berisi lebih mengalami kerusakan pada periode
dari dua data error. Interpolasi dilakukan November 2017-Oktober 2018
jika data yang akan dikoreksi berada di
tengah-tengah data valid dari suatu Bulan Rata-rata Data Data Error
dataset. Sedangkan ekstrapolasi November 1953459 1060896
dilakukan jika data yang akan dikoreksi Desember 2066332 1069232
berada di awal atau di ujung data valid Januari 1440587 777428
dari suatu data set. (Chapra, 2015). Februari 1782691 1004076
Maret 1868129 1015985
3 HASIL PEMBAHASAN April 2003991 1086412
Untuk menganalisis data tersebut Mei 1844996 1015012
telah dirancang sebuah aplikasi sesuai Juni 1881072 1018378
dengan diagram alir dalam Gambar 2-3. Juli 2076465 1129496
Adapun aplikasi tersebut dapat dilihat Agustus 1975107 1091758
dalam Gambar 3-1. September 1936120 1081273
Oktober 1831131 1009286
Total 1730868 1029936
%DEA2 = DEA2/RDA2
= 1029936/1730868
= 59,5 %
Dimana :
163
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol.16 No.2 Desember 2018 : hal 159 - 168
164
Koreksi Data Automatic Identification... (Abdul Karim, et.al)
Januari 00 550683 210157 38,1 11 139 117 84,2
01 686 248 36,1 10 433184 0 0
11 529 480 90,7 Jum 1013929 209638 20,6
10 456606 0 0
Jum 1008504 210885 20,9
!"#$%#&'#()#*+#$,#$-#*.#/+#01
Februari 00 559395 211169 37,7 RKDA3=
23
3;,8#36,<#3;,7#32,2#27,2#36,2#27,6#3;,8#3;,3#3;,5#3;,8#3;,<
01 765 262 34,2 = 23
11 527 448 85,0 RKDA3 = 20,8 %
10 441947 0 0 Dimana :
Jum 1002634 211879 21,1 RKDA3 : Nilai rata-rata koreksi data
Maret 00 566073 192397 33,9
01 771 245 31,7
11 523 432 82,6 Data
30
10 441213 0 0
Jum 1008580 193074 19,1 25
April 00 557913 231383 41,4 20
01 746 303 40,6
15
11 555 516 92,9
10 445750 0 0
10
Jum 1004964 232202 23,1 5
Mei 00 555947 193429 34,8 0
Maret
Agus
Sept
Nov
Feb
Des
Okt
April
01 404 116 28,7
Mei
Jan
Juli
Juni
11 167 119 71,2
10 443729 0 0
Jum 1000247 193664 19,3
Gambar 3-2 : Presentase hasil koreksi data AIS
Juni 00 578839 211245 36,5
Satelit LAPAN-A2 periode
01 441 125 28,3
November 2017 – Oktober 2018
11 208 161 77,4
10 455241 0 0 Data
Jum 1034729 211531 20,4
25
Agus
Sept
Nov
Feb
Des
Okt
April
Mei
Jan
Juli
Juni
165
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol.16 No.2 Desember 2018 : hal 159 - 168
DAFTAR RUJUKAN
Sebelum Sesudah Goenaryo., (2017). Kebutuhan dan Pemanfaatan
Data AIS dalam Pengawasan SDKP
presented at Focus Group Discussion
Pemanfaatan Hasil Litbang dan Fasilitas
Teknologi Satelit 2017.
International Telecommunications Union (ITU).,
Gambar 3-4 : Contoh hasil koreksi data (2012). Interim Solutions for Improved
trajektori Kapal Efficiency in the Use of the Band 156–174
Mhz by Stations in the Maritime Mobile
Berdasarkan data AIS yang Service; International Telecommunications
diterima maka dapat diketahui Kapal Union: Budapest, Hungary.
tersebut bernama Cape Vanya milik Isbandi Andrianto., (2017). Kebutuhan Satelit
negara Cyprus. Spesifikasi Kapal Untuk Monitoring Keamanan Laut Di
ditunjukan dalam Gambar 3-4. Perairan Indonesia presented at Focus
Group Discussion Pemanfaatan Hasil
Litbang dan Fasilitas Teknologi Satelit 2017.
Jessica H.Ford., David Peel., David Kroodsma.,
Britta Denise Hardesty., Uwe Rosebrock.
,ChrisWilcox., (2018), Detecting suspicious
activities at sea based on Anomalies in
Gambar 3-5 : Cave Vanya (Marine Traffic,2018) Automatic Identification Systems
transmissions, Journal Public Library os
4 KESIMPULAN Science (PLOS).
Data AIS yang diterima oleh Satelit Marine Traffic, Cave Vanya.
LAPAN-A2 rata-rata perhari pada periode https://www.marinetraffic.com/en/ais/deta
November 2017 sampai dengan Oktober ils/ships/shipid:371722/mmsi:209256000/
2018 adalah sejumlah 1.730.868 data. imo:9182710/vessel:CAPE_VANYA diunduh:
Sedangkan data Satelit LAPAN-A3 rata- 30 Oktober 2018.
rata 1.009.477 data. Kerusakan data yang Qing Hu., Yi Jiang., Jingbo Zhang., Xiaowen
terjadi sebesar 59,5% untuk Satelit Sun., Shufang Zhang., (2015), Development
LAPAN-A2 dan 56,1% Satelit LAPAN-A3. of an Automatic Identification System
Koreksi data yang berhasil Autonomous Positioning System, Journal
divalidasi menggunakan metode Sensors.
interpolasi dan ekstrapolasi mencapai R. Bosnjak., (2012), Automatic Identification
22,6% untuk Satelit LAPAN-A2 dan System in maritime Traffic in error analysis.
20,8% untuk Satelit LAPAN-A3. Journal of Transactions on Maritime Science
(ToMS) Vol.1 No.2, 77-84.
UCAPAN TERIMAKASIH S.C.Chapra., R. P.Canale., (2015). Numerical
Terimakasih penulis tujukan Methods for Engineers, Seventh Edition.
kepada Kementrian Riset & Teknologi Publication of McGraw-Hill Education, ISBN
dan Pendidikan Tinggi melalui program : 978-0-07-339792-4.
Insentif Riset Sistem Inovasi Nasional Shangbo Mao., Enmei Tu., Guanghao Zhang.,
Serta kepada pihak-pihak yang Lily Rachmawati., Eshan Rajabally., (2016).
membantu penulis baik penyediaan data, An Automatic Identification System (AIS)
pengerjaan data, serta Tim Redaksi Database for Maritime Trajectory Prediction
Jurnal Teknologi Dirgantara. and Data Mining, Proceedings of Extreme
166
Koreksi Data Automatic Identification... (Abdul Karim, et.al)
Learning Machines-2016, Desember 2016, at Sea, Journal of Marine Navigation and
ISBN 978-3-319-57420-2. Safety of Sea Transportation Vol. 8 No. 3,
T. Stupak., (2014). Influence of Automatic 337-341.
Identification System on Safety of Navigation
167
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol.16 No.2 Desember 2018 : hal 159 - 168
168
Stiffness Evaluation Of LAPAN-A5... (Robertus Heru T. dan Poki Agung B.)
STIFFNESS EVALUATION OF LAPAN-A5/CHIBASAT DEPLOYABLE
SOLAR PANEL COMPOSITE PLATE USING SIMPLIFIED FINITE
ELEMENT MODEL
(EVALUASI KEKAKUAN PLAT KOMPOSIT PANEL SURYA LAPAN-
A5/CHIBASAT YANG DAPAT DIBENTANGKAN MENGGUNAKAN
MODEL ELEMEN HINGGA YANG DISEDERHANAKAN)
Robertus Heru Triharjjanto1, Poki Agung Budiantoro
Satellite Technology Center
National Institute of Aeronautics and Space (LAPAN)
Jl. Cagak Satelit km. 0,4 Rancabungur, Bogor, Indonesiaz
1e-mail: robertus.heru@lapan.goid
ABSTRACT
LAPAN-A5/ChibaSat, that will carry synthetic aperture radar payload, requires a lot more power
generation capacity, compared to its predecessor. Therefore, its solar panel will be deployed in orbit to
ensure maximum sun exposure. Since the deployable system requires solar panel plate that lightweight,
strong and stiff, honeycomb composite material is selected. The selection of such material requires
special treatment in the satellite structural stiffness calculation. Typical finite elemen model for such
case is 3-layers model, which each layer is individually modeled and therefore used large number of
elements. The objective of the research is to find stiffness model of the composite plate that used less
number of elements or simplified, while not losing computational accuracy. The modeling used
commercial finite element software, and the simplified honeycomb model is validated using standar plate
stiffnes problem. After model validation, the boundary condition as in the LAPAN-A5/ChibaSat
deployable system is imposed. The result shows that the stiffness of the deployable solar panel plate has
met the launch requirement of PSLV’s auxiliary payload. Therefore, the design model can be used in the
development of LAPAN-A5/ChibaSat.
169
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol.16 No.2 Desember 2018 : hal 169 - 175
ABSTRAK
170
Stiffness Evaluation Of LAPAN-A5... (Robertus Heru T. dan Poki Agung B.)
(Huzain, 2013). Similar analysis will be • lumped mass representing the
performed for LAPAN-A5. Deployable satellite components on top and
solar panel, however, required additional bottom of middle plates.
structure to support the panel, which Triharjanto (2006) and Huzain
does not exist in the body mounted solar (2013) showed that for structural
panel. The structure will have to be dynamic analysis, the models have
lightweight, strong and stiff, which in this acceptable validity, compared to the
case use honeycomb composite material. natural frequency measured. It also could
The selection of such material requires predict the displacement of protrusions
additional complexity in the satellite (UHF/VHF antenna in this case) that
structural stiffness calculation need to be considered by the launch
Due to such additional complexity authority.
in the satellite design, research is done to In LAPAN-A5 however, the design
support the stiffness modeling effort. The challenge is higher since the mass budget
objective of the research is to find for structure is only allocated 30% of the
simplest stiffness model of the deployable total satellite mass (Triharjanto, 2018).
plate, so that later it can be integrated Such requirement is much higher than in
with the total satellite structural model LAPAN-A1 and LAPAN-A2, where their
without adding too much complexity. The structure mass is 50,8% and 43,3%
modeling used commercial finite element (Triharjanto, 2014). In order so satisfy
software, and the simplified honeycomb LAPAN-A5 design requirements, non-
model is validated using standard plate coventional materials are to be used.
stiffness problem. References show that aluminum
honeycomb panel is commonly used as
deployable solar panel plate of micro-
satellites. This approach was done by
DLR’s micro-satellits, i.e. BIRD, TET-1,
and BIROS (Foeckersperger et. al, 2008)
Release
mechanism (Halle et. al, 2015), and Tohoku
University’s microsatellite RISESAT
hinges (Kuwahara et. al, 2011). Another
approach used CFRP (SSTL, 2016). The
manufacture of CFRP, however, not
Figure 1-2: Launch configuration of LAPAN-A5 available in Indonesia yet. Meanwhile
Aluminum honeycomb can be prepared
2 METHODS by national aircraft industry, such as PT.
2.1 Material Selection Dirgantara Indonesia.
The structure of LAPAN’s previous The material used for LAPAN-A5
satellites is made of solid aluminum alloy honeycomb plate is aluminium alloy
plates, so that the finite element models 5052 of face/skin with 1 mm thickness,
are fairly simple, i.e. dan aluminium alloy 5052 core of 8 mm
• solid elements of isotropic material thickness. Therefore, the total thickness
properties with geometry of satellite of material is 10 mm. The dimension of
structure subsystem (7 plates; only dimensi honeycomb plate is 500 x 500
modeling cut-out of Z+ plate). mm, and the material properties can be
• rigid connection (nodal merging) seen in table 1-1 (ASM, 2017) and table
between all the plates. 1-2 (plascore, 2017).
171
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol.16 No.2 Desember 2018 : hal 169 - 175
Tabel 1-1: PROPERTIES OF ALUMINIUM
ALLOY 5052
Item Unit
Figure 2-1: Equivalent plate theory illustration
Density 2680 kg/m3
for honeycomb plate (Paik, 1999).
Poisson Ratio 0.33
Modulus Elasticity 70.3 Gpa
The method proposes to replace the
Shear Modulus 25.9 Gpa
honeycomb sandwich panel by an
equivalent single plate. To estimate its
Tabel 1-2: PROPERTIES OF CORE ALUMINIUM
stiffness, equivalent rigidity method is
HONEYCOMB AL-5052
used. In the method, the equivalent
material properties of the single material
Item Unit
plate are :
Density 97.7 kg/m3
Poisson Ratio 12 0.30
Poisson Ratio 23 0.30 teq = 3ℎ# $ + 6ℎ# '( + 4'( $ (2-1)
Poisson Ratio 31 0.30
Modulus Elasticity 11 0.67 GPa $*+
Eeq = . Ef (2-2)
*,-
Modulus Elasticity 22 0.283 GPa
Modulus Elasticity 33 01.655 GPa
$*+
Cell Size 1/8 inch Geq = . Gf (2-3)
*,-
Cell Gauge 0.0015 Inch
where
2.2 Honeycomb Simplified Model teq = equivalent plate thickness
The typical FE modeling of ℎ# = core thickness
honeycomb sandwich is using 3 layers of '( = face/skin thickness
material, where in the case of aluminum Eeq = Young Modulus equivalent plate
honeycomb, the core will be modeled as Geq = Shear Modulus equivalent plate
orthotropic material. For micro-saellite Gf = Shear Modulus face/skin
case, such approach was done by Onta
(2007), for stress analysis and estimation Paik (1999) also proposed
of natural frequency. equivalent weight method, in which the
The objective of creating simplified thickness of equivalent plate (teq) can be
finite element model is to have model with calculated from :
less numbers of elements, and less
number of metarial types, and therefore L.W. teq. .( = L.W.2'( ..( + L.W. ℎ# ..#0 (2-4)
more efficient. For honeycomb sandwich Resulting in :
plate, equivalent plate methods of had $*+ .2+ 3 45 .256
teq = (2-5)
2+
been established by Paik (1999). The
method is illustrated as in figure 3-1. The
equivalent plate method produces 2.3 Finite Element Model Validation
simpler model, that in Finite Element Before implementing the model in
terms means use less number of satellite solar panel case, standard finite
elements. element case/problem is performed to
validate the model. The case is natural
frequency analysis of composite plate in
fixed 6 degree of freedom (DoF)
constraints at one end and 5 DoF
172
Stiffness Evaluation Of LAPAN-A5... (Robertus Heru T. dan Poki Agung B.)
constrains at the other, as illustrated in models have very similar structural
figure 2-2. dynamics characteristics.
Figure 2-2: Boundary Condition on validation
problem
173
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol.16 No.2 Desember 2018 : hal 169 - 175
The natural frequencies resulted The result of the analysis is shown
from the models are noted in table 3-1, in figure 3-5, which show that the 1st
which show that the different is very small Natural Frequency occur at 344.21 Hz.
(under 1,3%). This means that the accuracy
of the equivalent model is high enough to be
used in the LAPAN-A5 honeycomb plate
stiffness. The benefit from the use of the
equivalent model is only used 1/3 number of
the elements used in conventional model,
and 1 material properties.
Tabel 3-1. HONEYCOMB PLATE MODELS Figure 3-5: Simulation result of deployable
ACKNOWLEDGEMENTS
Authors wish to acknowledge
Satellite Technology Center, LAPAN, for
supporting this research, and Mr.
z Muhammad Hamzah Farrasamulya,
y student of Aeronautics and Astronautics
Institut Teknologi Bandung, for his
x
Figure 3-3: Boundary Condition for LAPAN-A5
valuable discussion at the beginning of
deployable panel
this research.
174
Stiffness Evaluation Of LAPAN-A5... (Robertus Heru T. dan Poki Agung B.)
REFERENCES Onta, S., Dag, S., Gokler, M.I., (2007),
Aerospace Specification Metal (ASM) Inc., Structural Finite Element Analysis of
downloaded Feb. (2017), Alumunium Stiffened and Honeycomb Panels of
5052, the RASAT Satellite, Proc. 3rd
http://asm.matweb.com/search/Spe International Conference on Recent
cificMaterial.asp?bassnum=ma5052h Advances in Space Technologies
32 Paik, J.K., Thayamballi, A.K., Kim, G.S.,
Foeckersperger, S., Lattner, K., Kaiser C., 1999, The Strength Characteristics of
Eckert, S., Bärwald, W., Ritzmann, S., Aluminium Honeycomb Sandwich
Mühlbauer, P., Turk, M., Willemsen, Panels. Thin-Walled Structure,
P., (2008), The Modular German 35:205-231.
Microsatellite TET-1 for Technology Plascore, downloaded Feb. (2017), PAMG-
On-Orbit Versification, Proc. IAA XR1 5052 Aluminum Honeycomb,
Symposium on Small Satellite https://www.plascore.com/downloa
Systems and Services, Rhodes, d/datasheets/honeycomb_data_shee
Greece ts/Plascore_5052.pdf
Halle, W., Hetscher, M., Terzibaschian, SSTL, downloaded Jan. (2016), Solar
T., (2015), The DLR-Satellite BIROS Panel and Sollar Panel Aseembly,
for Fire-Detection and Technological http://www.sst-
Experiments, 10th IAA Symposium on us.com/downloads/datasheets/solar
Small Satellites for Earth -panels.pdf
Observation, Berlin, Germany Triharjanto, R.H., (2006), Desain Dan
Huzain, F.M., Triharjanto, R.H., (2013), Pengujian Struktur Satelit Mikro
Pengukuran Karakteristik Dinamika LAPAN-TUBSAT, Jurnal Teknologi
Struktur Satelit LAPAN-ORARI/A2, Dirgantara, Vol. 4 No. 2
Jurnal Teknologi Dirgantara, Vol.11 Triharjanto, R.H., Budiantoro, P.A.,
No. 2 Yanto, D., Sri Sumantyo, J.T., (2018),
Kuwahara, T., Sakamoto, Y., Yoshida, K., The Design Progress of LAPAN-Chiba
Takahashi, Y., Fukuhara, T., University SAR Micro-Satellite,
Kurihara, J., (2011), Mission and submitted for 3rd IEEE ICARES, Bali,
System of the Earth Observation Indonesia
Microsatellite Rising-2, 8th IAA
Symposium on Small Satellites for
Earth Observation, Berlin, Germany
175
AUTHOR INDEX
A P
Abdul Karim 159[16,2] Patria Rachman Hakim 71[16,1]
Adi Wirawan 149[16,2] Poki Agung Budiantoro 169[16,2]
Afni Restasari 1[16,1],139[16,2] Prasepvianto E. B. 111[16,2]
Arif Nur Hakim 9[16,1] Prasetyo Ardi Probo Suseno 149[16,2]
Aryandi Marta 93[16,2]
Atik Bintoro 93[16,2] R
Rahmat Arief 23[16,1]
B Ratna Rizky Puspitasari 1[16,1]
Bayu Azmi 111[16,2] Rika Suwana Budi 139[16,2]
Riki Ardiansyah 93[16,2]
E Rizki Permala 159[16,2]
Endro Artono 93[16,2] Robertus Heru Triharjjanto 169[16,2]
H S
Hendrik Seputra 111[16,2] Salman 101[16,2]
Heri Budi Wibowo 35,59[16,1],123[16,2] Satriya Utama 71[16,1]
Herma Yudhi Irwanto 83[16,1] Sofyan 45[16,1]
Hudoro Tahdi 9[16,1] Suhermanto 23[16,1]
J T
Jefri Abner H. 111[16,2] Taufiqur Rochman 9[16,1]
K V
Kendra Hartaya 1,35[16,1],139[16,2] Vicky Wuwung 45[16,1]
L W
Luthfia Hajar Abdillah 1,35[16,1],139[16,2] Wahyudi Hasbi 159[16,2]
Widhi Cahya Dharmawan 59[16,1]
M
M Mukhayadi 159[16,2]
(Pedoman Penulisan Jurnal Teknologi Dirgantara)
JUDUL MAKALAH DITULIS DENGAN HURUF KAPITAL TEBAL
SECARA SINGKAT DAN JELAS, (Studi Kasus : apabila ada)
(16 pt, Britannic Bold )
Judul dibuat dalam 2 bahasa (Indonesia dan Inggris),
apabila tulisan dalam bahasa Indonesia, maka judul dalam
bahasa Inggris ditulis dalam tanda kurung
(16 pt, Britannic Bold )
Penulis Pertama1, Penulis Kedua2, dstn (Nama Penulis Tanpa gelar)
(10,5 pt, Franklin Gothic Medium, bold)
1InstansiPenulis Pertama
2Instansi
Penulis Kedua
dstn.....
(10,5 pt, Franklin Gothic Medium)
Diterima : ..... (tanggal bulan tahun); Disetujui : ..... (tanggal bulan tahun); Diterbitkan : ..... (tanggal bulan
tahun)
(9 pt, Franklin Gothic Medium)
ABSTRACT
(10,5 pt, Bookman Old Style, bold)
ABSTRAK
(10,5 pt, Bookman Old Style, bold)
Kondisi
3 HASIL PEMBAHASAN No. ∆" ∆#
(10,5pt, Bookman Old Style, bold) Terbang
Jurnal Teknologi Dirgantara (Journal of Aerospace Technology) adalah jurnal ilmiah untuk
publikasi penelitian dan pengembangan di bidang :
a) Teknologi wahana roket, satelit dan pesawat terbang, dirgantara terapan seperti struktur mekanika,
sistem catu daya dan kontrol termal wahana roket dan satelit, struktur kendali, konversi energi;
b) Teknologi propulsi dan energik, seperti teknologi propelan, propulsi, uji statik propulsi,
termodinamika;
c) Teknologi peluncuran dan operasi antariksa serta teknologi peluncuran dan operasi antariksa serta
teknologi transmisi komunikasi dan muatan dirgantara, seperti teknologi stasiun bumi penerima dan
pemancar, teknologi transmisi gelombang elektromagnetik dan teknologi transmisi komunikasi serat
optik, teknologi muatan, sistem telemetri penjejak.
Pengiriman Naskah
Naskah yang ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris dikirim melalui e-mail
(publikasi@lapan.go.id) atau file digital, ditujukan ke Sekretaris Dewan Penyunting Jurnal dengan
alamat, Bagian Publikasi dan Promosi LAPAN, Jalan Pemuda Persil No. 1, Jakarta Timur 13220.
Naskah diketik dua kolom dengan MS Word font 10,5 Bookman Old Styles (batas tengah 1 cm pada
kertas A4 dengan spasi satu, batas kanan 2 cm, batas kiri 2,5 cm, batas atas 3 cm, dan batas bawah 2,5
cm). Judul huruf besar font 16.
Sistematika penulisan
Naskah terdiri dari halaman judul dan isi makalah. Halaman judul berisi judul yang ringkas tanpa
singkatan nama (para) penulis tanpa gelar, instansi/perguruan tinggi, dan e-mail penulis utama. Halaman
isi makalah terdiri dari (a) judul, (b) abstrak dalam bahasa Indonesia dan Inggris tidak lebih dari 200
kata, (c) batang tubuh naskah yang terbagi menjadi bab dan subbab dengan penomoran bertingkat (1.
Pendahuluan; 2 Judul Bab; 2.1 Subbab tingkat pertama; 2.1.1 Subbab tingkat dua dan seterusnya), (d)
Ucapan terima kasih yang lazim dan (e) daftar rujukan.
Gambar dan Tabel
Gambar atau foto harus dapat direproduksi dengan tajam dan jelas. Gambar atau foto warna hanya
diterima dengan pertimbangan khusus.Gambar dan tabel dapat dimasukkan dalam batang tubuh atau
dalam lampiran tersendiri. Untuk kejelasan penempatan dalam jurnal, gambar dan tabel harus diberi
nomor sesuai nomor bab dan nomor urut pada bab tersebut, misalnya Gambar 2-2 atau Tabel 2-1.
Gambar disertai keterangan singkat (bukan sekedar judul gambar) dan tabel disertai judul tabel.
Persamaan Satuan dan Data Numerik
Persaman diketik atau ditulis tangan (untuk simbol khusus) dan diberi nomor di sebelah kanannya sesuai
nomor bab dan nomor urutnya, misalnya persamaan (1-2). Satuan yang digunakan adalah satuan
internasional (EGS atau MKS) atau yang lazim pada cabang ilmunya.Karena terbit dengan dua bahasa,
angka desimal pada data numerik harus mangacu pada sistem internasional dengan menggunakan titik.
Rujukan
PP No. 74, 2001. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1999 Tentang:
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Kementrian Lingkungan Hidup. Jakarta.
Haryani, N. S., Hidayat, Sulma, S., dan Pasaribu, J. M., 2014. Deteksi Limbah Acid Sludge
Menggunakan Metode Red Edge Berbasis Data Penginderaan Jauh, Jurnal Penginderaan Jauh
dan Pengolahan data Citra Digital, Vol 11 No.2 Desember 2014.
Center for International Forestry Research [CIFOR], 2012. Forests and Climate Change Mitigation :
What Policymakers Should Know, Fact Sheet. No. 5, November 2012, MITIGATION, Key of
Research Findings. CGIAR Research Programme.
The National Geophysical Data Center (NOAA)-NASA. Sumber data VNF, 2014. Sumber: http:// ngdc.
noaa. gov/ eog/ viirs/download_2014_indonesia.html) atau (Sumber LAPAN: http://modis-
catalog.lapan. go.id/ monitoring/ katalognpp#).
http://landsathandbook.gsfc.nasa.gov/data_prod/prog_sect11_3.html