Anda di halaman 1dari 100

Vol. 16 No.

2 Desember 2018 ISSN 1412- 8063


Nomor : 21/E/KPT/2018

Diterbitkan oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)


Bogor – Indonesia

J.TEKNO.DIRGANT. VOL. 16 NO. 2 HAL. 93-175 BOGOR, DESEMBER 2018 ISSN 1412 – 8063
Vol. 16 No. 2 Desember 2018 ISSN 1412- 8063
Nomor : 21/E/KPT/2018

DAFTAR ISI
KARAKTERISTIK MODEL UJI STRUKTUR SAYAP MUS-01 (CHARACTERISTIC Halaman
OF MUS-01 WING’S STRUCTURE TESTING MODEL)
Aryandi Marta, Atik Bintoro, Riki Ardiansyah
93-100
SISTEM PENYALA NIRKABEL JARAK JAUH UNTUK MUATAN ROKET
(WIRELESS SWITCHING FOR ROCKET PAYLOAD)
Endro Artono, Salman 101-110

REVIEW PERBANDINGAN TEKNIK MAXIMUM POWER POINT TRACKER


(MPPT) UNTUK SISTEM PENGISIAN DAYA MENGGUNAKAN SEL
SURYA (REVIEW COMPARISON MAXIMUM POWER POINT TRACKER
(MPPT) TECHNIQUE FOR CHARGING SYSTEMS USING SOLAR CELLS)
111-122
Bayu Azmi, Jefri Abner H, Prasepvianto E B, Hendrik Seputra

KAJIAN PROGRAM PENINGKATAN KINERJA PROPELAN KOMPOSIT


BERBASIS AP/HTPB/AL (PROGRAM REVIEW OF INCREASING THE
PERFORMANCE OF COMPOSITE PROPELLANT BASE AP/HTPB/Al)
Heri Budi Wibowo 123-138

PENGARUH DIOCTYL ADIPATE TERHADAP SIFAT RHEOLOGI HTPB


TERPLASTISASI (EFFECT OF DIOCTYL ADIPATE ON THE RHEOLOGICAL
PROPERTIES OF PLASTICIZED HTPB) 139-148
Afni Restasari1, Luthfia Hajar Abdillah, Rika Suwana Budi, Kendra Hartaya

SIMULASI PENENTUAN BASIS OPERASI PADA SISTEM PEMANTAUAN


MARITIM BERBASIS WAHANA TERBANG TAK BERAWAK (SIMULATION TO
DETERMINE THE OPERATION BASE ON MARITIME SURVEILLANCE
SYSTEM BASED ON UNMANNED AIR VEHICLE) 149-158
Prasetyo Ardi Probo Suseno, Adi Wirawan

KOREKSI DATA AUTOMATIC IDENTIFICATION SYSTEM (AIS) SATELIT


LAPAN-A2 DAN LAPAN-A3 MENGGUNAKAN METODE INTERPOLASI DAN
EKSTRAPOLASI (LAPAN-A2 AND LAPAN-A3 AUTOMATIC IDENTIFICATION
SYSTEM (AIS) SATELIT DATA CORRECTION USING INTERPOLATION AND 159-168
EXTRAPOLATION METHODE
Abdul Karim, Rizki Permala, M Mukhayadi, Wahyudi Hasbi

STIFFNESS EVALUATION OF LAPAN-A5/CHIBASAT DEPLOYABLE SOLAR


PANEL COMPOSITE PLATE USING SIMPLIFIED FINITE ELEMENT
MODEL (EVALUASI KEKAKUAN PLAT KOMPOSIT PANEL SURYA LAPAN-
A5/CHIBASAT YANG DAPAT DIBENTANGKAN MENGGUNAKAN MODEL 169-175
ELEMEN HINGGA YANG DISEDERHANAKAN)
Robertus Heru Triharjjanto, Poki Agung Budiantoro
Vol. 16 No. 2 Desember 2018 ISSN 1412- 8063
Nomor: 21/E/KPT/2018

SUSUNAN DEWAN PENYUNTING JURNAL TEKNOLOGI DIRGANTARA


Penyunting
• Ketua
Prof. Dr. Heri Budi Wibowo (Propelan, Piroteknik dan Material Penahan Panas)
• Anggota
Dr. Robertus Heru Triharjanto, M.Sc (Desain Kendaraan Ruang Angkasa, Misil dan Satelit)
Ir. Atik Bintoro, MT., APU (Desain Kendaraan Ruang Angkasa, Misil dan Satelit)
Prof. Dr. Wahyu Widada (Sistem Elektrik Ruang Angkasa)
Dr. Kendra Hartaya, M.Si., APU (Propelan, Piroteknik dan Material Penahan Panas)
Dr. Ir. Bagus H. Jihad, M.T (Propelan, Piroteknik dan Material Penahan Panas)
Dr. Efendi Dodi Arisandi (Avionik, Sensor Dirgantara)
Dr. Mabe Siahaan, M.Si (Konversi Energi Dirgantara)
Dr. Harry Septanto, M.T (Desain Kendaraan Ruang Angkasa, Misil dan Satelit)
Drs. Agus Harno Nurdin Syah, M.Si (Getaran Mekanik)
Herma Yudhi Irwanto, M. Eng (Avionik, Sistem Kontrol Penerbangan)
Dr. Arif Nur Hakim (Sistem Propulsi)
Mitra Bestari
Dr. Firman Hartono, S.T., M.T (Teknik Mesin dan Dirgantara)/Institut Teknologi Bandung
Dr.Ir. Bambang Siswojo, M.T. Teknik Elektro, Universitas Brawijaya


SUSUNAN SEKRETARIAT REDAKSI JURNAL TEKNOLOGI DIRGANTARA
Pemimpin Umum
Drs. Sutrisno, M.Si
Pemimpin Redaksi Pelaksana
Lilis Mariani, M.Eng
Redaksi Pelaksana
Soleh Fajar Junjunan S.T., M.T
Yanuar Prabowo S.T
Sony Dwi Harsono, S.T, M.Eng
Ir. Widodo Slamet, M.T
Tata Letak
Afrido Prayogi S.T
Hidayatullah S.T

Berdasarkan Kutipan dari Keputusan Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan,
Kemeterian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Nomor:
21/E/KPT/2018 ditetapkan Jurnal Teknologi Dirgantara Sebagai Jurnal Ilmiah Terakreditasi

Gambar cover: Launch configuration of LAPAN-A5 and In orbit configuration of LAPAN-A5


Alamat Penerbit :
LAPAN, Jl. Raya Lapan No.2 Mekarsari, Rumpin Bogor 16350, Jawa Barat
Email: publikasi@lapan.go.id
Situs : http://www.lapan.go.id & http://www.jurnal.lapan.go.id
Vol. 16 No. 2 Desember 2018 ISSN 1412- 8063
Nomor: 21/E/KPT/2018

DARI REDAKSI

Sidang Pembaca yang kami hormati,


Puji syukur, kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya,
sehingga Jurnal Teknologi Dirgantara Vol. 16, No. 1, Desember 2018 hadir ke hadapan sidang pembaca
dengan mengetengahkan 8 (delapan) artikel sebagai berikut, Karakteristik Model Uji Struktur Sayap Mus-
01 (Characteristic Of Mus-01 Wing’s Structure Testing Model)” ditulis oleh Aryandi Marta, Atik Bintoro,
Riki Ardiansyah. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan penelitian karakteristik model uji struktur sayap
MUS-01; ” Sistem Penyala Nirkabel Jarak Jauh Untuk Muatan Roket (Wireless Switching For Rocket
Payload)” ditulis oleh Endro Artono, Salman. Penelitian ini bertujuan untuk menyalakan atapun mematikan
muatan roket secara nirkabel; ”Review Perbandingan Teknik Maximum Power Point Tracker (Mppt) Untuk
Sistem Pengisian Daya Menggunakan Sel Surya (Review Comparison Maximum Power Point Tracker
(Mppt) Technique For Charging Systems Using Solar Cells)” ditulis oleh Bayu Azmi, Jefri Abner H,
Prasepvianto E B, Hendrik Seputra. Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan secara maksimal energi
surya. dengan tiga metode utama pada MPPT yaitu metode konvensional, metode kecerdasan buatan, dan
metode hibrid; ”Kajian Program Peningkatan Kinerja Propelan Komposit Berbasis
AP/HTPB/AL (Program Review Of Increasing The Performance Of Composite Propellant Base
AP/HTPB/AL)” ditulis oleh Heri Budi Wibowo. Tulisan ini bertujuan untuk melakukan Kajian strategi
litbang dalam meningkatkan kinerja propelan komposit berbasis AP/HTPB/Al; ” Pengaruh Dioctyl
Adipate Terhadap Sifat Rheologi Htpb Terplastisasi (Effect Of Dioctyl Adipate On The Rheological
Properties Of Plasticized Htpb)” ditulis oleh Afni Restasari1, Luthfia Hajar Abdillah, Rika Suwana Budi,
Kendra Hartaya. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan formula isian cair dan parameter mixing
yang dapat mendukung peningkatan isian padat sehingga sifat mekanik propelan optimum dan spesifik
impuls dari roket naik; ” Simulasi Penentuan Basis Operasi Pada Sistem Pemantauan Maritim Berbasis
Wahana Terbang Tak Berawak (Simulation To Determine The Operation Base On Maritime Surveillance
System Based On Unmanned Air Vehicle)” ditulis oleh Prasetyo Ardi Probo Suseno, Adi Wirawan. Tujuan
penelitian adalah mendiskusikan metode untuk menentukan basis operasi pada pemantauan maritim yang
menggunakan pesawat terbang tak berawak sebagai komponen utamanya; ”Koreksi Data Automatic
Identification System (Ais) Satelit Lapan-a2 Dan Lapan-a3 Menggunakan Metode Interpolasi Dan
Ekstrapolasi (Lapan-a2 And Lapan-a3 Automatic Identification System (Ais) Satelit Data Correction Using
Interpolation And Extrapolation Methode” ditulis oleh Abdul Karim, Rizki Permala, M Mukhayadi,
Wahyudi Hasbi. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis serta koreksi atas data yang rusak
mengunakan metode interpolasi dan ekstrapolasi; Stiffness Evaluation Of Lapan-a5/chibasat Deployable
Solar Panel Composite Plate Using Simplified Finite Element Model (Evaluasi Kekakuan Plat Komposit
Panel Surya Lapan- A5/chibasat Yang Dapat Dibentangkan Menggunakan Model Elemen Hingga Yang
Disederhanakan)” ditulis oleh Robertus Heru Triharjjanto, Poki Agung Budiantoro. Penelitian ini bertujuan
untuk mendapatkan model kekakuan plat komposist panel surya dengan jumlah elemen yang lebih sedikit,
atau lebih sederhana.
Demikianlah 8 artikel yang kami sajikan dalam Jurnal Teknologi Dirgantara Vol. 16, No. 2,
Desember 2018. Seperti diketahui jurnal ini memuat hasil penelitian di bidang teknologi dirgantara dalam
bahasa Indonesia atau bahasa Inggris dan terbuka bagi ilmuwan-ilmuwan dalam dan luar negeri. Semoga
sidang pembaca dapat mengambil manfaatnya.

Bogor, Desember 2018


Redaksi
JURNAL
TEKNOLOGI DIRGANTARA
Journal of Aerospace Tecnology

ISSN 1412-8063 Vol. 16 No. 1, Juni 2018


Lembar abstrak ini boleh dikopi tanpa ijin atau biaya
ABSTRAK
EVALUASI TEKNIK PENIMBANGAN ANALISIS KINERJA ENJIN ROKET CAIR
HIDROSTATIK PADA PENGUKURAN ECX1000H2-3 = PERFORMANCE
DENSITAS PROPELAN PADAT KOMPOSIT ANALYSIS OF LIQUID ROCKET ENGINE
= EVALUATION OF HYDROSTATIC ECX1000H2-3
WEIGHING TECHNIQUE IN COMPOSITE Arif Nur Hakim1, Hudoro Tahdi,
SOLID PROPELLANT DENSITY Taufiqur Rochman
MEASUREMENT
Luthfia Hajar Abdillah, Afni Restasari, J. Tekgan, 16(1) 2018 : 9 – 22
Kendra Hartaya, Ratna Rizky Puspitasari
Enjin roket cair ECX1000H2-3 telah
dikembangkan dengan mengadopsi injektor
J. Tekgan, 16(1) 2018 : 1 – 8 konfigurasi baru untuk meningkatkan gaya
dorong yang telah dicapai enjin sebelumnya.
Densitas menjadi salah satu data Injektor baru mempunyai jumlah lubang fuel
karakteristik propelan padat komposit yang dan oksidator masing-masing sebanyak 54
penting. Data nilai densitas propelan ini dan 156 dengan diameter sebesar 1 mm.
digunakan dalam proses simulasi dan Bentuk elemen injektor telah dimodifikasi
perancangan motor roket untuk mendapatkan untuk meningkatkan debit propelan. Uji
performa roket yang diinginkan. Pengukuran statik telah dilakukan untuk menguji kinerja
densitas yang dilakukan selama ini sistem enjin secara keseluruhan. Hasil
menggunakan teknik penimbangan hidrostatik pengujian mencatat gaya dorong dan
yang melibatkan pengukuran berat sampel di tekanan rata-rata sebesar 730 kgf dan 22,6
dalam air, sehingga dimungkinkan terjadi bar atau meningkat 19,7% dari hasil enjin
penyimpangan hasil pengukuran. Untuk itu sebelumnya, namun masih 84 % lebih
tujuan dari penelitian ini adalah untuk rendah dari prediksi berdasarkan hasil uji
mengetahui besarnya penyimpangan nilai injector dikarenakan kinerja sistem
densitas propelan yang terjadi dan mengetahui pengumpan yang tidak optimal. Selain itu,
cara pengukuran yang tepat melalui teknik terjadi ledakan kecil saat penyalaan karena
penimbangan hidrostatik sehingga akumulasi propelan yang tidak terbakar
menghasilkan nilai densitas yang lebih sesuai. akibat terbatasnya area kontak api
Beberapa sampel propelan diukur densitasnya penyalaan dengan propelan.
menggunakan dua instrumen densitometer
untuk melihat adanya penyimpangan hasil Kata kunci: enjin roket cair, asam nitrat,
pengukuran. Dari hasil penelitian diperoleh kerosen, uji statik, proses
bahwa penyimpangan nilai densitas propelan penyalaan.
yang terjadi berkisar antara 2,08% hingga
5,58% dengan adanya delay pembacaan berat
sampel di air.

Kata kunci: densitas propelan, penyimpangan,


teknik penimbangan hidrostatik
JURNAL
TEKNOLOGI DIRGANTARA
Journal of Aerospace Tecnology

ISSN 1412-8063 Vol. 16 No. 1, Juni 2018


Lembar abstrak ini boleh dikopi tanpa ijin atau biaya

OPTIMASI WAKTU DEKOMPRESI LOSSY PENGGUNAAN BINDER HTPB


MENGGUNAKAN METODE BERENERGI TINGGI UNTUK
PENGELOMPOKAN JUMLAH-BIT KODE MENINGKATKAN ENERGETIK
HUFFMAN PADA DATA LISA SATELIT PROPELAN KOMPOSIT = APPLICATION
LAPAN-A3 = TIME OPTIMIZATION FOR OF HIGH ENERGY HTPB BINDER TO
LOSSY DECOMPRESSION OF THE LISA ENHANCE THE ENERGETIC OF
SENSOR DATA ON LAPAN A3 SATELLITE COMPOSITE PROPELLANT
USING A GROUPING METHOD OF Luthfia Hajar Abdillah, Heri Budi
HUFFMAN CODE BIT NUMBER Wibowo, Kendra Hartaya
Suhermanto, Rahmat Arief

J. Tekgan, 16(1) 2018 : 23 – 34 J. Tekgan, 16(1) 2018 : 35 – 44

Satelit LAPAN-A3 menyediakan tiga Untuk mendapatkan performa


pilihan untuk transmisi data multi-spektral propelan yang lebih energetik, penelitian
LISA, yaitu tanpa kompresi, terkompres lossy terbaru menunjukkan bahwa diperlukan
ataupun terkompres lossless. Transmisi data penggunaan material-material yang bersifat
multi-spektral menggunakan kompresi real- lebih energetik, misalnya penggunaan binder
time lossy, dibangun menggunakan kombinasi energetik. Pengawasan yang ketat atas
transformasi Fourier dan enkoda-dekoda peredaran material energetik seperti ini
Huffman. Proses enkoda-dekoda Huffman data cukup menyulitkan untuk mendapatkan
multi-spektral 4-kanal (biru, hijau, merah, dan material-material tersebut. Oleh karena itu
near infrared) dengan resolusi radiometrik kemandirian untuk memiliki material
12bit/pixel dikerjakan berbasis tabel statik tersebut sudah seharusnya menjadi
dengan 514 kode biner. Permasalahan yang perhatian. Binder propelan komposit yang
dihadapi saat dilakukan uji operasional modul paling banyak digunakan saat ini adalah
dekompresi lossy adalah, kinerja modul sangat HTPB yang bersifat non-energetik. Untuk
lambat dan diperlukan waktu cukup lama membuatnya lebih berenergi tinggi dapat
(hingga 12 jam) untuk mengolah 97120 baris dilakukan dengan menambahkan gugus
data LISA atau setara dengan 185 detik yang bersifat energetik seperti gugus nitro,
pengamatan. Tulisan ini mengusulkan metode namun tetap aman digunakan (bersifat
perbaikan algoritma dekompresi data LISA real- stabil). Tulisan ini mengkaji potensi konversi
time lossy menggunakan pengelompokan binder HTPB menjadi nitro-HTPB yang
jumlah-bit pada algoritma dekoda Huffman dan bersifat energetik, meliputi material,
menggunakan pointer untuk pembacaan data peralatan, dan metode yang dapat
dan operasi logika di memori buffer. Proses diaplikasikan di Indonesia. Prosesnya adalah
pencarian nilai-kode Huffman dilakukan nitrasi HTPB menjadi nitro-HTPB.
menggunakan pendekatan diagram pohon yang Berdasarkan kajian energetiknya, nitro-
dimulai dari jumlah-bit terkecil. Hasil uji HTPB memiliki potensi untuk meningkatkan
kinerja pada 6 contoh data menunjukan bahwa sifat energetik propelan padat komposit.
modul dekompresi lossy yang diusulkan dapat Metode proses pembuatan nitro-HTPB yang
mempercepat waktu proses rata- rata 15 kali paling efektif dan optimal adalah proses
dibandingkan dengan modul sebelumnya. nitrasi dengan menggunakan bahan sodium
Sementara itu, rasio kompresi lossy masih nitrit pada suhu rendah (0oC).
sesuai dengan spesifikasi desain yaitu 4 kali,
dan persentase kemunculan data berkarakter Kata kunci : HTPB, nitro-HTPB, binder
khusus pada data tanpa cacat adalah sangat energetik, propelan
kecil yaitu kurang dari 0,5%.

Kata kunci: optimasi waktu, dekompresi lossy,


huffman code, LISA, LAPAN A3
JURNAL
TEKNOLOGI DIRGANTARA
Journal of Aerospace Tecnology

ISSN 1412-8063 Vol. 16 No. 1, Juni 2018


Lembar abstrak ini boleh dikopi tanpa ijin atau biaya

PREDIKSI DAN VALIDASI TEKANAN PENGEMBANGAN DAN PEMILIHAN


STATIK RUANG BAKAR ROKET RX-320 TEKNIK ANALISIS BERAT
DENGAN MENGGUNAKAN METODA MOLEKUL HTPB UNTUK ACUAN DALAM
INVERS = RX-320 ROCKET STATIC KONTROL KUALITAS = MOLECULAR
PRESSURE COMBUSTION CHAMBER WEIGHT ANALYSIS DEVELOPMENT
PREDICTION AND VALIDATION BY USING AND SELECTION OF HTPB FOR
INVERS METHOD REQUIREMENTS IN QUALITY CONTROL
Sofyan, Vicky Wuwung Heri Budi Wibowo, Widhi Cahya
Dharmawan
J. Tekgan, 16(1) 2018 : 45 – 58

Data tekanan ruang bakar adalah J. Tekgan, 16(1) 2018 : 59 – 70


parameter penting dalam memprediksi gaya
dorong dan perancangan ruang bakar roket. Telah dilakukan pengembangan
Namun, pada saat pengujian statik, terdapat teknik analisis berat molekul rata-rata
roket yang diuji adalah roket untuk uji terbang, polimer HTPB (Hydroxy Terminated
sehingga tidak dibuat tempat untuk Polybutadiene) dalam rangka pemilihan
meletakkan sensor tekanan statik untuk metode analisis untuk kontrol kualitas
pengukuran pada roket tersebut. Oleh sebab bahan baku propelan. Analisis viskosimetri
itu, untuk memprediksi tekanan ruang bakar sangat cepat, mobilitas tinggi, akurasi
roket digunakanlah metode invers yaitu rendah, dan dapat diperoleh berat molekul
penyelesaian iteratif persamaan - persamaan rata-rata viskos (Mv), dapat digunakan
dasar gaya dorong roket pada nosel dengan untuk kontrol kualitas bahan di lapangan.
menebak harga tekanan statik ruang bakar Analisis dengan metode osmometri dapat
terlebih dahulu dan mengikutsertakan harga diperoleh berat molekul rata-rata jumlah
gaya dorong hasil uji statik serta variasi (Mn) dengan akurasi tinggi dan mobilitas
effisiensi dari nosel ke dalam proses rendah dan dapat digunakan untuk kontrol
perhitungan. Hasil dari perhitungan ini kualitas. Analisis dengan metode GPC
kemudian divalidasi dengan menggunakan menghasilkan berat molekul rata-rata
simulasi numerik CFD 3-D untuk jumlah (Mn) dan polidispersitas HTPB,
mendapatkan perbandingan yang lebih detil akurasi tinggi, mobilitas rendah, dan dapat
pada nosel. Pada penelitian ini digunakan nosel digunakan untuk kontrol kualitas dan
roket RX 320 LAPAN dengan fokus pada data pengembangan polimer. Teknik analisis
gaya dorong maksimum hasil uji statik. berat molekul HTPB dengan viskosimetri
Simulasi numerik 3-D dilakukan dengan adalah paling murah, hasil pengukuran
menggunakan perangkat lunak CFD Numeca, kasar, dan dapat digunakan untuk aanalisis
dengan model turbulen k-ε extended wall, in situ. Kualitas HTPB efektif adalah 3 tahun.
skema numerik multigrid level 3, center based. HTPB perlu dilakukan kontrol kualitas tiap
Hasil perhitungan dengan metode invers dan bulan untuk memastikan tidak terjadi
perbandingannya dengan simulasi numerik kerusakan signifikan atau untuk
menunjukkan bahwa perbandingan tekanan menyesuaikan formulasi propelan.
statik exit ruang bakar yang terkecil adalah
sebesar 0.017%, yang dicapai pada effisiensi Kata kunci : HTPB, kontrol kualitas,
nosel sebesar 92% dengan tekanan statik ruang viskosimetri, osmometri,
bakar adalah 57.94 bar. GPC, berat molekul
polimer
Kata kunci: tekanan, ruang bakar, metode
invers, uji statik, CFD numeca,
effisiensi nosel, RX-320
JURNAL
TEKNOLOGI DIRGANTARA
Journal of Aerospace Tecnology

ISSN 1412-8063 Vol. 16 No. 1, Juni 2018


Lembar abstrak ini boleh dikopi tanpa ijin atau biaya

SUN SENSOR DAN MAGNETOMETER PENGEMBANGAN SISTEM PENGENDALI


SEBAGAI SENSOR PENENTU SIKAP DARAT BAGI ROKET DAN UAV
SATELIT INKLINASI RENDAH LAPAN- KECEPATAN TINGGI DENGAN TRAKING
A2 = SUN SENSOR AND MAGNETOMETER ANTENA OTOMATIS BERBASISKAN
AS ATTITUDE DETERMINATION GPS = DEVELOPMENT OF ROCKET AND
SENSORS FOR LOW INCLINATION HIGH SPEED UAV GROUND CONTROL
SATELLITE SYSTEM WITH GPS-BASED AUTO
LAPAN A-2 TRACKING ANTENNA
Satriya Utama, Patria Rachman Hakim Herma Yudhi Irwanto

J. Tekgan, 16(1) 2018 : 72 – 83


J. Tekgan, 16(1) 2018 : 84 – 92
LAPAN-A2 merupakan satelit low earth
orbit (LEO)denganinklinasi rendah yang salah Pengujian wahana terbang baik
satu misinya adalah pengamatan citra bumi. roket maupun wahana nir-awak
Dalam melaksanakan misi pengambilan citra berkecepatan tinggi yang saat ini
ataupun penurunan data, sikap satelit perlu dikembangkan oleh LAPAN, membutuhkan
diketahui operator di stasiun bumi.Sebagai sebuah sistem untuk memonitor posisi dan
sensor utama untuk mengetahui sikap satelit mengendalikan perilaku wahana tersebut.
digunakan star sensor. Namun ketika berada di Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
wilayah terang, star sensor dapat dengan membangun stasiun bumi pengendali
mudah tergangguoleh cahaya matahari atau wahana yang diuji terbang. Sistem tersebut
bumi. Tulisan ini memperkenalkan penentuan dibangun dengan memanfaatkan beberapa
sikap alternatif menggunakan sun sensor dan komponen dan peralatan yang saat ini telah
magnetometer. Idenya, sun sensor dan tersedia di Pustekroket, menjadi sebuah
magnetometer mengukur vektor matahari dan sistem pengendali darat yang dilengkapi
vektor medan magnet pada sumbu satelit. Lalu, dengan traking antena otomatis berbasiskan
dengan menggunakan model posisi matahari GPS. Sistem pengendali darat ini dilengkapi
dan propagator orbit SGP4, vektor matahari dengan tracking antena otomatis yang selalu
dan vektor medan magnet pada sumbu inersial mengarah pada wahana terbang, sehingga
bumi dapat dihitung. Dari dua vektor pada dua data-data perilaku terbang wahana akan
tata acuan yang berbeda, matriks rotasi yang secara maksimal dapat dimonitor dan
merupakan representasi sikap satelit terhadap dianalisa secara langsung dengan mudah.
bumi dapat dihitung. Dari pengujian, metode Sistem ini telah diuji cobakan dalam skala
ini berhasil menghitung sikap satelit dengan laboratorium terkait dengan pengujian
akurasi 3°. menggunakan hardware in the loop
simulation system, sehingga telah terbukti
Kata kunci: LAPAN-A2, penentuan sikap, sun memudahkan kegiatan pementauan uji
sensor, magnetometer terbang, dibandingan dengan yang
sebelumnya digunakan, yakni dengan
traking antena secara manual.

Kata kunci: wahana nir-awak berkecepatan


tinggi, sistem pengendali darat,
traking antena otomatis
berbasis GPS, hardware in the
loop
JURNAL
TEKNOLOGI DIRGANTARA
Journal of Aerospace Tecnology

ISSN 1412-8063 Vol. 16 No. 2, Desember 2018


Lembar abstrak ini boleh dikopi tanpa ijin atau biaya

KARAKTERISTIK MODEL UJI STRUKTUR SISTEM PENYALA NIRKABEL JARAK


SAYAP MUS-01 = CHARACTERISTIC OF JAUH UNTUK MUATAN ROKET
MUS-01 WING’S STRUCTURE TESTING = WIRELESS SWITCHING FOR ROCKET
MODEL PAYLOAD
Aryandi Marta, Atik Bintoro, Riki Endro Artono, Salman
Ardiansyah
J. Tekgan, 16(2) 2018 : 101 – 110
J. Tekgan, 16(2) 2018 : 93 – 100
Proses pengaktifan sistem elektronik
Telah dilakukan penelitian pada muatan roket hasil penelitian dan
karakteristik model uji struktur sayap MUS-01. pengembangan LAPAN selama ini masih
Direncanakan, model ini akan digunakan dilakukan secara manual, dengan
sebagai sayap pesawat tanpa awak LSU-03NG. menggeser atau menekan saklar pada
Model uji terbuat dari komposit jenis e-glass. tabung muatan roket dari posisi mati (OFF)
Pada saat pengujian, model uji struktur diberi ke posisi hidup (ON). Sistem penyala muatan
beban secara statik sesuai maximum take off roket ini dirancang untuk dapat menyalakan
weight (MTOW) sebesar 35 kg. Metode atau mematikan muatan roket tanpa kontak
penelitian ini melibatkan misi pesawat terbang fisik antara operator dengan roket. Hasil dari
tanpa awak, khususnya pada bagian struktur penelitian ini, telah dibuat sebuah sistem
model uji, dimensi model, dan eksperimen untuk menyalakan atapun mematikan
langsung berupa pembebanan pada model uji. muatan roket secara nirkabel. Sistem ini
Hasil pengujian menunjukan bahwa model uji juga dapat melepaskan perangkat
MUS-01 mempunyai karakteristik sebagai antarmuka untuk penyalaan muatan dari
model uji yang tidak mampu menerima beban badan roket, sehingga tidak mengganggu
operasional pesawat terbang tanpa awak seri roket saat diluncurkan.
LSU-03NG. Sehingga model ini tidak
direkomendasikan untuk digunakan sebagai Kata kunci: muatan, nirkabel, saklar,
struktur sayap pesawat terbang tanpa awak elektronika
LSU-03NG.

Kata kunci : MUS-01, LSU-03NG, karakteristik,


MTOW
JURNAL
TEKNOLOGI DIRGANTARA
Journal of Aerospace Tecnology

ISSN 1412-8063 Vol. 16 No. 2, Desember 2018


Lembar abstrak ini boleh dikopi tanpa ijin atau biaya

REVIEW PERBANDINGAN TEKNIK KAJIAN PROGRAM PENINGKATAN


MAXIMUM POWER POINT TRACKER KINERJA PROPELAN KOMPOSIT
(MPPT) UNTUK SISTEM PENGISIAN DAYA BERBASIS AP/HTPB/AL = PROGRAM
MENGGUNAKAN SEL SURYA REVIEW OF INCREASING THE
= REVIEW COMPARISON MAXIMUM PERFORMANCE OF COMPOSITE
POWER POINT TRACKER (MPPT) PROPELLANT BASE AP/HTPB/Al
TECHNIQUE FOR CHARGING SYSTEMS Heri Budi Wibowo
USING SOLAR CELLS
Bayu Azmi, Jefri Abner H, Prasepvianto J. Tekgan, 16(2) 2018 : 123 – 138
E B, Hendrik Seputra
Kajian strategi litbang dalam
J. Tekgan, 16(2) 2018 : 102 – 122 meningkatkan kinerja propelan komposit
berbasis AP/HTPB/Al dilakukan dalam
Energi surya telah dianggap sebagai rangka mencapai teknologi propelan yang
prospek sumber energi terbarukan untuk setara dengan negara maju dalam
pembangkit tenaga listrik. Sistem fotovoltaik penguasaan teknologi roket sipil, khususnya
surya menjadi objek yang populer untuk untuk roket Sonda dan roket Pengorbit
dikembangkan oleh peneliti. Rendahnya Satelit di LAPAN. Kajian dilakukan dengan
efisiensi dalam konversi energi adalah salah melakukan review terhadap capaian produk
satu kelemahan sistem ini. Modul fotovoltaik propelan yang dihasilkan saat ini, analisis
memiliki titik operasi tunggal di mana output faktor yang berpengaruh, dan penyusunan
tegangan dan arus menghasilkan output daya strategi untuk mengatasinya. Hasil kajian
maksimum. Dalam kebanyakan sistem menunjukkan bahwa diperlukan organisasi,
fotovoltaik, algoritma kontrol tertentu, yaitu tahapan litbang dan pengelolaan SDM yang
Maximum Power Point Tracker (MPPT) untuk sistematis, serta tahapan pencapaian
memanfaatkan secara maksimal energi surya teknologi yang perlu dilakukan.
tersebut. Ada tiga metode utama pada MPPT Keterbatasan bahan baku propelan
yaitu metode konvensional, metode kecerdasan merupakan masalah utama dalam
buatan, dan metode hibrid. Setiap metode pengembangan propelan di Indonesia.
memiliki kelebihan dan juga kekurangan. Peningkatan kinerja propelan dapat
Metode konvensional memiliki kelebihan dilakukan dengan meningkatkan solid
seperti biaya rendah dan implementasi yang loading density dan penambahan bahan
sederhana tetapi juga memiliki kerugian seperti energetik tinggi.
tidak dapat beradaptasi dengan kondisi
lingkungan. Metode berdasarkan kecerdasan Kata kunci : propelan komposit, kinerja
buatan memiliki Power Point Tracking yang propelan, roket sonda
lebih cepat dan koreksi terhadap kondisi
lingkungan sebagai kelebihannya tetapi juga
memiliki kerugian seperti penerapan yang lebih
rumit dan biaya yang lebih mahal.

Kata kunci : Energi surya, Photovoltaic, MPPT,


Konvensional, kecerdasan
buatan
JURNAL
TEKNOLOGI DIRGANTARA
Journal of Aerospace Tecnology

ISSN 1412-8063 Vol. 16 No. 2, Desember 2018


Lembar abstrak ini boleh dikopi tanpa ijin atau biaya

PENGARUH DIOCTYL ADIPATE SIMULASI PENENTUAN BASIS OPERASI


TERHADAP SIFAT RHEOLOGI HTPB PADA SISTEM PEMANTAUAN MARITIM
TERPLASTISASI BERBASIS WAHANA TERBANG TAK
= EFFECT OF DIOCTYL ADIPATE ON THE BERAWAK = SIMULATION TO
RHEOLOGICAL PROPERTIES OF DETERMINE THE OPERATION BASE ON
PLASTICIZED HTPB MARITIME SURVEILLANCE SYSTEM
Afni Restasari, Luthfia Hajar Abdillah, BASED ON UNMANNED AIR VEHICLE
Rika Suwana Budi, Kendra Hartaya Prasetyo Ardi Probo Suseno, Adi
Wirawan
J. Tekgan, 16(2) 2018 : 139 – 148
J. Tekgan, 16(2) 2018 : 149 – 158
Kajian strategi litbang dalam
meningkatkan kinerja propelan komposit Paper ini mendiskusikan metode
berbasis AP/HTPB/Al dilakukan dalam rangka untuk menentukan basis operasi pada
mencapai teknologi propelan yang setara pemantauan maritim yang menggunakan
dengan negara maju dalam penguasaan pesawat terbang tak berawak sebagai
teknologi roket sipil, khususnya untuk roket komponen utamanya. Penentuan basis
Sonda dan roket Pengorbit Satelit di LAPAN. operasi disusun berdasarkan data-data yang
Kajian dilakukan dengan melakukan review telah direkam oleh satelit radarsat 2. Dalam
terhadap capaian produk propelan yang penelitian ini dipilih laut Natuna sebagai
dihasilkan saat ini, analisis faktor yang fokus wilayah karena laut Natuna
berpengaruh, dan penyusunan strategi untuk merupakan salah satu laut di Indonesia yang
mengatasinya. Hasil kajian menunjukkan paling rawan mengalami kegiatan
bahwa diperlukan organisasi, tahapan litbang penangkapan ikan illegal. Simulasi
dan pengelolaan SDM yang sistematis, serta dilakukan menggunakan software MATLAB.
tahapan pencapaian teknologi yang perlu Hasil simulasi yang dilakukan menunjukkan
dilakukan. Keterbatasan bahan baku propelan bahwa basis operasi dapat ditempatkan
merupakan masalah utama dalam sedemikian rupa, sehingga dengan jumlah
pengembangan propelan di Indonesia. operasi yang minimal, seluruh daerah yang
Peningkatan kinerja propelan dapat dilakukan berpotensi kegiatan penangkapan ikan
dengan meningkatkan solid loading density dan illegal masih dapat tercakup dalam wilayah
penambahan bahan energetik tinggi. operasi tersebut.
Kata kunci : propelan komposit, kinerja Kata kunci: UAV, Pemantauan, Maritim,
propelan, roket sonda Basis operasi, Gugus,
Natuna.
JURNAL
TEKNOLOGI DIRGANTARA
Journal of Aerospace Tecnology

ISSN 1412-8063 Vol. 16 No. 2, Desember 2018


Lembar abstrak ini boleh dikopi tanpa ijin atau biaya

KOREKSI DATA AUTOMATIC STIFFNESS EVALUATION OF LAPAN-


IDENTIFICATION SYSTEM (AIS) SATELIT A5/CHIBASAT DEPLOYABLE SOLAR
LAPAN-A2 DAN LAPAN-A3 PANEL COMPOSITE PLATE USING
MENGGUNAKAN METODE INTERPOLASI SIMPLIFIED FINITE ELEMENT MODEL
DAN EKSTRAPOLASI = EVALUASI KEKAKUAN PLAT
= LAPAN-A2 AND LAPAN-A3 AUTOMATIC KOMPOSIT PANEL SURYA LAPAN-
IDENTIFICATION SYSTEM (AIS) SATELIT A5/CHIBASAT YANG DAPAT
DATA CORRECTION USING DIBENTANGKAN MENGGUNAKAN
INTERPOLATION AND EXTRAPOLATION MODEL ELEMEN HINGGA YANG
METHODE) DISEDERHANAKAN
Abdul Karim, Rizki Permala, M Robertus Heru Triharjjanto, Poki
Mukhayadi, Wahyudi Hasbi Agung Budiantoro

J. Tekgan, 16(2) 2018 : 159 – 168 J. Tekgan, 16(2) 2018 : 169 – 175

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Satelit LAPAN-A5/ChibaSat, yang


Naional (LAPAN) telah memiliki dua buah satelit akan mempunyai muatan synthetic aperture
(LAPAN- A2 dan LAPAN-A3) yang membawa radar, memerlukan kapasitas daya listrik
sensor Automatic Identification System (AIS). yang lebih besar dibandingkan satelit-satelit
Pemanfaatan data AIS berbasis satelit ini LAPAN pendahulunya. Sehingga panel
sangat berguna bagi pemantauan kapal di suryanya akan dibentangkan saat di orbit
wilayah perairan Indonesia. Posisi satelit pada untuk memaksimalkan paparan sinar
ketinggian sekitar 642 Km dan 500 Km dari matahari. Bahan komposit honeycomb
permukaan laut menghasilkan cakupan yang dipilih sebagai plat pembentang panel surya,
luas sehingga dapat menerima banyak data karena harus ringan, kuat dan kaku.
kapal. Permaslahannya adalah teknologi AIS Pemilihan bahan yang khusus tersebut
yang menggunakan sistem Time Division memerlukan perlakukan khusus saat
Multiple Access (TDMA) memiliki keterbatasan perhitungan kekakuan struktur satelit.
dalam menangani data yang besar sehingga Pemodelan elemen hingga yang umum bagi
beberapa data yang diterima dapat mengalami kasus tersebut adalah dengan memodel tiap
kerusakan akibat terjadinya message collision. lapis plat, sehingga jumlah lemen menjadi
Oleh karena itu dalam penelitian ini telah banyak. Tujuan dari penelitian adalah
dilakukan analisis serta koreksi atas data yang mendapatkan model kekakuan plat
rusak mengunakan metode interpolasi dan komposist panel surya dengan jumlah
ekstrapolasi. Hasil koreksi atas data yang rusak elemen yang lebih sedikit, atau lebih
mencapai 22,6% untuk satelit LAPAN-A2 dan sederhana. Pemodelan dilakukan dengan
20,8% untuk satelit LAPAN-A3. mengunakan perangkat lunak elemen
hingga, dan model honeycomb sederhana
Kata kunci: AIS, Satelit, LAPAN divalidasi dengan kasus kekakuan plat
standar. Setelah itu, kondisi batas sesuai
dengan system pembentang panel surya
LAPAN-A5/ChibaSat. Hasil pemodelan
menunjukkan bahwa kekakuan plat
pembentang panel surya yang didesain telah
memenuhi persyaratan peluncuran untuk
roket PSLV. Sehingga moda desain tersebut
dapat digunakan dalam pengembangan
LAPAN-A5/ChibaSat.

Kata kunci: model elemen hingga, panel


surya, LAPAN-A5/ChibaSat,
honeycomb
Karakteristik Model Uji Struktur Sayap... (Aryandi Marta, et.al)

KARAKTERISTIK MODEL UJI STRUKTUR SAYAP MUS-01


(CHARACTERISTIC OF MUS-01 WING’S STRUCTURE TESTING
MODEL)
Aryandi Marta1, Atik Bintoro, Riki Ardiansyah
Pusat Teknologi Penerbangan
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)
Jl. Raya LAPAN Rumpin Bogor Jawa Barat
1e-mail: aryandi.marta@lapan.go.id

Diterima: 9 April 2018; Direvisi: 7 Juli 2018; Disetujui: 25 Oktober 2018

ABSTRACT

The characteristic model of MUS-01 wing structure testing has been performed. Planned, this
model will be used for an unmanned aircraft wing of the LSU-03NG. The test model is made from e-
glass composite. When testing was performed, the structure test model was loaded statically according
to 35 kg of maximum take off weight (MTOW). This research method also involves the unmanned aircraft
mission, especially on the model test structure, model dimension, and direct experiment in the form of
loading on the test model. The test result show that MUS-01 test model has characteristics as the test
model which unable to take operational flight loads of unmanned aircraft for LSU-03NG series. So, this
model is not recommended to be use as LSU-03NG unmanned aircraft wing structure.

Keywords: MUS-01, LSU-03NG, characteristic, MTOW

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian karakteristik model uji struktur sayap MUS-01. Direncanakan, model
ini akan digunakan sebagai sayap pesawat tanpa awak LSU-03NG. Model uji terbuat dari komposit
jenis e-glass. Pada saat pengujian, model uji struktur diberi beban secara statik sesuai maximum take
off weight (MTOW) sebesar 35 kg. Metode penelitian ini melibatkan misi pesawat terbang tanpa awak,
khususnya pada bagian struktur model uji, dimensi model, dan eksperimen langsung berupa
pembebanan pada model uji. Hasil pengujian menunjukan bahwa model uji MUS-01 mempunyai
karakteristik sebagai model uji yang tidak mampu menerima beban operasional pesawat terbang tanpa
awak seri LSU-03NG. Sehingga model ini tidak direkomendasikan untuk digunakan sebagai struktur
sayap pesawat terbang tanpa awak LSU-03NG.

Kata kunci : MUS-01, LSU-03NG, karakteristik, MTOW

93
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol.16 No.2 Desember 2018 : hal 93 - 100

1 PENDAHULUAN struktur sayap pesawat terbang seri


Kemampuan struktur sayap dalam LSU-03NG atau tidak. Penelitian ini
menerima beban menjadi faktor penting melanjutkan penyelidikan dari sisi hasil
pada rancang bangun pesawat terbang eksperimen, yaitu meneliti langsung
tanpa awak, tidak terkecuali pesawat terhadap model yang telah diuji.
seri LSU-03NG. Pesawat ini merupakan Sedangkan pada penelitian sebelumnya
bagian dari upaya Pusat Teknologi telah dilakukan analisis terhadap
Penerbangan (PUSTEKBANG) LAPAN, Kekuatan Struktur Sayap Pesawat LSU-
dalam pengembangan rancang bangun 03NG dengan Metode Elemen Hingga
seri sebelumnya, yaitu pesawat LSU-03 (Rizky Fitriansyah, dkk., 2017).
(Riki Ardiansyah, dkk., 2016). Sehingga bisa melengkapi hasil
Kemampuan struktur akan menjadi penelitian tersebut sebagai bahan
penentu kualitas sayap dan misi pertimbangan untuk mendapatkan
operasional penerbangan pesawat. struktur sayap yang andal bagi pesawat
Struktur sayap berfungsi untuk LSU-03NG.
menerima gaya angkat dan menjaga
pesawat agar tetap berada pada posisi 2 KONFIGURASI PESAWAT LSU-
seimbang, sehingga gaya angkat 03NG
pesawat sama dengan berat total Sebagaimana pesawat terbang
pesawat. Persamaan aerodinamika tanpa awak pada umumnya, pesawat
menyatakan bahwa : LSU-03NG mempunyai komponen
utama yang terdiri dari struktur sayap,
W+L=0 (1-1) fuselage, landing gear, twins boom dan
rudder. Dari sisi berat total pesawat
Dengan W = berat pesawat, dan L yang hanya sebesar 35 kg, pesawat ini
= gaya angkat pesawat. Pada posisi masih termasuk kategori kecil (Atik
setimbang, jika pesawat dikenai gaya Bintoro, 2017). Pesawat seperti ini,
dorong, maka pesawat akan bergerak biasanya mempunyai siklus terbang
maju (Yuvaraj G and Veeranjaneyulu K., sebagai berikut : gerak taksi di darat,
2016). tinggal landas, disusul terbang di udara,
Untuk mengetahui kemampuan diteruskan bergerak turun, dan diakhiri
struktur sayap pesawat LSU-03NG, dengan mendarat di lapangan terbang.
salah satunya dapat dilakukan dengan Pemenuhan kebutuhan struktur sayap
membuat model uji sesuai kebutuhan untuk kegiatan terbang sesuai dengan
operasional pesawat. Model uji yang siklusnya dapat diketahui melalui hasil
dimaksud adalah model uji struktur analisis numerik menggunakan
(MUS) sayap seri 01, disingkat MUS-01. perangkat lunak elemen hingga,
Selanjutnya, dilakukan pengujian diantaranya berupa : tegangan struktur
dengan memberikan beban terhadap arah sumbu X, Y, maupun XY (Rizky
model uji. Pada kesempatan ini lingkup Fitriansyah, dkk., 2017). Analisis
penelitian dibatasi pada kegiatan struktur sayap yang tepat dapat
karakterisasi kemampuan model uji membantu memprediksi kualitas kinerja
saat menerima beban operasional pesawat terbang, dalam arti mampu
penerbangan. Melalui penelitian ini mengurangi konsumsi daya pesawat
diharapkan dapat mengetahui sebagai akibat berkurangnya gaya
karakteristik model uji MUS-01, apakah hambat dan meningkatnya gaya angkat
sudah memenuhi syarat sebagai (Shreyas Krishna murthy, dkk., 2014).

94
Karakteristik Model Uji Struktur Sayap... (Aryandi Marta, et.al)

Adapun konfigurasi pesawat Melalui prosedur Gambar 3-1


terbang LSU-03NG tercantum pada dapat diketahui terpenuhi atau tidaknya
Gambar 2-1. Disain struktur pesawat ini ketahanan struktur yang maksimal
sebagian besar terbuat dari komposit. terhadap beban terbang, dalam hal ini
Model uji MUS-01 sebagai model diwakili oleh beban statik pada model uji.
eksperimen sayap pesawat LSU-03NG Melalui pembebanan ini, juga dapat
pun, juga terbuat dari komposit dan diketahui keamanan struktur model.
berpenguat pipa aluminium. Jika terjadi kerusakan struktur, berarti
faktor keamanan struktur pada beban
tersebut bernilai kurang dari satu.
Padahal kemampuan struktur sudah
semestinya lebih besar dari gangguan
yang terjadi [Santhosh N., dkk., 2014],
dan bernilai lebih besar dari satu.
Gambar 2-1: Konfigurasi pesawat terbang
Mulai
tanpa awak LSU-03NG

Misi MUS-01
3 METODE PENELITIAN
Pengujian secara mekanis
Konfigurasi, Dimensi,
memiliki peran penting dalam Material, Beban Penerbangan

perancangan suatu komponen. Kegiatan


Pengujian
ini berfungsi untuk mendukung dan Tidak
memvalidasi model simulasi,
mengetahui lokasi kegagalan Ketangguhan Struktur

rancangan, serta mengetahui perilaku


Ya
struktur secara nyata saat diberi beban Selesai
statis maupun dinamis (Tiago Ramos,
dkk., 2015). Uji kemampuan struktur Gambar 3-1 : Prosedur pengolahan data.

sayap MUS-01 dilakukan dengan


memberikan beban operasional 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
penerbangan sebagai beban statik. 4.1 Konfigurasi Sayap Pesawat LSU-
Beban ini berasal dari gaya angkat yang 03NG
terjadi pada titik tangkap gaya di model Struktur sayap pesawat terbang
uji. Besarnya gaya angkat untuk tanpa awak LSU-03NG terdiri dari
pengujian disesuaikan dengan besar sepasang sayap yang mempunyai
beban operasional penerbangan, dalam ukuran dan bentuk sama persis, di
hal ini diambil Maximum Take Off Weight sebelah kiri dan kanan. Oleh karena itu,
(MTOW) pesawat dikalikan dengan nilai ukuran struktur tersebut cukup diwakili
faktor beban. Besarnya nilai faktor oleh salah satu sisi sayap saja.
beban ini dapat mempengaruhi Konfigurasi struktur sayap ditunjukan
stabilitas pesawat terbang, disamping pada gambar 4-1, bagian (a) adalah
faktor lain seperti kecepatan terbang tampilan utuh sepasang struktur sayap,
pada Mach tertentu (Michele Castellani, sedangkan bagian (b) adalah ukuran
dkk, 2016). Adapun prosedur satu struktur sayap uji. Konfigurasi ini
pengolahan data hasil pengujian dijadikan acuan sebagai ukuran model
ditunjukan oleh diagram alir pada uji MUS-01.
gambar 3-1.

95
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol.16 No.2 Desember 2018 : hal 93 - 100

(a)

(b)
Gambar 4-1 : Konfigurasi struktur sayap pesawat terbang LSU-03NG (satuan dalam milimeter)

Pesawat tanpa awak yang pernah dan ringan. Untuk memenuhi hal
dibuat Pustekbang, seperti seri LSU-05, tersebut, dibuat 12 buah model uji
juga terbuat dari komposit serat e-glass, sesuai konfigurasi Gambar 4-1. Dari 12
serat karbon, serta resin epoxy (Fajar Ari model uji tersebut dipilih secara acak
Wandono, dkk., 2015) tiga model uji dengan nomor 001, 002,
Komposit berbahan serat e-glass dan 009. Adapun bentuk fisik model uji
bisa digunakan sebagai material MUS-01 seperti pada Gambar 4-2.
struktur pesawat terbang seri LSU Model uji diberi beban merata
(Kosim Abdurohman, Aryandi Marta, sebesar 35 kg, sesuai dengan besar
2017). Struktur komposit bisa MTOW sayap dikalikan faktor beban (n).
digunakan untuk komponen sayap Pada pengujian ini distribusi beban
(Lidia Kristina Panjaitan, Ani Nurwasila ditetapkan di tujuh titik tangkap dengan
2015). Disamping itu struktur komposit selang jarak masing-masing 25 cm,
jenis ini juga relatif tangguh untuk dihitung dari tengah model uji dan
struktur pesawat tanpa awak (Atik disesuaikan dengan posisi rib dalam
Bintoro, 2016). Struktur pesawat LSU- struktur outer wing. Untuk menentukan
03NG terbuat dari komposit, demikian nilai pembebanan di tiap titik, dilakukan
juga bagian sayapnya. Sehingga model perhitungan menggunakan metode
uji MUS-01 juga terbuat dari komposit Schrenk. Metode ini mengasumsikan
beban yang terjadi disepanjang sayap
4.2 Hasil Pengujian Model Uji MUS- berbentuk eliptikal (Nanda Wirawan,
01 2016). Dengan memberikan nilai
Sesuai dengan data konfigurasi geometri sayap, MTOW, dan faktor
struktur sayap pesawat LSU-03NG dan beban diperoleh pembebanan pada
metodologi penelitian di atas, pengujian tujuh titik tersebut yang ditampilkan
model uji MUS-01 dilakukan dengan pada Tabel 4-1.
mengacu pada misi dan skenario Masing-masing model uji diberi
penerbangan sebagai pesawat terbang beban untuk n=1 dan dibiarkan selama
tanpa awak kategori kecil (Atik Bintoro, tiga menit. Gambar 4-3 memperlihatkan
2017). Misi litbangyasa struktur sayap kondisi MUS-01 nomor 001 saat
adalah diperolehnya struktur yang pengujian.
bersifat : tangguh, mudah digunakan,

96
Karakteristik Model Uji Struktur Sayap... (Aryandi Marta, et.al)

Tabel 4-1 : DISTRIBUSI PEMBEBANAN PAD yang terjadi pada MUS-01 nomor 009
SAYAP diperlihatkan pada Gambar 4-5.

Load Segmen (Kg)


Total
Factor I II III IV V VI VII

n=1 3.43 2.92 2.78 2.60 2.36 2.03 1.23 17.36

n=2 6.86 5.83 5.57 5.20 4.72 4.07 2.46 34.72


n=3 10.29 8.75 8.35 7.80 7.08 6.10 3.69 52.07

n=3.8 13.04 11.08 10.58 9.88 8.97 7.73 4.68 65.96


Gambar 4-4 : Pengujian faktor beban = 2 pada
MUS-01 nomor 001

Gambar 4-2: Model uji struktur sayap MUS-01

Gambar 4-5 : Kerusakan MUS-01 nomor 009


di bagian skin : (a) Pada n=2; (b)
Pada n=3

Pengujian ketiga dilakukan untuk


konfigurasi model uji struktur sayap
Gambar 4-3 : Pengujian struktur sayap MUS-
nomor 002. Pada pengujian ini, model
01 nomor 001
uji dipasangi dua buah strain gauge,
yang diletakkan di bagian skin, dekat
Untuk model sayap nomor 001,
dengan posisi pin dan di bagian pipa
strukturnya mampu menahan beban
alumunium. Struktur model uji ini juga
n=1, tetapi pada saat diberi beban n=2,
mengalami kerusakan saat diberi beban
struktur model uji langsung mengalami
n=2. Kerusakan yang terjadi berupa
kerusakan. Kerusakan utama terjadi di
robeknya skin disekitar pin, dan
bagian skin sayap di sekitar pin. Hasil
mengalami kerusakan total saat diberi
pengujiannya diperlihatkan pada
beban n=3. Hasil ujinya terlihat pada
Gambar 4-4.
Gambar 4-6.
Pengujian model uji struktur sayap
MUS-01 yang kedua dilakukan pada
konfigurasi sayap nomor 009. Pada
pengujian ini, model uji MUS-01 mampu
menahan beban dengan faktor beban
n=2, dan mengalami kerusakan di
bagian skin di sekitar posisi pin.
(a) (b)
Struktur model uji mengalami
Gambar 4-6: Kerusakan MUS-01 nomor 002:
kerusakan total ketika diberi beban
(a) di bagian skin; (b) Saat
dengan faktor beban n=3. Kerusakan
faktor beban n=3

97
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol.16 No.2 Desember 2018 : hal 93 - 100

- Konfigurasi struktur yang tidak


memperkuat area pin dimana
struktur yang ada hanya
menempelkan pin alumunium pada
rib dengan menggunakan perekat
jenis jelcoat seperti pada Gambar 4-8.
- Selain itu, berdasarkan hasil
pengukuran dari strain gauge 1 di
area pin menunjukkan peregangan
terus terjadi saat pembebanan n=1.
Gambar 4-7: Hasil pengujian terhadap tiga
Sedangkan untuk strain gauge 2 di
model uji MUS-01
pipa alumunium, peregangan terjadi
konstan pada semua pembebanan
Berdasarkan Gambar 4-7, dapat
yang diberikan. Grafik perubahan
diketahui bahwa semua kerusakan
regangannya dapat dilihat pada
struktur terjadi di bagian skin saat
Gambar 4-9 dan Gambar 4-10.
pembebanan faktor beban n=2.
Demikian juga untuk faktor beban n=3.
Hal ini menunjukkan bahwa struktur
model uji MUS-01 tidak mampu
menerima beban lebih dari faktor beban
n=2. Padahal hasil rancang bangun
struktur pesawat terbang harus mampu
menerima beban operasional pesawat
terbang sebesar MTOW dikalikan Gambar 4-8 : Pipa alumunium pada pin
dengan faktor keamanannya, dalam arti
faktor keamanannya lebih dari satu
(Santhosh N., dkk., 2014).
Tegangan akibat beban pengujian
sudah melebihi kemampuan tegangan
izin dari struktur model uji. Dapat
dikatakan bahwa faktor keamanan
model uji struktur sayap yang berasal
dari kemampuan model dibagi dengan
tegangan akibat beban bernilai di bawah Gambar 4-9 : Perubahan regangan pada strain
satu, sehingga model uji MUS-01 tidak gauge 1
mampu menahan beban operasional
pengujian. Sehingga, model uji MUS-01 Diantara keuntungan struktur
tidak direkomendasikan untuk komposit, yaitu dapat digunakan
digunakan sebagai bahan pertimbangan menemukan solusi bobot minimum
dalam perancangan struktur sayap yang layak. Penurunan bobot, dapat
pesawat LSU-03NG. meningkatkan kemampuan muatan dan
Beberapa dugaan yang menjadi mengurangi kebutuhan bahan bakar
penyebab kerusakan pada model uji (Ahmad Alsahlani and Thurai Rahulan,
antara lain : 2017).

98
Karakteristik Model Uji Struktur Sayap... (Aryandi Marta, et.al)

beban yang melebihi kemampuan model


uji tersebut. Dengan kata lain, jika
besaran MTOW pesawat terbang tanpa
awak LSU-03NG dipertahankan maka
struktur Model Uji MUS-01 tidak bisa
dijadikan bahan pertimbangan sebagai
model struktur sayap untuk pesawat
tersebut.
Gambar 4-10 : Perubahan regangan pada
strain Gauge 2 UCAPAN TERIMA KASIH
Pada kesempatan ini penulis
Saat ini material komposit banyak mengucapkan terima kasih kepada
digunakan dalam struktur pesawat semua pihak yang telah membantu
terbang tanpa awak. Penghematan kelancaran penelitian, terutama kepada
bobot sebagai akibat dari penggunaan Kepala Pusat Teknologi Penerbangan
bahan komposit tersebut akan memiliki LAPAN, Kepala Bidang Program dan
dampak pada kekuatan dan kekakuan Fasilitas Pustekbang, serta rekan rekan
yang spesifik terhadap struktur (Nitesh tim rancang bangun pesawat terbang
Gupta, 2013). Namun demikian, atas tanpa awak LSU-03NG.
dasar hasil uji yang telah dilakukan,
untuk model uji MUS-01 yang terbuat DAFTAR PUSTAKA
dari komposit serat e-glass, masih perlu Ahmad Alsahlani and Thurai Rahulan, (2017),
dilakukan perbaikan lebih lanjut, Composite Structural Analysis of a High
terutama untuk menahan beban Altitude, Solar Powered Unmanned
operasional sesuai MTOW pesawat Aerial Vehicle, International Journal of
terbang tanpa awak seri LSU-03NG. Hal Mechanical Engineering and Robotics
ini sejalan dengan hasil penelitian Research Vol. 6, No. 1, January 2017
terdahulu (Rizky Fitriansyah, dkk., Atik Bintoro, (2016), Lendutan Struktur Twin
2017). Dengan demikian, sesuai Boom Pesawat Nir Awak LSU-05 Pada
prosedur olah data hasil uji yang Saat Menerima Beban Terbang, Jurnal
tercantum pada Gambar 3-1, maka Teknologi Dirgantara, Vol. 14 No. 2
rancang bangun dan pengujian perlu Desember 2016
diulang lagi hingga dihasilkan model uji Atik Bintoro, (2017), Laporan Tahun 2016
yang tangguh untuk struktur sayap Pelaksanaan Program Litbangyasa
pesawat terbang tanpa awak LSU-03NG. Pustekbang 2016: Kajian Sertifikasi
LSU, Pengembangan Laboratorium
5 KESIMPULAN Pustekbang Dan Missi LSU-03, Pusat
Dari pembahasan di atas dapat Teknologi Penerbangan, LAPAN, Bogor
diketahui bahwa Model Uji Struktur Fajar Ari Wandono, Riki Ardiansyah, Dony
MUS-01 mengalami kerusakan fatal saat Hidayat, (2015), Evaluasi Kriteria
dilakukan pengujian. Hal ini Kegagalan Tsai-Hill Pada Struktur
menunjukkan bahwa model uji tersebut Rangka Main Landing Gear LSU-05,
mempunyai karakteristik sebagai model Buku Bunga Rampai Teknologi Pesawat
uji yang tidak mampu menerima beban Terbang sebagai Mitra Pengembang
operasional pesawat terbang tanpa awak Teknologi Roket dan Satelit Nasional,
seri LSU-03NG. Ketidakmampuan ini Indonesia Book Project (IBP), Jakarta.
patut diduga dikarenakan adanya faktor

99
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol.16 No.2 Desember 2018 : hal 93 - 100

Kosim Abdurohman, Aryandi Marta, (2017), Penerbangan, Lembaga Penerbangan


Tensile Properties Komposit Serat e- Dan Antariksa Nasional
Glass, Hasil Vacuum Infussion sebagai Santhosh N, N D Shivakumar, Chetan D M,
Material Struktur LSU (Lapan Pooja Kumari, Sahana B C, Mahalya R,
Surveillance UAV), Prosiding Siptekgan (2014), Design And Analysis Of Engine
XXI-2017, Pustekbang, LAPAN, Bogor Mounting Frame Of An Unmanned Aerial
Lidia Kristina Panjaitan, Ani Nurwasilah, Vehichle, International Journal of
(2015), Penelitian Resin Epoxy Content Research In Aeronautical And
dan Ketebalan Material Komposit LSU- Mechanical Engineering, Vol.2 Issue.5,
05 dengan Metode Hand Lay-up & Vacum May 2014
Bagging, Buku Bunga Rampai Teknologi Shreyas Krishnamurthy, Suraj Jayashankar,
Pesawat Terbang sebagai Mitra Sharath V Rao, Rochen Krishna T S,
Pengembang Teknologi Roket dan Satelit Shankargoud Nyamannavar, (2014), Cfd
Nasional, Indonesia Book Project (IBP), Analysis Of An Rc Aircraft Wing,
Jakarta. International Journal Of Mechanical And
Michele Castellani, Jonathan E. Cooper, and Production Engineering, Issn: 2320-
Yves Lemmens, (2016), Flight Loads 2092, Volume- 2, Issue-9, Sept.-2014
Prediction of High Aspect Ratio Wing Tiago Ramos, Daniel F. O. Bragaa, Shayan
Aircraft Using Multibody Dynamics, Eslamia, Paulo J. Tavaresa, P. M. G. P.
International Journal of Aerospace Moreiraa, (2015), Comparison between
Engineering, Volume 2016 (2016), Article Finite Element Method Simulation,
ID 4805817, 13 pages Digital Image Correlation and Strain
Nanda Wirawan, (2016), Perhitungan Gauges measurements in a 3-Point
Distribusi Gaya Akibat Beban Bending Flexural Test, International
Aerodinamika Pada Sayap LSU-03. Conference on Structural Integrity, DOI:
Laporan Teknik, Pustekbang, LAPAN, 10.1016/j.proeng.2015.08.063
Bogor Yuvaraj G and Veeranjaneyulu K, (2016),
Nitesh Gupta, M.J. Augustin, Sakthi Sathya, Buoyancy Lift Augmentation, Journal of
Saransh Jain, S.R. Viswamurthy, Aeronautics & Aerospace Engineering,
Kotresh M. Gaddikeri and Ramesh DOI: 10.4172/2168-9792.1000175,
Sundaram, (2013), Structural Health Volume 5, Issue 4 • 1000175, ISSN:
Monitoring of Composite Aircraft 2168-9792
Structures Using Fiber Bragg Grating
Sensors, Journal of the Indian Institute
of Science VOL 93:4 Oct.–Dec. 2013
Riki Ardiansyah, Nanda Wirawan, (2016),
Perhitungan Letak dan Pergeseran Pusat
Gravitasi Pesawat LSU-03 untuk
menentukan Posisi Beban dan
Pemberat, Prosiding Siptekgan XX-2016,
Pustekbang, LAPAN, Bogor
Rizky Fitriansyah, Fajar Ari Wandono, Atik
Bintoro, Analisis Kekuatan Struktur
Sayap LSU-03NG dengan Menggunakan
Metode Elemen Hingga, Prosiding
Siptekgan (2017), ISBN : 978-602-
71833-3-9, Pusat Teknologi

100
Sistem Penyala Nirkabel Jarak Jauh Untuk...(Endro Artono & Salmanl)

SISTEM PENYALA NIRKABEL JARAK JAUH
UNTUK MUATAN ROKET
(WIRELESS SWITCHING FOR ROCKET PAYLOAD)

Endro Artono1, Salman


Pusat Teknologi Roket
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)
Jl. Raya Lapan No.2 Mekarsari, Rumpin, Bogor 16350, Jawa Barat
1e-mail: endro.artono@lapan.go.id

Diterima: 23 Juni 2018; Direvisi: 30 Juli 2018; Disetujui: 8 Agustus 2018

ABSTRACT

Currently in LAPAN, to activate the electronics system on the rocket payload is still done
manually by pressing or shifting the switch at the rocket payload tube from the OFF to ON position.
This payload wireless switching system is designed for turning the rocket payload to ON or OFF without
any phisical contact from operator and the rocket. As the result of this study, the rocket payload can be
switched ON or OFF from the control room wirelessly. The system can also release the umbilical interface
from the rocket body before the rocket launched, so it does not interfere with the rocked.

Keywords:payload, wireless, switch, electronics

ABSTRAK

Proses pengaktifan sistem elektronik pada muatan roket hasil penelitian dan pengembangan
LAPAN selama ini masih dilakukan secara manual, dengan menggeser atau menekan saklar pada
tabung muatan roket dari posisi mati (OFF) ke posisi hidup (ON). Sistem penyala muatan roket ini
dirancang untuk dapat menyalakan atau mematikan muatan roket tanpa kontak fisik antara operator
dengan roket. Hasil dari penelitian ini, telah dibuat sebuah sistem untuk menyalakan atapun
mematikan muatan roket secara nirkabel. Sistem ini juga dapat melepaskan perangkat antarmuka
untuk penyalaan muatan dari badan roket, sehingga tidak mengganggu roket saat diluncurkan.

Kata kunci:muatan, nirkabel, saklar, elektronika

101
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol.16 No.2 Desember 2018 : hal 101 - 110

1 PENDAHULUAN Glidden, and Lamoreaux 2013) Sistem
Pada roket-roket yang dilengkapi penyala muatan roket pada tiap-tiap
dengan sistem muatan, maka sistem jenis roket dapat berbeda-beda,
muatan tersebut harus dihidupkan/ tergantung dengan sistem muatan pada
dinyalakan sebelum roket ditembakkan roket itu sendiri dan fitur-fitur yang
dari peluncurnya. Pada sistem muatan disediakan pada sistem penyala muatan
roket-roket sonda LAPAN terdahulu, roket tersebut.
muatan elektronika roket dihidupkan
dengan cara manual, yaitu dengan
mengatur posisi saklar yang terpasang
pada badan muatan roket pada posisi
“ON” dengan diatur menggunakan
tangan secara langsung pada saklar,
begitu pula saat mematikannya. Dengan
cara ini, muatan roket dapat
dihidupkan/ dimatikan. Namun, hal ini
cukup riskan dan berbahaya, karena
roket telah berada pada posisi siap

meluncur. Selain itu, dengan Gambar 1.1: Posisi roket RX320 di Launcher
menggerakkan saklar secara manual, (panah putih yang menunjukkan
rawan terhadap timbulnya electrostatic posisi muatan roket).
discharge(Xue et al. 2016) dari tangan
operator saat menyentuh saklar, dimana Pada roket-roket besar
hal ini dapat menimbulkan kerusakan sebagaimana pada roket NASA maupun
pada sistem elektronika muatan. lembaga antariksa dari negara-negara
Ditambah lagi, dari sisi dimensi, maju, sistem penyala muatan ini telah
saat ini roket-roket LAPAN telah semakin sangat kompleks, karena tidak hanya
besar dan panjang, sehingga posisi berfungsi sebagai penyala muatan,
muatan saat roket berada pada elevasi namun juga memiliki fungsi-fungsi lain
siap terbang di launcher menjadi sangat sebagai pendukung misi roket, seperti
tinggi. Sebagai contoh, roket RX320 pembacaan data-data muatan, pengisian
mempunyai panjang 6.2 meter. Saat daya baterai, dan lain sebagainya
berada di launcher dengan elevasi 70o, (Gosselin 2007). Semakin kompleks
roket akan tampak sebagaimana terlihat sistem muatannya, maka akan semakin
pada Gambar 1.1. kompleks pula sistem penyala muatan
Untuk menyalakan muatan roket, yang digunakan.
seseorang harus menaiki tangga dengan Penelitian ini bertujuan untuk
ketinggian 5 meter, dengan tangga yang membuat suatu sistem yang mampu
terpasang pada sruktur launcher yang untuk menyalakan/mematikan muatan
juga berkemiringan 70°. Hal ini tentu roket dari jarak jauh, serta dapat
saja sangat riskan dan berbahaya. melepaskan sistem ini dari badan roket
Pada sistem roket yang lebih maju, sebelum roket ditembakkan/
metode penyalaan muatan roket dengan diluncurkan.
cara manual telah lama ditinggalkan, Diharapkan penelitian ini menjadi
dan telah digantikan dengan metode salah satu solusi terbaik terhadap
sistem penyala muatan roket jarah jauh, permasalahan atau kendala yang ada
dengan menggunakan sistem yang pada proses penyalaan muatan roket
disebut umbilical interface. (Delap, sebelumnya.
102
Sistem Penyala Nirkabel Jarak Jauh Untuk...(Endro Artono & Salmanl)

1 METODOLOGI
Sebagaimana diketahui, roket
terdiri dari beberapa komponen seperti
nosel, tabung untuk muatan, muatan,
antena, tabung propelan, motor roket, a
sirip, dan sebagainya(Satrya and Wigati e

2013). Muatan sistem elektronika pada


b f
roket-roket sonda LAPAN ditempatkan di
depan motor roket hingga nosecone,
sebagaimana dapat dilihat pada Gambar c g
2-1.
d

Gambar 2.2: Konfigurasi susunan muatan roket


sonda LAPAN

Keterangan gambar:
a: nosecone
b: GSS interface
c: tabung muatan
d: struktur kompartemen muatan
e: antena muatan

f: radio transceiver
Gambar 2-1: Komponen penyusun roket sonda
g: sistem elektronika muatan
LAPAN

Untuk menghidupkan sistem elektronika
Muatan ini ditempatkan di dalam
muatan, maka saklar yang berada di GSS
tabung muatan, dengan konfigurasi
interface harus digeser dari posisi mati
sebagaimana dapat terlihat pada gambar
(OFF) ke posisi hidup (ON) secara
2.2. Pada gambar tersebut, sistem
manual, sebagaimana telah dijelaskan
elektronika muatan (e,f dan g) berada di
pada bagian pendahuluan. Agar dapat
dalam tabung muatan dan sebagian
dilakukan penyalaan sistem elektronika
berada di dalam nosecone, dengan
muatan roket dari jarah jauh, maka
disangga oleh struktur/ kompartemen (d)
diperlukan penggantian saklar, dari
yang di baut ke tabung muatan.
saklar manual menjadi sistem saklar
Untuk menghubungkan antara
elektrik / digital.
sistem elektronika yang berada di dalam
tabung muatan dengan sistem
2.1 Saklar Elektrik / Digital
pendukung lain yang terpisah dengan
Fungsi dari sebuah saklar adalah
roket (Ground Support System, GSS),
untuk menyambungkan dua buah
seperti pengisian daya baterai,
saluran / jalur elektronik sehingga dapat
pemrograman, dan saklar power muatan,
digunakan sebagai jembatan untuk
digunakan beberapa antarmuka
melewatkan arus listrik. Pada saklar
(interface) yang diletakkan pada tabung
manual, cukup dengan menyambungkan
muatan, sebagaimana dapat dilihat pada
dua buah jalur listrik tersebut dengan
posisi b di gambar 2.2.
sebuah penghantar yang berfungsi
seperti jembatan penghubung antara
dua jalur tersebut secara mekanik.

103
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol.16 No.2 Desember 2018 : hal 101 - 110

Pada saklar elektrik / digital, tidak berlaku sebagai saklar terbuka.(Zambou
ada penghantar yang secara fisik et al. 2016)
digerakkan untuk menghubungkan
antara dua buah jalur listrik. Jalur 2.3 Mosfet IRF9540
penghantar arus listrik tidak lagi berupa Mosfet adalah salah satu
penghantar listrik secara fisik , namun komponen elektronika modern yang
diganti dengan penghantar elektrik yang biasa digunakan sebagai saklar.
tidak memerlukan pergerakan secara Komponen ini bisa menggantikan
fisik, namun tetap berfungsi transistor junction bipolar yang biasa
sebagaimana saklar mekanik. Prinsip digunakan di aplikasi rangkaian
dasar dari hal ini dapat dilihat pada elektronika(Dobrescu, Smeu, and
komponen semikonduktor semisal Dobrescu 2016). Gambar 2.4 berikut
transistor yang difungsikan sebagai adalah rangkaian Mosfet IRF9540 yang
saklar. difungsikan sebagai saklar.

2.2 Transistor sebagai Saklar


Transistor merupakan sebuah
komponen semikonduktor yang dapat
difungsikan sebagai saklar. Dengan
mengatur transistor berada pada kondisi
saturasi, maka transistor akan berlaku
seolah sebagai saklar yang tertutup.
(Beauvoy, 1959)

Gambar 2.4: Mosfet IRF9540 sebagai saklar



Pada gambar 2.4 dapat dilihat
rangkaian dari Mosfet IRF9540 yang
difungsikan sebagai saklar. Saat
rangkaian dalam posisi mati (switched

Gambar 2.3: Rangkaian sederhana transistor
off), rangkaian akan secara total
sebagai saklar.
memutus hubungan antara sumber
tegangan / baterai dengan rangkaian
Pada gambar 2.3 dapat dilihat elektronika di depannya. Pada situasi ini,
rangkaian dari transistor yang tidak ada arus yang mengalir melewati
difungsikan sebagai saklar. Transistor mosfet. Sehingga rangkaian akan
akan berada pada keadaan saturasi terputus total dari baterai, meski secara
apabila arus yang mengalir pada basis fisik tidak ada jalur yang diputus(Genc
(IB) sama atau lebih besar dari arus basis and Koc 2017).
saturasi (IBsat). Sebaliknya, transistor Apabila pin SW2 dihubungkan ke
akan bekerja sebagaimana saklar GND, maka rangkaian akan
terbuka apabila arus yang mengalir pada menghantarkan arus baterai ke
basis/ IBlebih kecil dari arus cut-off dari rangkaian elektronika di depannya
transistor. Sederhananya, dengan melalui mosfet, yang berlaku sebagai
memberikan arus basis sebesar 0 (nol) saklar tertutup. Hal ini dapat terjadi,
volt, maka secara otomatis transistor karena saat pin SW2 dihubungkan ke
akan berada pada kondisi cut-off, dan ground, maka gerbang Gate pada Mosfet
akan terhubung ke ground, sehingga VGS

104
Sistem Penyala Nirkabel Jarak Jauh Untuk...(Endro Artono & Salmanl)

= Vbaterai, sehingga Mosfet akan kabel, dan dapat juga tanpa kabel/
mengalami kondisi saturasi, yang akan wireless, dengan menggunakan
mengalirkan arus dari gerbang source ke perangkat radio transceiver serial.
drain. Banyaknya data yang dikirimkan/
Saat Gerbang Drain teraliri arus, diterima akan sangat berpengaruh
maka transistor T1 akan berada pada terhadap pemilihan jenis radio
kondisi saturasi juga, sehingga akan transceiver ini.(Fajriansyah 2016)
berlaku sebagai saklar tertutup antara
kaki kolektor / gerbang Gate pada Mosfet 3 HASIL PEMBAHASAN
dengan kaki emitor / ground, sehingga Sistem penyala nirkabel jarah jauh
akan tetap mejaga gerbang Gate pada untuk muatan roket ini dibuat dengan
Mosfet terhubung ke ground. menggantikan saklar mekanik pada
Saat pin SW1 dihubungkan ke sistem muatan roket dengan saklar
ground, maka transistor T1 akan berada elektrik dengan menggunakan mosfet P-
pada kondisi cut-off, sehingga kaki kanal, sehingga memungkinkan proses
kolektor akan terputus dari kaki emitor, pensaklaran tanpa menggerakkan
yang mengakibatkan gerbang Gate pada tombol saklar secara fisik pada muatan
Mosfet terputus dari ground. Di sini nilai roket. Untuk melakukan proses
VGS akan kecil atau hampir sama dengan pensaklaran pada muatan roket,
0 (nol), sehingga Mosfet akan berada digunakan konektor antarmuka
pada kondisi cut-off, yang (interface) yang akan menghubungkan
mengakibatkan terputusnya arus listrik antara rangkaian saklar elektrik pada
dari baterai ke rangkaian elektronika di muatan roket dengan rangkaian
depannya. pensaklar dari stasiun bumi / kotak
kontrol GSS.
2.4 Komunikasi Serial Konektor antarmuka / interface
Proses pengiriman data dari satu saklar elektrik pada muatan roket ini
mikroprosesor ke mikroprosesor atau berupa konektor circular umbilical yang
peralatan lain dapat dilakukan dengan ditempatkan secara permanen di tabung
berbagai metode, tergantung dari jenis, muatan roket, sebagaimana dapat dilihat
besar dan kecepatan data yang dikirim. pada gambar 3.1. Agar dapat di pasang-
Salah satu dari jenis komunikasi yang lepas dengan mudah, maka konektor
sering digunakan adalah komunikasi yang digunakan adalah konektor dengan
serial. Berbagai macam jenis antarmuka jenis push-pull, sehingga tidak
serial, seperti RS232, RS422, RS485, dan diperlukan gerakan memutar untuk
lain sebagainya, telah digunakan pada memasang maupun melepaskan
berbagai peralatan industri(Wang, Hu, konektor.
and Fu 2016).
Komunikasi serial dapat Tabung
dimanfaatkan untuk pengiriman data, muatan
baik berupa karakter dalam format ASCII
maupun format biner. Pada Konektor
mikrokontroler umumnya terdapat satu antarmuka
atau lebih port serial, yang dapat saklar elektrik
digunakan sebagai debugging maupun
pengiriman informasi/ komunikasi.
Media untuk pengiriman komunikasi Gambar 3.1: Konektor antarmuka saklar

serial dapat berupa hardware yaitu elektrik muatan roket.

105
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol.16 No.2 Desember 2018 : hal 101 - 110

Pasangan dari konektor ini Posisi lengan motor servo diatur
(connector plug) terhubung langsung ke oleh sistem mikrokontroler yang berada
kotak kontrol GSS, dengan konfigurasi di kotak kontrol GSS. Motor servo dan
desain interface sebagaimana terlihat konektor antarmuka tersambung ke
pada gambar 3.2 berikut. sistem kotak kontrol GSS menggunakan
kabel penghubung.
Pada gambar 3.3 terlihat kotak
kontrol GSS yang berfungsi untuk
mengatur sinyal untuk saklar dan posisi
lengan motor servo. Pada kotak kontrol
GSS terdapat sistem mikrokontroler,
rangkaian relay untuk saklar, radio
transceiver, baterai dan tombol-tombol
untuk pengaturan manual.
Gambar 3.4 berikut adalah diagram
Gambar 3.2: Konfigurasi konektor antarmuka blok sederhana pada sistem kotak
saklar elektrik dari GSS. kontrol GSS.

Pada gambar 3.2 terlihat konektor


circular yang terpasang pada struktur
alumunium dengan konfigurasi Radio
sebagaimana terlihat pada gambar, Transceiver
sehingga konektor tersebut dapat Sistem Relay
dilepaskan dari konektor yang berada
pada tabung roket secara elektrikal
dengan menggunakan bantuan motor Sistem

servo sebagai penggeraknya. Mikrokontroler


Lengan motor servo di set untuk Sistem Servo
menekan konektor saat posisi konektor Tombol Manual
dari GSS tersambung dengan konektor
antarmuka dari muatan roket di tabung Gambar 3.4: Diagram blok sederhana Kotak
muatan. kontrol GSS
Untuk melepaskan konektor dari
tabung muatan, lengan motor servo di set Radio Transceiver berfungsi untuk
untuk menarik konektor hingga terlepas menerima data serial dari Ground Station
dari konektor antarmuka di tabung secara nirkabel, dan mengirimkan status
muatan. dari kotak kontrol GSS ke Ground Station.
Sistem Relay berfungsi sebagai
pengganti saklar manual untuk
menyalakan sistem elektronika muatan
roket. Sistem relay terdiri dari rangkaian
driver relay dengan transistor Darlington
sebagai komponen utamanya. Tegangan
keluaran mikrokontroler yang hanya 5
volt dan arus yang kecil, sekitar 10 mA,
akan mengaktifkan rangkaian driver
relay ini,(Arisandi 2017) sehingga dapat
Gambar 3.3: Kotak kontrol GSS mengaktifkan relay. Rangkaian driver

106
Sistem Penyala Nirkabel Jarak Jauh Untuk...(Endro Artono & Salmanl)

relay tersebut dapat dilihat pada gambar Pada protokol ini data serial yang
3.5 berikut. dikirim akan memuat informasi
(pengenal) dari Ground Station, kode
keamanan, perintah posisi lengan servo,
perintah posisi saklar relay , dan
checksum. Protokol perintah ini dikirim
dengan format komunikasi serial, dengan
baudrate sebesar 38.400 bps.
Pada penelitian ini, radio
transceiver yang digunakan adalah radio
APC802 dengan frekuensi kerja 418 –
455 MHz. Pemilihan penggunaan radio
ini, selain karena jarak transmisinya
hingga 2800 meter, dimana masuk
dalam jarak antara launchpad roket
Gambar 3.5: Rangkaian driver relay .(Arisandi dengan Ground Station LAPAN, juga
2017) karena menghindari penggunaan
frekuensi komunikasi yang sama dengan
Sistem servo berfungsi untuk muatan roket, yang menggunakan
menggerakkan lengan motor servo pada frekuensi 900 MHz dan 2.4 GHz.
dua kemungkinan posisi, membuka atau
menutup.
Pada posisi lengan servo menutup,
akan menahan posisi konektor umbilikal
dari kotak kontrol GSS di interface
umbilikal pada tabung muatan roket.
Pada posisi lengan servo membuka,
berarti akan melepaskan konektor Gambar 3.6: Radio transceiver APC802
umbilikal pada kotak kontrol GSS dari
interface umbilikal pada tabung muatan Mikrokontroler kemudian akan
roket. memilah data-data yang masuk,
Sistem mikrokontroler akan mengidentifikasi data, kemudian akan
menerima perintah pensaklaran maupun melakukan eksekusi perintah jika data
posisi lengan servo dari dua sumber, yang diterimanya telah dianggap valid/
tombol manual dan radio transceiver. sesuai dengan protokol. Setelah
Dari perintah tersebut, kemudian melakukan eksekusi perintah,
mikrokontroler akan menerjemahkannya mikrokontroler kemudian akan
dalam bentuk sinyal digital untuk mengirimkan sinyal balasan tentang
kemudian diumpankan ke sistem relay status terakhir dari sistem penyala
dan motor servo. tersebut dalam format serial ke Ground
Radio transceiver akan menerima Station melalui radio transceiver.
perintah pensaklaran dari Ground Station Diagram alir dari kerja sistem
dalam bentuk data serial dengan format mikrokontroler tersebut dapat dilihat
protokol tertentu. pada gambar 3.7 berikut:

107
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol.16 No.2 Desember 2018 : hal 101 - 110

yang telah banyak membantu dalam
Mulai penelitian ini.

DAFTAR RUJUKAN
Set serial com
Xue, Fei et al. (2016). MoS 2 Tribotronic
Set relay
Transistor for Smart Tactile Switch.
Set PWM servo
Advanced Functional Materials 26(13):
Set digital input
2104–9.
http://doi.wiley.com/10.1002/adfm.201
504485.
Ada NO Data NO
Delap, Damon, Joel Glidden, and Christopher
inputmanu serial
Lamoreaux. (2013). Development of the
al? masuk?
YES Orion Crew-Service Module Umbilical
YES
Retention and Release Mechanism.
Pilah data Conference proceedings of the 15th
serial European Space Mechanisms & Tribology
Symposium (September): 25–27.

Data OK? http://www.esmats.eu/noordwijk/index.


NO
php.
Gosselin, Armand M. (2007). Automated Ground
YES Umbilical Systems ( AGUS ) Project.
Proceedings. The Space Congress.
Proses perintah relay http://commons.erau.edu/space-
Proses perintah Servo congress-proceedings.
Kirim feedbackke GS Satrya, Errya, and Wigati. (2013). Beberapa
Masalah Dalam Proses Pembuatan Roket
Seri Rx/Rkx-100 (Problems In The
Production Process Of Rocket Rx/Rkx-100.
Majalah Sains dan Teknologi Dirgantara
Gambar 3.7: Diagram alir program pada 8(2): 70–77.
mikrokontroler. http://www.jurnal.lapan.go.id/index.ph
p/majalah_sains_tekgan/article/view/21
4 KESIMPULAN 71.
Sesuai dengan fungsinya, sistem Beauvoy, Transistor Switching-Circuit Design
penyala roket ini dapat bekerja dengan Using the Charge-Control Parameters. The
baik untuk menyalakan muatan roket Institution of Electrical Engineers. paper
yang telah berada di peluncur roket no. 2970. May 1959.
secara nirkabel, yang diatur dari ruang Zambou, Serges et al. (2016). Variable
Ground Station. Sistem ini juga dapat Temperature Performance of a Fully Screen
melepaskan konektor umbilical GSS dari Printed Transistor Switch. Solid-State
tabung muatan roket sehingga tidak Electronics 126: 59–66.
mengganggu roket saat proses meluncur http://dx.doi.org/10.1016/j.sse.2016.09
dari launcher . .014.
Dobrescu, Lidia, Raluca Smeu, and Dragos
UCAPAN TERIMAKASIH Dobrescu. (2016). Load Switch Power
Ucapan terima kasih ditujukan MOSFET SPICE Model. Proceedings of the
kepada Kepala bidang Kendali dan 2016 International Conference and
Telemetri, dan seluruh tim muatan roket Exposition on Electrical and Power

108
Sistem Penyala Nirkabel Jarak Jauh Untuk...(Endro Artono & Salmanl)

Engineering, EPE 2016 (Epe): 644–47.
Genc, Naci, and Yavuz Koc. (2017). Experimental
Verification of an Improved Soft-Switching
Cascade Boost Converter. Electric Power
Systems Research 149: 1–9.
http://dx.doi.org/10.1016/j.epsr.2017.0
4.015.
Wang, Yinqiao, Xiaoguang Hu, and Li Fu. (2016).
Design and Realization of Multi-Function
Serial Port with High-Speed/Large-
Capacity/Asynchronous FIFO. IEEE
International Conference on Control and
Automation, ICCA 2016–July: 227–31.
Fajriansyah, Burhan. (2016). Evaluasi
Karakteristik XBee Pro Dan NRF24L01+
Sebagai Transceiver Nirkabel. jurnal
Elkomika 4(1): 83–97.I SSN (e): 2459-
9638.
Arisandi, Effendi Dodi. (2017). Sistem Pengaman
Power Shape-Charge pada Flight
Termination System. Jurnal Teknologi
Dirgantara, vol.15 no.1, Juni 2017 : 21–
28.

109
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol.16 No.2 Desember 2018 : hal 101 - 110

110
Review Perbandingan Teknik Maximum... (Bayu Azmi, et.al)

REVIEW PERBANDINGAN TEKNIK MAXIMUM POWER POINT
TRACKER (MPPT) UNTUK SISTEM PENGISIAN DAYA MENGGUNAKAN
SEL SURYA
(REVIEW COMPARISON MAXIMUM POWER POINT TRACKER (MPPT)
TECHNIQUE FOR CHARGING SYSTEMS USING SOLAR CELLS)
Bayu Azmi1, Jefri Abner H2, Prasepvianto E B3, Hendrik Seputra4
1, 4 Departemen Fisika, Universitas Indonesia

Jl. Margonda Raya, Pondok Cina, Beji, Kota Depok, Jawa Barat 16424
2, 3 Pusat Teknologi Penerbangan (LAPAN)

Jl. Raya LAPAN Rumpin Bogor Jawa Barat


1e-mail: jefri.abner@lapan.go.id

Diterima: 20 Juli 2018; Direvisi: 15 Januari 2019; Disetujui: 7 Februari 2019

ABSTRACT

The solar energy has been considered as a prospect renewable energy source for electric power
generation. Solar Photovoltaic system became a popular object to be developed by researcher. Its low
efficiency energy conversion is one of disadvantage of this system. Photovoltaic modules have a single
operating point where the voltage and current output results in maximum power output. In most solar
photovoltaic power systems, a particular control algorithm, namely maximum power point tracker
(MPPT) is used to take full advantage of the solar energy. There are three main MPPT methods, such as
conventional method, artificial intelligence based method, and hybrid method. Every method has its
advantages and also disadvantages. The conventional method has advantages such as low cost and
simple implementation but also has disadvantages like cannot to adapt to environment condition. The
artificial intelligence based method has faster power point tracking and environment condition
correction as its advantages but also has disadvantages such as complex implementation and more
expensive.

Keyword : Solar energy, photovoltaic, MPPT, conventional, artificial intelligence

ABSTRAK

Energi surya telah dianggap sebagai prospek sumber energi terbarukan untuk pembangkit
tenaga listrik. Sistem fotovoltaik surya menjadi objek yang populer untuk dikembangkan oleh peneliti.
Rendahnya efisiensi dalam konversi energi adalah salah satu kelemahan sistem ini. Modul fotovoltaik
memiliki titik operasi tunggal di mana output tegangan dan arus menghasilkan output daya
maksimum. Dalam kebanyakan sistem fotovoltaik, algoritma kontrol tertentu, yaitu Maximum Power
Point Tracker (MPPT) untuk memanfaatkan secara maksimal energi surya tersebut. Ada tiga metode
utama pada MPPT yaitu metode konvensional, metode kecerdasan buatan, dan metode hibrid. Setiap
metode memiliki kelebihan dan juga kekurangan. Metode konvensional memiliki kelebihan seperti biaya
rendah dan implementasi yang sederhana tetapi juga memiliki kerugian seperti tidak dapat beradaptasi
dengan kondisi lingkungan. Metode berdasarkan kecerdasan buatan memiliki Power Point Tracking
yang lebih cepat dan koreksi terhadap kondisi lingkungan sebagai kelebihannya tetapi juga memiliki
kerugian seperti penerapan yang lebih rumit dan biaya yang lebih mahal.

Kata kunci : Energi surya, Photovoltaic, MPPT, Konvensional, kecerdasan buatan

111
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol.16 No.2 Desember 2018 : hal 111 - 122

1 PENDAHULUAN pencarian titik daya maksimum dari
Kebutuhan akan energi listrik sistem panel surya.
semakin meningkat seiring dengan Seperti yang ditunjukkan pada
pertumbuhan penduduk dan kebutuhan Gambar 1, sebuah sistem panel surya
industri. Penelitian dan pengembangan memiliki karakteristik I-V (arus-
di bidang sumber energi terbarukan akan tegangan) yang tidak linier dan
memberikan kontribusi yang cukup karakteristik P-V (daya-tegangan)
besar dalam memenuhi kebutuhan menunjukkan bahwa terdapat hanya
energi dewasa ini (Askarzadeh, 2013; satu titik (Pmax) dimana sistem
Bayod-Rújula, Haro-Larrodé, & Martínez- menghasilkan daya maksimum (Verma,
Gracia, 2013; Merei, Berger, & Sauer, Nema, Shandilya, & Dash, 2016).
2013). Sistem energi terbarukan terdiri Dikarenakan MPP (maximum power point)
atas sistem tenaga surya, tenaga angin, selalu berubah bergantung pada tingkat
sel bahan bakar, turbin-mikro, dll. iradiasi matahari, metode MPPT
Energi terbarukan menjadi lebih populer (maximum power point tracker)
dikarenakan ketersediaannya, digunakan untuk mencari MPP dari
kehandalannya, yang yang paling sistem tersebut. Metode-metode MPPT
penting ramah lingkungan. dapat dikategorikan dalam banyak fitur
Energi surya merupakan salah satu seperti efisiensi surya, respon dinamik,
energi yang ketersediaannya melimpah kecepatan konvergen, kebutuhan sensor,
khususnya di daerah tropis. Energi surya biaya, kompleksitas, dll.
memiliki beberapa keunggulan seperti
bebas polusi, umur panjang, perawatan
yang mudah, dan tidak berbahaya bagi
lingkungan (Abusorrah et al., 2013; Jung
& Ahmed, 2012; Kaliamoorthy,
Rajasekaran, & Gerald Christopher Raj,
2014) . Dengan penurunan harga modul
panel surya dan meningkatnya Gambar 1-1 : Karakteristik I-V dan P-V dari sel

kekhawatiran akan emisi gas rumah surya.

kaca, tenaga surya menjadi sumber daya


yang sangat penting pada skenario energi 2 Maximum Power Point Tracking
global (Ahmed & Salam, 2014). Secara (MPPT)
teknologi, system panel surya relatif lebih Permasalahan yang dihadapi dari
mudah untuk di pasang, sangat aman, pengunaan system panel surya adalah
hampir tanpa perawatan, dan yang lebih pengisian daya dan efisiesi yang sangat
penting, ramah lingkungan (Ahmed & rendah, pengaruh kondisi dilingkungan
Salam, 2014). Pada sistem panel surya, sekitar, dan selain itu modul panel surya
selain mengkonversi energi surya ke memiliki karakteristik P-V dan V-I yang
energi listrik, energi surya juga tidak linear (Verma et al., 2016). Secara
mengakibatkan kenaikan suhu pada sel matematis untuk mengetaahui
surya dan ini akan mengurangi efisiensi karakteristik solar sel dapat
sel tersebut (Baljit, Chan, & Sopian, menggunakan persamaan berikut (Li,
2016). Banyak penelitian yang telah Wen, Jiang, Hu, & Zhao, 2016).
dilakukan untuk mengatasi faktor-faktor
yang dapat mengurangi efisiensi sel
tersebut (Moradi, Ali Ebadian, & Lin, (1)
2013). Oleh karena itu, perlu dilakukan

112
Review Perbandingan Teknik Maximum... (Bayu Azmi, et.al)

Dimana Iph adalah arus panel mempertahankan titik kerja pada panel
surya dalam satu solar sel, sedangkan Is surya agar berada pada MPP.
adalah arus balik saturasi dari diode, q Pengekstrasian daya maksimum
muatan electron 1.602 x 10-19 C, A pada sebuah system panel surya
adalah faktor dioda ideal, K adalah membutuhkan operasi pelacak tegangan
konstanta Boltzmann 1.38 x 10-23 J/K, atau arus secara terus menerus pada
T (Kelvin) adalah temperatur dari p-n saat daya maksimum dihasilkan. Proses
junction, Vpv dan Ipv adalah tegangan ini dilakukan dengan menggunakan daya
dan arus keluaran dari panel surya, Rp converter elektronik melalui algoritma
sama dengan hambatan pada panel MPPT (Mahmoud & El-Saadany, 2016).
surya, Rs sama dengan hambatan geser.. Tipikal dari operasi MPPT pada sistem
Pada gambar kurva dibawah panel surya ditunjukkan dalam gambar
menunjukkan bahwa karakteristik P-V diagram blok di bawah ini. Dimana
dan I-V mempunyai kurva yang tidak controller senses dan array menilai daya
linear, hal ini bergantung pada output dari sitem panel surya dan
temperatur dan tingkat iradiasi penyesuaian daya interface dipelukan
matahari, tiap-tiap titik dari kurva untuk mendapatkan kondisi
tersebut mewaliki maximum power point operasioanal yang optimal. Daya
(MPP) (Paz & Ordonez, 2014; Zakzouk, kondisioner dapat berupa converter
Elsaharty, Abdelsalam, Helal, & DC/DC atau inverter DC/AC (Xiao,
Williams, 2016). Elnosh, Khadkikar, & Zeineldin, 2011).

Gambar 2-2 : Blok diagram dari topology MPPT


Gambar 2-1 : Karakteristik P-V dan I-V akibat
pada system panel surya.
pengaruh dari iradiasai matahari
temperature.
Dari berbagai literatur, teknik
MPPT dibagi menjadi dua kelompok
Selain karakteristik P-V dan I-V
berdasarkan implementasinya, yaitu:
yang tidak linier, efisiensi system panel
heuristic technique dan model based
surya dipengaruhi oleh tiga faktor (Abu
technique. Teknik heuristic biasanya
Eldahab, Saad, & Zekry, 2014; Harrag &
memiliki ide-ide dan implementasi yang
Messalti, 2015; Piegari & Rizzo, 2010),
sederhana, tetapi memerlukan beberapa
yaitu:
iterasi sebelum menemukan MPP.
• Efisiensi dari panel surya (9 – 17
Sedangkan teknik model basik adalah
%)
teknik mengeksploitasai baik generator,
• Efisiensi dari inverter (95 – 98
converter, atau model-model beban dan
%)
memiliki kecepatan pelacakan yang
• Efisiensi dari algoritma pelacak
sangat cepat dengan penambahan
titik daya maksimum (MPPT) (<
kompleksitas biaya dan sensor
98%).
(Combining Model-Based and Heuristic
Techniques) (Mahmoud, Abdelwahed, &
Oleh karena itu algoritma dan teknik
El-Saadany, 2016; Xiao et al., 2011) .
MPPT diperlukan untuk dapat

113
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol.16 No.2 Desember 2018 : hal 111 - 122

Beberapa teknik dari heuristic surya dan metode ini didasarkan atas
diantaranya adalah perturb and observe karakteristrik dari sistem panel surya
(P&O) method, hill climbing technique, dan iradiasi matahari, seperti hubungan
fuzzy control, power–voltage arus pendek (Isc) dan tegangan
differentiation, online method, dan rangkaian terbuka (Voc). Nilai-nilai ini
incremental conductance method (Bidram, digunakan untuk menghasilkan sinyal
Davoudi, & Balog, 2012; Rahmann, kontrol yang diperlukan untuk
Vittal, Ascui, & Haas, 2016; Xiao et al., mengontrol (MPP) pada sistem panel
2011). Proses operasi dalam metode ini surya. Namun, algoritma ini tidak dapat
terdiri dari tiga langkah; 1). Menganggu mendeteksi MPP secara akurat, terutama
system panel surya, 2). Mengukur respon saat variasi perubahan cepat dari
terhadap ganguan dan 3). Membuat atmosfer. Yang termasuk ke dalam
koreksi umpan balik yang sesuai. metode online adalah sebagai berikut
Kelompok dalam teknik ini tidak Perturb and Observe (P&O) method,
memerlukan data parametrik dari Incremental Conductance method (IC),
generator PV, yang memiliki dan Hill Climbing (HC). Sedangkan yang
kompleksitas komputasi rendah tetapi termasuk kedalam metode hybrid adalah
menuntut sensor untuk mengukur genetic algorithm neural network (GA-
tegangan dan arus dari generator PV. ANN), optimization of a fuzzy logic
Kelemahan utama dari teknik ini adalah controller menggunakan swarm
terkait dengan jumlah iterasi yang optimization (PSO-FLC), dan genetic
diperlukan untuk menemukan MPP algorithm-fuzzy logic controller (GA-FLC)
(Hartmann, Vitorino, Correa, & Lima, (Harrag & Messalti, 2015).
2013).
Model based MPPT, dikembangkan 3 Metode MPPT
untuk mengatasi kelemahan dari teknik 3.1 Metode MPPT Konvensional
heuristic dan meningkatkan dinamika Metode konvensional
pelacakan MPPT. Model based MPPT menggunakan data pengukuran sensor
membutuhkan pengetahuan tentang yang dipasang pada panel surya seperti:
system panel surya serta pengukuran tegangan, arus, suhu dan radiasi
iradiasi dan temperatur untuk matahari untuk mencapai titik
menentukan MPP analitis. Secara maksimum. Metode konvensional lebih
keseluruhan, model based MPPT mudah diterapkan daripada metode
memberikan respon cepat terhadap lainnya (Bendib, Belmili, & Krim, 2015).
perubahan radiasi matahari
dibandingkan dengan teknik heuristic, 3.1.1 Constant voltage controller
selain itu tidak memungkinkan (CVC)
terjadinya lompatan tegangan dari Metode CVC merupakan metode
system panel surya secara cepat atau yang menjaga tegangan output dari panel
besar (Fathabadi, 2016). surya agar bernilai tetap. Besarnya
Selain pembagian MPPT menjadi dua tegangan ditentukan dengan
kelompok menurut teknik memastikan maksimum transfer daya
implementasinya, MPPT juga dibagi pada beban yang terhubung dengan
dibagi kedalam tiga kelompok dalam panel surya. Dalam metode ini hanya
metode aplikasinya, yaitu metode online menggunakan sebuah sensor tegangan.
atau offline dan metode hybrid (Ma et al., Kelemahan dari metode CVC yaitu jika
2013). Metode offline tidak mengukur ada perubahan suhu, tegangan operasi
daya yang diekstrak oleh system panel panel surya keluar dari titik

114
Review Perbandingan Teknik Maximum... (Bayu Azmi, et.al)

maksimumnya (Kumar, Jain, & Palwalia, berikutnya. Di sisi lain, jika dP negatif
2015; Kwan & Wu, 2016). diberikan tanda gangguan negatif.
Metode CVC dapat ditambahkan Langkah-langkah ini berulang kali
suatu proportional-integral (PI) kontroler dilakukan hingga MPP sistem tercapai di
di dalamnya yang ditunjukkan pada mana dP sama dengan nol.
persamaan berikut ini : P&O MPPT memiliki dua
kelemahan. Pertama, sulitnya
menentukan nilai gangguan yang ideal.
(3-1)
Jika gangguan besar, kemungkinan
algoritma untuk berosilasi disekitar MPP
Blok diagram metode CVC menjadi tinggi dan jika gangguan kecil,
ditunjukkan pada Gambar 3-1. Kp dan Ki kecepatan konvergensi algoritma
merupakan nilai gain yang dapat diatur menjadi sangat rendah (Kwan & Wu,
sesuai output yang diinginkan dari panel 2016). Kelemahan ini dapat diatasi
surya. Fungsi dari PI kontroler adalah dengan menggunakan ukuran gangguan
untuk meminimalisirkan nilai error variabel, yang menurun sebagai
akibat terjadinya penambahan algoritma menyatu dengan MPP.
kesalahan dari sistem secara terus Perubahan kondisi lingkungan juga
menerus. Sehingga didapatkan output mempengaruhi kinerja sistem dalam
yang lebih stabil terhadap waktu (Jusoh, mencapai MPP.
Sutikno, Guan, & Mekhilef, 2014).

Gambar 3-1 : Blok diagram Metode CVC

3.1.2 Perturb & Observe (P&O)


Metode P&O merupakan metode
MPPT yang umum digunakan. Dalam
metode ini, gangguan diterapkan pada
tegangan referensi atau sinyal arus dari
sistem panel surya (Kumar et al., 2015).
Dalam metode ini, tegangan dari
panel surya dianggap sebagai sinyal Gambar 3-2 : Flowchart Metode P&O

referensi. Target dari metode ini adalah


memaksa tegangan referensi dari panel 3.1.3 Incremental Conductance (IC)
surya sebagai VMPP. Hal ini dilakukan method
dengan menerapkan gangguan kecil dan Metode MPPT ini menargetkan
konstan untuk tegangan panel surya. kemiringan karakteristik I-V panel surya
Setelah setiap gangguan variasi dalam untuk melacak MPP dari sistem. Metode
output daya (dP) diukur. Sebuah dP MPPT ini didasarkan pada kemiringan
positif menunjukkan bahwa daya output kurva daya dari sistem PV di MPP adalah
akan mendekati MPP. Oleh karena itu, nol, positif bila daya output kurang dari
gangguan dari tanda positif diterapkan MPP dan negatif ketika daya output lebih
pada tegangan panel surya di tahap besar dari MPP (Zakzouk et al., 2016).

115
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol.16 No.2 Desember 2018 : hal 111 - 122

Daya output maksimum dapat 3.2.1 FUZZY LOGIC CONTROL (FLC)
dinyatakan dalam persamaan berikut: METHOD
Metode Artificial controlling sudah
PMPP = VMPP IMPP banyak digunakan pada aplikasi MPPT.
(3-2)
Saat ini metode fuzzy logic control
merupakan metode yang paling banyak
Hal ini dapat dievaluasi dengan digunakan.
membedakan daya output dari sistem Pada sistem MPPT untuk sel surya
panel surya terhadap tegangan dan input dari fuzzy controller adalah error, E
menyamakannya dengan nol, seperti dan perubahan dari error, ΔE. Tetapi
yang diungkapkan dalam persamaan pemilihan error sepenuhnya bergantung
berikut: pada pengetahuan pembuat sistem pada
jenis aplikasi yang dikerjakan untuk
sistem PV sel surya. Kebanyakan akan
(3-3) memilih slope dari kurva P-V, dP/dV
sebagai persamaan error karena nilai nol
didapat dari MPP (Jusoh et al., 2014).

Oleh karena itu, dengan


mengevaluasi derivative, dapat diuji E(k) = [P(k) – P(k-1)] / [V(k) – V(k-1) (3-5)
apakah sistem PV beroperasi pada MPP
atau tidak. Tiga kondisi derivative
ditunjukkan dalam persamaan berikut : ∆E(k) = E(k) – E(k-) (3-6)

Tabel 3-1: TABEL ATURAN DASAR


(3-4)
ΔE
NB NS ZE PS PB
E
Dalam metode ini kecepatan
NB ZE ZE NB NB NB
pelacakan MPP dapat ditingkatkan
NS ZE ZE NS NS NS
dengan menyesuaikan kenaikan atau
ZE NS ZE ZE ZE PS
penurunan ukuran VSTEP tetapi
PS PS PS PS ZE ZE
menyebabkan sistem berosilasi disekitar
PB PB PB PB ZE ZE
MPP. Keuntungan dari metode ini adalah
dapat berfungsi sebagai solusi yang
efektif pada perubahan kondisi Tabel 3-1 menunjukkan aturan
lingkungan yang cepat berubah-ubah. dasar dari boost converter, dimana output
Kelemahan dari metode ini yaitu nya adalah perubahan dari tegangan
sitemnya yang lebih kompleks dari referensi. Variabel input seperti tegangan
metode sebelumnya (Zakzouk et al., dan arus di beri label (NB: Negative Big,
2016). NS: Negative Small, ZO: Zero, PS: Positive
Small, PB: Positive Big). Metode ini
3.2 Metode MPPT Berdasarkan diambil dari konsep hill-climbing.
Kecerdasan Buatan Keuntungan dari model FLC yaitu
Metode ini terbagi menjadi 3 yaitu: tidak memerlukan persamaan
(Fuzzy Logic Control (FLC) method; matematika dalam perancangan sistem,
Artificial Neural Network (ANN) method; mampu bekerja dengan input yang tak
Incremental Conductance (IC) method. terbatas, kemampuan dalam

116
Review Perbandingan Teknik Maximum... (Bayu Azmi, et.al)

penanganan sistem yang nonlinear, fuzzy interference system (FIS) (Ahmadi-
proses capat dan akurat. Nedushan, 2012; Zhou, Wang, & Zhu,
Kelemahannya yaitu penentun 2016). Karena kemampuan ANFIS untuk
input dan output berdasarkan mewakili berbagai sistem dengan tingkat
pengalaman dari pengamatan yang telah akurasi yang tinggi sistem ini juga sering
dilakukan sebelumnya. disebut sebagai universal approximator.
Tetapi sistem ini memiliki kekurangan
3.2.2 Artificial Neural Network yaitu kurang adaptif terhadap
Method (ANN) perubahan kondisi lingkungan.
Metode ANN di terinspirasi dari Arsitektur dari ANFIS terdiri dari 5 layer
sistem saraf pusat (otak) dan model yang ditunjukkan oleh Gambar 3-2.
komputasi ini mampu membuat mesin
untuk belajar (machine learning) dan
digambarkan sebagai neuron yang saling
berhubungan dan membentuk jaringan
yang menyerupai jaringan saraf biologis
(Verma et al., 2016).
Blok diagram dari sistem ANN
digambarkan pada Gambar 3-2.

Gambar 3-2 : Skematik dari arsitektur ANFIS


[15].

Layer 1 adalah Fuzzy Layer. Fungsi


node di tunjukkan dangan peramaan (3-
7).
Gambar 3-2 : Feed forward neural network
approximator.
(3-7)
Pada gambar 3-1 terdapat 2 input
yaitu tegangan referensi Voc(n) dan Layer 2 adalah Rule Layer. Fungsi
parameter waktu, (T(n). Pada proses node ditunjukkan dengan persamaan (3-
pembelajaran neuron wI adalah weights 8).
dan b adalah bias.
Keuntungan dari metode ANN yaitu
dapat menentukan MPP yang akurat (3-8)
tanpa membutuhkan informasi dari
model parameter. Kerugiannya metode Layer 3 adalah Normalization Layer.
ANN memerlukan training yang lama Fungsi node ditunjukkan dengan
agar menjadi sistem yang handal. persamaan (3-9).

3.2.3 Adaptive Neuro Fuzzy


(3-9)
Interference (ANFIS) Method
ANFIS dikenal sebagai metode
pendekatan hybrid neuro-fuzzy untuk Layer 4 adalah Defuzzication Layer.
pemodelan sistem nonlinear kompleks Fungsi node ditunjukkan dengan
yang menggabungkan adaptive learning persamaan (3-10).
dari ANN dengan reasoning ability dari

117
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol.16 No.2 Desember 2018 : hal 111 - 122

dari segi cepatnya waktu yang
(3-10)
dibutuhkan untuk mencapai MPP dan
juga respon terhadap lingkungan.
Layer 5 adalah single node. Layer ini Sedangan metode berbasis artificial
berfungsi sebagai penjumlah dari semua intelligent, metode ANFIS merupakan
signal masuk yang di tunjukkan dengan metode yang memiliki akurasi paling
persamaan (3-11). baik untuk mencapai MPP dan respon
dengan cepat terhadap perubahan
(3-11) tegangan, tetapi membutuhkan resource
yang tinggi untuk menjalanakan sistem
yang sangat kompleks.
Keuntungan dari ANFIS adalah
Dari berbagai metode MPPT,
memiliki akurasi yang bagus untuk
metode konvensional memiliki kelebihan
mencapai MPP dan juga respon yang
kemudahan dalam implementasinya,
cepat terhadap perubahan lingkungan.
tetapi tidak bisa beradaptasi terhadap
Kerugian dari metode ini, sistemnya yang
perubahan lingkungan. Sebaliknya
sangat kompleks dan juga memerlukan
metode berbasis artificial intelligent
fitur controller yang berkemampuan
mempunya sistem yang lebih kompleks
tinggi.
tetapi bisa beradaptasi terhadap
perubahan kondisi lingkungan. Berikut
4 PERBANDINGAN METODE MPPT
adalah perbandingan dari jenis metode
Pada metode konvensional, metode
konvensional dan juga metode AI.
IC merupakan metode yang paling bagus

Tabel 4-1: PERBANDINGAN DARI BERBAGAI METODE MPPT

Metode Perubahan Analog/ Kecepatan


No Metode Kategori Sensor Adaptive
Implementasi Energi Digital Tracking

Constant voltage
1 Konvensional Simpel Tegangan DC-DC A,D Low No
controlle (CVC)

Perturb & Observe Tegangan,


2 Konvensional Kompleks DC-DC D Medium No
(P&O) Arus

Incrimental Tegangan,
3 Konvensional Kompleks DC-DC D High Yes
Conductance (IC) Arus

Fuzzy logic Tegangan,


4 AI Medium DC-DC D Very High Yes
controller (FLC) Arus

Artificial neural Irradiasi,


5 AI Medium DC-DC D Very High Yes
network (ANN) Temperatur

Adaptive Neuro
Irradiasi,
6 Fuzzy Interference AI Kompleks DC-DC D Very High Yes
Temperatur
(ANFIS)

118
Review Perbandingan Teknik Maximum... (Bayu Azmi, et.al)

5 KESIMPULAN
Permasalahan dari system panel
surya yang mempunyai karakteristik P-V DAFTAR RUJUKAN
dan I-V yang tidak linier dan efisiensi Abu Eldahab, Y. E., Saad, N. H., & Zekry, A.
yang sangat rendah akibat pengaruh (2014). Enhancing the maximum power
perubahan iradiasi matahari dan point tracking techniques for
temperature lingkungan, sehingga photovoltaic systems. Renewable and
diperlukan sebuah pelacak tegangan dan Sustainable Energy Reviews, 40, 505-
arus agar pengekstraksian daya yang 514. doi:
dihasilkan tetap berada pada titik https://doi.org/10.1016/j.rser.2014.0
maksimum, yaitu Maximum Power Point 7.202
Tracker (MPPT). Abusorrah, A., Al-Hindawi, M. M., Al-Turki, Y.,
Metode MPPT dibagi menjadi dua, Mandal, K., Giaouris, D., Banerjee, S., .
yaitu metode konvensional dan metode . . Papadopoulou, S. (2013). Stability of
berbasis artificial intelligent (AI). Metode a boost converter fed from photovoltaic
konvensional terdiri dari; CVC method, source. Solar Energy, 98, 458-471. doi:
P&O method, IC method. https://doi.org/10.1016/j.solener.201
Dari beberapa metode konvensional 3.09.001
tersebut metode IC atau Incremental Ahmadi-Nedushan, B. (2012). Prediction of
Conductance method memiliki kelebihan, elastic modulus of normal and high
dalam hal kecepataan untuk mencapai strength concrete using ANFIS and
MPP, dan juga dapat menyesuaikan optimal nonlinear regression models.
perubahan lingkungan, tetapi memiliki Construction and Building Materials, 36,
implementasi yang lebih komplek 665-673. doi:
daripada metode konvensional lainnya. https://doi.org/10.1016/j.conbuildmat
Sedangkan metode berbasis artificial .2012.06.002
intelligent (AI) diantaranya adalah FLC Ahmed, J., & Salam, Z. (2014). A Maximum
method, ANN method, ANFIS method. Power Point Tracking (MPPT) for PV
Metode ANFIS adalah metode AI yang system using Cuckoo Search with
memiliki akurasi yang paling baik untuk partial shading capability. Applied
mencapai MPP dan respon yang cepat Energy, 119, 118-130. doi:
terhadap fluktuasi daya. https://doi.org/10.1016/j.apenergy.20
13.12.062
UCAPAN TERIMAKASIH Askarzadeh, A. (2013). Developing a discrete
Ucapan terima kasih kami harmony search algorithm for size
sampaikan kepada Dr. Drs. Cuk Imawan, optimization of wind–photovoltaic
M.Si selaku dosen mata kuliah seminar hybrid energy system. Solar Energy, 98,
yang telah memberikan bimbingan dalam 190-195. doi:
penulisan KTI ini, juga kepada rekan- https://doi.org/10.1016/j.solener.201
rekan mahasiswa S-2 FMIPA UI angkatan 3.10.008
2015 yang telah membantu dalam mata Baljit, S. S. S., Chan, H.-Y., & Sopian, K. (2016).
kuliah seminar. Review of building integrated
Tak lupa juga kepada Pusat applications of photovoltaic and solar
Teknologi Penerbangan LAPAN atas thermal systems. Journal of Cleaner
fasilitas riset dan tim redaksi Jurnal Production, 137, 677-689. doi:
Teknologi Dirgantara yang telah https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2016
berkenan untuk memeriksa dan .07.150
menerima KTI kami.

119
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol.16 No.2 Desember 2018 : hal 111 - 122

Bayod-Rújula, Á. A., Haro-Larrodé, M. E., & crystalline photovoltaic panels using
Martínez-Gracia, A. (2013). Sizing fast computation methods. Solar
criteria of hybrid photovoltaic–wind Energy, 86(6), 1826-1837. doi:
systems with battery storage and self- https://doi.org/10.1016/j.solener.201
consumption considering interaction 2.03.003
with the grid. Solar Energy, 98, 582- Jusoh, A., Sutikno, T., Guan, T. K., & Mekhilef,
591. doi: S. (2014). A Review on Favourable
https://doi.org/10.1016/j.solener.201 Maximum Power Point Tracking
3.10.023 Systems in Solar Energy Application.
Bendib, B., Belmili, H., & Krim, F. (2015). A TELKOMNIKA Telecommunication,
survey of the most used MPPT methods: Computing, Electronics and Control, 12.
Conventional and advanced algorithms doi:
applied for photovoltaic systems. http://dx.doi.org/10.12928/telkomnik
Renewable and Sustainable Energy a.v12i1.2
Reviews, 45, 637-648. doi: Kaliamoorthy, M., Rajasekaran, V., & Gerald
https://doi.org/10.1016/j.rser.2015.0 Christopher Raj, I. (2014). Single-phase
2.009 fifteen-level grid-connected inverter for
Bidram, A., Davoudi, A., & Balog, R. S. (2012). photovoltaic system with evolutionary
Control and Circuit Techniques to programming based MPPT algorithm.
Mitigate Partial Shading Effects in Solar Energy, 105, 314-329. doi:
Photovoltaic Arrays. IEEE Journal of https://doi.org/10.1016/j.solener.201
Photovoltaics, 2(4), 532-546. doi: 4.03.031
10.1109/JPHOTOV.2012.2202879 Kumar, P., Jain, G., & Palwalia, D. K. (2015, 12-
Fathabadi, H. (2016). Novel fast dynamic MPPT 14 Aug. 2015). Genetic algorithm based
(maximum power point tracking) maximum power tracking in solar power
technique with the capability of very generation. Paper presented at the 2015
high accurate power tracking. Energy, International Conference on Power and
94, 466-475. doi: Advanced Control Engineering
https://doi.org/10.1016/j.energy.2015 (ICPACE).
.10.133 Kwan, T. H., & Wu, X. (2016). Maximum power
Harrag, A., & Messalti, S. (2015). Variable step point tracking using a variable
size modified P&O MPPT algorithm antecedent fuzzy logic controller. Solar
using GA-based hybrid offline/online Energy, 137, 189-200. doi:
PID controller. Renewable and 10.1016/j.solener.2016.08.008
Sustainable Energy Reviews, 49, 1247- Li, X., Wen, H., Jiang, L., Hu, Y., & Zhao, C.
1260. doi: (2016). An Improved Beta Method With
https://doi.org/10.1016/j.rser.2015.0 Autoscaling Factor for Photovoltaic
5.003 System. IEEE Transactions on Industry
Hartmann, L. V., Vitorino, M. A., Correa, M. B. Applications, 52(5), 4281-4291. doi:
d. R., & Lima, A. M. N. (2013). 10.1109/TIA.2016.2584584
Combining Model-Based and Heuristic Ma, J., L. Man, K., Zhang, N., Guan, S.-U.,
Techniques for Fast Tracking the Wong, P. W. H., G. Lim, E., . . . U. Lei,
Maximum-Power Point of Photovoltaic C. (2013). Improving Power-Conversion
Systems. IEEE Transactions on Power Efficiency via a Hybrid MPPT Approach
Electronics, 28(6), 2875-2885. doi: for Photovoltaic Systems (Vol. 19).
10.1109/TPEL.2012.2204408 Mahmoud, Y., Abdelwahed, M., & El-Saadany,
Jung, J.-H., & Ahmed, S. (2012). Real-time E. F. (2016). An Enhanced MPPT
simulation model development of single Method Combining Model-Based and

120
Review Perbandingan Teknik Maximum... (Bayu Azmi, et.al)

Heuristic Techniques. IEEE Xiao, W., Elnosh, A., Khadkikar, V., & Zeineldin,
Transactions on Sustainable Energy, H. (2011, 7-10 Nov. 2011). Overview of
7(2), 576-585. doi: maximum power point tracking
10.1109/TSTE.2015.2504504 technologies for photovoltaic power
Mahmoud, Y., & El-Saadany, E. F. (2016). Fast systems. Paper presented at the IECON
Power-Peaks Estimator for Partially 2011 - 37th Annual Conference of the
Shaded PV Systems. IEEE Transactions IEEE Industrial Electronics Society.
on Energy Conversion, 31(1), 206-217. Zakzouk, N. E., Elsaharty, M. A., Abdelsalam, A.
doi: 10.1109/TEC.2015.2464334 K., Helal, A. A., & Williams, B. W.
Merei, G., Berger, C., & Sauer, D. U. (2013). (2016). Improved performance low-cost
Optimization of an off-grid hybrid PV– incremental conductance PV MPPT
Wind–Diesel system with different technique. IET Renewable Power
battery technologies using genetic Generation, 10(4), 561-574. doi:
algorithm. Solar Energy, 97, 460-473. 10.1049/iet-rpg.2015.0203
doi: Zhou, Q., Wang, F., & Zhu, F. (2016). Estimation
https://doi.org/10.1016/j.solener.201 of compressive strength of hollow
3.08.016 concrete masonry prisms using artificial
Moradi, K., Ali Ebadian, M., & Lin, C.-X. (2013). neural networks and adaptive neuro-
A review of PV/T technologies: Effects of fuzzy inference systems. Construction
control parameters. International and Building Materials, 125, 417-426.
Journal of Heat and Mass Transfer, 64, doi:
483-500. doi: https://doi.org/10.1016/j.conbuildmat
https://doi.org/10.1016/j.ijheatmasstr .2016.08.064
ansfer.2013.04.044
Paz, F., & Ordonez, M. (2014). Zero Oscillation
and Irradiance Slope Tracking for
Photovoltaic MPPT. IEEE Transactions
on Industrial Electronics, 61(11), 6138-
6147. doi: 10.1109/TIE.2014.2311414
Piegari, L., & Rizzo, R. (2010). Adaptive perturb
and observe algorithm for photovoltaic
maximum power point tracking. IET
Renewable Power Generation, 4(4), 317-
328. doi: 10.1049/iet-rpg.2009.0006
Rahmann, C., Vittal, V., Ascui, J., & Haas, J.
(2016). Mitigation Control Against
Partial Shading Effects in Large-Scale
PV Power Plants. IEEE Transactions on
Sustainable Energy, 7(1), 173-180. doi:
10.1109/TSTE.2015.2484261
Verma, D., Nema, S., Shandilya, A. M., & Dash,
S. K. (2016). Maximum power point
tracking (MPPT) techniques:
Recapitulation in solar photovoltaic
systems. Renewable and Sustainable
Energy Reviews, 54, 1018-1034. doi:
https://doi.org/10.1016/j.rser.2015.1
0.068

121
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol.16 No.2 Desember 2018 : hal 111 - 122

122
Kajian Program Peningkatan Kinerja...(Heri Budi Wibowo)

KAJIAN PROGRAM PENINGKATAN KINERJA PROPELAN KOMPOSIT
BERBASIS AP/HTPB/AL
(PROGRAM REVIEW OF INCREASING THE PERFORMANCE OF
COMPOSITE PROPELLANT BASE AP/HTPB/Al)
Heri Budi Wibowo
Pusat Teknologi Roket
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)
Jl. Raya Lapan No.2 Mekarsari, Rumpin, Bogor 16350, Jawa Barat
e-mail: heri.budi@lapan.go.id
Diterima: 17 Agustus 2018; Direvisi: 30 Oktober 2018; Disetujui: 31 Oktober 2018

ABSTRACT

A research and development strategy study on improving the performance of AP/HTPB/Al


composite proposites is performed in order to achieve propellant technology equivalent to developed
countries in the mastery of civil rocket technology, especially for Sonda rockets and Satellite Satellite
rockets in LAPAN. The review is carried out by reviewing the current prolific outcomes, analyzing the
causes, and formulating strategies to address them. The results of the study indicate that the
organization is required, R & D stages and systematic human resource management, and the stage of
technological achievement that needs to be done. The raw material support is the main problem in
increasing the performance of composite propellant. The propellant performance can be increased by
increase the solid loading density and addition the high energetic materials.

Keywords: Composite propellant, propellant performance, sonda rocket

ABSTRAK

Kajian strategi litbang dalam meningkatkan kinerja propelan komposit berbasis AP/HTPB/Al
dilakukan dalam rangka mencapai teknologi propelan yang setara dengan negara maju dalam
penguasaan teknologi roket sipil, khususnya untuk roket Sonda dan roket Pengorbit Satelit di LAPAN.
Kajian dilakukan dengan melakukan review terhadap capaian produk propelan yang dihasilkan saat
ini, analisis faktor yang berpengaruh, dan penyusunan strategi untuk mengatasinya. Hasil kajian
menunjukkan bahwa diperlukan organisasi, tahapan litbang dan pengelolaan SDM yang sistematis,
serta tahapan pencapaian teknologi yang perlu dilakukan. Keterbatasan bahan baku propelan
merupakan masalah utama dalam pengembangan propelan di Indonesia. Peningkatan kinerja propelan
dapat dilakukan dengan meningkatkan solid loading density dan penambahan bahan energetik tinggi.

Kata kunci : propelan komposit, kinerja propelan, roket sonda

123
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol.16 No.2 Desember 2018 : hal 123 - 138

1 PENDAHULUAN tidak ramah lingkungan, namun


Penguasaan teknologi roket sipil kinerjanya belum ada yang mampu
untuk roket sonda dan pengorbit satelit menggantikannya.
merupakan program nasional yang LAPAN mengembangkan propelan
ditetapkan pemerintah tertuang dalam komposit berbasis AP/HTPB/Al dalam
rencana jangka panjang Lembaga rangka penguasaan teknologi roket
Penerbangan dan Antariksa Nasional sonda dan pengorbit satelit di Indonesia
(LAPAN)(Wibowo, 2017). Salah satu (Trache, et.al., 2017).
teknologi kunci yang harus dikuasai Propelan komposit dikenal memiliki
adalah teknologi propelan, baik propelan energi yang sangat tinggi. Propelan
padat maupun propelan cair. Roket komposit untuk roket pengorbit satelit di
sonda dengan ketinggian 50-100 km Amerika menggunakan propelan
hampir semuanya menggunakan komposit dengan impuls spesifik 250-
propelan padat. Roket pengorbit satelit 270 detik (Kshirsagar et.al.,2017).
biasanya menggunakan propelan padat Pengembangan propelan di LAPAN
untuk booster (Wibowo, 2015a). dengan menggunakan propelan komposit
Propelan padat untuk roket sonda berbasis AP/HTPB/Al dimulai intensif
dan roket pengorbit satelit hampir sejak tahun 2000, dimulai dengan
semuanya menggunakan propelan menggunakan AP unimodal (satu jenis
berbasis AP/HTPB/Al, yaitu propelan ukuran) memiliki impuls spesifik 200
dengan bahan utama amonium detik (Loekman, 1997). Upaya
perklorat (AP) sebagai oksidator, hydroxyl peningkatan kinerja propelan dilakukan
terminated polybutadiene (HTPB) sebagai dengan penggunaan AP bimodal (dua
binder, dan alumunium (Al) sebagai macam ukuran) dapat dihasilkan
bahan bakar (fuel) (Badgujar, et.al., propelan dengan impuls spesifik 210
2008). detik pada tahun 2010 (Wibowo, 2016a),
Propelan jenis ini dikembangkan . Upaya peningkatan Impuls spesifik
sejak tahun 1940 dan sampai saat ini dengan menggunakan AP trimodal dan
masih menjadi pilihan utama propelan perbaikan teknologi proses diperoleh
roket padat karena energi pembakaran propelan dengan impuls spesifik rata-
yang sangat besar dan sifat meaniknya rata 220 detik pada tahun 2016
yang baik. Walaupun hasil pembakaran (Restasari et.al., 2015).
propelan menghasilkan gas klorin yang

Tabel 1-1: KARAKTERISTIK PROPELAN LAPAN

Karakteristik Propelan standar Propelan LAPAN


Impuls spesifik rerata (detik) 250-270 220
r (mm/det) <0,7 <0,7
Solid content (%) 90% 85
AP/HTPB/Al (%W/W) 80/10/10 80/15/5
AP trimodal (mesh) 400/200/100 400/200/100
Berat jenis (gr/cm3) 1,7-1,75 1,67
Homogenitasi (%) 99 98
Void - -

124
Kajian Program Peningkatan Kinerja...(Heri Budi Wibowo)

Kinerja propelan yang masih propelan komposit berbasis
rendah akan memberikan capaian roket AP/HTPB/Al, seperti yang digunakan
dengan jarak jangkau, beban muatan, untuk roket Delta, roket Falcon, roket
dan dimensi yang tidak sesuai harapan Ariane, dan lain sebagainya (Badgujar,
dalam pengembangan roket sehingga et.al., 2008). Roket-roket tersebut
penguasaan teknologi roket akan menggunakan propelan komposit
terhambat. Oleh karena itu, perlu berbahan dasar AP/HTPB/Al yang
dilakukan upaya-upaya menyeluruh memiliki impuls spesifik 250-280 detik.
untuk meningkatkan impuls spesifik Propelan komposit AP/HTPB/Al
propelan agar dapat mendekati minimal memiliki kelebihan energi pembakaran
250 detik. yang besar, bukan merupakan bahan
Tulisan ini membahas kajian eksplosif (klasifikasi 3.1), umur simpan
litbang yang telah dilakukan dan strategi yang lama (2 tahun), memiliki laju bakar
ke depan untuk meningkatkan kinerja moderat, dan secara ekonomis paling
propelan komposit dengan impuls murah dibanding bahan propelan lain
spesifik dari 220 detik menjadi 250 (Badgujar, et.al., 2008; Timnat, 1987).
detik. Perkembangan propelan komposit di
Kendala dalam penguasaan teknologi dunia saat ini dikembangkan dari sisi
propelan dengan sumber acuan peningkatan energi pembakaran,
terbatas, transfer teknologi tidak ada, teknologi proses, propelan yang dapat
dan kesulitan mendapatkan bahan baku disimpan dan digunakan kembali, dan
propelan membutuhkan kemadirian propelan yang ramah lingkungan.
dalam litbang propelan (Wibowo, 2017).
Oleh karena itu, perlu kajian teknis 2.1.1 Peningkatan energi
dalam meningkatkan kinerja propelan pembakaran.
komposit di Indonesia. Peningkatan energi pembakaran
Dengan kajian tersebut maka propelan dilakukan dengan
dihasilkan rekomendasi strategi litbang meningkatkan kadar butiran oksidator
yang harus dilakukan untuk menaikkan dan bahan bakar dalam propelan (solid
kinerja propelan propelan komposit loading density) dan penambahan
berbasis AP/HTPB/Al agar target material berenergi tinggi. Peningkatan
propelan dengan impuls spefisik dari energi propelan telah dieksplorasi para
220 detik menjadi 250 detik dapat peneliti melalui peningkatan solid
dicapai dalam kurun 5 (lima) tahun. loading density propelan yang mencapai
Karakteristik kinerja propelan yang 92,5% melalui optimasi bentuk dan
diinginkan (standar) dan yang dicapai ukuran butiran AP, penggunaan AP dan
LAPAN ditampilkan pada tabel 1.1 Al ukuran nano, pelapisan AP dengan
(Wibowo, 2017; Restasari et.al, 2015; pelapis energetik, dan penggunaan
Hartaya, 2015). sistem binder HTPB yang memiliki solid
loading capacity sangat tinggi (95%)
2 Tinjauan Pustaka dan Teoritis (Sariak et.al., 2017; Salgado at.al.,
2.1 Perkembangan Teknologi 2018).. Propelan komposit yang
Propelan di Dunia digunakan rata-rata telah memiliki solid
Pengembangan propelan komposit loading density mencapai 92,5% melalui
berbasis AP/HTPB/Al dikembangkan optimasi binder yang digunakan,
sejak tahun 1040. Propelan untuk roket rekomposisi bentuk dan ukuran AP
kepentingan sipil berukuran besar (Sariak et.al., 2017). Penggunaan Ap
sampai saat ini masih menggunakan nano masih dalam tahapan penelitian

125
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol.16 No.2 Desember 2018 : hal 123 - 138

dan belum diaplikasikan dalam sistem NHTPB, MIMO, GAP, dan BAMO (Schulze
roket karena kesulitan mendapatkan et.al., 2016; Florczak et.al., 2015;
campuran yang homogen (Rahman Abusaidi et.al., 2017). Penambahan
et.al., 2018; Kumari et.al., 2015). material ADN sampai 4% dapat
Teknologi pelapisan AP dikembangkan meningkatkan impuls spesifik propelan
untuk mendapatkan AP terlapisi bahan hingga 10%. Penambahan NHTPB
energetik yang sangat tipis sehingga sebanyak 2% dapat menaikan impuls
dapat tahan dari sifat higroskopis dan spesifik hingga 5% (Rahman et.al.,
porositas dengan kadar pelapis yang 2018).
sangat kecil (2%) (Priyanto et.al., 2015).
Teknik pelapisan AP dengan 2.1.2 Teknologi proses dan teknik
menggunakan sistem dryer coating dapat pencetakan.
menggunakan pelapis ukuran nano dan Perkembangan teknologi proses
dapat menutup semua pori AP dengan propelan berada pada dua teknologi
baik, sehingga kadar AP dijaga sangat kunci, yaitu teknologi pencampuran
tinggi. Kadar AP dapat dipertahankan (mixing) dan metode pencetakan. Proses
98-99% dari bahan pengotor dan bahan propelan merupakan proses yang
pelapis (coating agent). Solid loading memiliki resiko tinggi terjadi ledakan
density dapat diturunkan dengan sehingga dibutuhkan mixer khusus.
menggunakan binder yang memiliki Teknologi mixer termasuk teknologi yang
koefisien difusivitasnya rendah, dibatasi perdagangannya oleh MTCR.
viskositasnya rendah sehingga butiran Teknologi mixer saat ini sudah
padatan dapat secara maksimal terisi menggunakan mixer otomatis,
dalam matriks binder (Ramezani et.al., dilengkapi monitoring adonan, dan
2017; Kumari et.al., 2009; Kumari et.al., dioperasikan dari jarak jauh. Proses
2017; Shokry et.al., 2015). HTPB dikenal pencetakan propelan komposit terdapat
memiliki difusivitas rendah pada saat dua metode, yaitu metode free standing
berat molekul 2800-3500 gr.mol-1, dan dan case bonded. Pembuatan propelan
bentuk padatannya memiliki sifat komposit metode free standing
mekanik yang baik. HTPB yang telah dilakukan dengan membuat adonan
diperbaiki microstrukturnya dapat bahan propelan dalam mixer, kemudian
ditingkatkan solid loading capacitynya dicetak sesuai bentuk grain propelan,
menjadi 95% seperti pada HTPB type dan propelan dibungkus dengan
RBV 45 (Wibowo, 2016a; Chen et.al., insulator thermal. Propelan dimasukkan
2017; Zhou, et.al., 2014)) . ke dalam tabung motor roket dengan
Upaya menaikkan energi penambahan liner sebagai pengikat
pembakaran propelan berbasis (Timnat, 1987). Propelan jenis ini
AP/HTPB/Al juga dilakukan dengan umumnya digunakan untuk roket
menambahkan senyawa-senyawa ukuran kecil dan sedang. Propelan
berenergi sangat tinggi (high energetic untuk roket ukuran besar biasanya
material). Beberapa bahan oksidator digunakan pencetakan dengan teknik
energetik telah ditambahkan dan case bonded. Propelan dicetak langsung
diaplikasikan untuk propelan komposit di dalam tabung motor roket yang telah
berbasis AP/HTPB/Al seperti RDX, NG, dilapisi insulator thermal.
HMX, dan HNF (. Beberapa bahan binder Proses pencetakan propelan yang
energetik telah ditambahkan untuk mula-mula dilakukan pada kondisi
meningkatkan impuls spesifik dan atmosferis, sudah mulai berkembang
memperbaiki sifat mekaniknya seperti menggunakan kondisi hampa udara

126
Kajian Program Peningkatan Kinerja...(Heri Budi Wibowo)

atau ditekan dengan sistem pneumatis moderat (maksimmal 0,7 mm per detik).
untuk memadatkan butiran AP dan Al, Bahan material energetik umumnya
mempercepat pengerasan, dan bersifat eksplosif, sementara bahan
menurunkan porositas propelan propelan roket sipil harus klasifikasi non
sehingga void bisa diturunkan menjadi explosive. Propelan harus memiliki sifat
0,5% dengan ukuran rata-rata maksimal mekanik yang baik dalam suhu
adalah 10 mikron. Propelan komosit saat operasional (-50 sampai +50oC)
ini menggunakan AP ukuran 5 mikron (Abusaidi, 2017a; Abusaidi et.al., 2017b;
untuk mendapatkan impuls sepsifik Agrawal et.al., 2010; Ashrafi et.al.,2016).
yang tinggi (Wibowo, 2016b).
2.2 Posisi Litbang Teknologi
2.1.3 Propelan yang ramah Propelan Komposit di
lingkungan. Indonesia
Pembakaran AP akan 2.2.1 Sejarah litbang propelan di
menghasilkan gas klorin yang berbahaya LAPAN.
bagi lingkungan dan manusia (Timnat, Pengembangan propelan untuk
1987). Penelitian menggantikan AP atau roket di Indonesia diawali tahun 1963
substitusi AP dengan material energetik melalui roket Kartika dengan
tinggi yang lebih ramah lingkungan telah menggunakan propelan berbahan
banyak dilakukan. Upaya menggantikan blackpowder (bubuk mesiu).
total AP dengan bahan baru masih sulit Pengembangan propelan selanjutnya
diaplikasikan karena klasifikasi bahan menggunakan propelan komposit
baku dan propelan yang dihasilkan berbasis AP/polisulfida hasil kerjasama
adalah high eksplosif sehingga litbang roket meniru roket-roket Jepang
membutuhkan proses dan penyimpanan dan berhasil diuji pada tahun 1980.
yang khusus seperti yang digunkan Lapan mengembangkan propelan
untuk fasilitas militer (Abdullah et.al., berbasis AP/poliuretan yang lebih
2014; Colclough et.al., 1996) . Beberapa mudah pembuatan dan penanganannya
penelitian dilakukan untuk mulai tahun 1990, dilanjutkan
menggantikan sebagian AP dengan penelitian propelan berbasis
material lain yang lebih ramah AP/HTPB/Al pada tahun 1995. Semua
lingkungan. Beberapa material energetik bahan baku propelan tersebut sampai
tinggi yang bersifat low explosive telah saat ini diimpor dari China (Loekman,
dikembangkan untuk substitusi AP, 1998).
seperti RDX, HMX, NG, HNF, dan ADN.
Untuk memperbaiki sifat mekaniknya, 2.2.2 Sejarah pencapaian teknologi
maka beberapa binder energetik juga propelan komposit berbasis
sudah diaplikasikan seperti penggunaan AP/HTPB/Al di LAPAN.
GAP, NHTPB, BAMO, dan MIMMO. Pengembangan teknologi
Beberapa penelitan telah dapat propelan berbasis AP/HTPB/Al di LAPAN
menaikkan impuls spesifik propelan pada awalnya menggunakan bahan AP
berbasis AP/HTPB/Al mencapai 12% bimodal (dua macam ukuran) dengan
dengan penambahan maerial energetik 2 kandungan AP dan Al maksimal 82,5%
hingga 4%. Pengembangan material dan kadar Alumunium maksimal 5%.
energetik tinggi harus diperhatikan Propelan yang dihasilkan memiliki
kompatibiitas dengan binder HTPB, impuls spesifik rata-rata 200 detik.
keamanan dalam proses dan Pengembangan propelan dengan sistem
penyimpanan, dan laju bakar yang binder dan penambahan plasticizer baru

127
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol.16 No.2 Desember 2018 : hal 123 - 138

(DOA dan DOS) dapat meningkatkan adonan propelan yang homogen dan
solid content menjadi 85% sehingga dilengkapi sistem keamanan khusus
propelan memiliki impuls spesifik rata- untuk material beresiko meledak. LAPAN
rata 210 detik (Hartaya, 2015). telah menggunakan mixer yang memilisi
Peningkatan kinerja propelan dilakukan spesifikasi untuk propelan ukuran kecil
dengan menggunakan AP trimodal dan dan sedang. Metode proses pencetakan
peralatan proses yang lebih baik, yang diakukan selama ini adalah sistem
sehingga dihasilkan propelan dengan free standing. LAPAN mulai
impuls spesifik rata-rata 221 detik menggunakan sistem proses case
(Hartaya, 2016; Wibowo, 2015b). bonded dan sedang dalam proses
penyemprnan, menggunakan teknologi
2.2.3 Keterbatasan dan kendala dari Korea Selatan pada tahun 2015
dalam pengembangan propelan (Wibowo, 2015b).
komposit di Indonesia.
Semua bahan baku propelan 2.3 Teori menaikkan impuls spesifik
yang digunakan untuk formulasi propelan komposit
propelan masih diimpor. Pembatasan Peningkatan kinerja propelan
impor bahan baku propelan dari negara sebagai sumber energi mengikuti hukum
tergabung MTCR mengakibatkan termodinamika. Faktor-faktor yang
kesulitan dalam mendapatkan bahan berpengaruh terhadap energi
baku propelan. Impor dari negara non pembakaran propelan adalah masa,
MTCR juga dibatasi sehingga tidak dapat energi spesifik, suhu pembakaran, serta
diperoleh bahan baku propelan kualitas teknologi proses pembuatan (Timnat,
(grade) untuk propelan. Bahan baku 1987). Untuk meningkatkan impuls
kualitas propelan standar dan yang spesifik propelan, maka dapat dilakukan
diperoleh dapat ditampilkan pada tabel dengan mengatur faktor-faktor tersebut.
1-1. Permaslahan lain adalah belum a) Masa propelan.
dimiliki alat-alat analisis yang memadai Untuk mendapatkan propelan yang
untuk menguji kuaitas bahan baku tinggi dapat diakukan dengan
propelan tersebut, belum ada lembaga meningkatkan rapat masa propelan
sertifikasi uji yang tersedia untuk dalam kisi-kisi ruang geometris
menguji bahan-bahan khususnya untuk komposit. Sistem propelan komposit
propelan di Indonesia. Peneliti di terdiri dari butiran AP dan Al dalam
Indonesia mengalami kesulitan dalam sistem binder HTPB. Untuk
melakukan formulasi untuk mendapatkan rapat massa yang
mendapatkan propelan dengan kinerja tinggi, maka dapat dilakukan
seperti yang diharapkan. Proses dengan meningkatkan solid loading
formulasi propelan berada pada density dari butiran oksidator dan
lingkaran penelitian untuk optimasi fuel dalam sistem binder propelan.
bahan baku proelan agar dapat Solid loading density propelan
doiproses dengan baik, homogenitas dipengaruhi oleh geometri butiran
tinggi, dan mencapai solid loading dan binder. Propelan dengan rapat
density yang maksimal. Bahan-bahan masa tinggi dapat diperoleh dengan
material energetik tinggi tidak ada yang menggunakan kombinasi butiran AP
tersedia di pasaran. dengan tiga jenis ukuran (trimodal),
Kunci teknologi proses propelan adalah butiran AP yang berbentuk bola
mixer dan sistem pencetakan. Mixer sehingga bisa mengisi geometri
propelan bertujuan mendapatkan binder propelan dengan penuh.

128
Kajian Program Peningkatan Kinerja...(Heri Budi Wibowo)

Ukuran AP yang terbaik adalah Bahan lain yang berpengaruh
kombinasi 400, 200, dan 100 mesh terhadap energi spesifik propelan
(Timnat, 1987; Prianto et.al., 2015). adalah sistem binder itu sendiri.
b) Energi spesifik propelan. Binder HTPB merupakan pengikat
Bahan yang memiliki kontribusi butiran AP dan Al. Bahan HTPB
energi propelan paling besar adalah adalah sistem binder yang berupa
AP dan Al. Propelan dengan energi cairan yang akan mengeras menjadi
yang tinggi diperoleh dengan padatan. Bahan HTPB memiliki
menggunakan bahan AP dan bahan viskositas yang rendah sehingga
Al yang memiliki energi spesifik yang campuran butiran AP dan Al dapat
tinggi. Energi spesifik yang tinggi terdistribusi dan terikat dengan
diperoleh dengan AP yang memiliki merata, kemudian akan mengalami
kemurnian tinggi dan kepadatan peningkatan viskositas dengan
yang tinggi. AP adalah senyawa penambahan agen pengeras sampai
kristal yang pada keadaan murni menjadi keras. Propelan harus
berbentuk amorf dan porositas memiliki kuat mekanik yang baik
tinggi, sehingga kerapatannya sehingga tidak mengalami deformasi
rendah (67%). AP untuk propelan selama suhu operasional. HTPB
memiliki kerapatan masa sangat memiliki viskositas rendah dan
tinggi, bisa mencapai 98%. dapat memadat dengan fleksibilitas
Beberapa material berenergi sangat yang baik sehingga komposit tidak
besar (high energetic material) mudah retak. Kemampuan
ditambahkan unutk meningkatkan menampung butiran padatan dari
energi dari propelan tersebut. sistem binder HTPB sangat tinggi
Beberapa material tersebut adalah sehingga digunakan sebagai binder
ADN, HMX, RDX, HNF (Abusaidi, propelan. HTPB dengan
2017a; Abusaidi et.al., 2017b; mikrostruktur yang baik memiliki
Agrawal et.al., 2010; Ashrafi solid loading capacity mecapai 95%
et.al.,2016). Bahan ADN adalah (Wibowo, 2016a; Gupta et.al., 2014).
bahan berenergi sangat tinggi, c) Suhu pembakaran.
bersifat low explosive, memiliki Propelan dengan suhu pembakaran
kompatibilitas tinggi dengan binder yang tinggi akan menaikkan energi
HTPB sehingga banyak pembakaran. Suhu pembakaran
diaplikasikan untuk propelan yang tinggi diperoleh dengan
komposit berbasis AP/HTPB/Al. menggunakan logam oksida seperti
Sementara bahan-bahan lain Alumunium, berilium, dan
termasuk katagori high explosive, magnesium. Beberapa peneliti
sehingga propelan yang menggunakan alumunium ukuran
dihasilkanpun bersifat eksplosif. nano untuk mendapatkan jumlah
Bahan HTPB adalah binder non alumunium yang lebih banyak dan
energetik. Beberapa binder energetik merata sehingga suhu pembakaran
yang memiliki energi tinggi banyak meningkat tajam.
diaplikasikan untuk meningkatkan d) Penyempurnaan teknologi proses.
energi pembakaran, namun Teknologi proses untuk memperoleh
memiliki sifat mekanik yang baik propelan yang homogen dan
(Florczak et.al., 2015; Gupta et.al. porositas minimal terus diupayakan
2014;Komarov et.al., 1999; Ramesh (Shekkar et.al., 2013).
et.al., 2012; Betzler et.al., 2016).

129
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol.16 No.2 Desember 2018 : hal 123 - 138

3 Metodologi dapat diperoleh dengan solid


Metodologi kajian dilakukan loading content maksimal 85%.
dengan langkah-langkah sebagai berikut 2 Reformulasi melalui optimasi
a) Penetapan tujuan program. bentuk dan ukuran butiran
Penetapan tujuan program adalah padatan belum dapat dilakukan
menetapkan tujuan dari program karena keterbatasan bahan
litbang yang terukur dan waktu baku.
penyelesaian yang diinginkan. 3 Reformulasi melalui optimasi
b) Tinjauan posisi litbang propelan. binder dengan loading capacity
Tinjauan posisi litbang propelan di tinggi belum dapat dilakukan
Indonesia dan di dunia, capaian dan karena keterbatasan bahan
kendala yang dihadapi. baku.
c) Identifikasi permasalahan. 4 Reformulasi menggunakan
Identifikasi permasalahan- bahan high energetic material
permasalahan yang muncul, belum pernah dilakukan
penetapan sumber daya yang dimiliki
dan yang tidak dimiliki, serta sumber c. Teknologi proses
daya litbang. 1 proses pencetakan propelan
d) Penetapan strategi litbang. Penetapan dengan teknik case bonded
strategi litbang di bidang propelan masih belum berhasil baik.
berdasarkan solusi terhadap 2 Teknik pencetakan propelan
permasalahan yang muncul dan bertekanan tinggi untuk
tahapan penelitian yang perlu menurunkan porositas dan
dilakukan. menaikkan solid Teknologi
proses untuk menurunkan
4 Pembahasan porositas dan meningkatkan
4.1 Identifikasi permasalahan homogenitas telah dilakukan
Permasalahan teknis dalam dengan mixer baru, namun
penguasaan teknologi propelan di belum dapat diperoleh standar
Indoensia (LAPAN) dapat disarikan porositas maksimal yang
sebagai berikut: diperbolehkan.
a. Kesulitan pengadaan bahan baku 3 Teknologi loading density belum
propelan. pernah dilakukan.
1 Semua bahan baku propelan
(AP, HTPB, Al, TDI) masih impor. 4.2 Penetapan tujuan program.
2 Negara produsen bahan baku Berdasarkan identifikasi masalah
propelan anngota MTCR dan dan tinjauan teoritis, maka tujuan
non MTCR membatasi ekspor program yang paling baik adalah
bahan baku propelan spesifikasi meningkatkan kinerja propelan
grade satu. komposit dengan impuls spesifik dari
3 Kemampuan untuk 220 menjadi 250 detik. Program ini
menentukan grade bahan baku dijalankan di litbang propelan selama 5
propelan belum dimiliki. (lima) tahun.

b. Reformulasi propelan 4.3 Penetapan strategi litbang.


1 Reformulasi propelan hanya Penetapan strategi libang
melakukan optimasi terhadap dilakukan berdasarkan identifikasi
bahan baku propelan yang masalah, capaian yang telah dihasilkan,

130
Kajian Program Peningkatan Kinerja...(Heri Budi Wibowo)

sumber daya yang dimiliki, kemudian Hasil akhir dari tahapan ini adalah
ditetapkan strategi litbang untuk mendapatkan syarat keberterimaan
mengatasi masalah ditampilkan pada bahan baku propelan, cara pengujian
tabel 4.1. Tahapan penguasaan litbang karakteristik propelan, dan memperoleh
yang dapat dilakukan adalah a) MSDS sebagai dasar dari proses
Penetapan sasaran formulasi propelan formulasi propelan.
yang ditargetkan, b) penjaminan Tahap berikutnya adalah
kualitas bahan baku propelan yang formulasi propelan. Formulasi propelan
dapat dilakukan, c) reformulasi propelan bertujuan untuk mendapatkan formula
untuk optimasi solid loading density, yang optimal menggunakan bahan baku
homogenitas, dan porositas, d) propelan yang diperoleh. Formulasi
penambahan material energetik untuk propelan dilakukan dengan
meningkatkan impuls spesifik, dan e) meningkatkan solid loading sensity dan
scale up formulasi ke proses produksi. menambahkan material high energetic
Sasaran formulasi propelan material. Upaya meningkatkan solid
ditetapkan berdasarkan kondisi saat ini loading density dapat dilakukan secara
yang memiliki impuls spesifik 220 detik, efektif jika dapat diperoleh bahan baku
akan ditingkatkan ke batas minimal yang baik spesifikasinya. Jika spesifikasi
impuls spesifik propelan pada bahan baku propelan terbatas, maka
umumnya, yaitu 250 detik. Prioritas hanya dapat dilakukan optimasi
pertama litbang propelan adalah formulasi saja agar dapat diperoleh
mendapatkan bahan baku propelan formulasi propelan yang optimum
spesifikasi bagus. Untuk mendapatkan dengan menggunakan bahan baku yang
bahan baku propelan yang berkualitas ada.
baik, diperlukan penetapan syarat Optimasi dapat dilakukan dengan
keberterimaan bahan baku propelan dan mengatur komposisi bahan baku
cara analisisnya. propelan sehingga propelan dapat
Cara analisis bahan baku propelan diproses dan memiliki solid loading
yang bersifat khusus (mudah meledak density masimal. Peningkatan kinerja
atau terbakar) banyak yang tidak propelan dapat dilakukan dengan
dimiliki oleh lembaga analisis menambahkan bahan-bahan berenergi
independen atau lembaga pengujian sipil tinggi (high energetic material).
di Indonesia (Wibowo, 2016a; Wibowo, Penambahan bahan energetik tinggi
2016b). Beberapa alat uji perlu diadakan sebesar 4 % dapat meningkatkan impuls
oleh LAPAN seperti bomb calorimeter, spesifik propelan maksimal 12%
particle size analyzer, porosimeter, bulk (Florczak et.al., 2015; Gupta et.al.
densitometer, solid loading capasity 2014;Komarov et.al., 1999; Ramesh
meusurement, dan lain sebagainya et.al., 2012; Betzler et.al., 2016).
(Wibowo, 2016b; Komarov et.al.,1999). Beberapa bahan energetik tinggi yang
Keterbatasan bahan baku propelan yang telah digunakan untuk meningkatkan
diperoleh dimungkinkan untuk kinerja propelan komposit adalah ADN ,
mendapatkan spesifikasi yang lebih RDX, NHTPB, dan GAP (Abusaidi,
rendah dari target, untuk kepentingan 2017a; Abusaidi et.al., 2017b; Agrawal
formulasi maka dibutuhkan analisis et.al., 2010; Ashrafi et.al.,2016). Bahan-
karakteristik bahan baku propelan bahan tersebut walaupun bersifat low
tersebut. Hal ini disebabkan banyak explossive, namun propelan yang
bahan baku propelan yang tidak dihasilkan bersifat non explossive.
terdapat material data sheet (MSDS).

131
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol.16 No.2 Desember 2018 : hal 123 - 138

Selain itu, bahan-bahan khsusunya adalah AP dan HTPB maka


energetik tinggi tersebut memiliki perlu dibangun kemandirian bahan
kompatibilitas yang baik dengan binder baku tersebut. Pengadaan prototip
HTPB. Apabila diasumsikan propelan produksi AP dan HTPB penting dalam
awalnya memiliki impuls spesifik 220 rangka menyediakan bahan baku
detik, diharapkan bertambah 25 detik propelan yang sesuai dengan spesifikasi
melalui penambahan material berenergi untuk propelan kelas internasional.
tinggi. Untuk dapat melaksanakan
Bahan baku propelan dapat program tersebut maka dibuat rencana
diperoleh dengan mengadakan langsung kerja penelitian seperti ditunjukkan
(impor), memperbaiki karakteristik pada tabel 4.2. Untuk mendapatkan
bahan baku yang diperoleh, dan impuls spesifik yang diinginkan, maka
membuat sendiri bahan baku yang tidak perlu dilakukan langkah-langkah
tersedia di pasaran. Bahan AP, HTPB, Al kongkrit dan sistematis.
saat ini dapat dimpor dari negara China. Pertama adalah membuat syarat
Keterbatasan material tersebut saat in keberterimaan dan metode pengujian
adalah memiliki solid loading density bahan baku propelan yang
maksimal 85%. Bahan AP dapat dipersyaratkan, khususnya bahan-
ditingkatkan kualitasnya dengan bahan pokok seperti AL, AP, HTPB, TDI.
menurunkan keseragaman ukuran Kemudian dilakukan identifikasi
butiran sehingga kerapatan AP dalam karakteristik bahan baku propelan
sistem komposit dapat ditingkatkan. untuk kepentingan formulasi propelan.
Peningkatan impuls spesifik Identifikasi pokok AP meliputi bentuk
propelan dapat ditingkatkan sebesar 5% dan ukuran butiran, kemurnian,
dengan meningkatkan keseragaman porositas, lapisan (stabilitas terhadap
ukuran AP. Beberapa bahan energetik sifat higroskopis), berat jenis, energi
tinggi seperti RDX, GAP, dan AND dapat pembakaran. Identifikasi pokok Al
diperoleh melalui industri bahan peledak adalah bentuk dan ukuran butiran,
PT DAHANA dan PT PINDAD. Bahan kemurnian, berat jenis, energi
binder NHTPB saat ini tidak dapat pembakaran.
diperoleh melalui impor, sehingga harus Identifikasi pokok HTPB adalah
dibuat sendiri (Wibowo, 2015); Wibowo, kemurnian, berat molekul rata-rata,
2016a). distribusi berat molekul rata-rata,
Pengembangan teknik proses struktur konfigurasi, bilangan hidroksil,
propelan dapat meningkatkan kinerja kuat mekanik dan pot life binder, dan
propelan karena dapat menaikkan solid solid loading capacity. Identifikasi pokok
loading density juga. Teknologi proses TDI adalah berat jenis, struktur
yang baik dapat menurunkan porositas konfigurasi, bilangan isocianat.
(void) sehingga ruang kosong komposit Identifikasi material menjadi sangat
dapat diminimalkan, melalui penting karena akan diketahui
penambahan bahan plasticizer (DOA, kemampuan maksimal reformulasi
DOS, TPB) dan pencetakan propelan propelan yang akan dicapai.
melalui tekanan tinggi. Pengembangan Berbasiskan hasil identifikasi
teknologi ini dapat meningkatkan bahan baku propelan, kemudian
kinerja propelan cukup besar, yaitu 5% dilakukan optimasi komposisi yang
(Wibowo, 2017). dapat diproses menjadi propelan,
Untuk mengatasi permasalahan memiliki porositas rendah, dan memiliki
keterbatasan bahan baku propelan, impuls spesifik optimal. Optimasi

132
Kajian Program Peningkatan Kinerja...(Heri Budi Wibowo)

komposisi dapat dilakukan dengan kebutuhan yang relatif kecil.
mengatur komposisi bahan baku Pembangunan prototip produksi AP dan
propelan, menambahkan plasticizer HTPB dalam skala kecil namun dengan
yang sesuai, dan teknologi proses. teknologi proven diperlukan untuk
Langkah berikutnya adalah menyelesaikan permasalahan formulasi
melakukan penelitian untuk propelan ke depan. Pembangunan unit
meningkatkan impuls spesifik propelan produksi AP dan HTPB dapat dilakukan
menggunakan bahan baku propelan lembaga litbang LAPAN.
yang telah diperbaiki (treatment) dan Untuk menjalankan program
penambahan bahan-bahan energetik litbang tersebut, maka dapat dilakukan
tinggi. Bahan baku propelan yang telah dengan pengelompokan program
ada dapat diperbaiki karakteristiknya berdasarkan unit atau laboratorium
dengan memperbaiki keseragaman sesuai dengan kompetensinya. Program
ukuran partikel dengan proses diketuai oleh analisis sistem yang
refinering. Proses perbaikan AP dengan melaksanakan koordinasi dan desain
rekristalisasi menjadi tidak efektif program yang akan dijalankan,
karena akan merusak pelapis AP termasuk desaina formulasi yang
sehingga mengakibatkan rusaknya diinginkan.
lapisan AP yang menyebabkan bersifat Laboratorium uji kualitas
hidroskopis. menjalankan fungsi mengadakan bahan
Peningkatan impuls spesifik baku propelan yang berkualitas baik.
propelan juga dapat dilakukan dengan Laboratorium ini dilengkapi dengan
menambahkan bahan enrgetik tinggi peralatan laboratorium yang khusus
yang sangat efektif meningkatkan menangani bahan-bahan propelan yang
impuls spesifik secara signifikan. Bahan belum dapat diadakan oleh laboratorium
ADN dan RDX adalah oksidator sipil lainnya. Laboratorium bahan AP
energetik yang banyak digunakan untuk adalah menyiapkan bahan AP untuk
meningkatkan impuls spesifik propelan formulasi propelan. Laboratorium ini
komposit. Bahan NHTPB dan GAP memiliki kemampuan modifikasi AP
adalah binder energetik yang memiliki yang ada untuk ditingkatkan
sifat mekanik baik dan berenergi tinggi. kualitasnya.
NHTPB adalah turunan dari HTPB Laboratorium AP juga harus
sehingga dapat dibuat melali modifikasi membangun atau mengadakan prototip
struktur HTPB yang tersedia. Banyak unit produksi Ap yang sudah proven.
formula tersedia untuk mengubah HTPB Unit produksi tersebut akan dapat
menjadi NHTPB (Krishnan et.al., 2012; mengatasi keterbatasan AP yang
Florczak et.al., 2015). tersedia. Laboratorium HTPB adalah
Keterbatasan bahan baku laboratorium yang menyediakan HTPB,
propelan sebagai akar dari memodifikasi HTPB untuk mendapatkan
permasalahan dalam peningkatan HTPB dengan solid loading capacity
impuls spesifik dapat diselesaikan tinggi. Laboratorium HTPB juga harus
dengan membangun prototip produksi membangun atau mengadakan prototip
AP dan HTPB kapasitas kecil. unit produksi AP yang sudah proven.
Pembangunan unit produksi AP dan Unit produksi tersebut akan dapat
HTPB tidak efisien dibangun oleh mengatasi keterbatasan HTPB yang
industri swasta nasional karena tidak tersedia. Laboratorium material
ekonomis. Bahan AP dan HTPB adalah energetik memiliki karakteristik yang
bahan spesifik untuk propelan dengan berbeda karena resiko tinggi menangani

133
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol.16 No.2 Desember 2018 : hal 123 - 138

bahan eksplosif. Laboratorium material binder dapat juga dikombinasikan


energetik menyiapkan, mensintesis dengan Lab AP dan HTPB. Lab pengujian
bahan energetik yang dipelrukan untuk karakteristik prpelan menjalankan
menaingkatkan ikinerja propelan seperti fungsi pengujian karakteristik propelan
NHTPB dan ADN. Karakteristik material yang dibuat, meliputi sifat mekani, sifat
energetik yang berupa oksidator dan fisik, sifat balistik, dan sifat energetik.

Tabel 4.1: TAHAPAN LITBANG PENINGKATAN KINERJA PROPELAN KOMPOSIT

Tahapan Tujuan Output

1. Penetapan sasaran Menetapkan type propelan yang Jenis propelan,


formulasi propelan dikembangkan, jenis roket type/ukuran,grain, ukuran,
dikembangkan. model cetak, mixer.
2. Penjaminan kualitas
bahan baku propelan
a. Penetapan spesifikasi Melakukan kajian dan penelitian MSDS bahan baku propelan
dan kebutuhan kebutuhan bahan baku propelan AP, HTPB, TDI, IPDI, Al, DOA,
yang diperlukan dan spesifikasi DOS, TPB
kuncinya.
b. Penetapan syarat Melakukan kajian, penelitian, dan Syarat keberterimaan dan
keberterimaan dan penetapan metode metode pengujian
metode analisis kualitas pengujian/analisis dan sumber
bahan rujukannya
3. Reformulasi propelan
untuk meningkatkan
kinerja propelan
a. Meningkatkan solid Meningkatkan solid loading content Peningkatan impuls spesifik
loading content dari 85% menjadi 90% propelan 5% (11 detik)
b. Meningkatkan Penelitian meningkatkan Peningkatan impuls spesifik
homogenitas dan homogenitas propelan dan propelan 5% (11 detik)
menurunkan porositas menurunkan porositas mencapai 2%,
dengan pencetakan tekanan tinggi
dan pengaturan pencampuran
c. Meningkatkan solid Meningkatkan solid loading capacity Peningkatan process
loading capacity binder binder sehingga propelan dapat feseability binder
HTPB diproses baik
d. Penambahan material Penambahan oksidator energetik Meningkatkan impuls spesifik
energetik ADN dan binder energetik N- propelan sebesar 10% (22
HTPB/GAP detik)
4. Peningkatan kualitas Peningkatan solid loading density Meningkatkan impuls spesifik
bahan baku propelan HTPB, penyeragaman ukuran AP, propelan sebesar 10% (22
pelapisan AP detik)
5. Membangun Membangun prototip produksi AP Menyediakan AP dan HTPB
kemandirian bahan dan HTPB yang sudah proven yang sesuai dengan spesifikasi
baku propelan yang diinginkan

134
Kajian Program Peningkatan Kinerja...(Heri Budi Wibowo)

Tabel 4.2. PENYUSUNAN TAHAP PELAKSANAAN PROGRAM

No Laboratorium Target Tujuan


1. Analis sistem Menentukan misi, desain Membuat desain
(koordinator) penelitian, dan koordinasi formulasi propelan
program dan pelaksanannya
2. Lab Pengujian Membuat syarat dapat Menjamin
bahan baku diterimanya, menetapkan cara mendapatkan bahan
pengujian, dan identifikasi baku propelan yang
bahan baku propelan secara standar dan diketahui
berkala karakteristiknya
3. Lab formulasi Melaksanakan proses Mendapatkan formula
propelan Reformulasi propelan menjadi propelan yang optimal
propelan sesuai grain dan (impuls spesifik,
formula yang dibuat, hoogenitas, dan non
menyempurnakan teknologi porous)
proses
4. Lab Bahan Baku AP Modifikasi dan treatment AP Menyediakan AP yang
Membangun unit produksi AP sesuai kebutuhan
formulasi
4. Lab Bahan Baku Modifikasi dan treatment HTPB Menyediakan HTPB
HTPB Membangun unit produksi yang sesuai
HTPB kebutuhan formulasi
5. Lab Material Penelitian pembatan dan Menyediakan material
energetik treatment material energetik energetik yang sesuai
AND, NHTPB, GAP kebutuhan formulasi
6. Lab Pengujian Melakukan pengujian Memastikan
karakteristik karakteristik propelan karakteristik propelan
propelan memenuhi
persyaratan yang
diinginkan.

5 KESIMPULAN mutlak untuk peningkatan kinerja


Untuk menaikkan kinerja propelan propelan. Strategi yang tersistematis
komposit berbasis AP/HTPB/Al, maka melalui penguasatan uji kualitas dan
perlu strategi dan tahapan penelitian standar baku bahan baku,
dalam menguasai teknologi propelan penguasaanbahan baku untuk standar,
untuk menyelesaikan masalah bahan optimasi formulasi, dan pengembangan
baku propelan, teknologi proses, dan material high energetic material perlu
pengembangan formulasi lebih lanjut. dilakukan bertahap dan
Pengembangan formulasi dengan berkesinambungan.
optimasi solid loading content dan
penambahan material energetik. UCAPAN TERIMAKASIH
Permasalahan bahan baku propelan Terimakasih diucapkan kepada
menjadikan proses reformulasi propelan pusat Teknologi Roket yang menfasilitasi
sulit dikembangkan. Kemandirian bahan program peningkatan kinejra propelan
baku propelan merupakan syarat
135
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol.16 No.2 Desember 2018 : hal 123 - 138

komposit melalui DIPA Pusat Teknologi https://doi.org/10.22211/cejem/64984


Roket LAPAN tahun 2017. Colclough, M. E., Desai, H., Millar, R. W., Paul,
N. C., Stewart, M. J., and Golding, P.,
DAFTAR PUSTAKA (1993). Energetic Polymers as Binders in
Abdullah, M., Gholamian, F., and Zarei, A. R., Composite Propellants and Explosives.
(2014). Investigation of Composite Solid Polymers for Advanced Technologies,
Propellants Based on Nitrated Hydroxyl- 5(September), 554–560.
Terminated Polybutadiene Binder. Colclough, M. E., and Paul, N. C., (1996).
Journal of Propulsion and Power, 30(3), Nitrated Hydroxy-Terminated
862–864. Polybutadiene : Synthesis and Properties.
https://doi.org/10.2514/1.B35117 In A. L (Ed.), ACS Symposium Series (pp.
Abusaidi, H., Ghaieni, H. R., & Ghorbani, M., 97–103). Washington, DC: American
(2017). Influences of NCO/OH and Chemical Society.
triol/diol ratios on the mechanical https://doi.org/10.1021/bk-1996-
properties of nitro-HTPB based 0623.ch010
polyurethane elastomers. Iranian Journal Chen, C.Y., Wang, X.F., Gao, L.L. and Zheng
of Chemistry and Chemical Engineering, Y.F., (2013). Effect of HTPB with different
36(5), 55–63. molecular weights on curing kinetics of
Abusaidi, H., Ghorbani, M., & Ghaieni, H. R., HTPB/TDI System, Chinese Journal of
(2017). Development of Composite Solid Energetic Materials, 21(6), pp. 771-776.
Propellant Based on Nitro Functionalized Cuihua, L., Tao, L., Xiaoxue, Z., Jianhong, L.,
Hydroxyl-Terminated Polybutadiene. Aimin, P. and Xuhui. C, (2016). Curing
Propellants, Explosives, Pyrotechnics, reaction bentween HTPB and IPDI,
42(6), 671–675. Journal of Shenzhen University Science
https://doi.org/10.1002/prep.2016001 and Engineering, 33(5), pp. 452-456.
20 Florczak, B., Bogusz, R., Skupiński, W.,
Agrawal, J. P., (2010). High Energy Materials: Chmielarek, M. and Dzik, A., (2015).
Propellants, Explosives and Pyrotechnics. Study of the Effect of Nitrated Hydroxyl-
Wiley-VCH Verlag GmbH & Co. terminated Polybutadiene (NHTPB) on
Ashrafi, M., Fakhraian, H., and Dehnavi, M. A., the Properties of Heterogeneous Rocket
(2016). Synthesis , Characterization and Propellants Central European Journal of
Properties of Nitropolybutadiene as Energetic Materials 12(4) 841-854.
Energetic Plasticizer for NHTPB Binder. Gupta, B. ., Kumar, V., and Shivhare, N.,
Propellants, Explosives, Pyrotechnics, 1– (2014). Rheological Studies on Virgin,
8. Plasticized and Solid Filled HTPB Binder
https://doi.org/10.1002/prep.2016000 System. Global Journal of Advanced
57 Engineering Technologies and Sciences,
Badgujar, D.M., Talawar, M.B., Asthana, S.N., 1(2), 41–48. Retrieved from
and Mahulikar, P.P., (2008). Advances in http://www.gjaets.com
Science and Technology of Modern Hartaya,K., (2015). Penyempurnaan Proses
Energetic Materials: An Overview, Pembuatan Propelan Komposit Lapan
Journal of Hazardous Materials, 151, pp. Berdasar Hasil Penelitian dari India,
289–305. Jurnal Teknologi Dirgantara Vol. 13 No.
Betzler, F. M., Hartdegen, V. A., Klapötke, T. M., 2 Desember 2015, pp. 121-130
and Sproll, S. M., (2016). A new energetic Krishnan, G., Ayyaswamy, K., and Nayak, S.K.,
binder: Glycidyl nitramine polymer. (2012). Hydroxy Terminated
Central European Journal of Energetic polybutadiene: chemical modifications
Materials, 13(2), 289–300.

136
Kajian Program Peningkatan Kinerja...(Heri Budi Wibowo)

and application J. Macro. Sci. Part A, Ramezani, A. and Rothe, H., (2017). Simulation
50(1), pp. 128-138. Based Early Prediction of Rocket,
Komarov, V. F., and Shandakov, V. A. (1999). Artillery, and Mortar Trajectories and
Solid Fuels, their properties, and Real Time Optimization for Counter RAM
applications. Combustion, Explosion, and Systems Mathematical Problems in
Shock Waves, 35(2), 2–6. Engineering, 12, pp. 1-8.
https://doi.org/https://doi.org/10.100 Ramesh, K., Jawalkar, S. N., Sachdeva, S.,
7/BF02674426 Mehilal, and Bhattacharya, B., (2012).
Kshirsagar D.R., Jain, S., Bhandarkar, S., Development of a Composite Propellant
Vemuri, M., and Mehilal, (2017). Studies Formulation with a High Performance
on the Effect of Nano-MnO2 in HTPB- Index Using a Pressure Casting
based Composite Propellant Technique. Central European Journal of
Formulations, Cent. Eur. J. Energ. Mater., Energetic Materials, 9(1), 49–58.
14(3), pp. 589-604. Restasari, A., Hartaya, K., Ardianingsih, R. and
Kumari A, Kurva R, Jain S and Bhattacharya B Abdillah, L.H., (2015). Effects of Toluene
(2009) Size and Shape of Ammonium Diisocyanate`s Chemical Structure on
Perchlorate and their Influence on Polyurethane`s Viscosity and Mechanical
Properties of Composite Propellant Properties for Propellant, Proceedings
Defence Science Journal 59(3) 294-299. ISAST III-2015, 2015, pp. 59-67.
Kumari, A., Kurva, R., Jain, S. and Salgado, M.C., Belderrain, M.S.N., and Devezas,
Bhattacharya, B., (2015). Evaluation of T.C., (2018). Space Propulsion: a Survey
nanoalumunium in Composite Propellant Study about Current and Future
Formulation Using Bicurative System, Technologies, J. aerosp. Technol. Manag.,
Journal of Propulsion and Power, 31(1), 10, pp. 1-10.
pp. 393-399. Sariak, G., (2017). Between a Rocket and a Hard
Kumari, A., Maurya, M., Jain, S., and Place: Militar Space Technology and
Bhattacharya, B., (2017). Nano- Stability in International Relations, The
Ammoinum Perchlorate: Preparation, internastional Journal of Space Polytics &
Characterization, and Evaluation in Policy, 15(1), pp. 51-64.
Composite Propellant Formulation, Schulze, M.C. and Chavez, D.E., (2016),
Journal of Energetic Materials, 31(3), pp. Synthesis and Characterization of
115-119. Energetic Plasctcizer AMDNNM, Journal
Loekman, S., Pengembangan Propelan of Energetic Materials, 34(2), pp. 129-
Komposit, (1998), Majalah LAPAN No2, 137.
LAPAN. Shokry, S.A., El-Morsi, A.K., Sabaa, M.S.,
Priyanto, B., Pinalia, A., and Puspitasari, R.R., Mohamed, R.R. and El Sorogy, H.E.,
(2015). The Effect of Spray Gas Flow Rate (2015). Synthesis and characterization of
and Concentration on Modification polyurethane based on hydroxyl
Ammonium Perchlorate Using Spray terminated polybutadiene and reinforced
Drying: Advances in Science and by carbon nanotubes, Egyptian Journal of
Technology of Indonesian Aircraft, Petroleum, 24(2), pp. 113–232.
Rocket, and Satellite, Indonesia Book Shekhar, C., Pant, M.S., Santosh, S., Banerjee,
Project, pp. 22-31. P.K., Khanna, (2013). Single Step
Rahman, A., Chin, J. and Cheah, K.H., (2018). Synthesis of Nitro-Functionalized
Prilling and Coating of And Solid Green Hydroxyl-Terminated Polybutadiene,
Propellant in Toluene Mixture Using Propellants Explos. Pyrotech., 38, pp.
Ultrasound Sonication, Aerospace, 5(1), 748-753.
pp. 29-35.

137
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol.16 No.2 Desember 2018 : hal 123 - 138

Trache, D., Klapotke, T.M., Maiz, L., Abd- Wibowo, H.B., (2016). Kontrol Kualitas Bahan
Elghany, M. and DeLuca, L.T., 2017. Baku Propelan, Penerbit Indonesia Book
Green Chamistry, 20, pp. 4711-4736. Project, pp. 134-139.
Timnat, Y.M., 1987. Advanced Chemical Rocket Wibowo, H.B., (2016). Polimer HTPB
Propulsion, Academic Press, pp. 132-135 Pengembangan Binder Propelan
Wibowo, H.B., (2015). Peningkatan Sifat Komposit Di Indonesia, Penerbit
Mekanik Propelan Mandiri Berbasis Indonesia Book Project, pp. 120-129.
Pengaruh Bilangan OH terhadap Kinerja Wibowo, H.B., (2017), Teknologi PropelanUntuk
Propelan: Teknologi Roket Sonda Penguasaan Teknologi Roket, Bahan
Indonesia 2015, Penerbit Indonesia Book Orasi Profesor Riset, LIPI, pp. 78-80
Project, pp. 273-290. Zhou, Q., Jie, S. and Li, B.G., (2014).
Wibowo, H.B., (2015). Pengembangan Propelan Preparation of Hydroxyl Terminated
Mandiri untuk Roket Komposit. Prosiding Polybutadiene, Ind. Eng. Chem.
JASAKIAI 21 November 2013, pp. 157- Res., 53(46), pp. 17884–17893.
162.

138
Pengaruh Dioctyl Adipate Terhadap Sifat... (Afni Restari, et.al)

PENGARUH DIOCTYL ADIPATE TERHADAP SIFAT RHEOLOGI HTPB


TERPLASTISASI
(EFFECT OF DIOCTYL ADIPATE ON THE RHEOLOGICAL
PROPERTIES OF PLASTICIZED HTPB)

Afni Restasari1, Luthfia Hajar Abdillah, Rika Suwana Budi, Kendra Hartaya
PUSAT TEKNOLOGI ROKET
LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL (LAPAN)
Jl. Raya LAPAN Rumpin Bogor Jawa Barat
1e-mail: afni.restasari@lapan.go.id

Diterima: 17 Agustus 2018; Direvisi: 31 Januari 2019; Disetujui: 7 Februari 2019

ABSTRACT

Developing knowledge on rheological properties of liquid content of propellant can


be used to develop the formulation of liquid contents and mixing parameter that support
the increase of solid contents so that the mechanical properties of propellant can be
optimum and impulse specific of the rocket can be increased. This development can be
started from the mixture of HTPB-DOA so that this research aims to find out the effect of
DOA on rheological properties of HTPB-DOA that include shear dependence flow
properties, viscosity and viscosity at zero shear rate. In the methos, DOA were varied 0,
5, 10, 15, 20% and mixed with HTPB. Its rheological behaviours are understood by
measuring its viscosities in rotational speed of 0,5; 1; 1,5; 2; 2,5; 3; 4 of spindle type 2 of
Brookfield viscometer and analyzing the graph of shear rate vs shear stress also viscosity
vs shear rate. Based on those analysis, it is revealed that HTPB-DOA has shear thickening
behaviour. The more DOA added, the lower viscosity, the lower viscosity at zero shear
rate and the stronger the behaviour of shear thickening. Therefore, the use of high speed
in mixing HTPB-DOA need to be avoided and the additive contents that are shear thinning
are needed.

Keywords: Rheology, Plasticizer, Propellant Binder, Shear Thickening, Polymer.


139
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol.16 No.2 Desember 2018 : hal 139 - 148

ABSTRAK

Pengembangan pengetahuan terhadap sifat rheologi isian cair propelan berguna


untuk mengembangkan formula isian cair dan parameter mixing yang dapat mendukung
peningkatan isian padat sehingga sifat mekanik propelan optimum dan spesifik impuls
dari roket naik. Pengembangan ini dapat dimulai dari campuran HTPB-DOA sehingga
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh DOA terhadap sifat rheologi HTPB-
DOA yang meliputi sifat alir terhadap shear rate, viskositas dan viskositas saat zero shear
rate. Dalam metodenya, DOA divariasi 0, 5, 10, 15 dan 20% dan dicampur dengan HTPB.
Sifat rheologi dipahami dengan mengukur viskositasnya pada kecepatan putar 0,5; 1;
1,5; 2; 2,5; 3; 4 dengan spindel tipe 2 dari viskometer Brookfield dan menganalisis grafik
shear stress vs shear rate serta viskositas vs shear rate. Berdasarkan analisis tersebut,
diketahui bahwa campuran HTPB-DOA bersifat shear thickening. Semakin banyak DOA
yang ditambahkan, semakin rendah viskositas campuran, semakin rendah nilai
viskositas pada zero shear rate dan semakin kuat sifat shear thickening dari campuran.
Dengan demikian, penggunaan kecepatan tinggi dalam mixing HTPB-DOA perlu
dihindari dan diperlukan bahan aditif yang bersifat shear thinning.

Kata kunci: Rheologi, Plasticizer, Binder Propelan, Shear Thickening, Polimer.

1 PENDAHULUAN padatan dalam propelan meningkat


Propelan padat komposit untuk kenaikan impuls spesifik (Isp).
merupakan hasil cetak dari slurry yang (Dey, Athar, Sikder, & Chattopadhyay,
mayoritas berisi partikel oksidator 2015; Muthiah, Somasundaran,
seperti Ammonium perklorat dan serbuk Verghese, & Thomas, 1989;
bahan bakar logam seperti Aluminium. Remakanthan, Kk, Gunasekaran,
Dalam pencetakan, viskositas sangat Thomas, & Thomas, 2015).
menentukan kualitas propelan. Viskositas merupakan besaran
Demikian pula dalam proses yang menggambarkan resistensi suatu
pencampuran padatannya dengan isian cairan untuk mengalir oleh adanya gaya
cair seperti Hydroxy Terminated dari luar. Dalam perumusannya,
Polybutadiene (HTPB) dan Toluena diumpamakan, lapisan tipis cairan
diisosianat (TDI). Viskositas yang rendah berada diantara dua bidang paralel
memungkinkan kedua proses tersebut dengan jarak dy . Pada keadaan steady
menghasilkan propelan yang homogen state, gaya geser yang mengenai cairan
sehingga masalah seperti terbentuknya diimbangi oleh gaya gesek internal yang
rongga, pori hingga crack yang dapat berlawanan arah. Untuk cairan
berujung pada rusaknya struktur roket Newtonian, yang mana besarnya
dapat dicegah. Viskositas menjadi viskositas tidak tergantung pada gaya
semakin penting mengingat semakin geser, tegangan geser (shear stress), τ,
lama, viskositas slurry semakin berbanding lurus dengan laju geser
meningkat seiring dengan semakin (shear rate), γ, dan viskositas, µ, seperti
banyaknya ikatan silang poliuretan yang dikemukakan pada Persamaan 1-1
terbentuk melalui reaksi polimerisasi (Chhabra RP & Richardson JF, 2008).
HTPB dan TDI.
Selain itu, viskositas juga semakin F/A = τ = µ (- dV/dy) = µ.γ (1-1)
tinggi ketika kebutuhan akan isian

140
Pengaruh Dioctyl Adipate Terhadap Sifat... (Afni Restari, et.al)

Salah satu cara untuk ditemukan pada isian cair sederhana


menurunkan viskositas adalah dengan berkomposisi HTPB, DOA, TDI maupun
penambahan plasticizer. Dalam yang telah dilengkapi dengan additif TMP
perkembangan teknologi propelan, (trimethyol propane) dan alkanol tipe
plasticizer dibedakan menjadi inert dan amina-amida. Efek ini pun masih ada
energetik. Plasticizer inert meliputi saat isian cair telah bercampur dengan
senyawa – senyawa yang mengandung serbuk aluminium dan partikel
gugus fungsi ester dan rantai Ammonium perklorat (AP) baik bimoda
hidrokarbon. Kelompok ester dapat maupun trimoda. Lebih lanjut, DOA
berupa Dimethyl phthalate (DMP), diketahui kompatibel terhadap slurry
Diethyl phthalate (DEP), Dibutyl dengan komposisi yang mengandung AP
phthalate (DBP), Dioctyl phthalate (DOP), bimoda sebaik IDP (Gupta, Kumar, & N,
Triacetin, Dibutyl sebacate (DBS), 2014; Muthiah et al., 1989; Restasari &
Diisooctyl sebacate, Dioctyl sebacate Abdillah, 2017; Tomasz et al., 2018).
(DOS), Dibutyl sebacate (DBS), Isodecyl Di sisi mekanik, adanya DOA
pelargonate (IDP), Trioctyl phosphate diketahui dapat menurunkan impact
(TOF), Dioctyl adipate (DOA) dan Dibutyl sensitivity pada komposisi CL-20, HTPB,
adipate (DBA). Sementara, kelompok DOA dan TDI. Hal ini juga terlihat dalam
hidrokarbon terdiri dari polybutene (PB), komposisi HTPB, 2,2’-methylenebis, IPDI
spindle oil, naphthenic oil, polymer (Isophorone diisocyanate), RS-RDX
extender oil (PEO) dan poly isobutylene (sensitivity reduced-RDX), aluminium
(PIB)(Muthiah et al., 1989). Di sisi lain, dan Fe acetyl acetonate. Dengan
plasticizer energetik dapat berbasis Azido, turunnya sensitivitas, propelan menjadi
ester nitrat, N-Nitramine, Nitro aromatic, lebih aman untuk ditangani dalam
Oxetane, Nitro aliphatic dan GLYN dimer penyimpanan maupun transportasi
(Manu, 2009). Diantara jenis – jenis (Gurkan, Deger, Zekeriya, & Teoman,
tersebut, DOA merupakan plasticizer 2014; Li et al., 2014).
yang paling banyak digunakan pada Dengan semua keunggulannya,
berbagai komposisi propelan. penambahan sejumlah besar massa DOA
Pada propelan berbasis GAP tentunya diinginkan. Namun demikian,
(Glycidyl Azide Polymer), DOA dilaporkan terdapat masalah pada sifat fisik dan
memiliki performa yang lebih baik dalam mekanik propelan dengan kian
menurunkan viskositas dibanding DOP bertambahnya massa DOA. Dilaporkan,
(Manu, 2009). Sementara pada pada propelan berbasis GAP, semakin
pencampuran dengan CL-20 dan HTPB, banyak DOA yang ditambahkan, nilai
performa tersebut lebih baik dibanding kekuatan tarik, tegangan saat
DOS dan DBP (Li, Wang, & An, 2014). perpanjanganf 100%, kekerasan dan
Campuran HTPB dan DOA menunjukkan ketangguhan atau toughness semakin
viskositas yang semakin menurun menurun (Manu, 2009). Hal serupa juga
dengan bertambahnya DOA, demikian dilaporkan terjadi pada nanokomposit
pula setelah penambahan TDI (Tomasz, polyurethane/polyhedral oligomeric
Katarzyna, Karolina, & Lukasz, 2018). silsesquioxane berbasis HTPB (Kim,
Selain menurunkan viskositas, Kwon, & Kim, 2013).
penambahan DOA juga bermanfaat Kelemahan plasticizer dalam
dalam memperpanjang potlife sebagai pembentukan sifat fisik dan mekanik
lamanya waktu yang tersedia hingga propelan dapat diatasi dengan
propelan tidak layak untuk diproses penambahan senyawa bonding agent
berdasarkan viskositasnya. Hal tersebut yang dapat menambah kuat ikatan

141
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol.16 No.2 Desember 2018 : hal 139 - 148

antara binder dan partikel padat. dapat diartikan sebagai viskositas pada
Bonding agent ini dapat berupa molekul kondisi zero shear, µ0. Shear thinning
kecil dan polimer. Molekul kecil meliputi ditandai dengan n < 1, shear thickening
ester borat dan ester titanat. Sementara ditandai dengan n > 1 dan newtonian
contoh dari golongan polimer adalah ditandai dengan n = 1. Sementara, sifat
NPBA (Neutral Polymer Bonding Agent) alir yang bergantung pada waktu
dan polimer amida (Liu, Sun, Hong, Pang, meliputi thixotropik yang mana terjadi
& Qiao, 2018). Untuk propelan berbasis penurunan viskositas seiring berjalannya
HTPB, beberapa bonding agent seperti waktu dan kebalikannya, rheopeksi
senyawa aziridine, alkanolamine, (Chhabra RP & Richardson JF, 2008).
polyamine, isocyanurate,
dimethyldantoin dan turunannya telah τ = K (γ)n (1-2)
dikembangkan (Brzić et al., 2015; Hu et
al., 2014). µ = τ / γ = K (γ)n-1 (1-3)
Penambahan bonding agent
biasanya dilakukan di saat awal Sifat alir komponen propelan yang
pencampuran HTPB dengan DOA dan zat mengandung DOA bermacam – macam,
tersebut berpotensi untuk bergantung pada komposisinya. Gupta et
mempengaruhi viskositas campuran. al (2014) menungkapkan bahwa
Lebih lanjut, karakteristik perubahan campuran HTPB, TDI, DOA, TMP
viskositas atau sifat alir campuran juga (Trimethyol propane) dan alkanol tipe
dipengaruhi. Sifat tersebut, terutama amina amida memiliki sifat newtonian
yang tergantung pada laju geser (shear (Gupta et al., 2014). Sifat thixotropik
rate) atau disebut cairan non-newtonian, ditemukan oleh Bogdan et al (2015) pada
penting untuk mendapat perhatian slurry propellant dengan komposisi
karena menyangkut kondisi mixing dan Ammonium klorat (VII), serbuk
casting yang akan diterapkan agar aluminium, BEFP, HTPB, DOA, DDI dan
hasilnya optimum yang mana kondisi zat additif (Bogdan & Bednarczyk, 2015).
tersebut mendukung peningkatan isian Sementara, sifat shear thinning
padat sehingga sifat mekanik propelan ditemukan pada beberapa komposisi
optimum dan spesifik impuls dari roket seperti propelan CL-20 (CL-20, HTPB,
naik.Mengingat kedua proses tersebut TDI, DOA), RS-RDX (HTPB, 2,2`-
menghasilkan gaya geser pada cairan. Methylenebis, IPDI, RS-RDX, DOA,
Dengan demikian, sifat alir dari Aluminium dan Fe Acetyl Acetonate),
campuran HTPB dan DOA perlu untuk EVA-RDX (EVA, RDX, HMX, DOA,
diketahui terlebih dahulu. Dechlorane) (Gurkan et al., 2014; Jong,
Berdasarkan ketergantungan pada Sangmook, & Jae, 2017; Li et al., 2014).
shear rate, sifat alir dibagi menjadi tiga Keuntungan dan cara
yaitu shear thinnning yang mana mengatasi kekurangan dalam
viskositas menurun seiring dengan penggunaan DOA serta beragamnya sifat
naiknya shear rate, viskoplastis yang alir di atas membuat sifat dasar aliran
membutuhkan gaya tertentu untuk HTPB dan DOA penting untuk diketahui
memulai aliran, dan shear thickening terutama pada shear rate rendah sesuai
yang mana viskositas bertambah dengan yang diaplikasikan pada mixing dan
naiknya shear rate. Pada Persamaan casting. Oleh karena itu penelitian ini
Power Law (Persamaan 1-2 & 1-3), n bertujuan untuk mengetahui pengaruh
merupakan index Power Law yang penambahan DOA terhadap sifat alir
menandai sifat alir cairan sementara K

142
Pengaruh Dioctyl Adipate Terhadap Sifat... (Afni Restari, et.al)

campuran HTPB dan DOA pada shear sehingga diketahui karakteristik alirnya.
rate rendah. Grafik tersebut tersaji pada Gambar 3-1
berikut, sedangkan nilai kemiringan
2 METODOLOGI ditampilkan pada Tabel 3-1.
Penelitian ini membuat 4 macam
campuran HTPB - DOA. DOA divariasi (0,
5, 10, 15 dan 20%) dengan massa HTPB
konstan. HTPB dan DOA dicampur pada
60 rpm selama 3 menit tanpa panas
dengan menggunakan pengaduk
mekanika IKA dengan anchor impeller.
Viskositas diukur pada kecepatan putar
0,5; 1; 1,5; 2; 2,5; 3; 4 rpm dengan
menggunakan spindel tipe 2 dari
viskometer Brookfield untuk semua
Gambar 3-1: Grafik Shear Rate vs Shear Stress
komposisi.
dari sistem HTPB-DOA.
Grafik shear rate vs shear stress
dibuat berdasarkan Persamaan 1-1.
Tabel 3-1: NILAI KEMIRINGAN GRAFIK ALIR
Grafik shear rate vs viskositas dibuat
HTPB-DOA
untuk mendapat Persamaan 1-3, beserta
nilai n dan K. Analisis mikro dilakukan
Kemiringan
dengan analisis data dipol dengan
% DOA Grafik
software Millsian serta struktur kimia
1 2
dengan ChemDraw Ultra Software.
0 83.202
5 65.085
3 HASIL PEMBAHASAN
10 53.768
Sifat alir dari slurry propelan sangat
dipengaruhi oleh sifat alir isian cairnya 15 44.997

dan penambahan DOA pada isian cair 20 36.694


dikehendaki untuk menurunkan
viskositas slurry. Untuk mempelajari Persamaan 1-1 menjelaskan
pengaruh penambahan DOA pada bahwa nilai shear stress berbanding
viskositas HTPB-DOA, viskositas dari lurus dengan hasil kali viskositas dengan
sistem HTPB-DOA dengan persentase shear rate. Pada cairan Newtonian, nilai
DOA yang bervariasi diukur pada kemiringan grafik tersebut adalah 1 yang
kecepatan putaran spindle yang berbeda. ditandai dengan garis merah pada
Hal ini karena kecepatan putaran spindle Gambar 3-1. Di Gambar tersebut terlihat
dapat mewakili shear rate (Brookfield bahwa HTPB saja dan semua komposisi
Engineering Laboratories, 2014) . HTPB-DOA tidak menunjukkan sifat
Penggunaan kecepatan putaran hingga 4 Newtonian. Hal ini berbeda dengan yang
rpm adalah untuk mewakili laju geser ditemukan oleh Gupta et al (2014) pada
yang terjadi saat casting secara gravitasi sistem binder propelan. Penyebab
dan vakum. Teknik casting tersebut perbedaan ini dapat bersumber dari
biasanya digunakan dalam pembuatan tingginya rpm yang digunakan Gupta et
propelan. Hasil pengukuran viskositas al (2014) yaitu 10 rpm ke atas, serta
kemudian dibuat grafik shear rate vs adanya tambahan senyawa kimia, tidak
shear stress berdasarkan Persamaan 1-1 hanya HTPB dan DOA (Gupta et al.,
untuk mendapat nilai kemiringan grafik 2014).

143
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol.16 No.2 Desember 2018 : hal 139 - 148

Sementara, berdasarkan Tabel 2018). Hal ini bisa dijelaskan seperti di


3-1 kolom 2, HTPB dan HTPB-DOA bawah ini:
memiliki nilai kemiringan lebih besar
dari 1, yaitu antara 36 hingga 83, pada HTPB adalah polimer dengan rantai
grafik shear rate vs shear stress. Hal ini hidrokarbon panjang yang memiliki
menunjukkan sifat shear thickening, gugus hidroksil di masing-masing
yaitu nilai viskositas yang naik seiring ujungnya. Kehadiran struktur cis, trans
dengan naiknya shear rate (Chhabra RP dan vinil dalam rantai hidrokarbon
& Richardson JF, 2008). Analisis lebih membuat rantai HTPB terlipat sehingga
lanjut dilakukan dengan membuat grafik membentuk hambatan steris dan
shear rate vs viskositas berdasarkan menyebabkan rantainya stabil. Lipatan
Persamaan Power Law (Persamaan 1-3). tersebut menyebabkan bentuk koil HTPB.
Grafik ini disajikan pada Gambar 3-2, Ketika koil bertemu satu sama lain,
sedangkan nilai n, K dan korelasi grafik terbentuk beberapa interaksi
dengan Persamaan Power Law intermolekuler seperti gaya Van Der
dicantumkan pada Tabel 3-2. Waals dan ikatan hidrogen seperti
ditunjukkan pada Gambar 3-3. Interaksi
tersebut menghambat mobilitas polimer
yang menyebabkan kesulitan dalam
pergerakan sehingga HTPB memiliki
viskositas tinggi (Fulmer, 2000; George
Wypych, 2017; Mahanta & Pattnayak,
2015). Sementara, DOA sebagai
plasticizer dapat bekerja sebagai pelumas
internal dengan penjelasan berikut.
DOA memiliki sifat semipolar
Gambar 3-2: Grafik Power Law HTPB-DOA dengan nilai momen dipol 0,0024 D. Sifat
semipolar didapat dari rantai
Tabel 3-2: KARAKTERISTIK ALIR HTPB-DOA hidrokarbon nonpolar dan gugus adipat
polar. Sifat semipolar ini sama dengan
% K n r Korelasi HTPB rantai linier yang dengan
DOA kenaikan berat molekulnya, polaritasnya
1 2 3 4 5 juga meningkat. Sebagai contoh,
0 79.29 1.0474 0.98 Sangat Kuat C20H22O2 memiliki momen dipol 0,0017 D,
5 59.59 1.0644 0.97 Sangat Kuat C28H30O2 memiliki momen dipol 0,0028 D
10 49.56 1.059 0.95 Sangat Kuat dan C40H42O2 memiliki momen dipol
15 40.09 1.0839 0.94 Sangat Kuat 0,0031 D. Berdasarkan prinsip "like
20 32.2 1.0962 0.95 Sangat Kuat dissolve like" dan kemiripan nilai momen
dipol, maka HTPB dan DOA dapat larut
Gambar 3-2 menunjukkan satu sama lain. Disolvasi ini juga
bahwa dengan meningkatnya kadar DOA, didukung oleh parameter kelarutan. Nilai
viskositas sistem HTPB-DOA menurun parameter kelarutan DOA adalah 18,2
pada semua kecepatan rotasi. (MPa)0,5, sesuai dengan nilai parameter
Penurunan ini terjadi dari range 75 – 85 kelarutan untuk HTPB yang dihasilkan
Poise hingga 30 – 35 Poise pada oleh polimerisasi radikal bebas (16,40 -
penambahan DOA 20%. Hal serupa juga 18,11 (MPa)0,5). Properti pelarutan ini
ditemukan oleh Tomasz et al (2018) pada berkontribusi dalam mengurangi
berbagai suhu campuran (Tomasz et al.,

144
Pengaruh Dioctyl Adipate Terhadap Sifat... (Afni Restari, et.al)

viskositas HTPB + DOA (George Wypych, persamaan garis pada grafik di Gambar
2017). 3-2 yang berkorelasi sangat kuat dengan
Bila HTPB dicampur dengan persamaan Power Law, seperti
DOA, rantai hidrokarbon nonpolar DOA ditampilkan pada Tabel 3-2 kolom 4 yang
melarutkan rantai hidrokarbon nonpolar merupakan kesimpulan dari nilai
HTPB. Sementara, gugus semipolar koefisien korelasi (r) pada kolom 3.
adipat dari DOA kurang melarutkan
rantai hidrokarbon nonpolar HTPB
sehingga DOA dapat berperan sebagai
pelumas. Seiring dengan proses
pelumasan DOA, kekuatan kohesif HTPB
menurun sehingga rantai HTPB bisa
meluncur satu sama lain sehingga
menyebabkan penurunan viskositasnya. (a) (b)
Selain proses itu, selama pencampuran, Gambar 3-3: (a) Ilustrasi ikatan hidrogen HTPB;
dua ikatan hidrogen antara dua gugus (b) Ilustrasi ikatan hidrogen antara
hidroksil di ujung rantai HTPB yang HTPB dan DOA (George Wypych,
berbeda, Gambar 3-3 (a), dapat dipecah 2017).
dan digantikan oleh interaksi antara
gugus hidroksil HTPB dan gugus adipat Viskositas pada zero shear rate
dari DOA (Fulmer, 2000; George Wypych, penting untuk mengkarakterisasi respon
2017; Mahanta & Pattnayak, 2015). rheologi pada tegangan alir yang rendah,
Berdasarkan struktur kimia menemukan energi aktivasi aliran dan
yang dianalisis oleh ChemDraw Ultra menganalisis pengaruh arsitektur
Software, ditunjukkan pada Gambar 3-3 molekuler terhadap resistensi untuk
(b), dua atom oksigen (= O) pada gugus mengalir (Shaw, 2016). Dalam
karbonil DOA memiliki arah yang hubungannya dengan energi aktivasi,
berlawanan. Ini menyebabkan satu semakin rendah nilai K, semakin mudah
senyawa DOA dapat membuat dua ikatan suatu cairan untuk mengalir. Dengan
hidrogen dengan dua rantai HTPB. Tapi, demikian, semakin besar DOA, semakin
satu rantai HTPB hanya bisa membuat rendah energi aktivasi untuk mengalir,
satu ikatan hidrogen dengan satu semakin mudah campuran untuk
senyawa DOA, yaitu dengan atom mengalir. Nilai energi aktivasi yang kian
oksigen gugus karbonil (= O) dari DOA. turun dengan bertambahnya DOA ini
Hal ini karena momen ikatan C-O (0,74 ditemukan oleh Tomasz et al (2018).
D) jauh lebih kecil daripada momen Sementara, dalam kaitannya dengan
ikatan C = O (2,3 D). Kondisi yang tidak struktur molekuler, semakin rendah K,
stabil ini menyebabkan rantai polimer semakin rendah berat molekul yang
lebih mudah mengalir sehingga terlarut yang dalam hal ini adalah HTPB.
viskositas HTPB-DOA menurun Hal ini dapat diartikan bahwa semakin
(Fessenden & Fessenden, 1997; Fulmer, banyak DOA ditambahkan, semakin
2000; George Wypych, 2017). banyak ikatan hidrogen antar rantai
Mekanisme di atas dapat pula HTPB yang putus sehingga semakin
menjadi penyebab turunnya nilai K atau mudah mengalir (Dalsin, Hillmyer, &
viskositas pada zero shear, dari 79 Bates, 2014).
hingga 32, dengan naiknya konsentrasi Hal yang menarik pada Tabel 3-2
DOA. Nilai K terlihat pada Tabel 3-2 terletak pada kolom 3 sebagai analisis
kolom 2. Nilai K tersebut diperoleh dari lanjutan dari Tabel 3-1 kolom 2, yaitu

145
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol.16 No.2 Desember 2018 : hal 139 - 148

mengenai sifat alir HTPB-DOA. Pada thickening hanya terjadi sampai nilai
kolom tersebut, HTPB dan semua shear rate tertentu yaitu sekitar 10 – 100
campuran HTPB-DOA memiliki nilai n rps untuk campuran Mamaku gum dan
yang lebih besar dari 1, yang berarti di bawah 100 rps untuk campuran
bahwa HTPB dan HTPB-DOA memliki terpineol (Jaishankar et al., 2015;
sifat shear thickening.Dengan Umerova, Dulina, & Ragulya, 2015).
bertambahnya DOA, nilai n naik dari Batas tersebut bernilai 600 hingga 6000
1,0474 yang merupakan nilai dari HTPB rpm yang mana tidak diterapkan pada
hingga 1,0962 yang dimiliki oleh mixing maupun casting propelan
campuran dengan DOA sebesar 20%. Ini
menunjukkan bahwa semakin banyak
DOA, sifat shear thickening campuran
HTPB-DOA semakin kuat. Sifat shear
thickening ini dijelaskan sebagai berikut.
Seperti telah dijelaskan,
dideskripsikan pada Gambar 3-3 (b)
bahwa dengan adanya DOA, koil HTPB
menjadi terbuka namun tidak
seluruhnya. HTPB-DOA membentuk Gambar 3-4: Ilustrasi Kualitatif Mengenai
kumparan yang lebih mudah terurai oleh Mekanisme Shear Thickening
adanya gaya geser dibanding dengan HTPB-DOA.
bentuk koil HTPB. Kumparan yang telah
terurai dapat membentuk ikatan silang Untuk lebih memahami pengaruh
secara fisik satu dengan yang lain penambahan DOA terhadap nilai n,
sehingga sulit untuk mengalir, seperti persentasi DOA vs nilai n dibuat dan
terdeskripsikan pada Gambar 3-4. Ikatan disajikan pada Gambar 3-5. Pada
silang ini menimbulkan sifat shear Gambar tersebut, berdasarkan nilai dari
thickening apabila besarnya energi ikatan determinan korelasi, persentase DOA
fisik tersebut bersesuaian dengan energi dan nilai n membentuk korelasi yang
thermal campuran. Semakin besar shear sangat kuat, sehingga dapat digunakan
rate, semakin banyak kumparan yang untuk memprediksi nilai n selanjutnya
terurai, semakin banyak ikatan silang, dengan penambahan DOA yang lebih
semakin tinggi viskositas sehingga besar.
menyebabkan sifat shear thickening.
Dengan semakin banyaknya DOA,
semakin mudah kumparan terurai,
semakin banyak kumparan yang terurai
sehingga kekuatan shear thickening
semakin besar (Ding, Tracey, Li, Peng, &
Whitten, 2013; Jaishankar, Wee, Matia-
Merino, Goh, & McKinley, 2015; Wagner,
Barbati, Engmann, Burbidge, & McKinley,
2016).
Sifat shear thickening pada polimer Gambar 3-5: Grafik Pengaruh %DOA terhadap
ini juga dilaporkan nampak pada Nilai n.
campuran Mamaku gum dan urea serta
terpineol dan plasticizer DBP. Namun, Walaupun nilai n dari HTPB-DOA
pada kedua campuran tersebut, shear mendekati Newtonian (n=1), namun

146
Pengaruh Dioctyl Adipate Terhadap Sifat... (Afni Restari, et.al)

tingginya kebutuhan akan persentase DAFTAR PUSTAKA


DOA serta tingginya kecepatan mixing Bogdan, F., & Bednarczyk, A. M. (2015). Studies
HTPB-DOA saat pembuatan propelan of Rheological Properties of Suspension of
(sekitar 40-60rpm), maka berdasarkan Heterogeneous Rocket Propellant Based on
Persamaan 1-3, nilai n tersebut HTPB Rubber. CHEMIK, 69(3), 136–145.
membawa dampak yang signifikan Brzić, S., Dimić, M., Jelisavac, L., Djonlagić, J.,
terhadap viskositas HTPB-DOA. Dengan Ušćumlić, G., & Bogdanov, J. (2015).
demikian, penggunaan kecepatan tinggi Influence of Polyglycidyl-type Bonding
dalam mixing HTPB-DOA perlu dihindari. Agents on the Viscoelastic Properties of a
Di sisi lain, berkaitan dengan Carboxylterminated poly(butadiene-co-
penambahan bonding agent dan aditif acrylonitrile)-based Composite Rocket
lainnya, diperlukan pemilihan Propellant. Central European Journal of
berdasarkan sifat shear thinning Energetic Materials, 12(2), 307–321.
sehingga pengadukan saat ditambahkan Chhabra RP, & Richardson JF. (2008). Non-
isian padat lebih mudah mencapai Newtonian Flow and Applied Rheology
homogen walaupun persentase isian Engineering Applications (2nd ed.).
padat ditingkatkan. Hal ini berujung Burlington: Elsevier Ltd.
pada optimumnya sifat mekanik Dalsin, S. J., Hillmyer, M. A., & Bates, F. S.
propelan dan spesifik impuls roket. (2014). Molecular Weight Dependence of
Zero-Shear Viscosity in Atactic
4 KESIMPULAN Polypropylene Bottlebrush Polymers. ACS
Dalam penelitian ini telah Macro Letters, 3(5), 423–427.
dilakukan pengukuran viskositas https://doi.org/10.1021/mz500082h
campuran HTPB dan DOA pada berbagai Dey, A., Athar, J., Sikder, A. K., &
shear rate. Berdasarkan hasil analisis Chattopadhyay, S. (2015). Effect of
grafik shear rate vs shear stress, Microstructure on HTPB Based
diketahui bahwa campuran HTPB dan Polyurethane (HTPB-PU), 5(April), 145–151.
DOA memiliki sifat shear thickening. https://doi.org/10.17265/2161-
Diketahui pula bahwa semakin banyak 6221/2015.3-4.005
DOA yang ditambahkan, semakin rendah Ding, J., Tracey, P. J., Li, W., Peng, G., &
viskositas campuran, semakin rendah Whitten, P. G. (2013). Review on shear
nilai viskositas pada zero shear rate dan thickening fluids and applications.pdf.
semakin kuat sifat shear thickening dari Textile and Light Industrial Science and
campuran. Penggunaan kecepatan putar Technology, 2(4), 161–173.
rendah dalam pengadukan HTPB-DOA, Fessenden, R. J., & Fessenden, J. S. (1997).
serta pemilihan bahan aditif yang shear Kimia organik. Jakarta: Erlangga.
thinning disarankan untuk peningkatan Fulmer, M. S. (2000). Introduction to Lubricants
sifat mekanik propelan dan spesifik and Additives for Polymer Compounds.
impuls roket. Retrieved from
http://www.struktol.com/pdfs/Lubricant
UCAPAN TERIMAKASIH s.pdf.
Penulis mengucapkan terima kasih George Wypych. (2017). Handbook of Plasticizers
kepada Pusat Teknologi Roket (3rd ed.). Toronto: ChemTec Publishing.
(Pustekroket) LAPAN karena telah Gupta, B., Kumar, V., & N, S. (2014).
menyediakan fasilitas pendukung Rheological Studies on Virgin, Plasticized
penelitian serta rekan – rekan yang telah and Solid Filled HTPB Binder System.
mendukung penelitian ini. Global Journal of Advanced Engineering
Technologies and Sciences, 1(2), 41–48.

147
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol.16 No.2 Desember 2018 : hal 139 - 148

Gurkan, A., Deger, S., Zekeriya, T. K., & Teoman, analytical methods for determination of
T. (2014). ylmaz2014.pdf. Journal of intrinsic viscosity of hydroxyl terminated
Applied Polymer Science, 40907–40914. polybutadiene. J. Mater. Environ. Sci, 6(9),
https://doi.org/10.1002/APP40907 2377–2385.
Hu, W., Su, Y., Zhou, L., Pang, A., Cai, R., Ma, Manu, S. K. (2009). Glycidyl Azide Polymer (GAP)
X., & Li, S. (2014). Molecular Dynamics of as a High Energy Polymeric Binder for
Neutral Polymer Bonding Agent (NPBA) as Composite Solid Propellant Applications.
Revealed by Solid-State NMR Spectroscopy. Mahatma Gandhi University.
Molecules, 19, 1353–1366. Muthiah, R., Somasundaran, U. I., Verghese, T.
https://doi.org/10.3390/molecules19011 L., & Thomas, V. A. (1989). Energetics and
353 Compatibility of Plasticizers in Composite
Jaishankar, A., Wee, M., Matia-Merino, L., Goh, Solid Propellants. Defence Science Journal,
K. K. T., & McKinley, G. H. (2015). Probing 39(2), 147–155.
hydrogen bond interactions in a shear Remakanthan, S., Kk, M., Gunasekaran, R.,
thickening polysaccharide using nonlinear Thomas, C., & Thomas, C. R. (2015).
shear and extensional rheology. Analysis of Defects In Solid Rocket Motors
Carbohydrate Polymers, 123, 136–145. Using X-Ray Radiography. The E-Journal of
https://doi.org/10.1016/j.carbpol.2015.0 Nondestructive Testing, 20(6).
1.006 Restasari, A., & Abdillah, L. H. (2017). Pengaruh
Jong, H. C., Sangmook, L., & Jae, W. L. (2017). Dioctyl Adipate Terhadap Pot-Life
Non-Newtonian Behavior Observed via Proopelan Berformula AP Trimoda. In
Dynamic Rheology for Various Particle Prosiding SIPTEKGAN XXI (pp. 314–322).
Types in Energetic Materials and Simulant Tangerang: Pusat Teknologi Penerbangan,
Composites. Korea-Australia Rheology LAPAN.
Journal, 29(1), 9–15. Shaw, M. T. (2016). On Estimating The Zero-
https://doi.org/10.1007/s13367-017- Shear-Rate Viscosity: Tests with PIB and
0002-6 PDMS. In AIP Conference Proceeding.
Kim, H. J., Kwon, Y., & Kim, C. K. (2013). American Institute of Physics.
Thermal and Mechanical Properties of https://doi.org/10.1063/1.4965543
Hydroxyl-Terminated Polybutadiene-based Tomasz, G., Katarzyna, G.-S., Karolina, J., &
Polyurethane/Polyhedral Oligomeric Lukasz, K. (2018). Rheological and
Silsesquioxane Nanocomposites Thermal Properties of Mixtures of
Plasticized with DOA. Kim. J Nanosci Hydroxyl-Terminated Polybutadiene and
Nanotechnol, 13(1). Plasticizer (Rapid communication).
Li, H., Wang, J., & An, C. (2014). Study on the Polimery, 63(1), 53–63.
Rheological Properties of CL-20 / HTPB https://doi.org/10.14314/polimery.2018.
Casting Explosives. Central European 1.9
Journal of Energetic Materials, 11(2), 237– Umerova, O., Dulina, O., & Ragulya, V. (2015).
255. Rheology of plasticized polymer solutions.
Liu, X., Sun, X., Hong, X., Pang, A., & Qiao, Y. Journal of Silicate Based and Composite
(2018). Research Progress of Bonding Materials, 67(4), 119–125.
Agents for Nitramine Composite Solid Wagner, C. E., Barbati, A. C., Engmann, J.,
Propellants. International Journal of Burbidge, A. S., & McKinley, G. H. (2016).
Astrophysics and Space Science, 6(2), 44– Apparent shear thickening at low shear
50. rates in polymer solutions can be an
https://doi.org/10.11648/j.ijass.2018060 artifact of non-equilibration Caroline.
2.11
Mahanta, A. K., & Pattnayak, P. K. (2015). Green

148
Simulasi Penentuan Basis Operasi Pada... (Prasetyo Ardi dan Adi Wirawan)

SIMULASI PENENTUAN BASIS OPERASI
PADA SISTEM PEMANTAUAN MARITIM BERBASIS
WAHANA TERBANG TAK BERAWAK
(SIMULATION TO DETERMINE THE OPERATION BASE
ON MARITIME SURVEILLANCE SYSTEM BASED
ON UNMANNED AIR VEHICLE)
Prasetyo Ardi Probo Suseno, Adi Wirawan
Pusat Teknologi Penerbangan
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)
Jl. Raya LAPAN Rumpin Bogor Jawa Barat
1e-mail: prasetyo.ardi@lapan.go.id

Diterima: 25 Oktober 2018; Direvisi: 1 Februari 2019; Disetujui: 7 Februari 2019

ABSTRACT

This paper discuss about a method to determine the operation base on martime surveillance
system based on Unmanned Aerial Vehicle. The process to determining the operation base is created
using data recorded by radarsat 2 satellite. In this research, Natuna Sea is chosen as main discussion
as the Natuna Sea, currently is one of the most vulnerable region in Indonesia for illegall fishing activity.
The simulation is done using software MATLAB. The result show that the operation base can be placed
in such a way so that with a minimum number of operations, all areas with potential illegal fishing
activities can still be included in the area of operation.

Keywords: UAV, Surveillance, Maritime, Operation Base, Cluster, Natuna.

ABSTRAK

Paper ini mendiskusikan metode untuk menentukan basis operasi pada pemantauan maritim
yang menggunakan pesawat terbang tak berawak sebagai komponen utamanya. Penentuan basis
operasi disusun berdasarkan data-data yang telah direkam oleh satelit radarsat 2. Dalam penelitian ini
dipilih laut Natuna sebagai fokus wilayah karena laut Natuna merupakan salah satu laut di Indonesia
yang paling rawan mengalami kegiatan penangkapan ikan illegal. Simulasi dilakukan menggunakan
software MATLAB. Hasil simulasi yang dilakukan menunjukkan bahwa basis operasi dapat
ditempatkan sedemikian rupa, sehingga dengan jumlah operasi yang minimal, seluruh daerah yang
berpotensi kegiatan penangkapan ikan illegal masih dapat tercakup dalam wilayah operasi tersebut.

Kata kunci: UAV, Pemantauan, Maritim, Basis operasi, Gugus, Natuna.

149
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol.16 No.2 Desember 2018 : hal 149 - 158

1 PENDAHULUAN yang diperlukan untuk radius area
Pemantauan maritim adalah operasi tertentu pada wilayah maritim
komponen vital dalam negara maritim. tertentu.
Kegiatan penangkapan illegal, tidak Paper ini menggunakan laut
dilaporkan, dan tidak diatur (Illegal, Natuna sebagai fokus wilayah operasi.
Unreported and Unregulated Fishing Laut Natuna dipilih karena merupakan
/IUUF) telah menjadi masalah utama di salah satu laut di Indonesia yang paling
Kementrian Kelautan dan Perikanan rawan mengalami kegiatan perikanan
Indonesia (KKP) (Pudjiastuti, 2016). illegal. Batasan yang diberikan oleh
Aktifitas tersebut telah menyebabkan kondisi geografis ditunjukkan pada
Indonesia mengalami kerugian sekitar persamaan (2-1) & (2-2). Paper ini
Rp 300 Triliun per tahun (Jaelani 2014). memanfaatkan database satelit radarsat-
Hingga sampai saat ini, 2 dengan waktu pengambilan sampel
pemantauan maritim telah dilakukan yaitu selama periode bulan Maret tahun
mengggunakan kapal patroli, namun 2016. Posisi kapal yang terekam dalam
permasalahannya adalah biaya untuk radarsat-2 ditunjukkan pada Gambar 1.
mengoperasikan kapal patroli sangatlah
mahal. Satu unit kapal perang sekelas 2 METODOLOGI
frigate dengan panjang sekitar 100 meter Laut Natuna sangatlah luas,
akan membutuhkan bahan bakar diesel namun tidak semua area digunakan
hingga 900 juta rupiah untuk berlayar untuk aktifitas perikanan, sehingga
sehari penuh (Widodo, 2014). Untuk diperlukan pembagian area operasi. Area
mengurangi biaya operasi pemantauan operasi adalah area dalam batas wilayah
maritim, metode alternatif perlu operasi yang berpotensi terjadi kegiatan
dibangun, salah satunya adalah perikanan illegal berdasarkan data posisi
pemantauan maritim dengan berbasis kapal yang tertangkap oleh radarsat-2.
pesawat terbang tak berawak (UAV). Satelit radarsat-2 merupakan
Penggunaan UAV dalam satelit observasi bumi untuk semua
pemantauan maritim tidak dapat cuaca dengan kemampuan pencitraan
dilakukan dengan gegabah karena UAV polarimetrik penuh (Moon, 2010). Satelit
memiliki jangkauan dan daya tahan ini merupakan misi lanjutan dari
terbang yang terbatas. Kegagalan untuk radarsat-1 yang dirancang untuk
memenuhi keterbatasan ini dapat menjamin kelangsungan pasokan data
mengakibatkan UAV jatuh di tengah laut radar seperti pemetaan es di laut dan
dan tidak dapat ditemukan lagi. Di sisi pemantauan wilayah kelautan (Singhroy,
lain operasi minimalis dengan waktu misi 2014). Radarsat-2 mengorbit pada
yang singkat dan area cakupan yang ketinggian 798 km dan mengorbit bumi
sempit akan membuat pemantauan 14 kali dalam sehari dengan
maritim menjadi tidak efisien sehingga pengulangan siklus 24 hari (Livingstone,
metode untuk menentukan basis operasi 2005). Adapun data yang dimanfaatkan
pemantauan perlu untuk dikembangkan. dari citra radarsat-2 ini antara lain
Paper ini membahas tentang adalah data posisi dan ukuran kapal.
metode untuk menentukan basis operasi Langkah-langkah dalam
pada pemantauan maritim yang pembuatan area operasi meliputi filtrasi
menggunakan pesawat terbang tak dan klustering.
berawak. Tujuan dari penentuan basis 2.1 Filtrasi
operasi ini adalah untuk mengetahui Laut Natuna tidak hanya
berapa banyak jumlah operasi minimum digunakan untuk kegiatan illegall fishing

150
Simulasi Penentuan Basis Operasi Pada... (Prasetyo Ardi dan Adi Wirawan)

namun juga merupakan jalur
perdagangan strategis di semenanjung
Melayu sehingga kapal yang tertangkap 3o LU < Y < 7o LU (2-1)
oleh radarsat-2 dapat tercampur antara
kapal penangkap ikan dengan kapal
lainnya seperti kapal transport atau 105o BT < X < 110o BT (2-2)
kapal tanker. Data ini perlu untuk
disaring sebelum digunakan untuk
membuat area operasi. 15 m < L < 50 m (2-3)
Menurut Kepala Seksi Operasi
Pusat Pengendalian I Ditjen Pengawasan
SDKP, Adi Wicaksono, kapal illegal yang Pada formula diatas Y adalah
beroperasi di Indonesa umumnya derajat posisi lintang kapal, X adalah
berukuran antara 15 m sampai 50 m. derajat posisi bujur kapal dan L adalah
Kapal yang lebih besar biasanya adalah panjang kapal dalam meter.
kapal tanker atau kapal transportasi Pada Gambar 2-1 dan 2-2 di atas
sehingga dapat disusun batasan kapal perbedaan warna menunjukkan
seperti yang ditunjukkan pada perbedaan waktu pengambilan data
persamaan (2-3). sedangkan ukuran lingkaran
Data yang telah terfiltrasi melambangkan ukuran kapal.
ditunjukkan pada Gambar 2-2.

Gambar 2-1: Data posisi kapal dari radarsat-2 selama bulan Maret 2016

151
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol.16 No.2 Desember 2018 : hal 149 - 158

Gambar 2-2: Data kapal dari radarsat-2 setelah filtrasi

2.2 Klustering radius untuk membatasi ukuran kluster.


Klustering adalah proses Setiap member yang berada diluar radius
pengelompokan suatu kelompok set yang ditentukan akan dikeluarkan dari
objek sedemikian sehingga objek dalam kelompok kluster dan dipaksa untuk
kelompok yang sama cenderung memiliki membentuk kluster baru. Hal ini akan
identitas atau parameter yang serupa menyebabkan setiap kluster memiliki
daripada objek dari kelompok yang lain. radius yang sama.
Di paper ini, metode klustering
digunakan untuk mengelompokkan 2.2.1 K-means klustering
suatu set kapal dengan jarak yang relatif K-means klustering adalah
dekat satu sama lain untuk membentuk metode klustering berbasis centroid.
suatu area operasi. Area operasi Metode ini sangat populer karena
berbentuk lingkaran dan didefinisikan kemudahan dan kesederhanaan
dengan radius dan lokasi titik tengahnya implementasi, skalabilitas, kecepatan
yang disebut dengan basis operasi. Basis konvergensi dan kemampuan
operasi adalah posisi yang beradaptasi terhadap data yang tersebar
direkomendasikan sebagai tempat kapal (Oyelade, 2010).
pembawa bersiaga. Pada metode ini setiap kluster
Teknik klustering yang digunakan direpresentasikan oleh sebuah vektor
di paper ini berdasar pada teknik K- pusat, yang belum tentu termasuk
means klustering, namun teknik sebagai anggota set data. Sebagian besar
tersebut dimodifikasi sehingga jumlah tipe algoritma K-means membutuhkan
kluster yang dihasilkan tidak tetap. jumlah kluster – k – untuk dispesifikasi
Sebagai gantinya digunakan parameter terlebih dahulu. Hal ini dianggap sebagai

152
Simulasi Penentuan Basis Operasi Pada... (Prasetyo Ardi dan Adi Wirawan)

salah satu kekurangan terbesar dari menandai penghentian algoritma jika
algoritma ini. Sifat lain dari metode tidak disebutkan secara eksplisit.
klustering ini adalah algortima yang
digunakan cenderung untuk membuat 2.2.2 Modifikasi K-Means Klustering
kluster memiliki ukuran yang sama K-Means klustering tidak
dikarenakan setiap objek ditarik oleh memperhatikan ukuran kluster,
centroid terdekat. Dengan kata lain sedangkan di paper ini area operasi
algoritma yang dipakai mengoptimalkan dibatasi oleh radius. Munculnya batas ini
pusat kluster, bukan batas kluster, adalah sebagai konsekuensi akibat
sehingga perpotongan batas kluster kemampuan UAV yang terbatas,
menjadi pertimbangan sekunder. terutama dari segi telemetri dan daya
Beberapa algoritma klustering telah tahan terbang.
diajukan dalam literatur: ISODATA Jumlah kluster dalam metode K-
(Memarsadeghi, 2007), CLARA (Saket, means biasanya telah ditetapkan sebagai
2016) dan ECLARANS (Vijayarani, 2011). parameter awal, sedangkan di paper ini
Apabila diberikan set data sejumlah n jumlah kluster akan menjadi output
titik data x1, x1, …, xn sedemikian sehingga tidak dapat ditetapkan. Idenya
sehingga setiap titik data masuk dalam adalah agar kluster yang berukuran lebih
R d, permasalahan menemukan besar dari parameter yang telah
klustering dengan varian minimum dari diberikan untuk membuang set objek
set data kedalam cluster k adalah yang berjarak melebihi batas parameter.
menemukan titik k {mj} (j=1,2, …, k) Objek tersebut kemudian diseleksi untuk
dalam Rd sedemikian sehingga: membuat kluster baru. Apabila ini tidak
dilakukan maka objek yang telah
1 .
[$%"& ( ) *+ , $& ] dikeluarkan akan masuk ke kluster yang
(2-4)
" +/0 telah ditempati sebelumnya dan
mengalami perulangan tak berujung.
diminimalkan, dimana d(xi, m j) Algoritma kemudian diulang sehingga
menyatakan jarak Euclidean antara xi semua objek berada di dalam radius
dan mj. Titik {mj} (j=1,2, …,k) adalah titik kluster yang diikuti. Modifikasi algoritma
centroid kluster. Secara umum algoritma untuk K-means klustering diberikan
K-means klustering adalah sebagai sebagai berikut:
berikut
1. Cari kandidat kluster
1. Spesifikasi jumlah kluster K yang 2. Jika kandidat kluster ditemukan,
diinginkan pilih kandidat dengan anggota
2. Distribusikan tiap titik data ke terbanyak sebagai kluster baru
kluster secara random 3. Hitung centroid tiap kluster
3. Hitung centroid tiap kluster 4. Distribusi ulang tiap titik pada
4. Distribusi ulang tiap titik pada kluster dengan centroid terdekat
kluster dengan centroid terdekat 5. Hitung ulang centroid tiap kluster
5. Hitung ulang centroid tiap kluster 6. Ulangi langkah 1 and 5 sampai
6. Ulangi langkah 4 and 5 sampai perbaikan tidak lagi dimungkinkan.
perbaikan tidak lagi dimungkinkan.
3 HASIL PEMBAHASAN
Ketika sudah tidak ada pergantian Untuk menguji model yang telah
titik data antara dua kluster atau dua dibuat, dilakukan simulasi. Pada
perulangan berurutan, ini akan simulasi awal ditunjukkan perbandingan

153
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol.16 No.2 Desember 2018 : hal 149 - 158

hasil dari metode k-means klustering jumlah area operasi yang diperlukan
yang belum dimodifikasi dan setelah untuk radius area operasi tertentu.
dilakukan modifikasi. Hasilnya ditunjukkan pada Gambar 3-2
Input simulasi adalah posisi kapal ,3-3 dan 3-4.
dalam lintang dan bujur. Hasilnya Dari simulasi yang telah dilakukan
ditunjukkan pada Gambar 3-1a dan 3- dapat dibuat grafik hubungan antara
1b. radius area operasi dengan jumlah area
Simulasi kemudian dilanjutkan operasi yang diperlukan. Ini ditunjukkan
dengan memvariasikan radius operasi. pada Gambar 3-5.
Hal ini dilakukan untuk menentukan

A2 Satellite Data
MARCH 2016

105° E 106° E 107° E 108° E 109° E 110° E


7° N

6° N

5° N

4° N

3° N

Gambar 3-1a: Area Operasi dengan metode k-means clustering untuk radius operasi 100 km

154
Simulasi Penentuan Basis Operasi Pada... (Prasetyo Ardi dan Adi Wirawan)

A2 Satellite Data
MAR 2016

105° E 106° E 107° E 108° E 109° E 110° E


7° N

6° N

5° N

4° N

3° N

Gambar 3-1b: Area Operasi dengan metode k-means clustering termodifikasi untuk radius operasi
100 km

A2 Satellite Data
MARCH 2016

105° E 106° E 107° E 108° E 109° E 110° E


7° N

6° N

5° N

4° N

3° N

Gambar 3-2: Area Operasi untuk radius operasi 75 km

155
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol.16 No.2 Desember 2018 : hal 149 - 158

A2 Satellite Data
MARCH 2016

105° E 106° E 107° E 108° E 109° E 110° E


7° N

6° N

5° N

4° N

3° N

Gambar 3-3: Area Operasi untuk radius operasi 50 km

A2 Satellite Data
MARCH 2016

105° E 106° E 107° E 108° E 109° E 110° E


7° N

6° N

5° N

4° N

3° N

Gambar 3-4: Area Operasi untuk radius operasi 25 km

156
Simulasi Penentuan Basis Operasi Pada... (Prasetyo Ardi dan Adi Wirawan)


Gambar 3-5: Hubungan antara radius operasi dengan jumlah basis operasi

Pada Gambar 3-1 dapat kita akan menambah beban operasi (bahan
bandingkan hasil metode k-means bakar, kemampuan telemetri, dll),
clustering yang belum dimodifikasi sehingga di atas 80 km penambahan
(Gambar 3-1a) dengan hasil metode k- radius operasi tidak direkomendasikan.
means clustering setelah dimodifikasi
(Gambar (3-1b). Nampak pada Gambar 3- 4 KESIMPULAN
1a bahwa terdapat objek yang tidak Metode untuk menentukan basis
masuk dalam area operasi. Hal ini terjadi operasi pada pemantauan maritim
karena metode k-means clustering tidak berbasis wahana terbang tak berawak
memiliki batas radius sehingga muncul telah berhasil dirancang.
kemungkinan adanya objek diluar area Basis operasi dapat ditempatkan
operasi. Pada metode k-means clustering sedemikian rupa, sehingga dengan
termodifikasi (Gambar (3-1b) hal ini tidak jumlah operasi yang minimal, seluruh
terjadi sama sekali karena objek diluar daerah yang berpotensi kegiatan
batas operasi akan secara otomatis penangkapan ikan illegal masih dapat
membentuk kluster baru. Pada Gambar tercakup dalam wilayah operasi tersebut.
3-1a dapat kita lihat pula bahwa area Berdasarkan studi yang telah
operasi memiliki daerah irisan yang dilakukan, radius operasi optimal yang
relatif lebih besar daripada pada Gambar disarankan untuk wilayah laut Natuna
3-1b, ini menunjukkan bahwa metode k- adalah tidak lebih dari 80 km. Untuk
means klustering yang dimodifikasi radius operasi diatas 80km menjadi tidak
menempatkan area operasi secara lebih efektif karena jumlah basis operasi yang
efisien. dibutuhkan tidak berkurang secara
Pada Gambar 3-1 sampai 3-4 dapat signifikan.
dilihat bahwa semakin besar radius
operasi maka jumlah basis operasi akan UCAPAN TERIMAKASIH
berkurang, namun pada radius operasi Ucapan terima kasih kepada
75 km dan 100 km ternyata memiliki Gunawan S.P. yang telah membantu
jumlah basis operasi yang sama. Pada penyediaan data dan kepada Tim Redaksi
grafik Gambar 3-5 dapat dilihat bahwa Jurnal Teknologi Dirgantara.
penambahan radius menjadi tidak Riset ini didanai oleh Kementerian
signifikan untuk radius di atas 80 km. Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi
Adapun penambahan radius operasi Republik Indonesia melalui program

157
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol.16 No.2 Desember 2018 : hal 149 - 158

Insentif Riset Sistem Inovasi Nasional Means Clustering algorithm for
(Insinas) prediction of Students’ Academic
Performance, International Journal of
DAFTAR RUJUKAN Computer Science and Information
Abdul Qodir Jaelani & Udiyo Basuki. Security (IJCSIS), Vol. 7, No. 1.
(2014). Illegal Unreported and Saket, Swarndeep, Dr. Sharnil Pandya.
Unregulated (IUU) Fishing: Upaya (2016). An Overview of Partitioning
Mencegah dan Memberantas Illegal Algorithms in Clustering Techniques.
Fishing dalam Membangun Poros International Journal of Advanced
Maritim Indonesia. Jurnal Supremasi Research in Computer Engineering &
Hukum Vol.3, No.1, Yogyakarta: UIN Technology (IJARCET) Vol. 5, Issue 6.
Sunan Kalijaga ISSN: 2278 – 1232.
Livingstone, C.E., I. Sikaneta, C. Gierull, Singhroy, Vern and Francois J.
S. Chiu, P. Beaulne, (2005). Charbonneau. (2014). RADARSAT:
RADARSAT-2 System and Mode Science and Applications. La Physique
Description, Meeting Proceedings Au Canada/Vol. 70, No. 4.
RTO-MP-SCI-150, Paper 15. Susi Pudjiastuti. (2016). Laporan Kinerja
Memarsadeghi, nargess. (2007). a Fast Kementrian Kelautan dan Perikanan
Implementation of the ISODATA Tahun 2015. Kementrian Kelautan
Clustering Algorithm. International dan Perikanan. Jakarta
Journal of Computational Geometry & Widodo & Moeldoko dalam Tempo.co.
Applications. Berapa Biaya Patroli Kapal TNI AL per
Moon, Wooil M., Gordon Staples, Duk-jin Hari?. (2014).
Kim, Sang-Eun Park, and Kyung-Ae https://nasional.tempo.co/read/630
Park, (2010). RADARSAT-2 and 262/berapa-biaya-patroli-kapal-tni-
Coastal Applications: Surface Wind, al-per-hari/full&view=ok.
Waterline, and Intertidal Flat Diakses: 12 September 2018
Roughness, Proceedings of the IEEE, Vijayarani, S., S. Nithya. (2011). An
Vol. 98, No. 5, May 2010, DOI: Efficient Clustering Algorithm for
10.1109/JPROC.2010.2043331 Outlier Detection. International
Oyelade, O.J., O.O. Oladipupo, I.C. Journal of Computer Applications
Obagbuwa, (2010). Application of k- (0975 – 8887), Vol 32 – No 7.

158
Koreksi Data Automatic Identification... (Abdul Karim, et.al)

KOREKSI DATA AUTOMATIC IDENTIFICATION SYSTEM (AIS)
SATELIT LAPAN-A2 DAN LAPAN-A3 MENGGUNAKAN METODE
INTERPOLASI DAN EKSTRAPOLASI
(LAPAN-A2 AND LAPAN-A3 AUTOMATIC IDENTIFICATION SYSTEM
(AIS) SATELIT DATA CORRECTION USING INTERPOLATION AND
EXTRAPOLATION METHODE)
Abdul Karim1, Rizki Permala, M Mukhayadi, Wahyudi Hasbi
Pusat Teknologi Satelit
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)
Jl. Cagak Satelit KM 04 Rancabungur, Bogor
1Email: abdul.karim@lapan.go.id

Diterima: 15 November 2018; Direvisi: 12 Januari 2019; Disetujui: 7 Februari 2019

ABSTRACT

Nasional Institute Aerounautics and Space (LAPAN) has two satellites (LAPAN-A2 and LAPAN-
A3) that are carry Automatic Identification System (AIS) sensors. It can be use for ship monitoring in
Indonesian maritime territory. The altitude of the satellite is about 642 Km and 500 km so it has a wide
area covered and therefore may receive big amount of data. The problem is the AIS technology use the
Time Division Multiple Access (TDMA) system that has limitations in handling big amount of data
simultaneously so that some data received can be damaged due to message collision. Therefore, in this
research perform analysis and correction on damaged data using interpolation and extrapolation
methods. The results is data correction of about 22,6 % for LAPAN-A2 satellite and 20,8 % for LAPAN-
A3 satellite.

Keywords: AIS, Satellite, LAPAN

ABSTRAK

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Naional (LAPAN) telah memiliki dua buah satelit (LAPAN-
A2 dan LAPAN-A3) yang membawa sensor Automatic Identification System (AIS). Pemanfaatan data AIS
berbasis satelit ini sangat berguna bagi pemantauan kapal di wilayah perairan Indonesia. Posisi satelit
pada ketinggian sekitar 642 Km dan 500 Km dari permukaan laut menghasilkan cakupan yang luas
sehingga dapat menerima banyak data kapal. Permaslahannya adalah teknologi AIS yang menggunakan
sistem Time Division Multiple Access (TDMA) memiliki keterbatasan dalam menangani data yang besar
sehingga beberapa data yang diterima dapat mengalami kerusakan akibat terjadinya message collision.
Oleh karena itu dalam penelitian ini telah dilakukan analisis serta koreksi atas data yang rusak
mengunakan metode interpolasi dan ekstrapolasi. Hasil koreksi atas data yang rusak mencapai 22,6%
untuk satelit LAPAN-A2 dan 20,8% untuk satelit LAPAN-A3.

Kata kunci: AIS, Satelit, LAPAN

159
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol.16 No.2 Desember 2018 : hal 159 - 168

1 PENDAHULUAN LAPAN menggunakan metode interpolasi


LAPAN telah memiliki dua buah dan ekstrapolasi.
satelit yang membawa sensor AIS
(Automatic Identification System). Satelit
LAPAN-A2 dengan orbit ekuatorial dan
LAPAN-A3 dengan orbit polar.
Pemanfaatan data AIS berbasis satelit ini
sangat berguna bagi pemantauan
wilayah perairan Indonesia yang
merupakan negara kepulauan terbesar di
dunia. Wilayah teritorial perairan
Indonesia sekitar 5,9 juta km2 atau 75%
dari total wilayah. Luas +/- 1.9 juta km2
persegi, terletak pada posisi silang dunia Gambar 1-2: Sistem Pemantauan Terpadu di

(Benua Asia dan Australia serta Samudra Ditjen PSDKP Kementerian

Pasifik dan Hindia. Berbatasan dengan Kelautan dan Perikanan.

10 negara dan memiliki 17.503 pulau. (Goenaryo, 2017)

Memiliki 3 Alur Laut Kepulauan


Indonesia (ALKI) dan 4 Choke Point dunia 2 METODOLOGI
termasuk Selat Malaka. AIS merupakan sistem auto
tracking yang digunakan pada kapal dan
vessel traffic services (VTS) untuk
mengidentifikasi dan melacak posisi
kapal dengan cara melakukan
pertukaran data secara elektronik
dengan kapal lain yang berdekatan, AIS
base station, dan satelit. AIS
memudahkan kapal dalam bernavigasi
dan memungkinkan pihak berwenang
Gambar 1-1: Wilayah Indonesia (Isbanadi, 2017) untuk melakukan pelacakan ataupun
pemantauan posisi dan gerakan kapal.
Kondisi ini memerlukan Sistem AIS merupakan alat bantu
pemantauan wilayah kelautan yang yang sangat berguna dalam monitoring
optimal untuk mengcegah hal-hal illegal kapal laut terutama untuk keamanan di
yang mungkin terjadi seperti : Illegal laut dan masih terus dikembangkan
logging, Penangkapan ikan illegal, hingga saat ini. (Stupak, 2014)
Perompakan, Pencurian, Kecelakaan, Penggunaan yang tepat dapat menambah
Penyelundupan Obat, Penyelundupan kontribusi untuk keamanan penumpang,
Minyak, Imigran Ilegal, Kebakaran dan crew maupun muatan kapal tersebut
lainnya. dari hal-hal yang merugikan.
Pemantaun yang ideal tentunya Teknologi AIS yang berkembang
memerlukan banyak sensor seperti saat ini, informasi maritime
:VSM, AIS dan Citra baik berbasis ditransmisikan menggunakan frekuensi
terrestrial, pesawat udara maupun Very High Frequency (VHF). Secara
satelit. khusus menggunkan frekuensi 161,975
Dalam tulisan ini akan dibahas dan 162,025 MHz yang telah ditetapkan
analisis dan koreksi data AIS Satelit untuk keperluan maritime. (ITU, 2012).
Kedua saluran tersebut diatur melalui

160
Koreksi Data Automatic Identification... (Abdul Karim, et.al)

slot waktu yang dapat dipakai bersama derajat mengakibatkan satelit LAPAN-A2
mengunakan sistem TDMA. Masing- melintas di sekitar ekuator melewati
masing kanal memiliki 2250 slot per wilayah Indonesia setiap 100 menit.
menit seperti yang ditunjukan dalam Sedangkan satelit LAPAN-A3 dengan
Gambar 2-1. ketinggian yang lebih rendah sekitar 500
km menghasilkan cakupan yang lebih
kecil.
Salah satu masalah fundamental
dalam system transmisi AIS adalah
masalah gap dalam transmisi. Secara
Gambar 2-1: Struktur sinyal AIS. (Qing, 2015) mendasar Gap terjadi dikarenakan oleh :
• Saturasi pada lokasi dengan
Dengan demikian dari sisi receiver kapasitas kapal yang tinggi.
dapat menerima Informasi data yang • Kualitas transmisi yang dihasilkan
berkisar 2000 report per menit. (Stupak, kapal belum cukup baik
2014). Informasi tersebut berisi antara • Kesengajaan dalam
lain : bujur (longitude), lintang (latitude), menonaktifkankan penggunaaan
kecepatan (Speed Over Ground (SOG)), AIS. (Jessica, 2018)
arah (Course Over Ground (COG)),
identitas (Maritime Mobile Service Identity Analisa yang dilakukan adalah
(MMSI)), waktu (Base Data Time), tipe dengan cara mengambil sampel data dari
(Vesssel Type), dimensi (Vessel satelit kemudian dilakukan koreksi pada
Dimension), Rate of Turn, status data yang terindikasi mengalami
(Navigation Status), dan Heading. kerusakan dengan metode interpolasi
Informasi yang paling banyak digunakan atau ekstrapolasi sehingga ada peluang
dalam mempelajari dan meprediksi untuk diperbaiki.
trayektori kapal laut adalah : longitude,
latitude, SOG, COG, MMSI dan, base date 2.1 Lokasi dan Data
time. (Shangbo, 2016) Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data di wilayah
Indonesia yang diambil melalui Satelit
LAPAN-A2 dan satelit LAPAN-A3 dengan
sampel data selama satu tahun mulai
November 2017 sampai dengan Oktober
2018. Adapun standar data yang
digunakan adalah standar ITU-REC-
M.1371-5-201402-I.

2.2 Metode Koreksi Data


Data AIS yang di-download dari
satelit LAPAN akan melalui proses
Gambar 2-2: Ilustrasi cakupan data AIS melalui
decoding untuk menghasilkan data AIS
satelit LAPAN.
standar yang sesuai dengan ITU-REC-
Satelit LAPAN-A2 yang mengorbit M.1371-5-201402-I. Pada proses decode
pada ketinggian sekitar 642 km dipisahkan antara data yang valid dan
memberikan keuntungan cakupan yang data yang tidak valid berdasarkan CRC
lebih luas seperti ditunjukan dalam (cyclic redudancy check). Data yang valid
Gambar 2-2. Dengan inklinasi orbit 6 bisa langsung dimasukkan ke dalam

161
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol.16 No.2 Desember 2018 : hal 159 - 168

database sementara data yang belum 2. berdasarkan '10' && waktu


valid akan mengalami koreksi ulang agar Data_X - Data_0 <= 15menit
masih bisa dimanfaatkan. Proses (estimasi 1 pass), hitung rataan
klasifikasi dan koreksi data dalam untuk ROT, COG, LONG-LAT,
diagram alir algoritma koreksi data AIS SOG, HDG.
sebagaimana ditunjukkan Gambar 2-3. 3. untuk '00/11/01' && waktu
Data_X - Data_0 <= 15menit ,
CRC Flag : cek tiap nilai aktual (absolut)
1. "10" : uplink true, downlink true - ROT, COG, SOG, HDG
valid based on up/down-link dibandingkan dengan rataan.
CRC. untuk ROT, COG(>=10.0),
2. "00" : uplink false, downlink true SOG(>=1.0), HDG(>=5.0) kalau
- untuk dikoreksi. “YA”, jadikan nilai rataan sbg
3. "11" : uplink true, downlink false nilai baru. selain itu, abaikan.
- untuk dikoreksi. 4. untuk '00/11/01' && waktu
4. "01" : uplink false, downlink false Data_X - Data_0 <= 15menit, cek
- untuk dikoreksi. tiap nilai aktual (absolut) LONG-
LAT dibandingkan dengan
Diasumsikan bahwa semua data rataan. untuk LONG-LAT(>=
“10” dianggap benar, untuk menjadi 0.012) kalau “YA”, lakukan
patokan (terutama waktu dan MMSI). interpolasi atau ekstrapolasi,
Kemudian data yang dianalisa loop per hasil tsb sbg nilai baru. selain
15 menit (estimasi 1 pass). Berikut itu, abaikan.
langkah-langkah yang dilakukan untuk 5. Simpan data jika jumlah “10” >=
koreksi data: 1 ATAU Counter10 >=
1. baca semua file. CounterLain.

Gambar 2-3 : Diagram Alir Algoritma Koreksi Data AIS

162
Koreksi Data Automatic Identification... (Abdul Karim, et.al)

Proses interpolasi/ekstrapolasi, Tabel 3-1: Rata-rata penerimaan data AIS
dibutuhkan minimal dua data valid dari satelit LAPAN-A2 beserta data yang
satu dataset yang mungkin berisi lebih mengalami kerusakan pada periode
dari dua data error. Interpolasi dilakukan November 2017-Oktober 2018
jika data yang akan dikoreksi berada di
tengah-tengah data valid dari suatu Bulan Rata-rata Data Data Error
dataset. Sedangkan ekstrapolasi November 1953459 1060896
dilakukan jika data yang akan dikoreksi Desember 2066332 1069232
berada di awal atau di ujung data valid Januari 1440587 777428
dari suatu data set. (Chapra, 2015). Februari 1782691 1004076
Maret 1868129 1015985
3 HASIL PEMBAHASAN April 2003991 1086412
Untuk menganalisis data tersebut Mei 1844996 1015012
telah dirancang sebuah aplikasi sesuai Juni 1881072 1018378
dengan diagram alir dalam Gambar 2-3. Juli 2076465 1129496
Adapun aplikasi tersebut dapat dilihat Agustus 1975107 1091758
dalam Gambar 3-1. September 1936120 1081273
Oktober 1831131 1009286
Total 1730868 1029936

%DEA2 = DEA2/RDA2
= 1029936/1730868
= 59,5 %
Dimana :

RDA2 : Rata-rata data


DEA2 : Data error
%DEA2 : Persentase Data Error

Tabel 3-2: Rata-rata penerimaan data AIS


satelit LAPAN-A3 beserta data yang
mengalami kerusakan pada periode
November 2017-Oktober 2018

Bulan Rata-rata Data Data Error


November 1006753 556923
Desember 1004310 556412
Januari 1008504 551898

Gambar 3-1 : Aplikasi Koreksi data AIS Februari 1002634 560687


Maret 1008580 567367

Data yang gunakan sebagai sampel April 1004964 559214

adalah data rata-rata perbulan dalam Mei 1000247 556518

yang diambil setiap hari selama periode Juni 1034729 579488

bulan November 2017 sampai dengan Juli 1014262 581464

Oktober 2018. Hasil dapat dilihat dalam Agustus 1012135 577410

Tabel 3-1 dan Tabel 3-2. September 1002685 563402


Oktober 1013929 580745
Total 1009477 565960

163
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol.16 No.2 Desember 2018 : hal 159 - 168

%DEA3 = DEA3/RDA3 Juni 00 993102 392174 39,4


= 1009477/565960 01 14543 4862 33,4
= 56,1 % 11 10733 8297 77,3
10 862694 0 0
Dimana : Jum 1881072 405333 21,5
RDA3 : Rata-rata data Juli 00 1091657 435318 39,8
DEA3 : Data error 01 21817 6997 32,0
%DEA3 : Persentase Data Error 11 16022 12009 74,9
10 946969 0 0
Tabel 3-3: Hasil koreksi Data AIS satelit Jum 2076465 454324 21,8
LAPAN-A2 Agustus 00 1061765 460924 43,4
01 17559 6844 38,9
Bulan CRC Data Asli Data Koreksi % 11 12434 10266 82,5
November 00 1053240 417076 39,6 10 883349 0 0
01 4310 1689 39,2 Jum 1975107 478034 24,4
11 3346 2847 85,1 September 00 1041916 403103 38,6
10 778615 0 0 01 23089 7525 32,5
Jum 1953459 421612 21,6 11 16268 12544 77,1
Desember 00 1063502 491265 46,2 10 854847 0 0
01 3084 1446 46,9 Jum 1936120 423172 21,8
11 2646 2391 90,4 Oktober 00 990840 388673 39,2
10 997100 0 0 01 10646 3543 33,2
Jum 2066332 495102 23,9 11 7800 5940 76,1
Januari 00 753315 323629 42,9 10 821845 0 0
01 14710 5312 36,1 Jum 1831131 398156 21,7
11 9403 7534 80,1
10 663159 0 0 !"#$%#&'#()#*+#$,#$-#*.#/+#01
RKDA2=
23
Jum 1440587 336475 23,3 32,5#36,7#36,6#38#27,8#36,9#36,7#32,5#32,:#38,3#32,:#32,9
= 23
Februari 00 990191 421700 42,5
RKDA2 = 22,6 %
01 8637 2663 30,8
Dimana :
11 5248 3860 73,5
RKDA2 : Nilai rata-rata koreksi data
10 778615 0 0
Jum 1782691 428223 24,0
Tabel 3-4: Hasil koreksi Data AIS satelit
Maret 00 999517 355976 35,6
LAPAN-A3
01 9703 3129 32,2
11 6765 5038 74,4
Data
10 852144 0 0 Bulan CRC Data Koreksi %
Asli
Jum 1868129 364143 19,5
November 00 555720 204635 36,8
April 00 1067687 464878 43,5
01 670 235 35,1
01 10552 4490 42,5
11 533 464 87,0
11 8173 6987 85,4
10 449830 0 0
10 917579 0 0
Jum 1006753 205334 20,4
Jum 2003991 476355 23,7
Desember 00 555186 236340 42,5
Mei 00 983028 422994 43,0
01 724 288 39,7
01 18504 7713 41,6
11 502 461 91,8
11 13480 11520 85,4
10 447898 0 0
10 829984 0 0
Jum 1004310 237089 23,6
Jum 1844996 442227 23,9

164
Koreksi Data Automatic Identification... (Abdul Karim, et.al)

Januari 00 550683 210157 38,1 11 139 117 84,2
01 686 248 36,1 10 433184 0 0
11 529 480 90,7 Jum 1013929 209638 20,6
10 456606 0 0
Jum 1008504 210885 20,9
!"#$%#&'#()#*+#$,#$-#*.#/+#01
Februari 00 559395 211169 37,7 RKDA3=
23
3;,8#36,<#3;,7#32,2#27,2#36,2#27,6#3;,8#3;,3#3;,5#3;,8#3;,<
01 765 262 34,2 = 23
11 527 448 85,0 RKDA3 = 20,8 %
10 441947 0 0 Dimana :
Jum 1002634 211879 21,1 RKDA3 : Nilai rata-rata koreksi data
Maret 00 566073 192397 33,9
01 771 245 31,7
11 523 432 82,6 Data
30
10 441213 0 0
Jum 1008580 193074 19,1 25
April 00 557913 231383 41,4 20
01 746 303 40,6
15
11 555 516 92,9
10 445750 0 0
10
Jum 1004964 232202 23,1 5
Mei 00 555947 193429 34,8 0

Maret

Agus
Sept
Nov

Feb
Des

Okt
April
01 404 116 28,7

Mei
Jan

Juli
Juni
11 167 119 71,2
10 443729 0 0
Jum 1000247 193664 19,3
Gambar 3-2 : Presentase hasil koreksi data AIS
Juni 00 578839 211245 36,5
Satelit LAPAN-A2 periode
01 441 125 28,3
November 2017 – Oktober 2018
11 208 161 77,4
10 455241 0 0 Data
Jum 1034729 211531 20,4
25

Juli 00 580886 205059 35,3 20


01 435 124 28,5 15
11 143 125 87,4
10
10 432798 0 0
Jum 1014262 205308 20,2 5
Agustus 00 576886 207439 35,9 0
Maret

Agus
Sept
Nov

Feb
Des

Okt
April
Mei
Jan

Juli
Juni

01 387 115 29,7


11 137 120 87,6
10 434725 0 0
Gambar 3-3 : Presentase hasil koreksi data AIS
Jum 1012135 207674 20,5
Satelit LAPAN-A3 periode
September 00 562828 204391 36,3
November 2017-Oktober 2018
01 396 119 30,0
11 178 155 87,1
Adapun contoh penggunaan
10 439283 0 0
koreksi dapat dilihat dalam Gambar 3-3,
Jum 1002685 204665 20,4
dimana terdapat pergeseran trajektori
Oktober 00 580218 209400 36,1 pergerakan disekitar daerah utara Pulau
01 388 121 31,2 Papua.

165
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol.16 No.2 Desember 2018 : hal 159 - 168

DAFTAR RUJUKAN
Sebelum Sesudah Goenaryo., (2017). Kebutuhan dan Pemanfaatan
Data AIS dalam Pengawasan SDKP
presented at Focus Group Discussion
Pemanfaatan Hasil Litbang dan Fasilitas
Teknologi Satelit 2017.
International Telecommunications Union (ITU).,
Gambar 3-4 : Contoh hasil koreksi data (2012). Interim Solutions for Improved
trajektori Kapal Efficiency in the Use of the Band 156–174
Mhz by Stations in the Maritime Mobile
Berdasarkan data AIS yang Service; International Telecommunications
diterima maka dapat diketahui Kapal Union: Budapest, Hungary.
tersebut bernama Cape Vanya milik Isbandi Andrianto., (2017). Kebutuhan Satelit
negara Cyprus. Spesifikasi Kapal Untuk Monitoring Keamanan Laut Di
ditunjukan dalam Gambar 3-4. Perairan Indonesia presented at Focus
Group Discussion Pemanfaatan Hasil
Litbang dan Fasilitas Teknologi Satelit 2017.
Jessica H.Ford., David Peel., David Kroodsma.,
Britta Denise Hardesty., Uwe Rosebrock.
,ChrisWilcox., (2018), Detecting suspicious
activities at sea based on Anomalies in
Gambar 3-5 : Cave Vanya (Marine Traffic,2018) Automatic Identification Systems
transmissions, Journal Public Library os
4 KESIMPULAN Science (PLOS).
Data AIS yang diterima oleh Satelit Marine Traffic, Cave Vanya.
LAPAN-A2 rata-rata perhari pada periode https://www.marinetraffic.com/en/ais/deta
November 2017 sampai dengan Oktober ils/ships/shipid:371722/mmsi:209256000/
2018 adalah sejumlah 1.730.868 data. imo:9182710/vessel:CAPE_VANYA diunduh:
Sedangkan data Satelit LAPAN-A3 rata- 30 Oktober 2018.
rata 1.009.477 data. Kerusakan data yang Qing Hu., Yi Jiang., Jingbo Zhang., Xiaowen
terjadi sebesar 59,5% untuk Satelit Sun., Shufang Zhang., (2015), Development
LAPAN-A2 dan 56,1% Satelit LAPAN-A3. of an Automatic Identification System
Koreksi data yang berhasil Autonomous Positioning System, Journal
divalidasi menggunakan metode Sensors.
interpolasi dan ekstrapolasi mencapai R. Bosnjak., (2012), Automatic Identification
22,6% untuk Satelit LAPAN-A2 dan System in maritime Traffic in error analysis.
20,8% untuk Satelit LAPAN-A3. Journal of Transactions on Maritime Science
(ToMS) Vol.1 No.2, 77-84.
UCAPAN TERIMAKASIH S.C.Chapra., R. P.Canale., (2015). Numerical
Terimakasih penulis tujukan Methods for Engineers, Seventh Edition.
kepada Kementrian Riset & Teknologi Publication of McGraw-Hill Education, ISBN
dan Pendidikan Tinggi melalui program : 978-0-07-339792-4.
Insentif Riset Sistem Inovasi Nasional Shangbo Mao., Enmei Tu., Guanghao Zhang.,
Serta kepada pihak-pihak yang Lily Rachmawati., Eshan Rajabally., (2016).
membantu penulis baik penyediaan data, An Automatic Identification System (AIS)
pengerjaan data, serta Tim Redaksi Database for Maritime Trajectory Prediction
Jurnal Teknologi Dirgantara. and Data Mining, Proceedings of Extreme

166
Koreksi Data Automatic Identification... (Abdul Karim, et.al)

Learning Machines-2016, Desember 2016, at Sea, Journal of Marine Navigation and
ISBN 978-3-319-57420-2. Safety of Sea Transportation Vol. 8 No. 3,
T. Stupak., (2014). Influence of Automatic 337-341.
Identification System on Safety of Navigation

167
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol.16 No.2 Desember 2018 : hal 159 - 168

168
Stiffness Evaluation Of LAPAN-A5... (Robertus Heru T. dan Poki Agung B.)

STIFFNESS EVALUATION OF LAPAN-A5/CHIBASAT DEPLOYABLE
SOLAR PANEL COMPOSITE PLATE USING SIMPLIFIED FINITE
ELEMENT MODEL
(EVALUASI KEKAKUAN PLAT KOMPOSIT PANEL SURYA LAPAN-
A5/CHIBASAT YANG DAPAT DIBENTANGKAN MENGGUNAKAN
MODEL ELEMEN HINGGA YANG DISEDERHANAKAN)
Robertus Heru Triharjjanto1, Poki Agung Budiantoro
Satellite Technology Center
National Institute of Aeronautics and Space (LAPAN)
Jl. Cagak Satelit km. 0,4 Rancabungur, Bogor, Indonesiaz
1e-mail: robertus.heru@lapan.goid

Diterima: 19 November 2018; Direvisi: 7 Januari 2019; Disetujui: 7 Februari 2019

ABSTRACT

LAPAN-A5/ChibaSat, that will carry synthetic aperture radar payload, requires a lot more power
generation capacity, compared to its predecessor. Therefore, its solar panel will be deployed in orbit to
ensure maximum sun exposure. Since the deployable system requires solar panel plate that lightweight,
strong and stiff, honeycomb composite material is selected. The selection of such material requires
special treatment in the satellite structural stiffness calculation. Typical finite elemen model for such
case is 3-layers model, which each layer is individually modeled and therefore used large number of
elements. The objective of the research is to find stiffness model of the composite plate that used less
number of elements or simplified, while not losing computational accuracy. The modeling used
commercial finite element software, and the simplified honeycomb model is validated using standar plate
stiffnes problem. After model validation, the boundary condition as in the LAPAN-A5/ChibaSat
deployable system is imposed. The result shows that the stiffness of the deployable solar panel plate has
met the launch requirement of PSLV’s auxiliary payload. Therefore, the design model can be used in the
development of LAPAN-A5/ChibaSat.

Keywords: finite elemen model, deployable solar panel, LAPAN-A5/ChibaSat, honeycomb

169
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol.16 No.2 Desember 2018 : hal 169 - 175

ABSTRAK

Satelit LAPAN-A5/ChibaSat, yang akan mempunyai muatan synthetic aperture radar,


memerlukan kapasitas daya listrik yang lebih besar dibandingkan satelit-satelit LAPAN pendahulunya.
Sehingga panel suryanya akan dibentangkan saat di orbit untuk memaksimalkan paparan sinar
matahari. Bahan komposit honeycomb dipilih sebagai plat pembentang panel surya, karena harus
ringan, kuat dan kaku. Pemilihan bahan yang khusus tersebut memerlukan perlakukan khusus saat
perhitungan kekakuan struktur satelit. Pemodelan elemen hingga yang umum bagi kasus tersebut
adalah dengan memodel tiap lapis plat, sehingga jumlah lemen menjadi banyak. Tujuan dari penelitian
adalah mendapatkan model kekakuan plat komposist panel surya dengan jumlah elemen yang lebih
sedikit, atau lebih sederhana. Pemodelan dilakukan dengan mengunakan perangkat lunak elemen
hingga, dan model honeycomb sederhana divalidasi dengan kasus kekakuan plat standar. Setelah itu,
kondisi batas sesuai dengan system pembentang panel surya LAPAN-A5/ChibaSat. Hasil pemodelan
menunjukkan bahwa kekakuan plat pembentang panel surya yang didesain telah memenuhi
persyaratan peluncuran untuk roket PSLV. Sehingga moda desain tersebut dapat digunakan dalam
pengembangan LAPAN-A5/ChibaSat.

Kata kunci: model elemen hingga, panel surya, LAPAN-A5/ChibaSat, honeycomb

1 INTRODUCTION hinges and release mechanism on the


LAPAN-A5/ChibaSat is a SAR plate containing the solar panel.
micro-satellite joinly developed by
National Institute of Aeronautics and
Space (LAPAN), Indonesia, and Chiba
University, Japan. The satellite will
perform land cover and ice observation
missions. Augmented with automatic
identification system (AIS), the satellite
will also carry maritime surveillance
mission (Triharjanto, 2018). The
reference notes that to perform the
mission, the satellite needs a deployable
parabolic SAR antenna and deployable
solar panels as illustrated in figure 1-1.
Unlike previous LAPAN’s satellites, i.e. Figure 1-1: In orbit configuration of LAPAN-A5
LAPAN-A1/TUBSAT, LAPAN-A2/ORARI,
and LAPAN-A3/IPB, LAPAN- Structural stiffness analysis, which
A5/ChibaSat requires higher power is measured with natural frequency of the
consumption. Therefore, deployable solar satellite structure is needed to ensure the
panels are needed for higher battery satellite will not experience any
charging capacity. structural failure due to mechanical load
During launch, the antenna and the during launch. In the development of
solar panel will be folded, as illustrated in LAPAN-A1/TUBSAT and LAPAN-
figure 1-2, so that the satellite could A2/ORARI, the structural stiffness
comply with the auxiliary payload analysis of the satellites has been
envelope (Triharjanto, 2018). The figure performed using finite element analysis
shows that design of deployment software, and the models are validated by
mechanism assuming the use of spring- vibration tests (Triharjanto, 2006)

170
Stiffness Evaluation Of LAPAN-A5... (Robertus Heru T. dan Poki Agung B.)

(Huzain, 2013). Similar analysis will be • lumped mass representing the
performed for LAPAN-A5. Deployable satellite components on top and
solar panel, however, required additional bottom of middle plates.
structure to support the panel, which Triharjanto (2006) and Huzain
does not exist in the body mounted solar (2013) showed that for structural
panel. The structure will have to be dynamic analysis, the models have
lightweight, strong and stiff, which in this acceptable validity, compared to the
case use honeycomb composite material. natural frequency measured. It also could
The selection of such material requires predict the displacement of protrusions
additional complexity in the satellite (UHF/VHF antenna in this case) that
structural stiffness calculation need to be considered by the launch
Due to such additional complexity authority.
in the satellite design, research is done to In LAPAN-A5 however, the design
support the stiffness modeling effort. The challenge is higher since the mass budget
objective of the research is to find for structure is only allocated 30% of the
simplest stiffness model of the deployable total satellite mass (Triharjanto, 2018).
plate, so that later it can be integrated Such requirement is much higher than in
with the total satellite structural model LAPAN-A1 and LAPAN-A2, where their
without adding too much complexity. The structure mass is 50,8% and 43,3%
modeling used commercial finite element (Triharjanto, 2014). In order so satisfy
software, and the simplified honeycomb LAPAN-A5 design requirements, non-
model is validated using standard plate coventional materials are to be used.
stiffness problem. References show that aluminum
honeycomb panel is commonly used as
deployable solar panel plate of micro-
satellites. This approach was done by
DLR’s micro-satellits, i.e. BIRD, TET-1,
and BIROS (Foeckersperger et. al, 2008)
Release
mechanism (Halle et. al, 2015), and Tohoku
University’s microsatellite RISESAT
hinges (Kuwahara et. al, 2011). Another
approach used CFRP (SSTL, 2016). The
manufacture of CFRP, however, not
Figure 1-2: Launch configuration of LAPAN-A5 available in Indonesia yet. Meanwhile
Aluminum honeycomb can be prepared
2 METHODS by national aircraft industry, such as PT.
2.1 Material Selection Dirgantara Indonesia.
The structure of LAPAN’s previous The material used for LAPAN-A5
satellites is made of solid aluminum alloy honeycomb plate is aluminium alloy
plates, so that the finite element models 5052 of face/skin with 1 mm thickness,
are fairly simple, i.e. dan aluminium alloy 5052 core of 8 mm
• solid elements of isotropic material thickness. Therefore, the total thickness
properties with geometry of satellite of material is 10 mm. The dimension of
structure subsystem (7 plates; only dimensi honeycomb plate is 500 x 500
modeling cut-out of Z+ plate). mm, and the material properties can be
• rigid connection (nodal merging) seen in table 1-1 (ASM, 2017) and table
between all the plates. 1-2 (plascore, 2017).

171
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol.16 No.2 Desember 2018 : hal 169 - 175

Tabel 1-1: PROPERTIES OF ALUMINIUM
ALLOY 5052

Item Unit
Figure 2-1: Equivalent plate theory illustration
Density 2680 kg/m3
for honeycomb plate (Paik, 1999).
Poisson Ratio 0.33
Modulus Elasticity 70.3 Gpa
The method proposes to replace the
Shear Modulus 25.9 Gpa
honeycomb sandwich panel by an
equivalent single plate. To estimate its
Tabel 1-2: PROPERTIES OF CORE ALUMINIUM
stiffness, equivalent rigidity method is
HONEYCOMB AL-5052
used. In the method, the equivalent

material properties of the single material
Item Unit
plate are :
Density 97.7 kg/m3
Poisson Ratio 12 0.30
Poisson Ratio 23 0.30 teq = 3ℎ# $ + 6ℎ# '( + 4'( $ (2-1)
Poisson Ratio 31 0.30
Modulus Elasticity 11 0.67 GPa $*+
Eeq = . Ef (2-2)
*,-
Modulus Elasticity 22 0.283 GPa
Modulus Elasticity 33 01.655 GPa
$*+
Cell Size 1/8 inch Geq = . Gf (2-3)
*,-
Cell Gauge 0.0015 Inch
where
2.2 Honeycomb Simplified Model teq = equivalent plate thickness
The typical FE modeling of ℎ# = core thickness
honeycomb sandwich is using 3 layers of '( = face/skin thickness
material, where in the case of aluminum Eeq = Young Modulus equivalent plate
honeycomb, the core will be modeled as Geq = Shear Modulus equivalent plate
orthotropic material. For micro-saellite Gf = Shear Modulus face/skin
case, such approach was done by Onta
(2007), for stress analysis and estimation Paik (1999) also proposed
of natural frequency. equivalent weight method, in which the
The objective of creating simplified thickness of equivalent plate (teq) can be
finite element model is to have model with calculated from :
less numbers of elements, and less
number of metarial types, and therefore L.W. teq. .( = L.W.2'( ..( + L.W. ℎ# ..#0 (2-4)
more efficient. For honeycomb sandwich Resulting in :
plate, equivalent plate methods of had $*+ .2+ 3 45 .256
teq = (2-5)
2+
been established by Paik (1999). The
method is illustrated as in figure 3-1. The
equivalent plate method produces 2.3 Finite Element Model Validation
simpler model, that in Finite Element Before implementing the model in
terms means use less number of satellite solar panel case, standard finite
elements. element case/problem is performed to
validate the model. The case is natural
frequency analysis of composite plate in
fixed 6 degree of freedom (DoF)
constraints at one end and 5 DoF

172
Stiffness Evaluation Of LAPAN-A5... (Robertus Heru T. dan Poki Agung B.)

constrains at the other, as illustrated in models have very similar structural
figure 2-2. dynamics characteristics.



Figure 2-2: Boundary Condition on validation
problem

The finite element models are


generated using MSC Patran. Both
conventional 3-layers and single layer
simplified model were implemented at
validation problem, and the results will
be compared.
Based on formula (2-1) to (2-3) and
(2-5) at subchapter 2.2 and material
properties at subchapter 2.1, the
equivalent plate model has thickness Figure 3-1: 1st, 2nd, and 3rd natural frequency
dimension of 15 mm, elasticity modulus from 3-layer honeycomb plate
of 9 GPa, and poison ratio of 0.33. 400 model
quad elements were used in the
simplified/equivalent model, while 1200
quad elements and 2 material models are
required for the conventional model. In
the conventional model, the nodes in the
contacting laminates are merged or the
laminate are asummed to be perfectly

bonded. The results of the two models are
then compared to see whether the
equivalent model can be implemented in
LAPAN-A5 solar panel model.

3 RESULTS AND DICUSSIONS


3.1 Validation Case
Figure 3-1 and figure 3-2 show the
shape modes of the 1st 3 natural
frequencies from the conventional or 3-
layer honeycomb model, and the

equivalent honeycomb model. The results

show that the two models have the same
Figure 3-2: 1st, 2nd, and 3rd natural frequency
shape mode for their natural frequencies,
from equivalent honeycomb plate
except that the 2nd mode is in reversed
model
direction. This indicates that the two

173
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol.16 No.2 Desember 2018 : hal 169 - 175

The natural frequencies resulted The result of the analysis is shown
from the models are noted in table 3-1, in figure 3-5, which show that the 1st
which show that the different is very small Natural Frequency occur at 344.21 Hz.
(under 1,3%). This means that the accuracy
of the equivalent model is high enough to be
used in the LAPAN-A5 honeycomb plate
stiffness. The benefit from the use of the
equivalent model is only used 1/3 number of
the elements used in conventional model,
and 1 material properties.

Tabel 3-1. HONEYCOMB PLATE MODELS Figure 3-5: Simulation result of deployable

NATURAL FREQUENCIES COMPARISON panel model


Laminated Equivalent Percent The result shows that with 10 mm


Model Plate Difference thickness, the honeycomb plate of 500 x
1st Nat. Freq. 221.31 Hz 219.23 Hz 0.94 %
500 mm has enough stiffness to support
2nd Nat. Freq. 295.71 Hz 292.44 Hz 1.11 %
deployable solar panel of a satellite
3rd Nat. Freq. 567.36 Hz 559.95 Hz 1.31 %
launched by PSLV, i.e. 1st natural
frequency higher than 90 Hz.
3.2 LAPAN-A5 Deployable Panel Model
The model of LAPAN-A5 deployable 4 CONCLUSIONS
panel is shown in figure 3-3. The Simplified finite element model has
boundary condition in model is 5 DoF been developed for honeycomb plate to be
constrains in the left side of plate, i.e. no used as deployable solar panel of LAPAN-
displacement of x, y and z, and no A5/ChibaSat. The model has been
rotation of x and z, while rotation at y is validated by comparing its structural
free to represent the two hinges as stiffness result with concentional (3-
illustrated in figure 1-2. 6 DoF constrain layers) model.
is applied near the right side of the plate The analysis shows that Aluminum
to represent the hold-down/latch Alloy 5052 honeycomb plate with 10 mm
mechanism. Two additional 2 DoF thickness, and 500 x 500 mm area has
constraints (no displacement in x and z) enough stiffness to be used for deployable
represent the two conical contact points solar panel for LAPAN-A5/ChibaSat,
(to prevent clapping effect). Total which projected to be launched with
elements in the model is 400, with quad- PSLV-class launcher. The model can later
4 type being used. be integrated with the total satellite
structural dynamics model.

ACKNOWLEDGEMENTS
Authors wish to acknowledge
Satellite Technology Center, LAPAN, for
supporting this research, and Mr.
z Muhammad Hamzah Farrasamulya,
y student of Aeronautics and Astronautics
Institut Teknologi Bandung, for his
x
Figure 3-3: Boundary Condition for LAPAN-A5
valuable discussion at the beginning of
deployable panel
this research.

174
Stiffness Evaluation Of LAPAN-A5... (Robertus Heru T. dan Poki Agung B.)

REFERENCES Onta, S., Dag, S., Gokler, M.I., (2007),
Aerospace Specification Metal (ASM) Inc., Structural Finite Element Analysis of
downloaded Feb. (2017), Alumunium Stiffened and Honeycomb Panels of
5052, the RASAT Satellite, Proc. 3rd
http://asm.matweb.com/search/Spe International Conference on Recent
cificMaterial.asp?bassnum=ma5052h Advances in Space Technologies
32 Paik, J.K., Thayamballi, A.K., Kim, G.S.,
Foeckersperger, S., Lattner, K., Kaiser C., 1999, The Strength Characteristics of
Eckert, S., Bärwald, W., Ritzmann, S., Aluminium Honeycomb Sandwich
Mühlbauer, P., Turk, M., Willemsen, Panels. Thin-Walled Structure,
P., (2008), The Modular German 35:205-231.
Microsatellite TET-1 for Technology Plascore, downloaded Feb. (2017), PAMG-
On-Orbit Versification, Proc. IAA XR1 5052 Aluminum Honeycomb,
Symposium on Small Satellite https://www.plascore.com/downloa
Systems and Services, Rhodes, d/datasheets/honeycomb_data_shee
Greece ts/Plascore_5052.pdf
Halle, W., Hetscher, M., Terzibaschian, SSTL, downloaded Jan. (2016), Solar
T., (2015), The DLR-Satellite BIROS Panel and Sollar Panel Aseembly,
for Fire-Detection and Technological http://www.sst-
Experiments, 10th IAA Symposium on us.com/downloads/datasheets/solar
Small Satellites for Earth -panels.pdf
Observation, Berlin, Germany Triharjanto, R.H., (2006), Desain Dan
Huzain, F.M., Triharjanto, R.H., (2013), Pengujian Struktur Satelit Mikro
Pengukuran Karakteristik Dinamika LAPAN-TUBSAT, Jurnal Teknologi
Struktur Satelit LAPAN-ORARI/A2, Dirgantara, Vol. 4 No. 2
Jurnal Teknologi Dirgantara, Vol.11 Triharjanto, R.H., Budiantoro, P.A.,
No. 2 Yanto, D., Sri Sumantyo, J.T., (2018),
Kuwahara, T., Sakamoto, Y., Yoshida, K., The Design Progress of LAPAN-Chiba
Takahashi, Y., Fukuhara, T., University SAR Micro-Satellite,
Kurihara, J., (2011), Mission and submitted for 3rd IEEE ICARES, Bali,
System of the Earth Observation Indonesia
Microsatellite Rising-2, 8th IAA
Symposium on Small Satellites for
Earth Observation, Berlin, Germany

175

AUTHOR INDEX

A P
Abdul Karim 159[16,2] Patria Rachman Hakim 71[16,1]
Adi Wirawan 149[16,2] Poki Agung Budiantoro 169[16,2]
Afni Restasari 1[16,1],139[16,2] Prasepvianto E. B. 111[16,2]
Arif Nur Hakim 9[16,1] Prasetyo Ardi Probo Suseno 149[16,2]
Aryandi Marta 93[16,2]
Atik Bintoro 93[16,2] R
Rahmat Arief 23[16,1]
B Ratna Rizky Puspitasari 1[16,1]
Bayu Azmi 111[16,2] Rika Suwana Budi 139[16,2]
Riki Ardiansyah 93[16,2]
E Rizki Permala 159[16,2]
Endro Artono 93[16,2] Robertus Heru Triharjjanto 169[16,2]

H S
Hendrik Seputra 111[16,2] Salman 101[16,2]
Heri Budi Wibowo 35,59[16,1],123[16,2] Satriya Utama 71[16,1]
Herma Yudhi Irwanto 83[16,1] Sofyan 45[16,1]
Hudoro Tahdi 9[16,1] Suhermanto 23[16,1]

J T
Jefri Abner H. 111[16,2] Taufiqur Rochman 9[16,1]

K V
Kendra Hartaya 1,35[16,1],139[16,2] Vicky Wuwung 45[16,1]

L W
Luthfia Hajar Abdillah 1,35[16,1],139[16,2] Wahyudi Hasbi 159[16,2]
Widhi Cahya Dharmawan 59[16,1]
M
M Mukhayadi 159[16,2]

(Pedoman Penulisan Jurnal Teknologi Dirgantara)
JUDUL MAKALAH DITULIS DENGAN HURUF KAPITAL TEBAL
SECARA SINGKAT DAN JELAS, (Studi Kasus : apabila ada)
(16 pt, Britannic Bold )
Judul dibuat dalam 2 bahasa (Indonesia dan Inggris),
apabila tulisan dalam bahasa Indonesia, maka judul dalam
bahasa Inggris ditulis dalam tanda kurung
(16 pt, Britannic Bold )
Penulis Pertama1, Penulis Kedua2, dstn (Nama Penulis Tanpa gelar)
(10,5 pt, Franklin Gothic Medium, bold)

1InstansiPenulis Pertama
2Instansi
Penulis Kedua
dstn.....
(10,5 pt, Franklin Gothic Medium)

e-mail: e-mail penulis pertama (berwarna hitam)


(10,5 pt, Franklin Gothic Medium)

Diterima : ..... (tanggal bulan tahun); Disetujui : ..... (tanggal bulan tahun); Diterbitkan : ..... (tanggal bulan
tahun)
(9 pt, Franklin Gothic Medium)

ABSTRACT
(10,5 pt, Bookman Old Style, bold)

Abstract is a summary of the most important elements of the paper, written


in one paragraph in the one column of a maximum of 200 words. Abstract made
in two languages written with the Bookman Old Style 9 pt. If the paper written in
Indonesian, the Indonesian abstract written first then followed by English abstract
and vice versa. The title "ABSTRAK" or "ABSTRACT" made with uppercase letters,
and bold.

Keywords: guidence, author, journal (minimal 3 keywords)


(9pt, Bookman Old Style, italic)

ABSTRAK
(10,5 pt, Bookman Old Style, bold)

Abstrak merupakan ringkasan elemen-elemen terpenting dari naskah,


ditulis dalam satu paragraf dalam 1 kolom maksimal 200 kata. Abstrak dibuat
dalam 2 bahasa ditulis dengan huruf 9 pt, Bookman Old Style. Apabila naskah
dalam Bahasa Indonesia, maka abstrak dengan Bahasa Indonesia ditulis terlebih
dahulu dilanjutkan abstrak Bahasa Inggris dan sebaliknya. Judul “ABSTRAK”
atau “ABSTRACT” dibuat dengan huruf besar, bold.

Kata kunci: panduan, penulis, jurnal (minimal 3 kata kunci)


(9pt, Bookman Old Style, italic)

1 PENDAHULUAN dengan ukuran panjang (height) 29,7 cm,


(10,5pt, Bookman Old Style, bold) lebar (width) 21 cm dengan dimensi
Top 3 cm, Bottom 2,5 cm, Inside 2,5
Naskah dapat ditulis dalam cm, Outside 2 cm, Gutter 1 cm, Header 1
Bahasa Indonesia maupun Bahasa cm dan Footer 1 cm. Jenis Huruf
Inggris. Naskah diketik dalam Microsoft Bookman Old Style 10,5 pt, dan spasi
Word dengan 1 kolom untuk abstrak dan (line spacing) 1. Panjang naskah tidak
2 kolom untuk isi. Ukuran kertas A4

melebihi 10 halaman termasuk tabel dan yang disajikan secara mandiri. Setiap
gambar. tabel diberi nomor secara berurutan dan
Kerangka Tulisan disusun dengan diulas di dalam naskah. Judul tabel
urutan : Judul, Identitas Penulis, diketik dengan jenis huruf Bookman Old
Abstrak, Kata Kunci, Pendahuluan, Style 10,5 pt dan pada tulisan “Tabel 1:”
Metode, Hasil Pembahasan, Kesimpulan, “Tabel 2:” dan seterusnya diketik tebal.
Ucapan Terimakasih, dan Daftar Tabel yang ukurannya melebihi satu
Pustaka. kolom, maka dapat menempati area dua
kolom. Tabel tidak boleh dalam bentuk
2 METODOLOGI “picture”, harus dalam bentuk tabel.
(10,5pt, Bookman Old Style, bold) Judul tabel dituliskan pada bagian atas
tabel, rata tengah dan diberi tanda titik (.)
Menguraikan tentang metode yang pada akhir judul tabel.
digunakan dalam penelitian termasuk Gambar, Grafik dan Foto harus tajam
data, peralatan, teori, diagram alir, dan jelas agar cetakan berkualitas baik.
beserta lokasi penelitian. Semua simbol di dalamnya harus
dijelaskan. Seperti halnya tabel,
2.1 Lokasi dan Data keterangan pada gambar, grafik atau foto
(10,5pt, Bookman Old Style, bold) harus mencukupi agar tersaji secara
mandiri. Gambar, grafik dan foto harus
2.2 Standarisasi data diulas di dalam naskah. Seperti halnya
(10,5pt, Bookman Old Style, bold) tabel, gambar, grafik dan foto yang
ukurannya melebihi satu kolom, maka
2.3 Metode Penelitian dapat menempati area dua kolom.
(10,5pt, Bookman Old Style, bold) Gambar, grafik dan foto memiliki
kedalaman minimal 300 dpi.
Persamaan matematis atau formula
diberi nomor secara berurutan yang
diletakkan di ujung kanan dalam tanda
kurung. Apabila penulisan persamaan
lebih dari satu baris maka penulisan
nomor diletakkan pada baris terakhir.
Penggunaan huruf sebagai simbol
matematis dalam naskah ditulis dengan
huruf miring (Italic) seperti x. Penjelasan
persamaan diulas dalam naskah.
Penurunan persamaan matematis atau
formula tidak perlu dituliskan secara
detil, cukup diberikan bagian yang
terpenting, metode yang digunakan dan
hasilnya. Gambar 5-4:Distribusi sudut yaw pada
bidang depan, x = 2870 mm
(1-1) 2013)
(9 pt, Bookman Old Style, bold)
dengan D(t) tingkat gangguan
geomagnet, ∆H(t) variasi medan magnet Table 4-1: THRUST DAN EFISIENSI
komponen horizontal, Sq(t,m) variasi hari (9 pt, Bookman Old Style, bold)
tenang pada waktu t dan bulan m.

Kondisi
3 HASIL PEMBAHASAN No. ∆" ∆#
(10,5pt, Bookman Old Style, bold) Terbang

1 Cruise 54% 55%


Tabel dibuat ringkas dan diberi judul
yang singkat tetapi jelas hanya menyaji- 2 Take-Off 16% 14%
kan data yang esensial dan mudah di-
pahami. Tabel diberi catatan secukup-
nya, termasuk sumbernya, sehingga
tabel mampu menjelaskan informasi

4 KESIMPULAN and Dst, J. Geophys. Res., 80(31),
4204-4214.
Hal-hal penting dalam naskah yang
merupakan kesimpulan dari hasil Buku
penelitian atau kajian. Ross, S. M., 2004. Introduction to Probability
and Statistics for Engineers and
UCAPAN TERIMAKASIH Scientists, Burlington,
Elsevier.
Wajib dituliskan penulis, ditujukan
kepada pihak-pihak yang membantu Artikel bagian dari Buku
penulis baik penyediaan data, Maris, G.; M.D. Popescu dan M. Mierla,
pengerjaan data, serta Tim Redaksi 2004. Soft X-Ray Solar Flarecycles,
Jurnal dan Mitra Bestari. dalam A.V. Stepanov; E.E.
Benevolenskaya dan A.G.Kosovichev
(editor), Proceedings IAU Symposium,
DAFTAR RUJUKAN no. 223, 73.

Referensi hendaknya dari sumber Skripsi/Tesis/Disertasi


Ameldam, P., 2012. Pengujian Data NCEP-FNL
yang jelas dan terpercaya. Setiap
Dan CCMP Untuk Potensi Energi Angin
referensi yang tercantum dalam daftar (Studi Kasus Di Jawa Barat), Skripsi
pustaka harus dikutip (disitir) pada ITB.
naskah dan sebaliknya setiap kutipan
harus tercantum dalam daftar Naskah Prosiding
pustaka. Penulisan acuan dalam Avia, L. Q., A. Haryanto, N. Cholianawati dan
pembahsan sebaiknya menggunakan B. Siswanto, 2010. Identifikasi Awal
“sistem penulis-tahun” yang mengacu Musim Kemarau dan Musim Hujan
Berdasarkan Data Satelit TRMM,
pada karya pada daftar pustaka.
Prosiding Seminar Penerbangan dan
Kutipan buku dalam bentuk saduran Antariksa 2010: Sub Seminar Sains
untuk satu sampai dua penulis ditulis Atmosfer dan Iklim. Serpong, 15
nama akhir penulis dan tahun. Nopember 2010.
Contoh: Muhammad Nasir dituliskan
(Nasir, 2009). Naskah Konferensi
Referensi primer lebih dari 80 % dan Pontes, M-T, Sempreviva, AM, Barthelmie, R.,
diterbitkan dalam 5-10 tahun terakhir. Giebel, G., Costa, P., 2007. Integrating
Offshore Wind And Wave Resource
Referensi yang dicantumkan dalam
Assessment, Proc. 7th European
naskah mengikuti pola baku dengan Wave and Tidal Energy Conference,
disusun menurut abjad berdasarkan Porto, Portugal.
nama (keluarga) penulis pertama dan
tahun publikasi, dengan sistim sitasi Naskah Laporan Hasil Penelitian
American Physiological Association 6th P3TKEBTKE-Kementerian ESDM, 2008.
Edition. Contoh penulisan di dalam Laporan Penelitan Kajian PLT Angin di
Daftar Pustaka adalah sebagai berikut Indonesia Bagian Timur.
:
Naskah Online
Habby, J., 2011. Applying Tropospheric
Artikel dalam Jurnal (Jurnal Primer)
Moisture to Forecasting, Meteororology
Burton R. K., R. I. McPherron, C. T. Russell,
Education, diakses http://
1975. An Empirical Relationship
weatherpredicition.com, 23 Desember 2
Between Interplanetary Conditions

PEDOMAN BAGI PENULIS


JURNAL TEKNOLOGI DIRGANTARA
(Journal of Aerospace Technology)

Jurnal Teknologi Dirgantara (Journal of Aerospace Technology) adalah jurnal ilmiah untuk
publikasi penelitian dan pengembangan di bidang :
a) Teknologi wahana roket, satelit dan pesawat terbang, dirgantara terapan seperti struktur mekanika,
sistem catu daya dan kontrol termal wahana roket dan satelit, struktur kendali, konversi energi;
b) Teknologi propulsi dan energik, seperti teknologi propelan, propulsi, uji statik propulsi,
termodinamika;
c) Teknologi peluncuran dan operasi antariksa serta teknologi peluncuran dan operasi antariksa serta
teknologi transmisi komunikasi dan muatan dirgantara, seperti teknologi stasiun bumi penerima dan
pemancar, teknologi transmisi gelombang elektromagnetik dan teknologi transmisi komunikasi serat
optik, teknologi muatan, sistem telemetri penjejak.
Pengiriman Naskah
Naskah yang ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris dikirim melalui e-mail
(publikasi@lapan.go.id) atau file digital, ditujukan ke Sekretaris Dewan Penyunting Jurnal dengan
alamat, Bagian Publikasi dan Promosi LAPAN, Jalan Pemuda Persil No. 1, Jakarta Timur 13220.
Naskah diketik dua kolom dengan MS Word font 10,5 Bookman Old Styles (batas tengah 1 cm pada
kertas A4 dengan spasi satu, batas kanan 2 cm, batas kiri 2,5 cm, batas atas 3 cm, dan batas bawah 2,5
cm). Judul huruf besar font 16.
Sistematika penulisan
Naskah terdiri dari halaman judul dan isi makalah. Halaman judul berisi judul yang ringkas tanpa
singkatan nama (para) penulis tanpa gelar, instansi/perguruan tinggi, dan e-mail penulis utama. Halaman
isi makalah terdiri dari (a) judul, (b) abstrak dalam bahasa Indonesia dan Inggris tidak lebih dari 200
kata, (c) batang tubuh naskah yang terbagi menjadi bab dan subbab dengan penomoran bertingkat (1.
Pendahuluan; 2 Judul Bab; 2.1 Subbab tingkat pertama; 2.1.1 Subbab tingkat dua dan seterusnya), (d)
Ucapan terima kasih yang lazim dan (e) daftar rujukan.
Gambar dan Tabel
Gambar atau foto harus dapat direproduksi dengan tajam dan jelas. Gambar atau foto warna hanya
diterima dengan pertimbangan khusus.Gambar dan tabel dapat dimasukkan dalam batang tubuh atau
dalam lampiran tersendiri. Untuk kejelasan penempatan dalam jurnal, gambar dan tabel harus diberi
nomor sesuai nomor bab dan nomor urut pada bab tersebut, misalnya Gambar 2-2 atau Tabel 2-1.
Gambar disertai keterangan singkat (bukan sekedar judul gambar) dan tabel disertai judul tabel.
Persamaan Satuan dan Data Numerik
Persaman diketik atau ditulis tangan (untuk simbol khusus) dan diberi nomor di sebelah kanannya sesuai
nomor bab dan nomor urutnya, misalnya persamaan (1-2). Satuan yang digunakan adalah satuan
internasional (EGS atau MKS) atau yang lazim pada cabang ilmunya.Karena terbit dengan dua bahasa,
angka desimal pada data numerik harus mangacu pada sistem internasional dengan menggunakan titik.
Rujukan
PP No. 74, 2001. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1999 Tentang:
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Kementrian Lingkungan Hidup. Jakarta.
Haryani, N. S., Hidayat, Sulma, S., dan Pasaribu, J. M., 2014. Deteksi Limbah Acid Sludge
Menggunakan Metode Red Edge Berbasis Data Penginderaan Jauh, Jurnal Penginderaan Jauh
dan Pengolahan data Citra Digital, Vol 11 No.2 Desember 2014.
Center for International Forestry Research [CIFOR], 2012. Forests and Climate Change Mitigation :
What Policymakers Should Know, Fact Sheet. No. 5, November 2012, MITIGATION, Key of
Research Findings. CGIAR Research Programme.
The National Geophysical Data Center (NOAA)-NASA. Sumber data VNF, 2014. Sumber: http:// ngdc.
noaa. gov/ eog/ viirs/download_2014_indonesia.html) atau (Sumber LAPAN: http://modis-
catalog.lapan. go.id/ monitoring/ katalognpp#).
http://landsathandbook.gsfc.nasa.gov/data_prod/prog_sect11_3.html

Anda mungkin juga menyukai