Anda di halaman 1dari 70

Web Publishing ISSN 2088-7590

Jurnal Teknologi Minyak dan Gas Bumi


JTMGB

Volume 8 Nomor 2 Agustus 2015

Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia


Society of Indonesian Petroleum Engineers

Jakarta
JTMGB Vol. 8 No. 2 Hal. 63-112 ISSN 2088-7590
Agustus 2015
Keterangan gambar cover :
Offshore Platform (Anjungan Lepas Pantai).
Jurnal Teknologi Minyak dan Gas Bumi JTMGB

ISSN 0216-6410 Volume 8 Nomor 2 Agustus 2015

Jurnal Teknologi Minyak dan Gas Bumi adalah majalah ilmiah diterbitkan setiap kwartal
yang menyajikan hasil penelitian dan kajian sebagai kontribusi para professional ahli teknik
perminyakan indonesia yang tergabung dalam Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia
(IATMI) dalam menyediakan media komunikasi kepada anggota IATMI pada khususnya dan
mensosialisasikan dunia industri minyak dan gas bumi kepada masyarakat luas pada umumnya.

KEPUTUSAN KETUA UMUM IATMI PUSAT


NO: 003/SK/IATMI/III/2015

Penanggung Jawab : Ir. Alfi Rusin


Pemimpin Redaksi : Ir Raam Krisna
Redaktur Pelaksana : Ir. Andry Halim
Peer Review : Prof. Dr. Ir. Septoratno Siregar (Enhanced Oil Recovery)
Prof. Dr. Ir. Pudjo Sukarno (Integrated Production System)
Prof. Dr. Ir. Doddy Abdassah, PhD. (Reservoir Engineering)
Dr. Ir. RS Trijana Kartoatmodjo (Production Engineering)
Dr. Ir. Arsegianto (Ekonomi & Regulasi Migas)
Dr. Ir. Bambang Widarsono (Penilaian Formasi)
Dr. Ir. Sudjati Rachmat, DEA (Well Stimulation and Hydraulic
Fracturing)
Dr. Ir. Sudarmoyo, SE, MT (Penilaian Formasi)
Dr. Ir. Ratnayu Sitaresmi (Penilaian Formasi - CBM)
Dr. Ir. Sugiatmo Kasmungin (Reservoir Engineering)
Dr. Ing. Ir. Bonar Tua Halomoan Marbun (Drilling Engineering)
Suryono Adisoemarta, PhD. (Petroleum Engineering)

Senior Editor : Ir. Junita Musu, M.Sc.


Ir. Ida Prasanti
Ir. Chairatil Asri

Sekretaris : Ir. Bambang Pudjianto (IATMI)


Layout Design : Alief Syahru Syaifulloh, S.Kom. (Sekretariat IATMI)
Sirkulasi : Abdul Manan, A.Md. (Sekretariat IATMI)

Alamat Redaksi: Patra Office Tower Lt.1 Ruang 1-C


Jl. Jendral Gatot Subroto Kav. 32-34
Jakarta 12950 – Indonesia. Tel/Fax: +62-21-5203057
website: http://www.iatmi.or.id email: pusat@iatmi.or.id

Jurnal Teknologi Minyak dan Gas Bumi (ISSN 0216-6410)


diterbitkan oleh Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia, Jakarta
Didukung oleh Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan ITB
Jurnal Teknologi Minyak dan Gas Bumi JTMGB

ISSN 0216-6410 Volume 8 Nomor 2 Agustus 2015

DAFTAR ISI

Integrasi Teknik Inversi AVO dengan Model Analitik Petrofisika untuk Menghitung
Porositas dan Saturasi Air
Paul Hutabarat, Fakhriadi Saptono, Bambang Widarsono, Humbang Purba, Ridwan ........ 63 - 74

Tinjauan Aspek Fisika Kimia Lingkungan pada Kegiatan Operasi Migas di Kawasan
Suaka Margasatwa Danau Pulau Besar – Danau Bawah
R. Abdullah Musa, Iskandar ................................................................................................. 75 - 82

Stimulasi Sumur Menggunakan Campuran Crude Oil, Demulsifier, dan Paraffin Solvent
untuk Meningkatkan Produktivitas dan Mengurangi Tingginya Water Cut
Bayu Apriansyah, Mas’un Hidayat, Fuad Habib .................................................................. 83 - 88

Aplikasi Teknologi Radial Jetting untuk Meningkatkan Produksi Sumur Minyak


Rasanuddin, Arifin Eko Jati, M. Febrianto ........................................................................... 89 - 96

Terobosan Pengembangan Teknologi untuk Mendukung Kemandirian Industri Migas


Nasional
Usman, Humbang Purba, Panca Wahyudi, Rudi Indharto, Danang Sismartono ................ 97 - 112
KATA PENGANTAR

JTMGB Edisi Agustus 2015

Para Pembaca JTMGB yang budiman,

Dirgahayu Republik Indonesia ke-70. Merdeka!...

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas karunia-Nya kami kembali
bisa menjumpai para pembaca dengan aneka materi bacaan ilmiah yang tersaji dalam Majalah Ilmiah
JTMGB Volume 8 Nomor 2 Edisi Agustus 2015.

Dalam rangka Ulang Tahun RI ke-70, kami menyajikan 5 artikel menarik untuk para pembaca setia
JTMGB. Diantaranya adalah tulisan yang terkait dengan petrofisika menyajikan metode sangat
berguna dalam pemodelan reservoar statik, dengan pendekatan baru menghitung porositas dan
saturasi air dengan mengintegrasikan atribut seismik dan model analitik petrofisika.

Dari aspek lingkungan membahas pengaruh aspek fisika-kimia terhadap lingkungan kegiatan
operasi migas. Di bidang produksi mengulas tulisan yaitu penggunaan metode Huff and Puff dimana
campuran demulsifier, paraffin solvent, dan base fluid diinjeksikan ke sumur dan direndam selama
24 jam. Metode ini diperkirakan memecah emulsion blocking dan melarutkan paraffin deposit serta
menurunkan angka skin sehingga relative permeability dari minyak akan meningkat dan water cut
turun. Penerapan enhanced oil recovery, pembaca dapat menemukan pada artikel yang menyajikan
tulisan tentang radial jetting untuk memperbesar konduktivitas dan radius pengurasan hidrokarbon
di dalam formasi, dengan tujuan meningkatkan laju produksi dan recovery hidrokarbon. Dibahas juga
bahwa radial jetting memiliki kelebihan dibanding metoda stimulasi lain, diantaranya penetrasinya
lebih besar dari penetrasi perforasi konvensional lain dan dapat diaplikasikan pada zona lapisan yang
tipis, menghemat lokasi surface karena peralatan kerja tidak terlalu banyak dibandingkan dengan
hydraulic fracturing dan waktu pengerjaan tiap lateralnya juga lebih cepat.

Dalam artikel yang lain, tulisan yang tidak kalah pentingnya membahas pengembangan teknologi
mini airgun seismik dengan daya eksplosif rendah sehingga aman bagi lingkungan, rig coal bed
methane (CBM), dan tabung adsorbed natural gas (ANG). Teknologi mini airgun seismik, tidak
menimbulkan getaran ekstrim, mudah dalam izin penggunaan dan penyimpanannya, dapat digunakan
di rawa-rawa dan lokasi padat penduduk, serta lebih ekonomis.

Kami berharap edisi JTMGB Agustus 2015 ini dapat melengkapi referensi para pembaca. Selamat
membaca dan mudah-mudahan memberikan manfaat untuk kita semua.

(Alfi Rusin)
Jurnal Teknologi Minyak dan Gas Bumi
ISSN 0216-6410 Date of issue: 2015-09-14
The descriptors given are free terms. This abstract sheet may be reproduced without permission or charge.

Paul Hutabarat (PPPTMGB “LEMIGAS”) R. Abdullah Musa (BOB PT Bumi Siak Pusako - Pertamina Hulu)
Fakhriadi Saptono (PPPTMGB “LEMIGAS”) Iskandar (BOB PT Bumi Siak Pusako - Pertamina Hulu)
Bambang Widarsono (PPPTMGB “LEMIGAS”) Tinjauan Aspek Fisika Kimia Lingkungan pada
Humbang Purba (PPPTMGB “LEMIGAS”) Kegiatan Operasi Migas di Kawasan Suaka
Ridwan (PPPTMGB “LEMIGAS”) Margasatwa Danau Pulau Besar – Danau Bawah
Integrasi Teknik Inversi AVO dengan Model Analitik Review of Environmental Physico Chemical Aspects
Petrofisika untuk Menghitung Porositas dan Saturasi Air in The Oil and Gas Operating Activities at Danau
Integration AVO Inversion Technique with Petrophysical Pulau Besar – Danau Bawah Wildlife Sanctuary Area
Analytical Model for Calculating Porosity and Water JTMGB. Agustus 2015, Vol. 8 No. 2, p 75-82
Saturation
JTMGB. Agustus 2015, Vol. 8 No. 2, p 63-74 Dalam upaya meningkatkan produksi minyak
dan gas (migas) bumi untuk kepentingan nasional,
Adanya hubungan linieritas antara Impedansi kegiatan produksi dan pengembangan gencar dilakukan
Akustik (AI) dengan porositas (ϕ) reservoar telah termasuk juga ke wilayah-wilayah yang mempunyai
digunakan untuk menghitung distribusi volumetrik tingkat kerentanan tinggi, di antaranya Kawasan Suaka
porositas. Namun untuk menghitung distribusi saturasi Marga Satwa Danau Pulau Besar – Danau Bawah (KSM
air (Sw) mengalami kendala karena kesulitan mendapat DPB-DB) yang berada lebih kurang 160 km sebelah
data kecepatan gelombang shear (Vs). Saat ini teknologi Timur Kota Pekanbaru dan 40 km dari Kota Siak Sri
telah memudahkan mengukur data log Vs. Dan ditunjang Indrapura dengan luasan total 28.237,5 Ha. Kawasan
oleh teknik inversi AVO (Amplitude Versus Offset) ini jenis ekosistemnya adalah rawa-gambut. Aspek yang
yang dapat menghitung Ip (Impedansi-gelombang P), ditinjau adalah parameter fisika-kimia lingkungan, hasil
Is (Impedansi gelombang-S) dan Poisson’s Ratio (PR) pemantauan yang dilakukan menunjukkan masih berada
sehingga peluang untuk menghitung Sw dari atribut dalam kondisi baik. Hal ini menandakan bahwa kegiatan
seismik semakin terbuka. operasi migas tidak berpengaruh secara signifikan
Didasarkan pada rumus Gassman, dibangun terhadap aspek fisika-kimia lingkungan kawasan tersebut.
suatu model analitik antara besaran petrofisika dengan
besaran akustik batuan sehingga untuk kondisi batuan Kata Kunci: Fisika-kimia lingkungan, kawasan suaka
reservoar yang spesifik, maka ϕ dan Sw berkorelasi margasatwa, ekosistem rawa-gambut.
dengan atribut seismik (Ip dan PR). Analisa sensitifitas
menguji korelasi antara log akustik dan log ϕ dan Sw
di sumur zona-fasies target, kemudian ditentukan zona
pancung (cut-off). Hasil kalkulasi ϕ dan Sw divalidasi
terhadap data log sumur. Contoh kasus ini diambil dari
lapangan gas di Indonesia Timur yang memiliki data
lengkap.
Ini merupakan pengembangan teknik
karakterisasi reservoar yang menyajikan suatu metode
pendekatan baru untuk menghitung ϕ dan Sw dengan
mengintegrasikan atribut seismik dan model analitik
petrofisika. Hasil pemodelan yang diperoleh dari metode
ini sangat berguna dalam pemodelan reservoar statik.

Kata Kunci: besaran petrofisik, besaran akustik, model


analitik petrofisik, atribut seismik.
Bayu Apriansyah (PT. Pertamina EPAsset 5 Field Sangasanga) Rasanuddin (Pertamina EP Asset 2)
Mas’un Hidayat (PT. Pertamina EP Asset 5 Field Sangasanga) Arifin Eko Jati (Pertamina EP Asset 2)
Fuad Habib (PT. Pertamina EP Asset 5 Field Sangasanga) M. Febrianto (Pertamina EP Asset 2)
Stimulasi Sumur Menggunakan Campuran Crude Aplikasi Teknologi Radial Jetting untuk
Oil, Demulsifier, dan Paraffin Solvent untuk Meningkatkan Produksi Sumur Minyak
Meningkatkan Produktivitas dan Mengurangi Application of Radial Jetting Technology to Improve
Tingginya Water Cut Oil Well Production
Huff and Puff Stimulation Using The Mix of Crude JTMGB. Agustus 2015, Vol. 8 No. 2, p 89-96
Oil, Demulsifier, and Paraffin Solvent to Increase
Productivity and Reduce Water Cut Radial jetting merupakan teknologi yang
JTMGB. Agustus 2015, Vol. 8 No. 2, p 83-88 digunakan untuk membuat lateral section tanpa harus
memotong casing. Lubang di casing dibuat dengan
Field Sangasanga memiliki satu blok yang melakukan milling dengan milling bit kemudian lateral
memiliki karakteristik minyak paraffinic. Di salah satu section dalam formasi tercipta karena proses jetting
sumurnya yaitu NKL-1014 telah dilakukan well testing fluida dengan tekanan tinggi melalui nozzle.
serta uji Produksi dan dihasilkan angka Skin dan water Lateral section dapat dibuat dalam beberapa
cut cukup tinggi. Ada kemungkinan terjadinya paraffin kedalaman hingga 10.000 ft, arah dan panjang yang
deposit pada sand face formasi dan kecenderungan berbeda-beda tergantung kondisi reservoir dan sumur
pembentukan emulsi yang menyebabkan angka Skin yang yang ada. Diameter dari lubang casing bervariasi
tinggi sehingga aliran ke wellbore akan didominasi oleh tergantung pada diameter milling bit yang digunakan,
air, sehingga water cut akan cenderung tinggi. Dengan sedangkan diameter lateral section dalam formasi
menggunakan campuran chemical berupa demulsifier tergantung pada beberapa variable : kekuatan formasi,
(pemecah emulsi), paraffin solvent (pelarut paraffin), dan jetting pressure dan lamanya jetting berlangsung.
base fluid (light crude oil) diperkirakan akan memecah Radial jetting digunakan untuk memperbesar
emulsion blocking dan melarutkan paraffin deposit serta konduktivitas dan radius pengurasan hidrokarbon
menurunkan angka Skin sehingga relative permeability di dalam formasi, Meningkatkan rate produksi dan
dari minyak akan meningkat dan water cut turun. Metode recovery hidrokarbon. Teknologi ini juga dapat
yang digunakan adalah Huff and Puff dimana campuran diaplikasikan bersamaan dengan chemical treatment
chemical diinjeksikan ke dalam sumur dan direndam seperti asam, solvent. Disamping itu radial jetting juga
selama 24 jam. Kemudian sumur diproduksikan kembali memiliki beberapa kelebihan dibanding dengan metoda
dan dilakukan well testing untuk analisa Skin. Hasil stimulasi yang lain, diantaranya adalah penetrasi dari
produksi sebelum stimulasi: 120 bfpd/ 4 bopd/ 97% WC/ radial jetting akan lebih besar dari penetrasi perforasi
Skin 16.3. Hasil Produksi setelah stimulasi: 450 bfpd/ 55 konvensional yang saat ini ada, dapat diaplikasikan
bopd/ 86% WC/ Skin 7.9. pada zona dengan lapisan yang tipis, menghemat lokasi
permukaan karena peralatan kerja yang tidak terlalu
Kata Kunci: Well testing, Stimulasi, paraffin, chemical. banyak dibandingkan dengan hydraulic fracturing dan
waktu pengerjaan tiap lateralnya juga lebih cepat.
Pertamina-EP Asset 2 mencoba meng-
aplikasikan teknologi ini pada sumur L5A-158 dan
TTB-57 dengan karakteristik yang berbeda namun
memiliki kesamaan masalah yaitu permeabilitas formasi
yang kecil dan kondisi surface yang tidak memadai
untuk dilakukan hydraulic fracturing. Pada kedua
sumur tersebut dibuat 4 (empat) lateral section dengan
arah dan panjang yang bervariasi, kenaikan produksi
yang diperoleh cukup significant, berkisar antara 100-
200 % kenaikan produksi minyak.

Kata Kunci: Jetting, permeabilitas, penetrasi.


penyimpanannya, dapat digunakan di rawa-rawa dan
Usman (PPPTMGB “LEMIGAS”) lokasi padat penduduk, serta lebih ekonomis. Teknologi rig
Humbang Purba (PPPTMGB “LEMIGAS”) CBM dirancang untuk pengeboran sumur CBM dan kerja
Panca Wahyudi (PPPTMGB “LEMIGAS”) ulang sumur migas, memiliki kemampuan memberikan
Rudi Indharto (PPPTMGB “LEMIGAS”) beban tekan, tenaga kerja rig yang dibutuhkan lebih
Danang Sismartono (PPPTMGB “LEMIGAS”) sedikit, dapat beroperasi pada lahan sempit, hemat biaya
Terobosan Pengembangan Teknologi untuk pengeboran, dan harga yang relatif murah. Teknologi
Mendukung Kemandirian Industri Migas Nasional tabung ANG menggunakan karbon aktif sebagai
Technology Development in Supporting Self-Reliance penyerap dan penampung gas dengan tekanan operasi
National Oil and Gas Industry jauh lebih rendah dibandingkan tabung compressed
JTMGB. Agustus 2015, Vol. 8 No. 2, p 97-112 natural gas (CNG). Dengan teknologi ini, produksi
gas bumi dari lapangan kecil dapat dimanfaatkan untuk
Pengelolaan sumber daya migas saat ini dirasa bahan bakar gas rumah tangga menggantikan liquefied
masih belum optimal dalam mendorong kemampuan petroleum gas (LPG) yang lebih mahal sehingga dapat
penguasaan teknologi nasional. Hal ini tercermin masih mengurangi impor dan subsidi LPG. Tingkat komponen
dominannya komponen impor yang digunakan dalam dalam negeri (TKDN) ketiga teknologi tersebut bervariasi
kegiatan hulu migas. Berbagai upaya terobosan telah hingga mendekati 100%. Teknologi yang dikembangkan
dilakukan untuk mengurangi ketergantungan tersebut, diharapkan dapat memberi kontribusi solusi persoalan
di antaranya adalah pengembangan teknologi airgun migas nasional terkait kurang optimalnya eksplorasi
mini seismik, rig untuk coal bed methane (CBM), dan migas, turunnya sentimen investasi eksplorasi dan
tabung adsorbed natural gas (ANG). Teknologi airgun eksploitasi CBM, serta tingginya impor LPG.
mini seismik dirancang dengan daya eksplosif rendah
sehingga aman bagi lingkungan, tidak menimbulkan Kata Kunci: seismik airgun mini, anjungan pemboran
getaran ekstrim, mudah dalam izin penggunaan dan CBM, tabung ANG, TKDN.
Integrasi Teknik Inversi AVO dengan Model Analitik Petrofisika
untuk Menghitung Porositas dan Saturasi Air

Integration AVO Inversion Technique with Petrophysical Analytical Model


for Calculating Porosity and Water Saturation

Paul Hutabarat, Fakhriadi Saptono, Bambang Widarsono dan Ridwan.


PPPTMGB “LEMIGAS”, Balitbang ESDM

Abstrak

Adanya hubungan linieritas antara Impedansi Akustik (AI) dengan porositas (ϕ) reservoar telah
digunakan untuk menghitung distribusi volumetrik porositas. Namun untuk menghitung distribusi saturasi air
(Sw) mengalami kendala karena kesulitan mendapat data kecepatan gelombang shear (Vs). Saat ini teknologi
telah memudahkan mengukur data log Vs. Dan ditunjang oleh teknik inversi AVO (Amplitude Versus Offset)
yang dapat menghitung Ip (Impedansi-gelombang P), Is (Impedansi gelombang-S) dan Poisson’s Ratio (PR)
sehingga peluang untuk menghitung Sw dari atribut seismik semakin terbuka.
Didasarkan pada rumus Gassman, dibangun suatu model analitik antara besaran petrofisika dengan
besaran akustik batuan sehingga untuk kondisi batuan reservoar yang spesifik, maka ϕ dan Sw berkorelasi
dengan atribut seismik (Ip dan PR). Analisa sensitifitas menguji korelasi antara log akustik dan log ϕ dan Sw
di sumur zona-fasies target, kemudian ditentukan zona pancung (cut-off). Hasil kalkulasi ϕ dan Sw divalidasi
terhadap data log sumur. Contoh kasus ini diambil dari lapangan gas di Indonesia Timur yang memiliki data
lengkap.
Ini merupakan pengembangan teknik karakterisasi reservoar yang menyajikan suatu metode
pendekatan baru untuk menghitung ϕ dan Sw dengan mengintegrasikan atribut seismik dan model analitik
petrofisika. Hasil pemodelan yang diperoleh dari metode ini sangat berguna dalam pemodelan reservoar
statik.
Kata kunci: besaran petrofisik, besaran akustik, model analitik petrofisik, atribut seismik.

Abstract

Correlation between acoustics and petrophysicals logs can be used to calculate the lateral distribution
of porosity based on the linear relationship between porosity (ϕ) and acoustic Impedance (AI). However, to
calculate the distribution of water saturation ( Sw ) are still experiencing problems due to unavailability of
data shear wave velocity ( Vs ). But now technological advances have been able to measure the data log Vs and
supported by techniques inversion AVO has been able to derivate seismic attribute Ip ( impedance wave - P ),
Is ( impedance wave - S ) and Poisson ‘s ratio ( PR ) so that the opportunity to calculate the saturation - water
( Sw ) from seismic attributes more open .
Based on a Gassman formula, has built an analytical model between petrophysical and elastic entities
due to specific condition of reservoir rocks. Sensitivity analysis will test the correlation between the acoustic
and petrophysical entities in the well test target zones, and then determined the cut-off. Porosity and water
saturation will be deployed in the field scale, with support of AVO seismic attributes as a inversion result. The
results of calculations are validated against the well log data. These case are taken from the gas field in East
Indonesia which has complete data.
These paper is part of reservoir characterization development that presents a new approach to
calculate the porosity and water saturation by integrating seismic attributes and petrophysical analytical
model whrere it’s very useful for static reservoir modelling.
Keywords : petrophysic properties, acoustic properties, petrophysic analitic model, seismic attributes.

63
JTMGB, Vol. 8 No. 2 Agustus 2015: 63-74
64

Pendahuluan lapangan migas. Artinya nilai-nilai log akustik


di sumur, dapat didekati atau digantikan dengan
Untuk dapat memahami karakterisasi nilai-nilai atribut-atribut seismik yang diperoleh
reservoar suatu lapangan migas membutuhkan dari proses inversi seismik AVO. Sekedar untuk
analisa terintegrasi dari beberapa bidang ilmu menyegarkan ingatan kita, bahwa sebaran data
kebumian seperti geofisika, petrofisika/reservoar seismik, baik 2D terutama data 3D, meliputi
dan geologi. Tujuan dari studi ini adalah untuk hampir seluruh area lapangan migas.
mengetahui distribusi volumetrik besaran Paper ini membahas penerapan
petrofisika seperti porositas dan saturasi, untuk metode baru untuk memetakan penyebaran
mengoptimalkan pengembangan lapangan migas. besaran petrofisik dalam suatu lapangan migas
Log akustik dan log petrofisika dapat berdasarkan data seismik. Dimulai dari analisa
diukur dengan resolusi yang tinggi dalam arah sensitifitas antar log akustik dengan log ϕ dan
vertikal, namun resolusi lateral bergantung log Sw.
pada jarak antar sumur. Penambahan sumur
untuk memperoleh data tambahan memerlukan
biaya besar dan tidak efisien, sehingga muncul
ide untuk mengoptimalkan informasi data
seismik yang telah tersedia. Selain karena
biayanya relatif murah, sebaran lateral data
seismik kontinu dan meliput hampir seluruh area
lapangan migas. Namun resolusi vertikal data
seismik ini rendah jika dibandingkan dengan log.
Inversi AVO akan menghasilkan beberapa atribut Gambar 1. Hubungan atribut seismik, properti akustik dan
seismik yaitu Ip (Impedansi gelombang-P), Is properti reservoar.
(Impedansi gelombang-S) dan PR (Poisson
Ratio). Ketiga atribut seismik ini dapat digunakan Pemodelan analitik untuk mencari
untuk menghitung nilai-nilai ϕ, Sw dan litologi hubungan antara besaran akustik dengan
yang terdistribusi secara lateral dalam suatu zona besaran petrofisika batuan reservoar untuk tiap-
reservoar. tiap fasies. Analisa sensitifitas akan membatasi
Hal ini memungkinkan untuk dilakukan zona-zona interes yang menjadi zona target
karena tersedianya data Vs (shearwave velocity) dalam proses inversi AVO. Sementara dari
dari beberapa sumur di lapangan penelitian proses inversi AVO diturunkan atribut-atribut
(Gambar 1). seismik yaitu Ip, Is dan PR yang berkorelasi
Dalam suatu reservoar migas terdapat dengan properti petrofisik.
pola hubungan tertentu antara log akustik seperti Metode yang sedang dikembangkan
kecepatan gelombang primer (Vp) dan Vs, PR, ini diaplikasikan di lapangan gas di Indonesia
impedansi akustik (AI), densitas (ρ) dan modulus Timur yang memiliki data seismic gather dan
bulk dengan log petrofisika. Jika hubungan log yang lengkap. Target studi pada reservoar
antara besaran petrofisik dengan log akustik batupasir dari Formasi Plover yang berumur
dapat dimodelkan secara analitik (ataupun Middle Jurassic, yang berada pada kedalaman
secara empirik) maka besaran petrofisika (ϕ, Sw) 3.725 m dengan kedalaman perairan/laut antara
dalam satu lapangan migas dapat diprediksi. 500 hingga 650 m.
Berdasarkan rumus Gassman dapat dibuat
suatu pemodelan analitik antara besaran-akustik Latar Belakang Teori
dengan besaran petrofisik suatu model reservoar
untuk kondisi spesifik misalnya fasies tertentu. Analisis AVO dilakukan dengan
Jika log akustik sumuran seperti densitas, ϕ mengidentifikasi tipe-tipe anomali AVO
dan Sw dengan atribut seismik seperti AI dan untuk klasifikasi tipe-tipe batuan reservoar,
PR pada zona-zona reservoar yang berkorelasi telah dilakukan oleh banyak pakar. Salah satu
secara analitik maka distribusi besaran petrofisik klasifikasi AVO yang sering digunakan menurut
seperti ϕ, Sw akan dapat dihitung untuk seluasan cara Castagna et.al. (1997) :
Integrasi Teknik Inversi AVO dengan Model Analitik Petrofisika untuk Menghitung Porositas dan Saturasi Air
(Paul Hutabarat, Fakhriadi Saptono, Bambang Widarsono dan Ridwan) 65

• Kelas-1: Jenis reservoar batupasir dengan hilang, sehingga dapat direkonstruksi kembali.
kontras AI tinggi Hal ini dapat terlihat dari bentang frekuensi
• Kelas 2: Jenis reservoar batupasir dengan dominan data seismik digunakan. Gambar 3
kontras AI mendekati nol menunjukkan potongan data 3D seismic prestack
• Kelas 2p: Sama dengan kelas 2 tetapi berbeda setelah dilakukan koreksi NMO (normal move
polaritasnya. out). Distribusi frekuensi data 3D seismic
• Kelas 3: Jenis reservoar batupasir dengan prestack ini ditunjukkan pada Gambar 4. Kurva
kontras AI rendah. distribusi frekuensi menunjukkan bahwa posisi
• Kelas 4: Jenis reservoar batupasir dengan dominan frekuensi data seismik berada diangka
kontras AI sangat rendah. 24 herzt. Artinya, jika diasumsikan kecepatan
rambat rata-rata gelombang pada batuan bawah
permukaan adalah 2600 m/det maka panjang satu
gelombang seismik adalah 110 meter. Sebagai
mana kita ketahui, resolusi data seismik adalah
¼ panjang gelombang (λ / 4), maka resolusi data
seismik adalah 27 meter. Dengan melakukan
proses inversi AVO maka resolusi data seismik
dapat ditingkatkan hingga 300% karena adanya
tambahan komponen frekuensi tinggi dari yang
diadopsi data log sehingga resolusi data seismik
setelah proses inversi menjadi 9 meter.
Langkah selanjutnya, setelah melakukan
koreksi NMO untuk meluruskan reflektor akibat
Gambar 2. Klasifikasi AVO Reservoar Batupasir menurut pengaruh sudut pantul, kemudian data 3D seismic
Castagna (1997).
prestack disusun ulang dengan format angle
gather untuk meningkatkan nilai S/N. Agar
Dengan menggunakan persamaan pengelompokan data disusun menurut near, mid,
gelombang Vp dan Vs yang didasarkan hubungan dan far offset maka lebih tepat jika pemisahan
antara konstanta Lame (λ), dan modulus geser data 3D seismic prestack menggunakan susunan
(µ) dan densitas maka dapat diturunkan atribut berdasarkan angle gather. Langkah terakhir
AVO Lamda-Mu-Rho (LMR) dan Mu-Rho (MR) dalam tahapan penyiapan data adalah menyusun
dari Ip dan Is sebagai berikut: data seismik 3D seismic restack dalam format
super gather untuk mengoptimalkan kualitas
µρ = Is2 λρ = Ip2 - 2Is2 data dan menekan noise. Gambar 5 dibawah ini
ditampilkan sayatan data 3D seismic prestack
Data yang diperlukan adalah data 3D setelah di stacking dengan sudut datang 0 hingga
Seismic Gather 3D dan data log akustik sonik, 30 derajat (full stacked). Data seismik setelah
densitas, shear wave dan log petrofisik ϕ, Sw, stacking siap diinterpretasi.
serta data log penunjang GR, V-shale, resistivity
sumur LMG-1 dan LMG-3.

Analisis Data

Pertama-tama yang diverifikasi adalah


data 3D seismic gather yang digunakan adalah
preserve amplitude. Persyaratan ini diperlukan
mengingat data seismik ini akan digunakan
untuk karakterisasi reservoar. Selain preserve
amplitude, data seismik yang digunakan
mempunyai ratio S/N yang tinggi agar kandungan
informasi data seismik tidak banyak yang Gambar 3. Data Seismik 3D PreStack after NMO.
JTMGB, Vol. 8 No. 2 Agustus 2015: 63-74
66

korelasi antara sintetik seismogram dengan data


seismik sebesar 66%. Gambar 7 adalah hasil well
seismik tie di sumur LMG-03 di zona reservoar
target. Tingkat korelasi di sumur LMG-03 lebih
baik yaitu 76%.
Well seismic tie pada sumur LMG-01 dan
LMG-03 menunjukkan bahwa pemilihan dan
ekstraksi wavelet untuk data seismic full-stacking
lebih tinggi dari pada data seismik partial
offset stacking. Hal ini disebabkan oleh karena
data seismik full-stacking merupakan hasil
penjumlahan dan perata-rataan dari near-offset,
mid-offset dan far-offset sehingga nilai S/N nya
Gambar 4. Distribusi frekuensi dominan data seismik lebih meningkat dan sebagaian noise tereliminasi
3D Prestack dalam proses tersebut.

Gambar 5. Data Seismik 3D; setelah di stacking

Seperti kita ketahui data log dan data


seismik berbeda domain, yang pertama dalam
waktu sehingga perlu disinkronkan yaitu
dengan suatu pengikatan yang disebut dengan
well seismic tie. Sebelum well seismic tie
terlebih dahulu dilakukan koreksi chekshot
terhadap semua data log di sumur LMG-1
dan LMG-3. Horizon Top Jameison dan Top
LMG-4000 adalah dua event paling mudah
dikenali karena amplitudonya relatif besar dan
muncul di semua tempat sehingga keduannya
digunakan sebagai marker untuk membantu
well seismic tie.
Well seismic tie dilakukan pada data
seismik yang telah di stacking. Gambar 6
menunjukkan hasil well seismic tie di sumur
LMG-01 pada zona target reservoar. Tingkat Gambar 6. Well Seismic Tie di sumur LMG-1.
Integrasi Teknik Inversi AVO dengan Model Analitik Petrofisika untuk Menghitung Porositas dan Saturasi Air
(Paul Hutabarat, Fakhriadi Saptono, Bambang Widarsono dan Ridwan) 67

crossplot antara kurva amplitudo terhadap


sudut datang di zona reservoir target pada
sumur LMG-01 dan di LMG-03. Tampak jelas
adanya anomali AVO dikedua sumur pada zona
reservoar target yaitu dengan membesarnya
amplitudo terhadap pertambahan sudut datang
atau offset.
Berdasarkan analisisa kurva anomali
AVO ini dapat dilakukan pemisahkan antara
near-offset, mid-offset dan far-offset yaitu
sebagai berikut:

Near-offset : (0-8) derajat.
Mid-offset : (8-15) derajat
Gambar 7. Well Seismic Tie di sumur LMG-3. Far-offset : (15-30) derajat

Gambar 8. Anomali AVO pada Super Gather Seismic 3D.

Tujuan analisis AVO dilakukan adalah Analisa kesensitifan dilakukan untuk


untuk mengetahui adanya anomali amplitudo mengetahui pola korelasi antara besaran
terhadap jarak (offset) pada data seismik yang akustik dengan besaran petrofisika seperti yang
diakibatkan oleh keberadaan fluida gas dalam ditunjukkan pada Gambar 1. Untuk melakukan
batuan reservoar. Berikutnya pada Gambar 8, analisa ini, dibuat crossplot antara besaran-
ditunjukkan suatu gambar sayatan data seismik besaran yang terkait pada data log sumur.
super gather pada zona target. Analisis AVO Dari pola penyebaran yang ditampilkan pada
dilakukan dengan membuat kurva amplitudo crossplot akan terlihat besaran apa saja yang
terhadap offset. Hasil analisis AVO menunjukkan berkorelasi dan bagaimana hubungan kesensitif
bahwa semakin besar offset amplitudo semakin antara besaran satu dengan besaran lainnya.
besar. Hal ini mengindikasikan ada anomali terhadap zona dan fasies. Selain berfungsi
AVO didalam data seismik. Selain cara diatas, untuk melihat korelasi antara besaran akustik
menguji respon AVO dapat juga dilakukan dan besaran petrofisika, analisa kesensitifan ini
dengan menggunakan data angle gather. digunakan untuk membantu menentukan zona
Analisa AVO dilakukan dalam studi ini cut off (batas nilai) yaitu kisaran nilai besaran
adalah membuat crossplot amplitudo terhadap akustik dan besaran petrofisik yang berpasangan
sudut datang. Gambar 9 dan Gambar 10 adalah pada zona target. Batasan cut off ini digunakan
JTMGB, Vol. 8 No. 2 Agustus 2015: 63-74
68

sebagai batasan nilai atau filter. Model analitik dari proses inversi AVO. Nomogram ini juga
antara besaran akustik Rp dan PR dengan digunakan untuk memisahkan zona-zona yang
besaran petrofisik yaitu ϕ dan Sw, diturunkan dari termasuk dalam bagian target reservoar dan
persamaan teoritik Gassman. yang bukan target. Berdasarkan kurva-kurva
pada nomogram. Model hubungan analitik ini
dapat dikembangkan untuk berbagai karakter
reservoar yang berbeda, dengan cara membuat
nomogram yang sesuai dengan nilai-nilai
pasangan parameter Kd dan Gd yang ditentukan
terlebih dahulu.
Hubungan matematis antara ϕ dengan AI
dan PR digambarkan dalam Gambar 11a yaitu
untuk masing-masing kurva ϕ ; 1%, 4%, 8% dan
12%. Hubungan matematis antara Sw dengan AI
dan PR digambarkan pada Gambar 11b untuk
Gambar 9. Kurva Anomali AVO Top Zona-2 di LMG-1.
masing-masing kurva Sw 30%, 50%, 80% dan
100%. Untuk menghitung distribusi lateral ϕ dan
Sw dalam skala lapangan, maka besaran akustik
AI dan PR diganti dengan atribut seismik pseudo
AI dan PR. Atribut-atribut seismik ini diturunkan
dari proses inversi AVO.

Gambar 10. Kurva Anomali AVO Top Zona-2 di LMG-3.

Untuk setiap batuan tertentu, terdapat


nilai parameter Kd (imkompressibilitas
Gambar 11. Model analitik antara AI dan PR dengan
batuan-kering) dan Gd (shear modulus batuan- besaran petrofisik ϕ dan Sw.
kering) yang tertentu. Jika nilai Kd dan Gd
sudah ditentukan, maka diturunkan hubungan Gambar 12 menunjukkan crossplot
model analitik besaran akustik dengan besaran Ip terhadap PR di sumur LMG-01. Pada zona
petrofisik, seperti pada nomogram Gambar 11. target, tampak pola hubungan Ip dengan PR tidak
Nomogram ini memperlihatkan model kurva sederhana. Zona reservoar adalah kurva dan
analitik antara besaran petrofisik (ϕ dan Sw) plot yang warna kuning. Karena tidak ada pola
terhadap besaran akustik (AI dan PR). Setiap hubungan yang sederhana maka dibuat batasan
nilai tertentu dari ϕ akan diwakili oleh satu bentang nilai (cut-off range) pada zona target
buah kurva yang menyatakan perubahan nilai ϕ sebagai berikut:
terhadap perubahan nilai AI dan PR. Demikian
halnya dengan saturasi-air, setiap nilai tertentu Ip : (11100-11800) m/s.g/cc
akan diwakili oleh satu kurva yang menyatakan PR : (0,10-0,18)
perubahan saturasi-air terhadap variabel AI dan
PR, sehingga jika digambarkan untuk setiap Gambar 11a dan 11b absis dan ordinatnya
nilai maka akan sangat banyak kurva dalam sama persis dengan absis dan ordinat Gambar 11,
nomogram Gambar 11. Untuk distribusi lateral ϕ yaitu absis (sumbu datar) adalah Poisson’s Ratio
dan Sw maka nilai-nilai AI dan PR akan diwakili (PR) dan ordinat (sumbu tegak) adalah Acoustik
oleh atribut seismik AI dan PR yang diturunkan Impedance (AI).
Integrasi Teknik Inversi AVO dengan Model Analitik Petrofisika untuk Menghitung Porositas dan Saturasi Air
(Paul Hutabarat, Fakhriadi Saptono, Bambang Widarsono dan Ridwan) 69

Gambar 11a. Hubungan analitik ϕ dengan AI dan PR. Gambar 11b. Hubungan analitik Sw dengan AI dan PR.

Gambar 12 menunjukkan crossplot Ip : (11100-11800) m/s.g/cc


Ip terhadap PR di sumur LMG-01. Pada zona ϕ : (6-10)%
target, tampak pola hubungan Ip dengan PR
tidak sederhana. Zona reservoar adalah kurva Gambar 14 adalah crossplot antara Ip
dan plot yang warna kuning. Karena tidak ada terhadap PR di sumur LMG-03 di zona target.
pola hubungan yang sederhana maka dibuat Hubungan antara kedua variabel, acak tidak
batasan bentang nilai (cut-off range) pada zona berpola. Zona reservoar adalah kurva dan plot
target sebagai berikut: yang warna kuning. Karena pola hubungan yang
rumit maka dibuat batasan nilai (cut-off) pada
Ip : (11100-11800) m/s.g/cc zona target sebagai berikut:
PR : (0,10-0,18)
Ip : (11100-11900) m/s.g/cc
Crossplot Ip terhadap ϕ di sumur LMG- PR : (0,17-0,22)
01 (Gambar 13) menunjukkan pola yang sama
dengan crossplot Gambar 12, kedua variabel Gambar 15 adalah crossplot antara Ip
di zona target mempunyai pola hubungan yang terhadap ϕ di sumur LMG-03. Sama dengan
acak. Zona reservoar adalah kurva dan plot yang crossplot sebelumnya, antara Ip dan ϕ pada zona
warna kuning. Karena pola hubungan yang tidak target mempunyai pola hubungan yang acak.
sederhana maka dibuat batasan nilai pada zona Zona reservoar adalah kurva dan plot yang
target sebagai berikut: berwarna kuning. Batasan nilai pada zona target

Gambar 12. Crossplot Ip terhadap PR di LMG-01. Gambar 13. Crossplot Ip terhadap ϕ di LMG-01.
JTMGB, Vol. 8 No. 2 Agustus 2015: 63-74
70

Gambar 14. Crossplot Ip terhadap PR di LMG-03. Gambar 15. Crossplot Ip terhadap ϕ di LMG-03.

yang hasilnya adalah sebagai berikut: AVO. Dalam analisis AVO bentang batas sudut
datang telah dibagi dalam 3 bagian, near-stack,
Ip : (11100-11900) m/s.g/cc mid-stack dan far-stack. Bentang batas bisa
ϕ : (5-9)% dibuat dalam satuan jarak yang tetap atau dalam
satuan sudut yang tetap. Untuk mengidentifikasi
Berdasarkan fakta-fakta yang diperoleh keberadaan fluida hidrokarbon pada suatu
dari analisis kesensitifan di sumur LMG-01 dan reservoar akan lebih sensitif jika menggunakan
LMG-03 pada zona reservoar target berdasarkan data seismik far-offset-stacking karena pada
crossplot, maka hubungan besaran akustik dengan bentang batas ini terjadi sudut kritis refleksi dan
besaran petrofisik untuk zona target, diperoleh anomali amplitudo mencapai maksimum. Hal
batasan nilai (cut-off) sebagai berikut: ini dijelaskan sebagai pengaruh sudut datang
terhadap perubahan AI/EI terhadap Sw.
Ip : 11100–11800 (m/s*gr/cc) Baik AI maupun EI akan mengecil
ϕ : (6 – 9) % nilainya jika fluida semakin tersaturasi. Namun
PR : (0.17-0.18) perubahan nilai EI lebih besar (sensitif) dibanding
perubahan nilai AI. Perubahan ini lebih terlihat
Pembahasan pada batuan reservoar dibandingkan shale.
Validasi setelah proses inversi perlu
Jika inversi konvensional seismik post- dilakukan untuk memastikan hasil yang
stack menghasilkan atribut AI, maka inversi diperoleh terukur dan dapat dipercaya, paling
terhadap data seismik pre-stack atau yang tidak pada sumur-sumur sebagai titik kontrol.
dikenal dengan inversi AVO dapat menurunkan Gambar 16 menunjukkan validasi terhadap hasil
atribut AVO yaitu EI dan PR. Aplikasi dari inversi yang sudah dilakukan dalam bentuk
atribut AI terbatas pada estimasi nilai-nilai ϕ dan korelasi antara AI sintetik inversi dengan AI di
litologi batuan reservoar, sedangkan aplikasi sumur LMG-01.
dari atribut-atribut AVO ini digunakan untuk Pada Gambar 17 ditunjukkan penampang
mengestimasi Sw dalam batuan selain litologi Ip yang melalui sumur LMG-01. Korelasi antara
dan ϕ. hasil inversi (Ip) dengan log Impedansi tampak
Inversi AVO ini menurunkan lebih fit di sumur LMG-01. Artinya kalibrasi serta
banyak atribut-atribut seismik, dimana secara memvalidasi proses inversi AVO dengan data
simultan dapat mengestimasi Vp, Vs dan densitas log impedansi di sumur LMG-01 (dalam skala
(ρ). Analisis dan inversi AVO sering digunakan warna) baik hasilnya.
sebagai DHI (direct hydrocarbon indicator) dan Bentang batasan nilai (cut-off range)
sebagai alat prediksi isi kandungan reservoir dari reservoar target untuk atribut Ip adalah
karena dalam reservoar pada umumnya terjadi (11.100–11.900) m/s.gr/cc (dalam Gambar 17;
anomali ratio Vp/Vs yang menyebabkan anomali warna biru hingga coklat). Untuk menghitung
Integrasi Teknik Inversi AVO dengan Model Analitik Petrofisika untuk Menghitung Porositas dan Saturasi Air
(Paul Hutabarat, Fakhriadi Saptono, Bambang Widarsono dan Ridwan) 71

Gambar 16.
Korelasi hasil inversi (AI sintetik) vs EI di sumur LMG-01 = 92,2%
Korelasi hasil inversi (AI sintetik) vs EI di sumur LMG-03 = 96,0%

distribusi secara lateral dari Ip, yang dihasilkan reservoar adalah warna kuning-hijau yang
dari proses inversi, digunakan teknik multi diprediksi sebagai lokasi-lokasi keberadaan
atribut analisis untuk meningkatkan korelasi. hidrokarbon gas.
Distribusi Ip secara lateral pada zona reservoar Properti petrofisik terakhir yang akan
target ditampilkan pada Gambar 18. Berpedoman diestimasi adalah Sw. Penampang Sw ditampilkan
pada bentang batas nilai yang telah dianalisa pada Gambar 23 yang melalui sumur LMG-
kesensitifannya pada tahap sebelumnya, maka 01. Sama seperti atribut seismik sebelumnya,
lokasi yang diharapkan berisi hidrokarbon pada Gambar 23 ini adalah cara kalibrasi dan
adalah bentang batasan nilai (11.100 – 11.800) validasi nilai nilai Sw hasil proses inversi AVO
m/s.gr/cc. Lokasi zona target dalam peta Ip terhadap nilai-nilai Sw di sumur LMG-01.
adalah berwarna merah hingga biru muda. Untuk menghitung distribusi Sw secara lateral di
Dalam Gambar 19 ditunjukkan irisan zona reservoar maka digunakan rumus analitik
penampang ϕ hasil dari proses inversi AVO yang yang telah diturunkan pada Gambar 11b sebagai
melewati sumur LMG-01. Untuk menghitung fungsi AI dan PR. Karena bentang batas nilai
distribusi ϕ secara lateral digunakan rumus Sw pada reservoar target adalah (30-50)% maka
analitik yang diturunkan dari rumus Gasman dipilih rumus perhitungan analitik Sw dari
(Gambar 11a) sebagai fungsi AI dan PR, untuk nomogram Gambar 11b antara Sw 30% hingga
bentang batas nilai (6-8)%. Dari hasil kalkulasi 50%.
ini diperoleh peta distribusi ϕ zona reservoar Hasil perhitungan Sw adalah distribusi
pada Gambar 20. Lokasi-lokasi target dalam nilai Sw secara lateral di zona reservoar seperti
peta ϕ adalah warna merah hingga ungu. yang ditunjukkan pada Gambar 24. Berdasarkan
Gambar 21 menunjukkan penampang PR yang peta Sw ini, maka lokasi-lokasi yang diperkirakan
melalui sumur LMG-01. Bentang batasan nilai mengandung hidrokarbon gas adalah yang peta
untu katribut PR pada zona target adalah (0.17- Sw yang berwana biru. Hasil-hasil perhitungan
0.18). Dalam gambar ini tampak atribut PR Ip, PR, ϕ dan Sw telah dikalibrasi dan divalidasi
hasil inversi AVO yang melalui di sumur LMG- terhadap nilai-nilai log di sumur LMG-01 dan
01, terkalibrasi dan tervalidasi baik dengan log LMG-03.
PR di sumur LMG-01. PR merupakan salah Peta ϕ (Gambar 22) dan peta Sw
satu variabel paling penting untuk menghitung (Gambar 24) tampak mempunyai kemiripan
nilai ϕ dan Sw. Distribusi PR secara lateral di pola penyebaran satu dengan lainnya. Artinya
zona reservoar ditunjukkan pada Gambar 24 antara zona porous dan zona saturasi air berada
sebagai peta PR. Lokasi yang merupakan target pada area yang sama.
JTMGB, Vol. 8 No. 2 Agustus 2015: 63-74
72

Gambar 17. Penampang Ip melalui sumur LMG-01. Gambar 18. Peta distribusi Ip. Bentang cut-off (11.100-
Bentang cut-off (11.100 – 11.800) m/s.gr/cc 11.800) m/s.gr/cc.

Gambar 19. Penampang ϕ melalui sumur LMG-01. Bentang Gambar 20. Peta Distribusi ϕ; bentang cut-off (6 –9) %.
cut-off (6 – 9) %.

Gambar 21. Penampang PR melalui sumur LMG-01 Gambar 22. Peta PR; bentang cut-off (0.17–0.18).
bentang cut-off (0.17 – 0.18).
Integrasi Teknik Inversi AVO dengan Model Analitik Petrofisika untuk Menghitung Porositas dan Saturasi Air
(Paul Hutabarat, Fakhriadi Saptono, Bambang Widarsono dan Ridwan) 73

Kesimpulan Referensi

Studi terintegrasi inversi AVO, fisika Castagna, J.P., Swan, H.W., (1997), Principles of
batuan petrofisika dan geologi adalah suatu kajian AVO crossplotting, The Leading Edge.
karakterisasi reservoar, untuk mengestimasi Gan, Li-deng, Dai, Xiao-feng, Li, Ling-gao,
penyebaran lateral saturasi air di zona reservoar (2008), Application of Petrophysics-based
dengan memanfaatkan atribut AVO. Studi kasus Prestack Inversion to Volcanic Gas Reservoar
di suatu lapangan gas, pada reservoar batu pasir Prediction in Singliao basin”, Research
berumur Pratersier. Kesimpulan yang diperoleh Institute and Development, PetroChina
dari penelitian ini adalah studi menawarkan Company Limited.
suatu metoda pendekatan untuk membuat Hu, R.Y., Holden, T., Broussard, M., (2011),
peta distribusi nilai-nilai ϕ dan Sw seluas Petrophysics and Rock Physics Modeling to
lapangan migas melalui pemodelan analitik Improve Seismic Reservoar Charcterization-
petrofisik dan inversi AVO. Analisis sensitifitas Case study of Haclberry Sandstone, Search and
menunjukkan bahwa antara properti petrofisik ϕ Discovery Article #40774.
dan Sw dengan atribut seismik AVO Ip dan PR, Nugroho, P., Mishar, G., Gunawan, H., (2013),
tidak menunjukkan pola hubungan matematis Thin Basal Sand Reservoar Distribution Using
yang sederhana sehingga diperlukan bantuan Elastic Properties Approach, Case Study:
pemodelan analitik berdasarkan persamaan Aryani Field, Asri Basin, Southeast Sumatra,
Gassman untuk mencari pola hubungan antara PIT HAGI-IAGI, Medan.
kedua properti ini. Pemodelan analitik dilakukan Quijada, M.F., Srewart, R.R., (2008), Petrophysical
untuk fasies tertentu yang dipilih berdasarkan and seismic signature of a heavy oil sand
hasil analisa geologi, sehingga diperoleh pola reservoar: Manitou Lake, Saskatchewan,
hubungan antara besaran petrofisik ϕ dan Sw dan Cewes, University of Calgary.
besaran akustik yang diwakili oleh atribut seismik Russell, B.H., Hedlin, K., Hilterman, F.J., Lines,L.R.,
Ip dan PR dalam bentuk nomogram seperti yang (2003), Fuid property discrimination with AVO:
ditunjukkan pada Gambar 11. Peta sebaran Ip A Biot-Gasmann perspective, Geophysics, Vol
dan PR (Gambar 18 dan Gambar 22) dan peta 68, No.1, P.29-39.
sebaran ϕ dan Sw (Gambar 20 dan Gambar 24) Savic, Milos, Ver West, Bruce, Gingrich, Dean,
di zona reservoar untuk fasies tertentu, masing- (2005), Elastic Impedance Inversion in Practice,
masing telah dikalibrasi dan divalidasi terhadap ARCO British Ltd.
besaran-besaran log yang samadi sumur LMG- Veeken, P., Rauch-Davies, M., Peb. 2006, AVO
1. Dalam studi kasus ini digunakan data seismik attribute analysis and seismic reservoir
yang mempunyai frekuensi dominannya 25 herzt characterization, First break, vol. 24.
sehingga memberikan resolusi data seismik Walls, J., Dvorkin, J., Carr, M., 2009, Well Logs
sebesar 27 m. Untuk studi kasus karakterisasi and Rock Physics in Seismic Reservoar
reservoar kualitas data seismik ini kurang Characterization, Rock Solid Images.
memadai, terutama untuk resevoir yang tebalnya Zhou, Zhengyun, Hilterman, F.J., Kumar, M., (2005),
kurang dari 25 meter. Faktor kedalaman reservoar Water Saturation estimation from seismic and
diperkirakan menjadi salah satu penyebab rock-property trends”, Center for Applied
hilangnya sebagian informasi data seismik. Geosciences and Energy, Houston.
JTMGB, Vol. 8 No. 2 Agustus 2015: 63-74
74
Tinjauan Aspek Fisika Kimia Lingkungan pada Kegiatan Operasi Migas di
Kawasan Suaka Margasatwa Danau Pulau Besar – Danau Bawah

Review of Environmental Physico Chemical Aspects in The Oil and Gas Operating
Activities at Danau Pulau Besar – Danau Bawah Wildlife Sanctuary Area

R. Abdullah Musa dan Iskandar


Badan Operasi Bersama (BOB) PT. Bumi Siak Pusako - Pertamina Hulu

Abstrak

Dalam upaya meningkatkan produksi minyak dan gas (migas) bumi untuk kepentingan nasional,
kegiatan produksi dan pengembangan gencar dilakukan termasuk juga ke wilayah-wilayah yang mempunyai
tingkat kerentanan tinggi, di antaranya Kawasan Suaka Marga Satwa Danau Pulau Besar – Danau Bawah
(KSM DPB-DB) yang berada lebih kurang 160 km sebelah Timur Kota Pekanbaru dan 40 km dari Kota Siak
Sri Indrapura dengan luasan total 28.237,5 Ha. Kawasan ini jenis ekosistemnya adalah rawa-gambut. Aspek
yang ditinjau adalah parameter fisika-kimia lingkungan, hasil pemantauan yang dilakukan menunjukkan
masih berada dalam kondisi baik. Hal ini menandakan bahwa kegiatan operasi migas tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap aspek fisika-kimia lingkungan kawasan tersebut.
Kata kunci: Fisika-kimia lingkungan, kawasan suaka margasatwa, ekosistem rawa-gambut.

Abstract

In an effort to increase the production of oil and gas in the national interest, production and development
activities as well as intensively carried out to areas that have a high degree of vulnerability, including reserve
areas of wildlife sanctuary Danau Pulau Besar – Danau bawah (KSM DPB-DB) located approximately 160
kilometers east of Pekanbaru city and 40 km from the Siak Sri Indrapura city, with a total area of 28237.5
hectares. This area is a kind of peat-swamp ecosystem. Aspects to be reviewed were the physico-chemical
parameters of the environment, the results of monitoring conducted showed they are still in good condition.
This indicated that oil and gas operations do not significantly affect the physico-chemical aspects of the
environment of the mentioned area.
Keywords: Environmental physico-chemical, wildlife sanctuary, peat-swamp ecosystem.

Pendahuluan Dishut/205/2005 yang diajukan oleh Bupati Siak,


namun belum ada tanggapanan dari Menteri
Kawasan Suaka Marga Satwa Danau Kehutanan (WWF, 2006).
Pulau Besar dan Danau Bawah (KSM DPB-DB) Jenis hutan di kawasan ini adalah
ditetapkan berdasarkan SK Menteri Pertanian No. termasuk jenis Hutan Rawa Gambut Tinggi dan
846/Kpts/Um/II/1980 dan dengan SK Menhutbun Campuran (Hayward et.al, 2005).
No 688/Kpts-II/199926 Agustus 1999 luasannya Kegiatan operasi migas di kawasan ini
adalah 28.237,95 Ha. Kawasan ini berada lebih bermula saat ditemukannya lapangan Zamrud
kurang 160 km sebelah Timur Kota Pekanbaru oleh Caltex Pacific Indonesia (CPI) pada tahun
dan 40 km dari Kota Siak Sri Indrapura. Secara 1975, lapangan ini mulai diproduksikan pada
administratif kawasan ini terletak di Kecamatan tahun 1982 dan termasuk Blok Coastal Plain
Dayun, Kabupaten Siak dan secara geografis Pekanbaru (CPP) (Yunan & Haryanto, 2002).
berada di 102° 8’ 48.8” 102° - 18’ 51.8” BT dan Pengelolaan lingkungan sudah dilakukan
0° 36’ 3.6” - 0° 46’ 55.6” LU. (Gambar 1). oleh CPI sejak dari awal sebelum proyek
Kawasan ini pernah diusulkan untuk development dan Enhanced Oil Recovery (EOR)
menjadi Taman Nasional Zamrud melalui surat diusulkan melalui Studi Evaluasi Lingkungan
permohonan no. 660/SET/1005/2001 dan 364/ (SEL) pada tahun 1984, yang di antaranya

75
JTMGB, Vol. 8 No. 2 Agustus 2015: 75-82
76

yang menyebabkan kondisi air yang tergenang


sehingga mencegah adanya pembusukan secara
organis dari tumpukan bahan tersebut (Verwer
dan Van der Meer, 2010).
Aspek fisika dan kimia lingkungan
sangat berperan dalam ekosistem hutan rawa
gambut. Jagaadeshappa dan Kumara (2013)
menyatakan bahwa parameter fisika-kimia sangat
penting dalam studi lingkungan apapun terutama
lingkungan air yang terpisah dari kepentingan
umum. Selain itu menurutnya parameter fisika-
kimia memiliki implikasi praktis dalam studi
polusi dan sedimentasi di lahan basah yang
merupakan tempat sumber nutrisi penting bagi
organisme akuatik.
Keanekaragaman hayati dalam ekosistem
hutan rawa gambut merupakan satu kesatuan
lingkungan yang melibatkan unsur-unsur biotik,
faktor fisik dan kimia yang saling berinteraksi
(Yunasfi, 2008). Faktor fisika kimia juga
berpengaruh terhadap tingkat regenerasi (tunas
baru) pada hutan mangrove (Mc. Kee, 1995).
Gambar 1. Peta lokasi KSM Danau Pulau Besar – Danau Ketebalan gambut sebagai penopang vegetasi
Bawah. (Sumber: http://alamsumatra.files.wordpress.com) diatasnya dapat mencapai 20 meter (UNDP,
2006).
dievaluasi dampak fisika-kimia lingkungan
terhadap ekosistem kawasan tersebut. Kajian Kegiatan Operasi Migas di KSM DPB -DB
lingkungan kedua berupa ANDAL telah
dilakukan lagi pada tahun 1991/1992 (Yunan & Lapangan Zamrud yang berada di dalam
Haryanto, 2002). KSM DPB-DB terdapat lebih dari 100 sumur
Blok CPP, pada tahun 2002 diserah- minyak, sebagian di antaranya merupakan
terimakan ke konsorsium BP Migas – Badan sumur-sumur yang aktif berproduksi dan sisanya
Operasi Bersama (BOB) PT. Bumi Siak sudah tidak berproduksi lagi. Sumur-sumur yang
Pusako (BSP) – Pertamina Hulu. Pada tahun aktif berproduksi perlu perawatan terus-menerus
2007, konsorsium ini melakukan revisi hasil agar dapat berproduksi sebagaimana mestinya.
kajian lingkungan sebelumnya (BOB PT BSP - Kegiatan perawatan sumur meliputi perawatan
Pertamina Hulu, 2006). tapak sumur, pencegahan penyumbatan,
perawatan pompa dan kompresor serta
Peranan Aspek Fisika Kimia Lingkungan pencegahan luberan minyak (oil spill).
pada Ekosistem Hutan Rawa Gambut Perawatan tapak sumur meliputi
pembersihan semak yang tumbuh pada tapak,
Hutan rawa gambut adalah hutan yang penimbunan dan pengerasan ulang (untuk
tumbuh di daerah beriklim tropis dan subtropis mempertahankan ketinggian dan kerataan tapak)
dengan tanah organosol atau histosol yang dan pengerukan parit di sekeliling tapak yang
selalu tergenang air tawar secara periodik dikeraskan, kegiatan ini dapat dilihat dalam
dengan keadaan pH rata-rata 3,5 – 4,0. Hutan Gambar 2. Kegiatan pencegahan penyumbatan
ini merupakan ekosistem unik karena tumbuh dilakukan dengan cara menginjeksikan uap panas
di atas tumpukan bahan organik yang melimpah atau air panas bertekanan tinggi. Minyak-minyak
dan hidupnya tergantung turunnya hujan (Arief, yang menggumpal bila tidak segera dipanaskan
2001). Timbunan bahan organik yang menopang akan menyumbat (clogging) pipa – pipa produksi.
hutan tersebut telah terbentuk selama ribuan tahun Perawatan beberapa unit pompa dan kompressor
Tinjauan Aspek Fisika Kimia Lingkungan pada Kegiatan Operasi Migas di Kawasan Suaka Margasatwa Danau Pulau Besar
– Danau Bawah (R. Abdullah Musa dan Iskandar) 77

meliputi pembersihan, penggantian komponen Pengelolaan Lingkungan


yang aus atau rusak, pelumasan dan evaluasi
fungsi pompa secara keseluruhan. Pencegahan Kondisi lingkungan yang masih alami,
luberan minyak perlu dilakukan untuk mencegah tentunya harus terjaga dengan baik walaupun
agar tidak mengganggu lingkungan. Untuk beberapa kegiatan operasi migas terus menerus
keperluan itu dilakukan dengan cara pemantauan berlangsung didalamnya. Perlu usaha yang
sumur produksi setiap dua jam sekali dan maksimal dalam pengelolaan lingkungan tersebut.
disediakn juga sistem penampung luberan (spill Interaksi kegiatan dengan lingkungan tentunya
berms dan spill decks). perlu dipantau dengan baik dan bila ada potensi
dampak yang negatif perlu dicegah dengan
pengelolaan yang tepat. Untuk mempermudah
maka pengelolaannya ditinjau berdasarkan jenis
obyek yang diperkirakan terdampak, yakni
lingkungan abiotik, biotik dan lingkungan sosial.
Dalam makalah ini akan ditinjau hanya dari
obyek lingkungan abiotik saja yang meliputi
kualitas udara dan air, khususnya ditinjau dari
aspek kimia fisika.
Gambar 2. Kegiatan pengerasan jalan/tapak ke sumur-
Parameter utama kualitas udara yang
sumur minyak. (Sumber: BOB PT BSP-Pertamina Hulu) berpotensi terdampak adalah kebisingan
dan polusi udara. Sumber utamanya adalah
Kegiatan utama lainnya yang ber- pengoperasian generator listrik (genset). Upaya
hubungan langsung dengan operasi produksi pengelolaan yang dilakukan adalah memelihara
adalah injeksi reservoir minyak, pemompaan genset secara rutin, mengalirkan gas buang ke
minyak dan pengangkutan minyak. Injeksi flare pit, peletakkan genset yang terlindung dan
reservoir adalah kegiatan memasukkan uap dan dilapis dengan peredam (silencer).
atau air panas dari permukaan bumi dengan tujuan Sumber potensi terjadinya pencemaran
untuk menaikkan tekanan reservoir yang mulai air adalah dari kegiatan rig pemboran (drilling
menurun. Minyak-minyak yang dihasilkan dari rig) maupun perawatan sumur (service rig) serta
sumur-sumur minyak dipompa dan disalurkan kebocoran pipa yang dapat berakibat tumpahan
atau melalui pipa-pipa penyalur menuju minyak ke lingkungan. Upaya pengelolaan yang
stasiun pengumpulan (Gathering Station /GS). dilakukan di antaranya adalah penggunaan water
Pemasangan pompa-pompa minyak memerlukan based additives, penampungan lumpur pemboran
peralatan rig service. Khusus pengoperasian rig ke dalam mud tank/pit yang kedap air, penimbunan
ada beberapa rangkaian kegiatan tersendiri, yakni dan pemadatan bekas kolam penampungan
dimulai dengan mobilassi rig, operasi rig dan setelah selesai dipakai, penggunaan ulang limbah
demobilisasi rig seperti terlihat dalam Gambar 3. cair bekas sumur, penyedotan dan pembersihan
ceceran minyak, pemeriksaan toksisitas (TCCLP)
lumpur bekas, pembuatan saluran drainase di
sekeliling lokasi pemboran, perlengkapan MCK
dengan septic tank dan penerapan house-keeping
yang baik serta menyediakan peralatan khusus
penanggulangan tumpahan minyak (oil spill
kit) dilengkapi dengan peralatan pemadaman
kebakaran.

Hasil Pemantauan Aspek Fisika Kimia


Lingkungan
Gambar 3. Kegiatan rig service dalam rangka pemeliharaan
sumur-sumur minyak di dalam kawasan KSM DPB-DB. Pemantauan dilakukan dengan cara
(Sumber: BOB PT BSP-Pertamina Hulu) mengukur beberapa parameter fisika-kimia
JTMGB, Vol. 8 No. 2 Agustus 2015: 75-82
78

dianalisis di laboratorium dengan menggunakan


metode spektrofotometri dan gravimetri. Baku
mutu kualitas udara yang digunakan adalah
berdasarkan standar KLH yakni Kep-48/
MENLH/X/1996 tentang Baku Mutu Tingkat
Kebisingan untuk Lingkungan Kawasan Terbuka
Hijau (50 dB), selain itu juga berdasarkan
Peraturan Pemerintah No. PP No.41 Tahun 1999
tentang Baku Mutu Kualitas Udara Ambien.
Hasil pengukuran dibandingkan
dengan Nilai Ambang Batas (NAB) masing-
masing parameter. Untuk memudahkan dalam
penilaian maka masing-masing parameter
dinyatakan dalam prosentase (%) perbandingan
Gambar 4. Grafik Nilai Hasil Pengukuran Parameter Fisika-
dengan NAB-nya, kecuali nilai pH. Gambaran
Kimia Terhadap Nilai Ambang Batas (NAB). (Sumber:
BOB PT BSP-Pertamina Hulu, 2013) keseluruhan parameter dapat dilihat pada Tabel A
dan grafiknya dapat dilihat pada Gambar 4.
lingkungan di beberapa titik sampling yang di
empat lokasi, yaitu di: (1) jalan utama di dekat Pembahasan dan Evaluasi
jembatan Sungai Rasau; (2) jalan hantar di daerah
Sungai Rawa; (3) jalan utama di perpotongan Hasil pengukuran parameter kualitas
Sungai Sejuk; dan (4) jalan hantar di dekat Sumur udara yang terdiri dari kandungan CO (Carbon
No. 73. Monoksida), SO2 (Sulfur Dioksida), NO2 (Nitrit)
Penentuan lokasi-lokasi ini didasarkan dan Kebisingan menunjukkan kesemuanya masih
atas aksesibilitas dan karena adanya kegiatan di bawah nilai NAB. Prosentase kandungan gas-
transportasi, sumur minyak dan kegiatan gas tersebut maksimal 13% dari NAB. Khusus
masyarakat setempat. Pengukuran dilakukan pada parameter kebisingan didapatkan 45,74 dB, nilai
waktu berlangsung puncak aktifitas penggunaan ini masih di bawah NAB untuk Lingkungan
jalan, yaitu antara jam 09.00 s/d 15.00. Lokasi Kawasan Terbuka Hijau (50 dB), atau kalau
dan metodologi dapat di lihat dalam lampiran I-a- diprosentasekan nilainya adalah 91%. Kondisi
b-c. Khusus untuk parameter kebisingan, diukur kebisingan ini tetap perlu dijaga agar tidak
dengan alat noise-level meter. melewati NAB, yang mungkin akan mengganggu
Pengambilan sampel udara dilakukan kehidupan satwa di dalam kawasan. Berdasarkan
dengan menggunakan gas sampler kemudian hasil penilaian parameter kualitas udara, maka

Tabel A. Hasil Pengukuran Parameter Fisika-Kimia dan Prosentasenya Terhadap Nilai Ambang Batas (NAB)
Tinjauan Aspek Fisika Kimia Lingkungan pada Kegiatan Operasi Migas di Kawasan Suaka Margasatwa Danau Pulau Besar
– Danau Bawah (R. Abdullah Musa dan Iskandar) 79

dapat dinyatakan bahwa kondisi kualitas udara di RKL-RPL Pengembangan Lapangan Zamrud
kawasan relatif tidak mengalami gangguan yang menunjukkan bahwa nilai COD dan BOD
berarti dengan adanya kegiatan operasi migas awalnya sudah melebihi ambang batas.
yang rutin di dalamnya. Upaya pengelolaan sumber pencemaranan
Parameter kualitas air hasil pengukuran udara, kebisingan dan pencemaran air yang sudah
menunjukkan bahwa enam parameter yakni DO efektif selama ini perlu dipertahankan. Frekuensi
(oksigen terlarut), TDS (total padatan terlarut),pemantauan perlu ditingkatkan untuk mengetahui
NH3 (amoniak), Timbal dan Cl2 (Klorin) nilainya pola fluktuasi kualitas udara, kebisingan dan
masih di bawah ambang batas. kualitas air dalam rentang waktu yang lebih
pendek, misalnya pola perubahan selama 24 jam
Tiga parameter yakni COD (Chemical dan selama 12 bulan.
Oxygen Demand), BOD (Biological Oxygen
Demand) dan kandungan minyak atau lemak Referensi
nilainya diatas NAB. Hal ini tidak bisa langsung
dinilai bahwa tingginya nilai tiga parameter Arief, A. 2001. “Hutan dan Kehutanan”. Penerbit
tersebut akibat adanya pencemaran dari dampak Kanisius. Yogyakarta.
kegiatan operasi migas. Perlu diperhatikan Badan Operasi Bersama (BOB) PT Bumi Siak
bahwa secara alami perairan gambut mempunyai Pusako (BSP) – Pertamina Hulu. 2013. “Studi
kandungan zat organik yang tinggi (Syarfi dan Harmonisasi Kegiatan Eksplorasi dan Produksi
Herman , 2007). Kandungan COD yang tinggi dengan Kawasan Suaka Margasatwa Danau
dalam perairan menunjukkan bahwa kandungan Pulau Besar – Danau Bawah” BOB PT BSP –
zat organik non-biodegradable yang terlarut Pertamina Hulu. Pekanbaru-Riau.
yang salah satunya berasal dari tumbuhan berupa Caltex Pacific Indonesia (CPI), PT. 1999. “Revisi
selulosa (Sastrawijaya, 2000). Nilai pengukuran Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana
BOD yang tinggi menunjukkan indikasi bahwa Pemantauan Lingkungan (RKL – RPL)
sudah terjadi pemakaian oksigen untuk proses Pengembangan Lapangan Zamrud – Riau. PT. CPI
biologis yang berlebihan, diantaranya untuk Hayward, J., A. Sebastian, M. Leighton, C. Benett,
proses pembusukan sampah-sampah organik M. Hardiono dan A. Sileuw. 2005. “Rainforest
yang ada dalam badan air. Nilai BOD perairan Alliance Smartwood Program High Conservation
dipengaruhi oleh suhu, densitas plankton, Value Forest (HCVF) Assesment Report for Siak
keberadaan mikroba, serta jenis kandungan Districk”. PT Arara Abadi Asia Pulp and Paper /
bahan organik. Pada perairan alami, yang Sinar mas Group.
berperan sebagai sumber bahan organik adalah Jagadeshapaa, K. C.and V. Kumara. 2013. “Influence
pembusukan tanaman. of Physico-chemical Parameters on The Diversity
of Plankton Species in Wetlands of Tiptur Taluk,
Kesimpulan dan Saran Tumkur dist, Karnataka State, India”. Carribean
Journal Science and Technology. 2013. Vol. 1
Hasil pengukuran parameter fisika-kimia p.185-193.
lingkungan menunjukkan bahwa kegiatan operasi Mc Kee, K. L. 1995. “Seedling Recruitment Patterns
migas di Kawasan Suaka Margasatwa Danau in a Belizean Mangrove Forest: Effects of
Pulau Besar dan Danau Bawah tidak berpengaruh Establishment Ability and Physicochemical
terhadap aspek fisika kimia lingkungan ditinjau Factors”. http://www.seaaroundus.org/
dari parameter kualitas udara dan air. Hal ini conference/belieze_scientific_papaers/
dibuktikan bahwa semua nilainya tidak melebihi McKee_1995.pdf. [29 Sept 2014].
ambang batas. Beberapa parameter yang melebihi Sardesai,S. 1992. “Dissolved, Particulate and
ambang batas dikarenakan kondisi alami Sedimentary humid acids in The Mangroves
perairan gambut yang nilainya memang sudah and Estuarine Ecosystem of Goa, West Coast of
tinggi sebelum adanya kegiatan operasi migas India” Indian Journal of Marine Science Vol. 22
di kawasan tersebut. Beberapa studi lingkungan (March 1993) p.54-58.
sebelumnya, salah satunya yang telah dilakukan Syarfi, S. Herman. 2007. “Rejeksi Organik Air
oleh PT CPI tahun 1999 dalam dokumen Revisi Gambut dengan Membran Ultrafiltrasi” Jurnal
JTMGB, Vol. 8 No. 2 Agustus 2015: 75-82
80

Sains dan Teknologi 6(1) (Maret 2007) p. 1-4. eyesontheforest.or.id/attach/WWF_14Feb2006_


Sastrawijaya, A.T. 2000. “Pencemaran Lingkungan”. Expansion_of_Kuala_Kampar_Conservation_
Penerbit Rineka Cipta. Jakarta. Areas_20121012101014.pdf [27 Sept 2014].
United Nation Development Program (UNDP) Yunan, A., B. Haryanto. 2001. “Management of Oil
Malaysia. 2006 . “Malaysia’s Peat Swamp Forest and Gas Exploration in The Zamrud Field”. PT.
Coservation and Sustanable Use”. UNDP. Caltex Pacific Indonesia. Paper IPA 01-BE-045
Verwer, C., P. J. Van der Meer. 2010. “Carbon Pools in Presented at IPA – 28th Annual Covention and
Tropical Peat Forest”. Altera Report 2108. Altera Exhibition, October 2001.
Wageningen, Wageningen. Yunasfi. 2008. “Degradasi Hutan Indonesia
WWF Indonesia. 2006. “Overview of The Status of dan Usaha Penanggulangannya” USU
Natural Forests in Kuala Kampar, Riau, Sumatra, Repository. http://repository.usu.ac.id/bitsre
Indonesia: Proposed Expansion of The Peninsula’s am/123456789/1031/1/132288490.pdf [28
Existing Coservation Areas”. http://www. Sept 2014].

Lampiran

a. Metode Pengukuran Kualitas Udara

b. Lokasi Pengukuran Kualitas Air


Tinjauan Aspek Fisika Kimia Lingkungan pada Kegiatan Operasi Migas di Kawasan Suaka Margasatwa Danau Pulau Besar
– Danau Bawah (R. Abdullah Musa dan Iskandar) 81

c. Parameter Fisika-Kimia Kualitas Air dan Metode Pengukurannya


JTMGB, Vol. 8 No. 2 Agustus 2015: 75-82
82
Stimulasi Sumur Menggunakan Campuran Crude Oil,
Demulsifier, dan Paraffin Solvent untuk Meningkatkan Produktivitas dan
Mengurangi Tingginya Water Cut

Huff and Puff Stimulation Using The Mix of Crude Oil,


Demulsifier, and Paraffin Solvent to Increase Productivity
and Reduce Water Cut

Bayu Apriansyah, Mas’un Hidayat dan Fuad Habib


PT. Pertamina EP Asset 5 Field Sangasanga, Jl. Dr. Sutomo No. 40 Sangasanga, Kutai Kartanegara,
Kaltim 75254, Email : bayu.apriansyah@pertamina.com; masun.hidayat@pertamina.com;
fuad.habib@pertamina.com

Abstrak

Field Sangasanga memiliki satu blok yang memiliki karakteristik minyak paraffinic. Di salah satu
sumurnya yaitu NKL-1014 telah dilakukan well testing serta uji Produksi dan dihasilkan angka Skin dan water
cut cukup tinggi. Ada kemungkinan terjadinya paraffin deposit pada sand face formasi dan kecenderungan
pembentukan emulsi yang menyebabkan angka Skin yang tinggi sehingga aliran ke wellbore akan didominasi
oleh air, sehingga water cut akan cenderung tinggi. Dengan menggunakan campuran chemical berupa
demulsifier (pemecah emulsi), paraffin solvent (pelarut paraffin), dan base fluid (light crude oil) diperkirakan
akan memecah emulsion blocking dan melarutkan paraffin deposit serta menurunkan angka Skin sehingga
relative permeability dari minyak akan meningkat dan water cut turun. Metode yang digunakan adalah Huff
and Puff dimana campuran chemical diinjeksikan ke dalam sumur dan direndam selama 24 jam. Kemudian
sumur diproduksikan kembali dan dilakukan well testing untuk analisa Skin. Hasil produksi sebelum stimulasi:
120 bfpd/ 4 bopd/ 97% WC/ Skin 16.3. Hasil Produksi setelah stimulasi: 450 bfpd/ 55 bopd/ 86% WC/ Skin 7.9.
Kata kunci: Well testing, Stimulasi, paraffin, chemical.

Abstract

An area of Sangasanga Field has waxy oil characteristic. At well NKL-1014 was conducted well testing
and production testing, and the results were high Skin and high water cut. Hypothetically, paraffin deposits
and emulsion blocking existed on sand face of the formation and restricted the flow of the fluid especially
oil flow due to lower relative permeability. So, the water cut was high and so does the Skin factor. The mix
of demulsifier, paraffin solvent, and crude oil could break the emulsion and solve the paraffin deposit. The
stimulation method is Huff and Puff method which the mixture were injected to the formation and soak it for 24
hours. Then the well was produced and conducted well test for Skin analysis. Production pre-stimulation: 120
bfpd/ 4 bopd/ 97% WC/ Skin 16.3. Production after stimulation: 450 bfpd/ 55 bopd/ 86% WC/ Skin 7.9.
Keywords: Well testing, Stimulation, Paraffin, Chemical.

Pendahuluan

Latar Belakang

Field Sangasanga berada di provinsi


Kalimantan Timur, sekitar 3 jam perjalanan
dengan kendaraan ke arah utara dari Balikpapan.
Field Sangasanga memiliki 9 struktur yaitu NKL,
SKL, Anggana, Tanjung Una, Muara, Louise,
Nonny, Jembatan Bengkok dan Samboja. Gambar 1. Field Sangasanga.

83
JTMGB, Vol. 8 No. 2 Agustus 2015: 83-88
84

Salah satu area di Struktur NKL bernama


Area Site B memiliki mayoritas sumur yang
memiliki kandungan paraffin yang relatif tinggi
(Tabel A). Lapisan yang diproduksikan dari area
Site B antara lain lapisan C-11, C-13, D-09, dan
D-11. Area Site B memproduksikan rata-rata
15.000 bfpd, 1100 bopd, Water Cut (WC) rata-
rata 93%. Beberapa permasalahan yang timbul
berkaitan dengan adanya paraffin di surface
adalah flowline plugging dan yang lebih utama di
subsurface adalah adanya emulsion blocking dan Gambar 1. Korelasi Struktural NKL-1012 dan NKL-1014.
deposit paraffin pada sandface formasi. Angka
Skin bisa bernilai tinggi akibat adanya emulsion Karakteristik minyak dari sumur NKL-
blocking dan paraffin deposit tersebut. Untuk 1014 antara lain viskositas 11,24 cp dan berat
menurunkan angka Skin bisa dilakukan dengan jenis minyak 29,85 oAPI. Telah dilakukan well
metode stimulasi sumur. testing dan didapatkan nilai Skin sebesar 16,3.
Stimulasi sumur ini bisa berupa Angka Skin yang besar merupakan
fracturing, acidizing, huff and puff, dan lain- indikasi adanya hambatan aliran pada sandface.
lain. Field Sangasanga sendiri tidak memiliki Emulsion blocking dan deposit paraffin
kontrak ataupun peralatan fracturing. Fasilitas merupakan suspect utama hambatan aliran
yang dimiliki untuk menunjang operasional tersebut. Hal ini dikarenakan properties minyak
stimulasi yaitu pompa triplex dan tangki mixing tersebut di permukaan yang menunjukan emulsi
bersama mixer-nya. dan beku setelah keluar dari sumur.
Demulsifier adalah senyawa kimia
yang bisa digunakan untuk memecah emulsi.
Dengan fungsinya tersebut diharapkan
emulsion blocking dapat dipecahkan dan tidak
lagi menghambat aliran dari formasi ke lubang
sumur. Demulsifier ini bisa terlarut dalam air
ataupun minyak.
Paraffin Solvent berfungsi untuk
melarutkan endapan paraffin sehingga tidak lagi
menyumbat pori-pori dari sandface formasi.
Paraffin Solvent ini bisa terlarut hanya dalam
minyak.

Permasalahan
Gambar 3. Minyak NKL-1014.
Lapisan D-11 dibuka antara lain pada
sumur NKL-1014 dan NKL-1012. Interval Dengan adanya emulsion blocking dapat
perforasi NKL-1014 yaitu 652 – 654 m dan meningkatkan nilai relative permeability of water
Interval perforasi NKL-1012 yaitu 670 – 673 m. sehingga laju produksi minyak akan menurun.
Secara struktural, lapisan D-11 NKL-1014 lebih Hal ini akan berimbas pada tingginya nilai WC.
updip dibandingkan dengan NKL-1012. Data produksi air dan minyak NKL-1014 diplot
Kedua sumur berjarak + 200 m. NKL- dalam diagram Chan untuk menggambarkan
1012 diproduksikan dengan menggunakan ESP kelakuaan Water Oil Ratio (WOR) dan Water Oil
dan NKL-1014 diproduksikan dengan Sucker Ratio Derivative (WOR’).
Rod Pump. Anomali terjadi pada data WC Dari gambar tersebut menunjukkan
dimana NKL-1014 memiliki WC rata-rata 97% bahwa terjadi indikasi rapid channeling. Hal ini
sedangkan NKL-1012 memiliki WC rata-rata memperkuat indikasi adanya kenaikan signifikan
90%. pada relative permeability dari air.
Stimulasi Sumur Menggunakan Campuran Crude Oil, Demulsifier, dan Paraffin Solvent untuk Meningkatkan Produktivitas
dan Mengurangi Tingginya Water Cut (Bayu Apriansyah, Mas’un Hidayat dan Fuad Habib) 85

Program Design

Volume campuran yang digunakan


adalah untuk penetrasi 5 ft ke dalam formasi.
Volume campuran akan bergantung pada
parameter reservoir seperti porositas dan tinggi
net sand dari lapisan prospek. Sedangkan
konsentrasi demulsifier yang digunakan adalah
100 ppm dan konsentrasi paraffin solvent
sebanyak 5% terhadap volume campuran.
Referensi perencanaan konsentrasi chemical
Gambar 4. Diagram Chan Sumur NKL-1014. didasarkan pada rekomendasi dari penyedia
material chemical yang didapatkan dari history
Metodologi penggunaan chemical tersebut di lapangan
Sangasanga pada pekerjaan lain. Periode soaking
Field Sangasanga belum memiliki direncanakan selama 24 jam
kontrak slickline unit, welltest unit maupun Secara garis besar, flowchart dari
stimulation unit. Yang ada hanya EMR untuk Stimulasi di NKL-1014 adalah sebagai berikut :
mengukur bottomhole pressure dan temperature,
chemical demulsifier, dan paraffin solvent. Field
Sangasanga juga memiliki peralatan pompa
triplex serta mixer.
Untuk membuktikan adanya damage pada
sumur NKL-1014 dilakukan well testing dengan
memodifikasi ujung rangkaian pipa produksi agar
bisa disambungkan dengan unit EMR.

Gambar 5. Modifikasi Koneksi EMR ke Pompa.

Campuran antara Demulsifier dan


Paraffin Solvent pada base fluid berupa crude oil
akan dimasukkan ke dalam formasi kemudian
dilakukan perendaman selama 24 jam. Dengan
base fluid berupa minyak, diharapkan tidak ada
kekhawatiran terhadap adanya damage terhadap
reservoir seperti halnya base fluid berupa air
yang memerlukan compatibility test terlebih
dahulu. Gambar 6. Flowchart Pekerjaan.
JTMGB, Vol. 8 No. 2 Agustus 2015: 83-88
86

Setelah program design selesai disiapkan,


peralatan dan material selanjutnya dipersiapkan
di lokasi NKL-1014. Pre-Job meeting dilakukan
untuk membahas hal teknis serta aspek safety
dan lingkungan. Dari meeting tersebut dihasilkan
modifikasi dari desain original untuk kemudahan
operasional.

Job Execution

Langkah kerja saat main job stimulasi


dimulai setelah rangkaian produksi dicabut ke
permukaan dilanjutkan dengan Run In Hole
rangkaian packer bersama tubing string sampai
kedalaman 30 meter di atas perforasi (Gambar b. Pump Fluid until below Packer.
7a). Peralatan stimulasi seperti tangki, pompa,
dan discharge line di-setup dan dilakukan Gambar 7b. Job Execution Sequences.
pressure test. Campuran chemical sebanyak 57
bbl yang terdiri dari 54 bbls crude oil, 113,5
gallon paraffin solvent, dan 0,9 liter demulsifier.
Mixing dilakukan selama satu jam. Dalam
keadaan packer belum diset pada posisinya,
campuran chemical dipompakan sebesar 17,5
bbl yang mencakup volume tubing string
dan casing di bawah packer sampai (Gambar
7b). Packer diset dan dilakukan uji tekan
packer dari annulus sampai 300 psi selama 10
menit (Gambar 7c). Sisa campuran chemical
dipompakan ke dalam formasi dengan batasan
tidak melebihi tekanan fracture sebesar 800 psi
(Gambar 7d).
c. Set and Test Packer.
Gambar 7c. Job Execution Sequences.

a. RIH Packer (Unset) + tbg. d. Squeeze and soak for 24 hrs.


Gambar 7a. Job Execution Sequences. Gambar 7d. Job Execution Sequences.
Stimulasi Sumur Menggunakan Campuran Crude Oil, Demulsifier, dan Paraffin Solvent untuk Meningkatkan Produktivitas
dan Mengurangi Tingginya Water Cut (Bayu Apriansyah, Mas’un Hidayat dan Fuad Habib) 87

Hasil dan Analisis Pembahasan

Indikator utama keberhasilan dari Water Cut sebelum stimulasi berkisar


pekerjaan stimulasi ini adalah dari sisi produksi, pada angka 97%. Setelah dilakukan stimulasi,
dimana sebelum dan sesudah pekerjaan dapat WC turun ke angka 86%. Emulsion blocking bisa
digambarkan sebagai berikut : sedikit dipecahkan oleh kandungan demulsifier
sehingga relative permeability dari air yang
tinggi juga bisa diturunkan dan fraksi minyak
yang mengalir bisa lebih banyak. Sehingga, water
cut bisa turun dengan adanya fraksi minyak yang
lebih banyak.
Angka Skin yang sebelumnya bernilai
16,3 menjadi bernilai 7,94 setelah dilakukan
stimulasi. Hal tersebut disebabkan oleh adanya
kandungan paraffin solvent yang melarutkan
endapan-endapan paraffin pada sandface.

Kesimpulan

Problematika produksi pada sumur


paraffinic secara subsurface adalah adanya
Gambar 8. Perbandingan produksi sebelum dan sesudah
endapan paraffin serta emulsion blocking.
stimulasi.
Adanya masalah tersebut telah dibuktikan dengan
Selain dari sisi produksi juga bisa dibandingkan melakukan well testing. Dengan batasan-batasan
hasil well testing sebelum dan sesudah stimulasi. pada fasilitas dan peralatan untuk melakukan
stimulasi sumur, Field Sangasanga berinovasi
melakukan stimulasi tanpa bantuan dari Service
Company. Stimulasi dengan metode Huff and Puff
menggunakan campuran demulsifier, paraffin
solvent, dan crude oil telah berhasil menurunkan
water cut dari 97% menjadi 86% dan angka Skin
dari 16,3 menjadi 7,94.

Ucapan Terima Kasih

Penulis mengucapkan terima kasih kepada


Sangasanga Field Manager Bapak Hanief Jauhari
dan Petroleum Engineering Assistant Manager
Gambar 9. Hasil well test sebelum stimulasi.
Field Sangasanga Bapak Arief Setiawan yang
telah memberikan semangat dan dukungan dalam
penulisan paper ini.

Referensi

Chan, K. S., 1995. Water Control Diagnostic Plots.


paper SPE 30775 presented at the SPE Annual
Technical Conference and Exhibition, Dallas,
Oct. 22–25.
Nur, M.F., 2013. Laporan Test Surfactant S-9129.
Starborn Chemical Indonesia.
Gambar 10. Hasil well test sesudah stimulasi. EON (Company). 2012. EONSURF SF 2129 –
JTMGB, Vol. 8 No. 2 Agustus 2015: 83-88
88

Surfactant for oil cleaning and stimulating oil Horne R.N., 1990. Modern Well Test Analysis –
well. Product Information A Computer-Aided Approach. Petroway, Inc.
EON (Company). 2012. EONSURF SF 2129 – California.
Material Safety Data Sheet. Economides M.J. and Nolte K.G., 2000. Reservoir
Matthews C.S. and Russels D.G., 1967. Pressure Stimulation 3rd Edition. Wiley.
Build Up and Flow Tests in Wells. New Amyx, J.W., Bass, Jr., D.M. & Whiting, R.L.
York. (1960) “Petroleum Reservoir Engineering -
Abdassah D. 1997. Pressure Transient Analysis. Physical Properties.” McGraw-Hill Book Co.,
Penerbit ITB. Bandung. New York

Lampiran

Tabel A. Analisa properti fluida


Aplikasi Teknologi Radial Jetting untuk Meningkatkan Produksi Sumur Minyak

Application of Radial Jetting Technology to Improve Oil Well Production

Rasanuddin, Arifin Eko Jati dan M. Febrianto


Pertamina EP Asset 2, Jl. Jenderal Sudirman 3 Prabumulih

Abstrak

Radial jetting merupakan teknologi yang digunakan untuk membuat lateral section tanpa harus
memotong casing. Lubang di casing dibuat dengan melakukan milling dengan milling bit kemudian lateral
section dalam formasi tercipta karena proses jetting fluida dengan tekanan tinggi melalui nozzle.
Lateral section dapat dibuat dalam beberapa kedalaman hingga 10.000 ft, arah dan panjang
yang berbeda-beda tergantung kondisi reservoir dan sumur yang ada. Diameter dari lubang casing
bervariasi tergantung pada diameter milling bit yang digunakan, sedangkan diameter lateral section
dalam formasi tergantung pada beberapa variable : kekuatan formasi, jetting pressure dan lamanya
jetting berlangsung.
Radial jetting digunakan untuk memperbesar konduktivitas dan radius pengurasan hidrokarbon di
dalam formasi, Meningkatkan rate produksi dan recovery hidrokarbon. Teknologi ini juga dapat diaplikasikan
bersamaan dengan chemical treatment seperti asam, solvent. Disamping itu radial jetting juga memiliki
beberapa kelebihan dibanding dengan metoda stimulasi yang lain, diantaranya adalah penetrasi dari radial
jetting akan lebih besar dari penetrasi perforasi konvensional yang saat ini ada, dapat diaplikasikan pada
zona dengan lapisan yang tipis, menghemat lokasi permukaan karena peralatan kerja yang tidak terlalu
banyak dibandingkan dengan hydraulic fracturing dan waktu pengerjaan tiap lateralnya juga lebih cepat.
Pertamina-EP Asset 2 mencoba mengaplikasikan teknologi ini pada sumur L5A-158 dan TTB-57
dengan karakteristik yang berbeda namun memiliki kesamaan masalah yaitu permeabilitas formasi yang
kecil dan kondisi surface yang tidak memadai untuk dilakukan hydraulic fracturing. Pada kedua sumur
tersebut dibuat 4 (empat) lateral section dengan arah dan panjang yang bervariasi, kenaikan produksi yang
diperoleh cukup significant, berkisar antara 100-200 % kenaikan produksi minyak.
Kata Kunci: Jetting, permeabilitas, penetrasi.

Abstract

Radial Jetting is a technology used to make the lateral section without having to cut the casing.
The hole in the casing is made by milling with a milling bit and then the lateral section in a formation
created by the process of jetting fluid at high pressure through a nozzle.
Lateral section can be made in some point of depth up to 10,000 ft, direction and length vary
depending on the condition of the existing reservoir and wells. The diameter of the holes varies depending
on the diameter of the casing milling bits used, while the diameter of the lateral section in formation
depends on several variables: formation hardness, jetting pressure, and jetting time.
Radial jetting is used to enlarge conductivity and drainage radius of hydrocarbons in the
formation, increasing the production rate and recovery of hydrocarbons. This technology can also be
applied in conjunction with chemical treatment such as acid, solvents. Besides, radial jetting also has
several advantages compared with other methods of stimulation, such as penetration of radial jetting will
be greater than the conventional perforation penetration currently exists, can be applied to zones with a
thin layer, save space for the equipment required is less than the hydraulic fracturing and the processing
time of each lateral is also shorter.
Pertamina EP Asset 2 tried to apply this technology to the wells L5A-158 and TTB-57 with
different characteristics but have a common problem that is a low formation permeability and surface
conditions are not sufficient to do hydraulic fracturing. In both these wells 4 (four) lateral sections were
made with varying direction and length. The increase in production obtained is quite significant, ranging
between 100-200% increase in oil production.
Keyword: Jetting, permeability, penetration.

89
JTMGB, Vol. 8 No. 2 Agustus 2015: 89-96
90

Pengenalan Teknologi Radial Jetting Untuk melakukan hal ini, diperlukan


BHA (bottom hole assembly) khusus yang terdiri
Rendahnya produksi sumur minyak dapat dari mata bor, selang bertekanan tinggi, dan
disebabkan oleh kecilnya permeabilitas dari nozzle jet.
formasi batuan reservoir. Hal ini tentu saja menjadi
perhatian jika kita berniat untuk menaikkan
tingkat produksi sumur. Sampai saat ini, telah
ditemukan berbagai cara dan metode yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan produksi sumur
minyak, tugas kita hanya memilih metoda mana
yang dianggap yang paling cocok diterapkan
untuk suatu sumur, misalnya peralatan dan bahan
kimia yang digunakan. Selain itu, ada beberapa
hal yang menjadi pertimbangan di luar hal-hal
teknis tersebut, yaitu berhubungan dengan jumlah
biaya yang dikeluarkan dan kondisi area kerja.
Adanya kerusakan formasi batuan
disekitar lubang bor yang terjadi selama proses
Gambar 2. Ilustrasi BHA radial jetting (Ragab, Adel M.
pengeboran berlangsung ataupun kerusakan Salem., 2013 Improving Well Productivity in an Egyptian
formasi akibat alterasi, atau yang disebut dengan Oil Field Using Radial Drilling Technique. Vol. 4(5), pp.
skin area yang mengakibatkan hidrokarbon yang 103-117, May, 2013.)
terkandung didalam formasi batuan tidak dapat
mengalir ke dalam lubang sumur. Mekanisme penetrasi peralatan radial
Perlu adanya suatu metoda diluar metoda jetting adalah sebagai berikut:
yang konvensional yang dapat menghubungkan 1. Milling untuk membuat lubang di
antara akumulasi hidrokarbon dengan lubang bor. casing dengan menggunakan rotating
Teknologi radial jetting digunakan untuk mill bit (dikendalikan oleh downhole
membuat lubang lateral tanpa harus memotong motor)
casing. Lubang di casing dibuat dengan 2. Perekahan formasi membentuk lubang
mengebor casing dengan menggunakan milling lateral kedalam formasi dengan
bit. Mata bor didorong dengan kombinasi motor fluida bertekanan tinggi hingga
listrik dan piston hidrolik, membuat lubang di mencapai 10.000 psi (Dickinson
casing, ukurannya tergantung pada ukuran bit et al., 1989), didalam nozzle head,
yang digunakan diameternya bisa berkisar mulai sehingga menimbulkan dorongan jet
dari beberapa milimeter - puluhan milimeter. bertekanan tinggi dari fluida yang
keluar di lubang pada nozzle head.
3. Pembersihan lubang dengan menarik
keluar nozzle head dari dalam formasi.

Keterbatasan teknologi radial jetting


(Abdel-Ghany et al., 2011):
1. Sulit untuk penetrasi dengan porositas
dibawah 3% - 4%.
2. Alat hanya dapat bekerja pada
Gambar 1. Unit radial jetting. kedalaman maksimum 10000 ft.
3. Temperatur dasar sumur tidak lebih
Lubang lateral dalam formasi terbentuk dari 120 oC (248 oF).
karena proses jetting fluida dengan tekanan 4. Maksimum inklinasi sumur 30o dan
tinggi melalui nozzle. Panjang lintasannya bisa maksimum 15o di zona target.
mencapai 100 m tegak lurus penampang sumur 5. Kekuatan tarik maksimum 100.000
tergantung pada panjang selang yang digunakan. psi.
Aplikasi Teknologi Radial Jetting untuk Meningkatkan Produksi Sumur Minyak
(Rasanuddin, Arifin Eko Jati dan M. Febrianto) 91

Gambar 6. Contoh efek semprotan jet nozzle pada sampel


core (Ragab, Adel M. Salem., 2013 Improving Well
Productivity in an Egyptian Oil Field Using Radial Drilling
Technique. Vol. 4(5), pp. 103-117, May, 2013.).

Gambar 3. Tahapan proses radial jetting (Ragab, Adel M.


Salem., 2013 Improving Well Productivity in an Egyptian
Oil Field Using Radial Drilling Technique. Vol. 4(5), pp.
103-117, May, 2013.)

Gambar 7. Mill bit dan deflector shoe.

Gambar 4. Pengetesan jet nozzle ( Ragab, Adel M. Salem.,


2013 Improving Well Productivity in an Egyptian Oil Field
Using Radial Drilling Technique. Vol. 4(5), pp. 103-117,
May, 2013.).

Gambar 8. Mill bit yang terkoneksi dengan flexible shaft.

Pembahasan ini akan mengulas upaya


yang diambil untuk meningkatkan angka produksi
minyak dari dua sumur minyak yang memiliki
influx yang relatif kecil, yaitu sumur L5A-158
dan sumur TTB-57.
Alasan yang menjadi dasar dilakukannya
pekerjaan radial jetting di sumur L5A-158 dan
TTB-57 adalah sebagai berikut :
1. Sumur L5A-158 sebenarnya adalah
Gambar 5. Cross section jet nozzle (Ragab, Adel M. Salem.,
2013 Improving Well Productivity in an Egyptian Oil Field sumur yang cocok sebagai kandidat
Using Radial Drilling Technique. Vol. 4(5), pp. 103-117, hydraulic fracturing, tapi kondisi
May, 2013.). permukaan tidak memungkinkan
JTMGB, Vol. 8 No. 2 Agustus 2015: 89-96
92

karena lahannya sempit, sehingga penetrasi sejauh 0,3 meters / 1 ft.


tidak cukup untuk peralatan fracturing d. Target keempat yang dilakukan pada
dan hoist secara bersamaan, maka kedalaman 1579 m arah azimuth
diperlukan teknologi lain yang bisa N240oE, menghasilkan lintasan
memperbesar konduktivitas sumur, penetrasi sejauh 50 meter / 164 feet.
namun hemat tempat.
2. Sumur TTB-57, memiliki masalah
reservoir sudah depleted, tekanan
reservoirnya kecil sehingga tidak
memungkinkan dilakukan fracturing,
selain itu adanya kendala operasional
dan kesulitan saat sand clean out
(khawatir loss), sehingga diperlukan
teknologi yang dapat memperbesar
konduktivitas tanpa sand clean out.

Implementasi radial jetting di sumur L5A-158

Sumur L5A-158 merupakan sumur


minyak yang berada di lapangan Limau. Fokus
pekerjaan radial jetting di sumur ini adalah pada
lapisan T1 dengan jumlah rata-rata produksi
minyak di bulan Februari 2014 adalah sebesar
gross / net / wc: 41 BFPD / 34 BOPD / 18%.
Berdasarkan diskusi yang telah dilakukan
dengan melihat data petrofisika dari hasil
wireline logging, diputuskan untuk melakukan
pelubangan pada casing dan formasi dengan zona
target produksi pada lapisan T1 sebagai berikut :
1. Target pertama di kedalaman 1584 m Gambar 9. Data log zona target pekerjaan radial jetting
sumur L5A-158.
arah azimuth N60oE sejauh 100 m.
2. Target kedua di kedalaman 1582 m Dari keempat target diatas, hanya satu
arah azimuth N60oE sejauh 100 m. target yang dapat tercapat sesuai rencana, yaitu
3. Target ketiga di kedalaman 1580 m pada kedalaman 1579 m, azimuth N240oE,
arah azimuth N240oE sejauh 50 m. dengan penetrasi sejauh 50 m. Ketidaksesuaian
4. Target keempat di kedalaman 1579 m ketiga target lainnya disebabkan oleh :
arah azimuth N240oE sejauh 50 m. a. Target pertama, karena formasi yang
akan ditembus adalah formasi batuan
Pekerjaan radial jetting sumur L5A-158 yang keras, sehingga menyebabkan
memberikan hasil sebagai berikut : nozzle jetting tidak dapat masuk lebih
a. Target pertama yang dilakukan pada dalam ke formasi tersebut.
kedalaman 1584 m arah azimuth b. Target kedua, karena sudah terbentuk
N60oE, menghasilkan lintasan cavity / rongga didalam formasi,
penetrasi sejauh 71 meter / 233 feet. maka nozzle jetting tidak dapat
b. Target kedua yang dilakukan pada bergerak lebih jauh kedalam formasi,
kedalaman 1582 m arah azimuth seandainya di jetting ulang pun pada
N60oE, menghasilkan lintasan kedalaman dan arah yang sama, tidak
penetrasi sejauh 24 meter / 80 feet. akan menghasilkan peningkatan
c. Target ketiga yang dilakukan pada berarti, karena sudah terbentuk rongga
kedalaman 1580 m arah azimuth yang besar, sehingga gaya dorong
N240oE, menghasilkan lintasan jetting akan jauh berkurang.
Aplikasi Teknologi Radial Jetting untuk Meningkatkan Produksi Sumur Minyak
(Rasanuddin, Arifin Eko Jati dan M. Febrianto) 93

c. Target ketiga, diasumsikan karena


adanya cement bonding yang
sangat keras (> 1 inch), sehingga
menyebabkan jetting tool tidak dapat
masuk lebih jauh kedalam formasi.

Gambar 11. Data log zona terget pekerjaan radial jetting


sumur TTB-57.

Gambar 10. Grafik laju produksi sumur L5A-158 sebelum Hasil pekerjaan radial jetting di sumur
dan sesudah pekerjaan radial jetting. TTB-57 adalah sebagai berikut :
a. Target pertama yang dilakukan pada
Pada grafik diatas dapat dilihat terjadinya kedalaman 1341 m arah azimuth
kenaikan produksi minyak, dari sebelumnya N0oE, menghasilkan lintasan
berproduksi di bulan Februari 2014 sebesar gross penetrasi sejauh 50 meter / 164 feet
/ net / wc: 41 bfpd / 34 bopd / 18%, menjadi gross b. Target kedua yang dilakukan pada
/ net / wc: 251 bfpd / 128 bfpd / 49% di awal kedalaman 1340 m arah azimuth
bulan Maret 2014 setelah dilakukannya pekerjaan N90oE, menghasilkan lintasan
radial jetting. penetrasi sejauh 34 meter / 111,5 feet.
c. Target ketiga yang dilakukan pada
Implementasi radial jetting di sumur TTB-57 kedalaman 1339 m arah azimuth
N180oE, menghasilkan lintasan
Sumur TTB-57 merupakan sumur penetrasi sejauh 9,75 meters / 32 ft.
produksi minyak yang berlokasi di lapangan d. Target kedua yang dilakukan pada
Prabumulih. Fokus pekerjaan radial jetting di kedalaman 1338 m arah azimuth
sumur ini adalah pada lapisan a0 dengan jumlah N270oE, menghasilkan lintasan
rata-rata produksi minyak di bulan Januari 2014 penetrasi sejauh 91 meter / 298,5 feet.
adalah sebesar gross / net / wc: 62 bfpd / 59
bopd / 5%. Dari keempat target diatas, hanya satu
Target zona produksi lapisan a0 di sumur target yang dapat tercapat sesuai rencana, yaitu
TTB-57 adalah sebagai berikut : pada kedalaman 1342 m azimuth N0oE sejauh
1. Target pertama di kedalaman 1341 m 50 m. Ketidaksesuaian ketiga target lainnya
arah azimuth N0oE sejauh 50 m. disebabkan oleh jetting hose tidak dapat masuk
2. Target kedua di kedalaman 1340 m lebih dalam ke formasi meskipun tekanan pompa
arah azimuth N90oE sejauh 100 m. dinaikkan hingga 6000 psia.
3. Target ketiga dikedalaman 1339 m Pada grafik diatas dapat dilihat terjadinya
arah azimuth N180oE sejauh 100 m. kenaikan produksi minyak, dari sebelumnya
4. Target keempat dikedalaman 1338 m berproduksi di bulan Februari 2014 sebesar gross
arah azimuth N270oE sejauh 100 m. / net / wc: 62 bfpd / 59 bopd / 5%, menjadi gross /
JTMGB, Vol. 8 No. 2 Agustus 2015: 89-96
94

net / wc: 125 bfpd / 101 bfpd / 19% di pertengahan


bulan Maret 2014 setelah dilakukannya pekerjaan
radial jetting, namun tidak bertahan lama,
kemudian produksinya turun kembali seperti
keadaan semula.

Gambar 13. Kondisi ring pada bit sebelum dan sesudah


milling.

Kesimpulan

Hal-hal yang menjadi perhatian dalam


pekerjaan radial jetting adalah teknologi ini
berhasil dari sudut pandang mekanik karena
lubang berhasil dibor. Peningkatan radius
pengurasan dengan kontak yang lebih panjang
dengan reservoir apabila dibandingkan dengan
perforasi konvensional yang menggunakan
Gambar 12. Grafik laju produksi sumur TTB-57 sebelum
bahan peledak. Pekerjaan ini tidak sepenuhnya
dan sesudah pekerjaan radial jetting.
berhasil, ada beberapa target yang sewaktu
Kendala yang dihadapi : dikerjakan tidak menghasilkan penetrasi sejauh
• Penentuan arah penetrasi lateral yang yang di inginkan. Penetrasi radial jetting tidak
tepat sesuai perencanaan. Pengukuran dapat bekerja optimal pada batuan yang keras
arah azimuth hanya dilakukan pada ataupun pada batuan yang unconsolidated.
saat akan masuk rangkaian BHA
radial jetting sewaktu deflector Saran
shoe masih dilantai bor dengan
menggunakan bantuan kompas. Teknik ini lebih tepat untuk digunakan
• Tubing tersumbat akibat akumulasi pada batuan consolidated dari pada batuan yang
kotoran dari dalam sumur L5A-158 unconsolidated dalam hal mempertahankan
yang timbul saat cabut dan masuk lubang terbuka. Dengan demikian, diperlukan
nozzle. inovasi untuk dapat mempertahankan kenaikan
• Penentuan kondisi milling bit saat tingkat produksi, seperti gravel packing atau
sebelum dan sesudah pelubangan menggunakan tubing tipis khususnya untuk
casing. Milling bit yang berhasil formasi yang unconsolidated. Perlu untuk
menembus casing akan ditandai dilakukan studi petrofisika, mekanika batuan
dengan kerusakan di beberapa bagian dan tes tekanan, sebelum dilakukan kegiatan
milling bit dan atau adanya sement radial jetting, untuk mengetahui kondisi
yang menempel pada bit. reservoir. Perlu dilakukan pembersihan tubing
• Penetrasi jetting yang tidak dapat dan dilakukan sablon di setiap joint tubing
masuk lebih dalam ke formasi. Hal sebelum masuk BHA radial jetting, untuk
ini dapat disebabkan karena formasi menghindari PDM tool stuck didalam tubing
yang sangat keras, atau karena sudah tersebut. Perlu adanya pasokan stok air bersih
terbentuk growong / rongga yang yang cukup untuk pekerjaan radial jetting yang
besar sehingga nozzle kehilangan diambil dari SP, bukan air dari tangki rig yang
daya dorongnya. biasanya sudah bercampur dengan crude oil.
Aplikasi Teknologi Radial Jetting untuk Meningkatkan Produksi Sumur Minyak
(Rasanuddin, Arifin Eko Jati dan M. Febrianto) 95

Referensi Dickinson, W., Dickinson, R.W., 1985. Horizontal


Radial Drilling System. SPE 13949, presented at
Ragab, Adel M. Salem., 2013 Improving Well the SPE 1985 California Regional Meeting, held
Productivity in an Egyptian Oil Field Using in California.
Radial Drilling Technique. Vol. 4(5), pp. 103- Elliott, S., 2011. Coiled-tubing Method Drills radial
117, May, 2013. Laterals to Improve Oil Production from a
Abdel-Ghany, M.A., Siso, M., Hassan, A.M., Depleted Reservoir. World Oil 232:10.
Pierpaolo, P., Roberto, C., 2011. New Technology Marbun, B., Sinaga, S., Arliyando, A., Putra, S.,
Application, Radial Drilling Petrobel, First 2012. Review of Ultrashort-Radius Radial
Well in Egypt, SPE 2011-163, 10th Offshore System (URRS). IPTC 14823, presented
Mediterranean Conference and Exhibition at the International Petroleum Technology
(OMC) in Ravenna, Italy, March 23-25. Conference held in Bangkok, Thailand,
Bruni, M., Biassotti, H., Salomone, G., 2007. Radial February 7-9.
Drilling in Argentina, SPE 107382, SPE Latin Yonghe, L., Chunjie, W., Lianhai, S., Weiyi, G.,
American and Caribbean Petroleum Engineering 2000. Application and Development of Drilling
Conference, Buenos Aires, Argentina, April 15-18. and Completion of the Ultrashort-radius Radial
Buset, P., Riiber, M., Arne, E., 2001. Jet Drilling Well by High Pressure Jet Flow Techniques. SPE
Tool: Cost-Effective Lateral Drilling Technology 64756, presented at the SPE International Oil and
for Enhanced Oil Recovery. Presented at the Gas Conference and Exhibition in China held in
SPE/ICoTA Coiled Tubing Roundtable held in Beijing, China, November 7-10.
Houston, Texas. Steven D. Cinelli, University of Alaska Fairbanks;
Dickinson, W., Dickinson, R., Herrera, A., Dykstra, and Ahmed H. Kamel, University of Texas
H., Nees, J., 1992. Slim Hole Multiple Radials of the Permian Basin. Low-cost radial jet
Drilled with Coiled Tubing. SPE 23639, drilling helps revitalize 40-year-old oilfield.
Second Latin American Petroleum Engineering Http://www.drillingcontractor.org/low-cost-
Conference, II LAPEC, Caracas, Venezuela, radial-jet-drilling-helps-revitalize-40-year-old-
March 8-11. oilfield-23377/ [28 May 2013].
Dickinson, W., Anderson, R.R., Dickinson, R.W., Grace Visconti B.A., A.O.C.A., R.G.D. Radial Drilling
1989. The Ultrashort- Radius Radial System. Technology optimizes oil and gas wells. Http://
SPE Paper 14804, SPE Drilling Engineering, pp. eagleheartdynamic.com/wrprradialdrillingrw1.
247-254. pdf/ [Nov 2007].
JTMGB, Vol. 8 No. 2 Agustus 2015: 89-96
96
Terobosan Pengembangan Teknologi untuk Mendukung Kemandirian
Industri Migas Nasional

Technology Development in Supporting Self-Reliance


National Oil and Gas Industry

Usman, Humbang Purba, Panca Wahyudi, Rudi Indharto dan Danang Sismartono
PPPTMGB “LEMIGAS”
upasarai@lemigas.esdm.go.id

Abstrak

Pengelolaan sumber daya migas saat ini dirasa masih belum optimal dalam mendorong kemampuan
penguasaan teknologi nasional. Hal ini tercermin masih dominannya komponen impor yang digunakan
dalam kegiatan hulu migas. Berbagai upaya terobosan telah dilakukan untuk mengurangi ketergantungan
tersebut, di antaranya adalah pengembangan teknologi airgun mini seismik, rig untuk coal bed methane
(CBM), dan tabung adsorbed natural gas (ANG). Teknologi airgun mini seismik dirancang dengan daya
eksplosif rendah sehingga aman bagi lingkungan, tidak menimbulkan getaran ekstrim, mudah dalam izin
penggunaan dan penyimpanannya, dapat digunakan di rawa-rawa dan lokasi padat penduduk, serta lebih
ekonomis. Teknologi rig CBM dirancang untuk pengeboran sumur CBM dan kerja ulang sumur migas,
memiliki kemampuan memberikan beban tekan, tenaga kerja rig yang dibutuhkan lebih sedikit, dapat
beroperasi pada lahan sempit, hemat biaya pengeboran, dan harga yang relatif murah. Teknologi tabung
ANG menggunakan karbon aktif sebagai penyerap dan penampung gas dengan tekanan operasi jauh lebih
rendah dibandingkan tabung compressed natural gas (CNG). Dengan teknologi ini, produksi gas bumi
dari lapangan kecil dapat dimanfaatkan untuk bahan bakar gas rumah tangga menggantikan liquefied
petroleum gas (LPG) yang lebih mahal sehingga dapat mengurangi impor dan subsidi LPG. Tingkat
komponen dalam negeri (TKDN) ketiga teknologi tersebut bervariasi hingga mendekati 100%. Teknologi
yang dikembangkan diharapkan dapat memberi kontribusi solusi persoalan migas nasional terkait kurang
optimalnya eksplorasi migas, turunnya sentimen investasi eksplorasi dan eksploitasi CBM, serta tingginya
impor LPG.
Kata kunci: seismik airgun mini, anjungan pemboran CBM, tabung ANG, TKDN

Abstract

To date, the role of oil and gas industry in encouraging national technology development is still
less. This is indicated by the use of imported components in oil and gas upstream activities are dominant.
Various attempts have been made to reduce the dependency of imported technologies. Among these are
the development of airgun-mini seismic, drilling rig for coal bed methane (CBM), and adsorbed natural
gas (ANG) cylinder tube. The airgun- mini seismic is designed to have a low explosive that safe for the
environment, low vibration, easy to get permit of using and storing, allow to use in swamp and dense
population areas, as well as more economical. The CBM rig technology is designed for drilling CBM
wells and work-over oil and gas wells, be able to provide compressive load, less rig worker required,
enable to operate on less area, cost-effective drilling, and relatively cheap. The ANG tube technology uses
activated carbon as adsorbent for storing gas with an operating pressure substantially lower than the tube
of compressed natural gas (CNG). With ANG technology allows the gas production from a small field can be
used for household gas fuels replace the expensive liquefied petroleum gas (LPG), therefore reduce imports
and LPG subsidy. Domestic component level (TKDN) for those three technologies varied by nearly 100%.
Developed technologies are expected to contribute in national oil and gas issues related to less optimal
national oil and gas exploration, the decline in investment sentiment on CBM exploration and exploitation,
as well as the high import of LPG.
Keywords: airgun-mini seismic, drilling rig CBM, adsorbed natural gas cylinder tube, domestic component
level

97
JTMGB, Vol. 8 No. 2 Agustus 2015: 97-112
98

I. Pendahuluan tambah bagi perekonomian, menyerap tenaga


kerja, memperkuat daya saing nasional, serta
Teknologi merupakan rangkaian proses mendorong inovasi dan teknologi produk dalam
untuk menghasilkan produk barang atau jasa negeri.
yang memiliki nilai tambah lebih tinggi. Salah Makalah ini menguraikan pengembangan
satu indikator ukuran tingkat kemajuan dan teknologi oleh Pusat Penelitian dan
kesejahteraan suatu bangsa adalah perkembangan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas
teknologinya (Schwab, 2013). Kemajuan Bumi (PPPTMGB) “LEMIGAS” sebagai
teknologi diyakini menjadi bagian integral untuk upaya mendukung terwujudnya kemandirian
mengangkat martabat bangsa. Dengan dukungan pengelolaan energi migas dan pencapaian target
ketersediaan sumber daya alam, kekuatan TKDN yang dicanangkan. Teknologi yang
sumber daya manusia, dan ketersediaan sistem dibahas dalam makalah ini dibatasi hanya untuk
pendanaan yang cukup dan baik, penguasaan airgun mini seismik, rig CBM, dan tabung
ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) akan ANG. Ketiga teknologi tersebut diharapkan
dapat menjadikan Indonesia sebagai negara maju dapat memberi kontribusi dalam menjawab
dalam aspek sosial-budaya-ekonomi. isu nasional di subsektor migas yaitu kurang
Pembangunan iptek telah menjadi bagian optimalnya eksplorasi migas, turunnya sentimen
dari politik negara sebagaimana termaktub dalam investasi eksplorasi dan eksploitasi CBM, serta
Amandemen pasal 31 ayat 5 Undang-Undang pengurangan impor LPG.
Dasar 1945 yang mengamanatkan Pemerintah Tingkat Kesiapan Teknologi (TKT)
memajukan iptek dengan menjunjung tinggi ketiga produk yang telah dikembangkan diukur
nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk dengan Tekno-Meter (Arwanto dan Kuncoro,
kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat 2013 dan BPPT, 2012). Instrumen ini dapat
manusia (Arnold dan Listyani, 2013). Sejalan memberi gambaran universal seberapa siap atau
dengan amanat konstitusi tersebut, Undang- matang ketiga teknologi tersebut diterapkan
Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi dan diadopsi oleh industri serta dapat memberi
menekankan pentingnya mengutamakan panduan strategi pengembangan selanjutnya.
kemampuan nasional dalam pengelolaan energi. TKT dinyatakan dalam skala 1 sampai dengan 9.
Aspek kemandirian pengelolaan energi, di Hasil pengukuran TKT skala 1-3 menunjukkan
antaranya adalah kemampuan industri dan jasa kegiatan litbangyasa masih pada tataran riset
energi dalam negeri yang mandiri, pengembangan dasar. Hasil pengukuran TKT skala 4-6 adalah
sumber daya manusia profesional, serta tahapan pembuatan prototipe. Pada tahap ini mulai
terciptanya lapangan kerja. Aspek-aspek tersebut dipertimbangkan aspek teknis dan ekonomis,
juga menjadi pijakan dalam Kebijakan Energi kemitraan pelaksana dan pengguna, serta
Nasional 2014. program inkubasi. TKT skala 7-9 menandakan
Dalam konteks pengelolaan migas, bahwa teknologi yang dikembangkan telah siap
walaupun industri ini telah banyak memberi dikomersialkan. Kolaborasi dengan industri sudah
kontribusi dalam pembangunan nasional dibangun dan mulai disiapkan keberlangsungan
sebagai sumber penerimaan negara dan turut produk dengan mencari riset baru. Alur proses
mendukung pembangunan daerah, perannya pengukuran TKT ditampilkan dalam Gambar
dalam mewujudkan nilai tambah dalam industri 2. Pengembangan ketiga teknologi serta status
nasional belum optimal. Kandungan TKDN pada kematangan teknologi tersebut diuraikan secara
kegiatan industri hulu migas masih relatif kecil, detail dalam bab berikut.
kurang dari 50% (Gambar 1). Untuk mendukung
kebijakan penggunaan komponen dalam negeri II. Terobosan Teknologi
pada kegiatan hulu migas, pemerintah telah
mengeluarkan Peraturan Menteri Energi dan Pengembangan teknologi airgun mini
Sumber Daya Mineral Nomor 15 Tahun 2013 dan seismik, rig CBM, dan tabung ANG berangkat
menetapkan target jangka pendek, menengah, dari konsep reverse engineering. Teknologi
serta jangka panjang. Peningkatkan TKDN pada yang sudah ada dibedah, lalu dikembangkan dan
industri hulu migas akan dapat memberi nilai ditambahkan komponen-komponen baru sesuai
Terobosan Pengembangan Teknologi untuk Mendukung Kemandirian Industri Migas Nasional
(Usman, Humbang Purba, Panca Wahyudi, Rudi Indharto dan Danang Sismartono)
99

kebutuhan sehingga dihasilkan produk yang dilakukan untuk mengetahui performa airgun
memiliki kualitas dan harga lebih murah. mini, hasil rekaman, keamanan operasi, dan
perbandingannya dengan dinamit. Pengujian
II.1 Airgun Mini dilakukan bersamaan kegiatan akuisisi seismik.
Geofone (receiver) yang digunakan sama dengan
Kegiatan akuisisi seismik di Indonesia yang dipakai oleh industri akuisisi seismik
banyak meggunakan dinamit sebagai dengan volume chamber 60 inci kubik. Pengujian
sumber pembangkit gelombang karena dapat dilakukan di sungai dengan menggantung alat
menghasilkan sinyal rekaman seismik yang hingga kedalaman 1 meter di dalam sungai dan di
lebih baik bila dibandingkan dengan sumber darat dengan membuat lubang dengan kedalaman
eksplosif dan impulsif lainnya. Namun demikian 1 meter. Sebagai pembanding digunakan dinamit
penggunaan dinamit menimbulkan banyak yang ditanam dekat lubang airgun mini pada
permasalahan. Mulai dari lamanya perizinan, kedalaman 5, 10, 20, dan 30 meter. Gambar 4
pengadaan gudang bahan peledak, penjagaan menunjukkan posisi airgun mini untuk akuisisi
yang ketat, konflik sosial penduduk karena seismik di darat.
rumah retak hingga perusakan lingkungan. Hasil akuisisi seismik di darat
Selain itu, juga terdapat sejumlah kendala menunjukkan masih adanya noise pada far
teknis yaitu dinamit sulit digunakan pada offset-nya. Frekuensi dominan juga masih
daerah rawa-rawa, daerah transisi, banjir luapan relatif rendah, sekitar 7 Hz di darat dan sekitar
sungai, daerah intrusi, dan kawasan padat 5 Hz di sungai dengan broadband relatif sempit.
penduduk. Konsekuensi permasalahan tersebut Rekaman refleksi dapat terlihat hingga 1.000
mengakibatkan biaya operasi menjadi mahal milisecond. Rekaman seismik hasil pembangkit
dan atau akuisisi seismik tidak bisa dilakukan gelombang dinamit dapat menghasilkan
pada daerah tersebut. frekuensi dominan 45 Hz dan reflektor dapat
Dengan latar belakang permasalahan terlihat hingga 3.000 milisecond dari peledakan
di atas, LEMIGAS mengembangkan alat pada kedalaman 30 m. Gambar 5 dan 6
pembangkit sumber ledakan alternatif untuk menunjukkan data rekaman airgun mini dan
mengatasi permasalahan dan kesulitan teknis peledakan dinamit.
dalam penggunaan dinamit. Alat ini dinamakan Capaian penting dari hasil uji coba yang
airgun mini karena diadopsi dari airgun laut. dilakukan ini terbukti bahwa airgun mini dapat
Namun airgun mini yang dikembangkan memunculkan reflektor di darat dan di sungai.
memiliki ukuran relatif lebih kecil dibandingkan Alat ini dapat bekerja baik pada daerah rawa dan
dengan airgun laut (Humbang dkk., 2014) padat penduduk serta tidak menimbulkan polusi
Prinsip kerja airgun mini adalah menyuplai suara. Alat ini dapat berfungsi di kedalaman 1
udara dari tabung oksigen ke tabung (chamber) meter sehingga cocok untuk daerah intrusi. Uji
airgun mini dengan volume 60 cu-inchi. Posisi coba lebih lanjut dengan variasi volume chamber
mini airgun dimasukkan ke dalam lubang dengan dan tekanan diperlukan untuk mendapatkan
kedalaman 1,5 - 2,0 meter. Udara yang disuplai kualitas rekaman data dan energi penetrasi
akan menghasilkan tekanan hingga 1500 psi. standar industri. TKDN alat ini mencapai 99%.
Katup airgun mini kemudian dilepas sehingga Penggunaan airgun mini untuk survei 2D dan
massa udara bertekanan tinggi di dalam tabung 3D dapat memangkas biaya berkisar 50% - 60%
akan keluar dan merambat melalui air sebagai dibandingkan dengan menggunakan dinamit.
media kopling ke permukaan tanah. Energi tekan
akan menggetarkan massa permukaan tanah dan II.2 Rig CBM
menjalar ke bawah permukaan bumi. Gelombang
yang menjalar tersebut akan mengalami refleksi Coalbed methane (CBM) merupakan
ketika bertemu dengan lapisan batuan dan salah satu sumber daya alam strategis yang cukup
direkam di permukaan oleh geofone (receiver). potensial memasok kebutuhan energi nasional
Ilustrasi prinsip kerja airgun mini diberikan dalam rangka diversifikasi energi. Potensi CBM
dalam Gambar 3. Indonesia berdasarkan hasil studi Advance
Pengujian skala lapangan telah Research International (ARI) dengan Ditjen
JTMGB, Vol. 8 No. 2 Agustus 2015: 97-112
100

Migas dan Bank Pembangunan Asia tahun 2003 penambahan peralatan blow out preventer (BOP)
diperkirakan sebesar 453 triliun kaki kubik (Tcf) dan substructure untuk meninggikan posisi meja
tersebar pada 11 cekungan di pulau Sumatra, bor (Panca dkk., 2013). Kelemahan rig tambang
Kalimantan, Sulawesi, dan Jawa. Data terbaru di antaranya kemampuan angkat rig hanya sekitar
sumber daya CBM berdasarkan wilayah kerja 30 ton. Kedalaman reservoar CBM di Indonesia
aktif 2014 yaitu Sumatra (22 WK) sebesar 43,6 pada umumnya berada di kedalaman 500 hingga
Tcf dan Kalimantan (32 WK) sebesar 94,8 Tcf 1.000 meter untuk wilayah Sumatera dan 500
(Gunawan, 2014). hingga 1.500 meter untuk wilayah Kalimantan,
Produksi sumur gas CBM sangat berbeda sehingga memerlukan kemampuan angkat rig
dengan produksi sumur gas konvensional, yang lebih besar, seperti pada rig migas.
dimana sumur gas CBM butuh waktu lama untuk Berdasarkan peluang dan tantangan
mulai produksi dan laju alir relatif kecil, berkisar seperti diuraikan di atas, LEMIGAS
0,2 juta standar kaki kubik (MMscf) per hari. mengembangkan prototipe rig CBM yang
Sehingga akan diperlukan jumlah sumur yang memenuhi standar internasional, relatif murah,
sangat banyak untuk mencapai tingkat produksi handal, dan operasionalnya mudah dengan tingkat
ekonomis pengusahaan CBM. kandungan lokal tinggi. Konsep rancang bangun
Banyaknya jumlah sumur yang harus rig CBM adalah menggabungkan konsep rig
di bor per tahun membutuhkan dukungan konvensional migas dengan rig tambang. Hasil
ketersediaan rig dalam jumlah yang cukup. kombinasi tersebut menghasilkan keunggulan:
Selain kegiatan pengeboran, masih diperlukan kemampuan angkat mencapai 60 ton, dapat
tambahan rig untuk menunjang kegiatan memberikan beban tekan selain berat rangkaian,
perbaikan dan kerja ulang sumur. Kebutuhan rig dapat beroperasi pada lahan terbatas, jumlah
pengeboran dan kerja ulang dengan kapasitas operator lebih sedikit, BOP bisa dipasang di
kecil sampai menengah akan menjadi sangat bawah rig, mobilisasi cepat pada segala kondisi,
banyak bila pengusahaan lapangan CBM mulai rig up-rig down dapat dilakukan dengan mudah
masuk fase pengembangan. Saat ini jumlah rig dan cepat, serta biaya operasi lebih murah (Panca
dengan kapasitas 351-500 HP hanya 83 unit dkk., 2013).
atau 24% dari total (Santoso, 2014). Jumlah Desain prototipe mengacu pada rig CBM
tersebut hanya memenuhi rasio penyedian yang sudah ada di pasaran dengan beberapa
sebesar 69% dari total kegiatan sumur CBM penambahan, di antaranya: operasional sistem
tahun 2014 yang mencapai 119 program kerja putar menggunakan top drive yang dijalankan
sumur (Paju, 2014). Jumlah rig pada kapasitas secara hidrolik, menara rig didesain kompak
tersebut masih bersaing untuk kebutuhan kerja sehingga dapat menahan beban lebih dari
ulang sumur migas. Praktis tidak ada pilihan kapasitas angkatnya, meja kerja dapat diatur naik
lain bagi Kontaktor Kontrak Kerja Sama turun untuk BOP, chases dapat menopang beban
(KKKS) CBM untuk menggunakan jenis rig berat, truk mempunyai 4 axle ditambah 2 buah
migas yang umumnya memiliki kapasitas basar, pada rig-nya dengan kapasitas tenaga 440 Hp
peralatan yang kompleks dan memerlukan pada 1800 rpm dengan penggerak 8x8. Gambar
jumlah awak rig yang banyak. Akibatnya biaya 7 sampai dengan 9 menunjukkan rangkaian
operasi pengeboran dan kerja ulang sumur CBM pengerjaan instalasi komponen rig. Gambar
menjadi sangat mahal. Hal ini menjadi salah 10 adalah rig CBM LEMIGAS yang telah siap
satu faktor penyebab keekonomian pengusahaan digunakan. Rig ini mengacu pada standar API
CBM menjadi marginal, selain faktor regulasi Spec 4E-F dan telah lulus uji fungsi dan uji
dan tumpang tindih lahan, sehingga industri beban. Proses pabrikasi dilakukan di warehouse
CBM nasional belum memperlihatkan gelagat Petrodrill, Dawuan, Jawa Barat. TKDN yang
yang menggembirakan. digunakan dalam pembangunan prototipe Rig
Penggunaan rig tambang yang relatif CBM LEMIGAS sudah mencapai 40% dan
murah, awak rig relatif sedikit, dan dapat diharapkan dapat terus meningkat jika telah
memberikan beban tekan saat pelaksanaan memasuki fase pabrikasi komersial.
corring pada kedalaman relatif dangkal dapat Penghematan biaya dari komponen waktu
digunakan dengan beberapa modifikasi yaitu mobilisasi, rig up-rig down, waktu pengeboran,
Terobosan Pengembangan Teknologi untuk Mendukung Kemandirian Industri Migas Nasional
(Usman, Humbang Purba, Panca Wahyudi, Rudi Indharto dan Danang Sismartono)
101

area lahan pengeboran, dan jumlah pekerja sehingga dapat menyerap gas metana. Pengujian
dapat mencapai 25%. Tingkat keekonomian terhadap karbon aktif yang dihasilkan telah
pengembangan manufaktur CBM dengan dilakukan meliputi pengujian luas permukaan
skema direct investment berdasarkan skenario pori karbon aktif menggunakan metode nitrogen
produksi dan penyerapan rig sesuai Gambar 11, sorption (BET). Pengujian ini juga menghasilkan
menunjukkan keekonomian yang atraktif seperti harga volume mikropori dan total volume pori.
pada Tabel 1 (Sismartono, 2014). Pengujian dengan metode forrier tranformation
Gambaran teknis prototipe CBM dan infrared spectroscopy (FTIR) dan titrasi Boehm
keekonomiannya diharapkan mendorong target dilakukan untuk mengetahui gugus fungsional
jangka menengah yang ingin dicapai yaitu dari permukaan pori karbon aktif. Pengujian
tumbuhnya manufaktur rig CBM dalam negeri dengan X-ray defraction (XRD) untuk mengetahui
serta menunjang pengusahaan industri CBM yang struktur kristal karbon aktif.
mandiri, efisien, dan kompetitif dalam rangka Perancangan tabung ANG memerlukan
memperkuat ketahanan energi dan mewujudkan besaran penyerapan gas dalam adsorben
kemandirian industri migas nasional. (adsorbs/desorbsi) dan target kapasitas tabung
sesuai dengan penggunaan tabung ANG tersebut.
II.3 Tabung ANG Daya penyerapan adsorben ditentukan melalui
pengujian adsorbs/ desorbsi gas pada adsorben.
Penyimpanan bahan bakar gas (BBG) Alat uji ini berupa tabung yang dapat diisi dengan
dalam tabung yang dikenal dengan CNG sebagai butiran karbon aktif dengan kepadatan tertentu,
sarana penyaluran bahan bakar merupakan salah kemudian tabung yang berisi karbon aktif
satu alternatif mengurangi ketergantungan energi tersebut diisi gas metana sampai dengan tekanan
pada bahan bakar minyak. Dengan menggunakan sekitar 30 bar, volume gas yang dapat terisi
tabung gas, distribusi gas dapat menjangkau dan terserap di dalam tabung disebut kapasitas
wilayah yang lebih luas tanpa membangun adsorbsi atau pengisisan tabung, kemudian untuk
jaringan pipa gas yang sangat mahal. Namun mengetahui kapasitas desorbsi gas, dilakukan
pemakaian BBG menggunakan tabung CNG dengan mengeluarkan gas dari tabung hingga
masih banyak mengalami kendala, di antaranya mencapai tekanan 1 bar. Desain tabung ANG
membutuhkan tabung yang besar dan berat, mengacu standar ASME VIII tentang desain
tekanan tabung relatif tinggi, dan kapasitas pressure vessel.
pengisian relatif terbatas. Untuk itu perlu Hasil penelitian adsorben karbon aktif dan
dikembangkan metode alternatif penampungan tabung ANG telah diuji coba pada penggunaan
BBG ke dalam tabung yang dapat memuat gas kompor gas LPG yang sudah dimodifikasi
sebanyak mungkin dengan tekanan, berat, dan agar terjadi penyalaan dengan menggunakan
volume tabung yang relatif kecil. BBG yang komposisinya berbeda dengan
Menjawab tantangan tersebut, LEMIGAS LPG. Modifikasi tersebut dengan memperbesar
mengembangkan tabung ANG (Rudi dkk, 2011). diamater nozel yang ke pembakar (burner) agar
Proses pengembangan tabung ANG meliputi dipenuhi syarat perbandingan gas dan udara
pembuatan adsorben dari karbon aktif sebagai untuk terjadinya pembakaran. Peralatan kompor
media penyerap gas dan pembuatan tabung baja gas LPG yang ada di pasaran digunakan dalam
sebagai tempat adsorben. Tabung ANG yang uji coba ini dengan mengatur tekanan kerja
dihasilkan terbukti dapat berfungsi sebagai media tabung sekitar 10 bar, di bawah tekanan kerja
untuk menyerap gas dalam kapasitas besar pada tabung LPG sebesar 15 bar. Gambar 12 dan 13
tekanan yang relatif rendah. menunjukkan fasilitas pengisian tabung ANG
Pembuatan karbon aktif dilakukan di LEMIGAS dan uji coba penggunaan tabung
dengan pengaktifan karbon yang ada di pasaran untuk pengganti LPG.
untuk mendapatkan luas area permukaan besar Teknologi tabung ANG dengan karbon
sebagai syarat karbon aktif sebagi adsorben. aktif sebagai media penyimpanan merupakan
Selanjutnya dilakukan rekayasa permukaan mode transportasi BBG yang sangat potensial
pori karbon aktif tersebut untuk membentuk dimanfaatkan pada lapangan-lapangan gas
gugus fungsional permukaan pori karbon aktif marginal, untuk substitusi LPG di sektor rumah
JTMGB, Vol. 8 No. 2 Agustus 2015: 97-112
102

tangga sehingga potensial mengurangi impor Setelah titik kritis, risiko teknis suatu hasil riset
LPG. Dengan tekanan yang rendah (maks 35 mulai berkurang sehingga industri atau swasta
bar), tabung menjadi lebih aman dan bentuk diharapkan mulai mengambil peran yang lebih
tabung ANG dapat didesain fleksibel sesuai besar dari sisi pembiayaan dan fasilitas (Gambar
peruntukannya. Dari hasil percontohan untuk 17).
rumah tangga, tabung ANG berukuran 22 liter Berbeda dengan airgun mini dan rig
wc, tekanan 10 bar dapat digunakan untuk CBM, TKT tertinggi yang dicapai tabung ANG
memasak setara dengan LPG 3 kg. Penggunaan baru pada skala 4, sebagaimana ditampilkan
TKDN hampir mencapai 100%. Perbandingan dalam Gambar 18. Pengembangan tabung
harga tabung ANG, LPG, dan kerosen di berikan ANG sudah memasuki fase prototipe dan uji
dalam Tabel 2. coba pada lingkungan yang sebenarnya, namun
belum dilakukan penelitian pasar dan penelitian
III. Kesiapan Teknologi laboratorium untuk memilih proses pabrikasi,
akurasi integrasi sistem belum teruji, serta belum
Untuk mengukur tingkat kesiapan ketiga dilakukan penelaahan terhadap proses produksi
teknologi diterapkan dan diadopsi oleh pengguna sehingga akumulasi indikator TKT 5 belum
digunakan Tekno-Meter, yaitu sebuah perangkat dipenuhi. Hasil pegukuran TKT 5 tabung ANG
lunak berbasis spreadsheet yang menghimpun ditampilkan dalam Gambar 19.
beberapa pernyataan standar atau komponen
indikator untuk setiap tingkatan dan menampilkan IV. Kesimpulan
TKT yang dicapai secara grafis.
Gambar 14 menampilkan TKT tertinggi Teknologi mini airgun, rig CBM, dan
yang dicapai airgun mini saat pengukuran tabung ANG yang dikembangkan LEMIGAS
dilakukan, yaitu TKT 6. Sedangkan TKT 7 merupakan bagian dari solusi persoalan migas
belum dapat dipenuhi karena beberapa indikator nasional terkait kurang optimalnya eksplorasi
TKT 7 masih berlangsung, khususnya yang migas, kurang optimalnya eksplorasi dan
terkait dengan proses dan prosedur fabrikasi eksploitasi CBM yang ditandai dengan turunnya
serta validasi perkiraan biaya produksi. Hasil sentimen investasi, serta tingginya impor
pengkuran TKT 7 ditampilkan pada Gambar 15. LPG. Pengembangan ketiga teknologi tersebut
Capaian TKT 6 berarti dalam pengembangan yang bertumpu pada komponen dalam negeri
airgun mini selanjutnya aspek teknis dan diharapkan akan memberi efek pengganda tumbuh
ekonomis, kemitraan pelaksana dan pengguna, kembangnya kewirausahaan, manufaktur, dan
serta program inkubasi sudah harus mendapat penciptaan lapangan kerja.
porsi yang besar. TKT airgun mini dan rig CBM sudah
Untuk rig CBM, TKT tertinggi yang mencapai skala 6. Pada titik ini risiko teknis
dicapai adalah skala 6. TKT 7 belum dapat dalam pengembangan selanjutnya mulai
dipenuhi karena belum dilakukan uji coba berkurang sehingga membuka peluang lebih
lapangan dan belum ada rencana produksi awal. besar keterlibatan swasta melalui kemitraan dan
Hasil pengukuran TKT 7 ditampilkan dalam program inkubasi. TKT tertinggi tabung ANG
Gambar 16. Saat ini masih dijajaki pelaksanaan mencapai skala 4. Tahapan selanjutnya perlu
uji coba bekerjasama dengan Kontraktor CBM. dilakukan pengujian akurasi integrasi sistem,
Idealnya uji coba hasil-hasil litbang yang masih penelaahan terhadap proses produksi, serta
memiliki risiko tinggi dilakukan pada lapangan penelitian pasar dan penelitian laboratorium
yang khusus didedikasikan untuk kegiatan riset untuk memilih proses fabrikasi.
atau land grant college. Hal ini sebagai jalan Untuk mendapatkan tingkat kesiapan
keluar mengatasi rendahnya minat industri teknologi yang lebih baik, maka diperlukan
migas nasional dalam kegiatan litbang. Tahapan lapangan migas khusus yang didedikasikan
selanjutnya pengembangan rig CBM sama untuk uji coba pengembangan teknologi. Melalui
dengan pengambangan airgun mini. ui coba lapangan diharapkan dapat mengurangi
Tahapan TKT 6 merupakan titik kritis dari risiko teknis pengembangan suatu teknologi
risiko yang harus ditanggung dalam suatu riset. sehingga menarik bagi mitra industri.
Terobosan Pengembangan Teknologi untuk Mendukung Kemandirian Industri Migas Nasional
(Usman, Humbang Purba, Panca Wahyudi, Rudi Indharto dan Danang Sismartono)
103

Ucapan Terima Kasih Muhammad, Z., Dadang, S., dan Hendro,


L., 2014. Mini Airgun, Alternatif Sumber
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Pembangkit Gelombang Seismik dalam
Badan Penelitian dan Pengembangan Energi Mengatasi Permasalahan Penggunaan Dinamit,
dan Sumber Daya Mineral, Pusat Penelitian dan the 39th HAGI Annual Convention and
Exhibition 2014, Solo, Indonesia.
Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral,
“LEMIGAS” atas dukungan yang diberikan dalam 2013. Peraturan Menteri Energi dan Sumber
pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengembangan Daya Mineral Nomor 15 Tahun 2013 tentang
teknologi sehingga telah dicapai hasil sebagaimana Penggunaan Produk Dalam Negeri pada
yang diuraikan dalam makalah ini. Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi.
Paju, J. A., SKK Migas, 2014. Proyeksi Kebutuhan
Referensi Rig CBM Berdasarkan Rencana Kerja KKKS
CBM di Indonesia.
Arnold, S. dan Listyani. W., 2013. Penguasaan dan Panca, W. dkk., 2013. Rancang Bangun dan
Kemandirian Iptek Nasional, Kebijakan Riset- Pengembangan Prototipe Rig CBM, Laporan
Iptek-Inovasi Menuju Bangsa yang Berdaya DIPA PPPTMGB “LEMIGAS” 2013.
Saing, Dewan Riset Nasional, hal. 53-74. Lembaran Negara Republik Indonesia, 2007.
Arwanto dan Kuncoro, B. P., 2013. Tekno-Meter Undang-Undang Nomor 30 tahun 2007 tentang
Pengukuran Tingkat Kesiapan Teknologi: Energi.
Suatu Upaya Mengurangi Stagnasi Inovasi di Rudi, I. dkk., 2011. Rancang Bangun Pembuatan
Lembaga Litbang dan Perkuatan Hubungan Tabung ANG (Adsorbed Natural Gas) untuk
Pemasok-Pengguna, PAPPIPTEK LIPI. Penyimpanan Bahan Bakar Gas, Laporan DIPA
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), PPPTMGB “LEMIGAS” 2011.
2012. Peraturan Kepala Badan Penelitian dan Santoso, S., APMI, 2014. Populasi Rig Kapasitas
Pengembangan Teknologi Nomor 001 Tahun 350-500 HP di Indonesia dan Potensi Pasarnya
2012 tentang Panduan Pengukuran Tingkat (Conventional & Unconventional).
Kesiapan Teknologi (TRL/ Technology Sismartono, D. dkk., 2014. Kajian Kelayakan
Readiness Level). Manufaktur dan Rencana Bisnis Rig CBM,
Gunawan, B. K., SKK Migas, 2014. Update Laporan Kemajuan DIPA PPPTMGB
Sumberdaya GMB & Strategi Eksplorasi GMB “LEMIGAS” 2014.
2014. Schwab, K., 2013. The Global Competitiveness
Humbang, P., Herru, L., Yudi, K., Hariyanto, Edy, Report 2013-2014, World Economic Forum,
W., Oki, H., Alpius, D. G., Agung, A., S., Geneva.

Lampiran

Tabel 1. Keekonomian manufaktur CBM.


JTMGB, Vol. 8 No. 2 Agustus 2015: 97-112
104

Tabel 2. Perbandingan harga ANG, LPG, dan kerosen (dalam rupiah)

Gambar 1. Target capaian TKDN pada kegiatan usaha hulu migas berdasarkan Peraturan MESDM Nomor 15 Tahun 2013.

Gambar 2. Alur proses pengukuran TKT (Arwanto dan Kuncoro, 2013 dan BPPT, 2012)
Terobosan Pengembangan Teknologi untuk Mendukung Kemandirian Industri Migas Nasional
(Usman, Humbang Purba, Panca Wahyudi, Rudi Indharto dan Danang Sismartono)
105

regulator

air tank
airgun mini

Gambar 3. Skematik prinsip kerja airgun mini (Humbang dkk, 2014).

Gambar 4. Posisi airgun mini untuk akusisi seismik di darat.


JTMGB, Vol. 8 No. 2 Agustus 2015: 97-112
106

Gambar 5. (a) Rekaman seismik airgun mini di darat tekanan 1.000 psi; (b) Analisis amplitudo spektrum.

Gambar 6. (a) Rekaman seismik dinamit kedalaman 30 m; (b) Analisis amplitudo spektrum.
Terobosan Pengembangan Teknologi untuk Mendukung Kemandirian Industri Migas Nasional
(Usman, Humbang Purba, Panca Wahyudi, Rudi Indharto dan Danang Sismartono)
107

Gambar 7. Pemasangan sistem roda belakang.

Gambar 8. Pemasangan mesin, sistem transmisi dan power pack.


JTMGB, Vol. 8 No. 2 Agustus 2015: 97-112
108

Gambar 9. Instalasi menara pada unit truk.

Gambar 10. Rig CBM LEMIGAS.


Terobosan Pengembangan Teknologi untuk Mendukung Kemandirian Industri Migas Nasional
(Usman, Humbang Purba, Panca Wahyudi, Rudi Indharto dan Danang Sismartono)
109

Gambar 11. Skenario produksi rig CBM.

Gambar 12. Pengisian tabung ANG.


JTMGB, Vol. 8 No. 2 Agustus 2015: 97-112
110

Gambar 13. Uji coba tabung ANG untuk kompor gas rumah tangga.

Gambar 14. TKT tertinggi yang sudah dicapai mini airgun.


Terobosan Pengembangan Teknologi untuk Mendukung Kemandirian Industri Migas Nasional
(Usman, Humbang Purba, Panca Wahyudi, Rudi Indharto dan Danang Sismartono)
111

Gambar 15. Hasil pengukuran TKT 7 untuk airgun mini.

Gambar 16. Hasil pengukuran TKT 7 untuk rig CBM.

Gambar 17. TKT sebagai acuan peran pemerintah dan swasta dalam pengembangan teknologi.
JTMGB, Vol. 8 No. 2 Agustus 2015: 97-112
112

Gambar 18. TKT tertinggi yang dicapai tabung ANG.

Gambar 19. Hasil pengukuran TKT 5 untuk tabung ANG.


UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih kepada para Mitra Bestari yang telah mengevaluasi, mereview dan
memberikan saran perbaikan tulisan-tulisan yang dimuat di majalah Jurnal Teknologi Minyak dan
Gas Bumi (JTMGB) edisi penerbitan Volume 8 Nomor 2, Agustus 2015.

1. Prof. Dr. Ir. Pudjo Sukarno


2. Prof. Dr. Ir. Sudjati Rachmat, DEA.
3. Dr. Ir. Trijana Kartoatmodjo
4. Dr. Ir. Bambang Widarsono
5. Dr. Ir. Ratnayu Sitaresmi
INDEKS

A L
acoustic properties 63 lapangan marginal 37, 38, 39, 40
adsorbed natural gas cylinder tube 97
airgun-mini seismic 97 M
anjungan pemboran CBM 97 Minimum Miscibility Pressure 53, 54, 56, 57, 58
atribut seismik 63, 64, 68, 70, 71, 73 model analitik petrofisik 63, 65, 67, 69, 71, 73
multilateral well 19, 30
B
besaran akustik 63, 64, 67, 68, 70, 73 P
besaran petrofisik 63, 64, 67, 68, 70, 73 paraffin 83, 84, 85, 86, 87
peat-swamp ecosystem 75
C penetrasi 85, 89, 90, 92, 93, 94, 99
chemical 75, 79, 83, 85, 86, 87, 89 penetration 89
CO2 15, 53, 54, 55, 56, 57, 58, 60, 61, 62 permeabilitas 89, 90
commingle 7, 8, 9, 10, 12 permeability 83, 84, 87, 89
petrophysic analitic model 63
D petrophysic properties 63
domestic component level 97 pola deposisional 37
drilling rig CBM 97 prediksi permeabilitas 37, 38, 39, 40, 41, 44, 45
dual string 7, 8, 9, 10, 11, 12, 17
R
E recovery factor 7, 8, 10, 11, 12, 21, 55, 56
ekosistem rawa-gambut 75
environmental physico-chemical 75 S
EOS 53, 54, 55, 56, 57 seismic attributes 63
seismik airgun mini 97, 106
F semen 1, 2
fisika-kimia lingkungan 75, 76, 79 simulasi reservoir 37, 38, 39, 42, 43, 46
single string 7, 8, 9, 10, 11, 12
H slim tube 53, 54, 55, 56, 57, 58, 59
heterogeneous 19 stimulasi 83, 84, 85, 86, 87, 89
stimulation 83, 85, 88, 89
I sumur dangkal 1, 2
IPR 8, 16, 19, 20, 21, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29,
30, 31, 32, 33, 34, 35 T
tabung ANG 97, 98, 101, 102, 103, 109, 110, 112
J TKDN 97, 98, 99, 100, 102, 104
jetting 89, 90, 91, 92, 93, 94, 95
W
K well testing 83, 84, 85, 87
karakterisasi reservoir 37, 38, 39, 46 wildlife sanctuary 75
kawasan suaka margasatwa 75, 77, 79, 81
korelasi 29, 53, 54, 55, 56, 57, 58, 59
JURNAL TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI
PEDOMAN PENULISAN

ISI DAN KRITERIA UMUM

Naskah makalah ilmiah (selanjutnya disebut ”Naskah”) untuk publikasi di Jurnal Teknologi Minyak
dan Gas Bumi (JTMGB) dapat berupa artikel hasil penelitian atau artikel ulas balik/tinjauan (review) tentang
minyak dan gas bumi, baik sains maupun terapan. Naskah belum pernah dipublikasikan atau tidak sedang
diajukan pada majalah/jurnal lain.
Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris sesuai kaidah masing-masing bahasa yang
digunakan. Naskah harus selalu dilengkapi dengan Abstrak dalam Bahasa Indonesia dan Abstract dalam Bahasa
Inggris. Naskah yang isi dan formatnya tidak sesuai dengan pedoman penulisan JTMGB akan dikembalikan ke
penulis oleh redaksi untuk diperbaiki.

FORMAT

Umum. Seluruh bagian dari naskah termasuk judul abstrak, judul tabel dan gambar, catatan kaki, dan daftar
acuan diketik satu setengah spasi pada electronic-file dan print-out dalam kertas HVS ukuran A4. Pengetikan
dilakukan dengan menggunakan huruf (font) Times New Roman berukuran 12 point.

Setiap halaman diberi nomor secara berurutan termasuk halaman gambar dan tabel. Hasil penelitian atau ulas
balik/tinjauan ditulis minimum 5 halaman dan maksimum sebanyak 15 halaman, di luar gambar dan tabel.
Selanjutnya susunan naskah dibuat sebagai berikut:

Judul. Pada halaman judul tuliskan judul, nama setiap penulis, nama dan alamat institusi masing-masing
penulis, dan catatan kaki, yang berisikan terhadap siapa korespondensi harus ditujukan termasuk nomor
telepon dan faks serta alamat e-mail jika ada.

Abstrak. Abstrak/abstract ditulis dalam dua bahasa yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Abstrak
berisi ringkasan pokok bahasan lengkap dari keseluruhan naskah tanpa harus memberikan keterangan terlalu
terperinci dari setiap bab. Abstrak tulisan bahasa Indonesia paling banyak terdiri dari 250 kata, sedangkan
tulisan dengan bahasa Inggris maksimal 200 kata. Kata kunci/keywords ditulis di bawah abstrak/abstract dan
terdiri atas tiga hingga lima kata.

Pendahuluan. Bab ini harus memberikan latar belakang yang mencukupi sehingga pembaca dapat memahami
dan dapat mengevaluasi hasil yang dicapai dari penelitian yang dilaksanakan tanpa harus membaca sendiri
publikasi-publikasi sebelumnya, yang berhubungan dengan topik yang bersangkutan.

Permasalahan. Bab ini menjelaskan permasalahan yang akan dilakukan penelitian ataupun kajian.

Metodologi. Berisi materi yang membahas metodologi yang dipergunakan dalam menyesaikan permasalahan
melalui penelitan atau kajian.

Hasil dan Analisis. Hanya berisi hasil-hasil penelitian baik yang disajikan dengan tulisan, tabel, maupun
gambar. Hindarkan penggunaan grafik secara berlebihan bila dapat disajikan dengan tulisan secara singkat.
Batasi penggunaan foto, sajikan yang benar-benar mewakili hasil penemuan. Beri nomor gambar dan tabel
secara berurutan. Semua gambar dan tabel yang disajikan harus diacu dalam tulisan.

Pembahasan atau Diskusi. Berisi interpretasi dari hasil penelitian yang diperoleh dan pembahasan yang
dikaitkan dengan hasil-hasil yang pernah dilaporkan.

Kesimpulan dan Saran. Berisi kesimpulan dan saran dari isi yang dikandung dalam tulisan. Kesimpulan atau
saran tidak boleh diberi penomoran.

Ucapan Terima Kasih. Bila diperlukan dapat digunakan untuk menyebutkan sumber dana penelitian dan
untuk memberikan penghargaan kepada beberapa institusi atau orang yang membantu dalam pelaksanaan
penelitian dan atau penulisan laporan.
JURNAL TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI
PEDOMAN PENULISAN DAFTAR PUSTAKA

Acuan.
Acuan ditulis dan disusun menurut abjad. Beberapa contoh penulisan sumber acuan:

Jurnal
Hurst, W., 1934. Unsteady Flow of Fluids in Oil Reservoirs. Physics (Jan. 1934) 5, 20.
Buku
Abramowitz, M and Stegun, I.A., 1972. Handbook of Mathematical Functions. Dover Publications,
Inc., New York.
Bab dalam Buku
Costa, J.E., 1984. Physical geomorphology of debris flow. Di dalam: Costa, J.E. & Fleischer, P.J.
(eds), Developments and Applications of Geomorphology, Springer-Verlag, Berlin, h.268-317.
Abstrak
Barberi, F., Bigioggero, B., Boriani, A., Cavallini, A., Cioni, R., Eva, C., Gelmini, R., Giorgetti, F.,
Iaccarino, S., Innocenti, F., Marinelli, G., Scotti, A., Slejko, D., Sudradjat, A., dan Villa, A., 1983.
Magmatic evolution and structural meaning of the island of Sumbawa, Indonesia-Tambora volcano,
island of Sumbawa, Indonesia. Abstract 18th IUGG I, Symposium 01, h.48-49.
Peta
Simandjuntak, T.O., Surono, Gafoer, S., dan Amin, T.C., 1991. Geologi Lembar Muarabungo, Sumatera.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.
Prosiding
Marhaendrajana, T. and Blasingame, T.A., 1997. Rigorous and Semi-Rigorous Approaches for the Evaluation
of Average Reservoir Pressure from Pressure Transient Tests. paper SPE 38725 presented at the SPE
Annual Technical Conference and Exhibition, San Antonio, Oct. 5–8.
Skripsi/Tesis/Disertasi
Marhaendrajana, T., 2000. Modeling and Analysis of Flow Behavior in Single and Multiwell Bound ed
Reservoir. PhD dissertation, Texas A&M University, College Station, TX.
Informasi dari Internet
Cantrell, C., 2006. Sri Lankan’s tsunami drive blossom: Local man’s effort keeps on giving. Http://
www.boston.com/news/local/articles/2006/01/26/sri_lankans_tsunami_drive_blossoms/[26 Jan 2006]
Software
ECLIPSE 100 (software), GeoQuest Reservoir Technologies, Abbingdon, UK, 1997.

Naskah sedapat mungkin dilengkapi dengan gambar/peta/grafik/foto. Pemuatan gambar/peta/grafik/foto selalu


dinyatakan sebagai gambar dan file image yang bersangkutan agar dilampirkan secara terpisah dalam format
image (*.jpg) dengan ukuran minimal A4 dan minimal resolusi 300 dpi, Corel Draw (*,cdr), atau Autocad
(*,dwg). Gambar dan tabel diletakkan di bagian akhir naskah masing-masing pada halaman terpisah. Gambar
dan tabel dari publikasi sebelumnya dapat dicantumkan bila mendapat persetujuan dari penulisnya.

PENGIRIMAN
Penulis diminta mengirimkan satu eksemplar naskah asli beserta dokumennya (file) di dalam compact disk
(CD) yang harus disiapkan dengan program Microsoft Word. Pada CD dituliskan nama penulis dan nama
dokumen. Naskah akan dikembalikan untuk diperbaiki jika persyaratan ini tidak dipenuhi. Naskah agar
dikirimkan kepada:
Redaksi Jurnal Teknologi Minyak dan Gas Bumi
d.a. Patra Office Tower Lt. 1 Ruang 1C
Jln. Jend. Gatot Subroto Kav. 32-34
Jakarta 12950 – Indonesia
Pengiriman naskah harus disertai dengan surat resmi dari penulis penanggung jawab/korespondensi
(corresponding author) yang harus berisikan dengan jelas nama penulis korespondensi, alamat lengkap untuk
surat-menyurat, nomor telepon dan faks, serta alamat e-mail dan telepon genggam jika memiliki. Penulis
korespondensi bertanggung jawab atas isi naskah dan legalitas pengiriman naskah yang bersangkutan. Naskah
juga sudah harus diketahui dan disetujui oleh salah satu penulis dan atau seluruh anggota penulis dengan
pernyataan secara tertulis.
ISSN 021664101-2
ISSN 0216-6410

9 7 7 0 2 1 6 6 4 1 0 1 4

Anda mungkin juga menyukai