Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN KERJA PRAKTEK

PT. INDONESIA POWER


UNIT BISNIS PEMBANGKITAN SURALAYA
5 MARET 2008 – 26 MARET 2008

SISTEM PENGUKURAN KUANTITAS BATUBARA


PADA INSTALASI PENYALURAN BAHAN BAKAR

diajukan oleh
1. Amir Faisal (05/186877/TK/30966)
2. Ari Kristianto (05/189695/TK/31137)

Program Studi : Fisika Teknik

kepada
Jurusan Teknik Fisika
Fakultas Teknik
Universitas Gadjah
Mada Yogyakarta

2008
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT. INDONESIA POWER
UNIT BISNIS PEMBANGKITAN SURALAYA
5 MARET 2008 – 26 MARET 2008

SISTEM PENGUKURAN KUANTITAS BATUBARA


PADA INSTALASI PENYALURAN BAHAN BAKAR

Diajukan oleh,

1. Amir Faisal (05/186877/TK/30966)


2. Ari Kristianto (05/189695/TK/31137)

Telah disetujui oleh :

Pembimbing, Ketua Jurusan,

Dr. Alexander Agung, S.T., M.Sc. Dr.-Ing. Sihana


 NIP. 132 215 058 NIP. 131 887 483

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala

atas segala limpahan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan kerja praktek dan dapat menyusun laporan pelaksanaan kerja

 praktek dengan judul “Sistem Pengukuran Batubara pada Instalasi Penyaluran

Bahan Bakar” di PT. Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan Suralaya.

Laporan ini disusun sebagai hasil akhir kerja praktek yang dilaksanakan mulai

tanggal 5 Maret 2008 sampai dengan 26 Maret 2008.

Laporan Kerja Praktek ini disusun sebagai salah satu syarat yang harus

dipenuhi untuk menyelesaikan Program Studi S1 pada Jurusan Teknik Fisika

Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada. Melalui kerja praktek ini penulis dapat

melihat langsung dunia kerja.

Selama proses pelaksanaan Kerja Praktek, penulis banyak mendapatkan

 bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini, penulis ingin

mengucapkan terimakasih kepada yang telah membantu pelaksanaan dan

 penyususnan Laporan Kerja Praktek ini, khususnya kepada :

1. Ir. Tulus Ruseno, M.T. selaku PJH General Manager PT. Indonesia Power

UBP Suralaya.

2. Ir. Aksin Sidqi selaku Deputi General Manager Pengelolaan Batubara PT.

Indonesia Power UBP Suralaya.

3. Ridwan Suwarno, SE. selaku Deputi General Manager Bidang Umum PT

Indonesia Power UBP Suralaya.

iii
4. Drs. Rusno, MM. selaku manajer SDM PT Indonesia Power UBP

Suralaya.

5. Suharto, BS. selaku SPS PSDM PT Indonesia Power UBP Suralaya.

6. Tatang Sumarno selaku PSK SDM PT Indonesia Power UBP Suralaya,

yang selalu memberikan nasehat–nasehat yang sangat bermanfaat bagi

 penulis.

7. Andi Adam, ST., SE. Manajer Coal PT Indonesia Power UBP Suralaya.

8. Bapak Ht. Simarmata selaku Supervisor Senior Pemeliharaan Instalasi

Bahan Bakar PT Indonesia Power UBP Suralaya.

9. Bapak Soleman Hasan selaku Supervisor Pemeliharaan Kontrol dan

Instrumen Instalasi Bahan bakar PT Indonesia Power UBP Suralaya, yang

selalu memberikan bimbingan, pengarahan, pengalaman, dan ilmu-ilmu

 bagi penulis.

10. Bapak Ade Sudrajat, Ade Fitriyana, Agus Budi Cahyono, Agus Tresna,

Trisno W., Nasrudin, dan Hendra selaku teknisi Kontrol dan Instrumen

Instalasi Bahan Bakar PT Indonesia Power UBP suralaya yang selalu

menemani penulis dan membuat suasana sehari-hari penuh canda tawa di

 bengkel selama kerja praktek ini.

11. Dr.–Ing. Sihana, selaku Ketua Jurusan Teknik Fisika Universitas Gadjah

Mada.

12. Dr. Alexander Agung, S.T., M.Sc. selaku pembimbing kerja praktek

 penulis di Jurusan Teknik Fisika Universitas Gadjah Mada.

iv
13. Dosen-dosen di Jurusan Teknik Fisika yang telah memberikan ilmu-ilmu

yang bermanfaat bagi penulis.

14. Ibu Amrih dan Ibu Tati yang telah banyak membantu dalam urusan

administrasi sehingga penulis dapat menyelesaikan kerja praktek ini.

15. Rekan-rekan PKL Periode 6 Februari – 27 Februari 2008 (Abdi, Herdi,

Yudha, Candra, Adi, Andi, Lani, Fitri, dan Vina).

16. Teman-teman Fisika Teknik angkatan 2005 Universitas Gadjah Mada.

17. Pak Deden, Pak Andi, dan Abdi yang telah menemani penulis selama di

Wisma Melati.

Penulis dengan senang hati menerima saran dan kritik dari segenap pembaca

demi perbaikan dan penyempurnaan Laporan Kerja Praktek ini. Semoga

 pengetahuan ini berguna bagi kita semua khususnya dalam dunia ilmu

 pengetahuan, enjiniring, perusahaan, serta pembaca pada umumnya.

Suralaya, 18 Maret 2008

Penulis

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN..............................................................................ii

KATA PENGANTAR.........................................................................................iii

DAFTAR ISI....................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL............................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR...........................................................................................xi

DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................xiii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1

I.1. Latar Belakang...................................................................................1

I.2. Waktu dan Lokasi Kerja Praktek........................................................3

I.3. Maksud dan Tujuan Kerja Praktek.....................................................5

I.4. Batasan Masalah.................................................................................5

I.5. Metodologi Penyusunan.....................................................................5

I.6. Sistematika Penyusunan.....................................................................6

BAB II PROFIL PT. INDONESIA POWER.......................................................8

II.1. Pendahuluan......................................................................................8

II.2. Sejarah dan Perkembangan PT. Indonesia Power............................10

II.3. Visi, Misi, Motto, Tujuan, dan Paradigma PT. Indonesia Power.....12

II.3.1. Visi...................................................................................13

vi
IV.3.3. Komponen dari  Belt Weigher. ........................................76

IV.3.4. Kalibrasi..........................................................................80

IV.4. Hasil Pengukuran Kuantitas Batubara

Pada Belt Weigher 34 dan 35.......................................................84

BAB V PENUTUP............................................................................................87

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................89

LAMPIRAN....................................................................................................... 90

ix
DAFTAR TABEL

Tabel I.1. Kapasitas Terpasang Per–unit Bisnis Pembangkit

Tabel I.2. Daya Mampu per-Unit Bisnis Pembangkit

Tabel I.3. Produksi Listrik (GWh) per–Unit Bisnis Pembangkit

Tabel I.4. Daya Terpasang (MW) Sistem Jawa Bali

Tabel I.5. Periode Pembangunan UBP Suralaya

Tabel I.6. Luas Area PLTU Suralaya

Tabel IV.1. Pemantauan Belt Weigher   34 dan 35 pada Bulan Februari 2008

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Logo PT. Indonesia Power

Gambar 2.2. Lokasi PLTU Suralaya

Gambar 2.3. Denah PLTU Suralaya

Gambar 2.4. Struktur Organisasi PT Indonesia Power UBP Suralaya

Gambar 2.5. Rute Transportasi Batubara dari Tanjung Enim ke PLTU Suralaya

Gambar 2.6. Produksi Tenaga Listrik PLTU Suralaya

Gambar 3.1. Pelabuhan/Dermaga I Batubara

Gambar 3.2. Dermaga II Batubara

Gambar 3.3. Pelabuhan SPJ

Gambar 3.4. Facility Discharging Equipment   (FDE)

Gambar 3.5. Instalasi Penanganan Batubara UBP Suralaya

Gambar 3.6. Instalasi Penyaluran Bahan Bakar Unit 1, 2, 3, dan 4

Gambar 3.7. Instalasi Penyaluran Bahan Bakar Unit 5, 6, dan 7

Gambar 3.8. Konstruksi Belt Conveyor 

Gambar 3.9. Konstruksi Motor, Fluid Cuopling dan Reducer 

Gambar 3.10. Konstruksi  Belt

Feeder  Gambar 3.11. Stacker

Reclaimer Gambar 3.12. Ship

Unloader 

Gambar 3.13.Telescopic Chute dan  Juction

House Gambar 3.14. Konstruksi  Junction House

Gambar 3.15. Hopper 

Gambar 3.16. Diverter Gate

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Pengesahan Perusahaan

Hasil Penilaian Perusahaan

Sertifikat Kerja Praktek

Conveyor No. 34 & 35 10-14-4/4 Belt Weigher Alignment Drawing

Weigh Idler Modification to Suit Ramsey Belt Scales

Conveyor   No. 34 & 35 10-14-4/4  Belt Weigher GA & Instalation Drawing

xiii
1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Kebutuhan energi merupakan hal yang sangat penting dalam seluruh

kehidupan manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidup. Salah satu

kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan lagi dalam kehidupan manusia pada masa

sekarang ini adalah kebutuhan energi listrik. Pemanfaatan energi listrik ini secara

luas telah digunakan untuk kebutuhan rumah tangga, komersial, instansi

 pemerintah, industri dan sebagainya.

Dalam masa sekarang ini tersediannya energi listrik merupakan salah

satu komponen yang penting dalam mendorong pertumbuhan perekonomian di

dalam suatu negara. Sehingga penyediaan energi listrik dituntut menjadi

menyediakan energi listrik yang handal, stabil, dan bermutu serta efisien yang

sangat layak untuk dijadikan tumpuan dalam menjamin kesuksesan pelayanan

kebutuhan secara cepat dan tepat. Dalam usaha penyediaan energi listrik yang

handal dan efisien inilah Unit Pembangkitan Suralaya merupakan salah satu

 perusahaan yang mengoperasikan mesin pembangkit listrik yang menggunakan

mesin dengan tenaga uap dengan bahan bakar utama batubara yang terdiri dari

tujuh unit, semuanya berjumlah 3400 MegaWatt yang diperkirakan memenuhi

30% kebutuhan listrik di pulau Jawa, Bali, dan Madura.

Dengan makin pentingnya peranan energi listrik dalam kehidupan

sehari-hari khususnya bagi keperluan industri, maka Unit Pembangkitan Suralaya

sebagai unit penyedia energi listrik terbesar dituntut untuk dapat memenuhi mutu
2

tenaga listrik yang juga menjadi tuntutan yang makin besar dari pihak pemakai

energi listrik. Mutu tenaga listrik itu meliputi :

A. Kontinuitas penyediaan ; apakah tersedia 24 jam sehari sepanjang tahun.

B. Nilai tegangan ; apakah selalu dalam batas–batas yang diizinkan.

C. Nilai frekuensi ; apakah selalu ada dalam batas–batas yang diizinkan.

D. Kedip tegangan ; apakah besar dan lamanya masih dapat diterima oleh

 pemakai energi listrik.

Faktor utama agar mutu tenaga listrik dapat tercapai adalah dengan cara

mengoperasikan peralatan secara benar dan efisien serta pemeliharaan yang benar,

sehingga peralatan tetap bisa beroperasi secara baik, andal dan prima.

Pembangkit Listrik Tenaga Uap merupakan jenis pembangkit listrik

yang menggunakan uap sebagai media untuk memutar sudu-sudu turbin, dimana

uap yang digunakan untuk memutar sudu-sudu tersebut adalah uap kering. PLTU

 beroperasi pada siklus Rankine yang dimodifikasi agar mencakup proses

 pemanasan lebih lanjut (super heating), pemanasan air pengisi ketel/boiler (  feed

water heating) dan pemanasan kembali uap keluar turbin tekanan tinggi ( steam

reheating). Pada PLTU Suralaya ini, pemanasan itu dihasilkan dati pembakaran

 batubara sebagai bahan bakar utama.

Sistem penanganan batubara (Coal Handling System) di PLTU Suralaya

terdiri dari peralatan bongkar muat batubara dari kapal dan peralatan transportasi

dari tempat bongkar menuju tempat tujuan. Batu bara yang dibongkar dari kapal

dapat langsung disalurkan menuju coal bunker  di setiap unit atau dapat

ditampung terlebih dahulu di stock area.


15

II. 3. 5. Paradigma

 “Hari ini lebih baik dari hari kemarin, hari esok lebih baik dari hari ini”.

II.4. Budaya perusahaan, Lima filosofi Perusahaan, dan Tujuh nilai

Perusahaan PT. INDONESIA POWER (IP-HaPPPI)

II. 4. 1. Budaya Perusahaan

Salah satu aspek dari pengembangan sumber daya manusia perusahaan

adalah pembentukan budaya perusahaan. Unsur-unsur budaya perusahaan :

A. Perilaku akan ditunjukkan seseorang akibat adanya suatu keyakinan akan

nilai-nilai atau filosofi.

B. Nilai adalah bagian daripada budaya/culture  perusahaan yang dirumuskan

untuk membantu upaya mewujudkan budaya perusahaan tersebut. Di PT.

Indonesia Power, nilai ini disebut dengan “Filosofi Perusahaan”.

C. Paradigma adalah suatu kerangka berpikir yang melandasi cara seseorang

menilai sesuatu.

Budaya perusahaan diarahkan untuk membentuk sikap dan perilaku yang

didasarkan pada 5 filosofi dasar dan lebih lanjut, filosofi dasar ini diwujudkan

dalam tujuh nilai perusahaan PT. Indonesia Power (IP-HaPPPI).

II. 4. 2. Lima filosofi Perusahaan

A. Mengutamakan pasar dan pelanggan.

Berorientasi kepada pasar serta memberikan pelayanan yang terbaik dan nilai

tambah kepada pelanggan.

B. Menciptakan keunggulan untuk memenangkan persaingan.


16

Menciptakan keunggulan melalui sumber daya manusia, teknologi financial

dan proses bisnis yang handal dengan semangat untuk memenangkan

 persaingan.

C. Mempelopori pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Terdepan dalam memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi secara optimal.

D. Menjunjung tinggi etika bisnis.

Menerapkan etika bisnis sesuai standar etika bisnis internasional.

E. Memberi penghargaan atas prestasi.

Memberi penghargaan atas prestasi untuk mencapai kinerja perusahaan yang

maksimal.

II. 4. 3. TUJUH NILAI PERUSAHAAN PT. INDONESIA POWER (IP-

HaPPPI) :

A. Integritas

Sikap moral yang mewujudkan tekad untuk memberikan yang terbaik kepada

 perusahaan.

B. Profesional

Menguasai pengetahuan, keterampilan, dan kode etik sesuai bidang.

C. Harmoni

serasi, selaras, seimbang, dalam :

- Pengembangan kualitas pribadi,

- Hubungan dengan stakeholder  (pihak terkait)

- Hubungan dengan lingkungan hidup


17

D. Pelayanan Prima

Memberi pelayanan yang memenuhi kepuasan melebihi harapan stakeholder. 

E. Peduli

Peka-tanggap dan bertindak untuk melayani stakeholder   serta memelihara

lingkungan sekitar.

F. Pembelajar

Terus menerus meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan serta kualitas diri

yang mencakup fisik, mental, sosial, agama, dan kemudian berbagi dengan

orang lain.

G. Inovatif

Terus menerus dan berkesinambungan menghasilkan gagasan baru dalam

usaha melakukan pembaharuan untuk penyempurnaan baik proses maupun

 produk dengan tujuan peningkatan kinerja.

II.5. Sasaran dan Program Kerja Bidang Produksi

Sasaran dari bidang ini adalah mendukung pemenuhan rencana penjualan

dengan biaya yang optimal dan kompetitif serta meningkatkan pelayanan pasokan.

Untuk mencapai sasaran tersebut, strateginya adalah sebagai berikut :

A. Melakukan optimalisasi kemampuan produksi terutama pembangkit beban

dasar dengan biaya murah.

B. Meningkatkan efisiensi operasi pembangkit baik biaya bahan maupun biaya

 pemeliharaan.

C. Meningkatkan optimalisasi pola operasi pembangkit.

D. Meningkatkan kehandalan pola pembangkit.


18

E. Meningkatkan keandalan dengan meningkatkan availability, menekan

gangguan dan memperpendek waktu pemeliharaan.

Adapun program kerja di bidang produksi :

A. Mengoptimalkan kemampuan produksi.

B. Meningkatkan efisiensi operasi dan pemeliharaan pembangkit :

- Efisiensi termal.

- Efisiensi pemeliharaan.

- Pengawasan volume dan mutu bahan bakar.

C. Melakukan optimasi biaya bahan bakar.

D. Meningkatkan keandalan pembangkit.

E. Meningkatkan waktu operasi pemeliharaan.

II.6. Makna Bentuk dan Warna Logo

Logo mencerminkan identitas dari PT. Indonesia Power sebagai Power Utility

Company terbesar di Indonesia.

Gambar 2.1. Logo PT. Indonesia Power

II. 6. 1. Bentuk

A. INDONESIA dan POWER ditampilkan dengan menggunakan dasar jenis

huruf FUTURA BOOK / REGULAR dan FUTURA BOLD menandakan font

yang kuat dan tegas.


19

B. Aplikasi bentuk kilatan petir pada huruf “O” melambangkan “TENAGA

LISTRIK” yang merupakan lingkup usaha utama perusahaan.

C. Titik/bulatan merah (red dot) diujung kilatan petir merupakan simbol

 perusahaan yang telah digunakan sejak masih bernama PT. PLN PJB I. Titik

ini merupakan simbol yang digunakan di sebagian besar materi komunikasi

 perusahaan. Dengan simbol yang kecil ini, diharapkan identitas perusahaan

dapat langsung terwakili.

II. 6. 2. Warna

A. Merah

Merah, diaplikasikan pada kata INDONESIA, menunjukkan identitas yang

kuat dan kokoh sebagai pemilik sumber daya untuk memproduksi tenaga

listrik, guna dimanfaatkan di Indonesia dan juga di luar negeri.

B. Biru

Biru, diaplikasikan pada kata POWER. Pada dasarnya warna biru

menggambarkan sifat pintar dan bijaksana, dengan aplikasi pada kata

POWER, maka warna ini menunjukkan produk tenaga listrik yang dihasilkan

 perusahaan memiliki ciri-ciri :

- Berteknologi tinggi.

- Efisien.

- Aman.

- Ramah lingkungan.
20

II.7. Unit Bisnis Pembangkitan (UBP)

Suralaya II. 7. 1. Sejarah UBP Suralaya

Dalam rangka memenuhi peningkatan kebutuhan akan tenaga listrik

khususnya di Pulau Jawa yang sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah untuk

meningkatkan pemanfaatan sumber energi primer dan diversifikasi sumber energi

 primer untuk pembangkit tenaga listrik, maka PLTU Suralaya telah dibangun

dengan menggunakan batubara sebagai bahan bakar utama. Beberapa alasan

mengapa Suralaya dipilih sebagai lokasi yang paling baik diantaranya adalah:

1. Tersedianya tanah dataran yang cukup luas, di mana tanah tersebut dipandang

tidak produktif untuk pertanian.

2. Tersedianya pantai dan laut yang cukup dalam, tenang dan bersih, hal ini baik

untuk dapat dijadikan pelebuhan guna pemasokan bahan baku, dan

ketersediaan pasokan air, baik itu air pendingin maupun air proses.

3. Karena faktor nomor dua di atas, maka akan membantu/memperlancar

 pengangkutan bahan bakar dan berbagai macam peralatan berat yang masih di

impor dari luar negeri.

4. Jalan masuk ke lokasi tidak terlalu jauh dan sebelumnya sudah ada jalan

namun dengan kondisi yang belum begitu baik.

5. Karena jumlah penduduk di sekitar lokasi masih relatif sedikit sehingga tida

 perlu adanya pembebasan tanah milik penduduk guna pemasangan saluran

transmisi kelistrikan.

6. Dari hasil survey sebelumnya, diketahui bahwa tanah di Suralaya

memungkinkan untuk didirikan bangunan yang besar dan bertingkat.


21

7. Tersedianya tempat yang cukup untuk penimbunan limbah abu dari sisa

 penbakaran batubara.

8. Tersedianya tenaga kerja yang cukup untuk memperlancar pelaksanaan

 pembamgunan.

9. Dampak lingkungan yang baik karena terletak diantara pelabuhan dan laut.

10. Menimbamg kebutuhan beban di Pulau Jawa merupakan yang terbesar, maka

tepat apabila dibangun suatu pembangkit listrik dengan daya yang besar di

Pulau Jawa.

UBP Suralaya merupakan salah satu unit pembangkit yang dimiliki oleh

PT Indonesia Power. Diantara pusat pembangkit yang lain, UBP Suralaya

memiliki kapasitas daya terbesar dan juga merupakan pembangkit paling besar di

Indonesia.

PLTU Suralaya dibangun melalui tiga tahapan yaitu :

Tahap I : Membangun dua unit PLTU, yaitu unit 1 dan 2 yang masing-masing

 berkapasitas 400 MW. Dimana pembangunannya dimulai pada

 bulan Mei 1980 sampai dengan bulan Juni 1985 dan telah beroperasi

sejak tahun 1984, tepatnya pada tanggal 4 April 1984 untuk unit 1

dan 26 Maret 1985 untuk unit 2.

Tahap II : Membangun dua unit PLTU yaitu unit 3 dan 4 yang masing-masing

 berkapasitas 400 MW. Dimana pembangunannya dimulai paada

 bulan Juni 1985 dan berakhir sampai dengan bulan desember 1989.

dan telah beroperasi sejak 6 Februari 1989 untuk unit 3 dan 6

 Nopember 1989 untuk unit 4.


22

Tahap III : Membangun tiga unit PLTU, yaitu unit 5,6, dan 7 yang masing-

masing berkapasitas 600 MW. Pembangunannya dimulai sejak bulan

Januari 1993 dan telah beroperasi pada bulan Oktober 1996 untuk 5.

untuk unit 6 pada bulan April 1997 dan Oktober 1997 untuk unit 7.

Tabel II.4. Periode Pembangunan UBP Suralaya

 No. Item Unit I Unit II Unit III Unit IV Unit V Unit VI Unit VII
1. Konstruksi
dimulai 1980 1984 1994
Penyalaan 26-05- 11-03- 28-05- 04-02- 22-06- 26-01- 14-07-
2.
Pertama 1984 1985 1988 1989 1996 1997 1997
Masuk  24-08- 11-06- 25-08- 24-04- 16-12- 26-03- 19-09-
3.
Jaringan 1984 1985 1988 1989 1996 1997 1997
Operasi 04-04- 26-03- 06-02- 06-11- 25-06- 11-09- 19-12-
4.
Komersial 1985 1986 1989 1989 1997 1997 1997

Dalam pembangunannya secara keseluruhan dibangun oleh PLN Proyek

Induk Pembangkit Thermal Jawa Barat dan Jakarta Raya dengan konsultan asing

dari Montreal Engineering Company (Monenco) Canada untuk Unit 1 s/d Unit 4

sedangkan untuk Unit 5 s/d Unit 7 dari Black & Veatch Iternational (BVI)

Amerika Serikat. Dalam melaksanakan pembangunan Proyek PLTU Suralaya

dibantu oleh beberapa kontraktor lokal dan kontraktor asing.

Saat ini telah terpasang dan siap beroperasi PLTG (Pembangkit listrik

Tenaga Gas) dengan kontraktor pembuat yaitu John Brown Engineering, England.

PLTG ini dimaksudkan untuk mempercepat suplai catu daya sebagai penggerak

 peralatan Bantu PLTU, apabila terjadi ‘black out’  pada sistem kelistrikan Jawa-

Bali.

Beroperasinya PLTU Suralaya diharapkan akan menambah kapasitas dan

keandalan tenaga listrik di Pulau Jawa-Bali yang terhubung dalam sistem


25

II. 7. 3. Struktur Organisasi.

Struktur organisasi yang baik sangat diperlukan dalam suatu perusahaan,

semakin besar perusahaan tersebut semakin kompleks organisasinya. Secara

umum dapat dikatakan, struktur organisasi merupakan suatu gambaran secara

skematis yang menjelaskan tentang hubungan kerja, pembagian kerja, serta

tanggung jawab dan wewenang dalam mencapai tujuan organisasi yang telah

ditetapkan semula.

General Manajer
UBP Suralaya

Management
Deputi Deputi Re resentative
Deputi
General General
General Manajer
Manajer Manajer
Bidang Umum
Operasi dan Pengelolaan Document
Pemeliharaan Batubara Control

Manajer Manajer Manager


Logistik  Perencanaan Ash Handling
Evaluasi
dan
Manajer Engineering
Manajer
Pengembangan
Coal Handling
Usaha
Manajer
Pemeliharaan 1-
Manajer Manajer
4
Sumber Daya Pelabuhan
Manusia
Manajer
Pemeliharaan 5-
7

Manajer Manajer
Keuangan Operasi 1-4

Manajer Manajer
Humas O erasi 5-7

Gambar 2.4. Struktur Organisasi PT. Indonesia Power UBP Suralaya


26

PT Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan Suralaya, secara struktural

 puncak pimpinannya dipegang oleh seorang General Manajer yang dibantu oleh

Deputi General Manajer dan Manajer Bidang. Secara lengkap, struktur organisasi

PT Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan Suralaya diperlihatkan pada

Gambar 2.4.

II. 7. 4. Proses Produksi Tenaga Listrik PLTU

PLTU Suralaya telah direncanakan dan dibangun untuk menggunakan

 batubara sebagai bahan bakar utamanya. Sedangkan sebagai bahan bakar

cadangan menggunakan bahan bakar residu,   Main Fuel Oil  (MFO) dan juga

menggunakan solar,   High Speed Diesel (HSD) sebagai bahan bakar

ignitor   atau

 pemantik pada penyalaan awal dengan bantuan udara panas bertekanan. Batubara

diperoleh dari tambang Bukit Asam, Sumatera Selatan dari jenis subbituminous

dengan nilai kalor 5000-5500 kkal/kg.

Transportasi batubara dari mulut tambang Tanjung Enim ke pelabuhan

Tarahan dilakukan dengan kereta api. Selanjutnya dibawa dengan kapal laut ke

Jetty Suralaya.
27

COAL TRANSPORTA TI ON ROUTE


Palembang

Prabumulih

South
Sumatra
M. Enim B. Raja
K. Bumi

 Tarahan

Suralaya PP

Sunda Str ait


 J akarta
Banten

West J ava

Gambar 2.5. Rute Transportasi Batubara dari Tanjung Enim ke PLTU Suralaya

Batubara yang dibongkar dari kapal di Coal Jetty dengan menggunakan

Ship Unloader  atau dengan peralatan pembongkaran kapal itu sendiri,

dipindahkan ke hopper dan selanjutnya diangkut dengan conveyor   menuju

 penyimpanan sementara (temporary stock)  dengan melalui Telescopic Chute  (2)

atau dengan menggunakan Stacker/Reclaimer  (1) atau langsung batubara tersebut

ditransfer malalui  Junction House (3) ke Scrapper Conveyor   (4) lalu ke Coal

  Bunker (5), seterusnya ke Coal Feeder (6) yang berfungsi mengatur jumlah aliran

ke Pulverizer (7) dimana batubara digiling dengan ukuran yang sesuai kebutuhan

menjadi serbuk yang halus.


28

Gambar 2.6. Produksi Tenaga Listrik PLTU Suralaya

Keterangan :

1. Stacker 17.  Reheater

2. Reclaimer 18.  Intermediate Pressure Turbin

3. Telescopic Chute 19.  Low Pressure Turbine

4.   Junction House 20.   Rotor Generator

5. Scraper 21. Stator Generator

6. Conveyor Coal 22. Generator

7. Bunker 23. Transformer

8. Coal Feeder 24. Condenser

9. Pulverizer 25. Condensate Excraction Pump

10. Primary Air Fan 26.   Low Pressure Heater

11. Coal Burner 27. Sea Water

Forced Draft  Deaerator

Fan

  Air heater
29

12.  Induced Draft Fan 28.   Boiller Feed Pump

13.  Electrostatic Precipitator 29.   High Pressure Heater

14. Stack  30.   Economizer 

15. Superheater 31. Steam Drum

16.  High Pressure Turbine 32. Circulating Water Pump

Serbuk batubara ini dicampur dengan udara panas dari Primary Air Fan

(8) dan dibawa ke Coal Burner (9) yang menyemburkan batubara tersebut ke

dalam ruang bakar untuk proses pembakaran dan terbakar seperti gas untuk

mengubah air menjadi uap. Udara pembakaran yang digunakan pada ruanga

 bakar dipasok dari Forced Draft Fan (FDF ) (10) yang mengalirkan udara

 pembakaran melalui   Air Heater   (11). Hasil proses pembakaran yang terjadi

menghasilkan limbah berupa abu dalam perbandingan 14:1. Abu yang jatuh ke

 bagian bawah boiler secara periodik dikeluarkan dan dikirim ke   Ash Valley. Gas

hasil pembakaran dihisap keluar dari boiler oleh   Induce Draft Fan (IDF) (12) dan

dilewatkan melalui  Electric Precipitator (13) yang menyerap 99,5% abu terbang

dan debu dengan sistem elektroda, lalu dihembuskan ke udara melalui

cerobong/Stak   (14). Abu dan debu kemudian dikumpulkan dan diambil dengan

alat pneumatic gravity conveyor  yang digunakan sebagai material pembuat jalan,

semen dan bahan bangunan (conblok)  .

Panas yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar, diserap oleh pipa

 pipa penguap (water walls) menjadi uap jenuh atau uap basah yang kemudian

dipanaskan di Super Heater (SH) (15) yang menghasilkan uap kering. Kemudian

uap tersebut dialirkan ke Turbin tekanan tinggi   High Pressure Turbine  (16),
30

dimana uap tersebut diexpansikan melalui  Nozzles ke sudu-sudu turbin. Tenaga

dari uap mendorong sudu-sudu turbin dan membuat turbin berputar. Setelah

melalui  HP Turbine, uap dikembalikan kedalam Boiler untuk dipanaskan ulang di

  Reheater (17) guna menambah kualitas panas uap sebelum uap tersebut digunakan

kembali di  Intermediate Pressure (IP) Turbine (18) dan   Low Pressure (LP)

Turbine (19).

Sementara itu, uap bekas dikembalikan menjadi air di Condenser  (23)

dengan pendinginan air laut (26) yang dipasok oleh Circulating Water Pump (32).

Air kondensasi akan digunakan kembali sebagai air pengisi Boiler. Air

dipompakan dari kondenser dengan menggunakan Condensate Extraction Pump

(24), pada awalnya dipanaskan melalui  Low Pressure Heater (25), dinaikkan ke

  Deaerator (27) untuk menghilangkan gas-gas yang terkandung didalam air. Air

tersebut kemudian dipompakan oleh   Boiler Feed Pump (28) melalui   High

Pressure Heater (29), dimana air tersebut dipanaskan lebih lanjut sebelum masuk

kedalam Boiler pada Economizer  (30), kemudian air masuk ke Steam Drum (31).

Siklus air dan uap ini berulang secara terus menerus selama unit beroperasi.

Poros turbin dikopel dengan Rotor Generator (20), maka kedua poros

memiliki jumlah putaran yang sama. Ketika telah mencapai putaran nominal 3000

rpm, pada Rotor generator dibuatlah magnetasi dengan   Brushless Exitation

System dengan demikian Stator Generator (21) akan membangkitkan tenaga listrik

dengan tegangan 23 kV. Listrik yang dihasilkan kemudian disalurkan ke

Generator Transformer (22) untuk dinaikan tegangannya menjadi 500 kV.

Sebagian besar listrik tersebut disalurkan kesistem jaringan terpadu (Interkoneksi)


31

se-Jawa-Bali melalui saluran udara tegangan extra tinggi 500 kV dan sebagian

lainnya disalurkan ke gardu induk Cilegon dan daerah Industri Bojonegara

melalui saluran udara tegangan tinggi 150 kV.

II.8. Dampak Lingkungan

Untuk menanggulangi dampak negatif terhadap lingkungan, dilakukan

 pengendalian dan pemantauan secara terus menerus agar memenuhi persyaratan

yang ditentukan oleh Pemerintah dalam hal ini Keputusan Menteri Negara

Lingkungan Hidup no. 02/MENLH/1988 tanggal 19-01-1988 tentang Nilai

Ambang Batas dan no. 13/MENLH/3/1995 tanggal 07-03-1995 tentang Baku

Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak.

Untuk itu PLTU Suralaya dilengkapi peralatan antara lain :

A.   Electrostatic Precipitator,  yaitu alat penangkap abu hasil sisa pembakaran

dengan efisiensi 99,5%.

B. Cerobong asap setinggi 218 m dan 275 m, agar kandungan debu dan gas sisa

 pembakaran sampai ground level masih dibawah ambang batas.

C. Sewage Treatment  dan  Neutralizing Basin yaitu pengolahan limbah cair agar

air buangan tidak mencemari lingkungan.

D. Peredam suara untuk mengurangi kebisingan oleh suara mesin produksi. Di

unit 5-7 kebisingan suara mencapai 85-90 dB.

E. Alat-alat pemantau lingkungan hidup yang ditempatkan di sekitar PLTU

Suralaya.

F. CW Discharge Cannel sepanjang 1,9 km dengan sistem saluran terbuka.

G. Pemasangan Stack Emmision.


32

H. Penggunaan  Low NOx Burners.

II.9. Data Teknik Komponen Utama PLTU Suralaya.

A. Data Teknik Peralatan PLTU Suralaya Unit 1 – 4

1. Ketel (Boiler)

Pabrik pembuat : Babcock & Wilcox, Canada

Tipe :  Natural Circulation Single Drum

Radiant  Wall Outdoor

Kapasitas : 1168 ton uap/jam

Tekanan uap keluar superheater  : 174 kg/cm2

Suhu uap keluar superheater  : 540oC

Tekanan uap keluar reheater  : 39,9 kg/cm2

Bahan bakar utama : Batubara

Bahan bakar cadangan : Minyak residu

Bahan bakar untuk penyalaan awal : Minyak solar

2. Turbin

Pabrik pembuat : Mitsubishi Heavy Industries, Japan

Tipe : Tandem Compound Double Exhaust 

Kapasitas : 400 MW

Tekanan uap masuk : 169 kg/cm2

Temperatur uap masuk : 538oC

Tekanan uap keluar : 56 mmHg

Kecepatan putaran : 3000 rpm


33

Jumlah tingkat : 3 tingkat

- Turbin tekanan tinggi : 12 sudu

- Turbin tekanan menengah : 10 sudu

- Turbin tekanan rendah 1 : 2 x 8 sudu

- Turbin tekanan rendah 2 : 2 x 8 sudu

3. Generator

Pabrik pembuat : Mitsubishi Electric Corporation,

Japan

Kecepatan putaran : 3000 rpm

Jumlah fasa : 3

Frekuensi : 50 Hz

Tegangan : 23 kV

KVA keluaran : 471 MVA

kW : 400.350 kW

Arus : 11.823 A

Faktor daya : 0,85

Rasio hubung singkat : 0,5

Media pendingin : Gas Hidrogen

Tekanan gas H2 : 4 kg/cm2

Volume gas : 80 m3

Tegangan penguat medan : 500 V

Kumparan : Y

4. Sistem Eksitasi
49

II. 2. 2. Coal Stock Area

Merupakan tempat penimbunan batubara sementara yang dikirim dari

unloading area  sebelum dilanjutkan ke  power plant.  Coal stock area ini

dilengkapi Stacker Reclaimer,  Telescopic Chute, dan Under Ground Hopper.

 III. 2. 3. Power Plant

Merupakan tempat penyimpanan akhir batubara yang ditampung dalam

 bunker (silo). Power Plant  dibagi 2 bagian yaitu :

1. Unit 1-4.

Terdiri dari 5 buah bunker (silo) dan 2 buah scrapper conveyor   pada

masing-masing unit sebagai media untuk memasukkan batubara ke dalam

 bunker melalui sillo gate  yang bisa dibuka/tutup secara otomatis dari

control room dan juga secara lokal.

2. Unit 5-7.

Terdiri dari 6 buah bunker yang berkapasitas 600 ton. Dalam

 pendistribusiannya menggunakan tripper car   yang bisa dioperasikan

secara otomatis dari control room dan lokal.


50

M/H. &
BF.32/33
COAL HANDLING SYSTEM
Coal Ship
SURALAYA POWER PLANT
UNITS 1 ~ 7
JH. “H”

BS.34/3
5
ST/ RE2
Coal Ship
RH.”A” BS.0
& 2 BC. 02
JH. “G”
BF.03/04
&
HG36/37
 Telescopi
, c Chute
HG40/02 Coal stock area
JH.”B”
& BS.36/37
CS. &
MS.03/04 RH.“D”
&
BF.09/1
0

CHCR  Telescopic
Chute

JH.
“J”
&
HG. A/B JH.”
C”
&
BC. 15 MCC, BC. 11
JH. “E”
BF.11/12,
BC. 16 MS.09/10 BC. 12 &
JH.”F”
Coal
Sampling
COAL ANALISYS BC. 17

Plant Distribute Hopper Belt


& BF501A/B,BF601A/B,BF Weigher 
701A/B

BC. 702A

BC. 702B BC. 26 Hopper “K” BC. 20


Hopper “M” & Hopper “L”
BF.20/21,
BC. 27 BF26/27,MS.13/14 BC. 21

BC.703A BC. 602A BC. 502A SC.30 SC. 28 SC. 24 SC. 22


BC.703B BC. 602B BC. 502B SC. 31 SC. 29 SC. 25 SC. 23

Unit 7 Unit 6 Unit 5 Unit 4 Unit 3 Unit 2 Unit 1


COAL BUNKER  COAL BUNKER 

Gambar 3.5. Instalasi Penanganan Batubara UBP Suralaya

III.3. Coal Handling System Unit 1-4.

Pusat kendali Coal Handling System  unit 1-4 berada di gedung yang

terpisah dengan pusat kendali Pembangkit listrik atau disebut Coal Handling

Control Room 1-4 (CHCR 1-4) dan biasa disebut Tower- G. Sistem pembongkaran

didesain khusus untuk kapal yang mempunyai peralatan bongkar batubara sendiri

sehingga pada Coal Handling System  Unit 1-4 hanya disediakan penampungan

sementara ( Hopper-  A) dan sistem conveyor   saja dengan kapasitas maksimum

2x2000 Ton/jam. Dan juga ditambah sistem conveyor   khusus untuk

 pembongkaran batubara dari tongkang dengan kapasitas maksimum 1000 ton/jam.


53

Untuk peralatan yang lainnya sama dengan yang ada di Coal Handling

System Unit 1-4 tetapi Coal Handling System Unit 5-7 tidak dilengkapi dengan

sistem Under Ground Conveyor. 

III.5. Komponen - komponen Coal Handling

Secara umum, komponen coal handling sistem dapat dikelompokkan menjadi 2 :

III. 5. 1 Peralatan Utama

  Belt Conveyor (BC)

  Belt Conveyor  di dalam Coal handling sistem merupakan peralatan yang

sangat vital dan berfungsi untuk mentransmisikan batubara dari unloading area

(Intake Hopper) sampai Coal Bunker (power plant)  .

Kontruksi dari belt  ini berupa karet memanjang yang tidak terputus dengan

lebar 1400 mm sampai 1.800 mm digulungkan diantara 2 buah  pulley  yang

terletak pada ujung   Belt Conveyor.  Konstruksi dari   Belt Conveyor   dapat dilihat

 pada Gambar 3.8.

Gambar 3.8. Konstruksi  Belt Conveyor 


83

yang berhubungan untuk mendapatkan hasil yang dibutuhkan. Kebanyakan

 perhitungan ini berdasarkan pada aturan berikut : belt load,  test tonnage,

weight  span, dan sudut inklinasi.

  Belt Load

Walaupun yang dikalibrasikan pada weight scale untuk 1000 ton/jam hal ini

 bukan berarti nilai muatan pada load cell 1000 ton.  Belt loading yaitu berat dari

material per meter.

  Max _ tonnes
max_ belt  _ speed   (4.3)
hour 
3,6 belt  _ speed 

maka jika belt   berjalan pada 1,5 m/s dan flow rate 1000 ton/jam tiap meter berat

material :

1000
185,18 kg m
3,6 1,5

Test Tonnage (Konstanta Kalibrasi)

Pada contoh diatas jika berat material 185,19 kg/m diberikan pada skala

dibaca 1000 ton/jam dengan total 1000 ton dalam 1 jam. Jika dihitung misalkan 7

menit, maka :

1000tonnes
420 116,66ton _ total
hour  sec
3600sec hour 

maka belt scale  akan menghitung 116,66 ton dalam 7 menit. Test tonnage

(konstanta kalibrasi) digunakan dalam kalibrasi span dan jumlah material yang

ingin diukur pada waktu dan kecepatan sesaat.


84

Weight Span.

Ini adalah panjang belt disamping load cell  yang dapat men-sensing

material. Harganya bervariasi bergantung pada tipe weight frame maka normalnya

adalah u meter. Jika belt loading  88 kg/m dan weight span  u meter, maka

maksimum berat dari material pada weight frame menjadi 320 kg.

Sudut  Inklinasi

 Belt scale  elektromekanik akan mengukur inklinasi yang dibutuhkan

material pada konveyor agar tidak bergerak mundur. Bergantung pada tipe metode

kalibrasi yang digunakan, sudut ini akan diperlukan untuk perhitungan.

IV. 4. Hasil Pengukuran Kuantitas Batubara pada Belt Weigher 34 dan 35.

 Belt weighter  merupakan alat yang digunakan untuk mengukur kuantitas

 batubara pada instalasi bahan bakar di PT. Indonesia Power UBP Suralaya.   Belt

weighter   tersebut terpasang pada  Belt Conveyor.  Pada sistem penanganan

 batubara di Indonesia Power UBP Suralaya terdapat 15 belt weighter,  masing-

masing 5 belt weighter  pada Coal handling unit 1-4 dan 10 belt weighter  

pada

 pada Coal handling unit 5-7.

 Belt Weigher   34 dan 35 terletak di dekat pelabuhan pembongkaran

 batubara. Pada saat pembongkaran batubara dari kapal, berat batubara dapat

dihitung dengan menggunakan belt weighter   34 dan 35. Jadi dapat diketahui

 berapa berat batubara yang telah dibongkar dari kapal dan dapat dibandingkan

apakah sesuai dengan berat batubara yang diangkut oleh kapal tersebut. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel IV.1. pemantauan belt weigher   34 dan 35

selama bulan Februari 2008.


87

BAB V

PENUTUP

1.Kesimpulan

 Belt weighter   merupakan alat yang digunakan untuk mengukur kuantitas

 batubara pada instalasi bahan bakar di PT. Indonesia Power UBP

Suralaya. Belt weighter   tersebut terpasang pada Belt Conveyor  . Pada sistem penanganan

batubara di Indonesia Power UBP Suralaya terdapat 15 belt weighter, masing-

masing 5 belt weighter   pada Coal handling unit 1-4 dan 10 belt weighter   pada pada Coal

handling unit 5-7. Fungsi dari  Belt Weigher   tersebut adalah untuk mengukur jumlah

massa total material yang mengalir pada sebuah  Belt Conveyor   selama bergerak dari

titik

 poros, dan menjumlahkan keseluruhan total beratnya.  Belt Weigher   ini digunakan bila

 jumlah massa sangat besar dan aliran material kontinyu, dapat memberikan sinyal

keluaran untuk mengalihkan aliran material yang memasuki atau keluar dari

conveyor belt,  dan dapat memberikan sinyal yang sebanding dengan penyimpangan

antara aliran terukur dan aliran yang dikehendaki untuk mengatur kecepatan aliran

material.

 Belt weigher   ini terdiri atas load cell, sensor kecepatan (speed sensor)  , weighframe

(dudukan), dan integrator. 


91

Hasil Penilaian Perusahaan


92

Sertifikat Kerja Praktek


93

Conveyor No. 34 & 35 10-14-4/4 Belt Weigher Alignment Drawing


94

Weigh Idler Modification to Suit Ramsey Belt Scales


95

Conveyor No. 34 & 35 10-14-4/4 Belt Weigher GA & Instalation Drawing

Anda mungkin juga menyukai