diajukan oleh
1. Amir Faisal (05/186877/TK/30966)
2. Ari Kristianto (05/189695/TK/31137)
kepada
Jurusan Teknik Fisika
Fakultas Teknik
Universitas Gadjah
Mada Yogyakarta
2008
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT. INDONESIA POWER
UNIT BISNIS PEMBANGKITAN SURALAYA
5 MARET 2008 – 26 MARET 2008
Diajukan oleh,
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala
Laporan ini disusun sebagai hasil akhir kerja praktek yang dilaksanakan mulai
Laporan Kerja Praktek ini disusun sebagai salah satu syarat yang harus
Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada. Melalui kerja praktek ini penulis dapat
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini, penulis ingin
1. Ir. Tulus Ruseno, M.T. selaku PJH General Manager PT. Indonesia Power
UBP Suralaya.
2. Ir. Aksin Sidqi selaku Deputi General Manager Pengelolaan Batubara PT.
iii
4. Drs. Rusno, MM. selaku manajer SDM PT Indonesia Power UBP
Suralaya.
penulis.
7. Andi Adam, ST., SE. Manajer Coal PT Indonesia Power UBP Suralaya.
bagi penulis.
10. Bapak Ade Sudrajat, Ade Fitriyana, Agus Budi Cahyono, Agus Tresna,
Trisno W., Nasrudin, dan Hendra selaku teknisi Kontrol dan Instrumen
11. Dr.–Ing. Sihana, selaku Ketua Jurusan Teknik Fisika Universitas Gadjah
Mada.
12. Dr. Alexander Agung, S.T., M.Sc. selaku pembimbing kerja praktek
iv
13. Dosen-dosen di Jurusan Teknik Fisika yang telah memberikan ilmu-ilmu
14. Ibu Amrih dan Ibu Tati yang telah banyak membantu dalam urusan
17. Pak Deden, Pak Andi, dan Abdi yang telah menemani penulis selama di
Wisma Melati.
Penulis dengan senang hati menerima saran dan kritik dari segenap pembaca
pengetahuan ini berguna bagi kita semua khususnya dalam dunia ilmu
Penulis
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...........................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN..............................................................................ii
KATA PENGANTAR.........................................................................................iii
DAFTAR ISI....................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL............................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
II.1. Pendahuluan......................................................................................8
II.3. Visi, Misi, Motto, Tujuan, dan Paradigma PT. Indonesia Power.....12
II.3.1. Visi...................................................................................13
vi
IV.3.3. Komponen dari Belt Weigher. ........................................76
IV.3.4. Kalibrasi..........................................................................80
BAB V PENUTUP............................................................................................87
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................89
LAMPIRAN....................................................................................................... 90
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.5. Rute Transportasi Batubara dari Tanjung Enim ke PLTU Suralaya
Unloader
Gambar 3.15. Hopper
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
1
BAB I
PENDAHULUAN
kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan lagi dalam kehidupan manusia pada masa
sekarang ini adalah kebutuhan energi listrik. Pemanfaatan energi listrik ini secara
menyediakan energi listrik yang handal, stabil, dan bermutu serta efisien yang
kebutuhan secara cepat dan tepat. Dalam usaha penyediaan energi listrik yang
handal dan efisien inilah Unit Pembangkitan Suralaya merupakan salah satu
mesin dengan tenaga uap dengan bahan bakar utama batubara yang terdiri dari
sebagai unit penyedia energi listrik terbesar dituntut untuk dapat memenuhi mutu
2
tenaga listrik yang juga menjadi tuntutan yang makin besar dari pihak pemakai
D. Kedip tegangan ; apakah besar dan lamanya masih dapat diterima oleh
Faktor utama agar mutu tenaga listrik dapat tercapai adalah dengan cara
mengoperasikan peralatan secara benar dan efisien serta pemeliharaan yang benar,
sehingga peralatan tetap bisa beroperasi secara baik, andal dan prima.
yang menggunakan uap sebagai media untuk memutar sudu-sudu turbin, dimana
uap yang digunakan untuk memutar sudu-sudu tersebut adalah uap kering. PLTU
pemanasan lebih lanjut (super heating), pemanasan air pengisi ketel/boiler ( feed
water heating) dan pemanasan kembali uap keluar turbin tekanan tinggi ( steam
reheating). Pada PLTU Suralaya ini, pemanasan itu dihasilkan dati pembakaran
terdiri dari peralatan bongkar muat batubara dari kapal dan peralatan transportasi
dari tempat bongkar menuju tempat tujuan. Batu bara yang dibongkar dari kapal
dapat langsung disalurkan menuju coal bunker di setiap unit atau dapat
II. 3. 5. Paradigma
“Hari ini lebih baik dari hari kemarin, hari esok lebih baik dari hari ini”.
menilai sesuatu.
didasarkan pada 5 filosofi dasar dan lebih lanjut, filosofi dasar ini diwujudkan
Berorientasi kepada pasar serta memberikan pelayanan yang terbaik dan nilai
persaingan.
maksimal.
HaPPPI) :
A. Integritas
Sikap moral yang mewujudkan tekad untuk memberikan yang terbaik kepada
perusahaan.
B. Profesional
C. Harmoni
D. Pelayanan Prima
E. Peduli
lingkungan sekitar.
F. Pembelajar
yang mencakup fisik, mental, sosial, agama, dan kemudian berbagi dengan
orang lain.
G. Inovatif
dengan biaya yang optimal dan kompetitif serta meningkatkan pelayanan pasokan.
pemeliharaan.
- Efisiensi termal.
- Efisiensi pemeliharaan.
Company terbesar di Indonesia.
II. 6. 1. Bentuk
perusahaan yang telah digunakan sejak masih bernama PT. PLN PJB I. Titik
II. 6. 2. Warna
A. Merah
kuat dan kokoh sebagai pemilik sumber daya untuk memproduksi tenaga
B. Biru
POWER, maka warna ini menunjukkan produk tenaga listrik yang dihasilkan
- Berteknologi tinggi.
- Efisien.
- Aman.
- Ramah lingkungan.
20
primer untuk pembangkit tenaga listrik, maka PLTU Suralaya telah dibangun
mengapa Suralaya dipilih sebagai lokasi yang paling baik diantaranya adalah:
1. Tersedianya tanah dataran yang cukup luas, di mana tanah tersebut dipandang
2. Tersedianya pantai dan laut yang cukup dalam, tenang dan bersih, hal ini baik
ketersediaan pasokan air, baik itu air pendingin maupun air proses.
pengangkutan bahan bakar dan berbagai macam peralatan berat yang masih di
4. Jalan masuk ke lokasi tidak terlalu jauh dan sebelumnya sudah ada jalan
5. Karena jumlah penduduk di sekitar lokasi masih relatif sedikit sehingga tida
transmisi kelistrikan.
7. Tersedianya tempat yang cukup untuk penimbunan limbah abu dari sisa
penbakaran batubara.
pembamgunan.
9. Dampak lingkungan yang baik karena terletak diantara pelabuhan dan laut.
10. Menimbamg kebutuhan beban di Pulau Jawa merupakan yang terbesar, maka
tepat apabila dibangun suatu pembangkit listrik dengan daya yang besar di
Pulau Jawa.
UBP Suralaya merupakan salah satu unit pembangkit yang dimiliki oleh
memiliki kapasitas daya terbesar dan juga merupakan pembangkit paling besar di
Indonesia.
Tahap I : Membangun dua unit PLTU, yaitu unit 1 dan 2 yang masing-masing
bulan Mei 1980 sampai dengan bulan Juni 1985 dan telah beroperasi
sejak tahun 1984, tepatnya pada tanggal 4 April 1984 untuk unit 1
Tahap II : Membangun dua unit PLTU yaitu unit 3 dan 4 yang masing-masing
bulan Juni 1985 dan berakhir sampai dengan bulan desember 1989.
Tahap III : Membangun tiga unit PLTU, yaitu unit 5,6, dan 7 yang masing-
Januari 1993 dan telah beroperasi pada bulan Oktober 1996 untuk 5.
untuk unit 6 pada bulan April 1997 dan Oktober 1997 untuk unit 7.
No. Item Unit I Unit II Unit III Unit IV Unit V Unit VI Unit VII
1. Konstruksi
dimulai 1980 1984 1994
Penyalaan 26-05- 11-03- 28-05- 04-02- 22-06- 26-01- 14-07-
2.
Pertama 1984 1985 1988 1989 1996 1997 1997
Masuk 24-08- 11-06- 25-08- 24-04- 16-12- 26-03- 19-09-
3.
Jaringan 1984 1985 1988 1989 1996 1997 1997
Operasi 04-04- 26-03- 06-02- 06-11- 25-06- 11-09- 19-12-
4.
Komersial 1985 1986 1989 1989 1997 1997 1997
Induk Pembangkit Thermal Jawa Barat dan Jakarta Raya dengan konsultan asing
dari Montreal Engineering Company (Monenco) Canada untuk Unit 1 s/d Unit 4
sedangkan untuk Unit 5 s/d Unit 7 dari Black & Veatch Iternational (BVI)
Saat ini telah terpasang dan siap beroperasi PLTG (Pembangkit listrik
Tenaga Gas) dengan kontraktor pembuat yaitu John Brown Engineering, England.
PLTG ini dimaksudkan untuk mempercepat suplai catu daya sebagai penggerak
peralatan Bantu PLTU, apabila terjadi ‘black out’ pada sistem kelistrikan Jawa-
Bali.
tanggung jawab dan wewenang dalam mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan semula.
General Manajer
UBP Suralaya
Management
Deputi Deputi Re resentative
Deputi
General General
General Manajer
Manajer Manajer
Bidang Umum
Operasi dan Pengelolaan Document
Pemeliharaan Batubara Control
Manajer Manajer
Keuangan Operasi 1-4
Manajer Manajer
Humas O erasi 5-7
puncak pimpinannya dipegang oleh seorang General Manajer yang dibantu oleh
Deputi General Manajer dan Manajer Bidang. Secara lengkap, struktur organisasi
Gambar 2.4.
cadangan menggunakan bahan bakar residu, Main Fuel Oil (MFO) dan juga
ignitor atau
pemantik pada penyalaan awal dengan bantuan udara panas bertekanan. Batubara
diperoleh dari tambang Bukit Asam, Sumatera Selatan dari jenis subbituminous
Tarahan dilakukan dengan kereta api. Selanjutnya dibawa dengan kapal laut ke
Jetty Suralaya.
27
Prabumulih
South
Sumatra
M. Enim B. Raja
K. Bumi
Tarahan
Suralaya PP
West J ava
Gambar 2.5. Rute Transportasi Batubara dari Tanjung Enim ke PLTU Suralaya
ditransfer malalui Junction House (3) ke Scrapper Conveyor (4) lalu ke Coal
Bunker (5), seterusnya ke Coal Feeder (6) yang berfungsi mengatur jumlah aliran
ke Pulverizer (7) dimana batubara digiling dengan ukuran yang sesuai kebutuhan
Keterangan :
Fan
Air heater
29
Serbuk batubara ini dicampur dengan udara panas dari Primary Air Fan
(8) dan dibawa ke Coal Burner (9) yang menyemburkan batubara tersebut ke
dalam ruang bakar untuk proses pembakaran dan terbakar seperti gas untuk
mengubah air menjadi uap. Udara pembakaran yang digunakan pada ruanga
bakar dipasok dari Forced Draft Fan (FDF ) (10) yang mengalirkan udara
pembakaran melalui Air Heater (11). Hasil proses pembakaran yang terjadi
menghasilkan limbah berupa abu dalam perbandingan 14:1. Abu yang jatuh ke
bagian bawah boiler secara periodik dikeluarkan dan dikirim ke Ash Valley. Gas
hasil pembakaran dihisap keluar dari boiler oleh Induce Draft Fan (IDF) (12) dan
dilewatkan melalui Electric Precipitator (13) yang menyerap 99,5% abu terbang
cerobong/Stak (14). Abu dan debu kemudian dikumpulkan dan diambil dengan
Panas yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar, diserap oleh pipa
pipa penguap (water walls) menjadi uap jenuh atau uap basah yang kemudian
uap tersebut dialirkan ke Turbin tekanan tinggi High Pressure Turbine (16),
30
dari uap mendorong sudu-sudu turbin dan membuat turbin berputar. Setelah
Reheater (17) guna menambah kualitas panas uap sebelum uap tersebut digunakan
kembali di Intermediate Pressure (IP) Turbine (18) dan Low Pressure (LP)
Turbine (19).
dengan pendinginan air laut (26) yang dipasok oleh Circulating Water Pump (32).
Air kondensasi akan digunakan kembali sebagai air pengisi Boiler. Air
(24), pada awalnya dipanaskan melalui Low Pressure Heater (25), dinaikkan ke
Deaerator (27) untuk menghilangkan gas-gas yang terkandung didalam air. Air
tersebut kemudian dipompakan oleh Boiler Feed Pump (28) melalui High
Pressure Heater (29), dimana air tersebut dipanaskan lebih lanjut sebelum masuk
kedalam Boiler pada Economizer (30), kemudian air masuk ke Steam Drum (31).
Siklus air dan uap ini berulang secara terus menerus selama unit beroperasi.
Poros turbin dikopel dengan Rotor Generator (20), maka kedua poros
memiliki jumlah putaran yang sama. Ketika telah mencapai putaran nominal 3000
System dengan demikian Stator Generator (21) akan membangkitkan tenaga listrik
se-Jawa-Bali melalui saluran udara tegangan extra tinggi 500 kV dan sebagian
yang ditentukan oleh Pemerintah dalam hal ini Keputusan Menteri Negara
B. Cerobong asap setinggi 218 m dan 275 m, agar kandungan debu dan gas sisa
Suralaya.
1. Ketel (Boiler)
2. Turbin
Kapasitas : 400 MW
3. Generator
Japan
Jumlah fasa : 3
Frekuensi : 50 Hz
Tegangan : 23 kV
kW : 400.350 kW
Arus : 11.823 A
Volume gas : 80 m3
Kumparan : Y
4. Sistem Eksitasi
49
unloading area sebelum dilanjutkan ke power plant. Coal stock area ini
1. Unit 1-4.
Terdiri dari 5 buah bunker (silo) dan 2 buah scrapper conveyor pada
bunker melalui sillo gate yang bisa dibuka/tutup secara otomatis dari
2. Unit 5-7.
M/H. &
BF.32/33
COAL HANDLING SYSTEM
Coal Ship
SURALAYA POWER PLANT
UNITS 1 ~ 7
JH. “H”
BS.34/3
5
ST/ RE2
Coal Ship
RH.”A” BS.0
& 2 BC. 02
JH. “G”
BF.03/04
&
HG36/37
Telescopi
, c Chute
HG40/02 Coal stock area
JH.”B”
& BS.36/37
CS. &
MS.03/04 RH.“D”
&
BF.09/1
0
CHCR Telescopic
Chute
JH.
“J”
&
HG. A/B JH.”
C”
&
BC. 15 MCC, BC. 11
JH. “E”
BF.11/12,
BC. 16 MS.09/10 BC. 12 &
JH.”F”
Coal
Sampling
COAL ANALISYS BC. 17
BC. 702A
Pusat kendali Coal Handling System unit 1-4 berada di gedung yang
terpisah dengan pusat kendali Pembangkit listrik atau disebut Coal Handling
Control Room 1-4 (CHCR 1-4) dan biasa disebut Tower- G. Sistem pembongkaran
didesain khusus untuk kapal yang mempunyai peralatan bongkar batubara sendiri
sehingga pada Coal Handling System Unit 1-4 hanya disediakan penampungan
Untuk peralatan yang lainnya sama dengan yang ada di Coal Handling
System Unit 1-4 tetapi Coal Handling System Unit 5-7 tidak dilengkapi dengan
sangat vital dan berfungsi untuk mentransmisikan batubara dari unloading area
Kontruksi dari belt ini berupa karet memanjang yang tidak terputus dengan
terletak pada ujung Belt Conveyor. Konstruksi dari Belt Conveyor dapat dilihat
perhitungan ini berdasarkan pada aturan berikut : belt load, test tonnage,
Belt Load
Walaupun yang dikalibrasikan pada weight scale untuk 1000 ton/jam hal ini
bukan berarti nilai muatan pada load cell 1000 ton. Belt loading yaitu berat dari
Max _ tonnes
max_ belt _ speed (4.3)
hour
3,6 belt _ speed
maka jika belt berjalan pada 1,5 m/s dan flow rate 1000 ton/jam tiap meter berat
material :
1000
185,18 kg m
3,6 1,5
Pada contoh diatas jika berat material 185,19 kg/m diberikan pada skala
dibaca 1000 ton/jam dengan total 1000 ton dalam 1 jam. Jika dihitung misalkan 7
menit, maka :
1000tonnes
420 116,66ton _ total
hour sec
3600sec hour
maka belt scale akan menghitung 116,66 ton dalam 7 menit. Test tonnage
(konstanta kalibrasi) digunakan dalam kalibrasi span dan jumlah material yang
Weight Span.
Ini adalah panjang belt disamping load cell yang dapat men-sensing
adalah u meter. Jika belt loading 88 kg/m dan weight span u meter, maka
Sudut Inklinasi
material pada konveyor agar tidak bergerak mundur. Bergantung pada tipe metode
IV. 4. Hasil Pengukuran Kuantitas Batubara pada Belt Weigher 34 dan 35.
batubara pada instalasi bahan bakar di PT. Indonesia Power UBP Suralaya. Belt
pada
batubara. Pada saat pembongkaran batubara dari kapal, berat batubara dapat
dihitung dengan menggunakan belt weighter 34 dan 35. Jadi dapat diketahui
berapa berat batubara yang telah dibongkar dari kapal dan dapat dibandingkan
apakah sesuai dengan berat batubara yang diangkut oleh kapal tersebut. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel IV.1. pemantauan belt weigher 34 dan 35
BAB V
PENUTUP
1.Kesimpulan
masing 5 belt weighter pada Coal handling unit 1-4 dan 10 belt weighter pada pada Coal
handling unit 5-7. Fungsi dari Belt Weigher tersebut adalah untuk mengukur jumlah
massa total material yang mengalir pada sebuah Belt Conveyor selama bergerak dari
titik
poros, dan menjumlahkan keseluruhan total beratnya. Belt Weigher ini digunakan bila
jumlah massa sangat besar dan aliran material kontinyu, dapat memberikan sinyal
keluaran untuk mengalihkan aliran material yang memasuki atau keluar dari
antara aliran terukur dan aliran yang dikehendaki untuk mengatur kecepatan aliran
material.
Belt weigher ini terdiri atas load cell, sensor kecepatan (speed sensor) , weighframe