Anda di halaman 1dari 39

JTM

JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING JURNAL TEKNIK MESIN


JTM

ISSN 2089-7235 Volume 04, Nomor 2, Juni 2015


ISSN 2089 - 7235

JTM
JURNAL TEKNIK MESIN
Jurnal Penelitian, Karsa Cipta, Penerapan dan Kebijakan Teknologi

Volume 04, Nomor 2, Juni 2015

1 ANALISA KEHILANGAN ENERGI PADA FIRE TUBE BOILER KAPASITAS 10 TON


Aditio Primayudi Aji Nugroho
2 MODIFIKASI MESIN GREASE FILLING MENJADI BERBASIS PLC FX2N-48MR DI PT. X
Dindin Komarudin
3 PERANCANGAN SPIRAL OIL GROOVE TOOL PADA MESIN BUBUT MANUAL
Ravandi
4 PERANCANGAN TORQUE LIMITER CLUTCH PADA MESIN BODYMAKER AUTOMATIC
WELDING
Daniel Dwiyanto
5 ANALISA PERHITUNGAN BEBAN COOLING TOWER PADA FLUIDA DI MESIN INJEKSI
PLASTIK
Raden Suhardi Putra
6 ANALISA EFISIENSI PROTOTYPE SOLAR COLLECTOR JENIS PARABOLIC TROUGH
DENGAN MENGGUNAKAN COVER GLASS TUBE PADA PIPA ABSORBER
Hartamas Ridho Prasetyo,

ISSN 2089 - 7235


JTM Vol. 04, No. 2, Juni 2015

KATA PENGANTAR

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT karena dengan karunia dan hidayah-Nya, maka
Jurnal JTM, Volume 04, Nomor 2 Tahun 2015 kembali dapat diterbitkan.
Edisi jurnal kali ini menyajikan enam makalah hasil kerja Tugas Akhir mahasiswa Teknik
Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana. Dalam makalahnya, beberapa mahasiwa
mempresentasikan judul yang erat kaitannya dengan analisa proses, desain dan
perancangan. Beberapa judul yang disajikan antara lain: Analisa kehilangan energy pada fire
tube boiler, Perancangan spiral oil groove tool pada Analisa Efisiensi Prototype Solar Collector
Jenis Parabolic.
Kami mengucapkan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada seluruh anggota
Dewan Redaksi, Redaktur Pelaksana serta semua pihak yang telah memberikan kontribusinya
selama proses penyiapan, penyusunan sampai penerbitan. Semoga keberadaan Jurnal
Teknik Mesin ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh civitas akademika secara umum dan
semua kolega di Universitas Mercu Buana secara khususnya.

Jakarta, Juni 2015

Prof. (Em.) Dr.-Ing. Ir. Darwin Sebayang


Pemimpin Redaksi

ISSN 2089 - 7235


ISSN 2089 - 7235

JTM
JURNAL TEKNIK MESIN
Jurnal Penelitian, Karsa Cipta, Penerapan dan Kebijakan Teknologi

Pemimpin Redaksi : Prof. (Em.) Dr.-Ing. Ir. Darwin Sebayang (UMB)

Dewan Redaksi : Prof. Dr. Ir. Chandrasa Soekardi (UMB)


: Dr. Kontan Tarigan (UMB)
: Dr. Nurdin Ali (UMB)
: Dr. Poempida Hidayatullah (UMB)
: Prof. Dr. Bambang Suharno (Universitas Indonesia)
: Dr. Nasrudin (Universitas Indonesia)
: Dr. Ing.Puji Untoro (Universitas Surya)
: Dr. Ing Kusnanto (Universitas Gajah Mada)
: Dr. Sagir Alva (UMB)
: Ir. Yuriadi Kusuma (UMB)
: Dr. Sulistyo (Universitas Diponegoro)
: Dr. Abdul Hamid (UMB)

Redaktur Pelaksana : Haris Wahyudi (UMB)


: Nurato (UMB)
: Edijon Nopian (UMB)

Alamat Redaksi : Fakultas Teknik, Kampus Menara Bhakti, Universitas Mercu


Buana
Jl. Meruya Selatan No. 01, Kembangan, Jakarta Barat 11650,
Indonesia
Email: ft@mercubuana.ac.id
Telp/Fax: +62 21 5871335

Jurnal ilmiah JTM diterbitkan 3 (tiga) kali dalam setahun pada bulan Februari, Juni dan
Oktober. Redaksi menerima tulisan ilmiah tentang hasil penelitian, karsa cipta, penerapan dan
kebijakan teknologi yang berkaitan dengan Teknik Mesin.

ISSN 2089 - 7235


JTM Vol. 04, No. 2, Juni 2015

ISSN 2089 - 7235


ISSN 2089 - 7235

JTM
JURNAL TEKNIK MESIN
Jurnal Penelitian, Karsa Cipta, Penerapan dan Kebijakan Teknologi

Volume 04, Nomor 2, Juni 2015

DAFTAR ISI

1 ANALISA KEHILANGAN ENERGI PADA FIRE TUBE BOILER KAPASITAS 10 TON 38-43
Aditio Primayudi Aji Nugroho
2 MODIFIKASI MESIN GREASE FILLING MENJADI BERBASIS PLC FX2N-48MR DI 44-47
PT. X
Dindin Komarudin
3 PERANCANGAN SPIRAL OIL GROOVE TOOL PADA MESIN BUBUT MANUAL 48-51
Ravandi
4 PERANCANGAN TORQUE LIMITER CLUTCH PADA MESIN BODYMAKER 52-55
AUTOMATIC WELDING
Daniel Dwiyanto
5 ANALISA PERHITUNGAN BEBAN COOLING TOWER 56-62
PADA FLUIDA DI MESIN INJEKSI PLASTIK
Raden Suhardi Putra
6 ANALISA EFISIENSI PROTOTYPE SOLAR COLLECTOR JENIS PARABOLIC 63-66
TROUGH DENGAN MENGGUNAKAN COVER GLASS TUBE PADA PIPA
ABSORBER
Hartamas Ridho Prasetyo

ISSN 2089 - 7235


JTM Vol. 04, No. 2, Juni 2015

ISSN 2089 - 7235


JTM Vol. 04, No. 2, Juni 2015 38

ANALISA KEHILANGAN ENERGI PADA FIRE TUBE BOILER


KAPASITAS 10 TON

Aditio Primayudi Aji Nugroho


Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana
Email: adityaprimayudi90@gmail.com

Abstrak -- Tujuan dari penulisan ini adalah menghitung kinerja boiler dengan mengetahui kerugian
energi pada saat produksi steam. Analisa teknis pada boiler sangat diperlukan, sebagai upaya
peningkatan efisiensi dan mengetahui banyaknya energi yang terbuang sebagai kerugian. Faktor-
faktor penyebab kehilangan panas/heat loss terbesar pada boiler antara lain : “kehilangan panas
akibat gas buang kering, kandungan steam dalam gas buang, kandungan air dalam bahan bakar,
kandungan air dalam suplai udara dan lain-lain”.Kehilangan panas/heat loss atau juga bisa disebut
kehilangan energi merupakan salah satu faktor penting yang sangat berpengaruh dalam
mengidentifikasi efisiensi pada boiler.Untuk itu dilakukan studi analisa dengan perhitungan
kehilangan panas dengan tujuan untuk mengetahui besarnya penurunan performance dan
penyebab dari penurunan performance. Berdasarkan data dan analisa metode direct diketahui
penurunan sebesar 21% pada kondisi normal (operasi) 79% dan dari hasil perhitungan kehilangan
panas indirect sebesar 16.68% efisiensi boiler sebesar 83.32% maka dari itu adanya kehilangan
panas, perlu adanya perbaikan dalam control pengaturan bahan bakar dan udara yang masuk
secara optimum dengan cara menggunakan Oxygen Trim Control yang berfungsi untuk mengukur
konsentrasi oksigen pada cerobong dan secara otomatis mengatur oksigen pada udara yang masuk
burner sehingga dihasilkan pembakaran dengan efisiensi yang optimal.dan dengan menggunakan
economizer pada pemanasan awal suhu air umpan dapat menaikan efisiensi boiler.

Kata Kunci : efisiensi, kehilangan panas, fire tube boiler


1. PENDAHULUAN 2.1 Diagram Alir

Perkembangan industri semakin semakin


berkembang dan membuat sektor industri menjadi
perlu mengkaji ulang kinerja mesin untuk
menghindari terjadinya pemborosan energi. Boiler
adalah salah atu peralatan dibidang industri
dimana hasil dari boiler yang berupa steam/uap
yang akan di distribusikan ke user. Analisa teknis
pada boiler sangat diperlukan, sebagai salah satu
upaya peningkatan efisiensi untuk menghindari
pemborosan didalam penggunaan bahan bakar
serta menekan biaya operasional. Kehilangan
energi merupakan salah satu faktor penting yang
berpengaruh untuk mengidentifikasi efisiensi
pada boiler.

2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi


kehilangan energi pada Fire Tube Boiler kapasitas
10 Ton untuk dapat mengefisiensi kinerja boiler
tersebut. Metode yang dipakai adalah dengan
perhitungan manual dengan rumus-rumus yang
sudah tersedia, dengan membaca grafik dan
tabel-tabel yang ada di buku-buku. Metode yang
dipakai adalah metode observasi dan literatur,
terjun langsung ke lokasi yang akan pengamatan,
diskusi dengan pengguna boiler dan studi pustaka
untuk menambah referensi. Data kemudian diolah
dan dianalisa

Gambar 1. Diagram alir penelitian

ISSN 2089 - 7235


39 JTM Vol. 04, No. 2, Juni 2015

3. TEORI PADA BOILER udara dalam proses pembakaran (100%BMCR)


diruang bakar (Furnace) membutuhkan 522 t/h
3.1 Perpindahan Panas Secara Pancaran udara panas.
(Radiasi) Aliran udara yang berputar (turbulent),
tujuannya untuk melindungi dinding cyclone pada
Perpindahan panas secara radiasi adalah bagian expansion bellow pada dinding cyclone
perpindahan panas dari benda satu ke benda maka dibantu Fluiditing Air Blower. Batubara yang
lainnya, melalui gelombang elektromagnetik belum habis terbakar yang menempel pada
tanpa ada atau tidak adanya media untuk bagian expansion bellow dapat merusak dan
menghantarkan pancaran panas tersebut. menghambat sirkulasi pada cyclone. Selain untuk
Molekul-molekul api hasil dari pembakaran bahan melindungi expansion bellow pada dinding
bakar dan udara menyebabkan gangguan cyclone udara yang berasal dari Fluiditing Air
terhadap keseimbangan elektromagnetik Blower ini juga digunakan untuk mendorong
terhadap media yang disebut aether. Sebagian batubara yang belum habis terbakar masuk
panas yang timbul dari hasil pembakaran tersebut kedalam Furnace pada Sealpot yang letaknya
dialirkan aether yang kemudian diteruskan dibawah cyclone. Sealpot digunakan sebagai
kepada bidang yang akan dipanasi, yaitu dinding penghambat laju aliran batubara yang belum
ataupun pipa ketel. habis terbakar sebelum masuk ke furnace.
Dua sumber aliran udara utama yaitu udara
3.2 Perpindahan Panas Secara Aliran primary dan udara secondary dibantu oleh udara
(Konveksi) dari Fluiditing Air Blower serta udara dari
limestone. Udara primary berasal dari udara luar
Perpindahan panas secara konveksi adalah yang masuk kedalam kipas (fan) kemudian udara
perpindahan panas yang dilakukan oleh molekul- dihembuskan menuju turbular air heater terjadi
molekul suatu fluida atau gas. Molekul-molekul pertukaran panas antara udara primary dengan
fluida tersebut dalam pergerakannya membawa flue gas.
sejumlah panas masing-masing q joule. Pada saat
molekul fluida menyentuh dinding atau pipa ketel b. Pengaturan penyuplaian udara
maka panasnya dibagikan sebagian kepada Pengaturan tekanan udara bebas dikelilingi kita
dinding atau pipa ketel, sedangkan sebagiannya sebut dengan tekanan atsmosfer, besar tekanan
lagi dibawa molekul pergi. atsmosfer adalah 1,023 bar atau 14,7 Psig dan
Gerakan-gerakan molekul yang melayang- alat ukurnya dinamakan barometer. Titik nol
layang tersebut disebabkan dari perbedaan barometer diukur dalam ruangan hampa udara
temperature di dalam fluida itu sendiri. Dalam (Hampa mutlak/non absolute). Sedangkan alat
gerakannya, molekul-molekul api tersebut tidak ukur yang digunakan untuk mengukur tekanan
perlu melalui lintasan yang lurus untuk mencapai selain tekanan udara bebas adalah manometer.
dinding bidang yang di panasi. Tekanan dapat dibedakan menjadi 3 macam
yaitu:
3.3 Perpindahan Panas Secara Rambatan 1. Tekanan terukur
(Konduksi) 2. Tekanan Absolute
3. Tekanan Vakum
Perpindahan panas secara konduksi adalah
perpindahan panas dari suatu benda padat ke Pada pengaturan tekanan yang sering di
benda padat lainnya karena adanya jumpai pada pembangkit termal adalah
persinggungan (kontak fisik) tanpa terjadinya menggunakan metode, sebagai berikut :
perpindahan panas molekul-molekul dari benda 1. Kolom Zat Cair
padat itu sendiri. 2. Perubahan Element Elastis
Didalam dinding ketel, panas dirambatkan oleh
molekul-molekul dinding ketel bagian dalam yang c. Pengaturan temperatur udara
berbatasan dengan api menuju ke molekul- Pengaturan temperatur udara dapat dimonitor dari
molekul dinding ketel bagian luaryang berbatasan pengukuran temperature pada boiler overview.
dengan air. Perambatan tersebut menempuh Pada pembangkit termal terdapat dua buah alat
jarak terpendek (Djokosetyardjo, 1993). ukurnya yaitu Thermokopel dan Resistance
Temperatur Detector (RTD). Thermokopel terdiri
3.4 Mekanisme Sistem Penyuplai Panas Pada dari dua logam berlainan jenis yang digabungkan
Ketel Uap dari sumber panas pada ujung yang lain akan
menimbulkan tegangan listrik berupa mili volt dan
a. Mekanisme penyuplaian udara pada Resistance Temperatur Detector (RTD)
Mekanisme Sistem penyuplaian udara ke boiler objek dan pembacaan instrumentasinya berada
selain dari aliran Primary air fan (PAF) dan ditempat yang berbeda atau dapat dikatakan
Secondary Air Fan (SAF), udara pembakaran juga pembacaan jarak jauh dengan menggunakan
dibantu oleh Fluiditing Air Blower, jumlah flow

ISSN 2089 - 7235


JTM Vol. 04, No. 2, Juni 2015 40

kawat penghubung yang mempunyai tahanan Dimana kehilangan yang terjadi dalam boiler
meskipun kecil (0,008-0,012/meter). adalah kehilangan panas yang di akibatkan oleh:
 Gas cerobong yang kering
4. ANALISA DAN PEMBAHASAN  Penguapan air yang terbentuk karena H2
dalam bahan bakar
Kinerja pada boiler mempunyai parameter seperti  Penguapan kadar air dalam bahan bakar
rasio dan efisiensi yang berkurang terhadap  Adanya kadar air dalam udara pembakaran
waktu. Hal tersebut terjadi karena buruknya pada  Bahan bakar yang tidak terbakar dalam abu
proses pembakaran, dan buruknya kinerja boiler terbang/ fly ash
dipengaruhi oleh buruknya kualitas bahan bakar  Bahan bakar yang tidak terbakar dalam abu
dan air. Neraca panas dapat membantu bawah/ bottom ash
mengidentifikasi kehilangan panas yang dapat  Radiasi dan kehilangan lain yang tidak
atau tidak dapat dihindari. terhitung
Penelitian analisa efisiens fire tube boiler
(Boiler Pipa Api) dilakukan pada boiler yang ada Tabel 1. Komposisi Gas Alam
di perusahaan minuman berkarbonasi. Hasil dari Methane CH4 70-90%
analisa di ambil pada kondisi saat ini, dengan
menggunakan metode input/output (direct) dan Ethane C2H6 0-20%
metode kehilangan panas (indirect).
Propane C3H8 0-20%
4.1 Spesifikasi Fire Tube Boiler
Butane C4H8 0-20%
Jenis Boiler : Fire Tube Boiler (pipa api)
Manufaktur : BOSCH type UL-S 10000 Carbon Dioksida CO2 0-8%
Bahan Bakar : Natural Gas
Oksigen O2 0-0,2%
Kapasitas Boiler : 10 ton
Tekanan Maksimal : 30 bar Nitrogen N2 0-5%
Temperatur Maksimal : 235 ̊C
Hydrogen Sulphide H2S 0-5%
4.2 Data Perhitungan Analisa
Rare Gas A,He,Ne,Xe Trace
a. Metode input-output (direct)
Mencari efisiensi boiler dengan menggunakan
metode input-output (direct) dengan data dibawah 4.3 Komposisi Gas Alam
ini:
 Jenis Bahan Bakar Gas Alam Komposisi Gas Alam
 Jumlah Steam (kering) yang dihasilkan 3
ton/h 100
 Tekanan Steam (gauge)/suhu 6,3 bar/120 C 90
 Jumlah Pemakaian Gas 170 Nm3/h 80
 Suhu air umpan 650 C 70
 GCV Gas 12000 Kcal/kg
Persentase

60
 Entalpy Steam (hg) 2706,3 kj/kg, (646,8 Terendah
50
Kcal/kg) Tertinggi
40
 Entalpy air umpan 272 kj/kg, (65 Kcal/kg) 30
20
Efisiensi Boiler =
( ) 10
x 100 0
( ∶ ) Methane Ethane Propane Butane Carbon Oksigen Nitrogen Hydrogen Rare Gas
Dioksida Sulphide

( , ) Unsur Kimia
= x 100 = 85%
,

b. Metode kehilangan panas (indirect) Gambar 2. Komposisi gas alam


Efisiensi dapat dihitung dengan mengurangkan
bagian kehilangan panas dari 100% sebagai
berikut:
Efisiensi boiler (n) = 100 – (i + ii + iii + iv + v + vi
+ vii)

ISSN 2089 - 7235


41 JTM Vol. 04, No. 2, Juni 2015

4.4 Pengolahan Data Tabel 4. Hasil Pengukuran flue gas boiler


1 Oxygen % 9,2%
Tabel 2. Data Metode input-output menentukan percentage
efisiensi 2 CO2 % 6,1%
DATA ANALISA BOILER 3 185%
Gas Exhaust ℃
Temperature
OPERASI
NO. ITEM UNIT 4 Ambient ℃ 33%
10 Ton
Temperature
1 Steam flow t/h 3
5 Air Humidity kg/ kg 0,018
2 Steam Pressure Bar 6,3 Udara kg/kg
3 Steam Volume m3/h 210 Kering
4 Natural gas t/h 0,17
Tabel 5. Nilai Kalor
Steam
5 ℃ 120
Temperature 1 LHV kcal/nm3 12000
Feed Water
6 ℃ 65
Temperature 2 HHV kcal/nm3 8000
GCV Natural
7 Kcal/kg 12000
Gas 4.5 Analisa Fire Tube Boiler kapasitas 10
Make Up Water t/h
8 Kcal/kg 65  Tahap 1: Menghitung kebutuhan udara
Entalphy
teoritis
9 Steam Entalphy Kcal/kg 646,8 = [(11,43 x C) + {34,5 x (H2 - O2/8)} + (4,32
x S)] / 100
,
= [(11,43 x 75,07) + {34,5 x (22,89 – )}
Tabel 3. Hasil Ultimate Natural Gas + (4,32 x 0)] / 100
, ,
NO. ITEM UNIT Pembacaan =
= 8,80 kg udara/kg bahan bakar
1 Carbon wt% 75,07
 Tahap 2: Menghitung persen udara
2 Hydrogen wt% 22,89 berlebih yang dipasok EA
=
3 Sulfur wt% 0
,
4 Oxygen wt% 0,65 = = 77,96 %
,

Ultimate Natural Gas


 Tahap 3 : Menghitung massa udara yang
dipasok / kg bahan bakar (AAS)
80
70 = {1 + EA / 100} x Udara Teoritis
60 ,
={ } x 8,80
50
= 0,7896 x 8,80
wt%

40
Nilai Ultimate Natural Gas = 6,94 kg udara / kg bahan bakar
30
20  Tahap 4: Memperkirakan seluruh
10 kehilangan panas
0
a. Persentase kehilangan panas karena
Carbon Hydrogen Sulfur Oksigen
gas kering cerobong
Unsur Kimia
{ ( )}
=

Gambar 3. Nilai ultimate natural gas m = mass of CO2 + mass of SO2 + mass of N2
+ mass of O2

ISSN 2089 - 7235


JTM Vol. 04, No. 2, Juni 2015 42

, , Tabel 7. Hasil Analisa Metode Kehilangan panas


= + + (0,092x 32) (indirect)
= 2,75 + 0 + 6,776 (2,94)
= 12,46 kg/kg bahan bakar LOAD
, , ( ) TAHAPAN DESKRIPSI SATUAN 10 Ton
= x 100 = 3,63 %
Tahap 1 Kebutuhan udara Kg air/ kg 8,80
teoritis fuel
b. Kehilangan panas karena penguapan Persentase
kadara karena adanya H2 bahan bakar Tahap 2 kelebihan udara % 77,96
yang dipasok
(Excess Air)
( ) Massa udara
= sebenarnya yang Kg air/kg 6,94
Tahap 3 dipasok / kg bahan fuel
, ( ) bakar (AAS)
= Memperkirakan
= 12,1 % Tahap 4 seluruh kehilangan % 17,793
panas
Persentase
c. Kehilangan panas karena kadar air dalam - Loss 1 kehilangan panas % 3,63
udara karena gas kering
cerobong
( ) Kehilangan panas
= - Loss 2 karena penguapan % 12,1
kadar air karena
, , , ( ) adanya H2 dalam
= x 100 bahan bakar
Kehilangan panas
= 0,063 % - Loss 3 karena kadar air % 0,063
dalam udara
d. Kehilangan panas karena radiasi dan Kehilangan panas
- Loss 4 karena radiasi dan % 2
kehilangan lain yang tidak terhitung
kehilangan lain yang
tidak terhitung
Dari data pabrikan dengan nilai diperkirakan Efisiensi Boiler dan
=2% Tahap 5 Rasio penguapan % 82,21
Boiler
Rasio Penguapan
Tahap 5: Menghitung efisiensi dan rasio Rasio Panas % 2,4
penguapan Boiler

Efisiensi Boiler (n) Perbandingan Antara Kebutuhan Udara Dengan Massa Udara Yang
= 100 - (I + II + III + IV)
= 100 – ( 3,63 + 12,1 + 0,063 + 2) Di Pasok
= 100 – 17,79
= 82,21 % 10

Rasio penguapan = Panas yang digunakan untuk 9

pembangkit steam/Panas yang ditambahkan ke 8


Kg air/Kg fuel

steam 7

= GCV Bahan bakar x efisiensi / (HHV-LHV) 6


, 5 Massa Udara
= = 2,4 % 4
3
4.6 Evaluasi Hasil Analisa dan Perhitungan 2
1
Tabel 6. Hasil Analisa Metode input-output 0
(direct) Kebutuhan Udara Massa Udara Sebenarnya
Teoritis (AAS)

NO DESKRIPSI PEMBACAAN SATUAN Udara

1 Efisiensi 85 % Gambar 4. Perbandingan kebutuhan


Boiler (n) udara dengan massa udara

ISSN 2089 - 7235


43 JTM Vol. 04, No. 2, Juni 2015

6. SARAN
Memperkirakan Seluruh Kehilangan Panas
Langkah–langkah penghematan energy dapat
14
ditekan dengan meningkatkan efisiensi peralatan.
Untuk meningkatkan efsiensi dari boiler dapat
12 dilakukan adalah dengan cara mengurangi faktor
10 – faktor kehilangan panas (Heat Loss). Seperti
Persentase

8 penurunan 5 persen udara berlebih


Kehilangan Panas meningkatkan efisiensi boiler sebesar 1 pesen
6
(atau 1 persen penurunan residu oksigen dalam
4 gas cerobong meningkatkan efisiensi boiler
2 sebesar 1 persen).
0 Juga menurunkan suhu gas buang sebesar
Loss 1 Loss 2 Loss 3 Loss 4 22oC meningkatkan efisiensi boiler 1 persen dan
menaikan 6oC suhu air umpan karena
Loss penggunaan economizer/ pemanfaatan kembali
kondensat, terdapat penghematan bahan bakar
Gambar 5. Kehilangan panas boiler 1 persen (energyefficiencyasia)

a. Surface heat loss DAFTAR PUSTAKA


Diketahui:
Ts = 120 C 1. Djokosetyardjo.M.J, 2006, ’’Ketel Uap’’
Ta = 33 C Cetakan ke-6, PT Pradnya Paramita,
Ditanya: q (surface heat loss) Jakarta.
q = 10 + {(Ts-Ta) / 20} x (Ts-Ta) x (4,2/3,6) 2. Harijono Djojodihardjo, 1987,
= 10 + {(120-33) / 20} x (120-33) x (4,2/3,6) “Termodinamika Teknik” PT Gramedia,
= 10 + (4,4 x 101) Jakarta.Karassik, I.J. (1976). Pump
= 1449,35 Watt/m2 Handbook. Mc.Graw-Hill Book Company.
New York.
b. Exposed Area for Heat Loss 3. Riyaz Papar, P.E., CEM dan Greg Harrell.
Diketahui: Ph.D., P.E., 2013 “Industrial Steam System
Diameter pipa (d) = 125 mm Optimization”.
Panjang Pipa (L) = 150 m 4. Pedoman Efisiensi Energi untuk industry di
Asia.
Dicari A exposed area for heat loss 5. UNEP,2006, “Boiler & Pemanas Fluida
A = 3,1 x (d/1000) x L Thermis” United Nation
= 3,1 x (125/1000) x 150 Environment Program.
= 3,1 x 0,125 x 150 6. Eflita Yohana, 2009. “ Perhitungan Efisiensi
= 58,125 m2 dan konversi dari bahan Bakar
Solar ke Gas pada boiler Ebara HKL 1800
5. KESIMPULAN KA”. Fakultas Teknik Jurusan
Teknik Mesin Universitas Diponegoro.
Dari hasil analisa perhitungan-perhitungan yang 7. Perhitungan Efisiensi Boiler (ASME PTC
telah dilakukan pada Ketel Uap (boiler) pipa api 4.1) Institut Teknologi Sepuluh
dapat disimpulkan sebagai berikut: November.
8. Henry Yose,2010. “Analisa Efisiensi CFB
Boiler Terhadap Kehilangan Panas
Bahwa analisa kinerja boiler dapat pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap”.
dimaksimalkan kinerjanya dan efisiensinya Fakultas Teknik Jurusan Teknik
meningkat untuk mengurangi pemborosan Mesin Universitas Mercu Buana.
bahan bakar dengan meningkatkan suhu air
umpan menggunakan economizer (Sisa panas
yang dikembalikan menjadi feed water).

ISSN 2089 - 7235


JTM Vol. 04, No. 2, Juni 2015 44

MODIFIKASI MESIN GREASE FILLING MENJADI BERBASIS


PLC FX2N-48MR DI PT. X

Dindin Komarudin
Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana

ABSTRAK -- Mesin grease filling adalah mesin yang digunakan untuk memberikan lapisan grease pada
oil seal. Pemberian lapisan grease merupakan proses tambahan sesuai dengan permintaan pelanggan.
Hampir seluruh mesin grease filling existing di PT. X, menggunakan kontrol konvensional
(menggunakan relay). Sedangkan untuk saat ini hampir seluruh mesin yang dibuat untuk PT. X
menggunakan PLC. Sehingga pada permintaan mesin selanjutnya dibuat dengan kontrol PLC. Namun
dalam pembuatannya tidak ada perubahan langkah kerja mesin. Tujuan utama dari perancangan
adalah merancang kontrol mesin grease filling menjadi berbasis PLC FX2N-48MR. Dan mengetahui
unjuk kerja hasil rancangan atau modifikasi. Fungsi kontrol mesin ini secara umum adalah untuk
membuka dan menutup metering valve. Metering valve berfungsi ketika mendapat tekanan udara dari
solenoid valve. Membuka dan menutupnya katup udara bertekanan pada solenoid valve di kontrol
langsung oleh PLC. Berdasarkan fungsi tersebut dibuatlah program berupa diagram ladder dengan
software programing GX-Developer. Kemudian software tersebut di download ke PLC FX2N-48MR
yang sebelumnya telah di rangkai dengan komponen mesin lainnya. Setelah itu, fungsi dari setiap
komponen dan program diuji untuk memastikan fungsi dari masing-masing komponen. Pada modifikasi
kontrol mesin Grease Filling menjadi berbasis PLC FX2N-48MR, diketahui telah mengurangi komponen
timer sebanyak 3 buah dan limit switch 1 buah. Komponen yang tidak digunakan digantikan oleh
program pada PLC FX2N-48MR. Penggunaan kontrol mesin dengan PLC FX2N-48MR juga
meingkatkan unjuk kerja mesin dibanding versi kontrol mesin konvensional. Pada mode bleeding nilai
unjuk kerja menjadi 2,04 detik, disbanding versi konvensional 2,23 detik. Dan pada mode normal cycle
– manual nilai unjuk kerja menjadi 2,18 detik, dibanding mode konvensional 2,24 detik. Dan pada mode
normal cycle – otomatis nilai unjuk kerja menjadi 2,02 detik, dibanding mode konvensional 2,22 detik.
Penggunaan PLC FX2N-48MR juga berpengaruh pada produktifitas mesin. Pada mode normal cycle –
manual secara ideal dapat meningkatkan 1769,33 Pcs dan pada mode normal cycle – otomatis secara
ideal dapat meningkatkan 6422,26 Pcs. Kemudian penggunaan kontrol mesin berbasis PLC FX2N-
48MR telah mempermudah pengecekan pada saat terjadi kerusakan mesin.

Kata kunci: PLC, unjuk kerja, solenoid valve, metering valve.

1. PENDAHULUAN penulis hanya akan membatasi masalah hanya


pada satu hal yaitu merancang kontrol mesin
1.1 Latar Belakang Grease Filling menjadi berbasis PLC FX2N-48MR
di PT. X dengan tidak merubah langkah kerja
Keperluan terhadap mesin grease meningkat mesin yang sudah ada.
seiring bertambahanya kapasitas produksi. Tren
menggunaan kontrol saat ini adala menggunakan 1.4 Tujuan Perancangan
PLC, selain kemudahan proses engineering
terdapat pula kelebihan dalam kemudahan proses Adapun tujuan perancangan ini adalah :
perbaikan dan kecepatan unjuk kerja mesin. 1. Dapat merancang kontrol mesin Grease Filling
menjadi berbasis PLC FX2N-48MR di PT. X.
1.2 Rumusan Masalah 2. Dapat menjelaskan unjuk kerja mesin hasil
modifikasi.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas,
penulis akan mencoba menguraikan rumusan 2. KOMPONEN MESIN DAN PRINSIP KERJA
masalah mengenai:
1. Bagaimana merancang kontrol untuk mesin Berikut komponen mesin grease filling yang
Grease Filling menjadi berbasis PLC FX2N- diperlukan untuk membuat mesin:
48MR?
2. Bagaimana unjuk kerja mesin Grease Filling 2.1 Grease Lubricator Pump SKR-110 50PAL
hasil modifikasi?
Grease lubricator pump SKR-110 50PAL adalah
1.3 Batasan Masalah pompa grease yang beroperasi dengan tekanan
udara. Pompa ini di rancang untuk mentrasfer
Didalam penulisan Tugas Akhir ini agar grease dalam kemasan pail (ember) 20 liter.
pembahasan lebih terarah dan focus maka

ISSN 2089 - 7235


45 JTM Vol. 04, No. 2, Juni 2015

Gambar 3. Prinsip Kerja Solenoid


(Prede, 1997:24)

2.3 Dasar Sistem Pneumatik


Gambar 1. Grease Lubricator Pump SKR-110 Pneumatik adalah salah satu cabang ilmu fisika
50PAL yang mempelajari fenomena udara yang
(YAMADA Grease Lubricator, 2013:1) dimampatkan sehingga tekanan yang terjadi akan
menghasilkan gaya sebagai penyebab gerak atau
Prinsip kerja Grease Lubricator Pump SKR- aktuasi pada aktuator.
110 50PAL adalah ketika mendapat suplay udara
bertekanan melalui air supply port, Maka lift 2.4 PLC (Programmable Logic Controller)
assembly yang merupakan silinder penggerak
akan menekan pump assembly. Pump assembly Sebuah PLC (Programmable Logic Controller)
kemudian akan menekan inductor plate sehingga adalah sebuah alat yang digunakan untuk
grease dalam pail tertekan. Kemudian grease menggantikan rangkaian sederetan relay yang
akan naik melalui plunger dan keluar lewat ada pada sistem kontrol konvensional.
saluran grease outlet.
2.5. Dasar Pemprograman PLC
2.2 Metering Valve
Pada dasarnya PLC tidak dapat melakukan apa-
Komponen utama yang kedua adalah metering apa tanpa adanya program di dalam memori
valve, alat ini berfungsi seperti flow regulator. proses. Program ini dapat berupa Ladder diagram
Namun memiliki fungsi spesifik yaitu untuk ataupun Mneumonic/ Instruction List Program.
mengatur aliran fluida khusus grease.
2.6 Ladder Diagram PLC

Ladder diagram terdiri dari garis vertikal yang di


sebut garis bar. Instruksi yang dinyatakan dengan
simbol digambarkan dan disusun sepanjang garis
horizontal dimulai dari kiri dan dari atas ke bawah.

2.7 Instruction List Language


Contoh Logika Ladder PLC
Gambar 2. Metering Valve
(YAMADA Metering Valve Manual, 2011:1)
2.3 Katup Solenoid

Katup solenoid merupakan bagian dari elektro


pneumatic. Solenoid bekerja berdasarkan prinsip
dasar electromagnet, apabila konduktor (kabel
tembaga) dibentuk menjadi sebuah lilitan (koil)
dan arus listrik mengalir melalui konduktor, maka
terjadi Electromotive Force (EMF). Garis-garis
gaya yang terjadi di sekitar konduktor terpusat
dalam suatu kumparan. Bentuk kumparan ini
memusatkan EMF dalam satu arah, dimana arah
aliran EMF terjadi sepanjang kumparan. Gambar 4. Contoh LD dan LDI Instruction

ISSN 2089 - 7235


JTM Vol. 04, No. 2, Juni 2015 46

3. METODE PERANCANGAN

Gambar 5. Contoh AND dan AND NOT


Instruction

Gambar 6. Contoh OR dan OR NOT Instruction

(a) OUT

(b) OUT NOT

Gambar 7. Contoh OUT dan OUT NOT


Instruction

(a) Rissing Edge Pulse (PLS) Instruction

Gambar 11. Flow Chart Kegiatan Perancangan

3.1 Mesin Grease Filling (Existing)


(b) Falling Edge Pulse (PLF) Instruction
Mesin grease filling merupakan mesin sederhana
Gambar 8. Contoh PLS dan PLF Instruction yang fungsinya memberi lapisan grease pada
bagian oil seal yaitu bagian alpha lip. Alpha lip
merupakan bagian oil seal yang kontak secara
langsung dengan poros pada mesin. Fungsi dari
grease ini adalah sebagai tambahan pelumasan
antara oil seal dan poros.

3.3 Perancangan Perangkat Lunak

Pada tahap perancangan perangkat lunak, perlu


diketahui langkah-langkah mulai dari pemilihan
perangkat hingga setting parameter program
untuk perangkat. Berikut adalah tahapan
Gambar 9. Contoh Timer dan Counter Instruction pembuatan perangkat lunak untuk memprogram
PLC FX2N-48MR:
a. Membuka aplikasi GX-Developer
b. Membuat proyek baru pada apalikasi GX-
Developer

Gambar 10. Contoh Move Instruction

ISSN 2089 - 7235


47 JTM Vol. 04, No. 2, Juni 2015

Pada tahap ini klik “PLC series” dan pilih tipe b. Penggunaan kontrol PLC FX2N-48MR pada
FXCPU. Dan pada “PLC type” pilih FX2N(C), mesin grease filing meningkatkan nilai unjuk
kemudian klik “OK” kerja mesin dari yang sebelumnya
menggunakan kontrol konvensional.
Sehingga meningkatkan produktifitas mesin.
c. Penggunaan PLC FX2N-48MR pada mesin
grease filling dapat membantu mempermudah
pengecekan mesin pada saat terjadi
kerusakan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Engineering Department PT. X. 2004. Grease


Filling Manual Book. Bekasi: PT. X.
2. Education Department PT. X. 2005.
Gambar 12. Penentuan Perangkat PLC Departement Section & Organization Training
( DSOT). Bekasi: PT. X.
3.4 Memulai pembuatan ladder di halaman 3. Yamada. 2013. Instruction Grease Lubricator.
pemograman Yamada Corp: Tokyo
4. Yamada. 2011. Instruction Metering Valve.
Yamada Corp: Tokyo
5. Omron Data Sheet. 2009. General Purpose
Relay. Omron Electronic Component:
Schaumburg.
6. Omron Data Sheet. 2009. Digital Timer H5N.
Omron Corporation: http://www.i
a.omron.com
7. Omron Data Sheet. 2009. Multifunction
Counter/Tachometer H7CX. Tokyo: Omron
Corporation.
8. Keyence Manual. 2002. PZ2 Series Manual.
Gambar 13. Pembuatan Program PLC
Osaka: Keyence Corporation.
9. Ariosuko. 2010. Pneumatik Hidrolik – Modul
3.5 Memberikan keterangan (comment) pada
12. Jakarta: Universitas Mercu Buana.
setiap perintah input (X) maupun output (Y)
10. SMC Product Catalogue. 2010. Pressure
Gauge for General Purpose. USA: SMC.
Klik menu “Device Comment” untuk memberikan
11. Prede, G. dan Scholz D. 1997.
keterangan.
Electropneumatic Basic level. Denkendorf.:
Festo.
12. Ebel, Frank. Croser, peter. 2002. Pneumatic
Basic Level. Denkendorf.: Festo.
13. Sugihartono. 1985. Dasar-dasar kontrol
pneumatik. Bandung: Tarsito.
14. Mitsubishi Electric Industrial Automation.
2001. Melsec FX2N Series Prorammable
Controller Hardware Manual. Ratingen-
Germany: Mitsubishi Electric EUROPE.
15. Mitsubishi Electric Industrial Automation.
2011. GX Works 2 Programing
Documentation System. Tokyo-Japan:
Gambar 14. Pemberian keterangan pada input Mitsubishi Electric.
(X) dan output (Y) PLC 16. Wirawan. Pramono. 2004. Bahan Ajar
Setelah pemograman selesai akan dihasilkan Pneumatik-Hidrolik. Semarang: UNES.
rangkaian diagram ladder. 17. Parr, Andrew. 1998. Hydraulics And
Pneumatics, A Technician And Engineer’s
4. KESIMPULAN Guide.Elsevier Ltd. UK: Oxford.
a. Modifikasi kontrol mesin grease filling 18. Mitsubishi Electric Training Manual. 2006.
menggunakan PLC FX2N-48MR pada mesin FX-Series PLC Training Manual using GX-
grease filling memiliki langkah kerja yang Developer. Mitsubisi Electric Coorporation.
sama dengan kontrol mesin versi 19. Omron Training. 2009. PLC Basic & HMI
konvensional. Namun dapat bisa mengurangi Training Manual. Jakarta: PT. Omron
3 komponen timer dan 1 limit switch. Electronics.

ISSN 2089 - 7235


JTM Vol. 04, No. 2, Juni 2015 48

PERANCANGAN SPIRAL OIL GROOVE TOOL


PADA MESIN BUBUT MANUAL

Ravandi
Prodi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana

Abstrak -- Spiral oil groove tools adalah alat bantu industri manufaktur untuk membuat berbagai macam
jenis alur oli pada bantalan luncur yang digunakan pada mesin bubut manual. Jenis alur oli yang dapat
dibuat adalah figure eight dan double figure eight dengan pitch alur oli 50mm s/d 150mm dan diameter
dalam bantalan luncur 50mm s/d 200mm. Dimana dengan alat tersebut tidak memerluikan keahlian
khusus sehingga dapat membantu industri manufaktur lebih mudah dalam pembuatan alur oli pada
bantalan luncur serta dapat menekan biaya produksi.

Kata Kunci: alat bantu mesin bubut manual, bevel gear, poros, Biaya roduksi, Gaya pada bantalan

1. PENDAHULUAN loop, figure eight dan double figure eight.Oleh


karenanya penelitian ini dimaksudkan untuk
Dewasa ini banyak sekali perusahaan industri merencanakan/membuat spiral oil groove tools..
yang sedang tumbuh pesat. Banyaknya industri ini Dimana spiral oil groove tools adalah alat bantu
tentu akan membuat persaingan antar industri pembuat alur oli pada bantalan luncur yang dapat
semakin sengit. Setiap industri tentunya harus digunakan pada mesin bubut manual.
mempunyai kelebihan di banding industri lainnya Spiral oil groove tools adalah alat bantu
tentunya dalam bidang mutu dan kualitas industri manufaktur untuk membuat berbagai
produk.Tentunya perlu didukung dengan mesin – macam jenis alur oli pada bantalan luncur. Jenis
mesin yang mampu dalam membuat suatu alur oli yang dapat dibuat adalahfigure eight dan
produk. double figure eight. Dimana dengan alat tersebut
Pada Bantalan luncur (Bushing) terjadi kita bisa menekan biaya produksi. Alur
gesekan luncur antara poros dan bantalan karena pengerjaanya dimulai bushing polos tanpa alur oli
permukaan poros ditumpu oleh permukaan kemudian dibuat alur oli pada mesin bubut manual
bantalan dengan perantaraan lapisan pelumas. dengan menggunakan spiral groove oil tools maka
Agar bisa memberi pelumasan pada batalan, jadilah bantalan luncur. Dengan demikian maka
maka pada bushing diperlukan adanya alur oli diagram alurnya adalah sebagai berikut:
(groove oil). Dengan alur oli tersebut pelumasan
antara permukaan poros dengan bushing akan
lebih merata sehingga dapat memaksimalkan
mengurangi terjadinya gesekan antara Mesin Bubut Manual
Bushing Polos
permukaan poros dengan permukaan bushing. Dengan Menggunakan spiral Bantalan Luncur
Adapun jenis alur oli pada bantalan luncur Tanpa Alur Oli
groove oil tools
(bushing) yang dipakaiadalah sebagai berikut:
Gambar 2. Diagram alir pembuatan
bantalan luncur

Industri manufactur yang tumbuh di Indonesia


mayoritas industri berskala kecil dan menengah
yang tersebar di beberapa wilayah, sehingga tak
heran jika industri manufactur diindonesia hanya
sedikit yang bisa membuat alur olijenis figure eight
dan double figure eightsehingga industri kita sulit
untuk bersaing dengan produk luar negeri. Berikut
beberapa alasan industri manufactur Indonesia
sulit bersaing dengan produk luar:
 Dalam proses pengerjaanya memerlukan
biaya produksi yang tinggi, karena proses
Gambar 1. Macam – macam alur oli pada pengerjaanya menggunakan mesin CNC 5
bantalan luncur [7] Axis, dimana dalam pengerjaanya
menggunakan tools jenis ballnose sehingga
Di indonesia masih sedikit industri manufaktur membutuhkan biayatools yang mahal namun
yang bisa membuat alur oli pada bantalan luncur ( proses pemakanan pisau ballnose max.
bushing )terutama alur oli jenis single loop, double 0.1mm sehingga memerlukan waktu yang

ISSN 2089 - 7235


49 JTM Vol. 04, No. 2, Juni 2015

lama dalam proses pembuatan alur oli Tabel 1. Analisa Morphology Chart atas Konsep
padabantalan gelinding. Design Produk
 Dalam proses pengerjaanya memerlukan
keahlian khusus, karena dalam proses
pengoprasian mesin CNC 5 axis operator
memerlukan keahlian software pendukung
terutama software CAD&CAM untuk
mandapatkan G-Code untuk
mengoperasikan mesin CNC.

Gambar 3. Fishbone Diagram Permasalahan


Industri Manufactur di Indonesia

2. PREPARASI PROSES PERANCANGAN

Proses perancangan diawali dengan tahapan Selanjutnya, sebagai tahapan proses didalam
konseptual desain, konseptual desain dari produk pengembangan tools ini, secara sederhana
didasari atas fungsi kerja dari produk yang akan digambarkan kedalam alur proses berupa Flow
dikembangkan dimana, prototype spiral oil groove Chart yang dijelaskan pada gambar dibawah ini.
tools yang akan dikembangka diharapkan mampu Dimana alur proses ini digunakan sebagai guide
mengerjakan alur oli jenis figure eight dan double didalam proses pengembangan tools pembuat
figure eightsecara sederhana dapat dijelaskan alur oli yang dapat digunakan pada mesin bubut
melalui analisa Fishbone Diagram dibawah ini. manual yang kemudian dijabarkan lebih terperinci
pada setiap tahapan yang dikerjakan.

Gambar 3. Analisa Fishbone Diagram atas


rancangan produk yang akan dikembangkan

Analisa menggunakan Fishbone Diagram


diatas kemudian di jabarkan secara lebih
terperinci menggunakan analisa Morphology
Chart Diagram seperti yang ditunjukan oleh Tabel
1 dibawah ini, sehingga dapat diperoleh beberapa Gambar 4. Flow Chart Pengembangan Prototype
solusi alternatif yang terbaik yang berpotensi spiral oil groove tools
untuk diterapkan dan diaplikasikan.

ISSN 2089 - 7235


JTM Vol. 04, No. 2, Juni 2015 50

2.1 Alternatif Desain Prototyping spiral oil penelitian ini proses pembuatan alur oli
groove tools menggunakan mesin bubut manual dengan alat
bantu spiral oil groove tools oleh karenanya pada
Desain prototype spiral oil groove tools dilakukan penelitian ini perlu dihitung biaya produksi
untuk menggambarkan detail desain dari model pembuatan alur oli pada bantalan luncur.
spiral oil groove tools yang akan dikembangkan.
Setiap bagian dari komponen dari mesin spiral oil a. Biaya produksi dengan mesin CNC 5 Axis
groove toolsdi buat dalam format gambar detail
sehingga memudahkan proses perancangan dan Pada proses pembuatan alur oli pada bantalan
juga memberikan ilustrasi gambaran dari hasil luncur sebelum perancangan ini menggunakan
produk ketika diassembly seperti terlihat pada mesin CNC 5 axis untuk membuat alur oli pada
gambar Assembly dan gambar kerja pada bantalan luncur jenis figure eight dengan jarak alur
Gambar 5 dibawah ini. oli (pitch) 70 mm dengan diameter dalam bantalan
luncur 80 mm menggunakan CNC 5 axis
memerlukan waktu 30 menit. Pada proses ini
menggunakan tools ballnose diameter 12 mm,
panjang tools 100 mm dengan pemakanan 0.05
mm. Untuk harga tools ballnose diameter 12 mm
panjang 150 mm adalah Rp 300.000/pcs dimana
biaya sewa mesin CNC 5 axis adalah Rp
150.000/jam. Maka:

Biaya produksi = Biaya sewa mesin x Lama pengerjaan


Biaya produksi = Rp 150.000 x 0,5
Biaya produksi = Rp 75.000

Berdasarkan perhitungan diatas maka biaya


Gambar 5. Alternatif Design Prototype Spiral produksi pembuatan alur oli pada bantalan luncur
Groove Oil Tools dengan menggunakan CNC 5 axis adalah Rp
75.000/pcs.

b. Biaya produksi dengan mesin bubut manual

Pada proses pembuatan alur oli pada bantalan


luncur setelah perancangan ini menggunakan
mesin bubut manual dengan alat bantu spiral oil
groove tools untuk membuat alur oli pada bantalan
luncur jenis figure eight dengan jarak alur oli
(pitch) 70 mm dengan diameter dalam bantalan
luncur 80 mm menggunakan mesin bubut manual
memerlukan waktu 15 menit. Pada proses ini
menggunakan alat bantu spiral oil groove tools
dimana untuk mata pisaunya menggunakan
limbah carbide endmill atau ballnose diameter 10
mm, sehingga tidak ada biaya pembelian mata
pisau. Biaya sewa mesin bubut manual adalah Rp
50.000/jam. Maka :

Gambar 6. Design Spiral Oil Groove Tools Biaya produksi = Biaya sewa mesin x Lama pengerjaan
Biaya produksi = Rp 50.000 x 0,25
2.2 Biaya produksi pebuatan alur oli pada
bantalan luncur Biaya produksi = Rp 12.500

Setelah proses rancang bangun (Prothotyping) Berdasarkan perhitungan diatas maka biaya
langkah berikutnya adalah menghitung biaya produksi pembuatan alur oli pada bantalan luncur
produksi dalam pembuatan alur oli pada bantalan dengan menggunakan mesin bubut manual
luncur. Dimana sebelum adanya spiral oil groove dengan alat bantu spiral oil groove tools adalah Rp
tools proses pembuatan alur oli pada bantalan 12.500/pcs.
luncur menggunakan CNC 5 axis. Setelah adanya

ISSN 2089 - 7235


51 JTM Vol. 04, No. 2, Juni 2015

Dengan demikian maka biaya produksi dalam 3. L.Mott, Robert. ( 2004 ) . Elemen – Elemen
pembuatan alur oli pada bantalan luncur jauh lebih Mesin Dalam Perancangan Mekanis.
murah 83% jika proses pembuatanya Yogyakarta : Andi.
menggunakan mesin bubut manual dengan alat 4. Khurmi, R.S. & Gupta, J.K. ( 2005 ). A
bantu spiral oil groove tools. Textbook Of Machine Design. New Delhi :
Eurasia Publishing House (Pvt.) Ltd.
3. KESIMPULAN 5. Dahlan M.Sc, Prof. Dr. Ir. Dahmir. ( 2012 ).
Elemen Mesin. Jakarta : Citra Harta Prima.
Kesimpulan dari penulisan laporan tugas akhir 6. Marjuki, Tejo & Fianel, Armen. ( 2013 ). Buku
diatas antara lain: Tabel Teknik Mesin. Malang : Gunung
1. Terciptanya spiral oil groove tools untuk alat Samudra.
bantu mesin bubut manual dalam membuat 7. http://www.spectrummachine.com/images/br
alur oli jenis figure eight dan double figure onze_oil_groove.gif
eight. 8. http://www.globalspec.com/ImageRepository/
2. Dengan alat ini industri manufaktur lebih LearnMore/20123/Deepgroove-ball-
mudah dalam membuat alur oli. bearing0ec9d7ae482841d2a3bf89ee1317fd5
3. Dengan adanya alat ini maka biaya produksi d.png
dalam proses pembuatan alur oli pada 9. http://image.slidesharecdn.com/mekanikaper
bantalan luncur menjadi lebih rendah. mesinan-130212091635-
phpapp02/95/mekanika-permesinan-19-
DAFTAR PUSTAKA 638.jpg?cb=1360682233
1. Jalaluddin, IR.Umar.( 2009 ). Teori Mekanika 10. http://www.kitagawaeurope.com/manual-
Dan Analisis Kekuatan Bahan. Yogyakarta : chucks/3-jaw-scroll-chucks/sc-jn/sc-3f
Pustaka Pelajar.
2. Sularso & Suga, kiyokatsu. ( 2004 ). Design
Of Machine Elements. Jakarta : PT. Pradnya
Paramita.

ISSN 2089 - 7235


JTM Vol. 04, No. 2, Juni 2015 52

PERANCANGAN TORQUE LIMITER CLUTCH PADA MESIN BODYMAKER


AUTOMATIC WELDING

Daniel Dwiyanto
Jurusan Tehnik Mesin, Fakultas Tehnik, Universitas Mercu Buana

ABSTRAK--Mesin bodymaker Automatic welding adalah mesin welding otomatis untuk pembuatan
kaleng kemasan. Pada mesin mesin tertentu masih menggunakan system arus dalam memproteksi
mesin terhadap overload yang terjadi. Namun pada praktek dilapangan system ini kurang maksimal
dalam kinerjanya, jika mesin terjadi overload mesin tidak berhenti.Oleh karenanya perlu ditambahkan
elemen mesin yang lain yang bisa secara otomatis menghentikan mesin saat overload terjadi.
Berdasarkan hal tersebut diatas pada kesempatan ini saya ingin merancang torque limiter clutch.
Dengan mengumpulkan data tentang spesifikasi motor penggerak utama maka akan dapat dirancang
dan dihitung berapa dimensional komponen komponen, gaya maupun torsi yang bekerja, serta desain
poros pada torque limiter clutch. Dengan perhitungan teoritis yang benar akan mendapatkan desain
torque limiter clutch yang optimal, efisien sesuai dengan kapasitas mesin dikerjakan, kemudian proses
perancangan dilanjutkan dalam bentuk gambar tehnik secara detail dan terperinci menggunakan
software autocad 2007. Dari seluruh perhitungan perancangan diperoleh hasil bahwa mesin akan
berhenti setelah overload terjadi pada 0,626 x 103 N.mm. Dalam proses kerjanya spring memegang
peranan paling penting karena harus dapat menahan ball agar tidak keluar dari lubang flange pada
putaran normal dan membiarkan ball keluar dari lubang flange saat overload terjadi.

Kata kunci: clutch, overload, torqoue limiter clutch, bodymaker automatic welding

1. PENDAHULUAN penyelesaian rumusan masalah diatas seperti


terlihat pada Gambar 1 berikut:
Perkembangan tehnologi permesinan sangat
cepat dan improvement terus menerus dilakukan
untuk memperoleh kehandalan mesin yang tinggi
yang tentunya ditunjang safety yang ketat juga.
Terlebih setiap elemen mesin dirancang dengan
perhitungan yang teliti untuk mendapatkan
performa mesin yang optimal sehingga
menghasilkan produk berkualitas tinggi di dunia
industry manufaktur.
Pada mesin – mesin konvensional di
industry pembuatan kaleng kemasan khususya
pada mesin bodymaker automatic welding,
proteksi terhadap overload mesin masih
menggunakan system arus pada motor
penggerak. Namun pada praktek dilapangan
sisitem ini kurang maksimal dalam kinerjanya, jika
terjadi overload mesin tidak berhenti. Hal ini bisa
berakibat fatal karena bisa mengakibatkan
kerusakan pada elemen – elemen mesin yang
lain. Oleh karenanya perlu ditambahkan elemen
mesin yang bisa secara otomatis menghentikan
mesin saat overload terjadi. Berdasarkan hal
tersebut diatas pada kesempatan ini saya ingin
merancang Torque Limiter Clutch.

2. METODE PENELITIAN

Pada penelitian ini akan dilakukan perhitungan


berapa dimensional komponen - komponen, gaya
- gaya maupun torsi yang bekerja, serta diameter
poros pada torque limiter clutch.
Adapun langkah – langkah yang akan
dilakukan guna memenuhi tujuan penelitian dan
Gambar 1. Diagram Alir Penelitian

ISSN 2089 - 7235


53 JTM Vol. 04, No. 2, Juni 2015

3. PERHITUNGAN DAN ANALISIS pada alurnya. Untuk menghitung total


tekananspring pada ball adalah sebagai berikut:
3.1 Menghitung torsi motor
Fs = Ft [(cosα-µsinα / sinα + µcosα)- µ] (3)
Torque limiter clutch bekerja meneruskan torsi µ= 0.08 α= 45
yang diterima dari motor penggerak kemudian
diteruskan ke elemen mesin yang lain yang = 15,65 [(cos45—0,08sin45/sin45 +
terdapat pada mesin automatic welding. Untuk itu 0,08cos45) - 0,08]
dengan diketahuinya daya dan rpm motor maka = 15.65 (0,77)
akan bisa dihitung berapa torsi yang dihasilkan = 12,05 N
oleh motor, sebagai berikut:
3.4 Tekanan spring pada tiap ball (F)
Power= (1)
Tekanan spring pada tiap ball dapat dihitung
T= dengan membagi total tekanan spring dengan
,
= jumlah ball (3 pcs) pada clutch.
.
, F = Fs/Zb (4)
= = 12,05/3
= 0,501 N.m = 4,01 N
= 0,501 x 103 N.m

Berdasarkan perhitungan perancangan clutch


yang terdapat pada buku machine design (2005)
karangan Khurmi Ghupta, J.K, India,
menyebutkan bahwa Tdesign = 1.25 x T. Jadi jika
mesin 25% overload maka Tdesign = 1,25 x T
= 1,25 x 0,501 x 103
= 0,626 x 103 N.mm

3.2 Menghitung gaya tangensial pada balls (Ft)

Dengan diketahuinya torsi yang dihasilkan oleh


motor penggerak, maka akan dapat dihitung gaya
tangensial pada balls (Gambar 2). Ditentukan
diameter pengaturan letak ball (D) adalah 80 mm
Gambar 3. Tekanan spring pada ball
( )
Ft= (2)
3.5 Kekakuan spring (Ks)
( , )
=
= 15,65 N Material yang digunakan pada spring adalah
carbon steel. Dari tabel disebutkan carbon steel
mempunyai modulus rigidity 80 kN/mm2 = 80000
N/mm2
Sehingga kekakuan spring dapat dihitung:
.
Ks = (5)
.
=
. .
=
=
= 23,04 N/mm
Ks per lilitan aktif adalah 23,04 / 4 = 5,76 N/mm

3.6 Kompresi spring untuk menekan ball (δ1)


Gambar 2. Gaya Tangensial pada ball
Berapa panjang kompresi spring juga dapat
dihitung dengan:
3.3 Total tekanan spring pada balls (Fs)
δ1 = F/Ks (6)
= 12,05 / 5,76
Dengan spring dikompres menghasilkan tekanan,
= 2,09 mm
kemudian spring menekan ball agar senantiasa

ISSN 2089 - 7235


JTM Vol. 04, No. 2, Juni 2015 54

Beban mesin saat beroperasi tidak konstan,


sehingga perlu toleransi yang sesuai pada
perancangan untuk mengatasi fluktuasi beban.
Untuk perancangan poros,hal yang sangat
berpengaruh adalah torsi dari kopling. Dalam
perhitungan harga torsi gesek adalah 0,501 x 103
N.mm. Material yang dipakai pada poros adalah
AISI 4340 COLD DRAWN dengan σyp = 682,8
Mpa.
Power= (11)
T=
,
=
,
,
=
Gambar 4. Compression Nomenclature spring
= 0,501 N.m = 0,501 x 103 N.mm
3.7 Gerakan ball ketika clutch slip (δ2) Jika mesin 25 % overload, maka
Tdesign = 1,25 x T
Ketika mesin terjadi overload yang mana lebih = 1,25 x 0,501 x 103
besar dari settingan torsi, ball keluar dari
= 0,626 x 103 N.mm
dudukannya mendorong pressure plate
dancylindrical body ke dalam sebuah posisi Dengan diketahuinya rumus:
sehingga balls menjauh dari dudukan base flange
Tdesign = π/16 x(τ x d3)
dan torque limiter bergerak bebas pada bearing. 0,626 x 103 = 3.14/16 x (682,8 x d3)
Gerakan ball saat clutch slip dapat dihitung
626000 = 0.19 x 682,8 x d3
dengan: d3 = 626000 / 129,7
= 4826,5
δ2 = d/{2x(1–cosα)} (7)
= 12 / {2 x (1 – cos α)} d = ∛4826,5
=12 / 6,8 = 16.9
= 1,7 mm = 17 mm
Jadi diameter poros torque limiter clutch adalah 17
3.8 Maximum deflection spring (δmax) mm

Jadi maximum deflection dapat dihitung: 4. PEMBAHASAN

δmax=δ1+δ2 (8) Dari perhitungan perancangan diatas dapat


= 2,09mm + 1,7mm diketahui bahwa motor penggerak mesin
bodymaker automatic welding:
= 2,26 mm
1. Berdasarkan perhitungan perancangan pada
point 4.1.1 dengan data – data yang ada,
3.9 Panjang bebas spring (Lf)
maka diperoleh hasil bahwa desain torsi pada
Panjang bebasspring tanpa tekanan dapat torque limiter clutch lebih besar dari torsi
motor, sehingga torque limiter clutch aman
dihitung dengan =
Lf = n’d+δmax+(n’-1) (9) saat torsi berlebih, sekaligus mesin body
maker automatic welding akan berhenti saat
n’ = n + 2
=4+2 terjadi overload.
=6 2. Berdasarkan perhitungan perancangan pada
point 4.1.2 – 4.1.6 dengan data – data yang
Lf = n’d + δmax + (n’-1)
=6 x 6 + 4,71 + (6-1) ada, maka diperoleh hasil bahwa spring
dengan nilai kekakuannya mampu menahan
= 45,71 mm
gaya tangesial ball yang berarti torque limiter
clutch dapat berputar secara normal saat
3.10 Pitch of spring (p)
P =Lf/(n-1) (10) engaged.
= 45,71 / (4-1) 3. Berdasarkan perhitugan perancangan dan
dengan data – data yang ada, maka diperoleh
= 17,71mm
hasil bahwa saat torque limiter clutch slip,
spring dapat mengkompres sejauh gerakan
3.11 Desain poros
ball ketika clutch slip.

ISSN 2089 - 7235


55 JTM Vol. 04, No. 2, Juni 2015

5. KESIMPULAN
3. Mayr PowerTransmissions (2009). The perfect
Dalam perancangan torque limiter clutch ini dapat torque limiter clutch. Retrieved from
diambil kesimpulan: http://www.mayr.com
1. Torque limiter clutch ini mempunyai konstruksi 4. Moldovean. G., Popa. S.,& Huidan. L. (2010).
yang cukup sederhana yang tidak Load in the disengaging process of the safety
memerlukan perawatan secara mekanik. clutch with radially disposed balls and double
2. Spring memegang peranan yang sangat punctiform contact. Machine Design. Novi Sad.
penting dalam kinerja torque limiter clutch. ADEKO
3. Motor penggerak mesin berhenti saat 5. Popa.S., Moldovean.G., & Efitimie.E. (2014).
overload terjadi yaitu saat torsi mencapai Torque transmitted by safety clutches with
0,626 x 103 N.mm. balls and spherical rabbet radialdisposed.
4. Mesin akan terhindar dari kerusakan elemen Annals of the Oradea university, Fascicle of
mesin akibat overload yang terjadi. management and technological engineering.
6. R.S.Khurmi & J.K.Ghupta. (2005). Machine
DAFTAR PUSTAKA Design. India. Eurassia Publishing House
1. Khairnar. S., & Shelke.S.N . (2014). Design 7. R + W Coupling Technology. (2011).Torque
development, testing and analysis of torque Limiter Clutch.Retrieved from http://www.rw-
limiter for overload protection. International couplings.com
journal of innovation in engineering research & 8. Sularso. (1978). Dasar perencanaan dan
management ISSN:2348-4918, volume I, 2014 pemilihan elemen mesin. Jakarta. Pradnya
2. Labade, K.K.C., & Devarapalli, R. (2014). Paramita
Torque tender / Limiter for overloadshaft.
International journal of innovation in
engineering research & management
ISSN:2278-0181, volume 3 Issue 8

ISSN 2089 - 7235


JTM Vol. 04, No. 2, Juni 2015 56

ANALISA PERHITUNGAN BEBAN COOLING TOWER


PADA FLUIDA DI MESIN INJEKSI PLASTIK

Raden Suhardi Putra


Jurusan Tehnik Mesin, Fakultas Tehnik, Universitas Mercu Buana

ABSTRAK--Dalam penggunaan material plastik sebagai komponen dan spare part, dan di industri
otomotif kini banyak menggunakan mesin pencetak palstik dalam pembuatan produk. Pada proses
pencetakan plastik diperlukan pendinginan baik itu mesin dan juga cetakannya (mold) agar terhindar
dari kerusakan atau deffect yang terjadi akibat suhu yang terlalu panas sehingga mengakibatkan
terganggunya proses pencetakan. Salah satu proses pendinginannya adalah menggunakan sistem
cooling tower sebagai alat dan air sebagai media fluidanya, yang berguna untuk menjaga dan
menstabilkan suhu pada mold dan mesin. Dalam proses pendiginannya, Cooling Tower memiliki beban,
effisiensi, penggunaan make-up water dan persentasinya, serta effek yang diakibatkan jika suhu mesin
terlalu panas pada mold atau mesin. Pada analisa didapatkan suhu maksimal yang baik untuk cooling
tower dari segi beban, effisiensi, make-up water, dan effek nya agar proses pencetakan dapat berjalan
dengan baik. Effisiensi (%) yang baik untuk beban cooling tower pada analisa adalah suhu T1db 33°C
kelembapan 80%, dan suhu T2db 36°C kelembapan 90%. Make-up water yang paling ekonomis pada
cooling tower pada analisa dengan suhu T1db 33°C dan T2db 36°C dengan kelembapan 80%, dan 90%.

Kata kunci: Plastik, Suhu, Cooling tower

ABSTRACT--In Plastic materials as components and spare parts is a commonplace. Similarly, the
automotive industry now widely uses the plastics molding-machine in the making process of their
products. It takes the cooling stage in the plastic molding-process, both for the machinery and the
molding tool; to avoid damage or defect caused by the extreme heat that can lead to disruption of the
molding process. One of the cooling process is by using a Cooling Tower system as the tool, and also
the water as the fluid medium. It is intended to maintain and stabilize the temperature of the molding
equipment and the machinery. In the process of cooling, the Cooling Tower has a load, efficiency, the
using of make-up water and its percentages, and also the effects that may occur if the temperature of
the engine is too hot in the molding tools or in the machinery. In the analysis, the authors found the
maximum temperature limit for the Cooling Towers in terms of the load, efficiency, make-up water, and
the effect; which aims to make the printing process can run well. For the load of the Cooling Tower, the
temperature is at T1db 33°C with the 80% humidity, and the temperature of T2db 36°C with the 90%
humidity.

Keywords: Plastics, Temperature, Cooling Towe

1. PENDAHULUAN kapasitas yang sesuai dengan beban pendinginan


Menurut EL.Wakil, menara pendingin didefinisikan yang dimiliki oleh mesin yang digunakan.
sebagai alat penukar kalor yang material fluida
kerjanya adalah air, dan udara yang berfungsi Range (masuk) ke menara
mendinginkan air dengan kontak langsung
dengan udara yang mengakibatkan sebagian kecil
air menguap. Pada kebanyakan menara (keluar) dari menara
pendingin yang dipakai pada sistem pendinginan menara
udara menggunakan sistem pompa sentrifugal
untuk menggerakkan air vertikal melintasi
menara. Prestasi menara pendingin biasanya Approach Suhu wet bulb (ambient)
dinyatakan dalam range dan approach seperti
Gambar 1 Gambar 1. Range dan Approach temperatur
Cooling tower juga dimanfaatkan dalam upaya pada menara pendingin
peningkatan produktifitas serta efisiensi pada
proses produksi mesin di industri. Karena dalam Fluida yang keluar dari hasil proses
beberapa hal di industri dibutuhkan tingkat pendinginan pada mesin injeksi plastik,
efisiensi dan temperatur yang sesuai agar dapat mempunyai suhu panas atau besar. Sehingga
bekerja secara optimal. Untuk dapat diperlukannya pendinginan agar fluida dari proses
menghasilkan suhu yang diinginkan, maka mesin tersebut dapat digunakan kembali dengan
peralatan yang akan digunakan harus memenuhi suhu yang stabil. Fluida disini merupakan air yang
mana pada sistem refrigerasi berkapasitas

ISSN 2089 - 7235


57 JTM Vol. 04, No. 2, Juni 2015

sedang dan besar air sebagai media pendingin Komponen cooling tower (pada proses mesin
kondenser. Hal ini dikarenakan air memiliki injeksi plastik) jenis aliran angin tarik (induced
kemampuan pemindahan kalor yang lebih draft counterflow cooling tower) secara garis
baik.Kondenser berpendingin air berdasarkan besar adalah:
cara kerjanya memiliki dua klasifikasi. Fungsi dari a. Kipas (fan)
cooling tower atau menara pendingin adalah Merupakan bagian terpenting dari sebuah
untuk menurunkan suhu aliran fluida baik itu air, menara pendingin karena berfungsi untuk
ataupun oil dengan cara mengekstraksi panas menarik udara dingin dan mensirkulasikan
dari fluida dan mengemisikannya ke atmosfer. udara tersebut di dalam menara untuk
Setelah melalui kondenser, temperatur air akan mendinginkan air. Jika kipas rusak atau tidak
naik karena menyerap sejumlah kalor dari berfungsi maka kinerja menara pendingin
refrigerant di Kondenser, temperatur air akan tidak maksimal. Kipas digerakkan oleh motor
naik karena menyerap sejumlah kalor dari listrik dan di kopel langsung oleh poros kipas.
refrigerant di kondenser. Air panas ini lalu masuk b. Kerangka pendukung menara (tower
melalui hot water inlet port pada cooling tower supporter)
untuk seterusnya naik kebagian atas cooling Berfungsi untuk mendukung menara
tower tersebut. Air kemudian keluar melalui pendingin agar dapat berdiri kokoh dan
lubang-lubang yang ada pada sprinkler. Sprinkler tegak.Tower supporter terbuat dari baja.
akan berputar sambil melepaskan air dan c. Rumah menara pendingin (casing)
mendistribusikannya secara merata dibagian atas Rumah menara pendingin harus memiliki
cooling tower. Air yang keluar dari sprinkler ini ketahanan yang baik terhadap segala cuaca
kemudian masuk ke water column dan dan life time yang lama. Casing terbuat dari
bersinggungan dengan aliran udara yang arahnya seng.
berlawanan (air panas turun kebagian bawah d. Pipa sprinkler
cooling tower, sementara udara masuk dari Merupakan pipa yang berfungsi untuk
bagian bawah untuk seterusnya keluar dari bagian mensirkulasikan air secara merata pada
atas). Pada saat persinggungan antara air dan menara pendingin, sehingga perpindahan
udara, sejumlah kalor akan dilepaskan oleh air kalor air dapat efektif dan efisien. Pipa
yang bertemperatur lebih tinggi ke udara yang sprinkler dilengkapi lubang-lubang kecil untuk
bertemperatur lebih rendah. Sehingga menyalurkan air.
mengakibatkan temperatur air akan turun. e. Penampung air (water basin)
Temperatur air yang sudah dingin ini kemudian Water basin berfungsi untuk pengumpul air
ditampung dibagian bawah cooling tower (basin) sementara yang jatuh dari filling material
untuk kemudian disirkulasikan lagi menuju sebelum disirkulasikan kemabali ke
kondenser agar dapat menyerap kalor lagi. kondenser. Water basin terbuat dari seng.
Pada saat persinggungan air dan udara, f. Lubang udara (inlet louver)
sujumlah air akan ikut terbuang ke udara, Berfungsi sebagai tempat masuknya udara
sehingga volume air akan berkurang. Untuk melalui lubang-lubang yang ada. Melalui inlet
mengatasinya, maka make-up water yang louver akan terlihat kualitas dan kuantitas air
dihubungkan dengan jalur air domestik (PAM) yang akan didistribusikan. Inlet louver terbuat
dengan dilengkapi pelampung akan tetap dari seng.
menjaga agar level air di penampung tidak g. Bahan pengisi (filling material)
berkurang,seperti Gambar 2. Filling material merupakan bagian dari
menara pendingin yang berfungsi untuk
mencampurkan air yang jatuh dengan udara
yang bergerak naik. Air yang masuk
mempunyai suhu yang cukup tinggi akan
disemprotkan ke filling material. Pada filling
material inilah air yang mengalir turun menuju
water basin akan bertukar kalor dengan udara
segar dari atmosfer yang suhunya. Oleh
sebab itu, filling material harus dapat
menimbulkan kontak yang baik antara air dan
udara agar terjadi laju perpindahan kalor yang
baik. Filling material harus kuat, ringan dan
tahan lapuk. Filling material ini mempunyai
fungsi memecah air menjadi butiran-butiran
tetes air dengan maksud memperluas
Gambar 2. Prinsip Kerja Cooling Tower permukaan pendinginan sehingga proses
perpindahan panas dapat dilakukan
seefisiensi mungkin

ISSN 2089 - 7235


JTM Vol. 04, No. 2, Juni 2015 58

Tabel 1. Kebutuhan Fill Material


(Ramarao dan Shivaraman2004)

Splash Low clog


Film fill
fill film fill
Rasio l/g yang 1,1-
1,5-2,0 1,4-1,8
mungkin 1,5
Luas
perpindahan
30-45 150 85-100
panas efektif
(m2/m3)
Kebutuhan tinggi
bahan pengisi 5-10 1,2-1,5 1,5-1,8
(m)
Gambar 3. Konstruksi Cooling Tower Kebutuhan head
9-12 5-8 6-9
pompa (m)
Jenis bahan pengisi dapat dibagi menjadi 3 yaitu: Kebutuhan Sangat
1. Bahan pengisi jenis percikan (splash fill) Tinggi Rendah
jumlah udara rendah
Jenis bahan ini adalah air jatuh diatas lapisan
yang berurut dari batang pemercik horisontal,
yang secara terus menerus pecah menjadi
tetesan yang lebih kecil, sambil membasahi
permukaan bahan pengisi. Luas permukaan
butiran air adalah luas permukaan perpidahan
kalor dengan udara. Bahan pengisi percikan
dari plastik memberikan perpindahan kalor
yang lebih baik, dapat dilihat pada Gambar 4.

2. Bahan pengisi jenis film (film fill)


Bagian ini terdiri dari permukaan lapisan
plastik tipis dengan jarak berdekatan dimana Gambar 1. Splash Fill
diatasnya terdapat semprotan air,
membentuk lapisan film yang tipis dan
melakukan kontak dengan udara. Ada banyak
macam bentuk seperti: datar, bergelombang,
berlekuk dan bentuk lainnya. Pada bahan
pengisi film, air membentuk lapisan tipis pada
sisi-sisi lembaran pengisinya. Luas
permukaan dari lembaran pengisi adalah luas
perpindahan kalor dengan udara sekitar.
Jenis bahan pengisi film lebih efisien dan
memberi perpindahan kalor yang sama dalam
volume yang lebih kecil daripada bahan
pengisi jenis splash, dapat dilihat pada
Gambar 5. Gambar 5. Film Fill

3. Bahan pengisi sumbatan rendah (Low clog


film fill)
Jenis pengisi ini dengan ukuran flute yang
lebih tinggi, saat ini sedang dikembangkan
untuk mengatasi air yang keruh. Jenis ini
merupakan pilihan terbaik untuk jenis air yang
berasal dari laut karena adanya penghematan
daya kinerja dibandingkan tipe bahan pengisi
jenis percikan konvensional, dapat dilihat
pada Gambar 6.
Gambar 2. Low-clog film fill

Jenis menara pendingin, namun umumnya


penjenisan ini dibagi berdasarkan sirkulasi air
yang terdapat didalamnya. Menurut J.R. Singham

ISSN 2089 - 7235


59 JTM Vol. 04, No. 2, Juni 2015

menara pendingin dapat diklasifikasikan menjadi  Mampu beroperasi dicuaca dingin ataupun
tiga bagian, yaitu: lembab
1. Menara pendingin basah (wet cooling tower)  Dapat digunakan untuk instalasi skala besar.
2. Menara pendingin kering (dry cooling tower)
3. Menara pendingin basah-kering (wet-dry 2. Menara pendingin aliran angin mekanik
cooling tower) (mechanical-draft cooling tower)
Menara pendingin. Pada pendingin ini udara
Menara pendingin basah mempunyai sistem mengalir karena adanya kipas yang digerakkan
distribusi air panas yang disemprotkan secara secara mekanik. Fungsi kipas adalah mendorong
merata ke kisi-kisi, lubang-lubang, atau batang- udara (forced-draft) atau menarik udara melalui
batang horizontal pada sisi menara yang disebut menara (induced-draft) yang dipasang diatas atau
isian. Udara masuk dari luar menara melalui kisi- dibawah menara. Berdasarkan fungsi kipas,
kisi yang berbentuk celah-celah horizontal yang menara pendingin aliran angin mekanik terbagi
terpancang pada sisi menara. Celah bisanya menjadi 2 jenis, yaitu:
mengarah miring kebawah agar air tidak keluar. a. Tipe aliran angin dorong (forced-draft)
Adanya pencampuran antara air dan udara b. Tipe aliran angin tarik (induced-draft)
maka terjadi perpindahan kalor sihingga air
menjadi dingin. Air yang sudah dingin berkumpul Tipe aliran angin dorong, kipas yang dipasang
di bak atau basin di dasar menara dan dari situ di bagian bawah, sehingga mendorong udara
diteruskan ke kondenser atau dibuang keluar, melalui menara. Aliran angin ini secara teoritis
sehingga udara baru kalor dan lembab keluar banyak disukai karena kipas beroperasi dengan
melalui atas menara. Menurut litelatur EL. Wakil, udara yang lebih dingin, sehingga konsumsi daya
menara pendingin basah dapat dibedakan menjadi lebih kecil. Tetapi berdasarkan beberapa
menjadi 3 yaitu: kasus jenis ini memiliki masalah yang berkaitan
dengan distribusi udara, kebocoran, dan
1. Menara pendingin basah aliran angin alami resirkulasi udara kalor dan lembab kembali ke
(Natural-Draft Cooling Tower) menara. Seiring dengan banyaknya
Pada awalnya menara ini berbentuk silinder permasalahan yang timbul maka saat ini banyak
hingga pada akhirnya berbentuk hiperbola seperti digunakan pada instalasi adalah tipe aliran angin
sekarang ini. Menara pendingin ini pertama dibuat tarik (induced draft). Pada menara aliran angin
pada tahun 1972, di gunakan di Inggris dan tarik, udara masuk dari sisi menara melalui buka-
Amerika. Menara ini tidak menggunakan kipas, bukaan yang cukup besar pada kecepatan rendah
dan aliran udaranya bergantung semata-mata dan bergerak melalui bahan pengisi (filling
pada tekanan dorong alami dan tidak ada bagian material). Pemasangan kipas pada puncak
yang bergerak. Udara mengalir keatas karena menara dan membuang udara kalor dan lembab
adanya perbedaan massa jenis antara udara ke atmosfer.
atmosfer dengan udara kalor lembab didalam Aliran udara masuk menara pada dasarnya
menara pendingin yang bersuhu lebih tinggi horizontal, tetapi aliran pada bahan pengisi ada
daripada udara atmosfer sekitarnya, dapat dilihat yang horizontal seperti pada menara pendingin
pada Gambar 7 dan 8. Karena beda massa jenis aliran silang dan adapula yang vertikal seperti
ini maka timbul tekanan dorong yang mendorong menara pendingin aliran lawan arah. Menara
udara keatas. Menara pendingin alami ini memiliki pendingin lawan arah lebih banyak dipakai dan
tinggi yang cukup tinggi bisa mencapai puluhan dipilih karena efisiensi termalnya lebih baik
meter. Menara pendingin alami ini dibagi menadi daripada aliran silang, dapat dilihat pada Gambar
2 jenis yaitu: 9, 10 dan 11.
a. Menara pendingin aliran angin alami aliran
lawan arah Keunggulan aliran angin mekanik adalah:
b. Menara pendingin aliran angin alami aliran  Terjaminnya aliran jumlah udara dalam jumlah
silang arah yang dibutuhkan pada segala kondisi beban
dan cuaca.
Kedua jenis menara pendingin ini, menara  Biaya investasi dan konstruksi lebih murah
pendingin aliran angin alami silang arah kurang  Ukuran dimensi lebih kecil.
diminati, karena lebih sedikit memberi tahanan
terhadap aliran udara di dalam menara, sehingga Kelemahan menara pendingin aliran angin
kecepatan udaranya lebih tinggi dan mekanisme mekanik adalah:
perpindahan kalornya kurang efektif dan efisien.  Kebutuhan daya yang besar
Menara pendingin aliran angin alami lawan arah  Biaya operasi dan pemeliharaan lebih besar
lebih sering dipakai karena mempunyai kelebihan  Bunyi yang dihasilkan bising atau ribut.
sebagai berikut:
 Memiliki konstruksi yang kuat dan kokoh
sehingga lebih tahan terhadap tekanan angin

ISSN 2089 - 7235


JTM Vol. 04, No. 2, Juni 2015 60

Gambar 7. Cooling Tower Induced Draft dengan


Gambar 3. Menara pendingin aliran angin alami aliran melintang
lawan arah
3. Menara pendingin aliran angin gabungan
(combine draft cooling tower)

Gambar 8. Menara pendingin aliran angin


Gambar 4. Menara Pendingin aliran angin alami
gabungan
silang arah
Menara ini mempunyai ukuran yang lebih kecil
dibandingkan dengan menara angin alami dan
mekanik, dimana ukurannya dua pertiga menara
angin mekanik dan terdapat kipas listrik yang
dapat mendorong angin.

3.1 Menara pendingin kering (dry-cooling


tower)

Menara ini adalah menara pendingin yang air


sirkulasinya dialirkan didalam tabung-tabung
bersirip yang dialiri udara, kalor yang dikeluarkan
dari air sirkulasi diubah. Menara pendingin kering
ini dirancang untuk dioperasikan dalam ruang
Gambar 5. Menara pendingin aliran angin tertutup. Keunggulan menara pendingin ini yaitu:
mekanik
 Tidak memerlukan pembersihan berkala
dengan jangka waktu seperti menara
pendingin basah.
 Tidak memerlukan zat kimia aditif yang
banyak
 Memenuhi syarat peraturan pengelolaan
lingkungan mengenai pencemaran termal dan
pencemaran udara pada lingkungan

Kelemahan menara pendingin kering ini adalah


efisiensi yang kurang maksimal, sehingga
Gambar 6. Menara pendingin Induced Draft mempengaruhi efisiensi siklus keseluruhan. Ada
dua jenis menara pendingin kering, yaitu:
 Menara pendingin kering langsung,

ISSN 2089 - 7235


61 JTM Vol. 04, No. 2, Juni 2015

 Menara pendigin kering tak langsung Massa udara kering merupakan jumlah udara
yang dilepaskan setelah proses pelepasan
3.2 Menara pendingin basah kering (wet-dry panas oleh udara
cooling tower)
Qup = mɑ (h2-h1) (2)
Menara ini merupakan gabungan dari menara =
pendingin basah dan menara pendingin kering,
dan mempunyai dua jalur udara paralel dan dua c. Make-up water
jalur udara seri. Bagain atas menara di bawah Jumlah air yang terkumpul pada water basin
kipas adalah bagian kering yang berisi tabung- atau tangki di cooling tower setelah proses
tabung bersirip. Bagian bawah adalah ruang yang pendinginan.
lebar yang merupakan bagian yang basah terdiri
dari bahan pengisi (filling material) sirkulasi air (m3 - m4) = mɑ ( 2- 1) (3)
yang panas masuk melalui kepala di bagian
tengah. Air berawal dari naik turun melalui bagian d. Persentase make-up water
sirip dibagian kering. Lalu meninggalkan bagian
kering dan jatuh ke isian bagian basah menuju ke 100% (4)
bak penampung air dingin. Sedangkan udara
ditarik dalam dua arus pada bagian kering dan
basah. Kedua arus bercampur dan menyatu e. Efisiensi cooling tower
didalam menara sebelum keluar.menara Efisiensi disini adalah keefisiensian cooling tower
pendingin basah kering ini mempunyai proses pendinginan air
keunggulan yaitu:
 Udara keluar tidak jenuh, sehingga memiliki ɳCT= x 100% (5)
( )
kepulan yang sedikit
 Airnya mengalami pendinginan awal di bagian
ɳCT= x 100%
kering, penyusutan kerena penguapan jauh
berkurang, demikian juga dengan air ta mbahan
Dari serangkaian pengukuran, dan pengujian
pada mesin injeksi dan cooling tower didapatkan
data-data sebagai berikut: Suhu mesin/mold
T3=40°C-45°C, menjadi T4= 33°C-38°C, dan
menguji cooling tower didapat suhu T1 = Tdb 32°C,
Twb 30°C kelembapan 80%. T2 = Tdb 38°C, Twb
36°C, kelembapan 90%

Diketahui data:

 Qv = 47 m3/hr = 47 m3/3600 s
= 0,013 m3/s
= 998 kg/m3
m3 = Qv x
= 0,013 m3/s x 998 kg/m3
Gambar 9. Menara pendignin basah-kering
=12,974 kg/s
Pada pengambilan data dilapangan alat yang
digunakan ada 2, yaitu:  Cp3 (air) = 4178 J/kg K
a. Termometer infrared  T3 (suhu air keluar) = 40°C = 40+ 273 =
b. Higrometer (alat ukur kelembapan) 313K
 T4 (suhu air masuk)= 33°C = 33 + 273 = 306K
Parameter yang diujikan adalah:  T2 (pelepasan suhu air di cooling tower) =
a. Kalor pada air (air hangat) o Tdb = 38°C
Air hangat disini adalah air yang keluar dari o Twb = 36°C
mesin injeksi plastik dengan suhu panas o h2 =138,24kJ/kg=138240 J/kg
tertentu dan mengalir menuju cooling tower o 2 = 0,039 kg uap/kg uk = 39gr uap/kg
uap
Qah = m3cp3(T3-T4) (1) o φ = 90 %
a. T1 (pemasukan suhu lingkungan ke air) =
b. Massa Udara Kering o Tdb = 32°C
o Twb = 30°C
o h1 = 94,29kJ/kg = 94290 J/kg

ISSN 2089 - 7235


JTM Vol. 04, No. 2, Juni 2015 62

o 1 = 0,024 kg uap/kg uk = 24 gr uap/kg 2. Effisiensi (ɳ) yang baik untuk beban cooling
uap tower pada analisa adalah suhu lingkungan
o φ = 80 % masuk cooling tower T1db 33°C kelembapan
80%, dan suhu pelepasan udara panas dari
Perhitungan: mesin T2db 36°C kelembapan 90%
b. Persamaan 1 3. Make-up water yang paling ekonomis pada
Qah= m3cp3(T3-T4) cooling tower pada analisa dengan suhu
ℎ = 12,974kg/s x4178J/kgK ( 313K − 306K) lingkungan masuk cooling tower T1db 33°C
ℎ = 54205,372J/sK(7K) dan suhu pelepasan udara panas dari mesin
= 379437,6 J/s = W T2db 36°C dengan kelembapan 80%, dan
c. Persamaan 2 90%.
Qup = mɑ(h2-h1) 4. Pengaruh yang ditimbulkan apabila suhu tidak
= stabil pada mold yaitu terjadinya pendinginan
yang tidak sesuai sehingga bisa
379437,6J/s
mɑ = menyebabkan kualitas hasil produksi rusak,
(138240 / − 94290J/kguap) dan bila suhu pada mesin tidak stabil
379437,6/s komponen berupa ejector mengalami
mɑ =
(43950/kguap) kemacetan dalam mengalirkan cairan
mɑ = 8,633393 kg. u.k/s material plastik

d. Persamaan 3 (Make-up water) DAFTAR PUSTAKA


1. Wakil,EL.1992.(Judul Asli : Power Plant
m3-m4 = mɑ( 2- 1) Technology/ Instalasi Pembangkit Daya).
= 8,633393 . . / (0,039 / Jakarta:Erlangga.
− 0,021kg/kg uk) 2. Ramarao dan Shivaraman.2004.( Ministry of
Power India. Cooling Tower In Energy
= 8,633393 (0,015 ) Efficiency in Electricity Utilitas. Chapter 7,
= 0,129501 kg air/s 135-151) India:Bureau Of Energy Efficiency.
3. Hensley,Jhon-C.2009.(Cooling Tower
e. Persamaan 4 (% make-up water) Fundamentals,Secon Edition).Overland
100% Park,Kansas,USA: SPX Cooling
, / Technologies Inc.
= x100% 4. Climatic Design Information. 2009,
, /
= 0,998157% (ASRHRAE Hand Book – Fundamentals)
5. Soekardi,Chandrasa.2014.(Modul Kuliah
f. Persamaan 5 Teknik Pendingin).Jakarta:Universitas Mercu
ɳCT = x 100% Buana
( )
6. Anton, (2012). Prinsip Kerja Cooling Tower.
ɳCT= x 100% dilihat dari
° www.bloganton.info/2012/08/prinsip-kerja-
ɳCT= x 100% = 0,7x100% =70%
° ° cooling-tower.html
7. Hermawan, (n.d.) hvactutorial. dilihat dari
Tabel 4. 1 Tabel Perhitungan Input Cooling https://hvactutorial.wordpress.com /hvacr-
Tower instrument-tools/
8. Ulfi Khabibah, (n.d). Cooling Tower. dilihat
Data Hasil Input Cooling Tower
dari
Variabel Data
http://www.academia.edu/7351828/Cooling_t
Make-up
mɑ ower-usu)
Exp. Water ɳCT
T1 ϕ(%) T2 (kg 9. Fu Chun Shin (n.d.).Spesifikasi Mesin Injeksi
No kg (%)
uk/s) % FCS HT200SV dilihat dari www.FCS.tw
uap/s
1 32 80 38 8,63 0,13 0,99 70 10. Mulyono, (n.d.). Analisa Beban Kalor Menara
Pendingin Jujut Tarik. dilihat dari
www.Scribd.com /Mulyono-analisa-beban-
4. KESIMPULAN kalor-menara-pendingin-jujut-tarik
11. Carrier,(2014). Psychrometric Chart. dilihat
1. Pengaruh suhu lingkungan terhadap dari www.Carrier.com
pengaruh suhu air sangat besar, dan dapat 12. Sugartech.(n.d.). Psychrometric Chart
mempengaruhi dalam efisiensi cooling tower. Online. Dilihat dari www.Sugartech.za/Psychr

ISSN 2089 - 7235


63 JTM Vol. 04, No. 2, Juni 2015

Analisa Efisiensi Prototype Solar Collector Jenis Parabolic Trough dengan


Menggunakan Cover Glass Tube pada Pipa Absorber
Hartamas Ridho Prasetyo
Program Studi Teknik Mesin,Fakultas Teknik, Universita Mercu Buana Jakarta

ABSTRAK--Energi tidak dapat diciptakan maupun dimusnahkan, hanya dapat dikonversikan dari
satu bentuk ke bentuk lainnya (Hukum Kekekalan Energi). Energi sangat penting dalam kehidupan
sehari – hari khususnya energi listrik yang kebutuhan terhadap energi ini sangat besar sedangkan
sebagian besar energi listrik dihasilkan dari sumber daya fosil yang mulai menipis jumlahnya.
Ketergantungan akan minyak bumi untuk jangka panjang tidak dapat di pertahankan lebih lama jika
pemakaian melebihi batas wajar. Dalam Tugas Akhir ini penulis melakukan analisa alat Parabolic
Trough Solar Collector dengan memanfaatkan energi radiasi matahari, yang di awali adanya
perancangan desain alat PTSC dengan material yang sudah di tentukan sebelumnya. Prototype
tersebut hanya bisa dilakukan pengujian dengan posisi steady state atau diam antara jam 11.30
sampai dengan 12.30 siang. Dengan adanya penelitian tentang analisa performa pada alat tersebut,
telah di dapatkan beberapa hasil nilai variabel yang signifikan dan berpengaruh besar dengan nilai
performa alat tersebut.

Kata Kunci: Sumber energi, parabolic trough sollar collector, parabola

1. PENDAHULUAN lingkungan dan fluida, hingga performa.


Kemudian membandingkan secara langsung nilai
Kebutuhan manusia akan energi semakin penghitungan saat ini dengan nilai efisiensi
meningkat setiap tahun seiring dengan sebelumnya yang telah di rancang sebelumnya.
kemajuan teknologi. Hal ini karena semakin
banyak diciptakan mesin-mesin yang 2. METODOLOGI
membutuhkan lebih banyak energi dan mulai
menggantikan pekerjaan-pekerjaan manusia Langkah–langkah yang digunakan dalam
yang manual dan konvensional. Sumber energi mempelajari proses analisa atau penelitian
terbagi menjadi dua yaitu sumber energi yang efisiensi prototype solar collector type parabolic
dapat diperbarui dan tidak dapat diperbarui. trough dengan penambahan cover pipa kaca
Bahan bakar fosil adalah salah satu yang tidak pada pipa absorber sebagai berikut:
dapat diperbarui yang tetap menjadi prioritas
utama digunakan sampai saat ini. a. Mengetahui Sumber Daya
Perkembangan teknologi dan energi yang Sumber daya dasar untuk semua sistem energi
terus diperbarui sampai saat ini telah surya adalah matahari. Pengetahuan tentang
memanfaatkan energi dari matahari. Matahari kuantitas dan kualitas energi surya yang tersedia
merupakan sumber energi bagi seluruh di lokasi tertentu adalah sangat penting untuk
kehidupan di planet Bumi. Jika energi yang desain sistem energi surya. Meskipun radiasi
tersimpan dalam cahaya matahari di kumpulkan matahari (insolation) relatif konstan di luar
dengan mengkonsentrasi pada suatu titik/garis atmosfer bumi. Pengaruh iklim lokal dapat
fokus, maka cahaya yang dipusatkan tersebut menyebabkan variasi luas dalam insolation
akan menghasilkan panas dengan temperatur tersedia di permukaan bumi.
yang lebih tinggi.
Penganalisaan alat parabolic trough solar b. Persiapan Pemilihan Bahan Material pada
collector ini secara umum terdiri dari perancangan Receiver
reflektor dan perancangan pipa kolektor surya. Persiapan pemilihan bahan material yaitu
Perancangan reflektor meliputi lempengan yang memfokuskan masalah penelitian secara umum
di tekuk berbentuk parabola dan pemilihan dan terperinci. Langkah ini bertujuan untuk
material pemantul atau konsentrator berupa mengetahui bahan material pipa absorber pada
material alumnium foil. Sebagai pipa kolektor prototype solar collector bisa menyerap panas
digunakan pipa tembaga yang telah di cat hitam dengan baik, yang akan di analisa dan di teliti
dan diberikan pelapis pipa kaca berbahan lebih lanjut, serta mengasumsikan berapa ukuran
material borosilicate. yang dibutuhkan hingga bisa menyesuaikan untuk
Permasalahannya adalah menganalisa memenuhi kebutuhan listrik yang akan dihasilkan
secara teoritis efisiensi pada prototype PTSC bagi umat manusia setiap harinya.
dengan beberapa faktor berupa nilai temperatur

ISSN 2089 - 7235


JTM Vol. 04, No. 2, Juni 2015 64

c. Input Data b. Perhitungan Indeks Kecerahan Langit


Perancangan kolektor surya dilakukan dengan KT =
cara menggunakan software yaitu parabola
= 0,585
kalkulator.
 Jenis kolektor surya, c. Perhitungan Radiasi Hambur (Diffuse)
 Ukuran penampang / reflektor solar collector, Untuk : 0,22 ≤ KT ≥ 0,80
 Ukuran receiver, = G (0,9511 – 0,1604 KT
 Jenis material yang digunakan sesuai + 4,388 KT 2 – 16,638 KT 3
dengan jenis fluida yang dipakai. + 12,336 KT 4)
= 317,92 (W/m2)
3. PERHITUNGAN EFISIENSI PROTOTYPE
SOLAR COLLECTOR d. Perhitungan Radiasi Langsung (Beam)
= −
3.1 Perhitungan Akibat Gerakan Semu Harian = 354,56 (W/m2)
Matahari
e. Perhitungan Radiasi Masukan
a. Perhitungan Sudut Deklinasi
( ) GT = Gb.Rb + Gd( ) + G. g ( )
δ = 23,45 sin
= 670,480 (W/m2)
= 22,74o
3.3 Perhitungan pada Sistem Parabolic Trough
b. Perhitungan Persamaan Waktu
( )
B= a. Menentukan Dimensi Parabolic Trough
B =154,85o Untuk menentukan ukuran parabola kita bisa
menggunakan parabola kalkulator agar kita bisa
Maka : mengetahui garis fokal. Program excel digunakan
E = 229,2{0,000075 + 0,001868 cos untuk mencari grafik/posisi titik-titik pada parabola
(154,85o) – 0,032077 sin (154,85o) - dengan menggunakan persamaan parabola y =
0,014615 cos (2 x 154,85o) - 0,04089 sin (2 x 4px2 dengan x dan y sebagai posisi titik-titik pada
154,85o)} =1,576 menit sumbu-x dan sumbu-y.
200
c. Perhitungan Waktu Surya
Standart Time = 12:00:00 AM y(mm)
Solar Time = Standart Time + [4 (255 – 253) 0
+ 1,576] =12:09:57 -500 0 500

d. Perhitungan Sudut Jam


b. Perhitungan Luas Arperture Area (Aa)
= 15° (ST – 12:00:00)
= ×
= 15° (12:09:57 – 12:00:00)
= 0,64 ( )
= 2,48°
c. Perhitungan Luas Pipa Absorber (Ar)
e. Perhitungan Sudut Zenith
= . .
cos z = cos cos ∅ cos + sin sin ∅
= 0,0367 ( )
z = 29,04°
d. Rasio Konsentrasi (Cr)
f. Perhitungan Sudut Altitute Matahari
αs = 90° - z Cr =
= 60,96° = 17,4

g. Perhitungan Sudut Azimuth Matahari e. Perhitungan Sudut Rim ( r)


Dengan = r = 2 tan
-1

= 4,715o = 106o

3.2 Komponen Radiasi Masukan f. Perhitungan Faktor Geometri (Af)


a. Perhitungan Radiasi Ekstraterrestrial ( )
Af =
°.
Go = Gsc (1 + 0.033 cos °
. ) = 0,497
= 1149,12 (W/m2) 3.4 Perhitungan Nilai Energi Netto (q)

ISSN 2089 - 7235


65 JTM Vol. 04, No. 2, Juni 2015

Untuk mencari nilai energi radiasi refleksi = 323,61 = 50,5℃


konsentrator bersih total yang akan di terima 3.8 Desain Thermal / Heat Transfer Collector
parabola danakan di pantulkan dengan faktor
reflektifitas yang di pengaruhi oleh nilai emitansi a. Perhitungan Overall Heat Transfer
material yang di gunakan pada alat PTSC. Coefficient Terhadap Pipa Absorber
Re =
a. Energi Berguna
= 882,9
.
= 5.669 × 8318169616
= 471,577 ( ) ( )( )( )
= (1,86)
b. Reflektifitas ( 35 )
,
=1− =1− ×
( 40,3 )
= 1 − 0,05
= 0,95 = 7,753
.
c. Radiositas ħ =
= . + (1 − ) = 382,16
= 660,535
d. Energi Radiasi Bersih dari Refleksi b. Perhitungan Mencari Nilai Laju Aliran
Parabola Massa dan Temperatur Suhu Air yang
− Keluar dari Dalam Pipa
=
.
= 310,781 w m m= .
= 6,293 × 10 ( )
3.5 Perhitungan Efisiensi Optik Konsentrator q = ħ. − = ( 1 − 2)
( o)
1399,302 − 266,7
o = 0,95 x 0,96 x 0,87 x 0,81[(1- 0,497 tan =
(0o)) cos (0o))] 32,223
= 0,657 = 41,97℃
,
q rata-rata =
A total = A × ×
= 310,781 Energi bersih x 0,657 x 0,64 = 38,5 °
c. Perhitungan Overall Heat Loss Coefficient
= 130,677
/ Koefisien Kerugian Panas ( )
Re =
3.6 Luas Area Terkensontrasi Kalor (Ac)
a. Area Selimut Tabung = 3312
2 ( + ) = 0,3( ) ,
= 32165 = 32,165 = 154,6
b. Area Parabola  Untuk mengetahui hw kita bisa
2 menggunakan:
= 1,0048 k
h =N
d
3.7 Perhitungan Nilai Absorbsivitas Material = 322,6 w
m C
(∝)  Untuk mengetahui hr kita bisa
a. Suhu Parabola menggunakan
.∝ ℎ = σ( Tα1 + Tα2)(Tα1 + Tα2)
h =
∝ ℎ ℎ. ( 1 Ac 1
− ) ϵ1 + Ap ϵ2 − 1
=(31 0,781)(0,15) = = 4,28 × 10 w m C
(0,04)(5,669 )( − 302 )  Untuk mengetahui UL kita bisa
= 322,21 = 49,06 menggunakan:
U =h ×h
b. Suhu Pipa Tembaga Telah di Cat Hitam = 322,604 ( ⁄ ℃)
.∝ ℎ =
∝ ℎ ℎ. ( 3.9 Perhitungan Efisiensi Collector (F’)
q
− ) a total
=
= (130,677) = (0,87)(5,669 )( − 302 )

ISSN 2089 - 7235


JTM Vol. 04, No. 2, Juni 2015 66

= 0,405 3. Memperkecil ukuran pipa absorber lebih


Fr = [1 – e-(A U F /mC )] memungkinkan memperbesar efisiensi alat
PTSC menjadi lebih baik di karenakan adanya
= 0,152 ruang konsentrasi perpindahan panas lebih
q
= . a total . ɳ ( − ) kecil dan menjadikan suhu fuida lebih cepat
, panas.
= 0,0973 85,855 (6)
, 4. Penentuan ukuran parabola menjadi lebih
= 926,43 lebar di bandingkan dengan pipa absorber
= − yang semakin mengecil dan dapat
= 91,93 memperluas ukuran pipa absorber yang
− = = tekonsentrasi panas dari sumber kalor. Sangat
mempengaruhi nilai energi menjadi lebih baik
509,17 ( ) dan kehilangan panas menjadi lebih sedikit.
5. Semakin luas parabola yang terkonsentrasi
= semakin baiklah yang akan memberikan
= 0,75 jumlah refleksi cahaya dan menjadikan
perpindahan kalor radiasi ke arah pipa
Maka energi yang terpakai qu adalah 509,17 penerima dan absorber semakin jauh lebih
(Watt). besar.

Dan efisiensinya adalah 0,75 x 100 % = 75 %. DAFTAR PUSTAKA

4. KESIMPULAN [1]. Beckman, William A. dan John A. Duftie.


“Solar Engineering of Thermal Processes”.
Berdasarkan dari hasil analisa secara teoritis (1980). Second Edition, Inc. United States of
maka dapat diambil berberapa kesimpulan America.
sebagai berikut: [2]. Febriyan, Ridho. “Perancangan Solar
1. Lebar parabola 0,8 meter dan panjang Thermal Collector Tipe Parabolic Trough”,
parabola adalah 0,8 meter maka titik fokusnya Tugas Akhir, (2013). Jurusan Teknik Mesin
adalah 0.2667 meter dengan bahan reflector Universitas Mercu Buana.
sputtered alumunium foil tape optikal reflektor [3]. Holman, J.P., Perpindahan Kalor,
yang memiliki tingkat pantulan sebesar 0,95. diterjemahkan oleh Jasfi E., (1995). Penerbit
Sedangkan diameter luar pipa absorber Erlangga, Jakarta.
adalah 0,0127 meter dan diameter dalam [4]. ASHRAE Standard. Methods of Testing to
pipa absorber adalah 0,0127 meter. Dengan Determine the Thermal Performace of Solar
bahan pipa absorber tembaga yang dilapisi Collector, (1980-1989). American Society of
cat hitam yang memiliki tingkat penyerapan Heating, Refrigeration, And Air Conditioning
sebesar 0,87 - 0,89. Engineers.
2. Pipa absorber memiliki cover glass tube atau
pipa kaca berbahan material borosilicate dan
memiliki spesifikasi anti-reflektif dengan nilai
transmisivitas sebesar 0,96. Efisiensi energi
yang berguna yang diperoleh dari hasil
perhitungan secara teoritis solar collector
parabolic trough yaitu sebesar 509,17 (Watt)
dan efisiensi yang didapat adalah 75%.

ISSN 2089 - 7235


JTM Vol. 04, No. 2, Juni 2015

PANDUAN PENULISAN JURNAL ILMIAH TEKNIK MESIN


Penulis01, Penulis02, dan Penulis03
Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana Jakarta
Email: Penulis01@mercubuana.ac.id; Penulis02@mercubuana.ac.id,
Penulis 03@mercubuana.ac.id

Abstrak -- (intisari) memuat inti permasalahan, metodologi pemecahannya dan hasil yang diperoleh.
Abstrak ditulis dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, disertai kata kunci (keyword) di
bawahnya. Tulisan asli berupa softcopy yang dikirim penulis akan langsung dicetak sebagai isi
JURNAL TEKNIK MESIN apabila telah memenuhi panduan penulisan. Untuk menjamin keseragaman
dan kelancaran proses pencetakan, serta format tulisan maka dibuat panduan penulisan. Panduan
ini sebagai acuan yang diperlukan untuk penulisan dan pengiriman tulisan JURNAL TEKNIK
MESIN. Panduan ini ditulis sebagai format baku JURNAL TEKNIK MESIN dan untuk kemudahan
panduan dalam bentuk softcopy ini dapat langsung dijadikan template bagi penulis.

Kata kunci: panduan, tulisan, format, judul

Abstract -- contains the core of the problem, the solution methodology and the results obtained.
Abstract written in Indonesian and English, accompanied by keywords (keywords) below. The original
text in the form of soft copy sent direct writer will be printed as JURNAL TEKNIK MESIN contents if it
has met the writing guide. To ensure uniformity and smoothness of the printing process, as well as
the format of the writing made the posting. This guide as a reference is required for the writing and
delivery of writings JURNAL TEKNIK MESIN. This guide is written as a standard format for ease
JURNAL TEKNIK MESIN and guidelines in softcopy format can be directly used as a template for
writers.

Keywords: guidance, writing, format, title

1. PENGIRIMAN TULISAN jarak antar baris satu spasi, kecuali judul. Judul
menggunakan huruf besar Arial 12 yang dicetak
Tulisan asli yang dikirim ke Redaksi JURNAL tebal (bold), dan abstrak ditulis miring (Italic)
TEKNIK MESIN harus dalam bentuk softcopy dengan huruf Arial 10.
siap cetak yang dicopy-kan langsung kepada
Redaksi atau dikirimkan via email dalam format 2.2 Judul
*.doc atau *.docx dengan dilampiri pernyataan
bahwa tulisan tersebut belum diterbitkan dan tidak Judul Tulisan: Judul tulisan dicetak tebal dengan
sedang menunggu untuk diterbitkan di media huruf besar (12) dan diletakkan di tengah
mana pun. Penulis juga diminta untuk halaman. Judul tulisan diikuti nama dan afisiliasi
melampirkan biografi ringkas, afisiliasi dan alamat penulis serta abstrak, seperti pada panduan ini.
lengkap, termasuk alamat email. Judul Bagian: Judul bagian dicetak tebal
(bold) dengan huruf besar dan diberi nomor.
2. TULISAN Judul Subbagian: judul sub-bagian dicetak
tebal, dengan gabungan huruf besar dan kecil,
Tulisan akan dicetak dengan tinta hitam pada satu dimulai dari sisi kiri kolom. Jarak Tabs dalam
muka kertas HVS putih ukuran A4. Setiap paragraf adalah 0.6 cm.
halaman diberi nomor dan panjang tulisan
maksimal 8 (delapan) halaman. Untuk menjamin 2.3 Bahasa, Satuan dan Persamaan
keseragaman format, tulisan hendaknya
mempunyai marjin minimum sebagai berikut: Bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia
yang baik dan benar. Penggunaan bahasa dan
a. Marjin atas 2.5 cm, kiri 3 cm, bawah dan istilah asing sedapat mungkin dihindari, kecuali
kanan 2 cm. untuk “abstrak”.
b. Badan tulisan ditulis dalam dua kolom Penggunaan singkatan dan tanda-tanda
dengan jarak antar kolom 0.5 cm. diusahakan untuk mengikuti aturan nasional atau
internasional. Satuan yang digunakan hendaknya
2.1 Huruf dan Spasi mengikuti sistem satuan internasional (SI).
Persamaan atau hubungan matematik harus
Tulisan menggunakan huruf Arial 10 dengan dicetak dan diberi nomor seperti ini:

ISSN 2089 - 7235


JTM Vol. 04, No. 2, Juni 2015

=2 (1) judul serta diacu pada tulisan. Nomor dan judul


gambar diletakkan di bawah gambar, seperti
Di dalam teks, persamaan 1 dinyatakan dengan terlihat pada Gambar 1.
“Pers. (1)” atau “Persamaan (1)”.

2.4 Tabel

Tabel yang rapi dan jelas disertakan dalam teks


serta harus dirujuk pada teks. Keterangan tabel
ditulis di atas tabel sebagai berikut: “Tabel 1”. Di
dalam teks, tabel 1 dinyatakan dengan “Tabel
1”.

Tabel 1. Contoh penulisan nomor dan judul tabel


Conversion from
Symbol Quantity Gaussian and
CGS EMU to SI a Gambar 1. Penulisan nomor dan judul gambar
 magnetic flux 1 Mx  108 Wb =
108 V·s 2.6. Nomenclature
4M magnetization 1 G  103/(4) A/m
m magnetic 1 erg/G = 1 emu Simbol dan Definisi kosa kata sebaiknya
moment  103 A·m2 = dikumpulkan dan di tulis disini (sebelum Daftar
Pustaka). Sebagai contoh:
103 J/T
m magnetic 1 erg/G = 1 emu
APT = Available Production Time
moment  103 A·m2 =
Cmax = Maximum Consumption
103 J/T
B magnetic flux 1 G  104 T = 104 DT = Design Time
density, Wb/m2 KD = Design Coefficient
magnetic
induction Di dalam teks, persamaan 1 dinyatakan
H magnetic field 1 Oe  103/(4) dengan “Pers. (1)” atau “Persamaan (1)”.
strength A/m
magnetization 1 G  103/(4) A/m 3. DAFTAR PUSTAKA
4M
m magnetic 1 erg/G = 1 emu
moment Penyitiran pustaka dilakukan dengan
 103 A·m2 =
menyebutkan sumber penulis dan tahun, contoh:
103 J/T (Chapman, 2008). Daftar Pustaka hanya memuat
M magnetization 1 erg/(G·cm3) = 1
pustaka yang secara langsung menjadi sumber
emu/cm3 kutipan. Penulisan Daftar Pustaka dilakukan
 103 A/m dengan pengurutan berdasarkan nama belakang
4M magnetization 1 G  103/(4) A/m penulis, dicantumkan pada bagian akhir tulisan.
4M magnetization 1 G  103/(4) A/m Berikut adalah beberapa contoh penulisan
4M magnetization 1 G  103/(4) A/m daftar pustaka.
 specific 1 erg/(G·g) = 1
magnetization emu/g  1 A·m2/kg [1]. Casadei D, Serra G, Tani K. Implementation
m magnetic 1 erg/G = 1 emu of a Direct Control Algorithm on Discrete
moment  103 A·m2 = Space Vector Modulation. IEEE Transactions
103 J/T on Power Electronics. 2007; 15(4): 769-777.
4M magnetization 1 G  103/(4) A/m [2]. Calero C, Piatiini M, Pascual C, Serrano MA.
j magnetic 1 erg/G = 1 emu Towards Data Warehouse Quality Metrics.
dipole  4  1010 Proceedings of the 3rd Int’l. Workshop on
moment Wb·m Design and Management. Interlaken. 2009;
39: 2-11.
2.5 Gambar [3]. Ward J, Peppard J. Strategic planning for
Information Systems. Fourth Edition. West
Gambar dituliskan menggunakan format rata Susse: John Willey & Sons Ltd. 2007: 102-
tengah. Setiap gambar haruslah diberi nomor dan 104.

ISSN 2089 - 7235


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MERCU BUANA
Jl. Meruya Selatan, Kembangan, Jakarta Barat 11650
Telp: 021-5840816 (Hunting), Pesawat: 5200
Fax: 021-5871335

Anda mungkin juga menyukai