Anda di halaman 1dari 9

ISSN 2302 - 5255 (p)

ISSN 2541 - 5328 (e)


Volume 10 Nomor 2, Oktober 2017

JURNAL
ENERGI DAN MANUFAKTUR

Jurnal Energi dan Manufaktur


Jurusan Teknik Mesin, Universitas Udayana
Kampus Bukit Jimbaran, Bali 80362 ISSN
Telp./Fax.: +62 361 703321 Jurnal Halaman BALI
Vol. 10 No. 2 2302 - 5255 (p)
E-mail: jem@unud.ac.id; jem.jurnal@gmail.com Energi dan Manufaktur 48-89 Oktober 2017
http://ojs.unud.ac.id/index.php/jem/index 2541 - 5328 (e)
ISSN 2302-5255 (p)
ISSN 2541-5328 (e)

JURNAL ENERGI DAN MANUFAKTUR

Volume 10, Nomor 2, Oktober 2017, Hal. 48 – 89


Penanggung Jawab
Ketua Jurusan Teknik Mesin UNUD

Ketua Penyunting
Ainul Ghurri, S.T., M.T., Ph.D.

Mitra Bestari
Prof. Dr. Ir. I Wayan Surata, M.Erg. (UNUD)
Prof. Ir. Ngakan Putu Gede Suardana, MT.,Ph.D. (UNUD)
Prof. Dr. Ir. I Nyoman Gde Antara, M.Eng. (UNUD)
Prof. IN Suprapta Winaya, ST, MASc., Ph.D. (UNUD)
Prof. Dr. Ir. I GB Wijaya Kusuma (UNUD)
Prof. Dr. Tjokorda Gde Tirta Nindhia, ST, MT. (UNUD)
Prof. Dr. Ing. Ir. I Made Londen Batan, MEng. (ITS)
Prof. Ir. IN Sutantra, MSc., PhD. (ITS)
Prof. Dr. Ir. I NG Wardana, MEng. (UB)
Dr. Ir. Suhanan, DEA. (UGM)
Dr. Ir. Yanuar, MEng, MSc. (UI)
Prof. Dr. Ir. Johny Wahyudi S, DEA. (UI)
Ir. I GN Wiratmaja Puja, MSME, PhD. (ITB)
Dr. Ir. Dipl.Ing. Berkah Fajar TK. (UNDIP)
Prof. Dr. Ing. Ir. Harwin Saptoadi, MSE. (UGM)

Penyunting Pelaksana
I Ketut Adi Atmika, S.T., M.T.
Dewa Ngakan Ketut Negara Putra Negara, ST., MSc.
I Made Widiyarta, ST., MSc., Ph.D.
I Gusti Ketut Sukadana, ST., MT.
Ketut Astawa, S.T., M.T.
I Made Astika, ST., MErg., MT,
Dr. Wayan Nata Septiadi, S.T., M.T.

Jurnal ENERGI dan MANUFAKTUR diterbitkan oleh Jurusan Teknik Mesin - Universitas Udayana dua kali
dalam setahun pada bulan April dan Oktober, berisi artikel hasil penelitian dan kajian teoritis-analitis di
bidang Teknik Mesin dan bidang-bidang keteknikan yang terkait. Dewan redaksi menerima tulisan yang
belum pernah serta tidak sedang dipertimbangkan untuk diterbitkan atau dipublikasikan dalam media
lain. Naskah diketik dalam Bahasa Indonesia atau bahasa Inggris dengan mengikuti pedoman yang dapat
diunduh di halaman website Jurnal Energi dan Manufaktur.

Alamat Redaksi
Jurusan Teknik Mesin, Universitas Udayana
Kampus Bukit Jimbaran, Badung, Bali 80362
Telp. / Fax.: 62 361 703321
E-mail: jem@unud.ac.id; jem.jurnal@gmail.com
Website: http://ojs.unud.ac.id/index.php/jem
JURNAL ENERGI DAN MANUFAKTUR Volume 10, Nomor 2, Oktober 2017

Kata Pengantar

Puji syukur tercurahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas terbitnya JURNAL ENERGI DAN MANUFAKTUR,
Universitas Udayana volume 10 Nomor 1 April 2017 ini. Penerbitan jurnal ini bertujuan menyediakan media publikasi
untuk hasil-hasil penelitian maupun kajian aplikasi di bidang Teknik Mesin serta bidang keteknikan lain yang berkaitan.

Dewan redaksi mengucapkan terima kasih atas dukungan tiada henti dari rekan-rekan di kampus serta pimpinan
jurusan dalam menjaga keberlangsungan penerbitan jurnal ini. Dewan redaksi juga menyampaikan terima kasih atas
partisipasi rekan-rekan peneliti yang mengirimkan naskahnya untuk dipublikasikan via Jurnal Energi dan Manufaktur.

Dalam penerbitan JURNAL ENERGI DAN MANUFAKTUR Volume 10 Nomor 2 ini, disajikan 8 artikel, dalam berbagai
topik meliputi manajemen industri, desain computational fluid dynamics, material, drag reduction, dan pompa hidram.

Akhirnya, kami berharap semoga artikel-artikel dalam jurnal ini bermanfaat bagi pembaca dan memperkuat
semangat untuk ikut dalam pengembangan ilmu dan teknologi terutama di bidang Teknik Mesin. Kami tunggu naskah-
naskah untuk penerbitan berikutnya.

Penyunting

i
ISSN 2302 - 5255 (p)
ISSN 2541 - 5328 (e)

JURNAL ENERGI DAN MANUFAKTUR


Volume 10 • Nomor 2 • Oktober 2017 • Hal. 48 – 89

Daftar Isi

Peningkatan performansi produksi dengan pendekatan lean six sigma - H. 48 - 52


Harisupriyanto

Rancang bangun mesin penyangrai kacang tanah pada Industri Mochi di Sukabumi - 53 - 59
Silvi Ariyanti, Chandrasah Soekardi, Resa Taruna Suhada dan Wildan Yoga Pratama

Penerapan european foundation for quality management’s (efqm) excellence model 60 - 65


pada sistem pengukuran kinerja jurusan Teknik Mesin Universitas Udayana - I Made
Dwi Budiana Penindra

Analisis aerodinamis pada variasi bentuk ekor desain bodi mobil hemat energi - Nafisah Arina 66 - 70
Hidayati, Fitra Setiaji, Muhammad Ainul Yaqin, Dewi Mariya Ulfa, Moch. Agus Choiron

Pengaruh temperatur penuangan terhadap fluiditas dan struktur mikro logam Kuningan 71 - 75
pada metode evaporative casting - I.G.N Priambadi, I Ketut Gede Sugita, Ida Bagus Giri
Asmara, A.A.I.A.S. Komala Dewi

Pengaruh variasi lebar alur berbentuk segi empat pada permukaan silinder terhadap 76 - 80
koefisien drag - Si Putu Gede Gunawan Tista, Wayan Nata Septiadi dan Kadek Papin
Prayoga

Studi sifat penyerapan suara komposit corn husk fiber pada frekuensi rendah - Nasmi 81 - 85
Herlina Sari

Kajian eksperimental head losses katup limbah pompa hydram - Made Suarda, Ainul 86 - 89
Ghurri, Made Sucipta, I Nengah Suweden

ii
Jurnal Energi dan Manufaktur Vol 10 No. 2, Oktober 2017 (71-75) ISSN: 2302-5255 (p)
http://ojs.unud.ac.id/index.php/jem ISSN: 2541-5328 (e)

Pengaruh temperatur penuangan terhadap fluiditas dan struktur


mikro logam Kuningan pada metode evaporative casting

I.G.N Priambadi1)*, I Ketut Gede Sugita2), Ida Bagus Giri Asmara3),


A.A.I.A.S. Komala Dewi4)
1,2,3,4Jurusan Teknik Mesin, Universitas Udayana Kampus Bukit Jimbaran, Bali 80362
Abstrak

Banyak penggunaan logam kuningan di industri pengerajin sebagai bahan pembuatan perhiasan dan interior ruangan yang
berbentuk besar dan rumit, maka seringnya terjadi cacat coran ( fluiditas ) pada hasil pengecoran sehingga tidak sesuai dengan
bentuk yang diinginkan, maka dicari alternatif metode pengecoran lain. Salah satu alternatif adalah pengecoran evaporative
(lost foam). Evaporative casting adalah metode pengecoran yang menggunakan pola cetakan dari polystyrene foam yang
memiliki ketelitian karena pola cetak yang mudah dibentuk sesuai benda yang diinginkan. Pengujian fluiditas digunakan
cetakan bentuk spiral dengan variasi temperatur penuangan 900,950 dan 1000°C. Pengujian struktur mikro untuk mengetahui
sifat mekanik material kuningan 60% Cu-40% Zn . Temperatur penuangan sangat berpengaruh terhadap fluiditas, dimana
semakin tinggi suhu penungan maka semakin panjang laju alir fluiditasnya. Skema struktur mikro logam kuningan (60% Cu-
40% Zn) terlihat fase a ( terlihat terang ) dan fase ß ( terlihat gelap ) lebih mendomonasi. Jenis kuningan ini sering disebut
dengan nama alpha plus beta brass yang memiliki sifat keras dan getas.

Kata Kunci : Kuningan, Evaporative casting, Fluiditas, Struktur mikro

Abstract
Much use of metal brass craftsmen in the industry for the manufacture of jewellery and interior room in the shape of a large
and complicated, then often occur defect castings (fluidity) in casting so that the results do not correspond to the desired shape,
then look for an alternative method of casting the other. One alternative is the evaporative casting (lost foam). Evaporative
casting is a casting method using polystyrene foam mold of the pattern that has a precision due to the easy print pattern is
formed according to the desired object. Testing the fluidity is used spiral mold temperature variation with pouring 900.950 and
1000 ° c. Microstructure of testing to know the mechanical properties of the material brass 60% Cu-40% Zn. Pouring
temperature very influential towards the fluidity, in which the higher the temperature of the penungan the long fluiditasnya flow
rate. The scheme of the microstructure of metals brass (60% Cu-40% Zn) visible phase α (visible light) and β phase (visible
dark) more mendomonasi. Types of brass is often called by the name of alpha plus beta brass that has the nature of hard and
brittle.

Keywords: brass casting, Evaporative, Fluidity, microstructure

1. Pendahuluan invesmen, dan pengecoran evaporative (lost foam


casting), pengecoran cetakan permanen adalah proses
Kebutuhan logam kuningan pada saat ini pengcoran dimana cetakan dapat digunakan berulang
semakin meningkat, terutama pada industri-Industri kali dan pengecoran jenis ini adalah pengecoran
pengrajin logam kuningan. Banyak digunakan sebagai cetakan logam bertekanan dan
bahan baku pembuatan perhiasan dan berbagai benda pengecoran sentrifugal, hasil pengecoran sering terjadi
fungsional seperti lampu, koin bahkan cermin. Seiring cacat yang diakibatkan oleh fluiditas dan temperatur
kemajuan jaman banyaknya penggunaan logam tuang pada saat melakukan pengecoran. Oleh karena
kuningan antara lain pada industri otomotif, perhotelan, itu, penelitian ini akan meneliti tentang “Pengaruh
restoran dan industri temperatur penuangan terhadap fluiditas dan struktur
lainnya, untuk pembuatan benda kerja menggunakan mikro logam kuningan pada metode evaporative
proses pengecoran. Pengecoran merupakan proses casting” dengan temperatur penungan yang bervariasi.
pembuatan benda kerja dengan cara menungakan Metode ini ditemukan dan dipatenkan oleh Shroyer
benda cair kedalam rongga cetakan kemudian pada tahun 1958 (Shroyer, 1958 [1]
dibiarkan menjadi padat. Keuntungan dari proses ini Permasalahan yang dibahas pada penelitian ini adalah
yaitu dapat memproduksi benda yang bentuknya :
komplek, sedangkan pengecoran sendiri dikelompokan 1. Bagaimana pengaruh temperatur penungan
menjadi dua yaitu pengecoran cetakan non permanen terhadap fluiditas kuningan pada metode
dan pengecoran cetakan evaporative casting ?
permanen. Pengecoran cetakan non permanen adalah 2. Bagaimana pengaruh temperatur penuangan
proses pengecoran dimana cetakan hanya dapat terhadap struktur mikro kuningan pada metode
dipakai sekali saja karena untuk mengeluarkan benda evaporative casting?
kerja cetakan harus dihancurkan. Jenis pengecoran ini Beberapa batasan ditetapkan dalam penelitian ini
adalah pengecoran cetakan pasir, pengecoran meliputi:

*Korespondensi: Tel./Fax.: 081337610065/0361 703321


E-mail: priambadi.ngurah@unud.ac.id
Teknik Mesin Universitas Udayana 2017
IGN Priambadi et.al / Jurnal Energi dan Manufaktur Vol. 10 No. 2, Oktober 2017 (71 – 75) 72

1. Metode pengecoran hanya menggunakan 2.3 Pembekuan


metode evaporative. a. Pembekuan logam
2. Bahan yang digunakan hanya kuningan. Kalau cairan logam murni perlahan-lahan di
3. Pengujian fluiditas yang digunakan hanya dinginkan, maka pembekuan terjadi, permulaan
dengan metode pengujian spiral dan pembekuan terjadi pertumbuhan inti-inti kristal,
pengamatan struktur mikro paduan kuningan. kemudian kristal-kristal tumbuh sekeliling ini tersebut,
dan inti lain yang timbul pada saat yang sama.
2. Dasar teori b. Pembekuan paduan
Jika logam yang terdiri dari dua unsur atau lebih
2.1 Kuningan di dinginkan dalam keadaan cair, maka butirbutir
Kuningan adalah logam yang merupakan kristalnya akan berbeda dengan butir-butir kristal logam
campuran dari tembaga (Cu) dan seng (Zn). Tembaga murni. Apabila suatu paduan terdiri dari komponen A
merupakan komponen utama dari kuningan, dan dan
kuningan biasanya diklasifikasikan sebagai paduan komponen B membeku, maka sukar di dapat susunan
tembaga. Warna kuningan bervariasi dari coklat butir
kemerahan gelap hingga ke cahaya kuning keperakan Kristal A dan kristal B tetapi umumnya di dapat butir-
tergantung pada jumlah kadar seng. Temperatur butir
peleburan sesuai komposisi paduan antara tembaga Kristal campuran dari A dan B.
(Cu) dan seng (Zn) didapat berdasarkan Grafik 2.1 c. Pembekuan coran
berikut : Pembekuan coran dimulai dari bagian yang
bersentuhan dengan cetakan yaitu ketika panas dari
logam cair diambil oleh cetakan sehingga bagian logam
yang bersentuhan dengan cetakan itu mendingin
sampai keadaan beku. Struktur paduan dapat terdiri
dari tiga macam larutan padat, senyawa antar logam,
dan logam murni sehingga kenaikan komposisi paduan
menyebabkan bertambahnya macam kristal dan
struktur.

2.4 Fluiditas
Fluiditas adalah kemampuan suatu logam cair
untuk mengalir masuk kedalam cetakan sebelum
membeku. Faktor-faktor yang mempengaruhi fluiditas
yaitu :
Grafik 2.1 Diagram biner Cu-Zn  Temperatur penuangan
 Komposisi logam (mempengaruhi panas lebur
2.2 Evaporative (lost foam casting) dari logam)
Proses pengecoran dengan menggunakan  Viskositas logam cair.
metode evaporative (lost foam casting) tidak seperti  Panas yang diserap oleh lingkungan
pengecoran dengan menggunakan cetakan pasir sekitarnya.
lainnya, pada proses ini pasir kering digunakan sebagai
media cetakan, sedangkan pola terbuat dari Untuk mengukur fluiditas digunakan cetakan spiral.
polystyrene foam . Proses pengecoran dengan a. Hubungan pembekuan dengan mampu alir
menggunakan metode evaporative mempunyai Faktor lain yang mempengaruhi besaran
tahapan seperti gambar sebagai berikut: [2] mampu alir adalah komposisi paduan. Logam cair yang
1. Pembuatan pola dari polystyrene foam (PS) memiliki mampu alir yang tinggi adalah logam murni
atau styrofoam sesuai dengan bentuk benda dan paduan komposisi eutektik. Paduan yang dibentuk
yang akan dicor. dari larutan padat, dan memiliki range pembekuan yang
2. Pembuatan pola cetakan dapat dilakukan besar memiliki mampu alir yang jelek. Terjadi
dengan menggunakan cetakan injeksi pembekuan yang
(infection moldel) atau dengan memotong berbeda yaitu daerah komposisi logam cair murni dan
lembaran styrofoam dengan menggunakan paduan komposisi eutektik mempunyai pembekuan
pemotong listrik. yang disebut mampu alir paduan dengan jarak
3. Memasukan pola kedalam kotak pengecoran pembekuan pendek (fluidity of short freezing range
dan pasir diisi kemudian dipadukan. alloy).
4. Penuangan cairan logam kedalam pola melalui b. Mampu alir paduan dengan jarak pembekuan
saluran masuk dan kemudian logam pendek
didinginkan. Logam cair murni atau komposisi eutektik
Pengecoran dengan metode (evaporative lost foam masuk kedalam saluran, pembekuan akan dimulai dari
casting) mempunyai keunggulan sebagai berikut, dinding saluran dan terus bergerak sampai kedua sisi
fleksibel dalam pembuatan pola, pola dapat diubah kolumnarnya bertemu rapat sehingga mengakibatkan
dengan cepat jika ada kesalahan pembuatan, dan biaya cairan logam berhenti.Rumus yang digunakan : [3]
yang dikeluarkan lebih kecil.
IGN Priambadi et.al / Jurnal Energi dan Manufaktur Vol. 10 No. 2, Oktober 2017 (71 – 75) 73

- Blower
L f  V . ts (cm ) ……………………….(1)
det - Kowi
- Timbangan digital
Dimana : - Cetakan pasir
Lf  panjang fluiditas (cm ) - Polystyrene foam (PS)
- Alat pemotong Polystyrene foam (PS)
V  kecepa tan aliran ( cm / det) - Tang panjang
ts  waktu pembekuan (det) - Uji fluiditas
- Mikroskop optik
- Thermocouple dan display
2.5 Pasir cetak - Varnier Caliper
Pasir cetak yang paling lazim digunakan adalah - Gregaji Mesin dan Gregaji Tangan
pasir gunung, pasir pantai, pasir sungai dan pasir silika. - Amplas
Pasir silika terdiri dari dua macam yaitudalam keadaan - Aoutosol
alamiah dan dengan memecah kwarsit. Pasir silika - Kain beludru
mempunyai kandungan utama yaitu SiO2 dan 3.2 Metode penelitian
terkandung kotoran seperti mika dan felsfar, dan untuk 1. Pembuatan pola dan cetakan wadah pasir
pasir silika buatan dari kwarsit yang diperoleh memiliki 2. Pengujian hasil coran dilakukan pengulangan
sedikit kotoran yang jumlah SiO2 lebih dari 95%. sebanyak tiga kali pada hari yang berbeda
Pengecoran dengan metode evaporative biasanya 3. Gambar pola cetakan polystyrene foam
menggunakan pasir silika kering tanpa 4. Diagram alir penelitian
mencampurkannya dengan bentonit dan air, ini karena 5. Pelaksanaan penelitian
menjaga pasir agar dapat masuk pada bagian-bagian
terkecil dari pola cetakan. Penelitian ini ada dua tahap yaitu pembuatan dan
pengujian specimen.
2.6 Polystyrene foam (PS) Proses Pembuatan Spesimen (Proses Pengecoran )
Polystyrene foam (PS) atau yang biasanya 1. Persiapan alat dan bahan
disebutkan dengan nama styrofoam diproduksi dalam 2. Pembuatan pola dan cetakan.
bentuk busa atau gabus. Akan lunak pada temperatur 3. Pemasangan thermokopel pada pola cetakan.
sekitar 95°C dan menjadi cairan kental pada 120°C 4. Peleburan logam
sampai 180°C dan menjadi encer diatas 250°C, 5. Penuangan kecetakan
kemudian terurai diatas 320°C sampai 330°C [3]. 6. Pendinginan dan pengukuran temperatur
menggunakan thermokopel type K
2.7 Mekanisme pengujian 7. Pembongkaran spesimen
a. Pengujian fluiditas 8. Pemeriksaan hasil coran
Pengujian fluiditas alir cairan logam digunakan
cetakan uji yang berbentuk spiral. Pengujian ini bisa Bentuk specimen uji dan media cetak adalah seperti
didapatkan indeks fluiditasnya, semakin banyak bagian gambar berikut :
spiral yang terisi semakin besar pula indek fluiditasnya.
Kuningan yang akan diuji, di lebur dalam dapur crusible.
Suhu peleburan untuk mengamati nilai fluiditas di
tentukan pada suhu 900oC, 950oC dan 1000°C. Variasi
temperatur ini digunakan untuk melihat pengaruh nilai
fluidasi terhadap temperatur tuang.

b. Pengujian struktur mikro


Logam mempunyai sifat mekanik yang tidak
hanya tergantung pada komposisi kimia suatu paduan,
tetapi juga tergantung pada struktur mikronya.
Pengamatan struktur mikro dapat menggunakan Gambar 3.1 Posisi thermokopel pada pola cetakan
mikroskop, dengan prinsip seperti dibawah ini:
 Mikroskop metalurgi dan pencahayaan
Mikroskop metalurgi dan pencahayaan dari
system optik, objek dan penampangnya,
 Penampakan butir yang telah dipolis dan dietsa
menggunakan mikroskop optik.

3. METODE PENELITIAN
3.1 Bahan dan alat
a. Bahan :
- Kuningan
- polystyrene foam (PS)
- pasir silica
b. Alat : Gambar 3.2 Media cetak pasir
- Dapur pelebur
IGN Priambadi et.al / Jurnal Energi dan Manufaktur Vol. 10 No. 2, Oktober 2017 (71 – 75) 74

Proses Pengujian 937,78oC, laju alir hanya mencapai panjang 25cm dari
a. Uji fluiditas, mampu alir paduan dengan jarak panjang keseluruhan pola yaitu 77cm, dan pengecoran
pembekuan pendek.. yang ketiga dengan temperatur 973.90oC, laju alir
b. Pengamatan struktur mikro, pengamatan hanya mencapai panjang 30cm dari panjang
struktur mikro logam kuningan pada temperatur keseluruhan pola yaitu 77cm. Data diatas merupakan
pengecoran 900°C, 950°C dan 1000°C. rerata dari tiga kali pengambilan data pada hari yang
berbeda.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Penelitian 4.2 Data Hasil Pengujian Fluiditas.
Berdasarkan Grafik 4.1, maka fluiditas darii
Data Penurunan Temperatur pada Proses Pengecoran proses pengecoran yang dilakukan dapat dihitung
dengan persamaan (1) didapat sebagai berikut :
Tabel 4,1 Data fluiditas pengecoran
Pengecoran 1 Pengecoran 2 Pengecoran 3
Lf = 20 cm Lf = 25 cm Lf = 30 cm
ts = 3 detik ts = 4 detik ts = 5 detik
v = 6.67 v = 6.25
cm/det cm/det v = 6 cm/det

4.3 Data Hasil Pengujian Struktur Mikro

Grafik 4.1 Pengecoran temperatur 900oC

Gambar 4.1 Struktur mikro logam kuningan


(60%Cu-40%Zn), temperatur 900°C
Grafik 4.2 Pengecoran temperatur 950 oC (a) awal pembentukan inti kristal nucleus. (b)
terbentuknya lengan dendrit. (c) saling bertumpuknya
coran dengan dendrit.

Grafik 4.3 Pengecoran temperatur 1000 oC Gambar 4.2 Struktur mikro logam kuningan
(60%Cu-40%Zn), temperatur 950°C
Pada Grafik 4.1, 4.2, 4.3 menunjukan bahwa (a) awal pembentukan inti kristal nucleus. (b)
terjadi perbedaan temperatur dan laju alir, dimana pada terbentuknya lengan dendrit. (c) saling bertumpuknya
grafik pengecoran pertama dengan temperatur tuang coran dengan dendrit.
900 oC laju alir hanya mencapai panjang 20cm dari
panjang keseluruhan pola yaitu 77cm, pada
pengecoran yang kedua dengan temperatur tuang
IGN Priambadi et.al / Jurnal Energi dan Manufaktur Vol. 10 No. 2, Oktober 2017 (71 – 75) 75

bahwa dendrite dengan bentuk tipis dan panjang


dihasilkan dari pola cetakan dengan kerapatan
polystyrene foam rendah [7].

5. KESIMPULAN
Besarnya butiran cetakan pasir pada proses
pengecoran dengan metode evaporative akan
memberikan pengaruh pada kehalusan hasil cetakan.
Dimensi pola cetakan juga memberikan pengaruh pada
terpenuhinya pola oleh material coran. Kondisi ini terjadi
karena kerapatan pada material cor akan berdampak
pada kecepatan aliran material cor memenuhi pola
cetakan.

Daftar Pustaka

Gambar 4.3 Struktur mikro logam kuningan [1] Shroyer, H. F., 1958, Cavityless casting mold
(60%Cu-40%Zn), temperatur 1000°C andmethod of making same, American
(a) awal pembentukan inti kristal nucleus. (b) Foundryman Society Transaction US Patent No. 2.
terbentuknya lengan dendrit. (c) saling bertumpuknya 2830343.
coran dengan dendrit. [2] Surdia, T and Saito S., 1992, “Pengetahuan Bahan
Teknik”.PT. Pradnya Paramita. Jakarta.
[3] Campbell, J., Harding, R.A. (1994). The Feeding
4.4 Pembahasan of castings.[ONLINE] Available at:
http://www.alueurope.eu/talat/ lectures/3206.pdf.
Penurunan temperatur coran untuk material [Last Accessed 24 November 2013].
kuningan dengan metode evaporative yang dilakukan
cukup cepat cepat sehingga pola yang panjang 77 cm
tidak terpenuhi untuk semua variasi temperaturnya.
Kondisi ini disebabkan oleh bentuk butiran pasir yang [4] Sutiyoko, Lutiyatmi (2013). Pengaruh ukuran pasir
digunakan mempunyai ukuran yang besar, sehingga cetak terhadap fluiditas dan akurasi ukuran besi
ada celah udara yang menyebabkan temperatur coran cor kelabu dengan pengecoran lost foam.
terserap cepat. Hal ini diperkuat dengan penelitian yang Proseding SEMINAR NASIONAL ke 8 Tahun
menyatakan bahwa rongga antar pasir tersebut secara 2013 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi
otomatis terisi oleh udara sehingga pada ukuran pasir [5] Sutiyoko (2012. Metode pengecoran lost foam
yang lebih besar udara lebih banyak terdapat pada menjawab tantangan dunia industry pengecoran
permukaan rongga cetak. Efek selanjutnya pendinginan logam. Jurnal Foundry. Hal 21 - 29
pada ukuran butir yang lebih besar menjadi lebih cepat [6] Mirbagheri S. H. M., Silk J. R., Davami P., 2004,
dibandingkan dengan tempat yang memiliki ukuran “Modelling of Foam Degradation in Lost Foam
pasir lebih kecil [4]. Ukuran pasir yang besar Casting Process”, Journal of Material Science, Vol.
memberikan pengaruh pada kekasaran permukaan dari 39, pp.4593–44603.
hasil coran [5]. [7] Ivan Junaidy Abdul Karim (2010). Pengaruh
Fluiditas pada pengamatan material coran tidak kerapatan polystyrene foam terhadap mampu alir
mampu memenuhi seluruh pola, hal ini diakibatkan dan kualitas coran paduan aluminium 356.1 yang
karena butiran pasir cukup besar sehingga terjadi dicor dengan metode evaporative.Jurnal
penurunan temperatur coran yang cepat sehinggan Mekanika. Volume 9 Nomor 1, hal 243 -246
kecepatan fluiditasnya rendah. Ketidakmampuan coran
dalam memenuhi pola disebabkan karena ukuran pola
yang kecil sehingga tekanan alir material coran
terhalang oleh gas yang dihasilkan dari penguapan
polystyrene foam. Pernyataan ini diperkuat dengan
hasil penelitian yang menyatakan bahwa Gas yang
berada antara logam cair dan polystyrene foam
terbentuk akibat penguapan polystyrene foam
menyebabkan mampu aliran logam cair semakin
berkurang. Semakin tinggi kerapatan polystyrene foam
semakin besar tekanan gas (backpressure) yang
berpengaruh pada kemampuan mengisi logam cair
pada cetakan [6].
Pengamatan yang dilakukan pada struktur mikro
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
pembentukan dendrite. Semakin cepat penurunan
temperatur coran, maka ukuran dendrit menjadi lebih
besar dan terlihat panjang. Kondisi ini didukung pula
dengan pernyataan hasil penelitian yang menyatakan

Anda mungkin juga menyukai