Anda di halaman 1dari 21

ISSN 2338 – 414X

Nomor 1/Volume 3/Juli 2015

PROSIDING
KONFERENSI NASIONAL
ENGINEERING PERHOTELAN

“INOVASI TEKNOLOGI UNTUK MENINGKATKAN


KUALITAS INDUSTRI PARIWISATA”

Jurusan Teknik Mesin


Fakultas Teknik, Universitas Udayana
Kampus Bukit Jimbaran, Bali 80362
Telp./Fax.: +62 361 703321
http://www.mesin.unud.ac.id Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
ISSN 2338 - 414X
ISSN: 2338-414X

Prosiding Konferensi Nasional Engineering Perhotelan VI – 2015


11 – 12 Juni, 2015

Ketua Editor : Dr. I Made Parwata, ST.,MT


Editor Pelaksana : Ainul Ghurri, S.T., M.T., Ph.D.
Dr. Wayan Nata septiadi, ST, MT
I Ketut Adi Atmika, S.T., M.T.
IG Teddy Prananda Surya, S.T., M.T.
I.D.G Ary Subagia, S.T,M.T, Ph.D

Penyunting Ahli : Prof.Ir.Ngakan Putu Gede Suardana,MT.,Ph.D (UNUD)


Prof.I Nyoman Suprapta Winaya, ST., MASc, PhD (UNUD)
Prof.Dr. ING Antara M.Eng. (UNUD)
Prof.Dr. Tjok Gd. Tirta Nindhia (UNUD)
Dr. Ir. I Wayan Surata, MErg (UNUD)
Prof.Dr.Ing. Mulyadi Bur (Sekjen BKSTM)
Prof. Dr. Kuncoro Diharjo, ST,MT. (UNS)
Prof Johny Wahyuadi M, DEA (UI)
Prof. Dr-Ing. Nandy Putra, (UI)
Prof. Dr. Ir. Satryo Soemantri Brodjonegoro (ITB)
Dr Caturwati (UNTIRTA)
Fauzun, ST.,MT. PhD.(UGM)

Hak Cipta @ 2014 oleh KNEP VI – 2015


Jurusan Teknik Mesin – Universitas Udayana.
Dilarang mereproduksi dan mendistribusi
bagian dari publikasi ini dalam bentuk
maupun media apapun tanpa seijin Jurusan
Teknik Mesin – Universitas Udayana.

Dipublikasikan dan didistribusikan oleh Jurusan Teknik Mesin – Universitas


Udayana, Kampus Bukit Jimbaran, Bali 80362, Indonesia.

i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmatNya acara Konferensi Engineering Perhotelan VI (KNEP-VI) bisa terselenggara pada
tanggal 11-12 Juni 2015 di Universitas Udayana Bali, Kampus Sudirman.
KNEP-VI, 2015 ini diselenggarakan sebagai suatu forum untuk membirarakan,
mendiskusikan serta mempresentasikan inovasi inovasi teknologi yang telah dilakukan oleh
berbagai kalangan yang nantinya dapat dimanfaatkan untuk peningkatan kualitas industri
pariwisata, khususnya di daerah Bal, yang di kelompokkan ke dalam lima topik yakni:
1. Engineering Perhotelan : manajemen dan optimasi sistem energy, sistem
pengamanan, sistem air dan perpipaan.
2. Energi dan Thermofluid : perpindahan kalor, mekanika fluida, termodinamika, sistem
energy baru terbarukan, teknologi pembangkit energi, teknologi nuklir.
3. Material : teknologi pengelasan, korosi, teknologi pengecoran, polimer dan komposit,
pengembangan material, nano teknologi dan nanomaterial.
4. Disain dan Manufaktur : desain dan sistem permesinan, pabrikasi, optimasi
permesinan, otomatisasi dan sistem control permesinan.
5. Industri Pariwisata Kreatif : teknologi penunjang manajemen pariwisata, manajemen
industri pariwisata, kebijakan energi, pengelolaan dampak lingkungan.
Adapun jumlah makalah yang dipresentasikan dalam konferensi ini berjumlah 71 makalah
yang mencakup lima topik di atas.
Kami mengucapkan terima kasih kepada keynote speaker, para akademisi, peneliti,
praktisi dan professional di bidang perhotelan yang telah mengirimkan artikelnya, serta
semua pihak yang meliputi panitia pengarah, panitia pelaksana, scientific committee dan
pihak-pihak yang telah terlibat dan membantu terselenggaranya kegiatan ini dengan sukses.

Denpasar, Bali, 8 Juni 2015

Ketua Panitia KNEP VI,

Dr. I Made Parwata, ST.,MT

ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
Makalah KNEP VI - 2015

Energi dan Tehrmofluid


ET 01
Analisa Pengaruh Variasi Kapasitas Uap Terhadap Efisiensi Ketel Uap di PT. Sinar Sosro 1
Banyuasin-Sumatera Selatan - Aneka Firdaus, Erwin Sirait

ET 02
Kajian Kelayakan Sistem Kogenerasi Turbin Gas Bandara Udara- I Made Astina dan Arief 9
Hariyanto

ET 03
Aplikasi PCM Bees Wax sebagai Teknologi Penyimpan Energi (thermal energy storage) pada 21
Pemanas Air Domestik- Adi Winarta, Muhammad Amin, Nandy Putra

ET 04
Pengujian Performansi Model Sistem Pompa Tunggal yang Beroperasi pada Berbagai 29
Temperatur Fluida Kerja- I Wayan Suma Wibawa

ET 05
Uji Performansi Gasifikasi Limbah Jerami Menggunakan Gasifier Kompor Biomass UB-03- 39
Ahmad Maulana, I Nyoman Suprapta Winaya, I Wayan Bandem Adnyana

ET 06
Investigasi Eksperimental Pengaruh Laju Aliran Massa Air pada Solar Termal Tipe CPC - Edi 47
Marzuki, Mokhamad Hasan, Yogi Sirod Gaoz, Mulya Juarsa, Muhamad Yulianto

ET 07
Metode Konstruksi Kolektor Surya CPC Berselubung Kaca sebagai Media Evaporasi Sistem ORC- 57
Dwi Yuliaji, Yogi Sirod Gaoz, Tachli Supriyadi, Roy Waluyo, Mulya Juarsa, Muhamad Yulianto

ET 08
Pengaruh Saluran Pemasukan Udara terhadap Unjuk Kerja Kompor Teknologi Tepat Guna 67
dengan Bahan Bakar Biomassa Ranting dan Limbah Potongan Kayu Kering- I Wayan Joniarta

ET 09
Perancangan Burner Berbahan Bakar Oli Bekas dengan Sistem Steam Atomizing Burner- 77
Maramad Saputra Nara, I Gst. Bagus Wijaya Kusuma, I DGP Swastika

ET 10
Rancang Bangun Resirkulator Emisi Gas Buang Mesin Sepeda Motor Empat Langkah - I Ketut 85
Adi, I Gusti Bagus Wijaya Kusuma, I Wyn Bandem Adnyana

ET 11
Penggunaan Kabut Air untuk Memadamkan Api Kebakaran- I G.N.Bagus Mahendra Putra, Ainul 89
Ghurri

ET 12
Pengaruh Penambahan Gas Argon dan Variasi Holding Time pada Proses Pirolisis Batok Kelapa 97
Muda Terhadap Nilai Kalor Bakar - I W Ambara Antara, I N Suprapta Winaya, I K G Wirawan

iii
ET 13
Perbandingan Performansi Briket Sabut Kelapa Muda, Serbuk Gergaji dan Campurannya- I A 105
Eka Pertiwi Sari, Yudhi Setiawan, I G Kt Sukadana, Wayan Nata Septiadi

ET 14
Analisis Komputasi Pengaruh Geometri Muka terhadap Koefisien Hambatan Aerodinamika 113
pada Model Kendaraan - Rustan Tarakka, A. Syamsul Arifin P, Yunus

ET 15
Kajian Eksperimental Pemanfaatan Panas Buang Kondensor Air Conditioning Sebagai Alternatif 121
Penghasil Energi Listrik dengan Bantuan Generator Termoelektrik - Sri Poernomo Sari, Pujang
Setia, Trivani Achirudin, Bambang Suryawan

ET 16
Perancangan Roket Berbahan Bakar Padat dengan Diameter 35mm- I Nyoman Gede Paramarta, 131
Dewa Gede Angga Pranaditya

ET 17
Pengaruh Variasi Konsentrasi Arak Bali Terhadap Torsi, Daya dan Konsumsi Bahan Bakar 137
Sepesifik Mesin Empat Langkah - I Gusti Ketut Sukadana

ET 18
Pengaruh Alur Berbentuk Segi Empat pada Permukaan Silinder Terhadap Koefisien Drag 143
dengan Variasi Jarak Antar Alur- Si Putu Gede Gunawan Tista, Wayan Nata Septiadi, I Gede Agus
Ari Wahyudi

ET 19
Pemanfaatan Energy Recovery pada Destilasi Air Energy Surya - I Gusti Ketut Puja, FA Rusdi 151
Sambada

ET 20
Evaluasi Sudut Semprot Minyak Kelapa pada Ujung Nosel dengan Pemanasan Awal Berbentuk 161
Straight- I Ketut Gede Wirawan, Made Sucipta, I Putu Agus Arisudana

ET 21
Pengujian Unjuk Kerja Kincir Air Sudu Lurus sebagai Penggerak Pompa Torak - I Wyn Rama 163
Wijaya, I Gst Ketut Sukadana, Wayan Nata Septiadi

ET 22
Pengaruh Penempatan Sirip Berbentuk Segitiga yang Dipasang secara Aligned dan Staggered 167
terhadap Performansi Kolektor Surya Pelat Datar - Ketut Astawa, I Nengah Suarnadwipa

ET 23
Pengaruh Volume Tabung Udara terhadap Performansi Pompa - Made Suarda, A.A. Adhi 175
Suryawan, Made Sucipta, I G.A. Indra Setiawan

ET 24
Karakteristik Pendinginan Evaporatif Menggunakan Cooling Pads - I Gusti Ngurah Putu Tenaya, 183
Ainul Ghurri, I Gede Purwata

ET 25
Solar Energy Electric 10kw With “Sliver 3000” And Changeover Switch Based Plc Festo And 189
Green Power Gas Generator Set With Grid Line Lpg Fuel- Suprapto Widodo, Nurman, M.
Syahruddin

ET 26
Karakterisasi Kinerja Pipa Kalor Bertingkat dengan Wick Screen Mesh untuk Pendingin CPU- 193

iv
Wayan Nata Septiadi, I Gede Putu Agus Suryawan, I Ketut Gede Wirawan, I Komang Jana Mujaya,
Mochamad Rizal Sugiono, Putu Wardana

Grup Engineering Perhotelan


EP 01
Lean Maintenance di Industri Perhotelan: Sebuah Tinjauan Literatur- I Wayan Suweca 201

Grup Material
M 01
Pengaruh Perlakuan Quench Temper dan Karburisasi Terhadap Sifat Mekanik dan Struktur 209
Mikro Baja Karbon Medium Untuk Aplikasi Otomotif - Abdul Aziz

M 02
Karburasi dengan Katalisator Serbuk Cangkang Kerang Darah (Anadara Granosa) pada Baja ST 217
37- Johannes Leonard

M 03
Pengaruh Variasi Temperatur Perlakuan Panas Terhadap Kekuatan Mekanis pada Baja Karbon 225
AISI1045 - La Atina, Hammada Abbas

M 04
Katalisator Cangkang Keong Mas Terhadap Sifat Mekanik Baja ST42 melalui Proses Kaburasi - 231
Abdul Hay, Arief Darmawa

M 05
Pemanfaatan Ampas Tebu sebagai Reinforcement pada Pembuatan Rem Komposit Berbahan 243
Alami- Agus Triono

M 06
Analisa Kekuatan Sambungan Pipa Baja Karbon dan Besi Cor Berbasis Teknologi Las Gesek 249
(Friction Welding) - Nur Husodo, Budi Luwar S, Hagi Astono P, Sri Bangun S, Rachmad Hidayat

M 07
Pengembangan Bahan Cetakan Alternatif pada Proses Pembuatan Genta Untuk Meningkatkan 259
Sifat Mekanik dan Struktur Mikro Paduan Perunggu - I Made Gatot Karohika, I Nym Gde Antara

M 08
Karakteristik Redaman Suara Komposit Polyester Berpenguat Serat Tapis Kelapa - I Made 265
Astika, I Gusti Komang Dwijana

M 09
Pengujian Propagasi Gelombang Mikroelektromagnetik pada Komposit Epoxy Berpenguat 273
Serat Ijuk- Nitya Santhiarsa, Eko Marsyahyo, Achmad Assad Sonief, Pratikto

M 10
Sifat Kekerasan Lapisan Krom Baja St 60 pada Perlakuan Temperatur dan Tegangan dengan 279
Proses Elektroplating- Ketut Suarsana

M 11
Pack Carburizing Baja Karbon Rendah - Dewa Ngakan Ketut Putra Negara, I Dewa Made Kirshna 285
Muku

M 12
Kekuatan Tekan Komposit Serat Limbah Pisang dengan Matriks Epoksi sebagai Bahan Socket 291
Prosthesis- Agustinus Purna Irawan, I Wayan Sukania

v
M 13
Pengembangan Indentation Size Effect (ISE) dalam Penentuan Koefisien Pengerasan Regang 295
Baja - I Nyoman Budiarsa

M 14
Pengaruh Korosi Air Laut pada Kekuatan Tarik Sambungan Las Kombinasi Stainless Steel 304- 297
201- Tjokorda Gde Tirta Nindhia

M 15
Kekuatan Tarik dan Kekuatan Lentur Komposit Epoxy Berpenguat Serat Sisal pada Fraksi 301
Volume yang Berbeda- I Putu Lokantara, I Wayan Surata, NPG Suardana, Ade Putra Arimbawa

M 16
Analisis Koefisien Absorpsi Bunyi pada Komposit Penguat Serat Alam dengan Menggunakan 307
Alat Uji Tabung Impedansi 2 Microphone- Cok Istri Putri Kusuma Kencanawati, I Ketut Gede
Sugita, I Gusti Ngurah Priambadi

M 17
Studi Dendrite Arm Spacing (Das) dan Porositas pada Pengecoran Perunggu 20% Sn sebagai 313
Bahan Gamelan- I Ketut Gede Sugita, Ketut Astawa, I.G.N. Priambadi

Grup Desain dan Manufaktur


DM 01
Pendekatan Lean Maintenance untuk Perbaikan Sistem Pemeliharaan- H. HARI SUPRIYANTO 319

DM 02
Studi Karakteristik Pencampuran pada Pergeseran Pusat Putaran dengan Tool CFD - Zumrotul 325
Ida, Moch. Agus Choiron

DM 03
Penerapan Teknologi Hybrid Crash Box sebagai Peningkatan Energi Absorbtion- Agus Wahyu 331
Prasetyo, Moch. Agus Choiron

DM 04
Pengaruh Nose Radius Mata Pahat Terhadap Nilai Kekasaran Permukaan Baja AISI D3 pada 337
Proses Pembubutan- Sobron Lubis, Rosehan, Candy Alipin

DM 05
Rancang Bangun Mesin Pengaduk Adonan Kulit Mochi untuk Meningkatkan Mutu Produk- 347
SilviAriyanti dan Wildan Yoga Pratam

DM 06
Perancangan Teknik Berbasis Optimasi Numerik Menggunakan Algoritma Genetik Untuk 357
Permasalahan Berkendala - Muhammad Idris

DM 07
Pengaruh Pendinginan Oli dan Air Terhadap Kekuatan Las Gesek Pada Baja ST42- Hammada 369
Abbas , Arfandy

DM 08
Desain dan Analisa Pisau Penghancur Bonggol Jagung Sebagai Salah Satu Bahan Pakan Ternak 375
dengan Menggunakan Software Ansys 12.1 - Liza Rusdiyana, Suhariyanto, Gathot Dwi Winarto,
Syamsul Hadi, Mahirul Mursid

DM 09
Crack Opening Evaluation due to One Single Overload on CCS- Nafisah Arina Hidayati 385

vi
DM 10
Analisa Perhitungan Gaya pada Implant Broad Plate Narrow LC-DCP 10 Holes yang Tertanam di 395
Tulang Kering Kaki Manusia - Budi Luwar S, Nur Husodo, Sri Bangun Setyawati, Rizki Krisnando
Rachmad Hidayat

DM 11
Pengembangan Model Total Biaya Sistem Produksi Pembuatan Kapal Layar Phinisi dengan 405
Critical Path Metdhot (Cpm) - Dirgahayu Lantara

DM 12 415
Perancangan Rasio Sistem Transmisi dengan Progresi Geometri Bebas untuk Kendaraan
Penggerak Roda Belakang- I Gusti Agung Kade Suriadi, AAIA. Sri Komaladewi, I Ketut Adi Atmika

DM 13
Karakteristik Traksi dengan Kontrol Rasio CVT Pada Kendaraan Mikro Hibrida - I Ketut Adi 423
Atmika, I.D.G. Ary Subagia, I Made Dwi Budiana P.

DM 14
Simulation of Integrated Double Pendulum with MATLAB/Simulink and Solidworks Softwares - 433
I Wayan Widhiada

DM 15
Analisa Cost Down Time Komponen Kritis Mesin Pembersih Gallon Pt. X Menggunakan Metide 441
Rcm - Ida Bagus Gde Ardhikayana

DM 16
Kekasaran permukaan baja karbon sedang akibat proses sand-blasting dengan variasi jarak 453
nosel - I Made Widiyarta, I Made Parwata dan I Putu Lokantara

Grup Industri Pariwisata Kreatif


IPK 01
Analisis dan Pemetaan Tingkat Kebisingan Berbagai Kawasan di Kota Denpasar- Aris Budi 457
Sulistyo, I Ketut Gede Sugita, dan Cok Istri P. Kusuma K.

IPK 02
Aplikasi Search Engine Perpustakaan Petra Berbasis Android Dengan Apache SOLR- 467
Andreas Handojo, Adi Wibowo, Monika Irfanny, Agnes Yustivani, Fenny Valentine

IPK 03
Transkripsi Musik Gong Timor Menggunakan Continous Wavellet Transform - Yovinia C 475
H Siki, Yoyon K Suprapto

IPK 04
Usulan Perbaikan Kualitas Penggulungan Benang Nilon dengan Menggunakan Metode 483
Six Sigma di PT. XYZ- I Wayan Sukania, Iphov Kumala Sriwana, dan Edwin Suryajaya

IPK 05
Peningkatkan Pendapatan Kelompok Linggasana dan Denbantas dengan Mesin 491
Pencacah Sampah Organik untuk Kompos- I Gede Putu Agus Suryawan, I Gst. A. K.
Diafari D. Hartawan, Cok. Istri P. Kusuma Kencanawati

IPK 06
Rancang Bangun Aplikasi Pendataan Member Restoran pada Ponsel Pintar Berbasis 497
Android- I G.A.K. Diafari Djuni H, N.M.A.E.D. Wirastuti, I M.A. Suyadnya,
A.A.K. Aditama

vii
IPK 07
Pengembangan Potensi Biogas Skala Rumah Tangga di Desa Ped-Nusa Penida- I Wayan 507
Surata, Tjokorda Gde Tirta Nindhia

IPK 08
Analisis Postur Operator Quality Control terhadap Resiko Musculoskeletal Disorders 513
(Studi Kasus Visual Inspection Departemen Produksi PT. Widatra Bhakti)- Fu’ad
Kautsar, Dayal Gustopo, Fuad Achmadi

IPK 09
Mekanisasi Kemudi Empat Roda (4ws) Pendukung Transportasi Pariwisata - I.D.G Ary 517
Subagia, NPG. Suardana, IM. Dwi Budiana, Dea Indrawan

viii
Kajian Kelayakan Sistem Kogenerasi Turbin Gas Bandara Udara
I Made Astina, Arief Hariyanto
Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara, Institut Teknologi Bandung
Jalan Ganesha 10 Bandung 40132
Email: astina@ftmd.itb.ac.id

Abstrak
Kajian kelayakan dilakukan untuk melihat prospek implementasi sistem kogenerasi untuk
bandara udara Kualanamu per kondisi akhir 2014. Kajian meliputi kehandalan sistem,
efisiensi pemanfaatan bahan bakar dan life cycle cost (LCC). Bandara konsumsi 2500 kWe
(maksimum) tanpa memasukkan daya listrik sistem HVAC, dan beban pendinginan
maksimum 5000 TR untuk pengondisian ruang seluas 122.000 m2. Usulan sistem
kogenerasi berpenggerak mula turbin gas dengan sistem operasi n+1 dapat mencapai
efisiensi pemanfaatan bahan bakar 80% beban penuh. Cadangan daya genset tidak
dibutuhkan karena kerusakan pada satu unit pembangkit daya tidak menyebabkan faktor
beban generator lebih dari satu sehingga biaya investasi dan biaya operasi pemeliharaan
unit genset tidak dibutuhkan. Selama gas alam dipasok ke sistem kogenerasi n+1,
pembangkitan listrik selalu berlangsung dan tidak akan terjadi pemadaman listrik sesaatpun.
Dengan dasar harga listrik Rp1.400,00/kWh dan gas alam rata-rata di Indonesia
Rp91.000,00/MMBtu untuk kontrak industri, analisis LCC menghasilkan LCC tahunan sistem
kogenerasi turbin gas sedikit lebih rendah dari sistem catu daya listrik ke perusahaan listrik
sentral. LCC kogenerasi turbin gas di Indonesia yang unggul tipis dibanding sistem
konvensional ini sebagai konsekuensi harga listrik yang murah dan harga gas alam yang
mahal dibanding dengan harga di negara lain. Kebijaksanaan pajak energi yang besar atas
produksi listrik dan penghapusan subsidi energi listrik diperlukan sehingga sistem
kogenerasi yang ramah lingkungan dapat berkembang pesat dan penghematan konsumsi
gas nasional dapat tercapai.

Kata kunci: kogenerasi, turbin gas, life cycle cost, energi, bandara udara

Abstract
Feasible analysis was conducted to know prospect of implementation for cogeneration
system in an Kualanamu airport based on condition of the end of 2014. The study covers
realibility, fuel utilization eficiency, and life cycle cost (LCC). The airport consumes 2500
kWe (maximum) for system excluding HVAC system, and 5000 RT of maximum load for
122,000 m2 conditioned spaces in the airport. A cogeneration with primemover of gas
turbine and n+1 operating system achieves efficiency 80% full load. The system does not
need for genset unit backup since any trouble of a machine will not cause black out of
electric power generation so that investment and maintenance operation costs are not
needed for the backup. By taking electric price IDR 1,400.00/kWh and natural gas price for
industry of IDR 91,000.00/MMBtu, LCC analysis gives annual LCC of the cogeneration
system is slightly lower than the conventional electric grid system produced by the central
electric company. LCC of the cogeneration system in Indonesia slightly superior than the
conventional system as consequence of cheap electric price and expensive natural gas fuel
price compared to other countries. Energy tax policy for electric generation and waive of
electric energy subsidition are needed so that cogeneration systems can develop
progressively and national gas fuel saving can be achieved.

Keywords: cogeneration, gas turbine, life cycle cost, energy, airport

1. PENDAHULUAN
Sistem pembangkit daya mandiri yang ramah lingkungan dapat mengurangi beban kelistrikan
nasional serta menjaga kesinambungan ketersediaan energi dengan efisiensi yang tinggi harus
mendapatkan perhatian utama dalam pemanfaatan energi. Sistem pembangkitan daya kogenerasi
berbasiskan turbin gas yang ramah lingkungan harus memanfaatkan gas alam sebagai sumber
energinya karena emisi yang rendah serta mudah ditangani pada gedung komersial. Konsumsi energi
bandara yang besar akan menarik dijadikan studi kasus implementasi kogenerasi. Energi yang besar
itu dibutuhkan untuk berbagai peralatan mekanik seperti konveyor, elevator, tangga berjalan, lampu-
lampu baik untuk gedung maupun penerangan di luar gedung serta peralatan sistem HVAC untuk
kenyamanan udara terminal, kantor serta sejumlah pusat bisnis yang ada di bandara. Kehandalan
listrik di bandara tetap menjadi prioritas utama dalam sistem pembangkit daya mandiri ini.

Konferensi Nasional Engineering Perhotelan VI, Universitas Udayana, 2015 9


Dewasa ini kebutuhan energi listrik bandara udara di Indonesia dipasok oleh perusahan listrik
nasional yang dibangkitkan secara sentral. Kehandalan listrik di Indonesia menjadi masalah untuk
bandara yang berada di luar jawa, dan bahkan sistem backup genset sudah menjadikan standar yang
harus disediakan oleh pihak bandara. Di satu sisi pembangkitan daya perusahaan listrik sentral
mayoritas menggunakan bahan bakar fosil untuk pembangkitan listrik. Efisiensi pembangkit listrik dari
energi termal yang ada di Indonesia menjadi energi listrik masih di bawah 50%. Separuh lebih
energinya terbuang begitu saja ke lingkungan baik berupa gas buang maupun panas langsung ke
lingkungan sekitar. Bila pembangkitan daya listrik langsung di bandara udara, maka potensi
pemanfaatan panas buang dari mesin penggerak generator cukup besar sebagai penggerak chiller
absorpsi yang dapat menghasilkan air dingin. Air dingin ini dibutuhkan oleh sistem HVAC untuk
kenyamanan di terminal, perkantoran, kios-kios yang ada di bandara. Sistem yang menggabungkan
antara sistem pembangkitan listrik dengan sistem HVAC ini sering disebut sebagai sistem kogenerasi.
Sistem kogenerasi telah mulai bermuncul di negara lain seperti dilaporkan oleh Stamber [1] untuk
aplikasi kogenerasi turbin gas di mall with kapasitas 4,6 MWe dan 2600 TR. Sedangkan Berry et al.
[2] melaporkan modular integrated energy system (IES) yang punya sistem modul dan efisiensi tinggi
telah terpasang di Domain in Austin, Texas untuk kegunaan industri, pertokoan, dan rumah tinggal.
IES mengombinasikan turbin gas 4,5 MWe dengan chiller absorpsi efek ganda 2500 TR dan berbagai
kelebihan teknis juga dibahas. Banyak negara-negara telah menerapkan kogenerasi turbin gas untuk
bandara seperti yang telah terpasang yaitu 80 MW di Suvarnabhumi International Airport, 100 MW di
JFK International Airport, 50 MW di Heathrow Airport, dan 90 MW di Toronto Pearson International
Airport. Sebenarnya kajian-kajian akademik telah mulai ada di tahun 1990-an. Implementasinya telah
dimulai tahun 2000-an sesuai dengan perkembangan teknologi penggerak mula dan chiller yang
dapat memberikan keuntungan ekonomi disamping juga penghematan konsumsi bahan bakar dan
pengurangan emisi lingkungan. Kajian ekonomi seperti yang dilaporkan oleh Tozer et al [3] untuk
melihat kelayakan implementasinya sangat penting dilakukan. Oleh karena itu kajian kelayakan sistem
kogenerasi turbin gas untuk bandara udara dilakukan untuk penghematan konsumsi energi fosil dan
juga meningkatkan kehandalan energi listrik skala nasional.

2. SISTEM KOGENERASI DAN PEMBANGKITAN DAYA MANDIRI


Paradigma nasional dalam implementasi sistem kogenerasi sangat penting bagi sebuah negara,
karena sistem kogenerasi adalah suatu proses pembangkitan dan pemanfaatan energi dalam bentuk
yang berbeda secara serempak dari energi bahan bakar untuk menghasilkan efisiensi pemanfaatan
bahan bakar secara maksimum, handal dan ramah lingkungan. Aplikasi kogenerasi yang lazim
digunakan adalah pembangkitan energi listrik dan pemanfaatan energi termal. Energi listrik digunakan
sebagai catu daya bagi peralatan kelistrikan, sedangkan energi termal yang berupa panas sisa dapat
dimanfaatkan untuk pembangkitan uap, penyediaan air panas, atau pemanfaatan langsung gas buang
untuk memanaskan generator chiller absorpsi. Sistem yang memanfaatkan panas dan daya listrik ini
juga dikenal dengan nama sistem Combined Heat Power (CHP).
Bandara udara merupakan obyek yang menarik untuk penerapan sistem kogenerasi karena
kebutuhan listrik yang besar dan sistem HVAC-nya yang juga besar. Dengan luas gedung yang
berpengondisian udara di atas 100.000 m2, kebutuhan energi listriknya yang cukup besar dan berada
di atas 5000 kWe. Bandara udara yang masuk dalam rentang tersebut banyak terdapat di Indonesia.
Dengan ukuran yang besar ini, penerapan pembangkitan daya kogenerasi diharapkan lebih efektif
dari aspek teknis dan keuntungan ekonomis yang berarti mungkin dapat diperoleh. Bandara udara
besar dengan luas jauh lebih besar dari angka tersebut di atas akan membutuhkan energi yang lebih
besar lagi. Sistem pembangkitan daya kogenerasi mandiri dapat mengurangi kebutuhan daya yang
harus dihasilkan oleh pembangkit sentral. Pembangkitan tenaga listrik Indonesia masih bergantung
pada energi fosil dan kinerja konversi energi juga rendah perlu diatasi dengan paradigma yang tepat.
Rencana pemerintah sebagaimana tertuang dalam Kepmen ESDM RI No.0074.K/21/MEM/2015
tentang pengesahan rencana usaha penyediaan tenaga listrik PT PLN tahun 2015 – 2024. Dalam
rencana tersebut pembangunan pembangkit listrik dari periode 2015 - 2019 sebesar 35.000 MWe.
Sistem kogenerasi belum menjadi bagian rencana penyediaan tenaga listrik Indonesia serta belum
mendapat perhatian ataupun insentif untuk pengembangannya. Walaupun demikian keputusan politik
harus mendukung pertumbuhan sistem kogenerasi yang bisa memaksimalkan pemanfaatan bahan
bakar.

2.1. Paradigma Integrasi Sistem Kogenerasi dan Sistem Sentral


Integrasi antara sistem lokal dan sentral juga harus menjadikan paradigma utama keenergian
listrik skala nasional untuk mengurangi eksplorasi penggunaan energi fosil secara berkelebihan
dengan efisien pemanfaatannya yang rendah. Paradigma ini merupakan salah satu dari paradigma

Prosiding KNEP VI 2015  ISSN 2338-414X 10


yang diuraikan dalam paper [4] yang diangkat untuk mengatasi berbagai masalah dalam utilisasi
energi termal di Indonesia. Gambar 1 memberikan ilustrasi paradigma signifikansi penerapan sistem
kogenerasi dan interkoneksi antara sistem pembangkitan daya lokal dan sentral. Lebih dari 50%
energi panasnya akan terbuang percuma ke lingkungan dan juga merupakan emisi udara dan alam
semesta bila semua pembangkitan akan dibebankan pada pembangktan daya sentral.

Gambar 1 Interkoneksi energi sentral dan lokal untuk pembangkitan daya [4].

Kogenerasi turbin gas memiliki perkembangan yang cepat akhir-akhir ini karena besar
ketersediaan gas alam di negara-negara maju, kemajuan teknologi yang cepat, penurunan biaya
pemasangan yang cukup berarti, dan dampak ke lingkungan yang lebih kecil. Masa persiapan untuk
pengembangan sebuah proyek lebih pendek dan peralatan dapat dikirim dengan cara modul. Turbin
gas memiliki waktu start-up yang pendek dan memberi fleksibilitas operasi yang berubah-ubah.
Walaupun turbin gas tersebut memiliki efisiensi rendah dalam pemanfaatan bahan bakar khususnya
untuk kapasitas kecil, karena panas buangnya bertemperatur tinggi dapat dimanfaatkan kembali
sehingga juga menarik untuk diterapkan. Kemajuan teknologi chiller absorpsi dengan kinerja lebih
tinggi dari 1,2 untuk efek ganda dan tripel juga mengindikasi mampu bersaing dengan teknologi chiller
mekanikal. Jika keluaran panas buang kurang dari kebutuhan, pembakaran tambahan gas alam
dimungkinkan dengan cara mencampurkan bahan bakar tambahan terhadap gas buang yang masih
kaya dengan oksigen untuk meningkatkan temperatur keluaran dalam pemenuhan kebutuhan dalam
chiller sudah diakomodasi dalam beberapa teknologi chiller.

2.2. Pembangkitan Daya Kogenerasi Turbin Gas Mandiri


Sistem pembangkit daya kogenerasi mandiri sangat menarik untuk dikaji bila kebutuhan listrik,
panas ataupun dingin terjadi bersama-sama. Sistem ini butuh dukungan sumber energi primer untuk
dapat beroperasi. Dengan memilih sistem n+1 untuk pembangkitan daya, maka turbin gas generator
dioperasikan dengan jumlah n buah operasi untuk faktor beban 1 dan ditambah sebuah turbin gas
generator juga dioperasikan sehingga faktor beban kurang dari 1 dan bila terjadi gangguan pada
sebuah turbin gas generator, black out tidak akan terjadi sepanjang pasokan sumber gas itu handal.
Di samping itu sebuah turbin gas generator juga standby dan akan dioperasikan bila salah satu dari
sistem n+1 mengalami kerusakan. Sesuai dengan fokus pada topik ini untuk bandara udara, masalah
lahan untuk sistem pembangkit tidak akan menjadi masalah penting. Masalah yang lain adalah
ketersediaan bahan bakar untuk sistem pembangkit juga dianggap tidak ada. Untuk kepraktisan dan
lingkungan yang bersih ketersediaan bahan bakar gas sudah menjadi suatu keharusan untuk
pembangunan sistem pembangkit mandiri untuk bandara.
Green airport harus diwujudkan dari berbagai aspek baik itu arsitek, konstruksi bangunan
maupun utilisasi energi di gedung, terminal, perkantoran yang ada di bandara udara. Untuk utilisasi
energi secara umum di bandara, sistem kogenerasi sangat penting untuk dikaji dari berbagai aspek
baik kehandalan, serta efisiensi pemanfaatan bahan bakar dan tingkat emisi lingkungan yang mungkin

Konferensi Nasional Engineering Perhotelan VI, Universitas Udayana, 2015 11


ditimbulkan serta dari aspek keekonomiannya. Untuk layanan yang sama, konsumsi energi yang
berkurang akan secara langsung akan mengurangi biaya bahan bakar dan emisi lingkungan.
Ilustrasi untuk pemanfaatan bahan bakar untuk menghasilkan daya listrik dan menghasilkan air
dingin untuk dialirkan ke AHU (Air Handling Unit) dan FCU (Fan Coil Unit) dan juga untuk aplikasi
pendinginan udara masuk kompresor turbin dan juga generator diberikan pada Gambar 2.
Pemanfaatan gas buang langsung oleh chiller untuk sistem pendinginan air dilakukan langsung. Untuk
kasus kebutuhan air dingin sistem HVAC masih ada banyak sisa dari potensi yang dimiliki, air dingin
digunakan juga pendinginan sistem turbin gas sehingga daya yang dihasilkan bisa lebih besar dan
menaikkan efisiensi dan daya keluaran turbin gas. Bila inlet air cooler belum terpasang, maka
kapasitas pendinginan dapat diatur dengan mengatur bukaan damper. Chiller akan memproduksi air
dingin untuk dialirkan ke sistem header dan sirkulasi air dingin yang dialirkan ke FCU dan AHU untuk
mendinginkan udara yang dialirkan ruangan yang dikondisikan dan juga ke pendingin udara masuk
sistem turbin gas. Damper dan cerobong dipasang antara turbin dan chiller untuk mengatur aliran gas
ke chiller dan dapat disesuaikan dengan beban pendinginan yang dialami. Pendingin udara masuk
untuk pendinginan generator dan untuk pendinginan udara yang masuk ke kompresor sistem turbin
gas. Bila chiller tidak bekerja, maka gas buang dapat di-bypass langsung ke cerobong.

Gambar 2 Sistem kogenerasi turbin gas dengan kegunaan air dingin alternatif.

2.3. Profil Penggunaan Energi Listrik


Profil penggunaan energi akan menentukan kecocokan sistem kogenerasi yang akan dipilih.
Komposisi kebutuhan energi bandara udara akan berbeda dengan kebutuhan energi pada hotel.
Komposisi tersebut bergantung pada jenis peralatan listrik yang digunakan dan karakteristik dan
variasi beban internal gedung serta kondisi udara di luar gedung. Demikian juga skedul beban listrik
dari masing-masing komponen energi tersebut akan berbeda antara suatu peruntukan gedung
dengan yang lainnya. Gambar 3 memberikan sebuah ilustrasi tentang profil beban listrik di suatu
obyek gedung komersial. Data tersebut menunjukkan kebutuhan listrik HVAC cukup besar,
sedangkan pencahayaan butuh energi listrik 5%.

Gambar 3 Contoh distribusi konsumsi energi listrik di suatu gedung komersial [5]

Untuk gedung yang beban total listriknya di luar HVAC yang kecil, koneksi ke sistem listrik sentral
atas kelebihan produksi listriknya sangat perlu dilakukan sehingga sistem HVAC pada gedung yang
punya sistem kogenerasi dapat beroperasi tanpa adanya chiller mekanikal. Dengan demikian
kapasitas pembangkit listrik sentral dengan efisiensi rendah dapat dikurangi. Semua ini akan
berdampak pada penghematan penggunaan energi fosil dan mengurangi emisi gas ke atmosfir.

Prosiding KNEP VI 2015  ISSN 2338-414X 12


3. KAJIAN TERMAL DAN LIFE CYCLE COST
Ada 2 kajian yang dibahas pada paper ini yaitu kajian termal dan kajian ekonomi dengan metode
life cycle cost (LCC). Untuk melihat keunggulan dan juga kelemahan sistem kogenerasi, penggunaan
energi sistem konvensional yang bergantungan penuh pada pasokan listrik dari perusahaan listrik
dijadikan sebagai pembandingnya. Kajian termal meliputi kinerja pemanfaatan bahan bakar dari
sistem kogenerasi yang berbasiskan turbin gas. Efisiensi pemanfaatan bahan bakar yang tinggi akan
menjadi sasaran dalam pengembangan sistem kogenerasi. Dalam evaluasi sistem kogenerasi ini,
parameter daya netto yang dihasilkan dan jumlah panas yang dapat dimanfaatkan untuk sistem chiller
dipadang sebagai manfaat. Dengan demikian formulasi yang digunakan untuk evaluasi adalah
efisiensi termal keseluruhan yang didefinisikan dengan persamaan (1).
W  Qrecoveri
  net 100% (1)
Qbb
Kajian LCC dilakukan dengan menghitung biaya operasi, investasi dan perawatan dengan
menyertakan nilai waktu atas uang (bunga). Oleh karena kajian ini bisa dijadikan perbandingan antara
sistem konvensional dengan sistem kogenerasi, berbagai parameter ekonomi terkait akan disertakan
dalam kajian ekonomi ini. Dalam hal tertentu, bila biaya investasi sama antara dua alternatif, biaya ini
dapat dieliminasi dalam perhitungan bila hanya untuk perbandingan solusi ataupun sistem alternatif.
Secara umum LCC tahunan dapat dihitung dengan persamaan (2) sebagaimana telah diterapkan
pada paper [5].
LCC  I thn  Othn  M thn (2)

dimana Ithn: biaya investasi awal yang setiap tahun harus dibayar dengan memasukkan suku bunga,
Othn: biaya operasi yang harus dibayar setiap tahunnya dan Mthn: biaya perawatan setiap tahun
termasuk penggantian suku cadang. Biaya investasi tahunan dihitung dengan persamaan (3) yang
memasukkan nilai waktu atas penggunaan uang [6].
i (1  i ) n (3)
I thn  I awal
(1  i ) n  1
dimana i: suku bunga, n: umur ekonomi (tahun), i: suku bunga per tahun dan Iawal: nilai investasi awal.
Dalam kajian berikut ini biaya operasi tahunan diuraikan atas biaya operasi yang terdiri atas
biaya bahan bakar, biaya listrik, dan biaya operasi atas upah tenaga kerja untuk pengoperasian
sistem kogenerasi, serta biaya operasi atas biaya untuk penyediaan air bersih untuk penambah
menara pendingin. Untuk melihat keunggulan antara kedua sistem, kajian teknis lainnya disamping
kajian ekonomi dan termal, juga harus disertakan.

3.1. Data Teknis dan Ekonomi


Dalam kajian termal dan ekonomis sejumlah data dibutuhkan sehingga analisis dapat dilakukan.
Ada 2 kajian yang dibahas pada paper ini yaitu kajian termal dan kajian ekonomi dengan metode life
cycle cost (LCC). Untuk melihat keunggulan dan juga kelemahan sistem kogenerasi, penggunaan
energi sistem konvensional yang bergantungan penuh pada pasokan listrik dari perusahaan listrik
dijadikan sebagai pembandingnya. Kajian termal meliputi kinerja pemanfaatan bahan bakar dari
sistem kogenerasi yang berbasiskan turbin gas. Efisiensi pemanfaatan bahan bakar yang tinggi akan
menjadi sasaran dalam pengembangan. Untuk dapat melakukan kajian tersebut, data-data yang
diberikan pada Tabel 1 dibutuhkan untuk kedua kajian sistem alternatif.

Tabel 1 Data-data utama dalam kajian LCC


No Parameter* Nilai Unit
1 Harga Listrik 1400 Rp/kWh
2 Harga Air 15000 Rp/m3
3 Harga Bahan Bakar Gas 91000 Rp/MMBtu
4 Turbin Gas + Generator 10400000 Rp/kWe
5 Genset 6500000 Rp/kWe
6 OpHar Turbin Gas + Generator (kecuali bahan bakar) 90 Rp/kWh
7 Chiller Sentrifugal 4550000 Rp/TR
8 Chiller Absorpsi Efek Ganda 10400000 Rp/TR

Konferensi Nasional Engineering Perhotelan VI, Universitas Udayana, 2015 13


No Parameter* Nilai Unit
9 HVAC (kecuali Chiller + Menara Pendingin) 2000000 Rp/TR
10 Menara Pendingin (termasuk pompa + pemipaan) 1750000 Rp/TR
11 OpHar HVAC (kecuali listrik/bahan bakar + chiller) 25 Rp/TR-jam
12 OpHar Chiller Absorpsi (kecuali bahan bakar dan listrik) 30 Rp/TR-jam
13 OpHar Chiller Sentrifugal (kecuali listrik) 65 Rp/TR-jam
14 Harga Gedung Mesin 4000000 Rp/m2
15 Umur Ekonomi Mesin 15 tahun
16 Umur Ekonomi Gedung 20 tahun
17 Suku Bunga 0,12
18 Jumlah Hari Operasi setiap Tahun 365 hari
*OpHar: biaya operasi dan pemeliharaan

3.2. Skedul Operasi Penggunaan Energi


Skedul penggunaan listrik di bandara udara diasumsikan dengan profil yang diberikan pada
gambar 4. Jenis penggunaan dibedakan atas 3 kelompok yaitu HVAC, penerangan (lampu) dan
peralatan lain di bandara udara (E-Aux). Data ini mempunyai korelasi dengan koreksi operasi
peralatan terhadap beban ataupun kapasitas maksimumnya.
120

100
Prosentase Penggunaan, %

80

60 HVAC
Lampu
40
E‐Aux

20

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112131415161718192021222324
Waktu, jam

Gambar 4. Skedul penggunaan listrik

3.3. Pemilihan Turbin Gas dan Chiller Absorpsi


Dalam sistem kogenerasi yang diusulkan ini, komponen yang penting dan perlu mendapatkan
perhatian adalah turbin gas dan chiller absorpsi. Jenis dan kapasitas yang dipilih mengacu pada
perkembangan teknologi dan produk yang ada di pasaran serta beban listrik dan pendinginan
maksimum yang terjadi di bandara obyek studi.
Dengan sistem n+1 yang telah ditetapkan dalam studi ini, kapasitas yang dipilih akan
menentukan jumlah serta rasio beban generator. Oleh karena bila ada rencana pengembangan harus
juga menjadi bagian pertimbangan dalam studi sehingga ketika kondisi akhir telah tercapai maka
aktual LCC dapat menjadi rendah. Dalam studi ini, alternatif yang mungkin adalah turbin gas operasi 3
unit dan sebuah standby dengan kapasitas masing-masing adalah 3500 kWe. Koreksi atas kondisi
operasi dengan kondisi ISO dianggap ada pengurangan daya sebesar 15%. Potensi maksimum
panas yang diambil dari gas buang untuk laju massa gas buang pada kondisi ini untuk chiller adalah
68365 kg/s pada 445oC serta batas temperatur keluar chiller diambil 130oC, sehingga potensi laju
panas yang dimanfaatkan menjadi:
q  m c p T  68365kg/s1,005 kJ/(kgo C) (445 130) o C  6012 kW
Dengan mengasumsikan COP chiller absorpsi 1,2, kapasitas chiller maksimum yang diperoleh

Prosiding KNEP VI 2015  ISSN 2338-414X 14


untuk turbin gas beroperasi maksimum adalah 2051 TR. Karena dalam operasi tersebut rasio beban
setiap generator hanya 57%, sehingga chiller absorpsi yang dipilih 1000 TR untuk setiap turbin gas.
Rasio beban yang diperbesar dengan jumlah mesin yang lebih banyak sehingga kapasitas mesinnya
lebih kecil. Karena total kapasitas pendingin yang dibutuhkan 5000 TR, sementara untuk 3 unit chiller
absorpsi hanya menghasilkan 3000 TR, sehingga kekurangan 2000 TR dipilih chiller sentrifugal.
Untuk fleksibilitas dalam operasi dan biaya investasi yang murah, 2 unit chiller sentrifugal operasi dan
sebuah unit standby dengan kapasitas masing-masing 1000 TR dipilih untuk konfigurasi chiller.

4. HASIL KAJIAN DUA SISTEM UTILISASI ENERGI


4.1. Sistem Energi Konvensional
Sistem utilisasi energi konvensional ini merupakan sistem energi di bandara udara yang
kebutuhan energinya dipasok oleh sistem pembangkit daya sentral yang dibeli dari perusahaan listrik.
Pemanfaatan bahan bakar yang berbasiskan bahan bakar gas pada PLTGU mempunyai efisiensi
maksimum di kisaran 48 - 50%. sedangkan untuk sistem PLTMG (gas engine) berkisar pada kisaran
40%. Demikian juga untuk sistem dengan PLTG efisiensi termalnya akan kurang dari 35%. Tabel 2
menyajikan data-data yang digunakan dalam kajian ekonomi sistem energi konvensional. Kapasitas
total chiller 6400 TR mengikuti data sesuai dengan chiller yang terpasang.

Tabel 2. Data-data utama sistem konvensional


No Parameter Nilai Satuan
1 Total Daya Listrik (Max) 7328 kWe
2 Kapasitas Total Chiller Sentrifugal 6400 TR
3 Beban Pendinginan Maksimum 5000 TR
4 Beban Pendinginan Menara Pendingin 6800 TR
5 Kapasitas Total Menara Pendingin 8000 TR
6 Daya Listrik Chiller Sentrifugal 0,65 kW/TR
7 Daya Listrik HVAC (AHU, FCU, sirkulasi air dingin) 0,2 kW/TR
8 Daya Listrik Menara Pendingin 0,085 kW/TR
9 Total Daya Listrik HVAC (Max) 4828 kW
10 Total Daya Listrik non HVAC (Max) 2500 kW
11 Air Penambah Menara Pendingin 0,25 lpm/TR
12 Luas Ruang Mesin 336 m2

Hasil perhitungan kajian ekonomi terhadap sistem konvensional tersebut diberikan pada Tabel 3.
Hasil perhitungan biaya komponen ini menunjukkan bahwa porsi biaya untuk listrik HVAC adalah
terbesar dengan besar 44%, dan yang mendapatkan urutan kedua adalah biaya listrik non HVAC
dengan besar 27%. Sedangkan biaya atas investasi genset mendapatkan urutan ketiga sebanyak 9%
dan air menempatkan urutan keempat yaitu sebesar 7%.

Tabel 3. Hasil kajian sistem konvensional


No Rincian Biaya Rp LCC tahunan, Rp
1 Biaya Chiller Sentrifugal 29.120.000.000 4.275.521.859
2 Biaya Investasi Menara Pendingin 14.000.000.000 2.055.539.355
3 Biaya Investasi HVAC (kecuali 10.000.000.000 1.468.242.396
Chiller+Menara Pendingin)
4 Biaya Investasi Genset (backup) 47.632.000.000 6.993.532.183
5 Biaya Listrik HVAC setahun 36.019.776.800 36.019.776.800
6 Biaya Listrik non HVAC 22.036.875.000 22.036.875.000
7 OpHar HVAC (kecuali listrik) 2.398.050.000 2.398.050.000
8 Biaya Air setahun 5.707.359.000 5.707.359.000
9 Biaya Gedung setahun 1.344.000.000 179.933.080
Total 81.134.829.673

Konferensi Nasional Engineering Perhotelan VI, Universitas Udayana, 2015 15


4.2. Sistem Kogenerasi Turbin Gas
Sistem energi kogenerasi turbin gas ini merupakan sistem pembangkitan energi alternatif di
bandara udara yang membutuhkan energi bahan bakar gas untuk operasinya. Dari kajian pemilihan
spesifikasi dan konfigurasi sistem kogenerasi ini, pertimbangan sistem n+1 serta faktor beban antara
satu dan setengah ketika operasi normal dan faktor beban tidak lebih dari satu ketika situasi darurat
yakni satu mesin mendadak mati dijadikan dasar pertimbangan. Tabel 4 merupakan data-data yang
digunakan dalam perhitungan. Data-data ini mengacu pada data utama dan konsumsi energi spesifik
mengacu pada kinerja produknya banyak digunakan serta ada koreksi atas beban parsial ketika
dioperasikan.

Tabel 4. Data-data utama sistem kogenerasi


No Parameter Nilai Satuan
1 Daya Listrik non HVAC 2500 kWe
2 Daya Listrik Total 5045 kWe
3 Beban Pendinginan Maksimum 5000 TR
4 Daya Listrik Chiller Absorpsi 0,03 kW/TR
5 Daya Listrik Chiller Sentrifugal 0,65 kW/TR
6 Daya Listrik HVAC (AHU, FCU, loop air dingin) 0,2 kW/TR
7 Daya Listrik Menara Pendingin 0,085 kW/TR
8 Air Penambah Menara Pendingin 0,25 lpm/TR

Tabel 5 merupakan data-data yang digunakan dalam kajian ekonomi. Data-data ini merupakan
hasil iterasi untuk pemenuhan beban dan tetap mengacu pada data dan spesifikasi produk yang ada
di pasaran serta data teknis lainnya. Koreksi atas beban parsial dan kondisi operasi ketika
dioperasikan juga dimasukkan dalam proses ini. Dengan unit turbin gas yang telah dipilih dalam
perhitungan ini, unit gas turbin generator dengan beban 57%, sedangkan chiller absorpsi beroperasi
pada kapasitas pendinginan 100% dengan pemanfaatan gas buang kondisi 57%. Dengan cara ini
investasi chiller dapat dikurangi serta chiller standby yang ditetapkan adalah chiller sentrifugal yang
juga investasi yang lebih murah.

Tabel 5. Spesifikasi dan konfigurasi sistem kogenerasi


No Parameter Nilai Unit
1 Turbin Gas + Generator (Operasi) 3 Unit
2 Turbin Gas + Generator (Standby) 1 Unit
3 Daya Generator 3500 kWe/Unit
4 Jumlah Chiller Absorpsi (Operasi) 3 Unit
5 Jumlah Chiller Absorpsi (Standby) 0 Unit
6 Kapasitas Chiller Absorpsi 1000 TR/Unit
7 Jumlah Chiller Sentrifugal (Operasi) 2 Unit
8 Jumlah Chiller Sentrifugal (Standby) 1 Unit
9 Kapasitas Chiller Sentrifugal 1000 TR/Unit
10 Efisiensi (Turbin Gas + Generator) 0,265
11 Koreksi Kondisi ISO 0,85
12 Rasio Beban Generator Normal 0,57
13 Rasio Beban Generator Darurat 0,85
14 Kapasitas Total Menara Pendingin Chiller Absorpsi 5100 TR
15 Kapasitas Total Menara Pendingin Chiller 3750 TR
Sentrifugal
16 Daya Listrik HVAC 2543 kWe
17 Konsumsi Bahan Bakar 422024 MMBtu/tahun
18 Luas Ruangan Mesin 588 m2

Prosiding KNEP VI 2015  ISSN 2338-414X 16


Hasil perhitungan kajian ekonomi terhadap konfigurasi sistem yang telah ditetapkan tersebut
diberikan pada Tabel 6. Hasil atas komponen ini menunjukkan bahwa porsi biaya untuk bahan bakar
merupakan yang terbesar 48%, dan yang mendapatkan urutan kedua adalah biaya atas turbin gas
dan generator dengan besar 27%. Prosentase biaya turbin gas dan generator yang besar ini sebagai
konsekuensi harga komponen ini yang mahal dan juga penerapan sistem n+1 untuk kehandalan
sistem serta rasio beban generator hanya 57%. Rasio beban ini dapat menjadi lebih besar bila
kapasitas turbin gas generator lebih kecil yang dipilih sehingga jumlah mesin menjadi lebih banyak,
sehingga rasio beban generator menjadi lebih besar. Bila perubahan konfigurasi dan spesifikasi ini
dilakukan akan berdampak pula pada biaya alat dan kinerja sistem serta kebutuhan ruangan yang
lebih besar. Sedangkan chiller absorpsi mendapatkan urutan keempat sebesar 6%.

Tabel 6. Hasil kajian sistem kogenerasi


LCC tahunan,
No Rincian Biaya Rp
Rp
1 Investasi Chiller Absorpsi 33.000.000.000 4.845.199.908
2 Investasi Chiller Sentrifugal 13.650.000.000 2.004.150.871
3 Investasi HVAC (kecuali chiller + Menara Pendingin) 10.000.000.000 1.468.242.396
4 Investasi Menara Pendingin 8.926.487.500 1.310.624.740
5 Investasi Turbin Gas + Generator 145.600.000.000 21.377.609.293
6 Biaya Bahan Bakar 38.404.174.420 38.404.174.420
7 OpHar Turbin Gas + Generator (kecuali bahan bakar) 2.949.962.850 2.949.962.850
8 OpHar HVAC (kecuali listrik dan bahan bakar) 1.630.002.277 1.630.002.277
9 Biaya Air Penambah 6.378.813.000 6.378.813.000
10 Investasi Ruang Mesin 2.352.000.000 178.673.009
Total 80.547.452.764

5. ANALISIS DAN DISKUSI


Hasil kajian dua sistem tersebut menunjukkan bahwa sistem kogenerasi turbin gas mempunyai
keunggulan dari efisiensi pemanfaatan bahan bakar. Hasil perbandingan yang lebih rinci diberikan
pada Tabel 7. Sistem n+1 telah menjadi sistem kogenerasi tidak butuh backup 100% genset Diesel.
Berbeda dengan sistem konvensional yang masih membutuhkan sistem backup genset Diesel, sistem
kogenerasi turbin gas n+1 sudah dapat menjamin listrik tidak akan pernah padam sepanjang ada
pasokan bahan bakar gas dan efisiensi pemanfaatan bahan bakarnya cukup tinggi sekitar 80% dan
jauh lebih besar dari unit pembangkitan sistem PLGU yang dimiliki PLN ataupun yang dioperasikan
Indonesia Power. Chiller mekanikal masih dibutuhkan pada sistem kogenerasi turbin gas sebesar 40%
untuk operasi normal. Chiller yang standby dengan kapasitas 20% beban maksimum adalah chiller
mekanikal. Potensi gas buang yang dimanfaatkan lebih kecil dari kebutuhkan ini memberikan
konsekuensi kapasitas chiller absorpsi tidak mencukupi. Bagaimanapun juga komponen peralatan
yang harus dioperasikan menjadi lebih banyak serta investasi awal menjadi lebih mahal.

Tabel 7. Perbandingan parameter teknis, operasi dan kinerja operasi normal


Chiller Chiller Efisiensi
Sistem Daya Komponen Genset
Absorpsi Mekanikal Bahan Bakar
Konvensional 0% 100% max 50% 100% Butuh
Kogenerasi Turbin
60% 40% 80% 140% Tidak
Gas

Tabel 8 memberikan perbandingan antara sistem konvensional dan kogenerasi turbin gas
mengenai kebutuhan ruang, air penambah. Secara umum ruang yang lebih besar dibutuhkan untuk
sistem kogenerasi. Demikian juga jumlah air penambah yang dibutuhkan untuk chiller menjadi lebih
banyak karena ada 2 pendinginan pada absorpsi pendingin yaitu kondensor dan absorber sehingga
jumlah air yang dibutuhkan meningkat 20%. Kebutuhan energi listrik pada sistem kogenerasi dengan
adanya 60% kapasitas pendinginan dari chiller absorpsi menyebabkan daya listrik yang dibutuhkan

Konferensi Nasional Engineering Perhotelan VI, Universitas Udayana, 2015 17


menjadi lebih sedikit. Dengan sistem konfigurasi yang telah diusulkan ini, total beban listriknya
menjadi berkurang 31%. Hal yang lain sebagai konsekuensi jumlah mesin lebih banyak adalah lahan
yang lebih luas dan ruang mesin yang lebih besar.

Tabel 8. Perbandingan kogenerasi dan non kogenerasi


Air
Jenis Sistem Lahan Rumah Mesin Daya Listrik
Penambah
Konvensional 100% 100% 100% 100%
Kogenerasi Turbin 130% 135% 120% 69%
Gas

Komposisi atas komponen biaya pada LCC tahunan dengan mengacu pada data-data yang
diberikan pada Tabel 1 diperlihatkan pada Gambar 5. Demikian juga jumlah air penambah yang
dibutuhkan untuk chiller menjadi lebih banyak karena ada 2 pendinginan pada absorpsi pendingin
yaitu kondensor dan absorber. Kebutuhan energi listrik pada sistem kogenerasi dengan adanya
separuh chiller absorpsi daya listrik yang dibutuhkan menjadi lebih sedikit.

3,0% 5,7%
7,0%
7,9%

18,5%
Investasi Investasi
38,7%
Listrik Bahan Bakar
Air Air
Lain-lain 47,7% Lain-Lain
71,6%

(a) Konvensional (b) Kogenerasi Turbin Gas


Gambar 5. Perbandingan komponen biaya kedua alternatif

Kompetisi sistem kogenerasi terhadap sistem lainnya sangat ditentukan oleh harga bahan bakar
gas yang digunakan. Tabel 9 memperlihatkan perbandingan LCC tahunan sistem konvensional dan
sistem kogenerasi turbin gas yang masing-masing dipengaruhi oleh harga listrik dan bahan bakar gas.
Hasil ini menunjukkan untuk harga listrik yang semakin mahal dengan harga gas yang murah, maka
sistem kogenerasi turbin gas akan memberikan keuntungan yang lebih besar walaupun butuh biaya
investasi awal yang lebih besar. Dengan harga listrik sekarang Rp 1.352,00/kWh dan harga bahan
bakar gas yang banyak dengan harga kontrak antara 5 - 7 $/MMBtu, sistem kogenerasi turbin akan
memberikan LCC tahunan yang lebih murah atau dengan kata lain akan memperoleh keuntungan
yang lebih besar. Harga baik energi listrik maupun bahan bakar gas yang selalu berubah dengan
berjalannya waktu. Hukum ekonomi yang banyak menentukan harga kedua jenis energi tersebut.
Tabel 9 memberikan hasil-hasil kajian untuk harga kedua jenis itu yang divariasikan untuk melihat
pengaruhnya terhadap LCC tahunan baik itu sistem konvensional maupun kogenerasi turbin gas.
Perbedaan LCC tahunan akan menjadi besar bila terjadi kenaikan harga listrik sementara harga
bahan bakar gas dalam kisaran harga kontrak industri sekarang ini.

Tabel 9. Pengaruh harga listrik dan bahan bakar gas pada LCC tahunan
Sistem Konvensional Sistem Kogenerasi Turbin Gas
Harga Listrik, LCC Tahunan, Harga Gas, LCC Tahunan,
Rp/kWh Rp Rp/MMBtu Rp
1000 64.547.214.873 50000 63.244.473.080
1100 68.694.118.573 60000 67.464.712.028
1200 72.841.022.273 70000 71.684.950.975
1300 76.987.925.973 80000 75.905.189.922
1400 81.134.829.673 90000 80.125.428.869
1500 85.281.733.373 100000 84.345.667.816

Prosiding KNEP VI 2015  ISSN 2338-414X 18


Sistem Konvensional Sistem Kogenerasi Turbin Gas
Harga Listrik, LCC Tahunan, Harga Gas, LCC Tahunan,
Rp/kWh Rp Rp/MMBtu Rp
1600 89.428.637.073 110000 88.565.906.764
1700 93.575.540.773 120000 92.786.145.711
1800 97.722.444.473 130000 97.006.384.658
1900 101.869.348.173 140000 101.226.623.605
2000 106.016.251.873 150000 105.446.862.552
2100 110.163.155.573 160000 109.667.101.500
2200 114.310.059.273 170000 113.887.340.447
2300 118.456.962.973 180000 118.107.579.394
2400 122.603.866.673 190000 122.327.818.341
2500 126.750.770.373 200000 126.548.057.289

Sesuai amanat dengan UU RI No. 30 tahun 2007 tentang Energi pasal 25, pemerintah wajib
melakukan tindakan insentif dan disinsentif untuk mendukung konservasi energi. Hal ini juga telah
dijabarkan dalam PP RI no. 70 tahun 2009 tentang konservasi energi. Dari hasil kinerja sistem
kogenerasi yang pemanfaatan bahan bakarnya 80%, harus mendapat dukungan dalam kebijaksanaan
pemerintah. Bila harga listrik yang berlaku di Indonesia dikritisi, harga dihitung dengan aturan yang
berlaku dan harga itu juga ditentukan oleh semua jenis bahan bakar termasuk juga PLTU, bila pajak
energi yang sangat murah, maka harga listrik yang murah itu tidak akan mendukung implementasi
sistem kogenerasi turbin gas walaupun efisiensi pemanfaatan bahan bakar jauh lebih tinggi dan
penggunaan sistem sejalan dengan aturan yang berlaku. Oleh karena itu kebijaksanaan pajak energi
yang besar atas produksi listrik PLTP dan PLTA diperlukan sebagai kontribusi atas pemanfaatan
sumber energi alam. PLTU batubara juga butuh pajak besar atas dampak lingkungan yang
diberikannya. Kebijaksanaan dan peraturan harga listrik sedapat mungkin menghasilkan harga listrik
lebih mahal dari ongkos produksi listrik yang berbasiskan bahan bakar gas alam sehingga sistem-
sistem kogenerasi yang ramah lingkungan dapat berkembang pesat dan penghematan konsumsi gas
nasional dapat tercapai serta kehandalan listrik dapat ditingkatkan.

6. KESIMPULAN
Dari kajian kelayakan implementasi kogenerasi turbin gas yang telah dilakukan, beberapa
kesimpulan dapat dihasilkan. Adapun kesimpulan-kesimpulan dari studi adalah:
 Kajian kelayakan telah dilakukan untuk membandingkan sistem energi konvensional dan sistem
kogenerasi turbin gas untuk bandara udara. Kajian energi, teknis dan LCC tahunan telah dijadikan
parameter dalam pembandingan tersebut.
 Sistem kogenerasi turbin gas memberikan keunggulan dalam pemanfaatan bahan bakar
dibanding dengan sistem konvensional yang bergantungan pada sistem pembangkitan tenaga
listrik sentral.
 Sistem kogenerasi turbin gas n+1 memberikan kehandalan dalam penyediaan listrik, walaupun
investasi yang lebih dibutuhkan dari sistem n.
 LCC tahunan untuk kogenerasi turbin gas hanya sedikit lebih murah mengacu pada harga listrik
dan bahan bakar gas yang sedang berlaku pada industri.
 Kebijaksanaan pajak energi yang besar atas produksi listrik PLTP, PLTU batu bara, dan PLTA
diperlukan dan harga listrik sedapat mungkin mengacu pada ongkos produksi listrik yang
berbasiskan bahan bakar gas alam sehingga sistem sistem kogenerasi yang ramah lingkungan
dapat berkembang pesat dan penghematan konsumsi gas nasional dapat tercapai.

UCAPAN TERIMA KASIH


Penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada Bapak Achmad dkk PT Angkasa Pura I atas
informasi tentang bandara udara Kualanamu, Sumatera Utara, serta Dr. Ir. Nanang Hariyanto dkk
STEI ITB yang telah mengajak penulis terlibat dalam pekerjaan kogenerasi pembangkitan listrik.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Stambler, I., 4.6 MW Plant with an Indirect Fired 2600 ton Chiller at 76.8% Efficiency, Gas
Turbine World August-September 2004, 14-17

Konferensi Nasional Engineering Perhotelan VI, Universitas Udayana, 2015 19


[2] Berry, J. B., Schwass, R., Teigen, J., Fiskum, R., dan Rhodes, K.J., Advanced Absorption Chiller
Converts Turbine Exhaust to Air Conditioning, International Sorption Heat Pump Conference, June
22–24, 2005; Denver, CO, USA, ISHPC-095-2005
[3] Tozer, R., Serrano, M. A. L., Capilla, A. V., dan James, R., Thermoeconomics Applied to an Air
Conditioning System with Cogeneration, Building Services Engineering Research and
Technology 17(1) 37-42, 1996.
[4] Astina, I M., Perubahan Paradigma dalam Pemanfaatan Energi pada Sistem Termal, CD
proceeding Seminar Unjani, 2013.
[5] Astina, I M., Eryantono, A. E., dan Febryansyah, Paradigma dan Peluang Konservasi Energi
pada Gedung Komersial, CD proceeding KNEP V, 2014.
[6] Turner, W. C., Energy Management Handbook, The Fairmont Press, New York, 2001
[7] http://www.thermaxglobal.com/Absorption-Cooling/Products/Vapour-Absorption-Machines/Exh
aust-Vapour-Absorption-Machine.aspx (tgl akses 19 Desember 2014).
[8] BROAD X Absorption Chiller Model Selection & Design Manual, 2008
(http://www.gqsltd.co.uk/BROAD%20X%20Absorption%20Chiller%20Model%20Selection%20%2
0Design%20Manual%20.pdf) (tgl akses 22 Desember 2014).
[9] Liang Chi Cooling Tower Catalog (http://liangchi.co.th/download/Catalog/CatalogLRC-H-
SAS.PDF) (tgl akses 13 Januari 2015).
[10] Trane Product Catalog (http://www.trane.com/commercial/north-america/us/en/products-
systems/equipment/chillers/water-cooled-chiller/centrifugal-liquid-cooled-chillers.html) (tgl akses 3
Desember 2014).
[11] Solar Turbine Centaur 40 Catalog (https://mysolar.cat.com/cda/files/.../7/ds40pg.pdf) (tgl akses 28
Februari 2015).

Prosiding KNEP VI 2015  ISSN 2338-414X 20

Anda mungkin juga menyukai