Alamat Penerbit/Redaksi : Jurusan Teknik Indusri Fakultas Teknik USU, Gedung Unit II
Lantai 2, Jl. Almamater Kampus USU Medan, 20155. Telp.
(061) 8213649 Fax.(061) 8213250
Homepage : http://www.geocities.com/jurnalsti_usu
E-mail : jsti@plasa.com
Harga Berlangganan : Rp. 125.000 per tahun (termasuk ongkos kirim). Biaya dikirim
melalui Pos Wesel ke alamat redaksi atau via Bank BNI 1946
Cabang Jl. Pemuda Medan No. Rekening : 005084001 a.n. Ir.
T. Sembiring dan mengisi form berlangganan yang disediakan.
Jurnal Sistem Teknik Industri diterbitkan 4 (empat) kali setahun pada bulan Januari, April, Juli, dan
Oktober. Redaksi menerima karangan ilmiah tentang hasil penelitian, survei, dan telaah pustaka yang erat
hubunganya dengan bidang teknik industri. Penulis yang naskahnya dimuat akan dihubungi sebelum
dicetak dan dikenakan biaya administrasi sebesar Rp 350.000,- per artikel yang dapat dikirim melalui Pos
Wesel ke alamat redaksi atau via bank BNI 1946 Cabang Jl. Pemuda Medan No. Rekening 005084001
a.n.Ir. T. Sembiring.
i
JURNAL SISTEM TEKNIK INDUSTRI
Jurnal Keilmuan dan Penggunaan Terhadap Sistem Teknik Industri
ISSN 1411-5247 Terakreditasi No. 52/DIKTI/KEP/2002
Jl. Almamater Kampus USU P. Bulan Medan 20155
Homepage: http://www.geocities.com/jurnalsti_usu E-mail: jsti@plasa.com
EDITORIAL
Edisi kali ini diawali dengan artikel tentang studi performance tata letak konjungsional dan teknologi
kelompok pada sistem manufaktur pada job shop dengan melihat kedinamisan permintaan yang
berkaitan dengan ketidakpastian kedatangan permintaan. Hal ini mengakibatkan meningkatkan
fleksibilitas dalam menyusun tata letak fasilitas yang selalu dapat beradaptasi dengan perubahan
lingkungan. Pengkajian sistem imbalan pada angkatan bersenjata tingkat Bintara yang dilihat dari
mutu personil, kesejahteraan personil, jumlah personil sarana dan prasarana dalam sistem pekerjaan
untuk mencapai kesejahteraan personil yang kokoh. Analisis kinerja Bank dengan menggunakan data
envelopment finance untuk mendapatkan suatu keputusan di dalam menggunakan input dan output
yang beragam yang relatif sama. Pelumasan dan daya gesekan pada bantalan luncur dapat
mengakibatkan viskositas dan gesekan serta daya gesekan yang menentukan ukuran bantalan luncur
putaran beban dan tempat beroperasi. Usulan perbaikan fasilitas kerja berdasarkan tinjauan ergonomic
akan memberikan penyederhanaan elemen-elemen gerakan kerja dengan cara menghilangkan elemen
gerakan yang tidak produktif dan tidak peronis. Desain repeater saluran kapasitas satu saluran untuk
mendapatkan efek gangguan yang menyebabkan turunnnya kualitas suara telepon. Optimalisasi
pengoperasian sistem dengan banyak reservoir menggunakan program dinamik yang diperbaharui
dalam mendapatkan optimalisasi. Memeringkat subjek menggunakan perbandingan berpasangan akan
memberikan range. Pemilihan bahan alternatif dalam konstruksi merupakan bahan struktur yang
masih jarang digunakan dalam penggunaan ferossemen dalam pembuatan rumah murah. Analisis
perilaku dan kepuasan pelanggan BMI (Bank Muamalat Indonesia) dengan menggunakan analisis
regresi logistic sehingga mendapatkan tingkat kepuasan. Penetrasi fluks magnetic akibat penambahan
lapisan CuO2 pada bahan superkonduktor berbasis kristal, analisis residu piretroid pada daerah sentra
produksi dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan. Pembuatan anggur pepaya dengan proses
fermentasi memberikan keuntungan yang optimal dalam pembuatan pepaya wine. Rancangan dan
penerapan kontrol logika kabur untuk industri dalam membuat kontrol pengendali manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja di produk industri biasa konstruksi yang dapat mengakibatkan
kebaikan di dalam industri, hubungan perilaku kepemimpinan dengan iklim organisasi memberikan
kepuasan kerja. Pembuatan diode dari bahan lapis tipis yang ditumbuhkan melalui metode penguapan.
Studi empiris keputusan-keputusan deviden, pada investasi untuk perusahaan-perusahaan go public,
kenaikan tarif parkir, zona air minum prima untuk mendapatkan air minum siap saji dengan syarat-
syarat mutlak tertentu, kajian pengembangan pabrik kelapa sawit super mini dalam rangka
peningkatan pendapat petani kelapa sawit, analisis pembuatan cetakan pada teknik pengecoran logam
untuk mendapatkan pekerjaan-pekerjaan produksi dengan mesin cetak secara work in line.
Tim Redaksi
ii
JURNAL SISTEM TEKNIK INDUSTRI
Jurnal Keilmuan dan Penggunaan Terhadap Sistem Teknik Industri
ISSN 1411-5247 Terakreditasi No. 52/DIKTI/KEP/2002
Jl. Almamater Kampus USU P. Bulan Medan 20155
Homepage: http://www.geocities.com/jurnalsti_usu E-mail: jsti@plasa.com
Pengkajian Sistem Imbalan Anggota Polri Pada Tingkat Bintara ---------------------------------------- 9-16
Meilita Tryana S.
Analisis Perilaku dan Kepuasan Pelanggan BMI (Bank Muamalat Indonesia) Cabang Surabaya
Dengan Menggunakan Analisis Regresi Logistik ------------------------------------------------------------- 52-57
Suparto
Penetrasi Fluks Magnetik Akibat Penambahan Lapisan CuO2 Pada Bahan Superkonduktor
Berbasis Kristal HgBa2CaCu2O6+δ ------------------------------------------------------------------------------- 58-63
Timbangan Sembiring
Analisis Residu Piretroid Pada Sampel Wortel di Daerah Sentra Produksi Kab. Karo Sumut----- 64-68
Karya Sinulingga
Rancangan dan Penerapan Kontrol Logika Kabur untuk Industri -------------------------------------- 75-78
Kasmir Tanjung dan Mahyuddin
iii
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Proyek Industri Jasa Konstruksi ---------------- 79-88
Syahril Effendy Pasaribu
Pembuatan Dioda dari Bahan Lapis Tipis CdTe yang Ditumbuhkan Melalui Metode
Penguapan (Vacuum Deposition) -------------------------------------------------------------------------------- 89-94
Ahmad Mulia Rambe
Hubungan Perilaku Kepemimpinan Dengan Iklim Organisasi (Studi Pada Karyawan Beberapa
Perusahaan Manufaktur di Medan)
Rinaldy ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------- 95-99
Kenaikan Tarif Parkir dan Pemilihan Moda Perjalanan ke Pusat Kota Medan----------------------- 116-122
Joni Harianto
Analisis Pelaksanaan Pengendalian Mutu Pada Perusahaan Pabrik Gula ------------------------------ 128-133
Sa’ir Tumanggor
Kajian Pengembangan Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Supermini Dalam Rangka Peningkatan
Pendapatan Petani Kelapa Sawit di Sumatera Utara-------------------------------------------------------- 134-140
Terip Karo-karo
iv
STUDI PERFORMANSI TATA LETAK KONVENSIONAL
DAN TEKNOLOGI KELOMPOK PADA SISTEM MANUFAKTUR JOB SHOP
STUDI KASUS DI PT STALLON BANDUNG
Abstrak: Dewasa ini permintaan terhadap produk cukup dinamis. Kedinamisan permintaan ini berkaitan dengan
ketidakpastian kedatangan permintaan, besarnya permintaan, dan variasi dari produk. Peningkatan jumlah
permintaan cenderung mengarah pada peningkatan variasi produk, sedangkan jumlah permintaan setiap
macamnya semakin mengecil, akibatnya sistem manufaktur dituntut untuk mampu memproses komponen
dengan banyak ragam dalam ukuran lot yang relatif kecil. Agar sistem manufaktur mampu melayani
kedinamisan permintaan ini, maka sistem manufaktur yang dibentuk harus mempunyai fleksibilitas yang tinggi.
Salah satu cara untuk meningkatkan fleksibilitas adalah dengan menyusun tata letak fasilitas (plant layout) yang
selalu dapat dengan perubahan lingkungan.
Abstract: Now days, the demand on products is dynamics. This is related to the uncertainty of incoming
demands, quantity of demands and variation of products. Increasing in demand quantity tend to increase
product variation, while quantity of demand of each kind is getting smaller. Therefore, the manufacturing
system it self has a high flexibility. One way to increase the flexibility is to organize the plant layout which
always can adopt the environment change. Based on the case study, the results are as follows for variation 20
unit with volume of 5 unit, 10 unit and 15 unit , then most appropriate type of layout is conventional layout and
group technology. While for variation 31 unit and variation 44 unit volume of 5 unit, 10 unit and 15 unit, the
most appropriate type layout is group technology. Layout determination is based on prime performance criteria
that is the throughput-time.
1
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005
2
Studi Performansi Tata Letak Konvensional dan Teknologi Kelompok Pada Sistem Manufaktur Job Shop
Studi Kasus di PT Stallon Bandung
3
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005
Tabel 6.2. Komponen FRAME KWH METER DIES Tabel 6.4. Mesin – Mesin yang Digunakan
Nomor Nama No Nama mesin Fungsi Jumlah
No. Jumlah
Komponen Komponen
1 Gergaji Memotong 1buah
1 PO323-01 Pelat Bawah 1
2 PO323-02 Pemotong 1
2 Bubut Membentuk 1buah
3 PO323-03 Blok Inti 3 benda silinder
4 PO323-05 Die Core 3 3 Skrap Pengerjaan awal 1buah
5 PO323-06 Die Cutedege 3 permukaan datar
6 PO323-07 Pemotong 1 4 Frais Pengerjaan lanjut 1buah
7 PO323-08 Landasan 1 Horizontal permukaan datar
Pengarah 5 Frais Vertikal Pengerjaan lanjut 1buah
8 PO323-09 Stripper 1 permukaan
9 PO323-10 Pemotong Atas 1 kontur
10 PO323-13 Die Set Atas 1
6 Borring Memperbesar 1buah
11 PO323-15 Pelat Penutup 1
lubang
12 PO323-24 Taing Pengarah 2
13 PO323-25 Poros Dudukan 4 7 Gerinda Datar Pengerjaan akhir 1buah
Bush permukaan datar
14 PO323-31- Pengarah 1 8 Gerinda Pengerjaan lanjut 1buah
01 Silinder permukaan datar
15 PO323-31- Poros Dudukan 1 9 Drilling Membuat lubang 2buah
02 awal
16 PO323-45 Poros Dudukan 4
17 PO323-51 Bush Pengarah 2
Seluruh mesin diletakkan di bengkel
mekanik PT STALLON. Tata letak bengkel yang ada
Tabel 6.3 Komponen PP CAP 280 STD 3 DIES
saat ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Nomor Jumla Urutan pekerjaan (routing) masing-masing
No Nama Komponen komponen yang diproduksi adalah sebagai berikut:
Komponen h
1 PO273-01 Lower Die 1
2 PO273- Die Cutedeg 1
3 PO273- Die Core Block 3 Tabel 6.5. Urutan Pengerjaan (Routing) STAY
4 PO273- Die Core 3 HELMET DIES
5 PO273- Die Cutedeg 3 No job 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
6 PO273- Draw Cutedeg 3
PO200-01 1 2 3 4 5
7 PO273- Landasan Pengarah 1
8 PO273- Stripper 3
PO200-07 1 2 3
9 PO273- Punch Cutedeg 3
10 PO273- Punch Cutedeg 3
PO200-08 1 2 3 4 5
11 PO273- Punch Cutedeg 1
Clamp ring PO200-09 1 2 3
12 PO273- Upper Die Set 1
13 PO273- Knock Out 1 PO200-24-01 1 2
14 PO273- Pelat Panutup 1
15 PO273- Balok Pengarah 2 PO200-24-02 1 2
Bawah
16 PO273- Tiang Pengarah 2 PO200-25 1 2 4
17 PO273- Poros Dudukan 4
PO200-45 1 2 4
18 PO273- Pelat Pengarah 1 2
PO200-18 1 2 3
19 PO273- Plat Pengarah 2 1
20 PO273- Balok Pengarah 2
Atas
21 PO273- Bush Pengarah 2
22 PO273- Shank 1
4
Studi Performansi Tata Letak Konvensional dan Teknologi Kelompok Pada Sistem Manufaktur Job Shop
Studi Kasus di PT Stallon Bandung
Tabel 6.6. Urutan Pengerjaan (Routing) FRAME Tabel 6.9. Waktu Proses (Jam) STAY HELMET DIES
KWH METER DIES No job 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
PO200-01 9.34 6.5 11.7
No job 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 PO200-07 1.4 1.96 5.387 6.4
PO323-01 1 2 3 4 5 PO200-08 3.7 3 5.2
PO323-02 1 2 3 4 5 PO200-09 1.4 1.88
PO323-03 1 2 PO200-24- 0.3 1.5
PO323-05 1 2 3 01
PO200-24- 1.2 5.3
PO323-06 1 2 3 02
PO323-07 1 2 3 PO200-25 1.1 0.8
PO323-08 1 2 3 4 5 PO200-45 0.1 0.8
PO323-09 1 3 PO200-18 0.9 2.9
PO323-10 1 2 3 4
PO323-13 1 2 3 4 5 6
PO323-15 1 2 3 4 5
PO323-24 1 2 3 Tabel 6.10. Waktu Proses (Jam) FRAME KWH
PO323-25 1 2 3 4 METER
PO323-31-01 1 2 3
PO323-31-02 1 2 3 3 No job 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
PO323-45 1 2 4
PO323- 9.34 5.6 11.7 6.4 6.75
PO323-51 1 2 3
01
PO323-
2.4 3.6 9.5 6.6 1.62
02
Tabel 6.7. Urutan Pengerjaan (Routing) PP CAP 280 PO323-
1.4 3.1 1.3
STD 3 DIES 03
PO323-
0.3 0.6 0.5
05
No job 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 PO323-
PO273-01 1 2 3 5 4 0.8 1.2 0.6
06
PO273-02 1 2 4 5 3 PO323-
1.4 1.96 0.3
07
PO273-03 3 PO323-
3.7 3 5.2 1.58
PO273-05 1 2 3 08
PO273-06 1 2 3 PO323-
1.4 1.88 0.55
09
PO273-07 1 2 3 PO323-
1.4 5.02 0.6 1.22
PO273-08 1 2 5 4 3 10
PO273-09 1 2 3 PO323-
7.35 2.6 5.4 6.2 10
13
PO273-10 1 2 4 3 PO323-
2.77 1.9 1.5 3.4 2.7
PO273-11 1 2 3 15
PO323-
PO273-12 1 2 3 6 24
0.3 0.8 1
PO273-13 1 2 3 PO323-
1.1 5.2 0.5
PO273-14 1 2 3 4 5 25
PO323-
PO273-15 1 2 5 31-01
1.55 1.2 0.65
PO273-23 1 2 3 PO323-
1.55 0.8 0.65
PO273-24 2 31-02
PO323
PO273-25 1 2 –45
0.1 1.2 0.5 0.1
PO273-28 1 1 2 PO323-
0.55 0.65
PO273-29 1 2 51
PO273-30 1 2 3 5 4
PO273-31 1
PO273-32 1
5
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005
Tabel 6.11. Tabel Waktu Proses (Jam) PP CAP 280 Semakin tinggi nilai mean flow time di sini bukan
STD 3 DIES berarti semakin tidak efisiennya aliran material,
No job 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 tetapi lebih disebabkan oleh semakin meratanya
PO273-
01
7.34 4.5 9.7 6.4 5.65 waktu alir. Waktu alir antara kelompok mesin 1 dan
PO273-
2.4 3.6 1.62 9.5 6.6 1.62 kelompok mesin 2 berbeda sehingga mean flow time
02
PO273-
1.4 3.1 1.3
menjadi lebih kecil. Hal seperti ini hanya terlihat
03
PO273- pada animasi.
0.3 0.6 0.5
05
PO273-
0.8 1.2 0.6
06
PO273- D. Analisis WIP System
1.4 1.96 0.3
07
PO273-
WIP system tata letak teknologi kelompok
3.7 3 5.2 5.38 1.58
08 lebih kecil dari tata letak konvensional untuk
PO273-
09
1.4 1.88 0.55 perubahan volume maupun variasi produksi. Hal ini
PO273-
10
1.4 5.02 0.8 1.22 menunjukkan bahwa perubahan tata letak dari
PO273-
11
0.3 0.79 0.1 konvensional ke teknologi kelompok mengakibatkan
PO273-
2.4 5 1.7 8.4 6.4 1.5 berkurangnya WIP system. Berkurangnya WIP
12
PO273-
7.35 2.6 5.4 8.4 6.2 10
system menunjukkan berkurangnya panjang antrian
13
PO273- di dalam sistem. Pengurangan panjang antrian pada
1.3 1.3 3.7 0.2
14
PO273-
akhirnya dapat mengurangi luas lantai yang
2.77 1.9 0.95 3.4 2.7
15 dibutuhkan menempatkan WIP.
PO273-
23
3 2 1.9 1.05 0.95 Untuk penjadwalan yang berbeda ternyata
PO273-
24
0.3 1.5 1 dapat memberikan WIP system tata letak yang
PO273-
25
0.1 0.8 0.5 0.1 berbeda pula, seperti pada gambar 4,7 dan 4,7a.
PO273-
2.9 0.2 Berdasarkan penjadwalan awal dengan jadwal
28
PO273-
2 0.2
kelompok, WIP system untuk volume 5 variasi-
29
PO273 variasi 20 lebih kecil dari WIP system yang
3 2 1.9 1.05 0.95
–30
PO273-
menggunakan penjadwalan awal dengan
0.55 1.2 0.65
31 MWKR/SPT, sedangkan yang lainnya lebih kecil.
PO273-
0.55 1.9
32
6
Studi Performansi Tata Letak Konvensional dan Teknologi Kelompok Pada Sistem Manufaktur Job Shop
Studi Kasus di PT Stallon Bandung
Mean flow time lot 1 lebih kecil daripada Tabel 7.2. Tata Letak yang Paling Sesuai untuk
mean flow time lot 5. Pengurangan mean flow time Volume dan Variasi Produksi Tertentu
pada lot 1 disebabkan oleh proses time pada lot 1
lebih kecil pada proses time lot 5. Hal Ini VARIASI PRODUKSI
mengakibatkan lebih cepatnya perpindahan produk VOLUME KECIL(20) SEDANG BESAR
dari satu mesin ke mesin yang lain. PRODUKSI (31) (44)
Travel time pada lot 1 lebih besar pada KECIL (5) T. KONV./ T.T.K T.T.K T.T.K
travel time pada lot 5. penambahan travel time pada SEDANG T.KONV./T.T.K T.T.K T.T.K
lot 1 disebabkan oleh semakin bertambahnya (10)
BESAR (15) T.KONV./T.T.K T.T.K T.T.K
frekuensi pemindahan produk dari satu mesin ke
mesin yang lain. Hal ini terlihat pada hasil animasi.
b. Mean flow time, WIP, dan utilitas tiap mesin
Work In Process system lot 1 lebih besar daripada
merupakan kriteria performansi pembantu dalam
WIP lot 5. Penambahan WIP system lot 1 disebabkan
melihat performansi perubahan tata letak.
oleh semakin banyaknya produk yang mengantri
c. Mean flow time dari tata letak teknologi
terutama pada mesin 1,4, dan 5. Hal ini terlihat dari
kelompok lebih kecil dari tata letak
animasi dan penambahan waktu antrian.
konvensional. Pengurangan mean flow time
Utilitas mesin lot 1 lebih besar daripada utilitas
sangat dipengaruhi oleh pengurangan waktu
mesin 5. Penambahan utilitas mesin lot 1 disebabkan
mengantri (queue time) dan pengurangan waktu
lebih cepatnya produk dari suatu mesin ke mesin
transportasi (travel time ).
yang lain, sehingga mengurangi waktu menganggur
d. Yang paling mempengaruhi pengurangan mean
mesin. Untuk mesin 1,4, dan 5 terlihat antrian yang
flow time adalah waktu mengantri di setiap
jauh lebih besar daripada lot 5. Antrian ini
mesin, sedangkan waktu transportasi walaupun
disebabkan oleh tidak adanya keseimbangan lintasan
berkurang, tetapi tidak mempengaruhi
antarmesin.
pengurangan mean flow time secara keseluruhan.
Tidak berpengaruhnya waktu transportasi
KESIMPULAN
disebabkan jarak antara mesin dalam kasus ini
Penelitian ini bertujuan untuk memecahkan
tidak terlalu jauh.
masalah-masalah penentuan susunan tata letak
e. WIP system tata letak teknologi kelompok
konvensional atau tata letak teknologi kelompok
umumnya lebih kecil dari tata letak
dengan berbagai kombinasi volume dan variasi
konvensional. Dalam kasus ini peningkatan WIP
produksi.
di setiap mesin bukanlah pengaruh dari tata
Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis yang
letak, melainkan disebabkan oleh tidak adanya
telah dibahas pada bab sebelumnya dapat diambil
keseimbangan antara mesin di dalam
kesimpulan sebagai berikut:
kelompokan mesin.
a. Dalam kasus penelitian ini, secara umum
f. Utilitas tiap mesin untuk tata letak teknologi
performansi tata letak teknologi kelompok lebih
kelompok lebih tinggi dari tata letak
baik dibandingkan dengan tata letak
konvensional. Pengaruh langsung perubahan
konvensional. Dengan mengambil kriteria
langsung perubahan tata letak terhadap utilitas
performansi throughput time sebagai kriteria
mesin hampir tidak ada. Dalam kasus ini
performansi yang utama, maka ditentukan tata
penurunan ataupun kenaikan utilitas mesin
letak yang paling sesuai untuk kondisi job shop
disebabkan oleh pengelompokan mesin
tertentu sebagai berikut:
komponen yang belum memperhatikan
keseimbangan lintasan antara mesin dalam
Tabel 7.1. Throughput Ttime untuk Volume dan
kelompok mesin juga antara kelompok mesin.
Variasi Produksi Tertentu (Dalam Jam )
g. Perubahan ukuran lot menyebabkan menurunnya
VARIASI VARIASI troughput time dan mean flow time serta
PRODUKSI PRODUKSI menaiknya travel time, WIP system, dan utilitas
KONVENSIONAL TEKNOLOGI mesin. Dalam kasus ini perubahan ukuran lot
KELOMPOK malah menyebabkan bertambahnya waktu
mengantri pada mesin-mesin tertentu.
VOLUME (02) (31) (44) (20) (31) (44)
PRODUKSI Penambahan waktu mengantri disebabkan oleh
KECIL 235.02 304.81 339.74 235.36 belum adanya keseimbangan lintasan antarmesin
SEDANG (10) 465.82 605.51 673.49 466.16 dalam kelompok mesin.
BESAR (15) 696.67 906.21 671.99 697.01
7
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005
8
PENGKAJIAN SISTEM IMBALAN ANGGOTA POLRI
PADA TINGKAT BINTARA
Meilita Tryana S.
Staf Pengajar Jurusan Teknik Industri FT USU
Abstrak: Ritme aktivitas masyarakat pada berbagai bidang semakin cepat dikarenakan laju pembangunan dan
fenomena globalisasi, sebagaimana tercermin pada peningkatan mobilitas manusia dan barang, pertukaran
informasi, dan transaksi ekonomi maupun transaksi sosial yang lain. Di samping dampak positif pada
kesejahteraan, peningkatan ini membawa pula dampak sosial yang kompleks. Kuantitas tindak kriminalitas
semakin meningkat, diikuti pula oleh tingginya intensitas dan modus kejahatan, serta timbulnya kerusuhan di
berbagai tempat akhir-akhir ini.
Semua fenomena tersebut menuntut peran yang lebih besar dari pihak Kepolisian Republik Indonesia (Polri)
sebagai unsur terdepan dalam penanganan Kamtibmas. Harapan masyarakat terhadap Polri adalah mendapatkan
perlindungan Polri yang semakin maksimal dan pelayanan yang lebih baik dari Polri. Untuk memenuhi harapan
tersebut, maka ada lima unsur yang utama untuk membangun polri yang kuat yaitu: mutu personil, kesejahteraan
personil, jumlah personil, sarana, dan prasarana, dan sistem politik negara. Penelitian ini mengkaji salah satu
dari kelima unsur tersebut, yaitu kesejahteraan personil yang menjadi prioritas dalam membangun kepolisian
yang kuat di Indonesia.
Abstract: The rhythm of community activity in various fields are faster as consequence of development rate and
globalization phenomenon, as reflected of increasing of human and goods mobility, information exchange, and
transaction, both economic, and social transactions. Beside its positive impact on prosperity, this increase is
also followed by high criminal intensity and mode, as well as occurrence of riot in currently various places.
All these phenomenon of course require for a larger role from Polri party as the foremost element in handling of
community security and order (Kambtibmas). The community expectation on the Polri is to obtain the most
maximal Polri’s protection and it’s better services. To fulfill these expectations, therefore, there are five
primary elements of personnel quality, personnel prosperity, number of personnel, means and infrastructures as
well as state politics. This study evaluate one of these fie elements, personnel prosperity that become priority in
developing a strong police institution in Indonesia.
9
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005
dapat mengurangi kesenjangan kebutuhan diberikan ini mempunyai pengaruh yang sangat besar
hidup? terhadap semangat dan kegairahan kerja para
personil organisasi (Siregar & Samadhi, 1987: 37).
Istilah imbalan sering digunakan secara
1.3. Tujuan Penelitian bergantian dengan administrasi gaji dan upah.
Adapun tujuan penelitian ini adalah: Bagaimanapun, istilah imbalan sesungguhnya
1. Mengkaji variabel-variabel sistem imbalan yang merupakan konsep yang lebih luas. Imbalan diartikan
selama ini diterapkan dalam organisasi Polri. sebagai semua bentuk kembalian (return) finansial,
2. Mempelajari proporsi kebutuhan hidup anggota jasa-jasa berwujud, dan tunjangan-tunjangan yang
Polri pada tingkat Bintara. diperoleh karyawan sebagai bagian dari sebuah
3. Menyusun sistem imbalan yang sesuai dengan hubungan kepegawaian.
pemenuhan kebutuhan hidup anggota Polri. Imbalan finansial langsung (direct financial
4. Menyusun kebijakan sistem imbalan yang compentation), terdiri dari bayaran (pay) yang
diperlukan. diperoleh seseorang dalam bentuk gaji, upah, bonus,
komisi. Imbalan finansial tidak langsung (indirect
1.4. Manfaat Penelitian financial compentation) yang disebut juga dengan
Berdasarkan fakta-fakta yang diperoleh dari tunjangan, meliputi semua imbalan langsung.
hasil penelitian, maka diharapkan penelitian ini Komponen dari keseluruhan program imbalan
bermanfaat: disajikan dalam gambar II.1. berikut ini:
1. Untuk dapat meningkatkan kepuasan kerja bagi
anggota Polri.
2. Bahan informasi untuk mengadakan kajian lebih
mendalam.
3. Sebagai pedoman bagi pengambil keputusan
(decision maker) untuk menyusun kebijakan
yang berkenaan dengan upaya pembinaan dan
pengembangan organisasi Polri di masa yang
akan datang.
10
Pengkajian Sistem Imbalan Anggota Polri pada Tingkat Bintara
kebutuhan secara minimal dan sesuai dengan mendalam atau penelitian dengan sudut pandang
peraturan yang sedang berlaku. yang berbeda akan melengkapi kesimpulan
2. Selain harus dapat memenuhi kebutuhan penelitian.
minimal, maka imbalan yang diberikan Untuk mendapatkan hasil penelitian yang
hendaknya dapat mengikat personil yang ada, baik diperlukan urutan langkah penelitian yang
sehingga kemungkinan terjadinya keluar terstruktur. Adapun tahapan penelitian ini secara
masuknya karyawan dapat ditekan sekecil garis besarnya dapat dilihat pada gambar III.1.
mungkin.
3. Imbalan yang diberikan harus mampu pula
meningkatkan semangat dan kegairahan kerja,
sehingga kerja dapat dipertahankan dan
ditingkatkan.
4. Untuk dapat menimbulkan semangat dan
kegairahan kerja, maka dalam menetapkan
jumlah imbalan harus selalu bersifat dinamis,
artinya sesuai dengan perubahan situasi dan
kondisi yang terjadi.
5. Selain jumlah imbalan yang diberikan, perlu
dipikirkan komposisi dari imbalan yang
diberikan, sebab dengan komposisi yang tepat
maka akan memberikan dampak yang positif
baik terhadap personil maupun terhadap
organisasi secara keseluruhan.
Davis (1987) menyatakan bahwa ada
beberapa hal yang dibutuhkan untuk merancang
sistem imbalan yang lengkap dan ekonomis,
diantaranya adalah job evaluation untuk menentukan
gaji dasar yang diperoleh sesuai dengan tugas dan
tanggung jawabnya, performance appraisal untuk Gambar III.1. Tahapan Proses Penelitian
memberikan intensif yang besarnya sesuai dengan
performansi kerja karyawan dan profit sharing. Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka
Ketiga sistem ini merupakan landasan untuk berpikir dalam melakukan penelitian ini dibagi
merancang program imbalan. Secara garis besar menjadi dua bagian, yaitu:
perancangan sistem imbalan dapat dilihat pada 1. Analisis kondisi eksisting sistem imbalan adalah
gambar II.2. analisis kebijakan yang telah dilakukan oleh
pemerintah selama ini dalam pemberian sistem
imbalan kepada anggota Polri.
Untuk melakukan analisis kebijakan pemerintah
tersebut, maka tahapan yang dilakukan dimulai
dengan mengidentifikasi dan mendeskripsikan
komponen sistem imbalan yang diterima oleh
anggota Polri dari organisasi/pemerintah.
2. Analisis kebijakan sistem imbalan dengan
pendekatan kebutuhan hidup anggota Polri
tingkat bintara, adalah analisis yang didasarkan
pada pendekatan kebutuhan hidup anggota
Bintara Polri dan keluarganya, yaitu pendekatan
kuantitatif dan kualitatif dengan indikator
komponen kebutuhan hidup primer, sekunder,
dan tersier.
(Sumber : Dais, Keith. Human Behaviour at Work:
Organizational Behaviour, sixth edition. The Grolier,
1987, p.573). IV. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN
DATA
Pada tabel IV.2. menunjukkan komposisi
III. METODOLOGI PENELITIAN anggota polisi berdasarkan usia. Yang mempunyai
Hasil yang diperoleh dari suatu penelitian proporsi paling besar adalah polisi dengan usia 35 –
selalu memberi kemungkinan untuk diteliti lebih 44 tahun berjumlah 23 orang atau 46% dan diikuti
lanjut. Demikian pula dengan hasil yang diperoleh dengan polisi usia 25-34 tahun sebanyak 17 orang
dari penelitian ini. Penelitian lain yang lebih atau 34%.
11
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005
12
Pengkajian Sistem Imbalan Anggota Polri pada Tingkat Bintara
13
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005
14
Pengkajian Sistem Imbalan Anggota Polri pada Tingkat Bintara
- Merumuskan jenis tunjangan yang komponen yang baru pada sistem imbalan,
dianggap layak untuk diberikan berdasarkan penelitian melalui survai
kepada anggota Polri (hal ini dapat kebutuhan hidup anggota Polri mencakup
dilihat dari usulan penulis). kebutuhan yang diusulkan antara lain adalah:
- Menetapkan besaran masing- K Tunjangan Pangan
masing tunjangan dengan K Tunjangan Fungsional
memperhatikan tugas, wewenang, K Tunjangan Pendidikan Anak
dan tanggung jawab serta prinsip- 3. Rumusan strategi dan kebijakan bagi sistem
prinsip keadilan. imbalan baru anggota Polri yang didasarkan
- Mengupayakan agar penghasilan pada tingkat kepentingan kebutuhan hidup di
anggota Polri disesuaikan dengan masa mendatang, yang ditunjukkan pada
tingkat inflasi, antara lain dengan gambar V.7. memberikan ilustrasi bahwa
membuat indeks untuk dijadikan terdapat variabel-variabel baru yang perlu
dasar bagi penyesuaian dan ditambahkan dalam penyusunan sistem
tunjangan. imbalan yaitu: Tunjangan Pangan, Tunjangan
b. Mengupayakan agar tunjangan Fungsional, dan Tunjangan Pendidikan Anak.
fungsional khususnya bagi anggota 4. Kebijakan sistem imbalan yang diusulkan
Bintara Polri dimasukkan ke dalam adalah gaji pokok, di mana nilainya yang harus
komponen sistem imbalan. disesuaikan dengan biaya kebutuhan hidup
c. Mengupayakan penyusunan anggaran minimum, tunjangan fungsional, tunjangan
operasional anggota Polri yang lebih istri/suami di mana nilai disesuaikan dengan
tepat sesuai dengan kebutuhan tugas, kebutuhan istri/suami, tunjangan anak diganti
sehingga mengurangi KKN yang sering dengan tunjangan pendidikan anak, tunjangan
terjadi. beras diganti menjadi tunjangan pangan di
d. Merumuskan secara seragam tunjangan mana nilainya disesuaikan dengan kebutuhan
kompensasi berupa tunjangan pangan minimum, tunjangan uang lauk-pauk
kesehatan dan asuransi yang diterima berupa tunjangan operasional Polri di mana
oleh anggota Polri yang mengalami nilainya disesuaikan dengan kebutuhan
kecelakaan seperti penyakit yang akut, minimum operasional anggota Polri. Untuk
cacat, dan meninggal akibat tunjangan lainnya yang perlu mendapatkan
melaksanakan tugas. Hal ini sangat perhatian bagi organisasi yaitu fasilitas yang
perlu diperhatikan apabila dilihat dari selama ini diberikan organisasi kepada anggota
besarnya resiko tugas anggota Polri. berupa pengalokasian potongan tunjangan
wajib, yaitu fasilitas kesehatan, perumahan,
VI. KESIMPULAN DAN SARAN dan asuransi. Khusus untuk asuransi,
diharapkan organisasi lebih memfokuskan
VI.1. Kesimpulan
kompensasi ini kepada anggota berkaitan
Berdasarkan pada bab sebelumnya, maka
dengan resiko yang dialami oleh anggota pada
dalam menyusun formulasi kebijakan sistem imbalan
saat melaksanakan tugasnya.
bagi anggota Bintara Polri, berdasarkan hasil
penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:
VI.2. Saran-saran
1. Sistem imbalan yang diberikan organisasi Polri
1. Hasil penelitian ini memberikan gambaran
saat ini terdiri dari komponen gaji pokok,
bahwa sistem imbalan angota Polri berdasarkan
tunjangan istri/suami, tunjangan beras,
kebutuhan hidup anggota Polri masih harus
tunjangan anak, tunjangan jabatan
diuji kembali dengan menggunakan jumlah
struktural/fungsional, dan tunjangan lauk-pauk
sampel anggota Polri bukan hanya pada tingkat
masih belum dapat memenuhi kebutuhan
Bintara tapi level atau tingkatan anggota Polri
anggota Bintara Polri saat ini. Hal ini dapat
yang lain.
dilihat dari adanya gap yang cukup besar
2. Hasil perhitungan ini merupakan analisis
antara gaji yang diterima oleh anggota Bintara
berdasarkan perhitungan statistik yang
Polri dengan pengeluaran kebutuhan hidup
memiliki berbagai keterbatasan, sehingga ada
angota Polri dan keluarganya, sehingga perlu
kalanya hasil perhitungan tidak sesuai dengan
dipertimbangkan untuk ditinjau kembali yaitu
kenyataan.
dengan cara menaikkan nilai komponen yang
3. Penelitian ini hanya mengeluarkan sistem
ada seperti gaji pokok, tunjangan istri/suami,
imbalan berdasarkan tingkat kepentingan
dan tunjangan operasional/ULP.
kebutuhan hidup, sedangkan nilai untuk
2. Berdasarkan penelitian survai kebutuhan hidup
memenuhi kebutuhan hidup tersebut tidak
anggota Polri, maka dapat ditemukan beberapa
dilakukan karena terbatasnya waktu penulis.
komponen kebutuhan hidup yang dapat
Untuk itu penulis mengharapkan penelitian
dijadikan komponen baru dalam penyusunan
lanjutan yang dapat mengeluarkan suatu
sistem imbalan anggota Polri. Adapun
15
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005
rumusan kebijakan mengenai sistem imbalan Peraturan Pemerintahan No.14. Tahun 2003 tentang
Polri sampai kepada nilai yang dibutuhkan. Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 29
4. Berdasarkan temuan penelitian diperoleh Tahun 2001.
besarnya gap antara besarnya gaji yang
Renny R. 2000. Identifikasi Faktor-Faktor Dalam
diterima oleh Bintara Polres Langkat dengan
Sistem Imbalan yang Berpengaruh Terhadap
biaya kebutuhan hidup, sehingga hal ini cukup
Kepuasan Kerja Tenaga Penjual. Tesis.
menarik untuk dilakukan kajian yang lebih
Bandung.
mendalam, seperti pengaruh kurangnya imbalan
dengan munculnya tindakan korupsi di Siagian, S. 1992. Manajemen Sumberdaya Manusia.
lingkungan Polri dan kajian lain yang berkaitan Jakarta: PT Cipta Manunggal.
dengan data penelitian yang ada.
Siregar, S.B. Samadhi, TMA, A. 1987. Manajemen
ITB. Bandung
Daftar Pustaka
Simamora , H. 1997. Manajemen Sumberdaya
Anonim. 1992. Buku Petunjuk Administrasi Tentang Manusia. Yogyakarta: Bagian Penerbitan
Penggunaan Prajurit Polri. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.
Anonim. 1995. Laporan Penelitian Studi Eksploratif Tabah, A. 1996. Menatap Dengan Mata Hati Polisi
Profesionalisme dan Kinerja Polri. Indonesia. Jakarta: PT Gramedia.
Anonim. 1998. Buku Petunjuk Administrasi Tabah A. 1996. Polisi (Budaya Dan Politik).
Pengurusan Penghasilan Personil di Cetakan Kedua. Klaten: CV Sahabat.
Lingkungan Polri.
Tabah, A. 2002. Membangun Polri yang Kuat
Anonim. 2001. Harian Pikiran Rakyat, Bulan (Belajar dari Macam-Macam Asia). Jakarta:
Februari. PT Sumbersewu Lestari.
Anonim. 2002. Tinjauan dan Penataan Kembali Undang-Undang RI Nomor 28 Tahun 1997 tentang
Organisasi Polri (Naskah Akademik). Mabes Kepolisian Negara Republik Indonesia
Polri.
Walpole. 1995. Pengantar Statistik, Cetakan
Anonim. 2002. Statistik Kesejahteraan Rakyat Keenam. Jakarta: PT Gramedia.
(Walfare Statistic). Survai Sosial Ekonomi
Nasional.
Anonim. 2003. Harian Kompas, Bulan Juni.
Anonim. 2004. Ringkasan Eksekutif Desain Sistem
Penggajian Bagi Pegawai Negeri Sipil.
Kementrian Aparatur Negara.
Davis, Keith. 1987. Human Behaviour at Work:
Organizational Behaviour, Sixth Edition.
Djoyohadikusumo, S. 1983. Ilmu Ekonomi. Jakarta:
UI Press.
Indrawan, R. 2002. Analisis Realisasi Kompensasi
Terhadap Keluarga Anggota Polri Yang
Gugur Saat Melaksanakan Tugas di Polda
Lampung. Skripsi Mahasiswa PTIK, Jakarta.
Kunarto. 2001. Perilaku Organisasi Polri. Jakarta:
PT Cipta Manunggal.
Keputusan Kapolri No. Pol: Kep/ 28/III/2003 tentang
Tunjangan Jabatan Struktural di Lingkungan
Polri
Milkovich, Et Al. 2002. Compesation. USA: Mc
Graw Hill.
Moekijat. 1992. Administrasi Gaji Dan Upah.
Bandung: CV Mandar Maju.
Poerwadarminta. 1999. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakrta: Balai Pustaka.
16
ANALISIS KINERJA BANK DENGAN DEA
Juliza Hidayati
Staf Pengajar Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik USU
Abstrak: Ukuran produktivitas merupakan suatu indikator dalam menilai kemampuan bersaing dari suatu
perusahaan. Besaran ini menunjukkan seberapa jauh perusahaan tersebut dapat memanfaatkan sumber-sumber
yang terbatas (input) untuk mencapai hasil (output). Peningkatan kinerja dari suatu periode ke periode
berikutnya merupakan tahapan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, sehingga perlu dilakukan pengukuran
kinerja. Umumnya, pengukuran kinerja suatu bank dengan menggunakan rasio finansial. Namun belum dapat
menunjukkan kondisi operasional bank tersebut. Sehingga diperlukan suatu penemuan metode yang lebih baik.
Salah satu teknik yang digunakan yaitu teknik pemrograman matematika, Data Envelopment Analysis (DEA),
sebuah model program matematis nonparametrik yang digunakan untuk mengevaluasi produktivitas relatif dari
sebuah grup yang terdiri dari unit-unit pembuat keputusan (Decision Making Unit/DMU) di dalam
menggunakan input dan output yang beragam dan relatif sama, yang dalam hal ini bentuk fungsi produksinya
tidak diketahui atau tidak ditentukan.
Kata kunci: Kinerja Bank, model, Data Envelopment Analysis (DEA), produktivitas relatif, operasional.
17
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005
metode DEA dengan model CCR. relatif ini digunakan karena lebih praktis. Suatu
Penelitian dilakukan berdasarkan data beberapa perusahaan akan lebih tertarik untuk mengetahui
kantor unit salah satu kantor cabang PT Bank produktivitas yang dicapainya jika dibandingkan
Rakyat Indonesia (persero) pada tahun 2003. dengan produktivitas dari perusahaan sejenis dalam
1.5. Asumsi kondisi yang sama dan menghasilkan kinerja lebih
Perubahan perbandingan terhadap input maupun baik. Namun perlu diingat bahwa hasil dari
output dalam suatu kantor unit bank tidak pengukuran kinerja ini hanya menggambarkan
mempengaruhi produktivitas yang mungkin tingkat kinerja dari kantor unit bank yang diamati,
dicapai, yaitu CRS (Constant Return to Scale). bukan menjelaskan bagaimana kantor unit dapat
Produktivitas relatif yang dimiliki oleh kantor mencapai tingkat kinerja tersebut.
unit pada suatu kantor cabang bank bernilai
antara 0 sampai dengan 1. 2.2. Produktivitas Relatif
Masing-masing kantor unit pada suatu kantor Peningkatan kinerja dalam suatu organisasi
cabang bank melakukan kegiatan pelayanan jasa atau perusahaan dapat dicapai antara lain dengan
perbankan yang sama. ukuran produktivitas. Produktivitas merupakan
ukuran yang menunjukkan seberapa jauh sebuah
2. Dasar Teori perusahaan dapat memanfaatkan sumber-sumber
2.1. Pengukuran Kinerja terbatas yang dimiliki (input) terhadap hasil (output)
Keberhasilan setiap organisasi bisnis yang akan diperoleh.
tergantung pada keberhasilan proses bisnis yang Ada berbagai jenis pengukuran produktivitas
diselaraskan dengan tujuan dan strategi organisasi yang dikenal yaitu berdasarkan ruang lingkup,
perusahaan secara keseluruhan. Untuk mencapai dikenal sebagai pengukuran produktivitas
tujuan yang diinginkan, perusahaan haruslah antarnegara, nasional, industri, dan perusahaan.
meningkatkan kinerja dari periode ke periode Demikian juga dari segi pendekatan , kita mengenal
berikutnya. pendekatan indeks, pendekatan fungsi, pendekatan
Dalam suatu organisasi, kinerja merupakan input-output, pendekatan utilitas, pendekatan servo-
kemampuan yang dimiliki dalam menerapkan system, pendekatan rasio keuangan, dan lain-lain.
strategi secara efektif untuk memastikan semua Untuk mengetahui apakah suatu perusahaan sudah
tujuan yang ingin dicapai dapat diwujudkan. menjalankan aktivitasnya dengan benar dalam
Untuk mengetahui apakah suatu perusahaan mencapai tujuan yang telah ditetapkan, perlu
sudah menjalankan aktivitasnya dengan benar dalam dilakukan pengukuran terhadap tingkat kinerja.
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, perlu Istilah produktivitas dalam bidang teknik
dilakukan pengukuran kinerja. Pengukuran kinerja menunjukkan rasio antara keluaran (output) suatu
merupakan suatu proses evaluasi terhadap kumpulan sistem dan masukan (input) sistem tersebut.
indikator kinerja yang merupakan informasi yang Pengukuran-pengukuran dalam bidang teknik dan
penting dan berguna bagi perusahaan. Kinerja suatu fisika selalu mengasumsikan bahwa ada suatu situasi
program dapat dinyatakan dalam persentase, indeks, ideal yang menyatakan kuantitas output yang
rating, atau perbandingan lain yang dipantau pada dihasilkan persis sama dengan kuantitas input yang
kurun waktu tetap dan dibandingkan terhadap satu diberikan, sehingga rasio antara output dan input
atau lebih kriteria. sama dengan satu (=1).
Pengukuran kinerja dengan pendekatan Data Produktivitas dalam situasi yang ideal akan
Envelopment Analysis (DEA) ini merupakan memiliki nilai sebesar 100% (full efficient),
penggunaan program matematis dalam konteks sedangkan produktivitas pada keadaan tidak ideal
manajemen. Biasanya program matematis digunakan bisa lebih kecil dari 100% (in efficient). Berdasarkan
untuk mengevaluasi suatu kumpulan alternatif sekumpulan data yang diperoleh, maka dapat
tindakan yang mungkin untuk mendapatkan yang dilakukan perbandingan tingkat kinerja
terbaik. Dengan kata lain, program matematis antarperusahaan. Pengukuran terhadap kinerja ini
berfungsi sebagai perencana untuk membantu dilakukan dengan cara menghitung nilai
manajemen. Sehingga dalam hal ini, program produktivitas relatif masing-masing kantor unit.
matematis digunakan sebagai alat kontrol dan Dalam proses penghitungan dilakukan perbandingan
evaluasi dari hasil yang telah dicapai sebelumnya, langsung antara data-data hasil observasi ataupun
serta sebagai alat bantu dalam merencanakan yang direncanakan, sehingga hasil yang didapat
aktivitas masa depan. berdasarkan produktivitas relatif sesuai dengan data
Dalam proses perhitungan dilakukan observasi atau data rencana yang kita masukkan.
perbandingan langsung antara data-data hasil Adapun hubungan antarvariabel harus didasarkan
observasi ataupun yang direncanakan, sehingga hasil pada sifat exclusivity and exhaustiveness yang berarti
pengukuran kinerja yang kita dapat nantinya adalah bahwa hanya variabel input yang dapat
berdasarkan produktivitas relatif sesuai dengan data mempengaruhi variabel output dan hanya variabel
observasi atau data rencana yang kita masukkan. output yang digunakan dalam pengukuran saja yang
Pengukuran kinerja berdasarkan produktivitas dipengaruhi.
18
Analisis Kinerja Bank dengan DEA
∑xv
diperoleh adalah relatif sesuai dengan data observasi
atau data yang direncanakan. i ij 0
i =1
Berdasarkan konsep pengukuran produktivitas
relatif, Farell (1957) memperkenalkan istilah
produktivitas relatif-produktivitas suatu organisasi
diukur relatif terhadap produktivitas organisasi- Subject to : s
19
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005
20
Analisis Kinerja Bank dengan DEA
slack atau surplus sebesar 0,0000 maka unit tersebut data sekunder, antara lain mengenai kegiatan bank
merupakan peer unit dari DMU. Namun jika target tersebut dalam melakukan kegiatan pelayanan jasa
untuk unit yang in efficient dapat dihasilkan dari dan bagaimana perusahaan mengetahui tingkat
jumlah dari hasil kali harga dual (dual prices) kinerja dari masing-masing kantor unit pada suatu
dengan nilai input dan output masing-masing peer kantor cabang bank. Selain itu juga digunakan data
group/peer unit untuk DMU yang in efficient. input maupun data output.
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas,
maka dapat diperoleh suatu hasil olahan yang akurat 3.4. Pengolahan dan Analisis Data
dengan penggunaan program komputer berdasarkan Data yang diperoleh akan diolah serta dianalisis
data-data output dan input yang diperoleh. berdasarkan metode Data Envelopment Analysis
(DEA) dengan menggunakan software LINDO
3. Metodologi Penelitian (Linear, Interactive and Discrete Optimizer)
3.1. Identifikasi Masalah dan Penetapan Tujuan sehingga diperoleh target yang harus dicapai sebagai
Masalah yang akan dibahas adalah pengukuran upaya peningkatan produktivitas terhadap kinerja.
kinerja berdasarkan produktivitas relatif antarkantor
unit bank pada suatu kantor cabang dalam upaya 4. Pengumpulan dan Pengolahan Data
mengetahui sejauh mana perusahaan telah a. Data Input
memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki (input) Data input merupakan sumberdaya yang
serta hasil (output) yang dihasilkannya. Setelah digunakan oleh masing-masing kantor unit pada
adanya identifikasi terhadap masalah yang akan suatu kantor cabang bank untuk melakukan
diteliti, diperlukan penetapan tujuannya agar dapat kegiatannya dalam pelayanan jasa perbankan. Data
diperoleh gambaran produktivitas relatif antarkantor input ini terdiri dari:
unit pada suatu kantor cabang bank untuk perbaikan Jumlah pegawai
kinerja bank tersebut. Jumlah simpanan (deposits) dalam Rp juta
Jumlah biaya (expenses) dalam Rp juta
3.2. Studi Pustaka dan Studi Orientasi b. Data Output
Melakukan studi kepustakaan tentang hal-hal Data output merupakan hasil yang diperoleh dari
yang berkaitan dengan permasalahan dan metode- masing-masing kantor unit bank dengan
metode yang mendukung penyelesaian masalah. menggunakan input yang mereka miliki.
Serta dengan studi orientasi ini juga sebagai Data output ini terdiri dari:
pemahaman tentang kegiatan pelayanan jasa dalam Jumlah nasabah
bidang perbankan dan hal-hal lain yang terkait Jumlah kredit yang diberikan (loans) dalam Rp
dengan pengukuran kinerja berdasarkan juta
produktivitas relatif. Jumlah pendapatan (income) dalam Rp juta
3.3. Identifikasi Data yang Digunakan
Data yang digunakan terdiri dari data primer dan
Tabel 1. Jumlah Input dan Output Pada Masing-Masing Kantor Unit
di Salah Satu Cabang PT Bank Rakyat Indonesia (persero) Selama Tahun 2003
Data Input Data Output
Kantor Jumlah Jumlah Jumlah Biaya Jumlah Kredit Jumlah
Unit Pegawai Simpanan (Expenses) Jumlah yang Diberikan Pendapatan
(DMU) (Deposits) (Rp Juta) Nasabah (Loans) (Income)
(Rp Juta) (Rp Juta) (Rp Juta)
DMU 1 7 13.218,4 3.111,4 13.879 9.982,5 3.861,2
DMU 2 6 27.329,3 2.129,5 21.108 6.355,8 2.670,1
DMU 3 5 8.075,2 1.130,1 11.434 5.701,6 1.255,7
DMU 4 6 7.865,7 1.006,2 9.742 4.776,4 1.141,3
DMU 5 7 21.632,8 3.346,5 16.694 8.175,6 3.608,6
DMU 6 5 12.148,5 1.363,3 12.242 5.311,5 1.568,3
DMU 7 7 14.507,0 928,4 15.120 4.524,3 1.073,2
DMU 8 8 27.147,4 1.871,9 21.730 5.369,1 2.096,1
DMU 9 6 23.648,5 1.658,6 24.708 5.270,0 1.849,1
DMU 10 7 19.477,7 2.726,2 18.363 10.597,8 3.926,4
DMU 11 8 29.277,4 2.863,4 19.568 7.203,1 3.623,0
DMU 12 6 9.579,6 926,5 11.332 5.814,6 1.172,5
DMU 13 5 11.520,6 813,1 10.527 4.237,9 963,8
DMU 14 7 20.921,6 826,7 19.661 3.059,3 941,2
DMU 15 8 26.673,3 3.239,3 26.522 9.738,5 4.283,7
DMU 16 7 23.690,5 894,3 23.113 4.988,1 1.092,6
DMU 17 6 28.603,8 2.779,2 21.915 6.374,1 2.921,1
DMU 18 5 17.409,6 1.569,4 20.742 6.608.2 1.916,4
21
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005
Pada penelitian ini, salah satu kantor cabang Tabel 3. Peer Group DMU
PT Bank Rakyat Indonesia (persero) ini memiliki 18
buah kantor unit dan tiap kantor unit dinyatakan DMU Peer Group
dalam DMU (Decision making Unit). Dan 4 DMU 3, DMU 10, DMU 12
berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh nilai 5 DMU 10
produktivitas relatif tiap DMU tersebut. 6 DMU 3, DMU 10, DMU 12, DMU 18
7 DMU 10, DMU 12
Tabel 2. Nilai Produktivitas Relatif Tiap DMU 8 DMU 10, DMU 16
13 DMU 10, DMU 12, DMU 16
DMU Nilai Produktivitas 14 DMU 3, DMU 16
Relatif
1 1,0000 Untuk mengetahui peer unit/peer group dari
masing-masing DMU atau kantor unit yang relatif in
2 1,0000
efficient maka dapat dilihat dari nilai variabel slack
3 1,0000 atau surplus dari masing-masing fungsi pembatas,
4 0,9562 yang dalam hal ini nilai dari variabel slack atau
0,9190 surplus dari peer unit adalah 0,0000. Dikatakan
5
demikian sebab dengan nilai variabel slack atau
6 0,8868 surplus yang sama dengan 0,0000 maka DMU
7 0,8769 tersebut telah mampu menghasilkan output sebesar
8 0,8177 nilai input yang digunakannya.
Berdasarkan analisis kinerja kantor unit
9 1,0000 tersebut dengan menggunakan metode DEA, maka
10 1,0000 diperoleh beberapa DMU yang full efficient (nilai
11 1,0000 produktivitas relatif=1) sebanyak 11 (sebelas) DMU.
Sedangkan beberapa DMU yang in efficient (nilai
12 1,0000 produktivitas relatif < 1) sebanyak 7 (tujuh) DMU.
13 0,9191 Untuk memperbaiki kinerjanya dalam upaya
14 0,9557 peningkatan produktivitasnya, dalam hal ini kantor
unit bank, maka metode Data Envelopment Analysis
15 1,0000
(DEA) memberikan suatu target yang harus dicapai
16 1,0000 oleh kantor unit sehingga dapat memiliki
17 1,0000 produktivitas yang lebih baik. Target yang akan
18 1,0000 ditetapkan itu diperoleh dari kinerja peer group/peer
unit untuk masing-masing kantor unit bank.
Adapun target yang dimaksud dapat berupa
5. Analisis dan Evaluasi penambahan jumlah output yang dihasilkan atau
Merupakan salah satu kelebihan dari metode Data penurunan pada jumlah input yang digunakan saja,
Envelopment Analysis (DEA) adalah ditetapkannya atau kedua-duanya. Jumlah target yang ditetapkan
suatu peer group/peer unit untuk masing-masing bagi DMU atau kantor unit diperoleh dari
kantor unit yang relatif in efficient. Seperti yang telah perhitungan antara actual output atau actual input
diketahui bahwa metode DEA menerapkan program dengan virtual output atau virtual input.
linier untuk memudahkan penyelesaiannya. Dengan Yang dimaksud dengan actual output dan
demikian untuk menentukan peer unit atau peer actual input adalah output dan input kantor unit saat
group tersebut, maka kita juga dapat menggunakan ini. Sedangkan virtual output dan virtual input
program linier tersebut. adalah output dan input yang diharapkan dapat
Untuk menyelesaikan program linier dari masing- dicapai oleh kantor unit untuk meningkatkan
masing DMU, proses penyelesaiannya akan berusaha produktivitasnya. Virtual output dan virtual input
untuk menghasilkan nilai fungsi objektif yang merupakan jumlah dari hasil kali harga dual (dual
terbaik (bobot yang dihasilkan adalah bobot yang prices) dengan nilai output dan input masing-masing
akan mengoptimalkan fungsi objektif) untuk DMU peer group/peer unit untuk DMU yang relatif in
yang akan diukur berdasarkan nilai produktivitas efficient.
relatifnya. Proses penyelesaian ini akan berhenti jika Target input adalah actual input dikurangi
nilai produktivitas dari fungsi objektif atau nilai virtual input dan target output adalah virtual output
produktivitas dari satu atau beberapa DMU lainnya dikurangi actual output.
adalah 1 (satu).
Sehingga untuk setiap unit yang relatif in efficient
setidaknya ada satu unit yang akan full efficient
dengan menggunakan bobot dari DMU tersebut. Unit
yang full efficient tersebut akan dikatakan sebagai
peer unit atau peer group.
22
Analisis Kinerja Bank dengan DEA
23
PELUMASAN DAN DAYA GESEKAN
PADA BANTALAN LUNCUR
Adil Surbakti
Staf Pengajar Jurusan Teknik Industri FT USU
Abstrak: Bantalan luncur digunakan untuk menumpu proses yang berputar. Untuk mengurangi gesekan di
antara bagian yang berputar digunakan minyak pelumas dan ini mengurangi keausan, panas, dan kerugian daya
gesekan. Sungguh pun lapisan minyak akan mengurangi gesekan persentuhan antara metal ke metal tetapi
gesekan pada lapisan minyak harus diperhitungkan di antara alat bagian yang berputar. Koefisien gesekan antara
etal dengan metal jauh lebih besar dibandingan dengan gesekan antara lapisan minyak. Faktor lain yang
mempengaruhi gesekan adalah ukuran bantalan luncur, putaran, beban, dan temperatur operasi. Karena itu
kerugian daya gesekan bantalan luncur dipengaruhi oleh banyak faktor yang harus dimasukkan ke dalam
perhitungan.
Kata kunci: Viskositas, gesekan, dan daya gesekan.
Abstract: Journal bearing is used to support rotary shaft. To reduce friction between rotary parts is to use
lubricant and this also diminish wear, heat and power lost of friction. Although a layer of oil will eliminates the
excessive friction of metal to metal contact, the friction with in the oil film must be taken into account between
rotary part. Other factors affect friction are size of journal bearing, speed of rotation, load, and temperature of
operations. Thus, power lost of friction in journal bearing are effected by many factors must be taken into
account.
Key words: Viscosity, friction, and power of friction.
24
Pelumasan dan Daya Gesekan pada Bantalan Luncur
25
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005
26
Pelumasan dan Daya Gesekan pada Bantalan Luncur
V. KESIMPULAN
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
kerugian daya gesekan Ng pada bantalan luncur
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Ukuran bantalan luncur meliputi diameter poros
(d) dan panjang bantalan (1)
2. Kelonggaran radial bantalan ©
3. Viskositas bahan pelumas (µ)
4. Kecepatan putaran poros (n)
5. Temperatur operasi bantalan
6. Beban normal bantalan (W)
7. Koefisien gesekan bantalan luncur (f)
DAFTAR PUSTAKA
27
Desain Repeater Saluran Telepon Kapasitas Satu Saluran
Abstrak: Pada jaringan telepon, sering terdapat parameter ideal yang tidak terpenuhi, sehingga menyebabkan
beberapa kekurangan pada kualitas suara telepon. Efek gangguan yang menyebabkan turunnya kualitas suara
telepon diantaranya adalah suara yang lemah. Suara lemah disebabkan redaman pada jaringan yang terlalu
besar, terutama karena panjang jaringan kabel yang melebihi standar yang diperbolehkan. Efek suara lemah ini
pada umumnya tidak dapat di atasi, kecuali dengan mengganti kabel telepon dengan diameter inti yang lebih
besar. Tentunya hal ini akan sangat mahal. Solusinya adalah dengan memakai repeater untuk saluran telepon.
Tulisan ini akan memaparkan desain repeater saluran telepon kapasitas 1 saluran.
Abstract: There are several factors affect the voice quality in telephone network. They make the voice
degradation under acceptable level. One of them is the voice signal has too much losses. It makes telephone
conversation is uncomforted. It becomes worst when the cable is longer. The voice signal cannot be improved
but replacing the cable with the larger diameter. Off course it pays more money and too expensive. Than, a
repeater is a cheaper way to resolve the problem. This paper explain how to develop a telephone repeater for
single line.
28
Desain Repeater Saluran Telepon Kapasitas 1 Saluran
LV RBT G
RBT D
OH
Relay
TELKOM H H
RG
Relay
RD
OH HD
Relay
RG
RG
Relay
Saat Menerima Panggilan telepon diangkat, hook detector HD aktif dan saluran
Saat menerima panggilan, nada dering yang telepon terhubung ke hibrid H, yang memiliki
dikirimkan sentral ke telepon, dideteksi oleh ringing impedansi rendah. Hal ini menyebabkan sentral
detector RD, menyebabkan line telepon di-switch ke mendeteksi bahwa telepon telah diangkat dan sinyal
ring generator RG, sehingga telepon berdering. Saat dering kemudian dihentikan. Telepon terhubung
29
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005
1K2
1K2
Ke
Saluran Amp
1K2
1K2
Saat Melakukan Panggilan
Pada saat memanggil, telepon diangkat Dari
Amp
menyebabkan hook detector aktif dan
menghubungkan saluran telepon ke hibrid. Suara
tone pada telepon diterima dari catuan 48 volt line Gambar 3. Rangkaian hibrid yang digunakan.
voltage LV. Nomor yang di-dial akan diteruskan
melalui hibrid dan amplifier pengirim ke sentral. Saluran telepon memiliki impedansi tipikal
Saat menerima ringing back tone, ringing back tone 600 Ohm. Sehingga agar diperoleh kondisi di atas,
mendeteksinya dan menyebabkan ringing back tone maka impedansi hibrid menggunakan resistansi 600
generator RGT G membangkitkan sinyal ring back ohm. Hal ini direalisasikan dengan menggunakan
tone dan mengirimnya ke telepon, penelepon akan dua buah resistor 1K2 paralel. Impedansi input ke
mendengar ringing back tone. Saat telepon yang penguat diparalelkan dengan resistansi yang sama,
dipanggil telah diangkat, sentral akan menghentikan sehingga diperoleh kondisi mendekati nilai
ringing back tone, maka kedua telepon terhubung. impedansi beban 600 ohm. Sedangkan impedansi
Jalannya suara persis sama dengan saat menerima dari output penguat diharapkan sekitar 600 ohm.
panggilan. Gambar 3. menunjukkan rangkaian hibrid yang
Proses di atas melibatkan semua rangkaian digunakan pada repeater.
pada blok rangkaian. Catu daya untuk mensuplai
rangkaian tidak ditunjukkan pada blok rangkaian. Rangkaian Amplifier
Rangkaian amplifier menggunakan tiga
tingkat penguatan. Penguatan tingkat 1
Rangkaian Hibrid
menggunakan penguat OpAmp, tingkat 2
Rangkaian hibrid adalah rangkaian yang
menggunakan penguat BJT Common Emitter yang
digunakan untuk memisahkan sinyal kirim dan sinyal
di-swamp, dan tingkat akhir menggunakan pasangan
terima, maupun sebaliknya. Pada telepon, sinyal
darlington BJT.
kirim dan sinyal terima menggunakan kabel yang
Penguat operasional menggunakan OpAmp
sama (dua kabel), untuk dapat diperkuat, maka sinyal
741 dengan konfigurasi non-inverting amplifier catu
kirim dan terima harus dipisahkan (masing-masing
daya tunggal. Tujuannya untuk memperoleh
dua kabel). Rangkaian hibrid sering disebut juga
penguatan yang mudah diatur dengan impedansi
rangkaian konversi 2 wire to 4 wire (2W/4W).
input yang cukup tinggi, sehingga impedansi input
Trafo banyak digunakan sebagai pembentuk
parallel 600 ohm tidak terlalu terpengaruh.
rangkaian hibrid. Rangkaian hibrid yang baik
Penguatan OpAmp diatur dengan menggunakan
memiliki sekitar redaman 3,5dB dan memiliki isolasi
resistor variable sehingga pelanggan mudah
antara sinyal kirim dan terima sekitar 30dB. Gambar
menyesuaikan penguatan suara. Rangkaiannya
2. menunjukkan contoh rangkaian hibrid yang
ditunjukkan pada gambar 4. Nilai penguatan
sederhana.
diperoleh dari rumus non-inverting amplifier:
Rf
Av =1 + (1)
Rin
Karena Rin = 10 K dan Rf resistor variable 0-100K,
maka penguatan yang diperoleh 1 – 11 kali.
30
Desain Repeater Saluran Telepon Kapasitas 1 Saluran
12 V
Dari teori penguat common emitter dengan resistor
Rin Rf swamp, diperoleh penguatan tegangan:
10 K 100K
Rc (4)
Av =
Re
100K
741 23,5
Av =
2,35
0,1uF
100K Av = 10 kali
Penguat tingkat 3 menggunakan penguat darlington
Gambar 4. Rangkaian non-inverting dalam konfigurasi common collector. Seperti
amplifier dengan catu daya tunggal. diketahui, common collector lebih bersifat sebagai
penyangga yang memberikan impedansi input tinggi
Gambar 5. merupakan penguat tingkat 2 yang dan penguatan mendekati 1.
menggunakan transistor BJT dengan bias pembagi Karena beban penguat adalah trafo audio
tegangan, konfigurasi common emitter yang di- yang memberikan impedansi rendah (impedansi
swamping dengan resistor 4K7 dan dikopling hibrid 600 ohm), maka pasangan darlington
langsung ke penguat tingkat 3 pasangan darlington. digunakan sebagai penguat penyangga (buffer
Dengan pendekatan ideal, diperoleh amplifier) yang memberikan impedansi beban yang
tegangan basis transistor penguat common emitter tinggi bagi penguat tingkat 2.
swamp berkisar:
Karena Av1 bernilai 1–11, maka total
10
penguatan audio amplifier adalah dari 10 sampai:
Vb = x 12V
10 + 47
Av = Av1 x Av2 x Av3 (5)
Vb ≈ 2 Volt = 11 x 10 x 1
= 110 kali
Dalam decibel:
Vdd 12V Vdd
Av (dB) = 20.Log Av (6)
2x47K
10K
Hibrid redaman minimal 3,5 dB, maka sinyal telepon akan
mengalami redaman 7 dB pada rangkaian (rangkaian
Gambar 5. Rangkaian Penguat BJT repeater menggunakan 2 buah hybrid). Maka
rangkaian repeater dapat memperkuat sekitar 13-
Dan arus Ic diperoleh: 33dB. Penguatan 13-33 dB sangat cukup untuk
Vb − 0,7 (2) memperbaiki kualitas suara telepon.
Ic ≈ Ie = Selain sebagai buffer amplifier, pasangan
Re
darlington juga memberikan nilai impedansi output
( 2 − 0,7 ) Volt
Ic = berkisar 600 ohm, agar kondisi rangkaian hibrid
4,7 K sesuai. Nilai impedansi output pasangan darlington
Ic = 0,27 mA diperoleh dari:
Zout = β .re' (7)
Resistansi collector Rc adalah hasil paralel 2 di mana:
resistansi 47K dengan impedansi input pasangan 25mV (8)
darlington. Tetapi karena impedansi input pasangan re' =
IeQ3
darlington terlalu besar (dalam orde MΩ), maka:
IeQ3 adalah arus yang mengalir pada kaki emitter
Rc = 47 K // 47 K // Zin darlington (3) transistor terakhir dan mengalir ke rangkaian hybrid
Rc = 47 K // 47 K 600 ohm. IeQ3 diperoleh dari:
Rc = 23,5 K
VbQ 2 − 2 x 0,7
IeQ 3 = (9)
Akibat adanya resistor swamp emitter, maka Zhibrid
resistansi emitter adalah:
VbQ2 adalah tegangan pada basis transistor
Re = 4,7 K // 4,7 K pasangan darlington pertama, diperoleh dari
Re = 2,35 K pendekatan:
31
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005
sebesar:
4x1N4001
Ke Line Voltage
48V
Ke Ke Telepon
Impedansi mendekati 600 ohm, keadaan ini cukup Hibrid 10uF/100V
RG relay
baik untuk kondisi rangkaian hybrid yang sesuai.
Ke Hook Detector
4 5
output transformator catu daya dengan tegangan AC C1
3,3uF
55 V. Tegangan ini cukup tinggi untuk 0,01uF
Pada kondisi normal, telepon tidak dipakai 4.8 Rangkaian Ringing Back Tone Generator
atau sedang bicara, saluran telepon dihubungkan ke Rangkaian ringing back tone generator
rangkaian hibrid dan line voltage. Line voltage dan digunakan untuk membangkitkan sinyal berfrekuensi
rangkaian hibrid dipisahkan oleh sebuah kapasitor 425 Hz untuk dikirim ke telepon. Gambar 9.
polar agar arus dari line voltage tidak masuk ke menunjukkan rangkaian ringing back tone generator
rangkaian hibrid. Saat sentral mengirimkan dering, dengan menggunakan IC multivibrator LM555.
32
Desain Repeater Saluran Telepon Kapasitas 1 Saluran
5V
Pada saat telepon diangkat, selain
Dari Ring
mengaktifkan telepon, tegangan 48V juga mencatu
Detector Ra kolektor transistor, sehingga transistor yang telah
120K
7
4 8 dibias, akan menarik arus dari tegangan 48V dan
LM555
1N4148
1uF mengaktifkan IC optocoupler 4N25.
3
Rb 6
Ke Telepon Output hook detector dari kaki 5
560K 2 1 5 optocoupler akan bertegangan 5V saat telepon tidak
C
10 uF 0,01nF
diangkat, dan akan bertegangan 0V saat telepon
diangkat. Keluaran hook detector ini akan
menggerakkan rele OH.
kolektor. AC 55V
1000uF
48V
10K
47K 10K
RG relay 4x1N4001
100nF 100
48 V Q3 k
BD139
Ke Ke Telepon
Hibrid 10uF/100V Gambar 12. Line Voltage Generator
5V
1 5 10K
100K
5V
Driver Transistor Q1 dan Q2 dalam susunan
4N25
4K7 2 4
OH Relay konfigurasi darlington memiliki impedansi input
Q4 tinggi. Q2 digunakan untuk umpan balik
BD139
100nF
2x1N4148
10K
Hook Detector mencatu beban diperoleh dari arus kolektor Q1 dan
10K Q3. Kapasitor 100nF digunakan untuk mentanahkan
tegangan ripple.
33
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005
4 x1N 4001
34
Desain Repeater Saluran Telepon Kapasitas 1 Saluran
Daftar Pustaka
35
OPTIMALISASI PENGOPERASIAN SISTEM DENGAN BANYAK RESERVOAR
MENGGUNAKAN PROGRAM DINAMIK YANG DIPERBAHARUI
Torang Sitorus
Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil FT USU
Abstrak: Program dinamik dianggap suatu teknik yang baik untuk pengoperasian secara optimal reservoar
karena dapat menangani fungsi objektif dan kostrain nonlinier. Dalam program dinamik yang biasa
menggunakan kondisi awal berupa lintasan awal trial.
Pada tulisan ini program dinamik yang diperbaharui diusulkan karena dapat mengatasi masalah-masalah yang
sulit. Walaupun menggunakan suatu proses iterasi, tetapi tidak ada lintasan awal secara coba-coba (trial) sebagai
syarat-syarat untuk memulainya. Jadi jumlah iterasi independen terhadap setiap kondisi awal. Algoritma yang
dikembangkan digunakan pada sistem reservoar secara hipotetis. Hasil yang diperoleh dibuat dalam suatu grafik
penyimpanan reservoar.
36 36
Optimalisasi Pengoperasian Sistem dengan Banyak Reservoar Menggunakan Program Dinamik yang Diperbaharui
dari sekali langkah ke setiap titik grid dari langkah 3. APLIKASI DARI PROGRAM DINAMIK
waktu yang bersebelahan. Prosedur dari algoritma YANG DIPERBAHARUI
program dinamik yang diperbaharui adalah sebagai Program dinamik ini digunakan untuk sistem
berikut: reservoar hipotetis oleh Larson. Sejumlah metode
i. Ketergantungan pada aliran masuk, kapasitas terdahulu digunakan untuk sistem ini. Jadi lebih baik
pengurangan dan kondisi batas dari untuk menggunakan algoritma berikut untuk sistem
penyimpanan, harga penyimpanan maksimum yang sama.
dan minimum yang mungkin dari setiap Pada masalah ini pengoperasian optimum 24
reservoar pada setiap langkah waktu dari jam dari sistem dengan empat reservoar untuk
pengoperasian dapat diketahui berbagai keperluan. Jaringan resevoar yang
ii. Dengan mempertimbangkan penyimpanan mempunyai sambungan pararel dan seri ditunjukkan
maksimum dan minimum yang mungkin seperti pada gambar 1. pada optimasi ini,
sebagai dua titik grid yang ekstrim, tiga titik penggunaan air untuk tenaga pembangkit, irigasi,
grid antara (tengah) dapat ditentukan dengan pengendalian banjir dipertimbangkan. Penyimpanan
mengambil pertambahan yang seragam. Ini pada reservoar dianggap sebagai variabel untuk
berarti ruang pada penyimpanan yang masalah ini.
mungkin pada setiap langkah waktu dibagi Volume air pada reservoar i pada periode waktu t
dalam empat pertambahan yang sama untuk ditulis sebagai Si,t,I=1,2,3,4 di mana Si,t dinyatakan
memperoleh lima titik grid. Jadi akan ada total sebagai satuan normal.
5* M titik grid untuk setiap langkah waktu.
Pertambahan adalah berbeda untuk langkah
waktu yang berbeda seperti juga pada I2
reservoar yang berbeda. Pembagian dari titik
grid ini untuk keseluruhan operasional pada
I1 Reservoar 2
seluruh reservoar membentuk suatu koridor.
iii. Program dinamik konvensial dijalankan
melalui koridor untuk memperoleh lintasan P,
yang memberikan harga fungsi objektif Reservoar 3
Reservoar 1
maksimum, f.
iv. Untuk memperoleh lintasan untuk iterasi
berikutnya, jika lintasan ini baik untuk nilai
penyimpanan maksimum ataupun minimum Reservoar 4
contoh: titik grid ekstrim pada setiap langkah
waktu, pada titik-titik ini diubah ke titik grid
bagian dalam berikutnya untuk membentuk Gambar 1. Jaringan sistem dengan banyak reservoar
lintasan yang diperbaiki (direvisi). Lintasan
yang diperbaiki akan menjadi pusat koridor Dua belas periode waktu dari tiap dua jam
untuk iterasi berikutnya dianggap dalam pengoperasian, dinyatakan dengan
v. Pada iterasi berikutnya, pertambahan dibagi 0,1,……., 11. Konstrain dari vektor empat dimensi
dua pada setiap langkah aktu. Koridor penyimpanan adalah :
dibentuk degan mengambil dua pertambahan 0 ≤ Si,t ≤10, 0 ≤ S2,t ≤10,
atau titik grid pada setiap sisi lintasan. 0 ≤ S3,t ≤ 10, 0 S4,t ≤ 15
Kemudian langkah (iii) diulang untuk untuk t = 0,1,……, 12. (1)
memperoleh lintasan yang terbaik, P’ yang Variabel pengendalian diambil sebagai
mempunyai harga fungsi objektif F’. pengurangan dari setiap empat reservoar. Jumlah ini
vi. Iterasi dilanjutkan dengan setengah harga dari juga dinyatakan dalam satuan yang normal. Variabel
pertambahan dari yang terdahulu pada setiap Ri,t ,= 1,2,3,4, menentukan
langkah waktu. Ada dua aturan untuk pengurangan dari reservoar i selama periode waktu.
penghentiannya. Pada kasus ini tiap periode waktu adalah dua jam.
Pertama pengurangan pada suatu waktu pengurangan maksimum untuk tiap reservoar
dihentikan, di mana penambahan terjadi lebih ditentukan oleh kapasitas dari tubin dan pengurangan
kecil dari harga yang didefinisikan terdahulu. maksimum ditentukan dengan menganggap
Iterasi berhenti, ketika pengurangan pada penggunaan pada aliran bawah (downstrem)untuk
proses pertambahan berhenti pada setiap navigasi, konservasi, dan penyediaan air untuk
langkah waktu. industri.
Kedua, iterasi berhenti ketika F”< ξ adalah Konstrain pengurangan dari keempat reservoar
cukup memadai, di mana dari F” adalah (F`- adalah sebagai berikut:
F) / F. Dan ξ faktor yang didefinisikan 0 ≤ R1,t ≤ 3, 0 ≤ R2,t ≤4,
terdahulu, pada khusus ini penghentiannya 0 ≤ R3,t ≤4, 0 ≤ R4 ,t ≤7
digunakan aturan kedua. untuk t = 0,1,…11 (2)
37
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005
Persamaan dinamik sistem untuk resevoar, dapat mempunyai kesempatan untuk jatuh kedalam
ditulis sebagai berikut. Itu dapat digunakan untuk penyimpanan yang sama pada akhir dari step waktu
keseluruhan pengoperasian reservoar seperti t = seperti juga pada step waktu pertama pengoperasian
0,1,…..,11 dari proses dapat dihindari.
Persamaan berikut untuk menemukan penyimpanan
Pada dasar pertimbangan pengendalian banjir, satu yang berhubungan dengan dua titik ekstrem ini
level air maksimum pada tiap reservoar ditetapkan. adalah:
S1,t –1= S1,t + I 1,t – R1,t Smax, t-1= Smax, i,t + Ii,t
Untuk t = 0,1,…..,11 (3) ∀ i dan t = 0,1,………..T-2 (9)
S2,t –1 = S2,t + I 2,t – R 2,t Smin, i-t = Smin, I, t + Ii,t – Ri,t
Untuk t = 0,1,…..11 (4) ∀ i dan t = 0,1,………..T-2 (10)
S3,t–1 = S3,t+ R3,t– R 3,t Smax, t-1= Smax, i,t + Ii,t - Ri,t
Untuk t = 0,1,…..11 (5) ∀ i dan t = 0,1,………..T-2 (11)
S4,t–1 = S4,t+ R4,t– R 4,t Smin, t-1= Smin, i,t + Ii,t
Untuk t = 0,1,…..11 (6) ∀ i dan t = 0,1,………..T-2 (12)
Dimana I1,t dan I 2,t adalah aliran masuk ke Ri,t < RCi,t ∀ I, t (13)
Dalam reservoar 1 dan 2 secara bersama vektor yang SDSL, i < Dmax, i,t < SFRL,i ∀ i, t (14)
diharapkan pada awal dan akhir dari pengoperasiam
SDSL, i < Dmin, i,t < SFRL,i ∀ i, t (15)
adalah :
⎡5⎤ ⎡5 ⎤ Di mana
⎢5⎥ ⎢5 ⎥ Smax, I,t = penyimpanan maksimum yang mungkin dari
So = ⎢ ⎥ S12 = ⎢ ⎥ (7) reservoar i pada awal dari periode waktu t.
⎢5⎥ ⎢5 ⎥ Smin, I,t = penyimpanan minimum yang mungkin dari
⎢ ⎥ ⎢ ⎥ reservoar i pada awal dari periode waktu t
⎣5⎦ ⎣7 ⎦ I I,t= volume aliran masuk ke reservoar i selama
Sasaran dari sistem dengan banyak resevoar adalah periode waktu t
untuk memaksimalkan manfaat dari irigasi dan Pada level penyimpanan penuh persamaan 9 dan 10
pembangkit tenaga air. Jadi fungsi objektif adalah ; digunakan selama proses ke depan lewat dan
1 4 11
persamaan 11 dan 12 digunakan selama proses ke
F= ∑ ∑b
t =0 i =1
i , t ∗ℜ i , t + ∑ b ∗ ℜ4,t (8)
i =0
belakang lewat. Tujuan dari empat persamaan ini
5, t untuk memperoleh penyimpanan maksimum
Dimana bi,t adalah yang dapat dimanfaatkan per unit serendah mungkin. Persamaan 13 menunjukkan
aliran untuk reservoar i selama periode waktu t. batas dari pengurangan dari tiap reservoar pada tiap
Besar aliran di atas periode dua jam diasumsikan step waktu. Dalam semua tiap persamaan,
merupakan fungsi linear aliran. penyimpanan juga akan menukupi batasan fisik,
Besar aliran dianggap hanya untuk pengurangan dari umumnya level penyimpanan kosong dan level
reservoar 4, dinyatakan dengan b 5,t reservoar penuh dengan persamaan 14.
Sebagai gambaran, batas penyimpanan diperoleh dari
4. HASIL PERHITUNGAN reservoar 1 untuk setiap step waktu seperti gambar2.
Sangat penting untuk menemukan penyimpanan Di sini operasi adalah 12 periode waktu dari tiap dua
maksimum dan minimum yang mungkin tiap jam memberikan 13 step waktu dari 0 sampai 12.
reservor pada tiap step waktu. Pada setiap step waktu Penyimpanan yang diinginkan adalah 5 satuan dari
dari keseruluhan operasi, penyimpanan berhubungan kedua step waktu 0 dan 12. Jadi kedua penyimpanan
dengan dua titik grid yang ekstrim, yang mungkin maksimum dan minimum yang mungkin pada step 0
pada kondisi level penyimpanan kosong. dan 12 adalah tetap 5 satuan.
Atau penuh ditemukan dengan sedemikian dimaa
Gambar 2. Penyimpanan maksimum dan minimum yang mungkin untuk reservoir 1 untuk proses ke depan dan
proses ke belakang.
38
Optimalisasi Pengoperasian Sistem dengan Banyak Reservoar Menggunakan Program Dinamik yang Diperbaharui
Yang mungkin AE, dibagi ke dalam 4 pada setiap step waktu untuk seluruh 12 periode
pertambahan yang sama, dengan membentuk 3 titik reservoar pertama ditemukan. Mesh dari seluruh 4
grid antara (bagian tengah). Dengan reservoar diperoleh secara sama, membentuk
menggabungkan titik-titik yang berhubungan dari koridor untuk iterasi yang pertama dari program
semua step waktu dari 0 sampai 12, kurva B,C, dan dinamik yang diperbaharui.
D dibentuk. Dengan cara ini mesh dari 5 titik grid
Table 1. penyimpanan maksimum/minimum yang mungkin untuk setiap reservoar pada tiap step waktu.
Reser Step Waktu
Voar 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 5/5 7/4 9/3 10/2 10/1 10/0 10/0 10/0 9/0 8/0 7/1 6/3 5/5
2 5/5 8/4 10/3 10/2 10/1 10/0 10/0 10/0 9/0 8/0 7/0 6/2 5/5
3 5/5 9/1 10/0 10/0 10/0 10/0 10/0 10/0 10/0 10/0 10/0 9/1 5/5
4 5/5 12/0 15/0 15/0 15/0 15/0 15/0 15/0 15/0 15/0 15/0 14/0 7/7
39 39
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005
DAFTAR PUSTAKA
Bellman, R. 1957. Dynamic Programming.
Princeton, N. J.: Princeton University Press.
D. Nagesh Kumar and Falguni Balliarsingh. 2003.
Folded Dynamict Programming for Optimal
Operation of Multireservoir System. Dalam
Water Resorues Management 17: 3370353,
2003.
Hall, W. A tauxe, G. W and Yeh, W W-G. 1969. An
Alternate procedure for the optimization of
operations for planning wit multiple river,
multiple purpose systems. Water Resoru. Res.
5(6), 1367-1372.
Heidari, M., Chow, V. T., Kokotovic, P. V. and
Meredith, D. D. 1971. Discrete differential
dynamic programming approach to water
resources systems optimization. Water
Resourr res. 7 (2), 273-282.
Larson, R. E. 1968. State Increment Dyanmic
Programming. New York, U.S.A.: Elsevier.
Gambar 4. lintasan dari sistem pada berbagai iterasi Perera, B. J. C and Codner, G. P. 1998.
untuk setiap reservoar. Comptutational improvement for stochastic
dynamic programming models of urban water
supply reservoirs. J. Amer, Water Resour,
Assoc. 34 (2), 267-278.
Yakowitz, S. 1982. Dynamic Programming
Applications in Water Resources. Water
Resour. Res. 18(4), 673-696.
40
MEMERINGKAT SUBJEK MENGGUNAKAN
PERBANDINGAN BERPASANGAN
Abstrak: Artikel ini memaparkan satu tata cara pemeringkatan subjek. Pemeringkatan didasarkan pada nilai
hasil perbandingan antara dua subjek secara berpasangan untuk keseluruhan subjek. Ukuran kemiripan ataupun
perbedaan antara dua subjek diukur dalam interval 0 hingga 1 menggunakan satu fungsi. Keseluruhan nilai
perbandingan berpasangan ini diagregat untuk mendapatkan satu nilai yang menyatakan posisi satu subjek
terhadap subjek-subjek lain.
Abstract: The article discusses a procedure to rank subjects. The ranking is based on the results of pair
comparisons among the subjects. The similarities or differences between two subjects are measured in 0-1
interval using a function. All results of the pair comparisons are aggregated to obtain a value that indicates a
subject position over the other subjects.
Key wordss: Rank, pair comparisons, similarities or differences, subject domination.
41
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005
42
Memeringkat Subjek Menggunakan Perbandingan Berpasangan
⎢M M O M ⎥
⎢ ⎥ = xij maka d = xij - xi′j . Dengan menggunakan fungsi
⎣⎢xn1 xn2 L xnp ⎦⎥
ini, derajat penguasaan sesuatu subjek ditentukan
Untuk memahami tatacara pemeringkatan hanya berdasarkan perbedaan nilai dua subjek.
menggunakan metode perbandingan, pada bagian Di samping fungsi (3.1) di atas, derajat
ini akan diurai pemodelan pemeringkatan, yaitu penguasaan juga boleh ditentukan berdasarkan
berdasarkan satu kriteria dan beberapa kriteria. fungsi-fungsi yang lain. Salah satunya ialah fungsi
rasio antara dua fungsi nilai, yaitu:
3.2. Fungsi, Derajat, dan Indeks Penguasaan D j (i, i ′) = D j (r ) (3.2)
Suatu Subjek f j ( xij ) xij
Telah dikemukakan pada bagian sebelum ini dengan r = = . Dengan menggunakan
bahwa sesuatu subjek menguasai, dikuasai, atau f j ( xi′j ) xi′j
sama dengan subjek lain sebagai hasil perbandingan fungsi ini, derajat penguasaan diperoleh berdasarkan
subjek. Oleh karena itu hasil perbandingan dua rasio antara dua nilai subjek sahaja.
subjek berdasarkan sesuatu kriteria tidak memberi Gambar 4.1 berikut ini ialah salah satu bentuk
makna sejauh mana perbedaan dua subjek tersebut fungsi penguasaan satu subjek terhadap subjek yang
jika derajat penguasaan satu subjek terhadap subjek lain berdasarkan perbedaan nilai antara dua subjek.
lain tidak diketahui. Dj (d)
Pada bagian berikut ini akan diurai beberapa
1
hal berkaitan dengan fungsi, derajat, dan indeks
penguasaan sesuatu subjek.
43
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005
Π + (i, i ′)
Π + (i, i ′) =
Π − (i, i ′)
i
Π − (i, i ′)
4. INDEKS PENGUASAAN SESUATU
SUBJEK
Pada bagian sebelum ini, derajat penguasaan
sesuatu subjek terhadap subjek lain hanya didasarkan Gambar 4.1. Hubungan Antara Dua Subjek i dan i′
pada satu kriteria saja. Sekarang pada bagian ini akan
dipertimbang derajat penguasaan satu subjek i 5. NILAI ASAS PRINGKAT
terhadap satu subjek lain i ′ jika terdapat p kriteria. Dengan mempertimbangkan aspek menguasai
Derajat penguasaan berdasarkan p kriteria ini disebut dan dikuasai, Gambar 4.1. memperlihatkan bahwa,
dengan indeks penguasaan subjek i sebagai rujukan, subjek i menguasai subjek
Andaikan bobot kriteria-kriteria wj ≥ 0 (j = 1, i ′ dengan indeks Π + (i, i ′) dengan arah lintasan
+ −
2, …, p). D (i, i ′) dan D (i, i ′) masing-masing
j j meninggalkan subjek i dan sebaliknya, lintasan akan
adalah derajat-derajat menguasai dan dikuasai menuju subjek i jika subjek i dikuasai oleh subjek i ′
berdasarkan satu kriteria j, indeks menguasai dan −
dengan indeks Π (i, i ′) . Jadi untuk sembarang dua
dikuasai satu subjek i ∈ ℵ terhadap subjek lain i ′ ∈
subjek kita mempunyai hanya dua lintasan, yaitu
ℵ masing-masing didefinisikan sebagai berikut: yang menuju atau yang meninggalkan sesuatu
p subjek. Sekarang jika kita membanding n subjek,
Π + (i, i ′) = ∑ w j D +j (i, i ′) (4.1) jumlah lintasan yang menuju dan meninggalkan satu
j =1 subjek masing-masing ialah 2(n-1). Lintasan-lintasan
dan yang meninggalkan satu subjek ditafsir sebagai
p peringkat sesuatu subjek tersebut melebihi peringkat
Π − (i, i ′) = ∑ w j D −j (i, i ′) , (4.2) subjek-subjek lain dan lintasan yang menuju ke
j =1 subjek tersebut menunjukkan bahwa peringkat
p subjek tersebut lebih rendah daripada peringkat
dalam kaitan ini ∑w
j =1
j = 1 dan wj ≥ 0. subjek yang lain. Dengan demikian terdapat
kekerapan menguasai dan kekerapan dikuasai subjek
+ lain. Dengan menggunakan tafsiran ini kita bisa
Oleh sebab nilai fungsi menguasai, D j (i, i ′) ,
mendefinisi nilai penguasaan satu subjek terhadap
bernilai 0 hingga 1 maka indeks menguasai subjek subjek lain.
+ Dengan mengandaikan bahwa sembarang satu
juga akan bernilai 0 hingga 1, yaitu 0 ≤ Π (i, i ′) ≤
1: subjek i dan satu subjek lain i ′ ∈ ℵ maka
+ nilai menguasai daripada satu subjek didefinisi
a. Π (i, i ′) ≈ 0, menunjukkan penguasaan yang
sangat lemah daripada i terhadap i ′ sebagai rata-rata indeks-indeks menguasai subjek-
+
b. Π (i, i ′) ≈ 1, menunjukkan penguasaan yang subjek lain, yaitu:
Π + (i, i ′)
sangat kuat i terhadap i ′ φ + (i ) = ∑ (5.1)
Hal yang sama juga berlaku bagi indeks subjek i i ≠i′ n −1
−
dikuasai subjek lain i ′ , Π (i, i ′) . Dengan cara yang sama nilai dikuasai satu
Gambar 4.1 berikut ini ialah gambaran subjek oleh subjek-subjek lain boleh didefinisikan
sebagai berikut:
perbandingan sembarang dua subjek i dan i ′ dengan
Π − (i, i ′)
melibatkan p kriteria. Gambar ini menggambarkan φ − (i ) = ∑ (5.2)
penguasaan satu subjek terhadap subjek lain dengan i ≠ i′ n −1
indeks menguasai dan dikuasi Π + (i, i ′) dan
Π − (i, i ′) . Arah penguasaan ditandai dengan arah Pada (5.1) dan (5.2) terlihat bahwa nilai
penguasaan satu subjek merupakan jumlah daripada
lintasan. Menguasai ditandai dengan lintasan yang
indeks-indeks penguasaan satu subjek terhadap
meninggalkan sesuatu subjek. Manakala dikuasai,
subjek-subjek lain secara terpisah. Sekarang dengan
lintasan menuju ke subjek tersebut.
menggunakan kedua-dua nilai penguasaan di atas,
44
Memeringkat Subjek Menggunakan Perbandingan Berpasangan
penguasaan bersih, dipanggil juga Nilai Asas memeringkat enam pilihan, yaitu A1, …, A6 dengan
Peringkat (NAP) sesuatu subjek i boleh didefinisi kriteria pembuatan keputusan masing-masing ialah
sebagai perbedaan nilai menguasai dan nilai X1, …, X6. Data yang berkaitan dengan pilihan-
dikuasai, yaitu sebagai berikut: pilihan, fungsi penguasaan, dan parameter yang akan
φ (i ) = φ + (i ) − φ − (i ) (5.3) digunakan ditampilkan pada Tabel 2. Manakala
untuk mengira NAP yang akan digunakan dalam
memeringkat pilihan-pilihan akan disaji juga satu
6. CONTOH contoh tatacara pengiraan nilai-nilai menguasai dan
Berikut ini ialah satu contoh penggunaan dikuasai. Dalam contoh perhitungan ini akan
kaedah perbandingan yang telah diuraikan pada dibanding pilihan A3 dan A4.
bagian-bagian sebelum ini. Permasalahan yang
dihadapkan kepada pembuat keputusan ialah
Tabel. 2 . Contoh data yang berkaitan dengan fungsi penguasaan
Pilihan Fungsi Parameter
Nilai
Kriteria Terbaik A1 A2 A3 A4 A5 A6 Penguasaan
X1 Minimum 80 65 83 40 52 94 Tangga q=10
X2 Maksimum 90 58 60 80 72 96 Linear p=30
Linear dan
X3 Minimum 600 200 400 1000 600 700 Tangga q=50;t=500
X4 Minimum 54 97 72 75 20 36 Tangga q1=10;q2=60
X5 Minimum 8 1 4 7 3 5 Ringkas -
X6 Maksimum 5 1 7 10 8 6 Gaussian σ=5
Untuk X1:
d = x31 – x41 1
= 83-40 = 43
1
-50 50
0 600
Untuk X3:
-30 -20 0 30 d = 400 – 1000 = -600
Berdasarkan asas minimum diperoleh:
Untuk X2: D3* (d ) = D3 (3, 4) = D3+ (3, 4) = 1
d = 60 – 80 = -20
Berdasarkan asas maksimum diperoleh: D3* (d ) = D3 (4,3) = D3− (3, 4) = 0
D2* (d ) = D2 (3, 4) = D2+ (3, 4) = 0
20
D2* (d ) = D2 (4, 3) = D2− (3, 4) =
30
= 0.6666
45
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005
Untuk X4:
d = 72 - 75 = -3
-3 0 43
Berdasarkan asas minimum diperoleh:
D4* (d ) = D4 (3, 4) = D4+ (3, 4) = 0
-3 0
D4* (d ) = D4 (4, 3) = D4− (3, 4) = 0
Berdasarkan pengiraan di atas dan dengan
1 menggunakan persamaan (4.1) dan (4.2) dengan
pengandaian semua kriteria mempunyai bobot yang
sama maka indeks menguasai dan dikuasai bagi
pilihan ke-3 terhadap pilihan ke-4 ialah sebagai
1/2 berikut.
1 6 +
Π + (3, 4) = ∑ D j (3,4)
6 j =1
1
-60 -10 0 10 60 = {0 + 0 + 1 + 0 + 1 + 0} = 0.333
6
1 6
-3 Π − (3, 4) = ∑ D −j (3,4)
6 j =1
Untuk X5:
1
d = 4 – 7 = -3 = {1 + 0.667 + 0 + 0 + 0 + 0.165}
6
Berdasarkan asas minimum diperoleh: = 0.305
D5* (d ) = D5 (3, 4) = D5+ (3, 4) = 1
D5* (d ) = D5 (4, 3) = D5− (3, 4) = 0 Dengan melanjutkan perhitungan bagi perbandingan
pilihan-pilihan lain dan dengan menggunakan
Untuk X6: persamaan (6.1), (6.2), dan (6.3) diperoleh hasil
d = 7 – 10 = -3 seperti yang ditampilkan pada tabel 3.
Berdasarkan asas maksimum diperoleh:
46
Memeringkat Subjek Menggunakan Perbandingan Berpasangan
DAFTAR PUSTAKA
Barda, O. H., Dupuis, J., & Lencoini, P. 1990.
Multicriteria location of thermal power plants.
Dalam European Journal of Operational
Research 45: 332-346.
Brans, J. P. Vincke, Ph., & Mareschal, B. 1986. How
to select and how to rank projects: The
PROMETHEE method. Dalam European
Journal of Operational Research, 24: 228-238.
Departmen Pendidikan Nasional. 2000. Ebtanas. (on
line)
http://www.websamba.com/infoebtanas/ebta200
0.htm (22 Agustus 2000).
FIFA 2002. Country Rank. (on line)
http://www.fifa.com/rank/index_E.html (29
Oktober 2002).
Grant, E. L. & Leavenworth, R. S. 1996. Statistical
Quality Control. New York: McGraw-Hill.
IBF. 2002. Rank. (on line) http://www.jvc-abc-
.com/jvc-abc-2000/html/rankings.html (29
Oktober 2002).
ITTF. 2002. Rank. (on line)
http://66.34.52.140/gen/country/col_en.html (29
Oktober 2002).
Keeney, R. L. 1979. Evaluating of proposed storage
sites. Operation Research 27: 49-64.
Mladineo, N., Margeta, J., Brans, J., & Mareschal, B.
1987. Multicriteria ranking of alternatives
location for small scale hydro plants. Dalam
European Journal of Operation Research 31:
215-222.
Vuk, D., Koželj, B., Mladineo, N. 1991. Application
of multicriterional analysis on selection of the
location for disposal of communal waste. Dalam
European Journal of Operation Research 55:
211-217.
47
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005
Lampiran
D *j (d )
B.
1. Bentuk Ringkas
⎧ 0, jika d = 0
D *j (d ) = ⎨
⎩ C , jika d ≠ 0 C
2. Bentuk Tangga C
⎧0 − q1 <| d |≤ q1
⎪C
⎪ q1 <| d |≤ q 2
D *j (d ) = ⎨ 1
⎪C 2 q 2 <| d |≤ q3
-q3 -q2 -q1 0 q1 q2 q3 d
⎪⎩1 | d |> q3
3. Bentuk Linear Grafik Penguasaan Tangga
⎧d / t jika - t ≤ d ≤ t
D *j (d ) = ⎨
⎩1 jika d < −t atau d > t
4. Bentuk Linear dan Tangga D *j (d )
⎧ 0 jika | d |≤ q 1
* ⎪
D (d ) = ⎨(| d | −q) /(t − q) jika q <| d |≤ t
j
⎪ jika t <| d |
⎩ 1
5. Bentuk Gausian
D *j t 0 t d
(d) = 1 – exp{-d2/2σ2}.
D *j
Grafik Penguasaan Linear
1
D*j (d)
1
0 d
RAJAH 5.7 Penguasaan Gaussian
D *j (d ) - - 0 q t d
A. C
Grafik Penguasaan Linear dan Tangga
0
d
Grafik Penguasaan Ringkas
48
PEMILIHAN BAHAN ALTERNATIF DALAM KONSTRUKSI
Penggunaan Ferrosmen Dalam Pembuatan Rumah Murah
Andalucia
Abstrak: Ferrosmen merupakan bahan struktur yang masih jarang digunakan secara luas di Indonesia walaupun
dari segi sejarahnya ferrosmen telah lama ditemukan dan diaplikasikan di negara-negara maju. Ferrosmen
dibentuk dari gabungan dua bahan yang awam digunakan, yaitu tetulang (rangka besi) dan adukan semen.
Berbeda dengan adukan semen bertulang yang lain, ferrosmen lebih mudah dibentuk dan mempunyai kekuatan
dan fleksibilitas dalam bentuk yang tinggi. Salah satu kelebihan campuran ferrosmen ini adalah ketahanannya
terhadap getaran.
49
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005
Ferrosmen selanjutnya digunakan di dalam disiapkan. Bahan ini juga bertujuan untuk
pembuatan perahu-perahu di dalam pembuatan mengurangi penyerapan air pada permukaan
perahu-perahu yang menggunakan mesin sebagai strukturnya yang telah selesai dikerjakan. Kondisi ini
tenaga penggerak. Di awal tahun 1940-an seorang sangat bermanfaat terhadap struktur ferrosmen jika ia
pakar bangunan sekaligus arsitek Italia, Pier Luigi akan digunakan pada lingkungan yang berair atau
Nervi telah membuat kajian tentang penggunaan digunakan pada bidang kelautan.
ferrosmen sebagai bahan struktur atap. Secara garis besar, komponen yang harus
Profesor Nervi menemukan bahwa adukan disiapkan dalam pembuatan ferrosmen adalah
semen yang diberi rangka yang mengandung sebagai berikut:
beberapa lapisan jaring kawat dapat menghasilkan - Kawat Anyam
satu bahan yang sifatnya sama seperti bahan Kawat Anyam ini terdapat di dalam berbagai
homogen lainnya, namun di samping itu juga bentuk dan ukuran. Diantaranya jenis anyaman
mempunyai daya tahan dan kekuatan yang lebih yang berbentuk segi enam ataupun bentuk
tinggi. Selain itu Professor Nervi juga telah mem heksagon. Kegunaan kawat anyam di dalam
buktikan dengan membuat berbagai perahu, yang pengerjaan struktur ferrosmen bukan hanya
terbesar dinamai “Irene”, dengan bobot 165 ton. karena kawat anyam ini mudah diperoleh, tetapi
Dengan bagian dasar pembuat perahu ini mempunyai juga karena berat bahannya yang relatif ringan
ketebalan 36 mm dan mempunyai berat 5% lebih serta mudah dilenturkan mengikuti bentuk
ringan dari perahu yang dasarnya terbuat dari kayu seperti yang diinginkan.
serta dengan harga 40% lebih murah. Namun kegunaannya yang utama adalah untuk
Professor Nervi adalah orang pertama yang sebagai penyangga adukan semen yang akan
menggunakan ferrosmen di dalam pembuatan bahan dilekatkan kepadanya.
bangunan. Semenjak itulah, ferrosmen mulai - Besi Beton
digunakan di dalam pembangunan kubah dan atap Berbagai jenis besi beton yang digunakan di
stadion (gelanggang olahraga), rumah opera dalam pembuatan struktur ferrosmen ini, tidak
(termasuk kuba Sydney Opera), restoran dan lain- berbeda dengan yang biasa digunakan di dalam
lain bangunan gedung yang ada di Eropa. pengerjaan struktur adukan semen seperti
Ferrosmen mulai secara massal digunakan di biasanya. Besi beton ini di beberapa tempat
negara-negara maju sekitar tahun 1960-an. Pada awal dikenali juga sebagai tulang rangka, yang sangat
tahun 1960-an ini, ferrosmen sebagian besar diperlukan sebagai penyangga dan
digunakan umumnya hanya dalam lingkup yang memperkokoh bentuk struktur ferrosmen dengan
sangat terbatas, yakni sebagai bahan untuk beberapa macam ukuran ketebalan disesuaikan
pembuatan perahu/kapal. seperti apa yang diinginkan.
Melihat mekanisme penggunaan struktur - Semen
ferrosmen tidak memerlukan kecakapan yang Adukan/campuran semen (konkret) adalah
khusus, maka penggunaannya kemudian mulai bahan terpenting dalam setiap kegiatan
merata di negara-negara maju ini. Ferrosmen secara pembangunan yang bersifat konstruksi. Salah
perlahan mulai digunakan di dalam pembangunan satu dari kandungan konkret ini adalah semen
rumah dengan biaya rendah, tempat menyimpan itu sendiri. Dengan sifat perekat yang terdapat
makanan, wadah tempat menyimpan air, dan lain- pada semen ini, membuat ia dapat membentuk
lain. suatu benda padat tersendiri dengan
Di berbagai Negara, pengenalan terhadap tergabungnya bahan-bahan konstruksi biasa
bahan ferrosmen ini digunakan secara beragam, yang lain, seperti pasir, air, dan bahan tambahan
misalnya di Inggris, ferrosmen mulai digunakan di yang biasa digunakan di dalam pengadonan
dalam pembuatan perahu, sementara di Rusia, adukan semen tersebut.
ferrosmen awalnya digunakan sebagai struktur atap - Pasir
untuk pasar di Leningrad. Saat ini, penggunaan Pasir adalah komponen yang juga penting untuk
ferrosmen di negara-negara tersebut telah dikenal di menghasilkan adukan semen.
berbagai bidang dan sebuah pusat kajian ilmu - Air
pengetahuan telah didirikan khusus untuk mengkaji Air yang digunakan dalam adukan semen
penggunaan struktur ferrosmen di dalam bidang Sipil bertujuan untuk memberikan rangsangan daya
dan Arsitektur. serap antarpartikel-partikel semen untuk
pembentukan matriks adukan semen yang
B. Komponen Pembuatan Ferrosemen dimaksud.
Bahan-bahan utama yang digunakan di dalam - Bahan Tambahan
membentuk campuran bahan-bahan ferrosmen ini Bahan tambahan adalah bahan-bahan yang
adalah semen, pasir, air, dan kawat anyam. digunakan untuk dicampur bersama-sama
Di samping itu sejenis bahan tambahan dengan sejumlah adukan semen. Biasanya
dicampurkan dalam adukan yang bertujuan untuk bahan-bahan tambahan inilah yang akan
meningkatkan tingkat kepadatan adukan yang berfungsi sebagai pengubah posisi suatu adukan
50
Pemilihan Bahan Alternatif dalam Konstruksi
semen. Bahan tambahan lebih bersifat kepada dengan sistem pembangunan ferrosmen ini,
bahan kimia. Di antara bahan tambahan yang komponen-komponen dapat dihasilkan dengan
biasa digunakan di dalam adukan semen ialah jumlah yang besar sehingga dapat mengurangi waktu
bahan mempercepat, bahan memperlambat, pembangunan secara keseluruhan.
bahan penamah kedap air, dan bahan AE (Air
Entraining agent). E. Kesimpulan
Penyediaan perumahan yang terjangkau pada
C. Ferrosemen Sebagai Bahan Pembangunan lapisan masyarakat kebanyakan seringkali terhambat
untuk Rumah Murah masalah biaya konstruksi yang tinggi, teknologi ini
Perumahan dengan biaya rendah telah menjadi mampu mengurangi biaya konstruksi dengan jumlah
satu isu global, di mana sangat penting untuk yang relatif besar dan memperkecil biaya yang
menyediakan unit-unit perumahan yang wajar dikeluarkan untuk gaji tenaga kerja, karena dengan
didukung kemudahan infrastruktur yang mendasar sistem pembangunan ferrosmen ini, komponen-
bagi seluruh lapisan masyarakat, utamanya komponen dapat dihasilkan dengan jumlah yang
masyarakat miskin. besar sehingga dapat mengurangi waktu
Tuntutan yang ditujukan kepada peneliti serta pembangunan secara keseluruhan.
praktisi bidang struktur dan desain bangunan agar Teknologi ferrosmen ini juga dapat
menghasilkan jenis struktur murah untuk rumah- diaplikasikan pada bangunan tahan goncangan,
rumah berbiaya rendah telah menggalakkan sehingga dapat digunakan pada pembangunan
penggunaan bahan-bahan perumahan alternatif gedung-gedung di daerah yang rawan bencana
seperti ferrosmen. gempa bumi.
Dengan pengenalan komponen ferrosmen Melihat keunggulan yang dijumpai pada
“tuang siap” dalam perumahan, biaya dapat ditekan teknologi ferrosmen ini, perlu usaha-usaha untuk
dengan jumlah yang relatif besar. Ferrosmen dapat menyosialisasikan teknologi ferrosmen kepada
menghasilkan penghematan dalam penggunaan masyarakat umum dan pihak-pihak yang terkait.
sejumah bahan bangunan dan upah pekerja yang
harusnya dialokasikan untuk pengerjaan
penyambungan unit-unit yang lebih kecil. Hasil dari DAFTAR PUSTAKA
penggunaan ferrosmen adalah suatu struktur yang
lebih stabil, dengan dinding yang lebih tipis tahan Andalucia. 2000. Bahan Binaan Ferrosmen dan
lama dan memerlukan lebih sedikit kerja Kenyamanan Manusia di Dalamnya (Tesis
pembangunan. Master of Science pada Teknologi Bangunan
Praktisi bidang bangunan dan desain bangunan dan Perancangan). Pulau Pinang, Malaysia:
di Pakistan telah banyak mengemukakan keuntungan University Sains.
yang didapat dengan mengaplikasikan ferrosmen
Mangunwijaya, Y.B. 2000. Pengantar Fisika
untuk pembangunan perumahan biaya rendah yang
Bangunan. Jakarta: Djambatan.
telah sejak lama mereka kembangkan. Atap dan
sistem tembok dinding ferrosmen telah memberikan Ramli, Mahyuddin. 1998. Forresmen dalam
suatu jalan keluar yang lebih murah dan tahan lama. Teknologi Binaan. Kuala Lumpur: Dewan
Demikian juga halnya yang dilakukan di Filipina, Bahasa dan Pustaka.
Baino, mengemukakan suatu gambaran ringkas
_______________. 1989. Kaedah Binaan. Pulau
mengenai desain dan pembangunan perumahan
tentara dengan aplikasi teknik ferrosmen yang Pinang, Malaysia: University Sains.
dibangun oleh Angkatan Laut Tentara Filipina. _______________. 2000. Ferrocement and
Stabilized Block for Affordable Housing.
D. Penutup Pulau Pinang, Malaysia: University Sains.
Teknologi ferrosmen telah menjadi bertambah
menarik seiring dengan tuntutan untuk melestarikan Rivas, Hugo. Low Cost Housing Build With
lingkungan, sesuai dengan kemampuan dan bidang Ferrocement Precast Elements. Jurnal of
kehidupan tiap manusia di bumi. Teknologi Ferrocement Vol. 24 No.1/Januari 1994.
ferrosmen mengambil peran yang sangat menarik Soerjani, Muhammad dkk (editor). 1987.
dalam pengawetan lingkungan ini, di mana ia Lingkungan: Sumber-daya Alam dan
memberikan alternatif terhadap penggunaan bahan- Kependudukan dalam Pembangunan. Jakarta:
bahan yang telah menjadi kebiasaan manusia untuk UI Press.
mengeruknya dari alam tanpa memperdulikan
keawetan lingkungan alami tersebut.
Dalam pembangunan perumahan teknologi ini
bahkan mampu mengurangi biaya konstruksi dengan
jumlah yang relatif besar dan memperkecil biaya
yang dikeluarkan untuk gaji tenaga kerja, karena
51
ANALISIS PERILAKU DAN KEPUASAN PELANGGAN BMI
(BANK MUAMALAT INDONESIA) CABANG SURABAYA
DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS REGRESI LOGISTIK
Suparto
Jurusan Teknik Industri - ITATS
Abstrak: Dalam penelitian ini, akan diteliti hubungan antara variabel identitas dan perilaku nasabah yang
mempengaruhi tingkat kepuasannya terhadap pelayanan BMI (Bank Muamalat Indonesia).
Dari analisis regresi logistik disimpulkan bahwa laki-laki cenderung merasa puas terhadap pelayanan BMI,
sebesar 2,503 kali dibandingkan perempuan. Nasabah yang pegawai negeri/ABRI cenderung merasa puas 1,833
kali, yang wiraswasta/pengusaha sebesar 0,288 kali, dan pegawai swasta 0,480 kali bila dibandingkan dengan
nasabah yang bekerja sebagai lainnya. Nasabah yang kurang dari 1 tahun cenderung memiliki kemungkinan
merasa puas sebesar 0,246 kali dan yang sudah 1-2 tahun sebesar 2,333 kali dibandingkan nasabah yang sudah
lebih dari 2 tahun. Nasabah atas saran sendiri merasa puas 1.919 kali, atas saran keluarga 0.96 kali, dan atas
saran teman 0.1 kali bila dibandingkan dengan nasabah yang atas saran lainnya.
Kata kunci: Variabel identitas, tingkat kepuasan, regresi logistik.
Abstract: In this research, it will be known relation between identity variable and customer behavior that
influence their satisfaction level to BMI services. From logistic regression analysis, has been conclude that
male’s trend felt satisfied 2.503 times than female on BMI services. The customer who have occupation as
public officer or in the army seems felt satisfied 1.883 times, and the customer who have occupation in private
company, 0.480 times if were compared with the other. The customer who less than 1 year seems have
probability to feel satisfied 0.246 and the customer who between 1-2 year, 2.333 times compared customer who
more than 2 years. The customer who become an BMI customer as himself/herself felt satisfied 1.919 times, with
family recommendation 0.96 times, and want as himself, with friend recommendation 0.1 times if are compared
with the other.
Key words: Identity variable, satisfaction level, logistic regression.
52
Analisis Perilaku dan Kepuasan Pelanggan BMI (Bank Muamalat Indonesia) Cabang Surabaya
dengan Menggunakan Analisis Regresi Logistik
53
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005
54
Analisis Perilaku dan Kepuasan Pelanggan BMI (Bank Muamalat Indonesia) Cabang Surabaya
dengan Menggunakan Analisis Regresi Logistik
14. Kenyamanan ruang tunggu tingkat kepuasan sebesar 2,503 kali dibanding
15. Sarana parkir perempuan, akan pelayanan BMI.
16. Waktu operasional
17. Kemudahan dihubungi via telepon Pengaruh Pekerjaan
18. Adanya bonus
Sedangkan untuk variabel responnya (Y) π(x)=(1+exp(1.79-
dengan kategori puas (= 1: jika total skor penilaian 0.60kerja(1)+0.73kerja(2)+1.24kerja(3))-1
terhadap pelayanan BMI berkisar antara 71,6 – 126),
tidak puas(= 0: jika total skor penilaian terhadap Artinya bahwa responden yang berprofesi sebagai
pelayanan BMI berkisar antara 18 – 71,5 ). pegawai negeri/ABRI mempunyai kemungkinan
merasa puas sebesar 1,833 kali dibanding responden
III.4. Rancangan Kuisioner yang bekerja di bidang lainya. Sedangkan untuk
Kuisioner dalam rancangan ini dibagi dalam nasabah yang bekerja sebagai pegawai swasta
3 bagian, yaitu: identitas responden, perilaku berpeluang merasa puas sebesar 0,4804 kali
responden, dan persepsi responden terhadap BMI. dibanding dengan nasabah yang berstatus kerja
lainnya. Dan untuk nasabah yang bekerja sebagai
III.5. Uji Validilitas dan Reliabilitas wiraswasta memiliki kemungkinan merasa puas
Validilitas menunjukan sejauh mana suatu sebesar 0,2879 kali dari nasabah yang bekerja
alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. sebagai lainnya.
Reliabilitas adalah istilah yang dipakai untuk
menunjukan sejauh mana suatu hasil pengukuran Pengaruh Pengeluaran
relatif konsisten
π(x) = 1 / (1+ exp(-2.53+1.35Belanja (1) +
III.6. Pengolahan Data 1.64Belanja(2)))
Dalam penelitian ini, dilakukan tahap
analisis yang meliputi: Artinya bahwa responden yang mempunyai
1.Identifikasi variabel–variabel yang relevan (uji pengeluaran ≤ Rp 250.000,- mempunyai
validitas dan reliabilitas). kemungkinan merasa puas sebesar 0,26 kali,
2.Mengelompokan variabel. sedangkan untuk nasabah yang pengeluaranya Rp
3.Menganalisis variabel yang mempengaruhi 250.001,- sampai Rp 750.000,- cenderung merasa
penilaian responden terhadap pelayanan yang puas sebesar 0,194 kali, masing-masing jika
diberikan oleh BMI. dibandingkan dengan nasabah yang pengeluarannya
4.Menganalisis hubungan antara variabel– variabel lebih dari Rp750.000,-.
“Identitas dan Perilaku Pelanggan” dengan tingkat
kepuasan (puas tidaknya) pelanggan. Pengaruh Variabel Lama
5. Dari langkah 3 dan 4, kemudian menyimpulkan.
π(x) = 1 / (1+ exp(-1.595+1.40Lama(1) –
0.85Lama(2)))
IV. PEMBAHASAN
Pada bagian ini, dibahas model yang Artinya responden yang menjadi nasabah selama
menyatakan hubungan antara variabel independen kurang dari satu tahun mempunyai kemungkinan
(jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, status rasa puas sebesar 0,2456 kali dibandingkan dengan
nikah, pengeluaran, motivasi, informasi, kendaraan, responden yang sudah menjadi nasabah BMI selama
status nasabah, frekuensi, lama, dan saran) dengan lebih dari 2 tahun. Dan untuk yang menjadi nasabah
variabel dependen (puas dan tidak puas). selama 1-2 tahun kemungkinan merasa puas sebesar
Dari hasil pengolahan data yang dilakukan, 2,3332 kali dibandingkan dengan nasabah yang
menerangkan bahwa tidak semua variabel signifikan sudah lebih dari 2 tahun.
atau berpengaruh secara nyata terhadap puas
tidaknya nasabah. Hanya ada lima variabel yang Pengaruh Variabel Saran
berpengaruh terhadap variabel respon, yaitu: jenis
kelamin, pekerjaan, pengeluaran, lama menjadi π(x) = 1/(1+exp(-0.92–0.65Saran(1) + 0.04Saran(2)
nasabah, dan saran. + 2.3Saran (3))
Dengan model regresi logistiknya sebagai berikut:
Yang artinya bahwa responden yang menjadi
Pengaruh Jenis Kelamin nasabah BMI atas saran sendiri memiliki
kemungkinan merasa puas sebesar 1,9198 kali
π(x) = 1 . dibandingkan dengan responden yang menjadi
1+ exp(-0.67 – 0.92Jekel) nasabah BMI atas saran lainnya. Sedangkan yang
atas saran keluarga mempunyai kemungkinan merasa
Yang artinya bahwa laki-laki cenderung mengalami puas sebesar 0,96 kali dibandingkan dengan atas
55
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005
saran lainnya. Dan yang atas saran teman memiliki menguji apakah model mempunyai arti, dilakukan
kemungkinan merasa puas sebesar 0,1 kali pengujian dengan hipotesa sebagai berikut:
dibandingkan dengan saran lainnya. H0: β1 = 0
H1: paling sedikit ada satu β1 yang
Model Regresi Logistik Secara Serentak tidak sama dengan nol.
Setelah secara individu diperoleh variabel- Berikut ini ditampilkan tabel yang berisi
variabel yang signifikan masuk dalam model, maka hasil dari analisis regresi logistik secara serentak
langkah selanjutnya adalah melakukan analisis untuk lima variabel di atas.
regresi logistik secara serentak dari variabel-variabel
yang signifikan tersebut di atas. Kemudian untuk
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dikatakan disimpulkan bahwa ada lima faktor yang
bahwa secara serentak kelima variabel tersebut mempengaruhi puas tidaknya nasabah BMI, yaitu
masuk dalam model, dengan kata lain variabel- jenis kelamin, pekerjaan, pengeluaran rata-rata
variabel tersebut signifikan (α < 0.05). Sehingga perbulan, lama menjadi nasabah, dan atas saran siapa
model lengkapnya (best model) adalah sebagai menjadi nasabah BMI.
berikut:
2. Dari persamaan regresi logistik yang terbentuk,
π(xi) = 1/(1+exp(-3.72-1.91X1+2.13X21+2.95X22– disimpulkan bahwa laki-laki cenderung merasa puas
1.12X31+0.98X32+0.68X33+1.50X41–1.99X42- terhadap pelayanan BMI, sebesar 2,503 kali
dibandingkan perempuan. Nasabah yang pegawai
0.56X51+0.18X52 + 2.95X53 )) negeri/ABRI cenderung merasa puas 1,833 kali,
di mana; yang wiraswasta/pengusaha sebesar 0,288 kali, dan
yang pegawai swasta 0,480 kali bila dibandingkan
X1 = jenis kelamin X2 = belanja dengan nasabah yang bekerja sebagai lainnya.
Nasabah yang kurang dari 1 tahun cenderung
X3 = kerja X4 = lama
memiliki kemungkinan merasa puas sebesar 0,246
X5=saran
kali dan yang sudah 1-2 tahun sebesar 2,333 kali
dibandingkan nasabah yang sudah lebih dari 2 tahun.
Nasabah atas saran sendiri merasa puas 1.919 kali,
V. KESIMPULAN DAN SARAN
atas saran keluarga 0.96 kali, dan atas saran teman
0,1 kali bila dibandingkan dengan nasabah yang atas
Dari hasil pengolahan, analisis, dan
saran lainnya.
pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Dari hasil analisis regresi logistik yang
menyatakan hubungan antara faktor identitas diri-
perilaku nasabah dengan rasa puas tidaknya nasabah
56
Analisis Perilaku dan Kepuasan Pelanggan BMI (Bank Muamalat Indonesia) Cabang Surabaya
dengan Menggunakan Analisis Regresi Logistik
57
PENETRASI FLUKS MAGNETIK AKIBAT PENAMBAHAN LAPISAN CuO2
PADA BAHAN SUPERKONDUKTOR BERBASIS KRISTAL HgBa2CaCu2O6+δ
Timbangan Sembiring
Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Abstrak: Metode muon spin relaxation telah digunakan untuk mempelajari kedalaman penetrasi fluks pada
bahan superkonduktor HgBa2CaCu2O6+δ suhu kritis tinggi dalam keadaan bercampur untuk sampel kristal
tunggal yang kelebihan (overdoped) dan kekurangan (underdoped) atom oksigen. Dalam suatu medan magnet
luar yang tegak lurus sebesar 0,308 tesla, kedalaman penetrasi medan magnetik λ diperoleh sebesar 120 ±1.0 nm
pada suhu 6,0 K yang bertambah seiring dengan pertambahan suhu di bawah suhu kritis Tc (83,3 K).
Abstract: The muon spin relaxation technique has been used to study the flux penetration depth in the high-
critical superconductor HgBa2CaCu2O6+δ in the mixed state for underdoped and overdoped single crystal
samples. In an external transverse magnetic field of 0,308 Tesla, the magnetic field penetration depth λ was
found to be 120.1 ±1.0 nm at temperature of 6.0 K which increased with increasing temperature below Tc (83.3
K).
Key words: Superconductors, doping, magnetization, µ-spin rotation
58
Penetrasi Fluks Magnetik Akibat Penambahan Lapisan CuO2 pada Bahan Superkonduktor Berbasis Kristal HgBa2CaCu2O6+δ
3. TINJAUAN PUSTAKA
Superkonduktivitas terjadi karena interaksi
antara elektron-elektron yang ditransmisikan
(diteruskan) oleh fonon di dalam kristal
superkonduktor. Menurut teori yang diusulkan oleh
Barden, Copper, dan Schrieffer (BCS) bahwa
elektron-elektron bergerak secara berpasangan dan
berinteraksi satu sama lain melalui vibrasi kisi,
mempunyai spin atas (spin up) dan spin bawah (spin
down). Elektron-elektron yang dimaksud sangat
mobil (dapat bergerak secara aktif) terutama antara
lapisan yang satu dengan lapisan lain dari CuO2
sehingga vorteks kisi menjadi terkungkung. Jika
Gambar 1. Struktur atom kristal supe-rkonduktor lapisan-lapisan CuO2 tidak terjajarkan (alligned)
dengan baik maka arah penetrasi medan magnet
berbasis merkuri HgBa2CaCu2 O6+δ. Proses doping
cenderung condong (tidak lurus). Jarak lapisan CuO2
atom oksigen pada lapisan CuO2 merupakan kajian
satu dengan lainnya (a) berhubungan dengan
yang menarik karena memberikan sifat magnetik
yang menjanjikan. kuantum fluks (Φ) dan medan magnet crossover
(B*) yang secara matematis ditulis sebagai berikut:
Pada fase ini sangat penting diketahui yaitu Φ0
perubahan dimensi dari vorteks ketika medan magnet
B* =
terapan diperbesar yang mengakibatkan perubahan
(γ s ) 2
pada perubahan fluks struktur dari lapisan CuO2. di mana γ adalah perbandingan antara anisotropi
Percobaan dengan metode muon spin relaxation bidang luar (out-of plane) dan bidang dalam (in-
(µSR) dan hamburan neutron memberikan informasi plane), s adalah jarak antara lapisan CuO2. Dari
langsung tentang perubahan dimensi keadaan vorteks percobaan magnetisasi pada kristal tunggal Bi-2212
secara mikroskopik akibat perubahan medan dinyatakan bahwa puncak kedua dari distribusi
magnetik eksternal. Pada percobaan ini bahan medan magnet disebabkan oleh medan crossover
superkonduktor yang akan dipelajari perubahan sifat dimensi pada vorteks kisi kristal. Hal ini tidak
megnetiknya adalah HgBa2CaCu2O6+δ di mana terlepas dari ketidaksempurnaan kristal
jumlah atom oksigen dibuat bervariasi yang (imperfection).
membangun ikatan lapisan CuO2. Dari persamaan di atas diketahui bahwa
medan magnet crossover B* sangat bergantung
kepada anisotropi γ dari sistem tersebut. Pada
2. TUJUAN DAN MANFAAT umumnya anisotropi pada bahan kuprat
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah superkonduktor suhu hingga berubah secara
untuk mengetahui lebih jelas tentang perubahan sifat sistematis dengan penambahan (doping) atom
magnetik (magnetic penetration depth) bahan oksigen pada bidang CuO2.
superkonduktor akibat penambahan atom oksigen Hasil yang sama telah dipublikasi yaitu
pada lapisan CuO2 (proses doping). Perubahan sifat bahwa sifat anisotropik berkurang dengan
magnetik ini berkaitan langsung dengan perubahan bertambahnya doping atom oksigen, menurut
dimensi vorteks kristal akibat medan magnet percobaan Wu, et al., pada bahan superkonduktor
eksternal, besar medan magnet crossover dan rasio suhu tinggi berbasis lantanium stronsium kuprat
anisotropik pada luar bidang (out-of plane) dan oksid (La2SrxCuO4) dan bismuth stronsium kalsium
dalam bidang (in-plane) dari kedalaman penetrasi kuprat oksid (Bi2Sr2CaCu2O8+δ ) atau Bi-2212.
London. Sedangkan manfaat dari penelitian ini
59
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005
Dalam kerangka tiori Ginzburg-Landau, kristal, yang mana medan magnet eksternal
penetrasi medan magnetik, λ pada suhu T=0 untuk diterapkan sepanjang sumbu-c dan tegak lurus
superkonduktor yang isotropis diberikan oleh terhadap polarisasi awal dari spin muon. Partikel
persamaan: muon berhenti pada lokasi interstisial acak r dan spin
partikel muon mulai mengitari medan lokal B(r)
m* m*
λ ( 0) = ∝ (2) dengan frekuensi Larmor sebesar:
2 ns
µ 0 e ns
di mana m*=massa efektif, ns=kerapatan carrier, ω = γ µ B(r ) (6)
e=muatan elektron, µ0= permeabilitas ruang hampa. di mana γµ = 2π 135,5 MHz/T. Evolusi waktu dari
Untuk bahan superkonduktor konvensional s-wave, polarisasi spin muon P(t) diukur dengan memonitor
nilai λ umumnya dinyatakan oleh rumus empiris atau positron yang dipancarkan sepanjang arah spin
model fluida dua dengan p=4 sebagai berikut: ketika partikel muon meluruh. Distribusi probabilitas
λ (0) dari medan magnetik lokal n(B) dipisahkan dari
λ (T ) = (3) fungsi polarisasi eksperimen P(t) dengan teknik
1/ 2
⎡1 − T
( ) p⎤ transformasi fourier.
⎢⎣ Tc ⎥⎦
Persamaan ini berlaku untuk bahan superkonduktor 5. HASIL DAN PEMBAHASAN
tipe BCS. Persamaan (2) di atas dapat diperoleh dari Gambar 2. menunjukkan amplitudo riil
bentuk Gaussian spektrum asimetri, G(t) yang spektrum fourier (distribusi medan magnet) untuk
dinyatakan dengan persamaan: sampel merkuri underdoped yang diambil pada suhu
(
G (t ) = exp . − σ 2 t 2 ) (4)
10K dan medan magnet terapan (a) 0,2 tesla dan (b)
20 mTesla. Tanda panah menunjukkan puncak
di mana σ adalah laju relaksasi partikel muon yang frekuensi medan terapan. Dengan cara yang sama
sampai pada sampel, t adalah waktu relaksasi. diperoleh hasil untuk sampel overdoping yang
Dengan demikian diperoleh hubungan antara diambil pada suhu 13K dan medan magnet terapan
kedalaman penetrasi medan magnetik, λ dengan laju (a) 9,6 mTesla dan (b) 5,5 mTesla.
relaksasi, σ sebagai berikut:
kons tan 236,4 (nm)( µs ) −1 / 2
λ= = (5)
σ σ
Nilai konstanta diperoleh dari perhitungan numerik
antara medan magnet terapan, medan eksternal dan
faktor demagnetisasi.
4. PROSEDUR EKSPERIMEN
Bahan kristal tunggal superkonduktor
HgBa2CaCu2O6+δ ditumbuhkan dengan metode
floating zone di mana bubuk Bi2O3, SrCO3, CaCO3
dan CuO dilebur pada suhu 1050º C hingga diperoleh
sampel yang homogen. Dengan demikian konsentrasi
atom oksigen menjadi lebih bervariasi sehingga
ikatan senyawa bidang CuO2 yang akan memberikan
sifat-sifat magnetik dapat dipelajari secara lebih
mendalam. Dua jenis kristal sampel dengan
komposisi atom oksigen yang berbeda dipanaskan
secara perlahan (proses annealing) pada suhu 765 °C
dalam aliran gas oksigen berkadar 0,02 % dan gas
nitrogen dan kemudian dicelupkan secara tiba-tiba
(proses quenching) untuk memperoleh sampel kristal Gambar 2. Amplitudo riil spektrum Fourier untuk
underdoping (kekurangan atom oksigen). Sementara sampel merkuri underdoped yang diambil pada suhu
itu, untuk memperoleh sampel kristal yang 10 K dan medan magnet terapan (a) 0,2 Tesla dan (b)
overdoping (kelebihan atom oksigen) dilakukan 20 mTesla. Tanda panah menunjukkan puncak
pendinginan secara bertahap dari suhu 550°C frekuensi medan terapan.
menjadi 350°C dan akhirnya pada suhu kamar di
bawah tekanan 60 atm. Dari kedua gambar tersebut terlihat bahwa
Eksperimen dilakukan dengan metode bentuk spektrum pada medan magnet terapan tinggi
relaksasi spin muon tegak lurus (transverse muon lebih simetri dengan apa yang diperoleh pada medan
spin relaxation, µSR). Di sini muon positif dengan terapan yang rendah. Pada kondisi ini puncak
spin terpolarisasi “ditanam” (implanted) pada sampel distribusi medan magnet hampir simetris. Momen
60
Penetrasi Fluks Magnetik Akibat Penambahan Lapisan CuO2 pada Bahan Superkonduktor Berbasis Kristal HgBa2CaCu2O6+δ
61
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005
c) Ekor panjang pada medan yang melewati medan Suhu Laju relaksasi, Penetrasi,
magnet terapan berasal dari partikel muon yang (K) σ (µs)-1 λ(nm)
diam dalam daerah inti vorteks yang diteruskan 31,2 3,412 128,04
hingga melebihi λab. 44,1 2,783 141,52
60,1 2,104 163,28
74.2 0,943 243,51
Gambar 5. Kedalaman penetrasi medan magnetik Gambar 6. Frekuensi sebagai fungsi suhu untuk
sebagai fungsi suhu untuk sampel superkonduktor sampel bahan superkonduktor berbasis merkuri.
berbasis merkuridiukur pada medan magnet terapan Frekuensi background (■) dan superkonduktor
sebesar 0,308 Tesla (FC). Garis tebal menunjukkan (●).Suhu kritis Tc =85,1 K ditandai oleh garis
formula empiris dari (a) model fluida dua dan (b) vertikal putus-putus.
model Bose bermuatan
Gambar 6. menunjukkan adanya sifat atau
Puncak terendah pada medan yang lebih tinggi gejala superkonduktif pada bahan superkonduktor
merupakan sinyal background oleh karena partikel merkuri. Dari gambar terlihat bahwa frekuensinya
muon tidak berhenti di dalam sampel kristal, yang superkonduktor lebih rendah dari frekuensi
selanjutnya mengitari suatu frekuensi yang background partikel muon dibawah suhu kritis, Tc
ditentukan oleh medan eksternal. dan perlahan naik seiring kenaikan suhu sampel.
Ketidaksempurnaan dalam struktur kisi dan resolusi Pada suhu Tc kedua frekuensi nyaris berimpit yang
instrumen disebabkan oleh konvolusi Gauss dengan berarti bahwa sifat superkonduktif bahan menjadi
lebar puncak sebesar 0,11 Tesla. hilang.
Gambar 4 menunjukkan laju relaksasi σ
sebagai fungsi suhu untuk sampel superkonduktor 6. KESIMPULAN
berbasis merkuri. Garis tebal menunjukkan model Dari hasil pengamatan yang diuraikan di atas
fluida dua (a) dan model Bose bermuatan (b). Laju pada bahan kristal superkonduktor berbasis
relaksasi partikel muon terlihat naik di bawah suhu HgBa2CaCu2O6+δ, maka dapat ditarik beberapa
Tc dengan berkurangya suhu sampel dan kesimpulan:
menunjukkan saturasi (kejenuhan) pada suhu rendah, a) Berdasarkan hasil eksperimen µSR pada kedua
serta tidak berpengaruh terhadap suhu di atas suhu jenis sampel baik underdoping dan overdoping
Tc. maka distribusi medan lokal pada keadaan
bercampur (mixed state) berubah dengan
kenaikan medan magnet terapan.
Tabel. 1. Laju relaksasi, σ dan penetrasi medan b) Penambahan atom oksigen dalam bentuk lapisan
magnet, λ sebagai fungsi suhu di bawah medan CuO2 sebagai doping pada sistem kristal
magnet terapan sebesar 0,308 Tesla. HgBa2CaCu2O6+δ mengakibatkan adanya
perubahan magnetik pada kedua jenis sampel
Suhu Laju relaksasi, Penetrasi, yang ditandai dengan perubahan lebar puncak
(K) σ (µs)-1 λ(nm) amplitude riil pada kedua jenis sampel.
6,0 3,872 120,34 c) Nilai laju relaksasi σ dan kedalaman penetrasi
13,3 3,881 120,17 magnetik λ juga berubah terhadap perubahan
20,1 3,776 121,72 lapisan CuO2 dan suhu sampel.
62
Penetrasi Fluks Magnetik Akibat Penambahan Lapisan CuO2 pada Bahan Superkonduktor Berbasis Kristal HgBa2CaCu2O6+δ
DAFTAR PUSTAKA
R. Cubitt, et al., Nature (London) 365, (1993) 407.
C. Bernhard, et al., Phys. Rev. B Rapid
Communication 52, (1995), R2354.
K. Kishio, et al., Proceeding of the 7th International
Workshop on Critical Currents in
Superconductors, edited by H. W. Weber
(World Scientific, Singapore, 1994), p. 339.
M. K. Wu, et al., Phys. Rev. Lett. 58, (1987), 908.
E. Gregory, in Encyclopedia of Material Science and
Engineering (edited by R. W. Cahn), Vol. 2,
pp. 1080-1086 Pergamon, Elmsford, New
York: 1990).
G. R. Kumar and P. Chaddah, Phys. Rev. B 39,
(1989) 4706.
T. P. Sheahen, Introduction to High Temperature
Superconductivity, Plennum Press, New York,
1994.
G. Yang et al., Proceeding of the 7th International
Workshop on Critical Currents in
Superconductors, edited by H. W. Weber
(World Scientific, Singapore, 1994), p. 339.
T. Kimura, et al., Physica C 192, (1992) 247
N. Motohira et al., J. Ceram. Soc. Jpn. 97, (1989)
994.
H. Mukai, Third ISS Coference (Sendai, Japan,
November 1990)
A. M. Wolsky, et al., Advanceds in Applied
Superconductivity: Goals and Impacts: A
prelemenary Evaluation,” Argonne Report to
DEO (September 25, 1997).
V. M. Vinokur et al., Physica C 168, (1996) 39.
Sembiring. T, Master Thesis, Virginia State
University, Petersburg, USA, 1996.
63
ANALISIS RESIDU PIRETROID PADA SAMPEL WORTEL
DI DAERAH SENTRA PRODUKSI KAB. KARO SUMUT
Karya Sinulingga
Staf Pengajar Jurusan Fisika F-MIPA UNIMED
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kandungan residu pestisida khususnya dari golongan
piretroid terhadap sampel wortel yang merupakan hasil panen dari beberapa lahan milik petani di mana sampel I
diduga adalah petani pemakai pestisida dosis/frekuensi relatif tinggi sedangkan sampel II diduga adalah petani
pemakai pestisida dosis/frekuensi relatif sedang/rendah. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan Kromatografi Gas (KG) yang diuji di Laboratorium Pestisida Balai Perlindungan
Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumatera Utara, Padang. Hasil analisis menunjukkan pada sampel I dan II
terdapat residu dari golongan piretroid yakni dengan bahan aktif Deltametrin (D) dan Beta Siflutrin (B), di mana
residu dari bahan aktif D sampel I telah melampaui Batas Maksimum Residu (BMR) sesuai dengan SK Bersama
Menkes dan Mentan.
Abstract: The aims of the research is to analysis the content of pesticide especially piretroid residu at carrot
sample. The method used in this study is quantitative analysis method with the gas chromatograph to analysis
the pesticide residu at carrot sample. The result of analysis show that residu of pesticide piretroid in carrot
sample for the assumption of high usage pesticide namely deltametrin and beta siflutrin, from second this type
deltamerin at sample 1 (one) which residu for exceed the maximum boundary of residu (BMR) whereas beta
siflutrin with the certain rate and still under BMR. However in sample 2 (two) for the assumption of low usage
pesticide indication the second type there is but it is not detected. For the faction of piretroid residu deltametrin
in carrot of high pesticide usage assumption have obysmal of BMR.
64
Analisis Residu Piretroid pada sampel Wortel di Daerah Sentra Produksi Kab. Karo Sumut
banyak diusahakan petani di Kabupaten Karo. bahwa pestisida adalah semua zat kimia dan bahan
Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan
Kabupaten Karo tahun 2002 luas panen wortel untuk memberantas atau mencegah hama atau
adalah 2.321 ha, produksinya 56.259 ton dengan penyakit yang merusak tanaman, atau hasil
rata-rata produktivitas 242,9 kw/ha. Wortel juga pertanian, memberantas hama ternak, hama air, hama
termasuk salah satu tanaman umbi komoditi ekspor dalam rumah tangga, vektor penyakit pada manusia
dan termasuk jenis sayuran umbi yang sering atau hewan yang dilindungi, dan juga memberantas
dikonsumsi langsung tanpa dimasak terlebih dahulu. gulma serta mengatur atau merangsang pertumbuhan
tanaman. Sesuai dengan definisi tersebut dibuat,
2. Perumusan Masalah diedarkan, atau disimpan untuk maksud penggunaan
Masalah yang dirumuskan adalah sejauh seperti di atas.
mana kandungan residu piretroid pada hasil panen Untuk memperoleh pyrethrum alami cukup
wortel milik petani. mahal dan bersifat tidak stabil apabila terkena cahaya
matahari, maka orang mencari pestisida yang lebih
3. Tujuan Penelitian murah dan stabil. Munculah pestisida piretroid.
Tujuan penelitian adalah untuk Generasi pertamanya adalah alletrin yang cukup
menganalisis kandungan residu piretroid pada hasil efektif untuk lalat rumah dan nyamuk. Generasi
panen wortel milik petani. kedua adalah tetrametrin yang lebih manjur dari
alletrin. Generasi ketiga adalah fenvalerat dan
4. Hipotesis Penelitian permitrin. Piretroid yang lain adalah sipermetrin
Hipotesis penelitian adalah bahwa residu yang mempunyai spektrum luas. Fenpropatrin
piretroid pada sampel wortel hasil panen diduga sebagai insektisida dan akarisida.
kadarnya masih melebihi batas maksimum residu
yang ditetapkan oleh Menkes/Mentan. 2. Nasi dan Translokasi Pestisida di Lingkungan
Di dalam lingkungan, pestisida diserap oleh
5. Batasan Penelitian berbagai komponen lingkungan, kemudian terangkut
Peneliti membatasi penelitian dalam hal ke tempat lain oleh air, angin, atau organisme yang
sebagai berikut: berpindah tempat. Ketiga komponen lingkungan ini
o Daerah lokasi penelitian yang ditetapkan adalah kemudian mengubah pestisida tersebut melalui
pada daerah sentra produksi komoditi wortel. proses kimiawi atau biokimia menjadi senyawa lain
o Kriteria lahan pada lokasi penelitian ditetapkan yang masih meracun atau senyawa yang bahkan telah
dengan kemiringan (slope) 0-3% (termasuk hilang sifat meracunnya. Yang menjadi perhatian
kategori lahan datar). utama dalam toksikologi lingkungan ialah berbagai
o Jenis pestisida yang diuji dalam analisis adalah pengaruh dinamis pestisida dan derivat-derivatnya
termasuk golongan pestisida penting yakni setelah mengalami perubahan oleh faktor lingkungan
piretroid yang merupakan pestisida yang sering secara langsung atau oleh faktor hayati terhadap
digunakan di kalangan petani pada lokasi sistem hayati dan ekosistemnya.
penelitian. Air merupakan medium utama bagi
transportasi pestisida. Pindahnya pestisida dapat
5. Kegunaan Penelitian bersama partikel air atau debu pembawa. Pestisida
Adapun nilai guna dari penelitian adalah: dapat pula menguap karena suhu yang tinggi
o Sebagai bahan informasi penting bagi (pembakaran). Pestisida yang di udara bisa kembali
masyarakat pemerhati lingkungan, Dinas ke tanah oleh hujan atau pengendapan debu.
Pertanian, dan Dinas Kesehatan Kabupaten Dalam menelaah dinamika pestisida di lingkungan
Karo. terdapat dua istilah yang berhubungan yakni deposit
dan residu. Deposit ialah materi yang terdapat pada
II. TINJAUAN PUSTAKA permukaan segera setelah aplikasi, sedangkan residu
merupakan materi yang terdapat di atas atau di dalam
1. Definisi dan Klasifikasi Pestisida benda lain setelah beberapa saat atau mengalami
Senyawa kimia yang digunakan untuk penuaan (aging), perubahan kimia (alteration) atau
membasmi semua jenis jasad penganggu dikenal keduanya. Residu permukaan atau residu efektif
sebagai pestisida. Bagi para petani, jasad ialah banyaknya materi yang tertinggal, misalnya
pengganggu ini meliput: hama, penyakit, dan gulma pada tanaman setelah aplikasi. Residu permukaan
yang merugikan tanaman. Sedangkan bagi orang dapat hilang karena pencucian (pembilasan),
kota, jasad pengganggu ini meliputi serangga penggosokan, hidrolisis, tetapi juga yang lipofilik.
pembawa kuman (vector) penyakit, merusak Dalam waku 1-2 jam setelah aplikasi pestisida,
bangunan, alat-alat rumah tangga dan lain-lain. kemungkinan besar 90% deposit telah hilang karena
Dalam Peraturan Pemerintah No.7 Tahun pencucian oleh air hujan. Sisanya bisa terurai oleh
1973 tentang Peredaran, Penyimpanan, dan sinar ultraviolet. Banyak jenis pestisida lipofilik yang
Penggunaan Pestisida, pada pasal 1 disebutkan cenderung berakumulasi (menumpuk) pada lapisan
65
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005
malam (lilin) dan lema tanaman, terutama di bagian 4. Peraturan-Peraturan yang Berkaitan Dengan
kulit. Itu sebabnya sayuran atau buah terutama yang Pestisida
dimakan mentah perlu dicuci atau dikupas dahulu Untuk menjamin penggunaan bahan kimia
agar insektisida yang tersimpan dalam lemak tidak agar ramah lingkungan dan meningkatkan keamanan
atau kecil kemungkinannya untuk berdegradasi yang tinggi maka diperlukan peraturan dan
karena yang lipofilik bisanya bersifat stabil atau perundang-undangan sebagai upaya pengelolaan
persisten. Ada tujuh faktor yang mempengaruhi penggunaan bahan kimia tersebut baik di tingkat
nasib deposit pestisida dalam tanah yaitu: nasional, regional, maupun internasional untuk
o Pencucian oleh air hujan. mengurangi resiko terhadap pencemaran dan
o Penguapan, terutama karena penguapan air. kerusakan lingkungan hidup. Sampai saat ini terdapat
o Degradasi atau aktivitas oleh mikro-organisme peraturan pengelolaan bahan kimia berbahaya dan
dalam tanah. beracun, akan tetapi belum cukup memadai terutama
o Dekomposisi fisiokimia maupun aktivitas yang untuk mencegah terjadinya pencemaran atau
terjadi karena kondisi dan komponen tanah yang kerusakan lingkungan. Misalnya, pada peraturan
bersifat katalis. tentang pengelolaan B3 No. 74/2001, permasalahan
o Dekomposisi oleh cahaya surya dititikberatkan pada pengelolaan B3 untuk bahan
(fotodekomposisi) dan kimia di bidang industri dan perdagangan pada
o Translokasi melalui sistem hayati baik tanaman kegiatan sebagai penghasil, pengedar, pengangkut,
maupun hewan ke lingkungan yang lain. penyimpan, penggunaan, dan pembuangan
khususnya untuk bahan kimia tertentu sesuai dengan
3. Efek Negatif dan Persistensi Pestisida di lampiran dalam peraturan tersebut. Sedangkan
Lingkungan pestisida juga dikategorikan sebagai B3 diatur dalam
Pestisida yang banyak digunakan para UU tentang Sistem Budidaya Tanaman No.12/1992,
petani di Indonesia dalam usaha-usaha pengolahan yang ditindaklanjuti dengan PP No.7/1973 serta
lahan pertanian, sebenarnya memiliki banyak Kepmentan sebagai turunannya mengatur
dampak negatif yang ditimbulkannya di lingkungan. penggunaan pestisida. Di samping itu, untuk limbah
Dampak negatif tersebut antara lain adalah: industri pestisida maupun pemakaian pestisida telah
a. Menimbulkan resistensi pada hama pertanian, kadaluarsa di lapangan diatur oleh undang-undang
misalnya beberapa etnis ordo lepidoptera. lingkungan hidup yang ditindaklanjuti dengan PP
b. Menurunkan populasi predator baik dari tentang pengelolaan limbah pada PP No18/1995 jo.
golongan serangga, burung maupun ikan yang No. 85/1995. Berikut ini adalah berbagai kebijakan
sebenarnya bukan sasaran. dan perundang-undangan Indonesia mengenai bahan
c. Menurunkan populasi organisme-organisme kimia berbahaya beracun dan pestisida:
yang berperan penting dalam menjaga 1. Stockholm Convention tentang POPS (23 Mei
kesuburan tanah (cacing tanah), jamur-jamur, 2001).
dan serangga tanah. 2. UU No.12/1992 tentang Sistem Budidaya
d. Menghambat aktivitas fiksasi nitrogen pada Tanaman.
kacang-kacangan (menghambat aktivitas bakteri 3. UU No.23/1997 tentang Pengelolaan
nitra dan nitri). Lingkungan Hidup.
e. Tidak terdegradasi di lingkungan sehingga 4. PPRI No.7/1973 tentang Pengawasan Distribusi,
residunya akan terdistribusi melalui rantai Penyimpanan, dan Penggunaan Pestisida.
makanan 5. PPRI No.85/1999 tentang perubahan undang-
f. Menimbulkan keracunan pada hewan ternak dan undang yang berkaitan dengan bahaya serta
manusia. penanggulangan limbah B3
g. Racun pestisida dapat terakumulasi melalui 6. PPRI No.6/1995 tentang Perlindungan Tanaman.
rantai makanan dan dapat mengkonsentrasikan 7. PP No74/2001 tentang Pengelolaan Bahan
pestisida pada tubuhnya hingga mencapai 20 Berbahaya dan Beracun (B3).
kali konsentrasi pestisida pada tanah sekitarnya. 8. Kepmentan No.434/Kpts/TP. 270/2001 tentang
h. Karena peristiwa akumulasi tersebut (bio- Syarat-Syarat dan Prosedur Pendaftaran
akumulasi) melalui rantai makanan, pestisida Pestisida.
cenderung untuk lebih terkonsentrasi pada 9. Kepmentan bulan September 2002 tentang
organisme yang menempati piramida makanan Manajemen Pengawasan Pestisida.
yang lebih tinggi. Salah satu organisme itu 10. Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan
adalah manusia. Hal ini menyebabkan manusia Menteri Pertanian Nomor :
rawan untuk teracuni oleh pestisida, yang 881/Menkes/SKB/VIII/1996
menurut penelitian diduga kuat termasuk bahan 711/Kpts/TP. 270/8/96
karsinogenik atau penyebab kanker.
66
Analisis Residu Piretroid pada sampel Wortel di Daerah Sentra Produksi Kab. Karo Sumut
III. BAHAN DAN METODE piretroid di mana metode pengujian residu pestisida
dalam hasil pertanian yang dikeluarkan oleh Komisi
1. Tempat dan Waktu Penelitian Pestisida Departemen Pertanian, dan selanjutnya
Penelitian dilaksanakan pada daerah sentra sampel tersebut dianalisis di Laboratorium Pestisida
produksi utama wortel di Kabupaten Karo Sumatera BPTPH Sumbar (di mana: Sampel 1 [satu]
Utara. diasumsikan berasal dari lahan petani pemakai
pestisida relatif tinggi sedangan Sampel 2 [dua]
2. Metode Penelitian diasumsikan berasal dari lahan petani pemakai
Sesudah sampel diambil untuk kemudian pestisida relatif rendah/sedang).
diuji dan dianalisis dengan metode analisis yang
menggunakan kromatografi gas untuk golongan
Dari hasil analisis residu dapat dilihat bahwa Kenyataan yang terjadi di lapangan adalah
pada sampel I dan II terdapat residu dari golongan petani kita jarang melakukan sistem monitoring
piretroid yakni deltametrin dan beta siflutrin. Pada terhadap hama/penyakit, artinya penggunaan
sampel I untuk beta siflutrin residunya masih di pestisida dilakukan secara terjadwal, ini disebabkan
bawah Batas Maksimum Residu (BMR), sedangkan pengetahuan petani yang sangat minim tentang
residu deltrametrin telah melampaui BMR yang sistem pemantauan populasi hama/penyakit,
ditetapkan pemerintah. Pada sampel II ada indikasi kurangnya pemahaman tentang predator hama atau
residu deltametrin dan beta siflutrin, namun serangga berguna, rasa takut berlebihan akan
kandungan residunya tidak terdeteksi karena berada kehilangan hasil panen berupa kualitas dan kuantitas.
di bawah batas penetapan. Di sini juga dapat
dibedakan bahwa untuk residu pada sampel I yakni
asumsi pemakaian pestisida yang relatif tinggi lebih V. KESIMPULAN
signifikan residunya ketimbang sampel II yakni 1. Masih adanya residu golongan piretroid yakni
asumsi pemakaian pestisida yang rendah. deltametrin 0,02351 ppm pada wortel (sampel I)
Pestisida piretroid ini merupakan jenis yang yang melampaui BMR = (0,10 ppm), yang juga
banyak diformulasikan dan sering digunakan di residu beta siflutrin 0,0295 ppm yang kandungannya
kalangan petani. Berdasarkan hasil analisis masih di bawah BMR (=0,05 ppm).
ditemukan residu dengan bahan aktif deltametrin dan 2. Residu pada hasil panen wortel yang berasal
beta siflutrin di mana kedua bahan aktif ini sesuai dari petani pemakai pestisida relatif tinggi lebih
dengan merek dagang yang sering digunakan petani signifikan dibandingkan dengan residu pada hasil
yakni Devis 2,5 EC, Buldok 25 EC dalam panen wortel yang berasal dari petani pemakai.
pengendalian kutu daun Aphis spp, hostathion 40 EC Pestisida relatif rendah.
dalam pengendalian ulat tanah (agrotis epsilon).
Pestisida-pestisida tersebut memang sering
digunakan petani melalui pengamatan langsung
penulis.
67
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005
DAFTAR PUSTAKA
68
PEMBUATAN ANGGUR PEPAYA DENGAN PROSES FERMENTASI
Renita Manurung
Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik USU – Medan
Abstrak: Produksi minuman anggur pepaya dapat dilakukan melalui proses fermentasi alkohol dari sari buah
pepaya. Proses fermentasi ini dapat berjalan dengan bantuan mikroba yang mengubah karbohidrat atau gula
menjadi alkohol. Mikroba yang digunakan dalam penelitian ini adalah mikroba saccharomyces cerevisiae.
Fermentasi alkohol ini dilakukan secara anaerobik, yaitu mula-mula dengan inokulasi ragi roti dengan nutrien
(NH4)2SO4, (NH4)3PO4, dan bahan baku sari buah pepaya dalam proses pembuatan starter. Setelah diperoleh
starter maka dilakukan proses fermentasi terhadap sari buah pepaya steril yang telah mengandung (NH4)2SO4
dan (NH4)3PO4. Untuk mempertahankan pH 4,0 sampai 4,5 digunakan HCl2N yang diteteskan ke dalam sari
buah pepaya.
Lingkup penelitiannya adalah dengan waktu fermentasi 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 hari, suhu fermentasi 250C, 300C,
dan 350C, konsentrasi khamir 1%, 2%, dan 4%. Setelah diperoleh anggur buah pepaya dilakukan analisis kadar
etil alkohol, metil alkohol, dan asam asetat. Dari hasil penelitian diperoleh lama fermentasi buah pepaya yang
baik untuk setiap variasi khamir dalam menghasilkan minuman anggur adalah 3 hari dan dengan penambahan
gula sampai 16% dapat meningkatkan produksi etil alkohol sebesar 320%. Minuman anggur buah pepaya yang
dihasilkan dengan penambahan gula sampai 16% termasuk golangan B (kadar alkohol antara 5-20%) dan yang
tidak ditambahkan gula sampai 16% golongan A (kadar alkohol 1-5%).
Abstract: The production of papaya wine by fermentation has been studied. The fermentation process was
carried out in anaerobic condition by using saccharomyces cerevisiae and (NH4)2SO4 , (NH4)3PO4 as
nutrient. Initially, making starter from papaya concentrate followed by fermentation process. HCl 2N is used to
get pH 4,0 up to 4,5.
The variation of time are 1, 2, 3 , 4, 5, 6 and 7 days with variable of temperature which is conducted with
variation are 25oC, 30oC anf 35oC. Meanwhile concentration of leavened which used are 1%, 2% and 4%. The
best condition for the largest product were found as result of this research. They are duration of process: 3
days, sugar added: 16% step up production of papaya wine about 320%. Papaya wine which was obtained
classified in class B with concentration of alcohol about 5 to 20%.
69
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005
1.2. Perumusan Masalah Bahan baku (buah pepaya matang atau rusak)
Yang menjadi permasalahan adalah sejauh Ragi roti (yeast instant)
mana sari buah pepaya dapat dimanfaatkan menjadi Aquadest
bahan dasar minuman anggur dengan melakukan Amonium phosphat
variasi terhadap lamanya waktu fermentasi, suhu, Amonium sulfat
dan konsentrasi ragi yang ditambahkan ke dalam sari HCl 2N
buah untuk memperoleh kualitas anggur yang baik. NaOH 0,2 N
Larutan Gula 12 %
1.3. Ruang Lingkup Penelitian KOH 30 %
Penelitian ini dilakukan di Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara. 2.2.2. Peralatan
Adapun variabel yang akan digunakan dalam Peralatan pada penelitian ini adalah:
penelitian ini adalah: • Pisau
1. Variasi waktu fermentasi: 1, 2, 3, 4, 5, 6, • Timbangan
7 hari • Blender
2. Variasi suhu: 25 0C, 30 0C, 35 0C • Labu erlenmeyer
3. Konsentrasi khamir: 1%, 2%, 4% • Beaker glass
• Batang pengaduk
1.4. Parameter Uji • Pipet tetes
1.4.1. Secara Kimia
• Timbangan digital
Uji Kuantitatif
• Oven
• Kadar etil alkohol: Perbandingan berat jenis
destilat. • Termometer
• Kadar metil alkohol: Dengan • Gabus, lilin
spektrofotometri • Kain saring
• Kadar asam asetat: Dengan metode titrasi • pH meter
• Piknometer
1.5. Tujuan Penelitian • Biuret
1. Untuk mengetahui lamanya waktu • Gelas ukur
fermentasi yang optimum pada pembuatan • Corong
anggur buah pepaya. • Labu suling
2. Untuk mengetahui suhu fermentasi yang • Spektrofotometer
optimum pada pembuatan anggur buah
pepaya. 2.3 Prosedur Percobaan Penelitian
3. Untuk mengetahui konsentrasi khamir
yang optimum dalam proses fermentasi 2.3.1. Pembuatan starter
buah pepaya. Starter dibuat berdasarkan yang telah
dilakukan oleh Muljohardjo (1984) yaitu ke dalam
1.6. Manfaat Penelitian 1000 ml sari buah ditambahkan 1%, 2%, dan 4% ragi
1. Sebagai informasi awal bagi peneliti roti (sesuai dengan perlakuan masing-masing),
selanjutnya dalam pengembangan kemudian dimasukkan aktivator 0,33 gram (NH4)SO4
pembuatan minuman anggur. dan 0,05 gram (NH4)3PO4. Setelah itu diinkubasi
2. Memberikan informasi pada masyarakat selama 24 jam atau kalau jumlah selnya sudah
tentang penggunaan buah pepaya busuk mencapai 106-108 / ml (Amerine, Berg, Kunkee,
atau rusak agar dapat bernilai lebih Ough, 1982).
ekonomis.
2.3.2. Penentuan berat ragi (Saccharomyces
I. METODOLOGI PENELITIAN cerevisiae) yang digunakan.
2.1. Lokasi Berat ragi yang dibutuhkan dalam tiap
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium variasi konsentrasi ditentukan dengan cara:
Penelitian Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Berat ragi roti = % ragi roti x berat sampel
Teknik Universitas Sumatera Utara, Medan. 100% - % ragi roti
Sedangkan sumber bahan baku yang digunakan
dalam penelitian ini diperoleh dari pasar Sei 2.3.3. Pengamatan jumlah sel khamir
Sikambing dengan pengambilan sampel secara Jumlah sel khamir ditentukan pada awal dan
random (sembarang). setiap hari fermentasi dengan menggunakan
2.2. Bahan dan Peralatan hemositometer. Sebelum sel-sel khamir dihitung,
2.2.1. Bahan maka terlebih dahulu dilakukan pengenceran sampai
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini konsentrasi 10-4. Suspensi dengan konsentrasi 10-4
adalah: ini diteteskan pada alat hemositometer dan ditutup
70
Pembuatan Anggur Pepaya dengan Proses Fermentasi
dengan gelas penutup, kemudian diamati di bawah 2.4.3. Kadar metanol dengan menggunakan
mikroskop. Untuk menentukan jumlah sel khamir metode Spektrofotometri
saccharomyces cerevisiae dalam 1 ml sampel
dipakai rumus seperti yang dikemukakan oleh 2.4.3.1. Penentuan λ (panjang gelombang)
Hadioetomo (1985) yaitu: maksimum.
Diambil 50 ml metanol absolut 99%
Y = X * 50 * p * 103 kemudian dimasukkan ke dalam kotak kuvet sampai
garis standar lalu diukur resapannya (absorbansi)
Y= Jumlah sel khamir dalam 1 ml pada panjang gelombang 250-300 nm dan dibuat
sampel. kurva resapannya. Lamda (λ) maksimum adalah nilai
X = Jumlah sel khamir yang dihitung pada puncak resapan dari metanol absolut 99% yang
lima buah petak ruang kecil. paling tinggi.
P = Pengenceran.
2.4.3.2. Pembuatan kurva kalibrasi metanol
2.3.4. Penyediaan sampel untuk fermentasi Dipipet 50,5 ml metanol absolut 99%
Buah pepaya dipilih yang sudah sangat kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml
matang/rusak atau hampir busuk, lalu dikupas dan lalu di ad-kan sampai garis standar dengan aquadest
dihancurkan (diblender) dengan penambahan air dan dikocok sampai larut. Maka diperoleh metanol
sebanyak 40 %, lalu disaring dan diambil sarinya. 50 % (baku induk II).
Kemudian diatur pHnya 4,0-4,5 lalu ditambahkan Dari larutan baku induk II dipipet sebanyak
amonium fosfat sebanyak 0,25 g/l, terus 20 ml kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 100
dipasteurisasi pada suhu 80 0C selama 15 menit. ml lalu di ad-kan sampai garis standar dengan
Kemudian didinginkan (suhu sekitar 20 0C-25 0C) aquadest dan dikocok sampai larut. Maka diperoleh
dan secara aseptis dimasukkan ke dalam botol metanol 10 % (baku induk III).
fermentasi sebanyak 100 ml. Lalu ditambahkan Dari larutan baku induk III dipipet sebanyak
starter saccharomyces cerevisiae sebanyak 10 ml 10 ml kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 100
pada masing-masing botol fermentasi. Fermentasi ml lalu di ad-kan sampai garis standar dengan
dilakukan sampai tujuh hari sesuai dengan perlakuan. aquadest dan dikocok sampai larut. Maka diperoleh
metanol 1 % (baku induk IV).
2.4. Prosedur Analisis Hasil Dipipet dari larutan baku induk IV masing-
2.4.1. Kadar etil alkohol masing 0,5, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 10 ml
Dimasukkan 100 ml sampel ke dalam labu kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml
distilasi 1000 ml, lalu ditambahkan 150 ml air suling. lalu di ad-kan sampai garis standar dengan aquadest
Campuran didistilasi. Distilat, ditampung dengan dan masing-masing dikocok sampai larut. Maka akan
piknometer sampai garis tanda. Kemudian diperoleh metanol dengan konsentrasi 0,005 %, 0,01
piknometer didinginkan pada suhu 20 0C selama 15 %, 0,02 %, 0,03 %, 0,04 %, 0,05 %, 0,06 %, 0,07 %,
menit, miniskus diatur sampai garis tanda dan 0,08 %, 0,09 %, dan 0,1 %.
diangkat lalu didiamkan selama 15 menit kemudian Metanol dengan konsentrasi masing-masing
ditimbang. Lalu hitung berat kosong piknometer dan 0,005 %, 0,01 %, 0,02 %, 0,03 %, 0,04 %, 0,05 %,
berat air pada 20 0C (sebagai pembanding). 0,06 %, 0,07 %, 0,08 %, 0,09 %, dan 0,1 %
kemudian diukur resapannya (absorbansi) pada
BJ etil alkohol 20/200C = panjang gelombang (λ) maksimum.
Berat etil alkohol (sulingan) pada 20 0C Pembuatan kurva kalibrasi antara
Berat air pada 20 0C absorbansi (Abs) VS konsentrasi (%) agar diperoleh
persamaan garis regresi standar metanol.
2.4.2. Analisis Kadar Asam Asetat
Hasil sulingan sebanyak 50 ml ditambahakn III. HASIL DAN PEMBAHASAN
phenolfthalen 2-3 tetes (sebagai indikator).
Kemudian dititrasi dengan NaOH 0,1 N sampai Dari grafik 3.1 sampai 3.7 terlihat bahwa
terjadi perubahan warna menjadi merah jambu fase pertumbuhan saccharomyces cerevisiae
(pink). terhadap lamanya fermentasi yang dilakukan adalah:
Kadar Asam Asetat dihitung dengan
menggunakan rumus: 3.1. Fase permulaan
Pada fase ini saccharomyces cerevisiae
% Asam Asetat = masih sedikit menggunakan substrat yang ada pada
Volume NaOH * N NaOH * BM Asam asetat * 100 sari buah pepaya, sehingga larutan gula yang
x% dikonversi menjadi minuman anggur masih sedikit.
Volume sampel * 1000 Fase permulaan pada khamir dengan konsentarasi
4% terjadi beberapa jam setelah pencampuran starter
ke dalam medium sehingga dihasilkan kadar alkohol
71
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005
yang lebih tinggi dibandingkan khamir 1% dan 2%. Dari grafik 3.1 dengan penambahan gula sampai 16
Hal ini terjadi karena lebih banyaknya sel %, konsentrasi khamir 2 %, suhu 300C, dan lama
saccharomyces cerevisiae/ml pada khamir 4% yaitu fermentasi 3 hari diperoleh tingkat produksi metanol
493,7 x 105/ml dibandingkan jumlah sel khamir 1 % maksimum 0,07826241 %. Dari grafik 3.7 dengan
yaitu 90,1 x 105/ml dan 2% yaitu 264,2 x 105/ml. konsentrasi khamir 4 %, suhu 300C, lama fermentasi
tiga hari dan tanpa penambahan gula diperoleh
3.2. Fase pertumbuhan logaritma tingkat produksi metanol maksimum 0,05955322 %.
Dari grafik 3.1 sampai 3.7 dapat dilihat Dengan meningkatnya pertumbuhan khamir
bahwa fase pertumbuhan logaritma terjadi pada hari dan pembentukan produk diikuti pula dengan
pertama sampai kedua, di mana pada fase ini meningkatnya evolusi panas (reaksi eksoterm),
kecepatan pembelahan paling tinggi dan khamir sehingga suhu medium dapat mencapai 37 0C.
melakukan metabolisme sangat pesat. Keadaan ini Dalam keadaan demikian alkohol yang dihasilkan
berlangsung terus sampai salah satu atau beberapa dapat hilang melalui penguapan dan terikut keluar
nutrien habis atau sampai terjadi penimbunan hasil- dengan keluarnya CO2 (Ayres, 1980). Penurunan
hasil metabolisme yang bersifat racun yang alkohol juga terjadi karena etanol dan metanol yang
menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan dihasilkan teroksidasi menjadi asetaldehid dan
perkembangbiakan saccharomyces cerevisiae oksidasi lanjut akan menghasilkan asam asetat
(Jutono dkk, 1980). Sedangkan hari ketiga (Buckle, K. A, 1987). Oksidasi ini dapat terjadi
merupakan kondisi konversi (penguraian) substrat karena kondisi fakultatif anaerob. Asam asetat yang
maksimum. dihasilkan akan menambah keasaman medium yang
berakibat tidak baik bagi kehidupan khamir
3.3. Fase pertumbuhan yang terhambat saccharomyces cerevisiae. Jika kondisi ini
Setelah melalui fase pertumbuhan berlangsung lebih lama maka akan semakin banyak
logaritma, kecepatan pembelahan khamir akan etanol dan metanol yang terkonversi menjadi
berkurang. Hal ini dapat dilihat pada grafik 3.1 asetaldehid yang dengan demikian persentasi alkohol
sampai 3.7 yang mengalami fase pertumbuhan (etanol dan metanol) semakin menurun dan
terhambat pada selang hari kedua sampai ketiga. Hal konsentrasi asam asetat meningkat.
ini mungkin disebabkan oleh penimbunan hasil Pada grafik 3.3 sampai 3.8 dapat dilihat
ekskresi khamir atau berkurangnya nutrien sehingga bahwa konsentrasi asam asetat terbesar terjadi pada
mengganggu pertumbuhan khamir tersebut. khamir 4% di mana kadar alkohol rata-ratanya lebih
Akibatnya konversi larutan gula membentuk alkohol besar dibandingkan kadar alkohol yang dihasilkan
(etanol dan metanol) akan menurun dibandingkan khamir 1% dan 2%. Hal ini dapat terjadi karena
fase sebelumnya. banyaknya alkohol (metanol dan etanol) yang
teroksidasi dalam jumlah yang besar. Maka dapat
3.4. Fase kematian disimpulkan pembentukan asam asetat dipengaruhi
Pada fase ini jumlah khamir yang mati akan oleh besarnya konsentrasi alkohol yang teroksidasi.
semakin banyak dan melebihi jumlah yang Bila alkohol yang teroksidasi semakin besar
membelah diri. Hal ini dapat dilihat pada grafik 3.1 jumlahnya maka jumlah asam asetat yang dihasilkan
sampai 3.7 yang mengalami fase kematian pada hari semakin besar pula dan akan memperburuk kualitas
ketiga sampai ketujuh. Kecepatan kematian khamir minuman anggur yang dihasilkan.
meningkat secara terus-menerus sedangkan
perkembangbiakannya semakin berkurang dan
menjadi nol sehingga kemampuan khamir meng-
konversi gula menjadi alkohol (etanol dan metanol)
akan menurun dan semakin sedikit sehingga dapat
diabaikan.
Dari grafik 3.1 sampai 3.7 terlihat bahwa
masing-masing perlakuan memperlihatkan perbedaan
yang nyata untuk jumlah kadar etanol dan metanol.
Pengaturan suhu fermentasi ke arah suhu
pertumbuhan optimum 300C (Desrosier, 1998) akan
meningkatkan pertumbuhan khamir yang diikuti pula
dengan peningkatan kadar alkohol yang dihasilkan.
Dari grafik 3.5 dapat dilihat bahwa dengan
konsentrasi khamir 4 %, penambahan gula sampai
16% suhu 300C, lama fermentasi tiga hari diperoleh
tingkat produksi etanol maksimum 12,81 %. Dari
grafik 3.2 dengan konsentrasi khamir 4 % suhu 300C
lama fermentasi tiga hari dan tanpa penambahan gula
diperoleh tingkat produksi etanol maksimum 3,05 %.
72
Pembuatan Anggur Pepaya dengan Proses Fermentasi
9
0,025
6 Khamir 1%
Khamir 1% 0,015
5 Khamir 2%
Khamir 2%
4 Khamir 4%
0,01 Khamir 4%
3
0,005
2
1 0
0 1 2 3 4 5 6 7
1 2 3 4 5 6 7 Lama Fermentasi (hari)
Lama Fermentasi (hari)
0,025
0,02
0,015
0,015 Khamir 1%
Khamir 1%
Khamir 2%
0,01 Khamir 2%
0,01 Khamir 4%
Khamir 4%
0,005 0,005
0 0
1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7
Lama Fermentasi (hari)
Lama Fermentasi (hari)
Grafik 3.2. Hubungan lama fermentasi terhadap Grafik 3.6. Hubungan lama fermentasi terhadap
konsentrasi Asam asetat tanpa penambahan gula konsentrasi Asam asetat dengan penambahan gula
16% pada suhu 250C. 16% pada suhu 300C.
0,025
Konsentrasi asam Asetat (x 10-2 %)
0,02
Konsentrasi asam Asetat (x 10-2 %)
0,02
0,015
0,015 Khamir 1%
Khamir 1%
Khamir 2%
0,01 Khamir 2% 0,01 Khamir 4%
Khamir 4%
0,005 0,005
0
0 1 2 3 4 5 6 7
1 2 3 4 5 6 7
Lama Fermentasi (hari)
Lama Fermentasi (hari)
Grafik 3.7. Hubungan lama fermentasi terhadap
Grafik 3.3. Hubungan lama fermentasi terhadap konsentrasi Asam asetat dengan penambahan gula
konsentrasi Asam asetat tanpa penambahan gula 16% pada suhu 350C.
16% pada suhu 300C.
0,02
Konsentrasi Asam Asetat (x 10-2 %)
0,015 Khamir 1%
0,01 Khamir 2%
0,005 Khamir 4%
0
1 2 3 4 5 6 7
Lama Fermentasi (hari)
73
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005
IV. KESIMPULAN DAN SARAN Baga Kalie. M. 1989. Bertanam Pepaya. Jakarta:
Penerbit Penebar Swadaya.
4.1. Kesimpulan
Baga Kalie, M. 2000. Bertanam Pepaya (Revisi).
1. Lama fermentasi sari buah pepaya yang
Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya.
baik untuk setiap variasi khamir dalam
menghasilkan minuman anggur adalah tiga Bilford, H. R., Sclaf, R.E., Stark, and Kolachov,P.J.
hari. 1942. Alcoholic Fermentation of
2. Penambahan gula sampai dengan 16% pada Mollase. New York: Rapid Continous
sari buah pepaya dapat meningkatkan Fermentation Process Inc, Eng, Chem.
produksi etanol sebesar 320%.
Buckle, K.A., Edwards, R.A., Fleet, G.H., and
3. Penambahan gula sampai dengan 16% pada
sari buah pepaya dapat meningkatkan Wootton, M. 1987. Ilmu Pangan.
produksi metanol sebesar 31,42 %. Terjemahan oleh Purnomo, H. dan Adiono.
4. Penambahan gula sampai dengan 16% pada Jakarta: Penerbit Universitas
sari buah pepaya dapat meningkatkan Indonesia.
produksi asam asetat sebesar 42,31 %. Departemen Perindustrian. 1993. Mutu dan Cara Uji
5. Kadar metanol dan asam asetat yang Minuman Beralkohol. Jakarta: Standar
diperoleh masih memenuhi standar nasional Industri-Industri.
Indonesia 1993 (Anggur).
6. Berdasarkan surat keputusan Menteri Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI. 1981.
Kesehatan No. 86 tahun 1977, minuman Daftar Komposisi Bahan Makanan. Bharata
anggur yang dihasilkan dengan panambahan Karya Aksara.
gula sampai 16% termasuk golongan B Desrosier, N.W. 1988. Teknologi Pengawetan
(kadar alkohol antara 5-20 %) sedangkan Pangan. Terjemahan oleh Muchji
minuman anggur yang dihasilkan dengan Muljohardjo. Jakarta: Penerbit Universitas
tidak menambahkan gula ke dalam sari buah Indonesia.
pepaya termasuk golongan A (kadar alkohol
1-5%). Efendi, K. 2002. Pusat Penelitian Holtikultura dan
Aneka Tanaman. Jakarta.
4.2. Saran Hadioetomo, R.S. 1985. Mikrobiologi Dasar Dalam
Untuk mendapatkan minuman anggur dari Praktek. Teknik dan Prosedur Dasar
sari buah pepaya yang siap untuk dikonsumsi perlu Laboratorium. Jakarta: PT Gramedia.
dilakukan analisis terhadap kandungan mikroba
bahan dasar minuman anggur. Judoamidjojo, M. Darwis, A.A., Sa”id, E.G. 1992.
Teknologi Fermentasi. Jakarta: Penerbit
4.3. Ucapan Terima Kasih Rajawali Pers.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Muljohardjo, M. 1984. Nenas dan Teknologi
Dedy N. dkk. (Mahasiswa Program Studi Teknik pengolahannya. Yogyakarta Liberty.
Kimia/Program Ekstension) yang telah membantu
dalam pelaksanaan penelitian ini. Pelczar, M. Z. Reid, and Chan. 1983. Microbiology,
4 th edition. New Delhi: ta Mc Graw
Hill Publishing Co. Ltd.
DAFTAR PUSTAKA Prescott, S.C. and Dunn, C.G. 1959. Industrial
Microbiology, Third Edition. New York:
Amerine, M.A. and Ough, C.S. 1980. Methods For Mc Graw Hill Book Company Inc.
Analysis of Must and Wine. New York: John
Wiley & Sons. Sa”id, G.A. 1987. Bio Industri, Penerapan Teknologi
Fermentasi. PAU Bioteknologi, IPB.
Amerine, M. A. Berg, H. Kunkee, R.E., Ough, C.S., Jakarta: Mediyatama Sarana Perkasa.
Singleton, V.L., and Webb, A.D.1982.
Technology of Wine Making. 4 th ed. Wesport, Setyohadi. 1982. Pengaruh Lama Fermentasi
Connecticut: The AVI Publishing Company Terhadap Kadar Alkohol dari Bahan Air
Inc. Kelapa Segar. Medan: Fakultas Pertanian,
USU.
Anonymous, 1977. The Preparation of Pried of
Pried Ginger. London: Mc. Compile by TPI. Winarno, F.G. dan Fardiaz, S. 1992. Biofermentasi
dan Biosintesa Protein. Bandung: Penerbit
Aries, R. S. 1947. Encyclopedia of Chemichal Angkasa.
Technology I. New York: The
Interscience Encyclopedia Inc.
74
Rancangan dan Penerapan Kontrol Logika Kabur untuk Industri
Kasmir Tanjung
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik USU
dan
Mahyuddin
Jurusan Matematika FMIPA USU dan Program Ilmu Komputer USU
mahyunst@yahoo.com
Abstrak: Tulisan ini bertujuan untuk meninjau rancangan dan penerapan kontrol kabur yang dapat
diimplementasikan ke sektor industri, dengan mengungkapkan beberapa karakteristik dari dunia industri secara
riil.
Kata kunci: himpunan kabur, logika kabur, kontrol, pengendali.
75
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005
Berdasarkan kombinasi dari dua aturan (a,b) dan pengendali dalam situasi lain. Ini berkaitan
untuk melakukan defuzifikasi dari hasil apabila x = dengan konstras yang halus dengan situasi
x0, y = y0, digunakan pengendali-pengendali didasarkan atas
( pµ A ( x0 ) µ B ( y o ) + jaringan syaraf. Pada semua pengendali
berjenis “kotak hitam” informasi kendali
qµC ( x0 ) µ D ( yo )) /( p + q ) , (1) diganggu melalui semua syaraf dalam
jaringan [7,9].
dengan mana p dan q adalah pusat dukungan untuk e. Roman ‘zooming’ mengakibatkan
masing-masing himpunan kabur P dan Q. dimungkinkan untuk menggabungkan
Walaupun kontrol kabur didasarkan atas pengedali-pengendali berbasis logika kabur
pemodelan tentang pengetahuan dengan dengan pengendali-pengendali konvensional
menggunakan ilmu bahasa [8] atau peubah-peubah yaitu dengan menyertakannya bersama
kabur, tidaklah berarti bahwa untuk mengukur berdasarkan tujuan kelengkapan melalui
parameter-parameter proses yang keakuratannya dan/atau menambah perilaku pengendali
rendah hanya dengan cara memperlemah sensor. yang telah ditempatkan.
Pengalaman yang berkaitan dengan logika kabur
menyatakan bahwa tidak terjadi reduksi keperluan Secara skematik dinyatakan bahwa logika kabur
bagi pengukuran dan akurasi sensor. Keistimewaan dapat digunakan dalam kendali sederhana.
logika kabur terletak dalam kemampuannya untuk Sedangkan pada industri sebenarnya, akan seringkali
menggunakan pengetahuan kualitatif (aturan-aturan diperlukan lebih dari pengendali-pengendali yang
kendali) untuk mengumpulkan tindakan-tindakan telah ada, namun semua pengendali ini dapat
pengendali. Penerapan logika kabur dalam dikonstruksikan dengan menggunakan kontrol FL
merancang suatu pengendali mempunyai yang sederhana dengan cara memprioritaskan grup
keistimewaan berbeda dibandingkan dengan metode- aturan kendali.
metode lain [1]:
a. Banyak peubah masukan dan keluaran dapat 3. Perancangan Kontrol FL
ditangani secara simultan. Pada pasal ini, diasumsikan bahwa
b. Semua aturan pengetahuan dalam sistem pengendali terpadu secara proporsi berkaitan dengan
pakar kabur diterapkan secara simultan; sistem masukan tunggal, yaitu
inferensi dapat dengan mudah dipetakan u n = w0 − αen − βs n , (3)
atas sistem multi-pengolah. Walaupun
pertentangan aturan dapat diakomodasi dengan mana en = nilai masukan – himpunan titik,
dengan formal.
u n = keluaran pengendali, s n = ∑i =1 si dan
n
c. Eliminasi data penting dapat dilakukan
dengan mereduksi jumlah tak terhingga w0 = u 0 − αe0 pada periode pemindaian ke-n.
nilai yang secara fisik jumlah itu dapat
mengambil jumlah berhingga, apalagi Berikut akan dirancang suatu kontrol FL yang
berkaitan dengan jumlah bobot yang rendah menghasilkan hal yang sama dengan pengendali
terpadu secara proporsional untuk periode n
atau bersifat bahasa. Lagi pula secara umum
tidak perlu untuk menyatakan status pemindaian:
keluaran bagi semua kombinasi peubah a. Fuzifikasi peubah
masukan, sebab pemilihan secara hati-hati Penerapan praktis memerlukan αen , βs n dan
peubah dan bagian divisi dalam strategi u n − u 0 yang didefinisikan dalam rentang [-
bagian akan mereduksi jumlah aturan secara
besar-besaran. M,M] dan bilangan M>0 yang asumsikan.
d. Informasi kendali secara jelas Misalnya katakan bilangan bulat positif m, dapat
“dilokalisasikan” pada kontrol kabur, yang dinyatakan bahwa v = M/m, λ = v / α , dan
berarti bahwa jika salah satu tidak dipenuhi µ = v / β untuk α dan β positif dan karena
oleh tindakan pengendali untuk kombinasi
itu λ dan µ juga positif. Dalam rancangan
tertentu masukan-masukan sistem, aturan-
aturan aktif menyebabkan tindakan kontrol FL yang setara dengan pengendali
pengendali dapat secara langsung dikenali terpadu secara proporsional ditentukan ukuran m
dan koreksi dapat dibuat, tanpa berdampak ≥ 1, jika digunakan tiga atau lebih himpunan
bagi perilaku pengendali pada masukan- kabur.
masukan lain. Secara ortogonal aturan- Peubah masukan en dapat difuzifikasi dengan
aturan kendali membuatnya hal ini mungkin 2m+1 himpunan. Semua himpunan kabur ini
dengan menambahkan sehimpunan aturan dinomori dari kiri ke kanan dengan 1 sampai
terhadap pengendali kabur yang ada atau
2m+1. Hasil jumlah kumulatif s n juga dapat
pelaksanaan zoom atas roman tertentu dari
pengendali tanpa mengganggu perilaku dinyatakan. Akan tetapi, untuk keluaran
76
Rancangan dan Penerapan Kontrol Logika Kabur untuk Industri
77
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005
78
MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
DI PROYEK INDUSTRI JASA KONSTRUKSI
Abstrak: Pengembangan sistem keselamatan dan kesehatan kerja pada Proyek Industri Jasa Konstruksi harus
ditangani secara serius dengan berpedoman kepada ketentuan Undang-Undang Ketenagakerjaan dan peraturan
perundang-undangan lainnya yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja. Untuk melaksanakan hal
ini maka perusahaan jasa kontsruksi harus menerapkan sistem keselamatan dan kesehatan kerja di proyek
dengan melibatkan pihak manajemen dan pekerja dengan pengawasan dari pemerintah. Penerapannya harus
dilaksanakan secara terintegrasi dengan mengacu kepada keadaan dan perkembangan proyek yang sedang
dikerjakan oleh perusahaan
Kata kunci: Manajemen K3, Proyek Industri Jasa Konstruksi
Sistem keselamatan dan kesehatan kerja Penerapan sistem keselamatan dan kesehatan
merupakan salah satu norma ketenagakerjaan yang kerja di setiap perusahaan harus dilaksanakan secara
penerapannya bertujuan untuk mencegah berkelanjutan sehingga semboyan keselamatan dan
kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja dan kesehatan kerja “utamakan keselamatan” terwujud.
penyakit akibat kerja di perusahaan tempat kerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan
masalah yang berkaitan dengan berbagai aspek
79
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005
II. Peraturan Perundang-Undangan dengan tentang 12. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI
Keselamatan dan Kesehatan Kerja No.04/MEN/85 tentang pesawat tenaga dan
produksi.
Pada prinsipnya, tanggung jawab terhadap
13. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) berada pada
No.05/MEN/85 tentang pesawat angkat dan
setiap orang. Setiap pekerja harus berpartisipasi
angkut.
dalam setiap kegiatan keselamatan dan kesehatan
kerja serta bertanggung jawab atas keselamatan dan 14. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI
kesehatan dirinya masing-masing. Karena dalam No.01/MEN/1996 tentang pelaksanaan tata cara
suatu proyek jasa konstrusi senantiasa terdapat pembuatan KKB. Dalam Setiap Pembuatan
kegiatan teknik yang melibatkan juga berbagai Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) harus
peralatan teknik dan sumber daya manusia, maka dicantumkan sistem keselamatan dan kesehatan
secara keseluruhan beban tanggung jawab atas kerja.
operasi perusahaan berada pada pimpinan
15. Instruksi Dirjen Hubungan-Perburuhan dan
perusahaan/kontraktor.
Perlindungan tenaga kerja No. INS.8/PP/1980
Penerapan sistem manajemen K3 dapat menjamin
tanggal 16-4-1981 tentang pedoman pembuatan
keselamatan dan kesehatan tenaga kerja maupun
peraturan perusahaan, yang juga harus
orang lain yang berada di tempat kerja (Eugenua
menetapkan bahwa tunjangan kecelakaan kerja,
Liliawati Muljono, 1997).
tunjangan kematian akibat kecelakaan kerja,
Untuk mendukung sistem keselamatan dan
keselamatan kerja dan perlindungan kerja harus
kesehatan kerja di perusahaan-perusahaan,
dimuat dalam peraturan perusahaan.
pemerintah telah mengeluarkan peraturan
perundang-undangan yang berkaitan dengan
keselamatan dan kesehatan kerja antara lain:
1. Undang-Undang N0.13 Tahun 2003 tentang Demikian juga untuk penanganan
kecelakaan kerja pemerintah telah menerbitkan UU
ketenagakerjaan.
2. Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang No.3 tahun 1992 tentang Jamsostek di mana
keselamatan kerja. kecelakaan kerja merupakan salah satu program
Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) yang yang
3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI PER
07/MEN/1964 tentang kesehatan kerja. dijabarkan dengan PP No.14 Tahun 1993 tentang
4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. PER- penyelenggaraan jaminan sosial tenaga kerja.
Kemudian khusus untuk perkerjaan industri
04/MEN/1995 tentang perusahaan jasa
keselamatan dan kesehatan kerja jasa kontruksi diterbitkan lagi pertunjuk
5. Instruksi Menteri Tenaga Kerja RI No. INST pelaksaannya yaitu Keputusan Bersama Menteri
05/M/RW/96 tanggal 28-10-1996 tentang Pekerjaan Umum dan Menteri Tenga Kerja serta di
pengawasan dan pembinaan keselamatan kerja daerah Keputusan Gubernur Kepala Daerah yang
menerapkan bahwa setiap kontraktor induk maupun
pada kegiatan konstruksi bangunan.
6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja subkontraktor yang melaksanakan proyek-proyek
No.04/MEN/1987 tentang tata tata cara industri jasa konstruksi wajib
mempertangungjawabkan semua tenaga kerja
pembentukan P2K3 dan pengangkutan ahli K3.
7. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.PER borongan harian lepas dan musiman dengan
05/MEN/1996 tentang sistim manajemen mendaftarkannya ke PT Jamsostek (persero)
selambat-lambatnya 1 (satu) minggu sebelum
keselamatan dan kesehatan kerja.
8. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.Kep pekerjaan dimulai dengan mengisi formulir 1/I K
19/M/BW/97 tanggal 26-2-1997 tentang dengan lampiran Surat Perintah Kerja ataupun
perjanjian borongan/kontrak atau surat pernyataan
pelaksanaan audit sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja. melengkapi SPK/surat perjanjian borongan/ kontrak.
Adapun besaran tarif iuran Jamsostek bagi pekerjaan
9. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No.Kep industri jasa konstruksi adalah:
04/MEN/80 tentang syarat-syarat - 0,20% dari harga kontrak untuk proyek di atas
pemasangan dan pemeliharaan alat pemadam api Rp 500 juta
ringan (APAR). - 0,35% dari harga kontrak untuk proyek di atas
Rp 100 juta
10. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI
- 0,50% dari harga kontrak dibawah Rp 100 juta
No.01/MEN/82 tentang bejana bertekanan.
11. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI
No.02/MEN/82 tentang pengawasan instalasi
penyalur petir.
80
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Proyek Industri Jasa Konstruksi
III. Manajemen K3 di Proyek Industri Jasa bahan/peralatan. Penanganan K3 yang tidak baik
Kontruksi akan berakibat pada turunnya produktivitas
Dalam pelaksanaan kerja di proyek ada beberapa
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah bahaya yang harus dihindari, dijauhkan, atau dicegah
suatu program yang harus diterapkan dan dan dikendalikan, yaitu bahaya yang dapat timbul
dilaksanakan disetiap tempat kerja di proyek industri pada waktu pekerja sedang aktif melaksanakan
jasa kontruksi. kerjanya:
Menurut G. Kartasapoetra (1985) yang dimaksud a. Mesin kerja dan alat perlengkapannya.
tempat kerja ialah ruangan atau lapangan baik yang b. Pesawat baik yang dijalankan tenaga uap
tertutup ataupun yang terbuka, yang bergerak atau ataupun listrik beserta perlengkapannya.
yang tetap, di mana para tenaga kerja (buruh) atau c. Sarana perlengkapan kerja lainnya beserta
yang sering dimasuki para tenaga kerja (buruh) untuk perlengkapannya
keperluan suatu usaha dan di mana terdapat sumber d. Lingkungan kerja yang sesak dan kurang teratur
sumber bahaya . e. Metoda penanganan pekerjaan
Tempat kerja ialah adalah setiap tempat yang di f. Sifat fisik dan mental daripada pekerjanya
dalamnya terdapat 3 unsur, yaitu:
a. Adanya suatu usaha, baik itu usaha yang bersifat Untuk itu maka setiap perusahaan
ekonomi maupun usaha sosial. diwajibkan menetapkan standar dan ketentuan
b. Adanya sumber daya. tertentu untuk menjadi pedoman dan pegangan
c. Adanya tenaga kerja yang berkerja di dalamnya pokok dalam pelaksanaan pekerjaan agar kecelakaan
baik secara terus menerus maupun hanya bisa dihindarkan atau minimalkan.
sewaktu waktu. Lalu Husni (2000) Disamping hal-hal di atas juga harus ditetapkan
norma kesehatan kerja di perusahaan yang
Kecelakaan kerja pada proyek meliputi:
biasanya timbul dari beberapa faktor yaitu a. Pemeliharaan dan mempertinggi derajat
peralatan teknis, lingkungan kerja, dan pekerja itu kesehatan pekerja.
sendiri misalnya akibat jeleknya pengaturan sirkulasi b. Pemberian pengobatan, perawatan bagi pekerja
udara menyebabkan terkumpulnya uap beracun yang yang sakit.
mengakibatkan kecelakaan karena pekerja yang ada c. Pengaturan, penyediaan tempat kerja, cara, dan
dirungan tersebut akan menghirup udara yang syarat yang memenuhi persyaratan kesehatan di
tercemar. perusahaan.
Bisa juga kalau lingkungan kerja d. Kesehatan kerja untuk mencegah timbulnya
sedemikian bisingnya tidak bisa terdengar isyarat penyakit yang akan menimpa para pekerja baik
terjadinya bahaya. Dapat dipastikan bahwa setiap sebagai akibat pelaksanaan kerja maupun
kecelakaan akan berakibat buruk bagi korbannya penyakit umum.
yaitu manusia. e. Ketetapan syarat-syarat kerja bagi perusahaan
Data dari Annual Report mengenai keselamatan dan yang tertuju pada perlindungan kesehatan bagi
kesehatan kerja tahun 2002 yang diterbutkan oleh pada buruhnya.
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi,
menunjukkan bahwa sektor usaha bangunan Dalam masalah kesehatan kerja di proyek
menduduki peringkat ke-4 yang mempunyai kasus harus diperhatikan sumber-sumber bahaya bagi
kecelakaan tertinggi. Selengkapnya peringkat untuk kesehatan tenaga kerja yang bersumber dari faktor
5 sektor adalah: fisik, faktor kimia, faktor biologis, faktor faal, dan
1. Sektor Pertanian dan Peternakan 13,60 % faktor psikologis. Kelima faktor tersebut akan
2. Industri kecil 8.65 % mempengaruhi, kesehatan tenaga kerja berupa
3. Indutri Pakaian Jadi dan Bahan Jadi 5,68% gangguan fisik, mental, dan sosial yang
4. Bangunan 5,67 % menyebabkan mereka tidak bisa bekerja optimal.
5. Penebangan Kayu 5,58 % Mengingat masalah keselamatan dan kesehatan kerja
Data di atas diperoleh dari data kecelakaan ini berkaitan dengan berbagai aspek yaitu hukum,
dari tahun 1995 s/d 1999 dengan jumlah kecelakaan ekonomi, dan sosial, maka pelaksanaan keselamatan
kerja 412,652 kasus dengan nilai kerugian Rp 340 dan kesehatan kerja ini tidak mungkin hanya
Milyar dan pembayaran santunan dan ganti rugi diserahkan kepada pengusaha tetapi harus dilakukan
sebesar kurang lebih Rp 329 milyar Bambang secara bersama-sama oleh jajaran manajemen
Triwibowo dkk (2003). perusahaan dengan seluruh tenaga kerja dengan
Oleh karena itu para kontraktor perlu menerapkan dengan diawasi langsung oleh panitia Keselamatan
sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja dan Kesehatan Kerja pada setiap perusahaan yang
di setiap proyek jasa konstruksi bersangkutan.
Sebenarnya yang disebut kecelakaan K3 bukan Pelaksanaan peraturan perundang-undangan tentang
hanya yang mengakibatkan cedera/saaitnya tenaga keselamatan dan kesehatan kerja diawasi oleh pihak
kerja tetapi juga rusak/berkurangnya produktivitas pemerintah/Depnaker atau tenaga teknis yang
81
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005
82
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Proyek Industri Jasa Konstruksi
misalnya Construction All Risk (CAR) untuk - Hal-hal yang secara teknis
bangunan/fisik proyek dan peralatan kerjanya, mengandung risiko bahaya
atau Personal Accident (PA) untuk b. Safety Supervisor, yaitu petugas yang
pertugas/orang yang melaksanakan, bila ada ditunjuk oleh manajer proyek untuk
disyaratkan dalam proyek mengadakan pengawasan terhadap
1.4. Izin pengunaan jalan dan jembatan menuju pelaksanaan pekerjaan. Dengan
lokasi proyek yang akan digunakan untuk lalu wewenang menegur dan memberikan
lintas alat berat dari kantor Dinas PU instruksi langsung kepada kepala
1.5. Keterangan laik pakai alat-alat berat/ringan yang pengawas (superintendent) bila ada
akan dioperasikan diproyek khususnya peralatan pelaksanaan pekerjaan yang
proyek yang menyangkut keselamatan umum mengandung bahaya terhadap
seperti mobil bus/truk, lift, elevator, escalator, keselamatan kerja
lift pekerja, lift bahan, tower crane ,dll. c. Safety Meeting, yaitu rapat dalam
1.6 Pemberitahuan kepada Muspida setempat proyek yang membahas hasil/laporan
tentang keberadaan/kegiatan proyek dari Safety Patrol maupun
hasil/laporan dari Safety Supervisor.
2. Penyusunan Safety Plan (Rencana K3) untuk Yang dihasilkan pada Safety Meeting
Proyek. adalah:
Safety Plan bertujuan agar proyek dalam - Perbaikan atas pelaksanaan kerja
pelaksaannya aman dari kecelakaan dan penyakit yang tidak sesuai dengan ketentuan
sehingga menghasilkan produktivitas yang tinggi K3;
yang berisi antara lain: - Perbaikan sistem kerja untuk
2.1 Pembukaan: mencergah penyimpangan tidak
a. Gambaran proyek terulang kembali.
b. Pokok perhatian untuk kegiatan K3 d. Pelaporan dan penanganan
2.2. Risiko kecelakaan dan pencegahannya kecelakaan, yang terdiri dari:
(risiko yang mungkin terjadi di proyek) - Pelaporan dan penanganan
2.3. Tata cara pengoperasian alat kecelakaan ringan.
2.4. Alamat Instansi yang terkait dengan proyek - Pelaporan dan penanganan
Safety Plan yang telah disusun dan diteliti secara kecelakaan berat.
cermat kemudian disahkan oleh manajer proyek
sebagai bukti pelaksanaan.
- Pelaporan dan penanganan
kecelakaan dengan korban
meninggal dunia.
3. Kegiatan K3 di lapangan
Kegiatan K3 di lapangan adalah merupakan - Pelaporan dan penanganan
pelaksanaan Safety Plan yang harus dilaksanakan kecelakaan peralatan berat.
kontraktor dalam setiap proyek yang menyangkut
kegiatan-kegiatan: 4. Pelatihan Program K3
3.1. Kerjasama dengan instansi yang terkait K3. Pelatihan Program K3 terdiri dari dua bagian
Instansi yang dimaksud di sini adalah Depnaker, yaitu Pelatihan Secara Umum dan Pelatihan Khusus
Polisi, dan Rumah Sakit yang tujuannya adalah Proyek.
kalau ada masalah K3 masalahnya bisa cepat 4.1 Pelatihan Secara Umum, materinya bersifat
ditangani dengan baik karena adanya hubungan umum yaitu tentang panduan tentang K3 di proyek
kerjasama tersebut. misalnya:
- Pedoman praktis pelasksanaan K3 pada
3.1.1. Pengawasan pelaksanaan K3 proyek bangunan gedung.
Pengawasan pelaksanaan K3 - Penanganan, penyimpanan, dan pemeliharaan
dilaksanakan oleh tim yang dibentuk material.
dengan kegiatan: - K3 dalam perkejaan Sipil.
a. Safety Patrol, melaksanakan patroli - K3 dalam pekerjaan finishing luar.
selama kira-kira 1 atau 2 jam yang - K3 dalam pekerjaan mekanikal dan elektrikal.
dilakukan secara rutin sekali - K3 dalam pekerjaan finishing dalam
seminggu di lingkungan proyek yang - K3 dalam pekerjaan pembesian.
terdiri dari 2 atau 3 orang dengan - K3 dalam pekerjaan sementara.
tugas mencatat hal-hal yang tidak - K3 dalam pekerjaan rangka.
sesuai ketentuan/yang memiliki - K3 dalam pekerjaan struktur khusus.
risiko kecelakaan yang tolak ukurnya - K3 dalam pekerjaan pembetonan.
ada di dalam: - K3 dalam pekerjan Pondasi Pile dan Strutting.
- K3 dalam pekerjaan pembongkaran
- Safety Plan
- Dll.
- Panduan Pelaksanaan K3
83
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005
4.2. Pelatihan Khusus Proyek diberikan pada: - Pemeliharaan jalan kerja dan jembatan
- Saat awal proyek kerja.
- Saat di tengah periode pelaksanaan proyek - Jaringan pengamanan pada bangunan
Materi pelatihan adalah meliputi tinggi.
pengetahuan umum K3 dan Safety Plan c. Pagar pengaman lokasi proyek
proyek yang bersangkutan serta penjelasan Rambu-rambu peringatan yang fungsinya
tentang kegiatan proyek dan kemungkinan- antara lain untuk:
kemungkinan bahaya/risiko yang akan - Peringatan bahaya dari atas.
terjadi. - Peringatan bahaya benturan kepal.
- Peringatan bahaya longsoran.
5. Perlengkapan dan peralatan penunjang - Peringatan bahaya api/kebakaran.
program K3 - Peringatan tersengat listrik.
Perlengkapan dan peralatan penunjang program - Penunjuk ketinggian untuk bangunan
K3 dalam pelaksanaan proyek meliputi beberapa hal yang lebih dari 2 lantai.
antara lain: - Penunjuk jalur instalasi listrik.
5.1 Promosi Program K3, yang terdiri dari: - Penunjuk batas ketinggian penumpukan
a. Pemasangan Bendera K3, Benderra RI, material.
Bendera perusahaan dengan cara - Larangan memasuki area tertentu.
pemasangan adalah Bendera RI ditengah - Larangan membawa barang-barang
diapit oleh bendera K3 sebelah kiri dan berbahaya.
Bendera perusahaan sebelah kanan dengan - Petunjuk untuk melapor (keluar masuk
ketentuan bendera RI lebih tinggi dan proyek).
bendera K3 dan bendera perusahaan sama - Peringatan uintuk memakai alat
tingginya. pengaman kerja.
b. Pemasangan sign board K3 yang dapat - Peringatan ada alat/mesin yang
berisi antara lain: Sloganm-slogan K3 yang berbahaya (untuk lokasi tertentu).
mengingatkan perlunya bekerja dengan - Peringatan/larangan untuk memasuki
selamat. Gmbar-gambar/pamlet tentang kelokasi genset/power listrik (untuk
bahaya/kecelakaan yang mungkin terjadi di orang tertentu).
lokasi pekerjaan. Slogan maupun pamlet Walaupun peralatan/sarana K3 tersebut sudah cukup
dapat dipasang di kantor proyek atau lokasi lengkap belum berarti persyaratan K3 sudah
pekerjaan di lapangan. memenuhi semua peryaratan K3, karena bekerja
dengan K3 yang benar adalah apabila telah
5.2. Sarana peralatan untuk K3 memenuhi 3 hal sebagai berikut:
Sarana peralatan untuk K3 adalah meliputi: 1. Orangnya, yaitu pengawas dan tenaga kerja
a. Yang melekat pada orang: harus punya sikap yang benar yaitu:
- Topi helm a. Punya pengetahuan dan ketrampilan K3
- Sepatu lapangan b. Berperilaku sesuai ketentuan K3
- Sabuk pengaman untuk pekerja di c. Sehat jasmani dan rohani
tempat yang tinggi 2. Mesin/alat kerja seta sarana perlatan K3 sesuai
- Sarung tangan untuk pekerja tertentu ketentuan.
- Masker pengaman untuk gas beracun 3. Lingkungan kerja sesuai ketentuan, yaitu:
untuk pekerja tertentu a. Lay out planning (perencanaan tata letak).
- Kacamata las goggle b. House keeping (pemeliharaan alat-alat
- Obat-obatan untuk P3K rumah tangga).
- Pelampung renang untuk lokasi tertentu c. Penerangan dan ventilasi.
b. Sarana lingkungan:
- Tabung pemadam kebakaran parangan 6. Penataan Lingkungan
ruang-ruangan seperti kantor proyek, Penataan lingkungan adalah meliputi perencanaan
gudang bahan bakar, gudang material, tata letak fasilitas-fasuilitas untuk melaksanakan
ruang genset, gudang bahan peledak pekerjaan dan pengelolaan kebersihan lingkungan
mess tenaga kerja, barak tenaga kerja di kerja (house keeping) yang meliputi:
tiap lantai bangunan proyek. 6.1. Lay out planning (perencanaan tata letak)
- Pagar pengaman, yang terdiri dari: Perencanaan tata letak harus diatur
Pagar/railing yang kuat dan tali warna sedemikian rupa sehingga orang dan alat yang
kuning sebagai tanda pembatas/ bekerja tidak saling terganggu, tetapi justru saling
peringatan yang diperlukan untukb mendukung agar pelaksanaan kerja dengan
lobang di lantai, lubang di sumur, galian produktivitas tinggi dan aman dapat dicapai. Faktor
tanah, dan tepi bangunan. yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan tata
- Penangkal petir darurat. letak adalah:
84
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Proyek Industri Jasa Konstruksi
2. Galian Basement
2.1 Lokasi banjir - buat side ditch (galian tepi), arahkan ke sum-pit, lalu
pompa airnya keluar lokasi
2.5 Jalan depan lokasi proyek kotor - buat tempat (kolom) cuci ban kendaraan, dan buang
tanah yang mengendap secara periodik
- tutup bak kendaraan tanah dengan terpal
2.6 Kecelakaan mobil waktu akan keluar/masuk - pasang rambu peringatan lalu lintas di jalan raya
proyek - atur lalu lintas bila ada kendaraan keluar/masuk
3.4 Orang kejatuhan baut - cegah selama erection agar orang tidak berada di
bawah langsung
85
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005
4. Universal Lift
2. Exavator
3. Tower Crane
Bar Bender
86
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Proyek Industri Jasa Konstruksi
6. Generating Set
a. Jauhkan tempat bahan bakar
a. Periksa oli mesin b. Memakai tutup telinga
b. Periksa air radiator c. Menyediakan tabung
c. Periksa bahan bakar d. Tidak boleh ada jemuran dekat kipas
d. Periksa tutup kipas mesin radiator
e. Periksa van belt e. Sewaktu membersihkan alat mesin
f. Periksa baut-baut dalam keadaan mati
g. Cek warna gas f. Periksa panel listrik
g. Utamakan keselamatan kerja
87
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005
88
PEMBUATAN DIODA DARI BAHAN LAPIS TIPIS CdTe YANG
DITUMBUHKAN MELALUI METODE PENGUAPAN (VACUUM DEPOSITION)
Abstrak: Telah dilakukan pembuatan Dioda Schottky yang berstruktur kontak logam-semikonduktor. Bahan
yang digunakan sebagai substrat adalah grafit. Semikonduktor yang digunakan sebagai source adalah CdTe.
Dan sebagai dopant adalah logam In dan Al sedangkan sebagai kontak pembentukan dioda digunakan Al. Alat
yang digunakan untuk menumbuhkan lapisan tipis semikonduktor CdTe dan penguapan logam In dan Al adalah
vacuum tinggi Edward coating System E306 A yang kevakumannya dapat mencapai sekitar 10-5Torr.
Karakteristik deviasi yang dipabrikasi dilakukan dengan pengukuran arus tegangan (I-V) dan pengukuran
kapasitansi tegangan (C-V). Dari pengukuran arus- tegangan (I-V) diperoleh harga arus nstursdi (Is) sebesar
4.73 x 10-5A, harga ketinggian penghalang (φBN) adalah 0,91eV, faktor idealitas dioda jauh lebih besar dari
harga ideal yaitu n > 20. Dari pengukuran kapasitansi tegangan (C-V) diperoleh harga tegangan difusi (Vbi)
adalah 0,89V, harga konsentrasi donor (ND) adalah 2.82 x 1016cm-3, dan harga ketebalan lapisan deplesi (W)
adalah 0,18µm.
89
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005
Lama
Pemb.
Tahap Nama Dopant Temperatur Perlakuan Ket
dioda
(menit)
I I – DALING - 1 100 120 ya
I – DALING - 2 In A1 150 120 x
I – DALING - 3 200 30 ya
I – DALING - 4 250 10 x
II II – DALING - 1 400 60 x
II – DALING - 2 A1 A1 450 31 ya
II – DALING – 3 400 10 x
II – DALING - 4 - - x
90
Pembuatan Dioda dari Bahan Lapis Tipis CdTe yang Ditumbuhkan Melalui Metode Penguapan (Vacuum Deposition)
Dari Gambar 2 dapat dilihat persamaan garis kurva menurunkan harga resistansi yang besar di mana hal
In I – V yaitu: ini terutama disebabkan oleh adanya lapisan oksida
In I = 1,466 V – 9,9594 pada lapisan dioda.
jika V = 0 maka ln I = -9,9594, maka I = e-9,9594
jadi diperoleh harga Tabel 4 harga n untuk dioda yang diperoleh dari
perhitungan
I = I0 4,73 x 10-5 A.
Perhitungan di atas adalah untuk dioda I=DALING-1 Dioda Diameter (mm) N
dengan diameter 3 mm sedangkan untuk dioda yang
lain masing-masing diameter, harga I0 dapat dilihat I-DALING-1 3 22,855
pada Tabel 4.3. Sebagai perbandingan maka sebuah 2 28,71
dioda yang ada di pasaran dengan tipe 1N4006 juga 1 29,01
telah diukur di mana diperoleh harga arus saturasi I0 I-DALING-3 3 30,18
= 9,70 x 10-4 A. Dan secara jelas dapat dilihat pada 2 25,26
lampiran 13, bahwa untuk dioda 1N4006 terlihat 1 34,60
pada tegangan 2 volt besar arus adalah sebesar 2,36 II-DALING-2 3 39,42
ampere. Sedangkan pada dioda Schottly lapisan tipis 2 34,36
CdTe ini pada tegangan 2 volt besar arus 1,80 mA. 1 16,68
Sehingga dengan jelas dapat dilihat dari gambar
kurva katrakteristiknya, di mana untuk dioda 1 Dari harga n yang diperoleh untuk semua dioda yang
N4006 arus naik dengan cepat mulai tegangan 1 volt dihasilkan sangatlah jauh dari harga n yang ideal
sedangkan pada dioda Schottky lapisan tipis CdTe yaitu 1. Dioda yang dihasilkan hanya dapat
yang dibuat baru pada tegangan 5 volt arus naik digunakan untuk divais dengan daya tinggi (high
dengan cepat. power diode).
Dari harga I0 dapat juga dihitung ketinggian
Tabel 3. Harga arus saturasi untuk masing-masing
dioda penghalang (φBn). dapat dicari ketinggian penghalang
(barrier height, φBn) yaitu:
91
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005
Pengukuran Kapasitansi-Tegangan (C – V) Dioda seperti yang diperlihatkan pada Gambar 3.3 untuk
Schottky dioda I-DALING-1 diameter 3 mm. Dari kurva 1/C2
Pengukuran kapasitansi-tegangan dilakukan dengan V terlihat bahwa perpotongan antara kurva
untuk mencari besarnya konsentrasi donor (donor dengan sumbu tegangan (V) terlihat bahwa
concentration, ND), harga tegangan difusi (built-in perpotongan antara kurva dengan sumbu tegangan
voltage, Vbi), dan lebar daerah deplesi (region (V) jika kurva diinterpolasikan, menunjukkan harga
depletion width, W). tegangan difusi (Vbi).
Hasil pengukuran kapasitansi-tegangan Misalnya untuk dioda I-DALING-1
untuk dioda I-DALING-1 dengan diameter 3 mm diameter 3 mm akan diperoleh harga tegangan difusi
dapat dilihat pada Tabel 4.6, sedangkan data untuk 0,89 volt dan untuk dioda yang lain dapat dilihat
dioda yang lain dapat dilihat pada lembar lampiran. pada Tabel 6.
Dengan menggunakan data dari Tabel 4.6
dapat dibuat kurva hubungan antara 1/C2 dengan V,
Tabel 6. Data hasil pengukuran Kapasitansi-Tegangan dioda Schottky
V (Volt) C (nF)
5.0 1.2893
4.5 1.3317
4.0 1.3909
3.5 1.4755
3.0 1.5962
2.5 1.7381 V (volt) 1/C2 x 1018
2.0 1.8731 5.0 0.602
1.5 1.9862 4.5 0.564
1.0 2.0758 4.0 0.517
0.5 2.1460 3.5 0.459
0.0 2.1976 3.0 0.392
-0.5 2.2050 2.5 0.331
-1.0 2.3421 2.0 0.285
-1.5 2.4750 1.5 0.253
-2.0 2.2050 1.0 0.232
-2.5 2.1909 0.5 0.217
-3.0 2.1422 0.0 0.207
-3.5 2.0860
-4.0 1.9236
- 4.5 1.7562
-5.0 1.5223
Sedangkan untuk dioda 1N4006 diperoleh harga tegangan difusi Vbi 0,75 volt.
92
Pembuatan Dioda dari Bahan Lapis Tipis CdTe yang Ditumbuhkan Melalui Metode Penguapan (Vacuum Deposition)
semikonduktor dan adanya celah (ruang kosong) di Tabel 9 Harga lebar lapisan deplesi untuk
dalam lapisan tipis tersebut. masing-masing dioda
Selanjutnya lebar lapisan deplesi (W) dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan:
Dioda Diameter (mm) W (µm)
W= (2ε s / q N D )(Vbi ) I-DALING-1 3 0,18
2 0,25
Sedangkan untuk mencari harga konsentrasi donor 1 0,21
(ND) dapat diperoleh dengan mengambil slope kurva I-DALING-3 3 0,85
1/C2 dengan V, sbb : 2 1,30
1 1,02
Slope = 2/(εs q ND A2) II-DALING-2 3 3.42
Untuk dioda 1 – DALING –1 dengan diameter 3 mm 2 3.19
diperoleh harga slope (S) adalah 0,1045 x 1018 1 4.50
(1/F2.V), sehingga ND dapat dihitung.
ND = 2/(εs q S A2) Harga ketinggian penghalang (φBn) yang diperoleh
ND = 2/{(9,6) (8.85 x 10-14) (1.602 x 10-19) dari pengukuran I-V dengan harga tegangan difusi
(0.1045 x 1018) (49,91x10-4) yang diperoleh dari pengukuran C-V untuk dioda I-
ND = 2,82 x 1016 cm-3 DAILING-1 tidak jauh berbeda tetapi untuk dioda
yang lain jauh berbeda. Hal ini disebabkan antara
Dalam Tabel 3.8. terlihat harga ND untuk masing- lain oleh adanya lapisan oksida pada permukaan
masing dioda. Dan untuk dioda 1N4006 diperoleh sampel, adanya celah (ruang kosong) pada lapisan
harga konsentrasi pembawa adalah 6,59 x 1010 cm-3. tipis dan juga doping yang tidak berdifusi secara
merata pada semikonduktor CdTe yang diketahui
Tabel 8. Harga dari ND untuk masing-masing dari harga resistansi yang besar.
dioda
Timbulnya lapisan oksida ini kemungkinan
-3 besar muncul sewaktu alat sistem pelapisan lama
Dioda Diameter (mm) ND(cm )
sebelum lapisan berikutnya dilakukan, juga sewaktu
I-DALING-1 3 2,82 x 1016 proses perlakuan panas yang dilakukan pada ruang
2 1,14 x 1016 tekanan 1 atm yang memberikan peluang besar untuk
1 1,95 x 1016 timbulnya lapisan oksida pada permukaan sampel.
I-DALING-3 3 4,91 x 1015
2 2,22 x 1015 KESIMPULAN
1 3,18 x 1015 Setelah penelitian tentang pembuatan dioda
II-DALING-2 3 0,75 x 1015 dari lapisan tipis CdTe yang ditumbuhkan dengan
2 0,16 x 1015 metode Penguapan, maka hal-hal yang dapat
1 0,17 x 1015 diutarakan sebagai kesimpulan dari penelitian
tersebut adalah sebagai berikut:
Sehingga harga lebar deplesi (W) diperoleh: 1. Harga n yang diperoleh dari pengukuran arus-
tegangan (I-V) jauh dari harga n ideal, di mana
W= {(151,739 x 10 )/ (4,518 x 10 )}
−14 −3
harga ideal adalah 1 sedangkan dalam penelitian
ini diperoleh n antara 16-40. Hal ini disebabkan
W = 33,588 x 10 −11 cm oleh besarnya harga resistansi seri dioda
W = 0,18 µm tersebut.
Perhitungan di atas adalah untuk dioda I-DALING-1 2. Tingi penghalang (φBn) untuk dioda I-DALING
dengan diameter 3 mm, sedangkan untuk dioda yang – 1 diperoleh 0,91 eV tidak jauh berbeda dengan
lain dan untuk masing-masing diameter dapat dilihat harga tegangan difusi (Vbi) yang besarnya 0,89
pada Tabel 3.9. Dioda 1N4006 diperoleh harga W volt. Hal ini bersesuaian dengan harga yang
sebesar 0,12 µm. diperoleh untuk dioda 1N4006 di mana φBn
diperoleh 0,89 eV dan harga Vbi adalah 0,75
volt. Tetapi untuk dioda 1-DALING-3 dan II-
DALING-2 diperoleh harga Vbi yang jauh lebih
besar dari harga φBn. Di mana harga φBn untuk
dioda 1-DALING-3 diperoleh 0,91 eV
sedangkan harga Vbi sebesar 3,36 volt dan untuk
dioda II-DALING –2 harga φBn diperoleh 0,94
eV sedangkan harga Vbi diperoleh 8,35 volt. Hal
ini juga disebabkan oleh harga resistansi seri
dioda tersebut yang terlalu besar, menyebabkan
93
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005
DAFTAR PUSTAKA
Kitel C. Introduction to Solid State Physics, fifth
edition. New Delhi: Wiley Eastern Limited.
Fonash, J. Stephen. 1981. Solar Cell Device Physics.
Academic Press, Inc.
Ginting, Masno. 1996. Laporan Pengembangan
Lapisan Tipis CdTe untuk Bahan Solar Cell dan
Sensor Infra Merah. Puslitbang Fisika Terapan.
Reka Rio,S. dan Masamori, Iida. 1980. Fisika dan
Teknologi Semikonduktor. Jakarta: Pradnya
Paramita.
Rhoderich, E.H. 1980. Metal-Semiconductor
Contacs. Oxford : Claredon Press.
Cyril Hilsum. 1972. Handbook on Semiconductors,
Device Physics Volume 4. Oxford.
Richard Dalven. Introduction to Applied Solid State
Physics. New York and London: Plenium Press.
Physics Journal of the Indonesian Physical Society,
Vol. I, Nuber I, 1996.
Morosanu, C.E. 1990. Thin Films by Chemical
Vapour Deposition. Vol. 7 Elsevier.
94
HUBUNGAN PERILAKU KEPEMIMPINAN DENGAN IKLIM ORGANISASI
(Studi Pada Karyawan Beberapa Perusahaan Manufaktur di Medan)
Rinaldy
Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Graha Nusantara Tapanuli Selatan
Abstract: Leadership is important factor in organization as process in instructing human resource to reach
specific-purpose. Good leadership will support creation of organization climate that is conducive. This research
is aimed to understand behavioral relation of leadership with job climate. Responder in this research is
employees of some manufacturing business in Medan. Data collecting use questioner technique, while data
analyzer is correlation or product moment. Research findings show there is positive and significant relation
between leadership behavioral with organization climate.
95
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005
96
Hubungan Perilaku Kepemimpinan dengan Iklim Organisasi (Studi pada Karyawan Beberapa Perusahaan Manufaktur di Medan)
fungsi kepemimpinan ialah memandu, menuntun, yang dilihat oleh para anggotanya. Menurut Payne &
membimbing, membangun, memberi, atau Pugh dalam Steers (1995: 123), yang dimaksud
membangunkan motivasi-motivasi kerja, dengan iklim kerja adalah sikap, nilai, norma, dan
mengemudikan organisasi, menjalin jaringan- perasaan yang lazim dimiliki para pekerja
jaringan komuniksi yang baik, memberikan sehubungan dengan organisasi mereka.
supervise (pengawasan) yang efisien, dan membawa Menurut Heidhrachman Ranupandojo dan
para pengikutnya kepada sasaran yang ingin dituju Suad Husnan (1992: 150), unsur-unsur yang terdapat
sesuai dengan ketentuan waktu dan perencanaan. di dalam iklim kerja adalah sebagai berikut:
Fungsi kepemimpinan di atas pada dasarnya 1. Komunikasi
memiliki tujuan yang sama yakni mengarahkan 2. Hubungan kerja
orang lain atau para bawahannya untuk mencapai - Hubungan antara para karyawan.
tujuan dan sasaran tertentu. - Hubungan antara karyawan.
T. Hani Handoko (1993: 299) menyatakan - Hubungan antara para manajemen
ada dua fungsi utama kepemimpinan:
1. Fungsi-fungsi yang berhubungan dengan tugas Dimensi Iklim
(task related) atau pemecahan masalah. Kesulitan pokok yang timbul dalam usaha
2. Fungsi-fungsi pemeliharaan kelompok (group memahami peranan iklim dalam susunan organisasi
maintenance) atau sosial. adalah ketidakmampuan umum di antara para analis
Fungsi pertama menyangkut pemberian untuk mencapai kesepakatan mengenai apa yang
saran penyelesaian, informasi, dan pendapat. Fungsi sebenarnya membentuk iklim tersebut. Jadi,
kedua mencakup segala sesuatu yang dapat walaupun relatif mudah menyetujui suatu definisi
membantu kelompok berjalan lebih lancar, umum, tetapi masih terdapat perbedaan pendapat
persetujuan dengan kelompok lain, penengahan yang besar mengenai dimensi atau komponen khusus
perbedaan pendapat, dan sebagainya. mana yang terlibat. Sebagian masalah ini karena
Kartini Kartono (1998: 65) menyebutkan: keanekaan lingkungan yang teliti (misalnya,
Azas kepemimpinan yang baik: organisasi bisnis, laboratorium penelitian dan
1. Kemanusian, yaitu mengutamakan sifat-sifat pengembangan, sekolah dasar, perwakilan
kemanusian, pembimbingan manusia oleh pemerintah).
manusia, untuk mengembangkan potensi dan Dimensi-dimensi iklim kerja adalah:
kemampuan setiap individu, demi tujuan- 1. Struktur tugas. Tingkat perincian metode yang
tujuan kemanusiaan. dipakai untuk melaksanakan tugas oleh
2. Efisiensi, yakni efisiensi teknis maupun sosial, organisasi.
berkaitan dengan terbatasnya sumber-sumber, 2. Hubungan imbalan hokum. Tingkat batas
materil dan manusia, atau prinsip pemberian imbalan tambahan seperti promosi
penghematan, dan adanya nilai-nilai ekonomis, dan kenaikan gaji didasarkan pada prestasi dan
serta azas-azas manajemen modern. jasa dan bukan pada pertimbangan-petimbangan
3. Kesejahteraan dan kebahagian yang lebih lain seperti senioritas, favoritisme, dan
merata menuju pada taraf kehidupan yang seterusnya.
lebih tinggi. 3. Sentralisasi keputusan, batas keputusan-
Jika seorang pemimpin memiliki azas di keputusan penting dipusatkan pada manajemen
atas maka dapat dikatakan bahwa seorang pemimpin atas.
memiliki kepemimpinan yang baik. 4. Tekanan pada prestasi keinginan pihak pekerjan
organisasi untuk melaksanakan pekerjaan
organisasi untuk melaksanakan pekerjaan
IKLIM KERJA dengan baik dan memberikan sumbangannya
bagi sasaran karya organisasi.
Pengertian Iklim Kerja 5. Tekanan pada latihan dan pengembangan.
Swamsburg (1995: 25) menyatakan, iklim Tingkat batas organisasi berusaha meningkatkan
organisasi adalah status emosi yang ditunjukkan oleh prestasi individu melalui kegiatan latihan dan
anggota sistem. Iklim ini dapat formal, rileks, pengembangan yang tepat.
defensive, berhati-hati, menerima, percaya , dan 6. Keamanan versus risiko tingkat batas tekanan
sebagainya. Iklim ini adalah subyektif karyawan atau dalam organisasi menimbulkan perasaan kurang
persepsi mereka tentang organisasi mereka. Steers aman dan kecemasan pada para anggotanya.
(1995: 120) menyatakan, bila sebenarnya sedang 7. Keterbukaan versus ketertutupan. Tingkat batas
berbicara mengenai sifat-sifat atau ciri-ciri yang orang-orang lebih berusaha menutupi kesalahan
terdapat dalam lingkungan kerja dan timbul terutama mereka dan menampilan diri secara baik
karena kegiatan organisasi, yang dilakukan secara daripada berkomunikasi bebas dan bekerjasama.
sadar atau tidak, dan yang dianggap mempengaruhi 8. Status dan semangat. Perasaan umum di antara
perilaku kemudian. Dengan kata lain iklim yang para individu bahwa organisasi merupakan
dipandang sebagai kepribadian organisasi seperti tempat bekerja yang baik.
97
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005
9. Pengakuan dan umpan balik tingkat batas reliabilitas memiliki reliabilitas yang cukup tinggi
seorang individu mengetahui apa pendapat yakni 0,87 untuk instrumen perilaku kepemimpinan
atasannya dan manajemen mengenai dan 0,84 untuk iklim kerja.
pekerjaannya serta tingkat atas dukungan Angket disebar kepada 200 orang
mereka atas dirinya. responden, dan responden yang mengembalikan
10. Kompetensi dan keluwesan organisasi secara angket sebanyak 138 orang, sedangkan kuisioner
umum tingkat batas organisasi mengetahui apa yang layak untuk dianalisis hanya sebanyak 72 buah.
tujuannya dan mengejarnya secara luwes dan Pengujian korelasi product moment dari Pearson.
kreatif. Termasuk juga batas organisasi
mengantisipasi masalah, mengembangkan HASIL PENELTIAN
metode baru, dan mengembangkan keterampilan
baru pada pekerja sebelum masalahnya menjadi Nilai koefisien korelasi diperoleh sebesar 0,65, nilai
gawat. (Steers, 1995: 122). koefisien korelasi tersebut memiliki arah hubungan
positif, artinya baiknya sikap pimpinan diikuti
HUBUNGAN KEPEMIMPINAN DENGAN dengan baiknya iklim kerja. Melalui koefisien
IKLIM KERJA korelasi tersebut diperoleh nilai koefisien
determinasi sebesar 0,4225, secara praktis ini
Iklim dapat digambarkan sebagai gejala bermakna bahwa iklim kerja dipengaruhi oleh
organisasi yang berhubungan dengan kerja perilaku kepemimpinan sebesar 42,25%, sedangkan
kepemimpinan. Hal ini menggarisbawahi pengaruh sisanya dipengaruhi faktor lain di luar penelitian.
kepemimpinan yang kuat atas iklim organisasi yang
telah ditetapkan banyak studi. Riset juga Correlation
Iklim Per
menunjukkan bahwa perbedaan gaya kepemimpinan kerja kepemimpinan
menyebabkan perbedaan iklim dalam kelompok Iklim kerja Pearson 1 .651
kerja. Para pemimpin yang mempunyai iklim correlation . .000
emosional yang baik dalam bidang kepemimpinan Sig. (2-tailed) 76 76
N
menegaskan pendapat itu, bahwa suatu tugas Per Pearson .651** 1
pemimpin yang utama adalah untuk iklim organisasi. kepemimpinan correlation .000 .
(Ekvall, 1993) Sig. (2-tailed) 76 76
Pada sisi lain harus selalu diingat bahwa N
iklim juga mempunyai suatu pengaruh atas
kepemimpinan, hal ini karena kedua hal tersebut Hasil pengujian signifikan, diperoleh nilai
bukan merupakan hubungan searah tetapi merupakan signifikansi (2-tailed) sebesar 0,000, sehingga nilai
suatu sistem kompleks. (Dormeyer, 2004). Dengan tersebut lebih kecil dari probabilitas 0.05. Dengan
demikian hubungan antara kepemimpinan dengan demikian hasil ini menunjukkan adanya hubungan
iklim kerja atau iklim organisasi adalah hubungan signifikan perilaku kepemimpinan dengan iklim
yang resiprokal. kerja.
Sesuai dengan analisis dari Rensis Likert
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi iklim kerja
METODE PENELITIAN diantaranya kualitas kepemimpinan, imbalan yang
adil, kadar kepercayaan, tekanan pekerjaan,
Responden dalam penelitian ini adalah komunikasi ke atas dan kebawah, kesempatan,
karyawan-karyawan perusahaan swasta di kota perasaaan melakukan pekerjaan yang bermanfaat,
Medan, operasional yang bekerja di beberapa pengendalian struktur dan birokrasi yang nalar,
perusahaan manufaktur. tanggung jawab keikutsertaan, dan keterlibatan
Pengumpulan data dalam penelitian ini pegawai. (Davis dan Newstroom, 1996: 24).
menggunakan angket instrumen. Angket disusun Faktor-faktor di atas memperlihatkan salah
dalam skala Likert berbentuk pilihan ganda. satu yang mempengaruhi iklim kerja adalah
Instrumen berlaku berdasarkan indikator hubungan kepemimpinan, yang dalam penelitian ini difokuskan
pimpinan dengan anggota, tugas pimpinan, kepada perilaku kepemimpinan. Peran perilaku
kekuasaan dari pemimpin, sedangkan instrumen kepemimpinan ini sangat penting dalam membentuk
iklim kerja diindikasikan dengan sifat iklim kerja yang kondusif di dalam organisasi, sebab
kepemimpinan, motivasi yang ada, hubungan pengambil keputusan dalam organisasi adalah para
komunikasi, interaksi para karyawan, pengambilan pemimpin. Lebih lanjut, pemimpin merupakan
keputusan penetapan tujuan, dan pengendalian. teladan bagi para bawahan.
Instrumen yang telah disusun, diuji validitas Hasil yang positif dalam penelitian ini
dan reliabilitasnya dengan mengujicobakan kepada memperlihakan bahwa dengan perilaku
50 orang responden. Hasil pengujian validitas butir kepemimpinan yang baik maka iklim organisasi juga
untuk instrumen perilaku kepemimpinan dan iklim akan baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ekvall,
kerja semuanya valid, demikian juga hasil pengujian bahwa para pemimpin mempunyai kesempatan untuk
98
Hubungan Perilaku Kepemimpinan dengan Iklim Organisasi (Studi pada Karyawan Beberapa Perusahaan Manufaktur di Medan)
membangun suatu iklim emosional yang baik. Pengertian, Dasar, dan Masalah. Jakarta: Bumi
Demikian juga pemimpin dapat merusak iklim Aksara.
organisasi. Hasil penelitian dalam bidang
Heididdjracham Ranupandojo, dan Suad Husnan.
kepemimpinan menegaskan pendapat itu bahwa
1992. Manajemen Personalia.Yogyakarta:
suatu tugas pemimpin yang utama adalah untuk
BPFE.
menciptakan suatu hal positif untuk iklim organisasi.
(Ekvall, 1993). Herlina, 2003. Hubungan Antara Iklim Organisasi
Koefisien determinasi yang menunjukkan Dengan Motivasi Berprestasi pada Karyawan.
42,25% iklim kerja diperngaruhi oleh faktor perilaku Skripsi Fakultas Psikologi Universitas
kepemimpinan, berarti faktor lain juga berpengaruh, Tarumanegara. Tidak Dipublikasikan.
diantaranya yang sangat penting adalah motivasi
berprestasi. Seperti dikatakan Herlina (2003), sukses Kartini Kartono. 1998. Pemimpin dan
atau tidak usaha dalam mencapai tujuan perusahaan Kepemimpinan: Apakah Kepemimpinan
atau organisasi tersebut berpangkal tolak pada tinggi Abnormal itu. Jakarta: Rajawali.
rendahnya motivasi berprestasi karyawan dalam Siagian, Sondang P. 1996. Fungsi-Fungsi Manajerial.
melakukan pekerjaan, dan diduga salah satu faktor Jakarta: Bumi Aksara.
lingkungan yang mempengaruhi motivasi berprestasi
tersebut adalah iklim organisasi. Dengan demikian Steers, Richard M. 1995. Efektivitas Organisasi.
pada kajian-kajian berikutnya, selain perilaku Jakarta: Erlangga.
kepemimpinan, motivasi juga perlu disertakan Suharsimi Arikunto. 1991. Prosedur Penelitian Suatu
dengan kajian yang utuh. Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
DAFTAR PUSTAKA
Davis, Keith dan John W. Newstrom, 1996. Perilaku
Dalam Organisasi. Edisi Ketujuh. Jakarta:
Erlangga.
Dormeyer, Sophia, 2004. A Study about the
Leadership Style and the Organization Climate
at The Swedish civil Air Aviation
Administrasion in Malmostrup.
http://www.socbetbib.lu,se/epubl/psypdf/PSY3
063.pdf.
Ekvall, G. 1993. Ideer, Organizationsklimat.
Stocklom: CE Fitzes AB.
Gibson, et al 1992: Organisasi dan Manajemen:
Perilaku, Struktur, Proses. Jakarta: Erlangga.
Glueck, w.F. dan Jauch, Lawrence R. 1994.
Manajemen Strategis dan Kebijakan
Perusahaan. Jakarta: Erlangga.
Hasibuan, Melayu S.P. 2000. Manajemen Sumber
Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
Hasibuan, S.P. Malayu. 2001. Manajemen:
99
STUDI EMPIRIS KEPUTUSAN - KEPUTUSAN DEVIDEN,
INVESTASI, DAN PENDANAAN EKSTERNAL PADA PERUSAHAAN-
PERUSAHAAN INDONESIA YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK JAKARTA
(Empirical Study toward Dividend, Investment, and Financing Decision
Indonesian Companies Listed in Jakarta Stock Exchange)
Apridar
Dosen Universitas Malikussaleh
Abstrak: Dari perilaku finansial perusahaan-perusahaan dari berbagai negara yang berbeda dapat diperoleh
perspektif yang lebih luas dan menyeluruh tentang masalah keuangan dan bisnis. Tujuan dari penelitian ini
adalah menguji secara empiris hubungan antara keputusan dividen (dividend decision), investasi (investment
decision), dan pendanaan eksternal (external financing decision) pada perusahaan-perusahaan Indonesia yang
listed di Bursa Efek Jakarta.
Penelitian ini menggunakan rancangan causal comparatif analitic karena akan menguji secara empirik pengaruh
timbal balik antara keputusan-keputusan dividen, investasi, dan pendanaan eksternal pada perusahaan-
perusahaan yang ada di Indonesia yang terwakili dalam Bursa Efek Jakarta.
Signifikansi variabel lagged dividend dalam menentukan tingkat pembayaran dividen menunjukkan bahwa
perusahaan cenderung memperhatikan stabilitas dividen dalam menyusun kebijakan dividennya. Ini berarti
bahwa teori stabilitas dividen berlaku dalam mempertimbangkan tingkat pembayaran dividen pada perusahaan-
perusahaan Indonesia. Kondisi ini dapat diartikan bahwa telah terjadi signaling efek di mana keputusan dividen
perusahaan dapat memberikan signal tentang prospek perusahaan di masa datang yang terjadi akibat adanya
asimetri informasi antara pemegang saham dan pihak manajemen.
Estimasi dari model investasi menunjukkan bahwa profit, likuiditas, leverage financial, dan pendanaan eksternal
lebih signifikan dengan metode OLS daripada 2SLS. Sedangkan variabel akselerator kapasitas atau perubahan
penjualan dan dividen tidak menunjukkan determinasi yang signifikan dalam model investasi ini. Sementara itu,
terjadi kondisi yang berlawanan dengan model dividen di mana pada model investasi ini, tingkat signifikansi
hubungan variabel independen terhadap variabel dependen nampak lebih tinggi perusahaan defensif daripada
perusahaan agresif. Terindikasi pula adanya perilaku pecking order, di mana perusahaan-perusahaan di
Indonesia cenderung mendahulukan dana internalnya melalui laba ditahan dalam mendanai investasi dan
membayarkan dividennya daripada dana eksternalnya melalui hutang jangka panjang.
Abstract: Behavior of companies financial from various different state can be obtained broader in perspective
and totally about problem of business and finance. Intention of this research is to test empirically relation
between decision of dividend (decision dividend), investment (decision investment), and financing of external
(external of decision financing) at companies of Indonesia which is listed in Effect Exchange of Jakarta.
This research use device of causal analytic comparative because will test by empiric reciprocal influence
among/between decision of dividend, investment, and financing of external at company exist in Indonesia
deputized Effect Exchange of Jakarta.
Variable significance of lagged dividend in determining storey, level payment of dividend indicate that company
tend to pay attention dividend stability in compiling policy of its dividend. This means that dividend stability
theory go into effect in considering storey, level payment of dividend at companies of Indonesia. This condition
can be interpreted also that have happened effect signaling where decision of company dividend can give signal
about company prospect in a period to coming that happened effect of existence of information asymmetry
between management side and stockholder.
Estimation of investment model indicate that profit, liquidities, financial leverage and financing of external
more significant with method of OLS from at 2SLS. While variable of accelerator capacities or change of
dividend and sale do not show determinacy which is significant in this investment model. Meanwhile, happened
adversative condition with dividend model where at this investment model, storey, level of signification
independent variable relation/link to variable of dependent look higher of company of defensive from at
aggressive company. Indication also the existence of behavior of pecking of order, where companies in
Indonesia tend to prioritize internal fund of him pass/through retained earning in investment fund and pay for
its dividend from at its fund of him pass/through long term liabilities.
100
Studi Empiris Keputusan-keputusan Deviden, Investasi dan Pendanaan Eksternal
pada Perusahaan-perusahaan Indonesia yang Go Publik di Bursa Efek Jakarta
101
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005
102
Studi Empiris Keputusan-keputusan Deviden, Investasi dan Pendanaan Eksternal
pada Perusahaan-perusahaan Indonesia yang Go Publik di Bursa Efek Jakarta
squere/OLS). Penerapan kedua metode tersebut Tabel 3. Hasil Regresi Berganda Kuadrat Terkecil
dilakukan dengan bantuan program komputer SPSS Dua Tahap (2SLS) Terhadap Model Dividen
versi 10. (D/S)
Adapun tahap-tahap yang perlu dilakukan No Variab Cross Section
dalam menganalisis data menggunakan metode 2SLS el Th. Th. Th. 2001
ini yaitu: 1999 2000
Tahap 1: Membuang korelasi yang tampak terjadi Konst 0,0111 0,0252 0,00623 0,00886
antara variabel terikat endogen (Y) dan error term anta (0,870) (0,844) (-0,491) (0,884)
(u) dengan meregresikan semua variabel endogen P/S 0,296 0,146 0,470 0,439
terhadap semua variabel yang ditetapkan lebih (2,471)* (0,469) (5,513)* (5,184)***
dahulu (predetermined variables) dalam sistem. * **
(Gujarati, 1978). Dalam penelitian ini langkah Dt-1/S 0,224 0,489 0,125 -0,0439
pertama yang dilakukan peneliti adalah meregres (2,611)* (2,318) (2,101)* (-0,357)
semua variabel endogen (Dt ,It ,Ft ) terhadap varibel * ** *
eksogen (Pt ,Dt-1 ,dSt ,Wkt ,LTDt ) yang nampak I/S - 7,2E- -3,E-11 5,2E-11
sebagai berikut: 0,00645 11 (-1,486) (1,271)
Tahap 2: Mensubstitusikan hasil estimasi variabel 7 (0,631)
dependen ke dalam persamaan asli (struktural) yang (-0,102)
kemudian dilakukan proses OLS. (Gujarati, 1978). F/S -0,133 7,9E- 1,8E-10 -6,E-10
Untuk melengkapi hasil analisis terhadap (-0,394) 11 (1,280) (-2,1)**
model dividen, investasi dan pendanaan eksternal di (0,121)
atas, akan dilakukan pula proses analisis dengan Adj.R 0,202 0,103 0,551 0,547
menggunakan uji kausalitas Granger (Granger 2
103
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005
Tabel 5. Hasil Regresi Berganda Kuadrat Terkecil Tabel 7. Hasil Regresi Berganda Kuadrat Terkecil
Dua Tahap (2SLS) terhadap Model Investasi (I/S) Dua Tahap (2SLS) Terhadap Model Pendanaan
Eksternal (F/S)
Poolin Cross Section
g Th. Th. Th. Pooling Cross Section
1999 2000 2001 Th. 1999 Th. Th.
Konst 0,218 0,03985 0,157 -0,0216 2000 2001
anta (1,414) (0,166) (2,02)** (-0,124) Konst -0,027 -0,0221 0,0105 -0,0256
P/S 3,558 2,678 0,127 1,553 anta (-1,043) (-0,707) (0,536) (-0,556)
(2,485) (2,244)* (0,144) (0,879) P/S -0,562 0,04228 -0,0551 -0,359
** * (-0,669) (0,089) (-0,160) (-0,795)
dS/S -0,151 -0,307 -0,192 -0,0287 Wk/S -0,0693 0,02754 -0,0272 -0,0029
(- (-0,579) (-1,159) (-0,096) (0,688) (0,322) (-0,489) (-0,043)
1,169) LTD/ 0,06369 0,220 0,543 -0,210
Wk/S -0,49(- -0,505 -0,0678 -0,046 S (0,168) (1,501) (3,668)* (-0,961)
2,35)** (-1,029) (-0,406) (-0,194) **
LTD/ -0,906 0,965 1,993 0,651 D/S 0,508 5,8E-11 3,2E-10 3,8E-10
S (- (0,572) (7,668)* (0,803) (1,793) (0,18) (-0,679) (0,742)
0,452) ** I/S 0,172 -5,E-12 -1,E-10 3,4E-10
D/S -3,301 2,1E-10 8,5E-10 -1,E-09 (0,514) (-0,039) (-1,437) (1,86)*
(- (0,20) (0,572) (-0,810) Adj.R 0,160 -0,075 0,589 0,054
1,215) 2
F/S 7,840 -2,E-10 -4,E-10 1,9E-09 Sig. 0,001 0,733 0,000 0,0269
(1,012) (-0,041) (-3,7) (-0,380) F 4,733 0,555 10,158 1,362
***
Adj. 0,490 0,465 0,670 0,332
R2
Sig. 0,000 0,001 0,000 0,009 Keterangan :
F 16,123 5,629 11,810 3,654 - Angka dalam kurung merupakan nilai t-hitung
(nilai absolut), nilai t tabel adalah t 0,10=1,67 ; t
0,05=2,00 ; t 0,01=2,66
b. Model Pendanaan Eksternal (F/S) *** Signifikan pada tingkat 0,01 (1%)
Tabel 6. Hasil Regresi Berganda Kuadrat Terkecil Tabel 10. Sebagian Hasil Uji Kausalitas Granger
Biasa (OLS) Terhadap Model Pendanaan
Eksternal (F/S) Hipotesis Nol F Pro Kesim
Stat b. pulan
Pooling Cross Section I/S tidak mempengaruhi 0,18 0,83 Diterim
Th. 1999 Th. Th. D/S 0 a
2000 2001 D/S tidak mempengaruhi 0,23 0,79 Diterim
Kons -0,0064 -0,0143 -0,0106 -0,01214 I/S 7 a
tanta (-0,407) (-0,553) (0,536) (-0,405) F/S tidak mempengaruhi 1,07 0,34 Diterim
P/S 0,216 0,587 0,407 0,803 D/S 5 a
(1,355) (1,624) (-1,81)* (2,732)* D/S tidak mempengaruhi 0,27 0,76 Diterim
** F/S 4 a
Wk/S -0,0148 -0,0710 -0,0673 -0,04688 I/S tidak mempengaruhi 0,53 0,58 Diterim
(-0,449) (-0,973) (1,495) (-0,898) F/S 7 a
LTD 0,353 0,373 0,237 0,307 F/S tidak mempengaruhi 5,47 0,01 Ditolak
/S (5,514)* (2,720)* (2,819)* (2,992)* I/S 6
** ** ** **
D/S -0,154 -0,163 -0,0503 -0,871 ** Signifikan pada tingkat 0,05 (5%)
(-1,186) (-1,041) (-0,169) (-1,503) • Signifikan pada tingkat 0,10 (10%)
I/S -0,1(- -0,18(- 0,0782 -0,196
2,8)*** 2,7)*** (1,625) (-
3,32)***
Adj. 0,228 0,156 0,579 0,280
R2
Sig. 0,000 0,085 0,000 0,015
F 6,779 2,186 9,813 3,491
104
Studi Empiris Keputusan-keputusan Deviden, Investasi dan Pendanaan Eksternal
pada Perusahaan-perusahaan Indonesia yang Go Publik di Bursa Efek Jakarta
Hasil Uji Kausalitas Granger (Granger Causality menaikkan ataupun menurunkan tingkat pembayaran
Test) dividennya bila tidak memiliki keyakinan tentang
kenaikan laba pada tahun berikutnya.
Pengujian Hipotesis Signifikannya variabel profit dan lagged
dividend dalam menentukan tingkat pembayaran
a. Model Dividen (D/S) dividennya ini menunjukkan bukti positif tentang
Dari tabel hasil analisis regresi di atas sebagian validitas empiris model dividen Lintner (1956) di
besar menunjukkan bahwa variabel dividen (D/S) Indonesia. Hasil tersebut juga berlaku pada
dipengaruhi oleh variabel profit secara positif dan perusahaan-perusahaan Perancis oleh Mc Donald,
signifikan dalam poolled data dengan tingkat Jackuillat dan Nussenbaum (1975).
signifikansi 1% dan dalam dua tahun dari tiga tahun
secara cross section dengan tingkat signifikansi yang b. Model Investasi (I/S)
juga 1%. Kondisi yang sama terjadi juga pada Variabel profit (P/S) mempengaruhi variabel
analisis dengan menggunakan metode 2SLS dengan investasi (I/S) secara positif dan signifikan di hampir
perbedaan tingkat signifikansi pada data pooled. semua jenis penyajian data. Secara pooled data,
Signifikansi yang tinggi variabel profit dalam variabel tingkat profit secara positif, dan signifikan
menentukan tingkat pembayaran dividen menentukan keputusan investasi dengan tingkat
menunjukkan bahwa tingkat profit menjadi signifikansi 1%. Demikian pula yang terjadi pada
pertimbangan utama perusahaan dalam memutuskan data cross section, nampak variabel profit (P/S)
tingkat pembayaran dividennya. Ini berarti pula signifikan positif di semua tahun dengan tingkat
bahwa perusahaan cenderung memupuk dana signifikansi 1%. Namun hasil ini tidak terjadi pada
internalnya dalam membagi keuntungan perusahaan analisis data dengan metode 2SLS, di mana variabel
pada para pemegang sahamnya. profit hanya signifikan pada penyajian data secara
Sementara itu keputusan dividen tahun pooled dan signifikan pada satu dari tiga tahun
sebelumnya (Dt-1/S) juga secara positif dan secara cross section.
signifikan berpengaruh terhadap tingkat pembayaran Signifikannya variabel profit (P/S) dalam
dividen. Hal ini tampak pada hasil estimasi yang menentukan tingkat investasi perusahaan
menunjukkan bahwa variabel lagged dividend (Dt- menunjukkan bahwa manajer lebih menitikberatkan
1/S) berpengaruh secara signifikan terhadap variabel pada profit sebagai patokan untuk melakukan
dividen (D/S) pada data poolled dengan tingkat investasi. Dengan kata lain perusahaan cenderung
signifikansi 1% dan secara cross section dengan melakukan pemupukan dana secara internal melalui
tingkat signifikansi 5%. Secara cross section, laba ditahan untuk melakukan investasi. Hasil ini
signifikansi variabel dividen sebelumnya dalam identik dengan hasil penelitian Mc Donnald
mempengaruhi keputusan dividen terjadi pada tahun Jackuillat dan Nussenbaum (1975) yang
1999 dan 2000, sedangkan pada tahun 2001, negatif menunjukkan hasil positif di empat dari tujuh tahun
namun tidak signifikan. Hasil tersebut relatif sama secara cross section namun dari empat tahun tersebut
terjadi pada analisis data dengan metode 2SLS hanya dua tahun yang signifikan.
dengan tingkat signifikansi yang lebih rendah pada
Variabel perubahan penjualan/akselerator
data poolled
kapasitas (dS/S) tidak memiliki koefisien yang
Signifikansi variabel lagged dividend dalam
signifikan di hampir semua jenis penyajian data dan
menentukan tingkat pembayaran dividen
metode analisis. Terdapat kecenderungan pengaruh
menunjukkan bahwa perusahaan cenderung
yang negatif variabel perubahan penjualan (dS/S)
memperhatikan stabilitas dividen dalam menyusun
terhadap tingkat investasi (I/S) perusahaan namun
kebijakan dividennya. Ini berarti bahwa teori
tidak signifikan.
stabilitas dividen berlaku dalam mempertimbangkan
Hasil ini menunjukkan bahwa tidak terjadinya
tingkat pembayaran dividen pada perusahaan-
kondisi di mana kenaikan tingkat investasi jangka
perusahaan Indonesia. Kondisi ini, dapat diartikan
panjang perusahaan yang disebabkan oleh
pula bahwa telah terjadi signaling efek di mana
meningkatnya volume penjualan. Hal ini masuk akal
keputusan dividen perusahaan dapat memberikan
karena meningkatnya volume penjualan tidak
signal tentang prospek perusahaan di masa datang
otomatis akan meningkatkan laba bersih perusahaan.
yang terjadi akibat adanya asimetri informasi antara
Salah satu penyebabnya kemungkinan adalah karena
pemegang saham dan pihak manajemen. Di samping
meningkatnya biaya produksi dan biaya operasional
itu dividen juga membawa muatan informasi tentang
lainnya.
ekspektasi manajer terhadap cash flow perusahaan di
Variabel likuiditas (Wk/S) yang ditunjukkan
masa yang akan datang. Meningkatnya pembayaran
dengan nilai net working capital, menunjukkan hasil
dividen akan dianggap sebagai kabar baik tentang
signifikan dan kesemuanya negatif. Ini terutama
prospek perusahaan, sebaliknya, penurunan jumlah
terjadi pada jenis penyajian secara pooling dengan
dividen (dividend cut) akan diterjemahkan sebagai
tingkat signifikansi 1% dan pada data cross section
kabar buruk tentang prospek perusahaan. Dengan
dengan tingkat signifikansi 1% pada tahun 1999 dan
adanya signaling effect ini, perusahaan enggan untuk
5% pada tahun 2000. Sementara itu, dengan metode
105
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005
2SLS, variabel ini hanya signifikan pada data tidak menunjukkan pengaruh yang berarti di hampir
pooling dengan tingkat signifikansi 5%. semua jenis penyajian data serta metode analisis.
Ini menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan Terdapat pengaruh negatif di sebagian jenis
yang memiliki tingkat investasi yang lebih tinggi, penyajian data dan positif di sebagian lainnya namun
pada gilirannya akan memiliki likuiditas yang rendah tidak signifikan.
pada akhir tahun. Dan sebaliknya, perusahaan akan Tidak signifikannya variabel likuiditas dalam
memiliki likuiditas yang tinggi di akhir tahun jika menentukan tingkat pendanaan eksternal
tingkat investasinya rendah. menunjukkan dukungan terhadap bukti-bukti
Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian Mc sebelumnya bahwa pendanaan eksternal bukan
Donald dan kawan-kawan (1975) yang menunjukkan merupakan hal yang signifikan dalam keputusan
hasil signifikan dan negatif hanya pada satu dari keuangan perusahaan. Terbukti bahwa ketika
tujuh tahun. Perbedaan hasil antara metode OLS dan likuiditas menurun maupun naik, pendanaan
2SLS ini menurut Dhrymes dan Kurz (1967) eksternal tidak berubah secara meyakinkan.
dianggap sebagai kelemahan estimasi persamaan Sedangkan variabel leverage yang diwakili
tunggal. Namun menurut Gujarati (1978), untuk data dengan hutang jangka panjang (LTD/S)
yang relatif kecil, model persamaan tunggal ini menunjukkan hasil yang signifikan dan positif
masih efisien dan tidak bias dalam mengestimasi dengan tingkat signifikansi 1% yang berlaku pada
populasi data yang diduga mengalami problem semua jenis penyajian data dengan metode kuadrat
simultanitas. terkecil biasa. Sementara dalam kerangka persamaan
Variabel leverage atau yang diwakili oleh simultan, variabel leverage ini hanya signifikan pada
hutang jangka panjang (LTD/S), pada metode tahun 2000 dengan tingkat signifikansi 1%. Pola
estimasi persamaan tunggal mempengaruhi tingkat hubungan tersebut dapat dianggap positif dan
investasi (I/S) secara positif dan signifikan baik negatif. Hal ini terjadi karena memang pendanaan
secara pooling maupun pada semua tahun secara eksternal dihitung dari perubahan hutang jangka
cross section dengan tingkat signifikansi 1%. panjang.
Sementara itu dengan metode 2SLS, variabel
leverage, secara signifikan dan positif Hubungan Kausalitas Antara Keputusan-
mempengaruhi variabel investasi hanya pada tahun Keputusan Dividen, Investasi, dan Pendanaan
2000, sedangkan pada tahun 1999 dan 2001 serta Eksternal
secara pooled, tidak ditemukan pengaruh yang Seperti yang telah dihipotesiskan di awal
signifikan. penelitian tentang terjadinya pola hubungan yang
Penemuan ini mendukung hipotesis Mc simultan dua arah antara keputusan dividen,
Donnald, Jackuillat dan Nussenbaum (1975) yang investasi, dan pendanaan eksternal, pada bagian
menyatakan bahwa jika biaya marginal dari modal berikut akan diulas lebih lanjut pola hubungan antara
perusahaan merupakan sebuah fungsi leverage yang keputusan dividen dengan keputusan investasi,
menurun berdasarkan asumsi bunga kena pajak dan keputusan dividen dengan pendanaan eksternal, serta
biaya kepailitan nol, maka tingkat investasi yang keputusan investasi dengan keputusan pendanaan
lebih tinggi akan terkait dengan leverage yang lebih eksternal.
tinggi. Hasil ini juga relatif sama bahkan lebih
meyakinkan dari penelitian Mc Donnald dan kawan-
kawan karena terjadi dengan tingkat signifikansi Hubungan Kausalitas Antara Keputusan Dividen
yang lebih tinggi. dan Keputusan Investasi
Dari penelitian ini ditemukan bahwa keputusan
c. Model Pendanaan Eksternal (F/S) dividen tidak dipengaruhi oleh keputusan investasi
Variabel profit (P/S) secara signifikan dan dan sebaliknya keputusan investasi (aktiva tetap)
positif mempengaruhi pendanaan eksternal (F/S) perusahaan juga tidak ditentukan oleh keputusan
perusahaan hanya pada tahun 2000 dan 2001 pada dividennya. Dengan kata lain bahwa antara
data cross section dengan tingkat signifikansi 10% keputusan dividen dengan keputusan investasi
dan 1%. Sedangkan dalam kerangka persamaan perusahaan terdapat independensi. Namun secara
simultan, variabel profit (P/S) ini tidak menentukan umum terjadi kecenderungan hubungan dua arah
tingkat pendanaan eksternal (F/S) secara signifikan yang negatif namun tidak signifikan antara variabel
baik secara pooling, maupun secara cross section. dividen dan investasi.
Hal ini selaras dengan bukti-bukti terdahulu tentang Dalam model dividen diperoleh koefisien -0,238
pola hubungan profit dengan dividen maupun dengan pada variabel investasi. Ini berarti bahwa jika
investasi bahwa tingkat profit menjadi pertimbangan investasi naik sebesar 1%, maka dividen akan turun
utama perusahaan dalam memutuskan tingkat sebesar 0,238% dan seterusnya. Sementara dalam
dividen dan investasinya yang berarti perusahaan model investasi diperoleh koefisien -0,474 pada
cenderung memupuk dan internalnya sehingga variabel dividen yang berarti bahwa jika dividen naik
keberadaan dana eksternal kurang diperlukan. sebesar 1%, maka investasi akan menurun sebesar
Variabel likuiditas (Wk/S) juga demikian, ia 0,47% dan seterusnya. Namun sekali lagi kondisi ini
106
Studi Empiris Keputusan-keputusan Deviden, Investasi dan Pendanaan Eksternal
pada Perusahaan-perusahaan Indonesia yang Go Publik di Bursa Efek Jakarta
107
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005
dividen yang berarti bahwa jika dividen naik sebesar Dalam model investasi diperoleh koefisien –
1%, maka pendanaan eksternal akan menurun 0,772 pada variabel pendanaan eksternal. Ini berarti
sebesar 0,154% dan seterusnya. Namun sekali lagi bahwa jika pendanaan eksternal naik sebesar 1%,
kondisi ini nampak kurang signifikan. maka investasi akan turun sebesar 0,772% dan
Sementara itu dari hasil uji kausalitas Granger seterusnya. Sementara dalam model pendanaan
diperoleh kesimpulan yang juga mendukung kondisi eksternal diperoleh koefisien –0,104 pada variabel
tersebut bahwa antara keputusan dividen dan investasi yang berarti bahwa jika investasi naik
pendanaan eksternal terjadi independensi. Keputusan sebesar 1%, maka pendanaan eksternal akan
dividen tidak mempengaruhi (secara Granger) menurun sebesar 0,104% dan seterusnya. Dan
keputusan pendanaan eksternal dengan probabilitas kondisi ini terjadi dengan tingkat signifikansi 1%.
0,76 atau 76%. Ini berarti bahwa kemungkinan Sementara itu dari hasil uji kausalitas Granger
terjadi kesalahan jika menolak hipotesis nol (dividen diperoleh kesimpulan yang sedikit berbeda di mana
tidak mempengaruhi investasi) adalah sebesar 76%. keputusan investasi dipengaruhi oleh keputusan
Sebaliknya, keputusan pendanaan eksternal juga pendanaan eksternalnya namun keputusan pendanaan
tidak mempengaruhi (secara Granger) keputusan eksternal tidak dipengaruhi keputusan investasi.
dividen dengan probabilitas 34,5%. Dengan kata lain terjadi hubungan searah antara
Temuan ini relatif sama dengan hasil temuan keputusan investasi dan pendanaan eksternal.
Mc Donnald, Jackuillat, dan Nussenbaum (1975) Keputusan investasi tidak mempengaruhi (secara
yang menunjukkan koefisien negatif dua arah baik Granger) keputusan pendanaan eksternal dengan
pada variabel dividen maupun pendanaan eksternal probabilitas 0,59 atau 59%. Ini berarti bahwa
namun tidak signifikan. Ini berarti bahwa pada kemungkinan terjadi kesalahan jika menolak
tingkat profit, lagged dividen dan investasi tertentu, hipotesis nol (dividen tidak mempengaruhi investasi)
tidak ditemukan adanya sebagian perusahaan di adalah sebesar 59%. Sebaliknya, keputusan
Indonesia (listed di BEJ) yang membayar dividen pendanaan eksternal juga tidak mempengaruhi
tinggi dan menggunakan pendanaan eksternal (secara Granger) keputusan investasi dengan
sementara sebagian lainnya membayar dividen probabilitas 0,005 atau 0,5%. Karena nilai
rendah dan tidak menggunakan pendanaan eksternal. probabilitas yang dibawah 5%, maka hipotesis
Dengan kata lain tidak didapati adanya hubungan tersebut ditolak, sehingga keputusan investasi
yang positif antara keputusan dividen dengan dipengaruhi pendanaan eksternalnya. Namun secara
pendanaan eksternal perusahaan di Indonesia. umum hasil tersebut tidak dapat dianggap
Hasil ini kemungkinan diakibatkan oleh kondisi berlawanan dengan hasil dengan metode OLS dan
perekonomian di Indonesia setelah krisis moneter di 2SLS karena dalam kedua metode analisis tersebut
mana perusahaan-perusahaan lebih berhati-hati terdapat perbedanaan di mana pada analisis dengan
dalam menggunakan pendanaan eksternal. OLS diperoleh pola hubungan dua arah yang negatif
Disamping itu juga, hasil ini kemungkinan akibat signifikan, sementara dengan metode 2SLS tidak
pengambilan sampel dengan menyeleksi hanya diperoleh hasil yang signifikan.
perusahaan-perusahaan yang aktif membayarkan Hasil ini sangat berbeda dengan kondisi
dividen minimal tiga tahun berturut-turut yang perusahaan-perusahaan Perancis oleh Mc Donnald,
dimasukkan sebagai sampel penelitian. Jackuillat, dan Nussenbaum (1975) yang ditemukan
Kondisi ini berbeda dengan hasil penelitian hubungan dua arah yang positif antara keputusan
Mboja Mukerjee (1994) yang menyatakan adanya pendanaan eksternal dan investasi. Dan temuan ini
hubungan kausalitas positif dua arah antara juga berbeda dengan kondisi di Amerika pada
perubahan dalam dividen dan perubahan dalam penelitian Mboja Mukherjee (1994) yang
pendanaan eksternal. Aliran positif dari pendanaan menyatakan adanya hubungan kausalitas dua arah
eksternal (hutang) ke dividen menurut Mboja positif pada kedua keputusan ini.
Mukherjee menunjukkan bahwa terdapat kondisi di Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa
mana perusahaan menggunakan hutang untuk hipotesis tentang keadaan di mana perusahaan-
mendanai pembayaran dividennya ketika kapasitas perusahaan (di Indonesia) menggunakan pendanaan
meminjamnya berlebihan. eksternal untuk melakukan investasi ditolak dalam
penelitian ini. Hal ini kemungkinan diakibatkan
Hubungan Kausalitas Antara Keputusan Investasi adanya kondisi pada saat data ini diambil, di mana
dengan Keputusan Pendanaan Eksternal masih berhati-hatinya perusahaan melakukan
Dari hasil estimasi terhadap tiga model pendanaan eksternal dalam mendanai investasinya.
keputusan tersebut, diperoleh hasil bahwa antara Kemungkinan lainnya diakibatkan kondisi
keputusan investasi dan keputusan pendanaan perekonomian ketika itu di mana hutang luar negeri
eksternal terjadi hubungan negatif dua arah. Ini pihak swasta yang membengkak akibat menurunnya
berarti peningkatan investasi perusahaan diikuti oleh nilai tukar rupiah terhadap dollar US. Kondisi ini
menurunnya pendanaan eksternal dan sebaliknya mengakibatkan perusahaan-perusahaan berusaha
meningkatnya pendanaan eksternal perusahaan tidak untuk mengurangi pendanaan eksternalnya berapa
diikuti oleh meningkatnya investasi. pun jumlah investasinya dan perusahaan hanya
108
Studi Empiris Keputusan-keputusan Deviden, Investasi dan Pendanaan Eksternal
pada Perusahaan-perusahaan Indonesia yang Go Publik di Bursa Efek Jakarta
menggunakan dana internal akibat terhambatnya dengan melakukan right issue, yang mana hal ini
pengucuran kredit. Dalam pandangan Kwik Kian Gie merupakan alternatif terakhir dilakukan oleh
(1999), kondisi semacam ini dapat disebut sebagai perusahaan-perusahaan Amerika pada penelitian
overinvestment, yaitu kondisi di mana terlalu Mboja Mukerjee (1994).
besarnya investasi yang dipicu modal asing dalam Kecenderungan penggunaan dana internal (self
bentuk hutang, karena tabungan nasional sudah lebih finnacing) tersebut kemungkinan diakibatkan masih
dari habis untuk berinvestasi. adanya berbagai hambatan dalam aliran dana dari
tabungan menjadi investasi terutama di sektor riil. Ini
Implikasi Hasil Penelitian disebabkan belum berjalannya restrukturisasi kredit,
Dalam kerangka pasar modal yang tidak sehingga perusahaan-perusahaan besar yang
sempurna, yang ditandai dengan adanya pajak, berpotensi menyerap dana tabungan masih belum
asimetri informasi, dan biaya transaksi, pengujian bisa merealisasi kreditnya. Disamping itu, masalah
hipotesis pertama tentang terjadinya hubungan keamanan juga memegang peranan penting terhadap
negatif namun tidak signifikan antara keputusan terciptanya kondisi ini (Widoatmojo, 2001).
dividen dengan keputusan investasi menunjukkan
adanya perilaku pecking order pada perusahaan- KESIMPULAN DAN SARAN
perusahaan Indonesia namun belum signifikan. Hal Kesimpulan
ini bisa dilihat dari adanya trade-off antara keputusan Penelitian ini mencoba mengestimasi
dividen dan investasi di mana jika perusahaan model-model dividen, investasi dan pendanaan
meningkatkan pembayaran dividen, investasinya eksternal dari perusahaan-perusahaan yang go public
akan berkurang akibat berkurangnya dana. di Bursa Efek Jakarta dari tahun 1999-2001 baik
Sebaliknya jika perusahaan meningkatkan secara pooling maupun secara cross section pada
investasinya, pembayaran dividen cenderung masing-masing tahun. Hasil estimasi menunjukkan
menurun karena berkurangnya dana untuk bahwa keputusan dividen pada perusahaan-
pembayaran dividen dan perusahaan berusaha perusahaan Indonesia kesemuanya dapat
memupuk dana internalnya melalui laba ditahan dideskripsikan dengan baik dengan menggunakan
untuk meningkatkan kapasitas meminjamnya model dividen Lintner (1956) yang validitas
(borrowing capacity). empirisnya telah teruji secara luas. Variabel investasi
Kondisi tentang adanya perilaku pecking order dan pendanaan eksternal menunjukkan hasil tidak
ini juga didukung oleh hubungan kausalitas antara signifikan untuk persamaan dividen baik pada
keputusan dividen dengan keputusan pendanaan kerangka persamaan tunggal (OLS) maupun dalam
eksternal. Hubungan kausalitas antara keputusan kerangka persamaan simultan (2SLS) serta dalam uji
dividen dan pendanaan eksternal yang menunjukkan Kausalitas Ganger.
kondisi di mana peningkatan dividen tidak diikuti Estimasi dari model investasi menunjukkan
oleh peningkatan pendanaan eksternal dan bahwa profit, likuiditas, leverage financial, dan
sebaliknya bahwa perusahaan tidak menggunakan pendanaan eksternal lebih signifikan dengan metode
pendanaan eksternal untuk meningkatkan OLS daripada 2SLS. Sedangkan variabel akselerator
pembayaran dividennya mengindikasikan adanya kapasitas atau perubahan penjualan dan dividen tidak
penggunaan dana internal. menunjukkan determinasi yang signifikan dalam
Perilaku ini juga didukung oleh adanya model investasi ini. Sementara itu, terjadi kondisi
hubungan kausalitas negatif dua arah antara yang berlawanan dengan model dividen di mana
keputusan pendanaan eksternal dan investasi. Ini pada model investasi ini, tingkat signifikansi
berarti kenaikan investasi perusahaan tidak diikuti hubungan variabel independen terhadap variabel
oleh naiknya jumlah hutang jangka panjang sehingga dependen nampak lebih tinggi perusahaan defensif
dapat disimpulkan juga bahwa perusahaan tidak daripada perusahaan agresif.
menggunakan dana eksternal untuk mendanai Pendanaan eksternal, merupakan fungsi dari
investasi aktiva tetapnya melainkan dengan profit, hutang jangka panjang, dan investasi. Variabel
menggunakan dana internal. Kesimpulan ini likuiditas dan dividen tidak signifikan dalam
didukung dengan adanya pengaruh positif variabel menentukan tingkat pendanaan eksternal.
profit pada model investasi maupun model Dalam hal kausalitas hubungan, terjadi
pendanaan eksternal. independensi hubungan antara keputusan dividen dan
Perilaku ini merupakan antiklimaks dari yang keputusan investasi. Independensi hubungan juga
dilakukan oleh perusahaan-perusahaan Indonesia terjadi antara keputusan dividen dengan keputusan
khususnya manufaktur di BES dengan sampel investasi. Sedangkan antara keputusan investasi dan
laporan keuangan perusahaan tahun 1990-1996 hasil keputusan pendanaan eksternal terjadi hubungan
penelitian Sudarma (1998), yang menunjukkan sebab akibat dua arah yang negatif.
hubungan kausalitas positif dan signifikan antara Secara umum, temuan kami mendukung
dividen dan investasi, serta pendanaan eksternal dan hipotesis Miller dan Modigliani bahwa antara
dividen yang berarti bahwa perusahaan cenderung keputusan dividen dan investasi terjadi independensi.
melakukan pemupukan borrowing capacity-nya Kesimpulan ini juga sesuai dengan hipotesis Mc
109
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005
Donnald Jackuillat, dan Nussenbaum (1975) Bagi pihak yang berwenang dalam
meskipun hasil estimasinya berbeda. Sementara itu, mengelola pasar modal di Indonesia maupun
temuan kami juga mendukung argumen Mc Donnald pemerintah untuk benar-benar melakukan regulasi
dan kawan-kawan yang mempertanyakan pendapat secara konsisten dengan membuat instrumen
Dhrymes dan Kurz (1972) yang mendukung perundang-undangan yang mampu menjadi kontrol
penggunaan kerangka persamaan simultan dalam bagi para emiten di pasar modal dengan tetap
mengestimasi persamaan dividen, investasi, dan memungkinkan berkembangnya pasar modal dalam
pendanaan. Hal ini karena adanya hasil yang tidak negeri. Disamping itu diharapkan agar pemerintah
berbeda secara signifikan antara penerapan metode mendukung proses pemulihan kepercayaan investor
OLS tunggal dengan 2SLS. asing maupun dalam negeri untuk melakukan
Dalam kerangka ketidaksempurnaan pasar, investasi di Indonesia
diperoleh indikasi adanya asimetri informasi dengan Penulis menyarankan agar peneliti
keengganan manajemen menaikkan ataupun selanjutnya yang tertarik mengulas masalah ini perlu
menurunkan tingkat dividennya karena membawa kiranya untuk mempertajam pembahasan dengan
muatan informasi tentang prospek perusahaan. Di disamping mengestimasi ketiga model, juga secara
samping, itu terindikasi pula adanya perilaku pecking khusus meneliti pola hubungan ketiga variabel
order, di mana perusahaan-perusahaan di Indonesia endogen tersebut dalam kerangka kausalitas.
cenderung mendahulukan dana internalnya melalui Akhirnya, kami menyadari bahwa hasil
laba ditahan dalam mendanai investasi dan penelitian ini masih jauh dari sempurna karena masih
membayarkan dividennya pada dana eksternalnya adanya keterbatasan-keterbatasan. Untuk itu masih
melalui hutang jangka panjang. Namun fenomena ini perlu dilakukan perbaikan-perbaikan baik dalam hal
relatif belum begitu signifikan. Hal ini kemungkinan alat analisis, ruang lingkup pnelitian, populasi,
merupakan manifestasi perubahan perilaku sampel, dan sebagainya sehingga kesimpulan yang
perusahaan-perusahaan dalam masa peralihan dari diambil nantinya bisa lebih mencerminkan realitas
sebelum krisis moneter dan setelahnya. yang ada. Penelitian ini juga terbatas hanya pada
persepktif keuangan dalam mengestimasi kondisi
Saran-saran empiris, sementara masih begitu banyak aspek yang
Diharapkan pada para emiten untuk benar- perlu diteliti yang melingkupi sebuah obyek.
benar menerapkan prinsip-prinsip keuangan
khususnya yang berhubungan dengan masalah DAFTAR PUSTAKA
dividen, investasi, dan pendanaan eksternal secara
konsisten. Hal ini penting untuk diperhatikan karena Born, Jeffery A. and James N. Rimbey. 1993. A Test
disamping maksimalisasi nilai perusahaan sangat of The Easterbrook Hypotesis Regarding
tergantung pada tiga hal tersebut, prinsip-prinsip Dividend Payments and Agency Costs. Dalam
keuangan tersebut dapat menghindarkan perusahaan The Journal of Financial Research, Vol XVI.
dari kebangkrutan akibat perubahan kondisi No. 3: 251-321.
perekonomian secara radikal seperti krisis moneter Brigham, Eugene and Louis C. Gapensky. 1996.
dan sebagainya. Intermediate Financial Management, fifth
Ditemukannya independensi antara edition.
keputusan dividen dan investasi, dividen, dan Chen, Carl R. and Thomas L. Steiner. 1999.
pendanaan eksternal serta hubungan negatif antara Managerial Ownership and Agency Costs: A
investasi dan pendanaan eksternal menunjukkan Non Linear Simultaneous Equation Analysis
kondisi yang cukup baik pada perusahaan- of Managerial Ownership, Risk Taking, Debt
perusahaan di Indonesia dengan mulai menerapkan Policy and Dividend Policy. Dalam The
prinsip-prinsip keuangan setelah terjadinya krisis Financial Review 34: 119-136.
akibat membengkaknya investasi yang didanai Cleary, Sean. 1999. The Relationship between Firm
dengan pendanaan eksternal. Kondisi ini hendaknya Invesment and Financial Status. Dalam The
dipertahankan dengan tidak menghilangkan inovasi Journal of Finance, Vol I, IV No 2: 673-692.
dalam melakukan kegiatan bisnis. Easterbrook. 1984. Two Agency Cost Explanation of
Perilaku pecking order yang telah mulai Dividend. Dalam American Economic Review
diterapkan merupakan isyarat yang cukup baik 72: 650-58.
terhadap perkembangan pasar modal di Indonesia Gie, Kwik Kian. 1999. Ekonomi Indonesia Dalam
karena merupakan salah satu prinsip penting dalam Krisis dan Transisi Politik. Penyunting Priyo
kebijakan keuangan perusahaan sehingga kondisi ini Utomo dan Dwi Helly Purnomo, Gramedia
harus dipertahankan. Pustaka Utama.
Bagi para investor dan calon investor Gujarati, Damodar. 1978. Basic Econometric. Mc
diharapkan untuk tidak ragu dalam melakukan Graw- Hill, Inc.
investasi di Indonesia dengan tetap waspada dan ikut Husnan, Suad. 1996. Dasar-Dasar Teori Portofolio
melakukan kontrol terhadap kebijakan-kebijakan dan Analisis Sekuritas. Edisi ketiga.
perusahaan khususnya dalam masalah keuangan. Yogyakarta: Penerbit UPP AMPYKPN.
110
Studi Empiris Keputusan-keputusan Deviden, Investasi dan Pendanaan Eksternal
pada Perusahaan-perusahaan Indonesia yang Go Publik di Bursa Efek Jakarta
Harris, Milton and Artur Raviv. 1990. Capital No.3, halaman 363-373.
Struktur and The Informational Role of of Stefanus, Daniel Sugama. 2001. Studi Empirik
Debt. dalam The Journal of Finance Vol XIV Pengaruh Konsep Pecking Order Theory
No.2, June, halaman 321-348. dalam Pengambilan Keputusan Pendanaan.
Jensen, Michael C. and William H. Meckling. 1976. Tesis.
Theory of The Firm: Managerial Behavior, Sugeng, Bambang. 2000. Pengaruh Stabilitas
Agency Cost, and Ownership Strukture. Dividen terhadap Kinerja Portofolio Saham
Dalam Journal of Finance: 78-115. di Bursa Efek Jakarta. Tesis.
Jones, Charles P. 1996. Investments Analysis and Sharpe, William E and G. Alexander, and J.V.
Management, Sixth Edition. Wiley. Bailey. 1997. Investasi, Edisi Bahasa
Makidakis, Spyros, Steven C. Wheel Wright, Victor Indonesia. Jakarta: Prenhallindo.
E Mc Gee. 1995. Metode dan Aplikasi Solimun. 2002. Multivariate Analysis, Structural
Peramalan. Alih bahasa Untung Sus Equation Modelling. Lisrell dan Amos.
Andriyanto, MSc dan Abdul Basith MSc. Universitas Negeri Malang Press.
Edisi ke 2 jilid 1. Jakarta: Erlangga.. Weston J Fred, Thomas E Copeland. 1997.
Mougue, Mboja and Tarun K. Mukherjee. 1994. An Manajemen Keuangan. Alih Bahasa: A Jaka
Investigation into The Causality among Wasana dan Kibrandoko. Bina Aksara.
Firms’ Dividend, Investment, and Financing Widoatmodjo, Sawidji. 2001. Dana Menganggur
Decision. Dalam The Journal of Financial meningkat. Dalam Pilar Bisnis No
Research, Vol XVII No.4, halaman 512-530. 14/ThIV/01-14 Agustus, halaman 74.
Miller, Merton H. and Franco Modigliani. 1961.
Dividend Policy, Growth, and The Valuation
of Shares. Dalam Journal of Business, 34,
Okt, halaman 392-414.
Mc Donnald, Jcquillat, and Nussenbaum. 1975.
Dividend, Investment and Financing
Decisions Empirical Evidence on French’
Firms. Dalam Journal of Financial and
Quantitative Analysis: 741-753.
Hair, Anderson, Tatham, and Black. 1998.
Multivariate Data Analysis, Fifth Editio.
Upper Saddle River, New Jersey: Prentice-
Hall International.
Noronha, K. Shome, Morgan. 1996. The Monitoring
Rationale for Devidend and Interaction of
Capital Structure and Dividend Decisions.
Dalam Journal of Banking and Finance, 20
halaman 439-454.
Pertiwi, Indah Bekti. 2000. Analisis Kausalitas
Kebijakan Investasi, Dividen dan Pembiayaan
Pada Perusahaan Asuransi di Bursa Efek
Jakarta, Tesis.
Rodriguesz, Richardo J. 1992. Quality Dispersion
and The Feasibility of Dividend as Signals.
Dalam The Journal of Financial Research,
Vol XV No.4.
Subekti, Imam. 1997. Asosiasi antara Set
Kesempatan Investasi dengan Kebijakan
Pendanaan dan Dividen Perusahaan serta
Implikasinya pada Perubahan Harga Saham.
Tesis.
Sudarma, Made, Ubud Salim, Hari Susanto. 1998.
Analysis Kausalitas Keputusan Dividen,
Investasi dan Pendanaan pada Perusahaan
Manufaktur di BES. Dalam Wacana Vol I,
No.2.
Scooley, Diane K and L. Dwayne Barney Jr.. 1994.
Using Dividend Policy and Managerial
Ownership to Reduce Agency Cost. Dalam
Journal of Financial Research, Vol XVII,
111
ANALISIS KARAKTERISTIK PEKERJA KOMUTER DAN NONKOMUTER
Roswita Hafni
Dosen Fakultas Ekonomi
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
Abstrak: Banyak pekerjaan yang terpaksa bekerja jauh dari daerah tempat tinggalnya atau terpaksa
meninggalkan tempat tinggalnya untuk sebuah pekerjaan, hal ini disebabkan oleh faktor pilihan terhadap
pekerjaan yang lebih memberikan upah yang lebih tinggi dan banyak faktor lainnya.
Kata Kunci: Komuter, NonKomuter
PENDAHULUAN PERMASALAHAN
Umumnya pekerja komuter adalah pekerja Berdasarkan latar belakang masalah yang
yang tingkat pendidikannya relatif baik, karena telah diuraikan maka penulis mencoba merumuskan
lapangan usaha yang tersedia relatif kurang sesuai permasalahan sebagai berikut:
dengan tingkat pendidikannya dan pekerja ini tidak 1. Apakah pendapat, tingkat pendidikan, dan
mau bekerja di sektor pertanian (sebagai petani), jarak ke tempat bekerja mempengaruhi
oleh karena itu mereka cenderung untuk berkomuter. keputusan pekerja untuk berkomuter pada
Bagi penduduk miskin yang tinggal di desa sektor formal di kota medan.
dekat dengan pusat kota banyak bermobilisasi 2. Apakah jenis kelamin mempengaruhi
sebagai pekerja komuter (mobilitas ulang alik). keputusan pekerja untuk berkomuter pada
Meskipun mereka menyadari di kota tidak mudah sektor formal di kota Medan.
untuk mendapatkan pekerjaan. Mereka memiliki 3. Apakah status dan jenis pekerjaan
harapan baik pekerjaan maupun fasilitas, tanpa mempengaruhi keputusan pekerja untuk
mempermasalahkan jenis pekerjaan atau status berkomuter pada sektor formal di kota
pekerjaan apa yang mereka tekuni. Medan.
Pekerja wanita lebih cenderung untuk 4. Apakah usia mempengaruhi keputusan
bermigrasi atau menetap di kota karena pekerja untuk berkomuter pada sektor
pertimbangan daya tahan fisik. Dengan formal di kota Medan.
melaksanakan komuter mereka berharap akan 5. Apakah pemilikan rumah mempengaruhi
memperoleh pendapatan yang lebih baik dalam keputusan pekerja untuk berkomuter pada
rangka mengatasi beban ekonomi yang pada sektor formal di kota Medan.
akhirnya dapat meningkatkan tarif hidup keluarga 6. Apakah kepemilikan tanah mempengaruhi
mereka secara layak sehingga terhindar dari keputusan pekerja untuk berkomuter pada
kemiskinan. Ciri-ciri masyarakat miskin di Indonesia sektor formal di kota Medan.
adalah kebanyakan mereka tinggal di pedesaan 7. Faktor apakah yang paling dominan
dengan pendidikan di tingkat rendah, bahkan tidak mempengaruhi keputusan pekerja untuk
tamat sekolah dasar, tidak memiliki faktor produksi berkomuter pada sektor formal di kota
sendiri seperti tanah yang cukup, modal, atau Medan.
keterampilan kurang, sehingga kemampuan untuk
memperoleh terbatas, sedangkan yang hidup di kota TEORI MIGRASI MODEL TODARO
berusia muda dan tidak mempunyai keterampilan, Model ini berawal dari teori perpindahan
sehingga tidak jarang mereka ini tetap menjadi tenaga kerja Lewis yang berasumsi bahwa migrasi
miskin dan akhirnya terdampar dalam kantong- dari desa ke kota pada dasarnya merupakan suatu
kantong kemelaratan (slum area) di tengah-tengah fenomena ekonomi dan arus migrasi yang
masyarakat maju akibat dorongan modal, berlangsung sebagai tanggapan terhadap adanya
keterampilan, dan kemajuan teknologi (Salim, 1980: perbedaan pendapatan antara kota dengan desa yakni
42-43). Pendapat yang mereka peroleh barvariasi pendapatan yang diharapkan (expected income) yang
sesuai dengan tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan diukur dari besar kecilnya angka selisih antara
yang mereka kerjakan. pendapatan riil dari pekerjaan di kota dengan di desa.
Dari uraian di atas penulis mencoba Model Todaro juga beranggapan bahwa seluruh
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi angkatan kerja baik yang faktual maupun yang
keputusan orang untuk berkomuter, yang berjudul potensial selalu membandingkan penghasilan yang
Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi diharapkan dalam kurun waktu tertentu di sektor
Keputusan Berkomuter di kota Medan. perkotaan. Artinya yang dilihat oleh pekerja migrasi
112
Analisis Karakteristik Pekerja Komuter dan Non-Komuter
dari desa ke kota adalah selisih pendapatan yang kepemilikan rumah dan luas lahan, jenis pekerjaan,
dihasilkan dari bekerja di kota dengan biaya migrasi status pekerjaan para pekerja komuter dan non
dengan rata-rata penghasilan di desa. Mereka akan komuter sebagai variabel independen digunakan
memutuskan untuk bermigrasi bila penghasilan persamaan regerasi logistic yang diformulasi sebagai
bersih di kota lebih besar dari penghasilan bersih di berikut :
desa, teori ini didukung oleh asumsi bahwa dalam Y = α+ β1P +β2 TP + β3 J +β 4 JK +β5 U+ β6
perekonomian terdapat kondisi kesempatan kerja SKR + β7 LH +β8 JP +β 9 SP + ε
penuh atau hampir penuh.
Menurut teori todaro bahwa terjadinya Di mana :
migrasi dilatarbelakangi oleh perbedaan tingkat upah Y =
yang sangat signifikan antara desa dengan kota, dan P = Pendapatan
perpindahan itu akan terus berlangsung meskipun TP = Tingkat
masyarakat desa mengetahui bahwa pengangguran di J = Jarak
kota terus bertambah. JK = Jenis Kelamin
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh U = Usia
Gantjang (1999:175), memperlihatkan bahwa saat SKR = Status Kepemilikan Rumah
krisis ekonomi 44,7% dari 1662 RT yang dijadikan LH = Luas Tanah
sample adalah migran kembali (return migrant), JP = Jenis Pekerjaan
15,4% merupakan migran yang baru tiba dan 4,6% SP = Status Pekerjaan
adalah migran sirkuler. Selanjutnya ia juga ε = Error Term
menyatakan sedikitnya migran sirkuler yang α = Intersep
ditemukan pada studi ini menunjukkan indikasi Fungsi untuk menganalisis peluang seseorang
bahwa krisis membuat mereka tidak dapat tinggal di menjadi seorang komuter atau nonkomuter
suatu tempat, karena mereka harus mencari diestimasi dengan menggunakan persamaan regerasi
kesempatan ekonomi kemanapun mereka pergi. logistik yaitu suatu persamaan yang digunakan jika
variabel independennya bersifat kualitatif atau
PEMBAHASAN dummy dan pengolahan serta datanya digunakan
Untuk melihat hubungan antara variabel program Shaazam. Dari model akhir yang akan
pekerja komuter dan nonkomuter sebagai variabel dianalisis maka diperoleh hasil estimasi yang dapat
dependen dengan variabel-variabel pendapatan, dilihat pada tabel I.
tingkat pendidikan, jarak, jenis kelamin, umur, status
Tabel I
Hasil Pendugaan Model Regresi Probit
Variabel Koefisien Estimasi Nilai t- ratio Elastitas
X1 - 0,028645 -0,64693 -0,41992
X2 - 0,16170 -0,19136 -0,0079649
X3 - 0,00048276 - 0,000054151
X4 -2,3877 0,00061271 -0,23815
X5 1,0003 -3,3376 0,11806
X6 0,00000068066 1,0772 0,077333
X7 1,0566 0,54804 0,092756
X8 -0,013208 1,5868 -0,091429
X9 0,40256 -4,2030 0,93192
KONSTANTA -5,6692 6,0354 -0,75692
DW = 1,4672
MADDALA R-
SQUARE =
0,60724
CRAGG- UHLER
R- SQUARE
0,80977
MCFADDENN R-
SQUARE
0,67435
Sumber: Olahan Lampiran 1
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, dapat pendidikan, status pekerjaan, jenis pekerjaan,
dijelaskan bahwa dengan menggunakan Maddala R2 pendapatan pribadi dan pasangan, status kepemilikan
= 60,72%, ini berarti 60,72 % keputusan berkomuter rumah, luas lahan, jarak, dan pengeluaran, sedangkan
dipengaruhi oleh faktor: usia, jenis kelamin, selebihnya yaitu sebesar 39,28% dipengaruhi oleh
113
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005
faktor lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian dari t-tabel sebesar –1,645, namun keputusan
ini. melakukan komuter yang berstatus sebagai buruh
Berdasarkan hasil perhitungan di atas dapat memberi peluang lebih besar jika dibandingkan
dijelaskan bahwa dengan menggunakan Cragg–Uhler dengan yang tidak buruh.
R2 = 80, 97 %, ini berarti 60,97 % keputusan Dalam penelitian ini, jenis pekerjaan yang
berkomuter dipengaruhi oleh faktor: usia, jenis dimaksud adalah jenis pekerjaan pada sektor industri
kelamin, pendidikan, status pekerjaan, jenis dan non-industri. Jenis pekerjaan seseorang tidak
pekerjaan, pendapatan pribadi dan pasangan , status memberi pengaruh yang signifikan, bahkan pada
kepemilikan rumah, luas lahan, jarak dan taraf signifikansi 10% terhadap keputusan
pengeluaran, sedangkan selebihnya yaitu sebesar melakukan komuter. Hal ini dapat dilihat dari
19,03% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak perhitungan t-hitung sebesar 1,0772 lebih kecil dari
dimasukkan dalam penelitian ini. t-tabel sebesar 1,645, namun keputusan melakukan
Berdasarkan hasil perhitungan di atas dapat komuter yang bekerja pada sektor industri memberi
dijelaskan bahwa dengan menggunakan Mc Faddem peluang lebih daripada keputusan seorang pekerja
R2 = 67, 43 % keputusan berkomuter dipengaruhi pada sektor non-industri untuk melakukan komuter.
oleh faktor: usia, jenis kelamin, pendidikan, status Pendapatan seseorang memberi pengaruh
pekerjaan, jenis pekerjaan, pendapatan pribadi dan positif terhadap keputusan menjadi seorang komuter
pasangan, status kepemilikan rumah, luas lahan, namun pendapatan tidak signifikan berpengaruh
jarak, dan pengeluaran, sedangkan selebihnya yaitu bahkan pada taraf signifikansi 10% terhadap
sebesar 22,57% dipengaruhi oleh faktor lain yang keputusan melakukan komuter. Hal ini dapat dilihat
tidak dimasukkan ke dalam penelitian ini. dari hasil perhitungan t-hitung sebesar 0,54804 lebih
Dari hasil perhitungan di atas dapat dilihat kecil dari t0 tabel sebesar 1,645, namun keputusan
bahwa faktor yang paling dominan yang yang positif yang ditunjukkan oleh koefisien
mempengaruhi keputusan orang untuk berkomuter pendapatan, artinya semakin tinggi tingkat
adalah faktor status pekerjaan dengan koefisien pendapatan seseorang maka semakin besar
estimasinya sebesar keinginannya untuk berkomuter.
–2,3877. Status kepemilikan rumah tidak menunjukkan
Usia tidak memberi pengaruh yang tidak pengaruh yang signifikan terhadap keputusan
signifikan bahkan pada taraf signifikansi 10% seorang untuk berkomuter bahkan pada taraf
terhadap keputusan melakukan komuter. Hal ini signifikansi 10%. Hal ini dapat dilihat dari hasil
dapat dilihat dari hasil perhitungan t-hitung sebesar perhitungan t-hitung sebesar 1,5868 lebih kecil dari
0,64693 lebih kecil dari t-tebal sebesar 1,645. t–tabel sebesar 1,645, namun keputusan melakukan
Namun keputusan melakukan komuter yang berusia komuter yang memiliki rumah sendiri memberi
40 tahun ke bawah memberi peluang sebesar 2,86% peluang lebih besar dibandingkan seseorang yang
dan keputusan usia 40 tahun ke atas untuk tidak memiliki rumah untuk menjadi komuter.
melakukan komuter memberi peluang sebesar Lahan yang dimiliki oleh seseorang
87,14%. berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan
Jenis kelamin tidak memberi pengaruh yang melakukan komuter bahkan pada taraf signifikansi
signifikan bahkan pada taraf signifikansi 10% 1%. Hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan t-
terhadap keputusan melakukan komuter. Hal ini hitung sebesar 6,0354 lebih besar dari t–tabel sebesar
dapat dilihat dari hasil perhitungan t- hitung sebesar - 2,576. Tanda koefisien yang positif menunjukkan
-0,19136 lebih kecil dari t-tabel sebesar 1,645, semakin jauh jarak rumah dari tempat tinggal maka
namun keputusan melakukan komuter bagi jenis akan semakin memberikan peluang menjadi komuter
kelamin laki–laki memberi peluang sebesar 16,17 % lebih besar kepada seseorang.
dan keputusan perempuan untuk melakukan komuter
memberi peluang sebesar 83,83%. DAFTAR PUSTAKA
Tingkat pendidikan seseorang juga tidak
Ahmad, Furqon Ukon. 1998. Urbanisasi dan
memberikan pengaruh yang signifikan terrhadap
Hubungan Desa Kota di Indonesia. Bandung:
keputusan seseorang untuk berkomuter. Hal ini dapat
ITB.
dilihat dari perhitungan t-hitung sebesar 0,00061
lebih kecil dari t- tabel sebesar 1,645. Namun, Aris, Ananta. 1993. Ciri Demograsi Kualitas
keputusan melakukan komuter bagi seseorang yang Penduduk dan Pembangunan Ekonomi.
berpendidikan di bawah SLTA memberi peluang Jakarta: Lembaga Demografi Fakultas
sebesar 0,48% dan keputusan seseorang yang Ekonomi Universitas Indonesia.
berpendidikan SLTA ke atas untuk melakukan
C, Supartomo dan Edi Rusdyanto. 2002. Profil
komuter memberi peluang sebesar 99,52 %.
Status pekerjaan memberi pengaruh yang Sektor Informal Pedagang Kaki Lima di
berarti pada taraf signifikasi 1% terhadap keputusan Kawasan Pinggiran Perkotaan, (Studi Kasus
: Pedagang Kaki Lima di Pinggir Jalan Raya
melakukan komuter. Hal ini dapat dilihat dari hasil
perhitungan t– hitung sebesar –3,3376 lebih besar Pamulang – Cirendeu, Tangerang). Jakarta:
Universitas Terbuka.
114
Analisis Karakteristik Pekerja Komuter dan Non-Komuter
115
KENAIKAN TARIF PARKIR DAN PEMILIHAN MODA PERJALANAN
KE PUSAT KOTA MEDAN
Joni Harianto
Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik USU
Abstrak: Kebijakan menaikkan tarif parkir hingga Rp 7.500,- yang pernah ingin diterapkan oleh pemerintah
kota Medan adalah salah satu strategi untuk membatasi penggunaan mobil pribadi sehingga meningkatkan
penggunaan angkutan umum, dengan demikian diharapkan jumlah kendaraan yang menuju pusat kota Medan
dapat berkurang. Untuk itu sangat diperlukan adanya suatu penelitian mengenai pengaruh kebijakan tersebut
terhadap pemilihan moda perjalanan yang menuju ke pusat kota Medan.Dengan menggunakan metode survai
pada enam lokasi parkir yang ada di pusat kota Medan, data primer dikumpulkan dan diolah dengan
menggunakan teknik perhitungan analisis regresi berganda untuk kemudian mendapatkan suatu model berupa
formulasi matematika yang mencerminkan utilitas individu dalam memilih moda perjalanan.
Adapun formulasi yang didapat untuk masing-masing moda adalah:
- Mobil Pribadi (UMP ) = 0,753 – 0,006685*time + 0,00006284*trip – 0,00003912*cost
- Angkutan Kota (UAK ) = -0,05763 + 0,01407*time + 0,0007661*trip + 0,000005420*cost
- Taksi ( UTA ) = 0,120 – 0,0004310*time + 0,03296*trip + 0,000003231*cost
Aplikasi model dalam prediksi probabilitas pemilihan moda perjalanan menggunakan model logit multinomial
dengan skenario kenaikan tarif parkir hingga Rp 7.500,- diperoleh bahwa probabilitas pemilihan mobil pribadi
untuk tarif parkir Rp 7.500,- menurun sebesar 5,73% dari probabilitas pemilihan mobil pribadi untuk tarif parkir
Rp 1.000,-, sedangkan probabilitas pemilihan angkutan kota dan taksi meningkat masing-masing sebesar 3,13%
dan 2,60%.
Abstract: The policy of increasing parking fare to Rp 7.500,- by local government of Medan is one of strategies
to restrict the use of individual car and to raise the use of public transportation in order to reduce vehicles to
Medan city center.
There fore it is important to conduct research about the influence of the policy.
Survey method were conducted in 6 (six) parking location at Medan city center. Primary data analysis of
multiple regression to achieve a model in the form of mathematic formulation which are:
- Individual car (UMP ) = 0,753 – 0,006685*time + 0,00006284*trip – 0,00003912*cost
- city transport (UAK ) = -0,05763 + 0,01407*time + 0,0007661*trip + 0,000005420*cost
- Taxi ( UTA ) = 0,120 – 0,0004310*time + 0,03296*trip + 0,000003231*cost
116
Kenaikan Tarif Parkir dan Pemilihan Moda Perjalanan ke Pusat Kota Medan
efisiensi trasportasi angkutan umum. Salah satu a. Sarana dan prasarana lalu lintas masih terbatas.
strategi pemerintah kota dalam rangka mengalihkan b. Manajemen lalu lintas belum berfungsi secara
penggunaan angkutan pribadi ke angkutan umum optimal.
adalah dengan menerapkan kebijakan perparkiran, c. Pelayanan angkutan umum penumpang belum
yaitu memberlakukan tarif parkir yang tinggi. memadai.
d. Disiplin pemakai jalan masih rendah.
I. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui IV. Alternatif Pemecahan Masalah Transportasi
seberapa jauh pengaruh kenaikan tarif parkir Masalah ini sebenarnya dapat dipecahkan
terhadap pemilihan moda angkutan yang menuju melalui peran serta pemerintah, swasta, masyarakat,
pusat kota Medan. Penelitian ini diharapkan dapat dan merupakan tanggung jawab bersama. Usaha-
mengungkapkan apakah kebijakan memberlakukan usaha yang dapat dilakukan untuk memecahkan
tarif parkir yang tinggi dapat mempengaruhi masalah tersebut antara lain adalah:
pengguna mobil pribadi untuk beralih menggunakan a. Meredam atau memperkecil tingkat
angkutan kota dan taksi sebagai moda perjalanan. pertumbuhan kebutuhan akan transportasi.
b. Meningkatkan pertumbuhan prasarana
II. Manfaat Penelitian transportasi itu sendiri, terutama penanganan
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: masalah fasililtas prasarana yang tidak
1. Bagi peneliti untuk menambah wawasan baru berfungsi sebagaimana geometrik jalan yang
tentang penerapan model Logit Modal Split seharusnya.
multinomial dalam permasalahan transportasi. c. Memperlancar sistem pergerakan melalui
2. Sebagai bahan masukan bagi instansi terkait, kebijakan rekayasa dalam mengoptimalkan
yaitu Pemerintah Kota Medan, khususnya peran angkutan umum dan manjemen lalu lintas
Badan Pengelola Perparkiran (BPP) dan yang baik.
DLLAJ, sebagai bahan pertimbangan untuk
menentukan kebijakan dalam pengembangan V. Keuntungan dan Pengaruh Dalam Penerapan
sistem transportasi perkotaan. Kebijakan Kenaikan tarif Parkir
Kebijakan kenaikan tarif parkir adalah salah satu
III. Permasalahan Transportasi Perkotaan alternatif dalam pemecahan masalah transportasi.
Permasalahan transportasi perkotaan dikota Dengan penerapan kebijakan kenaikan tarif parkir,
Medan telah bertambah parah seperti kemacetan, diharapkan pengguna kendaraan pribadi akan beralih
tundaan, kecelakaan, dan permasalahan lingkungan menggunakan angkutan umum. Gambar VII.1.
yang sudah di ambang batas. Kurangnya investasi berikut memperlihatkan konsep perubahan mobilitas
pada sistem jaringan jalan dalam waktu yang cukup yang digunakan dalam konsep manajemen kebutuhan
lama dapat mengakibatkan sistem prasarana akan transportasi (MKT).
transpotasi tersebut menjadi sangat rentan terhadap
kemacetan yang terjadi apabila volume arus lalu
lintas meningkat melebihi dari kapasitas yang ada.
Hal ini dapat terlihat pada gambar V.1. dibawah ini.
117
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005
Tujuan Penelitian
Pembatasan Masalah
Studi Literatur
Pengumpulan Data
Tabulasi Data
Pengolahan data
118
Kenaikan Tarif Parkir dan Pemilihan Moda Perjalanan ke Pusat Kota Medan
Pengaruh Kenaikan Tarif Parkir Terhadap Pemilihan Moda Perjalanan ke Pusat Kota Medan
Lanjutan Tabel IX.1
Statistik Mobil Angkutan Taksi
Regrassion 3,482E-02 9,183E-02 1,961E-02
Mean square Residual 3,282E-03 1,189E-02 1,127E-03
Total
Regrassion 27,165 77,226 17,394
F Residual
Total
Regrassion 0,000 0,000 0,000
Siq Residual
Total
Constant 0,753 -5,763E-02 0,120
Time -6,685E-03 1,407E-02 -4,317E-03
B
Trip 6,284E-05 7,661E-04 3,296E-02
Unstandarized Cost -3,912E-05 5,420E-06 3,231E-06
Coefficients Constant 0,042 0,032 0,102
Std. Time 0,008 0,005 0,006
Error Trip 0,001 0,001 0,015
Cost 0,000 0,000 0,000
Constant
Standarized Time -0,457 0,922 -0,434
Beta
Coefficients Trip 0,012 0,038 0,610
Cost -0,405 0,014 0,219
Constant 17,913 -1,797 1,174
Time -0,824 2,928 -0,751
T
Trip 0,113 0,591 0,464
Cost -0,738 0,591 0,337
Constant 0,000 0,083 0,250
Time 0,417 0,007 0,459
Siq
Trip 0,911 0,559 0,039
Cost 0,466 0,965 0,739
119 119
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005
120
Kenaikan Tarif Parkir dan Pemilihan Moda Perjalanan ke Pusat Kota Medan
Dari hasil output regresi pada tabel diperoleh positif. Nilai negatif menunjukan variabel tersebut
rumusan fungsi utilitas untuk masing-masing moda tidak disenangi oleh responden sedangkan nilai
yaitu: positif menunjukan variabel tersebut disenangi oleh
responden.
UMP = 0.753 – 0.006685*time + 0,00006284*trip-
0.00003912*cost
Hal ini sejalan dengan tujuan kebijakan
UAK = -0.05763 + 0.01407*time + 0,0007661*trip+
kenaikan tarif parkir, bahwa variabel cost (bahan
0.000005420*cost
bakar dan tarif parkir) akan mengurangi nilai utilitas
UTA = 0.120 – 0.004310*time + 0,03296*trip+
mobil pribadi yang berarti akan mengurangi
0.000003231*cost
probabilitas pemilihan mobil pribadi dan sebaliknya
Di mana:UMP: Utilitas mobil pribadi
meningkatkan nilai probabilitas angkutan kota dan
UAK: Utilitas Angkutan kota
taksi.
UTA: Utilitas taksi
Time: Waktu perjalanan (menit)
Trip: Jumlah perjalanan
Tabel X.1. Probabilitas Pemilihan Moda
Cost: Biaya/ongkos (rupiah)
Probabilitas ( % )
Setelah fungsi utilitas diperoleh dari Tarif Mobil Angkutan Taksi
pengolahan data maka, probabilitas pemilihan moda Parkir Pribadi Kota
dapat dihitung dengan menggunakan model logit (Rp)
multinominal. Probabilitas masing-masing moda 1.000,- 37.49 34.27 28.24
adalah sebagai berikut: 2.000,- 36.58 34.77 28.65
3.000,- 35.68 35.26 29.06
eU MP 4.000,- 34.79 35.75 29.46
PMP = .....................................
eU MP + eU AK + eU TA 5.000,- 33.91 36.23 29.86
(II.2) 6.000,- 33.04 36.70 30.26
7.500,- 31.76 37.40 30.84
eU AK
PAK= ......................................
eU MP + eU AK + eU TA
(II.3) Dari tabel X.1. Bisa dilihat, terjadi
pergeseran pemilih moda dari mobil pribadi ke
eU TA angkutan kota dan taksi. Probabilitas pemilihan
PTA= ...................................... mobil pribadi menurun seiring dengan kenaikan tarif
eU MP + eU AK + eU TA parkir, sedangkan probabilitas pemilihan angkutan
(II.4) kota dan taksi meningkat. Pada tarif parkir Rp
4.000,- probabilitas pemilihan angkutan kota
Di mana:PMP: Probabilitas mobil pribadi melebihi probabilitas pemilihan mobil pribadi dan
PAK: Probabilitas angkutan kota terus meningkat hingga tarif parkir Rp 7.500,-.
PTA: Probabilitas taksi Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa,
UMP: Fungsi utilitas mobil pribadi kebijakan kenaikan tarif parkir dapat menimbulkan
UAK: Fungsi utilitas angkutan kota pergeseran pemilihan moda dari mobil pribadi ke
UTA: Fungsi utilitas taksi angkutan kota dan taksi.
Saran
Kesimpulan dan Saran Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk
Kesimpulan meninjau faktor-faktor pemilihan moda yang lain
Dari hasil pengolahan data diperoleh berdasarkan sifat-sifat sosial ekonomi seperti;
rumusan fungsi utilitas untuk masing-masing moda pendapatan, jenis pekerjaan, umur, jenis kelamin,
adalah sebagai berikut: kepemilikan kendaraan, dan lain-lain, sifat-sifat
pelayanan seperti; kenyamanan, aksesibilitas, jarak
UMP = 0.753 – 0.006685*time + 0,00006284*trip- perjalanan, dan lain-lain, jenis moda yang lain
0.00003912*cost seperti; sepeda motor, pick-up, dan jenis kendaraan
UAK = -0.05763 + 0.01407*time + 0,0007661*trip+ lainnya yang bisa digunakan sebagai moda
0.000005420*cost perjalanan.
UTA = 0.120 – 0.004310*time + 0,03296*trip+ Perlu dilakukan penelitian mengenai
0.000003231*cost kebijakan rekayasa dan manajemen lalu lintas yang
lainnya seperti; kebijakan road pricing, car pooling,
Dari hasil rumusan utilitas di atas terlihat koefisien batasan waktu pergerakan untuk angkutan barang,
variabel cost untuk mobil pribadi bernilai negatif, dan kebijakan-kebijakan yang lainnya.
sedangkan untuk angkutan kota, dan taksi bernilai
121 121
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005
Daftar Pusataka
122
Kenaikan Tarif Parkir dan Pemilihan Moda Perjalanan ke Pusat Kota Medan
Abstrak: PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara selalu berusaha meningkatkan pelayanan kepada
pelangganannya dalam rangka mewujudkan visi dan misi perusahaan yang selalu mengutamakan kepuasan
pelanggan. Perpamsi sebagai wadah Persatuan Air Munum Seluruh Indonesia telah menjalin kerjasama dengan
USAID untuk membantu PDAM-PDAM dalam melakukan pengembangan (improvement) dan pembaharuan
(innovation) guna meningkatkan pelayanan tersebut. Program Zona Air Minum Prima (ZAMP) adalah suatu
program peningkatkan kualitas air yang didistribusikan kepada pelanggan suatu kawasan (zona) tertentu
sehingga dapat diminum secara langsung sesuai dengan standar kualitas air minum yang ditetapkan pemerintah
dengan PERMENKES R.I.No.907/ MENKES/ SK/VII/2002 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air
minum.
Untuk menindaklanjuti program yang dimaksud, kemudian dilakukan Survai Kepuasan Pelanggan
(SKP) untuk mengetahui tanggapan dan komitmen masyarakat pelanggan terhadap pembaharuan (innovation),
sekaligus untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebab ketidakpuasan (dissatisfaction customer) serta
mengetahui kemauan dan kemampuan membayar (willingness and ability to pay) pelanggan tersebut.
Perumahan Malibu Indah Medan yang dipilih sebagai pilot project dalam program ini diambil
berdasarkan beberapa pertimbangan teknis dengan kriteria antara lain mempunyai jaringan perpipaan yang
relatif baru dan terisolasi dengan jaringan distribusi lainnya, sehingga memudahkan pengontrolan kualitas air.
Kemudian sumber air baku yang berasal dari mata air Sibolangit, mempunyai kualitas air yang relatif baik dan
sehat untuk diminum.
Laporan akhir dari SKP ZAMP Malibu menunjukkan bahwa 71,11% pelanggan di perumahan Malibu
Indah menggunakan air PDAM untuk minum, tetapi secara dominan (53,56%) pelanggan masih memasak
sebelum diminum. Kemudian terdapat keluhan utama terhadap pelayanan PDAM adalah tekanan aliran
(44,44%), tetapi bila akan dilakukan peningkatkan pelayanan PDAM, maka 84,44 % pelanggan menyatakan
bersifat dikenakan kenaikan tarif.
Kata kunci: Zona Air Minum Prima (ZAMP), USAID, PERPAMASI, PDAM, kepuasan Pelanggan.
Abstract: PDAM Tirtanadi Of Sumatera Utara always does it’s best to improve it’s customer to materialize the
enterprise vision and mission that always priority customer’s satisfaction. The Prime Drinking - Water Zone is
program of improving the quality of water distributor to the customer in certain zone in accordance with the
standard drinking water quality. That the water can be directly drunk. In this program , the Malibu Indah
residential complex Medan is chosen as the pilot project based on several technical considerations and criteria
such as having a relatively new piping network which are isolated from the other distributing network that is
easy to control the water quality.
123 123
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005
untuk melayani masyarakat dengan mutu air yang b. Kriteria pemilihan zona
dijanjikan. Untuk memenuhi tujuan menyalurkan air Di tahap awal, belum semua zona
minum yang sehat dan memenuhi syarat—seperti mendapatkan pelayanan ZAMP. Perumahan
yang disyaratkan oleh peraturan ini—dinyatakan Malibu Indah dipilih lebih pada
bahwa PDAM bertanggung jawab terhadap pertimbangan teknis dan kemampuan
pemeriksaan mutu air. Rambu berikutnya adalah investasi PDAM di tahap awal. Pemilihan
Undang –Undang Perlindungan Konsumen, No.9 perumahan Malibu Indah sebagai program
tahun 1999 yang pada intinya mendorong PDAM ZAMP, karena sudah memenuhi kriteria
untuk melayani masyarakat dengan mutu air yang pemilihan zona. Adapun kriteria pemilihan
dijanjikan. Untuk memenuhi tujuan menyalurkan air zona tersebut adalah (4)
minum yang memenuhi baku mutu air minum, • Jaringan pipa distribusi PDAM di zona
manajemen dan pemeliharaan PDAM terutama tersebut relatif baru, kondisi sangat
dalam bidang perpipaan distribusi harus ditingkatkan baik, dan terpisah (terisolasi) dari
kualitasnya dan diperbaiki, sehingga PDAM bisa jaringan pipa lain sehingga
menjamin mutu air secara berkelanjutan. mempermudah pengawasan. Pengaliran
Pada saat ini PERMASI (Persatuan 24 jam, ada alternative supply dan
Perusahaan Air Minum Seluruh Indonesia) bekerja tekanan cukup baik.
sama dengan USAID untuk membantu PDAM- • Air baku yang diolah berasal dari mata
PDAM melakukan inovasi dalam rangka usaha air, sehingga menghasilkan kualitas
peningkatan (improvement) pelayanan air air minum yang sehat dan aman
kepada pelanggan dan mewujudkan visi–misi • Dari hasil survai penjajakan
penyediaan air yang berkualitas. Program tersebut (September 2003) warga perumahan
merupakan produk air siap minum langsung dan Malibu Indah siap menerima ZAMP
dilakukan pada tiga kota di Indonesia, salah satunya (bersedia menerima inovasi dan mau
PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara Program membayar lebih).
pengadaan produk air minum secara langsung
disebut Program ZAMP (Zona Air Minum Prima) di c. Keuntungan ZAMP bagi konsumen
Perumahan Malibu Indah yang merupakan zona Dengan ZAMP air dapat diminum langsung
khusus untuk percontohan layanaan air siap minum dari kran rumah, tanpa perlu pengolahan
PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara. lain seperti perebusan atau penyulingan
PDAM Tirtanadi dalam memberikan kualitas ulang. Keuntungan ZAMP bagi konsumen
air yang baik kepada pelanggan di mulai dari kualitas antara lain (7)
air yang dihasilkan instalasi pengolahan, harus sudah
• SEHAT: Air ZAMP telah melewati
memenuhi standar khusus kualitas air minum sesuai
proses pengolahan untuk menjamin
dengan Permenkes No.907/MENKES/ SK/VII/2002
kualitas yang bebas dari bakteri dan
pada umumnya air yang dihasilkan instalasi
bahan kimia berbahaya (sesuai standar
pengolahan PDAM Tirtadi sudah memenuhi syarat.
KEPMENKES No.907/2002).
Program ZAMP di perumahan Malibu Indah
• AMAN: Air ZAMP disalurkan melalui
mendapatkan sumber mata air Sibolangit yang
jaringan perpipaan yang aman dan
kualitas airnya sudah memenuhi syarat-syarat
terjaga dari pencemaran sampai dengan
peraturan air siap minum.
meter pelanggan.
Suatu perusahaan bisa dikatakan berhasil
melakukan inovasi produk bila produk tersebut • PRAKTIS: Tinggal buka keran,
diterima dan sangat laku di pasar, kadang–kadang langsung dapat diminum
untuk produk yang bersifat inovatif, pelanggan • HEMAT: Harga relatif sangat murah
bersedia membayar lebih mahal dari produk yang dibanding air kemasan, isi ulang,
sejenis. Inovasi bukan berarti harus penemuan maupun penggunaan alat pengolahan
terbaru, tetapi bisa juga rekayasa terhadap produk air rumah tangga yang relatif mahal.
yang lain. Kepuasan pelanggan merupakan hal yang Untuk saat ini PDAM Tirtanadi belum
sangat penting bagi kelanjutan hidup perusahaan melaksanakan penyesuaian tarif sampai
karena kepuasan pelanggan merupakan indikator proses berjalan dengan baik.
yang menunjukkan seberapa jauh perusahaan dapat Diperkirakan kenaikan tidak akan lebih
memenuhi tuntutan pelanggan. dari biaya pemakaian per meter kubik.
124
Zona Air Minum Prima (ZAMP)
125
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005
kuesioner. Pemahaman tersebut akan menentukan 10 juta sebesar 28.44%, kurang dari Rp 5
keberhasilan responden dalam pengisiannya, juta 28.895, dan lebih dari Rp 20 juta
terutama berhubungan dengan maksud pertanyaan 6.67%.
yang mungkin kurang dipahami responden. Pedoman Status kepemilikan rumah terdiri dari: milik
wawancara untuk responden disusun dengan garis sendiri 95.5% dan kontrak 4.5%.
besar instrumen sebagai berikut:
Pertanyaan tentang fakta, misalnya pada b. Perilaku pelanggan
kuesioner bagian A nomor 1-7. meskipun Pelanggan di perumahan Malibu seluruhnya
demikian masih diperlukan informasi lain sudah menggunakan air PDAM Tirtanadi.
mengenai fakta responden, misalnya Namun 68.89% menggunakan air hanya
mengenai umur, pendidikan, dan dari PDAM Tirtanadi, sedangkan sisanya
sebagainya. 31.11% juga menggunakan air sumur bor.
Pertanyaan tentang perilaku dan persepsi Penggunaan air sumur bor tersebut adalah
pelanggan kawasan ZAMP di perumahan untuk mencuci mobil/lainnya 91.12%, air
Malibu Indah, misalnya pada kuesioner minum sebesar 4.44%, serta untuk
bagian B nomor 1-10. keperluan memasak sebesar 4.44%
Tujuh pertanyaan tentang pandangan dan pelanggan.
komunikasi PDAM pelanggan, misalnya Sistem penampungan air minum terdiri dari
pada kuesioner bagian C nomor 1-9. menara sebanyak 13.33%, bak penampang
meskipun responden telah menjawab dari semen 20.00% drum fiber glass/
pertanyaan–pertanyaan informatif, tidak stainless 57.78%, dan lainnya (tidak ada)
menutupi kemungkinan untuk menggali sebesar 8.89% pelanggan.
informasi dengan wawancara mendalam Sumber konsumsi air minum rumah
(indepth interview). pelanggan meliputi: air kemasan 13.33%,
Setiap isi pertanyaan dapat memuat lebih air isi ulang 8.89%, air PDAM (dimasak)
dari satu maksud jawaban. Sebuah 53.33%, dan air siap minum 24.455
pertanyaan kadang menghendaki jawaban pelanggan.
yang lebih informatif. Tetapi hal tersebut
secara tidak langsung juga mencerminkan c. Penggunaan air setelah dilaksanakan ZAMP
persepsi seseorang tentang dirinya. Penggunaan utama air PDAM terdiri dari:
Untuk air minum 71.11%, keperluan
Tehnik Pengolahan Data memasak 26.67%, mandi dan mencuci
Data yang dikumpulkan kemudian diolah mobil/lainnya 0% pelanggan.
dengan menggunakan metode statistik. Cara penggunaan air minum dari PDAM
Pengolahan data dilakukan dengan meliputi: untuk air minum langsung 26.675,
memasukkan data menggunakan perangkat air minum (disaring) 17.78%, air minum
lunak SPSS. (dimasak) 55.55%, dan lainnya sebesar 0%
Frekuensi aliran air mati: Sering 6.67%,
4. Hasil penelitian jarang 71.11%, hanya waktu pagi hari
a. Karakteristik pelanggan 2.22%, dan tidak pernah sebesar 20%
Pekerjaan utama pelanggan terdiri dari: pelanggan.
Wiraswasta 46.67%, pegawai swasta
42.22%, ibu rumah tangga 8.89%, dan 5. Kesimpulan Dan Saran
pegawai negeri 2.22%. Kesimpulan
Kelompok usia pelanggan di atas 40 tahun Hasil pembahasan serta analisis data yang
40%, usia 26-39 tahun 13.33%, usia 16-25 telah dilakukan terhadap SKP-ZAMP Perumahan
tahun 6.67%, dan di bawah 16 tahun 40%. Malibu Indah dapat disimpulkan sebagai berikut:
Status pelanggan adalah kepala rumah 1. Sebanyak 68,89% penghuni Malibu Indah hanya
tangga dengan persentase 60%, ibu rumah menggunakan air PDAM Tirtanadi sebagai satu-
tangga 31.11%, status ana 6.67%, dan status satunya sumber air, selebihnya (31,11%) masih
lainnya 2.22%. menggunakan sumur bor sebagai sumber air
Tingkat pendidikan pelanggan: SMA/D3 tambahan/cadangan.
53.22%, sarjana S1/S2 33.34%, serta 2. Penggunaan utama dari air PDAM adalah untuk
SD/SMP 13.44%. air minum, yaitu 71,11% pelanggan, tetapi
Jumlah anggota penggunaan air terdiri dari secara dominan, yaitu 53,56% pelanggan masih
3-6 orang sebesar 73.33 %, 7-10 orang memasak air minum tersebut.
17.78%, lebih dari 10 orang 4.44%, dan 3. Hanya 24,44% pelanggan di perumahan Malibu
kurang dari 3 orang 4.45%. Indah yang tidak mempunyai keluhan terhadap
Tingkat penghasilan pelanggan yang paling pelayanan PDAM. Sementara keluhan utama
dominan adalah: Rp 10-20 juta 36%, Rp 5- pelanggan yaitu 44,44% mengeluh tentang
126
Zona Air Minum Prima (ZAMP)
tekanan air (rendah atau mati), selanjutnya Supranto, Johannes. 1998. Teknik Pengambilan
24,44% mengeluh tentang kualitas air (keruh, Keputusa. Jakarta: PT Rineka Citra.
berbau, dan endapan), dan selebihnya 6,68% Sweeny, Andrson Denis, And Williams, Thomas. A.
mengeluh tentang tarif yang tidak terjangkau. 1991. Introduction to Management Science,
4. Sebagian besar pelanggan, yaitu 84% pelanggan 6th Edition. St Paul: West Publishing
menyatakan setuju dinaikkan tarif untuk Company.
peningkatan pelayanan, bahkan 82,22% _______. Survai Kepuasan Pelanggan tahun 2004.
pelanggan setuju kenaikkan tarif sebesar PDAM Tirtanadi bekerja sama dengan LPPM
33,33%. USU, Medan, Sumatera Utara
_______. Peraturan Daerah Propinsi Daerah
Saran tingkat I Sumatera Utara. 1999. Perusahaan
Survai kepuasan pelanggan ZAMP Daerah Air Minum Tirtanadi Propinsi Daerah
Malibu ini diharapkan memberikan pada pihak Tingkat I Sumatera Utara No. 3 Tahun 1999.
PDAM Tirtanadi Sumatera Utara dalam peningkatan Medan, Sumatera Utara
pelayanan kepada pelanggan, maka disarankan hal– _______. 2002. Corporate Plan 2001-2005. Revisi
hal berikut: Kedua, PDAM Tirtanadi Sumatera Utara.
1. Persepsi pelanggan mengenai PDAM _______. 2004. Gambaran Umum PDAM Tirtanadi
Tirtanadi sebagai pelaksana Zona Air Propinsi Sumatera Utara. Website:
Minum Prima (ZAMP) di perumahan http://www.PDAMtirtanadi. co.id.
Malibu Indah masih perlu disempuranakan
lagi secara berkelanjutan, khususnya cara
sosialisasi dengan melakukan komunikasi
terus–menerus kepada pelanggan di
perumahan Malibu Indah. Hal ini agar
PDAM Tirtanadi mempunyai sistem
peningkatan pelayanan untuk memberikan
jaminan kuantitas, kualitas, dan kontinuitas
air minum yang memadai dan
berkelanjutan.
2. Disarankan kepada PDAM Tirtanadi agar
melakukan sosialisasi dengan media
informasi surat pemberitahuan setiap bulan
mengenai aliran dan kualitas air ZAMP di
perumahan Malibu Indah, sehingga
pelanggan mempunyai kepercayaan yang
tinggi kepada PDAM Tirtanadi dan aman
mengkonsumsi air minum langsung dari
kran rumah mereka.
3. Untuk mengetahui keluhan dan
ketidakpuasan pelanggan PDAM Tirtanadi
perlu melakukan survai kepuasan pelanggan
air ZAMP perumahan Malibu Indah.
Daftar Pustaka
127
ANALISIS PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU
PADA PERUSAHAAN PABRIK GULA
Sa’ir Tumanggor
Abstrak: Pabrik gula adalah salah satu perusahaan makanan yang termasuk dalam sembilan bahan pokok, maka
mutu produk haruslah sangat diperhatikan. Pengendalian mutu pada perusahaan pabrik gula dimulai dari
pengadaan bahan baku sampai pada proses produksinya yang merupakan kegiatan saling terkait sehingga setiap
tahap kegiatan haruslah diarahkan sedemikan rupa untuk dapat memperoleh produksi maksimal dengan tingkat
kehilangan seminimal mungkin. Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa perusahaan pabrik
pada umumnya telah melaksanakan kebijaksanaan kualitas dengan menjalankan pengendalian kualitas dalam
bentuk gugus kendali mutu secara kontinu dan terkoordinir dibawah pengawasan bagian pabrikasi. Berdasarkan
hasil pengijian Control Char, khususnya x chart yang dilakukan pada tahun 2000 secara keseluruhan semua data
berada dalam batas pengendalian statistik belum begitu baik. Grafik pengendali pada tahun 2000 dapat
digunakan untuk pemetaan data tahun 2001. Hanya pada analisis polarisasi yang terdapat data di luar batas
pengendalian berarti secara keseluruhan proses berjalan terkendali dan konsisten.
128 128
Analisis Pelaksanaan Pengendalian Mutu pada Perusahaan Pabrik Gula
129
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005
3. Biaya kegagalan internal (Internal Failur Cost) 3. Spesifikasi yang berlaku, ditinjau dari segi
Biaya ini terjadi akibat produk gagal mencapai kemampuan proses dan keinginan konsumen
standar mutu desain dan terdeteksi pada waktu yang ingin dicapai dari hasil produksi tersebut.
proses produksi atau sebelum dikirim kepada 4. Ekonominya kegiatan produksi, untuk
pelanggan. mengetahui tingkat efisiensi dari kegiatan
4. Biaya kegagalan eksternal (External Failure produksi tergantung pada seluruh proses yang
Cost) ada di dalamnya.
Biaya ini terjadi akibat produk gagal mencapai
standar mutu desain dan tidak terdeteksi sampai 2.5. Pengendalian Mutu Statistik
dikirim kepada pelanggan. Keempat biaya ini Teknik pengendalian mutu statistik
dapat dibagi menjadi biaya pengendalian yang digunakan untuk mengendalikan pelaksanaan suatu
terdiri dari biaya kegagalan internal dan proses apakah sesuai dengan spesifikasinya, serta
eksternal. untuk menentukan apakah barang atau bahan yang
diterima dari supplier mempunyai mutu yang dapat
2.3. Manajemen Proses diterima.
Konsep dari manajemen proses berkaitan Pengendalian meliputi beberapa macam
dengan perbaikan kualitas. Dalam manajemen proses teknik, salah satunya adalah dengan metode statistik.
ini terdapat enam komponen penting, yaitu: Keuntungan dari metode statistik ini adalah:
1. Kepemilikan (ownership), menugaskan 1. Teknik pengawasan mutu diterapkan dengan
tanggung jawab untuk desain, operasi dan jalan mengambil sampel-sampel sehingga
perbaikan proses. tidak semua dari komponen harus diperiksa,
2. Perencanaan (planning), menetapkan suatu cukup hanya dengan mengambil bagian-
pendekatan terstruktur dan terdisiplin untuk bagian tertentu saja secara acak.
mengerti, mengidentifikasi dan mendoku- 2. Pengawasan adalah sebagai alat untuk
mentasi semua komponen utama dalam proses mencegah kemungkinan adanya penyimpanan-
hubungan antara komponen utama itu. penyimpangan sebelum terjadi lebih serius,
3. Pengendalian (control), menjamin output dapat jadi hal ini bisa disamakan dengan tindakan
diperkirakan dan konsisten dengan ekpetasi preventif.
pelanggan. Salah satu pendekatan yang digunakan
4. Pengukuran (measurement), memetakan dalam pengendalian mutu untuk mengendalikan
performansi atribut dan variabel dari produk ketidakseragaman dalam proses produksi adalah
terhadap kebutuhan pelanggan dan menetapkan Statistikal Proses Control (SPC). SPC dapat
kriteria untuk akurasi, presisi, dan frekuensi mendeteksi dan mengeliminasi variasi yang tidak
perolehan data. random yang muncul selama proses berlangsung.
5. Perbaikan atau peningkatan (improvement),
mening-katkan efektivitas dari proses melalui 2.6. Proses Pembuatan Gula Pasir
perbaikan-perbaikan yang diidentifikasi secara Proses pemurnian yang digunakan
tetap. menentukan produksi = I gula yang dihasilkan yang
6. Optimasi (optimization), meningkatkan efisiensi lazim di Indonesia adalah:
dan produktivitas melalui perbaikan-perbaikan o Proses defkasi raw sugar (gula tanjung)
yang diidentifikasikan secara tetap. o Proses sulfitasi gula putih SHS
Keenam komponen di atas merupakan o Proses karbonatasi gula putih SHS
landasan untuk keberhasilan manajemen dari suatu Terdapat beberapa prinsip atau metode
proses apa saja, komponen-komponen itu dibutuhkan analisis mutu gula yang penting untuk menentukan
untuk proses apa saja, komponen-komponen itu mutu gula tersebut, antara lain: polarisasi, kadar air,
dibutuhkan untuk proses kerja yang menghasilkan besar jenis butir, dan nilai remisi direduksi jenis gula
dan menyerahkan produk ke pelanggan. Dalam pasir produksi dalam negeri terdiri dari: gula
proses produksi ada beberapa faktor yang akan konsumsi rumah tangga (kualitas SHS standar, SHS
mempengaruhi derajat pengendalian kualitas, faktor- IB, dan SHS IA) dan gula industri.
faktor tersebut antara lain:
1. Kemampuan proses, hal ini dimaksudkan 3. Pembahasan
bahwa batas-batas yang ingin dicapai haruslah Pada perusahaan pabrik dalam melak-
disesuaikan kemampuan proses yang sudah sanakan pengawasan mutu produknya adalah dengan
ada. cara memeriksa kadar air, kadar polarisasi, dan besar
2. Apkiran yang diterima, derajat pengendalian jenis butir.
kualitas yang dilakukan akan tergantung pada
banyaknya bahan atau barang di bawah standar 3.1. Analisis Kuantitatif
yang dapat diterima. Metode yang digunakan dalam Analisis kuantitatif
adalah dengan Control Chart.
1. Analisis Kadar Air
130
Analisis Pelaksanaan Pengendalian Mutu pada Perusahaan Pabrik Gula
Dalam perdagangan umum gula dikatakan sebesar 10,5 mm. Nilai tersebut melebihi nilai
kering apabila kadar air sebesar 0,1-0,15% atau yang sudah di standarkan oleh perusahaan.
apabila digenggam, gula tersebut tidak akan
Hal yang dapat mempengaruhi besar jenis butir
menempel di tangan. Berdasarkan hasil
pada proses produksi adalah: pada proses
perhitungan kadar air tahun 2000, diperoleh
kristalisasi di mana pada proses ini sangat
hasil untuk batas atas (UCL) dan batas bawah
tergantung pada keterampilan tenaga kerja
(Llcl) seperti tertera pada table 3.1. Dari tabel
dalam pemasakan. Karena merupakan proses
tersebut dilihat bahwa rata-rata kadar air masih
penguapan, maka pengendalian suhu dan
berada dalam batas standar yang ditentukan
tekanan pemasakan harus dilakukan dengan
perusahaan.
selalu mengontrol thermometer yang ada di pan-
pan kristalisasi tersebut. Faktor mempengaruhi
Table 3.1. Batas Pengawasan Kadar Air (%) Tahun
besar jenis butir adalah: lama masakan yang
2000
dilakukan, untuk mendapatkan besar jenis butir
Batas Hasil Standar yang lebih besar dibutuhkan waktu masakan
Pengendalian Analisis Perusahaan yang lebih lama.
CL 0.06 01-015
Konsumen tertentu menyukai gula kristalnya
UCL 0.09 relatif besar, karena untuk mencairkannya relatif
LCL 004 lebih lama dibandingkan dengan gula yang jenis
kristalnya besar lebih disukai di Indonesia
2. Analisis Polarisasi terutama untuk pemakaian langsung dalam
Dari hasil perhitungan polirasi tahun 2000 minuman.
diperoleh batas pengendalian seperti pada table
4.2 dari tabel tersebut rata-rata polarisasi 4. Analisis Nilai Remisi diReduksi.
sebesar 99,86% karena P3GI sudah Nilai remisis direduksi merupakan ukuran
menentukan standar gula konsumsi rumah keputihan gula yang ditetapkan laboratories,
tangga untuk polarisasi yaitu minimal 99,7%. dengan menggunakan choromatograph
Apabila hasil pemeriksaan sampel mikroskop. Dengan meng-gunakan alat tersebut
dibandingkan, antara batas pengawasan dengan suatu contoh gula ditetapkan kepada suatu
standar yang sudah ditentukan P3GI dan SK tingkatan nilai remisi direduksi (NRD) misalnya
Kabulog 314/KA/06/1995 maka produk gula 59,1 dan 6,00. Dengan demikian orang awam
tersebut telah memenuhi kualitas gula pada sukar membedakan besaran NRD atas dua jenis
jenis SHS 1 A hal ini yang dapat gula di atas tetapi hal ini penting ditetapkan
mempengaruhi polarisasi, yaitu proses produksi sebagai salah satu faktor penentu kualitas
terutama pada proses pemurnian, di mana karena dapat diuji secara laborati. Nilai remisi
apabila tenaga kerjanya kurang terampil dalam direduksi dipengaruhi oleh banyak hal antara
memberikan kapur dan belerang yang tepat, lain mutu baku dan semua tahapan proses
maka mutu produk yang dihasilkan kurang produksi karena NRD merupakan ukuran
memenuhi standar. keputihan gula.
Tabel 3.2. Batas Pengawasan Polarisasi Tahun 2000 Tabel 3.4. Batas Pengawasan Nilai Remisi Direduksi
Batas Hasil Standar Batas Hasil Standard
Pengendalian Analisis Perusahaan Pengendalian analisis perusahaan
CL 99.86 >= 99.7 CL 0.06 0.4-0.15
UCL 100 UCL 0.09
LCL 99.71 LCL 0.04
3. Analisis Besar Jenis Butir
3.2. Analisis Kualitatif
Kategori ini merupakan visualisasi yang sering Produksi gula yang tidak sesuai dengan
mendapat perhatian utama konsumen di standar kualitas mengakibatkan kerugian bagi
samping warna yang putih. Besar jenis butir perusahaan, karena proses produksi gula yang tidak
adalah ukuran atau besaran kristal-kristal gula. memenuhi standar kualitas tersebut harus diproses
Berdasarkan hasil perhitungan besar jenis butir kembali sehinga membutuhkan biaya dan waktu
pada tahun 2000, diperoleh hasil untuk batas yang tidak sedikit.
atas (uCLo dan batas bawah LCL) seperti tertera Pengendalian mutu tebu sebagai bahan baku
apabila dibandingkan dengan batas standar yang meliputi:
perusahaan yaitu 0,9-1,0 mm, maka pengawasan a. Pemasokan bahan baku
yang dilakukan perusahaan saat ini sangat Bahan baku untuk pengolahan gula pada pabrik
longgar, karena nilai rata-rata yang diperoleh gula adalah berupa batang tebu yang dihasilkan
131
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005
132
Analisis Pelaksanaan Pengendalian Mutu pada Perusahaan Pabrik Gula
Daftar Pustaka
Ahyari A. 1987. Manajemen Produksi Pengendalian
Produksi II. Yogyakarta: Badan Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada.
Anonim, 1997. Studi Tentang Pemasaran dan
Prospek Investasi Industri Gula Indonesia.
Jakarta: PT Internasional Contact Bussines
Sistem, Inc.
Bufa E. S. 1991. Manajemen Produksi dan Operasi,
Jilid II, Edisi 6. Jakarta.
Darmawan D.H.A. 1998. Pokok-Pokok Pikiran
Menuju Perbaikan Industri Gula. Jurnal
Litbang Pertanian.
Ferdy, 1999. Industri Gula Tebu, Produksi Lokal
Menurun Impor Meningkat. Manajemen
Usahawan Indonesia.
Handoko H. 1992. Dasar-dasar Manajemen Produksi
dan Operasi. Yogyakarta: BPFE.
Ishikawa K. 1992. Pengendalian Mutu Terpadu.
Penerjemah Budi Santoso. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Martinich, J.S. 1997. Production and Operation
Management, An Applied Modern Approach.
John Wiley & Sons Inc.
Meredith, J.R. 1992. The Management of Operation
a Conceptual Emphasis, 4 ed. John Eiley &
Sons Inc.
Yamit Z. 1998. Manajemen Produksi dan Operasi
Ekonomi. Yogyakarta: Fakultas Ekonomi UII.
133
KAJIAN PENGEMBANGAN PABRIK KELAPA SAWIT (PKS)
SUPERMINI DALAM RANGKA PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI
KELAPA SAWIT DI SUMATERA UTARA
(The Study on The Development of Supermini Palm Oil Factory in Order
To Increase The Palm Oil Farmers Income in North Sumatera)
Terip Karo-Karo
Abstrak: Pengkajian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui penyebaran kebun kelapa sawit rakyat di
Sumatera Utara dan menetapkan lokasi PKS Supermini yang sesuai dengan penyebaran kebun kelapa sawit
rakyat di daerah kajian (Kabupaten Asahan, Labuhan Batu, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, dan Tapanuli
Tengah), mengetahui dampak pengembangan PKS Supermini terhadap peningkatan pendapatan petani kelapa
sawit di daerah kajian, dan menyusun arahan pengembangan dalam bentuk arahan prioritas lokasi dan arahan
program pengembangan PKS Supermini di daerah kajian.
Metode analisis yang digunakan yaitu metode deskriptif yang didukung dengan tabulasi. Penetapan lokasi PKS
Supermini dilakukan dengan bantuan kriteria teknik penentuan lokasi. Penetapan jumlah PKS di suatu wilayah
sampai tahun 2012 dilakukan atas dasar prediksi produksi dengan mempertimbangkan hubungan kapasitas PKS
Supermini dan luas lahan pertanaman kelapa sawit pendukung. Analisis dampak terhadap pendapatan petani
dilakukan dengan metode deskriptif yang didukung oleh perhitungan nilai tambah bersih produk olahan
gabungan. Sementara itu, penetapan prioritas lokasi dan arahan pengembangan dilakukan secara deskriptif
melaui skoring terhadap beberapa parameter.
Hasil survai terhadap kinerja perkebunan kelapa sawit rakyat di daerah kajian menyatakan bahwa penyebaran
lahan pengembangan kelapa sawit rakyat dan PKS tidak merata, sementara itu produktivitas dan pendapatan
petani kelapa sawit bervariasi dalam rentang relatif rendah. Peningkatan pendapatan yang akan diperoleh petani
dengan adanya pengembangan PKS Supermini rata-rata adalah sekitar 5,74%-32,76%. Hasil skoring
menyatakan bahwa kecamatan-kecamatan yang perlu diprioritaskan pengembangannya adalah Sei Kepayang
(Asahan), Merbau (Labuhan Batu), Sosa (Tapanuli Selatan), Batang Natal (Mandailing Natal), dan Lumut
(Tapanuli Tengah).
Untuk mendorong pengembangan PKS Supermini dalam rangka merealisasikan dan memberdayakan
perekonomian rakyat maka program-program yang mendesak untuk dilakukan adalah pelatihan teknis bagi para
petani, pengembangan kelembagaan petani (seperti kelompok tani sawit dan koperasi agribisnis),
penyederhanaan prosedur perizinan, pengaturan perpajakan/retribusi., pengembangan sistem insentif ,dan
pengembangan infrastruktur pendukung.
Kata kunci: PKS Supermini, pendapatan petani, perkebunan rakyat kelapa sawit.
Abstract: The study was conducted to know the spreading of palm oil small holders in North Sumatera and to
determine the location of supermini palm oil factories according to the palm oil small holders spreading in the
study area (Asahan, Labuhan Batu, South Tapanuli, Mandailing Natal and Central Tapanuli), to know the
impact of supermini palm oil factory development on the farmer income increase, to arrange the development
direction of supermini palm oil factories.The analysis methods that was used to study the performance of palm
oil small holder was descriptive analysis that was supported by tabulation. Identification of factory location was
done by technical criteria for location. The total of supermini palm oil factory in a region up to 2012 was
determined by prediction of production and supported by the relationship between capacity of supermini palm
oil factory and total area of palm oil land. The impact of the development of supermini palm oil factory on the
farmer income was analyzed by descriptive methods that was supported by calculation of net value added of
processed product. Determination of the priority location was done by scoring for some parameters.
The results of this study indicated that the spreading of palm oil small holders in the study area and palm oil
factories are unbalanced, on the other hand the productivity and farmer income showed the variation but within
the relative low range. After the development, the farmers income will increase around 5.74 up to 32.76 %. The
result of scoring showed that the priority subdistricts are Sei Kepayang (Asahan), Merbau (Labuhan Batu),
Sosa (South Tapanuli), Batang Natal (Mandailing Natal) and Lumut (Central Tapanuli). The urgent programs
that will support the development of supermini palm oil factories in the study area are technical training for
farmers, farmer institutions development (farmer groups and agribusiness cooperation), deregulation of
dispensation procedures, tax regulation, incentive system improvement and infrastructures development.
Key words: Supermini palm oil factory, farmer income, palm oil small holder.
134
Kajian Pengembangan Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Supermini
dalam Rangka Peningkatan Pendapatan Petani Kelapa Sawit di Sumatera Utara
135
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005
136
Kajian Pengembangan Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Supermini
dalam Rangka Peningkatan Pendapatan Petani Kelapa Sawit di Sumatera Utara
dapat meningkatkan pendapatan penduduk secara Sebelum membangun PKS Supermini yang
lebih adil dan merata. perlu diperhatikan adalah luas areal kelapa sawit
Teknologi pengolahan yang ditawarkan rakyat yang telah menghasilkan (TM) di kawasan
dalam mengatasi permasalahan petani kelapa sawit tersebut minimal seluas 300 ha untuk PKS Supermini
adalah yang disebut dengan PKS Supermini. kapasitas 500 kg TBS/jam atau 600 ha untuk
Teknologi ini diharapkan segera diadopsi oleh petani kapasitas 1 ton/jam. Untuk mencapai jumlah bahan
sehingga mereka dapat meningkatkan pendapatan baku (produksi dan luas areal) yang diperlukan untuk
dan kesejahteraannya. 1 (satu) unit PKS Supermini, dapat diperoleh dari
beberapa kecamatan lain yang berdekatan dengan
lokasi.
2. Kriteria Penetapan Lokasi PKS Supermini
Mempertimbangkan adanya keharusan 4. Rencana Penyebaran PKS Supermini di
Tandan Buah Segar sampai di pabrik tepat pada Daerah Kajian
waktunya (dalam rentang waktu kurang dari 6 jam),
maka sebaiknya letak PKS Supermini berada di Berdasarkan data yang ada dan dengan
tengah areal/kawasan kebun kelapa sawit rakyat. mengacu pada keterkaitan antara luas areal dan
Pengertian berada di tengah-tengah hamparan kebun kapasitas tersebut maka dapat dilihat bahwa di
rakyat yang dimaksud dalam hal ini mengandung Kabupaten Asahan hampir setiap kecamatan
implikasi luas dan fleksibel dalam arti bukan semata- memiliki luas areal tanaman kelapa sawit rakyat
mata hanya ditentukan oleh jarak. Namun juga perlu lebih dari 300 ha dan produksi lebih dari 3.000
diperhitungkan waktu tempuh yang sangat ton/tahun, kecuali Kecamatan Tanjung Balai, Sei
dipengaruhi oleh kondisi jalan dan moda transportasi Balei, Air Putih, Kisaran Barat, dan Kisaran Timur.
yang ada. Hal ini penting diperhatikan untuk tujuan Artinya pada umumnya kecamatan-kecamatan
mendapatkan kualitas minyak yang baik tersebut memiliki potensi bahan baku Tandan Buah
(mengantisipasi pembentukan asam lemak bebas Segar (TBS) yang cukup untuk mendukung
yang lebih banyak) serta efisiensi biaya transportasi pengembangan PKS Supermini dengan kapasitas 0,5
bahan baku. ton/jam.
Faktor lain yang juga perlu diperhitungkan Dari 22 kecamatan yang ada, 16 kecamatan
dalam penempatan pabrik adalah aksesibilitas mempunyai potensi TBS untuk mendukung
dengan jaringan jalan utama, supaya hasil olahan didirikannya PKS Supermini sampai ke PKS Mini
pabrik mudah dibawa ke luar atau ditransportir ke (kapasitas ≥ 1 ton/jam), 1 kecamatan punya potensi
konsumen. Dari sisi ekologis, perlu diperkirakan TBS untuk mendukung didirikannya PKS Supermini
aspek penanganan limbah, sehingga hasil buangan (kapasitas 0,5 ton/jam), sedangkan 5 kecamatan
limbah mudah ditangani dan tidak memberikan mempunyai potensi yang belum cukup mendukung
dampak negatif yang berati bagi lingkungan (Apple, untuk pendirian PKS Supermini. Di Kabupaten
1990; Smith, 1980). Labuhan Batu, semua kecamatan (22 kecamatan)
Hal-hal lain yang perlu diperhatikan dalam telah mempunyai potensi untuk mendukung
pengembangunan PKS Supermini adalah: Dalam pendirian PKS Supermini dengan kapasitas 0,5
konteks kajian mekanika tanah, pabrik seharusnya di ton/jam. Bahkan telah banyak kecamatan yang
bangun di tempat yang datar atau daya dukung lahan memiliki potensi TBS untuk mendukung PKS mini,
kuat, tapak tidak terletak di lokasi banjir dan perlu PKS kecil, PKS sedang maupun PKS besar. Di
dipertimbangkan adanya kemungkinan perluasan Kabupaten Tapanuli Selatan, terdapat 6 kecamatan
dikemudian hari. yang telah mempunyai potensi produksi TBS untuk
mendukung pendirian PKS, 3 kecamatan diantaranya
dapat mendukung PKS Supermini dengan kapasitas
3. Hubungan Luas Areal dengan Kapasitas
0,5 ton/jam dan 3 kecamatan lagi telah mampu
PKS Supermini
menyediakan bahan baku untuk PKS Supermini
Sesuai dengan kondisi wilayah dan dengan kapasitas 1 ton/jam hingga PKS Mini.
masyarakatnya, pengembangan PKS Supermini di Sementara 10 kecamatan lainnya baru
daerah kajian dapat dilakukan dengan memilih 2 mengembangkan tanaman kelapa sawit dan beberapa
alternatif kapasitas, yaitu 500 Kg/Jam atau 1000 tahun mendatang baru memerlukan PKS.
Kg/Jam. PKS Supermini kapasitas 500 Kg TBS/jam Di Kabupaten Tapanuli Tengah, ada 3
memerlukan bahan baku 10 ton TBS/hari atau 3000 kecamatan yang telah mempunyai potensi produksi
ton TBS/tahun yang dihasilkan dari pertanaman TBS untuk dapat mendukung PKS yaitu, Kecamatan
kelapa sawit seluas 300 ha. Sedangkan, PKS Manduamas memerlukan 1 unit PKS Supermini
Supermini kapasitas 1000 kg TBS/Jam memerlukan dengan kapasitas 0,5 ton/jam, Kecamatan
bahan baku 20 ton TBS/hari atau 6000 ton Sibabangun memerlukan 1 unit PKS Supermini
TBS/tahun yang dihasilkan dari pertanaman kelapa dengan kapasitas 0,5 ton/jam, dan Kecamatan Lumut
sawit seluas 600 ha. (Perkiraan rata-rata memerlukan 1 unit PKS Supermini dengan kapasitas
produktivitas: 10 ton/ha/tahun). 1 ton/jam. Sedangkan kecamatan lainnya
137
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005
memerlukan PKS Supermini 2-5 tahun mendatang. 388 unit PKS Supermini yang tersebar pada 7
Di Kabupaten Mandailing Natal, belum ada kecamatan. Kecamatan yang terbanyak
kecamatan yang telah mempunyai potensi produksi membutuhkan adalah Kecamatan Sosa (216 unit) dan
TBS yang cukup untuk mendukung pendirian PKS paling sedikit Sosopan dan Dolok (masing-masing 1
Supermini. Berdasarkan hasil prediksi total produksi unit). Kabupaten Mandailing Natal hanya
TBS per wilayah sampai dengan tahun 2012 (sepuluh membutuhkan 1 unit PKS Supermini di Kecamatan
tahun ke depan), maka selanjutnya dapat Batang Natal. Namun sebagai respon terhadap
diperkirakan kebutuhan PKS Supermini pada setiap perkembangan luas areal dan produktivitas yang
wilayah tersebut. kemungkinan cukup pesat untuk masa yang akan
Hasil perkiraan jumlah PKS Supermini datang tim menyarankan agar ditambahkan satu unit
menyatakan bahwa sampai pada tahun 2003, tambahan di Kecamatan Batang Natal atau Natal.
perkebunan kelapa sawit rakyat di Kabupaten Kabupaten Tapanuli Tengah membutuhkan 48 unit
Labuhan Batu membutuhkan sekitar 465 unit PKS PKS Supermini yang tersebar pada semua
Supermini, sementara itu Kabupaten Asahan kecamatan. Kecamatan yang terbanyak
membutuhkan 122 unit, Tapanuli Selatan 113 unit, membutuhkan adalah Kecamatan Lumut (216 unit)
dan Tapanuli Tengah 14 unit. Berdasarkan hasil dan paling sedikit Sibolga (1 unit).
perhitungan, sampai dengan tahun 2005 Kabupaten
Mandailing Natal belum membutuhkan PKS
5. Dampak Pengembangan PKS Supermini Terhadap
Supermini dan tim menyarankan agar mulai tahun
Pendapatan Petani
2008 di wilayah tersebut dibangun 1 unit PKS
Supermini yang didukung oleh produksi TBS Dampak pengembangan PKS Supermini
beberapa kecamatan. dapat dilihat dari besarnya nilai tambah yang
Tahun 2012 diperkirakan Kabupaten diperoleh dari pengolahan TBS menggunakan
Labuhan Batu membutuhkan sekitar 968 unit PKS teknologi PKS Supermini. Nilai tambah dapat
Supermini yang tersebar pada semua kecamatan. dihitung menggunakan pendekatan nilai bahan baku
Kecamatan yang terbanyak membutuhkan adalah dan nilai produksi olahan per tahun pada industri
Kecamatan Merbau (135 unit) dan paling sedikit PKS Supermini kapasitas 1 ton/jam. Nilai Tambah
Kualuh Hilir (6 unit). Kabupaten Asahan (NT) bersih dari produksi gabungan (CPO + kernel)
membutuhkan 319 unit PKS Supermini yang tersebar adalah Rp 388,67 per kg.
pada semua kecamatan di luar wilayah Kisaran dan
Berdasarkan perhitungan di atas maka dapat
Tanjung Balai. Kecamatan yang terbanyak
membutuhkan adalah Kecamatan Buntu Pane (85 diperkirakan besarnya nilai tambah yang akan
unit), sementara yang membutuhkan paling sedikit diperoleh tiap petani per kabupaten disajikan pada
Kecamatan Sei Bale dan Air Putih (masing-masing 2 Tabel 2.
unit). Kabupaten Tapanuli Selatan membutuhkan
138
Kajian Pengembangan Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Supermini
dalam Rangka Peningkatan Pendapatan Petani Kelapa Sawit di Sumatera Utara
139
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005
DAFTAR PUSTAKA
140
ANALISIS PEMBUATAN CETAKAN PADA TEKNIK PENGECORAN LOGAM
M. Ichwan Nasution
Staf Pengajar Teknik Industri Fakultas Teknik USU
Abstrak: Pada umumnya cara pembuatan cetakan (moulding) di Indonesia masih dilakukan dengan tangan
(hand moulding), termasuk untuk pekerjaan-pekerjaan produksi yang seharusnya dapat dikerjakan dengan mesin
cetak (moulding machine) dan secara serial (work in line).
Abstract: In general, the making of moulding in Indonesia still uses hand moulding, including for the
production works which should be done with moulding machine and with work in line.
Pendahuluan Pembahasan
Pembuatan cetakan yang paling sederhana
1. Alat-alat yang digunakan (Sand Preparation
adalah cetakan pasir (sand moulding) yang dapat
Equipment)
dilakukan dengan tangan, cetakan tangan (hand
moulding), dan dapat dengan mesin cetak (moulding Untuk mendapatkan pasir cetakan yang
machine). Penggunaan mesin cetak oleh beberapa memenuhi syarat-syarat teknis pada umumnya belum
pabrik pengecoran dengan tujuan untuk terlaksana dengan baik, belum memenuhi syarat
meningkatkan efisiensi dan kualitas cetakan. Namun minimum dari peralatan yang digunakan, hanya pada
disebabkan oleh beberapa faktor lainnya maka usaha beberapa pabrik pengecoran yang cukup besar yang
peningkatan efisiensi dan kualitas cetakan belum menggunakan alat-alat pasir cetak, seperti:
menanjak pesat. Begitu pula halnya untuk teknik 1. Mix muller
pembuatan cetakan lainnya seperti cetakan minyak 2. Sifter (screenerator)
(shell moulding) dan CO2 proses. Hal-hal yang perlu 3. Magnetic separator
diperhatikan adalah bahan baku seperti bentonite, 4. Disintegrator
waterglass, mesin yang diperlukan dan lain 5. Aerator
sebagainya. Untuk pengembangan cara membuat
cetakan pabrik pengecoran logam yang dapat 2. Teknik pembuatan cetakan (mould making
dikategorikan besar adalah untuk mengecor besi cor technique)
kelabu (gray cast iron) yang beratnya berkisar 100- a. Pembuatan cetakan dengan tangan (hand
500kg cetakannya pada umumnya dipakai komposisi mould).
dry sand seperti pada tabel 1. Pembuatan cetakan dengan tangan
adalah paling banyak digunakan di Indonesia.
Tabel 1. Pneumatic rammer untuk mempercepat hand
No. Bahan Dry Green Shell moulding telah digunakan oleh beberapa pabrik
(%) Sand sand Mould pengecoran tetapi belum secara luas. Di samping
(%) (%) (%) itu beberapa pabrik pengecoran pembuatan
1. Pasir 91 86 - cetakan dengan memakai mesin cetak (moulding
biasa machine) khususnya untuk seri produksi telah
2. Glotin - 5 - dilaksanakan pembuatan cetakan dengan mesin
3. Gula 4 4 - cetak. Mesin cetak yang banyak dipakai adalah
tetes volting machine dan jolt squeeze machine. Di
4. Pasir - - 95 samping itu, untuk pabrik pengecoran yang
Biliton besar telah pula membuat cetakan dengan proses
5. Bakelit - - 5 vakum (vacuum process moulding).
6. Serbuk 5 5 - b. Teknik Pembuatan Cetakan lainnya.
Gargaji 1 Shell Moulding
Shell moulding karena permintaan yang
kurang, proses ini tidak digunakan lagi
(FOMA tipe Shell moulding buatan
Jerman).
141
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005
Kesimpulan
1. Untuk mempertinggi mutu dan efisiensi, dalam
pembuatan pasir cetak perlu disosialisasikan
142
JURNAL SISTEM TEKNIK INDUSTRI
Jurnal Keilmuan dan Penggunaan Terhadap Sistem Teknik Industri
ISSN 1411-5247 Terakreditasi No. 52/DIKTI/KEP/2002
Jl. Almamater Kampus USU P. Bulan Medan 20155
Homepage: http://www.geocities.com/jurnalsti_usu E-mail: jsti@plasa.com
SURAT PENGANTAR
No. /JO5.1.31/TI/STI/2004-
TANDA TERIMA
Telah diterima dari : Redaksi Jurnal Sistem Teknik Industri
Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara
Jl. Almamater Kampus USU P. Bulan Medan 20155
Berupa : JURNAL SISTEM TEKNIK INDUSTRI Vol. 5 No. 4, Oktober 2004
Tanggal diterima : …………………………………………………………………………
Nama : …………………………………………………………………………
Jabatan : …………………………………………………………………………
Institusi : …………………………………………………………………………
Alamat : …………………………………………………………………………
Telepon : …………………………………………………………………………
Tanda tangan/cap : …………………………………………………………………………
143