Anda di halaman 1dari 147

JURNAL SISTEM TEKNIK INDUSTRI

Jurnal Keilmuan dan Penggunaan Terhadap Sistem Teknik Industri


ISSN 1411-5247 Terakreditasi No. 52/DIKTI/KEP/2002
Jl. Almamater Kampus USU P. Bulan Medan 20155
Homepage: http://www.geocities.com/jurnalsti_usu E-mail: jsti@plasa.com

Volume 6 No. 2 April 2005

Penanggung Jawab : Ir. Tanib S. Tjolia, M.Eng


Ketua Jurusan Teknik Industrik Fakultas Teknik USU

Pimpinan Umum : Ir. A. Jabbar M. Rambe, M. Eng

Pimpinan Redaksi : Ir. Sugih Arto Pujangkoro, MM

Anggota Redaksi : Prof. Dr. Ir. Sukaria Sinulingga, M.Eng


Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE
Dr. Ir. Humala L. Napitupulu, DEA
Ir. Harmein Nasution, MSIE
Ir. M. Ichwan Nasution, M.Sc
Ir. Mangara M. Tambunan, M.Sc
Ir. Nazaruddin, MT
Ir. Poerwanto, M.Sc

Pemasaran/Sirkulasi/Promosi : Ir. Rosnani Ginting, MT


Aulia Ishak, ST. MT
Buchari, ST

Editing : Ir. Ukurta Tarigan, MT


Nisma Panjaitan, ST
Dina M. Nasution

Alamat Penerbit/Redaksi : Jurusan Teknik Indusri Fakultas Teknik USU, Gedung Unit II
Lantai 2, Jl. Almamater Kampus USU Medan, 20155. Telp.
(061) 8213649 Fax.(061) 8213250
Homepage : http://www.geocities.com/jurnalsti_usu
E-mail : jsti@plasa.com

Diterbitkan : Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik USU Medan

Harga Berlangganan : Rp. 125.000 per tahun (termasuk ongkos kirim). Biaya dikirim
melalui Pos Wesel ke alamat redaksi atau via Bank BNI 1946
Cabang Jl. Pemuda Medan No. Rekening : 005084001 a.n. Ir.
T. Sembiring dan mengisi form berlangganan yang disediakan.

Jurnal Sistem Teknik Industri diterbitkan 4 (empat) kali setahun pada bulan Januari, April, Juli, dan
Oktober. Redaksi menerima karangan ilmiah tentang hasil penelitian, survei, dan telaah pustaka yang erat
hubunganya dengan bidang teknik industri. Penulis yang naskahnya dimuat akan dihubungi sebelum
dicetak dan dikenakan biaya administrasi sebesar Rp 350.000,- per artikel yang dapat dikirim melalui Pos
Wesel ke alamat redaksi atau via bank BNI 1946 Cabang Jl. Pemuda Medan No. Rekening 005084001
a.n.Ir. T. Sembiring.

i
JURNAL SISTEM TEKNIK INDUSTRI
Jurnal Keilmuan dan Penggunaan Terhadap Sistem Teknik Industri
ISSN 1411-5247 Terakreditasi No. 52/DIKTI/KEP/2002
Jl. Almamater Kampus USU P. Bulan Medan 20155
Homepage: http://www.geocities.com/jurnalsti_usu E-mail: jsti@plasa.com

Volume 6 No. 2 April 2005

EDITORIAL

Edisi kali ini diawali dengan artikel tentang studi performance tata letak konjungsional dan teknologi
kelompok pada sistem manufaktur pada job shop dengan melihat kedinamisan permintaan yang
berkaitan dengan ketidakpastian kedatangan permintaan. Hal ini mengakibatkan meningkatkan
fleksibilitas dalam menyusun tata letak fasilitas yang selalu dapat beradaptasi dengan perubahan
lingkungan. Pengkajian sistem imbalan pada angkatan bersenjata tingkat Bintara yang dilihat dari
mutu personil, kesejahteraan personil, jumlah personil sarana dan prasarana dalam sistem pekerjaan
untuk mencapai kesejahteraan personil yang kokoh. Analisis kinerja Bank dengan menggunakan data
envelopment finance untuk mendapatkan suatu keputusan di dalam menggunakan input dan output
yang beragam yang relatif sama. Pelumasan dan daya gesekan pada bantalan luncur dapat
mengakibatkan viskositas dan gesekan serta daya gesekan yang menentukan ukuran bantalan luncur
putaran beban dan tempat beroperasi. Usulan perbaikan fasilitas kerja berdasarkan tinjauan ergonomic
akan memberikan penyederhanaan elemen-elemen gerakan kerja dengan cara menghilangkan elemen
gerakan yang tidak produktif dan tidak peronis. Desain repeater saluran kapasitas satu saluran untuk
mendapatkan efek gangguan yang menyebabkan turunnnya kualitas suara telepon. Optimalisasi
pengoperasian sistem dengan banyak reservoir menggunakan program dinamik yang diperbaharui
dalam mendapatkan optimalisasi. Memeringkat subjek menggunakan perbandingan berpasangan akan
memberikan range. Pemilihan bahan alternatif dalam konstruksi merupakan bahan struktur yang
masih jarang digunakan dalam penggunaan ferossemen dalam pembuatan rumah murah. Analisis
perilaku dan kepuasan pelanggan BMI (Bank Muamalat Indonesia) dengan menggunakan analisis
regresi logistic sehingga mendapatkan tingkat kepuasan. Penetrasi fluks magnetic akibat penambahan
lapisan CuO2 pada bahan superkonduktor berbasis kristal, analisis residu piretroid pada daerah sentra
produksi dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan. Pembuatan anggur pepaya dengan proses
fermentasi memberikan keuntungan yang optimal dalam pembuatan pepaya wine. Rancangan dan
penerapan kontrol logika kabur untuk industri dalam membuat kontrol pengendali manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja di produk industri biasa konstruksi yang dapat mengakibatkan
kebaikan di dalam industri, hubungan perilaku kepemimpinan dengan iklim organisasi memberikan
kepuasan kerja. Pembuatan diode dari bahan lapis tipis yang ditumbuhkan melalui metode penguapan.
Studi empiris keputusan-keputusan deviden, pada investasi untuk perusahaan-perusahaan go public,
kenaikan tarif parkir, zona air minum prima untuk mendapatkan air minum siap saji dengan syarat-
syarat mutlak tertentu, kajian pengembangan pabrik kelapa sawit super mini dalam rangka
peningkatan pendapat petani kelapa sawit, analisis pembuatan cetakan pada teknik pengecoran logam
untuk mendapatkan pekerjaan-pekerjaan produksi dengan mesin cetak secara work in line.

Tim Redaksi

ii
JURNAL SISTEM TEKNIK INDUSTRI
Jurnal Keilmuan dan Penggunaan Terhadap Sistem Teknik Industri
ISSN 1411-5247 Terakreditasi No. 52/DIKTI/KEP/2002
Jl. Almamater Kampus USU P. Bulan Medan 20155
Homepage: http://www.geocities.com/jurnalsti_usu E-mail: jsti@plasa.com

Volume 6 No. 2 April 2005

DAFTAR ISI Halaman


Studi Performansi Tata Letak Konvensional dan Teknologi Kelompok Pada Sistem Manufaktur
Job Shop Studi Kasus di PT Stallon Bandung----------------------------------------------------------------- 1-8
Nazlina dan Mangara M. Tambunan

Pengkajian Sistem Imbalan Anggota Polri Pada Tingkat Bintara ---------------------------------------- 9-16
Meilita Tryana S.

Analisis Kinerja Bank Dengan DEA ---------------------------------------------------------------------------- 17-23


Juliza Hidayati

Pelumasan dan Daya Gesekan Pada Bantalan Luncur------------------------------------------------------ 24-27


Adil Surbakti

Desain Repeater Saluran Telepon Kapasitas Satu Saluran ------------------------------------------------- 28-35


Suherman dan Hasdari Helmi

Optimalisasi Pengoperasian Sistem Dengan Banyak Reservoar Menggunakan Program Dinamik


yang Diperbaharui -------------------------------------------------------------------------------------------------- 36-40
Torang Sitorus

Memeringkat Subjek Menggunakan Perbandingan Berpasangan---------------------------------------- 41-48


Sutarman dan Open Darnius

Pemilihan Bahan Alternatif Dalam Konstruksi


Penggunaan Ferrosmen Dalam Pembuatan Rumah Murah ----------------------------------------------- 49-51
Andalucia

Analisis Perilaku dan Kepuasan Pelanggan BMI (Bank Muamalat Indonesia) Cabang Surabaya
Dengan Menggunakan Analisis Regresi Logistik ------------------------------------------------------------- 52-57
Suparto

Penetrasi Fluks Magnetik Akibat Penambahan Lapisan CuO2 Pada Bahan Superkonduktor
Berbasis Kristal HgBa2CaCu2O6+δ ------------------------------------------------------------------------------- 58-63
Timbangan Sembiring

Analisis Residu Piretroid Pada Sampel Wortel di Daerah Sentra Produksi Kab. Karo Sumut----- 64-68
Karya Sinulingga

Pembuatan Anggur Pepaya Dengan Proses Fermentasi ---------------------------------------------------- 69-74


Renita Manurung

Rancangan dan Penerapan Kontrol Logika Kabur untuk Industri -------------------------------------- 75-78
Kasmir Tanjung dan Mahyuddin

iii
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Proyek Industri Jasa Konstruksi ---------------- 79-88
Syahril Effendy Pasaribu

Pembuatan Dioda dari Bahan Lapis Tipis CdTe yang Ditumbuhkan Melalui Metode
Penguapan (Vacuum Deposition) -------------------------------------------------------------------------------- 89-94
Ahmad Mulia Rambe

Hubungan Perilaku Kepemimpinan Dengan Iklim Organisasi (Studi Pada Karyawan Beberapa
Perusahaan Manufaktur di Medan)
Rinaldy ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------- 95-99

Studi Empiris Keputusan-Keputusan Deviden, Investasi, dan Pendanaan Eksternal Pada


Perusahaan-Perusahaan Indonesia yang Go Public di Bursa Efek Jakarta ----------------------------- 100-111
Apridar

Analisis Karakteristik Pekerja Komuter dan Nonkomuter ------------------------------------------------ 112-115


Roswita Hafni

Kenaikan Tarif Parkir dan Pemilihan Moda Perjalanan ke Pusat Kota Medan----------------------- 116-122
Joni Harianto

Zona Air Minum Prima (ZAMP) ------------------------------------------------------------------------------- 123-127


Sjahril Effendy Pasaribu

Analisis Pelaksanaan Pengendalian Mutu Pada Perusahaan Pabrik Gula ------------------------------ 128-133
Sa’ir Tumanggor

Kajian Pengembangan Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Supermini Dalam Rangka Peningkatan
Pendapatan Petani Kelapa Sawit di Sumatera Utara-------------------------------------------------------- 134-140
Terip Karo-karo

Analisis Pembuatan Cetakan Pada Teknik Pengecoran Logam ------------------------------------------- 141-142


M. Ichwan Nasution

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

iv
STUDI PERFORMANSI TATA LETAK KONVENSIONAL
DAN TEKNOLOGI KELOMPOK PADA SISTEM MANUFAKTUR JOB SHOP
STUDI KASUS DI PT STALLON BANDUNG

Nazlina dan Mangara M. Tambunan


Staf Pengajar Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik USU

Abstrak: Dewasa ini permintaan terhadap produk cukup dinamis. Kedinamisan permintaan ini berkaitan dengan
ketidakpastian kedatangan permintaan, besarnya permintaan, dan variasi dari produk. Peningkatan jumlah
permintaan cenderung mengarah pada peningkatan variasi produk, sedangkan jumlah permintaan setiap
macamnya semakin mengecil, akibatnya sistem manufaktur dituntut untuk mampu memproses komponen
dengan banyak ragam dalam ukuran lot yang relatif kecil. Agar sistem manufaktur mampu melayani
kedinamisan permintaan ini, maka sistem manufaktur yang dibentuk harus mempunyai fleksibilitas yang tinggi.
Salah satu cara untuk meningkatkan fleksibilitas adalah dengan menyusun tata letak fasilitas (plant layout) yang
selalu dapat dengan perubahan lingkungan.

Abstract: Now days, the demand on products is dynamics. This is related to the uncertainty of incoming
demands, quantity of demands and variation of products. Increasing in demand quantity tend to increase
product variation, while quantity of demand of each kind is getting smaller. Therefore, the manufacturing
system it self has a high flexibility. One way to increase the flexibility is to organize the plant layout which
always can adopt the environment change. Based on the case study, the results are as follows for variation 20
unit with volume of 5 unit, 10 unit and 15 unit , then most appropriate type of layout is conventional layout and
group technology. While for variation 31 unit and variation 44 unit volume of 5 unit, 10 unit and 15 unit, the
most appropriate type layout is group technology. Layout determination is based on prime performance criteria
that is the throughput-time.

1. PENDAHULUAN bidang manufaktur adalah dengan membangun suatu


Pada masa revolusi industri, sistem perusahaan yang dapat menyediakan produk, pada
manufaktur dikembangkan ke arah pencapaian saat yang dibutuhkan (short throughtput – time),
produktivitas yang tinggi. Dewasa ini arah tersebut dengan kualitas yang terbaik, dengan harga yang
menjadi semakin luas, karena selain pencapaian serendah mungkin (waste yang sedikit), serta
produktivitas yang tinggi, sistem manufaktur juga mempunyai fleksibilitas (Black , 1991:14).
dikembangkan keluwesannya terhadap perubahan Untuk melayani tuntutan di atas, maka perlu
spesifikasi produk yang dibuat beserta dibuat suatu rancangan sistem manufaktur yang
ketersediaannya. selalu dapat beradaptasi dengan lingkungan yang
Permintaan yang cukup dinamis terhadap dinamis. Untuk selalu beradaptasi dengan
produk yang akan dibuat merupakan awal lingkungan yang dinamis, maka sistem manufaktur
permasalahan. Kedinamisan permintaan ini berkaitan yang berskala kecil dan menengah, yang tidak
dengan ketidakpastian kedatangan permintaan, mempunyai dana yang cukup untuk membeli
besarnya permintaan, dan variasi dari produk. Selain teknologi proses manufaktur yang baru, harus
itu, konsumen juga menuntut keandalan produk dan memperbaiki sistem manufaktur yang ada. Salah satu
toleransi yang sesuai dari produk tersebut. Saat ini perbaikan yang dapat dilakukan dengan menata
untuk peningkatan jumlah permintaan cenderung kembali tata letak permesinan yang ada.
mengarah pada peningkatan variasi produk, Dewasa ini penataan tata letak permesinan
sedangkan jumlah permintaan setiap macamnya menjurus kepada pengelompokkan mesin-mesin ke
semakin mengecil. Banyaknya variasi produk dalam sel di mana sel setiap sel dapat menghasilkan
mengakibatkan semakin banyak variasi komponen satu atau lebih “part family “.
yang harus dibuat. Akibatnya sistem manufaktur
dituntut untuk mampu memproses komponen dengan 2. POKOK PERMASALAHAN
banyak ragam dalam ukuran lot yang relatif kecil. Penyusunan tata letak mesin-mesin dan
Setiap orang dengan dana yang cukup, peralatan yang biasanya disebut tata letak pabrik
dapat memperoleh teknologi proses manufaktur yang (plant layout) merupakan dasar dari perancangan
baru. Atau dengan perkataan lain, teknologi selalu sistem manufaktur dalam suatu perusahaan.
dapat dibeli. Oleh karena itu kunci kesuksesan dalam Saat ini perubahan yang nyata dalam bidang

1
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005

manufaktur mempunyai kecenderungan (Black, 4. PEMBATASAN PERMASALAHAN


1991: 25): 1. Tata letak fasilitas peralatan yang ada saat
1. Peningkatan variasi produksi dan ini dipakai sebagai referensi untuk
pengurangan jumlah produksi. melakukan pengelompokkan mesin ke
2. Kebutuhan terhadap toleransi yang teliti dalam sel.
secara terus-menerus mengalami 2. Produk dan komponen yang digunakan
peningkatan. untuk penelitian ini adalah Stay Helmet
3. Peningkatan variasi bahan baku, bahan Dies, Frame KWH Meter Dies dan PP CAP
campuran dengan sifat-sifat yang lebih baik, 280 STD 3 Dies yang dianggap sudah
pada akhirnya akan membutuhkan proses mewakili produk yang ada saat ini dan
manufaktur yang baru. untuk masa yang akan datang
4. Biaya bahan yang termasuk pemindahan 3. Urutan proses yang digunakan adalah
bahan dan energi, merupakan bagian yang urutan proses yang biasa dipakai oleh
terbesar dari biaya produksi, sedangkan perusahaan saat ini.
biaya buruh langsung hanya 5 sampai 10% 4. Data yang diperoleh dari perusahaan
dari total biaya dan cenderung mengalami dianggap sudah teruji secara statistik, dan
perubahan secara terus-menerus. diasumsikan masih berlaku (valid) selama
5. Keandalan produk akan meningkat sebagai penulisan riset dilaksanakan.
jawaban atas kelebihan jumlah dari produk 5. Proses pengelompokan mesin dan
yang sesuai keandalannya. komponen ke dalam sel menggunakan salah
6. Waktu antara konsep perancangan dan satu prinsip pengelompokan dari analisis
pembuatan produk akan dikurangi melalui Cluster, dengan formulasi matriks.
dukungan teknik yang simultan. 6. Diasumsikan tidak ada penambahan mesin-
7. Pasar global harus dilayani dengan produk mesin maupun peralatan untuk
yang global. membandingkan kedua metode ini.
Agar dapat menjawab semua tantangan di 7. Faktor-faktor lainnya, seperti kerusakan
atas, maka dalam membuat rancangan tata letak mesin/peralatan, tersedianya tenaga kerja,
mesin-mesin dan peralatan, harus dipertimbangkan dan lain-lainnya adalah di luar penelitian.
faktor fleksibilitas, dalam arti mampu beradaptasi
terhadap perubahan lingkungan sesuai dengan 5. METODOLOGI
permintaan dan selera konsumen. Pengembangan prosedur penelitian
Untuk dapat melihat performansi dari dilakukan dengan langkah-langkah membagi dua
pembentukan machine cell, maka dalam riset ini bagian, yaitu pembentukan model tata letak
dicoba dibandingkan penyusutan tata letak fasilitas teknologi kelompok dan pembentukan model
berdasarkan metode Konvensial dan metode Tata simulasi komputer. Pembentukan model tata letak
Letak Teknologi Kelompok yang menerapkan ide teknologi dibagi dalam 4 langkah. Pembentukan
penyusunan mesin-mesin ke dalam sel. model simulasi komputer dilakukan dengan
mengidentifikasi sistem yang diteliti, yaitu Bengkel
3. MAKSUD DAN TUJUAN PEMBAHASAN Mekanik PT STALLON, Bandung. Sistem ini
Secara garis besar tesis ini bermaksud kemudian diterjemahkan ke dalam model simulasi
membandingkan tata letak fasilitas metode komputer. Setelah permodelan dilakukan maka tahap
Konvensial dan metode Tata Letak Teknologi berikutnya adalah pengoperasian dilakukan
Kelompok berdasarkan rancangan percobaan yang diharapkan
Perbandingan Tata Letak Konvensial akan menjawab permasalahan riset ini.
dengan metode Tata Letak Teknologi Kolompok Untuk melakukan pengoperasian model
yang pernah dilakukan, mengasumsikan ukuran lot simulasi maka dibentuk dua model yaitu model
yang tetap dialokasikan pada kapasitas mesin yang simulasi tata letak teknologi kelompok dan model
ekuivalen untuk kedua tata letak tersebut. Hasilnya, simulasi bengkel mekanik PT STALLON. Hubungan
tidak selamanya Tata Letak Teknologi Kelompok model tersebut dalam penggunaanya adalah sebagai
lebih baik dari Tata Letak Konvensial (Sarper & berikut:
Green, 1993: 221).
Dalam riset ini, perbandingan susunan tata
letak dilakukan dengan ukuran volume dan variasi
yang berbeda yang dialokasikan pada mesin yang
sama untuk kedua tata letak tersebut.
Tujuan yang ingin dicapai pada riset ini
adalah dapat menentukan susunan tata letak fasilitas
yang paling sesuai untuk sistem manufaktur Job
Shop tertentu.

2
Studi Performansi Tata Letak Konvensional dan Teknologi Kelompok Pada Sistem Manufaktur Job Shop
Studi Kasus di PT Stallon Bandung

manufaktur ini adalah kriteria throughput-time, time,


2 4 mean flow, dan WIP minimum, sedangkan kriteria
Model GTL MODEL utilitas maksimum. Alasan pemilihan masing-masing
Menyusun tata
kriteria tersebut adalah sebagai berikut:
SIMULASI
o Throughput time dapat menunjukkan waktu
letak fasilitas
Mensimulasi penyelesaian yang paling singkat dari kedua
metode GTL
sistem metode sehingga dapat memberikan
manufaktur gambaran besarnya biaya produksi.
dengan susunan o Mean Flow Time dapat menunjukkan
tata letak fasilitas keefisienan aliran dalam tata letak.
GTL dan Konv. o WIP dapat memberikan gambaran terhadap
3
berdasarkan luas lantai yang digunakan.
Model Konv. volume dan o Utilitas dapat memberikan gambaran terha-
Menyusun tata variasi produksi dap pembebanan masing-masing mesin.
letak fasilitas tertentu.
metode 6. PENGUMPULAN DATA
Konvensional
Untuk mengoperasionalisasikan model Tata
Letak Teknologi Kelompok dan model konvensional
diperlukan data-data sebagai berikut:

Rancangan percobaan bertujuan melihat A. Deskripsi Sistem


pengaruh perubahan ukuran volume produksi dan Sistem yang menjadi studi kasus riset ini
variasi produksi terhadap susunan tata letak fasilitas adalah bengkel mekanik PT STALLION, Bandung.
metode Tata Letak Teknologi Kolompok dan metode Produk yang dijadikan objek penelitian adalah
Konvensional berdasarkan performansi yang telah pembentuk (dies) yang terdiri dari:
ditetapkan. Jadi untuk melihat pengaruh tersebut 1. STAY HELMET DIES
maka akan digunakan sejumlah kombinasi ukuran 2. FRAMEKWH METER DIES
volume dan variasi produksi dengan susunan sebagai 3. PP CAP 280 STD 3 DIES
berikut: Pemilihan produk ini berdasarkan:
1. Pola permintaan dari konsumen
Volume Variasi Produksi 2. Dimensi dies yang memenuhi kemampuan
Produksi Kecil Sedang Besar proses mesin-mesin yang ada sekarang.
Kecil KK KS KB 3. Urutan prosesnya mewakili jenis dies yang lain.
Masing-masing produk terdiri dari berbagai
Sedang SK SS SB jenis komponen. Komponen tersebut berikut
Besar BK BS BB jumlahnya dalam satu unit dies adalah sebagai
berikut:
Pengambilan ukuran volume produksi
berdasarkan pada jumlah permintaan dies selama 7 Tabel 6.1. Komponen STAY HELMET DIES
bulan terakhir sebanyak 25 unit dies untuk berbagai
tipe ukuran. Penetapan ukuran volume yaitu: No. Nomor Nama Jumlah
Volume kecil = 1/3 x 15 unit = 15 unit Komponen Komponen
Volume sedang = 2/3 x 15 unit = 10 unit
Volume besar = 15 unit 1 PO200-01 Pelat Bawah 1
Lebih ditunjukkan untuk melihat 2 PO200-07 Pemotong 3
performansi dari kedua susunan tata letak yang
3 PO200-08 Landasan 1
dibentuk. Sedangkan kombinasi variasi produksi
Pengarah
yang digunakan adalah sebagai berikut:
o Untuk variasi produksi kecil digunakan tipe 4 PO200-09 Stripper 3
STAY HELMET DIES yang terdiri dari 20 5 PO200-24- Tiang 1
buah komponen. 01 Pengarah
o Untuk variasi produksi sedang digunakan
6 PO200-24- Tiang 1
tipe FRAME KWH METER DIES yang 02 Pengarah
terdiri dari 31 buah komponen.
7 PO200-25 Poros 4
o Untuk variasi produksi besar digunakan tipe
Dudukan
PP CAP 280 STD 3 DIES yang terdiri dari
44 buah komponen. 8 PO200-45 Poros 4
Dudukan
Dalam hasil eksekusi setiap kombinasi akan
diperoleh nilai-nilai kriteria evaluasi/performansi. 9 PO200-48 Pelat 2
Yang ingin dicapai dalam pengoperasian sistem Pengarah

3
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005

Tabel 6.2. Komponen FRAME KWH METER DIES Tabel 6.4. Mesin – Mesin yang Digunakan
Nomor Nama No Nama mesin Fungsi Jumlah
No. Jumlah
Komponen Komponen
1 Gergaji Memotong 1buah
1 PO323-01 Pelat Bawah 1
2 PO323-02 Pemotong 1
2 Bubut Membentuk 1buah
3 PO323-03 Blok Inti 3 benda silinder
4 PO323-05 Die Core 3 3 Skrap Pengerjaan awal 1buah
5 PO323-06 Die Cutedege 3 permukaan datar
6 PO323-07 Pemotong 1 4 Frais Pengerjaan lanjut 1buah
7 PO323-08 Landasan 1 Horizontal permukaan datar
Pengarah 5 Frais Vertikal Pengerjaan lanjut 1buah
8 PO323-09 Stripper 1 permukaan
9 PO323-10 Pemotong Atas 1 kontur
10 PO323-13 Die Set Atas 1
6 Borring Memperbesar 1buah
11 PO323-15 Pelat Penutup 1
lubang
12 PO323-24 Taing Pengarah 2
13 PO323-25 Poros Dudukan 4 7 Gerinda Datar Pengerjaan akhir 1buah
Bush permukaan datar
14 PO323-31- Pengarah 1 8 Gerinda Pengerjaan lanjut 1buah
01 Silinder permukaan datar
15 PO323-31- Poros Dudukan 1 9 Drilling Membuat lubang 2buah
02 awal
16 PO323-45 Poros Dudukan 4
17 PO323-51 Bush Pengarah 2
Seluruh mesin diletakkan di bengkel
mekanik PT STALLON. Tata letak bengkel yang ada
Tabel 6.3 Komponen PP CAP 280 STD 3 DIES
saat ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Nomor Jumla Urutan pekerjaan (routing) masing-masing
No Nama Komponen komponen yang diproduksi adalah sebagai berikut:
Komponen h
1 PO273-01 Lower Die 1
2 PO273- Die Cutedeg 1
3 PO273- Die Core Block 3 Tabel 6.5. Urutan Pengerjaan (Routing) STAY
4 PO273- Die Core 3 HELMET DIES
5 PO273- Die Cutedeg 3 No job 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
6 PO273- Draw Cutedeg 3
PO200-01 1 2 3 4 5
7 PO273- Landasan Pengarah 1
8 PO273- Stripper 3
PO200-07 1 2 3
9 PO273- Punch Cutedeg 3
10 PO273- Punch Cutedeg 3
PO200-08 1 2 3 4 5
11 PO273- Punch Cutedeg 1
Clamp ring PO200-09 1 2 3
12 PO273- Upper Die Set 1
13 PO273- Knock Out 1 PO200-24-01 1 2
14 PO273- Pelat Panutup 1
15 PO273- Balok Pengarah 2 PO200-24-02 1 2
Bawah
16 PO273- Tiang Pengarah 2 PO200-25 1 2 4
17 PO273- Poros Dudukan 4
PO200-45 1 2 4
18 PO273- Pelat Pengarah 1 2
PO200-18 1 2 3
19 PO273- Plat Pengarah 2 1
20 PO273- Balok Pengarah 2
Atas
21 PO273- Bush Pengarah 2
22 PO273- Shank 1

Pembuatan komponen-komponen di atas


dilakukan dengan menggunakan proses mekanik
kemudian dirakit di bagian perakitan. Mesin-mesin
yang digunakan ada 9 jenis, dan jumlah unit masing-
masing, yaitu:

4
Studi Performansi Tata Letak Konvensional dan Teknologi Kelompok Pada Sistem Manufaktur Job Shop
Studi Kasus di PT Stallon Bandung

Tabel 6.6. Urutan Pengerjaan (Routing) FRAME Tabel 6.9. Waktu Proses (Jam) STAY HELMET DIES
KWH METER DIES No job 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
PO200-01 9.34 6.5 11.7
No job 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 PO200-07 1.4 1.96 5.387 6.4
PO323-01 1 2 3 4 5 PO200-08 3.7 3 5.2
PO323-02 1 2 3 4 5 PO200-09 1.4 1.88
PO323-03 1 2 PO200-24- 0.3 1.5
PO323-05 1 2 3 01
PO200-24- 1.2 5.3
PO323-06 1 2 3 02
PO323-07 1 2 3 PO200-25 1.1 0.8
PO323-08 1 2 3 4 5 PO200-45 0.1 0.8
PO323-09 1 3 PO200-18 0.9 2.9
PO323-10 1 2 3 4
PO323-13 1 2 3 4 5 6
PO323-15 1 2 3 4 5
PO323-24 1 2 3 Tabel 6.10. Waktu Proses (Jam) FRAME KWH
PO323-25 1 2 3 4 METER
PO323-31-01 1 2 3
PO323-31-02 1 2 3 3 No job 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
PO323-45 1 2 4
PO323- 9.34 5.6 11.7 6.4 6.75
PO323-51 1 2 3
01
PO323-
2.4 3.6 9.5 6.6 1.62
02
Tabel 6.7. Urutan Pengerjaan (Routing) PP CAP 280 PO323-
1.4 3.1 1.3
STD 3 DIES 03
PO323-
0.3 0.6 0.5
05
No job 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 PO323-
PO273-01 1 2 3 5 4 0.8 1.2 0.6
06
PO273-02 1 2 4 5 3 PO323-
1.4 1.96 0.3
07
PO273-03 3 PO323-
3.7 3 5.2 1.58
PO273-05 1 2 3 08
PO273-06 1 2 3 PO323-
1.4 1.88 0.55
09
PO273-07 1 2 3 PO323-
1.4 5.02 0.6 1.22
PO273-08 1 2 5 4 3 10
PO273-09 1 2 3 PO323-
7.35 2.6 5.4 6.2 10
13
PO273-10 1 2 4 3 PO323-
2.77 1.9 1.5 3.4 2.7
PO273-11 1 2 3 15
PO323-
PO273-12 1 2 3 6 24
0.3 0.8 1
PO273-13 1 2 3 PO323-
1.1 5.2 0.5
PO273-14 1 2 3 4 5 25
PO323-
PO273-15 1 2 5 31-01
1.55 1.2 0.65
PO273-23 1 2 3 PO323-
1.55 0.8 0.65
PO273-24 2 31-02
PO323
PO273-25 1 2 –45
0.1 1.2 0.5 0.1
PO273-28 1 1 2 PO323-
0.55 0.65
PO273-29 1 2 51
PO273-30 1 2 3 5 4
PO273-31 1
PO273-32 1

Tabel 6.8. Rata–Rata Waktu Step –up (Menit)


No Nama Mesin Waktu Set Up
1 Gergaji 7.5
2 Skrap 18.5
3 Frais Horizintal 45
4 Frais Vertikal 76
5 Bubut 19
6 Bor 19
7 Gerinda Datar 23
8 Gerinda Silinder 24.5
9 Drill 2.2

5
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005

Tabel 6.11. Tabel Waktu Proses (Jam) PP CAP 280 Semakin tinggi nilai mean flow time di sini bukan
STD 3 DIES berarti semakin tidak efisiennya aliran material,
No job 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 tetapi lebih disebabkan oleh semakin meratanya
PO273-
01
7.34 4.5 9.7 6.4 5.65 waktu alir. Waktu alir antara kelompok mesin 1 dan
PO273-
2.4 3.6 1.62 9.5 6.6 1.62 kelompok mesin 2 berbeda sehingga mean flow time
02
PO273-
1.4 3.1 1.3
menjadi lebih kecil. Hal seperti ini hanya terlihat
03
PO273- pada animasi.
0.3 0.6 0.5
05
PO273-
0.8 1.2 0.6
06
PO273- D. Analisis WIP System
1.4 1.96 0.3
07
PO273-
WIP system tata letak teknologi kelompok
3.7 3 5.2 5.38 1.58
08 lebih kecil dari tata letak konvensional untuk
PO273-
09
1.4 1.88 0.55 perubahan volume maupun variasi produksi. Hal ini
PO273-
10
1.4 5.02 0.8 1.22 menunjukkan bahwa perubahan tata letak dari
PO273-
11
0.3 0.79 0.1 konvensional ke teknologi kelompok mengakibatkan
PO273-
2.4 5 1.7 8.4 6.4 1.5 berkurangnya WIP system. Berkurangnya WIP
12
PO273-
7.35 2.6 5.4 8.4 6.2 10
system menunjukkan berkurangnya panjang antrian
13
PO273- di dalam sistem. Pengurangan panjang antrian pada
1.3 1.3 3.7 0.2
14
PO273-
akhirnya dapat mengurangi luas lantai yang
2.77 1.9 0.95 3.4 2.7
15 dibutuhkan menempatkan WIP.
PO273-
23
3 2 1.9 1.05 0.95 Untuk penjadwalan yang berbeda ternyata
PO273-
24
0.3 1.5 1 dapat memberikan WIP system tata letak yang
PO273-
25
0.1 0.8 0.5 0.1 berbeda pula, seperti pada gambar 4,7 dan 4,7a.
PO273-
2.9 0.2 Berdasarkan penjadwalan awal dengan jadwal
28
PO273-
2 0.2
kelompok, WIP system untuk volume 5 variasi-
29
PO273 variasi 20 lebih kecil dari WIP system yang
3 2 1.9 1.05 0.95
–30
PO273-
menggunakan penjadwalan awal dengan
0.55 1.2 0.65
31 MWKR/SPT, sedangkan yang lainnya lebih kecil.
PO273-
0.55 1.9
32

E. Analisis Utilitas Mesin


Discrete Variables: Dua variabel yang Mesin untuk tata letak teknologi kelompok
harus dipertimbangkan yaitu WIP (work a process) pada umumnya lebih tinggi dari utilitas mesin pada
sistem dan utilitas rata-rata tiap mesin, masing- tata letak konvensional. Kenaikan utilitas ini seiring
masing terbagi menjadi rata-rata, simpangan, dan dengan penurunan throughput time. Jadi dengan
maksimum. terkelompokannya komponen dan mesin,
pemanfaatan mesin jadi semakin tinggi. Kondisi
B. Analisis Throughput Time yang agak bertentangan justru terjadi pada mesin
Throughput time untuk tata letak drill 1 dan drill 2 (mesin 9 dan 10). Pada tata letak
konvensional maupun teknologi kelompok sama konvensional, utilitas mesin 9 lebih tinggi dari mesin
pada variasi 20. Sedangkan untuk variasi 31 dan 44 10, sedangkan pada tata letak teknologi kelompok
throughput time teknologi kelompok menyebabkan terjadi penurunan utilitas mesin 9 dan kenaikan
kurangnya throughput time. Berkurangnya nilai utilitas ini disebabkan oleh pengelompokan mesin
throughput time akibat dari pengurangan waktu dan komponen sehingga pembebanan terhadap mesin
mengantri (Queue time) dan waktu tranparansi 9 dan mesin 10 semakin merata.
(travel time). Utilitas mesin 4 dan mesin 5 paling tinggi jika
Untuk penjadwalan awal yang berbeda ternyata dibandingkan dengan utilitas mesin-mesin lainnya,
memberikan hasil yang berbeda pula. Berdasarkan baik pada tata letak konvensional maupun pada tata
jadwal kelompok, throughput time untuk teknologi letak teknologi kelompok. Pada animasi terlihat
kelompok lebih kecil dari konvensional untuk antrian yang panjang di kedua mesin ini untuk
perubahan volume maupun variasi produksi. berbagai volume tidak adanya keseimbangan lintasan
Pada variasi 20 dan 44 memberikan antara mesin-mesin di dalam sel.
throughput time yang lebih kecil, tetapi pada variasi
30 memberikan hasil throughput time, ini ternyata F. Analisis Perubahan Ukuran Lot
akibat dari pertambahan waktu mengantri pada Pengerjaan ukuran lot 5 adalah dengan
penjadwalan kelompok di variasi 31. menyelesaikan lima buah produk sekaligus di satu
mesin, baru dipindah ke mesin berikutnya.
C. Analisis Mean Flow Time Sedangkan pengerjaan ukuran lot 1 adalah dengan
Mean flow time tata letak teknologi menyelesaikan satu buah produk di satu mesin dan
kelompok lebih kecil dari konvensional untuk dilanjutkan dengan memindahkannya ke mesin
perubahan volume maupun variasi produksi. berikutnya.

6
Studi Performansi Tata Letak Konvensional dan Teknologi Kelompok Pada Sistem Manufaktur Job Shop
Studi Kasus di PT Stallon Bandung

Mean flow time lot 1 lebih kecil daripada Tabel 7.2. Tata Letak yang Paling Sesuai untuk
mean flow time lot 5. Pengurangan mean flow time Volume dan Variasi Produksi Tertentu
pada lot 1 disebabkan oleh proses time pada lot 1
lebih kecil pada proses time lot 5. Hal Ini VARIASI PRODUKSI
mengakibatkan lebih cepatnya perpindahan produk VOLUME KECIL(20) SEDANG BESAR
dari satu mesin ke mesin yang lain. PRODUKSI (31) (44)
Travel time pada lot 1 lebih besar pada KECIL (5) T. KONV./ T.T.K T.T.K T.T.K
travel time pada lot 5. penambahan travel time pada SEDANG T.KONV./T.T.K T.T.K T.T.K
lot 1 disebabkan oleh semakin bertambahnya (10)
BESAR (15) T.KONV./T.T.K T.T.K T.T.K
frekuensi pemindahan produk dari satu mesin ke
mesin yang lain. Hal ini terlihat pada hasil animasi.
b. Mean flow time, WIP, dan utilitas tiap mesin
Work In Process system lot 1 lebih besar daripada
merupakan kriteria performansi pembantu dalam
WIP lot 5. Penambahan WIP system lot 1 disebabkan
melihat performansi perubahan tata letak.
oleh semakin banyaknya produk yang mengantri
c. Mean flow time dari tata letak teknologi
terutama pada mesin 1,4, dan 5. Hal ini terlihat dari
kelompok lebih kecil dari tata letak
animasi dan penambahan waktu antrian.
konvensional. Pengurangan mean flow time
Utilitas mesin lot 1 lebih besar daripada utilitas
sangat dipengaruhi oleh pengurangan waktu
mesin 5. Penambahan utilitas mesin lot 1 disebabkan
mengantri (queue time) dan pengurangan waktu
lebih cepatnya produk dari suatu mesin ke mesin
transportasi (travel time ).
yang lain, sehingga mengurangi waktu menganggur
d. Yang paling mempengaruhi pengurangan mean
mesin. Untuk mesin 1,4, dan 5 terlihat antrian yang
flow time adalah waktu mengantri di setiap
jauh lebih besar daripada lot 5. Antrian ini
mesin, sedangkan waktu transportasi walaupun
disebabkan oleh tidak adanya keseimbangan lintasan
berkurang, tetapi tidak mempengaruhi
antarmesin.
pengurangan mean flow time secara keseluruhan.
Tidak berpengaruhnya waktu transportasi
KESIMPULAN
disebabkan jarak antara mesin dalam kasus ini
Penelitian ini bertujuan untuk memecahkan
tidak terlalu jauh.
masalah-masalah penentuan susunan tata letak
e. WIP system tata letak teknologi kelompok
konvensional atau tata letak teknologi kelompok
umumnya lebih kecil dari tata letak
dengan berbagai kombinasi volume dan variasi
konvensional. Dalam kasus ini peningkatan WIP
produksi.
di setiap mesin bukanlah pengaruh dari tata
Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis yang
letak, melainkan disebabkan oleh tidak adanya
telah dibahas pada bab sebelumnya dapat diambil
keseimbangan antara mesin di dalam
kesimpulan sebagai berikut:
kelompokan mesin.
a. Dalam kasus penelitian ini, secara umum
f. Utilitas tiap mesin untuk tata letak teknologi
performansi tata letak teknologi kelompok lebih
kelompok lebih tinggi dari tata letak
baik dibandingkan dengan tata letak
konvensional. Pengaruh langsung perubahan
konvensional. Dengan mengambil kriteria
langsung perubahan tata letak terhadap utilitas
performansi throughput time sebagai kriteria
mesin hampir tidak ada. Dalam kasus ini
performansi yang utama, maka ditentukan tata
penurunan ataupun kenaikan utilitas mesin
letak yang paling sesuai untuk kondisi job shop
disebabkan oleh pengelompokan mesin
tertentu sebagai berikut:
komponen yang belum memperhatikan
keseimbangan lintasan antara mesin dalam
Tabel 7.1. Throughput Ttime untuk Volume dan
kelompok mesin juga antara kelompok mesin.
Variasi Produksi Tertentu (Dalam Jam )
g. Perubahan ukuran lot menyebabkan menurunnya
VARIASI VARIASI troughput time dan mean flow time serta
PRODUKSI PRODUKSI menaiknya travel time, WIP system, dan utilitas
KONVENSIONAL TEKNOLOGI mesin. Dalam kasus ini perubahan ukuran lot
KELOMPOK malah menyebabkan bertambahnya waktu
mengantri pada mesin-mesin tertentu.
VOLUME (02) (31) (44) (20) (31) (44)
PRODUKSI Penambahan waktu mengantri disebabkan oleh
KECIL 235.02 304.81 339.74 235.36 belum adanya keseimbangan lintasan antarmesin
SEDANG (10) 465.82 605.51 673.49 466.16 dalam kelompok mesin.
BESAR (15) 696.67 906.21 671.99 697.01

7
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005

TINDAK LANJUT PENELITIAN Groover Mikell P. 1989. Automation, Production


1. Jika PT STALLON ingin mengubah tata System and Computer-Integrated
letaknya dari konvensial ke teknologi kelompok, Manufacturing. New Delhi: Printice Hall of
maka terlebih dahulu harus memperbaiki India.
keseimbangan lintasan baik antarmesin dalam
Gudnason, C.H. and Corlett, E. N. 1974.
kelompok mesin maupun keseimbangan
Development of Production Sistem and the
antarkelompok mesin.
Need for Future Researc. London: Taylor and
2. Untuk lebih memperjelas perbedaan antara
Francis.
kedua tata letak dengan mempergunakan
performansi yang sama, maka sebelum Inyong Ham, Group Technology.
dilakukan simulasi, sebaiknya dilakukan studi
untuk membuat keseimbangan lintasan untuk JT. Black. 1974. The Design of the Factory with A
tata letak konvensional maupun tata teknologi Future Research. London: Taylor and Francis.
kelompok. Kuisak Andrew. 1990. Intellgent Manufacturing
3. Untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat, System. Englewood Cliffs: Prentice Hall Inc.
sebaiknya dilakukan penelitian yang lebih rinci
dalam menentukan variasi dan volume produk Low Averill M. dan Kelton David W. 1991.
yang akan digunakan dalam penelitian Simulation Modelling And Analysis. Second
4. Untuk menghasilkan hasil yang lebih realistis, Edition. Singapore: Mc Graw Hill Inc.
maka sebaiknya: Mamangkey Leonard. 1983. Penyusunan Tata Letak
a. Penjadwalan untuk produk dilakukan Mesin dan Peralatan Di PT INTI Dengan
dengan memperhatikan break down elemen Pengembangan Algoritma Komputer “Group
operasi pengaturan jam kerja. Technology Layout“. Tugas akhir, Jurusan
b. Waktu set-up mesin lebih diperinci, Teknik Industri ITB.
misalnya dengan waktu “loading“ dan
“unloading“. Marcelly. 1992. Study Pemilihan Aturan Prioritas
5. Dalam penelitian ini, metode pengelom-pokan untuk Persoalan Penjadwalan N Job pada M
untuk mesin dan komponen meng-gunakan Mesin. Tugas Akhir, Jurusan Teknik Industri
formulasi matriks. Untuk kasus yang lebih ITB.
kompleks dapat digunakan for-mulasi matematik Ma’ruf, Anas. 1992. Mempelajari Metode dan
atau formulasi yang lain Karekteristik operasional OPT menggunakan
Simulasi Komputer. Tugas Akhir, Jurusan
DAFTAR PUSTAKA Teknik Industri ITB.
Abdou George. 1990. A New Efficient Algorithm for Pegden C. Dennis, Shannon Rogert E. dan Sadowski
The Group Technology. Pacific Conference, Randal P. 1991. Introduction to Simulation
Australia. Using SIMAN, International Edition.
Apple, James M. 1990. Tata Letak dan Pemindahan Singapore: Mc Graw Hill Inc.
Bahan. Bandung: Penerbit ITB. Radharamanan, R. 1992. Group Technology Concept
Banks, Jerry and John S. C. 1984. Discreate-Event as Applied to Flexible Manufacturing System.
System Simulation. New Jersey: Prentice Hall Pacific Conference on Manufacturing, Tokyo.
Inc. Sarper Huseyin dan Greene Timothy J. 1993.
Bedworrth David D. dan James E. 1987. Bailey Comparison of Equivalent Pure Cellular ang
Integrade Production Control System: Fuctional Environments Using Simulation.
Management, Analysis, Desig., Second Int.J. Computer Integred Manufacturing,
Edition. Canada: John Wiley & Sons Inc. Vol .6, No. 4, 221-236.
Bowker Albert H. dan Lieberman Gerald J. 1972. Siscka, Mierela J. 1993. Penggunaan Algoritma
Engineering Statistics. Prentice Hal, Inc. CRAFT untuk Perbaikan Tata Fasilitas PT
Chang Tien-Chein, Wysk Ricard A. Wang Hsu-Pin. Prapanca Mitra Sentra. Tugas Akhir Jurusan
1970. Computer-Aided Manufacturing. New Teknik dan Manajemen Industri UNPAS.
York: Printice-Hall, Inc. Sullivan S. Robert dan Yih-long Chang. 1991. Quant
Emshoff, James R. Roger L. Simon. 1970. Design System. Version, 2,0. New Jersey: Prentice
and Use of Computer Simulation. New York: Hall Inc.
Macmillan Publishing Co. Inc. Walpole, Ronald E. 1985. dan Raymond H.M.
Gallagher, C. C. and Knight , W.A. 1973. Group Probability and Statistics For engineers and
Technology. London: Butterworth & C.o. Ltd. Scientists, Third Edition. New York: Collier
Macmillan Publishers.

8
PENGKAJIAN SISTEM IMBALAN ANGGOTA POLRI
PADA TINGKAT BINTARA

Meilita Tryana S.
Staf Pengajar Jurusan Teknik Industri FT USU

Abstrak: Ritme aktivitas masyarakat pada berbagai bidang semakin cepat dikarenakan laju pembangunan dan
fenomena globalisasi, sebagaimana tercermin pada peningkatan mobilitas manusia dan barang, pertukaran
informasi, dan transaksi ekonomi maupun transaksi sosial yang lain. Di samping dampak positif pada
kesejahteraan, peningkatan ini membawa pula dampak sosial yang kompleks. Kuantitas tindak kriminalitas
semakin meningkat, diikuti pula oleh tingginya intensitas dan modus kejahatan, serta timbulnya kerusuhan di
berbagai tempat akhir-akhir ini.
Semua fenomena tersebut menuntut peran yang lebih besar dari pihak Kepolisian Republik Indonesia (Polri)
sebagai unsur terdepan dalam penanganan Kamtibmas. Harapan masyarakat terhadap Polri adalah mendapatkan
perlindungan Polri yang semakin maksimal dan pelayanan yang lebih baik dari Polri. Untuk memenuhi harapan
tersebut, maka ada lima unsur yang utama untuk membangun polri yang kuat yaitu: mutu personil, kesejahteraan
personil, jumlah personil, sarana, dan prasarana, dan sistem politik negara. Penelitian ini mengkaji salah satu
dari kelima unsur tersebut, yaitu kesejahteraan personil yang menjadi prioritas dalam membangun kepolisian
yang kuat di Indonesia.

Abstract: The rhythm of community activity in various fields are faster as consequence of development rate and
globalization phenomenon, as reflected of increasing of human and goods mobility, information exchange, and
transaction, both economic, and social transactions. Beside its positive impact on prosperity, this increase is
also followed by high criminal intensity and mode, as well as occurrence of riot in currently various places.
All these phenomenon of course require for a larger role from Polri party as the foremost element in handling of
community security and order (Kambtibmas). The community expectation on the Polri is to obtain the most
maximal Polri’s protection and it’s better services. To fulfill these expectations, therefore, there are five
primary elements of personnel quality, personnel prosperity, number of personnel, means and infrastructures as
well as state politics. This study evaluate one of these fie elements, personnel prosperity that become priority in
developing a strong police institution in Indonesia.

I. PENDAHULUAN imbalan tetapi hal ini masih belum dapat memenuhi


kebutuhan dasarnya, hal ini juga dapat dilihat dari
I.1. Latar Belakang Masalah penyimpangan yang dilakukan seperti memanfaatkan
Laju pembangunan dan fenomena kesempatan dan kewenangan yang diberikan kepada
globalisasi telah membuat kehidupan masyarakat anggota Polri untuk kepentingan yang bersifat
Indonesia semakin dinamis. Ritme aktivitas pribadi, bukan untuk kepentingan dan tujuan
masyarakat pada berbagai bidang semakin cepat, organisasi Polri yang sangat mempengaruhi kinerja
sebagaimana tercermin pada peningkatan mobilitas anggota Polri maupun organisasi Polri.
manusia dan barang, pertukaran informasi, dan Sehubungan dengan kondisi tersebut, maka
transaksi, baik transaksi ekonomi maupun transaksi dalam rangka meningkatkan kesejahteraan anggota
sosial lainnya. Di samping dampak positif pada Polri agar dapat hidup layak perlu dilakukan suatu
kesejahteraan material dan spiritual, peningkatkan kajian mengenai sistem imbalan anggota Polri
ritme kehidupan ini membawa pula dampak sosial berdasarkan kebutuhan hidupnya dengan
yang kompleks. Kuantitas tindak kriminalitas mempertimbangkan komponen yang selama ini
semakin meningkat, diikuti pula oleh tingginya diterapkan oleh organisasi Polri.
intensitas dan modus kejahatan.
Harapan masyarakat terhadap Polri ada dua 1.2. Perumusan Masalah
hal, yaitu pertama mereka membutuhkan keamanan Berdasarkan uraian di atas, maka masalah-
dan perlindungan Polri yang semakin maksimal baik masalah yang ingin dijawab dalam penelitian
atas dirinya, keluarganya, dan harta bendanya, dan (research question) ini adalah:
kedua, mereka menginginkan pelayanan yang lebih 1. Apakah sistem imbalan yang diberikan untuk
baik dari Polri. anggota Polri sudah dapat memenuhi kebutuhan
Walaupun organisasi Polri sudah berubah hidup saat ini?
memberikan imbalan melalui beberapa komponen 2. Komponen apakah yang perlu diperbaiki agar

9
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005

dapat mengurangi kesenjangan kebutuhan diberikan ini mempunyai pengaruh yang sangat besar
hidup? terhadap semangat dan kegairahan kerja para
personil organisasi (Siregar & Samadhi, 1987: 37).
Istilah imbalan sering digunakan secara
1.3. Tujuan Penelitian bergantian dengan administrasi gaji dan upah.
Adapun tujuan penelitian ini adalah: Bagaimanapun, istilah imbalan sesungguhnya
1. Mengkaji variabel-variabel sistem imbalan yang merupakan konsep yang lebih luas. Imbalan diartikan
selama ini diterapkan dalam organisasi Polri. sebagai semua bentuk kembalian (return) finansial,
2. Mempelajari proporsi kebutuhan hidup anggota jasa-jasa berwujud, dan tunjangan-tunjangan yang
Polri pada tingkat Bintara. diperoleh karyawan sebagai bagian dari sebuah
3. Menyusun sistem imbalan yang sesuai dengan hubungan kepegawaian.
pemenuhan kebutuhan hidup anggota Polri. Imbalan finansial langsung (direct financial
4. Menyusun kebijakan sistem imbalan yang compentation), terdiri dari bayaran (pay) yang
diperlukan. diperoleh seseorang dalam bentuk gaji, upah, bonus,
komisi. Imbalan finansial tidak langsung (indirect
1.4. Manfaat Penelitian financial compentation) yang disebut juga dengan
Berdasarkan fakta-fakta yang diperoleh dari tunjangan, meliputi semua imbalan langsung.
hasil penelitian, maka diharapkan penelitian ini Komponen dari keseluruhan program imbalan
bermanfaat: disajikan dalam gambar II.1. berikut ini:
1. Untuk dapat meningkatkan kepuasan kerja bagi
anggota Polri.
2. Bahan informasi untuk mengadakan kajian lebih
mendalam.
3. Sebagai pedoman bagi pengambil keputusan
(decision maker) untuk menyusun kebijakan
yang berkenaan dengan upaya pembinaan dan
pengembangan organisasi Polri di masa yang
akan datang.

II. TINJAUAN PUSTAKA


Pengertian imbalan menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (Balai Pustaka, 1999) adalah
sebagai berikut:
a. Upah yang dijadikan sebagai balas jasa
(honorarium).
b. Balasan berupa pujian, hukuman, dan
sebagainya atas tindakan yang dilakukan.
Istilah ‘imbalan’ penulis gunakan untuk
meng-Indonesiakan istilah ‘compensation’ yang
datang dari buku-buku manajemen sumberdaya
manusia yang diimpor dari Amerika. Bahasa Inggris
maupun organisasi buruh Internasional Gambar II.1. Komponen-Komponen Keseluruhan
(International Labor Organization/ILO) Program Imbalan
menyebutkan renumeration mempunyai cakupan (Sumber: Simamora Henry, Manajemen Sumberdaya
yang lebih luas daripada upah dan gaji. Imbalan Manusia, edisi 1, cetakan 1, 1995:413).
mencakup semua pengeluaran yang dikeluarkan oleh
perusahaan untuk pekerja dan diterima atau Sistem imbalan yang baik adalah sistem
dinikmati oleh pekerja, baik secara langsung, rutin, yang mampu menjamin kepuasan para anggota
atau tidak langsung (pada suatu hari nanti). organisasi yang pada gilirannya memungkinkan
Pemberian imbalan atau kompensasi organisasi memperoleh, memelihara, dan
merupakan masalah yang sangat penting, mengingat mempekerjakan sejumlah orang yang dengan
setiap pekerja dalam organisasi mempunyai berbagai sikap dan perilaku positif bekerja dengan
pengharapan atas sesuatu dari organisasi, sebagai produktif bagi kepentingan organisasi (Siagian,
penghargaan atas jerih payahnya selama bekerja. 1992: 253).
Imbalan selain berbentuk upah (uang) dapat juga Menurut Nitisemito, beberapa hal yang
berupa fasilitas perumahan, fasilitas kendaraan, atau perlu dipertimbangkan dalam sistem pemberian
bentuk-bentuk lain yang dapat dinilai dengan uang. imbalan antara lain sebagai berikut:
Masalah pengelolaan imbalan bukan hanya penting 1. Agar imbalan yang diberikan mempunyai
karena merupakan dorongan utama seseorang untuk dampak yang positif, maka jumlah minimum
menjadi karyawan, tetapi juga karena imbalan yang yang diberikan haruslah dapat memenuhi

10
Pengkajian Sistem Imbalan Anggota Polri pada Tingkat Bintara

kebutuhan secara minimal dan sesuai dengan mendalam atau penelitian dengan sudut pandang
peraturan yang sedang berlaku. yang berbeda akan melengkapi kesimpulan
2. Selain harus dapat memenuhi kebutuhan penelitian.
minimal, maka imbalan yang diberikan Untuk mendapatkan hasil penelitian yang
hendaknya dapat mengikat personil yang ada, baik diperlukan urutan langkah penelitian yang
sehingga kemungkinan terjadinya keluar terstruktur. Adapun tahapan penelitian ini secara
masuknya karyawan dapat ditekan sekecil garis besarnya dapat dilihat pada gambar III.1.
mungkin.
3. Imbalan yang diberikan harus mampu pula
meningkatkan semangat dan kegairahan kerja,
sehingga kerja dapat dipertahankan dan
ditingkatkan.
4. Untuk dapat menimbulkan semangat dan
kegairahan kerja, maka dalam menetapkan
jumlah imbalan harus selalu bersifat dinamis,
artinya sesuai dengan perubahan situasi dan
kondisi yang terjadi.
5. Selain jumlah imbalan yang diberikan, perlu
dipikirkan komposisi dari imbalan yang
diberikan, sebab dengan komposisi yang tepat
maka akan memberikan dampak yang positif
baik terhadap personil maupun terhadap
organisasi secara keseluruhan.
Davis (1987) menyatakan bahwa ada
beberapa hal yang dibutuhkan untuk merancang
sistem imbalan yang lengkap dan ekonomis,
diantaranya adalah job evaluation untuk menentukan
gaji dasar yang diperoleh sesuai dengan tugas dan
tanggung jawabnya, performance appraisal untuk Gambar III.1. Tahapan Proses Penelitian
memberikan intensif yang besarnya sesuai dengan
performansi kerja karyawan dan profit sharing. Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka
Ketiga sistem ini merupakan landasan untuk berpikir dalam melakukan penelitian ini dibagi
merancang program imbalan. Secara garis besar menjadi dua bagian, yaitu:
perancangan sistem imbalan dapat dilihat pada 1. Analisis kondisi eksisting sistem imbalan adalah
gambar II.2. analisis kebijakan yang telah dilakukan oleh
pemerintah selama ini dalam pemberian sistem
imbalan kepada anggota Polri.
Untuk melakukan analisis kebijakan pemerintah
tersebut, maka tahapan yang dilakukan dimulai
dengan mengidentifikasi dan mendeskripsikan
komponen sistem imbalan yang diterima oleh
anggota Polri dari organisasi/pemerintah.
2. Analisis kebijakan sistem imbalan dengan
pendekatan kebutuhan hidup anggota Polri
tingkat bintara, adalah analisis yang didasarkan
pada pendekatan kebutuhan hidup anggota
Bintara Polri dan keluarganya, yaitu pendekatan
kuantitatif dan kualitatif dengan indikator
komponen kebutuhan hidup primer, sekunder,
dan tersier.
(Sumber : Dais, Keith. Human Behaviour at Work:
Organizational Behaviour, sixth edition. The Grolier,
1987, p.573). IV. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN
DATA
Pada tabel IV.2. menunjukkan komposisi
III. METODOLOGI PENELITIAN anggota polisi berdasarkan usia. Yang mempunyai
Hasil yang diperoleh dari suatu penelitian proporsi paling besar adalah polisi dengan usia 35 –
selalu memberi kemungkinan untuk diteliti lebih 44 tahun berjumlah 23 orang atau 46% dan diikuti
lanjut. Demikian pula dengan hasil yang diperoleh dengan polisi usia 25-34 tahun sebanyak 17 orang
dari penelitian ini. Penelitian lain yang lebih atau 34%.

11
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005

No. Usia Frekuensi Persentase (%) IV.1.6.5 Komposisi Responden Berdasarkan


1 20-24 7 14 Status Perkawinan
2 25-34 17 34
3 35-44 23 46 Dari tabel IV.8. berikut ini akan
4 > 45 3 6 menunjukkan data mengenai jumlah anak yang
Jumlah 50 bersekolah dan jenjang pendidikan anak yang
bervariasi dimulai dari TK hingga SMU.
Table IV. 2 Komposisi Responden Berdasarkan Usia
(Sumber: Diolah dari kuesioner). Tabel IV. 8. Komposisi Responden Berdasarkan
Jenjang Pendidikan
IV.1.6.2. Komposisi Responden Berdasarkan
Tingkat Pendidikan Pendidikan
No
Berdasarkan tingkat pendidikan, anggota . Pangkat Belum T S
SMP SMU
polisi sebagian besar berpendidikan SLTA. Secara Sekolah K D
lengkap dapat dilihat pada tabel berikut ini: 1 Aiptu 4 3
2 Aipda 2 9 7 5
3 Bripka 2 12 12 4
Tabel IV.3. Komposisi Responden
4 Brigadier 8 5 2 1
Berdasarkan Tingkat Pendidikan
5 Briptu 1 3 3
Kepang- Pendidikan 6 Bripda 1 1 1
No Jumlah
katan SMA SMEA STM SMK Jumlah 1 16 30 26 13
1 Aiptu 3 - - - 3
2 Aipda 8 - - - 8 (Sumber: Diolah dari kuesioner).
3 Bripka 11 1 - - 12
4 Brigadier 9 - 1 - 10
V. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
5 Briptu 6 - 1 - 7
6 Bripda 9 - - 1 10 Bab ini berisi analisis dan pembahasan hasil
(Sumber: Diolah dari kuesioner). dari pengolahan data yang telah dilakukan pada bab
sebelumnya. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui
IV.1.6.3 Komposisi Responden Berdasarkan secara lebih jelas unsur-unsur dalam sistem imbalan
Lama Bekerja dan kebutuhan hidup sehingga dapat menentukan
Dari tabel IV.4. dapat dilihat bahwa sistem imbalan berdasarkan tingkat kepentingan pada
sebagian besar anggota polisi di Polres Langkat kebutuhan hidup anggota Polri. Analisis ini akan
bekerja antara 16-20 tahun, yaitu sebesar 16 menjadi masukan bagi organisasi Polri dalam
responden atau 32%. Urutan kedua yang telah merumuskan sistem imbalan yang sesuai bagi
bekerja 6-10 tahun sebanyak 12 responden atau 24%. kebutuhan hidup anggota Polri.
Komposisi anggota polisi berdasarkan lama bekerja
dapat dilihat pada tabel berikut ini: V.1. Analisis Biaya Kebutuhan Hidup
Biaya kebutuhan hidup yang dimasukkan di
Tabel IV.4. Komposisi Responden Berdasarkan sini adalah biaya yang dikeluarkan oleh anggota
Lama Bekerja Polri dan keluarganya selama sebulan untuk
No. Lama bekerja Frekuensi Persentase( %) mengkonsumsi 3 komponen kebutuhan hidup
1 1-5 tahun 10 20 (kebutuhan dasar), yaitu:
2 6-10 tahun 12 24 o Kebutuhan primer: pangan, perumahan, dan
3 11-15 tahun 6 12 pakaian.
4 16-20 tahun 16 32
Lebih dari 20 tahun 6 12
o Kebutuhan sekunder: pendidikan, kesehatan, dan
transportasi.
(Sumber: Diolah dari kuesioner). o Kebutuhan tersier: kebutuhan telekomunikasi
dan rekreasi/ hiburan.
IV. 1.6.4. Komposisi Responden Berdasarkan Apabila dirinci lebih detail, maka biaya
Pangkat dan Golongan kebutuhan hidup yang dimaksud dalam analisis hasil
Presen
penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu: 1) Biaya
No. Kepangkatan Golongan Frekuensi tase kebutuhan hidup anggota Polri; 2) Biaya kebutuhan
(%) hidup keluarga anggota Polri.
1 AIPTU 2F 3 6 Dalam menganalisis masing-masing biaya
2 AIPDA 2E 8 16 kebutuhan hidup anggota Polri dan keluarganya,
3 BRIPKA 2D 12 24 maka dilakukan tahapan sebagai berikut:
4 BRIGADIR 2C 10 20 1. Mendeskripsikan item pertanyaan dalam
5 BRIPTU 2B 7 14 komponen kebutuhan hidup yang terdapat pada
6 BRIPDA 2A 10 20 kuesioner dan proporsi masing-masing
komponen.
(Sumber: Diolah dari kuesioner).
2. Mendeskripsikan hasil pengolahan data.

12
Pengkajian Sistem Imbalan Anggota Polri pada Tingkat Bintara

Untuk membandingkan besarnya gaji pokok


yang diterima oleh anggota Polri dengan biaya
kebutuhan hidup anggota Polri dan keluarganya
dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel V.11. Perbandingan Rata-Rata Gaji pokok


Dengan Total Biaya Pengeluaran Keluarga.
Rata-rata Rata-rata
No. Pangkat gaji pokok total biaya
(Rp) rutin (Rp)
1 AIPTU 1,086,567 2,159,069
2 AIPDA 1,071,000 2,365,699
3 BRIPKA 1,027,875 2,224,275
4 BRIGADIR 957,250 2,030,043
5 BRIPTU 859,510 1,610,489
6 BRIPDA 789,510 1,335,270
(Sumber: Data diolah)
Pola perbandingan antara rata-rata gaji
pokok yang diterima dari organisasi dengan rata-rata
total biaya pengeluaran rutin keluarga dapat dilihat
pada grafik di bawah ini: Gambar V.7. Formulasi Sistem Imbalan Baru
Anggota Polri Berdasarkan Kebutuhan Hidup

Dari gambar tersebut di atas, dapat dilihat


bahwa terdapat komponen yang perlu dimasukkan
untuk sistem imbalan yang baru. Secara rinci
komponen-komponen tersebut dijelaskan sebagai
berikut:
1. Komponen-komponen sistem imbalan yang
lama tetap dipertahankan, penulis berpendapat
bahwa tidak semua komponen yang ada pada
sistem imbalan yang lama tidak relevan dengan
Gambar V.3. Grafik Perbandingan Gaji Pokok kebutuhan hidup anggota Bintara Polri dan
Biaya Pengeluaran Rutin Keluarga keluarganya. Akan tetapi, ada beberapa
komponen yang nilai nominalnya memiliki gap
Dari gambar tersebut di atas, dapat dilihat yang cukup besar dengan nilai nominal
besarnya gap antara gaji pokok yang diterima oleh pengeluaran, sehingga pada komponen-
anggota Bintara Polri dari pemerintah (dalam hal ini komponen tersebut hanya perlu penyesuaian
organisasi polri) dengan biaya total pengeluaran rutin nilai nominalnya saja.
yang dikeluarkan oleh anggota Polri dalam o Gaji Pokok, nilai nominal perlu ditinjau
memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. kembali, minimalnya disesuaikan dengan
Berdasarkan kenyataan tersebut di atas, biaya kebutuhan hidup anggota
maka perlu adanya kajian oleh pemerintah dalam keluarganya.
menetapkan besarnya gaji pokok yang diterima oleh o Tunjangan istri/suami, nilai nominal perlu
anggota Polri khususnya pada tingkatan bintara. ditinjau kembali, minimalnya disesuaikan
dengan pengeluaran anggota kelurganya.
V.2. Formulasi Sistem Imbalan Polri o ULP, selama ini Polri menggunakan istilah
Berdasarkan hasil analisis tersebut di atas, ULP untuk memberikan kompensasi bagi
penulis mendapatkan beberapa komponen baru yang anggota Bintara Polri dalam memenuhi
diperlukan oleh anggota Polri dan keluarganya, keperluan perlengkapan dinas, transportasi,
sehingga dalam merumuskan sistem imbalan yang telekomunikasi, hiburan, dalam
baru, yang tentunya akan sangat menunjang melaksanakan tugas dan keperluan lain
kebutuhan hidup anggota Bintara Polri. yang berhubungan dengan pelaksanaan
Sehingga formulasi sistem imbalan baru tugas. Istilah ini tetap dipertahankan atau
bagi anggota Bintara Polri di masa yang akan datang, diubah menjadi ‘Tunjangan Operasional’
dapat diilustrasikan pada gambar berikut ini: sehingga lebih tepat, sesuai dengan
peruntukannya, akan tetapi nilai nominalnya
disesuaikan.

13
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005

2. Tunjangan Pangan. tidak mengeluarkan lagi biaya untuk


Selama ini Polri memasukkan komponen kebutuhan perumahan.
tunjangan beras dalam sistem imbalan, akan o Selanjutnya, perlunya dirancang suatu
tetapi berdasarkan yang diperlukan oleh anggota kompensasi berupa asuransi terhadap resiko
Bintara Polri, sehingga akan lebih tepat jika kesehatan dan resiko jiwa bagi anggota
komponen ini diganti dengan komponen yang mengalami kecelakaan atau cedera,
tunjangan pangan, nilai nominal dari tunjangan bahkan kehilangan jiwa pada saat
ini perlu ditinjau kembali. melaksanakan tugas. Mengenai hal ini perlu
3. Tunjangan fungsional untuk Bintara Polri. dilakukan suatu rumusan yang seragam dan
Selama ini Polri hanya memberikan tunjangan lebih terperinci penerapannya, sehingga
fungsional bukan untuk pangkat Bintara Polri, seluruh anggota yang mengalami cedera
padahal jika dilihat dari beban kerja dan resiko bahkan kehilangan jiwa pada saat
yang ditanggung oleh pangkat ini sangat berat, melaksanakan tugasnya dapat menerima
oleh karena itu masuk dalam komponen sistem kompensasi yang sesuai dengan resiko
imbalan baru. tugasnya.
4. Tunjangan Pendidikan Anak.
Selama ini Polri memberikan tunjangan anak, V.3. Usulan Kebijakan yang Diberikan Kepada
akan tetapi berdasarkan hasil penelitian ternyata Pemerintah
muncul komponen lainnya yang lebih penting
1. Dasar Pertimbangan
untuk kelangsung hidup anggota Polri dan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, ada
keluarganya agar lebih kompetitif, yaitu
beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan
pendidikan. Tunjangan anak yang diberikan
pemerintah dalam menyusun struktur imbalan Polri
tidak mencukupi untuk kebutuhan pendidikan
yaitu:
anak dewasa ini, sehingga nilai nominal untuk
a. Menyusun sistem imbalan berdasarkan merit
tunjangan anak perlu ditinjau kembali dan
sistem.
namanya disesuaikan dengan peruntukannya.
b. Menata sistem kepegawaian organisasi Polri
o Tunjangan lainnya berupa tunjangan untuk
yang didasarkan merit seperti klasifikasi
kesejahteraan anggota Polri seperti
persyaratan tugas dan jabatan, uraian tugas dan
kesehatan, perumahan secara terperinci, dan
jabatan, persyaratan tugas dan jabatan, serta
seragam sesuai dengan kebutuhan anggota
penilaian kinerja tugas secara objektif, sehingga
Polri dalam rangka melaksanaan tugasnya.
dapat menghasilkan suatu sistem kompensasi
Sehingga komponen sistem imbalan selain
yang adil berdasarkan beban tugas dan tanggung
yang tersebut di atas, perlu dikaji lebih
jawab pada masing-masing fungsi dalam
lanjut terhadap fasilitas-fasilitas
organisasi Polri.
kesejahteraan yang selama ini diterapkan
c. Penyempurnaan sistem penggajian perlu
oleh organisasi kepada anggotanya.
didukung oleh:
o Fasilitas kesehatan: Diharapkan fasilitas
- Penataan organisasi dan penetapan jumlah
kesehatan yang diberikan oleh organisasi
personil Polri secara lebih rasional.
selama ini dapat dimanfaatkan sepenuhnya
- Penyempurnaan sistem pengadaan dan
oleh anggota Polri dan keluarganya
pembinaan karir anggota Polri.
sehingga anggota tidak lagi mengeluarkan
- Penyempurnaan fasilitas kesejahteraan
dana untuk kebutuhan kesehatan.
organisasi Polri berdasarkan kebutuhan
Berdasarkan penelitian, seluruh responden
anggota, seperti fasilitas kesehatan anggota
masih harus mengeluarkan biaya untuk
Polri dan keluarganya agar lebih
kebutuhan kesehatan.
diperhatikan, fasilitas perumahan maupun
o Fasilitas perumahan, selama ini masih ada
fasilitas lain yang mendukung motivasi
dana yang harus dikeluarkan oleh anggota
anggota dan melaksanakan tugasnya.
untuk mendapatkan fasilitas perumahan
- Penerapan anggaran operasional Polri
bahkan jumlah fasilitas rumah dinas bagi
berbasis pada kinerja.
anggota masih sangat minim, hal ini dapat
dilihat dari penelitian yang dilakukan
2 Arah Kebijakan
sebanyak 0 orang responden anggota polisi,
a. Upaya penyempurnaan sistem imbalan
yang menempati rumah dinas hanya 9 orang
diarahkan pada penyusunan sistem.
atau 18%. Bahkan ada 16 orang atau 32 %
Layak dan transparan melalui kegiatan
yang mengeluarkan dana untuk kebutuhan
sebagai berikut:
perumahan berupa sewa/kontrak. Kondisi
1. Melaksanakan analisis jabatan.
ini merupakan hal yang perlu dilakukan,
2. Melakukan evaluasi jabatan.
suatu kajian yang lebih mendalam terhadap
3. Melakukan struktur gaji pokok
pengadaan fasilitas perumahan bagi
berdasarkan klasifikasi tugas dan
anggota, sehingga diharapkan anggota Polri
jabatan:

14
Pengkajian Sistem Imbalan Anggota Polri pada Tingkat Bintara

- Merumuskan jenis tunjangan yang komponen yang baru pada sistem imbalan,
dianggap layak untuk diberikan berdasarkan penelitian melalui survai
kepada anggota Polri (hal ini dapat kebutuhan hidup anggota Polri mencakup
dilihat dari usulan penulis). kebutuhan yang diusulkan antara lain adalah:
- Menetapkan besaran masing- K Tunjangan Pangan
masing tunjangan dengan K Tunjangan Fungsional
memperhatikan tugas, wewenang, K Tunjangan Pendidikan Anak
dan tanggung jawab serta prinsip- 3. Rumusan strategi dan kebijakan bagi sistem
prinsip keadilan. imbalan baru anggota Polri yang didasarkan
- Mengupayakan agar penghasilan pada tingkat kepentingan kebutuhan hidup di
anggota Polri disesuaikan dengan masa mendatang, yang ditunjukkan pada
tingkat inflasi, antara lain dengan gambar V.7. memberikan ilustrasi bahwa
membuat indeks untuk dijadikan terdapat variabel-variabel baru yang perlu
dasar bagi penyesuaian dan ditambahkan dalam penyusunan sistem
tunjangan. imbalan yaitu: Tunjangan Pangan, Tunjangan
b. Mengupayakan agar tunjangan Fungsional, dan Tunjangan Pendidikan Anak.
fungsional khususnya bagi anggota 4. Kebijakan sistem imbalan yang diusulkan
Bintara Polri dimasukkan ke dalam adalah gaji pokok, di mana nilainya yang harus
komponen sistem imbalan. disesuaikan dengan biaya kebutuhan hidup
c. Mengupayakan penyusunan anggaran minimum, tunjangan fungsional, tunjangan
operasional anggota Polri yang lebih istri/suami di mana nilai disesuaikan dengan
tepat sesuai dengan kebutuhan tugas, kebutuhan istri/suami, tunjangan anak diganti
sehingga mengurangi KKN yang sering dengan tunjangan pendidikan anak, tunjangan
terjadi. beras diganti menjadi tunjangan pangan di
d. Merumuskan secara seragam tunjangan mana nilainya disesuaikan dengan kebutuhan
kompensasi berupa tunjangan pangan minimum, tunjangan uang lauk-pauk
kesehatan dan asuransi yang diterima berupa tunjangan operasional Polri di mana
oleh anggota Polri yang mengalami nilainya disesuaikan dengan kebutuhan
kecelakaan seperti penyakit yang akut, minimum operasional anggota Polri. Untuk
cacat, dan meninggal akibat tunjangan lainnya yang perlu mendapatkan
melaksanakan tugas. Hal ini sangat perhatian bagi organisasi yaitu fasilitas yang
perlu diperhatikan apabila dilihat dari selama ini diberikan organisasi kepada anggota
besarnya resiko tugas anggota Polri. berupa pengalokasian potongan tunjangan
wajib, yaitu fasilitas kesehatan, perumahan,
VI. KESIMPULAN DAN SARAN dan asuransi. Khusus untuk asuransi,
diharapkan organisasi lebih memfokuskan
VI.1. Kesimpulan
kompensasi ini kepada anggota berkaitan
Berdasarkan pada bab sebelumnya, maka
dengan resiko yang dialami oleh anggota pada
dalam menyusun formulasi kebijakan sistem imbalan
saat melaksanakan tugasnya.
bagi anggota Bintara Polri, berdasarkan hasil
penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:
VI.2. Saran-saran
1. Sistem imbalan yang diberikan organisasi Polri
1. Hasil penelitian ini memberikan gambaran
saat ini terdiri dari komponen gaji pokok,
bahwa sistem imbalan angota Polri berdasarkan
tunjangan istri/suami, tunjangan beras,
kebutuhan hidup anggota Polri masih harus
tunjangan anak, tunjangan jabatan
diuji kembali dengan menggunakan jumlah
struktural/fungsional, dan tunjangan lauk-pauk
sampel anggota Polri bukan hanya pada tingkat
masih belum dapat memenuhi kebutuhan
Bintara tapi level atau tingkatan anggota Polri
anggota Bintara Polri saat ini. Hal ini dapat
yang lain.
dilihat dari adanya gap yang cukup besar
2. Hasil perhitungan ini merupakan analisis
antara gaji yang diterima oleh anggota Bintara
berdasarkan perhitungan statistik yang
Polri dengan pengeluaran kebutuhan hidup
memiliki berbagai keterbatasan, sehingga ada
angota Polri dan keluarganya, sehingga perlu
kalanya hasil perhitungan tidak sesuai dengan
dipertimbangkan untuk ditinjau kembali yaitu
kenyataan.
dengan cara menaikkan nilai komponen yang
3. Penelitian ini hanya mengeluarkan sistem
ada seperti gaji pokok, tunjangan istri/suami,
imbalan berdasarkan tingkat kepentingan
dan tunjangan operasional/ULP.
kebutuhan hidup, sedangkan nilai untuk
2. Berdasarkan penelitian survai kebutuhan hidup
memenuhi kebutuhan hidup tersebut tidak
anggota Polri, maka dapat ditemukan beberapa
dilakukan karena terbatasnya waktu penulis.
komponen kebutuhan hidup yang dapat
Untuk itu penulis mengharapkan penelitian
dijadikan komponen baru dalam penyusunan
lanjutan yang dapat mengeluarkan suatu
sistem imbalan anggota Polri. Adapun

15
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005

rumusan kebijakan mengenai sistem imbalan Peraturan Pemerintahan No.14. Tahun 2003 tentang
Polri sampai kepada nilai yang dibutuhkan. Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 29
4. Berdasarkan temuan penelitian diperoleh Tahun 2001.
besarnya gap antara besarnya gaji yang
Renny R. 2000. Identifikasi Faktor-Faktor Dalam
diterima oleh Bintara Polres Langkat dengan
Sistem Imbalan yang Berpengaruh Terhadap
biaya kebutuhan hidup, sehingga hal ini cukup
Kepuasan Kerja Tenaga Penjual. Tesis.
menarik untuk dilakukan kajian yang lebih
Bandung.
mendalam, seperti pengaruh kurangnya imbalan
dengan munculnya tindakan korupsi di Siagian, S. 1992. Manajemen Sumberdaya Manusia.
lingkungan Polri dan kajian lain yang berkaitan Jakarta: PT Cipta Manunggal.
dengan data penelitian yang ada.
Siregar, S.B. Samadhi, TMA, A. 1987. Manajemen
ITB. Bandung
Daftar Pustaka
Simamora , H. 1997. Manajemen Sumberdaya
Anonim. 1992. Buku Petunjuk Administrasi Tentang Manusia. Yogyakarta: Bagian Penerbitan
Penggunaan Prajurit Polri. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.
Anonim. 1995. Laporan Penelitian Studi Eksploratif Tabah, A. 1996. Menatap Dengan Mata Hati Polisi
Profesionalisme dan Kinerja Polri. Indonesia. Jakarta: PT Gramedia.
Anonim. 1998. Buku Petunjuk Administrasi Tabah A. 1996. Polisi (Budaya Dan Politik).
Pengurusan Penghasilan Personil di Cetakan Kedua. Klaten: CV Sahabat.
Lingkungan Polri.
Tabah, A. 2002. Membangun Polri yang Kuat
Anonim. 2001. Harian Pikiran Rakyat, Bulan (Belajar dari Macam-Macam Asia). Jakarta:
Februari. PT Sumbersewu Lestari.
Anonim. 2002. Tinjauan dan Penataan Kembali Undang-Undang RI Nomor 28 Tahun 1997 tentang
Organisasi Polri (Naskah Akademik). Mabes Kepolisian Negara Republik Indonesia
Polri.
Walpole. 1995. Pengantar Statistik, Cetakan
Anonim. 2002. Statistik Kesejahteraan Rakyat Keenam. Jakarta: PT Gramedia.
(Walfare Statistic). Survai Sosial Ekonomi
Nasional.
Anonim. 2003. Harian Kompas, Bulan Juni.
Anonim. 2004. Ringkasan Eksekutif Desain Sistem
Penggajian Bagi Pegawai Negeri Sipil.
Kementrian Aparatur Negara.
Davis, Keith. 1987. Human Behaviour at Work:
Organizational Behaviour, Sixth Edition.
Djoyohadikusumo, S. 1983. Ilmu Ekonomi. Jakarta:
UI Press.
Indrawan, R. 2002. Analisis Realisasi Kompensasi
Terhadap Keluarga Anggota Polri Yang
Gugur Saat Melaksanakan Tugas di Polda
Lampung. Skripsi Mahasiswa PTIK, Jakarta.
Kunarto. 2001. Perilaku Organisasi Polri. Jakarta:
PT Cipta Manunggal.
Keputusan Kapolri No. Pol: Kep/ 28/III/2003 tentang
Tunjangan Jabatan Struktural di Lingkungan
Polri
Milkovich, Et Al. 2002. Compesation. USA: Mc
Graw Hill.
Moekijat. 1992. Administrasi Gaji Dan Upah.
Bandung: CV Mandar Maju.
Poerwadarminta. 1999. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakrta: Balai Pustaka.

16
ANALISIS KINERJA BANK DENGAN DEA

Juliza Hidayati
Staf Pengajar Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik USU

Abstrak: Ukuran produktivitas merupakan suatu indikator dalam menilai kemampuan bersaing dari suatu
perusahaan. Besaran ini menunjukkan seberapa jauh perusahaan tersebut dapat memanfaatkan sumber-sumber
yang terbatas (input) untuk mencapai hasil (output). Peningkatan kinerja dari suatu periode ke periode
berikutnya merupakan tahapan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, sehingga perlu dilakukan pengukuran
kinerja. Umumnya, pengukuran kinerja suatu bank dengan menggunakan rasio finansial. Namun belum dapat
menunjukkan kondisi operasional bank tersebut. Sehingga diperlukan suatu penemuan metode yang lebih baik.
Salah satu teknik yang digunakan yaitu teknik pemrograman matematika, Data Envelopment Analysis (DEA),
sebuah model program matematis nonparametrik yang digunakan untuk mengevaluasi produktivitas relatif dari
sebuah grup yang terdiri dari unit-unit pembuat keputusan (Decision Making Unit/DMU) di dalam
menggunakan input dan output yang beragam dan relatif sama, yang dalam hal ini bentuk fungsi produksinya
tidak diketahui atau tidak ditentukan.
Kata kunci: Kinerja Bank, model, Data Envelopment Analysis (DEA), produktivitas relatif, operasional.

1. Pendahuluan mana perusahaan tersebut telah menggunakan


sumberdayanya (input) dengan baik untuk
1.1. Latar Belakang
memperoleh hasil (output) yang diinginkan.
Krisis ekonomi yang panjang mengharuskan
Sehingga diperlukan suatu analisis untuk
perusahaan untuk memiliki kemampuan bertahan di
memperlihatkan kemampuan perusahaan
segala bidang. Hal ini menuntut perusahaan untuk
menggunakan sumberdaya tersebut. Untuk itu
mampu menilai kemampuan bersaingnya dan
digunakan Data Envelopment Analysis (DEA).
melakukan tindakan-tindakan perbaikan yang
Sehingga akan diperoleh suatu target yang harus
diperlukan berdasarkan hasil evaluasi. Salah satu
dicapai dalam upaya peningkatan kinerja
indikator utama dalam menilai kemampuan bersaing
berdasarkan nilai produktivitas tersebut.
suatu perusahaan adalah ukuran produktivitas.
Hal ini akan membantu pihak manajemen
Ukuran ini nantinya akan menunjukkan seberapa
bank untuk dapat melakukan perbaikan serta menata
jauh sebuah perusahaan dapat memanfaatkan
kembali kondisi operasional agar dapat mencapai
sumber-sumber terbatas yang dimiliki (input)
produktivitas relatif yang lebih baik dengan merujuk
terhadap hasil (output) yang akan diperoleh. Secara
kepada bank lainnya yang menghasilkan kinerja
umum, sebelumnya ukuran rasio finansial selalu
terbaik pada ruang lingkup kegiatan pelayanan jasa
menjadi titik tolak untuk mengukur kinerja suatu
yang sama.
bank. Namun, jika hanya memperhatikan ukuran
rasio finansial tentunya hasil yang diperoleh hanya
1.3. Tujuan Penelitian
akan menggambarkan posisi keuangan saja serta
Tujuan penelitian untuk memberikan
tidak mampu untuk menunjukkan seberapa besar
gambaran terhadap nilai produktivitas relatif serta
sumberdaya bank tersebut yang digunakan dalam
target yang harus dicapai sebagai dasar perbaikan
upaya untuk mendapatkan hasil kerja yang
kinerja bank.
bermanfaat.
1.4. Batasan Masalah
1.2. Rumusan Masalah
Ruang lingkup permasalahan sebagai berikut:
Dalam dunia perbankan kita mengetahui
ƒ Pengukuran kinerja bertujuan untuk
bahwa begitu cepatnya perubahan dan cukup kuatnya
membandingkan berdasarkan produktivitas
pengaruh lingkungan, sehingga sangat penting untuk
relatif dan bukan untuk mendapatkan nilai
mengetahui, menilai, memantau, dan memperbaiki
produktivitas yang sebenarnya (absolut).
kinerja perusahaan berdasarkan nilai terhadap
ƒ Identifikasi dilakukan terhadap beberapa
produktivitasnya. Hal tersebut dapat dicapai dengan
variabel input dan output yang menjadi
mengetahui tingkat produktivitas yang dihasilkan
parameter untuk mendapatkan nilai
oleh bank tersebut relatif terhadap tingkat
produktivitas relatif.
produktivitas bank lainnya dalam melakukan
ƒ Variabel-variabel input dan output yang akan
kegiatannya pada bidang pelayanan jasa perbankan.
dianalisis berhubungan dengan kegiatan
Berdasarkan laporan keuangan yang
pelayanan jasa perbankan.
digunakan untuk menilai kinerja suatu bank, maka
ƒ Pendekatan pemecahan masalah menggunakan
hal tersebut tentunya belum menunjukkan sejauh

17
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005

metode DEA dengan model CCR. relatif ini digunakan karena lebih praktis. Suatu
ƒ Penelitian dilakukan berdasarkan data beberapa perusahaan akan lebih tertarik untuk mengetahui
kantor unit salah satu kantor cabang PT Bank produktivitas yang dicapainya jika dibandingkan
Rakyat Indonesia (persero) pada tahun 2003. dengan produktivitas dari perusahaan sejenis dalam
1.5. Asumsi kondisi yang sama dan menghasilkan kinerja lebih
ƒ Perubahan perbandingan terhadap input maupun baik. Namun perlu diingat bahwa hasil dari
output dalam suatu kantor unit bank tidak pengukuran kinerja ini hanya menggambarkan
mempengaruhi produktivitas yang mungkin tingkat kinerja dari kantor unit bank yang diamati,
dicapai, yaitu CRS (Constant Return to Scale). bukan menjelaskan bagaimana kantor unit dapat
ƒ Produktivitas relatif yang dimiliki oleh kantor mencapai tingkat kinerja tersebut.
unit pada suatu kantor cabang bank bernilai
antara 0 sampai dengan 1. 2.2. Produktivitas Relatif
ƒ Masing-masing kantor unit pada suatu kantor Peningkatan kinerja dalam suatu organisasi
cabang bank melakukan kegiatan pelayanan jasa atau perusahaan dapat dicapai antara lain dengan
perbankan yang sama. ukuran produktivitas. Produktivitas merupakan
ukuran yang menunjukkan seberapa jauh sebuah
2. Dasar Teori perusahaan dapat memanfaatkan sumber-sumber
2.1. Pengukuran Kinerja terbatas yang dimiliki (input) terhadap hasil (output)
Keberhasilan setiap organisasi bisnis yang akan diperoleh.
tergantung pada keberhasilan proses bisnis yang Ada berbagai jenis pengukuran produktivitas
diselaraskan dengan tujuan dan strategi organisasi yang dikenal yaitu berdasarkan ruang lingkup,
perusahaan secara keseluruhan. Untuk mencapai dikenal sebagai pengukuran produktivitas
tujuan yang diinginkan, perusahaan haruslah antarnegara, nasional, industri, dan perusahaan.
meningkatkan kinerja dari periode ke periode Demikian juga dari segi pendekatan , kita mengenal
berikutnya. pendekatan indeks, pendekatan fungsi, pendekatan
Dalam suatu organisasi, kinerja merupakan input-output, pendekatan utilitas, pendekatan servo-
kemampuan yang dimiliki dalam menerapkan system, pendekatan rasio keuangan, dan lain-lain.
strategi secara efektif untuk memastikan semua Untuk mengetahui apakah suatu perusahaan sudah
tujuan yang ingin dicapai dapat diwujudkan. menjalankan aktivitasnya dengan benar dalam
Untuk mengetahui apakah suatu perusahaan mencapai tujuan yang telah ditetapkan, perlu
sudah menjalankan aktivitasnya dengan benar dalam dilakukan pengukuran terhadap tingkat kinerja.
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, perlu Istilah produktivitas dalam bidang teknik
dilakukan pengukuran kinerja. Pengukuran kinerja menunjukkan rasio antara keluaran (output) suatu
merupakan suatu proses evaluasi terhadap kumpulan sistem dan masukan (input) sistem tersebut.
indikator kinerja yang merupakan informasi yang Pengukuran-pengukuran dalam bidang teknik dan
penting dan berguna bagi perusahaan. Kinerja suatu fisika selalu mengasumsikan bahwa ada suatu situasi
program dapat dinyatakan dalam persentase, indeks, ideal yang menyatakan kuantitas output yang
rating, atau perbandingan lain yang dipantau pada dihasilkan persis sama dengan kuantitas input yang
kurun waktu tetap dan dibandingkan terhadap satu diberikan, sehingga rasio antara output dan input
atau lebih kriteria. sama dengan satu (=1).
Pengukuran kinerja dengan pendekatan Data Produktivitas dalam situasi yang ideal akan
Envelopment Analysis (DEA) ini merupakan memiliki nilai sebesar 100% (full efficient),
penggunaan program matematis dalam konteks sedangkan produktivitas pada keadaan tidak ideal
manajemen. Biasanya program matematis digunakan bisa lebih kecil dari 100% (in efficient). Berdasarkan
untuk mengevaluasi suatu kumpulan alternatif sekumpulan data yang diperoleh, maka dapat
tindakan yang mungkin untuk mendapatkan yang dilakukan perbandingan tingkat kinerja
terbaik. Dengan kata lain, program matematis antarperusahaan. Pengukuran terhadap kinerja ini
berfungsi sebagai perencana untuk membantu dilakukan dengan cara menghitung nilai
manajemen. Sehingga dalam hal ini, program produktivitas relatif masing-masing kantor unit.
matematis digunakan sebagai alat kontrol dan Dalam proses penghitungan dilakukan perbandingan
evaluasi dari hasil yang telah dicapai sebelumnya, langsung antara data-data hasil observasi ataupun
serta sebagai alat bantu dalam merencanakan yang direncanakan, sehingga hasil yang didapat
aktivitas masa depan. berdasarkan produktivitas relatif sesuai dengan data
Dalam proses perhitungan dilakukan observasi atau data rencana yang kita masukkan.
perbandingan langsung antara data-data hasil Adapun hubungan antarvariabel harus didasarkan
observasi ataupun yang direncanakan, sehingga hasil pada sifat exclusivity and exhaustiveness yang berarti
pengukuran kinerja yang kita dapat nantinya adalah bahwa hanya variabel input yang dapat
berdasarkan produktivitas relatif sesuai dengan data mempengaruhi variabel output dan hanya variabel
observasi atau data rencana yang kita masukkan. output yang digunakan dalam pengukuran saja yang
Pengukuran kinerja berdasarkan produktivitas dipengaruhi.

18
Analisis Kinerja Bank dengan DEA

dari unit yang akan diukur produktivitas


2.3. Data Envelopment Analysis (DEA) relatifnya.
Salah satu metode yang dikembangkan dalam b. Fungsi pembatas
upaya pengukuran produktivitas perusahaan atau unit Fungsi pembatas merupakan kendala yang
kerja tertentu adalah Data Envelopment Analysis dihadapi, yaitu rasio antara output dan input dari
(DEA). Metode ini dikembangkan pertama kali oleh semua unit yang ada serta jumlah input dari unit
Charnes, merupakan metode pengukuran yang akan diukur produktivitas relatifnya.
produktivitas dengan pendekatan fungsi produksi Beberapa model yang sering digunakan yaitu:
secara nonparametrik. Sejak awal diperkenalkan, 1. Model CCR (Charnes, Cooper, and Rhodes) ,
pendekatan ini telah menjadi metode yang digunakan Model ini digunakan jika berasumsi bahwa
dalam mengevaluasi produktivitas berbagai unit perbandingan terhadap input maupun output suatu
kerja pada berbagai bidang kerja seperti perbankan, perusahaan tidak mempengaruhi produktivitas yang
rumah sakit, sektor industri, dan perguruan tinggi. mungkin dicapai, yaitu Constant Return to Scala
Metode ini juga menggunakan perbandingan (CRS). Model ini terdiri dari fungsi tujuan yang
yang menggunakan data-data yang berada dalam berupa maksimisasi jumlah output dari unit yang
batas-batas terluar dari kemungkinan produksi yang akan diukur produktivitas relatifnya dan selisih dari
merupakan bagian dari selubung (envelopment) dari jumlah output dan input dari semua unit yang akan
kemungkinan produksi. diukur produktivitas relatifnya.
Dalam pengukuran produktivitas dengan Formulasi matematis sebagai berikut:
pendekatan DEA digunakan perbandingan langsung s
antara data-data hasil observasi ataupun yang ∑ r =1
y r u rj 0
direncanakan sehingga nilai produktivitas yang akan Maksimisas ih 0 = m

∑xv
diperoleh adalah relatif sesuai dengan data observasi
atau data yang direncanakan. i ij 0
i =1
Berdasarkan konsep pengukuran produktivitas
relatif, Farell (1957) memperkenalkan istilah
produktivitas relatif-produktivitas suatu organisasi
diukur relatif terhadap produktivitas organisasi- Subject to : s

organisasi yang sejenis. Alasan utamanya adalah ∑


r =1
y r u rj
kesulitan dalam menentukan hubungan antarvariabel m
≤ 1 j = 1, 2 ,..., n
secara pasti. Sehingga dengan cara ini profil ideal itu ∑ x i v ij
tidak ditentukan sendiri oleh organisasi yang i =1

bersangkutan tetapi merujuk kepada organisasi- y r ≥ 0 ; r = 1, 2,..., s


organisasi yang menghasilkan kinerja terbaik (the
best practice organisation). xi ≥ 0 ; r = 1, 2,..., m
Dalam metode ini produk atau organisasi yang Untuk menyelesaikan model di atas, maka model
akan diukur produktivitasnya ini disebut sebagai tersebut harus diubah ke bentuk linier agar metode
DMU (Decision Making Unit). Metode ini berdasar tersebut dapat diterapkan.
pada rumus produktivitas yaitu perbandingan antara Bentuk linier dari model di atas adalah:
output dan input yang masing-masing input dan s
output tersebut memiliki bobot. Maksimisasi h0 = ∑yu
r =1
r rj 0
Produktivitas dari setiap unit diukur dengan
membandingkan input dan output yang digunakan
m
dengan sebuah titik yang terdapat pada garis yang Subject to :
disebut dengan garis frontir efisien (efficient ∑x v
i =1
i ij 0 =1
frontier). Garis tersebut akan mengelilingi atau
menutupi (envelop) data dari organisasi yang
bersangkutan. Garis frontir efisien ini diperoleh dari s m
unit yang full efficient. Beberapa unit yang berbeda
pada garis ini dianggap memiliki nilai produktivitas
∑ yrurj − ∑ xivij ≤ 0
r =1 i =1
j = 1, 2,..., n
sama dengan satu (=1), sedangkan unit yang berada
di bawah garis frontir efisien memiliki nilai
produktivitas lebih kecil dari satu (<1) dan
y r ≥ 0 ; xi ≥ 0
merupakan unit yang in efficient. Keterangan:
Berdasarkan konsep program linier, metode jo = unit yang sedang diuji
ini juga terdiri dari fungsi tujuan dan fungsi j = unit lainnya yang diperbandingkan
pembatas sebagai berikut: n = jumlah unit yang dianalisis
a. Fungsi tujuan m = jumlah masukan yang digunakan
Fungsi tujuan merupakan fungsi dari variabel s = jumlah keluaran yang dihasilkan
keputusan, yaitu rasio antara output dan input vi = jumlah masukan i yang digunakan unit

19
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005

yang dianalisis penyelesaian optimal, yaitu nilai fungsi tujuan,


ur = jumlah keluaran r yang dihasilkan unit nilai optimal variabel keputusan, nilai variabel
yang dianalisis slack dan surplus, dan nilai dual price.
yr = bobot dari keluaran r yang dihasilkan 2. Bagian kedua, berisi informasi mengenai
unit yang dianalisis analisis sensitivitas nilai ruas kanan kendala dan
xi = bobot dari masukan yang digunakan unit parameter fungsi tujuan.
yang dianalisis Untuk menyelesaikan program linier yang ada pada
ho = nilai yang dioptimalkan sebagai metode DEA, hasil olahan yang digunakan adalah
indikator produktivitas relatif hasil olahan yang terdapat pada bagian pertama.
Adapun uraian terperinci tentang hasil olahan
2. Model BCC (Banker, Charnes, and Cooper) program LINDO untuk bagian pertama adalah
Model ini digunakan jika kita berasumsi sebagai berikut:
bahwa perbandingan terhadap input maupun output 1. Nilai Fungsi Tujuan
suatu perusahaan akan mempengaruhi produktivitas Nilai ini menunjukkan nilai ekstrim fungsi
yang mungkin dicapai, yaitu VRS (Variable Returns tujuan berupa nilai maksimum atau minimum.
to Scale). 2. Nilai Optimal Variabel Keputusan
Formulasi model sebagai berikut: Nilai ini pada hasil olahan LINDO berada di
Minimisasi W0 = w0 bawah kolom value, dan menunjukkan nilai
Subject to : variabel keputusan yang akan memberikan
n
nilai ekstrim terhadap fungsi tujuan.
w0 v i 0 ≥ ∑λ
j =1
j v ij , i = 1, 2,..., m 3. Nilai Variabel Slack atau Surplus yaitu:
a. Variabel slack digunakan jika nilai ruas kiri
n lebih kecil dari nilai ruas kanan persamaan yang
∑λ j = 1 ; λ j ≥ 0 , j = 1,..., n terdapat pada kendala. Kehadiran variabel slack akan
j =1 membuat seluruh pertidaksamaan kendala berubah
Berdasarkan rumus di atas, wo adalah suatu menjadi persamaan sehingga nilai ruas kiri pasti akan
nilai yang jika dikalikan dengan input v, maka akan selalu sama dengan nilai ruas kanannya.
menghasilkan nilai maksimum pengurangan input Apabila terjadi perbedaan maka perbedaan
untuk menghasilkan nilai output yang sama. tersebut akan ditampung oleh variabel slack. Oleh
Sedangkan λj merupakan suatu variabel yang karena itu variabel slack akan selalu bernilai positif
memfokuskan seberapa besar kemungkinan untuk atau 0 (nol).
membuat suatu DMU baru (virtual DMU) dari DMU b. Variabel surplus digunakan jika nilai ruas
yang sedang dihitung produktivitas relatifnya sebagai kiri lebih besar dari nilai ruas kanan persamaan yang
kombinasi dari DMU yang lainnya. terdapat pada kendala. Sama seperti variabel slack,
Dalam hal ini, selain menetapkan garis frontir variabel surplus juga akan menyebabkan seluruh
efisien metode DEA juga menetapkan suatu target pertidaksamaan kendala berubah menjadi persamaan
sesuai dengan garis frontir efisien (efficient frontier) sehingga nilai ruas kiri sama dengan nilai ruas
untuk setiap DMU yang in efficient serta menetapkan kanannya. Variabel surplus akan selalu bernilai
satu atau beberapa unit yang dapat digunakan negatif atau 0 (nol).
sebagai acuan untuk unit yang in efficient yang Untuk nilai variabel slack atau surplus pada
dalam hal ini disebut sebagai peer unit. hasil olahan LINDO akan berada di bawah kolom
slack or surplus.
2.4. Program LINDO 4. Nilai Dual Price
LINDO merupakan singkatan dari Linear,
Dual price akan memperlihatkan seberapa
Interactive, and Discrete Optimizer, yaitu sebuah
besar kemungkinan untuk membuat suatu DMU baru
paket program komputer yang dapat digunakan
(virtual DMU) dari DMU yang sedang dihitung
untuk menyelesaikan kasus-kasus linear
produktivitas relatifnya sebagai kombinasi dari DMU
programming. Selama variabel-variabel dalam model
lainnya. Dan untuk nilai dual price pada hasil olahan
goal programming juga memiliki sifat linier maka
LINDO berada di bawah kolom dual prices.
LINDO juga dapat menyelesaikan kasus-kasus goal
Berdasarkan penggunaan metode DEA,
programming. Hal ini disebabkan karena model
perumusan secara terpisah untuk tiap DMU dengan
linear programming ternyata memiliki keterbatasan
perhitungan secara manual sulit dilakukan apalagi
untuk menyelesaikan kasus-kasus yang memiliki
untuk masalah yang berskala besar. Sehingga hal
lebih dari satu sasaran yang hendak dicapai.
tersebut dapat ditentukan melalui hasil olahan
Penggunaan program mudah dibaca dan diikuti serta
dengan program LINDO.
cara pengoperasian yang sederhana karena memiliki
Untuk mengetahui peer unit dari unit (DMU)
format hasil olahan.
yang in efficient maka dapat dilihat dari nilai variabel
Program LINDO pada dasarnya menghasilkan
slack atau surplus dari masing-masing fungsi
olahan yang dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
pembatas (unit lainnya). Sesuai dengan ketentuan di
1. Bagian pertama, berisi informasi mengenai
atas, apabila suatu fungsi pembatas memiliki variabel

20
Analisis Kinerja Bank dengan DEA

slack atau surplus sebesar 0,0000 maka unit tersebut data sekunder, antara lain mengenai kegiatan bank
merupakan peer unit dari DMU. Namun jika target tersebut dalam melakukan kegiatan pelayanan jasa
untuk unit yang in efficient dapat dihasilkan dari dan bagaimana perusahaan mengetahui tingkat
jumlah dari hasil kali harga dual (dual prices) kinerja dari masing-masing kantor unit pada suatu
dengan nilai input dan output masing-masing peer kantor cabang bank. Selain itu juga digunakan data
group/peer unit untuk DMU yang in efficient. input maupun data output.
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas,
maka dapat diperoleh suatu hasil olahan yang akurat 3.4. Pengolahan dan Analisis Data
dengan penggunaan program komputer berdasarkan Data yang diperoleh akan diolah serta dianalisis
data-data output dan input yang diperoleh. berdasarkan metode Data Envelopment Analysis
(DEA) dengan menggunakan software LINDO
3. Metodologi Penelitian (Linear, Interactive and Discrete Optimizer)
3.1. Identifikasi Masalah dan Penetapan Tujuan sehingga diperoleh target yang harus dicapai sebagai
Masalah yang akan dibahas adalah pengukuran upaya peningkatan produktivitas terhadap kinerja.
kinerja berdasarkan produktivitas relatif antarkantor
unit bank pada suatu kantor cabang dalam upaya 4. Pengumpulan dan Pengolahan Data
mengetahui sejauh mana perusahaan telah a. Data Input
memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki (input) Data input merupakan sumberdaya yang
serta hasil (output) yang dihasilkannya. Setelah digunakan oleh masing-masing kantor unit pada
adanya identifikasi terhadap masalah yang akan suatu kantor cabang bank untuk melakukan
diteliti, diperlukan penetapan tujuannya agar dapat kegiatannya dalam pelayanan jasa perbankan. Data
diperoleh gambaran produktivitas relatif antarkantor input ini terdiri dari:
unit pada suatu kantor cabang bank untuk perbaikan ƒ Jumlah pegawai
kinerja bank tersebut. ƒ Jumlah simpanan (deposits) dalam Rp juta
ƒ Jumlah biaya (expenses) dalam Rp juta
3.2. Studi Pustaka dan Studi Orientasi b. Data Output
Melakukan studi kepustakaan tentang hal-hal Data output merupakan hasil yang diperoleh dari
yang berkaitan dengan permasalahan dan metode- masing-masing kantor unit bank dengan
metode yang mendukung penyelesaian masalah. menggunakan input yang mereka miliki.
Serta dengan studi orientasi ini juga sebagai Data output ini terdiri dari:
pemahaman tentang kegiatan pelayanan jasa dalam ƒ Jumlah nasabah
bidang perbankan dan hal-hal lain yang terkait ƒ Jumlah kredit yang diberikan (loans) dalam Rp
dengan pengukuran kinerja berdasarkan juta
produktivitas relatif. ƒ Jumlah pendapatan (income) dalam Rp juta
3.3. Identifikasi Data yang Digunakan
Data yang digunakan terdiri dari data primer dan
Tabel 1. Jumlah Input dan Output Pada Masing-Masing Kantor Unit
di Salah Satu Cabang PT Bank Rakyat Indonesia (persero) Selama Tahun 2003
Data Input Data Output
Kantor Jumlah Jumlah Jumlah Biaya Jumlah Kredit Jumlah
Unit Pegawai Simpanan (Expenses) Jumlah yang Diberikan Pendapatan
(DMU) (Deposits) (Rp Juta) Nasabah (Loans) (Income)
(Rp Juta) (Rp Juta) (Rp Juta)
DMU 1 7 13.218,4 3.111,4 13.879 9.982,5 3.861,2
DMU 2 6 27.329,3 2.129,5 21.108 6.355,8 2.670,1
DMU 3 5 8.075,2 1.130,1 11.434 5.701,6 1.255,7
DMU 4 6 7.865,7 1.006,2 9.742 4.776,4 1.141,3
DMU 5 7 21.632,8 3.346,5 16.694 8.175,6 3.608,6
DMU 6 5 12.148,5 1.363,3 12.242 5.311,5 1.568,3
DMU 7 7 14.507,0 928,4 15.120 4.524,3 1.073,2
DMU 8 8 27.147,4 1.871,9 21.730 5.369,1 2.096,1
DMU 9 6 23.648,5 1.658,6 24.708 5.270,0 1.849,1
DMU 10 7 19.477,7 2.726,2 18.363 10.597,8 3.926,4
DMU 11 8 29.277,4 2.863,4 19.568 7.203,1 3.623,0
DMU 12 6 9.579,6 926,5 11.332 5.814,6 1.172,5
DMU 13 5 11.520,6 813,1 10.527 4.237,9 963,8
DMU 14 7 20.921,6 826,7 19.661 3.059,3 941,2
DMU 15 8 26.673,3 3.239,3 26.522 9.738,5 4.283,7
DMU 16 7 23.690,5 894,3 23.113 4.988,1 1.092,6
DMU 17 6 28.603,8 2.779,2 21.915 6.374,1 2.921,1
DMU 18 5 17.409,6 1.569,4 20.742 6.608.2 1.916,4

21
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005

Pada penelitian ini, salah satu kantor cabang Tabel 3. Peer Group DMU
PT Bank Rakyat Indonesia (persero) ini memiliki 18
buah kantor unit dan tiap kantor unit dinyatakan DMU Peer Group
dalam DMU (Decision making Unit). Dan 4 DMU 3, DMU 10, DMU 12
berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh nilai 5 DMU 10
produktivitas relatif tiap DMU tersebut. 6 DMU 3, DMU 10, DMU 12, DMU 18
7 DMU 10, DMU 12
Tabel 2. Nilai Produktivitas Relatif Tiap DMU 8 DMU 10, DMU 16
13 DMU 10, DMU 12, DMU 16
DMU Nilai Produktivitas 14 DMU 3, DMU 16
Relatif
1 1,0000 Untuk mengetahui peer unit/peer group dari
masing-masing DMU atau kantor unit yang relatif in
2 1,0000
efficient maka dapat dilihat dari nilai variabel slack
3 1,0000 atau surplus dari masing-masing fungsi pembatas,
4 0,9562 yang dalam hal ini nilai dari variabel slack atau
0,9190 surplus dari peer unit adalah 0,0000. Dikatakan
5
demikian sebab dengan nilai variabel slack atau
6 0,8868 surplus yang sama dengan 0,0000 maka DMU
7 0,8769 tersebut telah mampu menghasilkan output sebesar
8 0,8177 nilai input yang digunakannya.
Berdasarkan analisis kinerja kantor unit
9 1,0000 tersebut dengan menggunakan metode DEA, maka
10 1,0000 diperoleh beberapa DMU yang full efficient (nilai
11 1,0000 produktivitas relatif=1) sebanyak 11 (sebelas) DMU.
Sedangkan beberapa DMU yang in efficient (nilai
12 1,0000 produktivitas relatif < 1) sebanyak 7 (tujuh) DMU.
13 0,9191 Untuk memperbaiki kinerjanya dalam upaya
14 0,9557 peningkatan produktivitasnya, dalam hal ini kantor
unit bank, maka metode Data Envelopment Analysis
15 1,0000
(DEA) memberikan suatu target yang harus dicapai
16 1,0000 oleh kantor unit sehingga dapat memiliki
17 1,0000 produktivitas yang lebih baik. Target yang akan
18 1,0000 ditetapkan itu diperoleh dari kinerja peer group/peer
unit untuk masing-masing kantor unit bank.
Adapun target yang dimaksud dapat berupa
5. Analisis dan Evaluasi penambahan jumlah output yang dihasilkan atau
Merupakan salah satu kelebihan dari metode Data penurunan pada jumlah input yang digunakan saja,
Envelopment Analysis (DEA) adalah ditetapkannya atau kedua-duanya. Jumlah target yang ditetapkan
suatu peer group/peer unit untuk masing-masing bagi DMU atau kantor unit diperoleh dari
kantor unit yang relatif in efficient. Seperti yang telah perhitungan antara actual output atau actual input
diketahui bahwa metode DEA menerapkan program dengan virtual output atau virtual input.
linier untuk memudahkan penyelesaiannya. Dengan Yang dimaksud dengan actual output dan
demikian untuk menentukan peer unit atau peer actual input adalah output dan input kantor unit saat
group tersebut, maka kita juga dapat menggunakan ini. Sedangkan virtual output dan virtual input
program linier tersebut. adalah output dan input yang diharapkan dapat
Untuk menyelesaikan program linier dari masing- dicapai oleh kantor unit untuk meningkatkan
masing DMU, proses penyelesaiannya akan berusaha produktivitasnya. Virtual output dan virtual input
untuk menghasilkan nilai fungsi objektif yang merupakan jumlah dari hasil kali harga dual (dual
terbaik (bobot yang dihasilkan adalah bobot yang prices) dengan nilai output dan input masing-masing
akan mengoptimalkan fungsi objektif) untuk DMU peer group/peer unit untuk DMU yang relatif in
yang akan diukur berdasarkan nilai produktivitas efficient.
relatifnya. Proses penyelesaian ini akan berhenti jika Target input adalah actual input dikurangi
nilai produktivitas dari fungsi objektif atau nilai virtual input dan target output adalah virtual output
produktivitas dari satu atau beberapa DMU lainnya dikurangi actual output.
adalah 1 (satu).
Sehingga untuk setiap unit yang relatif in efficient
setidaknya ada satu unit yang akan full efficient
dengan menggunakan bobot dari DMU tersebut. Unit
yang full efficient tersebut akan dikatakan sebagai
peer unit atau peer group.

22
Analisis Kinerja Bank dengan DEA

Tabel 4. Target Produktivitas Tiap DMU


Target Produktivitas
DMU Input Output
1 Pengurangan jumlah pegawai Peningkatan jumlah kredit yang diberikan (loans)
Pengurangan jumlah biaya (expenses)
Pengurangan jumlah simpanan (deposits
2 Pengurangan jumlah pegawai Peningkatan jumlah nasabah
Pengurangan jumlah biaya (expenses) Peningkatan jumlah kredit yang diberikan (loans)
Pengurangan jumlah simpanan (deposits)
3 Pengurangan jumlah pegawai
Pengurangan jumlah biaya (expenses) ------------
Pengurangan jumlah simpanan (deposits)
4 Pengurangan jumlah pegawai
Pengurangan jumlah biaya (expenses) Peningkatan jumlah nasabah
Pengurangan jumlah simpanan (deposits)
5 Pengurangan jumlah pegawai Peningkatan jumlah nasabah
Pengurangan jumlah biaya (expenses) Peningkatan jumlah kredit yang diberikan (loans)
Pengurangan jumlah simpanan (deposits)
6 Pengurangan jumlah pegawai
Pengurangan jumlah biaya (expenses) ------------
Pengurangan jumlah simpanan (deposits)
7 Pengurangan jumlah pegawai Peningkatan jumlah kredit yang diberikan (loans)
Pengurangan jumlah biaya (expenses) Peningkatan jumlah pendapatan (income)
Pengurangan jumlah simpanan (deposits)

6. Kesimpulan dan Saran tersebut.


6.1. Kesimpulan
Penelitian ini memberikan beberapa kesimpulan Daftar Pustaka
sebagai berikut:
ƒ Metode DEA dapat digunakan untuk berbagai Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu
pengukuran produktivitas relatif suatu DMU, yang Pendekatan Praktek, Edisi Revisi V.
memiliki karakter operasional (input dan output) Jakarta: PT Rineka Cipta.
yang relatif sama, termasuk di dalamnya untuk
Bowlin, W F. Measuring Performance: An
membandingkan produktivitas relatif seluruh
Introduction to Data Envelopment Analysis
kantor unit suatu kantor cabang bank.
(DEA). University of Northern Iowa, Cedar
ƒ Metode DEA dapat memberikan gambaran
Falls, Ia. 50614-0127.
berdasarkan nilai produktivitas relatif suatu kantor
unit bank dibandingkan dengan kantor unit lainnya Fethi, Meryem D., Jackson Peter M., Jones, and
atau keseluruhan unit bank sehingga pihak Weymann, Thomas G. An Empirical Study
manajemen dapat menata kembali kondisi of Stocastic DEA and Financial
operasional bank agar dapat mencapai kinerja yang Perfomance: The Case of the Turkish
lebih baik lagi. Commercial Banking Industry. United
ƒ Dapat memberikan gambaran target-target untuk Kingdom: Management Centre, University
perbaikan sehingga pihak manajemen dapat of Leicester.
menghemat tenaga dan waktu dengan hanya
Nugroho, Purwantoro R. Penerapan Data
memantau kantor unit bank yang in efficient saja.
Envelopment Analysis (DEA) Dalam Kasus
Pemilihan Produk Inkjet Personal Printer.
6.2. Saran
Dalam Manajemen Usahawan Indonesia
ƒ Kantor cabang PT Bank Rakyat Indonesia
(persero) sebaiknya menggunakan ukuran No. 10/TH.XXXII edisi Oktober/2003.
produktivitas relatif untuk menilai kinerja dari Jakarta: LPMFE-UI.
masing-masing kantor unit bank yang dimilikinya Siswanto. 1993. Goal Programming Dengan
sebab dengan nilai produktivitas relatif dapat Menggunakan LINDO. Jakarta: PT Elex
diketahui perbandingan kinerja setiap kantor unit Media Komputindo.
relatif terhadap kantor unit bank lainnya.
ƒ Dalam menetapkan target yang full efficient untuk Sumanth, D.J. 1984. Productivity Engineering and
kantor unit bank, kantor cabang PT Bank Rakyat Management. USA: McGraw-Hill.
Indonesia (persero) sebaiknya tidak langsung Temenggung, D.Y.A. 2001. Pengukuran
menggunakan hasil analisis yang telah dilakukan, Performansi Operasi Industri Kecil
tetapi sebaiknya dilakukan evaluasi terlebih dahulu Manufaktur Dengan Metoda Data
untuk melihat apakah hasil tersebut dapat Envelopment Analysis (DEA). Dalam
diterapkan pada kantor unit yang bersangkutan Proceedings Seminar Sistem Produksi V,
sesuai dengan kondisi yang ada di kantor unit Institut Teknologi Bandung.

23
PELUMASAN DAN DAYA GESEKAN
PADA BANTALAN LUNCUR

Adil Surbakti
Staf Pengajar Jurusan Teknik Industri FT USU

Abstrak: Bantalan luncur digunakan untuk menumpu proses yang berputar. Untuk mengurangi gesekan di
antara bagian yang berputar digunakan minyak pelumas dan ini mengurangi keausan, panas, dan kerugian daya
gesekan. Sungguh pun lapisan minyak akan mengurangi gesekan persentuhan antara metal ke metal tetapi
gesekan pada lapisan minyak harus diperhitungkan di antara alat bagian yang berputar. Koefisien gesekan antara
etal dengan metal jauh lebih besar dibandingan dengan gesekan antara lapisan minyak. Faktor lain yang
mempengaruhi gesekan adalah ukuran bantalan luncur, putaran, beban, dan temperatur operasi. Karena itu
kerugian daya gesekan bantalan luncur dipengaruhi oleh banyak faktor yang harus dimasukkan ke dalam
perhitungan.
Kata kunci: Viskositas, gesekan, dan daya gesekan.

Abstract: Journal bearing is used to support rotary shaft. To reduce friction between rotary parts is to use
lubricant and this also diminish wear, heat and power lost of friction. Although a layer of oil will eliminates the
excessive friction of metal to metal contact, the friction with in the oil film must be taken into account between
rotary part. Other factors affect friction are size of journal bearing, speed of rotation, load, and temperature of
operations. Thus, power lost of friction in journal bearing are effected by many factors must be taken into
account.
Key words: Viscosity, friction, and power of friction.

I. PENDAHULUAN II. TUJUAN


Bantalan gunanya untuk menumpu proses Memperkirakan kerugian daya gesekan dan
yang berputar. Pada bantalan luncur proses meluncur faktor-faktor yang berpengaruh pada bantalan luncur.
dalam bidang tumpuannya. Bila dua buah bidang
logam yang kering diletakkan satu di atas yang lain
III. TINJAUAN PUSTAKA
maka bagian-bagian yang tidak rata pada bagian
yang satu akan bersentuhan dengan bagian yang 1. Viskositas
tidak rata pada bagian yang lain. Bila bidang ini Pelat di atas lapisan ketebalan h dan
digesekkan satu terhadap yang lain maka banyak di digerakkan dengan kecepatan U dibawah pengaruh
antara bagian-bagian yang tidak rata ini putus dan gaya F. Minyak melekat secara kuat pada pelat dan
keadaan ini dinamakan pengausan. Makin besar gesekan disertai dengan luncuran atau kuat pada
bidang-bidang ini makin besar pula pengausannya pelat dan gerakan disertai dengan luncuran atau
dan makin besar pula gaya yang dibutuhkan untuk gesekan antara partikel minyak melalui keseluruhan
menggerakan bidang yang satu terhadap yang tinggi lapisan minyak. Karena itu apabila pelat dan
lainnya. lapisan persentuhan minyak bergerak dengan
Tahanan untuk menggerakan bidang-bidang kecepatan U, kecepatan pada pertengahan tinggi
ini dikerjakan makin berkurang pula tahanan secara langsung dengan jarak dari pelat tetap atau
gesekannya. Sesungguhnya penyelesaiannya rapi pelat bawah.
sekali, bagian-bagian yang tidak rata itu masih ada Berdasarkan Newton, tegangan geser pada
walaupun kecil. Jadi bila proses dibiarkan berputar lapisan minyak minyak bervariasi secara langsung
kering dalam tumpuannya maka pengausan yang terhadap kecepatan U dan berbanding terbalik
terjadi biasanya terlalu tinggi dan untuk dengan tebal lapisan minyak h.
mengatasinya digunakan bahan pelumas di antara
bidang yang bergesekan. Bahan pelumas ini untuk F U
mencegah atau mengurangi persentuhan permukaan Maka: τ = = µ …………………… 1)
yang menyebabkan berkurangnya keausan dan A h
koefisien gesekan. Bahan pelumas yang biasa adalah Faktor kesebandingan µ disebut viskositas.
minyak dan gemuk dan dapat dibedakan dalam Viskositas adalah ukuran dari kemampuan minyak
viskositasnya. pelumas untuk menahan tegangan geseran. Ini adalah
peristiwa molekuler dan usaha yang dilakukan gaya

24
Pelumasan dan Daya Gesekan pada Bantalan Luncur

F dirubah menjadi panas yang menaikkan temperatur F1.1.U


minyak pelumas dari peralatan sekitar. = ( HP)...........................6)
6600
F (1b) h(in ) Apabila persamaan 4) dan persamaan 5)
Satuan dari µ =
A(ln 2)U (in / sec) disubstitusikan ke dalam persamaan 6) maka
Fh ilSec diperoleh,
= ……2)
AU in2 d 3.n 2.1
Ng = µ ( HP)
Secara angka, viskositas minyak pelumas adalah 766296 xc
suatu angka yang kecil. di mana:
Ng = daya gesekan (HP)
2. Daya Gesekan Pada Bantalan µ = viskositas pelumas, lb.sec/in2
Persamaan 1) untuk pelat datar dapat d = diameter poros, inci
diangkat terhadap bentuk silinder ataupun bantalan n = putaran permenit (rpm)
luncur, dilengkapi dengan kecepatan dan viskositas l = panjang bantalan, inch
tinggi serta beban ringan, sehingga poros berada c = kelonggaran radial, inch
pada posisi sepusat dengan bantalan. Apaila 2r atau d
adalah diameter poros dan 1 adalah panjang bantalan 3. Koefisin Gesekan Bantalan Luncur f
dalam arah aksial maka luas A = 2 π.r.1. Koefisien gesekan bantalan luncur, f
Ketebalan h menjadi kelonggaran c atau ditetapkan sebagai perbandingan gaya tangensial F
perbedaan antara radius bantalan dan radius poros. terhadap gaya normal W.
Dengan menggantikan harga A dan h ke dalam Maka:
persamaan 1) menghasilkan: F
f = .............................8)
W
F U di mana,

A h F = gaya tangensial (l)
W = gaya normal (lb)
U
F = µ . A. Tekanan bantalan = P
h
U w
= µ .2π .r.1 P= .............................9)
c d .l
Di mana:
f = 2.π .µ .U .r.1 / c..................3) P = tekanan bantalan, lb/in2
W = gaya normal, lb
Apabila F1 ditentukan sebagai gaya gesekan D = diameter poros, in
tangensial persatuan panjang, maka: L = panjang bantalna, in
F = F1. 1 Dengan mensubstitusikan pers 3), pers 5)
dan pers 9) ke dalam persamaan 8), maka diperoleh
Dengan menggantikan F dalam persamaan 3) koefisien gesekan:
diperoleh,
2π 2( µn)r
F1.1= 2π. U r. 1/c F= .....................10)
F1 = 2 π.µ.U.r/c…………………….4) P c
Kecepatan tangensial poros U adalah: di mana:
µ .d .n µ = viskositas pelumas, lb.sec/in2
U= …………………………5) r = radius poros, inci
60 c = kelonggaran radial, inci
di mana: p = tekanan lb/in2
n = putaran per menit
d = diameter poros Dengan gesekan Ng untuk bantalan
Gaya gesek tangensial untuk bantalan, F = F1.1. diperoleh dengan mensubstitusikan pers 4) dan pers
Apabila gaya ini bergerak pada kecepatan U in/sec, 8) ke pers 6) dan diperoleh,
selama satu detik, maka usaha yang telah dilakukan W .d .n
adalah F1,1,U (ln.in) atau F.U (ln:in) Ng = f . ( HP)................11)
Satu daya kuda (HP) ditetapkan 33000 ft/l/min atau 126051
33000 x 12/60 in/l/sec. di mana:
Daya gesekan untuk bantalan luncur adalah Ng. F = koefisien gesekan
60.F .U 60.F1.I .U W = beban normal, lb
Ng = = D = diameter poros, inci
33000 x12 33000 X 12 N = putaran, rp

25
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005

IV. PEMBAHASAN 1. Untuk bahan pelumas SAE 10:


Tentukan pengaruh bahan pelumas dan Temperatur (0F) Daya gesek Ng (HP)
temperatur terhadap daya gesekan untuk bantalan 170 0,223
luncur beban ringan dengan diameter poros 4 inci 175 0,209
dan panjang bantalan 6 inci. Kelonggaran radial 180 0,197
0,002 inci dan kecepatan putaran 1000 rpm. Pelumas 185 0,183
yang digunakan SAE 10, SAE 20, dan SAE 30 pada 190 0,171
temperatur operasi berturut-turut 170:175:180:185:
dan 1900F. 2. Untuk bahan pelumas SAE 20:
Perubahan temperatur operasi menyebabkan Temperatur (0F) Daya gesek Ng (HP)
perubahan viskositas bahan pelumas bantalan luncur. 170 0,379
Perubahan viskositas untuk masing-masing pelumas 175 0,345
karna perubahan temperatur operasi diperoleh 180 0,317
sebagai berikut: 185 0,294
190 0,274
1 Untuk SAE 10:
Temperatur (0F) Viskositas (lb.sec/in2)
3. Untuk bahan pelumas SAE 10:
170 11x10-7
Temperatur (0F) Daya gesek Ng (HP)
175 10,5 x10-7
170 0,536
180 9,7 x10-7
175 0,491
185 9,0 x10-7
180 0,447
190 8,4 x10-7
185 0,410
190 0,373
Dari uraian dan perhitungan di atas ternyata
2. Untuk SAE 20:
untuk bantalan luncur tertentu daya gerak yang
Temperatur (0F) Viskositas (lb.sec/in2)
timbul dipengaruhi oleh viskositas bahan pelumas,
170 18,6 x10-7
maka makin tinggi gaya gesekan yang terjadi. Hal ini
175 17 x10-7
dapat dilihat dari minyak pelumas SAE
180 15,6 x10-7
menghasilkan daya gesekan yang lebih besar dari
185 14,5 x10-7
yang dihasilkan SAE 20 dan SAE 10 pada
190 13,5 x10-7
temperatur operasi yang sama.
Temperatur operasi bantalan luncur
3. Untuk SAE 10:
dipengaruhi viskositas minyak pelumas. Apabila
Temperatur (0F) Viskositas (lb.sec/in2)
temperatur operasi makin tinggi maka viskositas
170 18,6 x10-7
makin kecil dan daya gesekan Ng pada temperatur
175 24,2 x10-7
1700F hingga temperatur 1900F untuk masing-masing
180 22 x10-7
minyak pelumas SAE 10, SAE 20, dan SAE 30 yang
185 20,2 x10-7
diuraikan di atas. Dari pers 7) untuk daya gesek,
190 18,4 x10-7

Untuk bantalan luncuran yang ditentukan, ditetapkan d 3.n2.1


Ng = µ ( HP)
data sebagai berikut: 766296 xc
Diameter d= 4 inci
Panjang bantalan l=6 inci Ternyata apabila viskositas, diameter poros,
Kelonggaran radial c=0,002 inci kecepatan putaran, dan panjang bantalan makin besar
Putaran n=900 rpm maka daya gesekan makin besar. Apabila
Apabila data bantalan di atas dimasukkan ke kelonggaran radial (c) mendekati atau sangat besar.
pers 7), daya gesek Ng, Hal ini terjadi apabila tidak terjadi lapisan (film)
d 3.n2.l minyak atau terjadi gesekan antara metal dengan
Ng = µ ( HP) metal dari pers 11) untuk daya gesekan Ng, yaitu:
766296xc
d 3.n21
diperoleh:
Ng = f . ( HP)
126051xc
Ng = µ x 202,950296 x 103 HP
Daya gesek Ng untuk masing-masing bahan Dapat dilihat bahwa daya gesekan
pelumas pada temperatur operasi tertentu diperoleh sebanding dengan koefisien gesekan bantalan luncur
dengan memasukkan besaran viskositas bahan 9f), beban normal bantalan (W), diameter poros (d)
pelumas ke dalam persamaan di atas dan hasilnya dan kecepatan putaran (n).
diperoleh sebagai berikut: Daya gesekan bantalan luncuran tertentu
bertambah besar apabila beban W dan kecepatan
putaran n bertambah besar.

26
Pelumasan dan Daya Gesekan pada Bantalan Luncur

V. KESIMPULAN
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
kerugian daya gesekan Ng pada bantalan luncur
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Ukuran bantalan luncur meliputi diameter poros
(d) dan panjang bantalan (1)
2. Kelonggaran radial bantalan ©
3. Viskositas bahan pelumas (µ)
4. Kecepatan putaran poros (n)
5. Temperatur operasi bantalan
6. Beban normal bantalan (W)
7. Koefisien gesekan bantalan luncur (f)

DAFTAR PUSTAKA

Allen S. Hall. 1961. Teory and Problem of Machine


Design. New York: Schaum Publishing Co.
M. F. 1981. Spots Design of Machine Elemen., New
Delhi.
Victor L. Streeter. 1971. Fluid Mechanics. Tokyo:
Mc. Graw Hill, Kogakusha, Ltd.

27
Desain Repeater Saluran Telepon Kapasitas Satu Saluran

Suherman dan Hasdari Helmi


Staf Pengajar Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik USU

Abstrak: Pada jaringan telepon, sering terdapat parameter ideal yang tidak terpenuhi, sehingga menyebabkan
beberapa kekurangan pada kualitas suara telepon. Efek gangguan yang menyebabkan turunnya kualitas suara
telepon diantaranya adalah suara yang lemah. Suara lemah disebabkan redaman pada jaringan yang terlalu
besar, terutama karena panjang jaringan kabel yang melebihi standar yang diperbolehkan. Efek suara lemah ini
pada umumnya tidak dapat di atasi, kecuali dengan mengganti kabel telepon dengan diameter inti yang lebih
besar. Tentunya hal ini akan sangat mahal. Solusinya adalah dengan memakai repeater untuk saluran telepon.
Tulisan ini akan memaparkan desain repeater saluran telepon kapasitas 1 saluran.

Kata kunci: Repeater, telepon, rangkaian.

Abstract: There are several factors affect the voice quality in telephone network. They make the voice
degradation under acceptable level. One of them is the voice signal has too much losses. It makes telephone
conversation is uncomforted. It becomes worst when the cable is longer. The voice signal cannot be improved
but replacing the cable with the larger diameter. Off course it pays more money and too expensive. Than, a
repeater is a cheaper way to resolve the problem. This paper explain how to develop a telephone repeater for
single line.

1. Pendahuluan frekuensi tingginya atas pertimbangan noise serta


Telepon secara konvensional adalah untuk bandwidth pada sisi transmisinya.
alat komunikasi suara, namun demikian telah banyak
2. Peredaman Sinyal Telepon
telepon yang difungsikan untuk komunikasi data.
Peredaman sinyal telepon terjadi
Pada dasarnya pesawat telepon terdiri dari alat
dipengaruhi oleh impedansi saluran telepon. Efek
pengirim suara (mikropon) dan alat penerima suara
karakteristik saluran transmisi berupa faktor
(speaker). Pesawat ini dihubungkan dengan sentral
induktansi dan kapasitansi yang tersebar (lumped) di
telepon menggunakan sepasang kabel tembaga yang
sepanjang saluran, tidak begitu berpengaruh untuk
dikenal sebagai saluran dua kawat. Untuk
frekuensi audio. Namun resistansi bahan kabel akan
mengaktifkannya, pesawat telepon dicatu tegangan
menyebabkan rugi-rugi tegangan. Rugi-rugi ini akan
oleh sentral telepon. Tegangan telepon dicatu dari
bertambah dengan semakin bertambahnya panjang
sentral sebesar 48V. Tegangan ini dipilih agar cukup
kabel, sehingga sinyal 48V yang dicatu sentral akan
untuk mencatu pesawat telepon sampai beberapa
mengalami peredaman. Beberapa pesawat telepon
kilometer, sehingga rugi-rugi tegangan pada saluran
standar memiliki sensitivitas tinggi, sehingga
dua kawat tidak mempengaruhi kerja pesawat
penurunan level tegangan saluran telepon tidak
telepon. Tegangan 48V mudah dihasilkan dari
menyebabkan masalah yang berarti. Namun
baterai (4x12V) yang digunakan sebagai catu daya
kebanyakan pesawat telepon juga memberikan
back up di sentral.
redaman yang signifikan, sehingga kebanyakan
Di beberapa tempat tegangan yang pesawat telepon akan tidak berfungsi dengan baik
digunakan bervariasi dalam range 36V sampai 60V. jika redaman saluran terlalu besar.
Sedangkan pada perangkat PABX ada yang
Solusi utama mengurangi redaman kabel
menggunakan tegangan 24 volt. Dari sentral telepon,
adalah dengan menggganti kabel transmisi dengan
tegangan melalui 2000 sampai 4000 ohm (tidak
kabel yang berdiameter lebih besar. Ini disebabkan
termasuk tahanan pesawat telepon). Tahanan
diameter penampang konduktor yang lebih besar
minimal pesawat telepon pada kondisi on hook (tidak
menyebabkan tahanan yang lebih kecil. PT Telkom
aktif) adalah 30.000 ohm, sedangkan pada kondisi off
selaku penyedia jasa telepon publik (Public Service
hook (aktif) maksimal 600 Ohm. Sedangkan arus
Telephone Network), menggunakan diameter inti
yang mengalir pada saat off hook berkisar 20-50 mA.
kabel sebesar 0,8, 0,6, dan 0,4 mm. Penggunaannya
Sinyal suara dari pesawat telepon dibatasi antara
disesuaikan dengan spesifikasi transmisi jaringan
frekuensi 400 Hz sampai 3400 Hz. Pembatasan
kabel. Contoh, untuk penggunaan sentral di wilayah
frekuensi rendah disebabkan adanya penggunaan
Sumatera, PT Telkom menetapkan spesifikasi
komponen transformator dan kapasitor dalam
transmisi tahanan kabel sebesar 1.050 ohm. Hal ini
rangkaian, juga menghindari harmonisa frekuensi
menyebabkan kabel dengan tahanan 100 ohm/km
tegangan listrik 60 Hz. Sedangkan pembatasan
hanya mampu melayani pelanggan 10,5 km.

28
Desain Repeater Saluran Telepon Kapasitas 1 Saluran

Keterbatasan ini menyebabkan operator mengatasi masalah redaman, parameter yang


telekomunikasi harus membagi daerah layanan digunakan harus bersesuaian dengan parameter
menjadi daerah Multi Exchange Area (MEA) atau utama saluran telepon. Parameter tersebut antara lain
menggunakan perangkat konsentrator untuk tegangan, arus, nada dering, dan ring back tone.
melayani daerah dengan jarak lebih dari 10,5 km. Untuk nada suara dan DTMF dilakukan penguatan
menggunakan amplifier, sedangkan tegangan, nada
Secara ekonomi tentunya hal ini akan sangat
dering, dan ring back tone harus dilakukan
tidak ekonomis. Penambahan sentral membutuhkan
perulangan dengan rangkaian pembangkit tersendiri.
investasi lebih kurang sama dengan sentral utama.
Penggunaan repeater akan sangat jauh mengurangi Desain juga diusahakan menggunakan
biaya yang diperlukan. Sebuah repeater untuk sumberdaya yang rendah, karena pada
saluran tunggal dapat didesain dengan harga kurang implementasinya nanti, rangkaian akan ditempatkan
dari Rp100.000,-. Untuk melayani 100 pelanggan pada tempat dengan sumber listrik yang terbatas,
hanya dibutuhkan dana tak lebih dari 10 juta rupiah. dapat berupa listrik ataupun catuan jala-jala listrik
Harga ini sangat jauh lebih murah dibandingkan PLN.
harus membangun sebuah sentral atau konsentrator.
Nilai penguatan sinyal harus dapat ditala
Repeater atau penguat diperlukan untuk secara variabel agar dapat disesuaikan dengan level
memperkuat suara pada saluran telepon serta sinyal yang dibutuhkan pelanggan. Penguatan yang
mengulang sinyal-sinyal signaling telepon. Suara berlebihan akan menyebabkan suara overloading
diperkuat dalam dua arah, yakni dari telepon ke pada pesawat telepon pelanggan. Hal ini akan
sentral dan dari sentral ke telepon. Sinyal signaling memperparah keadaan yang akan di atasi.
yang diperkuat antara lain sinyal dering, sinyal ring
4. Pembahasan dan Hasil Rancangan
back tone, serta tegangan catuan.
Repeater dapat direalisasikan dalam jumlah Gambar 1 menunjukkan blok rangkaian
kapasitas besar maupun kapasitas tunggal. Pemilihan repeater yang direncanakan. Repeater terdiri atas
komponen penguat disesuaikan dengan kebutuhan komponen hybrid, amplifier, ring detector, ringing
penguatan, sedangkan pemilihan frekuensi signaling back tone detector, line voltage, ring generator, dan
harus disesuaikan dengan frekuensi standar yang ringing back tone generator, ditambah beberapa rele.
digunakan. Adapun prinsip kerja rangkaian adalah sebagai
berikut:
3. Metodologi
Untuk memberikan solusi yang tepat untuk

LV RBT G

RBT D

OH
Relay
TELKOM H H
RG
Relay

RD
OH HD
Relay
RG
RG
Relay

H : Hibrid LV : Line Voltage


Amp : Amplifier RG : Ringing Generator
RD : Ringing Detector RBT G : Ringing Back Tone Generator
RBT D : Ringing Back Tone Detector HD : Hook Detector

Gambar 1. Blok Rangkaian

Saat Menerima Panggilan telepon diangkat, hook detector HD aktif dan saluran
Saat menerima panggilan, nada dering yang telepon terhubung ke hibrid H, yang memiliki
dikirimkan sentral ke telepon, dideteksi oleh ringing impedansi rendah. Hal ini menyebabkan sentral
detector RD, menyebabkan line telepon di-switch ke mendeteksi bahwa telepon telah diangkat dan sinyal
ring generator RG, sehingga telepon berdering. Saat dering kemudian dihentikan. Telepon terhubung

29
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005

dengan pemanggil. Sinyal kirim dan terima dalam dua kawat di


Suara pemanggil akan memasuki hibrid dan sisi kiri yang berasal dari pesawat telepon dipisahkan
diperkuat oleh amplifier penerima Amp Rx. Suara dengan menggunakan trafo. Polaritas gulungan yang
diteruskan ke rangkaian hibrid menuju telepon. berbeda menyebabkan sinyal kirim dan terima dapat
Suara dari telepon dikirimkan melalui hibrid dan dipisahkan. Impedansi ZB adalah impedansi balans,
diperkuat oleh amplifier pengirim Amp Tx. Suara yang besarnya sama dengan impedansi input saluran
kemudian diteruskan melalui hibrid menuju sentral kirim dan terima.
telepon.
Saat pembicaraa berakhir, hook detector
kembali mati dan menyebabkan saluran telepon
Ke
terputus dari hibrid.

1K2
1K2
Ke
Saluran Amp

1K2
1K2
Saat Melakukan Panggilan
Pada saat memanggil, telepon diangkat Dari
Amp
menyebabkan hook detector aktif dan
menghubungkan saluran telepon ke hibrid. Suara
tone pada telepon diterima dari catuan 48 volt line Gambar 3. Rangkaian hibrid yang digunakan.
voltage LV. Nomor yang di-dial akan diteruskan
melalui hibrid dan amplifier pengirim ke sentral. Saluran telepon memiliki impedansi tipikal
Saat menerima ringing back tone, ringing back tone 600 Ohm. Sehingga agar diperoleh kondisi di atas,
mendeteksinya dan menyebabkan ringing back tone maka impedansi hibrid menggunakan resistansi 600
generator RGT G membangkitkan sinyal ring back ohm. Hal ini direalisasikan dengan menggunakan
tone dan mengirimnya ke telepon, penelepon akan dua buah resistor 1K2 paralel. Impedansi input ke
mendengar ringing back tone. Saat telepon yang penguat diparalelkan dengan resistansi yang sama,
dipanggil telah diangkat, sentral akan menghentikan sehingga diperoleh kondisi mendekati nilai
ringing back tone, maka kedua telepon terhubung. impedansi beban 600 ohm. Sedangkan impedansi
Jalannya suara persis sama dengan saat menerima dari output penguat diharapkan sekitar 600 ohm.
panggilan. Gambar 3. menunjukkan rangkaian hibrid yang
Proses di atas melibatkan semua rangkaian digunakan pada repeater.
pada blok rangkaian. Catu daya untuk mensuplai
rangkaian tidak ditunjukkan pada blok rangkaian. Rangkaian Amplifier
Rangkaian amplifier menggunakan tiga
tingkat penguatan. Penguatan tingkat 1
Rangkaian Hibrid
menggunakan penguat OpAmp, tingkat 2
Rangkaian hibrid adalah rangkaian yang
menggunakan penguat BJT Common Emitter yang
digunakan untuk memisahkan sinyal kirim dan sinyal
di-swamp, dan tingkat akhir menggunakan pasangan
terima, maupun sebaliknya. Pada telepon, sinyal
darlington BJT.
kirim dan sinyal terima menggunakan kabel yang
Penguat operasional menggunakan OpAmp
sama (dua kabel), untuk dapat diperkuat, maka sinyal
741 dengan konfigurasi non-inverting amplifier catu
kirim dan terima harus dipisahkan (masing-masing
daya tunggal. Tujuannya untuk memperoleh
dua kabel). Rangkaian hibrid sering disebut juga
penguatan yang mudah diatur dengan impedansi
rangkaian konversi 2 wire to 4 wire (2W/4W).
input yang cukup tinggi, sehingga impedansi input
Trafo banyak digunakan sebagai pembentuk
parallel 600 ohm tidak terlalu terpengaruh.
rangkaian hibrid. Rangkaian hibrid yang baik
Penguatan OpAmp diatur dengan menggunakan
memiliki sekitar redaman 3,5dB dan memiliki isolasi
resistor variable sehingga pelanggan mudah
antara sinyal kirim dan terima sekitar 30dB. Gambar
menyesuaikan penguatan suara. Rangkaiannya
2. menunjukkan contoh rangkaian hibrid yang
ditunjukkan pada gambar 4. Nilai penguatan
sederhana.
diperoleh dari rumus non-inverting amplifier:
Rf
Av =1 + (1)
Rin
Karena Rin = 10 K dan Rf resistor variable 0-100K,
maka penguatan yang diperoleh 1 – 11 kali.

Gambar 2. Rangkaian Hibrid

30
Desain Repeater Saluran Telepon Kapasitas 1 Saluran

12 V
Dari teori penguat common emitter dengan resistor
Rin Rf swamp, diperoleh penguatan tegangan:
10 K 100K
Rc (4)
Av =
Re
100K
741 23,5
Av =
2,35
0,1uF
100K Av = 10 kali
Penguat tingkat 3 menggunakan penguat darlington
Gambar 4. Rangkaian non-inverting dalam konfigurasi common collector. Seperti
amplifier dengan catu daya tunggal. diketahui, common collector lebih bersifat sebagai
penyangga yang memberikan impedansi input tinggi
Gambar 5. merupakan penguat tingkat 2 yang dan penguatan mendekati 1.
menggunakan transistor BJT dengan bias pembagi Karena beban penguat adalah trafo audio
tegangan, konfigurasi common emitter yang di- yang memberikan impedansi rendah (impedansi
swamping dengan resistor 4K7 dan dikopling hibrid 600 ohm), maka pasangan darlington
langsung ke penguat tingkat 3 pasangan darlington. digunakan sebagai penguat penyangga (buffer
Dengan pendekatan ideal, diperoleh amplifier) yang memberikan impedansi beban yang
tegangan basis transistor penguat common emitter tinggi bagi penguat tingkat 2.
swamp berkisar:
Karena Av1 bernilai 1–11, maka total
10
penguatan audio amplifier adalah dari 10 sampai:
Vb = x 12V
10 + 47
Av = Av1 x Av2 x Av3 (5)
Vb ≈ 2 Volt = 11 x 10 x 1
= 110 kali
Dalam decibel:
Vdd 12V Vdd
Av (dB) = 20.Log Av (6)
2x47K

47K 1K2 = 20.Log 110


9013 ≈ 40 dB
100nF
C
9013 Penguatan 0 sampai 100 kali identik dengan
10uF
9013 penguatan 20-40 dB. Jika rangkaian hibrid memiliki
4K7
4K7

10K
Hibrid redaman minimal 3,5 dB, maka sinyal telepon akan
mengalami redaman 7 dB pada rangkaian (rangkaian
Gambar 5. Rangkaian Penguat BJT repeater menggunakan 2 buah hybrid). Maka
rangkaian repeater dapat memperkuat sekitar 13-
Dan arus Ic diperoleh: 33dB. Penguatan 13-33 dB sangat cukup untuk
Vb − 0,7 (2) memperbaiki kualitas suara telepon.
Ic ≈ Ie = Selain sebagai buffer amplifier, pasangan
Re
darlington juga memberikan nilai impedansi output
( 2 − 0,7 ) Volt
Ic = berkisar 600 ohm, agar kondisi rangkaian hibrid
4,7 K sesuai. Nilai impedansi output pasangan darlington
Ic = 0,27 mA diperoleh dari:
Zout = β .re' (7)
Resistansi collector Rc adalah hasil paralel 2 di mana:
resistansi 47K dengan impedansi input pasangan 25mV (8)
darlington. Tetapi karena impedansi input pasangan re' =
IeQ3
darlington terlalu besar (dalam orde MΩ), maka:
IeQ3 adalah arus yang mengalir pada kaki emitter
Rc = 47 K // 47 K // Zin darlington (3) transistor terakhir dan mengalir ke rangkaian hybrid
Rc = 47 K // 47 K 600 ohm. IeQ3 diperoleh dari:
Rc = 23,5 K
VbQ 2 − 2 x 0,7
IeQ 3 = (9)
Akibat adanya resistor swamp emitter, maka Zhibrid
resistansi emitter adalah:
VbQ2 adalah tegangan pada basis transistor
Re = 4,7 K // 4,7 K pasangan darlington pertama, diperoleh dari
Re = 2,35 K pendekatan:

31
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005

VbQ 2 = 12V − 0,27mAx23,5K maka rele akan menghubungkan saluran telepon ke


= 5,65 Volt ring generator, sehingga telepon berdering. Gambar
7. menunjukkan rangkaian ring generator dan rele.
Sehingga IeQ3 = 7mA dan re’ = 3,5 Ohm. Dengan
C 55V
nilai β = 166 maka diperoleh impedansi output Ke Line Voltage Generator

sebesar:
4x1N4001

470 470 470

Zout = 166.3,5 Ringing Generator


= 581Ω Dari RG Relay

Ke Line Voltage
48V

Ke Ke Telepon
Impedansi mendekati 600 ohm, keadaan ini cukup Hibrid 10uF/100V
RG relay
baik untuk kondisi rangkaian hybrid yang sesuai.

Ke Hook Detector

4.5 Rangkaian Ringing Detector Gambar 7. Rangkaian Ringing Generator


dan Rele
Rangkaian ringing detector pada gambar 6.
digunakan untuk mendeteksi nada dering yang
dikirimkan oleh sentral telepon. Pada rangkaian di
bawah, kapasitor 1 uF berfungsi untuk mencegah 4.7 Rangkaian Ringing Back Tone Detector
tegangan 48V masuk ke rangkaian. Saat nada dering
dikirimkan oleh sentral telepon, tegangan AC akan Sinyal ringing back tone dikirimkan oleh
disearahkan oleh dioda jembatan dan mengalir sentral sebagai tanda telepon yang dihubungi telah
melalui optocoupler 4N25. berdering. Sinyal ini adalah kombinasi sinyal
berfrekuensi 440 Hz dan 480 Hz, namun telkom
5V
sebagai penyelenggara jasa PSTN menggunakan
1uF 250V
Ke
4 x 1N4001 sinyal tunggal 425Hz.
Saluran
Telepon
10 K 4N25
1K Untuk memindahkan sinyal ini, diperlukan
rangkaian yang dapat mendeteksi dan
Ke RG
Relay membangkitkan kembali. Untuk mendeteksi sinyal
Driver
425 Hz digunakan IC LM567. IC ini mampu
mendeteksi sinyal input pada kaki 3 dan memberikan
output rendah pada kaki 8 jika sinyal terdeteksi.
Gambar 6. Rangkaian Ringing Detector Rangkaian ditunjukkan pada gambar 8.
Pada saat tiada dering, tegangan output 5V, tetapi
saat arus mengalir ke optocoupler 4N25, arus akan LM567
5V
0,02uF 10K
mengalir dan tegangan output akan jatuh mendekati
1 8
0 volt. 5nF
2 7
4.6 Rangkaian Ringing Generator 0,01uF
input
3 6
5V
Sinyal dering diperoleh langsung dari R1 10 K

4 5
output transformator catu daya dengan tegangan AC C1
3,3uF
55 V. Tegangan ini cukup tinggi untuk 0,01uF

membunyikan ringer pada telepon. Arus dibatasi


dengan men-serikan 3 resistor 470 ohm. Kemudian Gambar 8. Rangkaian Ringing Back Tone Detector
dihubungkan kedua kaki rele ring generator (RG
Relay). Nilai frekuensi yang dapat dideteksi ditentukan oleh
nilai R dan C. Untuk dapat mendeteksi frekuensi 425
Pada rele ini terhubung juga input dari RG
Hz, nilai R1 dan C1 menggunakan:
relay (ring detector), saluran ke telepon, saluran ke
1 (10)
rangkaian hibrid, tegangan dari line voltage dan fin =
rangkaian hook detector. 1,1xR1.C1

Pada kondisi normal, telepon tidak dipakai 4.8 Rangkaian Ringing Back Tone Generator
atau sedang bicara, saluran telepon dihubungkan ke Rangkaian ringing back tone generator
rangkaian hibrid dan line voltage. Line voltage dan digunakan untuk membangkitkan sinyal berfrekuensi
rangkaian hibrid dipisahkan oleh sebuah kapasitor 425 Hz untuk dikirim ke telepon. Gambar 9.
polar agar arus dari line voltage tidak masuk ke menunjukkan rangkaian ringing back tone generator
rangkaian hibrid. Saat sentral mengirimkan dering, dengan menggunakan IC multivibrator LM555.

32
Desain Repeater Saluran Telepon Kapasitas 1 Saluran

5V
Pada saat telepon diangkat, selain
Dari Ring
mengaktifkan telepon, tegangan 48V juga mencatu
Detector Ra kolektor transistor, sehingga transistor yang telah
120K
7
4 8 dibias, akan menarik arus dari tegangan 48V dan
LM555
1N4148
1uF mengaktifkan IC optocoupler 4N25.
3
Rb 6
Ke Telepon Output hook detector dari kaki 5
560K 2 1 5 optocoupler akan bertegangan 5V saat telepon tidak
C
10 uF 0,01nF
diangkat, dan akan bertegangan 0V saat telepon
diangkat. Keluaran hook detector ini akan
menggerakkan rele OH.

Gambar 9. Rangkaian Ringing Back Tone Generator 4.10 Relay Driver


Relay driver digunakan untuk
menggerakkan rele. Pada rangkaian repeater
Frekuensi diatur sebesar 425Hz yang digunakan 2 buah rele 8 pin 12 volt. Driver
diperoleh dari: menggunakan sebuah transistor yang berfungsi
1,44 sebagai switch yang dipicu oleh level logika 0 (0
fin = (11) volt).
( Ra + 2.Rb).C
Pada saat input driver bertegangan 0 volt,
inverter akan menghasilkan output 5 volt dan akan
Sinyal ring back tone dikendalikan oleh membias transistor. Hal ini menyebabkan arus
output rangkaian ring back tone detector dengan kolektor mengalir dan mengaktifkan rele. Gambar
kondisi 2 detik on dan 4 detik off. 11. menunjukkan rangkaian driver rele.
Namun perlu dicatat bahwa, sinyal ringing 12 V

back tone 425 Hz juga diperkuat oleh amplifier,


sehingga penggunaan rangkaian RBT detector dan 1N4001

RBT Generator adalah opsional, pemasangannya


menggunakan switch manual. Rangkaian ringing 10 K
back tone digunakan jika sinyal terlalu kecil. 9013

4.9 Rangkaian Hook Detector


Rangkaian pada gambar 10. digunakan Gambar 11. Rangkaian Driver Rele
untuk mendeteksi diangkat atau tidaknya gagang
telepon, baik saat menerima panggilan maupun saat
akan memanggil. 4.11 Line Voltage Generator
Pada saat telepon tidak diangkat, arus tidak
mengalir dari sumber tegangan 48V. Alur melalui Rangkaian pada gambar 12.
telepon terblok akibat hook switch terbuka, membangkitkan tegangan 48V untuk mencatu
sedangkan alur melalui hibrid diblok kapasitor 10 tegangan ke telepon. Rangkaian terdiri dari regulator
uF. Transistor rangkaian hook detector dibias dioda transistor.
1N4148 seri, menghasilkan tegangan basis 1,4V.
Tegangan ini cukup besar untuk membias transistor, Q1
Q2
BD139
sehingga transistor aktif dan siap mengalirkan arus 10K 9013

kolektor. AC 55V
1000uF
48V

10K
47K 10K

RG relay 4x1N4001
100nF 100
48 V Q3 k
BD139

Ke Ke Telepon
Hibrid 10uF/100V Gambar 12. Line Voltage Generator
5V
1 5 10K
100K

5V
Driver Transistor Q1 dan Q2 dalam susunan
4N25
4K7 2 4
OH Relay konfigurasi darlington memiliki impedansi input
Q4 tinggi. Q2 digunakan untuk umpan balik
BD139
100nF

menstabilkan tegangan keluaran. Arus untuk


Rangkaian
10uF

2x1N4148

10K
Hook Detector mencatu beban diperoleh dari arus kolektor Q1 dan
10K Q3. Kapasitor 100nF digunakan untuk mentanahkan
tegangan ripple.

Gambar 10. Rangkaian Hook Detector

33
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005

4.12 Kopling Audio Rangkaian pada gambar 14 memiliki jembatan dioda


48V yang terpisah karena mengambil tegangan AC yang
12V berbeda, selain itu menjamin ketersediaan arus yang
10uF/ cukup tinggi. Tranfo daya yang dibutuhkan adalah
Ke 10K Ke Telepon
Hibrid
100V trafo center tap yang memiliki output tegangan 6 dan
10uF OT600 12 volt untuk catu daya, serta 55 volt untuk line
10K voltage dan ringing generator.

Gambar 13. Rangkaian Kopling Audio


5. Penutup
Kopling audio menghubungkan sinyal
output hibrid ke saluran telepon. Kopling ini Rangkaian-rangkaian di atas disusun
digunakan agar rangkaian hook detector tidak berdasarkan blok diagram membentuk rangkaian
membebani rangkaian hibrid. lengkap seperti yang ditunjukkan oleh gambar 15.
Komponen yang dibutuhkan terdapat pada tabel 1.
4.13 Catu Daya
Rancangan repeater telepon berkapasitas 1
saluran hanya dapat melayani kebutuhan tunggal.
Catu yang dibutuhkan untuk mengaktifkan
Untuk kebutuhan perbaikan jaringan, akan lebih baik
rangkaian adalah tegangan 5V dan 12V
jika didesain dalam kapasitas yang lebih besar.
menggunakan IC regulator 7805 dan 7812.
Untuk mencegah penguatan suara yang
tidak seimbang, penguatan antara amplifier terima
dan amplifier kirim harus diterima sesuai kebutuhan.
+12V
0 ,3 3 u F
7812 Agar signaling sesuai dengan aslinya, perlu
12 V A C 0 ,1 u F
disesuaikan level tegangan yang dibutuhkan.
4x1N 4001
Perbaikan lebih lanjut, meliputi penggunaan
7805
komponen yang lebih presisi serta rangkaian yang
+5V
0 ,3 3 u F
0 ,1 u F
lebih akurat.
6 V AC

4 x1N 4001

Gambar 14. Rangkaian Catu Daya

Gambar 15. Rangkaian Lengkap

34
Desain Repeater Saluran Telepon Kapasitas 1 Saluran

Tabel 1. Daftar komponen


OpAmp LM741 1 buah Trafo Daya 1 buah Capasitor 100nF 2 buah
Transistor BD139 4 buah Trafo OT600/OT200 4 buah Capasitor 10nF 1 buah
Transistor 9013 8 buah Resistor 1K2 9 buah Capasitor 10uF 2 buah
Opto Coupler 4N25 2 buah Resistor 47K 11 buah Capasitor 0,1uF 2 buah
PLL LM567 1 buah Resistor 10K 15 buah Capasitor 1 uF 250V 1 buah
Logik Not Gate 2 buah Resistor 4K7 2 buah Capasitor 3,3uF 1 buah
Timer LM555 1 buah Resistor 100K 2 buah Capasitor 0,02uF 1 buah
Dioda 1N4148 3 buah Resistor 1K 1 buah Capasitor 0,01uF 2 buah
Dioda 1N4001 18 buah Resistor 470 3 buah Capasitor 5nF 1 buah
IC Regulator 7812 1 buah Resistor 120K 1 buah Capasitor 10 uF 2 buah
IC Regulator 7805 1 buah Resistor 560K 1 buah Capasitor 1uF 1 buah
Relay 12V 2 buah Resistor 100K 2 buah Capasitor 1000uF 100V 1 buah
Trafo audio 1 buah Pot 10K dan 100K 1 buah Capasitor 0,33uF 1 buah

Daftar Pustaka

Albert Paul Malvino. 1979. Electronic Principles,


2nd edition. California: McGraw-Hill.
Ramakan A. Gayakwad. 2000. Op-Amp and Linear
Integrated Circuit, Fourth edition. New
Jersey: Pentice Hall.
Suherman, ST. 2004. Teknik Jaringan
Telekomunikasi. Pekanbaru: Politeknik Caltex
Riau.
Sigit Haryadi, Ir. 1986. Dasar Teknik Penyambungan
Telepon. Pendidikan Ahli Teknik
Telekomunikasi.
Suherman, ST. 2004. Modifikasi Sistem
Pemrograman PABX Mini. Dalam Ensikom,
Vol.2 No.2, Desember.
Agus Wibowo, Ir., Andre Poupart. 1999. Design and
Collaboration, Access Network. Medan:
Pramindo Ikat Nusantara.

35
OPTIMALISASI PENGOPERASIAN SISTEM DENGAN BANYAK RESERVOAR
MENGGUNAKAN PROGRAM DINAMIK YANG DIPERBAHARUI

Torang Sitorus
Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil FT USU

Abstrak: Program dinamik dianggap suatu teknik yang baik untuk pengoperasian secara optimal reservoar
karena dapat menangani fungsi objektif dan kostrain nonlinier. Dalam program dinamik yang biasa
menggunakan kondisi awal berupa lintasan awal trial.
Pada tulisan ini program dinamik yang diperbaharui diusulkan karena dapat mengatasi masalah-masalah yang
sulit. Walaupun menggunakan suatu proses iterasi, tetapi tidak ada lintasan awal secara coba-coba (trial) sebagai
syarat-syarat untuk memulainya. Jadi jumlah iterasi independen terhadap setiap kondisi awal. Algoritma yang
dikembangkan digunakan pada sistem reservoar secara hipotetis. Hasil yang diperoleh dibuat dalam suatu grafik
penyimpanan reservoar.

Kata kunci: Algoritma, program dinamik, pengoperasian banyak reservoar, optimasi.

1. PENDAHULUAN Lt (St , Rt ) adalah sungai pengembalian dari sistem


dengan pengoperasian selama periode waktu t
Penerapan program dinamik pertama sekali dengan St adalah penyimpanan awal, Rt adalah
diusulkan oleh Bullman (1957) dan digunakan secara pengurangan selama periode waktu t. Atadalah harga
luas pada aliran yang bervariasai pada hidrolika serta pengurangan maksimum (kapasitas kanal). Jika hara
manajemen teknik. Pada sistem dengan banyak lain diambil, tidak banyak perubahan dalam
reservoar, sangat perlu untuk memperoleh kebijakan menemukan nilai yang optimal. Perilaku dinamik
dalam pengoperasian untuk seluruh reservoar secara pada tiap-tiap reservoar dalam sistem ditunjukan
serentak, karena kondisi optimum dari sistem tidak dengan persamaan keseimbangan air reservoar.
dapat diselidiki dengan menganggap reservoar Si,t adalah penyimpanan reservoar i pada awal
terpisah satu dengan yang lainnya. Pada program periode waktu t. Ii,t adalah kombinasi dari aliran
dinamik diskrit, variabel bagian (reservoar masuk independen dan berkurang dari reservoar
penyimpanan ) secara biasa didiskrit (dibagian dalam yang lain terhadap reservoar i selama periode waktu
bagian kecil). Pembagian kecil padat lebih disukai t. Ri,t adalah pengurangan dari reservoar i selama
daripada yang kasar, untuk memperoleh kebijakkan periode waktu t. kehilangan yang bervariasi seperti
pengoperasian yang terdekat terhadap optimum evaporasi, rembesan, dan lain diabaikan untuk
secara global. Ada dua faktor penyelidikan secara menyederhanakan pemecahan.
serentak dari semua reservoar (dimensionalitas
tinggi) dari sistem dan pembagian yang padat dari
variabel penyimpanan 2. PROGRAM DINAMIK YANG
secara umum program dinamik diskrit dapat DIPERBAHARUI
dijelaskan sebagai berikut: Sebelum menjelaskan masalah algoritma
Telah diketahui untuk persamaan berulang ke program dinamik yang diperbaharui, perlu dijelaskan
belakang yang konvensial adalah sebagai berikut: cara untuk mencari penyimpanan maksimum dan
ƒt (St)= max [ L t ( St, Rt ) + ƒ t-1 (St-1-)] minimum yang mungkin pada awal dari setiap
untuk t = 0,1,….., T – 1 periode waktu selanjutnya disebut step waktu, dari
di mana ƒt (ST) = 0 keseluruhan pengoperasian reservoar. Waktu selama
dengan Si,t –1 = Si,t – I I,t – Ri,t pengoperasian dianggap sebagai langkah dan
untuk penyimpanan resevoar dianggap sebagai variabel
∀= 1,…., M pada formula program dinamaik yang diperbaharui.
di mana St adalah vektor dari M dimensi Variabel penyimpanan dapat pada setiap titik antara
penyimpanan pada M reservoar pada awal periode level penyimpanan kosong dan reservoar penuh.
waktu t. ada T periode waktu. Pada pengoperasian, Pada algoritma yang diperbaharui sekarang,
ditunjukkan oleh 0,1,…, T – 2, T- 1. ƒt (St) adalah ruang penyimpanan keseluruhan pada tiap periode
pengembalian total maksimum selama t,t + 1, ….,T – waktu perlu dibagi untuk kedalam empat
1 dengan St adaah vektor penyimpanan awal pada M pertambahan yang sama untuk membentuk lima titik
reservoar. grid. Penyimpanan dapat dibuahi dari setiap titik grid

36 36
Optimalisasi Pengoperasian Sistem dengan Banyak Reservoar Menggunakan Program Dinamik yang Diperbaharui

dari sekali langkah ke setiap titik grid dari langkah 3. APLIKASI DARI PROGRAM DINAMIK
waktu yang bersebelahan. Prosedur dari algoritma YANG DIPERBAHARUI
program dinamik yang diperbaharui adalah sebagai Program dinamik ini digunakan untuk sistem
berikut: reservoar hipotetis oleh Larson. Sejumlah metode
i. Ketergantungan pada aliran masuk, kapasitas terdahulu digunakan untuk sistem ini. Jadi lebih baik
pengurangan dan kondisi batas dari untuk menggunakan algoritma berikut untuk sistem
penyimpanan, harga penyimpanan maksimum yang sama.
dan minimum yang mungkin dari setiap Pada masalah ini pengoperasian optimum 24
reservoar pada setiap langkah waktu dari jam dari sistem dengan empat reservoar untuk
pengoperasian dapat diketahui berbagai keperluan. Jaringan resevoar yang
ii. Dengan mempertimbangkan penyimpanan mempunyai sambungan pararel dan seri ditunjukkan
maksimum dan minimum yang mungkin seperti pada gambar 1. pada optimasi ini,
sebagai dua titik grid yang ekstrim, tiga titik penggunaan air untuk tenaga pembangkit, irigasi,
grid antara (tengah) dapat ditentukan dengan pengendalian banjir dipertimbangkan. Penyimpanan
mengambil pertambahan yang seragam. Ini pada reservoar dianggap sebagai variabel untuk
berarti ruang pada penyimpanan yang masalah ini.
mungkin pada setiap langkah waktu dibagi Volume air pada reservoar i pada periode waktu t
dalam empat pertambahan yang sama untuk ditulis sebagai Si,t,I=1,2,3,4 di mana Si,t dinyatakan
memperoleh lima titik grid. Jadi akan ada total sebagai satuan normal.
5* M titik grid untuk setiap langkah waktu.
Pertambahan adalah berbeda untuk langkah
waktu yang berbeda seperti juga pada I2
reservoar yang berbeda. Pembagian dari titik
grid ini untuk keseluruhan operasional pada
I1 Reservoar 2
seluruh reservoar membentuk suatu koridor.
iii. Program dinamik konvensial dijalankan
melalui koridor untuk memperoleh lintasan P,
yang memberikan harga fungsi objektif Reservoar 3
Reservoar 1
maksimum, f.
iv. Untuk memperoleh lintasan untuk iterasi
berikutnya, jika lintasan ini baik untuk nilai
penyimpanan maksimum ataupun minimum Reservoar 4
contoh: titik grid ekstrim pada setiap langkah
waktu, pada titik-titik ini diubah ke titik grid
bagian dalam berikutnya untuk membentuk Gambar 1. Jaringan sistem dengan banyak reservoar
lintasan yang diperbaiki (direvisi). Lintasan
yang diperbaiki akan menjadi pusat koridor Dua belas periode waktu dari tiap dua jam
untuk iterasi berikutnya dianggap dalam pengoperasian, dinyatakan dengan
v. Pada iterasi berikutnya, pertambahan dibagi 0,1,……., 11. Konstrain dari vektor empat dimensi
dua pada setiap langkah aktu. Koridor penyimpanan adalah :
dibentuk degan mengambil dua pertambahan 0 ≤ Si,t ≤10, 0 ≤ S2,t ≤10,
atau titik grid pada setiap sisi lintasan. 0 ≤ S3,t ≤ 10, 0 S4,t ≤ 15
Kemudian langkah (iii) diulang untuk untuk t = 0,1,……, 12. (1)
memperoleh lintasan yang terbaik, P’ yang Variabel pengendalian diambil sebagai
mempunyai harga fungsi objektif F’. pengurangan dari setiap empat reservoar. Jumlah ini
vi. Iterasi dilanjutkan dengan setengah harga dari juga dinyatakan dalam satuan yang normal. Variabel
pertambahan dari yang terdahulu pada setiap Ri,t ,= 1,2,3,4, menentukan
langkah waktu. Ada dua aturan untuk pengurangan dari reservoar i selama periode waktu.
penghentiannya. Pada kasus ini tiap periode waktu adalah dua jam.
Pertama pengurangan pada suatu waktu pengurangan maksimum untuk tiap reservoar
dihentikan, di mana penambahan terjadi lebih ditentukan oleh kapasitas dari tubin dan pengurangan
kecil dari harga yang didefinisikan terdahulu. maksimum ditentukan dengan menganggap
Iterasi berhenti, ketika pengurangan pada penggunaan pada aliran bawah (downstrem)untuk
proses pertambahan berhenti pada setiap navigasi, konservasi, dan penyediaan air untuk
langkah waktu. industri.
Kedua, iterasi berhenti ketika F”< ξ adalah Konstrain pengurangan dari keempat reservoar
cukup memadai, di mana dari F” adalah (F`- adalah sebagai berikut:
F) / F. Dan ξ faktor yang didefinisikan 0 ≤ R1,t ≤ 3, 0 ≤ R2,t ≤4,
terdahulu, pada khusus ini penghentiannya 0 ≤ R3,t ≤4, 0 ≤ R4 ,t ≤7
digunakan aturan kedua. untuk t = 0,1,…11 (2)

37
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005

Persamaan dinamik sistem untuk resevoar, dapat mempunyai kesempatan untuk jatuh kedalam
ditulis sebagai berikut. Itu dapat digunakan untuk penyimpanan yang sama pada akhir dari step waktu
keseluruhan pengoperasian reservoar seperti t = seperti juga pada step waktu pertama pengoperasian
0,1,…..,11 dari proses dapat dihindari.
Persamaan berikut untuk menemukan penyimpanan
Pada dasar pertimbangan pengendalian banjir, satu yang berhubungan dengan dua titik ekstrem ini
level air maksimum pada tiap reservoar ditetapkan. adalah:
S1,t –1= S1,t + I 1,t – R1,t Smax, t-1= Smax, i,t + Ii,t
Untuk t = 0,1,…..,11 (3) ∀ i dan t = 0,1,………..T-2 (9)
S2,t –1 = S2,t + I 2,t – R 2,t Smin, i-t = Smin, I, t + Ii,t – Ri,t
Untuk t = 0,1,…..11 (4) ∀ i dan t = 0,1,………..T-2 (10)
S3,t–1 = S3,t+ R3,t– R 3,t Smax, t-1= Smax, i,t + Ii,t - Ri,t
Untuk t = 0,1,…..11 (5) ∀ i dan t = 0,1,………..T-2 (11)
S4,t–1 = S4,t+ R4,t– R 4,t Smin, t-1= Smin, i,t + Ii,t
Untuk t = 0,1,…..11 (6) ∀ i dan t = 0,1,………..T-2 (12)
Dimana I1,t dan I 2,t adalah aliran masuk ke Ri,t < RCi,t ∀ I, t (13)
Dalam reservoar 1 dan 2 secara bersama vektor yang SDSL, i < Dmax, i,t < SFRL,i ∀ i, t (14)
diharapkan pada awal dan akhir dari pengoperasiam
SDSL, i < Dmin, i,t < SFRL,i ∀ i, t (15)
adalah :
⎡5⎤ ⎡5 ⎤ Di mana
⎢5⎥ ⎢5 ⎥ Smax, I,t = penyimpanan maksimum yang mungkin dari
So = ⎢ ⎥ S12 = ⎢ ⎥ (7) reservoar i pada awal dari periode waktu t.
⎢5⎥ ⎢5 ⎥ Smin, I,t = penyimpanan minimum yang mungkin dari
⎢ ⎥ ⎢ ⎥ reservoar i pada awal dari periode waktu t
⎣5⎦ ⎣7 ⎦ I I,t= volume aliran masuk ke reservoar i selama
Sasaran dari sistem dengan banyak resevoar adalah periode waktu t
untuk memaksimalkan manfaat dari irigasi dan Pada level penyimpanan penuh persamaan 9 dan 10
pembangkit tenaga air. Jadi fungsi objektif adalah ; digunakan selama proses ke depan lewat dan
1 4 11
persamaan 11 dan 12 digunakan selama proses ke
F= ∑ ∑b
t =0 i =1
i , t ∗ℜ i , t + ∑ b ∗ ℜ4,t (8)
i =0
belakang lewat. Tujuan dari empat persamaan ini
5, t untuk memperoleh penyimpanan maksimum
Dimana bi,t adalah yang dapat dimanfaatkan per unit serendah mungkin. Persamaan 13 menunjukkan
aliran untuk reservoar i selama periode waktu t. batas dari pengurangan dari tiap reservoar pada tiap
Besar aliran di atas periode dua jam diasumsikan step waktu. Dalam semua tiap persamaan,
merupakan fungsi linear aliran. penyimpanan juga akan menukupi batasan fisik,
Besar aliran dianggap hanya untuk pengurangan dari umumnya level penyimpanan kosong dan level
reservoar 4, dinyatakan dengan b 5,t reservoar penuh dengan persamaan 14.
Sebagai gambaran, batas penyimpanan diperoleh dari
4. HASIL PERHITUNGAN reservoar 1 untuk setiap step waktu seperti gambar2.
Sangat penting untuk menemukan penyimpanan Di sini operasi adalah 12 periode waktu dari tiap dua
maksimum dan minimum yang mungkin tiap jam memberikan 13 step waktu dari 0 sampai 12.
reservor pada tiap step waktu. Pada setiap step waktu Penyimpanan yang diinginkan adalah 5 satuan dari
dari keseruluhan operasi, penyimpanan berhubungan kedua step waktu 0 dan 12. Jadi kedua penyimpanan
dengan dua titik grid yang ekstrim, yang mungkin maksimum dan minimum yang mungkin pada step 0
pada kondisi level penyimpanan kosong. dan 12 adalah tetap 5 satuan.
Atau penuh ditemukan dengan sedemikian dimaa

Gambar 2. Penyimpanan maksimum dan minimum yang mungkin untuk reservoir 1 untuk proses ke depan dan
proses ke belakang.

38
Optimalisasi Pengoperasian Sistem dengan Banyak Reservoar Menggunakan Program Dinamik yang Diperbaharui

Selama proses ke depan, maksimum kurva A pada gambar 3. Penyimpanan akhir


penyimpanan yang mungkin untuk waktu yang maksimum yang mungkin diperoleh dari proses ke
berurutan diperoleh dari persamaan (9) dan depan dan ke belakang dilalui (membandingkan
ditunjukkan pada kurva A pada gambar 2. itu kurva A dan C dari gambar 2), yang ditunjukkan
bervariasi dari 5 sampai 10 satuan selam step waktu pada kurva E dari gambar 3.
0-3 dan kemudian berlanjut menjadi 10 sampai 12 Pada setiap step waktu ruangan penyimpanan antara
step waktu. Secara sama untuk penyimpanan penyimpanan maksimum dan minimum
minimum yang mungkin dengan menggunakan penyimpanan yang diinginkan pada step waktu 12
persamaan (10) dan ditunjukkan pada kurva B. itu adalah 5 seperti pada persamaan (7), contoh:
bervariasi dari 5 sampai 0 satuan selama 0-5 step penyimpanan maksimum dan minimum yang
waktu dan berlanjut menjadi 0-12 step waktu. mungkin pada step waktu ini akan menjadi 5.
Penyimpanan dibatasi pada 0 dan 10 untuk Pada akhir dari proses ke depan dilalui, karena
mencukupi kondisi oleh konstrain penyimpanan penyimpanan maksimum dan minimum yang
untuk reservoar 1 (persamaan 1) mungkin didapat dari persamaan adalah 10 dan 0
Kemudian penyimpanan maksimum final yang berurutan , proses ke belakang selesai. Selama proses
mungkin didapat dengan mengambil harga yang ke belakang dilalui, kurva C dan D dari gambar 2,
lebih tinggi dari penyimpanan minimum yang diperoleh untuk penyimpanan maksimum dan
mungkin sehingga diperoleh dengan proses ke depan minimum yang mungkin menggunakan persamaan-
dan ke belakang dilalui (membandingkan kurva B persamaan (11) dan (12) berurutan.
dan D dari gambar 2), yang ditunjukkan seperti pada

Gambar 3 Mesh titik grid dari reservoir 1 untuk iterasi pertama

Yang mungkin AE, dibagi ke dalam 4 pada setiap step waktu untuk seluruh 12 periode
pertambahan yang sama, dengan membentuk 3 titik reservoar pertama ditemukan. Mesh dari seluruh 4
grid antara (bagian tengah). Dengan reservoar diperoleh secara sama, membentuk
menggabungkan titik-titik yang berhubungan dari koridor untuk iterasi yang pertama dari program
semua step waktu dari 0 sampai 12, kurva B,C, dan dinamik yang diperbaharui.
D dibentuk. Dengan cara ini mesh dari 5 titik grid

Table 1. penyimpanan maksimum/minimum yang mungkin untuk setiap reservoar pada tiap step waktu.
Reser Step Waktu
Voar 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 5/5 7/4 9/3 10/2 10/1 10/0 10/0 10/0 9/0 8/0 7/1 6/3 5/5
2 5/5 8/4 10/3 10/2 10/1 10/0 10/0 10/0 9/0 8/0 7/0 6/2 5/5
3 5/5 9/1 10/0 10/0 10/0 10/0 10/0 10/0 10/0 10/0 10/0 9/1 5/5
4 5/5 12/0 15/0 15/0 15/0 15/0 15/0 15/0 15/0 15/0 15/0 14/0 7/7

39 39
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005

Bergantung pada rentang penuh dari aliran masuk 5. KESIMPULAN


yang mungkin dn pengurangan mungkin pada
Program dinamik yang di perbaharui telah
reservoar, harga penyimpanan maksimum dan
dibuat dalam tulisan ini untuk mengatasi masalah
minimum yang mungkin dilihat dari tabel 1.
kondisi awal berupa lintasan awal trial. Lintasan trial
Walaupun, kenaikan dari lintasan pada setiap iterasi
(coba-coba) bergerak ke depan pada optimum global
diperoleh dari persamaan, lintasan untuk iterasi
dalam pertambahan grid. Lintasan mungkin jatuh
alternatif seperti: 1,3,5 dari tiap reservoar dapat
pada optimum lokal jika berada antara lintasan awal
dilihat pada gambar 4.
trial dan global. Bellman telah menyarankan
pemecahan dengan lintasan trial (coba-coba) yang
berada. Tetapi jika dimensi terlalu besar contohnya:
jumlah resevoar dalam sistem adalah besar maka
tidak dapat ditentukan lintasan trial untuk memenuhi
syarat yang meyakinkan untuk kondisi global
optimum. Hal yang tidak menguntungkan tersebut
dapat dihindar dengan algoritma pada tulisan ini, di
mana lintasan awal tidak diperlukan. Algoritma yang
disajikan memerlukan hanya lima iterasi untuk
masalah dimensi yang lebih besar, program dinamik
yang diperbaharui dapat memperkirakan secara cepat
dan akurat.

DAFTAR PUSTAKA
Bellman, R. 1957. Dynamic Programming.
Princeton, N. J.: Princeton University Press.
D. Nagesh Kumar and Falguni Balliarsingh. 2003.
Folded Dynamict Programming for Optimal
Operation of Multireservoir System. Dalam
Water Resorues Management 17: 3370353,
2003.
Hall, W. A tauxe, G. W and Yeh, W W-G. 1969. An
Alternate procedure for the optimization of
operations for planning wit multiple river,
multiple purpose systems. Water Resoru. Res.
5(6), 1367-1372.
Heidari, M., Chow, V. T., Kokotovic, P. V. and
Meredith, D. D. 1971. Discrete differential
dynamic programming approach to water
resources systems optimization. Water
Resourr res. 7 (2), 273-282.
Larson, R. E. 1968. State Increment Dyanmic
Programming. New York, U.S.A.: Elsevier.

Gambar 4. lintasan dari sistem pada berbagai iterasi Perera, B. J. C and Codner, G. P. 1998.
untuk setiap reservoar. Comptutational improvement for stochastic
dynamic programming models of urban water
supply reservoirs. J. Amer, Water Resour,
Assoc. 34 (2), 267-278.
Yakowitz, S. 1982. Dynamic Programming
Applications in Water Resources. Water
Resour. Res. 18(4), 673-696.

40
MEMERINGKAT SUBJEK MENGGUNAKAN
PERBANDINGAN BERPASANGAN

Sutarman dan Open Darnius


Staf Pengajar Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Sumatera Utara Medan

Abstrak: Artikel ini memaparkan satu tata cara pemeringkatan subjek. Pemeringkatan didasarkan pada nilai
hasil perbandingan antara dua subjek secara berpasangan untuk keseluruhan subjek. Ukuran kemiripan ataupun
perbedaan antara dua subjek diukur dalam interval 0 hingga 1 menggunakan satu fungsi. Keseluruhan nilai
perbandingan berpasangan ini diagregat untuk mendapatkan satu nilai yang menyatakan posisi satu subjek
terhadap subjek-subjek lain.

Abstract: The article discusses a procedure to rank subjects. The ranking is based on the results of pair
comparisons among the subjects. The similarities or differences between two subjects are measured in 0-1
interval using a function. All results of the pair comparisons are aggregated to obtain a value that indicates a
subject position over the other subjects.
Key wordss: Rank, pair comparisons, similarities or differences, subject domination.

1. Pendahuluan Namun sebaliknya biaya yang harus dikeluarkan


Memeringkat subjek (individu, pilihan ialah minimum.
keputusan, organisasi, kawasan, dan lain-lain) kerap
2. Penggunaan
ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini
biasanya berkaitan dengan memilih satu dari Permasalahan pemeringkatan bisa dijumpai
beberapa subjek tersebut. Memilih satu kecamatan pada hampir semua bidang, misal bidang olahraga,
dari beberapa kecamatan di satu kabupaten, memilih ekonomi, sosial-politik, pendidikan, dan lain-lain.
seorang camat dari beberapa camat, dan memilih Hampir semua organisasi dunia pada bidang-bidang
tempat berlibur dari beberapa pilihan tempat, adalah ini membuat daftar tentang prestasi, baik secara
beberapa contoh proses memeringkat. individu maupun negara-negara anggota organisasi
tersebut berdasarkan satu atau lebih kriteria.
Sebelum melakukan pilihan, sudah tentu,
Pemeringkatan tidak hanya dilakukan semata-mata
kecamatan, seorang camat, atau tempat berlibur,
untuk memberi gambaran prestasi pada sesuatu
disusun atau diperingkat berdasarkan keutamaan
bidang, tetapi juga bisa dimanfaatkan oleh pembuat
dengan kriteria-kriteria tertentu. Pemeringkatan
keputusan untuk mengambil satu tindakan bagi
beberapa kecamatan dalam satu wilayah mungkin
perencanaan pada masa depan.
didasarkan, misal, pada tingkat kebersihan,
keberhasilan pada bidang keluarga berencana, Pada bidang olahraga bisa didapati beberapa
tingkat kriminal, dan lain-lain. Manakala organisasi, secara rutin, membuat daftar prestasi
memeringkat beberapa tempat liburan boleh negara-negara anggotanya. Pembuatan daftar ini
berdasarkan pada kriteria, misal, jarak dari tempat bertujuan untuk memberi gambaran prestasi selama
tinggal, biaya yang harus dikeluarkan, tingkat masa tertentu. Sebagai contoh, organisasi sepak bola
kemudahan, keindahan, dan lain-lain. dunia setiap bulan mengeluarkan daftar peringkat
negara-negara anggotanya (FIFA, 2002). Penetapan
Pemeringkatan adalah penyusunan beberapa
peringkat ini didasarkan pada pertandingan-
subjek dari yang “terbaik” hingga “terburuk” atau
pertandingan yang diadakan secara resmi oleh
sebaliknya berdasarkan satu kriteria atau lebih.
organisasi tersebut. Beberapa kriteria yang
Kriteria dalam kaitan ini merupakan satu landasan
digunakan di antaranya ialah kedudukan menang-
atau dasar penetapan peringkat. Peringkat terbaik
kalah sesuatu pertandingan, jumlah gol, pentingnya
atau terburuk merupakan satu keadaan, persyaratan,
sesuatu pertandingan, dan kekuatan tim-tim yang
atau skala yang telah didefinisikan dengan jelas, baik
bertanding. Selain organisasi sepak bola dunia,
secara kualitatif ataupun kuantitatif. Dalam
organisasi tennis dunia (ITTF 2002) dan badminton
pemeringkatan, kriteria-kriteria yang digunakan
(IBF 2002) juga membuat daftar pemain dari negara-
mungkin saling “bertentangan” satu dengan yang
negara anggotanya berdasarkan prestasi selama masa
lain. Sebagai contoh ialah antara kriteria tingkat
tertentu.
kenyamanan dan biaya yang harus dikeluarkan
dalam memilih tempat berlibur. Jelas bahwa tingkat Penggunaan pemeringkatan juga boleh ditemui
kenyamanan yang diinginkan ialah maksimum. pada proses pemilihan satu lokasi dari beberapa

41
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005

lokasi pembangunan sesuatu projek. Tujuan daripada 3. Landasan Teori


pemilihan satu lokasi ini ialah untuk mendapatkan
3.1. Konsep Dasar Pemeringkatan
satu lokasi yang betul-betul sesuai berdasarkan
Pemeringkatan subjek menggunakan
kriteria-kriteria tertentu. Beberapa contoh bagi
perbandingan berpasangan secara umum terdiri
pemilihan lokasi ini ialah pemilihan lokasi bagi
beberapa fase. Fase pertama ialah menetapkan satu
pembangunan tempat pembuangan sampah yang
fungsi yang bisa menentukan nilai penguasaan satu
dihasilkan oleh masyarakat (Vuk et al. 1990),
subjek terhadap subjek lain. Fungsi ini haruslah
pembangunan pembangkit tenaga listrik (Barda et al.
1990; Mladineo et al. 1990), dan pembangunan strictly increased. Ini bermakna bahwa jika xi < xi′
gudang (Keeney 1979). Kriteria-kriteria yang maka f ( xi ) < f ( xi′ ) . Dalam hal ini xi dan xi′
digunakan dalam memilih satu lokasi dari beberapa
lokasi bergantung pada jenis proyek yang akan masing-masing adalah suatu nilai yang berkaitan
dibangun. Secara umum kriteria yang digunakan dengan subjek i dan subjek i ′ .
diantaranya berkaitan dengan kesehatan dan Fase kedua ialah menentukan indeks
keselamatan, dampak terhadap lingkungan, dampak penguasaan subjek. Indeks penguasaan subjek ini
sosio-ekonomi, jumlah buruh, biaya pembangunan, adalah nilai penguasaan sesuatu subjek terhadap
dan lain-lain. subjek-subjek lain berdasarkan beberapa kriteria
sekaligus. Cara yang biasa digunakan untuk
Dalam konteks Indonesia, Departemen menentukan indeks penguasaan ini ialah dengan
Pendidikan Nasional (2000) setiap tahun membuat meng-agregat nilai-nilai penguasaan yang telah
daftar sekolah-sekolah berdasarkan peringkat diperoleh pada fase pertama.
prestasi. Daftar itu meliputi daftar Sekolah Dasar Fase ketiga dalam pemeringkatan ialah
(SD), Sekolah Menengah Tingkat Pertama (SMTP), menetapkan peringkat. Peringkat sesuatu subjek
dan Sekolah Menengah Tingkat Atas (SMTA). ditentukan berdasarkan tinggi atau rendah nilai
Kriteria-kriteria yang digunakan dalam ranking ini indeks penguasaan di kalangan subjek-subjek.
ialah total prestasi di kalangan pelajar dalam Peringkat pertama akan diduduki oleh subjek dengan
Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional (Ebtanas). nilai indeks penguasaan tertinggi pertama.
Selain daftar sekolah, departemen ini juga, Sedangkan peringkat kedua diduduki oleh subjek
berdasarkan prestasi tersebut, membuat daftar dengan nilai indeks penguasaan tertinggi kedua, dan
Daerah Tingkat I (Dati I) di seluruh Indonesia. seterusnya.
Daftar sekolah dan Dati I ini bertujuan untuk Untuk mempermudah pemeringkatan
memberi gambaran prestasi sekolah-sekolah dan menggunakan kaedah perbandingan. Tabel 1. berikut
kemajuan Dati I berdasarkan prestasi pelajar. Selain ini menyajikan data pengamatan dengan
itu penyusunan ini juga merupakan satu bentuk mempertimbang p kriteria dan n subjek. Seterusnya
penilaian kualitas sekolah-sekolah dan Dati I dalam nilai pengukuran yang berkaitan dengan subjek i (i =
bidang pendidikan. Dalam perkataan lain pembuatan 1, 2, …, n) pada kriteria j (j = 1, 2, …, p)
daftar peringkat ini merupakan satu bentuk disimbolkan dengan xij. Sedangkan fj(Xj) menyatakan
pengukuran derajat kecemerlangan (Grant & fungsi penguasaan berdasarkan kriteria j.
Leavenworth, 1996) terhadap satu standar
pengajaran yang telah digariskan oleh Departemen Tabel 1. Data Bagi Keperluan
Pendidikan Nasional. Pemeringkatan Metode Perbandingan
Bagi dunia pendidikan, daftar peringkat
institusi seperti daftar peringkat sekolah, akademi, Kriteria
atau universitas akan memberi gambaran prestasi Subjek, i X1 X2 … Xp
institusi-institusi tersebut berdasarkan kriteria
1 x11 X12 … x1p
tertentu. Gambaran prestasi ini merupakan satu
sumber informasi bagi masyarakat khususnya 2 x21 X22 … x2p
pelajar. Dengan informasi ini tentu pelajar bisa … … … … …
melakukan perbandingan di antara institusi-institusi
tersebut. Oleh karena itu informasi ini bisa N xn1 xn2 … xnp
membantu seorang pelajar dalam memilih salah satu Fungsi f1(X1) f2(X2) … fp(Xp)
institusi-institusi tersebut sesuai dengan sumber dana Penguasaan
dan kemampuan yang dimilikinya.
Pada bagian-bagian berikut akan diurai konsep Secara matriks data pengamatan di atas bisa
dasar pemeringkatan, derajat penguasaan, indeks dinyatakan sebagai berikut:
penguasaan, dan nilai asas pemeringkatan (NAP).
Hal ini semua didasarkan pada metode
pemeringkatan Preference Ranking Organization
Method for Enrichment Evaluation (Promethee) yang
dikembangkan oleh Brans et.al (1986).

42
Memeringkat Subjek Menggunakan Perbandingan Berpasangan

⎡ x11 x12 L x1p ⎤ kriteria ke-j boleh dinyatakan sebagai berikut:


⎢x x Dj(i, i ′ ) = Dj(d)
L x2 p ⎥⎥
(3.1)
X=⎢ dengan d = f j ( xij ) − f j ( xi′j ) . Sehingga jika fj(xij)
21 22

⎢M M O M ⎥
⎢ ⎥ = xij maka d = xij - xi′j . Dengan menggunakan fungsi
⎣⎢xn1 xn2 L xnp ⎦⎥
ini, derajat penguasaan sesuatu subjek ditentukan
Untuk memahami tatacara pemeringkatan hanya berdasarkan perbedaan nilai dua subjek.
menggunakan metode perbandingan, pada bagian Di samping fungsi (3.1) di atas, derajat
ini akan diurai pemodelan pemeringkatan, yaitu penguasaan juga boleh ditentukan berdasarkan
berdasarkan satu kriteria dan beberapa kriteria. fungsi-fungsi yang lain. Salah satunya ialah fungsi
rasio antara dua fungsi nilai, yaitu:
3.2. Fungsi, Derajat, dan Indeks Penguasaan D j (i, i ′) = D j (r ) (3.2)
Suatu Subjek f j ( xij ) xij
Telah dikemukakan pada bagian sebelum ini dengan r = = . Dengan menggunakan
bahwa sesuatu subjek menguasai, dikuasai, atau f j ( xi′j ) xi′j
sama dengan subjek lain sebagai hasil perbandingan fungsi ini, derajat penguasaan diperoleh berdasarkan
subjek. Oleh karena itu hasil perbandingan dua rasio antara dua nilai subjek sahaja.
subjek berdasarkan sesuatu kriteria tidak memberi Gambar 4.1 berikut ini ialah salah satu bentuk
makna sejauh mana perbedaan dua subjek tersebut fungsi penguasaan satu subjek terhadap subjek yang
jika derajat penguasaan satu subjek terhadap subjek lain berdasarkan perbedaan nilai antara dua subjek.
lain tidak diketahui. Dj (d)
Pada bagian berikut ini akan diurai beberapa
1
hal berkaitan dengan fungsi, derajat, dan indeks
penguasaan sesuatu subjek.

3. 3 Fungsi Derajat Penguasaan Sesuatu Subjek


Fungsi derajat penguasaan sesuatu subjek,
D j (i, i′) , adalah satu fungsi yang memberi satu
nilai atau derajat hasil perbandingan antara dua 0 d
subjek berdasarkan hanya satu kriteria. Fungsi ini Gambar 3.1 Fungsi Derajat Penguasaan Subjek
akan mempunyai nilai atau derajat daripada 0 hingga
1, 0 ≤ D j (i, i ′) ≤ 1 . Oleh karena itu nilai ini Pada Gambar 3.1 terlihat bahwa derajat
memberi gambaran perbedaan mulai tidak berbeda penguasaan bergantung pada perbedaan nilai antara
secara mutlak, nilai 0, hingga berbeda secara mutlak, dua subjek. Semakin besar perbedaan nilai dua
nilai 1. Untuk seterusnya nilai yang menyatakan subjek maka semakin besar pula derajat
perbedaan antara dua subjek dipanggil dengan penguasaannya. Pada Gambar tersebut juga terlihat
derajat penguasaan. Secara ringkas dapat dinyatakan bahwa jika tidak ada perbedaan nilai dua subjek
bahwa derajat penguasaan satu subjek i terhadap maka derajat penguasaan sama dengan kosong.
subjek i ′ lain bermakna sebagai berikut: Seterusnya penguasaan akan mempunyai derajat
sama dengan satu apabila perbedaan dua nilai subjek
a. Dj(i, i ′ ) = 0 bermakna berdasarkan kriteria
tersebut melebihi satu nilai tertentu.
ke-j tiada perbedaan antara subjek i dan Derajat penguasaan yang diperoleh
subjek i ′ ; menggunakan fungsi pada Gambar 3.1 hanya berlaku
b. Dj (i, i ′ ) ≈ 0 bermakna berdasarkan kriteria pada satu sisi saja, yaitu dari sisi subjek pertama
ke-j penguasaan yang lemah subjek i menguasai subjek lain. Namun fungsi di atas boleh
terhadap subjek i ′ juga dilihat dari sisi subjek pertama dikuasai subjek
+
c. Dj(i, i ′ ) ≈ 1 bermakna berdasarkan kriteria kedua. Sekarang jika diandaikan D j (i, i ′) dan
ke-j penguasaan kuat subjek i terhadap
subjek i ′
D −j (i, i ′) masing-masing adalah derajat menguasai
d. Dj(i, i ′ ) = 1 bemakna berdasarkan kriteria dan dikuasai satu subjek terhadap satu sembarang
ke-j penguasaan mutlak subjek i terhadap subjek lain maka fungsi derajat penguasaan boleh
dinyatakan sebagai berikut:
subjek i ′
*
⎧⎪ D j (i, i ′) = D +j (i, i ′) jika d > 0 (3.3)
Dalam penerapannya, derajat penguasaan satu D j (d ) = ⎨
⎪⎩ D j (i ′, i ) = D j (i, i ′),

jika d < 0
subjek terhadap subjek lain ditentukan berdasarkan
satu fungsi dari perbedaan dua fungsi nilai subjek. Dengan demikian gambar fungsi derajat
Jadi jika d menyatakan perbedaan nilai dua fungsi penguasaan ini mengambil bentuk seperti terlihat
nilai maka fungsi derajat penguasaan berdasarkan pada Gambar 3.2.

43
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005

Π + (i, i ′)

Π + (i, i ′) =
Π − (i, i ′)
i

Π − (i, i ′)
4. INDEKS PENGUASAAN SESUATU
SUBJEK
Pada bagian sebelum ini, derajat penguasaan
sesuatu subjek terhadap subjek lain hanya didasarkan Gambar 4.1. Hubungan Antara Dua Subjek i dan i′
pada satu kriteria saja. Sekarang pada bagian ini akan
dipertimbang derajat penguasaan satu subjek i 5. NILAI ASAS PRINGKAT
terhadap satu subjek lain i ′ jika terdapat p kriteria. Dengan mempertimbangkan aspek menguasai
Derajat penguasaan berdasarkan p kriteria ini disebut dan dikuasai, Gambar 4.1. memperlihatkan bahwa,
dengan indeks penguasaan subjek i sebagai rujukan, subjek i menguasai subjek
Andaikan bobot kriteria-kriteria wj ≥ 0 (j = 1, i ′ dengan indeks Π + (i, i ′) dengan arah lintasan
+ −
2, …, p). D (i, i ′) dan D (i, i ′) masing-masing
j j meninggalkan subjek i dan sebaliknya, lintasan akan
adalah derajat-derajat menguasai dan dikuasai menuju subjek i jika subjek i dikuasai oleh subjek i ′
berdasarkan satu kriteria j, indeks menguasai dan −
dengan indeks Π (i, i ′) . Jadi untuk sembarang dua
dikuasai satu subjek i ∈ ℵ terhadap subjek lain i ′ ∈
subjek kita mempunyai hanya dua lintasan, yaitu
ℵ masing-masing didefinisikan sebagai berikut: yang menuju atau yang meninggalkan sesuatu
p subjek. Sekarang jika kita membanding n subjek,
Π + (i, i ′) = ∑ w j D +j (i, i ′) (4.1) jumlah lintasan yang menuju dan meninggalkan satu
j =1 subjek masing-masing ialah 2(n-1). Lintasan-lintasan
dan yang meninggalkan satu subjek ditafsir sebagai
p peringkat sesuatu subjek tersebut melebihi peringkat
Π − (i, i ′) = ∑ w j D −j (i, i ′) , (4.2) subjek-subjek lain dan lintasan yang menuju ke
j =1 subjek tersebut menunjukkan bahwa peringkat
p subjek tersebut lebih rendah daripada peringkat
dalam kaitan ini ∑w
j =1
j = 1 dan wj ≥ 0. subjek yang lain. Dengan demikian terdapat
kekerapan menguasai dan kekerapan dikuasai subjek
+ lain. Dengan menggunakan tafsiran ini kita bisa
Oleh sebab nilai fungsi menguasai, D j (i, i ′) ,
mendefinisi nilai penguasaan satu subjek terhadap
bernilai 0 hingga 1 maka indeks menguasai subjek subjek lain.
+ Dengan mengandaikan bahwa sembarang satu
juga akan bernilai 0 hingga 1, yaitu 0 ≤ Π (i, i ′) ≤
1: subjek i dan satu subjek lain i ′ ∈ ℵ maka
+ nilai menguasai daripada satu subjek didefinisi
a. Π (i, i ′) ≈ 0, menunjukkan penguasaan yang
sangat lemah daripada i terhadap i ′ sebagai rata-rata indeks-indeks menguasai subjek-
+
b. Π (i, i ′) ≈ 1, menunjukkan penguasaan yang subjek lain, yaitu:
Π + (i, i ′)
sangat kuat i terhadap i ′ φ + (i ) = ∑ (5.1)
Hal yang sama juga berlaku bagi indeks subjek i i ≠i′ n −1

dikuasai subjek lain i ′ , Π (i, i ′) . Dengan cara yang sama nilai dikuasai satu
Gambar 4.1 berikut ini ialah gambaran subjek oleh subjek-subjek lain boleh didefinisikan
sebagai berikut:
perbandingan sembarang dua subjek i dan i ′ dengan
Π − (i, i ′)
melibatkan p kriteria. Gambar ini menggambarkan φ − (i ) = ∑ (5.2)
penguasaan satu subjek terhadap subjek lain dengan i ≠ i′ n −1
indeks menguasai dan dikuasi Π + (i, i ′) dan
Π − (i, i ′) . Arah penguasaan ditandai dengan arah Pada (5.1) dan (5.2) terlihat bahwa nilai
penguasaan satu subjek merupakan jumlah daripada
lintasan. Menguasai ditandai dengan lintasan yang
indeks-indeks penguasaan satu subjek terhadap
meninggalkan sesuatu subjek. Manakala dikuasai,
subjek-subjek lain secara terpisah. Sekarang dengan
lintasan menuju ke subjek tersebut.
menggunakan kedua-dua nilai penguasaan di atas,

44
Memeringkat Subjek Menggunakan Perbandingan Berpasangan

penguasaan bersih, dipanggil juga Nilai Asas memeringkat enam pilihan, yaitu A1, …, A6 dengan
Peringkat (NAP) sesuatu subjek i boleh didefinisi kriteria pembuatan keputusan masing-masing ialah
sebagai perbedaan nilai menguasai dan nilai X1, …, X6. Data yang berkaitan dengan pilihan-
dikuasai, yaitu sebagai berikut: pilihan, fungsi penguasaan, dan parameter yang akan
φ (i ) = φ + (i ) − φ − (i ) (5.3) digunakan ditampilkan pada Tabel 2. Manakala
untuk mengira NAP yang akan digunakan dalam
memeringkat pilihan-pilihan akan disaji juga satu
6. CONTOH contoh tatacara pengiraan nilai-nilai menguasai dan
Berikut ini ialah satu contoh penggunaan dikuasai. Dalam contoh perhitungan ini akan
kaedah perbandingan yang telah diuraikan pada dibanding pilihan A3 dan A4.
bagian-bagian sebelum ini. Permasalahan yang
dihadapkan kepada pembuat keputusan ialah
Tabel. 2 . Contoh data yang berkaitan dengan fungsi penguasaan
Pilihan Fungsi Parameter
Nilai
Kriteria Terbaik A1 A2 A3 A4 A5 A6 Penguasaan
X1 Minimum 80 65 83 40 52 94 Tangga q=10
X2 Maksimum 90 58 60 80 72 96 Linear p=30
Linear dan
X3 Minimum 600 200 400 1000 600 700 Tangga q=50;t=500
X4 Minimum 54 97 72 75 20 36 Tangga q1=10;q2=60
X5 Minimum 8 1 4 7 3 5 Ringkas -
X6 Maksimum 5 1 7 10 8 6 Gaussian σ=5

Untuk X1:
d = x31 – x41 1
= 83-40 = 43

Berdasarkan asas minimum diperoleh:


D1* (d ) = D1 (3,4) = D1+ (3, 4) = 0
D1* (d ) = D1 (4, 3) = D1− (3, 4) = 1

1
-50 50
0 600

-600 -500 500

Untuk X3:
-30 -20 0 30 d = 400 – 1000 = -600
Berdasarkan asas minimum diperoleh:
Untuk X2: D3* (d ) = D3 (3, 4) = D3+ (3, 4) = 1
d = 60 – 80 = -20
Berdasarkan asas maksimum diperoleh: D3* (d ) = D3 (4,3) = D3− (3, 4) = 0
D2* (d ) = D2 (3, 4) = D2+ (3, 4) = 0
20
D2* (d ) = D2 (4, 3) = D2− (3, 4) =
30
= 0.6666

45
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005

1 D6* (d ) = D6 (3, 4) = D6+ (3, 4) = 0


D6* (d ) = D6 (4, 3) = D6− (3, 4) = 0.1647

Untuk X4:
d = 72 - 75 = -3
-3 0 43
Berdasarkan asas minimum diperoleh:
D4* (d ) = D4 (3, 4) = D4+ (3, 4) = 0
-3 0
D4* (d ) = D4 (4, 3) = D4− (3, 4) = 0
Berdasarkan pengiraan di atas dan dengan
1 menggunakan persamaan (4.1) dan (4.2) dengan
pengandaian semua kriteria mempunyai bobot yang
sama maka indeks menguasai dan dikuasai bagi
pilihan ke-3 terhadap pilihan ke-4 ialah sebagai
1/2 berikut.
1 6 +
Π + (3, 4) = ∑ D j (3,4)
6 j =1
1
-60 -10 0 10 60 = {0 + 0 + 1 + 0 + 1 + 0} = 0.333
6
1 6
-3 Π − (3, 4) = ∑ D −j (3,4)
6 j =1
Untuk X5:
1
d = 4 – 7 = -3 = {1 + 0.667 + 0 + 0 + 0 + 0.165}
6
Berdasarkan asas minimum diperoleh: = 0.305
D5* (d ) = D5 (3, 4) = D5+ (3, 4) = 1
D5* (d ) = D5 (4, 3) = D5− (3, 4) = 0 Dengan melanjutkan perhitungan bagi perbandingan
pilihan-pilihan lain dan dengan menggunakan
Untuk X6: persamaan (6.1), (6.2), dan (6.3) diperoleh hasil
d = 7 – 10 = -3 seperti yang ditampilkan pada tabel 3.
Berdasarkan asas maksimum diperoleh:

TABEL 3. Hasil Pengiraan Indeks Penguasaan Pilihan dan Pemeringkatan


A1 A2 A3 A4 A5 A6 φ + (i) φ (i ) Peringkat

A1 - 0.30 0.25 0.27 0.10 0.18 0.220 - 0.164 6

A2 0.48 - 0.39 0.33 0.30 0.50 0.396 +0.017 2

A3 0.24 0.18 - 0.33 0.06 0.43 0.247 - 0.090 5

A4 0.40 0.50 0.31 - 0.23 0.21 0.329 - 0.020 3

A5 0.44 0.51 0.49 0.38 - 0.45 0.455 +0.293 1

A6 0.36 0.40 0.25 0.43 0.13 - 0.300 - 0.055 4



φ (i ) 0.384 0.379 0.336 0.349 0.162 0.355 - - -

46
Memeringkat Subjek Menggunakan Perbandingan Berpasangan

DAFTAR PUSTAKA
Barda, O. H., Dupuis, J., & Lencoini, P. 1990.
Multicriteria location of thermal power plants.
Dalam European Journal of Operational
Research 45: 332-346.
Brans, J. P. Vincke, Ph., & Mareschal, B. 1986. How
to select and how to rank projects: The
PROMETHEE method. Dalam European
Journal of Operational Research, 24: 228-238.
Departmen Pendidikan Nasional. 2000. Ebtanas. (on
line)
http://www.websamba.com/infoebtanas/ebta200
0.htm (22 Agustus 2000).
FIFA 2002. Country Rank. (on line)
http://www.fifa.com/rank/index_E.html (29
Oktober 2002).
Grant, E. L. & Leavenworth, R. S. 1996. Statistical
Quality Control. New York: McGraw-Hill.
IBF. 2002. Rank. (on line) http://www.jvc-abc-
.com/jvc-abc-2000/html/rankings.html (29
Oktober 2002).
ITTF. 2002. Rank. (on line)
http://66.34.52.140/gen/country/col_en.html (29
Oktober 2002).
Keeney, R. L. 1979. Evaluating of proposed storage
sites. Operation Research 27: 49-64.
Mladineo, N., Margeta, J., Brans, J., & Mareschal, B.
1987. Multicriteria ranking of alternatives
location for small scale hydro plants. Dalam
European Journal of Operation Research 31:
215-222.
Vuk, D., Koželj, B., Mladineo, N. 1991. Application
of multicriterional analysis on selection of the
location for disposal of communal waste. Dalam
European Journal of Operation Research 55:
211-217.

47
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005

Lampiran
D *j (d )
B.
1. Bentuk Ringkas
⎧ 0, jika d = 0
D *j (d ) = ⎨
⎩ C , jika d ≠ 0 C
2. Bentuk Tangga C
⎧0 − q1 <| d |≤ q1
⎪C
⎪ q1 <| d |≤ q 2
D *j (d ) = ⎨ 1
⎪C 2 q 2 <| d |≤ q3
-q3 -q2 -q1 0 q1 q2 q3 d
⎪⎩1 | d |> q3
3. Bentuk Linear Grafik Penguasaan Tangga
⎧d / t jika - t ≤ d ≤ t
D *j (d ) = ⎨
⎩1 jika d < −t atau d > t
4. Bentuk Linear dan Tangga D *j (d )
⎧ 0 jika | d |≤ q 1
* ⎪
D (d ) = ⎨(| d | −q) /(t − q) jika q <| d |≤ t
j
⎪ jika t <| d |
⎩ 1
5. Bentuk Gausian
D *j t 0 t d
(d) = 1 – exp{-d2/2σ2}.
D *j
Grafik Penguasaan Linear
1

D*j (d)
1

0 d
RAJAH 5.7 Penguasaan Gaussian

D *j (d ) - - 0 q t d
A. C
Grafik Penguasaan Linear dan Tangga

0
d
Grafik Penguasaan Ringkas

48
PEMILIHAN BAHAN ALTERNATIF DALAM KONSTRUKSI
Penggunaan Ferrosmen Dalam Pembuatan Rumah Murah

Andalucia

Abstrak: Ferrosmen merupakan bahan struktur yang masih jarang digunakan secara luas di Indonesia walaupun
dari segi sejarahnya ferrosmen telah lama ditemukan dan diaplikasikan di negara-negara maju. Ferrosmen
dibentuk dari gabungan dua bahan yang awam digunakan, yaitu tetulang (rangka besi) dan adukan semen.
Berbeda dengan adukan semen bertulang yang lain, ferrosmen lebih mudah dibentuk dan mempunyai kekuatan
dan fleksibilitas dalam bentuk yang tinggi. Salah satu kelebihan campuran ferrosmen ini adalah ketahanannya
terhadap getaran.

I. Pendahuluan Biro Perkapalan Amerika menjelaskan pengertian


Kekurangan rumah disertai dengan permintaan ferrosmen sebagai campuran dinding beton tipis
perumahan yang meningkat dan biaya pembangunan yang berangka baja dengan dilumuri merata di
rumah yang tinggi merupakan masalah utama di seluruh bidang permukaan dengan adukan semen
negara berkembang. Di wilayah perkotaan masalah supaya bahan ini bersifat homogen apabila diberi
ini akan bertambah besar dengan adanya migrasi dari beban
desa ke wilayah perkotaan. Berbeda dengan beton bertualang yang lain,
Di negara-negara yang telah maju biasanya ferrosmen lebih mudah dibentuk dan mempunyai
masalah ini dapat di atasi dengan cara-cara kekuatan yang lebih, serta ciri khas dan kegunaan
mekanikal dengan bantuan penggunaan teknologi yang berbeda sifatnya.
yang tinggi. Bagi negara-negara sedang berkembang Susunan rangkanya yang menyatu pada adukan
tentunya jalan penyelesaian seperti ini tidak awam semen lebih padu dan tidak mudah retak. Hal ini juga
dilakukan, terlebih lagi jika perumahan tersebut merupakan satu faktor yang sangat penting dalam
diperuntukkan bagi masyarakat dengan tingkat konstruksi bangunan secara umum. Selain dari itu,
penghidupan yang sederhana. Dengan demikian struktur ferrosmen juga tida memerlukan
masalah yang ada harus dicari penyelesaiannya keterampilan yang tinggi di dalam pembuatannya. Ini
dengan menggunakan cara-cara yang dapat secara tidak langsung memperlihatkan bahwa biaya
menghemat biaya, terutama dalam pemilihan bahan pembuatannya lebih rendah.
bangunan. Pada umumnya ferrosmen adalah suatu bentuk
Tulisan ini membahas mengenai ferrosmen bahan campuran berkekuatan tinggi yang dihasilkan
sebagai bahan alternatif dalam konstruksi, yang akan dari adukan semen yang dihasilkan dari adukan
memberikan gambaran terhadap bahan pengganti semen yang diperkuat dengan jaring kawat yang
dalam pembangunan rumah, khususnya alternatif berdiameter kecil. Posisi dan cakupan jaring kawat
terhadap kebutuhan batu bata. adalah merata keseluruh permukaan adukan semen
Ferrosmen juga diakui cocok untuk mengatasi tersebut, dengan ketebalan tertentu sesuai dengan
kelangkaan sumberdaya alam seperti penghematan yang dibutuhkan.
pemakaian kayu serta daerah-daerah yang harga baja Di Eropa, ferrosmen awalnya dikenalkan oleh
terlalu mahal. J. R. Lambot di Prancis. Lambot telah menggunakan
sistem ferrosmen dalam membuat perahu, pot bunga,
A. Pengertian dan Sejarah Ferrosmen dan barang lainnya. Lambot juga membuktikan
Ferrosmen seperti yang dikemukakan bahwa penggunaan perahu ferrosmen tersebut lebih
Mahyuddin Ramli (1998) adalah sejenis bahan baik, karena perahu yang terbuat dari ferrosmen
campuran alternatif pengganti yang terdiri dari dapat menggantikan perahu yang terbuat dari kayu
campuran semen pasir yang tipis dan diperkuat yang dapat mudah rusak jika terus menerus
dengan rangka yang dibentuk dari jaringan kawat bersentuhan dengan air serta tidak tahan terhadap
anyam yang dibuat dalam beberapa lapis. kelembaban.
Selanjutnya Mahyuddin menyatakan terdapat Tidak lama setelah ferrosmen diperkenalkan,
berbagai pengertian yang diberikan terhadap orang Belanda juga telah membina tongkang dengan
ferrosmen yang didasarkan kepada ciri-ciri bahan adukan semen dan kerangka ini, dengan
tekniknya, American Concrete Institute menyatakan kapasitas yang dapat memuat sebanyak 50 ton
bahwa ferrosmen adalah sejenis dinding tipis buatan hingga 60 ton muatan yang digunakan sebagai sarana
dan campuran beton yang menggunakan semen dan untuk mengangkut limbah abu, untuk dibuang ke
lapisan kawat kecil berbentuk jaringan. Sedangkan dalam terusan.

49
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005

Ferrosmen selanjutnya digunakan di dalam disiapkan. Bahan ini juga bertujuan untuk
pembuatan perahu-perahu di dalam pembuatan mengurangi penyerapan air pada permukaan
perahu-perahu yang menggunakan mesin sebagai strukturnya yang telah selesai dikerjakan. Kondisi ini
tenaga penggerak. Di awal tahun 1940-an seorang sangat bermanfaat terhadap struktur ferrosmen jika ia
pakar bangunan sekaligus arsitek Italia, Pier Luigi akan digunakan pada lingkungan yang berair atau
Nervi telah membuat kajian tentang penggunaan digunakan pada bidang kelautan.
ferrosmen sebagai bahan struktur atap. Secara garis besar, komponen yang harus
Profesor Nervi menemukan bahwa adukan disiapkan dalam pembuatan ferrosmen adalah
semen yang diberi rangka yang mengandung sebagai berikut:
beberapa lapisan jaring kawat dapat menghasilkan - Kawat Anyam
satu bahan yang sifatnya sama seperti bahan Kawat Anyam ini terdapat di dalam berbagai
homogen lainnya, namun di samping itu juga bentuk dan ukuran. Diantaranya jenis anyaman
mempunyai daya tahan dan kekuatan yang lebih yang berbentuk segi enam ataupun bentuk
tinggi. Selain itu Professor Nervi juga telah mem heksagon. Kegunaan kawat anyam di dalam
buktikan dengan membuat berbagai perahu, yang pengerjaan struktur ferrosmen bukan hanya
terbesar dinamai “Irene”, dengan bobot 165 ton. karena kawat anyam ini mudah diperoleh, tetapi
Dengan bagian dasar pembuat perahu ini mempunyai juga karena berat bahannya yang relatif ringan
ketebalan 36 mm dan mempunyai berat 5% lebih serta mudah dilenturkan mengikuti bentuk
ringan dari perahu yang dasarnya terbuat dari kayu seperti yang diinginkan.
serta dengan harga 40% lebih murah. Namun kegunaannya yang utama adalah untuk
Professor Nervi adalah orang pertama yang sebagai penyangga adukan semen yang akan
menggunakan ferrosmen di dalam pembuatan bahan dilekatkan kepadanya.
bangunan. Semenjak itulah, ferrosmen mulai - Besi Beton
digunakan di dalam pembangunan kubah dan atap Berbagai jenis besi beton yang digunakan di
stadion (gelanggang olahraga), rumah opera dalam pembuatan struktur ferrosmen ini, tidak
(termasuk kuba Sydney Opera), restoran dan lain- berbeda dengan yang biasa digunakan di dalam
lain bangunan gedung yang ada di Eropa. pengerjaan struktur adukan semen seperti
Ferrosmen mulai secara massal digunakan di biasanya. Besi beton ini di beberapa tempat
negara-negara maju sekitar tahun 1960-an. Pada awal dikenali juga sebagai tulang rangka, yang sangat
tahun 1960-an ini, ferrosmen sebagian besar diperlukan sebagai penyangga dan
digunakan umumnya hanya dalam lingkup yang memperkokoh bentuk struktur ferrosmen dengan
sangat terbatas, yakni sebagai bahan untuk beberapa macam ukuran ketebalan disesuaikan
pembuatan perahu/kapal. seperti apa yang diinginkan.
Melihat mekanisme penggunaan struktur - Semen
ferrosmen tidak memerlukan kecakapan yang Adukan/campuran semen (konkret) adalah
khusus, maka penggunaannya kemudian mulai bahan terpenting dalam setiap kegiatan
merata di negara-negara maju ini. Ferrosmen secara pembangunan yang bersifat konstruksi. Salah
perlahan mulai digunakan di dalam pembangunan satu dari kandungan konkret ini adalah semen
rumah dengan biaya rendah, tempat menyimpan itu sendiri. Dengan sifat perekat yang terdapat
makanan, wadah tempat menyimpan air, dan lain- pada semen ini, membuat ia dapat membentuk
lain. suatu benda padat tersendiri dengan
Di berbagai Negara, pengenalan terhadap tergabungnya bahan-bahan konstruksi biasa
bahan ferrosmen ini digunakan secara beragam, yang lain, seperti pasir, air, dan bahan tambahan
misalnya di Inggris, ferrosmen mulai digunakan di yang biasa digunakan di dalam pengadonan
dalam pembuatan perahu, sementara di Rusia, adukan semen tersebut.
ferrosmen awalnya digunakan sebagai struktur atap - Pasir
untuk pasar di Leningrad. Saat ini, penggunaan Pasir adalah komponen yang juga penting untuk
ferrosmen di negara-negara tersebut telah dikenal di menghasilkan adukan semen.
berbagai bidang dan sebuah pusat kajian ilmu - Air
pengetahuan telah didirikan khusus untuk mengkaji Air yang digunakan dalam adukan semen
penggunaan struktur ferrosmen di dalam bidang Sipil bertujuan untuk memberikan rangsangan daya
dan Arsitektur. serap antarpartikel-partikel semen untuk
pembentukan matriks adukan semen yang
B. Komponen Pembuatan Ferrosemen dimaksud.
Bahan-bahan utama yang digunakan di dalam - Bahan Tambahan
membentuk campuran bahan-bahan ferrosmen ini Bahan tambahan adalah bahan-bahan yang
adalah semen, pasir, air, dan kawat anyam. digunakan untuk dicampur bersama-sama
Di samping itu sejenis bahan tambahan dengan sejumlah adukan semen. Biasanya
dicampurkan dalam adukan yang bertujuan untuk bahan-bahan tambahan inilah yang akan
meningkatkan tingkat kepadatan adukan yang berfungsi sebagai pengubah posisi suatu adukan

50
Pemilihan Bahan Alternatif dalam Konstruksi

semen. Bahan tambahan lebih bersifat kepada dengan sistem pembangunan ferrosmen ini,
bahan kimia. Di antara bahan tambahan yang komponen-komponen dapat dihasilkan dengan
biasa digunakan di dalam adukan semen ialah jumlah yang besar sehingga dapat mengurangi waktu
bahan mempercepat, bahan memperlambat, pembangunan secara keseluruhan.
bahan penamah kedap air, dan bahan AE (Air
Entraining agent). E. Kesimpulan
Penyediaan perumahan yang terjangkau pada
C. Ferrosemen Sebagai Bahan Pembangunan lapisan masyarakat kebanyakan seringkali terhambat
untuk Rumah Murah masalah biaya konstruksi yang tinggi, teknologi ini
Perumahan dengan biaya rendah telah menjadi mampu mengurangi biaya konstruksi dengan jumlah
satu isu global, di mana sangat penting untuk yang relatif besar dan memperkecil biaya yang
menyediakan unit-unit perumahan yang wajar dikeluarkan untuk gaji tenaga kerja, karena dengan
didukung kemudahan infrastruktur yang mendasar sistem pembangunan ferrosmen ini, komponen-
bagi seluruh lapisan masyarakat, utamanya komponen dapat dihasilkan dengan jumlah yang
masyarakat miskin. besar sehingga dapat mengurangi waktu
Tuntutan yang ditujukan kepada peneliti serta pembangunan secara keseluruhan.
praktisi bidang struktur dan desain bangunan agar Teknologi ferrosmen ini juga dapat
menghasilkan jenis struktur murah untuk rumah- diaplikasikan pada bangunan tahan goncangan,
rumah berbiaya rendah telah menggalakkan sehingga dapat digunakan pada pembangunan
penggunaan bahan-bahan perumahan alternatif gedung-gedung di daerah yang rawan bencana
seperti ferrosmen. gempa bumi.
Dengan pengenalan komponen ferrosmen Melihat keunggulan yang dijumpai pada
“tuang siap” dalam perumahan, biaya dapat ditekan teknologi ferrosmen ini, perlu usaha-usaha untuk
dengan jumlah yang relatif besar. Ferrosmen dapat menyosialisasikan teknologi ferrosmen kepada
menghasilkan penghematan dalam penggunaan masyarakat umum dan pihak-pihak yang terkait.
sejumah bahan bangunan dan upah pekerja yang
harusnya dialokasikan untuk pengerjaan
penyambungan unit-unit yang lebih kecil. Hasil dari DAFTAR PUSTAKA
penggunaan ferrosmen adalah suatu struktur yang
lebih stabil, dengan dinding yang lebih tipis tahan Andalucia. 2000. Bahan Binaan Ferrosmen dan
lama dan memerlukan lebih sedikit kerja Kenyamanan Manusia di Dalamnya (Tesis
pembangunan. Master of Science pada Teknologi Bangunan
Praktisi bidang bangunan dan desain bangunan dan Perancangan). Pulau Pinang, Malaysia:
di Pakistan telah banyak mengemukakan keuntungan University Sains.
yang didapat dengan mengaplikasikan ferrosmen
Mangunwijaya, Y.B. 2000. Pengantar Fisika
untuk pembangunan perumahan biaya rendah yang
Bangunan. Jakarta: Djambatan.
telah sejak lama mereka kembangkan. Atap dan
sistem tembok dinding ferrosmen telah memberikan Ramli, Mahyuddin. 1998. Forresmen dalam
suatu jalan keluar yang lebih murah dan tahan lama. Teknologi Binaan. Kuala Lumpur: Dewan
Demikian juga halnya yang dilakukan di Filipina, Bahasa dan Pustaka.
Baino, mengemukakan suatu gambaran ringkas
_______________. 1989. Kaedah Binaan. Pulau
mengenai desain dan pembangunan perumahan
tentara dengan aplikasi teknik ferrosmen yang Pinang, Malaysia: University Sains.
dibangun oleh Angkatan Laut Tentara Filipina. _______________. 2000. Ferrocement and
Stabilized Block for Affordable Housing.
D. Penutup Pulau Pinang, Malaysia: University Sains.
Teknologi ferrosmen telah menjadi bertambah
menarik seiring dengan tuntutan untuk melestarikan Rivas, Hugo. Low Cost Housing Build With
lingkungan, sesuai dengan kemampuan dan bidang Ferrocement Precast Elements. Jurnal of
kehidupan tiap manusia di bumi. Teknologi Ferrocement Vol. 24 No.1/Januari 1994.
ferrosmen mengambil peran yang sangat menarik Soerjani, Muhammad dkk (editor). 1987.
dalam pengawetan lingkungan ini, di mana ia Lingkungan: Sumber-daya Alam dan
memberikan alternatif terhadap penggunaan bahan- Kependudukan dalam Pembangunan. Jakarta:
bahan yang telah menjadi kebiasaan manusia untuk UI Press.
mengeruknya dari alam tanpa memperdulikan
keawetan lingkungan alami tersebut.
Dalam pembangunan perumahan teknologi ini
bahkan mampu mengurangi biaya konstruksi dengan
jumlah yang relatif besar dan memperkecil biaya
yang dikeluarkan untuk gaji tenaga kerja, karena

51
ANALISIS PERILAKU DAN KEPUASAN PELANGGAN BMI
(BANK MUAMALAT INDONESIA) CABANG SURABAYA
DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS REGRESI LOGISTIK

Suparto
Jurusan Teknik Industri - ITATS

Abstrak: Dalam penelitian ini, akan diteliti hubungan antara variabel identitas dan perilaku nasabah yang
mempengaruhi tingkat kepuasannya terhadap pelayanan BMI (Bank Muamalat Indonesia).
Dari analisis regresi logistik disimpulkan bahwa laki-laki cenderung merasa puas terhadap pelayanan BMI,
sebesar 2,503 kali dibandingkan perempuan. Nasabah yang pegawai negeri/ABRI cenderung merasa puas 1,833
kali, yang wiraswasta/pengusaha sebesar 0,288 kali, dan pegawai swasta 0,480 kali bila dibandingkan dengan
nasabah yang bekerja sebagai lainnya. Nasabah yang kurang dari 1 tahun cenderung memiliki kemungkinan
merasa puas sebesar 0,246 kali dan yang sudah 1-2 tahun sebesar 2,333 kali dibandingkan nasabah yang sudah
lebih dari 2 tahun. Nasabah atas saran sendiri merasa puas 1.919 kali, atas saran keluarga 0.96 kali, dan atas
saran teman 0.1 kali bila dibandingkan dengan nasabah yang atas saran lainnya.
Kata kunci: Variabel identitas, tingkat kepuasan, regresi logistik.

Abstract: In this research, it will be known relation between identity variable and customer behavior that
influence their satisfaction level to BMI services. From logistic regression analysis, has been conclude that
male’s trend felt satisfied 2.503 times than female on BMI services. The customer who have occupation as
public officer or in the army seems felt satisfied 1.883 times, and the customer who have occupation in private
company, 0.480 times if were compared with the other. The customer who less than 1 year seems have
probability to feel satisfied 0.246 and the customer who between 1-2 year, 2.333 times compared customer who
more than 2 years. The customer who become an BMI customer as himself/herself felt satisfied 1.919 times, with
family recommendation 0.96 times, and want as himself, with friend recommendation 0.1 times if are compared
with the other.
Key words: Identity variable, satisfaction level, logistic regression.

I. PENDAHULUAN disebut Malcom Baldrige National Quality Award di


Amerika Serikat, kriteria kepuasan pelanggan
I.1 Latar Belakang menduduki peringkat pertama dengan bobot sebesar
Dalam era globalisasi ini persaingan bisnis menjadi 100.
sangat tajam, baik di pasar domestik (nasional) Agar suatu produk dapat memberikan
maupun di pasar internasional/global. Untuk kepuasan pelanggan dan mempertahankannya, maka
memenangkan persaingan, perusahaan harus mampu pihak perusahaan harus mengetahui dan memahami
memberikan kepuasan kepada para pelanggannya, perilaku konsumennya. Sebab, dengan dipahaminya
misalnya dengan memberikan produk yang mutunya perilaku konsumen, perusahaan dapat memberikan
lebih baik, harganya lebih murah, penyerahan produk kepuasan secara lebih baik kepada konsumennya
yang lebih cepat, dan pelayanan yang lebih baik dari (Kotler,et al , 1996).
para pesaingnya. Jika konsumen (pelanggan) merasa BMI (Bank Muamalat Indonesia)
puas ia akan memperlihatkan peluang yang besar merupakan bank yang pertama kali di Indonesia yang
untuk melakukan pembelian ulang atau membeli pengelolaan dananya tidak berdasarkan bunga, tapi
produk lain di perusahaan yang sama di masa datang. berdasarkan konsep bagi hasil. Di Surabaya, BMI
Seorang pelanggan yang merasa puas cenderung diresmikan pada tahun 1994. Sebagai perusahaan
akan menyatakan hal-hal yang baik tentang produk jasa yang baru berdiri, tentunya ingin berkembang
dan perusahaan yang bersangkutan kepada orang dan dapat bersaing dengan bank-bank umum. Untuk
lain. Selain itu, kepuasan pelanggan pada waktu tujuan tersebut maka BMI harus dapat memberikan
sekarang menjadi faktor yang sangat penting dalam kepuasan kepada pelanggannya (nasabah), yang
hal mutu produk, baik manufaktur maupun jasa. merupakan faktor yang terpenting mengenai mutu
Dalam penghargaan nasional untuk mutu yang suatu produk.

52
Analisis Perilaku dan Kepuasan Pelanggan BMI (Bank Muamalat Indonesia) Cabang Surabaya
dengan Menggunakan Analisis Regresi Logistik

I.2. Permasalahan karena dengan dipahaminya perilaku konsumen,


Dengan didasari pada latar belakang di atas, perusahaan dapat memberikan kepuasan secara
permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini lebih baik kepada konsumennya (Kotler,et al.,
adalah: 1996).
1. Faktor-faktor (variabel-variabel ”identitas
diri dan perilaku”), apa saja yang Definisi Kepuasan Pelanggan
berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan Ada beberapa pakar yang memberikan
(nasabah) BMI? definisi mengenai kepuasan/ketidakpuasan
2. Bagaimana pola hubungan antara variabel pelanggan. Day (dalam Tse dan Wilton, 1988)
“identitas diri dan perilaku” pelanggan menyatakan bahwa kepuasan atau ketidakpuasan
dengan tingkat kepuasan (puas tidaknya) pelanggan adalan respon pelanggan terhadap
pelanggan? evaluasi ketidaksesuaian yang dirasakan antara
harapan sebelumnya dan kinerja aktual produk yang
I.3. Tujuan Penelitian dirasakan setelah pemakaiannya. Wilkie (1990)
Tujuan penelitian ini adalah: menyatakan sebagai suatu tanggapan emosional pada
1. Menentukan faktor-faktor (variabel-variabel evaluasi terhadap pengalaman konsumsi suatu
”identitas diri dan perilaku”) yang produk atau jasa. Kotler (1996) menandaskan, bahwa
berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan kepuasan pelanggan adalah tingkat perasaan
(nasabah) BMI. seseorang setelah membandingkan kinerja (hasil)
2. Membentuk model persamaan (pola yang ia rasakan dibandingkan dengan harapannya.
hubungan) antara variabel “identitas diri Dari berbagai definisi di atas dapat ditarik
dan perilaku” pelanggan dengan tingkat kesimpulan bahwa pada dasarnya pengertian
kepuasan (puas tidaknya) pelanggan. kepuasan pelanggan mencakup perbedaan antara
harapan dan kinerja (hasil) yang dirasakan (Oliver
dalam Engel et al., 1990, Pawitra, 1993).
II. TINJAUAN PUSTAKA Dalam mengevaluasi kepuasan terhadap jasa
yang bersifat intangible, konsumen umumnya
II.1. Tinjauan Umum menggunakan atribut atau faktor berikut
(Parasuraman, et al., 1985 dalam bukunya Fandy
Sekilas Tentang BMI (Bank Muamalat Indonesia) Tjiptono halaman 26, cetakan ke-2, 1998):
BMI adalah bank yang kegiatan operasionalnya, 1. Bukti langsung (tangible), meliputi fasilitas
baik penghimpunan dana masyarakat, penyaluran fisik, perlengkapan, pegawai, dan sarana
dana, atau pembagian keuntungannya berdasarkan komunikasi.
syariah (bagi hasil), dengan dasar penentuannya 2. Keandalan (reliability), yakni kemampuan
adalah nisbah yang telah diperjanjikan sebelumnya. memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan
Kegiatan penghimpunan dana masyarakat oleh segera, akurat, dan memuaskan.
BMI antara lain dalam bentuk: Tabungan Ummat, 3. Daya tanggap (responsiveness), yakni
Tabungan Haji Arafah, Simpanan Idul Fitri, keinginan para staf dan karyawan untuk
Simpanan Qurban, Simpanan Giro Wadiah, dan lain- membantu para pelanggan dan memberikan
lain. Sedangkan panyaluran (pembiayaan) dana ke pelayanan dengan tanggap.
masyarakat antara lain: pembiayaan murabahah, 4. Jaminan (assurance), mencakup pengetahuan,
musyarakah, qardhul hasan, dan lain-lain. kemampuan, kesopanan, dan sifat dapat
dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari
II.2. Definisi Perilaku Konsumen dan Kepuasan bahaya, risiko atau keragu-raguan.
Pelanggan 5. Empati, meliputi kemudahan dalam melakukan
hubungan, komunikasi yang baik, perhatian
Definisi Perilaku Konsumen pribadi, dan memahami kebutuhan para
Perilaku konsumen merupakan tindakan- pelanggan.
tindakan individu yang secara langsung terlibat
dalam usaha memperoleh, menggunakan, dan II.3. Tinjauan Statistika
menentukan produk dan jasa, termasuk proses
pengambilan yang mendahului dan mengikuti Model Regresi Logistik
tindakan-tindakan tersebut (Engel et al., 1990).
Dari pengertian ini dapat diketahui bahwa Model Regresi logistik digunakan untuk
pemahaman terhadap perilaku konsumen mencari hubungan variabel respon yang bersifat
bukanlah pekerjaan yang mudah, tetapi cukup biner atau dikotomus, dengan faktor satu atau lebih
sulit dan kompleks. Meskipun demikian, bila hal variabel independen berskala kontinu atau kategori.
tersebut dilakukan, maka perusahaan yang Outcome dari variabel respon Y dengan dua kategori
bersangkutan akan dapat meraih keuntungan yaitu “sukses” atau “gagal” yang dinotasikan dengan
yang jauh lebih besar daripada para pesaingnya, Y=1 (sukses) dan Y=0 (gagal). Dalam keadaan
demikian, maka variabel Y mengikuti distribusi

53
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005

Bernoulli untuk setiap observasi. Fungsi probabilitas transaksi.


distribusi Bernoulli untuk setiap observasi adalah:
f(yi ) = piyi (1-pi )1-yi , yi = 0,1 c. Sampel Penelitian
........(2.1) Disebabkan oleh besarnya populasi, maka
Di mana pi = P(yi = 1) pengumpulan data dilakukan dengan mengambil
Fungsi regresi logistik dapat dituliskan sebagai sejumlah sampel. Cara pengambilan sampel adalah
berikut: secara acak sederhana, yaitu waktu kerja tiap harinya
1 dibagi menjadi beberapa interval. Masing-masing
f ( z) = atau ekuivalen interval adalah 10 menit, sehingga ada sekitar 36
1 + e− z interval (setelah dikurangi waktu istirahat), sebagai
ez berikut:
dengan f ( z ) = ……………...(2.2) 1. 08.30 – 08.40
1 + ez 2. 08.40 – 08.50
Nilai z berkisar antara - ∞ dan + ∞ . 3. 08.50 – 09.00
…………….
Nilai dari f(z) pada rumus (2.2) akan berkisar 36. 15.20 – 15.30
antara 0 dan 1 berapapun nilai z. Hal ini menunjukan
bahwa model logistik ini sebenarnya III.3. Identifikasi Variabel Penelitian
menggambarkan probabilitas, atau resiko dari Setelah melakukan pengamatan dan studi
seorang individu. literatur, maka didapat variabel-variabel yang akan
Model peluang regresi logistik dengan p variabel digunakan dalam penelitian. Variabel-variabel ini
penjelas sebagai berikut: berjumlah 31 di mana terbagi menjadi dua bagian.
Bagian pertama (variabel 1-variabel 13) akan
exp( β + β X + ... + β X )
1 p
digunakan untuk analisis regresi logistik, sedangkan
π (xi ) = 0 1 p variabel 14 sampai 31 digunakan untuk menentukan
1 + exp( β + β X + ... + β X )
1 p
puas tidaknya nasabah terhadap layanan BMI
0 1 p
Untuk lebih jelasnya variabel-variabel tersebut
..…………… ..........(2.3) adalah:
a. Variabel-variabel identitas dan perilaku
Dengan menggunakan transformasi logit dari π(x), pelanggan (nasabah):
maka model regresi logistik dapat ditulis sebagai 1. Jenis kelamin
berikut: 2. Usia
g(x) = ln π(x) - ln [ 1 - π(x)] 3. Status perkawinan
= β0 + β1X1 + ... + βpXp 4. Tingkat pendidikan terakhir
………….(2.4) 5. Pekerjaan
6. Pengeluaran rata-rata per bulan
yang merupakan fungsi linier dalam 7. Motivasi menjadi nasabah BMI
parameter-parameternya. 8. Media informasi
9. Kendaraan yang dipakai
10. Status nasabah BMI
III. METODOLOGI PENELITIAN 11. Frekuensi kedatangan
12. Lamanya menjadi nasabah BMI
III.1. Sumber data 13. Saran menjadi nasabah BMI
Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data primer, yang berasal dari hasil kuisioner b. Variabel untuk menentukan kepuasan
yang ditanyakan dan diisi oleh nasabah BNI yang pelanggan, variabel-variabelnya:
diambil sebagai sampel. Data yang didapat berupa 1. Pelayanan bagian marketing
identitas diri dan perilaku serta persepsi nasabah 2. Palayanan bagian kasir/teller
terhadap mutu pelayanan yang diberikan oleh BMI. 3. Pelayanan customer service
4. Pelayanan petugas satpam
III.2. Identifikasi Obyek, Populasi, dan Sampel 5. Cara penampilan/pakaian karyawan
Penelitian bank
a. Obyek Penelitian 6. Tegur sapa/tutur kata karyawan bank
Obyek peneliatian yang digunakan dalam 7. Informasi jelas/tepat
penelitian ini adalah BMI (Bank Muamalat 8. Bantuan dan perhatian khusus
Indonesia) cabang Surabaya, Jl. Raya Darmo 81, 9. Proses penyelesaian transaksi
Surabaya. 10. Fasilitas ATM
b. Populasi Penelitian 11. Informasi saldo
Pada penelitian ini populasi yang akan 12. Jalur antrian
diteliti hanya nasabah BMI yang melakukan 13. Kelengkapan brosur dan formulir

54
Analisis Perilaku dan Kepuasan Pelanggan BMI (Bank Muamalat Indonesia) Cabang Surabaya
dengan Menggunakan Analisis Regresi Logistik

14. Kenyamanan ruang tunggu tingkat kepuasan sebesar 2,503 kali dibanding
15. Sarana parkir perempuan, akan pelayanan BMI.
16. Waktu operasional
17. Kemudahan dihubungi via telepon Pengaruh Pekerjaan
18. Adanya bonus
Sedangkan untuk variabel responnya (Y) π(x)=(1+exp(1.79-
dengan kategori puas (= 1: jika total skor penilaian 0.60kerja(1)+0.73kerja(2)+1.24kerja(3))-1
terhadap pelayanan BMI berkisar antara 71,6 – 126),
tidak puas(= 0: jika total skor penilaian terhadap Artinya bahwa responden yang berprofesi sebagai
pelayanan BMI berkisar antara 18 – 71,5 ). pegawai negeri/ABRI mempunyai kemungkinan
merasa puas sebesar 1,833 kali dibanding responden
III.4. Rancangan Kuisioner yang bekerja di bidang lainya. Sedangkan untuk
Kuisioner dalam rancangan ini dibagi dalam nasabah yang bekerja sebagai pegawai swasta
3 bagian, yaitu: identitas responden, perilaku berpeluang merasa puas sebesar 0,4804 kali
responden, dan persepsi responden terhadap BMI. dibanding dengan nasabah yang berstatus kerja
lainnya. Dan untuk nasabah yang bekerja sebagai
III.5. Uji Validilitas dan Reliabilitas wiraswasta memiliki kemungkinan merasa puas
Validilitas menunjukan sejauh mana suatu sebesar 0,2879 kali dari nasabah yang bekerja
alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. sebagai lainnya.
Reliabilitas adalah istilah yang dipakai untuk
menunjukan sejauh mana suatu hasil pengukuran Pengaruh Pengeluaran
relatif konsisten
π(x) = 1 / (1+ exp(-2.53+1.35Belanja (1) +
III.6. Pengolahan Data 1.64Belanja(2)))
Dalam penelitian ini, dilakukan tahap
analisis yang meliputi: Artinya bahwa responden yang mempunyai
1.Identifikasi variabel–variabel yang relevan (uji pengeluaran ≤ Rp 250.000,- mempunyai
validitas dan reliabilitas). kemungkinan merasa puas sebesar 0,26 kali,
2.Mengelompokan variabel. sedangkan untuk nasabah yang pengeluaranya Rp
3.Menganalisis variabel yang mempengaruhi 250.001,- sampai Rp 750.000,- cenderung merasa
penilaian responden terhadap pelayanan yang puas sebesar 0,194 kali, masing-masing jika
diberikan oleh BMI. dibandingkan dengan nasabah yang pengeluarannya
4.Menganalisis hubungan antara variabel– variabel lebih dari Rp750.000,-.
“Identitas dan Perilaku Pelanggan” dengan tingkat
kepuasan (puas tidaknya) pelanggan. Pengaruh Variabel Lama
5. Dari langkah 3 dan 4, kemudian menyimpulkan.
π(x) = 1 / (1+ exp(-1.595+1.40Lama(1) –
0.85Lama(2)))
IV. PEMBAHASAN
Pada bagian ini, dibahas model yang Artinya responden yang menjadi nasabah selama
menyatakan hubungan antara variabel independen kurang dari satu tahun mempunyai kemungkinan
(jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, status rasa puas sebesar 0,2456 kali dibandingkan dengan
nikah, pengeluaran, motivasi, informasi, kendaraan, responden yang sudah menjadi nasabah BMI selama
status nasabah, frekuensi, lama, dan saran) dengan lebih dari 2 tahun. Dan untuk yang menjadi nasabah
variabel dependen (puas dan tidak puas). selama 1-2 tahun kemungkinan merasa puas sebesar
Dari hasil pengolahan data yang dilakukan, 2,3332 kali dibandingkan dengan nasabah yang
menerangkan bahwa tidak semua variabel signifikan sudah lebih dari 2 tahun.
atau berpengaruh secara nyata terhadap puas
tidaknya nasabah. Hanya ada lima variabel yang Pengaruh Variabel Saran
berpengaruh terhadap variabel respon, yaitu: jenis
kelamin, pekerjaan, pengeluaran, lama menjadi π(x) = 1/(1+exp(-0.92–0.65Saran(1) + 0.04Saran(2)
nasabah, dan saran. + 2.3Saran (3))
Dengan model regresi logistiknya sebagai berikut:
Yang artinya bahwa responden yang menjadi
Pengaruh Jenis Kelamin nasabah BMI atas saran sendiri memiliki
kemungkinan merasa puas sebesar 1,9198 kali
π(x) = 1 . dibandingkan dengan responden yang menjadi
1+ exp(-0.67 – 0.92Jekel) nasabah BMI atas saran lainnya. Sedangkan yang
atas saran keluarga mempunyai kemungkinan merasa
Yang artinya bahwa laki-laki cenderung mengalami puas sebesar 0,96 kali dibandingkan dengan atas

55
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005

saran lainnya. Dan yang atas saran teman memiliki menguji apakah model mempunyai arti, dilakukan
kemungkinan merasa puas sebesar 0,1 kali pengujian dengan hipotesa sebagai berikut:
dibandingkan dengan saran lainnya. H0: β1 = 0
H1: paling sedikit ada satu β1 yang
Model Regresi Logistik Secara Serentak tidak sama dengan nol.
Setelah secara individu diperoleh variabel- Berikut ini ditampilkan tabel yang berisi
variabel yang signifikan masuk dalam model, maka hasil dari analisis regresi logistik secara serentak
langkah selanjutnya adalah melakukan analisis untuk lima variabel di atas.
regresi logistik secara serentak dari variabel-variabel
yang signifikan tersebut di atas. Kemudian untuk

Tabel. 4.9. Hasil regresi logistik yang berpengaruh secara serentak


Variabel Nilai koefisien Uji Wald Significant Exp(β)
Belanja 6.4226 0.0403 *
Belanja(1) -2.1346 2.9001 0.0886 0.1183
Belanja(2) -2.9478 5.5711 0.0183 0.0525
Saran 10.8302 0.0127 *
Saran(1) 0.5565 0.2413 0.6233 1.7446
Saran(2) -0.1818 0.0196 0.8887 0.8338
Saran(3) -2.9549 3.7761 0.0520 0.0521
Lama 12.1902 0.0023 *
Lama(1) -1.5041 7.1456 0.0075 0.2222
Lama(2) 1.9863 3.1126 0.0777 7.2883
Jekel 1.9056 11.1790 0.0008 6.7232*
Kerja 12.8336 0.0050 *
Kerja(1) 1.1170 0.6178 0.4319 3.0558
Kerja(2) -0.9844 1.9965 0.1577 0.3737
Kerja(3) -2.6767 9.8014 0.0017 0.0688
Constan 3.7226 4.5686 0.0326
*) Signifikan pada α =0.05

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dikatakan disimpulkan bahwa ada lima faktor yang
bahwa secara serentak kelima variabel tersebut mempengaruhi puas tidaknya nasabah BMI, yaitu
masuk dalam model, dengan kata lain variabel- jenis kelamin, pekerjaan, pengeluaran rata-rata
variabel tersebut signifikan (α < 0.05). Sehingga perbulan, lama menjadi nasabah, dan atas saran siapa
model lengkapnya (best model) adalah sebagai menjadi nasabah BMI.
berikut:
2. Dari persamaan regresi logistik yang terbentuk,
π(xi) = 1/(1+exp(-3.72-1.91X1+2.13X21+2.95X22– disimpulkan bahwa laki-laki cenderung merasa puas
1.12X31+0.98X32+0.68X33+1.50X41–1.99X42- terhadap pelayanan BMI, sebesar 2,503 kali
dibandingkan perempuan. Nasabah yang pegawai
0.56X51+0.18X52 + 2.95X53 )) negeri/ABRI cenderung merasa puas 1,833 kali,
di mana; yang wiraswasta/pengusaha sebesar 0,288 kali, dan
yang pegawai swasta 0,480 kali bila dibandingkan
X1 = jenis kelamin X2 = belanja dengan nasabah yang bekerja sebagai lainnya.
Nasabah yang kurang dari 1 tahun cenderung
X3 = kerja X4 = lama
memiliki kemungkinan merasa puas sebesar 0,246
X5=saran
kali dan yang sudah 1-2 tahun sebesar 2,333 kali
dibandingkan nasabah yang sudah lebih dari 2 tahun.
Nasabah atas saran sendiri merasa puas 1.919 kali,
V. KESIMPULAN DAN SARAN
atas saran keluarga 0.96 kali, dan atas saran teman
0,1 kali bila dibandingkan dengan nasabah yang atas
Dari hasil pengolahan, analisis, dan
saran lainnya.
pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Dari hasil analisis regresi logistik yang
menyatakan hubungan antara faktor identitas diri-
perilaku nasabah dengan rasa puas tidaknya nasabah

56
Analisis Perilaku dan Kepuasan Pelanggan BMI (Bank Muamalat Indonesia) Cabang Surabaya
dengan Menggunakan Analisis Regresi Logistik

VI. DAFTAR PUSTAKA


Afif, Faisal. 1996. Strategi dan Operasional Bank.
Bandung: PT ERESCO.
Agresti, Alan. 1990. Catagorical Data Analysis. New
York: John Wiley & Sons.
Kotler, Philip. 1996. Manajemen Pemasaran:
Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan
Pengendalian. Buku Satu edisi kedelapan.
Jakarta: Penerbit Salemba Empat– PrenticeHall.
Lemeshow, Hosmer. 1989. Applied Logistic
Regression. New York: John Wiley & Sons.
Singarimbun, Masri dan Effendi, Sofyan. 1985.
Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES.
Tjiptono, Fandy. 1998. Strategi Pemasaran.
Yogyakarta: Penerbit Andi.

57
PENETRASI FLUKS MAGNETIK AKIBAT PENAMBAHAN LAPISAN CuO2
PADA BAHAN SUPERKONDUKTOR BERBASIS KRISTAL HgBa2CaCu2O6+δ

Timbangan Sembiring
Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara

Abstrak: Metode muon spin relaxation telah digunakan untuk mempelajari kedalaman penetrasi fluks pada
bahan superkonduktor HgBa2CaCu2O6+δ suhu kritis tinggi dalam keadaan bercampur untuk sampel kristal
tunggal yang kelebihan (overdoped) dan kekurangan (underdoped) atom oksigen. Dalam suatu medan magnet
luar yang tegak lurus sebesar 0,308 tesla, kedalaman penetrasi medan magnetik λ diperoleh sebesar 120 ±1.0 nm
pada suhu 6,0 K yang bertambah seiring dengan pertambahan suhu di bawah suhu kritis Tc (83,3 K).

Abstract: The muon spin relaxation technique has been used to study the flux penetration depth in the high-
critical superconductor HgBa2CaCu2O6+δ in the mixed state for underdoped and overdoped single crystal
samples. In an external transverse magnetic field of 0,308 Tesla, the magnetic field penetration depth λ was
found to be 120.1 ±1.0 nm at temperature of 6.0 K which increased with increasing temperature below Tc (83.3
K).
Key words: Superconductors, doping, magnetization, µ-spin rotation

1. LATAR BELAKANG merusak yang dapat mendiagnosa berbagai penyakit


Superkonduktor adalah suatu bahan serta mendeteksi secara dini penyakit tumor dan lain
(material) yang pada suhu tertentu yang sangat sebagainya. Aplikasi lainnya adalah terdapat pada
rendah (critical temperature) nilai hambatan superconducting quantum interference device
listriknya (electrical resistivity) berubah secara (SQUID) yaitu suatu alat yang dapat mengukur
drastis menjadi sangat kecil bahkan hampir sama medan magnet yang sangat kecil sekalipun
dengan nol. Fenomena ini pertama sekali ditemukan berdasarkan prinsip efek Josepshon, dan berbagai
oleh seorang ilmuan Belanda yaitu Kamerlingh macam instrumen lainnya. Oleh karena pada suhu
Onnes pada tahun 1991. Pada suhu kritis ini, material rendah bahan superkonduktor mempunyai tahanan
superkonduktor mengalami transisi fase dari listrik yang kecil, maka akan dapat menghasilkan
hambatan listrik normal menjadi keadaan arus listrik yang sangat besar dengan demikian
superkonduktif. Dengan demikian, sesuai dengan medan magnet dapat ditimbulkan dalam jumlah yang
Hukum Ohm maka arus yang mengalir pada suatu besar.
material superkonduktor sangat besar dan bahkan Semua peralatan yang disebut di atas
dapat mencapai tak berhingga (infinity). Material membutuhkan medan magnet yang besar, tersedia
pertama yang menunjukkan sifat superkonduksi ini setiap saat dan untuk itu diperlukan material
ditemukan pada bahan merkuri dengan suhu kritis, Tc superkonduktor. Tidak kalah pentingnya adalah
= 4,2 K. Berkat penelitian yang gigih oleh para pemakaian bahan superkonduktor suhu rendah (low-
ilmuan dari berbagai negara maju, dewasa ini sudah temperature superconductor) berbasis lapisan
ada beberapa senyawa material superkonduktor yang keramik tembaga oksida (CuO2) yang beroperasi
mempunyai Tc yang lebih tinggi hingga 135 K yang pada kisaran suhu 20-30K. Bahan superkonduktor
disebut bahan superkonduktor suhu tinggi (high- tipe ini dapat menghasilkan medan magnet yang
temperature superconductors). Penelitian dalam sangat besar pada suhu rendah.
bidang superkonduksi ini terus dilakukan hingga saat Struktur lapisan tembaga oksida (CuO2) ini
ini yaitu untuk mendapatkan bahan dengan Tc memberikan sifat-sifat magnetik dan elektronik
mencapai suhu kamar, sifat magnetisasi yang baik anisotropic yang sangat unik. Berdasarkan
dan senyawa pembangun yang mudah diperoleh, percobaan-percobaan sebelumnya diketahui bahwa
sehingga aplikasi bahan superkonduktor dapat hanya blok lapisan CuO2 secara instrinsik
dilakukan dengan kondisi normal. mempunyai sifat superkonduktif, sementara
Salah satu kegunaan penting bahan pemisahan blok CuO2 pada jarak tertentu hanya
superkonduktor adalah bahwa bahan ini dapat berperan sebagai insulator, lapisan penghalang
menghasilkan medan magnet yang sangat besar di maupun penyimpan muatan (charge reservoir).
samping dapat mengalirkan arus listrik yang cukup Struktur kristal superkonduktor HgBa2CaCu2O6+δ
besar. Sebagai contoh adalah pada penggunaan atau disingkat HBCCO dapat dilihat seperti Gambar
magnetic resonance image (MRI) dalam teknologi 1.
kesehatan. Instrumen ini merupakan pendeteksi tak

58
Penetrasi Fluks Magnetik Akibat Penambahan Lapisan CuO2 pada Bahan Superkonduktor Berbasis Kristal HgBa2CaCu2O6+δ

adalah bahwa dengan mengetahui sifat-sifat fisis


tersebut di atas maka dapat dijustifikasi apakah
campuran bahan superkonduktor dengan campuran
tersebut di atas layak dipertimbangkan sebagai
material pembangun utama dari industri teknologi
yang mempunyai nilai ekonomi tinggi.
Selanjutnya, manfaat lain yang dapat
diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai pemicu
penelitian lanjutan dalam mencari material baru
berbasis lapisan CuO2 dengan suhu kritis, Tc yang
mendekati suhu kamar, sehingga memudahkan
dalam aplikasinya.

3. TINJAUAN PUSTAKA
Superkonduktivitas terjadi karena interaksi
antara elektron-elektron yang ditransmisikan
(diteruskan) oleh fonon di dalam kristal
superkonduktor. Menurut teori yang diusulkan oleh
Barden, Copper, dan Schrieffer (BCS) bahwa
elektron-elektron bergerak secara berpasangan dan
berinteraksi satu sama lain melalui vibrasi kisi,
mempunyai spin atas (spin up) dan spin bawah (spin
down). Elektron-elektron yang dimaksud sangat
mobil (dapat bergerak secara aktif) terutama antara
lapisan yang satu dengan lapisan lain dari CuO2
sehingga vorteks kisi menjadi terkungkung. Jika
Gambar 1. Struktur atom kristal supe-rkonduktor lapisan-lapisan CuO2 tidak terjajarkan (alligned)
dengan baik maka arah penetrasi medan magnet
berbasis merkuri HgBa2CaCu2 O6+δ. Proses doping
cenderung condong (tidak lurus). Jarak lapisan CuO2
atom oksigen pada lapisan CuO2 merupakan kajian
satu dengan lainnya (a) berhubungan dengan
yang menarik karena memberikan sifat magnetik
yang menjanjikan. kuantum fluks (Φ) dan medan magnet crossover
(B*) yang secara matematis ditulis sebagai berikut:
Pada fase ini sangat penting diketahui yaitu Φ0
perubahan dimensi dari vorteks ketika medan magnet
B* =
terapan diperbesar yang mengakibatkan perubahan
(γ s ) 2
pada perubahan fluks struktur dari lapisan CuO2. di mana γ adalah perbandingan antara anisotropi
Percobaan dengan metode muon spin relaxation bidang luar (out-of plane) dan bidang dalam (in-
(µSR) dan hamburan neutron memberikan informasi plane), s adalah jarak antara lapisan CuO2. Dari
langsung tentang perubahan dimensi keadaan vorteks percobaan magnetisasi pada kristal tunggal Bi-2212
secara mikroskopik akibat perubahan medan dinyatakan bahwa puncak kedua dari distribusi
magnetik eksternal. Pada percobaan ini bahan medan magnet disebabkan oleh medan crossover
superkonduktor yang akan dipelajari perubahan sifat dimensi pada vorteks kisi kristal. Hal ini tidak
megnetiknya adalah HgBa2CaCu2O6+δ di mana terlepas dari ketidaksempurnaan kristal
jumlah atom oksigen dibuat bervariasi yang (imperfection).
membangun ikatan lapisan CuO2. Dari persamaan di atas diketahui bahwa
medan magnet crossover B* sangat bergantung
kepada anisotropi γ dari sistem tersebut. Pada
2. TUJUAN DAN MANFAAT umumnya anisotropi pada bahan kuprat
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah superkonduktor suhu hingga berubah secara
untuk mengetahui lebih jelas tentang perubahan sifat sistematis dengan penambahan (doping) atom
magnetik (magnetic penetration depth) bahan oksigen pada bidang CuO2.
superkonduktor akibat penambahan atom oksigen Hasil yang sama telah dipublikasi yaitu
pada lapisan CuO2 (proses doping). Perubahan sifat bahwa sifat anisotropik berkurang dengan
magnetik ini berkaitan langsung dengan perubahan bertambahnya doping atom oksigen, menurut
dimensi vorteks kristal akibat medan magnet percobaan Wu, et al., pada bahan superkonduktor
eksternal, besar medan magnet crossover dan rasio suhu tinggi berbasis lantanium stronsium kuprat
anisotropik pada luar bidang (out-of plane) dan oksid (La2SrxCuO4) dan bismuth stronsium kalsium
dalam bidang (in-plane) dari kedalaman penetrasi kuprat oksid (Bi2Sr2CaCu2O8+δ ) atau Bi-2212.
London. Sedangkan manfaat dari penelitian ini

59
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005

Dalam kerangka tiori Ginzburg-Landau, kristal, yang mana medan magnet eksternal
penetrasi medan magnetik, λ pada suhu T=0 untuk diterapkan sepanjang sumbu-c dan tegak lurus
superkonduktor yang isotropis diberikan oleh terhadap polarisasi awal dari spin muon. Partikel
persamaan: muon berhenti pada lokasi interstisial acak r dan spin
partikel muon mulai mengitari medan lokal B(r)
m* m*
λ ( 0) = ∝ (2) dengan frekuensi Larmor sebesar:
2 ns
µ 0 e ns
di mana m*=massa efektif, ns=kerapatan carrier, ω = γ µ B(r ) (6)
e=muatan elektron, µ0= permeabilitas ruang hampa. di mana γµ = 2π 135,5 MHz/T. Evolusi waktu dari
Untuk bahan superkonduktor konvensional s-wave, polarisasi spin muon P(t) diukur dengan memonitor
nilai λ umumnya dinyatakan oleh rumus empiris atau positron yang dipancarkan sepanjang arah spin
model fluida dua dengan p=4 sebagai berikut: ketika partikel muon meluruh. Distribusi probabilitas
λ (0) dari medan magnetik lokal n(B) dipisahkan dari
λ (T ) = (3) fungsi polarisasi eksperimen P(t) dengan teknik
1/ 2
⎡1 − T
( ) p⎤ transformasi fourier.
⎢⎣ Tc ⎥⎦
Persamaan ini berlaku untuk bahan superkonduktor 5. HASIL DAN PEMBAHASAN
tipe BCS. Persamaan (2) di atas dapat diperoleh dari Gambar 2. menunjukkan amplitudo riil
bentuk Gaussian spektrum asimetri, G(t) yang spektrum fourier (distribusi medan magnet) untuk
dinyatakan dengan persamaan: sampel merkuri underdoped yang diambil pada suhu

(
G (t ) = exp . − σ 2 t 2 ) (4)
10K dan medan magnet terapan (a) 0,2 tesla dan (b)
20 mTesla. Tanda panah menunjukkan puncak
di mana σ adalah laju relaksasi partikel muon yang frekuensi medan terapan. Dengan cara yang sama
sampai pada sampel, t adalah waktu relaksasi. diperoleh hasil untuk sampel overdoping yang
Dengan demikian diperoleh hubungan antara diambil pada suhu 13K dan medan magnet terapan
kedalaman penetrasi medan magnetik, λ dengan laju (a) 9,6 mTesla dan (b) 5,5 mTesla.
relaksasi, σ sebagai berikut:
kons tan 236,4 (nm)( µs ) −1 / 2
λ= = (5)
σ σ
Nilai konstanta diperoleh dari perhitungan numerik
antara medan magnet terapan, medan eksternal dan
faktor demagnetisasi.

4. PROSEDUR EKSPERIMEN
Bahan kristal tunggal superkonduktor
HgBa2CaCu2O6+δ ditumbuhkan dengan metode
floating zone di mana bubuk Bi2O3, SrCO3, CaCO3
dan CuO dilebur pada suhu 1050º C hingga diperoleh
sampel yang homogen. Dengan demikian konsentrasi
atom oksigen menjadi lebih bervariasi sehingga
ikatan senyawa bidang CuO2 yang akan memberikan
sifat-sifat magnetik dapat dipelajari secara lebih
mendalam. Dua jenis kristal sampel dengan
komposisi atom oksigen yang berbeda dipanaskan
secara perlahan (proses annealing) pada suhu 765 °C
dalam aliran gas oksigen berkadar 0,02 % dan gas
nitrogen dan kemudian dicelupkan secara tiba-tiba
(proses quenching) untuk memperoleh sampel kristal Gambar 2. Amplitudo riil spektrum Fourier untuk
underdoping (kekurangan atom oksigen). Sementara sampel merkuri underdoped yang diambil pada suhu
itu, untuk memperoleh sampel kristal yang 10 K dan medan magnet terapan (a) 0,2 Tesla dan (b)
overdoping (kelebihan atom oksigen) dilakukan 20 mTesla. Tanda panah menunjukkan puncak
pendinginan secara bertahap dari suhu 550°C frekuensi medan terapan.
menjadi 350°C dan akhirnya pada suhu kamar di
bawah tekanan 60 atm. Dari kedua gambar tersebut terlihat bahwa
Eksperimen dilakukan dengan metode bentuk spektrum pada medan magnet terapan tinggi
relaksasi spin muon tegak lurus (transverse muon lebih simetri dengan apa yang diperoleh pada medan
spin relaxation, µSR). Di sini muon positif dengan terapan yang rendah. Pada kondisi ini puncak
spin terpolarisasi “ditanam” (implanted) pada sampel distribusi medan magnet hampir simetris. Momen

60
Penetrasi Fluks Magnetik Akibat Penambahan Lapisan CuO2 pada Bahan Superkonduktor Berbasis Kristal HgBa2CaCu2O6+δ

kedua secara substansi menjadi berkurang, serta


posisi puncak spektrum berimpit dengan posisi
medan terapan. Hal tersebut terlihat pada pengecilan
lebar puncak spektrum dan pergeseran nilai distribusi
medan terhadap medan terapan. Hal ini dapat
dijelaskan dengan model statis hanya ketika vorteks
dalam keadaan tidak teratur (disordered state) sama
sekali dalam arah longitudinal melewati lapisan blok
dan juga ketika lapisan tersebut masih teratur
(ordered state) dalam setiap blok dari lapisan CuO2.
Ketidakteraturan (disorder) dalam bidang
CuO2 selalu mempunyai dampak berlawanan. Hal ini
menyebabkan pertambahan lebar puncak distribusi
medan magnet. Perubahan bentuk spektrum seperti
dijelaskan di atas menandakan adanya medan
crossover dari kisi garis fluks 3 dimensi (3D) ke
struktur vorteks 2 dimensi (2D) dari vorteks
pancake, di mana koheren fase yang melewati
lapisan CuO2 yang berdekatan dilenyapkan sepanjang
kedalaman penetrasi London (London penetration
depth, λab) .

Gambar 4. Laju relaksasi sebagai fungsi suhu untuk


sampel superkonduktor berbasis merkuri. Garis
tebal menunjukkan model fluida dua (a) dan model
Bose bermuatan (b).

Distribusi medan yang disebabkan oleh struktur


fluks pada kedua jenis sampel underdoping maupun
overdoping menunjukkan karakteristik dari struktur
fluks 3 dimensi, yaitu:
a) Puncak tambahan (cut off peak) pada medan
rendah disebabkan minimnya distribusi medan
pada pusat ketiga vorteks terdekat.
b) Puncak tertinggi berhubungan erat dengan titik
pemberat (saddle point) dalam distribusi medan
magnet.

Gambar 3. Amplitudo riil spektrum Fourier untuk


sampel merkuri overdoped yang diambil pada suhu
13 K dan medan magnet terapan (a) 9,6 mTesla dan
(b) 5,5 mTesla. Tanda panah menunjukkan puncak
frekuensi medan terapan

Dalam eksperimen ini juga terlihat bahwa


nilai distribusi medan pada suhu 5K tidak
terpengaruh dalam selang beberapa jam ketika
medan eksternal dikurangi menjadi 10 miliTesla.
Kenyataan ini menunjukkan bahwa kedua fluks
struktur (3D dan kuasi 2D) adalah bersifat statis dan
indikasi adanya transisi pada B* juga statis dan
bukan dinamis.

61
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005

c) Ekor panjang pada medan yang melewati medan Suhu Laju relaksasi, Penetrasi,
magnet terapan berasal dari partikel muon yang (K) σ (µs)-1 λ(nm)
diam dalam daerah inti vorteks yang diteruskan 31,2 3,412 128,04
hingga melebihi λab. 44,1 2,783 141,52
60,1 2,104 163,28
74.2 0,943 243,51

Kenaikan σ di bawah Tc adalah akibat


rendahnya kedalaman penetrasi magnetik λ dengan
penurunan suhu dalam keadaan superkonduktif. Nilai
kedalaman penetrasi magnetik λ sebagai fungsi suhu
ditunjukkan pada Tabel 1 dan Gambar 5. Garis tebal
menunjukkan power law (hukum kepangkatan)
dengan p=4, yang dikenal dengan model fluida dua,
persamaan (3). Namun demikian, hanya titik data
yang mendekati Tc yang memenuhi kurva tersebut.
Titik data ternyata lebih mengikuti kurva tebal
dengan nilai p=2 yaitu model yang diprediksi model
Bose bermuatan di mana titik-titik data tidak jauh
dari garis tebal. Suhu kritis Tc diperkirakan
berdasarkan kurva model Bose ini sebesar 85,1K
yang sesuai dengan suhu kritis (Tc) sampel yang
dipelajari.

Gambar 5. Kedalaman penetrasi medan magnetik Gambar 6. Frekuensi sebagai fungsi suhu untuk
sebagai fungsi suhu untuk sampel superkonduktor sampel bahan superkonduktor berbasis merkuri.
berbasis merkuridiukur pada medan magnet terapan Frekuensi background (■) dan superkonduktor
sebesar 0,308 Tesla (FC). Garis tebal menunjukkan (●).Suhu kritis Tc =85,1 K ditandai oleh garis
formula empiris dari (a) model fluida dua dan (b) vertikal putus-putus.
model Bose bermuatan
Gambar 6. menunjukkan adanya sifat atau
Puncak terendah pada medan yang lebih tinggi gejala superkonduktif pada bahan superkonduktor
merupakan sinyal background oleh karena partikel merkuri. Dari gambar terlihat bahwa frekuensinya
muon tidak berhenti di dalam sampel kristal, yang superkonduktor lebih rendah dari frekuensi
selanjutnya mengitari suatu frekuensi yang background partikel muon dibawah suhu kritis, Tc
ditentukan oleh medan eksternal. dan perlahan naik seiring kenaikan suhu sampel.
Ketidaksempurnaan dalam struktur kisi dan resolusi Pada suhu Tc kedua frekuensi nyaris berimpit yang
instrumen disebabkan oleh konvolusi Gauss dengan berarti bahwa sifat superkonduktif bahan menjadi
lebar puncak sebesar 0,11 Tesla. hilang.
Gambar 4 menunjukkan laju relaksasi σ
sebagai fungsi suhu untuk sampel superkonduktor 6. KESIMPULAN
berbasis merkuri. Garis tebal menunjukkan model Dari hasil pengamatan yang diuraikan di atas
fluida dua (a) dan model Bose bermuatan (b). Laju pada bahan kristal superkonduktor berbasis
relaksasi partikel muon terlihat naik di bawah suhu HgBa2CaCu2O6+δ, maka dapat ditarik beberapa
Tc dengan berkurangya suhu sampel dan kesimpulan:
menunjukkan saturasi (kejenuhan) pada suhu rendah, a) Berdasarkan hasil eksperimen µSR pada kedua
serta tidak berpengaruh terhadap suhu di atas suhu jenis sampel baik underdoping dan overdoping
Tc. maka distribusi medan lokal pada keadaan
bercampur (mixed state) berubah dengan
kenaikan medan magnet terapan.
Tabel. 1. Laju relaksasi, σ dan penetrasi medan b) Penambahan atom oksigen dalam bentuk lapisan
magnet, λ sebagai fungsi suhu di bawah medan CuO2 sebagai doping pada sistem kristal
magnet terapan sebesar 0,308 Tesla. HgBa2CaCu2O6+δ mengakibatkan adanya
perubahan magnetik pada kedua jenis sampel
Suhu Laju relaksasi, Penetrasi, yang ditandai dengan perubahan lebar puncak
(K) σ (µs)-1 λ(nm) amplitude riil pada kedua jenis sampel.
6,0 3,872 120,34 c) Nilai laju relaksasi σ dan kedalaman penetrasi
13,3 3,881 120,17 magnetik λ juga berubah terhadap perubahan
20,1 3,776 121,72 lapisan CuO2 dan suhu sampel.

62
Penetrasi Fluks Magnetik Akibat Penambahan Lapisan CuO2 pada Bahan Superkonduktor Berbasis Kristal HgBa2CaCu2O6+δ

d) Nilai distribusi medan magnet yang begitu tinggi


pada kedua jenis kristal terutama pada medan
terapan yang rendah akan memberikan sesuatu
yang bermanfaat pada penerapan
superkonduktor pada beberapa produk teknologi
canggih.

UCAPAN TERIMA KASIH


Penulis sangat berterima kasih kepada Prof.
Carey E. Stronach, Pimpinan Proyek Material
Superkonduktor, Virginia State University,
Petersburg, USA, Dr. M. Kishio, University of
Tokyo, yang telah mempersiapkan program fitting
data selama penelitian. Dr. M. Takahashi atas
bantuan pemakaian alat VSM di Laboratorium
Material Magnetik, Institute of Applied Physics,
University of Tsukuba, Japan.

DAFTAR PUSTAKA
R. Cubitt, et al., Nature (London) 365, (1993) 407.
C. Bernhard, et al., Phys. Rev. B Rapid
Communication 52, (1995), R2354.
K. Kishio, et al., Proceeding of the 7th International
Workshop on Critical Currents in
Superconductors, edited by H. W. Weber
(World Scientific, Singapore, 1994), p. 339.
M. K. Wu, et al., Phys. Rev. Lett. 58, (1987), 908.
E. Gregory, in Encyclopedia of Material Science and
Engineering (edited by R. W. Cahn), Vol. 2,
pp. 1080-1086 Pergamon, Elmsford, New
York: 1990).
G. R. Kumar and P. Chaddah, Phys. Rev. B 39,
(1989) 4706.
T. P. Sheahen, Introduction to High Temperature
Superconductivity, Plennum Press, New York,
1994.
G. Yang et al., Proceeding of the 7th International
Workshop on Critical Currents in
Superconductors, edited by H. W. Weber
(World Scientific, Singapore, 1994), p. 339.
T. Kimura, et al., Physica C 192, (1992) 247
N. Motohira et al., J. Ceram. Soc. Jpn. 97, (1989)
994.
H. Mukai, Third ISS Coference (Sendai, Japan,
November 1990)
A. M. Wolsky, et al., Advanceds in Applied
Superconductivity: Goals and Impacts: A
prelemenary Evaluation,” Argonne Report to
DEO (September 25, 1997).
V. M. Vinokur et al., Physica C 168, (1996) 39.
Sembiring. T, Master Thesis, Virginia State
University, Petersburg, USA, 1996.

63
ANALISIS RESIDU PIRETROID PADA SAMPEL WORTEL
DI DAERAH SENTRA PRODUKSI KAB. KARO SUMUT

Karya Sinulingga
Staf Pengajar Jurusan Fisika F-MIPA UNIMED

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kandungan residu pestisida khususnya dari golongan
piretroid terhadap sampel wortel yang merupakan hasil panen dari beberapa lahan milik petani di mana sampel I
diduga adalah petani pemakai pestisida dosis/frekuensi relatif tinggi sedangkan sampel II diduga adalah petani
pemakai pestisida dosis/frekuensi relatif sedang/rendah. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan Kromatografi Gas (KG) yang diuji di Laboratorium Pestisida Balai Perlindungan
Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumatera Utara, Padang. Hasil analisis menunjukkan pada sampel I dan II
terdapat residu dari golongan piretroid yakni dengan bahan aktif Deltametrin (D) dan Beta Siflutrin (B), di mana
residu dari bahan aktif D sampel I telah melampaui Batas Maksimum Residu (BMR) sesuai dengan SK Bersama
Menkes dan Mentan.

Kata Kunci: BMR, efek residu, pencemaran lingkungan.

Abstract: The aims of the research is to analysis the content of pesticide especially piretroid residu at carrot
sample. The method used in this study is quantitative analysis method with the gas chromatograph to analysis
the pesticide residu at carrot sample. The result of analysis show that residu of pesticide piretroid in carrot
sample for the assumption of high usage pesticide namely deltametrin and beta siflutrin, from second this type
deltamerin at sample 1 (one) which residu for exceed the maximum boundary of residu (BMR) whereas beta
siflutrin with the certain rate and still under BMR. However in sample 2 (two) for the assumption of low usage
pesticide indication the second type there is but it is not detected. For the faction of piretroid residu deltametrin
in carrot of high pesticide usage assumption have obysmal of BMR.

Key words: BMR, residual effect, environmental toxicology.

I. PENDAHULUAN Pestisida yang memiliki persistensi/beresidu


tinggi dikategorikan sebagai Bahan Berbahaya dan
1. Latar Belakang
Beracun (B3) yang merupakan suatu bahan yang
Seiring dengan bertambahnya jumlah
karena sifat dan konsentrasi, atau jumlahnya baik
penduduk dan meningkatnya kebutuhan manusia
secara langsung maupun tidak langsung dapat
akan pangan, maka pertanian harus dikembangkan
mencemarkan dan membahayakan atau merusak
menjadi pertanian yang menerapkan berbagai
lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup
teknologi (termasuk pengendalian hama dengan
manusia serta makhluk hidup lainnya.
penggunaan bahan kimia atau pestisida). Pada awal
Oleh karena masyarakat umum telah merasa
abad ke-20, revolusi pengendalian hama berkembang
puas dengan penggunaan pestisida, maka sulit sekali
dengan menggunakan pestisida. Hampir semua
untuk mengubah pola pikirnya, sehingga
kegiatan pertanian di seluruh dunia menerapkan
penyalahgunaan dalam penggunaan pestisida sudah
pengendalian hama dengan menggunakan pestisida.
menyebar.
Bersamaan dengan hal tersebut, bermunculannya
Seperti yang sering diberitakan dalam
pabrik pestisida secara besar-besaran di negeri maju.
berbagai media cetak di tanah air, bahwa sikap keras
Pada awal tahun 1990-an, pengendalian
Pemerintah Singapura yang mengimpor sayur-mayur
hama dengan penggunaan pestisida dianggap cara
dari Indonesia khususnya, dari Tanah Karo,
yang paling aman dan baik. Namun anggapan
Sumatera Utara, di mana mereka menganggap sayur-
tersebut berkurang dengan adanya laporan penelitian
mayur tersebut tidak memenuhi standar. Sebaliknya
dan kasus-kasus yang terjadi akibat penggunaan
Pemerintah Indonesia belum cukup berani membuat
pestisida yang berlebihan. Beberapa jurnal penelitian
perlakuan keras terhadap buah-buahan impor yang
entomologi dan ahli lingkungan melaporkan bahwa
terbukti mengandung residu pestisida yang terlarang
pestisida dapat menimbulkan resistensi hama,
di Indonesia.
ledakan hama, timbulnya hama sekunder,
Peneliti tertarik untuk menganalisis residu
kontaminasi pada lingkungan, terdapatnya efek
pestisida pada wortel (daucus carota) di mana wortel
residu pada hasil pertanian dan peternakan, dan juga
termasuk salah satu jenis sayuran berumbi yang
menganggu kesehatan manusia.

64
Analisis Residu Piretroid pada sampel Wortel di Daerah Sentra Produksi Kab. Karo Sumut

banyak diusahakan petani di Kabupaten Karo. bahwa pestisida adalah semua zat kimia dan bahan
Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan
Kabupaten Karo tahun 2002 luas panen wortel untuk memberantas atau mencegah hama atau
adalah 2.321 ha, produksinya 56.259 ton dengan penyakit yang merusak tanaman, atau hasil
rata-rata produktivitas 242,9 kw/ha. Wortel juga pertanian, memberantas hama ternak, hama air, hama
termasuk salah satu tanaman umbi komoditi ekspor dalam rumah tangga, vektor penyakit pada manusia
dan termasuk jenis sayuran umbi yang sering atau hewan yang dilindungi, dan juga memberantas
dikonsumsi langsung tanpa dimasak terlebih dahulu. gulma serta mengatur atau merangsang pertumbuhan
tanaman. Sesuai dengan definisi tersebut dibuat,
2. Perumusan Masalah diedarkan, atau disimpan untuk maksud penggunaan
Masalah yang dirumuskan adalah sejauh seperti di atas.
mana kandungan residu piretroid pada hasil panen Untuk memperoleh pyrethrum alami cukup
wortel milik petani. mahal dan bersifat tidak stabil apabila terkena cahaya
matahari, maka orang mencari pestisida yang lebih
3. Tujuan Penelitian murah dan stabil. Munculah pestisida piretroid.
Tujuan penelitian adalah untuk Generasi pertamanya adalah alletrin yang cukup
menganalisis kandungan residu piretroid pada hasil efektif untuk lalat rumah dan nyamuk. Generasi
panen wortel milik petani. kedua adalah tetrametrin yang lebih manjur dari
alletrin. Generasi ketiga adalah fenvalerat dan
4. Hipotesis Penelitian permitrin. Piretroid yang lain adalah sipermetrin
Hipotesis penelitian adalah bahwa residu yang mempunyai spektrum luas. Fenpropatrin
piretroid pada sampel wortel hasil panen diduga sebagai insektisida dan akarisida.
kadarnya masih melebihi batas maksimum residu
yang ditetapkan oleh Menkes/Mentan. 2. Nasi dan Translokasi Pestisida di Lingkungan
Di dalam lingkungan, pestisida diserap oleh
5. Batasan Penelitian berbagai komponen lingkungan, kemudian terangkut
Peneliti membatasi penelitian dalam hal ke tempat lain oleh air, angin, atau organisme yang
sebagai berikut: berpindah tempat. Ketiga komponen lingkungan ini
o Daerah lokasi penelitian yang ditetapkan adalah kemudian mengubah pestisida tersebut melalui
pada daerah sentra produksi komoditi wortel. proses kimiawi atau biokimia menjadi senyawa lain
o Kriteria lahan pada lokasi penelitian ditetapkan yang masih meracun atau senyawa yang bahkan telah
dengan kemiringan (slope) 0-3% (termasuk hilang sifat meracunnya. Yang menjadi perhatian
kategori lahan datar). utama dalam toksikologi lingkungan ialah berbagai
o Jenis pestisida yang diuji dalam analisis adalah pengaruh dinamis pestisida dan derivat-derivatnya
termasuk golongan pestisida penting yakni setelah mengalami perubahan oleh faktor lingkungan
piretroid yang merupakan pestisida yang sering secara langsung atau oleh faktor hayati terhadap
digunakan di kalangan petani pada lokasi sistem hayati dan ekosistemnya.
penelitian. Air merupakan medium utama bagi
transportasi pestisida. Pindahnya pestisida dapat
5. Kegunaan Penelitian bersama partikel air atau debu pembawa. Pestisida
Adapun nilai guna dari penelitian adalah: dapat pula menguap karena suhu yang tinggi
o Sebagai bahan informasi penting bagi (pembakaran). Pestisida yang di udara bisa kembali
masyarakat pemerhati lingkungan, Dinas ke tanah oleh hujan atau pengendapan debu.
Pertanian, dan Dinas Kesehatan Kabupaten Dalam menelaah dinamika pestisida di lingkungan
Karo. terdapat dua istilah yang berhubungan yakni deposit
dan residu. Deposit ialah materi yang terdapat pada
II. TINJAUAN PUSTAKA permukaan segera setelah aplikasi, sedangkan residu
merupakan materi yang terdapat di atas atau di dalam
1. Definisi dan Klasifikasi Pestisida benda lain setelah beberapa saat atau mengalami
Senyawa kimia yang digunakan untuk penuaan (aging), perubahan kimia (alteration) atau
membasmi semua jenis jasad penganggu dikenal keduanya. Residu permukaan atau residu efektif
sebagai pestisida. Bagi para petani, jasad ialah banyaknya materi yang tertinggal, misalnya
pengganggu ini meliput: hama, penyakit, dan gulma pada tanaman setelah aplikasi. Residu permukaan
yang merugikan tanaman. Sedangkan bagi orang dapat hilang karena pencucian (pembilasan),
kota, jasad pengganggu ini meliputi serangga penggosokan, hidrolisis, tetapi juga yang lipofilik.
pembawa kuman (vector) penyakit, merusak Dalam waku 1-2 jam setelah aplikasi pestisida,
bangunan, alat-alat rumah tangga dan lain-lain. kemungkinan besar 90% deposit telah hilang karena
Dalam Peraturan Pemerintah No.7 Tahun pencucian oleh air hujan. Sisanya bisa terurai oleh
1973 tentang Peredaran, Penyimpanan, dan sinar ultraviolet. Banyak jenis pestisida lipofilik yang
Penggunaan Pestisida, pada pasal 1 disebutkan cenderung berakumulasi (menumpuk) pada lapisan

65
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005

malam (lilin) dan lema tanaman, terutama di bagian 4. Peraturan-Peraturan yang Berkaitan Dengan
kulit. Itu sebabnya sayuran atau buah terutama yang Pestisida
dimakan mentah perlu dicuci atau dikupas dahulu Untuk menjamin penggunaan bahan kimia
agar insektisida yang tersimpan dalam lemak tidak agar ramah lingkungan dan meningkatkan keamanan
atau kecil kemungkinannya untuk berdegradasi yang tinggi maka diperlukan peraturan dan
karena yang lipofilik bisanya bersifat stabil atau perundang-undangan sebagai upaya pengelolaan
persisten. Ada tujuh faktor yang mempengaruhi penggunaan bahan kimia tersebut baik di tingkat
nasib deposit pestisida dalam tanah yaitu: nasional, regional, maupun internasional untuk
o Pencucian oleh air hujan. mengurangi resiko terhadap pencemaran dan
o Penguapan, terutama karena penguapan air. kerusakan lingkungan hidup. Sampai saat ini terdapat
o Degradasi atau aktivitas oleh mikro-organisme peraturan pengelolaan bahan kimia berbahaya dan
dalam tanah. beracun, akan tetapi belum cukup memadai terutama
o Dekomposisi fisiokimia maupun aktivitas yang untuk mencegah terjadinya pencemaran atau
terjadi karena kondisi dan komponen tanah yang kerusakan lingkungan. Misalnya, pada peraturan
bersifat katalis. tentang pengelolaan B3 No. 74/2001, permasalahan
o Dekomposisi oleh cahaya surya dititikberatkan pada pengelolaan B3 untuk bahan
(fotodekomposisi) dan kimia di bidang industri dan perdagangan pada
o Translokasi melalui sistem hayati baik tanaman kegiatan sebagai penghasil, pengedar, pengangkut,
maupun hewan ke lingkungan yang lain. penyimpan, penggunaan, dan pembuangan
khususnya untuk bahan kimia tertentu sesuai dengan
3. Efek Negatif dan Persistensi Pestisida di lampiran dalam peraturan tersebut. Sedangkan
Lingkungan pestisida juga dikategorikan sebagai B3 diatur dalam
Pestisida yang banyak digunakan para UU tentang Sistem Budidaya Tanaman No.12/1992,
petani di Indonesia dalam usaha-usaha pengolahan yang ditindaklanjuti dengan PP No.7/1973 serta
lahan pertanian, sebenarnya memiliki banyak Kepmentan sebagai turunannya mengatur
dampak negatif yang ditimbulkannya di lingkungan. penggunaan pestisida. Di samping itu, untuk limbah
Dampak negatif tersebut antara lain adalah: industri pestisida maupun pemakaian pestisida telah
a. Menimbulkan resistensi pada hama pertanian, kadaluarsa di lapangan diatur oleh undang-undang
misalnya beberapa etnis ordo lepidoptera. lingkungan hidup yang ditindaklanjuti dengan PP
b. Menurunkan populasi predator baik dari tentang pengelolaan limbah pada PP No18/1995 jo.
golongan serangga, burung maupun ikan yang No. 85/1995. Berikut ini adalah berbagai kebijakan
sebenarnya bukan sasaran. dan perundang-undangan Indonesia mengenai bahan
c. Menurunkan populasi organisme-organisme kimia berbahaya beracun dan pestisida:
yang berperan penting dalam menjaga 1. Stockholm Convention tentang POPS (23 Mei
kesuburan tanah (cacing tanah), jamur-jamur, 2001).
dan serangga tanah. 2. UU No.12/1992 tentang Sistem Budidaya
d. Menghambat aktivitas fiksasi nitrogen pada Tanaman.
kacang-kacangan (menghambat aktivitas bakteri 3. UU No.23/1997 tentang Pengelolaan
nitra dan nitri). Lingkungan Hidup.
e. Tidak terdegradasi di lingkungan sehingga 4. PPRI No.7/1973 tentang Pengawasan Distribusi,
residunya akan terdistribusi melalui rantai Penyimpanan, dan Penggunaan Pestisida.
makanan 5. PPRI No.85/1999 tentang perubahan undang-
f. Menimbulkan keracunan pada hewan ternak dan undang yang berkaitan dengan bahaya serta
manusia. penanggulangan limbah B3
g. Racun pestisida dapat terakumulasi melalui 6. PPRI No.6/1995 tentang Perlindungan Tanaman.
rantai makanan dan dapat mengkonsentrasikan 7. PP No74/2001 tentang Pengelolaan Bahan
pestisida pada tubuhnya hingga mencapai 20 Berbahaya dan Beracun (B3).
kali konsentrasi pestisida pada tanah sekitarnya. 8. Kepmentan No.434/Kpts/TP. 270/2001 tentang
h. Karena peristiwa akumulasi tersebut (bio- Syarat-Syarat dan Prosedur Pendaftaran
akumulasi) melalui rantai makanan, pestisida Pestisida.
cenderung untuk lebih terkonsentrasi pada 9. Kepmentan bulan September 2002 tentang
organisme yang menempati piramida makanan Manajemen Pengawasan Pestisida.
yang lebih tinggi. Salah satu organisme itu 10. Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan
adalah manusia. Hal ini menyebabkan manusia Menteri Pertanian Nomor :
rawan untuk teracuni oleh pestisida, yang 881/Menkes/SKB/VIII/1996
menurut penelitian diduga kuat termasuk bahan 711/Kpts/TP. 270/8/96
karsinogenik atau penyebab kanker.

66
Analisis Residu Piretroid pada sampel Wortel di Daerah Sentra Produksi Kab. Karo Sumut

III. BAHAN DAN METODE piretroid di mana metode pengujian residu pestisida
dalam hasil pertanian yang dikeluarkan oleh Komisi
1. Tempat dan Waktu Penelitian Pestisida Departemen Pertanian, dan selanjutnya
Penelitian dilaksanakan pada daerah sentra sampel tersebut dianalisis di Laboratorium Pestisida
produksi utama wortel di Kabupaten Karo Sumatera BPTPH Sumbar (di mana: Sampel 1 [satu]
Utara. diasumsikan berasal dari lahan petani pemakai
pestisida relatif tinggi sedangan Sampel 2 [dua]
2. Metode Penelitian diasumsikan berasal dari lahan petani pemakai
Sesudah sampel diambil untuk kemudian pestisida relatif rendah/sedang).
diuji dan dianalisis dengan metode analisis yang
menggunakan kromatografi gas untuk golongan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel Hasil Analisis Residu Pestisida (ppm)
No. Sampel Parameter Metode Batas Hasil Batas
Uji Analisis Penetapan Analisis Maksimum
(ppm) (ppm) Residu
(ppm)
1. Wortel Piretroid Kromatografi 0,120 *0,2351 0,10
Sampel I - Dieltrametrin Gas
- Beta 0,012 0,0295 0,05
Siflutrin
2. Wortel Piretroid Kromatografi 0,120 ttd 0,10
Sampel II - Deltrametrin Gas
- Beta 0,012 ttd 0,05
Silflutrin
Keterangan :
ttd = tidak terdeteksi
• = Melampaui BMR sesuai dengan SK Bersama Menkes dan Mentan.

Dari hasil analisis residu dapat dilihat bahwa Kenyataan yang terjadi di lapangan adalah
pada sampel I dan II terdapat residu dari golongan petani kita jarang melakukan sistem monitoring
piretroid yakni deltametrin dan beta siflutrin. Pada terhadap hama/penyakit, artinya penggunaan
sampel I untuk beta siflutrin residunya masih di pestisida dilakukan secara terjadwal, ini disebabkan
bawah Batas Maksimum Residu (BMR), sedangkan pengetahuan petani yang sangat minim tentang
residu deltrametrin telah melampaui BMR yang sistem pemantauan populasi hama/penyakit,
ditetapkan pemerintah. Pada sampel II ada indikasi kurangnya pemahaman tentang predator hama atau
residu deltametrin dan beta siflutrin, namun serangga berguna, rasa takut berlebihan akan
kandungan residunya tidak terdeteksi karena berada kehilangan hasil panen berupa kualitas dan kuantitas.
di bawah batas penetapan. Di sini juga dapat
dibedakan bahwa untuk residu pada sampel I yakni
asumsi pemakaian pestisida yang relatif tinggi lebih V. KESIMPULAN
signifikan residunya ketimbang sampel II yakni 1. Masih adanya residu golongan piretroid yakni
asumsi pemakaian pestisida yang rendah. deltametrin 0,02351 ppm pada wortel (sampel I)
Pestisida piretroid ini merupakan jenis yang yang melampaui BMR = (0,10 ppm), yang juga
banyak diformulasikan dan sering digunakan di residu beta siflutrin 0,0295 ppm yang kandungannya
kalangan petani. Berdasarkan hasil analisis masih di bawah BMR (=0,05 ppm).
ditemukan residu dengan bahan aktif deltametrin dan 2. Residu pada hasil panen wortel yang berasal
beta siflutrin di mana kedua bahan aktif ini sesuai dari petani pemakai pestisida relatif tinggi lebih
dengan merek dagang yang sering digunakan petani signifikan dibandingkan dengan residu pada hasil
yakni Devis 2,5 EC, Buldok 25 EC dalam panen wortel yang berasal dari petani pemakai.
pengendalian kutu daun Aphis spp, hostathion 40 EC Pestisida relatif rendah.
dalam pengendalian ulat tanah (agrotis epsilon).
Pestisida-pestisida tersebut memang sering
digunakan petani melalui pengamatan langsung
penulis.

67
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005

DAFTAR PUSTAKA

Karmisa, I. Kebijakan Pemerintah Mengenai Bahan


Berbahaya dan Beracun (B3). Dalam Seminar
untuk Training-Workshop Prosedur
Inventarisasi POPs, 13 Januari 2003, bagian
Deputi Bidang Pengendalian Dampak
Lingkungan, KLH, Jakarta.

Mulianingsih, L. 2003. Bahan Pencemar Organik


yang Persisten. Dalam Seminar Training,
Workshop Prosedur Inventarisasi POPs,
Jakarta 12 halaman.

Sastroutomo, S. 1992. Pestisida dan Dampak


Penggunaannya. Halaman 1-26. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.

Sudarmo, S. 1991. Pestisida. Halaman 9-34.


Yosgyakarta: Kanisius.

Suryaman, G.E. 1995. Pengamanan Penggunaan


Pestisida. Halaman 3-9. Jakarta: Balai Pustaka

Tarumingkeng, Rudy C. 1992. Insektisida: Sifat


Mekanisme Kerja dan Dampak
Penggunaannya. Jakarta: Universitas Kristen
Krida Wacana.

68
PEMBUATAN ANGGUR PEPAYA DENGAN PROSES FERMENTASI

Renita Manurung
Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik USU – Medan

Abstrak: Produksi minuman anggur pepaya dapat dilakukan melalui proses fermentasi alkohol dari sari buah
pepaya. Proses fermentasi ini dapat berjalan dengan bantuan mikroba yang mengubah karbohidrat atau gula
menjadi alkohol. Mikroba yang digunakan dalam penelitian ini adalah mikroba saccharomyces cerevisiae.
Fermentasi alkohol ini dilakukan secara anaerobik, yaitu mula-mula dengan inokulasi ragi roti dengan nutrien
(NH4)2SO4, (NH4)3PO4, dan bahan baku sari buah pepaya dalam proses pembuatan starter. Setelah diperoleh
starter maka dilakukan proses fermentasi terhadap sari buah pepaya steril yang telah mengandung (NH4)2SO4
dan (NH4)3PO4. Untuk mempertahankan pH 4,0 sampai 4,5 digunakan HCl2N yang diteteskan ke dalam sari
buah pepaya.
Lingkup penelitiannya adalah dengan waktu fermentasi 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 hari, suhu fermentasi 250C, 300C,
dan 350C, konsentrasi khamir 1%, 2%, dan 4%. Setelah diperoleh anggur buah pepaya dilakukan analisis kadar
etil alkohol, metil alkohol, dan asam asetat. Dari hasil penelitian diperoleh lama fermentasi buah pepaya yang
baik untuk setiap variasi khamir dalam menghasilkan minuman anggur adalah 3 hari dan dengan penambahan
gula sampai 16% dapat meningkatkan produksi etil alkohol sebesar 320%. Minuman anggur buah pepaya yang
dihasilkan dengan penambahan gula sampai 16% termasuk golangan B (kadar alkohol antara 5-20%) dan yang
tidak ditambahkan gula sampai 16% golongan A (kadar alkohol 1-5%).

Kata kunci: Anggur pepaya, proses fermentasi, starter.

Abstract: The production of papaya wine by fermentation has been studied. The fermentation process was
carried out in anaerobic condition by using saccharomyces cerevisiae and (NH4)2SO4 , (NH4)3PO4 as
nutrient. Initially, making starter from papaya concentrate followed by fermentation process. HCl 2N is used to
get pH 4,0 up to 4,5.
The variation of time are 1, 2, 3 , 4, 5, 6 and 7 days with variable of temperature which is conducted with
variation are 25oC, 30oC anf 35oC. Meanwhile concentration of leavened which used are 1%, 2% and 4%. The
best condition for the largest product were found as result of this research. They are duration of process: 3
days, sugar added: 16% step up production of papaya wine about 320%. Papaya wine which was obtained
classified in class B with concentration of alcohol about 5 to 20%.

Key words: Papaya Wine, fermentation process, starter.

I. PENDAHULUAN satu alternatif teknologi pengolahan buah pepaya


yang terlalu matang atau rusak yang potensial untuk
1.1 Latar Belakang Penelitian dikembangkan adalah pembuatan anggur dari buah
Tanaman pepaya tergolong tanaman yang pepaya yang diperoleh dengan cara fermentasi.
banyak diusahakan oleh petani Indonesia. Indonesia Produksi minuman anggur buah pepaya
termasuk penghasil pepaya (carica papaya) kedua dapat dilakukan melalui proses fermentasi alkohol
terbesar di Asia. Perlakuan yang teliti akan dari sari buah pepaya. Proses fermentasi ini dapat
diproduksi hasil berkisar antara 6-12 ton/hektar berjalan dengan bantuan mikroba yang mengubah
(Baga Kalie, 1994). Kehilangan hasil buah pepaya karbohidrat atau gula menjadi alkohol. Mikroba yang
selama penyimpanan dan transportasi setelah panen digunakan dalam penelitian ini adalah mikroba
tergolong masih tinggi mencapai 45,6-100 %. saccharomyces cerevisiae. Fermentasi alkohol ini
Kondisi ini disebabkan oleh daya kesegaran buah dilakukan secara anaerobik yaitu mula-mula dengan
yang rendah (3-4 hari setelah panen). Buah makin inokulasi ragi roti dengan nutrien (NH4)2SO4,
cepat rusak dan tidak layak dikonsumsi jika indeks (NH4)3PO4, dan bahan baku sari buah pepaya dalam
panennya makin rendah. Disamping itu varietas- proses pembuatan starter. Setelah diperoleh starter
varietas yang pupoler di masyarakat menunjukkan maka dilakukan proses fermentasi terhadap sari buah
ciri tidak terus menerus berbuah, sehingga ditemukan pepaya steril yang telah mengandung (NH4)2SO4
panen raya yang menyebabkan pasokan buah dan (NH4)3PO4. Untuk mempertahankan pH 4,0
melebihi permintaan (Efendy, 2002) sehingga sampai 4,5 digunakan HCl 2 N yang diteteskan ke
banyak buah pepaya terlalu matang dan rusak. Salah dalam sari buah pepaya.

69
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005

1.2. Perumusan Masalah Bahan baku (buah pepaya matang atau rusak)
Yang menjadi permasalahan adalah sejauh Ragi roti (yeast instant)
mana sari buah pepaya dapat dimanfaatkan menjadi Aquadest
bahan dasar minuman anggur dengan melakukan Amonium phosphat
variasi terhadap lamanya waktu fermentasi, suhu, Amonium sulfat
dan konsentrasi ragi yang ditambahkan ke dalam sari HCl 2N
buah untuk memperoleh kualitas anggur yang baik. NaOH 0,2 N
Larutan Gula 12 %
1.3. Ruang Lingkup Penelitian KOH 30 %
Penelitian ini dilakukan di Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara. 2.2.2. Peralatan
Adapun variabel yang akan digunakan dalam Peralatan pada penelitian ini adalah:
penelitian ini adalah: • Pisau
1. Variasi waktu fermentasi: 1, 2, 3, 4, 5, 6, • Timbangan
7 hari • Blender
2. Variasi suhu: 25 0C, 30 0C, 35 0C • Labu erlenmeyer
3. Konsentrasi khamir: 1%, 2%, 4% • Beaker glass
• Batang pengaduk
1.4. Parameter Uji • Pipet tetes
1.4.1. Secara Kimia
• Timbangan digital
Uji Kuantitatif
• Oven
• Kadar etil alkohol: Perbandingan berat jenis
destilat. • Termometer
• Kadar metil alkohol: Dengan • Gabus, lilin
spektrofotometri • Kain saring
• Kadar asam asetat: Dengan metode titrasi • pH meter
• Piknometer
1.5. Tujuan Penelitian • Biuret
1. Untuk mengetahui lamanya waktu • Gelas ukur
fermentasi yang optimum pada pembuatan • Corong
anggur buah pepaya. • Labu suling
2. Untuk mengetahui suhu fermentasi yang • Spektrofotometer
optimum pada pembuatan anggur buah
pepaya. 2.3 Prosedur Percobaan Penelitian
3. Untuk mengetahui konsentrasi khamir
yang optimum dalam proses fermentasi 2.3.1. Pembuatan starter
buah pepaya. Starter dibuat berdasarkan yang telah
dilakukan oleh Muljohardjo (1984) yaitu ke dalam
1.6. Manfaat Penelitian 1000 ml sari buah ditambahkan 1%, 2%, dan 4% ragi
1. Sebagai informasi awal bagi peneliti roti (sesuai dengan perlakuan masing-masing),
selanjutnya dalam pengembangan kemudian dimasukkan aktivator 0,33 gram (NH4)SO4
pembuatan minuman anggur. dan 0,05 gram (NH4)3PO4. Setelah itu diinkubasi
2. Memberikan informasi pada masyarakat selama 24 jam atau kalau jumlah selnya sudah
tentang penggunaan buah pepaya busuk mencapai 106-108 / ml (Amerine, Berg, Kunkee,
atau rusak agar dapat bernilai lebih Ough, 1982).
ekonomis.
2.3.2. Penentuan berat ragi (Saccharomyces
I. METODOLOGI PENELITIAN cerevisiae) yang digunakan.
2.1. Lokasi Berat ragi yang dibutuhkan dalam tiap
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium variasi konsentrasi ditentukan dengan cara:
Penelitian Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Berat ragi roti = % ragi roti x berat sampel
Teknik Universitas Sumatera Utara, Medan. 100% - % ragi roti
Sedangkan sumber bahan baku yang digunakan
dalam penelitian ini diperoleh dari pasar Sei 2.3.3. Pengamatan jumlah sel khamir
Sikambing dengan pengambilan sampel secara Jumlah sel khamir ditentukan pada awal dan
random (sembarang). setiap hari fermentasi dengan menggunakan
2.2. Bahan dan Peralatan hemositometer. Sebelum sel-sel khamir dihitung,
2.2.1. Bahan maka terlebih dahulu dilakukan pengenceran sampai
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini konsentrasi 10-4. Suspensi dengan konsentrasi 10-4
adalah: ini diteteskan pada alat hemositometer dan ditutup

70
Pembuatan Anggur Pepaya dengan Proses Fermentasi

dengan gelas penutup, kemudian diamati di bawah 2.4.3. Kadar metanol dengan menggunakan
mikroskop. Untuk menentukan jumlah sel khamir metode Spektrofotometri
saccharomyces cerevisiae dalam 1 ml sampel
dipakai rumus seperti yang dikemukakan oleh 2.4.3.1. Penentuan λ (panjang gelombang)
Hadioetomo (1985) yaitu: maksimum.
Diambil 50 ml metanol absolut 99%
Y = X * 50 * p * 103 kemudian dimasukkan ke dalam kotak kuvet sampai
garis standar lalu diukur resapannya (absorbansi)
Y= Jumlah sel khamir dalam 1 ml pada panjang gelombang 250-300 nm dan dibuat
sampel. kurva resapannya. Lamda (λ) maksimum adalah nilai
X = Jumlah sel khamir yang dihitung pada puncak resapan dari metanol absolut 99% yang
lima buah petak ruang kecil. paling tinggi.
P = Pengenceran.
2.4.3.2. Pembuatan kurva kalibrasi metanol
2.3.4. Penyediaan sampel untuk fermentasi Dipipet 50,5 ml metanol absolut 99%
Buah pepaya dipilih yang sudah sangat kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml
matang/rusak atau hampir busuk, lalu dikupas dan lalu di ad-kan sampai garis standar dengan aquadest
dihancurkan (diblender) dengan penambahan air dan dikocok sampai larut. Maka diperoleh metanol
sebanyak 40 %, lalu disaring dan diambil sarinya. 50 % (baku induk II).
Kemudian diatur pHnya 4,0-4,5 lalu ditambahkan Dari larutan baku induk II dipipet sebanyak
amonium fosfat sebanyak 0,25 g/l, terus 20 ml kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 100
dipasteurisasi pada suhu 80 0C selama 15 menit. ml lalu di ad-kan sampai garis standar dengan
Kemudian didinginkan (suhu sekitar 20 0C-25 0C) aquadest dan dikocok sampai larut. Maka diperoleh
dan secara aseptis dimasukkan ke dalam botol metanol 10 % (baku induk III).
fermentasi sebanyak 100 ml. Lalu ditambahkan Dari larutan baku induk III dipipet sebanyak
starter saccharomyces cerevisiae sebanyak 10 ml 10 ml kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 100
pada masing-masing botol fermentasi. Fermentasi ml lalu di ad-kan sampai garis standar dengan
dilakukan sampai tujuh hari sesuai dengan perlakuan. aquadest dan dikocok sampai larut. Maka diperoleh
metanol 1 % (baku induk IV).
2.4. Prosedur Analisis Hasil Dipipet dari larutan baku induk IV masing-
2.4.1. Kadar etil alkohol masing 0,5, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 10 ml
Dimasukkan 100 ml sampel ke dalam labu kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml
distilasi 1000 ml, lalu ditambahkan 150 ml air suling. lalu di ad-kan sampai garis standar dengan aquadest
Campuran didistilasi. Distilat, ditampung dengan dan masing-masing dikocok sampai larut. Maka akan
piknometer sampai garis tanda. Kemudian diperoleh metanol dengan konsentrasi 0,005 %, 0,01
piknometer didinginkan pada suhu 20 0C selama 15 %, 0,02 %, 0,03 %, 0,04 %, 0,05 %, 0,06 %, 0,07 %,
menit, miniskus diatur sampai garis tanda dan 0,08 %, 0,09 %, dan 0,1 %.
diangkat lalu didiamkan selama 15 menit kemudian Metanol dengan konsentrasi masing-masing
ditimbang. Lalu hitung berat kosong piknometer dan 0,005 %, 0,01 %, 0,02 %, 0,03 %, 0,04 %, 0,05 %,
berat air pada 20 0C (sebagai pembanding). 0,06 %, 0,07 %, 0,08 %, 0,09 %, dan 0,1 %
kemudian diukur resapannya (absorbansi) pada
BJ etil alkohol 20/200C = panjang gelombang (λ) maksimum.
Berat etil alkohol (sulingan) pada 20 0C Pembuatan kurva kalibrasi antara
Berat air pada 20 0C absorbansi (Abs) VS konsentrasi (%) agar diperoleh
persamaan garis regresi standar metanol.
2.4.2. Analisis Kadar Asam Asetat
Hasil sulingan sebanyak 50 ml ditambahakn III. HASIL DAN PEMBAHASAN
phenolfthalen 2-3 tetes (sebagai indikator).
Kemudian dititrasi dengan NaOH 0,1 N sampai Dari grafik 3.1 sampai 3.7 terlihat bahwa
terjadi perubahan warna menjadi merah jambu fase pertumbuhan saccharomyces cerevisiae
(pink). terhadap lamanya fermentasi yang dilakukan adalah:
Kadar Asam Asetat dihitung dengan
menggunakan rumus: 3.1. Fase permulaan
Pada fase ini saccharomyces cerevisiae
% Asam Asetat = masih sedikit menggunakan substrat yang ada pada
Volume NaOH * N NaOH * BM Asam asetat * 100 sari buah pepaya, sehingga larutan gula yang
x% dikonversi menjadi minuman anggur masih sedikit.
Volume sampel * 1000 Fase permulaan pada khamir dengan konsentarasi
4% terjadi beberapa jam setelah pencampuran starter
ke dalam medium sehingga dihasilkan kadar alkohol

71
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005

yang lebih tinggi dibandingkan khamir 1% dan 2%. Dari grafik 3.1 dengan penambahan gula sampai 16
Hal ini terjadi karena lebih banyaknya sel %, konsentrasi khamir 2 %, suhu 300C, dan lama
saccharomyces cerevisiae/ml pada khamir 4% yaitu fermentasi 3 hari diperoleh tingkat produksi metanol
493,7 x 105/ml dibandingkan jumlah sel khamir 1 % maksimum 0,07826241 %. Dari grafik 3.7 dengan
yaitu 90,1 x 105/ml dan 2% yaitu 264,2 x 105/ml. konsentrasi khamir 4 %, suhu 300C, lama fermentasi
tiga hari dan tanpa penambahan gula diperoleh
3.2. Fase pertumbuhan logaritma tingkat produksi metanol maksimum 0,05955322 %.
Dari grafik 3.1 sampai 3.7 dapat dilihat Dengan meningkatnya pertumbuhan khamir
bahwa fase pertumbuhan logaritma terjadi pada hari dan pembentukan produk diikuti pula dengan
pertama sampai kedua, di mana pada fase ini meningkatnya evolusi panas (reaksi eksoterm),
kecepatan pembelahan paling tinggi dan khamir sehingga suhu medium dapat mencapai 37 0C.
melakukan metabolisme sangat pesat. Keadaan ini Dalam keadaan demikian alkohol yang dihasilkan
berlangsung terus sampai salah satu atau beberapa dapat hilang melalui penguapan dan terikut keluar
nutrien habis atau sampai terjadi penimbunan hasil- dengan keluarnya CO2 (Ayres, 1980). Penurunan
hasil metabolisme yang bersifat racun yang alkohol juga terjadi karena etanol dan metanol yang
menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan dihasilkan teroksidasi menjadi asetaldehid dan
perkembangbiakan saccharomyces cerevisiae oksidasi lanjut akan menghasilkan asam asetat
(Jutono dkk, 1980). Sedangkan hari ketiga (Buckle, K. A, 1987). Oksidasi ini dapat terjadi
merupakan kondisi konversi (penguraian) substrat karena kondisi fakultatif anaerob. Asam asetat yang
maksimum. dihasilkan akan menambah keasaman medium yang
berakibat tidak baik bagi kehidupan khamir
3.3. Fase pertumbuhan yang terhambat saccharomyces cerevisiae. Jika kondisi ini
Setelah melalui fase pertumbuhan berlangsung lebih lama maka akan semakin banyak
logaritma, kecepatan pembelahan khamir akan etanol dan metanol yang terkonversi menjadi
berkurang. Hal ini dapat dilihat pada grafik 3.1 asetaldehid yang dengan demikian persentasi alkohol
sampai 3.7 yang mengalami fase pertumbuhan (etanol dan metanol) semakin menurun dan
terhambat pada selang hari kedua sampai ketiga. Hal konsentrasi asam asetat meningkat.
ini mungkin disebabkan oleh penimbunan hasil Pada grafik 3.3 sampai 3.8 dapat dilihat
ekskresi khamir atau berkurangnya nutrien sehingga bahwa konsentrasi asam asetat terbesar terjadi pada
mengganggu pertumbuhan khamir tersebut. khamir 4% di mana kadar alkohol rata-ratanya lebih
Akibatnya konversi larutan gula membentuk alkohol besar dibandingkan kadar alkohol yang dihasilkan
(etanol dan metanol) akan menurun dibandingkan khamir 1% dan 2%. Hal ini dapat terjadi karena
fase sebelumnya. banyaknya alkohol (metanol dan etanol) yang
teroksidasi dalam jumlah yang besar. Maka dapat
3.4. Fase kematian disimpulkan pembentukan asam asetat dipengaruhi
Pada fase ini jumlah khamir yang mati akan oleh besarnya konsentrasi alkohol yang teroksidasi.
semakin banyak dan melebihi jumlah yang Bila alkohol yang teroksidasi semakin besar
membelah diri. Hal ini dapat dilihat pada grafik 3.1 jumlahnya maka jumlah asam asetat yang dihasilkan
sampai 3.7 yang mengalami fase kematian pada hari semakin besar pula dan akan memperburuk kualitas
ketiga sampai ketujuh. Kecepatan kematian khamir minuman anggur yang dihasilkan.
meningkat secara terus-menerus sedangkan
perkembangbiakannya semakin berkurang dan
menjadi nol sehingga kemampuan khamir meng-
konversi gula menjadi alkohol (etanol dan metanol)
akan menurun dan semakin sedikit sehingga dapat
diabaikan.
Dari grafik 3.1 sampai 3.7 terlihat bahwa
masing-masing perlakuan memperlihatkan perbedaan
yang nyata untuk jumlah kadar etanol dan metanol.
Pengaturan suhu fermentasi ke arah suhu
pertumbuhan optimum 300C (Desrosier, 1998) akan
meningkatkan pertumbuhan khamir yang diikuti pula
dengan peningkatan kadar alkohol yang dihasilkan.
Dari grafik 3.5 dapat dilihat bahwa dengan
konsentrasi khamir 4 %, penambahan gula sampai
16% suhu 300C, lama fermentasi tiga hari diperoleh
tingkat produksi etanol maksimum 12,81 %. Dari
grafik 3.2 dengan konsentrasi khamir 4 % suhu 300C
lama fermentasi tiga hari dan tanpa penambahan gula
diperoleh tingkat produksi etanol maksimum 3,05 %.

72
Pembuatan Anggur Pepaya dengan Proses Fermentasi

9
0,025

Konsentrasi Asam Asetat ( x 10-2 %)


8
7 0,02
Konsentrasi Metanol (x 10-2 %)

6 Khamir 1%
Khamir 1% 0,015
5 Khamir 2%
Khamir 2%
4 Khamir 4%
0,01 Khamir 4%

3
0,005
2
1 0
0 1 2 3 4 5 6 7
1 2 3 4 5 6 7 Lama Fermentasi (hari)
Lama Fermentasi (hari)

Grafik 3.5. Hubungan lama fermentasi terhadap


Grafik 3.1. Hubungan lama fermentasi terhadap konsentrasi Asam asetat dengan penambahan gula
konsentrasi metanol dengan penambahan gula 16% 16% pada suhu 250C.
pada suhu 350C.

0,025

Konsentrasi Asam Asetat (x 10-2 %)


0,02
Konsentrasi Asam Asetat (x10-2 %)

0,02
0,015
0,015 Khamir 1%
Khamir 1%
Khamir 2%
0,01 Khamir 2%
0,01 Khamir 4%
Khamir 4%

0,005 0,005

0 0
1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7
Lama Fermentasi (hari)
Lama Fermentasi (hari)

Grafik 3.2. Hubungan lama fermentasi terhadap Grafik 3.6. Hubungan lama fermentasi terhadap
konsentrasi Asam asetat tanpa penambahan gula konsentrasi Asam asetat dengan penambahan gula
16% pada suhu 250C. 16% pada suhu 300C.

0,025
Konsentrasi asam Asetat (x 10-2 %)

0,02
Konsentrasi asam Asetat (x 10-2 %)

0,02
0,015
0,015 Khamir 1%
Khamir 1%
Khamir 2%
0,01 Khamir 2% 0,01 Khamir 4%
Khamir 4%
0,005 0,005
0
0 1 2 3 4 5 6 7
1 2 3 4 5 6 7
Lama Fermentasi (hari)
Lama Fermentasi (hari)
Grafik 3.7. Hubungan lama fermentasi terhadap
Grafik 3.3. Hubungan lama fermentasi terhadap konsentrasi Asam asetat dengan penambahan gula
konsentrasi Asam asetat tanpa penambahan gula 16% pada suhu 350C.
16% pada suhu 300C.

0,02
Konsentrasi Asam Asetat (x 10-2 %)

0,015 Khamir 1%
0,01 Khamir 2%

0,005 Khamir 4%

0
1 2 3 4 5 6 7
Lama Fermentasi (hari)

Grafik 3.4. Hubungan lama fermentasi terhadap


konsentrasi Asam asetat tanpa penambahan gula
16% pada suhu 350C.

73
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005

IV. KESIMPULAN DAN SARAN Baga Kalie. M. 1989. Bertanam Pepaya. Jakarta:
Penerbit Penebar Swadaya.
4.1. Kesimpulan
Baga Kalie, M. 2000. Bertanam Pepaya (Revisi).
1. Lama fermentasi sari buah pepaya yang
Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya.
baik untuk setiap variasi khamir dalam
menghasilkan minuman anggur adalah tiga Bilford, H. R., Sclaf, R.E., Stark, and Kolachov,P.J.
hari. 1942. Alcoholic Fermentation of
2. Penambahan gula sampai dengan 16% pada Mollase. New York: Rapid Continous
sari buah pepaya dapat meningkatkan Fermentation Process Inc, Eng, Chem.
produksi etanol sebesar 320%.
Buckle, K.A., Edwards, R.A., Fleet, G.H., and
3. Penambahan gula sampai dengan 16% pada
sari buah pepaya dapat meningkatkan Wootton, M. 1987. Ilmu Pangan.
produksi metanol sebesar 31,42 %. Terjemahan oleh Purnomo, H. dan Adiono.
4. Penambahan gula sampai dengan 16% pada Jakarta: Penerbit Universitas
sari buah pepaya dapat meningkatkan Indonesia.
produksi asam asetat sebesar 42,31 %. Departemen Perindustrian. 1993. Mutu dan Cara Uji
5. Kadar metanol dan asam asetat yang Minuman Beralkohol. Jakarta: Standar
diperoleh masih memenuhi standar nasional Industri-Industri.
Indonesia 1993 (Anggur).
6. Berdasarkan surat keputusan Menteri Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI. 1981.
Kesehatan No. 86 tahun 1977, minuman Daftar Komposisi Bahan Makanan. Bharata
anggur yang dihasilkan dengan panambahan Karya Aksara.
gula sampai 16% termasuk golongan B Desrosier, N.W. 1988. Teknologi Pengawetan
(kadar alkohol antara 5-20 %) sedangkan Pangan. Terjemahan oleh Muchji
minuman anggur yang dihasilkan dengan Muljohardjo. Jakarta: Penerbit Universitas
tidak menambahkan gula ke dalam sari buah Indonesia.
pepaya termasuk golongan A (kadar alkohol
1-5%). Efendi, K. 2002. Pusat Penelitian Holtikultura dan
Aneka Tanaman. Jakarta.
4.2. Saran Hadioetomo, R.S. 1985. Mikrobiologi Dasar Dalam
Untuk mendapatkan minuman anggur dari Praktek. Teknik dan Prosedur Dasar
sari buah pepaya yang siap untuk dikonsumsi perlu Laboratorium. Jakarta: PT Gramedia.
dilakukan analisis terhadap kandungan mikroba
bahan dasar minuman anggur. Judoamidjojo, M. Darwis, A.A., Sa”id, E.G. 1992.
Teknologi Fermentasi. Jakarta: Penerbit
4.3. Ucapan Terima Kasih Rajawali Pers.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Muljohardjo, M. 1984. Nenas dan Teknologi
Dedy N. dkk. (Mahasiswa Program Studi Teknik pengolahannya. Yogyakarta Liberty.
Kimia/Program Ekstension) yang telah membantu
dalam pelaksanaan penelitian ini. Pelczar, M. Z. Reid, and Chan. 1983. Microbiology,
4 th edition. New Delhi: ta Mc Graw
Hill Publishing Co. Ltd.
DAFTAR PUSTAKA Prescott, S.C. and Dunn, C.G. 1959. Industrial
Microbiology, Third Edition. New York:
Amerine, M.A. and Ough, C.S. 1980. Methods For Mc Graw Hill Book Company Inc.
Analysis of Must and Wine. New York: John
Wiley & Sons. Sa”id, G.A. 1987. Bio Industri, Penerapan Teknologi
Fermentasi. PAU Bioteknologi, IPB.
Amerine, M. A. Berg, H. Kunkee, R.E., Ough, C.S., Jakarta: Mediyatama Sarana Perkasa.
Singleton, V.L., and Webb, A.D.1982.
Technology of Wine Making. 4 th ed. Wesport, Setyohadi. 1982. Pengaruh Lama Fermentasi
Connecticut: The AVI Publishing Company Terhadap Kadar Alkohol dari Bahan Air
Inc. Kelapa Segar. Medan: Fakultas Pertanian,
USU.
Anonymous, 1977. The Preparation of Pried of
Pried Ginger. London: Mc. Compile by TPI. Winarno, F.G. dan Fardiaz, S. 1992. Biofermentasi
dan Biosintesa Protein. Bandung: Penerbit
Aries, R. S. 1947. Encyclopedia of Chemichal Angkasa.
Technology I. New York: The
Interscience Encyclopedia Inc.

74
Rancangan dan Penerapan Kontrol Logika Kabur untuk Industri

Kasmir Tanjung
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik USU
dan

Mahyuddin
Jurusan Matematika FMIPA USU dan Program Ilmu Komputer USU
mahyunst@yahoo.com

Abstrak: Tulisan ini bertujuan untuk meninjau rancangan dan penerapan kontrol kabur yang dapat
diimplementasikan ke sektor industri, dengan mengungkapkan beberapa karakteristik dari dunia industri secara
riil.
Kata kunci: himpunan kabur, logika kabur, kontrol, pengendali.

1. Pendahuluan dapat dikumpulkan untuk membuat suatu


Sejak prinsip dasar: Himpunan kabur (fuzzy identifikasi, atau perlu waktu yang cukup untuk
set) diungkapkan [5], penerapannya terhadap membuat proses statistika, sehingga kedua
berbagai bidang kehidupan sehari-hari terus menerus pendekatan terdahulu tidak dapat diterapkan. Pada
dikaji. Logika kabur (fuzzy logic) disingkat FL, sisi lain, untuk mengendalikan proses perlu
dengan dasar teori himpunan yang sama [2], pada didapatkan suatu operator pakar yang mampu
dekade terakhir telah diterapkan di sektor industri mengungkapkan dan mempelajari suatu keadaan
baik di Timur maupun di Barat. Penerapan FL yang bebas dari ketersediaan proses percobaan.
terhadap produk-produk konsumer dengan mana Berdasarkan ini, banyak aplikasi dalam sektor dan
benefit dihasilkan secara profesional didasarkan atas bidang berbeda menggunakan kontrol FL, terutama
keistimewaan-keistimewaan FL, terutama berkaitan dalam industri, dengan menggabungkan metode-
dengan antarmuka kontrol mutu seperti detektor metode yang ada. Namun demikian, kontrol proses
warna produk misalnya. Kemampuan FL untuk yang melibatkan ketidaktentuan atau bersifat mendua
memodelkan tidak secara tepat pasti dan dugaan- melalui perubahan parameter-parameter karena
dugaan subjektif memungkinkan untuk meniru alasan bahan baku, campuran bahan bakar, dan
manusia bersama kemampuan automata [8], akibat lingkungan eksternal, yang menyulitkan
sehingga kombinasi beragam jenis berbeda informasi pengukuran, dapat di atasi melalui pendekatan
dibolehkan dan dapat digunakan untuk ketiga: logika kabur dengan memodelkan perilaku
mengendalikan proses nyata hidup. dengan operasi pakar. Oleh karena itu, perlu
Pada dunia industri diperlukan pendekatan ditentukan suatu strategi untuk mendapatkan kontrol
untuk merancang suatu kontrol. Penglibatan lebih baik melalui tinjauan terhadap kontrol FL.
pendekatan paling akurat sebagai pendekatan
pertama, dengan melibatkan model bersifat fisik
tentang sistem. Walaupun pendekatan ini 2. Kendali Kabur
menghasilkan penyelesaian yang baik, tetapi hanya Himpunan-himpunan kabur selalu berupa
proses paling sederhana yang dapat dikendalikan fungsi berbentuk segitiga yang dinyatakan atas titik-
dengan cara ini. Pendekatan kedua, menggunakan titik pada ruang yang sama. Aturan-aturan kendali
model identifikasi proses. Melalui model multi- akan berbentuk: (a) Jika x adalah A dan y adalah B
peubah dinamik, atau model yang dimodifikasi maka z adalah P, atau (b) jika x adalah C dan y
sehingga respon secara tertutup mendekati proses adalah D maka z adalah Q. Pelaksanaan operasi
riil, dan tentunya diperlukan sekumpulan data irisan himpunan kabur, akan bersangkut paut dengan
sebagai dasar acuan [6]. α = 1, µ A∩ B ( x0 , y 0 ) = µ A ( x0 ) µ B ( y 0 ) [4].
Persoalan kontrol bagi industri secara riil
selalu berkaitan dengan banyak parameter dan tak Sedangkan aturan operasi perkalian akan digunakan
semuanya dapat diukur seakurat mungkin: interaksi- untuk implikasi logika kabur dan karena itu jika x =
interaksi tidak selalu transparan atau mempunyai x0, y = y0 maka himpunan-himpunan kabur
hubungan tak linier yang kuat, dan skala waktu yang dihasilkan dari (a,b) menjadi µ A ( x0 ) µ B ( y 0 ) µ P
tentunya tidak juga mengijinkan untuk menilai waktu dan µ C ( x0 ) µ D ( y 0 ) µ Q [3].
nyata sistem. Pada satu sisi, seringkali data tidak

75
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005

Berdasarkan kombinasi dari dua aturan (a,b) dan pengendali dalam situasi lain. Ini berkaitan
untuk melakukan defuzifikasi dari hasil apabila x = dengan konstras yang halus dengan situasi
x0, y = y0, digunakan pengendali-pengendali didasarkan atas
( pµ A ( x0 ) µ B ( y o ) + jaringan syaraf. Pada semua pengendali
berjenis “kotak hitam” informasi kendali
qµC ( x0 ) µ D ( yo )) /( p + q ) , (1) diganggu melalui semua syaraf dalam
jaringan [7,9].
dengan mana p dan q adalah pusat dukungan untuk e. Roman ‘zooming’ mengakibatkan
masing-masing himpunan kabur P dan Q. dimungkinkan untuk menggabungkan
Walaupun kontrol kabur didasarkan atas pengedali-pengendali berbasis logika kabur
pemodelan tentang pengetahuan dengan dengan pengendali-pengendali konvensional
menggunakan ilmu bahasa [8] atau peubah-peubah yaitu dengan menyertakannya bersama
kabur, tidaklah berarti bahwa untuk mengukur berdasarkan tujuan kelengkapan melalui
parameter-parameter proses yang keakuratannya dan/atau menambah perilaku pengendali
rendah hanya dengan cara memperlemah sensor. yang telah ditempatkan.
Pengalaman yang berkaitan dengan logika kabur
menyatakan bahwa tidak terjadi reduksi keperluan Secara skematik dinyatakan bahwa logika kabur
bagi pengukuran dan akurasi sensor. Keistimewaan dapat digunakan dalam kendali sederhana.
logika kabur terletak dalam kemampuannya untuk Sedangkan pada industri sebenarnya, akan seringkali
menggunakan pengetahuan kualitatif (aturan-aturan diperlukan lebih dari pengendali-pengendali yang
kendali) untuk mengumpulkan tindakan-tindakan telah ada, namun semua pengendali ini dapat
pengendali. Penerapan logika kabur dalam dikonstruksikan dengan menggunakan kontrol FL
merancang suatu pengendali mempunyai yang sederhana dengan cara memprioritaskan grup
keistimewaan berbeda dibandingkan dengan metode- aturan kendali.
metode lain [1]:
a. Banyak peubah masukan dan keluaran dapat 3. Perancangan Kontrol FL
ditangani secara simultan. Pada pasal ini, diasumsikan bahwa
b. Semua aturan pengetahuan dalam sistem pengendali terpadu secara proporsi berkaitan dengan
pakar kabur diterapkan secara simultan; sistem masukan tunggal, yaitu
inferensi dapat dengan mudah dipetakan u n = w0 − αen − βs n , (3)
atas sistem multi-pengolah. Walaupun
pertentangan aturan dapat diakomodasi dengan mana en = nilai masukan – himpunan titik,
dengan formal.
u n = keluaran pengendali, s n = ∑i =1 si dan
n
c. Eliminasi data penting dapat dilakukan
dengan mereduksi jumlah tak terhingga w0 = u 0 − αe0 pada periode pemindaian ke-n.
nilai yang secara fisik jumlah itu dapat
mengambil jumlah berhingga, apalagi Berikut akan dirancang suatu kontrol FL yang
berkaitan dengan jumlah bobot yang rendah menghasilkan hal yang sama dengan pengendali
terpadu secara proporsional untuk periode n
atau bersifat bahasa. Lagi pula secara umum
tidak perlu untuk menyatakan status pemindaian:
keluaran bagi semua kombinasi peubah a. Fuzifikasi peubah
masukan, sebab pemilihan secara hati-hati Penerapan praktis memerlukan αen , βs n dan
peubah dan bagian divisi dalam strategi u n − u 0 yang didefinisikan dalam rentang [-
bagian akan mereduksi jumlah aturan secara
besar-besaran. M,M] dan bilangan M>0 yang asumsikan.
d. Informasi kendali secara jelas Misalnya katakan bilangan bulat positif m, dapat
“dilokalisasikan” pada kontrol kabur, yang dinyatakan bahwa v = M/m, λ = v / α , dan
berarti bahwa jika salah satu tidak dipenuhi µ = v / β untuk α dan β positif dan karena
oleh tindakan pengendali untuk kombinasi
itu λ dan µ juga positif. Dalam rancangan
tertentu masukan-masukan sistem, aturan-
aturan aktif menyebabkan tindakan kontrol FL yang setara dengan pengendali
pengendali dapat secara langsung dikenali terpadu secara proporsional ditentukan ukuran m
dan koreksi dapat dibuat, tanpa berdampak ≥ 1, jika digunakan tiga atau lebih himpunan
bagi perilaku pengendali pada masukan- kabur.
masukan lain. Secara ortogonal aturan- Peubah masukan en dapat difuzifikasi dengan
aturan kendali membuatnya hal ini mungkin 2m+1 himpunan. Semua himpunan kabur ini
dengan menambahkan sehimpunan aturan dinomori dari kiri ke kanan dengan 1 sampai
terhadap pengendali kabur yang ada atau
2m+1. Hasil jumlah kumulatif s n juga dapat
pelaksanaan zoom atas roman tertentu dari
pengendali tanpa mengganggu perilaku dinyatakan. Akan tetapi, untuk keluaran

76
Rancangan dan Penerapan Kontrol Logika Kabur untuk Industri

pengendali u n digunakan 4m+1 himpunan j - k)v sebagai keluaran pengendali u n − u0 .


kabur. Berdasarkan itu, diperoleh Dengan kata lain, keluaran dari kontrol terpadu
mαλ = mβµ = M dan dari pilihan M, secara proporsional yang berasal dari (2), adalah
kebalikan identik dari (4):
αen dan βs n berada dalam rentang [-M,M]. Jadi
untuk nilai en terdapat bilangan bulat j, -m ≤ j u n − u 0 = −αen − βs n = .
≤ m sedemikian hingga − ( 2 − φ −ψ + j + k )v
en = φ ( jλ ) + (1 − φ )( j + 1)λ (3)
untuk 0 ≤ φ ≤ 1 . Dengan cara yang sama, Yang berarti bahwa untuk suatu pengendali
terpadu secara proporsional dengan sistem
diperoleh masukan tunggal, jika keluarannya secara
s n = ψ (kµ ) + (1 − ψ )(k + 1) µ (4) seragam dibatasi untuk setiap pemindaian
untuk 0 ≤ ψ ≤ 1 dan − m ≤ k ≤ m . periode n, maka dapat dirancang suatu
pengendali logika kabur yang mempunyai
keluaran identik dengan pengendali terpadu
b. Aturan dan inferensi kontrol kabur.
secara proporsional.
Apabila pasangan himpunan kabur bagi en dan Asumsikan bahwa aturan pengendali
s n diberikan, himpunan kabur ditugaskan untuk diberikan melalui r = ap + bq + c, p dan q adalah
bilangan himpunan kabur bagi masing-masing
keluaran pengendali yang sesuai sebagai berikut: e(t) dan s(t). Dapat diperlihatkan bahwa untuk
e0 = φjλ + (1 − φ )(1 − j )λ dan s0 =
⎛ 4m + 1 ... 3m + 2 3m + 1 ... 2m + 1⎞
⎜ ⎟ ψkµ + (1 − ψ )(k + 1) µ , keluaran pengendali
⎜ M M M M ⎟
⎜ 3m + 2 ... 2m + 3 2m + 2 ... m + 2 ⎟ r(e0,s0) diberikan dengan
⎜ ⎟
⎜ 3m + 1 ... 2m + 2 2m + 1 ... m + 1 ⎟ ψ (φr j ,k + 1 − φ )r j +1,k ) +
⎜ M M M M ⎟⎟
⎜ (1 −ψ )(φrj ,k +1 + (1 − φ )rj +1,k +1 (5)
⎜ 2m + 1 m+2 m +1 1 ⎟⎠

dengan mana en berposisi pada baris matrik 1 r j ,k = keluaran pengendali pada e(t) = j λ , s(t)
sampai 2m+1 dan s n ditempatkan pada kolom = k µ , dan r(e0,s0) adalah keluaran pengendali
dari 1 sampai 2m+1. pada e(t) = e0 dan s (t ) = s 0 .
c. Defuzifikasi dan perbadingan
Keluaran himpunan kabur diperoleh dengan d. Pengendali logika kabur
menggabung-kan empat himpunan: Pengendali logika kabur dapat dirancang dalam
bentuk algoritma kecepatan sehingga keluaran
( j ' , φ ), (k ' ,ψ ) , ( j ' , φ )(k '+1,1 − ψ ) , identik dengan pengendali terpadu perangkat
( j '+1,1 − φ )(k ' ,ψ ) , dan keras yang diperlukan, yaitu
( j '+1,1 − φ ), (k '+1,1 − ψ )
sehingga dapat
dilakukan defuzifikasi bersama relasi (1), Δu n = −αΔen − βen , u ' 0 = u 0 − αe0 . (6)
dengan pembagi φψ + φ (1 − ψ ) + (1 − φ )ψ
+ (1 − φ )(1 − ψ ) = 1 dan pusat dukungan Untuk sistem yang sama y ' = f (t , y ) + u (t ) ,
untuk himpunan 4m + 3 – j’ – k’ adalah (4m + 3 algoritma secara numerik (2) dan (6) akan
– j’ – k’ – (2m+1))v = (2m + 2 –(m+1+j) – menghasilkan selesaian yang sama untuk y
(m+1+k))v = -(j+k)v. Dengan demikian, dengan e(t ) = y (t ) − s untuk sebarang tetapan
pembilang dari (1) menjadi –(j+k)v φψ - s.
(j+k+1)v( φ (1 − ψ ) + ψ (1 − φ ) ) –
(j+k+2)v (1 − φ )(1 − ψ ) 4. Penerapalan Kontrol FL
Dengan menerapkan (6) terhadap suatu
= (−2 + φ + ψ − j − k )v (4) sistem diperoleh u n yang menghasilkan penerapan
yang sama dengan (2). Oleh karena itu, cukuplah
Oleh karena itu, (3) dan (4) masing-masing menggunakan (2) untuk merancang kendali logika
dapat diungkapkan, dan pengendali logika kabur kabur yang menghasilkan (6). Misalkan diambil
yang dirancang akan menghasilkan (-2+ φ +ψ -

77
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005

batas umum L untuk αΔen , βen , Δu n , dan Daftar Pustaka


bilangan bulat positif l, diperoleh v = L/l, A. J. van der Wal, Application of fuzzy logic control
λ = v / β , dan µ = v / α . Akibatnya himpunan in industry, Fuzzy Sets and Systems. 74, 1995,
kabur dinyatakan untuk en secara pasti sama, 33-41.
kecuali hanya nilai λ yang berbeda. Himpunan C. C. Lee, Fuzzy logic in control system: fuzzy logic
controller – Part I, IEEE Trans. Systems Man
kabur untuk Δen dinyatakan dengan nilai baru dari
Cybernet. 20(2), 1990: 404-418.
µ , sedangkan yang lain harus menggunakan Δu n . C. C. Lee, Fuzzy logic in control system: fuzzy logic
controller – Part II, IEEE Trans. Systems Man
Aturan kendali kabur yang sama digunakan Cybernet. 28(2), 1990: 419-435.
seperti pada bentuk matrik di atas, inferensi kabur
menghasilkan hal yang sama seperti telah digunakan G. J. Klir dan T. A. Folger, Fuzzy sets, uncertainty
di atas, demikian juga metode defuzifikasi yang and information, Prentice Hall, Englewood
sama melalui ungkapan (1). Cliffs, NJ, 1988.
Jika Δen = φ ( jλ ) + (1 − φ )( j + 1)λ dan L. A. Zadeh, Fuzzy Sets, Inform. And Control 8,
1965: 338-353.
en = ψ (kµ ) + (1 − ψ )(k + 1) µ , maka
berdasarkan argumen yang sama diperoleh Mahyuddin, Senibina alat gapai untuk sistem
inventori, Laporan Metode Penelitian, Fakulti
rn = Δu n = (−2 + φ + ψ − j − k )v . Teknologi dan Sains Maklumat Universiti
Untuk kasus kendali terpadu secara proporsional, Kebangsaan Malaysia, Bangi, 2003.
dapat disubsitusikan Δen dan en ke dalam (6) Mahyuddin, Metodologi heuristik, Jurnal
untuk memperoleh nilai yang sama. Matematika dan Terapannya, Vol. 5 No. 1.
April 2004: 31 – 37.
Mahyuddin dkk, Konstruksi pengolah bahasa
5. Penutup
pemrograman visual berdasarkan sifat-sifat
Apabila kontrol FL dapat secara skematis
aljabar, Laporan Penelitian Dana Rutin,
digunakan dengan meninjau kembali persediaan
Lembaga Penelitian USU, Medan, 2004.
proses kuantitatif dan kualitatif, atau apabila
kerumitan (yaitu bilangan masukan) atau frekuensi Mahyuddin, Pembakuan prosedur algoritma
perubahan dan persediaan kualitatif tinggi, maka genetika, Jurnal Matematika dan Terapannya,
perlulah kontrol FL dipertingkatkan, seperti halnya Vol. 5 No. 2. November 2004: 1 – 10.
manusia dapat menangani persediaan kualitatif
rendah dengan presisi tinggi, agar secara sebaliknya
dapat melengkapkan kemampuan komputer-
komputer yang dapat menangani persediaan
kuantitas tinggi dengan kualitas rendah relatif. Oleh
karena itu, FL dapat mengakomodasi kedua-duanya
secara simultan: Jika untuk himpunan kabur, fungsi
berbentuk segitiga atas titik-titik pada ruang sama
digunakan, aturan kontrol kabur akan bersifat linier,
aturan operasi perkalian digunakan untuk implikasi
kabur, dan defuzifikasi dilakukan dengan (1), maka
keluaran pengendali adalah fungsi linier dengan dua
peubah e(t) dan s(t).

Akhirnya, pilihan berdasarkan atas dan


hanya ditentukan oleh permintaan-permintaan waktu
nyata dari sistem yang dikendalikan. Sedangkan
implementasi perangkat lunak melalui perangkat
keras dapat dilakukan, jika waktu cukup tersedia,
disebabkan oleh keluwesan warisannya (menuruf
inferensi).

78
MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
DI PROYEK INDUSTRI JASA KONSTRUKSI

Syahril Effendy Pasaribu


Staf Pengajar Fakultas Ekonomi UMSU

Abstrak: Pengembangan sistem keselamatan dan kesehatan kerja pada Proyek Industri Jasa Konstruksi harus
ditangani secara serius dengan berpedoman kepada ketentuan Undang-Undang Ketenagakerjaan dan peraturan
perundang-undangan lainnya yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja. Untuk melaksanakan hal
ini maka perusahaan jasa kontsruksi harus menerapkan sistem keselamatan dan kesehatan kerja di proyek
dengan melibatkan pihak manajemen dan pekerja dengan pengawasan dari pemerintah. Penerapannya harus
dilaksanakan secara terintegrasi dengan mengacu kepada keadaan dan perkembangan proyek yang sedang
dikerjakan oleh perusahaan
Kata kunci: Manajemen K3, Proyek Industri Jasa Konstruksi

I. Pendahuluan antara lain ekonomi, hukum, dan sosial.


Penerapan Sistem keselamatan dan kesehatan
kerja memiliki banyak dimensi keterkaitan di mana Pada dasarnya semua orang tidak menghendaki
keterkaitan itu tidak hanya dengan tenaga kerja terjadinya kecelakaan kerja karena apabila seseorang
sebelum, selama, dan sesudah kerja tetapi juga ditimpa musibah kecelakaan kerja maka selain
keterkaitan dengan kepentingan pengusaha, dirinya pribadi, keluarganya juga akan turut
pemerintah, dan masyarakat. Dalam GBHN 1999- merasakan akibatnya. Bagi diri pribadi yang terkena
2004 bidang Kesehatan dan Kesejahteraan sosial kecelakaan akan menderita phisiknya dan khusus
disebutkan bahwa arah kebijakan yang harus kecelakaan yang menimbulkan cacat membuat
dilaksanakan pemerintah adalah mengembangkan cahaya kehidupannya menjadi cenderung menurun
sistem jaminan sosial tenaga kerja bagi seluruh atau suram. Bagi keluarga, akan menimbulkan beban
tenaga kerja untuk meningkatkan perlindungan, moril, adakalanya menjadi beban materil jika yang
keselamatan dan kesehatan kerja yang memadai mengalami kecelakaan kerja merupakan anggota
yang pengelolaannya melibatkan pemerintah, keluarga yang menjadi tulang punggung kehidupan
perusahaan, dan pekerja. Kebijakan tersebut di atas keluarga. Khusus bagi perusahaan, jika timbul
erat kaitannya dengan sistem keselamatan dan kecelakaan kerja terhadap pekerjanya, selain
kesehatan kerja yang harus diterapkan pada setiap kehilangan tenaga kerja, juga perusahaan akan
perusahaan. mendapat beban tanggung jawab materi sesuai
dengan peraturan perundang-undangan berlaku
Menurut pasal 86 dan 87 (Undang-Undang (Sumakmur PK, 1989).
No.13 tahun 2003) tentang ketenagakerjaan bahwa Penyelenggaraan perkerjaan konstruksi
setiap pekerja/buruh berhak untuk memperoleh wajib memenuhi ketentuan teknik tentang
perlindungan atas keselamatan, dan kesehatan moral keteknikan, keamanan, keselamatan dan kesehatan
dan kesusilaan serta perlakukan yang sesuai dengan kerja, perlindungan tenaga kerja, serta tata
harkat dan martabat manusia dan nilai-nilai agama. lingkungan setempat untuk menjamin terwujudnya
Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem tertib penyelenggaraan pekerjaan kontstruksi.
keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi Kesadaran hukum dalam penyelenggaraan pekerjaan
dengan sistem manajemen perusahaan Untuk konstruksi perlu ditingkatkan termasuk kepatuham
mewujudkan perlindungan tenaga kerja tersebut para pihak dalam pemenuhan kewajibannya serta
maka pemerintah melakukan upaya pembinaan pemenuhan terhadap ketentuan yang terkait dengan
norma di bidang ketenagakerjaan yang mencakup aspek keamanan, keselamatan, dan kesehatan kerja
pengertian pembentukan, penerapan, dan serta lingkungan (UU No.18 tahun 1999 tentang Jasa
pengawasan norma itu sendiri. Lalu Husni (2000) Konstruksi)

Sistem keselamatan dan kesehatan kerja Penerapan sistem keselamatan dan kesehatan
merupakan salah satu norma ketenagakerjaan yang kerja di setiap perusahaan harus dilaksanakan secara
penerapannya bertujuan untuk mencegah berkelanjutan sehingga semboyan keselamatan dan
kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja dan kesehatan kerja “utamakan keselamatan” terwujud.
penyakit akibat kerja di perusahaan tempat kerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan
masalah yang berkaitan dengan berbagai aspek

79
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005

II. Peraturan Perundang-Undangan dengan tentang 12. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI
Keselamatan dan Kesehatan Kerja No.04/MEN/85 tentang pesawat tenaga dan
produksi.
Pada prinsipnya, tanggung jawab terhadap
13. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) berada pada
No.05/MEN/85 tentang pesawat angkat dan
setiap orang. Setiap pekerja harus berpartisipasi
angkut.
dalam setiap kegiatan keselamatan dan kesehatan
kerja serta bertanggung jawab atas keselamatan dan 14. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI
kesehatan dirinya masing-masing. Karena dalam No.01/MEN/1996 tentang pelaksanaan tata cara
suatu proyek jasa konstrusi senantiasa terdapat pembuatan KKB. Dalam Setiap Pembuatan
kegiatan teknik yang melibatkan juga berbagai Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) harus
peralatan teknik dan sumber daya manusia, maka dicantumkan sistem keselamatan dan kesehatan
secara keseluruhan beban tanggung jawab atas kerja.
operasi perusahaan berada pada pimpinan
15. Instruksi Dirjen Hubungan-Perburuhan dan
perusahaan/kontraktor.
Perlindungan tenaga kerja No. INS.8/PP/1980
Penerapan sistem manajemen K3 dapat menjamin
tanggal 16-4-1981 tentang pedoman pembuatan
keselamatan dan kesehatan tenaga kerja maupun
peraturan perusahaan, yang juga harus
orang lain yang berada di tempat kerja (Eugenua
menetapkan bahwa tunjangan kecelakaan kerja,
Liliawati Muljono, 1997).
tunjangan kematian akibat kecelakaan kerja,
Untuk mendukung sistem keselamatan dan
keselamatan kerja dan perlindungan kerja harus
kesehatan kerja di perusahaan-perusahaan,
dimuat dalam peraturan perusahaan.
pemerintah telah mengeluarkan peraturan
perundang-undangan yang berkaitan dengan
keselamatan dan kesehatan kerja antara lain:
1. Undang-Undang N0.13 Tahun 2003 tentang Demikian juga untuk penanganan
kecelakaan kerja pemerintah telah menerbitkan UU
ketenagakerjaan.
2. Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang No.3 tahun 1992 tentang Jamsostek di mana
keselamatan kerja. kecelakaan kerja merupakan salah satu program
Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) yang yang
3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI PER
07/MEN/1964 tentang kesehatan kerja. dijabarkan dengan PP No.14 Tahun 1993 tentang
4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. PER- penyelenggaraan jaminan sosial tenaga kerja.
Kemudian khusus untuk perkerjaan industri
04/MEN/1995 tentang perusahaan jasa
keselamatan dan kesehatan kerja jasa kontruksi diterbitkan lagi pertunjuk
5. Instruksi Menteri Tenaga Kerja RI No. INST pelaksaannya yaitu Keputusan Bersama Menteri
05/M/RW/96 tanggal 28-10-1996 tentang Pekerjaan Umum dan Menteri Tenga Kerja serta di
pengawasan dan pembinaan keselamatan kerja daerah Keputusan Gubernur Kepala Daerah yang
menerapkan bahwa setiap kontraktor induk maupun
pada kegiatan konstruksi bangunan.
6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja subkontraktor yang melaksanakan proyek-proyek
No.04/MEN/1987 tentang tata tata cara industri jasa konstruksi wajib
mempertangungjawabkan semua tenaga kerja
pembentukan P2K3 dan pengangkutan ahli K3.
7. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.PER borongan harian lepas dan musiman dengan
05/MEN/1996 tentang sistim manajemen mendaftarkannya ke PT Jamsostek (persero)
selambat-lambatnya 1 (satu) minggu sebelum
keselamatan dan kesehatan kerja.
8. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.Kep pekerjaan dimulai dengan mengisi formulir 1/I K
19/M/BW/97 tanggal 26-2-1997 tentang dengan lampiran Surat Perintah Kerja ataupun
perjanjian borongan/kontrak atau surat pernyataan
pelaksanaan audit sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja. melengkapi SPK/surat perjanjian borongan/ kontrak.
Adapun besaran tarif iuran Jamsostek bagi pekerjaan
9. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No.Kep industri jasa konstruksi adalah:
04/MEN/80 tentang syarat-syarat - 0,20% dari harga kontrak untuk proyek di atas
pemasangan dan pemeliharaan alat pemadam api Rp 500 juta
ringan (APAR). - 0,35% dari harga kontrak untuk proyek di atas
Rp 100 juta
10. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI
- 0,50% dari harga kontrak dibawah Rp 100 juta
No.01/MEN/82 tentang bejana bertekanan.
11. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI
No.02/MEN/82 tentang pengawasan instalasi
penyalur petir.

80
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Proyek Industri Jasa Konstruksi

III. Manajemen K3 di Proyek Industri Jasa bahan/peralatan. Penanganan K3 yang tidak baik
Kontruksi akan berakibat pada turunnya produktivitas
Dalam pelaksanaan kerja di proyek ada beberapa
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah bahaya yang harus dihindari, dijauhkan, atau dicegah
suatu program yang harus diterapkan dan dan dikendalikan, yaitu bahaya yang dapat timbul
dilaksanakan disetiap tempat kerja di proyek industri pada waktu pekerja sedang aktif melaksanakan
jasa kontruksi. kerjanya:
Menurut G. Kartasapoetra (1985) yang dimaksud a. Mesin kerja dan alat perlengkapannya.
tempat kerja ialah ruangan atau lapangan baik yang b. Pesawat baik yang dijalankan tenaga uap
tertutup ataupun yang terbuka, yang bergerak atau ataupun listrik beserta perlengkapannya.
yang tetap, di mana para tenaga kerja (buruh) atau c. Sarana perlengkapan kerja lainnya beserta
yang sering dimasuki para tenaga kerja (buruh) untuk perlengkapannya
keperluan suatu usaha dan di mana terdapat sumber d. Lingkungan kerja yang sesak dan kurang teratur
sumber bahaya . e. Metoda penanganan pekerjaan
Tempat kerja ialah adalah setiap tempat yang di f. Sifat fisik dan mental daripada pekerjanya
dalamnya terdapat 3 unsur, yaitu:
a. Adanya suatu usaha, baik itu usaha yang bersifat Untuk itu maka setiap perusahaan
ekonomi maupun usaha sosial. diwajibkan menetapkan standar dan ketentuan
b. Adanya sumber daya. tertentu untuk menjadi pedoman dan pegangan
c. Adanya tenaga kerja yang berkerja di dalamnya pokok dalam pelaksanaan pekerjaan agar kecelakaan
baik secara terus menerus maupun hanya bisa dihindarkan atau minimalkan.
sewaktu waktu. Lalu Husni (2000) Disamping hal-hal di atas juga harus ditetapkan
norma kesehatan kerja di perusahaan yang
Kecelakaan kerja pada proyek meliputi:
biasanya timbul dari beberapa faktor yaitu a. Pemeliharaan dan mempertinggi derajat
peralatan teknis, lingkungan kerja, dan pekerja itu kesehatan pekerja.
sendiri misalnya akibat jeleknya pengaturan sirkulasi b. Pemberian pengobatan, perawatan bagi pekerja
udara menyebabkan terkumpulnya uap beracun yang yang sakit.
mengakibatkan kecelakaan karena pekerja yang ada c. Pengaturan, penyediaan tempat kerja, cara, dan
dirungan tersebut akan menghirup udara yang syarat yang memenuhi persyaratan kesehatan di
tercemar. perusahaan.
Bisa juga kalau lingkungan kerja d. Kesehatan kerja untuk mencegah timbulnya
sedemikian bisingnya tidak bisa terdengar isyarat penyakit yang akan menimpa para pekerja baik
terjadinya bahaya. Dapat dipastikan bahwa setiap sebagai akibat pelaksanaan kerja maupun
kecelakaan akan berakibat buruk bagi korbannya penyakit umum.
yaitu manusia. e. Ketetapan syarat-syarat kerja bagi perusahaan
Data dari Annual Report mengenai keselamatan dan yang tertuju pada perlindungan kesehatan bagi
kesehatan kerja tahun 2002 yang diterbutkan oleh pada buruhnya.
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi,
menunjukkan bahwa sektor usaha bangunan Dalam masalah kesehatan kerja di proyek
menduduki peringkat ke-4 yang mempunyai kasus harus diperhatikan sumber-sumber bahaya bagi
kecelakaan tertinggi. Selengkapnya peringkat untuk kesehatan tenaga kerja yang bersumber dari faktor
5 sektor adalah: fisik, faktor kimia, faktor biologis, faktor faal, dan
1. Sektor Pertanian dan Peternakan 13,60 % faktor psikologis. Kelima faktor tersebut akan
2. Industri kecil 8.65 % mempengaruhi, kesehatan tenaga kerja berupa
3. Indutri Pakaian Jadi dan Bahan Jadi 5,68% gangguan fisik, mental, dan sosial yang
4. Bangunan 5,67 % menyebabkan mereka tidak bisa bekerja optimal.
5. Penebangan Kayu 5,58 % Mengingat masalah keselamatan dan kesehatan kerja
Data di atas diperoleh dari data kecelakaan ini berkaitan dengan berbagai aspek yaitu hukum,
dari tahun 1995 s/d 1999 dengan jumlah kecelakaan ekonomi, dan sosial, maka pelaksanaan keselamatan
kerja 412,652 kasus dengan nilai kerugian Rp 340 dan kesehatan kerja ini tidak mungkin hanya
Milyar dan pembayaran santunan dan ganti rugi diserahkan kepada pengusaha tetapi harus dilakukan
sebesar kurang lebih Rp 329 milyar Bambang secara bersama-sama oleh jajaran manajemen
Triwibowo dkk (2003). perusahaan dengan seluruh tenaga kerja dengan
Oleh karena itu para kontraktor perlu menerapkan dengan diawasi langsung oleh panitia Keselamatan
sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja dan Kesehatan Kerja pada setiap perusahaan yang
di setiap proyek jasa konstruksi bersangkutan.
Sebenarnya yang disebut kecelakaan K3 bukan Pelaksanaan peraturan perundang-undangan tentang
hanya yang mengakibatkan cedera/saaitnya tenaga keselamatan dan kesehatan kerja diawasi oleh pihak
kerja tetapi juga rusak/berkurangnya produktivitas pemerintah/Depnaker atau tenaga teknis yang

81
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005

ditunjuk oleh pemerintah/Depnaker. Diluar ketentuan perundang-undangan tentang


Pengusaha berkewajiban memberi penjelasan khusus keselamatan dan kesehatan kerja ada aspek lain yang
kepada setiap buruh terutama yang baru tentang: sangat penting yang ada relevansinya dengan sistem
a. Kondisi dan bahaya yang dapat timbul dalam keselamatan dan kesehatan kerja serta berpengaruh
tempat kerja. terhadap produktivitas yaitu aspek Ergonomics.
b. Tentang semua alat pengaman dan pelindung Ergonomics adalah hubungan antara orang dan
yang ada disetiap ruang kerja serta metode pekerjaannya, perlengkapannya, dan lingkungannya
penggunaannya. dan terutama penerapan dari pengetahuan mengenai
c. Tentang semua alat peralatan pelindung diri bagi anatomi, fiisiologi, dan ilmu jiwa terhadap masalah-
buruh dalam hal terjadinya bahaya. masalah yang timbul daripadanya (LAN, Ergonomic,
d. Tentang cara-cara dan sikap serta perlakuan 1994).
yang aman dalam pelaksanaan kerja. Sasaran dari ergonomics adalah tercapainya
produktivitas setinggi-tingginya dalam suasana
Suatu kewajiban bagi pengusaha untuk tenteram, aman, dan menyenangkan.
segera melakukan tindakan penyelamatan darurat Peningkatan produktivitas dapat dilakukan dengan
apabila terjadi kecelakaan, berupa tindakan darurat di cara mekanisasi, penerapan kepegawaian yang sehat
lingkungan perusahaan atau mengirim pekerja dan penyempurnaan metode kerja, penghematan
tersebut ke rumah sakit atas biaya perusahaan. gerak. Mekanisasi dapat dilakukan dengan
Kejadian tersebut harus dilaporkan kepada Depnaker mengganti tenaga manusia dengan mesin dengan
untuk diteliti penyebabnya. Berdasarkan pasal 12 sasaran peningkatan produktivitas namun akan
(Undang-Undang No.1 Tahun 1970) tentang mengurangi tenaga kerja. Penerapan manajemen
keselamatan kerja untuk kepentingan pekerja dan yang sehat antara lain melalui seleksi yang ketat
keamanan kerja, serta untuk perbaikan-perbaikan dalam penerimaan tenaga kerja, pengembangan karir
agar tidak terulang kembali kecelakaan pada waktu yang jelas dan pengendalian yang ketat dan
yang akan datang pekerja berkewajiban untuk: terkontrol. Penyempurnaan metode kerja dengan
penghematan gerak:
1. Memberikan keterangan yang benar secara 1. Yang berhubungan dengan penggunaan tubuh
penuh tanggung jawab apabila diminta oleh manusia.
petugas suatu ahli keselamatan kerja yang 2. Yang berhubungan dengan pengusunan tempat
mengemban tugas dari kantor Depnaker. kerja.
2. Memakai alat pelindung diri yang diwajibkan 3. Yang berhubungan dengan peralatan kerja.
oleh pengusaha.
3. Memenuhi dan menaati semua syarat Hal-hal lain yang dapat meningkatkan produktivitas
keselamatan dan kesehatan kerja yang dan kegairahan kerja adalah:
diwajibkan meminta dengan secara baik kepada - Tata ruang tempat kerja.
pengusaha agar semua persyaratan keselamatan - Penerangan yang cukup dan tepat sehingga
dan kesehatan kerja dipenuhi oleh pengusaha. akan sedikit kesalahan dan tidak cepat merasa
4. Menyampaikan keberatan melakukan tugas kerja lelah.
di mana syarat keselamatan dan kesehatan kerja - Warna ruangan dan perlengkapannya.
serta alat perlindungan diri yang diwajibkan - Udara yang sesuai suhu dan kelembabannya.
telah dinyatakan meragukan oleh pegawai - Sarana yang membuat konsentrasi tidak
pengawas. terganggu.
Dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.PER Untuk mencapai tujuan dari penerapan keselamatan
05/MEN/1996 tanggal 12-12-1996 komunikasi dua dan kesehatan kerja dalam kegiatan proyek secara
arah yang efektif dan pelaporan rutin merupakan terintegrasi maka pengelolaan K3 harus melibatkan
sumber penting dalam penerapan sistem manajemen unsur manajer mulai dari level atas sampai level
kesehatan dan keselamatan kerja. terendah beserta jajarannnya dengan dukungan dari
Untuk itu perusahaan harus mempunyai prosedur para pekerja.
yang dapat menjamin bahwa tujuan keselamatan dan Untuk melaksanakan dan menerapkan sistem
kesehatan yang terbaru, dikomunikasikan kepada keselamatan dan kesehatan kerja di proyek industri
semua pihak di proyek. Segala sesuatu tentang jasa konstruksi ada beberapa hal penting yang harus
kesehatan kerja yang tersebut pada setiap peraturan menjadi perhatian pihak manajemen/kontraktor
Menteri Tenaga Kerja harus diperhatikan dengan antara lain:
sebaik-baiknya oleh pengusaha karena pegawai
pengawas perburuhan yang ditunjuk oleh Menteri 1. Memenuhi kelengkapan admnistrasi K3 yang
berhak untuk memberi perintah sebagai upaya paksa terdiri dari:
untuk pelaksanaan norma-norma perlindungan kerja 1.1 Pendaftaran proyek ke Kantor Depnaker
sebagai upaya mewujudkan perlindungan kerja di setempat.
perusahaan sehingga setiap orang yang berada di 1.2 Pendaftaran dan pembayaran premi Jamsoste
tempat kerja terjamin keselamatannya. 1.3 Pendaftaran dan pembayaran asuransi lainnya

82
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Proyek Industri Jasa Konstruksi

misalnya Construction All Risk (CAR) untuk - Hal-hal yang secara teknis
bangunan/fisik proyek dan peralatan kerjanya, mengandung risiko bahaya
atau Personal Accident (PA) untuk b. Safety Supervisor, yaitu petugas yang
pertugas/orang yang melaksanakan, bila ada ditunjuk oleh manajer proyek untuk
disyaratkan dalam proyek mengadakan pengawasan terhadap
1.4. Izin pengunaan jalan dan jembatan menuju pelaksanaan pekerjaan. Dengan
lokasi proyek yang akan digunakan untuk lalu wewenang menegur dan memberikan
lintas alat berat dari kantor Dinas PU instruksi langsung kepada kepala
1.5. Keterangan laik pakai alat-alat berat/ringan yang pengawas (superintendent) bila ada
akan dioperasikan diproyek khususnya peralatan pelaksanaan pekerjaan yang
proyek yang menyangkut keselamatan umum mengandung bahaya terhadap
seperti mobil bus/truk, lift, elevator, escalator, keselamatan kerja
lift pekerja, lift bahan, tower crane ,dll. c. Safety Meeting, yaitu rapat dalam
1.6 Pemberitahuan kepada Muspida setempat proyek yang membahas hasil/laporan
tentang keberadaan/kegiatan proyek dari Safety Patrol maupun
hasil/laporan dari Safety Supervisor.
2. Penyusunan Safety Plan (Rencana K3) untuk Yang dihasilkan pada Safety Meeting
Proyek. adalah:
Safety Plan bertujuan agar proyek dalam - Perbaikan atas pelaksanaan kerja
pelaksaannya aman dari kecelakaan dan penyakit yang tidak sesuai dengan ketentuan
sehingga menghasilkan produktivitas yang tinggi K3;
yang berisi antara lain: - Perbaikan sistem kerja untuk
2.1 Pembukaan: mencergah penyimpangan tidak
a. Gambaran proyek terulang kembali.
b. Pokok perhatian untuk kegiatan K3 d. Pelaporan dan penanganan
2.2. Risiko kecelakaan dan pencegahannya kecelakaan, yang terdiri dari:
(risiko yang mungkin terjadi di proyek) - Pelaporan dan penanganan
2.3. Tata cara pengoperasian alat kecelakaan ringan.
2.4. Alamat Instansi yang terkait dengan proyek - Pelaporan dan penanganan
Safety Plan yang telah disusun dan diteliti secara kecelakaan berat.
cermat kemudian disahkan oleh manajer proyek
sebagai bukti pelaksanaan.
- Pelaporan dan penanganan
kecelakaan dengan korban
meninggal dunia.
3. Kegiatan K3 di lapangan
Kegiatan K3 di lapangan adalah merupakan - Pelaporan dan penanganan
pelaksanaan Safety Plan yang harus dilaksanakan kecelakaan peralatan berat.
kontraktor dalam setiap proyek yang menyangkut
kegiatan-kegiatan: 4. Pelatihan Program K3
3.1. Kerjasama dengan instansi yang terkait K3. Pelatihan Program K3 terdiri dari dua bagian
Instansi yang dimaksud di sini adalah Depnaker, yaitu Pelatihan Secara Umum dan Pelatihan Khusus
Polisi, dan Rumah Sakit yang tujuannya adalah Proyek.
kalau ada masalah K3 masalahnya bisa cepat 4.1 Pelatihan Secara Umum, materinya bersifat
ditangani dengan baik karena adanya hubungan umum yaitu tentang panduan tentang K3 di proyek
kerjasama tersebut. misalnya:
- Pedoman praktis pelasksanaan K3 pada
3.1.1. Pengawasan pelaksanaan K3 proyek bangunan gedung.
Pengawasan pelaksanaan K3 - Penanganan, penyimpanan, dan pemeliharaan
dilaksanakan oleh tim yang dibentuk material.
dengan kegiatan: - K3 dalam perkejaan Sipil.
a. Safety Patrol, melaksanakan patroli - K3 dalam pekerjaan finishing luar.
selama kira-kira 1 atau 2 jam yang - K3 dalam pekerjaan mekanikal dan elektrikal.
dilakukan secara rutin sekali - K3 dalam pekerjaan finishing dalam
seminggu di lingkungan proyek yang - K3 dalam pekerjaan pembesian.
terdiri dari 2 atau 3 orang dengan - K3 dalam pekerjaan sementara.
tugas mencatat hal-hal yang tidak - K3 dalam pekerjaan rangka.
sesuai ketentuan/yang memiliki - K3 dalam pekerjaan struktur khusus.
risiko kecelakaan yang tolak ukurnya - K3 dalam pekerjaan pembetonan.
ada di dalam: - K3 dalam pekerjan Pondasi Pile dan Strutting.
- K3 dalam pekerjaan pembongkaran
- Safety Plan
- Dll.
- Panduan Pelaksanaan K3

83
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005

4.2. Pelatihan Khusus Proyek diberikan pada: - Pemeliharaan jalan kerja dan jembatan
- Saat awal proyek kerja.
- Saat di tengah periode pelaksanaan proyek - Jaringan pengamanan pada bangunan
Materi pelatihan adalah meliputi tinggi.
pengetahuan umum K3 dan Safety Plan c. Pagar pengaman lokasi proyek
proyek yang bersangkutan serta penjelasan Rambu-rambu peringatan yang fungsinya
tentang kegiatan proyek dan kemungkinan- antara lain untuk:
kemungkinan bahaya/risiko yang akan - Peringatan bahaya dari atas.
terjadi. - Peringatan bahaya benturan kepal.
- Peringatan bahaya longsoran.
5. Perlengkapan dan peralatan penunjang - Peringatan bahaya api/kebakaran.
program K3 - Peringatan tersengat listrik.
Perlengkapan dan peralatan penunjang program - Penunjuk ketinggian untuk bangunan
K3 dalam pelaksanaan proyek meliputi beberapa hal yang lebih dari 2 lantai.
antara lain: - Penunjuk jalur instalasi listrik.
5.1 Promosi Program K3, yang terdiri dari: - Penunjuk batas ketinggian penumpukan
a. Pemasangan Bendera K3, Benderra RI, material.
Bendera perusahaan dengan cara - Larangan memasuki area tertentu.
pemasangan adalah Bendera RI ditengah - Larangan membawa barang-barang
diapit oleh bendera K3 sebelah kiri dan berbahaya.
Bendera perusahaan sebelah kanan dengan - Petunjuk untuk melapor (keluar masuk
ketentuan bendera RI lebih tinggi dan proyek).
bendera K3 dan bendera perusahaan sama - Peringatan uintuk memakai alat
tingginya. pengaman kerja.
b. Pemasangan sign board K3 yang dapat - Peringatan ada alat/mesin yang
berisi antara lain: Sloganm-slogan K3 yang berbahaya (untuk lokasi tertentu).
mengingatkan perlunya bekerja dengan - Peringatan/larangan untuk memasuki
selamat. Gmbar-gambar/pamlet tentang kelokasi genset/power listrik (untuk
bahaya/kecelakaan yang mungkin terjadi di orang tertentu).
lokasi pekerjaan. Slogan maupun pamlet Walaupun peralatan/sarana K3 tersebut sudah cukup
dapat dipasang di kantor proyek atau lokasi lengkap belum berarti persyaratan K3 sudah
pekerjaan di lapangan. memenuhi semua peryaratan K3, karena bekerja
dengan K3 yang benar adalah apabila telah
5.2. Sarana peralatan untuk K3 memenuhi 3 hal sebagai berikut:
Sarana peralatan untuk K3 adalah meliputi: 1. Orangnya, yaitu pengawas dan tenaga kerja
a. Yang melekat pada orang: harus punya sikap yang benar yaitu:
- Topi helm a. Punya pengetahuan dan ketrampilan K3
- Sepatu lapangan b. Berperilaku sesuai ketentuan K3
- Sabuk pengaman untuk pekerja di c. Sehat jasmani dan rohani
tempat yang tinggi 2. Mesin/alat kerja seta sarana perlatan K3 sesuai
- Sarung tangan untuk pekerja tertentu ketentuan.
- Masker pengaman untuk gas beracun 3. Lingkungan kerja sesuai ketentuan, yaitu:
untuk pekerja tertentu a. Lay out planning (perencanaan tata letak).
- Kacamata las goggle b. House keeping (pemeliharaan alat-alat
- Obat-obatan untuk P3K rumah tangga).
- Pelampung renang untuk lokasi tertentu c. Penerangan dan ventilasi.
b. Sarana lingkungan:
- Tabung pemadam kebakaran parangan 6. Penataan Lingkungan
ruang-ruangan seperti kantor proyek, Penataan lingkungan adalah meliputi perencanaan
gudang bahan bakar, gudang material, tata letak fasilitas-fasuilitas untuk melaksanakan
ruang genset, gudang bahan peledak pekerjaan dan pengelolaan kebersihan lingkungan
mess tenaga kerja, barak tenaga kerja di kerja (house keeping) yang meliputi:
tiap lantai bangunan proyek. 6.1. Lay out planning (perencanaan tata letak)
- Pagar pengaman, yang terdiri dari: Perencanaan tata letak harus diatur
Pagar/railing yang kuat dan tali warna sedemikian rupa sehingga orang dan alat yang
kuning sebagai tanda pembatas/ bekerja tidak saling terganggu, tetapi justru saling
peringatan yang diperlukan untukb mendukung agar pelaksanaan kerja dengan
lobang di lantai, lubang di sumur, galian produktivitas tinggi dan aman dapat dicapai. Faktor
tanah, dan tepi bangunan. yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan tata
- Penangkal petir darurat. letak adalah:

84
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Proyek Industri Jasa Konstruksi

- Dimensi (ukuran), posisi, elevasi c. Penyediaan WC/toilet untuk pekerja proyek


(ketinggian) d. Penyediaan bak-bak sampah pada lokasi
- Gerakan manusia dan alat yang diperlukan
- Suara (kebisingan) e. Pembuatan saluran pembuangan air limbah
- Getaran f. Pembersihan sampah-sampah secara teratur
- Cahaya dan sirkulasi udara g. Kerapian penempatan alat-alat kerja di
lapangan setelah dipakai
6.2 House keeping
Pada tabel dibawah ini kami cantumkan contoh isi
Kebersihan dan kerapian tempat kerja
dari safety plan yang berkaitan dengan kecelakaan
merupakan syarat K3. Adapun sarana kebersihan dan
dan pencegahannya dalam tata cara pengoperasian
kerapian untuk program K3 adalah
alat.
a. Penyediaan air bersih yang cukup
b. Penyediaan toilet/WC yang bersih,
penyediaan ruang mushola yang bersih dan
terawat

Kecelakaan dan pencegahannya (Tabel -1)


No Lokasi & Risiko kecelakaan Pencegahan/Penanganan Penanggung
Jawab

1. Pekerjaan fondasi Franki


1.1 Orang jatuh dari crane - pakai sabuk pengaman waktu naik
1.2 Kejatuhan split/beton - pakai helm pengamanan sewaktu kerja
1.3 Crane amblas - ratakan tanah sebelum crane masuk proyek
- pakai H-beam untuk dudukan crane
1.4 Orang terperosok/jatuh ke lubang franki pile - urung segera setelah dicor
1.5 Sling crane putus - cek kondisi sling sebelum mulai kerja setiap hari

2. Galian Basement
2.1 Lokasi banjir - buat side ditch (galian tepi), arahkan ke sum-pit, lalu
pompa airnya keluar lokasi

2.2 Bekisting batako ambruk - pasang batako ½ dari tinggi rencana


- urug segera bekas galian samping dan bagian atasnya
diplester
- tutup segera dengan terpal bila akan hujan

2.3 Tanah galian longsor - buat kemiringan pada galian


- tutup segera dengan terpal bila akan hujan

2.4 Terjatuh ke dalam galian - buat pagar pengaman


- buat tangga turun ke lokasi galian
- pasang rambu-rambu peringatan

2.5 Jalan depan lokasi proyek kotor - buat tempat (kolom) cuci ban kendaraan, dan buang
tanah yang mengendap secara periodik
- tutup bak kendaraan tanah dengan terpal

2.6 Kecelakaan mobil waktu akan keluar/masuk - pasang rambu peringatan lalu lintas di jalan raya
proyek - atur lalu lintas bila ada kendaraan keluar/masuk

3. Erection Tower Crane

3.1 Crane service amblas - perkuat tanah dengan matras


3.2 Crane TC miring - pasang angkur pondasi sehingga benar-benar “level”
(di-waterpass)
- cek pengelasan angkur sehingga yakin kuat

3.3 Baut/kunci-kunci jatuh - taruh di keranjang TC

3.4 Orang kejatuhan baut - cegah selama erection agar orang tidak berada di
bawah langsung

- pasang rambu “Awas benda Jatuh !”


- pakai helm selama bekerja

85
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005

3.5 Tower crane ambruk - periksa pondasi agar sesuai ketentuan


- pasang sabuk/labrang pada tiap empat lantai
- pasang rambu beban
- dipasang switch otomatis bila over cut
- pasang penangkal petir

4. Universal Lift

4.1 Kabin lift meluncur melewati rel - cek kondisi lift


- pasang rel lebih tinggi 6 meter dari pemberhentian lift
- pasang switch otomatis agar lift-pit berhenti
maksimum pada posisi lantai teratas
- cek dudukan lift pada pondasi agar “level” (di-
waterpass)
- pasang labrang pegangan tiap 2 lantai

4.2 Orang jatuh - atur/tempatkan kabin lift sedekat mungkin dengan


pemberhentian
- pasang pagar pengaman pada daerah pemberhentian

Tata Cara Pengoperasian Alat (Tabel – 2)

No Pemeriksaan Elemen Penanganan Selama Operasi Keterangan

1. Alat Pancang a. Jalan perlahan-lahan pada besi H-beam


a. Periksa semua sling b. Posisi hammer selalu si bawah setelah
b. Periksa beam landasan alat pancang selesai atau istirahat
c. Periksa roda penggerak alat pancang c. Utamakan keselamatan kerja
d. Periksa selang hidrolik d. Pakai helm
e. Periksa air pendingin air pengerak e. Pakai sarung tangan
f. Periksa tutup kipas mesin f. Sepatu kerja

2. Exavator

a. Periksa semua sling hidrolik a. Hindari sewaktu alat memutar


b. Periksa oli hidrolik b. Memberikan kode (klakson) sewaktu
c. Periksa tutp kipas angin alat memutar
d. Periksa pen-pen exavator c. Utamakan keselamatan kerja
e. Periksa switch hidrolik d. Istirahat alat keruk ke posisi bawah

3. Tower Crane

a. Periksa pen-pen boom/section a. Angkat sesuai dengan kapasitas


b. Periksa oli hidrolik b. Sewaktu swing sling angkut dalam
c. Periksa sling angkat posisi aman
d. Periksa panel listrik c. Aba-aba sesuai dengan alat HT
e. Periksa switch otomatis d. Pengikat bahan-bahan yang mau
f. Periksa kanvas rem diangkut dalam keadaan kuat
g. Periksa seluruh bearing e. Bucket cor dalam keadaan tidak bocor
h. Periksa poli-sling f. Sewaktu istirahat dalam keadaan
terkunci
g. Utamakan keselamatan kerja
4. Bar Cutter

a. Periksa pisau potong


b. Periksa switch a. Pemotongan sesuai dengan kapasitas
c. Periksa kabel-kabel b. Memakai sarung tangan
d. Periksa baut-baut c. Memakai helm
e. Periksa kelencengan van belt d. Memakai sepatu kerja
f. Cek stop limit switch
g. Periksa pelumas

Bar Bender

5. a. Periksa kabel-kabel a. Pembengkokan sesuai dengan kapasitas


b. Periksa switch-switch b. Memakai sarung tangan
c. Periksa stop limit swicth c. Memakai sepatu kerja
d. Periksa van belt d. Memakai helm
e. Periksa baut-baut
f. Periksa oli

86
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Proyek Industri Jasa Konstruksi

6. Generating Set
a. Jauhkan tempat bahan bakar
a. Periksa oli mesin b. Memakai tutup telinga
b. Periksa air radiator c. Menyediakan tabung
c. Periksa bahan bakar d. Tidak boleh ada jemuran dekat kipas
d. Periksa tutup kipas mesin radiator
e. Periksa van belt e. Sewaktu membersihkan alat mesin
f. Periksa baut-baut dalam keadaan mati
g. Cek warna gas f. Periksa panel listrik
g. Utamakan keselamatan kerja

Bambang Tribowo dkk (2003)

Untuk mencapai tujuan dari upaya keselamatan dan IV. Kesimpulan


kesehatan kerja di proyek industri jasa konstruksi 1. Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja di
berbagai unsur dan sumber yang ada perlu ditata dan proyek industri jasa konstruksi bertujuan
diatur kedalam suatu sistem pengaturan sesuai melindungi pekerja dan sekaligus melindungi
dengan tugas dan fungsi serta jenjang yang ada tempat kerjanya serta peralatan kerjanya agar
melalui sistem manajemen keselamatan dan perusahaan berdiri kokoh dan berkembang dan
kesehatan kerja guna tercapainya tempat kerja yang tidak terganggu karena kecelakaan kerja maupun
aman, effisien, dan produktif. Pihak kontraktor harus karena gangguan kesehatan yang berakibat
yakin bahwa dengan menerapkan sistem manajemen mengurangi kondisi fisik pekerja.
keselamatan dan kesehatan kerja perusaahaan akan 2. Audit Keselamatan (Safety Audit) perlu
bisa mencapai kecelakaan nihil (zero accident) dan dilaksanakan untuk mengetahui kinerja
memperoleh keuntungan yang optimal dari keselamatan kerja di perusahaan dan
pelaksanaan proyek. menemukan bahaya-bahaya potensial yang
Beberapa manfaat penerapan Sistem Manajemen K3 belum terungkap serta mencari alternatif yang
di proyek: tepat guna bagi upaya pengendalian bahaya
tersebut.
1. Manfaat bagi pengusaha: 3. Pembuatan peraturan perundang-undangan
a. Perusahaan akan menjadi tempat kerja yang yang berkaitan dengan keselamatan dan
aman, efesien, dan produktif sehingga kesehatan kerja menunjukkan bahwa faktor
produk/karya yang dihasilkan akan keselamatan dan kesehatan kerja harus menjadi
meningkatkan keuntungan secara maksimal perhatian pihak pemerintah sebagai pengawas
dengan kerugian minimal. perburuhan pengusaha sebagai pemilik
b. Pengusaha akan terhindar dari kerugian perusahaan dan pekerja sebagai aset perusahaan.
yang timbul berupa kehilangan harta benda, 4. Penerapan sistem K3 diperusahaan memiliki
modal, dan aset perusahaan lainnya kaitan erat dengan aspek hukum, ekonomi dan
termasuk pekerja karena terjadinya sosial untuk itu diperlukan kerjasama yang erat
kecelakaan kerja di perusahaan. dan rasa tanggung jawab yang tinggi untuk
C. Standar kinerja bagi perusahaan sehingga kepentingan bersama atas kelangsungan
akan berpeluang untuk memperoleh perusahaan.
penghargaan Internasional ISO.
2. Manfaat bagi pekerja
a. Pekerja akan bekerja di perusahaan dengan
gairah, efesien, dan produktif karena adanya Daftar Pustaka
jaminan keselamatan dan kesejahteraan
kerja. Bambang Triwibowo dkk. 2003. Referensi Untuk
b. Pekerja mendapat kepastian akan Kontraktor Bangunan Gedung dan Sipil.
memperoleh santunan kecelakaan kerja Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
apabila terjadi musibah kecelakaan kerja di Husni Lalu. 2000. Pengantar Hukum
perusahaan. Ketenagakerjaan Indonesia. Jakarta: PT Raja
c. Pekerja memiliki kemampuan teknis Gratindo Persada.
pencegahan bahaya dan kewaspadaan yang Kartasapoetra, G, Kartaspoetra, R.G, Kartasapoetra,
tinggi dalam menghadapi kemungkinan A.G. 1985. Hukum Perburuhan di Indonesia.
terjadinya kecelakaan. Bandung: Bina Aksara.
d. Peningkatan produktivitas perusahaan akan Lembaga Administrasi Negara RI. 1994. Himpunan
mempengaruhi positif terhadap keuntungan Materi Pokok Pelajaran-Pelajaran Pelatihan
perusahaan dan taraf hidup pekerja sehingga Analisis Jabatan.
upah yang diterima pekerja cukup untuk Eugenia Liliawati Mulyono. 1997. Peraturan Sistem
biaya hidup bersama keluarganya Manajemen Keselamatanan dan Kesehatan
Kerja. Jakarta: Harvarindo.

87
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005

Sumakmur P.K. 1981. Kecelakaan Kerja dan


Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: CV Haji
Masagung.
Undang-Undang RI No.16 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan.
Undang-Undang RI No.18 Tahun1999 tentang Jasa
Konstruksi.
Undang-Undang RI No.14 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja.

88
PEMBUATAN DIODA DARI BAHAN LAPIS TIPIS CdTe YANG
DITUMBUHKAN MELALUI METODE PENGUAPAN (VACUUM DEPOSITION)

Ahmad Mulia Rambe

Abstrak: Telah dilakukan pembuatan Dioda Schottky yang berstruktur kontak logam-semikonduktor. Bahan
yang digunakan sebagai substrat adalah grafit. Semikonduktor yang digunakan sebagai source adalah CdTe.
Dan sebagai dopant adalah logam In dan Al sedangkan sebagai kontak pembentukan dioda digunakan Al. Alat
yang digunakan untuk menumbuhkan lapisan tipis semikonduktor CdTe dan penguapan logam In dan Al adalah
vacuum tinggi Edward coating System E306 A yang kevakumannya dapat mencapai sekitar 10-5Torr.
Karakteristik deviasi yang dipabrikasi dilakukan dengan pengukuran arus tegangan (I-V) dan pengukuran
kapasitansi tegangan (C-V). Dari pengukuran arus- tegangan (I-V) diperoleh harga arus nstursdi (Is) sebesar
4.73 x 10-5A, harga ketinggian penghalang (φBN) adalah 0,91eV, faktor idealitas dioda jauh lebih besar dari
harga ideal yaitu n > 20. Dari pengukuran kapasitansi tegangan (C-V) diperoleh harga tegangan difusi (Vbi)
adalah 0,89V, harga konsentrasi donor (ND) adalah 2.82 x 1016cm-3, dan harga ketebalan lapisan deplesi (W)
adalah 0,18µm.

PENDAHULUAN semikonduktor, kontak logam-semikonduktor adalah


Perkembangan elektronika saat ini maju merupakan divais yang memiliki satu jenis pembawa
sangat pesat dan menjadi tulang punggung dalam dominan yang terjadi dalam proses konduksi.
dunia modernisasi. Kemajuan yang sangat cepat Dalam teknologi pembuatan lapisan tipis
terjadi setelah ditemukannya komponen semikonduktor dikenal berbagai metode
semikonduktor (zat padat) yang memberikan banyak penumbuhan antara lain: metode Chemical Vapour
sifat-sifat listrik yang unik yang hampir dapat Deposition (CVD), metode Penguapan (Vacuum
memecahkan semua persoalan elektronika. Dengan Deposition), metode Plasma Deposition, metode
ditemukannya semikonduktor maka komponen Molecular Beam Epitaxy (MBE), dan lain
menjadi sangat ringan, sangat kompak, dan persatuan sebagainya.
luas mempunyai kepadatan rangkaian yang sangat
tinggi, misalnya pada rangkaian terpadu (IC) yang METODOLOGI PENELITIAN
terdapat dalam perangkat komputer. Metodologi ini menjelaskan prosedur
Pada saat ini telah dikenal banyak penelitian yang dilakukan secara bertahap yang
semikonduktor, diantaranya adalah Silikon, dimulai dari pemotongan substrat, pemolesan
Germanium, GaAs, CdS, CdTe, dan lain sebagainya. substrat, pembersihan/pengeringan substrat,
Cadmium Telluride (CdTe) merupakan suatu pembuatan masker holder (tempat dudukan substrat),
semikonduktor paduan (compound semiconcutor) pembuatan masker pembentuk dioda, proses
dari golongan IIB (Cd) dan VIA (Te) dalam tabel penguapan, dan diakhiri dengan karakterisasi dioda
unsur-unsur periodik yang menurut teori dapat dibuat yang terbentuk, yaitu karakterisasi C – V.
dalam bentuk konduktivitas tipe-n dan tipe-p.
Semikonduktor CdTe mempunyai sejumlah besar HASIL PENGUKURAN DAN ANALISIS
penggunaan dalam alat optoelektronika, foto Dari semua cuplikan yang dihasilkan, hanya
detektor, laser CO2 daya tinggi dan solar sell. dua cuplikan yang memenuhi sebagai sebuah dioda,
Dalam penelitian ini semikonduktor yang yaitu cuplikan I dan cuplikan II yang terdiri dari 3
digunakan adalah CdTe. Hal ini karena penggunaan buah dioda dengan masing-masing diameter dioda 3
CdTe lebih menguntungkan dibandingkan bahan mm, 2 mm, dan 1 mm. Pada tabel 1 ditampilkan hasil
semikonduktor lainnya. Dan juga biaya cuplikan I dan cuplikan II, sedangkan hasil dari
memproduksi lapisan tipis CdTe jauh lebih murah cuplikan lainnya ditampilkan pada lembar lampiran.
CdTe mempunyai harga celah energi yang cukup
ideal, dan juga mempunyai koefisien absorbsi yang
tinggi sehingga sangat tepat bila digunakan sebagai
bahan untuk solar sell. Pembuatan dioda dari
lapisan tipis CdTe yang berstruktur loga-

89
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005

Tabel 1. Dioda hasil dari cuplikan I dan cuplikan II

Lama
Pemb.
Tahap Nama Dopant Temperatur Perlakuan Ket
dioda
(menit)
I I – DALING - 1 100 120 ya
I – DALING - 2 In A1 150 120 x
I – DALING - 3 200 30 ya
I – DALING - 4 250 10 x
II II – DALING - 1 400 60 x
II – DALING - 2 A1 A1 450 31 ya
II – DALING – 3 400 10 x
II – DALING - 4 - - x

Keterangan Tabel : ya = karakteristik dapat diukur


x = karakteristik belum dapat diukur

I. Pengukuran Arus-Tegangan (I – V) Dioda Tabel 1. Data hasil pengukuran arus-tegangan (I-V)


Schottky dengan diameter 3 mm
Pengukuran arus-tegangan (I – V) Dioda
Schottky pada temperatur kamar dilakukan untuk V (volt) I (mA)
mencari arus saturasi pada bias balik (reserve 5.0 75.30
saturation current, I0), harga ketinggian penghalang
4.5 35.30
(barrier height, φBn), dan faktor keidealan dioda
(Diode’s ideality factor, n). 4.0 15.20
Data dari hasil pengukuran arus-tegangan 3.5 5.80
untuk dioda I-DAILING-1 diameter 3 mm dapat 3.0 3.20
dilihat pada Tabel 2, sedangkan data untuk dioda 2.5 2.20
yang lain masing-masing diameter 3 mm, 2 mm, dan
1 mm dapat dilihat pada lembar lampiran. 2.0 1.80
Dengan menggunakan hasil pengukuran 1.5 0.60
pada Tabel 2, maka dapat dibuat kurva I-V. Dari 1.0 0.10
kurva tersebut dapat ditentukan besar arus saturasi I0. 0.5 0.00
I0 didapat dengan mengektrapolasi kurva antara In I
-0.0 0.00
dengan V pada V = 0 sehingga sesuai dengan rumus
I = I0 pada V = 0. -0.5 0.00
Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa kurva -1.0 0.00
karakteristik I-V dioda Schottky hampir sesuai -1.5 0.00
dengan teori pada karakteristik dioda Schottky. Bila -2.0 0.00
dioda Schottky diberi bias maju, hampir tidak ada
-2.5 0.00
arus mengalir sampai tegangan 0,5 volt, lewat harga
ini, arus naik dengan cepat. Untuk harga V yang -3.0 0.00
kecil harga arus hampir nol, ini disebabkan perkalian -3.5 0.00
n dan p dalam CdTe kecil sehingga kadar pembawa -4.0 0.00
minoritas sangat kecil. Akibatnya aras-aras tak -4.5 0.00
murnian di daerah logam belum terisi penuh. Aras-
aras ini berfungsi sebagai penangkap elektron. Jadi -5.0 0.00
setelah elektron-elektron menyeberang dari daerah
semikonduktor tipe – n ke logam, segera terjadi Dari Tabel 1. dapat dilihat bahwa dioda Schottky
penangkapan dan tidak ada lagi elektron-elektron yang dhasilkan belumlah dioda ideal, karena terlihat
bebas untuk membawa arus. Aras-aras tersebut dari gambar besar arus baru sebesar 1,8 mA pada
hanya menjadi terisi penuh bila jumlah elektron di tegangan 2 volt, yang diperkirakan diakibatkan oleh
pita konduksi daerah logam cukup banyak, dan ini besarnya hambatan seri dioda tersebut. Sehingga
akan terjadi pada harga V sekitar 0,6 volt. Baru pada harga n juga jauh lebih besar dari harga ideal n-1.
harga tegangan ini ada persediaan elektron untuk Selain hal itu yang menyebabkan harga n sangat
hantaran. besar, antara lain adalah adanya lapisan oksida
dipermukaan sampel.
Sebagai contoh untuk dioda I – DALING-1
dengan diameter 3 mm, harga n dapat diperoleh
sebagai berikut:

90
Pembuatan Dioda dari Bahan Lapis Tipis CdTe yang Ditumbuhkan Melalui Metode Penguapan (Vacuum Deposition)

Dari Gambar 2 dapat dilihat persamaan garis kurva menurunkan harga resistansi yang besar di mana hal
In I – V yaitu: ini terutama disebabkan oleh adanya lapisan oksida
In I = 1,466 V – 9,9594 pada lapisan dioda.
jika V = 0 maka ln I = -9,9594, maka I = e-9,9594
jadi diperoleh harga Tabel 4 harga n untuk dioda yang diperoleh dari
perhitungan
I = I0 4,73 x 10-5 A.
Perhitungan di atas adalah untuk dioda I=DALING-1 Dioda Diameter (mm) N
dengan diameter 3 mm sedangkan untuk dioda yang
lain masing-masing diameter, harga I0 dapat dilihat I-DALING-1 3 22,855
pada Tabel 4.3. Sebagai perbandingan maka sebuah 2 28,71
dioda yang ada di pasaran dengan tipe 1N4006 juga 1 29,01
telah diukur di mana diperoleh harga arus saturasi I0 I-DALING-3 3 30,18
= 9,70 x 10-4 A. Dan secara jelas dapat dilihat pada 2 25,26
lampiran 13, bahwa untuk dioda 1N4006 terlihat 1 34,60
pada tegangan 2 volt besar arus adalah sebesar 2,36 II-DALING-2 3 39,42
ampere. Sedangkan pada dioda Schottly lapisan tipis 2 34,36
CdTe ini pada tegangan 2 volt besar arus 1,80 mA. 1 16,68
Sehingga dengan jelas dapat dilihat dari gambar
kurva katrakteristiknya, di mana untuk dioda 1 Dari harga n yang diperoleh untuk semua dioda yang
N4006 arus naik dengan cepat mulai tegangan 1 volt dihasilkan sangatlah jauh dari harga n yang ideal
sedangkan pada dioda Schottky lapisan tipis CdTe yaitu 1. Dioda yang dihasilkan hanya dapat
yang dibuat baru pada tegangan 5 volt arus naik digunakan untuk divais dengan daya tinggi (high
dengan cepat. power diode).
Dari harga I0 dapat juga dihitung ketinggian
Tabel 3. Harga arus saturasi untuk masing-masing
dioda penghalang (φBn). dapat dicari ketinggian penghalang
(barrier height, φBn) yaitu:

Dioda Diameter (mm) I0 (A) φBn = (kT/q) In {(A* T2)/I0}


I-DALING-1 3 4,73x10-5 φBn = {(1,38 x 10-23) (300)/1,6 x 10-19} In {(1,2 x
2 2,88x10-5 106) (300)2/(4,73 x10-5)}
1 1,33x10-5
I-DALING-3 3 5,29x10-5 φBn = 0,0258 In 2,2832 x 1015 eV
2 4,47x10-6
φBn = 0,91 eV
1 8,32x10-7
II-DALING-2 3 1,60 x10-5
2 1,80x10-6 Perhitungan di atas adalah untuk dioda I-
1 1,84x10-9 DALING-1 diameter 3 mm sedangkan untuk dioda yang
lain dapat dilihat pada Tabel 3.5. Dari pengukuran
Untuk mencari harga faktor keidealan dioda (n) terhadap dioda 1N4006
maka dipakai cara sebagai berikut. Untuk dioda I-
DALING-1 diameter 3 mm pada harga V = 5 volt
diperoleh Tabel 5 Nilai ketinggian penghalang yang diperoleh
I = 75, 30 10-3 A dari perhitungan

Maka persamaan ditulis: In (I/I0) = (qV/nkT) Dioda Diameter (mm) φBn


-3 -5 -23
In (75,30x10 /4,73 x 10 ) = {n (1,38 x 10 ) (300 K)) } I-DALING-1 3 0,91
In 4706,25 -19 -23
= { (8,01 x 10 )/(414 x 10 n)} 2 0,92
1 0,94
10-
(8,46) (n) (414 x 23) = 8,01 x 10-19 I-DALING-3 3 0,91
n -19
= { (8,01 x 10 )/(3501,05 x 10 )} -23 2 0,96
1 1,01
n = 22, 85 II-DALING-2 3 0,94
Untuk dioda 1N4006 diperoleh harga n 2 1,00
yang sangat ideal yaitu 1,01. Sedangkan harga n 1 1,17
untuk dioda yang lain dapat dilihat pada Tabel 4.
Dari sini jelas bahwa dioda yang dibuat ini masih
jauh dari kesempurnaan khususnya untuk

91
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005

Pengukuran Kapasitansi-Tegangan (C – V) Dioda seperti yang diperlihatkan pada Gambar 3.3 untuk
Schottky dioda I-DALING-1 diameter 3 mm. Dari kurva 1/C2
Pengukuran kapasitansi-tegangan dilakukan dengan V terlihat bahwa perpotongan antara kurva
untuk mencari besarnya konsentrasi donor (donor dengan sumbu tegangan (V) terlihat bahwa
concentration, ND), harga tegangan difusi (built-in perpotongan antara kurva dengan sumbu tegangan
voltage, Vbi), dan lebar daerah deplesi (region (V) jika kurva diinterpolasikan, menunjukkan harga
depletion width, W). tegangan difusi (Vbi).
Hasil pengukuran kapasitansi-tegangan Misalnya untuk dioda I-DALING-1
untuk dioda I-DALING-1 dengan diameter 3 mm diameter 3 mm akan diperoleh harga tegangan difusi
dapat dilihat pada Tabel 4.6, sedangkan data untuk 0,89 volt dan untuk dioda yang lain dapat dilihat
dioda yang lain dapat dilihat pada lembar lampiran. pada Tabel 6.
Dengan menggunakan data dari Tabel 4.6
dapat dibuat kurva hubungan antara 1/C2 dengan V,
Tabel 6. Data hasil pengukuran Kapasitansi-Tegangan dioda Schottky
V (Volt) C (nF)
5.0 1.2893
4.5 1.3317
4.0 1.3909
3.5 1.4755
3.0 1.5962
2.5 1.7381 V (volt) 1/C2 x 1018
2.0 1.8731 5.0 0.602
1.5 1.9862 4.5 0.564
1.0 2.0758 4.0 0.517
0.5 2.1460 3.5 0.459
0.0 2.1976 3.0 0.392
-0.5 2.2050 2.5 0.331
-1.0 2.3421 2.0 0.285
-1.5 2.4750 1.5 0.253
-2.0 2.2050 1.0 0.232
-2.5 2.1909 0.5 0.217
-3.0 2.1422 0.0 0.207
-3.5 2.0860
-4.0 1.9236
- 4.5 1.7562
-5.0 1.5223
Sedangkan untuk dioda 1N4006 diperoleh harga tegangan difusi Vbi 0,75 volt.

Tabel 7 Harga tegangan difusi untuk masing-


masing dioda Secara teori bahwa untuk dioda yang baik
(mempunyai tahanan seri yang rendah sehingga
Dioda Diameter (mm) Vbi (volt) dapat diabaikan), tinggi penghalang seharusnya tidak
akan berbeda lebih dari beberapa elektro volt dengan
I-DALING-1 3 0,89 nilai tegangan difusi, kalaupun tidak persis sama, hal
2 0,92 ini juga terbukti dari dioda 1N4006 di mana
1 0,95 diperoleh harga tegangan difusi yang sebanding
I-DALING-3 3 3,36 dengan tinggi penghalang. Sedangkan untuk dioda
2 3,52 yang dihasilkan masih jauh dari kesempurnaan
1 3,09 khususnya untuk dioda I-DALING-3 dan terutama
II-DALING-2 3 8,35 sekali untuk dioda II-DALING-2 di mana diperoleh
2 16,19 harga tahanan seri dari dioda tersebut. Hal lain yang
1 33,51 menyebabkan kurva 1/C2 – V terjadi penyimpangan
adalah konsentrasi doping yang belum merata pada

92
Pembuatan Dioda dari Bahan Lapis Tipis CdTe yang Ditumbuhkan Melalui Metode Penguapan (Vacuum Deposition)

semikonduktor dan adanya celah (ruang kosong) di Tabel 9 Harga lebar lapisan deplesi untuk
dalam lapisan tipis tersebut. masing-masing dioda
Selanjutnya lebar lapisan deplesi (W) dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan:
Dioda Diameter (mm) W (µm)
W= (2ε s / q N D )(Vbi ) I-DALING-1 3 0,18
2 0,25
Sedangkan untuk mencari harga konsentrasi donor 1 0,21
(ND) dapat diperoleh dengan mengambil slope kurva I-DALING-3 3 0,85
1/C2 dengan V, sbb : 2 1,30
1 1,02
Slope = 2/(εs q ND A2) II-DALING-2 3 3.42
Untuk dioda 1 – DALING –1 dengan diameter 3 mm 2 3.19
diperoleh harga slope (S) adalah 0,1045 x 1018 1 4.50
(1/F2.V), sehingga ND dapat dihitung.
ND = 2/(εs q S A2) Harga ketinggian penghalang (φBn) yang diperoleh
ND = 2/{(9,6) (8.85 x 10-14) (1.602 x 10-19) dari pengukuran I-V dengan harga tegangan difusi
(0.1045 x 1018) (49,91x10-4) yang diperoleh dari pengukuran C-V untuk dioda I-
ND = 2,82 x 1016 cm-3 DAILING-1 tidak jauh berbeda tetapi untuk dioda
yang lain jauh berbeda. Hal ini disebabkan antara
Dalam Tabel 3.8. terlihat harga ND untuk masing- lain oleh adanya lapisan oksida pada permukaan
masing dioda. Dan untuk dioda 1N4006 diperoleh sampel, adanya celah (ruang kosong) pada lapisan
harga konsentrasi pembawa adalah 6,59 x 1010 cm-3. tipis dan juga doping yang tidak berdifusi secara
merata pada semikonduktor CdTe yang diketahui
Tabel 8. Harga dari ND untuk masing-masing dari harga resistansi yang besar.
dioda
Timbulnya lapisan oksida ini kemungkinan
-3 besar muncul sewaktu alat sistem pelapisan lama
Dioda Diameter (mm) ND(cm )
sebelum lapisan berikutnya dilakukan, juga sewaktu
I-DALING-1 3 2,82 x 1016 proses perlakuan panas yang dilakukan pada ruang
2 1,14 x 1016 tekanan 1 atm yang memberikan peluang besar untuk
1 1,95 x 1016 timbulnya lapisan oksida pada permukaan sampel.
I-DALING-3 3 4,91 x 1015
2 2,22 x 1015 KESIMPULAN
1 3,18 x 1015 Setelah penelitian tentang pembuatan dioda
II-DALING-2 3 0,75 x 1015 dari lapisan tipis CdTe yang ditumbuhkan dengan
2 0,16 x 1015 metode Penguapan, maka hal-hal yang dapat
1 0,17 x 1015 diutarakan sebagai kesimpulan dari penelitian
tersebut adalah sebagai berikut:
Sehingga harga lebar deplesi (W) diperoleh: 1. Harga n yang diperoleh dari pengukuran arus-
tegangan (I-V) jauh dari harga n ideal, di mana
W= {(151,739 x 10 )/ (4,518 x 10 )}
−14 −3
harga ideal adalah 1 sedangkan dalam penelitian
ini diperoleh n antara 16-40. Hal ini disebabkan
W = 33,588 x 10 −11 cm oleh besarnya harga resistansi seri dioda
W = 0,18 µm tersebut.
Perhitungan di atas adalah untuk dioda I-DALING-1 2. Tingi penghalang (φBn) untuk dioda I-DALING
dengan diameter 3 mm, sedangkan untuk dioda yang – 1 diperoleh 0,91 eV tidak jauh berbeda dengan
lain dan untuk masing-masing diameter dapat dilihat harga tegangan difusi (Vbi) yang besarnya 0,89
pada Tabel 3.9. Dioda 1N4006 diperoleh harga W volt. Hal ini bersesuaian dengan harga yang
sebesar 0,12 µm. diperoleh untuk dioda 1N4006 di mana φBn
diperoleh 0,89 eV dan harga Vbi adalah 0,75
volt. Tetapi untuk dioda 1-DALING-3 dan II-
DALING-2 diperoleh harga Vbi yang jauh lebih
besar dari harga φBn. Di mana harga φBn untuk
dioda 1-DALING-3 diperoleh 0,91 eV
sedangkan harga Vbi sebesar 3,36 volt dan untuk
dioda II-DALING –2 harga φBn diperoleh 0,94
eV sedangkan harga Vbi diperoleh 8,35 volt. Hal
ini juga disebabkan oleh harga resistansi seri
dioda tersebut yang terlalu besar, menyebabkan

93
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005

terjadinya penyimpangan pengukuran


kapasitansi.
3. Temperatur dan lamanya perlakuan panas sangat
mempengaruhi untuk memperoleh dioda yang
baik. Dioda yang baik maksudnya mempunyai
tahanan seri yang rendah sehingga dapat
diabaikan.

DAFTAR PUSTAKA
Kitel C. Introduction to Solid State Physics, fifth
edition. New Delhi: Wiley Eastern Limited.
Fonash, J. Stephen. 1981. Solar Cell Device Physics.
Academic Press, Inc.
Ginting, Masno. 1996. Laporan Pengembangan
Lapisan Tipis CdTe untuk Bahan Solar Cell dan
Sensor Infra Merah. Puslitbang Fisika Terapan.
Reka Rio,S. dan Masamori, Iida. 1980. Fisika dan
Teknologi Semikonduktor. Jakarta: Pradnya
Paramita.
Rhoderich, E.H. 1980. Metal-Semiconductor
Contacs. Oxford : Claredon Press.
Cyril Hilsum. 1972. Handbook on Semiconductors,
Device Physics Volume 4. Oxford.
Richard Dalven. Introduction to Applied Solid State
Physics. New York and London: Plenium Press.
Physics Journal of the Indonesian Physical Society,
Vol. I, Nuber I, 1996.
Morosanu, C.E. 1990. Thin Films by Chemical
Vapour Deposition. Vol. 7 Elsevier.

94
HUBUNGAN PERILAKU KEPEMIMPINAN DENGAN IKLIM ORGANISASI
(Studi Pada Karyawan Beberapa Perusahaan Manufaktur di Medan)

Rinaldy
Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Graha Nusantara Tapanuli Selatan

Abstract: Leadership is important factor in organization as process in instructing human resource to reach
specific-purpose. Good leadership will support creation of organization climate that is conducive. This research
is aimed to understand behavioral relation of leadership with job climate. Responder in this research is
employees of some manufacturing business in Medan. Data collecting use questioner technique, while data
analyzer is correlation or product moment. Research findings show there is positive and significant relation
between leadership behavioral with organization climate.

Key word: Leadership, Leadership Behavioral, Organizational Climate.

PENDAHULUAN Pemimpin merupakan faktor kritis (crucial


Bila kita membahas masalah iklim, factor) yang dapat menentukan maju mundurnya,
sebenarnya sedang berbicara mengenai sifat-sifat serta hidup matinya suatu usaha yang merupakan
atau ciri-ciri yang dirasa terdapat dalam lingkungan kegiatan bersama, baik yang berbentuk organisasi
kerja dan timbul terutama karena kegiatan organisasi, sosial, lembaga pemerintah maupun badan-badan
yang dilakukan secara sadar atau tidak, dan yang dan usaha-usaha perdagangan. (Kartini Kartono,
dianggap mempengaruhi perilaku kemudian. Dengan 1998: 6).
kata lain iklim yang dipandang sebagai kepribadian Pada dasarnya, baik buruknya organisasi
organisasi seperti yang dilihat oleh para anggotanya. perusahaan tergantung bagaimana cara seorang
Seorang peneliti Rensis Likert memimpin dan proses kepemimpinan di dalam suatu
mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi organisasi memiliki pengaruh yang besar dalam
iklim kerja diantaranya, kepemimpinan, motivasi, membentuk iklim kerja yang kondusif di dalam
komunikasi, interaksi pengaruh, pengambilan perusahaan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
keputusan. Lebih lengkap Likert menyatakan faktor- dilakukan Field dan Abelson, bahwa salah satu
faktor tersebut adalah: kualitas kepemimpinan, determinan yang mempengaruhi iklim kerja adalah
imbalan yang adil, kadar kepercayaan, tekanan perilaku manajerial (pemimpin) kepada bawahan
pekerjaan, komunikasi ke atas ke bawah, (Hasibuan, 2000: 376).
kesempatan, perasaan melakukan pekerjaan yang
bermanfaat, pengendalian, struktur, birokrasi yang RUMUSAN MASALAH
nalar, tanggung jawab keikutsertaan, dan keterlibatan Untuk mengarahkan penelitian ini, maka
pegawai (Davis dan Newstroom, 1996:24). masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai
Dari faktor di atas terlihat kepemimpinan berikut: Apakah perilaku kepemimpinan memiliki
sebagai faktor yang mempengaruhi iklim kerja di hubungan yang positif dan signifikan dengan iklim
dalam sebuah organisasi. Dalam mencapai kerja.
tujuannya, perusahaan memerlukan sebuah
kepemimpinan yang efektif yakni kepemimpinan KAJIAN PUSTAKA
yang mampu mengarahkan seluruh sumber daya a. Kepemimpinan
perusahaan. Masalah-masalah yang sering timbul Kepemimpinan pada intinya merupakan
dalam sebuah proses kepemimpinan adalah adanya suatu proses mengarahkan para anggota untuk
pemimpin yang otoriter, selalu mementingkan mencapai suatu tuuan tertentu. Untuk melihat lebih
pendapat sendiri, tidak menghargai bawahan sebagai jelas makna dari kepemimpinan dapat dilihat pada
seorang manusia, tidak memberi contoh yang baik bagian berikut. Pemimpin adalah individu dalam
dalam pelaksanaan kerja, seperti datang bekerja kelompok yang bertugas membimbing dan
selalu mementingkan pendapat sendiri, tidak mengkoordinir aktivitas-aktivitas kelompok yang
menghargai bawahan sebagai seorang manusia, tidak relevan dengan tugas orang yang jika ada, pemimpin
memberi contoh yang baik dalam pelaksanaan kerja, ditunjuk memikul tanggung jawab primer untuk
seperti datang bekerja selalu terlambat, tidak melaksanakan fungsi-fungsi ini di dalam kelompok.
memiliki kemampuan yang seharusnya dimiliki oleh (Kast dan Rosenzweig, 2000: 515).
seorang pemimpin, dan masalah-masalah lain yang Mengutip pendapat Kimbal Young seperti
dapat menjadikan organisasi menjadi buruk akibat dikutip Kartono (1998: 40), kepemimpinan adalah
dipimpin oleh orang yang tidak tepat. bentuk dominasi yang didasari atas kemampuan

95
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005

pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak berbagai keadaan.


orang lain untuk berbuat sesuatu berdasarkan Dari sifat-sifat tersebut seorang pemimpin yang
akseptansi/penerimaan kelompoknya, dan memiliki militeristis bukanlah seorang pemimpin yang
keahlian khusus yang tepat bagi situasi khusus. ideal.
Menurut Gibson et al (1992: 2630), kepimpinan
adalah suatu usaha mempengaruhi orang 3. Tipe pemimpin yang paternalistis
antarperseorangan (interpersonal), lewat proses Pemimpin yang tergolong paternalistis ini
komunikasi, untuk mencapai sesuatu atau beberapa adalah seorang yang menganggap bawahannya
tujuan. Stoner (1992: 294) mengemukakan bahwa seorang manusia yang dewasa, bersifat terlalu
kepemimpinan manajerial dapat didefinisikan melindungi, jarang memberikan kesempatan
sebagai suatu proses pengarahan dan pemberian bawahannya untuk mengambil kesimpulan,
pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari sekelompok jarang memberikan kesempatan pada bawahan
anggota yang saling berhubungan tuagsnya. Davis untuk mengambil inisiatif, sering bersikap mau
dan Newstrom (1996: 152) menyatakan bahwa tahu.
kepemimpinan adalah proses mendorong dan Dengan demikian seorang pemimpin yang
membantu orang lain untuk bekerja dengan antusias bersikap demikian sangat diperlukan, akan tetapi
mencapai tujuan. Faktor manusialah yang sifat–sifat negatif mengalahkan sifat-sifat
mempertautkan kelompok dan memotivasinya untuk positif.
mencapai tujuan.
Ralph M. Stodgill seperti dikutip Stoner 4. Tipe pemimpin yang karismatik
(1992: 114) menyatakan ada tiga implikasi yang Sering dikatakan bahwa pemimpin yang
penting dari kepemimpinan: karismatik diberkahi dengan kekuatan gaib
o Pertama, kepemimpinan harus melibatkan orang (supernatural power), tipe pemimpin ini belum
lain (bawahan/pengikut). diketahui sifat-sifat dan sebabnya mengapa
o Kedua, kepemimpinan melibatkan distribusi seorang pemimpin memiliki karismatik dan daya
yang tidak merasa dari kekuasaan di antara tarik yang sangat besar dan umumnya memiliki
pemimpin dan anggota kelompok. pengikut yang jumlahnya besar.
o Ketiga, selain secara sah dapat mengarahkan
bawahan atau pengikut mereka, pemimpin juga 5. Tipe pemimpin yang Demokratis
dapat mempunyai pengaruh. Kepimpinan gaya ini telah membuktikan
Dalam teori kepemimpinan terdapat bahwa tipe pemimpin seperti ini paling tepat
beberapa tipe kepemimpinan, yang menggambarkan untuk sebuah organisasi moderen karena dalam
bagaimana karakter yang dimiliki oleh seorang proses penggerakan bawahannya selalu bertitik
pemimpin. Menurut Siagian (1996: 17), tipe tolak dari pendapat bahwa manusia itu adalah
kepemimpinan dikategorikan pada lima tipe, yaitu: makluk yang mulia, ia senang menerima saran,
1. Tipe pemimpin otokratis pendapat, dan kritikan-kritikan dari
Seorang pemimpin otokratis ialah bawahannya, selalu berusaha
pemimpin yang memiliki ciri, yakni mensikronisasikan kepentingan dengan
menganggap organisasi milik pribadi, kepentingan pribadi dan tujuan daripada
mengidentifiksi tujuan pribadi dengan tujuan bawahannya, lebih mengutamakan kerja sama
organisasi, menganggap bawahan seagai alat dalam usaha mencapai tujuan, memberi
semata-mata, tidak mau menerima kritik, saran, kebebasan kepada bawahannya untuk
dan pendapat, terlalu tergantung pada kekuasaan memperbaiki apabila bawahan membuat
formalnya, dalam tindakan menggunakan kesalahan, selalu berusaha membuat bawahan
approach yang menganut unsur paksaan dan lebih sukses daripadanya, berusaha
punitive (bersifat menghukum). mengembangan kapasitas diri pribadinya
Dengan demikian dapat dilihat bahwa tipe sebagai seorang pemimpin.
pemimpin demikian tidak tepat untuk organisasi Dari uraian tersebut di atas maka dapat
modern. Sifat tersebut tidak menghargai hak disimpulkan bahwa untuk menjadi pemimpin
asasi manusia. yang tipe demokratis bukanlah suatu hal yang
mudah, tetapi karena pemimpin seperti ini yang
2. Tipe pemimpin yang militeristis ideal, maka alangkah baiknya jika semua
Seorang pemimpin yang bertipe militeristis pemimpin berusaha menjadi seorang pemimpin
ini ialah seorang pemimpin yang menggunakan yang demokratis.
sistem perintah untuk menggerakan
bawahannya, sering bergantung pada pangkat Fungsi dan Azas Kepemimpinan
dan jabatan dalam memberikan perintah kepada Ada beberapa fungsi dan azas
para bawahannya, senang pada formalitas yang kepemimpinan yang dapat dilihat pada uraian
berlebihan, sukar menerima kritikan dari dibawah ini.
bawahan, menggemari upacara-upacara untuk Kartini Kartono (1998: 64) menyatakan

96
Hubungan Perilaku Kepemimpinan dengan Iklim Organisasi (Studi pada Karyawan Beberapa Perusahaan Manufaktur di Medan)

fungsi kepemimpinan ialah memandu, menuntun, yang dilihat oleh para anggotanya. Menurut Payne &
membimbing, membangun, memberi, atau Pugh dalam Steers (1995: 123), yang dimaksud
membangunkan motivasi-motivasi kerja, dengan iklim kerja adalah sikap, nilai, norma, dan
mengemudikan organisasi, menjalin jaringan- perasaan yang lazim dimiliki para pekerja
jaringan komuniksi yang baik, memberikan sehubungan dengan organisasi mereka.
supervise (pengawasan) yang efisien, dan membawa Menurut Heidhrachman Ranupandojo dan
para pengikutnya kepada sasaran yang ingin dituju Suad Husnan (1992: 150), unsur-unsur yang terdapat
sesuai dengan ketentuan waktu dan perencanaan. di dalam iklim kerja adalah sebagai berikut:
Fungsi kepemimpinan di atas pada dasarnya 1. Komunikasi
memiliki tujuan yang sama yakni mengarahkan 2. Hubungan kerja
orang lain atau para bawahannya untuk mencapai - Hubungan antara para karyawan.
tujuan dan sasaran tertentu. - Hubungan antara karyawan.
T. Hani Handoko (1993: 299) menyatakan - Hubungan antara para manajemen
ada dua fungsi utama kepemimpinan:
1. Fungsi-fungsi yang berhubungan dengan tugas Dimensi Iklim
(task related) atau pemecahan masalah. Kesulitan pokok yang timbul dalam usaha
2. Fungsi-fungsi pemeliharaan kelompok (group memahami peranan iklim dalam susunan organisasi
maintenance) atau sosial. adalah ketidakmampuan umum di antara para analis
Fungsi pertama menyangkut pemberian untuk mencapai kesepakatan mengenai apa yang
saran penyelesaian, informasi, dan pendapat. Fungsi sebenarnya membentuk iklim tersebut. Jadi,
kedua mencakup segala sesuatu yang dapat walaupun relatif mudah menyetujui suatu definisi
membantu kelompok berjalan lebih lancar, umum, tetapi masih terdapat perbedaan pendapat
persetujuan dengan kelompok lain, penengahan yang besar mengenai dimensi atau komponen khusus
perbedaan pendapat, dan sebagainya. mana yang terlibat. Sebagian masalah ini karena
Kartini Kartono (1998: 65) menyebutkan: keanekaan lingkungan yang teliti (misalnya,
Azas kepemimpinan yang baik: organisasi bisnis, laboratorium penelitian dan
1. Kemanusian, yaitu mengutamakan sifat-sifat pengembangan, sekolah dasar, perwakilan
kemanusian, pembimbingan manusia oleh pemerintah).
manusia, untuk mengembangkan potensi dan Dimensi-dimensi iklim kerja adalah:
kemampuan setiap individu, demi tujuan- 1. Struktur tugas. Tingkat perincian metode yang
tujuan kemanusiaan. dipakai untuk melaksanakan tugas oleh
2. Efisiensi, yakni efisiensi teknis maupun sosial, organisasi.
berkaitan dengan terbatasnya sumber-sumber, 2. Hubungan imbalan hokum. Tingkat batas
materil dan manusia, atau prinsip pemberian imbalan tambahan seperti promosi
penghematan, dan adanya nilai-nilai ekonomis, dan kenaikan gaji didasarkan pada prestasi dan
serta azas-azas manajemen modern. jasa dan bukan pada pertimbangan-petimbangan
3. Kesejahteraan dan kebahagian yang lebih lain seperti senioritas, favoritisme, dan
merata menuju pada taraf kehidupan yang seterusnya.
lebih tinggi. 3. Sentralisasi keputusan, batas keputusan-
Jika seorang pemimpin memiliki azas di keputusan penting dipusatkan pada manajemen
atas maka dapat dikatakan bahwa seorang pemimpin atas.
memiliki kepemimpinan yang baik. 4. Tekanan pada prestasi keinginan pihak pekerjan
organisasi untuk melaksanakan pekerjaan
organisasi untuk melaksanakan pekerjaan
IKLIM KERJA dengan baik dan memberikan sumbangannya
bagi sasaran karya organisasi.
Pengertian Iklim Kerja 5. Tekanan pada latihan dan pengembangan.
Swamsburg (1995: 25) menyatakan, iklim Tingkat batas organisasi berusaha meningkatkan
organisasi adalah status emosi yang ditunjukkan oleh prestasi individu melalui kegiatan latihan dan
anggota sistem. Iklim ini dapat formal, rileks, pengembangan yang tepat.
defensive, berhati-hati, menerima, percaya , dan 6. Keamanan versus risiko tingkat batas tekanan
sebagainya. Iklim ini adalah subyektif karyawan atau dalam organisasi menimbulkan perasaan kurang
persepsi mereka tentang organisasi mereka. Steers aman dan kecemasan pada para anggotanya.
(1995: 120) menyatakan, bila sebenarnya sedang 7. Keterbukaan versus ketertutupan. Tingkat batas
berbicara mengenai sifat-sifat atau ciri-ciri yang orang-orang lebih berusaha menutupi kesalahan
terdapat dalam lingkungan kerja dan timbul terutama mereka dan menampilan diri secara baik
karena kegiatan organisasi, yang dilakukan secara daripada berkomunikasi bebas dan bekerjasama.
sadar atau tidak, dan yang dianggap mempengaruhi 8. Status dan semangat. Perasaan umum di antara
perilaku kemudian. Dengan kata lain iklim yang para individu bahwa organisasi merupakan
dipandang sebagai kepribadian organisasi seperti tempat bekerja yang baik.

97
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005

9. Pengakuan dan umpan balik tingkat batas reliabilitas memiliki reliabilitas yang cukup tinggi
seorang individu mengetahui apa pendapat yakni 0,87 untuk instrumen perilaku kepemimpinan
atasannya dan manajemen mengenai dan 0,84 untuk iklim kerja.
pekerjaannya serta tingkat atas dukungan Angket disebar kepada 200 orang
mereka atas dirinya. responden, dan responden yang mengembalikan
10. Kompetensi dan keluwesan organisasi secara angket sebanyak 138 orang, sedangkan kuisioner
umum tingkat batas organisasi mengetahui apa yang layak untuk dianalisis hanya sebanyak 72 buah.
tujuannya dan mengejarnya secara luwes dan Pengujian korelasi product moment dari Pearson.
kreatif. Termasuk juga batas organisasi
mengantisipasi masalah, mengembangkan HASIL PENELTIAN
metode baru, dan mengembangkan keterampilan
baru pada pekerja sebelum masalahnya menjadi Nilai koefisien korelasi diperoleh sebesar 0,65, nilai
gawat. (Steers, 1995: 122). koefisien korelasi tersebut memiliki arah hubungan
positif, artinya baiknya sikap pimpinan diikuti
HUBUNGAN KEPEMIMPINAN DENGAN dengan baiknya iklim kerja. Melalui koefisien
IKLIM KERJA korelasi tersebut diperoleh nilai koefisien
determinasi sebesar 0,4225, secara praktis ini
Iklim dapat digambarkan sebagai gejala bermakna bahwa iklim kerja dipengaruhi oleh
organisasi yang berhubungan dengan kerja perilaku kepemimpinan sebesar 42,25%, sedangkan
kepemimpinan. Hal ini menggarisbawahi pengaruh sisanya dipengaruhi faktor lain di luar penelitian.
kepemimpinan yang kuat atas iklim organisasi yang
telah ditetapkan banyak studi. Riset juga Correlation
Iklim Per
menunjukkan bahwa perbedaan gaya kepemimpinan kerja kepemimpinan
menyebabkan perbedaan iklim dalam kelompok Iklim kerja Pearson 1 .651
kerja. Para pemimpin yang mempunyai iklim correlation . .000
emosional yang baik dalam bidang kepemimpinan Sig. (2-tailed) 76 76
N
menegaskan pendapat itu, bahwa suatu tugas Per Pearson .651** 1
pemimpin yang utama adalah untuk iklim organisasi. kepemimpinan correlation .000 .
(Ekvall, 1993) Sig. (2-tailed) 76 76
Pada sisi lain harus selalu diingat bahwa N
iklim juga mempunyai suatu pengaruh atas
kepemimpinan, hal ini karena kedua hal tersebut Hasil pengujian signifikan, diperoleh nilai
bukan merupakan hubungan searah tetapi merupakan signifikansi (2-tailed) sebesar 0,000, sehingga nilai
suatu sistem kompleks. (Dormeyer, 2004). Dengan tersebut lebih kecil dari probabilitas 0.05. Dengan
demikian hubungan antara kepemimpinan dengan demikian hasil ini menunjukkan adanya hubungan
iklim kerja atau iklim organisasi adalah hubungan signifikan perilaku kepemimpinan dengan iklim
yang resiprokal. kerja.
Sesuai dengan analisis dari Rensis Likert
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi iklim kerja
METODE PENELITIAN diantaranya kualitas kepemimpinan, imbalan yang
adil, kadar kepercayaan, tekanan pekerjaan,
Responden dalam penelitian ini adalah komunikasi ke atas dan kebawah, kesempatan,
karyawan-karyawan perusahaan swasta di kota perasaaan melakukan pekerjaan yang bermanfaat,
Medan, operasional yang bekerja di beberapa pengendalian struktur dan birokrasi yang nalar,
perusahaan manufaktur. tanggung jawab keikutsertaan, dan keterlibatan
Pengumpulan data dalam penelitian ini pegawai. (Davis dan Newstroom, 1996: 24).
menggunakan angket instrumen. Angket disusun Faktor-faktor di atas memperlihatkan salah
dalam skala Likert berbentuk pilihan ganda. satu yang mempengaruhi iklim kerja adalah
Instrumen berlaku berdasarkan indikator hubungan kepemimpinan, yang dalam penelitian ini difokuskan
pimpinan dengan anggota, tugas pimpinan, kepada perilaku kepemimpinan. Peran perilaku
kekuasaan dari pemimpin, sedangkan instrumen kepemimpinan ini sangat penting dalam membentuk
iklim kerja diindikasikan dengan sifat iklim kerja yang kondusif di dalam organisasi, sebab
kepemimpinan, motivasi yang ada, hubungan pengambil keputusan dalam organisasi adalah para
komunikasi, interaksi para karyawan, pengambilan pemimpin. Lebih lanjut, pemimpin merupakan
keputusan penetapan tujuan, dan pengendalian. teladan bagi para bawahan.
Instrumen yang telah disusun, diuji validitas Hasil yang positif dalam penelitian ini
dan reliabilitasnya dengan mengujicobakan kepada memperlihakan bahwa dengan perilaku
50 orang responden. Hasil pengujian validitas butir kepemimpinan yang baik maka iklim organisasi juga
untuk instrumen perilaku kepemimpinan dan iklim akan baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ekvall,
kerja semuanya valid, demikian juga hasil pengujian bahwa para pemimpin mempunyai kesempatan untuk

98
Hubungan Perilaku Kepemimpinan dengan Iklim Organisasi (Studi pada Karyawan Beberapa Perusahaan Manufaktur di Medan)

membangun suatu iklim emosional yang baik. Pengertian, Dasar, dan Masalah. Jakarta: Bumi
Demikian juga pemimpin dapat merusak iklim Aksara.
organisasi. Hasil penelitian dalam bidang
Heididdjracham Ranupandojo, dan Suad Husnan.
kepemimpinan menegaskan pendapat itu bahwa
1992. Manajemen Personalia.Yogyakarta:
suatu tugas pemimpin yang utama adalah untuk
BPFE.
menciptakan suatu hal positif untuk iklim organisasi.
(Ekvall, 1993). Herlina, 2003. Hubungan Antara Iklim Organisasi
Koefisien determinasi yang menunjukkan Dengan Motivasi Berprestasi pada Karyawan.
42,25% iklim kerja diperngaruhi oleh faktor perilaku Skripsi Fakultas Psikologi Universitas
kepemimpinan, berarti faktor lain juga berpengaruh, Tarumanegara. Tidak Dipublikasikan.
diantaranya yang sangat penting adalah motivasi
berprestasi. Seperti dikatakan Herlina (2003), sukses Kartini Kartono. 1998. Pemimpin dan
atau tidak usaha dalam mencapai tujuan perusahaan Kepemimpinan: Apakah Kepemimpinan
atau organisasi tersebut berpangkal tolak pada tinggi Abnormal itu. Jakarta: Rajawali.
rendahnya motivasi berprestasi karyawan dalam Siagian, Sondang P. 1996. Fungsi-Fungsi Manajerial.
melakukan pekerjaan, dan diduga salah satu faktor Jakarta: Bumi Aksara.
lingkungan yang mempengaruhi motivasi berprestasi
tersebut adalah iklim organisasi. Dengan demikian Steers, Richard M. 1995. Efektivitas Organisasi.
pada kajian-kajian berikutnya, selain perilaku Jakarta: Erlangga.
kepemimpinan, motivasi juga perlu disertakan Suharsimi Arikunto. 1991. Prosedur Penelitian Suatu
dengan kajian yang utuh. Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

KESIMPULAN Swanburg, R.C. 1995. Pengembangan Staf


Keperawatan. Jakarta: EGC.
Hasil penelitian ini memperlihatkan T. Hani Handoko. 1993. Manajemen. Yogyakarta:
koefisien korelasi yang positif sebesar 0,65 Badan Penerbit Fakultas Ekonomi-BPFE.
menunjukan baiknya sikap pimpinan diikuti dengan
baiknya iklim kerja. Nilai koefisien determinasi Thoha, Miftah. 2000. Perilaku Organisasi. Jakarta:
sebesar 0,4225, hal ini bermakna bahwa iklim kerja Raja Grafindo Persada.
dipengaruhi perilaku kepemimpinan sebesar 42,25%.
Pengujian signifikansi hipotesis memperlihatkan
nilai signifikansi (2-tailed) sebesar 0,000 lebih kecil
dari probabilitas 0,05. Hasil ini menunjukkan adanya
hubungan signifikan perilaku kepemimpinan dengan
iklim organisasi.

DAFTAR PUSTAKA
Davis, Keith dan John W. Newstrom, 1996. Perilaku
Dalam Organisasi. Edisi Ketujuh. Jakarta:
Erlangga.
Dormeyer, Sophia, 2004. A Study about the
Leadership Style and the Organization Climate
at The Swedish civil Air Aviation
Administrasion in Malmostrup.
http://www.socbetbib.lu,se/epubl/psypdf/PSY3
063.pdf.
Ekvall, G. 1993. Ideer, Organizationsklimat.
Stocklom: CE Fitzes AB.
Gibson, et al 1992: Organisasi dan Manajemen:
Perilaku, Struktur, Proses. Jakarta: Erlangga.
Glueck, w.F. dan Jauch, Lawrence R. 1994.
Manajemen Strategis dan Kebijakan
Perusahaan. Jakarta: Erlangga.
Hasibuan, Melayu S.P. 2000. Manajemen Sumber
Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
Hasibuan, S.P. Malayu. 2001. Manajemen:

99
STUDI EMPIRIS KEPUTUSAN - KEPUTUSAN DEVIDEN,
INVESTASI, DAN PENDANAAN EKSTERNAL PADA PERUSAHAAN-
PERUSAHAAN INDONESIA YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK JAKARTA
(Empirical Study toward Dividend, Investment, and Financing Decision
Indonesian Companies Listed in Jakarta Stock Exchange)

Apridar
Dosen Universitas Malikussaleh

Abstrak: Dari perilaku finansial perusahaan-perusahaan dari berbagai negara yang berbeda dapat diperoleh
perspektif yang lebih luas dan menyeluruh tentang masalah keuangan dan bisnis. Tujuan dari penelitian ini
adalah menguji secara empiris hubungan antara keputusan dividen (dividend decision), investasi (investment
decision), dan pendanaan eksternal (external financing decision) pada perusahaan-perusahaan Indonesia yang
listed di Bursa Efek Jakarta.
Penelitian ini menggunakan rancangan causal comparatif analitic karena akan menguji secara empirik pengaruh
timbal balik antara keputusan-keputusan dividen, investasi, dan pendanaan eksternal pada perusahaan-
perusahaan yang ada di Indonesia yang terwakili dalam Bursa Efek Jakarta.
Signifikansi variabel lagged dividend dalam menentukan tingkat pembayaran dividen menunjukkan bahwa
perusahaan cenderung memperhatikan stabilitas dividen dalam menyusun kebijakan dividennya. Ini berarti
bahwa teori stabilitas dividen berlaku dalam mempertimbangkan tingkat pembayaran dividen pada perusahaan-
perusahaan Indonesia. Kondisi ini dapat diartikan bahwa telah terjadi signaling efek di mana keputusan dividen
perusahaan dapat memberikan signal tentang prospek perusahaan di masa datang yang terjadi akibat adanya
asimetri informasi antara pemegang saham dan pihak manajemen.
Estimasi dari model investasi menunjukkan bahwa profit, likuiditas, leverage financial, dan pendanaan eksternal
lebih signifikan dengan metode OLS daripada 2SLS. Sedangkan variabel akselerator kapasitas atau perubahan
penjualan dan dividen tidak menunjukkan determinasi yang signifikan dalam model investasi ini. Sementara itu,
terjadi kondisi yang berlawanan dengan model dividen di mana pada model investasi ini, tingkat signifikansi
hubungan variabel independen terhadap variabel dependen nampak lebih tinggi perusahaan defensif daripada
perusahaan agresif. Terindikasi pula adanya perilaku pecking order, di mana perusahaan-perusahaan di
Indonesia cenderung mendahulukan dana internalnya melalui laba ditahan dalam mendanai investasi dan
membayarkan dividennya daripada dana eksternalnya melalui hutang jangka panjang.

Abstract: Behavior of companies financial from various different state can be obtained broader in perspective
and totally about problem of business and finance. Intention of this research is to test empirically relation
between decision of dividend (decision dividend), investment (decision investment), and financing of external
(external of decision financing) at companies of Indonesia which is listed in Effect Exchange of Jakarta.
This research use device of causal analytic comparative because will test by empiric reciprocal influence
among/between decision of dividend, investment, and financing of external at company exist in Indonesia
deputized Effect Exchange of Jakarta.
Variable significance of lagged dividend in determining storey, level payment of dividend indicate that company
tend to pay attention dividend stability in compiling policy of its dividend. This means that dividend stability
theory go into effect in considering storey, level payment of dividend at companies of Indonesia. This condition
can be interpreted also that have happened effect signaling where decision of company dividend can give signal
about company prospect in a period to coming that happened effect of existence of information asymmetry
between management side and stockholder.
Estimation of investment model indicate that profit, liquidities, financial leverage and financing of external
more significant with method of OLS from at 2SLS. While variable of accelerator capacities or change of
dividend and sale do not show determinacy which is significant in this investment model. Meanwhile, happened
adversative condition with dividend model where at this investment model, storey, level of signification
independent variable relation/link to variable of dependent look higher of company of defensive from at
aggressive company. Indication also the existence of behavior of pecking of order, where companies in
Indonesia tend to prioritize internal fund of him pass/through retained earning in investment fund and pay for
its dividend from at its fund of him pass/through long term liabilities.

100
Studi Empiris Keputusan-keputusan Deviden, Investasi dan Pendanaan Eksternal
pada Perusahaan-perusahaan Indonesia yang Go Publik di Bursa Efek Jakarta

PENDAHULUAN 3. Untuk mengetahui apakah keputusan pendanaan


Tujuan dari penelitian ini adalah menguji secara eksternal dipengaruhi oleh keputusan investasi,
empiris hubungan antara keputusan dividen keputusan dividen, profit, net working capital,
(dividend decision), investasi (invesment decision), dan hutang jangka panjang.
dan pendanaan eksternal (external financing
decision) pada perusahaan-perusahaan Indonesia Model Dividen, Investasi, dan Pendanaan
yang listed di Bursa Efek Jakarta. Eksternal
Dengan memahami perilaku finansial Model keputusan Dividen, Investasi dan
perusahaan-perusahaan dari berbagai negara yang Pendanaan Eksternal dapat di tunjukkan sebagai
berbeda dapat diperoleh perspektif yang lebih luas berikut:
dan menyeluruh tentang masalah keuangan dan
bisnis (Mc Donnald, Jacquillat, Nussenbaum, 1975). (Sumber: Mc Donald, Janckuillat, dan Nussenbaum,
Maksimisasi nilai perusahaan sangat bergantung 1975).
pada pilihan berbagai keputusan mengenai investasi,
pendanaan, dan dividen yang merupakan fungsi
bagaimana keputusan berdampak pada harapan arus Hipotesis Penelitian
kas masa depan (expected future cash flow), resiko,
Hipotesis yang akan diuji sebagai berikut:
dan keseimbangan antara pengembalian yang
1. Keputusan dividen perusahaan dipengaruhi oleh
diharapkan (expected return) dan biaya yang
profit dan keputusan dividen sebelumnya serta
dikeluarkan.
keputusan investasi dan pendanaan eksternal.
F
= c 0 + c1
I
+ c2 D + c3
P
+ c4
Wk
+ c5
LTD
+ υ .......... ( 3 )
2. Keputusan investasi dipengaruhi oleh keputusan
S
S S S S S dividen, keputusan pendanaan eksternal, hutang
jangka panjang, profit, net working capital, dan
D
= a 0 + a1
P
+ a 2
D t −1 + a 3 I + a 4
F
+ υ .......... ..( 1 )
perubahan penjualan.
S S S S S 3. Keputusan pendanaan eksternal dipengaruhi
I dS Wk LTD D F
oleh keputusan investasi, keputusan dividen,
= b 0 + b1 + b2 P + b3 + b4 + b5 + b 6 + υ ........( 2 ) profit, net working capital, dan hutang jangka
S S S S S S S
panjang.
Dari hasil penelitian Mc Donnald, Jackuillat,
dan Nussenbaum (1975) pada perusahaan- METODE PENELITIAN
perusahaan Perancis dan dengan adanya beberapa Rancangan Penelitian
perbedaan hasil penelitian-penelitian sebelumnya, Penelitian ini dilakukan dengan cara observasi
yang diantaranya dilakukan oleh Dhrymes dan Kurz terhadap kenyataan sosial yang terwujud khususnya
(1967) serta Higgins (1972) pada perusahaan- terhadap keputusan-keputusan keuangan perusahaan
perusahaan Amerika, maka permasalahan dalam diantaranya keputusan dividen, keputusan investasi,
penelitian ini dapat dirumuskan: dan keputusan pendanaan eksternal. Penelitian ini
1. Apakah keputusan dividen perusahaan menggunakan rancangan causal comparatif analitic
dipengaruhi oleh profit dan keputusan dividen karena akan menguji secara empirik pengaruh timbal
sebelumnya serta keputusan investasi dan balik antara keputusan-keputusan dividen, investasi,
pendanaan eksternal. dan pendanaan eksternal pada perusahaan-
2. Apakah keputusan investasi perusahaan perusahaan yang ada di Indonesia yang terwakili
dipengaruhi oleh keputusan dividen, pendanaan dalam Bursa Efek Jakarta.
eksternal, hutang jangka panjang, profit, net
working capital dan perubahan penjualan. Ruang Lingkup Penelitian
3. Apakah keputusan pendanaan eksternal Ruang lingkup penelitian ini sebagai berikut :
dipengaruhi oleh keputusan investasi, keputusan 1. Pembahasan dibatasi hanya pada hubungan
dividen, profit, net working capital, dan hutang kausalitas antara keputusan dividen dan
jangka panjang. keputusan investasi, keputusan dividen dan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan keputusan pendanaan eksternal, serta keputusan
dari penelitian ini adalah: investasi dan keputusan pendanaan eksternal.
1. Untuk mengetahui apakah keputusan dividen 2. Analisis terhadap perilaku ketiga bentuk
perusahaan dipengaruhi oleh profit dan keputusan manajemen tersebut hanya pada
keputusan dividen sebelumnya serta keputusan aspek keuangan.
investasi dan pendanaan eksternal.
2. Untuk mengetahui apakah keputusan investasi Obyek dan Lokasi Penelitian
dipengaruhi oleh keputusan dividen, keputusan Obyek penelitian ini adalah perusahaan-
pendanaan eksternal, hutang jangka panjang, perusahaan yang go public dan list di Bursa Efek
profit, net working capital, dan perubahan Jakarta (BEJ) yang menerbitkan laporan keuangan
penjualan. selama periode penelitian dari tahun 1999 sampai
dengan tahun buku yang berakhir pada 31 Desember

101
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005

2001. 3. Variabel pendanaan eksternal (eksternal


Sedangkan lokasi penelitian adalah di Pojok BEJ financing decision) dengan notasi F, diukur
Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya. dengan hutang jangka panjang bersih (net long
term borrowing), yaitu perubahan hutang jangka
Populasi dan Penentuan Sampel panjang tahun bersangkutan dengan tahun
Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan- sebelumnya dalam lembar neraca yang
perusahaan dalam semua bidang usaha yang meliputi dipublikasikan dalam Indonesia Capital Market
perusahaan produksi pertanian, peternakan, mining, Directory.
konstruksi, manufaktur, wholesale, retail, dan 4. Variabel perubahan penjualan (dS) atau
sebagainya. Teknik sampling yang digunakan dalam akselerator kapasitas dihitung dari selisih antara
penelitian ini adalah purposive sampling. volume penjualan tahun bersangkutan dikurangi
Perusahaan-perusahaan yang bersifat jasa volume penjualan tahun sebelumnya.
seperti jasa transportasi, perbankan, asuransi, 5. Profit atau laba bersih (P) diukur dari laba
komunikasi dan real estate tidak dimasukkan sebagai setelah bunga dan pajak (EAT)
bahan kajian dan dikeluarkan dari sampel. 6. Net Working Capital (Wk) yang merupakan
Dari perusahaan yang go public di Bursa Efek proksi dari tingkat likuiditas merupakan
Jakarta selama periode tahun 1999-2001, diperoleh pengurangan Hutang Lancar (Current
sejumlah 227 perusahaan yang bersifat nonjasa. Dari Liabilities) atas aktiva lancar (current asset).
jumlah ini dipilih perusahaan-perusahaan yang 7. Hutang jangka panjang /Long Term Debt (LTD)
mengeluarkan dividen selama tiga tahun berturut- dihitung dari total hutang jangka panjang
turut dari tahun 1999 sampai tahun 2001 dan perusahaan (long term liabilities) dalam lembar
diperoleh sebanyak 33 perusahaan sebagai target neraca yang tercantum dalam Indonesia Capital
sampel. Mengingat kecilnya jumlah target sampel, Market Directory.
maka digunakan semua target sampel sebagai sampel
Tabel 1. Deskripsi Variabel-Variabel Penelitian
penelitian dengan melakukan pooling data selama
tiga tahun berturut-turut pada masing-masing N Variabel Me- Mi Mak Sta
sampel. Dengan cara ini akan diperoleh sebanyak 99 o an ni simu nda
pengamatan. Hasil pengamatan inilah yang nantinya mu m rd
akan dianalisis untuk memperoleh hasil penelitian. m dev
iasi
Sumber dan Pengumpulan Data 1. Dividen (D/S) 0,05 0,0 0,380 0,06
Data diperoleh dari Pojok Bursa Efek Jakarta 1 01 4
yang berupa data sekunder dari Indonesia Capital 2. Investasi (I/S) 0,28 0,0 1,659 0,29
Market Directory, dan sumber-sumber lain seperti 3 30 5
internet, majalah, buku, serta jurnal yang memuat 3. Pendanaan (F/S) 0,01 - 0,423 0,08
informasi yang berkaitan dengan masalah-masalah 4 0,2 4
investasi, dividen, dan pendanaan eksternal. Jenis 6
data yang dikumpulkan adalah perkembangan 4. Profit (P/S) 0,11 0,0 0,269 0,07
laporan keuangan dari masing-masing perusahaan 0 06 1
sampel untuk periode tahun 1999-2001 serta data- 5. Lagged Dividen 0,05 0,0 0,380 0,07
data yang dipublikasikan lainnya seperti laporan (Dt-1/S) 0 00 5
penelitian, majalah, dan jurnal dengan melakukan 6. Perubahan 0,16 - 0,774 0,18
proses dokumentasi. Sedangkan data disusun baik Penjualan (dS/S) 3 0,4 7
secara pooling maupun cross section selama tiga 7
tahun terhadap semua sampel perusahaan. 7. Net Working 0,29 - 1,221 0,30
Capital (Wk/S) 9 0,2 1
Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel 6
Identifikasi variabel-variabel yang akan diamati 8. Hutang Jgka 0,10 0,0 0,795 0,15
dalam penelitian, berikut definisi operasionalnya. Panjang 8 00 7
1. Variabel dividen (dividend decision) dengan (LTD/S)
notasi D, dihitung dari total dividen tunai (cash
Sumber : Data Diolah
dividend) yang dibagikan perusahaan pada para
pemegang sahamnya (dividen per share x
Teknik Analisis Data
jumlah saham beredar).
Alat analisis ekonometrik dengan metode
2. Variabel investasi (investment decision) dengan
regresi kuadrat terkecil dua tahap (two-stage least
notasi I diukur dari investasi aktiva tetap
squares) digunakan dalam menganalisis data dalam
perusahaan (net fixed asset) dalam lembar
penelitian ini. Sebagai bahan perbandingan dan
neraca yang dipublikasikan dalam Indonesia
pengujian stabilitas hubungan variabel-variabel
Capital Market Directory.
penelitian, penulis juga melakukan estimasi dengan
regresi kuadrat terkecil biasa (ordinary least

102
Studi Empiris Keputusan-keputusan Deviden, Investasi dan Pendanaan Eksternal
pada Perusahaan-perusahaan Indonesia yang Go Publik di Bursa Efek Jakarta

squere/OLS). Penerapan kedua metode tersebut Tabel 3. Hasil Regresi Berganda Kuadrat Terkecil
dilakukan dengan bantuan program komputer SPSS Dua Tahap (2SLS) Terhadap Model Dividen
versi 10. (D/S)
Adapun tahap-tahap yang perlu dilakukan No Variab Cross Section
dalam menganalisis data menggunakan metode 2SLS el Th. Th. Th. 2001
ini yaitu: 1999 2000
Tahap 1: Membuang korelasi yang tampak terjadi Konst 0,0111 0,0252 0,00623 0,00886
antara variabel terikat endogen (Y) dan error term anta (0,870) (0,844) (-0,491) (0,884)
(u) dengan meregresikan semua variabel endogen P/S 0,296 0,146 0,470 0,439
terhadap semua variabel yang ditetapkan lebih (2,471)* (0,469) (5,513)* (5,184)***
dahulu (predetermined variables) dalam sistem. * **
(Gujarati, 1978). Dalam penelitian ini langkah Dt-1/S 0,224 0,489 0,125 -0,0439
pertama yang dilakukan peneliti adalah meregres (2,611)* (2,318) (2,101)* (-0,357)
semua variabel endogen (Dt ,It ,Ft ) terhadap varibel * ** *
eksogen (Pt ,Dt-1 ,dSt ,Wkt ,LTDt ) yang nampak I/S - 7,2E- -3,E-11 5,2E-11
sebagai berikut: 0,00645 11 (-1,486) (1,271)
Tahap 2: Mensubstitusikan hasil estimasi variabel 7 (0,631)
dependen ke dalam persamaan asli (struktural) yang (-0,102)
kemudian dilakukan proses OLS. (Gujarati, 1978). F/S -0,133 7,9E- 1,8E-10 -6,E-10
Untuk melengkapi hasil analisis terhadap (-0,394) 11 (1,280) (-2,1)**
model dividen, investasi dan pendanaan eksternal di (0,121)
atas, akan dilakukan pula proses analisis dengan Adj.R 0,202 0,103 0,551 0,547
menggunakan uji kausalitas Granger (Granger 2

Causality Test). Sig. 0,000 0,135 0,000 0,000


F 7,125 1,917 10,818 10,674
HASIL PENELITIAN
Gambaran Umum Variabel-Variabel Penelitian
Berikut ini ringkasan deskripsi variabel- b. Model Investasi (I/S)
variabel yang digunakan dalam penelitian ini:
Hasil Analisis dengan Metode Kuadrat Terkecil Tabel 4. Hasil Regresi Berganda Kuadrat Terkecil
Biasa (OLS) dan Metode Kuadrat terkecil Dua Tahap Biasa (OLS) terhadap Model Investasi (I/S)
(2SLS) Pooling Cross Section
Th. Th. Th.
a. Model Dividen (D/S) 1999 2000 2001
Konst 0,05436 0,02329 0,04111 0,06177
Tabel 2. Hasil Regresi Berganda Kuadrat Terkecil anta (1,156) (0,303) (0,470) (0,690)
Biasa (OLS) Terhadap Model Dividen (D/S) P/S 2,061 3,090 2,565 2,253
No Varia Cross Section (5,316)* (4,129)* (3,368)* (2,783)*
bel Th. 1999 Th. 2000 Th. 2001 ** ** ** **
dS/S -0,144 -0,152 -0,181 -0,164
Konst 0,0135 0,0234 -0,0106 0,0029 (-1,27) (-0,643) (-0,897) (-0,803)
anta (1,188) (0,794) (-0,009) (0,335) Wk/S -0,28(- -0,51(- -0,38 -0,204
P/S 0,317 0,349 0,421 0,409 3,2)*** 2,6)*** (-2,2)** (-1,432)
(3,667) (1,231) (4,917)** (5,177)*** LTD/ 1,326 1,084 0,934 1,212
*** *
S (8,899)* (3,244)* (2,873)* (5,153)*
Dt-1/S 0,215 0,442 0,125 -0,0566
(2,711) (2,108)** (2,033)** (-0,468)
** ** ** **
*** D/S -0,474 -0,559 -0,739 -1,247
I/S -0,238 -0,0383 -0,0238 -0,025 (-1,322) (-1,453) (-0,638) (-0,754)
(- (-0,639) (-0,979) (-1,70)* F/S -0,77(- -1,08 1,096 -1,5(-
1,196) 2,8)*** (2,50)** (1,554) 3,3)***
F/S - -0,126 0,0223 -0,104 Adj. 0,529 0,586 0,541 0,516
0,0872 (-0,643) (0,236) (-2,1)** R2
(- Sig. 0,000 0,000 0,000 0,000
1,281)
Adj.R2 0,221 0,111 0,526 0,556
F 19,365 8,560 7,298 6,695
Sig. 0,000 0,122 0,000 0,000
F 7,934 1,998 9,866 11,004

103
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005

Tabel 5. Hasil Regresi Berganda Kuadrat Terkecil Tabel 7. Hasil Regresi Berganda Kuadrat Terkecil
Dua Tahap (2SLS) terhadap Model Investasi (I/S) Dua Tahap (2SLS) Terhadap Model Pendanaan
Eksternal (F/S)
Poolin Cross Section
g Th. Th. Th. Pooling Cross Section
1999 2000 2001 Th. 1999 Th. Th.
Konst 0,218 0,03985 0,157 -0,0216 2000 2001
anta (1,414) (0,166) (2,02)** (-0,124) Konst -0,027 -0,0221 0,0105 -0,0256
P/S 3,558 2,678 0,127 1,553 anta (-1,043) (-0,707) (0,536) (-0,556)
(2,485) (2,244)* (0,144) (0,879) P/S -0,562 0,04228 -0,0551 -0,359
** * (-0,669) (0,089) (-0,160) (-0,795)
dS/S -0,151 -0,307 -0,192 -0,0287 Wk/S -0,0693 0,02754 -0,0272 -0,0029
(- (-0,579) (-1,159) (-0,096) (0,688) (0,322) (-0,489) (-0,043)
1,169) LTD/ 0,06369 0,220 0,543 -0,210
Wk/S -0,49(- -0,505 -0,0678 -0,046 S (0,168) (1,501) (3,668)* (-0,961)
2,35)** (-1,029) (-0,406) (-0,194) **
LTD/ -0,906 0,965 1,993 0,651 D/S 0,508 5,8E-11 3,2E-10 3,8E-10
S (- (0,572) (7,668)* (0,803) (1,793) (0,18) (-0,679) (0,742)
0,452) ** I/S 0,172 -5,E-12 -1,E-10 3,4E-10
D/S -3,301 2,1E-10 8,5E-10 -1,E-09 (0,514) (-0,039) (-1,437) (1,86)*
(- (0,20) (0,572) (-0,810) Adj.R 0,160 -0,075 0,589 0,054
1,215) 2

F/S 7,840 -2,E-10 -4,E-10 1,9E-09 Sig. 0,001 0,733 0,000 0,0269
(1,012) (-0,041) (-3,7) (-0,380) F 4,733 0,555 10,158 1,362
***
Adj. 0,490 0,465 0,670 0,332
R2
Sig. 0,000 0,001 0,000 0,009 Keterangan :
F 16,123 5,629 11,810 3,654 - Angka dalam kurung merupakan nilai t-hitung
(nilai absolut), nilai t tabel adalah t 0,10=1,67 ; t
0,05=2,00 ; t 0,01=2,66
b. Model Pendanaan Eksternal (F/S) *** Signifikan pada tingkat 0,01 (1%)
Tabel 6. Hasil Regresi Berganda Kuadrat Terkecil Tabel 10. Sebagian Hasil Uji Kausalitas Granger
Biasa (OLS) Terhadap Model Pendanaan
Eksternal (F/S) Hipotesis Nol F Pro Kesim
Stat b. pulan
Pooling Cross Section I/S tidak mempengaruhi 0,18 0,83 Diterim
Th. 1999 Th. Th. D/S 0 a
2000 2001 D/S tidak mempengaruhi 0,23 0,79 Diterim
Kons -0,0064 -0,0143 -0,0106 -0,01214 I/S 7 a
tanta (-0,407) (-0,553) (0,536) (-0,405) F/S tidak mempengaruhi 1,07 0,34 Diterim
P/S 0,216 0,587 0,407 0,803 D/S 5 a
(1,355) (1,624) (-1,81)* (2,732)* D/S tidak mempengaruhi 0,27 0,76 Diterim
** F/S 4 a
Wk/S -0,0148 -0,0710 -0,0673 -0,04688 I/S tidak mempengaruhi 0,53 0,58 Diterim
(-0,449) (-0,973) (1,495) (-0,898) F/S 7 a
LTD 0,353 0,373 0,237 0,307 F/S tidak mempengaruhi 5,47 0,01 Ditolak
/S (5,514)* (2,720)* (2,819)* (2,992)* I/S 6
** ** ** **
D/S -0,154 -0,163 -0,0503 -0,871 ** Signifikan pada tingkat 0,05 (5%)
(-1,186) (-1,041) (-0,169) (-1,503) • Signifikan pada tingkat 0,10 (10%)
I/S -0,1(- -0,18(- 0,0782 -0,196
2,8)*** 2,7)*** (1,625) (-
3,32)***
Adj. 0,228 0,156 0,579 0,280
R2
Sig. 0,000 0,085 0,000 0,015
F 6,779 2,186 9,813 3,491

104
Studi Empiris Keputusan-keputusan Deviden, Investasi dan Pendanaan Eksternal
pada Perusahaan-perusahaan Indonesia yang Go Publik di Bursa Efek Jakarta

Hasil Uji Kausalitas Granger (Granger Causality menaikkan ataupun menurunkan tingkat pembayaran
Test) dividennya bila tidak memiliki keyakinan tentang
kenaikan laba pada tahun berikutnya.
Pengujian Hipotesis Signifikannya variabel profit dan lagged
dividend dalam menentukan tingkat pembayaran
a. Model Dividen (D/S) dividennya ini menunjukkan bukti positif tentang
Dari tabel hasil analisis regresi di atas sebagian validitas empiris model dividen Lintner (1956) di
besar menunjukkan bahwa variabel dividen (D/S) Indonesia. Hasil tersebut juga berlaku pada
dipengaruhi oleh variabel profit secara positif dan perusahaan-perusahaan Perancis oleh Mc Donald,
signifikan dalam poolled data dengan tingkat Jackuillat dan Nussenbaum (1975).
signifikansi 1% dan dalam dua tahun dari tiga tahun
secara cross section dengan tingkat signifikansi yang b. Model Investasi (I/S)
juga 1%. Kondisi yang sama terjadi juga pada Variabel profit (P/S) mempengaruhi variabel
analisis dengan menggunakan metode 2SLS dengan investasi (I/S) secara positif dan signifikan di hampir
perbedaan tingkat signifikansi pada data pooled. semua jenis penyajian data. Secara pooled data,
Signifikansi yang tinggi variabel profit dalam variabel tingkat profit secara positif, dan signifikan
menentukan tingkat pembayaran dividen menentukan keputusan investasi dengan tingkat
menunjukkan bahwa tingkat profit menjadi signifikansi 1%. Demikian pula yang terjadi pada
pertimbangan utama perusahaan dalam memutuskan data cross section, nampak variabel profit (P/S)
tingkat pembayaran dividennya. Ini berarti pula signifikan positif di semua tahun dengan tingkat
bahwa perusahaan cenderung memupuk dana signifikansi 1%. Namun hasil ini tidak terjadi pada
internalnya dalam membagi keuntungan perusahaan analisis data dengan metode 2SLS, di mana variabel
pada para pemegang sahamnya. profit hanya signifikan pada penyajian data secara
Sementara itu keputusan dividen tahun pooled dan signifikan pada satu dari tiga tahun
sebelumnya (Dt-1/S) juga secara positif dan secara cross section.
signifikan berpengaruh terhadap tingkat pembayaran Signifikannya variabel profit (P/S) dalam
dividen. Hal ini tampak pada hasil estimasi yang menentukan tingkat investasi perusahaan
menunjukkan bahwa variabel lagged dividend (Dt- menunjukkan bahwa manajer lebih menitikberatkan
1/S) berpengaruh secara signifikan terhadap variabel pada profit sebagai patokan untuk melakukan
dividen (D/S) pada data poolled dengan tingkat investasi. Dengan kata lain perusahaan cenderung
signifikansi 1% dan secara cross section dengan melakukan pemupukan dana secara internal melalui
tingkat signifikansi 5%. Secara cross section, laba ditahan untuk melakukan investasi. Hasil ini
signifikansi variabel dividen sebelumnya dalam identik dengan hasil penelitian Mc Donnald
mempengaruhi keputusan dividen terjadi pada tahun Jackuillat dan Nussenbaum (1975) yang
1999 dan 2000, sedangkan pada tahun 2001, negatif menunjukkan hasil positif di empat dari tujuh tahun
namun tidak signifikan. Hasil tersebut relatif sama secara cross section namun dari empat tahun tersebut
terjadi pada analisis data dengan metode 2SLS hanya dua tahun yang signifikan.
dengan tingkat signifikansi yang lebih rendah pada
Variabel perubahan penjualan/akselerator
data poolled
kapasitas (dS/S) tidak memiliki koefisien yang
Signifikansi variabel lagged dividend dalam
signifikan di hampir semua jenis penyajian data dan
menentukan tingkat pembayaran dividen
metode analisis. Terdapat kecenderungan pengaruh
menunjukkan bahwa perusahaan cenderung
yang negatif variabel perubahan penjualan (dS/S)
memperhatikan stabilitas dividen dalam menyusun
terhadap tingkat investasi (I/S) perusahaan namun
kebijakan dividennya. Ini berarti bahwa teori
tidak signifikan.
stabilitas dividen berlaku dalam mempertimbangkan
Hasil ini menunjukkan bahwa tidak terjadinya
tingkat pembayaran dividen pada perusahaan-
kondisi di mana kenaikan tingkat investasi jangka
perusahaan Indonesia. Kondisi ini, dapat diartikan
panjang perusahaan yang disebabkan oleh
pula bahwa telah terjadi signaling efek di mana
meningkatnya volume penjualan. Hal ini masuk akal
keputusan dividen perusahaan dapat memberikan
karena meningkatnya volume penjualan tidak
signal tentang prospek perusahaan di masa datang
otomatis akan meningkatkan laba bersih perusahaan.
yang terjadi akibat adanya asimetri informasi antara
Salah satu penyebabnya kemungkinan adalah karena
pemegang saham dan pihak manajemen. Di samping
meningkatnya biaya produksi dan biaya operasional
itu dividen juga membawa muatan informasi tentang
lainnya.
ekspektasi manajer terhadap cash flow perusahaan di
Variabel likuiditas (Wk/S) yang ditunjukkan
masa yang akan datang. Meningkatnya pembayaran
dengan nilai net working capital, menunjukkan hasil
dividen akan dianggap sebagai kabar baik tentang
signifikan dan kesemuanya negatif. Ini terutama
prospek perusahaan, sebaliknya, penurunan jumlah
terjadi pada jenis penyajian secara pooling dengan
dividen (dividend cut) akan diterjemahkan sebagai
tingkat signifikansi 1% dan pada data cross section
kabar buruk tentang prospek perusahaan. Dengan
dengan tingkat signifikansi 1% pada tahun 1999 dan
adanya signaling effect ini, perusahaan enggan untuk
5% pada tahun 2000. Sementara itu, dengan metode

105
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005

2SLS, variabel ini hanya signifikan pada data tidak menunjukkan pengaruh yang berarti di hampir
pooling dengan tingkat signifikansi 5%. semua jenis penyajian data serta metode analisis.
Ini menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan Terdapat pengaruh negatif di sebagian jenis
yang memiliki tingkat investasi yang lebih tinggi, penyajian data dan positif di sebagian lainnya namun
pada gilirannya akan memiliki likuiditas yang rendah tidak signifikan.
pada akhir tahun. Dan sebaliknya, perusahaan akan Tidak signifikannya variabel likuiditas dalam
memiliki likuiditas yang tinggi di akhir tahun jika menentukan tingkat pendanaan eksternal
tingkat investasinya rendah. menunjukkan dukungan terhadap bukti-bukti
Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian Mc sebelumnya bahwa pendanaan eksternal bukan
Donald dan kawan-kawan (1975) yang menunjukkan merupakan hal yang signifikan dalam keputusan
hasil signifikan dan negatif hanya pada satu dari keuangan perusahaan. Terbukti bahwa ketika
tujuh tahun. Perbedaan hasil antara metode OLS dan likuiditas menurun maupun naik, pendanaan
2SLS ini menurut Dhrymes dan Kurz (1967) eksternal tidak berubah secara meyakinkan.
dianggap sebagai kelemahan estimasi persamaan Sedangkan variabel leverage yang diwakili
tunggal. Namun menurut Gujarati (1978), untuk data dengan hutang jangka panjang (LTD/S)
yang relatif kecil, model persamaan tunggal ini menunjukkan hasil yang signifikan dan positif
masih efisien dan tidak bias dalam mengestimasi dengan tingkat signifikansi 1% yang berlaku pada
populasi data yang diduga mengalami problem semua jenis penyajian data dengan metode kuadrat
simultanitas. terkecil biasa. Sementara dalam kerangka persamaan
Variabel leverage atau yang diwakili oleh simultan, variabel leverage ini hanya signifikan pada
hutang jangka panjang (LTD/S), pada metode tahun 2000 dengan tingkat signifikansi 1%. Pola
estimasi persamaan tunggal mempengaruhi tingkat hubungan tersebut dapat dianggap positif dan
investasi (I/S) secara positif dan signifikan baik negatif. Hal ini terjadi karena memang pendanaan
secara pooling maupun pada semua tahun secara eksternal dihitung dari perubahan hutang jangka
cross section dengan tingkat signifikansi 1%. panjang.
Sementara itu dengan metode 2SLS, variabel
leverage, secara signifikan dan positif Hubungan Kausalitas Antara Keputusan-
mempengaruhi variabel investasi hanya pada tahun Keputusan Dividen, Investasi, dan Pendanaan
2000, sedangkan pada tahun 1999 dan 2001 serta Eksternal
secara pooled, tidak ditemukan pengaruh yang Seperti yang telah dihipotesiskan di awal
signifikan. penelitian tentang terjadinya pola hubungan yang
Penemuan ini mendukung hipotesis Mc simultan dua arah antara keputusan dividen,
Donnald, Jackuillat dan Nussenbaum (1975) yang investasi, dan pendanaan eksternal, pada bagian
menyatakan bahwa jika biaya marginal dari modal berikut akan diulas lebih lanjut pola hubungan antara
perusahaan merupakan sebuah fungsi leverage yang keputusan dividen dengan keputusan investasi,
menurun berdasarkan asumsi bunga kena pajak dan keputusan dividen dengan pendanaan eksternal, serta
biaya kepailitan nol, maka tingkat investasi yang keputusan investasi dengan keputusan pendanaan
lebih tinggi akan terkait dengan leverage yang lebih eksternal.
tinggi. Hasil ini juga relatif sama bahkan lebih
meyakinkan dari penelitian Mc Donnald dan kawan-
kawan karena terjadi dengan tingkat signifikansi Hubungan Kausalitas Antara Keputusan Dividen
yang lebih tinggi. dan Keputusan Investasi
Dari penelitian ini ditemukan bahwa keputusan
c. Model Pendanaan Eksternal (F/S) dividen tidak dipengaruhi oleh keputusan investasi
Variabel profit (P/S) secara signifikan dan dan sebaliknya keputusan investasi (aktiva tetap)
positif mempengaruhi pendanaan eksternal (F/S) perusahaan juga tidak ditentukan oleh keputusan
perusahaan hanya pada tahun 2000 dan 2001 pada dividennya. Dengan kata lain bahwa antara
data cross section dengan tingkat signifikansi 10% keputusan dividen dengan keputusan investasi
dan 1%. Sedangkan dalam kerangka persamaan perusahaan terdapat independensi. Namun secara
simultan, variabel profit (P/S) ini tidak menentukan umum terjadi kecenderungan hubungan dua arah
tingkat pendanaan eksternal (F/S) secara signifikan yang negatif namun tidak signifikan antara variabel
baik secara pooling, maupun secara cross section. dividen dan investasi.
Hal ini selaras dengan bukti-bukti terdahulu tentang Dalam model dividen diperoleh koefisien -0,238
pola hubungan profit dengan dividen maupun dengan pada variabel investasi. Ini berarti bahwa jika
investasi bahwa tingkat profit menjadi pertimbangan investasi naik sebesar 1%, maka dividen akan turun
utama perusahaan dalam memutuskan tingkat sebesar 0,238% dan seterusnya. Sementara dalam
dividen dan investasinya yang berarti perusahaan model investasi diperoleh koefisien -0,474 pada
cenderung memupuk dan internalnya sehingga variabel dividen yang berarti bahwa jika dividen naik
keberadaan dana eksternal kurang diperlukan. sebesar 1%, maka investasi akan menurun sebesar
Variabel likuiditas (Wk/S) juga demikian, ia 0,47% dan seterusnya. Namun sekali lagi kondisi ini

106
Studi Empiris Keputusan-keputusan Deviden, Investasi dan Pendanaan Eksternal
pada Perusahaan-perusahaan Indonesia yang Go Publik di Bursa Efek Jakarta

nampak kurang signifikan. Mougue dan Mukherjee (1994) dalam model


Sementara itu dari hasil analisis dengan kausalitas Granger-nya menyatakan adanya
menggunakan uji kausalitas Granger, diperoleh hubungan dua arah negatif antara perubahan dalam
kesimpulan yang mendukung kondisi tersebut bahwa dividen dan perubahan dalam investasi. Hasil
antara keputusan dividen dan investasi terjadi penelitian ini juga mendukung temuan Smirlock dan
independensi. Keputusan investasi tidak Marshall (1983) tentang independensi hubungan
mempengaruhi (secara Granger) keputusan dividen yang menurut Mboja Mukerjee (1994) dianggap bias
dengan probabilitas 0,83 atau 83%. Ini berarti bahwa karena tidak menyertakan variabel pendanaan.
kemungkinan terjadi kesalahan jika menolak Sementara itu, kondisi demikian sangat
hipotesis nol (dividen tidak mempengaruhi investasi) berlawanan dengan hasil pengamatan Sudarma
adalah sebesar 83%. Sebaliknya, keputusan investasi (1997) yang dilakukan pada sampel perusahaan di
juga tidak mempengaruhi (secara Granger) BES tahun 1990-1996. Dari penelitian ini didapati
keputusan dividen dengan probabilitas 79%. hubungan dua arah yang positif antara dividen dan
Dan temuan ini sesuai dengan teorema Miller investasi yang diantaranya diakibatkan kondisi pasar
dan Modigliani dalam kerangka pasar modal modal ketika itu yang masih belum didukung oleh
sempurna. Hasil ini otomatis menolak hipotesis infrastruktur hukum sebagai instrumen untuk
tentang adanya hubungan dua arah positif antara melindungi investor terutama investor individual.
keputusan dividen dan keputusan investasi Dari kondisi ini mengakibatkan perusahaan dapat
perusahaan. Menurut Higgins (1972), yang melakukan pendanaan eksternal tanpa
temuannya juga menunjukkan bahwa didapati memperdulikan kapasitas meminjamnya yang telah
koefisien negatif signifikan variabel investasi pada menipis bahkan telah habis.
model dividennya, menyatakan bahwa kondisi Dari hasil temuan terhadap pola hubungan
demikian mendukung adanya hipotesis bahwa terjadi dividen dan investasi tersebut, secara umum
trade-off antara keputusan dividen dan investasi. memiliki kesesuaian dengan teori yang ada tentang
Dengan kata lain, dengan adanya pengeluaran modal adanya trade off antara keputusan dividen dengan
untuk investasi (capital expenditure) akan keputusan investasi akibat adanya keinginan
mengurangi pembayaran dividen untuk jangka waktu perusahaan untuk memupuk dana internalnya guna
tertentu. Di sisi lain, peningkatan jumlah menjaga tingkat borrowing capacity-nya. Namun
pembayaran dividen pada saat ini akan menghambat sekali lagi, pola hubungan tersebut tidak begitu
pengeluaran investasi perusahaan, paling tidak dalam signifikan.
jangka pendek. Dalam kerangka asimetris information,
Hasil temuan ini juga berbeda dengan penelitian adanya independensi ini masih belum bisa dianggap
terdahulu dari Mc. Donnald, Jackuillat, dan sebagai argumen bahwa pasar modal relatif
Nussenbaum (1975) yang menyatakan bahwa sempurna dan tidak adanya asimetri informasi.
keputusan dividen tidak ditentukan oleh investasi, Dengan kata lain, kondisi ini bukan berarti
namun keputusan investasi dipengaruhi oleh menunjukkan bahwa informasi tentang kondisi
keputusan dividen dengan kecenderungan positif. perusahaan telah bersifat transparan dan diketahui
Yang menarik, Mc Donnald dan kawan-kawan secara bebas baik oleh pihak manajemen, investor,
menyatakan bahwa meskipun variabel dividen maupun stakeholder, namun kemungkinan terjadi
signifikan menentukan investasi pada penelitiannya, lebih karena kodisi pasar modal yang masih dalam
namun mereka tidak menganggap hasil temuannya masa transisi setelah adanya krisis ekonomi dan
berlawanan dengan teorema Miller Modigliani, moneter awal tahun 1998.
karena dividen, menurut mereka dapat dianggap
sebagai proksi dari lagged capital stock dalam model Hubungan Kausalitas Antara Keputusan Dividen
akselerator Chenery atau proksi dari “pendapatan Dengan Keputusan Pendanaan Eksternal
ekonomis yang sebenarnya” dari perusahaan- Keputuasan dividen, dalam penelitian ini juga
perusahaan Perancis. Dari sini dapat disimpulkan tidak berpengaruh terhadap keputusan pendanaan
bahwa kondisi di Indonesia ternyata sangat berbeda eksternal (pengaruh negatif untuk OLS dan positif
dengan di Perancis di mana variabel dividen untuk 2SLS tapi tidak signifikan) dan sebaliknya
bukanlah proksi dari lagged capital stock ataupun keputusan pendanaan eksternal juga tidak
pendapatan ekonomi seperti pada perusahaan- mempengaruhi keputusan dividen (pengaruh negatif
persahaan Perancis tersebut. tapi tidak begitu signifikan). Dengan kata lain, terjadi
Sedangkan menurut Mboja mukherjee (1994), independensi keputusan antara dividen dan
pola hubungan negatif antara keputusan dividen dan pendanaan eksternal.
investasi disebabkan kemampuan perusahaan untuk Dalam model dividen diperoleh koefisien -
memupuk dana internalnya menjadi berkurang dan 0,0872 pada variabel pendanaan eksternal. Ini berarti
adanya suatu keinginan untuk memelihara tingkat bahwa jika pendanaan eksternal naik sebesar 1%,
borrowing capacity. Di mana pemupukan borrowing maka dividen akan turun sebesar 0,087% dan
capacity memerlukan waktu dalam rangka untuk seterusnya. Sementara dalam model pendanaan
menjaga Debt to Equity ratio perusahaan. Mboja eksternal diperoleh koefisien -0,154 pada variabel

107
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005

dividen yang berarti bahwa jika dividen naik sebesar Dalam model investasi diperoleh koefisien –
1%, maka pendanaan eksternal akan menurun 0,772 pada variabel pendanaan eksternal. Ini berarti
sebesar 0,154% dan seterusnya. Namun sekali lagi bahwa jika pendanaan eksternal naik sebesar 1%,
kondisi ini nampak kurang signifikan. maka investasi akan turun sebesar 0,772% dan
Sementara itu dari hasil uji kausalitas Granger seterusnya. Sementara dalam model pendanaan
diperoleh kesimpulan yang juga mendukung kondisi eksternal diperoleh koefisien –0,104 pada variabel
tersebut bahwa antara keputusan dividen dan investasi yang berarti bahwa jika investasi naik
pendanaan eksternal terjadi independensi. Keputusan sebesar 1%, maka pendanaan eksternal akan
dividen tidak mempengaruhi (secara Granger) menurun sebesar 0,104% dan seterusnya. Dan
keputusan pendanaan eksternal dengan probabilitas kondisi ini terjadi dengan tingkat signifikansi 1%.
0,76 atau 76%. Ini berarti bahwa kemungkinan Sementara itu dari hasil uji kausalitas Granger
terjadi kesalahan jika menolak hipotesis nol (dividen diperoleh kesimpulan yang sedikit berbeda di mana
tidak mempengaruhi investasi) adalah sebesar 76%. keputusan investasi dipengaruhi oleh keputusan
Sebaliknya, keputusan pendanaan eksternal juga pendanaan eksternalnya namun keputusan pendanaan
tidak mempengaruhi (secara Granger) keputusan eksternal tidak dipengaruhi keputusan investasi.
dividen dengan probabilitas 34,5%. Dengan kata lain terjadi hubungan searah antara
Temuan ini relatif sama dengan hasil temuan keputusan investasi dan pendanaan eksternal.
Mc Donnald, Jackuillat, dan Nussenbaum (1975) Keputusan investasi tidak mempengaruhi (secara
yang menunjukkan koefisien negatif dua arah baik Granger) keputusan pendanaan eksternal dengan
pada variabel dividen maupun pendanaan eksternal probabilitas 0,59 atau 59%. Ini berarti bahwa
namun tidak signifikan. Ini berarti bahwa pada kemungkinan terjadi kesalahan jika menolak
tingkat profit, lagged dividen dan investasi tertentu, hipotesis nol (dividen tidak mempengaruhi investasi)
tidak ditemukan adanya sebagian perusahaan di adalah sebesar 59%. Sebaliknya, keputusan
Indonesia (listed di BEJ) yang membayar dividen pendanaan eksternal juga tidak mempengaruhi
tinggi dan menggunakan pendanaan eksternal (secara Granger) keputusan investasi dengan
sementara sebagian lainnya membayar dividen probabilitas 0,005 atau 0,5%. Karena nilai
rendah dan tidak menggunakan pendanaan eksternal. probabilitas yang dibawah 5%, maka hipotesis
Dengan kata lain tidak didapati adanya hubungan tersebut ditolak, sehingga keputusan investasi
yang positif antara keputusan dividen dengan dipengaruhi pendanaan eksternalnya. Namun secara
pendanaan eksternal perusahaan di Indonesia. umum hasil tersebut tidak dapat dianggap
Hasil ini kemungkinan diakibatkan oleh kondisi berlawanan dengan hasil dengan metode OLS dan
perekonomian di Indonesia setelah krisis moneter di 2SLS karena dalam kedua metode analisis tersebut
mana perusahaan-perusahaan lebih berhati-hati terdapat perbedanaan di mana pada analisis dengan
dalam menggunakan pendanaan eksternal. OLS diperoleh pola hubungan dua arah yang negatif
Disamping itu juga, hasil ini kemungkinan akibat signifikan, sementara dengan metode 2SLS tidak
pengambilan sampel dengan menyeleksi hanya diperoleh hasil yang signifikan.
perusahaan-perusahaan yang aktif membayarkan Hasil ini sangat berbeda dengan kondisi
dividen minimal tiga tahun berturut-turut yang perusahaan-perusahaan Perancis oleh Mc Donnald,
dimasukkan sebagai sampel penelitian. Jackuillat, dan Nussenbaum (1975) yang ditemukan
Kondisi ini berbeda dengan hasil penelitian hubungan dua arah yang positif antara keputusan
Mboja Mukerjee (1994) yang menyatakan adanya pendanaan eksternal dan investasi. Dan temuan ini
hubungan kausalitas positif dua arah antara juga berbeda dengan kondisi di Amerika pada
perubahan dalam dividen dan perubahan dalam penelitian Mboja Mukherjee (1994) yang
pendanaan eksternal. Aliran positif dari pendanaan menyatakan adanya hubungan kausalitas dua arah
eksternal (hutang) ke dividen menurut Mboja positif pada kedua keputusan ini.
Mukherjee menunjukkan bahwa terdapat kondisi di Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa
mana perusahaan menggunakan hutang untuk hipotesis tentang keadaan di mana perusahaan-
mendanai pembayaran dividennya ketika kapasitas perusahaan (di Indonesia) menggunakan pendanaan
meminjamnya berlebihan. eksternal untuk melakukan investasi ditolak dalam
penelitian ini. Hal ini kemungkinan diakibatkan
Hubungan Kausalitas Antara Keputusan Investasi adanya kondisi pada saat data ini diambil, di mana
dengan Keputusan Pendanaan Eksternal masih berhati-hatinya perusahaan melakukan
Dari hasil estimasi terhadap tiga model pendanaan eksternal dalam mendanai investasinya.
keputusan tersebut, diperoleh hasil bahwa antara Kemungkinan lainnya diakibatkan kondisi
keputusan investasi dan keputusan pendanaan perekonomian ketika itu di mana hutang luar negeri
eksternal terjadi hubungan negatif dua arah. Ini pihak swasta yang membengkak akibat menurunnya
berarti peningkatan investasi perusahaan diikuti oleh nilai tukar rupiah terhadap dollar US. Kondisi ini
menurunnya pendanaan eksternal dan sebaliknya mengakibatkan perusahaan-perusahaan berusaha
meningkatnya pendanaan eksternal perusahaan tidak untuk mengurangi pendanaan eksternalnya berapa
diikuti oleh meningkatnya investasi. pun jumlah investasinya dan perusahaan hanya

108
Studi Empiris Keputusan-keputusan Deviden, Investasi dan Pendanaan Eksternal
pada Perusahaan-perusahaan Indonesia yang Go Publik di Bursa Efek Jakarta

menggunakan dana internal akibat terhambatnya dengan melakukan right issue, yang mana hal ini
pengucuran kredit. Dalam pandangan Kwik Kian Gie merupakan alternatif terakhir dilakukan oleh
(1999), kondisi semacam ini dapat disebut sebagai perusahaan-perusahaan Amerika pada penelitian
overinvestment, yaitu kondisi di mana terlalu Mboja Mukerjee (1994).
besarnya investasi yang dipicu modal asing dalam Kecenderungan penggunaan dana internal (self
bentuk hutang, karena tabungan nasional sudah lebih finnacing) tersebut kemungkinan diakibatkan masih
dari habis untuk berinvestasi. adanya berbagai hambatan dalam aliran dana dari
tabungan menjadi investasi terutama di sektor riil. Ini
Implikasi Hasil Penelitian disebabkan belum berjalannya restrukturisasi kredit,
Dalam kerangka pasar modal yang tidak sehingga perusahaan-perusahaan besar yang
sempurna, yang ditandai dengan adanya pajak, berpotensi menyerap dana tabungan masih belum
asimetri informasi, dan biaya transaksi, pengujian bisa merealisasi kreditnya. Disamping itu, masalah
hipotesis pertama tentang terjadinya hubungan keamanan juga memegang peranan penting terhadap
negatif namun tidak signifikan antara keputusan terciptanya kondisi ini (Widoatmojo, 2001).
dividen dengan keputusan investasi menunjukkan
adanya perilaku pecking order pada perusahaan- KESIMPULAN DAN SARAN
perusahaan Indonesia namun belum signifikan. Hal Kesimpulan
ini bisa dilihat dari adanya trade-off antara keputusan Penelitian ini mencoba mengestimasi
dividen dan investasi di mana jika perusahaan model-model dividen, investasi dan pendanaan
meningkatkan pembayaran dividen, investasinya eksternal dari perusahaan-perusahaan yang go public
akan berkurang akibat berkurangnya dana. di Bursa Efek Jakarta dari tahun 1999-2001 baik
Sebaliknya jika perusahaan meningkatkan secara pooling maupun secara cross section pada
investasinya, pembayaran dividen cenderung masing-masing tahun. Hasil estimasi menunjukkan
menurun karena berkurangnya dana untuk bahwa keputusan dividen pada perusahaan-
pembayaran dividen dan perusahaan berusaha perusahaan Indonesia kesemuanya dapat
memupuk dana internalnya melalui laba ditahan dideskripsikan dengan baik dengan menggunakan
untuk meningkatkan kapasitas meminjamnya model dividen Lintner (1956) yang validitas
(borrowing capacity). empirisnya telah teruji secara luas. Variabel investasi
Kondisi tentang adanya perilaku pecking order dan pendanaan eksternal menunjukkan hasil tidak
ini juga didukung oleh hubungan kausalitas antara signifikan untuk persamaan dividen baik pada
keputusan dividen dengan keputusan pendanaan kerangka persamaan tunggal (OLS) maupun dalam
eksternal. Hubungan kausalitas antara keputusan kerangka persamaan simultan (2SLS) serta dalam uji
dividen dan pendanaan eksternal yang menunjukkan Kausalitas Ganger.
kondisi di mana peningkatan dividen tidak diikuti Estimasi dari model investasi menunjukkan
oleh peningkatan pendanaan eksternal dan bahwa profit, likuiditas, leverage financial, dan
sebaliknya bahwa perusahaan tidak menggunakan pendanaan eksternal lebih signifikan dengan metode
pendanaan eksternal untuk meningkatkan OLS daripada 2SLS. Sedangkan variabel akselerator
pembayaran dividennya mengindikasikan adanya kapasitas atau perubahan penjualan dan dividen tidak
penggunaan dana internal. menunjukkan determinasi yang signifikan dalam
Perilaku ini juga didukung oleh adanya model investasi ini. Sementara itu, terjadi kondisi
hubungan kausalitas negatif dua arah antara yang berlawanan dengan model dividen di mana
keputusan pendanaan eksternal dan investasi. Ini pada model investasi ini, tingkat signifikansi
berarti kenaikan investasi perusahaan tidak diikuti hubungan variabel independen terhadap variabel
oleh naiknya jumlah hutang jangka panjang sehingga dependen nampak lebih tinggi perusahaan defensif
dapat disimpulkan juga bahwa perusahaan tidak daripada perusahaan agresif.
menggunakan dana eksternal untuk mendanai Pendanaan eksternal, merupakan fungsi dari
investasi aktiva tetapnya melainkan dengan profit, hutang jangka panjang, dan investasi. Variabel
menggunakan dana internal. Kesimpulan ini likuiditas dan dividen tidak signifikan dalam
didukung dengan adanya pengaruh positif variabel menentukan tingkat pendanaan eksternal.
profit pada model investasi maupun model Dalam hal kausalitas hubungan, terjadi
pendanaan eksternal. independensi hubungan antara keputusan dividen dan
Perilaku ini merupakan antiklimaks dari yang keputusan investasi. Independensi hubungan juga
dilakukan oleh perusahaan-perusahaan Indonesia terjadi antara keputusan dividen dengan keputusan
khususnya manufaktur di BES dengan sampel investasi. Sedangkan antara keputusan investasi dan
laporan keuangan perusahaan tahun 1990-1996 hasil keputusan pendanaan eksternal terjadi hubungan
penelitian Sudarma (1998), yang menunjukkan sebab akibat dua arah yang negatif.
hubungan kausalitas positif dan signifikan antara Secara umum, temuan kami mendukung
dividen dan investasi, serta pendanaan eksternal dan hipotesis Miller dan Modigliani bahwa antara
dividen yang berarti bahwa perusahaan cenderung keputusan dividen dan investasi terjadi independensi.
melakukan pemupukan borrowing capacity-nya Kesimpulan ini juga sesuai dengan hipotesis Mc

109
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005

Donnald Jackuillat, dan Nussenbaum (1975) Bagi pihak yang berwenang dalam
meskipun hasil estimasinya berbeda. Sementara itu, mengelola pasar modal di Indonesia maupun
temuan kami juga mendukung argumen Mc Donnald pemerintah untuk benar-benar melakukan regulasi
dan kawan-kawan yang mempertanyakan pendapat secara konsisten dengan membuat instrumen
Dhrymes dan Kurz (1972) yang mendukung perundang-undangan yang mampu menjadi kontrol
penggunaan kerangka persamaan simultan dalam bagi para emiten di pasar modal dengan tetap
mengestimasi persamaan dividen, investasi, dan memungkinkan berkembangnya pasar modal dalam
pendanaan. Hal ini karena adanya hasil yang tidak negeri. Disamping itu diharapkan agar pemerintah
berbeda secara signifikan antara penerapan metode mendukung proses pemulihan kepercayaan investor
OLS tunggal dengan 2SLS. asing maupun dalam negeri untuk melakukan
Dalam kerangka ketidaksempurnaan pasar, investasi di Indonesia
diperoleh indikasi adanya asimetri informasi dengan Penulis menyarankan agar peneliti
keengganan manajemen menaikkan ataupun selanjutnya yang tertarik mengulas masalah ini perlu
menurunkan tingkat dividennya karena membawa kiranya untuk mempertajam pembahasan dengan
muatan informasi tentang prospek perusahaan. Di disamping mengestimasi ketiga model, juga secara
samping, itu terindikasi pula adanya perilaku pecking khusus meneliti pola hubungan ketiga variabel
order, di mana perusahaan-perusahaan di Indonesia endogen tersebut dalam kerangka kausalitas.
cenderung mendahulukan dana internalnya melalui Akhirnya, kami menyadari bahwa hasil
laba ditahan dalam mendanai investasi dan penelitian ini masih jauh dari sempurna karena masih
membayarkan dividennya pada dana eksternalnya adanya keterbatasan-keterbatasan. Untuk itu masih
melalui hutang jangka panjang. Namun fenomena ini perlu dilakukan perbaikan-perbaikan baik dalam hal
relatif belum begitu signifikan. Hal ini kemungkinan alat analisis, ruang lingkup pnelitian, populasi,
merupakan manifestasi perubahan perilaku sampel, dan sebagainya sehingga kesimpulan yang
perusahaan-perusahaan dalam masa peralihan dari diambil nantinya bisa lebih mencerminkan realitas
sebelum krisis moneter dan setelahnya. yang ada. Penelitian ini juga terbatas hanya pada
persepktif keuangan dalam mengestimasi kondisi
Saran-saran empiris, sementara masih begitu banyak aspek yang
Diharapkan pada para emiten untuk benar- perlu diteliti yang melingkupi sebuah obyek.
benar menerapkan prinsip-prinsip keuangan
khususnya yang berhubungan dengan masalah DAFTAR PUSTAKA
dividen, investasi, dan pendanaan eksternal secara
konsisten. Hal ini penting untuk diperhatikan karena Born, Jeffery A. and James N. Rimbey. 1993. A Test
disamping maksimalisasi nilai perusahaan sangat of The Easterbrook Hypotesis Regarding
tergantung pada tiga hal tersebut, prinsip-prinsip Dividend Payments and Agency Costs. Dalam
keuangan tersebut dapat menghindarkan perusahaan The Journal of Financial Research, Vol XVI.
dari kebangkrutan akibat perubahan kondisi No. 3: 251-321.
perekonomian secara radikal seperti krisis moneter Brigham, Eugene and Louis C. Gapensky. 1996.
dan sebagainya. Intermediate Financial Management, fifth
Ditemukannya independensi antara edition.
keputusan dividen dan investasi, dividen, dan Chen, Carl R. and Thomas L. Steiner. 1999.
pendanaan eksternal serta hubungan negatif antara Managerial Ownership and Agency Costs: A
investasi dan pendanaan eksternal menunjukkan Non Linear Simultaneous Equation Analysis
kondisi yang cukup baik pada perusahaan- of Managerial Ownership, Risk Taking, Debt
perusahaan di Indonesia dengan mulai menerapkan Policy and Dividend Policy. Dalam The
prinsip-prinsip keuangan setelah terjadinya krisis Financial Review 34: 119-136.
akibat membengkaknya investasi yang didanai Cleary, Sean. 1999. The Relationship between Firm
dengan pendanaan eksternal. Kondisi ini hendaknya Invesment and Financial Status. Dalam The
dipertahankan dengan tidak menghilangkan inovasi Journal of Finance, Vol I, IV No 2: 673-692.
dalam melakukan kegiatan bisnis. Easterbrook. 1984. Two Agency Cost Explanation of
Perilaku pecking order yang telah mulai Dividend. Dalam American Economic Review
diterapkan merupakan isyarat yang cukup baik 72: 650-58.
terhadap perkembangan pasar modal di Indonesia Gie, Kwik Kian. 1999. Ekonomi Indonesia Dalam
karena merupakan salah satu prinsip penting dalam Krisis dan Transisi Politik. Penyunting Priyo
kebijakan keuangan perusahaan sehingga kondisi ini Utomo dan Dwi Helly Purnomo, Gramedia
harus dipertahankan. Pustaka Utama.
Bagi para investor dan calon investor Gujarati, Damodar. 1978. Basic Econometric. Mc
diharapkan untuk tidak ragu dalam melakukan Graw- Hill, Inc.
investasi di Indonesia dengan tetap waspada dan ikut Husnan, Suad. 1996. Dasar-Dasar Teori Portofolio
melakukan kontrol terhadap kebijakan-kebijakan dan Analisis Sekuritas. Edisi ketiga.
perusahaan khususnya dalam masalah keuangan. Yogyakarta: Penerbit UPP AMPYKPN.

110
Studi Empiris Keputusan-keputusan Deviden, Investasi dan Pendanaan Eksternal
pada Perusahaan-perusahaan Indonesia yang Go Publik di Bursa Efek Jakarta

Harris, Milton and Artur Raviv. 1990. Capital No.3, halaman 363-373.
Struktur and The Informational Role of of Stefanus, Daniel Sugama. 2001. Studi Empirik
Debt. dalam The Journal of Finance Vol XIV Pengaruh Konsep Pecking Order Theory
No.2, June, halaman 321-348. dalam Pengambilan Keputusan Pendanaan.
Jensen, Michael C. and William H. Meckling. 1976. Tesis.
Theory of The Firm: Managerial Behavior, Sugeng, Bambang. 2000. Pengaruh Stabilitas
Agency Cost, and Ownership Strukture. Dividen terhadap Kinerja Portofolio Saham
Dalam Journal of Finance: 78-115. di Bursa Efek Jakarta. Tesis.
Jones, Charles P. 1996. Investments Analysis and Sharpe, William E and G. Alexander, and J.V.
Management, Sixth Edition. Wiley. Bailey. 1997. Investasi, Edisi Bahasa
Makidakis, Spyros, Steven C. Wheel Wright, Victor Indonesia. Jakarta: Prenhallindo.
E Mc Gee. 1995. Metode dan Aplikasi Solimun. 2002. Multivariate Analysis, Structural
Peramalan. Alih bahasa Untung Sus Equation Modelling. Lisrell dan Amos.
Andriyanto, MSc dan Abdul Basith MSc. Universitas Negeri Malang Press.
Edisi ke 2 jilid 1. Jakarta: Erlangga.. Weston J Fred, Thomas E Copeland. 1997.
Mougue, Mboja and Tarun K. Mukherjee. 1994. An Manajemen Keuangan. Alih Bahasa: A Jaka
Investigation into The Causality among Wasana dan Kibrandoko. Bina Aksara.
Firms’ Dividend, Investment, and Financing Widoatmodjo, Sawidji. 2001. Dana Menganggur
Decision. Dalam The Journal of Financial meningkat. Dalam Pilar Bisnis No
Research, Vol XVII No.4, halaman 512-530. 14/ThIV/01-14 Agustus, halaman 74.
Miller, Merton H. and Franco Modigliani. 1961.
Dividend Policy, Growth, and The Valuation
of Shares. Dalam Journal of Business, 34,
Okt, halaman 392-414.
Mc Donnald, Jcquillat, and Nussenbaum. 1975.
Dividend, Investment and Financing
Decisions Empirical Evidence on French’
Firms. Dalam Journal of Financial and
Quantitative Analysis: 741-753.
Hair, Anderson, Tatham, and Black. 1998.
Multivariate Data Analysis, Fifth Editio.
Upper Saddle River, New Jersey: Prentice-
Hall International.
Noronha, K. Shome, Morgan. 1996. The Monitoring
Rationale for Devidend and Interaction of
Capital Structure and Dividend Decisions.
Dalam Journal of Banking and Finance, 20
halaman 439-454.
Pertiwi, Indah Bekti. 2000. Analisis Kausalitas
Kebijakan Investasi, Dividen dan Pembiayaan
Pada Perusahaan Asuransi di Bursa Efek
Jakarta, Tesis.
Rodriguesz, Richardo J. 1992. Quality Dispersion
and The Feasibility of Dividend as Signals.
Dalam The Journal of Financial Research,
Vol XV No.4.
Subekti, Imam. 1997. Asosiasi antara Set
Kesempatan Investasi dengan Kebijakan
Pendanaan dan Dividen Perusahaan serta
Implikasinya pada Perubahan Harga Saham.
Tesis.
Sudarma, Made, Ubud Salim, Hari Susanto. 1998.
Analysis Kausalitas Keputusan Dividen,
Investasi dan Pendanaan pada Perusahaan
Manufaktur di BES. Dalam Wacana Vol I,
No.2.
Scooley, Diane K and L. Dwayne Barney Jr.. 1994.
Using Dividend Policy and Managerial
Ownership to Reduce Agency Cost. Dalam
Journal of Financial Research, Vol XVII,

111
ANALISIS KARAKTERISTIK PEKERJA KOMUTER DAN NONKOMUTER

Roswita Hafni
Dosen Fakultas Ekonomi
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

Abstrak: Banyak pekerjaan yang terpaksa bekerja jauh dari daerah tempat tinggalnya atau terpaksa
meninggalkan tempat tinggalnya untuk sebuah pekerjaan, hal ini disebabkan oleh faktor pilihan terhadap
pekerjaan yang lebih memberikan upah yang lebih tinggi dan banyak faktor lainnya.
Kata Kunci: Komuter, NonKomuter

PENDAHULUAN PERMASALAHAN
Umumnya pekerja komuter adalah pekerja Berdasarkan latar belakang masalah yang
yang tingkat pendidikannya relatif baik, karena telah diuraikan maka penulis mencoba merumuskan
lapangan usaha yang tersedia relatif kurang sesuai permasalahan sebagai berikut:
dengan tingkat pendidikannya dan pekerja ini tidak 1. Apakah pendapat, tingkat pendidikan, dan
mau bekerja di sektor pertanian (sebagai petani), jarak ke tempat bekerja mempengaruhi
oleh karena itu mereka cenderung untuk berkomuter. keputusan pekerja untuk berkomuter pada
Bagi penduduk miskin yang tinggal di desa sektor formal di kota medan.
dekat dengan pusat kota banyak bermobilisasi 2. Apakah jenis kelamin mempengaruhi
sebagai pekerja komuter (mobilitas ulang alik). keputusan pekerja untuk berkomuter pada
Meskipun mereka menyadari di kota tidak mudah sektor formal di kota Medan.
untuk mendapatkan pekerjaan. Mereka memiliki 3. Apakah status dan jenis pekerjaan
harapan baik pekerjaan maupun fasilitas, tanpa mempengaruhi keputusan pekerja untuk
mempermasalahkan jenis pekerjaan atau status berkomuter pada sektor formal di kota
pekerjaan apa yang mereka tekuni. Medan.
Pekerja wanita lebih cenderung untuk 4. Apakah usia mempengaruhi keputusan
bermigrasi atau menetap di kota karena pekerja untuk berkomuter pada sektor
pertimbangan daya tahan fisik. Dengan formal di kota Medan.
melaksanakan komuter mereka berharap akan 5. Apakah pemilikan rumah mempengaruhi
memperoleh pendapatan yang lebih baik dalam keputusan pekerja untuk berkomuter pada
rangka mengatasi beban ekonomi yang pada sektor formal di kota Medan.
akhirnya dapat meningkatkan tarif hidup keluarga 6. Apakah kepemilikan tanah mempengaruhi
mereka secara layak sehingga terhindar dari keputusan pekerja untuk berkomuter pada
kemiskinan. Ciri-ciri masyarakat miskin di Indonesia sektor formal di kota Medan.
adalah kebanyakan mereka tinggal di pedesaan 7. Faktor apakah yang paling dominan
dengan pendidikan di tingkat rendah, bahkan tidak mempengaruhi keputusan pekerja untuk
tamat sekolah dasar, tidak memiliki faktor produksi berkomuter pada sektor formal di kota
sendiri seperti tanah yang cukup, modal, atau Medan.
keterampilan kurang, sehingga kemampuan untuk
memperoleh terbatas, sedangkan yang hidup di kota TEORI MIGRASI MODEL TODARO
berusia muda dan tidak mempunyai keterampilan, Model ini berawal dari teori perpindahan
sehingga tidak jarang mereka ini tetap menjadi tenaga kerja Lewis yang berasumsi bahwa migrasi
miskin dan akhirnya terdampar dalam kantong- dari desa ke kota pada dasarnya merupakan suatu
kantong kemelaratan (slum area) di tengah-tengah fenomena ekonomi dan arus migrasi yang
masyarakat maju akibat dorongan modal, berlangsung sebagai tanggapan terhadap adanya
keterampilan, dan kemajuan teknologi (Salim, 1980: perbedaan pendapatan antara kota dengan desa yakni
42-43). Pendapat yang mereka peroleh barvariasi pendapatan yang diharapkan (expected income) yang
sesuai dengan tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan diukur dari besar kecilnya angka selisih antara
yang mereka kerjakan. pendapatan riil dari pekerjaan di kota dengan di desa.
Dari uraian di atas penulis mencoba Model Todaro juga beranggapan bahwa seluruh
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi angkatan kerja baik yang faktual maupun yang
keputusan orang untuk berkomuter, yang berjudul potensial selalu membandingkan penghasilan yang
Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi diharapkan dalam kurun waktu tertentu di sektor
Keputusan Berkomuter di kota Medan. perkotaan. Artinya yang dilihat oleh pekerja migrasi

112
Analisis Karakteristik Pekerja Komuter dan Non-Komuter

dari desa ke kota adalah selisih pendapatan yang kepemilikan rumah dan luas lahan, jenis pekerjaan,
dihasilkan dari bekerja di kota dengan biaya migrasi status pekerjaan para pekerja komuter dan non
dengan rata-rata penghasilan di desa. Mereka akan komuter sebagai variabel independen digunakan
memutuskan untuk bermigrasi bila penghasilan persamaan regerasi logistic yang diformulasi sebagai
bersih di kota lebih besar dari penghasilan bersih di berikut :
desa, teori ini didukung oleh asumsi bahwa dalam Y = α+ β1P +β2 TP + β3 J +β 4 JK +β5 U+ β6
perekonomian terdapat kondisi kesempatan kerja SKR + β7 LH +β8 JP +β 9 SP + ε
penuh atau hampir penuh.
Menurut teori todaro bahwa terjadinya Di mana :
migrasi dilatarbelakangi oleh perbedaan tingkat upah Y =
yang sangat signifikan antara desa dengan kota, dan P = Pendapatan
perpindahan itu akan terus berlangsung meskipun TP = Tingkat
masyarakat desa mengetahui bahwa pengangguran di J = Jarak
kota terus bertambah. JK = Jenis Kelamin
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh U = Usia
Gantjang (1999:175), memperlihatkan bahwa saat SKR = Status Kepemilikan Rumah
krisis ekonomi 44,7% dari 1662 RT yang dijadikan LH = Luas Tanah
sample adalah migran kembali (return migrant), JP = Jenis Pekerjaan
15,4% merupakan migran yang baru tiba dan 4,6% SP = Status Pekerjaan
adalah migran sirkuler. Selanjutnya ia juga ε = Error Term
menyatakan sedikitnya migran sirkuler yang α = Intersep
ditemukan pada studi ini menunjukkan indikasi Fungsi untuk menganalisis peluang seseorang
bahwa krisis membuat mereka tidak dapat tinggal di menjadi seorang komuter atau nonkomuter
suatu tempat, karena mereka harus mencari diestimasi dengan menggunakan persamaan regerasi
kesempatan ekonomi kemanapun mereka pergi. logistik yaitu suatu persamaan yang digunakan jika
variabel independennya bersifat kualitatif atau
PEMBAHASAN dummy dan pengolahan serta datanya digunakan
Untuk melihat hubungan antara variabel program Shaazam. Dari model akhir yang akan
pekerja komuter dan nonkomuter sebagai variabel dianalisis maka diperoleh hasil estimasi yang dapat
dependen dengan variabel-variabel pendapatan, dilihat pada tabel I.
tingkat pendidikan, jarak, jenis kelamin, umur, status

Tabel I
Hasil Pendugaan Model Regresi Probit
Variabel Koefisien Estimasi Nilai t- ratio Elastitas
X1 - 0,028645 -0,64693 -0,41992
X2 - 0,16170 -0,19136 -0,0079649
X3 - 0,00048276 - 0,000054151
X4 -2,3877 0,00061271 -0,23815
X5 1,0003 -3,3376 0,11806
X6 0,00000068066 1,0772 0,077333
X7 1,0566 0,54804 0,092756
X8 -0,013208 1,5868 -0,091429
X9 0,40256 -4,2030 0,93192
KONSTANTA -5,6692 6,0354 -0,75692
DW = 1,4672
MADDALA R-
SQUARE =
0,60724
CRAGG- UHLER
R- SQUARE
0,80977
MCFADDENN R-
SQUARE
0,67435
Sumber: Olahan Lampiran 1

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, dapat pendidikan, status pekerjaan, jenis pekerjaan,
dijelaskan bahwa dengan menggunakan Maddala R2 pendapatan pribadi dan pasangan, status kepemilikan
= 60,72%, ini berarti 60,72 % keputusan berkomuter rumah, luas lahan, jarak, dan pengeluaran, sedangkan
dipengaruhi oleh faktor: usia, jenis kelamin, selebihnya yaitu sebesar 39,28% dipengaruhi oleh

113
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005

faktor lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian dari t-tabel sebesar –1,645, namun keputusan
ini. melakukan komuter yang berstatus sebagai buruh
Berdasarkan hasil perhitungan di atas dapat memberi peluang lebih besar jika dibandingkan
dijelaskan bahwa dengan menggunakan Cragg–Uhler dengan yang tidak buruh.
R2 = 80, 97 %, ini berarti 60,97 % keputusan Dalam penelitian ini, jenis pekerjaan yang
berkomuter dipengaruhi oleh faktor: usia, jenis dimaksud adalah jenis pekerjaan pada sektor industri
kelamin, pendidikan, status pekerjaan, jenis dan non-industri. Jenis pekerjaan seseorang tidak
pekerjaan, pendapatan pribadi dan pasangan , status memberi pengaruh yang signifikan, bahkan pada
kepemilikan rumah, luas lahan, jarak dan taraf signifikansi 10% terhadap keputusan
pengeluaran, sedangkan selebihnya yaitu sebesar melakukan komuter. Hal ini dapat dilihat dari
19,03% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak perhitungan t-hitung sebesar 1,0772 lebih kecil dari
dimasukkan dalam penelitian ini. t-tabel sebesar 1,645, namun keputusan melakukan
Berdasarkan hasil perhitungan di atas dapat komuter yang bekerja pada sektor industri memberi
dijelaskan bahwa dengan menggunakan Mc Faddem peluang lebih daripada keputusan seorang pekerja
R2 = 67, 43 % keputusan berkomuter dipengaruhi pada sektor non-industri untuk melakukan komuter.
oleh faktor: usia, jenis kelamin, pendidikan, status Pendapatan seseorang memberi pengaruh
pekerjaan, jenis pekerjaan, pendapatan pribadi dan positif terhadap keputusan menjadi seorang komuter
pasangan, status kepemilikan rumah, luas lahan, namun pendapatan tidak signifikan berpengaruh
jarak, dan pengeluaran, sedangkan selebihnya yaitu bahkan pada taraf signifikansi 10% terhadap
sebesar 22,57% dipengaruhi oleh faktor lain yang keputusan melakukan komuter. Hal ini dapat dilihat
tidak dimasukkan ke dalam penelitian ini. dari hasil perhitungan t-hitung sebesar 0,54804 lebih
Dari hasil perhitungan di atas dapat dilihat kecil dari t0 tabel sebesar 1,645, namun keputusan
bahwa faktor yang paling dominan yang yang positif yang ditunjukkan oleh koefisien
mempengaruhi keputusan orang untuk berkomuter pendapatan, artinya semakin tinggi tingkat
adalah faktor status pekerjaan dengan koefisien pendapatan seseorang maka semakin besar
estimasinya sebesar keinginannya untuk berkomuter.
–2,3877. Status kepemilikan rumah tidak menunjukkan
Usia tidak memberi pengaruh yang tidak pengaruh yang signifikan terhadap keputusan
signifikan bahkan pada taraf signifikansi 10% seorang untuk berkomuter bahkan pada taraf
terhadap keputusan melakukan komuter. Hal ini signifikansi 10%. Hal ini dapat dilihat dari hasil
dapat dilihat dari hasil perhitungan t-hitung sebesar perhitungan t-hitung sebesar 1,5868 lebih kecil dari
0,64693 lebih kecil dari t-tebal sebesar 1,645. t–tabel sebesar 1,645, namun keputusan melakukan
Namun keputusan melakukan komuter yang berusia komuter yang memiliki rumah sendiri memberi
40 tahun ke bawah memberi peluang sebesar 2,86% peluang lebih besar dibandingkan seseorang yang
dan keputusan usia 40 tahun ke atas untuk tidak memiliki rumah untuk menjadi komuter.
melakukan komuter memberi peluang sebesar Lahan yang dimiliki oleh seseorang
87,14%. berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan
Jenis kelamin tidak memberi pengaruh yang melakukan komuter bahkan pada taraf signifikansi
signifikan bahkan pada taraf signifikansi 10% 1%. Hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan t-
terhadap keputusan melakukan komuter. Hal ini hitung sebesar 6,0354 lebih besar dari t–tabel sebesar
dapat dilihat dari hasil perhitungan t- hitung sebesar - 2,576. Tanda koefisien yang positif menunjukkan
-0,19136 lebih kecil dari t-tabel sebesar 1,645, semakin jauh jarak rumah dari tempat tinggal maka
namun keputusan melakukan komuter bagi jenis akan semakin memberikan peluang menjadi komuter
kelamin laki–laki memberi peluang sebesar 16,17 % lebih besar kepada seseorang.
dan keputusan perempuan untuk melakukan komuter
memberi peluang sebesar 83,83%. DAFTAR PUSTAKA
Tingkat pendidikan seseorang juga tidak
Ahmad, Furqon Ukon. 1998. Urbanisasi dan
memberikan pengaruh yang signifikan terrhadap
Hubungan Desa Kota di Indonesia. Bandung:
keputusan seseorang untuk berkomuter. Hal ini dapat
ITB.
dilihat dari perhitungan t-hitung sebesar 0,00061
lebih kecil dari t- tabel sebesar 1,645. Namun, Aris, Ananta. 1993. Ciri Demograsi Kualitas
keputusan melakukan komuter bagi seseorang yang Penduduk dan Pembangunan Ekonomi.
berpendidikan di bawah SLTA memberi peluang Jakarta: Lembaga Demografi Fakultas
sebesar 0,48% dan keputusan seseorang yang Ekonomi Universitas Indonesia.
berpendidikan SLTA ke atas untuk melakukan
C, Supartomo dan Edi Rusdyanto. 2002. Profil
komuter memberi peluang sebesar 99,52 %.
Status pekerjaan memberi pengaruh yang Sektor Informal Pedagang Kaki Lima di
berarti pada taraf signifikasi 1% terhadap keputusan Kawasan Pinggiran Perkotaan, (Studi Kasus
: Pedagang Kaki Lima di Pinggir Jalan Raya
melakukan komuter. Hal ini dapat dilihat dari hasil
perhitungan t– hitung sebesar –3,3376 lebih besar Pamulang – Cirendeu, Tangerang). Jakarta:
Universitas Terbuka.

114
Analisis Karakteristik Pekerja Komuter dan Non-Komuter

Chotib. 2001. Krisis Ekonomi dan Mobilitas


Pendudukan Indonesia. Dimuat dalam Media
Ekonomi edisi Agustus/2001, hal.173. Jakarta:
LPFE Universitas Trisakti.
Michael P., Todaro. 2000. Pemba-ngunan Ekonomi
di Dunia Ketiga. Jakarta: Erlangga.
Prijono, Tjiptoherijanto. 1997. Migrasi Urbanisasi
dan Pasar Kerja di Indonesia. Jakarta:
Universitas Indonesia.
Todaro Michael P. 2000. Pembangunan Ekonomi di
Dunia Ketiga. Jakarta: Erlangga.

115
KENAIKAN TARIF PARKIR DAN PEMILIHAN MODA PERJALANAN
KE PUSAT KOTA MEDAN

Joni Harianto
Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik USU

Abstrak: Kebijakan menaikkan tarif parkir hingga Rp 7.500,- yang pernah ingin diterapkan oleh pemerintah
kota Medan adalah salah satu strategi untuk membatasi penggunaan mobil pribadi sehingga meningkatkan
penggunaan angkutan umum, dengan demikian diharapkan jumlah kendaraan yang menuju pusat kota Medan
dapat berkurang. Untuk itu sangat diperlukan adanya suatu penelitian mengenai pengaruh kebijakan tersebut
terhadap pemilihan moda perjalanan yang menuju ke pusat kota Medan.Dengan menggunakan metode survai
pada enam lokasi parkir yang ada di pusat kota Medan, data primer dikumpulkan dan diolah dengan
menggunakan teknik perhitungan analisis regresi berganda untuk kemudian mendapatkan suatu model berupa
formulasi matematika yang mencerminkan utilitas individu dalam memilih moda perjalanan.
Adapun formulasi yang didapat untuk masing-masing moda adalah:
- Mobil Pribadi (UMP ) = 0,753 – 0,006685*time + 0,00006284*trip – 0,00003912*cost
- Angkutan Kota (UAK ) = -0,05763 + 0,01407*time + 0,0007661*trip + 0,000005420*cost
- Taksi ( UTA ) = 0,120 – 0,0004310*time + 0,03296*trip + 0,000003231*cost
Aplikasi model dalam prediksi probabilitas pemilihan moda perjalanan menggunakan model logit multinomial
dengan skenario kenaikan tarif parkir hingga Rp 7.500,- diperoleh bahwa probabilitas pemilihan mobil pribadi
untuk tarif parkir Rp 7.500,- menurun sebesar 5,73% dari probabilitas pemilihan mobil pribadi untuk tarif parkir
Rp 1.000,-, sedangkan probabilitas pemilihan angkutan kota dan taksi meningkat masing-masing sebesar 3,13%
dan 2,60%.

Abstract: The policy of increasing parking fare to Rp 7.500,- by local government of Medan is one of strategies
to restrict the use of individual car and to raise the use of public transportation in order to reduce vehicles to
Medan city center.
There fore it is important to conduct research about the influence of the policy.
Survey method were conducted in 6 (six) parking location at Medan city center. Primary data analysis of
multiple regression to achieve a model in the form of mathematic formulation which are:
- Individual car (UMP ) = 0,753 – 0,006685*time + 0,00006284*trip – 0,00003912*cost
- city transport (UAK ) = -0,05763 + 0,01407*time + 0,0007661*trip + 0,000005420*cost
- Taxi ( UTA ) = 0,120 – 0,0004310*time + 0,03296*trip + 0,000003231*cost

I. Pendahuluan II. Perumusan Masalah


Pemilihan moda merupakan tahap yang sangat
Bahwa untuk memenuhi kebutuhannya manusia penting dalam perencanaan dan kebijakan
akan melakukan perjalanan. Pemenuhan kebutuhan transportasi. Hal ini menyangkut efisiensi pergerakan
merupakan kegiatan yang biasa dilakukan setiap hari, di daerah perkotaan, ruang yang harus disediakan
misalnya, pemenuhan kebutuhan akan ekonomi, kota untuk dijadikan sarana transportasi, dan
sosial, kesehatan, pendidikan, rekreasi atau liburan, banyaknya pilihan moda perjalanan yang akan
dan kebudayaan. Semakin jauh perjalanan kita, dipilih oleh penduduk. Moda angkutan umum
semakin tinggi pula peluang kita memberikan menggunakan ruang jalan jauh lebih efisien daripada
konstribusi terhadap kemacetan lalu-lintas kota moda angkutan pribadi. Pertumbuhan kendaraan
tersebut. pribadi merupakan cermin hasil interaksi antara
Dalam melakukan perjalanan untuk memenuhi peningkatan taraf hidup dan kebutuhan mobilitas
kebutuhan tersebut kita mempunyai dua pilihan, penduduk didaerah perkotaan yang akan
yaitu bergerak dengan moda transportasi atau tanpa membutuhkan ruang jalan yang sangat luas,
moda transportasi (berjalan kaki). Perjalanan tanpa termasuk ruang parkir.
moda transportasi biasanya berjarak pendek, Usaha pemerintah kota untuk menanggulangi
sedangkan perjalanan dengan memakai moda masalah transportasi di perkotaan telah banyak
transportasi berjarak sedang atau jauh. Perjalanan dilakukan, baik dengan meningkatkan kapasitas
dengan moda transportasi menggunakan mobil jaringan jalan yang ada maupun dengan
pribadi, taksi, bus, kereta api, sepeda motor, pesawat pembangunan jalan baru ditambah dengan rekayasa
terbang, kapal laut, dan lain sebagainya. dan manajemen lalu lintas berupa pengaturan

116
Kenaikan Tarif Parkir dan Pemilihan Moda Perjalanan ke Pusat Kota Medan

efisiensi trasportasi angkutan umum. Salah satu a. Sarana dan prasarana lalu lintas masih terbatas.
strategi pemerintah kota dalam rangka mengalihkan b. Manajemen lalu lintas belum berfungsi secara
penggunaan angkutan pribadi ke angkutan umum optimal.
adalah dengan menerapkan kebijakan perparkiran, c. Pelayanan angkutan umum penumpang belum
yaitu memberlakukan tarif parkir yang tinggi. memadai.
d. Disiplin pemakai jalan masih rendah.
I. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui IV. Alternatif Pemecahan Masalah Transportasi
seberapa jauh pengaruh kenaikan tarif parkir Masalah ini sebenarnya dapat dipecahkan
terhadap pemilihan moda angkutan yang menuju melalui peran serta pemerintah, swasta, masyarakat,
pusat kota Medan. Penelitian ini diharapkan dapat dan merupakan tanggung jawab bersama. Usaha-
mengungkapkan apakah kebijakan memberlakukan usaha yang dapat dilakukan untuk memecahkan
tarif parkir yang tinggi dapat mempengaruhi masalah tersebut antara lain adalah:
pengguna mobil pribadi untuk beralih menggunakan a. Meredam atau memperkecil tingkat
angkutan kota dan taksi sebagai moda perjalanan. pertumbuhan kebutuhan akan transportasi.
b. Meningkatkan pertumbuhan prasarana
II. Manfaat Penelitian transportasi itu sendiri, terutama penanganan
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: masalah fasililtas prasarana yang tidak
1. Bagi peneliti untuk menambah wawasan baru berfungsi sebagaimana geometrik jalan yang
tentang penerapan model Logit Modal Split seharusnya.
multinomial dalam permasalahan transportasi. c. Memperlancar sistem pergerakan melalui
2. Sebagai bahan masukan bagi instansi terkait, kebijakan rekayasa dalam mengoptimalkan
yaitu Pemerintah Kota Medan, khususnya peran angkutan umum dan manjemen lalu lintas
Badan Pengelola Perparkiran (BPP) dan yang baik.
DLLAJ, sebagai bahan pertimbangan untuk
menentukan kebijakan dalam pengembangan V. Keuntungan dan Pengaruh Dalam Penerapan
sistem transportasi perkotaan. Kebijakan Kenaikan tarif Parkir
Kebijakan kenaikan tarif parkir adalah salah satu
III. Permasalahan Transportasi Perkotaan alternatif dalam pemecahan masalah transportasi.
Permasalahan transportasi perkotaan dikota Dengan penerapan kebijakan kenaikan tarif parkir,
Medan telah bertambah parah seperti kemacetan, diharapkan pengguna kendaraan pribadi akan beralih
tundaan, kecelakaan, dan permasalahan lingkungan menggunakan angkutan umum. Gambar VII.1.
yang sudah di ambang batas. Kurangnya investasi berikut memperlihatkan konsep perubahan mobilitas
pada sistem jaringan jalan dalam waktu yang cukup yang digunakan dalam konsep manajemen kebutuhan
lama dapat mengakibatkan sistem prasarana akan transportasi (MKT).
transpotasi tersebut menjadi sangat rentan terhadap
kemacetan yang terjadi apabila volume arus lalu
lintas meningkat melebihi dari kapasitas yang ada.
Hal ini dapat terlihat pada gambar V.1. dibawah ini.

Gambar VII.1. Konsep perubahan mobilitas MKT.

Beberapa keuntungan yang diharapkan dengan


Gambar V.1. Situasi trasportasi pada masa sekarang. penerapan kebijakan kenaikan tarif parkir ini antara
Gambar V.1a. memperlihatkan kondisi ideal di mana lain adalah:
kebutuhan akan transportasi seimbang dengan a. Berkurangnya kemacetan, sehingga mempercepat.
kapasitas sistem prasarana transportasi yang tersedia. b. Penghematan biaya transportasi.
Kondisi ideal ini kemungkinan tidak akan terjadi c. Perlindungan lingkungan.
pada kota-kota besar di Indonesia sekarang ini d. Meningkatkan keamanan jalan raya lalu lintas
disebabkan karena tingkat pertumbuhan kebutuhan yang sangat padat sering menjadi penyebab
akan transportasi jauh lebih tinggi dibandingkan kecelakaan lalu lintas.
dengan pertumbuhan sistem prasarana transportasi e. Menciptakan kenyamanan pengguna transportasi.
yang ada ( lihat gambar V.1b.). f. Peningkatan pendapatan daerah.
Secara umum permasalahan transportasi di
perkotaan dipengaruhi oleh beberapa kondisi berikut
ini:

117
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005

VIII . Metodologi Penelitian IX. Analisis Pemilihan Moda


Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1. Umum
data primer. Data dikumpulkan melalui wawancara
Data yang diperoleh dari lapangan, diolah
langsung dan penyebaran kuesioner pada orang-
menggunakan Analisis Regresi Berganda.
orang yang mengunjungi lokasi parkir. Pengunjung
Pengolahan data ini dimaksudkan untuk
yang disurvai adalah pengunjung yang menggunakan
mengkalibrasi model dalam memperoleh fungsi
mobil pribadi, angkutan kota, dan taksi sebagai
utilitas dari masing-masing alternatif moda. Model
sarana pengangkutan.
yang dihasilkan akan diaplikasikan untuk
Pengumpulan data dilakukan di enam lokasi parkir
memprediksi perubahan probabilitas penggunaan
yang ada di pusat kota Medan yaitu:
moda apabila tarif parkir dinaikkan.
ƒ Jalan Cirebon
Berikut ini disajikan hasil dari pengolahan data dari
ƒ Jalan Pandu (Jalan Ani Idrus)
masing-masing moda.
ƒ Jalan Jendral Ahmad Yani ( Kesawan )
ƒ Jalan K. S. Tubun
2. Hasil Pengolahan Data
ƒ Jalan Sutomo (mulai dari simpang Jalan
Tabel Menyajikan estimasi parameter-parameter
Rahmatsyah hingga Jalan Perintis
statistik dari masing-masing moda. Tabel tersebut
Kemerdekaan)
merepresentasikan estimasi akhir koefisien variabel,
ƒ Jalan Thamrin (mulai dari simpang Jalan
nilai R square, standard error of estimate, dan
Sutomo sampai Simpang Jalan Asia).
parameter lainnya.
Data yang sudah ditabulasikan selanjutnya
diolah dengan teknik perhitungan analisis regresi
Tabel IX.1 Hasil Pengolahan Data
berganda menggunakan. Pengolahan data ini
dimaksudkan untuk mendapatkan suatu model Statistik
Mobil Angkuta Taksi
berupa formulasi yang mencerminkan utilitas n
R 0,863 0,945 0,807
individu untuk memilih moda angkutan. Selanjutnya R-square 0,744 0,892 0,651
model tersebut diaplikasikan untuk memprediksi Adjust R- square 0,717 0,881 0,613
probabilitas pemilihan moda angkutan dengan 3,580E- 3,448E- 3,357E-
Std.Error of Estimate
menggunakan model logit multinominal. 02 02 02
0,104 0,275 3,882E-
Regrassion
02
METODE PENELITIAN Sum of 3,589E- 3,329E- 3,156E-
Residual
Square 02 02 02
Metode penelitian mengikuti diagram alir sebagai Total
0,104 0,309 3,039E-
02
berikut : Regrassion 3 3 3
df Residual 28 28 28
Total 31 31 31
Latar Balakang

Tujuan Penelitian

Pembatasan Masalah

Studi Literatur

Pengumpulan Data

Tabulasi Data

Pengolahan data

Perhitungan Probabilitas Pemilihan Moda

Kesimpulan dan Saran

118
Kenaikan Tarif Parkir dan Pemilihan Moda Perjalanan ke Pusat Kota Medan

Pengaruh Kenaikan Tarif Parkir Terhadap Pemilihan Moda Perjalanan ke Pusat Kota Medan
Lanjutan Tabel IX.1
Statistik Mobil Angkutan Taksi
Regrassion 3,482E-02 9,183E-02 1,961E-02
Mean square Residual 3,282E-03 1,189E-02 1,127E-03
Total
Regrassion 27,165 77,226 17,394
F Residual
Total
Regrassion 0,000 0,000 0,000
Siq Residual
Total
Constant 0,753 -5,763E-02 0,120
Time -6,685E-03 1,407E-02 -4,317E-03
B
Trip 6,284E-05 7,661E-04 3,296E-02
Unstandarized Cost -3,912E-05 5,420E-06 3,231E-06
Coefficients Constant 0,042 0,032 0,102
Std. Time 0,008 0,005 0,006
Error Trip 0,001 0,001 0,015
Cost 0,000 0,000 0,000
Constant
Standarized Time -0,457 0,922 -0,434
Beta
Coefficients Trip 0,012 0,038 0,610
Cost -0,405 0,014 0,219
Constant 17,913 -1,797 1,174
Time -0,824 2,928 -0,751
T
Trip 0,113 0,591 0,464
Cost -0,738 0,591 0,337
Constant 0,000 0,083 0,250
Time 0,417 0,007 0,459
Siq
Trip 0,911 0,559 0,039
Cost 0,466 0,965 0,739

3.Analisis Variabel Yang Diperoleh


Hasil pengolahan data menghasilkan empat bagian output regresi, maka analisis hasil regresi dibahas sebagai
berikut:
a. Bagian Variables Entered
b. Bagian Model Summary
c. Bagian Anova dan Coefficients

119 119
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005

Tabel IX.2 Analisis dan Pembahasan Model


II. Model Pada
Pilihan Mobil Pribadi Angkutan Kota Taksi
Moda
Koefisien determinasi Atribut Atribut Atribut
( R2 ): Besar pengaruh mempengaruhi mempengaruhi mempengaruhi
seluruh atribut utilitas pemilihan utilitas pemilihan utilitas pemilihan
terhadap utilitas moda sebesar 74,4%, moda sebesar 89,2%, moda sebesar 65,1%,
pemilihan moda selebihnya selebihnya selebihnya
dipengaruhi oleh dipengaruhi oleh dipengaruhi oleh
faktor lain faktor lain faktor lain
Uji t: Pengaruh Constant = 0,000 Constant = 0,083 Constant = 0,250
seluruh atribut secara (signifikan) ( tidak signifikan) (tidak signifikan)
individu terhadap Time = 0,007 Time = 0,459 (tidak
Time = 0,417 (tidak
utilitas pemilihan (signifikan) signifikan)
signifikan)
moda Trip = 0,559 ( tidak Trip = 0,039
Trip = 0,911 (tidak
-Siq.<0,05: Signifikan signifikan) (signifikan)
signifikan)
-Siq.>0,05: Tidak Cost = 0,965 ( tidak Cost = 0,739 (tidak
Cost = 0,466 (tidak
signifikan signifikan) signifikan)
signifikan)
Uji F: Pengaruh
seluruh atribut secara
simultan terhadap
utilitas pemilihan
0,000: Signifikan 0,000: Signifikan 0,000: Signifikan
moda
-Siq.<0,05: Signifikan
-Siq.>0,05: Tidak
signifikan
Koefisien korelasi
(R ): Hubungan antara
pelayanan moda dan 0,863: Korelasi baik 0,945: Korelasi baik 0,807: Korelasi baik
utilitas responden
(keeratan)

Tabel IX.3 Interpretasi Model


III. Model Pada
Mobil Pribadi Angkutan Kota Taksi
Pilihan Moda
Konstanta: Nilai
paling kecil, 0,753 -5,763E-02 0,120
paling baik.
Koefisien: Nilai  time: 1,407E-03  time: -6,685E-03
 time: -4,310E-03
paling besar,  trip: 7,661E-04  trip: 6,284E-05
 trip: 3,296E-02
kontribusi paling  cost: 5,420E-06  cost: -3,912E-05
 cost: 3,231E-06
besar.
Tanda Koefisien:
ƒ Negatif: Tidak  time: -4,310E-03  time: 1,407E-03  time: -6,685E-03
disenangi  trip: 3,296E-02  trip: 7,661E-04  trip: 6,284E-05
ƒ Positif:  cost: 3,231E-06  cost: 5,420E-06  cost: -3,912E-05
Disenangi

120
Kenaikan Tarif Parkir dan Pemilihan Moda Perjalanan ke Pusat Kota Medan

Dari hasil output regresi pada tabel diperoleh positif. Nilai negatif menunjukan variabel tersebut
rumusan fungsi utilitas untuk masing-masing moda tidak disenangi oleh responden sedangkan nilai
yaitu: positif menunjukan variabel tersebut disenangi oleh
responden.
UMP = 0.753 – 0.006685*time + 0,00006284*trip-
0.00003912*cost
Hal ini sejalan dengan tujuan kebijakan
UAK = -0.05763 + 0.01407*time + 0,0007661*trip+
kenaikan tarif parkir, bahwa variabel cost (bahan
0.000005420*cost
bakar dan tarif parkir) akan mengurangi nilai utilitas
UTA = 0.120 – 0.004310*time + 0,03296*trip+
mobil pribadi yang berarti akan mengurangi
0.000003231*cost
probabilitas pemilihan mobil pribadi dan sebaliknya
Di mana:UMP: Utilitas mobil pribadi
meningkatkan nilai probabilitas angkutan kota dan
UAK: Utilitas Angkutan kota
taksi.
UTA: Utilitas taksi
Time: Waktu perjalanan (menit)
Trip: Jumlah perjalanan
Tabel X.1. Probabilitas Pemilihan Moda
Cost: Biaya/ongkos (rupiah)
Probabilitas ( % )
Setelah fungsi utilitas diperoleh dari Tarif Mobil Angkutan Taksi
pengolahan data maka, probabilitas pemilihan moda Parkir Pribadi Kota
dapat dihitung dengan menggunakan model logit (Rp)
multinominal. Probabilitas masing-masing moda 1.000,- 37.49 34.27 28.24
adalah sebagai berikut: 2.000,- 36.58 34.77 28.65
3.000,- 35.68 35.26 29.06
eU MP 4.000,- 34.79 35.75 29.46
PMP = .....................................
eU MP + eU AK + eU TA 5.000,- 33.91 36.23 29.86
(II.2) 6.000,- 33.04 36.70 30.26
7.500,- 31.76 37.40 30.84
eU AK
PAK= ......................................
eU MP + eU AK + eU TA
(II.3) Dari tabel X.1. Bisa dilihat, terjadi
pergeseran pemilih moda dari mobil pribadi ke
eU TA angkutan kota dan taksi. Probabilitas pemilihan
PTA= ...................................... mobil pribadi menurun seiring dengan kenaikan tarif
eU MP + eU AK + eU TA parkir, sedangkan probabilitas pemilihan angkutan
(II.4) kota dan taksi meningkat. Pada tarif parkir Rp
4.000,- probabilitas pemilihan angkutan kota
Di mana:PMP: Probabilitas mobil pribadi melebihi probabilitas pemilihan mobil pribadi dan
PAK: Probabilitas angkutan kota terus meningkat hingga tarif parkir Rp 7.500,-.
PTA: Probabilitas taksi Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa,
UMP: Fungsi utilitas mobil pribadi kebijakan kenaikan tarif parkir dapat menimbulkan
UAK: Fungsi utilitas angkutan kota pergeseran pemilihan moda dari mobil pribadi ke
UTA: Fungsi utilitas taksi angkutan kota dan taksi.

Saran
Kesimpulan dan Saran Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk
Kesimpulan meninjau faktor-faktor pemilihan moda yang lain
Dari hasil pengolahan data diperoleh berdasarkan sifat-sifat sosial ekonomi seperti;
rumusan fungsi utilitas untuk masing-masing moda pendapatan, jenis pekerjaan, umur, jenis kelamin,
adalah sebagai berikut: kepemilikan kendaraan, dan lain-lain, sifat-sifat
pelayanan seperti; kenyamanan, aksesibilitas, jarak
UMP = 0.753 – 0.006685*time + 0,00006284*trip- perjalanan, dan lain-lain, jenis moda yang lain
0.00003912*cost seperti; sepeda motor, pick-up, dan jenis kendaraan
UAK = -0.05763 + 0.01407*time + 0,0007661*trip+ lainnya yang bisa digunakan sebagai moda
0.000005420*cost perjalanan.
UTA = 0.120 – 0.004310*time + 0,03296*trip+ Perlu dilakukan penelitian mengenai
0.000003231*cost kebijakan rekayasa dan manajemen lalu lintas yang
lainnya seperti; kebijakan road pricing, car pooling,
Dari hasil rumusan utilitas di atas terlihat koefisien batasan waktu pergerakan untuk angkutan barang,
variabel cost untuk mobil pribadi bernilai negatif, dan kebijakan-kebijakan yang lainnya.
sedangkan untuk angkutan kota, dan taksi bernilai

121 121
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005

Perlu dilakukan penelitian manyangkut


dampak penerapan kebijakan kenaikan tarif parkir
terhadap fungsi dan peran lokasi parkir, seperti
fungsi pendidikan, pemerintahan, rumah sakit,
perdagangan, industri, dan pariwisata.

Dalam rangka memindahkan penggunaan


angkutan pribadi ke angkutan umum, selain dengan
penerapan kebijakan-kebijakan yang menghambat
penggunaan mobil pribadi, perlu juga diimbangi
dengan peningkatan pelayanan angkutan umum yang
baik dari segi kualitas maupun kuantitas, dari hasil
survai terlihat adanya keengganan masyarakat untuk
menggunakan angkutan umum kota (angkutan kota
dan taksi) melihat
kondisi angkutan umum yang ada dikota Medan
kecuali bagi sebagian masyarakat yang tidak
mempunyai pilihan.
Tanpa perbaikan kondisi angkutan umum di
kota Medan, maka tujuan dari menaikkan tarif parkir
yang ada tidak akan pernah tercapai.

Daftar Pusataka

Bruton, M. J. Introduction to Transportation


Planning. London Melbourne Sydney Aucland
Johannesburg: Hutchinson and Co. (Publisher)
Ltd.
Hobbs, F. D. 1995. Perencanaan dan Teknik
Lalulintas Edisi Kedua. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Kanafani, Adib. 1983. Transportation Demand
Analysis. United States of Amerika: Mc Graw –
Hill Book Company.
Mannering, Fred L. Nd Kilreski, Walter P. 1990.
Prinsiples of Highway Engineering and Traffic
Analysis. Canada: Jhon Wiley & Sons, Inc.
O Flaherty, C. A. 1986. Highways Third Edition
Volume I: Traffic Planning and Engineering.
London: Edward Arnold (Publisher ) Ltd.
Oglesby, Clarkson Hill and Hicks, Gary R. 1982.
Highways Engineering. Canada: Jhon Wiley &
Sons, Inc
Pandia, Indra Jaya. 2003. Parkir dan Kemacetan
Lalu Lintas. Medan: Harian Waspada, 2
Desember 2003.
Santoso, Singgih. 1999. SPSS Mengolah data
Statistik Secara Profesional Versi 7.5. Jakarta:
Penerbit PT Elex Medi Komputindo.
Sugiono, Dr. 1999. Statistika Untuk Penelitian.
Bandung: Penerbit CV Alfabeta.
Tamin, 0. Z. 1997. Perencanaan dn Pemodelan
Transportasi. Bandung: Penerbit ITB Bandung.

122
Kenaikan Tarif Parkir dan Pemilihan Moda Perjalanan ke Pusat Kota Medan

ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP)

Sjahril Effendy Pasaribu


Staf Pengajar Universitas Muhammadiyah Medan

Abstrak: PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara selalu berusaha meningkatkan pelayanan kepada
pelangganannya dalam rangka mewujudkan visi dan misi perusahaan yang selalu mengutamakan kepuasan
pelanggan. Perpamsi sebagai wadah Persatuan Air Munum Seluruh Indonesia telah menjalin kerjasama dengan
USAID untuk membantu PDAM-PDAM dalam melakukan pengembangan (improvement) dan pembaharuan
(innovation) guna meningkatkan pelayanan tersebut. Program Zona Air Minum Prima (ZAMP) adalah suatu
program peningkatkan kualitas air yang didistribusikan kepada pelanggan suatu kawasan (zona) tertentu
sehingga dapat diminum secara langsung sesuai dengan standar kualitas air minum yang ditetapkan pemerintah
dengan PERMENKES R.I.No.907/ MENKES/ SK/VII/2002 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air
minum.
Untuk menindaklanjuti program yang dimaksud, kemudian dilakukan Survai Kepuasan Pelanggan
(SKP) untuk mengetahui tanggapan dan komitmen masyarakat pelanggan terhadap pembaharuan (innovation),
sekaligus untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebab ketidakpuasan (dissatisfaction customer) serta
mengetahui kemauan dan kemampuan membayar (willingness and ability to pay) pelanggan tersebut.
Perumahan Malibu Indah Medan yang dipilih sebagai pilot project dalam program ini diambil
berdasarkan beberapa pertimbangan teknis dengan kriteria antara lain mempunyai jaringan perpipaan yang
relatif baru dan terisolasi dengan jaringan distribusi lainnya, sehingga memudahkan pengontrolan kualitas air.
Kemudian sumber air baku yang berasal dari mata air Sibolangit, mempunyai kualitas air yang relatif baik dan
sehat untuk diminum.
Laporan akhir dari SKP ZAMP Malibu menunjukkan bahwa 71,11% pelanggan di perumahan Malibu
Indah menggunakan air PDAM untuk minum, tetapi secara dominan (53,56%) pelanggan masih memasak
sebelum diminum. Kemudian terdapat keluhan utama terhadap pelayanan PDAM adalah tekanan aliran
(44,44%), tetapi bila akan dilakukan peningkatkan pelayanan PDAM, maka 84,44 % pelanggan menyatakan
bersifat dikenakan kenaikan tarif.

Kata kunci: Zona Air Minum Prima (ZAMP), USAID, PERPAMASI, PDAM, kepuasan Pelanggan.

Abstract: PDAM Tirtanadi Of Sumatera Utara always does it’s best to improve it’s customer to materialize the
enterprise vision and mission that always priority customer’s satisfaction. The Prime Drinking - Water Zone is
program of improving the quality of water distributor to the customer in certain zone in accordance with the
standard drinking water quality. That the water can be directly drunk. In this program , the Malibu Indah
residential complex Medan is chosen as the pilot project based on several technical considerations and criteria
such as having a relatively new piping network which are isolated from the other distributing network that is
easy to control the water quality.

Key words: Prime Drinking, Water Zone.

1. Latar Belakang syarat yang telah diterapkan. Kinerja seluruh PDAM


Sampai dengan tahun 2003, di seluruh di Indonesia masih harus ditingkatkan kerena
Indonesia terdapat kurang lebih 300 PDAM dengan terdapat beberapa kelemahan seperti yang tersebut di
kapasitas terpasang sebesar kurang lebih 95.000 liter atas.
per detik. Tingkat kehilangan air rata – rata secara Di lain pihak terdapat tuntutan konsumen
teknis mencapai 39%. Kehilangan air ini disertai untuk meningkatkan pelayanan, baik dari segi
pula dengan tekanan yang rendah pada pipa kuantitas maupun dari kualitas air minum yang sehat
distribusi, dan pendistribusian masih banyak yang dan memenuhi syarat, seperti yang disyaratkan oleh
kurang dari 24 jam. Akibatnya konsumsi rata-rata Peraturan Menteri Kesehatan. Di dalam peraturan ini
secara nasional tergolong rendah dinyatakan PDAM bertanggung jawab terhadap
(rata-rata 14 meter kubik per pelanggan perbulan). pemeriksaan mutu air. Rambu berikutnya adalah
Permasalahan lain adalah kualitas air yang Undang–Undang Perlindungan Konsumen No.9
didistribusikan kepada konsumen kurang memenuhi tahun 1999 yang pada intinya mendorong PDAM

123 123
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005

untuk melayani masyarakat dengan mutu air yang b. Kriteria pemilihan zona
dijanjikan. Untuk memenuhi tujuan menyalurkan air Di tahap awal, belum semua zona
minum yang sehat dan memenuhi syarat—seperti mendapatkan pelayanan ZAMP. Perumahan
yang disyaratkan oleh peraturan ini—dinyatakan Malibu Indah dipilih lebih pada
bahwa PDAM bertanggung jawab terhadap pertimbangan teknis dan kemampuan
pemeriksaan mutu air. Rambu berikutnya adalah investasi PDAM di tahap awal. Pemilihan
Undang –Undang Perlindungan Konsumen, No.9 perumahan Malibu Indah sebagai program
tahun 1999 yang pada intinya mendorong PDAM ZAMP, karena sudah memenuhi kriteria
untuk melayani masyarakat dengan mutu air yang pemilihan zona. Adapun kriteria pemilihan
dijanjikan. Untuk memenuhi tujuan menyalurkan air zona tersebut adalah (4)
minum yang memenuhi baku mutu air minum, • Jaringan pipa distribusi PDAM di zona
manajemen dan pemeliharaan PDAM terutama tersebut relatif baru, kondisi sangat
dalam bidang perpipaan distribusi harus ditingkatkan baik, dan terpisah (terisolasi) dari
kualitasnya dan diperbaiki, sehingga PDAM bisa jaringan pipa lain sehingga
menjamin mutu air secara berkelanjutan. mempermudah pengawasan. Pengaliran
Pada saat ini PERMASI (Persatuan 24 jam, ada alternative supply dan
Perusahaan Air Minum Seluruh Indonesia) bekerja tekanan cukup baik.
sama dengan USAID untuk membantu PDAM- • Air baku yang diolah berasal dari mata
PDAM melakukan inovasi dalam rangka usaha air, sehingga menghasilkan kualitas
peningkatan (improvement) pelayanan air air minum yang sehat dan aman
kepada pelanggan dan mewujudkan visi–misi • Dari hasil survai penjajakan
penyediaan air yang berkualitas. Program tersebut (September 2003) warga perumahan
merupakan produk air siap minum langsung dan Malibu Indah siap menerima ZAMP
dilakukan pada tiga kota di Indonesia, salah satunya (bersedia menerima inovasi dan mau
PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara Program membayar lebih).
pengadaan produk air minum secara langsung
disebut Program ZAMP (Zona Air Minum Prima) di c. Keuntungan ZAMP bagi konsumen
Perumahan Malibu Indah yang merupakan zona Dengan ZAMP air dapat diminum langsung
khusus untuk percontohan layanaan air siap minum dari kran rumah, tanpa perlu pengolahan
PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara. lain seperti perebusan atau penyulingan
PDAM Tirtanadi dalam memberikan kualitas ulang. Keuntungan ZAMP bagi konsumen
air yang baik kepada pelanggan di mulai dari kualitas antara lain (7)
air yang dihasilkan instalasi pengolahan, harus sudah
• SEHAT: Air ZAMP telah melewati
memenuhi standar khusus kualitas air minum sesuai
proses pengolahan untuk menjamin
dengan Permenkes No.907/MENKES/ SK/VII/2002
kualitas yang bebas dari bakteri dan
pada umumnya air yang dihasilkan instalasi
bahan kimia berbahaya (sesuai standar
pengolahan PDAM Tirtadi sudah memenuhi syarat.
KEPMENKES No.907/2002).
Program ZAMP di perumahan Malibu Indah
• AMAN: Air ZAMP disalurkan melalui
mendapatkan sumber mata air Sibolangit yang
jaringan perpipaan yang aman dan
kualitas airnya sudah memenuhi syarat-syarat
terjaga dari pencemaran sampai dengan
peraturan air siap minum.
meter pelanggan.
Suatu perusahaan bisa dikatakan berhasil
melakukan inovasi produk bila produk tersebut • PRAKTIS: Tinggal buka keran,
diterima dan sangat laku di pasar, kadang–kadang langsung dapat diminum
untuk produk yang bersifat inovatif, pelanggan • HEMAT: Harga relatif sangat murah
bersedia membayar lebih mahal dari produk yang dibanding air kemasan, isi ulang,
sejenis. Inovasi bukan berarti harus penemuan maupun penggunaan alat pengolahan
terbaru, tetapi bisa juga rekayasa terhadap produk air rumah tangga yang relatif mahal.
yang lain. Kepuasan pelanggan merupakan hal yang Untuk saat ini PDAM Tirtanadi belum
sangat penting bagi kelanjutan hidup perusahaan melaksanakan penyesuaian tarif sampai
karena kepuasan pelanggan merupakan indikator proses berjalan dengan baik.
yang menunjukkan seberapa jauh perusahaan dapat Diperkirakan kenaikan tidak akan lebih
memenuhi tuntutan pelanggan. dari biaya pemakaian per meter kubik.

2. Landasan Teori d. Tahapan pelaksana ZAMP di PDAM


a. Definisi ZAMP Tirtanadi
Zona air minum Prima (ZAMP) adalah zona Adapun pelaksanaan ZAMP di PDAM
khusus yang ditetapkan oleh PDAM untuk Tirtanadi memiliki tahapan seperti dibawah
layanan siap air minum. Artinya, air yang ini:
disalurkan ke kawasan tersebut sudah sehat
dan aman untuk diminum langsung.(3)

124
Zona Air Minum Prima (ZAMP)

1. Kunjungan lapangan ketiga PDAM f. Instruksi Kerja (IK) ZAMP


untuk menjajaki komitmen dan Untuk mendukung dari standar operasional
kesiapan SDM, sarana, dan prasarana. prosedur tersebut di atas, juga disusun
2. Survai penjajakan ke pelanggan kedua Instruksi kerja (IK) ZAMP. Instruksi kerja
zona usulan. meliputi antara lain:
3. Retreat (workshop) tiga PDAM untuk • Tujuan
menentukan zona pilihan dan • Ruang lingkup. Ruang lingkup metode ini
perencanaan ke depan meliputi:
4. Studi banding ke PDAM Bulelang Bali ¾ Cara pengujian
dan Lippo Karawaci, dua lokasi yang ¾ Penggunaan metode
telah memiliki sistem pelayanan air ¾ Standard metode
siap minum. • Peralatan dan bahan
5. Pelatihan Manajemen Mutu • Tata cara/langkah-langkah pengujian
(SOP=Standard Operation Procedure) • Rekaman data
dan persiapan penyusunan buku
panduan mutu ZAMP
6. Pelatihan staf laboratorium untuk 3. Metode Penelitian
sistem manajemen mutu laboratorium,
ISO/IEC 17025. Ruang Lingkup Survai
7. Sosialisasi internal kepada karyawan Survai ini menitikberatkan kajian pada
dan bagian terkait: Direksi, kepala kepuasan pelanggan khusus di perumahan Malibu
devisi, kepala cabang, kepala bagian, Indah yang mempunyai 294 pelanggan, dengan
kepala seksi, dan karyawan cabang pemakian rata-rata 294 NPA sebesar 51 m3 tiap
utama bulan, dan merupakan pelanggan tunggakan rekening
8. Pelatihan komunikasi dan pelayanan yang sedikit. (1,2)
pelanggan kepada staf cabang utama Rumusan Pengambilan Sampel
(petugas sosialisasi) Dengan Responden
9. Pembekalan kepada staf tranmisi dan = 15% x Jumlah Pelanggan
distribusi. =0,15 x 294
10. Pembuatan media sosialisasi seperti =44.1 ~ 45 pelanggan
brosur, buku paduan, info kualitas air,
kaset suara, dan VCD Jenis dan Sumber Data
11. Sosialisasi ZAMP kepada developer Metode pengumpulan data disesuaikan
dan pelanggan di lokasi dengan data yang dibutuhkan PDAM Tirtanadi
12. Perbaikan fisik jaringan pipa distribusi : Propinsi Sumatera Utara. Data yang digunakan yaitu:
pembuatan blok-blok wash out (4,5,6)
(pembuangan ), pencucian pipa, dan ƒ Data Primer, dikumpulkan melalui observasi
penambahan hydrant. langsung ke objek lokasi ZAMP di perumahan
13. Pemasangan alat pemantauan kualitas: Malibu Indah, yaitu dengan melakukan
Chlorine analyzer, ORP Controler, wawancara langsung degan daftar pertanyaan
14. Monitoring proses ZAMP setiap hari yang telah disiapkan.
kerja sejak bulan Juni 2004 karena ƒ Data Sekunder, dikumpulkan dengan melakukan
proses perbaikan sudah disesuaikan review kepustakaan, yang meliputi referensi
15. Informasi kualitas air per bulan tentang pengambilan keputusan.
(Customer Confidence Report).
16. Survai kepuasan pelanggan. Teknik Pengambilan Sampel
17. Evaluasi proses dan action plan. Pemilihan metode penelitian sangat penting.
Pengambilan sampel dilakukan dengan
e. Standar Operasional Prosedur (SOP) menggunakan metode sampling acak berstrata
ZAMP (stratified random sampling). Kriteria responden
Dalam menjamin air layak minum langsung adalah pendudukan perumahan Malibu Indah dengan
di perumahan Malibu Indah, maka perlu segmentasi pada seluruh blok di sana. Hal ini dipilih
dibuat suatu standar dalam prosedur dengan pertimbangan luasnya populasi penelitian
operasional ZAMP yang terdiri dari: dan keterbatasan waktu. Selain itu pemilihan metode
1. Standar Operasional Prosedur (SOP) sampling acak sangat terjamin dari sisi
Distribusi. objektivitasnya.
2. Standar Operasional Prosedur (SOP)
Sosialisasi. Instrumen Data
3. Standar Operasional Prosedur (SOP) Setiap tim peneliti harus memahami maksud
Laboratorium. dan tujuan pertanyaan yang terdapat dalam

125
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005

kuesioner. Pemahaman tersebut akan menentukan 10 juta sebesar 28.44%, kurang dari Rp 5
keberhasilan responden dalam pengisiannya, juta 28.895, dan lebih dari Rp 20 juta
terutama berhubungan dengan maksud pertanyaan 6.67%.
yang mungkin kurang dipahami responden. Pedoman ƒ Status kepemilikan rumah terdiri dari: milik
wawancara untuk responden disusun dengan garis sendiri 95.5% dan kontrak 4.5%.
besar instrumen sebagai berikut:
ƒ Pertanyaan tentang fakta, misalnya pada b. Perilaku pelanggan
kuesioner bagian A nomor 1-7. meskipun ƒ Pelanggan di perumahan Malibu seluruhnya
demikian masih diperlukan informasi lain sudah menggunakan air PDAM Tirtanadi.
mengenai fakta responden, misalnya Namun 68.89% menggunakan air hanya
mengenai umur, pendidikan, dan dari PDAM Tirtanadi, sedangkan sisanya
sebagainya. 31.11% juga menggunakan air sumur bor.
ƒ Pertanyaan tentang perilaku dan persepsi ƒ Penggunaan air sumur bor tersebut adalah
pelanggan kawasan ZAMP di perumahan untuk mencuci mobil/lainnya 91.12%, air
Malibu Indah, misalnya pada kuesioner minum sebesar 4.44%, serta untuk
bagian B nomor 1-10. keperluan memasak sebesar 4.44%
ƒ Tujuh pertanyaan tentang pandangan dan pelanggan.
komunikasi PDAM pelanggan, misalnya ƒ Sistem penampungan air minum terdiri dari
pada kuesioner bagian C nomor 1-9. menara sebanyak 13.33%, bak penampang
meskipun responden telah menjawab dari semen 20.00% drum fiber glass/
pertanyaan–pertanyaan informatif, tidak stainless 57.78%, dan lainnya (tidak ada)
menutupi kemungkinan untuk menggali sebesar 8.89% pelanggan.
informasi dengan wawancara mendalam ƒ Sumber konsumsi air minum rumah
(indepth interview). pelanggan meliputi: air kemasan 13.33%,
Setiap isi pertanyaan dapat memuat lebih air isi ulang 8.89%, air PDAM (dimasak)
dari satu maksud jawaban. Sebuah 53.33%, dan air siap minum 24.455
pertanyaan kadang menghendaki jawaban pelanggan.
yang lebih informatif. Tetapi hal tersebut
secara tidak langsung juga mencerminkan c. Penggunaan air setelah dilaksanakan ZAMP
persepsi seseorang tentang dirinya. ƒ Penggunaan utama air PDAM terdiri dari:
Untuk air minum 71.11%, keperluan
Tehnik Pengolahan Data memasak 26.67%, mandi dan mencuci
Data yang dikumpulkan kemudian diolah mobil/lainnya 0% pelanggan.
dengan menggunakan metode statistik. ƒ Cara penggunaan air minum dari PDAM
Pengolahan data dilakukan dengan meliputi: untuk air minum langsung 26.675,
memasukkan data menggunakan perangkat air minum (disaring) 17.78%, air minum
lunak SPSS. (dimasak) 55.55%, dan lainnya sebesar 0%
ƒ Frekuensi aliran air mati: Sering 6.67%,
4. Hasil penelitian jarang 71.11%, hanya waktu pagi hari
a. Karakteristik pelanggan 2.22%, dan tidak pernah sebesar 20%
ƒ Pekerjaan utama pelanggan terdiri dari: pelanggan.
Wiraswasta 46.67%, pegawai swasta
42.22%, ibu rumah tangga 8.89%, dan 5. Kesimpulan Dan Saran
pegawai negeri 2.22%. Kesimpulan
ƒ Kelompok usia pelanggan di atas 40 tahun Hasil pembahasan serta analisis data yang
40%, usia 26-39 tahun 13.33%, usia 16-25 telah dilakukan terhadap SKP-ZAMP Perumahan
tahun 6.67%, dan di bawah 16 tahun 40%. Malibu Indah dapat disimpulkan sebagai berikut:
ƒ Status pelanggan adalah kepala rumah 1. Sebanyak 68,89% penghuni Malibu Indah hanya
tangga dengan persentase 60%, ibu rumah menggunakan air PDAM Tirtanadi sebagai satu-
tangga 31.11%, status ana 6.67%, dan status satunya sumber air, selebihnya (31,11%) masih
lainnya 2.22%. menggunakan sumur bor sebagai sumber air
ƒ Tingkat pendidikan pelanggan: SMA/D3 tambahan/cadangan.
53.22%, sarjana S1/S2 33.34%, serta 2. Penggunaan utama dari air PDAM adalah untuk
SD/SMP 13.44%. air minum, yaitu 71,11% pelanggan, tetapi
ƒ Jumlah anggota penggunaan air terdiri dari secara dominan, yaitu 53,56% pelanggan masih
3-6 orang sebesar 73.33 %, 7-10 orang memasak air minum tersebut.
17.78%, lebih dari 10 orang 4.44%, dan 3. Hanya 24,44% pelanggan di perumahan Malibu
kurang dari 3 orang 4.45%. Indah yang tidak mempunyai keluhan terhadap
ƒ Tingkat penghasilan pelanggan yang paling pelayanan PDAM. Sementara keluhan utama
dominan adalah: Rp 10-20 juta 36%, Rp 5- pelanggan yaitu 44,44% mengeluh tentang

126
Zona Air Minum Prima (ZAMP)

tekanan air (rendah atau mati), selanjutnya Supranto, Johannes. 1998. Teknik Pengambilan
24,44% mengeluh tentang kualitas air (keruh, Keputusa. Jakarta: PT Rineka Citra.
berbau, dan endapan), dan selebihnya 6,68% Sweeny, Andrson Denis, And Williams, Thomas. A.
mengeluh tentang tarif yang tidak terjangkau. 1991. Introduction to Management Science,
4. Sebagian besar pelanggan, yaitu 84% pelanggan 6th Edition. St Paul: West Publishing
menyatakan setuju dinaikkan tarif untuk Company.
peningkatan pelayanan, bahkan 82,22% _______. Survai Kepuasan Pelanggan tahun 2004.
pelanggan setuju kenaikkan tarif sebesar PDAM Tirtanadi bekerja sama dengan LPPM
33,33%. USU, Medan, Sumatera Utara
_______. Peraturan Daerah Propinsi Daerah
Saran tingkat I Sumatera Utara. 1999. Perusahaan
Survai kepuasan pelanggan ZAMP Daerah Air Minum Tirtanadi Propinsi Daerah
Malibu ini diharapkan memberikan pada pihak Tingkat I Sumatera Utara No. 3 Tahun 1999.
PDAM Tirtanadi Sumatera Utara dalam peningkatan Medan, Sumatera Utara
pelayanan kepada pelanggan, maka disarankan hal– _______. 2002. Corporate Plan 2001-2005. Revisi
hal berikut: Kedua, PDAM Tirtanadi Sumatera Utara.
1. Persepsi pelanggan mengenai PDAM _______. 2004. Gambaran Umum PDAM Tirtanadi
Tirtanadi sebagai pelaksana Zona Air Propinsi Sumatera Utara. Website:
Minum Prima (ZAMP) di perumahan http://www.PDAMtirtanadi. co.id.
Malibu Indah masih perlu disempuranakan
lagi secara berkelanjutan, khususnya cara
sosialisasi dengan melakukan komunikasi
terus–menerus kepada pelanggan di
perumahan Malibu Indah. Hal ini agar
PDAM Tirtanadi mempunyai sistem
peningkatan pelayanan untuk memberikan
jaminan kuantitas, kualitas, dan kontinuitas
air minum yang memadai dan
berkelanjutan.
2. Disarankan kepada PDAM Tirtanadi agar
melakukan sosialisasi dengan media
informasi surat pemberitahuan setiap bulan
mengenai aliran dan kualitas air ZAMP di
perumahan Malibu Indah, sehingga
pelanggan mempunyai kepercayaan yang
tinggi kepada PDAM Tirtanadi dan aman
mengkonsumsi air minum langsung dari
kran rumah mereka.
3. Untuk mengetahui keluhan dan
ketidakpuasan pelanggan PDAM Tirtanadi
perlu melakukan survai kepuasan pelanggan
air ZAMP perumahan Malibu Indah.

Daftar Pustaka

Mangkusubroto, Kontoro dan Trisnadi, Listiarini.


1987. Analisis Keputusan. Bandung: Genesa
Exact.
Mochammad, Ichsan dan Kusnadi. 2003. Studi
Kelayakan Proyek Bisnis. Malang: Unibraw.
Pasaribu, Sjahril Effendy. 2004. PDAM Operator
Pelayanan Air Bersih & Air Minum. Bina
Teknik Press.
Saaty, Thomas L. 1993. Pengambilan Keputusan. PT
Pustaka Binaman Pressindo.
Schroeder, Roger G. 1994. Operation Management,
Third Edition Singapore: Mc. Grow Hill Inc.
Soeharto, Iman. 1997. Management Proyek. Jakarta:
Erlangga.

127
ANALISIS PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU
PADA PERUSAHAAN PABRIK GULA

Sa’ir Tumanggor
Abstrak: Pabrik gula adalah salah satu perusahaan makanan yang termasuk dalam sembilan bahan pokok, maka
mutu produk haruslah sangat diperhatikan. Pengendalian mutu pada perusahaan pabrik gula dimulai dari
pengadaan bahan baku sampai pada proses produksinya yang merupakan kegiatan saling terkait sehingga setiap
tahap kegiatan haruslah diarahkan sedemikan rupa untuk dapat memperoleh produksi maksimal dengan tingkat
kehilangan seminimal mungkin. Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa perusahaan pabrik
pada umumnya telah melaksanakan kebijaksanaan kualitas dengan menjalankan pengendalian kualitas dalam
bentuk gugus kendali mutu secara kontinu dan terkoordinir dibawah pengawasan bagian pabrikasi. Berdasarkan
hasil pengijian Control Char, khususnya x chart yang dilakukan pada tahun 2000 secara keseluruhan semua data
berada dalam batas pengendalian statistik belum begitu baik. Grafik pengendali pada tahun 2000 dapat
digunakan untuk pemetaan data tahun 2001. Hanya pada analisis polarisasi yang terdapat data di luar batas
pengendalian berarti secara keseluruhan proses berjalan terkendali dan konsisten.

Kata kunci: Pengendalian Mutu, Kualitas Gula.

1. PENGENDALIAN dalam pengolahan gula standar mutunya sudah ada,


maka penelitian lebih ditentukan pada upaya untuk
1.1. Latar Belakang Penelitian mencapai standar. Jadi permasalahannya adalah
Dalam situasi pemasaran yang semakin melihat sampai sejauh mana pelaksanaan
ketat persaingannya, peran mutu produk perusahaan pengendalian mutu yang dilakukan pada perusahaan
akan semakin besar dalam kaitannya dengan pabrik gula untuk menghasilkan produk yang sesuai
perkembangan perusahaan tersebut. Untuk dapat dengan standar mutu yang ditetapkan.
bertahan maka perusahaan dituntut untuk melakukan
tindakan- tindakan yang mengarah pada kegiatan 1.3. Batasan Masalah
efisiensi. Nama kegiatan efisiensi ini harus tetap Dibatasi pada kegiatan-kegiatan pengen-
memperhatikan mutu dari barang atau jasa yang dalian mutu yang berjalan pada perusahaan pabrik
dihasilkan, pelaksanaan efisiensi ini bertujuan untuk gula pada umumnya dan kemudian dilakukan
menekan biaya, sehinga dapat memberikan harga analisis secara kuantitatif terhadap standar mutu gula
yang dapat dijangkau oleh konsumen. Salah satu cara yang terdiri dari: kadar air, polarisasi besar jenis
yang dapat dilakukan adalah dengan tindakan butir, dan nilai remisi direduksi. Serta menganalisis
pengendalian mutu, pengendalian mutu mengandung secara kualitatif pelaksanaan pengendalian mutu
dua pengertian utama, yaitu menentukan standar dengan cara menganalisis faktor-faktor pengendali
mutu untuk masing-masing produk yang mutu yang meliputi bahan baku, sumberdaya
bersangkutan dan usaha perusahaan untuk dapat manusia, mesin, dan peralatan serta faktor lainnya.
memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan
dengan memperhatikan tujuan-tujuan sebagai 1.4. Tujuan Penelitian
berikut: kepuasan konsumen dan harga produk Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai
serendah-rendahnya serta proses produksi yang dapat berikut:
menekan baiya dan waktu seminimal mungkin. 1. Menganalisis pelaksanaan pengendalian mutu
Pabrik gula adalah salah satu perusahaan oleh perusahaan untuk menge-tahui sejauh
makanan yang termasuk dalam sembilan bahan mana mutu yang telah dilaksanakan.
pokok, maka mutu produk haruslah sangat 2. Mengindentifikasi perma-salahan yang
diperhatikan. Pengendalian mutu pada perusahaan dihadapi perusahaan dalam pengendalian
pabrik gula dimulai dari pengadaan bahan baku mutu.
sampai pada proses produksinya yang merupakan 3. Membahas berbagai alternatif pemecahan
kegiatan haruslah diarahkan sedemikian rupa untuk masalah, untuk mengurangi hasil produksi
dapat memperoleh produksi maksimal dengan yang tidak sesuai dengan standar mutu yang
tingkat kehilangan seminimal mungkin. telah ditetapkan oleh perusahaan.

1.2. Rumusan Masalah 1.5. Manfaat Penelitian


Pengadaan mutu mengandung dua a. Bagi Penulis
pengertian utama yaitu: menentukan standar mutu Memberi gambaran bagi penulis bagaimana
dan usaha perusahaan yang telah ditetapkan. Karena pelaksanaan pengendalian mutu dan

128 128
Analisis Pelaksanaan Pengendalian Mutu pada Perusahaan Pabrik Gula

permasalahannya dalam praktek yang sebenarnya. 8. Standar kualitas.


b. Bagi Perusahan 9. Umpan balik.
Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan Lingkup kegiatan pengendalian mutu sangat
berkenaan dengan pengendalian mutu yang telah luas, banyak hal yang menentukan atau
ditetapkan. mempengaruhi mutu produk. Pengendalian mutu
produk meliputi tiga pendekatan, yaitu:
1.6. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan bahan baku
1. Subjek penelitian adalah pabrik gula. Objek Dalam pengendalian mutu terhadap bahan baku
yang akan diteliti adalah kegiatan pengendalian tedapat beberapa hal yang sebaiknya dikerjakan
mutu produk yang terdiri dari beberapa tahap oleh manajemen perusahaan agar bahan baku
pemroses tersebut. yang diterima perusahaan dapat dijaga mutunya.
2. Data yang diperlukan Beberapa hal tersebut antara lain seleksi sumber
- Data produksi terdiri dari: bahan baku yang bahan, pemeriksaan penerimaan bahan, dan
digunakan, proses produksi, jenis produksi penjagaan gudang bahan baku perusahaan.
yang dihasilkan, jumlah produk, jumlah 2. Pendekatan proses produksi
mesin, dan peralatan yang digunakan. Walaupun bahan baku yang digunakan oleh
- Standar mutu dan proses pengendalian mutu perusahaan sudah dipilih bahan-bahan dengan
produk yang digunakan oleh perusahaan. mutu tinggi, namun bila proses produksi
3. Variabel yang diukur dilaksanakan dengan baik maka besar
- Kadar air (%) kemungkinan produk akhir perusahaan akan
- Polarisasi (%) mempunyai mutu yang rendah.
- Berat jenis butir (mm) 3. Pendekatan produk akhir
- Nilai remisi direduksi. Dalam hal ini diharapkan pengendalian dapat
4. Cara Pengumpulan Data mengumpulkan informasi tentang tanggapan
- Telaah pustaka mengenai pengendalian mutu. konsumen terhadap produk yang dihasilkan
- Wawancara terhadap pihak-pihak yang terkait perusahaan. Informasi sangat penting untuk
dengan pelaksanaan pengendalian mutu di menghadapi atau mengetahui di mana
perusahaan. kekurangan produk tersebut, sehingga dapat
- Pengamatan pelaksanaan pengendalian mutu. digunakan sebagai umpan balik untuk
perusahaan melakukan tindakan perbaikan di
2. Landasan Teori masa yang akan datang.
2.1. Pengertian Pengendalian Mutu
Pengendalian mutu adalah suatu penetapan 2.2. Manajemen Mutu
tujuan atau target dan penemuan cara untuk a. Evaluasi Paradigma Manajemen Mutu
mewujudkan target tersebut secara efisien. Hasil kombinasi dari ajaran tentang mutu
Agar pengendalian mutu dapat dilakukan oleh pakar dan pengalaman praktek menghasilkan
dengan efektif maka perlu kriteria-kriteria tertentu suatu model sederhana yang sangat efektif untuk
antara lain: mengimplementasikan manajemen mutu terpadu atau
a. Akurat: Informasi tentang pelaksanaan kegiatan total Quality Manajemen (TQM) filosofi manajemen
harus akurat data yang tidak akurat dari sistem mutu terpadu berusaha menerapkan semua konsep
pengendalian dapat menyebabkan organisasi yang mengarah pada perbaikan terus-menerus dan
mengambil tindakan koreksi yang keliru. perusahaan dengan konsep Plan Do Check Action
b. Realistik secara ekonomis biaya pelaksanaan (PDCA).
sistem pengendalian harus lebih rendah atau
paling tidak sama dengan kegunaan yang b. Biaya Mutu
diperoleh dari sistem tersebut. Mutu sutu produk atau jasa bukan hanya
c. Realistik secara organi-sasional: sistem pengen- penting bagi pemakai, namun juga bagi pemasok.
dalian harus cocok dengan kenyataan-kenyataan Biaya mutu produk tersebut pada umumnya
organisasi. diklasifikasikan ke dalam empat kategori, yaitu:
1. Biaya pencegahan (prevention cost)
2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mutu Biaya-biaya ini terjadi guna mencegah
Secara khusus faktor-faktor yang mem- kerusakan produk di dalam proses produksi.
pengaruhi mutu dapat diuraikan sebagai berikut: 2. Penilaian (Appraisal cost)
1. Pasar atau tingkat persaingan. Biaya yang timbul untuk mengidentifikasi
2. Tujuan organisasi. apakah produk yang dihasilkan telah sesuai
3. Testing produk dengan persyaratan mutu, pengujian
4. Desain produk laboratorium, melakukan pengendalian proses
5. Proses produksi secara statistik, pemeriksaan bahan baku, dan
6. Kualitas input pelaporan mutu.
7. Perawatan perlengkapan

129
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005

3. Biaya kegagalan internal (Internal Failur Cost) 3. Spesifikasi yang berlaku, ditinjau dari segi
Biaya ini terjadi akibat produk gagal mencapai kemampuan proses dan keinginan konsumen
standar mutu desain dan terdeteksi pada waktu yang ingin dicapai dari hasil produksi tersebut.
proses produksi atau sebelum dikirim kepada 4. Ekonominya kegiatan produksi, untuk
pelanggan. mengetahui tingkat efisiensi dari kegiatan
4. Biaya kegagalan eksternal (External Failure produksi tergantung pada seluruh proses yang
Cost) ada di dalamnya.
Biaya ini terjadi akibat produk gagal mencapai
standar mutu desain dan tidak terdeteksi sampai 2.5. Pengendalian Mutu Statistik
dikirim kepada pelanggan. Keempat biaya ini Teknik pengendalian mutu statistik
dapat dibagi menjadi biaya pengendalian yang digunakan untuk mengendalikan pelaksanaan suatu
terdiri dari biaya kegagalan internal dan proses apakah sesuai dengan spesifikasinya, serta
eksternal. untuk menentukan apakah barang atau bahan yang
diterima dari supplier mempunyai mutu yang dapat
2.3. Manajemen Proses diterima.
Konsep dari manajemen proses berkaitan Pengendalian meliputi beberapa macam
dengan perbaikan kualitas. Dalam manajemen proses teknik, salah satunya adalah dengan metode statistik.
ini terdapat enam komponen penting, yaitu: Keuntungan dari metode statistik ini adalah:
1. Kepemilikan (ownership), menugaskan 1. Teknik pengawasan mutu diterapkan dengan
tanggung jawab untuk desain, operasi dan jalan mengambil sampel-sampel sehingga
perbaikan proses. tidak semua dari komponen harus diperiksa,
2. Perencanaan (planning), menetapkan suatu cukup hanya dengan mengambil bagian-
pendekatan terstruktur dan terdisiplin untuk bagian tertentu saja secara acak.
mengerti, mengidentifikasi dan mendoku- 2. Pengawasan adalah sebagai alat untuk
mentasi semua komponen utama dalam proses mencegah kemungkinan adanya penyimpanan-
hubungan antara komponen utama itu. penyimpangan sebelum terjadi lebih serius,
3. Pengendalian (control), menjamin output dapat jadi hal ini bisa disamakan dengan tindakan
diperkirakan dan konsisten dengan ekpetasi preventif.
pelanggan. Salah satu pendekatan yang digunakan
4. Pengukuran (measurement), memetakan dalam pengendalian mutu untuk mengendalikan
performansi atribut dan variabel dari produk ketidakseragaman dalam proses produksi adalah
terhadap kebutuhan pelanggan dan menetapkan Statistikal Proses Control (SPC). SPC dapat
kriteria untuk akurasi, presisi, dan frekuensi mendeteksi dan mengeliminasi variasi yang tidak
perolehan data. random yang muncul selama proses berlangsung.
5. Perbaikan atau peningkatan (improvement),
mening-katkan efektivitas dari proses melalui 2.6. Proses Pembuatan Gula Pasir
perbaikan-perbaikan yang diidentifikasi secara Proses pemurnian yang digunakan
tetap. menentukan produksi = I gula yang dihasilkan yang
6. Optimasi (optimization), meningkatkan efisiensi lazim di Indonesia adalah:
dan produktivitas melalui perbaikan-perbaikan o Proses defkasi raw sugar (gula tanjung)
yang diidentifikasikan secara tetap. o Proses sulfitasi gula putih SHS
Keenam komponen di atas merupakan o Proses karbonatasi gula putih SHS
landasan untuk keberhasilan manajemen dari suatu Terdapat beberapa prinsip atau metode
proses apa saja, komponen-komponen itu dibutuhkan analisis mutu gula yang penting untuk menentukan
untuk proses apa saja, komponen-komponen itu mutu gula tersebut, antara lain: polarisasi, kadar air,
dibutuhkan untuk proses kerja yang menghasilkan besar jenis butir, dan nilai remisi direduksi jenis gula
dan menyerahkan produk ke pelanggan. Dalam pasir produksi dalam negeri terdiri dari: gula
proses produksi ada beberapa faktor yang akan konsumsi rumah tangga (kualitas SHS standar, SHS
mempengaruhi derajat pengendalian kualitas, faktor- IB, dan SHS IA) dan gula industri.
faktor tersebut antara lain:
1. Kemampuan proses, hal ini dimaksudkan 3. Pembahasan
bahwa batas-batas yang ingin dicapai haruslah Pada perusahaan pabrik dalam melak-
disesuaikan kemampuan proses yang sudah sanakan pengawasan mutu produknya adalah dengan
ada. cara memeriksa kadar air, kadar polarisasi, dan besar
2. Apkiran yang diterima, derajat pengendalian jenis butir.
kualitas yang dilakukan akan tergantung pada
banyaknya bahan atau barang di bawah standar 3.1. Analisis Kuantitatif
yang dapat diterima. Metode yang digunakan dalam Analisis kuantitatif
adalah dengan Control Chart.
1. Analisis Kadar Air

130
Analisis Pelaksanaan Pengendalian Mutu pada Perusahaan Pabrik Gula

Dalam perdagangan umum gula dikatakan sebesar 10,5 mm. Nilai tersebut melebihi nilai
kering apabila kadar air sebesar 0,1-0,15% atau yang sudah di standarkan oleh perusahaan.
apabila digenggam, gula tersebut tidak akan
Hal yang dapat mempengaruhi besar jenis butir
menempel di tangan. Berdasarkan hasil
pada proses produksi adalah: pada proses
perhitungan kadar air tahun 2000, diperoleh
kristalisasi di mana pada proses ini sangat
hasil untuk batas atas (UCL) dan batas bawah
tergantung pada keterampilan tenaga kerja
(Llcl) seperti tertera pada table 3.1. Dari tabel
dalam pemasakan. Karena merupakan proses
tersebut dilihat bahwa rata-rata kadar air masih
penguapan, maka pengendalian suhu dan
berada dalam batas standar yang ditentukan
tekanan pemasakan harus dilakukan dengan
perusahaan.
selalu mengontrol thermometer yang ada di pan-
pan kristalisasi tersebut. Faktor mempengaruhi
Table 3.1. Batas Pengawasan Kadar Air (%) Tahun
besar jenis butir adalah: lama masakan yang
2000
dilakukan, untuk mendapatkan besar jenis butir
Batas Hasil Standar yang lebih besar dibutuhkan waktu masakan
Pengendalian Analisis Perusahaan yang lebih lama.
CL 0.06 01-015
Konsumen tertentu menyukai gula kristalnya
UCL 0.09 relatif besar, karena untuk mencairkannya relatif
LCL 004 lebih lama dibandingkan dengan gula yang jenis
kristalnya besar lebih disukai di Indonesia
2. Analisis Polarisasi terutama untuk pemakaian langsung dalam
Dari hasil perhitungan polirasi tahun 2000 minuman.
diperoleh batas pengendalian seperti pada table
4.2 dari tabel tersebut rata-rata polarisasi 4. Analisis Nilai Remisi diReduksi.
sebesar 99,86% karena P3GI sudah Nilai remisis direduksi merupakan ukuran
menentukan standar gula konsumsi rumah keputihan gula yang ditetapkan laboratories,
tangga untuk polarisasi yaitu minimal 99,7%. dengan menggunakan choromatograph
Apabila hasil pemeriksaan sampel mikroskop. Dengan meng-gunakan alat tersebut
dibandingkan, antara batas pengawasan dengan suatu contoh gula ditetapkan kepada suatu
standar yang sudah ditentukan P3GI dan SK tingkatan nilai remisi direduksi (NRD) misalnya
Kabulog 314/KA/06/1995 maka produk gula 59,1 dan 6,00. Dengan demikian orang awam
tersebut telah memenuhi kualitas gula pada sukar membedakan besaran NRD atas dua jenis
jenis SHS 1 A hal ini yang dapat gula di atas tetapi hal ini penting ditetapkan
mempengaruhi polarisasi, yaitu proses produksi sebagai salah satu faktor penentu kualitas
terutama pada proses pemurnian, di mana karena dapat diuji secara laborati. Nilai remisi
apabila tenaga kerjanya kurang terampil dalam direduksi dipengaruhi oleh banyak hal antara
memberikan kapur dan belerang yang tepat, lain mutu baku dan semua tahapan proses
maka mutu produk yang dihasilkan kurang produksi karena NRD merupakan ukuran
memenuhi standar. keputihan gula.
Tabel 3.2. Batas Pengawasan Polarisasi Tahun 2000 Tabel 3.4. Batas Pengawasan Nilai Remisi Direduksi
Batas Hasil Standar Batas Hasil Standard
Pengendalian Analisis Perusahaan Pengendalian analisis perusahaan
CL 99.86 >= 99.7 CL 0.06 0.4-0.15
UCL 100 UCL 0.09
LCL 99.71 LCL 0.04
3. Analisis Besar Jenis Butir
3.2. Analisis Kualitatif
Kategori ini merupakan visualisasi yang sering Produksi gula yang tidak sesuai dengan
mendapat perhatian utama konsumen di standar kualitas mengakibatkan kerugian bagi
samping warna yang putih. Besar jenis butir perusahaan, karena proses produksi gula yang tidak
adalah ukuran atau besaran kristal-kristal gula. memenuhi standar kualitas tersebut harus diproses
Berdasarkan hasil perhitungan besar jenis butir kembali sehinga membutuhkan biaya dan waktu
pada tahun 2000, diperoleh hasil untuk batas yang tidak sedikit.
atas (uCLo dan batas bawah LCL) seperti tertera Pengendalian mutu tebu sebagai bahan baku
apabila dibandingkan dengan batas standar yang meliputi:
perusahaan yaitu 0,9-1,0 mm, maka pengawasan a. Pemasokan bahan baku
yang dilakukan perusahaan saat ini sangat Bahan baku untuk pengolahan gula pada pabrik
longgar, karena nilai rata-rata yang diperoleh gula adalah berupa batang tebu yang dihasilkan

131
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005

dari perkebunan yang terdiri dari: menjalankan pengendalian kualitas dalam


- TRI murni, yaitu petani mengusahakan bentuk gugus kendali mutu secara kontinu
sendiri penanaman tebu, menebang, dan dan terkoordinir dibawah pengawasan bagian
mengangkut tebu dibawah bimbingan PG, pabrikasi.
yang pembiayaan melalui paket kredit 2. Berdasarkan hasil pengujian Control Chart
bimas. khususnya x chart yang dilakukan pada tahun
- TRI pola kerjasama, yaitu petani yang 2000 secara keseluruhan semua data berada
menyerahkan lahannya kepada pabrik gula dalam batas pengendalian statistik. Namun
dengan imbalan petani mendapat jaminan pada analisis kadar air memperlihatkan grafik
hasil minimal yang harus diterima. yang tidak random, sehingga hal ini
- TRI nonkredit, adalah penanaman tebu menunjukkan bahwa pengendalian mutu
dilakukan oleh rakyat dengan tidak secara statistik belum begitu baik.
menggunakan paket kredit bimas. Adapun 3. Grafik pengendali pada tahun 2000 dapat
pengadaannya melalui sistem perjanjian digunakan untuk pemetaan data tahun 2001.
pengolahan dengan hasil sama seperti pada Hanya pada analisis polarisasi yang terdapat
TRI atau pembelian langsung oleh PG. data di luar batas pengendalian,s berarti
- Penanganan bahan baku secara keseluruhan proses berjalan terkendali
Dalam hal bahan baku beberapa faktor yang dan konsisten.
memegang peranan penting adalah masalah 4. Masih adanya data-data yang tidak terkendali
penebangan dan pengangkutan. Mutu tebangan secara statistik dapat disebakan oleh beberapa
yang rendah mengakibatkan tingginya hal berikut:
kehilangan tebu dalam ampas. - Kurang baiknya pengendalian mutu
tebu sebagai bahan baku yang
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka meliputi: umur tebu, pelaksanaan
pada penebangan dilakukan pengeletakan penebang-an, dan pengangkutan serta
terlebih dahulu sebelum di tebang. Dalam hal ini keterampilan karyawan dalam
cara pengangkutan dan transportasi maka untuk penebangan yang masih rendah.
menghindari terjadinya penurunan kadar nira - Faktor alat atau mesin yang sudah tua
perusahaan tidak memperoleh tebu disimpan yang masih digunakan termasuk
lebih dari 2x24 jam. kondisi mesin putaran SHS yang
masih manual dan alat pengukur suhu
Selain dalam sistem pemurnian ditemukan yang tidak stabil.
bahan pembantu pemurnian seperti batu - Sumberdaya manusianya yang kurang
gamping dan lain-lain. Untuk mengatasi hal terampil baik dalam usaha penyediaan
tersebut perusahaan melakukan beberapa contoh bahan baku, maupun karyawan pada
bahan yang diinginkan kepada pemasok dan produksi misalnya dalam proses
memperketat mutu bahan tersebut. pemurnian, kristalisasi, dan
pengeringan.
3.3. Tenaga Manusia 4.2. Saran
Sumberdaya manusia yang dimiliki oleh Berdasarkan kesimpulan tersebut maka
perusahaan dirasakan masih kurang baik dalam hal disampaikan saran-saran yang sekiranya dapat
penyediaan bahan baku maupun dalam proses menjadi bahan pertimbangan. Adapun saran-saran
produksi, karena masih banyak sumberdaya manusia yang disampaikan adalah sebagai berikut:
yang tidak siap terutama dalam proses produksi 1. Perusahaan disarankan untuk melakukan
sehingga sering terjadi kesalahan. pengendalian mutu secara statistik, dengan
memanfaatkan alat analisis SQC khususnya x
3.4. Lingkungan Kerja chart dan r chart untuk dapat mengetahui
Dalam pengolahan gula sanitasi juga seberapa jauh pengendalian mutu yang telah
memegang peranan penting dalam usaha peningkatan dilakukan.
mutu produk gula sanitasi lingkungan kerja perlu 2. Pengendali mutu bahan baku perlu
mendapat perhatian. Usaha sanitasi yang harus ditingkatkan dengan cara peningkatan
dilakukan adalah lingkungan produksi, pekerja pemeliharaan tanaman dan melakukan
peralatan produksi, dan penanganan bahan sisa. pengawasan terhadap waktu penebangan,
sedangkan pengendalian mutu dalam proses
produksi terutama perlu dilakukan pada
4. Kesimpulan dan Saran
proses pemurnian, kristalisasi, dan proses
4.1. Kesimpulan
pengeringan.
Berdasarkan analisis data yang diperoleh maka dapat
3. Secara terus menerus batas-batas toleransi
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
diperbaiki diperketat pada titik paling
1. Perusahaan pabrik pada umumnya telah
optimal, sehingga akan mendorong dan
melaksanakan kebijaksanaan kualitas dengan

132
Analisis Pelaksanaan Pengendalian Mutu pada Perusahaan Pabrik Gula

memberi rangsangan untuk mempertahankan


tingkat mutu secara lebih baik, demi
peningkatan mutu produksi secara terus
menerus dan berkesinambungan.
4. Untuk memperlancar proses produksi dan
peningkatan mutu hasil produksi sebaiknya
perusahaan secara kontinu mengadakan
pengawasan terhadap mesin-mesin yang
digunakan dalam proses produksi.
5. Untuk meningkatkan mutu produksi perlu
peningkatan dan pengembangan mutu
sumberdaya manusia yang berupa
peningkatan pengetahuan dan keterampilan
khususnya karyawan di bidang produksi.

Daftar Pustaka
Ahyari A. 1987. Manajemen Produksi Pengendalian
Produksi II. Yogyakarta: Badan Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada.
Anonim, 1997. Studi Tentang Pemasaran dan
Prospek Investasi Industri Gula Indonesia.
Jakarta: PT Internasional Contact Bussines
Sistem, Inc.
Bufa E. S. 1991. Manajemen Produksi dan Operasi,
Jilid II, Edisi 6. Jakarta.
Darmawan D.H.A. 1998. Pokok-Pokok Pikiran
Menuju Perbaikan Industri Gula. Jurnal
Litbang Pertanian.
Ferdy, 1999. Industri Gula Tebu, Produksi Lokal
Menurun Impor Meningkat. Manajemen
Usahawan Indonesia.
Handoko H. 1992. Dasar-dasar Manajemen Produksi
dan Operasi. Yogyakarta: BPFE.
Ishikawa K. 1992. Pengendalian Mutu Terpadu.
Penerjemah Budi Santoso. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Martinich, J.S. 1997. Production and Operation
Management, An Applied Modern Approach.
John Wiley & Sons Inc.
Meredith, J.R. 1992. The Management of Operation
a Conceptual Emphasis, 4 ed. John Eiley &
Sons Inc.
Yamit Z. 1998. Manajemen Produksi dan Operasi
Ekonomi. Yogyakarta: Fakultas Ekonomi UII.

133
KAJIAN PENGEMBANGAN PABRIK KELAPA SAWIT (PKS)
SUPERMINI DALAM RANGKA PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI
KELAPA SAWIT DI SUMATERA UTARA
(The Study on The Development of Supermini Palm Oil Factory in Order
To Increase The Palm Oil Farmers Income in North Sumatera)
Terip Karo-Karo

Abstrak: Pengkajian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui penyebaran kebun kelapa sawit rakyat di
Sumatera Utara dan menetapkan lokasi PKS Supermini yang sesuai dengan penyebaran kebun kelapa sawit
rakyat di daerah kajian (Kabupaten Asahan, Labuhan Batu, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, dan Tapanuli
Tengah), mengetahui dampak pengembangan PKS Supermini terhadap peningkatan pendapatan petani kelapa
sawit di daerah kajian, dan menyusun arahan pengembangan dalam bentuk arahan prioritas lokasi dan arahan
program pengembangan PKS Supermini di daerah kajian.
Metode analisis yang digunakan yaitu metode deskriptif yang didukung dengan tabulasi. Penetapan lokasi PKS
Supermini dilakukan dengan bantuan kriteria teknik penentuan lokasi. Penetapan jumlah PKS di suatu wilayah
sampai tahun 2012 dilakukan atas dasar prediksi produksi dengan mempertimbangkan hubungan kapasitas PKS
Supermini dan luas lahan pertanaman kelapa sawit pendukung. Analisis dampak terhadap pendapatan petani
dilakukan dengan metode deskriptif yang didukung oleh perhitungan nilai tambah bersih produk olahan
gabungan. Sementara itu, penetapan prioritas lokasi dan arahan pengembangan dilakukan secara deskriptif
melaui skoring terhadap beberapa parameter.
Hasil survai terhadap kinerja perkebunan kelapa sawit rakyat di daerah kajian menyatakan bahwa penyebaran
lahan pengembangan kelapa sawit rakyat dan PKS tidak merata, sementara itu produktivitas dan pendapatan
petani kelapa sawit bervariasi dalam rentang relatif rendah. Peningkatan pendapatan yang akan diperoleh petani
dengan adanya pengembangan PKS Supermini rata-rata adalah sekitar 5,74%-32,76%. Hasil skoring
menyatakan bahwa kecamatan-kecamatan yang perlu diprioritaskan pengembangannya adalah Sei Kepayang
(Asahan), Merbau (Labuhan Batu), Sosa (Tapanuli Selatan), Batang Natal (Mandailing Natal), dan Lumut
(Tapanuli Tengah).
Untuk mendorong pengembangan PKS Supermini dalam rangka merealisasikan dan memberdayakan
perekonomian rakyat maka program-program yang mendesak untuk dilakukan adalah pelatihan teknis bagi para
petani, pengembangan kelembagaan petani (seperti kelompok tani sawit dan koperasi agribisnis),
penyederhanaan prosedur perizinan, pengaturan perpajakan/retribusi., pengembangan sistem insentif ,dan
pengembangan infrastruktur pendukung.
Kata kunci: PKS Supermini, pendapatan petani, perkebunan rakyat kelapa sawit.

Abstract: The study was conducted to know the spreading of palm oil small holders in North Sumatera and to
determine the location of supermini palm oil factories according to the palm oil small holders spreading in the
study area (Asahan, Labuhan Batu, South Tapanuli, Mandailing Natal and Central Tapanuli), to know the
impact of supermini palm oil factory development on the farmer income increase, to arrange the development
direction of supermini palm oil factories.The analysis methods that was used to study the performance of palm
oil small holder was descriptive analysis that was supported by tabulation. Identification of factory location was
done by technical criteria for location. The total of supermini palm oil factory in a region up to 2012 was
determined by prediction of production and supported by the relationship between capacity of supermini palm
oil factory and total area of palm oil land. The impact of the development of supermini palm oil factory on the
farmer income was analyzed by descriptive methods that was supported by calculation of net value added of
processed product. Determination of the priority location was done by scoring for some parameters.
The results of this study indicated that the spreading of palm oil small holders in the study area and palm oil
factories are unbalanced, on the other hand the productivity and farmer income showed the variation but within
the relative low range. After the development, the farmers income will increase around 5.74 up to 32.76 %. The
result of scoring showed that the priority subdistricts are Sei Kepayang (Asahan), Merbau (Labuhan Batu),
Sosa (South Tapanuli), Batang Natal (Mandailing Natal) and Lumut (Central Tapanuli). The urgent programs
that will support the development of supermini palm oil factories in the study area are technical training for
farmers, farmer institutions development (farmer groups and agribusiness cooperation), deregulation of
dispensation procedures, tax regulation, incentive system improvement and infrastructures development.
Key words: Supermini palm oil factory, farmer income, palm oil small holder.

134
Kajian Pengembangan Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Supermini
dalam Rangka Peningkatan Pendapatan Petani Kelapa Sawit di Sumatera Utara

PENDAHULUAN pengembangan kelapa sawit yang sudah relatif lama,


Dalam kurun waktu tujuh tahun terakhir, sementara itu Tapanuli Selatan, Mandailing Natal,
telah terjadi pergeseran secara bertahap dalam dan Tapanuli Tengah adalah tiga kabupaten di
pengusahaan perkebunan kelapa sawit, yaitu dari wilayah Pantai Barat yang merupakan daerah
usaha yang hanya dilaksanakan oleh perusahaan pengembangan kelapa sawit yang relatif baru.
besar swasta maupun BUMN menjadi usaha yang
dilaksanakan oleh petani perkebunan (swadaya) di METODE PENGKAJIAN
luar petani perkebunan yang bermitra dengan Metode analisis yang digunakan adalah
perusahaan besar swasta atau BUMN (Deptan, metode deskriptif yang didukung dengan tabulasi.
2002). Penetapan lokasi PKS Supermini dilakukan dengan
Pembangunan areal kebun kelapa sawit bantuan kriteria teknik penentuan lokasi, sedangkan
yang dilakukan oleh petani perkebunan atau penetapan jumlah PKS di suatu wilayah sampai
perkebunan kelapa sawit rakyat terus mengalami tahun 2012 dilakukan atas dasar prediksi produksi
peningkatan cukup signifikan, sejalan dengan sampai dengan tahun tersebut serta
semakin membaiknya bisnis produk olahan kelapa mempertimbangkan hubungan kapasitas PKS
sawit baik di pasar domestik maupun di pasar Supermini dan luas lahan pertanaman kelapa sawit
internasional. Pada umumnya perkebunan kelapa pendukung yang dibutuhkan. Analisis dampak
sawit rakyat ini dibangun secara bertahap dan terhadap pendapatan petani dilakukan dengan
terpencar dengan skala usaha 0,5 sampai 2 ha dan metode deskriptif yang didukung oleh perhitungan
beberapa tahun terakhir terlihat adanya gejala nilai tambah bersih produk olahan gabungan (kernel
ketidakmampuan sarana yang dimiliki oleh dan minyak sawit).
perusahaan besar dan BUMN dalam mengolah hasil Penentuan lokasi prioritas pengembangan
perkebunan kelapa sawit rakyat yang semakin dilakukan melalui skoring terhadap wilayah
melimpah. Kalaupun mereka menampung dengan kecamatan menggunakan beberapa parameter yaitu
harga yang sangat rendah pada tingkat petani. luas areal pertanaman, produksi, produktivitas,
Salah satu solusi menghadapi permasalahan jumlah petani kelapa sawit, peningkatan luas areal,
tersebut adalah melaksanakan pembangunan unit laju peningkatan produksi, peningkatan produktivitas
pengolahan kelapa sawit di lokasi atau di sekitar kelapa sawit rakyat selama 5 tahun terakhir, jumlah
perkebunan kelapa sawit rakyat. Mengingat lokasi PKS, kapasitas olah PKS, rasio antara produksi
perkebunan kelapa sawit rakyat relatif menyebar dan dengan jumlah PKS, rasio antara produksi dengan
dalam skala luasan yang relatif kecil maka unit kapasitas olah PKS, dan jumlah desa tertinggal setiap
pengolahan kelapa sawit yang memungkinkan untuk kecamatan. Adapun langkah-langkah skoring adalah
dibangun adalah yang berskala kecil atau supermini sebagai berikut:
yaitu dengan kapasitas ≤ 1 ton TBS per jam (PPKS, a. Menyusun nilai atau kinerja setiap parameter
2000). Dalam kenyataannya, kebun kelapa sawit skoring pada setiap kecamatan di daerah kajian.
rakyat memiliki keterbatasan luasan dan jarak b. Menyusun ranking nilai setiap parameter
antarkebun saling berjauhan, sehingga tidak skoring dari ranking pertama sampai yang
memungkinkan (kurang sesuai) apabila dibangun terakhir, menurut karakteristik hubungan setiap
satu pabrik kelapa sawit berkapasitas standar. parameter dengan ranking.
Untuk mengatasi permasalahan di atas maka c. Menjumlahkan nilai rank semua parameter
perlu dilakukan kajian mengenai prospek skoring di setiap kecamatan.
pengembangan PKS Supermini untuk mengolah d. Menyusun urutan prioritas pengembangan bagi
tandan buah segar kelapa sawit rakyat yang tersebar semua kecamatan yang dikaji dan menetapkan
di Sumatera Utara. Adapun tujuan kajian ini adalah: kecamatan dengan total skor tertinggi sebagai
1. Untuk mengetahui penyebaran kebun kelapa kecamatan prioritas pengembangan.
sawit rakyat di Sumatera Utara dan menetapkan
lokasi PKS Supermini yang sesuai dengan KINERJA DAN PERMASALAHAN
penyebaran kebun kelapa sawit rakyat di daerah PENGEMBANGAN KELAPA SAWIT RAKYAT
kajian. DI DAERAH KAJIAN
2. Untuk mengetahui dampak pengembangan PKS
Total luas perkebunan kelapa sawit rakyat
Supermini terhadap peningkatan pendapatan
pada tahun 2001 di wilayah Kabupaten Labuhan
petani kelapa sawit di daerah kajian.
adalah 79.000,50 ha tersebar pada 22 kecamatan,
3. Menyusun arahan pengembangan dalam bentuk
Kabupaten Asahan 17.680 ha tersebar pada 20
arahan prioritas lokasi dan arahan program
kecamatan, Kabupaten Tapanuli Selatan 21.168,47
pengembangan PKS Supermini di daerah kajian.
ha tersebar pada 16 kecamatan, Kabupaten
Daerah kajian yang dimaksud dalam hal ini
Mandailing Natal 310,88 ha tersebar pada 8
meliputi Kabupaten Asahan, Labuhan Batu, Tapanuli
kecamatan, Kabupaten Tapanuli Tengah 1785 ha
Selatan, Mandailing Natal, dan Tapanuli Tengah.
tersebar pada 8 kecamatan.
Asahan dan Labuhan Batu merupakan dua kabupaten
Total produksi kelapa sawit rakyat pada
di wilayah Pantai Timur yang merupakan daerah
tahun 2001di Kabupaten Labuhan Batu 1.057.994

135
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005

ton dan produktivitas 13,39 ton/ha, Kabupaten diidentifikasi sebagai berikut:


Asahan 232.826 ton dan produktivitas 13,17 ton/ha, 1. Rendahnya aksesibilitas lokasi kebun kelapa
Kabupaten Tapanuli Selatan 157.224,24 ton dan sawit rakyat ke Pabrik Kelapa Sawit (PKS) akibat
produktivitas 7,43 ton/ha, Kabupaten Mandailing terbatasnya alat transportasi, topografi wilayah
Natal 66,11 ton dan produktivitas 0,21 ton/ha, yang bervariasi dan kondisi jalan yang tidak
Kabupaten Tapanuli Tengah 19.623,90 ton dan memadai. Hal ini berpengaruh terhadap tingginya
produktivitas 10,99 ton/ha (Dinas Perkebunan biaya input pertanian dan penurunan kualitas
Propinsi Sumatera Utara, 2001). TBS pascatransportasi.
Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat 2. Penyebaran lahan pengembangan tidak merata
bahwa produksi dan produktivitas perkebunan kelapa dan sering berada pada kondisi geografis yang
sawit rakyat antarwilayah di daerah kajian tidak berawa-rawa, top soil yang tipis, gambut, dan
merata. Hal ini lebih dipengaruhi oleh usia lain-lain.
pengembangan perkebunan kelapa sawit rakyat. 3. Keterbatasan pengetahuan tentang berbagai aspek
Produktivitas tanaman perkebunan kelapa sawit budidaya dan kurangnya modal petani yang
rakyat masih jauh di bawah tanaman yang dikelola berdampak terhadap rendahnya tingkat
oleh perkebunan besar. Hal ini antara lain penyediaan input pertanian dan kurang tuntasnya
disebabkan oleh terbatasnya pengetahuan petani dan sistem pengelolaan lahan oleh petani.
adanya kendala penyerapan terhadap paket teknologi 4. Penetapan harga TBS oleh pabrik atau pedagang
oleh petani, belum terlaksananya intensivikasi secara pengumpul sering lebih rendah dari harga pasar.
baik dan kurangnya modal petani. 5. Pendapatan pekebun kelapa sawit masih relatif
Kelembagaan petani masih lemah. Sampai rendah dibanding dengan biaya produksinya.
saat ini kemitraan antara lembaga di tingkat petani 6. Belum tersedianya strategi yang memadai dalam
dengan lembaga-lembaga yang ada di Sumatera upaya meningkatkan pendapatan petani pekebun.
Utara seperti lembaga penelitian, perguruan tinggi,
asosiasi pengusaha dan organisasi profesi, lembaga SKENARIO PENGEMBANGAN PKS
keuangan, penangkaran benih, masih sangat terbatas. SUPERMINI DI DAERAH KAJIAN
Berdasarkan survai sampel terhadap petani 1. Strategi Pengembangan PKS Supermini
kelapa sawit maka diperoleh hasil rata-rata Orientasi sektor agribisnis petani harus
pendapatan usaha tani kelapa sawit per ha di harus berubah dari orientasi produksi kepada
Kabupaten Asahan Rp 4.691.714 (merupakan yang orientasi pasar, yang artinya untuk mengembangkan
tertinggi) dan Mandailing Natal Rp 474.000 (yang sektor agribisnis yang modern dan berdaya saing
terendah). Rendahnya pendapatan usaha tani kelapa maka agroindustri menjadi penentu kegiatan pada
sawit per ha di Kabupaten Mandailing Natal subsistem usaha tani dan selanjutnya menentukan
disebabkan oleh masih rendahnya produktivitas subsistem agribisnis hulu.
(yaitu rata-rata hanya 0,28 ton/ha). Sementara itu, Strategi pengembangan agroindustri sebagai
didasarkan atas luas areal rata-rata per petani maka motor penggerak sektor agribisnis harus
rata-rata pendapatan usaha tani setiap petani di setiap dilaksanakan melalui pengembangan strategi
kabupaten didaerah kajian seperti disajikan pada pemasaran, pemantapan sumberdaya, pengembangan
Tabel-1. pusat-pusat pertumbuhan dan pengembangan
infrastruktur agribisnis.
Tabel-1. Rata-Rata Pendapatan Usaha Tani Pembangunan pertanian dengan pendekatan
Kelapa Sawit di Daerah Kajian agribisnis perlu disertai dengan pengembangan
organisasi bisnis petani yaitu koperasi agribisnis,
Kabupaten Luas Pendapatan Pendapatan baik koperasi primer maupun koperasi sekunder,
Lahan/ Usaha Tani Usaha Tani agar mampu berperan sebagai aktor utama pada
Petani Per ha (Rp)* Per KK
kegiatan non-usaha tani sehingga nilai tambah dapat
(ha/KK) (Rp)*
Labuhan Batu 2.6 4.582.045 11.913.317 direbut para petani di masa mendatang (Dinas
Perkebunan Propinsi Sumatera Utara, 2001)
Asahan 1.8 4.691.714 8.445.085 Selanjutnya strategi pengembangan
teknologi pengolahan dalam hal ini pengolahan
Tapanuli 2.3 2.260.702 5.199.615 kelapa sawit dan juga pengembangan teknologi
Selatan produk pada subsektor agribisnis hilir (agroindustri
Mandailing 2.5 474.000 1.185.000
hilir) diarahkan untuk peningkatan efisiensi,
Natal
Tapanuli 3.5 3.260.982 11.413.437
pengembangan diversifikasi teknologi pengolahan
Tengah untuk menghasilkan diversifikasi produk,
meminimumkan hasil buangan (waste) serta bahan
Berdasarkan analisis tentang kinerja kelapa polusi (pollutan), dan lain-lain. Percepatan
sawit rakyat di daerah kajian maka permasalahan pengembangan agroindustri dalam agribisnis
pengembangan pemasaran dan pengolahan hasil diharapkan akan menarik pertumbuhan kegiatan
panen kelapa sawit rakyat di daerah kajian pertanian yang tersebar luas di Indonesia, sehingga

136
Kajian Pengembangan Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Supermini
dalam Rangka Peningkatan Pendapatan Petani Kelapa Sawit di Sumatera Utara

dapat meningkatkan pendapatan penduduk secara Sebelum membangun PKS Supermini yang
lebih adil dan merata. perlu diperhatikan adalah luas areal kelapa sawit
Teknologi pengolahan yang ditawarkan rakyat yang telah menghasilkan (TM) di kawasan
dalam mengatasi permasalahan petani kelapa sawit tersebut minimal seluas 300 ha untuk PKS Supermini
adalah yang disebut dengan PKS Supermini. kapasitas 500 kg TBS/jam atau 600 ha untuk
Teknologi ini diharapkan segera diadopsi oleh petani kapasitas 1 ton/jam. Untuk mencapai jumlah bahan
sehingga mereka dapat meningkatkan pendapatan baku (produksi dan luas areal) yang diperlukan untuk
dan kesejahteraannya. 1 (satu) unit PKS Supermini, dapat diperoleh dari
beberapa kecamatan lain yang berdekatan dengan
lokasi.
2. Kriteria Penetapan Lokasi PKS Supermini
Mempertimbangkan adanya keharusan 4. Rencana Penyebaran PKS Supermini di
Tandan Buah Segar sampai di pabrik tepat pada Daerah Kajian
waktunya (dalam rentang waktu kurang dari 6 jam),
maka sebaiknya letak PKS Supermini berada di Berdasarkan data yang ada dan dengan
tengah areal/kawasan kebun kelapa sawit rakyat. mengacu pada keterkaitan antara luas areal dan
Pengertian berada di tengah-tengah hamparan kebun kapasitas tersebut maka dapat dilihat bahwa di
rakyat yang dimaksud dalam hal ini mengandung Kabupaten Asahan hampir setiap kecamatan
implikasi luas dan fleksibel dalam arti bukan semata- memiliki luas areal tanaman kelapa sawit rakyat
mata hanya ditentukan oleh jarak. Namun juga perlu lebih dari 300 ha dan produksi lebih dari 3.000
diperhitungkan waktu tempuh yang sangat ton/tahun, kecuali Kecamatan Tanjung Balai, Sei
dipengaruhi oleh kondisi jalan dan moda transportasi Balei, Air Putih, Kisaran Barat, dan Kisaran Timur.
yang ada. Hal ini penting diperhatikan untuk tujuan Artinya pada umumnya kecamatan-kecamatan
mendapatkan kualitas minyak yang baik tersebut memiliki potensi bahan baku Tandan Buah
(mengantisipasi pembentukan asam lemak bebas Segar (TBS) yang cukup untuk mendukung
yang lebih banyak) serta efisiensi biaya transportasi pengembangan PKS Supermini dengan kapasitas 0,5
bahan baku. ton/jam.
Faktor lain yang juga perlu diperhitungkan Dari 22 kecamatan yang ada, 16 kecamatan
dalam penempatan pabrik adalah aksesibilitas mempunyai potensi TBS untuk mendukung
dengan jaringan jalan utama, supaya hasil olahan didirikannya PKS Supermini sampai ke PKS Mini
pabrik mudah dibawa ke luar atau ditransportir ke (kapasitas ≥ 1 ton/jam), 1 kecamatan punya potensi
konsumen. Dari sisi ekologis, perlu diperkirakan TBS untuk mendukung didirikannya PKS Supermini
aspek penanganan limbah, sehingga hasil buangan (kapasitas 0,5 ton/jam), sedangkan 5 kecamatan
limbah mudah ditangani dan tidak memberikan mempunyai potensi yang belum cukup mendukung
dampak negatif yang berati bagi lingkungan (Apple, untuk pendirian PKS Supermini. Di Kabupaten
1990; Smith, 1980). Labuhan Batu, semua kecamatan (22 kecamatan)
Hal-hal lain yang perlu diperhatikan dalam telah mempunyai potensi untuk mendukung
pengembangunan PKS Supermini adalah: Dalam pendirian PKS Supermini dengan kapasitas 0,5
konteks kajian mekanika tanah, pabrik seharusnya di ton/jam. Bahkan telah banyak kecamatan yang
bangun di tempat yang datar atau daya dukung lahan memiliki potensi TBS untuk mendukung PKS mini,
kuat, tapak tidak terletak di lokasi banjir dan perlu PKS kecil, PKS sedang maupun PKS besar. Di
dipertimbangkan adanya kemungkinan perluasan Kabupaten Tapanuli Selatan, terdapat 6 kecamatan
dikemudian hari. yang telah mempunyai potensi produksi TBS untuk
mendukung pendirian PKS, 3 kecamatan diantaranya
dapat mendukung PKS Supermini dengan kapasitas
3. Hubungan Luas Areal dengan Kapasitas
0,5 ton/jam dan 3 kecamatan lagi telah mampu
PKS Supermini
menyediakan bahan baku untuk PKS Supermini
Sesuai dengan kondisi wilayah dan dengan kapasitas 1 ton/jam hingga PKS Mini.
masyarakatnya, pengembangan PKS Supermini di Sementara 10 kecamatan lainnya baru
daerah kajian dapat dilakukan dengan memilih 2 mengembangkan tanaman kelapa sawit dan beberapa
alternatif kapasitas, yaitu 500 Kg/Jam atau 1000 tahun mendatang baru memerlukan PKS.
Kg/Jam. PKS Supermini kapasitas 500 Kg TBS/jam Di Kabupaten Tapanuli Tengah, ada 3
memerlukan bahan baku 10 ton TBS/hari atau 3000 kecamatan yang telah mempunyai potensi produksi
ton TBS/tahun yang dihasilkan dari pertanaman TBS untuk dapat mendukung PKS yaitu, Kecamatan
kelapa sawit seluas 300 ha. Sedangkan, PKS Manduamas memerlukan 1 unit PKS Supermini
Supermini kapasitas 1000 kg TBS/Jam memerlukan dengan kapasitas 0,5 ton/jam, Kecamatan
bahan baku 20 ton TBS/hari atau 6000 ton Sibabangun memerlukan 1 unit PKS Supermini
TBS/tahun yang dihasilkan dari pertanaman kelapa dengan kapasitas 0,5 ton/jam, dan Kecamatan Lumut
sawit seluas 600 ha. (Perkiraan rata-rata memerlukan 1 unit PKS Supermini dengan kapasitas
produktivitas: 10 ton/ha/tahun). 1 ton/jam. Sedangkan kecamatan lainnya

137
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005

memerlukan PKS Supermini 2-5 tahun mendatang. 388 unit PKS Supermini yang tersebar pada 7
Di Kabupaten Mandailing Natal, belum ada kecamatan. Kecamatan yang terbanyak
kecamatan yang telah mempunyai potensi produksi membutuhkan adalah Kecamatan Sosa (216 unit) dan
TBS yang cukup untuk mendukung pendirian PKS paling sedikit Sosopan dan Dolok (masing-masing 1
Supermini. Berdasarkan hasil prediksi total produksi unit). Kabupaten Mandailing Natal hanya
TBS per wilayah sampai dengan tahun 2012 (sepuluh membutuhkan 1 unit PKS Supermini di Kecamatan
tahun ke depan), maka selanjutnya dapat Batang Natal. Namun sebagai respon terhadap
diperkirakan kebutuhan PKS Supermini pada setiap perkembangan luas areal dan produktivitas yang
wilayah tersebut. kemungkinan cukup pesat untuk masa yang akan
Hasil perkiraan jumlah PKS Supermini datang tim menyarankan agar ditambahkan satu unit
menyatakan bahwa sampai pada tahun 2003, tambahan di Kecamatan Batang Natal atau Natal.
perkebunan kelapa sawit rakyat di Kabupaten Kabupaten Tapanuli Tengah membutuhkan 48 unit
Labuhan Batu membutuhkan sekitar 465 unit PKS PKS Supermini yang tersebar pada semua
Supermini, sementara itu Kabupaten Asahan kecamatan. Kecamatan yang terbanyak
membutuhkan 122 unit, Tapanuli Selatan 113 unit, membutuhkan adalah Kecamatan Lumut (216 unit)
dan Tapanuli Tengah 14 unit. Berdasarkan hasil dan paling sedikit Sibolga (1 unit).
perhitungan, sampai dengan tahun 2005 Kabupaten
Mandailing Natal belum membutuhkan PKS
5. Dampak Pengembangan PKS Supermini Terhadap
Supermini dan tim menyarankan agar mulai tahun
Pendapatan Petani
2008 di wilayah tersebut dibangun 1 unit PKS
Supermini yang didukung oleh produksi TBS Dampak pengembangan PKS Supermini
beberapa kecamatan. dapat dilihat dari besarnya nilai tambah yang
Tahun 2012 diperkirakan Kabupaten diperoleh dari pengolahan TBS menggunakan
Labuhan Batu membutuhkan sekitar 968 unit PKS teknologi PKS Supermini. Nilai tambah dapat
Supermini yang tersebar pada semua kecamatan. dihitung menggunakan pendekatan nilai bahan baku
Kecamatan yang terbanyak membutuhkan adalah dan nilai produksi olahan per tahun pada industri
Kecamatan Merbau (135 unit) dan paling sedikit PKS Supermini kapasitas 1 ton/jam. Nilai Tambah
Kualuh Hilir (6 unit). Kabupaten Asahan (NT) bersih dari produksi gabungan (CPO + kernel)
membutuhkan 319 unit PKS Supermini yang tersebar adalah Rp 388,67 per kg.
pada semua kecamatan di luar wilayah Kisaran dan
Berdasarkan perhitungan di atas maka dapat
Tanjung Balai. Kecamatan yang terbanyak
membutuhkan adalah Kecamatan Buntu Pane (85 diperkirakan besarnya nilai tambah yang akan
unit), sementara yang membutuhkan paling sedikit diperoleh tiap petani per kabupaten disajikan pada
Kecamatan Sei Bale dan Air Putih (masing-masing 2 Tabel 2.
unit). Kabupaten Tapanuli Selatan membutuhkan

Tabel 2. Perkiraan Tambahan Pendapatan Yang Diperoleh


Petani Tiap Kabupaten Sebagai Dampak Penerapan
Teknologi PKS Supermini

Luas Rata-Rata Total NT dgn Pendapata Pendapatan


Lahan/Peta Produktivita PKS Super- n Usaha Usaha Tani
Kabupaten
ni (ha/KK) s (Ton/ha) mini (Rp) Tani (Rp) + NT (Rp)
Labuhan Batu 2,6 12,99 3.282.833 11.913.317 15.196.150

Asahan 1,8 13,23 2.314.721 8.445.085 10.759.806

Tapanuli Selatan 2,3 7,91 1.768.360 5.199.615 6.967.974

Mandailing Natal 2,5 0,28 68.040 1.185.000 1.253.040

Tapanuli Tengah 3,5 10,99 3.738.798 11.413.437 15.152.235


Dari tabel terlihat bahwa dengan adanya pengembangan PKS Supermini maka pendapatan petani di daerah
kajian diperkirakan akan meningkat rata-rata sebesar 5,74 - 32,76 % dibanding pendapatan tanpa pengembangan
PKS Supermini.
ARAHAN PRIORITAS PENGEMBANGAN PKS

138
Kajian Pengembangan Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Supermini
dalam Rangka Peningkatan Pendapatan Petani Kelapa Sawit di Sumatera Utara

SUPERMINI DI DAERAH KAJIAN pembangunan pranata sosial-ekonomi


pendukungnya.
1. Lokasi Pengembangan Prioritas d. Penetapan prosedur perizinan yang sesuai. Hal
ini sangat perlu mengingat sampai saat ini
Lokasi atau kecamatan yang diprioritaskan
konsep perizinan untuk PKS Supermini ini
dalam kajian ini dapat diinterpretasikan sebagai
masih terus menjadi bahan diskusi pada banyak
kecamatan yang memiliki potensi cukup besar bagi
kalangan. Masalahnya adalah bagaimana
pengembangan agribisnis kelapa sawit, sementara itu
menciptakan prosedur perizinan yang tidak
pada sisi lain kapasitas sosial ekonominya sangat
bertele-tele dan tidak sulit dijangkau oleh petani
terbatas.
atau kelompok tani. Dengan demikian, hal-hal
Berdasarkan hasil skoring ternyata pada
yang perlu menjadi pertimbangan pokok dalam
Kabupaten Labuhan Batu terdapat 3 kecamatan yang
penentuan prosedur perizinan antara lain:
perlu diprioritaskan pengembangannya yaitu
• PKS Supermini lebih berorientasi kepada
kecamatan Merbau, Kualuh Hulu dan Torgamba.
skala usaha kecil, sehingga penetapan
Untuk wilayah Kabupaten Asahan adalah Kecamatan
prosedur perizinan harus benar-benar
Sei Kepayang, Meranti, dan Air Joman. Kabupaten
didasari semangat kerakyatan.
Tapanuli Selatan kecamatan yang perlu
diprioritaskan adalah Kecamatan Sosa, Padang • Diperkirakan akan terjadi peningkatan pesat
Bolak, dan Halongonan; wilayah Kabupaten jumlah PKS Supermini di berbagai daerah
Mandailing Natal adalah Batang Natal, dalam waktu yang relatif singkat, sehingga
Penyabungan, dan Batahan; sedangkan untuk Pemerintah Daerah perlu segera menetapkan
Kabupaten Tapanuli Tengah adalah Kecamatan prosedur perizinan beserta perangkat
Lumut, Sorkam, Barus, dan Manduamas. pendukungnya.
• PKS Supermini bersifat ramah lingkungan
sehingga prasyarat analisis dampak
2. Arahan Program Pengembangan PKS lingkungan yang memerlukan biaya tinggi
Supermini menjadi kurang relevan.
e. Pengembangan koperasi-koperasi agribisnis dan
Untuk mendorong pengembangan PKS PKS-PKS Supermini pada wilayah-wilayah non
Supermini dalam rangka merealisasikan dan prioritas. Pengembangan ini mengacu pada
memberdayakan perekonomian rakyat maka seluruh hasil perbaikan sistem yang telah
program-progran yang mendesak untuk dilakukan disempurnakan berdasarkan hasil evaluasi
adalah: terhadap kinerja PKS-PKS Supermini di wilayah
a. Program pengembangan kemampuan dan prioritas.
pelatihan bagi para petani atau kelompok tani
dengan materi yang berkenaan dengan: PENUTUP
• Pengembangan kelembagaan petani (seperti
kelompok tani sawit dan koperasi). Berdasarkan hasil kajian di atas dapat
• Tahapan pembangunan PKS Supermini, disimpulkan bahwa pengembangan PKS Supermini
meliputi antara lain pengkajian lapangan pada 5 kabupaten (Labuhan Batu, Asahan, Tapanuli
dan pemilihan lokasi, pembuatan desain dan Selatan, Mandailing Natal, dan Tapanuli Tengah)
perhitungan kapasitas dan rendemen, diperkirakan akan dapat meningkatkan pendapatan
pembebasan lahan, ketersediaan dana, petani kelapa sawit.
tender, negosiasi, pembangunan fisik, uji Agar pengembangan tersebut dapat
coba, perizinan, faktor-faktor nonteknis, dilaksanakan dengan segera dan benar-benar
penggunaan/pemeliharaan alat dan mesin, mencapai sasarannya, maka dibutuhkan spirit
pengangkutan, sistem evaluasi kinerja, dan kerakyatan dan kerjasama antarsemua pihak yang
lain sebagainya. terkait, pelatihan teknis bagi para petani,
b. Program pengembangan kemampuan perangkat pengembangan kelembagaan petani (seperti
kelembagaan penunjang dan pemerintahan, kelompok tani sawit dan koperasi agribisnis),
dengan materi berkenaan dengan evaluasi penyederhanaan prosedur perizinan pengembangan,
kinerja petani kelapa sawit dan pabriknya, pengaturan perpajakan/retribusi, dan pengembangan
sistem perizinan, sistem insentif, aspek infrastruktur pendukung.
ketataruangan, aspek lingkungan, penyusunan
produk peraturan yang sesuai, sistem
perpajakan/retribusi, pengembangan
infrastruktur pendukung, dan sebagainya.
c. Pengembangan kerjasama antara Pemerintah
Daerah, petani dan perguruan tinggi dalam
rangka pengembangan PKS Supermini beserta

139
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005

DAFTAR PUSTAKA

Apple, J.M. 1980. Tata Letak Pabrik dan


Pemindahan Bahan. Bandung: Penerbit ITB.

Deptan. 2000. Program Pengembangan Unit


Pengolahan Kelapa Sawit Skala Kecil (Mini
Plant) Dalam Rangka Penyelamatan Hasil
Panen Kebun Kelapa Sawit Rakyat Swadaya.
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Pertanian. Jakarta: Departemen Pertanian.

Dinas Perkebunan Propinsi Sumatera Utara. 2001.


Data Statistik Perkebunan Sumatera Utara
Tahun 2001. Medan: Bagian Statistik Dinas
Perkebunan Propinsi Sumatera Utara.

Dinas Perkebunan Propinsi Sumatera Utara. 2002.


Rencana Strategis Dinas Perkebunan
Propinsi Sumatera Utara.

PPKS. 2000. Pemberdayaan Pekebun Kecil,


Perkebunan Besar Skala Kecil, dan
Menengah Melalui Pabrik Kelapa Sawit
Supermini. Medan: PPKS.

Smith, David. 1980. Industrial Location, An


Economic Geographical Analysis. New
York: John Wiley and Sons Inc.

140
ANALISIS PEMBUATAN CETAKAN PADA TEKNIK PENGECORAN LOGAM

M. Ichwan Nasution
Staf Pengajar Teknik Industri Fakultas Teknik USU

Abstrak: Pada umumnya cara pembuatan cetakan (moulding) di Indonesia masih dilakukan dengan tangan
(hand moulding), termasuk untuk pekerjaan-pekerjaan produksi yang seharusnya dapat dikerjakan dengan mesin
cetak (moulding machine) dan secara serial (work in line).

Kata kunci : Metalurgi, metalurgi pengecoran, cetakan.

Abstract: In general, the making of moulding in Indonesia still uses hand moulding, including for the
production works which should be done with moulding machine and with work in line.

Key words: Metalurgy, foundry metallurgy, moulding.

Pendahuluan Pembahasan
Pembuatan cetakan yang paling sederhana
1. Alat-alat yang digunakan (Sand Preparation
adalah cetakan pasir (sand moulding) yang dapat
Equipment)
dilakukan dengan tangan, cetakan tangan (hand
moulding), dan dapat dengan mesin cetak (moulding Untuk mendapatkan pasir cetakan yang
machine). Penggunaan mesin cetak oleh beberapa memenuhi syarat-syarat teknis pada umumnya belum
pabrik pengecoran dengan tujuan untuk terlaksana dengan baik, belum memenuhi syarat
meningkatkan efisiensi dan kualitas cetakan. Namun minimum dari peralatan yang digunakan, hanya pada
disebabkan oleh beberapa faktor lainnya maka usaha beberapa pabrik pengecoran yang cukup besar yang
peningkatan efisiensi dan kualitas cetakan belum menggunakan alat-alat pasir cetak, seperti:
menanjak pesat. Begitu pula halnya untuk teknik 1. Mix muller
pembuatan cetakan lainnya seperti cetakan minyak 2. Sifter (screenerator)
(shell moulding) dan CO2 proses. Hal-hal yang perlu 3. Magnetic separator
diperhatikan adalah bahan baku seperti bentonite, 4. Disintegrator
waterglass, mesin yang diperlukan dan lain 5. Aerator
sebagainya. Untuk pengembangan cara membuat
cetakan pabrik pengecoran logam yang dapat 2. Teknik pembuatan cetakan (mould making
dikategorikan besar adalah untuk mengecor besi cor technique)
kelabu (gray cast iron) yang beratnya berkisar 100- a. Pembuatan cetakan dengan tangan (hand
500kg cetakannya pada umumnya dipakai komposisi mould).
dry sand seperti pada tabel 1. Pembuatan cetakan dengan tangan
adalah paling banyak digunakan di Indonesia.
Tabel 1. Pneumatic rammer untuk mempercepat hand
No. Bahan Dry Green Shell moulding telah digunakan oleh beberapa pabrik
(%) Sand sand Mould pengecoran tetapi belum secara luas. Di samping
(%) (%) (%) itu beberapa pabrik pengecoran pembuatan
1. Pasir 91 86 - cetakan dengan memakai mesin cetak (moulding
biasa machine) khususnya untuk seri produksi telah
2. Glotin - 5 - dilaksanakan pembuatan cetakan dengan mesin
3. Gula 4 4 - cetak. Mesin cetak yang banyak dipakai adalah
tetes volting machine dan jolt squeeze machine. Di
4. Pasir - - 95 samping itu, untuk pabrik pengecoran yang
Biliton besar telah pula membuat cetakan dengan proses
5. Bakelit - - 5 vakum (vacuum process moulding).
6. Serbuk 5 5 - b. Teknik Pembuatan Cetakan lainnya.
Gargaji 1 Shell Moulding
Shell moulding karena permintaan yang
kurang, proses ini tidak digunakan lagi
(FOMA tipe Shell moulding buatan
Jerman).

141
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005

2 CO2 Moulding penggunaan cetakan baru seperti penggunaan


Proses ini secara komersil telah dipakai moulding machine.
di beberapa pabrik pengecoran. Hal ini 2. Mempromosikan industri yang membuat dan
disebabkan oleh makin meningkatnya mengolah bahan baku yang diperlukan seperti
permintaan hasil produksi dari cetakan klasifikasi pasir silica (silica sand), tanah liat,
yang memakai proses CO2. waterglass, CO2, dan resin-resin.
3 Cetakan lilin (wax process) sama
halnya dengan shell moulding belum 3. Meningkatkan skill dan know how bagi semua
berkembang. tingkat karyawan, kesempatan untuk mengikuti
vocational training dan in plant training.
3. Pelaksanaan Praktis
a. Cara tradisional Daftar Pustaka
Pembuatan cetakan dengan tangan pada
umumnya dilaksanakan oleh pembuat Heine, R.W.C.S. 1987. Principle of Metal Casting.
cetakan yang pelaksanaannya kurang New York: Mc Graw Hill Book Campany.
efisien, hal ini disebabkan oleh karena Surdia, T.K Chijiwa. 1986. Teknik Pengecoran
fasilitas dan kesempatan pelatihan yang Logam. Jakarta: PT Praduya Paramita.
dapat dikatakan tidak ada, maka
akibatnya adalah banyak hasil Anonum. 1993. Fomudry Hand Book American
pengecorannya rusak (casting defect) Foundrymenis Social Fy.USA. (1992)
yang disebabkan oleh kesalahan teknik Flimn R.A. 1992. Fundamentals Of Metal Casting.
pencetakan yang menyebabkan London: Addisonn Wesley Publishing Co Inc.
kenaikan ongkos produksi dan
mengakibatkan pula hasil produksi Kazuot. 1978. Moulding Sand Test. Japan: Industrial
pengecorannya tidak dapat bersaing. Research Institute, Aichi Prof.
Hal yang menguntungkan dari cetakan Kenji C, Surdia T. Teknik Pengecoran Logam, 5th
tangan adalah modal investasi yang ed. Jakarta: Pradunya Paranita.
rendah.
b. Cara baru Ninomiya, M. 1978. Foundry Sand and Moulding
Cara baru dalam pembuatan cetakan Processes. Nagoya: Cov. Industrial Research
adalah seperti penggunaan shell Institute.
moulding dan proses CO2. Hal ini
dilakukan untuk mencapai hasil yang
optimal di mana hasil produksinya akan
dapat bersaing dan memenuhi
persyaratan teknis (technical
requirement) serta produksi yang
seragam (uniformity of product).
Kelemahan yang masih terdapat secara
umum adalah:
1. Pengolahan bahan baku yang
kurang sempurna seperti
pengontrolan pasir (tidak adanya
klasifikasi pasir silica).
2. Kontrol kualitas untuk cetakan
sangat terbatas karena tidak adanya
alat-alat pengaji untuk pasir dan
cetakan seperti permeability, green
compression dan sebagainya.
3. Jarangnya diadakan upgrading dan
vocational training untuk semua
tingkat di pabrik yang
menyebabkan tertinggalnya
teknologi baru dalam pembuatan
cetakan.

Kesimpulan
1. Untuk mempertinggi mutu dan efisiensi, dalam
pembuatan pasir cetak perlu disosialisasikan

142
JURNAL SISTEM TEKNIK INDUSTRI
Jurnal Keilmuan dan Penggunaan Terhadap Sistem Teknik Industri
ISSN 1411-5247 Terakreditasi No. 52/DIKTI/KEP/2002
Jl. Almamater Kampus USU P. Bulan Medan 20155
Homepage: http://www.geocities.com/jurnalsti_usu E-mail: jsti@plasa.com

Volume 6 No. 2 April 2005

SURAT PENGANTAR
No. /JO5.1.31/TI/STI/2004-

Kepada Yth : ………………………………..


………………………………..
di
Tempat

No. Isi Surat / Barang Banyaknya Keterangan


1. JURNAL SISTEM TEKNIK 1 (satu) Disampaikan dengan hormat
INDUSTRI eksemplar sebagai tukar informasi
Jurnal Ilmiah Terakreditas Vol. 6 No. 2 April 2005 ilmiah, mohon lembar di
bawah ini dikirim kembali

Medan, April 2005


Pemimpin Umum,

Ir.H.A.Jabbar M.Rambe, M.Eng


NIP. 130 517 496

TANDA TERIMA
Telah diterima dari : Redaksi Jurnal Sistem Teknik Industri
Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara
Jl. Almamater Kampus USU P. Bulan Medan 20155
Berupa : JURNAL SISTEM TEKNIK INDUSTRI Vol. 5 No. 4, Oktober 2004
Tanggal diterima : …………………………………………………………………………
Nama : …………………………………………………………………………
Jabatan : …………………………………………………………………………
Institusi : …………………………………………………………………………
Alamat : …………………………………………………………………………
Telepon : …………………………………………………………………………
Tanda tangan/cap : …………………………………………………………………………

143

Anda mungkin juga menyukai