SISTEM PRODUKSI
Penyusun:
Muhammad Shobur
Adi Candra
Edi Supriyadi
Dwi Suryanto
Anthon Rudy Wardiyanto
Sistem Produksi i
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
SISTEM PRODUKSI
Penulis:
Muhammad Shobur
Adi Candra
Edi Supriyadi
Dwi Suryanto
Anthon Rudy Wardiyanto
ISBN: 978-623-5437-05-7
Editor:
Rini Alfatiyah
Desain sampul:
Adi Candra
Tata letak:
Nara Dwi Angesti
Penerbit:
Unpam Press
Sistem Produksi ii
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
Sistem Produksi / Muhammad Shobur, Adi Candra, Edi Supriadi, Dwi Suryanto,
Anthon Rudy Wardiyanto - 1sted
ISBN: 978-623-5437-05-7
1. Sistem Produksi I. Muhammad Shobur II. Adi Candra III. Edi Supriadi IV. Dwi
Suryanto V. Anthon Rudy Wardiyanto
M237-12072022-01
MATA KULIAH
SISTEM PRODUKSI
Sistem Produksi iv
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Modul Sistem Produksi ini. Tak lupa juga
kita panjatkan Sholawat dan Salam kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad
SAW semoga memberikan safaatnya di hari akhir nanti, Amin.
Terselesainya Modul Sistem Produksi ini tidak lepas dari dukungan berbagai
pihak. Dengan segala kerendahan hati dan rasa hormat, penulis menyampaikan
ucapan terimakasih kepada:
1. Dr. (HC) Drs. H. Darsono. Selaku ketua Yayasan Universitas Pamulang yang telah
membangun Universitas Pamulang ini menjadi berkualitas;
2. Dr. E. Nurzaman AM, M.M. M.Si. Selaku Rektor Universitas Pamulang yang telah
memberikan banyak motivasi kepada penulis;
3. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Modul Sistem
Produksi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
Sistem Produksi v
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
DAFTAR ISI
Sistem Produksi vi
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
Sistem Produksi ix
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
Sistem Produksi x
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
DAFTAR GAMBAR
Sistem Produksi xi
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
Gambar 6.1 Contoh data dari model regresi linier sederhana ................................... 103
Gambar 7.1 Diagram yang menghubungkan berbagai topik yang dibahas. .............. 107
Gambar 7.4 Alur data dalam urutan tahapan keputusan ........................................... 118
Gambar 8.1 Bantal kapasitas .................................................................................... 129
Gambar 5.2 Situasi Masalah ..................................................................................... 132
Gambar 9.1 Konfigurasi jalur perakitan manual ........................................................ 135
Tabel 9.2 Operasi Perakitan Umum yang Dilakukan pada Jalur Perakitan Manual ... 137
Gambar 9.2 Diagram kecepatan-jarak dan tata letak fisik ......................................... 139
Gambar 10.1 Konfigurasi umum jalur produksi otomatis ........................................... 149
Gambar 10.2 Beberapa kemungkinan tata letak konfigurasi in-line tersegmentasi.... 151
Gambar 10.3 Tampilan denah mesin pemindah putar............................................... 156
Gambar 10.4 Tampilan denah mesin kolom tengah. ................................................. 156
Gambar 10.5 Unit umpan standar yang digunakan dengan mesin Transfer in-line ... 157
Gambar 10.6 Unit kepala penggilingan standar.. ...................................................... 158
Gambar 11.1 Jenis sistem perakitan otomatis........................................................... 165
Gambar 11.2 Pengumpan mangkuk getar. ............................................................... 167
Gambar 11.3 (a) Selektor dan (b) perangkat orientasi yang digunakan..................... 168
Gambar 11.4 Berbagai perangkat pelepasan ............................................................ 169
Gambar 11.5 Elemen perangkat keras dari sistem pengiriman suku cadang ............ 170
Gambar 12.1 Dua bagian dengan bentuk dan ukuran yang sama............................. 177
Gambar 12.2 Kelompok suku cadang dengan persyaratan proses manufaktur......... 178
Gambar 18.3 Tata letak pabrik tipe proses ............................................................... 178
Gambar 12.4 Tata letak teknologi grup ..................................................................... 179
Gambar 12.5 Konsep bagian komposit ..................................................................... 185
Gambar 12.6 cell mesin dengan penanganan manual antar mesin ........................... 187
Gambar 12.7 cell mesin dengan penanganan semi-terintegrasi ................................ 189
Gambar 12.8 Empat jenis pergerakan suku cadang dalam sistem produksi ............. 190
Gambar 13.1 cell manufaktur otomatis dengan dua peralatan mesin dan robot. ....... 194
Gambar 13.2 cell mesin tunggal yang terdiri dari satu pusat permesinan CNC. ........ 197
Gambar 13.3 cell manufaktur fleksibel yang terdiri dari tiga stasiun .......................... 198
Gambar 13.4 Tata letak in-line FMS ......................................................................... 205
Gambar 13.5 Tata letak in-line FMS dengan sistem penyimpanan ........................... 206
Gambar 13.6 (a) Tata letak loop FMS dengan sistem penanganan suku cadang ..... 206
Gambar 13.7 Tata letak lapangan terbuka FMS. ....................................................... 207
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Kekuatan dan Atribut Relatif Manusia dan Mesin .......................................... 6
Tabel 2.1 Industri Tertentu Di Primer, Sekunder, Dan Tersier ..................................... 19
Tabel 2.2 Kode Klasifikasi Industri Standar Internasional untuk Berbagai Industri ...... 19
Tabel 2.3 Industri Manufaktur dengan Sistem Produksi .............................................. 21
Tabel 3.1 Jumlah Jam Operasi Pembangkit untuk Berbagai Periode ......................... 44
Table 4.1 Peralatan Transportasi Material .................................................................. 59
Tabel 5.1 Total biaya bahan analisis B harus dipilih berdasarkan ............................... 76
Tabel 8.2 Prinsip ekonomi gerak, berdasarkan karya perintis Gilbreth. ....................... 82
Tabel 8.3 Simbol dan warna sebutan. ......................................................................... 83
Tabel 5.4 Struktur waktu standar. ............................................................................... 85
Tabel 7.1 Bagan Ringkasan Produksi ....................................................................... 110
Tabel 4.2 Karakteristik Sistem Produksi .................................................................... 111
Tabel 9.1 Produk Biasanya Dibuat di Jalur Perakitan Manual ................................... 135
Tabel 9.3 Peralatan Penanganan Material yang Digunakan...................................... 139
Tabel 16.1 Alasan Umum untuk Waktu Henti pada Lini Produksi Otomatis ............... 160
Tabel 12.1 Atribut Desain dan Manufaktur ................................................................ 182
Tabel 12.2 Kemungkinan Nomor Kode yang Menunjukkan Operasi ......................... 183
Tabel 12.3 Fitur Desain Bagian Komposit ................................................................. 186
Tabel 13.1 Empat Uji Fleksibilitas ............................................................................. 199
Tabel 13.2 Empat Uji Fleksibilitas yang Diterapkan pada Sistem Dedicated ............. 200
Tabel 13.3 Peralatan Penanganan Material .............................................................. 204
PERTEMUAN 1
PENGANTAR SISTEM PRODUKSI
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa mampu mengetahui dan mengidentifikasi ukuran sub-sistem yang
terukur dalam sebuah sistem manufaktur ataupun proses bisnis, serta mampu
menentukan critical factor yang diukur dalam sistem manufaktur.
B. URAIAN MATERI
1. Mendefinisikan Sistem
Elemen yang memenuhi syarat untuk menjadi bagian dari sistem adalah
elemen yang memiliki dampak langsung atau tidak langsung pada masalah,
atau solusinya—pada rencana atau keputusan. Dengan demikian, Sistem
Production And Operation Management adalah segala sesuatu yang
mempengaruhi formulasi lini produk, perencanaan proses, keputusan
kapasitas, standar kualitas, tingkat persediaan, dan jadwal produksi. Sistem
Production And Operation Management menggabungkan semua faktor yang
relevan, yaitu yang terkait dengan Production And Operation Management
dengan efek pada maksud dan tujuan organisasi.
Gambar 1.1 Representasi suatu sistem. Interaksi yang lemah berada di luar inti
sistem; interaksi yang kuat berada di dalam inti sistem.
Sistem Produksi 1
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
Sistem Produksi 2
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
2. Sistem produksi
Sistem produksi adalah kumpulan orang, peralatan, dan prosedur yang
diatur untuk melakukan operasi manufaktur perusahaan. Ini terdiri dari dua
komponen utama seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.1 (Groover, 2015):
Gambar 1.3 Sistem produksi terdiri dari fasilitas dan sistem pendukung
manufaktur
Sistem Produksi 3
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
a. Fasilitas
Fasilitas dalam sistem produksi terdiri dari pabrik, mesin dan perkakas
produksi, peralatan penanganan material, peralatan inspeksi, dan sistem
komputer yang mengendalikan operasi manufaktur. Fasilitas juga termasuk
tata letak pabrik, yaitu cara peralatan diatur secara fisik di pabrik. Peralatan
biasanya diatur ke dalam sistem manufaktur, yang merupakan
pengelompokan logis dari peralatan dan pekerja yang menyelesaikan
operasi pemrosesan dan perakitan pada suku cadang dan produk yang
dibuat oleh pabrik. Sistem manufaktur dapat berupa cell kerja individual yang
terdiri dari satu mesin produksi dan seorang pekerja yang ditugaskan ke
mesin itu. Sistem manufaktur yang lebih kompleks terdiri dari kumpulan
mesin dan pekerja, misalnya, lini produksi. Sistem manufaktur memiliki
kontak fisik langsung dengan suku cadang dan/atau rakitan yang dibuat.
Mereka “menyentuh” produk. Dalam hal partisipasi manusia dalam proses
yang dilakukan oleh sistem manufaktur, tiga kategori dasar dapat dibedakan,
seperti yang digambarkan pada Gambar 1.4: (a) sistem kerja manual, (b)
sistem pekerja-mesin, dan (c) sistem otomatis.
Gambar 1.4 Tiga kategori sistem manufaktur: (a) sistem kerja manual, (b) sistem
pekerja-mesin, dan (c) sistem otomatis penuh
Sistem Kerja Manual. Sistem kerja manual terdiri dari satu atau lebih
pekerja yang melakukan satu atau lebih tugas tanpa bantuan alat bertenaga.
Tugas penanganan material secara manual adalah aktivitas yang umum
dalam sistem kerja manual. Tugas produksi biasanya memerlukan
penggunaan perkakas tangan, seperti obeng dan palu. Saat menggunakan
perkakas tangan, pekerja sering dipekerjakan untuk memegang bagian kerja
dan memposisikannya dengan aman untuk diproses.
Sistem Produksi 4
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
Sistem Produksi 5
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
Sistem Produksi 6
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
Sistem Produksi 7
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
Selain itu, jadwal induk tidak boleh mencantumkan jumlah produk yang
melebihi kemampuan pabrik untuk memproduksi setiap bulan dengan jumlah
mesin dan tenaga kerja yang diberikan. Perencanaan kapasitas berkaitan
dengan menentukan sumber daya manusia dan peralatan perusahaan dan
memeriksa untuk memastikan bahwa rencana produksi layak.
Sistem Produksi 8
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
lantai toko dan control persediaan tumpang tindih sampai batas tertentu.
Pengendalian persediaan mencoba untuk mencapai keseimbangan yang
tepat antara risiko persediaan yang terlalu sedikit (dengan kemungkinan
kehabisan bahan baku) dan biaya penyimpanan persediaan yang terlalu
banyak. Ini berkaitan dengan masalah-masalah seperti memutuskan jumlah
bahan yang tepat untuk dipesan dan kapan harus memesan ulang item
tertentu ketika stok rendah. Fungsi control kualitas adalah untuk memastikan
bahwa kualitas produk dan komponennya memenuhi standar yang
ditentukan oleh perancang produk. Untuk mencapai misinya, control kualitas
tergantung pada kegiatan inspeksi yang dilakukan di pabrik pada berbagai
waktu selama pembuatan produk. Selain itu, bahan mentah dan bagian
komponen dari sumber luar terkadang diperiksa saat diterima, dan
pemeriksaan akhir serta pengujian produk jadi dilakukan untuk memastikan
kualitas dan penampilan fungsional. Control kualitas juga mencakup
pengumpulan data dan pendekatan pemecahan masalah untuk mengatasi
masalah proses yang terkait dengan kualitas, seperti control proses statistik
(SPC) dan Six Sigma.
Sistem Produksi 9
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
a. Komponen tenaga kerja (input pekerja kerah biru) telah menurun sebagai
persen dari harga pokok barang pada tingkat percepatan selama lebih dari
50 tahun. Sebagian hal ini menjelaskan persistensi pengangguran di negara-
negara maju di dunia.
b. Komponen teknologi (dan aset modal) sebagai persentase dari harga pokok
barang telah meningkat selama bertahun-tahun. Dalam 20 tahun terakhir,
efek ini telah menjadi berlipat ganda, dengan komputer mengendalikan
peralatan canggih dan mahal melintasi jarak yang sangat jauh melalui satelit
dan jaringan.
c. Karena sistem informasi memainkan peran yang lebih besar dalam
manufaktur, pemrogram komputer yang sangat terlatih (kadang-kadang
disebut pekerja kerah emas) dan penyelia kerah putih menambah penjualan
dan biaya administrasi (overhead) yang meningkat, yang harus dipartisi ke
dalam harga pokok barang. Biaya-biaya ini merupakan persentase
peningkatan dari harga pokok barang. Metode tradisional untuk menetapkan
biaya ini dapat menyebabkan keputusan Production And Operation
Management yang merugikan. Metode akuntansi baru, yang disebut
penetapan biaya berdasarkan aktivitas (ABC), harus digunakan untuk
meningkatkan akuntansi overhead. Pengenalan yang baik untuk ABC dapat
ditemukan di Kaplan dan Cooper (1988) dan Kaplan dan Anderson (2007).
Manajer operasi perlu mendiskusikan masalah ini dengan rekan-rekan
mereka dari akuntansi.
Sistem Produksi 10
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
Praktisi sekarang telah memasuki abad kedua puluh satu, tetapi mereka
belum terbiasa dengannya. Ini adalah taruhan yang baik bahwa taksonomi
abad kedua puluh satu akan mengkategorikan produksi sebagai subpos di
bawah operasi, dan jasa akan menjadi bagian integral dari manufaktur.
Perencanaan antar-fungsional dengan berbagi informasi akan menjadi norma
dan bukan pengecualian.
4. Mendefinisikan Operasi
Operasi adalah tindakan yang bertujuan (atau aktivitas) yang dilakukan
secara metodis sebagai bagian dari rencana kerja dengan proses yang
dirancang untuk mencapai tujuan praktis dan tujuan konkret. Definisi ini berlaku
untuk organisasi manufaktur dan jasa. Interpretasi ini lebih lanjut membenarkan
penggunaan istilah operasi untuk manufaktur. Seorang manajer operasi
bertanggung jawab untuk merencanakan, mengorganisir, mengoordinasikan,
dan mengendalikan sumber daya organisasi untuk menghasilkan barang dan
jasa yang diinginkan, yang merupakan pokok bahasan buku teks ini.
5. Operasi Manufaktur
Operasi manufaktur mengubah bahan menjadi barang dan produk yang
diinginkan. Operasi dapat dijelaskan dengan menggunakan kata kerja dan frase
objek yang berbeda seperti menekan dan memutar logam (pada mesin bubut),
memotong kertas, menjahit pakaian, menggergaji dan mengebor kayu, kaca
Sistem Produksi 11
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
7. Proses Transformasi
Semua manajemen operasi dan sistem produksi melibatkan transformasi.
Tujuan dari departemen produksi/operasi adalah untuk mengubah input
(menggunakan tenaga kerja, mesin, dan bahan) menjadi kualitas barang dan
Sistem Produksi 12
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
jasa yang diinginkan dengan biaya minimum. Perubahan bahan dan komponen
menambah nilai dan mengubahnya menjadi barang dan jasa yang diinginkan
pelanggan. Bahan mentah dan komponen sebelum transformasi tidak dapat
digunakan dan karenanya tidak memiliki utilitas yuntuk pelanggan. Konversi
layanan memiliki utilitas pelanggan bahkan jika tidak ada Transfer barang yang
terjadi. Konversi dapat berupa perubahan lokasi atau terkait dengan pelanggan
Sistem Produksi 13
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
Sistem Produksi 14
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
Gambar 1.8 Struktur biaya dan pendapatan model input-output Production And
Operation Management.
Sistem Produksi 15
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
D. REFERENSI
Beinhocker, E., I. Davis, and L. Mendonca, 2009. The 10 Trends You Have to
Watch, Harvard Business Review
Freeman, K.W., 2009. The Right Way to Close an Operation, Harvard Business
Review.
Groover, M. P. (2015). Automation, Production Systems, and Computer-Integrated
Manufacturing Fourth Edition. Lehigh University: Pearson Higher
Education, Inc.
Gupta, S., & Starr, M. (2014). Production and Operations Management Systems.
Boca Raton: Taylor & Francis Group, LLC
Immelt, J.R., 2012. The CEO of General Electric on Sparkling: An American
Manufacturing Renewal, Harvard Business Review.
Kaplan, R.S., and S. Anderson, 2007. Time-Driven Activity Based Costing, Harvard
Business School Press.
Pisano, G.P., and W.C. Shih, 2012.Does America Really Need Manufacturing?
Harvard Business Review, March
Porter, M.E., and J.W. Rivkin, 2012. The Looming Challenge to US
Competitiveness, Harvard Business Review.
Sistem Produksi 16
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
PERTEMUAN 2
MANUFACTURING OPERATIONS
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa mampu mengetahui dan mengidentifikasi subsistem yang
mendukung proses manufaktur, menentukan dan mengelola input porses dan
output dari sistem manufaktur yang ada, serta mencari beberapa sumber literatur
yang mendukung dan memaparkan proses manufaktur.
B. URAIAN MATERI
Manufaktur dapat didefinisikan sebagai penerapan proses fisik dan/atau kimia
untuk mengubah geometri, sifat, dan/atau tampilan bahan awal yang diberikan
untuk membuat bagian atau produk. Manufaktur juga mencakup penggabungan
beberapa bagian untuk membuat produk rakitan. Proses yang mencapai manufaktur
melibatkan kombinasi mesin, peralatan, tenaga, dan tenaga kerja manual, seperti
yang digambarkan pada Gambar 2.1(a). Manufaktur hampir selalu dilakukan
sebagai urutan operasi unit.2 Setiap operasi berturut-turut membawa material lebih
dekat ke keadaan akhir yang diinginkan.
Gambar 2.1 Definisi alternatif manufaktur: (a) sebagai proses teknologi dan (b)
sebagai proses ekonomi
Sistem Produksi 17
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
Sistem Produksi 18
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
Hal ini berguna untuk membedakan industri proses dari industri yang
membuat suku cadang dan produk terpisah. Industri proses meliputi bahan
kimia, farmasi, minyak bumi, logam dasar, makanan, minuman, dan pembangkit
tenaga listrik. Industri produk diskrit meliputi mobil, pesawat terbang, peralatan,
komputer, mesin, dan bagian komponen dari mana produk ini dirakit. Klasifikasi
Industri Standar Internasional (KBLI) industri menurut jenis produk yang
diproduksi tercantum pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Kode Klasifikasi Industri Standar Internasional untuk Berbagai Industri
di Sektor Manufaktur
Operasi produksi dalam industri proses dan industri produk diskrit dapat
dibagi menjadi produksi berkelanjutan dan produksi batch. Perbedaannya
ditunjukkan pada Gambar 2.1. Produksi berkelanjutan terjadi ketika peralatan
Sistem Produksi 19
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
Produksi batch terjadi ketika bahan diproses dalam jumlah atau kuantitas
yang terbatas. Jumlah atau kuantitas material yang terbatas disebut batch baik
dalam proses maupun industri manufaktur diskrit. Produksi batch terputus-putus
karena ada gangguan dalam produksi antar batch. Alasan menggunakan
produksi batch meliputi (1) perbedaan unit kerja antar batch memerlukan
perubahan metode, perkakas, dan peralatan untuk mengakomodasi perbedaan
bagian; (2) kapasitas peralatan membatasi jumlah atau kuantitas material yang
dapat diproses dalam satu waktu; dan (3) tingkat produksi peralatan lebih besar
daripada tingkat permintaan suku cadang atau produk, dan oleh karena itu
masuk akal untuk berbagi peralatan di antara beberapa suku cadang atau
produk. Perbedaan produksi batch antara proses dan industri manufaktur diskrit
digambarkan pada Gambar 2.2 (c) dan (d).
Gambar 2.2 Produksi kontinu dan batch dalam industri manufaktur proses dan
diskrit, termasuk (a) produksi kontinu di industri proses, (b) produksi kontinu di industri
manufaktur diskrit, (c) produksi batch di industri proses, dan (d) produksi batch di
industri manufaktur diskrit.
Sistem Produksi 20
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
Sistem Produksi 21
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
2. Operasi Manufaktur
Ada kegiatan dasar tertentu yang harus dilakukan di pabrik untuk
mengubah bahan mentah menjadi produk jadi. Untuk pabrik yang terlibat dalam
pembuatan produk diskrit, kegiatan pabrik adalah (1) operasi pemrosesan dan
perakitan, (2) penanganan material, (3) inspeksi dan pengujian, dan (4)
koordinasi dan control.
Proses manufaktur dapat dibagi menjadi dua tipe dasar: (1) operasi
pemrosesan dan (2) operasi perakitan. Operasi pemrosesan mengubah
bahan kerja dari satu keadaan penyelesaian ke keadaan lebih maju yang
lebih dekat ke bagian atau produk akhir yang diinginkan. Ini menambah nilai
dengan mengubah geometri, properti, atau penampilan bahan awal. Secara
umum, operasi pemrosesan dilakukan pada bagian kerja diskrit, tetapi
beberapa operasi pemrosesan juga berlaku untuk barang rakitan, misalnya,
mengecat bodi mobil lembaran logam yang dilas. Sebuah operasi perakitan
menggabungkan dua atau lebih komponen untuk membuat entitas baru,
yang disebut perakitan, subassembly, atau istilah lain yang mengacu pada
proses bergabung tertentu.
Sistem Produksi 22
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
Sistem Produksi 23
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
Sistem Produksi 24
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
Sistem Produksi 25
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
Sistem Produksi 26
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
Sistem Produksi 27
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
3. Fasilitas Produksi
Sebuah perusahaan manufaktur mencoba untuk mengatur fasilitasnya
dengan cara yang paling efisien untuk melayani misi tertentu dari setiap pabrik.
Selama bertahun-tahun, jenis fasilitas produksi tertentu telah diakui sebagai
cara yang paling tepat untuk mengatur jenis manufaktur tertentu. Tentu saja,
salah satu faktor terpenting yang menentukan jenis manufaktur adalah jenis
produk yang dibuat. Seperti disebutkan sebelumnya, buku ini terutama
berkaitan dengan produksi suku cadang dan produk terpisah. Jumlah suku
cadang dan/atau produk yang dibuat oleh pabrik memiliki pengaruh yang
sangat signifikan terhadap fasilitasnya dan cara pembuatannya diatur.
Kuantitas produksi mengacu pada jumlah unit bagian atau produk tertentu yang
diproduksi setiap tahun oleh pabrik. Bagian tahunan atau jumlah produk yang
diproduksi di pabrik tertentu dapat diklasifikasikan ke dalam tiga rentang:
Sistem Produksi 28
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
komponen daripada yang lain, dan seterusnya. Jumlah jenis produk berbeda
yang dibuat setiap tahun dapat dihitung. Ketika jumlah jenis produk yang dibuat
di pabrik tinggi, ini menunjukkan keragaman produk yang tinggi. Ada korelasi
terbalik antara variasi produk dan kuantitas produksi dalam hal operasi pabrik.
Ketika keragaman produk tinggi, kuantitas produksi cenderung rendah, dan
sebaliknya. Hubungan ini digambarkan pada Gambar 2.5. Pabrik manufaktur
cenderung mengkhususkan diri dalam kombinasi kuantitas produksi dan variasi
produk yang terletak di suatu tempat di dalam pita diagonal pada Gambar 2.5.
Pada umumnya suatu pabrik cenderung terbatas pada nilai keragaman produk
yang berkorelasi dengan jumlah produksi tersebut.
Gambar 2.5 Hubungan antara variasi produk dan kuantitas produksi dalam
pembuatan produk diskrit
Sistem Produksi 29
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
keras dicirikan oleh proporsi bagian umum yang rendah di antara produk; dalam
banyak kasus, tidak ada bagian umum. Perbedaan antara mobil dan truk itu
sulit. Variasi produk lunak adalah ketika hanya ada sedikit perbedaan antara
produk, seperti perbedaan antara model mobil yang dibuat pada jalur produksi
yang sama. Ada proporsi yang tinggi dari suku cadang umum di antara produk
rakitan yang variasinya lunak. Variasi antara kategori produk yang berbeda
cenderung sulit; variasi antara model yang berbeda dalam kategori produk yang
sama cenderung lunak. Tiga rentang kuantitas produksi dapat digunakan untuk
mengidentifikasi tiga kategori dasar pabrik produksi. Meskipun ada variasi
dalam organisasi kerja dalam setiap kategori, biasanya tergantung pada jumlah
variasi produk, namun ini adalah cara yang masuk akal untuk
mengklasifikasikan pabrik untuk tujuan diskusi ini.
a. Produksi Rendah
Jenis fasilitas produksi yang biasanya dikaitkan dengan kisaran
kuantitas 1–100 unit/tahun adalah job shop, yang membuat produk khusus
dan khusus dalam jumlah rendah. Produk biasanya kompleks, seperti
pesawat eksperimental dan mesin khusus. Produksi toko kerja juga dapat
mencakup fabrikasi suku cadang untuk produk. Pesanan pelanggan untuk
jenis barang ini sering kali istimewa, dan pesanan berulang mungkin tidak
akan pernah terjadi. Peralatan di bengkel kerja adalah tujuan umum dan
tenaga kerja sangat terampil. Sebuah toko pekerjaan harus dirancang untuk
fleksibilitas maksimum untuk menangani bagian yang luas dan variasi
produk yang dihadapi (variasi produk keras). Jika produk besar dan berat,
dan karena itu sulit untuk dipindahkan di pabrik, biasanya produk tersebut
tetap berada di satu lokasi, setidaknya selama perakitan akhir. Pekerja dan
peralatan pemrosesan dibawa ke produk, bukan memindahkan produk ke
peralatan. Jenis tata letak ini adalah tata letak posisi tetap, yang ditunjukkan
pada Gambar 2.6(a), di mana produk tetap berada di satu lokasi selama
seluruh fabrikasinya. Contoh produk tersebut termasuk kapal, pesawat
terbang, lokomotif kereta api, dan alat berat. Dalam praktik sebenarnya,
barang-barang ini biasanya dibangun dalam modul besar di satu lokasi, dan
kemudian modul yang telah selesai dibawa bersama untuk perakitan akhir
menggunakan derek berkapasitas besar.
Bagian individu yang terdiri dari produk besar ini sering dibuat di pabrik
yang memiliki tata letak proses, di mana peralatan diatur menurut fungsi atau
Sistem Produksi 30
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
Gambar 2.6 Berbagai jenis tata letak pabrik: (a) tata letak posisi tetap, (b) tata
letak proses, (c) tata letak cell, dan (d) tata letak produk.
Sistem Produksi 31
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
b. Produksi Sedang
Dalam kisaran kuantitas menengah (100-10.000 unit per tahun), dua
jenis fasilitas yang berbeda dapat dibedakan, tergantung pada variasi
produk. Ketika variasi produk sulit, pendekatan tradisional adalah produksi
batch, di mana batch satu produk dibuat, setelah itu fasilitas diubah untuk
menghasilkan batch produk berikutnya, dan seterusnya. Pesanan untuk
setiap produk sering berulang. Tingkat produksi peralatan lebih besar dari
tingkat permintaan untuk setiap jenis produk tunggal, sehingga peralatan
yang sama dapat digunakan bersama di antara beberapa produk. Pergantian
antara proses produksi membutuhkan waktu. Disebut waktu setup atau
waktu pergantian, ini adalah waktu untuk mengganti perkakas dan untuk
mengatur dan memprogram ulang mesin. Ini adalah waktu produksi yang
hilang, yang merupakan kerugian dari manufaktur batch. Produksi batch
biasanya digunakan dalam situasi make-to-stock, di mana barang-barang
diproduksi untuk mengisi kembali persediaan yang secara bertahap telah
habis oleh permintaan. Peralatan untuk produksi batch biasanya diatur
dalam tata letak proses Gambar 2.5(b).
Sistem Produksi 32
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
c. Produksi Tinggi
Kisaran kuantitas yang tinggi (10.000 hingga jutaan unit per tahun)
sering disebut sebagai produksi massal. Situasi ini ditandai dengan tingkat
permintaan yang tinggi untuk produk tersebut, dan fasilitas produksi
didedikasikan untuk pembuatan produk tersebut. Dua kategori produksi
massal dapat dibedakan: (1) produksi kuantitas dan (2) produksi garis aliran.
Produksi kuantitas melibatkan produksi massal suku cadang tunggal pada
peralatan tunggal. Metode produksi biasanya melibatkan mesin standar
(seperti: stamping presses) yang dilengkapi dengan perkakas khusus
(misalnya, dies dan perangkat penanganan material), pada dasarnya
mendedikasikan peralatan untuk produksi satu jenis bagian. Tata letak yang
umum digunakan dalam produksi kuantitas adalah tata letak proses [Gambar
2.5(b)]. Produksi lini aliran melibatkan beberapa stasiun kerja yang diatur
dalam urutan, dan bagian atau rakitan dipindahkan secara fisik melalui
urutan untuk menyelesaikan produk.
bahwa pelanggan individu dapat memilih gaya dan opsi yang tepat
yang menarik bagi mereka. Dari sudut pandang produksi, perbedaan model
mewakili kasus variasi produk lunak. Istilah lini produksi model campuran
berlaku untuk situasi di mana ada variasi lunak dalam produk yang dibuat di
Sistem Produksi 33
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
jalur tersebut. Perakitan mobil modern adalah contohnya. Mobil yang keluar
dari jalur perakitan memiliki variasi dalam opsi dan trim yang mewakili model
berbeda (dan, dalam banyak kasus, pelat nama berbeda) dari desain dasar
mobil yang sama. Contoh lain termasuk peralatan kecil dan besar.
Perusahaan Pesawat Komersial Boeing menggunakan teknik lini produksi
untuk merakit model 737-nya.
Gambar 2.7 Jenis fasilitas dan tata letak yang digunakan untuk berbagai tingkat
kuantitas produksi dan variasi produk.
1. Jelaskan dan berikan penjelasan dari kriteria dan kategori dalam sistem
manufaktur?
2. Uraikan dan identifikasi fasilitas dan tata letak yang dapat digunakan dengan
mengacu pada kuantitas dan variasi produk?
3. Berikan contoh kasus dan identifikasi susb sistem dalam sistem produksi
batch?
Sistem Produksi 34
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
D. REFERENSI
Groover, M. P. (2015). Automation, Production Systems, and Computer-Integrated
Manufacturing Fourth Edition. Lehigh University: Pearson Higher
Education, Inc.
Gupta, S., & Starr, M. (2014). Production and Operations Management Systems.
Boca Raton: Taylor & Francis Group, LLC.
Kaplan, R.S., and S. Anderson, 2007. Time-Driven Activity Based Costing, Harvard
Business School Press.
Pisano, G.P., and W.C. Shih, 2012.Does America Really Need Manufacturing?
Harvard Business Review, March
Sistem Produksi 35
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
PERTEMUAN 3
PRODUCTION PERFORMANCE METRICS
A. TUJUAN PEMBEAJARAN
Mahasiswa mampu menentukan ukuran kinerja proses produksi yang dapat
diukur dengan menekankan pada indikator yang terukur. Serta membuat rancangan
kinerja yang dapat meningkatkan produktivitas dalam sebuah sistem manufaktur.
B. URAIAN MATERI
1. Metrik Kinerja Produksi
Di bagian ini, berbagai metrik kinerja produksi didefinisikan. Titik awal
logis adalah waktu siklus untuk operasi unit, dari mana tingkat produksi untuk
operasi diturunkan. Metrik operasi unit ini dapat digunakan untuk
mengembangkan ukuran kinerja di tingkat pabrik: kapasitas produksi,
pemanfaatan, waktu tunggu manufaktur, dan barang dalam proses.
Sistem Produksi 36
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
Sistem Produksi 37
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
Gambar 3.1 Jenis operasi produksi: (a) job shop dengan kuantitas produksi Q =
1, (b) produksi batch berurutan, (c) produksi batch simultan, (d) produksi massal
kuantitas, dan (e) produksi massal jalur aliran. Kunci: Proc = proses.
Sistem Produksi 38
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
batch melibatkan semua unit kerja dalam batch yang diproses bersama,
yang disebut pemrosesan batch simultan. Contohnya termasuk sebagian
besar operasi perlakuan panas dan pelapisan listrik, di mana semua bagian
dalam batch diproses sekaligus.
Sistem Produksi 39
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
Untuk produksi massal tipe kuantitas, laju produksi sama dengan laju siklus
mesin (kebalikan dari waktu siklus operasi) setelah produksi berlangsung
dan efek waktu penyetelan menjadi tidak signifikan. Artinya, ketika Q
menjadi sangat besar, 1Tsu>Q2 S 0 dan
Untuk produksi massal jalur aliran, laju produksi mendekati laju siklus
jalur produksi, sekali lagi mengabaikan waktu penyetelan. Namun,
pengoperasian jalur produksi diperumit oleh saling ketergantungan stasiun
kerja di jalur tersebut. Salah satu komplikasinya adalah bahwa biasanya
tidak mungkin untuk membagi total pekerjaan secara merata di antara
semua stasiun kerja di telepon; oleh karena itu, satu stasiun berakhir dengan
waktu operasi terlama, dan stasiun ini menetapkan kecepatan untuk seluruh
jalur. Istilah stasiun bottleneck kadang-kadang digunakan untuk menyebut
stasiun ini. Juga termasuk dalam waktu siklus adalah waktu untuk
memindahkan bagian dari satu stasiun ke stasiun berikutnya pada akhir
setiap operasi. Di banyak lini produksi, semua unit kerja di jalur tersebut
dipindahkan secara serempak, masing-masing ke stasiun berikutnya.
Dengan mempertimbangkan faktor-faktor ini, waktu siklus suatu lini produksi
adalah waktu pemrosesan (atau perakitan) terlama ditambah waktu untuk
menTransfer unit kerja antar stasiun. Ini dapat dinyatakan sebagai;
Sistem Produksi 40
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
Gambar 3.2 Skala waktu yang menunjukkan MTBF dan MTTR digunakan untuk
menentukan ketersediaan A
Sistem Produksi 41
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
Sistem Produksi 42
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
Jumlah jam operasi pabrik per minggu merupakan isu penting dalam
menentukan kapasitas pabrik. Untuk produksi kimia terus menerus dimana
reaksi terjadi pada suhu tinggi, pabrik biasanya dioperasikan 24 jam per hari,
tujuh hari per minggu (168 jam per minggu). Di sisi lain, banyak pabrik
produk diskrit beroperasi satu shift per hari, lima hari per minggu. Untuk
pabrik perakitan akhir mobil, kapasitas biasanya didefinisikan sebagai satu
atau dua shift, tergantung pada permintaan mobil yang dibuat di pabrik.
Dalam situasi ketika permintaan sangat tinggi, tiga shift produksi dapat
digunakan. Sebuah tren di bidang manufaktur adalah untuk menentukan
kapasitas pabrik selama seminggu penuh 7 hari, 24 jam per hari. Ini adalah
waktu maksimum yang tersedia, dan jika pabrik beroperasi lebih sedikit jam,
maka ia beroperasi kurang dari kapasitas penuhnya.
Sistem Produksi 43
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
Tabel 3.1 Jumlah Jam Operasi Pembangkit untuk Berbagai Periode dan Kondisi
Operasi.
dimana Ui = utilisasi mesin i, dan fij = fraksi waktu selama jam yang
tersedia bahwa mesin i sedang memproses part style j. Utilisasi keseluruhan
untuk pabrik ditentukan dengan rata-rata nilai Ui selama jumlah mesin:
Sistem Produksi 44
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
dimana WL = beban kerja, jam; Qij = jumlah unit kerja yang diproduksi
dari part style j pada mesin i selama periode bunga; dan Tpij = waktu
produksi rata-rata part style j pada mesin i. Dalam Contoh 3.2, beban kerja
adalah jumlah jam durasi yang terdaftar untuk mesin 1 dan 2, total 72 jam.
Ketika digunakan sebagai definisi kapasitas pabrik, beban kerja mengacu
pada jumlah jam kerja maksimum yang dapat diselesaikan oleh pabrik dalam
periode yang diinginkan, yaitu 80 jam dalam Contoh 3.2.
Sistem Produksi 45
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
Bagian ini membahas ukuran kinerja ini, yang disebut manufaktur lead
time (MLT). Berkorelasi erat dengan MLT adalah jumlah persediaan yang
terletak di pabrik sebagai produk yang sebagian selesai, yang disebut work-
in-process (WIP). Ketika ada terlalu banyak work-inprocess, lead time
manufaktur cenderung lama.
Sistem Produksi 46
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
nonoperasi.
2. Manufacturing cost
Keputusan tentang otomatisasi dan sistem produksi biasanya didasarkan
pada biaya relatif alternatif. Bagian ini membahas bagaimana biaya dan faktor
biaya ini ditentukan.
Sistem Produksi 47
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
Gambar 3.3 Biaya tetap dan variabel sebagai fungsi dari output produksi untuk
metode produksi manual dan otomatis.
Sistem Produksi 48
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
Sistem Produksi 49
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
Sistem Produksi 50
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
Biaya tenaga kerja langsung terdiri dari upah dan tunjangan yang
dibayarkan untuk mengoperasikan mesin. Biaya overhead pabrik yang
berlaku yang dialokasikan untuk biaya tenaga kerja langsung dapat
mencakup pajak yang dibayarkan oleh pemberi kerja, tunjangan tertentu,
dan pengawasan lini. Biaya tahunan mesin adalah biaya awal mesin yang
dialokasikan selama umur aset pada tingkat pengembalian yang sesuai yang
digunakan oleh perusahaan. Ini dilakukan dengan menggunakan faktor
pemulihan modal, sebagai;
Sistem Produksi 51
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
Nilai (A/P, i, N) juga dapat ditemukan pada tabel bunga yang tersedia
secara luas.
di mana BPK = biaya per potong, $/pc; Cm = biaya bahan awal, $/pc;
Sistem Produksi 52
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
dan penjumlahannya mencakup semua biaya dari operasi tanpa unit dalam
urutan tersebut.
D. REFERENSI
Blank, L. T., and A. J. Tarquin. (2011). Engineering Economy, 7th ed., McGraw-Hill,
New York.
Groover, M. P. (2015). Automation, Production Systems, and Computer-Integrated
Manufacturing Fourth Edition. Lehigh University: Pearson Higher
Education, Inc.
Gupta, S., & Starr, M. (2014). Production and Operations Management Systems.
Boca Raton: Taylor & Francis Group, LLC.
Sistem Produksi 53
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
PERTEMUAN 4
MANUFACTURING SYSTEM
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan menentukan sistem manufaktur yang
dapat digunakan dalam sebuah proses manufaktur serta mnentukan dan
merancang jenis sistem manufaktur yang dapat digunakan dalam sistem manufaktur
tersebut.
B. URAIAN MATERI
Sistem manufaktur didefinisikan sebagai kumpulan peralatan dan sumber
daya manusia yang terintegrasi, yang fungsinya untuk melakukan satu atau lebih
operasi pemrosesan dan/atau perakitan pada bahan baku awal, suku cadang, atau
kumpulan suku cadang. Peralatan terintegrasi tersebut meliputi mesin dan peralatan
produksi, perangkat penanganan material dan pemosisian kerja, serta sistem
komputer. Sumber daya manusia diperlukan baik penuh waktu atau secara berkala
untuk menjaga sistem tetap berjalan. Sistem manufaktur adalah tempat pekerjaan
bernilai tambah diselesaikan pada suku cadang dan produk. Posisi sistem
manufaktur dalam sistem produksi yang lebih besar ditunjukkan pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1 Posisi sistem manufaktur dalam sistem produksi yang lebih besar
Sistem Produksi 54
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
a. Mesin Produksi
Di hampir semua sistem manufaktur modern, sebagian besar
pemrosesan aktual atau pekerjaan perakitan diselesaikan dengan mesin
dan/atau dengan bantuan perkakas. Dalam hal partisipasi pekerja, mesin
dapat diklasifikasikan sebagai (1) dioperasikan secara manual, (2) semi-
otomatis, dan (3) sepenuhnya otomatis. Mesin yang dioperasikan secara
manual dikendalikan atau diawasi oleh pekerja manusia. Mesin
menyediakan daya untuk operasi dan pekerja menyediakan control.
Peralatan mesin konvensional (seperti mesin bubut, mesin milling, dan
mesin bor) termasuk dalam kategori ini. Pekerja harus berada di mesin terus
menerus untuk memasukkan umpan, memposisikan alat, memuat dan
membongkar bagian kerja, dan melakukan tugas lain yang terkait dengan
operasi.
Sistem Produksi 55
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
menerus hadir selama siklus. Jika siklus mesin otomatis memakan waktu,
katakanlah, 10 menit sedangkan bagian pembongkaran dan pemuatan
bagian dari siklus kerja hanya membutuhkan waktu 1 menit, maka pekerja
tersebut mungkin dapat merawat beberapa mesin. Yang membedakan
mesin otomatis penuh dari dua jenis sebelumnya adalah kemampuan untuk
beroperasi tanpa perhatian manusia untuk jangka waktu yang lebih lama dari
satu siklus kerja. Meskipun perhatian pekerja tidak diperlukan selama setiap
siklus, beberapa bentuk perawatan mesin mungkin diperlukan secara
berkala. Misalnya, setelah sejumlah siklus tertentu, pasokan bahan baku
baru harus dimuat ke dalam mesin otomatis. Dalam sistem manufaktur,
istilah stasiun kerja digunakan untuk merujuk ke lokasi di pabrik di mana
beberapa tugas atau operasi yang terdefinisi dengan baik diselesaikan oleh
mesin otomatis, kombinasi pekerja dan mesin, atau pekerja yang
menggunakan perkakas tangan dan/atau portabel. alat bertenaga. Dalam
kasus terakhir, tidak ada mesin produksi yang dapat ditentukan di lokasi.
b. Material handling
Dalam sebagian besar operasi pemrosesan dan perakitan yang
dilakukan pada bagian dan produk yang terpisah, fungsi penanganan
material berikut harus dilakukan: (1) memuat unit kerja di setiap stasiun, (2)
memposisikan unit kerja di stasiun, dan (3) membongkar pekerjaan. unit dari
stasiun. Dalam sistem manufaktur yang terdiri dari beberapa stasiun kerja,
(4) pengangkutan unit kerja antar stasiun juga diperlukan. Dalam banyak
kasus, pekerja melakukan fungsi ini, tetapi lebih sering beberapa bentuk
sistem transportasi material mekanis atau otomatis, digunakan untuk
mengurangi tenaga manusia. Sebagian besar sistem transportasi material
Sistem Produksi 56
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
Sistem Produksi 57
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
Sistem Produksi 58
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
Gambar 4.2 Dua jenis perutean dalam sistem manufaktur multistasiun: (a)
perutean tetap dan (b) perutean variabel.
Sistem Produksi 59
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
pada posisinya di setiap stasiun kerja dalam sistem. Karena bagian tersebut
ditempatkan secara akurat di perlengkapan, dan palet dijepit secara akurat di
stasiun, bagian tersebut ditempatkan secara akurat di setiap stasiun untuk
diproses atau dirakit. Penggunaan perlengkapan palet umum dalam sistem
manufaktur otomatis, seperti cell mesin tunggal dengan pengubah palet
otomatis, jalur Transfer, dan sistem perakitan otomatis.
Sistem Produksi 60
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
Sistem Produksi 61
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
ini, pekerja manusia disebut sebagai tenaga kerja langsung. Melalui upaya
fisik, mereka secara langsung menambah nilai unit kerja dengan melakukan
pekerjaan manual di atasnya atau dengan mengendalikan mesin yang
melakukan pekerjaan tersebut. Dalam sistem yang sepenuhnya otomatis,
tenaga kerja langsung mungkin masih diperlukan untuk melakukan aktivitas
seperti bongkar muat suku cadang secara berkala, penggantian alat, dan
penajaman kembali alat. Pekerja manusia juga diperlukan dalam sistem
manufaktur otomatis untuk mengelola atau mendukung sistem sebagai
pemrogram komputer, operator komputer, pemrogram bagian untuk mesin
control numerik komputer (CNC), personel pemeliharaan dan perbaikan, dan
peran tidak langsung serupa. Dalam sistem otomatis, perbedaan antara
tenaga kerja langsung dan tidak langsung tidak selalu tepat.
Sistem Produksi 62
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
Sistem Produksi 63
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
c. Tingkat Otomatisasi
Sistem Produksi 64
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
Tingkat otomatisasi stasiun kerja adalah faktor lain yang menjadi ciri
sistem manufaktur. Berkorelasi terbalik dengan tingkat otomatisasi adalah
tingkat awak stasiun kerja, dilambangkan Mi, yang merupakan proporsi
waktu yang dihabiskan seorang pekerja di stasiun. Jika Mi = 1 untuk stasiun
i, berarti satu pekerja harus berada di stasiun terus menerus. Jika seorang
pekerja merawat empat mesin otomatis, maka Mi = 0,25 untuk masing-
masing dari empat mesin, dengan asumsi setiap mesin membutuhkan
jumlah perhatian yang sama. Pada bagian jalur perakitan akhir mobil dan
truk, banyak stasiun ditempati oleh banyak pekerja, dalam hal ini Mi = 2 atau
3 atau lebih. Secara umum, nilai tinggi Mi 1Mi 12 menunjukkan operasi
manual di Workstation, sedangkan nilai rendah 1Mi 6 12 menunjukkan
beberapa bentuk otomatisasi.
Ada dua tingkat dasar otomatisasi dan perkiraan kebalikannya, tingkat
awak, untuk stasiun kerja dalam sistem manufaktur: (1) stasiun kerja
berawak dan (2) stasiun kerja otomatis. Workstation terdiri dari mesin
produksi yang dioperasikan secara manual atau semi otomatis. Kedua
kategori mengharuskan pekerja untuk hadir selama setiap siklus kerja.
Seperti disebutkan sebelumnya, dalam beberapa kasus, satu pekerja
mungkin dapat menghadiri lebih dari satu mesin, jika siklus semi-otomatis
relatif panjang terhadap layanan yang dibutuhkan setiap siklus oleh pekerja.
Workstation otomatis dipusatkan oleh mesin yang sepenuhnya
otomatis di mana seorang pekerja tidak diharuskan hadir selama setiap
siklus. Perhatian berkala oleh seorang pekerja umumnya diperlukan untuk
keperluan pemeliharaan, bongkar muat suku cadang, dan sebagainya.
Tingkat otomatisasi stasiun kerja dalam sistem manufaktur
menentukan tingkat otomatisasi sistem itu sendiri. Dalam kebanyakan kasus,
ini berarti bahwa sistem ini berawak atau otomatis. Namun, beberapa sistem
multistasiun terdiri dari beberapa stasiun yang diawaki sementara yang lain
sepenuhnya otomatis. Ini disebut sebagai sistem sebagian otomatis atau
hibrida.
d. Fleksibilitas Sistem
Sistem Produksi 65
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
kerja, (3) geometri bagian, (4) bagian atau kompleksitas produk, dan (5) fitur
opsional dalam produk rakitan. Fleksibilitas adalah kemampuan yang
memungkinkan sistem manufaktur untuk mengatasi tingkat variasi tertentu di
bagian atau gaya produk tanpa gangguan dalam produksi untuk pergantian
antar model. Fleksibilitas umumnya merupakan fitur yang diinginkan dari
sistem manufaktur. Sistem yang memilikinya disebut sistem manufaktur
fleksibel, atau sistem perakitan fleksibel, atau nama serupa. Mereka dapat
menghasilkan bagian atau gaya perakitan yang berbeda, atau mereka dapat
dengan mudah beradaptasi dengan gaya baru ketika yang sebelumnya
menjadi usang. Agar fleksibel, sistem manufaktur harus dapat melakukan
fungsi-fungsi berikut setiap siklus kerja:
1) Identifikasi unit kerja yang berbeda. Bagian atau gaya produk yang
berbeda memerlukan operasi yang berbeda. Sistem manufaktur harus
mengidentifikasi unit kerja untuk melakukan operasi yang benar. Dalam
sistem yang dioperasikan secara manual atau semiotomatis, tugas ini
biasanya mudah bagi pekerja. Dalam sistem otomatis, beberapa cara
identifikasi unit kerja otomatis harus dirancang.
2) Pergantian instruksi pengoperasian dengan cepat. Instruksi, atau
program bagian dalam hal mesin produksi yang dikendalikan komputer,
harus sesuai dengan operasi yang benar untuk bagian yang diberikan.
Dalam kasus sistem yang dioperasikan secara manual, ini umumnya
berarti pekerja yang (1) terampil dalam berbagai operasi yang
diperlukan untuk memproses atau merakit gaya unit kerja yang berbeda,
dan (2) mengetahui operasi mana yang harus dilakukan pada setiap
gaya unit kerja. Dalam sistem semi-otomatis dan sepenuhnya otomatis,
ini berarti bahwa program bagian yang diperlukan sudah tersedia untuk
pengontrol setelah unit kerja telah diidentifikasi.
3) Pergantian cepat pengaturan fisik. Fleksibilitas dalam manufaktur berarti
bahwa unit kerja yang berbeda tidak diproduksi dalam batch. Untuk
memungkinkan gaya unit kerja yang berbeda diproduksi tanpa
kehilangan waktu antara satu unit dan unit berikutnya, sistem
manufaktur fleksibel harus mampu membuat perubahan yang diperlukan
dalam pemasangan dan perkakas dalam waktu yang sangat singkat
(waktu pergantian harus sesuai kira-kira dengan waktu yang dibutuhkan
Sistem Produksi 66
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
untuk menukar unit kerja yang telah selesai dengan unit berikutnya yang
akan diproses).
Sistem Produksi 67
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
Jenis sistem manufaktur ini populer karena (1) ini adalah sistem
manufaktur yang paling mudah dan paling murah untuk diterapkan, terutama
versi berawak; (2) ini bisa dibilang sistem manufaktur yang paling mudah
beradaptasi, dapat disesuaikan, dan fleksibel; dan (3) stasiun kerja tunggal
Sistem Produksi 68
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
berawak dapat diubah menjadi stasiun otomatis jika permintaan untuk suku
cadang atau produk yang dibuat di stasiun membenarkan konversi ini.
Sistem Produksi 69
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
D. REFERENSI
Groover, M. P. (2015). Automation, Production Systems, and Computer-Integrated
Manufacturing Fourth Edition. Lehigh University: Pearson Higher
Education, Inc.
Gupta, S., & Starr, M. (2014). Production and Operations Management Systems.
Boca Raton: Taylor & Francis Group, LLC.
Sistem Produksi 70
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
PERTEMUAN 5
PERENCANAAN PROSES DALAM SISTEM MANUFAKTUR
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa mapu mengidentifikasi dan mebuat perencanaan proses system
produksi yang sesuai dengan manufaktur yang ada, serta mangetahui dan
merancang strategi yang tepat dalam sistem produksi.
B. URAIAN MATERI
1. Lingkup dan Masalah Perencanaan Proses
Proses produksi atau proses rute urutan operasi produksi di mana bahan
mentah secara efektif diubah menjadi produk yang direncanakan harus
ditentukan setelah perencanaan produksi agregat dan penyelesaian desain
produk. Pengambilan keputusan ini disebut perencanaan proses. Itu tergantung
pada jenis dan jumlah produk yang akan diselesaikan, jenis bahan baku dan
suku cadang, produksi fasilitas dan teknologi yang ada, dll. (Hitomi, 2017)
Sistem Produksi 71
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
2) untuk memilih stasiun kerja untuk setiap operasi yang termasuk dalam
alur kerja.
Kedua aspek desain proses ini saling terkait, dan karenanya harus
diputuskan serentak. Di pabrik yang ada, alur kerja harus diputuskan,
berdasarkanoperasi yang mampu dilakukan oleh fasilitas produksi yang ada.
Di sisi lain, dalam kasus membangun pabrik yang sama sekali baru, alur
kerja elektif pertama kali dirancang, dan kemudian stasiun kerja ditentukan
sehubungan dengan penanaman modal. (Littlefield, 2012)
a. Urutan parsial ada di antara dua operasi; urutan ini disebut prioritas
hubungan dan diwakili oleh Gambar 5.1.
b. Tidak ada hubungan prioritas antara dua operasi dan mungkin saja
dilakukan secara bersamaan dan paralel.
Gambar 5.1 Hubungan prioritas antara dua operasi atau aktivitas yang berurutan
(operasi A mendahului operasi B atau operasi B mengikuti operasi A) diwakili oleh (a)
diagram alir, (b) diagram panah, (c) simbol pemesanan, atau (d) matriks prioritas.
Sistem Produksi 72
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
Kami memiliki tiga pola intrinsik berikut untuk alur kerja, seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 5.2.
1) Pola proses sekuensial (atau tandem) rangkaian linier operasi individu dari
penerimaan satu bahan masukan utama sampai produk jadi selesai;
misalnya fabrikasi bagian logam, pemrosesan kapas, dll.
3) Pola proses kombinatif atau sintesis suatu pola produksi produk utama
dengan menggabungkan (merakit) beberapa benda kerja dan atau bagian
diproduksi oleh beberapa operasi paralel; misalnya merakit mobil, TVset,
dll.
Gambar 5.2 Jenis dasar pola alur kerja (setelah Harrington, 1973). (a) Berurutan
atau pola proses tandem adalah pembuatan tipe aliran; (b) pola proses disjungtif atau
membusuk terlihat dalam industri kimia; dan (c) pola proses kombinatif atau sintesis
diwakili oleh bengkel perakitan.
Sistem Produksi 73
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
3. Simbol Proses
Aktivitas yang terlibat dalam alur kerja diklasifikasikan dalam lima operasi
pos, transportasi, inspeksi, penundaan, dan penyimpanan sesuai dengan
Standar untuk Operation and Flow Process Charts diadopsi oleh American
Society of Mechanical Insinyur pada tahun 1947. Gambar 5.5 menunjukkan
simbol-simbol untuk kegiatan ini. (Littlefield, 2012)
Sistem Produksi 74
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
Sistem Produksi 75
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
Gambar 5.6 Bagan proses alir. Bagan ini menunjukkan proses pembuatan poros
engkol.
Sistem Produksi 76
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
Gambar 8.7 Grafik titik impas untuk memilih fasilitas produksi yang efisien
menurut volume produksi. Ekonomis untuk memilih perkakas mesin serba guna,
perkakas mesin yang dikendalikan secara numerik, atau perkakas mesin serba guna,
masing-masing, menurut volume produksi kecil, sedang, atau besar.
Sistem Produksi 77
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
6. Desain Operasi
Langkah selanjutnya setelah desain proses adalah desain operasi. Ini
berkaitan dengan keputusan rinci pelaksanaan produksi, yaitu jenis operasi
yang akan dilakukan dalam proses produksi (isi setiap operasi dan metode
pelaksanaannya). Isi setiap operasi ditentukan sehubungan dengan desain
proses dan dapat dipecah menjadi beberapa langkah, seperti memuat benda
kerja ke dalam chuck peralatan mesin, menyalakan mesin, dan membongkar
benda kerja dari chuck dan menempatkannya di atas conveyor. (Littlefield,
2012)
7. Analisis Operasi
Metode operasi dapat dianalisis dari sudut pandang kombinasi elemen
mesin dan elemen manusia (sistem mesin manusia), pekerja operasi (yang
mungkin memiliki perbedaan besar dalam keterampilan), dan penyederhanaan
pekerjaan. (Barriga, 2005)
Sistem Produksi 78
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
Gambar 8.8 Bagan mesin. Upaya harus dilakukan untuk mengurangi waktu yang tidak
efisien baik bagi pekerja maupun mesin dalam upaya umum menuju perbaikan metode.
Sistem Produksi 79
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
Studi gerak dan studi waktu dipelopori oleh Frank B. dan Lillian Gilbreth
dan Frederick W. Taylor, masing-masing, pada akhir abad ke-19 dan awal abad
ke-20. Ini adalah teknik dasar teknik industri tradisional dan terkait erat. Istilah
umum untuk teknik ini untuk studi tentang pekerjaan manusia dan investigasi
dari semua faktor yang mempengaruhi efisiensi kerja manusia adalah waktu
dan gerak studi, studi kerja atau teknik metode. (Hitomi, 2017)
Sistem Produksi 80
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
sebutan warna therbligs ditunjukkan pada Tabel 5.2. Masuk akal dan efisien \
pola kerja manusia dibuat dengan mengidentifikasi dan menganalisis elemen
kerja individu dengan therbligs ini, menghilangkan therblig yang tidak efektif,
dan memadukannya menjadi rencana kerja terintegrasi.
Gambar 8.9 Bagan proses tangan kanan dan kiri atau operator. Bagan ini menunjukkan
gerakan tubuh serentak pekerja untuk mengencangkan dua pelat dengan baut dan mur.
Sistem Produksi 81
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
Sistem Produksi 82
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
Tabel 8.3 Simbol dan warna sebutan untuk therbligs terdiri dari 17 gerakan dasar
elemen, dimana pekerjaan manusia dibangun.
2) Waktu gerak dasar sintetis atau standar waktu yang telah ditentukan
(PTS). Ini adalah kumpulan standar waktu yang valid yang ditetapkan ke
fundamental gerakan yang terdiri dari tugas. Mereka digunakan,
sebelum memulai tugas, untuk memperkirakan elemen pekerjaan
rasional dan tarifnya dengan cepat dan seringakurat tanpa
menggunakan stopwatch atau perekaman waktu dan gerakan lainnya
Sistem Produksi 83
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
perangkat.
1) Work factor (WF). Sistem ini mengenali variabel utama berikut itu
mempengaruhi waktu operasi, seperti:
Nilai waktu gerak faktor kerja yang diukur dalam satuan 0,0001 menit
adalah ditentukan sebagai kecepatan insentif dan memungkinkan pengaruh
variabel utama ini untuk ditentukan.
Sistem Produksi 84
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
Untuk setiap operasi individu, waktu standar dapat ditentukan. Ini adalah
total waktu di mana operasi harus diselesaikan pada kinerja standar dan terdiri
dari elemen waktu seperti yang ditunjukkan pada Tabel 5.4. Nilai waktu yang
diamati dari operasi, dicatat dalam studi waktu, dimodifikasi ke waktu yang
diperlukan untuk melakukan operasi pada kecepatan 'standar', atau 'normal'
dengan teknik yang disebut kinerja peringkat. Waktu ini adalah 'waktu dasar',
atau 'waktu normal'. Untuk menentukan standar. (Chopra, 2001)
Sistem Produksi 85
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
Desain Pekerjaan untuk Kualitas Kehidupan Kerja yang Lebih Baik Dengan
metode terakhir di atas, lingkungan kerja ditingkatkan dengan desain pekerjaan
seperti:
Sistem Produksi 86
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
a. waktu siklus;
Sistem Produksi 87
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
satu produk item dirakit pada satu jalur perakitan, adalah masalah paling
mendasar penyeimbangan item (atau model) baris tunggal. Namun, baru-baru
ini, diperlukan untuk membuat beberapa item produk pada satu jalur perakitan,
bahkan untuk kasus produksi massal seperti dalam perakitan mobil 'produksi
campuran'. Untuk beberapa baris atau item campuran (atau model) yang
menyeimbangkan keseimbangan baris optimal, serta urutan optimal untuk
merakit item produk tersebut,(Metode penentuan urutan perakitan beberapa
item disebut sebagai 'modular produksi. (Hitomi, 2017)
b. Minimalkan waktu siklus, oleh karena itu, total penundaan atau waktu idle
dengan jumlah stasiun kerja yang tetap.
Kriteria untuk Line Balancing Total waktu tunda yang disebutkan di atas
dinyatakan sebagai:
Sistem Produksi 88
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
di mana A berarti bilangan bulat terkecil yang sama dengan atau lebih
besar dari A. Jika persamaan di atas terpenuhi, jalur perakitan berada dalam
keseimbangan minimal, yang merupakan solusi paling optimal; dalam kasus
praktis, bagaimanapun, keseimbangan ini jarang tercapai. Perlu bahwa jumlah
Workstation tidak pernah kurang dari jumlah elemen kerja yang memiliki waktu
operasi lebih dari setengah waktu siklus; karenanya, itu jumlah minimum
stasiun kerja yang layak adalah:
Sistem Produksi 89
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
Gambar 5.11 Grafik preseden untuk masalah keseimbangan garis. Angka dalam
lingkaran menunjukkan indeks elemen kerja atau operasi yang merupakan pekerjaan
perakitan, dan lingkaran di atas adalah waktu operasi elemen kerja dalam hitungan
menit. Pengelompokan elemen kerja seminimal mungkin jumlah stasiun kerja, dalam
hal ini ditunjukkan dengan penutup dengan garis putus-putus.
Sistem Produksi 90
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
Gambar 5.13 Grafik prioritas untuk masalah keseimbangan garis. Angka dalam
lingkaran menunjukkan indeks elemen kerja atau operasi yang merupakan pekerjaan
perakitan, dan lingkaran di atas adalah waktu operasi elemen kerja dalam menit.
Pengelompokan elemen kerja untuk waktu siklus minimum, dalam hal ini, 3,6 menit,
ditunjukkan dengan penutup garis putus-putus.
Tabel 5.5 Penetapan elemen pekerjaan ke empat stasiun kerja dan perhitungan waktu
siklus minimum serta waktu idle.
Sistem Produksi 91
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
D. REFERENSI
Barriga, E. M., Jeong, J. G., Hastak, M., and Syal, M. (2005). Material Control
System for the Manufactured Housing Industry. Journal of Management in
Engineering, 21(April), 91–98.
Childerhouse, P. and Towill, D. R. (2003). Simplifed Material Flow Holds the Key to
Supply Chain Integration. Omega - The International Journal of Mangement
Science, 31, 17–27.
Chopra, Sunil, & Meindl, Peter. 2001. Supply Chain Management: Strategy,
Planning & Operations, Third Edition. New Jersey: Pearson Education. Inc.
Sistem Produksi 92
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
Gupta, S., & Starr, M. (2014). Production and Operations Management Systems.
Boca Raton: Taylor & Francis Group, LLC.
Littlefield, D. (2012). Metric Handbook Planning and Design Fourth Edition. London:
The Achitectural Press.
Sistem Produksi 93
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
PERTEMUAN 6
FORECASTING (PERAMALAN)
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Memahami dan menjabarkan tentang beberapa dasar-dasar teknik
Forecasting yang bisa dilakukan untuk melakukan peramalan baik kualitatif maupun
kuantitatif, serta mensimulasikan teknik forecast yang bisa digunakan.
B. URAIAN MATERI
1. Definisi dan Klasifikasi Forecasting
Peramalan diperlukan dalam banyak situasi, salah satu contohnya
memutuskan apakah akan membangun pembangkit listrik lain dalam lima tahun
ke depan membutuhkan perkiraan permintaan di masa depan. Persediaan
suatu persediaan membutuhkan perkiraan kebutuhan persediaan. Prakiraan
dapat diminta beberapa tahun sebelumnya (untuk investasi modal), atau hanya
beberapa menit sebelumnya (untuk rute telekomunikasi). Apa pun keadaan
atau horizon waktu yang terlibat, peramalan merupakan bantuan penting untuk
perencanaan yang efektif dan efisien. (Rob J Hyndman & George
Athanasopoulos, 2018).
Sistem Produksi 94
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
a. Peramalan
Tentang meramalkan masa depan seakurat mungkin, mengingat
semua informasi yang tersedia, termasuk data historis dan pengetahuan
tentang semua peristiwa di masa depan yang mungkin berdampak pada
perkiraan tersebut.
b. Tujuan
adalah apa yang Anda inginkan terjadi. Sasaran harus dikaitkan
dengan prakiraan dan rencana, tetapi ini tidak selalu terjadi. Terlalu sering,
tujuan ditetapkan tanpa rencana bagaimana cara mencapainya, dan tidak
ada perkiraan apakah mereka realistis.
c. Perencanaan
adalah respons terhadap prakiraan dan sasaran. Perencanaan
melibatkan menentukan tindakan yang tepat yang diperlukan untuk membuat
perkiraan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Sistem Produksi 95
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
Pada tahap awal peramalan, keputusan harus dibuat tentang apa yang
harus diramalkan. Misalnya, jika prakiraan diperlukan untuk item dalam
lingkungan manufaktur, perlu bertanya apakah prakiraan diperlukan untuk:
Metode peramalan yang tepat, sangat tergantung pada data apa yang
tersedia. Jika tidak ada data yang tersedia, atau jika data yang tersedia tidak
relevan dengan perkiraan.
a. Metode Kualitatif
Sistem Produksi 96
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
pasar yang benar-benar baru dan unik. Misalnya, pada bulan desember
2012, pemerintah Australia adalah yang pertama di dunia yang
mengeluarkan undang-undang yang melarang penggunaan logo perusahaan
pada paket rokok, dan mengharuskan semua paket rokok menjadi warna
hijau tua. Penghakiman harus diterapkan untuk memperkirakan dampak
kebijakan semacam itu, karena tidak ada preseden historis. Ada juga situasi
di mana data tidak lengkap, atau hanya tersedia setelah beberapa
penundaan. Sebagai contoh, bank sentral memasukkan penilaian ketika
memperkirakan tingkat aktivitas ekonomi saat ini, prosedur yang dikenal
sebagai penyiaran sekarang, karena hanya tersedia setiap triwulan.
(Lawrence, M, Goodwin, P., , O’Connor, M., , & Önkal, D. , 2006). Penelitian
di bidang ini telah menunjukkan bahwa keakuratan perkiraan peramalan
meningkat ketika peramal memiliki pengetahuan domain yang penting, dan
informasi yang lebih tepat waktu dan terkini. Pendekatan penilaian bisa
cepat untuk menyesuaikan dengan perubahan, informasi, atau peristiwa
tersebut.
1) Tidak ada data yang tersedia, sehingga metode statistik tidak berlaku
dan peramalan penilaian adalah satu-satunya pendekatan yang layak.
2) Data tersedia, prakiraan statistik dihasilkan, dan ini kemudian
disesuaikan menggunakan penilaian.
3) Data tersedia dan prakiraan statistik dan penilaian dihasilkan secara
independen dan kemudian digabungkan. Kita harus mengklarifikasi
Sistem Produksi 97
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
1) Peramalan kasual
Sistem Produksi 98
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
3) Peramalan Satistik
2. Teknis Forecasting
Beberapa cara umum yang berguna untuk banyak situasi peramalan yang
berbeda. beberapa metode perkiraan peramalan, cara membuat tugas
peramalan lebih mudah menggunakan transformasi dan penyesuaian, metode
untuk memeriksa apakah metode peramalan telah menggunakan informasi
yang tersedia secara memadai, dan teknik untuk menghitung interval prediksi.
(Armstrong, J. S. (Ed.). , 2001) Langkah-langkah dasar dalam tugas perkiraan,
tugas perkiraan biasanya melibatkan lima langkah dasar diantaraya:
a. Definisi masalah. Seringkali ini adalah bagian paling sulit dari peramalan.
Memperbaiki masalah dengan hati-hati membutuhkan pemahaman tentang
cara ramalan akan digunakan, siapa yang membutuhkan ramalan, dan
bagaimana fungsi ramalan dalam organisasi yang membutuhkan ramalan.
Seorang peramal perlu menghabiskan waktu berbicara dengan semua orang
yang akan terlibat dalam pengumpulan data, memelihara basis data, dan
menggunakan ramalan untuk perencanaan masa depan.
b. Mengumpulkan informasi. Paling tidak selalu ada dua jenis informasi yang
Sistem Produksi 99
Universitas Pamulang Teknik Industri S-1
dibutuhkan:
1) Data statistik,
2) Akumulasi keahlian orang-orang yang mengumpulkan data dan
menggunakan ramalan. Seringkali, akan sulit untuk mendapatkan data
historis yang cukup untuk dapat menjadi model statistik yang baik. Data
lama akan kurang bermanfaat karena perubahan struktural dalam
sistem yang sedang diramalkan, maka kita dapat memilih untuk hanya
menggunakan data terbaru. Tetapi bahwa model statistik yang baik akan
menangani perubahan evolusioner dalam system, dan jangan
membuang data yang baik jika tidak diperlukan.
c. Analisis pendahuluan (eksplorasi). Selalu mulai dengan membuat grafik
data. Antara lain:
1) Apakah ada pola yang konsisten?
2) Apakah ada tren yang signifikan?
3) Apakah musiman penting?
4) Adakah bukti keberadaan siklus bisnis?
5) Apakah ada pencilan dalam data yang perlu dijelaskan oleh mereka
yang memiliki pengetahuan ahli?
6) Seberapa kuat hubungan antar variabel yang tersedia untuk analisis?
7) Berbagai alat telah dikembangkan untuk membantu analisis ini.
d. Memilih dan memasang model. Model terbaik untuk digunakan tergantung
pada ketersediaan data historis, kekuatan hubungan antara variabel
prakiraan dan variabel penjelas apa pun, dan cara penggunaan prakiraan
tersebut. Adalah umum untuk membandingkan dua atau tiga model
potensial. Masing-masing model itu sendiri artistik yang didasarkan pada
serangkaian asumsi (eksplisit dan implisit) dan biasanya melibatkan satu
atau lebih parameter yang harus diestimasi menggunakan data historis yang
diketahui.
e. Menggunakan dan mengevaluasi model peramalan. Setelah model dipilih
dan parameternya diestimasi, model tersebut digunakan untuk membuat
prakiraan. Kinerja model hanya dapat dievaluasi dengan benar setelah data
untuk periode perkiraan telah tersedia. Sejumlah metode telah
dikembangkan untuk membantu dalam menilai keakuratan prakiraan. Ada
juga masalah organisasi dalam menggunakan dan bertindak berdasarkan
perkiraan.
diubah, atau proses kelima harus dihentikan dan diperbaiki. Umpan balik dan
umpan untuk control yang digunakan digunakan dalam memantau dan
menyesuaikan proses industri, dan prediksi dari beberapa bagian proses ini
merupakan bagian integral dari proses ini.
f. Demografi. Perkiraan populasi berdasarkan negara dan wilayah dibuat
secara rutin, sering dikelompokkan berdasarkan variabel seperti jenis
kelamin, usia, dan ras. Para ahli demografi juga memperkirakan kelahiran,
kematian, dan pola migrasi penduduk. Perkiraan pemerintah ini
memperkirakan kebijakan dan tindakan pelayanan sosial, seperti
pengeluaran untuk perawatan kesehatan, program pensiun, dan program
anti kemiskinan. Banyak bisnis menggunakan perkiraan populasi
berdasarkan kelompok umur untuk membuat rencana strategis mengenai
pengembangan lini produk baru atau jenis layanan yang akan ditawarkan.
Contoh artifisial data dari model seperti itu ditunjukkan pada Gambar 5.1.
Koefisien β0 dan β1 menunjukkan intersep dan kemiringan garis masing-
masing. Intersep β0 mewakili nilai prediksi y ketika x=0.. Kemiringan β1
mewakili perubahan prediksi y rata-rata yang dihasilkan dari peningkatan
satu unit di prediksi x.
di mana y adalah variabel yang akan diramalkan dan x1.., xk adalah variabel
prediktor k. Setiap variabel prediktor harus numerik. Koefisien β1,..,βk
mengukur efek dari masing-masing prediktor setelah memperhitungkan efek
semua prediktor lain dalam model. Dengan demikian, koefisien mengukur
variabel prediktor. (Rob J Hyndman & George Athanasopoulos, 2018)
c. Estimasi Kuadrat Terkecil
Dalam praktiknya, tentu saja harus memiliki koleksi pengamatan tetapi kami
tidak tahu nilai-nilai koefisien β0,β1,…,βk. Ini perlu diperkirakan dari data.
(Rob J Hyndman & George Athanasopoulos, 2018)
Prinsip kuadrat terkecil menyediakan cara memilih koefisien secara efektif
dengan meminimalkan jumlah kesalahan kuadrat β0,β1,…,βk. Artinya, kami
memilih nilai-nilai yang meminimalkan.
Ini disebut estimasi kuadrat terkecil karena memberikan nilai terkecil untuk
jumlah kesalahan kuadrat. Menemukan estimasi terbaik dari koefisien sering
disebut "pas" model ke data, atau kadang-kadang "belajar" atau "melatih"
model. (Rob J Hyndman & George Athanasopoulos, 2018).
d. Nilai yang dipasang
Prediksi dapat diperoleh dengan menggunakan koefisien yang diperkirakan
dalam persamaan regresi dan menetapkan jangka waktu kesalahan menjadi
nol. Secara umum kami menulis. (Rob J Hyndman & George
Athanasopoulos, 2018)
C. LATIHAN SOAL/TUGAS
1. Setelah mempelajari Forecasting/peramalan, bagaimana pandangan anda
mengenai Forecasting/Peramalan dari industri tempat anda bekerja?
2. Dari Materi modul ini terdapat beberapa definisi dari Forecasting, buatlah
penjabaran menurut anda tentang definisi dari Forecasting?
3. Buatlah penjabaran dari teknik Forecasting?
4. Seberapa penting peran teknik Forecasting dalam dunia industri?
5. Jelaskan menurut anda, pentingnya penggunaan metode Forecasting time
series pada teknik Forecasting?
D. DAFTAR PUSTAKA
Armstrong, J. S. (Ed.). (2001). Principles of Forecasting: A handbook for
researchers and practitioners. Amazon.
Dileep R. Sule.. (2008). production planning and industrial scheduling. London, New
York: Taylor and Francis Group.
Douglas C. Montgomery. Cheryl L. Jennings, & Murat Kulahci. (2015). Introduction
To Time Series Analysis And Forecasting. Canada: John Wiley & Sons, Inc.
Groover, M. P. (2015). Automation, Production Systems, and Computer-Integrated
Manufacturing Fourth Edition. Lehigh University: Pearson Higher
Education, Inc.
Groover, M. P., (2013). Fundamentals of Modern Manufacturing: Materials,
Processes, and Systems, 5th ed., John Wiley & Sons, Inc., Hoboken, NJ,
Gupta, S., & Starr, M. (2014). Production and Operations Management Systems.
Boca Raton: Taylor & Francis Group, LLC.
Hyndman, R. J, & Khandakar, Y.. (2008). Automatic time series Forecasting: The
forecast package for R. journal of statistical software.
Lawrence, M, Goodwin, P. O’Connor, M., & Önkal, D. (2006). Judgmental
Forecasting: A review of progress over the last 25 years. The International
Journal of App lied Forecasting.
Rob J Hyndman, & George Athanasopoulos. (2018). Forecasting Principles and
Practice. Australia: Amazon.
PERTEMUAN 7
PERENCANAAN PRODUKSI
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Memahami dan menjabarkan tentang perencanaan produksi dilakukan, aspek
yang terkait serta strategi yang dapat diggunakan dalam melakukan perencanaan
produksi.
B. URAIAN MATERI
1. Konsep Perencanaan Produksi
Organisasi manufaktur ada untuk memproduksi dan memasok produk
yang pelanggan butuhkan, dengan harga yang bersedia mereka bayar.
Organisasi yang berhasil mencapai ini bertujuan menghasilkan keuntungan
bagi pemegang saham mereka. Sangat sedikit organisasi itu ada dalam
monopoli, dan sebagian besar harus bersaing di pasar terbuka. Oleh karena itu
harga produk ditentukan oleh kompetisi, dan satu-satunya cara untuk
meningkatkan laba adalah untuk mengurangi biaya produksi dan distribusi ini
berarti mengelola dan mengoperasikan organisasi secara efisien.
dan subkontrak. Hasil dari perencanaan agregat adalah jadwal produksi utama
(MPS). Tahap selanjutnya adalah perencanaan kebutuhan material (MRP), di
mana suatu produk dipisahkan menjadi beberapa komponen, dan persyaratan
untuk setiap komponen ditentukan dengan bantuan tagihan bahan dan catatan
persediaan.
a. Sistem produksi
Intermittent Batch
Flow
Perencanaan produksi sangat penting. Kita harus tahu apa yang bisa
kita hasilkan dalam periode waktu tertentu, dengan kapasitas yang kita miliki,
dan juga ketika kita bisa menjanjikan pengiriman barang. Kapasitas terbatas
mungkin diperlukan perencanaan ulang waktu pengiriman. Kapasitas
berlebihan yang tetap menganggur adalah biaya yang harus dikeluarkan
ditanggung oleh barang yang diproduksi. Ini mungkin membuat produk
terlalu mahal untuk bersain Ada beberapa cara untuk merencanakan
kapasitas yang dibutuhkan selain membeli tambahan peralatan. Mereka
mungkin termasuk penumpukan Inventory, menambah pekerja tambahan
atau paruh waktu, dan subkontrak, seperti yang akan kita bahas dalam bab
"Perencanaan Agregat."
c. Waktu Respon
e. Inventory
3. Aggregate Planning
Setelah permintaan untuk periode yang berbeda diperkirakan, saatnya
untuk rencana agregat. Meskipun tuntutan pasti belum diketahui, karena
perencanaan seperti itu dilakukan 3–18 bulan sebelumnya, kita harus
memutuskan bagaimana memenuhi kewajiban yang diperkirakan, perencanaan
saat ini terutama dalam hal luas Family produk daripada produk
individual. Sebagai contoh, kami akan merencanakan, untuk setiap periode,
tentang cara bertemu total kebutuhan penjualan televisi dan bukan berapa
banyak televisi dengan lebar masing-masing untuk makan Kami memiliki
beberapa tujuan dasar dalam perencanaan agregat; kita harus meminimalkan
total biaya operasi dan belum memenuhi permintaan pelanggan yang
diharapkan. Rencana seperti itu, bahkan meskipun kasar, berikan ide yang baik
kepada manajemen dalam perencanaan keseluruhan dan dalam pengumpulan
sumber daya yang diperlukan. Informasi perencanaan dapat mencakup
memutuskan apa dan bagaimana banyak dari setiap jenis sumber daya untuk
mempertahankan, apa kapasitas proses seharusnya, kapan melakukan
subkontrak, kapan kehabisan persediaan, kapan membawa persediaan,
barang, dan jumlah untuk di-outsourcing-kan, berapa prediksi lembur untuk
tenaga kerja, dan berapa banyak pekerja harus dipekerjakan dan / atau dipecat
untuk setiap periode di masa depan.
a. Strategi
2) Strategi tingkat: Dalam strategi ini, kami memiliki kapasitas terbatas dan
tenaga kerja tetap ukuran. Produksi tetap pada tingkat yang konstan,
dan persediaan digunakan sebagai pengungkit. Ketika permintaan lebih
rendah dari produksi, persediaan meningkat, dan ketika situasi terbalik,
Inventory dan / atau pesanan kembali digunakan untuk menambah
produksi. Dengan demikian, dalam strategi ini, karena permintaan
berubah, persediaan dan persediaan habis akan bervariasi. Itu strategi
digunakan ketika persediaan membawa dan biaya pesanan kembali
rendah. Itu juga digunakan ketika kapasitas sulit diubah. Misalnya,
dalam produksi berkelanjutan lingkungan, seperti pabrik kimia atau
produksi kaca dan baja, sulit jika tidak mustahil untuk mengubah tingkat
produksi dalam waktu singkat. Di maskapai penerbangan dan
hotelbisnis, kapasitas konstan, dan insentif seperti tingkat penurunan
pada akhir pekan digunakan untuk mengubah atau meratakan pola
permintaan.
(7) Backlog: bagian dari permintaan yang tidak puas pada yang
dimaksud periode dan dibawa ke periode berikutnya sebagai
pengiriman yang dijanjikan tanggal.
b) Faktor eksternal
b. Proses Perencanaan
𝑦 = (𝐼 − 𝐴)−1𝑏
Tidak sulit untuk menunjukkan bahwa, untuk struktur rakitan,
vektor y yang dihitung oleh rumus tersebut adalah non-negatif. Jika
struktur produksi lebih kompleks, ekspresi dapat digantikan oleh solusi
Minimalkan 𝑓 (𝑦)
𝑦 ≥ 0
C. LATIHAN SOAL/TUGAS
1. Setelah mempelajari Perencanaan Produksi, bagaimana pandangan anda
mengenai perencanaan produksi dari industri tempat anda bekerja?
2. Dari Materi modul ini terdapat beberapa konsep dari perencanaan produksi
buatlah penjabaran menurut anda tentang konsep perencanaan produksi?
5. Jelaskan menurut anda, manfaat apa yang dapat dirasakan jika perencanaan
produksi berjalan dengan baik di perusahaan anda bekerja?
D. DAFTAR PUSTAKA
Garrard, J. (2012). Capacity, Management,Operations, and Maintenance Plan.
Indiana: City-County Administration Building.
Groover, M. P. (2015). Automation, Production Systems, and Computer-Integrated
Manufacturing Fourth Edition. Lehigh University: Pearson Higher
Education, Inc.
Gupta, S., & Starr, M. (2014). Production and Operations Management Systems.
Boca Raton: Taylor & Francis Group, LLC.
Paolo Brandimarte, & Agostino Villa. (1999). Modeling Manufacturing Systems.
Torino Italia: Springer-Verlag Berlin Heidelberg.
Sule, D. R. (2008). Production Planning and Industrial Scheduling. London, New
York: CRC Press Taylor & Francis Group.
PERTEMUAN 8
KAPASITAS PRODUKSI
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Memahami dan menjabarkan tentang perencanaan kapasitas poroduksi,
beberapa aspek yang terkait, ukuran yang harus dipertimbangkan dalam mengukur
perencanaan kapasitas, serta masalah yang harus dianaliasa terkait perencanaan
kapasitas.
B. URAIAN MATERI
1. Sturuktur dan Manajemen Operasi Kapasitas Produksi
Keputusan tentang kapasitas manufaktur dan parameter perencanaan
produksi terus dihadapi oleh perusahaan manufaktur untuk meningkatkan
kinerjanya. Untuk menentukan kinerja ini, indikator kinerja internal dan
eksternal dapat diterapkan. Indikator kinerja eksternal yang penting untuk
sistem produksi make-to-order (MTO) adalah tingkat layanan dan
keterlambatan rata-rata. Tingkat layanan menunjukkan persentase pesanan
atau barang yang dikirimkan tepat waktu dan rata-rata keterlambatan
menyatakan berapa lama dari tanggal jatuh tempo pesanan dikirimkan.
Indikator kinerja internal yang penting adalah kapasitas yang diinvestasikan dan
persediaan dimiliki. Untuk mengidentifikasi suatu yang optimal antara sasaran
internal dan eksternal yang bertentangan dari suatu perusahaan manufaktur,
inventori dan kapasitas yang diinvestasikan ditimbang dengan biaya yang
diminimalkan ketika biaya keterlambatan ditambahkan atau batasan tingkat
layanan dipertimbangkan. Keempat indikator kinerja utama yang bertentangan
ini dapat dipengaruhi oleh investasi kapasitas dan pelepasan pekerjaan ke
sistem produksi. (Altendorfer, 2014)
a. Struktur Organisasi
1) Organisasi Utilitas
sistem saluran pembuangan dan O&P IPAL. Utilitas saat ini sedang
menganalisis staf dan kebutuhan sumber daya untuk posisi yang tidak
terisi dan untuk kepatuhan dengan Keputusan Persetujuan. Utilitas
Khusus departemen yang bertanggung jawab untuk
mengimplementasikan rencana CMOM dijelaskan sebagai berikut
subbagian. (Luther, 2012)
3) Bagan Operasi
a) Kepemimpinan Departemen
b) Departemen Teknik
c) Departemen Administrasi
3. Manajemen Kapasitas
Pendekatan manajemen kapasitas dapat diambil untuk menyelesaikan
beberapa masalah yang dihasilkan dari ketidakpastian permintaan. Jika
rencana penggunaan menggunakan kapasitas yang efektif untuk memenuhi
permintaan yang diantisipasi, maka rencana penggunaan yang dihasilkan akan
terlalu sensitif bahkan terhadap peningkatan permintaan yang kecil dan sangat
sering tidak layak. Ingatlah bahwa kapasitas efektif adalah permintaan
maksimum aktual yang dapat dipenuhi oleh suatu sistem. Dengan demikian
seseorang dapat memperluas konsep bantalan kapasitas untuk konteks ini dan
mendefinisikan beberapa kapasitas kerja, yang lebih kecil dari kapasitas efektif.
(Renna, 2013)
C. LATIHAN SOAL/TUGAS
1. Setelah mempelajari materi tentang kapasitas produksi, bagaimana pandangan
anda mengenai kapasitas produksi yang dijalankan perusahan tempat anda
bekerja?
3. Dari pembahasan di atas, manfaat apa yang terjadi jika perusahaan anda
melaksanakan kapasitas produksi dengan baik?
D. DAFTAR PUSTAKA
Altendorfer, K. (2013). Capacity and Inventory Planning for Make-to-Order
Production Systems. New York: Springer International Publishing
Switzerland.
Groover, M. P. (2015). Automation, Production Systems, and Computer-Integrated
Manufacturing Fourth Edition. Lehigh University: Pearson Higher
Education, Inc.
Gupta, S., & Starr, M. (2014). Production and Operations Management Systems.
Boca Raton: Taylor & Francis Group, LLC.
Luther, M. (2012). Capacity, Management, Operations, and Maintenance Plan.
Indiana: City-County Administration Building.
Renna, P. (2013). Production and manufacturing system management: coordination
approaches and multi-site planning. USA: Engineering Science Reference.
Seungrahn Hahn, Ann Jackson, Bruce Kabath, Ashraf Kamel, Caryn Meyers, Ana
Rivera Matias,... Gary Robinson. (2000). Capacity Planning for Business
Intelligence Applications: Approaches and Methodologies. New York: IBM
Corporation, International Technical Support Organization.
PERTEMUAN 9
MANUAL ASSEMBLY LINES
A. Tujuan pembelajaran
Mahasiswa mampu mengelola dan menentukan sistem yang dapat digunakan
dalam proses assembling, serta mampu membuat rancangan manual assembly
lines yang efektif pada proses manufaktur.
B. Uraian materi
Sebagian besar produk konsumen yang diproduksi dirakit. Setiap produk
terdiri dari beberapa komponen yang disatukan oleh berbagai proses perakitan.
Jenis produk ini biasanya dibuat di jalur perakitan manual. Faktor-faktor yang
mendukung penggunaan jalur perakitan manual meliputi: (1) Permintaan produk
tinggi atau sedang. (2) Produk yang dibuat di lini identik atau serupa. (3) Total kerja
yang diperlukan untuk merakit produk dapat dibagi menjadi elemen kerja kecil. (4)
Secara teknologi tidak mungkin atau tidak layak secara ekonomi untuk
mengotomatisasi operasi perakitan.
Daftar produk yang dicirikan oleh faktor-faktor ini yang biasanya dibuat pada
jalur perakitan manual disajikan pada Tabel 9.1. Ada beberapa alasan mengapa
jalur perakitan manual sangat produktif dibandingkan dengan metode alternatif di
mana beberapa pekerja masing-masing melakukan semua tugas untuk merakit
produk.
a. Spesialisasi tenaga kerja. Disebut "pembagian kerja" oleh Adam Smith prinsip ini
menegaskan bahwa ketika pekerjaan besar dibagi menjadi tugas-tugas kecil dan
setiap tugas ditugaskan ke satu pekerja, pekerja menjadi sangat mahir dalam
melakukan tugas tunggal. Setiap pekerja menjadi spesialis.
b. Bagian yang dapat dipertukarkan, di mana setiap komponen diproduksi dengan
toleransi yang cukup dekat sehingga setiap bagian dari jenis tertentu dapat dipilih
untuk perakitan dengan komponen pasangannya. Tanpa bagian yang dapat
dipertukarkan, perakitan akan membutuhkan pengarsipan dan pemasangan
komponen kawin, sehingga membuat metode jalur perakitan menjadi tidak
praktis.
Dalam bab ini, rekayasa dan teknologi jalur perakitan manual dibahas. Sistem
perakitan otomatis.
Gambar 9.1 Konfigurasi jalur perakitan manual. Kunci: Asby = perakitan, Man =
manual, Sta = stasiun kerja, n = jumlah stasiun pada saluran.
total pekerjaan pada unit. Praktik umum adalah "meluncurkan" bagian dasar ke
awal baris secara berkala. Setiap bagian dasar berjalan melalui stasiun yang
berurutan dan pekerja menambahkan komponen yang secara progresif
membangun produk. Sistem transportasi material mekanis biasanya digunakan
untuk memindahkan bagian dasar di sepanjang jalur karena secara bertahap
diubah menjadi produk akhir. Tingkat produksi jalur perakitan ditentukan oleh
stasiun paling lambat. Stasiun yang mampu bekerja lebih cepat pada akhirnya
dibatasi oleh stasiun yang paling lambat.
melelahkan bagi pekerja dan umumnya lebih kondusif untuk presisi dan
akurasi dalam tugas perakitan.
Tabel 9.2 Operasi Perakitan Umum yang Dilakukan pada Jalur Perakitan Manual
yang telah selesai dari stasiun hulu. Oleh karena itu, kelaparan dan
pemblokiran diminimalkan. Masalah dengan metode operasi ini adalah
dapat menghasilkan barang dalam proses yang signifikan, yang secara
ekonomi tidak diinginkan. Selain itu, pekerja tidak tergesa-gesa dalam
antrean yang mengandalkan metode transportasi manual, dan tingkat
produksi cenderung lebih rendah.
tidak, jalur menghasilkan unit yang tidak lengkap, yang terjadi ketika
bagian yang seharusnya ditambahkan di stasiun tidak ditambahkan
karena pekerja kehabisan waktu.
Gambar 9.2 Diagram kecepatan-jarak dan tata letak fisik untuk tiga jenis sistem
transportasi mekanis yang digunakan dalam jalur produksi: (a) transportasi kontinu, (b)
transportasi sinkron, dan (c) transportasi asinkron. Kunci: v = kecepatan, vc =
kecepatan konstan konveyor pengangkut kontinu, x = jarak dalam arah konveyor, Sta =
stasiun kerja, i = pengenal stasiun kerja
c. Kecepatan Baris
Mondar-mandir kaku memiliki dua aspek yang tidak diinginkan, seperti yang
disebutkan sebelumnya.
Pertama, mondar-mandir yang kaku secara emosional dan fisik
membuat pekerja manusia stres. Meskipun beberapa tingkat stres kondusif
untuk meningkatkan kinerja manusia, langkah cepat di jalur perakitan selama
shift 8 jam (atau lebih lama) dapat memiliki efek berbahaya pada pekerja.
Kedua, dalam operasi yang serba kaku, jika tugas belum diselesaikan
dalam waktu siklus yang tetap, unit kerja keluar dari stasiun dengan tidak
lengkap. Hal ini dapat menghambat penyelesaian tugas selanjutnya di
stasiun hilir. Tugas apa pun yang belum diselesaikan pada unit kerja di
stasiun kerja reguler nantinya harus diselesaikan oleh beberapa pekerja lain
untuk menghasilkan produk yang dapat diterima.
Dalam mondar-mandir dengan margin, pekerja diizinkan untuk
menyelesaikan tugas di stasiun dalam rentang waktu yang ditentukan.
Rentang waktu maksimum lebih lama dari waktu siklus, sehingga pekerja
diizinkan untuk mengambil lebih banyak waktu jika terjadi masalah atau jika
waktu tugas yang diperlukan untuk unit kerja tertentu lebih lama dari rata-
rata (ini terjadi ketika gaya produk yang berbeda diproduksi pada jalur
perakitan yang sama). Ada beberapa cara di mana mondar-mandir dengan
margin dapat dicapai: (1) memungkinkan antrian unit kerja terbentuk di
antara stasiun, (2) merancang jalur sehingga waktu yang dihabiskan unit
kerja di dalam setiap stasiun lebih lama daripada waktu siklus, dan (3)
mengizinkan pekerja untuk bergerak melampaui batas stasiunnya sendiri.
Pada metode (1), yang dilaksanakan dengan sistem transportasi asinkron,
unit kerja diperbolehkan untuk mengantri di depan setiap stasiun, sehingga
menjamin pekerja tidak pernah kelaparan untuk bekerja, tetapi juga
memberikan waktu tambahan untuk beberapa unit kerja selama yang lain.
unit membutuhkan waktu lebih sedikit. Metode (2) berlaku untuk jalur di
mana unit kerja dipasang pada konveyor yang terus bergerak dan tidak
dapat dilepas. Karena kecepatan konveyor konstan, ketika panjang stasiun
lebih panjang dari jarak yang dibutuhkan pekerja untuk menyelesaikan tugas
yang diberikan, waktu yang dihabiskan oleh unit kerja di dalam batas stasiun
(disebut waktu toleransi) lebih lama daripada waktu siklus. Dalam metode
(3), pekerja hanya diperbolehkan untuk bergerak ke hulu di luar stasiun
langsung untuk memulai lebih awal pada unit kerja berikutnya atau bergerak
ke hilir melewati batas stasiun saat ini untuk menyelesaikan tugas pada unit
kerja saat ini. Dalam kedua kasus tersebut, biasanya ada batasan praktis
tentang seberapa jauh pekerja dapat bergerak ke hulu atau hilir,
menjadikannya kasus mondar-mandir dengan margin.
Istilah kelonggaran hulu dan kelonggaran hilir kadang-kadang
digunakan untuk menunjuk batas-batas pergerakan ini. Dalam semua
metode ini, selama pekerja mempertahankan kecepatan rata-rata yang
sesuai dengan waktu siklus, tingkat siklus yang diperlukan dari jalur tercapai.
Tingkat ketiga mondar-mandir adalah ketika tidak ada mondar-mandir,
artinya tidak ada batas waktu di mana tugas di stasiun harus diselesaikan.
Akibatnya, setiap operator perakitan bekerja dengan kecepatannya sendiri.
Kasus ini dapat terjadi ketika (1) transportasi kerja manual digunakan di jalur,
(2) unit kerja dapat dipindahkan dari konveyor, memungkinkan pekerja untuk
mengambil waktu sebanyak yang diinginkan untuk menyelesaikan unit
tertentu, atau (3) sebuah konveyor asinkron digunakan dan pekerja
mengontrol pelepasan setiap unit kerja dari stasiun. Dalam setiap kasus ini,
tidak ada cara mekanis untuk mencapai disiplin mondar-mandir di telepon.
Untuk mencapai tingkat produksi yang dibutuhkan, para pekerja dimotivasi
untuk mencapai kecepatan tertentu baik oleh etos kerja kolektif mereka
sendiri atau oleh sistem insentif yang disponsori oleh perusahaan.
cell perakitan stasiun tunggal terdiri dari stasiun kerja tunggal di mana
perakitan dilakukan secara manual pada produk atau beberapa sub-rakitan
utama produk. Metode ini umumnya digunakan pada produk yang kompleks
dan diproduksi dalam jumlah kecil, terkadang unik. Workstation dapat
menggunakan satu atau lebih pekerja, tergantung pada ukuran dan
kompleksitas produk, berbagai keterampilan pekerja yang dibutuhkan, dan
jadwal produksi. Produk yang dirancang khusus seperti peralatan mesin,
peralatan industri, dan model prototipe produk kompleks (misalnya, pesawat
terbang, peralatan, mobil) dirakit pada cell stasiun tunggal.
cell perakitan yang terdiri dari beberapa stasiun kerja dan dioperasikan
oleh tim pekerja dipandang sebagai organisasi kerja yang lebih bermanfaat
dibandingkan dengan mondar-mandir yang terjadi pada sebagian besar jalur
perakitan manual. Alih-alih aliran garis lurus yang khas dari jalur perakitan
konvensional, cell sering berbentuk U. Tata letak ini memungkinkan interaksi
dan kerja tim yang lebih baik di antara para pekerja. Laju pekerjaan sebagian
besar dikendalikan oleh pekerja daripada oleh mekanisme mondar-mandir
seperti konveyor bertenaga yang bergerak dengan kecepatan konstan. Jumlah
tugas perakitan yang diberikan kepada setiap pekerja lebih besar dari pada
jalur perakitan yang sesuai. Oleh karena itu, pekerjaan tersebut kurang
berulang, cakupannya lebih luas, dan lebih bermanfaat. Karena perluasan
pekerjaan ini, lebih sedikit pekerja yang dibutuhkan di cell dan lebih sedikit
ruang lantai yang dibutuhkan.
Saat mobil bergerak melalui setiap stasiun, bagian dari stasiun itu
ditambahkan. Perbedaan antara ini dan jalur perakitan konvensional adalah
bahwa semua pekerjaan dilakukan oleh satu tim pekerja yang bergerak dengan
mobil. Dengan demikian, anggota tim mencapai kepuasan pribadi yang lebih
besar karena telah menyelesaikan sebagian besar perakitan mobil. Pekerja di
jalur konvensional yang melakukan sebagian kecil dari total perakitan mobil
biasanya tidak memiliki tingkat kepuasan kerja ini.
perakitan yang sesuai di stasiun kerja yang berbeda. Oleh karena itu, jenis
perakitan tim ini umumnya digunakan ketika ada banyak model berbeda yang
akan diproduksi, dan variasi model menghasilkan perbedaan waktu layanan
stasiun yang signifikan.
D. REFERENSI
Beinhocker, E., I. Davis, and L. Mendonca, 2009. The 10 Trends You Have to
Watch, Harvard Business Review
Freeman, K.W., 2009. The Right Way to Close an Operation, Harvard Business
Review.
Groover, M. P. (2015). Automation, Production Systems, and Computer-Integrated
Manufacturing Fourth Edition. Lehigh University: Pearson Higher
Education, Inc.
Gupta, S., & Starr, M. (2014). Production and Operations Management Systems.
Boca Raton: Taylor & Francis Group, LLC
Gupta, S., & Starr, M. (2014). Production and Operations Management Systems.
Boca Raton: Taylor & Francis Group, LLC.
Immelt, J.R., 2012. The CEO of General Electric on Sparkling: An American
Manufacturing Renewal, Harvard Business Review.
Kaplan, R.S., and S. Anderson, 2007. Time-Driven Activity Based Costing, Harvard
Business School Press.
Pisano, G.P., and W.C. Shih, 2012.Does America Really Need Manufacturing?
Harvard Business Review, March
Porter, M.E., and J.W. Rivkin, 2012. The Looming Challenge to US
Competitiveness, Harvard Business Review.
PERTEMUAN 10
AUTOMATED PRODUCTION LINES
A. Tujuan pembelajaran
Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan membuat model rancangann sistem
produksi yang secara automasi, menentukan krieria-kriteria yang dapat terukur dan
meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses produksi.
B. Uraian materi
Jalur produksi otomatis adalah contoh otomatisasi tetap dan umumnya sulit
untuk mengubah urutan dan isi operasi pemrosesan setelah jalur dibangun. Oleh
karena itu, penerapannya hanya sesuai dalam kondisi berikut:
Kerugian dari jalur produksi otomatis adalah sulit untuk menggunakan kembali
peralatan ketika permintaan produk menurun atau ketika perusahaan pengguna
telah memperkirakan permintaan secara berlebihan dan jalur tersebut kurang
dimanfaatkan. Oleh karena itu, banyak jalur otomatis saat ini dirancang dengan
stasiun kerja yang fleksibel, seperti pusat permesinan CNC (control numerik
komputer), sehingga stasiun dapat digunakan di jalur otomatis di masa mendatang.
Bergantung pada geometri bagian kerja yang akan diproses, lini dapat
menggunakan perlengkapan palet untuk penanganan bagian. Perlengkapan
palet adalah perangkat penahan kerja yang dirancang untuk (1) memasang
bagian di lokasi yang tepat relatif terhadap alasnya dan (2) dipindahkan,
ditempatkan, dan dijepit secara akurat pada posisinya di stasiun kerja yang
berurutan oleh sistem Transfer.
lurus, seperti pada Gambar 10.1. Konfigurasi ini umum untuk pengerjaan
benda kerja besar, seperti blok mesin otomotif, kepala mesin, dan kotak
transmisi. Karena suku cadang ini memerlukan banyak operasi, maka
diperlukan jalur produksi dengan banyak stasiun. Konfigurasi in-line dapat
menampung sejumlah besar stasiun. Sistem in-line juga dapat dirancang
dengan Buffer penyimpanan terintegrasi di sepanjang jalur aliran.
b. Storage Buffer
Dalam fungsi control kualitas, atribut kualitas tertentu dari bagian kerja
dipantau. Tujuannya adalah untuk mendeteksi dan mungkin menolak unit
kerja cacat yang diproduksi di jalur. Perangkat inspeksi yang diperlukan
untuk mencapai control kualitas terkadang dimasukkan ke dalam stasiun
pemrosesan yang ada. Dalam kasus lain, stasiun inspeksi terpisah
dimasukkan ke dalam jalur dengan tujuan semata-mata untuk memeriksa
karakteristik kualitas yang diinginkan.
ini. Komputer pribadi (PC) yang dilengkapi dengan perangkat lunak control
dan dirancang untuk lingkungan pabrik juga banyak digunakan. Control
komputer menawarkan manfaat berikut:
a. Sistem Pemesinan
Banyak aplikasi mesin Transfer permesinan, baik konfigurasi in-line
maupun rotary, ditemukan di industri otomotif untuk memproduksi komponen
engine dan drive-train. Bahkan, jalur Transfer pertama dapat ditelusuri ke
industri otomotif. Operasi pemesinan yang biasa dilakukan pada jalur
Transfer meliputi penggilingan, pengeboran, reaming, penyadapan,
penggilingan, dan operasi alat pemotong rotasi serupa. Dimungkinkan untuk
melakukan pembubutan dan pemboran pada jalur Transfer, tetapi aplikasi ini
kurang umum. Di bagian ini, berbagai sistem pemesinan stasiun ganda
dijelaskan.
Jalur Transfer. Dalam jalur Transfer, stasiun kerja yang berisi kepala
kerja pemesinan diatur dalam konfigurasi in-line atau tersegmentasi dan
bagian-bagian dipindahkan antar stasiun dengan mekanisme Transfer
seperti sistem balok berjalan. Jalur Transfer adalah sistem yang paling
otomatis dan produktif dalam hal jumlah operasi yang dapat dilakukan untuk
mengakomodasi geometri kerja yang kompleks. Ini juga merupakan sistem
yang paling mahal yang dibahas di bagian ini.
Stasiun kerja di jalur ini terdiri dari perkakas tetap dan mesin CNC,
sehingga perbedaan bagian kerja dapat diakomodasi oleh stasiun CNC
sementara operasi umum dilakukan oleh stasiun dengan perkakas tetap.
Beberapa peralatan mesin CNC masih baru, sementara yang lain adalah
peralatan yang telah dipindahkan dari lini sebelumnya dan dikonfigurasi
ulang untuk produk baru. Kesempatan untuk menggunakan stasiun yang
ditempatkan kembali merupakan penghematan yang signifikan bagi
perusahaan pengguna jika dibandingkan dengan pembelian peralatan mesin
baru.
Gambar 10.5 Unit umpan standar yang digunakan dengan mesin Transfer in-line
atau putar: (a) unit penggerak umpan horizontal, (b) unit penggerak umpan sudut, dan
(c) unit kolom vertikal.
Gambar 10.6 Unit kepala penggilingan standar. Unit ini menempel pada unit
penggerak umpan
sederhana dan oleh karena itu lebih sedikit operasi dan stasiun kerja. Jalur
yang disatukan umumnya mampu menghasilkan tingkat produksi yang lebih
tinggi dan membutuhkan lebih sedikit ruang lantai. Namun, biayanya yang
tinggi membuatnya hanya cocok untuk produksi yang sangat lama pada
produk yang tidak sering mengalami perubahan desain.
Dalam analisis dan desain jalur produksi otomatis, tiga area masalah
harus dipertimbangkan: (1) penyeimbangan lini, (2) teknologi pemrosesan,
dan (3) keandalan sistem. Masalah penyeimbangan lini paling erat terkait
dengan jalur perakitan manual, tetapi juga merupakan masalah pada jalur
produksi otomatis. Entah bagaimana, total konten pekerjaan yang harus
diselesaikan pada jalur otomatis harus dibagi secara merata di antara
stasiun kerja. Dalam jalur perakitan manual, total konten pekerjaan dapat
dibagi menjadi elemen kerja yang jauh lebih kecil, dan elemen tersebut
kemudian dapat dikelompokkan dan ditugaskan ke stasiun kerja untuk
menentukan tugas yang dilakukan di setiap stasiun. Setiap tugas memiliki
waktu layanan yang sesuai. Dalam jalur produksi otomatis, tugas terdiri dari
langkah-langkah pemrosesan yang urutan dan waktu layanannya dibatasi
oleh pertimbangan teknologi. Misalnya, dalam jalur Transfer permesinan,
operasi tertentu harus dilakukan sebelum yang lain. Pengeboran harus
mendahului penyadapan untuk membuat lubang berulir. Permukaan
penempatan harus dikerjakan sebelum fitur yang akan menggunakan
permukaan penempatan tersebut dikerjakan.
diselesaikan dengan penerapan teori dan prinsip pemesinan. Hal yang sama
berlaku untuk proses lainnya. Dalam setiap proses, sebuah teknologi telah
dikembangkan selama bertahun-tahun melalui penelitian dan praktik.
Dengan menerapkan teknologi ini, setiap stasiun kerja individu di lini
produksi dapat dirancang untuk beroperasi pada atau mendekati kinerja
maksimumnya.
Area masalah ketiga dalam analisis dan desain jalur produksi otomatis
adalah keandalan. Dalam sistem yang sangat kompleks dan terintegrasi
seperti jalur produksi otomatis, kegagalan salah satu komponen dapat
menghentikan keseluruhan sistem. Masalah keandalan ini adalah fokus
utama dari bagian ini. Di sini cakupannya terbatas pada analisis jalur
Transfer tanpa penyimpanan suku cadang internal. Jjalur Transfer dengan
Buffer penyimpanan internal dianalisis. Gambar 16.1 mengilustrasikan
konfigurasi jalur Transfer tanpa penyimpanan internal. Asumsi berikut dibuat
tentang pengoperasian sistem ini: (1) Workstation melakukan operasi
pemrosesan seperti pemesinan, bukan perakitan; (2) waktu pemrosesan di
setiap stasiun konstan, meskipun tidak selalu sama; dan (3) transportasi
bagian kerja sinkron.
Tabel 10.1 Alasan Umum untuk Waktu Henti pada Lini Produksi Otomatis
D. REFERENSI
Freeman, K.W., 2009. The Right Way to Close an Operation, Harvard Business
Review.
Groover, M. P. (2015). Automation, Production Systems, and Computer-Integrated
Manufacturing Fourth Edition. Lehigh University: Pearson Higher
Education, Inc.
Groover, M. P. (2015). Automation, Production Systems, and Computer-Integrated
Manufacturing Fourth Edition. Lehigh University: Pearson Higher
Education, Inc.
Gupta, S., & Starr, M. (2014). Production and Operations Management Systems.
Boca Raton: Taylor & Francis Group, LLC
Immelt, J.R., 2012. The CEO of General Electric on Sparkling: An American
Manufacturing Renewal, Harvard Business Review.
Kaplan, R.S., and S. Anderson, 2007. Time-Driven Activity Based Costing, Harvard
Business School Press.
Pisano, G.P., and W.C. Shih, 2012.Does America Really Need Manufacturing?
Harvard Business Review, March
Porter, M.E., and J.W. Rivkin, 2012. The Looming Challenge to US
Competitiveness, Harvard Business Review.
Waurzyniak, P., (2010). “Automation Flexibility,” Manufacturing Engineering.
PERTEMUAN 11
AUTOMATED ASSEMBLY SYSTEMS
A. Tujuan pembelajaran
Mahasiswa mampu membangun sistem serta mengidentifikasi dan membuat
rancangan model pada perakitan yang automasi, serta menentukan teknologi
mekanis maupun komputerisasi dalam perancangan model perakitan yang
automasi.
B. Uraian materi
Istilah perakitan otomatis mengacu pada perangkat mekanis dan otomatis
yang melakukan berbagai tugas perakitan di jalur perakitan atau cell. Banyak
kemajuan telah dibuat dalam teknologi otomatisasi perakitan dalam beberapa tahun
terakhir. Beberapa kemajuan ini dilatarbelakangi oleh kemajuan di bidang robotika.
Robot industri terkadang digunakan sebagai komponen dalam sistem perakitan
otomatis, perakitan otomatis dibahas sebagai bidang otomatisasi yang berbeda.
Meskipun metode perakitan manual akan digunakan selama bertahun-tahun ke
depan, ada peluang signifikan untuk peningkatan produktivitas dalam penggunaan
metode otomatis.
Seperti jalur Transfer yang dibahas dalam bab sebelumnya, sistem perakitan
otomatis biasanya termasuk dalam kategori otomatisasi tetap. Sebagian besar
sistem perakitan otomatis dirancang untuk melakukan urutan langkah perakitan
yang tetap pada produk tertentu. Teknologi perakitan otomatis harus
dipertimbangkan ketika kondisi berikut ada:
d. Produk ini dirancang untuk perakitan otomatis. faktor desain produk yang
memungkinkan perakitan otomatis dieksplorasi.
a. Konfigurasi Sistem
mesin rakitan in-line, (b) mesin rakitan tipe dial, (c) sistem rakitan korsel, dan
(d) mesin rakitan stasiun tunggal.
Gambar 11.1 Jenis sistem perakitan otomatis: (a) in-line, (b) tipe dial, (c)
carousel, dan (d) stasiun tunggal.
Dalam aplikasi tipikal mesin tipe dial, Gambar 11.1(b), bagian dasar
dimuat ke perlengkapan atau sarang yang dipasang pada dial melingkar.
Komponen ditambahkan dan/atau digabungkan ke bagian dasar di berbagai
stasiun kerja yang terletak di sekitar pinggiran dial. Mesin dialindexing
beroperasi dengan gerakan sinkron atau terputus-putus, di mana siklus
terdiri dari waktu layanan ditambah waktu pengindeksan. Mesin rakitan tipe
dial kadang-kadang dirancang untuk menggunakan gerakan terus menerus
daripada terputus-putus. Ini biasa terjadi di pabrik pembotolan dan
pengalengan minuman, tetapi tidak dalam perakitan mekanik dan elektronik.
Gambar 11.3 (a) Selektor dan (b) perangkat orientasi yang digunakan dengan
pengumpan suku cadang dalam sistem perakitan otomatis.
3) Pemilih dan/atau orientor. Elemen-elemen sistem pengiriman ini
menetapkan orientasi komponen yang tepat untuk kepala kerja
perakitan. Selektor adalah perangkat yang bertindak sebagai filter, yang
memungkinkan hanya bagian dalam orientasi yang benar untuk
melewatinya. Bagian dengan orientasi yang salah ditolak kembali ke
dalam hopper. Orientor adalah perangkat yang memungkinkan bagian
yang diorientasikan dengan benar untuk melewati, dan mengarahkan
kembali bagian-bagian yang awalnya tidak diorientasikan dengan benar.
Beberapa skema selektor dan orientor diilustrasikan pada Gambar 11.3.
Perangkat pemilih dan orientor sering digabungkan dan dimasukkan ke
dalam satu sistem pengumpan hopper.
4) Jalur umpan. Elemen sebelumnya dari sistem pengiriman biasanya
dipisahkan dari kepala pekerjaan perakitan dengan jarak tertentu. Jalur
umpan memindahkan komponen dari hopper dan pengumpan suku
cadang ke lokasi kepala kerja perakitan, mempertahankan orientasi
suku cadang yang tepat selama pemindahan. Ada dua kategori umum
trek umpan: gravitasi dan bertenaga. Trek umpan gravitasi adalah yang
paling umum. Pada tipe ini, hopper dan pengumpan suku cadang
terletak pada ketinggian di atas kepala kerja. Gravitasi digunakan untuk
mengirimkan komponen ke kepala kerja. Track feed bertenaga
Gambar 11.5 Elemen perangkat keras dari sistem pengiriman suku cadang di
stasiun kerja perakitan.
3. Otomasi Parsial
Banyak lini perakitan di industri mengandung kombinasi stasiun kerja
otomatis dan manual. Kasus jalur produksi otomatis sebagian ini terjadi karena
dua alasan utama:
D. REFERENSI
Freeman, K.W., 2009. The Right Way to Close an Operation, Harvard Business
Review.
Groover, M. P. (2015). Automation, Production Systems, and Computer-Integrated
Manufacturing Fourth Edition. Lehigh University: Pearson Higher
Education, Inc.
Gupta, S., & Starr, M. (2014). Production and Operations Management Systems.
Boca Raton: Taylor & Francis Group, LLC
Immelt, J.R., 2012. The CEO of General Electric on Sparkling: An American
Manufacturing Renewal, Harvard Business Review.
Kaplan, R.S., and S. Anderson, 2007. Time-Driven Activity Based Costing, Harvard
Business School Press.
Pisano, G.P., and W.C. Shih, 2012.Does America Really Need Manufacturing?
Harvard Business Review, March
Porter, M.E., and J.W. Rivkin, 2012. The Looming Challenge to US
Competitiveness, Harvard Business Review.
Waurzyniak, P., (2010). “Automation Flexibility,” Manufacturing Engineering.
PERTEMUAN 12
GROUP TECHNOLOGY & CELLULAR MANUFACTURING
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa mampu merancang sistem yang Efisiensi dengan mengatur
peralatan produksi ke dalam cell (kelompok mesin) untuk memfasilitasi alur kerja.
Mengatur peralatan produksi ke dalam cell mesin.
B. URAIAN MATERI
Manufaktur batch diperkirakan menjadi bentuk produksi yang paling umum di
Amerika Serikat, yang merupakan lebih dari 50% dari total aktivitas manufaktur.
Penting untuk membuat manufaktur volume menengah, yang biasanya dilakukan
dalam batch, seefisien dan seproduktif mungkin. Selain itu, ada tren untuk
mengintegrasikan fungsi desain dan manufaktur di perusahaan. Pendekatan yang
diarahkan pada kedua tujuan ini adalah group technology (GT).
Asal usul group technology dan manufaktur cell dapat ditelusuri hingga sekitar
tahun 1925. group technology dan manufaktur cell dapat diterapkan pada berbagai
situasi produksi. Kondisi berikut adalah saat GT paling tepat:
1. Pabrik saat ini menggunakan produksi batch tradisional dan tata letak tipe
proses, yang menghasilkan banyak penanganan material, Inventory dalam
proses yang tinggi, dan waktu tunggu manufaktur yang lama.
2. Dimungkinkan untuk mengelompokkan bagian-bagian menjadi bagian-bagian
keluarga. Ini adalah kondisi yang diperlukan.
Titik awal logis dalam cakupan bab ini tentang group technology,
manufaktur cell, dan topik terkait adalah konsep yang mendasari Part
Family. Bagian ini menjelaskan bagian Family dan pengelompokan mesin ke
dalam cell yang mengkhususkan diri dalam memproduksi Family tersebut.
Gambar 12.1 Dua bagian dengan bentuk dan ukuran yang sama tetapi
persyaratan pembuatannya berbeda
Gambar 12.1 (a) dan 12.1 (b) menunjukkan dua Part Family yang
berbeda. Dua bagian pada Gambar 12.1 sangat mirip dalam hal desain
geometris, tetapi sangat berbeda dalam hal manufaktur karena perbedaan
toleransi, jumlah produksi, dan bahan.
Gambar 12.3 Tata letak pabrik tipe proses. (Kunci: Putar = putar, Penggilingan =
penggilingan, Drll = pengeboran, Grnd = penggilingan, Asby = perakitan, Man = operasi
manual; panah menunjukkan alur kerja melalui pabrik, dan garis putus-putus
menunjukkan pemisahan mesin ke dalam departemen.)
Gambar 12.4 Tata letak teknologi grup. (Kunci: Putar = putar, Penggilingan =
penggilingan, Drll = pengeboran, Grnd = penggilingan, Asby = perakitan, Man = operasi
manual; panah menunjukkan alur kerja di cell mesin.)
b. Pengelompokan Intuitif
Metode ini adalah yang paling memakan waktu dari ketiganya. Dalam
klasifikasi dan pengkodean bagian, kesamaan di antara bagian diidentifikasi
dan kesamaan ini terkait dalam sistem pengkodean yang biasanya
mencakup desain bagian dan atribut manufaktur. Alasan menggunakan
skema pengkodean meliputi:
Tabel 12.1 Atribut Desain dan Manufaktur Biasanya Termasuk dalam Klasifikasi
Teknologi Grup dan Sistem Pengkodean
Dilihat dari makna simbol-simbol dalam kode, ada tiga struktur yang
digunakan dalam skema klasifikasi dan pengkodean:
2. Cellular Manufacturing
Apakah Part Family suku cadang telah ditentukan oleh pengelompokan
intuitif, klasifikasi suku cadang dan pengkodean, atau analisis aliran produksi,
ada keuntungan dalam memproduksi suku cadang tersebut menggunakan cell
mesin GT daripada tata letak mesin tipe proses tradisional. Ketika mesin
dikelompokkan, istilah manufaktur cell digunakan untuk menggambarkan
organisasi kerja ini. Manufaktur cell adalah aplikasi teknologi kelompok di mana
mesin atau proses yang berbeda telah dikumpulkan ke dalam sel, yang masing-
masing didedikasikan untuk produksi bagian atau Family produk, atau
kelompok Family terbatas. Tujuan umum dalam manufaktur cell serupa dengan
tujuan teknologi grup:
manufaktur cell dipertimbangkan dalam bagian ini: (1) konsep bagian komposit
dan (2) desain cell mesin.
Selalu ada korelasi antara fitur desain bagian dan operasi produksi
yang diperlukan untuk menghasilkan fitur tersebut. Lubang bundar dibuat
dengan cara dibor, bentuk silinder dibuat dengan cara diputar, permukaan
rata dibuat dengan cara digiling, dan sebagainya. cell produksi yang
dirancang untuk Family suku cadang akan mencakup mesin-mesin yang
diperlukan untuk membuat suku cadang komposit. cell seperti itu akan
mampu menghasilkan anggota Family mana pun, hanya dengan
menghilangkan operasi-operasi yang sesuai dengan fitur-fitur yang tidak
dimiliki oleh bagian tertentu. cell akan dirancang untuk memungkinkan
variasi ukuran dalam Family serta variasi fitur.
Gambar 12.5 Konsep bagian komposit: (a) bagian komposit untuk Part Family rotasi
mesin, dan (b) fitur individu dari bagian komposit. Lihat Tabel 18.5 untuk kunci fitur
individual dan operasi manufaktur terkait
Tabel 12.3 Fitur Desain Bagian Komposit pada Gambar 12.5 dan Operasi
Manufaktur yang Diperlukan untuk Membentuk Fitur tersebut
Desain cell mesin sangat penting dalam manufaktur cell. Desain cell
sangat menentukan kinerja sel. Bagian ini membahas jenis sel, tata letak sel,
dan konsep mesin utama. Jenis cell Mesin. cell GT dapat dibedakan sebagai
(1) cell perakitan, yang menghasilkan Family sub-rakitan atau produk, atau
(2) cell bagian, yang memproses Part Family.
Seperti namanya, cell mesin tunggal terdiri dari satu mesin ditambah
perlengkapan dan perkakas pendukung. Jenis cell ini dapat diterapkan pada
bagian kerja yang atributnya memungkinkan untuk dibuat pada satu jenis
proses dasar, seperti pembubutan atau penggilingan. Misalnya, bagian
komposit dari Gambar 12.5 dapat diproduksi pada mesin bubut turret
konvensional dengan kemungkinan pengecualian dari operasi penggilingan
silinder (langkah 4).
Gambar 12.6 cell mesin dengan penanganan manual antar mesin. Tata letak
mesin berbentuk U ditampilkan. (Kunci: Proc = operasi pemrosesan (mill, turn, dll.),
Man = operasi manual; panah menunjukkan alur kerja.)
Tata letak ini dianggap tepat ketika ada variasi dalam alur kerja di
antara bagian-bagian yang dibuat di dalam sel. Ini juga memungkinkan
pekerja multifungsi di dalam cell untuk berpindah dengan mudah antar mesin
[26]. Keuntungan lain dari cell berbentuk U dalam aplikasi perakitan model
batch, dibandingkan dengan jalur perakitan konvensional, termasuk (1)
pergantian yang lebih mudah dari satu model ke model berikutnya, (2)
peningkatan kualitas, (3) control visual work-in -proses, (4) investasi awal
yang lebih rendah karena selnya lebih sederhana dan tidak diperlukan
konveyor bertenaga, (5) kepuasan pekerja yang lebih besar karena
perluasan pekerjaan dan tidak adanya mondar-mandir, dan (6) lebih banyak
fleksibilitas untuk menyesuaikan dengan peningkatan permintaan hanya
dengan menambahkan lebih banyak sel.
Gambar 12.7 cell mesin dengan penanganan semi-terintegrasi: (a) tata letak in-
line, (b) tata letak loop, dan (c) tata letak persegi panjang. (Kunci: “Proc” = operasi
pemrosesan (mill, turn, dll.), “Man” = operasi manual; panah menunjukkan alur kerja.)
Gambar 12.8 Empat jenis pergerakan suku cadang dalam sistem produksi model
campuran. Alur kerja ke depan adalah dari kiri ke kanan
Menentukan tata letak cell yang paling tepat tergantung pada rute
bagian yang diproduksi di dalam cell. Empat jenis pergerakan suku cadang
dapat dibedakan dalam sistem produksi suku cadang model campuran.
Mereka diilustrasikan pada Gambar 12.8 dan didefinisikan sebagai berikut, di
mana arah maju aliran kerja dari kiri ke kanan pada gambar: (1) operasi
berulang, di mana operasi berturut-turut dilakukan pada mesin yang sama,
sehingga bagian tidak benar-benar bergerak; (2) gerakan berurutan, di mana
bagian bergerak maju dari mesin saat ini ke tetangga terdekat; (3) bypassing
move, di mana bagian bergerak maju dari mesin saat ini ke mesin lain yang
dua atau lebih mesin di depan; dan (4) gerakan mundur, di mana bagian
bergerak mundur dari mesin saat ini ke mesin lain.
Ketika aplikasi hanya terdiri dari gerakan berurutan, tata letak in-line
sesuai. Tata letak berbentuk U juga berfungsi dengan baik di sini dan
memiliki keuntungan dari interaksi yang lebih dekat di antara para pekerja di
dalam cell. Ketika aplikasi mencakup operasi berulang, beberapa stasiun
(mesin) sering diperlukan. Untuk cell yang membutuhkan gerakan melewati,
tata letak bentuk-U sesuai. Saat gerakan mundur diperlukan, tata letak
lingkaran atau persegi panjang memungkinkan resirkulasi bagian-bagian di
dalam cell. Faktor tambahan yang harus diakomodasi oleh desain cell
meliputi:
1) Jumlah pekerjaan yang harus dilakukan oleh cell. Ini termasuk jumlah
suku cadang per tahun dan waktu pemrosesan (atau perakitan) per suku
cadang di setiap stasiun. Faktor-faktor ini menentukan beban kerja yang
harus diselesaikan oleh cell dan oleh karena itu jumlah mesin yang
harus disertakan, serta total biaya operasi cell dan investasi yang dapat
dibenarkan.
2) Ukuran bagian, bentuk, berat, dan atribut fisik lainnya. Faktor-faktor ini
menentukan ukuran dan jenis material handling dan peralatan
pengolahan yang harus digunakan.
Umumnya ada dua ukuran pemanfaatan yang menarik dalam cell GT:
pemanfaatan mesin kunci dan pemanfaatan cell secara keseluruhan.
Pemanfaatan mesin kunci dapat diukur dengan menggunakan definisi biasa.
Pemanfaatan masing-masing mesin lainnya dapat dievaluasi dengan cara
yang sama. Pemanfaatan cell diperoleh dengan mengambil rata-rata
aritmatika sederhana dari semua mesin di dalam cell
D. REFERENSI
Black, J. T., and S. L. Hunter, (2003). Lean Manufacturing Systems and Cell Design,
Society of Manufacturing Engineers, Dearborn, MI,
Gupta, S., & Starr, M. (2014). Production and Operations Management Systems.
Boca Raton: Taylor & Francis Group, LLC.
PERTEMUAN 13
FLEXIBLE MANUFACTURING SYSTEM
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa mampu untuk mengidentifikasi bagian masuk yang berbeda atau
gaya produk yang diproses oleh sistem. Menetukan dan merancang sistem
pergantian cepat dari instruksi pengoperasian pada proses produksi, dan pergantian
cepat dari pengaturan fisik pada sebuah mesin.
B. URAIAN MATERI
Sistem manufaktur fleksibel (FMS) adalah cell mesin GT yang sangat
otomatis, terdiri dari satu atau lebih stasiun pemrosesan (biasanya peralatan mesin
CNC), saling berhubungan oleh sistem penanganan dan penyimpanan material
otomatis dan dikendalikan oleh sistem komputer terdistribusi. Alasan FMS disebut
fleksibel adalah karena ia mampu memproses berbagai gaya suku cadang yang
berbeda secara bersamaan di berbagai stasiun kerja, dan campuran gaya suku
cadang dan jumlah produksi dapat disesuaikan dalam menanggapi perubahan pola
permintaan.
Istilah yang lebih tepat untuk FMS adalah sistem manufaktur otomatis yang
fleksibel. Penggunaan kata "otomatis" akan membedakan jenis teknologi produksi
ini dari sistem manufaktur lain yang fleksibel tetapi tidak otomatis, seperti cell mesin
GT berawak. Kata “fleksibel” akan membedakannya dari sistem manufaktur lain
yang sangat otomatis tetapi tidak fleksibel, seperti jalur Transfer konvensional.
1. Fleksibilitas
Tiga kemampuan yang harus dimiliki sistem manufaktur agar fleksibel
diidentifikasi sebagai (1) kemampuan untuk mengidentifikasi bagian masuk
yang berbeda atau gaya produk yang diproses oleh sistem. (2) pergantian
cepat dari instruksi pengoperasian, dan (3) pergantian cepat dari pengaturan
fisik. Fleksibilitas adalah atribut yang berlaku untuk sistem manual dan
otomatis. Dalam sistem manual, pekerja manusia seringkali menjadi penggerak
fleksibilitas sistem.
Gambar 13.1 cell manufaktur otomatis dengan dua peralatan mesin dan robot.
diproduksi oleh kedua mesin dalam banyak beberapa ratus unit, maka ini tidak
memenuhi syarat sebagai manufaktur fleksibel.
a. Tes variasi bagian. Dapatkah sistem memproses bagian atau gaya produk
yang berbeda dalam mode model campuran (non-batch)?
b. Tes perubahan jadwal. Dapatkah sistem dengan mudah menerima
perubahan jadwal produksi, yaitu, perubahan campuran sebagian dan/atau
jumlah produksi?
c. Tes pemulihan kesalahan. Dapatkah sistem pulih dengan baik dari malfungsi
dan kerusakan peralatan, sehingga produksi tidak sepenuhnya terganggu?
d. Tes bagian baru. Dapatkah desain suku cadang baru diperkenalkan ke
dalam campuran suku cadang yang ada dengan relatif mudah jika fitur
mereka memenuhi syarat sebagai anggota Family suku cadang untuk?
Kembali ke cell kerja robot, keempat uji fleksibilitas terpenuhi jika cell (1)
dapat mengerjakan konfigurasi bagian yang berbeda dalam campuran daripada
dalam kumpulan; (2) mengizinkan perubahan jadwal produksi (perubahan part
mix); (3) mampu terus beroperasi meskipun satu mesin mengalami kerusakan
(misalnya, saat perbaikan sedang dilakukan pada mesin yang rusak,
pekerjaannya sementara dipindahkan ke mesin lain), dan (4) dapat
mengakomodasi desain suku cadang baru jika program bagian NC ditulis off-
line dan kemudian diunduh ke sistem untuk dieksekusi. Kemampuan keempat
mengharuskan bagian baru berada dalam Part Family yang ditujukan untuk
FMS, sehingga perkakas yang digunakan oleh mesin CNC serta efektor akhir
robot kompatibel dengan desain bagian baru.
2. Jenis FMS
Setiap FMS dirancang untuk aplikasi tertentu, yaitu Family suku cadang
dan proses tertentu. Oleh karena itu, setiap FMS dirancang khusus dan unik.
Mengingat keadaan ini, orang akan berharap untuk menemukan berbagai
macam desain sistem untuk memenuhi berbagai macam persyaratan aplikasi.
Gambar 13.2 cell mesin tunggal yang terdiri dari satu pusat permesinan CNC
dan unit penyimpanan suku cadang.
Gambar 13.3 cell manufaktur fleksibel yang terdiri dari tiga stasiun pemrosesan
identik (pusat permesinan CNC), stasiun muat/bongkar, dan sistem penanganan suku
cadang.
Stasiun lain ini termasuk stasiun cuci bagian/pallet, stasiun inspeksi, dan
sebagainya. Perbedaan lainnya adalah bahwa sistem control komputer FMS
umumnya lebih canggih, sering kali mencakup fungsi yang tidak selalu
ditemukan dalam cell, seperti diagnostik dan pemantauan alat. Fungsi
tambahan ini lebih dibutuhkan dalam FMS daripada di FMC karena FMS lebih
kompleks. Tingkat Fleksibilitas. Cara lain untuk mengklasifikasikan sistem
manufaktur fleksibel adalah menurut tingkat fleksibilitas yang dirancang ke
dalam sistem. Dua kategori fleksibilitas dibahas di sini: (1) khusus dan (2)
urutan acak. FMS khusus dirancang untuk menghasilkan variasi gaya suku
cadang yang terbatas, dan populasi suku cadang yang lengkap telah diketahui
Tabel 19.1 Empat Uji Fleksibilitas yang Diterapkan pada Tiga Jenis cell dan
Sistem Manufaktur
FMS urutan acak lebih tepat ketika keadaan berikut berlaku: (1) Part
Family besar, (2) ada variasi substansial dalam konfigurasi bagian, (3) desain
bagian baru akan diperkenalkan ke dalam sistem dan perubahan teknik akan
dibuat untuk suku cadang yang saat ini diproduksi, dan (4) jadwal produksi
dapat berubah dari hari ke hari. Untuk mengakomodasi variasi ini, FMS urutan
acak harus lebih fleksibel daripada FMS khusus. Dilengkapi dengan mesin
serba guna untuk menangani variasi produk dan mampu memproses bagian
dalam berbagai urutan (urutan acak). Sistem control komputer yang lebih
canggih diperlukan untuk jenis FMS ini.
Tabel 13.2 Empat Uji Fleksibilitas yang Diterapkan pada Sistem Dedicated dan
Random-Order
3. Komponen FMC/FMS
Tiga komponen dasar dari sistem manufaktur fleksibel adalah (1)
Workstation, (2) sistem penanganan dan penyimpanan material, dan (3) sistem
control komputer. Selain itu, meskipun FMS sangat otomatis, orang diharuskan
untuk mengelola dan mengoperasikan sistem. Fungsi yang biasanya dilakukan
oleh manusia meliputi (1) memuat bagian kerja mentah ke dalam sistem, (2)
membongkar bagian (atau rakitan) jadi dari sistem, (3) mengubah dan
mengatur alat, (4) melakukan pemeliharaan dan perbaikan peralatan, (5)
melakukan pemrograman bagian NC, (6) memprogram dan mengoperasikan
sistem komputer, dan (7) mengelola sistem.
a. Workstation
Operasi dan fungsi lain sering dilakukan pada sistem manufaktur yang
fleksibel. Ini termasuk bagian pembersih dan/atau perlengkapan palet,
sistem pengiriman cairan pendingin sentral untuk seluruh FMS, dan sistem
pelepasan chip terpusat yang sering dipasang di bawah permukaan lantai.
1) Gerakan independen acak dari bagian kerja antar stasiun. Suku cadang
harus dipindahkan dari mesin mana pun dalam sistem ke mesin lain
mana pun untuk menyediakan berbagai alternatif perutean untuk suku
cadang yang berbeda dan untuk membuat penggantian mesin saat
stasiun tertentu sibuk atau rusak.
2) Menangani berbagai konfigurasi bagian kerja. Untuk bagian nonrotasi,
ini biasanya dilakukan dengan menggunakan perlengkapan palet
modular dalam sistem penanganan. Perlengkapan terletak di bagian
atas palet dan dirancang untuk mengakomodasi berbagai gaya suku
cadang melalui komponen umum, fitur perubahan cepat, dan perangkat
lain yang memungkinkan pergantian cepat untuk suku cadang tertentu.
Dasar palet dirancang untuk sistem penanganan material. Untuk bagian
rotasi, robot industri sering digunakan untuk memuat dan membongkar
mesin pembalik dan untuk memindahkan bagian antar stasiun.
3) Penyimpanan sementara. Jumlah bagian dalam FMS biasanya akan
melebihi jumlah bagian yang sedang diproses setiap saat. Jadi, setiap
stasiun memiliki antrian bagian yang kecil, mungkin hanya satu bagian,
menunggu untuk diproses; ini membantu mempertahankan utilisasi
mesin yang tinggi.
4) Akses yang mudah untuk memuat dan membongkar bagian kerja.
Sistem penanganan harus mencakup lokasi untuk stasiun
bongkar/muat.
5) Kompatibilitas dengan control komputer. Sistem penanganan harus
berada di bawah kendali langsung sistem komputer yang
mengarahkannya ke berbagai stasiun kerja, stasiun bongkar/muat, dan
area penyimpanan.
Pada tata letak in-line, mesin dan sistem penanganan diatur dalam
garis lurus. Dalam bentuknya yang paling sederhana, bagian-bagian
bergerak dari satu stasiun kerja ke stasiun kerja berikutnya dalam urutan
yang jelas dengan pekerjaan selalu bergerak dalam satu arah dan tidak ada
aliran balik, seperti pada Gambar 13.4(a).
Gambar 13.4 Tata letak in-line FMS: (a) aliran satu arah mirip dengan jalur
Transfer, (b) sistem Transfer linier dengan sistem penanganan dan penyimpanan suku
cadang sekunder di setiap stasiun untuk memfasilitasi aliran dalam dua arah
Gambar 13.5 Tata letak in-line FMS dengan sistem penyimpanan bagian yang
terintegrasi.
Gambar 13.6 (a) Tata letak loop FMS dengan sistem penanganan suku cadang
sekunder di setiap stasiun untuk memungkinkan aliran yang tidak terhalang pada loop,
dan (b) tata letak persegi panjang untuk resirkulasi palet kosong ke stasiun pemuatan
suku cadang.
D. REFERENSI
Groover, M. P. (2015). Automation, Production Systems, and Computer-Integrated
Manufacturing Fourth Edition. Lehigh University: Pearson Higher
Education, Inc.
Gupta, S., & Starr, M. (2014). Production and Operations Management Systems.
Boca Raton: Taylor & Francis Group, LLC.
PERTEMUAN 14
IMPLEMENTASI FLEXIBLE MANUFACTURING SYSTEM (FMS)
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa mampu menentukan Volume produksi, Kuantitas yang akan
diproduksi oleh sistem menentukan berapa banyak mesin dari masing-masing jenis
akan dibutuhkan, memilih jenis peralatan penanganan material yang paling tepat
untuk sistem tersebut. Serta mampu membuat rancangan desain sistem produksi
yang sesuai dengan volume produksi yang ada.
B. URAIAN MATERI
1. Pertimbangan Aplikasi FMS
Bagian ini mencakup beberapa topik yang terkait dengan aplikasi dan
implementasi teknologi FMS serta manfaat yang terkait dengan instalasi FMS.
a. Aplikasi FMS
Tidak seperti suku cadang yang dapat berputar, suku cadang yang
tidak berputar sering kali terlalu berat bagi operator manusia untuk memuat
dengan mudah dan cepat ke dalam perkakas mesin. Oleh karena itu,
perlengkapan palet dikembangkan sehingga bagian-bagian ini dapat dimuat
ke palet secara off-line menggunakan kerekan, dan kemudian bagian-on-
allet dapat dipindahkan ke posisinya di depan spindel perkakas mesin.
untuk waktu yang lama tanpa perhatian manusia. Dalam skenario yang
paling optimis, suku cadang dan peralatan dimuat ke dalam sistem pada
akhir shift siang, FMS terus beroperasi sepanjang malam, dan suku
cadang yang telah selesai dibongkar keesokan paginya.
Teknik lain yang telah diterapkan untuk menganalisis desain FMS dan
masalah operasional termasuk pemrograman matematika dan berbagai
pendekatan heuristic.
a. Bottleneck Model
untuk operasi ini adalah 0,25. Dalam kasus lain, bagian tersebut
mungkin memiliki frekuensi operasi lebih besar dari 1,0, misalnya, untuk
prosedur kalibrasi yang mungkin harus dilakukan rata-rata lebih dari
sekali agar dapat sepenuhnya efektif. Misalkan fijk = frekuensi operasi
untuk operasi k dalam rencana proses j di stasiun i.
sebagai metode kasar untuk memperkirakan kinerja pada fase awal desain
FMS. Perkiraan kinerja yang lebih andal dapat diperoleh dengan
menggunakan simulasi komputer dari model rinci FMS—model yang
mencakup pertimbangan tata letak, penanganan material dan sistem
penyimpanan, dan faktor desain sistem lainnya.
c. Mengukur FMS
a. Kustomisasi Massal
Berikut ini adalah enam fitur yang menjadi ciri sistem manufaktur yang
dapat diklasifikasikan sebagai reconfigurable:
D. REFERENSI
Groover, M. P. (2015). Automation, Production Systems, and Computer-Integrated
Manufacturing Fourth Edition. Lehigh University: Pearson Higher
Education, Inc.
Gupta, S., & Starr, M. (2014). Production and Operations Management Systems.
Boca Raton: Taylor & Francis Group, LLC.
GLOSARIUM
Operasi adalah tindakan yang bertujuan (atau aktivitas) yang dilakukan secara metodis
sebagai bagian dari rencana kerja dengan proses yang dirancang untuk
mencapai tujuan praktis dan tujuan konkret
Manufaktur adalah kegiatan komersial yang penting, yang dilakukan oleh perusahaan
yang menjual produk kepada pelanggan
batch adalah sejumlah unit kerja tertentu, dan unit kerja biasanya diproses satu per
satu daripada semuanya sekaligus
Barang modal adalah produk yang dibeli oleh perusahaan lain untuk menghasilkan
barang dan menyediakan jasa.
Penggilingan adalah proses umum lainnya dalam kategori ini, di mana roda gerinda
abrasif digunakan untuk menghilangkan material
Utilisasi adalah proporsi waktu dimana sumber daya produktif (misalnya, mesin
produksi) digunakan relatif terhadap waktu yang tersedia menurut
definisi kapasitas pabrik
Biaya tetap adalah biaya yang tetap konstan untuk setiap tingkat output produksi
biaya variabel adalah salah satu yang bervariasi secara proporsional dengan output
produksi
Biaya tenaga kerja langsung adalah jumlah upah dan tunjangan yang dibayarkan
kepada pekerja yang mengoperasikan peralatan produksi dan
melakukan tugas pemrosesan dan perakitan
Biaya bahan adalah biaya semua bahan baku yang digunakan untuk membuat produk
Biaya overhead adalah semua biaya lain yang terkait dengan menjalankan perusahaan
manufaktur
Sistem manufaktur adalah tempat pekerjaan bernilai tambah diselesaikan pada suku
cadang dan produk
Alur kerja adalah sekumpulan dan urutan operasi yang merupakan konversi proses
bahan baku menjadi produk
Studi gerak (atau metode) adalah prosedur sistematis membagi pekerjaan menjadi
elemen paling dasar mungkin, mempelajari elemen-elemen ini secara
terpisah dan dalam satu sama lain, dan mensintesis metode yang paling
efisien melakukan pekerjaan
Work factor (WF). Sistem ini mengenali variabel utama berikut itu mempengaruhi
waktu operasi
Manufaktur cell adalah aplikasi teknologi kelompok di mana mesin atau proses yang
berbeda telah dikumpulkan ke dalam sel, yang masing-masing
didedikasikan untuk produksi bagian atau Family produk, atau kelompok
Family terbatas
FMS adalah cell mesin GT yang sangat otomatis, terdiri dari satu atau lebih stasiun
pemrosesan (biasanya peralatan mesin CNC), saling berhubungan oleh
sistem penanganan dan penyimpanan material otomatis dan
dikendalikan oleh sistem komputer terdistribusi
Fleksibilitas adalah atribut yang berlaku untuk sistem manual dan otomatis. Dalam
sistem manual, pekerja manusia seringkali menjadi penggerak
fleksibilitas sistem
RMS adalah sistem terintegrasi yang terdiri dari stasiun permesinan CNC, sistem
pengangkutan suku cadang, dan sistem control komputer yang
dirancang dengan fitur yang memungkinkan fungsi dan kapasitas
DAFTAR PUSTAKA
Barriga, E. M., Jeong, J. G., Hastak, M., and Syal, M. (2005). Material Control System
for the Manufactured Housing Industry. Journal of Management in
Engineering, 21(April), 91–98.
Bastuti, S., Alfatiyah, R., Shobur, M., & Candra, A. (2019). Manajemen Logistik
Beinhocker, E., I. Davis, and L. Mendonca, 2009. The 10 Trends You Have to Watch,
Harvard Business Review
Blank, L. T., and A. J. Tarquin. (2011). Engineering Economy, 7th ed., McGraw-Hill,
New York.
Childerhouse, P. and Towill, D. R. (2003). Simplifed Material Flow Holds the Key to
Supply Chain Integration. Omega - The International Journal of
Mangement Science, 31, 17–27.
Chopra, Sunil, & Meindl, Peter. 2001. Supply Chain Management: Strategy, Planning &
Operations, Third Edition. New Jersey: Pearson Education. Inc.
Dileep R. Sule.. (2008). Production Planning And Industrial Scheduling. London, New
York: Taylor and Francis Group.
Freeman, K.W., 2009. The Right Way to Close an Operation, Harvard Business
Review.
Gupta, S., & Starr, M. (2014). Production and Operations Management Systems. Boca
Raton: Taylor & Francis Group, LLC
Hyer, N. L., and U. Wemmerlov, (2002). Reorganizing the Factory: Competing through
Cellular Manufacturing, Productivity Press, Portland, OR.
Hyndman, R. J, & Khandakar, Y.. (2008). Automatic time series Forecasting: The
forecast package for R. journal of statistical software.
Kaplan, R.S., and S. Anderson, 2007. Time-Driven Activity Based Costing, Harvard
Business School Press.
Littlefield, D. (2012). Metric Handbook Planning and Design Fourth Edition. London:
The Achitectural Press.
Nurmutia, S., Candra, A., & Shobur, M. (2020, July). Analysis Improvement Production
Process Of Making Joint Care Air Filter Mitsubishi (Cjm) With Overall
Equipment Effectiveness And Six Big Losses. In IOP Conference Series:
Materials Science and Engineering (Vol. 852, No. 1, p. 012106). IOP
Publishing
Paolo Brandimarte, & Agostino Villa. (1999). Modeling Manufacturing Systems. Torino
Italia: Springer-Verlag Berlin Heidelberg.
Pisano, G.P., and W.C. Shih, 2012.Does America Really Need Manufacturing?
Harvard Business Review, March
Porter, M.E., and J.W. Rivkin, 2012. The Looming Challenge to US Competitiveness,
Harvard Business Review
Seungrahn Hahn, Ann Jackson, Bruce Kabath, Ashraf Kamel, Caryn Meyers, Ana
Rivera Matias,... Gary Robinson. (2000). Capacity Planning for Business
Intelligence Applications: Approaches and Methodologies. New York: IBM
Corporation, International Technical Support Organization.
Shobur, M. (2013). Analisis Operating Characteristic Curve Part S11036 Pada Proses
Polishing Untuk Menjamin Kualitas (Studi Kasus di PT. Surya Toto
Indonesia, Tbk). Teknologi, Jurnal Ilmiah dan teknologi, Fakultas Teknik
Dan Fakultas MIPA Universitas Pamulang, 9(24), 43-57.
Shobur, M., Feblidiyanti, N., Puspitasari, D., Ibrahim, I. A., & Choirunnisa, S. (2020).
Praktikum Statistika Industri.
Shobur, M., Wakhit, W., Candra, A., & Bahranizha, I. N. (2020). Praktikum Sistem
Produksi
Sule, D. R. (2008). Production Planning and Industrial Scheduling. London, New York:
CRC Press Taylor & Francis Group.
Program Studi : Teknik Industri S-1 Mata Kuliah/Kode : Sistem Produksi / TIN0392
Prasyarat : Analisa Perancangan Kerja Sks : 2 Sks
Deskripsi Mata Kuliah : Mata kuliah sistem produksi merupakan mata Capaian Pembelajaran : Setelah menyelesaikan Matakuliah ini
kuliah wajib Program Studi teknik Industri S-1 mahasiswa mampu menganalisis
yang membahas tentang sistem manufaktur subsistem yang dapat digunakan dalam
yang harus dibangun, subsistem yang saling proses manufaktur, merencankan
berinteraksi, kapasitas berdasarkan demand demand, dan kebutuhan material yang
yang ada, lintasan produksi yang optimal, dan akan digunakan, menentukan dan
sistem yang dapat dibangun dalam proses menyesuaikan kapasitas produksi,
manufaktur baik secara manual ataupun membuat alur proses dan lintasan
otomasi sistem manufaktur. material antar stasiun kerja, membangun
sistem yang fleksibel serta mampu
merancang sistem produksi yang manual
ataupun secara otomasi secara terukur
dan optimal.
Penyusun : 1. Muhammad Shobur, S.T., M.T.
2. Adi Candra, S.T., M.T.
3. Edi Supriyadi, S.T., M.T.
4. Dwi Suryanto, S.T., M.T.
5. Anthon Rudy Wardiyanto, S.T., M.T.
PENGALAMAN
PERTEMUAN KEMAMPUAN AKHIR YANG BAHAN KAJIAN METODE KRITERIA BOBOT
BELAJAR
KE- DIHARAPKAN (MATERI AJAR) PEMBELAJARAN PENILAIAN NILAI
MAHASISWA
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Mahasiswa mampu mengetahui Konsep Sistem Komunikasi Pendekatan: Memahami dan 2%
dan mengidentifikasi ukuran sub- Produksi, sistem personal dan Saintifik mengidentifikasi
sistem yang terukur dalam informasi dalam pengamatan kasus Strategi: susbsistem yang
sebuah sistem manufaktur manufaktur, operasi Pemberian kasus dapat digunakan
ataupun proses bisnis,, serta manufaktur, proses Metode: dalam proses
mampu menentukan critical factor transformasi material Case-Based- manufaktur
yang diukur dalam sistem dan biaya Teaching
manufaktur manufacturing Kegiatan:
• Diskusi
2 Mahasiswa mampu mengetahui Industry dan produk Komunikasi Pendekatan: Mengidentifikasi 3%
dan mengidentifikasi subsistem manufaktur, operasi personal dan Saintifik dan menentukan
yang mendukung proses manufaktur dan pengamatan kasus Strategi: produk dalam
manufaktur, menentukan dan fasilitas yang Pemberian kasus sistem dan
mengelola input porses dan digunakan dalam Metode: fasilitas yang
output dari sistem manufaktur proses produksi. Case-Based- dapat digunakan
yang ada, serta mencari Teaching dalam proses
beberapa sumber literatur yang Kegiatan: manufaktur.
mendukung dan memaparkan • Diskusi
proses manufaktur.
3 Mahasiswa mampu menentukan Metrix kinerja Komunikasi Pendekatan: Menentukan 2%
ukuran kinerja proses produksi porduksi dan biaya personal dan Saintifik ukuran kinerja
yang dapat diukur dengan dalam proses pengamatan kasus Strategi: dalam sebuah
menekankan pada indikator yang manufaktur Pemberian kasus sistem secara
terukur. Serta membuat Metode: terukur.
rancangan kinerja yang dapat Case-Based-
Referensi:
Altendorfer, K. (2013). Capacity and Inventory Planning for Make-to-Order Production Systems. New York: Springer International
Publishing Switzerland.
Armstrong, J. S. (Ed.). (2001). Principles of Forecasting: A handbook for researchers and practitioners. Amazon.
Barriga, E. M., Jeong, J. G., Hastak, M., and Syal, M. (2005). Material Control System for the Manufactured Housing Industry. Journal of
Management in Engineering, 21(April), 91–98.
Bastuti, S., Alfatiyah, R., Shobur, M., & Candra, A. (2019). Manajemen Logistik
Beinhocker, E., I. Davis, and L. Mendonca, 2009. The 10 Trends You Have to Watch, Harvard Business Review
Blank, L. T., and A. J. Tarquin. (2011). Engineering Economy, 7th ed., McGraw-Hill, New York.
Childerhouse, P. and Towill, D. R. (2003). Simplifed Material Flow Holds the Key to Supply Chain Integration. Omega - The International
Journal of Mangement Science, 31, 17–27.
Chopra, Sunil, & Meindl, Peter. 2001. Supply Chain Management: Strategy, Planning & Operations, Third Edition. New Jersey: Pearson
Education. Inc.
Dileep R. Sule.. (2008). Production Planning And Industrial Scheduling. London, New York: Taylor and Francis Group.
Douglas C. Montgomery. Cheryl L. Jennings, & Murat Kulahci. (2015). Introduction To Time Series Analysis And Forecasting. Canada:
John Wiley & Sons, Inc.
Freeman, K.W., 2009. The Right Way to Close an Operation, Harvard Business Review.
Garrard, J. (2012). Capacity, Management,Operations, and Maintenance Plan. Indiana: City-County Administration Building.
Groover, M. P. (2015). Automation, Production Systems, and Computer-Integrated Manufacturing Fourth Edition. Lehigh University:
Pearson Higher Education, Inc.
Groover, M. P., (2013). Fundamentals of Modern Manufacturing: Materials, Processes, and Systems, 5th ed., John Wiley & Sons, Inc.,
Hoboken, NJ,
Gupta, S., & Starr, M. (2014). Production and Operations Management Systems. Boca Raton: Taylor & Francis Group, LLC
Hyer, N. L., and U. Wemmerlov, (2002). Reorganizing the Factory: Competing through Cellular Manufacturing, Productivity Press,
Portland, OR.
Hyndman, R. J, & Khandakar, Y.. (2008). Automatic time series Forecasting: The forecast package for R. journal of statistical software.
Immelt, J.R., 2012. The CEO of General Electric on Sparkling: An American Manufacturing Renewal, Harvard Business Review.
Kaplan, R.S., and S. Anderson, 2007. Time-Driven Activity Based Costing, Harvard Business School Press.
Koren, Y., and M. Shpitalni, (2011). “Design of reconfigurable manufacturing systems,” Journal of Manufacturing Systems.
Lawrence, M, Goodwin, P. O’Connor, M., & Önkal, D. (2006). Judgmental Forecasting: A review of progress over the last 25 years. The
International Journal of App lied Forecasting.
Littlefield, D. (2012). Metric Handbook Planning and Design Fourth Edition. London: The Achitectural Press.
Luther, M. (2012). Capacity, Management, Operations, and Maintenance Plan. Indiana: City-County Administration Building.
Nurmutia, S., Candra, A., & Shobur, M. (2020, July). Analysis Improvement Production Process Of Making Joint Care Air Filter Mitsubishi
(Cjm) With Overall Equipment Effectiveness And Six Big Losses. In IOP Conference Series: Materials Science and
Engineering (Vol. 852, No. 1, p. 012106). IOP Publishing
Paolo Brandimarte, & Agostino Villa. (1999). Modeling Manufacturing Systems. Torino Italia: Springer-Verlag Berlin Heidelberg.
Pisano, G.P., and W.C. Shih, 2012.Does America Really Need Manufacturing? Harvard Business Review, March
Porter, M.E., and J.W. Rivkin, 2012. The Looming Challenge to US Competitiveness, Harvard Business Review
Renna, P. (2013). Production and manufacturing system management: coordination approaches and multi-site planning. USA:
Engineering Science Reference.
Rob J Hyndman, & George Athanasopoulos. (2018). Forecasting Principles and Practice. Australia: Amazon.
Seungrahn Hahn, Ann Jackson, Bruce Kabath, Ashraf Kamel, Caryn Meyers, Ana Rivera Matias,... Gary Robinson. (2000). Capacity
Planning for Business Intelligence Applications: Approaches and Methodologies. New York: IBM Corporation, International
Technical Support Organization.
Shobur, M. (2013). Analisis Operating Characteristic Curve Part S11036 Pada Proses Polishing Untuk Menjamin Kualitas (Studi Kasus di
PT. Surya Toto Indonesia, Tbk). Teknologi, Jurnal Ilmiah dan teknologi, Fakultas Teknik Dan Fakultas MIPA Universitas
Pamulang, 9(24), 43-57.
Shobur, M. (2019). PENINGKATAN KUALITAS PROSES PRODUKSI BENG-BENG DI LINE 8 PT. MAYORA INDAH, TBK DENGAN
PENDEKATAN SIX SIGMA. JITMI (Jurnal Ilmiah Teknik dan Manajemen Industri), 1(2), 107-116.
Shobur, M., Feblidiyanti, N., Puspitasari, D., Ibrahim, I. A., & Choirunnisa, S. (2020). Praktikum Statistika Industri.
Shobur, M., Wakhit, W., Candra, A., & Bahranizha, I. N. (2020). Praktikum Sistem Produksi
Sule, D. R. (2008). Production Planning and Industrial Scheduling. London, New York: CRC Press Taylor & Francis Group.