Anda di halaman 1dari 105

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/317064378

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN RANTAI PASOK KOPERASI PENGOLAHAN


SUSU X DI JAWA BARAT

Article · July 2011

CITATIONS READS

0 2,692

1 author:

Rina Fitriana
Universitas Trisakti
31 PUBLICATIONS   53 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

PENGEMBANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK PENGINTEGRASIAN SISTEM PERSEDIAAN-PRODUKSIDISTRIBUSI View project

All content following this page was uploaded by Rina Fitriana on 23 May 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


ISSN 1411 - 6340

Volume 1 Nomor 2, Juli 2011

Jurnal

Teknik Industri
JURNAL KEILMUAN TEKNIK INDUSTRI

MODEL RENCANA PRODUKSI KACA OTOMOTIF DENGAN METODE KLASIFIKASI


ABC UNTUK MENURUNKAN TINGKAT PERSEDIAAN (Studi kasus di PT. ASAHIMAS
Flat Glass, Tbk.)
Agus Ruhimat
MODEL KONSEPTUAL ANALISIS PERBAIKAN KINERJA INDUSTRI GULA
Triwulandari S. Dewayana, M. Syamsul Ma’arif, Sukardi, Sapta Raharja
PERANCANGAN PERMAINAN INTERAKTIF SEBAGAI ALAT UNTUK
MEMPERKENALKAN DUNIA INDUSTRI PADA SISWA SMA
Vivi Triyanti, Christine Natalia
SISTEM MANAJEMEN KEAMANAN PANGAN ISO 22000 UNTUK INDUSTRI YANG
BERHUBUNGAN DENGAN PANGAN
Wawan Kurniawan
PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA DALAM OPTIMASI MODEL DAN SIMULASI
DARI SUATU SISTEM
Anastasia Widya Wati B
SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN RANTAI PASOK KOPERASI PENGOLAHAN
SUSU X DI JAWA BARAT
Rina Fitriana, Taufik Djatna
PENERAPAN SIMULASI PADA PERUSAHAAN BERBASIS LEAN
Arie Respama Putra
PENGUKURAN KINERJA CUSTOMER RELATIONSHIP MANAGEMENT (CRM) CDMA
ESIA MENGGUNAKAN CRM SCORECARD PADA PT BAKRIE TELECOM Tbk.
Didien Suhardini dan Suci Lestari
MODEL OPTIMASI PERFORMANCE BATERAI MANGAN TIPE GENERAL PURPOSE
DENGAN PENDEKATAN METAMODEL REGRESI POLINOMIAL MELALUI RESPONSE
SURFACE METHODOLOGY
Alwi Fauzi
KINERJA EFISIENSI BIAYA DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS
(DEA)
Nazmil Umri, Rachmad Hidayat, Issa Dyah Utami

Diterbitkan oleh :
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI, FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS TRISAKTI

Jurnal TI Vol. 1 No.2 Halaman 125-223 Jakarta, Juli 2011 ISSN 1411-6340
ISSN 1411 - 6340

Jurnal
Teknik Industri
JURNAL KEILMUAN TEKNIK INDUSTRI

Volume 1 Nomor 2, Juli 2011


Penanggung Jawab : Prof Dr. Ir. Dadan UD, DEA
Dewan Penyunting:
Ketua : Parwadi Moengin, Ph.D
Wakil Ketua : Rahmi Maulidya ST, MT
Mitra Bestari :
1. Dr. Ferry Jie (RMIT, AUSTRALIA)
2. Prof. DR. Zuraidah Mohd. Zain (UNIMAP, MALAYSIA)
3. Prof. Dr. Ir. Abdul Hakim Halim (Institut Teknologi Bandung, INDONESIA)
4. Prof. Dr. Ir. Eriyatno, MSAE (Institut Pertanian Bogor, INDONESIA)
5. Ir. Sritomo Wignjosoebroto, MSc (Institut Teknologi Sepuluh Nopember, INDONESIA)
6. Dr. Pudji Asuti (Universitas Trisakti, INDONESIA)
7. Prof. Ir. Nyoman Pujawan, Ph.D (ITS, Surabaya)
8. Prof. Dr. Ir. Yuri T Zagloel (Universitas Indonesia, INDONESIA)
9. Prof. Dr. Ir. Marimin (Institut Pertanian Bogor, INDONESIA)
10. Dr. Ir. The Jin Ai (Universitas Atma Jaya Yogyakarta, INDONESIA)
Anggota Sidang Penyunting :
1. Dr. Ir. Docki Saraswati, M.Eng 4. Ir. Sumiharni Batubara, M.Sc
2. Ir. Didien Suhardini, Ph.D 5. Ir. Triwulandari SD, MM
3. Dr. Ir. Tiena G. Amran 6. Dedy Sugiarto, SSi, MM
Penyunting Pelaksana :
1. Ir. Iveline Anne Marie, MT 4. Dadang Surjasa, SSi, MT
2. Rina Fitriana, ST, MM 5. Ir. Nora Azmi, MT
3. Dian Mardi Safitri, ST, MT 7. Dra. Nurlailah Badariah, MM
8. Wisnu Sakti Dewobroto, ST, MSc
Sekretaris : Wijie Junarwati, ST
Layout : Sonny Sugiarto
Sirkulasi : Helmy Fauzan
Penerbit : Jurusan Teknik Industri
Fakultas Teknologi Industri-Universitas Trisakti
Alamat Penerbit/Redaksi : Gedung Heri Hartanto Lantai 5
JL. Kyai Tapa no 1, Grogol, Jakarta Barat-11440
Telp.(021)5663232 ext.8407, Fax.(021)5605841
Email : jurnalti@trisakti.ac.id

Jurnal Teknik Industri diterbitkan sejak bulan Oktober 2000 oleh Jurusan Teknik Industri, Fakultas
Teknologi Industri, Universitas Trisakti.
Terbit tiga kali dalam setahun yaitu Maret, Juli dan Nopember.
Redaksi menerima karangan ilmiah berupa hasil penelitian, survey dan telaah pustaka yang erat
kaitannya dengan Bidang Teknik Industri. Ketentuan penulisan naskah dapat dilihat pada halaman
belakang.
ISSN 1411 - 6340

Jurnal
Teknik Industri
JURNAL KEILMUAN TEKNIK INDUSTRI

Volume 1 Nomor 2, Juli 2011


DAFTAR ISI
1. Model Rencana Produksi Kaca Otomotif Dengan Metode Klasifikasi 125 - 132
ABC Untuk Menurunkan Tingkat Persediaan (Studi kasus di PT.
Asahimas Flat Glass, Tbk.)
Agus Ruhimat
2. Model Konseptual Analisis Perbaikan Kinerja Industri Gula 133 - 145
Triwulandari S. Dewayana, M. Syamsul Ma’arif, Sukardi, Sapta
Raharja
3. Perancangan Permainan Interaktif Sebagai Alat Untuk Memperkenalkan 146 - 154
Dunia Industri Pada Siswa Sma
Vivi Triyanti, Christine Natalia
4. Sistem Manajemen Keamanan Pangan ISO 22000 Untuk Industri Yang 155 - 160
Berhubungan Dengan Pangan
Wawan Kurniawan
5. Penerapan Algoritma Genetika Dalam Optimasi Model Dan Simulasi 161 - 167
Dari Suatu Sistem
Anastasia Widya Wati B
6. Sistem Pendukung Keputusan Rantai Pasok Koperasi Pengolahan Susu 168 - 180
X Di Jawa Barat
Rina Fitriana, Taufik Djatna
7. Penerapan Simulasi Pada Perusahaan Berbasis Lean 181 - 188
Arie Respama Putra
8. Pengukuran Kinerja Customer Relationship Management (CRM) 189 - 201
CDMA Esia Menggunakan CRM Scorecard Pada PT Bakrie Telecom
Tbk
Didien Suhardini dan Suci Lestari
9. Model Optimasi Performance Baterai Mangan Tipe General Purpose 202 - 215
Dengan Pendekatan Metamodel Regresi Polinomial Melalui Response
Surface Methodology
Alwi Fauzi
10. Kinerja Efisiensi Biaya Dengan Metode Data Envelopment Analysis 216 - 223
(DEA)
Nazmil Umri, Rachmad Hidayat, Issa Dyah Utami

Diterbitkan oleh :
Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Trisakti
Jurnal TI Vol. 1 No.2 Halaman 125-223 Jakarta, Juli 2011 ISSN 1411-6340
MODEL RENCANA PRODUKSI KACA OTOMOTIF
DENGAN METODE KLASIFIKASI ABC UNTUK
MENURUNKAN TINGKAT PERSEDIAAN
(Studi kasus di PT. ASAHIMAS Flat Glass, Tbk.)
Agus Ruhimat
Production Planning and Inventory Control Division, PT. ASAHIMAS Flat Glass, Tbk.

ABSTRACT
The paper discusses about the model of production plan for automotive glasses using the
ABC classification method to reduce the supply level. The step being taken in this research is to
classify each glass size based on each class and calculate the weight of primary factors
influencing the accumulation of supply in form of cash value, risk of under supply and accuracy
of estimate. The model of proposed production planning is based on the ABC classification
method, and the result could direct the planning officer to conduct the different handling of
supply for all glass sizes based on their actual condition. Using this model, we obtain the
realistic figure of supply level according to the needs and after being verified the figure can be
reduced and the model cab be applied.
In this paper, we also conduct case study in a main producer of automotive glass in
Indonesia, which is PT. AMG Tbk., which hereinafter is called AMG. AMG is a primary
producer for automotive glass in Indonesia with a market share accounting for more than 80%.
Currently, almost all automotive industries implement Lean concept which among other is
known as Kanban system where the incoming goods should exact, either in time and in the
quantity. AMG as the supplier of automotive glasses should anticipate the risk of under supply
because of the lack of estimate accuracy or reliability of the production process; so far the
production planning officer has set the policy in the supply level of 1,3 month in the end of the
current month for all glass sizes with average value of supply per month reaching 20 billions
rupiah. The figure is too big because it is the retained cash flow, so that the level of supply for
1.3 month should be reviewed.
Keywords: ABC classification, level of supply, production planning.

1. PENDAHULUAN1 pembelajaran dan tim (a learning and


teaming organization) (Preiss et.al, 2001).
Industri otomotif merupakan industri
skala besar baik dalam hal investasi AMG masuk dalam sistem rantai
maupun dalam hal penerapan ilmu dan pasok industri otomotif yaitu memproduksi
teknologi terkini. Salah satu yang dikenal kaca mobil dengan menguasai pangsa pasar
dengan nama TPS atau Toyota Production dalam negeri lebih dari 80%. AMG
System dengan salah satu konsepnya Lean menerima data peramalan jumlah mobil
Manufacturing yang filosofinya yang akan terjual dalam 6 bulan ke depan
menghilangkan semua bentuk pemborosan dari pabrikan otomotif dan karoseri serta
di semua lini perakitan termasuk persediaan jumlah kebutuhan spare-part kaca dari
dengan cara menghilangkan waktu dan dealer. Data peramalan tersebut selanjutnya
material yang tak bermanfaat, menjadi pemicu bagi AMG untuk
menyesuaikan diri dengan peraturan menjalankan rencana produksi. Jenis
lingkungan, dan menjadi organisasi produksi di AMG adalah continues flow
process dimana biaya set-up akan sangat
besar.
Korespondensi : Kaca otomotif memiliki ukuran yang
Agus Ruhimat sangat bervariasi mengikuti design
E-mail: agusruhimat_tb@yahoo.co.id

Model Rencana Produksi Kaca Otomotif (Agus Ruhimat) 125


mobilnya. Dalam satu mobil terdapat menjadi lebih cepat atau mundur dari
sekitar 6 jenis ukuran kaca berbeda rencana awal. Reliability sangat
sehingga saat ini terdapat ratusan ukuran berhubungan dengan kemampuan produksi
kaca yang harus disediakan untuk melayani menghasilkan produk yang bebas
semua jenis kendaraan yang masih gangguan, dengan demikian tingkat
diproduksi ataupun untuk spare-part. persediaan minimal harus 1 bulan kedepan,
Volume permintaan untuk jenis kendaraan dengan asumsi Reliability process tidak
yang sudah tidak diproduksi sangat kecil bisa dihilangkan sehingga bisa
namun memiliki variasi ukuran kaca yang mengakibatkan jenis kaca tertentu
banyak dan akurasi permintaan yang tidak diproduksi di akhir bulan atau dengan kata
baik. Volume produksi yang kecil dapat lain jika Reliability tidak baik maka sudah
mengakibatkan biaya produksi tinggi akibat dilakukan antisipasi ada ukuran kaca
kehilangan waktu saat set-up pergantian tertentu yang baru bisa diproduksi pada saat
ukuran kaca dan akan berpengaruh terhadap akhir bulan.
stabilitas kualitas. Untuk menurunkan biaya
Dengan demikian penelitian ini
produksi, variasi ukuran kaca tersebut perlu
bertujuan untuk memodelkan faktor-faktor
dikelompok-kelompokan kedalam beberapa
yang berkontribusi terhadap akumulasi
ukuran kaca yang lebih besar sehingga
persediaan dan melakukan klasifikasi
didapat minimum lembar kaca per sekali
berdasarkan nature-nya sehingga petugas
produksi yang dinamakan supply-size. Saat
perencana produksi dapat melakukan
ini terdapat sekitar 430 ukuran supply-size
tindakan berbeda untuk tiap jenis
kaca yang merupakan hasil pengelompokan
kelompok. Diharapkan dengan adanya
dari sekitar 750 ukuran pesanan (order-
model rencana produksi tersebut diperoleh
size).
tingkat persediaan yang minimal dengan
Hasil pengelompokan tersebut tidak mengkorbankan kritikalitas
selanjutnya masuk ketahap pembuatan pengiriman ke konsumen sehingga
rencana produksi make-to-stock dengan membantu perusahaan dalam hal
kebijakan tingkat sediaan 1,3 bulan pada memperpendek cashflow dan
setiap akhir bulan berjalan. Tingkat meminimalkan waste, untuk masyarakat
persediaan 1,3 bulan tersebut setara dengan umum penelitian ini bisa bermanfaat dalam
20 milyar rupiah yang dipandang sebagai memperkaya ilmu pengetahuan dan bisa
cash-flow perusahaan yang tertahan menjadi bahan untuk pengembangan lebih
sehingga harus ditekan sekecil mungkin, lanjut.
namun rendahnya persediaan tersebut tidak
boleh menyebabkan barang kurang atau
sebaliknya yang diakibatkan oleh akurasi 2. METODOLOGI
permintaan yang kurang baik. Oleh karena Penelitian ini berdasarkan kondisi
itu dibutuhkan rencana produksi yang agil. nyata pada perusahaan yang merupakan
Agility harus memiliki kecepatan respon bagian dari mata rantai pasok industri
baik fisik maupun finansial terhadap otomotif yang sangat kritikal terhadap
kejadian yang tidak diharapkan termasuk resiko berhentinya lini perakitaan
perubahan permintaan. konsumen. Konsep yang akan dicoba
Kaca otomotif terdiri dari dua jenis diterapkan dalam penelitian ini adalah
yaitu Laminated untuk kaca depan dan Klasifikasi ABC dimana setiap bagian yang
Tempered untuk kaca samping dan berkontribusi terhadap persediaan barang
belakang. Rencana produksi untuk kedua akan dibagi ke dalam tiga kelompok yaitu
jenis kaca tersebut selanjutnya dikirim ke A, B, dan C. Penelitian ini juga ditunjang
bagian Produksi untuk realisasi produk. oleh pendapat para pakar terutama dari
Proses produksi kaca otomotif sangat internal perusahaan yang biasa
sensitif terhadap defect atau gangguan berkecimpung dalam perencanaan produksi.
teknis lainnya yang menyebabkan tingkat Informasi dari kondisi nyata, konsep-
kesulitannya cukup tinggi, saat terjadi konsep, dan pengetahuan pakar tersebut
gangguan jadwal produksi bisa berubah selanjutnya menjadi bahan untuk
menganalisa sistem dimana di dalamnya

126 Jurnal Teknik Industri, ISSN:1411-6340


ada analisa kebutuhan, formulasi masalah, dengan adanya klasifikasi ini seorang
dan identifikasi sistem/diagram input- manajer dapat lebih fokus terhadap
output (Gambar 1 dan 2). persediaan yang memiliki nilai uang yang
tinggi karena akan berpengaruh terhadap
Klasifikasi ABC bisa memberikan analisa
cost management (Stanford, 2007).
kerangka kerja yang penting untuk
mengorganisir dan mengontrol persediaan,

Kondisi Konsep- Pengetahuan


Nyata Konsep Pakar

ANALISIS SISTEM
1.Analisis Kebutuhan
2.Formulasi Masalah
3.Identifikasi Sistem
Diagram Input-Output [A]

RANCANG BANGUN MODEL


1.Sub Model Peramalan
2.Sub Model Perencanaan
3.Sub Model Produksi

VERIFIKASI & VALIDASI MODEL

BISA DIAPLIKASIKAN

SELESAI

Gambar 1. Metodologi Penelitian

MASUKAN TERKENDALI:
MASUKAN TIDAK TERKENDALI:
1. Peramalan permintaan
1. Aktual permintaan
2. Tingkat Persediaan
2. Reability Process produksi
3. Design ukuran supply vs order

MODEL
PERENCANAAN PRODUKSI

HASIL YANG DIKEHENDAKI: HASIL YANG TIDAK


Nilai persediaan yang turun DIKEHENDAKI:
Pekerjaan administrasi
bertambah banyak

Gambar 2. Diagram Input-Output

Model Rencana Produksi Kaca Otomotif (Agus Ruhimat) 127


Tahapan selanjutnya membuat menerapkan 1,3 bulan persediaan pada
rancang bangun model dimana dibuat sub posisi akhir bulan. Namun demikian
model peramalan permintaan dan tingginya persediaan tidak baik untuk
perencanaan produksi dengan dibantu cashflow berusahaan karena merupakan
klasifikasi ABC dalam pengelompokan aset yang tertunda. Sehingga perlu dicari
data. Setelah model didapat dilakukan cara pembuatan rencana produksi yang
verifikasi dan validasi model dengan cara dapat memenuhi keduanya yaitu tidak
mencoba aplikasikan terhadap aktual menyebabkan barang kurang dan dengan
perencanaan produksi bulan Dec 2010 dan jumlah yang sekecil mungkin.
setelah dipastikan bisa diaplikasikan maka
Konsep yang akan dicoba diterapkan
penelitian ini selesai.
dalam penelitian ini adalah Klasifikasi ABC
Diagram Input-Output dibutuhkan dimana setiap bagian yang berkontribusi
untuk menjelaskan masukan-masukan ke terhadap persediaan barang akan dibagi ke
dalam model dan keluaran dari model, baik dalam tiga kelompok yaitu A, B, dan C.
untuk yang terkendali/tidak terkendali atau Penelitian ini juga ditunjang oleh pendapat
yang diharapkan/tidak diharapkan sehingga para pakar terutama dari internal
struktur penelitian bisa lebih jelas. perusahaan yang terbiasa berkecimpung
Penelitian ini dibatasi hanya pada proses dalam perencanaan produksi. Masukan dari
pembuatan rencana produksi dengan faktor kondisi nyata, konsep-konsep, dan
reliability process diasumsikan 1 bulan pengetahuan pakar tersebut selanjutnya
sebagai cycle stock minimal. menjadi bahan untuk menganalisa sistem
dimana di dalamnya ada analisa kebutuhan,
formulasi masalah, dan identifikasi
3. ANALISA SISTEM sistem/diagram input-output (Gambar 1 dan
Industri otomotif menerapkan Lean 2).
Manufacturing yang salah satunya dikenal Pengukuran resiko bisa dilakukan dengan
dengan istilah just-in-time (JIT) dimana adanya klasifikasi tersebut, sehingga bisa
pabrikan otomotif tidak memiliki ditentukan persediaan mana yang bisa
persediaan karena pemasok diharuskan ditekan sekecil mungkin dan mana yang
mengirimkan bahan baku yang tepat jumlah tetap dipertahankan pada tingkat tinggi.
dan tepat waktu sehingga keterlambatan Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
pasokan dapat mengakibatkan lini perakitan tingkat persediaan diidentifikasi sebagai
konsumen berhenti sama sekali yang bisa berikut : 1. Nilai uang persediaan, 2. Resiko
sangat mahal kompensasinya dan merusak barang kurang, dan 3. Akurasi peramalan.
reputasi pemasok. Ketiga faktor tersebut yang akan
Mengingat resiko barang kurang dimodelkan dalam penelitian ini sehingga
yang demikian besar maka sewajarnya diperoleh keluaran model perencanaan
perencana produksi menginginkan tingkat produksi.
persediaan yang tinggi sehingga

Aktual
Permintaan
Akurasi peramalan
Nature
Industri Peramalan Rencana Diterima
Produksi Inventory
Otomotif Permintaan Produksi Konsumen
Kebijakan tingkat persediaan Nilai persediaan
Kritikalitas
Fisik
Data
Gambar 3. Continues System Persediaan

128 Jurnal Teknik Industri, ISSN:1411-6340


4. RANCANG BANGUN MODEL diwakili oleh 70 ukuran kaca (A) senilai 26
Milyar, sementara 20% dari nilai
Penelitian ini menggunakan data
persediaan adalah akumulasi dari 354
masa lalu periode Oktober-Nopember 2010
ukuran kaca (B & C) senilai 6 Milyar.
yang diperoleh dari internal perusahaan.
Dari data tersebut dipetakan distribusi ke Petugas perencana produksi
dalam tiga kelompok yaitu A, B, dan C. hendaknya menetapkan tingkat persediaan
untuk kategori A sekecil mungkin karena
4.1. Sub model Nilai Uang
akan sangat berpengaruh terhadap nilai
Nilai uang diperoleh dari jumlah uang persediaan yang tertahan
permintaan dikalikan dengan harga jual kebalikannya untuk kategori C memiliki
kaca tersebut. Pada tabel 1 di bawah terlihat keleluasaan untuk menaikan persediaan
bahwa 80% dari nilai persediaan hanya karena nilai uangnya tidak begitu besar.

Tabel 1. Kategori Nilai Persediaan


Data
NILAI UANG Sum of PERCENTAGE Sum of UKURAN Sum of AMOUNT
A 80% 70 8.702.933.458
B 14% 86 1.541.946.162
C 5% 268 589.057.887
Grand Total 100% 424 10.833.937.507

4.2. Sub model Kritikalitas (Service produksi dan pengiriman bisa dijadwal
Level) ulang, dan ada 204 ukuran kaca yang
pengirimannya bisa jadwal ulang baik di
Kritikalitas adalah seberapa besar
pabrik sendiri maupun di konsumen.
resiko yang akan terjadi bila terjadi
kekurangan pasokan ke konsumen. Kebalikan dengan kategori nilai uang
Komposisi pada kategori kritikalitas di atas, untuk kategori A petugas perencana
berbeda dengan nilai uang di atas, pada produksi sebaiknya memiliki persediaan
kategori ini terdapat 125 ukuran kaca yang yang aman untuk menghindari berhentinya
tidak boleh terjadi kekurangan supply atau proses produksi di konsumen.
harus 100% (A), selanjutnya ada 95 ukuran
kaca yang bilamana persediaan kurang akan
mengakibatkan pabrik perubahan jadwal

Tabel 2. Kategori Kritikalitas


Data
SERVICE LEVEL Sum of PERCENTAGE Sum of UKURAN Sum of AMOUNT
A 83% 125,000 8.942.883.488
B 14% 95,000 1.463.019.437
C 4% 204,000 428.034.582
Grand Total 100% 424,000 10.833.937.507

4.3. Sub model Peramalan Mengingat pentingnya peramalan maka


akurasi peramalan perlu dicek, semakin
Peramalan adalah perkiraan
buruk performansi peramalan maka harus
kebutuhan dimasa depan yang dapat
semakin tinggi tingkat keamanan
ditentukan secara matematis melalui data
persediaannya.
historis atau melalui kualitatif informal atau
melalui kedua teknik tersebut. Peramalan Akurasi peramalan dibagi ke dalam
sangat diperlukan untuk merencanakan tiga kelas. Kelas A yang memiliki akurasi ±
yang akan datang, mengurangi faktor 5%, kelas B diantara 5% s/d 15%, kelas C >
ketidakpastian, antisipasi dan mengelola 15%. Besaran angka tersebut merupakan
perubahan, meningkatkan komunikasi dan inisiatif awal saja untuk memisahkan data,
integrasi, dan antisipasi persediaan, selanjutnya bisa diperketat atau
kapasitas, demand dan lead time. diperlonggar lagi sesuai dengan kebijakan

Model Rencana Produksi Kaca Otomotif (Agus Ruhimat) 129


perencana produksi. Akurasi terdapat dua Data akurasi diperoleh dari
jenis yaitu plus (+) dan minus (-), akurasi perbandingan antara peramalan permintaan
plus berarti pengiriman selalu lebih besar dengan aktual permintaan selama 3 bulan
dari peramalan, akurasi minus adalah berturut-turut sbb:
sebaliknya. Kedua jenis akurasi tersebut
perlu dipisahkan karena sangat berbeda
hasilnya.
Tabel 3. Kategori Akurasi Peramalan
Data
AKURASI Sum of PERCENTAGE Sum of UKURAN Sum of AMOUNT
A 43% 152 4.628.776.145
B 24% 41 2.577.296.012
C 33% 231 3.627.865.350
Grand Total 100% 424 10.833.937.507

Terlihat bahwa ada sejumlah 152 fenomena Bullwip yaitu sebuah kondisi
ukuran kaca yang memiliki penyimpangan dimana persediaan di proses selanjutnya
± 5% atau kategori A, 41 ukuran kaca akan terus membesar dibandingkan
masuk kategori B, dan 231 ukuran kaca kebutuhan sesungguhnya atau kebalikannya
masuk kategori C. Petugas perencana malah terjadi kekurangan barang, Nilai
produksi harus memperhatikan ukuran kaca Persediaan 3 kali lebih penting; seperti
yang memiliki akurasi tidak baik, semakin yang telah dijelaskan pada tujuan penelitian
tinggi persediaan maka akan semakin aman ini, dan Kritikalitas 2 kali.
dari fluktuasi peramalan. Kebalikannya
Walaupun kritikalitas bobotnya ada di
untuk akurasi yang baik (kelas A) maka
bawah akurasi namun sudah diamankan
persediaan bisa diturunkan seminimal
oleh adanya cycle-stock 1,0 bulan. Artinya
mungkin.
jika Reliability process tidak baik sehingga
ukuran kaca tertentu baru bisa diproduksi
Menentukan Kombinasi 3 Faktor Utama diakhir bulan maka perusahaan sudah
memiliki persediaan pengaman. Oleh
Ketiga sub model tersebut perlu
karena kebijakan persediaan perusahaan
diformulasikan untuk menghasilkan sebuah
maksimal 1,3 bulan maka angka tersebut
angka tunggal mengenai status tiap ukuran
dijadikan batas maksimal, sementara batas
kaca, caranya dengan dilakukan
minimalnya adalah 1,0 bulan atau tanpa
pembobotan untuk tiap sub model. Bobot
persediaan pengaman. Berikut data
Akurasi Peramalan adalah 5 kali lebih
pembagian target tingkat persediaan dan
penting karena ini merupakan sumber
bobot untuk tiap sub model (faktor utama):
utama dari kesalahan dalam perbuatan
rencana produksi dan bisa mengakibatkan

Tabel 4. Pembobotan Faktor Utama


Kelas
FAKTOR UTAMA Tingkat Bobot A B C
Nilai Uang Tinggi --> Rendah 2 1,1 1,2 1,3
Kritikalitas Stopline --> Tidak 3 1,3 1,2 1,1
Akurasi min (-) 1,0 1,0 1,0
Bagus --> Jelek 5
Akurasi plus (+) 1,0 1,2 1,3

Setiap ukuran kaca dapat dihasilkan statusnya dengan mengalikan Kategori (A, B, C) dengan
Bobotnya sbb:
  
 
  
      
    
 

130 Jurnal Teknik Industri, ISSN:1411-6340


Sehingga akan diperoleh nilai AAA, BBB, (B), akurasi peramalan selalu plus (+) 15%
CCC, ABB, dst. Jika ada ukuran kaca (C). Dengan model di atas pada akhirnya
statusnya ABC+ artinya nilai uangnya tingkat persediaan dapat digambarkan
tinggi (A), kritikalitas bisa dijadwal ulang dengan status berikut:

Tabel 5. Nilai tingkat persediaan dari status tiap ukuran kaca


Tingkat Tingkat Tingkat Tingkat
Kode Persediaan Kode Persediaan Kode Persediaan Kode Persediaan
AAA- 1,11 BAB- 1,13 BCC 1,07 CBA+ 1,12
AAA+ 1,11 BAB+ 1,23 BCC- 1,07 CBB- 1,12
AAB- 1,11 BAC 1,13 BCC+ 1,22 CBB+ 1,22
AAB+ 1,21 BAC- 1,13 BCX 1,07 CBC- 1,12
AAC- 1,11 BAC+ 1,28 CAA- 1,15 CBC+ 1,27
AAC+ 1,26 BBA- 1,10 CAA+ 1,15 CCA- 1,09
ABA- 1,08 BBA+ 1,10 CAB- 1,15 CCA+ 1,09
ABA+ 1,08 BBB- 1,10 CAB+ 1,25 CCB- 1,09
ABB- 1,08 BBB+ 1,20 CAC 1,15 CCB+ 1,19
ABB+ 1,18 BBC- 1,10 CAC- 1,15 CCC 1,09
ABC- 1,08 BBC+ 1,25 CAC+ 1,30 CCC- 1,09
BAA- 1,13 BCA+ 1,07 CAX 1,15 CCC+ 1,24
BAA+ 1,13 BCB- 1,07 CBA- 1,12 CCX 1,09

Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa tingkat persediaan tersebut lebih realistis
tingkat persediaan dapat bervariasi sesuai daripada dianggap sama untuk semua jenis
dengan faktor dominannya; tingkat ukuran kaca. Jika simulasi dijalankan
persediaan paling rendah dimiliki adalah terdapat penghematan uang sebesar 2,6
1,07 (BAC+, BCB-), dan lain-lain. Variasi Milyar Rupiah tiap bulannya.

Tabel 6. Hasil simulasi


Saat ini Sesudah klasifikasi Penghematan uang
16.250.906.260 13.576.786.961 2.674.119.299

Dengan demikian model di atas Dengan model perencanaan produksi


sudah diverifikasi dan divalidasi bisa di atas perusahaan dapat menurunkan nilai
diaplikasikan dan hasilnya nyata yaitu persediaan sehingga cashflow yang lebih
turunnya nilai persediaan. Model yang lancar. Namun demikian metode klasifikasi
dihasilkan tersebut juga bisa ditelusuri latar dalam penelitian ini perlu diperbaiki lagi
belakangnya daripada cara penentuan dengan mencari pembobotan dan nilai
rencana produksi sebelumnya yaitu klasifikasi kelas yang lebih ilmiah
menyamakan semua tingkat persediaan berdasarkan kajian ilmiah dalam
sebesar 1,3 bulan untuk semua ukuran kaca. menentukan tingkat persediaan pengaman
Selain hal tersebut kedepannya perlu
diperluas untuk tidak hanya pada 3 faktor
5. KESIMPULAN utama saja melainkan pada faktor lain
Perhitungan dengan melakukan misalkan biaya produksi yang timbul
pembobotan akan diperoleh nilai yang karena jumlah produksi yang tidak optimal,
realistis dimana sudah memperhitungkan faktor reliability process seperti disinggung
semua resiko yang terlibat dan sesuai pada bagian pendahuluan, faktor
dengan kebutuhan saat itu. Petugas kemudahan utilisasi ke ukuran kaca lain
perencana produksi pun dapat jika terjadi akurasi peramalan minus, dan
memutahirkan data tersebut berdasarkan faktor-faktor lainnya. Tentunya kendala-
kondisi terbaru dan berdasarkan kendala tersebut harus memakai metode
kecenderungan data.

Model Rencana Produksi Kaca Otomotif (Agus Ruhimat) 131


Multi Criteria Decision atau metode [2] Stanford, R.E. dan W. Martin, 2007,
lainnya. Towards a normative model for
inventory cost management in a
generalized ABC classification system.
6. DAFTAR PUSTAKA Journal of the Operational Research
[1] Preiss, Kenneth, Patterson, R., dan Society. Vol 58 No. 7, hal. 2.
Merc Field, 2001, “The future direction [3] Zelbst, P.J., Green, K.W. Jr, Abshire,
of industrial enterprises” dalam R.D., dan Victor E. Sower. 2010.
“Maynard’s Industrial Engineering Relationships among market
Handbook“, 5th ed, h-1.135. orientation, JIT, TQM and agility,
Industrial Management & Data
Systems, Vol. 110 No. 5, hal 1.

132 Jurnal Teknik Industri, ISSN:1411-6340


MODEL KONSEPTUAL ANALISIS PERBAIKAN KINERJA
INDUSTRI GULA
Triwulandari S. Dewayana1, M. Syamsul Ma’arif2, Sukardi2, Sapta Raharja2
1
Magister Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Trisakti
2
Teknologi Industri Pertanian, Fateta, Institut Pertanian Bogor

ABSTRACT
Research related to the analysis of performance improvement (as used in a systematic
process to identify performance, determine the desired performance targets, and to determine
the priority of improvement at the sugar industry in Indonesia has not been done. This research
aims to produce a conceptual model that can be used to analyze the sugar industry performance
improvement. The model produced an integrated model to achieve the objectives of the analysis
phase of performance improvement. The resulting model consists of five sub-models : 1)
grouping, 2) performance measurement, 3) selection of the best performance, 4) analysis of best
practices, and 5) determination of priorities for improvement.
Keywords : conceptual model, analysis of performance improvement, sugar industry

1. PENDAHULUAN2 ketersediaan pangan terhadap impor


merupakan salah satu indikator yang
Industri gula Indonesia merupakan
digunakan untuk mengukur ketahanan
industri manufaktur yang berkembang
pangan. Dengan pertimbangan utama untuk
pertama kali di Indonesia. Ditinjau dari
memperkuat ketahanan pangan, Indonesia
aktivitas ekonomi, industri gula merupakan
berupaya meningkatkan produksi gula
industri yang memberikan dampak ganda
dalam negeri, termasuk mencanangkan
cukup signifikan secara nasional terhadap
target swasembada gula, yang sampai
penciptaan output, pendapatan, nilai tambah
sekarang belum tercapai.
dan tenaga kerja mengingat gula merupakan
suatu komoditi pangan yang Permasalahan yang dihadapi industri
penggunaannya sangat luas. Berdasarkan gula nasional ditandai dengan
analisis keterkaitan antara industri melalui ketidakmampuannya untuk memenuhi
analisis input-output menunjukkan bahwa kebutuhan gula yang dikonsumsi
secara nasional industri gula memiliki masyarakat maupun bahan baku industri.
keterkaitan langsung dengan sektor-sektor Kondisi lima tahun terakhir menunjukkan
dibelakangnya sebanyak 53 sektor (dari 172 bahwa rerata ketergantungan Indonesia
sektor) dan keterkaitan langsung ke depan terhadap impor gula untuk memenuhi
dengan 30 sektor. Hal ini menunjukkan kebutuhannya mendekati 50%. Kajian lebih
bahwa gula selain untuk memenuhi lanjut mengenai permasalahan yang
kebutuhan konsumsi akhir, juga diperlukan dihadapi menunjukkan rendahnya
untuk mendorong peningkatan produksi produktivitas dan efisiensi pabrik gula
industri-industri yang menggunakan gula (Stakeholder’s Pergulaan Nasional 2006;
sebagai bahan bakunya. P3GI 2008; Effendi 2009) sebagai
penyebabnya.
Pada masa kejayaannya (tahun 1930-
Sink dan Thomas (1989)
an) Indonesia pernah menjadi negara
menyebutkan bahwa produktivitas dan
eksportir gula ke dua di dunia setelah Kuba.
efisiensi merupakan dua aspek penting
Namun, sejak tahun 1967 Indonesia
dalam kinerja. Rendahnya produktivitas dan
menjadi negara pengimpor gula untuk
efisiensi pabrik gula saat ini dibandingkan
memenuhi kebutuhannya. Ketergantungan
pencapaian di tahun 1930-an menunjukkan
bahwa produktivitas dan efisiensi pabrik
Korespondensi : gula berada di bawah potensi yang bisa
1
Triwulandari S. Dewayana
E-mail : triwulandari_sd@yahoo.com
dicapai. Oleh karena itu, perbaikan kinerja

Model Konseptual Analisis Perbaikan Kinerja (Triwulandari S. Dewayana) 133


industri gula merupakan hal yang potensial priorities), 2).Pengukuran kinerja
dilakukan. operasional (manufacturing task), dan 3).
Perbaikan kinerja dapat dilakukan Pengukuran kinerja strategis (resource
dengan berbagai cara, namun pada availability). Hal yang sama juga
umumnya terdapat lima tahap (Swanson dikemukakan oleh Craig dan Grant (2002)
1996) yaitu 1) tahap analisis, 2) tahap bahwa keunggulan bersaing suatu
desain, 3) tahap pengembangan, 4) tahap organisasi didukung oleh kemampuan
implementasi, dan 5) tahap evaluasi. sumber daya dan aktivitas rutin organisasi.
Selanjutnya, Swanson (1996) menyebutkan
Terdapat tiga aspek formal dari
bahwa tahap analisis merupakan tahap
pengukuran kinerja (Spitzer 2007) yaitu 1)
paling penting. Tujuan dari tahap analisis
ukuran-ukuran (variabel yang diukur), 2)
adalah untuk menentukan kinerja, target
proses pengukuran (tahapan yang
kinerja, dan prioritas perbaikan kinerja.
menunjukkan bagaimana cara melakukan
Beberapa penelitian yang telah
pengukuran), dan 3) infrastruktur teknis
dilakukan pada pabrik gula di Indonesia
(berupa hardware dan software komputer
menunjukkan bahwa penelitian yang
yang digunakan untuk mendukung proses
berhubungan dengan analisis perbaikan
pengukuran). Tiga kriteria yang dapat
kinerja (sebagai proses yang digunakan
digunakan untuk menilai keefektifan dari
secara sistematis untuk mengidentifikasi
sistem pengukuran kinerja (Olsen et al.
kinerja, menentukan target kinerja yang
2007) yaitu: 1).keterkaitan, 2).perbaikan
diinginkan, dan untuk menentukan prioritas
terus-menerus, dan 3).pengawasan proses.
perbaikan) belum pernah dilakukan.
Penelitian ini bertujuan untuk Terkait dengan ukuran-ukuran
menghasilkan model konseptual yang dapat (variabel) yang diukur, Medori dan Steeple
digunakan untuk melakukan analisis (2000) menyatakan bahwa pada semua
perbaikan kinerja industri gula. Model yang framework pengukuran kinerja yang telah
dihasilkan merupakan model yang dihasikan, pada umumnya memiliki
terintegrasi untuk mencapai tujuan dari kelemahan dalam hal memberikan panduan
tahap analisis perbaikan kinerja. terhadap pemilihan variabel kinerja yang
akan diukur. Denton (2005) menyatakan
bahwa meskipun banyak hal yang dapat
2. TINJAUAN PUSTAKA diukur tetapi lebih penting untuk mengukur
hal yang spesifik dan relevan.
2.1 Penentuan Kinerja
Berdasarkan pengalaman implementasi
Untuk menentukan kinerja perlu
pada beberapa perusahaan di Indonesia
dilakukan pengukuran kinerja. Pengukuran
ditinjau dari aspek kepraktisan dan nilai
kinerja merupakan sub sistem dari
tambah yang diberikan, Wibisono (2006)
manajemen kinerja (Cokins 2004;
menyatakan bahwa pendekatan yang sesuai
Halachmi 2005; Stiffler 2006; Baxter dan
untuk diterapkan di Indonesia dalam
MacLeod 2008). Pengukuran kinerja
menentukan variabel kinerja yang akan
didefinisikan sebagai proses untuk
diukur adalah dengan melakukan
mengkuantifikasi efisiensi dan efektivitas
identifikasi variabel kinerja dari tiga
dari suatu tindakan (Tangen 2004; Olsen et
perspektif yaitu 1) keluaran organisasi
al. 2007; Cocca dan Alberti 2010).
(business results), 2) proses internal
Dikaitkan dengan manajemen (internal business processes), dan 3)
operasional, Radnor dan Barnes (2007) kemampuan atau ketersediaan sumber daya
mendefinisikan pengukuran kinerja sebagai (resources availability).
proses mengkuantifikasi input, output, dan
Radnor dan Barnes (2007)
tingkat aktivitas dari suatu proses.
menyebutkan bahwa terdapat tiga
Wibisono (1999) menyebutkan bahwa
kecenderungan umum dalam pengukuran
pengukuran kinerja di perusahaan
kinerja yaitu 1) keluasan dari unit analisis
manufaktur pada level manajemen operasi
(level individu, stasiun kerja, lini produksi,
dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu: 1)
unit bisnis, perusahaan), 2) kedalaman
pengukuran kinerja taktis (competitive
ukuran kinerja (keterkaitan variabel

134 Jurnal Teknik Industri, ISSN:1411-6340


kinerja), 3) peningkatan range ukuran pengukuran kinerja, yaitu dari sistem
kinerja (misalnya dari efisiensi menjadi informasi eksekutif (1980-1999) ke Sistem
efisiensi dan efektivitas). Dalam hal range Intelijen ( 2000-saat ini). Selain itu, Denton
ukuran kinerja, beberapa penelitian (2010) menyebutkan bahwa intranet dan
terdahulu menunjukkan adanya internet dapat digunakan untuk
keterbatasan dalam model pengukuran meningkatkan pengelolaan dan pengukuran
kinerja pabrik gula karena hanya dilakukan kinerja.
dengan menggunakan range ukuran kinerja
2.2 Penentuan Target Kinerja
yang sempit yaitu 1).Produktivitas
(Yusnitati (1994) dan Manalu (2009) terkait Sistem pengukuran kinerja
dengan kinerja output per input, 2).Efisiensi merupakan kunci untuk memandu dan
produksi (Siagian, 1999) terkait dengan menguji hasil dari proses perbaikan, tetapi
kinerja proses, dan 3).Efisiensi teknis tidak mengindikasikan bagaimana suatu
(LPPM IPB, 2002) terkait dengan kinerja proses harus diperbaiki. Salah satu
proses. pendekatan yang dapat membantu
melengkapi hal tersebut adalah
Berdasarkan kedalaman ukuran
benchmarking. Dattakumar (2003)
kinerja, pada penelitian terdahulu tidak
menyimpulkan bahwa pendekatan
memperhatikan keterkaitan ukuran kinerja.
benchmarking dapat digunakan untuk
Hal ini dapat menyebabkan upaya
perbaikan terus menerus. Hasil review
perbaikan yang dilakukan tidak
Grunberg (2003) terhadap metoda-metoda
menghasilkan perbaikan kinerja yang
yang digunakan untuk perbaikan kinerja
signifikan. Selain itu, jika merujuk pada
aktivitas operasional pada perusahaan
pernyataan Olsen et al. (2007) dapat
manufaktur menunjukkan bahwa
menyebabkan berkurangnya keefektifan
pendekatan benchmarking juga
sistem pengukuran kinerja.
memungkinkan untuk digunakan.
Kerangka kerja proses pengukuran
Aplikasi benchmarking dalam
kinerja perlu diperbaiki secara kontinu
perbaikan kinerja telah banyak dilakukan.
dengan mempertimbangkan berbagai model
Dimulai pada akhir 1970 oleh Xerox
pengukuran kinerja yang sesuai dengan
Corporation yang memutuskan untuk
permasalahan yang dihadapi (Nenadal
membandingkan operasional perusahaan
2008). Beheshti dan Lollar (2008)
dengan L.L. Bean yang memiliki produk
menyebutkan bahwa pengukuran kinerja
yang berbeda namun memiliki karakteristik
merupakan keputusan penting yang sering
fisik yang sama (Tucker et al. 1987 dalam
menggunakan informasi subyektif.
Elmuti dan Yunus 1997). Oleh karena itu,
Perbedaan satuan pada setiap ukuran
pengelompokan organisasi yang memiliki
kinerja yang digunakan menyebabkan
karakteristik yang serupa perlu dilakukan
proses aggregasi ukuran kinerja menjadi
sebelum proses benchmarking.
rumit. Oleh karena itu model keputusan
yang memanfaatkan logika fuzzy dapat Pengelompokan organisasi yang
memberikan solusi yang logis. Chan et al. memiliki karakteristik yang serupa dapat
(2002) mengusulkan penggunaan logika dilakukan dengan menggunakan metode
fuzzy dalam evaluasi kinerja dan clustering. Xu & Wunsch (2009)
Unahabhokha et al. (2007) menggunakan menyatakan bahwa pengelompokan
pendekatan fuzzy expert system untuk (clustering) obyek kedalam beberapa
memprediksi nilai kinerja. kelompok (cluster) yang mempunyai sifat
yang homogen atau dengan variasi sekecil
Terkait dengan infrastruktur yang
mungkin diperlukan untuk memudahkan
digunakan dalam pengukuran kinerja,
analisis data.
Santos et al. (2007) menunjukkan adanya
variasi infrastruktur yaitu secara manual Terdapat dua tahapan yang harus
dan pemanfaatan sistem informasi. dilakukan dalam analisis cluster yaitu 1)
Marchand dan Raymond (2008) memutuskan apakah jumlah cluster
menunjukkan pergeseran dalam ditentukan atau tidak dan 2) menentukan
pemanfaatan sistem informasi untuk algoritma yang akan digunakan dalam

Model Konseptual Analisis Perbaikan Kinerja (Triwulandari S. Dewayana) 135


clustering. Untuk memutuskan berapa Hasil yang dicapai melalui penerapan
jumlah cluster yang akan dibentuk, Sadaaki praktek terbaik dari L.L. Bean adalah
et al. (2008) menyebutkan bahwa terdapat peningkatan efisiensi dan produktivitas
dua pendekatan yang dapat digunakan yaitu (Tucker et al. 1987 dalam Yasin 2002).
supervised (jika jumlah cluster ditentukan) Selain itu, menurut Dragolea dan Cotirlea
dan unsupervised (jika jumlah cluster tidak (2009) manfaat benchmarking antara lain
ditentukan/alami). yaitu 1) perbaikan terus menerus untuk
mencapai kinerja yang lebih baik menjadi
Gan et al. (2007) menyatakan bahwa
budaya organisasi, 2) meningkatkan
dalam melakukan analisis clustering dapat
pengetahuan terhadap kinerja produk dan
memilih satu diantara 2 pendekatan yaitu
jasa, dan 3) membantu dalam memfokuskan
1) Hard Clustering atau 2) Soft Clustering
sumberdaya untuk mencapai target.
(dikenal juga sebagai fuzzy clustering).
Pemilihan pendekatan yang digunakan Pierre dan Delisle (2006)
tergantung jenis data yang akan mengusulkan sistem diagnosa berbasis
dikelompokkan. Hard Clustering pengetahuan pakar untuk melakukan
digunakan apabila data berbentuk Crips benchmarking kinerja. Organisasi atau
sedangkan soft clustering digunakan perusahaan yang berbeda memiliki metoda
apabila data berbentuk fuzzy. benchmarking sendiri, namun apapun
metode yang digunakan, langkah-langkah
Metode yang dapat digunakan pada
utamanya adalah sebagai berikut : 1)
pendekatan Hard Clustering (Gan et al.
pengukuran kinerja dari varibel-variabel
2007) yaitu 1). Non-Hierarchical clustering
kinerja terbaik pada kelompoknya relatif
(Partisional Clustering) dan 2).
terhadap kinerja kritikal; 2).penentuan
Hierarchical Clustering. Pada metode Non-
bagaimana tingkat-tingkat kinerja dicapai;
Hierarchical clustering, terdapat 3 cara
dan 3).penggunaan informasi untuk
untuk mengelompokkan data dalam satu
pengembangan dan implementasi dari
cluster yaitu 1).sequential threshold,
rencana peningkatan (Omachonu dan Ross
2).parallel threshold, dan 3).Optimization.
1994 dalam Elmuti dan Yunus 1997). Hal
Sedangkan dalam metode Hierarchical
tersebut sejalan dengan tujuan dari analisis
Clustering, Xu dan Wunsch (2009)
perbaikan kinerja.
menyatakan bahwa terdapat dua tipe dasar
yaitu 1).penyebaran (divisive), dan Sebelum melakukan identifikasi
2).pemusatan (agglomerative). Tipe divisive bagaimana tingkat kinerja dicapai (praktek
memulai pengelompokkan dari cluster yang terbaik), perlu dilakukan pemilihan kinerja
besar (terdiri dari semua data) kemudian terbaik dalam kelompoknya. Proses
data yang paling tinggi ketidaksesuaiannya pemilihan alternatif terbaik dari beberapa
dipisahkan dan seterusnya. Sedangkan tipe alternatif secara sistematis untuk
agglomerative memulai pengelompokkan ditindaklanjuti sebagai suatu cara
dengan menganggap setiap data sebagai pemecahan masalah dikenal sebagai
cluster kemudian dua cluster yang pengambilan keputusan.
mempunyai kesesuaian digabungkan
Berdasarkan jumlah kriteria yang
menjadi satu cluster dan seterusnya.
digunakan, maka persoalan keputusan dapat
Terdapat lima cara untuk dibedakan menjadi dua kategori, yaitu
menggabungkan antar cluster yaitu 1) persoalan keputusan dengan kriteria tunggal
single linkage (berdasarkan jarak terkecil), dan kriteria majemuk (multikriteria).
2) complete linkage (berdasarkan jarak Pengambilan Keputusan Multikriteria
terjauh), 3) centroid method (berdasarkan (MCDM) didefinisikan Kusumadewi et al.
jarak centroid), 4) average linkage (2006) sebagai suatu metode pengambilan
(berdasarkan berdasarkan rata-rata jarak), keputusan untuk menetapkan alternatif
dan 5) ward’s method (berdasarkan total terbaik dari sejumlah alternatif berdasarkan
sum of square dua cluster). Pemilihan beberapa kriteria tertentu.
pendekatan ditentukan berdasarkan
Yoon (1981) dalam Kusumadewi
kesesuaian dengan permasalahan yang
et.al.(2006) menyatakan bahwa masalah
dihadapi.
MCDM tidak selalu memberikan suatu

136 Jurnal Teknik Industri, ISSN:1411-6340


solusi unik, perbedaan tipe bisa jadi akan digunakan untuk menentukan organisasi
memberikan perbedaan solusi. Adapun yang menjadi best in class yaitu pendekatan
jenis-jenis solusi pada masalah MCDM ranking memiliki kelemahan. Pada
(Kusumadewi et al. 2006) yaitu : 1) solusi pendekatan tradisional (Laise, 2004),
ideal, 2) solusi non-dominated (solusi permasalahan benchmarking dengan
Pareto-optimal), 3) solusi yang lebih banyak kriteria diselesaikan dengan
disukai , dan 4) solusi yang memuaskan. mengkonstruksi suatu indikator dengan
Pada solusi ideal, kriteria atau atribut dapat merata-ratakan semua score yang diperoleh
dibagi menjadi dua kategori, yaitu kriteria suatu organisasi atas ukuran-ukuran yang
yang nilainya akan dimaksimumkan berbeda. Rata-rata merupakan suatu ukuran
(kategori kriteria keuntungan), dan kriteria kecenderungan terpusat dari suatu
yang nilainya akan diminimumkan kelompok data dan cukup mewakili jika
(kategori kriteria biaya). Solusi ideal akan data mempunyai suatu variabilitas yang
memaksimumkan semua kriteria rendah, tetapi jika dilakukan pengamatan
keuntungan dan meminimumkan semua dengan variabilitas tinggi, rata-rata bukan
kriteria biaya (Daellenbach dan McNickle ukuran yang baik. Menggunakan rata-rata
2005). Solusi feasible MCDM dikatakan dapat menghilangkan informasi yang pantas
non-dominated jika tidak ada solusi feasible dipertimbangkan dan oleh karena itu tidak
yang lain yang akan menghasilkan cocok digunakan untuk membuat
perbaikan terhadap suatu atribut tanpa perbandingan.
menyebabkan degenerasi pada atribut
Selanjutnya, Laise (2004)
lainnya. Solusi yang memuaskan adalah
mengusulkan penggunaan metode yang
himpunan bagian dari solusi-solusi feasible
merupakan pengembangan dari konsep
dimana setiap alternatif melampaui semua
outranking yaitu ELECTRE. Metode
kriteria yang diharapkan.
ELECTRE merupakan kelompok dari
Zimmermann (1991) dalam algoritma yang dikembangkan dalam
Kusumadewi et al. (2006) menyatakan Operational Research (Roy 1985; Vincke
bahwa berdasarkan tujuannya, MCDM 1992; Roy dan Bouyssou 1993; Pamerol
dapat dibedakan menjadi dua yaitu : Multi dan Barba-Romero 2000).
Attribute Decision Making (MADM) dan
ELECTRE menurut Kusumadewi
Multi Objective Decision Making
et.al.(2006) didasarkan pada konsep
(MODM). MADM digunakan untuk
perankingan melalui perbandingan
menyelesaikan masalah-masalah dalam
berpasangan antar alternatif pada kriteria
ruang diskret, sedangkan MODM
yang sesuai. Suatu alternatif dikatakan
digunakan untuk menyelesaikan masalah-
mendominasi alternatif yang lainnya jika
masalah pada ruang kontinyu. Secara
satu atau lebih kriterianya melebihi
umum dapat dikatakan bahwa MADM
(dibandingkan dengan kriteria dari
menyeleksi alternatif terbaik dari sejumlah
alternatif yang lain) dan sama dengan
alternatif, sedangkan MODM merancang
kriteria lain yang tersisa.
alternatif terbaik.
Jafari et al. (2007) mengusulkan
Terdapat beberapa metode yang
kerangka kerja untuk memilih metode
dapat digunakan untuk menyelesaikan
penilaian kinerja terbaik menggunakan
masalah MADM, antara lain yaitu : 1)
SAW. Konsep dasar metode SAW adalah
Simple Additive Weighting Method (SAW),
mencari penjumlahan terbobot dari rating
2) Weighted Product (WP), 3) ELimination
kinerja pada setiap alternatif pada semua
Et Coix Traduisant la realitE (ELECTRE),
atribut (Kusumadewi et.al., 2006).
4)Technique for Order Preference by
Kelemahan pada metode SAW yaitu
Similarity to Ideal Solution (TOPSIS), dan
memerlukan proses normalisasi matriks
5)Analytic Hierarchy Process (AHP).
keputusan ke suatu skala yang dapat
Untuk melakukan pemilihan terhadap diperbandingkan dengan semua rating
organisasi yang berkinerja terbaik (menjadi alternatif yang ada.
best in class), Laise (2004) berpendapat
Metode lain yang dapat digunakan
bahwa pendekatan tradisional yang
dalam melakukan identifikasi terhadap

Model Konseptual Analisis Perbaikan Kinerja (Triwulandari S. Dewayana) 137


organisasi yang menjadi best in class dan untuk memastikan ide tersebut akan
memperoleh solusi ideal adalah berdampak positif pada kinerja organisasi.
PROMETHEE. PROMETHEE (Preference Praktek yang baik – berupa teknik,
Ranking Organization Method For metodologi, prosedur, atau proses yang
Enrichment Evaluation) termasuk dalam telah diimplementasikan dan telah
keluarga metode outranking yang meningkatkan kinerja organisasi. Praktek
dikembangkan oleh B. Roy (1985). terbaik – praktek yang baik yang telah
Metodologi Multicriteria outranking ditetapkan sebagai pendekatan terbaik bagi
merupakan pengembangan dari pendekatan banyak organisasi berdasarkan hasil analisis
tradisional dalam menentukan perusahaan data kinerja.
yang memiliki kinerja terbaik. Metoda
Maire et al. (2005) mengembangkan
tersebut dapat menghindari kekurangan dari
model untuk mengidentifikasi praktek
metoda tradisional yang hanya berdasarkan
terbaik didasarkan pada prinsip yang serupa
pada agregasi kumpulan mono kriteria.
dengan Quality Function Deployment
PROMETHEE merupakan salah satu (QFD). Namun, model yang dirancang
metode yang digunakan untuk menentukan hanya dapat digunakan pada proses dan
urutan atau prioritas dari beberapa alternatif bukan pada produk jadi. Southard dan
dalam permasalahan yang menggunakan Parente (2007) mengembangkan metoda
multi kriteria. PROMETHEE mempunyai baru yang digunakan untuk proses evaluasi
kemampuan untuk menangani banyak dalam perbaikan kinerja berdasarkan pada
perbandingan dan memudahkan pengguna pengetahuan internal yang dimiliki.
dengan menggunakan data secara langsung
Pendekatan lain yang dapat
dalam bentuk tabel multikriteria sederhana.
digunakan untuk mengidentifikasi praktek
Pengambil keputusan hanya mendefinisikan
terbaik adalah Root Cause Analysis (RCA).
skala ukurannya sendiri tanpa batasan,
RCA merupakan pendekatan terstruktur
untuk mengindikasi prioritasnya dan
untuk mengidentifikasi faktor-faktor
preferensi untuk setiap kriteria dengan
berpengaruh pada satu atau lebih kejadian-
memusatkan pada nilai (value), tanpa
kejadian yang lalu agar dapat digunakan
memikirkan metoda perhitungannya.
untuk meningkatkan kinerja (Corcoran,
2.3 Penentuan Prioritas Perbaikan 2004). Selain itu, pemanfaatan RCA dalam
analisis perbaikan kinerja menurut Latino
Langkah kedua dalam proses
dan Kenneth (2006) dapat memudahkan
benchmarking adalah penentuan bagaimana
pelacakan terhadap faktor yang
tingkat-tingkat kinerja dicapai. Oleh karena
mempengaruhi kinerja. Root Cause(s)
itu, praktek terbaik perlu diidentifikasi
adalah bagian dari beberapa faktor
sebagai masukan untuk perbaikan kinerja.
(kejadian, kondisi, faktor organisasional)
Asrofah et al. (2010) menyimpulkan bahwa
yang memberikan kontribusi, atau
hasil identifikasi praktek terbaik
menimbulkan kemungkinan penyebab dan
berkontribusi pada efektivitas
diikuti oleh akibat yang tidak diharapkan.
benchmarking di perusahaan manufaktur
Indonesia. Reddy dan McCarthy (2006) Terdapat berbagai metode evaluasi
menegaskan bahwa praktek terbaik perlu terstruktur untuk mengidentifikasi akar
dipromosikan setidak-tidaknya dengan penyebab (root cause) suatu kejadiaan yang
memanfaatkan database yang dapat diakses tidak diharapkan (undesired outcome). Jing
oleh pihak yang memerlukan. Faktor yang (2008) menjelaskan lima metode yang
harus diperhatikan dalam mengidentifikasi populer untuk mengidentifikasi akar
praktek terbaik (Ungan, 2007) yaitu penyebab (root cause) suatu kejadiaan yang
kodifikasi, kompleksitas, dan kesesuaian. tidak diharapkan (undesired outcome) dari
yang sederhana sampai dengan komplek
Praktek terbaik dapat didefinisikan
yaitu : 1) Is/Is not comparative analysis, 2)
dalam tiga level (Jaffar dan Zairi, 2000)
5 Why methods, 3) Fishbone diagram, 4)
yaitu 1).ide yang baik (unproven);
Cause and effect matrix, dan 5) Root Cause
2).praktek yang baik; dan 3).praktek terbaik
Tree.
(proven). Ide yang baik – belum dibuktikan
secara empiris dan perlu dilakukan analsis

138 Jurnal Teknik Industri, ISSN:1411-6340


Is/Is not comparative analysis untuk mengetahui perbaikan yang perlu
merupakan metoda komparatif yang memperoleh prioritas, kemudian saran
digunakan untuk permasalahan sederhana, berdasarkan hasil analisis praktek terbaik
dapat memberikan gambaran detil apa yang diberikan.
terjadi dan telah sering digunakan untuk
Laugen et al. (2005) menyebutkan
menginvestigasi akar masalah. 5 Why
bahwa praktek terbaik yang menyebabkan
methods merupakan alat analisis sederhana
kinerja terbaik seringkali sulit untuk
yang memungkinkan untuk menginvestigasi
diidentifikasi. Davies (2000) mengusulkan
suatu masalah secara mendalam. Fishbone
pendekatan terstruktur (diagnostic) untuk
diagram merupakan alat analisis yang
memilih praktek terbaik berdasarkan pada
populer, yang sangat baik untuk
kekuatan hubungan dengan tujuan yang
menginvestigasi penyebab dalam jumlah
ingin dicapai.
besar. Kelemahan utamanya adalah
hubungan antar penyebab tidak langsung
terlihat, dan interaksi antar komponen tidak
3. METODOLOGI PENELITIAN
dapat teridentifikasi. Cause and effect
matrix merupakan matriks sebab akibat Untuk menghasilkan model konseptual
yang dituliskan dalam bentuk tabel dan analisis perbaikan kinerja industri gula
memberikan bobot pada setiap faktor dilakukan tahapan sebagai berikut :
penyebab masalah. Root Cause Tree 1. Melakukan kajian terhadap berbagai
merupakan alat analisis sebab-akibat yang buku referensi, jurnal-jurnal, laporan
paling sesuai untuk permasalahan yang penelitian terdahulu, pendapat para
kompleks. Manfaat utama dari alat analisis pakar serta sumber lain yang
tersebut yaitu memungkinkan untuk dipandang akurat dan relevan.
mengidentifikasi hubungan diantara 2. Identifikasi sub model berdasarkan
penyebab masalah. tujuan tahap analisis perbaikan kinerja.
Chandler (2004) dalam Ramadhani 3. Identifikasi keterkaitan antar sub
et.al (2007) menyebutkan bahwa dalam model.
memanfaatkan RCA terdapat empat 4. Identifikasi pendekatan yang
langkah yang harus dilakukan yaitu : 1) digunakan untuk setiap sub model.
mengidentifikasi dan memperjelas definisi
undesired outcome (suatu kejadiaan yang
tidak diharapkan), 2) mengumpulkan data, 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
3) menempatkan kejadian-kejadian dan Model konseptual analisis perbaikan
kondisi-kondisi pada event and causal kinerja pabrik gula (PG) yang dirancang
factor table, dan 4) lanjutkan pertanyaan bangun terdiri dari 5 (lima) submodel yaitu:
“mengapa” untuk mengidentifikasi root 1)Sub model pengelompokan; 2)Sub model
causes yang paling kritis. pengukuran kinerja; 3)Sub model pemilihan
Selanjutnya, langkah ketiga dari kinerja terbaik; 4)Sub model analisis
benchmarking adalah penggunaan praktek terbaik; dan 5)Sub model
informasi untuk pengembangan dan penentuan prioritas perbaikan. Adapun
implementasi dari rencana peningkatan. secara ringkas model konseptual
Oleh karena itu, perlu dilakukan penentuan ditunjukkan pada Gambar 1.
prioritas perbaikan. Hal ini diperlukan

Model Konseptual Analisis Perbaikan Kinerja (Triwulandari S. Dewayana) 139


Gambar 1. Model Konseptual Analisis Perbaikan Kinerja Industri Gula

4.1 Model Pengelompokan Cocca dan Albeti (2010) yaitu kinerja


strategis (kemampuan sumber daya),
Model pengelompokan bertujuan
kinerja operasional (tugas-tugas
untuk mengelompokkan pabrik gula yang
manufaktur), dan kinerja taktis (prioritas
memiliki karakteristik yang serupa.
kompetisi).
Pengelompokan pabrik gula (PG)
diperlukan untuk menyetarakan pabrik gula Ukuran kinerja yang akan digunakan
sehingga layak untuk diperbandingkan. diidentifikasi dari range yang lebih luas
Untuk mengelompokkan PG yang memiliki yaitu produktivitas dan efisiensi. Hal
karakteristik serupa dapat dilakukan dengan tersebut juga sesuai dengan permasalahan
mengelompokkan PG berdasarkan yang dihadapi oleh pabrik gula. Sedangkan
karakteristik pembeda pabrik gula. Adapun untuk keterkaitan ukuran kinerja,
karakteristik yang membedakan antar identifikasi ukuran kinerja akan dilakukan
pabdik gula yaitu metode yang digunakan dengan penyelarasan secara vertikal (terkait
dalam proses pemurnian dan skala pabrik dengan visi, misi, dan strategi industri gula)
gula. dan penyelarasan secara horisontal
(keterkaitan antar ukuran kinerja dengan
Input model berupa basis data yang
pendekatan input-proses-output).
diperlukan untuk pengelompokan pabrik
gula. Output dari model pengelompokkan Dalam hal jumlah ukuran kinerja
PG berupa alternatif kelompok PG sesuai yang akan digunakan, model pengukuran
dengan karakteristik pembeda pabrik gula kinerja memperhatikan berbagai
beserta anggota kelompoknya. pendekatan pada penelitian terdahulu
(Medori dan Steeple, 2000; Denton, 2005;
Pendekatan yang digunakan untuk
Shahin dan Mahbod, 2007; Saunders et al.,
mengelompokkan PG Merujuk pada Gan et
2007; Parmenter, 2010). Selain itu,
al. (2007), Sadaaki et al. (2008), dan Xu
penelitian Gleich et al. (2008) dan Martin
dan Wunsch (2009) yaitu supervised
(2008) pada proses manufaktur menjadi
clustering (jumlah kelompok ditentukan)
masukan dalam mengidentifikasi ukuran
khususnya Partitional clustering, cara
kinerja.
untuk mengelompokkan data dalam satu
cluster disesuaikan dengan skala penilaian Kerangka kerja proses pengukuran
yang digunakan. kinerja dapat memanfaatkan logika fuzzy
seperti yang diusulkan dalam penelitian
4.2 Model Pengukuran Kinerja
Chan et al. (2002) dan Beheshti dan Lollar
Kinerja yang akan diukur merujuk (2008). Hal ini dilakukan mengingat adanya
pada hasil penelitian Wibisono (1999, perbedaan satuan yang digunakan pada
2006), Radnor dan Barnes (2007), serta setiap ukuran kinerja. Adapun infrastruktur

140 Jurnal Teknik Industri, ISSN:1411-6340


yang akan digunakan merujuk pada hasil kinerja yaitu nilai kinerja strategis, nilai
penelitian Unahabhokha et al. (2007). kinerja operasional dan nilai kinerja taktis
untuk seluruh pabrik gula yang menjadi
Model pengukuran kinerja bertujuan
anggota setiap alternatif kelompok.
untuk menentukan nilai kinerja setiap
pabrik gula. Pengukuran kinerja yang 4.3.1 Pemilihan Kinerja Terbaik secara
dilakukan adalah untuk kinerja input, keseluruhan
kinerja proses, dan kinerja output yang
Input model berupa basis data yang
dinamakan kinerja strategis, kinerja
diperlukan untuk pemilihan kinerja terbaik
operasional, dan kinerja taktis. Pengukuran
secara keseluruhan. Output dari model
kinerja dilakukan terhadap seluruh pabrik
berupa urutan (ranking/peringkat) pabrik
gula yang menjadi anggota untuk setiap
gula dalam kelompok. Pemilihan kinerja
alternatif kelompok pabrik gula. Oleh
terbaik secara keseluruhan dilakukan
karena itu, alternatif keputusan pada model
dengan menggunakan pendekatan
pengukuran kinerja pabrik gula adalah
PROMETHEE karena memiliki kesesuaian
seluruh pabrik gula yang menjadi objek
dengan permasalahan yang dihadapi dan
kajian yang telah dikelompokkan
sudah terbukti keunggulannya (seperti yang
berdasarkan karakteristik pembeda pabrik
dikemukakan oleh Amran dan Kiki (2005),
gula (merupakan output dari model
Prvlovic (2008), dan Triyanti dan Gadis
pengelompokan pabrik gula).
(2008)).
Input model berupa basis data yang
4.3.2 Pemilihan Kinerja Terbaik Per
diperlukan untuk pengukuran kinerja.
Jenis Kinerja
Output dari model pengukuran kinerja
berupa nilai kinerja untuk setiap jenis Input model berupa basis data yang
kinerja pada seluruh anggota kelompok PG. diperlukan untuk pemilihan kinerja terbaik
Pendekatan yang digunakan dalam proses per jenis kinerja. Output dari model berupa
pengukuran kinerja pada model pengukuran urutan (ranking) pabrik gula per jenis
kinerja adalah Fuzzy Expert System (FES). kinerja dalam kelompok. Pemilihan kinerja
terbaik per jenis kinerja dilakukan dengan
4.3 Model Pemilihan Kinerja Terbaik
menggunakan pendekatan Sorting.
Merujuk pada hasil penelitian
Pendekatan Sorting menentukan
Dattakumar (2003), Grundberg (2003),
urutan kinerja terbaik per jenis kinerja
Pierre dan Delisle (2006), Gleich et al.
dengan melakukan perbandingan antar nilai
(2008) serta hasil penelitian Tucker (1987)
kinerja per jenis kinerja untuk seluruh PG
yang membuktikan bahwa pendekatan
pada setiap kelompok PG. Nilai kinerja per
benchmarking dapat meningkatkan efisiensi
jenis kinerja akan diurutkan dari yang
dan produktivitas perusahaan maka dalam
nilainya terbesar sampai yang terkecil pada
penentuan target kinerja akan digunakan
setiap kelompok.
pendekatan benchmarking. Target kinerja
ditentukan berdasarkan kinerja terbaik 4.4 Model Analisis Praktek Terbaik
dalam kelompok (Tucker et. al. 1987). Prioritas perbaikan ditentukan
Model Pemilihan Kinerja Terbaik berdasarkan praktek terbaik. Merujuk pada
bertujuan untuk menentukan pabrik gula penelitian Jaffar dan Zairi (2000), maka
berkinerja terbaik secara keseluruhan analisis praktek terbaik merupakan praktek
maupun untuk setiap jenis kinerja (kinerja yang baik yang telah ditetapkan sebagai
strategis, kinerja operasional, kinerja taktis) pendekatan terbaik bagi banyak PG.
pada setiap kelompok pabrik gula. Hasil Pendekatan yang digunakan dalam
pemilihan pada setiap kelompok pabrik melakukan analisis praktek terbaik yang
gula akan digunakan sebagai standar kinerja diusulkan dalam penelitian Maire et al
pembanding bagi setiap pabrik gula pada (2005) dan Southard dan Parente (2007)
kelompok yang sama, baik untuk kinerja memiliki kelemahan mengingat praktek
keseluruhan maupun per jenis kinerja. Nilai terbaik yang dihasilkan masih terbatas pada
kinerja yang digunakan adalah nilai kinerja praktek yang baik (dilihat dari definisi
yang dihasilkan dari model pengukuran

Model Konseptual Analisis Perbaikan Kinerja (Triwulandari S. Dewayana) 141


praktek terbaik yang disimpulkan oleh terbaik, analisis praktek terbaik, dan
Jaffar dan Zairi 2000). penentuan prioritas perbaikan. Ke lima sub
model dirancangbangun saling terkait
Model Analisis Praktek Terbaik
dimana output dari model pengelompokan
bertujuan untuk mengidentifikasi praktek
akan menjadi bagian dari input model
terbaik yang menghasilkan kinerja terbaik.
pengukuran kinerja, output model
Input model berupa basis data yang
pengukuran kinerja akan menjadi bagian
diperlukan untuk analisis praktek terbaik.
dari input model pemilihan kinerja terbaik
Output dari model berupa keterkaitan antar
dan input model analisis praktek terbaik,
ukuran kinerja yang digunakan dan faktor
serta output dari model pemilihan kinerja
penyebab yang cukup penting untuk
terbaik dan model analisis praktek terbaik
dipertimbangkan serta identifikasi praktek
menjadi bagian dari input model penentuan
terbaik yang bisa dilakukan pabrik gula.
prioritas perbaikan. Oleh karena itu, model
Merujuk pada penelitian Corcoran analisis perbaikan kinerja yang
(2004) dan Latino dan Kenneth (2006) dirancangbangun merupakan model yang
maka pendekatan yang digunakan untuk terintegrasi untuk mencapai tujuan dari
melakukan analisis praktek terbaik adalah analisis perbaikan kinerja yaitu penentuan
root cause analysis. Root cause analysis kinerja, penentuan target kinerja, dan
dapat digunakan untuk mengidentifikasi penentuan prioritas perbaikan.
hubungan sebab akibat antar ukuran dan
faktor (ukuran lain) yang menentukan
kinerja. 6. DAFTAR PUSTAKA
4.5 Model Penentuan Prioritas [1] Amran TG, Kiki S. 2005. Pemilihan
Perbaikan Partner Potensial Bahan baku kimia
produk Fatigon Kaplet berdasarkan
Penentuan prioritas perbaikan
metode AHP dan Promethee di PT.
bertujuan untuk menentukan prioritas
Dankos Laboratories TBK. Di dalam :
perbaikan yang harus dilakukan oleh PG.
Prosiding Seminar Nasional
Input model berupa basis data yang
Manajemen Kualitas ke-5. ISSN:
diperlukan untuk penentuan prioritas
1907-0101-9-771907-010119. Jakarta.
perbaikan. Output dari model berupa
[2] Asrofah T, Zailani S, Fernando Y.
prioritas perbaikan yang harus dilakukan
2010. Best Practices for the
oleh PG terkait dengan ukuran kinerja.
Effectiveness of Benchmarking in the
Penentuan prioritas perbaikan
Indonesian Manufacturing Companies.
menggunakan pendekatan yang menyerupai
Benchmarking : An International
framework yang dikembangkan oleh Davies
Journal 17 (1) : 115 – 143.
dan Kochar (2000) berupa diagnostik atau
[3] Baxter LF, MacLeod AM. 2008.
penelusuran secara sistematis untuk
Managing Performance Improvement.
memilih praktek terbaik. Penelusuran
New York : Routledge.
secara sistematis dilakukan pada setiap
[4] Beheshti HM, Lollar JG. 2008. Fuzzy
kelompok pabrik gula. Untuk setiap pabrik
Logic and Performance Evaluation :
gula yang akan diperbaiki maka kinerja
Discussion and Application.
keseluruhan, kinerja setiap jenis kinerja,
International Journal of Productivity
dan kinerja setiap ukuran kinerja akan
and Performance Management 57 (3):
diperbandingkan dengan kinerja pabrik gula
237 – 246.
lain dalam kelompoknya.
[5] Chan DCK, Yung, Andrew WH. 2002.
An application of fuzzy sets to process
5. KESIMPULAN performance evaluation. Integrated
Manufacturing System 13(4): 237-246.
Analisis perbaikan kinerja dapat [6] Cocca P., Alberti M. 2010. A
dilakukan dengan menggunakan model Framework to Assess Performance
analisis perbaikan kinerja yang terdiri dari 5 Measurement Systems in SMEs.
(lima) sub model yaitu pengelompokan, International Journal of Productivity
pengukuran kinerja, pemilihan kinerja

142 Jurnal Teknik Industri, ISSN:1411-6340


and Performance Management 59 (2): and Performance Management 52 (2) :
186-200. 89-93.
[7] Cokins G. 2004. Performance [19] Halachmi A. 2005. Performance
Management : Finding the Missing Measurement is Only One Way of
Pieces (to Close the Intelligence Gap). Managing Performance. International
New Jersey : John Wiley & Sons. Journal of Productivity and
[8] Daellenbach HG, McNickle DC. Performance Management 54 (7): 502-
2005. Management Science : Decision 516.
Making Through System Thinking. [20] Jafari M, Bourouni A, Amiri RH.
New York : Palgrave Macmillan. 2009. A New Framework for Selection
[9] Dattakumar R, Jagadeesh R. 2003. A of the Best Performance Appraisal
Review of literature on Benchmarking. Method. European Journal of Social
Benchmarking: An International Sciences 7 (3): 92-100.
Journal 10 (3): 176-209. [21] Jaffar YF, Zairi M. 2000. Internal
[10] Davies AJ, Kochhar AK. 2000. A Transfer of Best Practice for
Framework for the Selection of Best Performance Excellence : A Global
Practices. International Journal of Survey. Benchmarking : An
Operations & Production Management International Journal 7 (4): 239-246.
20 (10): 1203-1217. [22] Jing GG. 2008. Diging for the Root
[11] Denton DK. 2010. Performance Cause. ASQ Six Sigma Forum
Measurement and Intranets : A Natural Magazine 7 (3): 19-24.
Partnership. International Journal of [23] Kusumadewi S, Hartati S, Harjoko S,
Productivity and Performance Wardoyo R. 2006. Fuzzy Multi-
Management 59 (7): 701-706. attribute Decision Making.
[12] Denton DK. 2005. Measuring Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu.
Relevant Things. International Journal [24] Laise D. 2004. Benchmarking and
of Productivity and Performance learning organizations : ranking
Management 54 (4):278 - 287. methods to identify “best in class”.
[13] Dragolea L, Cotirlea D. 2009. Benchmarking : An International
Benchmarking-A Valid Strategy for Journal 11 (6): 621-630.
the Long Term?. Annales [25] Latino RJ, Kenneth CL. 2006. Root
Universitatis Apulensis Series Cause Analysis : Improving
Oeconomica 11 (2) : 813 – 826. Performance for Bottom – Line
[14] Effendi A. 2009. Teknologi Gula. Results. Florida : CRC Press.
Jakarta : Penerbit BeeMarketer [26] Laugen BT, Acur N, Boer H. 2005.
Institute. Best Manufacturing Practices : What
[15] Elmuti D, Yunus K. 1997. An do the Best-Performing Companies
Overview of Benchmarking Process : Do?. International Journal of
A Tool for Continuous Improvement Operations & Production Management
and Competitive Advantage. 25 (2): 131-150.
Benchmarking for Quality [27] [LPPM-IPB] Lembaga Penelitian IPB.
Management & Technology 4 ( 4): 2002. Studi Pengembangan Agribisnis
229-243. Pergulaan Nasional.
[16] Gan G, Chaoqun M, Wu J. 2007. Data [28] [LPPM-IPB] Lembaga Penelitian IPB.
Clustering. United States of America : 2002. Studi Pengembangan Sistem
The America Statistic Association. Industri Pergulaan Nasional.
[17] Gleich R, Motwani J, dan Wald A. [29] Maire JL, Vincent B, Maurice P.
2008. Process Benchmarking : A New 2005 A Typology of “Best Practices”
Tool to Improve The Performance of for a Benchmarking Process.
Overhead Areas. Benchmarking : An Benchmarking : An International
International Journal 15 (3): 242-256. Journal 12 (1): 45-60.
[18] Grundberg T. 2003. A Review of [30] Manalu LP. 2009. Analisis Kinerja
Improvement Methods in Pabrik Gula Dengan Metoda DEA
Manufacturing Operations. (Data Envelopment Analysis). Jurnal
International Journal of Productivity

Model Konseptual Analisis Perbaikan Kinerja (Triwulandari S. Dewayana) 143


Hasil Penelitian Universitas Djuanda Identifikasi Penyebab Susut Distribusi
1 (2). Energi Listrik Menggunakan Metode
[31] Marchand M, Raymond L. 2008. FMEA.
Researching Performance [41] Reddy W, McCarthy S. 2006. Sharing
Measurement Systems : An Best Practice. International Journal of
Information Systems Perspective. Health Care Quality Assurance 19 (7):
International Journal of Operations & 594-598.
Production Management 28 (7): 663- [42] Sadaaki M, Hidetomo I, Katsuhiro H.
686. 2008. Algorithm for Fuzzy Clustering.
[32] Martin F. 2008. A Performance Di dalam : Studies in Fuzziness and
Technologist’s Approach to Process Soft Computing. ISSN : 1434-9922.
Performance Improvement. [43] Santos MF et al. 2007. Towards a
International Society for Definition of a Business Performance
Performance Improvement. 47 (2): Measurement System. International
30-40. Journal of Operations & Production
[33] Nenadal J. 2008. Process Performance Management 27 (8) : 784 – 801.
Measurement in Manufacturing [44] Siagian V. 1999. Analisis Efisiensi
Organizations. International Journal of Biaya Produksi Gula di Indonesia :
Productivity and Performance Pendekatan Fungsi Biaya Multi-input
Management 57 (6): 460-467. Multi-Output. Bogor : Program
[34] Olsen EO, Zhou H, Lee DMS, Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Padunchwit P. 2007. Performance [45] Sink D.S., Thomas C.T. 1989.
Measurement System and Planning and measurement in your
Relationships with Performance organization of the future. United
Results. International Journal of States of America : Industrial
Productivity and Performance Engineering and Management Press.
Management 56 (7): 559-582. [46] Southard PB, Parente DH. 2007. A
[35] [P3GI] Pusat Penelitian Perkebunan Model for Internal Benchmarking :
Gula Indonesia. 2008. Konsep When and How ?. Benchmarking : An
Peningkatan Rendemen Untuk International Journal 14 (2): 161-171.
Mendukung Program Akselerasi [47] [SPN] Stakeholder’s Pergulaan
Industri Gula Nasional. Nasional. 2006. Road Map
[36] Parmenter D. 2010. Key Performance Swasembada Gula Nasional.
Indicators. Jakarta : PT Elex Media [48] Spitzer DR. 2007. Transforming
Komputindo. performance measurement : rethinking
[37] Pierre JS, Delisle S. 2006. An Expert the way we measure and drive
Diagnosis System for the organizational success. New York :
Benchmarking of SME’s Performance. AMACOM.
Benchmarking : An International [49] Stiffler MA. 2006. Performance :
Journal 13 (1/2): 106-119. Creating the Performance-Driven
[38] Prvulovic S, Dragisa T, Zivan Z, Organization. New Jersey : John
Ljiljana R. 2008. Multi-Criteria Wiley & Sons Inc.
Decision In The Choice Of [50] Swanson RA. 1996. Analysis for
Advertising Tools. Journal Of Facta Improving Performance : Tools for
Universitatis : Mechanical Diagnosing Organizations &
Engineering 6 (1): 91-100. Documenting Workplace Expertise.
[39] Radnor ZJ, Barnes D. 2007. Historical United States of America : Pleasant
analysis of performance measurement Run Publishing Services.
and management in operations [51] Triyanti V, Gadis MT. 2008.
management. International Journal of Pemilihan Supplier Untuk Industri
Productivity and Performance Makanan Menggunakan Metode
Management 56: 384-396. PROMETHEE. Journal of Logistics
[40] Ramadhani M, Fariza A, Basuki DK. and Supply Chain Management 1 (2):
2007. Sistem Pendukung Keputusan 83-92.

144 Jurnal Teknik Industri, ISSN:1411-6340


[52] Tangen S. 2004. Performance [55] Wibisono D. 1999. Analisis
Measurement : From Philosophy to Keterkaitan Variabel Kinerja dalam
Practice. International Journal of Perusahaan Manufaktur. Jurnal ISTMI
Productivity and Performance 3 (2) : 27-35.
Management 53 (8) : 726 – 737. [56] Wibisono D. 2006. Manajemen
[53] Unahabhokha C, Platts K, Tan KH. Kinerja : Konsep, Desain, dan Teknik
2007. Predictive performance Meningkatkan Daya Saing
measurement system : A fuzzy expert Perusahaan. Jakarta : Erlangga.
system approach. Benchmarking : An [57] Xu R, Wunsch DC. 2009. Clustering.
International Journal 14 (1) : 77 – 91. New Jersey : IEEE Press.
[54] Ungan MC. 2007. Manufacturing Best [58] Yasin MM. 2002. The Theory and
Practices : Implementation Success Practice of Benchmarking : Then and
Factors and Performance. Journal of Now. Benchmarking : An International
Manufacturing Technology Journal 9 (3) : 217-243.
Management 18 (3) : 333 – 348.

Model Konseptual Analisis Perbaikan Kinerja (Triwulandari S. Dewayana) 145


PERANCANGAN PERMAINAN INTERAKTIF SEBAGAI ALAT
UNTUK MEMPERKENALKAN DUNIA INDUSTRI
PADA SISWA SMA
Vivi Triyanti1, Christine Natalia2
Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jakarta

ABSTRACT
The research builds an interactive game to help high school students in getting better
understanding of Industrial Engineering.. The game is about the flour production company
which process are procurement, production and sales, played by a team consisted of four
students. After design and construction phases, the game was tried in Tarakanita High school.
Using paired t-test for means, it is concluded that there is increasing grade in posttest value. It
means after playing the game ,students have better understanding about aspect that are
concerned in Industrial Engineering. Moreover, based on evaluation review, there are good
acceptances of the activities
Keywords: Industrial Engineering, Interactive Game, Logistic

1. PENDAHULUAN3 Adapun dalam permainan tersebut


merepresentasikan sebuah kasus yang
Teknik industri adalah cabang dari
terjadi dalam dunia industri secara nyata
ilmu teknik yang berpusat pada
dalam tingkat corporate dengan adanya
perancangan, pengembangan dan
simulasi dengan konsep simulasi dengan
pembuatan sistem yang terintegrasi antara
role playing. Pada permainan ini, kondisi
manusia, material, informasi, peralatan dan
nyata yang ada di dunia industri
energi. (Turner, 2000). Dalam ilmu teknik
digambarkan dengan adanya beberapa
industri, diajarkan untuk berpikir secara
bagian dalam perusahaan yang mempunyai
integral mengenai aspek yang
tugas dan tanggung jawabnya masing-
mempengaruhi industri, yaitu 5 M (Man,
masing dalam menentukan jalannya roda
Machine, money, method, market). Saat
perusahaan.
inipun kebutuhan akan Sarjana Teknik
Industripun meningkat di kalangan Industri Melalui permainan ini hendak
diperlihatkan bahwa keilmuan Teknik
Namun disayangkan, menurut hasil
Indutri mempelajari setiap aktivitas di
wawancara dengan anggota Tim Promosi
industri, baik yang terkait dengan produksi,
Unika Atma Jaya yang menangani promosi
manajemen dan keuangan dengan
untuk Teknik Industri, masih banyak
memperlihatkan keterkaitan antar individu
kalangan siswa/i SMA yang belum
maupun aktivitas yang terjadi di tiap
mengetahui Jurusan teknik Industri dengan
bagian. Dengan pemahaman ini diharapkan
jelas, terutama mengenai keilmuan yang
agar setiap bagian dapat mengambil
dipelajari di Teknik Industri itu sendiri.
keputusan dengan lebih obyektif dan
Untuk itu pada penelitian ini akan dibuat
sistematis, dengan memperhatikan input
konsep permainan interaktif yang dapat
dan output dari/ke seluruh pihak yang
memperkenalkan keilmuan Teknik Industri,
terkait. Selain itu dengan adanya unsur
terutama dalam kaitan dengan berbagai
ketidakpastian dari pihak luar, pemain akan
bidang kerja yang terdapat di dunia industri.
mempelajari tentang adanya resiko yang
dapat terlibat dalam berbagai pengambilan
Korespondensi : keputusan
1
Vivi Triyanti
E-mail : vivi.triyanti@atmajaya.ac.id,
2
Christine Natalia
E-mail : christine.natalia@atmajaya.ac.id

146 Jurnal Teknik Industri, ISSN:1411-6340


1.1. Rumusan Masalah dimaksudkan untuk membangun suasana
belajar yang dinamis, penuh semangat, dan
Berdasarkan uraian di atas, maka
antusiasme. Karakteristik permainan adalah
dapat dirumuskan permasalahan yaitu
menciptakan suasana belajar yang
masih banyak kalangan siswa/i yang belum
menyenangkan (fun) serta serius tapi santai
mengetahui Jurusan teknik Industri dengan
(sersan). Permainan digunakan untuk
jelas, terutama mengenai bidang ilmu dari
penciptaan suasana belajar dari pasif ke
Teknik Industri dan peranan Ilmu TI di
aktif, dari kaku menjadi gerak (akrab), dan
perusahaan. Oleh karena itu akan diujikan
dari jenuh menjadi riang (segar). Metode ini
konsep baru untuk memberikan informasi
diarahkan agar tujuan belajar dapat dicapai
tentang keilmuan TI kepada siswa/i SMA,
secara efisien dan efektif dalam suasana
berupa permainan interaktif. Hipotesis yang
gembira meskipun membahas hal-hal yang
akan dibuktikan dalam penelitian ini adalah
sulit atau berat. Sebaiknya permainan
bahwa melalui permainan interaktif maka
digunakan sebagai bagian dari proses
siswa/i SMA dapat lebih mengerti
belajar, bukan hanya untuk mengisi waktu
mengenai bidang ilmu Teknik Industri dan
kosong atau sekedar permainan. Permainan
peranannya di perusahaan. Hipotesis ini
sebaiknya dirancang menjadi suatu ‘aksi’
akan dibuktikan melalui tes yang diberikan
atau kejadian yang dialami sendiri oleh
kepada siswa/i SMA sebelum dan setelah
peserta, kemudian ditarik dalam proses
mengikuti permainan interaktif.
refleksi untuk menjadi hikmah yang
1.2 Tujuan Penelitian mendalam (prinsip, nilai, atau pelajaran-
Penelitian ini bertujuan untuk: pelajaran). Wilayah perubahan yang
1. Mengembangkan konsep dan detail dipengaruhi adalah rana sikap-nilai.
permainan interaktif yang dapat 2.2. Proses Generik Pengembangan
digunakan siswa/i SMA dalam Produk
memahami keilmuan Teknik Industri
Proses adalah urutan dari langkah-
dan peranan ilmu TI di perusahaan
langkah transformasi sebuah input menjadi
2. Konstruksi dan Uji permainan interaktif
output. Sehingga, proses pengembangan
yang dibuat
produk merupakan urutan-urutan langkah-
3. Aplikasi permainan interaktif pada
langkah perusahaan dalam menyusun,
siswa/i SMA
merancang dan mengkomersialkan suatu
4. Mengevaluasi hasil aplikasi permainan
produk.
interaktif yang diterapkan pada siswa/i
SMA Proses generik pengembangan
produk memiliki lima tahapan penting yaitu
1.3 Manfaat penelitian
pengembangan konsep, (concept
Dengan melakukan permainan ini, development), rancangan tingkat sistem
diharapkan agar siswa/i SMA dapat produk (system level design), rancangan
memperoleh gambaran yang lebih jelas detail (detail design), uji coba dan evaluasi
mengenai bidang ilmu Teknik Industri dan (testing and refinement), uji coba proses
peranannya di perusahaan untuk produksi (production ramp-up).
menyelesaikan masalah sebagai suatu
1. Pengembangan konsep: dalam tahapan
sistem yang integrasi.
ini kebutuhan pasar harus dapat
diketahui, juga perlu membangun dan
mengevaluasi alternatif konsep produk
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Permainan (Games) dan akhirnya terpilih satu konsep
produk yang akan dikembangkan.
Permainan (games), populer dengan Suatu konsep adalah suatu deskripsi
berbagai sebutan antara lain pemanasan tentang bentuk, fungsi dan fungsi
(ice-breaker) atau penyegaran (energizer). tambahan produk (features).
Arti harfiah ice-breaker adalah ‘pemecah 2. Rancangan tingkatan sistem produk:
es’. Jadi, arti pemanasan dalam proses tahapan ini meliputi pendefinisian
belajar adalah pemecah situasi kebekuan arsitektur produk dan pembagian
pikiran atau fisik peserta. Permainan juga produk atas komponen-komponennya,

Perancangan Permainan Interaktif Sebagai Alat (Vivi Triyanti) 147


juga pendefinisian skema perakitan pihak yang berkepentingan sehingga
terakhir untuk produk tersebut. kasus dan program simulasi yang akan
Outputnya berupa komponen dan dibuat dapat difokuskan pada
penyusun produk, spesifikasi tiap kebutuhan mereka. Pihak yang terkait
komponen produk dan precedence disini adalah siswa/i SMA yang akan
diagram yang menggambarkan memainkan permainan ini maupun
keterkaitan aktivitas. pihak jurusan yang bermaksud
3. Rancangan detail: tahap ini meliputi memperkenalkan keilmuan Teknik
spesifikasi lengkap mengenai bentuk Industri. Berdasarkan hasil identifikasi
geometri produk dan komponennya, kebutuhan user, maka kebutuhan-
bahan yang digunakan, serta ukuran kebutuhan user tersebut dapat
dan toleransinya dari seluruh komponen dikelompokkan menjadi beberapa
(bagian) penyusun komponen dan kelompok besar sebagai kebutuhan
produknya, serta standar ukuran primer. Kebutuhan primer tersebut
komponen (bagian) yang dipesan, dapat dilakukan break down menjadi
termasuk pula proses pengerjaan dan kebutuhan sekunder dan tersier.
peralatan maupun mesin yang
2. Perancangan Kasus
digunakan untuk seluruh komponen,
Kasus yang akan dibangun
rencana proses produksi untuk lini
merepresentasikan suatu perusahaan
produksi.
manufaktur yang telah exist. Pada
4. Uji coba dan evaluasi: pada tahapan ini
bagian ini, ide konsep ini akan lebih
meliputi pembuatan produk
dibuat detailnya, termasuk:
percontohan (prototype) untuk
dievaluasi sebelum dilakukan proses 1. Identifikasi variabel yang terlibat
produksi. dalam konsep permainan
5. Uji coba proses produksi: tahapan ini 2. Validasi kasus untuk mengetahui
bertujuan untuk melatih para pekerja apakah model konseptual yang
dan untuk mengetahui permasalahan dibangun telah sesuai dengan
yang terjadi ketika produk itu dicoba kebutuhan user dan dengan kondisi
untuk dibuat. nyata.
3. Perancangan Tingkat Sistem
3. METODOLOGI PENELITIAN Pada perencanaan tingkat sistem,
dilakukan perancangan bentuk dari game
Tahap-tahap metodologi penelitian dapat
tersebut serta membuat tampilan dari game
dilihat sebagai berikut :
tersebut. Selain tampilan dari game,
1. Pendahuluan dilakukan perancangan aturan main dari
game seperti aturan langkah atau urutan
Sebelum melakukan penelitian, maka
permainan. Perancangan tingkat sistem
dilakukan penelitian pendahuluan untuk
meliputi Perancangan “Rule of the game”
mengetahui kebutuhan dari tim promosi
dan Perancangan “Form Game”.
yang akan diangkat menjadi bahan kasus.
Penelitian dilakukan secara kualitatif 1. Perancangan Rule of The Game
dengan menggunakan pertanyaan terbuka a. Deskripsi Umum
terhadap beberapa mahasiswa Teknik Menjelaskan mengenai kondisi
Industri Unika Atma Jaya Jakarta yang perusahaan secara umum dan divisi
pernah menjadi tim promosi. Berdasarkan yang terdapat dalam perusahaan serta
hasil penelitian pendahuluan maupun dari tugas masing-masing divisi
studi pustaka, maka dilakukan perumusan b. Sistem Produksi
masalah maupun tujuan penelitian. Menjelaskan mengenai produk yang
diproduksi dan sistem produksi dari
2. Pengembangan Konsep
perusahaan.
1. Identifikasi kebutuhan c. Biaya Produksi
Dilakukan untuk mengetahui hal-hal Dalam bagian ini juga dijelaskan
apa saja yang dibutuhkan oleh semua mengenai kapasitas produksi, biaya

148 Jurnal Teknik Industri, ISSN:1411-6340


tenaga kerja, biaya penyimpanan dan 7. Kesimpulan
biaya lainnya yang berhubungan
Setelah pelaksanaan analisis berhasil, maka
dengan biaya produksi
dapat ditarik kesimpulan berdasarkan hasil
d. Sistem Permainan
pengolahan data dan analisis.
Menjelaskan mengenai tahapan yang
harus dilalui oleh para pemain dan
peraturan permainan
4. HASIL PENELITIAN
2. Perancangan Form game
Pada tahap ini akan dibuat beberapa Kebutuhan mahasiswa Teknik
form game untuk membantu peserta Industri akan suatu metode yang dapat
dalam merekap datanya, misalnya digunakan untuk dapat berpikir integral
form pembelian bagan baku, form dituangkan dalam bentuk suatu metode
produksi, dan lain-lain. Form yang pembelajaran dengan menggunakan
akan dikembangkan meliputi form permainan interaktif. Pada permainan
untuk membantu penginputan dan interaktif ini, digunakan beberapa keilmuan
form untuk merekap hasil. dasar Teknik Industri yaitu Perencanaan
Produksi, Analisis Keputusan,
4. Perancangan Tingkat Detail Pemrograman Linier, Akuntansi dan Biaya
Pada tahap ini akan dilakukan konstruksi dan Manajemen.
alat bantu dengan program Microsoft Excel Pada permainan interaktif ini terdapat
dan verifikasi hasil sebuah kasus yang merepresentasikan suatu
1. Konstruksi perusahaan penghasil tepung terigu dimana
Berdasarkan hasil perancangan model setiap perusahaan ini terdiri atas empat
kasus serta perancangan form game, divisi utama yaitu production, finance,
maka Interactive Industrial Game ini marketing and purchasing serta business
dapat dirancang dengan menggunakan analyst. Setiap divisi dalam permainan ini
program Microsoft Excel. mempunyai tugas masing-masing.
2. Verifikasi Perusahaan tepung terigu pada
Verifikasi program dilakukan dengan permainan ini memproduksi empat jenis
menjalankan program serta melakukan tepung terigu yang diklasifikasikan
perbandingan antara hasil yang didapat berdasarkan kandungan protein yang
pada program yang dibuat serta terdapat dalam tepung terigu tersebut.
perhitungan manual yang dilakukan. Kandungan protein yang terdapat pada
5. Uji Coba tepung terigu tersebut berasal dari
pencampuran gandum. Gandum yang
Setelah dilakukan konstruksi game
menjadi bahan baku tepung terigu ini terdiri
serta melakukan validasi dan verifikasi,
atas delapan jenis yang mempunyai
maka langkah selanjutnya adalah
kandungan protein yang berbeda-beda.
melakukan uji coba. Uji coba dilakukan di
suatu SMA yang terpilih. Uji coba ini Permainan ini terbagi menjadi tiga
digunakan untuk mengetahui efek dari bagian yaitu pembelian gandum, produksi
permainan ini terhadap pemahaman peserta serta penjualan tepung terigu. Prosedur
uji coba mengenai integrasi di dalam pembelian gandum pada permainan ini
Teknik Industri. Pemberian tes dilakukan berdasarkan prosedur lelang. Sedangkan
sebelum dan sesudah permainan interaktif prosedur pada penjualan tepung terigu
dimulai. Hasilnya akan dibandingkan menggunakan skema tender. Untuk lebih
dengan uji statistik yang sesuai. jelasnya, prosedur permainan ini dapat
dilihat pada gambar 1.
6. Analisis
Pada permainan ini, digunakan form
Setelah dilakukan pengolahan data,
manual serta form pada komputer sebagai
maka dilakukan analisis terhadap aspek-
alat bantu pada permainan. Form pada
aspek yang berpengaruh dalam permainan
komputer dibuat dengan menggunakan
yang telah dirancang serta analisis hasil uji
program MS Excel. Sedangkan form
coba dan implementasi permainan ini.
manual dibuat untuk digunakan dalam

Perancangan Permainan Interaktif Sebagai Alat (Vivi Triyanti) 149


prosedur-prosedur permainan seperti tender tepung terigu.
pendaftaran lelang gandum dan pendaftaran

Gambar 1. Prosedur Permainan Interaktif

UJI COBA Keempat orang ini akan bekerja sama dan


memerankan jabatan sebagai Production
Peserta Industrial Games adalah
Manager, Finance Manager, Marketing &
siswa/i SMU yang dibagi dalam
Purchasing Manager, dan Business Analyst
tim/kelompok yang terdiri atas 4 (empat)
dari perusahaan tepung terigu yang
orang dalam 1 (satu) tim untuk siswa/I
dikelola. Adapun target peserta yang
kelas 1, kelas 2, dan atau kelas 3.
diharapkan sebanyak 10 tim

150 Jurnal Teknik Industri, ISSN:1411-6340


Kegiatan dilaksanakan pada : hasil kuesioner untuk setiap pertanyaan
Hari/ tanggal : Selasa, 12 Oktober 2010 yang diberikan adalah sebagai berikut:
Waktu : 11.00 – 14.00
Tempat : SMA Tarakanita-Pulo Raya
Tabel 1. Hasil Penyebaran Kuesioner
IV no 17, Kebayoran Baru
SEBELUM SESUDAH
Kegiatan Industrial Games telah 1 8 9
dilaksanakan dengan baik di SMA 2 4 9
Tarakanita, dengan jumlah peserta hampr 3 4 5
mendekati yang ditargetkan yaitu sebanyak 4 6 5
36 orang (9 tim). 5 6 8
6 5 9
7 5 6
5. ANALISIS
8 8 9
5.1. Pengujian Hipotesis 9 7 10
Kuesioner disini digunakan untuk 10 7 10
mengetahui pendapat siswa/i SMA 11 6 4
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan 12 7 7
istilah maupun kegiatan di industri, 13 7 7
terutama pada kasus yang sedang dibahas. 14 5 8
Kuesioner ini diberikan sebelum dan 15 6 6
sesudah siswa/i SMA melakukan 16 5 7
permainan, dimana pada tahap selanjutnya 17 6 6
data sebelum melakukan permainan disebut 18 6 8
dengan pretest sedangkan data setelah 19 6 8
melakukan permainan disebut dengan 20 8 9
posttest. Kuesioner diberikan kepada 21 5 7
seluruh siswa/i SMA yang menjadi peserta 22 9 10
permainan. 23 9 10
Kuesioner yang diberikan merupakan 24 8 8
multiple choice, dimana hanya satu jawaban 25 7 7
yang benar. Siswa diminta untuk memilih 26 5 6
salah satu jawaban yang dianggap paling 27 5 6
benar. Kegiatan ini diikuti oleh 36 peserta. 28 3 6
Jadi terdapat 36 peserta yang mengisi 29 7 8
kuesioner. Namun karena satu dan lain hal, 30 8 8
ada 3 orang yang tidak dapat mengikuti 31 10 9
kegiatan sampai akhir. Oleh karena itu, 32 8 9
kuesioner yang diisi dengan lengkap 33 6 5
(sebelum dan sesudah kegiatan) ada 33
kuesioner. Pada kuesioner terdapat 10
Setelah itu data dibandingkan dengan
pertanyaan. Untuk masing-masing siswa,
menggunakan uji t bepasangan satu arah
dihitung berapa jawaban yang dijawab
untuk menguji apakah jumlah jawaban yang
dengan benar.
benar pada pengisian kuesioner setelah
Berdasarkan data hasil kuesioner kegiatan lebih besar daripada jumlah
yang diberikan, kemudian dilakukan jawaban yang benar pada pengisian
pengolahan data dengan menggunakan uji t kuesioner setelah kegiatan. Berdasarkan
berpasangan. Uji t berpasangan ini sendiri hasil pengujian uji t berpasangan dengan
merupakan uji yang dilakukan untuk menggunakan bantuan software Microsoft
menguji 2 sampel yang sama namun Excel, dapat diketahui apakah ada
memiliki perlakuan yang berbeda. Hasil perbedaan antara hasil pengujian sebelum
yang dilihat adalah perbedaan hasil rataan melakukan permainan dengan pengujian
data dengan nilai kritis yang dimiliki. Data setelah melakukan permainan.

Perancangan Permainan Interaktif Sebagai Alat (Vivi Triyanti) 151


Adapun hipotesis nol (H0) dan H1 : Rata-rata selisih antara data
hipotesis tandingan (H1) yang digunakan sebelum permainan dan sesudah
adalah sebagai berikut : permainan adalah lebih kecil dari 0.
Ho : δ = 0 Tingkat kepercayaan yang digunakan
Ho : Rata-rata selisih antara data adalah 95% sehingga alpha (α) adalah 0.05.
sebelum permainan dan sesudah Dengan menginputkan data tersebut pada
permainan adalah 0 software Microsoft Excel uji t-test : paired
Hipotesis tandingannya adalah two sample for means, hasilnya adalah
sebagai berikut:
H1 : δ < 0

Tabel 2. Hasil Uji paired t test

t-Test: Paired Two Sample for Means


SEBELUM SESUDAH
Mean 6.424242424 7.545454545
Variance 2.564393939 2.755681818
Observations 33 33
Pearson Correlation 0.568541358
Hypothesized Mean Difference 0
Df 32
t Stat -4.249436217
P(T<=t) one-tail 8.64661E-05
t Critical one-tail 1.693888703
P(T<=t) two-tail 0.000172932
t Critical two-tail 2.036933334

Dalam menganalisis hasil pengujian alpha (α) 0.05. Oleh karena itu tolak H0 dan
hipotesis ini dilakukan, dengan terima H1, yang berarti kedua data berbeda
membandingkan P-value hasil pengujian secara signifikan. Karena uji ini dilakukan
dengan nilai kritis alpha (α) yang satu arah, maka dapat disimpulkan bahwa
digunakan yaitu 0.05. P-value atau P(T<t) H0 ditolak. Hasil (jumlah jawaban yang
merupakan kemungkinan |T hitung| lebih benar) sebelum melakukan permainan
kecil dari |t tabel|. Jika |T hitung| lebih besar lebih sedikit dari pada hasil (jumlah
dari |t tabel |, menunjukkan bahwa kedua jawaban yang benar) setelah melakukan
data berbeda. Sebaliknya jika |T hitung| permainan. Karena jumlah jawaban yang
lebih kecil dari |t tabel |, menunjukkan benar menunjukkan tingkat pemahaman
bahwa kedua data yang dibandingkan terhadap konsep keilmuan Teknik Industri,
adalah sama. terutama yang digunakan pada permainan
ini, maka terlihat bahwa terjadi peningkatan
Oleh karena itu jika P(T<t)
pemahaman dari para siswa setelah
mempunyai nilai kurang dari 0.05, berarti
melakukan permainan ini.
kemungkinan bahwa kemungkinan kedua
data yang dibandingkan adalah sama, 5.2. Analisis Respon Terhadap Kegiatan
adalah sangat kecil (lebih kecil dari nilai α Industrial Games
yang disyaratkan). Atau bisa dikatakan
Pada akhir kegiatan para siswa juga
bahwa perbedaan kedua data adalah bukan
dibagikan kuesioner yang digunakan untuk
karena kebetulan.
mengetahui respon siswa/i SMA terhadap
Oleh karena pada data ini nilai kegiatan Industrial Games yang diadakan.
P(T<t) adalah lebih kecil dari nilai alpha Tiap pertanyaan harus dijawab dengan
(α), yaitu 8.64661E05, lebih kecil dari nilai pendapat siswa terhadap item yang

152 Jurnal Teknik Industri, ISSN:1411-6340


ditanyakan. Penilaian adalah sebagai Bagian ini sendiri diberikan kepada
berikut: siswa/i SMA yang menjadi peserta
Baik  Nilai = 3 Industrial Games setelah melakukan
Cukup  Nilai = 2 permainan dan kegiatan Industrial Games
Kurang  Nilai = 1 ini.

Tabel 3. Rekap Nilai Evaluasi dari siswa


No Pertanyaan Nilai
1 Promosi kegiatan TI games ini secara umum. 2.44
Pelaksanaan kegiatan perkenalan teknik industri melalui kegiatan TI games sudah
2 dapat memperkenalkan apa itu teknik industri. 2.24
3 Permainan dalam kegiatan ini memberi manfaat mengetahui apa itu teknik industri 2.32
4 Reward yang diberikan dari kegiatan ini. 2.32
5 Fasilitas yang dipakai dalam permainan. 2.59
6 Realitas dunia industri yang digambarkan dari permainan. 2.38
7 Waktu yang dipergunakan untuk kegiatan TI games. 2.06
8 Waktu yang diberikan untuk berpikir dalam permainan. 2.00
Peran panitia dalam kegiatan untuk membantu peserta memperkenalkan apa itu
9 teknik industri dan bagaimana permainan dilakukan dalam TI games ini. 2.56

Dari hasil 33 kuesioner yang terisi • Penambahan waktu untuk setiap sesi
dengan lengkap, disimpulkan bahwa secara (lelang gandum, produksi, dan tender
umum mereka menyambut positif terhadap gandum)
kegiatan ini. Siswa/i SMA setuju bahwa
metode permainan yang dilakukan dapat
lebih membantu untuk memahami ilmu 6. KESIMPULAN
khususnya Teknik Industri. Hal ini 1. Konsep dasar permainan ini merupakan
menunjukkan bahwa suatu metode kondisi sebuah perusahaan penghasil
permainan dapat lebih membantu dan tepung terigu yang pada prosesnya
mempermudah untuk mengenal dan terbagi menjadi tiga bagian besar yaitu
memahami suatu bidang ilmu dalam hal ini pembelian bahan baku atau gandum,
adalah bidang ilmu Teknik Industri. proses produksi tepung terigu dan
proses penjualan produk jadi yaitu
Kegiatan ini sendiri mendapat
tepung terigu. Dalam permainan ini
tanggapan yang baik dari pihak sekolah dan
beberapa mata kuliah Teknik Industri
siswa di SMA yang diadakan. Permainan
yang digunakan di antaranya
yang ada dianggap dapat lebih membantu
Perencanaan Produksi, Akuntansi dan
dan mempermudah untuk mengenal dan
Biaya, Analisis Keputusan,
memahami bidang ilmu khususnya Teknik
Pemrograman Linier serta ilmu
Industri. Dari feedback lisan juga diperoleh
manajerial.
beberapa masukan, antara lain :
2. Dalam permainan ini, dirancang untuk
• Penambahan animasi pada materi dapat merepresentasikan kondisi dalam
perlombaan sehingga terlihat lebih perusahaan dimana terdapat pembagian
menarik dan mengurangi kesan terlalu peran anggota tim yang berjumlah
serius empat orang yang dibagi menjadi
• Adanya mentor yang mendampingi tiap marketing and purchasing, production,
kelompok finance dan business analyst.
• Hadiah yang lebih besar jumlahnya 3. Berdasarkan hasil kuesioner dan
• Kegiatan lebih sering diadakan evaluasi pada saat uji coba yang telah
dilakukan, dapat diketahui bahwa
permainan ini cukup bermanfaat bagi

Perancangan Permainan Interaktif Sebagai Alat (Vivi Triyanti) 153


mahasiswa terutama dalam [8] Nasution, Arman Hakim. 2003,
mensimulasikan kondisi nyata yang ada Perencanaan & Pengendalian
dalam dunia industri dan juga Produksi, Surabaya : Guna Widya.
membantu pembentukan pola pikir [9] Prabhu, V., Baker, M. 1986.
integral dalam ilmu Teknik Industri. Industrial Engineering. London:
McGraw-Hill
[10] Salvendy, G. et al. 1982. Handbook
7. DAFTAR PUSTAKA of Industrial Engineering New York:
[1] Bazaara, M.S. dan Jarvis, J. J. 1977. John Wiley & Sons.
Linear Programming and Network [11] Sirivongpaisal, N. 1999. Minimum
Flows. New York: John Wiley & Cost Flow in A Supply Chain
Sons Problem Using A Stochastic Linear
[2] Daellenbach, H.G. 1994. Systems and Programming Approach. Doctor of
Decision Making. Chicester : John Philosophy Dissertation. Ann Arbor:
Wiley & Sons University of Texas at Arlington.
[3] Hilgard, E. R., Bower, G. H. 1966. [12] Solomon, J. 2007. Corporate
Theories of Learning, New York: Governance and Accountability.
Appleton- Century-Crofts. Chicester: John Wiley & Sons.
[4] Jogiyanto. 2006. Pembelajaran [13] Taha, H.A. 1989. Operations
Metode Kasus, Yogyakarta : ANDI. Research: An Introduction. New
[5] Johnson, G dan Scholes, K. 1999. York: MacMillan Publishing
Exploring Corporate Strategy. Company.
London: McGraw-Hill. [14] Turner, W.C., Mize, J.H., Case,.K.E.,
[6] Manullang, M. 1987. Dasar-Dasar Nazemetz, J.W. 2000. Pengantar
Manajemen. Jakarta : Ghalia Teknik & Sistem Industri. Surabaya:
Indonesia Guna Widya
[7] Murthy, D.N.P., Page, N.W., dan [15] Ulrich, K.T dan Eppinger, S.D. 2001
Rodin, E.Y. 1990. Mathematical Perancangan dan Pengembangan
Modelling. Headington Hill Hall, Produk. Jakarta : Salemba Teknika.
Oxford : Pergamon Press Inc

154 Jurnal Teknik Industri, ISSN:1411-6340


SISTEM MANAJEMEN KEAMANAN PANGAN ISO 22000
UNTUK INDUSTRI YANG BERHUBUNGAN DENGAN PANGAN
Wawan Kurniawan
Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Trisakti

ABSTRACT
This paper was discussing about ISO 22000. ISO 22000 is an international standard that
defines the requirements of a food safety management system covering all organizations in the
food chain from “farm to table”. The standard combines generally recognized key elements to
ensure food safety along the food chain, including: interactive communication, system
management, control of food safety hazards through pre-requisite programmes and HACCP
plans, continual improvement and updating of the food safety management system. ISO
22000:2005 is also for companies seeking to integrate their quality management system, for
example ISO 9001:2000 and British Retail Consortium (BRC).
Keywords: ISO 22000, HACCP, ISO 9001:2000, British Retail Consortium

1. PENDAHULUAN4 Negara-negara maju seperti Amerika


Serikat, Australia, Jepang, dan negara-
Undang-Undang No.7 tentang
negara Eropa menuntut tingkat keamanan
pangan tahun 1996 menjelasan pengertian
pangan yang tinggi. Oleh karena itu
pangan sebagai segala sesuatu yang berasal
manajemen suatu perusahaan atau industri
dari sumber hayati dan air, baik yang diolah
pangan (makanan dan minuman) harus
maupun tidak diolah, yang diperuntukkan
memenuhi standar mutu internasional ISO
sebagai makanan atau minuman sebagai
22000. Standar mutu ini telah diluncurkan
konsumsi manusia, termasuk bahan
oleh badan akreditasi internasional di
tambahan pangan, bahan baku pangan, dan
Inggris pada bulan September 2005. Oleh
bahan lain yang digunakan dalam proses
karena itu sistem ini dinamakan ISO
penyiapan, pengolahan dan atau pembuatan
22000:2005, sistem ketahanan pangan
makanan atau minuman. Sedangkan
(Food Safety Management Systems)
keamanan pangan adalah kondisi dan upaya
(www.indonesiafruitexport.com/sscontent.p
yang diperlukan untuk mencegah pangan
hp?id=2&sm_Id=30).
dari kemunginan cemaran biologis, kimia
dan benda lain yang dapat mengganggu, Tujuan dari penulisan makalah ini
merugikan dan membahayaan kesehatan adalah mempelajari ISO 22000 sebagai
manusia. sistem manajemen keamanan pangan
terbaru.
Keamanan pangan sesungguhnya
tidak hanya diperuntukkan untuk
masyarakat negara-negara maju saja, tetapi
2. TINJAUAN ISO 22000
masyarakat kita sebagai negara berkembang
pun harus memiliki kesadaran dan International Organization for
pemahaman terhadap pentingnya keamanan Standardization (ISO) telah menerbitkan
pangan. Keamanan pangan penting untuk standar pangan terbaru yaitu ISO 22000.
kesehatan masyarakat secara keseluruhan, ISO 22000 adalah panduan bagi industri
jika masyarakat tingkat kesehatannya tinggi atau organisasi untuk mengelola sebuah
maka produktivitas dan kualitas hidup akan sistem manajemen keamanan pangan yang
tinggi. pro aktif dan fleksibel (Friana, 2006).
Tujuan dari Standar ISO 22000 sebagai
berikut:
Korespondensi : 1. Mengharmonisasikan persyaratan
Wawan Kurniawan sistem manajemen keamanan pangan
E-mail : wawankurniawan@yahoo.com

Sistem Manajemen Keamanan Pangan ISO 22000 (Wawan Kurniawan) 155


untuk usaha yang terkait dalam rantai 3. Definisi
pangan 4. Sistem Manajemen Keamanan Pangan
2. Memudahkan kerja bada usaha karena 5. Tanggung jawab Manajemen
hanya menggunakan satu standar, 6. Manajemen Sumber daya
sekaligus memudahkan badan 7. Perencanaan dan realisasi produk yang
sertifikasi aman
3. Memastikan standar dapat diperoleh 8. Validasi, verifikasi dan pengembangan
dengan mudah di seluruh dunia, tanpa sistem manajemen keamanan pangan
adanya monopoli oleh satu badan
sertifikasi khusus. Menurut Thaher (2005), persyaratan
ISO 22000 bersifat generik dan ditekankan
Menurut Friana (2005) keuntungan
penerapannya pada semua organisasi yang
penerapan ISO 22000 bagi perdagangan
merancang dan menerapkan sistem
internasional antara lain:
manajemen keamanan yang efektif, tidak
1. Semua organisasi yang telah memenuhi
tergantung pada jenis, ukuran, dan
ISO 22000 memiliki kesempatan yang
organisasi yang disediakan. Selanjutnya
sama untuk bersaing satu sama lain di
Thaher (2005) mengemukakan bahwa
kancah perdagangan bebas maupun
organisasi yang bisa menerapkan satu atau
perdagangan regional.
beberapa tahap rantai pangan (misalnya
2. Adanya standar nasional maupun
produsen pakan, petani, produsen bahan
regional yang beragam dapat
tambahan makanan, produsen pangan,
menciptakan batasan teknis terhadap
pengecer, layanan pangan, jasa sanitasi,
perdagangan, meskipun selalu ada
transportasi, penyimpanan, dan jasa
persetujuan politik untuk menangani
distribusi) serta organisai lain yang tidak
kuota import.
secara langsung berada dalam rantai pangan
3. Standar internasinal memiliki arti teknis
(seperti pemasok peralatan, penyedia bahan
yang penting dimana pesetujuan
pembersih, bahan kemasan, dan bahan lain
perdagangan politis dapat diperkirakan.
yang bersentuhan dengan pangan). Oleh
International Organization for karena sistem ini meliputi seluruh rantai
Standardization (2005) mengemukakan pangan maka sering dinamakan sebagai
kriteria-kriteria dalam ISO 22000 terdiri sistem yang mampu menelusuri
atas: (traceability) suatu produk sepanjang rantai
1. Cakupan pangan atau from farm to table. Hal ini
2. Referensi regulasi dapat dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2.

Gambar 1. Skema penerapan sistem keamanan pangan pada tiap tahap produksi
Sumber: Djaafaar, TF dan Siti Rahayu (2007)

156 Jurnal Teknik Industri, ISSN:1411-6340


Gambar 2. From Farm to Table
Sumber: Djaafaar, TF dan Siti Rahayu (2007)

Pada Gambar 1 dan Gambar 2 terlihat m. AG 9000


bahwa sepanjang rantai proses dari farm to n. Friesland Coberco FSS
table memerlukan manajemen yang baik. o. SQF
Manajemen penanganan sepanjang rantai p. GMP
tersebut sebagai berikut (Thaher, 2005) : q. GTPz
r. GMO
1. GAP (Good Agriculture Practices)
s. GFSI Guide
pada usaha pertanian
t. Irish HACCP
2. GHP (Good Handling Practices) pada
u. ZTFGV
kegiatan pascapanen.
v. ISO 14001
3. GMP (Good Manufacturing Practices)
w. BRC
pada kegiatan manufaktur
x. ISO 9001
4. GDP (Good Distribution Practices)
pada kegiatan distribusi Harmonisasi dengan sistem-sistem
5. GRP (Good Retailing Practices) pada tersebut diartikan sebagai adanya
pengeceran barang kesamaannya dengan prinsip ISO 22000,
6. GCP (Good Catering Practices) contohnya sistem Nestle NQS adalah sistem
sebagai petunjuk bagi konsumen standar keamanan pangan untuk industri
Nestle sendiri yang beberapa negara
mengakuinya sehingga bagi Nestle sendiri
3. HARMONISASI ANTARA IS0 22000 penerapan ISO 22000 akan mudah karena
DAN SISTEM MANAJEMEN prinsipnya keamanan pangannya hampir
LAINNYA sama. Sedangkan untuk ISO 14000
Færgemand dan Anne-Marie harmonisasi dapat diterapkan terutama
Crowley (2005) mengemukakan ISO 22000 misalnya pada sistem penelusuran
dapat diharmonisasikan dengan sistem (traceability) terhadap proses produksi
manajemen lainnya seperti: produk pangan yang tidak boleh mencemari
a. Nestlé NQS atau merusak lingkungan.
b. McDonalds system Untuk kaum muslim sistem yang
c. FAMI-QS dianut adalah sistem halal. Salah contoh
d. Eurepgap dari sistem ini adalah apakah misalnya
e. DS 3027 dalam penyembelihan ternak berdasarkan
f. Kraft food system kaidah Islami. Perhatian terhadap sistem
g. Aldi system halal ini tidak hanya di Indonesia tetapi
h. M&S system juga di negara-negara Arab dan negara-
i. DS 3027 negara yang penduduk Muslimnya banyak.
j. EFSIS Sementara Yahudi Kosher Dietary Laws
k. Waiterose system merupakan sistem keamanan pangan untuk
l. GMP standard for Corrugated & kaum Yahudi.
Solid Board (www.yanoconsulting.com/files/STLE.ppt)

Sistem Manajemen Keamanan Pangan ISO 22000 (Wawan Kurniawan) 157


Berikut ini akan diberikan contoh HACCP menggunakan standar SNI 01-
perbandingan antara sistem manajemen ISO 4852-1998 (Thaheer, 2005)
22000 dengan ISO 9001 dan British Retail
Inti dari sistem HACCP sendiri
Consortium (BRC).
pada prinsipnya adalah:
1. Pengukuran pencegahan (preventive
4. PERBANDINGAN ISO 22000 measure)
DENGAN ISO 9001, HACCP DAN 2. Pengawasan proses (in process
BRITISH RETAIL CONSORTIUM inspection)
(BRC) 3. Pengawasan dan pengendalian produk
4.1. Sistem Manajemen ISO 9001 Terdapat beberapa hal penting yang
menjadi dasar dalam pengaplikasian suatu
ISO 9001 adalah standar
sistem HACCP, yaitu:
internasional untuk sistem manajemen
kualitas, Standar ini dapat diaplikasikan a. Prinsip Dasar dalam HACCP
oleh tiap industri yang menghasilkan
Prinsip HACCP harus distandarisasi
produk maupun jasa, dan tidak hanya
sehingga dapat memudahkan dalam
berlaku bagi industri pangan. Tujuan utama
pengaplikasiannya oleh industri pangan dan
sistem ISO 9001 adalah memenuhi
juga memudahkan pemantauan penerapan
kepuasan konsumen. Standar ini meliputi:
HACCP oleh instansi yang berwenang
1. Cakupan termasuk pihak industri itu sendiri.
2. Referensi normatif
Secara umum terdapat tujuh prinsip
3. Definisi-definisi
dasar yang dikembangkan dalam HACCP.
4. Persyaratan sistem kualitas
Ketujuh prinsip dasar tersebut menurut
5. Komitmen manajemen
Fardiaz (1996), meliputi :
6. Manajemen sumber
Prinsip 1 : Analisis bahaya/penetapan
7. Realisasi produk
bahaya (bahan/kondisi bahaya)
8. Pengukuran, analisis dan
dan resiko penetapan bahaya,
pengembangan.
serta risiko yang berhubungan
Sistem HACCP dapat diterapkan dengan bahan pangan mulai
bersamaan dengan ISO 9001 karena dari pemeliharaan,
keamanan produk adalah salah satu kriteria penanganan, pemilihan bahan
produk yang harus dipenuhi produsen baku dan bahan tambahan,
pangan. penyimpanan bahan,
pengolahan. distribusi, dan
4.2. Sistem HACCP
konsumsi
Sistem HACCP pertama kali Prinsip 2 : Menetapkan titik kendali kritis
dikembangkan pada tahun 1960 oleh (CCP/ Critical Control Point),
Pillsburry Co., yang dirancang sebagai yang diperlukan untuk
usaha untuk memasok bahan makanan bagi mengendalikan bahaya yang
program ruang angkasa AS. Selanjutnya telah diidentifikasi.
konsep HACCP mengalami berbagai Prinsip 3 : Menetapkan batas kritis
perkembangan yang dimulai tahun 1971 (Critical Limit), yang harus
atas rekomendasi National Academy of dipenuhi untuk setiap CCP
Science (US NASA). Sistem HACCP telah yang telah ditetapkan.
disahkan secara meluas ke seluruh dunia Prinsip 4 : Menetapkan prosedur
oleh berbagai organisasi dunia. Sampai saat pemantauan untuk setiap CCP
ini terdapat beberapa standar untuk sistem dan batas kritis, termasuk
HACCP, diantaranya standar yang pengamatan, pengukuran dan
dikeluarkan oleh Codex Alimentaris pencatatan.
Commision (CAC) dan National Committee Prinsip 5 : Menentukan tindakan koreksi
on Microbiological Criteria for Food yang harus dilakukan jika
(NACMCF). Di Indonesia penerapan sistem terjadi penyimpangan terhadap

158 Jurnal Teknik Industri, ISSN:1411-6340


CCP dan batas kritis dari hasil sistem HACCP telah berjalan
pemantauan. dengan benar.
Prinsip 6 : Menetapkan prosedur
Berikut diberikan contoh sangat
penyusunan sistem pencatatan
sederhana pada penerapan HACCP pada
yang efektif sebagai
pembuatan telor mata sapi di suatu warung
dokumentasi dari rancangan
makan. Proses ini terdiri dari:
HACCP.
Prinsip 7 : Menetapkan prosedur 1) Memecahkan telur
verifikasi untuk menyakinkan, 2) Memasukkan ke penggorengan
bahwa sistem HACCP sudah 3) Diangkat dari penggorengan
dilakukan secara efektif. dimasukkan ke dalam kantong plastik.
b. Langkah-langkah dalam Dalam contoh ini prinsip HACCP
Perencanaan dan Penerapan memperhatikan apakah telurnya misalnya
HACCP terdapat bekas kotoran, dalam proses
Terdapat beberapa langkah yang penggorengannya apakah penggorengannya
umumnya dilakukan dalam Perencanaan higienis atau tergores (mengelupas)
dan Penerapan HACCP pada industri. sehingga dapat mengkontaminasi ke telur,
Menurut Fardiaz (1996), aplikasi sistem berapa kali minyak goreng dipakai, dan jika
HACCP terdiri dari tahapan-tahapan dimasukkan ke dalam plastik pada waktu
sebagai berikut: masih panas dari penggorengan dapat
mengakibatkan kontaminasi dari platik
1) Menyusun tim HACCP, dalam tim ini
tersebut serta apakah ada rambut si petugas
biasanya terdiri dari multidisiplin,
warung yang masuk ke dalam telur tersebut.
seperti bidang teknik, produksi,
jaminan mutu, dan lain-lain. Kalau dari contoh sederhana di atas
2) Membuat keterangan mengenal produk saja sudah ada beberapa faktor yang
makanan (deskripsi produk), termasuk menentukan kualitas pangan layak atau
cara formulasi, cara penyimpanan, dan tidak dikonsumsi. Bisa dibayangkan tentu
lain-lain. akan jauh lebih banyak lagi faktor penentu
3) Identifikasi mengenai cara kualitas pangan dalam suatu industri
penggunaan/konsumsi clan pangan yang besar.
konsumennya termasuk jenis
konsumen, seperti orang tua, orang
4.3. British Retail Consortium (BRC)
sakit, anak-anak, bayi dan lain-lain.
4) Menyusun diagram alir mengenai Menurut UU Keamanan Pangan
proses Inggris tahun 1990, pedagang atau
5) Verifikasi diagram alir distributor seperti halnya semua pihak yang
terlibat dalam rantai pasokan pangan,
Sedangkan prinsip-prinsip sebagai berikut: memiliki hak untuk melakukan pencegahan
Prinsip 1 : Analisis bahaya yang tepat atas kesalahan dalam
Prinsip 2 : Identifikasi CCP/titik kendali pengembangan, produksi, distribusi,
kritis setiap proses promosi dan penjualan produk pangan ke
Prinsip 3 : Menetapkan batas kritis untuk konsumen. BRC adalah suatu organisasi
setiap CCP perdagangan Inggris yang didirikan atas
Prinsip 4 : Menetapkan cara pemantauan prakarsa beberapa pemilik perusahaan
CCP supermarket atau swalayan di Inggris, yaitu
Prinsip 5 : Menetapkan tindakan koreksi Tesco, Mark & Spencer dan Sainsbury’s.
jika terjadi penyimpangan dari Tidak semua memiliki supermarket atau
batas kritis. swalayan menjadi standar BRC sebagai
Prinsip 6 : Menetapkan prosedur persyaratan dagang. Organisasi ini
pencatatan yang efektif yang menetapkan berbagai persyaratan bagi
dijadikan sebagai dokumen produsen atau pemasok produk pangan
sistem HACCP. yang ingin menjual produknya di
Prinsip 7 : Menyusun prosedur verifikasi supermarket Inggris (BRC, 2006) dalam
untuk membuktikan bahwa Friana (2006).

Sistem Manajemen Keamanan Pangan ISO 22000 (Wawan Kurniawan) 159


Persyaratan harus dipenuhi oleh pangan ekspor (BRC, 2001) dalam Friana
produsen dalam negeri, produsen luar (2006).
negeri atau eksportir. Meskipun standar
Perbandingan antara ISO 22000, BRC, dan
BRC bukanlah peraturan yang dibuat oleh
ISO 9001 dapat dilihat pada tabel 2.
pemerintah Inggris, sertifikat standar BRC
tetap menjadi salah satu persyaratan
kelengkapan izin resmi pengiriman produk

Tabel 2. Perbandingan ISO 22000, BRC dan ISO 9001


Faktor ISO 22000 ISO 9001 BRC
Status Standar internasional Standar internasional Standar Inggris
Ruang Lingkup • Rantai pangan lengkap Semua jenis industri • Penyimpanan
(produksi, pengolahan, dan distribusi
distribusi) • produk non
• produsen produk pertanian pangan
(nabati maupun hewani) • pengemas
• pihak lain (produsen bahan produk pangan
pengemas,produsen obat-
obatan dan vaksin)
Kelayakan dasar Spesifikasi terbuka, fleksibel Spesifikasi terbuka Spesifikasi tertutup
atau prerequisite dan dibutuhkan evaluasi (telah ditetapkan)
program analisis bahaya
Pendekatan Pendekatan sistem berorientasi Pendekatan sistem Pendekatan produk
pada hasil berorientasi pada proses berorientasi pada arti
HACCP 12 langkah HACCP menurut Tidak ada 7 prinsip HACCP
CODEX
Operasi Operasional PRP untuk Tidak ada Tidak menggunakan
Kelayakan Dasar mengendalikan semua bahaya konsep PRP dan
(PRP) signifikan yang tidak sistem monitori
dikendalikan oleh CCP

5. KESIMPULAN [4] Friana, Veronika. 2006. Pengembangan


Sistem Manajemen Kemanan Pangan
Kesimpulan dari penulisan makalah ini:
Dan Harmonisasi Standar ISO 2000 Di
1. ISO 22000 merupakan standar
PT. Central Pertiwi Bahari. Skripsi.
internasional untuk keamanan pangan.
IPB, Bogor.
2. ISO 22000 dapat diharmonisasikan
[5] International Organization for
dengan sistem manajemen lainnya.
Standardization. 2005. Food Safety
Management System, Requirements for
any organization in the food chain. ISO.
6. DAFTAR PUSTAKA
Genewa.
[1] Djaafaar, TF dan Siti Rahayu. 2007. [6] Thaheer, Hermawan. 2005. Sistem
Jurnal Litbang Pertanian. 26 (2). Manajemen HACCP. Bina Aksara.
[2] Fardiaz, S. 1996. Aplikasi HACCP Jakarta.
dalam Industri Pangan. Disampaikan [7] Undang-Undang No.7 tentang pangan
pada kursus singkat keamanan pangan tahun 1996
Perhimpunan Alih Teknologi Pangan [8] www.indonesiafruitexport.com/ssconte
(PATP) PAU pangan dan gizi UGM nt.php?id=2&sm_Id=30
yogyakarta. Jurusan TPG-IPB, Bogor. [9] www.yanoconsulting.com/files/STLE.p
[3] Færgemand, J dan Anne-Marie. 2005. pt
“Managing the Food Safety Cycle”.
International Food Safety Conference.
Rome February 2, 2005

160 Jurnal Teknik Industri, ISSN:1411-6340


PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA DALAM OPTIMASI
MODEL DAN SIMULASI DARI SUATU SISTEM
Anastasia Widya Wati B
Mahasiswa Magister Teknik Industri, Universitas Trisakti
Engineering Division PT. Dwiwahana Handayaprima

ABSTRACT
Optimization problem is the complex and the most encountered problem in every aspect
of life. There are many ways and approaches to be done to achieve optimization solution, either
using linear, non-linear, discrete, or continuous function. However, for more complex problems,
usually the existing approaches fail to solve the optimization problem. Genetics algorithm is the
algorithm to solve optimization problem using natural selection approach. This algorithm is
commonly used to solve complex optimization problem; in addition, the use of genetics
algorithm is very flexible because it can be combined with other methods in its application.
Keywords: Optimization, genetic algorithm, model, simulation.

problems), yang tidak bisa dipecahkan


1. PENDAHULUAN5
dengan teknik optimisasi tradisional. Di
Masalah optimasi merupakan samping itu penggunaan Algoritma
masalah yang seringkali ditemui hampir di Genetika sangat flexible, algoritma ini
seluruh bidang kehidupan dan merupakan dapat dikembangkan dengan menggunakan
masalah yang komplek. Hal ini menjadi bahasa pemograman yang lain, seperti
penting karena optimasi sangat program C++, juga dapat
mempengaruhi efisiensi dan efektivitas baik diimplementasikan dengan ProModel.
yang berhubungan dengan biaya, waktu, Masalah yang dapat dipecahkan oleh
tenaga, ataupun suatu sistem. Secara global Algoritma Genetik sangat beragam tidak
pengertian optimasi adalah pencarian nilai- hanya dibidang teknik seperti pada awal
nilai terbaik dari yang tersedia dari berkembangkan bahkan sudah banyak
beberapa fungsi yang diberikan pada suatu digunakan dibidang lain, seperti
konteks. manajemen, industri, pertanian, kedokteran,
Untuk memecahkan masalah dan masih banyak bidang lain. Dalam
optimasi, banyak pendekatan yang tulisan ini akan disampaikan penerapan
dilakukan seperti dengan menggunakan Algoritma Genetika dalam optimasi model
fungsi linear, fungsi non linear, sistem dan simulasi dari suatu sistem.
dinamis, diskrit. Tetapi untuk masalah yang
lebih komplek, penggunaan pendekatan
2. TEORI ALGORITMA GENETIKA
yang disebutkan di atas sepertinya menjadi
kurang atau bahkan tidak efektif dan 2.1 Pengertian Algoritma Genetika
efisien, dan kurang mendekati keadaan
Algoritma Genetika adalah suatu
yang sebenarnya.
algoritma pencarian yang bertujuan untuk
Suatu pendekatan baru untuk mencari solusi dari suatu masalah, baik
memecahkan masalah optimasi telah dengan satu variabel maupun multi
dikembangkan yaitu Algoritma Genetik. variable. Metode ini meniru mekanisme
Algoritma genetika banyak digunakan dari genetika alam, yaitu untuk menemukan
untuk memecahkan permasalahan susunan-susunan gen yang terbaik dalam
optimisasi yang rumit (hard optimization tubuh makhluk hidup. Dasar dari Algoritma
Genetika adalah teori Evolusi Darwin, yang
Korespondensi : menjelaskan prinsip dasar dari terciptanya
Anastasia Widya Wati B banyak spesies makhluk hidup yang ada di
E-mail : anastwwb@hotmail.com

Penerapan Algoritma Genetika Dalam Optimasi (Anastasia Widya Wati B) 161


dunia sekarang ini. Makhluk hidup yang nilai gen beberapa lokasi pada kromosom,
dapat beradaptasi dengan lebih baik dan inversion membalikkan urutan
terhadap lingkungannya akan mempunyai beberapa gen yang berurutan dalam
kesempatan yang lebih besar untuk kromosom. Dasar teori inilah yang menjadi
bertahan hidup dan bereproduksi sehingga dasar kebanyakan program yang
mempengaruhi jumlah populasi spesies menggunakan Algoritma Genetika.
yang bersangkutan di waktu-waktu
selanjutnya.
2.3 Tahapan Proses Algoritma Genetika
Dalam perkembangannya, metode ini
Pada dasarnya proses Algoritma
banyak dipakai dalam berbagai disiplin
Genetika terdiri dari 5 tahap, sebagai
ilmu. Algoritma Genetika ini digunakan
berikut:
untuk menyelesaikan kasus-kasus yang
mempunyai banyak solusi, dimana tidak a. Membentuk Populasi Awal
ada kepastian solusi mana yang terbaik. Langkah awal dari Algoritma Genetika
Sehingga dalam penyelesaian masalah adalah membentuk sebuah populasi untuk
tersebut akan membutuhkan waktu yang sejumlah gen. Populasi itu sendiri
sangat lama. Setiap solusi dalam Algoritma merupakan sekumpulan solusi yang akan
Genetika diwakili oleh suatu individu atau digunakan dalam proses regenerasi
satu kromosom. Keuntungan dari Algoritma selanjutnya untuk mcncari solusi terbaik,
ini adalah sifat metode search-nya yang yang kemudian akan disebut sebagai
lebih optimal, tanpa terlalu memperbesar individu. Masing-masing individu terdiri
ruang pencarian, dan tanpa kehilangan dari sejumlah kromosom dimana jumlah
kelengkapan. kromosom. Satu kromosom terdiri dari
beberapa gen.
Melalui persilangan dan mutasi, akan
ada individu-individu yang baru pada Semua populasi yang ada dalam
populasi sebagai populasi generasi. Algoritma Genetika berasal dari 1 populasi
Persilangan dan mutasi akan dilakukan lagi yang dikenal dengan populasi awal. Solusi
sehingga populasi yang baru tadi dapat atau individu terbaik dari populasi awal
menemukan nilai pembandingnya. Proses akan dipertahankan sedangkan indivivu-
ini akan diulangi beberapa generasi sampai individu yang lain akan diubah menjadi
dapat diperoleh suatu hasil yang optimal. variasi lainnya untuk memperoleh
kemungkinan solusi yang lebih baik dari
solusi sebelumnya.
2.2 Dasar Algoritma Genetika
Susunan gen dari masing-masing
Algoritma Genetika pertama kali
individu terbentuk dari kromosom yang
ditemukan oleh John Holland sekitar tahun
disusun dalam suatu string. Nilai string
1960-an. Tujuan dari Holland
dibentuk secara acak (dengan memilih
mengembangkan algoritma ini adalah
setiap kromosom dengan kode tertentu
bukan untuk mendesain suatu algoritma
secara acak pada string). Setiap string
yang dapat memecahkan suatu masalah,
didekodekan menjadi suatu set parameter
namun lebih mengarah pada studi mengenai
yang dapat mewakilinya. Parameter ini
fenomena adaptasi yang terjadi di alam dan
merupakan model numerik ruang
mencoba menerapkan mekanisme adaptasi
permasalahan, yang dapat memberikan
alam tersebut ke dalam sistem komputer.
pemecahan berdasarkan masukan dari
Algoritma Genetika yang parameter.
dikembangkan Holland merupakan suatu
Setiap string akan diberikan nilai
metoda untuk memindahkan satu populasi
fitness sebagai dasar kualitas pemecahan.
kromosom (terdiri dari bit-bit 1 dan 0) ke
Dari nilai fitness tersebut ketiga operasi
populasi baru dengan menggunakan seleksi
genetika yaitu reproduksi, crossover, dan
alam dan operator genetic seperti crossover,
mutasi digunakan untuk menciptakan
mutation (mutasi), dan inversion. Crossover
generasi baru dalam bentuk string. Set
menukarkan bagian kecil dari dua
string baru kemudian didekodekan dan
kromosom, mutasi mengganti secara acak
dievaluasi kembali sampai generasi string

162 Jurnal Teknik Industri, ISSN:1411-6340


yang baru terbentuk kembali. Proses ini probabilitas. Diharapkan kode
akan diulang sampai jumlahnya sesuai string terakhir yang diperoleh
dengan input jumlah generasi dari user atau merupakan solusi terbaik untuk
memberikan output yang dianggap telah permasalahan yang dihadapi.
memenuhi kriteria permasalahan.
b. Crossover (Kawin silang)
Dalam pembentukan generasi awal ini, Proses penggabungan string dari
satu nomor (kromosom) mewakili satu dua kode yang berbeda yang berarti
sifat, yang akan diacak oleh komputer mengambil bagian solusi yang
untuk menyusun suatu gen, proses ini terbaik dari dua solusi yang
disebut reproduksi. Gen adalah susunan berlainan, dengan harapan akan
kromosom dalam bentuk nomor yang dihasilkan suatu solusi yang
terkumpul menjadi suatu string dalam terbaik. Crossover dilakukan
bentuk kode. Jumlah gen yang disusun dengan beberapa langkah sederhana
tergantung pada input dari user. sebagai berikut:
b. Mencari fitness cost • Pertama, dipilih lokasi string
Pada tahap ini, setiap individu yang secara random
terbentuk dicari fitness costnya sebagai • Kedua, dipilih panjang string
pembanding antara individu satu dengan yang akan dikawinkan secara
individu lainnya. Metode fitness cost yang random
diambil dengan menjumlahkan semua nilai • Ketiga, menukartempatkan gen
pembanding yang dihasilkan dari susunan yang dipilih dengan bagian
populasi. Perubahan solusi dapat diperoleh string dari gen terbaik.
melalui 2 proses yaitu proses mutasi dan • Keempat, memposisikan bagian
proses persilangan. kromosom yang tidak tertukar.
c. Pengurutan (sorting) e. Tahap pengulangan
Individu yang ada di populasi Setelah proses regenerasi selesai, maka
diurutkan berdasarkan fitness cost-nya. dilakukan pengulangan sampai sejumlah
Tujuannya adalah untuk mencari individu generasi yang dikehendaki. Gen dari
terbaik dari populasi yang ada, yang disebut generasi sebelumnya digantikan posisinya
sebagai solusi terbaik sementara. dengan generasi yang baru. Individu yang
d. Proses Regenerasi diperoleh dari proses mutasi dan crossover
Terdiri dari 2 metode yaitu dianggap sebagai populasi awal lagi.
Algoritma Genetika akan mengulang tahap
• Metode Elitism b sampai e secara terus menerus sampai
Metode dimana individu-individu yang pada sejumlah generasi yang telah
akan mengalami regenerasi, yaitu ditentukan. Pada akhir proses pengulangan
mutasi dan crossover, didasarkan pada ini, diharapkan diperoleh individu terbaik
nilai fitness yang rendah, sedangkan dengan FC=0.
individu yang memiliki nilai fitness
tinggi akan dipertahankan untuk
dibandingkan dengan individu hasil 3. APLIKASI ALGORITMA GENETIK
proses regenerasi.
• Metode Non-Elitism Algoritma Genetika dalam
Metode yang melibatkan semua mengoptimasikan model dan simulasi suatu
individu, baik individu/gen terbaik sistem sudah banyak diterapkan pada
maupun gen yang kurang baik. Ada bidang manufaktur, di sini dibahas
beberapa proses: beberapa contoh mengenai hal tersebut.
a. Mutasi 1. Optimasi Penjadwalan Produksi
Mutasi adalah perubahan yang Contoh aplikasi yang akan dibahas
terjadi pada suatu individu, terlepas untuk masalah ini diambil berdasarkan
dari pengaruh individu yang lain, jurnal mengenai perencanaan produksi
yang dilakukan dengan cara menggunakan simulasi dan algoritma dalam
mengubah kode string secara optimasi penjadwalan multi-kriteria.

Penerapan Algoritma Genetika Dalam Optimasi (Anastasia Widya Wati B) 163


Masalah yang dibahas disini adalah menggunakan simulasi visual dan integrasi
masalah yang dihadapi oleh banyak optimisasi dari system untuk perencanaan
perusahaan yaitu bagaimana menjadwalkan produksi, dapat diputuskan mana
produksi dalam usahanya untuk perencanaan jadwal produksi yang mudah
meminimasi ongkos produksi dan dan cepat. Program untuk optimisasi
penjadwalan produksi yang merata. Metoda penjadwalan dengan algoritma genetika
tradisional membuktikan ketidaksesuaian dikembangkan dengan program C++, dan
metoda tersebut untuk produk yang sangat untuk tujuan validasi dari fungsi fitness
variatif dan prosedur produksinya sangat diimplementasikan dengan Promodel.
rumit, karena akan banyak memakan waktu.
Karena proses produksi
Penjadwalan produksi yang dibahas menggunakan sistem Job Shop, maka
dalam topik ini bersifat job shop dengan rencana penjadwalan sangat tergantung
tujuan untuk mengoptimasikan rencana pada pesanan produksi. Jika terdapat
penjadwalan produksi dengan pesanan baru maka akan dilakukan
menggunakan metode algoritma genetika, penjadwalan ulang. Penjadwalan ulang ini
yang merupakan algoritma pencarian yang sangat bergantung pada pembatalan
meniru mekanisme dari genetika alam. pesanan, pesanan baru, kerusakan mesin
Dalam optimasi rencana penjadwalan dan kejadian tak terduga lainnya. Dengan
produksi dengan menggunakan algoritma menggunakan algoritma genetika
genetika, kromosom mewakili daftar perencanaan penjadwalan yang pertama
pesanan produksi yang harus dijadwalkan membutuhkan waktu sekitar 25 menit, jika
sesuai dengan kriteria yang ditentukan dan ada tambahan pesanan algoritma genetika
harus sesuai dengan pembatasan dalam tidak langsung melakukan penjadwalan
proses produksi. Simulasi model digunakan ulang tetapi akan menggunakan jadwal
untuk fungsi fitness, sehingga setiap yang sudah ada, tapi pesanan yang baru
kromosom akan mendapatkan nilai fitness akan secara langsung ditambahkan pada
(fitness value). jadwal yang sudah ada, dan secara otomatis
jadwal yang baru langsung terbentuk, dan
Data untuk mengoptimasi jadwal
waktu yang dibutuhkan adalah sekitar 7
tersedia dalam database, program algoritma
menit. Jika dibandingkan antara
genetika didasarkan pada data yang
penjadwalan dengan cara yang lama
diekstraksi yang disiapkan untuk populasi
membutuhkan waktu sekitar 120 menit,
awal dari kromosom. Setiap populasi
sedangkan dengan menggunakan algoritma
bersifat terbatas, dan memiliki ukuran yang
genetika hanya membutuhkan waktu sekitar
tetap yang disebut sebagai generasi.
25 menit untuk menyelesaikan persoalan
Dengan bantuan dari fungsi fitness, yang
yang sama.
diwakili oleh model simulasi, kromosom di
setiap populasi kemudian dievaluasi, hal ini Pada Gambar 1 dibawah ini dapat
dilakukan untuk memilih kromosom mana dilihat penjadwalan yang optimal dari 5 job
yang akan bertahan di generasi berikutnya. untuk waktu tertentu, dimana tersedia
beberapa waktu bebas. Sewaktu pesanan
Evolusi dari kromosom yang
baru datang langsung dapat dijadwalkan
bertahan hidup diuji berdasarkan operator
pada akhir penjadwalan. Pada gambar 2,
genetik seperti mutasi dan crossover,
diperlihatkan penjadwalan yang tidak
sehingga kromosom yang baru akan
optimal dari 5 job. Sedangkan gambar 3
berkembang. Proses evolusi akan terus
menunjukkan jadwal yang sudah optimal
berulang sampai diperoleh hasil yang
untuk 5 job, pesanan baru bisa langsung
terbaik. Kromosom dengan nilai fitness
dikerjakan karena ketersediaan waktu di
yang lebih baik akan disimulasikan dalam
workstation tidak berlebihan.
model simulasi visual. Dengan

164 Jurnal Teknik Industri, ISSN:1411-6340


Gambar 1. Penjadwalan yang sudah optimal dari 5 job

Gambar 2. Penjadwalan yang belum optimal dengan penambahan job baru-waktu yang tersedia.

Gambar 3. Penjadwalan yang sudah optimal dengan 6 job (5 job yang sudah ada + 1 job baru)

Setelah penjadwalan dengan algoritma genetika, diperoleh waktu simulasi yang paling minimal
seperti yang diperlihatkan pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Hasil statistik simulasi untuk rencana algoritma genetika

Gambar 4. Rencana secara manual

Penerapan Algoritma Genetika Dalam Optimasi (Anastasia Widya Wati B) 165


Gambar 5. Rencana yang mempergunakan algoritma genetika

Gambar 4 dan Gambar 5 menunjukkan optimal mengikuti model “economic


perbandingan antara rencana secara manual order quantity”.
dan rencana yang mempergunakan 5. Setelah strategi interval replenishment
algoritma genetika. Dapat disimpulkan diimplementasikan, pemasok
bahwa dengan mempergunakan algoritma memberikan diskon harga untuk
genetika waktu produksi dapat dihemat pengecer yang dipilih.
sekitar 5 – 15%.
Untuk mengoptimasikan model
2. Optimasi Replenishment Supplier
replenishment supplier ini digunakan
Selain untuk mengoptimasi
pendekatan algoritma genetika. Langkah
penjadwalan algoritma genetika juga sangat
pertama dalam algoritma genetika adalah
efektif untuk mengoptimalkan masalah
encoding. Dalam mencari solusi yang
replenishment. Perusahaan sangat
optimal, metode pengkodean tradisional
menyadari pentingnya kerja sama dalam
adalah menyandikan variabel masalah
manajemen “supply chain”, namun karena
sebagai string biner atau desimal string
setiap perusahaan mempunyai entitas
yang disebut kromosom. Dalam tulisan ini,
ekonomi yang berbeda satu dengan yang
nilai-nilai variabel keputusan (yi) adalah 0
lain, yang cenderung berfokus pada
atau 1, pengkodean biner diterapkan untuk
kepentingan sendiri, sehingga sulit untuk
menghasilkan kromosom N secara acak
saling bekerja sama. Disini akan dilakukan
diwakili oleh string digit biner m, sebagai
analisis proses pemesanan barang
populasi awal. Setelah pencarian kriteria
berdasarkan sistem rantai suplai dua-eselon
yang cocok ditemukan, populasi akhir akan
yang terdiri satu-pemasok dan multi-
tersedia. Menurut nilai populasi akhir, bisa
pengecer dengan menggunakan model
didapatkan keputusan pengisian optimal
optimal replenishment dari perspektif
vendor.
pemasok. Tujuan yang ingin dicapai adalah
untuk membuat sebuah model baru yang Dalam Algoritma Genetika, setiap
meminimalkan ongkos “replenishment” individu dalam populasi dievaluasi dengan
dari pemasok dan mengurangi pesanan dari menggunakan fitness, tidak menggunakan
pengecer dan biaya penyimpanan sebanyak informasi lain dari luar. Probabilitas
mungkin, sehingga dapat mengoptimalkan kelangsungan hidup setiap individu
seluruh sistem. ditentukan oleh fitness. Dan populasi
berkembang dengan cara individu yang
Asumsi yang digunakan dalam membangun
lebih baik akan menggantikan individu
model ini adalah:
yang kurang baik. Dalam rangka untuk
1. Tingkat permintaan retail diketahui dan
menghitung probabilitas kelangsungan
bersifat konstan.
hidup individu secara benar, nilai fitness
2. Supplier dapat memenuhi kebutuhan
individu pun harus non-negatif. Seleksi
retail dan lead time = 0
yang digunakan untuk penyelesaian
3. Sebagai pemimpin dari permainan
masalah ini adalah seleksi roulette wheel.
stackelberg, supplier memperbaiki
Beberapa putaran pilihan yang diperlukan
interval replenishment.
untuk memilih individu untuk pergi ke
4. Sebelum strategi interval replenishment
generasi berikutnya. Sebuah nomor acak
diterapkan, interval replenishment yang
baru dijelaskan oleh 0 atau 1 dapat dibuat

166 Jurnal Teknik Industri, ISSN:1411-6340


dalam tiap putaran, sebagai pointer 3. Dapat menghindari penemuan solusi
menentukan individu-individu yang dipilih. yang berupa lokal optimum
Operator seleksi digunakan untuk 4. Mudah untuk di-hibrid (digabungkan)
menyaring populasi awal. dengan metoda lain untuk problem-
problem yang spesifik.
Dalam makalah ini, metode
5. Ketidakpastian untuk menghasilkan
crossover satu titik digunakan untuk
solusi optimal global, karena sebagian
memilih titik potong K dalam interval [1,
besar dari algoritma ini berhubungan
m-1] secara acak, dimana m adalah jumlah
dengan bilangan acak yang bersifat
gen dari populasi. Titik potong membagi
probabilistik.
kromosom menjadi dua bagian beririsan.
6. Sangat flexible dalam memecahkan
Kemudian crossover menciptakan
masalah, tergantung dari input yang
keturunan oleh bagian pertukaran dari
dimasukkan dari permasalahan yang
kromosom induk dengan ukuran langkah 2.
dihadapi suatu sistem.
Untuk menghindari jawaban yang
terjebak dalam lokal optima, mutasi akan
muncul dengan probabilitas yang sangat 5. DAFTAR PUSTAKA
kecil. Disini akan ditunjukan lokus
[1] Ke Zhu, Hengshan Wang, Yuanyuan
kromosom sebagai titik perubahan dengan
Kong, Sheng Li, 2011. Optimization of
probabilitas mutasi Pm = 0,02. Kemudian
The Replenishment Strategy for The
masing-masing gen dari titik perubahan
Supplier Based on Genetic Algorithm.
akan bermutasi secara integer dari 0 ke 1.
International Business and
Dari penelitian yang dilakukan dapat Management Vol 6, No.1; January
diambil kesimpulan sebagai berikut : model 2011. hal : 218 - 222
ini dapat digunakan secara efektif baik [2] Miroljub K, Igor B.K, Uros B. 2003.
untuk memecahkan persoalan dengan Production Planning Using Simulation
banyak retailer juga untuk kondisi biaya and Genetic Algorithms in Multi-
pemesanan dari retailer berbeda satu criteria Scheduling Optimation. Journal
dengan yang lainnya. Dalam dunia nyata, of the Operational Research Society.
untuk supplier besar, metode ini sangat Vol 58 No. 7, hal. 15.
efektif selain untuk meningkatkan kerja [3] Mitchell, M. 1996. An Introduction to
sama supplier dengan retailer juga untuk Genetic Algorithms. Cambridge, MA:
pengambilan keputusan replenishment MIT Press.
dalam waktu yang singkat. [4] Mitsuo Gen, Runwei Cheng. 2000.
Genetic Algorithms & Engineering
Optimization. Willey – IEEE.
4. KESIMPULAN
Algoritma genetika sangat efektif
untuk memecahkan permasalahan
optimisasi suatu model. Algoritma genetika
dapat diterapkan dalam berbagai bidang
kehidupan, baik di bidang teknik, sains,
ekonomi, sosial, seperti penjadwalan,
penugasan, kalibrasi model jaringan,
perancangan mesin, dan sebagainya.
Keuntungan dengan menggunakan
algoritma genetika adalah
1. Tidak membutuhkan perhitungan dan
rumus-rumus matematika yang rumit.
2. Dapat menangani berbagai macam
fungsi antara lain : linear, non linear,
diskrit, kontinu.

Penerapan Algoritma Genetika Dalam Optimasi (Anastasia Widya Wati B) 167


SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN RANTAI PASOK
KOPERASI PENGOLAHAN SUSU X DI JAWA BARAT
Rina Fitriana1, Taufik Djatna2
1
Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universtas Trisakti
2
Departemen Teknologi Industri Pertanian. Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor

ABSTRACT
A decision support system is a computerized information system, designed to support
business and organizational decision-making activities. Agroindustrial Supply Chain
Management (Agro-SCM) is the management of the entire set of production,
transformation/processing, distribution and marketing activities in agroindustry by which a
consumer is supplied with a desired product. Milk Processing Cooperation has a strategic role
to support the milk industry development in Indonesia. The purpose of this research is to make a
proposal supply chain decision support system of Milk Processing Cooperative X in West Java.
The first sub model is Sales and Purchase. The second sub model is a Quality Risk. Third sub
model is the Forecasting. The fourth sub model is Transportation. The Fift sub model is Supply
Chain Management. Validation and Verification of Decison Support System conducted through
case studies with empirical data in Milk Processing Cooperative X in West Java.
Keywords : Decision Support System, Agro-SCM, Milk Processing Cooperative

1. PENDAHULUAN6 juga belum maksimal.


Sistem Pendukung Keputusan adalah Tujuan dari penelitian ini adalah
sistem informasi terkomputerisasi didesain menghasilkan suatu Sistem Pendukung
untuk mendukung bisnis dan aktivitas Keputusan dari rantai pasokan koperasi
pengambilan keputusan (N Liu, 2009). pengolahan susu studi kasus di Koperasi
Rantai Pasok berisi semua pihak yang Pengolahan Susu (KPS) X di Jawa Barat.
terlibat baik langsung maupun tidak
langsung dalam memenuhi permintaan
pelanggan (Chopra, 2007). Koperasi 2. LANDASAN TEORI
Pengolahan Susu (KPS) adalah lembaga
2.1 Manajemen Rantai Pasok
yang mengelola persusuan dan
mendistribusikan susu kepada Industri Manajemen Rantai Pasok adalah
Pengolahan Susu dari peternak dan sebagai keterpaduan antara perencaaan, koordinasi
perwakilan peternak dalam dan kendali seluruh proses dan aktivitas
memperjuangkan aspirasi peternak, selain bisnis dalam rantai pasok untuk
itu koperasi juga berperan sebagai Industri mengantarkan nilai superior dari konsumen
Pengolahan Susu Skala Kecil Menengah. dengan biaya termurah kepada pelanggan.
Rantai pasok lebih ditekankan pada seri
Permasalahan dalam Rantai Pasok
aliran bahan dan informasi, sedangkan
Agroindustri KPS (Koperasi Pengolahan
manajemen rantai pasok menekankan pada
Susu) difomulasikan sebagai berikut:
upaya memadukan kumpulan rantai pasok
Belum maksimalnya efisiensi dan
(Vorst, 2004, Hadiguna, 2007)
efektivitas manajerial (Quality, Cost,
Delivery) koperasi susu, dalam rangka
mendapatkan hasil yang optimal.
Pengusaan teknologi diversifikasi produk

Korespondensi :
1
Rina Fitriana
E-mail : rinauda@yahoo.com

168 Jurnal Teknik Industri, ISSN:1411-6340


Gambar 1. Skema rantai pasok pertanian (Sumber: Vorst, 2004, Hadiguna, 2007)

Manajemen rantai pasok produk rantai pasok pada umumnya. Selain lebih
pertanian berbeda dengan manajemen rantai kompleks, manajemen rantai pasok produk
pasok produk manufaktur karena: (1) pertanian juga bersifat probabilistik dan
produk pertanian bersifat mudah rusak, (2) dinamis.
proses penanaman, pertumbuhan dan
Berdasarkan konsep supply chain
pemanenan tergantung pada iklim dan
terdapat tiga tahapan dalam aliran material.
musim, (3) hasil panen memiliki bentuk dan
Bahan mentah didistribusikan ke
ukuran yang bervariasi, (4) produk
manufaktur membentuk suatu sistem
pertanian bersifat kamba sehingga produk
physical supply, manufaktur mengolah
pertanian sulit untuk ditangani (Austin,
bahan mentah, dan produk jadi
1992; Brown, 1994). Seluruh faktor
didistribusikan kepada konsumen akhir
tersebut harus dipertimbangkan dalam
membentuk sistem physical distribution.
desain manajemen rantai pasok produk
Aliran material tersebut dapat dilihat pada
pertanian karena kondisi rantai pasok
Gambar 2 (Arnold dan Chapman, 2004).
produk pertanian lebih kompleks daripada

Gambar 2. Pola Aliran Material

Dari gambar di atas dapat diketahui pengolahan sehingga menjadi barang jadi
bahwa bahan mentah didistribusikan siap didistribusikan kepada konsumen
kepada pemasok dan pabrik melakukan melalui distributor. Aliran produk terjadi

Sistem Pendukung Keputusan Rantai Pasok (Rina Fitriana) 169


mulai dari pemasok hingga ke konsumen, tinggi. Menilai kemudahan pendeteksian
sedangkan arus balik aliran ini adalah aliran terhadap produk cacat (detection) dengan
permintaan dan informasi. Dimana, menggunakan skala 1-10. Menghitung Risk
permintaan dari konsumen diterjemahkan Priority Number (RPN) dan tindakan-
oleh distributor, dan distributor tindakan prioritas untuk mengetahui
menyampaikan pada pabrik selanjutnya masalah yang paling serius.
pabrik menyalurkan informasi tersebut pada
RPN = Severity x Occurrence x Detection
pemasok.
(1)
Rantai pasok intelijen adalah inisiatif Nilai RPN dari setiap masalah yang
baru yang menyediakan kapabilitas untuk ada dijumlahkan, dimana nilai RPN yang
mengungkapkan kesempatan untuk paling tinggi menandakan bahwa masalah
memotong biaya, meningkatkan penjualan tersebut memerlukan penanganan yang
dan meningkatkan kepuasan pelanggan serius RPN maksimum adalah 1000
dengan memanfaatkan kolaborasi (Gaspersz, 2002).
pengambilan keputusan (Stefanovic, 2009).
2.3 Sistem Pendukung Keputusan
2.2 Failure Mode And Effect Analysis
Definisi Sistem Pendukung
(FMEA)
Keputusan (SPK) adalah sistem informasi
FMEA adalah suatu prosedur terkomputerisasi, didesain untuk
terstruktur untuk mengidentifikasi dan mendukung bisnis dan aktivitas
mencegah sebanyak mungkin mode pengambilan keputusan organisasi (Niu
kegagalan (failures mode). Suatu failures et.al, 2009).
mode adalah apa saja yang termasuk dalam
Menurut Eriyatno (1998) pendekatan
kecacatan/kegagalan dalam desain, kondisi
sistem adalah metodologi yang bersifat
di luar batas spesifikasi yang telah
rasional sampai bersifat intuitif yang
diterapkan, atau perubahan-perubahan
memecahkan masalah guna mencapai
dalam produk yang menyebabkan
tujuan tertentu. Permasalahan yang
terganggunya fungsi dari produk itu.
sebaiknya menggunakan pendekatan sistem
Melalui menghilangkan mode kegagalan,
dalam pengkajiannya yaitu masalah yang
maka FMEA akan meningkatkan keandalan
memenuhi karakteristik :
dari produk dan pelayanan sehingga
meningkatkan kepuasan pelanggan yang 1. Kompleks, yaitu interaksi antar elemen
menggunakan produk dan pelayanan itu cukup rumit
(Gaspersz, 2002). 2. Dinamis, dalam arti faktornya ada yang
berubah menurut waktu dan ada
FMEA desain akan membantu
pendugaan ke masa depan
menghilangkan kegagalan-kegagalan yang
3. Probabilistik yaitu diperlukannya
terkait dengan desain, misalnya kegagalan
fungsi peluang dalam inferensi
karena kekuatan yang tidak tepat, material
kesimpulan maupun rekomendasi.
yang tidak sesuai, dan lain-lain. FMEA
proses akan membantu menghilangkan Komponen SPK adalah (Vercelis, 2009) :
kegagalan yang disebabkan oleh 1. Manajemen Data. Termasuk
perubahan-perubahan dalam variable database, yang mengandung data yang
proses, sebagai misalnya: kondisi diluar relevan untuk berbagai situasi dan
batas-batas spesifikasi yang ditetapkan diatur oleh software yang disebut
seperti ukuran yang tidak tepat, tekstur dan Database Management Systems
warna yang tidak sesuai, ketebalan yang (DBMS).
tidak tepat, dan lain-lain (Gaspersz, 2002). 2. Manajemen Model. Melibatkan
Dalam pembutan FMEA dilakukan model finansial, statistika, manajemen
masalah kerumitan (severity) yang pengetahuan, atau berbagai model
kemudian dapat dilakukan dengan kuantitatif lainnya, sehingga dapat
karakteristik yang spesial. Penilaian dengan memberikan ke sistem suatu
mengunakan skala 1-10, dimana masalah kemampuan analitis, dan manajemen
yang lebih serius mendapat rating lebih software yang diperlukan.

170 Jurnal Teknik Industri, ISSN:1411-6340


3. Interaksi. Pengetahuan pekerja dapat 3. Desain sistem untuk merancang model-
berinteraksi pada SPK untuk model pengambilan keputusan, basis
melakukan analisa. data dan user interface pada sistem
4. Manajemen Pengetahuan. Modul penunjang keputusan.
Manajemen Pengetahuan juga 4. Verifikasi model menggunakan data
berinterkoneksi dengan Sistem Koperasi Pengolahan Susu (KPS) X
Integrasi Manajemen Pengetahuan sebagai studi kasus
Perusahaan.

3. METODE PENELITIAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN


Pengembangan Sistem Pendukung 4.1. Rantai Pasok Agroindustri Susu
Keputusan untuk Pengelolaan Rantai Pasok Rantai pasok agroindustri susu yang
Agroindustri Susu mengacu kepada tahapan dibahas dalam penelitian ini terdiri dari
penelitian menggunakan pendekatan sistem Pemasok yaitu Petani Susu, Kemudian
sebagai berikut: petani susu menyalurkan ke koperasi Susu,
1. Mempelajari sistem rantai pasok kemudian sebagian kecil susu diolah dalam
agroindustri susu dengan transaksi Industri kecil/menengah Koperasi Susu,
penjualan dan pembelian koperasi susu, Susu kemudian ada yang diolah menjadi
resiko mutu, peramalan dan yoghurt dan susu pasteurisasi sedangkan
transportasi. Wawancara mendalam sebagian besar susu segar dipasok ke
untuk mendapatkan variable- variabel Industri Pengolahan Susu skala Besar yang
keputusan penting dalam rantai pasok diolah menjadi susu cair kotak, susu bubuk,
agroindustri susu. susu kental manis dll. Produk jadi baik dari
2. Mengidentifikasi faktor-faktor pemicu koperasi susu maupun dari IPS kemudian
resiko mutu, kegiatan kunci, disalurkan ke Retailer, kemudian konsumen
merumuskan basis aturan agregasi nilai dapat membelinya dari retailer.
dan penanganan resiko mutu
berdasarkan pendapat para pakar.

Gambar 1 Rantai Pasok Agroindustri Susu

4.2. Pemodelan Sistem Penunjang dialog yang akan memudahkan komunikasi


Keputusan untuk Koperasi Susu dengan pengguna yang bersifat interaktif.
Pemodelan sistem yang dirancang Konfigurasi model sistem penunjang
untuk rancangan aplikasi SPK untuk keputusan menggambarkan komponen di
penilaian aplikasi SPK untuk penilaian dalam sistem dan keterkaitan antar
Rantai Pasok Koperasi Susu, dirancang komponen sistem. Konfigurasi model SPK
dalam bentuk paket komputer yang terdiri disajikan pada gambar yang terdiri dari tiga
dari komponen sistem manajemen basis komponen utama yaitu Sistem Manajemen
data, sistem manajemen basis pengetahuan Basis Model, Sistem Manajemen Basis
dan sistem manajemen model yang Data dan Sistem Manajemen Dialog.
dihubungkan dengan sistem manajemen

Sistem Pendukung Keputusan Rantai Pasok (Rina Fitriana) 171


Basis data yang terdapat dalam Jawa Barat keluarannya berupa informasi
sistem manajemen basis data digunakan transaksi penjualan dan pembelian,
oleh basis model yang terdapat pada sistem peramalan, penilaian resiko mutu susu,
manajemen basis model, proses eksekusi penjadwalan, transportasi dan kualitas
data oleh model berlangsung di dalam rantai pasok agroindustri.
sistem pengolahan terpusat. Alternatif
Pemodelan sistem untuk rancangan
keputusan yang dapat dihasilkan oleh
SPK rantai pasok koperasi pengolahan
sistem pengolahan terpusat dapat diminta
susu (KPS) dapat dilihat pada Gambar 2
dan diperoleh hasilnya oleh penggunan
yang terdiri dari tiga komponen utama yaitu
SPK melalui sistem manajemen dialog.
sistem manajemen basis model, sistem
Model SPK dirancang untuk mampu manajemen basis data dan sistem
menghasilkan informasi dan alternatif manajemen dialog.
keputusan untuk pengguna koperasi susu

Gambar 2. Konfigurasi Sistem Penunjang Keputusan Rantai Pasok Koperasi Pengolahan Susu

172 Jurnal Teknik Industri, ISSN:1411-6340


Berikut adalah Diagram Alir SPK KPS :
Mulai

Transaksi
Data/informasi
penjualan dan
eksternal
pembelian

Basis Basis Basis


Data pengeta Data
internal huan Eksternal

Transaksi Penjualan Penilaian Resiko


Peramalan Penjadwalan
dan Pembelian Mutu

Kualitas Rantai Pasok KPS

Gambar 3. Diagram Alir SPK KPS

Sistem Manajemen Basis Data dan mempermudah interaksi antara model


(aplikasi komputer) dengan pengguna.
Basis Data SPK KPS terdiri dari basis data
internal yaitu Data Pembelian dan b. Sub Model Pencatatan Transaksi
Penjualan. Setelah dianalisis basis data ini Penjualan dan Pembelian
terdiri dari empat buah file yaitu File
Model ini berfungsi untuk melakukan
transaksi penjualan dan pembelian,
pengolahan basis data dari basis data dari
penilaian Resiko Mutu, input resiko mutu,
proses internal yaitu mengolah data
input peramalan, transportasi.
pembelian dan penjualan untuk suatu
perioda tertentu serta melakukan pencatatan
dan pengolahan data untuk setiap transaksi
Perancangan Sistem Manejemen Basis
yang dilakukan perusahaan.
Pengetahuan
Nilai Transaksi Penjualan dan
Basis Pengetahuan SPK KPS terdiri dari
Pembelian
berbagai tindakan yang dilakukan oleh
Penjulan > rata-rata penjualan = Baik
lingkungan bisnis (misalnya pelanggan,
Penjualan = rata-rata penjualan =
pemerintah) serta tindakan yang dilakukan
Sedang
koperasi pengolahan susu untuk
Penjualan < rata-rata penjualan =
mengantisipasinya.
Kurang
Pembelian > rata-rata pembelian = Baik
Pembelian = rata-rata pembelian =
Sistem Manajemen Basis Model
Sedang
a. Sistem Manajemen Dialog Pembelian < rata-rata pembelian =
Sistem Manajemen Dialog di dalam Kurang
rekayasa sistem pendukung keputusan Contoh If Then Rule Transaksi
pengembangan agroindustri susu adalah Penjualan dan Pembelian (9 Rule)
komponen yang dirancang untuk mengatur If penjualan baik, pembelian baik then
transaksi penjualan dan pembelian baik.

Sistem Pendukung Keputusan Rantai Pasok (Rina Fitriana) 173


Gambar 4. Input Transaksi Pembelian dan Penjualan

c. Sub Model Penilaian Resiko Mutu penyebab-penyebab dari cacat yang


dihasilkan.
Lebih dari 80% jumlah produksi susu
segar dari peternak dijual ke IPS. Dasar 2. Failure Mode Effect Analysis (FMEA)
pijakan yang digunakan oleh para peternak Sumber-sumber resiko pada rantai
dan IPS adalah apabila nilai TPC antara 10- pasok agroindustri susu diketahui
15 juta dan nilai TS sebesar 11,3%, maka berdasarkan koperasi, pabrik susu dan
peternak akan memperoleh harga sebesar konsumen susu. Pemicu resiko pada
Rp 1.825/liter susu segar. agroindustri susu adalah kandungan
protein, adanya antibiotic, makanan
Pada sub model Penilaian Resiko
sapi, kualitas susu. Pemicu resiko pada
Mutu dilakukan analisa terhadap penyebab
transportasi agroindustri susu adalah
dari permasalahan yang terjadi. Pada proses
kondisi jalan, ketersediaan truk dan
ini terdapat pembuatan :
pemuatan dan pemindahan susu dari
1. Diagram Fishbone mobil. Pemicu resiko pengolahan
Diagram fishbone ini dilakukan dengan adalah teknologi pengemasan kurang
cara brainstorming dari pihak baik, teknologi pengawetan susu
perusahaan yang berkaitan dengan kurang baik.
masalah cacat untuk menemukan

Gambar 5. Diagram Tulang Ikan Cacat Mutu Susu Kurang Baik

174 Jurnal Teknik Industri, ISSN:1411-6340


Tabel 1 merupakan diagram FMEA untuk jenis cacat mutu Susu Kurang baik.

Tabel 1. Diagram FMEA Untuk Jenis Cacat Mutu Susu Kurang Baik
Jenis Pengaruh Frekuen Bobot RPN Tindakan Yang
No. Penyebab
Kegagalan Buruk si S O D SxOxD direkomendasikan
Diberikan Standar
Operating Procedur
Tingginya
Kandang, di tingkat peternak.
Dari petani kandungan
Tangan Sapi dimandikan,
1 mutu Susu bakteri Total Sering 5 5 5 125
manusia atau tangan pemerah
kurang baik Plate Control
Ember kotor dicuci sebelum
(TPC)
memerah susu,
ember dibersihkan.
Sapi diberi makanan
Dari petani Kurang konsentrat, anggota
Rendahnya
2 mutu Susu konsentrat Sering 4 5 5 100 koperasi mendapat
Total Solid
kurang baik makanan subsidi makanan
konsentrat
Susu yang
mengandung
Sapi diberi
Susu antibiotik diberi
Dari petani obat yang
3 mengandung Jarang 3 3 4 36 tanda agar
susu ditolak mengandung
antibiotik dipisahkan untuk
antibiotik
diberikan ke anak
sapi (pellet)
Segel yang
Sopir dan Sopir dan Kernet
Kualitas dipasang di
Kernet diberi sanksi mulai
susu rusak KPS rusak
4 kurang Jarang 3 3 3 27 dari SP I,II,III,
dari KPS ke sebelum
bertanggung dipotong honor
IPS sampai ke
jawab sampai dikeluarkan
IPS
Susu rusak Terlalu lama Penjadwalan Penjadwalan
5 Jarang 5 3 5 45
di jalan di jalan kurang baik diperbaiki
Yoghurt/
susu Susu tidak
Teknologi Teknologi
pasteurisasi tahan lama
6 pengemasan Sering 5 4 4 80 pengemasan
cepat rusak pada suhu
kurang baik diperbaharui
di tangan kamar
konsumen
Kurang
SDM kurang
terampil
Kualitas terampil Diadakan pelatihan
dalam
7 yoghurt dalam Jarang 2 2 3 12 pembuatan yoghurt
membuat
kurang baik membuat yang berkualitas
yoghurt yang
yoghurt
berkualitas
SDM kurang SDM kurang
Proses
terampil terampil Diadakan pelatihan
pembuatan
8 dalam dalam Jarang 4 4 4 64 untuk pegawai
kemasan
membuat memakai pengemasan
kurang rapi
kemasan teknologi

Nilai Resiko Mutu untuk Severity, Ocu- Contoh If Then Rule Resiko Mutu Susu
rance, Detectability (9 rule)
Nilai 1-3 = Rendah If Severity Tinggi, Occurance Tinggi,
Nilai 4-6 = Sedang Detectability Tinggi then Resiko Mutu Susu
Nilai 7-9 = Tinggi Tinggi

Sistem Pendukung Keputusan Rantai Pasok (Rina Fitriana) 175


Hasil penilaian Resiko mutu rekomendasi diberikan Standar Operating
memperlihatkan bahwa beberapa kegiatan Procedur ditingkat peternak. Sapi
perlu dikelola dengan lebih baik lagi dimandikan, tangan pemerah dicuci
dengan prioritas yang memiliki Resiko sebelum memerah susu, ember dibersihkan.
mutu yang paling besar dengan tindakan

Gambar 6. Input Transaksi Mutu

Berdasarkan hasil SPK Resiko Mutu adalah biner dapat diformulasikan sebagai
Koperasi Pengolahan Susu terbesar adalah berikut :
Sedang.
Minimasi Z =∑ ∑ !" 
d. Sub Model Penjadwalan
Kumpulan kendala yang harus
Transportasi
diperhatikan adalah pengaturan jadwal agar
Penjadwalan transportasi susu segar satu jadwal dengan jadwal lainnya tidak
adalah upaya mengangkut seluruh hasil dari bentrok. Setiap truk hanya melakukan
petani susu dengan menggunakan colt kegiatan satu jadwal di setiap perjalanan
tangki yang berjumlah 24 dan setelah
∑ !"  =1 a=1,2…,m; b=1,2,….n
melalui proses pendinginan di koperasi susu
segar dibawa ke IPS (Industri Pengolahan Pengaturan setiap truk dilakukan
Susu) dengan menggunakan Truk tangki untuk menjamin truk yang tersedia bertugas
yang berjumlah 14 buah. Penjadwalan di lokasi yang berbeda di lokasi yang
trasnportasi dilakukan dua kali sehari dan berbeda di awal penugasan
setiap hari. Tabel 2 adalah salah satu contoh
∑ !" <=1, a=1,2…,m; b=1,2,….n
hasil penugasan 24 colt tangki.
Jumlah penerimaan susu segar
Transportasi Agroindustri
(SUSU) dari petani harus diangkut
Agroindustri Susu adalah transportasi truk
seluruhnya dengan kapasitas Truk per unit
dari koperasi ke lokasi petani susu dengan
adalah sama untuk setiap truk.
menggunakan Colt Tangki dan dari
koperasi ke industri pengolahan susu Truk ∑∑ !" #   =SUSU, c=1,2,….s
Tangki.
Kegiatan transportasi dilakukan
Fungsi obyektifnya adalah total jarak dalam satu kali trip sehingga perlu dijamin
tempuh yang minimimum. Jika jarak truk ditugaskan mengangkut panen pada
tempuh truk a pada perjalanan ke b dari lokasi sebelumnya yang belum diangkut.
koperasi ke lokasi panen c adalah xabc
∑∑∑ !"  $ 1, 1,2, . . 
dengan variabel-variabel keputusan yabc

176 Jurnal Teknik Industri, ISSN:1411-6340


Tabel 2. Penjadwalan transportasi dengan menggunakan colt tangki ke petani susu
Jadwal Keberangkatan
No TPK
Jarak Pagi Sore
1 Pencut 5 km 03.55 14.50
2 Ciater 37 km 04.08 14.55
3 Genteng 3 km 04.15 15.30
4 Barunagri 4 km 04.20 15.23
5 Pasiripis 4 km 04.20 15.30
6 Gunung Putri 4 km 04.27 15.43
7 Manoko 4 km 04.27 15.43
8 Pasar Kemis 6 km 04.20 15.20
9 Keramat 4 km 04.28 15.50
10 Citespong 4 km 04.30 15.25
11 Pojok 4 km 04.32 15.20
12 Cibulakan 4 km 04.25 15.10
13 Suntenjaya 15 km 03.45 14.40
14 Cibodas 15 km 04.20 15.20
15 Cibogo 4 km 04.35 15.50
16 Cikawari 7 km 04.20 15.20
17 Cikole 6 km 04.30 15.35
18 Cilumber 6 km 04.35 15.35
19 Cibedug 6 km 04.20 14.50
20 Nagrak 6 km 04.30 15.30
21 Bukanagara 4 km 04.30 15.30
22 Pagerwangi 4 km 04.33 15.40
23 Cibolang 12 km 04.20 14.20
24 Yampai 6 km 04.30 14.30

Gambar 7. Input Transportasi

Nilai Transportasi Jumlah rute yang dibutuhkan < jumlah rute


Jumlah truk yang dibutuhkan < Jumlah yang tersedia = Baik
Truk tersedia = Baik Jumlah rute yang dibutuhkan = Jumlah rute
Jumlah truk yang dibutuhkan = Jumlah Tersedia = Sedang
Truk Tersedia = Sedang Jumlah rute yang dibutuhkan > Jumlah rute
Jumlah truk yang dibutuhkan > Jumlah truk yang tersedia = Kurang
yang tersedia = Kurang Contoh If then Rule Transportasi (9
rule)

Sistem Pendukung Keputusan Rantai Pasok (Rina Fitriana) 177


If jumlah truk baik, jumlah rute baik then tingkat penjualan dan tingkat pembelian
transportasi baik. pada periode berikutnya, yang pengolahan
dilakukan dengan metode time series sudah
Berdasarkan hasil SPK Input Transporasi
baik, sedang atau buruk berdasarkan rata-
Nilai Transportasi adalah sedang.
rata penjualan. Tabel 3 dan 4 berikut adalah
e. Sub Model Peramalan tabel hasil peramalan menggunakan Single
SPK KPS dapat melakukan menilai Moving Average 3 dan 6.
apakah peramalan untuk memperkirakan

Tabel 3. Peramalan Penjualan 2009


Penjualan SMA 3 SMA 6
2008 Peramalan 2009 Peramalan 2009
Januari 1.684.103.590 1.661.008.735 1.701.697.791
Februari 1.766.470.689 1.678.027.979 1.712.344.749
Maret 1.684.649.061 1.706.100.036 1.686.858.730
April 1.633.907.634 1.681.712.250 1.680.654.579
Mei 1.729.327.729 1.688.613.422 1.692.438.508
Juni 1.587.092.314 1.692.141.903 1.708.876.292
Juli 1.637.816.043 1.687.489.191 1.697.145.108
Agustus 1.865.260.863 1.689.414.839 1.696.386.328
September 1.724.083.635 1.689.681.978 1.693.726.591
Oktober 1.609.951.003 1.688.862.002 1.694.871.234
Nopember 1.593.811.805 1.689.319.606 1.697.240.677
Desember 1.779.263.396 1.689.287.862 1.698.041.038

Tabel 4 Peramalan Pembelian 2009


Pembelian SMA 3 SMA 6
2008 Peramalan 2009 Peramalan 2009
Januari 1.624.202.497 1.719.113.690 1.758.160.999
Februari 1.612.135.828 1.745.884.379 1.759.049.378
Maret 1.602.343.456 1.782.113.511 1.770.268.781
April 1.757.125.427 1.749.037.193 1.740.803.372
Mei 1.605.588.970 1.759.011.694 1.757.803.663
Juni 1.614.234.380 1.763.387.466 1.777.904.776
Juli 1.752.830.728 1.757.145.451 1.760.665.161
Agustus 1.691.732.959 1.759.848.204 1.761.082.522
September 1.947.061.238 1.760.127.041 1.761.421.379
Oktober 1.638.801.624 1.759.040.232 1.759.946.812
Nopember 1.637.196.984 1.759.671.826 1.763.137.386
Desember 1.881.342.463 1.759.613.033 1.764.026.339

Nilai Peramalan Peramalan penjualan < rata-rata penjualan =


Peramalan penjualan > rata-rata penjualan = Kurang
Baik Peramalan pembelian > rata-rata pembelian
Peramalan penjualan = rata-rata penjualan = = Baik
Sedang

178 Jurnal Teknik Industri, ISSN:1411-6340


Peramalan pembelian = rata-rata pembelian
= Sedang
Peramalan pembelian < rata-rata pembelian
=Kurang

Contoh If Then Rule Peramalan (9 rule)


If peramalan penjualan baik, peramalan
pembelian baik then peramalan baik.

Gambar 9. Kualitas Rantai Pasok

Hasil Kualitas Rantai Pasok


berdasarkan SPK adalah Baik.

Validasi Model SPK KPS


Model SPK KPS divalidasi dengan
menggunakan teknik Face Validity
Gambar 8. Input Peramalan (Sargent,1999) yaitu dengan jalan meminta
pendapat para pakar yang merupakan
Hasil Input Peramalan Pembelian dan
manajemen dari koperasi pengolahan susu
Penjualan berdasarkan hasil SPK adalah
X Jawa Barat. Prosedur validasi dilakukan
Baik.
dengan cara memberikan penjelasan
Penentuan Kualitas Rantai Pasok mengenai model SPK KPS dalam bentuk
presentasi dan demo program dan
Penentuan kualitas rantai pasok ditentukan
dilanjutkan dengan diskusi dan Tanya
oleh empat faktor, yaitu :
jawab.
1. Transaksi pembelian dan penjualan
(baik, sedang,kurang)
2. Resiko mutu susu (tinggi, sedang, Verifikasi Model SPK KPS
rendah)
Resiko penurunan mutu yang
3. Peramalan (baik, sedang, kurang)
tertinggi terdapat pada petani susu,
4. Transportasi (baik,sedang, kurang)
ketersediaan truk susu dan waktu angkut.
Berdasarkan nilai dari keempat variable Petani susu adalah unit pasok yang berisiko
tersebut maka dapat ditentukan Kualitas paling tinggi terhadap penurunan susu.
Rantai Pasok (Baik,Sedang,Kurang) Penanganan resiko mutu didasarkan
agregasi nilai resiko setiap unit rantai
Contoh If Then Rule Rantai Pasok (81
pasok. Penanganan di petani menjemput
rule)
sendiri susu ke petani, pengawasan
If rasio transaksi pembelian dan penjualan
pemuatan susu meminimumkan waktu
baik, resiko mutu baik, peramalan baik,
angkut, mengevaluasi jumlah trip dan
transportasi baik then rantai pasok baik.
menjamin ketersediaan truk. Penanganan di
koperasi dilakukan pengawasan
pembongkaran susu, pendinginan,
kemudian pengawasan pemuatan susu.
Penanganan di pabrik meningkatkan mutu
perawatan dan kebersihan peralatan,
sedangkan penanganan di industri
pengolahan susu pengawasan
pembongkaran susu dengan baik.

Sistem Pendukung Keputusan Rantai Pasok (Rina Fitriana) 179


5. KESIMPULAN Industri, Vol 9, No.2, Desember
2007, 85-101
Usulan Sistem Pendukung Keputusan
[8] ICH Harmonised Tripatite
(SPK) dari rantai pasok koperasi susu di
Guidelines, 2005. Quality Risk
Jawa Barat terdiri sub model transaksi
Management.International
penjualan dan pembelian, resiko mutu susu,
Conference on Harmonisation of
peramalan, transportasi dan Rantai Pasok.
Technical Requirement for
Registration of Pharmaceuticals for
6. DAFTAR PUSTAKA Human Use.
[1] Arnold, J. R dan S. N. Chapman, [9] L. Niu, J. Lu dan G. Zhang, 2009.
2004. Introduction to Materials Cognition-Driven Decision Support
Management, Upper Saddle River. for Business Intellegent,
New Jersey. Springerlink.com, Springer-Verlag
[2] Austin, J.E, 1981. Agroindustrial Berlin Heidelberg,
Projet Analysis, The John Hopkin, [10] Sargent, Robert G, 1998, Verification
Marylnd. and Validation of Simulation Model,
[3] Brown, JG, 1994. Agroindustrial Proceedings of the 1998 Winter
Investment and Operation, The Simulation Conference, pp.122-128.
World Bank, Washington. [11] Stefanovic, N. dan D. Stefanovic,
[4] Chopra, Sunil et.al, 2007. Supply 2009. Supply Chain Business
Chain Management Strategy, Intelligence, Technology, Issues and
Planning & Operations. Third Trends in M. Bramer(Ed.): Artificial
Edition, Pearson International Intelligence.LNAI 5640. IFIP
Edition, New Jersey. International Federation for
[5] Eriyatno. 2003. Ilmu Sistem: Information Processing.
Meningkatkan Mutu dan Efektivitas [12] Vercellis Carlo, 2009. Business
Manajemen, Jilid 1, IPB Press. Intelligence: Data Mining and
[6] Gasperz, Vincent, 2002. Pedoman Optimization for Decision Making,
Implementasi Program Six Sigma, Italia: John Wiley & Sons, Ltd.
PT Gramedia Pustaka Utama, [13] Vorst, J.G.A.J. van der, 2004. Supply
Jakarta. Chain Management: Theory and
[7] Hadiguna Rika Ampuh, Marimin, Practice. Di dalam T.Champs, P.
2007. Alokasi Pasokan Berdasarkan Diederm,G.J Hofstede,B.Vos (Eds).
Produk Unggulan untuk Rantai The Emerging World of Chain &
Pasok Sayuran Segar, Jurnal Teknik Networks, Elsevier, Hoofdstuk.

180 Jurnal Teknik Industri, ISSN:1411-6340


PENERAPAN SIMULASI PADA PERUSAHAAN BERBASIS LEAN
Arie Respama Putra
Alumni Jurusan Teknik dan Manajemen Industri, Sekolah Tinggi Manajemen Industri

ABSTRACT
Lean Manufacturing is an approach to make the system efficient using the waste
reduction. The approach is conducted by understanding the general picture of the company
using the flow of information and materials in the production floor by creating value stream
mapping. Lean Manufacturing is not only useful in the production floor; however it can be
implemented in various levels of company organization. However the simulation is a totally
different discipline which can support applications in other disciplines. Using the simulation,
the implementation process of Lean Manufacturing can be conducted precisely and result in
more alternative solutions in the production processes. Simulation has many types of tools, of
which the most popular one is the Pro Model. The tool tries to illustrate the model from the
actual production process by conducting several simulations until the optimum solution can be
achieved for the Lean Manufacturing.
Keywords: Lean Manufacturing, Waste, Value Stream Mapping, Simulation

1. PENDAHULUAN7 merupakan pemborosan (waste) yang dapat


memperpanjang production lead time.
1.1. Latar Belakang
Lean sekarang telah diakui sebagai
Dasar pemikiran dari lean
salah satu cara yang paling efektif untuk
manufacturing adalah berusaha
meningkatkan daya saing dan
menghilangkan waste (pemborosan) di
meningkatkan efisiensi operasional, tapi
dalam proses, atau dapat juga dikatakan
ada banyak praktisi lean yang tidak
sebagai suatu konsep perampingan atau
menyadari bahwa hasil dari penerapan lean
efisiensi. Konsep lean ini dapat
dapat diperoleh dengan cepat dengan
diaplikasikan pada perusahaan manufaktur
penggunaan teknologi simulasi.
maupun jasa, karena pada dasarnya
efisiensi selalu menjadi target yang ingin
dicapai oleh semua perusahaan. Untuk
dapat mengaplikasikan konsep lean, maka
perusahaan harus mampu untuk
mengidentifikasi kebutuhan dari konsumen,
dan apa yang dipentingkan oleh konsumen.
Pendekatan ini merupakan filosofi dasar
untuk mengoptimalkan performansi sistem
manufaktur. Toyota telah melakukan
identifikasi terhadap tujuh jenis aktivitas
utama yang tidak memiliki nilai tambah
dalam bisnis maupun proses manufaktur
antara lain produksi berlebihan, waktu
menunggu, transportasi, persediaan
berlebihan, gerakan yang tidak perlu dan
produk cacat. Seluruh kegiatan itu

Korespondensi :
Arie Respama Putra
E-mail : arierespama@yahoo.com

Penerapan Simulasi Pada Perusahaan Berbasis Lean (Arie Respama Putra) 181
Gambar 1. Simulasi dapat mengembangkan Lean dengan baik dan cepat
Promodel telah mengembangkan alat menciptakan nilai yang tepat untuk
khusus yang disesuaikan untuk metode pelanggan dengan kualitas yang lebih tinggi
lean, dan dapat membantu mewujudkan dan cacat lebih sedikit. Semua itu juga
potensi penuh dari lean pada seluruh didapat dengan mengurangi tenaga
perusahaan. Pada promodel ini, bisa diberi manusia, mengurangi ruang, mengurangi
gambaran lean diikuti dengan deskripsi modal, mengurangi waktu kerja dari pada
tentang bagaimana simulasi digunakan sistem industri tradisional. Tujuan utama
untuk meningkatkan kinerja lean. Melalui dari lean mengembangkan proses yang
prediksi pemodelan simulasi, waktu untuk bebas dari waste. Pemborosan (waste) atau
implementasi lean sangat berkurang dan muda didefinisikan oleh Shoichiro Toyoda
bentuk waste (perencanaan operasional pendiri Toyota sebagai sesuatu yang tidak
yang buruk, optimalisasi sumber daya) memberi nilai tambah kepada produk.
menjadi jauh lebih jelas. Simulasi dengan Dalam industri jasa, ini ditunjukkan dengan
promodel membuat perusahaan bisa sesuatu yang tidak memberikan nilai
menciptakan solusi inovatif untuk kepada layanan jasa pada perusahaan jasa.
menciptakan nilai tambah dan Taiichi Ohno, pelopor Toyota Production
menghilangkan limbah dengan bebas risiko. System (TPS) telah mengidentifikasi tujuh
bentuk dari waste di bidang manufaktur,
1.2. Tinjauan Lean
dan ini juga bisa berlaku untuk industri
Untuk memahami bagaimana jasa:
simulasi dapat membantu penerapan lean,
 Over produksi
tentu perlu dipahami dulu konsep berpikir
 Idle time : menunggu bahan, peralatan,
lean. Maka muncul pertanyaan “Apa yang
personil atau informasi
lean dapat lakukan dan apa saja yang
 Transportasi : gerakan yang tidak perlu
dibutuhkan lean untuk mencapai
 Kegiatan tanpa nilai tambah: kegiatan
tujuannya”. Bagaimana proses menjadi
tidak penting yang tidak memberi nilai
perusahaan lean dan apa arti dari
pada produk dan jasa
perusahaan lean? Semua pertanyaan ini
 Kelebihan persediaan: terjadi karena
harus dijawab untuk mendapatkan
kelebihan produksi
gambaran yang memadai, untuk
 Waste of motion : gerakan dalam proses
mengetahui apapun tentang lean. Berikut
yang tidak memberi nilai tambah pada
ini akan akan diberikan gambaran tentang
produk
lean, dan bagaimana simulasi digunakan
 Produk cacat
untuk membantu mewujudkan potensi
penuh dari lean. Manfaat menggunakan lean manufacturing:
The Lean Enterprise Institute • Mengurangi waktu siklus
mendefinisikan lean sebagai suatu prinsip, • Mengurangi work in process (WIP)
praktek dan alat yang digunakan • Mengurangi biaya

182 Jurnal Teknik Industri, ISSN:1411-6340


• Meningkatkan pemanfaatan sumber menghilangkan overproduksi karena
daya menggunakan sistem tarik.
• Memudahkan penjadwalan  Diagram Alir : tata letak yang
• Aliran proses lebih efisien menggambarkan aliran fisik pekerjaan
• Mengurangi area produksi (ruang) (bahan dan orang), menghilangkan
• Meningkatkan kualitas gerakan yang tidak perlu dalam aliran
• Meningkatkan moral tenaga kerja kerja tersebut.
 Sel Kerja : sebuah pengaturan
Lean thinking menurut James P. Womack streamline (biasanya dalam bentuk U).
dan Daniel T. Jones, ada lima yaitu :  5S : sebuah metode sistematis untuk
• Tentukan nilai, menentukan apa yang mengatur tempat kerja, menghilangkan
pelanggan nilai dan inginkan dalam cacat dan gerakan yang tidak berguna.
sebuah produk atau jasa seperti dalam  Quick Changeover : metode untuk
hal fitur, fungsi, pengiriman, pelayanan mengurangi waktu set up operasi,
dan lain sebagainya. dengan ukuran batch yang lebih kecil,
• Tentukan value stream, dapat menghilangkan waktu tunggu dan
mengidentifikasi proses atau urutan dari over produksi.
langkah penyediaan produk dan  Total Productive Maintenance (TPM) :
layanan secara efisien dan efektif. sistematis untuk kegiatan pemeliharaan
• Aliran dari produk dan pelayanan, yang dapat meminimalkan gangguan
merampingkan proses sehingga setiap kerja, menekankan keterlibatan semua
langkah proses lebih terpadu, ganti karyawan dalam kegiatan TPM
batch dan antrian dengan aliran (preventif) dan mengurangi idle time.
tunggal.  Kontrol visual : pemanfaatan sinyal
• Sistem tarik, membuat atau visual untuk menghilangkan
memberikan hanya apa yang diinginkan overproduksi dan waktu menunggu.
pelanggan.  Poka Yoke (pemeriksaan kesalahan):
• Mengejar kesempurnaan, terus membuat proses operasi sedemikian
berusaha mengurangi waktu, ruang, rupa sehingga proses hanya bisa jalan
biaya dan cacat dan menawarkan apabila dilakukan dengan cara benar,
produk yang sesuai dengan keinginan apabila terjadi kesalahan, proses
pelanggan. otomatis terhenti sehingga produk cacat
dapat dicegah.
1.3. Alat dan Teknik Lean  Pelatihan : dengan adanya pelatihan,
Ada banyak alat bantu dan teknik karyawan dapat menjalankan berbagai
untuk menciptakan proses lean, termasuk fungsi kerja lebih fleksibel, sehingga
yang dijelaskan di bawah ini. Alat dan operator dapat menghilangkan idle time
teknik di bawah tidak hanya terbatas pada nya.
proses manufaktur tetapi dapat juga Tools pada lean di atas harus
digunakan dalam pelayanan proses. digunakan secara sistematis, dengan cara
 Value Streaming Mapping (VSM) : mengidentifikasi waste yang paling
digunakan untuk visualisasi statis, merugikan dalam sistem dan baru
menganalisa dan meningkatkan proses ditetapkan solusi yang terbaik untuk
serta aliran informasi. menghilangkan waste.
 Laporan A3: digunakan untuk Lean tidak hanya menguntungkan
mendefinisi masalah, mengidentifikasi jika diterapkan pada pada proses operasi,
solusi dan mengembangkan, keuntungan lebih besar akan didapat jika
mendokumentasikan, lean diterapkan pada perusahaan secara
mengimplementasikan rencana kegiatan menyeluruh. Lean merupakan sebuah
perbaikan proses. budaya yang dimulai dari atas dan
 Kanban produksi : digunakan untuk menembus ke divisi paling bawah. Sebuah
mengatur produksi dan pergerakan perusahaan yang ingin berbudaya lean,
aliran produksi, kanban dapat terlebih dahulu harus menanamkan
kesadaran dan intoleransi terhadap waste.

Penerapan Simulasi Pada Perusahaan Berbasis Lean (Arie Respama Putra) 183
Ketika kesadaran akan waste menyebar ke awal yang sama, tapi kemudian memiliki
seluruh oraganisasi, orang akan secara pipa yang berbeda dan persyaratan
proaktif mencari perbaikan dan memastikan perakitan menggunakan campuran yang
berada pada jalur tujuan bisnis dan nilai berbeda. Industrial Engineering pada
terhadap pelanggan. Sebuah perusahaan perusahaan mempelajari dalam workshop
lean akan memberikan nilai maksimal lean untuk mengurangi batch produksi
kepada para stakeholders dengan konsumsi sehingga menghasilkan produktivitas yang
sumber daya yang tidak berlebihan. Lean besar. Setelah membuat perkiraan ukuran
pada dasarnya adalah tentang mencapai batch yang tepat, Industrial Engineering
hasil yang diinginkan dengan limbah tadi membangun sebuah model simulasi
minimal. dan menemukan bahwa dengan
menggandakan ukuran batch yang bisa
mencapai throughput 12% lebih tinggi dari
2. SIMULASI DAN LEAN perkiraan awal. Lebih lanjut ditemukan
Dengan pemahaman tentang prinsip bahwa dengan peningkatan ukuran batch
dasar lean yang baik di tingkat proses dan sebenarnya WIP jadi menurun.”
perusahaan, maka eksplorasi penerapan Analisis ini menghasilkan
simulasi dalam lean dapat dilakukan. keuntungan bagi perusahaan, sehingga
Simulasi menyediakan cara yang efektif perusahaan terhindar dari biaya sebesar
untuk mencapai tujuan dari lean pada $100.000. Gambaran di atas merupakan
berbagai tingkatan. Pada tingkatan lean satu contoh bagaimana simulasi telah
manapun, simulasi dapat membantu terbukti efektif dalam perencanaan strategis
mencapai potensi penuh dari lean, secara yang lebih taktis dalam perencanaan
cepat dan lebih baik. operasional. Dalam tahapan lean manapun
Contoh skenario penerapan simulasi berada, Promodel bisa membantu
adalah sebagai berikut : mempercepat perjalanan dan menghindari
rintangan-rintangan yang tidak terduga.
“Sebuah produsen membuat tiga
model berbeda dari kolam air panas,
masing-masing dengan berbagai tuntutan.
Semua model memiliki beberapa operasi

184 Jurnal Teknik Industri, ISSN:1411-6340


Tabel 1. Bagaimana Simulasi Membantu Mencapai Tujuan dari Lean

Proses simulator menyediakan alat penjadwalan proyek lean untuk


yang ideal untuk pengembangan skenario menghasilkan ROI terbesar dalam waktu
proses alternatif untuk membantu terpendek. Berikut fungsi utama simulasi
menyoroti inefisiensi operasional saat ini dengan pengembangan portofolio
dan melihat bagaimana dapat dieliminasi simulator:
melalui implementasi lean. Misalnya
 Memvisualisasikan informasi mengenai
seorang manajer operasi memiliki masalah
sumber daya dibandingkan dengan
dalan mengurangi WIP di wilayah kerjanya,
kapasitas
karena takut pada jangka pendek akan
 Menganalisis bagaimana jadwal
menghadapi konsekuensi terhadap kuota.
alternatif dapat memberi pengaruh baik
Maka dalam hal ini model simulasi dapat
terhadap hasil yang optimal
membantu operator melihat persis
 Mengoptimalkan proses
pengurangan pada WIP agar kuota juga
dapat dicapai, sementara pada saat yang Solusi ini memberikan dasar untuk
sama proses juga menunjukkan perbaikan memprediksi, jumlah dan jenis sumber daya
kinerja, cacat dan waktu siklus dapat yang diperlukan serta urutan prioritas untuk
dikurangi dengan berkurangnya WIP. mencoba memenuhi waktu konsolidasi
yang diinginkan. Untuk hal ini juga
Promodel simulator adalah alat yang
diberikan sarana untuk bereksperimen
ideal untuk mendapatkan jadwal yang
dengan skenario konsolidasi dengan strategi
cocok dalam proses produksi. Simulator
berbeda.
memberikan tampilan yang realistis pada
kebutuhan sumber daya dan waktu untuk
berbagai alternatif proyek lean, dan
3. SIMULASI DALAM VALUE-
mengidentifikasi jadwal terbaik untuk
STREAM MAPPING (VSM)
dipilih. Selanjutnya dengan melakukan
analisis “What-If”, terhadap semua VSM menyediakan cara yang efektif
keputusan proyek seperti sumber daya yang untuk menvisualisasikan aliran logis dari
digunakan, apakah nantinya akan tumpang kerja dan informasi dalam proses. Gambar
tindih atau tidak proyek tersebut. Simulator 2 menunjukkan contoh VSM dari suatu
dapat dengan cepat ke prioritas optimal dan proses. Perhatikan bahwa aliran material
dari kiri ke kanan, sedangkan aliran

Penerapan Simulasi Pada Perusahaan Berbasis Lean (Arie Respama Putra) 185
informasi dari kanan ke kiri. Idenya adalah aktivitas dasar seperti waktu siklus. Setelah
tidak hanya memahami urutan aliran VSM dirancang, maka dilakukan analisa di
material tetapi link informasi yang memicu daerah berpotensi waste agar bisa segera
aliran dan produksi. Dari suatu SCM dihilangkan. Gambar 3 mengilustrasikan
dengan cepat bisa mendapat gambaran bagaimana tidakan perbaikan diidentifikasi.
umum dari proses termasuk parameter

Gambar 2. Value-Stream Mapping

Gambar 3. Analisa VSM

186 Jurnal Teknik Industri, ISSN:1411-6340


Perbaikan diusulkan ke VSM state berkesinambungan dalam sel. Setiap proses
saat ini untuk digunakan membuat VSM dalam aliran menarik (sistem tarik) materi
state yang baru untuk kegiatan yang akan dari langkah sebelumnya. Persediaan, hasil
datang. Pada gambar 4 diilustrasikan aliran dan waktu dikurangi lebih dari 75 persen
proses yang lebih simpel, pengelasan tanpa mengubah desain produk atau
terisolasi dan proses perakitan telah melakukan investasi pada peralatan yang
ditempatkan dalam aliran yang mahal.

Gambar 4. Rancangan VSM Setelah Perbaikan

Kanban
Salah satu kegunaan efektif
simulasi adalah dalam membentuk kontrol
kanban. Putaran dari kanban dapat dilihat
pada gambar 5, yang perlu diketahui saat
membuat kontrol kanban adalah kapan
sinyal memberi instruksi mengenai jumlah
pemesanan. Kanban harus didasari oleh dua
hal yaitu tingkat penggunaan dan waktu
pemesanan.
Gambar 5. Kanban Kontrol

Penerapan Simulasi Pada Perusahaan Berbasis Lean (Arie Respama Putra) 187
Tingkat penggunaan adalah tingkat ProModel merupakan solusi yang tepat
dimana barang-barang yang diambil dari untuk membantu mencapai proses akhir
penyimpanan dan umumnya didasarkan lean.
pada tingkat takt (tingkat permintaan untuk
item tersebut). Waktu untuk mengisi
permintaan kanban didasarkan pada waktu 4. KESIMPULAN
tunda kumulatif yang terjadi untuk Teknologi simulasi ProModel
produksi, pengangkutan barang, dansetiap menyediaakan alat dan layanan yang anda
keterlambatan akibat pekerjaan lain yang butuhkan untuk memodelkan lean beserta
dilakukan, kegagalan peralatan, tidak dengan analisa lean itu sendiri. Simulasi
tersedianya operator dan lain sebagainya. akan membantu mencapai semua tingkatan
Tentu saja, anda tidak ingin merencanakan lean pada setiap level organisasi. Termasuk
sebuah skenario yang buruk, tapi setiap juga tingkat strategis, dan membentuk suatu
kemungkinan wajar untuk diperhitungkan. budaya lean dan memprioritaskan proyek
yang lebih taktis. Dengan demikian
Perbaikan yang Sedang Berlangsung perencanaan operasional akan lebih mudah
dalam mendesain proses yang optimal
Untuk perbaikan yang sedang
dengan waktu yang lebih cepat dan hasil
berlangsung, simulasi akan menjaga proses
yang lebih baik.
transformasi lean. Salah satu hambatan
besar untuk mempertahankan lean adalah
cepat puas pada sistem yang ada sehingga 5. DAFTAR PUSTAKA
ide perbaikan menjadi tidak ada. Simulasi [1] Mike R. and John S. 1999, Learning to
merangsang untuk berpikir kreatif dan See: Value Stream Mapping to Add
melibatkan perencanaan untuk menemukan Value and Eliminate Muda, Lean
bentuk waste yang lain. Jenis waste yang Enterprise.
paling merusak adalah waste yang tidak [2] Taiichi O. 1998, Toyota Production
dikenali. Dalam fase transformasi lean System-Beyond Large Scale
banyak waste yang muncul ke permukaan Production. Cambridge, MA.
dan solusi dapat lebih jelas dilakukan. [3] Womack, J.P.and Daniel T. J, 1998.
Dengan mengurangi waktu set up dan Lean Thinking Free Press.
mengatur aliran proses dengan sistem tarik, [4] Womack, J, 2007. The Challenge of BP
serta menerapkan single flow, WIP dan Transformation, BP Trends.
waktu siklus sangat dapat dikurangi. Ketika [5] http://www.lean.org/WhatsLean
sedang merancang work cells atau [6] http://www.providence.edu/acc/pae/ais/
merampingkan rantai pasok, maka student/feene/feene.html

188 Jurnal Teknik Industri, ISSN:1411-6340


PENGUKURAN KINERJA CUSTOMER RELATIONSHIP
MANAGEMENT (CRM) CDMA ESIA MENGGUNAKAN CRM
SCORECARD PADA PT BAKRIE TELECOM Tbk

Didien Suhardini dan Suci Lestari


Laboratorium Perancangan Organisasi dan Bisnis
Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Trisakti

ABSTRACT
Bakrie Telecom realizes it is importance to know the customer needs that have not been
fulfilled and the effectiveness of its CRM (Solusi Esia). The purpose of this study is to analyze
the Importance-Performance Matrix and designing performance measurement systems and
measure of Solusi Esia performance, then propose development program of Solusi Esia for the
next year. Designing a CRM Scorecard start from cascading the vision, mission and strategy of
the company to the vision, mission and strategy of Solusi Esia, then translate into fours CRM
Scorecard perspective, setting strategic objectives, building a strategy map, set targets, and
strategic initiatives and weighing of each strategic objective as lag indicators relative to a
leading indicator in each perspective using pair wise comparisons. The score of Solusi Esia
Performance is 3.46 considered good. Some development programs are call center phone
charge change to be free of charge, establish training centers, network operations, voice
recording the conversation between costumer and costumer service and periodically doing a
market survey.
Keywords: IP Matrix, CRM, CRM Scorecard, Strategy Map

1. PENDAHULUAN8 yang baik dengan pelanggan yang disebut


Solusi Esia.
1.1 Latar Belakang Masalah
Meskipun jumlah pelanggan Esia
PT Bakrie Telecom, Tbk yang
Region 1 wilayah Jabodetabek dan Banten
selanjutnya disebut Bakrie Telecom adalah
meningkat dari bulan Juli sampai dengan
perusahaan teleokmunikasi pemberi
bulan Desember tetapi belum sebanyak
layanan jaringan tetap lokal tanpa kabel
yang diharapkan. Ditambah lagi angka
dengan mobilitas terbatas (fixed wireless
perpindahan pelanggan (churn) yang masih
access with limited mobility) berteknologi
naik turun memerlukan usaha yang lebih
CDMA 2000 1x. Bakrie Telecom sebagai
keras lagi dalam menahan pelanggan agar
perusahaan operator telekomunikasi
tetap setia. Dari data pada Tabel 1 di bawah
berbasis CDMA pertama di Indonesia
ini terlihat jumlah keluhan pelanggan
semakin sadar akan pentingnya kepuasan
kebanyakan mengenai jumlah tagihan yang
pelanggan sehingga perlu terus
kondisinya naik turun setiap bulannya,
meningkatkan pelayanan agar pelanggan
sehingga masih perlu diturunkan secara
tetap setia menggunakan Esia. Dengan
konsisten.
mempertimbangkan hal tersebut, Bakrie
Telecom mengaplikasikan program
Costumer Relationship Management
(CRM) guna mempertahankan hubungan

Korespondensi :
Didien Suhardini
E-mail : didien.suhardini@yahoo.com
Suci Lestari
E-mail : suciiilestariii@gmail.com

Pengukuran Kinerja Customer Relationship Management (Didien Suhardini) 189


Tabel 1. Jumlah Keluhan Pelanggan Region I Jabodetabek & Banten

Bakrie Telecom masih perlu 2. LANDASAN TEORI


meningkatkan jumlah pelanggan dan
2.1 Kualitas Pelayanan (Service
menurunkan jumlah perpindahan pelanggan
Quality)
serta menurunkan jumlah keluhan
pelanggan. Sehingga belum bisa dipastikan Bagi perusahaan yang bergerak
apakah program Solusi Esia berhasil atau dalam bidang jasa terutama untuk
tidak atau berapa nilai kinerjanya. perusahaan yang pelanggannya dapat
dengan mudah untuk keluar ataupun masuk
1.2 Pokok Permasalahan
untuk menikmati jasa tersebut memenuhi
Bakrie Telecom sudah menjalankan Service Quality sangat penting. Service
CRM yang disebut Solusi Esia tetapi belum Quality adalah salah satu metode yang
diketahui seberapa besar efektivitasnya digunakan untuk mengukur kepuasan
karena belum memiliki sistem pengukuran pelanggan atas kualitas jasa yang
kinerja CRM yang diperoleh dari ditawarkan oleh perusahaan. Kuesioner
penerjemahan visi, misi, dan tujuan dari tingkat kepuasan dan tingkat kepentingan
strategi CRM perusahaan ke dalam dirancang berdasarkan dimensi Service
kerangka kerja dan ukuran yang jelas. Quality (SERVQUAL), yang
Dengan mengetahui skor kinerja dapat dikembangkan oleh Parasuraman, Zeithaml,
diperbaiki efektifitas CRM terutama untuk dan Berry [1988], yang terdiri dari lima
yang skornya masih rendah. Dampak dari dimensi kualitas jasa, yaitu: tangibles,
pelaksanaan inisiatif strategis yang reliability, responsiveness, assurance dan
diusulkan diharapkan pelanggan tetap setia emphaty.
menggunakan Esia dan tidak beralih kepada
2.2 Importance – Performance Matrix
operator lain.
Importance-Performance Matrix
1.3 Tujuan Penelitian
banyak digunakan untuk mengetahui atribut
Tujuan yang ingin dicapai adalah pelayanan yang masih harus diperbaiki
mengetahui keinginan pelanggan yang dengan mengukur tingkat kepentingan
belum terpenuhi dan memperoleh sistem pelanggan (customer expectation) dan
dan hasil pengukuran kinerja Solusi Esia tingkat kinerja perusahaan (perceived
dengan pendekatan CRM Scorecard. performance). Tingkat kepentingan
Kemudian memberikan usulan perbaikan pelanggan diukur dalam kaitannya dengan
dengan memperhatikan hasil analisis IP apa yang seharusnya dikerjakan oleh suatu
Matrix yang diperoleh dari atribut yang organisasi agar menghasilkan produk atau
ditetapkan berdasarkan lima dimensi jasa yang berkualitas tinggi. Responden
ServQual, dan peningkatan program Solusi diminta untuk menilai tingkat kepentingan
Esia berdasarkan atribut pada kuadran I dan berbagai atribut relevan dan tingkat kinerja
nilai yang terkecil pada tujuan strategis perusahaan pada masing-masing atribut
setiap perspektif CRM Scorecard. tersebut. kemudian, nilai tingkat
kepentingan atribut dan kinerja perusahaan
akan di-plot pada importance-performance

190 Jurnal Teknik Industri, ISSN:1411-6340


matrix dengan sumbu x adalah kinerja dan sumbu y adalah harapan.

Gambar 1 Diagram Importance & Performance


Sumber : Freddy Rangkuti,2006
 Kuadran I Ini adalah wilayah yang memuat
faktor-faktor yang dianggap kurang
Ini adalah wilayah yang memuat
penting oleh pelanggan dan dirasakan
faktor-faktor yang dianggap penting
terlalu berlebihan. Atribut-atribut
(diatas rata-rata) oleh pelanggan
yang termasuk dalam kuadran ini
tetapi pada kenyataannya faktor-
dapat dikurangi agar perusahaan
faktor ini belum sesuai dengan
dapat menghemat biaya.
seperti yang diharapkan (tingkat
kepuasan yang diperoleh masih 2.3 Customer Relationship
dibawah rata-rata). Atribut yang Management (CRM)
berada pada kuadran ini adalah
Dalam persaingan yang ketat untuk
faktor-faktor yang harus ditingkatkan
mempertahankan pelanggan Customer
kepuasannya.
Relationship Management sangat penting
 Kuadran II untuk diperhatikan. CRM adalah
menajemen pelayanan kepada pelanggan
Ini adalah wilayah yang memuat
yang ditujukan untuk meningkatkan
faktor-faktor yang dianggap penting
kepuasan dan loyalitas pelanggan yang
oleh pelanggan dan faktor-faktor
didukung oleh sumber daya manusia yang
yang dianggap oleh pelanggan sudah
profesional, proses bisnis yang berpadu,
sesuai dengan yang dirasakannya
dan teknologi yang efisien dan efektif.
sehingga tingkat kepuasannya relatif
Konsep CRM berkembang sejak beberapa
tinggi dari rata-rata.
tahun terakhir akibat meningkatnya
 Kuadran III kompetisi untuk memenuhi tuntutan
Ini adalah wilayah yang memuat pelanggan akan pelayanan yang lebih baik
faktor-faktor yang dianggap kurang dan perhatian yang lebih besar terhadap
penting oleh pelanggan dan pada kebutuhan individual pelanggan. Gagasan
kenyataanya kinerjanya tidak terlalu utama CRM adalah membantu perusahaan
istimewa. Peningkatan atribut-atribut dengan menggunakan teknologi, proses
yang termasuk dalam kuadran ini bisnis, dan sumber daya manusia untuk
dapat dipertimbangkan kembali memperoleh pengetahuan mengenai
karena pengaruhnya terhadap perilaku dan nilai dari pelanggan tersebut.
manfaat yang dirasakan oleh 2.4 CRM-Scorecard
pelanggan sangat kecil.
Penerapan strategi CRM
 Kuadran IV seyogyanya diikuti dengan pengukuran
kinerja dari pelaksanaan strategi tersebut.

Pengukuran Kinerja Customer Relationship Management (Didien Suhardini) 191


Model Balanced Scorecard yang digagas dengan pembuatan alat ukur kinerja CRM
oleh Kaplan dan Norton, (1992,1997, 2001) yang didasarkan pada model CRM
merupakan suatu model sistem pengukuran Scorecard yang sudah dilengkapi dengan
kinerja yang komprehensif, seimbang dan bobot masing-masing tujuan strategis.
menggambarkan keterkaitan antar tujuan Pengukuran kinerja menggunakan alat ukur
strategis. Model ini banyak dikembangkan yang dirancang menggunakan data obyektif
untuk pengukuran kinerja pada pelaksanan dan nilai dari tingkat kepuasan berdasarkan
strategi fungsional lainnya seperti Human hasil penyebaran kuesioner. Usulan
Resources Scorecard, Workforce perbaikan diperoleh dari dua hal yaitu hasil
Scorecard, Information Technology analisa Importance-Performance Matrix
Scorecard. Jonghyeok Kim, Euiho Suh dan untuk atribut yang berada pada kuadran I
Hyunseok Hwang (2003) mengajukan dan dari Skor tujuan strategis yang masih
empat perspektif untuk mengevaluasi CRM rendah yang harus ditingkatkan.
dengan memodifikasi perspektif Balanced
Data yang dikumpulkan untuk
ScoreCard (BSC). Empat perspective dalam
menganalisis Importance-Performance
CRM Scorecard adalah:
Matrix menggunakan kuesioner tingkat
• Customer Value kepentingan dan tingkat kepuasan
pelanggan yang disusun berdasarkan
Customer value mengarah pada
dimensi ServQual yang disebarkan ke 100
keuntungan nyata dan tidak nyata
responden yang menggunakan CDMA Esia.
(tangible and intangible benefits) yang
Perancangan model CRM Scorecard Solusi
diperoleh dari aktivitas CRM.
Esia dilakukan melalui penurunan
Perspektif Customer Value terus
pernyataan visi, misi, tujuan dan strategi
mencari cara untuk membangun
bisnis Bakrie Telecom ke visi, misi, tujuan
komitmen dan kesetiaan pelanggan
dan strategi Solusi Esia dan penerjemahan
• Customer Satisfaction visi, misi dan strategi Solusi Esia kedalam
empat perspektif CRM Scorecard,
Customer Satisfaction menampilkan
kemudian menetapkan tujuan strategis
pendekatan modern terhadap kualitas di
setiap perspektif CRM Scorecard, yang
dalam perusahaan dan organisasi, dan
dilengkapi dengan peta strategi (strategy
menyajikan perkembangan manajemen
map) Solusi Esia. Strategy map sebagai alat
dan budaya yang benar-benar fokus
komunikasi yang kuat dalam memberikan
pada pelanggan.
gambaran jelas bagi orang-orang yang
• Customer Interaction berada dalam perusahaan mengenai strategi
CRM dan bagaimana upaya untuk
Hubungan pelanggan dapat diperkuat
berkontribusi terhadap kesuksesan CRM
melalui interaksi dengan pelanggan
perusahaan. Selanjutnya ditentukan tolok
yang efektif.
ukur, target, skala nilai dan bobot.
• Customer Knowledge Pembobotan dilakukan dengan
menggunakan metode pairwise
Customer knowledge menampilkan comparison. Pengukuran dimulai dengan
status dari segmen konsumen dan
penentuan nilai yang diperoleh dari
manajemen data konsumen. Customer membandingkan hasil dengan target
Knowledge fokus pada pembelajaran sehingga diperoleh hasil tersebut berada
teknologi, memahami kebutuhan
pada rentang tertentu pada nilai 1-5. Khusus
konsumen, dan profil konsumen, yang untuk tujuan strategis pada perspektif
mempengaruhi cara berinteraksi dengan
customer satisfaction, nilai didapat dari
konsumen. hasil kuesioner tingkat kepuasan pelanggan.
Skor setiap perspektif diperoleh dari nilai
dikalikan bobot.Skor total kinerja CRM
3. METODOLOGI PENELITIAN
merupakan pengabungan nilai keempat
Penelitian ini menggunakan metode perspektif berbobot.
survei untuk mengukur tingkat kepentingan
dan kepuasan pelanggan dan dilanjutkan

192 Jurnal Teknik Industri, ISSN:1411-6340


Hasil analisa Importance- kuesioner adalah 3.86 dan 3.93.
Performance Matrix adalah mendapatkan Sebaiknya Prioritas yang diperbaiki
atribut yang terdapat pada wilayah kuadran dilihat dari nilai rata-rata tingkat
I untuk diperbaiki. Kemudian hasil kepuasan yang masih lebih kecil dari
pengukuran kinerja CRM digunakan untuk tingkat kepentingan dan dari analisa
melengkapi usulan perbaikan terutama pada Importance-Performance Matrix di
tujuan strategis dengan skor kinerja yang bawah ini.
masih rendah.
4.2 Importance-Performance Matrix
Nilai rata-rata setiap atribut tingkat
4. HASIL DAN PEMBAHASAN kepentingan dan tingkat kepuasan
yang didapat diplot dalam diagram
4.1 Nilai rata-rata tingkat kepentingan
Importance-Performance Matrix.
dan tingkat kepuasan pelanggan yang
diperoleh dari pengolahan data

Gambar 2. Importance – Performance Matrix

Dari Gambar 2 di atas atribut yang berada • Cara bicara pegawai Customer Service
pada wilayah Kuadran I yang merupakan dengan pelanggan
atribut-atribut yang harus diperbaiki adalah: • Lama pelayanan Customer Service saat
• Pelayanan Call Center memberikan respon keluhan
• Pegawai Customer Service yang • Tanggapan pegawai Customer Service
memiliki totalitas dalam melayani saat memberikan solusi
pelanggan • Pulsa yang terpakai saat menghubungi
• Wawasan pengetahuan pegawai Call Center
mengenai Esia • Tanggapan pegawai Customer Service
• Signal (Jaringan) saat merespon keluhan
Atribut pada Kuadran II tingkat Atribut pada Kuadran III tingkat kepuasan
kepuasannya sudah di atas rata-rata dan dan tingkat kepentingan di bawah rata-rata
tingkat kepentingan di atas rata-rata dan hampir semua atribut pada kuadran ini
ditingkatkan hanya untuk yang nilai kepuasan lebih tinggi dari
kepuasannya masih lebih rendah dari kepentingan.
kepentingannya. • Ruang tunggu pada Gerai Esia
• Tanggapan pegawai Customer Service • Lama waktu tersambung pada call
saat menangani keluhan center 24 jam
• Sikap pegawai Customer Service dalam • Lokasi Gerai Esia
melayani pelanggan • Harga pulsa yang terjangkau

Pengukuran Kinerja Customer Relationship Management (Didien Suhardini) 193


• Kondisi Gerai Esia perspektif dan sepuluh tujuan strategis yang
• Interior Gerai Esia saling berkaitan yang dapat dilihat pada
• Banyaknya kartu perdana yang peta strategis dilengkapi dengan tabel
ditawarkan Esia penentuan nilai dan pengukuran skor.
Penilaian dilakukan menggunakan tabel
Atribut pada Kuadran IV merupakan yang berisi perspektif, tujuan strategis,
wilayah yang atribut yang tingkat kepuasan tolok ukur, target dan skala penilaian.
sudah di atas rata-rata sedangkan tingkat Pengukuran skor menggunakan hasil
kepentingannya di bawah rata-rata sehingga pembobotan antar tujuan strategis yang
bisa dipertahankan saja. saling berhubungan dikalikan nilai.
• Informasi waktu tenggang/sisa pulsa
melalui sms/telepon 4.3.1. Strategy Map Solusi Esia
• Bonus yang ditawarkan pada merchant- Peta strategi merupakan suatu
merchant tertentu skenario strategi perusahaan yang
• Mensponsori acara-acara yang dapat menggambarkan keterkaitan suatu
menguntungkan masyarakat hubungan sebab akibat, atau dengan kata
• Program Esia Gogo lain menggambarkan keterkaitan antara
• Program-program HP Esia Bundling perspektif customer value, customer
satisfaction, customer interaction, dan
customer knowledge. Gambar 3 berikut
4.3 Sistem Pengukuran Kinerja CRM
adalah peta strategi (strategy map) Solusi
Scorecard Solusi Esia
Esia:
Sistem Pengukuran Kinerja CRM
Scorecard Solusi Esia terdiri atas empat

194 Jurnal Teknik Industri, ISSN:1411-6340


Gambar 3. Strategy Map Solusi Esia

4.3.2. Skala Pengukuran Kinerja


Pada setiap perspektif, tujuan
Tujuan Strategis Setiap
strategis ditetapkan melalui penurunan visi,
Perspektif dalam CRM Scorecard
misi, dan strategi Bakrie Telecom menjadi
Solusi Esia
visi misi strategi Solusi Esia. Setiap tujuan
Skala pengukuran kinerja tujuan strategis memiliki target yang ingin dicapai
strategis untuk setiap perspektif dilakukan dimasa mendatang yang ditetapkan
dengan cara membandingkan target setiap berdasarkan tolok ukur. Kemudian hasil
tujuan perspektif dimasa depan dengan yang didapat dibandingkan dengan target
kinerja yang sedang berjalan pada yang ditetapkan dengan skala penilaian
perusahaan saat ini. Skala pengukuran yang untuk mendapatkan nilai tertentu.
digunakan adalah konversi dari skala Likert
 Perspektif Customer Value
(1-5), menjadi skala yang kontinyu :
Pada perspektif customer value
Tabel 2 Skala Penilaian
terdapat tiga tujuan strategis pada perspektif
Skala Nilai ini yaitu: menjadi prioritas pelanggan,
4.20 ÷ 5.00 Sangat Baik mendapatkan pelanggan baru, dan
3.40 ÷ 4.20 Baik peningkatan volume penjualan.
2.60 ÷ 3.40 Cukup Baik
1.80 ÷ 2.60 Tidak Baik
1.00 ÷1.80 Sangat Tidak Baik

Pengukuran Kinerja Customer Relationship Management (Didien Suhardini) 195


Tabel 3. Penentuan Nilai Setiap Tujuan Strategis Perspektif Customer Value
Penurunan Visi
Misi dan Strategi Tujuan
Solusi Esia Strategis Target Hasil Penilaian Nilai
churn = 0% 5
Menjadi 0% < churn = 1 % 4
Churn
Prioritas Churn 0% 1% < churn = 2% 3
2%
Pelanggan
2% < churn = 4% 2
Solusi Esia churn > 4% 1
berusaha untuk Jumlah pelanggan baru = 10 % 5
menjadi nomor Mendapatkan
7.5% < Jumlah pelan ggan baru
satu dimata pelanggan
Men dapatkan baru 10% = 10% 4
pelanggan sebagai 5% < Jumlah pelanggan baru =
pen yed ia produk Pelanggan lebih banyak 10 %
Baru dari jumlah 7.5% 3
dan jasa
sebelumn ya 2.5% < Jumlah pelan ggan baru
telekomunikasi = 5% 2
yang lengkap dan
berkualitas, Jumlah pelanggan baru = 2.5% 1
sehingga Peningkatan jumlah pelan ggan
pelanggan tetap = 10 % 5
setia menggunakan Persentase 7.5% < peningkatan jumlah
Esia peningkatan pelanggan = 10% 4
Pen ingkatan
jumlah 5% < peningkatan jumlah
Volume pelanggan 3% pelanggan = 7.5% 3
Penjualan
10% 2.5% < peningkatan jumlah
perbulan pelanggan = 5% 2
peningkatan jumlah pelanggan
= 2.5% 1

Dari target churn 0% yang baru  Perspektif Customer Satisfaction


dicapai sebesar 2% sehingga mendapatkan
Terdapat tiga tujuan strategis pada
Nilai 3 karena berada pada rentang 1%-2%.
perspektif ini yaitu peningkatan kualitas
Sedangkan persentase peningkatan jumlah
layanan, peningkatan inovasi produk dan
pelanggan dicapai 2,88% dari target 10%
layanan, dan terciptanya kepuasan
sehingga diperoleh nilai 2 karena berada
pelanggan. Pada tabel 4 dapat dilihat hasil
pada rentang 2,5-5%. Terakhir pada
yang telah dicapai oleh perusahaan
perspektif Customer Value adalah
kemudian dibandingkan dengan target yang
peningkatan jumlah pelanggan baru target
ditetapkan sehingga diperoleh nilai setiap
10% dicapai 5% berada pada rentang 2,5-
tujuan strategis.
5% mendapat nilai 2.

196 Jurnal Teknik Industri, ISSN:1411-6340


Tabel 4. Penentuan Nilai Setiap Tujuan Strategis Perspektif Customer Satisfaction

Pada perspektif Customer  Perspektif Customer Interaction


Satisfaction, penurunan jumlah keluhan
Terdapat dua tujuan strategis pada
baru dicapai sebesar 14 % dari target 30%
perspektif ini yaitu menyediakan SDM
yang berada pada rentang 10-15%
yang kompeten pada Customer Service, dan
mendapat nilai 2. Selanjutnya peningkatan
pendekatan hubungan langsung dengan
inovasi produk dan layanan dari target 6
pelanggan. Pada tabel 5 dapat dilihat nilai
produk inovatif dalam 1 periode baru
yang dicapai oleh kedua tujuan strategis
dicapai 5 dalam rentang 4-5 mendapat nilai
tersebut. Pelatihan yang ditargetkan setiap
4. Untuk tujuan strategis Terciptanya
bulan sekali dicapai 5 kali dalam 6 bulan
Kepuasan Pelanggan diperoleh dari hasil
sehingga mendapat nilai 4. Sedangkan
kuesioner sebesar 3,93 berada pada rentang
pendekatan langsung dengan pelanggan
3,4-4,2 mendapat nilai 4.
baru dilaksanakan 3 kali dari target
sebanyak 6 kali memperoleh nilai 3.

Pengukuran Kinerja Customer Relationship Management (Didien Suhardini) 197


Tabel 5. Penentuan Nilai Setiap Tujuan Strategis Perspektif Customer Interaction

 Perspektif Customer Knowledge membandingkan hasil yang dicapai


sekarang dengan target yang ditetapkan.
Terdapat dua tujuan strategis pada
Pada perspektif Customer Knowledge
perspektif ini yaitu pembaharuan teknologi
pembaharuan customer security technology
customer security dan pemahaman
pada tahap baik dan survey baru dilakukan
kebutuhan pelanggan. Pada tabel 6 dapat
5 bulan sekali dari target 3 bulan sekali
diketahui nilai yang didapatkan oleh kedua
mendapat nilai 4.
tujuan strategis tersebut dengan

Tabel 6. Penentuan Nilai Setiap Tujuan Strategis Perspektif Customer Knowledge

198 Jurnal Teknik Industri, ISSN:1411-6340


4.4. Pengukuran Kinerja Solusi Esia dijumlahkan untuk mendapatkan hasil
keseluruhan perspektif Customer Value.
Berikut adalah hasil pengukuran
Nilai yang diperoleh perspektif Customer
kinerja Solusi Esia untuk perspektif
Value adalah sebesar 3.32. Nilai, bobot dan
Customer Value, total hasil diperoleh dari
skor dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini.
skor setiap tujuan strategis dikalikan
dengan bobotnya kemudian hasilnya

Tabel 7. Pengukuran Kinerja Solusi Esia Perspektif Customer Value


Tolok Ukur Skor
Tujuan Strategis Nilai Bobot
(Measurements) (Nilai x bobot)
Menjadi Prioritas Jumlah pelanggan yang berpindah
3 0,36 1,08
Pelanggan (churn)
Mendapatkan
Jumlah pelanggan baru 5 0,32 1,60
Pelanggan Baru
Peningkatan Persentase peningkatan jumlah
2 0,32 0,64
Volume Penjualan pelanggan 10% perbulan
Total 1 3,32

Skor terendah pada perspektif Berikutnya adalah pengukuran


Customer Value adalah pada tujuan kinerja Solusi Esia untuk perspektif
strategis peningkatan jumlah pelanggan Customer Satisfaction dapat dilihat pada
menyumbang skor hanya sebesar 0,64. tabel 8.

Tabel 8 Pengukuran Kinerja Solusi Esia Perspektif Customer Satisfaction


Tolok Ukur Skor
Tujuan Strategis Nilai Bobot
(Measurements) (Nilai x bobot)
Peningkatan
Jumlah keluhan pelanggan 2 0,45 0,9
kualitas layanan
Terciptanya
kepuasan Rata-rata tingkat kepuasan 3,93 0,4 1,57
pelanggan pelanggan berdasarkan kuesioner
Peningkatan
Inovasi Produk dan Peningkatan jumlah inovasi produk 4 0,15 0,6
Layanan
Total 1 3,07

Nilai yang diperoleh perspektif Kinerja Solusi Esia untuk perspektif


Customer Satisfaction adalah sebesar 3.07 Customer Interaction, diperoleh dengan
dengan kontribusi nilai terkecil yaitu oleh menjumlahkan nilai yang dihasilkan oleh
tujuan strategis peningkatan inovasi produk kedua tujuan strategis sehingga nilai untuk
dan layanan berkontribusi sebesar 0,6 perspektif Customer Interaction adalah
3.44, dapat dilihat pada tabel 9
Tabel 9 Pengukuran Kinerja Solusi Esia Perspektif Customer Interaction
Tolok Ukur Skor
Tujuan Strategis Nilai Bobot
(Measurements) (Nilai x bobot)
Menyediakan SDM yang
Jumlah Pelatihan Pegawai 4 0,44 1,76
Berkompeten Pada CS
Jumlah acara yang
Pendekatan langsung
diadakan atau disponsori 3 0,56 1,68
dengan pelanggan
oleh Bakrie Telecom
Total 1 3,44

Pengukuran Kinerja Customer Relationship Management (Didien Suhardini) 199


Dengan kontribusi terkecil pada knowledge yaitu pembaharuan Customer
jumlah inovasi produk sebesar 0,6 karena Security Technology dan peningkatan
bobotnya kecil, berikutnya adalah pemahaman kebutuhan pelanggan setelah
penurunan keluhan pelanggan dengan skor dijumlahkan sebesar 3.44 dapat dilihat
0,9. pada Tabel 10.
Nilai yang dihasilkan oleh kedua
tujuan strategis dalam perspektif customer

Tabel 10. Pengukuran Kinerja Solusi Esia Perspektif Customer Knowledge


Tolok Ukur Nilai
Tujuan Strategis Skor Bobot
(Measurements) (skor x bobot)
Performansi IT system Solusi
Esia dan kinerja database
4 0,52 2,08
Pembaharuan Customer (datawarehouse & datamining)
Security Technology pelanggan
Peningkatan Pemahaman Persentase pemahaman
4 0,48 1,92
Kebutuhan Pelanggan kebutuhan pelanggan
Total 1 4,00

Hasil keseluruhan kinerja CRM dengan bobot pada setiap perspektif yang sama yaitu sebesar
0.25 dapat dilihat sebagai berikut.
Tabel 11. Pengukuran Kinerja Solusi Esia Berdasarkan CRM Scorecard
Perspektif Skor Bobot Skor x bobot
Customer Value 3,32 0,25 0,83
Customer Satisfaction 3,07 0,25 0,77
Customer Interaction 3,44 0,25 0,86
Customer Knowledge 4,00 0,25 1,00
Total 1 3,46

Ini berarti dari hasil pengukuran dengan 2. Peningkatan wawasan pengetahuan


menggunakan CRM Scorecard, diperoleh mengenai Esia untuk pegawai
nilai kinerja Solusi Esia yaitu sebesar 3,46. customer service melalui pelatihan
Dengan menggunakan interval skala nilai yang lebih intensif dengan
pada tabel 2 dapat disimpulkan bahwa nilai mendirikan pusat pelatihan sebagai
kinerja CRM Solusi Esia berdasarkan wadah untuk SDM yang kompeten
model CRM Scorecard berada pada skala 4 melalui program pelatihan sesuai
(3.40 - 4,20) yang menunjukkan bahwa dengan kebutuhan, diseminasi
kinerja Solusi Esia adalah baik. informasi dengan menggunakan
intranet, brosur, leaflet, dan pamflet
4.5. Usulan Pengembangan
agar seluruh pegawai memiliki
Meskipun skor yang diperoleh sudah informasi mengenai produk Esia.
baik, tetapi masih perlu dikembangkan 3. Peningkatan jumlah dan kualifikasi
program CRM terutama untuk atribut- pegawai Call Centre sehingga
atribut pada kuadran 1 IP Matrix dan tujuan memiliki totalitas dalam melayani
strategis pada CRM Scorecard yang pelanggan melalui pelatihan
memiliki skor (nilai X bobot) tidak baik pengembangan kepemimpinan dan
a. Usulan Pengembangan Program CRM soft skill lainnya seperti teknik
sumber dari IPM - kuadran I negosiasi, presentasi serta
1. Call Center yang mana sebelumnya mengikutsertakan dalam lomba/
pelanggan terkena charge Rp 3 per kompetisi dengan antar call center
detik di ubah menjadi free of dan pemberian penghargaan bagi
charge. yang berhasil memenangkan lomba.

200 Jurnal Teknik Industri, ISSN:1411-6340


4. Meningkatkan kemampuan Totalitas pelayanan dari pegawai
memonitor kondisi signal dengan Customer Service, wawasan
mendirikan network operations pengetahuan mengenai Esia, dan signal
center yang dapat memantau dan (jaringan).
mengelola jaringan 24 jam sehari, 7 b. Sistem pengukuran kinerja CRM
hari seminggu guna mendeteksi dan Bakrie Telecom (Solusi Esia)
memperingatkan adanya gangguan berdasarkan model CRM Scorecard
dalam jaringan sehingga dapat menggunakan empat perspektif CRM
meminimalkan downtime yang Scorecard gagasan Jonghyeok Kim,
dialami pelanggan. Euiho Suh dan Hyunseok Hwang
b. Peningkatan skor kinerja CRM (2003) diturunkan menjadi sepuluh
diusulkan melalui peningkatan skor tujuan strategis, dilengkapi dengan peta
tujuan strategis yang berkontribusi kecil strategi dan tabel penilaian yang berisi
pada nilai perspektif dan nilai perspektif, tujuan strategis masing-
keseluruhan yaitu: masing, tolok ukur, target dan skala
1. Tujuan Strategis peningkatan penilaian dilengkapi dengan
volume penjualan pada perspektif pembobotan antar tujuan strategis.
customer value dengan skor 0,64 c. Hasil pengukuran kinerja CRM Bakrie
melalui peningkatan kualitas dalam Telecom diperoleh skor total kinerja
segala aspek seperti kualtas produk, Solusi Esia sebesar 3,46 (Baik).
layanan, tarif, dan jaringan. Perspektif Customer Knowledge
Kemudian dengan memberikan memberikan kontribusi terbesar yaitu 4,
bonus-bonus khusus yang kemudian diikuti oleh perspektif
bermanfaat kepada pelanggan Customer Interaction. Kontribusi
sehingga pelanggan tertarik untuk perspektif Customer Satisfaction hanya
menggunakan produk perusahaan. sebesar 3,07 disebabkan oleh kontribusi
2. Tujuan Strategis Peningkatan terkecil oleh tujuan strategis
kualitas layanan pada perspektif peningkatan inovasi produk dan
Customer Satisfaction dengan skor layanan yang memiliki skor 0,6 dan
0,9 agar jumlah keluhan turun peningkatan kualitas layanan dengan
menggunakan record voice agar skor 0,9
apa yang disampaikan pelanggan d. Alat ukur kinerja ini dapat terus
dan apa yang disampaikan oleh digunakan dengan melakukan
pegawai customer service dapat penyesuaian target dan pembobotan
dievaluasi. antar tujuan strategis.
3. Tujuan Strategis Peningkatan e. Pembobotan dapat dilakukan dengan
inovasi produk dan layanan pada metode yang berbeda.
perspektif Customer Satisfaction
meskipun nilainya cukup tinggi (4)
tetapi bobotnya kecil sehingga 6. DAFTAR PUSTAKA
kontribusinya juga kecil (0,6) perlu [1] Barnes, James. 2003. Secrets of
ditingkatkan dengan mengadakan Customer Relationship Management
survey pasar dan keinginan (terjemahan). Penerbit Andi,
pelanggan secara berkala dan Yogyakarta.
menarik kembali produk yang [2] Buttle, F. 2007. Customer Relationship
kurang diminati oleh masyarakat. Management Concepts and Tools
(Terjemahan). Bayumedia, Jakarta.
5. KESIMPULAN [3] Dyche, Jill. 2002. The CRM Handbook
: A Business Guide to Customer
a. Berdasarkan IP Matrix, atribut-atribut
Relationship Management. Addison-
yang perlu ditingkatkan adalah atribut
Wesley.
yang tingkat kepentingannya tinggi
namun tingkat kepuasannya masih
[4] Tjiptono, Gregorious Chandra. 2005.
Service, Quality, & Satisfaction.
dibawah rata-rata (Atributes to
Penerbit Andi. Yogyakarta.
Improve) adalah pelayanan Call Center,

Pengukuran Kinerja Customer Relationship Management (Didien Suhardini) 201


MODEL OPTIMASI PERFORMANCE BATERAI MANGAN TIPE
GENERAL PURPOSE DENGAN PENDEKATAN METAMODEL
REGRESI POLINOMIAL MELALUI RESPONSE SURFACE
METHODOLOGY
Alwi Fauzi
Engineering Division PT. MATTEL Indonesia
Mahasiswa Magister Teknik Industri, FTI, Universitas Trisakti, Jakarta

ABSTRACT
Quality of a performance has relationship with operational process of a product or
whenever the company really implements or conducts a service and measurement towards the
degree of level of satisfaction for the consumer. In this research the writer tries to model the
optimization of the performance of general purpose manganese battery using polynomial
regression meta-model approach with the surface responses of the methodology from some
factors influencing the quality of manganese battery. There are some basic considerations that
underlie the research; one of them is the company has not known exactly the most optimum
performance condition from the general purpose battery type towards the influence of storage
time and temperature.
By implementing the polynomial regression meta-model with Response Surface
Methodology (RSM), we can model a optimization solution to the combination of input variable
of temperature and storage time at certain observation area by estimating the optimum output
value (response value) so that we can obtain the most optimum battery performance in order to
meet the consumers demand.
There are matters to be considered in implementing RSM: level of confidence (α), meta-
model fitting area, step measurement on the steepest ascent and central composite design. The
result of the research on general purpose manganese battery shows the mathematical model of
the optimization of performance of general purpose manganese battery using appropriate
polynomial regression meta-model of Y (T, S) = 62.385 + 1.282 T + 0.00029 TS - 0.201 T2 -
0.0052 S2 using variable combination to the influence of temperature 32.347°C, where the
storage time of 63.306 days obtain the optimum battery performance of 103.663 minutes, using
temperature performance index (PI) of 32°C (rounded) and the storage time of 90 days obtain
the performance index-1 (PI-1) of 127.53% and PI-2 of 112.82%. Where the initial condition of
temperature Performance Index of 20°C with the storage time of 90 days obtain PI-1 of
124.34% and PI-2of 109.81%. This shows that there is improvement and increase of battery
performance of 3% for PI-1 and PI-2.
Keywords: Response Surface Methodology, Polynomial Regression Meta-model, Central Composite
Design, Performance Index.

1. PENDAHULUAN9 sistem elektrokimia khusus dan


pengembangan serta pengenalan tentang
Banyak kemajuan yang telah
ilmu kimia baru mengenai baterai. Pada
dicapai dalam pengembangan teknologi
umumnya baterai memiliki tingkat voltage
baterai dalam dekade terakhir ini, seperti
dan ampere tertentu, dan perlu dilakukan
perbaikan yang berkesinambungan terhadap
pengendalian terhadap hal tersebut agar
kualitas baterai yang dihasilkan dapat
Korespondensi : terjamin mutunya terutama terhadap
Alwi Fauzi pengaruh temperatur serta lamanya masa
E-mail : alwifauzi@yahoo.com

202 Jurnal Teknik Industri, ISSN:1411-6340


penyimpanan yang sangat berpengaruh metamodel adalah pendekatan transformasi
terhadap performansi baterai. Hal ini dari input/output (I/O) yang terkandung
diakibatkan karena baterai adalah suatu dalam model simulasi untuk suatu lingkup
produk yang mudah rusak dan memburuk daerah amatan tertentu. Model ini bersifat
sebagai suatu hasil dari proses kimia selama black-box dan dikenal juga sebagai
masa penyimpanan. Jenis pada desain sel, response surface (Klejnen, 2000:15).
sistem elektrokimia, temperatur, dan Karena metamodel dihasilkan dari sampel
lamanya masa penyimpanan merupakan hubungan input dan output, maka validitas
faktor-faktor yang mempengaruhi metamodel dalam merepresentasikan model
performansi baterai, sehingga perlu adanya simulasi terbatas pada daerah/dominan
suatu pengendalian dalam rangka menjaga yang dicakup oleh data asal tersebut. Dalam
performansi baterai berupa informasi tahapan studi simulasi, metamodel
mengenai tingkat performansi baterai mengambil peran sebagai salah satu alat
terhadap faktor-faktor yang dalam menganalisis output simulasi.
mempengaruhinya. Berikut adalah penggambaran hubungan
antara sistem diamati, model simulasi dan
Oleh karena itu, desain ataupun
metamodel.
perbaikan dari suatu sistem dalam hal ini
performansi baterai merupakan proses yang Sistem nyata
kompleks dimana model digunakan sebagai
dasar pertimbangan pengambilan keputusan Analyzing Modeling
terhadap sistem yang telah ada atau sistem
yang diusulkan. Tujuan dari proses desain
Metamodeling
adalah merancang sistem yang memenuhi
performansi tertentu tanpa melanggar Metamodel Model Simulasi
konstrain yang ada. Ketika hubungan yang
membentuk suatu model cukup sederhana, Gambar 1. Sistem nyata, model simulasi
maka dimungkinkan untuk menggunakan dan metamodel
metode matematis analitik (seperti program Barton (1998) mengemukakan bahwa
linear, program dinamis, aljabar, kalkulus, terdapat tiga hal penting yang harus
atau teori probabilistik) untuk memperoleh diperhatikan dalam kontruksi metamodel
informasi atau jawaban mengenai yaitu (1) pemilihan fungsi umum (apakah
pertanyaan berkaitan dengan sistem yang regresi polynomial, neural network atau
diamati. Akan tetapi, kebanyakan sistem model umum yang lain), (2) penentuan
nyata begitu kompleks sehingga model kombinasi input yang akan digunakan
yang dikembangkan harus dipelajari untuk menjalankan simulasi dan
melalui simulasi. mengumpulkan data I/O simulasi (desain
Metamodel merupakan simplifikasi eksperimen), dan (3) penilaian validitas dari
dari model simulasi, sehingga dapat metamodel yang telah dibentuk.
dipandang sebagai ‘model dari model Sifat metamodel yang analitik
simulasi’ (Du et al, 2001). Apabila terdapat memungkinkan untuk dilakukan proses
output respon simulasi, Y, yang optimasi, yaitu pencarian kombinasi input
berhubungan dengan k variable terbaik diantara seluruh kemungkinan
independent, katakanlah x1,x2, …, xk kombinasi input tanpa secara langsung
dengan variable dependen Y adalah melakukan evaluasi terhadap semua
bilangan acak, sementara variable kemungkinan alternative yang ada (Carlos
independent x1,x2, …, xk adalah variabel dan Maria, 1997). Salah satu aplikasi
desain dan dapat dikontrol, maka hubungan metamodel yang sering digunakan dalam
antara variabel Y dan x dapat proses optimasi adalah Response Surface
direpresentasikan oleh fungsi matematis Methodology (RSM). Contoh aplikasi
yang lebih sederhana Y = f(x1,x2, …, xk). metode ini dalam eksperimen real dapat
fungsi matematis yang bersifat pendekatan dilihat pada Box et al (1978) dan
ini disebut metamodel dan dapat Montgomery (1976).
merepresentasikan model simulasi yang
lebih kompleks. Dalam penjabaran lain,

Model Optimasi Performance Baterai Mangan (Alwi Fauzi) 203


Dalam menganalisis permasalahan 3. RESPONSE SURFACE
sistem nyata, metamodel ditinjau dari segi METHODOLOGY
waktu dan biaya akan lebih efisien 3.1. Karakteristik Umum
dibanding simulasi sendiri, karena estimasi
Response Surface Methodology
performansi sistem dengan metamodel
(RSM) adalah aplikasi teknik matematika
tidak membutuhkan proses running seperti
dan statistik yang digunakan untuk
halnya simulasi. Apabila running simulasi
menganalisis masalah ketika beberapa
memakan waktu yang besar dan secara
variabel independen mempengaruhi
biaya mahal, maka metamodel dapat
variabel dependen dan tujuannya adalah
digunakan sebagai alternatif simulasi
mengoptimalkan respon/output
dengan kelebihan pada segi waktu dan
(Montgomery, 1976). Variabel-variabel
biaya yang lebih efisien.
pada analisis RSM diasumsikan real
Salah satu metode yang sedangkan variabel dependen adalah
menggunakan pendekatan metamodel variabel yang dapat dikendalikan
dalam optimasi output simulasi adalah (controllable variabel). Implementasi RSM
Response Surface Methodology (RSM). secara garis besar adalah mencoba untuk
RSM menggunakan metamodel regresi membangun metamodel melalui desain
polinomial, desain eksperimen dan konsep eksperimen, tetapi bukan pada lingkup
steepest ascent untuk mencari kombinasi global (daerah amatan yang luas) tetapi
parameter optimum dalam perancangan local (daerah amatan yang sempit). RSM
sistem. Model regresi polynomial menggunakan desain eksperimen,
merupakan hal khusus dari model regresi metamodel regresi polynomial orde satu
linear berganda [Walpole dan Meyers, dan dua untuk memprediksi model simulasi
1986:337]. Model regresi polynomial pada daerah amatan awal yang kecil.
adalah model yang paling sering digunakan Metamodel regresi polynomial orde satu
dalam konstruksi metamodel. Hal ini digunakan pada tahap awal dan dengan
disebabkan oleh kemudahan implementasi menggunakan steepest descent/ascent, arah
dan konstruksi metamodel, tingkat akurasi dimana penurunan/kenaikan output simulasi
yang baik untuk permasalahan orde rendah, yang terbesar ditentukan. Ketika berada
dan tingkat transparasi yang baik, yaitu pada daerah yang diprediksikan berada
kemampuan untuk menjelaskan hubungan disekitar optimal, metamodel regresi
antara variabel independent dan dependen. polynomial orde dua digunakan untuk
mengecek adanya profil lengkung
Model regresi polynomial yang
(curvature).
umumnya digunakan dalam konstruksi
metamodel adalah salah satu dari tiga Optimasi simulasi dengan RSM
kelompok ini [Klejnen, 1997:3] ; merupakan teknik pencarian statistik
(statistical search technique) (Fue.et al,
1. Polinomial orde satu dengan faktor
2000). Teknik RSM telah banyak
utama disamping rataan umum.
digunakan untuk menjawab pertanyaan-
2. Polinomial orde satu dengan tambahan
pertanyaan sebagai berikut (Box et
faktor interaksi dua faktor.
al,1978):
3. Polynomial orde dua.
1. Bagaimana respon tertentu dipengaruhi
oleh sekelompok variabel
2. REGRESI POLINOMIAL dependen/input pada suatu daerah
Model regresi polynomial merupakan ekperimen tertentu.
hal khusus dari model regresi linear 2. Bagaimana penentuan setting varabel
berganda (Walpole dan Meyers, 1986). dependen/input agar diperoleh tingkat
Model regresi polynomial adalah model respons yang diinginkan.
yang paling sering digunakan dalam 3. Berapakah nilai input yang akan
konstruksi metamodel. Gambar 2 menghasilkan respon optimum, dan
menunjukkan strategi untuk membangun bagaimana profil permukaan respon
sebuah model regresi. pada daerah sekitar optimal ini.

204 Jurnal Teknik Industri, ISSN:1411-6340


Gambar 2. Strategi untuk membangun sebuah model regresi

3.2. Langkah-langkah
langkah Implementasi dalam bentuk bagan. Bagan ini merupakan
RSM modifikasi bagan tahapan RSM yang
terdapat pada Box, et al (1978) dan
Gambar 3 berikut
erikut ini adalah
Neddermeijer, et al (2000).
penggambaran langkah implementasi RSM

Model Optimasi Performance Baterai Mangan (Alwi Fauzi) 205


Gambar 3. Langkah-langkah
Langkah Implementasi RSM

4. HASIL PERANCANGAN penyimpanan yang berbeda. Peralatan


PERCOBAAN pengujian yang digunakan meliputi :
Pengukuran dilakukan dengan 1. Voltmeter
pengujian performansi baterai yaitu 2. Amperemeter
lamanya ketahanaan baterai terhadap test 3. Ruangan khusus dengan dilengkapi
discharge sampai batas voltage yang telah temperature setting.
distandarkan
rkan secara internasional setelah 4. Panel discharge dengan resistensi yang
disimpan pada temperatur dan waktu telah ditetapkan sesuai dengan standar
IEC dengan kapasitas 1000 pcs.

Tabel 1. Data I/O simulasi dengan desain factorial 22 ditambah Titik tengah untuk T [10,30] °C
dan S [60,80] hari pada discharge 3,9Ω-C
3,9
Kombinasi
asi Replikasi Output / Lamanya Str.dev
Faktor Rataan
No Faktor Ketahanan Baterai (menit) .
Output
T S T S 1 2 3 4 Output
1 - - 10 60 99.22 99.20 99.25 99.40 99.238 0.097
2 + - 30 60 103.05 103.02 102.51 102.50 102.77 0.31
3 - + 10 80 98.00 98.02 98.05 97.55 97.905 0.238
4 + + 30 80 101.40 101.35 101.44 101.30 101.37 0.06
5 0 0 20 70 101.03 100.55 100.58 100.45 100.65 0.26

206 Jurnal Teknik Industri, ISSN:1411-6340


ISSN:1411
Berikut adalah persamaan metamodel yang 4.1. Uji Statistik Metamodel
dihasilkan, diasumsikan dengan X1 adalah
Berikut adalah tabel analisis variansi
T dan X2 adalah S tetapi dalam bentuk
untuk pengujian ketidaksesuaian dan
terkode. Bentuk terkode adalah bentuk level
keberartian pengaruh variabel dependen dan
tinggi (+1) dan level rendah (-1) sesuai
independen.
dengan teori desain eksperimen.
Y=100,394+1.7425X1–0.690X2 (1)
Tabel 2. Anova Untuk pengujian lack of fit dan Signifikansi metamodel orde 1 pers. (1)
Sumber variansi (Source) df SS MS F
Regresi 2 56.199 28.099 467.24
Residual 17 1.022 0.060
Ketidaksesuaian (Lack Of Fit) 2 0.337 0.168 3.68
Error Murni (Pure Error) 15 0.686 0.046
Total 19 57.221
Keterangan :
a. SS : Sum of Square (Jumlah Kuadrat)
b. df : Degree of Freedom (Derajat Kebebasan)
c. MS : Mean Square (Rataan Kuadrat)

4.2. Investigasi Daerah Metamodel satuan, maka akan dihasilkan metamodel


dengan R2 sebesar 0,937.
Dalam RSM, penentuan daerah
fitting metamodel menjadi suatu hal yang S (Hari)
kritis. Pada kasus ini, metamodel yang
(25,85) (45,85)
diterima seperti pada persamaan (3) 85 (35,82)

memiliki nilai R2 sebesar 0,994. Central (35,75)


Composite Design yang digunakan pada (42,75)
(28,75)
fitting metamodel ini memiliki 8 titik yang
berjarak sebesar r = √200 satuan dari titik 65 (35,68)
(25,65) (45,65)
pusat. Apabila daerah fitting metamodel
orde dua diperkecil yaitu dengan
menggunakan Central Composite Design 25 45 T (°C)
dengan titik pusat yang sama tetapi dengan Gambar 4. Central Composite Design
jarak r = √50 satuan dan dilakukan fitting dengan r = √50
metamodel orde dua, akan dihasilkan
metamodel dengan R2 sebesar 0,975. Rekapitulasi hasil eksperimen dengan
sedangkan bila daerah fitting diperluas yaitu simulasi ditabelkan dalam bentuk tabel 3
dengan jarak ke titik pusat sebesar r = √400 berikut.

Tabel 3. Rekapitulasi hasil eksperimen dengan simulasi.


Faktor dengan Kombinasi Replikasi Output / Lamanya
Rataan Stdev.
No α = 1.414 Faktor Ketahanan Baterai (menit)
Output Output
T S T S 1 2 3 4
1 -1 -1 25 65 102.25 102.35 102.32 102.28 102.3 0.04
2 +1 -1 45 65 99.54 100.02 99.50 99.46 99.63 0.262
3 -1 +1 25 85 100.05 99.58 100.07 100.05 99.9375 2.39
4 +1 +1 45 85 97.35 97.40 97.42 97.36 97.3825 0.033
0.0607
5 -1.414 0 28 75 102.35 102.25 102.20 102.31 102.0775
6
6 +1.414 0 42 75 99.56 99.50 99.57 99.55 99.545 0.031
7 0 -1.414 35 68 103.05 102.52 102.55 103. 102.78 0.28
8 0 1.414 35 82 101.58 101.50 101.52 102.05 101.6625 0.26
9 0 0 35 75 102.55 102.35 102.45 102.3 102.413 0.11

Model Optimasi Performance Baterai Mangan (Alwi Fauzi) 207


Jika dilakukan pelebaran daerah fitting dengan menggunakan Central Composite Design dengan
titik pusat sama tetapi dengan jarak r = √400 satuan, maka akan dihasilkan metamodel dengan
R2 sebesar 0.937.
(35,95)
S (Hari)

(25,85) (45,85)
85

(35,75)

(15,75) (55,75)

65
(25,65) (45,65)

(35,55)
25 45 T (°C)

Gambar 5. Central Composite Design dengan r = √400

Tabel 4. Rekapitulasi hasil eksperimen dengan simulasi


Faktor dengan Kombinasi Replikasi Output / Lamanya
Rataan Stdev.
No α = 1.414 Faktor Ketahanan Baterai (menit)
Output Output
T S T S 1 2 3 4
1 -1 -1 25 65 102.25 102.35 102.32 102.28 102.3 0.04
2 +1 -1 45 65 99.54 100.02 99.50 99.46 99.63 0.262
3 -1 +1 25 85 100.05 99.58 100.07 100.05 99.9375 2.39
4 +1 +1 45 85 97.35 97.40 97.42 97.36 97.3825 0.033
5 -1.414 0 15 75 100.29 100.22 100.30 100.20 100.25 0.05
6 +1.414 0 55 75 92.55 92.50 92.50 92.48 92.508 0.030
7 0 -1.414 35 55 103.20 103.25 103.26 103.28 103.25 0.03
8 0 1.414 35 95 99.48 99.45 99.47 99.42 99.455 0.026
9 0 0 35 75 102.55 102.35 102.45 102.3 102.413 0.11
Contour Plot of Y
Surface Plot of Y 95 93.5
96.0
98.5
85 101.0
103.5
Storage

105
75

100

65
Y 95

95 55
90 85

15 65
75
Storage 15 25 35 45 55
25
35 55 Temperature
Temperature 45
55

Gambar 6. Penggambaran residual

Tabel 5. Rekapitulasi uji statistik untuk metamodel orde dua dari titk awal 1
Uji Lack of Uji. Sig regresi Titik Optimum Nilai
Metamodel
fit α = 0,05 T S Maksimum
1. Daerah 227.28
19,52
diperkecil, (P-Value 0,00) 31,099 -118.863 135.08
(Signifikan)
r = √50 Signifikan
2. Daerah mula- 1,66 1021,2848
mula, pers IV.3, (Tidak (P-Value 0,00) 32,347 63,306 103.663
r = √200 Signifikan.) Signifikan
3. Daerah 195,78
198,56
diperbesar, (P-Value 0,00) 28.254 34.446 104.3303
(Signifikan)
r = √400 Signifikan

208 Jurnal Teknik Industri, ISSN:1411-6340


Tabel 6. Rekapitulasi Performansi Metamodel Orde dua
Estimasi dari seluruh data Estimasi dari rataan
Metamodel (36 data) (36 data)
2 2
R F R F
1.Daerah diperkecil, 227,28 41.39
0,975 0.986
r = √50 (p-value 0,00) (p-value 0,05)
2.Daerah mula-mula,
1021,2848 668.87
pers IV.3, 0,994 0.999
(p-value 0,000) (p-value 0,00)
r = √200
3.Daerah diperbesar, 195,78 20.62
0,937 0.972
r = √400 (p-value 0,000) (p-value 0,008)

4.3. RSM dari Titik Awal 2 (Starting Point 2)


Strategi Orde Satu
Daerah awal yang digunakan adalah T [0,20]°C dan S [60,80]. Titik pusat desain berada
pada T = 10°C dan S = 70 hari . Desain eksperimen menggunakan Desain Faktorial 22 ditambah
replikasi pada titik pusat.

Tabel 7. Rekapitulasi hasil eksperimen dengan simulasi


Kombinasi Replikasi Output / Lamanya
Faktor Rataan Stdev.
No Faktor Ketahanan Baterai (menit)
Output Output
T S T S 1 2 3 4
1 - - 0 60 97.48 97.45 97.42 97.47 97.455 0.026
2 + - 20 60 101.30 101.35 101.32 101.36 101.333 0.03
3 - + 0 80 96.28 96.30 96.25 96.32 96.29 0.030
4 + + 20 80 101.10 101.15 101.14 101.12 101.123 0.02
5 0 0 10 70 98.30 98.35 98.34 98.30 98.32 0.026

Dari variabel kode, metamodel yang dihasilkan yaitu :


Y = 98,9 + 2,18 X1 – 0,343 X2 (2)
Untuk menilai metamodel ini kembali digunakan tabel Anova. Tabel 5 berikut adalah tabel yang
dihasilkan
.
Tabel 8. Anova Untuk Pengujian Lack Of Fit dan Signifikansi Linear Metamodel Orde 1
Sumber variansi (Source) df SS MS F
Regresi 2 77.879 38.939 251.36
Residual 17 2.634 0.155
Ketidaksesuaian (Lack Of Fit) 2 2.623 1.311 1855.85
Error Murni (Pure Error) 15 0.011 0.001
Total 19 80.512

Nilai F0.05;2,15 = 3,68 lebih kecil dari F (F = 251.36 : koefisien determinasi =


perhitungan, sehingga cukup alasan untuk 0.967). Hal ini menunjukan bahwa terdapat
menolak kesesuaian model satu dengan data kemiringan yang cukup signifikan yang
(H0 ditolak). secara konsep merupakan kemiringan yang
kita cari karena terjadi perubahan nilai Y
Model regresi secara statistik
yang paling besar dan dapat kita jadikan
signifikan dimana F0.05;2,17 = 3,59 < F hitung
dasar untuk mencari nilai maksimum

Model Optimasi Performance Baterai Mangan (Alwi Fauzi) 209


melalui kemiringan tercuramnya. Namun, fit sangat signifikan untuk itu dilakukan
tetap saja model tidak sesuai karena lack of fitting regresi orde dua.

Contour Plot of Y
Surface Plot of Y
1 98
99
100
101
Storage

101
0
100

99

Y 98

97
1
-1 96
-1
0
Storage
-1 0 1 0 -1
Temperature Temperature 1

Gambar 7. Penggambaran residual

Dari tabel analisis variansi terlihat dipertimbangkan lagi mengingat bahwa


bahwa ketidaksesuaian sangat signifikan metamodel tidak sesuai. Plot residu
sehingga pada kondisi ini kita tidak dapat memperjelas ketidaksesuaian model.
menggunakan metamodel orde satu. Uji Berikut penggambarannya :
signifikansi regresi tidak perlu

Normal Probability Plot of the Residuals Residuals Versus the Fitted Values
(response is Y ) (response is Y )

2
1
Standardized Residual

1
Normal Score

0
0

-1 -1

-2
-1 0 1 96.5 97.5 98.5 99.5 100.5 101.5

Standardized Residual Fitted Value

Gambar 8. Plot residu Metamodel Orde satu menunjukan ketidaksesuaian

Pada kondisi ini hal berikutnya yang dapat berbentuk lingkarang dengan r = √200 =
dilakukan adalah melakukan fitting regresi 14,142.
orde 2.
Hasil fitting regresi orde satu menunjukan
ketidaksesuaian sangat signifikan. Pada
Strategi Orde Dua bagian ini akan dicobakan untuk melakukan
fitting regresi polynomial orde 2 untuk
Pada kondisi ini dicobakan fitting
daerah diatas, tetapi dengan lebih diperluas
regresi orde 2. Desain eksperimen
lagi dengan menggunakan Centtral
menggunakan central Composite Design
Composite Design.
dengan penambahan empat titik kombinasi.
Apabila digambarkan, maka desain ini akan

210 Jurnal Teknik Industri, ISSN:1411-6340


Tabel 9. Rekapitulasi hasil eksperimen dengan simulasi
Faktor dengan Kombinasi Replikasi Output / Lamanya Ketahanan
Rataan Stdev.
No α = 1.414 Faktor Baterai (menit)
Output Output
T S T S 1 2 3 4
1 -1 -1 0 60 97.48 97.45 97.42 97.47 97.455 0.026
2 +1 -1 20 60 101.30 101.35 101.32 101.36 101.333 0.03
3 -1 +1 0 80 96.28 96.30 96.25 96.32 96.29 0.030
4 +1 +1 20 80 101.10 101.15 101.14 101.12 101.123 0.02
5 -1.414 0 -4 70 95.58 95.52 95.55 95.55 95.55 0.024
6 +1.414 0 24 70 101.50 101.49 101.47 101.53 101.498 0.03
7 0 -1.414 10 56 99.38 99.35 99.40 99.34 99.367 0.028
8 0 1.414 10 84 96.57 97.05 96.55 97.02 96.798 0.275
9 0 0 10 70 98.30 98.35 98.34 98.30 98.32 0.026

Metamodel yang dihasilkan yaitu :


Y (T,S) = 106,613 – 0,0149 T – 0,2036 S + 0.00241 TS + 0,00308 T2 + 0,00083 S2 (3)

Tabel 10 berikut adalah tabel Anova untuk model orde 2 tersebut

Tabel 10. Anova Metamodel Orde dua Pes. (5)


Sumber variansi (Source) df SS MS F
Regresi 5 161.435 32.2870 133.35
Residual 30 7.264 0.2421
Ketidaksesuaian (Lack Of Fit) 3 7.021 2.3403 260.22
Error Murni (Pure Error) 27 0.243 0.0090
Total 35 168.698

1. Uji Lack of fit (dengan F0,05;3,27 = 2,96)


H0 bahwa model tidak sesuai (not adequate) H0 ditolak.
2. Uji signifikansi regresi (dengan F0,05;5,30= 2,92)
Dari data Anova terlihat bahwa model orde 2 signifikan untuk nilai α = 0.05

Model secara statistik tidak sesuai namun nilai R2 yaitu 0,957 tetapi bila model
regresi signifikan. Penggambaran residual diestimasi dari nilai rataannya maka
dapat dilihat sebagai berikut : metamodel yang sama akan meiliki nilai R2
= 0,958
Bila diturunkan terhadap T dan S,
dan dicari nilai T dan S yang memenuhi Karena model diatas tidak sesuai maka
criteria maksimasi (turunan sama dengan tidak dilakukan analisa canonic. Maka
nol) maka diperoleh nilai T dan S spesifik langkah selanjutnya adalah memperkecil
yaitu T = -105.475 dan S = 275,782 dengan daerah fitting. Untuk itu dilakukan
Y = 79.324 Bila menggunakan 36 data pengecilan daerah fitting sebesar radius r =
diatas, metamodel yang terbentuk memiliki √50.

Model Optimasi Performance Baterai Mangan (Alwi Fauzi) 211


Tabel 11. T [0,20] °C dan S [60,80] hari dengan r = √50
Faktor dengan Kombinasi Replikasi Output / Lamanya
Rataan Stdev.
No α = 1.414 Faktor Ketahanan Baterai (menit)
Output Output
T S T S 1 2 3 4
1 -1 -1 0 60 97.48 97.45 97.42 97.47 97.455 0.026
2 +1 -1 20 60 101.30 101.35 101.32 101.36 101.333 0.03
3 -1 +1 0 80 96.28 96.30 96.25 96.32 96.29 0.030
4 +1 +1 20 80 101.10 101.15 101.14 101.12 101.123 0.02
5 -1.414 0 3 70 97.50 97.52 97.55 97.55 97.53 0.024
6 +1.414 0 17 70 100.54 100.50 100.55 100.55 100.54 0.02
7 0 -1.414 10 63 99.09 99.05 99.11 99.07 99.08 0.026
8 0 1.414 10 77 97.55 97.52 97.57 97.55 97.548 0.021
9 0 0 10 70 98.30 98.35 98.34 98.30 98.32 0.026

maka diperoleh model :


Y (T,S) = 80,849 – 0,15634 T + 0,5441 S + 0.00241 TS + 0,01026 T2 - 0,00441 S2 (4)

Tabel 12 berikut adalah tabel Anova untuk model orde 2 tersebut.


Tabel 12. Anova Metamodel Orde dua Pers. (6)
Sumber variansi (Source) df SS MS F
Regresi 5 103.879 20.7758 321.08
Residual 30 1.941 0.0647
Ketidaksesuaian (Lack Of Fit) 3 1.924 0.6413 996.49
Error Murni (Pure Error) 27 0.017 0.0006
Total 35 105.820

1. Uji Lack of fit (dengan F0,05;3,27 = 2,96)


H0 bahwa model tidak sesuai (not adequate) H0 ditolak.
2. Uji signifikansi regresi (dengan F0,05;5,30= 2,92)
Dari data Anova terlihat bahwa model orde 2 signifikan untuk nilai α = 0.05 dimana F
hitung > F tabel.

Model secara statistik tidak sesuai namun regresi signifikan. Penggambaran residual dapat
dilihat sebagai berikut :
Surface Plot of Y
Contour Plot of Y
80 97.5
98.5
99.5
100.5
102
101.5
Storage

101

100 70

99
Y 98

97
80
96
0
70
Storage 60
10 60
Temperature 0 10 20
20
Temperature

Gambar 9. Penggambaran residual

Karena model diatas tidak sesuai maka tidak dilakukan analisa canonic. Maka langkah
selanjutnya adalah memperluas daerah fitting.

212 Jurnal Teknik Industri, ISSN:1411-6340


Untuk itu dilakukan perluasan daerah fitting sebesar radius r = √250.

Tabel 13. Rekapitulasi hasil eksperimen dengan perluasan daeraf fitting dengan radius r = √250.
Faktor dengan Kombinasi Replikasi Output / Lamanya
Rataan Stdev.
α = 1.414 Faktor Ketahanan Baterai (menit)
Output Output
No T S T S 1 2 3 4
1 -1 -1 0 60 97.48 97.45 97.42 97.47 97.455 0.026
2 +1 -1 20 60 101.30 101.35 101.32 101.36 101.333 0.03
3 -1 +1 0 80 96.28 96.30 96.25 96.32 96.29 0.030
4 +1 +1 20 80 101.10 101.15 101.14 101.12 101.123 0.02
5 -1.414 0 -6 70 95.20 95.25 95.20 95.20 95.212 0.025
6 +1.414 0 26 70 102.07 102.10 102.05 102.08 102.07 0.02
7 0 -1.414 10 54 99.49 99.50 99.48 99.52 99.498 0.017
8 0 1.414 10 86 96.46 96.45 96.47 96.43 96.453 0.017
9 0 0 10 70 98.30 98.35 98.34 98.30 98.32 0.026

Maka diperoleh model :


Y(T,S) = 95,7223 + 0,02545 T + 0,11852 S + 0,00241 TS + 0,001105 T2 – 0,00151 S2 (5)

Tabel 14 berikut adalah tabel Anova untuk model orde 2 tersebut.


Tabel 14. Anova Metamodel Orde dua Persamaan (7)
Sumber variansi (Source) df SS MS F
Regresi 5 189.998 37.9996 139.14
Residual 30 8.193 0.2731
Ketidaksesuaian (Lack Of Fit) 3 8.178 2.7259 4543.17
Error Murni (Pure Error) 27 0.016 0.0006
Total 35 198.191

1. Uji Lack of fit (dengan F0,05;3,27 = 2,96)


H0 bahwa model tidak sesuai (not adequate) H0 ditolak.
2. Uji signifikansi regresi (dengan F0,05;5,30= 2,92)
Dari data Anova terlihat bahwa model orde 2 signifikan untuk nilai α = 0.05 dimana F
hitung > F tabel.
Dari perluasan daerah diatas dapat dirangkum hasil uji statistik dan performansi statistik
metamodel :
Tabel 15. Rekapitulasi uji statistik untuk metamodel orde dua dari titk awal 1
Metamodel Uji Lack of Uji. Sig regresi Titik Optimum Nilai
fit α = 0,05 T S Maksimum
1. Daerah 996.49
321,08
diperkecil, (P-Value 0,00) 15,357 -65,886 61,724
(Signifikan)
r = √50 Signifikan
2. Daerah
133.35
mula-mula, 260,22
(P-Value 0,00) -105,476 275,782 79.324
pers IV.3, (Signifikan.)
Signifikan
r = √200
3. Daerah 139.14
4543,17
diperbesar, (P-Value 0,00) -29.04 16.07 96.3053
(Signifikan)
r = √250 Signifikan

Model Optimasi Performance Baterai Mangan (Alwi Fauzi) 213


Tabel 16. Rekapitulasi Performansi Metamodel Orde dua
Metamodel Estimasi dari seluruh data Estimasi dari rataan
(36 data) (36 data)
R2 F R2 F
1.Daerah diperkecil, 321.08 32,38
0,982 0.982
r = √50 (p-value 0,00) (p-value 0,008)
2.Daerah mula-mula, 133,35 13,82
0,957 0.958
pers IV.3, r = √200 (p-value 0,000) (p-value 0,028)
3.Daerah diperbesar, 139,14 13,91
0,959 0,959
r = √250 (p-value 0,000) (p-value 0,027)

Tabel 16 diatas menunjukan perubahan variabel canonic ω2 pada daerah


kombinasi optimum dan profil model dalam disekitar titik optimum. Dalam kasus
memprediksi output simulasi. Perubahan ini nilai T = 32°C dan S = 63 hari dapat
nilai koefisien determinasi untuk dianggap sebagai keputusan terbaik.
keseluruhan data pengamatan menunjukan 3. Dalam melakukan implementasi RSM,
perlunya berhati-hati dalam menggunakan beberapa hal perlu untuk diperhatikan,
daerah fitting apabila hendak yaitu : penentuan daerah fitting
mempertimbangkan nilai koefisien metamodel, penentuan besar langkah
determinasi keseluruham. (step size) steepest ascent, titik cut off
point dalam melakukan inferensi
statistik (level taraf keberartian α).
5. KESIMPULAN Luas daerah amatan global dapat
1. Response Surface Methodology(RSM) menjadi pertimbangan dalam memilih
secara sekuensial menggunakan konsep melakukan RSM secara sekuensial
metamodel regresi polinomial, desain (fitting orde satu-steepest ascent-fitting
eksperimen dan steepest ascent. orde dua-maksimasi orde dua) atau
Pendekatan metamodel melalui RSM melakukan RSM secara pendekatan
dapat diimplementasikan dalam usaha satu kali/one-shot approach (fitting
mencari output simulasi yang optimum metamodel orde dua-maksimasi orde
dan kombinasi input yang optimum. dua).
Nilai optimum yang dihasilkan
merupakan nilai optimum secara
statistik dan bukan merupakan nilai 6. DAFTAR PUSTAKA
optimum eksak. Kombinasi optimum [1] Barton, Russell R. 2004. RSM
merupakan kombinasi terbaik yang Estimation For Robust Design of
diperoleh tanpa harus mencobakan Queueing Systems. Paper from the
seluruh kombinasi input yang mungkin. smeal college of business
2. Dari analisis yang dilakukan terhadap administration the Pennsylvania State
permasalahan simulasi performance University.
baterai mangan tipe general purpose [2] Blank. P.E, Leland. 1982. Statistical
dengan menggunakan RSM, Procedures For Engineering,
disimpulkan bahwa kombinasi input Management And Science.
optimum berada pada temperatur 32°C Kogakusha: Mc.Graw-Hill
dengan masa penyimpanan 63 hari, International Book Company.
yang menghasilkan output ketahanan [3] Cheng, Russell C.H. 1999.
baterai 103,663 menit dan standar Regression Metamodelling In
deviasi 0,05 satuan menit. Kombinasi Simulation Using Bayesian Methods.
disekitar titik optimum secara statistik England:Proceeding of the 1999
tidak memberikan perbedaan output Winter Simulation Conference.
simulasi yang signifikan. Variabel [4] Edgar, Thomas F., Himmelblau,
canonic ω1 memiliki tingkat sensitifitas David M., Lasdon, Leon S. 2001.
terhadap rataan output simulasi yang Optimization Of Chemical Processes
lebih tinggi dibandingkan dengan “Second Edition”. Newyork:

214 Jurnal Teknik Industri, ISSN:1411-6340


Mc.Graw-Hill International edition Optimization, And Validation of
chemical engineering series. Simulation Models, Draft prepared
[5] Hick,Charles R. 1993. Fundamental for handbook of simulation. New
Concepts in the Design of york: Jhon Wiley & Sons.
Experiments, New York: Saunders [11] Luftig, Jeffrey T., Jordan, Victoria S.
college publishing. 1998. Design Of Experiments In
[6] Irizarry, Maria De Los A., Kuhl, Quality Engineering. Luftig &
Michael E., Lada, Emily K., Warrem International: Mc.Graw-Hill.
Subramanian, Sriram, and Wilson, [12] Montgomery, Douglas C. Design and
James R. 2003. Analyzing Analysis of experiments. 1976. New
Transformation-based Simulation York: Jhon wiley & Sons.
Metamodels.IIE Transaction 35, hal. [13] Neddermeije, G. H., Piersma, N. dan
271-283, 2003 Oormarssen G., J. 2000. A
[7] Keppel, Geoffrey. 1991. Design And Framework For Response Surface
Analysis A Researchers Handbook Methodology For Simulation
Third Edition.Prentice Hall. Optimization. Procceeding of the
[8] Kleijnen, Jack P.C., Hertog, Dick 2000 Winter Simulation Conference,
den., Angün, Ebru. 2003. Response hal. 129-136.
Surface Methodology’s Steepest [14] Neter, Kutner, Nachsheim,
Ascent and Step Size Revisited. Wasserman. 1996. Applied Linear
Netherlands: Working paper from Statistical Models “Fourth
Department of Information Edition”.Mc.Graw-Hill : IRWIN.
System/Center for Economic [15] Schimek, Michael G. 2000. Smooting
Research (CentER) Tilburg & Regression Approaches
University (UvT). Computation and Application.
[9] Kleijnen, Jack P.C. 2001. Newyork: Wiley Interscience Jhon
Experimental Design For Sensitivity Wiley & Sons.
Analysis Of Simulation Models. [16] Xu,Kai., K.J. Lin, Dennis., Tang,
Proceedings of EUROSIM. 2001. Loon-Ching., Xie, Min. 2004.
Delft, 26-29 June 2001. Multiresponse Systems Optimization
[10] Kleijnen, J.P.C. 1997. Experimental Using a Goal Attainment Approach.
design for Sensitivity Analysis, IIE Transaction. 2004 hal 433-445.

Model Optimasi Performance Baterai Mangan (Alwi Fauzi) 215


KINERJA EFISIENSI BIAYA DENGAN METODE
DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)
Nazmil Umri1, Rachmad Hidayat2, Issa Dyah Utami 3
123
Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Trunojoyo,

ABSTRACT
Target of research with Data method of Envelopment Analysis ( DEA) is to determine
efficiency storey; level of expense of and factor - factor having an effect on to efficiency of
expense of in office of branch of Perum Pawnship office of region of Bangkalan. Result of this
research is got by branch of Perum inefficient Pawnship office is Perum Pawnship office of
Bangkalan with efficiency storey; level equal to 0,144236, Perum pawnship office of Kamal in
januari 2009 with Storey; Level Efficiency equal to 0,3650507,pada months of Februari 2009
equal to 0,4614362 and in March 2009 equal to 0,2610103 until March 2009 and Perum
pawnship office of Foreland Earth with its Efficiency storey; level is equal to 0,1390164 pada
March months 2009.
Keywords : Data Envelopment Analysis, cost efficiency, Perum Pawnship.

1. PENDAHULUAN10 bergerak dibidang pelayanan masyarakat.


Peningkatan efisiensi perlu dilakukan
Efisiensi merupakan salah satu
karena masih kurangnya pelayanan
parameter kinerja yang secara teoritis
terhadap masyarakat sehingga akan
merupakan salah satu ukuran kinerja yang
mempengaruhi nilai pendapatan dari
mendasari kinerja organisasi. Pengukuran
penjualan produk atau layanan serta dapat
efisiensi meliputi berbagai upaya yang
menurunkan kepercayaan pelanggan
dapat dilakukan pada efisiensi. Efisiensi
terhadap pelayanan yang diberikan pihak
menjadi topik yang paling utama dalam
perum pegadaian. Saat ini di wilayah
berbagai bidang, misalnya produksi barang
kabupaten Bangkalan terdapat 18 kantor
maupun jasa. Efisiensi teknis merupakan
cabang perum pegadaian yang ada di setiap
salah satu dari komponen efisiensi ekonomi
kecamatan. Dalam hal ini belum dilakukan
secara keseluruhan. Tetapi, dalam rangka
pengukuran efisiensi relatif terhadap
mencapai efisiensi ekonominya suatu
pelayanan hal ini dapat dilakukan dengan
perusahaan harus efisien secara teknis.
pengukuran efisiensi biaya yang dapat
Untuk mencapai tingkat keuntungan yang
mempengaruhi tingkat pelayanan dan
maksimal, sebuah perusahaan harus dapat
kinerja dari perusahaan Perum Pegadaian
berproduksi pada tingkat output yang
tersebut.
optimal dengan jumlah input tertentu
(efisiensi teknis) dan menghasilkan output Penelitian ini membahas tingkat
dengan kombinasi yang tepat pada tingkat efisiensi di Perusahaan Perum Pegadaian
harga tertentu (efisiensi alokatif) Wilayah Bangkalan dari masing-masing
(Kumbhakar, 2000). kantor cabang dengan menggunakan
metode Data Envelopment Analysis (DEA).
Perusahaan Perum Pegadaian
Diperkenalkan oleh Charnes, Cooper
merupakan suatu perusahaan jasa yang
dan Rhodes. Metode DEA dibuat
sebagai alat bantu untuk evaluasi
Korespondensi :
1
Nazmil Umri
kinerja suatu aktifitas dalam sebuah unit
E-mail : akhmad.utm@gmail.com entitas (organisasi) ( Charnes, 1978).
2
Rachmad Hidayat DEA merupakan suatu pendekatan non
E-mail : rachmad_trunojoyo@yahoo.co.id, parametrik yang pada dasarnya
3
Issa Dyah Utami merupakan teknik berbasis pemrograman
E-mail : issadyah@yahoo.com linier (Hadinata, 2000). DEA bekerja

216 Jurnal Teknik Industri, ISSN:1411-6340


dengan langkah mengidentifikasi unit- merupakan suatu pendekatan non
unit yang akan dievaluasi, input serta parametrik yang pada dasarnya merupakan
output unit tersebut. Kemudian teknik berbasis pemrograman linier. DEA
selanjutnya, dihitung nilai produktivitas bekerja dengan langkah mengidentifikasi
dan mengidentifikasi unit mana yang tidak unit-unit yang akan dievaluasi, input serta
menggunakan input secara efisien atau output unit. Selanjutnya, dihitung nilai
tidak menghasilkan output secara efektif. produktivitas dan mengidentifikasi unit
DEA adalah model analisis faktor mana yang tidak menggunakan input secara
produksi untuk mengukur tingkat efisien atau tidak menghasilkan output
efisiensi relatif dari set unit kegiatan secara efektif. Produktivitas yang diukur
ekonomi (UKE). Skor efisiensi dari bersifat komparatif atau relatif, karena
banyak faktor input dan output. hanya membandingkan antar unit
dirumuskan sebagai berikut (Talluri, 2000, pengukuran dari 1 set data yang sama. DEA
Purwanoro, 2004). adalah model analisis faktor produksi untuk
mengukur tingkat efisiensi relatif dari set
Tujuan yang ingin dicapai dalam
unit kegiatan ekonomi (Talluri, 2000).
penelitian ini adalah: (1) menentukan
tingkat efisiensi biaya di Perusahaan Perum DEA berasumsi bahwa setiap UKE
Pegadaian wilayah Bangkalan, sehingga akan memilih bobot yang memaksimumkan
dapat mengetahui Perum Pegadaian yang rasio efisiensinya (maximize total weighted
efisien atau inefisien. (2) menganalisa output/total weighted input). Karena setiap
tingkat efisiensi biaya pada setiap kantor UKE menggunakan kombinasi input yang
cabang perum Pegadaian wilayah berbeda untuk menghasilkan kombinasi
Bangkalan, sehingga dapat meningkatkan output yang berbeda pula, maka setiap
kinerja perusahaan. (3) Memberikan usulan UKE akan memilih seperangkat bobot yang
perbaikan pada perusahaan Perum mencerminkan keragaman tersebut. Secara
Pegadaian wilayah Bangkalan. umum UKE akan menetapkan bobot yang
tinggi untuk input yang penggunaanya
Permasalahan yang dihadapi diatas
sedikit dan untuk output yang dapat
dapat diselesaikan dengan metode DEA.
diproduksi dengan banyak. Bobot-bobot
Metode DEA dipergunakan untuk
tersebut bukan merupakan nilai ekonomis
mengetahui kantor cabang mana yang tidak
dari input dan outputnya, melainkan
efisien dengan melakukan perbandingan
sebagai penentu untuk memaksimumkan
antara beberapa unit atau kantor cabang
efisiensi dari suatu UKE. Sebagai
berdasarkan input dan output yang
gambararan, jika suatu UKE merupakan
didapatkan. Unit-unit tersebut harus
perusahaan yang berorientasi pada
memiliki karakteristik yang sama, dalam
keuntungan (profit-maximizing firm) dan
arti memiliki output dan input yang sama.
setiap input dan outputnya memiliki biaya
Dengan adanya penelitian yang melakukan
per unit serta harga jual per unit, maka
pengukuran efisiensi biaya pengeluaran di
perusahaan tersebut akan berusaha
Perusahaan Perum Pegadaian Wilayah
menggunakan sesedikit mungkin input yang
Bangkalan akan dapat meningkatkan
biaya per unitnya termahal dan berusaha
kinerja, serta dapat mengupayakan strategi
memproduksi sebanyak mungkin output
perbaikan bagi kantor cabang yang kurang
yang harga jualnya tinggi.
efisien pada bagian keuangan, dalam hal ini
yang dijadikan sebagai sumber pengukuran DEA untuk suatu UKE dapat
adalah dari aspek biaya. diformulasikan sebagai program linier
fraksional yang solusinya dapat diperoleh
jika model tersebut ditransformasikan ke
2. TINJAUAN PUSTAKA dalam program linier dengan bobot dari
Data Envelopment Analysisis (DEA) input dan output UKE tersebut sebagai
diperkenalkan oleh Charnes, Cooper dan variabel keputusan (decision variables).
Rhodes. Metode DEA dibuat sebagai alat Metode simpleks dapat digunakan untuk
bantu untuk evaluasi kinerja suatu aktifitas menyelesaikan model yang sudah
dalam sebuah unit entitas (organisasi). DEA ditransformasikan ke dalam program linier.
DEA memerlukan penyelesaian program

Kinerja Efisiensi Biaya (Nazmil Umri) 217


linier bagi setiap UKE. Hasilnya adalah Tidak perlu asumsi hubungan fungsional
seperangkat bobot untuk suatu UKE dan antara variabel input dan output, (c) UKE
angka efisiensi relatifnya. DEA memiliki (Unit Pengambil Keputusan) dibandingkan
beberapa nilai manajerial. Pertama, DEA secara langsung dengan sesamanya, (d)
menghasilkan efisiensi untuk setiap UKE, Input dan output dapat memiliki satuan
relatif terhadap UKE yang lain di dalam pengukuran yang berbeda. Sebagai contoh
sampel. Angka efisiensi ini memungkinkan X1 dapat dalam unit dan X2 dapat dalam
sesorang analisis untuk mengenali UKE dollar tanpa apriori keduanya. Sedangkan
yang paling membutuhkan perhatian dan keterbatasan DEA adalah (a) Bersifat
merencanakan tindakan perbaikan bagi simpel spesifik, (b) Merupakan extreme
UKE yang tida/kurang efisien. point technique, kesalahan pengukuran
dapat berakibat fatal (c) DEA sangat bagus
Kedua, jika suatu UKE kurang
untuk estimasi efisiensi realtif UKE (unit
efisien (efisiensi < 100%) DEA
kegiatan ekonomi) tetapi sangat lambat
menunjukkan sejumlah UKE yang memiliki
untuk mengukur efisiensi absolut dengan
efisiensi sempurna (efficient reference set,
kata lain bisa membandingkan sesama UKE
efisiensi=100%) dan seperangkat angka
tetapi bukan membandingkan maksimisasi
pengganda (multipliers) yang dapat
secara teori.(c) Uji hipotesis secara statistik
digunakan oleh manajer untuk menyusun
atas hasil DEA sulit dilakukan (d)
strategi perbaikan. Informasi tersebut
Menggunakan perumusan linier
memungkinkan seseorang analisis membuat
programming terpisah untuk tiap UKE
UKE hipotetis yang menggunakan input
(perhitungan secara manual sulit dilakukan
yang lebih sedikit dan menghasilkan output
apalagi untuk masalah berskala besar). (e)
paling tidak sama atau lebih banyak
Bobot dan input yang dihasilkan oleh DEA
dibandingkan UKE yang tida efisien,
tidak dapat ditafsirkan dalam nilai ekonomi.
sehingga UKE hipotetis tersebut akan
memiliki efisiensi yang sempurna jika
menggunakan bobot input dan bobot output
3. METODOLOGI PENELITIAN
dari UKE yang tidak efisien. Pendekatan
tersebut member arah strategis bagi Dalam menyelesaikan masalah
manajer untuk meningkatkan efisiensi suatu tingkat Efisiensi organisasi atau Perusahaan
UKE yang tida efisien melalui pengenalan dari masing-masing cabang atau unit yang
terhadap input yang terlalu banyak ada, menggunakan pemecahan masalah
digunakan serta output yang produksinya matematik Data Envelopment Analysis
terlalu rendah. Sehingga seorang manajer (DEA). Data–data input maupun output
tidak hanya mengetahui UKE yang tida yang terdapat pada masing-masing cabang
efisien, tetapi juga mengetahui seberapa perusahaan Perum Pegadaian Wilayah
tingkat input dan output harus disesuaikan Bangkalan yaitu berupa faktor input dan
agar dapat memiliki efisiensi yang tinggi. output. Faktor Input terdiri dari Biaya
Pegawai (X1, Rp), Biaya Umum Dan
Ketiga, DEA menyediakan matriks
Administrasi (X2, Rp), Biaya Pemeliharaan
efisiensi silang. Efisiensi silang UKE A
Bangunan Kantor (X3, Rp) dan Biaya
terhadap UKE B merpakan rasio dari output
Pemeliharaan Kendaraan Dinas (X4, Rp).
tertimbang dibagi input tertimbang yang
Faktor Output yang digunakan adalah
dihitung dengan menggunakan tingkat input
Jumlah Pendapatan (Y1, Rp). Langkah-
dan outut UKE A dan bobot input dan outp
langkah pengolahan data adalah (1)
UKE B. Analisis silang dapat membantu
Menghitung Beban Variabel untuk masing-
seseorang manajer untuk mengenali UKE
masing DMU yang akan dinilai tingkat
yang efisien tetapi menggunakan kombinasi
efisiensinya. (2) Menentukan model
input dan menghasilkan kombinasi output
matematis yang akan digunakan sebagai
yang sangat berbeda dengan UKE yang
alat pemecahan masalah tersebut, dalam hal
lain.
ini menggunakan model matematis Data
Keunggulan metode DEA Envelopment Analysis (DEA). (3)
(Purwanoro, 2004) adalah (a) Dapat Menghitung target bagi DMU yang relatif
menangani banyak input dan ouput, (b) kurang efisien untuk input didapatkan dari

218 Jurnal Teknik Industri, ISSN:1411-6340


selisih nilai input aktual dengan nilai slack untuk Perum Pegadaian ke-p = 1,2,3,4,5
inputnya, sedangkan untuk output didapat maka :
dengan menjumlahkan hasil perkalian
Objective function:
tingkat efisiensi DMU inefisien dan nilai
aktual dengan nilai slack outputnya dalam min hk = λj (1)
perhitungan ini dengan menggunakan
bantun Software Lindo. Subject to
Pada tahap Analisa ini, akan n m

ditentukan besarnya nilai input dan output ∑ yrj + ∑ Xrj − λ j ≤ 0


j r
(2)
pada masing -masing DMU, Sebagaimana
ukuran efisiensi pada umumnya dalam n
DEA dinyatakan sebagai perbandingan ∑x ij + si ≥ xik (3)
antara output dengan input, sehingga nilai j
efisiensi maksimalnya adalah 1 atau 100%.
Rasio ini dinyatakan secara parsial dan λ j , σ r , s i ≥ 0, ε > 0 (4)
total. Secara parsial misalnya output per
Dimana :
staff atau output perjam kerja dengan
output bisa saja merupakan profit, hk adalah Efisiensi untuk objek DMU ke-p
penjualan dan sebagainya. Semua output
Xij adalah bobot input pada pengukuran
dan input suatu DMU terlibat dalam
input setiap DMU ke-i
pengukuran. Dengan demikian, DEA
(i=1,2,3,…)
memungkinkan untuk mengetahui faktor
input apa yang berpengaruh dalam Xik adalah bobot Output per unit pada
menghasilkan output, dan begitu pula pengukuran input yang ke-k
sebaliknya. Setelah penentuan nilai faktor (k= 1,2,3,..)
input dan output maka akan dilakukan Wij adalah nilai jumlah input setiap DMU
formulasi program linier dengan ke-i,(i=1,2,3…)
menggunakan bantuan software LINDO
untuk menentukan besarnya efisiensi setiap Berdasarkan perumusan model
DMU. matematis linier programming diatas,
dimisalkan untuk menghitung efisiensi
Perhitungan efisiensi dengan model relatif pada Cabang Bangkalan (DMU 1),
menggunakan model matematis DEA pada bulan Januari 2009, berdasarkan
berorientasi input-output (input-output rumus (1) maka fungsi tujuannya adalah
oriented). Pemodelan matematis DEA ini meminimasikan efisiensi DMU1, dimana
dilakukan untuk memperoleh nilai efisiensi nilai Xi adalah input untuk DMU 1, dengan
yang menyatakan indeks produktivitas dari i = 1,2,3,4 dan j = 1(DMU 1).Variabel yang
masing–masing DMU dengan digunakan adalah :
menggunakan data variabel yang telah
ditentukan sebelumnya. Disini ada 2 Xik : Bobot untuk input Biaya Pegawai
permodelan Matematis Data Envelopment sampai dengan Jumlah Pendapatan
Analysis yang terdiri dari Model DEA- untuk setiap DMU yang sudah
CCR Primal dan Model DEA-CCR Dual ditentukan untuk kendala pertama.
yang akan dibangun untuk mengukur Xij : Bobot untuk inputan setiap DMU ke-
tingkat efisiensi. Terdapat dua konsep yang j.
saling berlawanan. Konsep yang pertama
yaitu Primal dan yang Dual. Untuk
menyelesaiakan masalah perhitungan 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
efisiensi menggunakan konsep model
Primal langkah selanjutnya ialah dengan Pengkorversian tiap–tiap Cabang Perum
membuat model DEA-CCR Primal-Dual. Pegadaian Wilayah Bangkalan ke dalam
Dimasukkan ke dalam persamaan model DMU untuk proses pengolahan data
Matematis Programa Linier. Misalkan selanjutnya dapat dilihat pada tabel 1.

Kinerja Efisiensi Biaya (Nazmil Umri) 219


Tabel 1 Klasifikasi DMU
KANTOR CABANG PEGADAIAN DMU
Kantor cabang Bangkalan DMU 1
Kantor Cabang Kamal DMU 2
Kantor cabang Kwanyar DMU 3
Kantor cabang Klampis DMU 4
Kantor cabang Tanjung Bumi DMU 5

4.1. Formulasi Model Matematis DEA Tabel 2 maka dibuat formulasi LP untuk
pergitungan efisiensi DMU1 (Cabang
Perhitungan Analisa Efisiensi DMU
Bangkalan).
bulan Januari 2009 dengan menggunakan
empat Input dan satu Output. Berdasarkan

Tabel 2. Data Input-Output DMU


Input Output
DMU X1 X2 X3 X4 Y1
1 73875822 5673419 8454897 2330000 140633118
2 28909338 2959750 1298907 850000 129846186
3 57993952 4119100 1409573 4886500 184938148
4 36927215 2051190 1089264 1593000 666611636
5 58017281 339600 15443567 950000 212916200

Hasil Output Formulasi Linier Programing Kendala ketiga terjadi penurunan biaya
dengan menggunakan Sofware Lindo sebesar 0,907534, dan pada fungsi kendala
seperti Gambar 1. Bangkalan (DMU 1) ke empat menunjukkan peningkatan biaya
maka di dapatkan nilai rating efisiensi sebesar 0,210967 dengan nilai reduced cost
(Objective Fuction Value ) sama dengan sama dengan nol. dan pada fungsi kendala
0,1442363 dengan reduce cost nol, hal ini kelima menunjukkan penurunan biaya
menunjukkan bahwa Cabang Bangkalan sebesar 0,189354. Berdasarkan analisa
tidak efisien, pada fungsi kendala pertama reduced cost tersebut maka DMU 1 pada
menunjukkan besarnya penurunan biaya bulan januari 2009 tidak efisien karena
sama dengan 0,855764, Fungsi kendala pada fungsi kendalanya terjadi penurunan
kedua menunjukkan besarnya Penurunan biaya yaitu pada fungsi kendala satu, dua,
biaya sebesar 0,231634, untuk fungsi tiga dan lima.

Gambar 1. Output Formulasi Linier Programing dengan menggunakan Software Lindo

220 Jurnal Teknik Industri, ISSN:1411-6340


Gambar 2. RHS Parameter baris 6

Baris kendala yang mempunyai nilai slack 4.2. Analisa Efisiensi pada setiap DMU
nol disebut fungsi kendala aktif artinya
Gambar 3 menunjukkan DMU yang
tidak ada slack yang terjadi dengan Duel
Efisien dan yang tidak efisein. DMU yang
Prices sebagai pertambahan nilai optimal
Efisien adalah DMU 3 (Cabang Kwanyar),
sebesar dual prices/shadow prices apabila
DMU 4 (Cabang Klampis), DMU 1
pada baris tersebut nilai RHS-nya ditambah
(Cabang Bangkalan) pada bulan Februari-
1 unit dari hasil output Lindo diatas
Maret 2009. DMU 5 (Cabang Tanjung
menunjukkan tidak adanya pertambahan
Bumi) pada Bulan Januari – Februari 2009.
nilai optimal karena nilai dari dual prices
Sedangkan DMU yang tidak efisien yaitu
sama dengan nol. Karena nilai RHS pada
DMU 1 (Cabang Bangkalan) pada bulan
DMU 1 berupa variabel positif, jadi DMU 1
Januari 2009, DMU 2 (Cabang Kamal ) dan
untuk mencapai nilai optimal perlu
DMU 5 (Cabang Tanjung Bumi ) pada
dilakukan penambahan variabel keputusan
Bulan Maret 2009.
sebesar 0,15 dengan Rentang Side >=
1,5e+08
Grafik Prankingan DMU (Maret 2009) Grafuk Efisiensi DMU

5 1
5
4
4 0,8
3
3 0,6
Rank 2 Rating Efisiensi
2 Jan-09
1 0,4 Feb-09
1
0,2 Mar-09
0
Bangkalan Kamal Kwanyar Klampis Tanjung 0
bumi DMU 1 DMU 2 DMU 3 DMU 4 DMU 5
Kantor Cabang Perum Pegadaian DMU
Gambar 3. Rating Efisien Tiap DMU

4.3. Analisis Target Perbaikan DMU (X3) Mengalami penurunan biaya sebesar
yang tidak Efisien Rp.229.799 dari jumlah biaya sebelumnya
sebesar Rp.8.454.897 dan Untuk biaya
Tabel 3 memperlihatkan perbandingan
pemeliharaan kendaraan Dinas (X4)
antara nilai input pada DMU 1 (Cabang
mengalami penurunan sebesar Rp. 336.070
Bangkalan) di bulan Januari mengalami
dari nilai sebelumnya Rp. 2.330.000.
penurunan Biaya, sebagai berikut: untuk
biaya Pegawai (X1) mengalami penurunan Tabel 3. Perbaikan DMU 1 (Januari 2009)
sebesar Rp.7.790.424 dari nilai yang Xi Lama (Rp) Baru (Rp)
sebelumnya yaitu Rp. 73.875.622, Untuk X1 73.875.822 7.790.424
biaya Umum & administrasi (X2) X2 5.673.419 432.733
mengalami penurunan sebesar Rp.432.733 X3 8.454.897 229.799
dari jumlah sebelumnya Rp.5.673.419, X4 2.330.000 336.070
Untuk biaya Pemeliharaan bangunan kantor

Kinerja Efisiensi Biaya (Nazmil Umri) 221


penurunan Biaya, sebagai berikut : untuk
Tabel 4 memperlihatkan perbandingan biaya Pegawai (X1) mengalami penurunan
antara nilai input pada DMU 2 (Cabang sebesar Rp. 12.501.912 dari nilai yang
Kamal) di bulan Januari mengalami sebelumnya yaitu Rp. 27.137.047, Untuk
penurunan Biaya, sebagai berikut : untuk biaya Umum & administrasi (X2)
biaya Pegawai (X1) mengalami penurunan mengalami penurunan sebesar Rp. 519.501
sebesar Rp. 7.192.868 dari nilai yang dari jumlah sebelumnya Rp. 2.332.928
sebelumnya yaitu Rp. 28.909.338, Untuk Untuk biaya Pemeliharaan bangunan
biaya Umum & administrasi (X2) Kantor (X3) Mengalami penurunan biaya
mengalami penurunan sebesar Rp. 399.541 sebesar Rp. 583.397 dari jumlah biaya
dari jumlah sebelumnya Rp. 29.59.750 sebelumnya sebesar Rp. 2.181.833 dan
Untuk biaya Pemeliharaan bangunan Untuk biaya pemeliharaan kendaraan Dinas
Kantor (X3) Mengalami penurunan biaya (X4) mengalami penurunan sebesar Rp.
sebesar Rp. 212.172 dari jumlah biaya 694.698 dari nilai sebelumnya Rp. 850.000
sebelumnya sebesar Rp. 1.298.907 dan
Tabel 6. Perbaikan DMU 2 (Maret 2009)
Untuk biaya pemeliharaan kendaraan Dinas
Xi Lama (Rp) Baru (Rp)
(X4) mengalami penurunan sebesar Rp.
X1 27.137.047 12.501.912
310.293 dari nilai sebelumnya Rp. 850.000.
X2 2.332.928 519.501
Tabel 4. Perbaikan DMU 2 (Januari 2009) X3 2.181.833 583.397
Xi Lama (Rp) Baru (Rp) X4 850.000 694.698
X1 28.909.338 7.192.868
X2 29.59.750 399.541 Tabel 7 memperlihatkan perbandingan
212.172 antara nilai input pada DMU 5 (Cabang
X3 1.298.907
Tanjung Bumi) dibulan Maret 2009
X4 850.000 310.293
mengalami penurunan biaya sebagai berikut
: untuk biaya Pegawai (X1) mengalami
Tabel 5 memperlihatkan perbandingan
penurunan sebesar Rp3.530.615 dari nilai
antara nilai input pada DMU 2 (Cabang
yang sebelumnya yaitu Rp. 68.742.149,
Kamal) di bulan Februari 2009 mengalami
Untuk biaya Umum & administrasi (X2)
penurunan Biaya, sebagai berikut : untuk
mengalami penurunan sebesar Rp. 161.441
biaya Pegawai (X1) mengalami penurunan
dari jumlah sebelumnya Rp. 1.161.300
sebesar Rp. 10.384.426 dari nilai yang
Untuk biaya Pemeliharaan bangunan kantor
sebelumnya yaitu Rp. 32.511.188, Untuk
(X3) Mengalami penurunan biaya sebesar
biaya Umum & administrasi (X2)
Rp. 125.163 dari jumlah biaya sebelumnya
mengalami penurunan sebesar Rp. 409.298
sebesar Rp. 1.548.5721 dan Untuk biaya
dari jumlah sebelumnya Rp. 1.863.842
pemeliharaan kendaraan Dinas (X4)
Untuk biaya Pemeliharaan bangunan
mengalami penurunan sebesar Rp. 148.827
Kantor (X3) Mengalami penurunan biaya
dari nilai sebelumnya Rp. 1.070.558.
sebesar Rp. 438.862 dari jumlah biaya
sebelumnya sebesar Rp. 1.479.069 dan Tabel 7. Perbaikan DMU 5 (Maret 2009)
Untuk biaya pemeliharaan kendaraan Dinas Xi Lama (Rp) Baru (Rp)
(X4) mengalami penurunan sebesar Rp. X1 68.742.149 3.530.615
392.220 dari nilai sebelumnya Rp. X2 1.161.300 161.441
850.000. X3 1.548.5721 125.163
Tabel 5. Perbaikan DMU 2 (Februari 2009) X4 1.070.558 148.827
Xi Lama (Rp) Baru (Rp)
X1 32.511.188 10.384.426
X2 1.863.842 409.298 5. KESIMPULAN
X3 1.479.069 438.862 1. Perum Pegadaian yang efisien adalah
X4 850.000 392.220 Cabang Kwanyar dan Cabang Klampis
karena selama tiga bulan yaitu bulan
Tabel 6 memperlihatkan perbandingan Januari sampai dengan Maret 2009
antara nilai input pada DMU 2 (Cabang mendapatkan nilai efisiensi sama
Kamal) di bulan Maret 2009 mengalami dengan 1.

222 Jurnal Teknik Industri, ISSN:1411-6340


2. Perum Pegadaian yang tidak efisien tetapi masih perlu peningkatan
adalah Cabang Bangkalan, dengan produktivitas.
nialai efisiensi sama dengan 0,1442363
pada bulan Januari 2009, Cabang 6. DAFTAR PUSTAKA
Kamal dari bulan Januari sampai [1] Charnes, A., W.W Cooper dan E.
dengan Maret 2009, mendapatkan nilai Rhodes. 1978. Measuring the
efisiensi berturut-turut sebesar Efficiency of Decision Making Units.
0,3650507, 0,4614362 dan 0,2610103 European Journal of Operation
dan Cabang Tanjung Bumi Research, vol. 2 p.429-444.
mendapatkan nilai efisiensi sama [2] Hadinata, Ivan dan Manurung Adler H,
dengan 0,1390164 pada bulan Maret 2000. Penerapan Data Envelopment
2009. Analysis (DEA) untuk mengukur
Efisiensi Kinerja Reksadana Saham.
Saran-saran yang bisa diberikan pada
[3] Kumbhakar, S.C dan Knox, Lovell.
Perum Pegadaian adalah
2000. The Effect of Deregulation on
1. Dalam meningkatkan efisiensinya
performance of financial institutions:
sebesar 100%, maka perlu melakukan
The Case of Spanish Saving Banks,
perbaikan terhadap faktor Biaya
Department of Economic University of
Pegawai, Biaya Umum & administrasi,
Texas.
biaya pemeliharaan Bangunan Kantor
[4] Purwanoro, N. 2004. Efektivitas
dan Biaya pemeliharaan kendaraan
Kinerja Pelabuhan dengan Data
Dinas, dengan cara melakukan
Envelopment Analysis (DEA),
pengurangan biaya.
Usahawan No. 05 th. XXXIII.
2. Bagi Perum Pegadaian yang sudah
[5] Talluri, Srinivas, 2000. Data
efisien (Perum Pegadaian Kwanyar
Envelopment Analysis: Model and
dan, Perum Pegadaian Klampis), bukan
Extension. Decision Line
berarti tidak ada yang harus diperbaiki
Production/Operations Management,
dan ditingkatkan, namun harus tetap
Silberman Colledge of Business
ada kontrol dari pihak Perum
Administration, Fairleih Deckinson
Pegadaian. Mengingat masih ada
University.
Perum Pegadaian yang sudah efisien

Kinerja Efisiensi Biaya (Nazmil Umri) 223


Jurnal Teknik Industri
Jurusan Teknik Industri, Universitas Trisakti

PETUNJUK/FORMAT PENULISAN NASKAH/MAKALAH

1. Naskah berupa hasil penelitian atau non penelitian (konseptual), yang merupakan naskah asli
dan belum pernah dipublikasikan di media masa manapun. Makalah yang telah
dipresentasikan dalam suatu pertemuan ilmiah, apabila belum dipublikasikan dapat diterima.
2. Naskah diketik dengan menggunakan MS Word, Times New Roman 11pt dan 1 spasi di atas
kertas A4 (21x29,7 mm). Makalah (selain abstrak) ditulis dalam 2 kolom. Jumlah halaman
(termasuk gambar, ilustrasi dan daftar pustaka) 10-15 halaman.
3. Naskah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris. Apabila naskah ditulis dalam
Bahasa Indonesia, hendaknya berpedoman pada Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
yang disempurnakan.Hindari pemakaian istilah asing (kecuali bila sangat diperlukan).
Penulisan istilah asing dicetak miring (italic).
4. Judul ditulis HURUF BESAR, di tengah atas halaman font Times New Roman 14 Bold.
Tulisan singkat dengan kata-kata atau frasa kunci yang mencerminkan isi tulisan.
5. Memperhatikan sistematika penulisan :
• Makalah Penelitian : JUDUL (singkat tetapi jelas, 5-15 kata), Penulis (tanpa gelar,
asal instansi/alamat pada catatan kaki), ABSTRACT (dalam Bahasa Inggris yang
berisikan masalah dan tujuan penelitian, metoda/pendekatan, hasil penelitian, satu
paragraf 50-75 kata), Keywords (kata/terminologi khusus bidang ilmu yang dibahas,
punya makna yang khas untuk makalah, 3-5 kata kunci) PENDAHULUAN (berisi
permasalahan, wawasan dan rencana pemecahan masalah, tujuan penelitian, kajian
teoritik, hipotesa (jika ada) dan manfaat hasil penelitian (tidak ada)) METODA
PENELITIAN (Rancangan/desain penelitian, sasaran penelitian, teknik
pengembangan/pengumpulan data dan teknik analisis data yang disajikan secara naratif)
HASIL PENELITIAN (Hasil pengolahan data, pemakaian tabel/grafik/bagan sangat
disarankan) PEMBAHASAN (Menjawab tujuan penelitian, memaparkan logika
diperolehnya dan menginterpretasikan penemuan, mengaitkan dengan teori yang relevan
serta pembahasan terhadap tabel/grafik/bagan secara naratif) KESIMPULAN DAN
SARAN (Esensi hasil penelitian dan pembahasan, harus relevan dengan penemuan yang
disampaikan dalam butir-butir paragraf pendek) DAFTAR PUSTAKA/RUJUKAN
(hanya memuat rujukan yang benar-benar disebut dalam makalah).
• Makalah Konseptual : 1JUDUL (singkat tetapi jelas, 5-10 kata), 2Penulis (tanpa gelar,
asal instansi/alamat pada catatan kaki), 3ABSTRACT (dalam Bahasa Inggris yang
berisikan ringkasan makalah yang ditulis secara padat dan menampilkan isu-isu pokok dan
alternatif pemecahan, satu paragraf 50-75 kata), Keywords (kata/terminologi khusus
bidang ilmu yang dibahas, punya makna yang khas untuk makalah, 3-5 kata kunci)
4PENDAHULUAN (berisi latar belakang, permasalahan, tujuan, ruang lingkup dan
metodologi 5ISI (tinjauan pustaka, data dan pembahasan), 6PENUTUP (kesimpulan
dan saran) dan 7DAFTAR PUSTAKA/RUJUKAN (hanya memuat rujukan yang benar-
benar disebut dalam makalah).
6. Cara merujuk dan mengutip : 1)Tulis nama akhir pengarang dan tahun terbitan, 2)Jika
pengarang lebih dari satu, tulis “Nama Pertama, dkk”, 3)Jika terjemahan, tulis “Nama
Pengarang Asli”, 4)Jika lebih dari satu sumber, pisahkan dengan titik koma (;), 5)Jika dari
Internet : Nama pengarang, tahun, judul karya, alamat sumber rujukan dan tanggal diakses.
7. Daftar pustaka disusun menurut alfabet pengarang, dengan urutan penulisan : nama
pengarang, (tahun terbitan), judul buku (cetak miring), penerbit dan kota terbit. Nama
pengarang mendahulukan nama keluarga atau nama dibalik, tanpa gelar. Kutipan acuan
pustaka yang digunakan dinyatakan dengan menuliskan nama pengarangnya.
8. Isi tulisan bukan tanggung jawab redaksi. Redaksi berhak mengedit redaksionalnya, tanpa
mengubah arti. Dan tidak diadakan surat menyurat kecuali tulisan disertai perangko akan
dikembalikan (karena tidak memenuhi persyaratan atau perlu perbaikan).

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai