Anda di halaman 1dari 12

ISSN 2088-5555

Expert
Jurnal Manajemen Sistem Informasi dan Teknologi
Volume 09, Nomor 01, Juni 2019

JUDUL HAL
SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN (DECISION SUPPORT SYSTEM)
1-7
PENILAIAN KEDISIPLINAN SISWA MENGGUNAKAN METODE TOPSIS
(STUDI KASUS: SMK MA’ARIF SUKOHARJO)
METODE AUDIT TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI PADA BADAN
8 - 12
USAHA MILIK NEGARA
METODE TOPSIS DALAM SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN
14 - 18
PENENTUAN PENERIMAAN BEASISWA DI STMIK PRINGSEWU
METODE ANALITICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PENENTUAN
19 - 26
LOKASI HOME INDUSTRI DI KABUPATEN PRINGSEWU
SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT PADA AYAM BROILER DENGAN
27 - 32
METODE FORWARD CHAINING
PENERAPAN METODE SAW (SIMPLE ADDITEVE WIEGHT) DALAM
33- 42
PENENTUAN KONSUMEN KREDIT KENDARAAN BERMOTOR (STUDI
KASUS FIF GROUP)

Fakultas Ilmu Komputer


Universitas Bandar Lampung

JMSIT Volume 09 Nomor 01 Lampung, Juni 2019 ISSN 2088-5555


TIM PENYUNTING

Penanggung Jawab
Ahmad Cucus, S.Kom., M.Kom.

Ketua Tim Redaksi:


Taqwan Thamrin, ST, M.Sc.

Penyunting Ahli (Mitra Bestari):


Mustofa Usman, Ph.D (Universitas Lampung)
Dra. Wamiliana, MA., Ph.D (Universitas Lampung)
Iing Lukman, M.Sc., Ph. D (Universitas Malahayati)

Penyunting:
Fenty Ariani, S.Kom, M.Kom
Robby Yuli Endra, S.Kom.,M.Kom
Ayu Kartika Puspa, S.Kom, M.TI
Erlangga, S.Kom, M.Kom
Wiwin Susanty, S.Kom.,M.Kom

Pelaksana Teknis:
Wingky Kusuma, S.Kom

Alamat Penerbit/Redaksi:
Pusat Studi Teknologi Informasi
Fakultas Ilmu Komputer
Universitas Bandar Lampung
Gedung M Lt.2
Jl. ZA Pagar Alam No.89, Gedong Meneng, Rajabasa
Bandar Lampung
e-mail: jurnalfik@ubl.ac.id
Expert – Jurnal Management Sistem Informasi dan Teknologi

METODE ANALITICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)


DALAM PENENTUAN LOKASI HOME INDUSTRI
DI KABUPATEN PRINGSEWU
Tri Susilowati#1, M. Faruk Hidayatulloh*2

Prodi Sistem Informasi STMIK Pringsewu


Jl. Wisma Rini No. 09 pringsewu Lampung
1trisusilowati423@gmail.com
2farukhidayatulloh@gmail.com

ABSTRAK

Home berarti rumah, tempat tinggal, ataupun kampung halaman. Sedang Industry, dapat diartikan sebagai
kerajinan, usaha produk barang dan ataupun perusahaan. Singkatnya, Home Industry adalah rumah usaha
produk barang atau juga perusahaan kecil. Dikatakan sebagai perusahaan kecil karena jenis kegiatan ekonomi
ini dipusatkan di rumah. Dengan menentukan lokasi industri dibutuhkan beberapa faktor penentu dari beberapa
kriteria yang telah ditentukan. Penelitian ini mengembankan sistem pendukung keputusan (SPK) dengan
memanfaatkan metode analytical hierarchy proses (AHP) sebgai proses penentuan lokasi industri di Kabupaten
Pringsewu. Dalam proses seleksi ini degunakan beberapa faktor dari kriteria untuk menentukan lokasi industri
yang mana akan ditentukan untuk dibangunnya sebuah industri, SPK ini membantu dalam menentukan lokasi
mana yang akan di pilih. Penelitian ini lebih menitik beratkan kepada bagaiman merancang dan
mengimplementasikan aplikasi super dicision serta dimaksudkan agar memudahkan dalam hal perhitungan. AHP
digunakan sebagai metode dalam perhitungan dalam pemilihan lokasi industri.

Kata Kunci: Sistem Pendukung Keputusan, Analytical Hierachy Process (AHP)

1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah

Lokasi suatu industri memperlihatkan tambah atau manfaat yang lebih tinggi, termasuk
karakteristik dari kegiatan industry dan sangat juga jasa industry. (Sandi, 2016).
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan Adapun beberapa penelitian sebelumnya yang
industri tersebut. Banyak factor-faktor yang dilakukan oleh (Sandi, 2016) dengan hasil penelitian
mempengaruhi dengan keberadaan lokasi suatu yang didapat adalah memberikan kemudahan
industry tersebut. Karena itu, pengambilan kepada pihak konsumen dalam menentukan pilihan
keputusan dalam merencanakan lokasi industri perumahan dari nilai perbandingan dari masing-
harus didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan masing perumahan yang dipilih oleh konsumen.
yang matang dari faktor-faktor yang (UU no.3, 2015). Perindutrian dengan hasil
mempengaruhinya. Pemilihan lokasi yang strategis penelitian yang didapat adalah memberikan
merupakan kerangka kerja yang persfektif bagi rekomendasi lokasi industri dengan kriteria-kriteria
pengembangan suatu kegiatan yang bersifat yang telah ditentukan karena nilai CR hasil
komersial. Artinya, lokasi tersebut harus memiliki perbandingan yang konsisten. (Aceng, 2015)
atau memberikan pilihan-pilihan yang Penentuan lokasi Home Industri dapat
menguntungkan dari sejumlah akses yang ada. dilakukan dengan menggunakan beberapa metode
Usaha industri merupakan suatu unit usaha yang terdapat pada sistem pendukung keputusan.
yang dilakukan dalam kegiatan ekonomi yang Metode sistem pendukung keputusan telah banyak
bertujuan menghasilkan barang jasa yang terletak dimanfaatkan oleh banyak kasus seperti penelitian
pada suatu lokasi tertentu dan mempunyai catatan yang dilakukan oleh memanfaatkan salah satu
administrasi sendiri mengenai struktur usahanya dan metode sistem pendukung keputusan yaitu metode
memiliki tanggung jawab atas usaha indutri tersebut AHP untuk menentukan pemilihan lokasi
(Badan Pusat Statistik, 2015). Menurut Undang- perumahan. Pada penelitian akan dilakukan
undang No.3 Tahun 2014 tentang perindustrian penentuan lokasi hom industri dengan menerapkan
adalah seluruh bentuk dari kegiatan ekonomi yang metode AHP berdasarkan kriteria-kriteria yang
mengolah bahan baku, atau memanfaatkan sumber ditetapkan. Dengan adanya penerapan metode
daya industri, sehingga dapat menghasilkan barang diharapkan dapat membantu untuk menentukan
yang memiliki nilai lokasi home industri di Kabupaten Pringsewu
sehingga dapat memudahkan dalam penentuan

19
Expert – Jurnal Management Sistem Informasi dan Teknologi

lokasi. Selain itu hasil penelitian adalah lokasi pada tahun 1970-an oleh Michael S. Scott Morton,
terbaik yang tepat untuk membangun industri yaitu suatu sistem yang berbasis komputer yang
berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan. ditujukan untuk membantu pengambil keputusan
Permasalahan yang akan dibahas dalam dalam memanfaatkan data dan model tertentu untuk
penelitian ini adalah bagaimana memilih Lokasi memecahkan berbagai persoalan yang tidak
Industri yang tepat menggunakan metode Analytical terstuktur. (Dewanto, 2015).
Hierarchy Process (AHP). Tujuan dari penelitian ini Pada dasarnnya untuk membangun SPK
adalah merancang sistem pendukung keputusan dikenal ada 7 tahapan yaitu perencanaan berupa
yang dapat membantu dalam pemilihan Lokasi perumusan masalah serta penentuan tujuan
Home Industri di Daerah Pringsewu menggunakan dibangunnya SPK, penelitian brupa pencarian data
metode Analytical Hierarchy Process (AHP). serta sumber daya yang tersedia, analisis brupa
(Aceng, 2015) penentuan teknik pendekatan yang akan dilakukan
Penggunaan teknologi Analytical Hierarchy serta sumber daya yang dibutuhkan, perancangan
Process (AHP) telah cukup meluas diberbagai berupa subsistem (basis data, model, dialog),
bidang industri.Selainitu metode Analytical konstruksi berupa kelanjutan dari perancangan
Hierarchy Process (AHP) dapat pula diterapkan (penggabungan ketiga subsistem), implementasi
untuk penentuan lokasi industri, lokasi mana yang berupa penerapan SPK yang dibangun,
layak dan patut yang dipilih.Analytical Hierarchy pemeliharaan berupa tahap untuk mempertahankan
Process (AHP) merupakan proses dalam keadaan sistem, dan yang terakhir adalah adaptasi
pengambilan keputusandengan menggunakan berupa pengulangan terhadap tahapan di atas.
perbandingan berpasangan (Pairwise Comparisons)
untuk menjelaskan factor evaluasi dan faktor bobot 2.2 Analitical Hierarchy Process (AHP)
dalam kondisi multi faktor. Metode AHP banyak
digunakan dimana ketika sipengambil keputusan Analitical Hierarchy Process (AHP)
merasa kesulitan dalam membuat bobot setiap factor merupakan suatu metode yang digunakan dalam
tersebut.Pada penyelesaian kasus ini bagaimana proses pengambilan keputusan suatu masalah
menentukan home industri yang tapat. Metode AHP kompleks seperti masalah perencanaan, penentuan
akan digunakan untuk mempresentasikan penentuan alternatif, penyusunan prioritas, pemilihan
lokasi tersebut. (Ariani, F. 2017). kebijaksanaan, alokasi sumber, penentuan
kebutuhan, peramalan kebutuhan, perencanaan
1.2 Rumusan Masalah perfomance, optimasi dan pemecahan konflik.
(Afiyah, 2015)
Perumusan permasalahan dalam penelitian ini Metode AHP merupakan salah satu metode
adalah bagaimana membuat sistem pendukung pengambilan keputusan yang menggunakan faktor-
keputusan pemilihan lokasi home industri yang faktor logika, intuisi, pengalaman, pengetahuan,
sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan dengan emosi, dan rasa untuk dioptimasi dalam suatu proses
metode Analytical Hierarchy Process (AHP). yang sistematis, serta mampu membandingkan
secara berpasangan hal-hal yang tidak dapat diraba
1.3 Tujuan dan manfaat Penelitian maupun yang dapat diraba, data kuantitatif maupun
yang kualitatif. (Tadeusz, 2013)
Adapun tujuan dan manfaat penelitian ini Keuntungan dari metode AHP ini adalah pada
adalah memberikan rekomendasi pemilihan lokasi tahap akhir dapat ditarik suatu konsesus yang
home industry yang sesuai dengan kriteria yang merupakan gabungan pendapat dari seluruh pihak
telah ditentukan dengan metode Analytical yang dijadikan narasumber (expert). Adapun
Hierarchy Process (AHP). langkah-langkah metode AHP diantaranya :
1. Mendefinisikan permasalahan dan penentuan
2. Landasan Teori tujuan. Jika untuk memilih alternatif atau
menyusun prioritas alternatif, maka dilakukan
2.1 Sistem Pendukung Keputusan pengembangan alternatif.
2. Menyusun masalah ke dalam hierarki sehingga
Sistem Pendukung Keputusan (SPK) adalah permasalahan yang kompleks dapat ditinjau dari
sistem informasi interaktif yang menyediakan sisi yang detail dan terukur.
informasi, pemodelan dan pemanipulasian data. 3. Penyusunan prioritas untuk tiap elemen masalah
Sistem itu digunakan untuk membantu pengambilan pada hierarki dengan menghasilkan bobot setiap
keputusan dalam situasi yang semistruktur dan elemen.
situasi yang tidak terstruktur, dimana tak 4. Melakukan pengujian konsitensi terhadap
seorangpun tahu secara pasti bagaimana keputusan perbandingan antar elemen yang didapatkan
harusnya dibuat. pada setiap tingkat hierarki.
Sistem Pendukung Keputusan (SPK) /Decision
Support System (DSS) pertama kali diungkapkan

20
Expert – Jurnal Management Sistem Informasi dan Teknologi

2.3 Home Industri wawancara dengan pelaku usaha yaitu Dinas


Perindustrian Perdagangan dan Koperasi (Dinas
Secara harfiah, home berarti rumah, tempat Perindagkop), Dinas Pertanian dan Perkebunan,
tinggal, atau kampung halaman, sedangkan industry dan Bappeda Kabupaten Pringsewu. Selain itu,
dapat diartikan sebagai kerajinan, usaha produk terdapat data sekunder yang berupa data distrik
barang dan ataupun perusahaan (Khumalasari, yang ada di Kabupaten Pringsewu yang
2011). Singkatnya, Home Industry adalah rumah dijadikan daerah pengembangan pala papua.
usaha produk barang atau juga perusahaan kecil. 2. Penentuan lokasi industri potensial
Home Industry juga disebut dengan industri rumah Pada tahap ini dilakukan pemilihan lokasi
tangga karena termasuk dalam kategori usaha kecil agroindustri potensial untuk pengembangan pala
yang dikelola keluarga. (Khumalasari, 2011). papua dengan menggunakan metode Analytical
Berikut merupakan beberapa kriteria home Hierarchy Process (AHP) dengan cara
industry: wawancara dengan pelaku usaha dan dinas
a. Proses produksi terkait sebagai responden.
b. Teknologi yang digunakan 3. Perancangan sistem
c. Tenaga kerja Terdiri atas perancangan sistem manajemen
d. Lokasi usaha basis data, sistem manajemen basis model,
e. Kegiatan produksi. sistem pengolahan pusat, dan sistem dialognya.
4. Pemodelan sistem
Secara garis besar Sistem Penunjang Keputusan
2.4 Manfaat Home Industry
(SPK) yang akan dibuat terdiri atas dua
Dalam usaha sekala kecil, home industry komponen sistem, yaitu sistem manajemen basis
mempunyai manfaat dan peran diantaranya sebagai data yaitu sistem yang terdiri dari sekumpulan
berikut: data dan sistem manajemen basis model yaitu
a. Home Industry sebagai Alternatif Penghasilan sistem yang terdiri dari sekumpulan model.
bagi Keluarga Kegiatan ekonomi rumah tangga Sistem yang satu dapat berinteraksi secara timbal
ini membantu meningkatkan pendapatan balik dengan sitem lainnya melalui sistem
keluarga karena merupakan usaha sampingan pengolahan pusat. Pusat pengolahan sistem ini
yang tidak banyak menyita waktu. menerima sinyal dari sistem manajemen dialog
b. Home Industry berpeluang untuk Mengurangi yang bersifat interaktif dengan pengguna. Model
angka Kemiskinan Kegiatan ekonomi home yang digunakan pada tahapan ini adalah Model
industry secara tidak langsung membuka Perbandingan Eksponensial (MPE). Sistem akan
lapangan kerja bagi anggota keluarga ataupun menghitung dan menampilkan 3 lokasi
tetangga yang berada di sekitar tempat tinggal, agroindustri potensial dari data tahapan
oleh karena itu home industry dapat membantu sebelumnya yaitu tahap penentuan lokasi
mengurangi angka pengangguran dan agroindustri potensial dengan metode AHP.
kemiskinan. 5. Implementasi dan verifikasi
Hasil rancangan diimplementasikan ke dalam
3. Metode Penelitian suatu bentuk model paket program komputer.
Pengembangan model Sistem Penunjang
Keputusan (SPK) ini dilakukan menggunakan
3.1 Analytic Hirarchy Process (AHP)
perangkat lunak Visual Basic 6.0 untuk
pengembangan keseluruhan sistem.
Menurut Sutikno pada jurnal ilmu komputer
AHP adalah sebuah metode memecah permasalahan
3.2 Faktor Penentu Lokasi Industri
yang komplek dalam situasi yang tidak terstruktur
beberapa bagian. Mengatur bagian atau variabel ini Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam
menjadi suatu bentuk susunan hierarki, kemudian menentukan lokasi industri, di antaranya sebagai
memberikan nilai numerik untuk penilaian subyektif berikut.
terhadap kepentingan relatif dari setiap variabel dan a. Bahan Mentah (BM)
mensistensis penilaian untuk variabel mana yang Bahan mentah merupakan kebutuhan pokok
memiliki prioritas tertinggi yang akan yang harus dipenuhi dalam kegiatan industri,
mempengaruhi penyelesaian dari situasi tersebut. sehingga keberadaannya harus selalu tersedia
(Sutikno, 2010) dalam jumlah yang besar demi kelancaran dan
keberlanjutan proses produksi.
Adapun tahapan dari penelitian ini, diantaranya
b. Tenaga Kerja (TK)
adalah :
Tenaga kerja merupakan tulang punggung
1. Pengumpulan data
dalam menjaga kelancaran proses produksi,
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini
baik jumlah maupun keahliannya. Adakalanya
adalah data primer untuk penentuan lokasi
agroindustri yang diperoleh dengan cara

21
Expert – Jurnal Management Sistem Informasi dan Teknologi

suatu industri membutuhkan tenaga kerja yang


banyak, walaupun kurang berpendidikan.
c. Sumber Energi (SE)
industri sangat membutuhkan energi untuk
menggerakkan mesin- mesin produksi,
misalnya: kayu bakar, batubara, listrik, minyak
bumi, gas alam, dan tenaga atom/nuklir. Gambar 1. Segitiga Weber
d. Transportasi (T)
Kegiatan industri harus ditunjang oleh Segitiga Weber dalam menentukan lokasi industri
kemudahan sarana transportasi dan
perhubungan. Hal ini untuk melancarkan Keterangan:
pasokan bahan baku dan menjamin distribusi M = pasar P = lokasi biaya terendah.
pemasaran produk yang dihasilkan. R1, R2 = bahan baku
e. Pasar (P) (a) : apabila biaya angkut hanya didasarkan pada
Pasar sebagai komponen yang sangat penting jarak.
dalam mempertimbangkan lokasi industri, (b) : apabila biaya angkut bahan baku lebih mahal
sebab pasar sebagai sarana untuk memasarkan dari pada hasil industri.
atau menjual produk yang dihasilkan. (c) : apabila biaya angkut bahan baku lebih murah
f. Teknologi (T) dari pada hasil industri.
Penggunaan teknologi yang kurang tepat dapat
menghambat jalannya suatu kegiatan industri. 3.3 Fokus Penelitian
Penggunaan teknologi yang disarankan untuk
pengembangan industri pada masa mendatang 1. Aspek Bahan Baku
adalah industri yang: memiliki tingkat a. Jenis bahan baku
pencemaran (air, udara, dan kebisingan) yang b. Jumlah dan kualitas bahan baku
rendah, hemat air, hemat bahan baku, dan c. Potensi bahan baku dimasa akan
memiliki nilai ekonomis yang tinggi. datang
g. Kondisi Lingkungan (KL) 2. Aspek Tenaga Kerja
Faktor lingkungan yang dimaksud ialah segala a. Ketersediaan tenaga kerja
sesuatu yang ada di sekitarnya yang dapat b. Kualitas tenaga kerja
menunjang kelancaran produksi. Suatu lokasi 3. Aspek Sumber Energi
industri yang kurang mendukung, seperti a. Tersedianya sumber energi yang
keamanan dan ketertiban, jarak ke pemukiman, cukup
struktur batuan yang tidak stabil, iklim yang b. Tidak tersedia
kurang cocok, terbatasnya sumber air, dan lain- 4. Aspek Transportasi
lain, hal ini dapat menghambat a. Terjangkaunya dalam mendirikan
keberlangsungan kegiatan industri. sebuah industri
b. Mudahnya untuk dijangkau konsumen
5. Aspek Pasar
Faktor-faktor penentu lokasi industri tersebut a. Mengetahui akan permintaan pasar
dianalisa dengan teori lokasi industri klasik, yaitu b. Mengetahui akan pesaing yang ada
teori Weber. Teori yang menyebutkan bahwa lokasi c. Strategis dan berbaur pasar
industri sebaiknya diletakkan di tempat yang 6. Aspek Teknologi
memiliki biaya yang paling minimal. Menurut teori a. Kualitas teknologi yang digunakan
Weber pemilihan lokasi industri didasarkan atas b. Ketahanan teknologi yang digunakan
prinsip minimisasi biaya. Weber menyatakan bahwa 7. Kondisi Lingkungan
lokasi setiap industri tergantung pada total biaya a. Tingakat padatnya penduduk
transportasi dan tenaga kerja dimana penjumlahan b. Tingkat keamanan dan ketertiban
keduanya harus minimum. Tempat dimana total
biaya transportasi dan tenaga kerja yang minimum Dalam menyelesaikan permasalahan
adalh identik dengan tingkat keuntungan yang dengan AHP ada beberapa prinsip yang
maksimum. Dalam menjelaskan keterkaitan biaya harusdipahami, diantaranya adalah:
transportasi dan bahan baku, Weber menggunakan
konsep segitiga lokasi atau locational triangle untuk 1. Membuat Hirarki
memperoleh lokasi optimum yang menunjukkan Sistem yang kompleks bisa di pahami dengan
apakah lokasi optimum tersebut lebih dekat ke memecahnya menjadi elemen-elemen
lokasi bahan baku atau pasar. pendukung, menyusun elemen secara hirarki,
Berdasarkan asumsi tersebut di atas, dan menggabungkan nya atau mensintesisnya.
penggunaan teori Weber tampak seperti pada
gambar berikut ini. Tabel 1. Daftar Index Random Consistency

22
Expert – Jurnal Management Sistem Informasi dan Teknologi

antar objek yang didasarkan pada kriteria


Ukuran Nilai IR tertentu (Kusrini, 2007).
Matriks
1 0,0
2 0,5 3.4 Kerangka Fikir Penelitian
3 0,58
4 0,90 Sistem pendukung keputusan penentuan lokasi
5 1,12 industri di Kabupaten Pringsewu digunakan 7 faktor
6 1,24 kriteria yaitu Bahan Mentah (BM), TenagaKerja
7 1,321 (TK), Sumber Energi (SE), Transportasi (TP), Pasar
(P), Teknologi (T), Kondisi Lingkungan (KL).
2. Penilaian Kriteria Dan Alternatif Sedangkan untuk alternatifnya lokasi yang akan
Kriteria dan alternatif dilakukan dengan diseleksi untuk dijadikan tempat dibangunya sebuah
perbandingan berpasangan. Untuk berbagai industri. Hierarki seperti ditunjukkan Gambar 2.
persoalan, skala 1 sampai 9 adalah skala
terbaik untuk mengekspresikan pendapat. Nilai
dan definisi pendapat kualitatif dari skala
perbandingan Saaty bisa diukur menggunakan
tabel analisis. (Saaty,2008)

Tabel 2. Penilaian Kriteria Dan Alternatif

Intensitas Gambar 2. Hirarki lokasi industri


Keterangan
Kepentingan
1 Kedua elemen sama pentingnya. Pada gambar 2 menunjukkan hierarki seleksi
Elemen yang satu sedikit lebih lokasi industri yang berisi alternative- alternatif
3 penting daripadaelemen yang akan dibandingkan satu sama lain dengan
yanglainnya. kriterianya. Proses pembandingan nilai tersebut
Elemen yang satu lebih penting adalah proses pembobotan alternatif untuk
5 mendapatkan potensial atau rangking dari setiap
daripada elemen lainnya.
Satu elemen jelas lebih mutlak alternatifnya.
7 penting daripada elemen
lainnya. Dari kesembilan kriteria perlu ditentukan tingkat
kepentingannya. Hal ini dapat dilakukan dengan
Satu elemen mutlak penting dari
9 berbagai cara, seperti :
pada elemen lainnya.
Nilai-nilai antara dua nilai a. Menentukan bobot secara seimbang
2,4,6,8
pertimbangan yang berdekatan. b. Membuat skala interval untuk menentukan
Jika aktifitas i mendapat satu rangking setiap Kriteria.
angka dibandingkan c. Menggunakan prinsip kerja AHP, yaitu
Kebalikan denganaktifitas j, maka j perbandingan berpasangan (pairwise
memilki nilaikebalikannya comparisions), tingkat kepentingan
dibandingkan (importance) suatu kriteria relative terhadap
kriteria lain dapat dinyatakan dengan jelas.
3. Menentukan Prioritas (Synthesis Of Priority)
Untuk setiap kriteria dan alternatif, perlu Dalam tulisan ini digunakan cara yang kedua
dilakukan perbandingan berpasangan yaitu menetukan bobot dengan prinsip AHP. Nilai
(pairwisecomparison).Nilai-nilai perbandingan perbandingan bobot mengacu pada prosedur dalam
relatif dari seluruh alternatif kriteria bisa menggunakan metode AHP.
disesuaikandengan keputusan yang telah
ditentukan untuk menghasilan bobot dan 4. Hasil dan Pembahasan
prioritas. Bobot danprioritas dihitung dengan
memanipulasi matriks atau melalui penyelesaian 4.1 Perancangan Sistem
persamaan matematika.
Setelah pembuatan struktur Hirarki AHP,
selanjutnya Tahap pembuatan aplikasi ini adalah
4. Konsistensi Logis (Logical Consistency) menghitung pembobotan alternatif yang dilakukan
Konsistensi memiliki dua makna. Pertama, dengan cara menyusun matriks berpasangan untuk
objek-objek yang serupa bisa alternatif-alternatif bagi setiap kriteria. Pembobotan
dikelompokkansesuai dengan keseragaman dan alternatif untuk kriteria. Masukkan data nilai dari
relevansi. Kedua, menyangkut tingkat hubungan

23
Expert – Jurnal Management Sistem Informasi dan Teknologi

setiap kriteria-kriteria penentu yang


direkomendasikan dalam bentuk matriks
berpasangan.

Tabel 3. Kriteria

Kode Keterangan
CI Bahan Baku
C2 Tenaga Kerja
C3 Sumber Energi
C4 Transportasi
C5 Pasar Setelah diketahui nilai bobot dari setiap kriteria
C6 Teknologi maka dapat diketahui dimana letak lokasi industri
C7 Kondisi Lingkungan yang potensial dibuat lah tabel prioritas yang
memuat data prioritas alternatif berdasarkan kriteria
masing-masing. Seperti Tabel 6
4.2 Matrik Perbandingan Antar Kriteria
Tabel 6. Hasil Prioritas lokasi industri
Membandingkan data antar kriteria dalam bentuk
matrik berpasangan dengan menggunakan skala No.
Prioritas
Bobot Rangking
intensitas kepentingan AHP. Proses ini dilakukan Industri
untuk mengetahui nilaikonsistensi rasio 1. PGL 0,1390 III
perbandingan (CR). Dimana syarat konsistensi harus 2. PGLU 0,230 X
kecil dari 10 % atau CR<0.1 Sebelum menetukan 3. BYM 0,550 VII
matrik perbandingan berpasangan anatar kriteria, 4. SKJ 0,1110 V
terlebih dahulu ditentukan intensitas kepentingan 5. ADL 0,510 VIII
dari masing-masing kriteria. Fungsi menetukan 6. PSW 0,1640 I
intensitas kepentingan masing-masing kriteria 7. GDR 0,1590 II
adalah menghindari CR > 0.1 atau tidak konsisten. 8. PDS 0,1150 IV
9. AMB 0,830 VI
Tabel 4. Matrik Perbandingan
Berpasangan Antar Kriteria Berdasarkan dari hasil perhitungan prioritas
global di atas, dapat dihasilkan rangking dari setiap
kriteriake sembilan kriteria tersebut yaitu Pringsewu
menempati urutan pertama dengan nilai bobot
0,1640. Urutan kedua Gading Rejo dengan nilai
bobot 0,1590. Kemudian untuk ketiga Pegelaran
dengan nilai bobot 0,1390. Kemudian untuk
keempat Pardasukadengan nilai bobot 0,1150.
Kemudian untuk kelima Sukoharjo dengan nilai
bobot 0,1110. Kemudian untuk keenam Ambarawa
dengan nilai bobot 0,830. Kemudian untuk ketujuh
Banyumas dengan nilai bobot 0,550. Kemudian
Setelah diinputkan data kedalam Tabel berpasangan, untuk kedelapan Adiluwih dengan nilai bobot 0,550
maka akan dilakukan penjumlahantiap kolom. dan kemudian untuk yang kesembilan Pagelaran
Hasilnya pada Tabel 4 yang menggunakan 1 digit Utara dengan nilai bobot 0,230.
dibelakang koma. Hasilpenjumlahan matrik
perbandingan didapat dari penjumlahan tiap kolom
untuk tiap kriteria makaakan didapatkan jumlah tiap
kolom.

Tabel 5. Hasil Perbandingan Berpasangan

24
Expert – Jurnal Management Sistem Informasi dan Teknologi

4.3 Implementasi perangkat hukum, kondisi lingkungan dan yang


terakhir adalah analisa dari seluruh faktor yang telah
dimasukan dari setiap kriteria.

Gambar 3. Form Utama


Gambar 6. Form Hasil
Pada Gambar 3. merupakan form untuk
masuk didalam penentuan lokasi industri di Pada Gambar 6. merupakan Hasil analisa sistem
Pringsewu. yang berisikan nilai bobot dari masing-masing
kriteria dari setiap alternatif prioritas yang
dikedoken dengan (I) yaitu peringkat pertama, (II)
peringkat ke dua, (III) peringkat ketiga, (IV)
perigkat ke empat, (V) peringkat ke lima, (VI)
peringkat ke enam (VII), peringkat ketujuh, (VIII)
peringkat kedelapan, dan (X) peringkat kesembilan
dan ditunjukan dengan hasil peta Kabupaten
Pringsewu.

5. Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan dan saran


Gambar 4. Form kedua sitem Kesimpulan dari hasil penelitian di atas adalah
sebagai berikut :
1. Dari hasil penelitian diatas pengujian terhadap
Pada Gambar 4. merupakan form login sistem atau sistem yang dikembangkan menggunakan
tahap sebelum memasuki prosesnya sistem. model AHP dapat disimpulkan bahwa sistem
telah berjalan dengan benar, sehingga sistem
ini dapat digunakan untuk menentukan sebuah
lokasi industri khususnya di Kabupaten
Pringsewu.
2. Sistem Pengambialan Keputusan Penentuan
Lokasi Home Industri Di Daerah Pringseu
dengan Metode AHP, pada penelitian ini
menggunakan delapan faktor penentu lokasi
industri yang mungkin dapat membantu
bagaimana cara menentukan lokasi industri
yang spesifik mungkin.

5.2 Saran

Adapun saran yang ingin disampaikan penulis


terhadap penelitian ini adalah :
Gambar 5. Form prosesnya sistem 1. Memasukan kode lokasi, sehingga pengguna
sistem dapat melihat lokasi industri yang telah
Pada Gambar 5. merupakan form proses
di rekomendasikan sistem
yang terdiri dari beberapa proses seperti kode
2. Karena sistem ini merupakan sistem
kecamatan, kecamatan, bahan mentah, tenaga kerja,
pendukung keputusan untuk menentukan
sumber energi, transportasi, pasar, teknologi,

25
Expert – Jurnal Management Sistem Informasi dan Teknologi

lokasi industri, keputusan paling akhir terletak [6] Khumalasari, 2011. “Home Industri”,
pada keputusan pengguna sistem itu sendiri diakses pada tanggal 3 Februari 2015 dari
https://arumdyankhumalasari.wordpress.co
m /2011/04/16/home-industri/
Daftar Putaka [7] Kusrini. 2007. Konsep dan Aplikasi Sistem
Pendukung Keputusan. Yogyakarta : Andy
Offset.
[1] Abidatul Afiyah, Muhammad Saifi, [8] Pawel Tadeusz and Kazibudzki1 2013.On
Dwiatmanto. 2015. Analisis Studi Kelayakan Some Discoveries in the Field of Scientific
Usaha Pendirian Home Industry (Studi Methods for Management within the Concept
Kasus pada Home Industry Cokelat “Cozy” of Analytic Hierarchy Process. International
Kademangan Blitar) Malang : Fakultas Ilmu Journal of Business and Management; Vol. 8,
Administrasi Universitas Brawijaya No. 8; 2013 ISSN 1833-3850 E-ISSN 1833-
[2] Aceng Kurniawan dan Murtiningrum . 2015. 8119
Penentuan Lokasi Industri Pala Papua [9] Saaty, T.L.2008. Multicriteria Decision
Berdasarkan Proses Analitik Hierarki Making: The Analytic Hierarqhy Process.
[Analytic Hierarchy Process] dan Aplikasi University ofPittsburgh, RWS Publication,
Sistem Penunjang Keputusan [SPK] Di Pittsburgh
Kabupaten Fakfak Surabaya : Institut [10] Sandi Rais 2016, “Sistem Pendukung
Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Keputusan Untuk Pemilihan Lokasi
[3] Ariani, F. 2017. Sistem Pendukung Perumahan Menggunakan Analytical
Keputusan Berbasis Analytical Hierarkhi Hierarchy Process (AHP)” Pekanbaru:
Process Untuk Penentuan Pengisian Jabatan. Manajemen Informatika AMIK Mahaputra
Jurnal Manajemen Sistem Informasi dan Riau.
Teknologi Volume 07, Nomor 02 edisi [11] Sutikno, 2010. "Sistem Pendukung
Desember. Keputusan Metode AHP untuk Pemilihan
[4] Badan pusat Statistik, 2015 Siswa dalam Mengikuti Olimpiade Sains di
[5] Dewanto. 2015. Analisis Pengaruh Kualitas Sekolah Menengah Atas," in Prosiding
Pelayanan Dan Kepuasan Pelanggan Seminar Nasional Ilmu Komputer
Terhadap Loyalitas Pelanggan (Studi Pada Universitas Diponegoro pp.183-192. ,
Rumah Teh “Ndoro Donker”. Naskah Semarang, 2010.
Publikasi. Surakarta: Fakultas Ekonomi dan [12] UU no.3, 2015”Perindutrian”.
Bisnis Universitas Muhamamdiyah
Surakarta.

26

Anda mungkin juga menyukai