Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM

SISTEM PRODUKSI

ACARA 2.
PENENTUAN LOKASI AGROINDUSTRI

Ryanda Iqbaldi
201710301081

Asisten Praktikum:
1. Muhammad Rifqy Haidar
2. Lituhayu Supartiningrum
3. Deden Firmansyah
4. Moh. Iqbal Kautsaralim S.
5. Laila Adhani Putri M.

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2022
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam pendirian sebuah industri tidak lepas dari pertimbangan penentuan


lokasi sebelum industri tersebut didirikan. Untuk menentukan lokasi pendirian
suatu pabrik, perlu diperhatikan beberapa pertimbangan yang menentukan
keberhasilan dan kelangsungan kegiatan industri pabrik tersebut baik produksi
maupun distribusinya. Oleh karena itu pemilihan lokasi pabrik harus memiliki
pertimbangan tentang biaya distribusi dan biaya produksi yang minimum agar
pabrik dapat terus beroperasi dengan keuntungan yang maksimal.

Ada beberapa kriteria yang harus diperhatikan saat akan menentukan lokasi
pabrik, agar kelangsungan industri kedepannya semakin maju dan meminimalkan
permasalahan dimasa depan. Dengan mengetahui prosentase prioritas kriteria
yang harus diutamakan dalam pemilihan lokasi pabrik, diharapkan para pengusaha
akan lebih mudah saat menentukan lokasi mana yang cocok untuk mendirikan
pabrik mereka. Baru-baru ini telah banyak penelitian yang dilakukan mengenai
penentuan skala prioritas dengan metode Analitycal Hierarchy Process (AHP),
sebagai sebuah metode yang diperlukan agar dapat menampung semua aspek.
Selanjutnya diharapkan dapat disusun urutan kriteria yang sesuai kebutuhan.
Dengan beberapa kelebihan AHP sebagai penentu prioritas kriteria maka
penelitian ini menerapkan AHP sebagai penentuan prioritas kriteria lokasi pabrik

1.2 Tujuan

Adapun Tujuan dalam praktikum ini yaitu Untuk mengetahui dan menentukan
alternatif terbaik dalam pemilihan pendirian lokasi industri menggunakan metode
Analytical Hierarchy Process (AHP).
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Industri

Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau
barang setengah jadi menjadi barang jadi barang jadi yang memiliki nilai tambah
untuk mendapatkan keuntungan. Usaha perakitan atau assembling dan juga
reparasi adalah bagian dari industri. Hasil industri tidak hanya berupa barang,
tetapi juga dalam bentuk jasa.
Industri merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kesejateraan
penduduk. Selain itu industrialisasi juga tidak terlepas dari usaha untuk
meningkatkan mutu sumberdaya manusia dan kemampuan untuk memanfaatkan
sumber daya alam secara optimal. UU Perindustrian No 5 Tahun 1984, industri
adalah kegiatan ekonomi yang mengelola bahan mentah, bahan baku, barang
setengah jadi, dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi
untuk penggunaanya termasuk kegiatan rancangan bangun dan perekayasaan
industri. Dari sudut pandang geografi, Industri sebagai suatu sistem, merupakan
perpaduan sub sistem fisis dan sub system manusia (Sumaatmaja, 2011).

2.2 Teori Pemilihan lokasi industri

Alfred Weber (2013), memiliki teori yang  menyebutkan bahwa lokasi


industri sebaiknya diletakkan di tempat yang memiliki biaya yang paling minimal.
Menurut teori Weber pemilihan lokasi industri didasarkan atas prinsip minimisasi
biaya. Weber menyatakan bahwa lokasi setiap industri tergantung pada total biaya
transportasi dan tenaga kerja di mana penjumlahan keduanya harus minimum.
Tempat dimana total biaya transportasi dan tenaga kerja yang minimum adalah
identik dengan tingkat keuntungan yang maksimum.  Dalam menjelaskan
keterkaitan biaya transportasi dan bahan baku Weber menggunakan konsep
segitiga lokasi atau locational triangle untuk memperoleh lokasi optimum yang
menunjukkan apakah lokasi optimum tersebut lebih dekat ke lokasi bahan baku
atau pasar.
Teori ini dipublikasikan pertama kali dalam buku yang berjudul Economic
Location pada tahun 1954. Losch berpendapat ada 2 prinsip sebagai batasan bagi
pengambilan keputusan memilih suatu lokasi industri, yaitu :
a. Rasio antara berat bahan baku dengan produk akhir, baik ongkos
pengangkutan maupun ongkos produksi. Tempat yang memberikan ongkos
paling kecil merupakan lokasi yang dipilih sebagai lokasi industri
b. Besar kecilnya penjualan hasil perusahaan di suatu tempat tergantung
pada jumlah pembeli dan kemampuan ekonominya. Jumlah penduduk dan
tingkat pendapatan setiap daerah merupakan penentu untuk memilih lokasi
industri. Prinsip-prinsip inilah yang menyebabkan industri cenderung
beraglomerasi).

2.3 Faktor yang mempengaruhi lokasi industri

Ada banyak faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi.
Menurut Fandy Tjiptono (2017) pemilihan tempat/lokasi fisik memerlukan
pertimbangan cermat terhadap faktor-faktor berikut:
1. Akses, misalnya lokasi yang dilalui atau mudah di jangkau sarana
transportasi umum.
2. Visibilitas, yaitu lokasi atau tempat yang dapat dilihat dengan jelas dari
jarak pandang normal.
3. Lalu lintas (traffic), menyangkut dua pertimbangan utama:
a. Banyaknya orang yang lalu-lalang bisa memberikan peluang besar
terhadap terjadinya buying, yaitu keputusan pembelian yang sering
terjadi spontan, tanpa perencanaan, dan atau tanpa melalui usaha-usaha
khusus.
b. Kepadatan dan kemacetan lalu lintas bisa juga jadi hambatan.
4. Tempat parkir yang luas, nyaman, dan aman, baik untuk kendaraan roda
dua maupun roda empat.
5. Ekspansi, yaitu tersedianya tempat yang cukup luas apabila ada perluasan
di kemudian hari.

2.4 Metode AHP

AHP (Analytical HierarchyProcess) adalah salah satu metode dalam sistem


pengambilan keputusan yang menggunakan beberapa variabel dengan proses
analisis bertingkat. Analisis dilakukan dengan memberi nilai prioritas dari tiap-
tiap variabel, kemudian melakukan perbandingan berpasangan dari variabel-
variabel dan altematif-alternatif yang ada.

AHP yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, dapat memecahkan masalah


yang kompleks dimana aspek atau kriteria yang diambil cukup banyak. Ini
disebabkan oleh struktur masalah yang belum jelas ketidakpastian persepsi
pengambil keputusan serta data statistik yang tidak ada sama sekali.
Menurut Yahya (2014) kelebihan AHP dibandingkan dengan yang lainnya adalah:
1. Struktur yang berhirarki, sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih.
2. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi
berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh para pengambil
keputusan.
3. Memperhitungkan daya tahan atau ketahanan output analisis sensitivitas
pengambilan keputusan.

2.5 Gambaran umum jenis industri yang terpilih

Seiring dengan perkembangan wilayah dan penduduk yang sangat pesat,


maka dibutuhkan sebuah perubahan struktur ekonomi dari sektor primer menuju
sektor sekunder. Sektor sekunder atau industri ini juga perlu dikembangkan di
Kabupaten Lamongan. Mengingat produksi Sorgum sebagai salah satu produksi
pertanian ketiga terbesar di Kabupaten Lamongan sehingga industri pengolahan
Sorgum sangat berpotensi untuk dikembangkan di wilayah ini. permasalahan yang
ada di wilayah studi ini adalah perekonomian petani sorgum tidak meningkat
walaupun potensi sorgum di Lamongan besar maka perlu adanya pembangunan
industri pengolahan sorgum untuk meningkatkan perekonomian petani sorgum.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui alternatif lokasi industri pengolahan
Sorgum di Kabupaten Lamongan. Studi ini menentukan lokasi industri
pengolahan Sorgum yang sesuai dan layak berdasarkan kriteria-kriteria penentuan
lokasi industri pengolahan Sorgum. Alat analisis LQ digunakan untuk
mengidentifikasi kecamatan basis Sorgum sehingga nantinya didapatkan beberapa
kecamatan yang memiliki LQ Sorgum ≥ 1. Alat analisis deskriptif dengan metode
komparatif untuk menilai kontinuitas komoditas sehingga nantinya didapatkan
beberapa kecamatan yang memiliki beberapa kontinuitas. Alat analisis AHP untuk
mendapatkan bobot faktor dan sub-faktor dan alat analisis Weighted Overlay pada
ArcGIS 10.1 untuk mengidentifikasi lokasi industri pengolahan tanaman Sorgum
yang sesuai. Hasil dari penelitian ini adalah kecamatan yang berpotensi untuk
lokasi industri pengolahan Sorgum di Kabupaten Lamongan. Akhirnya didapatkan
4 kecamatan yang layak untuk dijadikan alternatif lokasi industry pengolahan
sorgum di Kabupaten Lamongan.
BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Adapun waktu dan tempat yang digunakan dalam praktikum Sistem produksi
acara 2 ini di Gedung A Ruang 14 Fakultas Teknologi Pertanian Universitas
Jember pada Pukul 09.40 WIB.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

- Software Expert Choice 11

3.2.2 Bahan

- Data

3.3 Prosedur Kerja

1. Setiap kelompok menentukan jenis industri yang akan diaplikasikan


2. Mencari referensi jurnal, artikel, ataupun bahan bacaan lain yang relevan
dengan topik acara penentuan lokasi
3. Mempersiapkan alat dan bahan serta referensi jurnal, artikel, ataupun bahan
bacaan yang lain
4. Simulasi data ke software Expert Choice 11
Adapun langkah-langkah pengolahan data tersebut sebagai berikut:
 Buka aplikasi -> pilih new file dan beri nama file tersebut sesuai goals
 Input data kriteria Untuk menambahkan altenatif lokasi klik icon pada
kanan diatas pada menu EC
 Klik Menu edit dan Add N participants untuk menambahkan jumlah
responden. Ubah partisipan menjadi nama responden sesuai jumlah data
kemudian save dan beri nama kuesioner
 Klik icon 3:1 yang bertuliskan “Pairwise Numerical Comparisons”
 Input data penilaian kriteria perbandingan
 Input data penilaian perbandingan alternatif pada masing-masing kriteria
(nilai hitam menujukkan alternatif A lebih penting dari B dan nilai merah
menunjukkan sebaliknya)
 Hasil konsistensi alternatif dapat dilihat pada menu Pairwise
Comparisons
 Untuk menampilkan struktur hirarki klik menu view-> hierarchy view
 Untuk menampilkan grafik sensitivitas dan hasil persentase pada setiap
perbandingan kriteria dan alternatif klik menu Sensitivity Graphs
BAB 4. PEMBAHASAN

4.1 Data Pendukung Industri Terpilih

Kawasan pertanian yang terdapat di Kabupaten Lamongan secara keseluruhan


seluas 166,981 Ha dengan rincian: Pertanisan sawah seluas 84,522 Ha dan non
sawah seluas 82.459 Ha. Dimana untuk kawasan jenis ini keberadaannya tersebar
di seluruh kecamatan di Kabupaten Lamongan. Kondisi tersebut menggambarkan
bahwa kawasan ini mampu menciptakan swasembada pangan terutama melalui
program-program yang ada yaitu melalui ekstensifikasi, intensifikasi, diversifikasi
serta rehabilitasi dan tidak menutup kemungkinan pembukaan lahan-lahan baru
yang diperuntukkan bagi pertanian daerah.

Tabel 4.1 Tabel Data Pendukung untuk Penentuan Lokasi pada Tiap Kecamatan
Mantup Ngimbang Paciran Sugio
Bahan Baku
6165 Ha 7483 Ha 889 Ha 13348 Ha
(Luas Panen)
Pasar 20 km 40 km 25 km 35 km
Tenaga Kerja D4 D3 SMA/SMK S1
Traktor, Cangkul, Traktor,
Fasilitas
Mesin Mesin Traktor Mesin
Pendukung
Pemipil Pemipil Perontok
Infrastruktur
(Kondisi Berpasir Berbatu Aspal Aspal
Jalan)
Komoditas
Jagung Jagung Palawija Padi
Unggulan
Kondisi Miring
Datar Berbatu Miring Datar Berair
Lahan Berbatu
Rencana Tata Kawasan Kawasan Kawasan Kawasan
Ruang Pertanian Industri Perkebunan Pertanian
Dari data pendukung diatas bahwa terdapat 8 kriteria yang harus dimiliki
oleh lokasi industri tersebut. Data pendukung tersebut digunakan sebagai tolak
ukur pemilihan lokasi padi di kabupaten lamongan ini. Dengan adanya hal
tersebut perusahaan dapat menghemat dan meminimalisir modal awal yang
dikeluarkan untuk memperoleh lokasi yang sesuai kriteria yang diinginkan.
Berdasarkan data pendukung diatas daerah Kecamatan Sugio yang berpotensi
besar untuk dijadikan lokasi Industri berbasis padi.

4.2 Langkah-Langkah Penentuan Lokasi Industri

Dalam menentukan keputusan pemilihan lokasi industri berbasis jagung ini ini
dapat menggunakan aplikasi Expert Choice (EC) untuk mennetukkan lokasi
tersebut. Secara lebih jelas langkah dalam mencari solusi pemilihan lokasi industri
ini dapat dilihat pada langkah-langkah dibawah ini.

4.2.1 Membuka Aplikasi Expert Choice dan Create New Model


Gambar 4.1 Membuka Aplikasi Expert Choice dan Create New Model
4.2.2 Penyimpanan File
Gambar 4.2 Penyimpanan File dan Pemberian Nama File

4.2.3 Penentuan Goal Description


Gambar 4.3 Pemberian Nama Goal Descrip

Pada tahap ini adalah melakukan pemgisian Goal pada piliham menu
Expert Choice dengan Goal Penentuan Lokasi Agroindustri Padi di Kabupaten
Lamongan.
Gambar 4.4 Input Faktor – Faktor Penentuan Lokasi pada Goal Description

Langkah yang kedua yaitu menambahkan kriteria, dimana dalam


praktikum ini digunakan 8 kriteria yaitu Bahan baku, Pasar, Tenaga Kerja,
Fasilitas Pendukung, Infrastruktur, Komoditas Unggulan, Kondisi lahan, rencana
Tata Ruang. Dalam menambahkan kriteria ini dapat memilih menu edit kemudian
pilih Insert Child of Current Node.

4.2.4 Penentuan Lokasi Alternatif


Gambar 4.4 Input Lokasi Alternatif Penentuan Lokasi Agroindustri

Langkah selanjutnya adalah menambahkan atribut lokasi atau alternatif,


dimana dalam praktikum ini digunakan untuk lokasi yang digunakan yaitu
Mantup, Ngimbang, Paciran, dan Sugio.
4.2.5 Penentuan Matriks Perbandingan Berpasangan Secara Umum
Gambar 4.4 Input Matriks Perbandingan Berpasangan Secara Umum

Langkah selanjutnya yaitu pengisian kolom kriteria berdasarkan tingkat


kepentingan. Pengisian kolom kriteria ini diisi berdasarkan data Kuisioner Pada
jurnal. Pengisiannya dengan cara klik goal dan pilih 3 : 1 yang selanjutnya akan
muncul kolom seperti gambar diatas. Selanjutnya dapat mengisi angka sesuai
tingkat kepentingan dengan cara menggeser panah sesuai dengan tingkat
kepentingan.

4.2.6 Pentuan Matriks Perbandingan Berpasangan Setiap Faktor


Langkah yang kelima yaitu dilakukan perbandingan lokasi pada setiap
kriteria berdasarkan tingkat kepentingan. Pengisisan tahap ini sama halnya dengan
tahap yang sebelumnya
4.2.6.1 Bahan Baku
Gambar 4.5 Input Matriks Perbandingan Berpasangan Faktor Bahan Baku
4.2.6.2 Pasar
Gambar 4.6 Input Matriks Perbandingan Berpasangan Faktor Pasar

4.2.6.3 Tenaga Kerja


Gambar 4.7 Input Matriks Perbandingan Berpasangan Faktor Tenaga Kerja

4.2.6.4 Fasilitas Pendukung


Gambar 4.8 Input Matriks Perbandingan Berpasangan Faktor Fasilitas
Pendukung

4.2.6.5 Infrastruktur
Gambar 4.9 Input Matriks Perbandingan Berpasangan Faktor Infrastruktur
4.2.6.6 Komoditas Unggulan
Gambar 4.10 Input Matriks Perbandingan Berpasangan Faktor Komoditas
Unggulan

4.2.6.7 Kondisi Lahan


Gambar 4.11 Input Matriks Perbandingan Berpasangan Faktor Lahan

4.2.6.8 Rencana Tata Ruang


Gambar 4.12 Input Matriks Perbandingan Berpasangan Faktor Rencana Tata
Ruang
4.3 Hasil Keputusan Analisa Penentuan Lokasi Industri

Berdasarkan hasil perhitungan Expert Choice diperoleh hasil keputusan


analisa penentuan industri, yaitu sebagai berikut:
Gambar 4.13 Performance Sensitivity

Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa lokasi yang dominan


terhadap kriteria yang telah ditentukan yaitu wilayah Sugio. Wilayah tersebut
sangat cocok untuk menjadi Lokasi Agroindustri Padi di Kabupaten Lamongan.
Untuk wilayah Paciran, Mantup dan Ngimbang dirasa kurang cocok untuk
menjadi Wilayah agroindustry padi di Kabupaten Lamongan karena komoditas
unggulan dari 3 kecamatan tersebut bukanlah padi.
Gambar 4.14 Gradient Sensitivity
Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa lokasi kecamatan Sugio
memiliki nilai gradient tertinggi, pada urutan kedua ada Kecamatan Ngimbang
dan diikuti oleh Kecamaran Mantup dan Kecamatan Paciran. Dari hasil gradient
tersebut dapat disimpulkan bahwa Lokasi Agroindustri padi yang cocok di
Kabupaten Lamongan adalah di Kecamatan Sugio karena dengan nilai gradient
tertinggi sekaligus dengan grafik yang landai keatas.

Gambar 4.15 Dinamic Sensitivity

Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa kriteria yang memiliki


pengaruh paling besar yaitu kondisi lahan sebesar 24,4%, selanjutnya ada
Infrastruktur sebesar 17,1%, selanjutnya ada Bahan baku sebesar 15,6%,
selanjutnya ada Pasar sebesar 10,7%, selanjutnya ada Tenaga kerja sebesar 10,5%,
Rencana tata ruang sebesar 9,9%, selanjutnya ada Komoditas unggulan sebesar
7,7% dan yang terakhir ada Fasilitas Pendukung sebesar 4,2%.
Berdasarkan gambar diatas yang dapat dilihat dibar chart sebelah kanan
wilayah Kecamatan Sugio memiliki pengaruh paling besar dengan memperoleh
nilai sesuai kriteria sebesar 40,5%, dengan itu membuat Kecamatan Sugio
menjadi Lokasi Agroindustri Padi di Kabupaten Lamongan dengan disusul oleh
Paciran sebesar 20,5%, Mantup sebesar 19,6%, dan Ngimbang sebesar 19,3%

Gambar 4.16 Head To Head Sensitivity pada Daerah Mantup dengan Ngimbang

Berdasarkan data yang dapat dilihat diatas bahwa dari segi bahan baku,
Fasilitas Pendukung, komoditas unggulan dan Kondisi lahan Kecamatan
Ngimbang lebih unggul dibandingkan dengan Kecamatan Mantup. Sedangkan
untuk Kecamatan Mantup sendiri lebih unggul pada Pasar, Tenaga Kerja,
Infrastruktur, dan Rencana tata letak dengan penilaian Overall untuk Kecamatan
Mantup lebih unggul dibandingkan dengan Kecamatan Ngimbang. Sehingga
untuk Kecamatan Mantup lebih direkomendasikan daripada Kecamatan
Ngimbang.

Gambar 4.17 Head To Head Sensitivity pada Daerah Mantup dengan Paciran
Berdasarkan data yang dapat dilihat diatas bahwa dari segi Bahan baku,
Pasar, Tenaga Kerja dan Fasilitas Pendukung Kecamatan Mantup lebih unggul
dibandingkan dengan Kecamatan Paciran. Sedangkan pada Kecamatan Paciran
sendiri lebih unggul pada Infrasrtuktur, Komoditas Unggulan, Kondisi lahan,
rencana tata letak. Dengan penilaian Overall Kecamatan Paciran lebih unggul
dibandingkan dengan kecamatan Mantup. Sehingga Kecamatan Paciran lebih
direkomendasikan.

Gambar 4.18 Head To Head Sensitivity pada Daerah Mantup dengan Sugio

Berdasarkan data yang dapat dilihat diatas terlihat jelas bahwa untuk
Kecamatan Mantup hanya unggul dalam segi pasar jika dibandingkan dengan
Kecamatan Sugio. Dimana untuk Kecamatan Sugio sendiri unggul dalam hal
Bahan Baku, Tenaga Kerja, Fasilitas Pendukung, Infrastruktur, Komoditas
unggulan, kondisi Lahan, dan Rencana Tata Letak. Dengan Penilaian tersebut
secara Overall untuk Kecamatan Sugio jauh lebih unggul dibandingkan dengan
Kecamatan Mantup sehingga dapat ditarik kesimpulan Lokasi yang
direkomendasikan sebagai Lokasi Agroindustri Padi di Kabupaten Lamongan
adalah Kecamatan Sugio karena berdasarkan Hasil Analisa Kecamatan Sugio
yang mejadi rekomendasinya.

BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Adapun Kesimpulan yang Bisa didapat pada Praktikum Sistem Produksi ini
adalah sebagai berikut:

1. Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa metode AHP


merupakan metode yang digunakan untuk mentukan lokasi industri dengan
membandingkan rasio pada setiap kriteria dan wilayah yang akan
digunakan
2. Berdasarkan Penjabaran dipembahasan dapat disimpulkan bahwa Hasil
Analisa menggunakan Metode AHP dengan menggunakan Software
Expert Choice pada penentuan Lokasi Agroindustri Padi di Kabupaten
Lamongan adalah pada Kecamatan Sugio.

5.2 Saran
Adapun Saran yang dapat saya diberikan untuk praktikum kedepannya yaitu
sebaiknya praktikum dilakukan secara full ofline semua agar praktikan dapat
mengetahui lebih jelas terkait materi yang disampaikan dengan jelas.

DAFTAR PUSTAKA

Nursid Sumaatmadja. (2011). Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisa


Keruangan. Bandung: alumni.
Weber, Alfred (2013) Theory of the Location of Industries. Chicago: The
University of Chicago Press.
Fandy Tjiptono and Gregorius Chandra. (2017). Service, Quality Satisfaction.
Andi Ofset. Yogyakarta.
Yahya (2014). Analisis kelebihan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP).
Jurnal Ilmiah Teknik Industri.
LEMBAR ACC

Anda mungkin juga menyukai