Anda di halaman 1dari 27

STUDI KELAYAKAN BISNIS

BITE ME UP

Disusun Oleh :

Rizky Fajar A 135030207111010


Thara Afifah 135030201111036
Audy Varadigna 135030201111153
Fajar Setiyo 135030207113033
Dwi Okta Roihanah 135030207111093

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kentang crispy adalah hidangan yang dibuat dari potongan-potongan kentang yang

digoreng dalam minyak goreng panas. Di dalam menu rumah-rumah makan, kentang crispy

atau lebih dikenal dengan kentang goreng yang dipotong panjang-panjang dan digoreng

dalam keadaan terendam di dalam minyak goreng panas disebut French fries.

Kentang crispy bisa dimakan begitu saja sebagai makanan ringan, atau sebagai

makanan pelengkap hidangan utama seperti beef steak, hamburger, fish and chips, dan

currywurst.

Kentang juga selain mengandung karbohidrat, kaya vitamin C. Hanya dengan makan

200 gram kentang, kebutuhan vitamin C sehari terpenuhi. Kalium yang dikandungnya juga

bisa mencegah hipertensi. Lebih dari itu, kentang dapat dibuat minuman yang berkhasiat

untuk mengurangi gangguan saat haid. Kentang merupakan lima kelompok besar makanan

pokok dunia selain gandum, jagung, beras, dan terigu. Bagian utama kentang yang menjadi

bahan makanan adalah umbi, yang merupakan sumber karbohidrat, mengandung vitamin dan

mineral cukup tinggi. Tanaman kentang (Solanum Tuberosum Linn) berasal dari daerah

subtropika, yaitu dataran tinggi Andes Amerika Utara.

Prospek usaha di dalam pembuatan kentang crispy cukup besar karena ini adalah

salah satu makanan cemilan yang banyak diminati oleh konsumen sehingga peluang

usahanya meluas. Dengan permintaan pasar yang cukup tinggi, ketersediaan bahan baku

yang melimpah serta cara pembuatan yang relatif mudah menjadikan usaha keripik kentang

ini layak dijadikan peluang usaha rumahan yang berprospek cerah.


1.2 Perumusan Masalah

1. Bagaimana kelayakan bisnis Bite Me Up ditinjau dari aspek pasar?

2. Bagaimana kelayakan bisnis Bite Me Up ditinjau dari aspek teknis?

3. Bagaimana kelayakan bisnis Bite Me Up ditinjau dari aspek manejemen?

4. Bagaimana kelayakan bisnis Bite Me Up ditinjau dari aspek sosial ekonomis?

5. Bagaimana kelayakan bisnis Bite Me Up ditinjau dari aspek keuangan?

1.3 Tujuan Studi Kelayakan

1. Menganalisis kelayakan bisnis Bite Me Up ditinjau dari aspek pasar.

2. Menganalisis kelayakan bisnis Bite Me Up ditinjau dari aspek teknis.

3. Menganalisis kelayakan bisnis Bite Me Up ditinjau dari aspek manajemen.

4. Menganalisis kelayakan bisnis Bite Me Up ditinjau dari aspek sosial ekonomis.

5. Menganalisis kelayakan bisnis Bite Me Up ditinjau dari aspek keuangan.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Aspek Pasar

Aspek pasar merupakan salah satu aspek yang berkenaan mengenai kondisi pasar dari

bidang usaha yang di jalankan, dan merupakan urutan pertama bila akan menyusun suatu

laporan Studi Kelayakan Bisnis. Oleh karena itu terdapat beberapa pernyataan yang

mendasar mengenai aspek pasar pada bisnis atau usaha yang akan di jalankan

a) Market potensial yang tersedia.

Untuk mengetahui berapa market potensial yang tersedia maka dapat

menggunakan informasi yang telah lalu, dengan kata lain sang pemilik usaha

sebelum membuka usahanya harus terlebih dahulu melakukan perbandingan

dengan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber yang berkaitan dengan

usaha yang akan akan di lakoninya.

b) Market share yang tersedia dari seluruh pasar potensial.

Untuk mengetahui ini maka dapat melakukan pengamatan siapa saja yang

bisa atau mungkin dapat membeli produk yang dihasilkan, dengan mengetahui

perbandingan yang ada di dalam market potensial.

c) Strategi pemasaran yang akan di gunakan.

Untuk melakukan strategi pemasaran dapat menggunakan strategi

Marketing Mix yang di titik beratkan kepada Product Life Cycle atau

keberlangsungan hidup produk yang di hasilkan, ini ditujukan karena bila

sebuah usaha sudah menjadi dominan maka tidak berarti tidak ada pesaing,

justru sebaliknya, pasti akan ada pesaing, dan kalau pesaing ini di biarkan
maka jika terdapat kesalahan dalam pemasokan dari perusahaan yang

dominan sempat mengalami keterlambatan atau hambatan, pangsa pasar yang

kecil itu akan di manfaatkan oleh pesaing sebagai senjata untuk merebut

market potensial dari usaha yang sudah dominan tersebut.

Data dan sumber data dari aspek pasar :

Permintaan masa lalu.

Penawaran produk sejenis masa lalu.

Import dan eksport untuk produk yang dihasilkan.

Struktur persaingan.

Motivasi, kebiasaan konsumen.

Sumber data sekunder.


2.2 Aspek Teknis

a) Penentuan lokasi usaha

Secara umum pertimbangan dalam menentukan letak suatu lokasi adalah sebagai berikut:

1. Jenis usaha yang dijalankan.

2. Apakah dekat pasar atau konsumen.

3. Apakah dekat dengan bahan baku.

4. Apakah tersedia tenaga kerja.

5. Tersedia sarana dan prasarana.

6. Apakah dekat dengan pusat pemerintahan.

7. Apakah dekat dengan lembaga keuangan.

8. Apakah berada didekat kawasan industri.

9. Kemudahan melakukan ekspansi.

10. Kondisi adat istiadat/ budaya/ sikap masyarakat setempat.

11. Hukum yang berlaku diwilayah setempat.

b) Metode penilaian lokasi

Terdapat tiga metode sebelum memutuskan lokasi :

1. Metode penilaian hasil value

Faktor faktor yang menjadi pertimbangan: pasar, bahan baku, transportasi,

tenaga kerja, pertimbanan lainnya.

2. Metode perbandingan biaya

Faktor faktor yang menjadi pertimbangan: bahan baku, bahan bakar dan

listrik, biaya oprasi, biaya umum, biaya lainnya.


3. Metode analisis ekonomi

Faktor faktor yang menjadi pertimbangan: biaya sewa, biaya tenaga kerja,

biaya pengangkutan, biaya bahan bakar dan listrik, pajak, perumahan, sikap

masyarakat, dan lainnya.

c) Luas produksi

Berkaitan dengan beberapa jumlah produksi yang dihasilkan dalam waktu tertentu

dengan mempertimbangkan kapasitas produksi dan peralatan yang dimiliki serta biaya

yang paling efisien. Luas produksi dapat dilihat dari segi ekonomis dan teknis.

Dari segi ekonomis yang dilihat adalah berapa jumlah produk yang dihasilkan

dalam waktu tertentu dengan biaya yang paling efisien. Sedangkan teknis yang dilihat

adalah jumlah produk yang dihasilkan atas dasar kemampuan mesin dan peralatan serta

persyaratan teknis.

Secara umum luas produksi ekonomis ditentukan oleh:

1. Kecenderungan permintaan yang akan datang.

2. Kemungkinan pengadaan bahan baku, bahan pembantu, tenaga kerja, dan

lain-lain.

3. Tersedianya teknologi, mesin dan peralatan dipasar.

4. Daur hidup produk, dan produk substitusi dari produk tersebut.

Untuk menentukan jumlah produksi yang menghasilkan keuntungn yang

maksimal dapat dilakukan dengan salah satu pendekatan berikut:

1. Pendekatan konsep marginal cost dan marginal revenue.

2. Pendekatan break event point.

3. Metode linier programming.


d) Tata letak (lay-out)

Lay-out merupakan suatu proses dalam penentuan bentuk dan penempatan

fasilitas yang dapat menentukan efisiensi produksi/operasi. Berkenaan dengan produk,

proses, sumberdaya manusia dan lokasi sehingga dapat tercapai efisiensi operasi.

Keuntungan adanya lay-out:

1. Memberikan ruang gerak yang memadai untuk beraktivitas dan

pemeliharaan.

2. Pemakaian ruang yang efisien.

3. Mengurangi biaya produksi maupun infestasi.

4. Aliran material menjadi lancar.

5. Biaya pengangkutan material dan barang jadi lebih rendah.

6. Kebutuhan persediaan yang rendah.

7. Memberikan kenyamanan, kesehatan dan keselamatan kerja yang lebih

baik.

Pada umumnya jenis lay-out didasarkan pada situasi sebagai berikut:

a. Posisi tetap

Ditujukan pada proyek yang karena ukuran, bentuk atau hal lain yang

menyebabkan tidak mungkin untuk memindahkan produknya.

b. Orientasi proses

Didasarkan pada proses produksi barang atau pelayanan jasa.

c. Tata letak kantor

Berkaitan dengan lay-out posisi kerja, peralatan kerja, tempat yang

diperuntukkan untuk perpindahan informasi.


d. Tata letak pedagang eceran/pelayanan

Berkenaan dengan pengaturan dan lokasi tempat serta arus bermacam

produk atau barang agar lebih banyak barang yang dapat dipajang sehingga

lebih besar penjualannya.

e. Tata letak gudang

Ditujukan pada efisiensi biaya penanganan gudang dan memaksimalkan

pemanfaatan ruang gudang.

f. Tata letak produk

Mencari pemanfaatan personal dan mesin yang terbaik dalam produksi

yang berulang-ulang dan berlanjut atau kontinyu.

Untuk menentukan lay-out yang baik maka perusahaan perlu menentukan:

1. Kapasitas dan tempat yang ditentukan

2. Peralatan untuk menangani material atau bahan

3. Lingkungan dan estetika

4. Arus informasi

5. Biaya perpindahan antara tempat kerja yang berbeda


2.3 Aspek Manajemen

Analisis aspek manajemen lebih menekankan pada proses dan tahap-tahap yang harus

dilakukan pada proses pembangunan bisnis. Analisis aspek manajemen dilakukan untuk

menjawab pertanyaan Apakah bisnis yang akan dijalankan dapat dibangun sesuai dengan

waktu yang direncanakan ?. Secara spesifik analisis aspek manajemen pada studi kelayakan

bertujuan untuk:

a. Menganalisis sistem kerja yang digunakan dalam menjalankan bisnis.

b. Menganalisis struktur organisasi yang cocok untuk menjalankan bisnis.

c. Menganalisis jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam menjalankan bisnis.

d. Menganalisis jenis-jenis pekerjaan yang diperlukan untuk menjalankan bisnis.

e. Menganalisis metode perekrutan tenaga kerja untuk menjalankan bisnis.

f. Menganalisis persyaratan yang diperlukan untuk memangku pekerjaan.

2.4 Aspek Sosial Ekonomi

Aspek ekonomi, cukup banyak data makro ekonomi yang tersebar diberbagai media

yang secara langsung maupun tidak langsung dapat dimanfaatkan perusahaan. Data makro

ekonomi tersebut banyak yang dapat dijadikan sebagai indicator ekonomi yang dapat diolah

menjadi informasi penting dalam rangka studi kelayakan bisnis. Misalnya PDB, investasi,

inflasi, kurs valuta asing, kredit perbankan, anggaran pemerintah, pengeluaran pembangunan,

perdagangan luar negeri.

Aspek sosial, hendaknya bisnis memiliki manfaat-manfaat social yang hendaknya

diterima oleh masyarakat seperti:

a. Membuka lapangan kerja baru


b. Meningkatkan mutu hidup

c. Melaksanakan alih teknologi (peningkatan skill pekerja)

d. Pengaruh positif, semakin baiknya lingkungan fisik seperti jalan, jembatan dan

lingkungan psikis mereka diciptakan pemerintah akan mempengaruhi permintaan

dan penawaran suatu produk, baik itu produk barang atau jasa.

2.5 Aspek Keuangan

Bisnis yang berorientasi keuntungan maupun yang tidak berorientasi keuntungan

harus tetap memperhatikan aspek keuangan sebelum menjalankan bisnis. Bisnis yang

berorientasi keuntungan akan memutuskan untuk menjalankan sebuah ide bisnis jika bisnis

tersebut menguntungkan secara finansial, sedangkan bisnis yang tidak berorientasi

keuntungan memerlukan studi kelayakan pada aspek keuangan untuk menjawab pertanyaan

apakah ide bisnis yang akan dijalankan dapat terus berjalan dalam upaya untuk menjalankan

misi sosialnya dengan pendapatan yang diterimanya. Kesalahan dalam analisis keuangan

dapat disebabkan karena salah dalam memproyeksikan pendapatan, biaya investasi, maupun

kesalahan dalam memproyeksikan biaya operasional. Oleh karena itu, analisis aspek

keuangan tidak dapat dipisahkan dari analisis pada aspek yang lain sebelumnya, seperti:

a. Analisis pada aspek hukum, berkaitan dengan biaya untuk mengurus perizinan.

b. Analisis aspek lingkungan, berkaitan dengan biaya sosial yang harus dikeluarkan

dalam rangka menjalin hubungan antara perusahaan dengan lingkungan

sekitarnya.

c. Analisis aspek pasar dan pemasaran, berkaitan dengan proyeksi penjualan atau

pendapatan.
d. Analisis aspek teknis dan teknologi, berkaitan dengan biaya pembangunan,

pengadaan mesin dan peralatan serta biaya penggunaan teknologi.

e. Analisis aspek manajemen dan sumber daya manusia, berkaitan dengan biaya

perencanaan dan pembangunan bisnis serta biaya operasional untuk membayar

tenaga kerja yang diperlukan untuk menjalankan bisnis.

Analisis aspek keuangan dilakukan untuk menjawab pertanyaan Bagaimana

kesiapan permodalan yang akan digunakan untuk menjalankan bisnis dan apakah bisnis yang

akan dijalankan dapat memberikan tingkat pengembalian yang menguntungkan? Suatu ide

bisnis dinyatakan layak berdasarkan aspek keuangan jika sumber dana untuk membiayai ide

bisnis tersebut tersedia serta bisnis mampu memberikan tingkat pengembalian yang

menguntungkan dengan berdasarkan asumsi-asumsi yang logis. Secara spesifik kajian aspek

keuangan dalam studi kelayakan bertujuan untuk:

a. Menganalisis sumber dana untuk menjalankan bisnis.

b. Menganalisis besarnya kebutuhan modal kerja yang diperlukan.

c. Memproyeksikan rugi laba bisnis yang akan dijalankan.

Menganalisis tingkat pengembalian investasi yang ditanamkan dengan berdasarkan

beberapa analisis kelayakan investasi, seperti Payback Period (PP), Net Present Value

(NPV), dan Benefit/Cost Ratio (B/C Ratio).


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, kami menggunakan metode penelitian yang bersifat kualitatif

agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan serta mengumpulkan informasi,

terutama individu, dengan menggunakan wawancara secara mendalam untuk mendapatkan

hasil penelitian yang diharapkan.

3.2 Obyek yang Diteliti

Objek yang diteliti dalam penyusunan unsur penelitian ini adalah apakah bisnis

kuliner Bite Me Up yang layak dijalankan atau tidak, dilihat dari berbagai aspek yang

meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial ekonomis, dan aspek

keuangan. Kami melakukan pengamatan langsung dalam usaha bisnis kuliner ini yang lokasi

pemasarannya pada pasar minggu (CFD) dan event-event tertentu yang berhubungan dengan

kuliner.

3.3 Sumber Data Penelitian

Data primer adalah data yang diperoleh dari penelitian secara langsung (dari tangan

pertama), sementara data sekunder adalah data yang diperoleh dari peneliti sumber yang

sudah ada. Dalam hal ini, kami menggunakan sumber data primer, yaitu sumber data yang

dikumpulkan secara langsung.


3.4 Metode Pengumpulan Data

Dalam metode pengumpulan data, kelompok kami menggunakan metode observasi

atau pengamatan. Garis besarnya kami melakukan observasi partisipan, karena kami sebagai

peneliti ikut terjun langsung dalam mencari informasi yang dibutuhkan. Kami juga

menggunakan studi literatur yang digunakan untuk mendapatkan kajian teori yang

mendukung dari studi kelayakan bisnis.

3.5 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan adalah kualitatif yang menekankan analisisnya

pada data tidak tertulis yang berupa penggalian informasi berupa wawancara. Langkah-

langkah yang digunakan dalam analisis kualitatif adalah sebagai berikut:

a. Menganalisis aspek pasar berdasarkan survei lapangan pada bisnis kuliner Bite Me Up

b. Menganalisis aspek teknis pada bisnis kuliner Bite Me Up

c. Menganalisis aspek manajemen pada bisnis kuliner Bite Me Up

d. Menganalisis aspek sosial ekonomis pada bisnis kuliner Bite Me Up

e. Menganalisis aspek keuangan pada bisnis kuliner Bite Me Up


BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Profil Bisnis

Nama Usaha : Bite Me Up

Bidang Usaha : Usaha Dagang (kuliner)

Bentuk badan : Perseorangan

Jenis Produk : Kentang Goreng

Alamat : Jl. Soekarno Hatta Perumahan Griya Santha Eksekutif Blok P578, Malang

Nomor Telepon : 082119749607

Sosial Media : @bitemeup_ (Instagram)


4. 2 Pembahasan

4.2.1 Aspek Pasar

a) Market Potensial

Daya beli konsumen terhadap produk ini


4.2.2 Aspek Teknis

Proses produksi dilakukan pada lokasi usaha mulai dari menggoreng

kentang, dan memberi topping. Kemudian dikemas dalam kertas package yang

kami desain secara menarik agar pembeli tertarik untuk membeli produk kami,

dan dilengkapi dengan tissue makan. Adapaun peralatan yang kami gunakan yaitu

peralatan dapur seperti :

a. Wajan

b. Oven

c. Capitan

d. Wadah plastik

e. Kompor

f. Sendok

g. Pisau

h. Penyaring minyak

Adapun perlengkapan yang kami gunakan yaitu:

a. Wadah kertas (kemasan)

b. Food picks plastik

c. Tissue makan

d. Gas elpiji

e. Sarung tangan

f. Minyak goreng

g. Parutan keju
Adapun bahan-bahan yang kami gunakan untuk membuat produk kami yaitu:

a. Kentang

b. Tepung beras

c. Tepung terigu

d. Minyak goreng

e. Susu UHT

f. Air

g. Garam

h. Oregano

i. Garlic mayonaise (topping)

j. Bolognese sauce (topping)

k. Nacos (topping)

l. Keju (topping)

m. Chessy sauce (topping)

n. Lada Bubuk

Lokasi Usaha

Lokasi usaha produk kami belum menetap pada suatu tempat, melainkan

berpindah-pindah tempat. Kami menjual produk di pasar minggu (Jl.Ijen),

mengikuti event bazar kuliner. Kami memilih lokasi tersebut karena bisnis ini

masih dalam proses perintisan dan mencoba untuk memperkenalkan kepada

masyarakat. Selain itu lokasi tersebut sangat ramai dikunjungi oleh berbagai

kalangan masyarakat terutama kalangan muda yang menjadi target pasar.


Layout

Karena kami masih merintis bisnis ini, sehingga lokasi usaha masih belum

menetap dan kami masih menggunakan stand. Agar lebih menarik minat

pengunjung untuk datang dan membeli produk maka kami memberikan dekorasi

yang berwarna dan membedakan dari stand-stand lainnya. Kami juga

menggunakan x-banner yang didesain dengan sederhana dan komunikatif agar

para pengunjung yang datang mengetahui dengan mudah produk yang kami jual

kemudian mengunjungi dan membeli produk kami.

Luas Produksi

Karena usaha kami masih merintis, maka luas produksi dari usaha kami

masih belum luas dan belum mampu menjangkau diberbagai tempat. Selain itu

bisnis kami belum mempunyai lokasi usaha yang tetap. Oleh karena itu, untuk

kedepannya kami memiliki rencana untuk memperluas produksi, dengan cara

menetapkan lokasi usaha agar pembeli mengetahui lokasi penjualan produk kami.
4.2.3 Aspek Manajemen

Aspek manajemen adalah aspek yang sangat vital dalam suatu usaha.

Karena usaha yang akan atau sedang dirintis mungkin saja akan mengalami

kegagalan jika manajemen dan organisasi tidak berjalan dengan baik. Salah satu

faktor dalam aspek management adalah Manajemen Pembangunan Proyek.

Manajemen pembangunan proyek adalah sistem untuk merencanakan,

melaksanakan dan mengawasi proyek yang sedang dilaksanakan. Pembangunan

proyek harus mengkoordiasikan rencana pelaksanaan dengan sumber daya yang

disediakan.

1) Perencanaan Proyek

Perecanaan proyek yaitu penggambaran apa dan bagaimana proyek

harus dikerjakan. Hal itu meliputi jenis pekerjaan, waktu peyelesaian,

tenaga pelaksana, peralatan dan juga anggaran. Perencanaan ini dinilai

memudahkan bagi pihak terkait agar bisa bekerja lebih mudah dan

terjadwal rapi.

2) Penjadwalan Proyek

Penjadwalan proyek meliputi penjadwalan waktu-waktu dari masing-

masing aktifitas proyek dalam urutan yang sudah diatur.

3) Pengawasan Proyek

Mengawasi dan mengendalikan jalannya proyek adalah satu hal yang

tak boleh disepelekan dalam pembangunan proyek demi kesesuaian

proyek dengan target yang telah ditetapkan.


4.2.4 Aspek Sosial Ekonomi

Aspek sosial dan ekonomi merupakan pengaruh apa yang akan terjadi

dengan adanya perusahaan, khususnya dibidang perekonomian masyarakat

tempatan dan bidang sosial kemasyarakatan. Setiap usaha yang dijalankan akan

memberikan dampak positif dan negatif bagi berbagai pihak.

Lapanagan usaha yang sangat berpengaruh pada aspek ekonomi ada 11

sektor, yaitu:

1. Pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan,

2. Pertambangan dan penggalian,

3. Industri pengolaaan

4. Listrik, jasa, dan air minum,

5. Bangunan

6. Perdaganagan, hotel, dan restoran,

7. Pengangkutan dan komunikasi

8. Bank dan lembaga keuangan lainnya,

9. Sewa rumah

10. Pemerintah dan pertahanan,

11. Jasa-jasa lainnya

Dalam aspek ekonomi tersebut usaha Bite Me Up ini merupakan salah satu

usha dagang yang termasuk dalam lapangan usaha yang memberikan efek positif

bagi aspek ekonomi.

Sedangkan dalam Aspek sosial, hendaknya bisnis memiliki manfaat-manfaat

sosial yang hendaknya diterima oleh masyarakat seperti:


e. Membuka lapangan kerja baru

f. Meningkatkan mutu hidup

g. Melaksanakan alih teknologi (peningkatan skill pekerja)

Pengaruh positif, semakin baiknya lingkungan fisik seperti jalan, jembatan

dan lingkungan psikis mereka diciptakan pemerintah akan mempengaruhi

permintaan dan penawaran suatu produk, baik itu produk barang atau jasa.

4.2.5 Aspek Keuangan

4.2.5.1 Modal Awal

Modal Awal dalam bisnis kuliner Bite Me Up ini adalah sebesar Rp 800.000,-. Biaya
ini tidak digunakan untuk investasi peralatan secara keseluruhan dikarenakan beberapa peralatan
yang diperlukan berasal dari milik pribadi.

4.2.5.2 Biaya Investasi Awal

No Uraian Satuan Unit Harga per Unit Total


1. Tabung Gas 3kg Unit 1 Rp. 16.000,- Rp. 16.000,-
2. Capitan Unit 1 Rp. 7.000,- Rp. 7.000,-
3. Cup (isi 25) Pack 3 Rp. 28.000,- Rp. 84.000,-
4. Tempat Saus Unit 3 Rp. 10.000,- Rp. 30.000,-
5. Ember Unit 1 Rp. 20.000,- Rp. 20.000,-
6. Penyaring Minyak Unit 1 Rp. 7.000,- Rp. 7.000,-
7. Kompor Unit 1 Rp.250.000,- Rp.250.000,-
8. Selang Kompor Unit 1 Rp. 85.000,- Rp. 85.000,-
Total Biaya Rp.499.000,-

Keterangan :
Biaya investasi awal sudah termasuk dalam modal awal.

4.2.5.3 Biaya Bahan Baku

No. Uraian Unit Harga per Total


Unit
1. Kentang 5 Rp 10.000,- Rp 50.000,-
2. Mayonaise 1 Rp 22.000,- Rp 22.000,-
3. Daun Basil 1 Rp 17.000,- Rp 17.000,-
4. Daun Origano 1 Rp 17.000,- Rp 17.000,-
5. Daging Kornet 2 Rp 29.000,- Rp 58.000,-
6. Saus Tomat 1 Rp 13.000,- Rp 13.000,-
7. Saus Cabai 1 Rp 16.000,- Rp 16.000,-
8. Bawang Bombay 1 Rp 4.000,- Rp 4.000,-
9. Susu Putih 1 Rp 5.000,- Rp 5.000,-
10. Keju Parut 1 Rp 18.000,- Rp 18.000,-
11. Serbuk Keju 1 Rp 8.000,- Rp 8.000,-
12. Nachos 1 Rp 10.000,- Rp 10.000,-
13. Bumbu Pecel 1 Rp 12.000,- Rp 12.000,-
Total Rp250.000,-

Laporan Keuangan

Perhitungan :

Modal Awal = Rp 800.000,-


Pendapatan (dalam 6 bulan berjalan)
Intensitas penjualan : 5 hari / bulan
Penjualan/hari : 75 cups
Harga jual/cup : Rp 12.000,-

Maka penjualan dalam 6 bulan : 75 Rp 12.000,- 30 hari = Rp 27.000.000,- (+)

Rp 27.800.000,-
Biaya Bahan Baku
Rp 250.000,- x 30 hari = Rp 7.500.000,-

Biaya Stand
Rp 100.000,- x 30 hari = Rp 3.000.000,- (-)

Rp 17.300.000,-

Berdasarkan aspek keuangan, bisnis kuliner Bite Me Up sangat layak untuk dijalankan
karena Net Present value > 0 atau Net Present Value > Investasi awal. Dalam perhitungan yang
sudah kami lakukan membuktikan bahwa Net Present Value kami lebih besar dari nilai investasi
awal, yaitu Investasi awal yang dilakukan oleh pemilik adalah sebesar Rp 800.000,- sedangkan
nilai dari Net Present Value adalah sebesar Rp 17.300.000,-.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Aspek management

Bisnis Bite Me Up layak untuk di jalankan karena dalam aspek management, pelaksanaan

management proyek telah dilakukan dengan rincian jenis pekerjaan yang jelas yaitu usaha

dagang dengan bahan baku makanan yaitu kentang goreng yang memiliki varian rasa yang

unik dan berbeda dari yang lain sehingga Bite Me Up memiliki keunggulan inovasi

dibandingkan dengan yang lain , selanjutnya tenaga pelaksana juga sudah jelas yakni

owner yang membuat, mempromosikan serta membuat rekap keuangan karena owner

tersebut lebih dari satu, selanjutnya peralatan juga telah di bahas dalam aspek pemasaran

dan juga anggaran yang telah dibahas di aspek keuangan.

Aspek social ekonomi

Dalam aspek ekonomi usaha Bite Me Up ini merupakan salah satu usaha dagang yang

termasuk dalam sektor lapangan usaha yang memberikan efek positif bagi aspek ekonomi.

Dalam aspek social bisnis Bite Me Up telah memberikan manfaat-manfaat bagi

masyarakat yaitu Membuka lapangan kerja baru apabila bisnis ini semakin berkembang,

Meningkatkan mutu hidup, Melaksanakan alih teknologi (peningkatan skill pekerja)

dengan menggunakan media social sebagai alat unruk memasarkan produk.


DAFTAR PUSTAKA

https://erwinnote.wordpress.com/2011/11/20/aspek-pasar-dalam-studi-kelayakan-bisnis/

http://markdebie.blogspot.co.id/2011/10/studi-kelayakan-bisnis-aspek-teknis.html

Buku:
Dr. Winarno Surachmad. 1972. Dasar dan Tehnik Research. Bandung: Tarsito.
Prof. Dr. S. Nasution, M.A. 2012. Metode Researh. Jakarta: Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai