Anda di halaman 1dari 26

Kelompok 3

Kelas 121KB
Tugas 2
Anggota:
Ina Royani 21262011588
Indra Adiawarman 20261011224
Lukman Khoirul H 22262012010

1. Type-type tata letak fasilitas pada plant Design :

Penentuan Lokasi UMKM Konveksi Dengan Menggunakan Metode Ranking Procedure


F. Herdiana1 N. Suhaimi2 B. P. Rangoraja3 H. Alsyaht

Persaingan industri di era global saat ini meningkat sangat pesat. Persaingan ini timbul sebagai salah satu
konsekuensi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menuntut sebuah industri terus memenuhi
tuntutan dari pasar yang ada salah satunya adalah dengan mengembangkan usahanya membangun lokasi
produksi baru di lokasi lain. Perencanaan lokasi usaha mempunyai peranan yang sangat penting dalam
menunjang perkembangan usaha dan lokasi usaha menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan sebuah
pendirian usaha.
Pada penelitian ini, peneliti melakukan analisis untuk menentukan alternatif lokasi produksi yang paling
optimal diantara alternatif pilihan Bekasi, Depok dan Bogor untuk dijadikan lokasi produksi Konveksi
Bifanih menggunakan metode ranking procedure dengan memperhatikan aspek-aspek yang akan
mempengaruhi penentuan lokasi produksi seperti kedekatan dengan pasar, kedekatan dengan bahan baku,
sarana transportasi, ketersediaan listrik, ketersediaan air, pengaruh iklim, tingkat upah dan ketersediaan
tenaga kerja, harga dan kondisi tanah, lingkungan, sosial budaya masyarakat setempat.

METODE DAN PROSEDUR


Langkah-langkah yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Survei Pendahuluan Langkah awal yang perlu dilakukan, karena hal ini bermanfaat bagi peneliti
karena dapat memberikan gambaran yang jelas tentang obyek penelitiannya.
2. Studi literature Studi literatur digunakan untuk mempelajari teori dan ilmu pengetahuan yang
berhubungan dengan permasalahan yang akan diteliti.
3. Identifikasi masalah Identifikasi masalah dilakukan dengan tujuan untuk mencari penyebab
timbulnya masalah dan kemudian mencari permasalahan yang terjadi.
4. Perumusan masalah Rumusan masalah merupakan rincian dari permasalahan yang dikaji.
5. Penetapan tujuan penelitian Tujuan penelitian ditentukan berdasarkan perumusan masalah yang
telah dijabarkan sebelumnya.
6. Pengumpulan data Dalam tahap ini yang dilakukan adalah mengumpulkan data yang diperlukan
selama proses penelitian berlangsung.
7. Pengolahan data Pada tahap ini dilakukan pengolahan data menggunakan metode Ranking
Procedure untuk menentukan lokasi lokasi produksi terbaik.
8. Kesimpulan dan saran Tahap terakhir yang berisi kesimpulan yang diperoleh dari hasil
pengumpulan, pengolahan dan analisis yang menjawab tujuan penelitian yang ditetapkan.
Faktor yang mempengaruhi penentuan lokasi lokasi produksi

Faktor yang mempengaruhi pemilihan lokasi lokasi produksi adalah sebagai berikut:
1. Letak konsumen atau pasar, yaitu penempatan lokasi produksi di dekat dengan daerah
konsumen. Alasan yang mendasari pemilihan lokasi dekat dengan konsumen adalah adanya
kemudahan untuk mengetahui perubahan selera konsumen, mengurangi resiko kerusakan
dalam pengangkutan, apabila barang yang diproduksi tidak tahan lama, biaya angkut mahal,
khususnya untuk produksi jasa.
2. Sumber bahan baku, yaitu penempatan lokasi produksi di dekat dengan daerah bahan baku.
Dasar pertimbangan yang diambil adalah apabila bahan baku yang dipakai mengalami
penyusutan berat dan volume, bahan baku mudah rusak dan berubah kualitas, resiko
kekurangan bahan baku tinggi.
3. Sumber tenaga kerja, alternatif yang dipakai adalah apakah tenaga kerja yang dibutuhkan
unskill, dengan pertimbangan tingkat upah rendah, budaya hidup sederhana, mobilitas tinggi
sehingga jumlah gaji dianggap sebagai daya tarik, ataukah tenaga kerja skill, apabila
perusahaan membutuhkan fasilitas yang lebih baik, adanya pemikiran masa depan yang cerah,
dibutuhkan keahlian,dan kemudahan untuk mencari pekerjaan lain.
4. Air, disesuaikan dengan produk yang dihasilkan apakah membutuhkan air yang jernih alami,
jernih tidak alami, atau sembarang air.
5. Suhu udara, faktor ini mempengaruhi kelancaran proses dan kualitas hasil operasi.
6. Listrik, disesuaikan dengan produk yang dihasilkan kapasitas tegangan yang dibutuhkan.
7. Transportasi, berupa angkutan udara, laut, sungai, kereta api, dan angkutan jalan raya.
8. Lingkungan, masyarakat, dan sikap yang muncul apabila didirikan lokasi produksi di dekat
tempat tinggal mereka, apakah menerima atau tidak.
9. Peraturan Pemerintah, Undang-undang dan sistem pajak. Aspek umum yang diatur undang-
undang adalah jam kerja maksimum, upah minimum, usia kerja minimum, dan kondisi
lingkungan kerja.
10. Pebuangan limbah industri, kaitannya dengan tingkat pencemaran, sistem pembuangan limbah
untuk perlindungan terhadap alam sekitar dan menjaga keseimbangan habitat.
11. Fasilitas untuk lokasi produksi, berupa spare part, mesin-mesin, untuk menekan biaya.
12. Fasilitas untuk karyawan, agar dapat meningkatkan semangat kerja dan kesehatan kerja.

Ranking Procedure
Metode ini dipergunakan untuk menentukan alternatif lokasi lokasi produksi terbaik untuk masalah
yang bersifat kualitatif/ subyektif, biasanya digunakan untuk permasalahan yang sulit untuk
dikuantifikasikan dengan menggunakan pembobotan. Kriteria penentu, dan pemberian skor terhadap
alternatif berdasarkan kriteria penentu.
Langkah-langkah pada Ranking Procedure
Berikut ini adalah beberapa langkah untuk menentukan lokasi produksi atau lokasi fasilitas dengan
menggunakan ranking procedure:
1. Identifikasikan faktor-faktor penting yang akan dianalisis lokasinya.
2. Berikan bobot atau nilai pada masing-masing faktor berdasarkan tingkat pentingnya faktor
tersebut. Makin tinggi bobot atau nilainya, makin tinggi pula tingkat pentingnya faktor
tersebut. Total Bobot yang digunakan pada umumnya adalah 1 atau 100%.
3. Tentukan lokasi-lokasi alternatif.
4. Berikan nilai pada masing-masing lokasi alternatif berdasarkan faktor-faktor penting yang
telah ditentukan. Nilai yang diberikan biasanya berkisar diantara 0 hingga 100.
5. Hitungkan total nilai untuk masing-masing lokasi alternatif dengan cara mengalikan bobot
pada faktor-faktor yang ditentukan dengan masingmasing lokasi alternatif.
6. Bandingkan dan pilih lokasi alternatif yang memiliki total nilai tertinggi.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam penentuan lokasi produksi adalah sebagai berikut:
1. Kedekatan dengan pasar
2. Kedekatan dengan bahan baku
3. Sarana transportasi
4. Ketersediaan listrik
5. Ketersediaan air
6. Pengaruh iklim
7. Tingkat upah dan ketersediaan tenaga kerja
8. Harga dan kondisi tanah
9. Lingkungan
10. Sosial budaya masyarakat setempat

Berikut ini adalah bobot kriteria penilaian yang telah ditentukan oleh peneliti sebagai berikut:

Berikut ini adalah skor (nilai) untuk masing-masing alternatif lokasi:


Setelah diketahui nilai skor untuk masing-masing kriteria dari alternatif lokasi yang ada maka
selanjutnya dilakukan perkalian antara nilai bobot dan nilai skor sebagai berikut:

KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Skor penilaian
alternatif lokasi berdasarkan metode ranking proceduce adalah Bekasi sebesar 8,92, Depok sebesar
8,5, dan Bogor sebesar 8,36. 2. Dipilih alternatif terbaik yang memiliki penilaian terbesar adalah
wilayah Bekasi sehingga pembangunan lokasi produksi baru Konveksi Bifanih adalah di wilayah
Bekasi.
PENGGUNAAN METODE CENTER OF GRAVITY DALAM PENENTUAN LOKASI
GUDANG TERHADAP MEMINIMALKAN JARAK PENGIRIMAN TRANSPORTASI PADA
PT. XYZ
M. Riky Firdaus1 , Peri Anggara Putra2
Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas Widyatama Jln. Cikutra No. 204,
Bandung, 40227, Indonesia
Muhamadrikyfirdaus86@gmail.com1 , peri.anggara@widyatama.ac.id

PT. XYZ adalah perusahaan yang memproduksi ban untuk semua kendaraan besar maupun kendaraan
kecil. Kegiatan penelitian pada PT. XYZ bertujuan untuk mengetahui titik gudang yang baru dengan
memperhatikan setiap letak atau tempat konsumen berada, hal ini dilakukan agar penempatan gudang
baru dapat lebih fleksibel dan terjangkau dari setiap konsumen. Peletakan gudang baru ini juga akan
berpengaruh terhadap ongkos biaya setiap pengiriman menjadi lebih murah dan mempersingkat
pengiriman. Metode analisis yang digunakan adalah dengan menggunakan metode center of gravity.
Hasil perhitungan dengan menggunakan metode center of gravity didapat lokasi gudang baru dengan
titik kordinat X= 1.62, Y= 4.16, yang berlokasi di Bukanagara, dengan lokasi gudang baru ini maka
akan meminimalkan jarak tempuh dan biaya transportasi setiap pengiriman barang. Kata kunci:
Metode center of gravity, Biaya transportasi
PENDAHULUAN
Logistik merupakan perencanaan dan pengendalian aliran material dan informasi dalam sebuah
organisasi baik di sektor publik maupun swasta (Ghiani, Laporte, & Musmanno, 2004). Distribusi
adalah kegiatan penyampaian produk dari produsen sampai ke konsumen sebagai pemakai akhir
(Kotler, Saliba, & Bruce, 1991). Kegiatan distribusi merupakan suatu hal yang utama dalam suatu
usaha manufaktur. Dalam sebuah distribusi, akan menciptakan sebuah sistem yang terpadu dari satu
koordinat ke koordinat lain. Semakin tingginya tingkat persaingan dalam dunia industri, menuntut
perusahaan untuk dapat menghadapi persaingan secara baik dan siap dengan segala resiko yang akan
dihadapi. Salah satu jaminan yang harus dipenuhi perusahaan kepada pelanggan adalah pengiriman
produk sesuai permintaan pelanggan dengan perencanaan dan penentuan rute secara tepat, sehingga
produk akan diterima pelanggan dalam jumlah tepat, kondisi baik, sesuai dengan waktu yang
dijanjikan, dan biaya yang rendah. Sehingga proses pengiriman yang dilaksanakan tidak
mengakibatkan dari segi waktu, jarak, biaya, dan tenaga. Dalam pengiriman produk ke berbagai
daerah akan menimbulkan banyak rute yang berbeda dan jauhnya jarak yang di tempuh. Salah satu
biaya yang menjadi perhatian adalah biaya dalam proses operasional perusahaan. Biaya operasional
merupakan biaya yang mutlak ada dalam perusahaan baik perusahaan manufaktur maupun jasa,
sekaligus menandai apakah perusahaaan tersebut berjalan atau tidak.

Metode Penelitian
1. Desain Penelitian j
a. Jenis penelitian Jenis penelitian yang digunakan bersifat deskriptif eksploratif, yaitu
menggambarkan penentuan lokasi gudang dalam kaitannya dengan biaya transportasi.
b. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah berbentuk
studi kasus, yaitu penelitian di perusahaan berdasarkan karakteristik masalah yang
muncul.
c. Teknik Penelitian Teknik penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
statistik kuantitatif dengan menggunakan metode center of gravity.
d. Unit Analisis Unit analisis dalam penelitian ini adalah pada bagian distribusi PT.
XYZ
2. Operasional Variabel Variabel operasional “Penggunaan Metode Center of gravity Dalam
Penentuan Lokasi Gudang Terhadap Meminimkan Biaya Transportasi Pada PT. XYZ”
3. Prosedur Pengumpulan Data
a) Studi Kepustakaan (Libary Research), yaitu suatu teknik pengumpulan data secara
teoritis melalui riset kepustakaan dengan membaca dan memahami literatur yang
berhubungan dengan masalah yang dianalisa untuk mendapatkan informasi guna
menunjang penelitian ini.
4. Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Center of gravity yaitu
mencari lokasi di tengah-tengah dari beberapa lokasi alternatif. Penedekatan ini dimulai dari
rumus yang digunakan dalam metode ini adalah:

Dimana:
Cx = kordinat-x dari pusat gravitasi
Cy = kordinat-y dari pusat gravitasi dix = kordinat-x dari lokasi –i diy = kordinat-y dari lokasi
–i Wi = volume barang yang dipindahkan dari atau ke lokasi-i.

Setelah menggunakan metode center of gravity untuk menentukan lokasi gudang, maka untuk
meminimkan biaya transportasi digunakan perhitungan yaitu:
Jarak Tempuh = Jarak antara gudang lama dengan distributor – Jarak antara gudang baru
dengan distributor.
Biaya Transportasi = Biaya transportasi antara gudang lama dengan distributor–Biaya
trasnportasi antara gudang baru dengan distributor.

Hasil dan Pembahasan


1. Penentuan Lokasi Gudang Pada PT. XYZ Lokasi pabrik bisa dijangkau dengan cepat dari
jalan Tol sehingga memudahkan akses untuk pendistribusian. PT. XYZ memiliki gudang
yang berlokasi di Bandung. Tetapi dengan meningkatnya kendaraan bermotor khususnya
kendaraan beroda empat berpengaruh pada perusahaan, karena banyaknya permintaan
sehingga menuntut perusahaan untuk bisa mengirim barangnya ke setiap pelanggan atau
distributor yang ada di wilayah pulau jawa. PT. XYZ berencana akan membuat gudang
baru agar lebh memudahkan proses pengiriman produk sehingga tidak terjadi pemborosan
dalam segi jarak, waktu, dan biaya. Oleh karena itu, perusahaan menginginkan untuk
dapat menentukan lokasi gudang baru yang strategis.
2. Penentuan Lokasi Gudang Terhadap Biaya Transportasi Pada PT. XYZ. Perusahaan akan
mengirimkan produknya kepada distributor di berbagai wilayah dengan menggunakan
jasa alat angkut darat (truk). Adapun beberapa lokasi distributor dan biaya transportasi
yang dibutuhkan oleh PT. XYZ dalam mendistribusikan produk dari gudang ke setiap
distributor adalah sebagai berikut:
a. Bandung - Padalarang = Rp1.300.000,- per truk dengan jarak ±200 km
b. Bandung - Cimahi = Rp2.300.000,- per truk dengan jarak ±550 km
c. Bandung - Cileunyi = Rp2.800.000,- per truk dengan jarak ±750 km
d. Bandung - Subang = Rp3.200.000,- per truk dengan jarak ±850km

Dari rincian biaya transportasi di atas memperlihatkan adanya biaya yang


dikeluarkan perusahaan sangat besar, dikarenakan adanya jarak yang jauh antar
gudang dengan para distributor. Maka, dengan penentuan lokasi yang strategis
akan mempermudah proses pengiriman barang sehingga jarak antar lokasi
pengiriman barang tidak terlalu jauh karena dengan adanya jarak yang jauh maka
akan meningkatkan biaya transportasi pada perusahaan.
3. Penggunaan metode center of gravity dalam penentuan lokasi gudang terhadap
meminimalkan biaya Transportasi Pada PT. XYZ dengan adanya biaya transportasi yang
belum maksimal, maka PT. XYZ menggunakan metode center of gravity untuk mencari
lokasi gudang yang strategis, sehingga dapat mempermudah dalam proses pengiriman
produk dari gudang ke para distributor dengan jarak maupun waktu yang tidak
berlebihan. Dengan penggunaan metode center of gravity, berikut merupakan data yang
tersaji yaitu koordinat dari para distributor, biaya transportasi yang dikeluarkan dari
gudang di Bandung ke berbagai lokasi distributor, sebagai berikut :

Sehingga kordinatnya adalah pada titik (1.62, 4.16) terlihat pada peta bahwa lokasi
gudang terletak di Bukanagara, diperkirakan jika didirikan gudang baru pada lokasi
tersebut maka akan mempermudah akses transportasi dari gudang ke distributor yang ada
karena peletakan gudang baru ini telah memperhitungkan setiap jarak konsumennya
sehingga dapat meminimalkan biaya transportasi yang akan dikeluarkan PT. XYZ.
Adapun biaya transportasi yang dikeluarkan perusahaan setelah menggunakan metode
center of gravity dengan lokasi gudang di Bukanagara.
KESIMPULAN DAN SARAN
Titik gudang baru yang didapat setelah melakukan perhitungan menggunakan metode
center of gravity yaitu berada didaerah Bukanagara, dengan titik koordinat (1.62, 4.16).
Titik gudang baru yang strategis ini diharapkan dapat mempermudah proses pengiriman
produk dari gudang kepada distributor. Maka dengan menggunakan metode center of
gravity dapat diketahui lokasi gudang terletak di Bukanagara akan berpengaruh pada
perubahan jarak maupun biaya transportasi yang dikeluarkan akan meminimalkan
pengiriman dari gudang ke distributor.
ANALISIS PENENTUAN LOKASI PEMBANGUNAN PASAR INDUK KABUPATEN
BADUNG DARI ASPEK TRANSPORTASI
I Wayan Gede Darma Yoga
Program.Studi,Teknik Sipil, Fakultas.Teknik, Universitas,Mahasaraswati Denpasar. Email:
gededarmayoga@unmas.ac.id

Saat ini hampir semua daerah mengalami inflasi setelah terjadinya pandemi selama 3 tahun.
Hampir semua daerah mengalami inflasi termasuk di Kabupaten Badung. Dengan kondisi
tersebut pemerintah Kabupaten Badung ingin membangun pasar induk untuk mengatasi
inflasi. Dalam menentukan lokasi pasar induk aspek transportasi sangat memegang peranan
penting. Metode yang digunakan ialah dengan menghitung dan memilih lokasi yang tingkat
pelayanan lalu lintasnya berada pada kondisi yang lebih baik serta memperhatikan rencana
pengembangan pembangunan jalan kedepan untuk mendukung pasar induk. Dari analisis
terhadap kinerja.ruas jalan pada kondisi existing kondisi tingkat pelayanan,ruas Jalan pada
saat kondisi eksisiting memiliki tingkat pelayanan yang lebih baik ialah jalan Denpasar-
Singaraja dengan tingkat pelayanan B serta VC Ratio 0,38 sedangkan jalan Denpasar-
Gilimanuk memiliki VC Ratio 0,58 dengan tingkat pelayanan C. Kinerja ruas jalan saat
ditambahkan bangkitan perjalanan menuju pasar induk hasil analisis tingkat pelayanan kedua
ruas jalan sama sama berada di level C namun jalan Denpasar-Singaraja memiliki VC ratio
yang lebih rendah yaitu sebesar 0,49 sedangkan jalan Denpasar-Gilimanuk nilai VC ratio
0,67 atau sudah mendekati 0,7 atau tingkat pelayanan D. Dari sisi kinerja simpang diketahui
bahwa Simpang Jalan Raya Denpasar Gilimanuk-Jalan Raya Mengwitani memiliki nilai
tundaan 16,1 detik sehingga berada di kategori tingkat pelayanan C. Sedangkan Simpang
Jalan Denpasar Singaraja- Jalan Wisnu, Banjar. Denkayu Baleran Desa Werdi Bhuana,
Kecamatan Mengwi memiliki nilai tundaan 11,48 detik sehingga berada di kategori tingkat
pelayanan B. Dari hasil diatas maka dipilih lokasi
Banjar.Denkayu.Baleran.Desa.Werdi.Bhuana, Kecamatan.Mengwi sebagai lokasi
pembangunan karena memiliki kinerja lalu lintas yang lebih baik.
PENDAHULUAN
Inflasi adalah kenaikan dari nilai harga barang dan jasa yang terjadi secara,terus-menerus
dalam jangka waktu tertentu. Laju inflasi yang tidak dapat di atur atau dikendalikan
menyebabkan penurunan daya beli penduduk. Saat ini hampir semua daerah mengalami
inflasi setelah terjadinya pandemi selama 3 tahun berturut turut. Di Indonesia hampir semua
daerah mengalami inflasi termasuk Provinsi Bali khusus nya di Kabupaten Badung.
Kabupaten Badung sebagai daerah yang sangat bergantung dengan pariwisata pasca pandemi
masyarakatnya mengalami penurunan daya beli akibat menurunnya pemasukan selama
pandemi, tentu hal ini harus di antisipasi oleh pemerintah guna menormalkan kondisi
perekonomian. Salah satu cara yang ditempuh oleh pihak pemerintah Kabupaten Badung
ialah membangun pasar induk yang berperan dalam percepatan distribusi barang dan
mengendalikan kenaikan harga. Memperhatikan wilayah geografis yang demikian strategis
Kabupaten Badung memiliki potensi dan peluang besar bagi pengembangan jalur distribusi
perdagangan barang dan komoditas pertanian yang berasal dari Jawa – Bali dan Lombok
METODE
Pada studi ini dilakukan melalui beberapa tahap meliputi tahap persiapan, tahap studi
literatur, hingga melakukan analisis. Data yang dianalisis adalah data primer dan sekunder
untuk memperoleh gambaran terkait lalu lintas pada 2 (dua) lokasi alternatif. Analisis yang
dilakukan adalah analisis tingkat pelayanan ruas jalan, analisis kinerja simpang serta analisis
kinerja ruas jalan ditambah bangkitan perjalanan.

Tahap Persiapan
Tahap persiapan terdiri dari beberapa jenis pekerjaan yang pertama yaitu melakukan
identifikasi terhadap kondisi lingkungan lokasi dilakukan kajian. Hal ini bertujuan untuk
melakukan pengamatan awal di daerah yang akan terdampak secara lalu lintas akibat
pembangunan pasar induk ini.

Tahap Studi Literatur dan Proyeksi Analisis


Tahap kedua dilakukan studi literatur dimana literatur yang digunakan ialah penelitian dan
jurnal sejenis yang terkait dengan analisis mengenai dampak lalu lintas akibat pembangunan.

Tahap Analisis
Tahap analisis meliputi beberapa kegiatan yang akan dilakukan yaitu hal yang pertama ialah
melakukan identifikasi dan inventarisasi lalu lintas kegiatan ini terdiri dari analisis data
primer yang terdiri dari data denah jalan serta persimpangan, data jumlah kendaraan di ruas
dan persimpangan serta data jumlah bangkitan-tarikan.

Analisis kapasitas simpang menggunakan rumus : C = Co x FW x FM x FCS x FRSU x FLT


x FRT x FMI
Dimana:
C merupakan kapasitas simpang ,Co merupakan kapasitas dasar dari simpang, FW
merupakan faktor penyesuaian terhadap lebar (wide) masuk, FM merupakan faktor
penyesuaian terhadap median jalan utama, FCS merupakan faktor penyesuaian terhadap
ukuran kota (city size), FRSU merupakan faktor penyesuaian tipe lingkungan jalan, hambatan
samping (side friction)dan kendaraan tak bermotor (unmotorized), FLT merupakan faktor
penyesuaian rasio belok kiri (left turn), FRT merupakan faktor penyesuaian rasio belok kanan
(right turn),FMI merupakan faktor penyesuaian rasio arus jalan minor
Derajat kejenuhan Derajat kejenuhan (DS) ialah pengertian dari perbandingan antara arus lalu
lintas dalam smp/jam terhadap kapasitas dalam satuan smp/jam, dapat ditulis dengan
persamaan sebagai berikut: DS (Degree of Saturation) = Qsmp:C
dimana:
Dimana: TR merupakan nilai trip rate, X merupakan jumlah kendaraan yang keluar/masuk
dalam smp/jam di daerah pembanding, X’ merupakan luas bangunan di daerah lokasi
pembanding
Dimana ODij merupakan nilai bangkitan/tarikan lalu lintas di lokasi penelitian, A merupakan
luas bangunan pada lokasi ditinjau, Trmerupakan trip rate pada lokasi di daerah pembanding
(smp/jam) Selain itu pada tahap analisis ini ditentukan juga lokasi terbaik untuk
pembangunan pasar induk antara 2 alternatif yaitu alternatif pertama Sebelah Barat Sebelah
Barat Terminal A Mengwi dan alternatif kedua adalah di Wilayah
Banjar.Denkayu.Baleran.Desa.Werdi.Bhuana,Kec amatan.Mengwi. Pemilihan alternatif ini
murni dipilih secara tingkat pelayanan lalu lintas dimana alternatif yang dipilih adalah area
yang memiliki tingkat pelayanan yang lebih baik agar tidak mempengaruhi atau
memperburuk kinerja jalan dan simpang existing

HASIL DAN PEMBAHASAN


Data Inventarisasi Jalan Serta Lalu Lintas
Data tersebut selanjutnya digunakan untuk menggambarkan kinerja ruas jalan pada lokasi
studi, kinerja dari jaringan jalan eksisting. Dalam penelitian ini diperlukan data sekunder dan
data primer.
Data Sekunder Data sekunder
ialah data yang diperoleh dari dinas terkait secara langsung serta tidak langsung yang
digunakan untuk membantu proses analisis pada penelitian ini.
SIMPULAN
Secara umum dari analisis diatas baik itu analisis terhadap kinerja ruas jalan pada kondisi
existing kondisi tingkat pelayanan ruas jalan ruas Jalan pada kondisi eksisiting memiliki
tingkat pelayanan yang lebih baik ialah jalan DenpasarSingaraja dengan tingkat pelayanan B
serta VC Ratio 0,38 sedangkan jalan Denpasar-Gilimanuk memiliki VC Ratio 0,58 dengan
tingkat pelayanan C. Kinerja ruas jalan saat ditambahkan dengan bangkitan perjalanan
menuju pasar induk hasil analisis tingkat pelayanan kedua ruas jalan sama sama berada di
level C namun jalan Denpasar-Singaraja memiliki VC ratio yang lebih rendah yaitu sebesar
0,49 sedangkan jalan Denpasar-Gilimanuk nilai VC ratio 0,67 atau sudah mendekati 0,7 atau
tingkat pelayanan “D”. Dari sisi kinerja simpang diketahui bahwa Simpang Jalan Raya
Denpasar Gilimanuk-Jalan Raya Mengwitani memiliki nilai tundaan sebesar 16,1 detik
sehingga berada di kategori tingkat pelayanan C. Sedangkan Simpang Jalan Denpasar
Singaraja- Jalan Wisnu, Banjar.Denkayu.Baleran.Desa.Werdi.Bhuana, Kecamatan.Mengwi
memiliki nilai tundaan sebesar 11,48 detik sehingga berada di kategori tingkat pelayanan B.
Dari hasil diatas maka dipilih lokasi Banjar.Denkayu.Baleran.Desa.Werdi.Bhuana,
Kecamatan.Mengwi sebagai lokasi pembangunan pasar induk Kabupaten Badung karena
memiliki kinerja lalu lintas yang lebih baik. Selain kondisi lalu lintas secara transportasi juga
ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan untuk memilih daerah tersebut sebagai lokasi
pembangunan diantaranya rencana pengembangan jalan tol kedepan serta akses jalan yang
merupakan akses jalan nasional

SARAN
Dari hasil analisis diatas penulis memberikan beberapa saran yaitu sebagai berikut:
1. Dalam pemilihan lokasi sekiranya selain kondisi lalu lintas eksisting yang tingkat
pelayanannya baik perlu juga diperhatikan rencana pengembangan kedepan di
wilayah tersebut, Banjar.Denkayu.Baleran.Desa.Werdi.Bhuana , Kecamatan.Mengwi
dipilih karena di daerah tersebut berdekatan dengan pintu tol sehingga waktu dan
biaya perjalanan menjadi lebih kecil.
2. Pertimbangan lain pemilihan lokasi pasar induk dari sisi transportasi ialah harus
berada di luar pusat kota hal ini untuk menghindari kendaraan besar masuk ke dalam
kota sehingga menambah kemacetan.
Resume Jurnal

Judul: Analisis Efisiensi Tata Letak (Layout) Fasilitas Produksi Pt Tropica Cocoprima
Lelema

Nama Jurnal: Jurnal EMBA

Volume & Hal: Vol.7 No.4 Hal. 5466-5475

Tahun: 2019

Penulis: Celina Meissy Thi Cei Rauan, Paulus Kindangen, Jessy J.Pondaag

Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis layout yang diterapkan di
PT. Tropica Cocoprima Desa Lelema yang memproduksi tepung kelapa, serta untuk
menganalisis efisiensi dari layout tersebut.

Objek: PT. Tropica Cocoprima Desa Lelema, yang merupakan perusahaan yang
memproduksi tepung kelapa. Penelitian difokuskan pada jenis layout yang diterapkan oleh
perusahaan tersebut dalam proses produksinya, serta analisis efisiensi dari layout tersebut.

Latar Belakang:

Situasi perkembangan sektor industri di Indonesia yang mengalami pertumbuhan yang pesat.
Dalam konteks tersebut, penting bagi perusahaan-perusahaan industri untuk memastikan
efisiensi dalam proses produksi mereka. Salah satu aspek penting dalam mencapai efisiensi
produksi adalah melalui pemilihan dan penerapan tata letak fasilitas yang optimal. Oleh
karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi jenis layout yang diterapkan oleh
PT. Tropica Cocoprima dan untuk mengevaluasi tingkat efisiensi dari tata letak tersebut.
Dengan pemahaman yang mendalam tentang tata letak yang efisien, perusahaan dapat
meningkatkan produktivitas, mengurangi waktu anggur, dan meningkatkan kualitas produk
mereka.

Teori yang digunakan: Dalam penelitian ini, penulis menggunakan konsep dan teori tentang
tata letak (layout) fasilitas produksi. Tata letak merupakan keputusan yang melibatkan
penempatan mesin, peralatan pabrik, tempat kerja, tempat penyimpanan, dan fasilitas servis
secara optimal untuk mendukung proses produksi yang efisien. Penelitian ini juga
menerapkan Metode Line Balancing untuk mengevaluasi efisiensi dari layout yang
diterapkan oleh PT. Tropica Cocoprima. Dengan mempertimbangkan kriteria seperti output
per hari, desain layout, dan jumlah stasiun kerja, peneliti dapat menilai apakah tata letak yang
digunakan sudah efisien atau masih memerlukan perbaikan.

Metode: Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif, yang bertujuan untuk


menyelidiki keadaan, kondisi, atau hal lain yang sudah disebutkan, dan hasilnya dipaparkan
dalam laporan penelitian. Metode penelitian ini melibatkan pengumpulan data primer yang
diperoleh langsung dari hasil pengamatan dan wawancara dengan para pengelola perusahaan,
seperti plant manager, mekanik mesin, dan kepala produksi. Data juga dikumpulkan melalui
observasi langsung di lokasi produksi dan dokumentasi terkait tata letak fasilitas produksi PT.
Tropica Cocoprima. Dengan menggunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi,
peneliti dapat memperoleh informasi yang diperlukan untuk menganalisis jenis layout yang
diterapkan dan mengevaluasi efisiensi dari tata letak tersebut.

Proses: Proses penelitian dimulai dengan pengamatan langsung di bagian produksi PT.
Tropica Cocoprima untuk mengidentifikasi jenis layout yang diterapkan. Selanjutnya, data-
data terkait tata letak fasilitas produksi dikumpulkan melalui wawancara dengan para
pengelola perusahaan, observasi, dan dokumentasi. Data yang terkumpul kemudian dianalisis
menggunakan Metode Line Balancing dengan mempertimbangkan kriteria seperti output per
hari, desain layout, dan jumlah stasiun kerja. Hasil analisis digunakan untuk mengevaluasi
efisiensi dari tata letak yang diterapkan oleh perusahaan. Dengan demikian, proses penelitian
ini mencakup pengumpulan data, analisis data, dan evaluasi efisiensi layout fasilitas produksi
PT. Tropica Cocoprima.

Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa PT. Tropica Cocoprima menerapkan jenis layout
produk atau layout garis dalam tata letak fasilitas produksinya. Kapasitas maksimal yang
dicapai perusahaan ini adalah 12 ton per hari, yang lebih besar daripada kapasitas standar
sebesar 5 ton per hari. Desain layout yang digunakan dianggap efisien karena siklus waktu
yang dibutuhkan untuk memproduksi lebih kecil dari siklus waktu maksimum yang
menghasilkan jam menganggur pekerja. Dengan demikian, meskipun kapasitas produksi
perusahaan melebihi standar, desain layout yang efisien membantu dalam mengurangi waktu
anggur pekerja dan meningkatkan produktivitas secara keseluruhan.

Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di PT. Tropica Cocoprima, dapat
disimpulkan bahwa perusahaan menerapkan jenis layout produk atau layout garis dalam tata
letak fasilitas produksinya. Dengan kapasitas maksimal produksi sebesar 12 ton per hari,
yang melebihi kapasitas standar sebesar 5 ton per hari, desain layout yang efisien telah
Produk Layout Jurnal Indonesia Referensi :
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/emba/article/view/26325
Resume Jurnal

Judul: Perancangan Ulang Fasilitas Dan Ruang Produksi Untuk Meningkatkan Output
Produksi

Nama Jurnal: Jurnal Teknik Industri

Volume & Hal: Vol. 19, No. 2 pp. 157-165

Tahun: 2018

Penulis: Hery Murnawan , Putu Eka Dewi Karunia Wati

Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merancang ulang tata letak fasilitas pada
UKM pengecoran logam agar sesuai dengan perubahan jenis produk, meningkatkan
produktivitas, dan mengurangi biaya produksi.

Objek: UKM pengecoran logam yang mengalami perubahan jenis produk yang diproduksi.
Penelitian ini difokuskan pada merancang ulang tata letak fasilitas produksi untuk
meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan mengurangi biaya produksi dengan menggunakan
metode konvensional seperti Operation Process Chart (OPC) dan From To Chart (FTC).

Latar Belakang: Adanya perubahan jenis produk yang dihasilkan oleh UKM pengecoran
logam sebagai akibat dari pergeseran kebutuhan konsumen. Perubahan ini dapat
mempengaruhi alur proses produksi, produktivitas, dan biaya produksi perusahaan. Oleh
karena itu, penelitian ini dilakukan untuk merancang ulang tata letak fasilitas produksi agar
sesuai dengan jenis produk baru yang dihasilkan.

Teori yang digunakan: Teori yang digunakan dalam penelitian ini mencakup konsep
perancangan ulang tata letak fasilitas produksi untuk meningkatkan efisiensi dan
produktivitas. Perubahan jenis produk yang diproduksi dapat mempengaruhi alur proses
produksi dan biaya produksi. Dalam hal ini, metode Activity Based Costing (ABC)
digunakan untuk menghitung Harga Pokok Produksi (HPP) dengan memperhitungkan biaya
untuk setiap aktivitas produksi. Analisis produktivitas dilakukan berdasarkan total momen
produk dan output produksi yang dihasilkan. Selain itu, teori-teori terkait tata letak pabrik,
pemindahan bahan, dan analisis fasilitas produksi juga menjadi dasar dalam penelitian ini.

Metode: Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada pendekatan
konvensional untuk merancang ulang tata letak fasilitas produksi. Penelitian dimulai dengan
observasi terhadap alur proses pengecoran logam dengan cetakan tanah dan logam, yang
kemudian digambarkan dalam peta proses operasi (Operation Process Chart) dari setiap
produk yang diamati. Peta proses operasi ini memberikan gambaran mengenai fasilitas kerja
yang digunakan dalam proses produksi, tingkat kecacatan pada setiap tahapan proses, dan
waktu yang dibutuhkan dari setiap proses. Kapasitas produksi setiap produk ditentukan
berdasarkan permintaan, serta dihitung jumlah kebutuhan bahan baku berdasarkan tingkat
kecacatan pada setiap tahapan proses.

Selanjutnya, penelitian melibatkan perancangan ulang tata letak fasilitas produksi dengan
tujuan mengurangi Harga Pokok Produksi (HPP) produk hasil pengecoran logam. Metode
yang digunakan adalah Activity Based Costing (ABC) untuk memperhitungkan biaya yang
dibebankan untuk setiap aktivitas produksi. Pendekatan ini dilakukan dengan penataan ulang
ruang produksi agar sesuai dengan alur proses produksi yang baru, dengan fokus pada
mengurangi dan menekan harga pokok produksi. Penataan fasilitas produksi dilakukan
dengan mempertimbangkan kapasitas produksi setiap produk dan jarak perpindahan pada
setiap tahapan proses.

Penelitian ini juga melibatkan analisis produktivitas dengan menghitung total momen produk
dan jumlah output yang dihasilkan. Dengan melakukan beberapa kali percobaan, penelitian
menemukan trial layout yang dapat meningkatkan produktivitas berdasarkan total momen
produk dan jumlah output yang dapat dihasilkan. Selain itu, penelitian ini mengacu pada
metode konvensional dalam menyelesaikan masalah perancangan ulang tata letak fasilitas
produksi.

Proses: Proses penelitian dimulai dengan observasi terhadap alur proses pengecoran logam
dengan cetakan tanah dan logam. Setelah itu, alur proses tersebut digambarkan dalam peta
proses operasi (Operation Process Chart) dari setiap produk yang diamati. Peta proses operasi
memberikan gambaran mengenai fasilitas kerja yang digunakan dalam proses produksi,
tingkat kecacatan pada setiap tahapan proses, dan waktu yang dibutuhkan dari setiap proses.
Selain itu, kapasitas produksi setiap produk ditentukan berdasarkan permintaan, serta
dihitung jumlah kebutuhan bahan baku berdasarkan tingkat kecacatan pada setiap tahapan
proses.

Selanjutnya, penelitian melibatkan perancangan ulang tata letak fasilitas produksi dengan
tujuan mengurangi Harga Pokok Produksi (HPP) produk hasil pengecoran logam. Metode
yang digunakan adalah Activity Based Costing (ABC) untuk memperhitungkan biaya yang
dibebankan untuk setiap aktivitas produksi. Pendekatan ini dilakukan dengan penataan ulang
ruang produksi agar sesuai dengan alur proses produksi yang baru, dengan fokus pada
mengurangi dan menekan harga pokok produksi. Penataan fasilitas produksi dilakukan
dengan mempertimbangkan kapasitas produksi setiap produk dan jarak perpindahan pada
setiap tahapan proses.

Proses selanjutnya melibatkan analisis produktivitas dengan menghitung total momen produk
dan jumlah output yang dihasilkan. Dengan melakukan beberapa kali percobaan, penelitian
menemukan trial layout yang dapat meningkatkan produktivitas berdasarkan total momen
produk dan jumlah output yang dapat dihasilkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dengan melakukan re-layout tata letak fasilitas produksi, output yang dihasilkan dapat
menjadi lebih besar dan harga pokok produksinya menjadi lebih murah.

Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan melakukan perancangan ulang tata letak
fasilitas produksi berdasarkan metode konvensional dan menggunakan pendekatan Activity
Based Costing (ABC), dapat menghasilkan peningkatan efisiensi dan produktivitas dalam
proses produksi logam. Dengan penataan ulang ruang produksi yang memperhatikan alur
proses produksi yang baru, serta penghitungan biaya produksi berdasarkan aktivitas,
ditemukan bahwa output yang dihasilkan dapat menjadi lebih besar dan harga pokok
produksinya menjadi lebih murah. Hal ini menunjukkan bahwa perancangan ulang fasilitas
produksi dapat memberikan dampak positif terhadap kualitas produk, kapasitas produksi, dan
keuntungan perusahaan.

Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa dengan menggunakan trial layout yang
telah dirancang ulang, jumlah output produk yang dapat dihasilkan meningkat secara
signifikan. Dengan memperhatikan total momen produk dan jumlah output yang dihasilkan,
penelitian ini memberikan rekomendasi untuk implementasi perancangan ulang tata letak
fasilitas produksi sebagai strategi untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi dalam
proses produksi logam. Dengan demikian, penelitian ini memberikan kontribusi penting
dalam pengembangan metode perancangan ulang fasilitas produksi yang dapat meningkatkan
daya saing perusahaan dalam pasar yang kompetitif.

Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan


konvensional dan Activity Based Costing (ABC) dalam merancang ulang tata letak fasilitas
produksi pada proses pengecoran logam, dapat disimpulkan bahwa perancangan ulang
fasilitas produksi dapat memberikan manfaat yang signifikan. Dengan penataan ulang ruang
produksi yang memperhatikan alur proses produksi yang baru dan penghitungan biaya
produksi berdasarkan aktivitas, peningkatan efisiensi, produktivitas, dan penurunan harga
pokok produksi dapat tercapai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa output yang dihasilkan
dapat menjadi lebih besar dan harga pokok produksinya menjadi lebih murah, yang pada
akhirnya dapat meningkatkan kualitas produk, kapasitas produksi, dan keuntungan
perusahaan.

Dengan demikian, implementasi perancangan ulang tata letak fasilitas produksi sebagai
strategi untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi dalam proses produksi logam sangat
dianjurkan. Penelitian ini memberikan kontribusi penting dalam pengembangan metode
perancangan ulang fasilitas produksi yang dapat membantu perusahaan dalam meningkatkan
daya saingnya di pasar yang kompetitif. Dengan adanya penekanan pada pengurangan harga
pokok produksi dan peningkatan output produk, perusahaan dapat mencapai keunggulan
kompetitif yang berkelanjutan dan memperkuat posisinya di industri pengecoran logam.

Proses Layout Jurnal Indonesia Referensi :


https://ejournal.umm.ac.id/index.php/industri/article/view/5815
Resume Jurnal

Judul: Planning The Layout of Production Facilities (Case Study of Diera Mutiara
Internasional in Yogyakarta)

Nama Jurnal: Greeneration International Journal Of Engineering Science

Volume & Hal: Vol. 1, No. 1

Tahun: 2023

Penulis: Nana Trisolvena

Tujuan: Present recommendations or suggestions for further improvement or development


regarding the layout of production facilities in order to increase the efficiency and
effectiveness of company operations.

Objek: Layout of production facilities at Diera Mutiara International, a company operating in


the organic natural cosmetics industry. The research focused on analyzing the layout of
production facilities implemented by this company in completing the skincare production
process. Research objects include the physical structure of the factory, machine placement,
material flow, and work space arrangements used in the skincare production process.

Latar Belakang: The research background underlines the importance of production facility
layout in the context of production process efficiency. Facility layout has a crucial role in
optimizing company operations, especially in a competitive industry such as the organic
natural cosmetics industry. Facility layout efficiency can speed up the production process,
reduce idle time, and increase overall productivity. Therefore, this research aims to analyze
the layout of production facilities at Diera Mutiara International to ensure that the company
can achieve optimal levels of efficiency.

The organic natural cosmetics industry is a business environment that continues to develop
and is increasingly competitive. As a start-up company, Diera Mutiara International needs to
design the right business model to compete effectively in this industry. With a focus on safe,
quality skin care, these companies must ensure that the layout of their production facilities
supports those goals. Thus, research on the layout of production facilities at Diera Mutiara
International is crucial to understanding how operational efficiency can increase the
company's competitiveness.

Apart from that, the importance of meeting the standards of the Indonesian Food and Drug
Supervisory Agency (BPOM) in designing the layout of production facilities is also a
relevant background. By having a facility layout that complies with BPOM standards, Diera
Mutiara International can ensure the legality of its operations and gain the trust of consumers.
It is hoped that company factory plans that meet BPOM requirements can become a reference
for small entrepreneurs in the skincare sector to build business space effectively and
efficiently, as well as obtain the legality necessary to operate legally.Teori yang digunakan:

Metode:

The research method used involves analysis of the layout of production facilities
implemented by Diera Mutiara International. This research was conducted with the aim of
evaluating the efficiency of the company's production facility layout in completing the
skincare production process. This production facility layout analysis method is focused on
qualitative flow measurements, where movement between departments aims to bring
locations that have a high level of movement closer together. With this approach, researchers
can understand how machine placement, material flow, and work space are arranged to
achieve optimal efficiency.

Apart from that, this research also uses a quantitative approach with algorithmic methods to
analyze the layout of production facilities. With this approach, researchers can carry out
mathematical calculations and modeling to evaluate the efficiency of production facility
layouts in more detail. This quantitative analysis allows researchers to identify potential
improvements in the layout of production facilities that could increase the company's
operational efficiency.

The research method used also includes analysis of BPOM standards in designing the layout
of production facilities. By considering the requirements and regulations set by BPOM,
researchers can assess the extent to which the layout of Diera Mutiara International's
production facilities meets the required standards. Thus, this research not only focuses on
operational efficiency, but also on aspects of legality and compliance with applicable
regulations in the cosmetics industry.
Proses: The research process involved an in-depth analysis of the production facility layout
implemented by Diera Mutiara International. The research began with collecting data related
to the layout of the company's production facilities, including direct observation of work
flow, machine placement and work space. Furthermore, these data were analyzed using
qualitative and quantitative methods to evaluate the efficiency of the production facility
layout in supporting the skincare production process. This analysis process aims to identify
potential improvements in facility layout that can increase the company's operational
productivity and efficiency.

Apart from that, the research also involves comparing the production facility layout
implemented by Diera Mutiara International with the applicable BPOM standards. This
process involves evaluating the extent to which the layout of the company's production
facilities meets legal requirements and compliance with regulations set by BPOM. With this
approach, researchers can provide concrete recommendations for improving the layout of
production facilities to ensure that companies can operate in accordance with applicable
standards and increase their competitiveness in the cosmetics industry.

Hasil: The research results show that Diera Mutiara International has implemented a
production facility layout that meets BPOM standards in designing a very small factory.
Through analysis of the layout of production facilities, researchers can conclude that the
company uses qualitative flow measurement methods to bring locations that have high levels
of movement closer together, which contributes to the efficiency of the skincare production
process.

Apart from that, the research results also show that researchers used a quantitative approach
with algorithmic methods to analyze the layout of the company's production facilities. With
this approach, researchers can identify potential improvements in the layout of production
facilities that can increase the company's operational efficiency.

Kesimpulan:

Based on research conducted on the layout of Diera Mutiara International's production


facilities, it can be concluded that the company has succeeded in implementing a layout that
meets BPOM standards in designing a very small size factory. Through qualitative flow
measurement methods and quantitative approaches with algorithmic methods, researchers can
identify potential improvements in the layout of production facilities that can increase the
company's operational efficiency. Thus, this research makes an important contribution in
understanding how vital facility layout planning is in building an effective and efficient
production business.
Apart from that, the research results also show that researchers have succeeded in evaluating
the extent to which the layout of Diera Mutiara International's production facilities meets
legality requirements and compliance with applicable regulations in the cosmetics industry.
Thus, this research not only provides insight into company operational efficiency, but also
about the importance of compliance with regulations in maintaining company
competitiveness. In conclusion, good production facility layout planning can be the key to
success in ensuring the production process runs quickly, safely, efficiently and in accordance
with applicable standards.

Fixed Posisition Layout Jurnal Internasional Referensi :


https://research.e-greenation.org/GIJES/article/download/23/21/104
Resume Jurnal

Judul: Group Technology for Optimizing Manufacturing Facility Layout

Nama Jurnal: ARRUS Journal of Engineering and Technology

Volume & Hal: , Vol. 1, No. 1

Tahun: 2021

Penulis: Nguyen Van Thanh, Nguyen Thai Nguyet Thanh, & Nguyen Viet Tinh

Tujuan: The aim of this study was to investigate the benefits of flow path production,
material handling and flexibility in selecting the required number of cells in the context of
Group Technology in a cellular manufacturing process. This research aims to provide
valuable information regarding the application of Group Technology in real-world job shop
systems and to increase understanding of the efficiency and superiority of the GT model in
selecting the required number of cells in various manufacturing cell configurations.

Objek: The object of this research is the application of Group Technology in batch production
systems, specifically in the context of a real-world work shop. This research focuses on
analyzing the benefits of flow path production, material handling, and flexibility in selecting
the number of cells required in a cellular manufacturing process. The object of this research
includes the implementation of the GT model to improve efficiency and performance in
selecting optimal manufacturing cell configurations.

Latar Belakang: The background to this research is driven by the increasing interest and
popularity of Group Technology (GT) and cellular manufacturing processes in recent years in
many developed countries. With GT, companies can obtain various benefits in batch
production systems, such as increasing material handling efficiency by reducing material
flow time, distance and setup time. GT also provides the opportunity to optimize the
production process with the formation of efficient machine cells, which is an important step
in the development and implementation of GT. In today's competitive business environment,
companies need strategies and methodologies that can effectively improve responses to
customer changes.

Additionally, with advances in computer technology and artificial intelligence, more


advanced clustering techniques can be applied to cluster technology problems, such as cell
formation in GT. In this context, previous studies have shown that the proposed GT model
has flexibility in selecting the required number of cells, which can help in examining various
manufacturing cell configurations and selecting the optimal one to improve production
efficiency. Therefore, this research will make an important contribution in understanding the
benefits and advantages of Group Technology in cellular manufacturing processes, as well as
how the GT model can be used to improve the performance of production systems in
dynamic industrial environments.

Teori yang digunakan: The theory used in this research involves the concept of Group
Technology (GT) in the context of cellular manufacturing processes. GT is an approach that
allows grouping similar parts or products into groups called "families" based on certain
characteristics or attributes. Classification and coding techniques are one of the approaches in
GT which are based on the processing characteristics of the parts. In addition, production
flow analysis (PFA) techniques are also an important part of GT, which involves the
systematic recording of information to identify groups of parts and machine cells by careful
inspection.

In addition to GT, this research may also employ mathematical programming techniques that
involve the use of "fuzzy" mathematics, pattern recognition, cluster analysis, and others to
identify combinations of family parts and machine cells. By utilizing these various
techniques, this research can develop an effective model or approach in selecting optimal
manufacturing cell configurations to improve the efficiency and performance of production
systems in the context of cellular manufacturing.Metode:

Proses: This research process involves steps to apply Group Technology (GT) in a batch
production system, specifically in a real-world job shop context. The first step is to collect
data and information related to the processing characteristics of parts or products that will be
grouped based on certain attributes. Furthermore, classification and coding techniques as well
as production flow analysis (PFA) can be used to identify groups of similar parts and
machine cells. The next process involves developing a GT model that is flexible in selecting
the required number of cells, allowing researchers to examine a variety of different
manufacturing cell configurations and select the optimal one.

In addition, this research process also involves the use of mathematical programming
techniques and data analysis to identify efficient combinations of family parts and machine
cells. By utilizing these various techniques, this research aims to develop a GT model that
can improve material handling efficiency, reduce material flow time, distance, and setup time
in batch production systems. This process also includes testing and validation of the proposed
GT model to ensure the performance and superiority of the model in selecting optimal
manufacturing cell configurations in the context of cellular manufacturing.

Hasil: The research results on the application of Group Technology (GT) in the layout of
cellular manufacturing facilities show that the developed model has flexibility in selecting the
required number of cells, which can help in examining various different manufacturing cell
configurations. In this context, the proposed GT model is proven to be efficient in solving
facility layout problems using the GT and Spiral software packages. The model was able to
solve the problem well, even after considering details such as machine sequences, production
volumes, machine revisits, and performance measures of the cells formed.

In addition, the results also show that by limiting the number of cell configurations between
the upper and lower bounds, the GT model can eliminate the possibility of undesirable
configurations, which in turn increases the complexity of the problem. The proposed method
can not only be used to obtain the actual number of movements between cells, but also to
select the best configuration for a given production plan using the material handling cost
reduction criterion. Thus, this research makes an important contribution in understanding the
benefits and advantages of applying GT in cellular manufacturing processes, as well as how
GT models can be used to improve the performance of production systems in dynamic
industrial environments.

Overall, the results of this research indicate that the application of Group Technology in the
layout of mobile manufacturing facilities can provide significant benefits in increasing
production efficiency, reducing material flow times, distances, and setup times. The GT
model developed in this research is proven to be efficient and can be an effective solution in
selecting the optimal manufacturing cell configuration to improve production system
performance in a competitive industrial environment.

Kesimpulan: Based on the results of research conducted regarding the application of Group
Technology (GT) in the layout of cellular manufacturing facilities, it can be concluded that
the developed GT model shows efficiency and flexibility in selecting the optimal
manufacturing cell configuration. By utilizing classification techniques, production flow
analysis, and mathematical programming, the GT model is able to handle the complexity of
facility layout problems well, even after considering various details such as machine
sequences, production volumes, and performance measures of the cells formed. Limiting the
number of cell configurations between the upper and lower limits also helps eliminate the
possibility of undesirable configurations, thereby increasing the efficiency of the production
system.

In addition, the method proposed in this research can be used to obtain the actual number of
movements between cells, as well as to select the best configuration in a given production
plan taking into account the criterion of reducing material handling costs. Thus,
implementing GT in a mobile manufacturing facility layout can provide significant benefits
in improving production efficiency, reducing material flow times, distances and setup times.
The GT model developed in this research shows advantages in selecting the optimal
manufacturing cell configuration, so that it can be an effective solution in improving
production system performance in a competitive industrial environment.

Group Layout Jurnal Internasional Referensi :


https://jurnal.ahmar.id/index.php/jetech/article/view/512

Anda mungkin juga menyukai