Anda di halaman 1dari 9

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/323143927

Perancangan Sistem Informasi Untuk Produksi Ramping Pada Perusahaan


Manufaktur Menggunakan Metode SDLC (fast.uph.edu/semnas/2017.html)

Conference Paper · May 2017

CITATIONS READS

0 2,078

1 author:

Priskila Christine Rahayu


Universitas Pelita Harapan
17 PUBLICATIONS   7 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Perancangan Sistem Management Basis Data Produksi View project

All content following this page was uploaded by Priskila Christine Rahayu on 24 May 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Seminar Nasional ke-2: Sains, Rekayasa & Teknologi UPH - 2017
Rabu - Kamis, 17 - 18 Mei 2017, Gedung D, Kampus UPH Karawaci, Tangerang

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PRODUKSI PADA PERUSAHAAN


MANUFAKTUR MENGGUNAKAN METODE SDLC

Priskila Christine Rahayu1, Natalia Hartono2 dan Nugroho Darmawan Indraputra3

1,2,3
Program Studi Teknik Industri, Universitas Pelita Harapan, Lippo Karawaci, Tangerang
Email: priskila.christine@uph.edu

ABSTRAK
PT Karang Pilang Agung adalah perusahaan manufaktur yang memproduksi briket arang
menggunakan serbuk gergaji sebagai bahan utama mereka. PT Karang Pilang Agung telah memulai
aktivitas produksi mereka sejak tahun 1988, dan telah tumbuh secara eksponensial sampai sekarang.
Sebagai perusahaan besar yang menggunakan hingga 180 ton material per hari dan dapat
menghasilkan hingga 37 ton arang per hari, PT Karang Pilang Agung masih menerapkan teknik
lama untuk merekam dan memproses hasil produksi mereka. Karyawan pabrik masih menggunakan
sistem manual untuk mencatat hasil produksi harian mereka, dan ini dapat menyebabkan banyak
kesalahan dan kesulitan dari pengolahan data menjadi laporan. Jadi tujuan utama dari penelitian ini
adalah untuk merencanakan dan merancang sistem baru terkomputerisasi yang dapat mengolah data
dan membuat laporan secara otomatis dengan kesalahan minimal dan tidak redundansi
menggunakan metode SDLC (System Development Life Cycle). Dimulai dengan metode
Perencanaan dimana tujuan utama adalah untuk mengidentifikasi kebutuhan dan menganalisis
kelayakan perusahaan. Langkah selanjutnya adalah langkah Analisis, di mana dalam metode ini
tujuannya adalah untuk menganalisis dan menentukan hubungan user dengan system menggunakan
Data Flow Diagram. Langkah ketiga adalah Desain, yang akan dilakukan adalah merancang sistem
menggunakan Entity Relationship Diagram dan normalisasi. Terakhir adalah langkah Implementasi,
di mana hal utama dalam langkah ini adalah untuk mengubah desain ke dalam database dan aplikasi
sistem informasi, juga menerapkan hasil rancangan kepada perusahaan melalui user manual dan
survei. Melalui sistem baru, perusahaan diharapkan dapat mengurangi kesalahan dalam pencatatan
data produksi dan menyederhanakan persiapan laporan produksi.
Kata kunci: Sistem Informasi, Sistem Manajemen Basis Data, Sistem Basis Data, Sistem Produksi,
SDLC

1. PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat memungkinkan dunia industri menggunakan teknologi
informasi untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Teknologi informasi membuat aliran informasi dapat berjalan
secara optimal dan terintegrasi sehingga memungkinkan perusahaan untuk mendapatkan informasi yang cepat, tepat,
dan akurat. Sistem basis data sebagai salah satu sistem penyalur informasi, dapat digunakan oleh berbagai pihak atau
departemen dalam satu perusahaan, dan salah satu kegunaan sistem basis data dapat digunakan dalam sistem
produksi.
Sistem basis data adalah kumpulan file-file yang mempunyai kaitan antara satu file dengan file lain sehingga
membentuk suatu bangunan data untuk menginformasikan suatu perusahaan atau instansi dalam batasan tertentu.
Sistem basis data produksi dapat diartikan sebagai suatu sistem berbasis komputer yang bekerja dalam hubungannya
dengan sistem informasi fungsional lainnya untuk mendukung manajemen perusahaan dalam pemecahan masalah
yang berhubungan dengan kegiatan produksi suatu perusahaan yang pada dasarnya tetap bertumpu pada input,
proses dan output. (Bodnar, 2011)
PT Karang Pilang Agung (KPA) adalah salah satu perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang industri arang
briket yang menghasilkan produk charcoal briquette atau briket arang sejak 1988. PT KPA mengolah material
berupa serbuk kayu sekitar 180 ton setiap harinya dan diproses pada 6 line produksi yang dapat menghasilkan
sekitar 37 ton briket arang, tetapi dalam perekaman dan pengolahan data produksinya masih dilakukan dengan
cara manual.

1
Untuk menciptakan efektifitas dan efisien dalam sistem produksi di PT KPA, dilakukan penelitian dengan tujuan
sebagai berikut:
1. Membuat model sistem manajemen basis data produksi terkomputerisasi dengan menggunakan metode SDLC
(System Development Life Cycle).
2. Mengembangkan model yang telah dibuat menjadi aplikasi sistem informasi produksi dan inventori yang mampu
menampilkan laporan hasil produksi dan data-data historis produksi. (Scott, 2011)
Adapun SDLC adalah sebuah metode perancangan dan pengembangan sistem yang terdiri dari empat tahap, yaitu:
perencanaan, analisa, perancangan, dan penerapan. Keempat kegiatan tersebut dapat dijabarkan ke dalam langkah-
langkah yang lebih rinci dalam Gambar 1 (Dennis, Wixom dan Roth 2015). Tahap perencanaan dan analisa
merupakan tahap persiapan, sedangkan tahap perancangan dan penerapan merupakan tahap pengembangan.

Gambar 1 Tahapan Systems Development Life Cycle (SDLC)

2. PERSIAPAN SISTEM

Gambar 2 Proses Bisnis Sistem Produksi

2
Tahap Perencanaan

Berdasarkan analisa terhadap sistem yang sedang berjalan, diperoleh gambaran proses bisnis sistem produksi seperti
pada Gambar 2. Masing-masing bagian gudang dan produksi (divisi briket dan divis arang) melakukan pencatatan
data barang secara manual setiap akhir jam kerja yang menyebabkan terjadinya beberapa masalah berikut:
a. Kesulitan mengetahui secara cepat status jumlah stok di gudang
b. Kesulitan mencari data historis pemasukan dan pengeluaran gudang, serta data historis produksi
c. Kesulitan memproses data historis menjadi laporan untuk manajer dan direktur
d. Data historis tidak akurat karena terjadi banyaknya pengulangan data

Masalah umum yang terjadi adalah masalah manajemen data. Untuk mengatasi masalah ini harus dilakukan
perancangan suatu aplikasi sistem basis data yang dapat digunakan untuk melakukan proses produksi dan inventori
lebih terstruktur dan terintegrasi.

Sebelum melakukan perancanngan, lebih dulu dilakukan analisa kelayakan berdasarkan teori TELOS (Technology,
Economy, Law, Operational and Schedule). Dalam penelitian ini akan menggunakan kelayakan untuk teknologi,
ekonomi, dan operasional (Jogiyanto, 2011):

a) Kelayakan Teknologi
Kebutuhan teknologi dibagi menjadi dua yaitu kebutuhan perangkat keras dan kebutuhan perangkat lunak.
Kriteria teknologi yang dipilih adalah mudah diperoleh, murah dan mudah digunakan.

b) Kelayakan Ekonomi
Kelayakan ekonomi dilakukan dengan mendata semua biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk
pengadaan teknologi, pemasangan dan perawatan adalah sebesar Rp. 42.000.000,- dan keuntungan yang
diperoleh perusahaan baik keuntungan berwujud maupun yang tidak berwujud adalah sebesar Rp. 31.758.000,-
sehingga diperoleh payback period selama 1,3 tahun serta cash flow 3 tahun ke depan. Diperoleh nilai ROI 74%,
NPV Rp. 11.773.041,- dan IRR 44% sehingga dapat dikatakan PT KPA mampu menjalankan sistem hasil
rancangan.

c) Kelayakan Operasional
Kelayakan operasional dinilai dari apakah organisasi yang akan menerapkan sistem usulan menyetujui adanya
perubahan dari sistem. Persetujuan didapatkan dari semua pemangku kepentingan dari perusahaan. Dilakukan
juga survei kepada 4 pekerja yang akan menggunakan sistem usulan.

Setelah mengetahui ketiga faktor kelayakan, dan kategori-kategori dari ketiga faktor tersebut, maka kelayakan PT
KPA dalam menjalankan sistem usulan dinilai menggunakan metode penilaian kelayakan yang digunakan oleh
Harding, 2000. Rata-rata dari nilai kelayakan adalah 74.2, yang berarti PT KPA layak untuk menerapkan sistem
usulan. Walaupun faktor teknologi mendapatkan nilai rendah karena kondisi teknis perusahaan tidak mendukung
tetapi dari faktor ekonomi menguntungkan dan dari faktor operasional juga sangat mendukung untuk menjalankan
sistem yang baru.

Tahap Analisa

Tahap Analisis dilakukan dengan mengetahui kebutuhan yang ingin dipenuhi oleh sistem usulan dibagi menjadi dua
yaitu kebutuhan fungsional dan kebutuhan non-fungsional. (Simarmata, 2007)

Kebutuhan fungsional untuk sistem informasi produksi meliputi pengelolaan data-data melalui perintah basis data,
seperti DML (Data Manipulation Language), yaitu SQL (Structured Query Language) secara langsung melalui
form-form aplikasi, desain produk. Kebutuhan non-fungsional untuk sistem informasi produksi meliputi fitur
keamanan seperti hak akses untuk user dan enkripsi password, proses verifikasi dan validasi untuk input data, back-
up basis data, orientasi untuk dukungan terhadap pemakaian keyboard, dan penggunaan button yang standard dan
serupa untuk kemudahan pengoperasian aplikasi.

Model dari perilaku sistem usulan dijelaskan menggunakan tabel Use Case, yang menjelaskan hubungan antara
aktor/pengguna sistem dengan sistem dan proses di dalam sistem usulan.(Conolly, 2010). Diperoleh 7 tabel use case

3
yaitu untuk sistem basis data produksi, operasi produksi, menentukan bahan baku, menentukan penggunaan oven
kosong dan selesai, barang jadi, inventory, dan laporan. Salah satu contoh tabel use case adalah pada Tabel 3.

Berdasarkan use cases yang telah dibuat, dilakukan pemodelan struktural. Pada pemodelan ini struktur aliran data
pada sistem usulan akan dijelaskan lebih rinci dengan menggunakan DFD (Data Flow Diagram) seperti pada
Gambar 3 (Ladjamudin, 2005). Terdapat tiga proses utama dari sistem usulan yaitu Operasi Produksi, Penyimpanan
Inventori, dan Pembuatan Laporan bagi empat kelompok pengguna: Manajer Produksi, Gudang, Divisi Briket dan
Divisi Arang.
Tabel 1 Tabel Use Case Operasi Produksi
Use Case Name : Operasi Produksi Priority : High
Actor : Manajer Produksi, Briket, Oven & Arang, Gudang
Description : Menjalankan Operasi Produksi PT KPA
Precondition : Manajer produksi melihat hasil laporan produksi shift sebelumnya
Normal Course :
1. Sistem membuka form line dan campuran
2. Manajer produksi memasukan campuran bahan baku untuk satu shift tiap line produksi
3. Admin briket mencocokan campuran dengan line produksi
4. Sistem membuka form hasil produksi briket
5. Admin briket memasukan hasil produksi briket
6. Sistem menampilkan daftar oven yang selesai pada hari itu
7. Manajer produksi memperbaharui daftar oven berisi
8. Sistem membuka form hasil produksi arang
9. Admin oven memasukan hasil produksi arang
10. Sistem menampilkan daftar oven yang kosong, cadangan, atau rusak
11. Manajer produksi memperbaharui daftar oven kosong
Post Condition : Admin tiap divisi memasukan data historis hasil produksi
Summary Inputs Sources Outputs Destination
Operasi Produksi PT Manajer Produksi, Admin Data Bahan Baku, Inventori
Karang Pilang Agung Briket, Admin Oven Data Barang WIP,
Data Barang WIP 2,
Data Barang Jadi,
Data Historis
Produksi

Perincian masing-masing proses pada DFD pada gambar 3 dilanjutkan pada tingkat selanjutnya hingga semua
kebutuhan terpenuhi, yaitu proses:
1. Menjalankan operasi produksi: 2.7. WIP2 masuk gudang
1.1. Menentukan bahan baku per line 2.8. WIP2 keluar gudang
1.2. Produksi 2.9. WIP2 masuk kardus
1.3. Menentukan penggunaan oven 2.10. Barang jadi keluar
1.4. Menentukan oven selesai 3. Membuat laporan
1.5. Update status oven 3.1. Update historis bahan baku masuk
2. Menyimpan tingkat inventori 3.2. Membuat laporan masuk bahan baku
2.1. Bahan baku masuk ke gudang 3.3. Update historis produksi briket
2.2. Bahan baku keluar gudang 3.4. Membuat laporan produksi briket
2.3. Bahan baku masuk briket 3.5. Update historis produksi arang
2.4. WIP1 masuk gudang 3.6. Membuat laporan produksi arang
2.5. WIP1 keluar gudang 3.7. Update historis barang jadi keluar
2.6. WIP1 masuk oven 3.8. Membuat laporan barang jadi keluar

Beberapa data yang masuk atau keluar dari proses harus disimpan di tempat penyimpana data (datastore) agar dapat
digunakan untuk proses lain. Terdapat 10 datastore yang diperlukan yaitu:
1. Daftar line produksi 6. Inventori barang WIP2
2. Daftar kardus 7. Historis bahan baku masuk
3. Daftar oven 8. Historis produksi briket
4. Inventori bahan baku 9. Historis produksi arang
5. Inventori barang WIP1 10. Historis barang jadi keluar

4
Seminar Nasional ke-2: Sains, Rekayasa & Teknologi UPH - 2017
Rabu - Kamis, 17 - 18 Mei 2017, Gedung D, Kampus UPH Karawaci, Tangerang

Gambar 3 Data Flow Diagram

3. PENGEMBANGAN SISTEM
Tahap Perancangan
Tahap perancangan terdiri dari perancangan lapisan manajemen data yang mencakup hubungan antar data di dalam
sistem usulan dan deskripsi tabel yang ada didalam sistem.

Pada perancangan lapisan manajemen data, ditentukan jumlah entitas/tabel yang dibutuhkan serta hubungan antar
entitas dari DFD yang telah dibuat hingga tingkat yang lebih rinci. Entitas yang dibutuhkan dalam sistem produksi
di PT KPA adalah 4, yaitu bahan baku (serbuk), barang WIP1 (briket), barang WIP 2 (arang), dan barang jadi.
Relasi dari keempat entitas tersebut dapat dilihat pada Gambar 4. (Heryanto, 2006)

5
Serbuk Barang Jadi

m m

Membuat Membuat

m m

Briket m Membuat m Arang

Gambar 4 Entity Relationship Diagram Awal

Ketiga relasi di antara keempat entity pada Gambar 4 merupakan cardinality ratio many-to-many (m:m), yaitu:
1) Relasi antara serbuk dan briket adalah serbuk digunakan untuk membuat briket. Banyak jenis serbuk dapat
membuat banyak jenis briket.
2) Relasi antara briket dan arang adalah briket digunakan untuk membuat arang. Banyak jenis briket digunakan
untuk membuat banyak jenis arang.
3) Relasi antara arang dan barang jadi adalah arang digunakan untuk membuat barang jadi. Banyak jenis arang
dapat digunakan untuk membuat banyak jenis barang jadi.

Dalam sistem manajemen basis data (SMBD), bagi antar entitas dengan relasi many-to-many masih mungkin
terjadinya redundasi data atau data belum normal. Untuk itu proses normalisasi harus dilakukan terhadap data awal
pada Gambar 4 sampai tercapai tingkat normal data, sesuai aturan SMBD, yaitu:

1) Bagi entity serbuk dilakukan hingga bentuk normal ke-2, sehingga menjadi entity:
a. Inventory_serbuk (id_serbuk, nama_serbuk, jumlah_serbuk_kg_inventory, brt_bkt_kg,
jumlah_serbuk_bkt_inventory)
b. Komposisi_campuran (id_serbuk, id_campuran)
c. Campuran_serbuk (id_campuran, deskripsi)
d. Historis_beli_serbuk_detail (id_beli, id_serbuk, jumlah_serbuk_kg_beli)
e. Historis_beli_serbuk (ide_beli, tgl_beli)
2) Bagi entity briket dilakukan hingga bentuk normal ke-3, sehingga menjadi entity:
a. Line_briket (id_line_briket, deskripsi_line, id_campuran)
b. Historis_briket (id_batch, id_line_briket, shift, tgl_produksi_briket)
c. Historis_briket_detail (id_batch, id_briket), jumlah_briket_batang_produksi)
d. Inventory_briket (id_briket, jumlah_briket_batang_inventory, jumlah_briket_ikat_inventory,
jumlah_briket_kg_inventory)
3) Bagi entity arang dilakukan hingga bentuk normal ke-3, sehingga menjadi entity:
a. Oven (id_oven, status_oven, jumlah_ikat_dalam_oven, tgl_masuk, tgl_keluar, id_briket)
b. Status_oven (status_oven, deskripsi)
c. Historis_arang (id_produksi_arang, tgl_produksi_arang)
d. Historis_arang_detail (id_produksi_arang, id_arang, jumlah_arang_ikat_produksi)
4) Bagi entity barang jadi dilakukan hingga bentuk normal ke-2, sehingga menjadi entity:
a. Kardus (jenis_kardus, negara_tujuan)
b. Historis_keluar (id_keluar, tgl_keluar)
c. Historis_keluar_detail (id_keluar, jenis_kardus, jumlah_kardus)

Setelah tahap normalisasi dilakukan, maka ERD yang telah normal dapat dilihat pada Gambar 5 juga dilakukan
pembuatan kamus data untuk mendeskripsikan secara detail setiap table yang digunakan dalam sistem usulan.

6
tipe_serbuk

Keterangan
Material
histori_beli_
1 Menambah m m Detail 1 histori_beli_serbuk
serbuk_detail
1

komposisi _ campuran_
inventori_serbuk 1 Membuat m m Terbuat 1 historis_keluar
campuran serbuk

1
1

Detail
Detail 1 histori_briket Digunakan m line_dan_serbuk

m m 1
historis_keluar_
detail
histori_briket_
inventori_briket 1 Menambah m Keterangan
detail 1 line_briket 1 Detail
Line
1
1

histori_arang_d inventori_ Menggunakan


Menggunakan 1 Status_Oven Detail m m Menambah 1 m
etail arang

m 1

oven m Membuat 1 histori_arang kardus m

Gambar 5 Entity Relationship Diagram Normal

Tahap Penerapan

Pada tahap ini akan dilakukan penerapan sistem yang baru menggantikan sistem yang lama. Tahap penerapan terdiri
dari tahap konstruksi sistem, konstruksi lapisan antarmuka, dan pengujian.

Tahap kontruksi sistem, menerapkan deskripsi table dari kamus data ke dalam aplikasi basis data dalam bentuk table
dan query. Selain itu diperlukan aplikasi pemrograman untuk memenuhi kebutuhan non fungsional, seperti
mengatur hak akses user terhadap sistem dalam bentuk login.

Tahap konstruksi lapisan antarmuka memiliki dua bentuk yaitu dalam bentuk Form dan Report.

Tahap pengujian dilakukan oleh keempat pengguna sistem baru dan dilanjutkan dengan pengisian kuisioner
feedback.

4. KESIMPULAN
Hasil rancangan sistem informasi produksi yang dibuat dengan mengikuti tahap-tahap dalam metode SDLC mampu
menampilkan informasi dengan tepat, akurat, dan berguna dalam membantu pengambilan keputusan-keputusan
produksi pada PT Karang Pilang Agung sehingga proses produksi berjalan dengan efisien dan efektif dalam hal
biaya dan waktu.
Penerapan sistem informasi dalam perusahaan mengakibatkan perubahan proses bisnis. Untuk itu perlu ada
komitmen perusahaan untuk menerapkan dan memelihara sistem yang sudah dibuat dan perlu dilakukan
pengembangan sistem yang berkelanjutan untuk keseluruhan sistem perusahaan agar mencapai hasil yang optimal.

DAFTAR PUSTAKA
Bodnar, George H. dan Hopwood, William S. (2011). “Sistem Informasi Akuntansi”. Terjemahan Amir Abdi Jusuf,
Edisi Kesebelas. Jakarta.
Scott, Gregory M.(2011). “Principles of Management Information Systems 13th Edition”. McGraw-Hill. New York.
Jogiyanto. (2011). “Metodologi Penelitian Sistem Informasi”. Andi. Yogyakarta.

7
Harding, W. Goddard, C., and Rosati, M. (2000). “Conducting a Feasibility Assessment for the Implementation of
A.T.O.D. Prevention Programs”. Paper presented at Addictions 2000–Prevention of Substance Use Problems:
Directions for the Next Millennium. Hyannis, MA.
Date, C.J. (2012). “An Introduction to Database System 10th Edition”. Addison-Wesley Publishing Company.
United States.
Simarmata, Janner. (2007). “Perancangan Basis Data”. Andi. Yogyakarta.
Conolly, Thomas dan Begg, Carolyn. (2010). “Database Systems: A Practical Approach to Design, Implementation,
and Management 5th Edition”. Pearson. Boston.
Ladjamudin, Al Bahra Bin. (2005), “Analisis dan Desain Sistem Informasi”. PT. Graha Ilmu. Jakarta.
Heryanto, Imam. (2006). “Membuat Database dengan Microsoft Access”. Informatika. Bandung.
Gomez-Mejia, Luis R., Balkin, David B. dan Cardy, Robert L. (2008). “Management: People, Performance, Change
3rd Edition”. McGraw-Hill. New York.
Dennis, Alan, Wixom, Barbara Haley dan Roth, Roberta M. (2015). “System Analysis & Design 6th Edition”.
Wiley. United States.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai