0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
31 tayangan8 halaman
Teknologi informasi memainkan peran penting dalam mendukung sistem informasi dengan menyediakan infrastruktur untuk mengumpulkan, menyimpan, dan mengolah data menjadi informasi berguna bagi pengambilan keputusan. Dokumen ini menjelaskan siklus pemrosesan data, perkembangan teknologi informasi, sistem ERP, keuntungan dan tantangan penerapannya, serta tahapan implementasinya.
Deskripsi Asli:
Judul Asli
Rizki Gigih A (Peran Teknologi Informasi Dalam Mendukung Sistem Informasi).docx
Teknologi informasi memainkan peran penting dalam mendukung sistem informasi dengan menyediakan infrastruktur untuk mengumpulkan, menyimpan, dan mengolah data menjadi informasi berguna bagi pengambilan keputusan. Dokumen ini menjelaskan siklus pemrosesan data, perkembangan teknologi informasi, sistem ERP, keuntungan dan tantangan penerapannya, serta tahapan implementasinya.
Teknologi informasi memainkan peran penting dalam mendukung sistem informasi dengan menyediakan infrastruktur untuk mengumpulkan, menyimpan, dan mengolah data menjadi informasi berguna bagi pengambilan keputusan. Dokumen ini menjelaskan siklus pemrosesan data, perkembangan teknologi informasi, sistem ERP, keuntungan dan tantangan penerapannya, serta tahapan implementasinya.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI PURWOKERTO 2019 A. Siklus Pemrosesan Data Siklus pemrosesan data atau data processing cycle merupakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan terhadap data untuk menghasilkan informasi yang berguna dan relevan. Siklus ini terdiri dari 4 langkah, yaitu: 1. Perekaman Data (Data Input) Tahap perekaman data merupakan tahap pertama dari siklus pemrosesan data dimana data direkam dan dimasukkan ke dalam sistem. Perekaman data biasanya dipicu oleh kegiatan bisnis. Data yang direkam terkait dengan kegiatan bisnis harus mencakup; aktivitas yang terjadi, sumber daya yang terdampak oeh setiap aktivitas, serta pihak- pihak (orang/SDM) yang terlibat dalam setiap proses. 2. Penyimpanan Data (Data Storage) Dalam sistem informasi akuntansi, data dikelompokkan dengan tujuan dapat memudahkan dalam proses temu kembali dan digunakan untuk pengambilan keputusan. Data dapat disimpan dalam bentuk ledger maupun subsidiary ledger. Antara ledger dan subsidiary ledger memiliki control account yang dapat digunakan untuk menjaga keakurasian data dalam sistem informasi akuntansi. 3. Pengolahan Data (Data Processing) Setelah data direkam ke dalam sistem, maka perusahaan harus melakukan pemrosesan data agar database tetap mutakhir. Proses tersebut meliputi; a. Creating, yaitu proses pembuatan record baru. b. Reading, yaitu proses mengambil atau membaca data sebelum disimpan. c. Updating, yaitu proses pemutakhiran data sesuai dengan pembayaran dilakukan oleh pelanggan. d. Deleting, yaitu menghapus data sesuai dengan kebijakan penghapusan data yang ditetapkan oleh perusahaan. 4. Penyajian Informasi (Information Output) Tahap selanjutnya dan terakhir dari siklus pemrosesan data adalah penyajian informasi yang dapat berupa dokumen maupun laporan. Dokumen maupun laporan yang dibutuhkan dapat berupa dokumen atau laporan tercetak ataupun dalam bentuk digital yang ditampilkan melalui tampilan layar. Salah satu kemampuan dari sistem informasi berbasis komputer adalah kecepatan dalam membuat laporan atau dokumen rutin, dengan menggunakan perintah “query” untuk mencari data-data spsifik dari database. Seseorang dapat membuat dokumen atau laporan sesuai kebutuhan. B. Perkembangan Teknologi Informasi dan Keuntungan Penggunaan Teknologi Informasi Perkembangan teknologi informasi saat ini telah mencapai perkembangan yang memungkinkan fitur-fitur teknologi informasi yang melekat kedalam kehidupan perseorangan sehingga kadang sulit untuk memisahkan pekerjaan dengan kehidupan pribadi. Pada dasarnya penggunaan teknologi informasi dapat membuat setiap proses menjadi lebih cepat, lebih baik, dan lebih murah. Namun, teknologi informasi pada dasarnya dapat berdampak pada strategi dan kemampuan perusahaan. Dampak teknologi informasi terhadap strategi perusahaan adalah ketika teknologi informasi memengaruhi jenis produk, market serta jaringan bisnis maupun batasan bisnis dari perusahaan. Misalnya dengan penggunaan internet untuk melakukan penjualan, bukan hanya perusahaan, perorangan juga dapat melakukan penjualan yang melewati batas negara atau daerahnya. Dampak teknologi terhadap kemampuan perusahaan adalah ketika teknologi informasi meningkatkan kemampuan proses-proses yang ada dalam perusahaan. Misalnya, proses analisis, kemampuan sumber daya maupun kepentingan teknis lainnya. Teknologi informasi juga dipercaya dapat meningkatkan atau merubah kompetisi, merubah cara berhubungan antara pelanggan dan perusahaan, serta dapat membuat halangan bagi pendatang baru, meningkatkan biaya untuk berpindah (switching cost). Teknologi informasi juga dapat memberikan nilai tambah terhadap produk, layanan yang sudah ada, bahkan membuat produk atau layanan yang baru. C. Pengertian Sistem Enterprise Resource Planning (ERP) Sistem ERP adalah suatu sistem yang mengkoordinasi dan mengatur data, proses bisnis, dan sumber daya yang ada dalam suatu perusahaan (Romney, 2012). Sistem ERP mengumpulkan, memproses dan menyimpan data serta menghasilkan informasi berupa laporan-laporan yang dibutuhkan oleh manajer untuk mengambil keputusan dan oleh pihak eksternal perusahaan untuk menilai perkembangan perusahaan. ERP memungkinkan integrasi dan penggunaan data-data dari setiap aspek yang ada dalam perusahaan sehingga manajemen perusahaan memiliki pandangan yang terintegrasi mengenai perusahaannya, karena pada dasarnya setiap proses bisnis dalam perusahaan saling terkait satu dengan yang lainnya. D. Vendor Sistem ERP Menurut Motiwalla dan Thompson (2009:12) dalam bukunya yang berjudul Enterprise Systems for Management, Komponen-komponen ERP yang mendasar adalah sebagai berikut: 1. People Dalam implementasi ERP, terdapat orang-orang yang terlibat didalamnya, yaitu staff IT dan pengguna dari sistem ERP nantinya. Pengguna harus terlibat dan memiliki peran kunci dalam proyek implementasi ERP sejak awal, karena pengguna memiliki tanggung jawab dalam menginput, memproses, dan menghasilkan output dari sistem. 2. Process Hal ini berhubungan dengan proses bisnis, prosedur, dan aturan, serta proses bisnis dengan menggunakan sistem ERP. 3. Hardware Hardware berkaitan dengan teknologi dalam pengimpletasian ERP, salah satunya adalah hardware yang meliputi server dan komponen pendukungnya. 4. Software Dalam pengimpletasian ERP juga bergantung pada software, yang meliputi sistem operasi dan proses aplikasi. 5. Database Database berhubungan dengan informasi yang berasal dari pihak internal dan eksternal organisasi yang nantinya disimpan ke dalam suatu penyimpanan bernama database ini. Menurut Manager’s Guide to Enterprise Resource Planning (ISACA, 2001), pendorong penerapan sistem ERP adalah sebagai berikut: 1. Dari segi bisnis a. Kepuasan pelanggan b. Proses yang lebih efisien c. Untuk memenuhi persyaratan BPR d. Untuk memenuhi tantangan pasar yang kompetitif e. Kekurangan tenaga kerja 2. Dari segi teknologi informasi a. Kebutuhan integrasi sistem yang tidak teralisasikan pada legacy system (sistem yang sekarang) b. Modernisasi hardware dan software pada sistem c. Kebutuhan untuk berinteraksi secara online terutama melalui internet E. Keuntungan dan Tantangan Dalam Penerapan Sistem ERP Menurut Romney (2012), keuntungan dari penerapan sistem ERP adalah sebagai berikut: 1. Sistem ERP menyajikan sisi pandang data dan situasi finansial dari perusahaan yang terintegrasi, menyeluruh, dan enterprise-wide. 2. Input data hanya dilakukan sekali, tidak seperti ketika memakai banyak sistem terpisah dimana harus memasukan data beberapa kali. 3. Manajemen mendapatkan lebih banyak kemampuan untuk mengawasi dan mengatur semua area dalam perusahaan. 4. Perusahaan mendapatkan kontrol akses yang lebih baik. 5. Prosedur dan laporan akan terstandarisasi untuk semua bisnis. 6. Pelayanan kepada konsumen menjadi meningkat karena karyawan dengan cepat dapat mengakses order, persediaan yang tersedia, informasi pengiriman, dan detil transaksi konsumen dimasa lalu. 7. Pabrik produksi mendapatkan order produksi baru secara real time dan otomatisasi proses produksi akan meningkatkan produktivitas produksi. Akan tetapi, di sisi lain penerapan sistem ERP juga memiliki tantangan. Tantangan tersebut antara lain: 1. Biaya 2. Waktu yang dibutuhkan 3. Perubahan pada proses bisnis 4. Kompleksitas 5. Resistensi F. Perencanaan dan Keputusan Implementasi ERP Penerapan ERP bukanlah hal yang mudah sehingga untuk menerapkannya diperlukan komitmen dari manajemen puncak, dan diperlukan analisis yang mendalam mengenai kesesuaian fitur pada modul ERP dengan aktivitas bisnis utama dalam perusahaan. Selain itu, penerapan ERP pada umumnya membutuhkan konsultan karena tingkat kerumitan yang tinggi, dan konsultan yang berpengalaman sudah memiliki cara-cara yang dapat digunakan untuk mempermudah penerapan ERP. Sistem ERP tidak dapat dilepaskan dari aspek “bestpractices”. ERP berperan sebagai teknologi untuk menjembatani keterkaitan antara teknologi informasi dan bisnis. Diperlukan perencanaan dan pengambilan keputusanyang tepat dan cermat. Sebagai sebuah paket software, implementasi ERP mengacu pada tahapan implementasi software. Aspek yang dikaji dalam setiap tahap meliputi aspek organisasi, teknis, manusia dan informasi. G. Tahapan Implementasi ERP dan Strategi Implementasi ERP Berdasarkan Motiwalla dan Thompson (2009:94-98), ada 5 tahap dalam implementasi ERP, yaitu: 1. Tahap 1 – Scope and Commitment (Scope and Planning – termasuk dalam tahap initiation). Dalam tahap ini yang harus dilakukan adalah menentukan ruang lingkup atau scope implementasi ERP yang disesuaikan dengan sumber daya (termasuk budget) dan waktu yang telah ditentukan sebelumnya, serta membuat visi jangka panjang dan rencana implementasi jangka pendek yang harus mendapatkan dukungan penuh dari manajemen level atas. 2. Tahap 2 – Analysis and Design (termasuk dalam tahap Analysis Design) Pada tahap ini, setelah memilih vendor dan software ERP yang akan digunakan beserta dengan pemilihan konsultan dan pembentukan tim implementasi, maka yang selanjutnya dilakukan dalam rangka mendukung analisis terhadap requirements adalah melakukan analisis gap, yakni membandingkan fungsi yang disediakan oleh sistem ERP dengan proses operasional yang dibutuhkan perusahaan untuk menjalankan bisnisnya. Analisis gap ini dapat digunakan sebagai dasar membuat rancangan use interface bagi bagian yang dimodifikasi pada software ERP, rancangan strategi manajemen perubahan, rencana konversi data dan sistem serta rencana untuk pelatihan dan eksekusi implementasi ini. 3. Tahap 3 – Acquisition and Development (berada diantara tahap Analysis Design dan Implementation Pada tahap ini, tim teknikal akan berkutat dengan instalasi software ERP, sedang di sisi lain tim manajemen perubahan bekerja bersama dengan end user akan mengimplementasikan perubahan pada proses bisnis dan melakukan pelatihan awal menggunakan prototype yang telah dibuat ditahapan selanjutnya. Dan tim data akan melakukan migrasi data dari sistem lama ke sistem baru berbasis ERP ini. Dan akhir tahap ini ditandai dengan mengonfigurasi keamanan dan mengimplementasikan aturan authentication dan otorisasi untuk mengakses sistem ERP ini. 4. Tahap 4 – implementation Pada tahap ini, software ERP akan terinstall dan dapat digunakan oleh end user. End user akan mencoba software ERP tersebut sekaligus mengujinya. Pengujian ini dilakukan dengan harapan bahwa jika ada error pada software ERP tersebut maka dapat langsung diperbaiki. 5. Tahap 5 – Operation Pada tahapan ini, tim implementasi akan beralih fungsi menjadi tim support untuk membantu end user dan tim operasional yang mengalami kesulitan dan membutuhkan bantuan dalam penggunaan sistem ERP ini. H. Critical Success dan Failure Factors dari Implementasi ERP Faktor-faktor penting yang menentukan keberhasilan implementasi ERP (Motiwalla dan Thompson, 2009) adalah sebagai berikut: 1. Proses Pembuatan Keputusan Pembuatan keputusan harus dilakukan dengan proses yang tepat dan cepat oleh tim implementasi terhadap perbedaan-perbedaan seputar modifikasi yang harus dilakukan pada software ERP, cara konversi data, dan sebagainya. 2. Ruang Lingkup Proyek Implementasi Penentuan ruang lingkup proyek implementasi ERP harus dipikirkan matang-matang oleh manajer proyek, karena jika ruang lingkup meluas maka biaya dan waktu proyek implementasi akan bertambah dan kualitas proyek akan berkurang sehingga tidak tercapainya goal yang diinginkan. 3. Teamwork Tim implementasi ERP biasanya terdiri dari karyawan-karyawan internal perusahaan, karyawan-karyawan rekrutan baru dan konsultan-konsultan yang memiliki jobdesk masing-masing yang berbeda-beda. Dimana tim implementasi ini dikepalai oleh seorang manajer proyek yang bertugas untuk mengarahkan anggota tim implementasi agar mengerjakan implementasi sistem ERP ini sesuai dengan ketentuan yang disepakati sebelumnya. 4. Manajeman perubahan Dalam manajemen perubahan yang harus dilakukan oleh manajer proyek adalah mengkomunikasikan perubahan kepada tim dan end user terkait dengan penerapan sistem ERP ini serta melakukan pelatihan terhadap end user mengenai penerapan sistem ERP dan penggunaan software ERP. 5. Tim Implementasi dan Eksekutif Struktur tim implementasi, pemilihan anggota tim implementasi dan peran serta tanggung jawab tiap anggota tim implementasi juga merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan keberhasilan implementasi ERP. Sedangkan berdasarkan Jurnal Critical Faillure Factors in ERP Implementation (Wong, Ada, et all, 2005: 6-8), ada 3 faktor penting yang dapat menyebabkan kegagalan dalam implementasi ERP. Ketiga faktor tersebut adalah sebagai berikut: 1. Lemahnya Efektivitas Konsultan Faktor ini berkaitan dengan tim proyek implementasi. Contohnya konsultan yang memiliki kendala dengan bahasa dan yang kurang berpengalaman dengan sistem ERP seperti tidak memberikan service yang profesional, tidak melakukan BPR (Business Process Reenginering) terhadap gap antara proses yang ada sekarang dengan sistem ERP, tidak memberikan perencanaan yang jelas dalam testing, tidak mengkonfigurasi sistem ERP sesuai dengan gap dan kebutuhan user. Selain itu, faktor ini berkaitan juga dengan pemberian training yang dibawah standar dari konsultan kepada user. 2. Lemahnya Kualitas BPR (Business Process Reenginering) Faktor ini berkaitan dengan masalah tim proyek implementasi ERP yang bingung dengan bagaimana melakukan BPR. Masalah ini ditambah lagi dengan konsultan yang tidak mampu untuk mendampingi dan memberikan masukan bagi tim proyek implementasi untuk melakukan BPR. Tidak ada BPR maka akan menimbulkan ketidaksesuaian antara konfigurasi sistem ERP dengan sistem ERP yang diimplementasikan, dan konfigurasi sistem ERP dapat memakan waktu lebih lama (hal ini juga menambah biaya implementasi). Sehingga perusahaan menjadi tidak siap untuk menerapkan sistem ERP baru tersebut. 3. Lemahnya Efektivitas Manajemen Proyek Faktor ini berkaitan dengan kegagalan dalam merencanakan, memimpin, mengatur dan mengawasi implementasi ERP. Hal ini dapat terjadi akibat kekurangan sumber daya manusia dalam tim tersebut dan jadwal aktivitas dalam implementasi yang terlalu ketat dan tidak realistis.
Pendekatan sederhana untuk SEO: Bagaimana memahami dasar-dasar optimasi mesin pencari dengan cara yang sederhana dan praktis melalui jalur penemuan non-spesialis untuk semua orang