Abstrak
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui konsep sistem produksi dan
model tata letak mesin produksi serta untuk mengetahui berapa besar tingkat
efektivitas dan efisiensi proses produksi setelah perubahan tata letak mesin.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah metode Snowball Sampling
dengan 1 Key-informan. Observasi, wawancara, dan data sekunder digunakan
dalam metode pengumpulan data. Teknik analisis data menggunakan metode Line
Balancing. Hasil penelitian diperoleh bahwa setelah konsep Line Balancing
diterapkan pada Line B00-07, secara keseluruhan terjadi peningkatan efisiensi
95% dan tingkat efektivitas 61%.
Kata kunci: Line Balancing, Efektivitas, Efisiensi dan Layout
PENDAHULUAN
Kemajuan dunia teknologi yang semakin pesat disertai dengan ketatnya
persaingan usaha di dunia industri, menuntut perusahaan untuk selalu berkembang
dan melakukan inovasi-inovasi di berbagai bidang. Hanya dengan cara tersebut,
perusahaan dapat terus bertahan dan melanjutkan persaingan di dunia industri
sesuai dengan bidang masing-masing. Banyak cara yang dapat dilakukan agar
perusahaan dapat terus bertahan untuk menghadapi persaingan, namun semuanya
akan kembali pada suatu tujuan mendasar, yakni bagaimana membuat perusahaan
agar lebih efektif dan efisien dalam segala bidangnya sehingga produktivitas
perusahaan dapat meningkat.
Perencanaan tata letak merupakan salah satu upaya yang dilakukan
perusahaan untuk dapat mengorganisir berbagai alat produksinya agar mampu
memberikan efisiensi dari segi tata letak. Menurut Yamit (2003) tujuan utama
yang ingin dicapai dalam perencanaan tata letak fasilitas adalah untuk
meminimumkan biaya atau meningkatkan efisiensi dalam pengaturan segala
fasilitas produksi dan area kerja. Perancangan tata letak akan menentukan
bagaimana aktivitas-aktivitas dari mesin produksi dapat diatur sedemikian rupa
sehingga dapat menunjang upaya pencapaian tujuan pokok secara efektif dan
efisien. Perencanaan tata letak mesin produksi yang baik akan mampu
meningkatkan efisiensi penggunaan ruang, waktu maupun output yang dihasilkan.
Di sisi lain, tata letak mesin produksi yang kurang teratur dapat menyebabkan
panjangnya jarak perpindahan bahan yang dapat berakibat pada lamanya waktu
proses produksi, serta meningkatnya biaya perpindahan bahan.
PT. XXX merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang
produksi audio speaker otomotif. Perusahaan membuat banyak model speaker di
dalam satu line produksi. Dalam satu line bisa memproduksi tiga model speaker
sekaligus. Mesin-mesin yang digunakan untuk memproduksi speaker tersebut
cukup banyak dan bervariasi, tetapi penempatan mesin-mesin tersebut tidak
beraturan sehingga terjadi kesimpangsiuran dalam proses produksi. Hal yang
menjadi masalah dalam produksi sehari-hari diperusahaan ini adalah banyaknya
jumlah karyawan dan jumlah ouput produk yang dihasilkan sedikit. Untuk itu
perlu dilakukan penataan kembali terhadap mesin-mesin tersebut agar dapat
menekan biaya sehingga dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi waktu
penyelesaian produk.
Menurut Anthony (2005), efektivitas ditentukan oleh hubungan antara
output yang dihasilkan oleh suatu pusat tanggung jawab dengan tujuannya.
Menurut Sinungan (2005), efisiensi kerja adalah perbandingan yang paling
harmonis antara pekerjaan yang dilakukan dengan hasil yang diperoleh ditinjau
dari segi waktu yang digunakan, dana yang dikeluarkan, serta tempat yang
dipakai. Secara umum efisiensi kerja adalah perbandingan terbaik antara suatu
usaha dengan hasil yang dicapai.
Landasan Teori
Pengertian Tata Letak
Menurut Wignjosoebroto (2003) tata letak pabrik atau tata letak fasilitas dapat
didefinisikan sebagai tata cara pengaturan fasilitas-fasilitas pabrik guna
menunjang kelancaran proses produksi.
Pengertian Mesin Produksi
Menurut Fachrurrozi (2002) mesin-mesin produksi merupakan faktor produksi
yang berfungsi mengkonversi bahan baku menjadi barang setengah jadi atau
barang jadi.
Pengertian Efektivitas
Menurut Anthony (2005) efektivitas ditentukan oleh hubungan antara output yang
dihasilkan oleh suatu pusat tanggung jawab dengan tujuannya.
Pengertian Efisiensi Kerja
Menurut Sinungan (2005) efisiensi kerja adalah perbandingan yang paling
harmonis antara pekerjaan yang dilakukan dengan hasil yang diperoleh ditinjau
dari segi waktu yang digunakan, dana yang dikeluarkan, serta tempat yang
dipakai.
Pengertian Proses Produksi
Menurut Sule dan Saefullah (2006) produksi adalah suatu proses penyediaan
barang atau jasa yang diinginkan oleh konsumen.
Perumusan Masalah
1. Bagaimana konsep sistem produksi dan model tata letak (layout) mesin
produksi yang diterapkan PT XXX
2. Masalah apa saja yang di hadapi perusahaan dalam menerapkan plant layout
3. Berapa besar tingkat efektivitas dan efisiensi proses produksi setelah perubahan
tata letak mesin
Tujuan Penelitian
1. Mengetahui konsep sistem produksi dan model tata letak (layout) mesin
produksi yang diterapkan PT XXX.
2. Mengetahui masalah apa saja yang di hadapi perusahaan dalam menerapkan
plant layout.
3. Mengetahui berapa besar tingkat efektivitas dan efisiensi proses produksi
setelah perubahan tata letak mesin.
KAJIAN PUSTAKA
Kajian Empiris dalam penelitian ini adalah:
1. Vivekanand s Gogi, Rohith D, Shashi Kiran K, Suhail M Shaikh (2014) dengan
judul penelitian Efficiency Improvement of a Plant Layout. Hasil penelitian
menunjukkan terdapat efisiensi terhadap layout sehingga dapat mengurangi jarak
tempuh material.
2. Artika Wulansari, Antoni Yohanes (2010) dengan judul penelitian Perencanaan
Ulang Tata Letak Fasilias Produksi Untuk Penanganan Masalah Material
Handling dan Tata Ruang. Hasil Penelitian Berdasarkan Metode Euclidean
Distance menghasilkan total biaya yang lebih kecil dari pada dua metode lainnya.
3. Syahrul Ramadhan (2012) dengan judul penelitian Analisis Penerapan Konsep
Penyeimbangan Lini (Line Balancing) Pada Sistem Produksi Percetakan Harian
Tribun Timur di Makasar. Hasil penelitian ini Ditemukan bahwa tingkat efisiensi
lini pada bagian cetak menunjukkan tingkat efisiensi lini yang lebih baik
dibandingkan efisiensi lini pada bagian pracetak.
4. Rifka Karmila Dewi, Mochamad Choiri, dan Agustina Eunike (2012) dengan
judul penelitian Perancangan Tata Letak Fasilitas Menggunakan Metode Blocplan
dan Analytic Hierarchy Process (AHP). Hasil penelitian menunjukkan setelah
dibuat matriks perbandingan berpasangan antar kriteria didapatkan bobot untuk
setiap kriteria yaitu 0,309 untuk kriteria Adjacency Score, 0,582 untuk kriteria R-
Score, dan 0,109 untuk kriteria Rel-dist Score. Artinya kriteria R-Score
memberikan pengaruh paling besar dalam pemilihan alternatif tata letak fasilitas
sebesar 58,2%. Alternatif tata letak terbaik yang dipilih adalah alternatif satu
dengan relative score sebesar 0,295.
5. Ahmad Syukron (2013) dengan judul penelitian Perancanan Ulang Tata Letak
Fasilitas Produksi Menggunakan Algoritma Blocplan dan Simulasi Komputer.
Hasil Penelitian perubahan tata letak fasilitas produksi yang dilakukan dari tata
letak awal ke tata letak usulan mampu meminimalisasi jarak dan biaya material
handling. Terjadi penurunan baik pada jarak maupun biaya material handling
sebesar 16,19%.
6. Eti Kristinawati (2000) dengan judul penelitian Perancangan Tata Letak Mesin
dengan Menggunakan Konsep Group Technology sebagai Upaya Minimasi Jarak
dan Biaya Material Handling. Hasil Penelitian perancangan ulang tata letak
fasilitas produksi menggunakan konsep Group Technology dan bantuan algoritma
CRAFT menghasilkan layout usulan baru yang memberikan pengurangan jarak
perpindahan material handling dari 71935,23 m menjadi 63003,0 m sehingga
dapat mengalami penurunan sebesar 8932,23 m atau 12,41% dari total jarak pada
layout awal.
METODE
Rancangan penelitian
Desain atau rancangan penelitian menggunakan pendekatan penelitian studi kasus,
studi kasus berguna dalam menerapkan solusi pada masalah terkini berdasarkan
pengalaman pemecahan masalah di masa lalu. Di dalam penelitian studi kasus,
pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah problem solving atau
penelitian yang dilakukan untuk memperoleh fakta-fakta mengenai fenomena-
fenomena yang ada di dalam obyek penelitian dan mencari keterangan secara
aktual dan sistematis.
Deskripsi Data
Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa
worksheet (lembar kerja), draft layout, dan diagram alir (flow chart).
1. Worksheet Control Production Tack
2. Layout Plan
Layout Plan adalah draft pengaturan fasilitas atau mesin pabrik untuk
memperlancar proses produksi yang mencakup desain atau konfigurasi dari
bagian-bagian, dan peralatan yang membentuk proses perubahan dari bahan
mentah menjadi bahan jadi. Layout plan tersebut tidak permanen, dikarenakan
bisa hampir setiap waktu dilakukan perubahan terhadap layout plan tersebut.
Layout plan tersebut di buat menggunakan aplikasi AutoCAD. Sebelum membuat
layout plan, terlebih dahulu diharuskan membuat Control Production Tack untuk
mendapatkan data real dari proses produksi. Dibawah ini adalah layout plan
sebelum perubahan :
3. Flow Chart
Bagan alir (flowchart) merupakan bagan alir yang menunjukkan arus dari laporan
dan formulir termasuk tembusan-tembusannya. Bagan alir dokumen ini
menggunakan simbol-simbol yang sama dengan yang digunakan di dalam bagan
alir sistem. Bagian produksi di PT. XXX biasanya selalu memakai flow chart ini
untuk menjadi pedoman pada saat proses produksi berlangsung. Agar bagian
produksi mengetahui proses mana yang tidak dilakukan oleh operator dan proses
mana yang tidak sesuai dengan flow chart yang telah di buat.
4. Control Plan
Control plan di gunakan sebagai pedoman bagi departemen Quality Control pada
saat melakukan pengecekan proses produksi dan pengecekan produk yang sudah
jadi. Biasanya masing-masing operator di haruskan untuk mempunyai satu control
plan di stationnya sehingga pada saat terjadi kesalahan proses atau kerusakan
produk operator dapat memberi tahu kepada bagian quality control agar
permasalahan yang terjadi segera di selesaikan.
Analisis Data Hasil Penelitian
1. Konsep Sistem Produksi dan Model Tata Letak (layout) Mesin Produksi
PT. XXX
a. Konsep Sistem Produksi PT. XXX
Konsep sistem produksi dan model tata letak (layout) mesin produksi yang
diterapkan oleh PT. XXX di bagi menjadi 4 bagian, yaitu :
1) Bahan Baku / Material untuk Produksi
Konsep sistem berikutnya yang akan di analisis adalah mesin, peralatan, dan
operator.
Mesin yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:
1. Pole cover apply for yoke
2. Yoke apply for magnet
3. Magnet cleaning machine
4. Magnet apply for frame assembly
5. Gap cleaning unit
6. Frame apply for spider
7. Voice coil spider neck apply
8. Frame apply for cone paper
9. Cone paper Press
10. Cone paper neck apply
11. Frame apply for gasket
12. Soldering
13. Apply cone paper for center cap
14. Upper center cap apply
15. Magnetizing machine
16. Clip insert machine
17. Seal pressing machine
18. Clip checking machine
19. Polarity & sound inspection
check
3) Sistem dan Waktu Kerja
Setelah menganalisis material, mesin, peralatan dan operator, maka langkah
berikutnya adalah menganalisis sistem dan waktu kerja PT. XXX. Perusahaan
melakukan proses produksi terhitung lima hari mulai dari hari senin sampai
dengan hari jumat. Proses produksi setiap harinya dilakukan dalam dua shift
waktu kerja dengan waktu istirahat masing-masing satu jam pada setiap shift.
Pembagian waktu shift, yaitu:
1. 07.30 – 16.30 WIB
2. 22.30 – 07.30 WIB
4) Proses Produksi
Proses produksi yang dilakukan setiap harinya untuk membuat speaker model GM
557305 :
1. Apply pole spider neck
cover & yoke upper apply
insert 15. Frame apply
2. Yoke apply for conepaper
3. MG insert 16. Insert cone
4. Cleaning paper
magnet 17. Press cone
5. Transfer MG paper
ass"y 18. VC-cone
6. Frame supply paper neck
7. MG-yoke ass'y apply
cleaning & 19. Arrange wire
yoke-MG 20. Gasket apply
apply
8. Frame - yoke
join & inserty
PG
9. Remove PG &
magnetic gap
cleaning
10. Spider apply
& dowel
caulking apply
11. Setting VC &
joint VC to
VG
12. VC-spider
neck lower
apply
13. Insert spider
14. Spider upper
apply & VC-
b. Model Tata Letak (layout) Mesin Produksi PT. XXX
Berikut ini adalah tata letak proses produksi beserta mesin-mesin produksi yang belum
dilakukan perubahan.
Tata letak mesin berikut ini adalah tata letak mesin (layout) yang belum dilakukan
perubahan. Model tata letak mesin (layout) seperti ini merupakan model tata letak produk
(product layout) dikarenakan proses produksinya telah distandarisasikan dan cenderung
berproduksi dalam jumlah yang besar. Setiap produk akan melalui tahapan operasi yang
sama sejak dari awal sampai akhir (Pontas, 2003). Untuk pola aliran memakai pola aliran
serpentine atau zig zag (S-Shaped) dikarenakan aliran proses produksi lebih panjang
dibandingkan dengan luasan area yang tersedia sehingga aliran bahan akan dibelokkan
untuk menambah panjangnya garis aliran yang ada dan secara ekonomis hal ini akan dapat
mengatasi segala keterbatasan dari area, dan ukuran dari bangunan pabrik yang ada
(Pontas, 2003).
a. Stok material sering tidak terpenuhi, dikarenakan terjadi masalah kualitas pada material-
material yang dibeli dari dalam dan luar negeri sehingga dibutuhkan waktu melakukan
sorting terlebih dahulu dan mengganti material yang kualitasnya tidak baik dengan yang
baru. Plant layout tidak dapat di jalankan apabila material tidak tersedia.
b. Terjadinya masalah pada mesin saat tahapan proses produksi berlangsung. Hal yang
terjadi pada umumnya adalah campuran dari perekat yang tidak seimbang sehingga
menghasilkan campuran yang tidak memenuhi ratio yang menyebabkan perekat susah
untuk kering. Ini dipengaruhi oleh ketidakstabilan tekanan udara yang menggerakkan
valpet dispenser (katup tempat perekat). Hal ini terjadi sekitar 3-4 kali per 8 jam, karena
pemakaian tekanan yang begitu besar dan juga aktifasi waktu semua mesin yang tidak
bersamaan bisa mempengaruhi tekanan udara yang masuk ke setiap mesin.
c. Terjadi masalah pada saat tahapan proses produksi. Masalah yang umumnya terjadi
adalah masalah internal, contohnya ketidakseimbangan waktu dalam menyelesaikan setiap
proses menyebabkan beberapa operator tampak harus selalu menunggu hasil dari proses
sebelumnya. Masalah ini selalu terjadi secara umum di setiap line produksi karena
memakai manual system. Supaya lebih kompatibel terhadap segala bentuk speaker yang
diproduksi baik yang berbentuk bulat, petak atau lonjong. Penyebab dari masalah tersebut
adalah karena kekecepatan penyelesaian setiap proses tergantung kepada mood operator.
Saran
Dengan memperhatikan hasil kesimpulan diatas, maka saran-saran untuk dapat dijadikan
bahan masukan kepada PT. XXX dalam Memperhatikan Efektivitas dan Efisiensi Proses
Produksi Line Speaker Setelah Perubahan Tata Letak Mesin antara lain sebagai berikut:
Saran Untuk Perusahaan
1. Perlunya penataan kembali tata letak beberapa mesin tertentu. Penataan ulang tersebut
bertujuan untuk mempersingkat alur proses produksi Line B00-07.
2. Perlunya diterapkan metode Line Balancing dalam penataan kembali tata letak beberapa
mesin tertentu untuk mempersingkat waktu produksi dengan
menghasilkan output yang besar dengan biaya, waktu produksi dan alur proses produksi
yang sedikit dan singkat. Sehingga proses produksi berjalan dengan efektif dan efisien.
Saran Untuk Perusahaan
1. Bagi peneliti – peneliti berikutnya yang ingin mengadakan penelitian serupa, agar dapat
mengembangkan hasil penelitian ini dengan mengangkat objek penelitian pada perusahaan
lainnya.
2. Menambahkan atau mengubah variabel bebas selain Tata Letak Mesin Produksi yang
mungkin berpengaruh terhadap Efektivitas dan Efisiensi Proses Produksi.
DAFTAR PUSTAKA
Penulisan daftar pustaka terdiri-dari nama penulis, tahun penerbitan, judul artikel, nama
kota dan institusi penerbitan. Daftar rujukan diurutkan sesuai huruf pertama nama penulis
(A-Z). Kata kedua dalam nama disepakati sebagai nama keluarga. Semua pustaka yang
dirujuk dalam teks harus dituliskan dalam daftar rujukan. Berikut adalah contoh dalam
penulisan daftar pustaka.
Anthony. (2005). Management Control System: Sistem Pengendalian Manajemen. Jakarta:
Salemba Empat
Apple. (1990). Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan. Bandung: Badan Penerbit ITB
Assauri. (2008). Manajemen Produksi dan Operasi (Edisi Revisi). Jakarta: Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia
Dewi dan Choiri dan Eunike. (2012). Perancangan Tata Letak Fasilitas Menggunakan
Metode Blocplan dan Analytic Hierarchy Process (Studi Kasus Pada Koperasi Unit Desa
Batu). Jurnal Teknik Industri Universitas Brawijaya, Malan,
Fachrurrozi. (2002). Manajemen Pemeliharaan Mesin-Mesin Produksi di Industri
Pengolahan Kayu (Studi PT. Inhutani Administratur Industri Bekasi). Skripsi Institut
Pertanian Bogor, Jawa Barat
JURNAL II
PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS
Perancangan Tata Letak
Definisi: pengaturan tata letak fasilitas fasilitas operasi dengan memanfaatkan area
yang tersedia untuk penempatan mesin-mesin,bahan bahan, perlengkapan untuk operasi,
personalia dan semua peralatan/fasilitas dalam produksi.
Hendaknya fleksibel, untuk mengantisipasi adanya perubahan permintaan,
penemuan produk baru, proses baru, dsb yang akan mengubah tata letak yang memerlukan
biaya minimum.
Tata Letak Fasilitas
Adalah tata cara pengaturan letak fasilitas-fasilitas yang sudah ada ataupun yang
baru, guna menunjang kelancaran proses produksi (Wignjosoebroto,2000)
Fasilitas adalah bagian dari pelayanan produksi yang meliputi: receiving, storage,
shipping, toolsroom & toolscrib, supervisors room, physical plant service
department, office and personal services.
Jenis fasilitas:
1. Fasilitas poduksi
2. Fasilitas pelayanan
3. Fasilitas pendukung
DefinisiPTLF
Mencakup pengaturan unsur fisik dari fasilitas industri baik yang sudah diterapkan
atau pun yang baru direncanakan, meliputi ruangan yang diperlukan untuk
pergerakan material, gudang, tenaga kerja tidak langsung, dan segala aktivitas
pembantulainnya sepertihalnya peralatan operasi dan karyawan yang diperlukan
(RichardMuther,1955)
Menetukan bagaimana kegiatan aset tetap yang dapat memberikan dukungan yang
terbaik dalam rangka mencapai tujuan dari kegiatan tersebut
(JamesA.Tompkin,1984)
Penggambaran yang berhubungan dengan perancangan susunan unsur fisik suatu
kegiatan dan selalu berhubungan erat dengan industri
manufaktur.(JamesM.Apple,1990)
Pengaturanfasilitasfisikperusahaandengantujuanmeningkatkanefisiensipenggunaanp
eralatan,material,tenagakerjadanenergi.(FredE.Meyers,1993)
SasaranPTLF
Mengatur area kerja dan segala fasilitas produksi yang paling ekonomis untuk
operasi produksi yang aman dan nyaman, sehingga akan dapat menaikkan moral
kerja dan performansi dari operator (Wignjosoebroto,2000)
Mempermudah proses supervisi
Meminimalisasi biaya
Mengatur area kerja
TujuanPTLF
Memanfaatkan area yang ada
Pendayagunaan pemakaian mesin, tenaga kerja dan fasilitas produksi lebih besar
Meminimumkan material handling
Mengurangi waktu tunggu dan mengurangi kemacetan
Memberikan jaminan keamanan, keselamatan dan kenyamanan bagi pekerja
Mempersingkat proses manufaktur
Mengurangi persediaan setengah jadi
Mempermudah aktivitas supervisi
Manfaat PTLF
1. Mempermudah proses manufakturing
2. Mengefektifkan pemanfaatan ruang
3. Memberikan kenyamanan, kesenangan dan keselamatan pekerja
4. Meningkatkan efektivitas tenaga kerja
5. Menjaga keluwesan pengaturan dan operasi (fleksibilitas)
6. Meminimasikan investasi terhadap kebutuhan peralatan
7. Meminimisasikan waktu produksi secara keseluruhan
8. Meminimisasikanbiaya dan variasi material handling
9. Mempermudah penetapan struktur organisasi
RuangLingkupPTLF(1)
Rancang fasilitas dapat berupa pengaturan tempat kerja secara individu atau dapat
juga berupa pengaturan secara lengkap yang meliputi seluruh area Dari suatu
industri (RichardMuther,1955)
Pengangkutan, penerimaan, gudang bahan baku, produksi, perakitan, pengemasan
dan kajian yang cermat dari bidang-bidang pengepakan, pemindahan barang,
pelayanan pegawai, kegiatan produksi penunjang, pergudangan, pengiriman,
perkantoran, fasilitasruang, bangunan, lahan, lokasi, dan buangan limbah
(JamesM.Apple,1990)
PerencanaanTata LetakFasilitas
Melibatkan 5 tingkat perencanaan (Q.Lee,1997):
Lokasi Fasilitas
Rencana Site
Rencana Tata Letak Bangunan
Rencana Tata Letak Departemen/Sel
Rencana Tata Letak Stasiun Kerja
Jenis/Tipe Layout
Product Layout–yaitu tipe layout untuk variasi produk rendah dan volume tinggi.
Disesuaikan dengan urutan proses.
ProcessLayout–yaitu tipe layout untuk variasi produk tinggi dan volume rendah.
Fasilita sproduksi yang rnempuyai karakter atau fungsi yang sama ditempatkan
dalam satu bagian.
FixedLayout–yaitu tipe layout dengan variasi produk rendah dan volume rendah.
Pengaturan material atau komponen produk akan tetap pada posisinya, sedangkan
fasilitas produksi yang bergerak berpindah menuju lokasi material tersebut.
GroupLayout–yaitu tipe layout untuk variasi produk sedang dan volume sedang.
Fasilitas produksi dikelompokkan untuk pembuatan produk yang memerlukan
proses operasi yang sama.
ContohProcessLayout
ContohProduct Layout
ContohFixed Layout
ContohGroup Layout
Hybrid Layout
Cellularlayouts
Mesin dikelompokkan dalam sel
Flexible manufacturing systems
Sistem otomatisasi mesin dan penanganan material
Mixed-model assembly lines
Memproduksi berbagai model pada satu baris
Cellular Layouts19
CellularManufacturing
Tata letak dimana mesin dikelompokkan kedalam sel yang dapat memproses item
yang memiliki persyaratan pengolahan yang sama
GroupTechnology
Pengelompokan sesuai dengan bagian-bagian dari item yang diproduksi
(partfamilies) dengan desain atau karakteristik dari produksi yang serupa.
KategoriProsedurLayout
Constructiontyp e(Jeniskonstruksi)
Mengembangkan layout baru"dariawal“.
Improvementtype (Jenispengembangan)
Menghasilkan alternatif tataletak berdasarkan tataletak yang ada.
BaganPerencanaanLayout
Aliran proses, termasuk operasi, transportasi, penyimpanan, daninspeksi
Waktu standar untuk setiap operasi
Pemilihan mesin dan keseimbangan
Seleksi tenaga kerja dan keseimbangan
Persyaratan material handling
PrinsipDasarPTLF
Prinsip integrasitotal
Prinsip perpindahan minimal
Prinsip aliran dari proses kerja
Prinsip pemanfaatan ruangan
Prinsip kepuasan dan keselamatan kerja
Prinsip fleksibilitas
PermasalahanPerencanaanFasilitas
Perubahan rancangan
Penambahan produk baru
Perluasan, pengurangan, pemindahan, penambahan departemen
Peremajaan peralatan/mesinyang rusak
Perubahan metode produksi
Perubahan lokasi pabrik ke daerah pemasaran
Perencanaan fasilitas baru
PerencanaanUlangTLF
Perubahan desain produk, model, dst.
Perubahan atau peningkatan volume produksi.
Keluhan pekerja terhadap kondisi area kerja.
Kemacetan-kemacetan aktivitas MH.
Perubahan lokasi pabrik ke daerah pemasaran.
PermasalahanTLF
Merencanakan bangunan baru secara keseluruhan, pekerjaan ini tidak mungkin
dilakukan oleh satu orang dan biasanya melibatkan sejumlah ahli khusus dan staf
teknik lainnya.
Memperluas atau memindahkan bangunan yang sudah ada, bagaimana seorang ahli
tata letak dapat mengadaptasikan bangunan dan sarana yang telah ada kedalam
perencanaan.
Mengatur ulang tata letak yang ada, persoalan biasanya timbul ketika suatu
perusahaan ingin mengubah model atau tipe produk dengan peralatan produksi
yang lebih canggih.
Mengadakan pertambahan penyesuaian dari tata letak yang ada, adanya perubahan
desain pada bagian tertentu, penjualan melampaui target, diperlukan jenis konveyor
yang sudah ada.
JURNAL 3
USULAN TATA LETAK DI PABRIK CV. TATA HYDRAULICS
AKIBAT PEMINDAHAN LOKASI PABRIK
1
Program Studi Teknik Industri, Kelas S1 UAJY-ATMI, Universitas Atma Jaya, Yogyakarta
Email : randysaintyoseph@gmail.com – Handphone : 08998765968
2
Fakultas Teknologi Industri, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jl. Babarsari 43
Yogyakarta
Email : aron@mail.uajy.ac.id – Handphone : 081325195229
ABSTRAK
Penelitian dilakukan pada perusahaan CV. Tata Hydraulics, perusahaan pembuat mesin
press hidrolik semi otomatis yang terletak di daerah Bumiayu, Tegal, Jawa Tengah, yang
merencanakan relokasi pabrik dikarenakan tata letak pabrik menimbulkan permasalahan
yang menghambat proses produksi dan ketidaknyamanan bagi para pekerja. Jika tidak
direncanakan dengan baik, maka hasil relokasi pabrik yang baru masih membawa
permasalahan-permasalahan yang terjadi pada tata letak pabrik yang lama. Permasalahan
tersebut adalah peletakan mesin-mesin rusak dan mesin-mesin yang tidak terpakai
dillakukan secara sembarangan sehingga membuat luas area produksi menjadi sempit,
tidak adanya ruangan khusus untuk menyimpan material besi, drum oli hidrolik, komponen
hidrolik, komponen elektrik, dan ruangan untuk proses assembly panel box elektrikal, serta
tidak adanya area kerja khusus untuk jasa korter blok mesin. Tujuan dari penelitian ini
adalah mendapatkan rancangan tata letak untuk lokasi pabrik yang baru sehingga proses
produksi menjadi efektif dan efiisen serta permasalahan-permasalahan pada tata letak yang
sebelumnya tidak terjadi lagi. Metode Systematic Layout Planning dipilih untuk
mendapatkan rancangan tata letak yang baru dan memilih rancangan tata letak yang terbaik
dari beberapa alternatif tata letak yang ada. Metode Systematic Layout Planning dipilih
karena metode ini merupakan metode dengan perencanaan secara sistematis untuk
merancang tata letak suatu fasilitas manufaktur. Hasil dari penelitian adalah rancangan tata
letak baru yang telah menyelesaikan permasalahan yang terjadi pada tata letak pabrik yang
lama. Rancangan tata letak pabrik yang baru juga memberikan jarak tempuh aliran material
yang lebih efektif sebesar 478 meter dan ketersediaan area produksi yang lebih baik
daripada tata letak sebelumnya.
PENDAHULUAN :
CV. Tata Hydraulics merupakan industri yang bergerak di bidang manufaktur pembuatan
mesin press semi otomatis. Perusahaan ini berlokasi di daerah Bumiayu, Kabupaten
Brebes, Jawa Tengah, Indonesia. CV. Tata Hydraulics merupakan perusahaan yang
mempunyai sistem produksi job order. Perusahaan ini dibangun pada tahun 1999 dengan
luas area sebesar 300m². Pada awalnya CV. Tata Hydraulics hanya mempunyai satu
produk tetap yakni mesin press hidrolik semi otomatis dengan kapasitas 30 ton.
Namun seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan teknologi, pesanan yang
diterima dari konsumen telah mengalami banyak perubahan sehingga banyak variasi mesin
yang dikerjakan dalam perusahaan. Ada lima orang pekerja termasuk pemilik perusahaan,
yang bekerja dalam perusahaan ini. Pada tahun 2010, CV. Tata Hydraulics mempunyai
kegiatan produksi baru yang menjadi produksi tidak tetap yakni jasa korter blok mesin
kendaraan roda empat. Dalam waktu 1 tahun, CV. Tata Hydraulics dapat memproduksi
setidaknya 5-6 mesin press semi otomatis dengan kapasitas 30 ton. Dalam sehari,
perusahaan biasa melayani jasa korter blok silinder mesin sebanyak 15-20 buah. Konsumen
utama produk mesin press dari CV. Tata Hydraulics adalah perusahaan atap (genteng)
logam yang tersebar di seluruh wilayah Jabodetabek.
Pada tahun 2016, perusahaan berencana untuk melakukan relokasi pabrik secara
menyeluruh. Perusahaan berencana akan memindahkan lokasi pabriknya dari daerah
Bumiayu, Brebes, ke kawasan industri Cikupa, Tangerang. Luas area yang direncanakan
adalah maksimal 1000 m². Hal ini disebabkan karena pemilik ingin melakukan
pengembangan terhadap produksi mesin press dan korter blok mesin yang telah
dimilikinya. Luas area akan menjadi lebih luas dikarenakan adanya penambahan ruangan
dalam perusahaan seperti ruangan untuk menyimpan komponen hidrolik, elektrik, gudang
material besi, gudang drum oli hidrolik, assy panel box, toilet untuk pekerja serta lahan
parkir perusahaan. Untuk mesin yang rusak dan mesin yang tidak terpakai (tidak
mengalami kerusakan), pemilik perusahaan berencana untuk melakukan proses perbaikan
mesin-mesin yang rusak dan melakukan perawatan yang lebih baik untuk mesin-mesin
yang sudah lama tidak terpakai. Dengan adanya pemindahan lokasi pabrik dan
permasalahan yang terjadi pada fasilitas fisik di dalam pabrik yang sekarang, maka
dibutuhkan perencanaan fasilitas manufaktur yang baru dalam bentuk denah pabrik.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah terjadinya pemindahan lokasi pabrik CV.Tata Hydraulics secara
menyeluruh (relokasi) dan apabila tidak ada perencaaan tata letak yang baru, maka
masalah-masalah yang ada pada tata letak sebelumnya akan terjadi lagi.
Tujuan
Denah pabrik yang baru ini bertujuan agar perusahaan dapat mengembangkan proses
produksi dengan aliran kerja yang optimal dan desain fasilitas manufaktur yang efektif dan
efisien serta mengatasi permasalahan yang terjadi pada tata letak pabrik yang sekarang.
Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan usulan bagi pemilik perusahaan CV. Tata
Hydraulics berupa alternatif tata letak yang optimal untuk lokasi pabrik baru sehingga
dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pemilik perusahaan ketika melakukan relokasi
pabriknya.
METODE
Metode Penelitian
Pada tahap analisis data, penulis menentukan metode yang tepat untuk menyelesaikan
masalah yang dialami oleh perusahaan terkait. Berdasarkan data yang diperoleh, maka
penulis menggunakan metode Sytematic Layout Planning untuk menyelesaikan penelitian
yang dilakukan.
Metode Sytematic Layout Planning dikembangkan oleh seorang warga negara Amerika
Serikat bernama Richard Muther pada tahun 1970. Metode ini merupakan salah satu
metode pendekatan perancangan konvensional untuk membuat tata letak baru. Metode ini
terdiri dari 4 fase yakni fase penentuan lokasi fasilitas, perancangan tata letak keseluruhan
secara umum, perancangan tata letak rinci, dan penerapan tata letak terpilih. Metode
Sytematic Layout Planning ini dipilih karena metode ini merupakan metode dengan
perencanaan secara sistematis untuk merancang tata letak suatu fasilitas manufaktur.
Perencanaan yang sistematis ini memberikan prosedur yang baku dan terbagi dalam fase-
fase project layout. Langkah-langkah yang terstruktur ini membuat proses penelitian dapat
berjalan dengan lancar dan memberikan hasil rancangan tata letak yang efektif.
Alat dan Bahan
Perancangan tata letak untuk lokasi pabrik CV. Tata Hydraulics yang baru dilakukan
dengan pertimbangan berupa masukan dari pemilik perusahaan, untuk menyelesaikan tiga
permasalahan utama pada tata letak yang sebelumnya dan rencana pembangunan tata letak
yang baru. Perancangan tata letak yang baru akan menggunakan metode systematic layout
planning dengan bantuan tools Auto CAD 2013 dan Microsoft Visio 2010.
Hasil
Metode Systematic Layout Planning (Muther, 1970) digunakan untuk menyusun denah
baru CV. Tata Hydraulics. Penyusunan denah baru menggunakan tabel Multi Part Process
Chart (MPPC) yang merupakan alat bantu dalam menganalisis peletakan fasilitas produksi
dalam pabrik. Dalam penyusunannya diperlukan beberapa hal, diantaranya adalah part
penyusun mesin press hidrolik, proses yang dilalui setiap part mulai dari gudang material
hingga selesai, ukuran atau dimensi dari setiap part penyusun produk, dan jumlah dari
setiap part penyusun produk
Melalui tabel MPPC yang sudah dibuat, diharapkan alternatif denah baru yang dibuat dapat
menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada pada denah lama, sesuai dengan
perencanaan perusahaan kedepannya, dan memberikan tingkat produktivitas yang efektif
dan efisien. Tata letak awal dari CV. Tata Hydraulics dapat dilihat pada gambar 1.1. dan
keterangannya pada tabel 1.1. sedangkan untuk langkah penyusunan denah baru dengan
menggunakan tabel Multi Part Process Chart (MPPC) yang dapat dilihat pada tabel 1.2.
Gambar 1.1. Tata Letak awal CV. Tata Hydraulics
Tabel 1.1. Keterangan Angka atau Huruf pada Tata Letak awal CV. Tata Hydraulics
19 Crane 11.78 1
20 Kompressor 1 1.50 1
21 Kompressor 2 1.50 1
22 Genset 1 1.50 1
23 Genset 2 0.40 1
Alternatif pertama dan kedua tata letak baru CV. Tata Hydraulics difokuskan
pada hasil penyusunan tabel Multi Part Process Chart (MPPC) dan penyelesaian
tiga permasalahan yang ada pada tata letak sebelumnya. Peletakan mesin
produksi dilakukan mengikuti alur produksi yang sudah disusun di tabel MPPC.
Diharapkan dengan mengikuti tabel MPPC dapat terbentuk sebuah alur produksi
yang efektif dan efisien. Letak perbedaan antara alternatif pertama dan kedua
adalah pada posisi area penyimpanan material dan peletakan beberapa mesin
produksi. Pada alternatif pertama hanya terdapat satu area penyimpanan semua
raw material mulai dari material kotak pejal, plat, hingga silindris. Namun pada
alternatif kedua, terdapat area penyimpanan raw material yang baru. Area ini
dikhususkan untuk menyimpan raw material yang khusus dioperasikan di mesin
milling. Tujuannya adalah untuk memperpendek jarak perpindahan material pada
area tersebut. Alternatif kedua mempunyai area penyimpanan raw material yang
tersebar, bukan terpusat seperti alternatif pertama. Perbedaan lain terletak pada
peletakan beberapa mesin produksi antara alternatif pertama kedua. Tujuannya
adalah sebagai bahan pertimbangan dalam proses evaluasi alternatif tata letak
yang lebih optimal.
Alur produksi tetap menjadi pertimbangan utama dalam menentukan tata letak
tiap fasilitas yang mengisi area produksi. Selain alur produksi yang menentukan
efektifitas dan efisiensi produksi mesin press, terdapat permasalahan-
permasalahan yang harus diselesaikan juga supaya tidak terulang di tata letak
yang baru Setelah melakukan proses analisis dan perancangan menggunakan alat
bantu yang ada, peletakan fasilitas produksi di area produksi pada alternatif
pertama dan kedua sudah sesuai dengan alur produksi dan memberikan jarak
tempuh material yang lebih baik dari jarak tempuh material pada tata letak
sebelumnya serta dapat mengatasi permasalahan-permasalahan yang terjadi pada
tata letak sebelumnya.
Alternatif pertama dari CV. Tata Hydraulics secara keseluruhan dapat dilihat
pada gambar 1.2. Alternatif kedua dari CV. Tata Hydraulics secara keseluruhan
dapat dilihat pada gambar 1.3. Keterangan dari gambar alternatif pertama dan
kedua area produksi CV. Tata Hydraulics adalah area garis putus-putus berwarna
kuning merupakan area mesin turning, berwarna merah merupakan area mesin
cutting, berwarna ungu merupakan area mesin drilling, berwarna hijau
merupakan area mesin shaping, berwarna coklat merupakan area mesin milling,
berwarna biru merupakan area mesin welding, area garis putus-putus berwarna
hitam merupakan area assembling, dan khusus pada alternatif kedua saja, area
mesin yang berwarna biru muda merupakan area mesin yang peletakannya
berbeda dengan alternatif pertama.
Gambar 1.2. Alternatif Pertama Tata Letak CV. Tata Hydraulics
.
Gambar 1.3. Alternatif Kedua Tata Letak CV. Tata Hydraulics
Pembahasan
Alur produksi menjadi pertimbangan utama dalam menentukan tata letak tiap
fasilitas yang mengisi area produksi. Setelah melakukan proses analisis, peletakan
fasilitas produksi di area produksi sudah sesuai dengan alur produksi dan
memberikan jarak tempuh material yang lebih baik dari jarak tempuh material
pada tata letak sebelumnya.
Selain alur produksi yang menentukan efektifitas dan efisiensi produksi mesin
press, terdapat permasalahan-permasalahan yang harus diselesaikan juga supaya
tidak terulang di tata letak yang baru. Berikut hasil analisis dari alternatif pertama
dan kedua tata letak baru CV. Tata Hydraulics dalam menyelesaikan masalah-
masalah pada tata letak sebelumnya :
1. Permasalahan pertama pada tata letak sebelumnya sudah teratasi pada alternatif
pertama dan kedua. Peletakan mesin produksi sudah sesuai dengan alur
produksi. Peletakan alat penunjang kegiatan produksi juga sudah ditempatkan
tanpa menganggu jalannya produksi dan keleluasaan karyawan dalam
menjalankan kegiatan produksi. Hal ini ditunjukkan dengan cara
mensimulasikan alur produksi dari part terbesar yang ada pada mesin press
hidrolik, yakni plat H. Hasil simulasi menunjukkan bahwa part plat H dapat
melalui setiap mesin produksi yang ada tanpa menggangu jalannya produksi
dimasing-masing area produksi. Pada alternatif pertama dan kedua juga
terdapat sejumlah area kosong yang dapat dimanfaatkan untuk meletakkan
mesin-mesin produksi baru ataupun kebutuhan khusus lainnya. Beberapa alat
penunjang produksi seperti rak tools telah ditempatkan sesuai dengan
kebutuhannya sehingga mempermudah karyawan untuk menemukan dan
menggunakan alat-alat tersebut
2. Permasalahan kedua pada tata letak sebelumnya dapat diatasi pada alternatif
pertama dan kedua. Alternatif pertama dan kedua tata letak baru secara jelas
memberikan sebuah ruangan khusus untuk menyimpan komponen hidrolik dan
komponen elektrik. Ruangan ini juga sekaligus digunakan untuk proses
assembly panel box eletrik dan powerpack. Tujuannya adalah supaya supaya
proses assembly dapat berjalan dengan efektif karena ditempatkan dekat
dengan komponen-komponen yang disimpan didalam rak penyimpanan.
Dengan adanya ruangan khusus ini, komponen hidrolik dan elektrik serta
proses assembly panel box elektrik dan powerpack tidak lagi dijadikan satu
dengan kamar tidur pemilik perusahaan. Selain itu, untuk mendukung budaya
modernisasi dalam perusahaan, terdapat juga lemari arsip dan meja kerja
komputer untuk menyimpan semua data komponen hidrolik dan elektrik yang
ada sehingga dapat dikontrol dengan baik.
3.Permasalahan ketiga pada tata letak sebelumnya adalah tidak adanya area
khusus untuk jasa korter dan poles. Permasalahan ini dapat terselesaikan pada
alternatif pertama dan kedua. Alternatif pertama dan kedua menggambarkan
sebuah area khusus untuk jasa korter dan poles yang diletakkan dekat dengan
pintu masuk pabrik dan ruang tunggu konsumen. Tujuannya adalah untuk
mempermudah proses jasa korter dan poles serta memberikan kenyamanan bagi
konsumen jasa korter, poles, maupun jasa permesinan bubut. Didekat area jasa
korter dan poles juga diletakkan sejumlah bangku bagi konsumen yang ingin
melihat langsung proses korter. Selain itu, terdapat meja kerja yang berfungsi
untuk mendukung kegiatan korter dan lemari arsip yang mendukung proses
administrasi khusus jada korter. Dengan adanya proses monitoring jasa korter
yang lebih baik diharapkan jasa korter dapat berjalan lebih maksimal dan
memberikan keuntungan yang lebih besar bagi perusahaan.
Terdapat dua alternatif tata letak baru CV. Tata Hydraulics, dan setiap alternatif
memiliki kelebihan dan kekurangan. Evaluasi setiap alternatif tata letak dilakukan
agar mendapatkan tata letak alternatif yang optimal untuk diterapkan dalam
perusahaan dan dapat menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang terjadi
pada tata letak sebelumnya. Evaluasi alternatif tata letak akan dilakukan
berdasarkan jarak tempuh material, kelebihan dan kekurangan masing-masing
alternatif dan luas area pabrik. Jarak tempuh material dimulai dari area
penyimpanan sampai produk selesai. Jarak tempuh material menjadi penting
karena jarak tempuh dapat berdampak pada banyak hal seperti waktu proses, total
biaya, dan aspek-aspek lainnya. Berikut merupakan perbandingan jarak tempuh
antara tata letak awal, alternatif pertama dan alternatif kedua, yang dapat dilihat
pada tabel 1.5.
- Jarak antar mesin dalam satu departemen masih relatif dekat sehingga
mempermudah proses monitoring permesinan dan juga proses perawatan mesin
secara rutin
- Peletakan rak tools untuk setiap proses permesinan dilakukan secara efektif
dengan memanfaatkan setiap area kosong tanpa menggangu proses produksi dan
kenyamanan pekerja dalam melakukan pekerjaannya.
- Alternatif pertama mempunyai area penyimpanan raw material yang terpusat.
Hal ini mempermudah proses monitoring raw material yang dilakukan oleh
perusahaan karena proses bongkar muat raw material dapat dilakukan langsung
didepan area penyimpanan raw material.
Kekurangan pada alternatif pertama tata letak CV. Tata Hydraulics adalah :
- Peletakan mesin produksi dan alat penunjang produksi dilakukan secara terpusat
di tengah dari bangunan pabrik sehingga memberikan kesan kaku dan sempit.
- Area penyimpanan raw material yang terpusat pada alternatif pertama membuat
proses perpindahan material menjadi kurang efisien dikarenakan jarak tempuh
beberapa part mesin press menjadi lebih jauh.
Alternatif kedua tata letak CV. Tata Hydraulics memliki kelebihan sebagai
berikut:
- Jarak antar mesin dalam departemen diletakkan tidak terlalu dekat dengan tujuan
untuk membuat jarak tempuh material menjadi lebih efektif.
- Alternatif kedua mempunyai area penyimpanan raw material yang tersebar
dalam pabrik. Persebaran area penyimpanan raw material ini membuat proses
perpindahan material setiap part penyusun mesin press dapat dioptimalkan
dalam hal jarak tempuh.
- Peletakan mesin produksi yang tersebar di area tengah pabrik memberikan kesan
tata letak yang lebih fleksibel dan tidak kaku jika dibandingkan alternatif
pertama.
Kekurangan pada alternatif kedua tata letak CV. Tata Hydraulics adalah sebagai
berikut :
- Area penyimpanan raw material yang tersebar membuat proses monitoring
menjadi lebih sulit karena harus dilakukan secara terpisah. Hal ini juga
mempermudah timbulnya kesalahan pada proses input data atau informasi dari
raw material. Penyimpanan material milling dan shaping menuju area
penyimpanan raw material khusus material milling dan shaping juga
membutuhkan waktu yang lebih banyak dan jarak yang lebih jauh jika
dibandingkan alternatif pertama.
Pembahasan berikutnya adalah mengenai luas area pabrik dilakukan dengan cara
menghitung dimensi panjang dan lebar setiap area dalam pabrik. Pabrik CV. Tata
Hydraulics memiliki dua area besar yakni area gedung dan area halaman. Setiap
area mempunyai spesifikasinya masing-masing. Baik alternatif pertama maupun
kedua mempunyai luas area yang sama dikarenakan letak perbedaannya hanya
pada lantai produksi dan tempat penyimpanan material. Berikut adalah luas area
hasil tata letak alternatif pertama dan kedua, yang dapat dilihat pada tabel 1.6.
Catatan :
Luas lahan hijau : 111.64 meter² (31% dari luas total Halaman)
Luas total lahan CV. Tata Hydraulics yang ada pada alternatif pertama dan kedua
tata letak yang baru adalah 996 meter². Hal ini menunjukkan bahwa jika dilihat
dari aspek luas lahan, baik alternatif pertama maupun kedua sudah memenuhi
persyaratan yakni maksimal 1000 meter². Selain itu luas area lahan hijau pada
area halaman CV. Tata Hydraulics pada alternatif pertama dan kedua sebesar 31%
juga sudah memenuhi aturan yang ada.
Parameter
Alternatif 1 Alternatif 2
Pembanding
Total Jarak
513.67 meter 388.96 meter
Tempuh Material
Kesimpulan
Tata letak baru pabrik CV. Tata Hydraulics akibat pemindahan lokasi pabrik
(relokasi) sudah dibuat. Permasalahan yang terjadi pada tata letak yang lama yaitu
luas area produksi dalam pabrik yang sempit karena peletakan mesin-mesin rusak
dan mesin-mesin yang tidak terpakai (tidak mengalami kerusakan) dillakukan
secara sembarangan dalam area produksi, tidak adanya ruangan khusus untuk
menyimpan material besi, drum oli hidrolik, komponen hidrolik dan komponen
elektrik serta untuk proses assembly panel box elektrikal untuk mesin press, dan
tidak ada area kerja yang khusus untuk jasa korter blok mesin, tidak terjadi lagi
pada tata letak yang baru. Terdapat dua alternatif tata letak yang baru. Alternatif
kedua tata letak yang baru memberikan nilai jarak tempuh yang lebih pendek
sebesar 124.71 meter daripada alternatif pertama. Total jarak tempuh alternatif
kedua tata letak yang baru adalah 388.96 meter, lebih pendek sebesar 478.57
meter daripada tata letak awal yaitu 867.53 meter.
Saran
Penelitian telah memberikan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan. Tata letak
baru yang sudah dirancang telah memberikan nilai jarak tempuh yang lebih
pendek daripada tata letak yang sebelumnya. Permasalahan-permasalahan pada
tata letak yang lama juga tidak terjadi lagi pada rancangan tata letak yang baru.
Saran untuk kedepannya adalah untuk mengatasi beberapa kendala dan tantangan
yang harus dihadapi dan diselesaikan dimasing-masing alternatif tata letak yang
baru. Beberapa area kosong juga harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya
dalam mendukung kegiatan produksi dalam pabrik. Hal ini bertujuan agar
perusahaan dapat terus berkembang dan bersaing dengan perusahaan lain yang
menjadi kompetitornya
DAFTAR PUSTAKA
Apple J. M. (1990). Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan (Ed. 3)
(terjemahan Mardiono N. M. T.). Bandung : Penerbit Institut Teknologi
Bandung.
Dhala R.S. dan Inglay R.S. (2010). Application of Systematic Layout Planning
in Hypermarkets. International Conference on Industrial Engineering
and Operations Management
Gunawan, A.A.S. (2013). Usulan Tata Letak di Bagian Sheet Metal Fabrication
Akibat Penambahan Mesin. (Skripsi). Program Studi Teknik Industri,
Fakultas Teknologi Industri, Universitas Atma Jaya Yogyakarta,
Yogyakarta.
Septiawan, H.E. (2013). Perancangan Ulang Tata Letak di CV. Kiwi Teknik
Akibat Penambahan Mesin dan Perluasan Area. (Skripsi). Program
Studi Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Atma
Jaya Yogyakarta, Yogyakarta.
Tompkins, J.A., White, J.A., Bozer, Y.A., dan Tanchoco, J.M.A. (2003).
Facilities Planning, 3rd edition. Jhon Wiley & Sons, Inc., Kundli, India.
2. Literature Survey
C. N. Potts and J. D. [1] whitehead applied a three phase method to a case study
for obtaining two objectives, the primary objective is to maximize the throughput
and the secondary objective is to minimize the movement of work between
machines. They derived a three phase integer programming model, the first phase
balances the machine workload, the second phase minimizes inter machine travel
and the third phase assigns the position to the machines in the loop layout to
minimize the total number of circuits made by the products. R. M. Satheesh
kumar, P. Asokan and S. Kumanan [2] uses PSO heuristics for solving
unidirectional loop layout problem in flexible manufacturing system. In this
MIN_SUM objective is used for finding the optimal solution. Micro Ficko, et al.,
[3] composed a system of creative subsystem which can use different evolutionary
optimization methods and a subsystem for evaluating layouts. Their subsystem for
creation uses a particle swarm optimization method for the creation and
modification of solution sets. Evaluation of solution quality is made using
intelligent search of the shortest travel paths within the layout. Muhammad
Hafidz, et al., [4] proposed Binary Particle Swarm Optimization for optimizing
simultaneous machines and Automated Guided Vehicles scheduling process with
makespan minimization function. Both PSO and Tabu Search algorithms were
used by Jun-Qing Li, et al., [5] to solve flexible job shop scheduling problem with
the criterion to minimize the maximum completion time (makespan). An Review
on Swarm intelligence method is given by Hamesh babu Nanvala & Gajanan K.
Awari [6] for solving the problem of scheduling of flexible manufacturing
problem. The two main areas of swarm intelligence that are prominently appeared
in the literature relevant to the scheduling problem are ant colony optimization
(ACO) and particle swarm optimization (PSO). Two new algorithms DFMS-MPN
and DFMS-PPN were proposed by Majid Aboutalebi, et al., [7] for solving the
distributed flexible manufacturing system. The job allocation was based on the
Timed Petri net and Scheduling of these jobs were based on the Particle Swarm
Optimization for DFMS. S. V. Kamble & K. S. Kadam [8] Conducted a review on
the Flexible Manufacturing System scheduling by using PSO based Heuristic. For
the problem of simultaneous scheduling of machines & AGVs in Flexible
Manufacturing System PSO gives the optimal combined objective function in
compare to the genetic and memetic algorithms. Sunita Bansal and Manuj Darbari
[9] presented a new multi objective algorithm to determine optimal configurations
of multi-state, multi-task production system based on availability analysis.
Availability can be used in the context of multi-task production system to select a
particular configuration that maximizes the probability of meeting a required
demand for each specific task or the expected productivity for each task. They
provide the solution as a set of promising solutions that provides a trade-off
among the different objective functions considered. Sunita Bansal and Manuj
Darbari [10] proposed a framework for intelligent manufacturing system in which
the machine scheduling is achieved by MCDM and DRSA. The relationship
between perception/knowledge base and profit maximization is being extended.
Mr. Imran Ali Siddiqui, Manuj Darbari and Sunita Bansal [11] highlight the issue
of cooperative software development using the concept of activity theory and
particle swarm optimization. The concept of activity theory refines the entire
process of software development and the selection of personality traits of Myer
Brigg Personality Traits (MBTI) along with MPSO provides a strong set of
knowledge base creation for varied type of software project. K. Mallikarjuna, V.
Veeranna and K. Hema Chandra Reddy [12] proposed Genetic algorithm for
finding the optimal solution for the loop layout problem in Flexible
Manufacturing System. They concluded that GA gives optimal solution then
Simulated Annealing (SA) but computational time is more than SA.
3. Problem Description
The most commonly used layout in flexible manufacturing system is loop layout
due to its relatively low initial costs and high flexibility in material handling. An
important problem when designing loop transportation systems is to determine the
relative order of stations on the bidirectional loop in order to minimize
transportation cost. Another problem is the cell location problem (CLP) which
takes physical considerations into account. The problem is to determine the
location, dimension and orientation of n cells so they can be feasibly served by a
loop configuration system under a transportation cost minimization objective.
4. Particle Swarm Optimization
Particle swarm optimization (PSO) is a population based optimization
technique developed in 1995, inspired by social behavior of bird flocking or fish
schooling. PSO shares many similarities with other non-traditional techniques
such as Genetic Algorithms (GA). The system is initialized with a population of
random solutions and searches for optima by updating generations. However,
unlike GA, PSO has no evolution operators such as crossover and mutation. In
PSO, the potential solutions, called particles, fly through the problem space by
following the current optimum particles. The basic working of the PSO algorithm
is illustrated in Figure 2. Compared to GA, the advantages of PSO are that PSO is
easy to implement and there are few parameters to adjust. PSO has been
successfully applied in many areas: function optimization, artificial neural
network training, fuzzy system control, and other areas where GA can be applied.
The Particle Swarm Optimization has the following advantages: (i) It has roots in
artificial life and evolutionary computation. (ii) It is simple in concept, derivative
free, computationally efficient. (iii) It only has a few parameters to adjust. (iv) It
has no crossover and mutation operators when compared with GA. (v) effective
on a variety of problems like reactive power and voltage control, structural
optimization etc., (vi) It is easy to implement.
4.1 PSO Algorithm
Step1. Initialize a population of n particles randomly.
Step2. Calculate fitness value for each particle. If the fitness value is better than
the best
fitness value (pbest) in history. Set current value as the new pbest.
Step3. Choose particle with the best fitness value of all the particles as the gbest.
Step4. For each particle, calculate particle velocity according to the equation
V[ ]=V[ ]+f1*rand( )*(pbest[ ]-present[]) + f2*rand*(gbest[ ]-present[ ])
Where,
present [ ] = present [ ] + V[ ]
V [ ] is the particle velocity,
present [ ] is the current particle (solution),
rand ( ) is a random number between (0,1),
f1, f2 are learning factors. (Range between 1and 4).
Step5. Particle velocities on each dimension are clamped to a maximum velocity
Vmax
(specified by the user), the velocity on the dimension is limited to Vmax
Step6.Terminate if maximum number of iterations is reached. Otherwise, go to
Step 2.
5. MatLab
MATLAB is a high-level language and interactive environment for numerical
computation, visualization, and programming. Using MATLAB, you can analyze
data, develop algorithms, and create models and applications. The language, tools,
and built-in math functions enable you to explore multiple approaches and reach a
solution faster than with spreadsheets or traditional programming languages, such
as C/C++ or Java. Although MATLAB is intended primarily for numerical
computing, an optional toolbox uses the MuPAD symbolic engine, allowing
access to symbolic computing capabilities. An additional package, Simulink, adds
graphical multi-domain simulation and Model-Based Design for dynamic and
embedded systems.
6. Basic Assumptions (Inputs) for Layout Optimization
1. The Machines are not identical.
2. The distances between machines are equal.
3. No breakdowns for machines or material handling system.
4. All tools are new at the initial stage.
5. Each tool and each operation are assigned only to one machine.
6. The setup costs differ according to size and shape of the parts.
7. Layout Optimization
The objective function of the optimization of loop layout is expressed in terms of
the following-
Obj=x1*D+x2*B
Where,
x1,x2- the normalized weight factors.
D - Total distance travelled by AGV for completion of
one cycle.
B – Total number of backtracking occurs in on cycle.
8. Result
8.1. Industrial Layout
In an automobile Industry there is various automated section. In this paper the
plant layout optimization of an Industry is shown.
The following details are about the plant layout
Number of machines 7
Number of AGV used single(Unidirectional movement)
Distance between the machines 5m (It’s not common for all the machines)
Total distance travelled by AGV 210m.
There is no backtracking in AGV.
Figure 3. Plant Layout
Abstrak
2.TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Pengertian Tata Letak Fasilitas
Pengaturan tata letak pabrik adalah pengaturan dari fasilitas (gedung,
tenaga kerja, bahan baku, dan mesin-mesin) yang digunakan secara bersama-sama
untuk memenuhi tujuan yang sudah ditetapkan. Jadi, perancangan tata letak pabrik
dapat juga diartikan pengaturan dari fasilitas-fasilitas yang ada sedemikian rupa
sehingga dapat mencapai tujuannya dengan tidak mengesampingkan kendala yang
ada. Dengan tata letak pabrik yang baik, sebuah pabrik dapat menghasilkan hasil
produksi yang maksimal dengan kondisi aktivitas produksi yang optimal.
Perancangan tata letak dibutuhkan apabila pabrik mengalokasikan mesin - mesin
baru, juga perlu bagi sebuah pabrik untuk meninjau lagi tata letaknya karena
dirasakan ada penurunan produktivitas ataupun untuk memperbaiki kinerja
pabrik.Teknik tata letak fasilitas terfokus pada pengaturan unsur-unsur fisik di
sebuah fasilitas pabrik yang bertujuan meningkatkan efisiensi dan efektivitas.
Permasalahan tata letak pabrik sangat menarik perhatian banyak pihak karena
terkait dengan dampak strategis bagi perusahaan. Permasalahan tata letak pabrik
merupakan persoalan yang kompleks, sehingga penyelesaiannya harus melalui
pendekatan sistem.
2.2.Tujuan dan Prinsip-Prinsip Tata Letak Fasilitas
Perencanaan dan pengaturan tata letak pabrik memiliki tujuan untuk
mengatur area kerja dan fasilitas produksi yang paling ekonomis dan efektif untuk
meningkatkan produktivitas. Tata letak pabrik yang baik akan dapat memberikan
keuntungan-keuntungan sebagai berikut :
A. Menaikkan output produksi.
B. Mengurangi waktu tunggu.
C. Mengurangi proses material handling.
D. Penghematan penggunaan area untuk produksi, gudang dan service
E. Mengurangi inventory in-process.
F. Proses manufacturing yang lebih singkat.
G. Mengurangi faktor yang bisa merugikan dan mempengaruhi kualitas
daribahan baku ataupun produk jadi.
H. Mengurangi kemacetandan kesimpangsiuran.
Dalam perencanaan tata letak pabrik yang baik terdapat prinsip-prinsip dasar
harus dipenuhi, yaitu:
Integrated, semua faktor dan elemen produksi yang ada menjadi satu
unitoperasi yang besar.
Minimalization,meminimalkan jarak perpindahan bahan atau material
yang bergerak dari satu operasi ke operasi berikutnya.
Constant, aliran kerja dalam pabrik berlangsung dengan lancar
denganmenghindari gerakan bolak-balik, gerakan memotong dan
kemacetan.
Area utilization, semua area yang ada dimanfaatkan secara efektif dan
efisien.
Welfare, kepuasan kerja dan rasa aman dari pekerja dijaga dengan
sebaik-baiknya.
Flexibility, pengaturan tata letak pabrik harus fleksibel.
Pada umumnya perencanaan kembali tata letak pabrik disebabkanoleh
beberapa pertimbangan seperti:
Perubahan dalam desain produk, model dan lain-lain.
Perubahan lokasi pabrik suatu daerah pemasaran.
Perubahan ataupun peningkatan volume produksi yang pada akhimya
membawaperubahan ke arah modifikasi segala fasilitas produksi yang
ada.
Keluhan dari pekerja terhadap kondisi area kerja yang tidak
memenuhi persyaratan.
Perbaikan dilakukan dengan melakukan penyesuaian terhadap
perkembangan teknologi dan permintaan dari user. Perbaikan tersebut
dimaksudkan sebagai upaya untuk meningkatkan kuantitas dan
kualitas produksi.
Keluhan dari pekerja terhadap kondisi area kerja yang tidak
memenuhi persyaratan.
Peningkatan jumlah kemacetan (bottleneck) dalam aktifitas
pemindahan bahan, gudang yang terlalu sempit, dan lain-lain.
2.3.Biaya Material Handling
Di dalam merancang tata letak pabrik, maka aktivitas pemindahan bahan
merupakan salah satu hal yang cukup penting untuk diperhatikan dan
diperhitungkan. Tujuan dari pemindahan bahan adalah sebagai berikut:
A. .Menaikkan kapasitas
B. Memperbaiki kondisi kerja.
C. Memperbaiki pelayanan pada pelanggan.
D. Meningkatkan pemanfaatan ruang dan peralatan
E. Mengurangi biaya
Beberapa aktivitas material handling yang perlu diperhitungkan adalah
pemindahan bahan menuju gudang bahan baku dan keluar dari gudang jadi serta
pemindahan atau pengangkutan yang terjadi di dalam pabrik saja. Faktor -faktor
yang mempengaruhi perhitungan ongkos material handling diantaranya adalah
jarak tempuh dari satu stasiun kerja ke stasiun kerja yang lain dan ongkos
pengangkutan per meter gerakan. Pengukuran jarak tempuh tersebut disesuaikan
dengan kondisi yang ada di lapangan. Dengan demikian, jika jarak tempuh sudah
ditentukan dan frekuensi material handling sudah diperhitungkan maka ongkos
material handling dapat diketahui, dimana :
Total BMH = (Biaya per meter gerakan) × (Jarak tempuh pengangkutan)
×(Frekuensi) ………………...…………………………………….(1)
2.4.CRAFT
Sejak tahun 1983 teknik CRAFT (Computerized Relative Allocation
ofFacilities Techniques) bertujuan untuk meminimumkan biaya perpindahan
material, dimana biaya perpindahan material didefenisikan sebagai aliran produk,
jarak dan biaya unit pengangkutan. CRAFT awalnya dipresentasikan oleh Armour
dan Bufa. CRAFT merupakan contoh program tipe teknik Heuristicyang
berdasarkan pada interpretasi Quadratic Assignmentdari program proses layout,
yaitu mempunyai kriteria dasar yang digunakan meminimumkan biaya
perpindahan material, dimana biaya ini digambarkan sebagai fungsi linier dari
jarak perpindahan. Fungsi tujuan dari CRAFT.
CRAFT memerlukan input yang berupa biaya perpindahan material. Input
biaya perpindahan berupa biaya per satuan perpindahan per satuan jarak (ongkos
material handlingper satuan jarak/Biaya per satuan jarak). Asumsi-asumsi biaya
perpindahan material adalah sebagai berikut:
1) Biaya perpindahan tidak tergantung (bebas) terhadap utilisasi peralatan.
2) Biaya perpindahan adalah linier terhadap panjang perpindahan.
3) Metode CRAFT melakukan pertukaran dua atau tiga departemen
sekaligus.
PENDAHULUAN
Perkembangan bisnis di bidang alat berat (Heavy Equipment) merupakan
sektor usaha yang terus berkembang seiring dengan peningkatan pertumbuhan
usahausaha pertambangan dan perkebunan. Penjualan alat berat dipengaruhi oleh
kebutuhan atas energi, harga komoditi, pertumbuhan ekonomi dan kebijakan
pemerintah. Peningkatan pada faktor-faktor tersebut dan adanya kebijakan
pemerintah yang kondusif akan menyebabkan kebutuhan alat berat terus
meningkat. Untuk menunjang permintaan tersebut, maka perlu adanya business
support alat berat yang handal untuk memberikan kepuasan pelayanan kepada
konsumen, meliputi respon pengiriman alat berat yang cepat, kualitas produk yang
handal dan after sales service yang kompetitif diantara perusahaan-perusahaan
yang bergerak di sektor yang serupa. PT Kobexindo Tractors Tbk sebagai
perusahaan distributor/dealer alat berat tentunya mengedepankan layanan after
sales service untuk meningkatkan pendapatan dan mempertahankan populasi alat
berat yang saat ini tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Untuk menunjang after
sales service yang berkualitas maka diperlukan support system dengan pelayanan
yang memadai, yaitu produktivitas workshop. Alasan yang menjadi latar belakang
perlunya pengembangan kualitas tata letak workshop adalah tata letak yang ada
saat ini tidak rapi, antara lain penempatan permesinan/alat kerja yang kurang
tepat, terdapat ruang
yang tidak tepat secara fungsinya, dan jarak antara tools room dengan service
area yang terlalu jauh, sehingga mengganggu kelancaran proses aktivitas
perbengkelan, seperti menyebabkan terjadinya back tracking pada aktivitas
perbengkelan dengan
jarak tempuh dan biaya material handling yang terlalu tinggi. Sehingga menjadi
permasalahan dalam proses component material handling.
METODE
Tata letak pabrik adalah kegiatan perancangan susunan unsur fisik suatu kegiatan
dan selalu berhubungan erat dengan industri manufaktur, yang menggambarkan
hasil perancangan dinamakan tata letak pabrik. (Apple, J.M.,1990)
Tata letak (plant layout) atau tata letak fasilitas (facilities layout)
merupakan landasan utama dalam hal tata cara pengaturan fasilitas-fasilitas fisik
pabrik guna
menunjang kelancaran proses produksi dalam dunia industri. Pengaturan tersebut
akan mencoba memanfaatkan luas area(space) untuk penempatan mesin atau
fasilitas penunjang produksi lainnya, kelancaran gerakan-gerakan material,
penyimpanan material (storage) baik yang bersifat temporer maupun permanen,
personil pekerja dan yang sebagainya. Dalam tata letak pabrik ada dua hal yang
diatur letaknya yaitu, pengaturan mesin (machine layout) dan pengaturan
departemen (depatement layout) yang ada dari pabrik. (Wignjosoebroto, 2003)