PENDAHULUAN
∑ ti
Ws= i=1
n
Keterangan :
Ws = waktu siklus (menit)
t i = Waktu operasi kerja ke-i
N = Jumlah operasi
N = Jumlah stasiun kerja
B. Waktu Normal
Waktu Normal adalah waktu yang diperlukan oleh seorang
operator yang memiliki keterampilan rata-rata untuk melaksanakan
aktivitas dalam kondisi dan kecepatan normal. Penerapan penilaian kinerja
operator didasarkan pada satu faktor: kecepatan, ruang, atau kecepatan
operator. Sistem ini dikenal sebagai "evaluasi kinerja/kecepatan". Skor
koefisien ini biasanya dinyatakan sebagai persentase atau desimal, dengan
hasil kerja tipikal 100% atau 1,00.
Rating factor pada umumnya diaplikasikan untuk menormalkan
waktu kerja yang diperoleh dari pengukuran kerja akibat tempo atau
pkecepatan kerja operator yang berubah-ubah.Untuk maksud ini , maka
waktu normal dapat diperoleh dari rumus berikut:
Rating faktor %
Waktu Normal = Waktu Pengamatan X
100 %
Nilai waktu yang diperoleh di sini belum dapat ditetapkan sebagai
waktu standar untuk menyelesaikan proses kerja, karena faktor-faktor
yang terkait dengan waktu default kerja terbaik operator tidak terkait di
sini.
C. Allowance
Jumlahkan hasil nilai kondisi kerja dari menenangkan kebutuhan
pribadi dan menghilangkan serta menambah kepenatan tunjangan yang
tidak dapat dihindari dihitung dari pengambilan sampel. Allowance
memiliki tiga klasifikasi,yaitu :
1. Kelonggaran Waktu Untuk Kebutuhan Personal (Personal Allowance)
Untuk pekerjaan-pekerjaan ringan operator yang bekerja selama 8 jam/hari
sekitar 2-5% dari waktu kerja mereka dipergunakan untuk kebutuhan yang
bersifat personil ini. Makin berat pekerjaan yang dilakukan waktu longgar
untuk personal ini bisa lebih besar dari 5%, biasanya untuk pekerja yang
bekerja dikondisi lingkungan kerja yang kurang nyaman seperti temperatur
yang tinggi.
2. Kelonggaran Waktu Untuk Melepaskan Lelah (Fatigue Allowance)
Waktu longgar yang diberikan untuk melepas lelah diberikan sesuai
kebutuhan masing-masing pekerja, tergatung dengna kondisi fisik dan
lingkungan tempat kerjanya. Biasanya waktu longgar diberikan sebanyak 2
kali paling umum pagi hari menjelang siang dan sore hari selama 5-15
menit.
3. Kelonggaran Waktu Karena Keterlambatann (Delay Allowance)
Kelonggaran waktu akibat eterlambatan in biasanya merupakan sesuatu
yang bisa dihindari. Jika keterlambatan yang terjadi terlalu lama maka
tidak akan ditetapkan sebagai dasar penetapan waktu baku.
2.2 Kapasitas
Kapasitas adalah hasil produksi (output) maksimal dari system pada
suatu periode tertentu. Kapasitas biasanya dinyatakan dalam angka per
satuan waktu.
Ada 2 jenis kapasitas menurut Heizer, Render (2001:187) yaitu:
1. Kapasitas efektif atau pemanfaatan efektif, adalah merupakan presentase
kapasitas desain yang benar-benar mampu secara operasional, atau dengan
kata lain pemanfaatan (utilisasi) efektif adalah kapasitas yang dapat
diharapkan perusahaan untuk menghasilkan berbagai produk, dengan
metode penjadwalan, cara pemeliharaan, dan standar mutu tertentu.
2. Kapasitas yang dijadikan patokan (rated capacity), adalah ukuran
kapasitas dimana fasilitas tertentu sudah digunakan dengan maksimal.
Kapasitas yang dijadikan patokan tersebut akan selalu kurang atau sama
dengan kapasitas riilnya.
Dengan rumus sebagai berikut:
2.3 Efesiensi
Efisiensi adalah ukuran output actual (yang sebenarnya dihasilkan)
dengan kapasitas efektif. Efesiensi adalah ukuran yang menunjukan
bagaimana baiknya sumber daya ekonomi digunakan dalam proses
produksi untuk menghasilkan output. Efesiensi merupakan karakteristik
proses yang mengukur performasi aktual dari sumber daya relative
terhadap standar yang ditetapkan. Peningkatan efesiensi dalam proses
produksi akan menurunkan biaya per unit output, sehingga produk dapat
dijual dengan harga yang kompetitif dipasar, namun kemungkinan besar
sulit mencapai efisiensi 100%. Biasanya efisiensi diwujudkan sebagai
prosentase kapasitas efektif (Heizer, Render, 2001:187)
Dengan rumus sebagai berikut:
Output produksi ×Waktu Standar
Efisiensi = × 100 %
( Jumlah operator × jam kerja)
2.4 Peta Kerja
Peta kerja adalah suatu alat yang menggambarkan kegiatan kerja
secara sistematis dan jelas. Lewat peta-peta ini kita bisa melihat semua
langkah atau kejadian yang dialami oleh suatu benda kerja dari mulai
masuk ke pabrik (berbentuk bahan baku), kemudian menggambarkan
semua langkah yang dialaminya, seperti: transportasi, operasi mesin,
pemeriksaan dan perakitan, sampai akhirnya menjadi produk jadi, baik
produk lengkap atau merupakan bagian dari suatu produk lengkap
(Hadiguna, 2008).
Ada pula defenisi peta kerja lainnya yaitu merupakan gambaran
sistematis dan logis dalam menganalisis proses kerja dari tahap awal
sampai akhir. Dengan peta ini juga didapatkan informasiinformasi yang
diperlukan untuk memperbaiki metode kerja, seperti benda kerja yang
harus dibuat, operasi untuk menyelesaikan kerja, kapasitas mesin atau
kapasitas kerja lainnya, dan urutan prosedur kerja yang dialami oleh suatu
benda kerja (Hidayati, 2005).
Apabila kita melakukan studi yang saksama terhadap suatu pekerja,
maka pekerjaan kita dalam usaha untuk memperbaiki metode kerja dari
suatu proses produksi akan lebih mudah dilaksanakan. Perbaikan yang
mungkin dilakukan, antara lain, kita bisa menghilangkan operasioperasi
yang tidak perlu, menggabungkan suatu operasi dengan operasi lainnya,
menemukan suatu urutan-urutan kerja, menentukan mesin yang lebih
ekonomis, dan menghilangkan waktu menunggu antaroperasi. Pada
dasarnya semua perbaikan tersebut ditujukan untuk mengurangi biaya
produksi secara keseluruhan. Dengan demikian, peta ini merupakan alat
yang baik untuk menganalisa suatu pekerjaan sehingga mempermudah
dalam perencanaan perbaikan kerja (Purnomo, 2004).
2.3.1 Lambang-lambang yang Digunakan
Menurut catatan sejarah, peta-peta kerja yang ada sekarang ini
dikembangkan oleh Gilberth. Pada saat itu, untuk membuat suatu peta
kerja, Gilberth mengusulkan 40 buah lambang yang bisa dipakai. Pada
tahun berikutnya jumlah lambang tersebut disederhanakan sehingga hanya
tinggal 4 macam saja. Namun pada tahun 1947 American Society of
Mechanical Engineers (ASME) membuat standar lambang-lambang yang
terdiri atas 5 macam lambang yang merupakan modifikasi dari yang telah
dikembangkan sebelumnya oleh Gilberth.
Lambang-lambang tersebut dapat diuraikan sebagai berikut (Ahmad, 2011):
B− A
ℎ= × 100%
B
Start
Membuat peta
proses operasi
Kesimpulan dan Saran
Finish
3.4.2
3.4.3
3.4.4
3.4.5
J. N. Sikorra, A. Friedewald, and H. Lödding, “Early estimation of work contents for
planning the one-of-a-kind production by the example of shipbuilding,” vol. 25, 2016.