I. PENDAHULUAN
PT. Formulatrix salah satu industri penghasil alat atau robot otomasi, maka dari itu
perusahaan dituntut mengasilkan produk otomasi yang memenuhi kebutuhan pasar dunia.
PT. Formulatrix mempunyai 2 devisi produksi LH (Liquid Handling) dan RI (Rock Imager).
Contoh produksi alat-alat otomasi antara lain, NT8, Formulator untuk liquid handlingdan RI
1000,RI 182, RI 54 untuk rock imager. Perbedaan terletak pada bentuk, maupun fungsinya
untuk setiap devisi. Permasalahan fokus pada proses produksi rock imager, dimana
produksinya dengan sistem make to order (mto) danproses perakitan secara pararel, membuat
perakitan tidak lancar karena harus memilih komponen, menunggu komponen penganti
karena rusak atau hilanguntuk diassembly. Untuk meningkatkan proses produksi yang efektif
dan efisien maka mengganti proses produksi yang lebih baik. Sedangkan produksi di liquid
handling di katakan lancar karena produksinya sedikit dan produk yang kecil di banding rock
imager. Merakit secara pararel membuat assembler keropotan saat merakit, di karenakan
harus memilah-milah komponen robot pada satu wadah. Membuat perkait tidak produktif,
efisien maupun efektivitas kerja tidak baik. Banyaknya yang mempengaruhi kinerja seperti
layout, penempatan part-part yang mau diassembling, maupun peralatan untuk merakit. [1]
Pada layout produksi saat ini, kemungkinan terjadinya kesalahan saat proses
perakitan atau assembli antara lain :
1. Komponen robot bisa tercampur antara komponen robot ri 1000, 182 dan
54.
2
ditetapkan.Efektifitas kerja berarti penyelesaian pekerjaan tepat pada waktunya seperti yang
telah ditetapkan sebelumnya. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa efektivitas kerja
adalah suatu keadaan yang menunjukkan hasil atau akibat seperti yang dikehendaki dan
sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
B. Efisiensi
Efisiensi adalah perbandingan yang terbaik antara input (masukan) dan output (hasil
antara keuntungan dengan sumber-sumber yang dipergunakan), seperti halnya juga hasil
optimal yang dicapai dengan penggunaan sumber yang terbatas.Efisiensi mengukur
hubungan antara input dan output atau seberapa berhasil input telah diubah menjadi
output. Untuk memaksimalkan output, Sistem Pemeliharaan Produktif menyarankan
penghapusan enam kerugian, yaitu:
5S adalah filosofi dan cara pengorganisasian dan mengelola ruang kerja dan alur kerja
dengan niat untuk meningkatkan efisiensi dengan menghilangkan limbah, meningkatkan
aliran dan mengurangi proses tidak efektif. Ini untuk peningkatan lingkungan kerja.
Ada pun yang menjadi dasar-dasar pemahaman dari 5S adalah sebagai berikut:
1. Seiri/Sort (Ringkas–Sisih–Keteraturan Pemilahan)
2. Seiton/Set in order (Rapi–Susun–Kerapian–Penataan)
3. Seiso/Shine (Resik–Sapu–Kebersihan Pembersihan)
4. Seiketsu/Standardize (Rawat-Seragam – Kepatuhan – Pemantapan)
5. Shitsuke/Suistain (Rajin–Senantiasa Kedisiplinan – Pembiasaan)
III. METODE PENELITIAN
Bab ini membahas langkah-langkah dalam penelitian dan flow chart metodologi
penelitian untuk memecahkan permasalahan beserta penjelasan singkat tiap tahapannya.
Metode penelitian
Studi pendahuluan pada PT Formulatrix Indonesia pada departemen RI assembly untuk
mengetahui kondisi perusahaan serta informasi yang diperlukan untuk penelitian dan studi literatur
yang mendukung penelitian dilakukan[3].
0
Oktober November Desember
Berikut ini adalah keterangan dari data komponen yang hilang, setiap bulan menunjukan
data berkurangnya komponen yang hilang pada bulan Oktober, November dan Desember
ditunjukan pada tabel 4.1 di bawah ini.
Tabel 4.1 jumlah komponen yang hilang
Bulan Nama Barang/Part Number Jumlah kehilangan
Pcs/batch
Bulan 1 Panel Spacer/230166 5
(Oktober) Screw M4x35/201865 0
Washer Flat M4/201919 0
Bulan 2 Rivet Nut M4/230122 3
(November) Springlock M4/201894 1
Bulan 3 Circulation tube spacer/230085 0
(Desember) Locknut nylon Insert M6/202309 0
Spring Lock M4/201894 0
Dari data diatas menunjukkan bahwa banyak komponen yang hilang, sehingga proses
produksi terhenti. Merakit secara pararel membuat assembler keropotan saat merakit, di karenakan
harus memilah-milah komponen robot pada satu wadah. Membuat perkait tidak efisien maupun
efektivitas kerja tidak baik, membuat produksi berhenti(stop time). Banyaknya yang
mempengaruhi kinerja seperti layout, 5S, penempatan part-part yang mau diassembling, maupun
peralatan untuk merakit. [5]
Pengumpulan data 5S
Pengumpulan data sebelum penerapan 5S di devisi rock imager assembling. Penaruhan
komponen yang tidak rapi membuat perakitan terganggu,berhenti merakit karena ada komponen
yang hilang.
Penempatan komponen yang tidak rapi, karena proses perakitan 5 sistem secara langsung,
Membuat perakitan robot tidak nyaman, tidak efisien dan tidak efektif.Karena komponen sering
rusak maupun hilang, dan harus menunggu replacement
Penyimpanan komponen satu wadah untuk 5 sistem, membuat komponen cacat dan
hilang. Membuat perakitan berhenti karena komponen rusak maupun hilang. Membuat jam kerja
karyawan membengkak atau melebihi target.
Pengolahan Data
Pengolahan data proses kitting
7
Dari hasil penerapan proses kitting didapatkan proses produksi yang lebih efektif dan
efisien. Dimana perakitan lebih cepat dan rapi dari proses sebelumnya. Dapat dilihat pada gambar
dibawah ini.
Dengan adanya proses kitting di bacth 2, membuat proses perakitan lebih baik dari bacth pertama.
Dengan kelebihan di bulan Oktober 5 jam, November 10 jam dan Desember 7 jam. Jadi total
kelebihan jam, hanya 22 jam dan total keselurhan menjadi 322 jam.
KESIMPULAN
Pengujian dilakukan setelah adanya beberapa faktor yang mempengaruhi tidak
terpenuhinya target produksi pada divisi assembly rock imager. Diantaranya ,proses produksi
kurang efisien dan efektif, penaruhan komponen yang tidak teratur. Dengan proses produsi saat
ini, dikatakan lebih baik dan efisien dari sebelumnya, dapat dibuktikan dengan nilai efisiensi yang
di hitung menggunakan rumus sebagai berikut.
Jika berhentinya proses produksi karena menunggu komponen yang rusak, akan
menimbulkan pembengkakan (pinalti) pada avalaibility time. Stop time dapat dihitung dengan:
Batch pertama
1 batch = 300 jam/8 jam= 37 hari
Pinalti = 50 jam, jadi jumlah jam satu sistem 350 jam
Jadi total jam dibagi 8(satu karyawan) jam = 350/8 = 43 hari kerja
Rata–rata stop time di dapat dari total waktu pinalti dibagi total assembling satu sistem.
50 jam / 43 hari = 1.2 jam perhari.
Cara menghitung nilai efisiensi:
total jam normal−pinalti 300−50
1 sistem = x 100 = x 100= 83% efisiensi.
total jam normal 300
Standart efisiensi yang ditentukan PT Formulatrix Indonesia adalah 90%, jadi proses
produksi masih di bawah standart. Sehingga diperlukan perbaikan proses produksi.
Batch kedua
10
PUSTAKA
[1] Abdullah, M. Ma’ruf, 2007, Manajemen Evaluasi dan kinerja karyawan, Aswaja
Presindo,Yogyakarta.
[2] Armia Chairumam, 2002, Pengaruh Budaya Terhadap Efektivitas Organisasi: Dimensi Budaya
Hofstede
[3] Asefeso, Ade (2014). 5s for Supervisors. Publisher: CreateSpace Publishing.
Fu-Kwun W. (2006). Evaluating the efficiency of implementing total productive maintenance.
[4] Gene F. Schwind. Bagaimana sistem penyimpanan membuat kit terus bergerak. Teknik
Penanganan Material , 47, 1992.
[5] H. Brynzer dan MI Johansson. Desain dan kinerja kitting and picking
sistem. Jurnal Internasional Ekonomi Produksi , 41, 1995.
Dosen Pembimbing 1
Dosen Pembimbing 2