Anda di halaman 1dari 22

MODUL 1

PERENCANAAN PROSES DAN


PRODUKSI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manufaktur diartikan sebagai suatu proses merubah bahan mentah menjadi
bahan jadi dengan menggunakan komponen alat atau mesin, tenaga kerja, material
atau bahan, energi, dan proses yang sesuai (A, A, & Zariatin, 2019). Proses
manufaktur juga diakui sebagai suatu aktivitas produktif yang didalamnya
mencakup beberapa kegiatan seperti pembuatan desain, pemilihan material, proses
produksi, dan pemasaran produk yang mana hal tersebut memiliki keterikatan
dengan proses planning, design, ordering, production, inventory, marketing,
distribution, selling, and management (A, A, & Zariatin, 2019).
Perencanaan proses dan produksi merupakan tahapan dalam proses
manufaktur yang bertujuan untuk membuat suatu produk berdasarkan ukuran,
bentuk, dan warna yang telah ditentukan (Wildanul Isnaini, 2019). Perakitan
menjadi salah satu solusi untuk menghasilkan produk yang sebelumnya telah
direncanakan. Namun, proses perakitan memiliki keterbatasan produktivitas dan
efisiensi karena perakitan secara penuh bergantung pada manusia atau operator
yang berbeda satu sama lain, sehingga proses produksi tidak bekerja pada
kecepatan yang konstan (Wildanul Isnaini, 2019).
Praktikum Terintegrasi 1 modul 1 yang dilakukan oleh praktikan berfokus
pada perencanaan proses dalam melakukan kegiatan produksi sebuah produk.
Merakit lampu hias menjadi salah satu contoh kegiatan pada proses produksi yang
harus menggunakan alur serta tahapan yang terstruktur dan terarah agar setiap
perakitan komponennya dapat menghasilkan produk yang diinginkan. Oleh karen
itu, pada praktikum terintegrasi 1 dibutuhkan beberapa perencanaan awal untuk
menghasilkan produk seperti alur proses produksi, Precedence Diagram, Bill of
Material (BoM), Assembly Chart, dan Operation Process Chart guna
mempresentasikan setiap detail proses pada pembuatan lampu hias.
1.2 Rumusan Masalah
Perencanaan proses dan produksi pada pembuatan produk lampu hias
seharusnya dilakukan secara efektif dan efisien. Seluruh komponen pada Lampu
Hias dirakit menggunakan tangan. Proses produksi memiliki keterbatasan karena
belum memiliki alur proses produksi serta prosedur yang sesuai. Guna mengatasi
keterbatasan produksi dan meningkatkan keefesienan produksi, maka diperlukan
alur proses produksi, Precedence Diagram, Bill of Material (BoM), Assembly
Chart, dan Operation Process Chart agar praktikan dapat memproduksi lampu
hias sesuai dengan prosedur tersebut tanpa harus menerka-nerka antara susunan
komponen satu dengan komponen lain.

1.3 Tujuan Praktikum


Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan di atas maka tujuan dari
praktikum proses ini antara lain:
1. Menyusun alur proses produksi lampu hias.
2. Menyusun tahapan Precedence Diagram (PD) pada lampu hias.
3. Menyusun urutan operasi kerja dengan Operation Process Chart (OPC).
4. Membuat struktur Bill of Material (BoM) pada lampu hias.
5. Membuat urutan aliran komponen penyusun produk dan mengilustrasikan
kedalam bentuk Assembly Chart (AC).

1.4 Manfaat Praktikum


Praktikum ini memiliki manfaat, diantaranya :
1. Bagi praktikan, diharapkan dapat mengetahui konsep mengenai perencanaan
proses dan proses perakitan produk lampu hias serta mengaplikasikan
perencanaan proses manufaktur menggunakan alur proses produksi,
Precedence Diagram, Bill of Material (BoM), Assembly Chart, dan Operation
Process Chart pada produk lampu hias.
2. Bagi pembaca, diharapkan dapat berguna sebagai tambahan informasi dan
wawasan mengenai tahapan perencanaan proses dan produk dalam pembuatan
suatu produk.
3. Bagi institusi, diharapkan dapat menghasilkan lulusan yang memahami
perencanaan proses dan produksi secara matang.

1.5 Batasan Praktikum


Adapun batasan yang terdapat pada praktikum ini antara lain:
1. Praktikum Terintegrasi 1 mengenai produk lampu hias dilakukan hanya pada
ruangan kelas di gedung DSP.
2. Perencanaan awal yang dilakukan hanya membuat Precedence Diagram (PD),
Bill of Material (BoM), Assembly Chart (AC), dan Operation Process Chart
(OPC) produk Lampu Hias.
3. Produk lampu hias hanya berdasarkan pada yang telah laboratorium sediakan
dan bukan berasal dari praktikan.
4. Diberikan hanya 1 sampel produk lampu hias secara terpisah (pra assembly).
5. Lampu hias tersusun menggunakan bahan papan kayu MDF, besi hollow, PLA,
dan Kabel NYA PVC.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka


Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh I Gusti Ngurah Oka Saputra
(Suputra, 2021). Perencanaan proses memiliki beberapa model salah satunya
adalah dengan menggunakan precedence diagram. Precedence diagram
digunakan untuk mempertimbangkan relasi antara aktivitas yang satu dengan yang
lain besera waktu yang dibutuhkan oleh setiap aktivitas. Sehingga apabila terjadi
kondisi seperti keterbatasan tenaga kerja, maka pihak perusahaan akan segera
melakukan proses alokasi dan perataan tenaga kerja dengan sistematis melalui
bantuan precedence diagram tersebut. Precedence diagram merupakan model
yang dapat mengatasi keterbatasan indera manusia dalam membuat suatu model
perencanaan. Karena pada umumnya, suatu perencanaan pembuatan produksi
memiliki aktivitas yang kompleks dan tidak sembarang, karena nantinya akan
berpengaruh pada kualitas produk. Sehingga untuk meminimalisir kesalahan
proses serta untuk mengefisienkan seluruh sumber daya produksi, maka
diperlukan suatu model perencanaan seperti precedence diagram.
Pada jurnal milik Melati Nur Affiyanti, dkk mengenai perancangan dan
pembuatan Standar Operasional Prosedur dan tata letak lantai produksi pada LCC
respira V.01 (Nur Affiyanti, Tri Purwandari, & Juang Pratama, 2021). Perusahaan
perlu membuat pembaharuan pada aktivitas produksi agar output atau produk
yang dihasilkan sesuai dengan permintaan pelanggan. Salah satunya adalah
dengan mengatur ulang SOP (Standar Operasional Prosedur) dan prosedur lokasi
lantai produksi pada proses produksi peralatan LCC RESPIRA V.01. Dalam hal
pembuatan desain SOP mencakup banyak departemen seperti tim pimpinan,
kepala produksi, bagian produksi, bagian penelitian dan pengembangan, kepala
area gudang, dan area kontrol kualitas. SOP merupakan standar dari seluruh
aktivitas produksi berupa urutan produksi, komponen dalam proses produksi, dan
waktu produksi. SOP atau alur produksi merupakan kunci awal dalam melakukan
tahapan-tahapan berikutnya sehingga aktivitas produksi berjalan sesuai dengan
prosedur dan menghasilkan produk yang berkualitas tinggi.
Jurnal milik Husain Minaturrahim, dkk mengenai analisis pembuatan alat
pemetik buah mangga (Minaturraahim, et al., 2022), bahwa saat ini hampir
seluruh perusahaan berkompetisi untuk dapat mengembangkan produk mereka
dengan kualitas yang tinggi dan dapat memenuhi kebutuhan konsumen. Alat
Pemetik Buah Mangga (LATIKMA) sendiri merupakan suatu alat untuk
mengambil buah kering tanpa menghancurkan buah itu sendiri. Dalam
menganalisis pengembangan produk, perusahaan tersebut menggunakn 4 metode
RPW, MRPW, dan LCR. Setelah dilakukan analisis terhadap data perusahaan,
maka dihasilkan kesimpulan bahwa adanya perancangan usaha dapat berfungsi
sebagai peningkatan kualitas produk. LATIKMA sendiri diperkirakan dapat
bertahan hingga 5 tahun dengan kecepatan memetik sedang, serta menyediakan
produk dengan desain menarik dan mudah digunakan. Perancangan usaha terdiri
dari perencanaan mengenai apa yang akan diproduksi, bahan dan material, sumber
daya manusia, waktu, serta alur proses produksi. Adanya perancangan usaha
tersebut dinilai dapat mengefektifkan dan mengefisienkan proses produksi.

2.2 Dasar Teori


2.2.1 Precedence Diagram
Metode yang sering digunakan dalam perencanaan serta penjadwalan
sebuah proses produksi adalah melalui precedence diagram. Precedence diagram
menghubungkan antara satu aktivitas dengan aktivitas lain dalam suatu proses
produksi. Hubungan antaraktivitas tersebut dirancang sebagai panduan proses
produksi, karena pada proses produksi penting sekali untuk memperhitungkan
apakah setiap aktivitas tersebut dapat dikatakan sebagai alternatif terbaik dalam
pembuatan suatu produk. Solusi alternatif digunakan sebagai upaya untuk
mengefisienkan sumber daya, mengurangi cost dan mengoptimalkan hasil
produksi (Kusuma, Lestari, & Kurniari, 2022).
Precedence diagram diilustrasikan menggunakan bentuk grafis dengan
simbol lingkaran atau simbol persegi yang menandakan terjadinya suatu proses
operasi atau aktivitas, dan simbol anak panah berfungsi sebagai penghubung antar
aktivitas serta ketergantungan dari urutan aktivitas (Atin & Cahyana, 2016).
Gambar 1. 1 Contoh Precedence Diagram
(Sumber: myKindaTech, 2021)

2.2.2 Bill of Material


Bill of Material (BoM) merupakan struktur yang menggambarkan
komponen penyusun dari suatu produk, dimulai dari barang mentah hingga barang
jadi sesuai dengan tujuan perusahaan. Bill of material tersusun dari daftar
komponen maupun material yang digunakan untuk diproses lebih lanjut. Beberapa
proses yang seringkali terdapat pada bill of material seperti perakitan,
pencampuran bahan, dan finishing atau pengecekan kualitas produk (Nurina Sari
& Komarudin, 2018).
Format bill of material umumnya menggunakan single-level BOM dan
multi-level BOM dengan masing-masing format memiliki fungsi yang berbeda.
single-level BOM digunakan untuk menunjukkan hubungan dari proses tahapan
hanya pada satu level yang didalamnya terhadap beberapa komponen pembentuk.
Sedangkan multi-level BOM merupakan struktur yang menunjukkan detail seluruh
komponen produk dari level 0 hingga level terbawah (Nurina Sari & Komarudin,
2018).
Gambar 1. 2 Contoh Bill of Material Single Level dan Multi Level
(Sumber: mekari, 2022)

2.2.3 Assembly Chart


Assembly Chart merupakan peta grafis yang menggambarkan proses atau
aliran dari perakitan komponen-komponen yang terdapat pada suatu produk.
Terdapat dua hal yang harus dipahami dalam assembly chart yaitu sub assembly
(hasil rakitan dari bagian komponen produk) dan assembly (sub assembly yang
dirakit kembali sehingga menjadi produk akhir) (G, Sumartono, &
Moektiwibowo, 2020).

Gambar 1. 3 Contoh Assembly Chart


(Sumber: ResearchGate.net)
2.2.4 Operation Process Chart
Operation Process Chart (OPC) merupakan peta proses operasi dan
pemeriksaan keadaan aliran proses produksi dimulai dari awal bahan baku hingga
produk setengah jadi kemudian dilanjut hingga produk akhir. Pada OPC, terdapat
informasi seperti waktu proses berlangsung, bahan baku atau material yang
digunakan, alat atau mesin yang digunakan pada setiap proses hingga scrap yang
dihasilkan pada setiap proses tersebut.
Terdapat 3 lambang utama pada OPC:
1. Simbol lingkaran menandakan proses operasi pada suatu produk.
2. Simbol persegi menandakan proses inpeksi atau pemeriksaan dengan cara
membandingkan produk dengan standar yang sudah dirancang sebelumnya.
3. Simbol segitiga menandakan terjadinya kegiatan penyimpanan produk yang
telah dibuat.

Gambar 1. 4 Simbol pada OPC


Gambar 1. 5 Contoh OPC pada perusahaan sepatu
(Sumber: ResearchGate.net)
BAB III
METODOLOGI

3.1 Objek dan Subjek Praktikum


3.1.1 Objek Praktikum
Objek praktikum dalam praktikum terintegrasi 1 adalah “Lampu Hias”.
3.1.2 Subjek Praktikum
Subjek praktikum pada praktikum terintegrasi 1 adalah para praktikan
yang terdiri dari mahasiswa Teknik Industri IT Telkom Purwokerto angkatan
2021.
3.2 Prosedur Praktikum
Gambar 1. 6 Prosedur Praktikum Modul 1
Praktikum Terintegrasi Modul 1 perencanaan proses pada produk lampu
hias diawali dengan melakukan pengmatan pada objek lampu hias sekaligus
berdiskusi mengenai komponen apa saja yang menyusun produk lampu hias
tersebut. Setelah melakukan pengematan dan perakitan Kembali produk lampu
hias, praktikan Menyusun Langkah-langkah perakitan serta membuat Precedence
Diagram (PD), Bill of Material (BoM), Assembly Chart (AC), dan Operation
Process Chart (OPC) dari produk lampu hias.
Setelah dilakukan penyusunan terkait data praktikum, praktikan
mengumpulkan hasil data tersebut kepada asisten praktikum untuk diteliti lebih
lanjut. Hingga setelah hasil data telah sesuai, praktikan dapat melanjutkan
penyusunan laporan hasil praktikum modul 1. Adapun tahap asistensi 1 dan 2,
dimana asistensi 1 berisi laporan bab I-III, sedangkan asistensi 2 bertujuan untuk
mengoreksi laporan bab IV-V. Setelah semua bab sesuai dengan prosedur dan
ketentuan, maka tahap selanjutnya laporan dikumpulkan ke LMS mahasiswa.

3.3 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data primer yang dilakukan oleh praktikan adalah
melalui metode observasi (participant observation). Observasi merupakan
pengamatan atau pencatatan sistematik terhadap suatu kondisi objek praktikum
dimana praktikan juga terlibat langsung dalam praktikum tersebut (Hasanah,
2016). Pada praktikum terintegrasi 1, praktikan melakukan observasi dengan
mengamati modul, mengamati produk yang sudah jadi sebagai dasar dan acuan
dalam membuat produk, serta mencatat seluruh aktivitas proses selama pembuatan
produk yang kemudian diolah menjadi data perencanaan proses dan produksi.

3.4 Teknik Analisa Data


Teknik analisa data dilakukan menggunakan teknik analisis data kualitatif,
dengan metode analisis naratif dan analisis kerangka kerja yang kemudian akan
dituangkan melalui laporan praktikum. Data kualitatif merupakan data dari objek
penelitian yang tidak bisa diolah kedalam bentuk angka (Store, 2022). Analisis
naratif merupakan metode analisis yang berfokus pada konteks hubungan antara
objek praktikum dengan praktikan, serta menganalisis proses operasional (Store,
2022). Hubungan antara objek praktikum dan praktikan berupa produk dan
sumber daya manusia yang melakukan proses produksi tersebut. Produk yang
dibuat dalam praktikum terintegrasi 1 dilakukan oleh para praktikan dengan
menggunakan alat bantu seperti obeng. Sehingga dalam praktikum tidak
menggunakan mesin atau alat produksi otomatis untuk membuat suatu produk
jadi. Kemudian analisis kerangka kerja merupakan analisis data berdasarkan
flowchart yang tertera pada Gambar 1.7.

3.5 Jadwal Kegiatan


Tabel 3. 1 Jadwal Kegiatan Praktikum Modul 1

No
Nama Kegiatan Minggu ke-2 Minggu ke-3
.

1. Praktikum

Studi Literatur Estimasi


2.
Biaya Produksi

Menguraikan Biaya
3. Produksi Yang
Dibutuhkan

4. Pengolahan Data

Penyusunan Laporan
5.
Praktikum

6. Asistensi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Alur Proses Produksi

Gambar 4. 1 Alur Proses Produksi

4.1.2 Precedence Diagram

Gambar 4. 2 Precedence Diagram


Keterangan:
1. Mengamati modul 16. Pasang IT2 di belakang siku4
2. Mengamati desain Lampu Hias 17. Pasang T3 atas sejajar dengan T1
3. Menyiapkan komponen Lampu 18. Pasang siku5 sejajar dengan siku1
Hias 19. Pasang siku6 sejajar dengan siku2
4. Menyiapkan base 20. Pasang IT3 dibelakang siku6
5. Pasangkan T1 pada base 21. Pasang siku7 didepan IT3
kemudian kunci menggunakan 22. Pasang T4 sejajar dengan IT2
baut dan mur 23. Pasang siku8
6. Pasang siku1 di depan T1 24. Pasang IT4
7. Pasangan MDF1 di belakang T1 25. Pasang IP 1 dan 2 didepan IT 3
8. Pasang MDF2 dan 4
9. Pasang siku2 di depan MDF2 26. Pasang baut dan mur
10. Pasang IT1 di belakang siku2 27. Produk jadi
11. Pasang T2 lalu kunci
menggunakan baut dan mur
12. Pasang siku3
13. Pasang MDF3
14. Pasang MDF4
15. Pasang siku4 didepan MDF

4.1.3 Bill of Material

Gambar 4. 3 Bill of Material Lampu Hias


4.1.4 Assembly Chart
Gambar 4. 4 Assembly Chart Lampu Hias

4.1.5 Operation Process Chart

OPERATION PROCESS CHART (OPC) / PETA PROSES OPERASI

NAMA OBYEK : LAMPU HIAS


NOMOR :
DIPETAKAN OLEH : KELOMPOK 6
TANGGAL DI PETAKAN : 01 SEPTEMBER 2023

Gambar 4. 5 Operation Proses Chart


4.2 Pembahasan
4.2.1 Alur Proses Produksi
Alur proses produksi berisi mengenai tahapan serta alur bagaimana seluruh
komponen disusun kemudian dirakit menjadi satu kesatuan produk. Terdapat 27
tahapan proses produksi dengan 2 tahapan pra produksi, 24 proses produksi, dan 1
proses merupakan produk akhir. Alur proses bertujuan sebagai dasar atau
gambaran mengenai aktivitas apa saja yang akan dilakukan beserta hubungan
antar komponen satu dengan komponen lain.

4.2.2 Precedence Diagram


Tahap awal perencanaan proses produksi adalah menyusun langkah-
langkah serta hubungan antar satu langkah dengan langkah lain. Berdasarkan
gambar, terdapat 21 tahap proses produksi yang harus dilakukan dalam perakitan
produk lampu hias oleh kelompok 6. Langkah pertama adalah dengan menyiapkan
base atau landasan lampu hias. Setelah itu praktikan menggabungkan antara satu
komponen dengan komponen lain yang ada sehingga membentuk lampu hias.
Pada precedence diagram, seluruh aktivitas dari nomor 1 hingga 20 adalah
langkah proses produksi, dan pada nomr 21 merupakan produk jadi berupa lampu
hias. Namun yang perlu diperhatikan adalah pada setiap aktivitas tersebut sangat
berhubungan dan memberikan pengaruh terhadap aktivitas yang dilakukan
selanjutnya. Tidak akan bisa melaksanakan aktivitas baru, apabila aktivitas
sebelumnya tidak dikerjakan. Karena seluruh aktivitas pada precedence diagram
adalah saling berkesinambungan.

4.2.3 Bill of Material


Bill of material merupakan sebuah diagram atau bagan yang
mempresentasikan detail komponen pada produk Lampu Hias. BoM produk
lampu hias memiliki 3 level yang dimulai dari level 0-3. Level 0 adalah ketika
suatu produk telah menghasilkan barang jadi yaitu lampu hias. Level 1 berisi 4
jenis komponen utama seperti lampu, base, kisi MDF, dan besi. Pada leel 2
terdapat komponen seperti macam-macam besi dan part yang menyusun base.
Kemudian dari keempat bagian tersebut kemudian dipecah kembali menjadi level
3 yang mencakup beberapa komponen detail hingga part terkecil seperti baut dan
mur.
Pada bagian base terdapat sub komponen berupa fitting lampu dan kabel.
Komponen besi memuat besi IT, besi T, besi IP, dan besi siku. Pada bagian lampu
dan kisi MDF tidak memiliki sub komponen karena kedua bagian tersebut hanya
berupa 1 jenis komponen.

4.2.4 Assembly Chart


Pada proses assembly atau perakitan, terdapat 8 jenis komponen dan 59-
part yang digabungkan. Pada proses perakitan, seluruh komponen disusun
berdasarkan alur proses yang kemudian dilakukan assembly dengan menggunakan
baut dan mur. Analisis AC pada proses perencanaan tidak memasukkan komponen
baut dan mur sebagai komponen utama karena kedua komponen tersebut termasuk
kedalam komponen pelengkap dengan jumlah yang banyak. Oleh karena itu baut
dan mur dipresentasikan melalui garis-garis yang menghubungkan antara satu
komponen dengan komponen lain.

4.2.5 Operation Process Chart


Diagram alir operasional merupakan diagram yang menggambarkan tahap
- tahap proses yang akan dilalui 8 bahan baku sehubungan dengan urutan operasi
perakitan. Operational process chart berisi proses operasi yang akan dilewati
seluruh komponen produk untuk menjadi sebuah produk jadi yang siap untuk
digunakan. OPC menjelaskan secara lebih detail terkait proses produksi suatu
produk dan menguraikan setiap komponen penyusunnya sehingga memudahkan
operator untuk dapat menganalisa dan membuat produk. Produk lampu hias
memiliki proses operasi yang dimulai dari menyiapkan base sampai part yang
terakhir yaitu perakitan besi IP.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah di lakukan pada Modul 1
mengenai Perencanaan Proses dan Produk menghasilkan kesimpulan yaitu
perencanaan, pencatatan dan penjadwalan sangat diperlukan dalam melakukan
sebuah proyek atau memproduksi suatu produk. Seperti pembuatan lampu hias
yang diawali dengan penyusunan alur proses produksi, Precedence Diagram, Bill
Of Material, Assembly Chart, dan Operation Process Chart sebagai acuan karena
dalam pembuatan produk haruslah memiliki alur yang jelas, terstruktur dan
memiliki rencana kegiatan yang lebih terarah sehingga maksimal dalam
pengerjaannya. Adanya suatu acuan atau panduan tersebut memudahkan pekerja
atau praktikan dalam membuat suatu produk berkualitas baik dengan efektif dan
efisien tanpa membuat cost berlebih.

5.2 Saran
Saran untuk Praktikum Terintegrasi 1 berikutnya adalah memperbanyak
alat yang digunakan untuk proses praktikum, seluruh bahan disediakan oleh pihak
laboratorium sehingga jenis dan ukuran bahan setiap kelompok sama, apabila
praktikan melakukan kesalahan dan asisten praktikum menegur, sebaiknya asisten
praktikum juga turut memberikan contoh praktik atau pengetahuan kepada
praktikan sehingga praktikan lebih memahami proses pembuatan lampu hias.
DAFTAR PUSTAKA

Adi Nugroho, I., & Emaputra, A. (2021). PERENCANAAN PROSES


PRODUKSI PENYABLONAN T-SHIRT DENGAN METODE
AGGREGATE PLANNING HEURISTIK DI DOUBLEFIVE STORE
AND CLOTHING YOGYAKARTA. Jurnal Teknologi Technoscientia, 31-
35.

Atin, S., & Cahyana, N. (2016). Pemanfaatan Precedence Diagram Method


(PDM) Dalam. 29-35.

G, T. D., Sumartono, B., & Moektiwibowo, H. (2020). ANALISIS


PENGENDALIAN KUALITAS DENGAN METODE SIX SIGMA.
Jurnal Teknik Industri, 46.

Hasanah, H. (2016). Teknik-Teknik Observasi. Jurnal at-Taqaddum, 21-22.

Kusuma, I. K., Lestari, I. G., & Kurniari, K. (2022). ANALISIS KEGIATAN-


KEGIATAN KRITIS DENGAN PRECEDENCE DIAGRAM
METHOD(PDM) PADA PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT
NUSA PENIDA. Jurnal Ilmiah Teknik UNMAS, 1-7.

Minaturraahim, H., Afief, R., Muhammad Firly, T., Maulana, S., Restianti, V., &
Parwati, N. (2022). Analisis Perancangan Alat Pemetik Buah Mangga
(LATIKMA). Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Sains dan Teknologi, 1-9.

Nur Affiyanti, M., Tri Purwandari, A., & Juang Pratama, A. (2021). Perancangan
SOP dan Tata Letak Lantai Produksi Pada LCC Respira V.01 PAPR.
Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Sains dan Teknologi, 43-56.

Nurina Sari, B., & Komarudin, O. (2018). BILL OF MATERIAL (BOM) PADA
SISTEM INVENTORI KAWASAN. ILKOM Jurnal Ilmiah , 323-330.

Store, D. (2022, November 14). 7 Macam Teknik Analisis Data. Retrieved from
deepublishstore.com: https://deepublishstore.com/blog/teknik-analisis-
data/#C_Teknik_Analisis_Data_Taksonomi

Anda mungkin juga menyukai