Di susun oleh:
1. Agus Wahyudin, S.Farm
2. Mike Syafutry, S.Farm
3. Yuliyani, S.Farm
4. Ika Muhti Novianti, S.Si
5. Hanifah, S.Si
6. Cumsih, S.Si
7. Devana Ardiaty, S.Farm
8. Nina Rahmawati, S.Farm
9. Andi Risna, S.Farm
10. Apriani Megalasmini, S.Farm
11. Diah Wulandari, S.Si
12. Asmanur A.R, S,Farm
13. Desy Darmayanti, S.Farm
Q = TMP-P-JSP+ PLT
Dimana:
Q = Jumlah pemesanan kembali
TPM = Tingkat persediaan maksimum
JSP = Jumlah yang sedang dipesan
PLT = Permintaan selama tenggang waktu pemesanan
(3) Material Reqirment planning (MRP) Approach
MRP merupakan sistem yang dirancang secara khusus untuk situasi
yang bergelombang (tidak konstan) secara tipikal karena permintaan
tersebut dependent.
Oleh karena itu tujuan dari sistem MRP adalah:
a. Menjamin tersedianya bahan item atau komponan pada saat
dibutuhkan.
b. Menjaga tingkat persediaan pada kondisi minimum
c. Merencanakan aktivitas pengiriman, penjadwalan dan
pembelian.
Faktor-faktor kesulitan dalam MRP:
Struktur produk
Ukuran Lot
Tenggang waktu
Perubahan kebetulan
Komponen yang bersifat umum
Persediaan baik dari material atau bahan baku hingga persedian produk
jadi memiliki beberapa kegunaan, antara lain:
1. Mengurangi resiko terjadinya keterlambatan kedatangan
barang/bahan (dari supplier) yang dibutuhkan oleh perusahaan.
2. Mengurangi resiko kekurangan bahan yang disebabkan oleh adanya
reject.
3. Untuk mengantisipasi barang-barang yang hanya dipesan secara
musiman atau terjadi peningkatan dari customer secara tiba-tiba.
4. Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan atau menjamin
kelancaran arus produksi.
5. Memberikan pelayanan yang baik pada customer dengan
memberikan jaminan tersedianya produk yang di pesan.
Terdapat beberapa jenis persediaan yang dibedakan menurut fungsi dari
persediaan tersebut, yaitu:
1. Batch stock/lot size inventory
Persediaan jenis ini terjadi karena adanya pembelian maupun
pembuatan bahan-bahan/barang-barang dalam jumlah yang lebih
besar daripada jumlah yang dibutuhkan saat itu. Keuntungan dari
inventory jenis ini adalah adanya potongan harga pada saat
pembelian serta penghematan pada biaya angkutan.
2. Fluctuation stock
Persediaan jenis ini diadakan untuk menghadapi fluktuasi
permintaan dari customer yang tidak dapat dilamarkan.
3. Anticipation Stock
Persediaan jenis ini diadakan untuk menghadapi fluktuasi
permintaan yang dapat diramalkan dan untuk menghadapi
penggunaan/permintaan yang meningkat.
Terdapat pula jenis persediaan yang dibedakan menurut jenis dan posisi,
yaitu:
1. Persediaan bahan mentah
Merupakan persediaan barang-barang yang digunakan dalam
proses produksi.
2. Persediaan komponen-komponen rakitan
Merupakan persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen-
komponen yang diperoleh dari persediaan lain, dimana secara
langsung dapat dirakit menjadi suatu produk.
3. Persediaan bahan pembantu atau penolong
Merupakan persediaan barang-barang yang diperlukan dalam
proses produksi, tetapi tidak merupakan bagian/komponen barang
jadi.
IV. Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan
Kegiatan perencanaan dan pengendalian produksi dapat dikelompokkan
menjadi tiga, antara lain meliputi:
1. Routing
Routing merupakan kegiatan menentukan urut–urutan dalam mengerjakan
suatu pekerjaan,sejak dimulai sampai dengan barang itu jadi.
2. Scheduling
Scheduling merupakan pembuatan jadwal (shedule) untuk melaksanakan
suatu pekerjaan. Jadwal kegiatan dibuat sejak mulainya pekerjaan sampai
dengan selesai. Penyusunan schedule biasanya didasarkan pada per-mintaan
konsumen, kemampuan sarana dan prasarana dan kendala–kendala yang lain.
Biasanya untuk menjaga kelancaran proses produksi perlu dibuat Master
Schedule. Master Schedule adalah daftar barang setiap macam barang pada
waktu–waktu tertentu. Untuk memudahkan pelaksanaannya dan membacanya,
biasanya schedule dinyatakan dalam bentuk tabel atau kadang–kadang
berbentuk Guant chart, yaitu bagan berupa balok untuk menunjukkan waktu
kegiatan.
3. Dispatching dan Follow up
Dispatching merupakan pemberian wewenang untuk melaksanakan suatu
kegiatan. Pelaksanaan dispatching dapat dilakukan dengan perintah lisan,
perintah tertulis atau dengan tanda yang berupa bunyi. Sedangkan Follow up
merupakan suatu langkah perbaikan atas kesalahan yang telah dilakukan
sebelumnya. Kesalahan terjadi karena rencana tidak sesuai dengan
pelaksanaan.
DAFTAR PUSTAKA
2009.