Anda di halaman 1dari 17

PERTEMUAN 9

PERENCANAAN PRODUKSI DAN KEBUTUHAN


SUMBER DAYA

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini akan dijelaskan tentang “Perencanaan Produksi dan
kebutuhan SumberDaya”. Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa
diharapkan dapat:
Mampu memberikan penjelasan tentang perencanaan produksi dan
kebutuhan sumber daya

B. URAIAN MATERI

1. PERENCANAAN PRODUKSI
Perencanaan adalah fungsi manajemen yang paling pokok dan sangat luas
meliputi perkiraan dan perhitungan mengenai kegiatan yang akan dilaksanakan
pada waktu yang akan datang mengikuti suatu urutan tertentu. Perencanaan
merupakan salah satu sarana manajemen untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan karena itu setiap tingkat manajemen dalam organisasi sangat
membutuhkan aktivitas perencanaan.
Tujuan perencanaan harus tegas, jelas dan mudah dimengerti. Seringkali
perencanaan harus mengalami perubahan, oleh karena itu perencanaan harus
besifat luwes dan terbuka untuk dapat dirubah bila diperlukan. Sifat luwes ini
mengakibatkan pelaksanaan kegiatannya harus dimonitor dan dikendalikan terus
menerus yang disesuaikan dengan kondisi yang ada namun perencanaan harus
tetap pada tujuan yang ditetapkan. Perencanaan juga merupakan fungsi memilih
sasaran perusahaan secara kebijaksanaan, program dan pemilihan langkah-
langkah apa yang harus dilakukan, siapa yang melakukan dan kapan aktivitasnya
dilaksanakan.
Dalam perencanaan produksi kita selalu menginginkan agar diperoleh
perencanaan produksi yang baik namun merencanakan proses produksi bukanlah

DOSEN PENGAMPU: RINI ALFATIYAH, S.T, M.T DAN SOFIAN BASTUTI, S.T, M.T
hal yang mudah karena banyaknya faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor
internal relative mudah dapat dikuasai oleh PPC manager, namun faktor external
tidak demikian. Karena itu perencanaan harus dibuat ketat namun tidak kaku,
artinya dapat dirubah bila diperlukan dan kemungkinan perubahan ini juga harus
diperhitungkan agar tidak menimbulkan kesulitan. Perencanaan yang baik hanya
akan diperoleh dengan didasarkan kepada informasi yang baik dan pengukuran
keberhasilan didasarkan kepada standard yang ditetapkan.

2 UNSUR-UNSUR PERENCANAAN

Perencanaan adalah suatu hasil pemikiran yang rasional dimana di


dalamnya terdapat dugaan/perkiraan, perhitungan untuk mencapai tujuan yang
ingin dicapai pada masa yang akan datang. Syarat mutlak suatu perencanaan harus
mempunyai tujuan yang jelas dan mudah dimengerti. Perencanaan harus terukur
dan mempunyai standard tertentu. Perencanaan digolongkan sebagai fakta yang
Objective kebenarannya bahwa pemikiran yang rasional itu tidak atas hayalan
belaka tetapi suatu perhitungan berdasarkan data yang objective. Walau
perencanaan mengandung unsur dugaan/pemikiran namun harus didasarkan pada
suatu standard yang terukur. Perencanaan adalah sebagai tahap persiapan /
tindakan pendahuluan untuk melaksanakan kegiatan dengan memperhatikan
penyimpangan yang mungkin terjadi.

3 FUNGSI PERENCANAAN PRODUKSI


Perencanaan produksi (Production Planning) adalah salah satu dari
berbagai macam bentuk perencanaan yaitu suatu kegiatan pendahuluan atas proses
produksi yang akan dilaksanakan dalam usaha mencapai tujuan yang diinginkan
perusahaan. Perencanaan produksi sangat erat kaitannya dengan pengendalian
persediaan sehingga sebagian besar perusahaan manufacture menempatkan fungsi
perencanaan dan pengendalian persediaan dalam satu kesatuan.
Ditinjau dari bentuk industri, perencanaan produksi suatu perusahaan yang
satu dengan perusahaan yang lainnya terdapat perbedaan. Banyak hal yang

DOSEN PENGAMPU: RINI ALFATIYAH, S.T, M.T DAN SOFIAN BASTUTI, S.T, M.T
menyebabkan perbedaan tersebut, bahkan pada perusahaan yang sejenis.Tujuan
produksi bagi perusahaan adalah barang dengan spesifikasi tertentu memenuhi
permintaan pelanggan. Tujuan tersebut dituangkan dalam Order Confirmation
yang dibuat oleh bagian penjualan.
Dengan demikian dapat disimpulkan tujuan produksi sepenuhnya
dirumuskan oleh sales department, berdasarkan order yang telah diterima. Karena
tujuan produksi dirumuskan berdasarkan order yang telah diterima maka dalam
fungsi perencanan produksi pengaruh forecasting pada sistem perencanaan
produksi dapat dikatakan tidak signifikan.Untuk mencapai tujuan, khususnya
dalam perencanaan produksi dan pengendalian persediaan perusahaan perlu
menyediakan fasilitas komunikasi dan sistem informasi yang mendukung sistem
pengolahan data terdistribusi. Program aplikasi database management system
yang terintegrasi dengan sistem lainnya di lingkungan perusahaan sehinngga
bagian perencanaan produksi dan pengendalian persediaan memiliki sarana yang
cukup handal yang dapat memberikan informasi yang dibutuhkan dalam waktu
yang relatif singkat.
Bagian perencanaan dengan mudah dapat mengumpulkan informasi yang
diperlukan dalam menyusun perencanaan produksi. Agar masing-masing fungsi
yang terdapat dalam Sistem perencanaan dan bagian terkait dengan sistem
perencanaan produksi dapat menjalankan kerja dan tanggungjawabnya sesuai
dengan sistem, maka setiap personal disyaratkan mengenal sistem akuntansi
komputer dan procedure yang diterapkan. Dengan demikian efektifitas kerja dapat
ditingkatkan.
Dalam usaha mencapai tujuan perencanaan produksi terdapat berbagai
macam permasalahan sesuai dengan proses yang akan dilaksanakan, kemudian
dirumuskan bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan secara efektif dan efisien
serta bagaimana cara pengendaliannya. Keberhasilan dalam membuat
perencanaan produksi dan pencapaiannya tidak hanya tergantung pada organisasi
bagian perencanaan itu sendiri, melainkan sangat tergantung pada struktur
organisasi secara keseluruhan dan sistem yang diterapkan.
Kegagalan dapat terjadi akibat kesalahan dalam penggunaan sistem
informasi tidak efektif, bahkan sering terjadi kesalahan dalam pengambilan

DOSEN PENGAMPU: RINI ALFATIYAH, S.T, M.T DAN SOFIAN BASTUTI, S.T, M.T
keputusan akibat tidak memahami informasi yang ditampilkan oleh sistem
informasi yang tersedia. Manajer bagian prencanaan mutlak harus memahami
sistem informasi yang digunakan, karena sistem informasi yang digunakan adalah
berbasis komputer maka manajer bagian perencanaan produksi dan pengendalian
persediaan serta bagian yang terkait langsung dengan bagian tersebut harus
memahami dan mengerti sistem komputer yang digunakan. Jika tidak maka
terbuka peluang untuk mengambil keputusan-keputusan yang keliru.

Kelancaran proses produksi ditentukan oleh tingkat kematangan


penjadwalan produksi. Dalam menyusun perencanaan harus memperhatikan
berbagai element dari berbagai bagian sehingga sangat memerlukan sistem yang
terintegrasi dan harus didukung dengan fasilitas yang memadai. Perencanaan
produksi dituntut harus lebih bersifat (sales oriented) namun di sisi lain tanpa
mengabaikan efisiensi dan kelancaran proses produksi.
Kemampuan sumber daya manusia sangat tergantung pada sistem yang
diterapkan. Tidak jarang orang yang mampu tidak dapat berbuat karena terikat
oleh sistem dan fasilitas yang tersedia. Pembagian tugas dan tanggung jawab
harus jelas dan dilakukan pengukuran efektifitas kerja. (Standard operational
process) dan (Standard Instruction Process) harus dipahami oleh bagian
operasional dan juga bagian perencanaan.
Perencanaan produksi sangat tergantung pada kapasitas, jenis perusahaan,
sumberdaya dan jenis produksi yang dikerjakan. Berdasarkan hal tersebut
perusahaan yang mengerjakan order yang terputus-pustus berdasarkan permintaan
pelanggan yang pemenuhannya pada waktu yang akan datang, tingkat kesulitan
dalam menyusun perencanaan jauh lebih sulit dibanding perusahaan yang
mengerjakan produksi continue. Pengukuran keberhasilan perencanaan tidak tepat
untuk dibandingkan dengan perusahaan lain karena perbedaan kelengkapan,
kapasitas dan sumberdaya apalagi dibanding dengan perusahaan lain yang tidak
sejenis. Faktor penting dalam melakukan pengukuran adalah standar produksi
meliputi waktu, mutu, jumlah yang dapat dihasilkan berdasarkan penelitian yang
dilakukan pada jangka waktu tertentu di perusahaan ini. Pengukuran perlu

DOSEN PENGAMPU: RINI ALFATIYAH, S.T, M.T DAN SOFIAN BASTUTI, S.T, M.T
dilakukan secara terus-menerus sehingga keputusan yang diambil untuk
pengembangan jangka panjang mempunyai dasar yang objectif.

4. FUNGSI PENGENDALIAN PERSEDIAAN


Persediaan adalah barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual
(barang jadi) atau barang dalam process produksi atau barang yang menunggu
penggunaannya dalam process produksi (bahan baku). Fungsi dasar pengendalian
persediaan baik bahan baku, barang dalam proses maupun barang jadi banyak
sekali. Fungsi tersebut meliputi proses berurutan mulai dari timbulnya kebutuhan,
pembelian, pengolahan, delivery.
Permasalahan utama persediaan yang timbul yaitu bagaimana fungsi
tersebut dapat mengatur persediaan sehingga setiap permintaan dapat dilayani
akan tetapi biaya persediaan harus minimum. Bila persediaan cukup banyak,
permintaan dapat segera dilayani akan tetapi menyebabkan biaya penyimpanan
barang tersebut akan menjadi sangat mahal. Dengan memperhatikan hal tersebut
diambil keputusan untuk menentukan nilai persediaan. Menentukan nilai
persediaan sangat tergantung kepada jenis perusahaan, modal kerja dan omzet
perusahaan serta lead time untuk mendapatkan barang tersebut. Karena sebagai
perusahaan converting yang bersifat memenuhi permintaan pelanggan pada
periode yang akan datang maka, besarnya kebutuhan akan barang tersebut tidak
dapat ditentukan sebelum disepakati sales contract.
Sebagian besar bahan baku sudah dialokasikan untuk produk tertentu
karena pembelian dilakukan setelah bagian perencanaan menerima GR Order
Confirmation yang sudah disetujui oleh pimpinan perusahaan. Fungsi
pengendalian persediaan adalah bagian dari fungsi perencanaan produksi yang
bertanggung jawab atas tersedianya material produksi dan material pembantu agar
proses produksi dapat berjalan sesuai rencana yang ditetapkan.
Fungsi perencanaan produksi yang bertanggung jawab atas tersedianya
material produksi dan material pembantu agar proses produksi dapat berjalan
sesuai rencana yang ditetapkan. Keperluan meminimumkan persediaan
berhubungan dengan besarnya biaya yang diperlukan oleh persediaan yaitu:
• Biaya Pembelian

DOSEN PENGAMPU: RINI ALFATIYAH, S.T, M.T DAN SOFIAN BASTUTI, S.T, M.T
Yang dimaksud biaya pembelian dalam hal ini adalah biaya pembelian
bahan baku untuk produksi. Pembelian skala besar dapat mengurangi
biaya pembelian dengan adanya potongan harga (quantity discount) yang
diberikan Supplier dengan konsekwensi biaya transportasi yang
ditanggung Supplier relative lebih murah karena pengangkutan barang
dilakukan tidak terlalu sering, namun perlu diperhitungkan apakah
potongan harga tersebut lebih kecil dari biaya penyimpanan. Disamping
itu jumlah persediaan yang cukup dapat mempercepat delivery sehingga
tidak menimbulkan kekecewaan pelanggan. Karena jenis perusahaan
memproduksi suatu barang sesuai permintaan pelanggan dimana
permintaan tersebut akan dipenuhi pada waktu yang akan datang, cara
pembelian tersebut tidak menguntungkan karena penyimpanan barang
tersebut membutuhkan ruang yang luas dan waktu penyimpanan yang
relatif lama.
• Biaya Penyimpanan
Biaya penyimpanan meliputi biaya penyediaan ruang yang diperlukan
untuk menampung barang tersebut, biaya perawatan atas resiko kerusakan,
serta biaya tenaga kerja yang diperlukan untuk merawat dan
mengamankan barang tersebut dari segala macam bentuk gangguan.

Selain itu biaya penyimpanan juga berkaitan dengan biaya bunga dimana
semakin besar dana yang dialokasikan pada persediaan akan mengakibatkan
alokasi akan investasi yang lain akan terhambat atau dilakukan dengan suntikan
dana dari kreditur dalam hal ini adalah Bank. Sesuai dengan sifat perusahaan yang
memenuhi permintaan pelanggan pada waktu yang akan datang maka
persediaan bahan baku dasar, tinta spesial yang tidak diperuntukan untuk order
produksi tertentu (bebas) adalah nol.

5. TAHAP-TAHAP PERENCANNAAN PRODUKSI


Dalam proses produksi, untuk menghasilnya produk yang berkualitas
harus mempertimbangkan berbagai faktor. Faktor-faktor yang dipertimbangkan
dalam menghasilkan produk tersebut meliputi:

DOSEN PENGAMPU: RINI ALFATIYAH, S.T, M.T DAN SOFIAN BASTUTI, S.T, M.T
1. Pasar yang baik di masa yang akan datang,
2. Siklus hidup produk,
3. Arus kas, dan
4. Kemampuan organisasi.

Konsep produk dikembangkan dari sumber yang bervariasi, yang berasal


dari dalam dan luar perusahaan. Konsep yang dapat lolos pada tahapan ide
produk, berproses melalui berbagai tahap, dengan pengkajian secara terus-
menerus, umpan balik dan evaluasi dalam lingkungan yang sangat partisipatif
untuk meminimumkan kegagalan. Berbagai tahapan yang dilalui secara bertahap
dan dengan pengkajian terus-menerus tersebut dikenal dengan istilah Tahap-tahap
Perencanaan Produksi.
Tahap-tahap perencanaan produksi dimulai dari ide produk digambarkan
sebagai berikut:

Gambar 1. Tahap Perencanaan Produk


Keterangan:

Ide Produk
Ide Produk disusun berdasar dorongan pasar yaitu kebutuhan konsumen,
dorongan teknologi yaitu kemampuan perusahaan dalam riset dan

DOSEN PENGAMPU: RINI ALFATIYAH, S.T, M.T DAN SOFIAN BASTUTI, S.T, M.T
pengembangan, dan koordinasi antar fungsi manajemen yaitu keuangan,
pemasaran, dan personalia.

Seleksi Ide Produk


Seleksi Ide Produk disusun berdasar atas evaluasi dari pasar tentang
kebutuhan konsumen untuk menyerap hasil produksi, secara teknis
operasional dipertimbangkan kemampuan perusahaan menghasilkan
produk dengan fasilitas yang ada dan kemampuan memperoleh bahan
baku dan bahan pembantu. Seleksi ide produk juga didasarkan pada
keadaan keuangan perusahaan, dengan mempertimbangkan hasil yang
diperoleh akan menguntungkan atau tidak.

Desain awal
Desain awal atau rancang bangun awal mempertimbangkan beberapa
tujuan yaitu manfaat produk, fungsi barang apakah fiingsi utama atau
sekunder, style, seni atau keindahan barang dengan melihat keseimbangan
biaya, kualitas, dan performance produk.

Prototype
Pada tahap ini perusahaan mengadakan percobaan kemampuan dan
kekuatan produk, kemudian dicari kelemahan dan dianalisis keindahan
bentuknya.

Testing
Hasil prototype dicoba fungsinya dalam berbagai keadaan yang mungkin
terjadi apakah memenuhi syarat atau tidak.

Desain Akhir
Pada tahap desain akhir, produk yang telah melewati tahap testing
disempurnakan sesuai dengan hasil uji yang telah dilakukan.

Implementasi

DOSEN PENGAMPU: RINI ALFATIYAH, S.T, M.T DAN SOFIAN BASTUTI, S.T, M.T
Tahap ini adalah tahap terakhir pembuatan produk. Pada tahap ini,
perusahaan memulai proses produksi, dilihat masa depan pemasarannya
(bagaimana reaksi konsumen dan kemantapan di pasar).

6 Hierarki Perencanaan Prioritas dan Perencanaan Kapasitas dalam Sistem


Manufaktur
Pada dasarnya perencanaan manufaktur (manufacturing planning)
mencakup perencanaan terhadap output dan input dari operasi manufaktur yang
dikelompokkan dalam dua jenis perencanaan, yaitu: perencanaan prioritas
(priority planning) yang berkaitan dengan perencanaan output dan perencanaan
kapasitas (capacity planning) yang berkaitan dengan perencanaan input.
Perencanaan prioritas menentukan produk-produk atau prioritas-prioritas dari
operasi manufaktur untuk memenuhi permintaan pasar, seperti: jenis produk yang
dibutuhkan, jumlah yang dibutuhkan, waktu produk dibutuhkan, termasuk
spesifikasi kualitas, dan lain-lain. Sedangkan perencanaan kapasitas menentukan
sumber-sumber daya (input) atau tingkat kapasitas yang dibutuhkan oleh operasi
manufaktur untuk memenuhi jadwal produksi atau output yang diinginkan,
membandingkan kebutuhan produksi dengan kapasitas yang tersedia, dan
menyesuaikan tingkat kapasitas atau jadwal produksi. Perencanaan kapasitas
mencakup kebutuhan sumber-sumber daya manufaktur seperti: jam mesin, jam
tenaga kerja, fasilitas peralatan, ruang untuk tempat penyimpanan (warehouse
space), rekayasa (engineeering), energi, dan sumber-sumber daya keuangan.
Dalam sistem MRP II, perencanaan kapasitas tidak mencakup material, karena
perencanaan material ditangani oleh fungsi perencanaan prioritas melalui
penjadwalan produksi induk (master production scheduling, MPS) dan
perencanaan kebutuhan material (material requirements planning, MRP).

DOSEN PENGAMPU: RINI ALFATIYAH, S.T, M.T DAN SOFIAN BASTUTI, S.T, M.T
Keterangan:
: Hubungan dua arah, termasuk umpan balik
MPS : Master Production Scheduling
CRP : Capacity Requirements Planning
MRP : Material Requirements Planning
PAC : Production Activity Control

Gambar 2.2. Sistem Manufacturing Resource Planning (MRP II)


(Sumber: Vincent Gasperz, PPIC, h.31)

Keberhasilan perencanaan dan pengendalian manufaktur membutuhkan


perencanaan kapasitas yang efektif, agar mampu memenuhi jadwal produksi yang
ditetapkan. Kekurangan kapasitas akan menyebabkan kegagalan dalam memenuhi
target produksi, keterlambatan pengiriman ke pelanggan, dan kehilangan
kepercayaan dalam sistem formal yang mengakibatkan reputasi dari perusahaan
akan menurun atau hilang sama sekali. Pada sisi lain, kelebihan kapasitas akan
mengakibatkan tingkat utilisasi sumber-sumber daya yang rendah, biaya
meningkat, harga produk menjadi tidak kompetitif, kehilangan pangsa pasar,
penurunan keuntungan, dan lain-lain. Dengan demikian, kekurangan kapasitas
maupun kelebihan kapasitas akan memberikan dampak negatif bagi sistem
manufaktur, sehingga perencanaan kapasitas yang efektif adalah menyediakan
kapasitas sesuai dengan kebutuhan pada waktu yang tepat. Dalam kasus ini,
makna dari filosofi Just In Time (JIT) menjadi bermanfaat, sehingga sistem
manufaktur modern telah mengintegrasikan praktek-praktek JIT ke dalam MRP II.

DOSEN PENGAMPU: RINI ALFATIYAH, S.T, M.T DAN SOFIAN BASTUTI, S.T, M.T
7. Perencanaan dan Pengendalian Produksi Terintegrasi
Sistem manufaktur tidak dapat memproduksi prioritas (output) yang
diinginkan tanpa memiliki kapasitas (input) yang cukup. Karena itu, dalam sistem
manufaktur modern aktivitas perencanaan prioritas (priority planning) sejajar
dengan aktivitas perencanaan kapasitas, sehingga terdapat suatu hierarki dari
rencana-rencana kapasitas (capacity plans) yang sejajar dan sesuai dengan
hierarki dari rencana-rencana prioritas (priority plans). Menurut Gasperz, pada
dasarnya terdapat empat tingkat dalam hierarki perencanaan prioritas dan
kapasitas yang terintegrasi, antara lain:
1. Perencanaan Produksi dan Perencanaan Kebutuhan Sumber Daya.
2. Penjadwalan Produksi Induk (MPS) dan Rough Cut Capacity Planning
(RCCP).
3. Perencanaan Kebutuhan Material (MRP) dan Perencanaan Kebutuhan
Kapasitas (CRP).
4. Pengendalian Aktivitas Produksi (PAC) dan Pengendalian Input/Output serta
Operations Sequencing.

Keterangan:
: Hubungan dua arah, termasuk umpan balik
MPS : Master Production Scheduling
RRP : Resource Requirements Planning

DOSEN PENGAMPU: RINI ALFATIYAH, S.T, M.T DAN SOFIAN BASTUTI, S.T, M.T
MRP : Material Requirements Planning
CRP : Capacity Requirements Planning
PAC : Production Activity Control

Gambar 2.3. Hierarki Perencanaan Priori tas dan Kapasitas dalam Sistem MRP II
(Sumber: Vincent Gasperz, PPIC, h.127)

Dari gambar 2.3 tersebut tampak bahwa perencanaan produksi (production


planning) dan perencanaan kebutuhan sumber daya (resource requirements
planning, RRP) termasuk dalam tingkat perencanaan strategik yang dilakukan
oleh manajemen puncak (top management). Perencanaan produksi dan kebutuhan
sumber daya berada pada level yang sama, dan merupakan level pertama dari
hierarki perencanaan prioritas dan perencanaan kapasitas.

Pada dasarnya perencanaan produksi merupakan suatu proses penetapan


tingkat output manufaktur secara keseluruhan guna memenuhi tingkat penjualan
yang direncanakan dan inventory yang diinginkan. Rencana produksi
mendefinisikan tingkat manufaktur, biasanya dinyatakan sebagai tingkat bulanan
untuk periode satu tahun atau lebih, untuk setiap kelompok produk. Rencana
produksi harus konsisten dengan rencana bisnis, yang dalam sistem MRP II
merupakan input bagi proses perencanaan produksi. Perencanaan produksi
merupakan tanggung jawab manajemen puncak (top management) yang
membutuhkan konsumen dari semua departemen fungsional, terutama dari
departemen pemasaran, keuangan, PPIC, dan produksi. Perencanaan produksi
menetapkan kerangka kerja untuk penjadwalan produksi induk (MPS) dan
pelaksanaan manufaktur.

Perencanaan Kebutuhan Sumber Daya (RRP) merupakan suatu proses


yang mengevaluasi Rencana Produksi guna menentukan sumber daya jangka
panjang, seperti: tanah, fasilitas, mesin-mesin dan tenaga kerja adalah tersedia.
Pada tingkat RRP, produk-produk sering diagregasikan ke dalam kelompok atau
family dari item-item serupa, dan suatu item typical dalam kelompok digunakan
untuk menghitung beban (load) untuk kelompok secara keseluruhan. Apabila
sumber-sumber daya itu telah tersedia, rencana produksi dapat dilaksanakan.
Namun apabila sumber-sumber daya itu tidak cukup, rencana produksi harus

DOSEN PENGAMPU: RINI ALFATIYAH, S.T, M.T DAN SOFIAN BASTUTI, S.T, M.T
diubah, atau mencari tambahan sumber daya tersebut. Apabila sumber daya yang
direncanakan dan yang dibutuhkan adalah sama, Rencana Produksi dianggap
layak untuk diteruskan ke tingkat hierarki berikut, yaitu MPS, untuk dilaksanakan.

Penjadwalan Produksi Induk (MPS) dan Rough Cut Capacity Planning


(RCCP) merupakan perencanaan prioritas dan perencanaan kapasitas pada
hierarki level taktikal (level 2). MPS menguraikan Rencana Produksi untuk
menunjukkan kuantitas produk akhir yang akan diproduksi untuk setiap periode
waktu (biasanya mingguan apabila menggunakan sistem MRP II atau harian bila
menggunakan sistem JIT) sepanjang horizon perencanaan takttis (biasanya satu
tahun). Apabila rencana produksi menunjukkan tingkat produksi untuk kelompok
produk, MPS menjadwalkan kuantitas spesifik dari produk akhir dalam periode
waktu spesifik.

Rough Cut Capacity Planning (RCCP) menentukan tingkat kecukupan


sumber daya yang direncanakan untuk melaksanakan MPS. RCCP menggunakan
definisi dari unit product loads yang disebut sebagai: profil produk-beban
(product-load profiles, bills of capacity, bills of resources, atau bill of labor).
Penggandaan beban per unit dengan kuantitas produk yang dijadwalkan per
periode waktu akan memberikan beban total per periode waktu untuk setiap pusat
kerja (work center). RCCP lebih terperinci dari RRP, karena RCCP menghitung
beban untuk semua item yang dijadwalkan dan dalam periode waktu aktual.
Apabila proses RCCP mengindikasikan bahwa MPS adalah layak, MPS akan
diteruskan ke proses MRP guna menentukan bahan baku atau material,
komponen, dan subassemblies, yang dibutuhkan. Dalam perusahaan yang
berorientasi pada kapasitas seperti industri kimia, apabila RCCP mengindikasikan
terdapat masalah dengan MPS, perencana harus mengubah MPS melalui salah
satu penjadwalan ulang pesanan-pesanan pelanggan (costumer orders) atau
melalui pemberitahuan ke bagian pemasaran untuk tidak menjual melebihi
kapasitas yang ada.

DOSEN PENGAMPU: RINI ALFATIYAH, S.T, M.T DAN SOFIAN BASTUTI, S.T, M.T
Perencanaan Kebutuhan Material (MRP) dan Perencanaan Kebutuhan
Kapasitas (CRP) merupakan perencanaan prioritas dan perencanaan kapasitas
pada hierarki level operasional (level 3). MRP mengembangkan pesanan-pesanan
yang direncanakan untuk bahan baku, komponen dan subassemblies yang
dibutuhkan untuk memenuhi MPS. MRP juga merekomendasikan penjadwalan
ulang terhadap open orders apabila due dates dan need dates tidak sama. MRP
menggunakan data inventory dan Bill of Material (BOM) sebagai tambahan pada
MPS untuk dijadikan sebagai input. Perencanaan Kebutuhan Kapasitas (CRP)
membandingkan kapasitas yang dibutuhkan terhadap projected available capaity
untuk open manufacturing orders dan planned manufacturing orders yang
dihasilkan oleh sistem MRP. CRP menggunakan routing files dan informasi pusat
kerja untuk menghitung beban yang dijadwalkan pada pusat-pusat kerja, dengan
mengasumsikan infinite capacity. Jika projected capacity berbeda dengan yang
dibutuhkan oleh projected load, perencana dapat merekomendasikan tindakan-
tindakan korektif kepada manajemen puncak termasuk mengurangi atau
menjadwalkan ulang pesanan-pesanan, merekrut atau mengurangi tenaga kerja,
mengalihtugaskan pekerja, mensubkontrakkan, atau melakukan alternate
routings. Apabila CRP mengindikasikan bahwa beban dari pesanan yang
dikeluarkan ditambah jadwal MRP dari pesanan yang direncanakan adalah layak
dari sudut pandang kapasitas, pesanan-pesanan yang direncanakan itu dikeluarkan
ke Pengendalian Aktivitas Produksi (PAC) untuk dilaksanakan.
Pengendalian Aktivitas Produksi (PAC), Pengendalian Input/Ouput, dan
Operations Sequencing merupakan perencanaan prioritas dan perencanaan
kapasitas pada hierarki level pelaksanaan dan pengendalian (level 4). PAC
mengembangkan jadwal jangka pendek yang terperinci dengan menggunakan
component due dates dari MRP dan detailed routings. Jadwal PAC biasanya
dalam bentuk hari atau kadang-kadang jam, dan cenderung mencakup waktu dari
satu sampai tiga bulan. PAC melibatkan perencanaan, pengeluaran, dan
pengendalian pesanan-pesanan manufaktur.
Pengendalian input/ouput memantau kuantitas dari pekerjaan yang datang
pada pusat kerja dan yang meninggalkan pusat kerja tersebut. Perencana produksi
membandingkan aktual pekerjaan yang tiba dan banyaknya yang diselesaikan,

DOSEN PENGAMPU: RINI ALFATIYAH, S.T, M.T DAN SOFIAN BASTUTI, S.T, M.T
kemudian mengambil tindakan korektif seperti menambah jam kerja lembur
(overtime), mentransfer pekerja di antara pusat-pusat kerja, alternate routings
terhadap transfer beban ke pusat kerja lain, atau melakukan splitting dan/atau
overlapping operations. Operations Sequencing merupakan suatu teknik simulasi
untuk perencanaan jangka pendek dan priority dispatching dari pekerjaan-
pekerjaan yang dikerjakan pada setiap pusat kerja, berdasarkan pada kapasitas
sekarang, prioritas, routings, dan informasi lain. PAC mewakili pelaksanaan dan
pengendalian dari rencana-rencana manufaktur yang telah dikembangkan dalam
tingkat perencanaan yang lebih tinggi. Pada level ini, pekerjaan benar-benar
secara aktual diselesaikan, juga memberikan umpan balik yang bermanfaat untuk
digunakan oleh tingkat yang lebih tinggi dalam meningkatkan proses perencanaan
mereka.

8. Perencanaan Kebutuhan Sumber Daya


Perencanaan kebutuhan sumber daya (resource requirements planning =
RRP) merupakan tingkat perencanaan tertinggi (level 1) dalam hierarki
perencanaan kapasitas. Terdapat perbedaan antara perencanaan kebutuhan sumber
daya pada level 1 dan Rough Cut Capacity Planning (RCCP) pada level 2 dalam
perencanaan kapasitas, yaitu sebagai berikut:

Tabel 2.1. Perencanaan Kebutuhan Sumber Daya


No. Deskripsi RRP RCCP
1 Input Kelompok produk atau item-item Produk-produk dan komponen-komponen
§ Triwulan atau bulanan § Mingguan atau harian
2 Periode Perencanaan
§ No Offset § Lead-time Offset
3 Output Resource Plan Rough Cut Capacity Plan
4 Metode Bill of resources Detailed product load profile

(Sumber: Vincent Gasperz, PPIC, h.136)

c. LATIHAN SOAL/TUGAS

Nama :
NIM :
Mata Kuliah :

DOSEN PENGAMPU: RINI ALFATIYAH, S.T, M.T DAN SOFIAN BASTUTI, S.T, M.T
Dosen :

PETUNJUK:

1. Jawaban secara berurutan.


2. Jawaban di email dengan format: Kelas_Mata Kuliah_Nama Mahasiswa
Contoh 06TIDMA_PPIC_XXXX
3. Jawaban tugas softcopy dikirim email ke dosen00347@unpam.ac.id paling
lambat Rabu, 8 Juni 2016 Pukul 24.00, sedangkan hardcopy (cetak) pada
saat perkuliahan tatap muka.

PERTANYAAN:

Carilah minimal 5 jurnal penelitian tentang:


1. NIM terakhir 0,1,2,3 : MRP
2. NIM terakhir 4,5,6 : RCCP
3. NIM terakhir 7,8,9 : RRP
Kemudian review jurnal tersebut berdasarkan tabel berikut!

No Nama Tahun Judul Metode Hasil


Peneliti Penelitian Yang
Digunakan
1
2
3
4
5

D. DAFTAR PUSTAKA

Fandy Tjiptono, 2000, Strategi Pemasaran, Penerbit ANDI, Yogyakarta

Fandy Tjiptono, 2004, Pemasaran Jasa, Penerbit ANDI, Yogyakarta

DOSEN PENGAMPU: RINI ALFATIYAH, S.T, M.T DAN SOFIAN BASTUTI, S.T, M.T
Fandy Tjiptono, 2006, Manajemen Jasa, Penerbit ANDI, Yogyakarta

Kotler, Philip, 2005, Marketing Management Analysis: Analysisi, Planning,


Implementation and Control, Prentice Hall International, Inc

Lovelock, Christopher, 2000, Services Marketing, Englewood Cliffs, N.J, Prentice


Hall, Inc

DOSEN PENGAMPU: RINI ALFATIYAH, S.T, M.T DAN SOFIAN BASTUTI, S.T, M.T

Anda mungkin juga menyukai