Deskripsi singkat:
Peranan perencanaan dan pengendalian produksi adalah semata-mata
dimaksudkan antuk mengkoordinasikan kegiatan dari bagian-bagian yang langsung atau
tidak langsung dalam berproduksi, merencanakan, menjadwalkan, dan mengendalikan
kegiatan produksi dari mulai tahapan bahan baku, proses sampai output yang dihasilkan
sehingga perusahaan itu betul-betul dapat menghasilkan barang atau jasa dengan
efektif dan efisien.
Sistem perencanaan dan pengendalian produksi terdiri dari beberapa sub-sistem
yang dirancang untuk mencapai secara utuh dua sasaran pokok perencanaann dan
pengendalian produksi yaitu tercapainya kepuasan pelanggan dan tingginya tingkat utilisasi
penggunaan sumber daya produksi. Agar sasaran-sasaran tersebut dapat dicapai secara
maksimum maka seluruh sub-sistem harus secara sinergik melakukan fungsi-fungsi
perencanaan dan pengendalian misalnya perencanaan dan pengendalian bahan, kapasitas
dan proses produksi.
I. Bahan Bacaan
1. Sukaria Sinulingga, 2009. Perencanaan dan Pengendalian Produksi, Penerbit
Graha Ilmu, Yogyakarta.
3. Sipper & Bulfin Jr., Production Planning, Control, and Integrations, McGraw Hill,
1997
4. Bedworth D.D., Bailey J.E., Integrated Production Control System, John Wiley &
Sons, 1987.
6. Oden H.W., Langewater G.A., Lucier RA., Handbook of Material and Capacity
Requirement Planning, McGraw Hill, 1991
IV. Tugas
1. Jelaskan pengertian perencanaan dan pengendalian produksi?
2. Jelaskan ruang lingkup PPC?
3. Jelaskan apa yang dimaksud sistem produksi?
4. Diskusikan pengendalian produksi dalam struktur organisasi tradisional?
5. Sebutkan dan jelaskan elemen-elemen sistem perencanaan produksi.
2
BAB 1. PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
3
proses produksi tersebut. PPC merupakan tindakan manajemen yang sifatnya abstrak
(tidak dapat dilihat secara nyata). Sistem komputer barangkali merupakan analogi yang
tepat untuk sistem produksi. Proses produksi adalah perangkat kerasnya (hard ware)
dan PPC adalah perangkat lunaknya (sgftware).
4
(bahan, part/komponen/subassembly dan produk) melalui seluruh siklus manufacturing
mulai dari permintaan bahan baku sampai pada pengiriman produk akhir kepada
pelanggan.
Ada tiga sasaran pokok yang sekaligus menjadi barometer keberhasilan perencanaan
dan pengendalian produksi yaitu:
Tercapainya kepuasan pelanggan yang diukur dari terpenuhinya order terhadap produk
tepat waktu, tepat jumlah dan tepat mutu.
Tercapainya tingkat utilitas sumber daya produksi yang maksimum melalui minirnisasi
waktu setup, transportasi, waktu menunggu dan waktu untuk pengerjaan ulang (rework).
Terhindarnya cara pengadaan yang bersifat rush order dan persediaan yang berlebihan
Perencanaan dan pengendalian produksi juga sering disebut sistem produksi.
Misalkan, pada contoh berikut: "...perusahaan ini menggunakan sistem produksi "Just in
Time" atau "Kanban" atau "MRP". Bisa jadi, yang dimaksud adalah pabrik yang
produksinya menerapkan sistem MRP atau menerapkan sistem Kanban. Maka, pengertian
sistem produksi yang dimaksud di sini adalah sistem perencanaan dan pengendalian
produksi (tidak menyangkut proses produksinya).
Bila PPC juga disebut sistem produksi, maka pengertian sistem produksi berarti ada
dua, yaitu:
1. Suatu sistem untuk membuat produk (mengubah bahan baku menjadi barang) yang
melibatkan fungsi manajemen (yang bersifat abstrak) untuk merencanakan dan
mengendalikan proses pembuatan tersebut,
2. Suatu teknik untuk merencanakan dan mengendalikan produksi (bersifat abstrak) dan
tidak membahas proses pembuatan produk.
Materi kuliah ini, istilah sistem produksi akan digunakan dengan kedua pengertian
tersebut. Sebagai alasannya, kadang lebih mudah mengatakan misalnya: "....sistem
Produksi, Just in Time". Jadi penggunaan frasa "Sistem Produksi" dalam materi ini bersifat
kontekstual. Alasan lainnya adalah suatu metode perencanaan dan pengendalian produksi
kadangkala juga mencakup proses produksinya pula.
5
Gambar 1.2 Sistem Produksi
6
4. Menyusun rencana agregat (penyesuaian permintaan dengan kapasitas). Pesanan
pelanggan dan atau ramalan permintaan harus dikompromikan dengan sumber daya
perusahaan (fasilitas, mesin, tenaga kerja, keuangan, dan lain-lain). Rencana agregat
bertujuan untuk membuat skenario pembebanan kerja untuk mesin dan tenaga kerja
(reguler, lembur, dan subkontrak) secara optimal untuk keseluruhan produk dan
sumber daya secara terpadu (tidak per produk).
5. Membuat jadwal induk produksi (JIP). JIP adalah suatu rencana terperinci mengenai
apa dan berapa unit yang harus diproduksi pada suatu periode tertentu untuk setiap
item produksi. JIP dibuat dengan cara (salah satunya) memecah (disagregat) rencana
agregat ke dalam rencana produksi (apa, kapan, dan berapa) yang akan direalisasikan.
JIP ini apabila telah dikoordinasikan dengan seluruh departemen akan jadi dasar
dalam PPC. JIP ini akan direview' secara periodik atau bila ada kasus. JIP ini dapat
berubah bila ada hal yang harus diakomodasikan.
6. Merencanakan kebutuhan. JIP yang telah berisi apa dan berapa yang harus dibuat
selanjutnya harus diterjemahkan ke dalam kebutuhan komponen, sub-assembly, dan
bahan penunjang untuk penyelesaian produk. Perencanaan kebutuhan material bertujuan
untuk menentukan, apa, berapa, dan kapan komponen, sub-assembly, dan bahan
penunjang yang harus disiapkan. Untuk membuat perencanaan kebutuhan diperlukan
informasi lain berupa struktur produk (bill of material) dan catatan persediaan. Bila hal
ini belum ada, maka tugas departemen PPC untuk membuatnya.
7. Melakukan penjadwalan pada mesin atau fasilitas produksi. Penjadwalan ini meliputi
urutan pengerjaan, waktu penyelesaian pesanan, kebutuhan waktu penyelesaian,
prioritas pengerjaan, dan lain-lainnya.
8. Monitoring dan pelaporan pembebanan kerja dibanding kapasitas produksi. Kemajuan
tahap demi tahap dimonitor dan dibuat laporannya untuk dianalisis. Apakah pelaksanaan
sesuai rencana yang telah dibuat?
9. Evaluasi skenario pembebanan dan kapasitas. Bila realisasi tidak sesuai rencana,
maka rencana agregat, JIP, dan penjadwalan dapat diubah/disesuaikan kebutuhan.
Untuk jangka panjang, evaluasi ini dapat digunakan untuk mengubah (menambah)
kapasitas produksi.
Fungsi-fungsi tersebut dalam praktik tidak semua perusahaan akan melaksanakannya. Fungsi
tersebut berlaku secara umum, kadang kala suatu perusahaan hanya memiliki beberapa
fungsi. Untuk mendapat gambaran yang lebih jelas, dapat dilihat ilustrasi fungsi
perencanaan dan pengendalian produksi (PPC) pada gambar 1.2. Ada tidaknya
semua fungsi ini di perusahaan, juga ditentukan oleh teknik/metode/sistem perencanaan
dan pengendalian produksi (sistem produksi) yang digunakan perusahaan.
7
Gambar 1.3 Ruang Lingkup PPC
8
Untuk melakukan perencanaan dan pengendalian produksi, berbagai macam teknik
telah dikemukakan oleh pakar industri. Teknik untuk merencanakan dan mengendalikan
produksi ini seringkali disebut dengan istilah "Sistem Produksi", misalkan sistem produksi
toyota, "Sistem Material Requirement Planning", sistem pengendalian tradisional, sistem
kanban, sistem just in time, sistem produksi massal, sistem proyek, sistem optimized
production technology, sistem manufacturing resource planning, flexible control system,
continuous process control system, dan lain-lain
Semua teknik PPC/sistem produksi bertujuan untuk merencanakan dan mengendalikan
produksi agar lebih efisien, efektif, produktif, atau optimal. Jumlah jenis sistem produksi
sangat banyak. Suatu perusahaan kadang kala mengembangkan suatu sistem produksi
secara eksklusif untuk perusahaannya dan tak dapat digunakan pada perusahaan lain.
Sistem produksi yang tepat bagi suatu industri akan sangat bergantung pada jenis
industrinya. Sistem produksi pada industri gula tentu akan sangat berlainan dengan sistem
industri tekstil.
Beberapa jenis sistem produksi (yang dimaksud di sini adalah metode perencanaan dan
pengendalian produksi/PPC) yang lazim digunakan dalam perusahaan-perusahaan
adalah:
1. Sistem produksi proyek,
2. Flexible Control System,
3. Sistem produksi 'Material Requirement Planning',
4. Sistem produksi '.Just in Time',
5. Optimized Production Technology,
6. Continuous Process Control System.
Untuk memilih sistem produksi yang tepat, harus dilihat dulu mengenai jenis
produksinya. Jenis atau tipe produksi sangat tergantung pada jumlah produksi dan
bagaimana cara memproduksi. Industri manufaktur terdiri atas banyak jenis yang berbeda
satu sama lain. Jenis-jenis industri ini dapat dikelompokkan berdasarkan beberapa kriteria.
9
satu dengan lainnya. Disamping itu, sangat banyak aktivitas yang terlibat dalam
pembuatannya.
Pelanggan menyediakan spesifikasi dari produk yang diinginkannya dan
berdasarkan spesifikasi tersebut perusahaan membuat desain, menyediakan bahan,
membuat part/komponen, merakit, menguji kinerja produk dan kemudian mengirim produk
kepada pelanggan. Kegiatan produksi dilakukan apabila pelanggan telah datang meng-
ajukan order. Bills of materials, gambar-gambar teknik (engineering drawings) dan
perintah kerja (job orders) dipersiapkan perusahaan secara terpisah untuk setiap order.
Isu-isu kunci pengendalian produksi dalam lingkungan operasi ini ialah mengenai
estimasi waktu ancang-ancang untuk penentuan jadwal penyerahan order kepada masing-
masing pelanggan. Karena engineering adalah bagian dari waktu ancang-ancang maka
pengendalian produksi harus mencakup kegiatan engineering. Di samping itu, karena
sifatnya memenuhi order satu per satu maka peramalan permintaan jangka pendek tidak
diperlukan tetapi peramalan jangka panjang masih relevan khususnya untuk penyediaan
kapasitas.
10
dasar,, pilihan-pilihan dan variasi produk. Aspek kritis dalam pengendalian produksi ialah
peramalan permintaan untuk pilihan-pilihan dan variasinya.
4. Made to stock (MTS), bila produksi perusahaan tidak ditujukan untuk melayani
pesanan, namun distok untuk mengantisipasi permintaan.
Pelanggan tidak mempunyai kesempatan untuk memilih sesuai cengan seleranya
tetapi membeli langsung produk yang sudah jadi dari persediaan. Kegiatan produksi
dilakukan untuk mengisi persediaan yang jumlahnya dinyatakan dalam jadwal induk
produksi. jadwal induk produksi disusun berdasarkan peramalan terhadap potensi per-
mintaan pelanggan untuk setiap produk akhir. Untuk mengantisipasi kekurangan
persediaan khususnya akibat fluktuasi permintaan yang sering di luar batas antisipasi
normal maka persediaan pengaman safety stock) ditentukan. Isu utama dalam tipe make-
to-stock ialah permamalan permintaan dan penentuan persediaan pengaman (safety stock).
11
4. produksi kontinu, biasanya untuk volume produksi massal.
12
Tabel 1.1 Sistem Produksi Berdasar Jenis Produksi
Keterangan:
Kesesuaian tinggi
Kesesuaian sedang
13
Tabel 1.2 Perbandingan Lingkungan Manufacturing Berdasarkan
Make-to-Stock, Assembly-to-Order dan
Make-to-Order/Engineering-to-Order.
14
1.5 S t r u k t u r O r g a n i s a s i P e r u s a h a a n M a n u f a k t u r
Kedudukan Departemen Perencanaan dan Pengendalian Produksi (disingkat
Departemen Pengendalian Produksi) dalam struktur organisasi perusahaan manufaktur pada
umumnya berbeda antara satu perusahaan dengan perusahaan lain dan sangat ditentukan
oleh besarnya perusahaan serta jumlah pabrik yang dikelola. Pada perusahaan yang
mengelola banyak pabrik yang produk-produknya tidak memiliki keterkaitan, masing-
masing pabrik memiliki sendiri departemen tersebut. Tetapi apabila memiliki keterkaitan
misalnya part atau komponen yang dibuat pada satu pabrik diangkut ke pabrik lain untuk
dirakit dengan part atau komponen yang dibuat di pabrik lain maka Departemen
Pengendalian Produksi sering disentralisasi seperti terlihat dalam Gambar 1.5.
Perencanaan dan pengendalian adalah dua fungsi manajemen yang tidak dapat
dipisahkan dalam setiap bidang kegiatan termasuk kegiatan produksi. Perencanaan adalah
langkah pertama dalam proses manajemen yang meliputi penetapan tujuan dan sasaran yang
ingin dicapai dan keputusan tentang bagaimana cara untuk mencapai tujuan dan sasaran
tersebut. Seperti terlihat pada Gambar 1.8, perencanaan dan pengendalian dihubungkan oleh
proses eksekusi yaitu proses implementasi rencana yang telah disusun. Proses implementasi
dikendalikan yaitu dimonitor, diawasi, dievaluasi dan terhadap setiap deviasi yang terjadi
15
dilakukan tindakan perbaikan.
16
Gambar 1.9 Kerangka Dasar Sistem Perencanaan dan Pengendalian Produksi
17
satu per satu tetapi dinyatakan sebagai kelompok produk (product-groups). Contoh
kelompok produk misalnya adalah 20.000 set peralatan elektronik kebutuhan rumah
tangga yang akan diproduksi per tahun. Kelompok produk ini misalnya terdiri dari
televisi, radio, tape recorder, dan lain-lain yang merupakan kebutuhan rumah tangga.
Masing-masing diproduksi dengan proporsi tertentu dan seluruhnya 20.000 unit per
tahun.
Rencana jangka menengah yang berjangka waktu paling lama satu tahun yang
sering dikenal sebagai rencana kerja tahunan memuat omset tahunan yang merupakan
terjemahan rencana jangka panjang ke dalam rencana operasional. Perencanaan ini
meliputi penguraian product group menjadi satuan-satuan produk akhir (individual end
products) yang disusun dalam bentuk rencana induk produksi (master production schedule
atau MPS). Rencana induk produksi adalah suatu daftar yang memuat jumlah masing-
masing produk akhir yang akan dihasilkan per time-bucket. Time bucket biasanya
dinyatakan dalam mingguan sepanjang rentang/jangkauan waktu perencanaan (time
horizon) yang lamanya 6-12 bulan. Jadwal induk produksi disusun dengan memperhatikan
potensi permintaan, dan potensi kapasitas. Potensi kapasitas dievaluasi dengan
menggunakan teknik rough-cut capacity planning (RCCP). Berdasarkan jadwal induk
produksi kemudian disusun jadwal perakitan produk akhir (final assembly schedule) dan
rencana kebutuhan bahan (material requirements plan atau MRP).
Rencana kebutuhan bahan (material requirements planning) disusun dengan
menguraikan produk akhir pada jadwall induk produksi kepada kebutuhan part dan
komponen berdasarkan bill of materials (BOM) dari produk tersebut. Bill of materials
menjelaskan struktur/hirarkis komponen dan part yang membentuk produk akhir. Bill of ma-
terial menjelaskan bagaimana produk akhir disusun dari komponen-komponennya
secara berjenjang. Dengan demikian hasil penguraian ini ialah sebuah daftar panjang
tentang part/komponen apa yang harus dibuat, berapa banyak harus dibuat dan kapan
harus sudah selesai dibuat sehingga jadwal perakitan produk akhir dapat terdukung.
Sebelum daftar panjang ini difinalkan, kebutuhan bersih masing-masing part dan
komponen dihitung dengan mengurangi jumlah part atau komponen yang sebelumnya
sudah tersedia di gudang. Kemudian rencana kebutuhann kapasitas untuk pembuatan
masing-masing part dan komponen dihitung dengan bantuan bill of capacity.
Daftar panjang kebutuhan bahan kemudian diuraikan lebih lanjut menjadi rencana
eksekusi. Penyusunan rencana eksekusi merupakan tahap akhir perencanaan. Rencana
operasi eksekusi berisikan jadwal dari perintah-perintah kerja di lantai pabrik dan jadwal
pengadaan bahan. Berdasarkan rencana ini eksekusi pembuatan part dan komponen di
lantai pabrik dilakukan, dirakit dan dikirim kepada pemesan sesuai dengan jadwal
pengiriman yang telah ditentukan.
18
1 . 6 . 4 E l e me n - e l e me n S i s t e m P e r e n c a n a a n
Secara lebih rinci elemen-elemen atau subsistem dari sistem perencanaan dan
pengendalian produksi dapat jelsskan sebagai berikut:
Business planning
Penyusunan rencana tentang ruang lingkup bisnis yang akan dibangun atau
ditumbuhkan dimasa yang akan datang (lima tahun ke depan) yang meliputi jenis
produksi yang akan dikembangkan, wilayah pemasaran, perkiraan volume produksi
(dalam satuan kelompok produk) dan nilai penjualan. Rencana ini disusun dengan maksud
dan tujuan pengembangan bisnis melalui penambahan unit kegiatan produksi baru.
Misalnya dalam waktu 5 tahun ke depan, perusahaan akan mengembangkan produk-
produknya dengan menambahkan produk-produk elektronik kebutuhan rumah tangga
seperti televisi, tape recorder dan radio terhadap produk-produk yang sudah ada atau
pun juga menggantikan sebagian dari produk lama.
Dengan pengembangan atau penambahan unit kegiatan produksi tersebut,
direncanakan perluasan wilayah pemasaran ke Indonesia Bagian Barat, Asia Tenggara
dan Timur Tengah. Volume produksi direncanakan 200.000 set dengan total nilai
penjualan (sampai lima tahun ke depan) direncanakan 5 juta dollar. Rencana yang
disusun ini relatif masih kasar tetapi sudah dapat digunakan sebagai basis untuk
penyusunan rencana jangka menengah.
Demand management
Permintaan pelanggan terhadap produk/jasa perusahaan adalah kunci kehidupan
setiap bisnis. Supaya permintaan pelanggan tetap terpelihara maka potensi permintaan
pelanggan harus dikelola dengan baik. Dengan memperhatikan situasi dan prospek
persaingan di masa yang akan datang, dilakukan peramalan tentang potensi permintaan
pelanggan, membuat perkiraan tentang kemungkinan distribusi dan jadwal permintaan
antar wilayah pemasaran potensial, dan kemungkinan permintaan yang telah
disampaikan oleh para pelanggan. Dari ketiga informasi ini, dikemas suatu daftar
tentang potensi permintaan pelanggan terhadap produk-produk perusahaan dari tahun
ke tahun. Jenis produk yang diidentifikasi pada tahap ini masih bersifat makro yaitu
dalam satuan kelompok produk (product groups).
Marketing planning
Pada masing-masing wilayah pemasaran yang telah diidentifikasi dalam business plan,
masukan dari demand management kemudian dievaluasi terutama mengenai produk-
produk apa yang dinilai paling prospektif, bagaimana segmen pasar dan saluran distribusi
19
yang akan dibangun, berapa besar target pangsa pasar yang dapat diharapkan dan
perkiraan prospek penjualan tahunan pada masing-masing segmen. Hasil marketing
planning ini sekali gus memberikan koreksi terhadap business plan.
Aggregate planning
Berdasarkan prospek penjualan tahunan, dibuat perkiraan permintaan terhadap
kelompok produk per tahun yang dipecah per time bucket. Biasanya satu time bucket
adalah satu minggu ke atau satu bulan. Dengan demikian, perkiraan tentang jumlah
atau volume kelompok produk dalam satu tahun di-break down menjadi permintaan
mingguan atau bulanan dengan memperhatikan fluktuasi permintaan dari minggu ke
minggu ke sepanjang rentang waktu perencanaan (planning horizon) seperti terlihat
dalam Gambar 3.2.
Resource planning
Untuk menguji kewajaran rencana agregat maka kebutuhan kapasitas
secara agregat dihitung dan dibandingkan dengan kapasitas yang tersedia.
Kebutuhan kapasitas secara agregat dihitung berdasarkan jumlah machine-hour
rata-rata yang dibutuhkan oleh kelompok produk dibandingkan dengan jumlah
machine-hour yang tersedia untuk mengeksekusi rencana agregat. Bila kapasitas
tidak memadai maka dipertimbangkan untuk menambah kapasitas atau mengoreksi
rencana agregat. Uraian lebih rinci akan diberikan lebih lanjut.
20
kebijakan pengadaan kapasitas jangka menengah. Uraian yang lebih rinci tentang
rough-cut capacity planning akan diberikan dalam bab selanjutnya.
F A Schedule
Final Assembly Schedule (jadwal perakitan untuk produk akhir) ialah penyusunan
jadwal untuk operasi tahap akhir setelah semua part dan komponen selesai dikerjakan.
Dalam lingkungan assembly to order, Final Assembly Schedule (FAS) mencakup
perakitan terhadap pilihan-pilihan terhadap part, komponen dan sub-assemblies yang
diambil dari persediaan untuk dirakit sesuai dengan pesanan pelanggan. Dalam
lingkungan make-to-stock, FAS adalah jadwal yang dipersiapkan untuk proses
operasi perakitan termasuk pengujian mutu tahap akhir sehingga jadwal induk
produksi dapat dipenuhi.
Inventory record
Inventory record merupakan suatu file yang berisikan status suatu part,
komponen, sub-assembly atau bahan baku yang dicatat dan di update setup kali
terjadi transaksi atas item-item tersebut. Masing-masing part, komponen,
subassembly atau bahan baku memiliki inventory record tersendiri. Data atau
informasi dari inventory record dibutuhkan untuk mengetahui jumlah bersih (net
requirements). Suatu item harus diproduksi setelah jumlah kotor (gross requirements)
item tersebut diketahui berdasarkan hasil eksploitasi bill of materials
terhadap jadwal induk produksi.
21
planning akan diberikan dalam bab selanjutnya.
Purchasing
Fungsi pembelian (purchasing) meliputi pembehan vendor, penyampaian
order-order pembelian, penjadwalan vendor dan mengikuti order pembelian
(follow up).
Performance measurement
Pengukuran kinerja (performance measurement) memberikan informasi
kepada manajemen berdasarkan hasil evaluasi seberapa baik sistem perencanaan
dan pengendalian beroperasi dalam mencapai tujuan dan sasarannya.
Pengukuran kinerja juga memberikan highlight tentang permasalahan pada
setiap area baik pada sisi perencanaan maupun sisi pengendalian serta
rekomendasi tindakan perbaikan yang perlu dilakukan.
22