Anda di halaman 1dari 19

TUGAS TATA LETAK & FASILITAS PABRIK

ANALISA PROSES & SISTEM MANUFAKTUR

Kelas : A

HANIF D. KRISNANDA 1532010085

NANANG TEGUH W. 1532010128

BIMA ADHI PRASETYA W. 17032010100

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”


JATIM
SURABAYA
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Sistem Manufaktur adalah sebuah sistem yang memanfaatkan pendekatan
teknik industri dalam usaha peningkatan kualitas, produktivitas, dan efisiensi
sistem integral yang terdiri dari manusia, mesin, material, energi, dan informasi
melalui proses perancangan, perencanaan, pengoperasian, pengendalian,
pemeliharaan, dan perbaikan dengan menjaga keselarasan aspek manusia dan
lingkungan kerjanya (Wikipedia,akses 10 Februari 2009). Dari definisi diatas,
dapat disimpulkan bahwa sistem manufaktur menekankan pada beberapa aspek
diantaranya peningkatan kualitas, produktivitas, dan efisiensi material. Proses
produksi merupakan langkah yang cukup penting dalam sistem manufaktur.
Dengan berbagai aktivitas didalamnya menjadikan proses produksi
menjadi salah satu ujung tombak terciptanya suatu produk yang sesuai kebutuhan
pasar, untuk itu perlu adanya alur kerja yang sistematis, efektif dan efisien agar
biaya produksi dapat seminimum mungkin. Namun untuk mewujudkan hal
tersebut tidak mudah. Salah satu masalah yang sering muncul adalah terjadinya
antrian material untuk diproses, sehingga tidak jarang menimbulkan bottleneck.
Bottleneck adalah penumpukan material atau produk untuk diproduksi ke tahap
selanjutnya dalam suatu jangka waktu tertetu. Dengan adanya bottleneck ini
tentunya akan mengurangi utilitas komponen produksi yang lain, seperti mesin
dan pekerja.
Manufaktur dapat di sebut penggunaan mesin,peralatan dan tenaga kerja
untuk memproduksi barang untuk digunakan atau dijual. Aplikasi umumnya pada
produksi industri, dimana bahan mentah diubah menjadi produk jadi dalam skala
yang besar. Bidang keahlian ini menekankan pada analisa perencanaan,
pengembangan, dan penggunaan metode dan alat produksi yang tepat agar produk
tersebut dapat diproduksi dengan selalu mempertimbangkan profitability,
realibility, maintenanceabilitydari proses manufakturnya. Dalam beberapa hal,
regulasi pemerintah juga menjadi pertimbangan yang penting dalam perancangan
proses manufaktur.
BAB II
KERANGKA TEORI

A. Pengertian Sistem Manufaktur


Sistem manufaktur (Wiratno, 2005) adalah kumpulan dari equipment (yang
terdiri dari peralatan dan mesin produksi, pemindahan material dan sistem
komputer) yang terintegrasi dan human resource (diperlukan untuk full time atau
periodically untuk menjalankan sistem), yang mempunyai fungsi untuk
melakukan satu atau beberapa proses operasi dan/atau assembly pada suatu bahan
material awal, part atau set of parts. Pada intinya, sistem manufaktur merupakan
sistem yang melakukan proses transformasi/konversi keinginan (needs) konsumen
menjadi produk jadi yang berkualitas tinggi.

B. Bagian-Bagian Dalam Sistem Manufaktur


Komponen-komponen sistem manufaktur (Wiratno, 2005), antara lain :
 Production Machine
Mesin produksi merupakan mesin yang digunakan dalam proses proses
produksi yang menunjang proses produksi tersebut.
Mesin dapat diklasifikasikan menjadi 3, yaitu:
1. Manually operated machine, yaitu mesin dioperasikan dan disupervisi
oleh pekerja dimana mesin memberikan power untuk operasi dan pekerja
memberikan kontrol. Pekerja harus selalu terus menerus berada di dekat
mesin.
2. Semi-automated machine, yaitu mesin dioperasikan dengan suatu kontrol
program dan pekerja melakukan loading/unloading atau tugas lain dalam
setiap work cycle.
3. Fully automated, yaitu mesin dapat dioperasikan dalam periode waktu
yang lama tanpa perlu perhatian dari seorang pekerja. Pekerja hanya
diperlukan setelah mesin beroperasi setiap 10 atau 100 cycle.
 Material Handling System
Material Handling System pada umumnya merupakan sistem yang meliputi
aktivitas pemindahan suatu material dengan metode yang benar yang sesuai
dengan materialnya yang digunakan untuk memindahkan material/work-in-
process/product antara machines, workstations dan support services.
 Computer System
Digunakan untuk mengendalikan peralatan semi-automated dan automated
dan juga untuk koordinasi dan manajemen sistem manufaktur secara menyeluruh.
Selain itu, fungsinya juga untuk instruksi komunikasi untuk pekerja, jadwal
produksi, men-diagnosa kegagalan, quality control dan material handling system
control.
 Human Worker
Human Worker melakukan sebagian atau seluruh proses value added pada
parts atau produk, baik melakukan pekerjaan manual secara langsung pada unit
kerja ataupun mengendalikan mesin yang melakukan operasi.

C. Operasi Sistem Manufaktur


Aktivitas dasar untuk merubah bahan material menjadi produk jadi adalah :
1. Processing operations, dengan menggunakan energi-energi seperti
mekanik, kimia, dan lain-lain untuk merubah bentuk ataupun sifat fisik
suatu workpart untuk memberikan nilai tambah.
2. Assembling operations, dengan menggabungkan dua part atau lebih untuk
membentuk suatu entiti baru baik secara permanen ataupun semi permanen
penampilan atau bentuk fisik suatu workpart untuk memberikan nilai
tambah.
3. Inspection and test, aktivitas untuk pengendalian kualitas, dimana inspeksi
dimaksudkan untuk menentukan apakah produk yang di-manufaktur
memenuhi standar dan spesifikasi design yang ditetapkan. Sedangkan
testing secara umum mengenai spesifikasi fungsi dari produk akhir.
4. Coordination and control, menyangkut aturan dari proses operasi
individual dan operasi assembly dan juga manajemen dari aktivitas-aktivitas
pada level plant (efektivitas tenaga kerja, perawatan peralatan, pemindahan
bahan dalam pabrik, pengendalian persediaan dan pengiriman produk).
Secara umum, desain sistem manufaktur melakukan evaluasi terhadap
material, kebutuhan proses manufaktur, dan mengurangi perakitan. Dapat
dikatakan bahwa desain sistem manufaktur berfokus pada kelayakan dan biaya
produksi suatu produk pada tahapan operasional. Mendesain sistem adalah sebuah
proses menerjemahkan kebutuhan pemakai sistem manufaktur ke dalam alternatif
rancangan sistem manufaktur. Desain sistem didefinisikan sebagai penggambaran,
perencanaan, dan pembuatan sketsa atau pengaturan beberapa elemen yang
terpisah ke dalam satu kesatuan yang utuh dan berfungsi sebuah proses yang
terdiri atas beberapa kegiatan (Jogiyanto, 2001). Kegiatan-kegiatan tersebut yaitu
sebagai berikut :
1. Menentukan secara tepat dan terperinci kebutuhan dan bentuk-bentuk
sistem manufaktur yang sebenarnya diperlukan untuk menunjang
keberhasilan operasional perusahaan yang berkaitan dengan kegiatan
pengolahan data yang dikehendaki oleh manajemen.
2. Mengatur semua kebutuhan serta membaginya secara sistematis pada
beberapa tahap dan bagian, yang nantinya akan dioperasikan secara
standar untuk menghemat waktu dan biaya.
3. Menentukan cara pelaksanaan tiap-tiap tugas tersebut.
4. Menentukan tingkat ukuran mutu untuk menilai keberhasilan dan
ketidakberhasilan dari tiap-tiap performa tugas-tugas tersebut.
5. Menghilangkan sebanyak mungkin pekerjaan yang akan menghambat
implementasi sistem, seperti terjadinya duplikasi (pengulangan yang tidak
perlu) mengenai fungsi, tujuan operasi, data, formulir-formulir data
masukan, dan laporan-laporan yang sejenis. Disamping itu, juga
mengurangi sebanyak mungkin hal-hal yang tidak bermanfaat, yang
mungkin terdapat dalam sistem dan prosedur, aliran data yang tidak
efisien, dan laporan-laporan yang kurang bermanfaat atau bahkan tidak
berguna.
D. Design Respons Terhadap Permintaan Konsumen
Pada sub bab ini akan dijelaskan tentang bagaimana kita merespon
permintaan konsumen yang diwujudkan dalam bentuk desain. Respon desain itu
bisa bermacam-macam karena permintaan dari konsumen juga bermacam-macam.

 Engineer To Order (ETO)


Sistem produksi dimana produk dibuat setelah mendesain, dimana
perusahaan tidak membuat produk itu sebelumya. Jadi desain baru dibuat setelah
ada permintaan dari pelanggan, yang biasanya memiliki spesifikasi-spesifikasi
tertentu yang tidak ada dalam produk-produk sebelumnya. ETO biasanya
digunakan jika produk yang dihasilkan kuantitasnya rendah dan variabilitasnya
tinggi ( 1 desain untuk 1 produk).
Ciri-ciri:
1. Tidak ada persediaan produk
2. Pembelian dan permintaan material berdasarkan spesifikasi permintaan
customer
3. Perusahaan tidak mempunyai resiko berkaitan dengan investasi inventori
4. ETO sangat cocok untuk produk-produk baru / unik secara total
Contoh :
1. Pembangunan perusahaan
2. Pembuatan kapal
3. Pembangunan rumah

 Make to Order (MTO)


Sistem produksi dimana produk dibuat setelah ada pesanan, jadi
perusahaan hanya mempunyai desain produk dan beberapa material standar dalam
sistem inventori, dari produk-produk yang telah dibuat sebelumya. MTO biasanya
digunakan jika produk yang dihasilkan kuantitasnya agak rendah dan
variabilitasnya cukup tinggi.
Ciri-ciri:
1. Produksi sesuai spesifikasi customer
2. Customer mau menunggu
3. Biaya pembuatan produk dan penyimpanannya mahal
4. Produsen dan konsumen dapat saling berdiskusi
5. Fokus operasionalnya adalah pada pesanan spesifik, bukan pada partnya
Contoh:
1. Pembuatan konstruksi material
2. Pembuatan pagar
3. Pembuatan kaleng bir atau minuman

 Assemble to Order (ATO)


Sistem produksi dimana produk di assembly setelah ada order (komponen-
komponen penyusunnya sudah terproduksi). Perusahaan memiliki inventori yang
terdiri dari semua sub assemblies atau modul-modul. Apabila pelanggan memesan
produk lagi dengan spesifikasi yang sama, produsen secara cepat merakit modul
yang ada dan mengirimkan dalam bentuk produk akhir ke pelanggan. ATO
biasanya digunakan jika produk yang dihasilkan kuantitasnya cukup tinggi dan
variabilitas agak rendah.
Ciri-ciri:
1. Hanya memproduksi komponen-komponen penyusun dari produk
2. Produksi komponen secara massal
Contoh:
1. Pembuatan mobil (otomotif)
2. Pembuatan kapal
3. Pembuatan computer

 Make to Stock (MTS)


Sistem produksi dimana produk dibuat secara massal dan siap
didistribusikan kepada konsumen. Perusahaan memiliki inventori yang terdiri dari
produk akhir (finished product) untuk di kirim kepada pelanggan. MTS biasanya
digunakan jika produk yang dihasilkan memiliki kuantitas tinggi dan variabilitas
rendah.

Ciri-ciri:
1. Produk merupakan kebutuhan pokok
2. Produk bukan merupakan barang subtitusi
3. Produk diproduksi secara massal
4. Perusahaan memiliki resiko yang tinggi berkaitan dengan investasi
inventori
Contoh:
1. Pembuatan sabun
2. Produksi bahan makanan

E. Strategi Desain Proses Manufaktur


Strategi desain proses manufaktur terdiri dari project base,job shop, dan
line flow yang akan dijelaskan dalam sub bab-sub bab berikut.
 Project Base
Project base pada dasarnya menggunakan Design-to-Order, karena
kebanyakan proyek memerlukan usaha-usaha yang melibatkan riset dan
pengembangan atau usaha-usaha khusus. Pada project base, bahan baku, alat-alat,
dan tenaga kerja dibawa ke lokasi dimana produk tersebut dibuat atau jasa
disediakan. Project digunakan pada saat terdapat kebutuhan khusus dalam
kreativitas dan keunikan, strategi ini sulit direncanakan dan dikendalikan karena
biaya yang besar.
 Job Shop
Job shop biasanya berupa operasi manufaktur kecil yang menangani proses
manufaktur yang lebih spesialis seperti pesanan konsumen dalam jumlah kecil.
Job shops biasanya bergerak ke pekerjaan yang lainnya setiap pekerjaan telah
diselesaikan. Pada umumnya job shop memiliki spesialisasi pada kemampuan dan
proses. Dalam computer science, permasalahan penjadwalan dari job shop
biasanya sulit.
Sebagai contoh ialah mesin yang membuat komponen pesawat terbang pada
intustri aviasi. Kebanyakan parts dibuat dalam jumlah yang terbatas dibandingkan
dengan iPod yang memproduksi massal.Lawan dari job shop ialah continuous
flow manufacturing seperti textil, besi, dll
 Line Flow
Sistem proses line flow mengatur tempat kerja berdasarkan urutan dari
operasi untuk membuat produk tersebut. Sering juga disebut product flow, karena
produk mengikuti urutan langkah-langkah yang sama dengan produksi. Seluruh
produk membutuhkan kerja yang sama dan mengikuti pola standar yang sama.
Contoh: perakitan otomotif. Line-flow dibagi menjadi 5.
1. Small-Batch (Interrupted) Line Flow
Jenis ini digunakan ketika biaya pembuatan dianggap sama, meskipun
produknya tidak dibuat secara terus-menerus. Contoh: berbagai macam suku
cadang (memiliki jangka waktu penggunaan lama) dan industri perakitan. Small-
Batch cenderung menggunakan strategi Make-to-Order.
2. Large-Batch (repetitive) Line Flow
Jenis ini mengarah pada produk-produk nondiskret dalam jumlah yang
besar. Large-batch line flow hanya memproduksi produk dalam jumlah yang
sedikit dalam setiap garis arus produksi, dan tiap-tiap bagian membutuhkan set-up
sendiri-sendiri. Jenis ini terutama menggunakan strategi respon permintaan Make-
to-Stock karena cenderung memproduksi produk-produk standar dengan volume
tinggi dan waktu tunggu pelanggan yang pendek. Jika produk-produk itu besar
dan mahal, seperti: mobil, komputer besar maka Assemble-to-Order lebih efisien
digunakan.
3. Continuous Line Flow
Jenis ini lebih mengarah pada produk-produk yang sama atau dengan
sedikit variasi. Mesin-mesin ini dipasang untuk waktu produksi yang relatif lama
tanpa perubahan. Continuous Flow membuat produk-produk berstandar tinggi
(komoditi) dan beroperasi pada tingkat konstan atau mendekati konstan sehingga
cenderung menggunakan strategi permintaan konsumen Make-to-Stock.
4. Flexible Manufacturing System
Pada sistem ini proses produksi dilakukan membentuk suatu line
berbentuk automated cell yang berisi sekelompok peralatan atau mesin perkakas
otomatis yang terpadu secara otomatis pula dengan perlatan pemindah material
yang digunakan untuk membuat berbagai jenis produk yang memiliki
karakteristik proses yang mirip.
5. Agile Manufacturing System
Strategi ini memungkinkan perusahaan untuk mencapai banyak
keuntungan yang disediakan oleh FMS, tanpa harus menggunakan proses otomasi
yang berlebihan. AMS pada dasarnya hanya merupakan suatu filosofi, dan bukan
satu set piranti keras proses manufaktur. AMS akan menggunakan JIT sebagai
kendaraan pelaksana di lantai produksi..

F. Make or buy
Keputusan membuat-atau-membeli (make or buy) adalah keputusan
strategis antara memproduksi sebuah item secara internal (in-house) atau membeli
dari eksternal (dari pemasok luar). Ada banyak faktor penting yang menjadi
pertimbangan dalam membuat keputusan ini; salah satunya adalah pertimbangan
biaya. Selain tentu saja faktor seperti kompetensi (atau kapabilitas produksi),
volume atau kuantitas, kebijakan multiple-sources, inventori, ataupun
pertimbangan lain terkait strategi perusahaan.
Produk menurut Kotler dan Amstrong (1996:274) adalah : “A product as
anything that can be offered to a market for attention, acquisition, use or
consumption and that might satisfy a want or need”. Artinya produk adalah segala
sesuatu yang ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli,
dipergunakan dan yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan konsumen.
Menurut Stanton, (1996:222), “A product is asset of tangible and
intangible attributes, including packaging, color, price quality and brand plus the
services and reputation of the seller”. Artinya suatu produk adalah kumpulan dari
atribut-atribut yang nyata maupun tidak nyata, termasuk di dalamnya kemasan,
warna, harga, kualitas dan merk ditambah dengan jasa dan reputasi penjualannya.
Menurut Tjiptono (1999:95) secara konseptual produk adalah pemahaman
subyektif dari produsen atas “sesuatu” yang bisa ditawarkan sebagai usaha untuk
mencapai tujuan organisasi melalui pemenuhan kebutuhan dan keinginan
konsumen, sesuai dengan kompetensi dan kapasitas organisasi serta daya beli.

G. Atribut Produk
Menurut Kotler & Armstrong (2001:354) beberapa atribut yang menyertai
dan melengkapi produk (karakteristik atribut produk) adalah:
 Merek
Merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, atau rancangan, atau kombinasi
dari semua ini yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi produk atau jasa
dari satu atau kelompok penjual dan membedakannya dari produk pesaing.
Pemberian merek merupakan masalah pokok dalam strategi produk. Pemberian
merek itu mahal dan memakan waktu, serta dapat membuat produk itu berhasil
atau gagal. Nama merek yang baik dapat menambah keberhasilan yang besar pada
produk.
 Pengemasan
Pengemasan) adalah kegiatan merancang dan membuat wadah atau
pembungkus suatu produk.
 Kualitas Produk
Kualitas Produk adalah kemampuan suatu produk untuk melaksanakan
fungsinya meliputi, daya tahan keandalan, ketepatan kemudahan operasi dan
perbaikan, serta atribut bernilai lainnya. Untuk meningkatkan kualitas produk
perusahaan dapat menerapkan program ”Total Quality Manajemen (TQM)".
Selain mengurangi kerusakan produk, tujuan pokok kualitas total adalah untuk
meningkatkan nilai pelanggan.

H. Tingkatan Produk
Pada dasarnya tingkatan produk adalah sebagai berikut:
 Produk Inti
Produk inti terdiri dari manfaat inti untuk pemecahan masalah yang dicari
konsumen ketika mereka membeli produk atau jasa.
 Produk Aktual (Actual Product)
Seorang perencana produk harus menciptakan produk aktual (actual
product) disekitar produk inti. Karakteristik dari produk aktual diantaranya,
tingkat kualitas, nama merek, kemasan yang dikombinasikan dengan
cermat untuk menyampaikan manfaat inti.
 Produk Tambahan
Produk tambahan harus diwujudkan dengan menawarkan jasa pelayanan
tambahan untuk memuaskan konsumen, misalnya dengan menanggapi dengan
baik claim dari konsumen dan melayani konsumen lewat telepon jika
konsumen mempunyai masalah atau pertanyaan..
 Klasifikasi Produk
klasifikasi produk bisa dilakukan atas berbagai macam sudut pandang.
Berdasarkan berwujud tidaknya, produk dapat diklasifikasikan kedalam dua
kelompok utama yaitu barang dan jasa. Ditinjau dari aspek daya tahannya,
terdapat dua macam barang, yaitu:
1. Barang Tidak Tahan Lama
Barang tidak tahan lama adalah barang berwujud yang biasanya habis
dikonsumsi dalam satu atau beberapa kali pemakaian.
Contohnya adalah sabun, minuman dan makanan ringan, kapur tulis, gula dan
garam.
2. Barang Tahan Lama
Barang tahan lama merupakan barang berwujud yang biasanya bisa
bertahan lama dengan banyak pemakaian (umur ekonomisnya untuk pemakaian
normal adalah satu tahun atau lebih).
Contohnya antara lain TV, lemari es, mobil dan komputer.
Selain berdasarkan daya tahannya, produk pada umumnya juga
diklasifikasikan berdasarkan siapa konsumennya dan untuk apa produk tersebut
dikonsumsi. Berdasarkan kriteria ini, produk dapat dibedakan menjadi barang
konsumen (costumer's goods) dan barang industri (industrial's goods). Barang
konsumen adalah barang yang dikonsumsi untuk kepentingan konsumen akhir
sendiri (individu dan rumah tangga), bukan untuk tujuan bisnis. Umumnya
barang konsumen dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis yaitu:
1. Convinience Goods
Convinience goods merupakan barang yang pada umumnya memiliki
frekuensi pembelian tinggi (sering beli), dibutuhkan dalam waktu segera, dan
hanya memerlukan usaha yang minimum (sangat kecil) dalam pembandingan dan
pembeliannya.
Contohnya sabun, pasta gigi, baterai, makanan, minuman, majalah, surat kabar,
payung dan jas hujan.
2. Shopping Goods
Shopping goods adalah barang-barang dalam proses pemilihan dan
pembeliannya dibandingkan oleh konsumen diantara berbagai alternatif yang
tersedia. Kriteria perbandingan tersebut meliputi harga, kualitas dan model
masing-masing barang. Contohnya alat-alat rumah tangga (TV, mesin cuci tape
recorder), furniture (mebel), pakaian.
3. Specially Goods
Specially goods adalah barang-barang yang memiliki karakteristik dan
identifikasi merek yang unik di mana sekelompok konsumen bersedia melakukan
usaha khusus untuk membelinya.
Contohnya adalah barang-barang mewah dengan merek dan model spesifik.
4. Unsought Goods
Unsought goods merupakan barang-barang yang diketahui konsumen atau
kalaupun sudah diketahui tetapi pada umumnya belum terfikirkan untuk
membelinya. Contohnya asuransi jiwa, batu nisan, tanah kuburan.

I. Spesifikasi Produk
Spesifikasi didefinisikan sebagai uraian yang terperinci mengenai
persyaratan kinerja (performance) barang/jasa atau uraian yang terperinci
mengenai persyaratan kualitas material dan pekerjaan yang diberikan penyedia
(conformance) barang/jasa
Uraian spesifikasi hendaknya memenuhi 5 W + 1 H. What mengandung
unsur kualitas dan kuantitas barang/jasa. When mewakili waktu. Where
mengandung unsur lokasi. Who menyangkut target kelompok penyedia yang
dapat mengadakan barang/jasa. How menunjukkan cara yang tepat untuk
menjamin value barang/jasa yang didapatkan. Terakhir why mewakili keterikatan
barang/jasa dengan sasaran kegiatan.

J. Routing
Dalam perencanaan produksi, hal yang pertama dilakukan adalah dengan
melakukan routing. Routing sendiri merupakan proses penentuan jalur atau rute
pekerjaan dan urutan operasi. Di dalam proses routing terdapat beberapa hal yang
diperhatikan seperti kuantitas, kualitas produk, sumber daya manusia, mesin,
bahan, jenis, jumlah dan urutan operasi manufaktur, tempat produksi, dan lain
sebagainya. Dimana dapat dikatakan pada proses routing ini adalah proses untuk
menentukan apa, berapa banyak, bagaimana, dan dimana untuk menghasilkan
suatu produk. Proses routing dipengaruhi oleh faktor sumber daya manusia yang
ada dalam suatu bisnis untuk mengenali kebutuhan, keinginan dan harapan
konsumen. Selain itu demgan melakukan routing dapat memberikan metode yang
sangat sistematis untuk mengubah bahan mentah menjadi barang jadi. Hal ini
dapat membuat proses perencanaan produksi menjadi tepat dan efisien karena
sumber daya yang ada dapat digunakan secara optimal.
K. PETA KERJA
Peta kerja adalah suatu alat yang menggambarkan kegiatan kerja
secarasistematis dan jelas. Lewat peta-peta ini kita bisa melihat semua langkah
ataukejadian yang dialami oleh suatu benda kerja dari masuk ke pabrik
sampaiakhirnya menjadi produk jadi, baik produk lengkap maupun bagian dari
produk lengkap.

1. Peta Kerja Keseluruhan


Lambang-lambang yang digunakan dalam Peta Kerja Keseluruhan adalah:
Gambar 1.1 Lambang-lambang Peta Kerja Keseluruhan
Macam-macam Peta Kerja Keseluruhan, yaitu:
a. Peta Proses Operasi
Suatu peta proses operasi menggambarkan langkah langkah operasi dan
pemeriksaan yang dialami oleh bahan dalam urutannya sejak awal sampai menjadi
produk jadi utuh maupun sebagai bagian setengah jadi. Peta ini memuat informasi
tentang: waktu yang dihabiskan, material yang digunakan, dan tempat atau alat
mesin yang dipakai. Sesuai dengan relevansinya, pada akhir keseluruhan proses
dinyatakan keberadaan penyimpanan.
Gambar 1.2 Peta Operasi

b. Diagram Aliran
Diagram Aliran merupakan suatu gambaran menurut skala, dari susunan
lantai dan gedung yang menunjukkan lokasi dari semua aktivitas yang terjadi
dalam Peta Aliran Proses. Aktivitas yang berarti pergerakan suatu material atau
orang dari suatu tempat ke tempat berikutnya dinyatakan oleh garis aliran dalam
diagram tersebut. Arah aliran digambarkan oleh anak panah kecil pada garis aliran
tersebut
Gambar 1.3 Diagram aliran

c. Peta Aliran Proses


Peta aliran proses adalah suatu diagram yang menunjukkan urutan-urutan
dari operasi, pemeriksaan, transportasi, menunggu dan penyimpanan yang terjadi
selama satu proses atau prosedur berlangsung. Di dalamnya dimuat informasi-
informasi yang diperlukan untuk analisis seperti waktu yang dibutuhkan dan jarak
perpindahan yang terjadi. Waktu biasanya dinyatakan dalam jam atau menit
sementara jarak perpindahan basanya dinyatakan dalam meter.
Gambar 1.3 Diagram aliran
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem manufaktur (Wiratno, 2005) adalah kumpulan dari equipment (yang
terdiri dari peralatan dan mesin produksi, pemindahan material dan sistem
komputer) yang terintegrasi dan human resource (diperlukan untuk full time atau
periodically untuk menjalankan sistem), yang mempunyai fungsi untuk
melakukan satu atau beberapa proses operasi dan/atau assembly pada suatu bahan
material awal, part atau set of parts. Pada intinya, sistem manufaktur merupakan
sistem yang melakukan proses transformasi/konversi keinginan (needs) konsumen
menjadi produk jadi yang berkualitas tinggi.

Anda mungkin juga menyukai