Oleh
Haby Junda Riftriyas
073001500050
i
LEMBAR PENGESAHAN
EVALUASI JARINGAN VENTILASI DENGAN
MENGGUNAKAN SOFTWARE VENTSIM DI PT CIBALIUNG
SUMBERDAYA, PANDEGLANG, BANTEN
PROPOSAL SKRIPSI/TESIS
Usulan Penelitian untuk Skripsi
Program Studi Sarjana Teknik Pertambangan
Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi, Universitas Trisakti
Oleh
Haby Junda Riftriyas
073001500050
Foto
2x3
Menyetujui,
Penguji Satu Penguji Dua
Mengetahui,
Ketua Koordinator Seminar Proposal Skripsi
(Reza Aryanto,S.T.,M.T.)
NIK : 3330/USAKTI
ii
ABSTRAK
Kata kunci : Cut and fill, jaringan ventilasi, software Ventsim, Kebutuhan udara
iii
ABSTRACT
Keywords: Cut and fill, ventilation network, Ventsim software, Air requirement
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
ABSTRAK..............................................................................................................iii
ABSTRAC................................................................................................................iv
DAFTAR ISI............................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................vi
DAFTAR TABEL....................................................................................................1
BABI PENDAHULUAN...................................................................................2
I.1 Latar Belakang...............................................................................2
I.2 Rumusan Masalah..........................................................................3
I.3 Maksud dan Tujuan Penelitian.......................................................3
I.4 Batasan Masalah.............................................................................3
I.5 Manfaat Penelitian.........................................................................3
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................29
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
1
BAB I PENDAHULUAN
2
I.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana jaringan ventilasi aktual yang diterapkan oleh PT Cibaliung
Sumberdaya ?
2. Berapa kebutuhan udara untuk kegiatan produksi di front penambangan
PT Cibaliung Sumberdaya ?
3. Bagaimana penyelesaian masalah jaringan ventilasi di PT Cibaliung
Sumberdaya ?
3
BAB II TINJAUAN UMUM
4
handak.
e. Tahun 2007 Pembangunan terowongan Cibitung Box Cut (112 m)
dihentikan, pengembangan terowongan Cikoneng Portal, Penyelesaian
Pabrik, meneruskan konstruksi TSF (25 ha).
f. Tahun 2008 (Januari – Oktober) Melanjutkan pembangunan
terowongan Cikoneng (1176m), penyelesaian tahap akhir pabrik dan
meneruskan konstruksi TSF (25 ha).
g. Tahun 2008 (November) memasuki tahap care & maintenance.
h. Tahun 2009 (16 Februari) Penandatanganan Head of Agreement yang
secara garis besar mengatur langkah-langkah pengambilalihan seluruh
kepemilikan saham Proyek Cibaliung oleh PT. Antam Tbk.
Gambar 2.1
Peta Lokasi Tambang Emas Cibaliung
5
II.3 Iklim dan Curah Hujan
Daerah Cibaliung memiliki dua musim yaitu musim hujan yang
berlangsung dari bulan Oktober sampai Maret dengan kisaran suhu 25°C -
30°C dan musim kemarau yang berlangsung dari bulan April sampai 17
September dengan kisaran suhu 30°C - 32°C. Suhu udara minimum dan
maksimum berkisar antara 22,5°C – 27,9°C dengan suhu udara rata-rata
dataran rendah adalah 27,9°C dan untuk dataran tinggi adalah 22,5°C.
6
ekinoid, dan kerang dengan lingkungan pengendapan darat hingga laut
dangkal. Tebal formasi ini diperkirakan mencapai 400 m (Sudana dan
Santosa, 1992).
4) Formasi Cipacar
Formasi ini terdiri dari tuf, tuf berbatuapung, batupasir tuf,
batulempung tuf, tuf breksi, dan napal. Satuan ini umumnya berlapis baik
dan tebalnya diperkirakan ±250m, ditindih tak selaras oleh Formasi Bojong
dan satuan batuan yang lebih muda. Fosil – fosil foraminifera dalam formasi
ini menunjukkan umur relatif Pliosen (N19-N21). Dalam formasi ini
dijumpai pula fosil moluska, kerang–kerangan dan ostrakoda. Lingkungan
pengendapannya adalah darat - laut dangkal (Sudana dan Santosa, 1992).
5) Andesit-Basalt
Batuan terobosan berupa andesit dan basalt yang diduga berumur
Pliosen. Satuan ini menerobos Formasi Cimapag dan Formasi Honje (Sudana
dan Santosa, 1992).
6) Formasi Bojong
Formasi ini terdiri dari litologi berupa batupasir gampingan,
batulempung karbonan, napal, lensa batugamping, tuf, dan gambut. Formasi
ini umumnya berlapis baik, tebalnya antara 150-200 m, ditindih tak selaras
oleh satuan batuan yang lebih muda. Fosil - fosil foraminifera yang
ditemukan pada formasi ini menunjukkan umur relatif Pleistosen atau N22.
Lingkungan pengendapannya adalah litoral luar (Sudana dan Santosa, 1992).
7) Volkanik Kuarter
Batuan gunungapi Kuarter terdiri dari litologi breksi gunung api,
aglomerat, dan tuf. Satuan ini tebalnya diperkirakan lebih dari 100m dan
umurnya diduga Pleistosen (Sudana dan Santosa, 1992). Berdasarkan Sudana
dan Santosa (1992), daerah Sindanglaya dan sekitarnya termasuk ke dalam
dua satuan batuan, yaitu Formasi Bojongmanik dan Formasi Honje. Formasi
Honje merupakan nama formasi baru yang diusulkan Sudana dan Santosa
tahun 1992 untuk endapan volkanik dengan lokasi tipe terletak di
Pegunungan Honje, Cimanggu, Banten Selatan.
7
II.4.2 Geomorfologi
Berdasarkan peta Geomorfologi Daerah Cibaliung daerah kajian
termasuk ke dalam satuan struktural bergelombang. Satuan ini terbagi
menjadi dua kelas, yaitu Satuan bergelombang kuat struktural dan satuan
bergelombang lemah struktural. Satuan bergelombang lemah struktural
mendominasi daerah kajian. Satuan geomorfologi ini mengelilingi seluruh
wilayah kajian, sedangkan di bagian tengahnya daerah kajian termasuk ke
dalam satuan bergolombang kuat struktural. Pada zona Jawa Bagian Barat,
Pannekoek (1946), membagi zona morfologi ini menjadi tiga bagian, yaitu:
1) Zona Utara terdiri atas daerah lipatan, endapan kipas alluvial, jalur
peneplain, Gunung Ciremei, Kompleks Gunung Tangkuban Perahu, dan
Kompleks Pegunungan di Banten.
2) Zona Tengah merupakan zona depresi yang diisi endapan vulkanik muda.
Pada zona ini terdapat lipatan menjungkir atau membentuk struktur yang
menjorok (thrusting) yang menyebabkan batuan tersier tertutup.
3) Zona Selatan (daerah kajian termasuk ke dalam zona ini) merupakan
dataran tinggi yang luas yang memanjang dari Kabupaten Sukabumi
(sebenarnya merupakan suatu plato yang memiliki lereng ke Samudera
Hindia dengan bentuk tebing patahan/escarpment pada bagian utaranya,
namun sudah terkikis, sehingga tidak terlihat lagi platonya) sampai ke
timur yaitu Karangnunggal section atau plato Karangnunggal.
8
Bali, dan terus berlanjut hingga Indonesia bagian timur. Jawa Bagian Barat
sendiri terletak pada Zona Transisi antara subduksi miring di bagian barat
dan subduksi normal di bagian timur. Area ini dibatasi oleh sesar Cimandiri
dan sesar Ujung Kulon. Daerah Vulcanic Arc merupakan daerah yang
memiliki potensi mineral tinggi. Hasil kegiatan eksplorasi bahan galian
logam yang dilakukan oleh Subdit. Daerah Cibaliung yang terletak di Zona
Magmatic Arc merupakan wilayah memiliki yang potensi emas yang tinggi.
9
logam bisa diambil melalui metode ini seperti emas, tembaga, seng, nikel,
dan timbal.
Karena letak cadangan yang umumnya berada jauh dibawah tanah,
jalan masuk perlu dibuat untuk mencapai lokasi cadangan. Jalan masuk
dapat dibedakan menjadi beberapa:
a) Ramp adalah jalan masuk ini berbentuk spiral atau melingkar mulai
dari permukaan tanah menuju kedalaman tertentu. Ramp biasanya
digunakan untuk jalan kendaraan atau alat - alat berat menuju dan dari
bawah tanah.
b) Shaft adalah lubang tegak (vertikal) yang digali dari permukaan
menuju cadangan mineral. Shaft ini kemudian dipasangi semacam lift
yang dapat difungsikan mengangkut orang, alat, atau bijih.
c) Adit adalah terowongan mendatar (horizontal) yang umumnya dibuat
disisi bukit atau pegunungan menuju ke lokasi bijih.
Ada dua tahap utama dalam metode tambang bawah tanah yaitu
development (pengembangan) dan production (produksi). Pada tahap
development, semua yang digali adalah batuan tak berharga.Tahap
development termasuk pembuatan jalan masuk dan penggalian
fasilitas-fasilitas bawah tanah lain. Sedangkan tahap production adalah
pekerjaan menggali sumber bijih itu sendiri. Tempat bijih digali disebut
stope (lombong).
10
Gambar 2.2
Tambang Bawah Tanah
11
dengan waste fill dalam stope sehingga menyisakan ketinggian ruang yang
mencukupi untuk melakukan pemboran bijih selanjutnya. Material Filling
digunakan sebagai tempat berpijak untuk melakukan pemboran bijih
selanjutnya. Material filling sering berupa waste rock dari kegiatan
development dan eksplorasi sekitar tambang yang kemudian ditumpahkan
melalui rise mengarah ke stope yang akan diisi dan untuk meningkatkan
kekuatan material pengisi maka ditambahkan semen.
Ada beberapa syarat untuk metode cut and fill stoping, antara lain :
a) Endapan bijih tebalnya antara 1 – 6 m.
b) Arah endapan relatif mendatar tapi cukup tebal.
c) Sebaiknya untuk endapan vein, kemiringannya harus lebih dari 45o. Dan
untuk endapan yang bukan vein kurang dari 45o.
d) Endapan bijih keras, tapi batuan induknya boleh tidak kompeten
mengingat hampir secara langsung disangga dengan material filling.
e) Endapan bijih bernilai tinggi baik kadar maupun harganya.
12
II.8 Ventilasi Tambang
Ventilasi tambang merupakan suatu usaha pengendalian terhadap
pergerakan udara atau aliran udara tambang. Parameter yang harus dipenuhi
pada ventilasi adalah jumlah, mutu dan arah alirannya. Adapun tujuan
utama dari ventilasi tambang adalah menyediakan udara segar dengan
kuantitas dan kualitas yang cukup baik, kemudian mengalirkan serta
membagi udara segar tersebut ke dalam tambang sehingga tercipta kondisi
kerja yang aman dan nyaman bagi para pekerja tambang maupun proses
penambangan.
1. Fungsi Ventilasi Tambang
Ventilasi tambang memiliki beberapa fungsi yaitu :
a) Menyediakan dan mengalirkan udara segar kedalam tambang
untuk keperluan menyediakan udara segar (oksigen) bagi
pernapasan para pekerja dalam tambang dan juga bagi segala
proses yang terjadi dalam tambang yang memerlukan oksigen.
b) Melarutkan dan membawa keluar dari tambang segala pengotoran
dari gas-gas yang ada di dalam tambang hingga tercapai keadaan
kandungan gas dalam udara tambang yang memenuhi syarat bagi
pernapasan.
c) Menyingkirkan debu yang berada dalam aliran ventilasi tambang
bawah tanah hingga ambang batas yang diperkenankan.
d) Mengatur panas dan kelembaban udara tambang bawah tanah
sehingga dapat diperoleh suasana / lingkungan kerja yang nyaman.
e) Mengencerkan konsentrasi gas-gas beracun yang berbahaya dan
debu di dalam tambang sampai dibawah Nilai Ambang Batas.
2. Prinsip Aliran Udara Tambang
Aliran udara dalam ventilasi tambang bawah tanah, berlaku prinsip :
a) Aliran udara bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan rendah.
b) Udara akan mengalir dari tempat yang suhu rendah ke tinggi.
c) Udara akan lebih banyak mengalir pada jalur ventilasi dengan
resistansi/tahanan yang lebih kecil dibandingkan dengan jalur
bertahanan/resistansi yang lebih besar.
13
d) Tekanan Ventilasi tetap memperhatikan tekanan atmosfir, bisa
positif (Blowing) atau negatif (Exhausting).
e) Aliran udara mengikuti hukum kuadrat yaitu hubungan
antara quantity dan tekanan, bila quantity diperbesar dua kali lipat
maka dibutuhkan tekanan empat kali lipat.
f) Hukum-hukum mekanika fluida akan selalu diikuti dalam
perhitungan pada ventilasi tambang.
3. Dasar – Dasar Perhitungan Jaringan Ventilasi
Prinsip perhitungan jaringan ventilasi pada dasarnya merupakan
pemahaman dari teori pengaliran udara, sehingga diperlukan dasar-dasar
pengetahuan tentang mekanika fluida. Salah satu tujuan dari perhitungan
ventilasi tambang adalah penentuan kuantitas udara dan rugi-rugi
(kehilangan energi), yang keduanya dihitung berdasarkan perbedaan
energi. Proses pengaliran udara pada ventilasi tambang diasumsikan
sebagai proses aliran tetap (steady flow process). Dalam suatu aliran
tetap berlaku hukum kekekalan energi, yang menyatakan bahwa energi
total di dalam suatu sistem adalah tetap, walaupun energi tersebut dapat
diubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya.
4. Gas – Gas Pengotor Pada Udara Tambang
Terdapat beberapa macam gas pengotor dalam udara tambang
bawah tanah. Gas-gas ini berasal baik dari proses-proses yang terjadi
dalam tambang maupun dari batuan. Beberapa jenis gas-gas pengotor
yang terdapat dalam tambang bawah tanah tersebut, ada yang bersifat
gas racun, yakni; gas yang bereaksi dengan darah dan dapat
menyebabkan kematian. Gas – gas pengotor tersebut adalah :
a. Karbondioksida (CO2).
Gas ini tidak berwarna dan tidak berbau dan tidak mendukung
nyala api dan bukan merupakan gas racun. Gas ini lebih berat dari
pada udara, karenanya selalu terdapat pada bagian bawah dari
suatu jalan udara. Dalam udara normal kandungan CO2 adalah 0,03
%. Dalam tambang bawah tanah sering terkumpul pada bagian
bekas-bekas penambangan terutama yang tidak terkena aliran
14
ventilasi, juga pada dasar sumur-sumur tua. Sumber dari
CO2 berasal dari hasil pembakaran, hasil peledakan atau dari
lapisan batuan dan dari hasil pernafasan manusia. Pada kandungan
CO2 = 0,5 % laju pernafasan manusia mulai meningkat, pada kan-
dungan CO2 = 3 % laju pernafasan menjadi dua kali lipat dari
keadaan normal, dan pada kandungan CO2 = 5 % laju pernafasan
meningkat tiga kali lipat dan pada CO2 = 10 % manusia hanya
dapat bertahan beberapa menit. Kombinasi CO2 dan udara biasa
disebut dengan ‘blackdamp’.
b. Metana (CH4).
Gas metana ini merupakan gas yang selalu berada dalam tambang
batubara dan sering merupakan sumber dari suatu peledakan
tambang. Campuran gas metana dengan udara disebut ‘tiredamp’.
Apabila kandungan metana dalam udara tambang bawah tanah
mencapai 1% maka seluruh hubungan mesin listrik harus
dimatikan. Gas ini mempunyai berat jenis yang lebih kecil dari
pada udara dan karenanya selalu berada pada bagian atas dari jalan
udara. Metana merupakan gas yang tidak beracun, tidak berwarna,
tidak berbau dan tidak mempunyai rasa. Pada saat proses
pembatubaraan terjadi maka gas metana terbentuk bersama-sama
dengan gas karbondioksida. Gas metana ini akan tetap berada
dalam lapisan batubara selama tidak ada perubahan tekanan
padanya. Terhadap kandungan gas metana yang masih
terperangkap dalam suatu lapisan batubara dapat dilakukan
penyedotan dari gas metana tersebut dengan pompa untuk
dimanfaatkan. Proyek ini dikenal dengan nama ‘seam methane
drainage’.
c. Karbon Monoksida (CO).
Gas karbon monoksida merupakan gas yang tidak berwarna, tidak
berbau dan tidak ada rasa, dapat terbakar dan sangat beracun. Gas
ini banyak dihasilkan pada saat terjadi kebakaran pada tambang
bawah tanah dan menyebabkan tingkat kematian yang tinggi. Gas
15
ini mempunyai afinitas yang tinggi terhadap haemoglobin darah,
sehingga sedikit saja kandungan gas CO dalam udara akan segera
bersenyawa dengan butir-butir haemoglobin (COHb) yang akan
meracuni tubuh lewat darah. Aktifitas CO terhadap haemoglobin
menurut penelitian (Forbes and Grove, 1954) mempunyai kekuatan
300 kali lebih besar dari pada oksigen dengan haemoglobin. Gas
CO dihasilkan dari hasil pembakaran, operasi motor bakar, proses
peledakan dan oksidasi lapisan batubara. Karbon monoksida
merupakan gas beracun yang sangat mematikan karena sifatnya
yang kumulatif. Gas CO pada kandungan 0,04 % apabila terhirup
selama satu jam baru memberikan sedikit perasaan tidak
enak, dua jam dapat menyebabkan rasa pusing dan tiga jam
menyebabkan pingsan, lima jam dapat menyebabkan
kematian. Kandungan gas CO sering juga dinyatakan dalam ppm
(part per milion). Sumber CO yang sering menyebabkan kematian
adalah gas buangan dari mobil dan kadang-kadang juga gas
pemanas air. Gas CO mempunyai berat jenis lebih ringan dari berat
jenis udara sehingga selalu terapung dalam udara.
d. Hidrogen Sulfida (H2S).
Gas ini sering disebut juga gas busuk (stinkdamp) karena baunya
seperti bau telur busuk. Gas ini tidak berwarna, beracun dan dapat
meledak, merupakan hasil dekomposisi dari senyawa belerang. Gas
ini mempunyai berat jenis yang sedikit lebih berat dari udara. Nilai
ambang batas (TLV-TWA/ Threshold Limit Value-Time Weighted
Average)yangdiperkenankanuntuk pemaparan sebesar 10 ppm pada
waktu selama 8 jam sehari. Untuk waktu singkat (TLV-STEL/
Treshold Limit Value – Short Term Exposure Limit) tidak
diperkenankan terpapar lebih dari 20 ppm Walaupun gas H2S
mempunyai bau yang sangat jelas, namun kepekaan terhadap bau
ini akan dapat rusak akibat reaksi gas H2S terhadap syaraf
penciuman.
16
e. Sulfur ioksida (SO2).
Sulfur dioksida merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak bisa
terbakar. Lebih berat dari pada udara, dan akan sangat pada mata,
hidung dan tenggorokan. Nilai ambang batas ditetapkan pada
keadaan gas = 2 ppm (TLV-TWA) atau pada waktu terdedah yang
singkat (TLV-STEL) = 5 ppm.
f. Nitrogen Oksida NOX).
Gas nitrogen oksida sebenarnya merupakan gas yang ‘inert’,
namun pada keadaan tekanan tertentu dapat teroksidasi dan dapat
menghasilkan gas yang sangat beracun. Terbentuknya dalam
tambang bawah tanah sebagai hasil peledakan dan gas buang dari
motor bakar. Nilai ambang batas adalah 5 ppm. Oksida nitrogen
yang merupakan gas racun ini akan bersenyawa dengan kandungan
air dalam udara membentuk asam nitrat, yang dapat merusak
paru-paru apabila terhirup oleh manusia.
g. Gas Pengotor Lain.
Gas yang dapat dikelompokkan dalam gas pengotor lain adalah gas
Hidrogen yang dapat berasal dari proses pengisian aki (battery)
dan gas-gas yang biasa terdapat pada tambang bahan galian
radioaktif seperti gas radon. Debu merupakan pengotor udara
tambang yang juga berbahaya bila konsentrasinya cukup tinggi,
karena dapat mengganggu lingkungan kerja dan merusak
kesehatan. Secara garis besar, sumber debu pada tambang bawah
tanah berasal dari aktivitas penambangan yang meliputi operasi
pemboran, peledakan, pemuatan, dan pengangkutan bijih atau
batubara. Partikel debu dapat digolongkan berdasarkan kandungan
material solid dan ukuran diameter rata-rata partikelnya.
17
Pertambangan Umum. Teori Jurani (1992) dan Mark (1991) serta
patokan kebiasaan (Rules of Thumb) juga sering digunakan dalam
perhitungan ventilasi tambang.
Jika suatu tambang memiliki dua shaft yang saling berhubungan pada
kedalaman tertentu, sejumlah udara akan mengalir masuk kedalam tambang
meskipun tanpa alat mekanis. Ventilasi alam disebabkan udara pada downcast
shaft lebih dingin dari upcast shaft. Dan juga dipengaruhi oleh perbedaan
tekanan dan densitas udara antara dua shaft yang saling berhubungan tersebut.
Ventilasi alami terjadi karena perbedaan temperatur di dalam dan diluar stope.
Temperatur didalam stope akan mempengaruhi terjadinya ventilasi alami.
Apabila terdapat perbedaan antara temperatur intake airway dan return airway
yang ketinggian mulut pit intake dan outakenya berbeda, akan timbul
perbedaan kerapatan udara didalam dan diluar stope atau udara di intake
airway dan return airway berbeda temperaturnya, yang akan membangkitkan
aliran udara.
18
Jadi mesin angin adalah perubah energi dari mekanis ke fluida, dengan
memasok tekanan untuk mengatasi kehilangan tekan (head losses) dalam
aliran udara. Pergerakan udara di tambang bawah tanah dibangkitkan dan
diatur oleh pembangkit tekanan yang disebut ventilator atau mesin angin.
Mesin angin yang memasok kebutuhan udara untuk seluruh tambang
dinamakan mesin angin utama (main fan). Mesin angin yang digunakan untuk
mempercepat aliran udara pada percabangan atau suatu lokasi tertentu di
dalam tambang, tetapi tidak menambah volume total udara di dalam tambang
disebut mesin angin penguat (booster fans), sedangkan mesin angin yang
digunakan pada lokasi kemajuan atau saluran udara tertutup (lubang buntu)
dinamakan mesin angin bantu (auxiliary fans).
19
Atas dasar jenis kegiatan kerja yang dilakukan ini akan diperlukan juga
udara segar yang berlainan jumlahnya. Dalam suatu pernafasan terjadi
kegiatan menghirup udara segar dan menghembuskan udara hasil pernafasan.
Laju pernafasan per menit didefinisikan sebagai banyaknya udara dihirup dan
dihembuskan per satuan waktu satu menit. Laju pernafasan ini akan berlainan
bagi setiap kegiatan manusia yang berbeda, makin keras kerja yang dilakukan
makin besar angka laju pernafasannya.
Perlu juga dalam hal ini didefinisikan arti angka bagi atau nisbah
pernafasan (respiratori quotient) yang didefiniskan sebagai nisbah antara
jumlah karbondioksida yang dihembuskan terhadap jumlah oksigen yang
dihirup pada suatu proses pernafasan. Pada manusia yang bekerja keras, angka
bagi pernafasan ini (respiratori quotient) sama dengan satu, yang berarti
bahwa jumlah CO2 yang dihembuskan sama dengan jumlah O2 yang dihirup
pada pernafasannya. Tabel 2.1 berikut memberikan gambaran mengenai
keperluan oksigen pada pernafasan pada tiga jenis kegiatan manusia secara
umum.
20
Ada dua cara perhitungan untuk menentukan jumlah udara yang
diperlukan perorang untuk pernafasan, yakni :
21
II.10 Pengendalian Kuantitas Udara
Pengendalian kuantitas berkaitan dengan beberapa masalah seperti,
perpindahan udara, arah aliran, dan jumlah aliran udara. Dalam
pengendalian kualitas udara tambang baik secara kimia atau fisik, udara
segar perlu dipasok dan pengotor seperti debu, gas, panas, dan udara lembab
harus dikeluarkan oleh sistem ventilasi. Dengan memperhatikan beberapa
faktor tersebut diatas, maka kebutuhan udara segar di tambang bawah tanah
kadang-kadang lebih besar dari pada 200 cfm/orang atau bahkan hingga
2.000 cfm/orang. Kondisi tambang bawah tanah saat ini sudah banyak yang
menyediakan aliran udara untuk sebanyak 10 – 20 ton udara segar per ton
mineral tertambang.
22
Perhatikan gambar 2.2, dimana;
Dimana ;
Hs = head statik
Hv = head kecepatan
Hz = head potensial
23
II.10.2 Pengaliran Kebutuhan Udara Tambang
1) Head Los
Aliran udara terjadi karena adanya perbedaan tekanan yang
ditimbulkan antar dua titik dalam sistem. Energi yang diberikan untuk
mendapatkan aliran yang tunak (steady), digunakan untuk menimbulkan
perbedaan tekanan dan mengatasi kehilangan aliran (HL).
Head los dalam aliran udara fluida dibagi atas dua komponen, yaitu :
‘friction loss (Hf)’ dan ‘shock loss (Hx)’. Dengan demikian head loss
adalah:
HL = Hf + Hx..............................................................................................(2.8)
2) Mine Head
Untuk menentukan jumlah aliran udara yang harus disediakan
untuk mengatasi kehilangan head (head losses) dan menghasilkan aliran
yang diinginkan, diperlukan penjumlahan dari semua kehilangan energi
aliran. Pada suatu sistem ventilasi tambang dengan satu mesin angin dan
satu saluran keluar, komulatif pemakaian energi disebut ‘mine head’, yaitu
perbedaan tekanan yang harus ditimbulkan untuk menyediakan sejumlah
tertentu udara ke dalam tambang.
a) Mine statik head (mine Hs)
Merupakan energi yang dipakai dalam sistem ventilasi untuk
mengatasi seluruh kehilangan head aliran. Hal ini sudah termasuk
semua kehilangan dalam head loss yang terjadi antara titik masuk dan
keluaran sistem.
24
b) Mine velocity head (mine Hv)
Dinyatakan sebagai velocity head pada titik keluaran sistem.
Velocity head akan berubah dengan adanya luas penampang dan
jumlah saluran dan hanya merupakan fungsi dari bobot iisi udara dan
kecepatan aliran udara. Jadi bukan merupakan suatu head loss
komulatif, namun untuk suatu sistem merupakan kehilangan, karena
energi kinetik dari udara dilepaskan ke atmosfer.
c) Mine total head (mine HT)
Merupakan jumlah keseluruhan kehilangan energi dalam sistem
ventilasi. Secara matematis, merupakan jumlah dari mine statik (Hs)
dan velocity head (Hv), yaitu :
Mine HT = mine Hs + mine Hv
II.11 Ventsim
Ventsim adalah software yang digunakan untuk memvisualisasikan
model dari sistem ventilasi tambang bawah tanah. Ventsim ini pertama kali
digunakan dalam kegiatan pertambangan pada tahun 1993 untuk membantu
proses penggambaran design, memperbaiki, dan mengoptimalkan sistem
jaringan ventilasi tambang bawah tanah. Setelah itu, pada tahun 2009
software Ventsim membuat perkembangan dengan meningkatkan beraneka
ragam grafis dan simulasi environment secara tiga dimensi (3D).
Pada saat ini, software Venstim menjadi market-leader dalam
perancangan dan simulasi sistem jaringan ventilasi tambang bawah tanah
karna beberapa fitur yang sangat membantu, diantaranya :
a) Pemodelan 3D, dengan rotasi halu, zoom dan pan.
b) Animasi aliran udara dan kipas (fans) secara real-time.
c) Simulasi aliran udara dan pemodelan kipas.
d) Penyebaran gas-gas kontamisai, sumber dan simulasi keadaan darurat.
e) Pemodelan termodinamika panas dan kelembapan.
f) Aliran udara yang dapat dikompresi dan kipas yang dapat mengatur
penyebarannya secara otomatis.
g) Pembersihan asap peledakan dan waktunya.
h) Menganalisa keuangan.
25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
26
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data pelengkap atau data pendukung yang
dibutuhkan dalam penelitian. Data sekunder yang dihasilkan, antara lain :
a) Peta lokasi penelitian.
b) Peta jaringan ventilasi.
c) Jumlah alat dan pekerja.
d) Spesifikasi alat mesin.
e) Data jam pekerja.
27
Studi Literatur
Observasi Lapangan
Pengambilan Data
Data Primer
• Data kecepatan udara Data Sekunder
(m3/s). • Peta lokasi penelitian.
• Data tinggi tunnel (m2). • Peta jaringan ventilasi.
• Data lebar tunnel (m2). • Jumlah alat dan
• Data temperatur basah pekerja.
(oC). • Spesifikasi alat mesin.
• Data temperatur kering • Data jam pekerja.
(oC).
• Data kelembapan udara
(%).
• Data gas-gas pengotor.
•
Hartman, H.L. Mine Ventilation And Air Conditioning. 1961. University Park,
Pennysylvania.
Hartman, H.L. Mine Ventilation And Air Conditioning. 1982. The University Of
Alabama.
29