Anda di halaman 1dari 35

HALAMAN JUDULPROPOSAL SKRIPSI

EVALUASI JARINGAN VENTILASI DENGAN


MENGGUNAKAN SOFTWARE VENTSIM DI PT CIBALIUNG
SUMBERDAYA, PANDEGLANG, BANTEN

Usulan Penelitian untuk Skripsi


Program Studi Sarjana Teknik Pertambangan
Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi, Universitas Trisakti

Oleh
Haby Junda Riftriyas
073001500050

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI
UNIVERSITAS TRISAKTI
2019

i
LEMBAR PENGESAHAN
EVALUASI JARINGAN VENTILASI DENGAN
MENGGUNAKAN SOFTWARE VENTSIM DI PT CIBALIUNG
SUMBERDAYA, PANDEGLANG, BANTEN

PROPOSAL SKRIPSI/TESIS
Usulan Penelitian untuk Skripsi
Program Studi Sarjana Teknik Pertambangan
Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi, Universitas Trisakti

Oleh
Haby Junda Riftriyas
073001500050

Foto
2x3

Menyetujui,
Penguji Satu Penguji Dua

(Hermanto Saliman, Ir., M.T.) (Ir. Taat Purwiyono, M.T.)


NIK : 2397/USAKTI NIK : 3412/USAKTI

Mengetahui,
Ketua Koordinator Seminar Proposal Skripsi

(Reza Aryanto,S.T.,M.T.)
NIK : 3330/USAKTI

ii
ABSTRAK

EVALUASI JARINGAN VENTILASI DENGAN


MENGGUNAKAN SOFTWARE VENTSIM DI PT CIBALIUNG
SUMBERDAYA, PANDEGLANG, BANTEN

HABY JUNDA RIFTRIYAS


073001500050
Program Studi Sarjana Teknik Pertambangan Fakultas
Teknologi Kebumian dan Energi,
Universitas Trisakti, Jakarta, Indonesia

PT Cibaliung Sumberdaya (PT CSD) adalah anak perusahaan dari PT


Aneka Tambang (Persero) Tbk, merupakan perusahaan pertambangan bijih emas
yang berlokasi di Desa Padasuka Mangkualam, Kec. Cimanggu, Kab. Pandeglang.
Prov. Banten. PT Cibaliung Sumberdaya (PT CSD) memiliki tambang bawah
tanah seluas 1340 hektar. Dalam kegiatan penambangannya, PT CSD
menggunakan metode penambangan cut and fill untuk menambang bijih emasnya.
Metode penambangan cut and fill adalah metode penambangan yang
menggunakan sistem penyanggan dengan material pengisi (filling material) dan
juga penyanggan secara sistematis dengan salah satu material penyangganya. Oleh
karena itu, jaringan ventilasi menjadi salah satu bagian penting dalam proses
penambangan di PT CSD. Tujuan utamanya untuk menyediakan atau mengalirkan
udara segar ke front penambangan dan mengeluarkan gas-gas pengotor dari dalam
penambangan agar mencapai keadaan kandungan gas dalam udara tambang yang
memenuhi syarat. Hal itu dilakukan untuk kenyamanan para pekerja dalam
kegiatan penambangan bawah tanah berdasarkan Keputusan Menteri
Pertambangan dan Energi No.555.K/26/M.PE/1995. Metode evaluasi jaringan
ventilasi ini menggunakan software Ventsim. Jadi dari hasil pengukuran secara
langsung akan didapatkan data debit udara yang masuk, kebutuhan udara minimal
meliputi jenis pekerjaannya, dan kebutuhan udara untuk alat.

Kata kunci : Cut and fill, jaringan ventilasi, software Ventsim, Kebutuhan udara

iii
ABSTRACT

THE STUDY OF VENTILATION NETWORK BY USING


SOFTWARE (VENTSIM)

HABY JUNDA RIFTRIYAS


073001500050
Undergraduate Mining Engineering Study Program Faculty of
Earth and Energy Technology,
Universitas Trisakti, Jakarta, Indonesia

PT Cibaliung Sumberdaya (PT CSD) is a subsidiary of PT Aneka


Tambang (Persero) Tbk, a gold ore mining company located in Padasuka
Mangkualam Village, Kec. Cimanggu, Kab. Pandeglang. Prov. Banten. PT
Cibaliung Sumberdaya (PT CSD) has an underground mine of 1340 hectares. In
its mining activities, PT CSD uses the cut and fill mining method to mine its gold
ore. The cut and fill mining method is a mining method that uses a support system
with filling material and also systematically anchor one of the supporting
materials. Therefore, the ventilation network is an important part of the PT CSD
mining process. The main purpose is to provide or drain fresh air into the mining
front and remove impurities from the mining to achieve the conditions of the gas
content in the mine that meets the requirements. This was done for the
convenience of workers in underground mining activities based on the Decree of
the Minister of Mines and Energy No.555.K / 26 / M.PE / 1995. The method of
evaluating this ventilation network uses Ventsim software. So from the results of
measurements directly will get data on incoming air flow, minimum air
requirements include the type of work, and air requirements for the
tool.Keywords: Electronic Detonator, Non-Electric Detonator, Vibration,
Fragmentation, Digging Time.

Keywords: Cut and fill, ventilation network, Ventsim software, Air requirement

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
ABSTRAK..............................................................................................................iii
ABSTRAC................................................................................................................iv
DAFTAR ISI............................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................vi
DAFTAR TABEL....................................................................................................1

BABI PENDAHULUAN...................................................................................2
I.1 Latar Belakang...............................................................................2
I.2 Rumusan Masalah..........................................................................3
I.3 Maksud dan Tujuan Penelitian.......................................................3
I.4 Batasan Masalah.............................................................................3
I.5 Manfaat Penelitian.........................................................................3

BABII TINJAUAN UMUM................................................................................4


II.1 Profil Perusahaan...........................................................................4
II.2 Lokasi dan Kesampaian Daerah.....................................................5
II.3 Iklim dan Curah Hujan...................................................................6
II.4 Geologi Daerah..............................................................................6
II.5 Genesa Emas Epitermal.................................................................9
II.6 Tambang Bawah Tanah..................................................................9
II.7 Metode Cut and Fill.....................................................................11
II.8 Ventilasi Tambang.......................................................................13
II.9 Pengendalian Kualitas Udara.......................................................19
II.10 Pengendalian Kuantitas Udara.....................................................22
II.11 Ventsim........................................................................................25
BABIII METODOLOGI.....................................................................................26
III.1 Metode Penelitian.........................................................................26
III.2 Sumber Data.................................................................................26
III.3 Jadwal Penelitian..........................................................................27
III.4 Bagan Alir....................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................29

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1 Peta Lokasi PT.Cibaliung Sumberdaya............................................5


Gambar II.2 Tambang Bawah Tanah..................................................................11
Gambar III.1 Diagram Alir..................................................................................28

vi
DAFTAR TABEL

Tabel II.1 Kebutuhan Udara Pernafasan.........................................................20


Tabel III.1 Jadwal Penelitian............................................................................27

1
BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


PT Cibaliung Sumberdaya (PT CSD) adalah anak perusahaan dari PT
Aneka Tambang (Persero) Tbk, yang bergerak di bidang udaha
pertambangan. Merupakan perusahaan pertambangan bijih emas yang
berlokasi di Desa Padasuka Mangkualam, Kec. Cimanggu, Kab. Pandeglang.
Prov. Banten. PT Cibaliung Sumberdaya (PT CSD) memiliki tambang bawah
tanah seluas 1340 hektar. Dalam kegiatan penambangannya, PT CSD
menggunakan metode penambangan cut and fill untuk menambang bijih
emasnya. Metode penambangan cut and fill adalah merode penambangan
yang menggunakan sistem penyanggan dengan material pengisi (filling
material) dan juga penyanggan secara sistematis dengan salah satu material
penyangganya. Oleh karena itu, jaringan ventilasi menjadi salah satu bagian
penting dalam proses penambangan PT CSD. Tujuan utamanya untuk
menyediakan atau mengalirkan udara segar ke front penambangan dan
mengeluarkan gas-gas pengotor dari dalam penambangan agar mencapai
keadaan kandungan gas dalam udara tambang yang memenuhi syarat. Hal itu
dilakukan untuk kenyamanan para pekerja dalam kegiatan penambangan di
dalam bawah tanah berdasarkan Keputusan Menteri Pertambangan dan
Energi No.555.K/26/M.PE/1995. Namun pada kenyataannya banyak kendala
yang dikemukakan oleh para pekerja, yaitu suhu udara yang tinggi, kegiatan
produksi yang tidak maksimal, serta masih terdapat asap yang terperangkap
di area front penambangan. Kendala tersebut membuat para pekerja tidak
dapat bekerja secara efektif dalam melakukan kegiatan produksi. Karena itu,
agar didapat keadaan kerja yang nyaman tanpa menimbulkan kecelakaan
maka dibutuhkan suatu pengukuran untuk memastikan kualitas dan kuantitas
udara tambang bawah tanah di area front penambangan. Untuk melakukan
evaluasi jaringan ventilasi ini dibantu oleh software Ventsim.

2
I.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana jaringan ventilasi aktual yang diterapkan oleh PT Cibaliung
Sumberdaya ?
2. Berapa kebutuhan udara untuk kegiatan produksi di front penambangan
PT Cibaliung Sumberdaya ?
3. Bagaimana penyelesaian masalah jaringan ventilasi di PT Cibaliung
Sumberdaya ?

I.3 Maksud Dan Tujuan Penelitian


Maksud dan Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Menganalisis jaringan ventilasi dan kondisi aktual di front penambangan
PT Cibaliung Sumberdaya.
2. Menentukan kebutuhan udara segar untuk kegiatan produksi.
3. Memberikan saran untuk jaringan ventilasi di front penambangan PT
Cibaliung Sumberdaya agar mendapatkan aliran udara yang lebih optimal.

I.4 Batasan Masalah


Batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Daerah penelitian dilakukan di PT Cibaliung Sumberdaya.
2. Simulasi jaringan ventilasi menggunakan software Ventsim.
3. Distribusi aliran udara untuk kebutuhan kegiatan produksi.

I.5 Manfaat Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan berupa saran
bagi PT Cibaliung Sumberdaya untuk mengevaluasi sistem jaringan
ventilasi dan kebutuhan udara.

3
BAB II TINJAUAN UMUM

II.1 Profil Perusahaan


PT. Cibaliung Sumberdaya (PT.CSD) adalah anak perusahaan dari
PT.Aneka Tambang (Antam) dan merupakan perusahaan tambang emas
bawah tanah. Urat Kuarsa yang ditemukan pertama kali oleh seorang
pekerja bangunan yang berasal dari bayah pada bulan Oktober 1992. Pada
bulan April 1993 PT.ANTAM mengirim utusan untuk meneliti keberadaan
penambangan di Cibaliung. Kemudian berdasarkan hasil analisa yang
diperoleh dari sampel sedimen sungai dengan izin SKIP
No.71.K/2011/DDPT/1994, Aneka Tambang mengajukan Kuasa
Penambangan Eksplorasi pada bulan November 1994, yang akhirnya
disetujui pada bulan Mei 1995. Atas kuasa penambangan Eksplorasi yang
dimiliki oleh Aneka Tambang ini, dalam pelaksanaan penelitian selanjutnya
dilakukan kerjasama dengan perusahaan-perusahaan lain :
a. Tahun 1996-1999 PT Antam Tbk dengan Partner Palmer Resource Ltd
(Kanada), PT Sitrade Nusaglobus.
b. Tahun 1999-2008 PT Antam Tbk dengan Partner Austindo Resource
Corporation NL (ARX) membentuk Perusahaan PT Cibaliung
Sumberdaya dalam pelaksanaannya.
c. Tahun 2009 sekarang PT Antam Tbk memiliki saham 99,15% pada PT
Cibaliung Sumberdaya setelah mengakuisisi saham kepemilikian
Austindo Resource Corporation NL (ARX) pada Bulan Juli 2009.
Berikut ini adalah Kronologis Proyek Cibaliung :
a. Tahun 1998-2003 Kegiatan Eksplorasi Core Diamond Drilling
Cikoneng Cibitung.
b. Tahun 2004 Penyelesaian Tahapan Studi Kelayakan.
c. Tahun 2005 Konstruksi Pembangunan Proyek, penyiapan lahan,
pembuatan jalan masuk Ciraden, pengembangan terowongan Cibitung
Box Cut dan Camp Ciburial.
d. Tahun 2006 Pembangunan terowongan Cibitung Box Cut, Pabrik,
Pembukaan area TSF (25ha), pembangunan Infrastruktur dan gudang

4
handak.
e. Tahun 2007 Pembangunan terowongan Cibitung Box Cut (112 m)
dihentikan, pengembangan terowongan Cikoneng Portal, Penyelesaian
Pabrik, meneruskan konstruksi TSF (25 ha).
f. Tahun 2008 (Januari – Oktober) Melanjutkan pembangunan
terowongan Cikoneng (1176m), penyelesaian tahap akhir pabrik dan
meneruskan konstruksi TSF (25 ha).
g. Tahun 2008 (November) memasuki tahap care & maintenance.
h. Tahun 2009 (16 Februari) Penandatanganan Head of Agreement yang
secara garis besar mengatur langkah-langkah pengambilalihan seluruh
kepemilikan saham Proyek Cibaliung oleh PT. Antam Tbk.

II.2 Lokasi dan Kesampaian Daerah


PT.Cibaliung Sumber Daya secara geografis terletak di sebelah
ujung barat daya Pulau Jawa dan secara administratif terletak di dua desa,
yaitu Desa Mangkualam dan Desa Padasuka yang termasuk kedalam
Kecamatan Cimanggu, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Lokasi
tambang PT Cibaliung Sumber Daya dapat dicapai melalui jalur darat
dengan kendaraan roda empat selama kurang lebih 6 jam dari Jakarta atau
dengan jarak kurang lebih 202 km.

Gambar 2.1
Peta Lokasi Tambang Emas Cibaliung

5
II.3 Iklim dan Curah Hujan
Daerah Cibaliung memiliki dua musim yaitu musim hujan yang
berlangsung dari bulan Oktober sampai Maret dengan kisaran suhu 25°C -
30°C dan musim kemarau yang berlangsung dari bulan April sampai 17
September dengan kisaran suhu 30°C - 32°C. Suhu udara minimum dan
maksimum berkisar antara 22,5°C – 27,9°C dengan suhu udara rata-rata
dataran rendah adalah 27,9°C dan untuk dataran tinggi adalah 22,5°C.

II.4 Geologi Daerah


II.4.1 Stratigrafi
Sudana dan Santosa (1992) dalam Peta Geologi Lembar Cikarang
skala 1:100.000 membagi stratigrafi regional daerah penelitian ke dalam
tujuh formasi, yaitu :
1) Formasi Cimapag
Formasi ini terdiri dari dua bagian, bagian bawah terdiri dari litologi
breksi aneka bahan, lava andesit, batupasir, batulempung, batugamping,
konglomerat, aglomerat dan tuf; bagian atas terdiri dari tuf dasit, lava
andesit, dan tuf breksi. Umurnya diduga Miosen Awal.
2) Formasi Honje
Satuan ini terdiri dari litologi berupa breksi gunungapi, tuf, lava,
andesit-basal, dan kayu terkersikkan. Formasi ini diduga berumur Miosen
Akhir berdasarkan sebagian dari satuan batuan ini yang menjemari dengan
Formasi Bojongmanik. Tebal Formasi Honje diperkirakan berkisar dari 500–
600 m. Sebarannya terdapat di sekitar Gn. Honje, Gn. Tilu, dan daerah
Citerureup; setempat diterobos batuan andesit-basalt (Sudana dan Santosa,
1992).
3) Formasi Bojongmanik
Formasi Bojongmanik terdiri dari litologi berupa perselingan
batupasir dan batulempung bersisipan napal, batugamping, konglomerat, tuf,
dan lignit. Fosil-fosil foraminifera yang ditemukan pada satuan ini
menunjukkan umur Miosen Akhir - Pliosen atau pada zonasi Blow N16 –
N19. Selain fosil foraminifera ditemukan juga pecahan moluska, ostrakoda,

6
ekinoid, dan kerang dengan lingkungan pengendapan darat hingga laut
dangkal. Tebal formasi ini diperkirakan mencapai 400 m (Sudana dan
Santosa, 1992).
4) Formasi Cipacar
Formasi ini terdiri dari tuf, tuf berbatuapung, batupasir tuf,
batulempung tuf, tuf breksi, dan napal. Satuan ini umumnya berlapis baik
dan tebalnya diperkirakan ±250m, ditindih tak selaras oleh Formasi Bojong
dan satuan batuan yang lebih muda. Fosil – fosil foraminifera dalam formasi
ini menunjukkan umur relatif Pliosen (N19-N21). Dalam formasi ini
dijumpai pula fosil moluska, kerang–kerangan dan ostrakoda. Lingkungan
pengendapannya adalah darat - laut dangkal (Sudana dan Santosa, 1992).
5) Andesit-Basalt
Batuan terobosan berupa andesit dan basalt yang diduga berumur
Pliosen. Satuan ini menerobos Formasi Cimapag dan Formasi Honje (Sudana
dan Santosa, 1992).
6) Formasi Bojong
Formasi ini terdiri dari litologi berupa batupasir gampingan,
batulempung karbonan, napal, lensa batugamping, tuf, dan gambut. Formasi
ini umumnya berlapis baik, tebalnya antara 150-200 m, ditindih tak selaras
oleh satuan batuan yang lebih muda. Fosil - fosil foraminifera yang
ditemukan pada formasi ini menunjukkan umur relatif Pleistosen atau N22.
Lingkungan pengendapannya adalah litoral luar (Sudana dan Santosa, 1992).
7) Volkanik Kuarter
Batuan gunungapi Kuarter terdiri dari litologi breksi gunung api,
aglomerat, dan tuf. Satuan ini tebalnya diperkirakan lebih dari 100m dan
umurnya diduga Pleistosen (Sudana dan Santosa, 1992). Berdasarkan Sudana
dan Santosa (1992), daerah Sindanglaya dan sekitarnya termasuk ke dalam
dua satuan batuan, yaitu Formasi Bojongmanik dan Formasi Honje. Formasi
Honje merupakan nama formasi baru yang diusulkan Sudana dan Santosa
tahun 1992 untuk endapan volkanik dengan lokasi tipe terletak di
Pegunungan Honje, Cimanggu, Banten Selatan.

7
II.4.2 Geomorfologi
Berdasarkan peta Geomorfologi Daerah Cibaliung daerah kajian
termasuk ke dalam satuan struktural bergelombang. Satuan ini terbagi
menjadi dua kelas, yaitu Satuan bergelombang kuat struktural dan satuan
bergelombang lemah struktural. Satuan bergelombang lemah struktural
mendominasi daerah kajian. Satuan geomorfologi ini mengelilingi seluruh
wilayah kajian, sedangkan di bagian tengahnya daerah kajian termasuk ke
dalam satuan bergolombang kuat struktural. Pada zona Jawa Bagian Barat,
Pannekoek (1946), membagi zona morfologi ini menjadi tiga bagian, yaitu:
1) Zona Utara terdiri atas daerah lipatan, endapan kipas alluvial, jalur
peneplain, Gunung Ciremei, Kompleks Gunung Tangkuban Perahu, dan
Kompleks Pegunungan di Banten.
2) Zona Tengah merupakan zona depresi yang diisi endapan vulkanik muda.
Pada zona ini terdapat lipatan menjungkir atau membentuk struktur yang
menjorok (thrusting) yang menyebabkan batuan tersier tertutup.
3) Zona Selatan (daerah kajian termasuk ke dalam zona ini) merupakan
dataran tinggi yang luas yang memanjang dari Kabupaten Sukabumi
(sebenarnya merupakan suatu plato yang memiliki lereng ke Samudera
Hindia dengan bentuk tebing patahan/escarpment pada bagian utaranya,
namun sudah terkikis, sehingga tidak terlihat lagi platonya) sampai ke
timur yaitu Karangnunggal section atau plato Karangnunggal.

II.4.3 Struktur Geologi


Keadaan geologi di PT Cibaliung Sumberdaya terletak di bagian
tengah dari busur magmatik Sunda – Banda yang berumur Neogene. Batuan
asal (Host Rock) pembawa biih emas – perak adalah batuan Honje Vulkanic
dengan umur Akhir Miosen yang diterobos oleh Subvulcanic Andesit –
Diorit berupa plug dan dike dan kadang terpotong oleh diameter Breccia.
Menumpang tidak selaras di atas batuan asal ini berupa Dacitic tuff,
sediment muda, dan aliran lava basalt yang berumur Miosen Kuarter.
Daerah penyelidikan merupakan bagian dari Peta Geologi Lembar Cikarang
dengan formasi cipacar dan bojongmanik.Jawa terletak pada Sunda
Vulcanic Arc yang memanjang dari ujung Sumatera melewati Jawa dan

8
Bali, dan terus berlanjut hingga Indonesia bagian timur. Jawa Bagian Barat
sendiri terletak pada Zona Transisi antara subduksi miring di bagian barat
dan subduksi normal di bagian timur. Area ini dibatasi oleh sesar Cimandiri
dan sesar Ujung Kulon. Daerah Vulcanic Arc merupakan daerah yang
memiliki potensi mineral tinggi. Hasil kegiatan eksplorasi bahan galian
logam yang dilakukan oleh Subdit. Daerah Cibaliung yang terletak di Zona
Magmatic Arc merupakan wilayah memiliki yang potensi emas yang tinggi.

II.5 Genesa Emas Epitermal


(Simmons et al, 2005 dalam Sibarani, 2008) berpendapat bahwa
endapan epitermal didefinisikan sebagai salah satu endapan dari sistem
hidrotermal yang terbentuk pada kedalaman dangkal yang umumnya pada
busur vulkanik yang dekat dengan permukaan. Penggolongan tersebut
berdasarkan temperatur (T), tekanan (P) dan kondisi geologi yang dicirikan
oleh kandungan mineralnya. Secara lebih detailnya endapan epitermal
terbentuk pada kedalaman dangkal hingga 1000meter dibawah permukaan
dengan temperatur relatif rendah (50-200)0C dengan tekanan tidak lebih dari
100 atm dari cairan meteorik dominan yang agak asin (Pirajno, 1992).
Tekstur penggantian (replacement) pada mineral tidak menjadi ciri
khas karena jarang terjadi. Tekstur yang banyak dijumpai adalah berlapis
(banded) atau berupa fissure vein. Sedangkan struktur khasnya adalah
berupa struktur pembungkusan (cockade structure). Asosiasi pada endapan
ini berupa mineral emas (Au) dan perak (Ag) dengan mineral penyertanya
berupa mineral kalsit, mineral zeolit dan mineral kwarsa.

II.6 Tambang Bawah Tanah (Underground Mining)


Tambang dalam atau tambang bawah tanah (underground mining)
adalah metode penambangan yang segala kegiatan atau aktivitas
penambangannya dilakukan di bawah permukaan bumi, dan tempat kerjanya
tidak langsung berhubungan dengan udara luar. Tambang bawah tanah
mengacu pada metode pengambilan bahan mineral yang dilakukan dengan
membuat terowongan menuju lokasi mineral tersebut. Berbagai macam

9
logam bisa diambil melalui metode ini seperti emas, tembaga, seng, nikel,
dan timbal.
Karena letak cadangan yang umumnya berada jauh dibawah tanah,
jalan masuk perlu dibuat untuk mencapai lokasi cadangan. Jalan masuk
dapat dibedakan menjadi beberapa:

a) Ramp adalah jalan masuk ini berbentuk spiral atau melingkar mulai
dari permukaan tanah menuju kedalaman tertentu. Ramp biasanya
digunakan untuk jalan kendaraan atau alat - alat berat menuju dan dari
bawah tanah.
b) Shaft adalah lubang tegak (vertikal) yang digali dari permukaan
menuju cadangan mineral. Shaft ini kemudian dipasangi semacam lift
yang dapat difungsikan mengangkut orang, alat, atau bijih.
c) Adit adalah terowongan mendatar (horizontal) yang umumnya dibuat
disisi bukit atau pegunungan menuju ke lokasi bijih.

Ada dua tahap utama dalam metode tambang bawah tanah yaitu
development (pengembangan) dan production (produksi). Pada tahap
development, semua yang digali adalah batuan tak berharga.Tahap
development termasuk pembuatan jalan masuk dan penggalian
fasilitas-fasilitas bawah tanah lain. Sedangkan tahap production adalah
pekerjaan menggali sumber bijih itu sendiri. Tempat bijih digali disebut
stope (lombong).

10
Gambar 2.2
Tambang Bawah Tanah

II.7 Metode Cut And Fill


Cut and fill adalah salah satu metoda penambangan, dalam metoda
penambangan ini, dengan cara menggali atau membuat bukaan-bukaan dan
kemudian mengisi kembali dengan material lain bekas bukaan tersebut. Cut
and fill merupakan metode penambangan dengan cara memotong batuan
untuk membuat stope dalam level. Setelah selesai menambang dalam satu
stope, maka stope tersebut diisi kembali tanpa menunggu selesai dalam satu
level. Biasanya metode ini digunakan untuk mengambil bahan galian jenis
bijih. Peralatan yang biasa digunakan untuk metode cut and fill ini adalah
excavator, front shovel, dariagline, dan shell.
Prinsip kerja dari metode ini adalah bijih diambil dalam potongan
yang sejajar dan setiap potongan yang telah diambil dilakukan pengisian

11
dengan waste fill dalam stope sehingga menyisakan ketinggian ruang yang
mencukupi untuk melakukan pemboran bijih selanjutnya. Material Filling
digunakan sebagai tempat berpijak untuk melakukan pemboran bijih
selanjutnya. Material filling sering berupa waste rock dari kegiatan
development dan eksplorasi sekitar tambang yang kemudian ditumpahkan
melalui rise mengarah ke stope yang akan diisi dan untuk meningkatkan
kekuatan material pengisi maka ditambahkan semen.
Ada beberapa syarat untuk metode cut and fill stoping, antara lain :
a) Endapan bijih tebalnya antara 1 – 6 m.
b) Arah endapan relatif mendatar tapi cukup tebal.
c) Sebaiknya untuk endapan vein, kemiringannya harus lebih dari 45o. Dan
untuk endapan yang bukan vein kurang dari 45o.
d) Endapan bijih keras, tapi batuan induknya boleh tidak kompeten
mengingat hampir secara langsung disangga dengan material filling.
e) Endapan bijih bernilai tinggi baik kadar maupun harganya.

Keuntungan dari metode cut and fill, antara lain :


a) Ventilasi mudah diatur
b) Dilusi seminimum mungkin
c) Dinding antara 2 stope yang berdekatan bisa lebih tipis dibanding
metode stoping yang lain
d) Stope fleksibel mengikuti cebakan sempit kadar tinggi
e) Stope stabil karena dengan yang lemah disangga dengan waste filling

Kerugian dari metode cut and fill, antara lain :


a) Butuh material filling yang banyak
b) Butuh buruh banyak untuk menangani filling
c) Butuh banyak air untuk pulp
d) Semen dan pasir halus untuk filling bisa menyumbat pompa/pipa
e) Output dari stope terbatas karena adanya kegiatan filling

12
II.8 Ventilasi Tambang
Ventilasi tambang merupakan suatu usaha pengendalian terhadap
pergerakan udara atau aliran udara tambang. Parameter yang harus dipenuhi
pada ventilasi adalah jumlah, mutu dan arah alirannya. Adapun tujuan
utama dari ventilasi tambang adalah menyediakan udara segar dengan
kuantitas dan kualitas yang cukup baik, kemudian mengalirkan serta
membagi udara segar tersebut ke dalam tambang sehingga tercipta kondisi
kerja yang aman dan nyaman bagi para pekerja tambang maupun proses
penambangan.
1. Fungsi Ventilasi Tambang
Ventilasi tambang memiliki beberapa fungsi yaitu :
a) Menyediakan dan mengalirkan udara segar kedalam tambang
untuk keperluan menyediakan udara segar (oksigen) bagi
pernapasan para pekerja dalam tambang dan juga bagi segala
proses yang terjadi dalam tambang yang memerlukan oksigen.
b) Melarutkan dan membawa keluar dari tambang segala pengotoran
dari gas-gas yang ada di dalam tambang hingga tercapai keadaan
kandungan gas dalam udara tambang yang memenuhi syarat bagi
pernapasan.
c) Menyingkirkan debu yang berada dalam aliran ventilasi tambang
bawah tanah hingga ambang batas yang diperkenankan.
d) Mengatur panas dan kelembaban udara tambang bawah tanah
sehingga dapat diperoleh suasana / lingkungan kerja yang nyaman.
e) Mengencerkan konsentrasi gas-gas beracun yang berbahaya dan
debu di dalam tambang sampai dibawah Nilai Ambang Batas.
2. Prinsip Aliran Udara Tambang
Aliran udara dalam ventilasi tambang bawah tanah, berlaku prinsip :
a) Aliran udara bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan rendah.
b) Udara akan mengalir dari tempat yang suhu rendah ke tinggi.
c) Udara akan lebih banyak mengalir pada jalur ventilasi dengan
resistansi/tahanan yang lebih kecil dibandingkan dengan jalur
bertahanan/resistansi yang lebih besar.

13
d) Tekanan Ventilasi tetap memperhatikan tekanan atmosfir, bisa
positif (Blowing) atau negatif (Exhausting).
e) Aliran udara mengikuti hukum kuadrat yaitu hubungan
antara quantity dan tekanan, bila quantity diperbesar dua kali lipat
maka dibutuhkan tekanan empat kali lipat.
f) Hukum-hukum mekanika fluida akan selalu diikuti dalam
perhitungan pada ventilasi tambang.
3. Dasar – Dasar Perhitungan Jaringan Ventilasi
Prinsip perhitungan jaringan ventilasi pada dasarnya merupakan
pemahaman dari teori pengaliran udara, sehingga diperlukan dasar-dasar
pengetahuan tentang mekanika fluida. Salah satu tujuan dari perhitungan
ventilasi tambang adalah penentuan kuantitas udara dan rugi-rugi
(kehilangan energi), yang keduanya dihitung berdasarkan perbedaan
energi. Proses pengaliran udara pada ventilasi tambang diasumsikan
sebagai proses aliran tetap (steady flow process). Dalam suatu aliran
tetap berlaku hukum kekekalan energi, yang menyatakan bahwa energi
total di dalam suatu sistem adalah tetap, walaupun energi tersebut dapat
diubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya.
4. Gas – Gas Pengotor Pada Udara Tambang
Terdapat beberapa macam gas pengotor dalam udara tambang
bawah tanah. Gas-gas ini berasal baik dari proses-proses yang terjadi
dalam tambang maupun dari batuan. Beberapa jenis gas-gas pengotor
yang terdapat dalam tambang bawah tanah tersebut, ada yang bersifat
gas racun, yakni; gas yang bereaksi dengan darah dan dapat
menyebabkan kematian. Gas – gas pengotor tersebut adalah :
a. Karbondioksida (CO2).
Gas ini tidak berwarna dan tidak berbau dan tidak mendukung
nyala api dan bukan merupakan gas racun. Gas ini lebih berat dari
pada udara, karenanya selalu terdapat pada bagian bawah dari
suatu jalan udara. Dalam udara normal kandungan CO2 adalah 0,03
%. Dalam tambang bawah tanah sering terkumpul pada bagian
bekas-bekas penambangan terutama yang tidak terkena aliran

14
ventilasi, juga pada dasar sumur-sumur tua. Sumber dari
CO2 berasal dari hasil pembakaran, hasil peledakan atau dari
lapisan batuan dan dari hasil pernafasan manusia. Pada kandungan
CO2 = 0,5 % laju pernafasan manusia mulai meningkat, pada kan-
dungan CO2 = 3 % laju pernafasan menjadi dua kali lipat dari
keadaan normal, dan pada kandungan CO2 = 5 % laju pernafasan
meningkat tiga kali lipat dan pada CO2 = 10 % manusia hanya
dapat bertahan beberapa menit. Kombinasi CO2 dan udara biasa
disebut dengan ‘blackdamp’.
b. Metana (CH4).
Gas metana ini merupakan gas yang selalu berada dalam tambang
batubara dan sering merupakan sumber dari suatu peledakan
tambang. Campuran gas metana dengan udara disebut ‘tiredamp’.
Apabila kandungan metana dalam udara tambang bawah tanah
mencapai 1% maka seluruh hubungan mesin listrik harus
dimatikan. Gas ini mempunyai berat jenis yang lebih kecil dari
pada udara dan karenanya selalu berada pada bagian atas dari jalan
udara. Metana merupakan gas yang tidak beracun, tidak berwarna,
tidak berbau dan tidak mempunyai rasa. Pada saat proses
pembatubaraan terjadi maka gas metana terbentuk bersama-sama
dengan gas karbondioksida. Gas metana ini akan tetap berada
dalam lapisan batubara selama tidak ada perubahan tekanan
padanya. Terhadap kandungan gas metana yang masih
terperangkap dalam suatu lapisan batubara dapat dilakukan
penyedotan dari gas metana tersebut dengan pompa untuk
dimanfaatkan. Proyek ini dikenal dengan nama ‘seam methane
drainage’.
c. Karbon Monoksida (CO).
Gas karbon monoksida merupakan gas yang tidak berwarna, tidak
berbau dan tidak ada rasa, dapat terbakar dan sangat beracun. Gas
ini banyak dihasilkan pada saat terjadi kebakaran pada tambang
bawah tanah dan menyebabkan tingkat kematian yang tinggi. Gas

15
ini mempunyai afinitas yang tinggi terhadap haemoglobin darah,
sehingga sedikit saja kandungan gas CO dalam udara akan segera
bersenyawa dengan butir-butir haemoglobin (COHb) yang akan
meracuni tubuh lewat darah. Aktifitas CO terhadap haemoglobin
menurut penelitian (Forbes and Grove, 1954) mempunyai kekuatan
300 kali lebih besar dari pada oksigen dengan haemoglobin. Gas
CO dihasilkan dari hasil pembakaran, operasi motor bakar, proses
peledakan dan oksidasi lapisan batubara. Karbon monoksida
merupakan gas beracun yang sangat mematikan karena sifatnya
yang kumulatif. Gas CO pada kandungan 0,04 % apabila terhirup
selama satu jam baru memberikan sedikit perasaan tidak
enak, dua jam dapat menyebabkan rasa pusing dan tiga jam
menyebabkan pingsan, lima jam dapat menyebabkan
kematian. Kandungan gas CO sering juga dinyatakan dalam ppm
(part per milion). Sumber CO yang sering menyebabkan kematian
adalah gas buangan dari mobil dan kadang-kadang juga gas
pemanas air. Gas CO mempunyai berat jenis lebih ringan dari berat
jenis udara sehingga selalu terapung dalam udara.
d. Hidrogen Sulfida (H2S).
Gas ini sering disebut juga gas busuk (stinkdamp) karena baunya
seperti bau telur busuk. Gas ini tidak berwarna, beracun dan dapat
meledak, merupakan hasil dekomposisi dari senyawa belerang. Gas
ini mempunyai berat jenis yang sedikit lebih berat dari udara. Nilai
ambang batas (TLV-TWA/ Threshold Limit Value-Time Weighted
Average)yangdiperkenankanuntuk pemaparan sebesar 10 ppm pada
waktu selama 8 jam sehari. Untuk waktu singkat (TLV-STEL/
Treshold Limit Value – Short Term Exposure Limit) tidak
diperkenankan terpapar lebih dari 20 ppm Walaupun gas H2S
mempunyai bau yang sangat jelas, namun kepekaan terhadap bau
ini akan dapat rusak akibat reaksi gas H2S terhadap syaraf
penciuman.

16
e. Sulfur ioksida (SO2).
Sulfur dioksida merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak bisa
terbakar. Lebih berat dari pada udara, dan akan sangat pada mata,
hidung dan tenggorokan. Nilai ambang batas ditetapkan pada
keadaan gas = 2 ppm (TLV-TWA) atau pada waktu terdedah yang
singkat (TLV-STEL) = 5 ppm.
f. Nitrogen Oksida NOX).
Gas nitrogen oksida sebenarnya merupakan gas yang ‘inert’,
namun pada keadaan tekanan tertentu dapat teroksidasi dan dapat
menghasilkan gas yang sangat beracun. Terbentuknya dalam
tambang bawah tanah sebagai hasil peledakan dan gas buang dari
motor bakar. Nilai ambang batas adalah 5 ppm. Oksida nitrogen
yang merupakan gas racun ini akan bersenyawa dengan kandungan
air dalam udara membentuk asam nitrat, yang dapat merusak
paru-paru apabila terhirup oleh manusia.
g. Gas Pengotor Lain.
Gas yang dapat dikelompokkan dalam gas pengotor lain adalah gas
Hidrogen yang dapat berasal dari proses pengisian aki (battery)
dan gas-gas yang biasa terdapat pada tambang bahan galian
radioaktif seperti gas radon. Debu merupakan pengotor udara
tambang yang juga berbahaya bila konsentrasinya cukup tinggi,
karena dapat mengganggu lingkungan kerja dan merusak
kesehatan. Secara garis besar, sumber debu pada tambang bawah
tanah berasal dari aktivitas penambangan yang meliputi operasi
pemboran, peledakan, pemuatan, dan pengangkutan bijih atau
batubara. Partikel debu dapat digolongkan berdasarkan kandungan
material solid dan ukuran diameter rata-rata partikelnya.

5. Dasar Peraturan Ventilasi Tambang

Aturan penghitungan penyediaan kebutuhan udara bersih


minimum didasarkan kepada Surat Keputusan Mentamben RI
No.555.K/26/MPE/1995 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja

17
Pertambangan Umum. Teori Jurani (1992) dan Mark (1991) serta
patokan kebiasaan (Rules of Thumb) juga sering digunakan dalam
perhitungan ventilasi tambang.

II.8.1 Jenis - Jenis Ventilasi


Jenis-jenis ventilasi dapat digolongkan berdasarkan beberapa hal
berikut ini antara lain :
1) Ventilasi Alami (natural ventilation)

Jika suatu tambang memiliki dua shaft yang saling berhubungan pada
kedalaman tertentu, sejumlah udara akan mengalir masuk kedalam tambang
meskipun tanpa alat mekanis. Ventilasi alam disebabkan udara pada downcast
shaft lebih dingin dari upcast shaft. Dan juga dipengaruhi oleh perbedaan
tekanan dan densitas udara antara dua shaft yang saling berhubungan tersebut.
Ventilasi alami terjadi karena perbedaan temperatur di dalam dan diluar stope.
Temperatur didalam stope akan mempengaruhi terjadinya ventilasi alami.
Apabila terdapat perbedaan antara temperatur intake airway dan return airway
yang ketinggian mulut pit intake dan outakenya berbeda, akan timbul
perbedaan kerapatan udara didalam dan diluar stope atau udara di intake
airway dan return airway berbeda temperaturnya, yang akan membangkitkan
aliran udara.

2) Ventilasi Mekanis (artificial / mechanical ventilation)

Ventilasi mekanis adalah jenis ventilasi dimana aliran udara masuk


kedalam tambang disebabkan oleh perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh
alat mekanis. Yang dimaksud peralatan ventilasi mekanis adalah semua jenis
mesin penggerak yang digunakan untuk memompa dan menekan udara segar
agar mengalir ke dalam lubang bawah tanah. Yang paling penting dan umum
digunakan adalah fan atau mesin angin. Mesin angin adalah pompa udara,
yang menimbulkan adanya perbedaan tekanan antara kedua sisinya, sehingga
udara akan bergerak dari tempat yang tekanannya lebih tinggi ke tempat yang
lebih rendah. Pada proses menerus dapat dilihat bahwa mesin angin menerima
udara pada tekanan tertentu dan dikeluarkan dengan tekanan yang lebih besar.

18
Jadi mesin angin adalah perubah energi dari mekanis ke fluida, dengan
memasok tekanan untuk mengatasi kehilangan tekan (head losses) dalam
aliran udara. Pergerakan udara di tambang bawah tanah dibangkitkan dan
diatur oleh pembangkit tekanan yang disebut ventilator atau mesin angin.
Mesin angin yang memasok kebutuhan udara untuk seluruh tambang
dinamakan mesin angin utama (main fan). Mesin angin yang digunakan untuk
mempercepat aliran udara pada percabangan atau suatu lokasi tertentu di
dalam tambang, tetapi tidak menambah volume total udara di dalam tambang
disebut mesin angin penguat (booster fans), sedangkan mesin angin yang
digunakan pada lokasi kemajuan atau saluran udara tertutup (lubang buntu)
dinamakan mesin angin bantu (auxiliary fans).

3) Ventilasi Bantu (Auxiliary Ventilation)

Udara ventilasi yang disalurkan ke terowongan utama maupun venti-


lasi permuka kerja penambangan biasanya dilakukan dengan membawa udara
masuk (intake air) secara langsung melalui jalan udara sepanjang penampang
terowongan. Ventilasi juga dapat dilaksanakan dengan mengirimkan an-
gin/udara yang dibangkitkan oleh kipas angin lokal, air jet dan lain-lain,
dengan menggunakan saluran udara (air duct) ke lokasi yang tidak dapat di-
penuhi oleh ventilasi utama, seperti pada lokasi terowongan buntu (lokasi
pembuatan lubang maju). Dilihat dari segi fasilitas peralatan, ventilasi bantu
dapat dibagi menjadi ventilasi saluran udara, brattice, dan static air mover.

II.9 Pengendalian Kualitas Udara


II.9.1 Perhitungan Keperluan Udara Segar
Jenis kegiatan manusia dapat dibeda-bedakan atas :
a) Dalam keadaan istirahat
b) Dalam melakukan kegiatan kerja yang moderat, misalnya kerja kantor
c) Dalam melakukan kegiatan kerja keras, misalnya olah raga atau kerja di
tambang.

19
Atas dasar jenis kegiatan kerja yang dilakukan ini akan diperlukan juga
udara segar yang berlainan jumlahnya. Dalam suatu pernafasan terjadi
kegiatan menghirup udara segar dan menghembuskan udara hasil pernafasan.
Laju pernafasan per menit didefinisikan sebagai banyaknya udara dihirup dan
dihembuskan per satuan waktu satu menit. Laju pernafasan ini akan berlainan
bagi setiap kegiatan manusia yang berbeda, makin keras kerja yang dilakukan
makin besar angka laju pernafasannya.
Perlu juga dalam hal ini didefinisikan arti angka bagi atau nisbah
pernafasan (respiratori quotient) yang didefiniskan sebagai nisbah antara
jumlah karbondioksida yang dihembuskan terhadap jumlah oksigen yang
dihirup pada suatu proses pernafasan. Pada manusia yang bekerja keras, angka
bagi pernafasan ini (respiratori quotient) sama dengan satu, yang berarti
bahwa jumlah CO2 yang dihembuskan sama dengan jumlah O2 yang dihirup
pada pernafasannya. Tabel 2.1 berikut memberikan gambaran mengenai
keperluan oksigen pada pernafasan pada tiga jenis kegiatan manusia secara
umum.

Tabel 2.1 Kebutuhan Udara Pernafasan (Hartman, 1982)

Udara terhirup per Oksigen ter Angka bagi


Laju konsumsi
menit dalam pernafasan
Pernafasan cfm (10-5
Kegiatan in3/menit (10-4 ( respiratori
m3/detik)
kerja Per menit m3/detik) quotient)

Istirahat 12 – 18 300-800 (0,82-2,18) 0,01 (0,47) 0,75

Kerja 2800-3600 (7,64-


Moderat 30 0,07 (3,3) 0,9
9,83)

Kerja keras 40 6000 (16,4) 0,10 (4,7) 1,0

20
Ada dua cara perhitungan untuk menentukan jumlah udara yang
diperlukan perorang untuk pernafasan, yakni :

1. Atas dasar kebutuhan O2 minimum, yaitu 19,5 %.


Jumlah udara yang dibutuhkan = Q cfm
Pada pernafasan, jumlah oksigen akan berkurang sebanyak 0,1 cfm,
sehingga akan dihasilkan persamaan untuk jumlah oksigen sebagai
berikut;
0,21 Q - 0,1 = 0,195 Q ...........................................................................(2.1)
(Kandungan Oksigen)–(Jumlah Oksigen pada pernafasan)=(Kandungan
Oksigen minimum untuk udara pernapasan )
Q = (0,1/ (0,21 – 0,195)) = 6,7 cfm (=3,2 x 10-3 m3/detik)

2. Atas dasar kandungan CO2 maksimum, yaitu 0,5 %.


Dengan harga angka bagi pernafasan = 1,0 ; maka jumlah CO2 pada
pernafasan akan bertambah sebanyak 1,0 x 0,1 = 0,1 cfm.
Dengan demikian akan didapat persamaan :
0,0003 Q + 0,1 = 0,005 Q.......................................................................(2.2)
(Kandungan CO2 – (Jumlah CO2- = ( kandungan CO2 maksimum dlm
udara normal) hasil pernafasan) dalam udara)
Q = (0,1/(0,005 – 0,0003)) = 21,3 cfm (= 0,01 m3/detik)
Dari kedua cara perhitungan tadi, yaitu atas kandungan oksigen
minimum 19,5 % dalam udara pernafasan dan kandungan maksimum
karbon dioksida sebesar 0,5 % dalam udara untuk pernafasan, diperoleh
angka kebutuhan udara segar bagi pernafasan seseorang sebesar 6,7 cfm
dan 21,3 cfm. Dalam hal ini tentunya angka 21,3 cfm yang digunakan
sebagai angka kebutuhan seseorang untuk pernafasan.
Dalam merancang kebutuhan udara untuk ventilasi tambang
digunakan angka kurang lebih sepuluh kali lebih besar, yaitu 200 cfm per
orang ( = 0,1 m3/detik per orang).

21
II.10 Pengendalian Kuantitas Udara
Pengendalian kuantitas berkaitan dengan beberapa masalah seperti,
perpindahan udara, arah aliran, dan jumlah aliran udara. Dalam
pengendalian kualitas udara tambang baik secara kimia atau fisik, udara
segar perlu dipasok dan pengotor seperti debu, gas, panas, dan udara lembab
harus dikeluarkan oleh sistem ventilasi. Dengan memperhatikan beberapa
faktor tersebut diatas, maka kebutuhan udara segar di tambang bawah tanah
kadang-kadang lebih besar dari pada 200 cfm/orang atau bahkan hingga
2.000 cfm/orang. Kondisi tambang bawah tanah saat ini sudah banyak yang
menyediakan aliran udara untuk sebanyak 10 – 20 ton udara segar per ton
mineral tertambang.

II.10.1 Energi Aliran Dalam Fluida


Ventilasi tambang biasanya merupakan suatu contoh aliran tunak
(steady), artinya tidak ada satupun variabelnya yang merupakan fungsi
waktu. Salah satu tujuan dari perhitungan ventilasi tambang adalah
penentuan kuantitas udara dan rugi-rugi, yang keduanya dihitung
berdasarkan perbedaan energi. Hukum konservasi energi menyatakan bahwa
energi total di dalam suatu sistem adalah tetap, walaupun energi tersebut
dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya.

Gambar 2.2 Sistem aliran fluida

22
Perhatikan gambar 2.2, dimana;

Energi total 1 = energi total 2 + kehilangan energi..............................(2.4)


Atau; Energi masuk sistem = energi keluar sistem
Jadi didapat persamaan yang disebut persamaan Bernouli :

(P1/w) + (V12/2g) + ( Z1) = (P2/w) + (V22/2g) + ( Z2) + Hl................(2.5)


Dimana :
(P/w) = energi statik /head statik
(V2/2g) = energi kecepatan /head kecepatan
Z = energi potensial /head potensial
Hl = energi kehilangan /head kehilangan

Setiap suku dalam persamaan diatas pada dasarnya adalah energi


spesifik dalam satuan ft. lb/lb atau ft. Karena ft adalah ukuran head
fluida, maka sukusuku tersebut dapat dinyatakan sebagai ‘presure head’
atau ‘head’ saja.

Sehingga persamaan (1) dapat ditulis menjadi :

Ht1 = Ht2 + Hl..................................................................................(2.6)

Dan Persamaan (2) menjadi :

Hs1 + Hv1 + Hz1 = Hs2 + Hv2 + Hz3 + Hl..........................................(2.7)

Dimana ;
Hs = head statik
Hv = head kecepatan
Hz = head potensial

23
II.10.2 Pengaliran Kebutuhan Udara Tambang
1) Head Los
Aliran udara terjadi karena adanya perbedaan tekanan yang
ditimbulkan antar dua titik dalam sistem. Energi yang diberikan untuk
mendapatkan aliran yang tunak (steady), digunakan untuk menimbulkan
perbedaan tekanan dan mengatasi kehilangan aliran (HL).
Head los dalam aliran udara fluida dibagi atas dua komponen, yaitu :
‘friction loss (Hf)’ dan ‘shock loss (Hx)’. Dengan demikian head loss
adalah:
HL = Hf + Hx..............................................................................................(2.8)

Friction loss menggambarkan head loss pada aliran yang linear


melalui saluran dengan luas penampang yang tetap. Sedangkan shock loss
adalah kehilangan head yang dihasilkan dari perubahan aliran atau luas
penampang dari saluran, juga dapat terjadi pada inlet atau titik keluaran
dari sistem, belokan atau percabangan, dan halangan-halangan yang
terdapat pada saluran.

2) Mine Head
Untuk menentukan jumlah aliran udara yang harus disediakan
untuk mengatasi kehilangan head (head losses) dan menghasilkan aliran
yang diinginkan, diperlukan penjumlahan dari semua kehilangan energi
aliran. Pada suatu sistem ventilasi tambang dengan satu mesin angin dan
satu saluran keluar, komulatif pemakaian energi disebut ‘mine head’, yaitu
perbedaan tekanan yang harus ditimbulkan untuk menyediakan sejumlah
tertentu udara ke dalam tambang.
a) Mine statik head (mine Hs)
Merupakan energi yang dipakai dalam sistem ventilasi untuk
mengatasi seluruh kehilangan head aliran. Hal ini sudah termasuk
semua kehilangan dalam head loss yang terjadi antara titik masuk dan
keluaran sistem.

24
b) Mine velocity head (mine Hv)
Dinyatakan sebagai velocity head pada titik keluaran sistem.
Velocity head akan berubah dengan adanya luas penampang dan
jumlah saluran dan hanya merupakan fungsi dari bobot iisi udara dan
kecepatan aliran udara. Jadi bukan merupakan suatu head loss
komulatif, namun untuk suatu sistem merupakan kehilangan, karena
energi kinetik dari udara dilepaskan ke atmosfer.
c) Mine total head (mine HT)
Merupakan jumlah keseluruhan kehilangan energi dalam sistem
ventilasi. Secara matematis, merupakan jumlah dari mine statik (Hs)
dan velocity head (Hv), yaitu :
Mine HT = mine Hs + mine Hv

II.11 Ventsim
Ventsim adalah software yang digunakan untuk memvisualisasikan
model dari sistem ventilasi tambang bawah tanah. Ventsim ini pertama kali
digunakan dalam kegiatan pertambangan pada tahun 1993 untuk membantu
proses penggambaran design, memperbaiki, dan mengoptimalkan sistem
jaringan ventilasi tambang bawah tanah. Setelah itu, pada tahun 2009
software Ventsim membuat perkembangan dengan meningkatkan beraneka
ragam grafis dan simulasi environment secara tiga dimensi (3D).
Pada saat ini, software Venstim menjadi market-leader dalam
perancangan dan simulasi sistem jaringan ventilasi tambang bawah tanah
karna beberapa fitur yang sangat membantu, diantaranya :
a) Pemodelan 3D, dengan rotasi halu, zoom dan pan.
b) Animasi aliran udara dan kipas (fans) secara real-time.
c) Simulasi aliran udara dan pemodelan kipas.
d) Penyebaran gas-gas kontamisai, sumber dan simulasi keadaan darurat.
e) Pemodelan termodinamika panas dan kelembapan.
f) Aliran udara yang dapat dikompresi dan kipas yang dapat mengatur
penyebarannya secara otomatis.
g) Pembersihan asap peledakan dan waktunya.
h) Menganalisa keuangan.

25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Metode Penelitian


Metode penelittian ini dilakukan secara langsung dari hasil
pengamatan di lapangan, pengukuran uji kualitas udara, dan pengukuran
kuantitas udara pada jaringan ventilasi di PT Cibaliung Sumberdaya.
Metode simulasi ventilasi dilakukan dengan menggunakan software
Ventsim untuk dibuat disainnya. Pengukuran kualitas, kuantitas, dan
simulasi harus sesuai standar berdasarkan Keputusan Menteri Pertambangan
dan Energi No.555.K/26/M.PE/1995 Pasal 369 Bagian Kedelapan tentang
ventilasi. .

III.2 Sumber Data


Pada saat melakukan penelitian di PT Cibaliung Sumberdaya, data
yang diperoleh adalah data primer dan data sekunder :
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung pada saat
melakukan penelitian di lapangan. Data primer yang dihasilkan, antara
lain :
a) Data kecepatan udara (m3/s).
b) Data tinggi tunnel (m2).
c) Data lebar tunnel (m2).
d) Data temperatur basah (oC).
e) Data temperatur kering (oC).
f) Data kelembapan udara (%).
g) Data gas-gas pengotor.

26
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data pelengkap atau data pendukung yang
dibutuhkan dalam penelitian. Data sekunder yang dihasilkan, antara lain :
a) Peta lokasi penelitian.
b) Peta jaringan ventilasi.
c) Jumlah alat dan pekerja.
d) Spesifikasi alat mesin.
e) Data jam pekerja.

III.3 Jadwal Penelitian


Tabel III.1 jadwal penyusunan skripsi/tesis.

Maret April Mei Juni


Jenis
No Kampus Lapangan
Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
Studi
1
Pustaka
Orientasi
2
Lapangan
Pengambilan
3
Data
Analisis
4
Data
Penyusunan
5
Laporan

III.4 Bagan Alir


Tujuan penelitian yang disusun dalam bentuk bagan alir penelitian
secara sistematis. Tujuan dibuatnya bagan alir, yaitu untuk memudahkan
pembaca agar dapat memahami proses penelitian. Pada gambar III.1
ditampilkan bagan alir dari awal hingga akhir dari proses penelitian ini.

27
Studi Literatur

Observasi Lapangan

Pengambilan Data

Data Primer
• Data kecepatan udara Data Sekunder
(m3/s). • Peta lokasi penelitian.
• Data tinggi tunnel (m2). • Peta jaringan ventilasi.
• Data lebar tunnel (m2). • Jumlah alat dan
• Data temperatur basah pekerja.
(oC). • Spesifikasi alat mesin.
• Data temperatur kering • Data jam pekerja.
(oC).
• Data kelembapan udara
(%).
• Data gas-gas pengotor.

Pengolahan Data Kondisi Udara

Evaluasi Jaringan Ventilasi

Kesimpulan dan Saran


28
DAFTAR PUSTAKA

Hartman, H.L. Mine Ventilation And Air Conditioning. 1961. University Park,
Pennysylvania.

Panigrahi, D.C. Mine Environment And Ventilation. 2000. Indian School Of


Mines.

Hartman, H.L. Mine Ventilation And Air Conditioning. 1982. The University Of
Alabama.

Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No.555.K/26/M.PE/1995.

McPherson, M.J. Subsurface Ventilation And Environmnetal Engineering. 1993.


The massey Professor Of Mining Engineering, Virginia Polytechnic
Institute And State University President, Mine Ventilatuon Services,
Incorporated USA.

Yulianti, Ririn. 2013. “Kajian jaringan Ventilasi Blok 2 Cikoneng di PT Cibaliung


Sumbedaya, Pandeglang, Banten”. Skripsi. FTKE. Teknik
Pertambangan, Universitas Trisakti.

Koibur, Oktavianus. 2015. “Permodelan Jaringan Ventilasi Menggunakan


Software Kazemaru Pada Tambang DOZ PT. Freeport Indonesia”.
Skripsi. Teknik Pertambangan, Universitas Cendrawasih, Jayapura.

Manuel, Eryson. 2017. “Evaluasi Sistem Ventilasi Untuk Lubang Pendidikan


Tambang Bawah Tanah Sawahluwung di PT Bukit Asam (Persero)
Tbk Unit Pertambangan Ombilin (UPO) Sawahlunto, Sumatera
Barat”. Skripsi. FTKE. Teknik Pertambangan, Universitas Trisakti.

29

Anda mungkin juga menyukai