Anda di halaman 1dari 117

ANALISIS PRODUKTIVITAS ALAT MUAT

DAN ALAT ANGKUT DENGAN METODA OVERALL


EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) DI PT. TANITO
HARUM, TENGGARONG, KALIMANTAN TIMUR

SKRIPSI

Oleh :

HENDRI SAPUTRA
NIM. 112150047

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK PERTAMBANGAN


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2020
ANALISIS PRODUKTIVITAS ALAT MUAT
DAN ALAT ANGKUT DENGAN METODA OVERALL
EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) DI PT. TANITO
HARUM, TENGGARONG, KALIMANTAN TIMUR

SKRIPSI
Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik dari
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta

Oleh :

HENDRI SAPUTRA
NIM. 112150047

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK PERTAMBANGAN


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2020

ii
ANALISIS PRODUKTIVITAS ALAT MUAT
DAN ALAT ANGKUT DENGAN METODA OVERALL
EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) DI PT. TANITO
HARUM, TENGGARONG, KALIMANTAN TIMUR

Oleh :
HENDRI SAPUTRA
NIM. 112150047

Disetujui untuk
Program Studi Sarjana Teknik Pertambangan
Jurusan Teknik Pertambangan
Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta
Tanggal : 24 April 2020

Pembimbing I

(Ir. Ketut Gunawan, MT.)

iii
HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahan kepada:

Kedua orang tua tercinta,


Terimakasih telah memberikan doa,motivasi dan dukungan

Keempat adikku tersayang,


Terimakasih telah memberikan semangat

iv
RINGKASAN

PT. Tanito Harum menetapkan target produksi overburden sebesar


300.000 BCM/bulan. Realisasi produksi pada bulan Maret 2019 yang dihasilkan
sebesar 220.100 BCM/bulan, sedangkan hasil perhitungan produksi tanpa metode
overall equipment effectiveness (OEE) adalah sebesar 200.691,1567 BCM/bulan
dan menggunakan metode overall equipment effectiveness (OEE) adalah sebesar
236.372,6263 BCM/bulan. Produksi pada saat dilakukannya penelitian belum
dapat memenuhi target produksi yang diinginkan. Hal ini berdampak pada
terlambatnya expose batubara yang dapat ditambang, dan mengakibatkan tidak
terpenuhinya ketersediaan batubara untuk dilakukan kegiatan pengapalan.
Penelitian mengamati satu front penambangan di Pit PDL Handak PT.
Tanito Harum dengan kombinasi 1 alat muat backhoe PC-800SE dan 3 alat
angkut HD 773E menghasilkan nilai MF sebesar 0,669, dengan efisiensi alat muat
sebesar 83,56% dan efisiensi alat angkut sebesar 85,58%. Metode perhitungan
produksi menggunakan metode overall equipment effectiveness (OEE).
Faktor-faktor penyebab belum tercapainya target produksi adalah
rendahnya efisiensi kerja alat muat dan angkut, serta kurangnya jumlah unit alat
angkut yang beroperasi. Upaya yang dapat dilakukan untuk mencapai target
produksi, yaitu meningkatkan waktu kerja efektif dengan menekan waktu
hambatan yang dapat dihindari, menggunakan nilai modus yang berada dibawah
nilai rata-rata. Pengoptimalan waktu kerja efektif, target produksi belum tercapai,
sehingga selain meningkatkan waktu kerja efektif, perlu dilakukan penambahan 1
alat angkut HD 773E. Perbaikan pada waktu kerja efektif dan penambahan alat
angkut menghasilkan nilai MF 1,058 dengan efisiensi alat muat sebesar 84,62%,
dan efisiensi alat angkut sebesar 85,96%.
Dari hasil rekomendasi penambahan 1 unit alat angkut produksi total alat
mekanis sebesar 368.391,1153 BCM/bulan. Sehingga dari rekomendasi perbaikan
tersebut, target produksi pengupasan overburden 300.000 BCM/bulan dapat
tercapai.

v
SUMMARY

PT. Tanito Harum sets overburden production target for 300.000


BCM/month. While in March 2019, the realization of production produced was
220.100 BCM/March.While the result of the calculation of production for
excavator without the overall equipment effectiveness method (OEE) is
203.570,1262 BCM/month and using the overall equipment effectiveness method
(OEE) is 243.631,6834 BCM/month, the production for hauling equipment
without the overall equipment effectiveness method (OEE) is 200.691,1567
BCM/month using the overall equipment effectiveness method (OEE) is
236.372,6263 BCM/month. The production at the time of the research still can
not reach the production target It is impact of the delay exposed coal, and result
of non availability of coal for shipping activities.
The research observed a mining fleet PDL Handak Pit of PT. Tanito
Harum with the combination of 1 PC-800SE backhoe and 3 HD 773E trucks
produces MF value of 0,669 with excavator efficiency of 83,56% and trucks
efficiency of 85,58%. The calculation method of production uses the overall
equipment effectiveness method (OEE).
The production can not reach the target because low of equipment working
efficiency and lack of trucks at the fleet. Some recommendations can be apply to
achieve the overburden production target. Increasing the effective working time
by pressing the avoidable obstacle times, using the time mode that below the time
average. Increasing the effective working time, The production target still can not
reach, so it is necessary to add 1 HD 773E truck. The improvement in effective
working time and the addition of the truck produces MF value of 1,058 with
excavator efficiency of 84,62% and trucks efficiency of 85,96%.
The result of Improvement recommendations, the total production of
mechanical equipment is 368.391,1153 BCM/month. So from the recomendations
for improvment, the overburden stripping production target of 300.000
BCM/month can be achieved.

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penyusunan Skripsi dengan judul, “Analisis
Produktivitas Alat Muat dan Alat Angkut dengan Metoda Overall Equipment
Effectiveness (OEE) Di PT. Tanito Harum, Tenggarong, Kalimantan Timur” ini
dapat diselesaikan.
Skripsi ini disusun sebaga salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana teknikdi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta
berdasarkan data dan informasi hasil penelitian di PT.aTanito Harum,
Tenggarong, Kalimantan Timur. Penelitian dilaksanakan pada 14 Maret 2019 – 30
April 2019.
Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Mohamad Irhas Effendi, M.S., Rektor UPN “Veteran” Yogyakarta
2. Dr. Ir. Sutarto Hartosuwarno, MT., Dekan Fakultas Teknologi Mineral,
UPN “Veteran” Yogyakarta
3. Dr. Edy Nursanto ST., MT., Ketua Jurusan Teknik Pertambangan dan
Dosen Pembahas I.
4. Ir. Wawong Dwi Ratminah, MT., Koordinator Program Studi Sarjana
Teknik Pertambangan.
5. Ir. Ketut Gunawan, MT., Dosen Pembimbing I
6. Dr. Drs. Nur Ali Amri, MT., Dosen Pembimbing II
7. Ir. Bambang Wisaksono, MT., Dosen Pembahas II.
8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pada
umumnya, khususnya pada ilmu pertambangan.

Yogyakarta, 8 April 2020 Penulis,

( Hendri Saputra)

vii
DAFTAR ISI

Halaman
RINGKASAN ................................................................................................. v
KATA PENGANTAR.................................................................................... vii
DAFTAR ISI................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... x
DAFTAR TABEL........................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. xii
BAB
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang............................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah......................................................................... 2
1.3. Tujuan Penalitian........................................................................... 2
1.4. Batasan Masalah............................................................................ 2
1.5. Metode Penelitian.......................................................................... 2
1.6. Manfaat Penelitian......................................................................... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Lokasi dan Kesampaian Daerah.................................................... 5
2.2. Keadaan Iklim dan Curah Hujan................................................... 6
2.3. Tinjauan Geologi........................................................................... 7
2.4. Genesa batubara............................................................................ 9
2.5. Kegiatan Penambangan................................................................. 11
III. DASAR TEORI
3.1. Pola Pemuatan............................................................................... 14
3.2. Geometri Jalan Angkut ................................................................ 16
3.3. Waktu Edar ................................................................................. 20
3.4. Produktivitas dan Produksi Alat Mekanis.................................... 21
3.5. Elemen – Elemen Produksi.......................................................... 23
3.6. Overall Equipment Effectiveness (OEE)...................................... 31

viii
IV. HASIL PENELITIAN
4.1. Tinjauan Lokasi Penambangan.................................................... 35
4.2. Faktor Pengembangan.................................................................. 36
4.3. Geometri Jalan Angkut................................................................. 36
4.4. Faktor Pengisian .......................................................................... 36
4.5. Pola Pemuatan.............................................................................. 37
4.6. Efisiensi Kerja.............................................................................. 38
4.7. Waktu Edar................................................................................... 38
4.8. Faktor keserasian Kerja................................................................. 39
4.9. Produksi Alat Muat dan Alat Angkut............................................ 40
V. PEMBAHASAN
5.1. Analisis Metode Perhitungan Produksi........................................ 41
5.2. Analisis Penyebab Tidak Tercapainya Target Produksi......... 42
5.3. Upaya Peningkatan Tercapainya Target Produksi Overburden. 44
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan................................................................................... 46
6.2. Saran............................................................................................. 48
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 49
LAMPIRAN..................................................................................................... 51

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
2.1. Peta Lokasi dan Kesampaian Daerah....................................................... 6
2.2. Stratigrafi Daerah Penambangan............................................................. 10
2.3. Deposit Batubara Bentuk Fold................................................................. 10
2.4. Kegiatan Pengupasan Overburden di PT. Tanito Harum.........................13
3.1. Pola Pemuatan Top Loading dan Bottom Loading............................... ...15
3.2. Pola Pemuatan Berdasarkan Jumlah Penempatan Alan Angkut.............. 15
3.3. Pola Pemuatan Berdasarkan Cara Manuvernya A. Frontal Cut
B. Paralel Cut with Drive By................................................................... 16
3.4. Lebar Jalan Angkut Dua Jalur..................................................................17
3.5. Lebar Jalan Angkut Untuk Dua Jalur Pada Tikungan...............................18
3.6. Kemiringan Jalan Angkut.........................................................................19
3.7. Grafik Keserasian Kerja Alat....................................................................31
4.1. Kondisi Front Saat Kegiatan Pemuatan................................................... 35
4.2. Pola Pemuatan Top Loading dan Single Spotting....................................37

x
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
3.1. Angka Superelevasi yang Direkomendasikan (m/m)
(Tannat dan Regensburg, 2001).............................................................. 20
3.2. Faktor Pengisian (Fill Factor).............................................................. 25
3.3 Parameter Pengukuran Efisiensi Kerja................................................. 28
4.1. Efisiensi Kerja Alat Muat dan Alat Angkut............................................. 38
4.2. Waktu Edar (Cycle Time) Alat Muat dan Alat Angkut............................39
4.3. Perhitungan Tanpa Metode Overall Equipment Effectiveness (OEE).. 40
4.4. Perhitungan Metode Overall Equipment Effectiveness (OEE)……….. 40
5.1. Perubahan Match Factor......................................................................... 45
5.5. Perubahan Perhitungan Produksi dengan Metode OEE...........................45

xi
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN Halaman
A. DATA CURAH HUJAN........................................................................ 51
B. JUMLAH HARI KERJA........................................................................ 54
C. PERHITUNGAN FAKTOR PENGEMBANGAN................................ 55
D. SPESIFIKASI ALAT MUAT................................................................ 56
E. SPESIFIKASI ALAT ANGKUT........................................................... 58
F. FAKTOR PENGISIAN MANGKUK ............................................…... 60
G. GEOMETRI DAN PETA JALAN ANGKUT....................................... 62
H. DATA WAKTU HAMBATAN PADA ALAT MUAT..................... 64
I. DATA WAKTU HAMBATAN PADA ALAT ANGKUT.................... 69
J. PERHITUNGAN WAKTU KERJA DAN EFISIENSI KERJA............ 73
K. CYCLE TIME ALAT MUAT ....................................................……… 75
L. CYCLE TIME ALAT ANGKUT............................................................ 77
M. PERHITUNGAN MATCH FACTOR DAN WAKTU TUNGGU ALAT
SEBELUM PERBAIKAN CYCLE TIME.............................................. 79
N. PERHITUNGAN PRRODUKSI ALAT MUAT TANPA METODE
OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE)……..................... 81
O. PERHITUNGAN PRRODUKSI ALAT ANGKUT TANPA
METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE)……... 82
P. PERHITUNGAN METODE OVERALL EQUIPMENT
EFECTIVENESS (OEE) PADA ALAT MUAT………………………. 84
Q. PERHITUNGAN METODE OVERALL EQUIPMENT
EFECTIVENESS (OEE) PADA ALAT ANGKUT…………………... 87
R. PERBAIKAN CYCLE TIME ALAT MUAT ……………………….... 90
S. PERBAIKAN CYCLE TIME ALAT ANGKUT…………………….... 91
T. PERHITUNGAN MATCH FACTOR DAN WAKTU KERJA
EFEKTIF SETELAH PENAMBAHAN ALAT ……………………… 93

xii
U. PERHITUNGAN METODE OVERALL EQUIPMENT
EFFECTIVENESS (OEE) PADA ALAT MUAT SETELAH
PENAMBAHAN ALAT.......………………....................................... 96
V. PERHITUNGAN METODE OVERALL EQUIPMENT
EFFECTIVENESS (OEE) PADA ALAT ANGKUT SETELAH
PENAMBAHAN ALAT ………………………………..................... 99
W. PETA JALAN ANGKUT..................................................................... 102

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


PT. Tanito Harum merupakan perusahaan Penanaman Modal Dalam
Negeri (PMDN) yang bergerak dalam bidang usaha pertambangan batubara. Sejak
berproduksi di Kabupaten Kutai Kartanegara pada 1989 PT. Tanito Harum
merupakan salah satu Kontraktor Kontrak Karya dengan Kode Wilayah PKP2B
adalah KW 96P00311 dengan luas wilayah 35.757,348 Hektar.
PT. Tanito Harum memiliki 4 pit yang masih beroperasi yaitu Pit Pondok
Labu (PDL) handak, Pit Sukodadi (SKD), Pit 23, Pit Sb 10. Penelitian dilakukan
di Pit PDL Handak yang menggunakan sistem tambang terbuka dengan metode
penambangan stripe mine, karena kedudukan endapan batubara yang relatif datar.
Pit PDL Handak memiliki 3 front penambangan dan penelitian ini hanya meneliti
untuk 1 front penambangan.
Pengupasan lapisan penutup (overburden) merupakan kegiatan
pembongkaran/penggalian, pemuatan dan pengangkutan suatu lapisan tanah atau
batuan yang berada di atas seam batubara. Target pengupasan lapisan penutup
yang ditetapkan oleh perusahaan adalah sebesar 300.000 BCM/bulan untuk setiap
front penambangan dan produksi nyata yang tercapai sebesar 220.100BCM/bulan.
Hasil perhitungan produksi untuk alat gali-muat tanpa metode overall equipment
effectiveness (OEE) adalah sebesar 203.570,1262 BCM/bulan dan menggunakan
metode overall equipment effectiveness (OEE) adalah sebesar 243.631,6834
BCM/bulan. Produksi untuk alat angkut tanpa metode overall equipment
effectiveness (OEE) adalah sebesar 200.691,1567BCM/bulan dan menggunakan
metode overall equipment effectiveness (OEE) adalah sebesar 236.372,6263
BCM/bulan. Besar produksi pengupasan lapisan penutup ketika penelitian ini
dilakukan masih belum mencapai target yang di tentukan oleh perusahaan

1
sehingga dapat menghambat produksi pengambilan batubara, perlu dilakukannya
analisis produktivitas alat muat dan alat angkut. Hal tersebut dilakukan agar
memenuhi target produksi pengupasan lapisan penutup (overburden) yang telah
ditetapkan.
1.2. Rumusan Masalah
Belum tercapainya target produksi pengupasan lapisan penutup yang
ditetapkan perusahaan yaitu sebesar 300.000 BCM/bulan. Hal ini berdampak pada
terlambatnya expose batubara yang akan ditambang. Sehingga tidak terpenuhinya
ketersediaan batubara untuk dilakukan kegiatan penjualan. Oleh karena itu perlu
dilakukan analisis teknis produktivitas alat muat dan alat angkut, sehingga target
produksi yang ditentukan oleh perusahaan dapat tercapai.
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Menganalisis kemampuan produksi alat muat dan alat angkut dengan metode
OEE.
2. Melakukan upaya peningkatan produksi alat muat dan alat angkut.
3. Menentukan jumlah alat muat angkut yang sesuai sehingga tercapainya target
produksi.
1.4. Batasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada pembahasan masalah sebagai berikut :
1. Penelitian tentang analisis produksi alat muat dan alat angkut yang digunakan
proses pemuatan dan pengangkutan di salah satu front penambangan di Pit
PDL Handak PT. Tanito Harum.
2. Penelitian tidak melibatkan faktor biaya atau aspek ekonomis.
3. Penelitian dilakukan pada lingkup teknis.
4. Upaya peningkatan produksi overburden, dilakukan dengan perbaikan
waktu kerja efektif dan penambahan jumlah alat.
1.5. Metode penelitian
Penelitian dilakukan dengan melakukan studi pustaka serta observasi
dilapangan secara langsung, kemudian melakukan analisis dari keduanya
untukmendapat penyelesaian yang baik. Adapun rangkaian metode dan tahapan
penelitian adalah sebagai berikut :

2
1. Studi Literatur
Studi literatur dilakukan dengan mencari bahan-bahan pustaka yang
menunjang, baik yang bersifat sebagai dasar penelitian maupun yang bersifat
sebagai pendukung dan referensi yang berkaitan dengan kajian teknis peralatan
yang digunakan pada pembongkaran lapisan penutup. Bahan-bahan pustaka
diperoleh dari:
- Textbook
- Jurnal
- Media elektronik
- Karya-karya ilmiah
2. Pengamatan Lapangan
Dalam penelitian di lapangan dilakukan beberapa tahap kegiatan :
a. Melakukan pengamatan terhadap kegiatan yang berkaitan dengan rumusan
masalah yang ada.
b. Menentukan lokasi tempat pengamatan pada daerah–daerah tertentu yang bisa
mewakili keseluruhan permasalahan agar data-data penelitian yang didapat
bisa digunakan secara optimal.
c. Menyesuaikan dengan perumusan masalah, yang bertujuan agar penelitian
yang dilakukan tidak meluas, dan data yang diambil dapat digunakan secara
efektif.
3. Pengambilan Data
a. Data Primer
- Kondisi front penambangan,
- Geometri jalan angkut
- Waktu edar alat muat
- Waktu edar alat angkut
- Pola penggalian dan pola pemuatan
b. Data Sekunder
- Data curah hujan
- Data kondisi geologi
- Jam kerja
- Spesifikasi alat
- Swell factor

3
- Catatan dan laporan-laporan yang ada di perusahaan
4. Pengolahan Data
a. Data mengenai jam kerja alat, jam kerja yang ditentukan, jam kerja nyata dari
masing-masing alat diolah secara sistematis untuk mengetahui waktu kerja
efektif.
b. Data mengenai waktu edar, efisiensi kerja alat, teknis alat, dan data spesifikasi
alat yang kemudian diolah secara sistematisuntuk mengetahui produksi dari
masing-masing alat secara teoritis maupun secara nyata tanpa menggunakan
metode overall equipment effectiveness (OEE).
c. Perhitungan untuk mencari nilai faktor dari Availability Factor (A), Utilization
Factor (U), Speed Factor (S), Bucket/Vessel Fill Factor (B) guna untuk
menghitung nilai OEE dari alat muat dan alat angkut sehingga didapat
produksi output dari alat muat dan angkut menggunakan metode overall
equipment effectiveness (OEE).
5. Analisa Data
Hasil pengolahan data digunakan untuk mengetahui kemampuan produksi alat
muat dan angkut. Kemudian menganalisa faktor-faktor yang menyebabkan
produksi dari alat muat dan alat angkut tidak tercapai. Setelah mengetahui faktor
penyebabnya, maka dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan produksi dari
alat muat dan alat angkut sebagai alternatif perbaikan untuk pihak perusahaan.
Dengan mengetahuinya kemampuan alat muat dan alat angkut serta faktor- faktor
penghambat sehingga produksi tidak tercapai, maka diharapkan hasil produksi
dapat ditingkatkan dan dapat melakukan koreksi maupun perbaikan dari faktor-
faktor penghambat tersebut.
1.6. Manfaat Penelitian
Hasil yang diharapkan dengan adanya penelitian ini adalah agar dapat
memberikan masukan kepada perusahaan terkait alat muat dan alat angkut dalam
memenuhi target produksi pengupasan lapisan penutup (overburden) di PT.
Tanito Harum. Penelitian ini jugadiharapkan dapat memberikan wawasan dan
juga pandangan kepada pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya.

4
BAB II
TINJAUAN UMUM

2.1. Lokasi dan Kesampaian Daerah


PT. Tanito Harum terletak ± 10 km sebelah utara kota Tenggarong,
tepatnya di desa Loa Tebu, kecamatan Tenggarong, kabupaten Kutai Kartanegara,
provinsi Kalimantan Timur. Area penambangan terletak di daerah Pondok Labu,
Busang Tengah (Kecamatan Tenggarong), dan di daerah Sebulu (Kecamatan
Sebulu), Kabupaten Kutai Kartanegara, Propinsi Kalimantan Timur. Dengan batas
wilayah 0° 11’ 37” - 0° 26’ 59,3” LS dan 116° 39’ 40” - 117° 2’ 43,8” BT
(gambar 2.1).
Kuasa Pertambangan PT. Tanito Harum pada bagian Utara berbataan
dengan SP-4 Separi, dibagian Selatan berbatasan dengan Kuasa Pertambangan PT.
Multi Harapan Utama yang berada di daerah Busang tengah Kelurahan Loa Ipuh
Darat, Sebelah Timur yaitu di daerah Sugihan yang berbatasan dengan Kuasa
Pertambangan PT. Mahakam Sumber Jaya dan sebelah barat yaitu di daerah
Ketapang yang berbatasan dengan KP. PT Kartika Selabumi Mining.
Untuk mencapai lokasi penelitian dapat ditempuh melalui alur sungai
Mahakam ke arah hulu ± 38 km dari Kota Samarinda atau dengan jalan darat
menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat, dengan kondisi jalan baik
melalui beberapa jalan alternatif, yaitu :
1. Jalan darat Samarinda – Tenggarong melalui rute Air Putih Tenggarong
Seberang dan dapat ditempuh dengan jarak kurang lebih 36 km.
2. Jalan darat Samarinda – Tenggarong melalui rute Loa Janan dapat
ditempuh dengan jarak kurang lebih 54 km.
3. Jalan darat Tenggarong – Tempat panambangan membutuhkan waktu
kurang lebih 45 menit.

5
Gambar 2.1.
Peta Lokasi dan Kesampaian Daerah Penelitian

2.2. Keadaan Iklim dan Curah Hujan


Daerah penambangan mempunyai iklim tropis basah dengan temperature
udara berkisar antara 23º - 33º C, dan memiliki 2 musim, yaitu musim hujan yang
terjadi pada bulan Oktober- April dan musim kemarau yang terjadi antara bulan
April-Okrober. Tetapi akibat dari pemanasan global yang terjadi saat ini maka
pembagian musim tersebut tidak tepat dan cenderung bergeser, akibatnya musim
hujan terjadi sepanjang tahun. Kelembapan udara rata-rata bulanan maksimum 94
% dan minimum 56 %. Lamanya penyinaran surya berkisar antara 2,9 – 6,0 jam
perhari dan kecepatan angin berkisar dari 0,5 km/jam – 1,2 km/jam.
Curah hujan rata-rata166,36 mm/bulan, dengan curah hujan maksimal
379,0 mm terjadi pada bulan Juni 2015 dan curah hujan minimal 0 mm terjadi
pada bulanSeptember 2015. Hari hujan rata-rata adalah 11,9 hari/bulandengan
angka hari hujan tertinggi rata-rata 23 hari terjadi pada bulan Desember 2016 dan
bulan April 2018. (Lampiran A).

6
3.3. Tinjauan Geologi
Wilayah Penambangan PT. Tanito Harum berada pada wilayah Kutai
Kartanegara, Kalimantan Timur. Kondisi geologi di wilayah tersebut meliputi :

2.3.1. Fisiografi
Fisiografi daerah ini umumnya terdiri dari perbukitan bergelombang
rendah sampai dataran. Puncak-puncaknya antara lain berkisar 50-70 m seperti di
daerah Central Busang, Pondok Labu, Belora, dan Sukodadi. Bentuk Fisiografi
yang berkembang di daerah kuasa pertambangan antara lain melalui proses
pelapukan, erosi, transportasi dan sedimentasi.
Fisiografi daerah penelitian dapat dikelompokan menjadi dua satuan
fisiografi, yaitu :
a. Satuan dataran rendah
Dataran ini hampir tidak berelief, sebagaian besar terdiri dari rawa-rawa.
Vegetasinya terdiri dari rumput rawa yang tumbuh lebat pada saat musim hujan
karena rawa tersebut penuh dengan air. Pada musim kemarau rawa tersebut
menjadi kering, sehingga saat kemarau tiba rumput-rumput rawa tersebut dibakar
oleh penduduk setempat untuk dijadikan sebagai lahan pertanian.
b. Satuan bukit bergelombang
Daerah ini terletak memanjang searah dengan perlapisan batubara pada
umumnya. Vegetasi pada umumnya adalah perdu, semak-semak serta tanaman
kecil. Kondisi perbukitan relatif tidak ada tanaman yang besar karena disamping
habis ditebang oleh perusahaan kayu juga terjadinya kebakaran hutan yang sangat
hebat pada tahun 1981 yang mengakibatkan jutaan hektar hutan terbakar musnah.
2.3.2. Stratigrafi
Keadaan stratigrafi daerah penambangan PT. Tanito Harum secara umum
terletak pada Cekungan Kutai. Cekungan kutai meliputi daerah sekitar kurang
lebih 160.000 km², dibatasi oleh daerah tinggi atau dataran tinggi Mangkalihat ke
utara, dataran tinggi Kucing barat, dataran tinggi Meratus selatan, dan
membentang ke timur menuju ke daerah Selat Makasar.
Secara keseluruhan system sedimentasi yang berlangsung pada cekungan
ini melalui daur/siklus transgresi dan regresi. Urutan stratigrafi Cekungan Kutai
dari lapisan tua ke lapisan muda adalah sebagai berikut (Gambara 2.2) :

7
1) Formasi Pamaluan
Terdiri dari batupasir kuarsa sebagai batuan utama, butir halus sedang dengan
sisipan batulempung, serpih, batugamping, dan batulanau. Batulempung berwarna
kecoklatan kelabu tua dan padat. Batugamping berwarna kelabu. Batulanau
berwana kelabu tua-kehitaman. Umur formasi ini adalah Oligosen Atas sampai
dengan Miosen Bawah. Ketebalan formasi ± 3000 m dan merupakan formasi
paling bawah.
2) Formasi Bebuluh
Terdiri dari batugamping terumbu dengan sisipan batugamping pasiran dan
serpih. Serpih berwarna kelabu kecoklatan berselingan dengan batupasir halus
kelabu tua hingga kehitaman. Formasi ini menunjukan berumur Miosen Awal –
Miosen Tengah. Lingkungan pengendapan laut dangkal dengan ketebalan sekitar
2000 meter.
3) Formasi Pulaubalang
Perselingan antara batupasir kuarsa, batupasir, dan batulempung dengan
sisipan batubara. Tebal formasi ± 900 meter, berumur Miosen Tengah dengan
lingkungan pengendapan laut dangkal. Endapan batubara pada formasi ini
dijumpai di daerah telitian.
4) Formasi Balikpapan
Perselingan batupasir dan lempung dengan sisipan lanau, serpih, batugamping
dan batubara. Batupasir kuarsa bercirikan warna putih kekuningan, tebal lapisan
1- 3 m, disisipi lapisan batubara dengan tebal 5-10 cm. Batupasir gampingan
bercirikan warna coklat, tebal lapisan 20 – 40 cm, mengandung foraminifera kecil,
disisipi lapisan tipis karbon. Lempung bercirikan warna kelabu kehitaman. Lanau
gampingan memiliki ciri berlapis tipis. Serpih berwarna kecoklatan dan berlapis
tipis. Tebal formasi ± 800 meter, berumur Miosen Tengah Atas dan diendapkan
dalam lingkungan laut dangkal. Formasi ini menindih selaras diatas formasi
palaubalang.
5) Formasi Kampung Baru
Batupasir kuarsa dengan sisipan lempung, serpih, lanau, dan lignit yang lunak
dan mudah hancur. Batupasir kuarsa berwarna putih, setempat mengandung
lapisan tipis oksida besi, tuff dan sisipan batupasir konglomeratan. Lempung

8
berwarna kelabu kehitaman mengandung sisa tumbuhan, lapisan batubara, koral.
Lanau berwarna kelabu tua, menyerpih, memiliki ketebalan 1- 2 m. Diduga
berumur Miosen Akhir Pliosen, lingkungan pengendapan delta laut dangkal, tebal
± 500 m. Formasi ini terletak secara selaras terhadap Formasi Balikpapan.
6) Endapan Alluvial
Merupakan formasi yang lebih banyak didominasi oleh endapan pasir,
lempung, kerakal dan kerikil.
Cadangan batubara didaerah tambang PT. Tanito Harum termasuk dalam
Formasi Balikpapan dan Formasi Palaubalang.
2.3.3. Struktur Geologi
Struktur geologi yang terdapat didaerah kuasa pertambangan PT. Tanito
Harum adalah sinklin. Struktur sinklin ini merupakan salah satu dari kelompok
perlipatan di daerah eksplorasi secara regional. Lipatan ini lebih di kenal dengan
Sinklin Busang. Sayap – sayap lipatan ini mempunyai kemiringan yang relatif
landai, berkisar antara 5º sampai 30º, sedangkan untuk Sinklin Busang 2º sampai
15º.
2.4. Genesa Batubara
Batubara merupakan bahan galian fosil padat yang sebagaian besar terdiri
atas unsurcarbon. Batubara terbentuk dengan cara yang sangat komplek dan
memerlukan waktu yang lama (puluhan sampai ratusan juta tahun) di bawah
pengaruh fisika, kimia ataupun keadaan geologi. Batubara mempunyai sifat
heterogen, karena terdiri dari maceral maupun mineral pengotor yang terbentuk
dalam suatu rawa – rawa. Secara umum batubara berasal dari proses
penghancuran pohon – pohon oleh bakteri anaerob hingga menjadi massa yang
berbentuk seperti agar – agar pada kondisi rawa – rawa yang dinamakan peat atau
gambut. Gambut merupakan bakal calon pembentuk batubara. Karena panas dan
tekanan (proses pembatubaraan) akan membentuk batubara lignit, sub-bituminous,
bituminous, dan antrasit. Pada pembentukannya terkadang diselingi adanya
pengendapan darat maupun laut, sehingga batubara yang terbentuk biasanya
mempunyai lapisan yang berselang-seling antara batubara dan sisipannya.
Dari hasil penyelidikan di daerah penelitian menunjukan bahwa bentuk
deposit batubara umumnya berbentuk fold (Gambar 2.3.). Bentuk ini terjadi

9
apabila di daerah dimana deposit batubara mengalami perlapisan. Makin intensif
gaya yang bekerja pembentuk lipatan akan semakin kompleks perlipatan yang
terjadi.

Sumber :Supriatna . 1987


Gambar 2.2.
Stratigrafi Daerah Penambangan

Sumber :Supriatna . 1987


Gambar 2.3.
Deposit Batubara Bentuk Fold

10
2.5. Kegiatan Penambangan
Penambangan batubara di PT. Tanito Harum dilakukan dengan
menggunakan metode tambang terbuka dan pengupasan lapisan material
penutupnya dikombinasikan dengan metode back filing yaitu, Tanah penutup
ditimbun kembali ketempat batubara yang telah di gali. Hal ini dilakukan untuk
menghemat tempat penimbunan lapisan tanah penutup (disposal) dan untuk
memperpendek jarak angkut. Kegiatan operasi penambangan batubara di
PT.Tanito Harum sendiri diserahkan kepada 4 (empat) kontaktor yaitu : PT.
Ricobama Abadi (RBA), PT. Rental Perdana Putra (RPP), PT. Bara Pramata
Mining (BPM), dan PT. Harita Panca Utama (HPU)
Tahapan – tahapan dalam kegiatan penambangan batubara yang dilakukan
oleh PT. Tanito Harum adalah sebagai berikut :
2.5.1. Pengupasan dan Pemuatan Lapisan Tanah Penutup
Setelah kegiatan pembukaan dan pembersihan lahan selesai dilakukan
maka akan dilanjutkan dengan kegiatan pengupasan lapisan penutup. Kegiatan ini
dibagi menjadi dua yaitu pengupasan lapisan tanah pucuk (top soil) yang terdiri
dari unsur hara dan pengupasan lapisan over burden. Lokasi penimbunan dua
jenis lapisan penutup ini tidak boleh pada suatu tempat yang sama. Penimbunan
top soil harus pada tempat khusus yang sudah disediakan. Hal ini bertujuan untuk
memudahkan pengambilan kembali top soil tersebut untuk kegiatan reklamasi
lahan bekas penambangan.
Material tanah penutup di lokasi penambangan PT. Tanito Harum terdiri
dari beberapa lapisan. Berdasarkan kondisi lapangan lapisan material tanah
penutup didominasi oleh top soil, claystone, siltstone, dan sandstone.Dalam
kegiatan pengupasan tanah penutup ini perlu diketahui jenis materialnya. Bila
material tanah penutup relatif keras perlu diadakan pembongkaran dengan
pemboran dan peledakan sebelum penggalian dengan alat berat. Tetapi bila
material tanah penutup ini merupakan lapisan yang relative lunak maka material
tersebut langsung dimuat dengan menggunakan alat muat back hoe. Alat muat
yang digunakan oleh PT. HPU adalah back hoe Komatsu PC 800 SE Sedangkan
untuk proses pengangkutan menuju ke lokasi penimbunan lapisan tanah penutup
(disposal), alat angkut yang digunakan adalah dump truckHD 773E. Pada lokasi

11
penimbunan di tempatkan bulldozer yang berguna untuk meratakan timbunan
yang ada dengan cara mendorong material yang ditumpahkan oleh alat angkut.
2.5.2. Penggalian dan Pengangkutan Batubara
Proses penggalian batubara dengan ketebalan antara 0,8 – 3 meter
dilakukan setelah tahap pengupasan tanah penutup selesai dikerjakan dan batubara
sudah dalam keadaan terbuka (exposed coal). Sedangkan arah penggaliannya
mengikuti arah kemajuan pengupasan material tanah penutup tersebut.
Sebelum proses pengambilan batubara, terlebih dahulu dilakukan
pembersihan dengan menggunakan excavator yang bucket-nya telah diberi plat
sehingga memudahkan untuk menghilangkan overburden yang masih
tertinggaldiatas lapisan batubara. Setelah itu penggalian batubara baru dilakukan
dengan menggunakan alat gali Komatsu PC 800 SE.
Pengangkutan batubara dari pit menuju ke tempat penimbunan sementara
(stock pile) yang terletak di dekat lokasi unit pengolahan yaitu berjarak kurang
lebih 27 km kearah Loa Tebu I dan 22 km kearah Loa Tebu II dengan
menggunakan alat angkut berupa truck jangkit dengan kapasitas 20 – 30 ton.

12
PEMUATAN PELEDAKAN

PENGANGKUTAN PENIMBUNAN

Gambar 2.4
Kegiatan Pengupasan Overburden di PT. Tanito Harum

13
BAB III
DASAR TEORI

3.1. Pola Pemuatan


Untuk memperoleh hasil yang sesuai dengan target produksi maka pola
pemuatan merupakan faktor yang memengaruhi waktu edar alat angkut dan alat
muat. Alat muat melakukan penggalian dan apabila mangkuk (bucket) terisi
penuh maka material siap ditumpahkan. Setelah alat angkut (dump truck) terisi
penuh maka harus segera keluar dan digantikan dengan alat angkut (dump
truck) yang lainnya. Pola pemuatan dapat diklasifikasikan menurut beberapa
jenis sudut pandang (Hustrulid dan Kutcha, 2013; Nichols dan Day, 2005),
yaitu sebagai berikut:
a. Berdasarkan kedudukan alat muat terhadap alat angkut.
Pola pemuatan oleh alat secara umum ditentukan oleh posisi kedudukannya.
Perbedaan posisi dari alat tersebut dapat dibedakan berdasarkan perbedaan
ketinggian level kerja. Posisi tersebut memungkinkan untuk bekerja pada level
yang sama ataupun berbeda, perbedaan tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Cara pemuatan terbagi menjadi dua, yaitu:
1) Top Loading
Top loading merupakan posisi pemuatan yang mana kedudukan alat
muatberada pada posisi yang lebih tinggi dari pada bak dump truck (alat muat
berada di bagian atas jenjang). Posisi ini memiliki kelebihan pada kondisi jenjang
yang rendah dan waktu pemuatan akan memakan waktu yang lebih sedikit
dibandingkan posisi bottom loading.
2) Bottom loading
Bottom loading merupakan posisi pemuatanyang mana kedudukan alat muat
akan berada pada level yang sama dengan level alat angkut. Posisi ini memiliki
kelebihan pada kondisi jenjang yang memiliki ketinggian cukup tinggi sehingga

14
memiliki kemudahan untuk memilih material dan dapat menjangkau alat angkut
lebih baik untuk melakukan pemuatan.

Gambar 3.1
Pola Pemuatan Top Loading dan Bottom Loading
(Nichols dan Day, 2005)

b. Berdasarkan jumlah dan penempatan alat muat terhadap alat angkut

1) Single – Side Loading


Pada pola pemuatan ini, dump truck hanya mengambil posisi pada
salah satusisi dari alat muat
2) Double – Side Loading
Pada pola ini, dump truck dapat mengambil posisi pemuatan dari
dua sisi alat muat. Pada waktu salah satu dump truck sedang diisi
muatan, dump truck yang lainnya telah siap memposisikan diri untuk
dimuati (Gambar 3.2).

Gambar 3.2
Pola Pemuatan Berdasarkan Jumlah Penempatan Alat Angkut
(Caterpillar, 2015)

15
c. Berdasarkan manuver posisi alat muat terhadapmuka jenjang Pola
pemuatannya dibedakan menjadi :
1) Frontal Cut
Pola ini menunjukan posisi alat muat yang berhadapan langsung
dengan muka jenjang. Penggalian dilakukan ke arah depan dan samping
dari posisi alat muat. Pada kondisi ini dapat digunakan double side
loading dalam penempatan posisi dump truck. Pemuatan pada dump
truck didahului pada salah satu sisi dandilanjutkan pada sisi lainnya.
2) Parallel cut with drive-by
Pemuatan dilakukan secara sejajar dengan muka jenjang. Pada
metode inidiperlukan akses alat angkut dari dua arah. Pada metode ini
sudut putar rata – rata lebih besar dibandingkan frontal cut, tetapi alat
angkut tidak perlu memosisikan diri terhadap alat muat, sehingga
pemosisian alat dapat lebih mudah (Gambar 3.3).

Gambar 3.3
Pola Pemuatan Berdasarkan Cara Manuvernya
A. Frontal Cut B. Paralel Cut with Drive By (Hustrulid dan Kuchta, 2013)

3.2. Geometri Jalan Angkut


Fungsi utama jalan angkut dalam usaha pertambangan adalah untuk
menunjang kelancaran operasi tambang, terutama kegiatan pengangkutan.
Dalamrangka penggunaan jalan angkut, ada beberapa geometri yang perlu
diperhatikan dan dipenuhi agar tidak menimbulkan gangguan dan hambatan yang
dapat menghambat kegiatan pengangkutan.

16
a. Lebar jalan Angkut pada Jalan Lurus
Lebar jalan angkut minimum yang dipakai untuk jalur ganda atau lebih
(Gambar 3.4) adalah:

Gambar 3.4
Lebar Jalan Angkut Dua Jalur (Kaufman dan Ault, 1977)

L = n.Wt + ( n + 1 ) ( 1/2.Wt ) ....................................................... (3.1)


Keterangan:
L = Lebar jalan angkut minimum, (m)
n = Jumlah jalur
Wt = Lebar alat angkut, (m)

b. Lebar Jalan Angkut pada Tikungan


Lebar jalan angkut pada tikungan selalu lebih besar daripada jalan angkut
pada jalan lurus. Rumus yang digunakan untuk menghitung lebar jalan angkut
minimum pada tikungan (Gambar 3.5) adalah:

W = n ( U + Fa + Fb + Z ) + C ....................................................... (3.2)
C =Z = ½ ( U + Fa + Fb) .............................................................. (3.3)
Keterangan :
W = Lebar jalan angkut pada tikungan, (m)
n = Jumlah jalur
U = Jarak jejak roda kendaraan (m)

17
Fa = Lebar juntai depan (m), ( jarak as depan dengan bagian depan x sinus
sudut penyimpangan roda )
Fb = Lebar juntai belakang (m), ( jarak as belakang dengan bagian belakang x
sinus sudut penyimpangan roda )
C = Jarak antara dua dump truck yang akan bersimpangan, (m)
Z = Jarak sisi luar dump truck ke tepi jalan, (m)

Gambar 3.5
Lebar Jalan Angkut Untuk Dua Jalur Pada Tikungan
(Kaufman dan Ault, 1977)

c. Kemiringan Jalan
Kemiringan atau grade jalan angkut merupakan salah satufaktor penting
yang harus diamati secara detil dalam suatu kajian terhadap kondisi jalan tambang
karena akan mempengaruhi kinerja alat angkut yang melaluinya. Kemiringan
jalan angkut (Gambar 3.6) biasanya dinyatakan dalam persen (%). Kemiringan
1% berarti jalan tersebut naik atau turun 1 meter pada jarak mendatar sejauh 100
meter. Kemiringan (grade) dapat dihitung menggunakan rumus :

Grade (G) = h .................................................... (3.4)


(100%)
x
Keterangan :
h = Beda tinggi antara dua titik yang diukur (m)
x = Jarak datar antara dua titik yang diukur (m)

18
Gambar 3.6
Kemiringan Jalan Angkut (Sulistyana, 2017)

d. Superelevasi
Superelevasi merupakan kemiringan jalan pada tikungan yang
terbentukoleh batas antara tepi jalan terluar dengan tepi jalan terdalam karena
perbedaan ketinggian. Tujuan dibuat super elevasi pada daerah tikungan jalan
angkut yaitu untuk menghindari atau mencegah kendaraan tergelincir keluar jalan
atau terguling. Selain itu, agar kendaraan dapat mempertahankan kecepatan saat
melewati tikungan. Secara matematis kemiringan tikungan jalan angkut
merupakan perbandingan antara tinggi jalan dengan lebar jalan. Persamaan yang
digunakan untuk menghitung superelevasi yaitu

𝑉2
e = − 𝑓 ............................................................................(3.5)
𝑔 ×𝑅

Keterangan :
e = tan θ = superelevasi
v = kecepatan kendaraan (m/detik)
R = radius/ jari-jari tikungan (m)
g = gravitasi bumi (9,8 m/det2)
f = koefisien gesekan

Besarnya Nilai koefisien gesekan pada jalan tambang sangat kecil


sehingga nilainya dapat di abaikan. Untuk penentuan nilai superelevasi selain
dengan menggunakan rumus, juga dapat dilakukan dengan menggunakan tabel,
seperti ditunjukan pada Tabel 3.1.

19
Tabel 3.1
Angka Superelevasi yang Direkomendasikan (m/m)
(Tannat dan Regensburg, 2001)
Jari-jari Kecepatan (km/jam)
Tikungan
24 32 40 48 >56
(m)
15 4%
30 4% 4%
45 4% 4% 5%
75 4% 4% 4% 6%
90 4% 4% 4% 4% 6%
180 4% 4% 4% 4% 4%
300 4% 4% 4% 4% 4%

3.3. Waktu Edar


Setiap alat berat yang bekerja mempunyai kemampuan memindah material
disetiap siklus. Siklus kerja adalah proses gerakan suatu alat dari gerakan mulanya
sampai kembali lagi pada gerakan mula tersebut. Adapun waktu yang diperlukan
untuk melakukan satu siklus kegiatan kerja dari alat mekanis disebut dengan
waktu edar (cycle time).

3.3.1. Waktu Edar Alat Muat


Waktu edar alat muat adalah waktu satu siklus pemuatan yang diawali dari
kegiatan menggali material sampai menumpahkan material ke dalam alat angkut
dan kembali ke kondisi awal dengan mangkuk alat muat kosong. Rumus untuk
menghitung waktu edar (Hustrulid dan Kuchta, 2013) adalah sebagai berikut:

Ctm=Tm1+Tm2+Tm3+Tm4…………………………............…………….. (3.6)

Keterangan :
Ctm : Total waktu edar siklus pemuatan, (detik)
Tm1: Waktu untuk menggali material, (detik)
Tm2: Waktu ayun bermuatan, (detik)
Tm3: Waktu untuk menumpahkan material, (detik)
Tm4: Waktu ayun tidak bermuatan, (detik)

20
3.3.2. Waktu Edar Alat Angkut

Waktu edar alat angkut adalah waktu satu siklus pengangkutan yang
diawali dari waktu kegiatan mengatur posisi untuk pemuatan, waktu pemuatan,
waktu mengangkut material, waktu menunggu penumpahan, waktu penumpahan
dan waktu kembali dalam kondisi kosong. Rumus untuk menghitung waktu siklus
edar alat angkut (Burt dan Caccetta, 2014) adalah:

Cta = Ta1 + Ta2 + Ta3 + Ta4 + Ta5 + Ta6………...............…………..(3.7)

Keterangan :
Cta : Total waktu edar siklus pengangkutan, (menit)
Ta1: Waktu mengambil posisi untuk pemuatan, (menit)
Ta2: Waktu pemuatan, (menit)
Ta3: Waktu mengangkut material, (menit)
Ta4: Waktu mengambil posisi untuk penumpahan, (menit)
Ta5: Waktu penumoahan, (menit)
Ta6: Waktu kembai dalam kondisi kosong, (menit)

3.4. Produktivitas dan Produksi Alat Mekanis


3.4.1. Produktivitas Alat Muat
Kegiatan pemuatan adalah kegiatan penambangan setelah pembongkaran
batuan pada front kerja yang bertujuan untuk memuat bahan galian alat angkut.
Produktivitas alat muat adalah kemampuan alat untuk memuat material dalam
satuan jam. Persamaan produktivitas alat muat (Hustrulid dan Kuchta, 2013)
adalah sebagai berikut:
Ptm = 60 x KB x FF x EK x SF
Ctm bcm/jam......................................... (3.8)

Keterangan :

Ptm = Produktivitas alat muat, (m3/ jam)


FF = Faktor pengisian, (%)
CTm = Waktu edar alat muat, (menit)
EK = Efisiensi kerja, (%)

KB = Kapasitas bucket alat muat, (m3)


SF = Faktor pengembangan, (%)

21
3.4.2. Produktivitas Alat Angkut
Kegiatan pengangkutan adalah kegiatan untuk memindahkan material
hasil pembongkaran yang telah dilakukan pemuatan untuk diolah ke proses lebih
lanjut. Produktivitas alat angkut adalah banyaknya material yang dapat
dipindahkan oleh kemampuan alat angkut dinyatakan dalam satuan waktu. Pada
proses pengangkutan batubara diperlukan pertimbangan fill factor dari kapasitas
bak. Produktivitas alat angkut dapat diketahui dengan menggunakan persamaan
(Hustrulid dan Kuchta, 2013):

Pa = x KBm x FF x EK x SF ……………....…..........….(3.9)

Keterangan :

Pa = Produktivitas alat muat, (m3/ jam)


EK = Efisiensi kerja, (%)
Cta = Waktu edar alat angkut, (menit)
SF = Faktor pengembangan, (%)

KBm = Kapasitas bak alat angkut, (m3)


FF = Faktor pengisian, (%)

Peralatan produksi pada operasi penambangan merupakan sarana produksi


yang vital untuk menunjang target produksi akhir yang telah ditentukan oleh
manajemen perusahaan. Ditinjau dari fungsinya, peralatan produksi dapat
diklasifikasikan sebagai :
1. Alat gali isi, adalah alat-alat produksi untuk menggalidan mengisikan
material hasil galiannya ke alat angkut.
Contoh : power shovel, backhoe, dragline, front-end loader, claimshell,
bucket wheel excavator (BWE), bucket chain excavator (BCE), dan
sebagainya.
2. Alat angkut, adalah alat-alat produksi untuk mengangkut material menuju
proses berikutnya.
Contoh : Truck, lori-lokomotif (train), belt conveyor, pipa lumpur (slurry),
scrapper, dan sebagainya.
3. Alat bantu, adalah alat-alat berat yang digunakan untuk kelancaran produksi.

22
Contoh : bulldozer, ripper, grader, lubrication truck, water truck, fuel
truck, dan sebagainya.

Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan di dalam memilih alat berat


antara lain : jenis material, altitude, kapasitas, sistem penambangan, medan kerja
dan ketersediaan dana.
3.5. Elemen – Elemen Produksi
Produksi adalah laju material yang dapat dipindahkan atau dialirkan per
satuan waktu (biasanya per jam). Untuk memperoleh angka produksi ada emnpat
parameter yang harus diperhitungkan, yaitu : kapasitas alat, tenaga kendaraan atau
alat, waktu edar (cycle time) dan efisiensi kerja. Umumnya perpindahan material
dihitung berdasarkan volume (m3 atau cuyd), sedangkan pada tambang bijih
dinyatakan dalam ton. Mengetahui prinsip elemen-elemen produksi penting
artinya karena tidak diinginkan adanya kesalahan estimasi produksi alat-alat berat.

3.5.1. Kapasitas Alat


Kapasitas alat adalah jumlah material yang diisi, dimuat atau diangkut oleh
suatu alat berat. Kapasitas alat berkaitan erat dengan jenis material yang diisi atau
dimuat, baik berupa tanah maupun batu lepas.

a. Volume Material
Dikenal ada tiga bentuk volume material yang mempengaruhi perhitungan
pemindahannya, yaitu dinyatakan dalam bank cubic meter (BCM), loose cubic
meter (LCM) dan compacted cubic meter (CCM). Perubahan ini terjadi karena
adanya perbedaan densitas akibat penggalian atau pemadatan dari densitas
aslinya. BCM adalah volume material pada kondisi aslinya di tempat yang belum
terganggu(insitu). LCM adalah volume material yang sudah lepas akibat
penggalian, sehingga volumenya akan mengembang dengan berat tetap sama.
CCM adalah volume material yang mengalami pemadatan kembali setelah
penggalian, sehingga volumenya akan lebih kecil dibanding volume aslinya
dengan berat tetap sama.

b. Pemberaian (swell)

23
Adalah persentase pemberaian volume material dari volume asli yang dapat
mengakibatkan bertambahnya jumlah material yang harus dipindahkan dari
kedudukan aslinya.
Rumus yang berkaitan dengan pemberaian material sebagai berikut :

Volume lepas untuk berat tertentu


% berai = ---------------------------------------- -- -1..................(3.10)
Volume alsi untuk berat yang sama

Swell factor = volume bank / volume loose......................................(3.11)

Volume lepas (loose)


Volume asli (bank) = ...................................(3.12)
( 1 + % berai )

Volume lepas (loose)= volume asli x ( 1 + %berai)..........................(3.13)

c. Faktor Muat
Pada saat material sebanyak 1 BCM dimuatkan kedalam sebuah mangkok
(bucket), material yang terangkat oleh mangkok tersebut akan kurang dari 1 BCM
karena sepanjang proses penggalian terjadi pengurangan volume akibat adanya
pemberaian. Faktor muat(load Factor) dapat dihitung sebagai berikut :
100 %
LF = ................................................(3.14)
100 % + % berai

Jadi untuk mengestimasi muatan pada kondisi BCM, kapasitas mangkok pada
LCM harus dikalikan dengan LF.

Muatan (BCM) = Muatan (LCM) x LF............................................(3.15)

Penciutan material (shrinkage) merupakan perbandingan antara volume


material yang telah dipadatkan dengan kondisi bank disebut juga Shrinkage
Factor (SF). Jadi rumusnya adalah

SF = CCM / BCM...................................................................(3.16)
d. Densitas Material

24
Densitas adalah berat per unit volume dari suatu material. Material mempunyai
densitas yang berbeda karena dipengaruhi sifat-sifat fisiknya, antara lain: ukuran
partikel, kandungan air, pori-pori dan kondisi fisik lainnya.
Densitas material tentunya akan berubah akibat adanya penggalian yaitu dari
kondisi bank ke loose. Pada kondisi loose, densitas material akan berkurang
disbanding densitas pada kondisi bank karena adanya pori-pori udara. Untuk
mengkonversi densiotas material dari bank ke loose digunakan rumus sbb :

Kg/BCM
( 1 + %berai ) = ..............................................................(3.17)
Kg/LCM
e. Faktor Pengisian
Faktor pengisian(Fill Factor) adalah perbandingan antara kapasitas nyata muat
dengan kapasitas baku alat muat yang dinyatakan dalam persen. Semakin besar
faktor pengisian maka semakin besar pula kemampuan nyata dari alat tersebut.
Faktor pengisian mangkuk disebut juga sebagai bucket fill factor. Untuk
menghitung faktor pengisian digunakan persamaan sebagai berikut :

Fp=(Vb/Vd ) x 100 %...........................................................................(3.18)


Keterangan :
Fp : Faktor pengisian
Vb : Kapasitas nyata alat muat, m3
Vd : Kapasitas teoritis alat muat, m3

Tabel 3.2.
Faktor Pengisian (Fill Factor)

Excavating Conditions Bucket Fill


Factor
Easy Excavating natural ground of clayey soil 1,1 – 1,2
clay, or soft soil
Average Excavating natural ground of soil such as
sandy soil, and dry soil 1,0 – 1,1
Rather Difficult Excavating natural ground of sandy soil 0,8– 0,9
with gravel
Difficult Loading of blasted rock 0,7 – 0,8
Sumber :Anonymous (2005), Komatsu Performance Handbook, 26th Edition, Japan

3.5.2. Tenaga Kendaraan

25
Didalam memilih suatu alat untuk pekerjaan penggalian material, bijih,
atau overburden harus dipertimbangkan tenaga kendaraan yang mampu mengatasi
medan kerja. Medan kerja yang dimaksud adalah kondisi jalan; misalnya jalan
kering mulus dan padat, becek dan lembek, lurus, banyak tikungan, mendaki,
menurun, dan sebagainya. Yang mempengaruhi laju kendaraan pada saat
bermuatan atau kosong.
3.5.3. Waktu Edar
Waktu edar (cycle time) maksudnya adalah waktu yang diperlukan alat
mulai dari aktifitas pengisian atau pemuatan (loading), pengangkutan (hauling)
untuk truck dan sejenisnya atau swing backhoe dan power shovel, pengosongan
(dumping), kembali kosong, dan mempersiapkan posisi (manuver) untuk diisi.
Disamping aktifitas-aktifitas tersebut terdapat pula waktu menunggu (delay) bila
terjadi antrian untuk mengisi atau dimuat.
Waktu edar alat muat merupakan total waktu pada alat muat, yang dimulai
dari pengisian bucket sampai dengan menumpahkan muatan ke dalam alat angkut
dan kembali kosong.
Rumus :

CTm = Am+Bm+ Cm + Dm..............................................................(3.14)

keterangan:
CTm : Total waktu edar alat muat (detik)
Am : Waktu untuk mengisi mangkuk (detik)
Bm : Waktu mengangkat mangkuk bermuatan (detik)
Cm : Waktu untuk menumpahkan material yang dimuat (detik)
Dm : Waktu memutar dengan mangkuk kosong (detik)

Waktu edar alat angkut pada umumnya terdiri dari waktu menunggu alat
untuk dimuat, waktu mengatur posisi untuk dimuati, waktu diisi muatan, waktu
mengangkut muatan, waktu dumping, dan waktu kembali kosong.

Cta = Aa + Ba + Ca + Da + Ea + Fa...............................................(3.15)
Keterangan :
Cta : Waktu edar alat angkut (menit)
Aa : Waktu mengambil posisi siap dimuati (menit)

26
Ba : Waktu diisi muatan (menit)
Ca : Waktu mengangkut muatan (menit)
Da : Waktu mengambil posisi untuk penumpahan (menit)
Ea : Waktu muatan ditumpahkan (menit)
Fa : Waktu kembali kosong (menit)
3.5.4 Efisiensi Kerja
Efisiensi kerja adalah perbandingan antara waktu kerja produktif dengan
waktu kerja yang tersedia, dinyatakan dalam persen (%). Efisiensi kerja ini akan
mempengaruhi kemampuan produksi dari suatu alat. Faktor manusia, mesin (alat),
keadaan cuaca dan kondisi kerja secara keseluruhan akan menentukan besarnya
efisiensi kerja.Efisiensi kerja dapat digunakan untuk menilai baik tidaknya
pelaksanaan suatu pekerjaan. Dalam waktu kerja tidak semua waktu kerja yang
tersedia dapat digunakan secara optimal, ada beberapa hambatan yang sering
terjadi dalam bekerja.
Waktu kerja efektif adalah waktu kerja yang benar–benar digunakan oleh
operator bersama alat untuk operasi produksi. Waktu kerja efektif berpengaruh
terhadap efisiensi kerja. Waktu kerja efektif dapat dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut :

We =Wt– ( Wtd + Whd).................................................................(3.16)

Ek =(We/ Wt ) x 100 %.................................................................(3.17)

Keterangan :
We : Waktu kerja efektif, menit.
Wt : Waktu kerja yang tersedia, menit.
Whd : Waktu hambatan yang dapat dihindari, menit.
Wtd : Waktu hambatan yang tidak dapat dihindari, menit.
Ek : Efisiensi kerja, %.
Pekerjaan mekanik untuk perawatan tidak dapat dimasukan sebagai
penyebab berkurangnya efisiensi kerja operator, karena pekerjaan perawatan alat
harus sudah terjadwal untuk masuk bengkel. Tabel 3.2 mungkin dapat dipakai
sebagai acuan untuk membatasi porsi pekerjaan operasional dan mekanik.

27
Mungkin setiap perusahaan memberikan definisi yang berbeda tentang pengertian
waktu tertunda, terhenti dan sebagainya.

Tabel 3.3.
Parameter Pengukuran Efisiensi Kerja

TERJADWAL (SCHEDULED); S
TERSEDIA (AVAILABLE); A PERAWATAN (MAINTRANCE);
M
JALAN (OPERATION); O TERHENTI PERBAIKAN PERAWATAN
(IDLE); I MENDADAK; TERJADWAL;
KERJA TERTUNDA
UM SM
(WORKING) (DELAY); D
;W
Kerja lancar - Mengisi - Diminta - Waktu - Waktu
BBM stanby perbaikan perbaikan
- Ganti bit - Tak ada - Tunggu suku - Tunggu suku
- Peledakan operator cadang cadang
- Tunggu alat - Makan - dll - dll
muat &istirahat
- Tunggu - Hujan
Truck lebat, kabut
- Maneuver - Rapat
alat - dll
- dll

Dari Tabel 3.3 dapat diukur tingkat efisiensi kerja operator yang lebih teliti
karena pengelompokan penyebab alat berhenti dibuat atas dasar kondisi yang
sebenarnya dan yang lebih pentingpengelompokan tersebut telah disepakati dan
dipahami oleh seluruh karyawan. Dengan demikian dapat dibuat tiga ukuran
efisiensi menggunakan data waktu dalam tabel, yaitu :
1. Ketersediaan mekanikal (mechanichal avaibility/MA) adalah kondisi mekanis
alat yang sesungguhnya, dapat dihitung dengan rumus :
MA = (W / O) x 100%..........................................................(3.17)
Keterangan :
W = waktu kerja
O = waktu operasi
2. Ketersediaan Fisik (physical availability/PA) adalah ukuran sehat tidaknya
alat untuk beroperasi, rumusnya adalah :
PA = (A / S) x 100%......................................................(3.18)

28
Keterangan :
A = waktu tersedia
S = waktu terjadwal

3. Ketersediaan penggunaan (use of availability/UA) adalah alat yang sehat


terpaksa tidak dioperasikan karena beberapa sebab, misalnya hujan lebat,
rapat, kecelakaan tambang dll, persamaanya adalah :
UA = (O / A) x 100%........................................................................(3.19)
Keterangan :
O = waktu operasi
A = waktu tersedia

4. Efisiensi kerja rata-rata merupakan penjumlahan persamaan MA, PA dan UA


dibagi tiga, jadi :
MA + PA + UA
Eff. Rata-rata = ..................................................(3.20)
3
3.5.5 Faktor Keserasian
Faktor keserasian (match factor) merupakan suatu persamaan sistematis
yang digunakan untuk menghitung tingkat keselarasan kerja antara alat muat dan
alat angkut untuk setiap kondisi pemuatan dan pengangkutan.
Operasi kerja yang serasi antara alat muat dan alat angkut akan
memperlancar kegiatan pemuatan dan pengangkutan sehingga produksi yagn
dihasilkan akan lebih optimum. Untuk menilai keserasian alat muat dan alat
angkut dapat digunakan rumus match factor adalah sebagai berikut (Burt dan
Caccetta, 2014) :
MF =Na x Ctm
Nm x Cta
Keterangan :
MF = Match Factor atau faktor keserasian
Na = Jumlah alat angkut dalam kombinasi kerja , unit
Nm = Jumlah alat muat dalam kombinasi kerja, unit
N = Banyaknya pengisian tiap satu alat angkut
Cta = Waktu edar alat angkut, detik
Ctm = Waktu edar alat muat, detik

29
Dari persamaan di atas akan muncul 3 kemungkinan, yaitu:
1. MF < 1, artinya alat muat bekerja kurang dari 100%, sedang alat angkut
bekerja 100%, sehingga terdapat waktu tunggu bagi alat muat yaitu :
1 >Na x Ctm
Nm x Cta
Nm x Cta>Na x Ctm
Nm x Cta> Ctm
Na
Ctm <Nm x Cta
Na
Dari persamaan tersebut setelah disamakan karena terdapat kekurangan
waktu maka ditambahkan WTm, sehingga didapatkan persamaan sebagai
berikut :
WTm + Ctm =Nm x Cta
Na
Jadi waktu tunggu alat muat :
WTm = Nm x Cta - Ctm
Na
2. MF > 1, artinya alat muat bekerja 100%, sedangkan alat angkut bekerja
kurang dari 100%, sehingga terdapat waktu tunggu bagi alat angkut yaitu :
1 <Na x Ctm
Nm x Cta
Nm x Cta<Na x Ctm
Cta < Na x Ctm
Nm
Cta <Na x Ctm
Nm
Dari persamaan tersebut setelah disamakan karena terdapat kekurangan
waktu maka ditambahkan WTa, sehingga didapatkan persamaan sebagai
berikut :
WTa + Cta = Na x Ctm
Nm
Jadi waktu tunggu alat muat :
WTa = Na x Ctm - Cta
Nm

30
3. MF = 1, artinya alat muat dan angkut bekerja 100%, sehingga tidak terjadi
waktu tunggu dari kedua jenis alat tersebut.
Keserasian kerja (match factor) alat muat dan alat angkut juga dapat
disajikandalam bentuk grafik (Gambar 3.7).

Gambar 3.7.
Grafik Keserasian Kerja Alat (Burt dan Caccetta, 2014)

3.6. Overall Equipment Effectiveness

Overall Equipment Effectiveness (OEE) merupakan ukuran menyeluruh


mengendentifikasikan tingkat produktivitas mesin/peralatan dan kinerja secar
teori. Pengukuran ini sangat penting untuk mengetahui area mana yang perlu
untuk ditingkatkan produktivitas maupun effisiensi mesin/peralatannya. Overall
Equipment Effectiveness (OEE) merupakan metode yang digunakan sebagai alat
ukur dalam penerapan metode Total Productive Maintenance. Overall Equipment
Effectiveness berguna untuk menjaga mesin atau peralatan tetap dalam kondisi
ideal dengan menghapuskan six big lossespada mesin atau peralatan. The Six Big
Losses merupakan penyebab peralatan produksi tidak beroperasi dengan normal
(Nakajima,1988) yaitu: Start up Loss, Set up or Adjustment Loss, Cycle time
Losses, Speed Loss, Breakdown Loss, dan Defect Loss. Perhitungan Metode ini
diharapkan mampu memberikan masukan tentang variabel mana yang
mempengaruhi terhadap produktifitas mesin. Faktor dari variabel tersebut adalah
Six Big Losses yang digolongkan menjadi 3 yaitu:

31
1. Down Time Losses
a. Equipment Failure yaitu kerusakan mesin yang tiba–tiba atau kerusakan yang
tidak diinginkan, keadaan tersebut akan menimbulkan kerugian karena kerusakan
mesin akan menyebabkan mesin tidak beroperasi.

b. Set Up and Adjustment adalah semua waktu set up termasuk penyesuaian


(adjustment) dan juga waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan pengganti satu jenis
produk.
2. Speed Losses
a. Idling and Minor Stoppages yaitu disebabkan oleh kejadian seperti
pemberhentian mesin sejenak, kemacetan mesin (error) dan idle time dari mesin.
Kenyataan kerugian ini tidak dapat terdeteksi secara langsung tanpa adanya alat
pelacak. Ketika operator tidak dapat memperbaiki pemberhentian yang bersifat
minor stoppages dalam waktu yang telah ditentukan dapat dianggap sebagai suatu
breakdown.
b. Reduced Speed Losses yaitu kerugian karena mesin tidak bekerja optimal
(penurunan kecepatan operasi) terjadi jika kecepatan aktual
operasimesin/peralatan lebih kecil dari kecepatan optimal atau kecepatan mesin
yang dirancang.
3. Quality Losses
a. Defect in Process yaitu kerugian yang disebabkan karena adanya produk cacat
maupun karena proses pengerjaan diulang. Proses cacat yang dihasilkan akan
mengakibatkan kerugian material, mengurangi jumlah produksi. Kerugian akibat
pengerjaan ulang akan mempengaruhi waktu waktu yang dibutuhkan untuk
mengolah atau memperbaiki produk yang cacat

b. Reduced Yield Losses disebabkan material yang tidak terpakai.


Berikut adalah faktor yang akan di itung pada komponen OEE:
3.6.1. Faktor Ketersediaan
Faktor ketersediaan (availability factor/A) adalah suatu perbandingan
antara waktu yang tersedia untuk alat bekerja dengan waktu total kalender.Dapat
dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
𝐴 = 𝐴𝑇/𝑇𝑇...............................................................................(3.21)
Dimana:

32
AT = Available Time
TT = Total Calender Time

3.6.2. Faktor Penggunaan


Faktor penggunaan (Utilization Factor/U) adalah perbandingan waktu
yang digunakan oleh alat dengan waktu yang tersedia uuntuk alat,dapat dihitung
dengan perasamaan:

𝑈 = 𝑈𝑇/𝐴𝑇..............................................................................(3.22)

Dimana:
UT = Utilization Time
AT = Available Time

3.6.3. Faktor Kecepatan


Faktor kecepatan (speed factor/S) adalah ratio waktu siklus yang
direncanakan dengan waktu siklus aktual, dapat dihitung dengan persamaan
sebagai berikut:

𝑆 = 𝐶𝑇𝑝/𝐶𝑇𝑎...................................................................(3.23)

Dimana:
CTp = Planned Cyle Time
CTa = Aktual Cycle Time

3.6.4.Faktor Pengisisan
Faktor pengisian (bucket fill factor/B)adalah kegunaan produktif kapasitas
bucket yang mana ratio kuantitas bucket yang dimuat secara aktual dibandingkan
dengan output rencana dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:

𝐵 = 𝑂𝑎𝑐/𝑂𝑝𝑐....................................................................(3.25)

3.6.5.OEE Of Equipment

OEE = A x U x S x B........................................................(3.26)

Dari persamaan diatas didapatkan

𝑂𝐸𝐸 = 𝐴𝐴𝑇𝑇 ×𝑈𝑇𝐴𝑇 × 𝐸𝑂𝑇𝑈𝑇 × 𝑁𝑂𝑇𝐸𝑂𝑇 = 𝑁𝑂𝑇𝑇𝑇.....(3.27)


3.6.6.Output Produksi

33
Untuk Menghitung produksi pada waktu tertentu dapat digunakan
rumus:
3600
𝑂p = 𝑂𝑝𝑐 × T𝑇× × 𝑂𝐸𝐸...........................................(3.28)
𝐶𝑇𝑝
Maka diperoleh O yaitu output produksi dalam jangka waktu tertentu (m³).

34
BAB IV
HASIL PENELITIAN

Untuk mengetahui kemampuan produksi alat muat dan alat angkut, maka
perlu dilakukan pengamatan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Kemampuan alat muat dan alat angkut dipengaruhi oleh kemampuan alat itu
sendiri, kondisi tempat kerja, swell factor material, jalan angkut, bucket fill factor,
pola pemuatan, efisiensi kerja, waktu edar dan match factor.
4.1. Tinjauan Lokasi Penambangan
Berikut ini adalah hasil penelitian tinjauan lokasi penambangan yang ada di
PT. Tanito Harum.
4.1.1. Kondisi Front Penambangan
Lokasi penelitian dan pengambilan data berada di PT. Tanito Harum Pit
PDL Handak pada RL 80. Pengupasan lapisan penutup (overburden) dilakukan
secara free digging. Secara umum kondisi front kerja relatif sempit, dengan lebar
27 m.

Gambar 4.1.
Kondisi Front Saat Kegiatan Pemuatan

4.1.2. Jarak Jalan Tambang


Jarak jalan angkut antara front penambangan overburden pada RL 80
menuju disposalarea berjarak sejauh 1,5 km.

35
4.2. Faktor Pengembangan
Densitas material overburden pada wilayah penambangan diperoleh dari
pihak kontraktor yaitu PT. Harmoni Panca Utama. Material overburden pada
wilayah penambangan memliki densitas loose1,81 ton/m3 dan densitas bank
sebesar 2,32 ton/m3, serta memiliki swell factor sebesar 0,78 (Lamiran C).

4.3. Geometri Jalan Angkut


Berikut ini adalah hasil penelitian dari geometri jalan angkut yang ditinjau
dari lebar dan grade jalan pada PT. Tanito Harum.

4.3.1. Lebar Jalan Angkut


a. Lebar Jalan Angkut Lurus
Jalan angkut pada kegiatan pengupasan lapisan penutup (overburden) ke
disposal area merupakan jalan angkut dengan 2 jalur. Untuk jalur lurus dari front
penambangan RL 80 ke disposal area memiliki lebar jalur terkecil 18,6 meter
(Lampiran G).
b. Lebar Jalur Angkut pada Tikungan
Jalan angkut pada kegiatan pengupasan lapisan penutup (overburden) ke
disposal area merupakan jalan angkut dengan 2 jalur. Untuk jalur Tikungan dari
front penambangan RL 80 ke disposal area memiliki lebar jalur terkecil 11,4
meter(Lampiran G).

4.3.2. Grade Jalan Angkut


Grade jalan angkut merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
kemampuan kerja alat angkut pada kegiatan pengangkutan. Berdasarkan hasil
pengamatan dan perhitungan kemiringan jalan angkut, grade terbesar bernilai 8%
pada segmen C-D. Perhitungan kemiringan jalan angkut (grade) untuk
overburden dapat dilihat pada Lampiran G.

4.3.3 Superelevasi
Superelevasi yang direkomendasikan berdasarkan radius tikungan dan
kecepatan kendaraan adalah sebesar 4% (Lampiran G).

4.4. Faktor Pengisian


Faktor Pengisian (Bucket fill factor) merupakan faktor yang menunjukan
kemampuan kapasitas nyata pada bucket alat muat unutk melakukan pemuatan ke

36
alat angkut. Bucket fill factor dari alat muat Backhoe PC-800SE sebesar 117,50%
(Lampiran F).
4.5. Pola Pemuatan
Berikut ini adalah pola pemuatan alat yang digunakan pada area
penambangan PT. Tanito Harum.
4.5.1. Posisi Alat Muat terhadap Front Penggalian dan Truck
Teknik pemuatan yang digunakan pada proses pemuatan material OB ke
alat angkut HD 773E, berdasarkan cara manuvernya menggunakan teknik single
spotting atau single truck back up. Padacara ini, truck kedua menunggu selagi alat
muat mengisi truck pertama, setelah truck pertama berangkat, truck kedua
berputar dan mundur untuk dimuat.

4.5.2. Kedudukan Alat Muat terhadap Material dan Truck

Jenis alat muat yang digunakan oleh PT. Tanito Harum adalah backhoe.
Pola pemuatan berdasarkan posisi pemuatan dari alat muat ke alat angkut,
menggunakan teknik top loading. Alat muat naik ke atas tumpukan material dan
melakukan pemuatan (loading) ke truck dari atas tumpukan (gambar 4.2.)

Gambar 4.2.
Pola Pemuatan Top Loading dan Single Spotting

4.6. Efisiensi Kerja


Efisiensi kerja adalah suatu parameter penilaian terhadap pelaksaaan suatu
kegiatan dengan cara membandingkan antara waktu yang dipakai bekerja (waktu
kerja efektif ) dengan waktu kerja yang tersedia. Efisiensi kerja dapat digunakan

37
untuk menilai baik atau tidaknya pelaksanaan suatu pekerjaan. Dalam satu bulan,
jumlah hari kerja yang tersedia adalah 30-31 hari. Sedangkan jam kerja yang
diberlakukan oleh PT. HPU sebagai pelaksana produksi di site milik PT. Tanito
Harum dibagi menjadi 2 shift dalam sehari. Untuk produksi bulan Maret 2019
memiliki waktu kerja yang tersedia sebanyak 680 jam (Lampiran B).
Waktu kerja efektif adalah banyaknya waktu tersedia dikurangi banyaknya
waktu hambatan, baik hambatan yang dapat dihindari maupun hambatanyang
tidak dapat dihindari. Besarnya waktu kerja efektif sangat bergantung pada
hambatan-hambatan yang terjadi pada saat alat melakukan pekerjaan. Pada
kenyataan dilapangan, ternyata waktu kerja yang tersedia tidak dapat digunakan
sepenuhnya untuk melakukan pekerjaan, karena adanya hambatan-hambatan yang
dapat mengurangi waktu kerja yang tersedia.
Waktu hambatan tersebut meliputi waktu hambatan yang tidak dapat
dihindari dan yang dapat dihindari. Hambatan yang tidak dapat dihindari meliputi
pergantian shift dan pemanasan alat, safety talk, rain and wet delay, pemindahan
posisi penempatan alat, break down dan maintenance terjadwal serta pengisian
fuel. Sementara hambatan yang dapat dihindari meliputi waktu istirahat lebihawal,
terlambat kerja setelah istirahat, keperluan operator, berhenti kerja sebelum
waktunya, dan waktu tunggu alat. Pada Tabel 4.1.dapat dilihat besar efisiensi
kerja alat muat dan alat angkut (Lampiran K), untuk efisiensi kerja alat muat
terletak pada kolom ketiga baris kedua adalah sebesar 83,56% dan untuk efisiensi
kerja alat angkut pada kolom ketiga baris ketiga adalah sebesar 85,58%.
Tabel 4.1.
Efisiensi Keja Alat Muat dan Alat Angkut

No Jenis Alat Efisiensi Kerja


1 Alat Muat Backhoe PC-800SE 83,56%
2 Alat Angkut HD 773E 85,58%

4.7. Waktu Edar


Pengambilan data waktu edar (cycle time) alat muat dilakukan pada saat alat
muat melakukan proses pemuatan material pada alat angkut pada front
penambangan. Waktu edar yang diperoleh merupakan waktu edar rata-rata dari 30
data yang diambil ketika alat sedang melakukan proses pekerjaan (Lampiran L).

38
Waktu edar alat muat adalah waktu edar rata-rata yang ditempuh oleh alat muat
mulai dari waktu untuk menggali (digging time), waktu berputar dengan muatan
(swing load), waktu menumpahkan muatan ke vessel truck (dumping time), dan
waktu berputar tanpa muatan (swing empty). Summary waktu edar alat muat untuk
overburden dapat dilihat pada Tabel 4.2. untuk waktu edar alat muat terdapat pada
Tabel 4.2. kolom ketiga baris kedua dan untuk waktu edar alat angkut terdapat
pada Tabel 4.2. kolom ketiga baris ketiga.
Sedangkan pengamatan waktu edar (cycle time) alat angkut meliputi waktu
mengatur posisi untuk diisi, waktu diisi muatan, waktu travel isi, waktu dumping
material, dan waktu kembali travel kosong. Summary waktu edar dari alat angkut
dapat dilihat pada Tabel 4.2. Data cycle time pada HD 773E untuk pengangkutan
overburden yang dimuat oleh backhoe PC-800SE terletak di RL 80 dan lokasi
dumping sejauh 1,5 km (Lampiran M).

Tabel 4.2.
Waktu Edar (Cycle Time) Alat Muat dan Alat Angkut

Cycle time Cycle time


No Jenis Alat
(detik) (menit)
1 Alat Muat Backhoe PC-800SE 23,16 0,386
2 Alat Angkut HD 773E 726,6 12,11
4.8. Faktor Keserasian Kerja
Faktor keserasian kerja (match factor)merupakan keserasian kerja antara
alat muat dengan alatangkut. Nilai keserasian kerja setiap rangkaian kerja
peralatan mekanis yang digunakan ditentukan berdasarkan data waktu edar dan
jumlah peralatan mekanis yang digunakan dalam setiap rangkaian kerja tersebut.
Berdasarkan data hasil pengamatan waktu edar dan jumlah alat yang
digunakan, maka besarnya harga faktor keserasian kerja alat muat dan alat angkut
adalah 0,669 dengan waktu edar Excavator Backhoe PC 800-SE sebesar 2,702
menit dan banyak curah 7 kali, serta waktu edar Dump Truck HD 773E sebesar
12,11 menit serta terdapat waktu tunggu alat muat sebesar 19,84 menit/jam.
Perhitungan rinci dapat dilihat pada Lampiran M.
4.9. Produksi Alat Muat dan Alat Angkut
Kemampuan produksi alat muat dan alat angkut pada kegiatan penambangan
ini dapat diketahui dengan melakukan perhitungan dari masing- masing rangkaian

39
kerja yang telah ditetapkan. Data kemampuan produksi alat muat dan alat angkut
dalam kegiatan pembongkaran, pemuatan dan pengangkutan saat ini diperoleh
dari pengamatan seperti waktu edar alat, kapasitas bucket alat muat dan kapasitas
bak alat angkut, faktor pengisian dan efisiensi kerja.
Pada saat ini untuk kemampuan produksi alat tanpa menggunakan metode
overall equipment effectiveness (OEE) yaitu untuk alat muat sebesar
203.570,1262 BCM/bulan dan alat angkut sebesar 200.691,2567 BCM/bulan.
Sedangkan untuk perhitungan produksi alat menggunakan metode overall
equipment effectiveness (OEE) yaitu untuk alat muat sebesar 243.631,6834BCM
dan untuk alat angkut sebesar 236.372,6263BCM (produksi bulan Maret).

Tabel 4.3.
Perhitungan Tanpa Metode Overall Equipment Effectiveness (OEE)

Produksi
No Jenis Alat
(BCM/bulan)
1 Alat Muat Backhoe PC-800SE 203.570,1262
2 Alat Angkut HD 773E 200.691,2567

Tabel 4.4.
Perhitungan Metode Overall Equipment Effectiveness (OEE)

Produksi
No Jenis Alat A U S B OEE
(BCM/bulan)
Alat Muat Backhoe
1 0,914 0,835 0,578 1,175 0,5183 243.631,6834
PC-800SE
Alat Angkut HD
2 0,914 0,85 0,578 1 0,45 236.372,6263
773E

40
BAB V
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan pengolahan data pada kegiatan


pengupasan lapisan penutup (overburden) di Pit PDL Handak PT. Tanito Harum
tanpa menggunakan metode OEE sebesar 200.691,2567 BCM/bulan sedangkan
menggunakan metode OEE sebesar 236.372,6263 BCM/bulan. Sedangkan target
produksi yang ditetapkan perusahaan sebesar 300.000 bcm/bulan. Untuk
melakukan upaya peningkatan produksi pengupasan lapisan penutup (overburden)
perlu dilakukan analisa mengenai faktor-faktor yang menyebabkan tidak
tercapainya produksi pengupasan lapisan penutup. Dengan menganalisa faktor-
faktor yang menyebabkan terhambatnya proses kegiatan penambangan di
lapangan, peningkatan alat muat dan alat angkut dapat dilakukan dengan cara
melakukan peningkatan waktu kerja efektif, menurunkan waktu edar alat dan
penambahan unit alat.

5.1. Analisis Metode Perhitungan Produksi


Analisis metode perhitungan produksi dilakukanuntuk mengetahui
seberapa efektif metode perhitungan yang digunakan. Hasil dari perhitungan
kedua metode yaitu tanpa menggunakan metode OEEsebagaimana di baris ketiga
kolom ketiga sebesar 200.691,2567 BCM/bulan dan menggunakan metode
OEEsebagaimana di baris ketiga kolom delapan Tabel 4.4 adalah sebesar
236.372,6263 BCM/bulanBCM/bulan, sedangkan produksi nyata yang tercapai
sebesar 220.100 BCM/bulan. Nilai OEE masing – masing alat muat dan alat
angkut masih sangat rendah berturut-turut sebesar 0,5183 dan 0,45. Ini artinya
nilai OEE masing –masing alat belum mencapai nilai OEE standarkelas dunia
yaitu ≥ 0,85, dapat disimpulkan bahwa keadaan masing-masing alat kurang baik
maka akan dilakukan perhitungan lebih detail menggunakan Metode Overall
Equipment Effectiveness (OEE).

41
5.2. Analisis Penyebab Tidak Tercapainya Target Produksi
Berikut ini adalah analisis dari faktor-faktor yang mempengaruhi produksi
dari alat muat dan alat angkut pada kegiatan penambangan.

5.2.1.Kondisi Front Penambangan


Lokasi penambangan pada front penambangan RL-80 relatif sempit yang
memiliki lebar area kerja sebesar 27 m, sedangkan radius putar HD 773E sebesar
25 m sehingga sangat sempit rentang radius putar dengan lebar area kerja. Hal
tersebut menyebabkan operator kesulitan bermanuver untuk menyiapkan posisi
ketika proses pemuatan, sehingga membutuhkan waktu yang relatif lama untuk
mengambil posisi saat pemuatan.

5.2.2.Faktor Pengembangan
Faktor pegembangan (swell faktor) dipengaruhi oleh densitas material.
Uuntuk densitas material dan swell factor tidak dapat dilakukan perubahan,
dikarenakan sifat bawaan dari material tersebut (Lampiran C).

5.2.3.Geometri Jalan Angkut


a. Lebar Jalan Angkut Lurus
Jalan angkut pada kegiatan pengupasan lapisan penutup (overburden) ke
disposal area merupakan jalan angkut dengan 2 jalur. Untuk jalur lurus dari front
penambangan RL 80 ke disposal area memiliki lebar jalur terkecil 18,6 meter
(Lampiran G). Pada jalan lurusan lebar jalan sudah memenuhi lebar jalan minimal
pada jalan lurus berdasarkan perhitungan sehingga tidak mempengaruhi produksi.
b. Lebar Jalur Angkut pada Tikungan
Jalan angkut pada kegiatan pengupasan lapisan penutup (overburden) ke
disposal area merupakan jalan angkut dengan 2 jalur. Untuk jalur Tikungan dari
front penambangan RL 80 ke disposal area memiliki lebar jalur terkecil 11,4
meter(Lampiran G). Lebar jalan pada tikungan masih terlalu sempit berdasarkan
perhitungan seharusnya lebih dari 23,1824 meter, hal ini menyebabkan kesulitan
ketika alat angkut berpapasan di tikungan dan menambah waktu edar sehingga
produksi menurun, namun setelah perbaikan atau perlebaran jalan tikungan pun
belum bisa memenuhi target produksi perusahaan sehingga perlu penambahan alat
angkut.

42
c. Grade Jalan Angkut
Grade jalan angkut merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
kemampuan kerja alat angkut pada kegiatan pengangkutan. Berdasarkan hasil
pengamatan dan perhitungan kemiringan jalan angkut, grade terbesar bernilai 8%
pada segmen C-D. Perhitungan kemiringan jalan angkut (grade) untuk
overburden dapat dilihat pada Lampiran G.
5.2.4.Faktor Pengisian Mangkuk
Bucket fill factor merupakan faktor yang menunjukan kemampuan kapasitas
nyata pada bucket alat muat untuk melakukan pemuatan ke alat angkut. Nilai
bucket fill factor dari alat muat Backhoe PC-800SE sebesar 117,50%(Lampiran
F). Nilai bucket fill factor dipengaruhi oleh jenis material, kondisi tumpukan
material dan kemampuan operator mengoperasikan alat muat. Nilai faktor
pengisian mangkuk backhoe PC 800-SE sudah baik karena melebihi kapasitas
baku dari alat muat itu sendiri.
5.2.5.Pola Pemuatan
a. Posisi Alat Muat terhadap Front Penggalian dan Truck.
Teknik pemuatan yang digunakan pada proses pemuatan material
overburden ke alat angkut HD 773E, berdasarkan cara manuvernya menggunakan
teknik single spotting atau single truck back up. Pada cara ini, truck kedua
menunggu selagi alat muat mengisi truckpertama, setelah truck pertama
berangkat, truck kedua berputar dan mundur untuk dimuat. Cara pemuatan double
spotting dapat mengurangi waktu tunggu alat muat untuk menunggu manuver alat
angkut selanjutnya tersebut. Tetapi, dikarenakan lokasi area kerja pada tempat
penelitian ini relatif sempit sehingga tidak dapat diterapkan cara pemuatan double
spotting.
b. Kedudukan Alat Muat terhadap Material dan Truck
Posisi pemuatan dari alat muat ke alat angkut, menggunakan teknik
toploading. Untuk penggunakan alat muat jenis back hoe, teknik ini sudah
sesuaidibandingkan bottom loading. Untuk bottom loading lebih cocok digunakan
pada alat muat shovel.

5.2.6.Waktu Edar

43
Waktu edar berpengaruh dalam kemampuan produksi alat mekanis. Waktu
edar tersebut dipengaruhi oleh kemampuan operator alat, kondisi front
penambangan, dan kondisi jalan tambang yang ada. Semakin cepat waktu edar
alat maka produksi semakin besar. Ketika pengamatan terdapat waktu antri alat
angkut sehingga waktu edar semakin besar, waktu antrian ini dikarenakan adalah
perbaikan jalan tambang sehingga alat angkut terhambat lajunya dan beberapa kali
alat angkut melakukan pengisian fuel pada waktu kerja sehingga terjadi antrian
ketika akan melakukan proses pemuatan.
5.1.7.Efisiensi Kerja
Efisiensi kerja merupakan presentase perbandingan antara waktu keja efektif
dan waktu kerja yang tersedia. Efesiensi kerja untuk alat muat sebesar 83,56%
dan untuk alat angkut sebesar 85,58%. Nilai efisiensi kerja dapat ditingkatkan
dengan meningkatkan waktu kerja efektif. Nilai efisiensi kerja tersebut belum
relatif tinggi sehingga belum bisa memenuhi dari target produksi yang ditentukan
perusahaan maka perlu dilakukan peningkatan waktu kerja efektif dengan cara
mengurangi waktu hambatan, keterlambatan kerja, berhenti bekerja sebelum
waktunya dan pergantian shift. Hal tersebut dapat dilakukan sehingga dapat
meningkatan waktu kerja efektif dan efisiensi kerja.
5.1.8.Faktor Keserasian Kerja
Berdasarkan data hasil pengamatan waktu edar dan jumlah alat yang
digunakan, mbesarnya harga faktor keserasian kerja alat muat dan alat angkut
adalah 0,669 dengan waktu edar Excavator Backhoe PC 800-SE sebesar 2,702
menit dan banyak curah 7 kali, serta waktu edar Dump Truck HD 773E sebesar
12,11 menit. Perhitungan rinci dapat dilihat pada Lampiran H. Hal ini
menandakan kinerja alat muat kurang dari 100%, sehingga terdapat waktu tunggu
sebesar 19,84 menit/jam dan mengurangi efisiensi kerja secara sistem.

5.3. Upaya Peningkatan Tercapainya Target Produksi Overburden

5.3.1.Peningkatan Produksi dengan Peningkatan Waktu Kerja Efektif,


Waktu Edar dan Penambahan Alat Angkut

Setelah melakukan peningkatan waktu kerja efektif dan perbaikan waktu


edar dan meningkatkan efisiensi kerja alat muat menjadi 84,62% dan alat angkut

44
menjadi 85,96%, hasilnya masih belum mencukupi target produksi yang
ditentukan sehingga perlu dilakukan penambahan untuk memenuhi target
produksi tersebut. Penambahan alat akan terjadi perubahan match factor dari 1
alat muat dan 3 alat angkut sebesar 0,669 menjadi 1,058 dengan penambahan 1
unit alat angkut HD 773E, karena MF>1 maka efisiensi kerja alat muat lebih
maksimal.
Tabel 5.1.
Perubahan Match Factor

Kombinasi Alat
No Match Factor
Alat Muat Alat Angkut
1 1 unit 3 unit 0,669
2 1 unit 4 unit 1,058

Selain mengalami perubahan pada match factor, juga terjadi peningkatan


produksi pengupasan lapisan penutup karena penambahan unit alat angkut
menggunakan metode OEE. Berikut adalah tabel peningkatan produksi karena
penambahan unit alat angkut.
Tabel 5.2.
Perubahan Perhitungan Produksi dengan Metode OEE

Produksi Awal Produksi Akhir


No Jenis Alat
(BCM/bulan) (BCM/bulan)
1 Alat Muat Backhoe PC-800SE 243.631,6834 381.688,0704
2 Alat Angkut HD 773E 236.372,6263 368.391,1153

Dari hasil rekomendasi perhitungan perbaikan dari produksi pengupasan


overburden dapat di lihat Tabel 5.2. Peningkatan untuk produksi alat muat adalah
sebesar 56,7% dibandingkan sebelumnya dan untuk alat angkut adalah sebesar
55,9%, hasil tersebut menandakan bahwa telah memenuhi target produksi yang
diterapkan oleh perusahaan sebesar 300.000 BCM/bulan untuk perhitungan
menggunakan metode OEE.
Produksi pengupasan lapisan penutup mengikuti hasil produksi alat angkut
karena produksi pengupasan overburden merupakan banyaknya material yang di
pindahkan oleh alat angkut.

45
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan, perhitungan dan pembahasan sebagaimana
dalam bab-bab sebelumnya, dapat diambil suatu kesimpulan sebagai berikut:

1. Analisis metode perhitungan produksi


Target produksi pengupasan overburden yang ditetapkan PT. TanitoHarum
Pit PDL Handak sebesar 300.000 BCM/bulan dan produksi nyata
dilapangan sebesar 220.100 BCM/bulan. Hasil perhitungan produksi
overburden pada saat penelitian untuk produksi alat tanpa menggunakan
metode overall equipment effectiveness (OEE) yaitu untuk 1 unit alat muat
sebesar 203.570,1262BCM/bulan dan 3 unit alat angkut sebesar
200.691,2567 BCM/bulan. Sedangkan untuk perhitungan produksi alat
menggunakan metode overall equipment effectiveness (OEE) yaitu untuk 1
unit alat muat sebesar 243.631,6834 BCM/bulan dan untuk 3 unit alat
angkut sebesar 236.372,6263 BCM/bulan dengan faktor keserasian antara
alat muat dan alat angkut adalah 0,669.
Hasil produksi nyata dilapangan sebesar 220.100 BCM/bulan. Hasil
perhitungan produksi tanpa metode OEE sebesar 200.691,2567 BCM/bulan
dan perhitungan metode OEE sebesar 236.372,6263 BCM/bulan. Dari
kedua metode di atas karena sesuai judul penelitian ini maka dilakukan
perhitungan lebih lanjut menggunakan metode overall equipment
effectiveness.

2. Faktor penyebab belum tercapainya target produksi pada,


a. Alat Muat
1) Cycle time belum optimal, dimana sebelumnya 0,386 menit
dapatdioptimalkan menjadi 0,374 menit.

46
2) Waktu kerja alat belum efektif, dimana sebelumnya 18,38 jam/hari
setelah perbaikan dapat ditingkatkan menjadi 18,62 jam/hari.
b. Alat Angkut
1) Cycle time belum optimal, dimana sebelumnya 12,11 menit dapat
dioptimalkan menjadi 9,9 menit.
2) Waktu kerja alat belum efektif, dimana sebelumnya 18,71 jam/hari
setelah perbaikan dapat ditingkatkan menjadi 18,91 jam/hari.
3) Loading area relatif sempit sehingga manuver alat angkut untuk
mengambil posisi untuk pemuatan perlu waktu lama.

c. Faktor Lain
1) Perbaikan jalan yang menghambat kerja alat muat sehingga cycle time
bertambah dan menyebabkan alat angkut mengantri untuk proses
pemuatan.
2) Pengisian fuel dilakukan pada saat jam kerja sehingga mengurangi
waktu kerja dari alat angkut.
3) Lebar jalan pada tikungan terlalu sempit sehingga menambah waktu
edar.

3. Upaya yang dapat dilakukan agar target produksi dapat terpenuhi yaitu :
a. Alat Muat
Melakukan pengoptimalan waktu edar alat muat dari 0,386 menit menjadi
0,374 menit dan perbaikan waktu kerja efektif dari 18,38 jam/hari menjadi 18,62
jam/hari. Kemampuan produksi alat muat setelah penambahan 1 unit alat angkut
meningkat dari 243.631,6834 BCM produksi menjadi sebesar 381.688,0704
BCM
b. Alat Angkut
Melakukan pengoptimalan waktu edar alat angkut dari 12,11 menit menjadi
9,9 menit dan perbaikan waktu kerja efektif dari 18,71 jam/hari menjadi 18,91
jam/hari, kemampuan produksi alat angkutsetelah penambahan 1 unit alat angkut
meningkatdari 236.372,6263 BCMmenjadi sebesar 368.391,1153BCM.
c. Faktor Lain
Perbaikan jalan dilakukan saat tidak ada aktifitas pengangkutan atau unit
untuk perbaikan jalan lebih mengutamakan unit alat angkut sehingga unit alat

47
angkut tidak mengalami hambatan. Pengisian fuel dilakukan diluar jam kerja
sehingga tidak mengurangi waktu kerja alat. Perluasan area kerja
dimungkinkanakan mempermudah proses pemuatan dan pengangkutan sehingga
berdampak mempeningkatan produksi.
6.2. Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan, adalah sebagai berikut:
1. Perlu dilakukan perluasan pada loading area sehingga manuver alat angkut
lebih mudah sehingga mengurangi waktu edar alat angkut.
2. Penambahan 1 unit alat angkut HD 773E untuk mencapai target produksi
pengupasan lapisan penutup berdasarkan metode OEE.
3. Peningkatan pengawasan terhadap kegiatan pengupasan overburden
sehingga waktu kerja lebih efektif, efisiensi kerja meningkat dan
meminimalisir waktu hambatan yang dapat dihindari.

48
DAFTAR PUSTAKA

1. Boulter, G. 1972. Cyclical Methods – Draglines and Clamshells. In: Surface


Mining. New York: The American Institute of Mining, Metallurgical. and
Petroleum Engineers, Inc.
2. Burt C. dan Caccetta L. 2014. Equipment Selection for Surface Mining,
Interfaces. In: Optimization of Load-Haul-Dump Mining System by OEE and
Match Factor for Surface Mining. International Journal of Applied
Engineering and Technology.
3. Couzens, T.R. 1979. Aspects of Production Planning: Operating Layout and
Phase Plans. In: Open Pit Mine Planning and Design. New York: SME-
AIME.
4. Gusman, M dan Agustino, Y. 2018. Evaluasi Optimalisasi Alat Gali Muat
dengan Metoda Overall Equipment Effectiveness (OEE) untuk Memenuhi
Target Produksi Batubara Bulan Maret 2018 di Pit 1 Utara Bangko Barat
PT.Bukit Asam Tbk, Tanjung Enim Sumatera Selatan. Jurnal Bina Tambang,
Vol 3, No.4, Januari 2019.
5. Hartman, H. L. 1987. Introductory Mining Engineering. New York: John
Wiley and Sons, Inc.
6. Hustrulid, W. dan Kuchta.M.2013. Open Pit Mine and Design, Vol 1:
Fundamentals. Rotterdam: A.A. Balkema.
7. Kaufman, W. W.dan Ault.C. 1977. Design of Surface Mine Haulage Road –
Manual. Washington: United States Department of The Interior, Berau of
Mines.
8. Mohammadi, M. Performance Evaluation of Bucket Based Excavating,
Loading and Transport (Belt) Equipment-An OEE Approach. DOI
10.1515/amsc-2017-0008 (2017)
9. Nakajima, S. 1988. Introduction to TPM – total productive maintenance.
Productivity Press, Cambridge.

49
10. Nichols, H.L. dan Day,D.A.2005. Moving the Earth – The Workbook of
Excavation, 4th ed. New York: McGraw-Hill.
11. Nursanti, I. 2014. Analisis Perhitungan Overall Equipment Effectiveness
(OEE) pada Mesin Packing untuk Meningkatkan Nilai Availability Mesin.
Jurnal Ilmiah Teknik Industri, Vol.13, No. 1, Juni 2014.
12. Peurifoy dan Robert L. 2006. Construction Planning, Equipment, and
Methods, 7th ed. New York: McGraw-Hill.
13. Prodjosumarto,P. 1990. Pemindahan Tanah Mekanis. Jurusan Teknik
Pertambangan. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
14. Rumfelt, H. 1972. Cyclical Methods – Shovel and Backhoes. In: Surface
Mining. New York: The American Institute of Mining, Metallurgical. And
Petroleum Engineers, Inc.
15. Sulistyana,W. 2015. Perencanaan Tambang. Yogyakarta: ProdiTeknik
Pertambangan, UPN “V” Yogyakarta.
16.Supriatna, S. dan Sudrajat, A. 1987. Geological Map of the Muara Tewe
Quadrangle, Kalimantan, Geological Research and Development Centre,
Bandung.
17. Tannant, D. D. danRegensburg, B. 2001. Guidelines for Mine Haul Road
Design. Kelowna: School of Engineering University of British Columbia.
18. _______. Caterpillar Performance Handbook, 45th ed. 2015. Peoria, Illinois:
Caterpillar Inc.

50
LAMPIRAN A
DATA CURAH HUJAN

Lampiran A mencakuptabel data curah hujan, hari hujan dan durasi hujan
tahun 2011 hingga 2018 yang diperoleh dari PT. Tanito Harum.
Tabel A.1.
Data Curah Hujan Bulanan Tahun 2011-2018

Curah Hujan (mm)


Rata-
Bulan
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 rata
Jan 166,50 205,5 179,50 341,00 259,60 120,00 180,50 263,50 214,51
Feb 126,50 125,00 193,00 218,00 111,50 70,00 162,00 242,20 156,03
Mar 188,00 257,00 240,50 133,00 133,00 75,00 194,00 281,50 187,75
Apr 179,85 163,00 231,50 206,00 258,50 182,00 344,00 110,65 209,44
Mei 319,85 231,50 263,00 210,00 236,00 101,00 133,50 174,30 208,64
Jun 69,25 164,00 226,00 117,00 379,00 225,00 206,50 64,20 181,37
Jul 129,50 57,00 58,50 39,00 26,00 167,00 138,50 46,70 82,78
Agt 59,50 47,00 62,50 80,00 24,00 80,50 127,00 82,50 70,38
Sep 142,50 64,00 196,50 39,00 0,00 284,00 208,50 92,90 128,43
Okt 122,50 31,50 66,00 41,00 28,00 216,33 143,00 207,40 106,90
Nov 279,50 204,00 168,00 178,50 111,00 152,00 303,80 291,30 211,01
Des 352,00 106,50 292,00 413,00 108 332,00 196,00 113,00 239,06
Rata-rata 166,36

51
Tabel A.2.
Data Hari Hujan Bulanan Tahun 2011-2018

Hari Hujan (Hari) Rata-


Bulan
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 rata
Jan 15 15 16 15 19 10 18 16 15,50
Feb 15 8 14 5 5 6 13 17 10,40
Mar 20 12 9 11 11 7 18 14 12,80
Apr 16 13 9 12 12 13 16 23 14,30
Mei 14 12 14 12 10 16 19 15 14,00
Jun 8 12 11 11 18 17 15 14 13,30
Jul 8 10 8 3 4 12 10 10 8,10
Agt 5 4 11 7 2 5 14 9 7,10
Sep 9 6 5 8 0 22 11 6 8,40
Okt 9 14 11 4 4 22 11 14 11,10
Nov 10 16 14 9 14 11 15 18 13,40
Des 19 13 19 9 8 23 16 11 14,80
Rata-rata 11,90

Tabel A.3.
Data Durasi Hujan Bulanan Tahun 2011-2018

Durasi Hujan (Jam) Rata-


Bulan
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 rata
Jan 35,00 72,00 61,65 55,25 93,92 60,10 65,88 68,02 63,98
Feb 54,42 46,00 60,15 21,40 25,42 21,20 49,25 79,70 44,69
Mar 78,25 37,50 35,63 35,63 36,23 36,23 55,34 77,48 49,04
Apr 39,47 61,43 37,88 28,37 43,75 57,35 79,28 79,27 52,20
Mei 27,45 34,10 78,46 12,48 35,08 83,30 39,05 70,60 47,57
Jun 15,50 25,58 60,00 41,17 66,33 68,73 62,80 34,07 46,77
Jul 17,22 24,06 21,60 12,15 10,00 62,60 39,92 24,88 26,55
Agt 11,50 11,25 14,40 13,41 7,00 31,40 39,02 20,37 18,54
Sep 30,33 14,16 8,75 17,50 0,00 77,00 28,47 10,39 23,33
Okt 31,21 15,08 24,44 6,83 11,30 81,24 38,92 24,43 29,18
Nov 35,07 33,75 34,10 28,91 27,25 49,16 67,65 85,77 45,21
Des 80,23 30,80 35,16 84,33 14,00 102,41 55,42 27,15 49,90
Rata-rata 41,41

52
Berdasarkan data tabel curah hujan, hari hujan dan durasi hujan di PT.
Tanito Harumdari tahun 2011 sampai dengan 2018, dapat diketahui :
- Curah hujan rata-rata = 166,36 mm/bulan
- Hari hujan rata-rata = 11,9 hari/bulan
- Durasi hujan rata-rata = 41,41 jam/bulan
= 1,38 jam/hari

53
LAMPIRAN B
JUMLAH HARI KERJA

PT. Tanito Harum menerapkan waktu kerja dengan dua shift kerja setiap harinya.
Dilaksanakan pada hari Senin sampai dengan hari Minggu. Pengamatan waktu
kerja dapat dilihat pada Tabel B.1.

Tabel B.1
Jadwal Waktu Kerja PT. Tanito Harum
Waktu Kerja Total Waktu
Hari Kerja
Shift I Shift II Kerja (Jam)
06.00 - 12.00 18.00 - 24.00
Senin 22
13.00 - 18.00 01.00 - 06.00
06.00 - 12.00 18.00 - 24.00
Selasa 22
13.00 - 18.00 01.00 - 06.00
06.00 - 12.00 18.00 - 24.00
Rabu 22
13.00 - 18.00 01.00 - 06.00
06.00 - 12.00 18.00 - 24.00
Kamis 22
13.00 - 18.00 01.00 - 06.00
06.00 - 11.30 18.00 - 24.00
Jumat 21,5
13.00 - 18.00 01.00 - 06.00
06.00 - 12.00 18.00 - 24.00
Sabtu 22
13.00 - 18.00 01.00 - 06.00
06.00 - 12.00 18.00 - 24.00
Minggu 22
13.00 - 18.00 01.00 - 06.00
Total waktu kerja dalam satu minggu 153,5

Total waktu kerja dalam satu minggu 153,5 jam


Dari tabel diatas diperoleh waktu kerja tersedia sebagai berikut :

Waktu kerja tersedia perhari = 22 jam/hari (bukan hari Jumat)


= 21,5 jam/hari (hari Jumat)
Waktu kerja dalam satu bulan = 680 jam/bulan.

54
LAMPIRAN C
PERHITUNGAN FAKTOR PENGEMBANGAN

Faktor pengembangan Overburden adalah perbandingan antara densitas


Overburden dalam keadaan lepas (loose) dengan densitas Overburden dalam
keadaan alamiah (bank). Perhitungan faktor pengembangan adalah sebagai
berikut:
Loose Density : 1,81 ton/m3
Bank Density : 2,32 ton/m3

Swell Factor : (1,81 ton/m3)/(2,32 ton/m3)


: 0,78

55
LAMPIRAN D
SPESIFIKASI ALAT MUAT

Gambar D.1
Alat Muat Komatsu PC-800 SE

1. Operating weight : 75,2 ton


2. Engine output : 370 kW/496HP pada 1.800 rpm
3. Kapasitas bucket : 4,5 m3
4. Kecepatan
a. Kecepatan swing : 0– 6,8 rpm
b. Kecepatan jalan : 0– 4,2 km/jam
Kemampuan penggalian
a. Jangkauan maksimum penggalian : 11,3 meter
b. Tinggi penumpahan maksimal : 7,52 meter
c. kedalaman penggalian maksimal : 7,13 meter
Dimensi (ukuran)
a. Panjang total : 13,1 meter
b. Lebar total : 4,11 meter
c. Tinggi total : 4,61 meter
Track
a. Length track on ground : 8,255 meter

56
b. Trackwidth : 0,850 meter
c. Undercarriage width : 6,183 meter
d. Ground clearance : 0,870 meter
e. Ground Pressure : 29,63 psi
Mesin
a. Model : Komatsu SAA6D14OE-5
b. Tipe : 4 cylinder turbocharged V-enginer
aftercooler, two separate water
cooling circuit, direct injection
c. Bore/stroke : 140/165 mm
Kapasitas bahan bakar
a. Bahan bakar penuh : 5.440 liter
b. Kapasitas pelumas hidrolik : 2.281 liter
c. Kapasitas pelumas hidrolik sistem : 4.050 liter

57
LAMPIRAN E
SPESIFIKASI ALAT ANGKUT

Gambar E.1
Alat Muat Caterpillar HD 773E

1. Kapasitas bak : 26,6 m3 (struck) / 35,2 m3 (heaped)


2. Engine
a. Model mesin : Cat 3412E
b. Kapasitas mesin : 27 liter
c. Tenaga : 710 HP
3. Kapasitas payload : 60 ton
4. Kecepatan maksimal bermuatan : 62,2 km/j
5. Ukuran ban : 24.00 R35
6. Berat truck
a. Berat kosong : 45.480 kg / 100.180 lb
b. Berat bermuatan : 99.300 kg / 219.000 lb
7. Distribusi beban
a. Berat kosong : Depan 47,3 %
: Belakang 52,7 %
b. Berat bermuatan : Depan 33,3 %
: Belakang 66,7 %
8. Kapasitas bahan bakar : 700 liter

58
9. Turning radius : 21,70 meter
10. Dimensi truck
a. Panjang keseluruhan : 9,12 meter
b. Tinggi keseluruhan : 4,398 meter
c. Lebar Keseluruhan : 5,076 meter
11. Dimensi vessel
a. Panjang vessel : 8,535 meter
b. Tinggi vessel : 1,802 meter
c. Lebar vessel : 3,910 meter
12. Jarak antar as roda : 4,191 meter
13. Jarak bagian depan dengan as roda : 2,146 meter
14. Jarak bagian belakang dengan as roda: 2,870 meter
15. Lebar jejak depan : 4,040 meter
16. Sudut penyimpangan roda depan : 31o
17. Grade maksimum : 30%
18. Kecepatan tiap transmisi :
a. Gigi 1 : 9,9 km/j
b. Gigi 2 : 13,9 km/j
c. Gigi 3 : 18,8 km/j
d. Gigi 4 : 25,2 km/j
e. Gigi 5 : 34,1 km/j
f. Gigi 6 : 45,9 km/j
g. Gigi 7 : 62,2 km/j
h. Gigi mundur : 13,1 km/j

59
LAMPIRAN F
FAKTOR PENGISIAN MANGKUK

Faktor pengisian mangkuk (bucket fill factor) merupakan perbandingan


antara kapasitas nyata dengan kapasitas baku alat yang dinyatakan dalam persen
(%). Produksi alat akan menjadi besar jika faktor pengisiannya juga besar. Besar
kecilnya faktor pengisian tergantung dari sifat material, kondisi material di
lapangan, dan keahlian operator.
Tabel F.1
Tabel Perhitungan Bucket fill Factor
CTL CTL Kapasitas Kapasitas Bucket fill
NO Pass
(detik) (menit) Bucket (m3) Bak (m3) factor (%)
1 156 2,60 7 4,5 35,2 111,75
2 151 2,52 6 4,5 35,2 130,37
3 143 2,38 7 4,5 35,2 111,75
4 121 2,02 6 4,5 35,2 130,37
5 140 2,33 6 4,5 35,2 130,37
6 144 2,40 7 4,5 35,2 111,75
7 154 2,57 6 4,5 35,2 130,37
8 159 2,65 7 4,5 35,2 111,75
9 169 2,82 7 4,5 35,2 111,75
10 193 3,22 9 4,5 35,2 86,91
11 202 3,37 9 4,5 35,2 86,91
12 162 2,70 7 4,5 35,2 111,75
13 169 2,82 7 4,5 35,2 111,75
14 149 2,48 6 4,5 35,2 130,37
15 168 2,80 8 4,5 35,2 97,78
16 189 3,15 7 4,5 35,2 111,75
17 151 2,52 7 4,5 35,2 111,75
18 120 2,00 6 4,5 35,2 130,37
19 173 2,88 6 4,5 35,2 130,37
20 174 2,90 7 4,5 35,2 111,75
21 179 2,98 7 4,5 35,2 111,75
Bersambung...........

60
.......sambungan.
22 181 3,02 7 4,5 35,2 111,75
23 162 2,70 7 4,5 35,2 111,75
24 159 2,65 7 4,5 35,2 111,75
25 144 2,40 6 4,5 35,2 130,37
26 129 2,15 6 4,5 35,2 130,37
27 131 2,18 6 4,5 35,2 130,37
28 130 2,17 6 4,5 35,2 130,37
29 136 2,27 6 4,5 35,2 130,37
30 134 2,23 6 4,5 35,2 130,37
31 162 2,70 7 4,5 35,2 111,75
Rata-
rata 155,94 2,60 7 4,5 35,2 117,50

Berikut ini merupkan perhitungan bucket fill factor alat muat overburden
Komatsu PC800SE-8, melakukan pemuatan ke HD 773E. Front penambangan
terdapat di PIT PDL Handak. Pengambilan data dilakaukan dengan melakukan
pengamatan pada jumlah bucket yang dibutuhkan untuk memenuhi bak alat muat
hingga keadaan heaped. Dari hasil perhitungan didapatkan nilai bucket fill factor
sebesar 117,50%.

61
LAMPIRAN G
GEOMETRI DAN PETA JALAN ANGKUT

G.1. Lebar Jalan Angkut Minimum

G.1.1. Lebar Jalan Angkut Pada Jalan Lurus


Penentuan lebar jalan angkut lurus minimum didasarkan menurut Tannant
and Regensburg (2001) dalam bukunya Guidelines for Mine Haul Road Design.
Perhitungan standar jalan angkut pada pit penambangan, menggunakan alat
angkut terbesar yang beroperasi pada tambang tersebut. Lebar jalan angkut
minimum pada jalur lurus dapat dihitung menggunakan rumus:

W=(1,5L + 0,5)X
Keterangan :
W : Lebar jalan angkut minimum pada lintasan lurus, meter
L : Jumlah jalur
X : Lebar alat angkut, meter

Pada pit Wahana semua jalan dibuat 2 jalur, maka nilai L pada rumus
tersebut menggunakan angka 2 sesuai jumlah jalur yang direncanakan.
Perhitungan lebar jalan menggunakan alat angkut HD 773E dikarenakan
sebagai alat angkut terbesar. Sehingga perhitungan lebar jalan adalah sebagai
berikut:

Lmin = (1,5 x 2 + 0,5) 5,076 meter


= 3,5 x 6,048 meter
= 17,766 meter

62
G.1.2. Lebar Jalan Angkut Pada Tikungan
Untuk lebar jalan angkut minimum pada tikungan didasarkan pada lebar
jejak roda kendaraan, lebar juntai bagian depan dan belakang dari alat angkut,
jarak antar alat angkut pada saat bersimpangan, serta jarak sisi luar alat angkut
ditepi jalan. Perhitungannya dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

Wmin = n (U + Fa + Fb + Z) + C
= Z = 0,5 (U + Fa + Fb)
Fa = Ad x sin α
Fb = Ab x sin α

Keterangan :

Wmin : Lebar jalan angkut pada tikungan, m


n : Jumlah jalur
U : Lebar jejak roda, m
Fa : Lebar juntai depan (dikoreksi dengan sin sudut belokan roda depan), m
Fb : Lebar juntai belakang (dikoreksi dengan sin sudut belok roda depan), m
Ad : Jarak as roda depan dengan bagian depan truck, m
Ab : Jarak as roda belakang dengan bagian belakang truck, m
A : Sudut penyimpangan (belok) roda depan
C : Jarak antara dua truck yang akan bersimpangan, m
Z : Jarak sisi luar truck ke tepi jalan, m
R : Radius putar truck
Wb : Jarak sumbu roda depan dengan sumbu roda belakang

Berdasarkan spesifikasi alat angkut Caterpillar 777D (Lampiran E):


a. Jarak antara as depan dengan as belakang (Wb) :4,191meter
b.Jarak antara as depan dengan bagian depan (Ad) :2,146 meter
c.Jarak antara as belakang dengan bagian belakang (Ab) :2,870 meter
d.Lebar jejak depan (U) :4,040 meter
e.Sudut penyimpangan roda depan : 31o
Sehingga :

63
Fa = 2,146 meter x sin 31o
= 1,1053 meter
Fb = 2,870 meter x sin 31o
= 1,4782 meter
C = Z = 0,5(4,040 + 1,1053 + 1,4782) meter
C = Z = 3,3118 meter

Jadi lebar jalan angkut pada tikungan adalah :


Wmin = 2 (4,040 + 1,1053 + 1,4782 + 3,3118) meter + 3,3118 meter
2 (9,9353) meter + 3,3118 meter
19,8706 + 3,3118 meter
23,1824 meter
Jadi lebar jalan angkut minimum pada tikungan di pit PDL Handak,
berdasarkan alat angkut terbesar yang digunakan Caterpillar 773E adalah 23,1824
meter.

G.2. Lebar Jalan dan Grade Jalan Angkut di Lapangan


Berikut ini adalah perhitungan grade jalan angkut pengupasan overburden
tanjakan maupun turunan, serta lebar jalan angkut dari front RL-80 ke disposal
area.
Tabel G.1
Grade dan Lebar Jalan Angkut Front RL-80 ke DisposalArea

Grade Lebar Lurusan Lebar Tikungan


No Segment ΔX ΔH
(%) (m) (m)
1 A-B 101,9 -2 -2,0 28,5 -
2 B-C 123,5 0 0,0 18,6 -
3 C-D 124,6 -10 -8,0 - 11,4
4 D-E 184,5 -11 -6,0 33,9 -
5 E-F 111,7 -3 -2,7 25,6 23,4
6 F-G 263,1 -4 -1,5 23,6 -
7 G-H 398,3 14 3,5 24,9 25,1
8 H-I 147 7 4,8 24,3 25,7
9 I-J 107 5 4,7 22,8 22,8

64
G.3. Superelevasi
Superelevasi merupakan kemiringan jalan pada tikungan yang
terbentukoleh batas antara tepi jalan terluar dengan tepi jalan terdalam karena
perbedaan ketinggian. Angka superelevasi berdasarkan radius tikungan dan
kecepatan kendaraan dapat dilihat di tabel G.2.
Tabel G.2
Angka Superelevasi yang Direkomendasikan
Jari-jari Kecepatan (km/jam)
Tikungan
24 32 40 48 >56
(m)
15 4%
30 4% 4%
45 4% 4% 5%
75 4% 4% 4% 6%
90 4% 4% 4% 4% 6%
180 4% 4% 4% 4% 4%
300 4% 4% 4% 4% 4%

Dengan diketahui data sebagai berikut :


- Kecepatan saat bermuatan sebesar 20 km/jam
- Kecepatan saat kosong sebesar 28 km/jam
- Radius tikungan sebesar 19,1 m
Maka, superelevasi yang dirokemendasikan adalah 4%.

65
LAMPIRAN H
DATA WAKTU HAMBATAN PADA ALAT MUAT

H.1. Hambatan Kerja yang Dapat Dihindari


Hambatan yang dapat dihindari pada alat muat, terdiri dari:
A = Berhenti bekerja sebelum istirahat
B = Terlambat bekerja setelah istirahat
C = Berhenti bekerja lebih awal dari akhir shift
D = Terlambat bekerja pada awal shift
E = Keperluan operator
F = Pengisian bahan bakar ketika jam kerja
Hambatan kerja yang dapat dihindari pada PC 800-SE dapat dilihat pada Tabel
H.1. Data statistik dapat dilihat pada Tabel I.2.
H.2. Hambatan Kerja yang Tidak Dapat Dihindari
Hambatan kerja yang tidak dapat dihindari pada alat muat, terdiri dari:
A = Rain and wet delay
B = Safety Talk
C = Breakdown dan perawatan alat
D = Pemindahan posisi alat
E = Pengisian fuel
Hambatan kerja yang tidak dapat dihindari pada alat muat dapat dilihat pada Tabel
H.3.
Tabel H.1.
Data Waktu Hambatan yang Dapat Dihindari
Pada Alat Muat PC 800-SE

PC 800-SE
NO
A B C D E F
1 21 12 12 8 0 0
.......sambungan.
2 16 10 11 6 5 0
3 20 8 15 9 0 0
Bersambung...........

66
4 15 11 13 7 4 0
5 18 13 16 7 8 0
6 14 9 14 6 0 0
7 15 7 16 7 0 0
8 13 15 12 8 0 0
9 16 13 15 9 7 0
10 15 11 14 11 5 0
11 18 9 16 6 0 0
12 14 8 13 5 4 0
13 20 10 11 7 0 0
14 14 12 14 7 0 0
15 16 7 10 8 0 0
16 15 9 12 6 0 0
17 18 11 13 5 0 0
18 17 13 15 9 3 0
19 14 10 11 6 0 0
20 20 8 14 5 0 0
21 18 12 11 7 5 0
22 17 13 15 8 4 0
23 22 8 10 7 6 0
24 20 9 12 5 0 0
25 18 7 13 9 0 0
26 16 9 15 6 6 0
27 19 10 12 8 4 0
28 18 12 15 6 5 0
29 24 11 11 5 3 0
30 20 9 14 9 0 0
31 15 8 11 7 6 0
Total 536 314 406 219 75 0
Rata-rata 17,29 10,13 13,10 7,06 2,42 0,00

Tabel H.2.
Hasil Pengolahan Data Statistik Hambatan yang Dapat Dihindari pada Alat Muat
PC 800-SE (menit)

Data statistik A B C D E F
Mean 19,94 10,13 14,55 9,03 2,42 0
Median 20 10 15 9 0 0
Modus 19 9 16 9 0 0
Modus dibawah mean 18 9 13 9 0 0

67
Tabel H.3
Data Waktu Hambatan yang Tidak Dapat Dihindari
Pada Alat Muat PC 800-SE (menit)

PC-800 SE
NO
A B C D E
1 288 5 0 6 20
2 0 4 0 7 19
3 0 6 0 5 17
4 316 4 254 8 20
5 42 4 0 6 21
6 0 5 0 9 18
7 0 6 0 5 19
8 0 7 0 7 17
9 0 4 210 5 18
10 162 5 0 10 19
11 0 6 0 9 17
12 0 5 124 5 19
13 0 5 0 7 18
14 312 4 0 6 19
15 0 6 0 8 20
16 0 5 0 5 19
17 540 4 128 9 18
18 62 7 0 7 19
19 0 4 0 8 17
20 0 4 0 6 16
21 0 5 210 8 19
22 0 4 0 5 18
23 0 6 0 8 19
24 0 6 0 9 19
25 312 5 0 7 18
26 46 4 135 8 17
27 146 5 0 6 18
28 57 4 0 9 18
29 0 6 0 7 17
30 0 4 155 7 20
31 42 7 0 6 18
Total 2325 156 1216 218 571
Rata-
rata 75 5 39 7 18

68
LAMPIRAN I
DATA WAKTU HAMBATAN PADA ALAT ANGKUT

I.1. Hambatan Kerja yang Dapat Dihindari


Hambatan yang dapat dihindari pada alat angkut, terdiri dari:
A = Berhenti bekerja sebelum istirahat
B = Terlambat bekerja setelah istirahat
C = Berhenti bekerja lebih awal dari akhir shift
D = Terlambat bekerja pada awal shift
E = Keperluan operator
F = Pengisian bahan bakar ketika jam kerja
Hambatan kerja yang dapat dihindari pada HD 773E dapat dilihat pada Tabel I.1.
Data statistik dapat dilihat pada Tabel I.2.

I.2. Hambatan Kerja yang Tidak Dapat Dihindari


Hambatan kerja yang tidak dapat dihindari pada alat angkut, terdiri dari:
A = Rain and wet delay
B = Safety Talk
C = Breakdown dan perawatan alat
D = Pemindahan posisi alat
E = Pengisian fuel
Hambatan kerja yang tidak dapat dihindari pada alat angkut dapat dilihat pada
Tabel I.3.

69
Tabel I.1.
Data Waktu Hambatan yang Dapat Dihindari
Pada Alat AngkutHD 773E (menit)

HD 773E
NO
A B C D E F
1 15 12 13 5 0 21
2 17 10 11 6 4 0
3 19 7 15 7 0 0
4 17 9 13 5 6 0
5 16 8 16 8 4 0
6 20 9 12 6 7 18
7 18 9 11 7 5 0
8 17 11 17 6 6 0
9 17 7 14 6 0 0
10 16 7 14 6 0 13
11 18 7 15 8 0 0
12 16 8 13 6 0 0
13 17 7 16 9 0 0
14 17 9 14 7 6 19
15 15 8 13 8 5 0
16 16 8 15 8 6 0
17 16 7 14 10 4 18
18 18 9 15 8 0 0
19 18 9 16 7 3 0
20 19 6 11 9 4 0
21 19 10 17 9 0 0
22 19 9 12 6 0 20
23 16 9 14 8 0 0
24 18 7 16 9 0 0
25 19 9 13 7 5 19
26 15 8 12 8 4 0
27 17 5 16 6 7 0
28 17 9 13 8 0 18
29 15 9 15 9 0 0
30 19 7 12 9 6 0
31 15 10 14 7 0 17
Total 531 259 432 228 82 163
Rata-
17,1 8,4 13,9 7,4 2,6 5,3
rata

70
Tabel I.2.
Hasil Pengolahan Data Statistik Hambatan yang Dapat Dihindari
pada Alat Angkut HD 773E (menit)
Data statistik A B C D E F
Mean 17,13 8,35 13,94 7,35 2,65 5,26
Median 17 9 14 7 3 0
Modus 17 9 13 6 0 0
Modus dibawah mean 17 7 13 6 0 0

Tabel I.3
Data Waktu Hambatan yang Tidak Dapat Dihindari
Pada Alat Angkut HD 773E (menit)
HD 773E
NO
A B C D E
1 288 5 64 0 20
2 0 4 0 0 20
3 0 6 0 0 18
4 316 4 0 0 17
5 42 4 264 0 18
6 0 5 0 0 20
7 0 6 0 0 19
8 0 7 0 0 20
9 0 4 54 0 17
10 162 5 0 0 19
11 0 6 0 0 17
12 0 5 0 0 16
13 0 5 0 0 19
14 312 4 324 0 20
15 0 6 0 0 18
16 0 5 0 0 16
17 540 4 0 0 20
18 62 7 256 0 21
19 0 4 0 0 20
20 0 4 0 0 18
21 0 5 65 0 19
22 0 4 0 0 17
23 0 6 0 0 20
24 0 6 0 0 17
25 312 5 243 0 20
26 46 4 0 0 19
Bersambung...........

71
.......sambungan.
27 146 5 0 0 18
28 57 4 0 0 20
29 0 6 76 0 19
30 0 4 0 0 21
31 42 7 0 0 20
Total 2325 156 1346 0 583
Rata-
75,00 5,03 43,42 0,00 18,81
rata

72
LAMPIRAN J
PERHITUNGAN WAKTU KERJA DAN EFISIENSI KERJA

J.1. Perhitungan Waktu Kerja Efektif


Waktu kerja efektif adalah banyaknya waktu tersedia dikurangi banyaknya
waktu hambatan, baik hambatan yang dapat dihindari maupun hambatanyang
tidak dapat dihindari.
Tabel J.1
Perhitungan Waktu Kerja Efektif

PC 800- HD
JENIS ALAT
SE 773E

WAKTU YANG TERSEDIA 1320 1320


Hambatan yang dapat dihindari
Berhenti bekerja sebelum istirahat 19,94 17,1
Terlambat bekerja setelah istirahat 10,13 8,4
Berhenti bekerja lebih awal dari akhir
14,55 13,9
shift
Terlambat bekerja pada awal shift 9,03 7,4
Keperluan operator 2,42 2,6
Pengisian bahan bakar ketika jam kerja 0 5,3
Jumlah (menit) 56,07 54,7

Hambatan yang tidak dapat dihindari


Rain and wet delay 75 75
Safety talk 5 5
Breakdown dan perawatan peralatan 56 43,42
Pemindahan Posisi Alat 7 0
Pengisian fuel 18 18,81
Jumlah (menit) 161 142,23
Waktu Kerja Efektif (menit) 1102,93 1123,07
Waktu Kerja Efektif (jam) 18,38 18,72

73
Dari data pengamatan pada Tabel J.1 dapat diperoleh :
a. Waktu kerja efektif alat muat PC 800-SE (backhoe)
We backhoe = 1320 menit/hari – (56,07 menit/hari + 161 menit/hari)
= 1102,93 menit/hari
= 18,38 jam/hari
b. Waktu kerja efektif alat angkut HD 773E (dump truck)
Wedump truck = 1320 menit/hari – (54,7 menit/hari + 142,23 menit/hari)
= 1123,07 menit/hari
= 18,71 jam/hari

J.2. Efisiensi Kerja


Efisiensi kerja adalah suatu parameter penilaian terhadap pelaksaaan suatu
kegiatan dengan cara membandingkan antara waktu yang dipakai bekerja (waktu
kerja efektif ) dengan waktu kerja yang tersedia.
Dari data-data pengamatan tersebut kita dapat menghitung nilai efisiensi
kerja dari suatu alat dalam satu hari dan ditambahkan dengan waktu tunggu alat
muat yaitu 19,97 menit/jam. Nilai efisiensi ini didapat dari perhitungan efisiensi
kerja. Perhitungan efisiensi kerja adalah sebagai berikut :
a. Efisiensi kerja alat muat (backhoe)
𝑊𝑒𝑏𝑎𝑐𝑘ℎ𝑜𝑒
Efisiensi kerja = x 100%
𝑊𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎
1102,93
= x 100%
1320
= 83,56%
b. Efisiensi kerja alat angkut
𝑊𝑒 𝑑𝑢𝑚𝑝𝑡𝑟𝑢𝑐𝑘
Efisiensi kerja = x 100%
𝑊𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎
1123,07
= x 100%
1320
= 85,08%

74
LAMPIRAN K
CYCLE TIME ALAT MUAT

Cycle time alat muat adalah salah satu parameter yang dibutuhkan untuk
menghitung produksi dari alat muat, data cycle time alat muat diperoleh dengan
cara menghitung waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan penggalian dan
pemuatan. Rumus yang digunakan untuk menghitung waktu edar (cycle time)
adalah :
CTm = Tm1 + Tm2 + Tm3 + Tm4
Keterangan :
CTm : Total waktu edar alat muat (detik)
Tm1 : Waktu untuk menggali (detik)
Tm2 : Waktu swing bermuatan (detik)
Tm3 : Waktu penumapahan material (detik)
Tm4 : Waktu swing kembali kosong (detik)

Cycle time alat muat PC 800-SE dalah sebagai berikut :


Tabel K.1
Data cycle time alat muat PC 800-SE

Cycle
NO Tm1 Tm2 Tm3 Tm4
Time
1 9,8 5,23 3,14 4,12 22,29
2 10,74 6,18 3,48 4,77 25,17
3 8,34 5,03 3,03 4,03 20,43
4 8,17 4,87 3,05 4,08 20,17
5 9,65 5,54 3,34 4,80 23,33
6 8,53 4,89 3,08 4,07 20,57
7 10,82 6,21 3,68 4,96 25,67
8 9,24 5,27 3,38 4,82 22,71
9 10,36 5,98 3,58 4,22 24,14

75
10 8,85 5,34 3,13 4,12 21,44
11 9,72
.......sambungan. 5,24 3,32 4,16 22,44
12 9,58 5,47 3,42 4,67 23,14
Bersambung............
13 10,41 5,94 3,58 4,21 24,14
14 10,37 5,88 3,86 4,72 24,83
15 8,82 5,14 3,16 3,88 21,00
16 12,85 6,46 3,63 4,06 27,00
17 8,64 5,12 3,61 4,20 21,57
18 8,37 4,86 3,12 3,65 20,00
19 13,63 6,15 4,23 4,82 28,83
20 10,24 5,78 3,87 4,97 24,86
21 11,45 6,85 3,82 3,45 25,57
22 11,34 6,53 3,78 4,21 25,86
23 9,61 5,42 3,86 4,25 23,14
24 9,73 5,32 3,49 4,17 22,71
25 10,36 5,69 3,74 4,21 24,00
26 8,58 4,84 3,78 4,3 21,50
27 8,65 5,12 3,84 4,22 21,83
28 8,77 5,23 3,61 4,06 21,67
29 9,64 5,47 3,48 4,08 22,67
30 9,17 5,28 3,57 4,31 22,33
Total 294,43 166,33 105,66 128,62 695,04
Rata-rata 9,81 5,54 3,52 4,29 23,17
SD 1,30 0,54 0,30 0,37 2,13

Total CTm (cycle time) = (9,81+5,54-3,52+4,29) detik


= 23,16 detik
= 0,386 menit
CTm sampai truck heaped = 23,16 detik x 7 pass
= 162,12 detik
= 2,702 menit
Dari hasil pengamatan di lapangan, maka nilai cycle time alat muat PC 800-SE
adalah sebesar 23,16 detik atau 0,386 menit dan untuk mencapai truck heaped
memerlukan waktu 2,702 menit dan 7 pass (Lampiran F).

76
LAMPIRAN L
CYCLE TIME ALAT ANGKUT

Cycle time alat angkut adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengatur posisi
untuk dimuat, waktu proses pemuatan, waktu travel isi, waktu dumping, waktu
travel kosong untuk kemuadian dilakukan pemuatan kembali. Sehingga rumus
yang digunakan adalah :
CTa = Ta1 + Ta2 + Ta3 + Ta4 + Ta5
Keterangan :
CTa : Total waktu edar alat angkut (menit)
Ta1 : Waktu mengatur posisi (menit)
Ta2 : Waktu saat pemuatan (menit)
Ta3 : Waktu travel isi (menit)
Ta4 : Waktu dumping (menit)
Ta5 : Waktu travel kosong (menit)
Cycle time alat angkut HD 773E adalah sebagai berikut :
Tabel M.1
Data cycle timealat angkut Komatsu HD 773E
Mengatur Travel Travel waktu Cycle
NO posisi loading isi dumping kosong mengantri time
(menit) (menit) (menit) (menit) (menit) (menit) (menit)
1 0,32 2,6 3,36 0,78 2,16 1,4 10,62
2 0,28 3,15 3,56 0,82 2,41 5,42 15,63
3 0,34 3,12 3,45 0,76 2,66 3,05 13,38
4 0,62 3,18 3,69 0,94 2,9 2,58 13,92
5 0,43 2,85 3,57 0,74 2,66 3,12 13,37
6 0,35 3,2 3,83 0,86 3,58 3,75 15,57
7 0,38 2,83 4,21 0,72 3,33 4,33 15,8

77
8 0,37 2,65 4,13 0,85 3,03 3,55 14,58
9 0,25 2,82 5,18 0,82 4,22 0 13,28
.......sambungan.
10 0,24 2,12 3,92 0,79 2,65 0 9,72
11 0,32 2,02 3,42 0,61 2,18 Bersambung............
0,5 9,05
12 0,39 2,11 3,35 0,65 2,63 0,88 10,02
13 0,58 2,82 5,26 0,74 4,02 0 13,42
14 0,28 2,48 3,51 0,7 2,91 0 9,88
15 0,23 2,8 3,24 0,63 2,52 1,53 10,95
16 0,38 3,15 4,15 0,84 3,81 0,87 13,2
17 0,21 2,52 3,42 0,62 2,53 0 9,3
18 0,27 2 3,84 0,66 2,56 0 9,33
19 0,22 2,88 3,28 0,65 2,57 0 9,6
20 0,21 2,9 3,15 0,62 2,29 0,78 9,95
21 0,22 2,24 3,42 0,68 2,71 0 9,27
22 0,38 2,15 3,48 0,61 2,31 0 8,93
23 0,15 2,12 3,12 0,58 2,11 2,75 10,83
24 0,35 2,23 3,17 0,56 2,37 2,17 10,85
25 0,25 2,4 3,21 0,62 2,1 2,33 10,92
26 0,21 2,15 3,35 0,62 2,54 4,85 13,72
27 0,16 2,15 3,21 0,55 1,88 3,55 11,5
28 0,24 2,17 3,48 0,64 2,91 6,27 15,7
29 0,2 2,27 3,15 0,61 2,52 5,3 14,05
30 0,63 2,23 3,28 0,69 2,75 7,4 16,98
Total 9,46 76,3 108,39 20,96 81,82 66,38 363,32
Rata-rata 0,32 2,54 3,61 0,7 2,73 2,21 12,11
SD 0,12 0,40 0,53 0,10 0,57 2,17 2,46

Dari perhitungan data pengamatan di lapangan diperoleh nilai rata-rata


dari waktu edar alat angkut Komatsu HD 773E adalah sebagai berikut :
- Waktu rata-rata mengatur posisi = 0,32 menit
- Waktu rata-rata loading = 2,54 menit
- Waktu rata-rata travel isi = 3,61 menit
- Waktu rata-rata dumping = 0,7 menit
- Waktu rata-rata travel kosong = 2,73 menit
- Waktu rata-rata mengantri = 2,21 menit +
Total waktu edar (cycle time) = 12,11 menit

78
LAMPIRAN M
PERHITUNGAN MATCH FACTOR DAN WAKTU TUNGGU
ALAT SEBELUM PERUBAHAN

Nilai keserasian kerja ( Match Factor ) dari rangakaian alat mekanis dapat
diketahui menggunakan persamaan sebagai berikut :
MF = Na x Ctm
Nm x Cta
Keterangan :
MF = Match Factor atau faktor keserasian
Na = Jumlah alat angkut dalam kombinasi kerja , unit
Nm = Jumlah alat muat dalam kombinasi kerja, unit
N = Banyaknya pengisian tiap satu alat angkut
Cta = Waktu edar alat angkut, detik
Ctm = Waktu edar alat muat, detik
CTm = Lamanya pemuatan ke alat angkut, yang besarnya adalah jumlah
pemuatan dikalikan dengan waktu edar alat muat (n.Ctm)
Keserasian kerja Backhoe PC 800-SE dengan Dump Truck Komatsu
HD 773E
Diketahui :
Na = 3 unit
Nm = 1 unit
Cta = 12,11 menit (Lampiran L)
N =7
Ctm = 0,386 menit (Lampiran K)
CTm = 7 x 0,386 menit

79
= 2,702 menit
Na x Ctm
MF =
Nm x Cta

3 x 2,702
MF =
1 x 12,11

= 0,669

Karena nilai MF < 1, maka faktor kerja alat muat kurang dari 100% yang berarti
ada waktu tunggu dari alat muat tersebut.Waktu tunggu alat muat dapat dihitung
dengan cara sebagai berikut:
WTm = Nm x Cta - Ctm
Na
WTm = 1 x 12,11 - 2,702
3
WTm = 1,335 menit
Jadi, alat muat selama 12,11 menit waktu kerja terdapat 4,004 menit waktu tunggu
untuk menunggu 2 alat angkut. Maka untuk 1 jam waktu kerja terdapat 19,84
menit waktu tunggu alat muat. Hal ini akan menyebabkan berkurangnya
efektivitas kerja dari alat muat.

80
LAMPIRAN N
PERHITUNGAN PRODUKSI ALAT MUAT TANPA METODE
OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE)

Kemampuan produksi alat muat adalah besarnya produksi yang dapat


dicapai dengan kenyataan kerja laat muat berdasarkan kondisi yang dicapai saat
ini. Dari pengamatan dan pengukuran di lapangan didapatkan produksi alat muat
(backhoe) adalah sebagai berikut :

Produksi backhoe PC 800-SE


Waktu edar alat muat (aktual), menit (CTm) = 0,386 menit (Lampiran L)
Kapasitas bucket (KB) = 4,5 m3 (Lampiran D)
Faktor pengisian bucket (FF) = 117,50% (Lampiran F)
Efisiensi kerja (EK) = 83,56 % (Lampiran K)
Swell factor (SF) = 0,78 (Lampiran C)
Banyaknya pengisian tiap satu alat angkut (N)= 7
Waktu tunggu (WT) = 1,335 menit
60x KB x FF x EK x SF x N BCM/jam
Pm =
CTm

60x 4,5 x 117,50% x 83,56% x 0,78 x 7 BCM/jam


=
(0,386x7)+1,335

= 358,5369BCM/jam x 567,78 jam/bulan

= 203.570,1262BCM/bulan

81
LAMPIRAN O
PERHITUNGAN PRODUKSI ALAT ANGKUT TANPA
METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS(OEE)

Kemampuan produksi actual alat angkut Komatsu HD773E dihitung


menggunakan persamaan sebagai berikut :
60
Pa = Na x x KBm x EK x SF
CTa

Keterangan :
Pa = Produksi alat angkut, bcm/jam.
Na = Jumlah alat angkut, unit.
CTa = Waktu edar alat angkut, menit.
KBm = Kapasitas bak truk, m3 .
EK = Efisiensi kerja, %.
SF = Swell factor.
Dari pengamatan dan perhitungan di lapangan didapatkan produksi alat
angkut Komatsu HD773E adalah sebagai berikut :
Produksi alat angkut Komatsu HD773E :
Waktu edar alat angkut Komatsu HD773E (CTa) = 12,11 menit (Lampiran G)
Kapasitas bucket backhoe (KBm) = 4,5 m3 (Lampiran E)
Bucket Fill Factor backhoe (FF) = 117,5 % (Lampiran K)
Banyaknya pengisian tiap satu alat angkut (N) = 7
Kapasitas bak truk (Ca) = KBm x FF X N
= 4,5 x 117,5 % x 7
= 35,2 m3
Efisiensi kerja (EK) = 85,08% (Lampiran J)

82
Swell factor (SF) = 0,78 (Lampiran C)

60
Pa = Na x x KBm x EK x SF, BCM/jam
CTa
60
= 3x x 35,2 x 85,08% x 0,78 BCM/jam
12,11

= 347,2107BCM/jam

= 347,2107BCM/jam x 578,01 jam/bulan

= 200.691,2567BCM/bulan

83
LAMPIRAN P
PERHITUNGAN METODE OVERALL EQUIPMENT
EFECTIVENESS (OEE) PADA ALAT MUAT

P.1. Availability Factor (A)


Ketersediaan alat dengan suatu peralatan yang operasi dapat diitung
dengan persamaan sebagai berikut:

𝐴 = 𝐴𝑇/𝑇𝑇
Dimana:
AT = Available Time
TT = Total Calender Time

Perhitungan availability factor untuk alat muat backhoe PC 800-SE adalah


sebagai berikut:
𝐴𝑇
A =
𝑇𝑇
680 𝑗𝑎𝑚 /𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛
=
744 𝑗𝑎𝑚/𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛

= 0,914
P.2. Utilization Factor (U)
Maksudnya adalah pemanfaatan menandakan penggunaan produktif
jam tersedia dapat dihitung dengan perasamaan:

𝑈 = 𝑈𝑇/𝐴𝑇
Dimana:
UT = Utilization Time
AT = Available Time

84
Perhitungan utilization factor untuk alat muat backhoe PC 800-SE adalah
sebagai berikut:
𝑈𝑇
U =
𝐴𝑇
567,78 𝑗𝑎𝑚/𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛
=
680 𝑗𝑎𝑚/𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛

= 0,835
P.3. Speed Factor (S)
Faktor kecepatan adalah ratio waktu siklus yang direncanakan
dengan waktu siklus aktual, dapat dihitung dengan persamaan sebagai
berikut:

𝑆= 𝐶𝑇𝑝/𝐶𝑇𝑎

Dimana:
CTp = Planned Cyle Time
CTa = Actual Cycle Time

Perhitungan speed factor untuk alat muat backhoe PC 800-SE adalah


sebagai berikut:
𝐶𝑇𝑝
S =
𝐶𝑇𝑎
20 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
=
23,16+11,44 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘

= 0,578
P.4. Bucket Fill Factor (B)
Yaitu menandakan kegunaan produktif kapasitas bucket, kuantitas
bucket yang dimuat secara aktual dibandingkan dengan output aktual:

𝐵 = 𝑂𝑎𝑐/𝑂𝑝𝑐

Dimana :
Oac : Output actual bucket
Opc : Output planned bucket
Perhitungan bucket fill factor untuk alat muat backhoe PC 800-SE adalah sebagai
berikut:

85
𝑂𝑎𝑐
B =
𝑂𝑝𝑐
117,5% 𝑋 4,5
=
4,5

= 1,175
P.5. OEE Of Equipment
Untuk mengetahui nilai OEE dari alat muat dilakuakan perhitungan
dengan rumus sebagai berikut :
𝑂𝐸𝐸 = 𝐴 × 𝑈 × 𝑆 × 𝐵

Perhitungan nilai overall equipment effectiveness untuk alat muat backhoe


PC 800-SE adalah sebagai berikut:
OEE =AxUxSxB
= 0,914 x 0,835 x 0,578 x 1,175
= 0,5183
P.6. Output Produksi
Untuk Menghitung produksi pada waktu tertentu dapat digunakan
rumus:
𝑂p = 𝑂𝑝𝑐 × T𝑇×3600 × 𝑂𝐸𝐸
CTp

Perhitungan output produksi untuk alat muat backhoe PC 800-SE adalah


sebagai berikut:
4,5 𝑋 744 𝑋 3600 𝑋 0,5183
Op =
20
= 312.348,312 LCM x 0,78
= 243.631,6834 BCM

86
LAMPIRAN Q
PERHITUNGAN METODE OVERALL EQUIPMENT
EFECTIVENESS (OEE) PADA ALAT ANGKUT

Q.1. Availability Factor (A)


Ketersediaan alat dengan suatu peralatan yang operasi dapat diitung
dengan persamaan sebagai berikut:

𝐴 = 𝐴𝑇/𝑇𝑇
Dimana:
AT = Available Time
TT = Total Calender Time

Perhitungan availability factor untuk satu alat angkut HD 773E adalah


sebagai berikut:
𝐴𝑇
A =
𝑇𝑇
680 𝑗𝑎𝑚 /𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛
=
744 𝑗𝑎𝑚/𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛

= 0,914

Q.2. Utilization Factor (U)


Maksudnya adalah pemanfaatan menandakan penggunaan produktif
jam tersedia dapat dihitung dengan perasamaan:

𝑈 = 𝑈𝑇/𝐴𝑇
Dimana:
UT = Utilization Time

87
AT = Available Time
Perhitungan utilization factor untuk satu alat angkut HD 773E adalah
sebagai berikut:
𝑈𝑇
U =
𝐴𝑇
578,01 𝑗𝑎𝑚/𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛
=
680 𝑗𝑎𝑚/𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛

= 0,85
Q.3. Speed Factor (S)
Faktor kecepatan adalah ratio waktu siklus yang direncanakan
dengan waktu siklus aktual, dapat dihitung dengan persamaan sebagai
berikut:

𝑆= 𝐶𝑇𝑝/𝐶𝑇𝑎

Dimana:
CTp = Planned Cyle Time
CTa = Aktual Cycle Time

Perhitungan speed factor untuk satu alat angkut HD 773E adalah sebagai
berikut:
𝐶𝑇𝑝
S =
𝐶𝑇𝑎
7 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
=
12,11 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

= 0,578
Q.4. Vessel Fill Factor (B)
Yaitu menandakan kegunaan produktif kapasitas vessel, kuantitas
vessel yang dimuat secara aktual dibandingkan dengan output aktual:

𝐵 = 𝑂𝑎𝑐/𝑂𝑝𝑐

Dimana :
Oac : Output actual vessel
Opc : Output planned vessel

88
Perhitungan vessel fill factor untuk satu alat angkut HD 773E adalah sebagai
berikut:
𝑂𝑎𝑐
B =
𝑂𝑝𝑐
35,2
=
35,2

=1
Q.5. OEE Of Equipment
Untuk mengetahui nilai OEE dari alat muat dilakuakan perhitungan
dengan rumus sebagai berikut :
𝑂𝐸𝐸 = 𝐴 × 𝑈 × 𝑆 × 𝐵

Perhitungan nilai overall equipment effectiveness untuk satu alat angkut


HD 773E adalah sebagai berikut:
OEE =AxUxSxB
= 0,914 x 0,85 x 0,578 x 1
= 0,45
Q.6. Output Produksi
Untuk Menghitung produksi pada waktu tertentu dapat digunakan
rumus:
𝑂p = 𝑂𝑝𝑐 × T𝑇×3600 × 𝑂𝐸𝐸
CTp

Perhitungan output produksi untuk satu alat angkut HD 773E adalah


sebagai berikut:
35,2 𝑋 744 𝑋 60 𝑋 0,45
Op =
7
= 101013,9429 LCM x 0,78
= 78.790,8754 BCM
Menurut hasil perhitungan produksi menggunakan metode overall
equipment effectiveness (OEE) untuk satu alat angkut HD 773E adalah
78.790,8754 BCM. Maka, untuk 3 alat angkut HD 773E adalah 236.372,6263
BCM (belum memenuhi target sebesar 300.000 BCM/bulan).

89
LAMPIRAN R
PERBAIKAN CYCLE TIME ALAT MUAT

Berdasarkan perbaikan dengan menggunakan nilai modus di bawah rata-rata


didapatkancycle time alat muat PC 800-SE adalah sebagai berikut:
Waktu untuk menggali = 9,81 detik
Waktu swing isi = 5,12 detik
Waktu penumpahan material = 3,48 detik
Waktu swing kosong = 4,08 detik

Total CTm (cycle time) = (9,81+5,12-3,48+4,08) detik


= 22,49 detik
= 0,374 menit
CTm sampai truck heaped = 22,49 detik x 7 pass
= 157,43 detik
= 2,618 menit

90
LAMPIRAN S
PERBAIKAN CYCLE TIMEALAT ANGKUT

Perbaikan cycle time alat angkut dengan melakukan pengurangan atau


menghilangkan waktu tunggu agar adanya pengurangan waktu edar pada alat
angkut sehingga produksi mengalami peningkatan. Berikut adalah tabel upaya
perbaikan cycle time alat angkut :
Tabel S.1
Upaya Perbaikan Cycle Time Alat Angkut
Mengatur Travel Travel waktu Cycle
NO loading Dumping
posisi isi kosong mengantri time
(menit) (menit) (menit) (menit) (menit) (menit) (menit)
1 0,32 2,60 3,36 0,78 2,16 0,00 9,22
2 0,28 3,15 3,56 0,82 2,41 0,00 10,22
3 0,34 3,12 3,45 0,76 2,66 0,00 10,33
4 0,62 3,18 3,69 0,94 2,90 0,00 11,33
5 0,43 2,85 3,57 0,74 2,66 0,00 10,25
6 0,35 3,20 3,83 0,86 3,58 0,00 11,82
7 0,38 2,83 4,21 0,72 3,33 0,00 11,47
8 0,37 2,65 4,13 0,85 3,03 0,00 11,03
9 0,25 2,82 5,18 0,82 4,22 0,00 13,28
10 0,24 2,12 3,92 0,79 2,65 0,00 9,72
11 0,32 2,02 3,42 0,61 2,18 0,00 8,55
12 0,39 2,11 3,35 0,65 2,63 0,00 9,13
13 0,58 2,82 5,26 0,74 4,02 0,00 13,42
14 0,28 2,48 3,51 0,7 2,91 0,00 9,88
15 0,23 2,80 3,24 0,63 2,52 0,00 9,42
16 0,38 3,15 4,15 0,84 3,81 0,00 12,33
17 0,21 2,52 3,42 0,62 2,53 0,00 9,30
18 0,27 2,00 3,84 0,66 2,56 0,00 9,33
19 0,22 2,88 3,28 0,65 2,57 0,00 9,60

91
20 0,21 2,90 3,15 0,62 2,29 0,00 9,17
21 0,22 2,24 3,42 0,68 2,71 0,00 9,27
22 0,38
.......sambungan. 2,15 3,48 0,61 2,31 0,00 8,93
23 0,15 2,12 3,12 0,58 2,11 0,00 8,08
Bersambung............
24 0,35 2,23 3,17 0,56 2,37 0,00 8,68
25 0,25 2,40 3,21 0,62 2,10 0,00 8,58
26 0,21 2,15 3,35 0,62 2,54 0,00 8,87
27 0,16 2,15 3,21 0,55 1,88 0,00 7,95
28 0,24 2,17 3,48 0,64 2,91 0,00 9,43
29 0,2 2,27 3,15 0,61 2,52 0,00 8,75
30 0,63 2,23 3,28 0,69 2,75 0,00 9,58
Total 10,24 79,00 113,65 21,61 85,73 0,00 310,23
Rata-rata 0,33 2,55 3,67 0,70 2,77 0,00 9,90

Dari perhitungan data perbaikan waktu edar diperoleh nilai rata-rata dari waktu
edar alat angkut Komatsu HD 773E adalah sebagai berikut :
- Waktu rata-rata mengatur posisi = 0,33 menit
- Waktu rata-rata loading = 2,55 menit
- Waktu rata-rata travel isi = 3,67 menit
- Waktu rata-rata dumping = 0,7 menit
- Waktu rata-rata travel kosong = 2,77 menit
- Waktu rata-rata mengantri =0 menit +
Total waktu edar (cycle time) = 9,9 menit

92
LAMPIRAN T
PERHITUNGAN MATCH FACTORDAN
WAKTU KERJA EFEKTIF SETELAH PANAMBAHAN ALAT

T.1. Match Factor


Setelah dilakukan perbaikan waktu kerja efektif dan waktu edar ternyata
belum memenuhi target produksi overburden maka untuk memenuhi target
produksi perlu dilakukan penambahan alat angkut, sehingga perlu dilakukan
perhitungan ulang match factor. Perbaikan perhitungan match factor adalah
sebagai berikut:
Diketahui :
Na = 4 unit
Nm = 1 unit
Cta = 9,9 menit (Lampiran G)
N =7
Ctm = 0,374 menit (Lampiran F)
CTm = 7 x 0,374 menit
= 2,618 menit
Na x Ctm
MF =
Nm x Cta

4 x 2,618
MF =
1 x 9,9
= 1,058
Waktu tunggu alat angkut dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:
WTa = Na x Ctm - Cta
Nm
WTa = 4 x 2,618 - 9,9
1

93
WTa = 0,572 menit

Jadi, alat angkut selama 9,9 menit waktu kerja terdapat 0,572 menit waktu
tunggu. Maka untuk 1 jam waktu kerja terdapat 3,491 menit waktu tunggu alat
muat. Hal ini akan menyebabkan berkurangnya efektivitas kerja dari alat muat.
T.2. Perbaikan Waktu Kerja Efektif
Perbaikan waktu kerja efektif dengan cara mengurangi waktu hambatan
yang dapat dihindari.Berikut ini adalah tabel perbaikan terhadap waktu kerja
efektif pada alat gali muat yang digunakan dalamkegiatan penambangan
menggunakan waktu modus dibawah waktu rata-rata (mean) pada data hambatan
yang ada (Lampiran I dan J).
Tabel T.1
Upaya Perbaikan Waktu Kerja Efektif

JENIS ALAT PC 800-SE HD 773E

WAKTU YANG TERSEDIA 1320 1320


Hambatan yang dapat dihindari
Berhenti bekerja sebelum istirahat 15 17
Terlambat bekerja setelah istirahat 9 7
Berhenti bekerja lebih awal dari akhir
11 13
shift
Terlambat bekerja pada awal shift 7 6
Keperluan operator 0 0
Pengisian bahan bakar ketika jam kerja 0 0
Jumlah (menit) 42 43

Hambatan yang tidak dapat dihindari


Rain and wet delay 75 75
Safety talk 5 5
Breakdown dan perawatan peralatan 56 43,42
Pemindahan Posisi Alat 7 0
Pengisian fuel 18 18,81
Jumlah (menit) 161 142,23
Waktu Kerja Efektif (menit) 1117 1134,77
Waktu Kerja Efektif (jam) 18,62 18,91
Dari data Tabel T.1 upaya perbaikan waktu kerja efektif dapat diperoleh :

94
a. Waktu kerja efektif alat muat PC 800-SE (backhoe)
We backhoe = 1320 menit/hari – (42 menit/hari + 161 menit/hari)
= 1117 menit/hari
= 18,62 jam/hari
= 575,22 jam/bulan
b. Waktu kerja efektif alat angkut HD 773E (dump truck)
Wedump truck = 1320 menit/hari – (43 menit/hari + 142,23 menit/hari)
= 1134,77 menit/hari
= 18,91 jam/hari
= 584,29 jam/bulan

T.3 Efisiensi Kerja


Nilai efisiensi ini didapat dari perhitungan efisiensi kerja. Perhitungan
efisiensi kerja adalah sebagai berikut :
a. Efisiensi kerja alat muat (backhoe)
𝑊𝑒𝑏𝑎𝑐𝑘ℎ𝑜𝑒
Efisiensi kerja = x 100%
𝑊𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎
1117
= x 100%
1320
= 84,62%
b. Efisiensi kerja alat angkut
𝑊𝑒 𝑑𝑢𝑚𝑝𝑡𝑟𝑢𝑐𝑘
Efisiensi kerja = x 100%
𝑊𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎
1134,77
= x 100%
1320
= 85,96%

95
LAMPIRAN U
PERHITUNGAN METODE OVERALL EQUIPMENT
EFECTIVENESS (OEE) PADA ALAT MUAT
SETELAH PENAMBAHAN ALAT

U.1. Availability Factor (A)


Ketersediaan alat dengan suatu peralatan yang operasi dapat diitung
dengan persamaan sebagai berikut:

𝐴 = 𝐴𝑇/𝑇𝑇
Dimana:
AT = Available Time
TT = Total Calender Time

Perhitungan availability factor untuk alat muat backhoe PC 800-SE adalah


sebagai berikut:
𝐴𝑇
A =
𝑇𝑇
680 𝑗𝑎𝑚 /𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛
=
744 𝑗𝑎𝑚/𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛

= 0,914
U.2. Utilization Factor (U)
Maksudnya adalah pemanfaatan menandakan penggunaan produktif
jam tersedia dapat dihitung dengan perasamaan:

𝑈 = 𝑈𝑇/𝐴𝑇

96
Dimana:
UT = Utilization Time
AT = Available Time
Perhitungan utilization factor untuk alat muat backhoe PC 800-SE adalah
sebagai berikut:
𝑈𝑇
U =
𝐴𝑇
575,22 𝑗𝑎𝑚/𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛
=
680 𝑗𝑎𝑚/𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛

= 0,85
U.3. Speed Factor (S)
Faktor kecepatan adalah ratio waktu siklus yang direncanakan
dengan waktu siklus aktual, dapat dihitung dengan persamaan sebagai
berikut:

𝑆= 𝐶𝑇𝑝/𝐶𝑇𝑎

Dimana:
CTp = Planned Cyle Time
CTa = Aktual Cycle Time

Perhitungan speed factor untuk alat muat backhoe PC 800-SE adalah


sebagai berikut:
𝐶𝑇𝑝
S =
𝐶𝑇𝑎
20 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
=
22,49 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘

= 0,89
U.4. Bucket Fill Factor (B)
Yaitu menandakan kegunaan produktif kapasitas bucket, kuantitas
bucket yang dimuat secara aktual dibandingkan dengan output aktual:

𝐵 = 𝑂𝑎𝑐/𝑂𝑝𝑐

Dimana :
Oac : Output actual bucket

97
Opc : Output planned bucket
Perhitungan bucket fill factor untuk alat muat backhoe PC 800-SE adalah sebagai
berikut:
𝑂𝑎𝑐
B =
𝑂𝑝𝑐
117,5% 𝑋 4,5
=
4,5

= 1,175
U.5. OEE Of Equipment
Untuk mengetahui nilai OEE dari alat muat dilakuakan perhitungan
dengan rumus sebagai berikut :
𝑂𝐸𝐸 = 𝐴 × 𝑈 × 𝑆 × 𝐵

Perhitungan nilai overall equipment effectiveness untuk alat muat backhoe


PC 800-SE adalah sebagai berikut:
OEE =AxUxSxB
= 0,914 x 0,85 x 0,89 x 1,175
= 0,812
U.6. Output Produksi
Untuk Menghitung produksi pada waktu tertentu dapat digunakan
rumus:
𝑂p = 𝑂𝑝𝑐× T𝑇×3600 × 𝑂𝐸𝐸
CTp

Perhitungan output produksi untuk alat muat backhoe PC 800-SE adalah


sebagai berikut:
4,5 𝑋 744 𝑋 3600 𝑋 0,812
Op =
20
= 489.343,68 LCM x 0,78
= 381.688,0704 BCM

98
LAMPIRAN V
PERHITUNGAN METODE OVERALL EQUIPMENT
EFECTIVENESS (OEE) PADA ALAT ANGKUT SETELAH
PENAMBAHAN ALAT

V.1. Availability Factor (A)


Ketersediaan alat dengan suatu peralatan yang operasi dapat diitung
dengan persamaan sebagai berikut:

𝐴 = 𝐴𝑇/𝑇𝑇
Dimana:
AT = Available Time
TT = Total Calender Time

Perhitungan availability factor untuk satu alat angkut HD 773E adalah


sebagai berikut:
𝐴𝑇
A =
𝑇𝑇
680 𝑗𝑎𝑚 /𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛
=
744 𝑗𝑎𝑚/𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛

= 0,914

V.2. Utilization Factor (U)


Maksudnya adalah pemanfaatan menandakan penggunaan produktif
jam tersedia dapat dihitung dengan perasamaan:

99
𝑈 = 𝑈𝑇/𝐴𝑇
Dimana:
UT = Utilization Time
AT = Available Time
Perhitungan utilization factor untuk satu alat angkut HD 773E adalah
sebagai berikut:
𝑈𝑇
U =
𝐴𝑇
584,29 𝑗𝑎𝑚/𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛
=
680 𝑗𝑎𝑚/𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛

= 0,859
V.3. Speed Factor (S)
Faktor kecepatan adalah ratio waktu siklus yang direncanakan
dengan waktu siklus aktual, dapat dihitung dengan persamaan sebagai
berikut:

𝑆= 𝐶𝑇𝑝/𝐶𝑇𝑎

Dimana:
CTp = Planned Cyle Time
CTa = Aktual Cycle Time

Perhitungan speed factor untuk satu alat angkut HD 773E adalah sebagai
berikut:
𝐶𝑇𝑝
S =
𝐶𝑇𝑎
7 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
=
9,9+0,572 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

= 0,67
V.4. Vessel Fill Factor (B)
Yaitu menandakan kegunaan produktif kapasitas vessel, kuantitas
vessel yang dimuat secara aktual dibandingkan dengan output aktual:

𝐵 = 𝑂𝑎𝑐/𝑂𝑝𝑐

Dimana :

100
Oac : Output actual vessel
Opc : Output planned vessel
Perhitungan vessel fill factor untuk satu alat angkut HD 773E adalah sebagai
berikut:
𝑂𝑎𝑐
B =
𝑂𝑝𝑐
35,2
=
35,2

=1
V.5. OEE Of Equipment
Untuk mengetahui nilai OEE dari alat muat dilakuakan perhitungan
dengan rumus sebagai berikut :
𝑂𝐸𝐸 = 𝐴 × 𝑈 × 𝑆 × 𝐵

Perhitungan nilai overall equipment effectiveness untuk satu alat angkut


HD 773E adalah sebagai berikut:
OEE =AxUxSxB
= 0,914 x 0,859 x 0,67 x 1
= 0,526
V.6. Output Produksi
Untuk Menghitung produksi pada waktu tertentu dapat digunakan
rumus:
𝑂p = 𝑂𝑝𝑐 × U𝑇×3600 × 𝑂𝐸𝐸
CTp

Perhitungan output produksi untuk satu alat angkut HD 773E adalah


sebagai berikut:
35,2 𝑋 744 𝑋 60 𝑋 0,526
Op =
7
= 118.074 LCM x 0,78
= 92.097,7788 BCM
Menurut hasil perhitungan produksi menggunakan metode overall
equipment effectiveness (OEE) untuk satu alat angkut HD 773E adalah

101
92.097,7788BCM. Maka, untuk 4 alat angkut HD 773E adalah 368.391,1153
BCM (telah memenuhi target sebesar 300000 BCM/bulan).

LAMPIRAN W
PETA JALAN ANGKUT

102
103
103

Anda mungkin juga menyukai