KERJA PRAKTIK
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Pada
Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri
YOGYAKARTA
2019
2
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun Oleh :
Hanura Dewi Widya Shinta – 16522014
Menyetujui,
Pembimbing Kerja Praktik
Mengetahui,
Ketua Program Studi S1 Teknik Industri
Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun Oleh:
Hanura Dewi Widya Shinta – 16522014
Menyetujui,
Pembimbing Kerja Praktik Lapangan
PT. PRIMISSIMA (PERSERO)
Musofa
4
KATA PENGANTAR
1. Bapak Hari Purnomo, Prof., Dr., Ir., M.T, selaku Dekan FTI UII.
2. Bapak Dr. Taufik Immawan, ST., M.T, selaku Kepala Program Studi S1 Teknik
Industri UII.
3. Bapak Qurtubi, ST., M.T, selaku dosen pembimbing di Universitas Islam Indonesia
yang telah memberikan dukungan dan bimbingan dalam pelaksanaan kerja praktik.
4. Bapak Sigit Yuwono, S.H selaku, Ka.Bag Sekretariat PT Primissima (Persero)
Yogyakarta, yang telah memberikan izin dalam pelaksanaan kerja praktik di
Departemen Weaving PT Primissima (Persero) yogyakarta.
5. Bapak Musofa, selaku pembimbing kerja praktik lapangan yang telah menerima
dan membantu dalam mendapatkan data yang dibutuhkan.
6. Keluarga, teman – teman, dan keluarga besar Teknik Industri FTI UII.
7. Seluruh karyawan dan karyawati PT Primissima (Persero) Yogyakarta, khususnya
Departemen Weaving yang telah mendukung dan memberikan masukan selama
pelaksanaan kerja praktik.
6
8. Diri sendiri yang telah berusaha untuk menyelesaikan laporan kerja praktik ini
dengan sebaik – baiknya dan dalam tempo yang sesingkat – singkatnya.
Selain itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak terkait yang
tidak dapat penulis tuliskan, yang telah membantu dalam pelaksanaan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan kerja
praktik ini. Maka dari itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
sehingga laporan ini dapat dikembangkan lebih lanjut. Akhir kata, penulis berharap
laporan ini dapat berguna bagi semua pihak.
Demikian laporan ini, semoga bermanfaat bagi perusahaan dan kita semua, serta
bermanfaat bagi rekan-rekan yang membaca.
Wassalamu,alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan di Indonesia dapat di bagi menjadi dua jalur, yaitu jalur tingkat akademik dan
jalur tingkat profesional. Hal ini tertulis berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun
1989, tentang pendidikan dan peraturan pemerintah No. 30 tahun 1990 tentang
pendidikan tinggi. Jalur tingkatan akademik pada umumnya bersifat pengembangan ilmu
pengetahuan, seperti ilmu terapan. Sedangkan untuk jalur tingkatan profesional lebih
mengarah kepada hal atau tujuan akhir dari disiplin ilmu sebagai persiapan melakukan
pekerjaan.
Universitas merupakan perguruan tinggi jalur pendidikan profesional dengan
penerapan sistem kurikulum teori lebih tinggi dibandingkan ilmu praktik. Hal ini
disebabkan setelah lulus para mahasiswa diharapkan dapat siap bekerja, namun disadari
bahwa walaupun porsi praktik sudah ada, akan tetapi masih tetap diperlukan pengalaman
lapangan yang sebenarnya. Hal ini dimaksudkan sebagai bekal pengetahuan sehingga
tidak memerlukan latihan khusus atau penyesuaian yang terlalu lama jika mereka telah
lulus nantinya. Oleh karena itu, dirasa penting untuk melakukan Program Kerja Praktik
(KP). Berkaitan dengan proses KP inilah diperlukan kerjasama pihak perusahaan dan
instansi Pemerintah (yang nantinya sebagai pengguna lulusan Universitas) untuk
menampung mahasiswa yang akan melaksanakan Kerja Praktek (KP). Memang disadari,
bahwa penempatan mahasiswa pada pekerjaan yang sesuai dengan displin ilmunya
merupakan suatu kendala yang rawan dan rahasia bagi suatu perusahaan atau instansi.
Untuk itu perlu dikemukakan bahwa tujuan Kerja Praktik (KP) ini semata-mata untuk
melatih mahasiswa bekerja dan mempelajari dunia perusahaan atau instansi pemerintah
13
dimana mereka praktik dan melatih mahasiswa untuk mengetahui kondisi dunia kerja
yang sesungguhnya.
Jurusan Teknik Industri merupakan suatu ilmu pengetahuan yang muncul dan
berkembang untuk memenuhi kebutuhan tenaga ahli dan terampil dalam mengelola
sistem produksi atau sistem perindustrian dan pabrik, yang melibatkan komponen-
komponen manusia, material, informasi, peralatan dan mesin/fasilitas produksi. Dunia
industri dan perguruan tinggi merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan. Hubungan
tersebut sering disebut sebagai kemitraan. seorang Mahasiswa yang sedang menuntut
ilmu, khususnya Mahasiswa jurusan teknik perlu memahami kondisi nyata yang ada
didunia industri. Mahasiswa tidak hanya mengerti teori dan melakukan praktik
diperkuliahan saja namun juga perlu mengerti kondisi perusahaan yang sesungguhnya.
Perubahan teknologi dan percepatan informasi telah mempengaruhi aspek-aspek dalam
proses produksi diperusahaan. Dengan adanya peranan perguruan tinggi, sebagai
research and development diharapkan mampu menjawab tantangan dalam perubahan
tersebut.
Adanya Kerja Praktik diperusahaan bagi mahasiswa diharapkan mampu mencari
dan menemukan solusi permasalahan yang ada dengan penanganan yang tepat.
Menimbang hal tersebut diatas, penulis memilih PT. Primissima, sebagai lokasi kerja
praktik.
5. Menyiapkan lulusan terdidik sebagi tenaga kerja yang berkompeten sehingga dapat
bekerja di perusahaan atau dunia industri yang memang sesuai dengan lingkup
akademi yang telah di kuasai.
6. Mendapatkan pengalaman tentang kerja teknis di lapangan, mengenal dunia
industri secara praktis dan diharapkan dari pengalaman kerja praktik industri ini
akan dapat memberikan gambaran tentang dunia industri sesungguhnya.
7. Memberikan solusi sebagai pertimbangan bagi perusahaan terhadap masalah yang
ada.
Batasan dalam kerja praktik ditentukan sebagai pedoman dalam menjalankan penelitian
selama kerja praktik berlangsung adalah sebagai berikut:
1. Data yang di dapatkan berasal dari hasil obesrvasi secara langsung dan tidak
langsung serta pedoman-pedoman terkait keadaan umum yang ada di PT
Primissima (Persero) Yogyakarta.
2. Observasi dilakukan langsung terhadap departemen Weaving
3. Pelaksanaan kerja kraktek dimulai tanggal 15 Oktober 2019 hingga 14 November
2019.
Terkait dengan terlaksananya kerja praktik ini, dijabarkan manfaat yang dapat di terima
berbagai pihak yang bersangkutan, antara lain:
Manfaat bagi perguruan tinggi yaitu Universitas Islam Indonesia, kerja praktik
bermanfaat sebagi langkah pengembangan relasi dan hubungan baik antara UII dengan
perusahaan terkait, serta sebagai sarana menguji sudah sampai sejauh apa mahasiswa
teknik industri dalam memahami dan mengaplikasikan yang ada di dunia perkuliahan
untuk di terapkan di perusahaan. Selain itu, dapat membantu UII dalam menumbuhkan
15
bibit tenaga kerja yang unggul dalam hal terampil, profesional, bertanggungjawab dalam
menyelesaikan pekerjaannya.
Manfaat yang dapat diterima oleh mahasiswa yang menjalani kerja praktik, antara lain:
1. Mendapatkan pengalaman kerja dan belajar lebih jauh terkait penerapan ilmu yang
telah diterima semasa kuliah, dimana teori dan praktik yang telah dipelajari di
aplikasikan saat berada di lapangan.
2. Penerapan disiplin ilmu baik di dalam kampus maupun di luar kampus.
3. Membuka peluang menambah wawasan dan memperdalam keilmuan sebelum
benar – benar terjun di dunia kerja yang sesungguhnya, dan sebagai tolak ukur
sudah sejauh mana diri berkembang dan bisa berkembang lagi.
4. Referensi ilmu sebagai penyokong ilmu industri yang berhubungan langsung dalam
pengaplikasiannya di lapangan.
16
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
Perusahaan yang menjadi lokasi kerja praktik adalah PT Primissima yang merupakan
perusahaan industri yang bergerak di bidang tekstil. PT Primissima merupakan
perusahaan patungan joint venture antara pengusaha swasta nasional yang tergabung
dalam Gabungan Koperasi Batik Indonesia dengan Pemerintah Republik Indonesia (RI).
Gambar dibawah ini merupakan logo dari perusahaan PT. Primissima (Persero):
Adapun visi dan misi PT. Primissima (Persero) adalah sebagai berikut:
17
2.2.1 Visi
2.2.2 Misi
PT Primissima (Persero) Yogyakarta didirikan dari hasil patungan atau bisa di sebut
perusahaan patungan oleh Pemerintah Republik Indonesia dengan Gabungan Koprasi
Batik Indonesia atau bisa di singkat GKBI dengan pembagian saham secara berurut yaitu
sebesar 52,79% dan 47,21%.
Keikutsertaan Pemerintah Republik Indonesia berupa mesin produksi seperti mesin
pemintalan dan penenunan. Sedangkan keikutsertaan GKBI dapat diketahui berupa tanah
, modal kerja dan biaya operasi.
juni 1971. PT Primissima yang merupakan perusahaan patungan (joint venture) dari
Pemerintah Repubilk Indonesia dan Gabungan Koperasi Batik Indonesia (GKBI) dengan
tujuan sebagi bentuk upaya memenuhi kebutuhan bahan baku batik halus berupa kain
Primissima (mori) yang sebelumnya diimpor dari RRC, India dan Jepang.
Perkembangan dalam rangka Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
berdasarkan Peraturan Pemerintah Indonesia nomor 54/1970 ditetapkan modal dasar
sebesar Rp. 1.230.000.000,- yang terdiri atas saham Negara Republik Indonesia Rp.
730.000.0000,- dan GKBI sebesar Rp. 500.000.000,- sehingga perbandaingan saham saat
PT Primissima (Persero) didirikan adalah sebagai berikut:
1. Pemerintah Republik Indonesia : 59,35%
2. Gabungan Koperasi Batik Indonesia : 40,64%
Pabrik I mulai berproduksi dan diresmikan oleh Bapak Menteri EKUIN Sri Sultan
Hamengkubuwono IX yang didampingi Menteri Perindustrian M. Yusuf pada tanggal 2
Februari 1972. Dengan kapasitas 9.072 mata pintal yang terdiri dari mesin-mesin buatan
Rieter Swiss dan 190 mesin tenun lengkap dengan mesin-mesin persiapan dan grey
finishing buatan Belgia dan Jerman. Setelah diresmikan, pabrik ini mulai berproduksi
dangan kapasitas 4 juta yard per tahun dan karena setiap tahun permintaan konsumen
bertambah sedangkan kapasitas mesin-mesin persiapan pre-spinning masih belum
maksimal, maka pada tahun 1974 PT Primissima (Persero) mengadakan perluasan tahap
I dengan menambah mesin pemintalan sebanyak 22 buah atau 11088 mata pintal dan 192
mesin tenun dengan merk yang sama. Perluasan pertama (Pabrik II) dimulai awal Maret
1974 dan selesai diresmikan pada tanggal 7 Agustus 1976 oleh Bapak Soeharto, Presiden
Republik Indonesia. Perluasan tahap I ini mampu mengangkat produskinya sampai
8.250.000 yard per tahun.
Dengan dukungan sumber daya manusia yang terlatih, disiplin dan berdikasi tinggi
meningkatkan efisiensi dan pemasaran yang mantap dan bermuara pada peningkatan
kesehatan dan nilai perusahaan, maka pada bualan Juli tahun 1981 PT Primissima
membangun pabrik III yang berkapasitas 16.128 mata pintal pada bagian pemintalan yang
diresmikan oleh Menteri Perindustrian Republik Indonesia Bapak Ir. Hartanto. Sehingga
kapasitas seluruhnya menjadi 36.288 mata pintal dan mampu meningkatkan produksinya
sampai 18.250.000 per tahun.
19
Beberapa tahun berlalu, dirasakan bahwa penggemar batik lambat laun mulai
berkurang, sehingga pasaran batik semakin mulai berkurang padahal kapasitas produksi
sudah terlanjur besar. Namun dibalik itu sempat terlihat bahwa pasaran ekspor cukup baik
hanya saja diperlukan persyaratan yang ketat antara lain nomor-nomor benang Ne yang
rendah berkisar Ne 40 S, padahal pabrik ini didesain untuk nomor Ne 50 S keatas. Hal ini
merupakan tantangan yang dapat merangsang para teknisi. Maka ditempuh sebagai jalan
keluara dengan cara sebagai berikut :
1. Mesin-mesin pemintalan di atur untuk penggunaaan nomor rendah yang berkisar
Ne 40 S dan ternyata mampu.
2. Diterapkan standar granding dipertenunan yang memenuhi persyaratan ekspor yaitu
Japan Industri Standart (JIS)
Awal-awal tahun 1986 pencapaian grade ekspor sangat rendah yaitu baru berkisar
25%, tetapi karena kegiatan dan kegigihan semua pihak grade ekspor berangsur-angsur
meningkat hingga 70% dari semua sejenis produk pada tahun 1992. Dari pencapaian itu
dapat diekspor rata-rata 10 kontainer atau 1.200.000 meter per tahun.
Tahun-tahun berikutnya setelah tahun 1992 pencapaian mutu ekspor cenderung
turun terutama ekspor produk pabrik I, selain itu juga dirasakan konsumen mulai meminta
produk-produk kain dari mesin-mesin tenun tanpa shuttle. Oleh karena itu pada bulan
april tahun 1994 diputuskan diadakan renovasi dan replacement untuk pabrik I,
pertenunan yang 180 ATM shuttle diganti dengan 60 ATM Air Jet Loom (AJL) buatan
Picanol Belgia tipe Delta dan mulai berproduksi pada bulan Oktober tahun 1994.
Komposisi perbandingan saham terakhir (awal 1990) antara Pemerintah Republik
Indonesia dengan GKBI adalah sebagai berikut :
1. Pemerintah Republik Indonesia : 52,79%
2. Gabungan Koperasi Batik Indonesia : 47,21%
Karena saham milik Pemerintah Republik Indonesia lebih dari 50% maka PT
Primissima (Persero) berstatus Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
20
PT Primissima (Persero) yang berdiri dengan luas bangunan 36.300 m2 diatas lahan
73.194 m2 berlokasi di Jl. Raya Magelang Km. 15 Sleman, Yogyakarta, 55515 dengan
fasilitas pabrik sejumlah 3, yaitu pabrik 1, pabrik 2, pabrik 3 berperan sanagt penting
dalam pengambilan keputusan untuk mendirikan usaha, karena lokasi dapat
mempengaruhi kegiatan operasional perusahaan. Berikut merupakan faktor penting
pemilihan lokasi PT Primissima (Persero), yaitu:
a. Letaknya strategis, karena dilalui jalan raya penghubung Yogyakarta, Semarang
dan Jawa Tengah, yang memudahkan untuk keperluan transportasi operasional
perusahaan
b. Harga tanah yang relatif terjangkau dan ketersediaannya yang masih sangat luas
sehingga memungkinkan jika perusahaan mengadakan pengembangan perluasan
bangunan perusahaan di tanah tersebut.
c. Lokasi perusahaan memiliki kemungkinan kecil dari bencana alam seperti bebas
dari banjir, dan tanah longsor karena permukaan didataran rendah.
d. Sarana – sarana yang diperlukan oleh perusahaan, untuk mendukung aktivitas
operasional perusahaan mudah didapatkan seperti air, udara bersih, komunikasi dan
transportasi.
e. Biaya tenaga kerja relatif rendah dibading daerah – daerah lain, seperti jabodetabek,
jawa barat dan jawa timur. Dikarenakan upah minimum regional (UMR) kota
Yogyakarta masih dikisaran Rp.1.709.150,-
21
Produksi yang dihasilkan oleh PT Primissima sesuai dengan tujuan awal didirikannya
perusahaan ini, yaitu mengutamakan produksi dengan bahan baku benang untuk
menghasilkan kain. Beberapa hasil produksi yang dihasilkan merupakan produk unggulan
bagi pasar domestic maupun pasar luar negeri yang sangat diminati.
Kain grey dibagi yang mana sebagiannya diproses menjadi kain putih atau mori
(cambrics) untuk memenuhi industri batik yang pada proses pemutihannya bekerja sama
dengan perusahaan lainnya. Dengan demikian hasil produksi yang dijual PT. Primissima
(Persero) berupa kain grey dan kain mori (cambrics).
Sebelum menjadi kain, ada beberapa proses terlebih dahulu, seperti pembuatan kain
dari benang di departemen weaving yang nantinya akan menjadi kain grey dan kain mori.
Selain produk-produk yang telah dijelaskan sebelumnya, PT Primissima (Persero) juga
22
menghasilkan produk lain yaitu berupa kain batik. Dimana kain ini banyak dipesan secara
massal untuk digunakan sebagai seragam sekolah maupun untuk seragam pekerja.
Kain yang diproduksi memiliki 2 mesin yang memproduksi jenis kain dengan
kontruksi yang berbeda. Terdapat mesin Shuttle Loom dan mesin Air Jet Loom (AJL).
Kain yang diproduksi dengan mesin Shuttle Loom dengan kontruksi sebagai berikut:
a. PS217 : 40 CD X 40 CD
b. PS219 : 40 CD X 40 CD
c. PS409 : 60 CM X 60 CM
d. PS420 : 50 CM X 50 CM
e. PS430 : 50 CM X 50 CM
f. PS421 : 50 CM X 50 CM
Kain yang diproduksi dengan mesin Air Jet Loom (AJL) dengan kontruksi sebagai
berikut:
a. PS225 : 40 CD X 40 CD
b. PS290 : 40 CD X 40 CD
c. PS181 : 21 DE X 21 DE
d. PS268 : 40 CD X 40 CD
e. PS280 : 40 CD X 40 CD
f. PS232 : 40 CD X 40 CD
g. PS219 : 40 CD X 40 CD
h. PS291 : 40 CD X 40 CD
i. PS262 : 40 CD X 40 CD
j. PS225 : 40 CD X 40 CD
k. PS177 : 32 CD X 32 CD
l. PS156 : 40 CD X 40 CD
m. PS290 : 60 R X 60 R
n. PS159 : 20 X 20
o. PS284 : 30 CD X 30 CD
p. PS292 : 40 CD X 40 CD
q. PS293 : 20 OE X 20 OE
23
Pemasaran produk dari PT Primissima (Persero) untuk saat ini diutamakan untuk
perusahaan-perusahaan tekstil yang berada dalam negeri, serta beberapa usaha-usaha
batik di Indonesia. Sedangkan untuk luar negeri perusahaan ini mengekspor produk kain
ke negara Asia lain seperti Jepang, dan negara lainnya seperti Amerika, Jerman, Belanda,
dls. Namun sejak tahuk 2008 perusahaan ini sudah tidak lagi mengekspor produk ke luar
negeri karena ketatnya persaingan harga dan kualitas sehingga untuk saat ini lebih fokus
untuk pasar didalam negeri.
Berikut ini merupakan unit kerja direksi yang berada pada PT Primissima (Persero)
periode 2016-2021 :
1. Departemen Personalia
Departemen ini meruapakan departemen yang bertanggung jawab terhadap
pengelolaan karyawan. tanggung jawab tersebut meliputi pengelolaan sistem
perekrutan karyawan, perpanjangan masa kerja karyawan, disiplin kerja dan
memberikan pelatihan kepada karyawan
2. Departemen Akuntasi dan Keuangan
Departemen ini bertanggung jawab mengenai pengelolaan keuangan perusahaan.
Berhubungan dengan segala aliran kas keluar masuk keuangan perusahaan
3. Departemen PPP (Perencanaan, Pengendalian dan Pengembangan Produksi)
Departemen ini dibagi menjadi dua bagian yaitu P3 dan GF. Bagian P3 (Perencanan
dan Pengendalain Produksi) bertugas untuk merencanakan segala kebutuhan
produksi mulai dari bahan baku, mesin yang digunakan, efisiensi mesin hingga
kecepatan mesin yang dijalankan serta P3 juga menguji kualitas dari produk
benang. Sedangkan untuk GF (Grey Finishing) mengelola dan mengontrol standart
kualitas produksi yang ada pada perusahaan
4. Sekretariat
Departemen ini bertanggung jawab membantu segala rangkain kegiatan yang
berada dalam perusahaan guna menunjang pelaksanaan tugas pokok pada suatu
24
perusahaan agar mencapai tujuan dengan lancar. Hal tersebut meliputi tata usaha
pada perusahaan, hubungan masayaratkat dan teknologi informasi perusahaan
5. Departemen Weaving
Departemen ini bertanggung jawab mengenai fasilitas-fasilitas pendukung dalam
proses produksi, seperti halnya kelistrikan, saluran udara, perbengkelan dan segala
yang ada pada lingkungan pabrik
6. Departemen Komersial
Departemen ini merupakan departemen yang bertanggung jawab mengenai
kegiatan komersial paerusahaan yang meliputi pemasaran produk, pendistribusian
produk akhir dan pembelian bahan baku atau pembelian spare part mesin yang
digunakan di perusahaan
7. SPI (Satuan Pengawas Internal)
SPI memiliki tugas untuk mengkoordinasikan kepala bagian dalam pelaksanaan
kinerja internal. Selain itu SPI juga bertugas untuk mengadakan analisa atau
evaluasi perusahaan di segala aspek kegiatan bulanan, triwulan, semester maupun
tahunan
25
BAB III
Sistem produksi terdiri dari sistem yang meliputi seluruh bagian yang terdiri dari susunan
yang terstruktur dan fungsional. Sistem industri sendiri, didalamnya terjadi suatu sistem
perubahan yang bernilai tambah. Mengubah input menjadi output yang dapat dijual
dengan harga yang kompetitif di pasaran, (Gaspersz, 1998).
Alur proses penting yang ada di PT Primissima dalam pembuatan kain secara
keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut:
Input yang dimaksudkan terdiri dari pekerja atau tenaga kerja, peralatan atau
material bahan baku, modal, dan energi serta informasi.
Sistem produksi di PT Primissima menggunakan jenis continous process atau
sistem produksi yang terus menerus. Dalam sistem tersebut memiliki pola dan aturan
yang sama terus menerus. Produk PT Primissima yang berbahan baku benang secara garis
besar melewati proses weaving (penenunan) untuk menjadi kain yang siap jual.
Pada department weaving, proses produksi yang dilakukan adalah proses pengubahan
benang menjadi kain atau yang biasa disebut dengan penenunan. Penenunan dibagi
menjadi tiga proses:
1. Bagian Awal atau Persiapan
Pada tahap ini dipersiapkan benang lusi (benang memanjang) dan benang pakan
(benang melintang). Mesin yang digunakan adalah:
a. Mesin Pim Winder
Mesin ini berfungsi mengubah benang kelos menjadi benas yang disebut benang
palet, sebuah gulungan benang kelos menjadi 70 gulungan palet.
b. Mesin Warping (Penghanian)
Mesin ini berfungsi mengubah benang kelos menjadi benang lusi yang digulung
dalam sebuah boom yang panjangnya ± 52.000 yard, mensejajarkan benang dan
merencanakan jumlah benang dan panjang kain yang akan ditenun.
c. Mesin Sizing (Penganjian)
Yang dimaksud dengan proses penganjian pada mesin ini yaitu benang ditarik dari
beam hani, kemudian diberi kanji untuk menambah kekuatan benang, menggulung
lusi dari beam hani ke beam tenun dan mensejajarkan benang lusi dengan tegangan
tertentu.
d. Mesin Reaching (Pencucukan)
Mesin ini berfungsi untuk memasukkan setiap helai benang lusi pada dropper, gun
dan sisir, menentukan anyaman atau motif arah benang lusi dan menentukan lebar
kain dan tetal benang lusi pada kain yang akan ditenun.
e. Tying (Penyambungan Lusi)
27
Proses pada tahap ini adalah penyambungan benang lusi habis dengan beam yang
baru. Dengan mensejajarkan kembali benang lusi tersebut.
Untuk memperjelas, alur proses produksi yang terdapat pada departemen weaving
dapat dilihat pada gambar 3. 2 sebagai berikut:
28
3.1.2 Forecasting
Dalam perencanaan yang harapannya berjalan efektif dan efisien, peramalan merupakan
alat bantu penting dalam menyokong hal tersebut (Makridakis et al, 1988). Sebuah
peramalan dibutuhkan untuk menentukan jumlah produksi yang akan datang sehingga
dapat menentukan kebutuhan bahan baku, jumlah kebutuhan mesin dan fasilitas yang
digunakan. Sehingga dengan menggunakan peramalan proses produksi akan berjalan
secara efisien.
Peramalan yang dilakukan oleh departemen produksi (PP), perencanaan produksi
dilakukan secara sederhana. Hal ini juga didukung dengan proses produksi pada
perusahaan ini yang sebagian besar adalah work order (WO) sehingga dalam pemenuhan
produksi sepenuhnya ditentukan oleh perusahaan pemesan. Proses peramalan pada
perusahaan ini berdasarkan dari data-data masa lalu dan pengalaman dari pegawai yang
bekerja.
29
3.1.6 Procurement
3.1.8 Pergudangan
Gudang memiliki fungsi sebagai tempat penyimpanan berbagai macam jenis produk yang
memiliki unit penyimpanan dalam jumlah yang besar maupun yang kecil dan dalam
jangka waktu saat produk dihasilkan oleh pabrik (penjual) dan hingga saat produk
dibutuhkan oleh pelanggan atau stasiun kerja dalam fasilitas produksi (Juliana &
Handayani, 2016). PT Primissima (Persero) memiliki tiga gudang, antara lain:
1. Gudang Sparepart
Gudang ini menyimpan material-material yang berhubungan dengan sparepart
untuk mesin-mesin produksi dan kebutuhan untuk maintenance.
2. Gudang Bahan Baku
Gudang ini menyimpan bahan baku seperti benang, dan kanji yang berguna untuk
kegiatan produksi.
3. Gudang Produk Jadi
Gudang ini menyimpan produk jadi berupa kain yang siap untuk didistribusikan.
32
Berdasarkan Gambar 3.6 di atas, dapat dijelaskan secara garis besar terkait tugas dan
wewenang dari setiap bagian:
a. Direktur Utama
Tugas dari seorang direktur adalah bertanggung jawab dalam memimpin
perusahaan, merencanakan perbaikan aktivitas dan kualitas perusahaan. Direktur
Utama pada PT Primissima (Persero) membawahi segala jabatan yang ada
didalamnya.
b. Direktur
Direktur pada PT Primissima (Persero) membawahi dari mulai departemen
komersial, departemen weaving, dan departemen teknik umum.
c. Sekretariat
Mengelola urusan rumah tangga dan hubungan masyarakat dengan perusahaan.
36
d. Departemen Personalia
Mengelola ketenaga kerja dan kesejahteraan karyawan perusahaan sesuai dengan
tujuan perusahaan.
e. Departemen Akuntansi dan Keuangan
Menyusun kebijkan umum di bidang keungan dalam rangka mencapai tujuan
perusahaan.
f. Departemen Komersial
Mengelola dan menyusun kebijakan untuk pemasaran dan penyimpann barang
logistik perusahaan.
g. Departemen Weaving
Melaksanakan dan mengamankan kebijakan umum perusahaan dalam
memproduksi kain grey secara efisien.
h. Departemen Teknik Umum
Menyediakan fasilitas-fasilitas pendukung dalam proses produksi, seperti halnya
kelistrikan, saluran udara, perbengkelan dan segala yang ada pada lingkungan
pabrik.
i. Departemen P4
Mengelola standart kualitas produksi untuk mencapai tujuan dari perusahaan
j. SPI
Melakukan pengawasan intern dalam rangkan mengamankan kebijaksanaan umum
direksi berdasarkan standar-standar, penaksiran-penaksiran tentang saran kualitas,
prosedur dan lain-lain. Membina disiplin kerja agar tugas-tugas departemen dapat
dilaksanakan secara efisien.
Untuk melakukan perekrutan karyawan atau tenaga kerja baru PT Primissima (Persero)
melakukan seleksi untuk menerima operator atau staff baru. Penerimaan karyawan
dilaksanakan dengan seleksi dan memenuhi persyaratan seperti berumur sekurang-
kurangnya 18 tahun dan setinggi-tingginya 25 tahun untuk pendidikan SD s/d SLTA dan
35 tahun untuk pendidikan Sarjana Muda/ Sarjana sesuai kebutuhan. Salah satu syarat
untuk mencalonkan diri sebagai karyawan PT Primissima (Persero) yaitu memiliki tinggi
37
badan >155 cm untuk perempuan dan >160 cm untuk laki-laki. Untuk melakukan
perekrutan tenaga kerja baru seperti operator tahapan bentuk seleksi dari perekrutan
karyawan pada perusahaan ini yaitu dengan melakukan tes wawancara, tes psikotest dan
tes fisik dengan bentuk lari, jalan, dan push up dimana test fisik ini dilakukan untuk
mengetahui kapasitas calon karyawan yang akan bekerja di perusahaan. PT Primissima
(Persero) juga memperkerjakan banyak pekerja magang. Para pekerja magang tersebut
akan dinilai setiap 3 bulan sekali selama 1 tahun kemudian diajukan menjadi TKWT
(Tenaga Kerja Waktu Tertentu) bila kinerja semakin bagus maka akan diangkat menjadi
karyawan tetap.
PT Primissima (Persero) merupakan salah satu badan usaha milik negara (BUMN)
dimana status tenaga kerja PT Primissima (Persero) dibedakan menjadi 2, yaitu tenaga
kerja tetap dan tenaga kerja kontrak.
Para tenaga kerja tersebut terbagi diberbagai bagian, baik dipabrik 1, 2, dan 3.
Sebelum diangkat menjadi tenaga kerja tetap, seluruh tenaga kerja merupakan tenaga
kerja kontrak yang dalam jangka waktu tertentu akan diangkat secara berkala. Tenaga
kerja baru akan diberikan status tenaga magang tipe A, 3 bulan kemudian masuk Tipe B
dan setelah 6 bulan bekerja masuk ke dalam tipe C yang nantinya oleh perusahaan tenaga
kerja tersebut jika memiliki prestasi baik akan diangkat menjadi tenaga kerja waktu
tertentu (TKWT). Setelah melewati status TKWT dan perusahaan melihat kinerja tenaga
tersebut baik maka akan diangkat menjadi tenaga kerja tetap perusahaan. Para tenaga
kerja tersebut digolongkan menjadi 2 bagian yaitu :
a. Tenaga Kerja Golongan “ Pekerja Pabrik”.
Golongan ini terdiri dari pekerja dengan golongan 1 dan 2. Golongan tersebut antara
lain adalah operator produksi, operator mesin, supir, bagian keamanan, bagian
kebersihan, bagian gudang, bagian kantin dan lain sebagainya.
b. Tenaga Kerja Golongan “Pegawai”.
Golongan ini terdiri dari pekerjaan dengan golongan 3 keatas. Golongan tersebut
antara lain adalah supervisor, engineer, section manager, manager, staf kantor, staf
administrasi, staf keuangan,dan lain sebagainya.
38
Masa kerja untuk seluruh pegawai PT Primissima (Persero) adalah 30 tahun masa
kerja atau batas umur 56 tahun. Sistem penggunaan masa kerja tersebut dapat diterapkan
dari apa yang terlebih dahulu terlewati, biasanya untu pekerja dengan ijazah terakhir
SMA/SMK menggunakan sistem 30 tahun masa kerja sedangkan untuk pekerja dengan
ijazah sarjana menggunakan sistem umur 56 tahun.
Beban kerja merupakan sebuah faktor yang mendorong motivasi kerja seorang tenaga
kerja atau pekerja. Untuk beban kerja yang dimiliki seluruh pekerja terbatas dengan
jabatan dan bidang masing-masing. Perhitungan mengenai beban kerja dilakukan selama
setahun sekali ataupun disesuaikan dengan kebutuhan yang ada di lapangan.
Menyadari atas beban kerja yang dimiliki oleh pegawai perusahaan menjadikan
landasan bagi pihak perusahaan memberikan fasilitas-fasilitas yang tersedia untuk setiap
individu tenaga kerja, seperti ruangan dengan lingkungan kerja fisik yang optimal baik di
lantai produksi maupun perkantoran dan mampu menunjang produktivitas kerja.
Keamanan bagi para tenaga kerja pun tidak hanya dilakukan dari sisi internal, melainkan
juga berupa alat keamanan seperti alat pelindung diri untuk lantai produksi dan juga safety
instruction untuk keadaan-keadaan tertentu.
39
Sistem fasilitas tenaga kerja PT.Primissima (Persero) selain gaji yang didapatkan setiap
bulan, karyawan juga mendapatkan fasilitas lain untuk menunjang kinerja dan
kesejahteraan karyawan. Fasilitas-fasilitas yang diberikan perusahaan antara lain :
a. Tunjangan hari raya (THR).
b. Tunjangan jabatan sebesar 20%.
c. Pemberian gaji ke-13 sebesar 1 kali gaji bruto.
d. Makan siang.
e. Tunjangan perumahan bagi pegawai yang mempunyai jabatan sebagai kepala
bagian.
f. Pakaian seragam, sepatu dan topi untuk pegawai tetap.
g. Asuransi kesehatan (jamsostek dan BPJS).
h. Koperasi karyawan.
i. Kesempatan belajar dan pelatihan.
j. Alat pelindung keselamatan kerja (ear plug, masker, kaca mata dan sarung tangan).
k. Cuti kerja, antara lain : cuti tahunan, cuti hamil dan melahirkan, cuti keperluan
hajat/ keluarga inti meninggal dan lain-lain.
l. Tempat ibadah (masjid).
m. Bonus-bonus berupa insentive produksi pemasaran (tahunan).
n. Id card/ name tag.
o. Uang kesejahteraan istri dan 2 anak.
p. Bonus produk kain jika istri pegawai perempuan melahirkan
Kesehatan Kerja, yang bertujuan untuk memberikan saran, pertimbangan dan membantu
pelaksanaan terciptanya:
a. Keadaan yang dapat mencegah dan atau mengurangi kecelakaan, kebakaran,
peledakan dan penyakit kerja.
b. Keamanan mesin, instalasi, pesawat, alat kerja, bahan baku dan hasil produksi.
c. Kondisi lingkungan dan tempat kerja yang aman, nyaman dan sehat.
Bahaya yang ditimbulkan selama berada dalam proses produksi perusahaan ini
antara lain debu dari mesin atau debu kapas yang berterbangan yang dapat masuk
kesaluran pernafasan, kemudian suara bising yang ditimbulkan oleh mesin-mesin
produksi. Sehingga penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) yang utama digunakan oleh
pegawainya berupa masker dan ear plug. Penggunaan ear plug pada perusahaan ini
menggunakan kapas sebagai gantinya. Untuk pegawai dengan pekerjaan khusus seperti
bagian maintenance dan bagian kelistrikan memakai juga wearpack dan safety boots.
Berikut adalah beberapa peraturan yang harus ditaati oleh seluruh karyawan baik
karyawan dilantai produksi ataupun dikantor. Antara lain :
a. Dilarang merokok diluar jam istirahat dan diarea pabrik.
b. Mengunakan pakaian sesuai standart ketentuan pabrik.
c. Selalu menggunakan alat pelindung diri untuk loasi tertentu (ear plug, masker,
sarung tangan dan lain-lain).
d. Selalu menggunakan name tag (tanda pengenal) saat berada dilokasi pabrik.
e. Selalu melakukan aktivitas produksi berdasarkan SOP yang ada.
f. Bila terjadi kecelakaan kerja segera memberitahukan bagian kesehatan produksi
untuk ditangani.
g. Dilarang menyentuh dan mengubah sistem diperalatan produksi.
h. Menjaga kebersihan dan kerapian didalam perusahaan.
i. Dilarang menulis dan menggambar pada peralatan produksi dan peralatan
pelengkap lainnya.
j. Dilarang becanda saat ativitas produksi berlangsung.
k. Mengenal suara alam dan tempat berumpul darurat.
l. Selama keadaan darurat dilarang panik.
41
PT Primissima (Persero) mulai memasuki pasar luar negeri pada tahun 1986, namun
beberapa tahun belakang sampai sekarang kegiatan ekspor di PT Primissima (Persero)
dihentikan yang disebabkan oleh beberapa factor seperti persaingan kualitas dengan
produk sejenis dan persaingan harga. Untuk saat ini kain yang dihasilkan hanya dikirim
ke wilayah Indonesia saja seperti Bali dan Jawa dikarenakan tingkat persaingan dengan
perusahaan kain yang lainnya.
Pemasaran strategi merupakan bagaimana sebuah perusahaan harus memahami
konsumen, sehingga dapat menyusun strategi pemasarannya untuk mencapai tujuan-
tujuan perusahaan guna meningkatkan kinerja perusahaan dan menciptakan nilai tambah
bagi pemegang saham. Produk yang dibuat oleh PT Primissima (Persero) menganut
standart 4P yaitu product, price, place dan promotion. Standart 4P tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut :
a. Product
Produk yang dihasilkan oleh PT Primissima (Persero) merupakan kain greige atau
sering disebut dengan kain grey. Kain tersebut merupakan kain mentah yang akan
di distribusikan kekonsumen yang rata-rata merupakan pabrik pembuatan pakaian,
batik dan lain sebagainya untuk diolah kembali. Perusahaan terus mengadakan
pembenahan dan evaluasi agar produk yang dihasilkan memenuhi standart dari
konsumen.
b. Price
PT Primissima (Persero) memproduksi kain dengan harga bervariansi. Variansi
harga tersebut dapat dibedakan berdasarkan jenis kontruksi kain. Panjang dan lebar
kain serta klasifikasi grade kain yang dihasilkan. Semakin bagus grade kain, maka
semakin tinggi harga yang ditawarkan. Dibandingkan harga yang ditawarkan oleh
perusahaan kain sejenis, PT Primissima (Persero) memiliki harga rata-rata pasaran.
c. Promotion
Distribusi produk yang Dihasilkan PT Primissima (Persero) hanya sebatas pasar
lokal saja untu pasar internasional perusahaan bekerja sama dengan perusahaan lain
untuk mendistribusikannya, produk akan didistribusikan kemitra perusahaan dan
42
Sistem informasi yang baik dalam suatu perusahaan adalah sistem yang dapat
mengintegrasikan setiap elemen yang ada di perusahaan tersebut, mulai dari permintaan
konsumen sampai dengan pengiriman barang.
Sistem informasi yang diterapkan pada departemen-departement PT Primissima
(Persero) belum sepenuhnya menggunakan komputer, sebagian dalam perusahaan masih
menggunakan media konvensional seperti buku dan juga papan tulis. Dalam setiap bagian
departemen belum ada penyaluran informasi secara elektronik, sehingga apabila ingin
mengetahui kapasitas bahan baku ataupun produksi dilakukan dengan cara melakukan
panggilan telephone ke departemen yang bersangkutan dan apabila ada informasi
perubahan kapasitas produksi dilakukan dengan memberika surat memo perintah dengan
pihak yang terkait.
43
BAB IV
TUGAS KHUSUS
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana penerapan Reliability Centered Maintenance (RCM) dalam perancangan
kegiatan perawatan untuk menurunkan tingkat downtime pada mesin di PT.
Primissima (Persero) Yogyakarta ?
45
Tujuan dari penelitian ini berdasarkan rumusan masalah yang ada, adalah:
1. Mendapatkan sistem perencanaan perawatan yang efektif dan efisien dengan
menggunakan metode Reliability Centered Maintenance (RCM).
2. Menentukan komponen kritis pada mesin Air Jet Loom (AJL) PT. Primissima
(Persero) Yogyakarta.
Agar penelitian terfokus dengan tujuan penelitian, maka batasan masalah yang penulis
terapkan sebagai berikut:
1. Objek penelitian dilakukan di Departemen Weaving PT Primissima (Persero)
Yogyakarta.
2. Pengumpulan data didapatkan dengan cara melakukan wawancara terhadap pekerja
dan membaca laporan kegiatan maintenance.
3. Menggunakan metode Reliability Centered Maintenance (RCM) dan alat bantu
selama dilakukannya penelitian.
Perawatan merupakan kombinasi berbagai tindakan yang dilakukan guna menjaga barang
atau memperbaikinya hingga mencapai suatu kondisi yang dapat diterima (Corder, 1992).
Sedangkan menurut Assauri (1993), perawatan merupakan suatu kegiatan memilihara
suatu fasilitas dalam perusahaan dan mengadakan perbaikan sesuai dengan apa yang
direncanakan. Maintenance atau perawatan menurut Wati (2009) adalah semua tindakan
teknik dan administratif yang dilakukan untuk menjaga agar kondisi mesin/peralatan tetap
46
baik dan dan dapat melakukan segala fungsinya dengan baik, efisien, dan ekonomis sesuai
dengan tingkat keamanan yang tinggi.
Berdasarkan tersebut, perawatan dapat didefinisikan sebagai kegiatan memilihara
suatu fasilitas, mesin dan peralatan di perusahaan. Selain itu juga melakukan perbaikan
dan penggantian yang disesuaikan dengan keperluan agar sistem produksi berjalan
memuaskan. Terdapat dua hasil dari kegiatan perawatan, yaitu:
a. Condition maintenance, yaitu kegiatan perawatan untuk mempertahankan agar
mesin atau peralatan dapat digunakan dengan baik sesuai dengan umur
ekonomisnya.
b. Replacement maintenance, yaitu kegiatan perawatan dengan penggantian
komponen dengan tepat waktu sesuai penjadwalan yang sudah direncanakan.
Pada tahun 1996, menurut Hadi secara umum berpendapat bahwa perawatan memiliki
tujuan:
1. Terjaminnya mutu produksi serta tingkat kepuasan customer dengan penyesuaian,
pelayanan dan pengoperasian peralatan secara tepat.
2. Memaksimalkan kegunaan sistem
3. Menjaga sistem tetap aman dan mencegah dari gangguan keamanan yang terus
berkembang.
4. Meminimumkan frekuensi dan tingkat gangguan proses operasi.
5. Meminimumkan biaya produksi secara keseluruhan atau total yang berhubungan
dengan service dan perbaikan.
6. Memaksimalkan produksi dengan sistem yang telah ada.
7. Menyediakan tenaga kerja, fasilitas, dan metode agar dapat mengoperasikan
kegiatan perawatan.
Jenis perawatan dan manajemenn pemeliharaan dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Perbaikan Perawatan (Maintenance Improvement)
47
c. Proactive: perbaikan mesin didasarkan hasil studi kelayakan mesin. Sistem ini
banyak diaplikasikan pada industri yang menggunakan mesin-mesin dengan
komponen yang berharga mahal.
3. Perwatan korektif (Corrective Maintenance)
Sistem ini dilakukan ketika sistem produksi berhenti berfungsi atau tidak sesuai
dengan kondisi operasi yang diharapkan. Pada umumnya berhentinya sistem
diakibatkan kerusakan komponen yang telah atau sedang dalam proses kerusakan.
Kerusakan yang terjadi umumnya akibat tidak dilakukannya kegiatan preventive
maintenance maupun telah dilakukannya kegiatan preventive maintenance tetapi
kerusakan dalam batas dan kurun waktu tertentu tetap rusak. Kegiatan corrective
maintenance biasa disebut pula sebagai breakdown maintenance, namun demikian
kegiatannnya dapat terdiri dari perbaikan, restorasi atau penggantian komponen.
Tujuan dari Reliability Centered Maintenace (M. Sayuti et all., 2013) yaitu:
a. Mewadahi preventive maintenance dengan menciptakan desain yang saling
berhubungan.
b. Mendapatkan sumber sebagai informasi dalam meningkatkan desain yang kurang
memuaskan yang berhubungan dengan kehandalan.
c. Membentu PM dan tugasnya demi kembalinya kehandalan dan keamanan level
ketika terjadi penurunan kondisi sistem.
d. Merealisasikan semua tujuan dengan mengeluarkan biaya yang minimum.
Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) merupakan suatu metode yang
penggunaannya untuk mengevaluasi desain sistem dengan mengidentifikasi mode
kegagalan dari setiap komponen sitem dan menganilisis pengaruhnya terhadap reliability
sistem (Smith dan Glenn, 2004).
FMEA merupakan dapat digunakan sebagai langkah analisis reliability dari sebuah
sistem dan penyebab terjadinya kegagalan sehingga dapat mencapai keandalan,
keamanan sistem desain beserta proses.
Kegiatan FMEA melibatkan banyak hal seperti menganalisis kegagalan sistem,
penyebab terjadinya kegagalan, serta effect atau dampak yang terjadi akibat kegagalan
pada masing-masing komponen. Salah satu faktor yang penting dalam suksesnya
penerapan FMEA adalah melakukan penaksiran sebelum proses berlangsung (before the
event) dan bukan melakukan sesudah terjadi (after the fact). Hasil yang baik didapatkan
apabila FMEA dilakukan atau diterapkan sebelum potensial kegagalan dari proses atau
produk telah terjadi dalam produk atau proses tersebut. Berikut ini adalah contoh tabel
Failure Mode and Effect Analysis.
50
Tabel 4.1 diatas, kolom equpment berisi nama komponen, kolom function berisi
fungsi dari komponen tersebut, kolom functional failure berisi kegagalan – kegagalan
yang terjadi, kolom failure mode berisikan kemungkinan penyebab-penyebab terjadinya
kegagalan, kolom effect of failure berisi akibat suatu kegagalan . Hal utama dalam FMEA
adalah Risk Priority Number (RPN). RPN merupakan produk matematis dari keseriusan
effect (severity), kemungkinan terjadinya cause akan menimbulkan kegagalan yang
berhubungan dengan effect (occurrence), dan kemampuan untuk mendeteksi kegagalan
sebelum terjadi (detection). RPN dapat ditunjukan dengan persamaan sebagai berikut :
RPN = Severity*Occurrence*Detection
Hasil dari RPN menunjukkan tingkat kepentingan dari sebuah komponen yang
dianggap mempunyai tingkat resiko tertinggi sehingga memerlukan perlakuan khusus
dengan melakukan perbaikan. Berikut ini adalah komponen penyusunun RPN :
a. Severity (Tingkat keparahan)
Severity berguna sebagai penunjuk dampak buruk yang terjadi karena adanya
kegagalan. Dampak dilihat dari tingkat kerusakan alat, lamanya downtime dan
seberapa parah cidera yang dialami operator. Nilai rating Severity antara 1 sampai
10. Nilai 10 diberikan jika kegagalan yang terjadi memiliki dampak yang sangat
besar terhadap sistem.
51
Tingkatan
Akibat Akibat pada
Severity Kriteria Verbal
(Effect) produksi
Rangking
Mesin tetap beroperasi dan
dalam keadaan aman, tetapi
menimbulkan beberapa
Akibat
5 kegagalan atau kecacatan pada 30-60 menit downtime
Moderat
produk. Operator merasa tidak
puas akibat kinerja yang
berkurang
Mesin tetap beroperasi dan
dalam keadaan aman, tetapi
Akibat menimbulkan kegagalan atau
6 1-2 jam downtime
Signifikan kecacatan pada produk. Operator
merasa sangat tidak puas dengan
kinerjanya sendiri
Mesin tetap beroperasi dan
dalam keadaan aman, tetapi tidak
7 Akibat Major dapat dijalankan secara penuh. 2-4 jam Downtime
Operator merasa sangat tidak
puas
Mesin tidak dapat beroperasi,
Akibat
8 mesin telah kehilangan fungsi 4-8 jam downtime
Ekstrem
utama mesin
Mesin gagal dalam beroperasi,
9 Akibat Serius dan tidak memenuhi standart > 8 jam downtime
keselamatan kerja
Mesin tidak layak untuk
Akibat dioperasikan, karena dapat
10 > 8 jam downtime
berbahaya menimbulkan kecelakaan kerja
secara tiba-tiba , dan tidak
53
Tingkatan
Akibat Akibat pada
Severity Kriteria Verbal
(Effect) produksi
Rangking
memenuhi standart keselamatan
kerja
b. Occurency
Occurency merupakan suatu penilaian dengan memberikan tingkatan dari suatu
sebab kerusakan yang terjadi secara mekanis dari peralatan yang diteliti. Dari
tingkatan tersebut dapat diketahui kemungkinan dan tingkat seringnya terjadi
kerusakan.
Hampir
Kerusakan tidak pernah Lebih besar dari 10.000 jam
1 tidak pernah
terjadi operasi
ada
Kerusakan mesin jarang
2 Remote 6.001-10.000 jam operasi
terjadi
Sangat Kerusakan mesin terjadi
3 3.001-6.000 jam operasi
Sedikit sangat sedikit
Kerusakan mesin terjadi
4 Sedikit 2.001-3.000 jam operasi
sedikit
Kerusakan mesin terjadi
5 Rendah 1.001-2.000 jam operasi
dengan tingkat rendah
Kerusakan mesin terjadi
6 Medium 401-1.000 jam operasi
pada tingkat medium
Kerusakan terjadi agak
7 Agak tinggi 101-400 jam operasi
tinggi
8 Tinggi Kerusakan terjadi tinggi 11-100 jam operasi
54
c. Detection
Detection merupakan tingkat pengukuran terhadap kemampuan dalam
pengendalian atas kegagalan yang terjadi.
Logic Tree Analysis (LTA) sebagai alat untuk menunjukkan kegiatan perawatan yang
layak dan optimal dalam mengatasi failure mode setiap komponen (maintenance task).
Tujuan tahap ini adalah memberikan prioritas pada tiap mode kerusakan dan melakukan
tinjauan dari fungsi, kegagalan fungsi sehingga status mode kerusakan tidak sama. Proses
RCM menggunakan tiga pertanyaan logika yang sederhana atau struktur keputusan untuk
mempermudah analis secara akurat menempatkan setiap mode kerusakan ke dalam satu
dari empat kategori, setiap pertanyaan akan dijawab “Ya” atau “Tidak”. Terdapat empat
kategori penting untuk analisis kekritisan dari setiap mode kegagalannya (Smith dan
Glenn,2004) yaitu:
1. Evident, yaitu apakah operator dalam kondisi normal dapat mengetahui bahwa telah
terjadi adanya kegagalan?
2. Safety, yaitu apakah adanya kegagalan tersebut dapat membahayakan keselamatan?
3. Outage, yaitu apakah mode kegagalan ini dapat mengakibatkan seluruh atau
sebagian sistem terhenti?
4. Category, yaitu mengklasifikasikan jawaban dari pertanyaan yang diajukan
kedalam beberapa kategori. Pada bagian ini kategori LTA dibagi menjadi 4 yaitu:
a. Kategori A (Safety problem)
Yaitu apabila mode kegalalan mempunyai konsekuensi membahayakan
keselamatan bahkan menyebabkan kematian pada sesorang. Kegagalan ini juga
mempunyai konsekuensi lingkungan seperti melanggar peraturan lingkungan yang
telah ditetapkan dalam hukum sebelumnya.
56
Pemilihan tindakan merupakan tahap terakhir dari proses analisa RCM. Dari tiap mode
kerusakan dibuat daftar tindakan yang mungkin untuk dilakukan dan selanjutnya memilih
tindakan yang paling efektif. Pelaksanaan dalam preventive maintenance memiliki syarat
sebagai berikut:
1. Apabila suatu tindakan pencegahan yang dilakukan tidak mengurangi resiko
kegagalan hingga batas penerimaan, maka perlu adanya pelaksanaan tahap berkala.
Tetapi jika hal tersebut juga tidak dapat mencegah kegagalan, maka harus adanya
desain ulang sistem dengan pertimbangan konsekuansi kegagalan yang terjadi.
2. Apabila tindakan pencegahan telah dilakukan, tetapi menambah biaya proses
dibanding tidak dilakukan, sehingga terjadi konsekuansi oprasional maka tidak
perlu dilakukan maintenance yang terjadwal. Jika hal tersebut masih juga terjadi
dan konsekuansinya masih cukup besar, maka dilakukan desain ulang sistem.
3. Apabila tindakan pencegahan dilakukan, tetapi biaya proses total meningkat
dibanding tidak dilakukan, sehingga terjadi konsekuensi non-operasional, maka
tidak perlu dilakukan maintenance terjadwal. Akan tetapi jika biaya perbaikan
terlalu tinggi maka dilakukan lagi desain sistem ulang.
Proses analisa ini akan menentukan tindakan PM yang tepat untuk mode kerusakan
tertentu. Tindakan perawatan pada road map pemilihan tindakan dapat dibagi menjadi 3
yaitu:
1. Time Direct (TD)
Tindakan perawatan yang dilakukan secara langsung terhadap sumber kerusakan
dengan didasari umur ataupun waktu dari komponen.
2. Condition Direct (CD)
Tindakan perawatan yang dilakukan dengan memeriksa dan inspeksi. Apabila
didalam inspeksi terdapat gejala-gejala kerusakan, maka dilanjutkan dengan
perbaikan atau penggantian komponen.
3. Finding Failure (FF)
Suatu tindakan perawatan yang dilakukan agar menemukan kerusakan tersembunyi
yang dilakukan dengan pemeriksaan berkala.
58
Dalam penelitian ini memiliki tahapan – tahapan yang dilakukan penulis sebagai langkah
mendapatkan data yang dibutuhkan. Berikut ini Gambar 4.3 merupakan alur penelitian
yang dilakukan dari kegiatan kerja praktik di PT Primissima:
59
Alur penelitian pada gambar diatas, dapat dijelaskan secara jelas dan tertulis
sebagai berikut:
1. Identifikasi Masalah
Tahap awal dari penelitian ini yaitu mengidentifikasi permasalahan yang ada di
perusahaan dengan melakukan observasi secara langsung di lapangan atau di PT
Primissima (Persero) Yogyakarta. Dalam identifikasi masalah, dilakukan juga
60
penulisan rumusan, tujuan, dan batasan dari masalah yang diteliti agar penelitian
ini terfokus dan terarah.
2. Studi Literatur dan Studi Lapangan
Studi literatur dan studi lapangan merupakan dua hal yang berbeda. Studi literatur
dilakukan sebagai dasar pemahaman secara teoritis dalam menunjang penyelesaian
masalah yang meliputi pemahaman konsep dari metode yang digunakan. Studi
literatur dapat dipelajari dari buku atau sumber penelitian yang pernah ada
sebelumnya. Studi lapangan dilakukan sebagai penunjang pelaksanaan penelitian
yang berupa informasi nyata yang ada dilapangan.
3. Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan metode RCM dalam menjalankan tugas khusus dari
kegiatan kerja praktik. Fokus utama mesin yang di teliti adalah mesin Air Jet Loom
(AJL) yang berada di departemen Weaving. Selama kerja prakrik yang dilakukan
dari tanggal 15 Oktober 2019 hingga 14 November 2019 diperlukan data primer
dan data sekunder yang hal tersebut masuk dalam tahap pengumpulan data.
a. Data Primer
Data primer didapatkan secara langsung melalui objek yang di teliti. Metode dalam
pengumpulan data primer ini berupa:
1) Wawancara, yang dilakukan dengan proses tanya jawab dengan pihak yang
berkaitan dengan objek yang diteliti, dalam hal ini adalah operator bagian
maintenance.
2) Observasi atau pengamatan langsung terhadap objek penelitian, yaitu dengan
menganalisis proses pada mesin Air Jet Loom (AJL).
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang didapatkan dari data historis perusahaan, yang
dalam penelitian ini berkaitan dengan maintenance agar dapat mendukung landasan
teori penelitian ini. Data yang dibutuhkan adalah:
1) Data umum perusahaan.
2) Data mesin dan komponen sistem mesin Air Jet Loom (AJL)
3) Data kerusakan pada mesin Air Jet Loom (AJL)
4) Data penyebab, mode, dan efek kegagalan yang ditimbulkan.
4. Pengolahan Data
61
Functional Block Diagram (FBD) dibuat untuk memberikan informasi lengkap mengenai
sistem dari peralatan yang dianalisis dari awal penggunaan hingga akhir penggunaan
mesin. Hasil dari informasi dan analisis kemudian dituangkan kedalam Functional Block
Diagram (FBD) yang merupakan bentuk diagram lebih sederhana dan menggambarkan
fungsi dari sistem mesin AJL dengan urutan operasi. Berikut Gambar 4.4 FBD dari mesin
AJL:
62
Metode FMEA melibatkan banyak hal seperti menganalisis kegagalan sistem, penyebab
dari terjadinya kegagalan, serta effect atau dampak yang terjadi akibat kegagalan di setiap
komponen yang tertulis dalam worksheet FMEA. Hal ini memudahkan dalam
menganalisis komponen mana yang menjadi komponen kritis yang memiliki nilai
downtime tertinggi atau nilai RPN terbesar dan seberapa jauh pengaruhnya terhadap
sistem, sehingga dapat menentukan perawatan terhadap komponen kritis yang tepat.
Untuk RPN dapat dihitung menggunakan rumus:
RPN = Severity * Occurency*Detection
Berikut merupakan penjelasan dari salah satu komponen mesin AJL berdasarkan
pengisian pada tabel FMEA worksheet diatas:
1. Mesin yang mengalami kerusakan adalah mesin Air Jet Loom (AJL).
2. Salah satu komponen dari mesin AJL yang mengalami kerusakan adalah komponen
Ancer. Komponen ini memiliki fungsi sebagai pengatur naik turunnya lusi.
3. Mode kegagalan dari komponen Ancer adalah komponen Ancer yang patah.
4. Penyebab kegagalannya adalah baut pada Ancer yang sudah aus. Hal ini
menyebabkan spare part harus diganti.
5. Efek kegagalan yang ditimbulkan adalah mesin AJL berhenti beroperasi.
6. Tingkat Tingkat Severity : Mesin telah terhenti atau tidak dapat beroperasi, karena
hilangnya fungsi utama mesin (8)
7. Tingkat Occurence : kerusakan mesin terjadi agak tinggi (7)
8. Tingkat Detection : Perawatan preventive yang memiliki kemungkinan moderate
highly dalam menganalisis sumber potensial kegagalan dan mode kegagalannya (4)
9. Nilai RPN = 8 x 7 x 4 = 224
67
Logic Tree Analysis (LTA) mengandung informasi nama dari kegagalan fungsi,
komponen yang mengaalami kegagalan, fungsi dari komponen dan mode kerusakannya
serta analisis kekritisan dari kegagalan. Tujuannya yaitu mengklasifikasikan failure agar
mengetahui tingkat prioritas berdasarkan kategori LTA.
Critically Analysis
N Equipme Failure
Function Evide Safet Outag Categor
o nt Mode
nt y e y
Penggerak
Locker Locker Arm
6 komponen Y N Y B
Arm patah
amran
Berada
didalam
7 Ancer Kamran, yang Ancer patah Y N Y B
mengatur naik
turunnya lusi
Sebagai alat Tekanan pada
8 Brike Coil pengereman Brake Angel Y N N C
pada mesin tinggi
Menggerakka
n Selvedge ke
Wayer kiri dan ke Wayer Rood
9 Y N N C
Rood kanan agar putus
gerakannya
sama
Menentukkan Derajat pada
10 Came anyaman pada Came Y N N C
kain bergeser
Sebagai
Belt Belt Motor
11 penggerak Y N N C
Motor putus/aus
mesin
Brake Angel
Sebagai
Brake tidak
12 pengereman Y N Y B
Angel berfungsi/put
mesin
us
Belt Take Menggulungk Belt Take Up
13 Y N Y B
Up an kain putus
69
Critically Analysis
N Equipme Failure
Function Evide Safet Outag Categor
o nt Mode
nt y e y
Menganalisis Felling
Felling
14 pakan pendek Detector Y N Y B
Detector
dan panjang menipis
Memotong
Motor Motor Cutter
pinggiran
15 Cutter Listrik tidak Y N N C
dengan aliran
Listrik berfungsi
listrik
Berikut merupakan penjelasan dari salah satu komponen mesin AJL berdasarkan
pengisian pada tabel Logic Tree Analysis diatas :
1. Salah satu komponen yang mengalami kerusakan adalah Connecting Rood pada
mesin AJL.
2. Fungsi Connecting Rood pada mesin AJL adalah meneruskan penggerak rem
kamran.
3. Mode kegagalan dari komponen Connecting Rood adalah patah atau Ball Bearing
Aus.
4. Analisis kekritisan (mode kegagalan ):
a. Evident (apakah operator yang dalam keadaan normal dapat mengetahui
adanya suatu kegagalan?) Yes
b. Safety (apakah kegagalan yang terjadi dapat membahayakan keselamatan
kerja?) No
c. Outage (apakah mode kegagalan ini dapat mengakibatkan seluruh atau
sebagian sistem terhenti?) Yes
d. Category: B (Outage problem), yaitu mode kegagalan komponen yang
menyebabkan terhentinya sebagian atau keseluruhan dari sistem kerja
komponen tersebut, sehingga mempengaruhi operasional plant yang dapat
menambah biaya karena mempengaruhi kualitan dan kuantitas produk.
70
Berikut merupakan penjelasan dari salah satu komponen mesin AJL berdasarkan
pengisian pada tabel Task Selection diatas:
1. Salah satu komponen yang mengalami kerusakan adalah komponen Pick winding
pada mesin AJL.
2. Fungsi komponen Pick winding pada mesin AJL adalah sebagai penggerak slow
motion (gerakan lambat) pada mesin.
3. Mode kegagalan yang terjadi adalah kerusakan pada komponen Pick Winding.
4. Selection guide (mode kerusakan) :
a. Apakah hubungan kerusakan dengan age relibility diketahui ? Yes
b. Apakah tindakan TD bisa digunakan? Yes
c. Apakah tindakan CD dapat digunakan? Yes
d. Apakah termasuk dalam mode kerusakan? No
e. Apakah tindakan FF dapat digunakan? Yes
f. Apakah diantara tindakan yang dipilih efektif? Yes
g. Dapatkah desain dari modifikasi dapat menghilangkan mode kegagalan dan
efeknya? –
Selection task : FF ( finding failure ) yaitu tindakan perawatan yang dilakukan dengan
tujuan untuk menemukan kerusakan yang tersembunyi dengan pemeriksaan berkala.
Komponen kritis ditentukan dari nilai RPN tertinggi yang didapatkan dari hasil FMEA,
yaitu komponen Kamran dengan nilai RPN sebesar 256.
73
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil data yang telah dianalisis, penelitian ini dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Dari hasil Failure Mode and Effect Analysis (FMEA), didapatkan 16 mode
kegagalan yang terjadi pada mesin Air Jet Loom (AJL). Risk priority number atau
RPN tertinggi yang diperoleh terdapat pada komponen Kamran dengan nilai
sebesar 256 RPN. Pada tahap kedua yaitu Logis Tree Analysis (LTA), didapatkan
hasil 10 mode kegagalan terhadap komponen mesin AJL yang tergolong dalam
kategori B atau outage problem, dan terdapat 6 mode kegagalan dengan kategori C
atau economic problem pada komponen mesin AJL. Berdasarkan kebijakan
perawatan yang didapat dari hasil task selection, pada masing – masing komponen
mesin AJL terdapat 12 komponen yang dapat diatasi secara condition direct (CD)
yaitu perawatan yang dilakukan dengan melakukan pengamatan, pemeriksaan, dan
dengan adanya monitoring sejumlah data yang ada secara berkala. Serta 4
komponen mesin AJL lainnya yang dapat ditangani dengan cara finding failure
(FF), yaitu perawatan dengan tujuan menemukan suatu kerusakan pada komponen
yang tersembunyi dengan pemeriksaan berkala.
2. Komponen kritis diperoleh dari hasil FMEA dengan nilai tertinggi, pada
kesimpulan sebelumnya telah dijelaskan bahwa komponen dengan nilai RPN
tertinggi adalah komponen Kamran dengan nilai sebesar 256. Nilai ini
menggambarkan bahwa komponen Kamran mengalami kegagalan yang harus
ditangani akibat terjadinya downtime yang paling besar diantara komponen lainnya.
74
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan dari hasil yang didapatkan penulis selama penelitian, yang
harapannya saran ini bisa bermanfaat yaitu agar penggunaan metode Reliability Centered
Maintenance (RCM) ini dapat di terapkan atau diaplikasikan sebagai pendekatan yang
digunakan dalam penentuan sistem perawatan masin di PT Primissima (Persero)
Yogyakarta. Penerapan metode RCM ini dapat membantu perusahaan dalam mengetahui
jenis tindakan yang optimal sehingga dapat meningkatkan keandaan terhadap mesin –
mesin yang ada di perusahaan. Pertimbangan dalam penerapan atau pengaplikasian
metode ini juga diperlukan mengingat kondisi perusahaan dalam penyesuaiannya dengan
ketersediaan teknisi yang menjalankan.
75
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN