Anda di halaman 1dari 21

Reguler

2017/2018

LAPORAN TUTORIAL
FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA
LINGKUNGAN KERJA FISIK 2

Kelompok : E6 Tanggal Tutorial : 27 Des. 2017


Nama/NIM : Hanura Dewi W.S Hari Tutorial : Rabu
/ 16522014 Dikumpulkan : 2 Januari 2018
Damas Reza P. Tanggal
/ 16522140
Kelas : E
Asisten : E-121 Yogyakarta, ............................. 2017
Kriteria penilaian (diisi oleh asisten)
Format Laporan : Max (10)
Asisten
Perhitungan : Max (40)
Analisa dan : Max (45)
Pembahasan
( Arief Zubaidi )
Kesimpulan : Max (5)
TOTAL :

LABORATORIUM DESAIN KERJA DAN ERGONOMI


JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2017
Reguler
2017/2018

BAB X
LINGKUNGAN KERJA FISIK 2

10.1 Tujuan Tutorial


Adapun tujuan dari adanya tutorial Lingkungan Kerja Fisik 2 ini adalah sebagai
berikut:
1. Mengetahui cara pengukuran kebisingan dan suhu dengan menggunakan
alat.
2. Mengetahui pengaruh intensitas kebisingan dan suhu terhadap hasil suatu
pekerjaan.
3. Mampu menganalisis perancangan lingkungan kerja fisik yang optimum.

10.2 Tugas Tutorial


Adapun tugas dari adanya tutorial Lingkungan Kerja Fisik 2 ini adalah sebagai
berikut:
1. Mengamati dan mencatat hasil kerja operator ketika melakukan
pengetikan dalam 3 kondisi ruang yang berbeda, yaitu kondisi suhu
normal dan tidak terdapat kebisingan, kondisi ruang dengan suhu yang
dingin , dan kondisi ruang dengan kebisingan.
2. Melakukan perhitungan uji normalitas dan uji paired sample T-test.
3. Melakukan analisis terhadap hasil kerja operator dan hasil perhitungan uji
normalitas dan uji paired sample T-test.

10.3 Kajian Literatur


Tabel 1. Kajian Literatur Jurnal Internasional

No Judul Metode Hasil Kesimpulan


.
1. Physical Work A cross-sectional, Tingkat respon Dalam studi masa
Environment: desain prediktif dari 48,5% depan, hubungan
Testing an dan instrumen menghasilkan ini harus diperiksa
Expanded survei berbasis sampel dari 362, dalam sampel
Model of Job web yang dengan kekuatan perwakilan yang
Reguler
2017/2018

Satisfaction in digunakan untuk 80% untuk lebih besar dan


a Sample of mengumpulkan mendeteksi efek lebih dari perawat.
Registered data dari staf media lingkungan Membangun
Nurses perawat terdaftar fisik yang kembali rumah
di rumah sakit dirasakan terhadap sakit AS, dengan
metropolitan kepuasan kerja. rencana investasi
besar. Survei Rata-rata, perawat sebesar $
termasuk 34 memiliki persepsi 200.000.000.000
pertanyaan negatif dari tanpa
tentang beberapa lingkungan kerja mempertimbangka
faktor penentu fisik (M = 2.9, SD n bagaimana
kepuasan kerja, = 2.2). Meskipun lingkungan fisik
termasuk 18 lingkungan fisik memberikan
langkah Likert- berhubungan kontribusi untuk
tipe dengan positif dengan hasil kerja perawat,
mendirikan kepuasan kerja (r mengancam untuk
validitas yang = 0,256, p = 0,01) memperburuk
baik dalam analisis omset perawat
(perbandingan fit bivariat, regresi organisasi.
index = 0,97, probit
Tucker-Lewis memerintahkan,
index = 0,98, root tidak ada
mean square error pengaruh
dari pendekatan = lingkungan kerja
0,06) dan fisik terhadap
kehandalan ( r ≥ kepuasan kerja
0,70). ditemukan.
2. Physical work Untuk meneliti 348 peserta Studi ini
environment efek dari (6,9%) yang menunjukkan
risk factors for lingkungan kerja dikembangkan potensi untuk
long term fisik pada tidak adanya mengurangi jangka
sickness penyakit tidak penyakit jangka panjang penyakit
absence: adanya jangka panjang selama tidak adanya
Reguler
2017/2018

prospective panjang dan untuk masa tindak melalui


findings menyelidiki lanjut. Dari memodifikasi
among a interaksi antara jumlah tersebut, postur kerja tegang
cohort of 5357 faktor-faktor 194 (55,7%) leher dan
employees in risiko fisik dan adalah perempuan punggung,
Denmark psikososial. dan 154 (44,3%) mengurangi risiko
Sejumlah 5357 adalah laki-laki. kerja yang
karyawan yang Bagi karyawan dilakukan berdiri
diwawancarai wanita dan pria, atau berjalan, dan
pada tahun 2000 risiko timbulnya mengurangi risiko
tentang penyakit tidak yang terkait
lingkungan kerja adanya jangka dengan beban
fisik mereka, dan panjang penanganan.
berbagai kovariat meningkat sebesar Berurusan dengan
diikuti selama 18 membungkuk stressor psikososial
bulan dalam ekstrim atau secara bersamaan
penyakit tidak memutar leher dapat
adanya register atau punggung, meningkatkan
nasional. bekerja terutama upaya intervensi
berdiri atau fisik lebih lanjut
jongkok, untuk karyawan
mengangkat atau perempuan.
membawa beban,
dan mendorong
atau menarik
beban. interaksi
signifikan yang
ditemukan selama
tiga kombinasi
dari faktor risiko
lingkungan kerja
fisik dan
psikososial antara
Reguler
2017/2018

karyawan
perempuan (P
<0,05).
3. Performance in Reaksi fisiologis Secara fisik pria berkeringat di
relation to dipelajari dari 64 fit ditemukan panas lembab
Environmental pria muda yang menyesuaikan diri adalah berlimpah,
Temperature,
sehat yang tinggal lebih cepat terlalu tidak
Reactions of
terus menerus di daripada laki-laki efisien, limbah air
Normal Young
ruang panas untuk tidak layak dan dan garam, dan
Men to Hot,
periode 8-32 hari. ketika independen dari
Humid
(Simulated
diaklimatisasi asupan cairan.

Jungle) yang mampu Penggantian air

Environment. bekerja lebih yang hilang dan


efisien. intoleransi garam sangat
awal untuk panas penting, tetapi
tidak menghalangi mereka
aklimatisasi cepat menunjukkan
dan lengkap jika bahwa rasa haus
istirahat yang adalah panduan
cukup, air dan tertinggal dengan
garam diberikan. kebutuhan tersebut.
Sebuah gelar
cukup aklimatisasi
silang antara
gurun dan iklim
lembab panas
ditunjukkan.

10.4 Output
10.4.1 Deskripsi
Pada tutorial lingkungan kerja fisik 2 kali ini, kami mengambil data
dengan cara melakukan pengamatan secara langsung pada operator.
Operator pada tutorial lingkungan kerja fisik 2 yaitu salah satu dari
Reguler
2017/2018

anggota kelompok kami. Pada tutorial ini, operator bermain game


brainworkshop dengan 3 kondisi lingkungan fisik (kebisingan dan
tenperatur suhu) yang berbeda. Pada kondisi pertama yaitu kondisi suhu
normal dan tidak ada kebisingan. Kondisi kedua yaitu kondisi ketika
ruangan suhu rendah. Kondisi ketiga yaitu ketika berada dalam ruangan
yang bising. Dalam tutorial ini, digunakan beberapa alat diantaranya yaitu
ruang iklim, AC, Speaker, thermohigrometer, soundmeter, software brain
workshop, laptop, observation sheet dan alat tulis. Berikut ini merupakan
deskripsi operator :
Nama : Damas Reza
Umur : 20 tahun
Jenis Kelamin : Laki – Laki
Riwayat Penyakit :-
Hari / Tanggal : Rabu, 27 Desember 2017

10.4.2 Data Rekapitulasi


a. Kebisingan
Pre Test Kebisingan
Berikut ini merupakan tabel 2, yaitu tabel data pengamatan pre test
kebisingan:
Tabel 2. Data Pre Test Kebisingan
Number Correctly Recalled
100

Post Test Kebisingan


Berikut ini merupakan tabel 3, yaitu tabel data pengamatan pos test
kebisingan:
Tabel 3. Data Post Test Kebisingan
86, 82, 84, 87,
8 85 84,2 6 85,2 86,8 8 84,5 84,8 3 84,8 86,9
87, 90, 87, 93,
2 88,3 91,1 1 91 88,7 2 87,6 88,8 9 96,3 93,8
93, 84 84,4 84, 83,3 85,8 86, 86,9 85,9 85, 87,9 85,1
Reguler
2017/2018

2 3 4 9
87, 89, 86,
4 87,5 88,5 91 88,6 90,2 9 89,4 86,5 8 90,4 93,9
89, 83, 84,
9 90,5 87,4 82 83,3 83,7 6 83,8 85,5 8 85,1 87
84, 88,
1 85,6 87 86 96,3 87,1 5 88 87,3 87 87,1 91,4
96, 83, 85,
8 92,5 91,8 4 81,4 82,5 86 84 83,9 7 85,4 84,9
86, 87, 85,
7 84 83,9 1 90,8 92,8 6 88,1 88 91 92,7 91,2
91, 92, 81, 83,
1 91,3 89,6 6 83,8 80,2 9 86,3 83,1 4 83,2 82,8
84, 88, 87, 89,
6 84,4 84,5 9 97,6 88 8 85,9 82,4 7 90,6 90,9

b. Temperatur/Suhu
Berikut ini merupakan tabel 4, yaitu tabel data pengamatan pre test dan
post test suhu:
Tabel 4. Data Pre Test dan Post Test Suhu
Nilai
Number Correcly
Perlakuan Thermohygrometer
Recalled(%)
(ᵒC)
Pre Test 24 100
Post Test 18,8 78

c. Data Hasil Pengamatan


Berikut ini merupakan tabel 5, yaitu tabel hasil data pengamatan.
Tabel 5. Data Hasil Pengamatan
Akurasi Akurasi Akurasi Akurasi
No. Nama Operator Pre Test Post Test Pre Test Post Test
Suhu Suhu Kebisingan Kebisingan
1. Muhammad 95 78 95 84
Reguler
2017/2018

Akurasi Akurasi Akurasi Akurasi


No. Nama Operator Pre Test Post Test Pre Test Post Test
Suhu Suhu Kebisingan Kebisingan
Adib
2.
Karina Intan 77 83 77 83
3.
Wildan Mufti 63 57 63 27
4.
M.Faras Raihan 63 57 63 27
5.
Dina Anggraeni 73 96 73 25
6.
Dennis 84 100 84 88
7.
Hakki 76 85 76 71
8.
Adrian Jorghy 68 68 68 57
9. Adelia
Febriyanti 68 88 68 61
10.
Annisa Lutfi 100 75 100 12
11.
Sinta Nofita 83 78 83 77
12.
Zakka Ugih 91 100 91 70
13.
Reza Faradani 85 83 85 45
14.
Syahda Tiara 100 90 100 70
15.
Palmy 72 86 72 56
16. Naufal
Dwihutomo 87 78 87 60
17.
Tegar Refa 62 68 62 50
18. Rahmadi
Ekanarta 100 84 100 64
19.
Damas Reza 100 78 100 69
20.
Alan 56 74 56 50
21.
Galih Pribadi 60 100 60 57
22.
Valian 47 94 47 37
23.
Wibi 48 53 48 40
24. Amrullah
Wahyu 57 100 57 52
25.
Huzein 84 92 84 76
26.
Afian Cavin 93 100 93 52
27. Farhan
Muhammad 100 91 100 60
28. Thoriq 93 100 93 52
Reguler
2017/2018

Akurasi Akurasi Akurasi Akurasi


No. Nama Operator Pre Test Post Test Pre Test Post Test
Suhu Suhu Kebisingan Kebisingan
29.
Afitya F Adha 100 90 100 66
30. Dean
Tirkaamiana 81 73 81 72

10.4.3 Pengolahan Data


10.4.3.1 Perhitungan Data Kebisisngan
a. Menghitung range (r)
r = nilai maksimal – nilai minimal
r = 97,6 – 80,2
r = 17,4 dB
b. Menghitung jumlah kelas (k)
k = 1 + 3,3 log n
k = 1 + 3,3 log 120
k = 7,9 ≈ 8 kelas
c. Menghitung interval kelas (i)
r
i=
k
17,4
i=
7,9
i = 2,2
d. Membuat distribusi frekuensi
Berikut ini merupakan tabel 6 yaitu tabel distribusi frekuensi :
Tabel 6 Distribusi Frekuensi
Nilai
No. Interval Bising Frekuensi
Tengah
1. 80,2-82,4 81,3 5
2. 82,5-84,7 83,6 27
3. 84,8-87 85,9 31
4. 87,1-89,3 88,2 23
5. 89,4-91,6 90,5 20
6. 91,7-93,9 92,8 10
Reguler
2017/2018

Nilai
No. Interval Bising Frekuensi
Tengah
7. 94-96,2 95,1 0
8. 96,3-98,5 97,4 4

e. Menghitung LTM5
1
LTM5 = 10 log
n
∑ Tn .100,1 ln
1
= 10 log (Ti. 100,1Li + ... + Tj. 100,1Lj)
120
1
= 10 log
120
(5*100,1(81,3)+27*100,1(83,6)+31*100,1(85,9)+
23*100,1(88,2)+20*100,1(90,5)+10*100,1(92,8)+0*100,1(95,1)+
4*100,1(97,4)
1
= 10 log
120
(674481441,3+6185342662+12060399495+15195949304+
22440369086+19054607180+0+21981634954)

1
= 10 log (97592784122,3)
120
= 10 log (813273201)
= 89,1 dBA

1. Uji Normalitas Kebisingan


Dalam melakukan uji normalitas terlebih dahulu ditentukan bentuk-
bentuk hipotesis yang digunakan, yaitu :
 H0 : Data berdistribusi normal
 H1 : Data tidak berdistribusi normal
Dalam pengujian paired sample t-test digunakan tingkat kepercayaan
95%, sehingga nilai signifikansi (α) sebesar 0,05.
 Jika nilai signifikansi (α) > 0,05 maka H0 diterima
 Jika nilai signifikansi (α) ≤ 0,05 maka H0 ditolak
Reguler
2017/2018

Dalam melakukan uji normalitas digunakan software SPSS. Berikut ini


merupakan tabel 7, yaitu tabel hasil uji normalitas menggunakan
software SPSS :
Tabel 7. Hasil Uji Normalitas

 PreTest Kebisingan : Berdasarkan hasil uji normalitas yang


telah dilakukan, maka dapat dilihat bahwa nilai signifikansi pretest
kebisngan sebesar 0,2. Sehingga nilai signifikansi tersebut > 0,05,
maka H0 diterima (data pretest kebisingan tersebut berdistribusi
normal).
 PostTest Kebisingan : Berdasarkan hasil uji normalitas yang
telah dilakukan, maka dapat dilihat bahwa nilai signifikansi posttest
getaran sebesar 0,2. Sehingga nilai signifikansi tersebut > 0,05,
maka H0 diterima (data posttest kebisingan tersebut berdistribusi
normal).

2. Uji Paired Sample T-Test Kebisingan


Dalam melakukan uji paired sample t-test terlebih dahulu ditentukan
bentuk-bentuk hipotesis yang digunakan, yaitu :
 H0 : Tidak terdapat perbedaan nilai rata-rata data pretest kebisingan
dan data posttest kebisingan.
 H1 : Terdapat perbedaan nilai rata-rata data pretest kebisingan dan
data posttest kebisingan.
Dalam pengujian paired sample t-test digunakan tingkat kepercayaan
95%, sehingga nilai signifikansi (α) sebesar 0,05.
 Jika nilai signifikansi (α) > 0,05 maka H0 diterima
 Jika nilai signifikansi (α) ≤ 0,05 maka H0 ditolak
Berikut ini merupakan tabel 8, yaitu tabel hasil output pengujian paired
sample t-test dengan software SPSS :
Reguler
2017/2018

Tabel 8. Paired Sample T-Test

Pada tabel paired sample t-test menunjukkan perbedaan rata-rata dari


pretest dan posttest kebisingan, untuk nilai t-hitung yaitu 6,008. Untuk nilai
mean yaitu 21,86667, karena nilai signifikansi pada tabel tersebut < 0,05
yaitu 0,000, maka H0 ditolak (terdapat perbedaan nilai rata-rata data pretest
kebisingan dan data post-test kebisingan).

3. Uji Normalitas Suhu


Dalam melakukan uji normalitas terlebih dahulu ditentukan bentuk-
bentuk hipotesis yang digunakan, yaitu :
 H0 : Data berdistribusi normal
 H1 : Data tidak berdistribusi normal
Dalam pengujian paired sample t-test digunakan tingkat kepercayaan
95%, sehingga nilai signifikansi (α) sebesar 0,05.
 Jika nilai signifikansi (α) > 0,05 maka H0 diterima
 Jika nilai signifikansi (α) ≤ 0,05 maka H0 ditolak
Dalam melakukan uji normalitas digunakan software SPSS. Berikut ini
merupakan tabel 9, yaitu tabel hasil uji normalitas menggunakan
software SPSS :
Tabel 9. Hasil Uji Normalitas

 PresTest Temperatur : Berdasarkan hasil uji normalitas yang telah


dilakukan, maka dapat dilihat bahwa nilai signifikansi pretest
Reguler
2017/2018

temperatur sebesar 0,200. Sehingga nilai signifikansi tersebut > 0,05,


maka H0 diterima (data pretest temperatur tersebut berdistribusi
normal).
 PostTest Temperatur : Berdasarkan hasil uji normalitas yang telah
dilakukan, maka dapat dilihat bahwa nilai signifikansi posttest
Temperatur sebesar 0,200. Sehingga nilai signifikansi tersebut > 0,05,
maka H0 diterima (data posttest temperatur tersebut berdistribusi
normal).

4. Uji Paired Sample T-Test Suhu


Dalam melakukan uji paired sample t-test terlebih dahulu ditentukan
bentuk-bentuk hipotesis yang digunakan, yaitu :
 H0 : Tidak terdapat perbedaan nilai rata-rata data pretest temperatur
dan data posttest temperatur.
 H1 : Terdapat perbedaan nilai rata-rata data pretest temperatur dan
data posttest temperatur.
Dalam pengujian paired sample t-test digunakan tingkat kepercayaan
95%, sehingga nilai signifikansi (α) sebesar 0,05.
 Jika nilai signifikansi (α) > 0,05 maka H0 diterima
 Jika nilai signifikansi (α) ≤ 0,05 maka H0 ditolak
Untuk melakukan uji paired sample t-test digunakan software SPSS.
Berikut ini merupakan tabel 10, yaitu tabel hasil output pengujian
paired sample t-test dengan software SPSS :
Berikut ini merupakan tabel 10, yaitu tabel hasil output pengujian
paired sample t-test dengan software SPSS :
Tabel 10. Uji Paired Samples Test

Pada tabel paired sample t-test menunjukkan perbedaan rata-rata dari


pretest dan posttest temperatur, untuk nilai t hitung yaitu -1,351 karena
Reguler
2017/2018

merupakan signifikansi 2 tailed maka dapat diasumsikan bahwa nilai t hitung


positif yaitu -1,351 . Untuk nilai mean yaitu -4,433333, karena nilai mean
berada diantara batas bawah -11,14726 dan batas atas 2,28059 maka nilai
tersebut berada pada daerah penerimaan H0, selain itu karena nilai
signifikansi pada tabel tersebut > 0,05 yaitu 0,187 maka H 0 diterima (tidak
terdapat perbedaan nilai rata-rata data pretest temperatur dan data posttest
temperatur).

10.4.4 Analisis Data


1. Leq Kebisingan
Kebisingan adalah segala jenis suara yang tidak dikehendaki yang
berpotensi untuk membahayakan kesehatan. Maka dalam penelitian ini
peneliti melakukan perhitungan yang telah di lakukan dengan mengambil
120 data tingkat kebisingan, maka range yang di peroleh adalah sebesar
17,4 dimana nilai maksimalnya adalah 97,6 dB dan nilai minimalnya
adalah sebesar 80,2 dB. Lalu di lakukannya perhitungan untuk
menghitung jumlah kelas yang akan di peroleh ketika datanya ada 120,
sehingga berdasarkan perhitungan di peroleh 8 kelas untuk 120 data. Dan
interval kelasnya adalah sebesar 2,2. Dan nilai LTM5 dimana Leq dengan

waktu sampling tiap 5 detik adalah 89,1 dBA

2. Uji Normalitas
Uji Normalitas adalah hal yang lazim dilakukan sebelum melakukan
sebuah metode statistik. Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui
apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal
atau tidak dan dapat digunakan untuk statistik parametrik. Sehingga pada
penelitian ini peneliti mengambil sampel sebanyak 30 operator dari
praktikan laboratorium DSK & E, dan untuk mengetahui apakah 30 data
yang di peroleh operator merupakan data yang berdistribusi normal maka
peneliti melakukan perhitungan menggunakan SPSS.
Dalam melakukan uji normalitas terlebih dahulu peneliti menentukan
bentuk-bentuk hipotesis yang digunakan, yaitu :
Reguler
2017/2018

H0 : Data berdistribusi normal


H1 : Data tidak berdistribusi normal
Berdasarkan hasil yang diperoleh melalui perhitungan SPSS didapat hasil
Pre test kebisingan dapat dilihat bahwa nilai signifikansi pretest
kebisingan sebesar 0,2. Sehingga nilai signifikansi tersebut > 0,05, maka
H0 diterima (data pretest kebisingan tersebut berdistribusi normal).
Untuk post test kebisingan dapat dilihat bahwa nilai signifikansi posttest
getaran sebesar 0,2. Sehingga nilai signifikansi tersebut > 0,05, maka H0
diterima (data posttest kebisingan tersebut berdistribusi normal).
Untuk pre test temperatur dapat dilihat bahwa nilai signifikansi pretest
temperatur sebesar 0,200. Sehingga nilai signifikansi tersebut > 0,05,
maka H0 diterima (data pretest temperatur tersebut berdistribusi normal).
Dan untuk post test temperatur dapat dilihat bahwa nilai signifikansi
posttest Temperatur sebesar 0,200. Sehingga nilai signifikansi tersebut >
0,05, maka H0 diterima (data posttest temperatur tersebut berdistribusi
normal).

3. Uji Paired Sample T-Test


a. Uji Paired Sample T-Test Kebisingan
Pada uji Paired Sample t-Test kebisingan, peneliti mengambil
data operator ketika operator bermain game brainworkshop dengan 3
kondisi lingkungan fisik (kebisingan dan tenperatur suhu) yang
berbeda. Pada kondisi pertama yaitu kondisi suhu normal dan tidak ada
kebisingan. Kondisi kedua yaitu kondisi ketika ruangan suhu rendah.
Kondisi ketiga yaitu ketika berada dalam ruangan yang bising.
Berdasarkan penelitian yang peneliti lakukan, hasil tingkat kebisingan
yang ada pada kondisi ruang normal maka tingkat kebisingan yang di
ukur dengan sound level meter adalah sebesar 45,43 dB. Maka dengan
kondisi kebisingan sebesar 45,43 dB, presentase operator dalam
menghafal angka dengan benar yaitu mencapai 100%. Sedangkan
dengan kondisi ruang yang memiliki tingkat kebisingan maksimalnya
97,6 dB dan tingkat kebisingan minimalnya sebesar 80,2 dB presentase
operator dalam menghafal angka dengan benar yaitu mencapai 69%.
Reguler
2017/2018

Untuk membuktikan apakah kebisingan mempengaruhi terhadap hasil


kerja yang di lakukan operator ketika operator bermain game
brainworkshop, maka peneliti perlu mengolah data yang telah di
dapatkan dari 30 sampel data dengan menggunakan uji paired sample
test.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari SPSS uji paired sample
t-test pre test kebisingan dan post test kebisingan. Peneliti membuat
bentuk hipotesis terlebih dahulu, yang diketahui bahwa:
 H0 : Tidak terdapat perbedaan nilai rata-rata data pretest kebisingan
dan data posttest kebisingan.
 H1 : Terdapat perbedaan nilai rata-rata data pretest kebisingan dan
data posttest kebisingan.
Berdasarkan uji Paired Sample T-Test dengan diketahui bahwa nilai
rata-rata dari pretest dan posttest kebisingan, untuk nilai t-hitung yaitu
6,008. Untuk nilai mean yaitu 21,86667, karena nilai signifikansi pada
tabel tersebut < 0,05 yaitu 0,000, maka H 0 ditolak (terdapat perbedaan
nilai rata-rata data pretest kebisingan dan data post-test kebisingan).
Menurut Permenakertrans Nomor 13/Men/X/2011 Nilai
Ambang Batas kebisingan di lingkungan kerja adalah 85 dBA untuk
paparan 8 jam per hari atau 40 jam per minggu. Dari hasil pengukuran
yang dilakukan terhadap kondisi ruang operator, maka di peroleh nilai
kebisingan telah melebihi nilai ambang batas (85 dBA), maka
lingkungan kerja tersebut tidak tersebut aman untuk dilakukan aktivitas
kerja. Meskipun berdasarkan hasil presentase post test tidak jauh
berbeda dengan pre test kebisingan, tentu kondisi kerja yang tingkat
kebisingannya di atas nilai ambang batas akan mempengaruhi kondisi
fisik operator itu sendiri. Menurut Depnaker yang dikutip oleh
Srisantyorini (2002) kebisingan mempunyai pengaruh terhadap tenaga
kerja, mulai dari gangguan ringan berupa gangguan terhadap
konsentrasi kerja, pengaruh dalam komunikasi dan kenikmatan kerja
sampai pada cacat yang berat karena kehilangan daya pendengaran
(tuli) tetap. Maka dari itu, akan lebih baik operator melakukan
pekerjaannya pada kondisi ruang yang normal yaitu dengan tingkat
Reguler
2017/2018

kebisingann yang tidak melebihi ambang batas. Meskipun berdasarkan


penelitian tidak terdapat perbedaan nilai rata-rata data pretest
kebisingan dan data posttest kebisingan, akan lebih baik lingkungan
kerja terhindar dari kebisingan yang tingkat kebisingannya melebihi
ambang batas.

b. Uji Paired Sample T-Test Temperatur


Pada uji Paired Sample t-Test vibrasi, peneliti mengambil data
operator ketika operator bermain game brainworkshop dengan 3
kondisi lingkungan fisik (kebisingan dan tenperatur suhu) yang
berbeda. Pada kondisi pertama yaitu kondisi suhu normal dan tidak ada
kebisingan. Kondisi kedua yaitu kondisi ketika ruangan suhu rendah.
Kondisi ketiga yaitu ketika berada dalam ruangan yang bising.
Berdasarkan penelitian yang peneliti lakukan, hasil suhu ruangan
kondisi ruang normal yang di ukur dengan thermohygrometer adalah
sebesar 24 ºC. Dengan suhu tersebut presentase operator ketika
operator bermain game brainworkshop mencapai 100%. Sedangkan
dengan kondisi ruang yang memiliki tingkat suhu sebesar 18,8 ºC
presentase operator ketika operator bermain game brainworkshop
mencapai 78%. Dan untuk membuktikan apakah temperatur
mempengaruhi terhadap hasil kerja yang di lakukan operator ketika
operator bermain game brainworkshop, maka peneliti perlu mengolah
data yang telah di dapatkan dari 30 sampel data dengan menggunakan
uji paired sample test.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari SPSS uji paired sample
t-test pre test temperatur dan post test temperatur. Peneliti membuat
bentuk hipotesis terlebih dahulu, yang diketahui bahwa:
 H0 : Tidak terdapat perbedaan nilai rata-rata data pretest temperatur
dan data posttest temperatur.
 H1 : Terdapat perbedaan nilai rata-rata data pretest temperatur dan
data posttest temperatur.
Berdasarkan uji paired sample t-test menunjukkan perbedaan rata-rata
dari pretest dan posttest temperatur, untuk nilai t hitung yaitu -1,351
Reguler
2017/2018

karena merupakan signifikansi 2 tailed maka dapat diasumsikan bahwa


nilai thitung positif yaitu -1,351. Untuk nilai mean yaitu -4,433333,
karena nilai mean berada diantara batas bawah -11,14726 dan batas atas
2,28059 maka nilai tersebut berada pada daerah penerimaan H 0, selain
itu karena nilai signifikansi pada tabel tersebut > 0,05 yaitu 0,187 maka
H0 diterima (tidak terdapat perbedaan nilai rata-rata data pretest
temperatur dan data posttest temperatur). Pada pre test suhu ruangan 24
ºC sedangkan pada post test suhu ruangan adalah 18,8 ºC, namun
apabila terlalu lama pada kondisi suhu yang dingin, akan mempengaruhi
produktivitas operator itu sendiri. Tetapi hal tersebut tidak mutlak
berlaku untuk setiap orang karena berdasarkan kutipan dari jurnal yang
berjudul “Pengaruh Lingkungan Kerja Fisik Terhadap Produktivitas
Kerja” terdapat kalimat yang menyatakan bahwa: sebenarnya
kemampuan beradaptasi tiap orang berbeda- beda, tergantung di daerah
bagaimana dia biasa hidup. Orang yang biasa hidup di daerah panas
berbeda kemampuan beradaptasinya dibandingkan dengan mereka yang
hidup di daerah dingin atau sedang. Jika di lihat secara umum, menurut
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 405/Menkes/SK/XI/2002) NAB
terendah untuk temperatur ruangan adalah 18° C dan NAB tertinggi
adalah 30° pada kelembaban nisbi udara antara 65% sampai dengan
95%. Sehingga dalam penelitian ini suhu yang di berikan sebenarnya
tidak berada di bawah batas terendah dan tidak juga berada di atas batas
tertingginya. Dan sebaiknya pekerjaan di lakukan dalam lingkungan
kerja dengan suhu 24° C sampai 27° C, karena pada suhu tersebut
produktivitas kerja manusia mencapai tingkat yang paling tinggi.
Maka berdasarkan hal tersebut akan lebih baik operator
melakukan pekerjaannya pada kondisi yang suhunya di antara 24° C
sampai 27° C. Meskipun berdasarkan penelitian tidak terdapat
perbedaan nilai rata-rata data pretest temperatur dan data posttest
temperatur.

10.5 Kesimpulan
Reguler
2017/2018

Adapun kesimpulan dari penelitian mengenai lingkungan kerja fisik 2


adalah:
1. Data yang diujikan pada tutorial ini berdistribusi normal, hal tersebut
ditunjukan dari nilai signifikansi pada output SPSS bernilai di atas
0,05.
2. Uji paired sample t-test pre test temperatur dan post test temperatur di
peroleh nilai signifikansi pada tabel tersebut > 0,05 yaitu 0,187, maka
H0 diterima. Sehingga tidak terdapat perbedaan nilai rata-rata data
pretest temperatur dan data posttest temperatur. Meskipun berdasarkan
penelitian tidak terdapat perbedaan nilai rata-rata data pretest
temperatur dan data posttest temperatur. lebih baik operator melakukan
pekerjaannya pada kondisi yang suhunya di antara 24° C sampai 27° C.
karena pada suhu tersebut produktivitas kerja manusia mencapai
tingkat yang paling tinggi.
3. Uji paired sample t-test kebisingan menunjukkan perbedaan rata-rata
dari pretest dan posttest kebisingan, untuk nilai signifikansi pada tabel
tersebut < 0,05 yaitu 0,000, maka H0 ditolak (terdapat perbedaan nilai
rata-rata data pretest kebisingan dan data posttest kebisingan).
Meskipun berdasarkan penelitian tidak terdapat perbedaan nilai rata-
rata data pretest kebisingan dan data posttest kebisingan. akan lebih
baik lingkungan kerja terhindar dari kebisingan yang tingkat
kebisingannya melebihi ambang batas. Karena kebisingan mempunyai
pengaruh terhadap tenaga kerja, mulai dari gangguan ringan berupa
gangguan terhadap konsentrasi kerja, pengaruh dalam komunikasi dan
kenikmatan kerja sampai pada cacat yang berat karena kehilangan daya
pendengaran (tuli) tetap.
Reguler
2017/2018

DAFTAR PUSTAKA
Hendrich, dkk. 2008. Performance in relation to Environmental Temperature, Reactions of
Normal Young Men to Hot, Humid (Simulated Jungle) Environment .The Permanente
Journal (Summer 2008; Volume 12 No. 3)

Tang, dkk. 2007. Physical work environment risk factors for long term sickness
absence: prospective findings among a cohort of 5357 employees in Denmark
(September 2007; Volume 35; Issue 9; pp 2007-2063)

Tipping, dkk. 2010. Physical Work Environment: Testing an Expanded Model of Job
Satisfaction in a Sample of Registered Nurses Journal of Hospital Medicine
(July/August 2010; Volume 5; Issue 6; Pages 323-328)
Reguler
2017/2018

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai