FISIOLOGI KERJA
berbeda yaitu 2 menit, 3 menit, dan 5 menit. Setelah didapatkannya data, kami
menuliskan data tersebut pada lembar pengamatan.
Setelah itu kami melakukan pengukuran beban kerja fisik menggunakan metode
%CVL dan Brouha. Lalu kami menghitung energy expenditure dan waktu
istirahat menggunakan rumus yang sudah ada berdasarkan data yang sudah
didapat. Setelah didapat data yang dibutuhkan lalu kami menganalisis hasil
perhitungannya. Terakhir kami menganalisis hasil pengambilan data dari
spirometer.
1.3 Kajian Literatur
Tabel 1. Tabel Kajian Literatur
NO JUDUL METODE HASIL KESIMPULAN
1. Measuring NASA-TLX Dari pengujian yang Hasil penelitian
workload of dan Denyut telah dilakukan pada didapatkan hasil
ICU nurses Nadi beberapa operator dengan denyut nadi
with a didapatkan hasil dari tertinggi rata-rata
questionnaire pengukuran beban 88.18 (denyut/menit).
survey: the kerja secara fisik Hal ini dapat
NASA Task maupun mental. menyebabkan para
Load Index Pada pengujian ini pekerja cepat
(TLX) digunakan metode kelelahan. Penting
kuisoner NASA- bagi perusahaan untuk
TLX untuk mengurangi jadwal
mengukur beban yang diperpanjang dan
kerja psikologis dan melaksanakan
digunakan metode program
denyut nadi untuk pengkondisian fisik.
mengkur bebab kerja
fisik.
2. Physical Sebuah Korelasi signifikan Laporan lower back
workload and penelitian antara MAWT dan demands dikaitkan
maximum observasional RHR dan variabel dengan lain diri
Reguler
Ganjil 2019/2020
pekerja. Kesimpulan
penting dari penelitian
ini adalah bahwa
lingkungan stres di
jalur perakitan
tercermin dalam
kesehatan fisiologis
tanggapan AHD
bahwa kuantitatif self-
reports pekerja biasa
mengenai dirasakan
stres berkaitan erat
dengan ini fisiologis
tanggapan.
3. Physicologica Metode denyut Stres yang dirasakan
l and nadi ditunjukkan dari
physiological Cardiovascular hasil laporan diri
stress Load yang terkait dengan
responses pengukuran
during fisiologis di tempat
repetitive kerja. Untuk setiap
work at an periode kerja,
assembly line laporan tersebut
berkorelasi dengan:
nilai fisiologis
absolut dan
reaktivitas fisiologis,
yaitu perubahan nilai
fisiologis dari
istirahat ke
pekerjaan, seperti
Reguler
Ganjil 2019/2020
yang ditunjukkan
pada laporan
tersebut ditekan oleh
tuntutan dan tekanan
waktu yang
dikaitkan dengan
peningkatan
adrenalin dan
nonadrenalin
ekskresi di tempat
kerja. Laporan
tersebut juga
menghasilkan
adanya iritasi,
ketegangan
(signifikan pada hari
ke-1) dan kelelahan
(signifikan pada hari
ke-2) yang dikaitkan
dengan ekskresi
kortisol yang tinggi.
korelasi antara
laporan diri dan
gairah
kardiovaskular
kurang konsisten.
Perkiraan punggung
bawah secara
signifikan
berkorelasi (tabel 3)
dengan laporan diri
Reguler
Ganjil 2019/2020
1.4 Input
1.4.1 Deskripsi Subjek
Pengamatan fisiologi dilakukan di Laboratorium Desain Sistem Kerja &
Ergonomi dengan biodata operator sebagai berikut:
Nama : Rafly Prianata
Umur : 18 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Berat badan : 45 kg
Tinggi : 157 cm
Berat Badan(kg)
Kategori IMT :
Tinggi2 ( m )
45
:
1,57× 1,57
: 18,26 (kurus tingkat normal)
Riwayat Penyakit : Tidak ada
Jenis aktifitas : Stepper
Kegiatan dilakukan selama 2 menit, 3 menit dan 5 menit.
Pengujian Spirometer dilakukan oleh operator dengan biodata sebagai
berikut:
1) Bukan Perokok
Nama : Safiella Citra
Umur : 18 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Berat : 51 kg
Reguler
Ganjil 2019/2020
Tinggi : 153 cm
Berat Badan(kg)
Kategori IMT :
Tinggi2 ( m )
51
=
1,532
= 21,79 (normal)
Operator jarang berolahraga meski tidak merokok dan tidak minum
minuman keras. Seiring dengan itu, operator juga lumayan sering tidur
malam dan makan makanan yang kurang bergizi.
2) Bukan Perokok
Nama : Fandrian Fiqih
Umur : 21 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Berat : 65 Kg
Tinggi : 168 cm
Berat Badan(kg)
Kategori IMT :
Tinggi2 ( m )
65
=
1,682
= 23,03 (normal)
Kebiasaan yang sering dilakukan oleh operator adalah sering tidur
larut malam dan waktu istirahat kurang, juga kurang olahraga.
= 85,35 dpm
≈ 85 dpm
b. Nadi kerja
10 denyut
Waktu kerja 2 menit = × 60
waktu perhitungan
10
= × 60
4,81
= 124,74 dpm
≈ 125 dpm
10 denyut
Waktu kerja 3 menit = × 60
waktu perhitungan
10
= × 60
4,41
= 136,05 dpm
≈ 136 dpm
10 denyut
Waktu kerja 5 menit = × 60
waktu perhitungan
10
= × 60
5.39
= 111,32 dpm
≈ 111 dpm
Tabel 2. Tabel Denyut Nadi
Denyut Nadi (denyut per
Waktu 10 Denyut (detik)
Waktu Kerja menit)
(menit) Nadi Nadi
Nadi Kerja Nadi Kerja
Istirahat Istirahat
2 7,03 4,81 85 125
3 7,03 4.41 85 136
5 7,03 5,39 85 111
Berikut ini perhitungan P1, P2, dan P3 menggunakan metode Brouha.
P3: 43 × 2 = 86
b. Waktu kerja 3 menit
P1: 45× 2 = 90
P2: 47 × 2 = 94
P3: 48 × 2 = 96
c. Waktu kerja 5 menit
P1: 56 × 2 = 112
P2: 55× 2 = 110
P3: 51 × 2 = 102
1.5 Output
1.5.1 Perhitungan Indeks Masa Tubuh (IMT)
Menurut (Supariasa, 2001) Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan alat
yang sederhana untuk memantau status gizi, khususnya yang berkaitan
dengan kelebihan dan kekurangan berat badan .Perbandingan antara berat
badan dan tinggi badan dapat digunakan sebagai indikator apakah
seseorang mangalami kurus, overweight atau obesitas. Perbandingan
tersebut dikenal dengan nama Indeks Massa Tubuh (IMT). Rumus IMT
yaitu (Gibson, 2005):
Berat badan(kg)
IMT =
Tinggibadan 2(m)
Perhitungan IMT tersebut kemudian dibandingkan dengan klasifikasi
sebagai berikut.
Reguler
Ganjil 2019/2020
= 43,59%
→ x = 5,125
Termasuk ke dalam klasifikasi tingkat pekerjaan heavy.
1.5.4 Perhitungan Waktu Istirahat
Dalam penentuan waktu istirahat yang diperlukan ketika bekerja, salah
satu metode yang digunakan untuk mengukurnya menggunakan rumusan
berikut.
Tr = Ts ( MM−1,5
−S
)
Dengan:
Tr = Waktu istirahat yang diperlukan (menit)
Ts = Total waktu shift kerja (menit)
M = Rata-rata energy yang dikeluarkan (kkal/menit)
S = Energi yang dikeluarkan untuk shift kerja (kkal/menit) 4 atau 5
1,5 = Energi yang diperlukan saat istirahat (kkal/menit)
Waktu Istirahat Stepper 2 menit
M −S
Tr = Ts ( )
M −1,5
6,875−5
=2( )
6,875−1,5
1,875
=2( )
5,375
≈ 0,7 menit
Waktu Istirahat Stepper 3 menit
M −S
Tr = Ts ( )
M −1,5
8,25−5
=3( )
8,25−1,5
3,25
=3( )
6,75
≈ 1,4 menit
Waktu Istirahat Stepper 5 menit
M −S
Tr = Ts ( )
M −1,5
Reguler
Ganjil 2019/2020
5,125−5
=5( )
5,125−1,5
0,125
=5( )
3,625
≈ 0,17 menit
1.5.5 Perhitungan Brouha
Untuk mengestimasi cardiovascular strain, dilakukan pengukuran metode
Brouha dengan menggunakan denyut nadi pemulihan. Denyut nadi
pemulihan (P) dihitung pada akhir 30 detik pada menit pertama (P1),
kedua (P2), dan keiga (P3) yang kemudian hasil denyut nadi yang
didapatkan dikalikan dengan dua. Setelah dikalikan dengan dua, maka
nilai P1, P2, dan P3 akan dihubungkan dengan beberapa klasifikasi seperti
dalam tabel di bawah ini.
Tabel 7. Klasifikasi Beban Kerja dengan Metode Brouha
Kriteria Klasifikasi Beban Kerja
P1 – P3 ≥ 10 dpm dan P1, P2, dan P3≤ 90 dpm Normal
P1 - P3≥10 dan P1≤ 110 Tidak Berlebihan
P1 – P3< 10 dpm dan P3> 90 dpm Berat (perlu perancangan sistem kerja)
= 6 dpm
Termasuk ke dalam klasifikasi beban kerja berat (perlu
perancangan sistem kerja).
Brouha Stepper 5 menit
P1 = 112
P2 = 110
P3 = 102
P1 – P3 = 112 – 102
= 10 dpm
Termasuk kedalam klasifikasi beban kerja berat (perlu perancangan
sistem kerja).
1.5.6 Analisis Cardiovascular Load (%CVL)
Perhitungan data yang dihasilkan dari kegiatan operator yang melakukan
olahraga dengan menggunakan stepper berbeda setiap rentang waktu
kerjanya. Untuk kurun waktu kerja 2 menit, beban kardiovaskular yang
dihasilkan oleh operator sebesar 34,19%. Nilai ini tergolong ke dalam
klasifikasi beban kerja yang perlu diadakan perbaikan. Untuk kurun waktu
3 menit, beban kardiovaskular yang dihasilkan oleh operator sebesar
43,59%. Meski memiliki nilai yang berbeda, klasifikasi beban kerja pada
tahap ini masih tergolong sama. Namun, tentu perbedaan yang didapat
adalah nilai beban kardiovaskular yang dihasilkan meningkat. Terakhir,
untuk kurun waktu 5 menit, operator menghasilkan beban kardiovaskular
sebesar 22,22%. Untuk interval waktu kerja yang lama, operator justru
masuk pada klasifikasi tidak mengalami kelelahan.
Dalam berolahraga atau melakukan kerja, tentunya denyut nadi kerja akan
lebih besar dibanding denyut nadi istirahat karena selama melakukan
pekerjaan, denyut nadi akan meningkat. Dari ketiga data dan informasi di
atas, kami sebagai pengamat menganalisis bahwa penyebabnya adalah
pertama-tama kondisi tubuh subjek belum terbiasa untuk melakukan
pekerjaan atau olahraga yang lebih berat dari rutinitas biasanya, tetapi
Reguler
Ganjil 2019/2020
ketika sudah berjalan dalam waktu yang cukup lama peningkatan denyut
nadi akan menjadi normal terkait beban kerja yang diberikan kepada
subjek. Untuk menangani kasus ini, sebelum berolahraga sebaiknya
dilakukan pemanasan terlebih dahulu supaya otot dan saraf tidak langsung
menegang seakan terkejut ketika dikenai beban kerja yang melebihi batas
biasa dan bisa segera menyesuaikan terhadap pekerjaan tersebut, serta
tidak terjadi nyeri dan cepat letih.
1.5.7 Analisis Energy Expenditure dan Waktu Istirahat
Energi yang dikeluarkan dalam waktu kerja 2 menit sebesar 6,875
kkal/menit yang tergolong dalam tingkat pekerjaan yang berat. Untuk
waktu kerja 3 menit, energi yang dikeluarkan operator bernilai sebesar
8,25 kkal/menit yang tergolong tingkat pekerjaan sangat berat. Untuk
waktu kerja 5 menit, operator mengeluarkan energi sebesar 5,125
kkal/menit yang digolongkan dalam pekerjaan berat.
Waktu istirahat yang diperlukan operator setelah menggunakan stepper
selama 2 menit adalah 0,7 menit, selama 3 menit adalah 1,4 menit, dan
selama 5 menit adalah 0,17 menit. Untuk waktu istirahat bervariasi yang
terbilang tidak masuk akal ini karena semakin lamanya waktu bekerja
justru waktu yang dibutuhkan untuk istirahat di akhir kegiatan terhitung
paling kecil, ada faktor lain yang menyebabkan perhitungan menjadi
seperti ini, seperti salah penghitungan denyut nadi atau energi yang
dikeluarkan operator tidak maksimal/operator tidak menggunakan
tenaganya dengan optimal dalam menggunakan stepper. Begitu pula
halnya dengan hasil perhitungan energy expenditure.
1.5.8 Analisis Brouha
Pada 2 menit shift pertama, P1 – P3 < 10 sedangkan P1, P2, dan P3 ≤ 90
dpm. Pada 3 menit shift kedua, P1 – P3 < 10 dan P1 = 90 dpm, sedangkan
P2 dan P3 > 90 dpm. Klasifikasi beban kerja ini dapat kita golongkan ke
dalam beban kerja berat yang perlu diadakan perancangan sistem kerja,
meski P1 = 90 dpm karena kategori ini yang paling mendekati untuk
dicocokkan sesuai hasil perhitungan. Pada 5 menit shift ketiga, P1 – P3 =
Reguler
Ganjil 2019/2020
10 dpm dengan P1 > 110 dpm, P2 = 110 dpm, dan P3 < 110 dpm. Adanya
hasil perhitungan yang tidak bisa dikategorikan ke klasifikasi mana pun
bisa disebabkan dari kesalahan perhitungan pada metode Brouha, yang
dapat dipengaruhi oleh keterbatasan kondisi fisik operator, keterbatasan
waktu, juga ketidaktelitian dalam mencatat data.
1.5.9 Analisis Keseluruhan
Dari seluruh data yang telah dikumpulkan, yaitu perhitungan %CVL,
energy expenditure, waktu istirahat, dan metode Brouha dapat dinyatakan
hubungannya. Dari perhitungan %CVL, operator disarankan untuk
melakukan tes beban kerja yang lebih lanjut lagi dikarenakan klasifikasi
yang didapat belum pasti, tetapi dugaan sementara dari hasil analisis kami
adalah operator harus melakukan pemanasan sebelum bekerja serta tidak
apa-apa diberi beban kerja yang tetap karena mungkin nantinya beban
yang diterima kardiovaskular akan terbiasa untuk tidak mengalami
kelelahan berlebih. Namun, jika dihubungkan dengan hasil perhitungan
energy expenditure dan waktu istirahat yang diperlukan, ada baiknya besar
beban kerja yang diberikan kepada operator perlu diadakan perbaikan
rancangan meski waktu istirahat yang dibutuhkan operator terbilang
singkat. Ada kemungkinan pemulihan energi yang dibutuhkan oleh
operator memang cukup dalam waktu yang singkat. Terakhir, jika semua
data dihubungkan dengan hasil perhitungan metode Brouha sendiri,
keterkaitan yang jelas masih sama dengan hasil yang lebih terlihat yaitu
beban kerja yang diberikan kepada operator tergolong berat dan perlu
diadakan perancangan sistem kerja, meski hasil perhitungan Brouha
sendiri mengalami kesalahan. Ada dua kemungkinan penyebab dari hasil
analisis ini, operator yang tidak menggunakan tenaganya secara optimal
atau beban kerja yang diberikan memang tergolong berat untuk operator,
yang memiliki faktor dari salahnya perhitungan data akibat ketidaktelitian
mencatat data dan keterbatasan ada pada operator maupun waktu.
1.5.10 Analisis Hasil Pengujian Spirometer
Reguler
Ganjil 2019/2020
Hasil dari pengujian spirometer berupa grafik antara aliran volume dan
volume waktu dari udara yang dikeluarkan oleh paru-paru. Untuk
menentukan kategori faal paru-paru, perlu diperhatikan bentuk grafik. Jika
grafik cenderung cekung, maka tergolong obstruksi. Jika grafik berbentuk
normal namun berada di bawah batas kurva yang diharuskan, maka
tergolong retriksi. Selain itu, di bawah grafik terdapat data-data angka
yang perlu diperhatikan, yaitu VC, FVC, FEV1, dan FEV1/FVC.
Berdasarkan hasil spirometer seorang perempuan yang bernama Safiella
Citra, berumur 19 tahun dengan berat 51 dan tinggi 153 cm. Dilihat dari
grafiknya, Safiella Citra menderita gangguan restriksi. Menurut nilainya,
VC dan FVC bernilai 80%, FEV1 bernilai 76, dan FEV1/FVC bernilai 97.
Dari nilai tersebut, subjek menderita restriksi ringan berdasarkan nilai VC
dan FVC dan mengalami obstruksi berdasarkan nilai FEV1.
Untuk data hasil spirometer yang dimiliki oleh laki-laki yang bernama
Fiqih Fandrian, berumur 21 tahun dengan berat 65 kg dan tinggi 168 cm,
grafik yang ditunjukkan juga menunjukkan paru-paru mengalami restriksi.
Namun, dengan data VC dan FVC 81, FEV1 84, dan FEV1/FVC 107,
dinyatakan bahwa Fiqih Fandrian memiliki faal paru-paru yang normal.
Restriksi adalah gangguan pengembangan paru-paru yang dapat
disebabkan oleh apa pun. Paru-paru menjadi kaku, daya tarik ke dalam
lebih kuat sehingga dinding dada mengecil, iga menyempit dan volume
paru-paru mengecil. Obstruksi sendiri dapat disebabkan oleh merokok,
minuman beralkohol dan lain-lain. Pada kasus subjek perempuan, analisis
bisa dikatakan benar karena subjek sendiri menderita asma, selain
kurangnya kebiasaan untuk berolahraga secara rutin. Sedangkan pada
Fiqih Fandrian, ketidaksesuaian antara indikator nilai dan grafik dapat
dikatakan sebagai human error yang bisa terjadi dikarenakan kesalahan
dari alat dan peneliti dalam menggunakan alat. Selain itu, terlepas dari
kesalahan penggunaan alat, perbedaan data yang terdapat pada dua subjek
ini juga disebabkan oleh perbedaan jenis kelamin, umur, berat, tinggi
badan, aktivitas, kesehatan juga lingkungan di sekitar.
Reguler
Ganjil 2019/2020
1.6 Kesimpulan
1. Pada analisis %CVL, semakin lama subjek melakukan aktivitas maka semakin
tinggi pula nilai %CVL yang didapatkan, meski pada kasus terakhir operator
tidak mengalami kelelahan.
2. Pada analisis energy expendature, semakin lama subjek melakukan aktivitas
makan tingkat pekerjaannya juga akan semakin tinggi, meski hubungannya
dengan %CVL di data ketiga memiliki nilai energy expenditure yang paling
kecil.
3. Pada analisis waktu istirahat, seharusnya semakin lama waktu kerja maka
semakin besar pula nilai waktu istirahat yang dibutuhkan. Subjek
membutuhkan waktu singkat terlebih di kegiatan ketiga karena adanya faktor
lain seperti kesalahan mencatat denyut nadi, keterbatasan kondisi fisik subjek
dan keterbatasan waktu.
4. Pada analsis metode Brouha, didapatkan hasil yang tidak sesuai dengan teori.
Hal ini disebabkan oleh ketidaktelitian dalam pengukuran waktu dan
ketidaktepatan operator dalam menghitung denyut nadinya. Meski begitu,
analisis metode Brouha masih dapat dikaitkan dengan analisis perhitungan
yang lain.
5. Paru-paru yang dimiliki oleh para subjek memiliki dua kondisi. Pada subjek
perempuan mengidap restriksi, sedangkan pada subjek laki-laki terjadi human
error. Pada laki-laki, grafik menunjukkan restriksi sedangkan nilai yang
dikeluarkan spirometer terhitung sebagai kondisi paru-paru yang normal.
Kesalahan ini dapat terjadi karena ketidaktelitian penggunaan alat. Perbedaan
data yang terdapat pada dua subjek dapat disebabkan oleh jenis kelamin,
umur, berat, tinggi badan, aktivitas, kesehatan juga lingkungan di sekitar.
Reguler
Ganjil 2019/2020
DAFTAR PUSTAKA
- D Stefanidis, F Wang, JR Korndorffer Jr, JB Dunne, DJ scott. 2009. Robotic
assistance improves intracorporeal suturing performance and safety in the
operating room while decreasing operator workload. Berlin, Germany.
http://link.springer.com/article/10.1007/s00464-009-0578-0
- Ariza, Luz Elena and Javier Idrovo, Álvaro. 2005. Physical workload and
maximum acceptable work time among supermarket workers in Cali,
Colombia. Cali,Colombia.http://www.scielo.org.co/scielo.php?
script=sci_abstract&pid=S0124-00642005000200003
- Tommy Hansson, Marianne Magnusson, And Leif Wallin. 1989. Psychological
and physiological stress responses during repetitive work at an assembly line.
Sweden.
Reguler
Ganjil 2019/2020
LAMPIRAN