Anda di halaman 1dari 3

Nama : Safiella Citra Aishwvarya

NIM : 18522346

ANALISIS ARTIKEL STRES KERJA

Media : KORAN SINDO


Edisi : 09-01-2018
Judul Berita : Diduga Stres Kerja, Karyawati Bank Bunuh Diri

Isi Berita
JAKARTA–Karyawati sebuah bank ditemukan tewas di saluran air Thamrin City,
Jalan Boulevard, Kebon Melati, Tanah Abang, Jakarta Pusat, kemarin.
Meritha Vridawati, 26, terjun bebas dari lantai 10 Apartemen Thamrin City.
Perempuan asal Sleman, Yogyakarta ini diduga nekat mengakhiri hidup lantaran
stres dengan pekerjaannya. “Hasil pengecekan di duga bunuh diri,” kata Kasubbag
Humas Polres Jakarta Pusat Kompol Suyatno kemarin. Sebelum ditemukan tewas,
korban sempat berpamitan kepada suaminya untuk membeli bubur sekitar pukul
05.00 WIB dan tak kembali hingga pukul 07.00 WIB. Si suami kemudian melapor
ke polisi.
Selang beberapa waktu, dua petugas keamanan Cahyono dan M Ali menemukan
Meritha yang mengenakan celana panjang hitam dan kaos tewas dalam posisi
telungkup di antara tumpukan sampah di selokan Thamrin City. “Suaminya
kemudian mengecek dan melihat istrinya tak bernyawa,” ujar Suyatno. Polisi
mengevakuasi jasad Meritha ke RSCM, Jakarta Pusat untuk diautopsi. Hasil
pemeriksaan sementara, korban tewas karena luka benturan yang cukup keras.
Sang suami sama sekali tidak menemukan kejanggalan dalam perilaku istrinya
sebelum berangkat ke kantor. Namun, menurut Suyatno, Meritha sempat
mengeluhkan soal pekerjaannya pada sang suami.
Kasus bunuh diri di Thamrin ini bukanlah yang pertama kali. Kasus bunuh diri
pernah terjadi pada Jumat, 4 September 2015. Saat itu Sisca Lubis, 26, terjun dari
lantai 25 di kawasan Thamrin Residence, Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Sebelumnya pembantu rumah tangga bernama Dewi Sisca, 26, melakukan hal
sama juga di Thamrin Residence, Jumat, 23 Mei 2014. Psikolog klinis dan
forensik Kassandra Putranto menyebutkan, lebih dari 800.000 orang di dunia per
tahun meninggal akibat bunuh diri. Bunuh diri berada di peringkat kedua
penyebab kematian seseorang pada usia 15-19 tahun.
Penyebabnya dipicu kondisi mental psikologis yang mengalami gangguan mood
jenis depresi. Penelitian terkini menyebutkan depresi disebabkan berbagai faktor
yang memengaruhi kondisi neuropsikologis (otak dan perilaku). “Faktor-faktor ini
adalah bawaan dan lingkungan, pola asuh, tekanan, neurotransmitter jenis
adrenalin, dopamine, serotonin, dan rendahnya kadar zinc dalam darah,” ujar dia.
Orang yang terdeteksi ke arah perilaku bunuh diri satu di antaranya adrenalin
rendah. Kondisi demikian terlihat dari kehilangan motivasi untuk bergerak,
menolak bangun pagi, beraktivitas, dan bergaul, bahkan tidak memiliki nafsu
makan.
Konsep ini diakui sebagai konsep tidak berharga atau tidak bahagia. Dengan
dopamine rendah, seseorang kehilangan perasaan senang dan bahagia, nilai-nilai
yang menyenangkan dalam hidupnya nyaris tak ditemukan. “Jika ini berlarut-
larut, akan menampilkan sikap menutup diri, menolak makan, menolak keluar
rumah dan beraktivitas, menolak bertemu orang lain yang semakin membuat
persepsi diri menjadi tidak berharga dan tidak bernilai, merasa hidup sia-sia,”
ungkapnya.
Karena itu, keluarga menjadi benteng pertama untuk mengidentifikasi munculnya
niat bunuh diri. “Jangan biarkan mereka sendiri dan semakin tenggelam dalam
kesedihannya. Orang yang sedang berpikir bunuh diri harus diajak konsultasi
dengan ahli yang kompeten demi mengatasi depresinya,” kata Kassandra. (yan
yusuf)

Stressor: Dari berita tersebut, dapat diambil kemungkinan bahwa stressor yang
menekan korban berada di level individual. Stressor ini didefinisikan sebagai
kondisi di mana pegawai memiliki terlalu banyak pekerjaan yang harus dikerjakan
atau di bawah tekanan jadwal waktu yang ketat. Meski belum begitu jelas, dari isi
berita menyatakan bahwa korban yang bekerja di sebuah bank mengeluhkan
tentang pekerjaannya kepada suaminya.
Akibat: Karena kondisi yang dirasakan korban tidak tersalurkan dengan baik,
maka akibatnya korban memutuskan untuk bunuh diri.

Anda mungkin juga menyukai